Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja … · 2017. 3. 24. · 2. Pdt. Dr....

37
Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang Oleh RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING 712011034 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) PROGRAM STUDI TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja … · 2017. 3. 24. · 2. Pdt. Dr....

  • Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan

    (GBKP) Semarang

    Oleh

    RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING

    712011034

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

    guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

    (S.Si-Teol)

    PROGRAM STUDI TEOLOGI

    FAKULTAS TEOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    Motto

    “Jadilah seperti orang bodoh yang mau tahu dengan

    segala hal”

    1 Korintus 10:13

    “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-

    pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab

    Allah setia dan karena itu Ia tidak akan memberikam kamu

    dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia

    akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

    menanggungnya”

  • vii

    Ucapan Terimakasih

    Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, dengan cinta dan

    kasihNya telah memberkati saya dalam menyelesaikan studi di Fakultas Teologi Universitas

    Kristen Satya Wacana dan menyelesaikan tugas akhir ini.

    Tidak lupa saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    berbagai pihak yang telah mendukung serta mendoakan saya dalam menyelesaikan tugas

    akhir ini. Dengan segala hormat saya menyampaikan rasa terima kasih kepada :

    1. Universitas Kristen Satya Wacana yang telah menerima saya sebagai mahasiswa

    angkatan 2011.

    2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel dan Pdt. Mariska Lauterboom, MATS sebagai dosen

    pembibing saya ucapkan banyak terimakasih untuk bimbingan dan arahanya dalam

    penulisan Tugas Akhir ini.

    3. Dosen-dosen dan seluruh pegawai Fakultas Teologi UKSW yang telah mendidik

    selama perkuliahan dan mempermudah setiap urusan di fakutas Teologi.

    4. Ibu Pdt. Rosliana br. Sinulingga dan seluruh Majelis GBKP Semarang beserta

    Pengurus PERMATA dan anggota PERMATA yang sudah mau memberikan

    informasi dalam penyususnan Tugas Akhir ini saya ucapkan banyak terimakasih.

    5. Mamak dan Bapak yang sudah capek untuk menyemangati dan berharap anaknya bisa

    menyelesaikan kuliahnya dengan cepat, walaupun banyak rintangan yang harus

    dilalui. Terimakasih untuk doa dan dukungan moral dan materi selama perkuliahaan

    di UKSW.

    6. Kak Vicaris Tekang dan adek Ulin saya ucapkan terimakasih, yang selalu

    mengingatkan dan menyemangati untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.

    Terimakasih untuk doa dan semangatnya.

    7. Teman-teman PERMATA dan IGMK Salatiga yang memberikan banyak pelajaran

    hidup selama proses perkuliahan di Salatiga, arti kehidupan sudah mulai saya

    temukan dikota ini. Terimakasih untuk semua pelajaran itu teman-teman yang saya

    tidak sanggup untuk menyebutkannya satu persatu. Terkhusus untuk turang Maya dan

    kak Mery yang setia menemani dalam setiap keadaan. Terimakasih untuk pelajaran

  • viii

    buang-buang kesahnya untuk Berma, Yuda dan Okta. Wahyu dan Mostow teman

    seangkatan untuk mengukir masa depan. Proses panjang masih menanti kita didepan.

  • ix

    PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA GEREJA

    BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG

    Riauland Arisdantha Sembiring

    712011034

    ABSTRAK

    Penelitian ini fokus pada analisis terhadap peran Majelis dalam mengatasi

    ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang, dengan tujuan untuk memahami bagaimana peran

    Majelis dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang. Metode penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik

    pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi

    langsung di wilayah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam menganalisa data

    pada penelitian ini adalah teori pembinaan terhadap pemuda dan pembangunan jemaat.

    Mengingat bahwa pemuda merupakan tulang punggung dan penerus didalam gereja

    sehingga pembinaan terhadap pemuda sangatlah penting agar pemuda memahami

    pergumulan dan pertumbuhan gereja secara umum. Maka sangatlah penting apabila Majelis

    dapat melakukan pembinaan terhadap pemuda GBKP Semarang, terkhusus dalam mengatasi

    ketidakaktifan pemuda dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pemuda dan gereja. Namun,

    usaha pembinaan terhadap pemuda terkhususnya dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda di

    GBKP Semarang masih sangat lemah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya,

    seperti lemahnya kualitas pembinaan Majelis gereja baik secara individu maupun secara

    organisasinya, tidak tersedianya mekanisme dan data administrasi pemuda yang valid, serta

    kurangnya perhatian terhadap kebutuhan setiap pemuda dari segala aspek kehidupannya.

    Kata Kunci: Peran Majelis, Pembinaan Pemuda dan GBKP Semarang.

  • x

    DAFTAR ISI

    Cover.........................................................................................................................................i

    Lembar Pengesahan................................................................................................................ii

    Pernyataan Tidak Plagiat......................................................................................................iii

    Pernyataan Persetujuan Akses..............................................................................................iv

    Pernyataan Persetujuan Publikasi.........................................................................................v

    Motto........................................................................................................................................vi

    Ucapan Terimakasih..............................................................................................................vii

    Abstrak.....................................................................................................................................ix

    Daftar Isi...................................................................................................................................x

    1. Pendahuluan.................................................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

    B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

    C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................4

    D. Sumbangan Penelitian.............................................................................................4

    E. Metode Penelitian...................................................................................................4

    F. Sistematika Penelitian............................................................................................5

    2. Teori Majelis, Pemuda dan Pembinaan Pemuda........................................................5

    A. Majelis......................................................................................................................6

    B. Pemuda.....................................................................................................................8

    C. Pembinaan Pemuda................................................................................................9

    3. Hasil Penelitian dan Analisa.....................................................................................12

    A. Latar Belakang GBKP Semarang dan Perkembangan Pemuda GBKP

    Semarang................................................................................................................12

    B. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina dan mengatasi

    ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang..........................................................14

  • xi

    C. Tinjauan Pembinaan Warga Gereja (PWG) terhadap peran Majelis dalam

    membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi

    ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang...........................................................19

    4. Penutup........................................................................................................................21

    A. Kesimpulan.............................................................................................................21

    B. Saran.......................................................................................................................22

    Daftar Pustaka.......................................................................................................................25

  • 1

    PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA GEREJA

    BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Gereja merupakan suatu persekutuan orang-orang yang mengikut Yesus Kristus dan

    dipanggil oleh Injil dari dunia untuk menjadi prajurit-prajurit Kristus.1 Allah menyatakan diri

    kepada manusia dan dalam pernyataan itu Ia memanggil orang-orang yang tersesat, yang

    hilang dan yang akan binasa untuk masuk ke dalam keselamatan dari padaNya. Gereja

    memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap jemaatnya, baik secara spiritual, material

    dan lain-lain. Gereja juga diartikan sebagai tempat perlindungan, tempat dimana keselamatan

    ditemukan, tempat pengungsian yang aman dan gereja sebagai koinonia.2 Gereja akan

    menyadari dirinya ada apabila jemaat merasakan kepenuhan kebutuhannya sudah terpenuhi,

    melalui kegiatan atau program yang dilakukan oleh gereja. Gereja merupakan umat Allah

    yang harus diusahakan supaya anggota-anggota gereja dapat hidup sesuai dengan perintah-

    perintah Allah, dan yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jemaat adalah

    Majelis gereja.3

    Gereja memiliki program pelayanan untuk mewujudkan kenyamanan melalui

    persekutuan dengan bagian-bagian kategorial dan salah satu peran yang penting adalah

    pembinaan terhadap jemaat. Untuk mendapatkan pembinaan baik secara kategorial seperti

    kaum Bapak, Ibu, Anak, Remaja dan Pemuda gereja juga perlu memperhatikan secara

    personal jemaatnya. Hal ini dilakukan gereja untuk melaksanakan tugas dan panggilan gereja,

    sebagai wujud dari Kerajaan Allah.

    GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) sebagai sebuah lembaga gereja yang menganut

    sistem presbiterial sinodal yang dimana kepemimpinanya terletak pada presbiter, yang antara

    lain adalah pendeta, penatua dan diaken. Pendeta, penatua, dan diaken merupakan tiga

    jabatan pelayan khusus yang terdapat didalam GBKP. Ketiga jabatan pelayan khusus tersebut

    memiliki tanggung jawab masing-masing. Penatua dan diaken merupakan pelayan khusus

    yang berasal dari warga jemaat yang di pilih dan diangkat untuk melayani sebagai pemimpin

    jemaat dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diaturkan di dalam tata gereja. Penatua dan

    1 Ebenhaizer I Nuban Timo, Gereja Lintas Agama (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2013), 5.

    2 Jan Hendriks, Jemaat Vital & Menarik (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 26.

    3 Abineno, Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi (BPK : Gunung Mulia, 1992),

    46.

  • 2

    diaken merupakan anggota jemaat yang memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai

    pelayan khusus. Hal ini berarti bahwa penatua dan diaken memiliki perbedaan dengan warga

    gereja yang lain. GBKP sendiri, penatua disebut dengan pertua. Dalam pemahaman GBKP,

    pertua dan diaken merupakan anggota sidi jemaat yang dipanggil Yesus Kristus menjadi

    orang yang dituakan dan ditahbiskan.4

    Tata gereja GBKP menjelaskan bahwa fungsi pelayan khusus dalam gereja adalah

    untuk membina dan memperlengkapi seluruh warga GBKP, agar dapat mengembangkan

    karunia yang mereka miliki untuk tugas pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus,

    bagi keikutsertaannya dalam melaksanakan rencana karya Tuhan Allah menyelamatkan dan

    menyejahterakan dunia dan ciptaanNya.5 GBKP menyusun program-program gereja yang

    dilaksanakan untuk membina dan memperlengkapi warganya. Hal ini memperlihatkan bahwa

    fokus pelayan khusus dalam menjalankan kepemimpinan adalah kesejahteraan jemaat GBKP.

