Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi politik (political communication) merupakan komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor- aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara yang “di perintah” dan “yang memerintah”. Komunikasi politik sebagai disiplin ilmu telah lama tercantum dalam kurikulum ilmu sosial, baik dalam kajian ilmu komunikasi maupun dalam kajian ilmu politik. Bukan hanya mahasiswa yang tertarik dengan komunikasi politik, para komunikator politik pun juga telah lama terlibat dalam kegiatan komunikasi politik seperti anggota DPR, para pengamat politik dan para aktivis politik. Mereka telah lama terlibat dalam fenomena komunikasi politik tersebut. Di Indonesia pada saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan melibatkan masyarakat secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung anggota parlemen (Pemilu), pemilihan langsung Presiden (Pilpres) dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik tersebut meniscayakan lahirnya berbagai bentuk komunikasi politik. Oleh karenanya kajian komunikasi politik

description

Komunikasi Politik

Transcript of Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

Page 1: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi politik (political communication) merupakan komunikasi yang

melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,

pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu

terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa

dipahami sebagai komunikasi antara yang “di perintah” dan “yang memerintah”.

Komunikasi politik sebagai disiplin ilmu telah lama tercantum dalam kurikulum ilmu

sosial, baik dalam kajian ilmu komunikasi maupun dalam kajian ilmu politik. Bukan

hanya mahasiswa yang tertarik dengan komunikasi politik, para komunikator politik pun

juga telah lama terlibat dalam kegiatan komunikasi politik seperti anggota DPR, para

pengamat politik dan para aktivis politik. Mereka telah lama terlibat dalam fenomena

komunikasi politik tersebut.

Di Indonesia pada saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan

melibatkan masyarakat secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung

anggota parlemen (Pemilu), pemilihan langsung Presiden (Pilpres) dan pemilihan

langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik tersebut meniscayakan lahirnya

berbagai bentuk komunikasi politik. Oleh karenanya kajian komunikasi politik ini akan

terus berkembang seiring dengan berjalannya proses politik di Indonesia. Komunikasi

politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkannya dengan

dimensi-dimensi politik serta dengan segala aspek dan problematikanya. Kesulitan dalam

mendefinisikan komunikasi politik terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut pandang

terhadap kompleksitas realitas sehari-hari.

Banyak hal yang dapat digunakan sebagai Alat Komunikasi Politik salah satunya

yaitu Media. Media merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat efektif untuk

digunakan di era globalisai saat ini karena media sangat berperan penting dalam

berpolitik contohnya pada saat kampanye atau kegiatan berpolitik lainnya. Kebebasan

pers termasuk media massa merupakan keunggulan dalam rezim demokrasi. Media massa

Page 2: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

memiliki fungsi kontrol, Karena melalui transformasi informasi, media massa mampu

mengerem laju kebijakan peremintah yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat.

Kampanye merupakan proses penyampaian pesan yang bertujuan untuk mengubah

sikap, pendapat dan tingkah laku pemilih. Perubahan ini ingin dicapai melalui himbauan,

ajakan, dan janji sehingga membuat warga atau kelompok masyarakat tertarik untuk

menjatuhkan pilihan politiknya pada partai atau kandidat tertentu. Partai politik atau

seorang kandidat pemilihan kepala daerah, dalam upaya untuk menarik simpati dari

masyarakat harus melakukan kampanye. Pengertian kampanye dalam buku Komunikasi

Politik oleh Dan Nimmo adalah “upaya untuk mempropagandakan pemberi suara yang

potensial” (Nimmo, 2006:195) Pengertian kampanye menurut Dan Nimmo tidak jauh

berbeda dengan yang di kemukakan oleh Rogers dan Storey (1987) yang dikutip oleh

Antar Venus dalam buku Manajemen Kampanye yaitu: “serangkaian tindakan

komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar

khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus,

2004:7).

Satu fenomena yang menonjol dalam Pemilu 2009 adalah semakin kuatnya

peranan media Massa. Misalnya terlibat dalam proses mengkonstruksi citra para kandidat.

Baik perseorangan (caleg, capres dan cawapres) maupun organisasi partai politik.

Pemanfaatan media untuk mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan

bebas. Dimulai sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004. bahkan hingga

Pemilu saat itu. Bisa kita katakan, kemenangan SBY pada pemilihan presiden secara

langsung (tahun 2004) merupakan keberhasilan marketing politiknya. Karena partainya

sendiri (baca: demokrat) bukanlah partai pemenang Pemilu. Pada Pamilu 2009 masa

kampanye diperpanjang menjadi 9 bulan. Dimulai 12 Juli 2008-April 2009. Dengan 38

partai peserta Pemilu. dan banyaknya tokoh yang menyatakan diri siap menjadi kandidat

Presiden dan Wakil Presiden pada pilpres kemarin. Tentunya kian meramaikan

"pertarungan citra" dalam merebut hati para pemilih. Kandidat yang menguasai industri

citra tentunya akan memperbesar peluangnya memenangkan pertarungan tersebut.

Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik merupakan

sebuah salauran kampanye terhadap konstituen. Apalagi dengan arus teknologi ini,

rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi

pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Medium ini telah

Page 3: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Hal itu salah satunya

disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki televisi maupun radio, bahkan

sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Oleh karena itu banyak Partai maupun

calon yang akan berkompetisi di Pemilu menggunakan sarana atau saluran kampanye

melalui media elektronik khususnya televisi.

Contoh kasus bisa kita lihat pada Pemilu tahun 2004 saat itu khususnya Pemilu

pemilihan presiden. Siapa yang sering terlihat di layar TV dari setiap stasiun televisi,

dialah yang berhasil menarik simpati masyarakat. Saya teringat pada masa Pemilu

legislatif di TPS ada seorang nenek yang bertanya pada petugas TPS untuk

menunjukkan mana yang berlambang moncong putih yang akan dia coblos. Dengan

enteng nenek tersebut berargumen bahwa bukannya gambar moncong putih yang

harus dicoblos menurut iklan televisi dan yang sering diingatnya. Juga atusias kaum

ibu-ibu yang riuh dalam mencoblos foto SBY sebagai idolanya bukan karena

kesadaran politik. Dari ilustrasi ini menggambarkan begitu kuatnya pengaruh media

massa (televisi) untuk mempengaruhi orang awam sekalipun seperti mereka. Dengan

televisi, kampanye mampu menjangkau orang-orang yang cacat sekalipun seperti tuna

netra dan tuna rungu. Kita coba ingat kembali berita dalam surat kabar pada waktu

menjelang Pemilu 2004. Siapakah calon, tokoh, atau partai yang sering ‘berpose’ di

halaman utama. Tentunya kita sering melihat berita tentang tokoh baru tersebut,

tentunya seorang figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Nama dan partainya

begitu sering muncul, ditambah dengan berita yang membuat simpati pada tokoh

tersebut akibat disia-siakan oleh pemerintah sewaktu menjabat menteri. Dari berbagai

macam kasus diatas maka penulis akan membahas tentang “ Konsep Kampanye

Dalam Perspektif Komunikasi Politik dan Penggunaan Media Massa (Studi Kasus

Pada PILKADA Jakarta Pasangan Jokowi-Ahok)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

- Apa saja prinsip dasar desain strategi kampanye?

- Bagaimana strategi komunikasi politik pasangan Jokowi-Ahok?

1.3 TUJUAN PENULISAN

- Untuk mengetahui prinsip dasar desain strategi kampanye.

Page 4: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

- Unutk mengetahui strategi komunikasi politik pasangan Jokowi-Ahok.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI POLITIK

Politik berasal dari kata “polis” yang berarti negara, kota, yaitu secara totalitas

merupakan kesatuan antara negara (kota) dan masyarakatnya. Kata “polis” ini berkembang

menjadi “politicos” yang artinya kewarganegaraan. Dari kata “politicos” menjadi ”politera”

yang berarti hak-hak kewarganegaraan (Sumarno, 1989:8).

Secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik, diantaranya Nimmo (2000:8)

mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka

di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama lain – jasmani,

bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif , perilaku, dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo

menjelaskan, kadang-kadang perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan

percekcokan. Jika mereka menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan

memperkenalkan masalah yang bertentangan itu, dan selesaikan; inilah kegiatan politik.

Bagi Lasswell (dalam Varma, 1995:258), ilmu politik adalah ilmu tentang kekuasaan.

Berbeda dengan David Easton dalam Sumarno (1989:8), mendefinisikan politik sebagai

berikut:

“Political as a process those developmental processes through which person acquire

political orientation and patterns of behavior”

Dalam definisi ini David Easton menitikberatkan bahwa politik itu sebagai suatu

proses di mana dalam perkembangan proses tersebut seseorang menerima orientasi politik

tertentu dan pola tingkah laku.

Apabila definisi komunikasi dan definisi politik itu kita kaitkan dengan komunikasi

politik, maka akan terdapat suatu rumusan sebagai berikut: Komunikasi politik adalah

komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga

Page 5: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya

melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik (Astrid, S.

Soesanto, 1980:2).

Mengenai komunikasi politik ini (political communication) Kantaprawira (1983:25)

memfokuskan pada kegunaanya, yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup

dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan

politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah.

Dengan demikian segala pola pemikiran, ide atau upaya untuk mencapai pengaruh,

hanya dengan komunikasi dapat tercapainya segala sesuatu yang diharapkan, karena pada

hakikatnya segala pikiran atau ide dan kebijakan (policy) harus ada yang menyampaikan dan

ada yang menerimanya, proses tersebut adalah proses komunikasi.

Dilihat dari tujuan politik “an sich”, maka hakikat komunikasi politik adalah upaya

kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideology tertentu dalam

rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, dengan kekuatan mana tujuan pemikiran

politik dan ideology tersebut dapat diwujudkan.

