PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM...

153
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN PAMULANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) DISUSUN OLEH M. Dzikri Abdul Rohman NIM. 1113018200004 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM...

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI AL-IHSAN

PAMULANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

DISUSUN OLEH

M. Dzikri Abdul Rohman

NIM. 1113018200004

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

I

ABSTRAK

M. Dzikri Abdul Rohman (1113018200004). Peran Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG. Skripsi

program strata satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan budaya

disiplin siswa di sekolah bambu apus PAMULANG. Penelitian ini termasuk ke

dalam penelitian deskriptif kulaitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengungkapkan kejadian atau fakta, dan keadaan yang terjadi saat penelitian

berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara, angket, dan studi

dokumentasi.

berbicara budaya disiplin sekolah, dimana sekolah adalah sebuah

organisasi yang setiap anggotanya mempunyai tujuan yang di cita-citakan

bersama, maka kita juga akan akan berbicara tentang pimpinan organisasi

tersebut yakni kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkkan peran kepala

sekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar dan prilaku siswa.

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu kepala

sekolah harus bisa menanamkan prilaku disiplin kepada peserta didik, karena

disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang

berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan

yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Kepala sekolah di tuntut untuk kreatif dan beradaptasi dengan

perubahan-perubahan zaman. Kepala sekolah harus mengetahui budaya

sekolah mereka, mampu membentuk budaya disiplin yang baik dan pada

akhirnya tujuan yang di cita-citakan oleh sekolah dapat tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian ini menujukkan pengelolaan budaya

disiplin di MI Al-Ihsan Pamulang Sudah bagus, namun masih terdapat

kekurangan dari konisitensi dalam menegakkan peraturan. kepala sekolah

harus lebih berani mengontrol setiap elemen yang ada di sekolah. supaya

budaya disiplin di sekolah bisa meningkat dan kegiatan belajar mengajar bisa

lebih efektif. Setiap siswa juga bisa merasakan kenyamanan dalam

melaksanakan pembelajaran.

Kata Kunci: Budaya Disiplin, peran kepala sekolah

II

ABSTRACT

M. Dzikri Abdul Rohman (1113018200004). Role of School Principals in

Improving Student Discipline in MI Al-Ihsan PAMULANG. Undergraduate

thesis program (S-1), Education Management Department, Faculty of Tarbiyah

and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

2018.

This study aims to describe the disciplinary cultural activities of

students at Bambu Apus School PAMULANG. This research is included in

descriptive descriptive research, namely research that aims to reveal events or

facts, and the circumstances that occur when the research takes place by

presenting what actually happened. Data collection techniques through

observation, interviews, questionnaires, and documentation studies.

speaking of school discipline culture, where school is an organization

that each member has a common goal, then we will also talk about the

leadership of the organization, the principal. The results of the study show that

the role of the principal greatly influences student achievement and behavior.

Discipline is very important for students. Therefore the school principal

must be able to instill discipline behavior in students, because the discipline

will become a habit for students. People who are successful in their respective

fields generally have high discipline. Conversely people who fail, generally not

disciplined.

The principal is required to be creative and adapt to the changing times.

Principals must know their school culture, be able to form a good culture of

discipline and ultimately the goals aspired by the school can be achieved.

Based on the results of this study, the management of disciplinary

culture in MI Al-Ihsan Pamulang is already good, but there are still

shortcomings in the consistency in enforcing regulations. the principal must be

more courageous in controlling every element in the school. so that a culture of

discipline in schools can improve and teaching and learning activities can be

more effective. Every student can also feel comfortable in carrying out

learning.

Keywords: Discipline Culture, the role of the principal

III

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamiin Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani. Berkat ridho,

hidayah, dan inayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa di MI Al-Ihsan Pamulang”. Shalawat dan salam tak lupa tak

lupa penulis curahkan kepada junjungan ku, Baginda Rasulullah, Nabi

Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan skripsi ini berkat bantuan

dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu

dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebersar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan skripsi

ini. Dengan rendah hati penulis mengucapkan terimah banyak khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA,Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Uneversitas Islam Negeri Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy‟ari M.Pd, selaku ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.

Terima kasih atas pengarahannya dalam kuliah selama ini sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

3. Dr. Jejen Musfah, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Terima

kasih telah memberikan saran dan nasehat dalam perkuliahan selama ini.

4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih

banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, mengarahkan,

memberikan motivasi, nasihat, dan saran dalam bimbingan skripsi sehingga

pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan lancar dalam pengerjaan skripsi

ini.