    GBKP Semarang sudah berdiri kurang lebih 35 tahun mengingat adanya kerinduan

    persekutuan sesama orang Karo yang ada di kota Semarang.6 Sampai sekarang kota

    Semarang sangat diminati para pemuda Karo sebagai tempat untuk melanjutkan

    pendidikannya, sehingga pemuda GBKP Semarang terus mengalami pertambahan pemuda.

    Pertambahan pemuda di GBKP Semarang harus ditanggapi secara positif dan diperhatikan

    dengan baik oleh warga gereja, terkhusus pengurus komisi pemuda dan Majelis GBKP

    Semarang. Melalui bertambahnya kuantitas pemuda GBKP Semarang, maka kualitas

    spiritualitas harus diseimbangkan melalui perhatian dan program-program yang dilakukan

    oleh pengurus pemuda dan Majelis GBKP Semarang.

    GBKP Semarang akan menjadi tempat penelitian penulis dimana di dalamnya

    terdapat ketidakaktifan pemuda dalam mengikuti pelaksanaan ibadah ataupun kegiatan non

    ibadah, seperti PA, PJJ (Perpulungan Jabu-Jabu) dan juga kegiatan-kegiatan olahraga.

    Penulis merasa bahwa peran Majelis sangatlah penting dalam melakukan pembinaan pemuda

    terkhusus dalam mewujudkan pembangunan bagi gereja tersebut. Selain itu pembinaan

    pemuda juga perlu dilakukan untuk menyikapi perubahan dan perkembangan zaman sekarang

    ini, agar pemuda tetap mampu mempertahankan imannya ditengah-tengah dunia.

    4 Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 20

    5 Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 20

    6 Hasil wawancara dengan Pdt. Rosliana br. Sinulingga (Ketua Majelis JemaatGBKP Semarang),

    Salatiga, 08 November 2015, Pukul 17:00 WIB.

  • 3

    GBKP Semarang saat ini memiliki jumlah pemuda sekitar 250 orang. Apabila dilihat

    dari kehadiran-kehadiran pemuda dalam mengikuti kegitan PA PERMATA,7 PJJ

    (Perpulungen Jabu-Jabu) dan kegiatan lainnya masih sangat minim karena dapat dilihat pada

    keterlibatan pemuda tidak sampai 50% yang ikut ambil bagian di setiap kegiatannya.

    Misalnya dalam pelaksanaan PA PERMATA yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali,

    pemuda yang hadir hanya 30 orang dan ibadah PJJ (Perpulengen Jabu-jabu) yang juga

    dilaksanakan dua minggu sekali setelah PA PERMATA, pemuda yang hadir hanya 7 orang.8

    Kehadiran pemuda GBKP Semarang masih sangat minim sekali sehingga perlu adanya

    pembinaan terhadap pemuda yang tidak aktif agar dapat aktif kembali. GBKP memiliki

    tradisi bahwa setiap kategorial pasti memiliki pembimbing, begitu juga halnya dengan

    kategorial pemuda. Pembimbing kategorial tersebut biasanya adalah seorang Majelis jemaat,

    sehingga PERMATA GBKP Semarang juga memiliki seorang Majelis sebagai pembimbing

    untuk membimbing dan membina pemuda GBKP Semarang. Karena sebagai individu,

    anggota Majelis gereja dapat menjadi pemimpin dalam departemen/kategorial masing-

    masing.9

    Pembinaan perlu dilaksanakan untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam

    melaksanakan tugas-tugas gereja. Pembinaan diartikan sebagai pendampingan juga untuk

    menolong pemuda untuk bertumbuh secara dewasa.10

    Selain itu PWG (Pembinaan Warga

    Gereja) bertanggung jawab dalam perwujutan Tubuh Kristus yang melingkupi kepemimpinan

    gereja, pengembangan dan pendalaman kehidupan spiritual jemaat dan pembaharuan

    persekutuan gereja.11

    Pembinaan merupakan sebuah upaya untuk menolong jemaat agar dapat

    mewujudkan Firman Allah dalam kehidupan jemaat. Pembinaan yang dilakukan harus secara

    intenshif terlebih dahulu, guna memperlengkapi pemuda sebagai anggota tubuh Kristus demi

    pembangunan jemaat12

    , sehingga gereja mampu bersikap dinamis untuk mempersiapkan

    jemaatnya dalam menyikapi perubahan dan perkembangan zaman saat ini. Pembinaan-

    7 PERMATA adalah singkatan dari Persadan Man Anak Gerejanta. Istilah ini dipakai untuk organisasi

    pemuda GBKP 8 Hasil wawancara dengan pengurus pemuda GBKP Semarang. Di GBKP Semarang, minggu 11

    Oktober 2015 9 Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), 49.

    10 Alfred Schnidt, Kawan Sekerja Allah (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983), 9.

    11 Institut Oikumene Indonesia, Menempuh Arah Baru (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1980), 56

    12 Institut Oikumene Indonesia, Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan. (Jakarta : BPK

    Gunung Mulia, 1980), 33.

  • 4

    pembinaan pada pemuda gereja harus memiliki tujuan yang Alkititabiah. Tujuan-tujuan yang

    dimaksudkan tersebut adalah ibadah, persekutuan dan pelayanan.13

    Dalam kaitannya dengan hal ini, dapat disimpulkan bahwa peran Majelis dalam

    melaksanakan Pembinaan Warga Gereja untuk mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP

    Semarang sangatlah penting. Berdasarkan latar belakang diatas penulis memberikan judul :

    “PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA

    GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG”

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah adalah:

    bagaimana peran Majelis GBKP Semarang dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP

    Semarang?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan peran

    Majelis GBKP Semarang dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Dengan memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penulis

    menyimpulkan manfaat penelitian adalah :

    1. Manfaat Teoritis : Memberikan sumbangsih terhadap Fakultas Teologi Universitas

    Kristen Satya Wacana dalam melaksanakan Pembinaan pemuda.

    2. Manfaat Praktis : Memberi sumbangsih untuk menolong gereja GBKP Semarang

    dalam melakukan Pembinaan pemuda secara khusus pemuda untuk meningkatkan

    kualitas dan kuantitas pemuda di GBKP Semarang.

    1.5 Metode Penelitian

    Metode yang akan digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu memberikan

    gambaran yang menyeluruh tentang permasalahan yang terjadi dan mencoba menganalisanya.

    Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana

    setiap rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat

    13

    Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry (Jawa Timur: Gandum Mas, 2000), 64

  • 5

    sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam

    kehidupan objeknya.14

    Bagi penulis hal ini penting untuk melihat sejauh apa peran Majelis

    terhadap pembinaan pemuda, terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda di GBKP

    Semarang. Dalam metode ini, penulis akan terjun langsung ke GBKP Semarang untuk

    melihat dan membuktikan apa yang penulis lihat sebelumnya. Penulis akan melakukan

    wawancara serta mengumpulkan kasus-kasus yang mendukung. Data akan lebih valid apabila

    penulis terjun langsung ke lapangan dan mengadakan penelitian. Wawancara akan dilakukan

    kepada Majelis, 6 orang pengurus PERMATA dan 4 orang pemuda GBKP Semarang.

    Tujuannya adalah untuk mengetahui secara mendalam berbagai informasi yaitu pendapat,

    pandangan, pengalaman serta pemikiran dari Majelis jemaat GBKP Semarang berkaitan

    dengan masalah yang akan diteliti. Kemudian data dari hasil wawancara tersebut

    dikumpulkan dan dapat dipakai oleh penulis untuk membantu melakukan dan menganalisa

    masalah dalam penelitian.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang dibagi menjadi

    4 bagian. Pada bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kemudian metode penelitian yaitu

    terdiri dari pendekatan, jenis data, informan dan pengumpulan data. Penulis menguraikan dan

    menjelaskan satu persatu dari setiap point-point yang merupakan latar belakang masalah.

    Setelah bab yang pertama selesai kemudian dilanjutkan pada bab yang kedua yaitu teori

    pembinaan terhadap pemuda, teori pembinaan pemuda dan teori pembangunaan jemaat.

    Selanjutnya adalah bab yang ketiga yaitu hasil penelitian dan pembahasan alasan

    ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang, dampak ketidakaktifan pemuda dan deskripsi

    mengenai peran Majelis terhadap mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang.

    Kemudian pada bab keempat yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan berupa temuan-

    temuan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang peran Majelis dan melakukan

    pembinaan terhadap pemuda, serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian

    selanjutnya.

    II. MAJELIS, PEMUDA DAN PEMBINAAN PEMUDA

    Pada bagian ini, penulis akan memaparkan landasan teoritis yang akan berkaitan

    dengan judul Tugas Akhir yaitu peran majelis dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda

    14

    Sevilla G, Consuelo, Jesus A. Ochave, Twila G Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriarte. 1993.

    Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta : Universitas Indonesia), 18

  • 6

    Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang. Kerangka teoritis ini akan berkaitan dengan

    Majelis, pemuda dan pembinaan pemuda. Penulis akan memaparkan peranan Majelis dalam

    melakukan pembinaan terhadap pemuda agar dapat terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan

    pemuda. Dalam bagian ini, penulis mengklarifikasikan pemuda berada dalam kisaran usia 18-

    25 tahun dan memahami pemuda sebagai kelompok orang yang mengalami banyak

    perubahan-perubahan yang berpengaruh pada pola kehidupan dan tingkah lakunya sebagai

    dampak dari perkembangan-perkembangan yang dialaminya.