Lasswell (dalam Varma, 1995:258) memandang orientasi komunikasi politik telah

menjadikan dua hal sangat jelas: pertama, bahwa komunikasi politik selalu berorientasi pada

nilai atau berusaha mencapai tujuan; nilai-nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk di dalam dan

oleh proses perilaku yang sesungguhnya merupakan suatu bagian; dan kedua, bahwa

komunikai politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta

berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.

Dalam hal ini, R.S. Sigel (dalam Sumarno, 1989:10) memberikan pandangan sebagai

berikut:

“Political socialization refers to the learning process, by which the political norms

and behavior acceptable to an ongoing political system are transmitted from

generation to generation.”

Dari batasan Sigel ini menunjukkan bahwa sosialisasi politik bukan hanya

menitikberatkan pada penerimaan norma-norma politik dan tingkah laku pada sistem politik

yang sedang berlangsung, tapi juga bagaimana merwariskan atau mengalihkan nilai-nilai dari

suatu generasi kenegaraan berikutnya.

a. Komunikator politik

Menurut Nimmo, salah satu ciri komunikasi ialah bahwa orang jarang dapat

menghindari dan keturutsertaan. Hanya dihadiri dan diperhitungkan oleh seorang lain pun

memiliki nilai pesan. Dalam arti yang paling umum kita semua adalah komunikator, begitu

Page 6: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

pula siapa pun yang dalam setting politik adalah komunikator politik (2000:28). Meskipun

mengakui bahwa setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, kita mengakui bahwa

relatif sedikit yang berbuat demikian, setidak-tidaknya yang melakukannya serta tetap dan

sinambung. Mereka yang relatif sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik; mereka adalah

pemimpin dalam proses opini. Para komunikator politik ini, dibandingkan dengan warga

negara pada umumnya, ditanggapi dengan lebih bersungguh-sungguh bila mereka berbicara

dan berbuat.

Sebagai pendukung pengertian yang lebih besar terhadap peran komunikator politik

dalam proses opini, Leonard W. Dood dalam Nimmo (2000:30) menyarankan jenis-jenis hal

yang patut diketahui mengenai mereka: ”Komunikator dapat dianalisis sebagai dirinya

sendiri. Sikapnya terhadap khalayak potensialnya, martabat yang diberikannya kepada

mereka sebagai manusia, dapat mempengaruhi komunikasi yang dihasilkannya; jadi jika ia

mengira mereka itu bodoh, ia akan menyesuaikan nada pesannya dengan tingkat yang sama

rendahnya. Ia sendiri memiki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dikonseptualkan

sesuai dengan kemampuan akalnya, pengalamannya sebagai komunikator dengan khalayak

yang serupa atau yang tak serupa, dan peran yang dimainkan di dalam kepribadiannya oleh

motif untuk berkomukasi.

Berdasar pada anjuran Doob, jelas bahwa komukator atau para komunikator harus

diidentifikasi dan kedudukan mereka di dalam masyarakat harus ditetapkan. Untuk keperluan

ini Nimmo (2000:30) mengidentifikasi tiga kategori politikus, yaitu yang bertindak sebagai

komunikator pilitik, komunikator profesional dalam politik, dan aktivis atau komunikator

paruh waktu (part time)

b. Politikus sebagai komunikator Politik

Kelompok pertama ini adalah orang yang bercita-cita untuk memegang jabatan

pemerintah dan memegang pemerintah yang harus berkomunikasi tentang politik dan disebut

dengan politikus, tak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau jabatan karier, baik jabatan

eksekutif, legislatif, atau yudikatif. Pekerjaan mereka adalah aspek aspek utama dalam

kegiatan ini. Meskipun politikus melayani beraneka tujuan dengan berkomunkasi, ada dua hal

yang menonjol. Daniel katz (dalam Nimmo,2000:30) menunjukkan bahwa pemimpin politik

mengarahkan pengaruhnya ke dua arah, yaitu mempengaruhi alokasi ganjaran dan mengubah

struktur sosial yang ada atau mencegah perubahan demikian.

Dalam kewenangannya yang pertama politikus itu berkomunikasi sebagai wakil suatu

kelompok; pesan-pesan politikus itu mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik,

Page 7: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

artinya komunikator politik mewakili kepentingan kelompoknya. Sebaliknya, politikus yang

bertindak sebagai ideologi tidak begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan

kelompoknya, ia lebih menyibukkan diri untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas,

mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner.

Termasuk dalam kelompok ini, politikus yang tidak memegang jabatan dalam

pemerintah, mereka juga komunikator politik mengenai masalah yang lingkupnya nasional

dan internasional, masalah yang jangkauannya berganda dan sempit.

Jadi banyak jenis politikus yang bertindak sebagai komunikator politik, namun untuk

mudahnya kita klasifikasikan mereka sebagai politikus (1) berada di dalam atau di luar

jabatan pemerintah, (2) berpandangan nasional atau sub nasional, dan (3) berurusan dengan

masalah berganda atau masalah tunggal.

a. Profesional sebagai komunikator politik

Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan

dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media

massa yang melintasi batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah, dan kelas untuk

meningkatkan kesadaran identitas nasional; dan perkembangan serta-merta media khusus

yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan (Nimmo,

2002:33).

