PERAN KOLEKSI FIKSI DALAM MENINGKATKAN MINAT...
Transcript of PERAN KOLEKSI FIKSI DALAM MENINGKATKAN MINAT...
PERAN KOLEKSI FIKSI DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK
BINAAN DI PERPUSTAKAAN LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK PRIA KELAS I TANGERANG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
RIFKI SAHURI RAMADHAN
NIM: 1113025100094
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Rifki Sahuri Ramadhan (1113025100094) Peran Koleksi Fiksi Dalam
Meningkatkan Minat Baca Anak Binaan Di Perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang Di bawah bimbingan
Alfida, MLIS (NIP. 19710215199903 2 001) Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan koleksi fiksi,
peran koleksi fiksi terhadap minat baca anak binaan dan faktor yang
mendorong minat baca anak binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Pria Kelas I Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini
adalah kasubsi pendidikan dan latihan keterampilan, petugas perpustakaan
dan enam anak binaan yang terbagi dalam tiga tingkat pendidikan SD, SMP
dan SMK. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan koleksi
fiksi banyak dari segi kuantitas ditandai oleh rasio perbandingan anak binaan
dengan koleksi di perpustakaan LPKA yaitu 1:53. Koleksi fiksi yang tersedia
beragam seperti komik, novel, buku cerita bergambar dan buku puisi. Namun
koleksi fiksi di Perpustakaan LPKA hanya tersedia dalam bentuk tercetak.
Koleksi fiksi dapat memberikan peran dalam pengembangan minat baca anak
binaan yang diawali dengan membangun minat baca melalui daya tarik
koleksi fiksi yaitu cerita yang menarik disertai dengan gambar serta
disuguhkan dengan berbagai macam tema cerita yang disukai anak. Anak
binaan tingkat pendidikan SD menyukai fiksi bertema komedi, anak binaan
tingkat pendidikan SMP menyukai fiksi bertema komedi dan religi, dan anak
binaan tingkat pendidikan SMK menyukai fiksi bertema percintaan.
Selanjutnya perkembangan minat baca anak binaan ditandai dengan
meningkatnya intensitas membaca sebelum dan setelah anak berada di LPKA.
Kebutuhan rekreasi dan kebutuhan psikologis merupakan faktor pendorong
minat baca anak binaan di LPKA Pria Kelas I Tangerang.
Kata Kunci: Koleksi Fiksi, Minat Baca, Anak Binaan, Perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, semoga syafa’atnya dapat diperoleh di akhirat kelak.
Penulis mengetahui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat kekurangan dalam hal penulisan. Bantuan dan
partisipasi telah diberikan oleh berbagai pihak guna menyelesaikan skripsi ini.
Terutama oleh Ibunda terkasih Sunarsih dan Ayahanda tercinta Djoni, yang telah
memberi dukungan berupa motivasi dan materi sehingga selesainya penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Adikku Putri Larissa
yang memberikan semangat kepada penulis. Selain itu penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Ida Farida, MLIS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberi saran membangun sebelum penulis terjun melakukan penelitian.
6. Alfida, MLIS selaku Dosen Pembimbing Penulis yang membimbing,
menyemangati, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan dan menanamkan ilmunya sejak penulis
duduk dibangku perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
iii
8. Rehulina Munthe, SH selaku Kepala Perpustakaan LPKA Tangerang dan
Agus Nurhasan, MH Kasubsi Pendidikan dan Latihan Kererampilan
selaku penanggungjawab perpustakaan LPKA Tangerang yang telah
membantu penulis dalam mendapatkan dan melengkapi data penelitian.
9. Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Banten yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di LPKA Pria Kelas I Tangerang.
10. Teman yang memberikan banyak memberikan dukungan kepada penulis
yaitu Dhiafah Rahmawati. Serta ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada teman-teman seperjuangan Fudtri Hariyati, Annisa
Iqomatul, Jamilah, Tisna Novianty, Umi Hani, Siti Humairoh, Egi
Almaroghi, Muhison Salafudin, Huzammir Irham, Satrio Wibowo, Alif
Ahmad, Fadli Muhamad dan Dimas Satrio.
11. Keluarga IPI C 2013 yang telah bekerja sama dan berbagi pengetahuan
selama duduk dibangku kuliah.
Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terima
kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala amal
kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Aamiin.
Jakarta, 21 Desember 2017
Rifki Sahuri Ramadhan
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
D. Definisi Istilah ...................................................................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .......................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................................ 11
A. Perpustakaan Khusus ......................................................................................................... 11
1. Pengertian Perpustakaan Khusus ................................................................................... 11
2. Tujuan Perpustakaan Khusus ......................................................................................... 13
3. Fungsi Perpustakaan Khusus .......................................................................................... 14
B. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) ..................................................................... 15
1. Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak ............................................................. 15
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak .................................................. 16
3. Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak ......................................................... 18
4. Anak Binaan ................................................................................................................... 21
C. Koleksi Fiksi ...................................................................................................................... 23
1. Pengertian Koleksi Fiksi ................................................................................................ 23
2. Ragam-ragam fiksi ......................................................................................................... 25
D. Minat Baca ......................................................................................................................... 29
1. Pengertian Membaca ...................................................................................................... 29
2. Tujuan dan manfaat membaca........................................................................................ 29
3. Minat dan Kebiasaan membaca...................................................................................... 30
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca .............................................................. 32
v
E. Peran Koleksi Fiksi terhadap Minat Baca .......................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 36
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 36
B. Kriteria Informan ............................................................................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................. 38
D. Teknik Analisis Data.......................................................................................................... 39
E. Jadwal Penelitian ............................................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
A. Profil Objek Penelitian ....................................................................................................... 43
1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) ................................................................. 43
2. Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak ......................................................... 46
B. Hasil Penelitian .................................................................................................................. 51
1. Ketersediaan Koleksi Fiksi di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria
Kelas I Tangerang .................................................................................................................. 51
2. Peran Koleksi Fiksi Terhadap Minat Baca Anak Binaan ............................................... 55
3. Faktor Yang Mendorong Minat Baca Anak Binaan....................................................... 64
C. Pembahasan........................................................................................................................ 69
1. Ketersediaan Koleksi Fiksi di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria
Kelas I Tangerang .................................................................................................................. 69
2. Peran Koleksi Fiksi Terhadap Minat Baca Anak Binaan ............................................... 72
3. Faktor Yang Mendorong Minat Baca Anak Binaan....................................................... 75
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 84
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 84
B. Saran .................................................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Koleksi Perpustakaan LPKA ............................................................................... 47
Tabel 4.2 Informan Utama................................................................................................... 49
Tabel 4.3 Informan Pendukung ........................................................................................... 50
Tabel 4.4 Koleksi Fiksi Perpustakaan LPKA ...................................................................... 51
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Contoh Transkripsi Wawancara
Lampiran 3 Daftar Gambar
Lampiran 4 Struktur Organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria
Kelas I Tangerang
Lampiran 5 Struktur Organisasi Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Kelas I Tangerang
Lampiran 6 Daftar Koleksi Fiksi Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Pria Kelas I Tangerang
Lampiran 7 Daftar Keadaan Isi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria
Kelas I Tangerang Periode September 2017
Lampiran 8 Reduksi Data
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian
Lampiran 12 Surat Penerimaan Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah tumpuan harapan masa depan bangsa, negara,
masyarakat, keluarga dan oleh karenanya kondisi sebagai anak maka
diperlukan perlakuan khusus.1 Masa anak adalah dimana masa tumbuh dan
berkembangnya seseorang mulai dari fisik, mental serta pikiran. Masa ini
adalah masa yang tepat bagi orang tua, guru dan lingkungan untuk
mengarahkan, membimbing dan membina anak agar ia dapat melewati
tumbuh kembang yang optimal hingga kelak ia memiliki kepribadian yang
baik. Namun anak yang kurang perhatian dan bimbingan dari orang tua
serta tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat melakukan hal
yang negatif seperti penyalahgunaan narkoba dan perbuatan kriminal
lainnya.
Apabila seorang anak sudah melewati batasan hukum dalam
melakukan kenakalan dan sudah tergolong kepada tindakan kriminal atau
kejahatan maka anak akan terjerat dalam kasus hukum dan harus
mempertanggungjawabkannya. Mereka akan dimasukan ke Lembaga
Pembinaan Khusus Anak. Lembaga ini bertugas dalam membina dan
memperbaiki mental seorang anak yang belum dan telah divonis bersalah
oleh pengadilan mengenai suatu perkara tertentu. Pembinaan ini dilakukan
1 Darwan Prisnt, Hukum Anak Indonesia (Bandung: Citra Adiya Bakti, 1997), 98.
2
agar jika seorang narapidana anak ketika kembali ke masyarakat ia tidak
akan mengulangi kesalahannya dan menjadi orang yang baik.
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) berada dibawah
naungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia. Sebelumnya lembaga ini bernama
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak atau yang lebih dikenal dengan
sebutan LAPAS Anak, kemudian diganti menjadi Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2012. Tentunya dibalik perubahan nama tersebut
terkandung tujuan tertentu, yakni penambahan pendidikan formal pada
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak. Menurut Kepala LPKA Kelas 1
Tanjung, perbedaan LAPAS dengan LPKA yakni jika di LAPAS, anak
hanya mendapatkan pendidikan nonformal. Sedangkan di LPKA terdapat
pendidikan nonformal dan juga pendidikan formal dengan harapan mereka
dapat melanjutkan sekolah meskipun sedang menjalani hukuman pidana.2
Pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) istilah narapidana anak
diganti menjadi anak binaan.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003
nomor 20 pasal 35 ayat 1 tentang sistem pendidikan Nasional disebutkan
bahwa Standar Nasional Pendidikan mencakup ruang belajar, tempat
olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat berkreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk
2 Mei Leandha, ―Agar Napi Anak Tetap Bersekolah, Lapas Berubah Jadi LPKA,‖
Kompas, accessed July 29, 2017,
http://regional.kompas.com/read/2015/08/24/19595161/Agar.Napi.Anak.Tetap.Bersekolah.Lapas.
Berubah.Jadi.LPKA.
3
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.3 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
yang telah memiliki tanggung jawab dalam pendidikan formal tentu harus
mengimplementasikan Undang-undang ini, termasuk harus adanya sebuah
perpustakaan.
Perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat
buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan
pengguna atau pemustakanya.4 Perpustakaan dalam sebuah lembaga atau
organisasi berperan dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya
sehingga dapat terwujud cita-cita lembaga atau organisasi tersebut. Oleh
karena itu pada perpustakaan terdapat berbagai bahan pustaka yang bisa
dinikmati, mulai dari buku teks, koleksi fiksi, koleksi terbitan berkala,
koleksi referensi, koleksi audiovisual dan berbagai koleksi lainnya.
Salah satu tujuan didirikannya perpustakaan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak menurut Direktorat Bimkemas dan Perlindungan
Anak adalah untuk meningkatkan minat baca anak binaan.5 Minat baca
perlu untuk dibina sejak dini. Jika tidak dibina sejak awal maka minat baca
anak akan terkalahkan oleh keberadaan teknologi informasi yang canggih
seperti televisi, internet, game dan lain sebagainya.
Membaca adalah usaha seseorang untuk mengambil informasi dari
bacaan. Untuk menangkap suatu informasi dari bacaan, seseorang harus
3 Surayin, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Bandung: Yrama
Widya, 2004), 32. 4 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993),
12. 5 Direktorat Bimkemas dan Pengentasan Anak, ―Pedoman Perlakuan Anak Di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA),‖ 32, accessed May 29, 2017,
https://www.scribd.com/doc/316763234/Pedoman-Perlakuan-Anak-Di-LPKA.
4
membaca dengan serius. Namun keseriusan akan sulit tercipta jika
seseorang tidak mempunyai minat terhadap apa yang dibacanya. Membaca
akan terwujud melalui proses belajar, berlatih dan mengalami. Membaca
adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu
kebiasaan. Jika tidak ada minat, maka kebiasaan membaca sudah pasti
tidak akan berkembang dengan demikian minat merupakan dasar bagi
kebiasaan membaca.6
Tumbuhnya minat baca akan menyebabkan anak terbiasa untuk
membaca dan terjadinya peningkatan keterampilan membaca anak.
Dengan membaca akan menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan
dan kreativitas anak. Dengan membaca diharapkan potensi anak akan
dapat tumbuh dengan maksimal.7
Minat baca tidaklah tumbuh dengan sendirinya, kegemaran
membaca bukan faktor keturunan melainkan hasil dari sebuah binaan dan
latihan.8 Mengingat pentingnya menumbuhkan minat baca pada anak, yang
mana hal ini dapat dilakukan oleh pelayanan perpustakaan yang baik,
suasana tempat membaca yang menarik, penyediaan bahan pustaka yang
sesuai kebutuhan, bahan pustaka yang bersifat rekreatif dan diciptakannya
lingkungan yang gemar membaca.
Koleksi fiksi merupakan salah satu jenis koleksi yang ada di
perpustakaan. Koleksi ini disukai oleh banyak orang, baik anak, remaja
6 Hari Santoso, ―Membangun Minat Baca Anak Usia Dini Melalui Penyediaan Buku
Bergambar,‖ Artikel Pustakawan Perpustakaan Universitas Malang, 2011, 3,
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfhasan/Membangun%20minat%20baca%20an
ak%20usia%20dini%20melalui%20penyediaan%20buku%20bergambar.pdf. 7 Santoso, 4.
8 Sintha Ratnawati, Sekolah Alternatif Untuk Anak (Jakarta: Kompas, 2002), 40.
5
maupun orang dewasa. Pada wacana yang termuat di dalam cerita fiksi
terdapat pesan-pesan yang baik tentang kehidupan yang perlu dipahami
dan secara tidak sadar pembaca akan menangkap pesan-pesan tersebut.
Koleksi fiksi memberi banyak manfaat bagi pembacanya yang diantaranya
dapat memberikan pencerahan dalam kehidupan, dapat memberikan
wawasan mengenai berbagai perasaan, seperti terharu, sedih, bahagia,
bersemangat dan lain-lain. Hal seperti ini tidak dapat ditemukan pada
koleksi lain. Untuk itu pengaruh adanya koleksi fiksi pada sebuah
perpustakaan diharapkan dapat menarik seseorang untuk berkunjung ke
perpustakaan, dan memanfaatkannya.
Bahan bacaan di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) merupakan salah satu sarana rekreasi bagi anak. Perpustakaan
LPKA harus dapat menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan
kebutuhan anak binaan.9 Dapat diartikan bahwa Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) wajib mendirikan sebuah perpustakaan yang
didalamnya terdapat berbagai bahan bacaan untuk anak binaan sebagai
sarana rekreasi mereka.
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Kelas I
Tangerang berlokasi di Jalan Daan Mogot, Tangerang. Saat ini, LPKA
Pria Kelas I Tangerang memiliki 82 anak binaan. Lembaga ini memiliki
sebuah perpustakaan yang difungsikan sebagai salah satu sarana rekreasi
dan upaya dalam meningkatkan minat baca anak binaan.
9 ―Pedoman Perlakuan Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA),‖ 32.
6
Secara psikologis seseorang yang melakukan kesalahan hingga
perbuatan kriminal akan memiliki kondisi yang berbeda dengan orang lain
pada umumnya seperti malu karena merasa telah bersalah, menjauh dari
lingkungan sosial dan lain sebagainya.10
Hal ini juga dapat dialami oleh
anak yang berada pada LPKA, karena pada dasarnya anak yang berada
pada lembaga ini adalah anak yang telah melakukan kesalahan tertentu
sehingga ditempatkan pada LPKA. Terlebih lagi anak yang berada di
LPKA dapat tinggal bertahun-tahun, tergantung hukuman pidana yang
telah diputuskan oleh pengadilan. Namun terlepas dari berbagai macam
persoalan yang dihadapi oleh anak binaan, mereka tetap mau berkunjung
ke perpustakaan hanya untuk membaca buku-buku fiksi.
Dari hasil observasi peneliti juga menemukan bahwa koleksi yang
paling sering dimanfaatkan oleh anak binaan di perpustakaan LPKA yakni
koleksi fiksi. Hal ini seakan koleksi fiksi yang membuat mereka tertarik
untuk membaca. Untuk itu tersedianya koleksi fiksi di Perpustakaan
LPKA Pria Kelas I Tangerang dalam meningkatkan minat baca anak
binaan menjadi sangat penting.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang peran koleksi fiksi terhadap minat baca anak binaan.
Selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Peran Koleksi
Fiksi Dalam Meningkatkan Minat Baca Anak Binaan di
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I
Tangerang”.
10
Vernon Coleman, Rasa Salah: Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengatasinya (Jakarta:
Arcan Press, 1985), 65.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan menjadi terfokus, maka peneliti membatasi
masalah pada peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca anak
binaan di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria
Kelas I Tangerang.
Dari batasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana ketersediaan koleksi fiksi di perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang?
2. Bagaimana peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca anak
binaan di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Kelas I Tangerang?
3. Faktor apa yang mendorong minat baca anak binaan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketersediaan koleksi fiksi di perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang.
8
2. Untuk mengetahui peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca
anak binaan di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) Kelas I Tangerang.
3. Untuk mengetahui faktor yang mendorong minat baca anak binaan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang.
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi pemikiran mengenai bagaimana peran koleksi
fiksi dan pentingnya minat baca pada anak, khususnya anak binaan.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Perpustakaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Kelas I Tangerang
agar dapat membuat program atau kegiatan perpustakaan dalam upaya
meningkatkan minat baca anak binaan.
3. Diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Perpustakaan.
D. Definisi Istilah
1. Koleksi Fiksi
Koleksi fiksi adalah koleksi perpustakaan yang berupa kaya tulis yang
isinya bersifat imajinatif. Fiksi juga dapat sering sebagai cerita rekaan
yang buat oleh pengarangnya.
2. Minat Baca
Minat baca yaitu keinginan yang datang dari diri sendiri untuk
membaca, baik untuk menambah pengetahuan, hiburan, penelitian dan
lain sebagainya.
9
3. Anak Binaan
Anak binaan adalah sebutan untuk anak yang sedang menjalani masa
pidananya atas suatu perkara tertentu yang ditempatkan di LPKA.
4. Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) termasuk
kedalam kategori perpustakaan khusus. Perpustakaan khusus
merupakan perpustakaan yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu
yang berguna dalam mencapai tujuan lembaga tersebut.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan memberikan gambaran umum
tentang apa yang dibahas dalam setiap bab dalam laporan ini. Sistematika
penulisan penelitian ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
istilah, serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berasal dari kajian
pustaka yang memiliki kaitan dengan peran koleksi fiksi
terhadap minat baca Anak binaan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak.
BAB III Metode Penelitian
10
Bab ini membahas mengenai penulisan yang digunakan
yaitu jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data serta tempat dan waktu penelitian..
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang profil objek penelitian, hasil
penelitian dan pembahasan mengenai peran koleksi fiksi
terhadap minat baca anak binaan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak.
BAB Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan. Serta saran dari peneliti
terhadap masalah yang terjadi.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang
dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau
asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan dilingkungannya
dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga
maupun sumber daya manusianya.11
Menurut Mulyadi Achmad Nurhadi yang dikutip oleh Karmidi
Martoatmojo mendefinisikan bahwa perpustakaan khusus yaitu sebagai
perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus diluar
lembaga perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan
perguruan tinggi. Lembaga dimaksud berupa lembaga industri,
lembaga perkantoran, lembaga penelitian dan lain sebagainya.12
Yang tergolong ke dalam perpustakaan khusus ialah perpustakaan
yang menekankan koleksi dan pelayanannya pada suatu bidang
khusus. Dilihat dari kedudukannya perpustakaan khusus mungkin
11
Perpustakaan Nasional, Standar Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional,
2002), 3. 12
Karmidi Martoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999), 1.3.
12
merupakan bagian dari suatu badan pemerintah, lembaga penelitian,
industri, perusahaan, atau suatu himpunan khusus.13
Berdasarkan kutipan dari para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang dibentuk oleh
suatu lembaga baik dari pemerintah maupun swasta untuk dapat
memenuhi kebutuhan informasi sumber daya manusia sekaligus
sebagai peningkatan dan pengembangan lembaga tersebut.
Menurut Soeatminah perpustakaan khusus mempunyai tugas
melayani suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki kesamaan
dalam kebutuhan dan minat terhadap bahan pustaka dan informasi.
