PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

90
PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM PEMBINAAN PANCASILA DITINJAU DARI MAQASHID AL-SYARI’AH Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh AHMAD ADIN NUGROHO NIM: 11160453000026 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1442 H

Transcript of PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

Page 1: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM

PEMBINAAN PANCASILA DITINJAU DARIMAQASHID AL-SYARI’AH

Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

pada Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

AHMAD ADIN NUGROHO

NIM: 11160453000026

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/1442 H

Page 2: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

ii

Page 3: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

iii

Page 4: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

iv

Page 5: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

iv

v

ABSTRAK

Ahmad Adin Nugroho, NIM. 111604530000026, ‘’PERAN LEMBAGA

BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM PEMBINAAN

PANCASILA DITINJAU DARI MAQASHID AL-SYARI’AH”, Program Studi

Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta 1442 H/2021 M. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

peran BPIP yang cukup penting dalam pembinaan ideologi pancasila di Indonesia, dan

bagaimana analisi maqashid syariah terhadap peran BPIP. Adapun, penelitian ini

menggunakan metode analisis kualitatif. Sedangkan sumber data yang diperoleh

berupa sumber hukum primer, hukum sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa BPIP sebagai lembaga yang

berperan membantu presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi

pancasila, melakukan koordisani, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi

Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan yang memiliki kewenangan untuk

menentukan arah kebijakan presiden yang harus sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Peran BPIP sangat dibutuhkan oleh Negara mengingat bahwa Pancasila merupakan

Ideologi Negara yang harus dijaga dan ditanamkan di setiap aspek berNegara. Tidak

hanya itu, BPIP juga memiliki peran untuk meluruskan dan menanamkan nilai-nilai

pancasila ke dalam seluruh elemen masyrakat, agar sejarah kelam tentang

pemberontakan pancasila tidak akan terulang lagi. Adapun dalam tinjauan maqashid

syariah, peran (BPIP) yang memiliki andil untuk menciptakan masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera selaras dengan substandi dari maqashud syariah. Adapun, nilai-

nilai yang terkandung dalam pancasila sebenarnya merupakan perwujudan dari

substansi yang terdapat dalam maqashid syariah.

.

Kata Kunci :BPIP, Maqashid Al-Syari’ah, Pancasila

Pembimbing : Dr. KH. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.A.,

Daftar Pustaka : Dari tahun 1958 sampai 2019

Page 6: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

v

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT,

berkat nikmat, anugerah, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “’PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN

IDEOLOGI PANCASILA DALAM PEMBINAAN PANCASILA

DITINJAU DARI MAQASHID AL-SYARI’AH ’’

Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa umat Islam dari zaman yang gelap gulita ke

zaman yang terang benderang dan menuju jalan yang diridhoi oleh Allah

SWT.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang amat besar

kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Para Wakil

Dekan.

2. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan

juga kepada Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekertaris Program

Studi Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. KH. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.A., Dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran yang luar

biasa dalam membimbing penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Page 7: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

vi

vii

Hidayatullah Jakarta khususnya Dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas.

5. Teman-teman Hukum Tata Negara 2016 yang telah menemani selama

kurang lebih 4 tahun ini.

6. Sahabat penulis, Choirunisa terima kasih atas dukungannya

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Kuntoro dan Ibu Chodijah yang

selalu memberikan support dan fasilitas untuk bisa menyelesaikan

skripsi ini.

8. Dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu nama

nya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah

ini, akan tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 18 Februari 2021 M/ 1442 H

Ahmad Adin Nugroho

11160453000026

Page 8: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

vii

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………...….… ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………….…... iv

ABSTRAK …………………………………………………………..……..… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….........vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………....... 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….............. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….............. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….... 5

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu …………………………….. 6

E. Teknik Pengolahan dan Metodologi Penelitian …………………... 8

F. Sistematika Penelitian ……………...……………………………. 10

BAB II LANDASAN TEORI MAQASHID AL-SYARI’AH ……….…...... 12

A. Pengertian Maqashid Al-Syari’ah ………………………………. 12

B. Sejarah Lahirnya Maqashid Al-Syari’ah …………………........... 15

C. Dasar Hukum Maqashid Al-Syari’ah …………………………… 21

D. Klasifikasi Maqashid Al-Syari’ah ………………………………. 23

BAB III PERAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN LEMBAGA

BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA (BPIP)

TERHADAP IDEOLOGI PANCASILA ………….........….…... 31

A. Sejarah Lembaga Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) ……………………………………………….. 31

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...........................................................iii

Page 9: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

viii

ix

B. Dasar Hukum Pembentukan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) ………………..……………………………….. 33

C. Kedudukan Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) dalam Struktural Kelembagaan Indonesia ………………. 42

D. Tugas dan Fungsi Lembaga Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) dalam Perpres Nomor 7 Tahun 2018 .……...… 47

E. Pertanggungjawaban Lembaga Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP) dalam Pembinaan Ideologi Pancasila... 54

BAB IV PERAN LEMBAGA BADAN IDEOLOGI PANCASILA

(BPIP) DALAM PERSPEKTIF MAQASHID AL-SYARI’AH ….. 58

A. Definisi dan Sejarah Pancasila ………………………………….. 58

B. Argumentasi Eksistensi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila .... 66

C. Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

dalam Pembinaan Ideologi Pancasila …………........................... 69

D. Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

dalam Perspektif Maqashid Syari’ah …….…………………...…73

BAB V PENUTUP …………………………………………………...….... 76

A. Kesimpulan …………………………………………...…..…..…76

B. Saran ……………………………………………………..…...…77

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..….…... 77

Page 10: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan ideologi (dalam pengertian: ide-ide

dasar tentang sistem yang akan diwujudkan atau a system of ideas) dalam

menyelenggarakan pemerintahan Negara sehingga berkedudukan sebagai ideologi

Negara, merupakan rujukan yang paling dasar atau fundamen atas semua aturan

hukum yang akan dibuat untuk mengatur seluruh kehidupan negara dan bangsa

sehingga berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum (Staats

fundamentalnorm).1

Penempatan Pancasila sebagai sumber hukum dari segala sumber hukum Negara

adalah sesuai pembukaan UUD NRI 1945 yang menempatkan pancasila sebagai

ideologi dan dasar serta filosofis bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila sebagai

petunjuk hidup berbangsa dan bernegara merupakan pedoman bagi setiap arah dan

kegiatan bangsa Indonesia di segala bidang. Dengan demikian, setiap warga negara

Republik Indonesia wajib bersumber dan bernaung di bawah kaidah fundamendal

negara tersebut2.

Pancasila merupakan akar budaya bangsa, oleh karena Pancasila ialah cita-cita

luhur bangsa Indonesia yang digali dari akar budaya bangsa (the Nation’s culture).3

Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan, suku

bangsa, dan agama. Sehingga semboyan “Bhineka Tunggal Ika” diterapkan bagi

1 Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Pemantapan Nilai-Nilai Ideologi Bangsa Dalam

Rangka Penguatan Ketahanan Nasional Dalam Aras Global, Seminar Nasional Hukum, Volume 3 No.

1, tahun 2016.

2 Muhammad Chairul Huda, Meneguhkan Pancasila Sebagai ideologi Bernegara: Implementasi

Nilai-Nilai keseimbangan Dalam Upaya Pembangunan Hukum Di Indonesia, Resolusi Vol. 1No. 1 Juni

2018

3 Backy krisnayuda, Pancasila Dan Undang-Undang: Relasi dan Transformasi Keduanya dalam

Sistem Ketatanegaraan di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. v.

1

Page 11: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

2

segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan utuh, Pancasila sebagai ideologi nasional

berpaya meletakan kepentingan bangsa dan negara Indonesia ditempatkan dalam

kedudukan utama diatas kepentingan lainnya.

Seiring berkembangya zaman, nilai-nilai Pancasila mulai meredup baik di dalam

tata kelola pemerintahan maupun di kalangan masyarakat, dikarenakan belum adanya

konsep revitalisasi yang pasti, Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra bicara

pentingnya revitalisasi Pancasila. Menurutnya, saat ini menghadapi ancaman laten

yakni radikalisme. Azyumardi Azra mengatakan “Pancasila itu kalau nggak hati-hati

berhadapan dengan ideolog lain itu bisa kalah. Karena itu ancamannya riil. Kemaren

ada dosen yang simpan bom Molotov di rumahnya,”dalam acara Dialog Kebangsaan

di Hotel Bidakara Jakarta Selatan, minggu (6/10/2019)4.

Untuk menjaga keutuhan dari Nilai-Nilai Pancasila, Presiden mengeluarkan

Prepres Nomor 7 tahun 2018 untuk membentuk Badan pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) untuk membantu presiden dalam hal pembinaan idelogi Pancasila

Kelembagaan di Indonesia dibentuk dan dibuat untuk membantu pemerintahan

dalam menjalani tugas kenegaraan. Tugas dalam membantu pemerintahan tak hanya

dalam bidang ekonomi, sosial politik, pembangunan, dan pendidikan. Akan tetapi, bisa

juga dalam hal lainnya yang dapat menopang sasaran tujuan dari pemerintahan. BPIP

sendiri memiliki tugas khusus untuk membantu pemerintahan dalam pembinaan

ideologi Pancasila pada masyarakat.

Sesuai pasal Perpres Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Badan pembinaan Ideologi

Pancasila, BPIP memiliki tugas untuk membantu Presiden dalam merumuskan arah

kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan

melaksanakan penyusunan standarisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian

terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan pancasila kepada lembaga

4 https://www.m.detik.com, diakses pada Selasa 18 Februari 2020, pukul 13: 58 WIB.

Page 12: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

3

tinggi negara, Kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik dan

komponen masyarakat lainnya5

Pancasila sebagai petuntuk hidup berbagsa dan bernegara disemakin

diperlukan untuk menghadapi tantangan dan persoalan bangsa ini, semenjak

kemerdekaan Indonesia, Pancasila berhasil mempertahankan kebhinekaan dan

pluralitas bangsa indonesia, maka dari itu BPIP perlu dibentuk untuk menjaga nilai-

nilai pancasila di bangsa ini.

Terbentuknya Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) diharapkan dapat

membantu presiden dalam menjaga dan menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila

kepada bangsa ini dari ideologi-ideologi lain yang bisa menghancurkan bangsa ini,

baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Pembentukan Badan Pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) sendiri masih

menyisihkan permasalahan, dengan anggaran yang lumayan besar, peran BPIP itu

sendiri yang sampai saat ini masih belum terlihat perkembangannya dalam Pembinaan

Pancasila, salah satu contohnya ialah prihal menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan

atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada Lembaga Tinggi Negara,

kemnetrian/Lembaga, Pemerintahan Daerah, Organisasi sosial Politik,dan komponen

masyaraat lainnya.

Nilai-nilai Pancasila sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi berbagai

persoalan bangsa ini, maka dari itu peran BPIP sebagai tangan kanan presiden dalam

mengurusi Pembinaan ideologi Pancasila Peran pancasila sangatlah diperlukan sebagai

upaya menyelesaikan berbagai masalah-masalah di negara seperti pemahaman

radikalisme, kasus korupsi, tauran pelajar,banyaknya anak lahir di luar nikah, dll.

Dengan cara revitalisasi nilai-nilai pancasila. Dalam sejarah bangsa ini telah terlaksana

5 Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2018 tentang badan Pembinaaan ideologI

Pancasila

Page 13: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

4

berbagai upaya revitalilasi nilai-nilai pancasila dengan sangat mempertimbangkan

situasi dan kondisi sosial politik yang sedang berkembang6

Hingga saat ini jika ditinjau dari Maqashid Syari’ah peran BPIP tentu sangat

dibutuhkan dalam mewujudkan Maqashid Syari’ah dimana pengertian Maqashid al-

Syari’ah menurut Abu Zahra menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum islam adalah

mashlahat7 tujuan dari syari’at Islam adalah untuk mewujudkan kemashlahatan dan

menolah kemudharatan bagi umat manusia, maka dari itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Lembaga Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Pembinaan Pancasila Ditinjau Dari Maqashid

al-Syari’ah”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka terapat

beberapa identifikasi masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi

ini, yaitu :

a. Peran Lembaga Badan pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam

melakukan pembinaan Ideologi Pancasila.

b. Tinjauan dari Maqashid al-Syari’ah terhadap Lembaga Badan pembinaan

Ideologi Pancasila dalam melaksanakan tugasnya.

c. Urgensi didirikannya Badan Pembinaaan Ideologi pancasila dalam

pembinaan ideologi Pancasila.

d. Kedudukan Lembaga Badan Pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) dalam

struktural ketatanegaraan Indonesia

6 Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan

Aktualisasinya, (Yogyakarta: Paradigma, 2013), h. 32

7 Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, (Mesir : Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958), h. 366

Page 14: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

5

e. Penerapan tugas dan wewenang Lembaga Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila dalam Perpres Nomor 7 tahun 2018 tentang Badan Pembinaan

ideologi Pancasila..

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam melakukan penelitian, maka

penulis membatasi masalah yang akan dibahas, sehingga pembahasannya

akan lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Maka

dari itu, penulis akan memfokuskan skripsi ini dengan pembahasan peran

Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ditinjau dari Maqashid al-

Syari’ah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang dan identifikasi masalah yang

disebutkan, maka yang menjadi rumusan masalah, yaitu :

a. Bagaimana peran Lembaga Badan Pembinan Ideologi pancasila (BPIP)

dalam Pembinaan Ideologi Pancasila?

b. Bagimana tinjauan Maqashid al-Syari’ah terhadap peran Lembaga Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam pembinaan ideologi Pancasila?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peran Lembaga Badan Pembinaan Idiologi pancasila

(BPIP) dalam melakukan Pembinan ideologi Pancasila.

b. Untuk mengetahui peran Lembaga Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

ditinjau dari Maqashid al-Syari’ah.

Page 15: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

6

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambahkan wawasan dan pengetahuan di bidang

hukum tata negara dan kelembagaan.negara khususnya.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangsih ilmu pengetahuan terhadap perkembangan Hukum Tata

Negara, khususnya tentang:

1) Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

dalam pembinaan Ideologi Pancasila menurut Perpres Nomor 7

tahun 2018.

2) Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

dalam pembinaan Ideologi Pancasila menurut Perpres Nomor 7

tahun 2018 prespektif Maqashid al-Syari’ah

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Dalam rangka mendukung penelitian ini, peneliti telah berusaha melakukan

penelusuran terhadap berbagai karya-karya ilmiah baik yang berbentuk buku, artikel,

dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Adapun hasil

penelusuran yang didaparkan, antara lain:

“Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dalam Prespektif Lembaga Non

Struktural Dan Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia (Studi Perubahan Kelembagaan

Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Menjadi Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila)”.9 Tesis ini ditulis oleh Labib Muttaqin Pada Universitas Gadjah

Mada Tahun 2018. Tesis ini membahas tentang mengetahui serta menganalisis

konsekuensi yuridis perubahan kelembagaan UKP-PIP menjadi BPIP serta

menganalisis kedudukan BPIP dalam perspektif lembaga non struktural dan struktur

lembaga negara di Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini

Page 16: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

7

terlebih dahulu menganalisis pengaturan dan kedudukan lembaga non struktural dalam

sistem ketatanegaraan di Indonesia. Berbeda dengan yang akan dibahas oleh prnulis

kali ini. Penulis akan membahas tinjauan konsep Maqashid al-Syari’ah terhadap peran

Lembaga Badan Pembinaan ideologi Pancasila.

“Kedudukan Kelembagaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam Sistem

Pemerintahan Indonesia (Analisis Yuridis undang-Undang nomor 39 dan Peraturan

Presiden Nomor 7 tahun 2018)” yang ditulis oleh Nur Wasiah Adiwiyono Program

Studi Ilmu Hukum tahun 2018. Dalam skripsi ini menjelaskan kedudukan

kelembagaan negara yang dibentuk melalui Perpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dibawah kekuasaan eksekutif. Sebagai lembaga

pencegahan pelanggaran atau masalah yang berkaitan dengan ideologi Pancasila.

Suatu lembaga yang memiliki kewenangan luas dan cukup besar dalam sistem tata

negara di Indonesia Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara status Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila merupakan lembaga independen atau lebih disebut

sebagai state auxiliaries atau derivative organ dengan tugas dan wewenang secara

khusus dibentuk oleh Presiden untuk membantu Pemerintah mencapai tujuan Negara

yaitu menanamkan nilai-niai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab

terhadap Presiden secara administratif dan kepada masyarakat secara luas.. Sedangkan

pada skripsi ini, penulis akan membahas peran Lembaga Badan Pembinaan ideologi

Pancasila (BPIP) dalam melakukan pembinaan Ideologi Pancasila yang ditinjau dari

Maqashid al-Syari’ah

“Problematika Dalam Mewujudkan Pancasila Sebagai Ideologi Yang Beernilai

Substantif” Jurnal ini ditulis oleh Aditya Nurahmani dan Muhammad Robi

Rismansyah Pada Universitas Padjajaran Tahun 2018. Dalam jurnal ini menjelaskan

tentang permasalahan apa saja yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia dalam

mewujudkan Pancasila sebagai ideologi yang bernilai substantif, dan menyandingkan

dua gagasan yang dipandang tepat menurut para ahli dalam menjadikan Pancasila

sebagai ideologi yang bernilai substantif. Sedangkan skripsi saya terfokus pada peran

BPIP dalam pembinaan Ideologi Pancasila.

Page 17: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

8

E. Teknik Pengolahan dan Metodologi Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka disusun

metode8 penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan jalannya penelitian

ini, atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam rangka usaha mencari data

yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dalam skripsi ini,

yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yuridis. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang mengkaji

hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi,

perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup materi, dan konsistensi.9 Dalam

literatur lain disebutkan bahwa penelitian hukum normatif terdiri dari:

penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum,

penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan penelitian

perbandingan hukum.10 Penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari

berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan

komposisi, lingkup materi, konsistensi, dan realitas kejadian yang ada di

masyarakat.

