PERAN KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASYARAKAT … · 2021. 4. 24. · Sumber Hukum...
Transcript of PERAN KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASYARAKAT … · 2021. 4. 24. · Sumber Hukum...
PERAN KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASYARAKAT SUKU LAUJE DESA TAIPAOBAL KECAMATAN TINOMBO
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NUR ARDIANSYAH NIM : 105270002415
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M
ABSTRAK
Nama :Nur Ardiansyah
Nim :105270002415
Judul :Peran Komunikasi terhadap Perkembangan Islam pada
Masyarakat Suku Lauje Desa Taipa Obal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Sejauh Mana
Pemahaman dan Pengamalan Islam Masyarakat Suku Lauje. 2. Peran
Komunikasi Terhadap Perkembangan Pemahaman Dan Pengamalan
Islam Pada Masyarakat Suku Lauje. 3. Faktor Pendukung dan
Penghambat Komunikasi Terhadap Perkembangan Islam Pada
Masyarakat Suku Lauje.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana
peneliti sebagai instrumen kunci dengan berlandaskan pada logika
keilmuan prosedur dan didukung oeh metodologi dan teoritis yang kuat
sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni.
Hasil penelitian ini menunjukan 1. Pemahaman dan pengamalan
Islam masyarakat suku Lauje masih sangat rendah hal ini ditandai dengan
banyaknya ritual kesyirikan dan masjid yang sering kosong dari shalat lima
waktu. 2. Komunikasi memiliki peran yang sangat besar terhadap
perkembangan Islam pada masyarakat suku Lauje dari segi jumlah
pemeluk dibuktikan bahwa 100% masyarakat suku Lauje desa Taipaobal
beragama Islam. 3. Faktor pendukung komunikasi adalah pemerintah dan
media, faktor penghambat komunikasi ketidak fahaman berbahasa
Indonesia, tidak ada bimbingan praktek, lemahnya dana, dai yang tidak
kompoten dan budaya.
Penelitian ini berimplikasi terhadap ide dan usaha untuk terus
berdakwah kepada masyarakat suku Lauje dan menyampaikan pesan-
pesan Islam.
vi
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Syukur alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala, atas segala rahmat dan petunjunk-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Peran Komunikasi
terhadap Perkembangan Islam pada Suku Lauje Desa Taipaobal”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi dan melengkapi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program studi Komunikasi
Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari perhatian
serta bantuan dari beberapa pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof.Dr.Ambo Asse,M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr.H.Mawardi Pewangi.M.Pd.I, Selaku Dekan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Syaikh Mohammad Mohammad Thoyib Khory, selaku donatur yang
telah banyak membantu memudahkan proses pendidikan penulis
4. Dr.Abbas Baco Miro.Lc.,MA., Ketua Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang telah memberikan arahan serta motivasi.
Ketua jurusan yang juga seperti ayah bagi penulis.
vi
5. Dr.Sudir Koadhi.S.S.,M.Pd.I dan M. Zakaria Al-Anshori. M.Sos.I
yang tak bosan-bosannya meluangkan waktu, tenaga dan fikiranya
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Ust Edi Jajang yang terus mendukung dan memperhatikan penulis
selama berada di lokasi penelitian.
7. Ayah dan Ibu tercinta, Bpk Amir Muhammad dan Ibu Darmia yang
senantia memberikan do’a, kasih sayang, perhatian dan pengertian
yang tiada terhingga, bahkan selalu sabar dan berusaha memenuhi
keinginan penulis hingga akhirnya penulis hanya bisa memberikan
hadiah kecil ini.
8. Keluarga besarku, Kakak tercinta Darmawati dan Moh Akbar, adik-
adikku Moh Ansar, Mirdawati dan Nur Anisa, Tante Sabania dan
Nenek Nursia, yang telah memberikan banyak dukungan.
9. H. Firdaus yang telah memberikan bantuan berupa moril.
10. Teman-teman KPI se-angkatan yang senantiasa saling berbagi
dalam suka maupun duka selama perkuliahaan, yang senantiasa
berbagi pengamalan, memberikan nasehat positif.Terimakasih atas
persahabatan dan kebersamaan.
11. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi
ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat, penulis mengucapkan terimakasih semoga apa yang
dilakukan merupakan hal terbaik dan hanya Allah yang dapat
membalas segala kebaikan dengan balasan yang terbaik.
x
vii
Skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, semoga bisa
bermanfaat bagi pembaca. Mudah-mudahan skripsi ini dicatat sebagai
amal shaleh untuk kebaikan di dunia maupun akhirat.
Makassar, 10 Rabiul Awal 1442 H 28 Oktober 2020 Penulis Nur Ardiansyah
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................... .................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH...................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................... v
KATA PENGANTAR.......................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian.................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................... 7
A. Tinjauan Tentang Peran Komunikasi................................. 7
1. Pengertian Komunikasi................................................. 7
2. Unsur-Unsur Komunikasi.............................................. 10
3. Macam-Macam Komunikasi.......................................... 12
a. Komunikasi Verbal.................................................... 12
b. Komunikasi Non Verbal............................................ 15
4. Faktor Penghambat Komunikasi................................... 24
x
5. Fungsi Komunikasi........................................................ 25
B. Tinjauan Tentang Perkembangan Islam........................... 25
1. Pengertian Islam........................................................... 25
2. Ruang Lingkup Islam................................................... 27
3. Sumber Hukum Islam................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 36
A. Jenis Penelitian................................................................. 36
B. Instrumen Penelitian........................................................ 37
C. Sumber Data................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data................................................ 39
E. Teknik Pengolaan dan Analisis Data................................. 40
F. Fokus dan Deskripsi Fokus ............................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................... 44
A. Pemahaman dan Pengamalan Islam Masyarakat Suku
Lauje....................................................................... ........ 44
B. Peran Komunikasi Terhadap Perkembangan Pemaha
man dan Pengamalan Islam Masyarakat Suku Lauje...... 51
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi......... 57
BAB V PENUTUP....................................................................... 65
A. Kesimpulan....................................................................... 65
B. Saran................................................................................ 65
Daftar Pustaka......................................................................... ......... 67
xi
Daftar Riwayat Hidup .............................................................. ......... 69
Lampiran...........................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya Islam adalah agama yang amat mulia. Islam
merupakan satu-satunya agama yang mengatur persoalan hidup
manusia dari berbagai aspek, dan Islam merupakan agama yang
telah direkomendasikan oleh Allah SWT sebagai agama yang
sempurna, dalam firmannya QS Al-Maidah/ 5:3
م ٱليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم ٱلإسل
حيم غفور ر ثم فإن ٱلل دينا فمن ٱضطر في مخمصة غير متجانف لإإ
Terjemahnya
Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah aku cukupkan nikmatku bagimu, dan telah aku ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar, bukan ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayang.1
Dari sifat-sifat Islam yang sempurna, penuh nikmat, diridhai dan
sesuai dengan fitrah, sifat-sifat inilah yang menjadikan siapapun yang
berada dalam Islam dan memahami agama ini secara baik dan benar
maka ia akan memperoleh ketenangan serta kebahagiaan dalam
menjalani hidup, karena tak satu pun urusan manusia yang terlepas
dari pengajaran Islam, sekecil apapun perkara itu, Islam pasti telah
menjelaskannya, ditambah lagi para dai, kiyai, ustadz dan tokoh-tokoh
agama sangat gencar mendakwahkan agama ini, itulah mengapa
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi,2013), h.
107.
1
2
Islam berkembang secara pesat dalam waktu yang singkat. Lembaga
kajian Amerika Serikat Pew Research Center, Menurut analisis data
yang dilakukan lembaga kajian ini, Islam menduduki proporsi terbesar
kedua setelah Kristen dan akan menjadi peringkat pertama sebagai
agama terbesar di dunia pada tahun 2075.
Bila dilihat kondisi Islam Sampai saat ini, Islam telah menyebar
dengan sangat pesat bahkan mampu menyentuh pelosok desa.
Penyebaran dan perkembangan agama Islam tentunya disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor komunikasi yang
dalam bahasa Arab diartikan sebagai dakwah. Tidak bisa dipungkiri
bahwasanya komunikasi merupakan faktor utama yang menentukan
berkembang atau tidaknya suatu agama. Karena dakwah itu sendiri
merupakan proses komuniksi yang dimana para dai selalu dituntut
untuk berkomunikasi secara baik dengan mad’unya.
Komunikasi mewarnai segala aspek kehidupan, termasuk sosial,
budaya, politik, ekonomi pendidikan dan terlebih lagi agama Islam itu
sendiri. Islam menganjurkan ummat manusia untuk saling
berkomunikasi, kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya.
Sebagaimana yang difirmankan dalam QS Al-Hujurat/ 39 : 13.
كم شعوبا وقبائل يآ ن ذكر وأنثى وجعلن كم مإ أيها ٱلناس إنا خلقن
عليم خبيرلتعارفوا إن أكرمكم عند كم إن ٱلل أتقى ٱلل
3
Terjemahnya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.2
Komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan
lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud
informasi-informasi, pemikiran-pemikiran, pemahaman agama
ataupun yang lain dari penyampai atau da’i kepada penerima atau
mad’u, sehingga bisa disimpulkan antara komunikasi dan Islam
memiliki hubungan yang sangat erat.3 Tanpa berkomunikasi maka
Islam tidak akan tersampaikan, oleh karena itu komunikasi merupakan
penentu utama berkembang dan tidaknya agama Islam.
Di Indonesia sendiri, didapati begitu banyak para dai yang
sukses mengajarkan Islam disebabkan komunikasi yang baik. Namun
tidak sedikit pula yang didapati kesulitan dalam menyampaikan
disebabkan tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara dai dan
mad’unya, hal ini disebabkan adanya sekelompok da’i dan juga
masyarakat atau mad’u yang tidak memahami bahasa persatuan
sehingga tidak ada kesamaan komunikasi antara keduanya. Salah
satu contohnya adalah suku Lauje, mereka tidak memahami bahasa
2 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi. 2013),
h.517. 3 Meisil B. Wulur, Ilmu Komunikasi dan Dakwah, (Makassar: Leisyah. 2016),
h.43.