Ada tiga macam kelompok masyarakat khusus, sehingga ada tiga
macam perpustakaan khusus:
a. Perpustakaan Khusus Bidang Ilmu/Profesi
Suatu lembaga atau asosiasi masyarakat khusus dapat mendirikan
perpustakaan khusus, yang menghimpun koleksi khusus salah satu
bidang ilmu pengetahuan atau salah satu bidang profesi. Misalnya
Perpustakaan Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) yang
menghimpun koleksi pustaka dibidang nuklir dan Perpustakaan
Dokumentasi Anak yang menghimpun koleksi yang berkaitan
dengan anak Indonesia.
b. Perpustakaan Khusus Perkantoran
Kantor pemerintah atau swasta dalam melaksanakan tugas sehari-
harinya tentu membutuhkan informasi yang berkaitan dengan tugas
13
Luwarsih Pringgoadisuryo, Perpustakaan Khusus: Pengantar Ke Organisasi Dan
Administrasi (Jakarta: PDII LIPI, 1971), 1.
13
kerja kantor yang bersangkutan. Untuk itu, setiap kantor perlu
mempunyai koleksi pustaka dibidang yang berkaitan dengan
kebutuhan informasi para karyawan seperti koleksi peraturan
perundang-undangan, laporan kegiatan, laporan penelitian dan lain-
lain.
c. Perpustakaan Khusus Perusahaan
Suatu perpustakaan, baik yang memproduksi barang maupun jasa,
akan selalu membutuhkan informasi yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan yang bersangkutan agar dapat maju dan
berkembang. Koleksi perpustakaan perusahaan terdiri dari buku-
buku yang isinya dapat memberikan informasi untuk meningkatkan
dan melancarkan kegiatan perusahaan. Koleksi akan berupa buku-
buku pengetahuan administrasi, pengetahuan produksi,
pengetahuan pemasaran dan pengetahuan yang lain.14
2. Tujuan Perpustakaan Khusus
Perpustakaan pada umumnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pemustakanya. Perpustakaan pun dibagi kedalam beberapa
jenis perpustakaan, seperti perpustakaan nasional, perpustakaan
sekolah, perpustakaan khusus dan lain-lain. Tiap jenis perpustakaan
bertujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan pemustakanya
masing-masing.
Menurut Arif Budiwijaya tujuan perpustakaan khusus adalah:
14
Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan Dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius,
1991), 35–36.
14
a. Memberikan pelayanan yang bersifat terbatas pada anggota dalam
lingkungan tempat perpustakaan bernaung.
b. Merupakan pusat informasi bagi aktifitas lembaga yang dilayani.
c. Mengumpulkan informasi, menyimpan dan memberikan literatur
dalam segala bentuk.
d. Menyediakan bibliografi, sari karangan, reproduksi dan lain-lain
dalam bidang khusus.15
3. Fungsi Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus berfungsi sebagai tempat penelitian,
pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia.16
Menurut M. Yusuf Pawit fungsi perpustakaan khusus adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi edukatif
Perpustakaan khusus menyediakan buku-buku yang sesuai dengan
kebutuhan pemustaka, sehingga membantu pemustaka dalam
meningkatkan minat baca.
b. Fungsi informatif
Perpustakaan tidak hanya menyediakan koleksi yang berupa buku-
buku saja tetapi koleksi yang lain seperti majalah, surat kabar,
bahkan koleksi berupa non buku seperti VCD.
c. Fungsi rekreatif
15
Arif Budiwijaya, Pembinaan Koleksi Perpustakaan: Dalam Lokakarya Pembinaan
Perpustakaan Khusus Kependudukan (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1979), 1. 16
Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
39.
15
Fungsi rekreasi yang maksud adalah rekreasi secara psikologis.
Pemustaka dapat berimajinasi dengan memanfaatkan koleksi
perpustakaan.17
B. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
1. Pengertian Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah lembaga dimana tempat
anak menjalani masa pidananya. Anak yang berdasarkan putusan
pengadilan dijatuhi pidana penjara ditempatkan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Anak sebagaimana dimaksud
berhak memperoleh pelayanan, perawatan, pendidikan dan pelatihan,
pembimbingan dan pendampingan serta hak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.18
Dalam melaksanakan hal tersebut, petugas LPKA wajib
mengedepankan asas Sistem Peradilan Anak yang meliputi:
a. Perlindungan
b. Keadilan
c. Non diskriminasi
d. Kepentingan terbaik anak
e. Penghargaan terhadap pendapat anak
f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak
g. Pembinaan dan pembimbingan anak
h. Proporsional
17
Muhammad Yusuf Pawit, Teori Dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi
Retrieval (Jakarta: Kencana, 2010), 386. 18
―Pedoman Perlakuan Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA),‖ 32.
16
i. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir
j. Penghindaran pembalasan
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Lembaga pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan unit
pelaksana teknis yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Tugas Lembaga Pembinaan
Khusus Anak sebagaimana yang disebutkan di Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI No. 18 Tahun 2015 pasal 3 bahwa LPKA
mempunyai tugas melaksanakan pembinaan anak binaan.19
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,
LPKA menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Registrasi dan klasifikasi yang dimulai dari penerimaan, pencatatan
baik secara manual maupun elektronik, penilaian,
pengklasifikasian, dan perencanaan program.
b. Pembinaan yang meliputi pendidikan, pengasuhan, pengentasan,
pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta layanan informasi.
c. Perawatan yang meliputi pelayanan makanan, minuman dan
pendistribusian perlengkapan dan pelayanan kesehatan.
d. Pengawasan dan penegakan disiplin yang meliputi administrasi
pengawasan, pencegahan dan penegakan disiplin serta pengelolaan
pengaduan.
19
KEMENKUMHAM RI, ―Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No. 18 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak,‖ § 3
(2015), sec. 3.
17
e. Pengelolaan urusan umum yang meliputi urusan kepegawaian, tata
usaha, penyusunan rencana anggaran, pengelolaan urusan
keuangan serta perlengkapan dan rumah tangga.20
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LPKA wajib
memperhatikan hak setiap anak dalam proses peradilan pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi:
a. Diperlakukannya secara manusiawi dengan memperhatikan
kebutuhan sesuai dengan umurnya
b. Dipisahkan dari orang dewasa
c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif
d. Melakukan kegiatan rekreasional
e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang
kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan
martabatnya
f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup
g. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang paling singkat
h. Memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif,
tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum
i. Tidak dipublikasikan identitasnya
j. Memperoleh pendampingan orang tua/wali/pengasuh dan orang
yang dipercaya oleh anak
20
sec. 4.
18
k. Memperoleh advokasi sosial
l. Memperoleh kehidupan pribadi
m. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat
n. Memperoleh pendidikan
o. Memperoleh pelayanan kesehatan
p. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan21
3. Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak merupakan
perpustakaan yang disediakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, serta minat baca anak binaan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Koleksi yang terdapat di perpustakaan yaitu buku-buku
meliputi buku pengetahuan umum, agama, hobi, keterampilan, sastra
dan buku lainnya yang sesuai dengan minat anak binaan.22
Menurut Vibeke dan Joanne sebuah perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak harus dapat menyediakan berbagai sumber
untuk edukasi, program rehabilitasi dan kebutuhan rekreasi. Vibeke
dan Joanne menambahkan bahwa koleksi perpustakaan lembaga
pemasyarakatan atau lembaga pembinaan harus mencakup bahan
pustaka tercetak dan format lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan
informasi, edukasi, kultural, rekreasi dan rehabilitasi narapidana.23
21
Indonesia, ―Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak,‖ § 3 (2012), sec. 3. 22
―Pedoman Perlakuan Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA),‖ 32. 23
Lehmann Vibeke and Locke Joanne, ―Guidelines for Library Services to Prisoners,‖
IFLA Professional Report 3, no. 92 (2005): 11,
https://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/professional-report/92.pdf.
19
Carole Bowe dalam artikelnya yang berjudul Recent Trends In UK
Prison Libraries menjelaskan bahwa lembaga pembinaan atau
lembaga pemasyarakatan yang memiliki kurang dari 200 narapidana
maka sebaiknya perpustakaan lembaga tersebut menyediakan koleksi
atau buku-buku paling sedikitnya 2000 eksemplar.24
Selanjutnya terkait layanan perpustakaan LPKA, Vibeke dan
Joanne menyebutkan bahwa di dunia internasional terdapat empat
dokumen yang dijadikan acuan dalam mendirikan dan
mengembangkan layanan perpustakaan di lembaga pembinaan atau
lembaga pemasyarakatan. Empat dokumen tersebut diantaranya yaitu:
a. Rule 40 of the United Nations Standard Minimal Rules for the
Treatment of Prisoners 1995, menetapkan bahwa setiap
lembaga pemasyarakatan atau lembaga pembinaan harus
memiliki perpustakaan untuk dapat digunakan oleh seluruh
narapidana, dan perpustakaan memiliki koleksi yang memadai
yang mencakup buku-buku yang bersifat rekreatif dan
keterampilan, serta perpustakaan harus mendorong para
narapidana untuk memanfaatkannya.
b. The Charter for the Reader 1994 diadopsi oleh the
International Book Committee and the International Publihers
Associations dan dipublikasikan oleh UNESCO, menyatakan
bahwa ―membaca adalah hak universal‖.
24
Carole Bowe, ―Recent Trends In UK Prison Libraries,‖ Library Trends 59, no. 3
(2011): 436.
20
c. IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1995, dianjurkan
bagi perpustakaan lembaga pemasyarakatan dan perpustakaan
umum untuk dapat bekerja sama melayani para narapidana.
d. The Education in Prison report, diadopsi oleh Council of
Europe di Strasbourg 1990, ditujukan juga untuk perpustakaan
lembaga pembinaan. Merekomendasikan perpustakaan
lembaga pembinaan untuk dapat menerapkan standar
profesionalitas yang sama dengan perpustakaan-perpustakaan
lainnya; perpustakaan harus dikelola oleh pustakawan ahli;
perpustakaan harus memiliki berbagai macam jenis koleksi
yang menarik dan dibutuhkan oleh narapidana; perpustakaan
harus menggunakan layanan open access; perpustakaan harus
membuat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan literasi dan
membaca.25
Selanjutnya Donald E. Stadius menjelaskan beberapa manfaat dari
perpustakaan di lembaga pembinaan bagi narapidana yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan daya berpikir narapidana.
b. Dapat mengalihkan rasa kebosanan.
c. Sebagai sarana rekreasi.
d. Memberikan bahan bacaan yang berguna.
e. Menambah bahan percakapan antar sesama anak binaan dalam
pergaulan sehari-hari.
25
Vibeke and Joanne, ―Guidelines for Library Services to Prisoners,‖ 5.
21
f. Menambah keefektifan dari kegiatan pembinaan itu
sendiri.26
Informasi-informasi yang bersifat edukasi dan spiritual adalah hal
yang dibutuhkan oleh narapidana. Tetapi mereka juga sangat
membutuhkan informasi yang bersifat rekreasi. Kebanyakan
narapidana setuju bahwa informasi yang bersifat rekreasi akan dapat
mengurangi rasa kebosanan mereka selama berada di lingkungan
lembaga pemasyarakatan atau lembaga pembinaan.27
Perpustakaan dapat menjadi tempat kesukaan bagi narapidana
untuk membaca dan menghabiskan waktu selama berada di
lingkungan lembaga pembinaan atau lembaga pemasyarakatan. Hasil
penelitian di Brussels dapat menjadi salah satu contoh bahwa 85%
narapidana paling suka menghabiskan waktu di perpustakaan untuk
membaca daripada melakukan kegiatan lain seperti olah raga, latihan
keterampilan dan lain sebagainya.28
4. Anak Binaan
Pengertian anak dan anak pidana berdasarkan pasal I Undang-
undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjelaskan
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia delapan belas tahun,
26
Donald E. Stadius, ―A Roundelay for Attica and Other Prison Libraries Based On An
Old Song,‖ Wilson Libraries Bulletin 46 (n.d.): 246. 27
Sambo Atanda Saliu, ―Prisoners and Their Information Needs: Prison Libraries
Overview,‖ Journal of Library Phillosophy and Practice, 2017, 5,
http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4135&context=libphilprac. 28
Dorien Brosens et al., ―Life Long Learning: The Prison Library As A Bridge To
Paticipation,‖ Procedia: Social and Behavioral Sciences 191 (2015): 1496, https://ac.els-
cdn.com/S1877042815026944/1-s2.0-S1877042815026944-main.pdf?_tid=9662c9ec-c9c5-11e7-
9632-00000aab0f6b&acdnat=1510723792_5ba9e78edf4acca3059092aea33a54c8.
22
termasuk anak yang masih dalam kandungan.29
Sedangkan pengertian
anak pidana menurut pasal I butir 8 huruf a Undang-undang No. 12
tahun 1995 tentang pemasyarakatan menjelaskan bahwa anak pidana
adalah anak yang sudah berusia dua belas tahun dan berdasarkan
putusan pengadilan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.30
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (UU SPPA) membagi tiga definisi anak yang
berhubungan dengan tindak pidana sebagai berikut:
a. Anak yang berkonflik dengan hukum
Yaitu anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18
tahun yang telah atau diduga melakukan tindak pidana.
b. Anak yang menjadi korban tindak pidana
Yaitu anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami
penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.
c. Anak yang menjadi saksi tindak pidana
Yaitu anak yang belum berumur 18 tahun yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana
yang didengar, dilihat dan/atau dialaminya sendiri.31
29
Undang-undang Republik indonesia No. 11 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
sec. 1. 30
Indonesia, ―Undang-Undang No. 12 Tentang Pemasyarakatan‖ (1995), sec. 1. 31
Indonesia, sec. 1.
23
Batas umur 12 tahun bagi anak untuk dapat diajukan ke sidang
anak didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan
pendagogis bahwa anak yang belum mencapai umur 12 tahun
dianggap belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak, anak binaan terbagi
menjadi dua jenis yaitu anak pidana dan anak tahanan.
a. Anak pidana, yaitu anak yang telah divonis bersalah oleh
pengadilan dan sedang menjalani masa pidananya.
b. Anak Tahanan, yaitu anak yang belum divonis bersalah oleh
pengadilan dan sedang menunggu masa pidananya.
Juvenile Deliquency atau dalam bahasa Indonesia diartikan
kejahatan oleh anak, yaitu suatu tindakan atau pelanggaran norma,
baik norma hukum maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-
anak usia muda. Ketentuan kejahatan anak atau disebut delikuensi
anak yang dapat diartikan sebagai bentuk kejahatan yang dilakukan
anak dalam tata peraturan perundang-undangan.32
C. Koleksi Fiksi
1. Pengertian Koleksi Fiksi
Koleksi dalam bahasa inggris yaitu collection yang berarti
kumpulan, pengumpulan. Koleksi dalam konteks koleksi perpustakaan
yaitu semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan
untuk ditujukan kepada pemustaka dalam rangka memenuhi kebutuhan
32
Emeliana Krisnawati, Aspek Hukum Perlindungan Anak (Bandung: Utomo, 2005), 12.
24
informasi yang dibutuhkannya.33
Selanjutnya Undang-undang nomor
43 pasal 1 ayat 2 tahun 2007 menyebutkan bahwa koleksi
perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya
cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai
nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah dan dilayankan.34
Kata fiksi berasal dari kata latin ―fictio‖ yang berarti sesuatu yang
ditemukan, sesuatu yang dikarang-karang. Fiksi adalah cabang dari
ilmu sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatif, terutama
dalam bentuk prosa; sesuatu yang diadakan, dibuat-buat, sesuatu yang
diimajinasikan, suatu cerita yang disusun.35
Menurut Burhan Nurgiantoro, fiksi merupakan sebuah cerita, dan
karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan
kepada pembaca di samping adanya tujuan pemberian sebuah
pelajaran. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita,
menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Daya tarik cerita
inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya.
Hal ini disebabkan pada dasarnya setiap orang senang cerita.
Selanjutnya melalui cerita tersebut pembaca secara tidak langsung
dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan
kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Fiksi tersebut
akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan
kehidupan. Oleh karena itu fiksi sering dianggap dapat membuat
33
Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2002), 12. 34
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tentang Perpustakaan, 2007,
sec. 1. 35
Hendri Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1991), 120.
25
manusia menjadi pribadi yang lebih baik.36
Selain itu Alberthiene
Endah mengatakan bahwa dengan membaca koleksi fiksi maka
seseorang akan dapat merasakan perasaan seperti bahagia, sedih, galau
dan lain sebagainya.37
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi fiksi adalah
koleksi-koleksi yang berdasarkan imajinasi atau khayalan si penyusun
cerita. Koleksi fiksi dapat membuat pembacanya merasakan wawasan
baru terkait perasaan seperti sedih, terharu, bahagia dan lain
sebagainya. Oleh karena itu pada perpustakaan, penyediaan koleksi
fiksi merupakan salah satu bentuk sarana rekreasi bagi pemustaka.
2. Ragam-ragam fiksi
Menurut Murti Bunanta fiksi terbagi atas tujuh, yaitu picture book,
komik, sastra tradisional, fantasi modern, fiksi realistis, fiksi sejarah
dan puisi.38
a. Buku bacaan bergambar (picture book)
Buku ini lebih bersifat informasi dan tidak membentuk cerita,
setiap halaman buku bias berdiri sendiri. Buku bacaan bergambar
bisa berupa buku abjad ABC untuk mengenal abjad yang disusun
dalam bentuk kata, bisa pula buku yang mengajarkan tentang
hitungan, atau bisa juga buku konsep. Sedangkan buku cerita
bergambar (picture story book), buku ini menekankan pada
36
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), 3. 37
Alberthiene Endah, Menulis Fiksi Itu Seksi: 1001 Trik Menulis Fiksi Dengan Asik
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), 15. 38
Murti Bunanta, Buku Mendongeng Dan Minat Membaca (Jakarta: Kelompok Pecinta
Bacaan Anak, 2008), 29.
26
ceritanya. Pada buku cerita bergambar, jalan cerita
berkesinambungan dan menjadi suatu kesatuan sehingga gambar
dan teks di seluruh buku selalu ada hubungannya.39
b. Komik
Komik merupakan gambar bercerita yang disusun dengan
sedemikian rupa sehingga gambar-gambar yang ditampilkan
membentuk sebuah cerita yang dapat memberikan pesan kepada
pembacanya.40
c. Sastra tradisional
Cerita-cerita yang termasuk jenis sastra tradisional adalah cerita
rakyat yang meliputi legenda, mite, dan dongeng.
1) Legenda bersifat sekuler (keduniawian) dan peristiwanya
terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di
dunia yang kita kenal sekarang.
2) Mite bercerita tentang dewa-dewi, asal usul dunia, asal usul
manusia dan sebagainya. Misalnya cerita tentang Dewi Sri,
Ramayana, Mahabarata dan lain-lain.
3) Dongeng adalah cerita yang khusus yaitu mengenai manusia
atau binatang. Ceritanya tidak dianggap benar-benar terjadi,
walaupun ada banyak yang melukiskan kebenaran atau
39
Hendra Adipta, Maryaeni Maryaeni, and Muakibatul Hasanah, ―Pemanfaatan Buku
Cerita Bergambar Sebagai Sumber Bacaan Siswa SD,‖ Jurnal Pendidikan: Teori Penelitian Dan
Pengembangan 1, no. 5 (May 2016): 989,
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6337. 40
Natalia Hartono, Heru Dwi Waluyanto, and Azmar Zacky, ―Perancangan Buku Komik
‗Story of Otaku Life‘ Tentang Kehidupan Seorang Otaku,‖ 3, accessed November 15, 2017,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=194735&val=6515&title=Perancangan Buku
Komik “Story of Otaku Lifeâ€.