Seorang komunikator profesional, menurut James Carey (dalam Nimmo, 2000:33)

adalah seorang makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat

suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain dan berbeda

tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator profesional menghubungkan golongan

elit dalam organisasi atau kominitas mana pun dengan khalayak umum; secara horizontal ia

menghubungkan dua komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang

sama.

Bagaimanapun, karena menjadi komunikator profesional, bukan politikus, profesional

yang berkomunikasi menempatkan dirinya terpisah dari tipe-tipe komunikator politik yang

lain, terutama aktivis politik.

2.2 PENGERTIAN KAMPANYE

Page 8: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

Pengertian kampanye yang diungkapkan menurut Pfau dan Parot (Venus, 2004:8)

memberikan definisi sebagai berikut:

“a campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented

over a specified periode of time for the purpose of influencing a specified audience”

(kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang

dilaksanakan pada rentang waktu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah

ditetapkan). Berdasarkan definisi di atas, kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu

menentukan khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye.

Sementara itu pengertian kampanye yang dikemukakan oleh Kotler dan Roberto

(1989) dalam Cangara (2009:284) adalah sebagai berikut:

“campaign is an organized effort conducted by one group (the change agent) which intends

to persuade others (the target adopters), to accept, modify, or abandon certain ideas,

attitudes, practices and behavior.” (Kampanye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh satu

kelompok, (agen perubahan) yang ditujukan untuk mempersuasi target sasaran agar bisa

menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu).

Merujuk kepada definisi-definisi yang telah diungkapkan oleh para pakar maka setiap

aktifitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni:

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak

tertentu,

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar,

3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Di samping keempat ciri pokok di atas, kampanye juga memiliki karakteristik lain,

yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus

penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu

yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas

sumber pesan tersebut setiap saat.

2.3 PENGERTIAN MEDIA MASSA

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologis memandang bahwa dalam

komunikasi antar manusia, maka media yang paling dominan adalah pancaindera selanjutnya

Page 9: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap

sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.

Menurut Cangara (2004:119) bahwa media komunikasi dapat dibedakan atas empat

macam, yaitu media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa.

a. Media antarpribadi

Untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka media yang tepat digunakan ialah

kurir (utusan), surat dan telepon. Kurir banyak digunakan oleh orang-orang dahulu kala untuk

menyampaikan pesan. Di daerah-daerah pedalaman pemakaian kurir sebagai saluran

komunikasi masih bisa ditemukan, misalnya melalui orang yangn berkunjung ke pasar pada

hari-hari tertentu.

Surat adalah media komunikasi antarpribadi yang makin banyak digunakan, terutama

dengan makin meningkatnya sarana pos serta makin banyaknya penduduk yang dapat

menulis dan membaca.

b. Media Kelompok

Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media

komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar dan

komperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi

oleh suatu organisasi.

Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri oleh khalayak tidak

lebih dari 150 orang. Tujuannya adalah membicarakan suatu masalah dengan menampilkan

pembicara, kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peserta seminar yang biasanya

dari kalangan pakar sebagai nara sumber dan pemerhati dalam bidang itu. Seminar biasanya

membicarakan topik-topik tertentu yang hangat dipermasalahkan oleh masyarakat.

Media kelompok masih banyak ditemukan dalam masyarakat pedesaan dengan

memakai banyak nama, antara lain tudang sipulung di Sulawesi Selatan, banjar di Bali, rebuk

dea di Jawa dan sebagainya. Sementara bagi masyarakat kota, media kelompok banyak

digunakan dalam bentuk organisasi profesi, organisasi olahraga, pengajian, dan organiasi

lainnya.

c. Media Publik

Media publik digunakan jika khalayak lebih dari 200-an, misalnya rapat akbar, rapat

raksasa dan semacamnya. Dalam rapat akbar, khalayak berasal dari berbagai macam bentuk,

tetapi masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai, kesamaan agama,

kesamaan daerah dan lain-lain. Dalam rapat akbar (Public Media) khalayak melihat langsung

pembicara yang tampil di atas podium, bahkan biasanya sesudah mereka berbicara, mereka

Page 10: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

turun berjabat tangan dengan para pendengar sehingga terjalin keakraban di antara mereka

meskipun pembicara tidak dapat mengidentifikasikan satu persatu pendengarnya.

d. Media Massa

Jika khalayak tersebar diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan

media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari

sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis

seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.

Menurut Cangara (2004:122) bahwa media massa mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari

banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada

penyajian informasi.

2. Besifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang

memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan memungkinkan terjadinya dialog

antara pengirim dan penerima.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan

jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana

informasi yang diampaikan ditrima oleh banyak orang pada aat yang sama

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat

kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan

di mana saja tanpa menenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini dan perilaku politik, baik

yang bersifat tradisional, maupun perilaku kritis yang dinamis dalam sistem demokrasi.

Pembentukan perilaku politik tersebut sebagai bagian dari ciri masyarakat modern yang

sangat membutuhkan informasi dalam berinteraksi, sebagai bagian dari perilaku kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.

