PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

124
PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNS SURAKARTA SKRIPSI Oleh: WURI SETIAWAN K 7405118 BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Page 1: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN

CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS

DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNS SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

WURI SETIAWAN K 7405118

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN ADMINISTRASI

PERKANTORAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN

CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS

DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNS SURAKARTA

Oleh:

WURI SETIAWAN K 7405118

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Administrasi Perkantoran

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN ADMINISTRASI

PERKANTORAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 3: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. C. Dyah SI, M. Pd NIP. 19611122 198903 2 001

Pembimbing II

Tutik Susilowati, S. Sos., M. Si NIP. 19751031 200501 2 001

Page 4: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Tri Murwaningsih, M. Si .......................

Sekretaris : Andre N. Rahmanto, S. Sos, M. Pd

Anggota I : Dra. C. Dyah S. Indrawati, M. Pd ........................

Anggota II : Tutik Susilowati, S. Sos., M. Si ........................

Disahkan Oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

ABSTRAK

Wuri Setiawan, PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNS SURAKARTA, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan secara jelas mengenai peran kepemimpinan visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS yang meliputi : (a) peran kepemimpinan visioner dalam mensosialisasikan visi dan misi di kalangan civitas akademika di FKIP UNS; (b) peran kepemimpinan visioner dalam mengimplementasikan visi dan misi bagi civitas akademika di FKIP UNS; (c) peran kepemimpinan visioner dalam evaluasi pelaksanaan visi dan misi di FKIP UNS; (2) mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh kepemimpinan visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP; (3) mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif dan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan meliputi: informan, tempat, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah pursosive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi serta analisis dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif mengalir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) peran kepemimpinan visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS dilakukan sesuai dengan tahapan tindakan manajerial yang meliputi : (a) peran kepemimpinan visioner dalam penyusunan visi dan misi FKIP UNS sebagai inspirator, motivator serta konsultan yang mengarahkan visi dan misi agar sesuai dengan konsep awal; (b) peran kepemimpinan visioner dalam mensosialisasikan visi dan misi FKIP UNS dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media melalui berbagai kesempatan baik secara langsung dan tidak langsung; (c) peran kepemimpinan visioner dalam mengimplentasikan visi dan misi FKIP UNS dilakukan dengan pendelegasian wewenang kepada para pembantu dekan dan pimpinan jurusan, prodi/BKK untuk memaksimalkan bidang masing-masing; (d) peran kepemimpinan visioner dalam evaluasi pelaksanaan visi dan misi FKIP UNS dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik evaluasi menurut pelaku dan teknik evaluasi menurut waktu; (2) kendala yang dihadapi pemimpin visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS antara lain: (a) adanya perbedaan kemampuan berfikir karyawan, dosen, dan mahasiswa dalam memahami visi dan misi untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas; (b) adanya benturan aturan yang ada, sehingga ada beberapa program kerja yang kurang

Page 6: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

lancar untuk diimplementasikan; (c) masih ada beberapa dosen yang kurang inovatif dan kreatif dalam melakukan pembelajaran saat perkuliahan; (d) kurang optimalnya penggunaan sarana prasarana dan media pembelajaran yang berbasisi IT. (3) Upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi pemimpin visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS diantaranya adalah: (a) melakukan sosialisasi secara kontinyu dan sistematik agar civitas akademika memiliki persepsi yang sama terhadap visi dan misi yang ada; (b) membuat perencanaan program kerja dengan teliti dan cermat agar tidak berbenturan dengan aturan yang ada; (c) melakukan penilaian secara periodik dan memotivasi para dosen agar selalu inovatif saat melakukan perkuliahan; (d) pengadaan diklat IT agar sarana prasarana dan media pembelajaran yang tersedia dapat digunakan secara optimal.

Page 7: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

MOTTO

GURU SEJATI KEHIDUPAN ADALAH NIAT DAN SEMANGAT YANG

ADA DALAM DIRI

(Penulis)

Page 8: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh SWT,

Karya ini peneliti persembahkan kepada:

Ibu dan Bapak tercinta atas pengorbanan tiada henti untukku,

Alm. Eyang Wiryoku tersayang,

Keluarga Mbak Tutik, Mas Yadi dan Mas Ari, adekmu sekarang sudah sarjana,

Iyuthku dan Keluarga, terimakasih untuk semua,

Dua keponakan kecilku (Rafif & Salsa),

Bapak/ Ibu Guru dan Dosen atas ketulusan dan pengabdianya

dan Almamater.

Page 9: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER

UNTUK MENGHASILKAN CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER

KUAT DAN CERDAS DI FKIP UNS, sebagai persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menemui banyak hambatan,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya peneliti ucapkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Sutaryadi, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah bersedia

memberi informasi selama penelitian berlangsung..

4. Ketua BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dra. C. Dyah S.I, M. Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan selama penyusunan skripsi.

6. Ibu Tutik Susilowati, S. Sos., M. Si selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Prof. Dr. Muhammad Furqon Hidaytullah, M. Pd selaku Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 10: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk mencari data dalam rangka

penyusunan skripsi dan telah bersedia memberi informasi selama penelitian

berlangsung.

8. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si selaku Pembantu Dekan I FKIP UNS

Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mencari data

dalam rangka penyusunan skripsi dan telah memberi informasi serta semangat

selama pengumpulan data.

9. Bapak Drs. Sugiyanto, M. Si., M. Si selaku Pembantu Dekan II FKIP UNS

Surakarta yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada peneliti

selama mencari data.

10. Bapak Drs. Amir Fuady, M. Hum selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS

Surakarta yang telah memberikan informasi, keterangan, bantuan, dan

motivasi selama pengumpulan data.

11. Bapak Drs. Sunarto, M.M selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta yang telah memberi informasi

selama pengumpulan data.

12. Ibu Dra. Ning Yuliastuti selaku Kabag Tata Usaha FKIP UNS Surakarta yang

telah memberikan bantuan, saran, dan informasi kepada peneliti dalam

pengurusan administrasi penelitian.

13. Bapak Arif Wibowo, SH selaku Kasubag Pendidikan FKIP UNS Surakarta

yang telah memberikan bantuan, saran, dan informasi kepada peneliti dalam

pengurusan administrasi penelitian.

14. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat

meraih gelar Sarjana Pendidikan.

15. Bapak dan Ibu Staf Karyawan Tata Usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu

kelancaran urusan administrasi dalam penyusunan skripsi.

Page 11: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

16. Teman-teman angkatan 2005 (Basuki, Bayu, Arif, Panji, Rangga, Angga,

Prima, Fajar, Adit, Machmud, fani, deffi, lilis, ima, linda, septi, lian, ika, efi,

arum, lupin, wina, dll), dan teman-teman PPL atas segala bantuan dan

kebersamaan yang diberikan kepada peneliti selama ini.

17. Keluarga besar Kost Mrs. Wiro (Dhanu, Wanto, Chandra, Rohmad, Bagus,

Gilang, Melon dkk), canda kalian selalu akan aku ingat.

18. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan dari semua pihak mendapatkan imbalan dari Alloh SWT.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan juga bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2009

Peneliti,

Page 12: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

A. Tinjauan Pustaka 8

1. Tinjauan tentang Kepemimpinan Visioner 8

2. Tinjauan tentang Pendidik Berkarakter Kuat dan Cerdas 28

B. Kerangka Pemikiran 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41

A. Tempat dan Waktu Penelitian 41

1. Tempat Penelitian 41

2. Waktu Penelitian 42

Page 13: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 42

1. Bentuk Penelitian 42

2. Strategi Penelitian 43

C. Sumber Data 44

D. Teknik Sampling 45

E. Teknik Pengumpulan Data 46

F. Validitas Data 48

G. Analisis Data 50

H. Prosedur Penelitian 52

BAB IV HASIL PENELITIAN 56

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 56

1. Sejarah Singkat FKIP UNS Surakarta 56

2. Visi, Misi, dan Tujuan FKIP UNS Surakarta 57

3. Unsur-Unsur Pelaksana Pendidikan FKIP UNS Surakarta 59

4. Tempat Penyelenggaraan Pendidikan FKIP UNS

Surakarta............................................................................. 63

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 64

1. Peran Kepemimpinan Visioner Untuk Menghasilkan

Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas di

FKIP UNS Surakarta 64

a. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Penyusunan

Visi dan Misi FKIP UNS............................................ 66

b. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mensosialisasi-

kan Visi dan Misi Kepada Civitas Akademika FKIP

UNS Surakarta.............................................................. 69

c. Peran Kepemimpinan Visioner dalam

Mengimplementasikan Visi dan Misi Bagi Civitas

Akademika FKIP UNS Surakarta............................ 72

Page 14: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

d. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Evaluasi

Pelaksanaan Visi dan Misi di FKIP UNS

Surakarta..................................................................... 77

2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Kepemimpinan

Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik

yangBerkarakter Kuat dan Cerdas Di FKIP UNS

Surakarta 80

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Kendala-

Kendala Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang

Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS 82

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 86

1. Peran Kepemimpinan Visioner Untuk Menghasilkan

Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas di

FKIP UNS Surakarta 86

a. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Penyusunan

Visi dan Misi FKIP UNS............................................ 87

b. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mensosialisasi-

kan Visi dan Misi Kepada Civitas Akademika FKIP

UNS Surakarta.............................................................. 89

c. Peran Kepemimpinan Visioner dalam

Mengimplementasikan Visi dan Misi Bagi Civitas

Akademika FKIP UNS Surakarta............................ 90

d. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Evaluasi

Pelaksanaan Visi dan Misi di FKIP UNS Surakarta.... 91

2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Kepemimpinan

Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik

yangBerkarakter Kuat dan Cerdas Di FKIP UNS

Surakarta 92

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Kendala-

Kendala Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang

Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS 93

Page 15: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 95

A. Simpulan 95

B. Implikasi 98

C. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 100

LAMPIRAN

Page 16: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 40

Gambar 2. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir 52

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian 54

Page 17: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perijinan Penyusunan Skripsi

Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Penyusunan Skripsi

Lampiran 3 Daftar Pertanyaan untuk Dekan FKIP UNS

Lampiran 4 Daftar Pertanyaan untuk Pembantu Dekan FKIP UNS

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan untuk Ketua Jurusan

Lampiran 6 Daftar Pertanyaan untuk Ketua Program Studi

Lampiran 7 Daftar Pertanyaan untuk Dosen FKIP UNS

Lampiran 8 Daftar Pertanyaan untuk mahasiswa FKIP UNS

Lampiran 9 Field Note

Lampiran 10 Struktur Organisasi FKIP UNS

Lampiran 11 Rencana dan Strategi Pengembangan FKIP UNS 2007-2011

Lampiran 12 Program Kerja FKIP UNS Tahun 2007

Lampiran 13 Contoh LPJ Program Kerja P. Ekonomi Tahun 2008

Lampiran 14 Contoh LPJ Program Kerja P. MIPA Tahun 2008

Lampiran 15 Contoh LPJ Program Kerja P. Teknik Mesin Tahun 2008

Lampiran 16 Surat Edaran dan Angket Kepuasan Kerja untuk Dosen dan

Karyawan FKIP UNS

Lampiran 17 Surat Tugas ICT Center FKIP UNS

Lampiran 18 Daftar Inventaris Komputer, LCD, dan Laptop FKIP UNS

Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 18: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan suatu konsep yang sangat dekat dengan

kesuksesan dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpinan adalah

ilmu atau kemampuan dalam menggunakan pengaruh terhadap orang lain

untuk mencapai tujuan organisasi atau usaha kerja sama. Kepemimpinan akan

sangat mewarnai, mempengaruhi bahkan menentukan bagaimana perjalanan

suatu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin adalah orang-

orang yang tahu apa yang harus dikerjakan, memiliki kemampuan dan

kelebihan yang melebihi kemampuan orang lain, mempunyai kecakapan,

kemampuan untuk mawas diri, kemampuan mengajak, membimbing,

fasilitator bagi orang lain, memberi motivasi orang lain. Selain itu juga harus

memiliki kemampuan untuk mampu membina orang lain untuk membentuk

satu kesatuan kerja dan bersama-sama mereka bekerja, dan bahkan rela

berkorban demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Perkembangan dalam organisasi pada setiap jaman menuntut

karakteristik kepemimpinan tertentu. Perkembangan teori kepemimpinan telah

banyak dimunculkan oleh para pakar, antara lain : kepemimpinan karismatik,

kepemimpinan militeristik, kepemimpinan situasional, kepemimpinan

transformasional, kepemimpinan operasional, hingga kepemimpinan visioner.

Dari berbagai gaya kepemimpinan yang ada, gaya kepemimpinan yang

dianggap paling efektif adalah gaya kepemimpinan visioner. Sebab

kepemimpinan visioner dianggap sebagai salah satu tipe kepemimpinan yang

paling efektif dalam menghadapi tantangan perubahan yang terjadi di era

globalisasi yang sarat dengan perubahan.

Menurut Daniel Goleman dalam buku terjemahan Susi Purwoko

(2004:65) yang mengungkapkan tentang kepemimpinan visioner,

menyimpulkan bahwa kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan

yang berusaha untuk menggerakkan orang-orang kearah impian bersama

Page 19: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dengan dampak iklim emosi paling positif dan paling tepat digunakan saat

perubahan membutuhkan visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas.

”Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk

memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh

para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja

dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas”. (Diana Kartanegara,

www.duniamis.co.id. diakses 5 Maret 2009).

Pelaksanaan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh

organisasi bukanlah hal yang mudah dicapai begitu saja. Hal ini menuntut

pemimpin melakukan fungsi manajerialnya yang berupa merencanakan,

mengorganisir, menggerakkan serta melakukan pengawasan sumberdaya yang

ada secara tepat dan berhasil, terutama pada sumber daya manusia yang

dimilikinya. Agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, individu dan

kelompok yang saling bergantung harus membentuk hubungan kerja dalam

lingkungan organisasi, secara inidividual dan kelompok yang telah

menyatukan visi bersama untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian

visi organisasi akan menjadi pengikat bagi semua elemen organisasi dalam

menjalankan aktivitasnya. Maka juga dibutuhkan adanya peran seorang

pemimpin yang berorientasi pada visi dan bisa menggerakkan keterikatan

batin yang sudah ada pada anggota organisasi.

Gaya kepemimpinan visioner dijalankan dengan menentukan arah dan

tujuan organisasi yang ditentukan sebelumnya, yaitu dengan menentukan visi

organisasi yang dipimpin. Setelah itu seorang pemimpin visioner harus

mampu menunjukkan perannya menjadi ujung tombak berjalannya semua

rencana kegiatan baik dalam sosialisasi, implementasi, evaluasi untuk

mengetahui kendala yang dihadapi serta memecahkannnya melalui sebuah

solusi berdasarkan visi organisasi. Sehingga gaya kepemimpinan visioner

diharapkan membawa dan menjalankan sebuah organisasi dalam segala situasi

dan perubahan yang terjadi.

Pemimpin visioner hendaknya mampu menjadi bagian dari

pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan, sehingga pada

Page 20: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

implementasinya anggota organisasi akan ikut terpengaruh untuk mewujudkan

tujuan organisasi berdasarkan visi. Pemimpin yang baik seharusnya mampu

dan mau menjadi teman para anggota organisasi, sehingga dengan adanya

kedekatan hubungan batin antara pemimpin dan anggota akan melancarkan

komunikasi dalam menyampaikan masalah dan kendala yang muncul pada

saat pelaksanaan kegiatan. Dan pada akhirnya solusi yang terbaik untuk

menyelesaikan masalah yang muncul adalah solusi bersama antara pemimpin

dan anggota atau win win solution.

Pergantian kepemimpinan di FKIP UNS serta perubahan visinya

menjadi fenomena yang menarik bagi banyak kalangan, baik dari dalam

maupun dari luar fakultas. Perubahan tersebut merupakan sebuah langkah

awal yang menjadi tanggung jawab besar bagi pemimpin beserta seluruh

anggota organisasi untuk mampu mewujudkan visinya, yaitu menghasilkan

guru yang berkualitas untuk kemajuan pendidikan. Perubahan visi dan misi

hendaknya mampu benar-benar direalisasikan secara nyata bukan hanya

sekedar menjadi simbol yang terpampang di sudut-sudut ruangan fakultas.

Sehingga butuh kerja keras semua elemen yang ada di FKIP UNS untuk

mewujudkan visi barunya.

Banyak hal yang berubah setelah pergantian pemimpin FKIP UNS.

Salah satu perubahan mendasar adalah perubahan visi. Visi FKIP UNS adalah

sebaga LPTK Penghasil dan Pengembang Tenaga Kependidikan yang

Berkarakter Kuat dan Cerdas. Kemudian dalam realisasinya banyak perubahan

infrastruktur pendidikan yang lebih ditingkatkan kualitasnya, selain itu dari

pihak tenaga pendidik (dosen) juga dituntut untuk meningkatkan kualitas

mengajar dengan memberi media belajar yang modern. Pola dan aturan yang

berbeda bagi seluruh civitas akademika ini membutuhkan kerjasama yang kuat

bagi semua elemen yang ada, sehingga butuh peran pemimpin yang bervisi

kuat untuk memimpin FKIP UNS ini yaitu pemimpin visioner.

Akan tetapi pergantian pemimpin dan perubahan visi yang terjadi

masih banyak mengalami permasalahan dalam pelaksanaannya. Permasalahan

tersebut antara lain:

Page 21: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

1) Masih ada beberapa dosen, karyawan dan mahasiswa yang kurang

memahami inti dari visi dan misi yang ada di FKIP UNS.

2) Masih terdapat dosen yang belum maksimal dalam menggunakan

fasilitas media belajar yang disediakan ataupun masih lebih cenderung

mengajar dengan konvensional.

3) Masih terdapat tenaga pendidik yang datang terlambat saat mengajar

atau bahkan tidak memenuhi jam mengajar.

4) Kurangnya kontroling dan monitoring terhadap proses perkuliahan dari

pimpinan program bahkan pimpinan fakultas.

5) Sanksi yang diberikan terhadap dosen yang bermasalah tidak begitu

tegas, sehingga tidak ada rasa jera bagi pelanggar aturan.

6) Kurangnya fasilitas perbendaharaan buku yang ada di perpustakaan.

7) Selain itu juga pelayanan urusan-urusan tentang kemahasiswaan yang

dirasa masih sulit oleh mahasiswa. Dan bahkan keterlambatan

penyerahan hasil rekap nilai mahasiswa oleh dosen pengampu yang

berakibat terlambatnya pencetakan Kartu Hasil Studi mahasiswa.

Dari permasalahan yang ada, penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang : PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK

MENGHASILKAN CALON PENDIDIK YANG BERKARAKTER KUAT

DAN CERDAS DI FKIP UNS.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti berusaha

merumuskan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana peran kepemimpinan visioner dalam mensosialisasikan visi

dan misi di kalangan dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan calon

pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS ?

2) Bagaimana peran kepemimpinan visioner dalam

mengimplementasikan visi dan misi di kalangan dosen dan mahasiswa

untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas

di FKIP UNS ?

Page 22: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Bagaimana peran kepemimpinan visioner dalam mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan civitas akademika untuk menghasilkan calon

pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS ?

4) Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemimpin visioner untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas di

FKIP UNS ?

5) Apa saja solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh pemimpin

visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat

dan Cerdas di FKIP UNS ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap pekerjaan apapun bentuk dan jenisnya sudah pasti mempunyai

tujuan yang hendak dicapai. Demikian juga penelitian ini, juga tidak terlepas

dari tujuan yang hendak dicapai. Jika masalah dalam suatu penelitian sudah

ditentukan, maka tujuan penelitian tersebut adalah untuk memecahkan

masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan perumusan masalah,

maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui peran kepemimpinan visioner dalam

mensosialisasikan visi dan misi di kalangan dosen dan mahasiswa

untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas

di FKIP UNS.

2) Untuk mengetahui peran kepemimpinan visioner dalam

mengimplementasikankan visi dan misi di kalangan dosen dan

mahasiswa untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat

dan Cerdas di FKIP UNS.

3) Untuk mengetahui peran kepemimpinan visioner dalam mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan civitas akademika untuk menghasilkan calon

pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS.

Page 23: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

4) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pemimpin visioner

untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter Kuat dan Cerdas

di FKIP UNS.

5) Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh

pemimpin visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting karena menghasilkan uraian yang akurat dan

aktual yang dapat memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan yang

ada dalam penelitian ini, baik secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis dan secara praktis penelitian ini memberi manfaat

sebagai berikut:

1) Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu

kepemimpinan dan ilmu organisasi terutama tentang peranan

seorang pemimpin visioner.

b. Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada sehubungan dengan

masalah yang dibahas yaitu mengenai peran pemimpin visioner.

2) Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan oleh

pihak terkait dengan masalah penelitian ini.

b. Sebagai bahan dokumentasi ilmiah yang berguna bagi berbagai

pihak.

Page 24: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kajian Tentang Kepemimpinan Visioner

a. Pengertian Tentang Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan merupakan suatu fungsi yang harus dilaksanakan

dalam sebuah organisasi, karena kepemimpinan merupakan sebuah tugas yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang harus

dilakukan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan visi dan misi yang

akan dicapai. Gaya kepemimpinan yang berbeda pada masing-masing

organisasi sesuai dengan kondisi dalam organisasi sangat menentukan tingkat

keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Disamping itu setiap

organisasi selalu mengalami perubahan situsasi dimana setiap situasi,

sehingga memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda.

Kata “kepemimpinan” sebagai terjemahan dari bahasa Inggris

“leadership” sering didengar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak

sedikit para praktisi mencoba mempelajarinya dan mengupasnya.

Kepemimpinan berasal dari kata “to lead” yang berarti memimpin atau

menunjukkan, sedangkan “leader” adalah pemimpin atau orang yang

menunjukkan jalan, dapat pula berarti mengepalai suatu pekerjaan. Jadi

kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan tuntunan, bimbingan,

menyalurkan jalan untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.

Kepemimpinan adalah ilmu tentang atau kemampuan dalam menggunakan

pengaruh terhadap orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau usaha

kerja sama. Seorang pemimpin dalam organisasi memegang peran yang

sangat penting supaya organisasi dapat berkembang dan kegiatan yang

dilaksanakan lebih terarah, sehingga pencapaian tujuan dapat diwujudkan.

Suatu organisasi tidak mungkin lepas dari keberadaan seorang pemimpin,

karena dibutuhkan seseorang yang bisa menuntun para anggota organsasi ke

arah jalan menuju tujuan organisasi.

Page 25: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Kartini Kartono (2004:38) berpendapat bahwa “Pemimpin adalah

seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya

kecakapan kelebihan di satu bidang sehingga mampu mempengaruhi orang-

orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi

pencapaian satu atau beberapa tujuan”.

Definisi pemimpin menurut Henry Pratt Fairchil dalam Kartini

Kartono (2003:39) mengandung pengertian yang luas yaitu seseorang yang

memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,

mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau

melalui prestise, kekuasaan atau posisi.

Definisi tentang kepemimpinan juga disampaikan oleh Mardjiin

Syam dalam Hendiyat Soetopo (1984:2) yang menyatakan kepemimpinan

adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang,

dalam usaha untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap

dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan

(fasilitas) dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi

formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin

adalah seseorang yang paling banyak mempengaruhi dalam menentukan dan

mencapai tujuan kelompok atau organisasi. Sedangkan kepemimpinan

merupakan sebuah kemampuan yag dimiliki seorang pemimpin untuk bisa

mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang di dalam sebuah organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi.