5. Dr. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd selaku dosen pembimbing II. Terima kasih

banyak atas meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan motivasi,

nasihat, saran dan terutama memberikan ilmu-ilmu mendalam tentang arsip

IV

dalam bimbingan skripsi sehingga pengerjaan skripsi ini terselesaikan dengan

lancar.

6. Seluruh dosen FITK khususnya dosen Manajemen Pendidikan. Terima kasih

atas ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat, mendidik, memotivasi dan

membimbing penulis semoga ilmu yang telah diberikan berguna kedepanya.

7. Bapak Ali Daud S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Al-Ihsan Pamulang. Terima

kasih atas diberi pelayanan secara baik dalam proses penelitian selama

pengerjaan skripsi ini

8. Bapak Regista S.Pd sebagai informan penelitian di MI Al-Ihsan Pamulang.

Terima kasih atas informasi yang telah diberikan sehingga pengerjaan skripsi

dapat dikerjakan secara lancar.

9. Yang tercinta Bapa dan Mama yang telah mendukungku, menyemangati,

memotivasi, mendoakan dan selalu ada untuk penulis dalam pengerjaan

skripsi ini sehingga dapat dikerjakan dengan lancar.

10. adik tercinta, terima kasih atas dukungan dan doanya sehingga penulis

mendapatkan semangat dan motivasi pada pengerjaan skripsi ini.

11. Sahabat terdekat yaitu fikri, ade, irul, masluh, titin, erlita, dan indah Terima

kasih selalu memberi motivasi, menjadi tempat curhatan drama skripsi dan

selalu memberikan semangat sesama pejuang skripsi.

12. Teman-teman Manajemen Pendidikan 2013. Terima kasih atas dukungan, dan

doa nya selama ini, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

13. Keluarga PMII Manajemen Pendidikan Cabang Ciputat yang telah

memberikan dukungan dan semangat selama proses penulisan skripsi.

14. Untuk teman-teman dari PMII Cabang Ciputat yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan

memberi dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan doa dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung

dalam proses penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas semua jasa yang

telah mereka berikan dan menjadikannya sebagai amal shaleh. Amin

V

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih banyak kekurangan

yang terdapat dalam skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ciputat, September 2018

Penulis

VI

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. I

ABSTRACT ......................................................................................................... II

KATA PENGANTAR ......................................................................................... III

DAFTAR ISI ........................................................................................................ VI

DAFTAR TABEL ............................................................................................... IX

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... X

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah ..................................... 6

1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6

2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

3. Perumusan Masalah ............................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 7

1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori.......................................................................................... 9

1. Peran kepemimpinan kepala sekolah ................................................... 9

a) kepemimpinan ..................................................................................... 9

b) Kepala sekolah ................................................................................... 10

c) peran kepala sekolah .......................................................................... 11

VII

2. Meningkatkan kedisiplinan peserta didik .......................................... 23

a) Pengertian Disiplin ............................................................................ 23

b) Pentingnya Disiplin ........................................................................... 25

c) Disiplin Peserta Didik ........................................................................ 27

d) Disiplin dan tata tertib ....................................................................... 28

e) pembinaan Disiplin peserta didik ...................................................... 32

f) Problematika hukuman ...................................................................... 41

g) Kode etik peserta didik ....................................................................... 42

h) Pengadilan peserta didik...................................................................... 45

i) Hukuman Peserta didik...................................................................... 46

B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 48

C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 49

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 50

1. Tempat Penelitian .............................................................................. 50

2. Waktu Penelitian................................................................................ 50

B. Metode Penelitian ................................................................................... 51

C. Populasi dan sampel ................................................................................ 51

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 51

1. Observasi ........................................................................................... 51

2. Wawancara ........................................................................................ 52

3. Metode Kuisioner (Angket) ............................................................... 52

4. Studi Dokumentasi............................................................................ 54

E. Teknik Analisis Data............................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VIII

A. Gambaran Umum MI AL-Ihsan PAMULANG ...................................... 58

1. Profil sekolah dan letak Geografis ..................................................... 58

2. Sejarah berdirinya MI Al Ihsan Pamulang ....................................... 59

3. Visi, Misi MI Al_Ihsan PAMULANG .............................................. 61

B. Deskripsi dan Analisis Data .................................................................... 62

1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................................. 62

2. Kedisiplinan Siswa ............................................................................ 66

3. faktor yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah ......................... 73

4. Kendala-kendala pembinaan ............................................................. 75

C. Penyajian data Angket ............................................................................ 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 85

B. Saran ....................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

IX

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Rincian Kegiatan Penelitian ................................................................. 50

Tabel 3. 2 Pedoman Wawancara ........................................................................... 52

Tabel 3. 3 Pedoman Studi Dokumentasi ............................................................... 54