Penelitian hukum yuridis ini dilakukan dengan mengkaji Peran Lembaga

badan pembinaan ideolog pancasila (BPIP) yang dibentuk oleh Perpres Nomor

7 tahun 2018 tentang badan Pembinaan ideologi Pancasila tinjauan dari

Maqashid al-Syari’ah

8 Metode adalah suatu cara atau jalan sehubungan dengan usaha ilmiah, metode menyangkut

masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2015), h.

5 9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: UI Press, 1990), h. 15

10 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003),

h. 41

Page 18: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

9

2. Pendekatan Penelitian11.

a. Pendekatan Kasus (Case Aprroach)

Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah terhadap kasus-kasus

atau problematika yang berkaitan dengan Peran Lembaga Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Perpres Nomor

7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

b. Pendekatan Historis

Pendekatan ini dilakukan untuk peneliti membuat rekonstruksi masa

lampau dengan mengumpulkan, memverifikasi, dan menganalisis serta

menyintesiskan bukti atau fakta yang ada dengan teliti sehingga mendapatkan

gambaran yang tepat pada masa lampau.12

3. Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan (deskripsi) secara

lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang peran Lembaga Badan Pembinaan

ideologi Pancasila (BPIP)

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang paling utama yang akan digunakan

penulis untuk menjawab permaslahan dalam penelitiannya.13 Data primer

yang penulis gunakan adalah Peraturan Presiden nomor 7 tahun 2018

tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

b. Data Sekunder

11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 133-177

12A.Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan,(Kencana,2014), h.328.

13 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 89

Page 19: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

10

Data sekunder adalah data kedua setelah terpenuhnya data primer. data

sekunder guna pelengkap dari data primer.14 Data sekunder dalam

penelitian ini yaitu berupa data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal,

artikel, karya ilmiah, dan peraturan menteri yang terkait dengan

pembahasan penelitian ini.

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data

ringkasan berupa kata-kata dengan tujuan mengolah data mentah menjadi data

yang tersusun agar memberi arahan untuk kajian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Supaya mudah dipahami, maka penulis membagi bahasan ini menjadi lima bab,

setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu sebagai berikut:

Bab I ; PENDAHULUAN. Pada bab ini disajikan pendahuluan yang memuat

latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II ; LANDASAN TEORI MAQASHID AL-SYARI’AH. Pada bab ini

disajikan penjelasan terkait definisi, sejarah, dasar hukum, dan klasifikasi Maqashid

al-Syari’ah sehingga memberikan pandangan yang fokus terhadap objek penelitian.

Bab III ; PERAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN LEMBAGA BADAN

PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA (BPIP) TERHADAP IDEOLOGI

PANCASILA. Pada bab ini disajikan penjelasan mengenai dasar hukum

pembentukan, kedudukan, tugas fungsi, dan pertanggungjawaban dri Lembaga Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Bab IV ; PERAN LEMBAGA BADAN IDEOLOGI PANCASILA (BPIP)

DALAM PERSPEKTIF MAQASHID AL-SYARI’AH. Pada bab ini disajikan hasil

14 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 90.

Page 20: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

11

analisis dari penilitian, berupa argumentasi eksistensi keberadaan BPIP dan Peran

Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam perspektif hukum positif

dan maqashid al-syari’ah.

Bab V ; PENUTUP. Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian.

Page 21: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

12

BAB II

LANDASAN TEORI MAQASHID AL-SYARI’AH

A. Pengertian Maqashid Al-Syari’ah

Kata Maqashid al-Syariah merupakan kata majmuk (tarkib idhafi) yang terdiri

dari dua kata, yaitu Maqashid dan al-Syari’ah. Secara etimologis, Maqashid

merupakan bentuk jamak (plural) dari kata Maqshud.1 Maqshud merupakan isim

maf’ul dari kata qashada, yang berarti kesengajaan atau tujuan. Sedangkan kata al-

Syari’ah secara bahasa merupakan bentuk mashdar dari tashrifan kata syara’a,

yasyra’u syar’an, syari’atan yang berarti tempat memancarkan air/mata air yang dapat

dikonsumsi sebagai air minum, jalan menuju air, jalan/cara/metode/sistem dalam

agama yang jika ditempuh atau diikuti akan dapat mendatangkan keselamatan dunia

dan akhirat. Dengan kata lain, air dan agama sama-sama merupakan sumber

kehidupan bagi manusia. Bedanya, air merupakan sumber kehidupan fisik, sementara

agama sumber kehidupan jiwa.2

Pengertian syari’ah pada periode-periode awal Islam merupakan al-nushush

al-muqaddasah dari Alquran dan Sunah yang secara mutawattir sama sekali belum

dicampuri oleh pemikiran manusia. Dalam wujud seperti ini syariah disebut al-tariqah

al-mustaqimah. Muatan Syari’ah dalam arti ini mencangkup aqidah, ‘amaliyah, dan

khuluqiyyah.

Dalam perkembangannya pada masa sekarang ini, telah terjadi reduksi muatan

arti syari’ah. Misalnya adalah akidah. Akidah tidak masuk dalam pengertian syari’ah.

Syekh al-Azhar, Mahmoud Syaltout memberikan pengertian bahwa syari’ah adalah

aturan-aturan yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani oleh manusia dalam

mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan manusia, baik sesama muslim atau non-

1 Ali Mutakin, Teori Maqashid al-Syari’ah dan Hubungannya dengan Metode Istinbath

Hukum, Kanun Jurnal Ilmu & Hukum, Vol. 19, no.3, Agustus 2017.

2 Ahmad Sukardja dan Mujar Ibnu Syarif, Tiga Kategori Hukum: Syariat, Fikih, dan Kanun,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2012). h. 52-53.

Page 22: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

13

muslim, alam dan seluruh kehidupan. Bisa dikatakan bahwa syari’ah adalah undang-

undang bagi umat Islam.

Syari’ah pada prinsipnya berisi muatan etik, seperti keadilan (justice), kasih

sayang (mercy), kebijakan (wisdom), dan kebajikan (goodness) yang membawa

manusia pada kesejahteraan hidup. Apabila kebahagiaan hidup sebagai orientasi dari

syari’ah tereduksi berarti telah mereduksi syari’ah itu sendiri3 maka tidak ada satupun

syari’ah yang memberikan kemudharatan dan kemafsadatan kepada yang

menjalankannya.

Para ulama memberikan pendapatnya mengenai istilah Maqashid Syari’ah,

menurut Ibn Taimiyah:

“Syari’ah adalah aturan hukum dari segala yang disyari’atkan oleh Allah

kepada hamba-Nya dari persoalan akidah dan perbuatan (amaliyah).”

Sedangkan Yususf Qardhawi mengugkapkan opnininya, yaitu syari’ah adalah

apa yang disyari’atkan oleh Allah ta’ala kepada hamba- Nya yang dari urusan agama,

atau apa yang disunnahkan dari urusan agama, dan hamba-Nya itu diperintah dengan

urusan agama tersebut, seperti puasa, shalat, haji, zakat, dan sekalian perbuatan dalam

bentuk kebaikan. Pada dimensi lain, Imam al-Syathibi65 tidak menjelaskan secara rinci

tentang pengertian syari’ah seperti ulama lain diatas. Akan tetapi beliau mengatakan

bahwa syari’ah merupakan wasilah (perantara) untuk beribadah kepada Allah SWT.

Dilihat dari persoalan di atas, ketika ulama menyebutkan kata syari’at, secara

umum kata tersebut mengandung dua arti, yaitu:

1. Seluruh agama yang mencangkup akidah, ibadah, adab, akhlak, hukum dan

muamalah. Dengan kata lain, syari’ah mencangkup ashl dan furu’. Akidah dan amal,

serta teori dan aplikasi. Ia mencangkup seluruh sisi keimanan dan akidah kepada

Tuhan, Nabi, dan Samm’iyyat. Sebagamanapun ia mencangup sisi lain seperti ibadah,

mu’amalah, dan akhlak yang dibawa.

3 Maulidi, Maqashid al-Syari’ah Sebagai Filsafat Hukum Islam:Sebuah Pendekatan Sistem

Menurut Jasser Auda, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2015) h. 34.

Page 23: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

14

2. Sisi hukum amal di dalam beragama seperti ibadah, dan mu’amalah yang

mencangkup hubungan dan ibadah kepada Allah, serta juga mencangkup urusan

keluarga (ahwal al-syakhsiyyah), masyarakat, umat, Negara hukum, dan hubungan

luar negeri. Namun demikian, sebagian ulama memakai kata syari’ah untuk hukum

amaliyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan cara beramal terhadap apa yang

dikandung dalam al-Kitab dan al-Sunnah.

Seperti halnya para fuqaha mutaakhirin yang hidup di zaman syeikh Islam Ibnu

Taimiyyah yang mengkhususkan syari’ah dengan hukum-hukum syari’ah yang

berbentuk amaliah. Berarti bahwa kata syari’at dalam pandang1an ulama mutaakhirin

hanya berhubungan dengan prsoalan hukum yang akan diterapkan kepada manusia

muslim.

Adapun, maqashid dan al-syari’ah secara secara terminologi adalah tujuan

Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum–hukum Islam. Tujuan itu dapat

ditelusuri dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai alasan logis bagi

rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada kemashlahatan umat manusia.4 Para

ulama ushul fiqh sepakat bahwa maqashid al-syari’ah adalah tujuan-tujuan akhir yang

harus terealisasikan dengan diaplikasinya syari’at. pengaplikasian syari’at pada

kehidupan nyata (dunia) adalah untuk menciptakan kemashlahatan atau kebaikan para

makhluk di muka bumi, yang kemudian berimbas kepada kemashlahatan atau

kebaikan di akhirat.155

4 Satria Effendi M. zein, Ushul Fiqh, (Jakarta, Kencana, 2017), h.213 5 Ali Mutakin, Teori Maqashid al-Syari’ah dan Hubungannya dengan Metode Istinbath

Hukum, (Aceh: UIN Sunan Kalijaga, 2017), h. 56.

Page 24: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

15

B. Sejarah Lahirnya Maqashid Al-Syari’ah

Lahirnya sebuah pemikiran tidak lepas dari adanya proses saling

mempengaruhi antara pemikiran yang satu dengan yang lainnya yang sudah ada,

sehingga suatu teori akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

menyesuaikan dengan zamannya. Dan tidak akan ada titik final sebagai batasannya.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi para pemikir untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan memecahkan persoalan, menimbulkan suatu solusi, baik dengan

mengembangkan teori lama sehingga melahirkan gagasan baru, atau dengan

melahirkan teori baru dengan meruntuhkan teori lama sesuai dengan paradigma yang

ada.

Sejarah maqashid dapat diklsifikasikan menjadi tiga periode. Pertama: periode

permulaan Islam atau periode kenabian Muhammad SAW. Periode ini merupakan

periode pengenalan maqashid al-syari'ah yang terdapat dalam Alquran dan Sunah

dalam bentuk isyarat-isyarat dilalah yang belum tercairkan, atau hanya dalam bentuk

pandangan-pandangan tersirat yang belum diteorikan. Kedua: periode shahabat dan

tabi'in. Pada masa ini mulai diketahui batu pertama perkembangan pesat sejarah

maqashid. Terakhir pada periode ketiga atau masa pasca sahabat dan tabiin, sehingga

menjadi disiplin kajian ilmu tersendiri oleh para ulama ushuliyyin dan fuqaha'.

1. Maqashid al-syari'ah Pada Masa Permulaan Islam

Dalam periode awal, syari'ah merupakan al-nushush al-muqaddasah dan al-

Qur’an dan al-Sunnah yang mutawatir yang sama sekali belum dicampuri oleh

pemikiran manusia. Dalam wujud seperti ini syari’ah disebut al-thariqah al-

mustaqimah.6 Muatan syari’ah dalam arti ini mencakup antara lain bidang aqidah,

ibadah, mu'amalah, hukum keluarga, berkaitan dengan sanksi hukum, etika dan lain-

lain, maka dapat dilihat bahwa syari’ah Islam tidak bergeser dari prinsip-prinsip

dharuriyyah, hajiyyah dan tahsiniyyah.

Syari’ah Islam pada prinsipnya senantiasa mementingkan keselamatan agama,

6 Ali Al-Sayis, Nasy’ah Al-Fiqh Al-Ijtihadi Wa Athwaruha, (Kairo: Majma’ Al- Buhuts Al-

Islamiy, 1970), h. 8

Page 25: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

16

jiwa, akal, keturunan dan harta. Pada saat Rasulullah hidup dalam menyampaikan

ajaran Islam dan proses pembentukan hukum, perhatian terhadap maqashid al-

syari’ah sudah muncul. Salah satu contoh adalah pada saat Rasulullah SAW

memberikan arahan kepada sahabat agar dalam menyikapi suatu hal, maka

realisasikan kemudahan bukan kesulitan. Salah satu peristiwa yang terjadi adalah

ketika seorang Arab badui buang air kecil di dalam masjid, karena ketidak

mengertiannya. Namun, Rasulullah SAW tidak memarahinya dan melarang para

sahabat ketika itu memarahinya. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW merupakn

langkah yang bijaksana. Selain itu, contoh lainnya adalah keika Nabi pernah melarang

kaum muslimin menyimpan daging kurban kecuali dalam batas tertentu untuk bekal

tiga hari. Namun selang beberapa tahun, ketentuan yang diberikan Nabi dilanggar oleh

beberapa sahabat. Permasalahan ini dikemukakan oleh Nabi, pada waktu itu Nabi

membenarkan tindakan para sahabat sembari menjelaskan bahwa hukum pelarangan

menyimpan daging kurban itu didasarkan atas kepentingan al-daffah (tamu yang

terdiri dari orang miskin yang datang dari perkampungan Badawi ke Kota Madinah).

Dari ketetapan tersebut terlihat bahwa sejak masa Nabi saw, prinsip- prinsip

maqashid al-syari'ah telah menjadi pertimbangan sebagai landasan dalam menetapkan

hukum. Maqashid al-syari’ah yang terdapat dalam sunah larangan menyimpan daging

qurban pada awalnya yakni memberi kelapangan kaum miskin yang berdatangan dari

dusun ke kota Madinah. Setelah alasan pelarangan tersebut tidak ada lagi, maka

larangan itu sendiri tidak diberlakukan lagi oleh Nabi SAW.

Hal ini, sebenarnya berkaitan dengan keadaan darurat (dharuri) yakni keadaan

yang sulit yang sangat menentukan eksistensi manusia karena jika ia tidak

diselesaikan maka akan dapat mengancam eksistensi agama, jiwa, akal, kehormatan

dan harta.

Dalam satu qaidah fiqhiyah misalnya dikatakan bahwa: Karena pada dasarnya

kemudharatan mesti dihilangkan dengan sesuatu yang tidak mengandung

kemudharatan, tidak mungkin kemudharatan dihilangkan dengan kemudharatan

Page 26: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

17

lainnya.7

Namun, jika kata kemudharatan itu harus dihilangkan dengan kemudharatan

juga, maka mesti seimbang dan sesuai dengan maqshid al- syariah, bahwa sesuatu

yang digunakan untuk menghilangkan kemudharatan itu apabila harus (juga) dengan

kemudharatan lain, kemudharatannya harus lebih ringan dari kemudharatan asal

(yang akan dihilangkan), Ini berkaitan dengan bahwa segala sesuatu yang dapat

membahayakan harus dihilangkan (dilenyapkan).

Dengan adanya kondisi darurat ini maka ketentuan yang pada mulanya adalah

terlarang menjadi dibolehkan seukuran terpenuhinya kebutuhan dharurat tadi

(hilangnya kondisi kritis).

2. Maqashid al-Syari'ah Pada Periode Shahabat dan Tabi’in

Para shahabat dalam menyikapi hukum-hukurn Islam (berijtihad)

secara ideal tidak terlepas dari konteks sosial, tetapi dimensi sosial itu telah

menyadarkan mereka untuk mencari jawaban-jawaban ideal Islam terhadap berbagai

persoalan yang berkembang. Interpretasi sahabat terhadap syari’ah adalah dengan

memahami maqashid al-syari'ah (tujuan-tujuan syar’ah).

Dalam ijtihadnya, tipologi penalaran para sahabat cukup variatif, ada yang

berijtihad dengan metode analogi (qiyas), pertimbangan kemaslahatan (mashlahah),

istihsan, tindakan preventif (sadd al-dzariah) dan pertimbangan adat-istiadat (al-'urf)

Bersamaan dengan itu juga para sahabat sadar bahwa teks-teks keagamaan

(Alquran dan Sunah) sangat terbatas ketika harus berhadapan dengan kompleksitas

permasalahan (al-nushush mutanahiyyah, wa al-waqai' ghayr mutanahiyyah).

Sehingga, peran ijtihad guna menggali makna tersirat dari teks (wahyu) tersurat

merupakan solusi yang harus ditempuh, namun tetap mengacu pada al-Qur'an dan al-

Sunnah.

Upaya mempertimbangkan hukum dengan cara mengkaji sisi maqashid al-

syari'ah seterusnya dilakukan pula oleh para sahabat. Mereka merupakan orang yang

7 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2005), h.

126

Page 27: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

18

paling mengerti maqashid al-syari'ah (tujuan serta sasaran kandungan al-Qur'an dan

Sunnah), karena mereka menyaksikan dan terlibat langsung dalam proses

pembentukan dasar-dasar syari'ah karena mereka hidup satu masa dengan Rasulullah

SAW.

Satu contoh pada masa sahabat dalam beberapa ketetapan hukum, misalnya

yang dilakukan oleh Umar bin Khatab antara lain: Umar tidak memberikan bagian

zakat untuk kelompok non muslim, karena semula pemberian zakat kepada mereka

adalah agar mereka memeluk Islam. Akan tetapi setelah Islam kuat dan keadaan telah

berubah, maka Umar tidak memberikan bagian zakat untuk mereka.