Born leader (dilahirkan sebagai pemimpin), dahulu orang

menyatakan bahwa kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin itu

merupakan ciri bawaan yang dibawa sejak lahir, yang khusus ada pada dirinya

dan tidak dimiliki orang lain. Karena itu sifat-sifat kepemimpinanya tidak

perlu diajarkan pada dirinya juga tidak bisa ditiru orang lain. Dia memiliki

kepribadian unggul yang luar biasa, dengan bakat dan kharisma yang

merupakan bawaan dari orang tuanya. Gaya kepemimpinan semacam ini

sering dikenal dengan gaya kepemimpinan kharismatik.

7

Page 26: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Akan tetapi pendapat tersebut pada zaman modern sekarang sudah

banyak ditinggalkan. Sebab setiap organisasi dijalankan secara kolektif oleh

seluruh anggotanya untuk mencapai tujuan dalam bermacam-macam kondisi

sosial yang berbeda dan pasti dibutuhkan pemimpin dengan gaya

kepemimpinan tertentu. Pemimpin-pemimpin yang demikian harus

dipersiapkan, dilatih, dan dibentuk secara berencana agar mereka mampu

melakukan tugas kepemimpinannya kearah sasaran yang ingin dicapai, hingga

muncullah berbagai macam pola kepemimpinan mulai dari pemimpin

situasional, kepemimpinan militeristik, kepemimpinan otoriter, kepemimpinan

operasional, sampai pada pola terbaru yaitu pola kepemimpinan visioner.

Gaya kepemimpinan visioner dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang

paling efektif sekarang ini karena pola ini sangat efektif untuk diterapkan di

era globalisasi yang menuntut setiap organisasi selalu mengikuti

perubahannya.

Menurut Daniel Goleman dalam buku terjemahan Susi Purwoko

(2004:65) yang mengungkapkan tentang kepemimpinan visioner,

menyimpulkan bahwa kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan

yang berusaha untuk menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama

dengan dampak iklim emosi paling positif dan paling tepat digunakan saat

perubahan membutuhkan visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas.

“Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan

untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama

oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada

kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas”. (Diana

Kartanegara, www.duniamis.co.id, diakses 5 Maret 2009).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

visioner adalah sebuah pola memimpin dengan cara menentukan visi bersama

sesuai dengan tuntutan perubahan di masyarakat kemudian memberi petunjuk

kepada orang-orang di dalam organisasi untuk bekerja sesuai dengan visi yang

telah ditetapkan bersama-sama sehingga hasil kerja yang diwujudkan akan

sesuai dengan visi. Sedang pemimpin visioner adalah seorang pemimpin yang

Page 27: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dalam menjalankan aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan organisasi

menekankan pada visi yang telah ditetapkan bersama, sehingga langkah-

langkah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

merupakan perwujudan dari visi organisasi.

b. Kompetensi Pemimpin Visioner dan Syarat sebagai Pemimpin

Untuk menjadi seorang pemimpin yang mampu memimpin dengan

baik dibutuhkan kompetensi yang mendukung perannya sebagai ujung tombak

organisasi. Kompetensi adalah kemampuan atau kelebihan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mendukung segala aktivitasnya. Dengan adanya beberapa

kompetensi yang dimiliki oleh pemimpin diharapkan dalam memimpin sebuah

organisasi, pemimpin mampu mengimplementasikan kompetensinya dalam

rangka menjalankan perannya sebagai motor organisasi sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara umum semakin banyak kompetensi yang dimiliki oleh seorang

pemimpin maka semakin mudah pula seorang pemimpin menjalankan

aktivitasnya dalam mengolah organisasi untuk mencapai tujuan.

Dalam menjalankan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin visioner

memerlukan kompetensi tertentu. Pemimpin visioner setidaknya harus

memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus

(www.duniamis.co.id, diakses 5 Maret 2009), yaitu:

1) Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin, sebab untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dalam organisasi perlu adanya proses komunikasi. Selain itu seorang pemimipin yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik akan menumbuhkan iklim organisasi yang baik pula.

2) Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Lingkungan luar merupakan pihak yang akan menikmati hasil dari kerja organisasi, sehingga seorang pemimpin visioner dituntut untuk paham dan segera bertindak untuk mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi

Page 28: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dengan harapan produk atau servis yang akan diberikan akan sesuai sengan perubahan yang terjadi.

3) Seorang pemimpin visioner memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah keterlibatan secara langsung seorang pemimpin dalam segala proses pelaksanaan kegiatan organisasi, sehingga pemimpin kana mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

4) Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan pengalaman masa lalu untuk mengantisipasi masa depan. Pemimpin pasti memiliki pengalaman yang lebih banyak dibanding anggota organisasi yang lain, diharapkan dengan adanya kelebihan itu pemimpin mampu menjadi evaluator rencana sebelum rencana tersebut dilaksanakan sebagai program kerja sesuai dengan pengalaman yang telah dimilki oleh pemimpin.

Barbara Brown (www.jaygary.com/visionary_leadership, diakses 5

Maret 2009) mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin

visioner yaitu:

1) Visualizing. 2) Futuristic Thinking. 3) Showing Foresight. 4) Proactive Planning. 5) Creative Thinking. 6) Taking Risks. 7) Process Alignment 8) Coalition building. 9) Continuous Learning. 10) Embracing Change.

Dari beberapa kompetensi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Visualizing. Pemimpin visioner hendaknya mempunyai gambaran yang

jelas tentang apa yang akan dicapai dan mempunyai gambaran yang

jelas kapan hal itu akan dapat dicapai. Sehingga dalam pelaksanaannya

usaha pencapaian tujuan organisasi akan tepat perhitungan awal.

2) Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan

sejauh mana posisi organisasi pada saat ini, tetapi lebih memikirkan

sejauh mana posisi oganisasi yang ingin dicapai pada masa yang akan

datang.

Page 29: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat

memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya

mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi

mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain

yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.

4) Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan

strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin

visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan

potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi

rintangan itu sehingga seorang pemimpin haruslah selalu aktif

mengikuti sejauh mana rencana dijalankan serta mengetahui apa saja

kendala yang dihadapi.

5) Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner

berusaha berfikir kreatif dan inovatif dalam mencari alternatif jalan

keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.

6) Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko dan

menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran. Sehingga

ketika organisasi mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan,

pemimpinlah yang akan menjadi motivator bagi anggota organisasi

lain unruk tetap semangat.

7) Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara

menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat

dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen

pada seluruh organisasi.

8) Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka

mencapai sasaran organisasinya, dia harus menciptakan hubungan

yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif

mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu,

departemen dan golongan tertentu.

9) Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur

mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembangan

Page 30: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

lainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner

mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu

mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang

untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat

memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan

mengembangkan imajinasi.

10) Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan

adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan

pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan,

pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat

memberikan manfaat pada perubahan tersebut.

James A. Lee mengutip Stogdill dalam Kartini Kartono (2005:36)

menyatakan bahwa pemimpin secara umum harus memiliki beberapa

kelebihan atau kompetensi yaitu :

1) Kapasitas : kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau

verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.

2) Prestasi/achievment : gelar sarjana, ilmu pengetahuan, perolehan

dalam olah raga dan atletik dan lain-lain.

3) Tanggung jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,

agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

4) Partisipasif : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul,

kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri,

punya rasa humaor.

5) Status : meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi,

populer, tenar.

Dari teori diatas disimpulkan bahwa kompetensi akan mendukung

kinerja pemimpin dalam sebuah organisasi. Semakin banyak kompetensi yang

dimiliki maka semakin mudah seorang pemimpin menjalankan

kepemimpinannya.

Page 31: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Dari berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin akan dijadikan dasar acuan syarat pemimpin yang efektif. Secara

umum tentu saja syarat menjadi pemimpin haruslah sehat jasmani dan

memiliki kompetensi yang cukup, sehingga dalam memimpin nantinya

pemimpin akan menunjukkan kematangannya sebagi pemimpin. Kematangan

dalam kepemimpinan mempunyai arti bahwa seorang pemimpin harus sudah

mempunyai kompetensi sehingga memenuhi syarat-syarat yang diperlukan

untuk mengerakkan dan mempengaruhi bawahannya. Dalam implementasinya

syarat menjadi seorang pemimpin ini berlaku sama untuk drbagai gaya

kepemimpinan. Menurut Sondang P. Siagian dalam Wahyu Bhudiyanto

(2004:13) syarat-syarat pemimpin secara umum yaitu :

1) Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya. 2) Berpengetahuan luas. 3) Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai

tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya. 4) Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas daripada

tujuan yang hendak dicapai. 5) Memiliki stamina dan semangat yang besar. 6) Gemar dan cepat mengambil keputusan. 7) Obyektif dalam arti dapat menguasasi emosi. 8) Adil dalam mempengarui bawahan 9) Menguasai tehnik-tehnik berkomunikasi. 10) Menguasi prinsip-prinsip. 11) Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala

terhadap bawahannya, tergantung dari situasi dan masalah yang dihadapi.

12) Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.

Menurut Kartini Kartono (2004:36) konsepsi mengenai syarat-syarat

pemimpin itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu:

1) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

2) Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

Page 32: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Sedang Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartini Kartono

(2005:37) menuliskan kemampuan atau kompetensi dan syarat yang harus

dimiliki seorang pemimpin adalah :

1) Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism) 2) Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-

benda. 3) Multiterampil atau memiliki kepandaian berbagai ragam. 4) Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. 5) Prefeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna. 6) Mudah menyesuaikan diri, adaptasi tinggi. 7) Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” terhenti. 8) Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet realistis. 9) Komunikatif, seta pandai berbicara atau berpidato. 10) Berjiwa wiraswasta. 11) Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas

yang berat, serta berani mengambil resiko. 12) Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya. 13) Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan. 14) Memiliki motivasi tinggi, menyadari target atau tujuan hidupnya

yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi. 15) Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dalam kompetensi sehingga

memenuhi syarat sebagai pemimpin dibanding dengan anggota biasa yang

lainnya. Sebab dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa

berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali kelebihan

dibidang moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman intelegensi, kepekaan

terhadap lingkungan, dan tekun. Selain itu juga memiliki integritas

kepribadian tinggi sehingga menjadi dewasa, bertanggung jawab, dan susila.

c. Peran Kepemimpinan Visioner

Untuk dapat menjalankan kepemimpinan dengan efektif, seorang

pemimpin visioner harus mengetahui peran yang harus dijalankan olehnya,

sehingga dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi tidak

Page 33: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

terjadi penumpukan peran. Menurut Burt Nanus (www.duniamis.com, diakses

05 Maret 2009), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh

pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:

1) Peran penentu arah (direction setter). 2) Agen perubahan (agent of change). 3) Juru bicara (spokesperson). 4) Pelatih (coach).

Peran pemimpin dalam organisasi diatas dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1) Peran penentu arah (direction setter).

Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin

menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu

organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang

dari awal sampai akhir kegiatan. Hal ini bagi para ahli dalam studi dan

praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai

penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi,

mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta

meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang

benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh

tahap usaha menuju masa depan.

2) Agen perubahan (agent of change).

Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang

pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal

adalah sangat penting artinya, sebab mereka yang akan menerima

manfaat dari kerja sebuah organisasi. Perubahan ekonomi, sosial,

teknologi, dan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung

secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu

saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya

perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif

harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir

ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini

menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau

Page 34: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat

ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan

resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang

berubah.

3) Juru bicara (spokesperson).

Memperoleh pesan dari luar dan juga berbicara ke dalam

organisasi, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari

memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif

adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk

komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan

untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi,

harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar

melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan secara

eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan

menimbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.

4) Pelatih (coach).

Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang

baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan

kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang telah ditentukan. Seorang

pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh anggota organisasi

untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah

pencapaian tujuan sesuai dengan visi organisasi. Pemimpin sebagai

pelatih menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan

pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara

pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

efektifitas kepemimpinan dapat ditinjau dari segi penyelenggaraan peran-

perannya pemimpin yang bersifat hakiki, yaitu sebagai penentu arah yang

hendak ditempuh melalui proses pengambilan keputusan, sebagai wakil dan

juru bicara organisasi, sebagai komunikator yang efektif, sebagai mediator

yang rasional, obyektif dan netral sebagai integrator atau pemersatu.

Page 35: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Pemahaman tentang pentingnya peran pemimpin demikian akan sangat

membantu setiap orang yang akan menduduki jabatan pimpinan, sehingga

mampu untuk memainkan perannya dengan baik dalam rangka usaha

mencapai tujuan organisasi.

d. Ciri-Ciri Pemimpin Visioner

Untuk menduduki jabatan pemimpin dalam sebuah organisasi

tidaklah mudah. Dibutuhkan ciri-ciri ideal yang melekat pada dirinya dan ciri-

ciri tersebut akan dijadikan analisis kelayakan seseorang untuk menduduki

jabatan seorang pemimpin. Para teoritis yang mendalami berbagai aspek,

masalah dan pendekatan tentang kepemimpinan yang efektif, pada umumnya

telah sepakat bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah

dengan menganilisis kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri ideal yang menjadi

idaman setiap orang yang menduduki jabatan pimpinan. Daniel Goleman

(2004:69) dalam buku terjemahan Susi Purwoko mengungkapkan tentang ciri

kepemimpinan visioner, yaitu :

Ciri-ciri kepemimpinan visioner menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupaka tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama otang-orang yang dipimpinnya. Dan karena memang meyakini visi itu, mereka dapat membimbing orang –orang menuju visi tersebut dengan tegas. Tetapi dari semua kompetensi EI, empatilah yang paling penting bagi kepemimpinan visioner. Kemampuan untuk merasakan perubahan orang lain dan memahami sudut pandang mereka berarti bahwa seorang pemimpin dapat mengartikulasikan sebuah visi yang benar-benar menginspirasi.

Walter J. Wadsworth (2004:17) mengungkapkan ciri-ciri pemimpin

secara umum adalah sebagai berikut :

1) Mempunyai kemauan untuk memimpin 2) Memelihara moral yang tinggi 3) Menginspirasi komitmen dan kerjasama tim 4) Menunjukkan pada saat yang sama energi, gairah, dan antusiasme. 5) Terfokus dan mampu memfokuskan orang yang mereka pimpin. 6) Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme 7) Mengambil resiko secara hati-hati

Page 36: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

8) Jujur pada diri mereka sendiri 9) Terus berjalan meskipun banyak hambatan 10) Mengetahui bidang dan pekerjaan mereka secara mendalam 11) Bekerja untuk menanamkan nilai pada orang-orang mereka 12) Mengorientasi diri mereka sendiri terhadap konsumen 13) Mengambil perspektif jangka panjang 14) Menetapkan standar dan tujuan 15) Tetap tenang pada saat diserang kritikan 16) Percaya pada diri sendiri 17) Mengambil tanggung jawab 18) Memulai perubahan daripada beraksi terhadap perubahan.

Dari semua ciri-ciri pemimpin di atas tidak akan seorang pun yang

mampu memiliki semua ciri-ciri tersebut. Namun pemimpin yang baik akan

mampu menunjukkan sebagian besar diantaranya. Untuk pemimpin visioner

ciri-ciri yang ideal lebih ditekankan adanya ciri kemampuan intelegensi dan

emosional yang digabungkan untuk menggerakkan anggota organisasi pada

tercapainya tujuan organisasi.

e. Strategi Tindakan Kepemimpinan Visioner

Untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misi perlu

adanya sebuah strategi, teknik, taktik yang dijalankan guna mengefektifkan

semua kegiatan agar arah geraknya tepat. Frank Martinelly

(www.duniamis.co.id, diakses 24 April 2009) menguraikan startegi bagaimana

seharusnya menjadi pemimpin yang visioner. Menurutnya ada 5 langkah yang

semestinya dilakukan :

1) Fokus kepada tujuan organisasi 2) Membuat rencana jangka panjang 3) Mengembangkan visi bagi masa depan organisasi 4) Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan 5) Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan.

Dari berbagai stategi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Fokus kepada Tujuan Organisasi.

Seluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan

kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal

ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan penyitaan

Page 37: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

energi serta pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak

prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi

fokus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan

pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan.

2) Membuat Rencana Jangka Panjang.

Permusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang

jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin

dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi

kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagaimana desain

pengembangan kepemimpinannya. Untuk dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk

menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka

panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekruitmen,

seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment, dan penetapan

tugas dan tanggung jawab masing-masing.

3) Mengembangkan visi bagi masa depan organisasi.

Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila

kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa

organisasi kita kelak di kemudian hari. Begitu rumusan visi telah dibuat,

maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh

aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam

menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu

visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh

pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang publik di luar

organisasi.

4) Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.

Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan

menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan

yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada

organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota organisasi

untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait

Page 38: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan

perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang

menantang, sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon

perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut, bagaimana pula

organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi

perubahan-perubahan ini. Pertanyaan-pertanyaan itu seyogyanya akan

dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan

memposisikan diri mereka untuk siap berubah.

5) Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan.

Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami

perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan

informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survei kepuasan

pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan

customer care, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar

organisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang

baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan

perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memimpin

sebuah organisasi dibutuhkan strategi, teknik, dan taktik tertentu yang sesuai

dengan kondisi dan kemampuan yang ada pada organisasi sehingga dalam

pelaksanaan kegiatan organisasi tidak terjadi pemborosan energi dan terkesan

semua anggota organisasi bekerja seiring sejalan.

f. Fungsi Kepemimpinan

Seorang pemimpin pada suatu organisasi perannya sangat sentral

dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Efektifitas kepemimpinan dari pemimpin yang

bersangkutan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh semua pihak

yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi yang dipimpinnya. Untuk

itu seorang pemimpin dituntut untuk mengetahui fungsi dan perannya dalam

Page 39: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

sebuah organisasi, sehingga pada saat menjalankan tugasnya tidak mengalami

kesulitan.

Menurut Sondang P. Siagian (2003:48) adapun fungsi-fungsi seorang

pemimpin adalah:

1) Pimpinan sebagai penentu arah. 2) Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi. 3) Pimpinan sebagai komunikator yang efektif 4) Pimpinan sebagai mediator. 5) Pimpinan sebagai integrator

Dari uraian diatas dapat peneliti jabarkan sebagai berikut:

1) Pimpinan sebagai penentu arah.

Setiap organisasi diciptakan atau dibentuk sebagai wahana

untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu yang tidak mungkin tercapai

apabila diusahakan dicapai oleh para anggotanya yang bertindak

sendiri-sendiri. Oleh karena itu organisasi menuntut agar seluruh

anggotanya menyelenggarakan kegiatan yang selaras, maksudnya arah

yang ditempuh organisasi menuju tujuannya dapat optimal dan

pemanfaatan saran dan prasarana lebih terarah dengan baik. Arah yang

dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan

dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan. Perumus dan penentu

strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam organisasi tersebut.

Hanya dengan demikianlah diperoleh jaminan bahwa organisasi

bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan akan terjadi interaksi

antara berbagai satuan kerja dalam organisasi secara serasi karena

adanya hubungan yang terjalin dan terarah.

Dengan ini menjadi jelas bahwa kemampuan para pejabat

pimpinan sebagai penentu arah yang hendak ditempuh di masa depan

merupakan sesuatu yang teramat penting dalam kehidupan organisasi.

2) Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi.

Dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya, tidak

ada organisasi yang bergerak dalam suasana yang terisolir. Artinya, tidak

ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa memelihara

Page 40: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

hubungan baik dengan berbagai pihak di luar organisasi yang

bersangkutan sendiri.

Pemeliharaan hubungan dewasa ini sudah diterima sebagai

keharusan mutlak, baik pada tingkat regional maupun pada tingkat

global dan menyangkut berbagai segi kepentingan. Pejabat pimpinan

yang bertindak sebagai wakil dan juru bicara organisasinya dalam

berhubungan dengan pihak lain, seperti para pemilik modal, para

penyalur (distributor/agen), lembaga-lembaga keuangan (bank), instansi

pemerintah yang memberikan pelayanan dan perusahaan-perusahaan

swasta. Sebagai wakil dan juru bicara organisasi, fungsi pejabat

pimpinan tidak terbatas pada pemeliharaan hubungan baik saja, akan

tetapi harus membuahkan perolehan dukungan yang diperlukan oleh

organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.

Dituntut pula pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan

yang berlangsung dalam organisasi sebagai pelaksanaan dari berbagai

keputusan yang telah diambil.

Dengan demikian persepsi yang tepat dari berbagai pihak dapat

ditumbuhkan, kebijaksanaan dapat ditempuh, salah pengertian dapat

dicegah dan dihilangkan dan dukungan yang diperlukan dapat diperoleh.

Sasaran pemeliharaan hubungan seperti yang telah

dikemukakan di atas adalah agar berbagai pihak yang berkepentingan itu

:

a. Mempunyai persepsi atau pandangan yang tepat tentang citra

organisasi yang bersangkutan.

b. Memahami berbagai kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi

dalam rangka pencapaian tujuannya.

c. Mencegah timbulnya salah pengertian tentang arah yang hendak

ditempuh oleh organisasi.

d. Pada akhirnya akan memberikan dukungan kepada organisasi dalam

mencapai tujuan.

3) Pimpinan sebagai komunikator yang efektif

Page 41: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Pemeliharaan hubungan baik ke luar maupun kedalam

dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara

tertulis. Interaksi yang terjadi antara atasan dan bawahan, antara sesama

pejabat pimpinan dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan

operasional dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya

komunikasi yang efektif.

Pada hakikatnya berkomunikasi berarti mengalihkan suatu

pesan dari satu pihak ke pihak lain. Suatu komunikasi dikatakan efektif

apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan diterima oleh

penerima pesan.

4) Pimpinan sebagai mediator.

Pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi seorang

pemimpin harus mampu menjembatani semua aspirasi anggota

organisasi untuk dijadikan masukan dalam membuat dan merevisi

rencana. Selain itu seorang pemimpin juga bertugas untuk menjembatani

adanya perbedaaan persepsi dan pendapat yang terjadi antar anggota

organisasi, sehingga tidak menghambat pencapaian tujuan organisasi.

Sudah tentu seorang pemimpin ingin mengetahui sampai sejauh mana ia

berhasil atau tidak berhasil dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai

mediator, khususnya dalam mengatasi konflik.

5) Pimpinan sebagai integrator.

Merupakan kenyataan dalam kehidupan organisasi bahwa

timbulnya kecenderungan berpikir dan bertindak berkotak-kotak di

kalangan para anggota organisasai dapat diakibatkan oleh sikap yang

positif, tetapi mungkin pula sikap yang negatif. Dikatakan bersifat positif

karena adanya tekad dan kemauan keras di kalangan para anggota

organisasi yang tergabung dalam satu kelompok tertentu untuk berbuat

seoptimal mungkin bagi organisasi. Namun sikap yang demikian ini

dapat mempunyai dampak negatif bagi kehidupan organisasi apabila

dalam usaha berbuat sebaik mungkin bagi organisasi, para anggota

organisasi yang bersangkutan lupa bahwa keberhasilan satu kelompok

Page 42: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

yang bekerja sendirian belum menjamin keberhasilan organisasi sebagai

keseluruhan.

Sikap mementingkan kelompok dan satuan kerja sendiri mudah

timbul apalagi jika dalam organisasi pembagian tugas menuntut

spesialisasi yang berlebihan, sistem alokasi dana dan daya yang tidak

atau kurang rasional. Hal demikian biasanya berkaitan pada suasana

persaingan di kalangan berbagai kelompok kerja yang ada yang

diupayakan agar satuan kerja sendiri diperlakukan sebagai satuan kerja

strategik. Jika pemimpin organisasi membiarkan persepsi demikian

berkembang, tidak mustahil bahwa para anggota satuan kerja yang

bersangkutan akan berjuang supaya satuan kerja sendiri memperoleh

alokasi dana, sarana, prasarana dan tenaga yang lebih besar

dibandingkan dengan satuan-satuan kerja lainnya. Upaya yang

demikinlah yang akan membuahkan cara berpikir dan cara bertindak

yang berkotak-kotak.