Tabel 4. 1 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang ....................................................... 69

Tabel 4. 2 Kepala sekolah bersama guru memberikan sanksi kepada siswa yang

tidak disiplin .......................................................................................................... 77

Tabel 4. 3 kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan ............................. 78

Tabel 4. 4 kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik disekolah ..... 78

Tabel 4. 5 kepala sekolah bersama guru menindak siswa yang tidak disiplin ...... 79

Tabel 4. 6 kepala sekolah memberikan teladan yang baik bagi siswa .................. 80

Tabel 4. 7 kepala madrasah bersama guru menetapkan aturan tata tertib ............. 80

Tabel 4. 8 kepala sekolah menjalankan aturan secara adil kepada seluruh siswa. 81

Tabel 4. 9 kepala madrasah selalu melibatkan guru dan orang tua menyelesaikan

persoalan siswa...................................................................................................... 82

Tabel 4. 10 Rekapitulasi hasil data angket ........................................................... 82

X

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 - LEMBAR UJI REFERENSI

LAMPIRAN 2 - SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

LAMPIRAN 3 - SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 4 - SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN

PENELITIAN

LAMPIRAN 5 - PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 6 - HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 7 - KEGIATAN BELAJAR DAN EKTRAKULIKULER

LAMPIRAN 8 – REKAP SISWA

LAMPIRAN 9 – ANGKET

LAMPIRAN 10 – HASIL ANGKET

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena

sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab itu, pendidikan

juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor

pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum

tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan

semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau

pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik, dan lain-lain.

Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik justru sangat ditentukan oleh

keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat

diartikan pembangunan manusia.1

Pendidikan lahir dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang

belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Melalui pendidikan manusia

berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar di wariskan

melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai

kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan

dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai

kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu,

pendidikan menjadi kebutuhan manusia.2

Adapun dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

1 Umar Tirtarahardja dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka

Cpta, 2008) h. 300 2 Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2014). h.1

2

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.3

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan

harus direncanakan dengan matang mulai dari kepala sekolah, guru,

metode belajar, bahkan mengenai budaya kedidiplinan di lingkungan

sekolah, agar terwujud suasana belajar dan mengajar yang aktif dan

efektif.

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan mutu,

perlu dikelola, diatur, ditata dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan

produk atau hasil secara optimal. Secara internal, Sekolah memiliki

perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sedangkan secara

eksternal, sekolah memiliki dan berhubungan dengan isntansi lain baik

secara vertikal maupun horizontal.

Untuk tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas,

maka diperlukan kerjasama yang baik antara setiap personel yang terdapat

disekolah, seperti kepala sekolah, guru, Tu, dan siswa. dan saling sinergi

antara lingkungan Sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai

salah satu lingkungan pendidikan harus senantiasa memperhatikan

kedisiplinan anak dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan khususnya

dalam setiap proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara

kepala Sekolah, guru, dan orang tua siswa dalam rangka menumbuhkan

atau membina kedisiplinan pada siswa.

Kepala sekolah merupakan satu komponen yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan, yang memiliki tanggung jawab lebih

dibandingkan dengan personel lainnya disekolah. Sekolah seperti

diberikan tanggung jawab yang berlebih untuk memajukan pendidikan

yang ia pimpin. Seperti diungkapkan supriadi (1998) bahwa “Erat

hubungannya antara mutu kepala Madrasah dengan berbagai kehidupan

3 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), h. 9

3

sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya

prilaku nakal peserta didik”.4

Dalam proses pelaksanaan pendidikan tentunya ada berbagai komponen

yang mampu untuk menunjang proses keberhasilan belajar mengajar.

Keberhasilan tersebut sangat dititik beratkan kepada kepemimpinan kepala

sekolah selaku direktur yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya

layaknya seorang leader ship. Begitupun komponen lain, dalam hal ini

guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang mampu

untuk mengkomunikasikan berbagai kepentingan dan kebutuhan proses

mengajar.

Dengan perkataan lain, kepala sekolah harus mampu memberikan suatu

pengaruh terhadap keyakinan peserta didiknya dalam pelaksanaan

pendidikan, karena hakikat imam baru akan sempurna jika dinyatakan

dengan amaliah yang nyata.

Salah satu aspek penting yang dapat menciptakan suasana yang

kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu proses

pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi

siswa selaku peserta didik di lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan

pengertian kedisiplinan bahwa “Kedisiplinan siswa dalam belajar perlu

diupayakan oleh kepala sekolah selaku pimpinan pendidikan di

lingkungannya dan dibantu oleh guru selaku tenaga pengajar dan pendidik.