Perilaku kehidupan masyarakat seperti di atas, dapat diketahui melalui pembahasan

mengenai realitas media massa, baik media cetak mapun media elektronik. Kehidupan

tersebut, termasuk berhubungan dengan masalah politik. Media massa merupakan media

yang sangat efektif untuk melakukan komunikasi politik dalam suatu sistem demokrasi.

Media massa itu sendiri ada 2 (dua), yaitu media massa dan media nirmassa. Media

artinya alat komunikasi, sedangkan massa kependekan dari kata masyarakat (orang banyak).

Media massa berarti alat komunikasi yang boleh dimanfaatkan untuk semua orang.

Page 11: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

Sedangkan media nirmassa adalah alat komunikasi yang tidak boleh digunakan untuk semua

orang. Jelasnya, alat komunikasi tersebut bersifat individu.

Media massa (mass media) adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan

keserempakan, dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak secara

bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui

media tersebut; misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film teatrikal yang

ditayangkan di gedung bioskop.

Disamping sebagai pengantar informasi secara serempak, media massa juga

merupakan kontrol sosial, menurut Rivers (2003:38), kontrol sosial oleh media massa begitu

ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media

memang di situ. Sebagai contoh, Joseph Klapper (dalam Rivers: 2003) melihat adanya

kemampuan “rekayasa kesadaran” oleh media, dan ini dinyatakannya sebagai kekuatan

terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apa pun. Rekayasa kesadaran sudah

ada sejak lama, namun media-lah yang memungkinkan hal itu dilaksanakan secara cepat dan

besar-besaran.

Ada hubungan yang sangat erat antara media massa dengan kehidupan sosial

(McQuail, 1989:51), dengan asumsi, pertama institusi media menyelenggarakan produksi,

reproduksi, dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang

mengandung acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan

tersebut membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk

persepsi kita terhadap pengalaman itu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu,

serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita.

Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi tidak hanya terhadap

lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang dibuatnya sendiri (Rivers, 2003:

28) Menurut asumsi dasar di atas, lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan,

kepercayaan, dan lain-lain) sering kita ketahui melalui media massa, dan media pulalah yang

dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang berbeda.

Asumsi dasar kedua ialah media massa memiliki peran mediasi

(penengah/penghubung) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi.

Peran mediasi ini ada hubungannya dengan salah satu arti konotatif kata “media massa” itu

sendiri. Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa:

media massa seringkali berada di antara kita (sebagai penerima) dengan bagian pengalaman

lain yang berada di luar persepsi dan kontak langsung kita; media massa dapat saja berada di

antara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita.

Page 12: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Dasar Desain Strategi Kampanye

Indonesia sebagai negara demokrasi memiliki pemilihan umum sebagai perwujudan

dalam menampung suara masyarakat. Suara tersebut yang akhirnya menjadikan seseorang

sebagai pemimpin dari masyarakat tingkat desa, tingkat kota bahkan sampai tingkat Negara.

Namun, dengan kemajemukan suku, agama, ras, dan golongan, masyarakat Indonesia tentu

tidak selalu mengenal siapa saja calon yang akan memimpinnya, sehingga sosialisasi dan

pengenalan setiap calon kepada masyarakat sangat perlu dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah strategi–strategi komunikasi oleh setiap

kandidat guna mengenalkan, menarik simpati, bahkan meningkatkan citra. Hal tersebut

dibenarkan oleh Juria Ambar Haruni, “sama sih kayak strategi kalau kita juga lagi build

brand, karena sebenarnya kandidat dan brand itu ada kesamaannya. Tapi yang harus kita

lihat itu sebetulnya adalah strateginya. Kalau dalam brand yang kita bangun adalah image,

nah kalau dalam tokoh atau kandidat yang kita bangun adalah citra,” ujar wanita yang

menjadi tim sukses atau humas dari salah satu calon Gubernur DKI Jakarta 2012.

Penggunaan tim sukses yang didalamnya terdapat ahli humas dan periklanan kian marak

dalam setiap pemilu. Hal tersebut dilakukan karena humas atau pegiat iklan dianggap mampu

membuat suatu strategi komunikasi yang dapat mengenalkan, menarik simpati, menjalin

hubungan harmonis, dan meningkatkan citra.

Menurut buku Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi, karya H.Frazier Moore,

humas merupakan komunikasi dua arah yang menunjang kearah penciptaan kebijaksanaan

Page 13: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

kemudian menjelaskan, mengumumkan, mempertahankan, atau mempromosikannya kepada

publik sehingga memperoleh saling pengertian dan itikad baik. Sehingga hal tersebut menjadi

alasan mengapa strategi komunikasi humas dan periklanan sangat  berpengaruh dalam

kampanye politik suatu calon dalam pemilu

Dengan strategi tersebut, masyarakat dibentuk opini dan persepsinya sehingga tertarik

dan mau memilih seorang kandidat dalam pemilu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan

cukup beragam, mulai dengan penggunaan promosi secara tidak langsung atau disebut bellow

the line seperti banner, flyer, pamflet, brosur, katalog, serta pameran. Kemudian promosi

secara langsung dengan menggunakan media iklan atau above the line seperti penggunaan

televisi, radio, surat kabar, internet (sosial media).