Sebagai seorang pemimpin tidak mungkin membiarkan cara

berpikir dan bertindak berkotak-kotak karena organisasi yang

diharapkan mampu mencapai tujuannya dengan tingkat efisiensi,

efektifitas, dan produktifitas yang tinggi hanyalah organisasi yang

bergerak sebagai satu totalitas. Oleh karena itu diperlukan integrator

terutama pada hirarki puncak organisasi. Integrator itu adalah pemimpin.

Hanya pejabat pimpinanlah yang berada di atas semua orang dan semua

satuan kerja, yang memungkinkannya menjalankan peranan integratif.

Hal senada juga diungkapkan oleh Veithzal Rivai (2007:53) bahwa

ada lima fungsi pokok seorang pemimpin yaitu :

1) Fungsi instruksi 2) Fungsi konsultasi 3) Fungsi partisipasi 4) Fungsi delegasi 5) Fungsi pengendalian.

Penjelasan dari fungsi diatas adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Instruksi

Page 43: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai

komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,

bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat

dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan

kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau

melaksanakan perintah.

2) Fungsi Konsultasi

Fungsi ini bersifat dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan

pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-

orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan

informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap

berikutnya konsultasi dari pemimpin pada orang-orang yang dipimpin

dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam

pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan

berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan

menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan

pimpinan akan mendapat dukungan sehingga kepemimpinan

berlangsung efektif.

3) Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha

mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan

dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.

Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara

terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau

mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap

dalam fungsi pemimpin dan bukan pelaksana.

4) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan

wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan

Page 44: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya

berarti kepercayaan. Orang-orang menerima delegasi itu harus diyakini

merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip,

persepsi dan aspirasi.

5) Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian mempunyai maksud bahwa

kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya

secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi

pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,

pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Seorang pejabat pimpinan haruslah mampu menjalankan berbagai

fungsi-fungsi kepemimpinan, menurut Kartini Kartono (2005:93) :

Fungsi pemimpin adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien, dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Dari berbagai pendapat diatas tentang fungsi pemimpin diatas

penulis menyimpulkan bahwa fungsi pemimpin yang oaling utama adalah

sebagai motor penggerak yang bisa membimbing, mengarahkan, motivator,

komunikator serta konsultan bagi anggota sebuah organisasi. Dengan

mengetahui fungsinya sebagai seorang pemimpin, maka diharapkan seorang

pemimpin mampu menjalankan perannya dengan baik. Sehingga usaha dalam

rangka mencapai tujuan organisasi dapat berjalan dengan baik.

g. Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan

Keberhasilan merupakan target utama dari seluruh kegiatan sebuah

organisasi. Secara umum tingkat keberhasilan seseorang dalam memimpin

dapat diukur dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang

dibebankan pada dirinya. Bila produktivitasnya meningkat dan semua tugas

Page 45: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dilaksanakan dengan efektif, maka ia disebut sebagai pemimpin yang berhasil.

Sedang apabila produktivitasnya menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak

efektif dalam jangka waktu tertentu, maka ia disebut sebagai pemimpin yang

gagal.

Secara umum kriteria keberhasilan kepemimpinan baik

kepemimpinan situasional, kharismatik, militeris, fungsional, visioner, dan

berbagai gaya kepemimpinan lainnya adalah sama. Menurut Kartini Kartono

(2005:229) indikator yang dapat dipakai sebagai petunjuk keberhasilan

kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut :

1) Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi (aspek ekonomis dan teknis).

2) Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen yang meliputi :

a. Pengelolaan sumber daya manusia, alam, dana, srana, dan waktu yang semakin ekonomis dan efisien.

b. The right man in the place, dengan delegation of authority/pendelegasian wewenang yang luas.

c. Struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan ada integritas dari semua bagian.

d. Target dan sasaran yang ingin dicapai selalu terpenuhi sesuai dengan ketentuan jadwal waktu.

e. Organisasi dengan cepat dan tepat dapat menyesuaikan diri pada tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi (masyarakat, situasi, dan kondisi sosial politik dan ekonomi).

3) Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih human sifatnya; antara lain berupa :

a. Terdapat iklim psikis yang mantap, sehingga orang merasa aman dan senang bekerja.

b. Ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggung jawab, dan moral yang tinggi dalam organisasi.

c. Terdapat suasana saling mempercayai, kerja sama kooperatif, dan etik kerja yang tinggi.

d. Komunikasi formal dan informal yang lancar dan akrab. e. Ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi. f. Tidak bekerja terdapat penyelewengan dalam organisasi. g. Ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.

Dari beberapa indikator yang dibahas diatas dapat disimpulkan

bahwa seorang pemimpin dikatakan berhasil jika terjadi perubahan kearah

Page 46: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu yang mengarahkan organisasi

kepada keberhasilan mencapai tujuannya.

2. Kajian Tentang Pendidik Berkarakter Kuat dan Cerdas

a. Pengertian

Tuntutan terberat yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah

kemampuan untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja

masa depan. Tuntutan ini disampaikan karena banyak lulusan yang tidak

mampu bersaing di dunia kerja, selain itu ada sebuah tuntutan yang secara

langsung dan tidak langsung terjadi adalah merosotnya moral bangsa karena

proses pembelajaran kurang menekankan nilai moral dan etika. Diperlukan

tenaga pendidik yang berkualitas untuk mewujudkan tuntutan tersebut, salah

satunya dengan menghasilkan calon pendidik (guru) yang berkarakter kuat dan

cerdas. Diperlukan tenaga pendidik yang tidak hanya mampu memberi atau

mentransfer pengetahuan yang mutakhir tetapi juga harus mampu membentuk

dan membangun keyakinan serta mental moral yang kuat kepada peserta didik

sehingga mampu mengembangkan diri dan menemukan tujuan hidupnya.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa tenaga

kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Adapun pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain

yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1

dalam M. Furqon Hidayatullah menyatakan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Page 47: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Dapat disimpulkan secara umum guru (pendidik) adalah seorang

yang berkualifikasi untuk memberi bimbingan baik pengetahuan maupun

moral kepada peserta didik dalam sebuah proses pembelajaran. Sesuai dengan

tuntutan yang muncul di masyarakat, seorang guru selain mentransfer

pengetahuan juga harus mampu membri teladan akan pentingnya moral

kepada peserta didik agar dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang

dimilikinya tidak menyimpang dari kaidah norma yang berlaku di masyarakat.

Sehingga nantinya guru tersebut dapat disebut sebagai guru yang berkarakter

kuat.

Secara harfiah karakter dapat diartikan sebagai kualitas moral,

kekuatan moral, nama atau reputasi. Menurut Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Sedang berkarakter

berarti mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa 1997:281).

Dorland’s Pocket Medical Dictionary dalam M. Furqon

Hidayatullah (2008:11) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan

berbeda yang ditunjukkan oleh individu;sejumlah atribut yang diamati pada

individu. Dali Gulo dalam M. Furqon Hidayatullah (2008:11) berkarakter

adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran

seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa

karakter merupakan kualitas mental yang dimilki oleh seseorang yang

menyangkut tabiat, etika, moral yang diwujudkan dalam perbuatan nyata di

masyarakat. Demikian juga dengan pendidik yang berkarakter, menurut

penulis adalah seorang pendidik yang memiliki kualitas moral, etis, tabiat,

moral yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar yang tidak hanya

mampu untuk memberi pengetahuan mutakhir saja tetapi mampu memberi

kesadaran kepada peserta didik tentang pentingnya nilai-nilai moral dengan

memberi keteladanan agar peserta didik mampu mengarungi kehidupan masa

depannya.

Page 48: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Selain itu seorang calon pendidik dituntut untuk cerdas, baik

kemampuan intelektual maupun cerdas secara emosional. Menurut Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia (1997:112) cerdas adalah pintar dan cerdik, cepat

tanggap dalam menghadapi masalah, cepat mengerti jika mendengar

keterangan, tajam fikiran.

Hal senada juga disampaikan M. Furqon Hidayatullah (2008:127-

128) pengertian cerdas adalah :

1) Cepat mengerti dan memahami masalah yang dihadapi. 2) Cepat tanggap dalam menghadapi masalah. 3) Tajam dalam menganalisis dan mencari alternatif-alternatif solusi. 4) Mampu memecahkan masalah. Pengertian cerdas hendaknya tidak dipahami dalam arti sempit tetapi dapat dipahami secara luas. Cerdas yang dimaksud bukan hanya kecerdasan yang bersifat tunggal tetapi kecerdasan yang bersifat ganda. Artinya mencakup kecerdasan intelektual (Intelectual Quotient-IQ), kecerdasan emosi (Emotional Quotient-EQ), dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient-SQ).

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa cerdas adalah

kualitas intelektual, emosional, dan spiritual yang dimiliki seseorang. Pendidik

yang cerdas adalah seorang pendidik yang mampu mengkolaborasikan

kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat mempengaruhi pola pikir serta tingkah laku peserta

didik agar terbuka kemauan dan kemampuannya untuk berfikir tentang

manfaat dan tujuan hidupnya di masa depan.

b. Kualifikasi, Kompetensi dan Komitmen Pendidik

Untuk menjadi seorang pendidik wajib memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi yang berhubungan dengan dunia pendidikan untuk

mendukung aktivitasnya dalam mengajar deni terwujudnya tujuan pendidikan

nasional. Sebab profesi sebagai seorang pendidik bisa saja dilaksanakan oleh

seseorang yang berlatar belakang pendidikan bukan dari fakultas pendidikan,

namun tidak mudah untuk mentranfser ilmu kepada peserta didik sebab

dibutuhkan pengetahuan tentang psikologi pesertta didik yang hanya didapat

oleh lulusan dari FKIP. Sebagai seorang pendidik harus mengerti langkah-

Page 49: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

langkah apa saja yang harus dilalui mulai dari awal sampai akhir

pembelajaran. Kualifikasi akademik dapat diperoleh melaui pendidikan tinggi

program sarjana atau diploma empat.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidkan Pasal 29 Ayat (3) dan (4) dalam M. Furqon

Hidayatullah (2008:35-36) menyatakan bahwa :

(3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1).

b) Latar belakang pendidkan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

c) Sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs.

(4) Pendidik pada SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1).

b) Latar belakang pendidkan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

c) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.

Pendidik pada anak usia dini dan SD/MI harus memilki kualifikasi

latar belakang pendidikan D-IV/S-1. Khusus untuk pengadaan guru TK/RA

dan SD/MI diselenggarakan oleh LPTK. Sebagaimana tertuang dala PP

Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 29 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :

(1) Pendidik pada pendidkan anak usia dini memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1).

b) Latar belakang pendidkan tinggi dengan program pendidikan anak usia dini, kependidkan lain atau psikologi.

c) Sertifikat profesi guru untuk PAUD.

(2) Pendidik pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1).

b) Latar belakang pendidkan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidkan lain atau psikologi.

c) Sertifikat profesi guru untuk SD/MI.

Page 50: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) tersebut maka jelas untuk

menjadi seorang pendidik atau guru harus memenuhi kualifikasi yang telah

diatur didalamnya. Sehingga harapannya seorang pendidik akan bekerja

dengan maksimal sesuai dengan kualifikasi pendidikannya masing-masing.

Dengan adanya kualifikasi diatas maka tidaklah semua lulusan perguruan

tinggi dapat dengan mudah menduduki jabatan profesi sebagai seorang guru,

karena dalam pelaksanaan profesinya dibutuhkan kematangan pengetahuan

dan psikologi tentang pendidikan.

Selain memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang pendidik harus

memiliki kompetensi yang mendukung kerjanya. Kompetensi merupakan

serangkaian kemampuan yang ada pada diri seseorang yang dapat diandalkan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Dembo dan Hilman dalam M. Furqon Hidayatullah (2007:21)

menyatakan bahwa mengajar yang baik memerlukan penguasaan tiga bidang,

yaitu :

1) Pengetahuan dan keterampilan konseptual (isi psikologi

pendidikan).

2) Keterampilan mengajar.

3) Keterampilan mengambil keputusan.

Penguasaan bidang yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Pengetahuan dan keterampilan konseptual (isi psikologi pendidikan)

Pendidik yang profesional harus menguasai, terampil, dan

memahami inti dari kegiatan pembelajaran. Baik dalam hal pengetahuan

(saint) maupun moral yang harus diajarkan, karena konsep dari

pendidikan bukanlah semata-mata transfer ilmu pengetahuan saja tetapi

juga pembentukan moral peserta didik.

2) Keterampilan mengajar

Seorang pendidik wajib terampil dalam mengajar peserta didik,

memberi inovasi-inovasi metode pembelajaran sehingga peserta didik

selalu tertari dan merasa tertantang untuk selalu mengikuti pembelajaran

yang dilakukan.

Page 51: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Keterampilan dalam mengambil keputusan.

Keterampilan yang dimaksud adalah terampil dan mampu

untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan serta mampu

memberi penilaian yang obyektif kepada peserta didik sesuai dengan

kemampuannya.

Hal senada juga disampaikan Elliot, Kratochwill, Cook, dan Travers

dalam M. Furqon Hidayatullah (2007:21) mensarikan kompetensi dan aspek

psikologis yang harus dikuasai atau dimiliki oleh guru yang efektif ke dalam

tiga hal pokok, yaitu :

1) Penguasaan aspek-aspek dikdatik-pedagogik,

2) Penguasaan bidang studi yang akan diajarkan,

3) Penguasaan metodik atau teknik mengajarkan bidang studi

tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat 3 bahwa

sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini, dan juga tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen seorang guru harus memilki kompetensi meliputi :

1) Kompetensi pedagogik. 2) Kompetensi kepribadian. 3) Kompetensi sosial. 4) Kompetensi profesional.

Kompetensi yang dimaksud dijabarkan sebagai berikut :

1) Kompetensi pedagogik

Adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik

yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

mulia.

Page 52: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Kompetensi sosial

Adalah kemampuan pendidik sebagai bagiam dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta dididk,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional.

Adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.

M. Furqon Hidayatullah (2007:35) menyatakan selain kompetensi

utama, maka seorang guru juga harus memiliki kompetensi pendukung yang

relevan dengan kondisi dan karakteristik lembaga pendidikan yang menjadi

tempat pengabdiannya, sehingga diharapkan dapat mendukung kelancaran

proses pendidikan. Kompetensi pendukung yang dimaksud terutama adalah :

1) Memiliki kemampuan berbahasa Inggris. 2) Memiliki keterampilan teknologi informasi, seperti : komputer dan

internet. 3) Kemampuan manajerial.

Setelah mengetahui kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki

oleh seorang guru pada berbagai jenjang pendidikan, maka diharapakan di

dalam menjalankan profesinya seorang guru akan berupaya secara maksimal

untuk menunjukkan kualitasnya. Kualitas tersebut dapat terlihat dari

komitmennya dalam beraktivitas dalam profesinya.

Menurut Marbun dalam M. Furqon Hidayatullah (2007:7-8)

komitmen adalah ucapan yang mengikat seseorang untuk melekukan sesuatu;

ikrar; janji. Kemudian dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa komitmen

pendidik adalah suatu tekad yang mengikat seorang pendidik untuk melakukan

tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik. Komitmen yang dimaksud

adalah :

Page 53: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

1) Memiliki visi ke depan dan tekad dalam melaksanakan tugas

sebagai pendidik.

2) Memiliki karakter, budi pekerti, dan akhlak mulia.

3) Mampu mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta

didik.

4) Mampu memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi

peserta didik

5) Bekerja keras dengan penuh pengabdian.

Dari berbagai pendapat tentang komitmen pendidik diatas penulis

menyimpulkan bahwa komitmen juga memiliki implikasi terhadap lembaga

pendidikan. Betapa pentingnya sebuah lembaga pendidikan memiliki

komitmen yang kuat dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas,

lebih khusus lagi betapa pentingnya seorang guru memiliki komitmen yang

tinggi dalam mendidik peserta didiknya.

c. Tugas Utama Guru

Profesi sebagai guru identik dengan tugas mengajar. Mengajar

adalah kemampuan untuk mengetahui dan menggunakan metode, media

belajar, dan mengevaluasi seluruh proses pembelajaran. Seorang guru harus

mengetahui tugas utama menjadi seorang pendidik.

Menurut Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21

(SPTK-21) dalam M. Furqon Hidayatullah (2007:32) menyatakan bahwa

dalam menjalankan profesinya, seorang guru mempunyai tugas utama sebagai

berikut :

1) Menjabarkan kebijakan dan landasan pendidikan dalam wujud perencanaan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.

2) Mengaplikasikan komponen-komponen pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

3) Melakukan komunikasi dalam komunitas profesi, sosial, dan memfasilitasi pembelajaran masyarakat.

4) Mengelola kelas dengan pendekatan dan prosedur yang tepat dan relevan dengan karakteristik peserta didik yang unik.

Page 54: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

5) Meneliti, mengembangkan, dan berinovasi di bidang pendidikan dan pembelajaran dan mampu memanfaatkan hasilnya untuk pengembangan profesi

6) Melaksanakan fungsinya sebagai pendidik untuk menghasilkan lulusan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, kesatuan, dan nilai luhur bangsa, masyarakat, dan agama.

7) Melaksanakan fungsi dan program bimbingan dan konseling dan administrasi pendidikan.

8) Mengembangkan diri dalam wawasan, sikap, dan keterampilan profesi.

9) Memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya dan sosial, serta lingkungan alam dalam mengembangkan proses belajar.

Tugas utama seorang guru bukanlah hanya mengajar, tetapi lebih

luas lagi. Salah satunya adalah membentuk karakter moral yang kuat kepada

peserta didik. Sehingga masyarakat secara umum juga akan ikut merasakan

hasil pembelajaran yang sukses yaitu dengan meningkatnya moral anak

bangsa setelah lulus dari sebuah lembaga pendidikan.

d. Kode Etik Profesi Keguruan

Setiap profesi harus memiliki kode etik profesi. Jabatan sebagai guru

adalah sebuah profesi, sehingga guru juga memiliki kode etik. Kode etik

profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota

profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di

masyarakat. Norma-norma tersebut berisis petunjuk-petunjuk bagi para

anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan

larangan-laranganya.

Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-

nilai dan norma-norma profesi yang tersusun dengan baik dan sistematik

dalam suatu system yang uth dan bulat. Fungsi kode etik guru adalah sebagai

landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan

tugas pengabdian sebagai seorang guru baik di dalam maupun di luar sekolah

serta dalam kehidupan di masyarakat. Dengan itu kode etik guru sangat

penting untuk pembentukan sikap professional para anggota profesi keguruan.

Page 55: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Adapun Kode Etik Guru Indonesia yang dikutip oleh Soetjipto

(2004:34) adalah sebagai berikut :

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4) Guru mrnciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang

menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. 5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6) Guru secar pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7) Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

e. Peran Pemimpin Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik Yang

Berkarakter Kuat dan Cerdas

Kualitas guru di Indonesia dari waktu ke waktu semakin menurun.

Hal ini terlihat dari tidak mampu bersaingnya lulusan dalam dunia kerja.

Selain itu juga terjadinya kemerosotan moral masyarakat yang disebabkan

pembelajaran yang berkarakter kuat dan cerdas kurang optimal. Sehingga apa

yang diharapkan dari tujuan pembelajaran tidak bisa terwujud secara optimal

pula.

Pemimpin instansi penghasil guru dituntut untuk menghasilkan

tenaga pendidik yang bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam

hal ini yang dimaksud salah satunya adalah FKIP UNS sebagai Lembaga

Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK). Fungsi utama LPTK adalah

menghasilkan tenaga pendidik yang mampu mengikuti perkembangan ilmu

dan perkembangan masyarakat yang dihadapi. Selain itu LPTK adalah sebagai

pengembang model pembelajaran yang memungkinkan tuntutan yang dapat

dimiliki oleh calon guru. Untuk itu LPTK dituntut mampu melihat berbagai

Page 56: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

persoalan yangada baik internal maupun eksternal, kekuatan maupun

kelemahan, dan mampu melihat peluang maupun ancaman yang ada. Sejalan

dengan itu, LPTK dituntut mampu merumuskan kebijakan secara tepat dan

sesuai dengan visi, misi dan tujuan. Sehingga secara otomatis dibutuhkan

seorang pemimpin yang mampu melihat segala faktor diatas yang terjadi

karena perubahan, yaitu pemimpin denga gaya kepemimpinan visioner.

M. Furqon Hidayatullah (2007:77) menyatakan bahwa upaya

peningkatan peran LPTK dalam rangka menghasilkan guru yang handal dapat

diarahkan pada penajaman:”1) kurikulum, 2) fasilitas dan prasarana, 3)

sumber daya manusia khususnya tenaga pengajar (dosen), 4) aspek penunjang

lainnya.”

Selain itu M. Furqon Hidayatullah (2007:77) juga mengemukakan

upaya-upaya peningkatan peran LPTK untuk menghasilkan guru yang

berkualitas antara lain dengan cara :

1) Perbaikan sistem seleksi calon mahasiswa baru 2) Kependidikan dibanding non kependidikan. 3) Optimalisasi pembentukan kemampuan mengajar 4) Adanya kendali mutu 5) Penguatan SDM sesuai yang dibutuhkan.

Agar tujuan dapat dicapai maka diperlukan adanya keteladanan dn

komitmen kuat pemimpin fakultas, jurusan, dan program studi yang ada di

FKIP UNS dalam melaksanakan kegiatan akademik yang berkaulitas. Adapun

strategi pencapaian tujuan tersebut tertuang dalam Rencana Strategi

Pengembangan FKIP UNS 2007-2011 (2007:18-19) antara lain :

1) Mengembangkan learning faculty 2) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya manusia 3) Menumbuhkan etos kegiatan yang dilakukan civitas akademika

dalam setiap kegiatan di FKIP 4) Meningkatkan pembinaan mental spiritual civitas akademika untuk

mewujudkan insan yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh 5) Meningkatkan fungsi dan peran jurusan, program studi, dan unit-

unit di lingkungan FKIP UNS agar lebih berdaya dan mandiri 6) Membentuk unit penjaminan mutu untuk mewujudkan kegiatan

pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan pendukung memenuhi standar minimal yang ditentukan

Page 57: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

7) Melaksanakan berbagai kegiatan kerjasama dan kemitraan dalam rangka peningkatan kualitas serta untuk mendukung kegiatan akademik

8) Meningkatkan frekuensi dan kualitas kegiatan keilmuan yang mengarah pada penguasaan ilmu, teknologi, dan seni

9) Meningkatkan penguasaan bahasa asing bagi dosen dan mahasiswa, terutama bahasa Inggris, sebagai sarana menguasai ilmu, teknologi dan seni

10) Meningkatkan pemanfaatan sumber belajar 11) Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana

pendidikan 12) Meningkatkan pengelolaan lembaga untuk mewujudkan lembaga

yang sehat, mandiri, dan memiliki daya saing yang tinggi 13) Menciptakan suasana kondusif di lembaga yang memungkinkan

lahirnya suasana kerja yang nyaman, saling asah, asih, dan asuh dan terhindarkan suasana kerja yang tidak sehat

14) Menciptakan situasi yang melahirkan perasaan ikut memiliki lembaga

15) Meningkatkan peran kehumasan untuk mensosialisasikan program dan kegiatan lembaga kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait

16) Meningkatkan pengelolaan lembaga yang mengarah pada persaingan yang sehat antar civitas akademika

17) Melakukan berbagai upaya untuk mempercepat masa studi mahasiswa

18) Melakukan inovasi-inovasi untuk mempertajam keunggulan internal dalam rangka menghadapi persaingan global

19) Menyelenggarakan pendidikan secara transparan dan akuntabel.