    2.1 MAJELIS

    Jabatan gerejawi adalah wujud dari jabatan Yesus Kristus sebagai Raja, Imam dan

    Nabi. Tugas mereka adalah melayani dan mereka diperlengkapi oleh Allah supaya mereka

    dapat menunaikan tugas mereka dengan baik dan untuk pekerjaan pelayanan dan

    pembangunan tubuh Kristus yang lebih utuh. Menurut Calvin, jabatan Yesus Kristus sebagai

    Raja, Imam dan Nabi juga dipercayakan Allah kepada gereja dalam jabatan pendeta, penatua

    dan diaken. Pendeta memangku jabatan sebagai Nabi, penatua memangku jabatan sebagai

    Raja dan diaken memangku jabatan sebagai Imam.15

    Didalam gereja terdiri dari Majelis

    jemaat yang didalamnya terdapat pendeta, penatua dan diaken serta bidang-bidang kategorial

    lainnya. Tuhan telah menganugerahkan tugas-tugas pelayanan sebagai guru atau pengajar dan

    gembala kepada gereja, sehingga tugas-tugas yang sudah diberikan Allah harus dilaksanakan

    untuk mewujudkan pembangunan tubuh Kristus menuju kedewasaan iman setiap anggota

    jemaat gereja.16

    Didalam gereja, antara Majelis jemaat dan bidang kategorial memiliki kaitan secara

    langsung dalam melaksanakan program dan melakukan pembinaan terhadap kategorial

    tersebut. Karena Majelis juga bertugas dan bertanggung jawab untuk membimbing dan

    mengarahkan bidang kategorial tersebut terhadap perkembangan imannya sebagai panggilan

    pengutusannya dan begitu juga jemaat yang dimana jemaat juga mempunyai pengaruh

    terhadap Majelis karena Majelis dan jemaat sama-sama diutus untuk melayani Kristus yang

    adalah kepala gereja yang dimana baik Majelis, bidang kategorial maupun jemaat diibaratkan

    sebagai tubuh Kristus ( 1 Kor. 12 : 27).

    15

    Abineno, Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia

    1992), 55-57 16

    Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. (Yogyakarta : Andi 2006), 33

  • 7

    GBKP sebagai gereja dengan sistem presbiterial-sinodal yang beraliran Calvinis,

    memilih, mengangkat dan menahbiskan beberapa pelayan khusus yang disebut dengan

    penatua, diaken dan pendeta. Pendeta adalah pelayan khusus penuh waktu yang terpanggil

    dan menyerahkan diri sepenuhnya serta memilih tugas gereja sebagai satu-satunya bidang

    pengabdian dalam hidupnya (ditempuh melalui pendidikan theologia). Sedangkan penatua

    dan diaken adalah pelayan khusus yang bukan penuh waktu namun terpanggil untuk

    menyerahkan hidupnya untuk pelayanan gereja. Sesuai dengan tata gereja GBKP 2015-2025

    mengatakan bahwa: “Pelayan khusus terdiri dari pendeta, penetua atau diaken, secara

    bersama-sama melakukan tugas sesuai dengan yang diamanatkan Yesus Kristus sebagai

    kepala gereja.”17

    Melalui pernyataan tersebut, terlihat bahwa pendeta dan penatua atau diaken

    memiliki posisi yang sama yaitu sebagai pemimpin gereja. Oleh sebab itu untuk mencapai

    tujuan gereja, kepemimpinan dijalankan bukan hanya oleh pendeta tetapi juga pertua dan

    diaken sebagai pelayan khusus.

    Tata gereja GBKP mengatakan ada beberapa tugas Majelis didalam jemaat sebagai

    pemimpin dan pelayan gereja, yaitu; 1. Memimpin dan melayani jemaat, bersama-sama

    dengan pelayan khusus lainnya. 2. Menjadi pembimbing, pendorong, dan teladan bagi warga

    gereja dalam pertumbuhan menuju kedewasaan iman dalam kehidupan yang bersekutu,

    bersaksi, dan melayani. 3. Melakukan perkunjungan, memperhatikan kesejahteraan jasmani

    maupun rohani warga gereja, dan melaporkan kepada Majelis Runggun apabila ada warga

    yang perlu dibantu secara khusus. 4. Menyelenggarakan pelayanan kebaktian, pemberitaan

    firman, persiapan-persiapan sakramen, persiapan-persiapan pemberkatan perkawinan,

    persiapan sidi, penyelenggaraan pendidikan agama, menilik isi pengajaran yang tidak sesuai

    dengan pengajaran GBKP, serta menggembalakan warga gereja. 5. Mendampingi warga

    gereja yang sedang menghadapi kesulitan dirumah tangga, di lingkungan masyarakat atau di

    tempat kerja guna membantu mencapai jalan keluar dan menyimpan kerahasiaan yang

    menyangkut pribadi-pribadi warga gereja dengan sebijaksana mungkin.18

    Gereja diberi hak dan tanggung jawab untuk menjabarkan wujud dari kasih Allah

    kepada manusia dan dunia sekitarnya dimana ia berada dan tumbuh. Berdasarkan penjabaran

    hak dan tanggunjawab tersebut, maka gereja memerlukan kepemimpinan didalam jemaat

    yang mempunyai makna penyelenggaraan gereja yang berdasarkan jabatan gerejani.19

    Melalui kepemimpinan jemaat ini gereja dapat menata langkah dan mendayungkan segala

    17

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 15 18

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 101-102 19

    S.W. Lontoh &H. Jonathans, Bahtera Guna Dharma GPIB. (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1981),

    251

  • 8

    potensi yang ada bagi realisasi tugas yang diembannya. Kepemimpinan inti secara nyata

    dimanifestasikan dalam suatu wadah yang disebut Majelis jemaat. Wadah ini merupakan

    himpunan pemimpin-pemimpin jemaat yang bertugas mempin, mendorong, mengkoordinasi

    jemaat dalam pelayanan.

    Majelis jemaat dalam jabatan gerejawi harus dengan sepenuh hati dan dengan

    sukacita melakukan tugas dan pelayananya bukan dengan keadaan terpaksa. Majelis harus

    mampu meyakinkan dunia akan karya penyelamatan Allah dan penebusan Kristus akan dunia

    ini. Oleh karena itu sebagai panutan hendaklah majelis jemaat menjadi contoh yang baik

    dalam melaksanakan tugas dan pengutusannya. Begitu juga dengan hal pelayanan Majelis

    harus dapat melaksanakan pelayanan dengan sepenuhnya, tidak setengah-setengah, sehingga

    pelayanan yang dilakukan tidak menjadi timpang didalam jemaat.

    2.2 PEMUDA

    Pemuda dikenal dengan istilah adult yang berasal dari bentuk lampau kata kerja latin

    yaitu adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna ataupun

    telah menjadi dewasa.20

    Pertumbuhan pemuda juga dianggap suatu fase dimana gereja juga

    merasa bertumbuh, karena dapat dilihat dari partisipasi dan sumbangan-sumbangan yang

    diberikan pemuda; baik dari segi energi, pemikiran dan lain sebagainya. Kaum pemuda

    merupakan suatu bagian yang penting bagi Gereja Kristen saat ini.

    Kaum pemuda biasanya tidak pernah diam dalam menanggapi sesuatu karena dimana-

    mana kaum pemuda selalu bergerak dan bertindak (dinamis) yang suka berbaris dan bersaksi

    kemana-mana. Mereka ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang

    dikagumi.21

    Jean Piaget berpendapat bahwa ada dua hal yang mempengaruhi pertumbuhan

    kognitif manusia yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ini mampu menjaga manusia pada

    saat menerima informasi yang baru dan menghadapi perubahan serta menjamin kontiniutitas

    pada diri seseorang yang berinteraksi dan membentuk pemahaman yang lebih dalam

    mengenai realitas yang dijumpainya.22

    Banyak sekali pemuda sekarang ini yang merasa puas

    apabila ia berkumpul dan bertemu anggota organisasinya, karena melalui

    persekutuan/komunikasi yang dibangun mampu membantu pemuda dalam mengatasi masalah

    ataupunn tantangan yang dihadapinya. Memperhatikan pemuda berarti dengan setia

    20

    Gould R, Adult Life Stages: Growth Toward Self-Tolerance, (Psychology Today, 1975), 24 21

    G Homrigousen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 154 22

    Charles M Shelton SJ, Spiritualitas Kaum Muda Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya,

    (Yogyakarta : Kanisius, 1990), 10-11

  • 9

    menolong mereka untuk semakin bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Bentuk

    perhatian untuk memenuhi tujuan Allah bagi pemuda yang menjadi jemaat yaitu melalui

    persekutuan.23

    Dalam realitas kehidupan pemuda, secara terus menerus banyak mengalami

    pembaharuan. Pembaharuan yang dimaksud ialah adanya proses pertumbuhan kerohanian

    para pemuda ditengah-tengah gereja ataupun masyarakat. Kaum muda sedang mengalami

    proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala segi yang ada pada dirinya, sehingga

    untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan tersebut kaum

    muda mempunyai mekanisme sendiri dalam menghadapinya. Mereka menganggap bahwa

    mereka akan mendapatkan bantuan dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga/organisasi dan

    masyarakat sekitar untuk mengarahkan mereka dalam memecahkan masalah yang

    dihadapinya. Namun proses pertumbuhan akan dapat lebih terarah dalam mengatasi masalah,

    apabila bagi mereka tersedia pelayanan pendampingan yang memadai dari segi tujuan materi

    program, bentuk, metode-metode dan tekniknya.