Sekolah yang disiplin akan melahirkan kondisi yang baik, nyaman ,

tentram dan teratur. Istilah disiplin berasal dari kata yang sama dengan

„disciple‟ yang artinya seorang yang belajar dari atau secara sukarela

mengikuti seorang pemimpin.5 Disiplin pada dasarnya taat aturan pada

ketentuan yang berlaku.

Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan suatu sistem

yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan perintah atau

4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,

2003) h. 24 5 Choirun Nisak Aulia, “Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pedagogia,

Vol 2, 2013, h. 37

4

peraturan yang berlaku. Kemudian disiplin adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang

berlaku.

Dengan demikian dapat disimpulkan disiplin itu merupakan kesediaan

atau ketaatan seseorang untuk mematuhi aturan, tata tertib, norma yang

telah dibuat oleh pemimpin dan guru yang dilandasi oleh kesadaran dan

kesediaan dalam diri setiap siswa.

Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat belarti bagi kemajuan

sekolah. Disekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses

pembelajaran yang baik. Sebaliknya, disekolah yang tidak tertib

kondisinya akan jauh berbeda dari sekolah yang disiplin. Pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk

meperbaiki keadaan demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja

keras dari berbagai pihak untuk menubahnya, terutama kepala sekolah

yang sangat berperan sekali dalam mendisiplinkan siswa.

Salah satu cara mengukur kemampuan kepala sekolah dalam memimpin

sekolahnya adalah dalam mendisiplinkan siswa. Bahkan berhasil tidaknya

suatu sekolah dalam persoalan disiplin sangat tergantung kepada kepala

sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam lembaga pendidikan

tersebut. Oleh karenanya, disiplin dapat digunakan sebagai barometernya

dan kepala sekolah memiliki andil yang sangat besar dalam menjalankan

dan melaksanakan setiap peraturan yang dibuat dengan sebaik-baiknya.

Peran disiplin disuatu sekolah bertujuan agar semua siswa bersedia

dengan rela memenuhi dan mentaati segala peraturan dan tata tertib yang

berlaku tanpa ada paksaan. Kemudian, aturan tersebut diterapkan melalui

guru-guru kepada siswa, apabila guru-guru mampu melaksanakan aturan

yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah, seharusnya setiap siswa dapat

mengendalikan diri dan memenuhi semua norma yang berlaku, maka hal

ini dapat dijadikan sebagai modal untuk menentukan pencapaian dalam

pencapaian tujuan.

5

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang, telah menjalankan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai pemimpin.

Tetapi masih kurang dalam hal kordinasi dengan para guru. Sehingga

masih cukup tingginya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para

siswa.

Jadi sudah sepatutnya kepala sekolah harus mempunyai kordinasi yang

baik dengan guru, Untuk bisa meminimalisir setiap pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa dan para guru juga harus

mempunyai pendekatan yang baik pula dengan para murid, suapay guru

memgetahui apa saja penyebab para siswa tersebut melanggaran peraturan.

berdasarkan hasil pengamatan awal di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan

PAMULANG ada beberapa masalah yang sering dilanggar oleh para

siswa, Pelanggaran tersebut seperti:

1. Adanya siswa yang berkeliaran di luar sekolah pada jam pelajaran.

2. Masih adanya siswa yang tidak berpakaian rafi.

3. Masih adanya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

4. Masih adanya siswa yang menyerahkan tugas pribadinya melebihi

waktu yang telah ditentukan.

5. Adanya siswa yang mengganggu temannya pada saat jam pelajaran.

6. Adanya siswa yang datang terlambat.

Seperti kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini disiplin siswa

mengalami beberapa penurunan. Penurunan disiplin pada para siswa ini

dapat terjadi karena adanya beberapa faktor. Seperti masih terdapatnya

guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin disekolah, faktor keluarga,

faktor lingkungan atau faktor pergaulan. Selain itu juga banyaknya media

yang dengan mudah dijumpai atau dimiliki siswa dapat menjadi salah satu

penyebab menurunnya disiplin pada siswa. Adanya internet selain

mempunyai pengaruh posistif juga mempunyai pengaruh negative. Hal

ini dapat terlihat dari antusias anak menggunakan internet sebagai sarana

bermain dari pada untuk sarana belajar. Akibatnya disiplin belajar hilang

6

karena terlalu asyik menikmati internet dan kurangnya kesadaran dari

dalam dirinya untuk mengontrol prilakunya. Berprilaku tidak Disiplin

juga berpengaruh banyak terhadap menurunnya prestasi siswa.