B. Kerangka Pemikiran

Peran pemimpin dalam sebuah organisasi tentu sangat penting

artinya. Karena pemimpin adalah motor penggerak dari semua elemen yang

ada pada sebuah organisasi. Usaha untuk mencapai tujuan organisasi harus

dicapai dengan adanya seorang pemimpin, akan tetapi sejalan dengan

pelaksanaan aktivitas organisasi tentu terjadi banyak perubahan baik dari

dalam maupun luar organisasi, sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang

sejak awal mampu memprediksi perubahan yang akan terjadi di masa yang

akan datang. Kemudian prediksinya itu dituangkan dalam sebuah visi

organisasi yang telah dirancang bersama seluruh anggota dan

diimplementasikan pada pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana.

Pemimpin dituntut untuk mampu memberi arti terhadap kerja yang dilakukan

Page 58: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

bersama merupakan perwujudan dari visi organisasi, pemimpin yang

menerapkan gaya kepemimpinan semacam ini disebut sebagai pemimpin

visioner.

Seorang pemimpin visioner dituntut untuk mampu mengawal semua

aktivitas organisasi mulai dari perancangan visi bersama, penyusunan rencana

strategis (Renstra), program kerja tahunan serta implementasi dari semua

rencana kemudian mengevaluasi pelaksanaannya dan menilai seberapa besar

tingkat kesuksesan pencapaian tujuan organisasi.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS merupakan

suatu organisasi yang mempunyai visi sebagai Lembaga Penghasil Tenaga

Kependidikan (LPTK) yang berkarakter kuat dan cerdas. Dalam pelaksanaan

kegiatannya dibutuhkan pemimpin yang membuat kebijaksanaan bersama

semua elemen organisasi untuk mewujudkan tujuan tersebut bersama seluruh

elemen dengan mengartikulasikan visi pada pola kerja karyawan. Pemimpin

yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin visioner, karena pemimpin dengan

gaya memimpin visioner adalah pemimpin yang mampu mengarahkan

anggota organisasi untuk mewujudkan visi yang telah disepakati bersama

dengan mengartikulasikan visi menjadi pedoman dan semangat kerja bagi

anggota organisasi, dalam hal ini untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut diatas dapat dilihat

dalam bagan di bawah ini :

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Pemimpin visioner

Organisasi (FKIP UNS)

Visi & Misi Implementasi kerja

Tercapainya

Visi & Misi

Dosen, Karyawan dan Mahasiswa

Page 59: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian, untuk mendapatkan data dari suatu penelitian

diperlukan tata cara atau prosedur tertentu. Sebelum penelitian dilakukan perlu

ditentukan terlebih dahulu menetapkan metodologi penelitian yang digunakan.

Ketepatan dalam menentukan metodologi disesuaikan dengan jenis data yang

akan dianalisis ke arah tujuan yang diinginkan.

Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007: 1), metodologi

berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan

sesuatu; dan logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi

artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama

untuk mencapai tujuan. Sedangkan Sutrisno Hadi (1991:3) Metodologi adalah

“Ilmu tentang metode (menjelaskan macam-macam metode penelitian dan

penggunaannya)”. Dengan kata lain metodologi merupakan suatu pengetahuan

tentang tata kerja dan tata cara yang mencakup instrumen-instrumen yang

berisi mekanisme tertentu untuk dipakai dalam proses pencapaian suatu

tujuan.

Sedangkan pengertian penelitian menurut Kartini Kartono (1990:20)

“Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan

melaksanakan verifikasi terhadap kebenaran suatu penelitian atau pengetahuan

dengan memakai metode-metode ilmiah”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi

penelitian adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang tata cara atau

prosedur untuk menguji kebenaran suatu objek atau peristiwa secara

terencana, sistematis, dan ilmiah.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan obyek

untuk memperoleh data yang diolah untuk mendukung tercapainya tujuan

40

Page 60: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

penelitian. Tempat penelitian merupakan unsur penting dalam suatu penelitian

sebab dari tempat penelitian inilah akan diperoleh data yang diinginkan oleh

seorang peneliti. Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidkan (FKIP) UNS Surakarta yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No.

36 A Surakarta, adapun alasannya adalah sebagai berikut :

1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

memiliki data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan

dalam penelitian.

2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

belum pernah diadakan penelitian yang sejenis sehingga

diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan

tersebut.

3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau oleh sarana

transportasi sehingga memudahkan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung setelah usulan penelitian ini disetujui oleh

dosen pembimbing skripsi dan telah mendapat ijin dari pihak-pihak yang

berwenang. Penelitian yang dimulai dari pengajuan proposal ini berlangsung

selama enam bulan (Maret-Agustus 2009) terhitung sejak dikeluarkannya ijin

penelitian dan tidak menutup kemungkinan perpanjangan waktu penelitian

menurut situasi dan kondisi yang ada.

B. Bentuk dan Stategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian merupakan faktor penting dalam suatu penelitian,

karena metode penelitian ikut menunjang proses penyelesaian masalah yang

sedang dibahas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif yaitu untuk mencari kebenaran secara ilmiah dan

memandang obyek secara keseluruhan, interpretasi berdasarkan atas fenomena

Page 61: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

alamiah dan akan digunakan sebagai dasar untuk mengamati, mengumpulkan

informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian. Selain itu juga mendukung

cara penetapan jumlah sampel atau cuplikan serta pemilihan instrumen

penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan informasi.

Adapun pengertian penelitian secara kualitatif menurut Lexy J.

Moleong (2006:4) yang mengutip pendapat Kirk dan Miller mengemukakan

bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya”.

Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin terjemahan Muhammad

Shodiq dan Imam Muttaqien (2003:4), penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan lain. Metode kualitatif dapat digunakan untuk

mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena, dan dapat juga

digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit

diketahui. Peneliti kualitatif sebagai alat riset atau instrumen utama dalam

penelitiannnya dituntut untuk menyajikan pemahaman-pemahaman yang

rasional dan gamblang mengenai fakta dan kebenaran. Hal tersebut dapat

diperoleh melalui instrumen pengumpul data seperti: wawancara, studi

pustaka, maupun observasi langsung, yang mana instrumen pengumpul data

tersebut memiliki kedudukan sebagai alat pendukung instrumen utama. Oleh

karena itu kualitas tinggi rendahnya hasil penelitian ditentukan oleh peneliti.

Bentuk penelitian ini adalah mengikuti paradigma penelitian

kualitatif yang dilakukan pada variabel mandiri yaitu tanpa membuat

perbandingan ataupun menghubungkan dengan variabel lain. Peneliti tidak

memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek. Sehingga objek dibiarkan

seperti kondisi aslinya secara apa adanya.

Page 62: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

2. Strategi Penelitian

Dalam mengkaji permasalahan diperlukan suatu strategi yang tepat

guna memperoleh data yang relevan dengan permasalahan. Strategi

merupakan dasar untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk

menyajikan analisis hasil penelitian, sekaligus akan mendukung cara

menetapkan jumlah sampel atau cuplikan serta pemilihan instrument

penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi.

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

strategi tunggal terpancang. Menurut Smith dalam Milles Hubberman dalam

buku terjemahan Tjeptjep Rohendi Rohidi (1992:2),“Strategi penelitian

tunggal terpancang bertujuan agar penelitian dilakukan secara mendalam

sehingga mempunyai mutu yang tak dapat disangkal”.

Istilah tunggal artinya penelitian ini berusaha untuk memfokuskan

pada satu lokasi dan satu masalah saja, yaitu tentang peranan pemimpin

visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta, sedangkan

terpancang artinya ketika peneliti terjun ke lapangan sudah berbekal teori-teori

yang sudah ada dan fokus pada permasalahan yang sudah ditentukan

sebelumnya.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh.

Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Dalam memilih

sumber data, peneliti harus benar-benar berpikir mengenai kemungkinan

kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya.

Menurut HB. Sutopo (2002: 49), ”Sumber data dalam penelitian kualitatif

dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen serta arsip dan

juga berbagai benda lain”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Informan

Adalah orang yang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Page 63: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Menurut HB. Sutopo (2002: 49), “Dalam penelitian kualitatif posisi

narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informasi”.

Informasi diperoleh dari informan-informan yang dipandang mengetahui

dan memahami permasalahan yang dikaji peneliti.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

a. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS

Surakarta.

b. Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) UNS Surakarta.

c. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS

Surakarta.

d. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

UNS Surakarta.

2) Tempat

Merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya.

“Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan

penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa

dimanfaatkan oleh peneliti”, HB. Sutopo (2002:52). Dalam penelitian ini,

tempat yang dijadikan sumber data yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Surakarta

3) Dokumen

Menurut HB. Sutopo (2006:61), “Yang dimaksud dengan dokumen

adalah bahan tertulis atau benda yang bergayut dengan suatu peristiwa

atau aktivitas tertentu, sedangkan arsip merupakan catatan rekaman yang

sifatnya lebih formal terencana”. Dalam penelitian ini dokumen yang

digunakan adalah segala bentuk dokumen yang mempunyai hubungan

dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Page 64: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

D. Teknik Sampling

Menurut H. B. Sutopo (2006:62) berpendapat bahwa “Teknik

sampling atau teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses

bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak menentukan jumlah informan

untuk diwawancarai guna memperoleh informasi atau keterangan tentang

permasalahan yang sedang diteliti. Dalam menentukan informannya, peneliti

menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut M.

Idrus (2004: 98), ”Purposive Sampling atau sampling yang purposive adalah

sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian”.

Purposive Sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih

betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel itu. Jadi

pemilihan informan dalam penelitian harus dilakukan secara selektif dengan

menggunakan berbagai pertimbangan dari segi kekayaan dan kedalaman

informasi yang dimiliki. Pengambilan sampel tidak ditekankan pada jumlah

melainkan lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah

yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mencari key informan yaitu informan yang

dianggap mengetahui secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi

sumber data yang dapat dipercaya, faktual dan akurat. Informan ini dapat

bertambah sesuai dengan kebutuhan dan informan tersebut dapat

menunjukkan informan lain yang lebih tahu.

Dengan menggunakan teknik tersebut peneliti berusaha memperoleh

data dari informan yang dianggap mengerti permasalahaan yang diteliti serta

pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam

pengumpulan data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan

untuk memperoleh data dalam penelitian. Data sangat diperlukan dalam

penelitian guna membuktikan kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan.

Oleh karena itu dalam penelitian sangat diperlukan data yang benar-benar

Page 65: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

obyektif dan dapat dipercaya. Hal ini dikarenakan jika ada kesalahan-

kesalahan dalam pengumpulan data maka sangat berpengaruh terhadap hasil

penelitian.

Sesuai dengan pendekatan kualitatif dan jenis sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan meliputi :

1) Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara merupakan salah

satu cara untuk mengumpulkan data dalam bentuk percakapan. Lexy J.

Moleong (2006:186) mengemukakan bahwa “Wawancara adalah

percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh

dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu”.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan data yang dilakukan

peneliti dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah disiapkan dan dibuat kerangka-

kerangka secara sistematis sebelum berada di lokasi. Dari pertanyaan yang

diberikan kepada informan dapat berkembang sesuai dengan kejelasan

jawaban yang dibutuhkan, meskipun pertanyaan tersebut tidak tercantum

dalam daftar pertanyaan. Kemudian yang paling penting, dalam

pelaksanaan tanya jawab peneliti melakukan secara terbuka agar informan

dapat mengungkapkan jawaban secara bebas tanpa adanya tekanan namun

masih mengacu pada pokok pembahasan, sehingga informasi yang

diperoleh peneliti merupakan data yang obyektif.

2) Observasi

Sebagaimana halnya wawancara, observasi merupakan salah satu

teknik pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian

kualitatif. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan langsung ke lokasi dan melaksanakan pencatatan

yang sistematis mengenai fenomena yang diamati. Berkaitan dengan hal

Page 66: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

itu H.B Sutopo (2006:66) mengemukakan bahwa “Teknik observasi

digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa,

aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman”.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi langsung. Dengan observasi langsung memungkinkan peneliti

untuk melihat, mengamati serta mempelajari secara langsung keadaan

tempat yang akan diteliti. Dengan observasi ini memudahkan peneliti

mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti menangkap fenomena-

fenomena yang muncul pada saat itu.

3) Dokumentasi

Merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat

dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang

isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Lexy

J. Moleong (2001:161) “Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun

film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik”. Sedangkan H.B. Sutopo (2006:80) mengemukakan

bahwa “ Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis

sederhana sampai yang lebih lengkap dan kompleks, dan bahkan bisa

berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau. Demikian

pula halnya arsip yang ada pada umumnya berupa catatan-catatan yang

lebih formal bila dibandingkan dengan dokumen.”

Dalam setiap penelitian diperlukan data yang bersifat tertulis yang

dapat menunjang dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

mengumpulkan data dengan mempelajari dokumen, arsip, laporan,

peraturan yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

UNS Surakarta. Dokumen tersebut antara lain berupa struktur organisasi,

susunan tugas dan wewenang pegawai (job description) dan dokumen lain

yang relevan.

Page 67: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

F. Validitas Data

Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan dan dicatat dalam

kegiatan penelitian harus diusahakan kebenarannya. Oleh karena itu, harus

dipilih cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah

diperolehnya. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan diolah dan

diuji validitasnya melalui trianggulasi. Lexy J. Moleong (2006:330)

menjelaskan bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Menurut pendapat Patton, yang dikutip oleh H. B. Sutopo (2006:92)

terdapat empat macam teknik trianggulasi, yaitu :

1) Trianggulasi data (data trianggulation)

2) Trianggulasi peneliti (investigation trianggulation)

3) Trianggulasi metodologi (methodological trianggulation)

4) Trianggulasi teoritis (theorical trianggulation)

Adapun penjelasan masing-masing teknik trianggulasi tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Trianggulasi data

Trianggulasi data juga disebut trianggulasi sumber. Cara ini

mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib

menggunakan beragam sumber yang tersedia. Artinya, data yang sama

atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai

sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari

sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilaman dibandingkan

dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Pada

teknik ini tekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik

pengumpulan data atau yang lain.

2) Trianggulasi peneliti

Yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil peneliti

baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau

keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain.

Page 68: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3) Trianggulasi metode

Teknik trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam teknik trianggulasi

metode, ditekankan pada penggunaan metode pengumpulan data yang

berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber

data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Dengan

menggunakan metode yang berbeda untuk suatu informasi yang sama,

peneliti dapat menarik kesimpulan atas data yang digali secara lebih

mantap.

4) Trianggulasi teoritis

Trianggulasi teori dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih

dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji dari beberapa

perspektif yang digunakan dan dapat diperoleh pandangan yang lebih

langka, tidak hanya sepihak, sehingga bisa dianalisis dan ditarik

kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Hal ini karena setiap

pandangan teori selalu memiliki kekhususan cara pandang, maka dengan

menggunakan beberapa perspektif, teori akan menghasilkan simpulan

yang multidimensi. Dalam melakukan jenis trianggulasi teori, peneliti

harus memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan

permasalahan yang diteliti sehingga mampu menghasilkan simpulan yang

lebih mantap dan benar-benar memiliki makna yang kaya perspektifnya.

Dalam penelitian ini pemeriksaan data yang digunakan adalah

dengan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode yaitu

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh dari sumber yang berbeda serta membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

Page 69: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera

dilakukan proses mengolah data atau yang sering disebut dengan analisis data.

Analisis data menurut Michael Quinn Patton yang diterjemahkan oleh Budi

Puspo Priyadi (2006: 250) diartikan sebagai sebuah proses yang membawa

bagaimana data diatur, mengorganisasikan apa yang ada ke dalam sebuah

pola, ketegori, unit deskripsi dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen

dalam Lexy J Moleong (2007: 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman terjemahan Tjeptjep

Rohendi Rohidi (1992: 16) mengemukakan bahwa analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kegiatan reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan sebelum, selama dan

sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun suatu

analisis yang tangguh.

Ketiga alur kegiatan di atas dapat dijelaskan peneliti sebagai berikut:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi

data dari fieldnote. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus

sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali sebelum

pelaksanaan pengumpulan data, artinya reduksi data sudah berlangsung

sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari

sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan

kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga menentukan cara

pengumpulan data yang digunakan. Berpijak dari penjelasan di atas dapat

dinyatakan bahwa reduksi adalah bagian dari proses yang mempertegas,

Page 70: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting,

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akan mempermudah dalam

menarik kesimpulan akhir.

2) Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan dapat dilakukan serta disusun secara logis dan

sistematis sehingga bila dibaca, akan bisa lebih mudah dipahami berbagai

hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada

analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Kedalaman

dan kemantapan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian

datanya.

3) Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa

arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan

peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang

mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Pada dasarnya

kesimpulan awal sudah dapat ditarik sejak pengumpulan data.

Kesimpulan-kesimpulan mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data

berakhir. Hal ini sangat tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan

catatan lapangan pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang

yang digunakan, dan kecakapan peneliti. Kesimpulan-kesimpulan juga

harus diverifikasikan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan

kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya makna-

makna yang muncul dari data-data harus diuji kebenarannya, yaitu yang

merupakan validitasnya. Sehingga dalam hal ini peneliti siap dan mampu

bergerak di antara kegiatan tersebut.

Page 71: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Untuk lebih menjelaskan antar pengumpulan data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan dalam jalinan siklus analisis data dapat peneliti

gambarkan pada bagan berikut:

Gambar 2: Skema Model Analisis Interaktif Mengalir

(Sumber: HB. Sutopo, 2002: 96)

Teknik analisis data interaktif seperti yang telah digambarkan di atas

merupakan teknik analisis mengikuti pola yang bersumber pada pola analisis

interaktif. Tiga komponen analisis yakni reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan (verifikasi) aktivitasnya dilakukan dengan bentuk

interaktif dengan proses mengalir (siklus). Analisis dilakukan bersamaaan

(serentak) dengan proses pengumpulan data. Bila kesimpulan dirasa kurang

mantap karena kekurangan data dalam mereduksi data dan penyajian data,

maka peneliti dapat menggalinya dalam field note. Bila ternyata dalam field

note juga tidak diperoleh data pendukung yang dimaksud, maka peneliti wajib

kembali melakukan pengumpulan data khusus bagi pendalaman dukungan

yang diperlukan.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci

yang harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan

agar penelitian dapat berjalan teratur sehingga hasil penelitian dapat

Pengumpulan data

Reduksi data

Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Sajian data

Page 72: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

dipertanggungjawabkan. Prosedur penelitian yang dilakukan secara garis besar

dapat dibagi menjadi beberpa tahap yaitu:

Pertama, tahap persiapan yaitu pengumpulan informasi sampai bahan

teori yang mendukung perumusan masalah pada penelitian ini. Kedua, tahap

pelaksanaan dimana peneliti dengan tujuan yang dicapai yaitu kajian teori

hasil yang diharapkan mulai dari mengadakan observasi, survei, dan

pengumpulan data di lapangan. Ketiga adalah tahap akhir dari penelitian yaitu

analisis data, penarikan kesimpulan, dan penyusunan laporan penelitian.

Secara terperinci prosedur penelitian ini dimulai dari observasi

singkat peneliti untuk memahami kondisi lokasi yang dijadikan latar belakang

penelitian serta pemilihan dan pemanfaatan informan sebagai kegiatan pra

lapangan. Selanjutnya tahap menyiapkan perlengkapan penelitian, yaitu

dengan menyusun proposal/desain penelitian yang dijadikan acuan sementara

proses penelitian yang akan dilaksanakan. Langkah berikutnya adalah

pengajuan perijinan penelitian pada pihak-pihak yang terkait untuk memenuhi

syarat administrasi sebuah penelitian. Setelah keseluruhan proses tersebut

dapat diselesaikan, peneliti perlu menyiapkan diri dan memperhatikan etika

penelitian sebelum benar-benar terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data

yang relevan.

Data yang sudah terkumpul, kemudian dilakukan proses analisis

data. Untuk memperkuat analisis tersebut, peneliti membandingkan data yang

diperoleh dari lapangan dengan teori yang relevan. Akhir dari proses

penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan hasil

penelitian secara lengkap, yang untuk kemudian akan diujikan.

Page 73: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Untuk lebih menjelaskan keseluruhan proses di atas, berikut peneliti

sajikan skema prosedur dalam penelitian ini:

Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian

Untuk dapat memahami bagan di atas, maka dapat diuraikan alur

bagan yang merupakan alur dalam prosedur penelitian sebagai berikut :

1) Tahap persiapan penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, yakni

perumusan masalah, pengajuan judul, penyusunan proposal dan mengurus

perijinan.

2) Tahap pengumpulan data

Kegiatan ini dilakukan setelah persiapan penelitian selesai adalah

mengumpulkan data di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Ketiga

Persiapan Penelitian

Pembuatan Proposal dan Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data Awal

Analisis Data Akhir

Penarikan/ Kesimpulan

Penyusunan Laporan dan Penggandaan

Page 74: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

teknik tersebut dilaksanakan agar saling melengkapi antara data yang satu

dengan data yang lain sehingga akan diperoleh data yang benar-benar

valid.

3) Tahap analisis data awal

Analisis data awal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah data yang telah dikumpulkan sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan demikian akan diketahui data-data yang diperlukan dan tidak

diperlukan sehingga data yang diambil sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan.

4) Tahap analisis data akhir

Data yang diperoleh dalam tahap ini adalah semua data yang telah

melampaui analisis awal, sehingga data yang dihasilkan merupakan data

yang valid

5) Tahap penarikan kesimpulan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menarik kesimpulan

yang didasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung oleh semua data

yang telah dianalisis. Dengan demikian akan diperoleh hasil penelitian

yang dapat dipertanggungjawabkan.

6) Tahap penyusunan laporan dan penggandaan

Pada tahap ini semua kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian

disusun dan ditulis dalam bentuk laporan hasil penelitian sesuai dengan

aturan-aturan yang ada. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Page 75: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

berada di Jl. Ir. Sutami no 36 A Kentingan Kecamatan Jebres Kotamadya

Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan SK Presiden RI No. 10 tahun

1976 tanggal 8 Maret 1976 didirikan sebuah universitas negeri di Surakarta

dengan nama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret dan disingkat UNS,

yang merupakan penyatuan dari 5 (lima) perguruan tinggi yang ada di

Surakarta waktu itu.

Dengan lahirnya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret

tersebut IKIP Negeri Surakarta dan STO Negeri Surakarta ditutup dan

selanjutnya menjadi fakultas di lingkungan Universitas Negeri Surakarta

Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam :

a) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan

b) Fakultas Keguruan.

Berdasarkan SK Presiden No. 55 tahun 1982 Fakultas Ilmu

Pendidikan dan Fakultas Keguruan digabung menjadi satu fakultas dengan

nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Dalam perjalanan program studi yang terdapat di FKIP UNS

mengalami beberapa perubahan. Pada tahun akademik 1997/1998 program

studi yang ada di FKIP UNS mengacu pada SK Dirjen Dikti No.

222/Dikti/Kep/1966 tanggal 11 Juli 1966. berdasarkab SK tersebut program

studi di lingkungan FKIP UNS sebanyak 16. Pada bulan Desember 2000,

berdasarkan SK DIKTI Depdiknas Np. 442/Dikti/KEP/2000 tanggal 20

Desember tentang pembentukan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi di UNS, maka mulai tahun akademik 2001/2002 secara resmi

55

Page 76: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Program Studi Sosiologi Antropologi dibuka dibawah Jurusan P. IPS FKIP

UNS.

Sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti nomor

400a/Dikti/Kep/1992 dan nomor 400b/Dikti/Kep/1992 FKIP UNS merupakan

salah satu Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia yang

mendapat tugas menyelenggarakan Program D-2 PGSD baik guru kelas

maupun guru pendidikan jasmani. Berdasarkan surat Dirjen Dikti nomor

4856/D/T/2004 FKIP UNS diijinkan menyelenggarakan Program Pendidikan

Guru Taman Kanak-Kanak jenjang D-2. Dengan demikian di FKIP UNS

sekarang ada 19 program studi, yaitu :

1) Pendidikan Luar Biasa

2) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

3) Pendidikan Bahasa Inggris

4) Pendidikan Seni Rupa

5) Pendidikan Matematika

6) Pendidikan Fisika

7) Pendidikan Kimia

8) Pendidikan Biologi

9) Pendidikan Sejarah

10) Pendidikan Geografi

11) Pendidikan Kewarganegaraan

12) Pendidikan Eknomi

13) Pendidikan Sosiologi Antropologi

14) Pendidikan Teknik Bangunan

15) Pendidikan Teknik Mesin

16) Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

17) Pendidikan Kepelatihan Olahraga

18) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

19) Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak.

Page 77: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

2. Visi, Misi, dan Tujuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

a. Visi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

Untuk menjadi tenaga kependidikan yang handal harus memiliki

seperangkat kompetensi. Kompetensi utama yang harus melekat pada tenaga

kependidikan adalah nilai-nilai kejujuran, keamanahan, keteladanan, dan

mampu melakukan pendekatan yang pedogogis serta mampu berfikir dan

bertindak cerdas. Dengan karakteristik semacam ini, maka visi FKIP UNS

adalah menjadi LPTK Penghasil dan Pengembang Tenaga Kependidikan

Berkarakter Kuat dan Cerdas.

b. Misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS

Surakarta

Misi adalah suatu tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga agar

dapat mencapai tujuan yang telah digariskan. Adapun misi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta adalah sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran, dan bimbingan secara

efektif untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang unggul,

berdaya saing tinggi, mandiri, dan berkepribadian.

2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan yang mendukung

pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran serta mampu

menghasilkan berbagai inovasi dalam bidang kependidikan.

3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam

bidang kependidikan yang bermanfaat bagi masyarakat.

4) Mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni yang menunjang

pengembangan bidang kependidikan.

c. Tujuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS

Surakarta

Tujuan adalah sasaran jangka panjang yang ingin dicapai oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta. Adapun

tujuan yang ingin dicapai oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) UNS Surakarta adalah sebagai berikut:

Page 78: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

1) Menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tinggi dan

berkepribadian pendidik serta masa studi dan masa tunggu makin

pendek.

2) Menghasilkan penelitian dan pengembangan yang semakin

meningkat dalam kualitas maupun kuantitas.

3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang semakin

meningkat dalam kualitas dan kuantitas.

4) Menghasilkan produk-produk inovatif dalam bidang kependidikan.

3. Unsur-Unsur Pelaksana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

a. Unsur Pimpinan Fakultas

Fakultas adalah unsur pelaksana akademik yang melaksanakan

sebagian tugas pokok dan fungsi UNS yang berada dibawah rektor. Fakultas

mempunyai tugas mengkoordinasikan dan atau melaksanakan pendidikan

akademik dan profesional dalam suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian tertentu. Fakultas dipimpin ileh dekan yang bertanggungjawab

secara langsung kepada rektor. Dekan mempunyai tugas memimpin

penyelenggaraan pendidikan, penelitian pengabdian masyarakat, membina

tenaga kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi

fakultas. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dekan dibanru oleh tiga orang

pembantu dekan yang bertanggungjawab secara langsung kepada dekan.

Pembantu dekan sebagai pelaksana tugas sehari-hari dekan terdiri atas :

1) Pembantu Dekan Bidang Akademik yang selanjutnya disebut sebagai

Pembantu Dekan I, yang mempunyai tugas membantu Dekan dalam

memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat.

2) Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan yang

selanjutnya disebut sebagai Pembantu Dekan II, yang mempunyai

tugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di

Page 79: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

bidang administrasi umum, keuangan, kepegawaian, perlengkapan,

kerumahtanggaan, pemeliharaan ketertiban dan ketatausahaan.

3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut

sebagai Pembantu Dekan III, yang mempunyai tugas membantu

Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan dibidang pembinaan

serta layanan kesejahteraan mahasiswa.

b. Senat Fakultas

Senat fakultas adalah badan normatif dan perwakilan tertingi di

lingkungan fakultas yang memiliki wewenang untuk menjabarkan kebijakan

dan peraturan universitas. Senat FKIP UNS terdiri atas guru besar, pimpinan

fakultas, para ketua jurusan dan wakil dosen.

c. Unsur Pelaksana Akademik

1) Jurusan

Jurusan adalah unsur pelaksana akademik pada fakultas dibidang

studi tertentu yang berada di bawah dekan. Jurusan dipimpin oleh

seorang ketua jurusan yang dipilih diantara tenaga pengajar dan

bertanggungjawab secara langsung kepada dekan. Dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari ketua jurusan dibantu oleh sekretaris jurusan. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS memiliki enam jurusan, yaitu :

a. Jurusan Ilmu Pendidikan (IP)

b. Jurusan Ilmu Penetahuan Sosial (PIPS)

c. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(PMIPA)

d. Jurusan Bahasa dan Seni(PBS)

e. Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan (PTK)

f. Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (POK)

2) Program studi

Program Studi adalah unsur pelaksana akademik pada jurusan

dibidang studi tertentu yang berada dibawah ketua jurusan. Program

studi dipimpin oleh seorang ketua program studi yang dipilih diantara

tenaga pengajar dan bertanggungjawab secara langsung kepada ketua

Page 80: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

jurusan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari ketua program studi

dibantu oleh sekretaris program studi. Program studi yang ada pada

masing-masing jurusan di FKIP UNS adalah :

a. Jurusan Ilmu Pendidikan, dengan program studi :

1. Pendidikan Luar Biasa (PLB)

2. Bimbingan dan Konseling

3. Pendidikan Guru Sekolah Dasara (PGSD)

4. Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK)

b. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), dengan

program studi :

1. Pendidikan Ekonomi yang terdiri atas :

a) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga

b) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

c) Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi

Perkantoran

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

3. Pendidikan Geografi

4. Pendidikan Sejarah

5. Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

c. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(PMIPA), dengan program studi :

1. Pendidikan Matematika

2. Pendidikan Fisika

3. Pendidikan Kimia

4. Pendidikan Biologi

d. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (PBS), dengan program

studi :

1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

2. Pendidikan Bahasa Inggris

3. Pendidikan Seni Rupa

Page 81: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

e. Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan (PTK), dengan

program studi :

1. Pendidikan Teknik Mesin

2. Pendidikan Teknik Bangunan

f. Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (POK), dengan

program studi :

1. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

2. Pendidikan Kepelatihan Olahraga

3) Laboratorium

Laboratorium merupakan sarana atau perangkat penunjang

pelaksanaan pendidikan pada jurusan pendidikan akademik dan

profesional. Laboratorium dipimpin oleh seorang dosen yang

keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, dan kesenian tertentu sebagai penunjang

pelaksanaan tugas pokok jurusan sesuai dengan ketentuan bidang yang

bersangkutan.

Laboratorium FKIP UNS tidak mengacu pada jurusan, tetapi

mengacu pada program studi. Oleh karena itu pada setiap program studi

dan BKK mempunyai laboratorium masing-masing yang dipimpin oleh

ketua laboratorium dan bertanggungjawab secara langsung kepada ketua

program atau ketua BKK masing-masing.

4) Dosen

Dosen adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang

bertanggungjawab secara langsung kepada dekan. Dosen yang ada di

FKIP UNS terdiri atas dosen biasa (tetap), dosen luar biasa, dan dosen

tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Unsur Pelaksana Administrasi

Bagian administrasi (tata usaha) merupakan penunjang kelancaran

tugas pimpinan fakultas yang melaksanakan kegiatan administrasi umum dan

perlengkapan, keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan, dan pendidikan di

Page 82: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

fakultas. Bagian admistrasi yang ada di FKIP UNS dibagi dalam empat sub

bagian yang meliputi :

1) Sub bagian Pendidikan, mempunyai tugas :

a. Melakukan administrasi pendidikan

b. Melakukan administrasi penelitian

c. Melakukan administrasi pengabdian masyarakat

2) Sub bagian Keuangan dan Kepegawaian, mempunyai tugas :

a. Melakukan administrasi keuangan

b. Melakukan administrasi kepegawaian

3) Sub bagian Kemahasiswaan, mempunyai tugas :

a. Melakukan administrasi kemahasiswaan

b. Melakukan administrasi alumni

4) Sub bagian Umum dan Perlengkapan, mempunyai tugas :

a. Melakukan urusan tata usaha

b. Melakukan urusan rumah tangga

c. Melakukan urusan perlengkapan

e. Unsur penunjang

1) Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai fungsi pelayanan bahan pustaka dan

kegiatan lain untuk keperluan pendidikan dan pengajaran, penelitian

serta pengabdian kepada masyarakat, kepada mahasiswa, dosen, dan

karyawan di lingkungan FKIP UNS pada umumnya.

2) Kurikulum

Kurikulum yang berlaku adalah kurikulum nasional yang telah

ditetapkan dengan SK Rektor No. 398/PT.40.H/1995, dan telah

direkontruksi kembali tahun 2002.

4. Tempat Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan merupakan fakultas dengan

mahasiswa terbanayak di universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga untuk

Page 83: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

melaksanakan pendidikan dibutuhkan lebih banyak gedung beserta lebih

banyak fasilitas perkuliahan. Adapun tempat penyelenggaraan pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS dibagi menjadi lima tempat,

yaitu :

1) Kampus FKIP I

Kampus FKIP ini beralamat di Jl. Ir Sutami 36 A Kentingan

Surakarta. Di lokasi inilah letak gedung Dekanat, yaitu tempat dimana

para steakholder tingkat fakultas menjalankan aktivitasnya. Selain itu

dilokasi ini juga merupakan tempat penyelenggaraan pendidikan bagi :

a. Jurusan Ilmu Pendidikan (kecuali Program Studi PGSD dan

PGTK)

b. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

c. Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

d. Jurusan Pendidikan MIPA

2) Kampus FKIP II

Kampus FKIP II ini beralamat di Ngoresan Jebres Surakarta. Di

lokasi ini dilaksanakan pendidikan bagi Jurusan Pendidikan Olahraga

dan Kesehatan.

3) Kampus FKIP III

Kampus FKIP III ini beralamat di Jl. Menteri Supeno Manahan

Surakarta. Di lokasi ini diselenggarakan pendidikan bagi Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dan PGSD Guru Penjas.

4) Kampus FKIP IV

Kampus FKIP IV ini beralamat di Jl. Slamet Riyadi 449 Kleco

Surakarta. Di lokasi ini diselenggarakan pendidikan bagi Program PGSD

Guru Kelas dan PGTK.

5) Kampus FKIP V

Kampus FKIP V ini beralamat di Jl. Raya Kartasura. Di lokasi ini

diselenggarakan pendidikan bagi Jurusan Pendidikan Teknik dan

Kejuruan.

6) Kampus FKIP VI

Page 84: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Kampus FKIP VI ini beralamat di Jl. Kepodang 67 A Kebumen. Di

lokasi ini diselenggarakan pendidikan Program PGSD Guru Kelas dan

PGTK.

B. Deskripsi Masalah Penelitian

1. Peran Kepemimpinan Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS

Proses pencapaian tujuan sebuah organisasi tidak lepas dari

keberadaan seorang pemimpin. Pemimpin yang dibahas dalam penelitian ini

adalah pemimpin visioner, yaitu pemimpin yang dalam memimpin aktivitas

organisasinya berusaha menekankan pada visi dan misi yang telah ditentukan

bersama-sama kepada anggota sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas,

sehingga langkah-langkah kerja mulai dari perencanaan, sosialisasi,

pelaksanaan, dan evaluasi merupakan perwujudan dari visi dan misi

organisasi. Seorang pemimpin visioner diharapkan mampu untuk

mengartikulasikan visi dan misi bagi seluruh anggota dalam organisasi. Visi

dan misi bagi organisasi juga merupakan hal yang penting, sebab dengan

adanya visi dan misi anggota organisasi akan lebih tahu arah dan tujuan yang

akan dicapai. Selain itu semua aktivitas anggota dalam organisasi tersebut

akan selalu berorientasi pada visi dan misi yang akhirnya pencapaian tujuan

organisasi secara langsung maupun tidak langsung merupakan implementasi

dari visi yang akan mempercepat dan memperlancar pencapaian tujuan. Hal

ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan I pada tanggal 24 Juli

2009 :

Visi dan misi pada sebuah organisasi sangatlah penting artinya, sebab akan sangat membantu bagi semua elemen organisasi baik pemimpin maupun anggota pada tingkat paling bawah. Dari visi dan misi yang telah dirumuskan bersama itu akan muncul rasa memiliki kesamaan pandangan, kesamaan pola berfikir, kesamaan tanggungjawab untuk kesuksesan bersama dalam mencapai tujuan organisasi, sebab visi dan misi akan selalu menjadi pegangan dalam beraktivitas.

Page 85: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Hal senada juga diungkapkan informan III yang dalam wawancara

pada tanggal 20 Juli 2009 yang menyatakan bahwa :

Untuk mencapai tujuan organisasi perlu ada sebuah aturan main atau role of playing yang di dalamnya, nah dalam hal ini tentu saja yang dimaksud adalah visi dan misi organisasi. Fungsinya adalah sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan yang kalau di FKIP dijabarkan ke dalam Renstra maupun Proker, akan tetapi semua visi dan misi ini tetap harus dikawal oleh pemimpin yang kuat dan seluruh civitas akademika”.

Keterangan yang sama juga disampaikan oleh informan VI dalam

wawancara pada tanggal 28 Juli 2009 yang menyatakan bahwa ” Bagi saya

visi dan misi yang sudah dipaparkan ini menjadi inspirator, motivator, serta

menjadi sebuah tali urutan yang saling mengkaitkan diantara program kerja

yang Prodi rancang. Sehingga dapat dikatakan bahwa program kerja yang ada

di Prodi ini merupakan pengejawantahan dari visi dan misi dari fakultas dan

merupakan patokan bersama”.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai keberhasilan FKIP UNS perlu adanya arah dan tujuan yang jelas

yang dirangkum dalam sebuah visi dan misi, kemudian dijabarkan ke dalam

rencana dan strategi pencapaian tujuan, program kerja baik jangka panjang

maupun jangka pendek yang merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis dalam beraktivitas serta perlu di kawal oleh seorang pemimpin yang

kuat dan mampu menggerakkan semua civitas akademika untuk

mengimplementasikan visi kedalam aktivitas perkuliahannya.

Dalam menjalankan dan memimpin organisasi, seorang pemimpin

visioner tentu akan menjalankan proses administrasi. Karena kepemimpinan

merupakan inti dari proses administrasi yang didalamnya mencakup proses

manajemen. Proses adminstrasi dan manajemen yang baik akan terwujud

dengan baik apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang profesional.

Seorang pemimpin visioner dalam menjalankan dan memimpin

organisasi pasti akan melewati tahapan proses planing (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controling

Page 86: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

(pengawasan) dan evaluating (evaluasi). Dalam penelitian ini proses planing

yang dimaksud adalah penyusunan visi dan misi FKIP UNS, organizing yang

dimaksud adalah penyiapan segala elemen yang dibutuhkan untuk

mewujudkan visi dan misi melalui proses sosialisasi kepada seluruh civitas

akademika, actuating yang dimaksud adalah implementasi atau pelaksanaan

dari visi dan misi dengan berbagai aktivitas, dan controling adalah

pengawalan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan, dan evaluating yang dimaksud adalah evaluasi terhadap

implementasi atau pelaksanaan kegiatan berdasarkan laporan pada proses

pengawalan dan pengawasan. Dari semua tahapan diatas pemimpin memiliki

peran yang sangat penting, karena pemimpin yang akan dimintai

pertanggungjawaban terhadap kesuksesan pencapaian tujuan organisasi.

Apabila semua tahapan proses diatas terlewati maka akan terlihat kendala-

kendala yang muncul untuk dicari solusinya bersama.

a. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Penyusunan Visi dan Misi

FKIP UNS Surakarta

Visi adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun

waktu tertentu. Visi yang jelas dapat mendorong terjadinya perubahan dalam

organisasi. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa

tumbuh, belajar, serta berkembang dalam mempertahankan keberadaannya

sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Visi tersebut dapat

mengikat seluruh anggotanya, juga mampu menjadi sumber inspirasi dalam

menjalankan tugas mereka. Oleh karena itu, visi bersama juga berfungsi

membangkitkan dan mengarahkan. Menjalankan visi secara benar akan

memberikan dampak yang mencerahkan organisasi. Misi adalah penjabaran

secara riil dari visi, jadi bisa dikatakan bahwa misi merupakan

pengejawantahan dari visi organisasi.

FKIP UNS memiliki visi Menjadi LPTK Penghasil dan

Pengembang Tenaga Kependidikan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Adapun

maksud dari tenaga kependidikan berkarakter adalah seorang pendidik yang

memiliki kualitas moral, etis, tabiat, moral yang diwujudkan melalui proses

Page 87: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

belajar mengajar yang tidak hanya mampu untuk memberi pengetahuan

mutakhir saja tetapi mampu memberi kesadaran kepada peserta didik tentang

pentingnya nilai-nilai moral dengan memberi keteladanan agar peserta didik

mampu mengarungi kehidupan masa depannya. Sedang tenaga kependidikan

cerdas adalah seorang pendidik yang mampu mengkolaborasikan kemampuan

intelektual, emosional, dan spiritual dalam proses belajar mengajar sehingga

dapat mempengaruhi pola pikir serta tingkah laku peserta didik agar terbuka

kemauan dan kemampuannya untuk berfikir tentang manfaat dan tujuan

hidupnya di masa depan.

Untuk menyusun sebuah visi dan misi dibutuhkan sebuah landasan

yang mendasari penyusunannya. Sehingga nantinya visi dan misi yang ada

bukanlah sekedar menjadi tulisan yang kurang bermakna. Di FKIP UNS visi

dan misi disusun atas beberapa hal yang mendasar, sebagaimana diungkapkan

oleh informan I yang menjabat sebagai Dekan FKIP UNS dalam wawancara

tanggal 24 Juli 2009 mengungkapkan bahwa :

Memang ide visi dan misi FKIP kita ini berawal dari pemikiran saya ketika saya mendapat amanah untuk memimpin FKIP ini, yaitu tahun 2007, yang kemudian dibahas dan disempurnakan oleh tim saya yang beliau-beliau adalah stakeholder yang ada di FKIP, baru diajukan ke Senat untuk disetujui dan disahkan. Yang menjadi dasar adalah keprihatinan saya karena banyak sekali kecurangan di dunia pendidikan yang justru dilakukan oleh beberapa oknum guru, misalnya guru malah memberi kunci jawaban kepada siswa dalam pelaksanaan UN karena alasan tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena dunia pendidikan kita lebih cenderung mengajarkan pada aspek kognitif saja, sehingga aspek pembentukan karakter siswa kurang disentuh. Memang cerdas itu utama tetapi tentang karakter moral kuat bangsa Indonesia yang baik jangan sampai kurang diutamakan. Yang efek secara nasional juga terasa sekali dengan terjadinya kemerosotan moral yang saat ini mengkhawatirkan. Nah FKIP sebagai penghasil guru, yang nantinya guru tersebut akan menjadi tenaga pendidik, haruslah benar-benar menghasilkan guru yang bukan hanya cerdas tetapi juga harus mengajarkan moral dan karakter yang kuat bagi para siswanya, dan itu tanggungjawab kita bersama.

Selain itu yang menjadi dasar penyusunan visi dan misi FKIP UNS

menurut temuan penulis melalui analisis dokumen juga ikut memperkuat info

Page 88: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

diatas. Dalam buku Rencana Strategis Pengembangan FKIP UNS 2007-2011

halaman 1 disebutkan bahwa :

Dalam upaya memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK), termasuk FKIP UNS memiliki peran yang besar terutama dalam menyiapkan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkaulitas. Pada gilirannya tenaga pendidik ini diharapkan mampu mendidik peserta didik yang berkualitas pula. Memenuhi UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), peran LPTK semakin jelas, tetapi juga memiliki tantangan dan persoalan yang makin berat. LPTK bukan hanya lembaga pendidikan sebagaimana pendidikan yang lain tetapi juga merupakan lembaga kependidikan yang mampu menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan calon tenaga pendidik dan kependidikan yang cerdas serta berkarakter kuat.

Selain itu dasar penyusunan visi dan misi FKIP juga disampaikan

oleh informan II dalam wawancara tanggal 20 Juli 2009 yang menyatakan

bahwa:

Saya terlibat secara langsung dalam penyusunannya, kemudian yang mendasari penyusunan visi dan misi di fakultas ini adalah dengan adanya globalisasi. Tentu akan menjadi hal yang biasa kalau perguruan tinggi luar negeri akan berdiri dan ikut menjadi pesaing bagi perguruan tinggi dalam negeri. Secara nasioanal kita juga dihadapkan pada sejumlah tuntutan, seperti misalnya arah PTN sebagai Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang baru ramai dibicarakan, peningkatan status akreditasi bagi Prodi, lulusan yang diharapkan berkompetensi, percepatan studi, bahkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mencanangkan pada tahun 2015 perguruan tinggi di Indonesia harus sudah berkelas dunia (World Class University). Oleh karena itu kita sebagai salah satu LPTK sudah selayaknya juga merespon positif dan memprogramkannya dan pada prosesnya di FKIP hal itu dijadikan salah satu landasan penyusunan visi dan misi”.

Informan IV ikut memperkuat pernyataan diatas dalam hasil

wawancara pada tanggal 29 Juli 2009 yang menyatakan bahwa “ Dasarnya

beberapa hal, antara lain terkait dengan tujuan dan fungsi FKIP sebagai LPTK

yang mendapat tantangan dari berbagai pihak, ada juga karena kompetitor

Page 89: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

yang selalu berkembang dan meningkatkan kualitasnya, dan karena kebutuhan

masyarakat untuk mendapat pelayanan pendidikan yang terbaik”.

Pendapat pendukung disampaikan oleh informan II dalam

wawancara pada tanggal 20 Juli 2009 yang menyatakan ”Peran pimpinan

fakultas ya mengarahkan, sehingga visi dan misi sesuai dengan konsep awal

yang datangnya konsep itu dari beliau”.

Dalam penyusunan visi dan misi peran seorang pemimpin sangatlah

penting, karena perencanaan visi dan misi ini yang menjadi pijakan utama

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sebagaimana disampaikan oleh

informan I dalam wawancara tanggal 24 Juli 2009 bahwa ”Peran saya ya

sebagai inspirator, motivator, konsultan pada saat visi dan misi ini dirancang”

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat diketahui bahwa visi dan

misi FKIP UNS yang baru mulai direncanakan mulai tahun 2007 dan bermula

dari pemikiran pemimpin fakultas yang kemudian dikaji dan disempurnakan

oleh tim yang merupakan stakeholder yang ada di dalam FKIP kemudian

dikonsultasikan kepada Dewan Senat untuk disahkan sebagai visi dan misi.

Adapun alasan yang mendasari penyusunan visi dan misi yang paling utama

adalah adanya keperihatinan terhadap kemerosotan moral generasi penerus

bangsa yang sebabnya diindikasikan proses pembelajaran kurang menyentuh

masalah pembentukan moral peserta didik dan adanya berbagai tuntutan dari

berbagai pihak akan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan

kepada FKIP UNS sebagai salah satu penghasil tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas.