4
Indonesia dengan baik sehingga menjadi faktor lemahnya
perkembangan nilai-nilai Islam ditempat tersebut.
Sehingga dalam penelitian ini penulis ingin meneliti sejauh
mana Peran Komunikasi Terhadap Perkembangan Islam Pada
Masyarakat Suku Lauje Desa Taipaobal Kecamatan Tinombo
Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
B. Rumusan Masalah
Dengan pertimbangan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pemahaman dan Pengamalan Islam Masyarakat Suku
Lauje Desa Taipaobal kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi
Moutong .?
2. Bagaimana Peran Komunikasi Terhadap Perkembangan
Pemahaman dan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Suku Lauje
Desa Taipaobal kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Terhadap
Perkembangan Islam Pada Masyarakat Suku Lauje Desa Taipaobal
kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Menggambarkan Sejauh Mana Pemahaman dan
Pengamalan Islam Masyarakat Suku Lauje Desa Taipaobal
kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
5
2. Untuk Mengetahui Peran Komunikasi Terhadap Perkembangan
Pemahaman Dan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Suku Lauje
Desa Taipaobal kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
Terhadap Perkembangan Islam Pada Masyarakat Suku Lauje Desa
Taipaobal kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
D. Manfaat Penelitian
Selanjutnya apabila penelitian ini berhasil dengan baik,
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
baik manfaat secara
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a) Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi
perkembangan salah satu dari tujuan Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam yang ada di Fakultas Agama Islam Unismuh
Makassar.
b) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan,
masukan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi
masyarakat suku Lauje.
2. Manfaat praktis
a) Agar menjadi pedoman bagi lembaga dakwah maupun para dai
yang ingin melakukan dakwah pada suku Lauje Desa Taipaobal
kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
6
b) Agar dapat membantu masyarakat suku Lauje untuk lebih
mengenal dan memahami komunikasi yang baik sehingga
tercapai Islam yang berkembang.
c) Diharapkan dari penelitian ini dapat memperoleh informasi yang
akurat mengenai perkembangan Islam pada suku Lauje Desa
Taipaobal kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Peran Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi istilah komunikasi berpangkal pada
perkataan latin Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi
milik bersama. Dengan demikian komunikasi berarti suatu upaya
yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Pengertian
lain komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah
laku.4
Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.5
Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima
pesan baik secara verbal dan non verbal.6
Deddy Mulyana menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan antar individu. Pesan tersebut dapat berupa
4 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perubahan
Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012), h. 20. 5Dinamika komunikasi (Cet. VI. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004). h. 4. 6 Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 2.
7
8
perilaku verbal seperti ucapan, maupun perilaku non verbal seperti
ekspresi wajah.7
Steven mengajukan sebuah definisi yang lebih luas, bahwa
komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang
atau lingkungan sekitarnya.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana
komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar
manusia (human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama
manusia melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan
tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu.
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika Serikat yang telah banyak memberi perhatian pada studi
riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat
definisi bahwa: “komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari suatu sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.8
7 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),
h.3. 8 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 21.
9
Menurut Himstreet dan Baty dalam Business
Communications: Principles and Methods. Komunikasi adalah suatu
proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang
biasa, baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun perilaku atau
tindakan. 9
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.10 Komunikasi
juga dapat diartikan sebagai usaha penyampaian pesan antar
manusia.11
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari
satu orang atau lebih dalam sebuah hubungan, baik yang bersifat
individu, kelompok, agama, organisasi, maupun masyarakat dengan
maksud mengubah sikap, perilaku maupun pemahaman. Pada
umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua
orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa
dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-
sinyal non verbal.
9 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Cet. IV. Jakarta: Erlangga. 2010), h. 4. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), h. 585. 11 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Indeks, 2008), h.29.
10
Untuk memperdalam penelitian ini, peneliti menghususkan
penelitian pada komunikasi interpersonal yang dimana komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan
komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan sehingga arus baliknya bersifat
langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu
juga. Pada saat komunikasi dilancarkan pada saat itu komunikator
mengetahui apakah komunikasinya
positif atau negatif.12
Dari urgensi di atas penulis juga menginginkan dalam
penulisan ini terciptanya kolaborasi dan senergi antara konsep
komunikasi terhadap perkembangan Islam, secara khusus pada
masyarakat suku Lauje.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
a. Komunikator
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber
sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi
antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga
dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.
Sumber yang sering disebut pengirim atau komunikator. 13
12 Onong Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya. 2003).
h. 41 13 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 27
11
b. Pesan
Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang
objek, dan kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang
lain. Komunikasi bisa dikatakan efektif jika pesan yang dikirimkan
itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si
pengirim. 14 Pesan dapat disampaikan dengan tatap muka atau
melalui media komunikasi.
c. Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat
beberapa pendapat mengenai media. Ada yang menilai bahwa
media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam
komunikasi antar pribadi pancaindra dianggap sebagai media
komunikasi. Telepon, surat, telegram juga termasuk media.
d. Komunikan
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang
dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih.
Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
khalayak, sasaran, komunikan
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
difikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
14 Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi. h. 21
12
sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa berpengaruh pada
pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh dapat diartikan sebagai perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan sikap, pemahaman dan
tindakan.15
f. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang
dapat memengaruhi jalannya komunikasi, faktor ini dapat
digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial
budaya, psikologis, dan dimensi waktu.
Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting
dalam membangun proses komunikasi, bahkan unsur ini saling
bergantung satu sama lain. Artinya tanpa keikutsertaan satu unsur
akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.16
3. Macam-Macam Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
1) Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia dakwah. untuk
menyampaikan pesan-pesan kepada pihak lain, baik secara
tertulis maupun secara lisan.
15 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 27. 16. Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi. h. 22.
13
Komunikasi verbal menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata, baik yang dikatakan secara lisan maupun tertulis.
Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses
dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan
pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.17
Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah
penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan
bahasa lisan dan tulisan.18 Sementara lambang verbal
merupakan semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata
atau bahasa sebagai maksud untuk menghasilkan sebuah arti
sama yang berada dalam fikiran pengirim dengan
menggunakan kata-kata yang merupakan unsur-unsur dasar
bahasa. Bahasa yang dapat didefinisikan dengan seperangkat
kata yang telah disusun secara terstruktur sehingga mejadi
himpunan kalimat yang mengandung arti.19
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan bahasa yang bisa difahami baik diungkapkan
melalui lisan maupun tulisan, sehingga unsur yang paling
penting dalam komunikasi verbal adalah bahasa.
17 Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 7. 18 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dan Jakarta Pers, 2007), h. 93. 19 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 113.
14
Bahasa tercatat sebagai salah satu prestasi
kemanusiaan yang paling mengesankan. Sekitar 10.000
bahasa dan dialek berbeda digunakan saat ini dan masing-
masing memiliki keunikan dan sejumlah persamaan.20Pada
dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang
memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi
verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik.
Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan
hubungan antara warganya satu sama lain.21
Adapun fungsi dari bahasa itu sendiri terbagi menjadi tiga:
1. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita
2. Untuk membina hubungan yang baik antar sesama manusia.
3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan
manusia.22
2) Klasifikasi Komunikasi Verbal
a) Komunikasi verbal melalui lisan diartikan di mana seorang
melakukan interaksi secara lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal
melalui lisan dapat dilakukan dengan cara bertatap muka
20 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia,
(Jakarta: Raja grafindo Persada. 2014), h. 140. 21 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal,
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 23. 22 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.113.
15
langsung antara komunikator dan komunikan, seperti
berpidato atau ceramah. Komunikasi verbal melalui lisan
juga dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh
percakapan seseorang melalui telepon.
b) Komunikasi verbal melalui tulisan tidak dapat dilakukan
secara tatap muka langsung antara komunikator dan
komunikan. Penyampaian pesan komunikasi verbal melalui
tulisan dapat dilakukan dengan menggunakan media surat,
gambar, grafik atau lainnya.23
b. Komunikasi Non Verbal
1) Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal sering tidak terencana atau kurang
terstruktur. Namun komunikasi non verbal memiliki pengaruh
yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Insyarat-isyarat
komunikasi non verbal sangat penting, terutama dalam
kaitannya dengan pesan dan emosi seseorang.24
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode
verbal (bahasa) juga memakai kode non verbal, komunikasi non
verbal biasa juga disebut dengan bahasa isyarat atau bahasa
diam.25
23Nisawatun Ulmi, “Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam Proses Tahfidz Al-
ur’an,”dalam Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Cet. IV. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 103.
24 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, h. 5. 25 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. XIV. h. 117.
16
2) Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya,
komunikasi non verbal dapat diklasifikasikan dalam beberapa
bentuk antara lain:
a) Kinesics
Ialah kode non verbal yang ditunjukan oleh gerakan-gerakan
badan misalnya isyarat dengan jempol, memisalnya tinggi
rendahnya sesuatu menggunakan tangan, tertawa,
menggelengkan kepala dan masih banyak lagi.
b) Gerakan Mata
Mata adalah alat komunikasi nyang paling nberarti dalam
memberi
isyarat tanpa kata. Ungkapan pandangan mata mengundang
atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang
ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata. Bahkan ada yang
menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan hati
seseorang.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan oleh para
ahli psikologi tentang gerakan mata, disimpulkan bahwa bila
seseorang terarik pada suatu objek tertentu, maka
pandangannya akan terarah pada objek itu tanpa putus
dalam waktu yang relatif lama, dengan bola mata cenderung
menjadi besar.