27
berisikan moral. Contoh Ande-Ande Lumut, Puteri Salju dan
lain-lain.41
d. Fantasi Modern
Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh seorang pengarang
yang dapat diambil dari elemen cerita rakyat, misalnya karangan
Hans Christian Andersen, Sri Rezeki karangan Dwianto Setyawan;
fantasi ilmiah atau cerita-cerita fantasi lain mengenai binatang atau
manusia, robot dan sebagainya.
e. Fiksi Realistis
Fiksi realistis adalah cerita yang dapat dipahami oleh pembaca
mungkin ada dan terjadi walaupun tidak harus bahwa memang ia
benar-benar ada dan terjadi. Cerita yang dikisahkan masuk akal
dan logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi, dan
interaksi yang seolah-olah memang benar dan penyelesaiannya pun
masuk akal dan dapat dipercaya.42
Macam fiksi realistis antara lain
tentang petualangan detektif, misteri, humor, cerita permasalahan
seseorang dan lain sebagainya.
f. Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah adalah alur cerita rekaan yang mengacu pada alur
cerita sebenarnya yang terjadi pada masa lampau.43
Biasanya fiksi
sejarah bercerita tentang rakyat biasa, dimana peristiwa sejarah
41
Bunanta, Buku Mendongeng Dan Minat Membaca, 31–32. 42
Burhan Nurgiyantoro, ―Sastra Anak: Persoalan Genre,‖ Jurnal Humaniora 16, no. 2
(2004): 111, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=3067&val=297. 43
Noor Latif CM, ―Visualisasi Karakter Pramodawardhani Pendekatan Fiksi Sejarah,‖
Jurnal Humaniora 4, no. 1 (April 2013): 230,
http://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3433/2819.
28
menjadi latar belakang dan sumber inspirasi cerita. Salah satu
contohnya yaitu ―Rumah Kecil di Padang Rumput‖ (Little House
on the Praire).
g. Puisi
Puisi adalah bentuk sastra yang di dalamnya terdapat
pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek
keindahan. Bahasa yang terdapat pada puisi adalah singkat dan
padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang
lebih banyak. Penggunaan unsur bahasa untuk memperoleh
keindahan itu, antara lain dapat dicapai lewat permainan bunyi
yang biasanya berupa berbagai bentuk pengulangan untuk
memperoleh efek persajakan dan irama yang indah.44
Sedangkan Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa ragam fiksi
terbagi menjadi 2 yaitu novel dan cerita pendek.45
a. Novel
Novel diartikan sebagai cerita panjang yang berbentuk prosa.
Novel merupakan salah satu karya sastra yang berisi tentang
rangkaian kehidupan seseorang atau orang lain yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan.
b. Cerita Pendek (Cerpen)
Cerpen atau cerita pendek adalah buku cerita yang isi ceritanya
pendek. Jumlah baris dan jumlah kata lebih sedikit dengan novel.
Berbeda dengan novel yang menjelaskan unsurnya satu per satu,
44
Nurgiyantoro, ―Sastra Anak: Persoalan Genre,‖ 117. 45
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, 9.
29
pada cerpen penulis menciptakan karakter-karakter, latar, dan
tindakan-tindakan secara sekaligus atau bersamaan.46
D. Minat Baca
1. Pengertian Membaca
Kegiatan membaca sangat terkait dengan kegiatan menulis. Jika
aktivitas menulis merupakan kegiatan mengekspresikan gagasan,
pikiran, dan kehendak dalam bentuk simbol-simbol tertulis, maka
aktivitas membaca merupakan kegiatan menginterpretasikan jalan
pikiran sang penulis. Membaca merupakan suatu kegiatan seseorang
untuk memperoleh informasi atau pesan dalam bentuk bahasa tulis,
lambang-lambang atau simbol-simbol.47
Dalam membaca ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu
minat (perpaduan antara keinginan, kemauan dan motivasi) dan
keterampilan membaca, yaitu keterampilan mata dan penguasaan
teknik-teknik membaca dengan sasaran terwujudnya kebiasaan
membaca efisien.48
2. Tujuan dan manfaat membaca
Tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman
bacaan. Artinya semakin kuat tujuan seseorang dalam membaca maka
semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami
bacaannya.
46
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 76. 47
Santoso, ―Membangun Minat Baca Anak Usia Dini Melalui Penyediaan Buku
Bergambar,‖ 3. 48
Santoso, 3.
30
Menurut Gray dan Rogers dalam Sudarnoto Abdul Hakim
dikatakan bahwa tujuan membaca adalah untuk mengisi waktu luang,
mengetahui hal-hal yang aktual, up to date, megetahui lingkungan,
dapat memuaskan pribadi-pribadi, memenuhi tuntuhan kehidupan
praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap
sesuatu lebih lanjut, memuaskan tuntutan intelektual, memuaskan
tuntutan spiritual, dan lain-lain.49
Adapun tujuan membaca adalah sebagai berikut:
a. Kesenangan
b. Menyempurnakan membaca nyaring
c. Menggunakan strategi tertentu
d. Memperbarui pengetahuan tentang suatu topik
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketaui
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks
i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik50
3. Minat dan Kebiasaan membaca
49 Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan Sebagai Center for Learning Society (Jakarta:
Fakultas Adab dan Humaniora, 2006), 25. 50
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
11.
31
Membaca merupakan dorongan minat, kehendak orang dalam
upaya mengetahui sesuatu. Mengetahui sesuatu atau memperoleh
sesuatu yang merupakan kesenangan.51
Untuk dapat menangkap suatu informasi dari bacaan, seseorang
harus serius dalam kegiatan membaca. Namun keseriusan sulit tercipta
dalam diri seseorang jika ia tidak memiliki minat baca terhadap apa
yang dibacanya. Jika tidak ada minat, maka kebiasaan membaca sudah
pasti tidak akan berkembang dengan demikian minat merupakan dasar
dari kehidupan membaca.
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Mudjito yang
dimaksud dengan minat adalah perhatian, kesukaan (kecenderungan
hati) pada sesuatu.52
Sedangkan baca adalah mengeja, melihat serta
memahami isi apa yang tertulis.53
Dari arti kata tersebut, dapat
didefinisikan bahwa minat baca adalah kesukaan dan keinginan yang
muncul dari dalam diri seseorang untuk selalu melakukan kegiatan
membaca. Namun minat baca tidak tumbuh dengan sendirinya.
Kegemaran untuk membaca bukanlah faktor keturunan, melainkan
harus dididik dan dilatih.54
Oleh karena itu dalam sebuah lembaga
yang di dalamnya terdapat anak sebagai pemustakanya, perpustakaan
harus memiliki peran dalam meningkatkan minat baca anak, salah
satunya yakni dengan menyediakan buku-buku yang sifatnya
menghibur dan menyenangkan.
51 Abdul Hakim, Perpustakaan Sebagai Center for Learning Society, 23.
52 Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Depok: Universitas Terbuka, 2001), 61.
53 Kemendikbud, ―Kamus Besar Bahasa Indonesia,‖ accessed January 24, 2018,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/baca. 54
Ratnawati, Sekolah Alternatif Untuk Anak, 40.
32
Ada perbedaan umum antara minat baca anak laki-laki dengan
anak perempuan dalam sifat dan tema cerita yang disuka, walaupun
perbedaan ini tidak bersifat mutlak sama sekali, artinya ada
kemungkinan bahwa anak-anak perempuan juga menikmati bacaan
anak-anak laki-laki dan sebaliknya.
Pada umumnya anak-anak laki-laki menyukai buku cerita
mengenai petualangan, kisah perjalanan yang seram dan penuh
tantangan, cerita kepahlawanan dan cerita-cerita humor. Sedangkan
anak-anak perempuan pada umumnya lebih menyukai buku cerita
tentang tema kehidupan keluarga, kehidupan sekolah dan lain
sebagainya.55
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah sebagai
berikut:
a. Faktor dari dalam
1) Usia
Perbedaan usia akan mempengaruhi minat baca. Seperti anak
berusia 2-7 tahun kemungkinan menyukai buku-buku
bergambar, anak usia 7-11 tahun menyukai buku cerita tentang
kisah sederhana, sedangkan untuk anak usia 12 tahun keatas
menyukai cerita yang lebih kompleks dalam menampilkan
55
Munandar, Memupuk Minat Untuk Membaca (Jakarta: IKAPI, 1986), 32.
33
konflik dan dapat membaca anak menemukan sebab akibat dari
cerita yang disajikan.56
2) Jenis kelamin
Perbedaan minat membaca juga dipengaruhi oleh perbedaan
kelamin. Mungkin karena sifat kodrati, maka pria dan wanita
memiliki minat dan selera yang berbeda.
3) Kemampuan membaca
Orang yang lebih tinggi tingkat pendidikannya akan berbeda
minat bacanya dengan orang yang lebih rendah tingkat
pendidikannya. Minat yang berbeda disebabkan karena
perbedaan kemampuan dan kebutuhan.
4) Keadaan psikologis
Keadaan psikologis juga berpengaruh terhadap minat baca
seseorang. Apabila seseorang dalam keadaan sedih dan resah
maka gairah untuk membaca akan berkurang atau mungkin
hilang. Sebaliknya apabila seseorang sedang dalam keadaan
senang atau gembira maka orang tersebut akan bersemangat
untuk membaca.
5) Sikap/kebiasaan
Anak yang mempunyai kebiasaan membaca akan memiliki
minat terhadap buku atau bacaan. Intensitas atau jumlah waktu
yang diperlukan seseorang yang gemar membaca dengan orang
yang tidak suka membaca akan berbeda. Ciri-ciri anak yang
56
Burhan Nurgiyantoro, ―Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan Sastra
Anak,‖ Jurnal Cakrawala Pendidikan, no. 2 (June 2005): 201–3.
34
gemar membaca apabila ada waktu luang ia pergunakan untuk
membaca. Sebaliknya anak yang tidak suka membaca apabila
ia memiliki waktu luang akan dihabiskan untuk bermain dan
lain sebagainya.
b. Faktor dari luar
1) Tersediannya buku atau bahan bacaan
Tersedianya beragam jenis buku juga mempengaruhi minat
baca anak. Anak akan lebih tertarik dengan buku cerita
bergambar yang memiliki warna dan ilustrasi yang menarik,
seperti komik, buku cerita, majalah dan lain sebagainya.
2) Status sosial ekonomi
Seorang anak yang memiliki status sosial ekonominya tinggi
akan mudah mendapatkan bahan bacaan yang ia inginkan
didukung dari keadaan ekonomi yang baik. Sebaliknya anak
yang status social ekonominya rendah akan sedikit lebih sulit
mendapatkan bahan bacaan.
3) Pengaruh orang tua dan guru
Orang tua dan guru memiliki andil besar dalam minat anak
karena mereka adalah orang terdekat yang dapat memberikan
penanaman minat baca kepada anak.57
E. Peran Koleksi Fiksi terhadap Minat Baca
57
Ketut Artana, ―Upaya Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak,‖ Arcarya Pusaka 2, no.
1 (June 2016): 10.
35
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, peran berarti tugas, hal
yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.58
Sedangkan koleksi fiksi
adalah koleksi perpustakaan yang berupa karya tulis yang isinya bersifat
imajinatif. Jadi peran koleksi fiksi adalah seberapa besar koleksi fiksi
dapat memberikan pengaruh terhadap suatu hal dalam hal ini yakni
terhadap minat baca. Menurut Murti Bunanta dalam konteks perpustakaan,
dengan menyediakan koleksi-koleksi fiksi dapat memberikan pengaruh
dalam meningkatkan minat baca anak.59
Untuk itu bagi pustakawan
dengan menyediakan koleksi-koleksi fiksi merupakan sebuah langkah
awal agar anak menyukai fiksi.
Perpustakaan lembaga pemasyarakatan atau lembaga pembinaan
sebaiknya tidak menyediakan koleksi yang hanya terfokus pada sifat
menghukum dan merehabilitasi para narapidana. Menurut Suzanna Conrad
adalah suatu tugas penting bagi perpustakaan lembaga pemasyarakatan
atau lembaga pembinaan untuk dapat meningkatkan minat baca
narapidana. Untuk itu penyediaan koleksi-koleksi perpustakaan harus
disesuaikan dengan kebutuhan narapidana.60
Lebih lanjut, Sambo Atanda
Saliu mengungkapkan bahwa para narapidana sangat membutuhkan
informasi yang bersifat rekreasi. Kebanyakan mereka setuju bahwa
informasi yang bersifat rekreasi akan dapat mengurangi rasa kebosanan
mereka selama berada di lingkungan lembaga pembinaan atau lembaga
58
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika, 1997). 59
Bunanta, Buku Mendongeng Dan Minat Membaca, 98. 60
Suzanna Conrad, ―Collection Development and Circulation Policies in Prison Libraries:
An Exploratory Survey of Librarians in US Correctional Intitutions,‖ The Library Quarterly:
Information, Community, Policy 82, no. 4 (2012): 410–11,
http://www.jstor.org/stable/10.1086/667435.pdf.
36
pemasyarakatan.61
Koleksi yang bersifat rekreasi di perpustakaan adalah
koleksi atau buku-buku fiksi. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan
bahwa para narapidana pada umumnya membutuhkan dan memiliki minat
terhadap koleksi fiksi.
61
Saliu, ―Prisoners and Their Information Needs: Prison Libraries Overview,‖ 5.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan tertentu. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti
mengunakan beberapa metode dalam penelitian meliputi, jenis dan pendekatan
penelitian, kriteria informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan
tempat dan jadwal penelitian.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif dirancang untuk
memberikan gambaran secermat mungkin mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian tertentu.62
Dalam definisi lainnya penelitian deskriptif adalah jenis
penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas
mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang teliti.63
Dalam penelitian
deskriptif data-data yang dikumpulkan yakni berupa kata-kata, gambar dan bukan
dengan angka-angka.64
Jenis penelitian ini adalah penelitian fenomenologi.
Peneliti menggunakan penelitian fenomenologi karena peneliti ingin dapat
menjelaskan mengenai fenomena yang terdapat pada pengalaman, perasaan,
makna yang dimiliki subyek penelitian. Penelitian fenomenologi adalah penelitian
62
Sumadi Suryabarata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 1. 63
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis (Jakarta: PPM,
2003), 105. 64
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 11.
38
untuk menggali kesadaran terdalam para subyek mengenai pengalaman beserta
maknanya.65
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa.66
Landasan teori dalam penelitian kualitatif
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.67
B. Kriteria Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian.68
Informan pada penelitian ini
berjumlah 8 orang. Dalam penelitian ini, informan yang peneliti pilih yaitu 6 anak
binaan dari jumlah populasi 82 anak. Anak yang dipilih merupakan anak yang
sering berkunjung ke perpustakaan dilihat dari data penggunaan buku
Perpustakaan LPKA periode Juni-September 2017. Kategori ini dipilih karena
anak yang sering hadir adalah anak yang mengetahui lebih banyak membaca dan
lebih tahu tentang Perpustakaan LPKA sehingga sangat dimungkinkan bahwa ia
dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan. Anak juga dipilih berdasarkan
tingkat pendidikan, dua anak dari tingkat pendidikan SD, dua anak dari tingkat
65
Ellys Lestari Pembayun, One Stop Qualitative Research Methodology in
Communication (Jakarta: Lantera Ilmu Cendekia, 2013), 40. 66
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 6. 67
Noor Juliansyah, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiah
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 34. 68
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 132.
39
pendidikan SMP dan dua anak dari tingkat pendidikan SMK. Tingkat pendidikan
juga peneliti pilih agar peneliti mendapatkan informasi yang luas karena minat
baca dan keterampilan membaca pada tiap tingkatan pendidikan berbeda-beda.
Selain itu, penentuan kriteria ini juga didasari karena di LPKA anak binaan juga
terbagi ke dalam tiga tingkatan pendidikan, yakni SD, SMP dan SMK. Pada
penelitian ini peneliti juga mewawancari informan pendukung yakni staf LPKA
yang terkait dengan topik penelitian yang ditentukan dari struktur organisasi
LPKA Pria Kelas I Tangerang. Dalam penelitian ini yang menjadi informan
pendukung adalah penanggung jawab perpustakaan yakni kasubsi pendidikan dan
latihan keterampilan, dan satu orang petugas perpustakaan. Informan pendukung
diperlukan agar pembahasan mengenai apa yang diteliti lebih mendalam. Peneliti
meyakini bahwa mereka adalah informan yang tepat dalam penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data dengan fakta
yang ada di lapangan. Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data
oleh peneliti untuk penelitian ini adalah menggunakan sumber data primer dan
data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya, tanpa
perantara dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan meliputi
observasi dan wawancara.
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya
40
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.69
Observasi atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan
data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut, pengamatan digunakan untuk penelitian dan
telah direncanakan dan pengamatan harus berkaitan dengan tujuan
penelitian yang telah direncanakan.70
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan baik bersifat
terstruktur, semi terstruktur dan terbuka (bebas).71
Kegiatan
wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada kasusbsi pendidikan
dan latihan keterampilan, satu orang petugas perpustakaan LPKA dan
enam anak binaan. Dari wawancara tersebut peneliti mendapatkan
informasi tentang peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca
anak binaan di perpustakaan LPKA Pria kelas I Tangerang.
2. Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya meliputi kajian kepustakaan (Library Research). Dalam kajian
pustaka ini, peneliti menggunakan bahan-bahan pustaka yang sesuai
dengan pokok permasalahan yang akan dibahas seperti teori dan informasi
yang terdiri dari buku, artikel jurnal, dan koran tentang masalah yang
diteliti.
69
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Jakarta: Alfabeta
Bandung, 2009), 145. 70
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 175. 71
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), 299.
41
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah data diperoleh dari subjek penelitian, maka
tahap selanjutnya adalah menganalisis. Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berasalkan
data yang diperoleh di lapangan.72
Teknik analisis data yang akan dilakukan setelah data diperoleh, data
kemudian akan dianalisa melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data. Data diperoleh penulis dari lapangan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yang jumlahnya cukup banyak
kemudian penulis mencatat dengan rinci, kemudian dilakukan
perangkuman memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-
hal penting, dengan demikian data yang direduksi dapat memberikan
gambaran tentang peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca
anak binaan.
72
Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), 20.
42
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah
menyajikan data. Pada penelitian kualitatif, dimana penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya. Pada umumnya untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Data yang telah terangkum dan telah dijabarkan dalam bentuk naratif,
kemudian peneliti buatkan kesimpulan. Pembuatan kesimpulan ini
berguna untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai data
penelitian yang diperoleh.73
E. Tempat dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Pria Kelas I Tangerang. Adapun waktu atau jadwal penelitian sebagai berikut.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Kegiatan
Waktu
Jan
uar
i 20
17
Feb
ruar
i 2
01
7
Mar
et 2
01
7
Ap
ril
20
17
Mei
201
7
Jun
i 2
01
7
Juli
20
17
Ag
ust
us
201
7
Sep
tem
ber
201
7
Ok
tob
er 2
01
7
No
vem
ber
20
17
Des
emb
er 2
01
7
Jan
uar
i 2
018
Penyusunan
proposal
Pengajuan
proposal
73
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 132.
43
Bimbingan
skripsi
Penelitian
Penyusunan
skripsi
Pengajuan
sidang
Sidang
skripsi
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang
a. Lokasi dan Luas LPKA Pria Kelas I Tangerang
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Kelas I
Tangerang berlokasi di Jalan Daan Mogot, No. 29 C, Tangerang
Banten. Telepon/Fax: 021-5523446. Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) Pria Kelas I Tangerang dibangun di atas lahan
seluas 12.150 meter persegi.
b. Visi dan Misi
Visi
Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak binaan sebagai individu, anggota
masyarakat dan mahkluk Tuhan Yang Maha Esa.
Misi
1) Mewujudkan sistem yang menumbuhkan rasa aman bagi
anak binaan baik secara fisik maupun psikis, bebas
gangguan internal dan eksternal
2) Melaksanakan perawatan, pelayanan, pendidikan dan
pembimbingan untuk kepentingan terbaik bagi anak di
masa pertumbuhannya
45
3) Menumbuh kembangkan ketaqwaan, kecerdasan,
kesantunan dan keceriaan anak agar dapat menjadi manusia
mandiri dan bertanggung jawab.
c. Struktur Organisasi
Sesuai Peraturan Pemerintah Hukum dan HAM RI Nomor
18 Tahun 2015 bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria
Tangerang diklasifikasikan pada LPKA kelas I. Pengklasifikasian
ini disesuaikan dengan kedudukan, kapasitas dan beban kerja.
Adapun struktur organisasi LPKA Pria Kelas I Tangerang dapat
dilihat pada Lampiran 5.
d. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Pria Kelas I Tangerang adalah memberikan pembinaan kepada
anak binaan agar mereka menyadari kesalahan mereka dan tidak
mengulanginya.