Kasus ini bermula ketika Uyainah Bin Hushain Al-Fazzariy dan Al- Aqra'

Bin Habis dari kalangan muallaf (yang semula mendapat pembagian zakat),

mendatangi Abu Bakar dan meminta bagian harta (lahan garapan), karena di masa

Rasulullah SAW mereka dapat bagian dipandang sebagai muallafat qulubuhum

(orang yang dijinakkan hatinya). Maka Abu Bakar menulis surat (nota) kepada Umar

agar memberi mereka bagian dari zakat. Tetapi Umar marah dan merobek surat Abu

Bakar tersebut, sembari berkata: “Kalian dulu diberi harta zakat karena waktu itu hati

kalian sedang dijinakkan. Sekarang kalian tidak lagi diizinkan dan umat Islam sudah

kuat. Jika kalian masih menginginkan Islam, tetapi kalau tidak, maka antara kami dan

kalian ada pedang (perang)". Mendengar jawaban Umar demikian, keduanya pulang

mendatangi Abu Bakar dan berkata: “Apakah Anda yang khalifah atau Umar?,

engkau memberi kami peluang lewat surat, Haman Umar merobeknya”. Abu Bakar

menjawab, "Itulah Umar bin Khatab".8

Di antara contoh pandangan atau pemikiran yang terjadi pada masa tabi'in

berkenaan dengan teori melestarikan nilai kemaslahatan dan menghindari

kemafsadatan (fi maqashid al-syari’ah) dalam menetapkan hukum adalah:

a. Sai’id Bin Musayyab, membolehkan pematokan harga barang apabila

dibutuhkan demi kepentingan kemaslahatan bersama. Alasannya, karena

8 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al-Syaukani, Relevansinya bagi Pembahuruan Hukum Islam di

Indonesia, (Jakarta: Logos, 1999), h. 42

Page 28: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

19

pemimpin (imam) wajib memelihara kemaslahatan seluruh umat Islam, dan

memelihara kemaslahatan bersama lebih utama dari pada mementingkan

kemaslahatan pribadi. Hal ini berdasarkan pada peristiwa ketika ada

sekelompok orang mengadu kepada Rasulullah perihal mahalnya suatu

harga.

b. Bilal Bin Abdullah Bin Umar Bin Al-Khatab pernah bersumpah bahwa ia

tidak akan memberikan izin kepada wanita untuk pergi ke masjid dengan

alasan adanya unsur mafsadah, pertimbangannya adalah karena perubahan

zaman, hal ini bertujuan untuk melindungi wanita dari para musuh dan

penggnggu.

3. Maqashid al-Syari'ah Pasca Sahabat dan Tabi'in

Dalam perkembangan pemikiran hukum Islam lebih lanjut, walau pada

mulanya masih tidak menyebut istilah maqashid al-syari'ah, dapat dikatakan bahwa

teori maqashid al-syari'ah sebenarnya merupakan pengembangan dari penerapan

konsep qiyas yakni dalam kaitan masalik al- 'illah dan teori mashlahah.

Pertimbangan pemikiran di atas, dapat dilihat pada masing-masing karya para

ulama secara terperinci, berikut ini penulis paparkan secara berurutan:

a. Diawali pada masa Imam al-Syafi'i (150-204 H). Imam al-Syafi’i terkenal

dan diakui sebagai ulama yang pertama kali menyusun ilmu ushul al-fiqh,

dan secara otomatis juga ia merupakan pendiri dasar dari ilmu maqashid al-

syari'ah. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-Risalah, al-Um, dan

lain-lain.

b. Setelah al-Syafi’i, muncul Imam al-Juwaini (419-478 H). Imam al-Juwaini

terkenal dengan julukan Imam Haramain memiliki karya yang terkenal di

antaranya adalah al-Syamil Fi Ushul al-Diin, Al-Burhan Fi Ushul Al-Fiqh,

al-Waraqat Fi Ushul Al-Fiqh, Al-Ghiyatsiy, Mughits Al-Khuluq dan Al-

Aqidah Al-Nizhamiyah,

c. Imam al-Haramain al-Juwaini dapat dikatakan sebagai ulama ushul al-fiqh

pertama yang menekankan pentingnya memahami maqasid al- syari’ah

Page 29: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

20

dalam menetapkan hukum Islam. la secara tegas mengatakan bahwa

seseorang tidak dapat dikatakan mampu menetapkan hukum dalam Islam,

sebelum ia memahami benar tujuan Allah mengeluarkan perintah-

perintah dan larangan larangan-Nya.9

d. Kemudian al-Juwaini mengelaborasi lebih jauh maqasid al- syari’ah itu

dalam hubungannya dengan 'illat dan dibedakan menjadi lima bagian, yaitu:

yang masuk kategori dharuriyyat (primer), al-hajat al-ammah (sekunder),

makramat (tersier), sesuatu yang tidak masuk kelompok dharuriyyat dan

hajiyyat, dan sesuatu yang tidak termasuk ketiga kelompok sebelumnya.

Dengan demikian pada prinsipnya al-Juwaini membagi tujuan tasyri' itu

menjadi tiga macam, yaitu dharuriyyat, hajiyyat dan makramat

(tahsiniyyah).

e. Selanjutnya Imam al-Ghazali (450-505 H). Imam al-Ghazali adalah seorang

yang terkenal faqih, ahli di bidang ushul fiqh dan ilmu kalam. la termasuk

ulama yang banyak menghasilkan karya tulisan di antaranya kitab al-

Mustashfa, al-Wajiz, lhya Ulum al-Diin dan masih banyak bagi yang

lainnya.

f. Selanjutnya muncul al-Razi (544-606 H), al-Amidi (w. 631 H), setelah itu

ada AL-'Iz Bin Abd al-Salam (577-660 H) beserta muridnya AI-Qarrafi

(626 H-684 H). Al-'lz ibn Abd al-Salam lebih banyak menekankan dan

mengelaborasi Konsep maslahat secara hakiki dalam bentuk menolak

mafsadat dan menarik manfaat. Menurutnya, maslahat keduniaan tidak dapat

dilepaskan dari tiga tingkat urutan Skala prioritas, yaitu daruriyat, hajiyat,

dan takmilat atau tatimmat. Lebih jauh lagi ia menjelaskan, bahwa taklif

harus bermuara pada terwujudnya maslahat manusia, baik di dunia

maupun di akhirat.

g. Setelah itu muncul Ibnu Taimiyah (661-728 H), Ibnu Qayyim (w 751 H) dan

9 Al-Juwaini, Al-Burhan fi Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al-Anshar, 1400 H), h. 295.

Page 30: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

21

At-Thufi.

h. Selanjutnya muncul Imam AI-Syathibi (720-790 H). Nama lengkapnya

adalah Abu Ishaq Ibrahim Bin Musa Bin Muhammad Al-Lakhmi Al-

Syathibi. Hasil karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwafaqat dan al-

I'tisham. Pada abad ke 8 H maqashid al-syariah dikembangkan oleh al-

Syathibi melalui karya monumentalnya al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah.

Kajian Sejak itu, kajian maqashid al-syari’ah mencapai titik puncaknya dan

berhasil membahasnya secara sistematis dan sejak itu pulalah al-Syatibi

dikenal dan diakui sebagai Bapak maqashid syari'ah.

i. Setelah al-Syathibi, ada beberapa ulama kontemporer lain yang fokus

mengkaji ilmu maqashid al-Syari'ah, di antaranya ada Al-Thahir bin 'Asyur

(w 1393 H), ia adalah ulama yang pertama kali yang mencoba merumuskan

defenisi dan mengklasifikasikan maqashid. Sehingga ia membagi maqashid

menjadi maqashid al-am dan maqashid al-khash. Kemudian 'llal Al-Fasiy

(w 1394 H)10 yang kemudian menggabungkan makna maqashid al-am dan

maqashid al-khas menjadi satu.

j. Setelah itu ada Wahba Al-Zuhaili dan Yusuf Al-Qaradhawi yang keduanya

juga membahas teori maqashid al-syari’ah ini yang secara substansial

sebenarnya masih dalam wacana menghindar dari segala yang dapat

merusak dan merealisasikan nilai kemaslahatan atau kebaikan baik di

dunia.

C. Dasar Hukum Maqashid Syrai’ah

Kajian teori maqashid al-syari'ah dalam hukum Islam adalah sangat penting.

Urgensi itu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut. Pertama,

hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan dan diperuntukkan

bagi umat manusia. Oleh karena itu, akan selalu berhadapan dengan perubahan sosial.

Dalam posisi seperti itu, apakah hukum Islam yang sumber utamanya (Alquran dan

10 ‘Ala Al-Din Husain Rahhal, a’alim Wa Dhawabith Al-Ijtihad ‘Inda Syaikh AlIslami Ibn

Taimiyyah, (Yordan: Dar Al-Nafais, 2000), h. 121-122

Page 31: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

22

Sunah) turun pada beberapa abad yang lampau dapat beradaptasi dengan perubahan

sosial. Jawaban terhadap pertanyaan itu baru bisa diberikan setelah diadakan kajian

terhadap berbagai elemen hukum Islam, dan salah satu elemen yang terpenting adalah

teori maqashid al-syari'ah. Kedua, dilihat dari aspek historis, sesungguhnya perhatian

terhadap teori ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, dan generasi

mujtahid sesudahnya. Ketiga, pengetahuan tentang maqashid al-syari'ah merupakan

kunci keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, karena di atas landasan tujuan

hukum itulah setiap persoalan dalam bermu'amalah antar sesama manusia dapat

dikembalikan. seorang pakar ushul fiqh, menyatakan bahwa nash-nash syari'ah itu

tidak dapat dipahami secara benar kecuali oleh seseorang yang mengetahui maqashid

al-syari'ah (tujuan hukum). Pendapat ini sejalan dengan pandangan pakar fiqh lainnya

yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang maqashid al-syari'ah merupakan

persoalan dharuri (urgen) bagi mujtahid ketika akan memahami nash dan membuat

istinbath hukum, dan bagi orang lain dalam rangka mengetahui rahasia-rahasia

syari'ah.11

Memang, bila diteliti semua perintah dan larangan Allah dalam Al- Qur'an,

begitu pula suruhan dan larangan Nabi SAW dalam sunnah yang terumuskan

dalam fiqh, akan terlihat bahwa semuanya mempunyai tujuan tertentu dan tidak

ada yang sia-sia. Semuanya mempunyai hikmah yang mendalam, yaitu sebagai

rahmat bagi umat manusia.

Rahmat untuk seluruh alam dalam ayat di atas diartikan dengan kemaslahatan

umat. Sedangkan, secara sederhana maslahat itu dapat diartikan sebagai sesuatu yang

baik dan dapat diterima oleh akal yang sehat. Diterima akal mengandung pengertian

bahwa akal itu dapat mengetahui dan memahami motif di balik penetapan suatu

hukum, yaitu karena mengandung kemaslahatan untuk manusia, baik dijelaskan

11 Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Islam, (Semarang: Universitas

Islam Sultan Agung Press, 2009), h. 124.

Page 32: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

23

sendiri alasannya oleh Allah atau dengan jalan rasionalisasi.12 Perintah Allah untuk

berzikir dan shalat dijelaskan sendiri oleh Allah.

Memang ada beberapa aturan hukum yang tidak dijelaskan secara langsung

oleh syari' (pembuat syari'at) dan akalpun sulit untuk membuat rasionalisasinya,

seperti penetapan waktu shalat zhuhur yang dimulai setelah tergelincirnya matahari.

Meskipun begitu tidaklah berarti penetapan hukum tersebut tanpa tujuan, hanya saja

barangkali rasionalisasinya belum dapat dijangkau oleh akal manusia.

Kandungan maqashid al-syari'ah dapat diketahui dengan merujuk ungkapan al-

Syathibi, seorang tokoh pembaru ushul fiqh yang hidup pada abad ke-8 Hijriah, dalam

kitabnya Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari'ah. Di situ beliau mengatakan bahwa

sesungguhnya syari'at itu ditetapkan tidak lain untuk kemaslahatan manusia di dunia

dan di akhirat. Jadi, pada dasarnya syari'at itu dibuat untuk mewujudkan kebahagiaan

individu dan jama'ah, memelihara aturan serta menyemarakkan dunia dengan segenap

sarana yang akan menyampaikannya kepada jenjang- jenjang kesempurnaan,

kebaikan, budaya, dan peradaban yang mulia, karena dakwah Islam merupakan rahmat

bagi semua manusia.13

D. Klasifikasi Maqshid Syari’ah

Secara umum, tujuan-tujuan hukum dapat dikelompokkan ke dalam dua

kategori yang luas. Yaitu, tujuan-tujuan hukum yang kembali kepada tujuan yang

dimaksud oleh Syari’ (Tuhan), dan tujuan-tujuan hukum yang berkenaan dengan

tujuan para mukallaf,1614 yaitu orang-orang muslim yang telah memiliki kewenangan

hukum dan memiliki kewajiban untuk menjalankan hukum tersebut. Kategori

pertama (yang menjadi bahasan dalam tulisan ini), yaitu maqashid syari'ah dengan

makna maqashid syari'ah mengandung empat aspek dalam penetapan hukum, yaitu:

12 Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Islam, (Semarang: Universitas

Islam Sultan Agung Press, 2009), h. 120. 13 Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Islam, (Semarang: Universitas

Islam Sultan Agung Press, 2009), h. 122. 14 Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos, 1995),

h. 39

Page 33: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

24

1. Tujuan awal syari' dalam menetapkan hukum, yaitu untuk kemaslahatan

untuk manusia sebagai hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat.

2. Tujuan syari' dalam menetapkan hukum untuk dipahami, yang berkaitan

erat dengan segi kebahasaan.

3. Tujuan Syari' dalam menetapkan hukum sebagai pembebanan hukum

(taklif) yang harus dilakukan.

4. Tujuan Syari' dalam menetapkan hukum supaya mukallaf (manusia yang

cakap hukum) dapat masuk di bawah naungan hukum, yang berkaitan

dengan kepatuhan manusia sebagai mukallaf di bawah dan terhadap

hukum- hukum Allah SWT.

Maka, yang menjadi poin utama dalam pembahasan maqashid syari'ah

dalam hal pembagiannya terhadap pemeliharaan maslahah adalah aspek

pertama yang berhubungan dengan tujuan awal Syari' dalam menetapkan

hukum. Yaitu dalam mewujudkan kemaslahatan bagi manusia di dunia dan

akhirat.

Allah SWT mensyariatkan hukum-hukumNya dengan tujuan untuk

memelihara kemaslahatan manusia, untuk menghindari mafsadat, ataupun

gabungan keduanya sekaligus,15 baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan

tersebut hendak dicapai melalui taklif yang pelaksanaannya sangat

tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama, alquran dan hadis.

Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan di dunia dan di akhirat,

berdasarkan penelitian para ahli ushul fiqh, ada lima unsur pokok yang

harus di pelihara dan diwujudkan. Kelima pokok tersebut adalah agama,

jiwa, akal, keturunan, dan harta. Seorang mukallaf akan memperoleh

kemaslahatan, manakala ia dapat memelihara kelima aspek pokok itu,

15 Saifuddin Abi al-Hasan Ali ibn Ali ibn Muhammad al-Amidi, al-ihkan fi Ushul al-Ahkam,

(Beirut: Dar al-kitab al-Ilmiyah, 2005), h. 237.

Page 34: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

25

sebaliknya ia akan merasakan adanya mafsadat, manakala ia tidak dapat

memeliharanya dengan baik.16

Maslahah yang menjadi prinsip dalam maqashid syari'ah dengan

memandang hubungannya dengan kelompok atau perorangan terbagi pada

dua pembagian. Yaitu:

1. Maslahat kulliyah, yaitu maslahat yang kembali kepada seluruh umat

atau jemaah yang besar berupa kebaikan dan manfaat, seperti menjaga

Negara dari musuh, menjaga umat dari perpecahan, menjaga agama dari

kerusakan.

2. Maslahat al-juz'iyyah al-khashshah, yaitu maslahah perseorangan atau

perseorangan yang sedikit, seperti pensyari’atan dalam bidang

mu’amalah17, yaitu hubungan antara individu dengan individu yang lain.

Kemudian, apabila maslahah tersebut dipandang dari segi kekuatan

yang timbul dari dirinya dan bekas yang dihasilkan, terbagi kepada tiga

tingkatan, yaitu:

1. Dharuriyyat

Maslahat dharuriyyat adalah sesuatu yang harus ada dalam rangka

mewujudkan kemaslahatan. Dengan kata lain dharuriyyat adalah

kemaslahatan yang terhadapnya terdapat kemaslahat dalam kehidupan

manusia di dunia dan akhirat. Jika maslahat dharuriyyat tidak terpenuhin,

maka kemaslahatan dunia tidak akan terlaksana dan menjadi rusak dan

binasa, dan di akhirat tidak mendapat kebahagiaan bahkan akan

mendapatkan siksa.

Dalam bentuk dharuriyyat ini, ada lima prinsip yang harus

dipelihara, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta17.

16 Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Islam, (Semarang: Universitas

Islam Sultan Agung Press, 2009), h. 122. 17 Wahabah al- Zuhaili, Ushul al-Fiqh al- Islami, (Damsyiq: Dar al-Fikri, 2006), h. 317 17 Wahabah al- Zuhaili, Ushul al-Fiqh al- Islami, (Damsyiq: Dar al-Fikri, 2006), h. 310

Page 35: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

26

Namun, tidak mustahil kelima bentuk dharuriyyah ini terjadi

benturan antara yang satu dengan yang lainnya. Umpamanya, pada saat

yang sama manusia dilarang meminum khamar karena memelihara akal,

dan ia juga berkewajiban untuk memelihara jiwanya pada saat yang

terpaksa, maka ia boleh minum khamar untuk bertahan hidup.18

Perbenturan antara dua kemaslahatan yang bersifat dharuriyyat ini,

para ahli ushul fiqh menetapkan kaidah yang dapat menjawab persoalan

seperti pada contoh di atas:

"Kemudharatan yang besar dapat dihilangkan dengan kemudharatan yang

kecil"

Sehingga dengan adanya kaidah ini, syari'at tidak bersifat kaku

dalam menghadapi persoalan yang mungkin terjadi perbenturan dalam

maslahat kulliyyah al-khamsah, di mana hal itu merupakan maslahat yang

harus dijaga.