Selain faktor lingkungan disiplin juga biasanya mengalami penurunan

karena faktor teman dekat, seperti karena kita terlalu menghargai teman

sehingga sering menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama-sama,

ketimbang belajar. Padahal keesokan harinya akan menghadapi ujian atau

ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Kondisi tersebut dapat

mengakibatkan prestasi sekolah menurun, yang nantinya akan membuat

guru, dan orang tua menjadi kecewa. Kelalaian atau ketidak disiplinan

dalam menyimak dan mengulang pelajaran seringkali membuat kita

mengambil jalan pintas, menyontek pada waktu ulangan. Padahal ini

hanya akan memperkeruh keadaan, menimbulkan persoalan baru seperti

sanksi dari guru atau semakin tidak mengertinya siswa terhadap suatu

pembelajaran.

Sehubungan dengan gejala diatas, penulis tertarik dan berkeinginan

untuk mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian ilmiah yang

berjudulkan “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

meningkatkan Mendisiplinkan Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan

PAMULANG”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, ada beberapa

permasalahan yang dapat diindentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya kordinasi antara kepala Madrasah dan guru dalam

menerapkan peraturan.

2. Kurangnya pendekatan dari kepala Madrasah dan setiap guru terhadap

prilaku para siswa.

3. Tidak adanya tindak lanjut dari setiap pelanggaran yang sudah

dilakukan oleh setiap siswa.

4. Masih terdapatnya guru yang tidak mencontohkan sikap disiplin di

dalam lingkungan Madrasah.

7

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dimaksudkan untuk menetapkan batasan-

batasan dan permasalahan yang akan diteliti. Bertitik tolak dari uraian latar

belakang masalah di atas yang diidentifikasi, maka dilakukan pembatasan

masalah agar tercapainya tujuan penelitian secara tepat yakni: Peran

Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mendisiplinkan Siswa di

Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan

PAMULANG.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang di hadapi oleh

kepala Madrasah dalam meingkatkan kedisiplinan siswa di Madrasah

Ibtidaiyah PAMULANG.

3. Mengetahui faktor pendukung peran kepala Madrasah dalam

mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan PAMULANG.

4. Mengetahui faktor penghambat peran kepala Madrasah dalam

mendisiplinkan siswa di Madrasah Ibtidaiyah PAMULANG.

5. Memberikan Masukan sebagai pertimbangan manajemen

Madrasahdalam menjaga kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah

PAMULANG.

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari skripsi ini adalah

sebagai berikut:

8

1. Bagi Madrasah, penelitian ini dapat memberikan sebuah ide atau

gagasan dalam upaya meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang

sering dilakukan oleh peserta didik.

2. Bagi kepala Madrasah, penelitian ini sebagai bahan informasi dalam

menyelesaikan permasalahan mengenai disiplin disekolah terkhusus

kedisiplinan siswa.

3. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan masukan untuk

menambah wawasan yang profesional bagaimana cara menangani

permasalahan-permasalahan yang sering dilakukan oleh para peserta

didik di lingkungan sekolah.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan

tentang penanganan kedisiplinan di lingkungan mereka tinggal.

5. Bagi penulis lainnya, penelitian ini sebagai informasi baru yang

berguna untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme dalam

menangani permasalahan-permasalahan kedisiplinan di Madrasah.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran Kepemimpinan Kepala sekolah

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk

mengambil langkah-langkah atau tindakan menuju suatu sasaran

bersama. Karena itu kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi

orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.6

Kepemimpinan dalam organisasi merupakan suatu hal yang sangat

menarik dibicarakan, baik berkaitan dengan peranan, fungsi, ataupun

gaya kepemimpinan. Berbagai hal yang melekat dalam kepemimpinan

berpengaruh pada aktivitas organisasi (baik organisasi Formal ataupun

Nonformal, organisasi Profit ataupun organisasi nonprofit) untuk

mencapai tujuan . organisasi Formal memiliki Struktur yang relatif

permanen, seperti pembagian kerja, baik secara berjenjang (vertikal)

maupun merata (horisontal). Organisasi nonformal memiliki struktural

semi permanen, mudah berubah dan berkembang, sehingga dapat

berbeda-beda antara jenis organisasi yang sama.