17
c) Sentuhan
Sentuhan ialah isyarat yang dilambangkan dengan
sentuhan badan seperti berjabat tangan yang
melambangkan kerjasama, saling merangkul yang
menandakan keakraban, bergandengan tangan dan
sebagainya.
d) Diam
Berbeda dengan tekanan suara, diam juga merupakan
kode non verbal yang mempunyai arti. Max Picard
menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung
arti bersikap negatif, tetapi bisa juga melambangkan sikap
positif.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, sikap berdiam diri
sangat sulit diterka, apakah orang itu malu, cemas atau
marah. Untuk memahami sikap diam, kita perlu berlajar
terhadap budaya atau kebiasaan-kebiasaan seseorang.
Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan tidak senang
menyatakan “tidak” tetapi juga tidak berarti “ya”. Diam adalah
perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan
oleh orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.26
26 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 119-124.
18
3) Fungsi Komunikasi Non Verbal
a. Meyakinkan apa yang diucapkan
b. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak diutarakan kata-
kata
c. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan
belum sempurna.27
Adapun perbedaan mendasar antara komunikasi verbal dan non
verbal terbagi menjadi beberapa poin
a) Kesengajaan
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan
nonverbal adalah persepsi mengenai niat. Pada umumnya niat ini
menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau
kode verbal. MichaelBurgoon dan Michael Ruffner menegaskan
bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan
tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula.
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh
niattersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang
penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi
nonverbal. Sebab komunikasi nonverbal cenderung kurang
27 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 118.
19
dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan
dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal
mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat tidak
terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk
penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa sering
kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu?
Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap
penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup
untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi
nonverbal.
b) Perbedaan-perbedaan simbolik
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena
beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya,
memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin
akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya
berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai
ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah
bentuk komunikasi yang diantarai mediated form of
communication. Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan
terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata.
Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah
disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
20
kesengajaan dan harus dibagi di antara orang-orang yang terlibat
dalam tindak komunikasi. Sebaliknya komunikasi nonverbal lebih
alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan
pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal
dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang
bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan
melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan
kalimat, namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan
informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita
mencoba untuk melihat ketidaksamaan antara tanda dengan
lambang. Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu
kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan.
Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada
sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui
abstraksi. Contoh, tanda dari sebuah kursi adalah kursi itu sendiri,
sedangkan lambang adalah bagaimana kita menjelaskan kursi
tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain, apa yang
secara fisik menarik bagi kita adalah tanda dan bagaimana
menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan
derajat ketertarikan tersebut adalah lambang. Komunikasi verbal
lebih spesifik dari bahasa non verbal, dalam arti dapat dipakai
untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang
21
berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarahpada
reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi. 28
c) Mekanisme pemrosesan
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal
berkaitan dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua
informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian
otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi
mengendalikan perilaku-perilaku refleks dan sosiologis (perilaku
yang dipelajari dari perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam
tipe informasi pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan
otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak
berkesinambungan dan berubah-ubah, sementara belahan otak
sebelah kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan
alami.
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal
dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur pesannya.
Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada
ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih
sederhana dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan
aturan-aturan tata bahasa. Sementara komunikasi nonverbal
secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi
28 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, h. 172.
22
berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, komunikasi
nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di
masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal
mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di
mana interaksi tersebut terjadi.
d) Struktur dan Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai
hukum atau aturan-aturan tata bahasa. Dalam komunikasi
nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur
formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi
nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian,
yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas,
perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda
pada saat yang berlainan.
e) Linguistik dan Non linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari asal usul, struktur,
sejarah, ciri-ciri pengucapan dari bahasa. Dengan kata lain,
linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu
suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian
maknanya. Sebaliknyapada komunikasi nonverbal, karena tidak
adanya struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna pada
lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal yang
didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti
23
khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori
mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa kaum
tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-
lambangnya yang bersifat unik.
f) Sinambung dan Tidak Sinambung
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung,
sementara komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang
terputus-putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang
yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi
selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat
dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti
komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan
kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai
titik awal dan akhir yang pasti.
g) Dipelajari dan Didapat Secara Ilmiah
Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk
berkomunikasi secara nonverbal. Biasanya ia hanya mengamati
dan mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya
komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.29
29 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, h. 175.
24
4. Faktor Penghambat Komunikai
a. Hambatan Dalam Proses Penyampaian
Hambatan ini datang dari komunikator yang mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pesan, tidak menguasai materi
yang akan disampaikan kepada komunikan. Hambatan ini juga
datang dari komunikan yang mengalami kesulitan dalam
memahami makna pesan yang disampaikan dari komunikator. Hal
ini terjadi karena rendahnya tingkat penguasaan bahasam
pendidikan, intelektual, dan sebagainya yang terdapat dalam diri
komunikan.
b. Hambatan Semantik
Hambatan semantik yaitu adanya perbedaan pemahaman
antara pemberi pesan dengan penerima pesan tentang suatu
bahasa atau ucapan. Dalam penyampaian pesan yang terlalu
kaku dan formal, sehingga menyulitkan pihak komunikan untuk
mengerti pesan yang disampaikan.
c. Hambatan Sosial
Hambatan ini terjadi karena adanya perbedaan yang cukup
lebar dalam aspek kebudayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang
dianut sehingga kecenderungan, kebutuhan serta harapan-
harapan dari kedua belah pihak yang berkomunikasi berbeda.
d. Hambatan Secara Biologis
Secara biologis dapat menghambat proses komunikasi,
25
seperti gangguan dari dalam diri seseorang yang cenderung tidak
mau melakukan aktifitas. Hal ini membuat komunikasi tidak
berjalan dengan baik antara komunikator dan komunikan, karena
respon yang sampai-kepada komunikan tidak cepat sampai.30
5. Fungsi Komunikasi
Dengan adanya komunikasi hubungan antarmanusia dapat
dipelihara kelangsungannya. Sebab, melalui komunikasi dengan
sesama manusia kita bisa memperbanyak sahabat, memperbanyak
rezeki, menyebarluasakan ajaran dan faham, pendek kata
komunikasi menjembatani hubungan antarmanusia dalam
bermasyarakat. Sehingga fungsi komunikasi bagi manusia dapat
disimpulkan dalam beberapa poin.
a. Manusia dapat mengontrol lingkungannya
b. Manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka
berada
c. Manusia dapat melakukan transformasi warisan sosial kepada
generasi berikutnya.31
B. Tinjauan Tentang Perkembangan Islam
1. Pengertian Islam
Untuk memahami Islam terlebih dahulu kita memahami makna
agama. Agama dapat dilihat dari dua dimensi pengertian, dimensi
subyektif dan dimensi obyektif. Dalam dimensi subyektif agama
30 Ruslan Rosady, Management Public Relations dan Media, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo. 2008), hal. 9. 31 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 67
26
dapat diartikan sebagai pengalaman imani yang termanifestasikan
dalam wujud amal salih dalam bentuk amal intelelektual, karya
kreatif, perilaku nyata secara individual maupun kolektif.32 Adapun
dalam dimensi obyektif agama adalah
ما شرعه الله على لسان أنبيائه من الأوامر و النواهي و
33الإرشادات لصلاح العباد دنياهم و أخراهم.Artinya:
Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat. Adapun Islam berasal dari kata “Aslama” yang berarti “tunduk”
menyerah diri. Sehingga kata aslama menjadi Islam yang berarti
penyerahan diri. Islam sebagai nama agama yang merupakan
penyerahan diri kepada Allah SWT.34 Tunduk pada aturan dan
undang-undang yang diturunkan kepada manusia yang dikenal
dengan istilah syariah, maka walaupun seseorang mengakui
memeluk agama Islam, kalau tidak menyerah yang sesungguhnya
kepada Allah, tidak mau mematuhi suruhan dan larangannya maka
belumlah dia Islam.35
32 LSBO dan MTT PP Muhammadiyah, Seni Budaya Islam, (Cet. II. Yogyakarta:
Gramasurya. 2017), h. 37. 33 Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan
Tarjih Muhammadiyah, (Yogyakarta: Percetakan Suara Muhammadiyah. 2014), h. 278. 34 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Tanya Jawab
Agama 3, h. 7. 35 Kaelany HD. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara.
2005). h. 31.
27
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Islam
adalah agama yang disyariatkan kepada manusia berisi aturan-
aturan, perintah dan larangan yang harus dipatuhi bagi setiap
manusia yang mengaku Islam.
2. Ruang Lingkup Islam
A. Ibadah
Ulama ahli mengartikan kata ibadah dengan “tunduk, patuh,
ikut, turut, dan taat”, serta diartikan pula dengan berdo’a dan
penyembahan.”36
Dalam buku himpunan putusan ulama tarjih
Muhammadiyah telah dirumuskan pengertian ibadah sebagai
berikut :
و إجتناب نواهه أمره كل ماالعبادة هي التقرب إلى الله بإمتثال
و العمل بما أذن به الشارع وهي عامة و خاصة فالعامة كل
عمل أذن به الشارع والخاصة لما وحده الشارع فيها بجزئيات
وهيئات وكيفيات المخصوصة Artinya :
Ibadah ialah bertakarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan mentaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya dan mengamalkan segala yang diizinkannya, ibadah ada dua macam, ibadah umum ialah segala yang diizinkan Allah SWT, sedangkan ibadah khusus ialah yang telah ditetapkan Allah secara terurai, jelas, dan tegas tentang waktu dan tatacaranya.37
36 Ambo Asse, Ibadah sebuah petunjuk praktis, (Makassar:Dar al-hikmah wal-
‘ulum,2010), h.11. 37 Ambo Asse, Ibadah sebuah petunjuk praktis, 2010, h.16.
28
Penjelasan di atas menjelaskan makna ibadah adalah
ketundukan seorang hamba kepada sang pencipta, menjalankan
apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang.
Sehingga disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang berisi
aturan atau perintah untuk beribadah sebagaimana yang tertera
dalam hadits Rasulullah SAW.
رضي الله عنه أيضا قال : بينما نحن جلوس عند عن عمر
رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل
فر ياب شديد سواد الشعر, لا يرى عليه أثر الس شديد بياض الثإ
ا أحد, حتى جلس إلى النبيإ صلى الله عليه وسلمولا ي ,عرفه من
فأسند ركبتيه إلى ركبتيه, ووضع كفيه على فخذيه, و قال : يا
د أخبرني عن الإسلام الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى ,محم
دا رسول الله, : الإسلام أن تشهد أن لاإ له إلا الله و أن محم
كاة, وتصوم رمضان, وتحج البيت إن لاة, وتؤتي الز وتقيم الص
قه قال:صدقت .استطعت إليه سبيلا : قال ..فعجبناله يسئله ويصدإ
فأخبرني عن الإيمان قال : أن تؤمن بالل وملائكته وكتبه ورسله
ه. قال صدقت، قال واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشرإ
لإحسان، قال: أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن فأخبرني عن ا
اعة، قال: ما المسؤول ه يراك . قال: فأخبرني عن الس تراه فإن
ائل. قال فأخبرني عن أماراتها، قال أن ت لد عنها بأعلم من الس
تها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون الأمة رب
في البنيان، ثم انطلق فلبثت ملي ا، ثم قال : يا عمر أتدري من
29
ائل ؟ قلت : الله ورسوله أعلم . قا ل فإنه جبريل أتـاكم يعلإمكم الس
38دينكم Artinya:
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata: Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,”lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan, Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya ? ”aku
38 Yusuf An-Nabhani, Ringkasan Riyadhush Shalihin Oleh Imam An-Nawawi,
(Bandung: Irsyad Baitus Salam. 2006). h. 29-30.
30
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“.
B. Aqidah
Aqidah secara etimogi berasal dari kata ‘aqoda - ya’qidu –
‘aqdan – ‘itiqodan yaitu kepercayaan hati atau keyakinan.39
Secara terminologi atau istilah telah dikemukakan oleh para ahli
diantaranya:
Menurut Imam Al-Ghazali, apabila aqidah telah tumbuh
pada jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa
bahwa Allah sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada
ini hanyalah makhluk belaka.
Menurut Abdullah Azzam, aqidah adalah iman dengan
semua rukun-rukunnya yang enam. Maksudnya adalah keyakinan
akan adanya
Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-
Nya.
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
aqidah adalah pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim kepada Allah dan segala syariat yang datang dari-Nya
sebagai syarat ke-Islaman. Allah SWT berfirman dalam QS An-
Nisa/4/36.
39 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidayah Karya Agung,
1973), h. 275.
31
ولا تشركوا بهۦ شي وٱعبدوا ٱلل
Terjemahnya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun.40
sehingga dapat dipahami bahwa Islam adalah keyakinan
Kepada Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi
tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun.
C. Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari bahasabArab yaitu
akhlaqun yang bentuk jamaknya adalah khuluqun mengandung
arti budi pekerti, tingkah laku, perangai dan tabiat.41 Kata akhlak
ini berakar dari kata khulqun yang artinya menciptakan merupakan
satu akar kata kholiq artinya pencipta makhluqun yang diciptakan,
sehingga perlu adanya keterpaduan makna, manusia sebagai
yang diciptakan harus menjalani kehidupan ini sebagaimana
diinginkan Allah selaku pencipta, segala perilaku, tindak tanduk,
budi pekerti dan tabiat manusia benar-benar harus sesuai yang
diinginkan Allah.
Dalam lisan al-Arab, makna akhlak adalah perilaku
seseorang yang sudah menjadi kebiasaanya, dan kebiasaan atau
tabiat tersebut selalu terjelma dalam perbuatannya secara lahir.
40 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi,2013), h.
84.
41 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003). h.1.
32
Menurut al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah dilakukan tanpa perlu pertimbangan.42
Dalam Al-qur’an terdapat kata akhlak QS Al-Qalam/ 68:4.
وإنك لعلى خلق عظيم
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.43
QS Al-Ahzab/ 33:21
أسوة حسنة لإمن كان يرجوا ٱلل لقد كان لكمفي رسول ٱلل
كثيرا وٱليومٱلخروذكر ٱلل
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.44
3. Sumber Hukum Islam
Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan atau dasar
yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Sumber hukum Islam,
artinya sesuatu yang menjadi pokok dari ajaran Islam.
42 Muhammad Abdurrahmah, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016). h. 6-8. 43 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi,2013), h.
564. 44 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi,2013), h.
420.
33
a. Al-Quran
Dari segi bahasa, Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari
kata قرءyang berarti bacaan. Adapun definisi secara terminologi
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
dalam bahasa Arab yang dunukilkan kepada generasi sesudahnya
secara mutawatir, tertulis dalam mushaf, membacanya merupakan
ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah
An-Nas.
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dalam Islam dimana
semua orang dapat meruju kepada Al-Qur’an, karena Dalam Al-
Qur’an terdapat berbagai keyakinan kepada Allah, ilmu
pengetahuan, tolak ukur
kebenaran, ibadah, akhlak, dan sastra serta undang-undang dan
aturan.45
b. As-Sunnah
Kata sunnah menurut istilah syar’i adalah perkataan,
perbuatan dan taqriryang berasal dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. As-Sunnah merupakan sumber hukum Islam
kedua setelah Al-Qur’an sebagai penjelas dan memperinci ayat-
ayat Al-Qur’an. Sunnah dapat dibedakan menjadi tiga macam
yakni sunnah qauliyyah, fi’liyyah, dan taqririyah.
45 Hasbiyallah, Fiqih dan ushul Fiqih, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2013), h.
9-10.
34
Kehujjahan As-Sunnah seluruh kaum muslimin telah
sepakat bahwa sunnah sebagai hujjah dan sumber syariat serta
pedoman hidup ummat manusia yang harus diikuti.46
Sebagaimana firman Allah dalam QS Ali Imran/ 3:32
فرين لا يحب ٱلك سول فإن تولوا فإن ٱلل وٱلر قل أطيعوا ٱلل
Terjemahnya:
Katakanlah, taatilah Allah dan rasulnya jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.47
c. Ijma’
Ijma’ dalam pengertian bahasa memiliki dua arti. Pertama,
tekad atau berupaya terhadap sesuatu. Pengertian kedua, berarti
kesepakatan. Perbedaan arti yang pertama dengan yang kedua ini
bahwa arti pertama berlaku untuk satu orang dan arti kedua lebih
dari satu orang. Sedangkan menurut ilmu fiqih, ijma artinya
kesatuan pendapat dari ahli hukum dalam suatu masalah
danwilayah tertentu serta tidak boleh bertentangan dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
d. Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur,
memperbandingkan -atau mempersamakan sesuatu dengan
lainnya karena adanya persamaan. Sedangkan menurut istilah
46 Hasbiyallah, Fiqih dan ushul Fiqih, h. 20 47 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Al-Hadi,2013), h.
54.
35
qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum ada
ketentuan hukumnya dalam nash, berbeda dengan ijma, qiyas
bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma’ harus dilakukan
bersama oleh para mujtahid.48
48 Abdul Wahhab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo.
2000), h. 45-46
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan yang namanya jenis
atau metode penelitian. Dari segi bahasa metode berasal dari dua
kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan atau cara) yang artinya
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Secara istilah Metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki.49 Sedangkan penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk menjawab
permasalahan yang sedang terjadi dalam kehidupan yang bersifat
abstrak atau konkret dan umum atau khusus.50
Jadi metode penelitian ialah cara teratur yang digunakan untuk
suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk
menjawab permasalahan yang sedang terjadi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
kualitatif, dimana penelitian kualitatif ialah “penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti
49 Asep Saepul Muhtadi, Metode Penelitian Dakwah, Metode Kualitatif dan
Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 1. 50 Sugeng Puji Leksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Malang:
Instrans Publishing, 2015), h. 2.
36
37
sebagai instrumen kunci.51
Menurut Bodgan dan Taylor (1975) Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian untuk menghasilkan data dekriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan seseorang serta perilaku yang dapat diamati.52
Menurut Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.53
Menurut Strauss dan Corbin (1997), yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran atau
kuantifikasi. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
aktivitas sosial, dan lain-lain.54
B. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian tentunya dibutuhkan instrumen
instrumen untuk mempermudah penelitian, intrumen yang dimaksud
oleh penulis adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk meneliti.
51 Asep Saepul Muhtadi,Metode Penelitian Dakwah Metode Kualitatif dan
Kuantitatif, h. 9. 52 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya),h. 4 53 Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta cv. 2011), h. 23. 54 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
2014), h. 19.
38
Adapun alat-alat yang akan digunakan untuk meneliti adalah sebagai
berikut:
1. Catatan observasi
2. Pedoman wawancara
3. Alat perekam
Dalam penelitian di lapangan, penulis terlibat langsung di lokasi
penelitian untuk mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen
sebagai berikut.
a) Untuk observasi, pada penelitian ini penulis melihat,
memperhatikan, dan mengamati secara langsung proses
komunikasi yang terjadi disekitar lokasi penelitian khususnya
komunikasi yang berkenaan dengan nilai Islam. Dalam hal ini
penulis menggunakan instrumen catatan observasi yang dalam
pelaksanaanya digunakan alat berupa kamera untuk pengambilan
gambar yang sesuai dan berkenaan dengan penelitian dan
menggunakan catatan berdasarkan hasil pengamatan selama
proses observasi.
b) Wawancara, untuk memperoleh informasi yang diperlukan, maka
penulis melakukan wawancara secara keterbukaan dan tidak
terikat, agar lebih mudah untuk memperoleh informasi yang lebih
luas. Dalam penelitian ini penulis melakukan proses tanya jawab
kepada mad’u, para dai, guru, dan tokoh masyarakat dengan
menggunakan instrumen pedoman wawancara maupun pengisian
39
angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan
keterangan terkait hal-hal yang diteliti.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
sumber data primer dan data sekunder
1. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk
menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber
aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari penduduk
desa Taipaobal, yang melibatkan para dai, mad’u, guru, dan tokoh
masyarakat.
2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini di peroleh
dari catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memudahkan penulis mengumpulkan sebuah data dalam
penelitian maka digunakan beberapa teknik atau metode
pengumpulan data-
diantaranya:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan seluruh
panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan) dan
pencatatan secara sistematis gejala yang terjadi dilapangan.
40
2. Wawancara
Wawancara ialah sebuah proses memperoleh sebuah
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab baik
secara langsung maupun tidak langsung antara pewawancara
dengan narasumber atau yang diwawancarai,55 dengan
menggunakan atau tanpa pedoman wawancara.
Wawancara secara langsung adalah pewawancara langsung
menemui dan bertatap muka dengan yang diwawancarai melalui
lisan adapun wawancara secara tidak langsung adalah,
pewawancara membagikan angket yang berisi pertanyaan-
pertanyaan untuk dijawab kepada yang diwawancarai.
E. Teknik Pengolaan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif,
maka teknik pengolaan dan analisa data yang digunakan adalah
deskriptif, yang dapat menghasilkan data berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang didapat dari
pengamatan untuk menggambarkan sifat atau keadaan individu
maupun kelompok. Sehingga data yang berhasil dikumpulkan dapat
diklarifikasikan, didiskripsikan, dan diinterpretasikan dalam bentuk
kata-kata.
Adapun langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini
adalah data-data yang berhasil dikumpulkan diklarifikasikan, kemudian
55 Sugeng Puji Leksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. h. 123.
41
dijabarkan dengan bahasa dan redaksi dalam bentuk tulisan,
selanjutnya peneliti menginterpretasikan data yang dikumpul sesuai
dengan bahasa peneliti.
F. Fokus dan Deskripsi Fokus
Untuk menghindari ketidak jelasan pemahaman terhadap judul proposal
ini yaitu “Peran Komunikasi terhadap Perkembangan Islam pada
Masyarakat Suku Lauje Desa Taipaobal”, maka pada bagian ini penulis
akan menjelaskan fokus dari judul penelitian ini.
1. Fokus
a. Peran Komunikasi
b. Perkembangan Islam
c. Suku Lauje
2. Deskripsi Fokus
1. Peran Komunikasi
Dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa
dan bernegara tentunya tidak terlepas dari proses komunikasi,
baik itu komunikasi verbal maupun non verbal namun yang peneliti
maksud dari peran komunikasi adalah sejauh mana unsur-unsur
komunikasi serta macam-macamnya berperan dengan baik, agar
mudah diketahui di mana letak kelebihan dan kekurangan dari
semua unsur dan macam-macam komunikasi ini.
Makna komunikasi itu sendiri adalah, komunikasi
berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya
42
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata
dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi.56
Komunikasi secara terminologis berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain.57Komunikasi itu sendiri memiliki unsur-unsur diantaranya
adalah komunikator, komunikan, pesan, media dantempat.
Komunikasi terbagi menjadi dua macam , komunikasi
verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dikatakan
secara lisan maupun tertulis. Komunikasi dapat teridentifikasikan
sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi
secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku
penerima. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dalam
menyampaikan pesannya dengan menggunakan lisan atau
tertulis.58 Sementara komunikasi non verbal biasa juga disebut
dengan bahasa isyarat atau bahasa diam.59
2. Perkembangan Islam
Perkembangan Islam adalah dampak dari proses komunikasi,
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam mulai
56 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), h 20. 57 Onong Uchjana Effendy, Dinamika komunikasi (Cet. VI. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004). h. 4. 58 Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung.
Remaja Rosdakarya,1998), h. 7. 59 Onong Uchjana Effendi Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 117.
43
dari perkotaan sampai pedesaan tentunya dipengaruhi
olehkomunikasi, hanya saja pengaruh tersebut tidak dapat
disimpulkan secara menyeluruh karena perkembangan Islam di
setiap tempat berbeda-beda, ada yang dari segi jumlah
pemeluknya banyak namun dari segi paham dan pengamalannya
sangat lemah, ada juga yang pemahman dan pengamalannya
bagus namun dari segi jumlah pemeluknya sangat sedikit.
3. Suku Lauje Desa Taipaobal
Suku Lauje Desa Taipaobal merupakan suku pedalaman yang
sebagian besar masyarakatnya tidak dapat berbahasa Indonesia
namun seluruhnya beragama Islam
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman dan Pengamalan Islam Masyarakat Suku Lauje.
1. Masyarakat Suku Lauje
Suku lauje yang berada di desa Taipaobal kecamatan
Tinombo kabupaten Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah
berbatasan dengan kabupaten Toli-Toli dan Kota Palu. Jarak dari
kabupaten Toli-Toli sekitar 7 jam berkendara roda dua sedangkan
dari kota Palu sekitar 5 jam.
Suku Lauje merupakan suku yang awalnya sangat terisolir,
letak geografisnya yang berada dipegunungan serta kondisi jalan
yang tidak memungkinkan untuk berkendara membuat orang dari
luar daerah sulit dan enggan untuk mengunjungi tempat tersebut,
inilah yang membuat suku lauje tidak begitu terkenal bahkan belum
tercatat dalam daftar suku-suku di Indonesia.60
Lantas mengapa bisa ada manusia yang mau tinggal di
tempat yang terpencil seperti ini ? awalnya mereka adalah
masyarakat biasa pada umumnya yang menganut agama nenek
moyang. Di awal-awal perkembangan Islam di Indonesia yang di
mana pada saat itu Islam belum sampai ke daerah suku Lauje
masuklah pejajahan Jepang dan Belanda sehingga dengan kondisi
60https://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_suku_bangsa_di_Indonesia_menurut_juml
ah_penduduk
44
45
tersebut memaksa sebagian masyarakat suku Lauje untuk lari
bersembunyi ke perbukitan, di sanalah mereka mengasingkan diri
dan beraktifitas untuk kelangsungan hidup mereka, pada kondisi
tersebut mereka masih terus menganut agama nenek moyang,
ditandai dengan adanya kepercayaan akan pohon dan batu
keramat, di perkampungan ini ada sebuah batu yang dianggap
keramat oleh masyarakat, namanya batu poluirandu, “setiap orang
yang akan mengunjungi batu tersebut harus meminta izin atau
meminta untuk di hantar oleh Silangkai”61Batu poluirandu itu sendiri
berukuran besar kira kira 48 m persegi.
Kepercayaan lainnya adalah adanya keyakinan bahwa
kuburan Tete Tua (kepala adat) bisa mendatangkan berkah, saat
peneliti berkunjung di dusun I, penulis mendapati sebuah kuburan
yang berukuran besar, kuburan tersebut dipagari dan diberi atap, di
atas kuburan diletakkan sebuah piring yang berisi koin dan juga
beberapa benda. Konon orang yang berada di kuburan tersebut
adalah orang yang dianggap tokoh di masa hidupnya. Tidak cukup
sampai di situ, masyarakat di sini juga sering mengadakan ritual
bakar lilin pada waktu tertentu. Seiring berjalannya waktu sampai
Indonesia merdeka, mereka terus tinggal di tempat ini hingga
memiliki keturunan dan membentuk perkampungan yang saat ini
dikenal dengan desa Taipaobal.
61 Wawancara dengan Bapak Musfin 40 Tahun (Kepala Dusun), 20 Agustus
2018
46
Suku Lauje sendiri sangat banyak, tidak hanya berada di desa
Taipaobal namun yang menjadi fokus penelitian kami adalah suku
Lauje di desa Taipaobal, salah satu hal yang membuat kami tertarik
adalah ke-Islaman masyarakat suku Lauje di desa Taipaobal yang
menyeluruh di banding yang berada di desa lain yang memiliki
ragam agama seperti agama kristen kanada dan juga kepercayaan
animisme.
2. Pemahaman dan Pengamalan
Islam mulai dikenal di daerah ini sejak awal tahun 1970 an,
yang dibawa oleh keturunan Arab yang dikenal dengan Guru Tua.
Guru Tua mulai membawa pesan-pesan Islam bermula di desa
Lombok yang pada saat itu desa Taipaobal masih termasuk desa
Lombok sebelum pemekaran, mereka yang belajar bersama Guru
Tua inilah yang memulai melanjutkan pesan-pesan Islam ke desa
Taipaobal, dan sampai saat ini Masyarakat suku Lauje desa
Taipaobal 100% Muslim.62
Masyarakat suku Lauje desa Taipaobal yang tercatat adalah
semuanya beragama Islam, namun dengan latar belakang yang
telah penulis jelaskan sebelumnya tentunya menjadi pengaruh besar
terhadap pemahaman dan pengamalan mereka terhadap nilai-nilai
Islam dilihat dari beberapa aspek.
62 Wawancara pribadi dengan Pak Parid 45, Masyarakat desa Taipaobal,
dilakukan pada kamis 13 september 2018.
47
1) Aspek Ibadah
Masyarakat suku Lauje desa Taipaobal memang
sepenuhnya beragama Islam, namun dari segi pemahaman dan
pengamalan masih sangat minim,sebagian besar bahkan bisa
dikatakan hampir semua belum mengetahui hal-hal yang
mendasar dalam urusan agama, misalnya cara berwudhu yang
asal-asalan, begitupula dengan cara shalat, mereka masih belum
mengetahui jumlah rakaat shalat sehingga ketika mereka tidak
hadir di masjid maka sudah jelas mereka tidak melaksanakan
shalat karena selama ini mereka hanya mengikuti imam, kami juga
sering mendapati ketika mereka sedang shalat banyak yang
melakukan gerakan lain seperti berjalan, menoleh bahkan
berbicara. Dari sensus penduduk dengan jumlah 224 kk dan 1121
jiwa,63 ketika tiba waktu shalat, jamaah hanya mencapai 5-15
orang itu pun hanya pada saat sholat magrib dan sebagian besar
anak-anak bahkan terkadang masjid kosong dari shalat
berjamaah.
Ibadah lainnya seperti aqikah bagi anak yang baru lahir,
dari hasil wawancara dan observasi bahwa sama sekali tidak ada
di antara mereka dari turun-temurun yang pernah melakukan
aqikah padahal sangat jelas mengenai agungnya syariat ini dan
ternyata belum ada yang memberikan pengajaran dan contoh
63Data Agustus 2018 Kantor Desa Taipaobal
48
pelaksanaan kepada mereka. Pada ibadah puasa pun demikian,
sebagian besar tidak melaksanakan ibadah puasa di bulan
Ramadhan.
2) Aspek Aqidah
Dengan latar belakang budaya yang sangat kental tentunya
ini memberikan pengaruh terhadap masyarakat suku Lauje pada
sisi aqidah, dimana banyak sekali budaya mereka yang sangat
bertentangan dengan paham Islam itu sendiri, contohnya masih
banyak diantara mereka yang meminta bantuan kepada dukun,
meyakini bahwa ritual lilin mampu memberikan keselamatan bagi
mereka yang sudah meninggal dunia, “ini lilin supaya ba kasi
terang dorang yang ada di kuburan”,64 bahkan sebagian besar
mereka percaya dengan cerita bahwa awal mula semua manusia
berasal dari suku Lauje “jadi orang tua cerita dulu, samua torang
manusia ini asalnya dari sini”.65
Fakta lain yang penulis dapati, pasca idul adha penulis
bersama rekan-rekan dari penyuluh agama mengadakan sunnat
massal secara gratis dan juga diberi bingkisan berupa uang dan
sembako, namun ada pemahaman yang selama ini tertanam di
masyarakat bahwa sunnat modern sangat terasa sakit berbeda
dengan sunnat dukun yang sama sekali tidak mengeluarkan darah
64 Wawancara dengan Bapak Maiya 56 Tahun, Ketua BPD desa Taipaobal. 8
Juni 2018. 65 Wawancara dengan Bapak Rasmin 32 Tahun, Takmir Masjid, 27 Januari 2019
49
apalagi sakit sehingga dari dua desa yang kami targetkan, kurang
lebih hanya 11 orang anak yang mau disunnat dengan melalui
bujukan dan paksaan padahal jumlah anak yang belum disunnat
sangat banyak, artinya tingkat pemahaman aqidah mereka sangat
lemah, bagaimana mungkin dukun yang pengamalan agamanya
kosong memiliki kekuatan spritual yang tinggi sehingga bisa
berbuat seperti itu.
Dalam beberapa kesempatan kami juga sering mengajukan
pertanyaan mengenai berapa jumlah Tuhan, dan jawaban mereka
berbeda beda, ada yang mengatakan 1, 2, 3 bahkan ada yang
tidak tahu sama sekali, artinya selama ini ke-Islaman mereka
hanya sebatas nama dan kuantitas, namun dari sisi kualitas
paham dan pengamalan sebenarnya masih sangat minim.
Pada kejadian yang lain kami melihat secara langsung
bagaimana mereka mengagungkan kuburan leluhur mereka yang
dianggap memiliki pengaruh besar, seperti membuat rumah di
atas kuburan dan menaruh beberapa benda-benda seperti
bendera, piring, daun sirih dan benda lainnya. Mereka juga
meyakini bahwasanya berdoa dengan membakar lilin akan
mendatangkan kebaikan bagi si mayat.
3) Aspek Akhlak
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, bisa
dikatakan akhlaq masyarakat disini sangat baik, kejujuran mereka
50
dalam bermasyarakat, bahkan hampir satu tahun penulis berada
di kampung ini tidak satu pun didapati adanya tindakan pencurian,
setelah kami teliti ternyata selama ini ada pemahaman yang
tersebar dari zaman nenek moyang mereka bahwa jika mengambil
barang orang lain dengan cara yang buruk seperti mencuri, maka
akan mendatangkan bahaya bagi mereka misalnya perut yang
akan meledak jika mencuri makanan, atau tiba-tiba sakit dan
meninggal, cerita inilah yang membuat mereka sangat takut untuk
mencuri dan menjaga hak-hak orang lain. begitu pula dengan
remaja mereka,sangat menghormati orang tua apalagi orang dari
luar daerah.
Kami juga tidak pernah mendapati adanya tindak kriminal
yang dilakukan oleh para remaja seperti mabuk mabukan atau
semisalnya, mereka hanya sibuk bagaimana menghasilkan
sesuatu yang bisa dimakan, sehingga keseharian mereka hanya
di rumah dan di kebun. Namun ada sesuatu yang sangat aneh,
selama kami di lokasi hanya ada satu warga yang mengajak kami
untuk berkunjung ke rumahnya, berbeda dengan daerah-daerah
yang lain yang senang bila ada tamu berkunjung ke rumahnya, hal
ini mungkin bukanlah sesuatu yang baik dalam pandangan akhlak
Islam bagaimana memperlakukan tamu, namun setelah kami
melakukan wawancara ternyata masyarakat suku Lauje sangat
51
segan dengan orang baru sehingga mereka malu untuk mengajak
ke rumah mereka yang mereka anggap kumuh.
B. Peran Komunikasi terhadap Perkembangan Pemahaman dan
Pengamalan Islam pada Masyarakat Suku Lauje.
Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian informasi
yang melibatkan komunikator atau Dai dan komunikan atau Mad’u.
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Melalui
komunikasi seseorang dapat membangun hubungan dengan orang lain,
kelompok, organisasi, masyarakat bahkan komunikasi mampu memberi
pengaruh terhadap pemahaman seseorang.
Proses komunikasi sendiri terjadi apabila pesan atau informasi
yang disampaikan dapat diterima secara baik dan dimengerti maknanya
oleh orang lain. Penyampaian informasi itu sendiri dapat terjadi secara
langsung seperti berbicara langsung atau tatap muka, komunikasi juga
dapat terjadi secara tidak langsung yakni dengan menggunakan alat
atau media bantu seperti buku atau media elektronik.
Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan
kata-kata atau lisan yang mudah dipahami, cara ini dikenal dengan
komunikasi verbal misalnya seorang guru mengajar atau dai berpidato,
berceramah, berkhutbah dan nasehat agama lainnya untuk
memberikan pemahaman yang berefek pada pengamalan. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang mudah dimengerti oleh komunikator
ataupun komunikan maka komunikasi masih bisa dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan atau menunjukan sikap tertentu
52
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, sementara dalam dunia
dakwah itu sendiri komunikasi macam ini biasanya dengan
memperlihatkan atau mempraktekan nilai-nilai Islam secara langsung
dihadapan komunikan atau Mad’u, cara ini biasanya dikenal dengan
komunikasi non verbal. Namun dalam implementasinya tak jarang
seseorang menggunakan kedua tipe komuniksi ini secara bersamaan,
baik secara sadar maupun tidak.
a. Proses Komunikasi
Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis melihat secara
langsung proses komunikasi yang akhirnya memberikan pengaruh
terhadap pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat suku
Lauje di desa Taipaobal yang terkategorikan dalam dua macam,
komunikasi verbal dan non verbal:
1) Komunikasi Verbal
Dai berbicara langsung kepada Mad’u dalam menyampaikan
paham Islam, baik itu melalui mimbar khutbah, berkunjung dari
rumah ke rumah, mengisi majelis pengajian, mengajar di TPA dan
TPQ, berceramah tentang syariat Islam seperti hukum berpuasa,
larangan berjudi, pentingnya mendirikan Shalat dan pesan-pesan
Islam lainnya. Namun dalam proses komunikasi seperti ini
masyarakat cenderung bosan ditambah mereka banyak sekali yang
tidak memahami bahasa Indonesia.
53
Komunikasi verbal lebih efektif jika digunakan oleh
komunikator yang juga paham bahasa mereka atau sebaliknya
menyampaikan pesan kepada komunikan yang paham bahasa
komunikator seperti para tokoh masyarakat atau aparat desa,selain
tingkat wawasan mereka lebih di atas dibanding yang lainnya
mereka juga paham dengan bahasa Indonesia.
2) Komunikasi non verbal
Dai mempraktekkan secara langsung apa yang telah
disampaikan maupun yang belum, agar dapat menjadi contoh bagi
masyarakat, proses seperti ini lebih mudah dipahami oleh
masyarakat suku Lauje dan memiliki peran besar karena kondisi
kurang pahamnya mereka terhadap bahasa verbal yang
disampaikan oleh dai, misalnya dai mempraktekan tatacara shalat,
memandikan dan mengkafani jenazah serta cara menyembelih
hewan.
Beberapa kali penulis mengadakan kajian mengenai tatacara
shalat dengan menggunakan komunikasi verbal namun penulis
perhatikan sama sekali tidak ada perubahan yang ditunjukan oleh
komunikan, setelah penulis menggunakan komunikasi non verbal
barulah ada perubahan dengan gerakan shalat yang mereka
lakukan, yang dimana penulis mempraktekan secara langsung di
hadapan mereka seperti apa gerakan shalat dan bagaimana cara
shalat orang yang ketinggalan rakaat. Kurangnya bimbingan dari
54
para dai mengenai tatacara ibadah, menyebabkan masyarakat
merasa malu untuk melaksanakan ibadah di depan banyak orang,
dan tidak bisa melaksanakan ibadah secara sendiri-sendiri karena
tidak paham bagaimana mempraktekannya. “terus terang mereka ini
sangat malu sambayang di masjid karena mereka ini tida tau
bagaimana caranya sambayang mau sambayang di rumah juga tidak
bisa karena mereka smbayang cuma lihat ke imam, tapi syukur Pak
Ustadz kasih tau baru mereka sudah mulai paham.”66
Kejadian lain Menjelang kepulangan penulis dari lokasi
penelitian, penulis menyembelih seekor kambing, masyarakat yang
menyaksikan merasa heran mengenai cara penyembelihan yang
sangat mudah tanpa tata cara dan bacaan yang susah dan
merepotkan sebagaimana yang mereka lakukan sehingga dari
peristiwa itu mereka mulai berani melakukan sendiri penyembelihan
tanpa harus mencari orang khusus dan dilakukan dengan cara yang
mudah.
b. Proses Pembinaan Pemahaman dan Pengamalan
Pembinaan pemahaman adalah proses penanaman paham
masyarakat secara bertahap yang dilakukan oleh komunikator baik
pemahaman terhadap aqidah, ibadah dan akhlak melalui bahasa
lisan dan praktek.
66Wawancara dengan Bapak Kaligis SH. Kepala Desa Taipaobal 62 Tahun, 7 juni
2018.
55
Di desa Taipaobal dai tidak langsung masuk pada materi
dakwahnya akan tetapi ada tahapan serta proses yang harus dilalui.
i. Perkenalan
Pada tahap ini seorang komunikator terlebih dahulu harus
mengenali komunikan yang akan dihadapi, seperti mencari tahu
watak masing-masing komunikan dengan cara berinteraksi secara
langsung, dari hasil observasi peneliti, rata-rata dai yang masuk di
daerah ini melakukan pendekatan kekeluargaan, seperti menyebut
orang tua dengan sebutan tete “kakek” dan nene “nenek”,
menyebut Kaka untuk yang lebih tua darinya serta sebutan
Adeuntuk yang lebih muda sebutan inilah yang mungkin terlihat
sepele namun mampu memberikan pengaruh besar terhadap
proses komunikasi, sehingga tidak ada batasan antara
komunikator dengan komunikan dari sini lah komunikator dapat
mengetahui watak dan kebiasan mereka, dapat mengetahui
masalah dan keinginan mereka. Biasanya para dai atau
komunikator enggan menyebut seseorang dengan sebutan
demikian karena terlalu berlebihan dalam menjaga wibawa,
mereka lebih sering menggunakan kata umum seperti Bapak atau
Ibu sehingga nampak ada batasan diantara mereka.
ii. Penyesuaian dan Pendekatan
Setelah mengetahui bagaimana watak dan kebiasaan
mereka, apa masalah dan keinginan mereka barulah komunikator
56
dapat menyesuaikan diri dengan mereka, menyesuaikan diri
dengan makanan mereka di rumah, menyesuaikan diri dengan
budaya keseharian mereka serta gaya hidup mereka, pada
Tahapan penyesuaian ini sebenarnya berfungsi untuk melakukan
pendekatan dan menarik simpatik dari mereka sehingga timbul
keinginan untuk belajar mengenai agama pendekatan ini penulis
kategorian sebagai pendekatan emosional. Bahkan untuk lebih
menarik simpatik dari mereka dai atau komunikator terjun
langsung ke lahan pertanian mereka karena 100% masyarakat di
sini adalah petani, komunikator bisa berpura-pura tidak tahu soal
beberapa tanaman dan bisa juga memberikan solusi dan inovasi
baru mengenai budi daya tanaman, pendekatan ini penulis
kategorikan sebagai pendekatan ekonomi.
iii. Penyampaian Pesan
Setelah perkenalan, penyesuaian dan perkenalan selesai
barulah komunikator masuk pada penyampaian pesan.
Menyampaikan apa itu agama Islam, bagaimana ajarannya,
pahamnya dan pengamalannya.
Ketiga tahapan di atas sangat sering dilakukan oleh para dai ketika
berada di lokasi tersebut. Tentunya hal ini memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap proses komunikasi dan itulah beberapa sebab
sehingga yang awalnya masyarakat suku Lauje berpaham animisme
atau agama nenek moyang kini menjadi masyarakat yang semuanya
57
beragama Islam, walaupun di sisi lain adanya kelemahan dari unsur
komunikasi sebagaimana yang penulis jelaskan pada halaman
selanjutnya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi terhadap
Perkembangan Pemahaman dan Pengamalan Islam pada
Masyarakat Suku Lauje.
a. Faktor Pendukung
i. Media
Media merupakan sarana agar proses komunikasi berjalan
dengan baik, dan salah satu media yang berperan sangat efektif
terhadap penyebar luasan pesan Islam adalah masjid, di desa
Taipaobal yang sangat luas hanya terdapat satu masjid utama yang
menjadi pusat pembinaan Islam, “Alhamdulillah sekarang kami
sudah ada masjid, dulu itu kami harus mendaki gunung, masjid jauh
jadi biasa kami nanti lebaran baru ke masjid”.67 Selain masjid media
lainnya adalah microfon, masyarakat yang cenderung enggan untuk
ke masjid apalagi duduk mendengarkan ceramah sangat cocok
dengan media ini, sehingga mereka dapat mendengarkan ceramah
agama dari rumah mereka dan ada beberapa diantara mereka
sudah mulai aktif datang ke masjid di waktu subuh. Media lainnya
adalah buku, peneliti pernah memberikan sebuah buku sejarah nabi
Muhammad kepada salah seorang tokoh di antara mereka yang
pandai berbahasa Indonesia dan dapat membaca dengan baik,
67Wawancara dengan Bapak Rasmin 32 Tahun, Takmir Masjid, 27 Januari 2019
58
ketika ia membaca buku tersebut akhirnya ia menjadi paham
dengan cerita yang sebenarnnya, bahwa selama ini banyak sekali
versi cerita tentang nabi Muhammad yang dipahami dari turun-
temurun di antaranya mereka beranggapan bahwa nabi itu berasal
dari suku mereka, “jadi kakek kami cerita dulu semua daratan ini
asalnya dari sini, dari Tinombo nanti lama-lama pecah sehingga
ada itu Cina, ada Jawa pokoknya semua itu dari sini asalnya, nabi
Muhammad itu dari sini”.68 Dengan adanya media buku mereka
yang dapat membaca perlahan mulai memahami fakta yang
sebenarnya dan mereka yang tidak tahu membaca memperoleh
pemahaman dari mereka yang telah membaca buku.
ii. Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini adalah kepala desa, memiliki peran
penting sebagai faktor pendukung proses komunikasi. Masyarakat
desa Taipaobal sangat taat kepada kepala desa sehingga ketika
ada sebuah perintah mereka akan laksanakan, kami pernah
mengadakan pengajian akbar dan yang hadir sangat banyak,
berbeda di waktu sebelumnya yang pesertanya sangat sedikit,
ternyata kepala desa memerintahkan mereka untuk hadir dalam
acara tersebut, sehingga kami menyimpulkan bahwa kepala desa
merupakan faktor pendukung terhadap proses komunikasi.
68 Wawancara dengan silangkai tokoh adat 43 Tahun, 27 september 2018
59
b. Faktor Penghambat
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan
yang dialami. Efektifitas komunikasi salah satunya akan sangat
tergantung
kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pada
komunikasi terdapat faktor penghambat yang menyebabkan proses
komunikasi terhadap perkembangan Islam pada masyarakat suku
Lauje belum berjalan efektif.
Diagram faktor penghambat komunikasi:
1) Lemahnya Bahasa Lisan
Bahasa lisan merupakan salah satu faktor penghambat
dalam menyampaikan pesan jika antara komunikator dan
komunikan tidak ada kecocokan bahasa, yang dimaksudkan disini
ialah kurang pahamnya masyarakat suku Lauje terhadap bahasa
lemahnya
Bahasa Lisan
Dai yang tidak
kompoten Budaya
PENGHAMBAT
Kurangnya
Dana
60
Indonesia sehingga tidak begitu memahami apa yang
disampaikan dai, begitupula para dai-dai yang berkompeten tidak
memahami bahasa mereka sehingga menjadi sebab tidak
tersampainya pesan-pesan Islam secara baik.
Masyarakat suku Lauje terkhusus di desa Taipaobal yang
semuanya beragama Islam sebagian besar bahkan mencapai
90% kurang memahami bahasa Indonesia.Dapat diakui bahwa
mereka semua beragama Islam ini dikarenakan yang berdakwah
di sana adalah asli suku Lauje yang sebenarnya keilmuannya
sangat rendah sehingga hanya memberikan pengaruh terhadap
jumlah pemeluk akan tetapi tidak mampu menyampaikan
pemahaman dan pengamalan secara baik.
Dari hasil penelitian di atas bisa dinyatakan bahwa faktor
penghambat secara bahasa lisan masuk kedalam kategori
semantik.
2) Kurangnya Dai
Dai atau komunikatormerupakan salah satu elemen
komunikasi yang memiliki peran utama terhadap perkembangan
Islam, dai yang kurang profesional dan kurang paham akan Islam
membuat pesan-pesan Islam menjadi sangat terhambat bahkan
bisa salah arah, dari data yang penulis dapat, rata-rata dai hanya
dai lokal yang cuma lulusan SD bahkan ada yang tidak
menempuh jenjang pendidikan. Mereka ini pun kurang
61
mengamalkan Islam secara baik dan benar asal tahu membaca
doa selamat mereka sudah dapat dikatakan imam besar di daerah
ini. Adapun dai yang berasal dai luar daerah bisa dihitung jari, dari
hasil wawancara kami dengan pemerintah desa bahwa dai dari
luar daerah sejak tahun 2011 hingga tahun 2018 hanya 4 orang
dan berdakwah hanya selama satu bulan, lantas inilah sumber
utama mengapa paham dan pengamalan Islam masyarakat suku
Lauje sangat memprihatinkan. jika sekiranya dai bisa lebih rutin
berdakwah ke daerah ini dan ditambah dengan unsur lain dari
komunikasi yang memadai tentunya pesan-pesan Islam akan
sangat berkembang. Penulis juga menambahkan mengapa proses
pembentukan pemahaman dan pengamalan Islam di daerah ini
sangat terhambat, sesuai hasil wawancara kami ada beberapa dai
yang enggan melakukan dakwah dari rumah ke rumah, mereka
hanya menjadikan masjid sebagai tempat satu-satunya untuk
melakukan aktifitas penyampaian pesan-pesan Islam.
Penulis mengkategorikan hambatan di atas kedalam
hambatan proses penyampaian.
3) Faktor Budaya
Budaya bukanlah sesuatu yang asing lagi apalagi di
Indonesia yang dikenal sebagai negara yang memiliki suku dan
budaya terbanyak di dunia, apalagi masyarakat suku Lauje yang
62
sebelumnya menganut agama nenek moyang dikenal juga agama
budaya.
Sebagian besar bahkan mencapai 99% masyarakat suku
Lauje masih sangat memegang tradisi nenek moyang mereka
walaupun mereka telah beragama Islam, Sementara banyak
sekali tradisi mereka yang sangat bertentangan dengan ajaran
Islam. Sifat fanatik akan budaya inilah yang menghambat pesan-
pesan Islam sampai dengan baik kepada mereka.
Di antara budaya mereka yang sangat menghambat adalah
adanya kepercayaan bawa doa selamat bisa menyelamatkan
mereka walaupun tidak shalat, sesuai dengan observasi yang
kami lakukan, ketika tiba waktu shalat walaupun mereka tepat
berada di sebelah masjid, jika waktu shalat bertepatan dengan
acara doa selamat maka mereka akan lebih mengutamakan acara
doa selamat, bahkan imam masjid dan beberapa pegawai masjid
juga seperti itu.
Budaya doa selamat ini sangat mengakar bahkan bisa
dibilang telah menjadi hal yang wajib bagi mereka untuk
melaksanakannya, apalagi dibulan ramadhan hampir setiap rumah
mengadakan doa selamat dengan cara menyediakan makanan
yang bermacam-macam, bakar lilin dan dupa kemudian
memanggil imam kampung untuk membaca doa, penulis
mengatakan ini sebagai penghambat karena memang
63
pemahaman akan selamatnya mereka di alam kubur hanya
dengan mengadakan acara doa selamat dan bakar lilin membuat
mereka bermalas-malasan melaksanakan shalat dan ibadah
lainnya.
Jadi, hasil peneltian di atas menyatakan bahwa penghambat
dari faktor budaya termasuk dalam kategori hambatan sosial.
4) Minimnya Dana
Pada bab II tentang faktor penghambat komunikasi penulis
tidak menuliskan faktor dana secara khusus, sebenarnya faktor ini
sudah masuk dalam faktor media namun penulis memisahkan
pembahasan ini agar bisa menjadi bahan perhatian khusus bagi
pembaca. Dari hasil penelitian kami secara observasi dan juga
terlibat langsung, pasca idul adha penulis bekerjasama dengan
tim Penyuluh dan tim Kesehatan Rumah Sakit Tombolo Tutu
mengadakan sunnatan massal, dan penulis mendapati bahwa
pada awalnya masyarakat disini tidak satupun yang disunnat
secara medis karena pada dasarnya belum ada yang pernah
mengadakan sunnat massal secara gratis, disebabkan faktor dana
yang tidak memungkinkan membayar tim medis dan keperluan
lainnya, ditambah jarak rumah sakit yang bisa dikatakan sangat
jauh, selain jauh, kondisi jalan yang sangat buruk menambah rasa
enggan masyarakat agar membawa anaknya ke rumah sakit untuk
disunnat, sehingga dari turun-temurun mereka hanya
64
mengandalkan sunnat kampung yang tentunya tidak sesuai
syariat. Bagaimana mungkin, dukun yang tidak melaksanakan
syariat Islam seperti shalat memiliki bacaan syar’i dalam
menyunnat hingga tidak menyebabkan keluarnya darah apalagi
sakit bahkan tidak perlu menggunakan obat dan diperban,
ditambah dengan seketika pasien bisa beraktifitas seperti tidak
terjadi apa-apa. Setelah kami mengadakan sunnat massal serta
memahamkan mereka tentang pentingnya syariat sunnat perlahan
sedikit demi sedikit mereka mulai melaksanakan sunnat secara
medis tentunya sesuai syariat Islam.
Dari pembahasan kami di atas sudah sangat jelas bahwa
kurangnya media serta terbatasnya dana menjadi penghambat
tersampainya pesan-pesan Islam.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat suku Lauje desa
Taipaobal masih sangat rendah, baik dari sisi aqidah, ibadah dan
muamalah.
2. Peran komunikasi terhadap perkembangan pemahaman dan
pengamalan Islam masyarakat suku Lauje dibagi menjadi dua
kategori, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi verbal
sebaiknya digunakan oleh komunikator yang paham bahasa suku
Lauje atau kepada yang paham bahasa indonesia sementara non
verbal sebaiknya banyak digunakan oleh mereka yang tidak
memahami bahasa suku Lauje.
3. Faktor pendukung dan penghambat komunikasi terhadap
pemahaman dan pengamalan Islam masyarakat suku Lauje adalah.
Faktor pendukung media dan pemerintah. Faktor penghambat
meliputi bahasa Lisan, dai yang tidak kompoten, dana, dan budaya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka ada beberapa
saran yang penulis ingin sampaikan berkenaan dengan peran
komunikasi baik itu verbal maupun non verbal terhadap perkembangan
Islam pada masyarakat suku Lauje yang ditujukan kepada pemerintah,
lebaga dakwah dan terlebih lagi kepada dai.
1. Hendaknya pemerintah beserta lembaga-lembaga dakwah
memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat terpencil dengan
65
66
mengutus para dai dan muballigh ke tempat tersebut serta
memperhatikan kesejahteraan para dai dan muballigh.
2. Untuk memperlancar proses komunikasi hendaknya para dai
berusaha mempelajari bahasa mereka serta memiliki metode dalam
penyampaian pesan, seperti kapan tepat menggunakan komunikasi
verbal dan kapan menggunakan komunikasi non verbal.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmah, Muhammad, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak
Mulia, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Asse, Ambo, Ibadah sebuah petunjuk praktis, Makassar:Dar al-hikmah wal-‘ulum,2010.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika komunikasi Cet. VI. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya,1998.
Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Rosda Karya. 2003
Harun,Rochajat dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
Hardjana, Agus M., Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Hasbiyallah, Fiqih dan ushul Fiqih, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2013.
Kaelany HD. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara. 2005.
Kementrian Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta:Al-Hadi. 2013.
Khalaf, Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo. 2000.
Leksono, Sugeng Puji, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, Malang: Instrans Publishing, 2015.
LSBO dan MTT PP Muhammadiyah, Seni Budaya Islam, Cet. II. Yogyakarta: Gramasurya. 2017.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta: Percetakan Suara Muhammadiyah. 2014.
68
Muhtadi, Asep Saepul, Metode Penelitian Dakwah, Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.
MulyanaDeddy, Komunikasi Efektif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003.
Al-Nabhani, Yusuf, Ringkasan Riyadhush Shalihin Oleh Imam An-Nawawi, Bandung: Irsyad Baitus Salam. 2006Purwanto, Djoko, Komunikasi Bisnis, Cet III. Jakarta: Erlangga. 2006.
Ruliana, Poppy, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Purwanto, Djoko, Komunikasi Bisnis, Cet. IV. Jakarta: Erlangga. 2010.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan Jakarta Pers, 2007.
Ruben, Brent D. dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, Jakarta: Raja grafindo Persada. 2014.
Rosady, Ruslan, Management Public Relations dan Media, Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2008.
Satori, Djama’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2011.
Sujarweni,Wiratna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014.
Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Tanya Jawab Agama 3, Yogyakarta: Grama Surya. 2004.
Ulmi, Nisawatun, “Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam Proses Tahfidz Al-ur’an,”dalam Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet. IV. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.
Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: Indeks, 2008.
Wulur ,Meisil B., Ilmu Komunikasi dan Dakwah, Makassar: Leisyah, 2016.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1973.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nur Ardiansyah. Merupakan
putra kedua dari 5 bersaudara pasangan Bapak Amir
Muhammad dan Ibu Darmia yang lahir di Leok
Kecamatan Biau Kabupaten Buol Sulawesi Tengah pada
tanggal 8 Oktober 1995.
Pada tahap awal pendidikannya, penulis menempuh pendidikan di
Sekolah Dasar Negri Tompo Bulu Sulawesi Selatan kemudian pindah ke
Sekolah Dasar Negri 8 Tiloan Kabupaten Buol Sulawesi Tengah dan
selesai pada tahun 2007. Lalu melanjutkan tingkat pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negri 2 Tiloan dan selesai pada tahun 2010,
kemudian penulis melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah
Aliyah Negri Biau Kabupaten Buol Sulawesi Tengah dan selesai pada
tahun 2013. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan pada program SI
IAIN Gorontalo jurusan bahasa Inggris, belum genap 3 semester penulis
pindah ke Mahad Al-Birr UNISMUH Makassar mengambil jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Agama Islam.
Selama masa belajar, penulis aktif di berbagai kegiatan intra dan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Seperti kegiatan OSIS dan Pramuka.
Penulis juga aktif mengikuti ajang perlombaan antar desa dan kecamatan
seperti kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an, penulis pernah menjadi
juara II pada cabang Tafsir Al-Qur’an Tingkat pelajar se-Kabupaten Buol.
Setelah masuk kuliah penulis banyak bergabung di berbagai organisasi,
penulis pernah menjadi Sekertaris Umum HMJ Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Penulis juga berkecimpung di organisasi Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dan beberapa kali menjadi pembicara, penulis juga
pernah mengikuti program dai Ramadhan dan dai setahun yang diadakan
oleh Kampus. Dan di luar akademik penulis sering mengisi ceramah dan
khutbah.