2. Hajiyat

Hajiyat adalah maslahah yang dikehendaki untuk memberi

kelapangan dan memudahkan kehidupan manusia. Jika maslahah hajiyat ini

tidak dapat dipenuhi, maka kehidupan manusia menjadi sulit, namun tidak

sampai pada tingkat kerusakan, seperti pensyari'atan rukhsah yang

meringankan taklif dalam beribadah bagi mukallaf yang mendapat kesulitan

seperti sakit dan dalam perjalanan (musafir).

Mengenai hal ini, terdapat kaidah fiqh yang dapat dipakai sebagai

penguat bagi kemaslahatan yang bersifat hajiyat ini, yaitu:

"Kebutuhan (hajat) menduduki posisi dharurat, baik yang bersifat umum

maupun yang bersifat khusus.”

Dalam hal ini, sesuatu yang bersifat hajiyat, dapat berposisi seperti

18 Ahmad Wira, Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi, (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 377

Page 36: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

27

kemaslahatan yang bersifat dharurat. Namun, kemaslahatan tersebut tidak

sampai seperti keadaan dharurat. Adapun, hal yang dapat ditimbulkan

adalah kesulitan, tidak sampai pada kerusakan apabila hal tersebut tidak

terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat antara lain seperti disyari'atkannya

kebolehan bagi seseorang untuk melakukan ijarah (sewa-menyewa) dalam

muamalah, di mana transaksi sewa menyewa tersebut memberikan suatu

kemaslahatan bagi para pihak yang membutuhkan adanya transaksi tersebut.

Contoh lain adalah adanya kebolehan mengqasar shalat bagi orang yang

melakukan perjalanan jauh, dengan tujuan menghilangkan kesulitan bagi

orang yang sedang dalam perjalanan.

3. Tahsiniyyat

Tahsiniyyat adalah kemaslahatan dengan adanya hal ini maka,

kenyamanan dan keindahan dalam kehidupan manusia. Seperti memakai

perhiasan dan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah dalam mendekatkan diri

kepada Allah, dan lain sebagainya.19 Pelaksanaan maqashid syari'ah yang

bersifat tahsiniyyah ini dimaksudkan agar manusia dapat melakukan sesuatu

yang terbaik untuk penyempurnaan terhadap pemeliharaan dari lima prinsip

yang harus dipelihara, yaitu; agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Salah

satu kaidah fiqh yang dapat dipakai untuk pelaksanaan kemaslahatan ini,

adalah kaidah yang berbunyi:

"Dianjurkan untuk keluar dari perselisihan (sesuatu yang tidak sesuai

dengan yang seharusnya).”

Yaitu, menjauhi diri dari melakukan perbuatan yang berbeda atau bahkan

bertentangan dengan syari'at atau yang berdasarkan kebiasaan yang sesuai dengan

akal sehat, dan hal itu juga berhubungan dengan persoalan etika dan akhlak.

Di antara contohnya adalah menggosok-gosok ketika bersuci (mandi atau

berwudhu'), tertib dalam mengqada shalat (yaitu mendahulukan dalam mengqada

19 Imam Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakar al-Sayuti, al-Asybah waal- Nazha’ir fi al-

Furu’, (Semarang. Maktabah waMathba’ah Thaha Putra, 2000), h. 62

Page 37: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

28

shalat sesuai dengan urutan waktu shalat), menjauhi menghadap qiblat atau

membelakanginya ketika buang hajat (yang berkaitan dengan etika ketika buang

hajat), dan lain sebagainya.20

Dilihat dari ketiga maslahah di atas, pada hakikatnya, baik kelompok

dharuriyyat, hajiyat, maupun tahsiniyyat dimaksudkan untuk memelihara atau

mewujudkan kelima pokok (tujuan hukum Islam yang asasi) Adapun, kelima hal

tersebut secara urutan peringkatnya adalah:

a). Hifzhud din (menjaga agama).

b). Hifzhudn nafs (menjaga jiwa).

c). Hifzhul ‘aql (menjaga akal).

d). Hifzhun nasl (menjaga keturunan).

e). Hifzhul mal (menjaga harta benda).

Kebutuhan kelompok pertama dapat dikatakan sebagai kebutuhan

primer, yang kalau kelima pokok itu diabaikan maka akan berakibat

terancamnya esensi kelima pokok itu. Kebutuhan dalam kelompok kedua

dapat dikatakan sebagai kebutuhan sekunder. Artinya, kalau kelima pokok

dalam kelompok ini diabaikan, maka tidak mengancam esensinya,

melainkan akan mempersulit dan mempersempit kehidupan manusia.

Sedangkan kebutuhan dalam kelompok ketiga erat kaitannya dengan upaya

untuk menjaga etiket sesuai dengan kepatutan, dan tidak akan mempersulit,

apalagi mengancam esensi kelima pokok itu. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa kebutuhan dalam kelompok ketiga lebih bersifat

komplementer, pelengkap.21

Berdasarkan hal itu, maslahat bertingkat-tingkat seperti

bertingkatnya kebutuhan. Dalam mempengaruhi maslahat, kemaslahatan

dharuriyat didahulukan dari pada maslahat hajiyat, dan hajiyat didahulukan

20 Imam Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakar al-Sayuti, al-Asybah waal- Nazha’ir fi al-

Furu’, (Semarang: Maktabah waMathba’ah Thaha Putra, 1956), h. 68-69 21 Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta: Logos, 1995),

h. 41

Page 38: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

29

dari pada tahsiniyyat. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa

kemaslahatan yang lebih besar didahulukan dari kemaslahatan yang kecil.

Namun, dalam banyak hal tidak ada maslahat yang sama sekali terlepas

dari buruk (mafsadat) dan sebaliknya, tidak ada mafsadat yang sedikitpun

tidak mengandung maslahat. Karena itu, dalam menilai apakah sesuatu itu

maslahat, haruslah berhati-hati.22 Sedikit berbeda dengan hal di atas Izz al-

Din 'Abd al-'Az iz ibn 'Abd al-Salam nembagi masalahat kepada dua

bagian, yaitu:23

1. Maslahat yang diwajibkan oleh Allah SWT karena memandang diri

hambanya. Maslahah ini terbagi kepada yang baik, terbaik dan

pertengahan antara keduanya. Maslahah yang terbaik adalah sesuatu

yang bersifat mulia dengan bentuk menolak terhadap mafsadat yang

paling buruk dan mengambil masalahat yang paling kuat. Kemasalahatan

pada tingkat pertama ini terbagi kepada dua bagian, yaitu:

a. Bersifat segera (duniawi), yaitu melaksanakan hukum-hukum

Islam, seperti menjaga diri, harta, kehormatan dan anak-anak.

b. Bersifat tidak dalam bentuk segera atau untuk kehidupan yang akan

datang (ukhrawi), yaitu persoalan yang berhubungan dengan

keyakinan, seperti kekal di surga, mendapatkan ridha Allah, dan

lainnya.

2. Maslahah yang disunatkan oleh Allah untuk hambanya, yang dipandang

sebagai suatu kebaikan bagi mereka. Tingkatan paling tinggi dari

masalahat yang disunatkan ini adalah sama dengan maslahat yang paling

rendah dari masalahat yang diwajibkan oleh Allah.

Dilihat dari bentuk maslahat menurut Izz al-Din 'Abd al-'Az lz ibn 'Abd al

Salam ini, terlihat bahwa maksud dan tujuannya hampir sama dengan

22 Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia Penggagas dangagasannya, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1997), h.68. 23 Muhammad 'Izz al-Din 'Abd al-'Az iz ibn 'Abd al-Salam al-Salami, Qawa’id al- Ahkam Fi

Mashalih al-Anam, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1999), h. 40-41

Page 39: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

30

pembagian yang dikemukakan sebelumnya. Di mana pembagian di atas

yang menyatakan kepada masalahah yang diwajibkan dan yang disunatkan

hampir sama dengan pandangan Imam al-Syathibi yang membaginya

kepada tiga tingkatan, yaitu dharuriyyat, hajiyat, dan tahsiniyyat. Karena,

kedua pendapat itu terlihat bahwa maslahat itu bertingkat sesuai dengan

tingkat keadaan yang terjadi

Page 40: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

31

BAB III

PERAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN

IDEOLOGI PANCASILA (BPIP) TERHADAP IDEOLOGI PANCASILA

A. Sejarah Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

Pembangunan karakter bangsa dicanangkan sebagai tujuan utama

pendidikan saat itu. Terlihat dari Undang Undang Nomor 4 Tahun 1950

tentang Dasar Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (UUPP) Pasal 3

yang menegaskan tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk

manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air, merupakan

salah satu upaya negara Indonesia terhadap pembangunan karakter bangsa

Indonesia.

Pembangunan karakter bangsa secara eksplisit dimuat dalam produk

politik tertinggi lembaga negara, MPR, berupa Garis Besar Haluan Negara atau

GBHN. Pendidikan karakter bangsa pada masa orde baru ini direalisasikan

melalui TAP MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan

Pengalaman Pancasila (Ekraprasetia Pancakarsa) disingkat P4. Untuk

melaksanakan dan menindak lanjuti TAP MPR No. II/MPR/1978 diterbitkan

Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1978 tentang Penataran Pegawai republik

Indonesia mengenai hasil sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Tahun 1978. Langkah selanjutnya adalah penataran

penyelenggaraan P4 bagi masyarakat pada umumnya, serta pegawai negeri di

instansi masing-masing. Pemerintah kemudian membentuk Lembaga

Pemerintah Non Departemen yang disebut Badan Pembinaan Pendiidkan

Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila disingkat BP-7

dengan surat Keputusan Presiden No. 10 tahun 1979 sebagai pentuk realisasi

dari penyelenggaraan P4 di masyarakat. Proses indroktrinasi terjadi dalam

penerapan penataran P4 yang di lakukan di sekolah-sekolah sejak dari sekolah

Page 41: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

32

dasar hingga perguruan tinggi yang berisi tentang butir-butir pancasila.

Penataran P4 menjadi unsur yang sangat penting dan menentukan bagi masa

depan siswa pada masa Orde Baru.

Indoktrinasi melahirkan keberhasilan semu dalam waktu yang singkat,

sekaligus dipastikan menumpuk antipati, kegersangan, kebohongan,

ketidakpedulian, kebencian, dan terutama perlawanan terhaapnya.3 Pendekatan

di indoktrinasi seperti itulah yang sempat melumpuhkan pancasila hampir

sepanjang usianya. Tetapi dari sejarah itu pula kita menemukan sebuah hikmah

bahwa ambisi politik penguasa di masa lalu telah menjadi blessing in disguise:

ambisi kekuasaan di masa lalu, ternyata bukan saja tidak berhasil mengubah

hakikat pancasila, tetapi juga melahirkan kekuatan penghancuran diri.

Lebih lanjut, ketika era reformasi dimulai dengan lahirnya TAP MPR

Nomor XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1978 tentag

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa)

dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara. Selanjutnya, ditetapkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang

Pencabutan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1979 tentang Badan

Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila.

Pasca pencabutan TAP tentan P4 dan BP-7 menjelaskan belum jelasnya

strategi pelembagaan pancasila dan nilai-nilai luhur kebangsaan lainnya. Hal

ini diakibatkan karna tidak terdapat aturan pengganti yang menjelaskan

mengenai pola pendiidkan karakter bangsa yang akan dilakukan. Meskipun era

reformasi tetap mengakui komitmen terhadap pancasila sebagai dasar negara,

tetapi tidak ada pedoman. Dengan demikian, segenap komponen bangsa dapat

memaknai pancasila sesuai dengan instuisi dan seleranya masing-masing.

Reflesi dari era sebelumnya, pengenalan dan pendidikan tentang penghayatan

pancasila tidak lagi dijadikan satu mata pelajaran atau kurikulum khusus.

Page 42: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

33

Melainkan pendidikan karakter terjadi lebih alamiah ketika dilaksanakan

secara informal dan natural. Sehinnga terjadi perubahan sistem pembelajaran

tentang penanaman nilai-nilai pancasila yang semula lebih rigid menjadi lebih

fleksible. Namun, metode ini juga memiliki kelemahan, misalnya pendekatan

ini memerlukan waktu yang lama. Selain itu, jika tidak dibimbing dengan baik

dapat memilih nilai yang tidak sesuai dengan standar nilai masyarakat. Setelah

pembubaran BP7 upaya pemerintah untuk tetap mempertahankan ideologi

pancasila kepada seluruh masyarakat adalah dengan mengeluarkan Instruksi

Presiden Nomor 6 Tahun 2005 tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan

Sosialisasi Undang-Undang Dasar NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR.

B. Dasar Hukum Pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

Seperti yang telah pembaca ketahui bahwa landasan ideologis dari

Negara Indonesia adalah Pancasila. Adapun, value yang tertanam pada masyarakat

Indonesia dituangkan ke dalam Pancasila. Maksudnya adalah nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap, mental,

dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian pada setiap individu mengacu

pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama.

Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya

dengan Ideologi bangsa.1

Founding father bangsa Indonesia telah bersepakat untuk menjadikan

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam

pembukaan UUD Negara Republik Indonesia alinea ke 4 yang berbunyi:242

1 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 4.

2 Paristiyanti Nurwardani, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Direktoral Jendral

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Press, (Jakarta:

2016), h. 63.

Page 43: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

34

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk

dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan

berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan ideologis bangsa menjadi

sumber dari segala sumber hukum peraturan perundang-undangan yang ada di

Indonesia. Adapun, sebagai lembaga yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang

untuk membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan Pembinaan Ideologi

Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian Pembinaan

Ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan

penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan

dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap

kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi

negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan

komponen masyarakat lainnya.3

3 Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,

(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 4.

Page 44: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

35

Mengenai hal ini, Guru besar Universitas Diponegoro, Suteki

menyatakan dengan hadirnya BPIP ini seolah-olah Pancasila mengalami reduksi

hanya dari sisi Ideologi. Padahal ada 4 fungsi Pancasila yaitu:4

a. Fungsi Pancasila dibidang kehidupan bermasyarakat sebagai “way

of life” atau pandangan hidup.

b. Fungsi Pancasila dibidang kehidupan berbangsa sebagai Ideologi

negara.

c. Fungsi Pancasila dibidang kehidupan bernegara sebagai dasar

negara.

d. Fungsi Pancasila dibidang kehidupan internasional sebagai “margin

of appreciation”.

Hadirnya BPIP apakah akan menjadi lembaga yang efektif mengingat

tugas BPIP ini bisa diintegrasikan dengan fungsi-fungsi kementrian lain.

Adanya reduksi dalam hal pemahaman nilai nilai Pancasila Presiden

melalui kebijakannya seakan-akan menghidupkan kembali keperkasaan Pancasila

dicurigai dianggap sebagai upaya pemerintah untuk memaksakan tafsir tentang

Pancasila dan pada akhirnya BPIP ditengarai akan dijadikan sebagai alat pemukul

kepada mereka yang berseberangan yang nantinya akan membawa ketidakadilan

dalam masyarakat untuk berpendapat, menyatakan sikap sesuai hati nuraninya dan

membentuk organisasi atau serikat.5

Selain itu, berbicara mengenai pengamalan Pancasila, Refly Harun

menuturkan pendapatnya mengenai pengimplementasian Pancasila ini. Beliau

mengingatkan Pemerintah bahwa kehidupan berbangsa tak hanya soal Pancasila

yang memang sudah kokoh sebagai dasar negara. Sebab, agama, adat istiadat dalam

4 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 5. 5 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 12.

Page 45: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

36

tingkatan masyarakat juga harus mendapat perhatian. Tidak boleh benturkan

Pancasila dengan adat atau agama. Orang yang beragama dengan baik pasti

Pancasilais. Jadi Pancasila jangan dibajak, dan meminta pemerintah tidak terjebak

cara-cara rezim Orde Lama maupun Orde Baru, yang memanfaatkan Pancasila

sebagai alat penggebuk saat berkuasa,fakta kelompok-kelompok intoleran atau anti

kebhinekaan memang ada. Dan seharusnya, Pancasila itu digunakan merangkul

mereka, bukan malah memisahkannya. Untuk itu agar pemahaman Pancasila

dititipkan ke lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada. Pemerintah cukup

membuat kurikulum dan silabusnya. Pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga

pendidikan yang ada di bawah Kementerian terkait. Refly Harun juga berpendapat

bahwa untuk mengukur kinerja lembaga ini sangat susah karena penilaian itu harus

mengacu kinerja yang dihasilkan misalnya kinerja selama setahun ini, harus ada

input, output, outcome.6

Implementasi nilai Pancasila ini secara sosial kultural dalam tatanan

kehidupan berbangsa dan bernegara juga telah tersistem dengan baik, hal ini terlihat

dalam perumusan setiap norma regulasi baik undang undang maupun Peraturan

perundang undangan lain yang selalu menjadikan Pancasila sebagai asas utama

yang harus dicantumkan. Secara simbolis hal ini terbukti dengan diadakannya

kegiatan upacara bendera setiap hari senin di sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah

Dasar hingga Sekolat tingat Menengah Atas. Bahkan pada hari- hari tertentu

perguruan tinggi juga mengadakan upacara pengibaran bendera demikian halnya

dengan para pegawai Negeri Sipil di instansinya masing-masing. Di dalam upacara

tersebut selalu terdapat pembacaan Teks Pancasila yang wajib dihayati oleh seluruh

peserta upacara.

Selain landasan ideologis, pembentukan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila ini dilindungi oleh payung hukum dengan landasan yuridisnya. Adapun,

6 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 13.