Kesimpulan yang dapat disampaikan juga bahwa peran pemimpin

fakultas dalam perencaan visi dan misi FKIP UNS adalah sebagai inspirator,

motivator, konsultan, dan berperan untuk mengarahkan visi dan misi agar

sesuai dengan konsep awal.

b. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mensosialisasikan Visi dan

Misi Kepada Civitas Akademika di FKIP UNS Surakarta

Untuk memaksimalkan hasil pencapaian tujuan yang sudah

direncanakan oleh sebuah organisasi, setelah dilakukannya penetapan visi dan

Page 90: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

misi organisasi, proses yang harus ditempuh berikutnya adalah sosialisasi

kepada seluruh anggota organisasi. Sosialisasi merupakan proses

menginformasikan dan menjelaskan tentang sesuatu hal. Sosialisasi tentang

visi dan misi FKIP UNS berarti menginformasikan dan menjelaskan tentang

segala sesuatu yang berkaitan dengan visi dan misi tersebut bagi civitas

akademika yang mencakup makna dan arti serta berbagai upaya yang

dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi. Tentu saja semua proses

sosialisasi ini tidak mungkin dilakukan seorang diri oleh pimpinan fakultas,

tetapi melibatkan berbagai pihak terutama stakeholder yang ada di FKIP.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh informan I dalam

wawancara tanggal 24 Juli 2009 menyatakan bahwa :

Proses sosialisasi visi dan misi FKIP UNS bagi kalangan dosen dan mahasiswa serta seluruh civitas akademika kami lakukan dengan berbagai teknik dan pendekatan. Hal ini kami lakukan agar mereka benar-benar paham dan mengerti tentang visi fakultas ini sehingga mereka tidak salah arah dan tujuan dalam melangkah menuju cita-cita bersama. Adapun teknik dan pendekatan itu misalnya 1) melaui media cetak dan elektronik, kalau yang media cetak misalnya kami memberikan buku pedoman akademik kepada para mahasiswa baru yang didalamnya terdapat paparan dan penjelasan yang lengkap tentang seluk-beluk FKIP UNS, selain itu setiap prodi juga kami beri buku tersebut, harapannya mereka juga biar tahu, 2) sosialisasi juga kami lakukan melalui acara-acara formal, misal pada saat ospek maru kami biasanya memaparkannya juga, atau dikalangan dosen pada saat diadakan acara rapat ketua jurusan, ketua prodi, maupun ketua BKK, yang harapannya mereka akan menyampaikannya pula kepada para dosen di tingkat bawahnya, 3) melalui sebuah lokakarya, 4) melalui poster dan stiker yang kami bagikan, 5) melalui seminar, 6) pada saat ada sertifikasi guru yang dilaksanakan di UNS pun kami juga sampaikan. Jadi kami selalu berusaha menyebarluaskan visi misi ini melalui berbagai teknik, cara, waktu, dan pendekatan secara terus menerus.

Hal senada juga disampaikan oleh informan VI dalam wawancara

pada tanggal 28 Juli 2009 yang menyatakan bahwa :

Saya rasa sosialisasi yang dilakukan oleh pimpinan fakultas beserta jajarannya sudah cukup maksimal. Walaupun memang belum ada event yang dibuat secara khusus untuk mensosialisasikan visi dan misi tetapi justru sosialisasi dilakukan melalui acara-acara yang tidak khusus dirancang untuk kegiatan sosialisasi, misalnya pada acara

Page 91: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

MKPF (Musyawarah Kerja Pimpinan Fakultas) pimpinan sering menyampaikan tentang visi dan misi dan itu menurut saya adalah bagian dari sosialisasi, atau pada saat ada pertemuan-pertemuan formal lainnya di fakultas, pimpinan juga menyampaikan tentang visi dan misi tetapi hanya gambaran secara umum saja tidak detail. Nah kalau yang penjelasan visi dan misi secara detail juga ada, tetapi disampaiakan secara tidak langsung, karena berupa buku pedoman, buku Renstra yang di dalamnya mengupas secara lengkap mulai dari makna, rencana serta strategi untuk ke arah sana.

Hal yang sedikit berbeda diungkapkan oleh informan VII pada

wawancara tanggal 11 Juli 2009 yang menyatakan bahwa “Tentang sosialisasi

visi dan misi secara formal belum pernah ada sosialisasi, saya mengetahui

tentang visi dan misi ini malah dalam acara-acara informal diawal-awal visi

dan misi ini dijalankan”

Menurut informasi diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi yang

dilakukan oleh pimpinan FKIP dilakukan dengan berbagai cara dan

kesempatan secara terus menerus selama periode visi dan misi ini

berlangsung. Hal ini sepatutnya dilakukan agar semua civitas akademika

mengetahui dan memahami tentang visi dan misi, dan dilakukan secara terus

menerus sebab di FKIP UNS selalu ada mahasiswa baru, karyawan baru, serta

dosen baru yang perlu mengetahui arah dan tujuan FKIP melalui visi dan misi.

Hal ini didukung oleh penyataan informan VIII yang menyatakan “Seingat

saya saat saya masuk FKIP pertama kali ada semacam presentasi yang

dilakukan oleh Pak Dekan dan Pak Pembantu Dekan serta panitia Osmaru

yang pada intinya menyampaikan tentang visi dan misi serta upaya-upayanya,

dari situ saya baru tahu seperti apa sih visi dan misinya”.(hasil wawancara

tanggal 12 Juli 2009).

Upaya sosialisasi visi dan misi FKIP UNS yang telah dilakukan juga

dipaparkan dalam buku Portofolio FKIP UNS Tahun 2008 halaman 3 dan 13,

menyebutkan bahwa :

Dalam upaya mewujudkan visi, misi, tujuan, dan strategi yang telah ditetapkan, FKIP secara terus menerus berusaha mensosialisasikan visi, misi, dan tujuan serta memotivasi seluruh civitas akademika untuk bersama-sama mewujudkannya. Adapun usaha-usaha tersebut antara lain :

Page 92: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

1. Mensosialisasikan visi, misi, dan tujuan FKIP melalui berbagai kesempatan seperti MKPF, kuliah perdana, Osmaru, stiker, mass media (cetak dan elektronik), disisipkan dalam berbagai kesempatan, ditulis pada papan di lingkungan kampus.

2. Pengiriman Renstra yang sudah dicetak ke masing-masing jurusan, prodi/BKK dan semua bagian di lingkungan FKIP.

3. Workshop Management Spiritual Empowering and Leadership yang diikuiti oleh seluruh pimpinan fakultas, jurusan, dan program studi/BKK.

4. Spiritual Empowerment Lectures (penajaman visi dan misi FKIP).

5. Pelatihan Spiritual Empowerment Lectures. 6. Pumping Empowerment for Student. 7. Penandatanganan bersama komitmen untuk mewujudkan visi,

misi, dan tujuan FKIP. 8. Website FKIP UNS yang bisa diakses oleh semua civitas

akademika dan stakeholders.

Proses sosialisasi ini bertujuan untuk menyatukan persepsi seluruh

civitas akademika sehingga diharapkan dalam merumuskan visi dan misi pada

tingkat Jurusan, Prodi, dan BKK dapat selaras dengan visi dan misi FKIP

UNS. Selain itu sosialisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kesiapan seluruh civitas akademika untuk melaksanakan visi dan misi FKIP

UNS, hal ini sesuai dengan informasi dari informan I yang berujar “

Tujuannya biar semua civitas paham dan tahu apa yang menjadi cita-cita kita,

juga biar kesiapannya semakin mantap, sehingga tidak bertepuk sebelah

tangan dan ibarat gayung bersambut kan gitu?. Sehingga efeknya kita semua

berusaha optimal melalui rel yang ada”.

Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas adalah sosialisasi visi dan

misi yang dilakukan oleh pimpinan FKIP UNS dan jajarannya telah berjalan

dengan baik. Proses sosialisasi ini memang tidak bisa dilakukan oleh

pimpinan fakultas sendiri, tetapi pimpinan fakultas memberi mandat kepada

para Pembantu Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Prodi, Ketua BKK untuk

menyebarluaskan visi dan misi ini kepada anggota yang berada dibawahnya.

Keterlibatan dosen sebagai bagian dari civitas akademika dalam

mensosialisasikan visi dan misi kepada mahasiswa dilakukan melalui

Page 93: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

perkuliahan. Sehingga dapat dikatakan ada pendelegasian wewenang yang

dilakukan oleh pemimpin.

Adapun teknik sosialisasi visi dan misi FKIP dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1) Secara langsung, yaitu sosialisasi yang dilakukan dengan

menyampaikan secara langsung kepada civitas akademika

melalui forum formal. Misalnya pada kegiatan MKPF, seminar,

lokakarya, Osmaru, dll.

2) Secara tidak langsung, yaitu sosialisasi yang dilakukan tidak

secara langsung pada suatu kegiatan tertentu (informal), tetapi

menggunakan media-media tertentu yang dapat mendukung

sosialisasi. Misalnya melalui Buku Pedoman Akademik, Renstra,

stiker, dll.

c. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mengimplementasikan Visi

dan Misi bagi Civitas Akademika di FKIP UNS Surakarta

Visi dan misi tidak hanya cukup disosialisasikan, namun yang paling

penting adalah bagaimana mengimplementasikan visi dan misi yang ada.

Implementasi diartikan sebagai usaha atau upaya untuk mewujudkan visi dan

misi melalui proses kerja atau berbagai jenis kegiatan pendukung lainnya.

Pada implementasi, organisasi harus berpedoman pada sebuah petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis, bisa berupa program kerja jangka pendek,

jangka menengah, dan jangka panjang, sehingga nantinya target pencapaian

tujuan organisasi dapat sesuai dengan apa yang telah diprogramkan dan tepat

pada waktunya.

Pengimplementasian visi dan misi di tingkat fakultas berpedoman

pada rencana dan strategi pengembangan FKIP UNS 2007-2011 dan program

kerja tahunan, hal ini disebabkan karena di FKIP UNS terjadi perubahan visi

dan misi sejak kepemimpinan dekan baru yang dimulai sejak tahun 2007

sampai dengan 2011 sesuai dengan masa bhaktinya. Sehingga diharapkan

selama lima tahun visi dan misi ini diimplementasikan dengan hasil yang

Page 94: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

maksimal. Kemudian rencana dan strategi pengembangan di tingkat fakultas

ini dijadikan acuan oleh tingkat dibawahnya (Jurusan, Prodi, BKK) untuk

membuat program kerja. Sehingga nantinya akan terjadi kesesuaian program

kerja antara fakultas, jurusan, prodi,BKK.

Dalam implementasi visi dan misi peran pemimpin sangatlah

penting. Karena pemimpin bertanggungjawab sepenuhnya atas terlaksananya

program kerja, visi dan misi jurusan, program studi/BKK harus sejalan dengan

visi dan misi fakultas, walaupun tidak mungkin dilakukan sendiri. Sehingga

pendelegasian wewenang kepada stakeholder yang ada dibawahnya sebaiknya

dilakukan. Hal ini sesuai dengan paparan informan I yang menyatakan bahwa

:

Dalam implementasi visi dan misi tidak mungkin saya lakukan sendiri, semua pihak harus ikut mendukung dalam bentuk sebuah kerjasama yang baik. Saya memberikan wewenang kepada Pembantu Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Prodi, Ketua BKK, dosen, dan seluruh civitas akademika untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan porsinya masing-masing pula. Sehingga apabila semua berjalan pada rel masing-masing tentu kita akan sampai pada satu tujuan secara bersama-sama. Kalau peran saya secara pribadi sebagai pimpinan untuk mengimplementasikan visi dan misi ya banyak, misalnya saya selalu berusaha memberi tulodho atau contoh perilaku disiplin kerja yang baik, sampai ada sebuah komitmen bersama yang telah ditandatangani oleh semua pimpinan yang ada di fakultas ini. Selain itu saya juga membangun sistem koordinasi dan komunikasi yang efektif dengan semua pimpinan di fakultas. Hal lain misalnya kita dari fakultas selalu berupaya meningkatkan kualitas tenaga pengajar (dosen) dengan mengirim ke Diklat, melalui bea siswa studi lanjut.(Hasil wawancara tanggal 24 Juli 2009)

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan informan II dalam wawancara

tanggal 20 Juli 2009 :

Tentu ada pendelegasian wewenang dalam implementasi visi dan misi karena tidak mungkin Pak Dekan melakukannya sendirian kan mas?. Saya sebagai Pembantu Dekan I diberi wewenang untuk membantu mengimplentasikan ini dengan mengoptimalkan kerja pada bidang pendidikan, adapun hal yang kami lakukan antara lain dengan merancang, mengkoordinasikan, mengkonsultasikan, serta selalu meningkatkan kualitas kurikulum dengan pihak-pihak terkait, ya Ketua Jurusan, Prodi. Kurikulum yang diterapkan pada perkuliahan diharapkan menyentuh semua aspek pembelajaran baik

Page 95: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

kognitif, afektif, dan psikomotorik agar lulusannya seperti yang diharapkan dalam visi yaitu lulusan yang berkarakter kuat dan cerdas.

Upaya implementasi visi dan misi FKIP UNS yang telah dilakukan

di bidang I (Pendidikan), juga dipaparkan dalam buku Portofolio FKIP 2008

halaman 37-46 bahwa :

Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan FKIP, dalam aktivitas pembelajaran ada beberapa aspek yang dikembangkan, antara lain : 1. Aktivitas pengembangan sistem pembelajaran

Pada saat ini FKIP penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang merubah paradigma pembelajaran dari ”Teacher Center Learning (TCL)” ke ”Learners Center Learning (LCL)”. Dalam rangka peningkatan kemampuan dosen dalam penguasaan ilmu, bahasa asing dan teknologi informasi, FKIP menyelenggarakan berbagai kegiatan, antara lain : a. Pelatihan dan pengiriman dosen untuk mengikuti pelatihan di

bidang pengembangan ilmu, teknologi dan bahasa asing. b. Menyelenggarakan pelatihan dan membekali dosen dengan

kemampuan mengajar kelas imersi (berpengantar bahasa Inggris).

c. Pengembangan kemampuan PBM dosen secara berkelanjutan.

d. Menyelenggarakan pelatihan dan mengirimkan dosen untuk mengikuti kursus yang menunjang pengembangan penguasaan IT.

2. Mengakomodasi kebutuhan stakeholder Untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal, maka bidang I membentuk tim klinik pembelajaran. Tim ini kegiatannya selalu berkoordinasi dengan Klinik Pembelajaran di tingkat universitas, yaitu di Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP). Selain itu untuk memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal, FKIP mengadakan program pengabdian masyarakat setiap tahun. Adapun tujuannya untuk menginformasikan tentang kurikulum, media pembelajaran, dll.

3. Metode diseminasi kepada unit pelaksana pembelajaran. Unit PPL sebagai unit pengembangan pendidikan di FKIP berusaha untuk melakukan desiminasi terhadap semua informasi baru yang berguna untuk pengembangan pembelajaran. Kegiatan yang sudah dilaksanakan sudah terdokumentasi dengan baik dan dipublikasikan di dalam buku pedoman akademik serta dijadikan acuan oleh semua unit pelaksana pembelajaran.

Untuk meningkatkan motivasi dosen, mahasiswa dan karyawan dalam berprestasi pada tahun 2008 FKIP mengeluarkan SK No.

Page 96: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

3205A/H27.1.2/KU/2008 tentang Pedoman penggunaan Dana Pengembangan Institusi FKIP UNS yang isinya antara lain : 1. Memberikan penghargaan kepada dosen berprestasi, staf

administrasi berprestasi, dosen studi S3 tepat waktu, dan mahasiswa berprestasi.

2. Memberikan bantuan kepada staf admistrasi dan dosen dalam rangka studi lanjut.

3. Memberikan bantuan kepada staf administrasi dalam rangka peningkatan karier.

4. Memberikan penghargaan terhadap program studi/BKK/unit kerja yang berkinerja memuaskan.

5. Memberikan penghargaan kepada dosen, staf administrasi dan mahasiswa yang berjasa dalam pengabdian.

6. Memberikan penghargaan kepada dosen pembimbing LKIM/LKTM baik di tingkat universitas maupun nasional.

7. Memberikan penghargaan kepada dosen dan mahasiswa yang menulis jurnal internasional.

8. Memberikan penghargaan dan bantuan untuk peralihan Guru Besar.

Selain di bidang pendidikan, implementasi visi dan misi FKIP juga

dilakukan di bidang II yaitu bidang sarana prasarana dan pendanaan. Informan

IV sebagai penanggungjawab bidang II ikut memperkuat informasi

sebelumnya dalam wawancara pada tanggal 29 Juli 2009 yang menyatakan

bahwa :

Ya kalau bidang saya sarana prasarana tentu tugas saya ikut mewujudkan suasana pembelajaran yang nyaman dengan menyediakan sarana pendukung perkuliahan seperti media pembelajaran, buku-buku perpustakaan, dan semua sarana perkuliahan yang dibutuhkan sesuai dengan referensi yang diajukan dari bidang pendidikan. Karena antar bidang merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Jadi bidang saya ini tugasnya mensupport rencana dan kegiatan yang dilakukan oleh fakultas dalam bentuk dana dan sarana prasarana. Selain itu kami yang sebagai pimpinan di fakultas ini juga selalu meningkatkan kedisiplinan karyawan dan dosen, misalnya kami sediakan absensi elektrik. Untuk mahasiswa kami sediakan ICT Center untuk berapresiasi di bidang IT, dan masih banyak lagi kegiatan lain yang kami support untuk mengimplementasikan visi dan misi.

Untuk memperkuat pendapat di atas, berdasarkan temuan peneliti

dalam buku Portopolio FKIP UNS 2008 halaman 52-54 menyebutkan bahwa :

FKIP menyediakan sarana prasarana pembelajaran yang terpusat dan dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi

Page 97: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

akademik antara mahasiswa, dosen, pakar dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana tersebut antara lain : 1. Laboratorium Komputer 2. Laboratorium Bahasa. 3. Laboratorium Program Studi 4. Laboratorium Micro Teaching 5. Perpustakaan Digital dengan koleksi buku terbaru.

Untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang semakin

pesat, FKIP UNS berupaya untuk mengelola sistem informasi berbasis IT. Hal

ini merupakan salah satu upaya pengimplementasian visi dan misi FKIP.

Sesuai temuan peneliti dalam buku Portofolio 2008 halaman 56 yang

menyebutkan bahwa :

Untuk menjamin kelancaran pengelolaan sistem informasi di FKIP UNS, Dekan FKIP UNS menugaskan sebuah tim yang diberi nama ICT Center FKIP dengan Surat Tugas No. 2274/H27.1.2/KP/2008. Tim ini dibentuk untuk mendukung seluruh kegiatan dan proses yang rutin (akademik, sumberdaya dan kemahasiswaan), juga ditugaskan untuk mendukung aktivitas non rutin(PSG, PJJJ, workshop bidang IT).

Hal senada juga disampaikan oleh informan III tentang wujud

implementasi visi dan misi FKIP UNS, pada wawancara tanggal 20 Juli 2009

yang menyatakan bahwa “ Intinya di Kemahasiswaan ini cenderung kepada

kemudahan pelayanan administrasi mahasiswa dan peningkatan kualitas

mahasiswa dengan adanya program beasiswa kepada mahasiswa berprestasi”.

Untuk mewujudkan tujuan organisasi memang dibutuhkan kerjasama

yang baik dari seluruh anggota organisasi. Karena bila terjadi kepincangan

pada salah satu bagian akan menghambat kegiatan di bagian lain, sebab

sebuah organisasi pada prinsipnya adalah satu kesatuan yang utuh.

Usaha pengimplementasian visi dan misi yang dilakukan di FKIP

UNS oleh pimpinan fakultas telah berjalan dengan baik, hal ini tidak lepas dari

dukungan dan kejasama yang baik dari semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Dengan adanya pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh pemimpin

fakultas, maka sistem kerjanya akan semakin ringan sesuai dengan bidang

masing-masing. Penilaian tentang implementasi ini disampaikan oleh

Page 98: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

informan VII yang menyatakan “ Sejak adanya pergantian pemimpin serta

perubahan visi dan misi di fakultas ini saya merasa sudah terjadi banyak

perubahan kearah yang lebih baik, baik dari pendidikanya, fasilitasnya serta

birokrasinya”(Hasil wawancara pada tanggal 11 Juli 2009).

Hal senada juga disampaikan kembali oleh informan I dalam

wawancara pada tanggal 24 Juli 2009 bahwa “ Sudah sepatutnya kita bangga,

karena selama 2 tahun berturut-turut kita menjadi juara Lomba Kinerja Antar

Fakultas di UNS”.

Pengimplementasian visi dan misi FKIP UNS oleh pemimpin

fakultas dilakukan dengan berbagai cara, yang dilakukan secara langsung oleh

pemimpin adalah dengan memberi keteladanan kerja yang baik, menjaga

komunikasi dengan pimpinan-pimpinan yang ada dibawahnya dan juga selalu

berkoordinasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Selebihnya pemimpin fakultas

mendelegasikan wewenang kepada para pimpinan yang ada dibawahnya

sesuai dengan bidang masing-masing, untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan bagi mahasiswa, serta

meningkatkan sarana prasarana pendukung kegiatan civitas akademika melalui

progran kerja masing-masing agar memperingan pelaksanaan keseluruhan

kegiatan yang tidak mungkin dikerjakannya sendiri, dengan selalu

berkoordinasi secara rutin.

d. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Evaluasi Pelaksanaan Visi

dan Misi di FKIP UNS Surakarta

Semua proses kegiatan dalam sebuah organisasi sebaiknya disertai

dengan pengawalan dan pengawasan untuk mengetahui dan mencatat

bagaimana kelancaran implementasi kegiatan, yang akhirnya catatan tersebut

bermanfaat dalam proses evaluasi. Evalusi merupakan kegiatan penilaian

tingkat keberhasilan implementasi yang dilakukan secara periodik sehingga

identifikasi kendala akan segera dapat diatasi.

Menurut informan I tentang evaluasi terhadap implementasi visi dan

misi di FKIP UNS menyatakan bahwa :

Page 99: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Sejauh ini evalusi kami lakukan terus, agar kami yang diamanahi sebagai pimpinan fakultas bisa mengetahui apa plus dan minusnya. Caranya melalui berbagai cara mas, misalnya kami sering mengadakan rapat koordinasi bersama pimpinan jurusan, prodi, dan BKK yang intinya mereka melaporkan capaian program kerjanya masing-masing yang di situ dihadiri oleh para Pembantu Dekan sehingga di point mana ada kurangnya segera diantisipasi. Selain itu para pimpinan tadi juga kami minta laporan pertanggungjawaban secara tertulis, yang fungsinya secara dokumenter akan mudah dilihat sewaktu-waktu. Ada juga kegiatan visitasi (kunjungan) ke jurusan, prodi, atau BKK yang kami lakukan, dari kunjungan ini kami bisa tahu pula keadaan yang nyata dilapangan seperti apa, jadi bisa di bilang itu merupakan tindak lanjut laporan melalui rapat dan laporan tertulis. Selain itu di Jurusan, Prodi dan BKK saya yakin mereka juga melakukan evaluasi terhadap program kerja mereka masing-masing.(Wawancara 24 Juli 2009).