Adapun fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak yaitu:
1) Melakukan pembinaan terhadap anak binaan
2) Melakukan bimbingan, mempersiapkan sarana dan
mengelola hasil latihan kerja
3) Melakukan bimbingan sosial atau kerohanian anak
4) Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib
5) Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
6) Sebagai tempat penahanan bagi tersangka dan terdakwa
anak selama proses penyidikan, penuntunan dan
46
pemeriksaan disidang pengadilan dari wilayah hukum
Tangerang.
e. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang terdapat di LPKA Pria Kelas I yaitu:
1) Keterampilan kerja: melukis, menjahit, pembuatan karya
seni, perkebunan, pangkas rambut, pembuatan dan
perakitan motor.
2) Olahraga: Basket, sepakbola, badminton, catur, volley dan
senam.
3) Beladiri: Wushu
4) Kesenian: Drama, bermain alat musik, puisi, nasyid
5) Kerohanian: Baca tulis Al-Qur‘an, pesantren kilat dan
kebaktian
6) Rekreasi: Perpustakaan, dan menonton TV
7) Kegiatan sosial: Kerja bakti dan pameran.
f. Penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I
Tangerang
Penghuni atau anak di setiap Lembaga Pembinaan Khusus
Anak pasti selalu mengalami perubahan, baik pengurangan atau
penambahan jumlah anak binaan. Hal ini disebabkan adanya
kemungkinan bahwa seorang atau beberapa orang anak telah habis
masa pidananya dan adanya kemungkinan adanya tambahan anak
baru untuk di tempatkan di LPKA. Saat ini penghuni (anak) di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang periode
47
September 2017 terdiri dari 82 anak binaan. Daftar keadaan isi
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang periode
September 2017 dapat dilihat pada Lampiran 7.
g. Program Pendidikan
Program pendidikan yang tersedia di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Pria Kelas I sebagai berikut:
1) Pendidikan formal: SD, SMP dan SMK
2) Pendidikan nonformal: Pendidikan kesetaraan (Paket B dan
C), melukis, bermusik, pembuatan/perakitan sepeda motor,
dan pangkas rambut. Serta pelatihan-pelatihan
keterampilan.
2. Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I
Tangerang
a. Sejarah Perpustakaan
Perpustakaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria
Tangerang diresmikan pada tahun 2006. Saat itu lembaga ini masih
bernama Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Pria Tangerang
dan nama yang digunakan bukanlah Perpustakaan, melainkan
Rumah Pintar Andik Pas. Rumah Pintar Andik Pas Lembaga
Pemasyarakatan Khusus Anak Pria Tangerang diresmikan oleh Ibu
Hj. Ani Bambang Yudhoyono pada 7 september 2006. Rumah
Pintar Andik Pas berubah nama menjadi Perpustakaan LPKA Pria
Kelas I Tangerang pada tahun 2015. Perubahan ini terjadi
48
berdasarkan diadakannya pendidikan pada struktur organisasi yang
dibarengi dengan perubahan nama Lapas Anak menjadi LPKA
yang diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
b. Motto Perpustakaan
―Buku adalah jendela dunia, maka bacalah buku supaya
bisa menguasai dan menjelajahi dunia‖.
c. Visi dan Misi
Visi
Sebagai pusat informasi dan wisata pendidikan untuk
mewujudkan masyarakat yang cerdas, berwawasan dan
berbudaya.
Misi
1) Menyediakan buku-buku yang terbaru
2) Mengajak masyarakat untuk membaca agar menjadi suatu
kebutuhan
3) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang
perpustakaan yang profesional
d. Ruangan dan Perlengkapan Perpustakaan
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Pria Kelas I Tangerang menempati ruangan berukuran 6 X 12
meter. Perpustakaan ini memiliki beberapa perlengkapan
49
diantaranya 16 rak buku, 6 meja baca, 8 kursi baca, 3 meja staf,
dan 1 sofa dan meja untuk tamu.
e. Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang hanya
memiliki koleksi tercetak. Koleksi yang tersedia terbagi atas tiga
koleksi yaitu koleksi fiksi, non fiksi dan koleksi referensi.
Tabel 4.1
Koleksi Perpustakaan LPKA
No Jenis Koleksi Banyak Koleksi
1 Koleksi Fiksi 1987
2 Koleksi Non Fiksi 2290
3 Koleksi Referensi 127
Jumlah 4404
f. Anggaran Perpustakaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pria Kelas I
Tangerang tidak mengalokasikan dana khusus untuk pembelian
bahan pustaka. Koleksi yang ada di perpustakaan sampai saat ini
didapatkan dari lembaga-lembaga atau perorangan yang
menyumbangkan buku ke perpustakaan.
g. Tenaga Perpustakaan
Perpustakaan dikelola oleh tiga petugas perpustakaan. satu
petugas perpustakaan ditempatkan khusus di bagian perpustakaan
dan dua petugas perpustakaan merangkap jabatan di bagian PKBM
(Pusat Kegiatan Belajar Mengajar), guru dan petugas perpustakaan.
h. Layanan Perpustakaan
50
Layanan yang disediakan oleh perpustakaan LPKA Pria
Kelas I Tangerang yaitu layanan baca di tempat dan layanan
peminjaman/sirkulasi. Layanan Perpustakaan buka pada hari senin
sampai sabtu mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00.
Layanan ini ditujukan kepada seluruh penghuni LPKA termasuk di
dalamnya petugas dan pegawai di LPKA.
Sistem layanan yang digunakan di perpustakaan ini adalah
layanan terbuka, jadi anak binaan atau staf LPKA sebagai
pemustaka bisa langsung ke rak-rak buku. Sayangnya perpustakaan
LPKA Pria Kelas I Tangerang belum dilengkapi dengan adanya
katalog.
i. Struktur Organisasi Perpustakaan
Dalam struktur organisasi, dapat diketahui bahwa tanggung
jawab penyelanggaraan perpustakaan berada di bagian Kasubsi
Pendidikan dan Latihan Keterampilan Anak. Hal ini menunjukan
bahwa fungsi perpustakaan sebagai perangkat pendukung dalam
pendidikan kepada anak dan keterampilan anak.
j. Kerja Sama Perpustakaan dengan Pihak Luar
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak saat ini
bekerja sama dengan BPAD Kota Tangerang yang berada di
gedung Windu Karya, Tangerang. Kerja sama yang dilakukan
adalah BPAD Kota Tangerang memberikan pinjaman buku-buku
fiksi sebanyak 100 judul buku. Setiap 3 bulan sekali buku yang di
pinjam akan dikembalikan dan diganti dengan judul buku lainnya
51
dengan jumlah yang sama. Kerja sama ini telah dimulai pada April
2017.
B. Hasil Penelitian
Data penelitian merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan para informan yang merupakan anak binaan, petugas perpustakaan,
dan kasubsi pendidikan latihan keterampilan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang. Informan dalam penelitian ini terdiri
atas 8 orang. Anak binaan dalam penelitian ini merupakan informan
utama. Anak yang dipilih sebagai informan yaitu anak binaan yang paling
sering berkunjung ke perpustakaan berdasarkan daftar buku baca di
perpustakaan LPKA Pria kelas I Tangerang. Dan akhirnya terpilih 6 orang
anak binaan yang telah dilengkapi dengan identitas seperti tabel di bawah
ini.
Tabel 4.2
Informan Utama
No Informan Pendidikan Tindak
Pidana/Kasus Usia
Masa
Pidana
1 PA SD Pembunuhan 16 thn 6 thn
2 SP SD Tawuran 16 thn 1,5 thn
3 IG SMP Pencabulan 14 thn 1,5 thn
4 DN SMP Tawuran 16 thn 2 thn
5 FL SMK Terorisme 17 thn 3,5 thn
6 RO SMK Penganiayaan 18 thn 5 thn
Agar informasi mengenai penelitian ini lebih mendalam maka peneliti
menambahkan informan pendukung yakni satu orang petugas
52
perpustakaan dan satu orang kasubsi pendidikan latihan keterampilan
sebagai penanggung jawab perpustakaan di LPKA Pria Kelas I Tangerang.
Tabel 4.3
Informan Pendukung
No Informan Jabatan
1 AN Kasubsi Pendidikan dan Latihan
Keterampilan
2 RM Petugas Perpustakaan
Data penelitian ini digunakan untuk menjawab masalah penelitian
yang terkait ketersediaan koleksi fiksi di Perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang, peran koleksi fiksi
dalam meningkatkan minat baca anak binaan, dan faktor yang mendorong
minat baca anak binaan.
1. Ketersediaan Koleksi Fiksi di Perpustakaan Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang
a. Banyaknya Ketersediaan Koleksi Fiksi
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I
Tangerang memiliki koleksi fiksi yang cukup banyak menurut anak-
anak binaan. Berdasarkan hasil rekapitulasi September 2017, koleksi
fiksi di perpustakaan LPKA berjumlah 1987 eksemplar.
b. Ragam Koleksi Fiksi
Perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I
Tangerang memiliki koleksi fiksi yang cukup beragam. Koleksi fiksi
yang tersedia yaitu komik, novel, buku cerita dan buku puisi. Tabel
berikut ini akan menjelaskan mengenai banyaknya koleksi berdasarkan
ragam koleksi fiksi yang tersedia di Perpustakaan LPKA.
53
Tabel 4.4
Koleksi Fiksi Perpustakaan LPKA
No Jenis Koleksi Fiksi Banyak Koleksi
1 Buku Cerita 306
2 Novel 611
3 Komik 1018
4 Buku Puisi 52
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa koleksi fiksi di
perpustakaan LPKA yang paling banyak adalah komik dengan 1018
eksemplar. Sedangkan koleksi fiksi yang paling sedikit adalah buku
puisi dengan 52 eksemplar. Pada koleksi fiksi, perpustakaan LPKA
mempunyai buku-buku novel, komik, buku cerita bergambar, dan buku
puisi. Berikut ini adalah pendapat anak binaan mengenai keberagaman
koleksi fiksi di perpustakaan LPKA.
―Uh beragam, banyak‖74
―Menurut saya udah sih‖75
―Udah beragam. Buku cerita nabi ada, novel ada, komik-komik,
cerita agama yang yesus-yesus ada, terus, udah pernah baca sih
sama buku tentang penjara,, banyak‖76
Koleksi Fiksi Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang sudah
beragam. Namun koleksi-koleksi ini hanya tersedia dalam bentuk
tercetak.
c. Kondisi Fisik Koleksi Fiksi
Ketersediaan koleksi atau buku di perpustakaan berarti mencakup
pembahasan mengenai kondisi fisik koleksi atau buku tersebut.
Penjelasan terkait kondisi fisik disini berarti gambaran mengenai
74
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 75
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 76
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
54
bagaimana keadaan bentuk fisik koleksi atau buku mulai dari bahasa
yang terkandung pada buku, keadaan cover buku, keadaan kertas buku
dan lain sebagainya.
1) Tampilan Fisik Koleksi Fiksi
Selain itu kondisi fisik koleksi dapat dilihat pada keadaan tampilan
luar atau fisik buku tersebut. Dari hasil observasi ditemukan bahwa
kondisi fisik buku-buku fiksi di perpustakaan LPKA cukup baik
karena banyak buku fiksi yang masih memiliki cover buku dan kertas
yang bagus. Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara terkait hal
ini.
“...ada yang masih baru kondisinya, macam-macam”77
Namun tenyata tidak sedikit pula buku fiksi dengan tampilan yang
sudah usang mengingat banyak buku-buku terbitan lama.
―Yah gitu, udah pada kaya gini nih, kumuh-kumuh lah hehe. Tapi
banyakan bagusnya sih kak. sayangnya satu paling dia disini tuh,
eee apah, banyaknya ini, gimana yah, bukunya buku lama banget,
kaya misalkan, eee apah, kaya buku-buku, kalo kaya buku
pelajaran tuh kaya kurikulumnya masih tahun 2001, 2000, emang
sih pelajarannya sama cuma gimana yah kalo kita ikutin
perkembangan zaman gitu kan anak-anak itu kadang begitu
melihat warna bukunya, males ah udah buku lama, nah jadi
terbitannya tuh terbitan lama semuanya, ini kurangnya tuh‖78
―kebanyakan adalah buku-buku-buku koleksi yang sudah lama.
Judulnya juga yaa karena sudah lama, anak-anak itu membacanya
jadi akhirnya berulang-ulang karena tidak ada yang baru‖79
Koleksi di perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang kebanyakan
adalah buku-buku dengan terbitan lama. Sehingga wajar jika buku
atau koleksi-koleksi perpustakaan sudah mulai memburuk kondisi
77
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017 78
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 79
AN, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017
55
fisiknya mulai dari cover hingga keadaan kertas yang mulai berwarna
coklat.
2) Bahasa Yang Terdapat Di Koleksi Fiksi
Dari hasil wawancara diketahui bahwa koleksi fiksi yang tersedia
di perpustakaan LPKA pada umumnya adalah berbahasa Indonesia
namun tidak sedikit juga yang berbahasa Inggris.
―Ada. Bahasa Inggris”80
“Bahasa inggris, ada tapi saya kaga baca bahasa Inggris kaga
ngerti hehehe”81
Selain dalam bahasa Indonesia, perpustakaan juga menyediakan
koleksi fiksi dalam bahasa Inggris walaupun jarang digunakan karena
keterbatasan keterampilan berbahasa Inggris pada anak.
d. Pengadaan Koleksi Fiksi
1) Hadiah
Untuk pengadaan, keseluruhan koleksi di perpustakaan LPKA
termasuk koleksi fiksi berasal dari hadiah atau sumbangan-sumbangan
dari pihak-pihak luar.
―Pengadaan tuh biasanya dari tamu ya, tamu yang berkunjung,
kemudian dari mahasiswa, ya LSM, terus ada juga sih dari dinas,
suka ada mereka nyumbang, ya berupa buku keterampilan, buku
pelajaran, kadang banyak tuh fiksinya, iya dari sumbangan
sumbangan, kalo pengadaan sendiri dari sini kayanya belum
pernah terjadi‖82
Pengadaan koleksi di perpustakaan LPKA selalu berasal dari
sumbangan dari pihak luar, baik dari perorangan seperti mahasiswa
dan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Koleksi yang
80
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 81
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017 82
RM, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017
56
disumbangkan adalah koleksi tercetak yang beragam mulai dari buku-
buku keterampilan, buku-buku pelajaran, buku-buku fiksi dan lain
sebagainya.
2) Peminjaman
Namun saat ini perpustakaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak
saat ini bekerja sama dengan BPAD Kota Tangerang yang berada di
gedung Windu Karya, Tangerang. Kerja sama yang dilakukan adalah
BPAD Kota Tangerang memberikan pinjaman buku-buku fiksi
sebanyak 100 judul buku. Setiap 3 bulan sekali buku yang di pinjam
akan dikembalikan dan diganti dengan judul buku lainnya dengan
jumlah yang sama.
2. Peran Koleksi Fiksi Terhadap Minat Baca Anak Binaan
a. Membangun Minat Baca
Di perpustakaan LPKA buku-buku fiksi memiliki daya
tarik yang paling kuat diantara buku-buku lainnya seperti buku
informasi, dan buku-buku referensi. Hal ini dapat terlihat dari
koleksi fiksi yang merupakan koleksi yang paling sering
dimanfaatkan oleh anak binaan. Peran dalam membangun minat
baca anak binaan yakni koleksi fiksi sebagai daya tarik anak untuk
melakukan kegiatan membaca. Daya tarik koleksi fiksi pada anak
binaan terlihat pada alur cerita dan gambar pada koleksi fiksi serta
ragam koleksi fiksi dan tema cerita yang menarik.
57
1) Alur Cerita Yang Menarik
Ketertarikan anak binaan terhadap buku-buku fiksi tersebut
berasal dari alur cerita dan gambar yang termuat di dalam buku
fiksi.
―Dari alur cerita yang susah ditebak gitu jadi bikin kita
penasaran aja gitu‖83
―Seru aja sih kak jadinya, apa namanya, kaya ceritanya,
jadi kaga bosen di lapas ini juga‖84
Cerita yang termuat dalam buku-buku fiksi membuat anak
binaan tertarik untuk membacanya. Alur cerita yang termuat sulit
diduga yang menimbulkan rasa penasaran anak binaan untuk selalu
membaca kelanjutan cerita.
2) Gambar Pada Koleksi Fiksi
Gambar yang ada pada buku-buku fiksi juga membuat anak
binaan tertarik untuk membaca. Seperti apa yang diungkapkan oleh
mereka.
―Pokoknya sih cari yang ada gambarnya buku, yang sedikit
gambar lebih menarik‖85
Gambar yang ada pada buku-buku fiksi juga membuat anak
tertarik untuk membaca. Cerita dan gambar inilah menjadi dua
bagian penting yang terdapat pada buku-buku fiksi menurut
anak binaan yang tidak dapat ditemukan pada koleksi lain selain
koleksi fiksi.
3) Ragam Fiksi Yang Disukai Anak Binaan
83
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 84
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 85
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
58
Kolesi fiksi yang beragam tersedia di perpustakaan LPKA, hal
ini memiliki pengaruh terhadap peran koleksi fiksi dalam
membangun minat baca anak binaan. Dari hasil wawancara
didapatkan bahwa ragam fiksi yang menjadi favorit anak binaan
yaitu komik dan novel.
―Oh buku komik, novel‖86
―Komik‖87
―.... Novel‖88
Koleksi fiksi merupakan koleksi yang paling disukai oleh anak
binaan. Komik dan novel merupakan jenis koleksi atau buku fiksi
yang paling sering dimanfaatkan oleh anak binaan.
4) Tema Cerita yang Menarik
Tersedianya tema cerita yang menarik juga mempengaruhi
pemanfaatan koleksi fiksi oleh anak binaan. Adapun tema cerita
yang menarik dan disukai oleh anak binaan berbeda-beda pada
tiap tingkat pendidikan anak. Berikut ini merupakan ungkapan
yang diberikan anak binaan tingkat pendidikan SD.
―Yang lucu, paling doraemon‖89
―Komedi…, Ya lucu sih kak‖90
Dapat diketahui dari pernyataan anak binaan dengan tingkat
pendidikan SD bahwa mereka menyukai buku-buku fiksi yang
memiliki unsur komedi seperti Doraemon: Petualangan Nobita
di Dunia Mainan karya Fujito yang diterbitkan oleh Alex Media
86
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 87
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 88
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 89
PA, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 90
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
59
Komputindo, dan buku-buku komik komedi lain seperti LOL 11
Cerpen Komedi Terbaik: Lomba Cerpen Nasional Faber-Castell
tahun 2013 karya Forum Lingkar Pena yang diterbitkan oleh
Faber Castell. Buku fiksi dengan cerita komedi seperti ini
dianggap dapat menghibur mereka ketika merasa jenuh di
lingkungan LPKA. Selanjutnya anak binaan dengan tingkat
SMP memiliki selera yang sedikit berbeda.
―Komedi kak, kadang saya juga cerita nabi saya baca
kak”91
“Paling gimana, paling yang bisa menghibur hati gitu om
kaya komik-komik hiburan gitu, lelucon humor-humor.
Kadang ya kaya percintaan, iya kaya keseharian pribadi.
Yang ga membosankan om”92
Anak binaan dengan tingkat pendidikan SMP menyukai
cerita yang bertema komedi, tetapi mereka juga menyukai cerita
yang bertema religi seperti buku cerita bergambar yang berjudul
Nabi Adam as. karya Ibnu Muhidin yang terbitan Bintang
Indonesia, selain itu anak juga menyukai buku yang bertema
percintaan seperti buku yang berjudul School Babysitters karya
Hari Tokeino yang diterbitkan oleh Gramedia. Sedangkan anak
binaan dengan tingkat pendidikan SMK mempunyai selera yang
berbeda dengan anak binaan dengan tingkat pendidikan SD dan
SMP.
―Percintaan biasanya hehehe. ngga karena, gimana ya
kayanya kaya mungkin wajar lah seumuran kita jadi baca-
baca komik tentang cinta tuh kanyanya seneng banget‖93
―Tentang percintaan‖94
91
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 92
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 93
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
60
Anak binaan dengan tingkat pendidikan SMK, mereka
hanya menyukai buku-buku yang bercerita tentang percintaan.