    Didalam pertumbuhan dan perkembangannya, pemuda dapat ditinjau dari beberapa

    perkembangan yang ia alami dalam kehidupannya, baik dari segi perkembangan kognitif,

    perkembangan moral, perkembangan mental dan perkembangan Imannya. Pemuda yang

    memahami dirinya adalah pemuda yang dapat berharap akan kehidupan yang bahagia,24

    inilah sebabnya gereja harus dapat membahagiakan pemudanya agar pemuda dapat

    memahami dirinya sebagai pemuda Kristen.

    2.3 PEMBINAAN PEMUDA

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembinaan adalah “Suatu usaha, tindakan,

    dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih

    baik”.25

    Menurut G. Riemer dalam bukunya Ajarlah Mereka, mengatakan: ”Katekhein

    (Kathcein) adalah asal muasal kata katekese, kateketik dan katekisasi. Istilah ini mempunyai

    beberapa makna dalam Alkitab. Makna utama memberi tekanan kepada otoritas (wewenang,

    kekuasaan yang sah) dalam hal pendidikan, karena katekhein berarti mengajar dari atas ke

    bawah”.26

    Dari kutipan ini berarti dapat dikatakan bahwa mengajar itu mempunyai otoritas

    yang penting dalam hal mendidik seseorang dan kata engkau disini menunjukkan kepada

    23

    Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry, (Jawa Timur: Gandum Mas, 200), 64 24

    Agus Sujanto. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Aksara Baru, 1980), 185 25

    Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 117 26

    G. Riemer. Ajarlah Mereka. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1998), 21

  • 10

    kordinator pemuda agar mereka terbina dengan baik. Jika pembinaan telah dilakukan dengan

    baik, maka pemuda akan bertumbuh dalam kerohanian, sebab pembinaan yang dilakukan

    berdasarkan Firman Allah atau dari Tuhan.

    Pembinaan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar untuk membawa pemuda

    kepada tingkat pengertian yang benar akan Firman Tuhan, sikap dan perbuatan yang sudah

    diperbaharui akan menggambarkan kedewasaan kerohanian di dalam persekutuan Kristus.

    Maka setiap orang percaya yang sudah lahir baru dan menjadi anggota keluarga Allah wajib

    mengikuti pembinaan tanpa ada batas, supaya setiap orang percaya tidak diombang-

    ambingkan dalam pengajaran-pengajaran yang menyesatkan (Efesus 4:11), sehingga

    menghambat pertumbuhan kerohanian pemuda untuk melakukan pelayanan kelak.

    Wendell smith sebagai seorang gembala pemuda di Portland Oregon,

    mengungkapkan 7 cara membina pemuda berdasarkan karakteristik Alkitab;27

    1. Memperhatikan para pemuda. Seorang pembina harus mengekspresikan kasihnya

    kepada para pemuda seperti yang terdapat dalam Yesaya 40: 11 yang mengatakan

    bahwa Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya, dipangku-Nya dan dituntun-Nya

    dengan hati-hati.

    2. Mendukung dan membantu pertumbuhan spiritual para pemuda. Mazmur 23:2, Ia

    membaringkan aku dipadang yang berumput hijau

    3. Memberi perlindungan kepada para pemuda. Yesaya 40:11, Akulah gembala yang

    baik memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya.

    4. Memimpin para pemuda. Para pemuda membutuhkan pahlawan dan teladan yang

    dapat mereka contoh, oleh karena itu para pembina pemuda harus memotivasi para

    pemuda untuk dapat memiliki gaya hidup Kristen seperti mereka. Mazmur 23:2b, Ia

    membibingku ke air yang tenang.

    5. Mengoreksi dan menegur pada saat pemuda melakukan kesalahan. Pemimpin harus

    menerapkan hal tersebut atas dasar kasih. Mazmur 23:4, gada-Mu dan tongkat-Mu,

    itulah yang menghibur aku.

    6. Melakukan kunjungan. Para pembina pemuda yang ingin mengetahui kebutuhan para

    pemuda dalam komunitasnya, harus memberikan perhatian yang khusus dengan

    27

    Benny Novian Bessie, “Rendahnya Partisipasi Pemuda Dalam Mengikuti Ibadah Pemuda di GMIT Jemaat Imanuel Soe. (Fakultas Teologi., Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 31

  • 11

    melakukan perkunjungan baik itu di sekolah, dirumah atau ditempat lainnya. Yohanes

    10: 14, Aku mengenal domba-dombaKu.

    7. Mengadakan konseling bagi pemuda. Para pemuda memerlukan konseling dalam

    kehidupan mereka. Para pembina pemuda harus peka dalam hal ini dengan kasih dan

    pengajaran melalui Firman Tuhan. Yoh 10:3, untuk dia penjaga membuka pintu dan

    domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-

    masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.

    Melalui 7 tahapan/langkah ini pembina pemuda pasti akan lebih mengerti bagaimana

    cara dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda didalam kegiatan-kegiatan pemuda. Majelis

    dalam membina para pemuda memang sudah seharusnya mengenali para pemuda secara

    personal, agar majelis juga mengetahui bagaimana perkembangan pemuda tersebut dan apa

    yang dihadapi serta dibutuhkan oleh para pemudanya. Sehingga melalui pembinaan yang

    dilakukan Majelis dapat membantu pemuda yang tidakaktif menjadi aktif dengan berbagai

    alasan dan halangan ketidakaktifannya.

    Selain itu, dalam bukunya Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan

    Menggunakan Metode Lima Faktor Jan Hendricks mengatakan ada 5 faktor dalam jemaat

    yang dapat digunakan untuk mewujudkan pembangunaan jemaat, yaitu;28

    Pertama,

    keterlibatan umat sangat dipengaruhi oleh iklim gereja. Iklim dalam gereja ialah pengakuan,

    dan perlakuan terhadap setiap anggota jemaat sebagai subyek dalam hidup dan karya Gereja.

    Kedua, penghargaan umat sebagai subyek gereja, berkaitan erat dengan gaya dan pola

    kepemimpinan didalam gereja. Kepemimpinan yang dimaksud adalah gaya dan sifat

    kepemimpinan yang dipraktikkan oleh pejabat gereja dan para pelayan gereja lainnya dalam

    menjalankan tugas mereka. Ketiga, penghargaan umat sebagai subyek gereja, juga

    dipengaruhi oleh keterlibatan umat dalam merumuskan tujuan dan tugas gereja. Tujuan

    adalah segala sesuatu yang ingin diraih oleh gereja, sedangkan yang dimaksud dengan tugas

    adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meraih tujuan gereja. Keempat,

    keterlibatan umat sebagai subyek gereja juga ditentukan oleh struktur gereja yang memberi

    tempat. Struktur gereja adalah keseluruhan relasi timbal balik yang diatur dan ditata

    sedemikian rupa antara anggota jemaat secara individual maupun bersama-sama dengan para

    pejabat gereja dan pelayan gereja lainnya, dimana relasi tersebut formal maupun informal.

    Kelima, keterlibatan umat akan diwarnai oleh perasaan senang kalau gereja menolong setiap

    28

    Jan Hendriks, Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima

    Faktor. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 48-87

  • 12

    umat menemukan identitas dirinya sebagai orang beriman dan sebagai gereja. Dari uraian di

    atas yang dimaksud dengan identitas adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota

    jemaat tentang siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun siapa dan apa

    tugas mereka secara bersama-sama sebagai gereja yang hidup.

    GBKP dalam tata gereja juga sudah mengaturkan pembinaan terhadap warga gereja,

    termasuk kepada PERMATA. Menurut GBKP Pembinaan Warga Gereja (PWG) adalah upaya

    yang terencana dalam berkesinambungan untuk memperlengkapi warga gereja dan pelayan

    khusus dengan nilai-nilai, sikap dan keterampilan dalam dunia yang terus menerus

    mengalami dinamika perubahan.29

    Hal ini menunjukkan bahwa secara pemahaman, GBKP

    memahami adanya pembinaan terhadap warga gereja termasuk PERMATA untuk

    memperlengkapi pemuda gereja menghadapi dunia.

    III. Hasil Penelitian dan Analisa

    Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan analisa terhadap peran

    Majelis dalam mengatasi ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang. Dalam bagian ini penulis

    akan meringkasnya dalam beberapa bagian; 1. Latar belakang GBKP Semarang dan

    perkembangan Pemuda GBKP Semarang. 2. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina

    dan mengatasi ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang. 3. Tinjauan PWG terhadap peran

    Majelis dalam membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan

    Pemuda GBKP Semarang.

    3.1. Latar Belakang GBKP Semarang dan Perkembangan Pemuda GBKP

    Semarang

    Sejarah berdirinya GBKP Semarang dimulai pada tahun 1983 dengan adanya wacana

    dari sekumpulan orang Karo yang berada di kota Semarang. Wacana tersebut berubah

    menjadi sebuah aksi dengan dikumpulkannya beberapa keluarga orang Karo dan pemuda

    Karo yang berada di kota Semarang, sehingga melalui perkumpulan tersebut dilakukanlah

    ibadah keluarga dirumah-rumah orang Karo yang ada di kota Semarang pada saat itu.