Organisasi dengan berbagai bentuk (formal atau non-formal)

memerlukan seorang pemimpin (leader). Seseorang yang mengemban

tugas sebagai pemimpin dalam melakukan kegiatannya memerlukan

kemampuan kepemimpinan (leadership). Menurut sejarah, masa

“kepemimpinan” muncul pada abad 18, dengan beragam definisi atau

pengertian yang dibuat.7

Kepemimpinan menurut surat keputusan Badan Administrasi

Kepegawaian Negara No.27 /KEP/1972 ialah kegiatan untuk

6Sri Purwanti, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Disiplin Kerja

Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur”,

Ejurnal Administrasi Negara, Vol 1, 2013, h. 212. 7 Alben Ambarita, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 52

10

menyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam

suatu pekerjaan. Kepemimpinan menurut surat edaran Kepala Badan

Administrasi kepegawaian Negara No.02/SE/1980 ialah kemampuan

seorang pegawai negeri sipil untuk menyakinkan orang lain sehingga

dapat dikerahkan secara optimal.8

Kepemimpinan adalah (cara atau teknik= gaya) yang digunakan

pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam

melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.9

Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern Public

Administration menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing

orang.10

Kepemimpinan adalah sebagai ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola

interaksi, hubungan peran, dan aktivitas posisi Administratif.11

Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas seseorang dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, secara terintegrasi untuk mencapai

tujuan dalam suatu organisasi, melalui proses sitematis dan melibatkan

atau adanya dukungan orang lain yang bersifat mengikuti atau

melaksanakan perintah, arahan, dorongan serta larangan kepada

anggota organisasi.12

2. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah terdiri dari Dua Kata Yaitu Kepala dan Sekolah.

Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah

lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan

8 Husaini Usman, manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009). H.280 9 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (Bandung: ALFABETA,2008). h.5

10 Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2016) h.57 11

Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: PT Indeks, 2015). h.3 12

Akif Khilmiyah, kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan

Implementasi di Madrasah, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2015). h. 6

11

sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses

pembelajaran, atau tempat di mana interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima palajaran.13

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh

orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun

yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui

prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang, pendidikan,

pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.14

Sebuah organisasi sudah barang tentu memiliki sejumlah komponen

yang terintegrasi serta terpadu. Efisiensi dan efektivitas tiap komponen

biasanya bersimbiosis bebas sesuai peran yang disyaratkan untuk suatu

tujuan tertentu. Organisasi dalam lingkup pendidikan misalnya,

senantiasa berhubungan bebas dengan pluralitas komponen untuk

mewujudkan visi dan misi serta target lembaga pendidikan tersebut.

Karenanya, kemajemukan komponen dalam melakukan transaksi

education diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai totalitas

kompetensi.15

3. Peran kepala Sekolah

Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat kompleks dan unik,

bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya

terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan

saling menetukan. Sedangkan sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah

sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh

organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah

karakteristik tersendiri di mana terjadi proses belajar menagajar,

tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.

13

Kompri, Manajemen Sekolah “Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 1 14

Wahjosumidjo, “Kepemimpinan Kepala Sekola “Tinjauan Politik dan

Permasalahannya”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) h. 84 15

Kompri, op. cit., h. 1

12

Karena sifatnya komplek dan unik tersebutlah sekolah sebagai

organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan

sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.

Peran kepala sekolah dalam mengerakan kehidupan sekolah untuk

mencapai tujuannya adalah peran yang sangat penting. Ada dua hal

yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut.

a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi

kekuatan penggerak kehidupan sekolah.

b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi

keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian pada staf dan

siswa.

Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat

Kompleks dan unik, tugas dan fungsi kepala sekolah dapat dipandang

sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain kepala sekolah dapat

berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin (leader), sebagai

pendidik (educator), sebagai supervisor dan kepala sekolah juga

berperan sebagai staf. Sebagaimana dijelaskan pada poin 1 di atas,

bahwa betapa luasnya makna dan rumusan pengertian kata pemimpin

dan banykanya variabel berarti yang terkandung atau kepemimpinan

tersebut memberikan indikasi betapa luasnya pula peran kepala

sekolah sebagai seorang pemimpin organisasi sekolah yang bersifat

kompleks dan unik.16

a. Kepala sekolah sebagai pejabat Formal

Menurut schermerhon yang dikutip oleh Qomari Anwar

(2002;99) bahwa di dalam lingkungan organisasi kepemimpinan

terjadi melalui dua bentuk:

1) Kepemimpinan formal (formal leadership) yang biasanya

dipilih melalui seleksi dengan persyaratan tertentu dan kriteria

tertentu yang menjadi bahan pertimbangan yang harus

diperhatikan betul seperti latar belakang, pengalaman, usia,

16

Ibid., h. 21

13

kepangkatan, pembinaan karier, masa jabatan atau golongan,

integritas, kepribadian atau harga diri.

2) Kepemimpinan informal yang biasanya diakui karena seseorang

memiliki kemampuan tertentu untuk membantu memecahkan

berbagai persoalan yang muncul di tengah masyarakat.

Jadi kepemimpinan formal terjadi, apabila di lingkungan

organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi

oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui seleksi.