Dalam konteks pemilihan umum Gubernur Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta tahun

2012, kemunculan Jokowi-Ahok dengan kemeja kotak-kotaknya, Fauzi Bowo dengan

kumisnya, Faisal Basri dengan konsep independennya, semua hal tersebut adalah suatu

bentuk strategi yang direpresentasikan dengan sebuah simbol untuk kemudian dapat menarik

perhatian atau awareness masyarakat Jakarta.

Berdasarkan buku Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Stephen W

LitlleJohn dan Karena Foss, simbol menurut Sussane Langer adalah konseptualisasi manusia

tentang suatu hal, ada untuk sesuatu dan bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide

umum, pola, atau bentuk. Sehingga dapat diartikan bahwa kemeja kotak-kotak, kumis, dan

independen adalah salah satu dari banyak simbol yang kemudian memiliki suatu ide dan

konsep di dalam rencana calon Gubernur DKI Jakarta. Drs. Muminto Arief sebagai dosen

Komunikasi Politik, di Fakultas Ilmu komunikasi, Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama)

setuju, menurutnya dalam suatu strategi kampanye, penggunaan ikon, atau simbol merupakan

suatu hal yang penting.

Hal yang paling penting dalam melakukan kampanye politik dalam pemilu adalah tujuan

atau objektif daripada strategi tersebut. Karena tujuan atau objektif menentukan bagaimana

strategi yang akan dibuat serta siapa target audience dan target market nya. Sehingga dapat

diketahui berapa dana yang dibutuhkan untuk melakukan strategi tersebut. “Yang pertama

kita harus tau objektifnya Itu apa? kemudian target marketnya Itu siapa, setelah itu kita bisa

tahu berapa dananya, jadi ketiga hal ini memang penting di dalam strategi komunikasi,”

tambah Runi.

Page 14: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

Selain daripada tiga faktor tersebut, hal lain yang menunjang keberhasilan suatu strategi

komunikasi dalam kampanye adalah waktu. Dimana dibutuhkan waktu yang cukup panjang

untuk memenuhi beberapa proses atau tahapan hingga akhirnya persepsi atau opini publik

terbentuk dan memilih kandidat dalam pemilu.

Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management, an Asia Perspective,

1996, ada tiga proses seleksi atau tahapan ketika seseorang mempersepsikan sesuatu, yang

pertama adalah Selective Attention, dimana seseorang akan mempersepsikan sesuatu

berdasarkan perhatiannya. Kedua, Selective Distortion, dimana seseorang memilih informasi

berdasarkan kepentingan pribadi dan menerjemahkan informasi berdasarkan pola pikir

sebelumnya yang berkaitan dengan informasi tersebut. Ketiga, Selective Retention, dimana

seseorang akan mudah mengingat informasi yang dilakukan secara berulang-ulang.

Tentunya tiga tahapan seseorang mempersepsikan sesuatu memerlukan waktu yang cukup

panjang, dan apabila tidak, strategi komunikasi yang dilakukan dalam kampanye tidak akan

berjalan dengan maksimal dan menarik perhatian publik.  Mengenai strategi komunikasi

dalam pemilu yang ideal, wanita yang akrab disapa Runi ini memberikan tipsnya.

Menurutnya, strategi komunikasi yang ideal haruslah memperhatikan target market dan

audience dengan fokus, kemudian tentukan tujuan atau objective, setelah itu barulah buat

strateginya dengan fokus pada tujuan dan target.

3.2 STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PASANGAN JOKOWI-AHOK

Strategi komunikasi politik tersebut diantaranya meliputi (1) pembicaraan politik

pasangan dalam mempengaruhi rakyat Jakarta, (2) kelembagaan yang diusung, dan (3)

mengenai bagaimana pasangan tersebut memilah dan memilih media yang digunakan dalam

kampanyenya.

1. Pembicaraan Politik Pasangan Jokowi dan Ahok

Berpolitik sama halnya dengan berkomunikasi, yang dalam hal ini adalah mengenai

suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak atau “melibatkan pembicaraan”. Ilmuwan

politik Mark Roelofs (Dan Nimmo, 1993: 8), mengatakan dengan sederhana bahwa “Politik

adalah pembicaraan atau lebih tepatnya berpolitik adalah berbicara. Dalam bukunya

Cholisin, dkk (2007: 114) mengatakan bahwa komunikasi politik ialah proses penyampaian

informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Kemudian David V.J.

Bell menjelaskan tiga jenis pembicaraan politik, diantaranya adalah pembicaran kekuasaan,

pembicaraan pengaruh, dan pembicaraan autoritas (Dan Nimmo, 1993: 75).