Page 46: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

37

UUD 1945 merupakan sumber hukum dari peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Sebagai sumber hukum Negara Republik Indonesia, semua peraturan di

Indonesia adalah turunan dari pasal-pasal yang termaktub dalam UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 7 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan menyatakan bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-

undangan di Indonesia adalah sebagai berikut:7

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Landasan yuridis pada setiap dasar hukum mengenai suatu hal sudah pasti

bersumber dari UUD 1945, dalam hal ini keberadaan dan kedudukan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila di bentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembinaan Pancasila Pembentukan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Lebih lanjut, penulis menjelaskan bahwa

Peraturan Presiden yang lazim disingkat dengan Perpres, ialah salah satu jenis

peraturan perundang-undangan yang terapat dalam hierarki Peraturan Perundang-

Undangan Negara Republik Indonesia yang kedudukannya berada di bawah Peraturan

Pemerintah (PP) dan di atas Peraturan Daerah tingkat Provinsi (Perda Provinsi) dan

dibuat oleh Presiden. Jenis peraturan ini sangat sentral kedudukannya dalam sistem

pemerintahan presidensil. Dengan kata lain para pembantunya, yakni menteri, harus

menjalankan visi presiden.Visi presiden itu dapat dilihat antara lain dari isi Perpres

yang dikeluarkan. Masing-masing Presiden dalam sejarah Indonesia pernah

7 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Diakses

melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39188/uu-no-12-tahun-2011 pada 29 Agustus 2020.

Pukul 19.36 WIB

Page 47: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

38

mengeluarkan peraturan, meskipun pada masa Orde Lama dan Orde Baru sering

disebut Keputusan Presiden (Keppres).

Pembentukan lembaga negara di Indonesia dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Dasar, Undang-Undang, dan oleh Peraturan yang lebih rendah. Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembinaan

Ideologi Pancasila dan adalah lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden.

Sebelum adanya Badan Ideologi Pancasila sudah terbentuk Badan yang

bernama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila yang selama ini memiliki

tugas untuk membina ideologi Pancasila. Namun, lembaga ini masih perlu

disempurnakan dan direvitalisasi tugas dan fungsinya sehingga menjadi Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila yang dapat efektif menjalankan tugas dan fungsinya.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2077 tentang Unit Keda Presiden Pembinaan

Ideologi Pancasila perlu diganti dalam rangka penguatan Pembinaan Ideologi

Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.258

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dibentuk sebagai lembaga baru yang

memiliki kewenangan untuk menegakan dan mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila sehingga menjadi pedoman bagi seluruh komponen bangsa dan seluruh

warga negara Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembinaan

Ideologi Pancasila adalah bentuk tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2017 tentang unit kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila yang selama ini

melakukan tugas Pembinaan Ideologi Pancasila yang mana perlu direvitalisasi

organisasi, tugas, dan fungsinya.

Salah satu upaya dari pemerintah untuk dapat menanamkan dan mengawal

nilai-nilai Pancasila di masyarakat adalah dengan dibentuknya Badan Pembinaan

8 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 8.

Page 48: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

39

Ideologi Pancasila. Pada dasarnya, BPIP memiliki tanggung jawab yang besar dalam

menanamkan dan mengawal nilai nilai Pancasila karena hal ini dilakukan terhadap

lembaga tinggi negara, kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial

politik dan komponen masyarakat lainnya. Sehingga BPIP mempunyai wilayah tugas

yang sangat luas untuk menyelenggarakan fungsinya yang tercantum dalam Pasal 4

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembinaan

Ideologi Pancasila.269

Selain Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Pembinaan Ideologi Pancasila, landasan yuridis eksistensi Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) adalah:2710

1. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

Keputusan yang ditetapkan pada tanggal 1 Juni 2016 ini berisi tentang

penetapan hari lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni dan

dirayakan oleh pemrintah, seluruh komponen bangsa, dan masyarakat. Tanggal

1 Juni juga menjadi hari libur nasional.

2. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 19 April 2018 ini berisi

mengenai struktural, tugas, fungsi, dan wewenang Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila.

3. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2018 tentang Kelompok Ahli di Lingkungan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 22 Mei 2018 ini berisi

tentang kedudukan, jumlah,struktural, fungsi, dan wewenag dari Kelompok

9 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 9. 10 https://jdih.bpip.go.id/pencarian, diakses pada 29 Agustus, pukul 19.52 WIB.

Page 49: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

40

Ahli yang dibentuk oleh Kepala dan Wakil Kepala untuk membantu tugas dan

fungsi BPIP dengan persetujuan Ketua Dewan Pengarah.

4. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2018 tentang Rencana Strategis Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

tahun 2018-2023. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 8 Juni 2018 ini

berisi tentang rencana strategis, analisa SWOT, nilai,visi, misi, tujuan, sasaran,

dan hasil yang diharapkan Badn Pembinaan Ideologi Pancasila dalam jangka

waktu tahun 2018-2023.

5. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2018 tentang Rencana Strategis Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

tahun 2018-2023. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 7 September 2018

ini mencabut peraturan sebelumnya (Peraturan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Rencana Strategis

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila tahun 2018-2023) adapun isinya sama

dengan Peraturan yang dicabut namun ada yang ditambahkan, yaitu mengenai

arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, dan kelembagaan.

6. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 20

Februari 2019 ini berisi tentang jenis dan format naskah dinas, pembuatan

naskah dinas, kewenangan penandatanganan, dan pengendalian naskah dinas.

7. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2019 tentang Hari Kerja, Jam Kerja, dan Cuti Pegawai. Peraturan yang

diundangkan pada tanggal 29 Oktober 2019 ini berisi tentang ketentuan umum,

penetapan hari kerja, jam kerja, waktu istirahat, kerja lembur, presensi manual,

dan rekapitulasi kehadiran pegawai.

8. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2019 tentang Kelas Jabatan di Lingkungan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila yang diundangkan pada tanggal 29 Oktober 2019 ini berisi hal-hal

Page 50: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

41

yang berkaitan dengan kelas-kelas jabatan yang ada di lingkungan Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila.

9. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2019 tentang Pemberian dan Pemotongan Kinerja Pegawai di

Lingkungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Peraturan yang

diundangkan pada tanggal 29 Oktober 2019 ini berisi tentang ketentuan umum

dan pemberian serta pemotongan tunjangan kinerja dalam Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila.

10. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2019 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya Bagi Dewan Pakar,

Kelompok Ahli, dan Satuan Tugas Khusus di Lingkungan Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 29 Oktober 2019

ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan hak keuangan dan fasilitas bagi dewan

pakar, kelompok ahli, dan satuan tugas khusus yang berada di lingkungan

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

11. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Tahun 2020-2024. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 10 Juni 2020 ini

mencabut Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2018 tentang Rencana Strategis Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila tahun 2018-2023. Adapun isinya adalah sama dengan peraturan yang

telah dicabut namun ditambahkan dengan target kinerja dan kerangka

pendanaan.

12. Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2020 tentang Pendidikan dan Pelatihan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila. Peraturan yang diundangkan pada tanggal 13 Agustus 2020 ini

berisi mengenai ketentuan umum, penyelenggaraan diklat Pendidikan dan

Page 51: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

42

Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP), sertifikat dan akreditasi serta

pendanaannya.11

C. Kedudukan Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam

Struktural Kelembagaan Indonesia

Sebelum mengetahui kedudukan Badan Pembinaan Ideologi Negara, penulis

akan jelaskan secara singkat mengenai struktur kelembagaan di Indonesia, sehingga

pembaca tidak akan kesulitan memahami kedudukan dan posisi Badan Pembinaan

Ideologi Negara di Indonesia.

Penyebutan lembaga negara terkadang dapat diganti dengan istilah lain, yaitu

lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahan non-departemen, atau lembaga negara

saja. Ada yang dibentuk berdasarkan atau karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada

pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari UU, dan bahkan ada pula

yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Hirarki kedudukannya tentu

saja berbeda, tergantung pada derajat pengaturannya menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.12

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ

konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan Undang-undang adalah organ UU,

sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden tentunya lebih rendah lagi

tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk didalamnya.

Demikian pula jika lembaga dimaksud dibentuk dan diberi kekuasaan berdasarkan

Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya.13

Kelembagaan negara berdasarkan UUD 1945 dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kategori. Pertama, lembaga-lembaga utama yang melaksanakan cabang

11 Diakses melalui laman resmi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila,

https://jdih.bpip.go.id/pencarian pada 29 Agustus, pukul 19.57 WIB 12 Zaki Ulya, Hukum Kelembagaan Negara: Kajian Teoritis Kedudukan Lembga Negara

Pasca Reformasi, (Aceh: Universitas Samudra Press, 2017), h. 14. 13 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di

Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van hoeve, 1994), h. 13.

Page 52: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

43

kekuasaan tertentu. Kedua, lembaga-lembaga negara yang bukan pelaksana salah satu

cabang kekuasaan, tetapi keberadaannya diperlukan untuk mendukung salah satu

lembaga pelaksana cabang kekuasaan tertentu. Ketiga, lembaga-lembaga yang

ditentukan untuk melaksanakan kekuasaan tertentu tanpa mengatur nama dan

pembentukan lembaganya. Keempat, lembaga yang ditentukan secara umum dan

menyerahkan pengaturan lebih lanjut kepada undang-undang. Kelima, lembaga-

lembaga yang berada di bawah presiden untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.

Keenam, lembaga-lembaga di tingkat daerah. Adapun, berdasarkan pembagian fungsi

kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam UUD 1945, maka dapat diketahui

bahwa terdapat lembaga-lembaga negara yang melaksanakan setiap kekuasaan

tersebut berdasarkan fungsinya.

Jika penataan lembaga negara melalui ketentuan peraturan perundang

undangan telah dilakukan, setiap lembaga negara dapat menjalankan wewenang sesuai

dengan kedudukan masing-masing. Hal itu akan mewujudkan kerja sama dan

hubungan yang harmonis demi pencapaian tujuan nasional dengan tetap saling

mengawasi dan mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan dan konsentrasi

kekuasaan.

Jika berbicara mengenai organisasi negara, maka ada dua unsur pokok yang

saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Dalam UUD Tahun 1945, lembaga-lembaga

yang dimaksud, ada yang namanya disebut secara eksplisit dan ada pula hanya

fungsinya yang disebutkan eksplisit. Menurut Jimly Asshiddiqie, lembaga-lembaga

tersebut dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi fungsi dan segi hierarkinya. Untuk

itu ada dua kriteria yang dapat dipakai, yaitu (i) kriteria hierarki bentuk sumber

normatif ysng menetukan kewenangannya, dan (ii) kualitas fungsinya yang bersifat

utama atau penunjang dalam sistem kekuasaan.14

Berdasarkan teori tersebut, lembaga-lembaga negara dapat dibedakan ke dalam

3 lapis lembaga negara, yaitu lembaga lapis pertama yang disebut dengan “lembaga

14 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di

Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van hoeve, 1994), h. 90.

Page 53: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

44

tinggi negara” merupakan lembaga-lembaga negara yang bersifat utama (primer) dan

dibentuk berdasarkan kewenangan dari Undang-Undang Dasar; lembaga lapis kedua

yang disebut dengan “lembaga negara”. Lembaga negara ini ada yang mendapat

kewenangannya secara eksplisit dari Undang- Undang Dasar namun ada pula yang

mendapat kewenangan dari Undang- Undang; dan lembaga lapis ketiga yang disebut

“lembaga daerah”. Selain lembaga-lembaga negara tersebut, ada pula beberapa

lembaga negara lain yang dibentuk berdasarkan amanat undang-undang atau peraturan

yang lebih rendah, seperti peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Keputusan

Presiden, seperti komisi-komisi independen. Keberadaan badan atau komisi- komisi

ini sudah ditentukan dalam undang-undang, akan tetapi pembentukannya biasanya

diserahkan sepenuhnya kepasa presiden atau kepada menteri atau pejabat yang

bertanggung jawab mengenai hal itu.2815

Pasca amandemen konstitusi, Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke

dalam tiga kelompok. Pertama, lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah

UUD Negara RI Tahun 1945 (constitutionally entrusted power). Kedua, lembaga

negara yang dibentuk berdasarkan perintah undang-undang (legislatively entrusted

power) dan ketiga, lembaga negara yang dibentuk atas dasar perintah keputusan

presiden.

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara

yang kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara RI Tahun 1945,

yaitu Presiden dan Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan KY. Selain

delapan lembaga tersebut, masih terdapat beberapa lembaga yang juga disebut dalam

UUD Negara RI Tahun 1945 namun kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit

oleh konstitusi. Lembaga-lembaga yang dimaksud adalah Kementerian Negara,

Pemerintah Daerah, komisi pemilihan umum, bank sentral, Tentara Nasional

Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dan dewan

15 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di

Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van hoeve, 1994), h. 217.

Page 54: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

45

pertimbangan presiden. Kedelapan lembaga negara tersebut yang sumber

kewenangannya disebutkan langsung dari konstitusi, merupakan pelaksana kedaulatan

rakyat dan berada dalam kedudukan yang setara, seimbang, serta independen satu

sama lain.16

Berikutnya adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan peraturan di

bawah UUD 1945. Setidaknya, terdapat sepuluh lembaga negara yang dibentuk atas

dasar perintah undang-undang. Lembaga-lembaga tersebut adalah Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Komisi

Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia

(Komnas Perlindungan Anak), Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan,

Dewan Pers, dan Dewan Pendidikan. Jumlah ini kemungkinan dapat bertambah atau

berkurang mengingat lembaga negara dalam kelompok ini tidak bersifat permanen

melainkan bergantung pada kebutuhan negara. Misalnya, KPK dibentuk karena

dorongan kenyataan bahwa fungsi lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya,

seperti kepolisian dan kejaksaan, dianggap tidak maksimal atau tidak efektif dalam

melakukan pemberantasan korupsi. Apabila kelak, korupsi dapat diberantas dengan

efektif oleh kepolisian dan kejaksaan, maka keberadaan KPK dapat ditinjau

kembali.2917

Sementara itu, lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden,

peraturan pemerintah, dan peraturan presiden. Adapun, contoh lembaga yang

dimaksud antara lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON), Komisi Hukum

Nasional (KHN), Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan), Dewan Maritim Nasional (DMN), Dewan Ekonomi Nasional (DEN),

Dewan Pengembangan Usaha Nasional (DPUN), Dewan Riset Nasional (DRN),

16 Zaki Ulya, Hukum Kelembagaan Negara: Kajian Teoritis Kedudukan Lembga Negara

Pasca Reformasi, (Aceh: Universitas Samudra Press, 2017), h.25. 17 Zaki Ulya, Hukum Kelembagaan Negara: Kajian Teoritis Kedudukan Lembga Negara

Pasca Reformasi, (Aceh: Universitas Samudra Press, 2017), h.25-26.

Page 55: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

46

Dewan Pembina Industri Strategis (DPIS), Dewan Buku Nasional (DBN), Komite

Kebijakan Industri Pertahanan, Dewan Ketahanan Pangan, Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional dan lembaga negara lainnya. Sejalan dengan lembaga-lembaga negara

pada kelompok kedua, lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini

pun bersifat sementara bergantung pada kebutuhan negara.

Dalam hal ini, BPIP adalah sebuah lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Presiden, maka kedudukan Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) adalah lembaga resmi yang tergolong sebagai lembaga pemerintahan

untuk membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan Pembinaan Ideologi

Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan dan melaksankan penyusunan

standarisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,

serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau

regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara,

kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial poltik, dan komponen

masyarakat lainnya.18

Seperti yang tercantum, dalam BAB V Pasal 45 sampai dengan Pasal 50

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila

tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Jabatan, secara struktural di dalam

Organisasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila terdapat Dewan Pengarah, Kepala,

dan Wakil Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Sekretaris Utama dan

Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Kepala dan/atau Wakil

Kepala setelah mendapat persetujuan Ketua Dewan Pengarah. Pengangkatan

Sekretaris Utama dan Deputi dilakukan setelah melalui proses seleksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Staf Khusus Dewan Pengarah diangkat dan

diberhentikan oleh Ketua Dewan Pengarah. Dewan Pengarah, Kepala, Wakil Kepala,

18 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 9.

Page 56: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

47

Deputi, dan Staf Khusus Dewan Pengarah dapat berasal dari pegawai negeri sipil atau

bukan pegawai negeri sipil.19

Pegawai negeri sipil yang diangkat menjadi pegawai di lingkungan BPIP

diberhentikan dari jabatan organiknya tanpa kehilangan statusnya sebagai pegawai

negeri sipil. Pegawai negeri sipil yang berhenti atau telah berakhir masa baktinya

sebagai pegawai di lingkungan BPIP, diaktifkan kembali dalam jabatan organik sesuai

formasi yang tersedia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pegawai

negeri sipil yang diangkat menjadi pegawai di lingkungan BPIP diberhentikan dengan

hormat sebagai pegawai negeri sipil apabila telah mencapai batas usia pensiun dan

diberikan hak kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Kepala Biro, Direktur, Kepala Pusat, Kepala Bagian, Kepala Subdirektorat,

Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi di lingkungan BPIP diangkat dan

diberhentikan oleh Sekretaris Utama setelah mendapat persetujuan dari Ketua Dewan

Pengarah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

D. Tugas dan Fungsi Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam

Perpres Nomor 7 Tahun 2018.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memiliki tugas dan fungsi yang

diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Pembinaan Ideologi Pancasila menyatakan bahwa:

“BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah

kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan dan

melaksankan penyusunan standarisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian

terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga

19 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 11.

Page 57: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

48

tinggi negara, kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial poltik, dan

komponen masyarakat lainnya.”

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BPIP

menyelenggarakan fungsi:20

a. Perumusan arah kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila

b. Penyusunan garis-garis besar haluan Ideologi Pancasila dan peta jalan

Pembinaan Ideologi Pancasila

c. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan program Pembinaan Ideologi

Pancasila

d. Koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan Pembinaan Ideologi

Pancasila

e. Pengaturan Pembinaan Ideologi Pancasila

f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengusulan langkah dan strategi

untuk memperlancar pelaksanaan Pembinaan Ideologi Pancasila

g. Pelaksanaan sosialisasi dan kerja sama serta hubungan dengan lembaga

tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi

sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya dalam pelaksanaan

Pembinaan Ideologi Pancasila

h. Pengkajian materi dan metodologi pembelajaran Pancasila

i. Advokasi penerapan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam pembentukan dan

pelaksanaan regulasi

j. Penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan Pancasila serta

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dan

k. Perumusan dan penyampaian rekomendasi kebijakan atau regulasi yang

bertentangan dengan Pancasila.