    Beberapa bulan mengadakan ibadah rumah tangga, komunitas ini meningkatkan keinginanya

    untuk mendirikan GBKP di kota Semarang dengan membuat ibadah minggu tetapi masih

    menumpang gedung di HKBP Kartanegara Semarang. Selama enam bulan menumpang di

    gedung HKPB Kartanegara Semarang, pada tahun 1987 Bakal Jemaat GBKP Semarang

    29

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 51

  • 13

    berpindah ke gedung yang sudah dibangun. Pada tahun 1989 status BAJEM30

    (Bakal Jemaat)

    GBKP Semarang disahkan menjadi GBKP Runggun Semarang.31

    Pada saat peresmian GBKP Runggun32

    Semarang ditahbiskan juga 7 orang menjadi

    Majelis yang sudah terpilih. Sejak berdirinya GBKP Semarang sampai pada tahun 2014

    belum pernah ada Pendeta yang melayani. Sebelum adanya Pendeta yang melayani di GBKP

    Semarang Pendeta yang melayani didatangkan dari Jogja sekali dalam sebulan. GBKP

    Semarang saat ini memiliki delapan orang Majelis yang termasuk salah satunya adalah

    Pendeta, yang dimana juga sebagai ketua Majelis dan Ketua Bidang Koinonia. Kedelapan

    Majelis ini dipilih melalui pemilihan oleh jemaat GBKP Semarang pada tahun 2014 dan akan

    melayani sampai pada tahun 2019. Majelis dapat melayani kembali setelah tahun 2019

    apabila masih terpilih pada periode berikutnya.33

    Kehadiran GBKP Semarang membuat orang Karo (jemaat GBKP) yang ada di kota

    Semarang merasa senang dan bangga karena sudah memiliki gereja sendiri dengan

    menghadirkan unsur-unsur budaya di dalamnya, baik dalam liturgi maupun yang lainnya.

    Oleh sebab itu secara keseluruhan, orang Karo yang datang ke kota Semarang tidak

    mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tata cara ibadah yang dilakukan oleh

    GBKP Semarang. Dengan adanya GBKP Semarang, orang Karo yang berada di kota

    Semarang mampu menyalurkan dan mengembangkan tradisi budaya Karo di kota Semarang

    terkhusus didalam Gereja Batak Karo Protestan (GBKP ) Semarang.

    PERMATA GBKP Semarang yang sudah ada mulai dari sekitar 20 tahun yang lalu,

    pemuda GBKP Semarang pada umumnya mengalami perkembangan terkhusus dalam

    kuantitas pemuda. Jumlah pemuda yang setiap tahunnya mengalami perkembangan dalam

    jumlah keanggotan ternyata menjadi suatu pergumulan yang dihadapi pengurus PERMATA

    dan Majelis GBKP Semarang karena pada kenyataanya penambahan kuantitas pemuda tidak

    sesuai dengan jumlah kehadiran pemuda pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Oleh sebab

    itu, pengurus PERMATA mengambil kebijakan untuk membentuk tim dalam setiap bidang

    untuk membantu pelayanan-pelayanan di dalam PERMATA agar perjalanan pelayanan lebih

    mudah dan berkembang dalam pelaksanaannya. Adapun tim yang dibentuk pengurus

    30

    BAJEM merupakan Bakal Jemaat yang dipersiapkan untuk menjadi Runggun 31

    Hasil wawancara dengan Majelis Seth Sitepu (Majelis Emeritus GBKP Semarang), Semarang 3

    Februari 2016, pukul 18:00 WIB 32

    Runggun dilembagakan setelah melalui dua tahap yaitu Perminggun dan Perpulungen. 33

    Hasil wawancara dengan Majelis Tenang Ebenezer Ginting (Bendahara Majelis GBKP Semarang),

    Semarang, 31 Januari 2016, pukul 11:30 WIB

  • 14

    berdasarkan bidangnya adalah bidang Pembinaan, Bidang Konsolidasi dan Bidang

    Partisipasi. Pada bidang pembinaan terdapat dua tim yaitu tim KTB (Kelompok Tumbuh

    Bersama) dan tim Pemerhati. Pada bidang konsolidasi terdapat tim musik dan pada bidang

    partisipasi terdapat tim Multimedia.34

    Melalui tim yang dibentuk pengurus PERMATA diharapkan adanya pengaruh yang

    diberikan oleh anggota tim pengurus terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda

    GBKP Semarang. Seluruh tim diharapkan mampu bekerjasama untuk mewujudkan suatu

    persekutuan yang baik kepada seluruh pemuda GBKP Semarang. Pengurus PERMATA

    memperkuat koordinasi dengan seluruh anggota tim, agar perjalanan pelayanan pemuda

    GBKP Semarang mampu dijalankan sesuai dengan apa yang sudah di programkan oleh

    pengurus.

    3.2. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina dan mengatasi

    ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang

    Sebagai Majelis yang sudah dipilih dan dipercayakan dalam melakukan tugas dan

    tanggung jawab pelayanan dalam gereja memiliki beberapa tugas pelayanan. Tugas

    pelayanan tersebut seperti yang sudah diatur dalam tata gereja GBKP pasal 92 adalah sebagai

    berikut; memimpin dan melayani jemaat, bersama-sama dengan pelayan khusus lainnya,

    menjadi pembimbing, pendorong, dan teladan bagi warga gereja dalam pertumbuhan menuju

    kedewasaan iman dalam kehidupan yang bersekutu, bersaksi, dan melayani melakukan

    perkunjungan, memperhatikan kesejahteraan jasmani maupun rohani warga gereja, dan

    melaporkan kepada Majelis Runggun apabila ada warga yang perlu dibantu secara khusus.35

    Melalui tugas dan tanggungjawab sebagai Majelis yang sudah diatur dalam tata gereja

    tersebut, maka Majelis sudah seharusnya melihat pada pergumulan jemaatnya terkhusus

    kategorial pemuda dalam mengatasi banyaknya pemuda yang tidak aktif dalam mengikuti

    kegiatan-kegiatan pemuda dan gereja dengan melaksanakan pembinaan terhadap pemuda.

    Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah

    dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu

    orang-orang menjalaninya, untuk memperbaiki dan mengembangkan pengetahuan dan

    34

    Hasil wawancara dengan Pengurus pemuda Arna br. Manullang (Sekretaris Umum Pemuda GBKP

    Semarang), Semarang 3 Februari 2016, pukul 20:00 WIB 35

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 101

  • 15

    kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara efektif.36

    Sebagai

    ketua Majelis GBKP Semarang, Pendeta Rosliana br. Sinulingga sudah mengerti dan sadar

    akan adanya pembinaan yang harus dilakukan kepada pemuda terkhusus dalam mengatasi

    ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang. Pendeta mengartikan pembinaan sebagai sebuah

    arahan yang membina karakter dan kerohaniannya menuju kearah yang lebih baik, sehingga

    timbulnya kesadaran yang lebih tinggi.37

    Hal ini berarti bahwa pendeta sudah memiliki

    pemahaman yang tepat bahwa perlunya ada pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan

    juga partisipasi pemuda.

    Sebagai pelayan khusus, Majelis seharusnya memperhatikan para pemuda, dengan

    mengekspresikan kasihnya kepada para pemuda. Majelis dalam melakukan pembinaan

    terhadap pemuda dibutuhkan kedekatan berupa pendampingan yang dekat dengan pemuda

    karena Majelis sebagai pembina mampu menempatkan dirinya bukan di atas untuk mendikte

    pemuda, melainkan berada disamping pemuda untuk membantu pemuda dalam setiap

    permasalahan yang dihadapinya sebagai pemuda gereja dan pemuda ditengah dunia.

    Komunikasi menjadi hal yang penting dalam membangun kedekatan yang baik dalam

    sebuah hubungan. Melakukan kedekatan pada seluruh pemuda agar menguasai pemuda

    secara emosional, melalui komunikasi yang dibangun maka tentunya seorang pembina akan

    mengenali setiap anggotanya.38

    Setiap pemuda tentunya menginginkan kedekatan dan

    kepedulian dari orang yang mereka anggap sebagai orang tua dimana mereka berada,

    sehingga orang tua juga harus membuka diri dan memberikan perhatian sama seperti anak

    kandungnya agar setiap hubungan memiliki kedekatan secara utuh.39

    Salah satu bentuk

    pembinaan secara tidak langsung dapat dimulai dari kedekatan Majelis sebagai

    pendampingan terhadap PERMATA sangatlah perlu, agar pemuda memiliki kesadaran dan

    tanggungjawab sebagai bagian tertentu dalam gereja GBKP.

    Selain itu, dalam meningkatkan peran Majelis terhadap pembinaan pemuda, terdapat

    dukungan pertumbuhan spiritual kepada para pemuda. Peran Majelis GBKP Semarang dalam

    hal ini masih sangat minim karena Majelis jarang mengikuti kegiatan PA PERMATA,

    persekutuan doa dan lain sebagainya dalam program PERMATA untuk meningkatkan

    36

    A. Mangunhardjana. Pembinaan. Arti dan Metodenya. (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 12 37

    Hasil wawancara dengan Pdt. Rosliana br. Sinulingga (Ketua Majelis Jemaat GBKP Semarang),

    Semarang, 31 Januari 2016, Pukul 20:00 WIB. 38

    Hasil wawancara dengan pemuda Albert Surya Kaban (anggota pemuda GBKP Semarang),

    Semarang 4 Februari 2016, pukul 18: 00 WIB. 39

    Hasil wawancara dengan pemuda Santa Monica br. Sembiring (anggota pemuda GBKP Semarang),

    Semarang 6 Februari 2016, pukul 20:00 WIB.