Buku yang disukai seperti buku yang berjudul Angels Heart
karya Luna Torashyngu terbitan Gramedia, buku yang berjudul
Dealova karya Dyan Nuranindya terbitan Gramedia. Buku-buku
seperti ini menjadi koleksi perpustakaan yang sangat dibutuhkan
bagi anak mengingat fungsi perpustakaan LPKA sebagai salah
satu sarana rekreasi di LPKA.
Dalam pembahasan ini hal yang disayangkan adalah saat ini
perpustakaan belum mengoptimalkan daya tarik koleksi fiksi
dengan berbagai program yang dapat dikaitkan dengan buku-
buku fiksi. Petugas perpustakaan menjelaskan bahwa mereka
tidak memiliki program perpustakaan namun ketika jam belajar
guru berhalangan hadir maka anak binaan diwajibkan datang ke
perpustakaan untuk membaca.
―Ya ini yang ga bisa saya jawab, program khusus sih itu.
Kayanya kalo sekarang ini saya lihat program khusus tiap
anak kalo misalnya ga ada guru wajib dibawa ke
perpustakaan membaca‖95
Dari pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa
perpustakaan LPKA saat ini tidak memiliki program
perpustakaan yang dapat dikaitkan dengan buku-buku fiksi
seperti pembuatan komik curhat anak binaan yang pada tahun
2008 dan 2012 pernah dilakukan, atau pemutaran film,
94
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017 95
RM, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017
61
storytelling dan lain sebagainya. Untuk itu tidaklah wajar jika
masih banyak anak yang masih belum tertarik dengan koleksi
fiksi dan dengan kegiatan membaca. Seperti apa yang dikatakan
oleh petugas perpustakaan terkait hal tersebut.
“.... kalo membaca mah sebenernya ga semua anak suka
kan, kalo saya liat ya paling cuma 30%an disini yang
rajin”96
Dari pernyataan petugas perpustakaan diatas dapat diketahui
pula bahwa ternyata tidak semua anak binaan di LPKA saat ini
sudah memiliki minat baca yang baik. Saat ini kurang lebih 30%
dari 82 anak, yaitu kurang lebih 25 anak binaan telah senang
dengan kegiatan membaca. Untuk itu dapat dikatakan bahwa
koleksi fiksi dapat membangun minat baca yang ditandai dengan
adanya sebagian anak binaan yang tertarik untuk membaca dan
berkunjung ke perpustakaan walaupun tidak ada program
perpustakaan yang terkait pengembangan minat baca di LPKA
saat ini.
Ketertarikan anak binaan terhadap koleksi atau buku fiksi
juga dapat dilihat dari obrolan sehari-hari mereka. Buku-buku
yang telah dibaca dijadikan oleh anak binaan sebagai bahan
perbincangan sehari-hari.
―Kalau tentang ini mah paling cerita-cerita aja gitu
misalkan baca komik nih baca novel, kadang ada yang
belum baca gitu, eh itu gimana sih ceritanya gini-gini-gini,
paling penasaran-penasaran aja gitu‖97
―Kan masing-masing beda-beda volumenya, nah saya
bilang anggi tukeran nih buku cerita ini bagus nih ini lagi
96
RM, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017 97
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017
62
lawan ini ini, punya lu apa coba liat, nah tukeran, barter.
cerita-cerita lagi‖98
b. Peningkatan Intensitas Membaca
Peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca anak
binaan juga dapat dilihat dari meningkatnya intensitas membaca
anak.
1) Pengalaman Membaca Sebelum di LPKA
Sebelum anak tinggal di LPKA, anak binaan pada umumnya
belum memiliki minat baca yang baik. Hal ini ditandai dengan
anak yang jarang berkunjung ke perpustakaan dan tidak memiliki
buku-buku sendiri di rumah tempat tinggalnya. Meskipun jarang
berkunjung ke perpustakaan tetapi anak binaan mempunyai
pengalaman berkunjung ke perpustakaan.
―Paling kalo di sekolah, perpustakaan sekolah. Baca apa ya
paling kalo lagi ada tugas dari sekolah, nyari-nyari‖99
―Kalo disekolah pernah, perpustakaan sekolah‖100
―Pernah, perpustakaan itu, Tigaraksa. Daerah Tangerang,
waktu itu saya diajak maen sama abang saya. Ngga sering
kesana sih kak, cuma kalo abang saya ada perlu dari
kuliahnya, buat nyari-nyari buku yang dia perlu‖101
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya
anak binaan sebelum tinggal di LPKA pernah berkunjung ke
perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun ke perpustakaan
daerah. Sayangnya intensitas kunjungan mereka ke perpustakaan
sangat jarang. Kurangnya minat baca anak pada saat sebelum
98
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 99
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 100
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 101
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
63
tinggal di LPKA juga terlihat bahwa rata-rata anak binaan tidak
memiliki koleksi buku-buku di rumah tempat tinggalnya.
―Ga punya‖102
―Ga ada sih, ga punya‖103
―Ga ada‖104
Rata-rata anak binaan tidak mempunyai buku-buku sendiri
yang mereka koleksi dirumah tempat tinggalnya. Namun ada satu
anak binaan diantara para informan yang mengoleksi buku-buku
yang ia suka dirumah tempat tinggalnya.
―Eeehh banyak sih, kaya novel-novel, ya novel tenlit
heehehe, tenlit, novel remaja, sama novel-novel kaya apa,
fakta-fakta misteri. Banyak banget sih ngga, paling segini
lah‖105
Fikri merupakan satu dari sekian anak binaan yang memiliki
koleksi buku-buku di rumah tempat tinggalnya. Ini dapat menjadi
suatu indikasi bahwa ia telah suka dengan kegitan membaca
sebelum tinggal di LPKA. Namun itu terjadi hanya untuk fikri,
anak binaan lain pada umumnya tidak memiliki koleksi buku-buku
dirumah tempat tinggalnya. Tidak memiliki koleksi buku dirumah
dan jarang sekali berkunjung ke perpustakaan sebelum tinggal di
LPKA dapat menjadi suatu tanda bahwa anak binaan pada
umumnya belum memiliki minat baca yang baik ketika itu.
2) Pengalaman Membaca Setelah di LPKA
102
PA, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 103
DN Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 104
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017 105
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
64
Namun pada saat ini anak binaan hampir setiap hari datang ke
perpustakaan LPKA. Berikut adalah pernyataan anak binaan ketika
ditanya mengenai kunjungan mereka ke perpustakaan LPKA.
―Tiap hari sih om‖106
―Setiap hari sih kak‖107
―Oh hampir tiap hari kak‖108
―Sering sih, kadang-kadang sehari sekali, sehari sekali.
Abis pulang sekolah kadang-kadang ah mau baca buku‖109
Berbeda ketika sebelum tinggal di LPKA, anak binaan pada
saat ini hampir setiap hari berkunjung ke perpustakaan. Dengan
seringnya anak berkunjung ke perpustakaan, dengan begitu pula
secara tidak langsung intensitas membaca mereka juga bertambah.
Minat baca anak binaan juga dapat terlihat pada waktu luang
mereka yang digunakan untuk membaca serta lama waktu yang
digunakan untuk membaca. Berikut ini adalah pernyataan anak
binaan mengenai kapan ia membaca dan berapa lama waktu yang
digunakan untuk membaca.
―….. Baca paling lama 3 jam soalnya kan kepotong sama
kegiatan juga om, kalau pagi mah disini cuma bantu-bantu
nyapu gitu kadang kalau lagi belum masuk sekolah baca
dulu bentar udah gitu kan masuk sekolah, udah masuk
sekolah kan kesini pulang sekolah kan jam 11 paling kesini
sambil nunggu ini, nunggu solat berjamaah sekitar 30
menitan lah baca dulu, udah itu entar abis zuhur abis apel
lah baru lanjut lagi kesini kaya gini sampe ruangan tutup,
sebentar lagi nih jam 3. Kalau hari minggu kan hari bebas
ya om, kadang baca buku juga, kadang nonton tv ga nentu
gitu om gimana maunya‖110
―Ya saat waktu-waktu luang, waktu-waktu kosong. Mood
mood an sih kak, misalkan nih siang kalau lagi ga ada
106
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017 107
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 108
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 109
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 110
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017
65
kegiatan, biasanya sih sekolah kak jam 10 sampe jam 11,
kalo ga setengah 12. Kalo siang ga pernah lama. Misalkan
nih lagi asik eh apel, mau balik lagi jadi males. Kadang
kepepetnya gara-gara itu. Ga tentu jadinya. Jadi yang,
paling lah sejam lah ada, tapi kalau malem paling agak
lama‖111
―Selesai beres-beres ini, selesai beres-beres ini baca, balik
ke kamar, kalau di kamar udah bosen kesini lagi baca, atau
cari-cari buku apa. kalau malem saya saya suka ngambil,
sehari, sehari saya ambil satu, saya balikin, nanti kalo udah
sore saya ambil satu nih. Saya biasanya, saya kan tamping
perpus, saya cuman nyapu, ngepel, selesai semua baca
buku, dua jam mah ada‖112
―Pagi abis apel, abis piket. paling 2 jam 3 jam, azan udah
keluar, solat‖113
Anak binaan biasanya dapat menghabiskan waktu untuk
membaca dari dua, tiga hingga 4 jam dalam sehari. Membaca buku
biasa dilakukan pada saat waktu luang. Dari pernyataan anak
binaan diatas dapat diketahui bahwa waktu luang yang biasa
digunakan saat membaca adalah sebelum sekolah dimulai, setelah
pulang sekolah 1 jam yaitu diantara pukul 11.00-12.00, setelah
solat zuhur dan makan siang 30 menit yaitu diantara pukul 12.30-
13.00, setelah apel siang dan piket siang 2 jam sampai
perpustakaan tutup yaitu diantara pukul 14.00-16.00, pada malam
hari dan pada hari minggu yaitu hari bebas, yaitu hari dimana anak
binaan bebas untuk memilih aktifitas dan kegiatan yang mereka
ingin lakukan.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa adanya peningkatan
intensitas membaca anak binaan ketika sebelum dan setelah berada
di LPKA. Namun bukan berarti untuk meningkatkan minat baca
111
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 112
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 113
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017
66
anak harus tinggal di LPKA, yang harus dipahami adalah koleksi
fiksi dalam hal ini memiliki peran dalam meningkatkan intensitas
membaca anak. Perannya ialah sebagai daya tarik yang membuat
anak terus datang ke perpustakaan untuk membaca buku-buku fiksi
dan menghabiskan atau mengisi waktu luang mereka dengan
kegiatan membaca.
3. Faktor yang Mendorong Minat Baca Anak Binaan
a. Kebutuhan Rekreasi
Setelah melakukan wawancara kepada anak-anak binaan
peneliti mendapati bahwa kebutuhan rekreasi merupakan salah satu
faktor yang mendorong minat baca mereka terhadap koleksi fiksi.
Hal ini terjadi karena aktivitas dan kegiatan yang terus-menerus
dilakukan setiap harinya membuat anak merasa jenuh. Ditambah
lagi dengan masa pidana anak binaan yang rata-rata diatas 1 tahun,
bahkan ada beberapa anak yang masa pidananya diatas 4 tahun.
Kedua hal tersebut yang membuat anak merasa jenuh selama
berada di LPKA.
Perpustakaan hadir di LPKA salah satunya adalah untuk
mengatasi hal ini. Perpustakaan hadir dengan berbagai macam
koleksi tercetak seperti koleksi fiksi, koleksi referensi, dan koleksi
non fiksi. Namun dari sekian banyak koleksi yang ada, anak binaan
memilih koleksi fiksi untuk dibaca.
67
―Novel buat hiburan kalo novel, lagi bete. Manfaatnya ya
biar otak gak bete, gak jenuh aja, jadi biar entar belajar
yang laennya semangat lagi‖114
―Oh buku komik, novel. Yaa untuk menghibur lagi bosen-
bosen aja sih‖115
―Komik. Seru aja sih kak jadinya, apa namanya, kaya
cerita, jadi kaga bosen di lapas ini juga‖116
Menurut anak binaan dengan membaca buku-buku fiksi
dapat menjadi sarana hiburan yang menyenangkan. Dengan
membaca buku-buku fiksi juga dapat menghilangkan rasa jenuh
anak binaan selama berada di lingkungan LPKA.
b. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis anak binaan harus menjadi perhatian.
Dalam hal ini psikologis yang dimaksud adalah keadaan emosional
anak binaan selama berada di lingkungan LPKA, baik perasaan
sedih, ceria, dan lain sebagainya. Untuk itu kebutuhan psikis anak
harus lah terpenuhi seperti perhatian dari staf LPKA dan pihak
keluarga berupa motivasi-motivasi kepada anak dan lain
sebagainya. Nantinya dari kesejahteraan psikologis yang diperoleh
anak, anak binaan akan dapat menerima keadaan diri, tidak
mengulangi kesalahan dimasa lalu dan dapat mencapai
kebahagiaan insaninya. Sebaliknya jika psikologis anak tidak baik
maka anak binaan bisa depresi, menjauh dari lingkungan dan lain
sebagainya.
Di LPKA Pria kelas I Tangerang, ada satu hal yang dapat
mempengaruhi psikologis anak binaan, hal yang sangat
114
FL, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 115
IG, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017 116
SP, Hasil Wawancara, 11 Oktober 2017
68
mempengaruhi adalah kunjungan dari pihak keluarga atau orang
tua anak binaan. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh kasubsi
pendidikan latihan keterampilan berikut ini.
―Jadi begini, eehh ada anak yang gak pernah dibesuk
kemudian ada anak yang sering dibesuk, ada anak yang
dibesuk sebulan sekali. Nah disitu terjadilah kesenjangan.
Yang sering dibesuk ceria, yang tidak dibesuk itu kadang-
kadang merasa iri, kenapa kok gua gak dibesuk kan gitu.
Jadi disitu lah terjadi kecemburuan, kecemburuan sosial
dimana kepribadiannya itu ya bisa berubah-berubah. Ya
pengaruhnya itu dalam kegiatan sehari-hari‖117
Hal yang sama juga diungkapkan oleh petugas perpustakaan
LPKA seperti berikut ini.
―Ya itu lah yang kalo bisa kita perhatikan yang mereka ko
bisa, kok menyendiri gitu kenapa, biasanya karena mereka
gak pernah juga dikunjung sama keluarganya, kurang
perhatian orang tua. Iya, karena kebanyakan mereka
melakukan yang di luar juga karena itu, kebanyakannya
karena serba kurang, kurang perhatian orang tua yang
kurang peduli, karena mereka juga memang anak-anak dari
berbagai latar belakang, misalnya bapaknya udah ga ada
atau ikut sama nenek, atau ada misalnya ibu bapaknya
cerai gitu, kebanyakan karena itu. Tapi gak menutup
kemungkinan memang ada juga anak yang nakal, tapi itu
perlu penanganan khusus sama orang lain hehehe, tapi
kalo saya lihat senakal-nakalnya anak masih bisa
ditoleransi gitu lah. Sama aja kaya diluar kata saya. Jadi
kadang-kadang kita memang prihatin sih ngelihat anak-
anak ini, itu seperti anak SD itu ya si fajri siapa, ada si
Jamal, Imam bisa dihitung jari gitu mereka dibesuk gitu.
Jadi seperti mahasiswa-mahasiswa jurusan psikologi gitu
suka membuat mereka ini juga sih, menerima diri apa
adanya, ga terlalu menuntut ke orang tua harus begini
harus begini gitu‖118
Kunjungan dari pihak keluarga, orang tua, teman dan
kerabat anak merupakan suatu bentuk perhatian besar yang anak
binaan dapat rasakan dan hal ini sangat berpengaruh pada keadaan
117
AN, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017 118
RM, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017
69
emosional mereka. Anak yang sering dikunjungi oleh pihak
keluarga akan merasa senang dan pengaruhnya adalah pada
kegiatan sehari-hari seperti anak menjadi ceria, semangat
menjalankan aktifitas, dan lain sebagainya. Sebaliknya anak yang
jarang mendapat kunjungan dari pihak keluarga akan merasa sedih
dan pengaruhnya dalam kegiatan sehari-hari ia menjadi murung,
menyendiri, tidak semangat dalam beraktifitas, bahkan dapat
menimbulkan iri kepada sesama anak binaan. Keadaan psikologis
anak ternyata dapat mempengaruhi minat anak binaan dalam
membaca. Seperti apa yang diungkapkan oleh anak binaan berikut
ini.
―Saya kemaren habis sedih kepikiran orang tua. Orang tua
saya udah ga jenguk-jenguk sebulan, pas dateng habis
kecelakaan, saya sedih juga saya kepikiran orang tua, ibu
saya. Kalau saya mah kalau bengong malah kepikiran, jadi
kalau saya ambil waktu buat baca jadi ga kepikiran. Kan
kalo baca pikirannya ke buku‖119
―Kadang kalau gimana ya keinget dirumah itu ah gimana
caranya buat menghibur hati aja gitu‖120
Terkadang anak binaan di LPKA merasa sedih dengan
keadaan yang sedang dialaminya. Perasaan sedih itu muncul dari
berbagai hal seperti jarangnya dikunjungi oleh teman dan keluarga,
rindu tinggal bersama dengan keluarga dan lain sebagainya. Dari
perasaan sedih itu ternyata dapat membuat anak binaan berkunjung
ke perpustakaan dan melakukan kegiatan membaca.
Berbeda dengan kebutuhan rekreasi yang dapat menghibur,
pada kebutuhan psikologis ini, anak membutuhkan motivasi-
119
RO, Hasil Wawancara, 16 Oktober 2017 120
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017
70
motivasi dan berbagai bentuk pelajaran tentang kehidupan.
Motivasi dan pelajaran seperti itu secara tidak langsung juga
termuat di dalam koleksi atau buku fiksi.
―Kaya buat motivasi diri aja, kadang kalau baca buku yang
sengaja isinya tentang kehidupan, dapet ini aja gitu dapet
motivasi. Saya ini sih kebanyakan baca novel, novel-novel
percintaan. Ya gimana ya kan kalau di novel-novel remaja
mah kaya diceritain tentang sekolah yang tawuran gitu,
sekarang mah ibarat kan udah mikir gitu ah tawuran
ngapain ujung-ujungnya masuk sini gitu kan, ujungnya ya
itu jadi ini aja gitu, jadi timbal baliknya ke kita ah jadi
nyesel tawuran‖121
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa anak binaan
ternyata membutuhkan motivasi-motivasi tentang kehidupan. Ia
sengaja mencari buku yang sesuai dengan permasalahan hidupnya
seperti buku yang berjudul Catatan Seorang Pelajar Jakarta karya
Arif Rahman diterbitkan oleh Grasindo yang menceritakan konflik
kehidupan anak sekolah yang senang dengan perkelahian dan
tawuran yang pada akhirnya berujung penjara atau kematian.
Selain anak binaan juga menyukai fiksi yang bercerita tentang
kehidupan seperti Nasruddin: Si Pandir Yang Bijak yang
mengisahkan seorang penutur cerita legendaris dari Turki dengan
segudang humor dan anekdot penuh makna. Pada buku ini
diceritakan bagaimana kakek tua ini mencintai kesetaraan dan
kebenaran serta tidak gemar untuk melakukan korupsi, kekerasan
dan penindasan. Dari cerita-cerita tersebut anak binaan dapat
menyerap pesan yang terdapat di buku. Ia mengambil pelajaran
121
DN, Hasil Wawancara, 13 Oktober 2017
71
atau hikmah dibalik cerita yang telah ia baca. Hal yang sama juga
diceritakan oleh petugas perpustakaan yang pernah berbincang
kepada anak binaan mengenai buku fiksi yang telah anak baca.
―Jadi mereka dengan membaca buku itu, kan saya suka
duduk disitu, saya bilang Fikri Fik, tadi buku yang kamu
baca itu tadi buku apa gitu, oh buku tentang ini bu, coba
kamu ceritakan tadi apa sih ceritanya yang kamu baca.
Terus dia bilang ceritanya begini-begini bu. terus apa yang
bisa kamu ambil, oh iya kalo begini, kalo saya lakukan
begini, di buku ini sih bu, di cerita ini kalo saya lakukan
begini akibatnya begini, kalo begini begini gitu. Iya,
tentunya kan untuk membentuk karakter tadi‖122
Petugas perpustakaan LPKA menyadari bahwa anak binaan
dapat mengambil pelajaran dan hikmah dibalik cerita yang telah
dibaca. Koleksi fiksi disini juga berperan sebagai sarana
rehabilitasi karena ketika anak binaan menemukan cerita yang
sesuai dengan permasalahan hidupnya ia akan dapat mengambil
solusi yang tepat dari permasalahan itu, atau jika kesalahan itu
telah dilakukan ia akan menyesali dan tidak mengulangi kesalahan-
kesalahan dimasa lalunya, dan pada akhirnya akan membentuk
suatu karakter positif kepada anak.