20 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 10.

Page 58: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

49

Dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 7 Nomor Tahun 2018 dinyatakan

bahwa:21

(1) Dengan Peraturan Presiden dibentuk BPIP yang merupakan revitalisasi dari

unit kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila.

(2) BPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

(3) BPIP dipimpin oleh kepala dan dibantu oleh wakil kepala

Atas dasar hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa BPIP merupakan

lembaga yang lahir dari penyempurnaan dan revitalisasi organisasi dan memiliki tugas

serta fungsinya sebagai unit kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang unit kerja

Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

merupakan lembaga negara yang berada dan bertanggung jawab kepada Presiden dan

lini juga dipimpin oleh kepala dan dibantun oleh wakil kepala dalam tugas dan

fungsinya.22

BPIP yang dibentuk oleh Presiden berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7

Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila mempunyai konsekuensi hukum

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaannya BPIP mempunyai

susunan organisasi berdasarkan Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018

tentang Pembinaan Ideologi Pancasila. Adapun, susunan organisasi BPIP terdiri

atas:3023

a. Dewan Pengarah, yang terdiri atas:

1. Ketua; dan

21 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 10. 22 Rido Azhari, Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila (BPIP)

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi

Pancasila, (Padang: Universitas Bung Hatta Press, 2019), h. 10. 23 Diakses melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/73570/perpres-no-7-tahun-2018

pada 30 Agustus 2020.Pukul 10.02 WIB.

Page 59: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

50

2. Anggota.

b. Pelaksana, yang terdiri atas:

1. Kepala;

2. Wakil Kepala;

3. Sekretariat Utama;

4. Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi,

dan Jaringan;

5. Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi;

6. Deputi Bidang Pengkajian dan Materi;

7. Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan; dan

8. Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi

Masing-masing dari dewan tersbut memiliki tugas dan kewenangan yang

berbeda. Dalam hal ini, penulis akan menjelaskan lebih lanjut mengenai tugas dan

fungsi Sekretariat Utama karena berhubungan dengan poin selanjutnya mengenai

pertanggungjawaban Lembaga Badan Ideologi Pancasila (BPIP).

Dalam hal pertanggungjawaban, yang memiliki wewenang dan tanggungjawab

adalah Sekretariat Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Sekretaris Utama

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi

pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administratif dan teknis

kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPIP. Sebagai bagian dari Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila yang memiliki kedudukan sebagai unsur pendukung

dan koordinator seluruh kegiatan di lingkungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila,

Sekretariat Utama melaporkan kinerjanya sebagai pertanggungjawaban atas

pelaksanaan kinerja selama Tahun Anggaran (TA) 2019. Laporan Kinerja merupakan

pemenuhan amanat Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban Sekretariat Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam

melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2019 dan sekaligus sebagai alat kendali

dan pemacu peningkatan kinerja setiap biro/pusat di lingkungan Sekretariat Utama

Page 60: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

51

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan

masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Sekretariat Utama Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila.

Tugas Pokok Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan,

dan pemberian dukungan administratif dan teknis kepada seluruh unit.

Fungsi

a. Koordinasi kegiatan di lingkungan BPIP;

b. Koordinasi penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di

lingkungan BPIP;

c. Pembinaan dan pemberian dukungan administratif yang meliputi

ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama, hubungan

masyarakat, arsip, dan dokumentasi;

d. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;

e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundangundangan serta

pelaksanaan advokasi hukum;

f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan

pengadaan barang/jasa;

g. Pelaksanaan pengawasan internal di lingkungan BPIP; dan h. Pelaksanaan

fungsi lain yang diberikan oleh Pimpinan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat Utama Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila terdiri atas:

(a) Biro Perencanaan dan Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi perencanaan, penyusunan anggaran, pengelolaan keuangan, pemantauan,

evaluasi, dan analisis, serta pelaporan akuntabilitas kinerja.

(b) Biro Hukum dan Organisasi, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

dan penyusunan produk hukum, dokomentasi dan informasi hukum, dan pembinaan

penataan organisasi dan tata laksana serta reformasi birokrasi.

(c) Biro Umum dan Sumber Daya Manusia, mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi pengelolaan barang milik negara, pembinaan mental sumber daya manusia,

Page 61: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

52

pengelolaan karier dan kinerja sumber daya manusia, kerumahtanggaan, pembinaan

dan layanan ketatausahaan, urusan persuratan, dan kearsipan.

(d) Biro Fasilitasi Dewan Pengarah dan Ketenagaahlian, mempunyai tugas

memberikan dukungan teknis dan administrasi bagi Dewan Pengarah, Staf Khusus

Dewan Pengarah, Dewan Pakar, dan Kelompok Ahli.

(e) Biro Pengawasan Internal, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan

intern di lingkungan BPIP.

(f) Pusat Data dan Informasi, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan

data dan informasi dan pengembangan sistem informasi berbasis kemajuan teknologi

dalam penyelenggaraan pembinaan ideologi Pancasila.

Lebih lanjut, dilansir dari berita harian daring Tempo menyatakan bahwa,

RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) secara resmi ditarik dan diganti dengan

RUU Badan Ideologi Pembinaan Pancasila (RUU BPIP). Kesamaan dua RUU ini

hanya terletak pada substansi soal penguatan BPIP. Namun jika ditelisik ada

perbedaan per pasal.

Di RUU HIP misalnya, terdapat pasal tentang tugas dan wewenang BPIP. Sementara

di RUU BPIP, hanya terdapat tugas dan fungsi, tidak ada wewenang.

Berikut tugas dan wewenang BPIP yang tercantum dalam draf terakhir RUU

HIP yang diunggah di laman dpr.go.id:

Dalam RUU HIP, BPIP bertugas:

a. Membantu Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan dengan

mengarahkan, membina, dan mengoordinasikan pelaksanaan Haluan Ideologi

Pancasila di lembaga-lembaga negara, kementerian/lembaga, lembaga

pemerintahan non-kementerian, lembaga nonstruktural, dan Pemerintahan

Daerah;

b. Membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan Pembinaan Haluan

Ideologi Pancasila;

c. Mengarahkan, monitoring, dan evaluasi kebijakan Pembinaan Haluan

Ideologi Pancasila sebagai masukan kepada Presiden;

Page 62: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

53

d. Mengarahkan, monitoring, dan evaluasi kebijakan Pembinaan Haluan

Ideologi Pancasila.

e. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau

peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Haluan Ideologi

Pancasila kepada Presiden.

Selanjutnya, BPIP berwenang:

a. Mengarahkan pembangunan dan pembinaan politik nasional yang

berpedoman pada Haluan Ideologi Pancasila;

b. Mengarahkan riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

landasan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan nasional di

segala bidang kehidupan, berpedoman pada Haluan Ideologi Pancasila; dan

c. Mengarahkan pelaksanaan kebijakan pembangunan di lembagalembaga

negara, kementerian/lembaga, lembaga pemerintahan nonkementerian,

lembaga nonstruktural dan Pemerintahan Daerah berpedoman pada Haluan

Ideologi Pancasila.

Sedangkan, pada RUU BPIP berdasarkan Pasal 7 draf RUU BPIP menyatakan:

a. BPIP mempunyai tugas membantu Presiden:

b. Merumuskan arah kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila

c. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi;

d. Mengintegrasikan fungsi Pembinaan Ideologi Pancasila secara menyeluruh

dan berkelanjutan;

e. Melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pendidikan nasional, ilmu

pengetahuan dan teknologi, kegiatan riset dan inovasi;

f. Melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pembangunan nasional;

g. Melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam sistem politik yang demokratis;

h. Melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam pembentukan, pelaksanaan, dan

penegakan hukum, serta politik luar negeri;

i. Menyusun materi dan metodologi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

Pembinaan Ideologi Pancasila;

Page 63: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

54

j. Menyusun dan menetapkan standardisasi pendidikan dan pelatihan;

k. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; dan

l. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap pembentukan,

pelaksanaan, dan penegakan hukum serta kebijakan kepada lembaga negara,

kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan

elemen masyarakat lainnya agar berpedoman dan sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila.

Berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang yang telah penulis jabarkan di atas,

jika dibandingkan dengan Perpres Nomor 7 Tahun 2018, RUU HIP, dan RUU BPIP

dapat disimpulkan bahwa kehadiran BPIP ini adalah sebagai langkah preventif dari

pemerintah terhadap perilaku-perilaku anti-sosial, antipati, SARA, dan penguatan budi

pekerti melalui nilai-nilai dari kearifan lokal. Secara historis pun, upaya-upaya untuk

mengganti ideologi Pancasila banyak dilakukan, untuk itu adanya lembaga ini sebagai

salah satu solusi agar kejadian tersebut tidak akan terulang.

E. Pertanggungjawaban Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) dalam Pembinaan Ideologi Pancasila

Pertanggungjawaban dari Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) dilakukan oleh Sekretariat Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, dalam

bentuk laporan tahunan. Laporan Kinerja Sekretariat Utama Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila, merupakan perwujudan akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

fungsi beserta penggunaan anggarannya. Selain itu, Laporan Kinerja ini merupakan

wujud dari pemotretan kinerja dalam pencapaian rencana kerja, sebagaimana yang

dijabarkan dalam Dokumen perencanaan dan anggaran. Terdapat beberapa isu

strategis dalam mencapai Sasaran Program Sekretariat Utama BPIP, antara lain:

- Ekspektasi tingkat kepuasan pelayanan yang tinggi. - Pemenuhan teknologi

informasi berbasis nirkabel.

- Pengelolaan keuangan memperoleh predikat “WTP” (Wajar Tanpa

Pengecualian).

Page 64: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

55

- Peningkatan kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam menjalankan

tugas dan fungsi.

- Menyelesaikan tugas-tugas mendadak dari unsur Pimpinan BPIP yang

waktunya tidak dapat diprediksi.

- Implementasi Reformasi Birokrasi dan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.24

Untuk menjawab tantangan tersebut, Sekretariat Utama BPIP melalui program

Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya menetapkan Indikator

Kinerja, yaitu : (i) tingkat kepuasan terhadap Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan

Tugas Lainnya (100%); (2) Kualitas laporan keuangan BPIP berdasarkan opini BPK

(1 laporan).

Laporan Kinerja juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, dan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam laporan

tahunannya, pada tahun 2019 BPIP menjabarkan sasaran dan indikator kinerjanya.

Penulis lampirkan dalam bentuk gambar 1.13125

Dalam laporan tahunan ini juga terdapat perencanaan kinerja untuk 5 (lima)

tahun ke depan, adapun perencanaan kinerja dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Rencana Strategis. Rencana Strategis BPIP disusun berdasarkan analisis situasi

kebangsaan dan kenegaraan menurut perspektif BPIP. Indikator keberhasilan

atau kinerja, keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact) BPIP

menjadi perhatian utama hadirnya lembaga ini dalam tata kelola

penyelenggaraan negara di Indonesia. Rencana Strategis BPIP merupakan

24 Sekretariat Utama BPIP, Laporan Kinerja Sekterariat Utama Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP 2019), (Jakarta: Settama BPIP Press, 2019), h.5.

25 Sekretariat Utama BPIP, Laporan Kinerja Sekterariat Utama Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP 2019), (Jakarta: Settama BPIP Press, 2019), h. 8.

Page 65: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

56

penjabaran dari Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi BPIP sebagaimana yang

diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila yang kemudian disintesakan dengan hasil

analisa situasi tentang kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan hasil

evaluasi yang akurat, serta hasil analisis peluang dan ancaman yang ada dalam

lingkungan strategik eksternal. Rencana strategis BPIP Rencana Strategis BPIP

merupakan penjabaran dari Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi BPIP sebagaimana

yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang kemudian disintesakan dengan hasil

analisa situasi tentang kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan hasil

evaluasi yang akurat, serta hasil analisis peluang dan ancaman yang ada dalam

lingkungan strategik eksternal. Rencana strategis BPIP 2020-2024 dituangkan

ke dalam Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila tahun 2020 – 2024.

b. Rencana Kerja. Rencana Kerja berisi program kerja beserta anggarannya

c. Perjanjian Kinerja. Perjanjian Kinerja adalah dokumen yang berisikan

penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi

yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan

indikator kinerja

d. Tahap awal implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) di BPIP terkait pengukuran kinerja menggunakan aplikasi. Penulis

akan lampirkan gambar dari nama aplikasi tersebut pada gambar 1.2.26

Selain menuliskan laporan pertanggungjawaban yang ditulis secara tahunan, pada

tanggal 4-6 November 2019, BPIP juga telah merancang Garis Besar Haluan Ideologi

Pncasila (GBHIP).

26 Sekretariat Utama BPIP, Laporan Kinerja Sekterariat Utama Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP 2019), (Jakarta: Settama BPIP Press, 2019), h. 14.

Page 66: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

57

Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila (GBHIP) merupakan rumusan Pedoman

Pancasila untuk seluruh elemen masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Selain itu, sebagai rumusan pedoman dalam menyusun, menjalankan, dan

mengawasi kebijakan-kebijakan nasional dalam segala aspek kehidupan masyarakat

Indonesia dan diimplementasikan ke dalam kehidupannya.27

Rancangan tersebut telah diterima dan ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengarah

BPIP Dr. (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri dan anggota Dewan Pengarah: Jenderal

TNI (Purn) Try Sutrisno, Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., Prof. Dr.

Ahmad Syafii Maarif, Prof. Dr. K. H. Said Aqil Siroj, MA, Dr. (HC) Sudhamek AWS,

S.E., S.H., Pdt., Dr. Andreas Anangguru Yewangoe, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa

Tenaya, dan Rikhard Bagun. GBHIP merupakan rumusan Pedoman untuk seluruh

elemen masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu,

menjadi pedoman dalam menyusun, menjalankan, dan mengawasi kebijakan

pembangunan nasional di segala bidang kehidupan sebagai implementasi dari

pembumian nilai-nilai Pancasila oleh kementerian dan lembaga. GBHIP menjadi

rambu-rambu pembatas yang menuntun pemahaman tentang kedudukan Pancasila

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus bagaimana mewujudkan nilai-

nilai Pancasila dalam pembangunan nasional. Penyelesaian konsep GBHIP

inimelewati beberapa tahapan, mulai dari diskusi hingga kegiatan akseptasi oleh para

pakar dan akademisi.28

27 Diakses melalui https://bphn.go.id/ pada 3 September 2020.Pukul12.04 WIB 28 Sekretariat Utama BPIP, Laporan Kinerja Sekterariat Utama Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP 2019), (Jakarta: Settama BPIP Press, 2019), h. 20.

Page 67: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

58

Gambar 1.1. Sasaran dan Indikator Kinerja Tahun 2019

Gambar 1.2. Penggunaan aplikasi terhadap Tahap awal implementasi Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di BPIP terkait pengukuran

kinerja

Page 68: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

59

Page 69: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

58

BAB IV

PERAN LEMBAGA BADAN IDEOLOGI PANCASILA (BPIP) DALAM

PERSPEKTIF MAQASHID AL- SYARI’AH

A. Definisi dan Sejarah Pancasila

Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana India),

Pancasila berasal dari kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima, sila atau

syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata

susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan dapat

disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar atau

dapat diartikan menjadi lima tingkah laku yang baik.

Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang

BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar

negara.1 Keberadaan Pancasila tidak dapat dipisahkan dari situasi menjelang

lahirnya negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah mengalami

pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya sepakat dengan lima

pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup dalam berbangsa dan

bernegara.

Pancasila dirumuskan berbeda-beda oleh para perumusnya di masa lalu

dan sempat mengalami beberapa perubahan dari waktu ke waktu. Hingga

kemudian disepakati rumusan yang sah secara konstitusional dan dipakai

sampai saat ini.

Menurut Mr. Mohammad. Yamin sebagaimana yang disampaikan

dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut:

(1) Prikebangsaan,

(2) Prikemanusiaan,

1 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 10.

Page 70: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

59

(3) Priketuhanan,

(4) Prikerakyatan,

(5) Kesejahteraan rakyat.

Sedangkan menurut Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 di

depan sidang BPUPKI, Pancasila memuat hal sebagai berikut:

(1) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia,

(2) Internasionalisme atau prikemanusiaan,

(3) Mufakat atau demokrasi,

(4) Kesejahteraan sosial dan,

(5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Adapun, Pancasila dalam piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni

1945 adalah sebagai berikut:

(1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk

pemeluknya,

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,

(3) Persatuan Indonesia,

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan,

(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan piagam Jakarta tersebut kemudian mengalami perubahan,

dan perubahan ini yang kemudian dianggap sah secara konstitusional

sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:

(1) Ketuhanan yang Maha Esa,

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

(3) Persatuan Indonesia

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

Page 71: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

60

(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2

Indonesia memiliki sejarah perjuangan yang berbeda dengan negara

lainnya. Perjuangan melawan kolonialisme selama 3,5 abad ini melahirkan

budaya atau local wisdom tersendiri bagi negara Indonesia. Untuk itu,

pengalaman sejarah ini memberikan warna sendiri terhadap Indonesia dalam

merumuskan negara modern yang demokratis yang berbeda dengan negara-

negara lain.

Cikal bakal negara Indonesia lahir sejak diikrarkannya sumpah

pemuda 28 Oktober 1928. Sebuah ikrar perjanjian luhur (mu’ah> adah)

pemuda-pemudi Indonesia yang bertekad untuk satu bangsa, satu tanah air

dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indoensia. Peristiwa tersebut

merupakan eskalasi tekad bangsa Indonesia untuk bersama-sama merebut

kemerdekaan dari cengkraman penjajah, sehingga kemerdekaan berhasil

diwujudkan beberapa tahun kemudian.