Sedangkan informal terjadi di mana kedudukan pemimpin dalam

satu organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul karena

mempunyai pengaruh atau kecakapan di tengah-tengah organisasi.

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi

oleh orang lain tanpa disadari oleh pertimbangan-pertimbangan.

Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus

ditentukan melaui proses serta persyaratan-persayaratan tertentu

seperti: Latar belakang pendidikan, penagalaman, usia pangkat, dan

integritas. Oleh karena itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah

pejabat formal sebab pengangkatannya melalui proses dan prosedur

yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.

Don Hellriegel menjelaskan bahwa, ada tiga macam peran

pemimpin dilihat dari otoritas dan status formal seorang

pemimpin. Tiga macam peran seorang pemimpin tersebut yaitu:

Interpersonal, Informasional, dan Decisional Rules. Ketiga peran

tersebut apabila dikaitkan atau diintegrasikan kedalam status

formal kepala sekolah secara singkat dapat di jelaskan sebagai

berikut:

1) Peran hubungan antar perseorangan (Interpersonal roles) peran

ini timbul akibat otoritas dari seorang manajer meliputi:

a) Figurehead, belarti lambang. Dalam pengertian sebagai

lembaga kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu

14

melekat dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap lambang

sekolah.

b) Kepemimpinan (leadership) peran sebagai pemimpin

mencerminkan tanggung jawab sekolah untuk

menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah,

sehingga lahir kerja dan produktivitas yang tinggi.

c) Penghubungan (leasion) dalam fungsi ini kepala sekolah

berperan menjadi penghubungan antara kepentingan

sekolah dengan lingkungan luar sekolah.

2) Peran Informasional (Informasional roles). Kepala sekolah

berperan menerima dan menyebarluaskan atau meneruskan

informasi kepada guru, staf, siswa dan orang tua siswa. Dalam

fungsi informasional inilah kepala sekolah berperan sebagai

“pusat urat syaraf” (nerve senter) sekolah.

3) Berbagai pengambilan keputusan (Desicional Roles). Ada

empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil

keputusan. Yaitu:

a) Entrepreneur. Dalam peran ini kepala sekolah selalu

berusaha untuk memperbaiki penampilan sekolah melalui

berbagai macam pemikiran program-program yang baru.

b) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance

Handler) gangguan yang timbul pada suatu sekolah tidak

hanya diakibatkan kepala sekolah yang tidak

memperhatikan situasi, tetapi bisa juga akibat kepala

sekolah yang tidak mampu mengantisipasi semua akibat

pengambilan keputusan yang telah diambil.

c) Orang yang menyediakan segala sumber (a Resource

Allokater). Kepala sekolah bertanggung jawab untuk

menetukan siapa memperoleh atau menerima sumber-

sumber yang telah disediakan. Sumber yang dimaksud

15

meliputi sumber daya manusia, dana peralatan dan berbagai

kekayaan sekolah lainnya.

d) A Negotiator Rules. Dalam fungsi ini kepala sekolah harus

mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah

dengan pihak luar. Menjalin dan memenuhi kebutuhan baik

untuk sekolah maupun dunia usaha.17

b. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik. (Educator)

Arti dari definisi pendidik dapat digali dari berbagai sumber di

antaranya dalam kemampuan individu, kamus besar bahasa

indonesia pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan

mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga pendidikan

dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Salah satu fungsi selaku kepala sekolah adalah sebagai pendidik.

Dan jika di hubungkan dengan definisi dari berbagai sumber di

atas, peran kepala sekolah sebagai pendidik merupakan peran yang

sangat berat dan sekaligus mulia.

Wahjosumidjo menjelaskan, sebagai seorang pendidik seorang

kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan

meningkatkan paling tidak empat macam nilai:

1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak

manusia.

2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk

mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang

diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan.

3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau

badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriyah.

17

Ibid., h. 22

16

4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia

terhadap seni dan keindahan.

Suatu hal yang harus diperhatikan oleh sikap kepala sekolah

terhadap peranannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok

yaitu: sasaran atau kepada siapa prilaku sebagai pendidik itu

diarahkan dan bagaimana peranan sebagai pendidik itu

dilaksanakan.