  • 16

    spriritualitas para pemuda GBKP Semarang. Melalui pembinaan pemuda dapat bertumbuh

    dan berkembang secara spiritual dan sosialnya, hal ini dapat dilihat dari partisipasi pemuda

    GBKP Semarang dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus

    PERMATA dan Majelis. Majelis seharusnya membantu pemuda dalam mengembangkan diri

    terkhusus dalam perantauan, agar tetap berada pada jalur yang benar dan memberikan

    pertimbangan ataupun hal-hal yang baik membantu permasalahan pemuda di dalam segala

    hal.40

    Sebagai pemimpin, Majelis juga harus memberi perlindungan kepada para pemuda.

    Dengan memberikan pembinaan, majelis memberikan perlindungan kepada PERMATA

    GBKP. Pembinaan sangatlah penting dilakukan terhadap pemuda saat ini, karena semakin

    berkembangnya zaman yang sangat rentan diperhadapkan kepada pemuda. Semakin

    berkembangya zaman maka semakin waspadalah kehidupan manusia terkhusus kehidupan

    pemuda karena pemudalah saat ini yang menjadi sasaran perkembangan zaman. Selain

    daripada itu, pembinaan sangat penting dilakukan terhadap pemuda karena memang pemuda

    adalah tulang punggung dan penerus gereja dimasa depan.41

    Agar dapat mencegah hal-hal

    yang tidak diinginkan terjadi terhadap pemuda, Majelis harus mengambil sikap dalam

    melindungi setiap pemudanya.

    Sebagai pemimpin gereja, Majelis melakukan tugasnya memimpin jemaat termasuk

    PERMATA GBKP Semarang. Para pemuda membutuhkan teladan yang dapat mereka contoh,

    oleh karena itu para pembina pemuda harus memotivasi para pemuda untuk dapat memiliki

    gaya hidup Kristen seperti mereka. Pemimpin dalam jemaat juga harus mampu menjadi

    contoh bagi jemaatnya baik dalam perkataan, perbuatan dan tingkah laku dalam

    kesehariannya. Setiap pemuda pasti memerlukan panutan untuk dijadikan contoh dalam

    kehidupannya. Pemuda berharap majelis bisa menjadi panutan yang memberikan contoh yang

    baik.42

    Melihat kurangnya kehadiran Majelis dalam kegiatan PERMATA, membuat para

    pemuda tidak memiliki sosok pemimpin yang dapat mereka teladani.

    Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan,

    termasuk juga dengan pemuda. Dalam hal ini Majelis harusnya hadir untuk mengoreksi dan

    40

    Hasil wawancara dengan Pengurus Pemuda Theophylus Hagata Sembiring (Sekretaris Bidang

    Pembinaan GBKP Semarang), semarang 3 Februari 2016, pukul 18:00 WIB. 41

    Hasil wawancara dengan Majelis Kampion Sinukaban (Sekretaris Majelis GBKP Semarang),

    Semarang, 1 Februari 2016, pukul 18:00 WIB 42

    Hasil wawancara dengan pemuda Donaldsius Ginting (anggota pemuda GBKP Semarang), 11

    Februari 2016, pukul 18:00 WIB.

  • 17

    menegur pada saat pemuda melakukan kesalahan. Majelis harus menerapkan hal tersebut atas

    dasar kasih. Melakukan pembinaan dengan cara menegur dan mengoreksi dalam setiap

    perilaku pemuda juga sangat penting dilihat dari situasi dan keadaan bahwa kebanyakan

    PERMATA GBKP Semarang merupakan perantau ke kota Semarang, sehingga Majelis yang

    bisa dikatakan sebagai orang tua pemuda di Semarang harus berani mengambil sikap dalam

    menegur dan mengoreksi perilaku yang salah dalam pemuda. Misalnya apabila ada pemuda

    yang dalam studinya sudah melewati waktu studi yang wajar, maka Majelis harus mampu

    berperan dalam hal ini agar pemuda tersebut dapat diselamatkan dalam hal studinya.

    Mengunjungi jemaat merupakan salah satu tugas pastoral/penggembalaan para

    pelayan khusus. Hal ini dilakukan agar para Majelis mengetahui apa yang terjadi dilapangan.

    Hal inilah yang juga harusnya dilakukan Majelis terhadap pemuda GBKP Semarang. Majelis

    sebagai pembina pemuda seharusnya memberikan perhatian yang khusus dengan melakukan

    perkunjungan baik itu di sekolah, dirumah atau ditempat lainnya. Melalui perkunjungan yang

    dilakukan oleh Majelis, pemuda akan merasa diperhatikan penuh dan memiliki perubahan

    yang baik dalam kehidupannya, terkhusus dalam meningkatkan kehadirannya dalam kegitan-

    kegiatan PERMATA GBKP Semarang.

    Pembinaan dapat dilakukan secara struktural maupun non struktural. Dalam hal ini

    pembinaan dapat dilakukan melalui perkunjungan. Secara khusus perkunjungan belum ada

    dilakukan oleh Majelis terhadap pemuda, terutama berkunjung ke kos-kosan pemuda, ke

    kampus-kampus dan lain sebagainya.43

    Melalui penuturan seorang pemuda tersebut, Majelis

    kurang menaruh perhatian terhadap kehidupan nyata para pemuda. Majelis harus peka dalam

    hal ini dengan berlandaskan kasih dan pengajaran melalui Firman Tuhan. Hal ini berarti

    bahwa para pemuda memerlukan konseling ataupun percakapan pastoral dalam kehidupan

    mereka. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pengurus PERMATA dan anggota

    PERMATA, sejauh ini Majelis GBKP Semarang belum melakukan perkunjungan. Majelis

    hanya kelihatan pada saat acara-acara besar saja dan tidak ada memberikan sumbangan dan

    pengaruh didalam kehadirannya, sehingga dalam hal ini pemuda tidak merasakan adanya

    peran Majelis. Perkunjungan Majelis terhadap pemuda hanya sebatas perkunjungan sakit,

    kedukaan dan lain sebagainya yang masih bersifat pada momen-momen tertentu.44

    Seperti

    yang tertulis dalam Yoh 10:3, untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba

    43

    Hasil wawancara dengan Pemuda Febry Yanti br. Barus (Anggota Pemuda GBKP Semarang),

    Salatiga 11 Februari 2016, pukul 18:00 WIB. 44

    Hasil wawancara dengan Pemuda Inri Anipra Setia br. Tarigan (anggota pemuda GBKP Semarang),

    Semarang 4 Februari 2016, pukul 14:00 WIB

  • 18

    mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut

    namanya dan menuntunnya keluar. Seperti ini jugalah halnya para Majelis membina setiap

    pemuda agar dapat aktif.

    Keterlibatan umat akan diwarnai oleh perasaan senang kalau gereja menolong setiap

    umat menemukan identitas dirinya sebagai orang beriman dan sebagai gereja.45

    Dalam hal ini

    yang dimaksud dengan identitas adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota jemaat

    tentang siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun siapa dan apa tugas

    mereka secara bersama-sama sebagai gereja. Penghayatan identitas yang baik akan menjadi

    sumber inspirasi bagi setiap anggota jemaat dalam menjalani hidup dan karya gereja. Majelis

    sebagai pemimpin tertinggi didalam sebuah gereja mampu memberikan identitas yang khas

    kepada setiap anggotanya terkhusus kepada pemuda. Tetapi dalam hal ini ada kendala yang

    ditemukan dilapangan, karena pada dasarnya pemuda secara administrasi tidak terpenuhi

    keanggotaannya karena tidak membawa surat pindah dari gereja asalnya.46

    Secara

    administratif pemuda yang hanya memenuhinya adalah 50% saja, sehingga sulit bagi Majelis

    dalam menjalankan hak dan kewajibannya bagi pemuda yang ada di GBKP Semarang.47

    Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan mengatakan bahwa kendala yang

    ditemukan para Majelis dalam melaksanakan pembinaan terhadap pemuda ialah waktu,

    dimana Majelis GBKP Semarang rata-rata adalah pegawai dan hanya memiliki waktu di hari

    minggu saja. Selain itu jarak juga menjadi kendala bagi para Majelis, mengingat letak

    geografis kota semarang yang bisa dibilang cukup luas. Kebanyakan dari Majelis berada

    ditempat yang berjauhan dan tinggal di daerah Semarang bawah, sedangkan kebanyakan

    pemuda GBKP Semarang berada di daerah Semarang atas.48

    Hal ini juga merupakan suatu

    permasalahan dan pergumulan tersendiri bagi para Majelis, karena untuk menembus kendala

    tersebut Majelis benar-benar bersiap untuk meluangkan waktunya dalam melakukan

    pembinaan terhadap pemuda.

    45

    Jan Hendriks. Jemaat Vital dan Menarik. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 174 46

    Hasil wawancara dengan Majelis Seth Sitepu ( Majelis Emeritus GBKP Semarang), Semarang 3

    Februari 2016, pukul 18:00 WIB 47

    Hasil wawancara dengan Majelis Kampion Sinukaban (sekretaris Majelis GBKP Semarang), Semarang, 1 Februari 2016, pukul 18:00 WIB

    48 Semarang bawah adalah daerah pusat kota Semarang dan sekitarnya, sedangkan Semarang atas

    daerah kampus UNDIP, UNNES dan lain sebagainya.

  • 19

    3.3. Tinjauan Pembinaan Warga Gereja (PWG) terhadap peran Majelis dalam

    membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan

    Pemuda GBKP Semarang.