Perjanjian luhur yang diikrarkan bangsa Indonesia, tidak semata

dibangun atas kesamaan perangai, melainkan lebih pada kesadaran geo-

politik, cita-cita, dan nilai-nilai luhur hidup dan mengakar dalam kepribadian

bangsa Indonesia. Menurut Bung Karno, bangsa Indonesia melewati

perjuangan panjang dengan mempersembahkan segenap pengorbanan dan

penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara, dan jalan yang

ditempuhnya sendiri, yang merupakan hasil antara proses sejarah, tantangan

perjuangan, dan cita-cita masa depan, yang secara keseluruhan membentuk

karakter kepribadiannya. Karakter kepribadian bangsa Indonesia inilah yang

selanjutnya ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara yakni

pancasila. Karena itu, pancasila tidak lahir secara tiba-tiba pada 1 juni 1945.

Pancasila merupakan penjelmaan dari jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia

2 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 10-11.

Page 72: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

61

yang telah hidup sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila adalah filsafat dan

pandangan hidup yang digali melalui pemikiran sedalam-dalamnya dari

budaya, sifat dan cita-cita bangsa yang di yakini sebagai kenyataan norma-

norma dan nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling baik, dan paling

sesuai bagi bangsa Indonesia. Pancasila merupak titik temu dari pluralitas

bagi bangsa Indonesia NKRI yang menjadi perjanjian luhur bangsa, dan

pancasila menjadi payung kebinekaannya.3

Menjaga perjanjian luhur anak bangsa merupakan tugas bagi generasi

bangsa. Oleh karena itu, ormas-ormas Islam di Indonesia termasuk NU sejak

awal hingga era-kemerdekaan, era ordelama, era ordebaru, dan era reformasi,

senantiasa menunjukkan kesetiaan dan komitmen dan NKRI sebagai negara

bangsa dan pancasila sebagai lambang dasarnya. Kesetiaan dan komitmen

NU, ini bisa dilihat dalam lintasan sejarah Indonesia:

1. Tahun 1936 dalam muktamar di Banjarmasin, NU mengukuhkan

piagam Indonesia sebagai negara bangsa.

2. Tahun 1945-1946, NU mendeklarasikan resolusi jihad untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

3. Tahun 1954 dalam munas se-Indonesia di Cipanas Bogor, NU

menetapkan piagam waliy al-amri al-do} ruri> bi al-Shaukah untuk

legitimasi kekuasaan Soekarno sebagai presiden RI yang sah.

4. Tahun 1967 dalam muktamar di Bandung, NU mengeluarkan deklarasi

pancasila.

5. Tahun 1983 dalam munas alim ulama NU di Situbondo, NU membuat

piagam hububangan agama dan pancasila.

6. Tahun 2006 dalam munas dan konbes NU di Surabaya ditetapkan

maklumat NU yang meneguhkan kembali komitmen kebangsaan untuk

3 Tim Forza Pesantren, Ijitihad Politik Islam Nusantara, Membumikan Fiqih Siyasah Melalui

Pendekatan Maqashid Syariah (Kediri: Lirboyo Press, 2015), h.205.

Page 73: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

62

mempertahankan dan mengembangkan pancasila dan UUD 45 dalam

wadah NKRI.

7. Tahun 2011 dalam harlah NU ke-85 NU mengeluarkan maklumat untuk

menyelamatkan NKRI dan pancasila dari fundamentalime agama

(radikalisme) dan fundamentalime pasar (liberalisme).4

Sikap NU dan juga ormas-ormas lain di Indonesia yang mendukung

Pancasila bukan tanpa alasan. Mereka berfikir, bahwa selama ini ideologi

ini dianggap mampu mewujudkan kemaslahatan umat dan menjaga

stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dianggap mampu

mewadahi kebinekaan yang ada di Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa

wacana-wacana untuk mengganti Pancasila dengan ideologi lain hanya

membawa dampak keburukan dan kekisruhan politik, ini seperti terlihat

dari adanya upaya DI/TII, PKI, dan belakangan ini, yakni wacana khilafah

yang diusung oleh HTI.

Menurut Kaelan, Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya

telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa

Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai adat istiadat, kebudayaan

serta nilai-nilai religius. Nilai- nilai tersebut telah ada dan melekat serta

teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga

matari Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah bangsa

Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis

Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara

formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat

4 Tim Forza Pesantren, Ijitihad Politik Islam Nusantara, Membumikan Fiqih Siyasah Melalui

Pendekatan Maqashid Syariah (Kediri: Lirboyo Press, 2015), h.205-206.

Page 74: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

63

Negara Indonesia.5

Dalam perspektif historis, kelahiran, perumusan dan pengesahan

Pancasila melewati perdebatan, pembahasan dan kajian yang cukup lama

yang melibatkan berbagai pihak dan kelembagaan yakni Badan Penyidik

Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Sembilan dan terakhir

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

1. Sidang BPUPKI Pertama (28 mei-1 juni 1945)

Dalam sidang pertama ini diisi dengan beberapa tokoh yang berpidato

mengemukakan gagasannya masing masing tentang konsep negara. Sesuai

kesepakatan, tokoh yang berpidato pertama adalah Mr. Mohammad Yamin.

Yamin mengusulkan usulan (lisan) rumusan dasar negara Indonesia sebagai

berikut: (1) Prikebangsaan, (2) Prikemanusiaan (3) Priketuhanan (4)

Prikerakyatan dan (5) Kesejahtraan rakyat. Selain usulan lisan tersebut

Mohammad Yamin kemudian mengusulkan usulan tertulis mengenai dasar

negara kebangsaan dengan rumusan sebagai berikut: (1) Ketuhanan yang

maha Esa (2) Kebangsaan persatuan Indonesia (3) Rasa kemanusiaan yang

adil dan beradab (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusywaratan perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.6

Di hari selanjutnya (31 Mei) yang mendapat giliran menyampaikan

pidato adalah Prof. Dr. Soepomo. Berbeda dengan Yamin, Soepomo

mengemukakan gagasan sebagai berikut: (1) Teori negara perseorangan

(Individualis) sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes (Abad 17) dan

5 Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan

Aktualisasinya, (Yogyakarta: Paradigma 2013), h.5.

6 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 10-11.

Page 75: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

64

Jean Jacques Rousseau (Abad 18) Herbert Spencer (Abad 19), HJ. Laski

(Abad 20). Menurut paham tersebut, negara adalah masyarakat hukum (legal

society) yang disusun atas kontrak seluruh individu (contract social). Selain

teori negara perseorangan tersebut, Soepomo juga mengajukan teori

perbandingan, (2) Paham negara kelas (Class Theory) yang merupakan

gagasan Marx, Engels dan Lenin, dan (3) Paham negara integralistik yang

diajarkan Spinoza, Ada, Muller, Hegel (Abad 18 dan 19). Pada tahap

selanjutnya Soepomo mengusulkan usulan rumusan lima besar dasar Negara

sebagai berikut (1) Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Keseimbangan lahir batin

(4) Keadilan rakyat.7

Pada tanggal 1 Juni, Soekarno yang menyampaikan pidato yang

disampaikan tanpa teks. Soekarno mengusulkan adanya dasar negara yang

terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah (1) Kebangsaan

(Nasionalisme), (2) Perikemanusiaan (Internasionalisme) (3) Mufakat

(Demokrasi) (4) Keadilan sosial (5) Ketuhanan yang Maha Esa. Setelah

usulan-usulan tersebut ditampung maka kemudian dibentuk panitia kecil yang

berjumlah delapan orang yang kemudian dikenal dengan ‘panitia 8’ yang

bertugas untuk menyusun dan mengelompokkan semua usulan tertulis.

Anggota panitia delapan tersebut terdiri dari: (1) Ir. Soekarno (Ketua) (2) Drs

Moh. Hatta (3) M. Soetardjo Kartohadikoesomo (4) KH. Wahid Hasyim (5)

Ki Bagus Hadikusumo (6) Rd. Otto Iskandardinata (7) Mohammad. Yamin

(8) Mr. Alfred Andre Maramis. Setelah panitia kecil tersebut bekerja meneliti,

dan berusaha merumuskan, maka kemudian diketahui terjadi perbedaan

pendapat diantara para anggota. Anggota yang beragama Islam menghendaki

bahwa negara berdasarkan syariat Islam, sedangkan yang berhaluan

nasionalis menghendaki bahwa negara tidak berdasarkan hukum agama

7 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 13-14.

Page 76: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

65

tertentu. Maka untuk mengatasi hal tersebut maka dibentuklah panitia yang

terdiri dari sembilan orang yang kemudian dikenal dengan ‘panitia 9’ yaitu:

(1) Ir. Soekarno (Ketua) (2) Mr. Yamin (3) KH. Wahid Hasyim (4) Drs.

Moh. Hatta (5) KH. Abdul Kahar Moezakir (6) Mr. Maramis (7) Mr.

Soetardjo Kartohadikoesoemo (8) Abi Kusno Tjokrosoejoso (9) H. Agus

Salim.8

Pantia sembilan bersidang pada tanggal 22 Juni 1945 menghasilkan

kesepakatan akan lima pasal/konsep dasar negara yang kemudian dipopulerkan

oleh Mohammad. Yamin dengan sebutan Piagam Jakarta. Lima pasal tersebut

adalah: (1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya. (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab (3) Persatuan

Indonesia (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.329

2. Sidang BPUPKI Ke dua (10-16 juli 1945)

Sidang kedua ini berisi diantaranya penjelasan Soekarno terhadap rumusan

Piagam Jakarta yang telah disepakati. Semua menerima dengan bulat, baik

golongan Islamis maupun Nasionalis. Sidang BPUPKI kedua ini lebih

menekankan pembicaraan rumusan Undang-undang dasar, dan susunan

pemerintahan Negara yang terdapat dalam penjelasan UUD.10

3. Sidang PPKI Pertama (18 Agustus 1945)

Salah satu perubahan terjadi dalam Pancasila adalah pada sidang pertama

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan 18 Agustus 1945.

8 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 16.

9 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press

2013), h. 17.

Page 77: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

66

Dalam rapat tersebut, 20 menit sebelum rapat dimulai diadakan pertemuan

yang membahas beberapa perubahan terhadap Piagam Jakarta terutama pada

sila pertama. Pertama ini kemudian menghasilkan rumusan dan kesepakatan

dengan mengurangi beberapa redaksi kalimat pada sila pertama, menjadi

‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.11

Sidang PPKI dilaksanakan hingga empat kali. Namun bangun rumusan final

Pancasila mencapai kesepakatan pada sidang yang pertama ini. Pada sidang-

sidang selanjutnya lebih menitikberatkan membentuk konsep pemerintahan,

pembagian wilayah dan membentuk komite Nasional.

B. Argumentasi Eksistensi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Sebelumnya, penulis telah memaparkan mengenai dasar hukum dan

latarbelakang eksistensi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di

Indonesia. Sebagai falsafah dan pandangan hidup Indonesia, Pancasila menjadi

alasan kokohnya suatu komunitas masyarakat. Ideologi berfungsi sebagai

doktrin terhadap masyarakat tersebut yang menyebabkan adanya kesadaran

untuk mewujudkan kemaslahatan bersama tanpa membedakan satu dengan

yang lain. Hal ini tak terkecuali dengan Bangsa Indonesia. Sejak pertama kali

negara ini berdiri, para perumus Pancasila berkeinginan menjadikan Pancasila

sebagai dasar ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga substansi dari

nilai-nilai yang terdapat dalam lima pasal benar-benar dapat dirasakan

manfaatnya oleh semua masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa ideologi Pancasila merupakan

ideologi terbuka dan yang paling sesuai dengan masyarakat Indonesia. Sejarah

membuktikan walaupun banyak gerakan separatis dan pemberontakan, namun

ideologi tetap berdiri kokoh menjadi pedoman bangsa Indonesia. Sebagai

sebuah ideologi, Pancasila mempunyai sifat yang aktual, dinamis, antisipatif

dan senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan zaman.15 Sebagai suatu

ideologi yang bersifat terbuka, Pancasila mempunyai beberapa dimensi.

Page 78: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

67

Diantaranya dimensi idealistis, yakni nilai-nilai dasar yang terkandung dalam

Pancasila bersiat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai- nilai yang

terkandung dalam lima sila Pancasila yaitu, ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan dan keadilan. Yang kedua adalah dimensi normatif, yang

artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam

suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945

yang memiliki kedudukan tertinggi dalam dalam tertib hukum Indonesia.

Ketiga adalah dimensi realistis, yang artinya, sebagai suatu sistem ideologi,

Pancasila harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat.

Sebagai lembaga negara yang memiliki fungsi dan tanggungjawab untuk

membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan Pembinaan Ideologi

Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan dan melaksankan penyusunan

standarisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap

kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga

tinggi negara, kementrian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial

poltik, dan komponen masyarakat lainnya.

Pada dimensi lain, para ahli berpendapat mengenai eksistensi BPIP ini.

Refly Harun menuturkan pendapatnya mengenai pengimplementasian

Pancasila ini. Beliau mengingatkan Pemerintah bahwa kehidupan berbangsa tak

hanya soal Pancasila yang memang sudah kokoh sebagai dasar negara. Sebab,

agama, adat istiadat dalam tingkatan masyarakat juga harus mendapat

perhatian. Tidak boleh benturkan Pancasila dengan adat atau agama. Orang

yang beragama dengan baik pasti Pancasilais. Jadi Pancasila jangan dibajak,

dan meminta pemerintah tidak terjebak cara-cara rezim Orde Lama maupun

Orde Baru, yang memanfaatkan Pancasila sebagai alat penggebuk saat

berkuasa, fakta kelompok-kelompok intoleran atau anti kebhinekaan memang

ada. Dan seharusnya, Pancasila itu digunakan merangkul mereka, bukan malah

Page 79: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

68

memisahkannya. Untuk itu agar pemahaman Pancasila dititipkan ke lembaga-

lembaga pendidikan yang sudah ada. Pemerintah cukup membuat kurikulum

dan silabusnya. Pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga pendidikan yang ada

di bawah Kementerian terkait. Refly Harun juga berpendapat bahwa untuk

mengukur kinerja lembaga ini sangat susah karena penilaian itu harus mengacu

kinerja yang dihasilkan misalnya kinerja selama setahun ini, harus ada input,

output, outcome.

Dalam hal ini, mengutip dari pendapat Refly Harun menyatakan bahwa

eksistensi BPIP bukanlah hal yang urgen. Justru, eksistensi BPIP malah tidak

efektif dan efisien dalam perlembagaan negara di Indonesia. Sebab, beliau

berpendapat bahwa pendidikan dan pengajaran pancasila cukup melalui

instansi pendidikan. Karena, dalam berbangsa dan bernegara, tidak hanya ada

pancasila, namun juga ada nilai-nilai agama dan adat istiadat yang pasti sudah

sejalan dan sepaham dengan nilai-nilai pencasila.

Mengenai hal ini, Guru besar Universitas Diponegoro, Suteki menyatakan

dengan hadirnya BPIP ini seolah-olah Pancasila mengalami reduksi hanya dari

sisi Ideologi. Adanya reduksi dalam hal pemahaman nilai nilai Pancasila

Presiden melalui kebijakannya seakan-akan menghidupkan kembali

keperkasaan Pancasila dicurigai dianggap sebagai upaya pemerintah untuk

memaksakan tafsir tentang Pancasila dan pada akhirnya BPIP ditengarai akan

dijadikan sebagai alat pemukul kepada mereka yang berseberangan yang

nantinya akan membawa ketidakadilan dalam masyarakat untuk berpendapat,

menyatakan sikap sesuai hati nuraninya dan membentuk organisasi atau serikat.

Pada dimensi ini, Suteki berpendapat eksistensi BPIP malah akan

mengurangi nilai-nilai pancasila itu sendiri. Pancasila telah disepakati menjadi

ideologi bangsa yang bersifat terbuka dan dinamis oleh masyarakat. Untuk itu,

sebagai sebuah ideologi yang perkasa tidak perlu ada lembaga khusus. Justru

dengan adanya lembaga khusus ini seakan memaksakan tafsir pancasila kepada

masyarakat. Padahal, sampai sekarang negara ini berdiri, pancasila masih

Page 80: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

69

berdiri kokoh menjadi ideologi bangsa Indonesia.

Berdasarkan pemaparan di atas, lebih lanjut, penulis berpendapat bahwa

nilai-nilai yang terkandung dalam Pacasila memanhg harus diimplementasikan

dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Untuk itu diperlukan sebuah

lembaga yang mengontrol dapat membantu presiden untuk merumuskan

kebijakan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Selain

itu, pengawasan pengimplementasian masyarakat akan isu-isu hoax terkait

pemberontakan ideologi juga harus dicegah, karena dikhawatirkan akan

menimbulkan konflik di masyarakat. BPIP hadir sebagai penengah dan

pendidik pancasila di masyarakat. Hanya saja, agar fungsi dari lembaga ini

dapat efektif dan efisien ada baiknya jika diintegrasikan dengan instansi

pendidikan dan kementrian. Mengingat, fungsi dari lembaga BPIP harus

menjangkau masyarakat sekaligus menjadi jembatan bagi pemerintah dan

masyarakat mengenai pancasila.

C. Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam

Pembinaan Ideologi Pancasila

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) adalah lembaga yang

dibentuk oleh Presiden berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7

Tahun 2018. Alasan yang melatar belakangi pembentukan BPIP adalah

banyaknya gerakan radikal maupun separatis yang jika dibiarkan akan

mengancam ideologi Pancasila. Sebenarnya, presiden sudah pernah membentuk

lembaga yang sama dan hanya beda nama, yakni Unit Kerja Presiden Pembinaan

Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang lahir berdasarkan Peraturan Presiden

(Perpres)Nomor 54 Tahun 2017. Jadi dapat dikatakan bahwa Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP) ini merupakan revitalisasi Unit Kerja Presiden

Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

Pertimbangan revitalisasi dan penyempurnaan Unit Kerja Presiden

Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) adalah dalam rangka penguatan

Page 81: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

70

pembinaan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Atas dasar pertimbangan tersebut, presiden Joko Widodo akhirnya

menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Dengan revitalisasi dari bentuk unit kerja

menjadi bentuk badan, diharapkan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

akan tetap ada walaupun pemerintahannya akan terus berganti. Dengan adanya

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2018, maka Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pembentukan BPIP oleh presiden ini diharapkan mampu

mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam Pancasila.