Senada dengan informan I, informan IV dalam wawancara tanggal

29 Juli 2009 ikut menguatkan pendapat informan I sebagai berikut :

Evaluasi yang dilakukan oleh fakultas secara umum memang belum terstuktur dengan begitu baik, akan tetapi juga tidak kalah dengan yang terstuktur, karena juga cukup getol evaluasi yang kami lakukan melalui program khusus. Misalnya, kami sering mengadakan lomba kinerja antar jurusan,antar prodi dan BKK, yang tanpa disadari itu merupakan salah satu bentuk evaluasi yang kami lakukan. Melalui program portofolio masing-masing jurusan, prodi dan BKK itu juga termasuk. Nah, tapi kami juga tidak lupa selalu mengadakan rapat evaluasi bersama pimpnan jurusan, prodi dan BKK. Kami dari bidang masing-masing Pembantu Dekan juga membuat laporan kepada Dekan yang itu akan kami pertangungjawabkan kepada Senat tiap tahun.

Evaluasi yang dilakukan hendaknya ikut menjadi salah satu tolok

ukur pelaksanaan kegiatan organisasi di kemudian hari. Sehingga perbaikan

dapat selalu dilakukan sebelum akhir periode pelaksanaan rencana organisasi.

Untuk mengoptimalkan keberhasilan pencapaian tujuan hendaknya evaluasi

tidak hanya dilakukan diakhir periode saja, tetapi hendaknya evalusi dilakukan

secara terus menerus sehingga kalau ditengah proses implementasi rencana

ada hal-hal yang perlu diperbaiki segera dapat dilakukan. Hal ini sesuai

dengan informasi dari informan V dalam wawancara tanggal 29 Juli 2009

yang menyatakan :

Page 100: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Evaluasi yang dilakukan di FKIP UNS sudah berjalan dengan baik dan melalui berbagai cara. Secara rutin dan insidential. Kami selalu membuat LPJ ke fakultas, itu bahan evaluasi untuk pihak fakultas dan untuk jurusan. Kalau yang kami lakukan di Jurusan itu kami lakukan rutin setiap semester, jadi pada awal dan akhir semester kami biasanya mengundang para Ketua Prodi dan BKK untuk membahas dan mengevaluasi program kerja Jurusan. Dan dari pembahasan itu akan muncul revisi terhadap program kerja yang sebelumnya.

Informan VI juga senada dengan informasi diatas dalam wawancara

pada tanggal 28 Juli 2009 yang menyatakan bahwa “Setiap tahun tentu ada

evaluasinya, secara tertulis lewat LPJ. Akan tetapi kami juga tidak jarang

melakukan evaluasi ditengah perjalanan kalau ada hal-hal yang kurang

maksimal dalam pelaksanaan. Itu gunanya untuk mencegah adanya hasil yang

kurang maksimal”.

Evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan fakultas juga melalui angket

survey kepuasan kerja yang disebarkan kepada dosen dan karyawan. Hal ini

berdasarkan temuan peneliti dalam buku Portofolio 2008 halaman 34 yang

menyebutkan bahwa :

Pada akhir tahun 2008 FKIP telah melakukan survey kepuasan untuk dosen dan karyawan dengan maksud untuk mendapatkan masukan-masukan yang bermanfaat dalam upaya membenahi apa yang dirasa kurang dan belum maksimal. Indikator yang diukur dari survey kepuasan dosen antara lain, suasana kerja, fasilitas pembelajaran, anggaran penelitian dan P2M, peningkatan kualitas dosen, penerapan reward, punishment, akses informasi dan kelancaran kenaikan pangkat. Dari sampel yang diambil sejumlah 47 dosen, hasilnya 85% dosen merasa puas bekerja di FKIP, sedangkan 15% lainnya merasa kurang puas. Untuk karyawan indikator yang diukur antara lain, suasana kerja, akses informasi, dukungan dana untuk pengembangan SDM, fasilitas pendukung kerja, delegasi tugas dan wewenang, sistem reward dan kesejahteraan. Sampel yang diambil sebanyak 42 orang. Hasilnya menunjukkan 90% karyawan merasa puas bekerja di FKIP dan 10% lainnya merasa kurang puas.

Dari paparan informasi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin FKIP UNS dalam pengimplentasian

visi dan misi dilakukan secara terus-menerus dan berjalan dengan baik.

Page 101: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Menurut penulis berdasarkan paparan diatas teknik evaluasi dibagi menurut

pelaku dan waktu.

Menurut pelaku evaluasi, evaluasi yang dilakukan di FKIP UNS

dibagi menjadi :

1) Secara langsung, yaitu evaluasi yang dilakukan secara langsung

oleh pimpinan fakultas. Adapun evaluasi secara langsung

dilakukan melalui rapat MKPF yang dilaksanakan setiap bulan.

2) Evaluasi melalui laporan dari tiap jurusan, prodi/BKK dan sub

bagian administrasi. Adapun evalusi ini dilakukan melalui

pembuatan LPJ untuk masing-masing jurusan, prodi/BKK dan

sub bagian.

Menurut waktunya, evaluasi yang dilakukan di FKIP UNS dibagi

menjadi :

1) Secara rutin, yaitu evaluasi yang terjadwal sesuai dengan aturan.

Misalnya evaluasi yang diadakan setiap semester dan setiap

tahun.

2) Secara insidential, yaitu evalusi yang dilakukan tidak terjadwal

sesuai aturan. Misalnya evaluasi dengan adanya visitasi ke

Jurusan, Prodi dan BKK.

2. Kendala-Kendala yang Dihadapi oleh Kepemimpinan Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan

Cerdas di FKIP UNS Surakarta

Untuk mewujudkan visi dan misi FKIP UNS pimpinan fakultas

beserta jajarannya telah berupaya semaksimal mungkin. Secara umum mulai

dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi sudah berjalan

dengan baik, tetapi masih ada beberapa kendala yang dihadapi. Kendala-

kendala yang dihadapi antara lain :

a. Adanya perbedaan kemampuan berfikir karyawan, dosen, dan mahasiswa

dalam memahami visi dan misi untuk menghasilkan tenaga kependidikan

yang berkarakter kuat dan cerdas.

Page 102: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Kemampuan dan kecerdasan antar satu orang dengan yang lain untuk

memahami sesuatu hal yang baru memang berbeda-beda. Hal inilah kendala

utama yang dihadapi oleh pemimpin FKIP UNS dalam tugasnya, sesuai

dengan informasi yang beliau sampaikan sebagai informan I dalam wawancara

tanggal 24 Juli 2009 :

Kalau tentang kendala pasti ada, tetapi tidak begitu menjadi masalah besar bagi saya, justru menjadi tantangan. Ya mungkin pada awal-awal saja karena tentu ada perbedaan kemapuan berfikir/pemahaman terhadap makna dari visi dan misi yang terjadi di kalangan dosen, karyawan, atau mahasiswa lama. Karena ada sesuatu yang baru pasti ada kebingungan, atau bahkan pesimis. Tetapi setelah berjalan akhirnya juga ada penyesuaian.

Kesimpulan dari informasi diatas adalah perbedaan kemampuan

berfikir yang terjadi pada civitas akademika akan menjadi kendala untuk

menghasilkan tenaga kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP

UNS.

b. Adanya benturan pada aturan yang ada, sehingga ada beberapa program

kerja yang kurang lancar untuk diimplementasikan.

FKIP UNS berada dibawah Universitas Sebelas Maret dimana ada

beberapa peraturan yang harus ditaati oleh FKIP. Akan tetapi pada realitanya

beberapa peraturan yang ada di Universitas justru menjadi hambatan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan informan IV dalam wawancara pada tanggal 29 Juli

2009 bahwa :

Tentang aturan yang saling bertabrakan itu juga menjadi kendala, maksudnya gini terkadang kita sudah memprogramkan untuk melakukan suatu kegiatan yang positip tentunya, nah akan tetapi kadang-kadang di Universitas tidak diijinkan untuk dilaksanakan, karena ada aturan yang mengatur tentang hal itu. Jadi kita juga harus menunda bahkan menghapus rencana yang sebenarnya itu baik tujuannya. Misalnya, kita merencanakan membangun fasilitas untuk pendidikan, itu syaratnya bangunan lama harus dilebur dulu, kan akhirnya waktunya juga tidak bisa cepat.

Dari paparan diatas kesimpulannya bahwa adanya beberapa

peraturan yang saling bertabakan justru akan memperlambat jalannya

implementasi visi dan misi FKIP UNS.

Page 103: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

c. Masih adanya beberapa dosen yang kurang inovatif dan kreatif dalam

melakukan pembelajaran saat perkuliahan.

Untuk menghasilkan pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas

seharusnya didukung dengan kualitas dosen yang baik. Sehingga selalu ada

inovasi-inovasi baru dalam menyampaikan materi perkuliahan yang nantinya

dapat dicontoh dan dikembangkan lagi oleh mahasiswa saat praktek mengajar

atau nanti setelah lulus dan menjadi tenaga pendidik. Selain itu dengan

perkuliahan yang inovatif mahasiswa menjadi lebih antusisas untuk mengikuti

perkuliahan tersebut. Akan tetapi memang dibutuhkan dosen dengan

kemampuan dan pengetahuan yang selalu mengikuti trend yang ada. Hal ini

sesuai dengan paparan dari informan II dalam wawancara pada tanggal 20 Juli

2009 yang menyatakan bahwa :

Ya kalau tentang kendala tentu ada, dibagian pendidikan yang saya bidangi juga masih ada. Misal tentang kemampuan beberapa dosen dalam mengajar kurang maksimal, sehingga inovasi-inovasi perkuliahan juga kurang maksimal tentunya, cenderung pembelajarannya konvensional, kurang berbasisi IT. Hal ini biasanya terjadi pada beberapa dosen yang maaf sudah sepuh, tapi juga masih ada lho beberpa dosen sepuh yang masih semangat untuk berinovasi dalam perkuliahan. Kalau pembelajarannya konvensional ya mahasiswanya juga jadi jenuh.

Senada dengan paparan diatas informan VI juga menyatakan bahwa

“ seharusnya dosen selalu meningkatkan kualitas perkuliahannya, dengan

kuliah yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Edukatif

Menyenangkan), tapi saya melihat terkadang beberapa dosen kuliahnya gitu-

gitu saja, kurang inovatif.”(wawancara tanggal 28 Juli 2009). Selain itu

informan VIII juga mengungkapkan hal senada dalam wawancara tanggal 12

Juli 2009 bahwa “ kendalanya kalau menurut saya beberapa dosen itu masih

lebih suka menyampaikan kuliah dengan model ceramah, yang menurut saya

kok kurang menantang, jadi mahasiswanya kurang tertarik”

Dari beberapa paparan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

kurang inovatif dan kreatifnya cara mengajar beberapa dosen menjadi salah

satu kendala untuk menghasilkan pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di

FKIP UNS.

Page 104: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

d. Kurang optimalnya penggunaan sarana prasarana dan media pembelajaran

yang berbasis IT.

Sarana prasarana dan media pembelajaran merupakan salah faktor

pendukung keberhasilan visi dan misi FKIP UNS. Karena semua aktivitas

civitas akademika tidak lepas dari sarana prasarana serta media pembelajaran

yang memadai. Dari pihak fakultas telah berusaha semaksimal mungkin untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi yang terjadi dilapangan adalah

sarana prasarana dan media pembelajaran itu kurang dimanfaatkan secara

optimal. Hal ini disampaikan oleh informan II bahwa “Kita sudah

mengusahakan berbagai fasilitas untuk mendukung perkuliahan, akan tetapi

terkadang malah penggunaannya oleh dosen maupun mahasiswa kurang

optimal”.(wawancara tanggal 20 Juli 2009).

Menguatkan informasi informan II, informan VII dalam wawancara

tanggal 11 Juli 2009 mengungkapkan bahwa

Sekarang ini IT sudah ada di sini, tetapi tidak banyak dosen yang pada perkuliahannya berbasis IT. Penggunaan fasilitas yang disediakan fakultas ini kurang dimanfaatkan dengan baik, padahal dengan ada IT kita itu lebih luas pengetahuannya, ya kalo dosennya tidak menggunakan IT dalam kuliah tentu saja mahasiswanya juga tidak menggunakan. Trus kita ini juga sudah punya IT yang bagus, tetapi kalau ada pemberitahuan atau informasi apa gitu juga masih pake surat, kan lebih enak kalau lewat internet, jadi lebih cepat, jadi kalau menurut saya budaya IT itu belum ada”.

Dari beberapa informasi diatas dapat diketahui bahwa di FKIP UNS

sarana prasarana dan media pembelajaran sudah tersedia, walaupun belum

sepenuhnya tercukupi tetapi bisa digunakan untuk mendukung kegiatan. Akan

tetapi yang menjadi kendala adalah tentang pemanfaatannya yang kurang

optimal.

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemimpin Visioner dalam Mengatasi Kendala-Kendala untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang

Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS Surakarta

Kendala-kendala yang dihadapi oleh pemimpin visioner untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS

Page 105: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

tentu saja akan menghambat kelancaran pencapaian tujuan, untuk itu harus

segera dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang muncul tersebut.

Dalam penanganannya dibutuhkan peran serta pemimpn fakultas beserta

jajarannya dan seluruh civitas akademika, sehingga solusi yang dilakukan

merupakan pemecah masalah yang terbaik.

Upaya untuk mengatasi kendala harus dilakukan agar masalah dapat

segera diantisipasi, sehingga tingkat kegagalan dapat ditekan seminimal

mungkin, hal ini sesuai dengan paparan informan I selaku Dekan di FKIP

UNS yang menyatakan bahwa “ Upaya untuk mengatasi hambatan yang

muncul saya lakukan secara terus menerus, agar apabila ada ganjalan ditengah

perjalanan segera dapat diantisipasi”. (wawancara tanggal 24 Juli 2009).

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemimpin FKIP dalam mengatasi

kendala-kendala yang muncul untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas adalah sebagai berikut :

a. Melakukan sosialisasi secara kontinyu dan sistematik agar civitas

akademika memiliki persepsi yang sama terhadap visi dan misi yang ada.

Kurangnya pemahaman tentang visi dan misi di kalangan civitas

akademika menjadi kendala yang muncul diawal pelaksanaan visi dan misi,

sehingga pemimpin memberikan solusi untuk melakukan sosialisasi yang

dilakukan secara terus menerus dan sistematik, yang harapannya semua civitas

akademika baik yang lama maupun yang baru paham dan mengerti arah dan

tujuan yang hendak dicapai. Hal ini sesuai dengan penggalan informasi yang

disampaikan informan I dalam wawancara pada tanggal 24 Juli 2009 bahwa “

Diawal-awal launching visi dan misi kita yang baru, banyak yang kurang

paham tentang apa itu berkarakter kuat dan cerdas. Kemudian kami mulai

menata diri dengan melakukan sosialisasi secara kontinyu dan sistematik,

hasilnya sekarang dapat dilihat seperti apa hasilnya”.

Informasi senada juga disampaikan oleh informan V dalam

wawancara pada tanggal 29 Juli 2009 yang menyatakan bahwa “ Secara

periodik memang seharusnya diadakan sebuah acara dalam rangka

Page 106: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

memberikan wawasan tentang visi dan misi fakultas kepada seluruh warga

FKIP, sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan dan penafsiran”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi tentang

visi dan misi FKIP UNS sebaiknya dilakukan secara terus menerus dan

sistematik, sehingga seluruh civitas akademika benar-benar paham dan tahu

tentang visi dan misi FKIP UNS.

b. Membuat perencanaan program kerja dengan teliti dan cermat agar tidak

berbenturan dengan aturan yang ada.

Karena FKIP merupakan bagian dari UNS maka selayaknya segala

program kerja disesuaikan dengan aturan yang ada di UNS, karena universitas

berfungsi sebagai induknya. Untuk itu perencanaan program kerja sebaiknya

dilakukan dengan lebih teliti dan cermat serta berpedoman pada aturan yang

ada ditingkat atasnya. Sebagaimana disampaikan oleh informan IV dalam

wawancara tanggal 29 Juli 2009 bahwa “Ya rencana dan program kerja kita

harus dibuat dengan lebih teliti lagi, agar nanti pas pelaksanaan tidak

terhambat dengan aturan yang ada di universitas”.

Dari informasi diatas tersirat bahwa untuk mengantisipasi terjadinya

benturan antara program kerja dan aturan yang ada di universitas sebaiknya

rencana dan program kerja perlu disusun denga lebih teliti dan cermat lagi,

sehingga pada pelaksanaan semua program kerja yang ada di FKIP tidak

terhambat.

c. Melakukan penilaian secara periodik dan memotivasi para dosen agar

selalu inovatif saat melakukan perkuliahan.

Perkuliahan yang inovatif dan menggunakan media pembelajaran

yang modern akan lebih menarik minat mahasiswa dalam belajar. Hal ini

harus dilakukan oleh para dosen agar perkuliahan yang dilaksanakan lebih

berbobot hasilnya, sehingga pemahamahan mahasiswa terhadap materi juga

lebih maksimal. Selain itu untuk meningkatkan kedisiplinan para dosen perlu

diadakan penilaian terhadap perkuliahan yang dilakukan, sehingga akan

terlihat dosen yang malas dan kurang inovatif. Dari penilaian itu akan

dijadikan dasar dalam memotivasi para dosen untuk selalu meningkatkan

Page 107: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

kualitas perkuliahannya. Hal ini sesuai keterangan yang sampaikan oleh

informan II dalam wawancara tanggal 20 Juli 2009 bahwa :

Upayanya ya selalu kita motivasi dosen-dosen untuk selalu inovatif. Caranya salah satunya mungkin anda juga pernah menjumpai, misalnya ada penilaian perkuliahan yang formnya diisi oleh mahasiswa. Nah itu datanya dijadikan bahan evaluasi agar dosen-dosen kita mengetahui kelemahan serta kekurangannya saat mengajar. Kalau ada laporan dosen yang bermasalah ya kita panggil untuk menghadap untuk membicarakan apa masalahnya dan kita beri solusi.

Senada dengan informan II, informan VI memperkuat dengan

penggalan informasi sebagai berikut “Bagi dosen yang kurang inovatif ya kita

kirim mereka ke diklat”.

Simpulan dari beberapa informasi diatas adalah untuk meningkatkan

kualitas perkuliahan perlu adanya motivasi dari pimpinan serta perlu

dilakukan penilaian secara periodik agar para dosen dapat segera mengetahui

kelemahan dan kekurangan saat perkuliahan.

d. Pengadaan diklat IT agar sarana dan prasarana yang tersedia dapat

digunakan secara optimal.

IT berkembang semakin cepat, dengan adanya fenomena tersebut

FKIP berusaha megikuti perkembangannya dengan menyediakan sarana dan

prasarana media pembelajaran yang berbasis IT. Akan tetapi yang menjadi

kendala adalah penggunaannya yang kurang optimal, hal ini disebabkan

karena dibutuhkan proses untuk dapat mengoperasikannya. Untuk itu perlu

diadakan diklat yang bertujuan untuk memberikan wawasan tentang

penggunaannya. Sesuai dengan informasi yang disampaikan informan VII

dalam wawancara pada tanggal 11 Juli “ Perlu ada sebuah pelatihan khusus

kepada dosen, karyawan dan mahasiswa dalam pemanfaatan IT yang ada”.

Hal senada juga disampaikan oleh informan I dalam wawancara pada tanggal

24 Juli 2009 bahwa “ Kalau kita punya sarana dan prasarana yang baru selalu

kita launching tentang apa fungsinya dan bagaimana cara menggunakannya.

Misal kita punya ICT baru, itu juga dilakukan launching. Selain itu juga sering

kita adakan diklat dan workshop agar civitas akademika kita melek IT”.

Page 108: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Dari keterangan diatas kesimpulannya adalah untuk mengatasi

kendala tentang pemanfaatan IT yang kurang optimal, yang mungkin

disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menggunakan fasilitas IT, maka perlu

diadakan diklat Agar sarana dan prasarana IT dapat ikut membantu kelancaran

pencapaian visi dan misi FKIP UNS.

C. Temuan Studi yang Dikaitkan dengan Kajian Teori

Dalam sub bab ini dikemukakan analisis data yang berhasil

dikumpulkan peneliti guna menjawab perumusan masalah. Analisis data

berdasarkan temuan peneliti di lapangan ini kemudian dikaitkan dengan kajian

teori yang berhubungan dengan peran kepemimpinan visioner dan kajian teori

tentang pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas.

Perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi : 1) peran

kepemimpinan visioner dalam mensosialisasikan visi dan misi dikalangan

civitas akademika untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat

dan cerdas di FKIP UNS, 2) peran kepemimpinan visioner dalam

mengimplementasikan visi dan misi dikalangan civitas akademika untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS,

3) peran kepemimpinan visioner dalam mengevaluasi pelaksanaan visi dan

misi untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di

FKIP UNS, 4) apa saja kendala yang dihadapi oleh pemimpin visioner untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS,

5) apa saja solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh pemimpin

visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas

di FKIP UNS.

1. Peran Pemimpin Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS Surakarta

Dari data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, ditemukan fakta

bahwa peran kepemimpinan visioner untuk menghasilkan calon pendidik

Page 109: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS dilakukan oleh pimpinan fakultas

berjalan dengan baik, dengan melibatkan pembantu dekan melalui

pendelegasian wewenang, serta melibatkan ketua jurusan, prodi, dan BKK.

Hal ini dilakukan karena pimpinan fakultas tidak mungkin menjalankan

perannya seorang diri dengan begitu besar dan banyaknya tugas yang harus

dijalankan. Sehingga pendelegasian wewenang sesuai dengan bidang masing-

masing menjadi langkah yang diambil oleh pimpinan fakultas.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Alan Hancock dalam buku

Onong Uchjana Effendy (1989:24) mengemukakan bahwa tahapan-tahapan

tindakan manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi membutuhkan peran

kepemimpinan. Adapun tahapan-tahapan itu meliputi planing, organizing,

actuating, controlling, dan evaluating. Secara umum pola kepemimpinan

dengan berbagai gaya memiliki peran yang sama dalam setiap tahapan

tindakan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih lanjut Burt

Nanus (www.duniamis.com, diakses 5 Maret 2009) menyebutkan bahwa ada

empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner, yaitu 1) diretion

setter (penentu arah), 2) spokesperson (juru bicara), 3) agent of change (agen

perubahan), dan 4) coach (pelatih).

Dari pendapat diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa peran

kepemimpinan visioner harus diterapkan pada tahapan-tahapan tindakan

manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi, yaitu sebagai diretion setter

(penentu arah) dalam tahap planing yang tercermin pada penyusunan visi dan

misi organisasi, sebagai spokesperson (juru bicara) dalam tahap organizing

yang tercermin pada proses sosialisasi, sebagai agent of change (agen

perubahan) dalam tahap actuating yang tercermin pada implementasi, serta

sebagai coach (pelatih) dalam tahap controlling dan evaluating yang tercermin

pada evaluasi.

Di FKIP UNS pimpinan fakultas telah menjalankan perannya

sebagai pemimpin visioner sesuai dengan tahapan tindakan manajemen.

Sebagai penentu arah dan pencetus ide dalam penyusunan visi dan misi.

Sebagai juru bicara saat sosialisasi visi dan misi dilakukan, baik secara

Page 110: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

langsung atau melalui pendelegasian wewenang kepada pembantu dekan dan

pimpinan yan ada dibawahnya. Kemudian dalam implementasi dan evaluasi

visi dan misi pimpinan fakultas berperan sebagai agen perubahan dalam

mewujudkan visi dan misi dengan menggerakkan semua kemampuan civitas

akademika yang ada, serta melakukan pengawasan guna mengetahui kendala

yang ada kemudian mencarikan solusi yang tepat.

a. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Penyusunan Visi dan Misi di

FKIP UNS Surakarta

Penyusunan visi dan misi merupakan langkah awal berjalannya

sebuah organisasi. Tahap ini dalam manajemen termasuk pada tahap planing

(perencanaan). Dan pemimpin dituntut untuk selalu menjalankan perannya

mulai awal berjalannya organisasi sampai akhir. Menurut G. R. Terry dalam

buku terjemahan Winardi SE (1979:104), mengemukakan bahwa tindakan-

tindakan yang dilakukan pemimpin dalam proses perencanaan antara lain : 1)

penentuan sasaran, 2) penentuan kebijakan (policies) berdasarkan analisis

keadaan, 3) penentuan prosedur kegiatan, 4) memberikan program-program

untuk intern bidang.