C. Pembahasan
1. Ketersediaan Koleksi Fiksi di Perpustakaan Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang
a. Banyaknya Ketersediaan Koleksi Fiksi
122
RM, Hasil Wawancara, 9 Oktober 2017
72
Menurut anak binaan, ketersediaan koleksi fiksi di perpustakaan
LPKA Pria Kelas I Tangerang sudah cukup banyak. Hasil rekapitulasi
September 2017 menunjukan bahwa jumlah keseluruhan koleksi
perpustakaan adalah 4404 eksemplar dengan jumlah koleksi fiksi
berjumlah 1987 eksemplar. Terkait kuantitas atau banyaknya jumlah
koleksi di perpustakaan lembaga pembinaan atau lembaga
pemasyarakatan, IFLA telah mengatur bahwa lembaga pembinaan
yang memiliki kurang dari 200 narapidana maka sekurang-kurangnya
perpustakaan lembaga pembinaan tersebut menyediakan koleksi atau
buku-buku paling sedikitnya 2000 eksemplar atau 10 buku berbanding
1 narapidana.123
Anak binaan di LPKA Pria Kelas I Tangerang
berjumlah 82 anak sehingga perpustakaan wajib menyediakan
sekurang-kurangnya 820 eksemplar buku. Perpustakaan LPKA Pria
Kelas I Tangerang dapat dikatakan memiliki koleksi yang banyak
karena koleksi perpustakaan LPKA telah melebihi standar minimum
820 eksemplar, yakni dengan jumlah koleksi 4404 eksemplar.
b. Ragam Koleksi Fiksi Yang Tersedia
Selain banyak, koleksi fiksi di perpustakaan LPKA juga beragam
seperti adanya buku novel, komik, buku cerita bergambar dan puisi.
Koleksi fiksi terbanyak adalah komik dengan jumlah 1018 eksemplar.
Namun sayangnya semua koleksi yang tersedia, baik fiksi maupun
non fiksi hanya ada dalam bentuk tercetak. Pada perpustakaan ini
tidak tersedianya koleksi dalam bentuk non cetak seperti CD, DVD,
123
Bowe, ―Recent Trends In UK Prison Libraries,‖ 436.
73
dan lain sebagainya. Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
dalam hal ini belum sesuai dengan Vibeke dan Joanne yang
mengungkapkan bahwa koleksi di sebuah perpustakaan lembaga
pemasyarakatan atau lembaga pembinaan harus mencakup bahan
pustaka tercetak dan non cetak untuk dapat memenuhi kebutuhan
informasi, edukasi, rekreasi dan rehabilitasi narapidana.124
c. Kondisi Fisik Koleksi Fiksi
1) Tampilan Fisik Koleksi Fiksi
Kondisi fisik buku-buku fiksi kebanyakan dalam kondisi bagus
baik dari segi cover, kertas dan lain-lain. Tetapi juga tidak sedikit
buku-buku memiliki kondisi fisik yang sudah rapuh pada cover buku,
kertas yang sudah berwarna coklat dan tidak enak dipandang. Hal ini
dikarenakan memang buku-buku di perpustakaan LPKA Pria Kelas I
Tangerang lebih banyak buku-buku dengan terbitan lama, sehingga
tidak jarang anak binaan dan staf yang datang akan menemui buku-
buku dengan tampilan yang sudah usang.
2) Bahasa Yang Terdapat Di Koleksi Fiksi
Pada umumnya Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
memiliki buku-buku fiksi yang kebanyakan berbahasa Indonesia
namun ada juga buku fiksi yang berbahasa Inggris. Untuk koleksi
fiksi yang berbahasa Inggris jarang dimanfaatkan oleh anak binaan
karena keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris mereka yang
kurang memadai.
124
Vibeke and Joanne, ―Guidelines for Library Services to Prisoners,‖ 11.
74
d. Pengadaan Koleksi Fiksi
1) Hadiah
Keseluruhan koleksi perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
termasuk koleksi fiksi diperoleh dari berbagai hadiah atau sumbangan
dari pihak luar. Pihak luar yang menyumbang biasanya seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat, mahasiswa-mahasiswa dan lain
sebagainya. Dan sampai saat ini perpustakaan belum pernah
melakukan pengadaan koleksi perpustakaan dengan membeli
dikarenakan tidak adanya aliran dana ke perpustakaan.
2) Peminjaman
Namun perpustakaan LPKA saat ini sedang bekerjasama dengan
BPAD kota Tangerang untuk dipinjami 100 eksemplar buku. Setiap 3
bulan sekali buku-buku tersebut akan dikembalikan ke BPAD dan
diganti dengan 100 judul buku yang lain. Kerjasama ini telah
dilakukan sejak April 2017. Sesuai dengan apa yang dijelaskan pada
IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1995 yang dikutip Vibeke
dan Joanne bahwa perpustakaan umum dan perpustakaan LPKA
sebaiknya melakukan kerjasama dalam melayani kebutuhan informasi
narapidana.125
2. Peran Koleksi Fiksi Terhadap Minat Baca Anak Binaan
a. Membangun Minat Baca
125
Vibeke and Joanne, 5.
75
Membangun minat baca merupakan salah satu tujuan
didikannya perpustakaan di sebuah LPKA menurut Direktorat
Bimkemas dan Pengentasan Anak. Membangun minat baca yakni
dengan menyediakan buku-buku yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak binaan.126
Anak binaan di LPKA Pria Kelas I
Tangerang mempunyai minat dan membutuhkan koleksi fiksi. Hal
ini ditandai dengan hampir setiap saat anak datang ke perpustakaan
ia akan memanfaatkan buku fiksi, baik untuk dipinjam atau untuk
dibaca di perpustakaan. Daya tarik koleksi fiksi merupakan awal
mula dari terbentuknya peran koleksi fiksi terhadap tumbuhnya
minat baca anak binaan pada fiksi. Daya tarik tersebut ada pada
alur cerita dan gambar pada koleksi fiksi serta ragam fiksi dan
tema cerita yang disukai anak binaan tersedia di Perpustakaan
LPKA.
1) Alur Cerita Yang Menarik
Cerita yang terdapat pada koleksi fiksi merupakan alasan
mendasar yang membuat anak binaan lebih tertarik membaca
koleksi fiksi dibandingkan dengan koleksi lainnya. Cerita yang
menarik membuat anak binaan ingin terus membaca untuk
mengetahui kelanjutan cerita.
2) Gambar Pada Koleksi fiksi
Gambar yang termuat pada koleksi fiksi juga dapat membuat
anak lebih tertarik membaca. Hal ini telah disampaikan oleh
126
―Pedoman Perlakuan Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA),‖ 32.
76
Burhan Nurgiantoro dalam bukunya yang berjudul Teori
Pengkajian Fiksi bahwa daya tarik dari koleksi fiksi adalah
pembaca dapat menikmati cerita yang diiringi dengan gambar yang
menarik sehingga pembaca merasa terhibur.127
3) Ragam Fiksi Yang Disukai Anak Binaan
Di perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang koleksi fiksi
yang tersedia cukup beragam mulai dari komik, novel, buku cerita
dan buku puisi. Namun koleksi fiksi yang paling sering
dimanfaatkan oleh anak binaan adalah koleksi fiksi. Koleksi fiksi
yang paling disukai oleh mereka adalah komik dan novel.
4) Tema Cerita Yang Menarik
Tema cerita yang menarik dan tersedia tentunya dapat
membuat seseorang anak tertarik untuk membaca. Adapun tema
cerita yang disukai anak binaan dengan tingkat pendidikan SD
adalah komedi, anak binaan dengan tingkat pendidikan SMP yakni
Komedi, religi, dan percintaan. Sedangkan anak binaan dengan
tingkat pendidikan SMK menyukai cerita yang bertemakan
percintaan.
Selain itu anak binaan juga sering mendiskusikan dan
membicarakan mengenai buku fiksi dan cerita yang mereka baca
kepada sesama anak binaan di LPKA. Ini dapat menjadi suatu
bukti bahwa mereka tertarik dengan membaca koleksi fiksi. Hal ini
telah disebutkan oleh Donald E. Stadius bahwa salah satu manfaat
127
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, 3.
77
ketersediaan buku-buku di perpustakaan lembaga pemasyarakatan
atau lembaga pembinaan sebagai bahan perbincangan sesama
narapidana.128
Sayangnya ketertarikan anak binaan terhadap fiksi belum
dioptimalkan oleh perpustakaan LPKA untuk membuat berbagai
program yang dikaitkan dengan buku sehingga dimungkinkan
masih banyak anak binaan yang masih belum menyukai kegiatan
membaca. Saat ini sudah 30% dari 82 anak, yaitu kurang lebih 25
anak binaan telah senang dengan kegiatan membaca. Untuk itu
dapat dikatakan bahwa fiksi dapat membangun minat baca anak
binaan di LPKA karena ditandai dengan tidak adanya program
LPKA terkait pembinaan minat baca, walaupun hanya dengan
menyediakan buku fiksi yang beragam sebagian anak binaan juga
akan tertarik untuk membacanya.
b. Peningkatan Intensitas Membaca
Peningkatan intensitas membaca terlihat pada saat sebelum
anak tinggal di LPKA dan setelah anak tinggal di LPKA.
1) Pengalaman Membaca Sebelum di LPKA
Anak sebelum tinggal di LPKA dan belum menyandang status
sebagai anak binaan, mereka pada saat itu belum memiliki minat
baca yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan jarangnya anak
berkunjung ke perpustakaan, tidak pernahnya anak pergi ke toko
buku dan tidak mempunyai koleksi buku-buku sendiri di rumah.
128
Stadius, ―A Roundelay for Attica and Other Prison Libraries Based On An Old Song,‖
246.
78
2) Pengalaman Membaca Setelah di LPKA
Namun setelah tinggal di LPKA, anak sudah mulai menyukai
kegiatan membaca. Peningkatan intensitas membaca anak binaan
terlihat ketika hampir setiap hari anak binaan berkunjung ke
perpustakaan untuk membaca dan seringnya waktu luang yang
mereka manfaatkan untuk membaca.
Kebanyakan tujuan anak binaan datang ke perpustakaan LPKA
Pria Kelas I Tangerang adalah untuk mencari dan membaca koleksi
fiksi baik komik, novel maupun buku cerita bergambar. Daya tarik
koleksi ini yang membuat anak binaan terus berkunjung ke
perpustakaan. Peran koleksi fiksi dalam meningkatkan intensitas
membaca anak binaan yaitu sebagai daya tarik yang dapat
membuat anak terus berkunjung ke perpustakaan dan membaca.
3 Faktor Yang Mendorong Minat Baca Anak Binaan
a. Kebutuhan Rekreasi
Rekreasi adalah penyegaran kembali pikiran dan badan atau
sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan. Fungsi
perpustakaan sebagai rekreasi berarti menjurus kepada rekreasi
yang bersifat kultural dan transfer ilmu pengetahuan yang mana
perpustakaan sebagai medianya.129
Anak binaan dapat menikmati
rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber
129
Aris, ―Peranan Perpustakaan Dalam Kebutuhan Rekreasi, Pendidikan, Penelitian Dan
Informasi Masyarakat,‖ Majalah Visi Pustaka, December 2, 2003,
http://www.pnri.go.id/magazine/peranan-perpustakaan-dalam-kebutuhan-rekreasi-pendidikan-
penelitian-dan-informasi-masyarakat/.
79
informasi hiburan seperti novel, komik, cerita rakyat, puisi dan lain
sebagainya. Fungsi perpustakaan sebagai rekreasi dimaksudkan
selain untuk mendapatkan informasi, pemustaka juga akan
mendapatkan efek fresh setelah melakukan kegiatan membaca.
Kebutuhan rekreasi anak binaan merupakan salah satu
faktor yang mendorong anak binaan berkunjung ke perpustakaan
dan membaca. Rutinitas yang setiap hari dijalani membuat anak
binaan merasa jenuh ditambah lagi hukuman atau masa pidana
yang telah ditetapkan kepada anak binaan yang rata-rata lebih dari
1 tahun, bahkan ada beberapa anak yang mendapatkan masa pidana
lebih dari 4 tahun. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang ada hampir
semua terjadwal termasuk aktivitas yang disukai oleh anak binaan
seperti olah raga, menonton TV dan bermusik. Oleh karena itu
mereka memerlukan adanya kegiatan lain yang juga
menyenangkan dan dapat dilakukan kapan pun tanpa melanggar
aturan. Kegiatan ini adalah membaca. Kebanyakan anak binaan
yang melakukan kegiatan membaca bertujuan untuk mengisi waktu
luang sekaligus untuk menghibur diri.
Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang sebagai salah
satu sarana rekreasi menyediakan berbagai macam koleksi fiksi
yang merupakan koleksi yang paling disukai oleh anak binaan.
Salah satu contoh buku yang disukai anak seperti Cinta
Brontosaurus karya Raditya Dika terbitan GagasMedia,
Doraemon: Petualangan Nobita di Dunia Mainan karya Fujiko F.
80
Fujio yang diterbitkan oleh Alex Media Komputindo dan buku
fiksi lainnya. Dalam hal ini perpustakaan LPKA Tangerang sudah
sesuai dengan UU SPPA pasal 3 bahwa sebuah perpustakaan
LPKA harus menyediakan koleksi sesuai dengan kebutuhan dan
minat anak binaan.130
Anak binaan di LPKA Pria Kelas I Tangerang
mengungkapkan bahwa mereka terhibur ketika membaca buku-
buku fiksi seperti komik, novel, dan buku cerita bergambar. Sambo
Atanda Saliu menjelaskan dalam artikelnya yang berjudul
Prisoners and Their Information Needs: Prison Libraries
Overview bahwa para narapidana sangat membutuhkan informasi
yang bersifat rekreasi. Informasi yang bersifat rekreasi tadi akan
dapat menghilangkan rasa kebosanan narapidana. Untuk itu
ketersediaan koleksi fiksi pada sebuah perpustakaan LPKA
menjadi penting karena koleksi fiksi dapat menghilangkan rasa
jenuh anak binaan selama mereka berada di lingkungan LPKA Pria
Kelas I Tangerang.131
b. Kebutuhan Psikologis
Pada dasarnya kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi
dua yakni kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis.
Kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan primer untuk tubuh seperti
makan, minum, tidur dan lain sebagainya. Sedangkan kebutuhan
psikologis yakni mencakup kebutuhan untuk mengembangkan
130
Undang-undang Republik indonesia No. 11 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
sec. 3. 131
Saliu, ―Prisoners and Their Information Needs: Prison Libraries Overview,‖ 5.
81
kepribadian pada diri seseorang seperti kebutuhan akan motivasi,
kebutuhan mendapatkan perhatian dan penghargaan dari orang di
lingkungan sekitar, kebutuhan mendapatkan perlindungan dan
kasih sayang, kebutuhan mempunyai teman, kebutuhan untuk
dapat menyalurkan dorongan emosi dan lain sebagainya.132
Pemenuhan kebutuhan psikologis penting untuk diperhatikan
karena keadaan psikologis seseorang memiliki pengaruh terhadap
kegiatan sehari-hari termasuk kepada aktivitas membaca. Menurut
Soeatminah keadaan psikologis dapat mempengaruhi minat dan
kegiatan membaca seseorang seperti pada orang yang sedang sedih
maka akan dimungkinkan orang tersebut tidak bergairah untuk
membaca, sebaliknya apabila seseorang sedang salam keadaan
gembira maka orang tersebut akan bersemangat dalam
membaca.133
Pada umumnya permasalahan keadaan psikologis seorang
yang berada pada lembaga pembinaan atau lembaga
pemasyarakatan digambarkan dengan berbagai tekanan yang ada
meliputi kekurangnya fasilitas-fasilitas dan makin padatnya
penghuni di lembaga pembinaan. Di LPKA Pria Kelas I Tangerang
permasalahan seperti ini tidak ada mengingat fasilitas yang tersedia
cukup baik dan sedikitnya penghuni di LPKA Tangerang. Namun
kebutuhan psikologis bagi anak binaan di LPKA Tangerang adalah
kurangnya perhatian dan motivasi yang diberikan oleh pihak
132
Nunuk Nur Shokiyah, ―Analisis Hubungan Antara Kegiatan Melukis Dengan
Kebutuhan Psikologis Pada Remaja,‖ Jurnal Seni Budaya 12, no. 1 (July 2014): 39. 133
Perpustakaan Kepustakawanan Dan Pustakawan, 37.
82
keluarga dan kerabat anak yang terwujud pada kunjungan mereka
ke LPKA. Sebagian anak binaan di LPKA rutin dikunjungi oleh
pihak keluarga atau kerabat dan sebagian anak binaan lainnya
jarang dikunjungi. Keadaan psikologis anak binaan yang sering
dikunjungi oleh pihak keluarga berbeda dengan anak binaan yang
jarang dikunjungi oleh pihak keluarganya. Anak binaan yang
sering dikunjungi oleh pihak keluarga atau kerabat akan ceria, pada
umumnya akan semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Sedangkan anak binaan yang jarang dikunjungi oleh pihak
keluarga atau kerabat maka akan sedih, kurang semangat, memilih
untuk menyendiri dan lain sebagainya. Bahkan terkadang
perbedaan ini dapat menimbulkan iri kepada sesama anak binaan
yang dapat berakhir pada pertengkaran.
Perasaan sedih dan kurang semangat ternyata juga dapat
menarik sebagian anak binaan untuk berkunjung ke perpustakaan
dan membaca koleksi fiksi. Anak binaan mengaku bahwa
terkadang mereka memang sengaja mencari buku-buku fiksi yang
bercerita sama dengan permasalahan hidupnya. Salah satu
contohnya novel yang berjudul Catatan Seorang Pelajar Jakarta
karya Arif Rahman diterbitkan oleh Grasindo yang menceritakan
konflik kehidupan anak sekolah yang senang dengan perkelahian
dan tawuran yang pada akhirnya berujung penjara atau kematian.
Adapun komik yang dijadikan sebagai motivasi dan pelajaran
yakni seperti komik yang berjudul Nasruddin: Si Pandi Yang Bijak
83
yang mengisahkan seorang penutur cerita legendaris dari Turki
dengan segudang humor dan anekdot penuh makna. Pada buku ini
diceritakan bagaimana seorang yang mencintai kesetaraan dan
kebenaran serta tidak gemar untuk melakukan korupsi, kekerasan
dan penindasan.
Koleksi fiksi dalam memenuhi kebutuhan psikologis anak
binaan berarti dapat memberikan motivasi-motivasi yang dikemas
dalam cerita yang menarik. Ketika mereka dapat mengambil setiap
pelajaran dan hikmah dibalik cerita maka secara tidak langsung
akan membentuk perilaku dan karakter positif. Pada akhirnya anak
binaan dapat akan belajar untuk menerima dan memperbaiki diri.
Maka secara tidak langsung pula buku fiksi dapat menjadi
rehabilitasi kepada anak binaan. Hal ini telah disampaikan oleh
Burhan Nurgiantoro dalam bukunya yang berjudul Teori
Pengkajian Fiksi bahwa melalui cerita yang terdapat pada cerita
fiksi pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan
menghayati berbagai permasalahan kehidupan. Sehingga fiksi
tersebut akan mendorong pembacanya untuk ikut merenungkan
masalah hidupnya. Oleh karena itu fiksi sering dianggap dapat
membuat manusia menjadi pribadi yang lebih baik.134
134
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, 3.
84
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan dijelaskan kesimpulan dan saran dari seluruh
hasil penelitian dan pembahasan tentang peran koleksi fiksi dalam
meningkatkan minat baca anak binaan di Perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan seperti berikut ini:
1. Ketersediaan koleksi fiksi cukup banyak dari segi kuantitas
ditandai oleh rasio perbandingan anak binaan dengan koleksi
di perpustakaan LPKA yaitu 1:53. Koleksi fiksi yang tersedia
beragam seperti komik, novel, buku cerita bergambar dan
buku puisi. Koleksi fiksi yang paling banyak di perpustakaan
LPKA adalah komik. Sayangnya buku-buku fiksi tersebut
kebanyakan adalah buku-buku dengan terbitan lama sehingga
tidak sedikit ditemui kondisi fisik buku sudah tidak baik. Hal
ini dikarenakan perpustakaan sampai saat ini belum
mempunyai kebijakan pengadaan. Seluruh koleksi
perpustakaan LPKA yang dimiliki didapatkan dari hadiah atau
sumbangan pihak-pihak luar. Namun perpustakaan LPKA Pria
Kelas I Tangerang saat ini telah bekerjasama dengan BPAD
85
Tangerang untuk dipinjami berbagai koleksi tercetak termasuk
koleksi fiksi.
2. Peran koleksi fiksi dalam meningkatkan minat baca anak
binaan diawali dengan membangun minat baca anak binaan
dengan daya tarik koleksi fiksi. Daya tarik yang terdapat pada
koleksi fiksi yaitu cerita-cerita yang menarik serta diiringi
dengan gambar yang bagus dengan berbagai macam tema
cerita yang disukai anak binaan seperti komedi, percintaan dan
religi. Selanjutnya perkembangan minat baca anak binaan
terlihat pada meningkatnya minat baca anak binaan yang
ditandai dengan seringnya anak berkunjung ke perpustakaan
dan membaca buku fiksi.
3. Faktor yang mendorong minat baca anak binaan di LPKA
adalah kebutuhan rekreasi dan kebutuhan psikologi. Untuk
memenuhi kebutuhan rekreasi, anak binaan di LPKA
membutuhkan kegiatan yang dapat menghilangkan rasa jenuh
selama berada di LPKA. Oleh karena itu dengan membaca
koleksi fiksi, anak binaan merasa terhibur. Dalam memenuhi
kebutuhan psikologisnya anak binaan membutuhkan koleksi
fiksi sebagai sarana untuk mengekspresikan dan
menghilangkan perasaan sedih dengan membaca cerita fiksi
sesuai dengan permasalahan mereka. Selain itu koleksi fiksi
juga dapat memberikan motivasi dan pelajaran-pelajaran yang
terdapat pada cerita fiksi. Motivasi dan pelajaran tersebut
86
bertujuan agar mereka bisa menerima diri dan menjadi pribadi
yang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti berikan
adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang sebaiknya
memiliki kebijakan pengadaan koleksi perpustakaan. Adanya
kebijakan pengadaan untuk sebuah perpustakaan perlu untuk
dilakukan agar koleksi yang tersedia up to date. Selain itu
kerjasama dengan BPAD perlu untuk dipertahankan agar
perpustakaan LPKA terus mendapat support pinjaman buku-
buku baru. Penataan koleksi di perpustakaan LPKA juga
sebaiknya lebih diperhatikan oleh petugas perpustakaan guna
mempermudah pencarian informasi.
2. Dengan adanya daya tarik koleksi fiksi sudah membuat
sebagian anak binaan yang saat ini rajin membaca.
Perpustakaan LPKA sebaiknya mengoptimalkan ketertarikan
anak binaan terhadap fiksi dengan membuat berbagai macam
program-program perpustakaan seperti pembuatan komik
curhat anak binaan, pemutaran film, storytelling, dan lain
sebagainya yang dapat dikaitkan dengan buku agar anak
binaan lebih tertarik lagi untuk membaca.
87
3. Faktor yang mendorong minat baca anak binaan yaitu karena
kebutuhan rekreasi. Kebutuhan ini penting agar anak tidak
merasa bosan berada di LPKA. Oleh karena itu Perpustakaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak sebaiknya pengembangan
koleksi terutama pada koleksi fiksi. Selain itu kebutuhan
psikologi anak juga penting, oleh karenanya Lembaga
Pembinaan Khusus Anak sebaiknya memberikan perhatian
lebih kepada anak yang terlihat murung dan sedih, LPKA juga
sebaiknya memberikan peringatan kepada pihak keluarga yang
jarang mengunjungi anak di LPKA.
4. Mengingat adanya Pendidikan formal di LPKA, maka
sebaiknya LPKA mendorong perpustakaan juga fokus kepada
perkembangan minat ilmu pengetahuan anak binaan dengan
cara membuat kegiatan yang bersifat pengembangan ilmu
pengetahuan seperti literasi informasi dan lain-lain. Hal ini
perlu dilakukan agar mereka tidak tertinggal dengan anak-anak
lain di luar LPKA.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Sudarnoto. Perpustakaan Sebagai Center for Learning Society.
Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2006.
Adipta, Hendra, Maryaeni Maryaeni, and Muakibatul Hasanah. ―Pemanfaatan
Buku Cerita Bergambar Sebagai Sumber Bacaan Siswa SD.‖ Jurnal
Pendidikan: Teori Penelitian Dan Pengembangan 1, no. 5 (May 2016).
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6337. Aris. ―Peranan Perpustakaan Dalam Kebutuhan Rekreasi, Pendidikan, Penelitian
Dan Informasi Masyarakat.‖ Majalah Visi Pustaka, December 2, 2003.
http://www.pnri.go.id/magazine/peranan-perpustakaan-dalam-kebutuhan-
rekreasi-pendidikan-penelitian-dan-informasi-masyarakat/.
Artana, Ketut. ―Upaya Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak.‖ Arcarya Pusaka
2, no. 1 (June 2016).
Bowe, Carole. ―Recent Trends In UK Prison Libraries.‖ Library Trends 59, no. 3
(2011).
Brosens, Dorien, Liesbeth De Donder, Sarah Dury, Tom Vanwing, and
Dominique Verte. ―Life Long Learning: The Prison Library As A Bridge
To Paticipation.‖ Procedia: Social and Behavioral Sciences 191 (2015).
https://ac.els-cdn.com/S1877042815026944/1-s2.0-S1877042815026944-
main.pdf?_tid=9662c9ec-c9c5-11e7-9632-
00000aab0f6b&acdnat=1510723792_5ba9e78edf4acca3059092aea33a54c
8.
Budiwijaya, Arif. Pembinaan Koleksi Perpustakaan: Dalam Lokakarya
Pembinaan Perpustakaan Khusus Kependudukan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada, 1979.
Bunanta, Murti. Buku Mendongeng Dan Minat Membaca. Jakarta: Kelompok
Pecinta Bacaan Anak, 2008.
Coleman, Vernon. Rasa Salah: Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengatasinya.
Jakarta: Arcan Press, 1985.
Conrad, Suzanna. ―Collection Development and Circulation Policies in Prison
Libraries: An Exploratory Survey of Librarians in US Correctional
Intitutions.‖ The Library Quarterly: Information, Community, Policy 82,
no. 4 (2012). http://www.jstor.org/stable/10.1086/667435.pdf.
Direktorat Bimkemas dan Pengentasan Anak. ―Pedoman Perlakuan Anak Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).‖ Accessed May 29, 2017.
89
https://www.scribd.com/doc/316763234/Pedoman-Perlakuan-Anak-Di-
LPKA.
Endah, Alberthiene. Menulis Fiksi Itu Seksi: 1001 Trik Menulis Fiksi Dengan
Asik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Hartono, Natalia, Heru Dwi Waluyanto, and Azmar Zacky. ―Perancangan Buku
Komik ‗Story of Otaku Life‘ Tentang Kehidupan Seorang Otaku.‖
Accessed November 15, 2017.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=194735&val=6515&t
itle=Perancangan Buku Komik “Story of Otaku Lifeâ€.
Indonesia. Undang-undang No. 12 Tentang Pemasyarakatan (1995).
———. Undang-undang Republik indonesia No. 11 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, § 3 (2012).
Irawan, Prasetya. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Juliansyah, Noor. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Kamisa. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika, 1997.
Kemendikbud. ―Kamus Besar Bahasa Indonesia.‖ Accessed January 24, 2018.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/baca.
Kemenkumham. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No. 18 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan
Khusus Anak, § 3 (2015).
Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta:
PPM, 2003. Krisnawati, Emeliana. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Bandung: Utomo, 2005.
Latif CM, Noor. ―Visualisasi Karakter Pramodawardhani Pendekatan Fiksi
Sejarah.‖ Jurnal Humaniora 4, no. 1 (April 2013).
http://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/3433/2819.
Leandha, Mei. ―Agar Napi Anak Tetap Bersekolah, Lapas Berubah Jadi LPKA.‖
Kompas. Accessed July 29, 2017.
http://regional.kompas.com/read/2015/08/24/19595161/Agar.Napi.Anak.T
etap.Bersekolah.Lapas.Berubah.Jadi.LPKA.
Martoatmojo, Karmidi. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999.
90
Moeloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. Depok: Universitas Terbuka, 2001.
Munandar. Memupuk Minat Untuk Membaca. Jakarta: IKAPI, 1986. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Nur Shokiyah, Nunuk. ―Analisis Hubungan Antara Kegiatan Melukis Dengan
Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.‖ Jurnal Seni Budaya 12, no. 1 (July
2014).
Nurgiyantoro, Burhan. ―Sastra Anak: Persoalan Genre.‖ Jurnal Humaniora 16,
no. 2 (2004).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=3067&val=297.
———. ―Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak.‖
Jurnal Cakrawala Pendidikan, no. 2 (June 2005).
———. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005.
Pawit, Muhammad Yusuf. Teori Dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi
Retrieval. Jakarta: Kencana, 2010.
Pembayun, Ellys Lestari. One Stop Qualitative Research Methodology in
Communication. Jakarta: Lantera Ilmu Cendekia, 2013.
Perpustakaan Nasional. Standar Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan
Nasional, 2002. Pringgoadisuryo, Luwarsih. Perpustakaan Khusus: Pengantar Ke Organisasi Dan
Administrasi. Jakarta: PDII LIPI, 1971.
Prisnt, Darwan. Hukum Anak Indonesia. Bandung: Citra Adiya Bakti, 1997.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Ratnawati, Sintha. Sekolah Alternatif Untuk Anak. Jakarta: Kompas, 2002.
Salim, Agus. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006.
Saliu, Sambo Atanda. ―Prisoners and Their Information Needs: Prison Libraries
Overview.‖ Journal of Library Phillosophy and Practice, 2017.
http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4135&context=
libphilprac.
91
Santoso, Hari. ―Membangun Minat Baca Anak Usia Dini Melalui Penyediaan
Buku Bergambar.‖ Artikel Pustakawan Perpustakaan Universitas Malang,
2011.
http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfhasan/Membangun%
20minat%20baca%20anak%20usia%20dini%20melalui%20penyediaan%2
0buku%20bergambar.pdf. Soeatminah. Perpustakaan Kepustakawanan Dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1991.
Stadius, Donald E. ―A Roundelay for Attica and Other Prison Libraries Based On
An Old Song.‖ Wilson Libraries Bulletin 46.
Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta
Bandung, 2009.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
1993.
Sukarman. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2002.
Surayin. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung:
Yrama Widya, 2004.
Suryabarata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Sutarno NS. Perpustakaan Dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003. Tarigan, Hendri Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1991.
Vibeke, Lehmann, and Locke Joanne. ―Guidelines for Library Services to
Prisoners.‖ IFLA Professional Report 3, no. 92 (2005).
https://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/professional-
report/92.pdf.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara kepada Informan Utama
(Anak Binaan)
1. Apakah sebelum tinggal di LPKA adik pernah berkunjung ke perpustakaan?
Perpustakaan apa?
2. Apakah adik punya koleksi buku-buku di rumah?
3. Apakah buku cerita di perpustakaan LPKA sudah cukup banyak?
4. Apakah buku cerita di perpustakaan LPKA sudah cukup beragam?
5. Apakah penataan buku cerita di perpustakaan LPKA sudah rapi?
6. Bagaimana kondisi fisik buku-buku cerita di perpustakaan LPKA?
7. Apakah buku cerita yang adik sudah baca bahasanya mudah dimengerti?
8. Apakah ada buku cerita dalam bahasa inggris atau bahasa lain selain bahasa indonesia?
9. Buku apa yang adik suka baca di perpustakaan? Mengapa?
10. Buku yang bercerita tentang apa yang adik sukai? Komedi, persahabatan, kekeluargaan,
sports, atau apa? Mengapa?
11. Apa tujuan adik membaca buku cerita?
12. Saat ini, biasanya adik berkunjung ke perpustakaan LPKA berapa kali dalam seminggu?
13. Berapa lama biasanya adik menghabiskan waktu untuk membaca dalam satu hari?
14. Kegiatan membaca biasa adik lakukan saat kapan?
15. Apakah adik pernah saling berdiskusi (mengobrol) kepada teman tentang buku yang telah
adik baca?
16. Jika tidak ada buku-buku cerita di perpustakaan, apakah adik akan tetap berkunjung ke
perpustakaan?
Pedoman Wawancara kepada Informan Pendukung
(Kasubsi Pendidikan dan lt. Keterampilan)
1. Menurut Anda apa fungsi didirikannya sebuah perpustakaan di LPKA?
2. Koleksi apa saja yang tersedia di Perpustakaan LPKA?
3. Menurut Anda apa itu koleksi fiksi?
4. Bagaimana kondisi psikologis anak binaan di LPKA? Apakah mereka ceria, atau
murung?
5. Apakah keadaan psikologis anak memiliki pengaruh terhadap minat baca?
6. Menurut Anda pentingkah minat baca bagi anak binaan? Mengapa?
7. Apakah ada program di Pendidikan dan lt Keterampilan yang dikaitkan dengan buku di
Perpustakaan LPKA?
8. Menurut Anda apakah koleksi fiksi di perpustakaan dapat memberikan peran dalam
meningkatkan minat baca anak binaan?
(Petugas Perpustakaan)
1. Menurut Anda apa fungsi didirikannya sebuah perpustakaan di LPKA?
2. Bagaimana pengklasifikasian/pengelompokan koleksi di perpustakaan LPKA?
3. Koleksi/bahan pustaka apa saja yang tersedia di perpustakaan LPKA?
4. Menurut Anda apa itu koleksi fiksi?
5. Jenis koleksi fiksi apa saja yang ada di perpustakaan LPKA?
6. Bagaimana pengadaan koleksi fiksi di perpustakaan LPKA?
7. Bagaimana kondisi psikologis anak binaan di LPKA? Apakah mereka ceria, atau
murung?
8. Apakah keadaan psikologis anak memiliki pengaruh terhadap minat baca?
9. Menurut Anda pentingkah minat baca bagi anak binaan? Mengapa?
10. Apakah ada program khusus dari perpustakaan untuk meningkatkan minat baca anak
binaan?
11. Menurut Anda apakah koleksi fiksi dapat memberikan peran dalam meningkatkan minat
baca anak binaan?
12. Kendala apa yang menjadi penghambat perpustakaan dalam perannya untuk
meningkatkan minat baca anak binaan?
Lampiran 2
CONTOH TRANSKRIPSI WAWANCARA
Nama Informan : FL
Tingkat Pendidikan : SMK
Waktu Wawancara : 11 Oktober 2017
Tempat Wawancara : Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
Pewawancara : Sebelum tinggal di LPKA, FL pernah ga berkunjung ke
perpustakaan?
Informan : Ya pernah
Pewawancara : Perpustakaan apa?
Informan : Oh maksudnya perpustakaan luar gitu
Pewawancara : Iya sebelum tinggal disini kan soalnya
Informan : Kalo disekolah pernah, perpustakaan sekolah
Pewawancara : Ada lagi?
Informan : Udah paling ke toko buku doang
Pewawancara : Dirumah kamu punya koleksi-koleksi buku sendiri ga sih?
Informan : Punya
Pewawancara : Buku apa?
Informan : Eeehh banyak sih, kaya novel-novel, ya novel teenlit heehehe, teenlit,
novel remaja, sama novel-novel kaya apa, fakta-fakta misteri
Pewawancara : Oh punya ya, banyak ga?
Informan : Banyak banget sih ngga, paling segini lah (sambil menunjuk lebar
meja baca)
Pewawancara : 25an lah ya?
Informan : Iya, sekitar lah
Pewawancara : Nah kakak mau nanya tentang koleksi yang disini nih, buku-
buku cerita kaya novel, komik, cerpen, buku cerita bergambar.
Apakah buku cerita di perpustakaan sudah cukup banyak
menurut fikri?
Informan : Kalo sudah banyak sih banyak, cuma sayangnya satu paling dia disini
tuh, eee apah, banyaknya ini, gimana yah, bukunya buku lama banget,
kaya misalkan, eee apah, kaya buku-buku, kalo kaya buku pelajaran
tuh kaya kurikulumnya masih tahun 2001, 2000, emang sih
pelajarannya sama cuma gimana yah kalo kita ikutin perkembangan
zaman gitu kan anak-anak itu kadang begitu melihat warna bukunya,
males ah udah buku lama, nah jadi terbitannya tuh terbitan lama
semuanya, ini kurangnya tuh
Pewawancara : Apakah buku cerita di perpustakaan ini sudah cukup beragam
menurut fikri?
Informan : Uh beragam, banyak
Pewawancara : Apakah penataan buku cerita di perpustakaan sudah rapi?
Informan : Eeee tadinya waktu itu kan berantakan banget, dirapiin lagi, udah tuh
kaya komik komik, terus sekarang ya gini berantakan lagi hhhehe
Pewawancara : Kapan rapinya kapan berantakannya?
Informan : Paling rapinya sekitar sebulan yang lalu baru dirapiin gitu
Pewawancara : Jadi setiap sebulan sekali rapi?
Informan : Iya tapi entar berantakan lagi
Pewawancara : Bagaimana kondisi fisik buku-buku cerita yang ada di
perpustakaan?
Informan : gitu, udah pada kaya gini nih (sambil memegang sebuah novel),
kumuh-kumuh lah hehehe
Pewawancara : Kertasnya coklat-coklat ya?
Informan : Kalo kertas warnanya kaya gini sih emang enak buat baca, kalo buat
cerita, misalnya yang kaya backgroundnya nih udah lepek banget gitu.
Kalo kaya gini emang lebih seneng warna kaya gini, dari pada yang
putih, kalo yang putih sakit ga kuat baca lama
Pewawancara : Nah banyakan yang kaya gini (ga bagus) atau banyakan yang
bagusnya?
Informan : Banyakan bagusnya sih kak
Pewawancara : Apakah buku-buku cerita disini tuh bahasanya mudah
dimengeti apa ga ataukah ada sebagian buku yang FL ga ngerti
bahasanya gitu, berat?
Informan : Ngga, gampang, gampang semua
Pewawancara : Apakah ada buku cerita selain yang berbahasa Indonesia?
Informan : Ada
Pewawancara : Bahasa apa?
Informan : Bahasa inggris
Pewawancara : Ada lagi ga?
Informan : Ada lagi bahasa cina
Pewawancara : Itu bahasa cina buku apa tuh?
Informan : Kaya kamus sih kayanya, cuma saya juga belum baca, kemaren saya
liat ada disitu
Pewawancara : Kalo yang bahasa inggris gimana?
Informan : Kalo yang bahasa inggris novelnya ada kalo komik sih ga tau soalnya
belum nemu, terus sama pelajaran
Pewawancara : Buku apa yang fikri suka baca di perpustakaan ini?
Informan : Novel, ya terus tentang sains, apalagi ya kadang buku-buku sejarah
Pewawancara : Kenapa, kenapa suka sejarah, kenapa suka novel?
Informan : Kalo sejarah ya kayanya gimana ya, seneng aja gitu, kayanya kaya
apa pengen liat kehidupan masa lalu gitu hehehe
Pewawancara : Terus kenapa suka novel?
Informan : Novel buat hiburan kalo novel, lagi bete
Pewawancara : Nah buku-buku cerita kaya novel komik gitu, buku yang
bercerita tentang apa yang FL suka? Kan banyak tuh ada komedi
kan, persahabatan, petualangan?
Informan : Percintaan biasanya hehehehe
Pewawancara : Oh melow juga hatinya hehehe?
Informan : Hahaha, ngga karena, gimana ya kayanya kaya mungkin wajar lah
seumuran kita jadi baca-baca komik tentang cinta tuh kanyanya
seneng banget
Pewawancara : Apa tujuan FL baca buku-buku cerita, buku-buku novel komik,
tujuannya untuk apa?
Informan : Udah hobi baca aja sih, udah sering baca
Pewawancara : Ada ga sih manfaat baca novel, manfaat baca komik, ada ga?
Informan : Manfaatnya ya biar otak gak bete, gak jenuh aja, jadi biar entar
belajar yang laennya semangat lagi
Pewawancara : Saat ini biasanya FL berkunjung ke perpustakaan berapa kali
dalam seminggu?
Informan : Setiap hari sih kak
Pewawancara : Terus biasanya FL menghabiskan waktu membaca dalam satu
hari berapa lama?
Informan : Mood mood an sih kak, misalkan nih siang kalau lagi ga ada
kegiatan, biasanya sih sekolah kak jam 10 sampe jam 11, kalo ga
setengah 12. Kalo siang ga pernah lama. Misalkan nih lagi asik eh
apel, mau balik lagi jadi males. Kadang kepepetnya gara-gara itu. Ga
tentu jadinya. Jadi yang, paling lah sejam lah ada. Kalau malem
paling agak lama
Pewawancara : Mood nya itu pas kapan?
Informan : Kalo di blok lagi jenuh, lagi ga ada, lagi bacaan dikamar udah
dibaca semua, udah, kesini.
Pewawancara : Kegiatan membaca dilakukan saat kapan?
Informan : Ya saat waktu-waktu luang, waktu-waktu kosong
Pewawancara : Dimana tempat favorit FL untuk membaca?
Informan : Depan cermin
Pewawancara : Jadi gimana tuh baca sambil bercermin?
Informan : Ngga, hehe Baca aja, enak aja depan cermin
Pewawancara : Apakah FL pernah saling berdiskusi atau ngobrol gitu tentang
bacaan-bacaan yang udah dibaca?
Informan : Tentang astronomi, sama kawan, sering.
Pewawancara : Terus gimana tuh responnya gimana?
Informan : Yah kadang mungkin kita debat, keras kepala namanya debat juga,
karna kan teori tentang bumi alam semesta itu kan ada yang bilang
datar, bulat gimana gitu kan, nahhh kita debat disitu, jadi tapi kita
ambil pelajarannya juga
Pewawancara : Kalau buku-buku cerita suka didebatin juga ga sih?
Informan : Oh engga, paling gak buku-buku kaya misalkan nih kaya gini nih
misteri hilangnya Adam Air kan banyak versi ya kan, kaya misalkan
penerbitnya siapa nih, penerbitnya PT apa nih, oh ini semesta, ini kan
ada versi gramedia ada yang lain lagi gitu kan, biasanya
Pewawancara : Jika di perpustakaan ini ngga ada buku-buku yang FL suka
kaya sejarah, novel itu ga ada ga ada di perpustakaan, apakah
fikri akan tetep dateng ke perpustakaan?
Informan : Kayanya sih dateng buat luangin waktu aja, nih kaya inih apa
majalah-majalah yang ada gambarnya, pokoknya sih cari yang ada
gambarnya buku, yang sedikit gambar lebih menarik.
Lampiran 3
DAFTAR GAMBAR
Pintu Masuk Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
Tampak Depan Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
Ruangan Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
Tampak View di luar Jendela Perpustakaan LPKA Pria Kelas I Tangerang
Koleksi-koleksi Komik dan Buku Cerita Bergambar
Koleksi-koleksi Novel dan Buku Puisi
Koleksi-koleksi Referensi
Lampiran 4
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK PRIA
KELAS I TANGERANG
KEPALA LPKA
KA. SUBBAG
UMUM
KAUR KEPEGAWAIAN
DAN TATA USAHA
KAUR KEUANGAN
DAN PERLENGKAPAN
KASI REGRISTRASI
DAN KLASIFIKASI
KASI
PEMBINAAN
KASI
PERAWATAN
KASI PENGAWASAN
DAN PENEGAKAN
DISIPLIN
KASUBSI
REGISTRASI
KASUBSI PENILAIAN
DAN
PENGKLASIFIKASIAN
KASUBSI
PENDIDIKAN DAN
LATIHAN
KETERAMPILAN
KASUBSI
BIMKEMAS DAN
PENGENTASAN
KASUBSI PEL.
MAKANAN,
MINUMAN DAN
PERL. NARAPIDANA
KASUBSI
PELAYANAN
KESEHATAN
KASI PENGAWASAN
DAN PENEGAKAN
DISIPLIN
REGU
PENGAMANAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Lampiran 5
STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK PRIA KELAS I TANGERANG
Kepala Perpustakaan
Sekretaris Perpustakaan Staf Perpustakaan
Lampiran 6
CONTOH DAFTAR KOLEKSI FIKSI PERPUSTAKAAN LPKA PRIA KELAS I
TANGERANG
No. JUDUL BUKU PENULIS PENERBIT
1 Catatan Seorang Pelajar
Jakarta Arir Rahmman Grasindo
2 Nasrudin: Si Pandir yang
Bijak Ibn Tannura Heart Voice
3 Self Driving Rhenald Khasali Mizan
4 Minus Is Plus Wahyu M. Gunawan Tugu Media
5 Action Power Irwan Wiseful Berutu Alex Media
Komputindo
6
Goosebumps: Jangan
Sembarangan Mengucapkan
Keinginan
R.L. stine Gramedia Pustaka
Utama
7 Absolute Zero: Masa Depan
Tak Seindah yang Kita Kira Fauzi Maulana Dar! Mizan
8 Tak Sempurna Fahd Jibran & Bondan
Prakoso Kurniaesa Publishing
9 Born To Win Promed Batra BIP
10 Muda Berkarya Zhanta Al-Bayan Alex Media
Komputindo
11 Bangun Pagi Fadlal Al-Ikhwali Sahih
12 KOLAPS (Komedi Curhat
Anak Lapas)
Anak Binaan LPKA
Tangerang -
13 Goosebumps: Darah
Monster II R.L. Stine
Gramedia Pustaka
Utama
14 In a Blue Moon Ilana Tan Gramedia Pustaka
Utama
15 Charlie dan Pabrik Cokelat
Ajaib Ronald Dahl
Gramedia Pustaka
Utama
16 James Watt Michael. H Hart Alex Media
Komputindo
17 Fabel Jataka Moral Intellegence Heart Voice
18 Sampek Engtay Handaka Vijananda MI Comic
19 Sengsara Membawa Nikmat Tulis St. Sati Balai Pustaka
20 Mummy: Dia Bangkit dan
Menebar Teror Rara Dar! Mizan
21 The Cassettes Yoviena Kusuma T Dar! Mizan
22 Naruto Masashi Kishimoto Alex Media
23 Legends of the Legends Dainichiro Heart Voice
24 Araminta Spook: The
Sword In The Grotto Angie Sage Noura Books
25 Canting Cantiq Dyan Nurainda Gramedia Pustaka
Utama
26 Cinderalla Rambut Pink Dyan Nurainda Gramedia Pustaka
Utama
27 Rock ‘n Roll Dyan Nurainda Gramedia Pustaka
Utama
28 Hanya Cinta Yang Bisa Stephanie Zen Gagas Media
29 Dealova Dyan Nurainda Gramedia Pustaka
Utama
30 Only You Lucy Gagas Media
31 Angels Heart Lona Tora Gramedia Pustaka
Utama
32 Belanglicious Primadona Angela Gramedia Pustaka
Utama
34 DJ dan JD Primadona Angela Gramedia Pustaka
Utama
35 Doraemon Fujiko F. Gramedia
36 Spongebob Squarepants Yohanes Nickelodeon
Lampiran 7
Lampiran 8
REDUKSI DATA
No Variabel Sub Variabel Sub-Sub
Variabel Hasil Wawancara
1
Ketersediaan
Koleksi Fiksi Di
Perpustakaan
LPKA Pria Kelas I
Tangerang
Banyaknya
Koleksi Fiksi
Yang Tersedia
“Banyak sih, cuma rata-rata ini kan ada yang minjem ga dibalikin
jadinya jumlahnya agak mulai kurang. Kadang kan kalau dateng nih
buku yang baru kan rame disini pada ngumpul pada minjem, eh paling
dibalikinnya cuma 1 atau 2 padahal minjemnya perorang ada yang 3
ada yang lebih. Iya bukan satu dua orang kadang yang minjem, banyak
yang minjem. Ada di kamar. Iya kadang kalo ada pemeriksaan kamar
nih, baru ketemu, dibalikin lagi kesini.” DN
“Udah cukup banyak” PA
“Lumayan, lumayan banyak” RO
Ragam Koleksi
Fiksi Yang
Tersedia
“Iya novel, komik, buku-buku cerita, cerpen tadi cerita pendek dalam
satu buku kan ada misalnya beberapa, misalnya ada sepuluh judul, lima
judul gitu. Puisi juga termasuk kan ya.” RM
“Udah beragam. Buku cerita nabi ada, novel, komik-komik, cerita
agama yang yesus-yesus ada, terus, udah pernah baca sih sama buku
tentang penjara, HIV, banyak” SP
“Kalau cerpen saya kurang tau, kalau kaya buku cerita mah kayanya
banyak, novel komik banyak”RO
“Uh beragam, banyak” FL
Kondisi Fisik
Koleksi Fiksi
“Yah gitu, udah pada kaya gini nih, kumuh-kumuh lah hehehe. Kalo
kertas warnanya kaya gini sih emang enak buat baca, kalo buat cerita,
misalnya yang kaya backgroundnya nih udah lepek banget gitu. Kalo
kaya gini emang lebih seneng warna kaya gini, dari pada yang putih,
Tampilan Fisik
Koleksi Fiksi
kalo yang putih sakit ga kuat baca lama. Tapi dari semua banyakan
bagusnya sih kak” FL
“Ada yang udah buruk ada yang bagus, tapi banyakan yang buruknya
sih kak” PA
“Fisiknya ada yang rapi, abis itu juga kaga abis make geletakin aja sih.
Sobek-sobek, banyak kaya gitu yang coklat, yang bukunya lama, yang
pada lecek, yang pada ilang sebelah, kaya ini nih ada tuh ada yang
putus, ada yang robek-robek. Masih bagus nih ada, nih bagus
Alhamdulillah, Alhamdulillah ini bagus, tapi bagus sebagian ada yang
robek dikitlah, ada yang masih bagus full” SP
“Ada yang robek, ada yang masih baru kondisinya, macam-macam”
RO
Bahasa Yang
Ada di Koleksi
Fiksi
“Bukunya juga ada juga yang Bahasa Inggris.” IG
“Buku ada yang bahasa Inggris, ada tapi saya kaga baca bahasa
Inggris kaga ngerti hehehe” RO
Pengadaan
Koleksi Fiksi
Hadiah
“Pengadaan tuh biasanya dari tamu ya, tamu yang berkunjung,
kemudian dari mahasiswa, ya LSM, terus ada juga sih dari dinas, suka
ada mereka nyumbang, ya berupa buku keterampilan, buku pelajaran,
kadang banyak tuh fiksinya, iya dari sumbangan sumbangan kalo
pengadaan sendiri dari sini kayanya belum pernah terjadi.” RM
Peminjaman
Kita sudah bekerja sama dengan perpustakaan kota setiap 3 bulan
sekali kita ganti buku judulnya. Buku-buku komik, buku novel dan buku-
buku cerita kepahlawanan dan sebagainya itu kita kerja sama dengan
perpustakaan kota setiap 3 bulan sekali buku itu diganti sebanyak kalau
gak salah 100 judul setiap 3 bulan sekali kita ganti. Artinya kita dari
perpustakaan kota itu dipinjami, dipinjami untuk dibaca setelah 3 bulan
diganti judul. Perpustakaan kota Tangerang yang windu karya,
gedungnya ada di windu karya
2
Peran Koleksi
Fiksi Terhadap
Minat Baca
Membangun
Minat Baca
Alur Cerita
Yang Menarik
“Ya kan, itu mah kaya dari alur cerita yang susah ditebak gitu jadi bikin
kita penasaran aja gitu” DN
“Seru aja sih kak jadinya, apa namanya, kaya cerita, jadi kaga bosen di
lapas ini juga” SP
Gambar Pada
Koleksi Fiksi
“Yang ada gambarnya, pokoknya sih cari yang ada gambarnya buku,
yang sedikit gambar lebih menarik” FL
Ragam Fiksi
Yang Disukai
Anak Binaan
“Paling gimana, paling yang bisa menghibur hati gitu om kaya komik-
komik hiburan gitu” DN
“Novel buat hiburan kalo novel, lagi bête” FL
“Oh buku komik, novel. Ya karena saya lagi bosan aja sih. Iya sebagai
hiburan, kadang saya juga cerita nabi saya baca kak” IG
Tema Cerita
yang Menarik
“Percintaan biasanya hahaha, ngga karena, gimana ya kayanya kaya
mungkin wajar lah seumuran kita jadi baca-baca komik tentang cinta
tuh kanyanya seneng banget” FL
“Yang lucu, paling doraemon, naruto” PA
“Komedi kak. Itu juga sih kak, siapa tau kan temen saya lagi susah kan
bisa dipake gitu” IG
“Lelucon humor-humor. Kadang ya kaya percintaan, iya kaya
keseharian pribadi. Yang Ga membosankan om” DN
“Tentang percintaan, iya ada percintaan juga. Jadi si lakinya itu tinggal
sebatang kara jadi tuh disana kaya ada seorang kaya majikan,
majikannya itu cewe, majikannya tuh suka sama si cowo hehe, jadi
begitulah hehe. Menarik aja dibaca kak, gampang dimengertikan juga,
ada gambarnya juga kan, tapi ada yang kaga. Iya kalau komik ada
gambarnya, ni kalau kaya gini komik, ada novel ada komik” RO
Peningkatan
Intensitas
Membaca
Pengalaman
Membaca
Sebelum di
LPKA
“Pernah sekali, perpustakaan itu, Tigaraksa. Daerah Tangerang, waktu
itu saya diajak maen sama abang saya. Ngga sering sih kak, cuman kalo
abang saya ada perlu dari kuliahnya, buat nyari-nyari buku yang dia
perlu” IG
“Ga ada” (Tidak punya buku-buku di rumah) RO
“Pernah ke perpustakaan. Itu lagi zaman sekolah, lupa, jarang” SP
“Ga ada sih, ga punya di Rumah. Paling kalo disini pinjem paling
minjem 1 atau 2 novel buat baca-baca novelnya juga paling novel-novel
remaja gitu” DN
Pengalaman
Membaca
Setelah di
LPKA
“Saya biasanya, saya kan tamping (anak binaan yang dipercaya dan
dijadikan asisten staf di LPKA) perpus, saya cuman nyapu, ngepel,
selesai semua baca buku, dua jam mah ada” IG
“Tiap hari sih om Baca. Tapi kalau lagi santai paling, ga ada kegiatan”
DN
“Pas lagi ga ngapa-ngapain sih. Biasanya mah pas pulang sekolah tuh
baru kesini. Dalam satu hari mah, bisa jadi 3, 4 jam lah” SP
“Mood-mood an sih kak, misalkan nih siang kalau lagi ga ada kegiatan,
biasanya sih sekolah kak jam 10 sampe jam 11, kalo ga setengah 12.
Kalo siang ga pernah lama. Misalkan nih lagi asik eh apel, mau balik
lagi jadi males. Kadang kepepetnya gara-gara itu. Ga tentu jadinya.
Jadi yang, paling lah sejam lah ada. Kalau malem paling agak lama.
Moodnya kalo di blok lagi jenuh, lagi ga ada, lagi bacaan dikamar udah
dibaca semua, udah, kesini” FL
3
Faktor Yang
Mendorong Minat
Baca Anak Binaan
Kebutuhan
Rekreasi
“Udah hobi baca aja sih, udah sering baca. Manfaatnya ya biar otak
gak bete, gak jenuh aja, jadi biar entar belajar yang laennya semangat
lagi” FL
“Seru aja sih kak jadinya, apa namanya, kaya cerita, jadi kaga bosen di
lapas ini juga” SP
“Yaaa, untuk menghibur lagi bosen-bosen aja sih” IG
Kebutuhan
Psikologis
“Sedikit buat pelajaran lah dari ceritanya. Soalnya kalau saya mah
kalau bengong malah kepikiran. Saya kemaren habis sedih kepikiran
orang tua. Orang tua saya udah ga jenguk-jenguk sebulan, pas dateng
habis kecelakaan, saya sedih juga saya kepikiran orang tua, ibu saya.
Kalau saya mah kalau bengong malah kepikiran, jadi kalau saya ambil
waktu buat baca jadi ga kepikiran. Kan kalo baca pikirannya ke buku”
RO
“Kadang kalau gimana ya keinget dirumah itu ah gimana caranya buat
menghibur hati aja gitu. Kaya buat motivasi diri aja, kadang kalau baca
buku yang sengaja isinya tentang kehidupan, dapet ini aja gitu dapet
motivasi. Saya ini sih kebanyakan baca novel, novel-novel percintaan.
Ya gimana ya kan kalau di novel-novel remaja mah kaya diceritain
tentang sekolah yang tawuran gitu, sekarang mah ibarat kan udah mikir
gitu ah tawuran ngapain ujung-ujungnya masuk sini gitu kan, ujungnya
ya itu jadi ini aja gitu, jadi timbal baliknya ke kita ah jadi nyesel
tawuran” DN
Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI
Waktu Observasi Bahasan Observasi Hasil Observasi
10, 23, 30 Agustus
dan 6 September 2017
Ketertarikan Anak Binaan
Terhadap Koleksi Fiksi
Setiap Anak Binaan yang Berkunjung
ke Perpustakaan LPKA Pria Kelas I
Tangerang pada umumnya adalah
untuk membaca koleksi fiksi, baik
berupa komik ataupun novel.
Minat Baca Anak Binaan
- Dalam satu hari biasanya ada 5-10
anak binaan yang datang ke
Perpustakaan untuk membaca.
- Ketika Perpustakaan LPKA Pria
kelas I Tangerang kedatangan stok
buku-buku baru yang dipinjamkan
dari BPAD Tangerang, anak binaan
berbondong-bondong datang ke
perpustakaan untuk membacanya.
- Anak binaan di LPKA pada
umumnya menyukai komik dan
novel sebagai bacaan mereka
disbanding koleksi lainnya.
6, 11 September 2017 Ketersediaan Koleksi Fiksi di
Perpustakaan LPKA
- Pada umumnya koleksi fiksi sudah
memiliki kondisi fisik yang sudah
tidak baik, mulai dari cover yang
sudah usang dan kertas yang sudah
berwarna coklat.
- Koleksi fiksi yang tersedia cukup
banyak. Hampir 3 rak khusus untuk
koleksi fiksi. Koleksi fiksi yang
secara kuantitas terbanyak adalah
komik.
- Ada beberapa staf BPAD datang
untuk mengantarkan buku yang akan
dipinjam Perpustakaan LPKA.
Karena perpustakaan mendapatkan
bantuan dari BPAD Tangerang
untuk dipinjami buku sejumlah 100
buku/3 bulan.
3 Oktober 2017 Faktor Yang Mendorong Minat
Baca Anak Binaan di LPKA
- Ada satu anak binaan yang terlihat
menyendiri dan tidak bergaul dan
berbicara dengan sesama anak
binaan lainnya.
- Waktu luang digunakan sebagian
anak binaan untuk membaca di
Perpustakaan LPKA
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 12
BIODATA PENULIS
RIFKI SAHURI RAMADHAN. Lahir di Jakarta, 10 Februari
1995. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Anak
kandung dari Ayahanda Djoni dan Ibunda Sunarsih, dengan 1
orang adik perempuan Putri Larissa. Riwayat Pendidikan Penulis
dimulai dari SDI Al-Amanah Serpong pada tahun 2001-2007,
SMP Al-Amanah Serpong 2007-2010, dan SMA Kharismawita
Depok 2010-2013. Kemudian penulis melanjutkan Kuliah di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Dengan mengambil Program
Studi Ilmu Perpustakaan dan menulis Skripsi yang berjudul Peran Koleksi Fiksi
dalam Meningkatkan Minat Baca Anak Binaan di Perpustakaan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Pria Kelas I Tangerang. Semasa Kuliah penulis pernah
melakukan PKL selama satu bulan di Perpustakaan Al-Azhar BSD pada bulan
Januari-Februari tahun 2016. Selanjutnya penulis telah melakukan pengabdian kepada
masyarakat bersama teman-teman Kelompok KKN 188 Patra Manggala di Patra
Manggala, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang Banten selama 1 bulan pada
bulan Juli hingga Agustus 2016.