Trauma akan sejarah pemberontakan dan separatis menjadi salah satu dasar

mengapa Pancasila seakan masih terancam keberadaannya bahkan setelah 75

tahun merdeka. Karena itu, revitalisasi diperlukan sebagai langkah preventif

gerakan separatis dan pemberontakan terhadap Pancasila. Terlebih, isu-isu

komunisme dan perangkuman pancasila dewasa ini sering terjadi. Untuk itu,

diperlukan sebuah lembaga yang juga menjadi penengah dalam mengatasi isu-

isu hoax tentang Pancasila dan meredam mencegah konflik yang dikhawatirkan

timbul dari masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai Pancacila ke dalam

masyarakat dan pemerintahan

Dalam perjalanan bangsa ini, berbagai upaya revitalisasi nilai-nilai

pancasila telah dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial

politik yang sedang berkembang. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

memiliki tugas yang dimuat dalam Perpres Nomor 7 Tahun 2018, yakni

membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi

Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan

ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan juga melaksanakan

penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil

kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila

Page 82: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

71

kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah,

organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya.

Mahfud MD menyatakan pendapatnya tentang alasan terbentuknya

BPIP ini. Adpun, latar belakang terbentuknya lembaga Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP) ini dikarenakan banyaknya gerakan-gerakan radikal

yang jika dibiarkan atau tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah

ancaman terhadap ideologi Pancasila. Maka dari itu jika BPIP kurang efektif

dalan menjalankan perannya maka itu juga akan menjadi ancaman bagi ideologi

Pancasila itu juga. Dalam menjalankan tugasnya, Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) harus memiliki program-program kerja yang mampu

menunjang dan merealisasikan tugas-tugas dari Badan Pembinaan Ideologi

Pancasila (BPIP) itu sendiri. Ada beberapa program dari Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila (BPIP) yang telah dilaksanakan, diantaranya ialah dengan

menanamkan Pancasila hingga ke pelosok desa, jadi tidak hanya melalui instansi

pendidikan, tapi penanaman pancasila juga langsung menjangkau penduduk desa

yang memiliki kesulitan mendapat akses pendidikan, sehingga pemahaman dan

penanaman nilai-nilai Pancasila bisa dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat,

tidak hanya kaum terpelajar. Dalam hal ini Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

(BPIP) bekerjasama dengan TNI, yang diharapkan dengan bekerja sama ini akan

memudahkan jalannya program kerja tersebut.

Selain itu program kerja yang digagas dengan cara melalui instansi

pendidikan, terutama perguruan tinggi. Dengan demikian, (BPIP) diharapkan

mampu meluruskan dan mengarahkan pemikiran para mahasiswa agar tidak

salah tafsir mengenai Pancasila yang dikhawatirkan timbulnya pemahaman anti

Pancasila. Dua program kerja di atas, merupakan bukti bahwa BPIP

menjalankan tugasnya dengan baik. Walaupun memang belum maksimal,

dikarenakan tidak semua desa dan perguruan tinggi dapat dijangkau oleh BPIP.

Dengan demikian, peran lembaga BPIP memang dibutuhkan, mengingat dewasa

ini nilai-nilai pancasila mulai tergerus karena globalisasi dan gerakan-gerakan

Page 83: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

72

yang mengancam eksistensi Pancasila.

Ideologi pancasila itu sendiri adalah pedoman atau tata cara

berkehidupan yang dijadikan sebuah prinsip atau keyakinan dan dipegang teguh

dalam sebuah negara. Ideologi pancasila juga termasuk groundnorm di mana

semua lembaga negara Indonesia diharapkan mampu menjalankan tugas dan

fungsi tanpa harus keluar dari batas Ideologi bangsa, dimana inti dari ideologi

bangsa tidak lain demi kemakmuran bagi masyarakatnya sendiri. Ideologi

pancasila juga merupakan cita-cita yang menentukan keyakinan dan cara

berpikir untuk mewujudkan suatu tujuan dengan berlandaskan pada lima sila

dalam pancasila. Poin penting yang perlu digaris bawahi di sini ialah,

berlandaskan pada lima sila atau pancasila.

Adapun, kelima sila dalam pancasila tersebut dapat dikatakan sebagai

gambaran cita-cita dan nilai-nilai bangsa Indonesia. Di mana, pada Sila pertama,

Indonesia adalah negara yang berkeTuhanan dan mengakui keberadaan Tuhan,

Sila kedua adalah negara tidak menyetujui kolonialisme dan perbudakan apapun

alasannya, karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sila yang ketiga

adalah walaupun Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan keberagaman

namun Indonesia tetap harus bersatu tidak bisa dikotak-kotakan. Sila yang

keempat, kemufakatan dan musyawarah. Jika ada permasalahan yang terjadi,

amka diutamakan musyawarah bersama untuk mencari solusinya, selain itu jika

Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang bijaksana maka tercapailah cita-cita

bangsa, yaitu keadilan dan kesajahteraan bagi masyarakatnya yang tercantum

dalam sila kelima.

Cita-cita yang mulia dan nilai-nilai yang telah terkandung dalam

Pancasila tersebut, nampaknya diharapkan dapat terwujud apabila lembaga BPIP

ini dapat berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya serta bertanggungjawab

atas perannya. Karena, BPIP mengemban amanah yang mulia, yaitu

mengimplementasikan ideologi bangsa, Pancasila.

Page 84: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

73

D. Peran Lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam

Perspektif Maqashid Syari’ah

Peran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam pembinaan

ideologi pancasila yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil

makmur dan sejahtera. Prinsip ini sejalan dengan tujuan dan substansi dari

Maqashid Syariah. Sebelumnya, penulis ingin menjabarkan terlebih dahulu

keselarasan nilai-nilai Pancasila dengan prinsip-prinsip maqashid syari’ah.

Sila pertama dalam Pancasila yaitu, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Hal ini jelas membuktikan bahwasannya jika dilihat dari perspektif maqashid

syari’ah, pancasila menginstruksikan seluruh warga negaranya untuk memeluk

agama dan menjalankan agama sesuai dengan kepercayaannya. Senada dengan

prinsip pertama maqashid syari’ah, yaitu memelihara agama (hifd al-din).

Bahkan, dapat ditafsirkan sila pertama dalam Pancasila merupakan sila yang

sesuai dengan nilai Ketauhidan dalam Islam, karena Maha Esa adalah Maha

Tunggal (Ahad) yang berarti hanya dapat ditujukan kepada Allah. Adapun,

bentuk implementasinya adalah pemerintah menjamin warga negaranya untuk

dapat menjalankan perintah agamanya dengan tenang dan damai. Jikalau ada

yang bersikap intoleransi maka pelaku tersebut sudah tentu mendapatkan

hukuman.

Sedangkan dalam sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nilai yang terkandung dalam sila kedua ini adalah ketidaksetujuan atas

penindasan, perbudakan, kolonialisme, dan mendukung hak asasi manusia. Nilai

ini senada dengan prinsip maqashid syari’ah yaitu pemeliharaan jiwa daa akal

(hifd al-nafs dan hifds al-aql). Bentuk implementasinya adalah Indonesia

mengirimkan pasukan perdamaian terhadap negara-negara yang berkonflik.

Adapun, dalam Indonesia sendiri, pemerintah seringkali mengupayakan

diplomasi dan perundingan jika ada konflik yang terjadi dalam masyarakat

sebelum menempuh jalur hukum. Indonesia juga memfasilitasi warganya agar

dapat bersekolah dengan mengeluarkan kebijakan pendidikan gratis dan

Page 85: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

74

beasiswa sampai dengan jenjang sekolah menengah atas.

Sila ketiga pancasila berupa persatuan Indonesia dan sila keempat

pancasila, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, juga mencerminkan prinsip maqashid syari’ah

berupa pemeliharaan jiwa dan akal. Adapun, sila kelima, yakni keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cerminan dari pemeliharaan harta

benda (hifd al-mal).

Lebih lanjut, penulis berpendapat bahwa peran BPIP untuk membantu

presiden merumuskan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan pancasila

merupakan kebutukan dharuriyyat. Karena, kebijakan akan memengaruhi

seluruh aspek dalam kehidupan. Jika kebijakan yang dirumuskan bertentangan

dengan pancasila, bisa jadi kebijakan tersebut bertentangan juga dengan prinsip-

prinsip maqashid syariah, sebab nilai-nilai pancasila selaras dengan prinsip-

prinsip maqashid syari’ah. Jadi, peran BPIP dalam menentukan arah kebijakan

presiden merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

primer masyarakat.

Selain kebutuhan dharuriyyat, manunisa memiliki kebutuhan sekunder

atau kebutuhan hajiyyah. Dalam tingkatan ini, apabila kebutuhan sekundernya

tidak dapat terpenuhi, tidak akan mengancam keselamatannya, namun akan

mengalami hambatan dan kesulitan. Contohnya, peran BPIP dalam

mensosialisasikan pancasila terhadap masyarakat. Memang, tidak akan

mengancam keberadaan pancasila, namun sebagai ideology bangsa, sudah

sepatutnya pancasila dipahami oleh seluruh elemen masyarakat. Terlebih,

sejarah bangsa Indonesia membuktikan bahwa pemberontakan terhadap

pancasila bukan hanya dari golongan masyarakat terpelajar, namun juga elemen

masyarakat lainnya. Melalui sosialisasi ini, masyarakat tidak akan mudah

terprovokasi oleh isu hoax, selain itu, masyarakat juga akan menghargai

perjuangan bangsa dalam mempertahankan ideologi bangsa. Memang, jika

sosialisasi ini tidak dilakukan tidak akan mengancam keutuhan dan kehidupan

Page 86: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

75

bangsa Indonesia, namun akan menyulitkan jika masyarakat dengan mudah

terprovokasi dan menimbulkan konflik-konflik walaupun dalam skala yang

sedikit.

Kemudian, manusia juga memiliki kebutuhan primer atau kebutuhan

tahsiniyyah, ialah tingkatan kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi maka tidak

akan mengancam eksistensi salah satu dari lima hal pokok tadi dan tidak

menimbulkan kesulitan. Tingkatan kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap

atau tersier.

Menurut Imam as-Syatibi, pada tingkatan ini yang menjadi ukuran

adalah hal-hal yang merupakan kepatutan menurut adat istiadat. Sebagai contoh

untuk menunjang sosialisasi tersebut, maka diperlukan perlengkapan yang

dibuthkan, seperti konsep acara harus dirancang dengan menarik dan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, penyampaian yang jelas akan nilai-

nilai pancasila juga harus diperhatikan agar masyarakat memahami betul apa

yang disampaikan oleh BPIP.

Pada hakikatnya kandungan Pancasila yang bermuatan religius,

sehingga Pancasila adalah bagian dari ajaran agama-agama, dan merupakan

pengamalan agama dalam konteks bernegara dan bermasyarakat di Indonesia.

Sebaliknya, mengamalkan nilai universal agama dalam konteks kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat secara keindonesiaan berarti telah

mengamalkan cara hidup ber-Pancasila. Maka, untuk mengamalkan Pancasila

secara utuh dan konsekuen, mustahil tanpa memandangnya sebagai bagian dari

nilai luhur agama yang dianut bangsa Indonesia.

Page 87: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memiliki peran yang cukup

penting dalam pembinaan ideologi pancasila di Indonesia, khususnya dalam

masyarakat. Sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk

menentukan arah kebijakan presiden yang harus sesuai dengan nilai-nilai

pancasila. Tidak hanya itu, BPIP juga memiliki peran untuk meluruskan dan

menanamkan nilai-nilai pancasila ke dalam seluruh elemen masyrakat, agar

sejarah kelam tentang pemberontakan pancasila tidak akan terulang lagi.

2. Dalam tinjauan maqashid syariah, peran (BPIP) yang memiliki andil untuk

menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera selaras dengan

substansi dari maqashud syariah. Adapun, nilai-nilai yang terkandung

dalam pancasila sebenarnya merupakan perwujudan dari substansi yang

terdapat dalam maqashid syariah.

B. Saran

1. Kepada BPIP disarankan agar kinerja lebih baik lagi serta lebih banyak

memiliki program yang terkait dengan masyarakat agar masyarakat lebih

mengenal Pancasila dan peran BPIP sebagai Lembaga pembinaan Ideologi

Pancasila.

2. Kepada Pemerintah lebih memperhatikan kinerja BPIP, karena BPIP

merupakan Lembaga yang krusial bagi Lembag-lembaga pemerintahan

lainnya, dan juga agar pemerintah bekerjasama dengan organisasi

masyarakat untuk mensosialisasi peran dan tanggung jawab BPIP lebih

dipublikasikan agar masyarakat teredukasi dan membiasakan nilai-nilai

pancasila mengingat bahwa Pancasila merupakan Ideologi Negara.

3. Kepada masyakat diharapkan lebih peka terhadap lingkungan, dan turut

serta dalam pengamalan dan pengenalan nilai-nilai Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Page 88: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

77

Buku

Al-Qur’an al-Karim

‘Ala Al-Din Husain Rahhal. a’alim Wa Dhawabith Al-Ijtihad ‘Inda Syaikh AlIslami

Ibn Taimiyyah. Yordan: Dar Al-Nafais. 2000.

Abdul Aziz Muhammad Azzam. Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah. Kairo: Dar Al-Hadits.

2005.

Ahmad Sukarja dan Mujar Ibnu Syarif. Tiga Kategori Hukum: Syariat, Fikih, dan kanun.

Jakarta: Sinar Grafika. 2012.

Al-Juwaini. Al-Burhan fi Ushul al-Fiqh. Kairo: Dar al-Anshar. 1400 H.

Ali Al-Sayis, Nasy’ah Al-Fiqh Al-Ijtihadi Wa Athwaruha. Kairo: Majma’ Al- Buhuts

Al-Islamiy, 1970.

Asshiddiqie, Jimly. Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-van hoeve. 1994.

Azhari, Rido. Kajian Yuridis Keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Panasila

(BPIP) menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018

tentang Pembinaan Ideologi Pancasila. Padang: Universitas Bung Hatta Press.

2019.

Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Al-Syatibi. Jakarta:

RajaGrafindo. 1996.

Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2003.

Djamil, Faturrahman. Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos.

1995.

Fakultas Hukum. Universitas Negeri Semarang. Pemantapan Nilai-Nilai Ideologi

Bangsa Dalam Rangka Penguatan Ketahanan Nasional Dalam Aras Global,

Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. 2016.

Huda. Muhammad Chairul, Meneguhkan Pancasila Sebagai ideologi Bernegara:

Implementasi Nilai-Nilai keseimbangan Dalam Upaya Pembangunan Hukum

Di Indonesia. Salatiga: IAIN Salatiga Press. 2018.

Page 89: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

78

Ibn Abi Bakar al-Sayuti Imam Jalal al-Din Abd al-Rahman, al-Asybah waal-

Nazha’ir fi al-Furu’. Semarang: Maktabah waMathba’ah Thaha Putra. 2000.

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan

Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma. 2013.

Krisnayuda, Backy, Pancasila dan Undang-Undang: Relasi dan Transformasi

Keduanya dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia. Jakarta: Prenamedia

Group. 2016.

Kumawi Basyir dkk. Pancasila Dan Kewarganegaraan. Surabaya: Sunan Ampel

Press 2013.

Maulidi, Maqashid al-Syari’ah Sebagai Filsafat Hukum Islam: Sebuah Pendekatan

Sistem Menurut Jasser Auda. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press. 2015.

MD, Moh. Mahfud. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi.

Jakarta: Rajawali Press. 2010.

Mutakin, Ali. Teori Maqashid al-Syari’ah dan Hubungannya dengan Metode

Istinbath Hukum. Aceh: Universitas Syiah Kuala Press. 2017.

Nurwardani, Paristiyanti. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Direktoral

Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi Press. Jakarta: 2016.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2014.

Rusli, Nasrun. Konsep Ijtihad Al-Syaukani, Relevansinya bagi Pembahuruan Hukum

Islam di Indonesia. Jakarta: Logos. 1999.

Saifuddin Abi al-Hasan Ali ibn Ali ibn Muhammad al-Amidi, al-ihkan fi Ushul al-

Ahkam. Beirut: Dar al-kitab al-Ilmiyah. 2005.

Sekretariat Utama BPIP. Laporan Kinerja Sekterariat Utama Badan Pembinaan

Ideologi Pancasila( BPIP 2019. Jakarta: Settama BPIP Press. 2019.

Shiddiqi, Nourouzzaman. Fiqh Indonesia Penggagas dan Gagasannya. Yogyakarta:

ustaka Pelajar. 1997.

Page 90: PERAN LEMBAGA BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA …

79

Shidiq, Ghofar. Teori Maqashid Al-Syariah dalam Hukum Islam. Semarang:

Universitas Islam Sultan Agung Press. 2009.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat. Jakarta: UI Press. 1990.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2012.

Tim Forza Pesantren, Ijitihad Politik Islam Nusantara, Membumikan Fiqih Siyasah

Melalui Pendekatan Maqashid Syariah. Kediri: Lirboyo Press. 2015.

Ulya, Zaki. Hukum Kelembagaan Negara: Kajian Teoritis Kedudukan Lembga

Negara Pasca Reformasi. Aceh: Universitas Samudra Press. 2017.

Wahabah al- Zuhaili. Ushul al-Fiqh al- Islami. Damsyiq: Dar al-Fikri, 2006.

Wira, Ahmad. Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi. Jakarta: Nuansa Madani. 2001.

Yusuf, A.Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.

Jakarta: Kencana Press. 2014.

Zahra, Muhammad Abu, Ushul al-Fiqh. Mesir : Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958.

Zein, Satria Effendi M. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2017.

Regulasi

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaaan

Ideologi Pancasila.

Sumber : Website

www.detik.com, diakses pada Selasa 18 Februari 2020, pukul 13: 58 WIB.

https://jdih.bpip.go.id/pencarian, diakses pada 29 Agustus, pukul 19.52 WIB.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/73570/perpres-no-7-tahun-2018, diakses

pada 30 Agustus 2020.Pukul 10.02 WIB.