Dalam penyusunan visi dan misi, pimpinan FKIP telah melakukan

tindakan manajerial sebagai berikut :

1. Penentuan sasaran

Menentukan sasaran dan tujuan dari fakultas, yaitu untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas. Untuk

mewujudkan visi dan misi ini perlu melibatkan seluruh civitas akademika,

sehingga dalam penyusunan visi dan misi juga ikut melibatkan pimpinan-

pimpinan yang ada di FKIP.

Penyusunan visi dan misi FKIP UNS berdasar atas beberapa hal,

antara lain adanya keprihatinan pimpinan fakultas terhadap beberapa

kecurangan yang terjadi di dunia pendidikan yang salah satu penyebabnya

adalah kurang disentuhnya pembentukkan karakter pendidik saat kuliah. Hal

lain adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapat pendidikan yang

berkualitas. Selain itu juga kompetitor perguruan tinggi lain yang semakin

Page 111: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

maju. Berdasarkan analisis diatas pimpinan FKIP UNS merasa termotivasi

dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin visioner, yaitu dengan

mencetuskan kebijakan visi dan misi untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas.

2. Penentuan kebijakan (policies) berdasarkan analisis keadaan

Dalam menentukan kebijakan, pimpinan fakultas berdasarkan

analisis SWOT yang memuat tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang dihapadi saat ini. Dari hasil analisis SWOT yang telah

dilakukan ini baru kemudian dibuat sebuah rencana strategis untuk

mewujudkan visi dan misi yang dimuat dalam Renstra Pengembangan FKIP

2007-2011.

3. Penentuan prosedur kegiatan

Berdasarkan analisis keadaan yang telah dilakukan maka

penentuan prosedur kegiatan dilakukan dengan menetapkan prioritas program

kerja. Adapun penetapan prioritas program kerja ini bertujuan untuk

mengutamakan mana saja program kerja yang harus dilaksanakan terlebih

dahulu, sehingga dengan adanya prioritas ini akan mendukung terlaksananya

program kerja yang lain, karena yang diprioritaskan adalah program kerja

dasar.

4. Memberikan program-program untuk intern bidang

Pada proses ini pimpinan fakultas memberikan wewenang

kepada masing-masing bidang, jurusan, prodi dan BKK untuk menyusun

program kerja masing-masing yang berpedoman pada Renstra yang telah

disusun sebelumnya.

b. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mensosialisasikan Visi dan

Misi Kepada Civitas Akademika di FKIP UNS Surakarta

Setelah terbentuk visi dan misi perlu dilakukan penyebarluasan

informasi kepada seluruh anggota organisasi, hal ini dilakukan dalam upaya

menyiapkan semua elemen organisasi agar mereka mengetahui arah dan

tujuan yang akan dicapai oleh organisasinya. Proses penyebarluasan informasi

tentang visi dan misi ini biasanya disebut dengan sosialisasi. Dalam

Page 112: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

manajemen sebuah organisasi kegiatan sosialisasi ini termasuk dalam tahapan

pengorganisasian.

Visi dan misi yang ada telah disebarluaskan dan dipaparkan secara

rinci kepada seluruh civitas akademika yang ada di FKIP agar terjadi

persamaan persepsi tentang maksud dan tujuan visi dan misi organisasinya.

Selain itu agar semua civitas akademika paham bagaimana upaya yang harus

dilakukan agar visi dan misi FKIP dapat tereralisasikan.

Di FKIP UNS sosialisasi visi dan misi dilakukan secara terus

menerus dan menggunakan berbagai macam media. Dalam berbagai

kesempatan pimpinan fakultas selalu berusaha menyampaikan tentang visi dan

misi organisasinya. Ada berbagai upaya yang telah dilakukan untuk sosialisasi

visi dan misi FKIP, kegiatan sosialisasi ini melibatkan pimpinan fakultas

jajarannya. Kegiatan tersebut antara lain :

1. Mensosialisasikan visi dan misi melalui berbagai kesempatan,

seperti pada saat Osmaru dan kuliah perdana bagi kalangan

mahasiswa, melalui rapat MKPF bagi kalangan pimpinan

jurusan, prodi dan BKK, melalui media cetak (stiker, papan visi

dan misi yang terpasang di lingkungan kampus), melalui media

elektronik.

2. Menerbitkan buku pedoman kuliah dan Renstra Pengembangan

FKIP UNS yang berisi paparan secara detail tentang visi dan misi

FKIP serta rencana strategis untuk mencapainya.

3. Melaksanakan kegiatan Penajaman Visi dan Misi FKIP.

4. Penandatanganan komitmen bersama untuk mewujudkan visi dan

misi FKIP oleh pimpinan fakultas, pembantu dekan , ketua

jurusan, ketua prodi, ketua BKK, presiden BEM yang merupakan

perwakilan dari seluruh civitas akademika sebagai simbol

kesepakatan bersama.

c. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Mengimplementasikan Visi dan

Misi bagi Civitas Akademika di FKIP UNS Surakarta

Page 113: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Implementasi merupakan kegiatan menggerakkan para anggota

organisasi dalam wujud kerja dan aktivitas pendukung lainnya untuk mencapai

tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi melalui proses

implementasi diperlukan kegiatan komunikasi, motivasi, dan kordinasi dengan

baik, agar suasana kerja dan hubungan antar anggota organisasi saat bekerja

dalam suasana yang nyaman. Dalam implementasi ini seorang pemimpin tidak

mungkin menjalankan perannya seorang diri, sehingga perlu adanya

pendelegasian wewenang kepada pimpinan di tingkat bawahnya untuk

membantu tugas yang harus dijalankannya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pimpinan FKIP UNS dalam

menjalankan perannya untuk mengimplementasikan visi dan misi. Akan tetapi

karena begitu besar tugas pimpinan fakultas yang harus dijalankan setiap hari,

maka dilakukan pendelegasian wewenang kepada para pembantu dekan sesuai

dengan bidangnya masing-masing. Selain itu delegasi wewenang juga

diberikan kepada para ketua jurusan, ketua prodi, dan ketua BKK untuk ikut

serta dalam pengimplentasian visi dan misi sesuai dengan tingkat kewenangan

masing-masing.

Usaha pengimplentasian visi dan misi yang dilakukan oleh pimpinan

fakultas dan jajarannya antara lain :

1) Memberikan contoh keteladanan disiplin kerja yang baik kepada

sehingga civitas akademika merasa termotivasi untuk selalu

disiplin.

2) Melakukan koordinasi, komunikasi, dan konsultasi dengan para

stakeholder yang ada di FKIP UNS untuk mengetahui sejauh

mana capaian target secara rutin.

3) Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penyempurnaan

kurikulum, penyediaan fasilitas pembelajaran, memberikan

kemudahan pelayanan administrasi kepada civitas akademika.

4) Mengadakan training, workshop, dan diklat kepada dosen,

karyawan, dan mahasiswa dalam upaya meningkatkan

kemampuan penguasaan IT.

Page 114: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

5) Memberikan beasiswa prestasi kepada dosen dan mahasiswa agar

selalu termotivasi untuk maju.

d. Peran Kepemimpinan Visioner dalam Evaluasi Pelaksanaan Visi dan

Misi di FKIP UNS Surakarta

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam manajemen sebuah

organisasi. Tindakan evaluasi berpangkal pada rencana kegiatan yang tercatat

dalam pengawasan pelaksanaan rencana. Jadi evaluasi dilakukan setelah

kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan

pengawasan seluruhnya telah dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapat diketahui apakah

organisasi sukses mencapai tujuan apa tidak. Dari hasil evaluasi yang

dilakukan maka organisasi akan mempunyai referensi baru dalam menyusun

rencana di kemudian hari, agar tidak mengulang kesalahan yang sama dimasa

yang akan datang.

Menurut pendapat George R. Terry dalam buku terjemahan Winardi

SE (1979:381) mengemukakan bahwa :

Evaluasi terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah universal yakni : 1. Mengukur hasil pekerjaan 2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standart dan

memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan) 3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui

tindakan perbaikan.

Evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan FKIP UNS secara umum

telah berjalan dengan baik dan rutin. Proses evaluasi yang dilakukan oleh

pimpinan FKIP guna mengetahui sejauh mana capaian kinerja civitas

akademika sesuai dengan visi dan misi. Selain itu juga untuk memberi

perbaikan terhadap kerja yang dilakukan agar tingkat pencapaian tujuan dapat

maksimal. Adapun evaluasi yang dilakukan di FKIP antara lain :

1. Melalui LPJ Program Kerja yang dibuat oleh masing-masing

jurusan, prodi/BKK dan sub bagian bidang yang ada pada setiap

akhir semester/tahun.

Page 115: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

2. Melakukan rapat MKPF yang membahas tentang masalah-

masalah yang muncul saat pengimplementasian visi dan misi

FKIP dan mencari solusinya.

3. Melaksanakan Lomba Kinerja antar jurusan, prodi/BKK guna

mengetahui apa saja yang sudah tercapai dan belum tercapai.

4. Melakukan visitasi ke jurusan, prodi/BKK guna mengetahui

kondisi riil di lapangan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan langkah perbaikan.

5. Menyebarkan angket kepuasan kinerja dosen dan karyawan guna

mengetahui point-point mana saja yang dirasa masih kurang dan

perlu diperbaiki.

6. Penilaian hasil studi mahasiswa dilakukan dengan cara yang

lebih sistematik.

2. Kendala-Kendala yang Dihadapi oleh Pemimpin Visioner Untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan

Cerdas di FKIP UNS Surakarta

Berdasarkan atas data yang telah didapat oleh peneliti, ditemukan

kondisi atau keadaan yang menjadi kendala yang dihadapi oleh pemimpin

visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas

di FKIP UNS. Kendala-kendala yang ditemui adalah sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan kemampuan berfikir karyawan, dosen, dan mahasiswa

dalam memahami visi dan misi untuk menghasilkan tenaga kependidikan

yang berkarakter kuat dan cerdas.

Perbedaan pemahaman ini akan menyebabkan adanya perbedaan

persepsi yang mengakibatkan langkah yang dilakukan civitas akademika tidak

sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang telah di rancang

dalam program kerja. Hal ini menjadi kendala yang muncul diawal visi dan

misi ini diterapkan di FKIP UNS.

b. Adanya benturan pada aturan yang ada, sehingga ada beberapa program

kerja yang kurang lancar untuk diimplementasikan.

Page 116: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Karena FKIP merupakam bagian dari UNS maka program kerja yang

dibuat harus disesuaikan dengan aturan yang ada di UNS sebagai induk dari

FKIP. Dengan adanya fenomena ini justru menghambat beberapa program

kerja yang direncanakan di FKIP. Hal ini terutama yang berkaitan dengan

keuangan.

c. Masih adanya beberapa dosen yang kurang inovatif dan kreatif dalam

melakukan pembelajaran saat perkuliahan.

Mahasiswa sebagai obyek dari visi dan misi FKIP UNS lebih

antusias terhadap perkuliahan yang disampaikan dengan metode yang inovatif.

Akan tetapi pada kenyataannya beberapa dosen cenderung mengajar dengan

metode ceramah yang dianggap sebagai metode pembelajaran yang

konvensional. Hal ini dikarenakan karena beberapa dosen enggan mengikuti

perkembangan IT yang pada dasarnya dapat dijadikan alat dan inspirasi untuk

membuat media pembelajaran sehingga metode pembelajaran menjadi

inovatif.

d. Kurang optimalnya penggunaan sarana prasarana dan media pembelajaran

yang berbasis IT.

Masih belum optimalnya penggunaan sarana prasarana dan media

pembelajaran yang telah disediakan oleh fakultas menjadi kendala untuk

mempercepat pencapaian visi dan misi FKIP UNS. Hal ini disebabkan

kemampuan penguasaan IT oleh civitas akademika kurang.

3. Upaya-Upaya Pemimpin Visioner dalam Mengatasi Kendala-Kendala untuk Menghasilkan Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat

dan Cerdas

Dalam prakteknya di lapangan menunjukan bahwa kendala yang

dihadapi pemimpin visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS memerlukan solusi yang tepat agar

apa yang menjadi tujuan utama dari visi dan misi FKIP UNS dapat

sepenuhnya tercapai, untuk itu dekan sebagai pimpinan utama di fakultas ini

telah mengupayakan beberapa cara, yaitu:

Page 117: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

a. Melakukan sosialisasi secara kontinyu dan sistematik agar civitas

akademika memiliki persepsi yang sama terhadap visi dan misi yang ada.

Dengan adanya sosialisasi yang kontinyu dan terstuktur dengan lebih

baik lagi diharapakan menjadi solusi terhadap adanya perbedaan pemahaman

tentang visi dan misi, sehingga diawal visi dan misi ini dijalankan semua

civitas akademika siap dan benar-benar paham arah dan tujuan organisasinya.

b. Membuat perencanaan program kerja dengan teliti dan cermat agar tidak

berbenturan dengan aturan yang ada.

Penyusunan program kerja selayaknya dilakukan dengan lebih teliti

dan cermat, agar tidak terbentur pada aturan universitas. Sehingga program

kerja dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

c. Melakukan penilaian secara periodik dan memotivasi para dosen agar

selalu inovatif saat melakukan perkuliahan.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para

dosen, seharusnya dilakukan penilaian yang dilakukan oleh pimpinan melalui

teknik-teknik penilaian yang sistematik sehingga kelemahan dan kekurangan

dosen dalam perkuliahan dapat diidentifikasi dengan jelas. Kemudian dari

hasil penilaian ini dijadikan landsan untuk selalu memotivasi para dosen,

bukan semata-mata untuk mencari kelemahan dan kekurangannya.

d. Pengadaan diklat IT agar sarana prasarana dan media pembelajaran yang

tersedia dapat digunakan secara optimal.

Diklat dalam rangka meningkatkan penguasaan terhadap IT perlu

dilakukan agar sarana prasarana dan media pembelajaran yang disediakan

dengan biaya pengadaan yang cukup besar dapat digunakan sebagai inspirator

untuk meningkatkan kualitas pelayanan administrasi dan perkuliahan,

sehingga semua aktivitas dapat berbasisi IT.

Page 118: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah

dilakukan mengenai Peran Kepemimpinan Visioner untuk Menghasilkan

Calon Pendidik yang Berkarakter Kuat dan Cerdas di FKIP UNS, maka dapat

dirumuskan suatu kesimpulan untuk menjawab permasalahan penelitian.

Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Peran kepemimpinan visioner untuk menghasilkan calon pendidik yang

berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS yang dalam hal ini dilaksanakan

oleh Dekan FKIP UNS bersama jajarannya telah berjalan dengan baik. Hal

ini dapat dilihat dengan adanya kemajuan yang signifikan terhadap kinerja

dan kualitas pendidikan sejak visi dan misi ini dilaunching yaitu pada

tahun 2007-sekarang. Adaoun peran kepemimpinan visioner untuk

menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP

UNS dilakukan dalam tahapan-tahapan yang meliputi :

a. Peran kepemimpinan visioner dalam penyusunan visi dan misi FKIP

UNS.

Peran pemimpin fakultas dalam perencaan visi dan misi FKIP UNS

adalah sebagai inspirator, motivator, konsultan, dan berperan untuk

mengarahkan visi dan misi agar sesuai dengan konsep awal.

Adapun hal yang mendasari penyusunan visi dan misi FKIP UNS

antara lain : keprihatinan terhadap kecurangan yang terjadi di dunia

pendidikan akibat kurang mantapnya pembentukkan karakter calon

pendidik saat kuliah, adanya tuntutan dari masyarakat tentang

peningkatan kualitas pendidikan di FKIP UNS, kompetitor (perguruan

tinggi lain) yang terus meningkatkan kualitas pendidikannya. Dengan

adanya hal-hal seperti diatas pimpinan fakultas merasa termotivasi dan

merasa ikut bertanggungjawab dengan membuat visi dan misi baru di

FKIP UNS.

Page 119: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

b. Peran kepemimpinan visioner dalam mensosialisasikan visi dan misi

kepada civitas akademika di FKIP UNS.

Sosialisasi visi dan misi yang dilakukan oleh pimpinan fakultas

dan jajarannya telah berjalan dengan baik, sosialisasi visi dan misi

dilakukan secara terus menerus dan menggunakan berbagai macam

media. Dalam berbagai kesempatan pimpinan fakultas selalu berusaha

menyampaikan tentang visi dan misi organisasinya. Cara sosialisasi

visi dan misi yang dilakukan oleh pimpinan FKIP adalah secara

langsung dan tidak langsung.

c. Peran kepemimpinan visioner dalam mengimplementasikan visi dan

misi bagi civitas akademika di FKIP UNS.

Implementasi merupakan inti dari tahapan yang sudah ditempuh

sebelumnya. Dekan sebagai pemimpin tertinggi di FKIP UNS

beruasaha untuk mengimplementasikan visi dan misi ini secara

maksimal, akan tetapi karena kompleksitas tugas manajerial, maka

dilakukan pendelegasian wewenang kepada para pembantu dekan

sesuai dengan bidang masing-masing, selain itu juga kepada para ketua

jurusan , ketua prodi, dan BKK. Adapun usaha implementasi visi dan

misi yang dilakukan antara lain :

1) Melakukan koordinasi, komunikasi, dan konsultasi dengan

para stakeholder yang ada di FKIP UNS untuk mengetahui

sejauh mana capaian target secara rutin.

2) Memberikan contoh keteladanan disiplin kerja yang baik

kepada sehingga civitas akademika merasa termotivasi untuk

selalu disiplin.

3) Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penyempurnaan

kurikulum, penyediaan fasilitas pembelajaran, memberikan

kemudahan pelayanan administrasi kepada civitas

akademika.

Page 120: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

4) Mengadakan training, workshop, dan diklat kepada dosen,

karyawan, dan mahasiswa dalam upaya meningkatkan

kemampuan penguasaan IT.

5) Memberikan beasiswa prestasi kepada dosen dan mahasiswa

agar selalu termotivasi untuk maju.

d. Peran kepemimpinan visioner dalam evaluasi pelaksanaan visi dan

misi FKIP UNS

Evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan FKIP UNS secara umum

telah berjalan dengan baik dan rutin. Teknik yang digunakan dalam

evaluasi dilakukan dengan berbagai cara. Teknik-teknik evaluasi yang

dilakukan oleh pimpinan fakultas dapat dapat dibedakan menurut

pelaku dan menurut waktu.

2. Beberapa kendala yang dihadapi Pemimpin Visioner untuk menghasilkan

calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas di FKIP UNS, antara lain

:

a. Adanya perbedaan kemampuan berfikir karyawan, dosen, dan

mahasiswa dalam memahami visi dan misi untuk menghasilkan tenaga

kependidikan yang berkarakter kuat dan cerdas.

b. Adanya benturan pada aturan yang ada, sehingga ada beberapa

program kerja yang kurang lancar untuk diimplementasikan.

c. Masih adanya beberapa dosen yang kurang inovatif dan kreatif dalam

melakukan pembelajaran saat perkuliahan.

d. Kurang optimalnya penggunaan sarana prasarana dan media

pembelajaran yang berbasis IT.

3. Upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi pemimpin visioner

untuk menghasilkan calon pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas,

sebagai berikut :

a. Melakukan sosialisasi secara kontinyu dan sistematik agar civitas

akademika memiliki persepsi yang sama terhadap visi dan misi yang

ada.

Page 121: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

b. Membuat perencanaan program kerja dengan teliti dan cermat agar

tidak berbenturan dengan aturan yang ada.

c. Melakukan penilaian secara periodik dan memotivasi para dosen agar

selalu inovatif saat melakukan perkuliahan.

d. Pengadaan diklat IT agar sarana prasarana dan media pembelajaran

yang tersedia dapat digunakan secara optimal.

B. Implikasi

Implikasi adalah dampak dari temuan penelitian. Maka berdasarkan

data yang telah dikumpulkan dan analisis data yang telah dilakukan serta

melalui kegiatan penarikan kesimpulan, maka implikasi dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Dekan FKIP UNS beserta

jajarannya untuk lebih meningkatkan kinerjanya di segala bidang sehingga

pencapaian visi dan misi lebih cepat terwujud.

2. Bagi dosen dan karyawan dapat menjadi semangat, dorongan, dan bahan

evaluasi kinerja sehingga dapat ikut mengoptimalkan pencapaian visi dan

misi di FKIP UNS.

3. Bagi mahasiswa, dengan adanya visi dan misi FKIP UNS yang

direncanakan, diimplementasikan dan dievaluasi dengan lebih baik

hendaknya menjadi sebuah semangat dan motivasi tersendiri dalam

perkuliahan.

C. Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan melalui kegiatan

menyimpulkan serta implikasi yang telah diambil, maka dapat diberikan

masukan-masukan sebagai berikut:

1. Kepada Dekan dan jajarannya.

a. Hendaknya pimpinan fakultas lebih meningkatkan perannya sebagai

pemimpin visioner dalam pembentukan karakter kuat bagi civitas

akademika, misalnya dengan mengadakan training ESQ bagi seluruh

civitas akademika.

Page 122: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

b. Menyediakan hotline telepon dan kotak saran untuk menampung

keluhan, saran dan kritik sehingga FKIP dapat selalu mengevaluasi

dan meningkatkan kualitasnya.

c. Hendaknya pimpinan fakultas memberikan sanksi yang lebih tegas

kepada civitas akademika yang melanggar aturan, sehingga akan ada

rasa jera bagi para pelanggar aturan tersebut.

2. Kepada Dosen

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran saat perkuliahan

sebaiknya diadakan penyebaran angket monitoring pembelajaran yang

diisi oleh mahasiswa, rekan kerja, dan pimpinan program studi pada

periode tertentu sehingga diharapkan akan menjadi bahan koreksi diri.

3. Bagi peneliti lain.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan muncul penelitian yang

sejenis dengan variabel dan metode penelitian yang berbeda, mengingat

penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Page 123: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

DAFTAR PUSTAKA

Anselm Straus dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Barbara, Brown. 2009. www.wikipedia.co.id.

Cholid Narbuko & Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Diana Kartanegara. 2008. www.duniamis.co.id.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Psikologi Manajemen dan Administrasi. Bandung. Mandar Maju.

Frank Martinelly. 2009. www.duniamis.co.id.

Goleman, Daniel. 2004 . Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furqon Hidayatullah. 2007. Mengantar Calon Pendidik Berkarakter Di Masa Depan. Surakarta. UNS Press.

_________________. 2008. Sosok Guru Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta. UNS Press.

_________________. 2009. Guru Sejati. Surakarta. UNS Press.

Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Kartika

Kartini Kartono. 2004. Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?. Jakarta. Raja Grafindo.

Miles, Mathew B, dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaka Rosdakarya Offset.

Page 124: PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER UNTUK MENGHASILKAN ...

Muhammad Idrus. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Nanus, Burt. 2008. www.wikipedia.co.id.

Patton Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sondang P. Siagian. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Soetjipto&Raflis Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

Rencana Strategi dan Pengembangan FKIP UNS 2007-2011. 2007. Surakarta. UNS Press

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2003. Tentang Guru dan Dosen.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyu Budhiyanto. 1999. Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta

Winardi. 1979. Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta.