KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENINGKATAN MUTU LULUSAN DI SMK PGRI 2 PONOROGO...
Transcript of KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENINGKATAN MUTU LULUSAN DI SMK PGRI 2 PONOROGO...
KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM PENINGKATAN
MUTU LULUSAN DI SMK PGRI 2 PONOROGO
TESIS
Oleh:
MUHAMMAD ABDUL MAJID LAZIMUL IMAAN
NIM 502180038
PROGRAM MAGISTER PRODI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2020
ABSTRAK
Mutu lulusan dalam lembaga pendidikan, merupakan
kualitas pencapaian hasil dari segi akademik maupun non
akademik. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi terhadap
keberhasilan mutu lulusan adalah kepemimpinan yang
memiliki visi. Pemimpin tersebut menjadikan visi organisasi
sebagai antisipasi dan proyeksi bagi masa depan yang tidak
menentu. Pemimpin yang bervisi atau visionery leadership
memiliki peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru
bicara, pelatih.
Adapun lokasi penelitian yang diteliti yakni SMK PGRI
2 Ponorogo. Alasan pemilihan lokasi tersebut, karena lembaga
ini merupakan lembaga umum yang berbasisi pondok
pesantren. Selain itu lembaga ini memperhatikan
perkembangan peserta didik meliputi kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga, pada tahun
2018/2019 lembaga ini merupakan lembaga tertinggi yang
lulusannya terserap ke dunia kerja sebanyak 96%.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis studi kasus, adapaun dalam pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Sehingga penelitian ini menghasilkan bahwa, (1) kepala
sekolah sebagai penentu arah memberikan kebijakan yang
difokuskan pada kempetensi siswa dalam segi spiritual,
akademik, dan dunia kerja. (2) kepala sekolah sebagai agen
perubahan memberikan inovasi-inovasi yang tertuju pada
perkembangan kemampuan teknisi peserta didik, keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan, pembentukan karakter, dan
kewirausahaan. (3) kepala sekolah sebagai juru bicara
melakukan sosialisasi visi dan keunggulan lembaga dengan
melibatkan seluruh elemen lembaga. (4) kepala sekolah sebagai
pelatih memberikan pelatihan kepada tenaga kependidikan dan
peserta didik. Semua hal tersebut sebagai upaya kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo.
ABSTRACT
The quality achieved in educational institutions, is the
quality of results in terms of academic and non-academic. One
of the factors that can influence the achievement of success is
visionary leadership. The leader makes the vision of the
organization as anticipation and planning for an uncertain
future. Visionary leaders or visionary leadership have roles as
directors, agents of change, spokespersons, coaches.
The research location studied is SMK PGRI 2
Ponorogo. The reason for choosing the location is because this
institution is a public institution based on Islamic boarding
school. In addition this institution pays attention to the
development of learners including attitude competencies,
knowledge, and skills. Thus, in 2018/2019 this institution was
the highest institution whose graduates were absorbed into the
workforce by 96%.
This study uses a qualitative approach to the type of
case studies, while in data collection using interviews,
observation, and documentation. So this research resulted that,
(1) the principal as a determinant of the direction of providing
policies focused on student competency in terms of spiritual,
academic, and the world of work. (2) the principal as an agent
of change provides innovations aimed at the development of
the ability of the student technicians, faith and piety to God,
character building, and entrepreneurship. (3) the principal as a
spokesperson disseminates the vision and excellence of the
institution by involving all elements of the institution. (4) the
principal as a trainer provides training to education staff and
students. All of these things are as the principal's efforts in
improving the quality of graduates at SMK PGRI 2 Ponorogo.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009
Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “mutu pendidikan adalah
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari
penerapan sistem pendidikan nasional”. Sejalan dengan
peraturan tersebut, maka penjaminan mutu pendidikan
dilaksanakan sebagai upaya untuk memastikan bahwa proses
yang dilakukan oleh institusi pendidikan sesuai dengan standar
yang ditentukan.1 Lebih lanjut sebagaimana menurut Edward
Sallis menyatakan bahwa peningkatan mutu harus dilaksanakan
secara konsisten agar konsumen mendapat jaminan mutu pada
prosedur dan produk. Sehingga dalam melaksanakan proses
pendidikan harus sesuai dengan prosedur dan dalam
mewujudkan produk yang bermutu yang sesuai dengan kriteria,
1 Ahmad Sulaiman & Udik Budi Wibowo, “Implementasi Sistem
Penjaminan Mutu Internal Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan
di Universitas Gadjah Mada”, Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan,
21.
1
2
merupakan prinsip dasar dalam meningkatan mutu
pendidikan.2
Mutu pendidikan akan tercipta apabila dalam
menyelenggarakan pendidikan dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien. Mutu dalam bidang pendidikan mencakup
empal hal, yakni: input, proses, output dan outcome.3 Pertama,
input pendidikan merupakan segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.4 Input
pendidikan dinyatakan bermutu apabila siap berproses yang
sesuai dengan standar minimal nasional dalam bidang
pendidikan nasional.5 Kedua, proses pendidikan yang
merupakan perubahan sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Proses pendidikan dinyatakan bermutu apabila mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif kreatif inovatif
dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai
dengan baik.6 Ketiga, output pendidikan. Output dalam
2 Wahid Khoirul Ikhwan, “Implementasi Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Kompetensi Lulusan Sebagai Standar Mutu Pendidikan
MTS Negeri di Kabupaten Tulungagung” , Journal Pedagogia ISSN 2089 -
3833 Volume. 4, No. 1, Februari 2015, 17. 3 Prim Masrokan Muthohar, Manajemen Mutu Sekolah (Jogjakarta;
AR-Ruzz Media, 2013), 135. 4 Muzakar, “Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Lulusan Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Meureubo”, Jurnal Ilmiah
Islam Futura Vol. 14. No. 1, Agustus 2014, 121. 5 Prim Masrokan Muthohar, Manajemen Mutu Sekolah, 135.
6 Ibid.,135
3
pendidikan selalu mengenai kinerja siswa, baik secara
akademik, maupun dalam bidang non akademik.7 Sehingga
output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non
akademik tinggi.8 Keempat, yaitu outcome pendidikan. Pada
dasarnya, outcome pendidikan mempertanyakan dampak dari
program setelah output, dan bisa juga mengenai madrasah.9
Sehingga outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat
terserap dalam dunia kerja maupun lembaga-lembaga yang
membutuhkan lulusan tersebut dan stakeholders merasa puas
terhadap lulusan dari lembaga pendidikan tersebut.10
Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu
lulusan. Mutu akademik lulusan merupakan kualitas
pencapaian hasil yang tinggi dalam tes kemampuan akademik
berupa nilai ulangan umum, Ujian Tengah Semester (UTS),
Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan Ujian Nasional.11
Sebagaimana Peraturan Pemerintah (PP) pasal 3 No. 1 tahun
7 Ahmad Sulhan, “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Santri dalam Mewujudkan Mutu Lulusan”, Jurnal Penelitian
Keislaman Vol.14 No.2 (2018) 112. 8 Prim Masrokan Muthohar, Manajemen Mutu Sekolah,135.
9 Ahmad Sulhan, “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Santri dalam Mewujudkan Mutu Lulusan, 112. 10
Prim Masrokan Muthohar, Manajemen Mutu Sekolah, 135. 11
Yusroni Lindayani, Zulkarnain, Samsul Rizal, “Peningkatan
Mutu Lulusan SMAN Purwodadi Melalui Strategi Manajemen Kepala
Sekolah”, An-Nizom Vol. 4, No. 2, Agustus 2019, 216.
4
2005 menyebutkan bahwa tujuan diselenggarakannya Ujian
Nasional (UN) adalah untuk mengukur dan menilai kompetensi
ilmu pengetahuan dan teknologi peserta didik. Hal tersebut
sebagai salah satu sarana dalam melihat prestasi akademik
lulusan suatu lembaga pendidikan. 12
Hanson & Owen, mendefinisikan bahwa mutu lulusan
berkaitan dengan aspek intelektual, keterampilan manual,
kekuatan nalar dan analisis, nilai, sikap, motivasi, kreativitas,
keterampilan komunikasi, apresiasi kultural, memiliki
tanggung jawab sosial serta memahami kebutuhan dunia.13
Selain itu, Immegart sebagaimana yang dikutip oleh Widodo
dan Suparno Eko menjelaskan bahwa mutu lulusan itu sinergi
dengan rumusan tujuan, kepentingan pimpinan sekolah,
eksekutif, pendukung dan petugas sekolah, dan sinergi dengan
kepentingan rumusan pelanggan sekolah.14
Jadi mutu lulusan
merupakan kualitas dari suatu lembaga pendidikan yang
berkaitan dengan aspek intelektual, aspek sikap, dan aspek
12
Erlina Rahmawati & Kardoyo,”Pengaruh Pembiayaan
Pendidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Peran Komite, Dan Integritas
Sekolah Terhadap Mutu Lulusan Melalui Mutu Proses”, Economic
Education Analysis Journal 7 (3) (2018). 962. 13
Ahmad Sulhan, “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Santri dalam Mewujudkan Mutu Lulusan”, 112. 14
Widodo, Suparno Eko. Manajemen Mutu Pendidikan (untuk
guru dan kepala sekolah), (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2011), 100.
5
keterampilan yang sesuai dengan visi lembaga dan kepentingan
pelanggan pendidikan.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan bahwa setiap lulusan satuan
pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga
dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi
lulusan SMA/MA/SMALB/Paket C. Pertama, pada dimensi
sikap memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan
peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang hayat,
dan sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
internasional. Kedua, pada dimensi pengetahuan memiliki
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan
dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora. Serta mampu mengaitkan pengetahuan di atas
dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan
regional dan internasional. Ketiga, pada dimensi keterampilan
6
memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Melalui
pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari
di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.15
Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa lulusan
dalam suatu lembaga pendidikan dikatakan bermutu apabila
lulusan tersebut mempunyai kompetensi dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang dijelaskan
pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Selain itu, mutu lulusan juga harus
sinergi dengan visi misi lembaga dan mampu memenuhi
lapangan pekerjaan sebagaimana harapan masyarakat. Akan
tetapi dalam tataran realita mutu lulusan saat ini masih banyak
yang diragukan oleh masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah
pengangguran terbuka pada Agustus 2019 berjumlah 7,05 juta
orang, meningkat dari Agustus 2018 yang hanya 7 juta orang.
Dalam paparannya, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto
mengatakan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT)
15
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7
didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebesar 10,42 persen pada Agustus 2019. Selain SMK, SMA
menempati peringkat kedua dengan presentase 7,92 persen,
diikuti diploma I/II/III 5,99 persen, universitas 5,67 persen,
SMP 4,75 persen, dan SD 2,47 persen.16
Sehingga dapat
dipahami bahwa mutu lulusan saat ini masih bertolak belakang
dengan harapan masyarakat sebagai pengguna lulusan, yang
mengharapkan kualitas lulusan yang baik, yang dapat bersaing
dalam dunia kerja baik di dalam maupun di luar negeri.
Adapun salah satu faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan mutu lulusan adalah kepemimpinan kepala
sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
merupakan penggerak dalam lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan.17
Keberhasilan keseluruhan
kepemimpinan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan
akan dapat menentukan mutu lulusan suatu lembaga
pendidikan.18
Sehingga dapat dipahami bahwa dalam
16
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BPS:
Pengangguran Meningkat, Lulusan SMK
Mendominasi", https://money.kompas.com/read/2019/11/05/155358926/bps
-pengangguran-meningkat-lulusan-smk-mendominasi. 20 November 2019,
Pukul 07.30. 17
Buchari Alma, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan (Bandung; Alfabeta, 2008), 240. 18
Akmaluddin, Mutiawati, & Herawati, Program Kepala Sekolah
dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Pada Smp Babul Magfirah Aceh Besar,
8
mewujudkan SDM yang baik ataupun lulusan yang berkualitas
tentu harus ada kepemimpinan yang baik, manajemen yang
baik, dan lingkungan yang baik. 19
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dan
sekaligus yang bertanggung jawab, memiliki peranan penting
dalam menentukan arah gerak lembaga pendidikan. Sehingga
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menjadi pelaku
utama dalam menentukan visi dan tujuan sekolah sebagai arah
gerak lembaga yang sedang dipimpinnya. Visi dan tujuan
sekolah tersebut menjadi landasan pembelajaran baik dalam
lingkup akademis maupun non akademis untuk mencetak
lulusan yang bermutu, terampil sesuai kebutuhan masyarakat.20
Visi selalu berhubungan dengan cita-cita masa depan
lembaga pendidikan yang lebih baik. Maka dalam sebuah visi
harus adanya kekuatan yang dapat menarik perhatian bagi
komponen organisasi, baik terhadap pihak luar maupun pihak
dalam. Hal tersebut, diharapkan dapat mendesak untuk
Journal of Education Science Vol. 4 No. 2 Oktober 2018 Universitas
Ubudiyah Indonesia e-ISSN : 2615-5338, 44. 19
Ika Alifiyah Ali Imron Juharyanto, Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik, Jurnal
Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan Volume 2 Nomor 1 Maret 2019,
33. 20
Ika Alifiyah Ali Imron Juharyanto, Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik, Jurnal
Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan Volume 2 Nomor 1 Maret 2019,
34.
9
dimulainya masa depan melalui keterampilan, bakat, dan
sumber daya dalam mewujudkannya. Selain itu, visi juga
merupakan rambu-rambu dalam menjalankan aktifitas
perubahan organisasi bagi seluruh komponen organisasi mulai
dari pemimpin dan seluruh bawahannya. Sehingga, visi
organisasi memainkan peranan penting, tidak hanya di tahap
awal melainkan pada seluruh siklus kehidupan organisasi yang
dapat menjadi penentu arah dalam menjalankan program
lembaga pendidikan.21
Pemimpin yang bervisi merupakan pemimpin pada era
perubahan yang menjadikan visi bagi organisasi sebagai
antisipasi dan proyeksi bagi masa depan yang tidak menentu.22
Selain itu kepemimpinan yang memiliki visi merupakan
pemimpin yang relevan dengan tuntutan “school based
management” yang diharapkan dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Pemimpin tersebut menjadi agen perubahan,
menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, dan
menjadi pelatih yang profesional serta dapat membimbing
personil lainnya ke arah profesionalisme kerja yang
21
Ismail Nawawi Uha, Manajemen Perubahan (Surabaya; Ghalia
Indonesia, 2014), 164. 22
Buchari Alma, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan, 240.
10
diharapkan.23
Sehingga dapat dipahami bahwa, visi merupakan
kemudi bagi sebuah sistem dalam lembaga pendidikan dan
kepala sekolah adalah pemegang kendalinya.24
Sejalan dengan hal tersebut Hayatuddin Fataruba
menjelaskan bahwa, kepemimpinan visioner sangat
dibutuhkan pada lembaga pendidikan dikarenakan di era global
ini, perkembangan begitu cepat dan akan berpengaruh pada
semua aspek kehidupan, menyebabkan lalu lintas tenaga kerja
sangat mudah, menyebabkan siswa mendapat informasi dari
berbagai sumber secara cepat, berpengaruh terhadap perilaku
dan moral manusia, serta di era global ini tidak menutup
kemungkinan akan terbuka peluang cabang sekolah asing.25
Lebih lanjut sebagaimana menurut Komariyah dan
Triatna, visionary leadership merupakan sebuah pemimpin
yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan
yang penuh tantangan. Kepemimpinan ini menuntut kepala
sekolah sebagai manajer di sekolah untuk melakukan inovasi
dan pengembangan madrasah yang disertai dengan pandangan
23
Engkoswara & Aan Komariah, Administrasi Pendidikan
(Bandung; Alfabeta, 2015), 194. 24
Ika Alifiyah Ali Imron Juharyanto, Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik, Jurnal
Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan Volume 2 Nomor 1 Maret 2019,
34. 25
Supardi , Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya
(Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013), 79.
11
jauh ke depan dalam mengembangkan madrasah untuk
meningkatkan kualitas pendidikannya secara efektif dan
kompetitif.26
Selain itu pemimpin tersebut mampu berkreasi
dan menemukan strategi kepemimipinan inovatif, bermutu dan
tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal,
serta mampu membaca kecenderungan masa depan dengan
kekuatan insigt dan prediksi ilmu. Sehingga pemimpin yang
mempunyai visi atau visioner leadership tersebut, merupakan
pemimpin yang diharapkan dalam sebuah lembaga pendidikan
untuk melakukan perubahan yang lebih baik di masa depan. 27
Kemudian alasan mengapa penelitian ini dilakukan di
SMK PGRI 2 Ponorogo karena SMK PGRI 2 Ponorogo
merupakan salah satu sekolah swasta yang berkualitas. Hal
tersebut didasarkan sebagaimana perkembangan di SMK
PGRI, yakni pada tahun 2000/2001 SMK PGRI 2 Ponorogo
telah terakreditasi dengan status disamakan, kemudian pada
tahun 2006/2007 telah terakreditasi: A, kemudian pada tahun
2011 telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 dari TUV Nort
dan pada tahun 2015 SMK PGRI 2 Ponorogo menjadi Sekolah
Rujukan. Selanjutnya pada tahun 2018/2019, SMK PGRI 2
26
Prim Masrokan Muthohar, Manajemen Mutu Sekolah, 273. 27
Buchari Alma. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan, 239.
12
Ponorogo menjadi lembaga tertinggi di Jawa Timur yang
terserap di dunia usaha dan industri sebanyak 96% dan sisanya
sebagian besar meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Selain itu SMK PGRI 2 Ponorogo juga menjadi tempat
penyaluran bursa kerja.28
Adapun visi SMK PGRI 2 Ponorogo, yaitu: “Beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil,
kompeten, professional, disiplin, berkarakter unggul,
berbudaya lingkungan dan berbudaya keselamatan kerja.”29
Visi tersebut kemudian diimplementasikan dalam program-
program yang ada di SMK PGRI 2 Ponorogo, yakni sebagai
berikut: Pertama, visi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Bentuk implementasi program tersebut adalah
dengan mengadakan kerjasama dengan Pondok Pesantren al
Ikhlas Babadan sehingga SMK PGRI 2 Ponorogo merupakan
sekolah industri berbasis pondok pesantren. Selain itu, SMK
PGRI 2 Ponorogo juga menerapkan program mangaji bagi
peserta didik yang dijadikan sebagai syarat pengambilan ijazah.
28
Profil SMK PGRI 2 Ponorogo 2019, Dokumentasi, Ruang TU,
Rabu, 4 Maret 2020, Pukul 10.00 WIB. 29
Identitas Lembaga, Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2
Ponorogo, Dokumentasi, Ruang Kurikulum, Rabu, 4 Maret 2020, Pukul
10.00 WIB.
13
Kedua, visi cerdas, terampil, kompeten, professional.
Implementasi visi ini, yaitu SMK PGRI 2 Ponorogo selalu
menjalin kerja sama dengan BKK dan industri yang lainnya,
serta selalu melihat akan kebutuhan pelanggan sebagai
konsumen. Ketiga, visi disiplin, berkarakter unggul, dalam
membentuk peserta didik yang berdisipin dan berkarakter.
Implementasi visi tersebut, SMK PGRI 2 Ponorogo menjalin
kerjsama dengan TNI 501 Madiun. Adapun kegiatannya
dikhususkan dalam pembentukan peserta didik yang disiplin
dan berkarakter yang dilakukan selama satu minggu untuk
setiap jenjang. Keempat, visi berbudaya lingkungan.
Implementasi visi ini yaitu dengan menerapkan program
adiwiyata di SMK PGRI 2 Ponorogo. Kelima, visi berbudaya
keselamatan kerja. Adapun bentuk implementasinya yakni
dengan menjalin kerjasama dengan 12 Bursa Kerja Khusus
(BKK).30
Kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat visioner
menjadi faktor kunci terlaksananya program-program yang ada
di SMK PGRI 2 Ponorogo. Dalam menjalankan program-
program tersebut, kepala sekolah berperan sebagai penentu
arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih. Pertama,
30
Wawancara dengan bapak Andi Dwi selaku bagian Kurikulum,
pada 4 Maret 2020.
14
sebagai penentu arah kepala sekolah memberikan kebijakan
yang difokuskan pada kempetensi siswa dalam segi spiritual,
akademik, dan dunia kerja. Kedua, sebagai agen perubahan
kepala sekolah memberikan inovasi-inovasi yang tertuju pada
perkembangan kemampuan teknisi peserta didik, keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan, pembentukan karakter, dan
kewirausahaan. Ketiga, sebagai juru bicara kepala sekolah
melakukan sosialisasi visi dan keunggulan lembaga dengan
melibatkan seluruh elemen lembaga. Keempat, sebagai pelatih
kepala sekolah memberikan pelatihan kepada tenaga
kependidikan dan peserta didik. Semua hal tersebut sebagai
upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di
SMK PGRI 2 Ponorogo.
Berangkat dari penjajagan sosial situation di atas,
penelitian ini akan mengungkap Kepemimpinan Visioner
dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo, dan agar penelitian ini terarah, terfokus, dan tidak
meluas, penulis membatasi penelitian ini pada peran
kepemimpinan visioner dalam peningkatan mutu lulusan di
SMK PGRI 2 Ponorogo.
B. Masalah dan Rumusan Masalah
15
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran kepemimpinan visioner sebagai penentu
arah dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo?
2. Bagaimana peran kepemimpinan visioner sebagai agen
perubahan dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo?
3. Bagaimana peran kepemimpinan visioner sebagai juru
bicara dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo?
4. Bagaimana peran kepemimpinan visioner sebagai pelatih
dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan peran kepemimpinan visioner sebagai
penentu arah dalam peningkatan mutu lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo.
2. Untuk menjelaskan peran kepemimpinan visioner sebagai
agen perubahan dalam peningkatan mutu lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo.
16
3. Untuk menjelaskan peran kepemimpinan visioner sebagai
juru bicara dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI
2 Ponorogo.
4. Untuk menjelaskan peran kepemimpinan visioner sebagai
pelatih dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini akan menemukan peran kepemimpinan
visioner sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan
pelatih dalam peningkatan mutu lulusan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Pengawas
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh
pengawas sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan untuk
meningkatkan mutu lulusan di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh
kepala sekolah sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan
untuk peningkatan mutu lulusan di sekolah.
17
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh
guru sebagai pijakan dalam melakukan perbaikan untuk
peningkatan mutu lulusan di sekolah.
d. Bagi Wali Murid
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh
wali murid sebagai dasar usulan dalam rangka peningkatan
mutu lulusan di sekolah.
E. Kajian Terdahulu
Adapun hasil penelitian yang memiliki relevansi
dengan tema penelitian ini dalam rangka memperkuat
perumusan masalah tersebut nantinya walaupun secara
substansial memiliki perbedaan yang cukup signifikan yang
sekaligus penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan ini. Di antara hasil penelitian tersebut,
antara lain:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Shona Ali
Fahmi yang berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Guru”. Adapun fokus penelitian ini
menjelaskan tentang peran kepala sekolah sebagai educator,
manajer, supervisor, dan motivator. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
18
sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan juga
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu
reduksi data, pengajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan pengamatan,
triangulasi, dan menggunakan referensi. Adapun hasil
penelitian ini adalah bahwa dalam meningkatkan mutu guru
diperlukan peran kepala sekolah sebagai educator, manajer,
supervisor, dan motivator.31
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah bahwasanya penelitian yang dilakukan
oleh Shona Ali Fahmi menggunakan teori strategi kepala
sekolah sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan
yaitu menggunakan teori peran kepemimpinan visioner yang
meliputi empat peran yaitu: penentu arah, agen perubahan,
juru bicara, dan pelatih dalam meningkatkan mutu lulusan.
Kedua, yakni penelitian yang dilakukan oleh Vera Mei
Ringgawati, yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan” (Studi Multi Kasus di SMA 1
Blitar dan SMAN 1 Sutojayan). Fokus penelitian ini adalah
untuk menjelaskan perencanaan, implementasi dan evaluasi
31
Shona Ali Fahmi, Tesis, Peran Kepala Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Guru, (Ponorogo: IAIN, 2020), 1
19
strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan serta
untuk menjelaskan perbandingan strategi kepala sekolah di
SMAN 1 Blitar dan SMAN 1 Sutojayan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
dan rancangan penelitian multisitus. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu
reduksi data, pengajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan pengamatan,
triangulasi, dan menggunakan referensi. Adapun hasil
penelitian ini adalah bahwa dalam meningkatkan mutu lulusan
diperlukan strategi yang dikelola meliputi proses perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang melibatkan seluruh komponen
sekolah.32
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah bahwasanya penelitian yang dilakukan
oleh Vera Ringgawati menggunakan teori strategi kepala
sekolah sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan
yaitu menggunakan teori peran kepemimpinan visioner
32
Vera Mei Ringgawati, Tesis, Strategi Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan (Studi Multi Kasus di SMA 1 Blitar dan SMAN
1 Sutojayan), (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016), 1.
20
meliputi empat peran yaitu: penentu arah, agen perubahan,
juru bicara, dan pelatih dalam meningkatkan mutu lulusan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Asmuni yang
berjudul “Kepemimpinan Visioner dalam Pengembangan
Pendidikan Islam” (Studi Kasus di Yayasan Bani Hasyim
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan karakteristik dari kepemimpinan
visioner, upaya yang dilakukan pemimpin visioner serta
dampak dari kepemimpinan visioner dalam mengembangkan
pendidikan Islam. Adapun pendekatan penelitian yang
digunakan yakni pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus
sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan juga
menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan analisis data dilakukan dengan proses reduksi data,
penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan.33
Penelitian yang dilakukan Asmuni tersebut sebenarnya
memiliki kesamaan fokus penelitian dengan yang akan peneliti
lakukan. Perbedaannya terletak pada problem akademik yang
ingin diselesaikan. Dalam penelitian Asmuni, problem
akademik yang ingin diselesaikan yaitu terkait pengembangan
33
Asmuni, Kepemimpinan Visioner dalam Pengembangan
Pendidikan Islam (Studi Kasus di Yayasan Bani Hasyim Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang), (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2015), 1.
21
pendidikan Islam. Sedangkan dalam penelitian yang hendak
peneliti lakukan, problem akademik yang hendak diselesaikan
yaitu terkait dengan peningkatan mutu lulusan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penyusunan tesis, maka
pembahasan dalam laporan penelitian ini dibagi menjadi
delapan bab, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pemahaman para pembaca dalam menelaah isi penelitian ini.
Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab I : Berisikan uraian dan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Berisikan pembahasan mengenai teori-teori
yang secara konseptual mendasari penelitian yaitu, teori
tentang kepemimpinan visioner dalam meningkatkan mutu
lulusan. Kajian teori menjadi kerangka dasar yang berfungsi
sebagai pemandu untuk membaca atau menganalisis data dari
fakta temuan di lokasi penelitian.
Bab III : Berisikan metode dan pendekatan, data dan
sumber data, metode dan teknik penggalian data, analisis data.
dan teknik pengecekan keabsahan data.
22
Bab IV : Berisikan rumusan masalah satu terkait peran
kepemimpinan visioner sebagai penentu arah dalam
meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo yang di
dalamnya tersusun paparan data, analisis data, dan sintesis.
Bab V : Berisikan rumusan masalah dua terkait peran
kepemimpinan visioner sebagai agen perubahan dalam
meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo yang di
dalamnya tersusun paparan data, analisis data, dan sintesis.
Bab VI : Berisikan rumusan masalah tiga terkait peran
kepemimpinan visioner sebagai juru bicara dalam
meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo yang di
dalamnya tersusun paparan data, analisis data, dan sintesis.
Bab VII : Berisikan rumusan masalah empat terkait
peran kepemimpinan visioner sebagai pelatih dalam
meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo yang di
dalamnya tersusun paparan data, analisis data, dan sintesis
Bab VIII : Penutup. Dalam bab ini dibahas mengenai
kesimpulan dari dari penelitian yang telah dilaksanakan dan
saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
23
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kepemimpinan Visioner
1. Kepemimpinan dalam Pendidikan
Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan
seorang pemimpin dalam menggerakkan dan mempengaruhi,
serta mengarahkan orang lain dalam mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin sangat diperlukan karena pemimpin
merupakan pemegang kendali utama serta penanggung jawab
dalam suatu organisasi. Seperti halnya dalam lembaga
pendidikan juga membutuhkan seorang pemimpin.
Kepemimpinan dalam pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting dalam mengarahkan dan menggerakkan dalam
mencapai suatu tujuan bersama sebagai indikator keberhasilan.
Hal tersebut senada dengan Husna Asmara, bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah segenap kegiatan dalam
usaha mempengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada
situasi tertentu agar mereka memulai usaha kerja sama, mau
bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi
23
24
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.1 Lebih
lanjut menurut Hendrawan pemimpin pendidikan merupakan
pemimpin yang menampilkan sosoknya sebagai guru dan abdi
kelompok yang simultan. Selain itu, juga sebagai wasit, hakim,
dan sebagai panglima.2
Kepemimpinan pendidikan dalam mengembangkan
lembaga pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu: pertama,
mengusahakan keefektifan organisasi pendidikan, meliputi
adanya etos kerja yang baik, manajemen terkelola dengan baik,
mengelola dan mengembangkan kemampuan tenaga pendidik,
dan sebagainya. Selanjutnya yang kedua mengusahakan
lembaga pendidikan yang sukses. Dalam hal ini, kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan harus mampu
mengimplementasikan kurikulum sebagai tujuan utama,
mengembangkan iklim organisasi yang baik dan kondusif,
melakukan monitoring dan evaluasi, mengelola pengembangan
staf untuk bekerja dan berfikir bersama, serta melibatkan
stakeholders dalam pengembangannya.3 Selain itu, kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan juga harus memaknai
1 Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management (Jakarta; Prenadamedia Grub, 20118), 85. 2 Fahmi Tharaba, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Malang; CV
Dream Litera Buana, 2016), 33. 3 Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management, 85.
25
perannya untuk memotivasi warga sekolahnya untuk
mendedikasikan tugas masing-masing sehingga dapat
melaksanakan tugasnya dengan maksimal.4
Kepemimpinan dalam pendidikan bertujuan agar setiap
program kegiatan yang dilaksanakan bisa terarah dan dapat
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Tujuan dalam pendidikan terbentuk dari
gagasan visi pemimpin. Pemimpin yang mempunyai visi atau
visionary leadership, merupakan pemimpin yang diharapkan,
karena pemimpin tersebut mampu berkreasi dan menemukan
strategi kepemimipinan inovatif, bermutu dan tanggap terhadap
perkembangan global dan tantangan lokal, serta mampu
membaca kecenderungan masa depan dengan kekuatan insigt
dan prediksi ilmu.5
2. Kepemimpinan Visioner
a. Konsep Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang
pemimpin dalam menciptakan, merumuskan,
mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan
dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang
4 Agustinus Hermino, Kepemimpinan Pendidikan di Era
Globalisasi (Yogyakata; Pustaka Pelajar, 2014), 128. 5 Buchari Alma. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa
Pendidikan, 239.
26
berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara
anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-
cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau
diwujudkan melalui komitmen semua personil.6 Aan Komari
menjelaskan bahwa kepemimpinan yang relevan dengan
tuntutan “school based management” dan didambakan bagi
kualitas pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi
(visionary leadership), yaitu kepemimpinan yang kerja
pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh
dengan tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan
menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi
pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil
lainnya ke arah profesionalisme kerja yang diharapkan.7
Pendapat tersebut senada dengan Robbin bahwa kepemimpinan
visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan dan
mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya,
atraktif tentang masa depan bagi suatu organisasi atau unit
organisasional yang harus bertumbuh dan meningkat sampai
saat ini.8 Maka dengan begitu kepemimpinan visioner
6 Engkoswara & Aan Komariah, Administrasi Pendidikan
(Bandung; Alfabeta, 2015), 195. 7 Engkoswara & Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, 194.
8 Donni Juni Priansa & Risma Somad. Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan kepala sekolah (Bandung; Alfabeta, 2014),213.
27
merupakan pemimpin yang mampu merumuskan visi dan dapat
mengartikulasikan serta mengimplementasikan visi sebagai
target yang dicita-citakan di masa depan.
Visi dalam suatu organisasi menjadi penentu arah
dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya visi yang
diimplementasikan tersebut, organisasi tidak akan terombang-
ambing dalam situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya.
Sebagaimana menurut Peter Senge melontarkan gagasan
bahwa, sebuah organisasi hanya akan mampu beradaptasi
dengan perubahan apabila ia mampu menjadikan dirinya tampil
sebagai sebuah organisasi pembelajaran (learning
organization) yakni sebuah organisasi yang dibangun oleh
orang-orang yang secara terus-menerus mau memperluas
kapasitas dirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan.9
Lebih lanjut menurut Fahmi Tharaba, visi merupakan
wawasan ke depan yang merupakan kristalisasi dan intisari dari
competency, ability, self efficacy dalam melihat, menganalisis,
dan menafsirkan. Dalam suatu visi itu mengandung intisari dari
arah dan tujuan, misi, norma, dan nilai yang merupakan satu
9 Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management, 102
28
kesatuan yang utuh.10
Hal tersebut senada sebagaimana yang
disampaikan oleh Wahyudi, bahwa visi memiliki gambaran
yang jelas, menawarkan suatu cara yang inovatif untuk
memperbaiki, mendorong adanya tindakan-tindakan yang
mungkin dilakukan untuk mewujudkan perubahan-perubahan
yang lebih baik.11
Visi organisasi menjadi pengikat, pemersatu, inspirator,
dan pemberi semangat seluruh komponen organisasi. Oleh
karena itu dalam kepemimpinan visioner, visi menjadi faktor
utama dalam menjalankan kepemimpinannya. Sebagaimana
menurut Imam Machali dan Ara Hidayat, visi merupakan kata
kunci yang utama dalam kepemimpinan visoner.12
Maka
dengan begitu visi perlu dirumuskan dalam pernyataan yang
jelas dan tegas agar menjadi komitmen semua personil dalam
mewujudkannya sehingga pemimpin berupaya mengolaborasi
informasi, cita-cita, dan keinginan pribadi dipadukan dengan
cita-cita/gagasan personel lain dalam forum komunikasi yang
intensif, sehingga menghasilkan kristalisasi visi organisasi.
Menurut Danil dan Daniels sebagaimana yang dikutip oleh
10
Fahmi Tharaba, Kepemimpinan Pendidikan Islam, 95. 11
Euis Karwati & Djonni Juni Priansa, Kinerja dan
Profesionalisme Kepala Sekolah (Bandung; Alfabeta, 2013), 189 12
Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management 102.
29
Komariah dan Triatna, menyatakan bahwa kejelasan
perumusan visi melalui tiga fase proses, yaitu: 1) Discovery
berarti validasi, internalisasi, dan rasionalisasi atas proses
globalisasi; 2) Visualization adalah menggambarkan atau
penjelasan konsep-konsep dalam membangun visi global; c)
Actualization adalah sebuah pernyataan visi global yaitu
perumusan dan pemasyarakatan visi dalam organisasi.13
Selanjutnya visi yang efektif sebagaimana menurut
Kantabutra memiliki karakteristik, sebagai berikut: a) ringkas,
sederhana, realistis, dan jelas; dari bahasa pernyataan secara
keseluruhan; b) fokus dan unik; dari isinya yang mengarah
pada tujuan akhir organisasi; c) menantang, menginspirasi, dan
berorientasi masa depan; dari kata-kata yang mengandung
makna ungkapan semangat dan pandangan jauh ke depan.14
Sehingga dengan terciptanya visi sebagaimana tersebut di atas,
diharapkan dapat menjadi peranan kunci dalam menjalankan
program kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan bersama,
serta dapat menumbuhkan semangat persatuan seluruh
13
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership (Bandung;
Bumi Aksara, 2010), 91-92. 14
Sukaningtyas, “Pengembangan Kapasitas Manajemen Sekolah
Dalam Membangun Pemahaman Visi dan Misi”, Jurnal Ilmu Pendidikan,
Jilid 22, Nomor 2, Desember 2016, 105.
30
komponen organisasi dan memberikan arah dalam
mewujudkan tujuan organisasi.
b. Peran Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner merupakan pemimpin yang
mampu merumuskan visi dan mengartikulasikan serta
mengimplementasikan visi sebagai target yang dicita-citakan di
masa depan. Visi merupakan suatu yang sangat penting dalam
menjalankan organisasi. Visi suatu organisasi merupakan
sebuah peluru bagi pemimpin visioner dalam menentukan masa
depan suatu organisasi. Selanjutnya visi tersebut harus
diwujudkan dalam kinerja kepemimpinan, agar pernyataan-
pernyataan yang diyakini tersebut dapat menjadikan perubahan
di masa depan. Maka, dalam mewujudkan perubahan di masa
depan tentunya seorang pemimpin harus mengetahui peran
yang harus dilakukan. Adapun peran kepemimpinan visioner
menurut Nanus yang dikutib oleh Aan Komariah dan Cepi
Triatna memiliki empat peran, yakni:15
1) Penentu arah (direction setter). Kepala sekolah sebagai
penentu arah memberikan arah bagi lembaga pendidikan,
khususnya disaat mendapati sebuah masalah. Kepala
sekolah tersebut tampil sebagai pelopor dalam menetukan
15
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership (Bandung;
Bumi Aksara, 2010), 92-93.
31
arah yang dituju melalui pikiran-pikiran rasional dan
cerdas tentang sasaran yang akan dituju dan mengarahkan
perilaku bergerak maju ke arah yang diinginkan.16
Selanjutnya kepala sekolah bersama-sama menganalisis
kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditempuh, teknik
ataupun metode serta sumber terpilih yang dapat
digunakan untuk meraih tujuan masa depan secara efektif
dan efisien.17
Sehingga sebagai penentu arah, kepala
sekolah harus dapat menyajikan dan mengkomunikasikan
suatu visi, memotivasi seluruh anggota organisasi, dapat
menyakinkan kepada seluruh konsumen bahwa apa yang
ditargetkan dan dilakukan itu benar, serta mendukung
partisipasi pada seluruh tingkat dan tahapan usaha menuju
masa depan.18
2) Agen perubahan (agen of change). Kepala sekolah sebagai
agen perubahan, merupakan peran penting kedua dari
kepala sekolah yang visioner. Kepala sekolah memberikan
perubahan-perubahan di lembaga pendidikan. Perubahan
tersebut dapat dilihat dengan adanya inovasi-inovasi baru,
16
Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management, 107. 17
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 93. 18
Euis Karwati, Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme
Kepala Sekolah, 196.
32
serta dalam konteks lingkungan eksternal meliputi dalam
hal ekonomi, sosial, teknologi dan perubahan politis terjadi
secara terus menerus sehingga mengakibatkan perubahan
terhadap kebutuhan pelanggan.19
Perubahan tersebut mengakibatkan kepala sekolah
sebagai pemimpin visioner tidak puas dengan yang telah
ada, pemimpin tersebut selalu ingin memiliki keunggulan
dari yang ada seperti berpikir bagaimana mengembangkan
inovasi pembelajaran, manajemen persekolahan, hubungan
kerja sama dengan dunia usaha dan sebagainya.20
Hal ini
menjamin bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin
disediakan untuk seluruh situasi dan kondisi yang dapat
mengancam kesuksesan lembaganya saat ini khususnya
dalam menyiapkan kesuksesan di masa depan.21
Sehingga
kesuksesan-kesuksesan tersebut dapat terbentuk melalui
gebrakan-gebrakan yang dapat memicu kinerja dan
menerima tantangan-tantangan dengan menerjemahkan ke
dalam agenda-agenda kerja yang jelas dan rasional.22
Selain itu kepala sekolah sebagai agen perubahan menjadi
19
Donni Juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan Kepala Sekolah, 214. 20
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 94. 21
Donni Juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan Kepala Sekolah, 214. 22
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 94.
33
pelopor inovasi dan menjadi trigger berbagai perubahan
yang terjadi ke arah yang lebih baik dalam
mengimplementasikan visi serta bertanggung jawab untuk
merangsang perubahan di lingkungan internal.23
3) Juru bicara (spokesperson). Kepala sekolah sebagai
pemimpin visioner harus mengetahui dan menghargai
bentuk komunikasi yang tersedia guna menjelaskan dan
membangun dukungan untuk visi masa depan sekolah.24
Hal tersebut, menuntut kepala sekolah harus mampu
menjadi juru bicara, tidak hanya memiliki kemampuan
untuk menyakinkan di lingkungan kelompok internal saja,
akan tetapi dituntut lebih jauh aksesnya terhadap dunia
luar yang dapat menimbulkan kegairahan tentang masa
depan sekolah dan dapat berimplikasi terhadap
pembangunan serta kemajuan organisasi.25
Tidak hanya
itu, kepala sekolah juga harus mampu menjadi seorang
negosiator utama dan ulung dalam berhubungan dengan
organisasi lain atau hierarki yang lebih tinggi. Selain itu,
kemampuan berkomunikasi kepala sekolah tersebut harus
disertai dengan keyakinan akan logika rasional bahwa visi
23
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 94. 24
Donni Juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan Kepala Sekolah, 214. 25
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 94.
34
organisasi menarik, bermanfaat, dan menyenangkan.
Sehingga, hal tersebut dapat menjadikannya sebagai
seorang negoisator yang unggul.26
4) Pelatih (coach). Kepala sekolah sebagai pemimpin
visioner harus dapat menjadi pelatih yang baik. dengan
begitu kepala sekolah harus mampu membangun dan
mengendalikan kerja sama kelompok dalam anggota
organisasi untuk memcapai tujuan visi yang sudah
ditetapkan. Kepala sekolah sebagai pelatih harus dapat
mengoptimalkan kemampuan dan potensi seluruh sumber
daya yang ada di sekolah, baik dalam bekerja sama serta
mengoordinasi aktifitas usaha dalam mencapai tujuan visi
lembaga pendidikan. Selain itu, kepala sekolah sebagai
pelatih harus selalu dapat menjaga pekerjaan sumber daya
sekolah untuk memusatkan pada realisasi visi dengan
pengarahan dan memberi harapan serta membangun
kepercayaan diantara sumber daya sekolah yang penting
bagi sekolah dan visinya untuk masa depan.27
Maka
dengan begitu kepala sekolah tersebut harus dapat
berkomunikasi, mensosialisasikan, sekaligus bekerja sama
26
Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education
Management, 107. 27
Euis Karwati, Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme
Kepala Sekolah, 197.
35
dengan orang-orang untuk membangun, mempertahankan
dan mengembangkan visi yang dianutnya, dan bagaimana
merealisasikan visi ke dalam budaya perilaku organisasi.28
Selanjutnya terkait mengenai keberhasilan seorang
pemimpin dalam memimpin organisasi, secara umum
sebagaimana menurut Kartono bahwa keberhasilan pemimpin
itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan efektifitas
pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan pada dirinya. Adapun
indikator yang dapat dipakai sebagai petunjuk keberhasilan
kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
1) meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan
oleh organisasi; 2) semakin rapinya sistem administrasi dan
makin efektifnya manajemen; 3) semakin meningkatnya
aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih
human sifatnya.29
c. Karakteristik Kepemimpinan Visioner
Ciri-ciri utama kepala sekolah sebagai pemimpin
visioner adalah bahwa ia memiliki kekhasan dalam
kepercayaan diri, kesadaran diri, serta empati. Kepala sekolah
28
Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionery Leadership, 95. 29
Anizah & Winda Fitri Maretta, “Kepemimpinan Efektif Kepala
Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru”, Jurnal
Manajemen Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, Volume 2, No.1,
Januari-Juni2017, 100-101.
36
yang visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan, yang
baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai
bersama orang-orang yang ada di sekolah. Selain itu, kepala
sekolah yang visioner juga memiliki ciri sebagai berikut:30
1) Komitmen terhadap nilai spiritual, merupakan ciri yang
paling menonjol dari pemimpin visioner. Kepala sekolah
mewujudkan integritas pribadi, memancarkan energi,
vitalitas, dan kehendak yang kuat untuk bertindak.
2) Visi yang inspiratif, memiliki visi yang mampu
memberikan inspirasi dalam bentuk kemampuan
mewujudkan visi yang telah ditetapkan sekolah, didukung
oleh inspirasi positif dari masa depan, serta arah yang jelas
tentang bagaimana mencapai visi sekolah tersebut.
3) Hubungan baik, kepala sekolah yang visioner
menghormati hubungan baik dengan siapapun, yang
diwujudkan dalam bentuk kepedulian kepada orang lain
dan menganggap bahwa mereka itu merupakan aset
terbesar bagi sekolah. Pemimpin visioner mengedepankan
pendekatan kemitraan dan menciptakan rasa berbagi visi
dan makna dengan orang lain. Mereka menunjukkan rasa
30
Donni Juni Priansa & Risma Somad. Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan kepala sekolah, 216.
37
hormat yang lebih besar bagi orang lain dan hati-hati
dalam mengembangkan semangat tim.
4) Inovatif, kepala sekolah yang visioner berani mengambil
langkah inovatif. Ia mampu merubah paradigma lama yang
sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman,
kemudian menciptakan strategi yang inovatif dengan
pemikiran konseptual, sistematik, strategik, dan aplikatif.
d. Kompetensi Kepala Sekolah yang Visioner
Setelah teridentifikasi dan ditentukan, maka kepala
sekolah harus mampu memperagakan visi agar dapat diterima
dan dilaksanakan oleh seluruh sumber daya sekolah.
Kompetensi kepala sekolah yang visioner, sebagaimana
dikemukakan oleh Robbins, yaitu:31
1) Menjelaskan, maksudnya kepala sekolah perlu
menjelaskan visi dilihat dari segi tindakan-tindakan yang
dituntut dan disarankan melalui kominukasi lisan dan
tertulis yang jelas.
2) Mengungkapkan, bahwa perilaku kepala sekolah yang
secara berkesinambungan mendorong pencapaian visi.
Sebagai contoh, kepala sekolah yang terjun mengamati
guru yang tidak dapat hadir mengajar. Hal tersebut
dilakukan agar peserta didik terpuaskan.
31
Ibid., 217
38
3) Memperluas visi, kepala sekolah mampu memperluas visi
kepada konteks kepemimpinan yang lebih luas. Ini berarti
kemampuan untuk mengurutkan aktifitas-aktifitas yang
dilaksanakan, sehingga visi dapat diterapkan pada berbagai
situasi pekerjaan yang ada disekolah.
e. Urgensi Kepemimpinan Visioner
Keberhasilan dari suatu organisasi pada hakikatnya
terletak pada efektifitas dan efisiensi penampilan seorang
kepala sekolah suatu organisasi. Kepala suatu organisasi
bertanggung jawab atas keberhasilan tujuan pendidikan, yakni
melalui upaya untuk menggerakkan bawahan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang sulit diramalkan dan
upaya menyusun visi baru yang lebih fleksibel, diperlukan
pemimpin masa depan yang visioner, yaitu:32
1) Mendorong setiap anggota suatu organisasi untuk
mengidentifikasi masalah dan kemudian memecahkannya.
2) Memaksimalkan energi dengan cara keluar dari situasi
status quo dan terlalu bersifat kompromistis, menghasilkan
keputusan yang berkualitas, mencapai target hasil yang
maksimal, dengan teknik dan metode yang sama sekali
baru.
32
M. Fahim Taraba. Kepemimpinan Pendidikan Islam, 97-98.
39
3) Mengolah data dan informasi dengan cepat
4) Menyajikan informasi yang benar dan mudah dicerna
5) Mahir dalam berkominikasi
6) Mengajak anggota organisasi untuk berfikir dan bertindak
sesuai dengan agenda kegiatan mereka
7) Mengelola melatih dan mengunakan intuisi untuk
mengambil keputusan.33
B. Mutu Lulusan
1. Definisi Mutu Lulusan
Mutu atau kualitas merupakan suatu konseptual yang
relatif. Mutu didefiniskan sebagai sesuatu yang memuaskan
dan melampui keinginan serta kebutuhan pelanggan.34
Dalam
dunia pendidikan, mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan.
Mutu lulusan tersebut dapat berupa mutu akademik yang
merupakan kualitas pencapaian hasil yang tinggi dalam tes
kemampuan akademik berupa nilai ulangan umum, Ujian
Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan
33
Ibid,. 97-98. 34
Edward Sallis, Total Quality Management in Education
(London: Kogan Page Limeted, 2002), 56.
40
Ujian Nasional.35
Selain itu, mutu lulusan juga tertuju dalam
prestasi non akademis yang berupa sikap dan keterampilan.36
Sebagaimana Undang-Undang No 20 tahun 2003 yang
menjelaskan tujuan pendidikan secara nasional di Indonesia,
yang berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.37
Adapun mutu lulusan sebagaimana menurut Hanson
dan Owen, mendefinisikan bahwa mutu lulusan berkaitan
dengan aspek intelektual, keterampilan manual, kekuatan nalar
dan analisis, nilai, sikap, motivasi, kreativitas, keterampilan
komunikasi, apresiasi kultural, memiliki tanggung jawab sosial
serta memahami kebutuhan dunia.38
Selain itu Immegart yang
35
Yusroni Lindayani, Zulkarnain.S, & Samsul Rizal. Peningkatan
Mutu Lulusan Sman Purwodadi Melalui Strategi Manajemen Kepala
Sekolah. An-Nizom | Vol. 4, No. 2, Agustus 2019, 216. 36
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan
(Bandung; Alfabeta, 2015), 313. 37
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 38
Ahmad Sulhan, “Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Santri dalam Mewujudkan Mutu Lulusan”, 112.
41
dikutip oleh Widodo dan Suparno Eko menjelaskan bahwa
mutu lulusan itu sinergi dengan rumusan tujuan, kepentingan
pimpinan sekolah, eksekutif, pendukung dan petugas sekolah,
dan sinergi dengan kepentingan rumusan pelanggan sekolah.39
Sehingga dapat dipahami bahwa mutu lulusan dalam lembaga
pendidikan, sebagai kualitas pencapaian hasil dari segi
akademik maupun non akademik yang bersinergi dengan visi
lembaga pendidikan dan kepentingan rumusan pelanggan
sekolah.
2. Indikator-indikator Mutu Lulusan
Mutu lulusan merupakan kualitas pencapaian hasil dari
suatu lemabaga pendidikan dari segi akademik maupun non
akademik yang bersinergi dengan kepentingan rumusan
pelanggan sekolah. Adapun kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap lulusan dari suatu lembaga pendidikan mengacu
pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah menjelaskan, bahwa Setiap lulusan
satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi
pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
bagi Lulusan SMA/MA/SMALB/Paket C. Pertama, pada
39
Widodo, Suparno Eko. Manajemen Mutu Pendidikan (untuk
guru dan kepala sekolah), (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2011), 100.
42
dimensi sikap memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur,
dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang
hayat, dan sehat jasmani dan rohani sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan internasional.
Kedua, pada dimensi pengetahuan memiliki
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan
dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora serta mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan
regional dan internasional. Ketiga, pada dimensi keterampilan
memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Melalui
pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari
disatuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.40
40
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
43
Lebih lanjut dijelaskan pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan Bab II, bahwa ada
sembilan kriteria kompetensi lulusan SMK/MAK yakni: a)
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, b)
kebangsaan dan cinta tanah air, c) karakter pribadi dan sosial,
d) literasi, e) kesehatan jasmani dan rohani, f) kreativitas, g)
estetika, h) kemampuan teknis, dan i) kewirausahaan.41
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu
Lulusan
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu
lulusan disuatu lembaga pendidikan ialah adanya strategi
pengembangan sekolah unggul. Adapun faktor-faktornya
sebagai berikut:42
a) Faktor tujuan, maksudnya dalam meningkatkan mutu
pendidikan harus memperhatikan faktor tujuan, sebab
mutu suatu lembaga pendidikan yang berjalan tanpa
berpegang pada tujuan akan sulit mencapai apa yang
41
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 tahun
2018 Tentang Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan Bab II. 42
Syafaruddin. Pendidikan Transformasional Sosial (Bandung:
Ciptapustaka Media Perintis, 2009), 242-244.
44
diharapkan. Sehingga dalam meningkatkan mutu
pendidikan, sekolah harus senantiasa berpegangan pada
tujuan pendidikan yang mampu menghasilkan output yang
berkualitas.
b) Faktor guru (pendidik), merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, guru harus benar-benar membawa siswanya. Guru
harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru
ialah harus memiliki kewibawaan. Guru merupakan salah
satu faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, karena gurulah yang merupakan faktor utama
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
c) Faktor siswa, maksudnya siswa merupakan objek dari
pendidikan, sehingga mutu pendidikan yang akan dicapai
tidak akan lepas dengan ketergantungan terhadap kondisi
fisik tingkah laku dan minat bakat dari anak didik.
d) Faktor alat yaitu merupakan segala usaha atau tindakan
dengan sengaja yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat pendidikan ini merupakan masalah yang
esensial dalam pendidikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya untuk menyediakan alat-alat tersebut.
Adapun yang dikategorikan sebagai alat pendidikan adalah
45
sesuatu yang dapat memenuhi tercapainya tujuan
pendidikan yaitu sarana, prasarana, dan kurikulum.
e) Faktor lingkungan masyarakat, dalam hal ini kemajuan
pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat
termasuk orang tua siswa, karena tanpa adanya bantuan
dan kesadaran dari masyarakat, sulit untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Sehingga sekolah dan masyarakat
merupakan dua kelompok yang tidak dapat dipisahkan dan
saling melengkapi satu sama lainnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Guba yang telah dikutip oleh Uhar
Suharsaputra mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
(tindakan) yang diamati.1 Penelitian kualitatif memiliki
sejumlah ciri yang membedakannya dengan penelitian lainnya.
Sebagaimana menurut M. Djunaidi Chony dan Fauzan
Almanshur setelah menyintesiskan pendapat Bogan & Biklen
dengan pendapat Lincoln dan Guba mengulas 10 (sepuluh) ciri
penelitian kualitatif, yaitu: latar alamiah, human instrument,
metode kualitatif, analisis data secara induktif, grounded
theory, deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil,
adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria
1 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan (Bandung; PT Refika Aditama, 2012), 182.
46
47
khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara,
hasil penelitian yang dirundingkan dan di sepakati.2
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah studi kasus, yakni suatu deskripsi intensif dan analisis
fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu,
kelompok, instansi atau masyarakat.3 Penelitian mencoba
menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan
tingkah laku beserta hal-hal yang melingkupinya, peneliti juga
mencoba mencermati individu atau sebuah unit keseluruhan
secara mendalam.4 Studi kasus memaparkan sesuatu yang
nyata atau sesuatu yang terjadi dan dialami sekarang. Kualitatif
deskriptif adalah penelitian tentang gejala dan keadaan yang
dialami sekarang oleh subyek yang akan diteliti. Penelitian
jenis ini digunakan karena data yang akan dikumpulkan adalah
proses bukan produk.5 Dalam penelitian ini fenomena yang
dijadikan objek adalah kepemimpinan visioner yang
dilaksanakan di SMK PGRI 2 Ponorogo. Lembaga tersebut
2 M. Djunaidi Chony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian
Kualitatif (Jogjakarta; AR-Ruzz Media, 2012), 33-36. 3 Juliansyah Nor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi
dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 34-37 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
(Jakarta; Rineka Cipta, 1998), 314. 5 Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung; CV Pustaka
Setia, 2005), 27.
48
merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan paling
populer di daerah Ponorogo dan bahkan namanya sampai
tersohor hingga luar Kabupaten Ponorogo. SMK PGRI 2
Ponorogo juga merupakan sekolah industri berbasis pondok
pesantren. SMK PGRI 2 Ponorogo memiliki visi lembaga
yaitu: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
cerdas, terampil, kompeten, profesional, disiplin, berkarakter
unggul, berbudaya lingkungan dan berbudaya keselamatan
kerja. Adapun implementasi visi tersebut, diantaranya menjalin
hubungan dengan TNI, dunia usaha dan industri (DUDI), PP al
Ikhlas Babadan, dan lainnya.
3. Kehadiran Peneliti
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya
ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument
atau alat di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya dari
keseluruhan proses penelitian.6 Dalam penelitian ini,
kedudukan peneliti adalah sebagai subjek atau pelaku baik
dalam merencanakan, melaksanakan, mengumpulkan data,
6 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 207), 168.
49
menganalisis dan menafsirkan data hingga tahap melaporkan
hasil penelitian.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 2 Ponorogo
yang beralamatkan di Jalan Soekarno-Hatta, Kertosari,
Babadan, Cokromenggalan, Kec Ponorogo, Kab Ponorogo.
Adapun pertimbangan memilih lokasi ini diantaranya adalah
SMK PGRI 2 Ponorogo merupakan salah satu lembaga dengan
prestasi yang banyak diraihnya baik dibidang akademik
maupun non akademik dengan kategori sekolah swasta.
Adapun pertimbangan lainnya adalah SMK PGRI 2 Ponorogo
telah terakriditasi A dan bahkan pada tahun 2011 telah
mendapat sertifikat ISO 9001: 2008 dari TUV Nort, dan tahun
2015 SMK PGRI 2 Ponorogo menjadi Sekolah Rujukan.
B. Data dan Sumber Data
Menurut Burhan Bugin, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah realitas sosial yang terwujud dalam
kata-kata dan tindakan individu maupun kelompok, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.7 Berkaitan
7 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta; Kencana Prenada
Media Grub, 2008), 103
50
dengan hal itu, sumber dan jenis data dalam penelitian ini
adalah: kata-kata, tindakan, sumber tertulis dan foto.
Pertama, kata-kata. Kata-kata yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kata-kata orang-orang yang diwawancarai
atau informan, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, waka
kesiswaan, guru dan siswa.
Kedua, tindakan. Tindakan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tindakan orang-orang yang diamati, yaitu:
tindakan kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan,
dan guru dalam upaya meningkatkan mutu lulusan.
Ketiga, sumber tertulis. Meskipun sumber data tertulis
bukan merupakan sumber data utama, tetapi pada tataran
realitas peneliti tidak bisa melepaskan diri dari sumber data
tertulis sebagai data pendukung. Diantara sumber data tertulis
dalam penelitian ini adalah profil sekolah meliputi visi, misi
dan tujuan sekolah, sarana dan prasarana, program kegiatan
peningkatan mutu lulusan, data jumlah siswa dan guru serta
tata tertib yang berlaku di lembaga.
Keempat, foto. Dalam penelitian ini, foto digunakan
sebagai sumber data penguat hasil observasi, karena pada
tataran realitas foto dapat menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Dalam
51
penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis foto yaitu foto
yang dihasilkan oleh peneliti sendiri dan foto yng dihasilkan
oleh lembaga. Misalnya foto yang dihasilkan oleh peneliti,
yakni foto kegiata taruna dan foto yang dihasilkan lembaga,
yaitu foto kerja sama SMK PGRI dengan Tianjin China.
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer
(utama), dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperan serta, wawancara mendalam dan
dokumentasi.8
Adapun dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan, yaitu:
1. Wawancara/Interview
Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik
pengumpulan data dengan menggunakan tanya jawab dan juga
8 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D
(Bandung, Alfabeta,2006), 224.
52
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit.9 Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
yakni penelitian mengajukan beberapa pertanyaan secara
mendalam yang berhubungan dengan kepemimpinan visioner
dalam meningkatkan mutu lulusan, sehingga dengan
wawancara yang mendalam ini data-data yeng diperlukan bisa
terkumpul semaksimal mungkin.
Jenis wawancara yang peneliti gunakan, yaitu
wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis besar dari permasalahan yang akan
ditanyakan.10
Pihak-pihak yang akan menjadi informan dalam
wawancara antara lain: Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, waka
kurikulum, dan guru-guru.
Adapun daftar pertanyaan wawancara secara garis besar
adalah sebagai berikut:
a. Apa visi lembaga SMK PGRI 2 Ponorogo?
9 Ibid., 137
10 Ibid.,138
53
b. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai penentu arah
dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo ?
c. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai agen perubahan
dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo ?
d. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai juru bicara dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo?
e. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pelatih dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo?
2. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra
mata serta dibantu dengan panca indra yang lain.11
Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses
pengamatan dan ingatan.12
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik observasi nonpartisipatif, karena peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen terhadap
apa yang sudah menjadi program lembaga pendidikan.
11
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta; Kencana Prenada
Media Grub, 2008), 115. 12
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D
(Bandung, Alfabeta,2006), 226.
54
Kegiatan-kegiatan yang diobservasi berkaitan dengan
kepemimpinan visioner dalam meningkatkan mutu lulusan di
SMK PGRI 2 Ponorogo antara lain, peran kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu lulusan, proses pelaksanaan
program-program yang ada di SMK PGRI 2 Ponorogo,
program-program yang diterapkan kepala SMK PGRI 2
Ponorogo khususnya bagi peserta didik meliputi kegiatan
program keahlian teknik komputer dan informatika, program
keahlian teknik otomotif, program keahlian permesinan serta
ekstrakulikuler di SMK PGRI 2 Ponorogo.
3. Dokumentasi
Berdasarkan beberapa pandangan pakar penelitian
kualitatif, dokumen dapat dipahami sebagai setiap catatan
tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu,
baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk
suatu penelitian.13
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen dapat
juga menghasilkan informasi yang melatarbelakangi suatu
kejadian dan atau aktivitas tertentu.14
Dalam penelitian ini yang
13
Ibid., 199. 14
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Tindakan (Bandung; PT Refika Aditama, 2012), 215.
55
dimaksud dengan dokumentasi ada 2 yaitu foto dan
dokumentasi mengenai data umum diantaranya:
a. Sejarah SMK PGRI 2 Ponorogo
b. Profil SMK PGRI 2 Ponorogo
c. Letak geografis SMK PGRI 2 Ponorogo
d. Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo
e. Struktur Organisasi SMK PGRI 2 Ponorogo
f. Keadaan guru dan siswa SMK PGRI 2 Ponorogo
g. Kurikulum dan Sarana Prasarana SMK PGRI 2 Ponorogo
D. Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian
dan pengaturan transkrip wawancara, observasi, dan materi-
materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman mengenai materi tersebut. Analisis ini melibatkan
pekerjaan dengan data, penyusunan dan pemecahannya
menjadi unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian
pola-pola dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu
dipelajari, dan pembuatan keputusan yang akan disampaikan
kepada orang lain.15
15
Emzir , Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta;
PT Raja Grafindo persada), 85.
56
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data dari Miles dan Huberman yang merupakan
analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data tersebut,
yaitu data reduction, data display, dan conslusion
drawing/verification.16
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Data Reduction
Reduksi data adalah proses mengolah data dari
lapangan dengan memilih dan memilah dan menyederhanakan
data dengan merangkum yang penting sesuai dengan fokus
masalah penelitian.17
Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Pada tahap ini,
peneliti memilih data mana yang sesuai dan mana yang kurang
sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, kemudian
meringkas, memberi kode, dan selanjutnya mengelompokkan
sesuai dengan tema-tema yang ada.18
Dalam penelitian ini,
setelah seluruh data yang diperoleh melalui observasi,
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan kualitatif, 338. 17
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, 218-219 18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan kualitatif, 338.
57
wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan
kepemimpinan visioner terkumpul semua, maka untuk
memudahkan analisis, data-data yang masih kompleks dipilih
dan difokuskan sehingga lebih sederhana.
2. Data Display
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data (data display) untuk lebih mensistematiskan
data yang telah direduksi sehingga terlihat lebih utuh. Dalam
display data, laporan yang sudah direduksi dilihat kembali
gambaran secara keseluruhan, sehingga dapat tergambar
konteks data secara keseluruhan, dan dari hal tersebut dapat
dilakukan penggalian data kembali apabila dipandang perlu
untuk lebih mendalami masalah. Penyajian data ini sangat
penting dan menentukan bagi langkah selanjutnya, yaitu
penarikan kesimpulan/verifikasi karena dapat untuk
memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.19
Pada penelitian ini, setelah seluruh data terkumpul dan data
telah melalui tahap reduksi, maka data yang terkumpul disusun
secara sistematis agar lebih mudah dipahami.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian
berdasarkan hasil analisis data. Selanjutnya kesimpulan
19
Ibid.
58
tersebut disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian
dengan berpedoman pada kajian penelitian.20
Setelah melalui
proses reduksi data dan penyajian data, kemudian peneliti
membuat kesimpulan yang dilakukan dengan membandingkan
kesesuaian pernyataan informasi dengan makna yang
terkandung dalam masalah penelitian, sehingga menemukan
pola tentang peristiwa yang terjadi yang sesuai dengan fokus
pembahasan.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Pada dasarnya, pemeriksaan terhadap keabsahan data
selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan
peneliti kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga
merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh
pengetahuan penelitian kualitatif. Keabsahan data dilakukan
untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-
benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi credibility, transferability, dependability,
dan confirmability.21
20
Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif; teori dan
Praktik (Jakarta; Bumi Aksara, 2013), 212. 21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 270
59
Agar dalam penelitian kualitatif dapat
dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu
dilakukan uji keabsahan data. Untuk uji keabsahan data yang
dilakukan peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas yang
meliputi:
1. Keikutsertaan yang Diperpanjang.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti
dengan narasumber akan terbentuk semakin akrab, semakin
terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Sehingga sudah menjadi kewajaran
dalam penelitian, di mana kehadiran peneliti tidak lagi
mengganggu perilaku yang dipelajari.22
Di SMK PGRI 2
Ponorogo, peneliti ikut masuk di tengah-tengah warga mulai
tanggal 19 Febuari 2020 dan diperpanjang sampai tanggal 13
Maret 2020.
2. Pengamatan yang Tekun.
Pengamatan yang tekun maksudnya meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
22
Ibid., 369.
60
data dan urutan peristiwa akan direkam secara pasti dan
sitematis.23
Maksudnya menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang terkait tentang kegiatan-kegiatan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo,
kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik,
sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau
seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang
biasa.
3. Triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu.24
Adapun dalam penelitian ini
peneliti menggunakan 3 triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi dengan Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.25
Contoh penerapan triangulasi
dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah data hasil
wawancara kepala sekolah dan hasil wawancara guru terkait
23
Ibid.,370. 24
Ibid., 371. 25
Ibid., 373.
61
peran kepemimpinan visioner dalam meningkatkan mutu
lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo. Kemudian data tersebut
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana spesifikasi dari sumber data tersebut.
Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan selanjutnya dimintai kesepakatan dengan
sumber data tersebut.
b. Triangulasi dengan Metode
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.26
Aplikasinya dalam
penelitian ini adalah dengan membandingkan hasil wawancara
terhadap kepala sekolah dan hasil pengamatan terhadap
kegiatan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di
sekolah.
c. Menggunakan Bahan Referensial
Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya
rekaman wawancara.27
Referensial dalam proses penelitian ini
adalah dengan menggunakan camera, tape-recorder,
26
Ibid.,374 27
Ibid.,375
62
handycam sebagai alat perekam yang pada saat senggang
dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh
dengan kritik yang telah terkumpul. Contoh penerapannya
dengan sumber dalam konteks penelitian ini adalah dengan
menggunakan camera dari handphone untuk merekam
kegiatan-kegiatan dalam meningkatkan mutu lulusan.
63
BAB IV
PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER SEBAGAI
PENENTU ARAH DALAM PENINGKATAN MUTU
LULUSAN DI SMK PGRI 2 PONOROGO
A. Data Peran Kepemimpinan visioner Sebagai Penentu
Arah dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI
2 Ponorogo
Dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo, kepala sekolah sebagai penentu arah menentukan
kebijakan sekolah terkait mutu lulusan dengan berfokus pada
kompetensi siswa. Hal ini sebagaimana pernyataan yang
disampaikan Bapak Teguh selaku salah satu guru SMK PGRI
2 Ponorogo sebagai berikut:
Yang jelas kebijakannya yang pertama mengarah
kepada kompetensi yang dimiliki oleh siswa mas…..
Misalnya dari segi kelulusan, jadi setiap tahun ada
sasaran mutu mas disetiap target setiap tahun. Jadi
kalau ngomongkan kompetensi standarnya di BKK,
misalnya lulusan tahun ini berapa persen. Jadi setiap
sasaran mutu ada targetnya 80%, misalnya kalau di
kesiswaan untuk PPDB tahun ini sekian itu ada. Jadi
barometernya adalah sasaran mutu. Sedangkan untuk
kelulusan barometernya angka kelulusan sekian, kalau
64
untuk di BK siswa yang melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi negeri tahun ini sekian persen, itu
merupakan sasaran mutu. Di awal kita sudah
menentukan itu, jadi dari tahun kemarin sekian persen
sekian persen sudah kelihatan, dan alhamdulilah sampai
detik ini tahun kemarin itu 90% lebih tercapai untuk
BKK hampir 100% terpenuhi.1
Di SMK PGRI anak sudah peta-petakan, anak memilih
ketika lulus dari SMK PGRI anak mau kuliah, TNI
Polri, kerja di industri, berwirausaha. Itu anak sudah
memilih sejak di kelas XI, setelah itu dari SMK PGRI
memberikan pelatihan ataupun perhatian khusus untuk
semua pilihan tersebut istilahnya pelajaran tambah.
Agar dapat tecapai yang diinginkan.2
Kebijakan kepala SMK PGRI 2 Ponorogo yang lain,
yakni pelatihan, melakukan kerja sama dengan dunia usaha dan
industri, kerja sama dengan salah satu pondok pesantren. Hal
ini sebagaimana pernyataan yang diberikan oleh Bapak Andi
Dwi sebagai berikut:
Kalau mengenai kebijakan, Bapak kepala sekolah itu
banyak mas, di antaranya: memberikan pelatihan bagi
para pendidik dan peserta didik baik pelatihan di dalam
maupun di luar, menjalin hubungan kerja sama dengan
1 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 2 Ibid.
65
industri-industri ataupun DUDI baik di dalam negeri
maupun di luar negeri dalam rangka menyalurkan
tenaga kerja peserta didik dari SMK PGRI 2 Ponorogo,
menjalin hubungan dengan pondok pesantren, karena
SMK PGRI 2 Ponorogo merupakan sekolah yang
berbasis pondok pesantren.3
Kemudian dalam merumuskan kebijakan tersebut,
kepala sekolah tidak merumuskannya seorang diri melainkan
dengan beberapa pihak, yaitu wakil kepala sekolah, wakil
manajemen mutu dan pihak-pihak lain. Hal ini sebagaimana
yang disampaikan Bapak Andi Dwi sebagai berikut:
Dalam menentukan arah kebijakan SMK PGRI 2
Ponorogo untuk peningkatan mutu lulusan, yaitu:
kepala sekolah melibatkan wakil kepala sekolah,
WMM, serta orang-orang penting yang mempunyai
kompetensi lebih di SMK PGRI 2 Ponorogo. Dalam
menentukan arah kebijakan di SMK PGRI 2 Ponorogo,
kebijakan tersebut mengacu pada visi misi lembaga
SMK PGRI 2 Ponorogo.4
Pihak lain yang dimaksud, yaitu staf dan struktur lainnya. Hal
ini sebagaimana yang disampaikan Bapak Teguh berikut:
3 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 4 Ibid.
66
Kalau siapa yang terlibat dalam menentukan arah
kebijakan itu mulai dari staf, struktur-struktur. Lha
nanti setelah staf merumuskan kemudian untuk
implementasinya disampaikan ke warga sekolah.
Sehingga semua warga sekolah terlibat, tapi untuk
perumusnya staf. Jadi intinya semua warga sekolah
terlibat akan tetapi tahapannya ada perumus, jadi
setelah itu di sampaikan ke guru-guru dan seluruh
warga sekolah.5
Hal tersebut senada juga yang diungkapkan oleh Bapak
Mutrihan sebagai berikut:
Dalam menentukan arah kebijakan Bapak kepala
sekolah menentukan bawahan, sehingga dalam
menentukan arah kebijakan Bapak kepala sekolah
melibatkan seluruh staf dan guru-guru tertentu yang
sesuai dengan kebijakan tersebut. Misalnya kebijakan
tentang pondok pesentran, Bapak kepala sekolah rapat
dengan staf dan seluruh yang berkepentingan. Dan di
dalam itu koordinasi keadaan anak disini di pondokkan,
kemudian Bapak kepala sekolah mengadakan rapat
dan melahirkan kebijakan bahwasannya ketika
mengikuti program pondok pesantran peserta didik
seperti ini, misalnya tidak boleh merokok, sholatnya
5 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
67
harus tertib, tidak boleh pulang dll. Waka, kakom, koor
semua masuk staf.6
Selanjutnya mekanisme kepala SMK PGRI 2 Ponorogo
dalam menentukan arah kebijakan sekolah yaitu dengan
mengadakan koordinasi rapat. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Andi Dwi, sebagai
berikut:
Adapun mekanisme kepala sekolah dalam menentukan
arah kebijakan program sekolah untuk peningkatan
mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo dengan
koordinasi rapat warga sekolah dengan koodinator
bidangnya masing masing, guru, karyawan, staf dan lain
lain. Selain itu kepala sekolah mengontrol pelaksanaan
kebijakan tersebut dengan mengadakan rapat
insidental.7
Lebih lanjut, Bapak Teguh menyampaikan mekanisme
di atas sebagai berikut:
Jadi istilahnya rapat staf, nanti rapat dewan guru, dan
karyawan, dan nantinya implementasi ke siswa. Adapun
6 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 7 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
68
penyampaiannya biasanya waktu pertemuan wali murid,
ketika kegiatan pengumpulan siswa, waktu upacara
bendera itu kita sisipkan di sana terkait kebijakan
kepala sekolah.8
Selain itu, kebijakan yang telah dirumuskan melalui
rapat tersebut dievaluasi oleh kepala sekolah. Hal ini
sebagaimana pernayataan yang disampaikan Bapak Mutrihan
berikut:
Termasuk Bapak kepala sekolah sering evaluasi terkait
kebijakan yang diterapkan oleh Bapak kepala sekolah,
dan dilaporkan. Laporan tersebut namanya laporan
sasaran mutu, terkait target unit kerja setiap tahunnya
ada laporan. Misalnya sasaran mutu di sini penurunan
pelanggaran 0% maksudnya tidak ada pelanggaran di
sekolah ini kalau dalam bagian kesiswaan. Tentunya
sasaran mutu itu penjabaran visi dan misi dan dibuat
target dari semua waka dan koordinator itu semua
mengerucut kepada visi dan misi semua saling
keterkaitan pembagian program kerja pada setiap unit.9
Adapun mengenai waktu pencetusan kebijakan tersebut,
kepala sekolah mencetuskannya di awal tahun. Hal tersebut
8 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 9 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
69
dapat dipahami dari pemaparan Bapak Teguh selaku Guru
Matematika, sebagai berikut:
Kebijakan itu biasanya dicetuskan di awal tahun kalau
yang lima tahunan ada pembahasan lima tahun, tapi
yang setiap tahun kebijakan selalu disampaikan setiap
awal tahun.10
Lebih lanjut Bapak Teguh juga menjelaskan bahwa
kebijakan kapala sekolah dapat berubah, karena kadang
dipengaruhi oleh kebijakan pusat. Hal tersebut dapat dipahami
dari pemaparan berikut:
Bisa jadi jangankan tahun kadang kurang dari satu
tahun ada perubahan, karena kadang kebijakan kepala
sekolah itu dipengaruhi oleh kebijakan dari provinsi
Jawa Timur dan juga kebijakan pusat. Jadi kadang kita
sudah membuat kebijakan A dari Jawa Timur kadang
kadang ada perubahan jadi kebijakan tersebut ada
perubahan. Kalau mengenai kebijakan yang lima tahun
atau jangka panjang itu juga mengalami perubahan akan
tetapi secara garis besar kebijakan sudah ada.11
Kalau mengenai kebijakannya yang disampaikan ke kita
yang ditekankan tahun ini kebijakannya pada
10
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 11
Ibid.
70
kompetensinya. Selain itu contoh kebijakannya
misalnya: Tahun ini kita mengarah teknik pemesinan
dalam segi sarana, jadi tahun itu kebijakan terkait
saranan fokus mengarah ke TKR dan memungkinkan
tahun depan mengarah kejurusan yang lain. Selain itu
dalam segi sarana pemnbangunan gedung, dan
kemudian menjadikan. Jadi yang itu yang di tekankan.12
Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak
Mutrihan selaku bagian kesiswaan, sebagai berikut:
Kebijakan kepala sekolah ada yang sejak awal sesuai
kebijakan yang dibuat sejak awal dan ada kebijakan
insidental karena ada kejadian tertentu yang
mengakibatkan kepala sekolah merubah kebijakan di
tengah-tengah pada saat kebijakan tersebut dijalankan.
Misalnya tahun lalu pada bulan juni ternyata di Jawa
Timur dirubah di negeri-negeri itu sampai 3 minggu
untuk PPDB sehingga mau tidak mau kebijakan kepala
sekolah di SMK PGRI 2 Ponorogo diubah setidaknya
sama dengan lembaga-lembaga lainnya. Karena sama-
sama mencari siswanya. karena melihat situasi kondisi
mana yang menguntungkan lembaga, dan dalam
penetapan kebijakan seperti ini melakukan musyawarah
dengan para staf dan para panitianya.13
12
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 13
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
71
Adapun alasan mengenai dicetuskannya kebijakan
tersebut adalah sebagai bentuk untuk memajukan sekolah, dan
mencapai visi misi lembaga. Hal tersebut dapat dipahami
sebagaimana pernyataan Bapak Mutrihan selaku bagian
kesiswaan sebagai berikut:
Ya karena untuk kemajuan sekolah, selanjutnya untuk
kestabilan, serta untuk mencapai visi misi SMK PGRI 2
Ponorogo. Misalnya Kebijakan sekolah wajib ikut PBB.
Anak wajib ikut PBB tujuannya peningkatan karakter,
mulai dicetak lewat karakter. Selain itu kegiatan
program lainnya seperti halnya: Pramuka, Pondok
Pesantren, PRAKERIN, Praktek Kerja Industri.14
Kemudian apa yang dikatakan oleh Bapak Mutrihan
tentang program PBB sebagai usaha peningkatan karakter,
memang benar diterapkan di SMK PGRI Ponorogo. Hali ini
dibuktikan sendiri oleh peneliti dengan observasi ke lapangan
pada tanggal 14 Maret 2020.15
Selain itu hal tersebut, juga
dapat dibuktikan berdasarkan foto berikut. 16
14
Ibid. 15
Liat dalam transkrip observasi kegiatan PBB, Pramuka dan
Taruna, Observasi, SMK PGRI 2 Ponorogo, Sabtu, 14 Maret 2020, 08.00-
10.00 WIB 16
Program kegiatan siswa SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2018/2019, Dokumentasi, Ruang TU, Senin, 13 April 2020, Pukul
10.40 WIB.
72
Gambar 4.1 : Foto pelatihan PBB SMK PGRI 2 Ponorogo
Ada beberapa hal yang diperhatikan kepala SMK PGRI
2 Ponorogo dalam menentukan arah kebijakan. Pertama, yaitu
mendasarkan visi misi serta menyesuaikan dengan kebutuhan
DUDI. Hal tersebut sebagaimana pernyataan yang dipaparkan
oleh Bapak Andi Dwi selaku bagian kurikulum sebagai
berikut:
Kepala sekolah memlilih arah kebijakan tersebut dalam
peningkatan mutu lulusan, karena kebijakan-kebijakan
tersebut menurut kepala sekolah sudah sesuai dengan
visi misi SMK PGRI 2 Ponorogo. Selain itu dalam
menentukan kebijakan tersebut kepala sekolah SMK
PGRI 2 Ponorogo juga menyesuaikan dengan DUDI
sebagai pengguna lulusan.17
Lebih lanjut Kepala sekolah PGRI juga menyesuaikan
dengan kebijakan pusat serta melihat situasi dan kondisi dalam
17
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner Dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
73
menentukan arah kebijakan. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Bapak Teguh. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
Ya karena, melihat perkembangan yang pernah
disampaikan kepada kita bisa dari teknologi bisa dari
peserta didik dan sebagian yang mendasari terjadinya
arah kebijakan, selain itu dari pusat istilahnya kebijakan
pusat seperti ini, dan sarana itu juga menjadi pengaruh.
Jadi kebijakan tersebut itu berpengaruh dan yang
selanjutnya melihat situasi dan kondisi yang ada.
Bahkan kalau PGRI sendiri lebih tetap kebijakan sudah
ada akan tetapi ketika dari pusat ada perubahan yang
terpaksa kita mengikuti pusat misalnya disaat seperti ini
awalnya di PGRI ada program TA dan melihat situasi
seperti ini maka TA tidak bisa dilaksanakan. TA itu
tugas akhir siswa, presentasi tugas akhir. Kemudian itu
ada kebijakan yang sudah terprogram di kurikulum dan
program itu dari realisasi kepala sekolah dengan adanya
hal seperti ini tidak bisa di laksanakan.18
Adapun dampak atau pengaruh dari adanya kebijakan
yang dicetuskan Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, yaitu
membuat program lebih terarah dan jelas sehingga proses dapat
berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dipahami sebagaimana
pendapat Bapak Teguh sebagai berikut: “Kalau implikasinya,
18
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
74
yang jelas program lebih terarah mas…selain itu proses
berjalan dinamis dan lancar ibarat seperti lagu ada irama.”19
Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Mutrihan bahwa
arah kebijakan kepala sekolah itu memberikan dampak
diantaranya menjadikan SMK PGRI menjadi sekolah yang
menerapkan ISO 9001 versi 2015 dan telah bersertifikat ISO
9001 versi 2015. Selain itu, banyak lulusan SMK PGRI 2
Ponorogo yang diterima kerja serta meningkatnya jumlah
murid baru. Hal tersebut dapat dipahami sebagaimana
pernyataan berikut:
Implikasi ya mas bagi SMK PGRI, diantaranya
menjadikan SMK PGRI merupakan salah satu sekolah
yang mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001
versi 2015 dan telah bersertifikat ISO 9001 versi 2015.
Selain itu memberikan dampak pada peningkatan mutu
serta kestabilan lembaga, karena siswa di sini dibekali
dengan keterampilan serta karakter yang baik. Sehingga
pada tahun ini ada sekitar 96% siswa keterima kerja,
dan sebagian yang lain sisanya banyak yang
melanjutkan kuliah di kampus yang bagus. Adapun bagi
sekolah kita mengalami kemajuan, terbukti kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah kita dengan
mempercayakan putra-putrinya sekolah disini. Pada
tahun lalu ada sekitar 900 an siswa dan sekarang kurang
19
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
75
lebih 1045, maka dengan begitu ada peningkatan.
Selain itu guru juga mendapatkan pelatihan-pelatihan
seperti pelatihan robotik, otomotif dan lain lain. Bahkan
pelatihannya kadang di dalam negeri dan luar negeri.20
Kemudian apa yang dikatakan oleh Bapak Mutrihan
sesuai dengan apa yang peneliti temukan di lapangan, bahwa
ada 96 % siswa lulusan SMK PGRI 2 Ponorogo terserap ke
dunia kerja. Selain itu juga bisa dibuktikan berdasarkan berita
yang dapat diakses melalui media elektronik dengan laman
https://mediaponorogo.com/2020/02/12/ tertinggi-di-jatim-96-
6-persen-siswa-smk-pgri-2-ponorogo-terserap-kerja/.21
B. Analisa Peran Kepemimpinan visioner Sebagai Penentu
Arah dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI
2 Ponorogo
Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa kepala SMK PGRI 2 Ponorogo sebagai
pemimpin pendidikan memberikan kebijakan yang berfokus
pada kompetensi siswa. Adapun kompetensi siswa yang
dimaksud yaitu kompetensi siswa dari segi vokasional dan
kompetensi siswa dari segi kepribadian yang berwujud pada
20
Ibid. 21
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
76
karakter mulia. Sehingga dalam mewujudkan hal tersebut,
kepala SMK PGRI 2 Ponorogo menjalin kerja sama dengan
dunia usaha dan industri, dengan pondok pesantren, dengan
TNI 501 Madiun, dan yang lainnya. Selain itu kebijakan-
kebijakan tersebut sejalan dengan visi lembaga yakni “Beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil,
kompeten, professional, berkarakter unggul dan berbudaya
lingkungan”. Sehingga kebijakan tersebut, sebagai bentuk
usaha kepala sekolah dalam mencetak lulusan yang terampil,
berkarakter baik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Kebijakan-kebijakan yang ada di SMK PGRI 2
Ponorogo, oleh kepala sekolah dirumuskan dengan melibatkan
pihak lain, yaitu wakil kepala sekolah, wakil manajemen mutu
dan pihak-pihak lain. Hal ini, dikarenakan dalam suatu
organisasi khususnya lembaga pendidikan membutuhkan kerja
sama antara pemimpin dan bawahan dalam mewujudkan dan
peningkatan mutu lembaga. Oleh karena itu, harus ada tujuan
dan komitmen yang kuat bagi seluruh pihak yang terlibat di
dalam suatu organisasi. Sehingga, dapat dipahami bahwa
dalam mewujudkan mutu pendidikan yang baik harus adanya
dukungan oleh seluruh komponen dalam pendidikan. Hal
tersebut sejalan sebagaimana menurut Minnah El Widdah dkk,
bahwa visi organisasi dikembangkan dengan melibatkan
77
seluruh anggota organisasi tidak semata-mata hanya keinginan
pemimpin atau kelompok.22
Selanjutnya dalam pelaksanaan kebijakan tersebut
kepala SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan rapat koordinasi
antara kepala sekolah dengan staf yang lain. Hal tersebut
sebagai usaha kepala sekolah untuk memudahkan dalam
melakukan kerja sama antara sub-sub bidang dalam organisasi,
dikarenakan kepala sekolah tidak dapat menjalankan kebijakan
itu sendiri. Selain itu, dengan adanya koordinasi dapat
menumbuhkan kesadaran untuk saling membantu serta dapat
menghindarkan dari kesalahpahaman dan sikap individual yang
dapat memperlambat bahkan menghalangi dalam pencapaian
tujuan lembaga. Hal itu sejalan sebagaimana menurut
Awaluddin Djamin bahwa koordinasi diartikan sebagai suatu
usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam
pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.23
22
Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan
Pengembangan Mutu Madrasah (Bandung; Alfabeta, 2012), 83. 23
Hasna Asmu, Ikhfan Haris, Nina Lamatenggo. Keefektifan
Koordinasi Kepala Sekolah Dalam Mengintegrasikan Program Dan
Kegiatan Di Sma Negeri 1 Mananggu Kabupaten Boalemo, JPs: Jurnal
Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahua, Volume 03, Nomor 1, Februari
2018, 88.
78
Kemudian kebijakan yang telah dirumuskan melalui
rapat tersebut dievaluasi oleh kepala sekolah. Evaluasi tersebut
sebagai bentuk pengawasan kepala sekolah dalam pelaksanaan
program kerja yang dijalankan di SMK PGRI 2 Ponorogo, agar
tetap sesuai dengan visi misi lembaga dan dapat tercapai sesuai
dengan yang ditargetkan. Selain itu, dengan adanya evaluasi
kepala sekolah dapat memberikan keputusan dengan bijak yang
telah didasarkan atas pertimbangan semua pihak dan situasi
kondisi yang sedang dihadapinya. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Kurniadin dan Machali bahwa hakikat evaluasi, yaitu
suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan guna
menentukan kualitas dari sesuatu hal, berdasarkan atas
pertimbangan, dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil
keputusan.24
Kebijakan-kebijakan yang ada di SMK PGRI 2
Ponorogo biasanya dicetuskan oleh kepala sekolah di awal
tahun, agar dapat menjadi petunjuk bagi bawahannya dalam
melaksanakan program kerja. Kebijakan tersebut kadang juga
mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kebijakan pusat.
Selain itu, dalam merumusakan kebijakan-kebijakan di SMK
24
Maisaro dkk, Manajemen Program Penguatan Pendidikan
Karakter, JAMP : Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Volume
1, Nomor 3 September 2018, 304.
79
PGRI 2 Ponorogo kepala sekolah mendasarkan pada visi misi
lembaga dan juga menyesuaikan dengan kebutuhan DUDI,
khususnya sebagai pengguna lulusan. Selain itu, kebijakan
tersebut juga disesuaikan dengan kebijakan pusat dan melihat
situasi serta kondisi yang sedang dihadapinya. Kebijakan-
kebijakan tersebut, dibuat sebagaimana untuk menunjang
kemajuan sekolah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh lembaga. Hal ini sejalan dengan pendapat
Solihin bahwa, inovasi berkaitan dengan penciptaan nilai
(value creation) yang akan memberi konsumen kepuasaan
yang lebih besar untuk setiap rupiah yang dia belanjakan.
Dalam hal ini harus diingat bahwa konsumen sebagai pembeli
bersedia menukar uang yang mereka miliki dengan barang dan
jasa, karena barang dan jasa tersebut memiliki nilai.25
Selanjutnya dengan adanya kebijakan yang telah
dicetuskan oleh kepala sekolah tersebut memberikan dampak
positif bagi lembaga, diantaranya menjadikan program lebih
terarah dan jelas sehingga proses dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu menjadikan SMK PGRI sekolah yang menerapkan
ISO 9001 versi 2015 dan telah bersertifikat ISO 9001 versi
2015. Dan juga meningkatnya jumlah murid baru, serta
25
Muh. Fitrah, Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan, Jurnal Penjaminan Mutu, 32
80
banyaknya lulusan SMK PGRI 2 Ponorogo yang diterima
bekerja di dalam maupun di luar negeri.
C. Sintesis
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan
bahwa, peran kepala sekolah sebagai penentu arah dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo adalah
dengan memberikan kebijakan-kebijakan. Kebijakan tersebut
terfokus pada kompetensi siswa pada segi vokasional dan
kepribadian. Kebijakan tersebut dirumuskan kepala sekolah
dengan melibatkan pihak lain, yakni: wakil kepala sekolah,
manajemen mutu dan yang lainnya. Selain itu kebijakan yang
ada di SMK PGRI didasarkan atas visi lembaga dan juga
menyesuaikan dengan kebutuhan DUDI khususnya sebagai
pengguna lulusan.
Kebijakan-kebijakan tersebut, oleh kepala sekolah
biasanya dicetuskan di awal tahun, agar dapat menjadi
petunjuk arah bagi bawahannya dalam pelaksanaan program
kerja. Selanjutnya dalam pelaksanaan kebijakan tersebut,
kepala SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan pengawasan dan
pengendalian dengan mengadakan koordinasi dan evaluasi
secara berkala. Sehingga dengan adanya kebijakan-kebijakan
tersebut memberikan pengaruh bagi lembaga, yakni: program
81
lebih terarah, menjadikan sekolah berstandar ISO 9001 versi
2015 dan telah bersertifikat, meningkatnya jumlah murid baru
dan banyaknya lulusan yang diterima bekerja di dalam maupun
di luar negeri.
Secara lebih ringkas mengenai peran kepemimpinan
visioner sebagai penentu arah dalam meningkakan mutu
lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo dapat dilihat dalam gambar
di bawah ini.
82
Skema 4.1 : Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Penentu
Arah dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo.
Kepala
sekolah
Vokasional
Kebijakan yang
terfokus pada
kompetensi
sisiwa
Kepribadian
siswa
Wakil kepala
sekolah,
manajemen
mutu dan
pihak-pihak
lain
1. Dunia usaha dan
industri
2. Pondok pesantren
3. TNI 501 Madiun
4. dll
1. Koordinasi
2. Evaluasi
1. Program lebih terarah
2. Menjadi sekolah yang berstandar ISO 9001
versi 2015 dan telah bersertifikat
3. Meningkatnya murid baru,
4. Banyaknya lulusan yang keterima kerja.
Visi
SMK
PGRI
83
BAB V
PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER SEBAGAI AGEN
PERUBAHAN DALAM PENINGKATAN MUTU
LULUSAN DI SMK PGRI 2 PONOROGO
A. Data Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Agen
Perubahan dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo sebagai pemimpin
perubahan melakukan perubahan melalui inovasi-inovasi.
Inovasi-inovasi tersebut sebagai usaha dalam Peningkatan
mutu lulusan. Adapun inovasi tersebut diantaranya menjalin
kerja sama dengan DUDI dan BLK. Selain itu, kerja sama
dengan pondok pesantren al Ikhlas Babadan dan kerja sama
dengan TNI 501 Evantri Madiun, serta yang belum lama ini
adanya program kerja oltek. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana pernyataan Bapak Andi Dwi selaku bagian
kurikulum, sebagai berikut:
Menjalin hubungan kerja sama dengan industri-industri
ataupun DUDI baik di dalam negeri maupun di luar
84
negeri dalam rangka menyalurkan tenaga kerja peserta
didik dari SMK PGRI 2 Ponorogo.1
Selain dengan DUDI, SMK PGRI 2 Ponorogo juga
menjalin kerja sama dengan BKK, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Hal ini dapat dipahami sebagaimana
pernyatan Bapak Teguh selaku guru di SMK PGRI, sebagai
berikut:
Kemudian untuk luarannya BKK peningkatan bursa
kerja sama dengan perusahaan internasional seperti di
Korea Selatan itu salah satu inovasi, kerja sama luar
negeri dengan biaya yang istilahnya lebih murah
dibandingkan lewat BLK-BLK yang lainnya. Kalau
untuk dalam negari banyak diantaranya Jakarta,
Sumatra, Kalimantan, yang banyak di tambang mas, di
UT Tama, UT Traktor.2
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh
Bapak Mutrihan, sebagai berikut:
1 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 2 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
85
Kemarin kurang lebih 96% keterima kerja sebelum
anak-anak ujian nasional di dalam dan di luar negeri,
misalnya di Korea, Jepang, China.3
Kemudian apa yang dikatakan oleh Bapak Teguh dan
Bapak Mutrihan sesuai yang peneliti temukan di lapangan
terkait kerja sama SMK PGRI. Hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan foto berikut. 4
Gambar 5.1: Foto kerja sama SMK PGRI dengan Tianjin China
SMK PGRI 2 Ponorogo merupakan sekolah berbasis
pondok pesantren maka dengan begitu SMK PGRI juga
menjalin kerja sama dengan pondok pesantren al Ikhlas
Babadan dalam Peningkatan pembentukan akhlak peserta
3 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 4 Kerja sama SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun Pelajaran
2018/2019, Dokumentasi, Ruang TU, Senin, 13 April 2020, Pukul
10.40 WIB.
86
didik. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan Bapak
Mutrihan selaku bagian kesiswaan, berikut:
Selain itu dalam bidang keagamaan sebagaimana
sekolah berbasis industri dan pondok pesantren, dalam
artian walaupun sekolah kita yang notabenenya seperti
sekolah abangan tapi kami sangat mengedepankan
karakter keagamaan diantaranya anak wajib mondok 1
minggu setiap tahun dan di buat gelombang-gelombang
setiap tahun sekali. Program ini menjalin kerja sama
dengan pondok al Ikhlas, peserta didik tidak boleh
pulang.5
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak
Andi Dwi selaku bagian kurikulum bahwa SMK PGRI 2
Ponorogo menjalin kerja sama dengan pondok pesantren al
Ikhlas Babadan, sebagaimana pernyataan berikut:
Selain itu menjalin kerja sama dengan pondok al Ikhas
Babadan dalam penerapan program pondok pesantren,
dan lain lain. Semua hal tersebut diberikan dengan
tujuan dapat mencetak lulusan yang mempunyai
5 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
87
kompetensi dan keterampilan serta memiliki karakter
yang baik.6
Kemudian apa yang dikatakan oleh Bapak Andi Dwi
dan Bapak Mutrihan sesuai yang peneliti temukan di lapangan
terkait program SMK PGRI 2 Ponorogo tentang Pondok
Pesantren dalam Peningkatan mutu lulusan. Hal ini dapat
dibuktikan berdasarkan foto berikut. 7
Gambar 5.2 : Foto program Pondok Pesantren SMK PGRI 2
Ponorogo.
Selanjutnya mengenai pelaksanaan program pondok
pesantren dilakukan satu minggu sekali dan dimulai pada bulan
6 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 7 Program kegiatan siswa SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2018/2019, Dokumentasi, Ruang TU, Senin, 13 April
2020, Pukul 10.40 WIB.
88
Agustus, sebagaimanamana pernyataan Bapak Mutrihan
selaku bagian kesiswaan, berikut:
Pengimplementasiannya yang pastinya sesuai dengan
program kerja misalnya program pondok pesantran di
bulan Agustus dan itu setiap satu Minggu sekali
bergantian dikarenakan kuotanya hanya 200 orang, dan
kenapa dibuat seperti itu filosofinya adalah anak itu
mendapat virus kebaikan maksudnya ketika pulang dari
pondok diharapkan lingkungan sekolah terkena virus
kebaikan dan ketika virus itu mulai mereda akan ada
virus kebaikan yang baru yang muncul, dan
pelaksanaanya sekitar 8 bulan.8
Pelaksanaan program pondok pesantren di SMK PGRI
2 Ponorogo memberikan dampak perubahan bagi lembaga. Hal
ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan Pendik Setiawan
siswa kelas XI SMK PGRI 2 Ponorogo, berikut:
Seperti mondok perubahan sangat beda perilaku siswa
berubah. Dengan adanya program mondok ini dapat
melatih anak mengurangi merokok dan anak juga bisa
baca al Quran. Kegiatannya mulai pagi sampai malam
8 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
89
pak. Pagi sholawat, pelajaran Fiqih, malam setoran
ngaji dan hafalan surat-surat. 9
Selain itu, SMK PGRI 2 Ponorogo juga menjalin kerja
sama dengan TNI 501 Evantri Madiun dalam membentuk
karakter peserta didik. Hal ini sebagaimana pendapat Bapak
Andi Dwi selaku bagian kurikulum, sebagai berikut:
Adapun dalam pelaksanaan program tersebut menjalin
kerja sama dengan TNI 501 Madiun dalam program
PBB, selain itu menjalin kerja sama dengan pondok al
Ikhlas Babadan dalam penerapan program pondok
pesantren, dan lain lain. Semua hal tersebut diberikan
dengan tujuan dapat mencetak lulusan yang mempunyai
kompetensi dan keterampilan serta memiliki karakter
yang baik.10
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak
Mutrihan selaku bagian kesiswaan, sebagai berikut:
Selain itu, anak didikanya di awal PBB semi militer
bahkan yang melatih PBB kita itu langsung dari
Bataliyon 501 Evantri Madiun. Untuk sampai Battalion
9 Pendik Setiawan, Peserta Didik, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Depan kelas, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 11.00 WIB. 10
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
90
501 itu juga ada izin dari Koramil dan Kodim sehingga
sampai di Battalion 501.11
Selanjutnya inovasi yang ke empat yaitu adanya
program kerja Oltek. Hal ini dapat dipahami sebagaimana
pernyataan Bapak Mutrihan, sebagai berikut:
Kita ada program oltek itu salah satu inovasi dalam
sarana. Oltek ini sudah berjalan 1 tahun dan dicover
oleh anak TSM sepeda motor, wacananya seperti itu
dan ini masih berkembang. Anak-anak itu setiap hari
kurang lebih 25 motor servis.12
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak
Teguh selaku pendidik di SMK PGRI 2 Ponorogo, bahwa SMK
PGRI melahirkan program baru berupa oltek/online teknisi,
sebagaimana pernyataan berikut:
Masih banyak inovasi-inovasi dari kepala sekolah
misalnya, kemarin juga kita membuat oltek (online
11
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 12
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
91
teknisi). Aplikasi oltek ini bergerak seperti halnya Grab,
akan tetapi bergerak dalam bidang servis kendaraan.13
Adapun alasan inovasi-inovasi tersebut dicetuskan oleh
kepala sekolah sebagai upaya dalam Peningkatan mutu dan
prestasi peserta didik di SMK PGRI 2 Ponorogo, sebagaimana
penjelasan Bapak Mutrihan, berikut: “Sebagai bentuk dalam
Peningkatan mutu, prestasi.”14
Selain itu, inovasi tersebut juga
relevan dengan visi misi SMK PGRI 2 Ponorogo. Hal tersebut
dapat dipahami dari pernyataan Bapak Teguh, sebagai berikut:
Kalau menurut saya yang jelas sebagai penopang agar
mutunya lebih bagus, jadi kenapa Bapak kepala sekolah
memilih itu biar, mutunya lebih bagus lagi dan relevan
dengan visi misi lembaga. dan merupakan salah satu
faktor untuk mempercepat menuju mutu lulusan yang
lebih baik.15
Kemudian dalam pelaksanaan inovasi tersebut kepala
sekolah tidak bekerja sendiri melainkan juga melibatkan staf,
karyawan dan pihak-pihak yang lain sesuai bidangnya masing-
13
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 14
Ibid. 15
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
92
masing. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pendapat Bapak
Andi Dwi sebagai berikut:
Yang diberi tugas oleh Bapak kepala SMK PGRI 2
Ponorogo dalam pelaksanaan inovasi-inovasi tersebut
sebagai bentuk peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI
2 Ponorogo diantaranya tim kesiswaan, koordinator
bidang, staf, seluruh warga sekolah, dan tim BKK
(Bursa Kerja Khusus).16
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh
Bapak Teguh, sebagaimana pernyataan berikut:
Kalau yang diberi tugas ini staf yang sesuai dengan
bidangnya, semua warga sekolah yang memiliki
kemampuan dan kemauan untuk diberi amanah itu.17
Selain itu, yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi
tersebut semua yang tergabung dalam kepanitiaan.
16
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 17
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
93
Sebagaimana pendapat Bapak Mutrihan, berikut: “Semua
yang tergabung dalam kepanitiaan.”18
Adapun mengenai waktu pelaksanaan inovasi tersebut
dapat dilakukan kadang di awal tahun sebagaimana ungkapan
Bapak teguh, berikut: “Implementasinya selama itu tidak ada
perubahan kebijakan dipertengahan itu sudah diterapkan dan
sejak awal sudah diimplementasikan.”19
Selain itu, inovasi
tersebut diimplementasikan sesuai dengan program kerjanya.
Hal ini sebagaimana pernyataan Bapak Mutrihan, berikut:
“Pengimplementasiannya yang pastinya sesuai dengan program
kerja.”20
Agar inovasi-inovasi yang ada di SMK PGRI dapat
berjalan maksimal, kepala sekolah mengadakan pengendalian
melalui evaluasi sebagaimana pendapat Bapak Teguh, sebagai
18
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 19
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 20
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB.
94
berikut: “Kalau pengendaliannya ada pada evalusai berkala.”21
Lebih lanjut menurut Bapak Mutrihan dengan adanya evaluasi
tersebut akan memberikan kebijakan baru, sebagaimana
pernyataan berikut: “Evaluasi akan memunculkan kebijakan
baru.”22
Selain, melakukan evaluasi dalam mengadakan
pengendalian kepala SMK PGRI juga melakukan koordinasi
secara berkala, sebagaimana pendapat Bapak Andi Dwi,
berikut:
Pengendalian kepala sekolah terhadap penerapan
inovasi-inovasi tersebut dengan melakukan koordinasi
secara berkala satu bulan sekali dan ketika ada kendala
dievaluasi serta dicarikan solusi bagi masalah yang ada
dengan musyawarah bersama-sama.23
Adapun dampak dari inovasi yang diberikan kepala
SMK PGRI 2 Ponorogo, yaitu: Peningkatan kualitas lembaga
baik dari segi lulusan diterima kerja, karakter baik dan lain-
21
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 22
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 23
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
95
lain. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pendapat Bapak
Mutrihan, berikut:
Implikasi kepala sekolah sebagai agen perubahan,
Peningkatan keahlian siswa sebagaimana yang sudah
saya jelaskan pada tahun 2019 ada sekitar 96% siswa
keterima kerja, baik dalam maupun luar negeri. Selain
itu, membentuk kepribadian siswa yang disiplin serta
berkarakter baik.24
Pernyataan tersebut senada dengan yang disampaikan
oleh Bapak Teguh sebagai berikut:
Kalau perubahan dari segi keunggulan siswanya, siswa
hampir 100% sudah terserap kerja bagi siswa kelas XII
bahkan sebelum lulus sudah diterima kerja. Kemarin itu
yang terakhir 94 kalau tidak 96% mas…..siswa yang
sudah keterima kerja.25
Lebih lanjut sebagaimana pendapat Pendik Setiawan
siswa TAB 5, yang menyatakan bahwa dampak peran kepala
sekolah sebagai agen perubahan memberikan perubahan baik
24
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 09.30 WIB. 25
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
96
bagi perilaku dan kompetensi peserta didik. Hal ini dapat
dipahami dari pernyataan berikut:
Seperti mondok perubahan sangat beda perilaku siswa
berubah. Dengan adanya program mondok ini dapat
melatih anak mengurangi merokok dan anak juga bisa
baca al Quran. 26
B. Analisis Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Agen
Perubahan dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh di
lapangan, kepala SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan
perubahan dengan memberikan gebrakan-gebrakan melalui
inovasi-inovasi. Inovasi-inovasi tersebut sebagai usaha dalam
memberikan perubahan lembaga khususnya dalam Peningkatan
prestasi dan mutu lulusan. Adapun inovasi yang diberikan
kepala sekolah tertuju pada perkembangan kemampuan teknisi
peserta didik sebagaimana adanya inovasi baru, yaitu pada
bidang oltek (online teknisi). Selanjutnya dalam bidang
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, kebijakan yang
diberikan kepala sekolah pada program pondok pesantren,
26
Pendik Setiawan, Peserta Didik, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Depan kelas, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 11.00 WIB.
97
yaitu anak yang belum berubah akan ditambah waktu
mondoknya lagi. Selain itu, ada hal baru pada pembentukan
karakter peserta didik, yakni kepala sekolah menjalin kerja
sama dengan TNI 501 Madiun yang dulunya hanya dengan
Kodim, hal ini didasarkan atas permintaan DUDI terhadap
lulusan yang harus memiliki disiplin dan karakter yang baik.
Selanjutnya dalam kewirausahaan yang terfokus pada DUDI,
yaitu dengan banyaknya industri atau dunia kerja yang bekerja
sama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa kepala SMK PGRI 2 Ponorogo
bertanggung jawab atas perkembangan lembaga dengan
mengarahkan dalam melaksanakan program kerja.
Inovasi-inovasi yang diberikan kepala sekolah tersebut
relevan dengan visi SMK PGRI 2 Ponorogo. Adapun visi SMK
PGRI 2 Ponorogo adalah. “Beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil, kompeten,
professional, berkarakter unggul dan berbudaya lingkungan”.
Visi tersebut kemudian diimplementasikan dengan program-
program, diantaranya: pondok pesantran, pelatihan kerja,
program PBB dan sebagainya. Selain disesuaikan dengan visi,
inovasi tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan DUDI,
yang menginginkan lulusan yang memiliki karakter baik dan
disiplin.
98
Inovasi-inovasi yang telah ditetapkan oleh kepala
sekolah tersebut, diimplementasikan di awal tahun. Kadang
juga disesuaikan dengan program kerja yang ada serta juga
tetap mempertimbangkan situasi dan kondisi yang sedang
berkembang. Hal ini dilakukan agar inovasi yang telah
diberikan dapat berjalan dengan baik. Selain itu inovasi
tersebut, dalam pelaksanaanya melibatkan staf, karyawan dan
pihak-pihak yang lain sesuai bidangnya masing-masing. Hal ini
sejalan dengan pendapat Pidarta, bahwa pemimpin yang efektif
selalu memanfaatkan kerja sama dengan para bawahan untuk
mencapai cita-cita organisasi.27
Selanjutnya inovasi tersebut memberikan perubahan
bagi SMK PGRI 2 Ponorogo diantaranya, yaitu meningkatnya
jumlah peserta didik baru, meningkatnya kualitas lembaga,
banyaknya lulusan yang diterima kerja, dan banyaknya DUDI
yang bekerja sama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo. Perubahan-
perubahan tersebut, menunjukkan keberhasilan kepala sekolah
dalam memimpin lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Kartono bahwa keberhasilan pemimpin itu pada
umumnya diukur dari produktivitas dan efekvitas pelaksanaan
27
Muhamad Sholeh, Keefektifan Peran Kepala Sekolah Dalam
Peningkatan Kinerja Guru, Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan Vol. 1
No. 1 Tahun 2016, 41-54
99
tugas-tugas yang diberikan pada dirinya. Adapun indikator
yang dapat dipakai sebagai petunjuk keberhasilan
kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
1) meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan
oleh organisasi, 2) semakin rapinya sistem administrasi dan
makin efektifnya manajemen, 3) semakin meningkatnya
aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih
human sifatnya.28
C. Sintesis
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
peran kepemimpinan visioner sebagai agen perubahan dapat
Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo dengan
melakukan inovasi-inovasi yang tertuju pada perkembangan
kemampuan teknisi peserta didik sebagaimana adanya inovasi
baru yaitu pada bidang oltek (online teknisi). Kemudian dalam
bidang keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, yakni dengan
mengadakan program pondok pesantren yang menjalin kerja
sama dengan pondok al Ikhlas Babadan.
Selanjutnya pada bidang pembentukan karakter,
dilaksanakan dengan menjalin kerja sama TNI 501 Madiun.
28
Anizah & Winda Fitri Maretta, Kepemimpinan Efektif Kepala
Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan Volume2, No.1,
Januari-Juni2017, 100-101.
100
Dan dari segi kewirausahaan, kepala sekolah menjalin kerja
sama dengan dunia usaha dan industri (DUDI). Inovasi-inovasi
tersebut relevan dengan visi misi SMK PGRI 2 Ponorogo.
Selain itu dalam pelaksanaan inovasi-inovasi tersebut kepala
sekolah melibatkan staf, karyawan dan pihak-pihak yang
berkompeten.
Kemudian dengan adanya inovasi tersebut memberikan
pengaruh terhadap SMK PGRI 2 Ponorogo yakni dalam hal
peningkatan peserta didik baru, meningkatnya kualitas lembaga
sehingga banyak lulusan yang diterima kerja dan semakin
banyaknya DUDI yang bekerja sama dengan SMK PGRI 2
Ponorogo. Secara ringkas peran kepemimpinan visioner kepala
sekolah sebagai agen perubahan dalam peningkatan mutu
lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo dapat dilihat melalui skema
berikut.
Inovasi-
inovasi
Visi
SMK
PGRI 2
Ponorogo
Kepala
sekolah
Staf, karyawan
dan pihak-pihak
yang
berkompeten
1. Peningkatan peserta
didik baru
2. Banyaknya lulusan yang
Kewirausahaan Perkembangan
kemapuan teknisi
Bidang keimanan
dan ketakwaan
kepada tuhan
101
Skema 5.1 : Peta Konsep Peran Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Sebagai Agen Perubahan dalam Peningkatan
Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo
101
BAB VI
PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER SEBAGAI JURU
BICARA DALAM PENINGKATAN MUTU LULUSAN
DI SMK PGRI 2 PONOROGO
A. Data Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Juru
Bicara dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Dalam Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo kepala sekolah sebagai juru bicara mensosialisasikan
visi dan keunggulan SMK PGRI 2 Ponorogo melalui rapat
dinas, media sosial, dan media cetak. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana pernyataan Bapak Andi Dwi berikut:
Sosialisasi yang dilakukan kepala sekolah dalam
menyampaikan visi dan keunggulan lembaga di SMK
PGRI 2 Ponorogo ketika dalam rapat dinas kepala
sekolah menyampaikan visi dan keunggulan lembaga di
SMK PGRI 2 Ponorogo. Selain itu sosialisasi juga
dilakukan lewat media sosial, seperti: WA, instagram,
youtube, dan lain lain. dan juga lewat banner yang
diletakkan di depan SMK PGRI 2 Ponorogo.1
1 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
102
Hal tersebut juga senada dengan penjelasan Bapak
Teguh sebagai berikut:
Sosialisasi yang jelas kalau terkait visi dan keunggulan
menggunakan media sosial yang sekarang lebih
membooming karena lebih efektif dan efisien. Yang
kedua ketika rapat dengan wali kelas, wali murid dan
rapat secara keseluruhan. Yang ketiga ketika upacara itu
pada hari senin ketika ada info selalu disampaikan di
situ, dan sangat efektif. Selain itu untuk media sosial,
wali kelas itu juga punya grup khusus dengan wali
murid dan dengan siswa saja. Kalau untuk radio kita
ada akan tetapi sudah kurang efektif, kalau media cetak
kita masih, sedangkan TV itu ketika momen-momen
terbesar. Kemarin itu kita ada di JTV dalam program
Smart.2
Lebih lanjut hal ini juga senada dengan Bapak
Mutrihan yang menjelaskan berikut:
Selain itu kebijakan-kebijakan yang lainnya juga
disampaikan pada waktu upacara. Dan juga bentuk
sosialisasi lainnya disampaikan lewat WA Grup SMK
PGRI 2 Ponorogo, instagram, seperti caption-caption
yang menunjukkan kita memiliki kegiatan-kegiatan,
kemudian melalui surat kabar maksudnya terkadang
kegiatan-kegiatan di SMK PGRI 2 Ponorogo dan
2 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
103
bahkan sering diliput di surat kabar, koran, media-
media sosial (televisi JTV, madiun TV, bahkan dulu
sampai Trans 7, waktu dikunjungi SBY. Pada waktu itu
Bapak SBY memakai produk kita yaitu becak hibrid).3
Kemudian pernyataan dari Bapak Teguh di atas, sesuai
dengan yang peneliti temukan di lapangan terkait kunjungan
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono di SMK PGRI 2 Ponorogo.
Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan foto berikut. 4
Gambar 6.1: Foto kunjungan pejabat negara di SMK PGRI 2
Ponorogo.
Adapun alasan kepala sekolah menggunakan berbagai
macam bentuk sosialisasi tersebut sangat eketif pada era saat
ini, sebagaimana pernyataan Bapak Teguh berikut: “Yang jelas
3 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB. 4 Kunjungan pejabat Negara di SMK PGRI 2 Ponorogo,
Dokumentasi, Ruang TU, Senin, 13 April 2020, Pukul 10.40 WIB
104
efektif dan efisien mas”.5 Selain itu juga senada dengan
penjelasan Bapak Andi Dwi, sebagai berikut: “Dikarenakan
dengan melihat kondisi saat ini, menuntut untuk hal tersebut
digunakan, lebih-lebih dengan mengunakan media sosial.”6
Dalam menyampaikan visi dan keunggulan tersebut
kepala sekolah melibatkan seluruh elemen yang ada di sekolah,
hal tersebut sebagaimana penjelasan Bapak Teguh, sebagai
berikut: “Khususnya warga sekolah mas ... yaitu mencakup
semua elemen yang ada di sekolah.”7 Selain itu juga
melibatkan seluruh staf akademik sebagaimana ungkapan
Bapak Mutrihan, berikut: “Seluruh staf akademik sekolah
termasuk jalur atas.”8 Lebih lanjut pernyataan tersebut juga
senada dengan pernyataan Bapak Andi Dwi bahwa selain staf
dan semua yang terlibat, kepala sekolah juga terjun langsung
5 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 6 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 7 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 8 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
105
ke lapangan. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan
berikut:
Dalam menyampaikan visi dan keunggulan SMK PGRI
2 Ponorogo kepala sekolah melibatkan staf dan semua
yang terlibat, serta kepala sekolah juga terjun langsung
dalam hal tersebut.9
Kemudian mengenai waktu sosialisasi terkait visi dan
keunggulan, SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan sosialisasi
sejak awal, sebagaimana pendapat Bapak Teguh berikut:
“Ya… yang jelas sosialisasi dilakukan sejak awal tahun.”10
Selain itu visi dan keunggulan juga disosialisasikan sesuai
dengan program kerjanya. Hal ini sebagaimana pernyataan
Bapak Mutrihan, berikut: “Sama dengan yang lain sesuai
dengan program kerjanya.”11
Bahkan juga disosialisasikan
setiap saat sebagaimana pernyataan Bapak Andi Dwi, berikut:
“Dalam sosialisasi visi dan keunggulan SMK PGRI 2
9 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 10
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 11
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
106
Ponorogo dilakukan setiap saat pada saat rapat, upacara,
worksop, pertemuan-pertemuan, dan lain-lain.”12
Adapun dampak sosialisasi visi dan keunggulan,
berdampak positif bagi perkembangan SMK PGRI 2 Ponorogo.
Hal tersebut sebagaimana pernyataan Bapak Andi Dwi sebagai
berikut:
Dampak sosialisasi visi dan keunggulan lembaga
terhadap SMK PGRI 2 Ponorogo, tentunya berdampak
positif bagi perkembangan SMK PGRI 2 Ponorogo.13
Hal tersebut senada dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Bapak Teguh, yakni: “Terkait dengan
dampak yang jelas membawa SMK PGRI 2 Ponorogo lebih
maju, dengan melihat peningkatan siswa baru yang
berkualitas.”14
Lebih lanjut pernyataan tersebut juga senada
dengan yang disampaikan oleh Bapak Mutrihan berikut:
Sehingga masyarakat mempercayakan. Hal tersebut
dapat diketahui dengan menyekolahkan putra putrinya
di lembaga ini. Intinya dampaknya orang itu tau kalau
12
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 13
Ibid. 14
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB.
107
di sini itu punya kelebihan, tidak hanya anak itu pandai
dalam bidang produktif, kompetensinya bagus tapi dia
diasah di dalam keagamaannya, dipondokkan serta
lulusan jaminan kerja dalam negeri bahkan luar
negeri.15
Kemudian pernyataan Bapak Mutrihan terkait lulusan
yang mendapat jaminan kerja dalam negeri bahkan luar negeri,
sesuai dengan yang peneliti temukan di lapangan dibuktikan
sebagaimana data penyaluran kerja melalui BKK, berdasarkan
gambar berikut. 16
15
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB. 16
Laporan perkembangan BKK SMK PGRI 2 Ponorogo
2018/2019, Dokumentasi, Ruang TU, Senin, 13 April 2020, Pukul 10.00
WIB.
619 631 702 721
393 465
699 687
0
200
400
600
800
2014/2015 2016/2017
Jumlah Siswa
Peminat BKK
Disalurkan
melalui BKK
108
No Tahun
kelulusan
Jumlah siswa
peminat bkk
Jumlah anak yang
disalurkan melalui bkk %
1 2014/2015 619 393 63,49
2 2015/2016 631 465 73,69
3 2016/2017 802 699 87,16
4 2017/2018 721 687 95,28
Data 6.1 : Penyaluran Kerja Melalui BKK Empat Tahun Terakhir.
B. Analisis Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Juru
Bicara dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Berdasarkan temuan penelitian di atas menunjukkan
bahwa kepala SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan sosialisasi
visi dan keunggulan lembaga. Sosialisasi tersebut merupakan
langkah dalam mengenalkan lembaga kepada masyarakat luar.
Selain itu, untuk memunculkan daya tarik masyarakat terhadap
lembaga. Adapun sosialisasi tersebut, dilakukan melalui rapat
dinas, media sosial, dan media cetak. Hal tersebut merupakan
sarana sosialisasi yang sangat eketif dalam menyampaikan visi
dan keunggulan lembaga.
Visi merupakan nilai yang menjadi komitmen bersama
yang menjadi harapan untuk memperbaiki prestasi dan mutu
lembaga. Sedangkan keunggulan lembaga menjadi salah satu
109
daya tarik masyarakat terhadap lembaga, yang akan
menjadikan lembaga tetap eksis dimata masyarakat. Sehingga
kepala SMK PGRI 2 Ponorogo dalam melakukan sosialisasi
visi dan keunggulan lembaga melibatkan seluruh elemen yang
ada di lembaga, dikarenakan kemajuan lembaga menjadi
tanggung jawab bersama. Adapun elemen lembaga yang
dimaksud meliputi staf akademik, guru, karyawan, dan lain-
lain.
Selanjutnya di SMK PGRI 2 Ponorogo dalam
melakukan sosialisasi visi dan keunggulan, dilakukan sejak
awal. Kadang disesuaikan dengan program kerja yang ada dan
bahkan juga setiap saat. Selain itu dalam melakukan visi dan
keunggulan lembaga diperlukan komunikasi yang baik agar
lebih dapat menarik perhatian. Sehingga hal tersebut
memberikan dampak positif pada perkembangan lembaga.
Dengan adannya sosialisasi visi dan keunggulan
lembaga memberikan dampak positif, yaitu SMK PGRI 2
Ponorogo lebih maju dengan meningkatnya jumlah siswa baru.
Selain itu SMK PGRI 2 Ponorogo dapat menjalin kerjasama
dengan Pondok al Ikhlas Babadan dalam program pondok
pesantren sebagaimana perwujudan bahwa SMK PGRI 2
Ponorogo merupakan sekolah berbasis pondok pesantren. SMK
PGRI 2 Ponorogo dapat menjalin kerja sama dengan DUDI,
110
sehingga peserta didik yang lulus dari SMK PGRI 2 Ponorogo
mendapat jaminan kerja di dalam maupun di luar negeri.
C. Sintesis
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan
bahwa peran kepala sekolah sebagai juru bicara dalam
Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo
dilakukan dengan sosialisasi visi dan keunggulan lembaga
dengan melibatkan seluruh elemen yang ada di lembaga
meliputi staf akademik, guru, karyawan, dan yang lainnya.
Selanjutnya dalam melakukan sosialisasi visi dan keunggulan
lembaga, sarana yang digunakan oleh kepala sekolah yakni
melalui rapat dinas, media sosial, dan media cetak.
Kemudian dengan adanya peran kepala sekolah sebagai
juru bicara menjadikan SMK PGRI 2 Ponorogo lebih maju,
meningkatnya jumlah peserta didik, dan banyaknya pihak lain
yang bekerja sama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo
diantaranya, yaitu pondok al Ikhlas Babadan dalam program
mondok sebagaimana perwujudan bahwa SMK PGRI 2
Ponorogo merupakan sekolah berbasis pondok pesantren.
Selain itu, SMK PGRI 2 Ponorogo juga menjalin kerja sama
dengan DUDI, sehingga peserta didik yang lulus dari SMK
111
PGRI 2 Ponorogo mendapat jaminan kerja di dalam maupun di
luar negeri.
Secara ringkas, peran Kepemimpinan Visioner sebagai
juru bicara dalam Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo dapat dijelaskan dalam skema berikut.
Skema 6.1 : Peta konsep Peran Kepemimpinan Visioner
Sebagai Juru Bicara dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Kepala
sekoh
sebagaai
Juru Bicara
Keunggulan
lembaga
Rapat dinas,
media social,
dan media
cetak
1. Meningkatnya siswa baru
2. bekerjasama dengan Pondok Al-Ihklas
Babadan
3. Menjalin kerja sama dengan DUDI
4. Mendapat jaminan kerja di dalam maupun di
luar negeri.
Mensosialisasikan
visi
Semua
elemen
sekolah
112
BAB VII
PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER SEBAGAI
PELATIH DALAM PENINGKATKAN MUTU LULUSAN
DI SMK PGRI 2 PONOROGO
A. Data Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai Pelatih
dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo
Dalam Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo, kepala sekolah mengupayakan pelatihan-pelatihan
bagi pendidik, staf dan peserta didik. Adapun pelatihan yang
diberikan kepada pendidik dan staf sepertihalnya In House
Training. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan
Bapak Andi Dwi, sebagai berikut: “Bentuk pelatihan yang
diberikan kepala sekolah terhadap pendidik dan seluruh staf
yaitu dengan In house training. Pelatihan tersebut dilakukan
setiap satu tahun sekali.”1 Hal tersebut senada dengan yang
dipaparkan oleh Bapak Teguh, sebagai berikut:
1 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
113
Pelatihan yang diberikan yang jelas, kepada guru baru
itu ada pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran,
IHT atau In House Training untuk peningkatan
kompetensi guru khususnya untuk guru produktif tidak
terkecuali guru normatif adaptif. Selain itu diklat United
Traktor pada guru otomotif. Pelatihan K13 dan masih
banyak lagi. 2
Lebih lanjut Bapak Mutrihan mengungkapkan bahwa
pelatihan yang diberikan kepada pendidik sampai ke luar
negeri. Hal ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan
berikut:
Bahkan ada guru itu pelatihannya sampai ke China di
sana dilatih, karena kita ini kerjasama dengan China
namanya luban work shop. Itu teknologi terkini sudah
ada di sana semuanya bahkan gron yang bisa nyemprot
satu hektar padi di sini punya. Kalau pelatihan di dalam
negeri misalnya namanya trainer and training
“pengajar dan diajar”.3
Selanjutnya mengenai pelatihan yang diberikan kepada
peserta didik diantaranya pelatihan di Kampuh Welding
2 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 3 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
114
Surabaya dan VEDC di Malang. Hal tersebut dapat dipahami
sebagaimana pernyataan Bapak Mutrihan, sebagai berikut:
Bahkan tidak hanya guru, siswa yang mau LKS itu juga
mendapat pelatihan di Surabaya, Malang. Pelatihan
tersebut misalnya dalam hal anak ada yang mau lomba
ngelas anak itu dikirim di Kampuh Welding Surabaya.
Kalau dalam bidang otomotif biasanya di Malang
mas…. namanya VEDC, itu pelatihan di Malang. 4
Kemudian dalam pelaksanaan pelatihan yang ada di
SMK PGRI 2 Ponorogo, kepala sekolah melibatkan semua
pihak sekolah dan DUDI. Hal ini sebagaimana penjelasan
Bapak Andi Dwi, sebagai berikut: “Yang terlibat dalam
pelatihan tersebut yaitu semua pihak sekolah dan DUDI.”5 Hal
tersebut juga senada dengan pendapat Bapak Mutrihan yang
menjelaskan berikut: “Yang terlibat ya.. guru-guru, panitia, dan
siswa.”6 Lebih lanjut pernyataan tersebut senada dengan yang
dipaparkan oleh Bapak Teguh, sebagai berikut:
4 Ibid.
5 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 6 Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
115
Yang terlibat ya semua warga sekolah, tergantung
pelatihannya. Istilahnya semua berhak mendapat
pelatihan. Kalau untuk satpam selama ini dari SMK
belum mengadakan secara resmi akan tetapi beberapa
bulan sekali ada pelatihan dari polres.7
Adapun mekanisme pelaksanaan program pelatihan
yang ada di SMK PGRI 2 Ponorogo dibebankan oleh bagian
kurikulum dan penanggung jawab sepenuhnya adalah kepala
sekolah. Hal tersebut dapat dipahami dari pernyataan Bapak
Teguh sebagai berikut: “Penanggung jawabnya dibebankan
oleh Bapak kepala sekolah kepada bagian kurikulum.8”
Kemudian untuk implementasi pelatihan tersebut
dilakukan sesuai bidang-bidangnya. Hal tersebut dapat
dipahami dari pernyataan Bapak Andi Dwi sebagai berikut:
“Bentuk mekanisme kepala sekolah dalam
mengimplementasikan sesuai bidang.9”
Adapun waktu dalam pelaksanaan program pelatihan
yang ada di SMK PGRI 2 Ponorogo, dilaksanakan secara
7 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 8 Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 9 Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB.
116
kondisional. Sebagaimana pernyataan Bapak Teguh, sebagai
berikut: “Kalau masalah waktunya ya kondisional mas kadang
di awal tahun dan kadang juga di tengah tahun untuk guru
baru.10
” Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh
Bapak Andi Dwi, sebagai berikut: “Adapun pelaksanaan
pelatihan tersebut dilakukan pada saat tentative kondisional
pada setiap satu tahun sekali terhadap bagian-bagian
tertentu.”11
Lebih lanjut Bapak Mutrihan mengemukakan bahwa
program pelatihan di SMK PGRI juga dilaksanakan sesuai
dengan planning yang sudah diagendakan. Hal ini dapat
dipahami sebagaimana pernyataan berikut:
Kalau mengenahi kapan pelatihan tersebut dilakukan
ya.. yang jelas sesuai dengan program kerja yang sudah
diplanningkan atau diagendakan. Dan juga yang
insidental itu ketika ada pelatihan dari BSMK, dari
partner perusahaan kita.12
10
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 11
Andi Dwi, Tenaga Kurikulum, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB. 12
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
117
Dengan adanya pelatihan tersebut memberikan dampak
positif bagi SMK PGRI 2 Ponorogo, yaitu dapat Peningkatan
kualitas lembaga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak
Teguh sebagai berikut: “Kalau untuk dampak yang jelas dapat
Peningkatan kualitas lembaga walaupun persentasenya cuman
berapa persen yang jelas pasti berpengaruh mas.13
” Hal
tersebut senada dengan pernyataan Bapak Mutrihan, berikut:
Yang jelas dampaknya sangat bagus mas… seperti
terserapnya siswa ke dunia kerja itu, dan itu merupakan
wujud dari pelatihan. Selain itu kurikulum pelajaran,
sikap attitude baik itu semua menjadi baik. Bahkan
lembaga ini menjadi tempat penyaluran bursa kerja.
Kalau dari segi siswa anak-anak mendapat kejuaraan
juga misalnya juara LKS tingkat kabupaten, Jawa
Timur, tingkat nasional bahkan kita juga ikut
pertandingan kompetensi di China dari berbagai negara
di China. Dari hasil pelatihan yang dulu sehingga
membuahkan hasil dan bisa kita adu/lomba di lembaga
yang lain.14
13
Teguh, Guru SMK PGRI, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Guru, Ponorogo, 05 Mei 2020, Pukul 09.00 WIB. 14
Mutrihan, Tenaga Kesiswaan, “Kepemimpinan Visioner dalam
Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di
Ruang Kesiswaan, Ponorogo, 14 Maret 2020, Pukul 09.00 WIB.
118
B. Analisis Peran Kepemimpinan Visioner Sebagai
Pelatih dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo
Berdasarkan temuan penelitian di atas menunjukkan
bahwa kepala SMK PGRI 2 Ponorogo sebagai pemimpin
pendidikan mengupayakan pelatihan-pelatihan bagi tenaga
kependidikan dan juga peserta didik. Adapun pelatihan yang
diberikan kepada tenaga kependidikan seperti halnya In House
Training, United Traktor, luban work shop, trainer and
training, pelatihan K13 dan yang lainnya. Semua itu sebagai
penunjang dalam Peningkatan kompetensi peserta didik serta
menyiapkan mutu lulusan yang dapat memenuhi konsumen.
Sedangkan pelatihan yang diberikan kepala sekolah
terhadap peserta didik, tertuju pada peningkatan mutu lulusan.
Pelatihan tersebut misalnya dalam Peningkatan karakter pribadi
dan sosial peserta dengan menjalin kerja sama dengan pondok
pesantren al Ikhlas Babadan dan TNI 501 Madiun. Hal
tersebut, didasarkan atas kebutuhan DUDI yang menginginkan
tenaga kerja yang terampil dan juga memiliki karakter yang
baik serta disiplin. Selanjutnya pelatihan dalam hal kreativitas
peserta didik, SMK PGRI 2 Ponorogo menyiapkan untuk
menghadapi LKS dan yang lainnya. Seperti halnya dengan
119
menjalian kerjasama dengan kampuh Welding di Surabaya,
VEDC di Malang, pelatihan di China, dan yang lainnya.
Kemudian pelatihan yang diberikan dalam Peningkatan
kemampuan teknisi peserta didik terfokus pada jurusan peserta
didik meliputi: Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan,
Teknik Sepeda Motor, Teknik Alat Berat, Teknik Perbaikan
Bodi Otomotif, Teknik Komputer dan Jaringan, Rekayasa
Perangkat Lunak, Multimedia, Teknik Pengelasan. Pelatihan
tersebut dengan melibatkan internal dan juga eksternal
lembaga, seperti halnya mengadakan PKL di dalam kota
maupun di luar kota.
Semua ini merupakan usaha kepala sekolah dalam
menunjang perkembangan mutu pendidikan yang ada di SMK
PGRI 2 Ponorogo, terlebih pada output ataupun mutu
lulusannya. Hal ini sejalan sebagaimana menurut pendapat
Mulyasa, bahwa pengembangan guru dan staf merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan kepala sekolah dalam
manajemen personalia pendidikan, yang bertujuan untuk
mendayagunakan guru dan staf secara efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal.15
15
Arrachmil Azizah Ahmad Yusuf Sobri. Strategi Kepala Sekolah
Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Volume
25, Nomor 2 September 2016, 213
120
Pelatihan-pelatihan yang diadakan di SMK PGRI 2
Ponorogo, dalam pelaksanaanya menjadikan kepala sekolah
sebagai penanggung jawab utama dan melibatkan seluruh
warga sekolah, waka kurikulum, dan pihak-pihak DUDI. Jadi
kepala sekolah ini, lebih mempercayakan kepada pihak-pihak
bawahan dengan memberikan tanggung jawab terhadap suatu
program kerja. Kepala sekolah selalu melakukan pemantauan
dalam pelaksanaannya. Pemantauan tersebut, berupa rapat
koordinasi, musyawaroh dan evaluasi secara berkala.
Adapun dalam pelaksanaan pelatihan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan bidang masing-masing secara
kondisional dan dalam waktu yang sudah direncanakan.
Selanjutnya, pelatihan-pelatihan tersebut juga memberikan
dampak positif bagi SMK PGRI 2 Ponorogo, yakni dengan
peningkatan kualitas lembaga, terserapnya output ke dunia
kerja yang mana pada tahun 2018/2019 ada 96,6 % terserap ke
dunia kerja. Selain itu juga banyak prestasi yang dicapai pada
Lomba Kompetensi Siswa (LKS) tingkat Jawa Timur.
C. Sintesis
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan
bahwasanya peran kepala sekolah sebagai pelatih di SMK
PGRI 2 Ponorogo dilakukan dengan memberikan pelatihan
121
kepada tenaga kependidikan dan juga peserta didik. Adapun
pelatihan yang diberikan kepada tenaga kependidikan di
antaranya, yaitu dengan In House Training, United Traktor,
luban work shop, trainer and training, pelatihan K13 dan yang
lainnya. Sedangkan pelatihan yang diberikan kepada peserta
didik tertuju pada karakter pribadi, sosial dan kreativitas
peserta didik.
Selain itu, dalam pelaksanaan pelatihan tersebut kepala
sekolah melibatkan seluruh warga sekolah, waka kurikulum,
dan pihak-pihak DUDI. Selanjutnya dengan adanya pelatihan
tersebut memberikan pengaruh bagi SMK PGRI 2 Ponorogo,
yakni dengan peningkatan kualitas lembaga, terserapnya output
ke dunia kerja, dan banyaknya prestasi yang dicapai dalam
Lomba Kompetensi Siswa di tingkat Jawa Timur.
Secara ringkas, peran Kepemimpinan Visioner sebagai
pelatih dalam Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo dapat dilihat melalui skema berikut ini.
122
Skema 7.1 : Peta konsep peran Kepemimpinan Visioner sebagai
pelatih dalam Peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo
1. Karakter pribadi dan
social peserta
2. Kreativitas peserta
didik
1. In House Training,
2. United Traktor, pelatihan
K13 dan yang lainnya
Seluruh warga sekolah
dan DUDI
Peserta didik Tenaga Pendidikan
Kepala sekolah
sebagai pelatih
1. Meningkatkan kualitas lembaga,
2. Output ataupun lulusan banyak yang terserap ke dunia
kerja.
3. Banyak prestasi yang dicapai siswa pada Lomba
Kompetensi Siswa di tingkat Jawa Timur.
125
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui paparan data dan pembahasan yang telah
dilakukan maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Peran kepemimpinan visioner sebagai penentu arah dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo
dengan memberikan kebijakan-kebijkan. kebijakan
tersebut oleh kepala sekolah difokuskan pada kempetensi
siswa dalam bidang vokasional dan kepribadian, serta
didasarkan pada visi lembaga. Kemudian dalam
merumuskan kebijakan tersebut kepala sekolah
melibatkann pihak lain diantaranya: wakil kepala sekolah,
wakil manajemen mutu dan tenaga kependidikan yang
kompeten dalam bidang tersebut. Selanjutnya kebijakan
tersebut diimplementasikan pada awal tahun, dikarenakan
sebagai landasan dalam menjalankan program kerja.
Kebijakan-kebijakan tersebut diimplementasikan di SMK
PGRI 2 Ponorogo sebagai usaha dalam menghasilakan
lulusan yang mampu berorientasi pada bidang spiritual,
akademik, dan dunia kerja. Kemudian dalam pelakasanaan
123
124
kepala sekolah selalu melakukan melakukan pengawasan
dengan mengadakan koordinasi dan evaluasi secara
berkala. Sehingga dengan adanya hal tersebut, menjadikan
program di SMK PGRI 2 Ponorogo lebih terarah,
meningkatnya jumlah murid baru, banyaknya lulusan yang
diterima kerja serta menjadikan SMK PGRI 2 Ponorogo
sekolah yang menerapkan ISO 9001 versi 2015 dan telah
bersertifikat.
2. Peran kepemimpinan visioner sebagai agen perubahan
dalam peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2
Ponorogo melakukan perubahan dengan memberikan
inovasi yang didasarkan pada visi SMK PGRI 2 Ponorogo.
Adapun inovasi tersebut tertuju pada beberapa hal yakni:
(1) bidang perkembangan kemampuan teknisi peserta didik
seperti halnya program oltek (online teknisi), (2) bidang
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dengan
mengadakan program pondok pesantren yang menjalin
kerja sama dengan pondok al Ikhlas Babadan, (3) bidang
pembentukan karakter dengan menjalin kerja sama TNI
501 Madiun, (4) bidang kewirausahaan kepala sekolah
menjalin kerja sama dengan DUDI. Inovasi-inovasi
tersebut dalam perumusan kepala sekolah melibatkan staf,
karyawan dan pihak yang berkompeten. Selanjutnya
125
inovasi tersebut diimplementasikan di awal tahun. Hal
tersebut dilakukan sebagai usaha lembaga dalam mencetak
lulusan yang mampu berorientasi pada bidang spiritual,
akademik, dan bersaing dalam dunia kerja. Kemudian
dalam pelaksanaan inovasi tersebuat kepala sekolah juga
melakukan pengawasan dan juga evaluasi pada setiap
bidang. Sehingga dengan adanya inovasi yang diberikan di
SMK PGRI 2 Ponorogo tersebut memberikan perubahan,
yakni: meningkatnya kualitas lembaga dengan ditandainya
meningkatnya jumlah peserta didik baru dan banyaknya
lulusan yang diterima kerja, serta banyaknya DUDI yang
bekerja sama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo.
3. Peran kepemimpinan visioner sebagai juru bicara dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo
yakni kepala sekolah melakukan sosialisasi visi dan
keunggulan lembaga dengan melibatkan seluruh elemen
yang ada di lembaga meliputi staf akademik, guru,
karyawan, dan yang lainnya. Sosialisasi visi dan
keunggulan lembaga tersebut dilakukan setiap saat mulai
awal tahun. Dalam melakukan sosialisasi visi dan
keunggulan lembaga tersebut sarana yang digunakan
dengan melalui rapat dinas, media sosial, dan media cetak.
Yang mana dari ketiga sarana tersebut lebih dominan
126
menggunakan media social, dikarenakan sarana tersebut
merupakan sarana sosialisasi yang sangat eketif.
Sosialisasi tersebut dilakukan sebagai usaha dalam
melakukan negoisasi untuk bekerja sama dengan pihak
luar baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu juga
sebagai sarana dalam mengenalkan SMK PGRI 2
Ponorogo kepada khalayak umum. Sehingga dengan
adanya sosialisasi tersebut menjadikan SMK PGRI 2
Ponorogo mendapat kepercayaan dari pihak eksternal,
sebagaimana meningkatnya jumlah peserta didik, dan
BKK yang bekerjasama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo.
4. Peran Peran kepemimpinan visioner sebagai pelatih dalam
peningkatan mutu lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo,
yakni dengan memberikan pelatihan kepada tenaga
kependidikan dan juga peserta didik. Dalam pelaksanaan
pelatihan tersebut kepala sekolah melibatkan melibatkan
seluruh elemen sekolah. Pelatihan tersebut dilaksanakan
pada waktu yang sudah diplanningkan serta kadang
kondisional melihat situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi. Pelatihan-pelatihan tersebut diberikan sebagai
usaha dalam peningkatan lulusan SMK PGRI 2 Ponorogo
agar mampu memiliki bekal spiritual yang bagus, serta
mampu bersaing dalam bidang akademik khususya dalam
127
dunia kerja. Hal tersebut menjadikan SMK PGRI 2
Ponorogo menjadi lebih berkualitas sebagaimana pada
tahun 2019 SMK PGRI 2 Ponorogo mendapat peringkat
pertama di Jawa Timur yang lulusannya terserap kedunia
kerja sebanyak 96%, serta meningkatknya prestasi yang
dicapai pada Lomba Kompetensi Siswa tingkat Jawa
Timur.
B. Saran
Berdasarkan analisis kesimpulan hasil penelitian
tersebut, maka ada sejumlah saran yang patut untuk
dipertimbangkan dalam mengembangkan keberhasilan
kepemimpinan visioner kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
a. Peran kepala sekolah sebagai penentu arah
Sebagai penentu arah hendaknya kepala sekolah lebih
peningkatan peranannya dalam mengkomunikasikan visi dan
memotivasi serta meyakinkan semua elemen sekolah dalam
melakukan tugas dan tanggung jawab. Agar kebijakan yang di
cetuskan tetap sinergi dengan visi lembaga, serta dapat
terwujud sesuai dengan target yang sudah ditentukan.
128
b. Peran kepala sekolah sebagai agen perubahan
Sebagai agen perubahan hendaknya kepala sekolah
lebih peningkatan kemampuan dalam membaca perkembangan
zaman agar selalu dapat memunculkan inovasi-inovasi baru.
c. Peran kepala sekolah sebagai juru bicara
Sebagai juru bicara hendaknya kepala sekolah lebih
memaksimalkan dalam bernegoisasi untuk menjalin kerja sama
dengan organisasi lain ataupun hierarki yang lebih tinggi. Agar
lulusan selain terserap kerja di dalam negeri mapun di luar
negeri juga bisa menyalurkan peserta didik untuk melanjutkan
studynya lebih tinggi.
d. Peran kepala sekolah sebagai pelatih
Sebagai pelatih hendaknya kepala sekolah lebih
mengoptimalkan kemampuan seluruh elemen sekolah dalam
bekerja sama.
2. Bagi guru
Untuk lebih mendukung dan bersinergi dalam
melakukan perubahan yang sudah disepakati bersama serta
saling memaotivasi agar tujuan dari program kerja yang sudah
ditetapkan dapat tercapai sesuai target yang sudah ditetapkan.
129
3. Bagi siswa
Untuk lebih semangat dan antusias dalam mendukung
program kegiatan yang SMK PGRI 2 Ponorogo dalam
peningkatan mutu lulusan.
125
Visionary Leadership Productivity dalam Peningkatan Mutu Lulusan di SMK PGRI 2 Ponorogo
130
Visi
lembaga
Kebijakan
Visionary
Leadership
Productivity
Inovasi
Warga
sekolah
Warga
sekolah
Penentu
Arah
Agen
perubahan
Juru bicara
Pelatih
Lulusan yang
berorientasi pada
bidang spiritual,
akademik, dan
dunia kerja
Pengawasan,
koordinasi,
dan evaluasi
1. Program yang lebih terarah
2. Meningkatkan kualitas lembaga
serta program yang lebih terarah
3. Meningkatnya jumlah peserta didik
dan lulusan yang terserap kerja
4. Meningkatnya BKK yang
bekerjasama dengan SMK PGRI 2
Ponorogo
131
DAFTAR PUSTAKA
Akmaluddin, Mutiawati, & Herawati. Program Kepala Sekolah
dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Pada Smp Babul
Magfirah Aceh Besar. Journal of Education Science
Vol. 4 No. 2 Oktober 2018 Universitas Ubudiyah
Indonesia e-ISSN : 2615-5338.
Alma, Buchari. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan. Bandung; Alfabeta, 2008.
Almanshur, M. Djunaidi Chony & Fauzan. Metode Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta; AR-Ruzz Media, 2012.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BPS:
Pengangguran Meningkat, Lulusan SMK
Mendominasi", https://money.kompas.com/read/2019/1
1/05/155358926/bps-pengangguran-meningkat-lulusan-
smk-mendominasi. 20 November 2019
Azizah & Ahmad Yusuf Sobri, Arrachmil. Strategi Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Manajemen Pendidikan. Volume 25, Nomor 2
September 2016.
Dwi, Andi. Tenaga Kurikulum. Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di
SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di Ruang
Kurikulum, Ponorogo, 13 Maret 2020.
El Widdah dkk, Minnah. Kepemimpinan Berbasis Nilai dan
Pengembangan Mutu Madrasah. Bandung; Alfabeta,
2012.
132
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta;
PT Raja Grafindo persada.
Fitrah, Muh. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Jurnal Penjaminan Mutu.
Gunawan, Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif; teori dan
Praktik. Jakarta; Bumi Aksara, 2013.
Herawan, Endang. Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah
Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan , Pedagogia:
Jurnal Ilmu Pendidikan.
Hermino, Agustinus. Kepemimpinan Pendidikan DI era
Globalisasi. Yogyakata; Pustaka Pelajar, 2014.
Identitas Lembaga, Visi, Misi dan Tujuan SMK PGRI 2
Ponorogo, Dokumentasi, Ruang Kurikulum, Rabu, 4
Maret 2020, Pukul 10.00 WIB.
Juharyanto, Ika Alifiyah Ali Imron. Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter
Peserta Didik. Jurnal Adminitrasi dan Manajemen
Pendidikan Volume 2 Nomor 1 Maret 2019.
Juni Priansa & Risma Somad, Donni. Manajemen Supervisi &
Kepemimpinan kepala sekolah. Bandung; Alfabeta,
2014.
Karwati & Djonni Juni Priansa, Euis. Kinerja dan
Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung; Alfabeta,
2013.
Khoirul Ikhwan, Wahid. Implementasi Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Kompetensi Lulusan Sebagai
Standar Mutu Pendidikan MTS Negeri di Kabupaten
133
Tulungagung. Journal Pedagogia ISSN 2089 -3833
Volume. 4, No. 1, Februari 2015.
Komariah & Cepi Triatna,Aan. Visionery Leadership.
Bandung; Bumi Aksara, 2010
Komariah, Engkoswara & Aan. Administrasi Pendidikan.
Bandung; Alfabeta, 2015.
Lamatenggo, Hasna Asmu, Ikhfan Haris, Nina. Keefektifan
Koordinasi Kepala Sekolah Dalam Mengintegrasikan
Program Dan Kegiatan Di Sma Negeri 1 Mananggu
Kabupaten Boalemo. JPs: Jurnal Riset dan
Pengembangan Ilmu Pengetahua, Volume 03, Nomor
1, Februari 2018.
Laporan perkembangan Sekolah Tahun Pelajaran 2018/2019
SMK PGRI 2 Ponorogo, Dokumentasi, Ruang TU,
Selasa, 14 April 2020.
Lindayani, Zulkarnain.S, & Samsul Rizal Yusroni.
Peningkatan Mutu Lulusan Sman Purwodadi Melalui
Strategi Manajemen Kepala Sekolah. An-Nizom. Vol.
4, No. 2, Agustus 2019.
Lindayani1, Zulkarnain, Samsul Rizal Yusroni. Peningkatan
Mutu Lulusan SMAN Purwodadi Melalui Strategi
Manajemen Kepala Sekolah”, An-Nizom. Vol. 4, No. 2,
Agustus 2019.
Maisaro dkk. Manajemen Program Penguatan Pendidikan
Karakter. JAMP : Jurnal Administrasi dan Manajemen
Pendidikan. Volume 1, Nomor 3 September 2018.
Maretta, Anizah & Winda Fitri. Kepemimpinan Efektif Kepala
Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan
134
Supervisi Pendidikan Volume 2, No.1, Januari-
Juni2017.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung;
Remaja Rosdakarya, 207.
Multazam Al-Qur’an Tafsir Bil Hadist. Bandung: Cordoba,
2013.
Muthohar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu Sekolah.
Jogjakarta; AR-Ruzz Media, 2013. .
Mutrihan. Tenaga Kesiswaan. Kepemimpinan Visioner Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo. Wawancara, di Ruang Kesiswaan,
Ponorogo, 13 Maret 2020.
Muzakar. Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Lulusan Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri
Meureubo”, Jurnal Ilmiah Islam Futura Vol. 14. No. 1,
Agustus 2014.
Nawawi Uha, Ismail. Manajemen Perubahan. Surabaya: Ghalia
Indonesia, 2014.
Nor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi
dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Profil SMK PGRI 2 Ponorogo 2018, Dokumentasi, Ruang TU,
Rabu, 4 Maret 2020.
135
Rahmawati & Kardoyo, Erlina. Pengaruh Pembiayaan
Pendidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Peran
Komite, Dan Integritas Sekolah Terhadap Mutu
Lulusan Melalui Mutu Proses”, Economic Education
Analysis Journal 7 (3). 2018.
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education.
London: Kogan Page Limeted, 2002.
Setiawan, Pendik. Peserta Didik, “Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di
SMK PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di Depan kelas,
Ponorogo, 14 Maret 2020.
Sholeh, Muhamad. Keefektifan Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru, Jurnal Dinamika
Manajemen Pendidikan Vol. 1 No. 1 Tahun 2016.
Subana. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung; CV Pustaka
Setia, 2005.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif kualitatif dan
R&D. Bandung, Alfabeta,2006.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Tindakan. Bandung; PT Refika Aditama, 2012.
Sukaningtyas. Pengembangan Kapasitas Manajemen Sekolah
Dalam Membangun Pemahaman Visi dan Misi, Jurnal
Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Nomor 2, Desember 2016.
Sulaiman & Udik Budi Wibowo, Ahmad. Implementasi Sistem
Penjaminan Mutu Internal Sebagai Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Universitas Gadjah
Mada. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan.
136
Sulhan, Ahmad. Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya Santri dalam Mewujudkan Mutu Lulusan.
Jurnal Penelitian Keislaman Vol.14 No.2. 2018.
Sunarto, Ahmad. Terjemah Riyadhus Sholihin Jilid I. Jakarta:
Pustaka Amani, 1999.
Supardi. Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya.
Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Syafaruddin. Pendidikan Transformasional Sosial. Bandung:
Ciptapustaka Media Perintis, 2009.
Taraba, M. Fahim. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Malang;
CV Dream Litera Buana, 2016. Fitrah, Muh. Peran
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Jurnal Penjaminan Mutu.
Teguh. Guru SMK PGRI. Kepemimpinan Visioner Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di SMK
PGRI 2 Ponorogo”, Wawancara, di Ruang Guru,
Ponorogo, 05 Mei 2020.
Tharaba, Fahmi. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Malang;
CV Dream Litera Buana, 2016.
Triyana, Eko. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal
Teknologi Pendidikan, No 1, 2013.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Widodo, Suparno Eko. Manajemen Mutu Pendidikan untuk
guru dan kepala sekolah. Jakarta: Ardadizya Jaya,
2011.
137
Zazin, Nur. Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta, Ar-
Ruzz Media, 2011.