Page 15: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

a. Pembicaraan kekuasaan

Menurut David V.J. Bell pembicaraan kekuasaan berarti mempengaruhi orang lain

dengan ancaman atau janji. Terkait mengenai kasus Jokowi dan Ahok dalam Pilkda

Jakarta, pasangan ini memberikan dukungan janji berupa suatu upaya untuk mengatasi

kemacetan dan menanggulangi banjir (www.suarapembaharuan.com, diakses tanggal

30/10/13 pukul 09.04 WIB). Selain itu, pasangan ini juga akan membuat Satpol PP DKI

Jakarta menjadi santun (http://megapolitan.kompas.com, diakses tanggal 30/10/13 pukul

09.10 WIB) dan akan bertugas di lapangan untuk mengawasi pembangunan dari pada

duduk di kantor (www.centroone.com, diakses tanggal 30/10/13 pukul 09.36 WIB).

Janji-janji pasangan ini dilakukan guna mempengaruhi orang lain (masyarakat) agar

masyarakat mengira kedua pasangan ini nantinya akan melakukan hal tersebut jika

terpilih nanti menjadi Kepala Daerah Jakarta.

b. Pembicaraan Pengaruh

Sama halnya dengan pembicaraan kekuasaan, yaitu mempengaruhi orang lain untuk

mencapai suatu kepentingan tertentu. Namun, terdapat perbedaan dalam alat yang

digunakan untuk mencapai tujuannya. Dalam pembicaraan pengaruh, alat-alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan adalah dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan

peringatan. Pasangan Jokowi dan Ahok dalam melakukan pembicaraan pengaruh, akan

melakukan kunjungan ke kediaman Sutiyoso, guna berkonsultasi dengannya. Ini mereka

lakukan agar mereka mendapatkan citra yang baik di mata masyarakat Jakarta, karena

masyarakat akan menilai bahwa apa yang dilakukan oleh calon peserta ini tidak gegabah

untuk menjadi kepala daerah nantinya, dan menyebabkan kemungkinan adanya suatu

dorongan dari masyarakat untuk memilih pasangan ini di Pilkada yang akan berlangsung

11 Juli 2012 nanti.

c. Pembicaraan Autoritas

Pembicaraan autoritas lebih merupakan bentuk perintah daripada bentuk bersyarat

(contingen) yang merupakan ciri khas kekuasaan dan pengaruh. Penulis akan mencoba

mengungkapkan mengenai pembicaraan autoritas yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan

Ahok ini. Pembicaraan yang dilakukan oleh pasangan ini, kemungkinan tidak dilakukan

pada saat proses kampanye berlangsung, melainkan dilakukan jika pasangan ini terpilih

nantinya. Direalisasikan atau tidaknya janji-janji yang mereka lakukan pada saat kampanye

tergantung pada mereka.

Page 16: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

2. PDI-P dan GERINDRA sebagai Lembaga

Ketokohan seorang politikus, aktivis atau profesional akan meningkat, jika didukung

oleh lembaga yang ternama, atau berkiprah dalam lembaga tersebut. Jadi lembaga

merupakan sebuah kekuatan yang besar dalam membantu proses komunikasi politik yang

efektif. Lembaga adalah wadah kerjasama beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam dunia politik, lembaga itu berupa partai politik parlemen dan pemerintahan, atau

birokrasi. Lembaga-lembaga non-politik, pada dasarnya memiliki juga kekuatan politik,

meskipun kecil dan tentu tidak sama dengan lembaga politik (Anwar Arifin, 2006).

Citra diri partai politik sesuatu yang dipercaya dan diharapkan oleh rakyat tentang apa

yang dilakukan oleh partai politik tersebut. Partai Demokrasi Pembangunan Perjuangan

(PDI-P) dan Partai GERINDRA merupakan partai-partai politik yang sudah mempunyai

kenamaan di Indonesia. Citra diri mereka sudah dibuktikan oleh rakyat, sehingga mereka

pada waktu Pemilu tahun lalu menempati posisi lima besar dalam dunia perpolitikan

Indonesia. Pasangan Jokowi dan Ahok dalam hal ini berharap dengan mengusung partai-

partai besar itu menjadikan mereka menang dalam Pilkada 11 Juli 2012 nanti.

3. Pemilihan Media dalam Komunikasi Politik

Penggunaan media dalam komunikasi politik, perlu dipilah dan dipilih dengan cermat

untuk mentesuaikan dengan kondisi dan situasi khalayak. Menurut McLuhan (Anwar Arifin,

2006: 86) eksistensi media adalah sebagai perpanjangan indera manusia. Satu tipe saluran

utama yang menekankan komunikasi satu kepada banyak orang, yaitu komunikasi massa.

Berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi, komunikasi massa dibagi menjadi dua, yaitu

komunikasi tatap muka dan komunikasi yang membutuhkan perantara atau komunikasi jarak

jauh (Dan Nimmo, 1993: 168). Untuk komuniksi tatap muka, tidak diperlukan media karena

cukup hanya berbicara di depan khalayak. Sedangkan untuk komunikasi jarak jauh

diperlukan perantara untuk berkomunikasi dengan khalayak, seperti diperlukan penggunaan

media massa, media interaktif (internet, telpon misalnya).

Saluran komunikasi pada kasus pasangan Jokowi dan Ahok dalam Pilkada Jakarta,

mereka menggunakan dua tipe penggunaan komunikasi massa, yaitu komunikasi tatap muka

dan komunikasi jarak jauh. Pertama, dalam penggunaan komunikasi tatap muka, mereka

akan mendatangi masyarakat (www.centroone.com, diakses tanggal 30/10/13 pukul 09.30

WIB). Kedua, dalam penggunaan komunikasi jarak jauh, mereka akan menggunakan media

interaktif internet seperti memanfaatkan jejaring sosial Facebook dan Twitter dan

Page 17: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

memberikan nomor telepon mereka kepada masyarakat (www.centroone.com, diakses

tanggal 30/10/13 pukul 09.30 WIB). Hal ini mereka lakukan guna menghemat dana dan agar

masyarakat juga bisa langsung berinteraksi dengan mereka, dengan memberikan masukkan

mengenai keadaan Jakarta. Sementara, Isteri dari Jokowi, Iriana Joko Widodo, juga

membantu dalam kampanye mereka, seperti memanfaatkan jaringan komunikasi antar

alumni untuk mendukung suaminya dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta (dilansir pada

www.antaranews.com, diakses tanggal 30/10/13 pukul 09.07 WIB).

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Usaha pemenangan yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan Ahok adalah (1)

memberikan dukungan janji untuk mengatasi kemacetan, menanggulangi banjir, dan berjanji

akan membuat Satpol PP di Jakarta bersikap santun kepada masyarakat, serta akan bertugas

di lapangan untuk mengawasi jalannya pembangunan. (2) Dalam memberikan pengaruh,

pasangan Jokowi dan Ahok melakukan kunjungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta

Sutiyoso untuk berkonsultasi mengenai keadaan Jakarta. Hal ini dilakukan untuk

mempengaruhi pola pikir warga agar mereka berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh

Jokowi dan Ahok tidak gegabah, sehingga mendorong masyarakat untuk memilih mereka

dalam pemilihan gubernur nantinya.

(3) Untuk memudahkan mereka dalam melakukan komunikasi politik, mereka

menggunakan PDI-P dan GERINDRA sebagai dasar lembaga mereka. (4) Dalam pemilihan

media komunikasi politik, pasangan ini menggunakan dua pendekatan. Pendekatan yang

pertama dengan melakukan pendekatan tatap muka, yaitu dengan mendatangi setiap warga

masyarakat. Kemudian, pendekatan yang kedua adalah dengan melakukan pendekatan

perantara, yaitu menggunakan media seperti membuat akun jejaring sosial internet

(Facebook dan Twitter) dan memberikan nomor telepon mereka kepada masyarakat. Hal ini

mereka lakukan guna menghemat biaya kampanye dan memudahkan masyarakat untuk

bekomunikasi dengan mereka.

Page 18: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

Setelah penulis menjelaskan dengan panjang lebar mengenai langkah-langkah yang

dilakukan Jokowi dan Ahok untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta tanggal 11 Juli 2012

mendatang. Penulis melihat langkah-langkah yang dilakukan oleh pasangan Jokowi dan

Ahok ini bisa dibilang sangat berani karena mereka tidak mengetahui kondisi yang

sebenarnya mengenai tempat dimana mereka akan menjadi seorang pemimpin nantinya.

Namun, penulis juga kagum atas usaha mereka dalam memenangkan pemilihan guburnur

tersebut. Penulis berharap kepada pasangan Jokowi dan Ahok untuk merealisasikan janji-

janji mereka, jangan hanya karena ingin mendapatkan simapati dari rakyat sehingga mereka

membuat janji-janji manis seperti yang telah dijelaskan di muka.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin. 2006. Pencitraan dalam Politik (Strategi Pemenangan Pemilu dalam Perspektif Politik). Jakarta: Pustaka Indonesia.

Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan IV, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Terjemahan: Tjun

Surjaman. Cetakan III, Remadja Rosdakarya, Bandung.

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/28/13410248/Jokowi.Akan.Buat.Satpol.PP.DKI.Lebih.Santun. diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 09.10 WIB.

http://www.antaranews.com/berita/303739/istri-jokowi-galang-dukungan-dari-jaringan-alumni diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 09.07 WIB.

http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/kampanye-jokowi-ahok-bukan-dengan-kaos/ diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 09.30 WIB.

http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/jokowi-mau-jadi-gubernur-jalanan/ diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 09.36 WIB.

http://www.centroone.com/news/2012/03/4s/jokowi-ahok-ogah-ngoceh-janji-surga/ diakses pada pukul 09.43 WIB.

http://www.suarapembaruan.com/home/megawati-dengan-jokowi-jakarta-bakal-membaik/18542 diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 09.04 WIB.

http://mediapublica.co/2013/02/11/strategi-komunikasi-dalam-kampanye-pemilihan-umum/

Page 19: Peran Komunikasi Politik dan media Massa dalam Pemilihan Umum

diakses pada tanggal 30/10/2013 pukul 10.20 WIB.