    Pembinaan warga gereja yang bertanggung jawab dalam perwujutan Tubuh Kristus

    yang melingkupi kepemimpinan gereja, pengembangan dan pendalaman kehidupan spiritual

    jemaat dan pembaharuan persekutuah gereja juga harusnya diberikan kepada seluruh pemuda.

    Hal ini sebagai upaya untuk menolong pemuda agar dapat mewujudkan Firman Allah dalam

    kehidupannya menghadapi dunia. Pembinaan tidak dapat dilakukan hanya sekali atau pada

    waktu tertentu saja. Akan tetapi harus dilakukan secara intensif dan secara terus menerus. Hal

    ini untuk memperlengkapi pemuda sebagai anggota tubuh Kristus.

    Pada bagian sebelumnya Philips sudah mengatakan bahwa hakikat dari pembinaan

    adalah pemekaran dan pengembangan pribadi pemuda dalam dua dimensi; vertikal

    (hubungan manusia dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan manusia dengan sesama dan

    alam). Dalam pembinaan yang dilakukan terhadap pemuda harusnya meningkatkan hubungan

    pemuda dengan Tuhan secara vertikal. Hal ini terlihat dari keaktifan pemuda kegereja

    maupun dalam kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Selain meningkatkan

    spiritualitas pemuda, pembinaan juga dilakukan untuk membangun hubungan manusia

    dengan sesama dan juga alam. Akan tetapi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang juga

    memperlihatkan tidak adanya kerinduan untuk bersekutu dengan sesamanya dalam segala

    kegiatan.

    Secara organisasi, pembinaan terhadap pemuda juga harus menjadi fokus pelayanan

    Majelis. Hal ini bertujuan agar menjaga pemuda dalam menerima informasi yang baru dan

    menghadapi perubahan, serta menjamin diri pemuda berinteraksi dan membentuk

    pemahaman yang lebih dalam mengenai realitas yang dijumpainya. Sehingga terdapat

    perkembangan yang baik dalam diri pemuda sebagai pemuda dalam dimensi horizontal yaitu

    hubungan manusia dengan sesama dan alam.

    Dalam pelaksanaan pembinaan warga gereja, GBKP melaksanakannya dengan

    melakukan atau mengadakan pelatihan (training), lokakarya (workshop), seminar dan

    pengadaan unit-unit diklat (training).49

    Akan tetapi dalam pelaksanaannya, pemuda sebagai

    warga gereja GBKP mengakui tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut untuk

    49

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 51.

  • 20

    meningkatkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Melalui kenyataan

    tersebut, terlihat bahwa sebenarnya Majelis tidak melakukan tugasnya dalam membina warga

    gereja khusunya pemuda GBKP. Hal ini memungkinkan pemuda tidak aktif dalam kegiatan

    gereja karena tidak mengalami pertumbuhan secara vertikal maupun horizontal yang

    disebabkan tidak adanya pembinaan.

    Menurut Jack Saymour dalam bukunya “Mapping Christian Education” pendidikan

    iman yang sudah dibawa oleh Yesus kedunia juga harus diteruskan oleh gereja saat ini agar

    apa yang dilakukan oleh Yesus pada masanya dapat dirasakan oleh jemaatNya pada saat ini.

    Pengajaran iman yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya dan kepada umat pada masa

    tersebut, sehingga pengajaran iman yang dilakukan oleh Yesus juga harus diteruskan kepada

    umatNya pada masa kini.50

    Karena didalam Mazmur 119:9 dikatakan “Bukan karena

    kemampuan orang percaya mempertahankan diri kudus dan suci dihadapan Tuhan melainkan

    oleh karena Firman Tuhan itu sendiri yang memampukan”.

    Majelis sebagai pembina pemuda di dalam gereja juga harus dipersiapkan dengan

    baik, karena Majelis dalam melaksanakan pembinaan bukanlah hal yang mudah bagi Majelis

    sendiri. Majelis harus dibina terlebih dahulu oleh pendeta setempat atau pembina yang

    didatangkan dari luar gereja tersebut. Kualitas Majelis dalam membina pemuda harus betul-

    betul kelihatan, agar pemuda yang dibina juga menjadi baik dan memiliki perubahan yang

    baik pula. Melalui kualitas yang dimiliki oleh Majelis dalam membina pemuda, Majelis

    mampu merangsang pemuda dengan metode-metode yang baru dan tepat bagi pemuda gereja

    sesuai dengan kebutuhan pemuda saat ini.51

    Dalam Amsal 22:6 dikatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut

    baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Dalam

    ayat ini sangat jelas sekali dikatakan bahwa pemuda sangat perlu dibina atau dengan kata lain

    di didik agar pada masa hidup mereka selalu terbina oleh Firman Tuhan. Pemuda harus

    dibina dengan baik agar menjauhkan diri dari dunia dan dosa, mempersatukan diri dengan

    kematian dan kebangkitan Kristus, menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Allah.

    Dengan kata lain, punya persekutuan yang intim dengan Kristus (I Yohanes 2:15-17).

    Mengarahkan pemuda menuju kebaikan dan membinanya dengan baik merupakan sebuah

    dasar yang baik bagi pemuda agar dalam kehidupan spiritual dan bermasyarakatnya menjadi

    50

    Jack Saymour, Mapping Christian Education. (Abingdon Press, 1997), 13 51

    Alfred Schmidt, Kawan Sekerja Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983), 44

  • 21

    baik. Sehingga pada saat pemuda sudah masuk kepada tahap yang lebih tinggi lagi, pemuda

    tersebut sudah berada posisi yang baik dan benar.

    Sebagai pemimpin, Majelis dalam melaksanakan pembinaan terhadap pemuda

    seharusnya memilki mekanisme yang baik agar pembinaan yang dialukan dapat memberikan

    perubahan yang baik terhadap pemuda. Majelis harus menerapkan hal tersebut atas dasar

    kasih. Mazmur 23:4, menuliskan “sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak

    takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur

    aku.” Tuhan selalu punya alat dan cara dalam membina setiap manusia, gada dan tongkatNya

    digambarkan sebagai alat kuasa Tuhan dalam mengasihi anak-anakNya dibumi ini. Tuhan

    menuntun manusia pada jalan yang benar atau menyelamatkannya dari kesulitan. Gada dan

    tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan semua manusia.

    Mekanisme yang dibuat oleh Majelis harus sesuai juga dengan perintah Allah kepada

    manusia, agar Majelis mampu menjadikan pembinaan sebuah alat yang baru untuk mengatasi

    ketidakaktifan pemuda.

    Sebagai Majelis gereja, Majelis mampu menciptakan iklim yang baik dalam gereja

    terkhusus kepada pemuda agar pemuda mendapatkan pengakuan, dan perlakuan sebagai

    subyek yang hidup dan berkarya didalam gereja. Melalui iklim yang diciptakan oleh Majelis

    tersebut, pemuda juga merasakan bahwa keterlibatanya sebagai subyek gereja juga berada

    dalam sebuah struktur gereja yang memberi tempat.52

    Struktur gereja yang menunjukan pada

    keseluruhan relasi timbal balik yang diatur dan ditata sedemikian rupa antara anggota jemaat

    secara individual maupun bersama-sama dengan para pejabat gereja dan pelayan gereja

    lainnya. Kebaradaan seorang pemuda akan ditentukan dengan adanya perlakuan dan

    pengakuan yang baik yang diberikan oleh para Majelis terhadap pemuda gereja.

    Oleh sebab itu, salah satu indikasi keberhasilan gereja adalah keterkaitan yang tinggi

    dari Majelis terhadap perbaikan pembinaan pemuda. Majelis sesuai dengan gereja yang

    dipimpinnya perlu memahami program pembinaan masing-masing. Membina pemuda ialah

    mengembangkan profesi, termasuk kepribadian mereka sebagai pelayan didalam

    gereja. Untuk meningkatkan profesionalisme dan kepribadian pemuda, sangat perlu adanya

    pembinaan dari Majelis. Dengan memberi pembinaan, diharapkan pemuda lebih bertanggung

    jawab pada tugas yang di miliki dalam kehidupannya sehari-sehari sebagai pemuda Kristen.

    Pembinaan kepada pemuda dilakukan oleh Majelis selaku pembimbing pemuda

    52

    Jan Hendriks. Jemaat Vital dan Menarik. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 57

  • 22

    gereja. Dengan demikian Majelis berkewajiban untuk selalu membina, dalam arti berusaha

    untuk meningkatkan pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan yang lebih baik demi

    mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini.

    IV. PENUTUP

    Pada bab ini membahas konstribusi mengenai peran Majelis GBKP Semarang dalam

    membina dan mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang dan rekomendasi bagi

    penelitian yang akan datang.

    4.1. Kesimpulan

    Pertama, Majelis mengakui pentingnya pembinaan terhadap pemuda GBKP

    Semarang. Pembinaan sangat perlu dilakukan terhadap pemuda karena pemuda merupakan

    penerus dan tulang punggung gereja. Sebagai penerus gereja, pemuda juga seharusnya sudah

    tahu tentang gereja, apa pergumulan gereja secara umum dan khusus. Melalui pengetahuan

    yang didapatkan pemuda dalam ikut aktif dalam setiap kegiatan di gereja, pemuda sudah tahu

    dan mengerti bagaimana cara mengubah gereja menjadi lebih baik lagi dan gereja yang

    seperti apa yang diminati orang banyak dimasa yang akan mendatang.

    Kedua, usaha pembinaan terhadap pemuda terkhususnya dalam mengatasi

    ketidakaktifan pemuda di GBKP Semarang masih sangat lemah karena berbagai faktor yang

    mempengaruhinya, seperti; lemahnya kualitas pembinaan Majelis gereja baik secara individu

    maupun secara organisasinya, tidak tersedianya mekanisme dan data administrasi pemuda

    yang valid, serta kurangnya perhatian terhadap kebutuhan setiap pemuda dari segala aspek

    kehidupannya.

    Ketiga, walaupun ada kesadaran majelis bahwa penting adanya pembinaan terhadap

    pemuda sebagai penerus gereja, akan tetapi tidak ada program khusus dan intensip yang

    dilakukan majelis untuk membina pemuda yang adalah warga gereja GBKP. Pembinaan

    sudah dilakukan oleh Majelis hanya pada saat tertentu seperti PA PERMATA dan ibadah

    penghiburan bagi yang kedukaan.

    Keempat, belum tercipta relasi yang baik antara Majelis dengan pemuda GBKP

    Semarang, sehingga Majelis tidak mengenali pemuda secara personal dan pemuda juga tidak

    secara menyeluruh mengenali Majelis GBKP Semarang. Relasi yang dibangun harus sedekat

    mungkin seperti anak dengan orang tua, agar pemuda merasa tenang dan senang berada

    dalam sebuah gereja.

  • 23

    4.2. Saran

    Kepada Majelis GBKP Semarang: Majelis lebih memperhatikan lagi pemuda secara

    keseluruhan, agar pemuda GBKP Semarang mau ikut ambil bagian disetiap kegiatan yang

    dilaksanakan. Perhatian yang dilakukan Majelis harus bersifat menyeluruh dan personal

    kepada setiap pemuda GBKP Semarang. Majelis melakukan pembinaan terhadap pemuda

    secara struktur, misalnya mengadakan seminar kepada pemuda setiap satu tahun sekali,

    mengadakan malam keakraban dengan pemuda dan lain sebagainya yang dapat

    membangkitkan niat pemuda dalam mengikuti kegiatan dan meningkatkan keaktifan pemuda

    GBKP Semarang.

    Membangun relasi yang baik kepada pengurus PERMATA dan seluruh anggota

    pemuda, agar setiap kegiatan Majelis dapat mengambil bagian. Memperhatiakan pemuda

    seperti anak kandungnya agar pemuda juga merasakan kasih sayang orang tua di perantauan.

    Majelis mau ikut serta ambil bagian dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PERMATA

    GBKP Semarang. Meluangkan sedikit waktunya untuk memperhatikan kegiatan-kegiatan

    yang dilakukan oleh PERMATA GBKP Semarang.

    Kepada Pengurus PERMATA GBKP Semarang: membagi pemuda menjadi beberapa

    wilayah/sektor agar lebih mudah terjangkau oleh pengurus PERMATA dan Majelis,

    mengingat jumlah pemuda yang semakin tahun semakin meningkat. Dengan adanya sektor

    yang dibentuk Majelis juga dapat dibagi kedalam kelompok dan dapat ditukar posisinya

    dengan waktu yang sudah ditentukan agar setiap Majelis dapat bertemu dengan para pemuda

    yang berbeda-beda dan mengenali setiap pemuda dengan utuh.

    Memperbanyak kegiatan yang menarik dan dapat membangun hubungan

    kekeluargaan antara pemuda GBKP Semarang, agar setiap pemuda memiliki rasa kerinduan

    untuk selalu bertemu. Hal ini mampu mengatasi ketidak aktifan pemuda, karena pemuda akan

    selalu ingin bertemu dan bersekutu dengan sesamanya. Melibatkan Majelis dalam setiap

    kegiatan pemuda, misalnya membuat jadwal pembimbing PA PERMATA, membawa materi

    diluar dari pembahasan PA (kepemimpinan, kehidupan perkuliahan, kehidupan asmara

    pemuda dan lainnya), kegiatan olahraga dan lain sebagainya yang dapat melibatkan peran

    Majelis.

    Kepada Fakultas Teologi UKSW: menambahkan satu Mata Kuliah PWG yang

    membahas mengenai pembinaan warga gereja, PWG sedikit memiliki perbedaan dari PAK

  • 24

    yang sudah ada di Fakultas Teologi. PWG lebih fokus pada pembinaan dan pelatihan secara

    teknis di jemaat, selain itu PWG melayani orang supaya ia dimungkinkan mewujudkan tugas

    dan panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat dimana ia berada dengan segala apa

    yang ada padanya. Settingan kategorial pada PWG hanya pada orang muda dan dewasa saja.

    Sedangkan PAK lebih umum dan berbicara mengenai teori berdasarkan settingannya dan PAK

    mampu memberikan pendidikan kepada setiap usia dan kategorial dalam gereja.

    Menciptakan sebuah kurikulum terhadap pembinaan pemuda gereja saat ini.

    Kurikulum yang disarankan oleh penulis adalah kurikulum yang kontekstual sesuai dengan

    pergumulan dan keadaan pemuda GBKP Semarang. Kurikulum disesuaikan dengan

    kebutuhan pemuda disetiap gereja. Misalnya saja pemuda di GBKP Semarang tidakaktif

    karena kurangnya kesadaran pemuda dan kurangnya perhatian dari Majelis, maka materi

    kurikulum dapat lebih menekankan tentang keutuhan relasi sosial dalam gereja. Oleh sebab

    itu, penulis merasa perlunya sentuhan Pendidikan Kristiani dalam menuliskan kurikulum

    yang sesuai bagi pembinaaan pemuda yang kontekstual di GBKP Semarang.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Abineno. 1992. Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi. Jakarta. BPK

    Gunung Mulia.

    Bartlett, David L. 2000. Pelayanan Dalam Perjanjian Baru. Jakarta. BPK Gunung

    Mulia.

    Bessie, Benny Novian. “Rendahnya Partisipasi Pemuda Dalam Mengikuti Ibadah

    Pemuda di GMIT Jemaat Imanuel Soe. Fakultas Teologi., Universitas Kristen

    Satya Wacana, 2011.

    Fields, Doug. 2000. Purpose Driven Youth Ministry. Jawa Timur. Gandum Mas.

    G Sevilla, Consuelo, Jesus A. Ochave, Twila G Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G.

    Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia.

    Hendriks, Jan. 2002. Jemaat Vital & Menarik, Yogyakarta. Kanisius.

    Homrigousen, G. 1984. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

    Institut Oikumene Indonesia. 1980. Menempuh Arah Baru. Jakarta. BPK Gunung Mulia

    Institut Oikumene Indonesia. 1980. Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan.

    Jakarta. BPK Gunung Mulia.

    Jacobs, T. 1987. Dinamika Gereja, Jogjakarta. Kanisius.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

    Kessel, Rob Van. 1997. 6 Tempayan Air, Jojgakarta. Kanisius.

    Laporan Hasil Lokakarya Perencanaan Pembinaan Pemuda Gereja di Indonesia. 1981.

    Supaya Kami Ternyata Tahan Uji, Jakarta: Departemen Pembinaan dan

    Pendidikan Dewan Gereja-gereja di Indonesia.

    Lontoh, S.W. & H. Jonathans. 1981. Bahtera Guna Dharma GPIB. Jakarta. BPK

    Gunung Mulia.

    Mangunhardjana, A. 1986. Pembinaan. Arti dan Metodenya, Yogyakarta. Kanisius.

    Nuhamara, Daniel. 2008. Pendidikan Agama Kristen Remaja, Bandung: Jurnal Info

    Media.

    Philips Tangdilintin MM, Drs. 2008. Pembinaan Generasi Muda, Yogyakarta. Kanisius.

  • 26

    R, Gould.1975. Adult Life Stages: Growth Toward Self-Tolerance. Psychology Today.

    Saymour, Jack. 1997. Mapping Christian Education, Abingdon Press.

    Schnidt, Dr. Alfred. 1983. Kawan Sekera Allah, Jakarta. BPK Gunung Mulia.

    SJ, Charles M Shelton. 1990. Spiritualitas Kaum Muda Bagaimana Mengenal dan

    Mengembangkannya. Yogyakarta. Kanisius.

    Smith, Wendell. 1987. Pastoring Youth in A New Generation. Portland. Bible Temple

    Publishing.

    Sitompul, A.A. 1979. Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja. Jakarta: BPK

    Gunung Mulia.

    Sujanto, Agus. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Aksara Baru.

    Sumiyatiningsih, Dien. 2006. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta. Andi.

    Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025.

    Timo, Ebenhaizer Nuban. 2013. Gereja Lintas Agama, Salatiga. Satya Wacana

    University Press.

    Jurnal

    Cloete, Anita L. Creative Tensions in Youth Ministry in a Congregational Context.

    Hervormde Teologiese Studies. Volume 71. 2015.

    Choi, Karen. The Relationship Between Youthministry Participation And Faith Maturity

    Of Adolescents: Testing For Faith-Nurturing Characteristics In

    Youth Ministry As A Mediator Using Multiple Regression. Christian Education

    Volume 9. 2012.

    http://web.b.ebscohost.com/ehost/viewarticle?data=dGJyMPPp44rp2%2fdV0%2bnjisfk5Ie46bFNtqi3Srak63nn5Kx95uXxjL6nr0evqK1KrqezOLewr0y4qrA4zsOkjPDX7Ivf2fKB7eTnfLujr063rLNPta%2bySaTi34bls%2bOGpNrgVd%2bv5j7y1%2bVVv8Skeeyzr0ixqLVIr6y3PuTl8IXf6rt%2b8%2bLqjOPu8gAA&hid=125