Ada 3 tugas utama yang dilakukan oleh seorang pendidik yaitu:

enlight, educate, empower. Ketiga hal utama itu akan melahirkan

iman, ilmu, dan amal. Apa yang dilakukannya mencerahkan. Dia

mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan

mempunyai kekuatan yang tangguh untuk menaklukkan dirinya

sendiri. Dia harus mampu memimpin dirinya sendiri sebelum

memimpin orang lain. Selain itu, kepala sekolah yang ideal adalah

kepala sekolah yang memiliki sifat kenabian seperti sidiq, tabligh,

amanah, dan fatonah. Dia mampu berbuat jujur, tidak pernah

berdusta, mampu berkomunikasi dengan baik, bertanggung jawab,

cerdas. Dia memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi dan pantang

mengeluh. Dia merupakan simbol dari perjuangan seorang guru

tangguh berhati cahaya.

c. Kepala sekolah sebagai manajer

Seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya

adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang

pengendali. Keberadaan manajer suatu organisasi sangat

diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan

organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam

pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina

dan mengembangkan karier-karier sumberdaya manusia,

memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar

organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

17

Menurut stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer

yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para

manajer:

1) Bekerja dengan, dan melalui orang lain.

2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan.

3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi

berbagai persoalan.

4) Berpikir secara realistik dan konseptual.

5) Adalah juru penengah

6) Adalah seorang politisi

7) Adalah seorang diplomat, dan

8) Pengambil keputusan sulit.

Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh stoner

tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apa

pun, termasuk kepala sekolah sehingga kepala sekolah yang

berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan

kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada

pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya

manusia, seperti para guru, staf, siswa, dan orang tua siswa, dana,

sarana, serta suasana dan faktor lingkungan di mana sekolah itu

berada.

Hersey membedakan ketiga macam jenjang manajer, yaitu: top

manager, middle manager, dan supervisory manager. Masing-

masing jenjang manager memerlukan tiga keterampilan tersebut.

Demikian pula peran kepala sekolah sebagai manager sangat

memerlukan ketiga macam keterampilan tersebut.

Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat

melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus

memahami dan mampu mewujudkannya kedalam tindakan atau

perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga keterampilan

tersebut:

18

1) Tehnical Skills

a) Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur,

dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.

b) Kemampuan untuk memamfaatkan serta mendayagunakan

sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung

kegiatan bersifat khusus tersebut.

2) Human Skills

a) Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan

proses kerja sama.

b) Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap, dan motif

orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.

c) Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.

d) Kemampuan menciptakan kerjasama efektif, kooperatif,

praktis, dan diplomatis.

e) Mampu berprilaku yang dapat diterima.

3) Conceptual Skills

a) Kemampuan analisis.

b) Kemampuan berpikir rasional.

c) Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi.

d) Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu

memahami berbagai kecendrungan.

e) Mampu mengantisipasi perintah.

f) Mampu menganalisis macam-macam kesempatan dan

problem-problem sosial.

d. Kepala sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung

jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran

di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai dan

mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan

fungsinya sebagai administrasi pendidikan.

19

Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu

mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut kedalam pengelolaan

sekolah yang dipimpinnya. Menurut ngalim purwanto, fungsi yang

harus dilaksanakan kepala sekolah selaku administrator yaitu:

1) Membuat perencanaan, salah satu fungsi utama dan pertama

yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah adalah membuat

dan penyusun perencanaan. Paling tidak setiap kepala sekolah

harus membuat rencana tahunan. Setiap tahun menjelang tahun

ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah siap menyusun

rencana yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya.

2) Menyusun organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai

administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah

yang dipimpinnya. Melaksanakan pembagian tugas, serta

wewenagnya kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai

dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan

disepakati bersama.

3) Bertndak sebagai kordinator dan pengarah. Adanya kordinasi

serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat

menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak

sehat antar bagian atau antar personel sekolah.

4) Melaksanaan pengelolaan kepegawaian, yang mencakup di

dalamnya penerimaan dan penempatan guru dan pegawai

sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai sekolah,

usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi atau

promosi guru dan pegawai sekolah.

Semuanya yang telah dibicarakan diatas memerlukan adanya

kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan bijaksana disertai

pengawasan dan pembinaan yang tepat dan berkelanjutan.

e. Kepala sekolah sebagai supervisor

Supervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi

pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur

20

maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala

sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya18, seperti yang

dikemukakan oleh ngalim purwanto, bahwa yang termasuk kategori

supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, pemilik

sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupaten/kota madya serta

staf kantor bidang yang ada di tiap provinsi. Oleh karena itu, salah

satu fungsi kepemimpinan kepala sekolah adalah fungsi supervisor

terhadap guru-guru dan pegawai lainnya. Kegiatan pengawasan

kepala sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan

bagian yang integral terhadap keseluruhan proses kegiatan

pendidikan lainnya, sehingga tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai dengan efektif dan

efisien melalui kegiatan guru-guru sebagai para pelaksananya.

Tugas dan kewajiban kepala sekolah di samping mengatur

jalannya sekolah, juga harus dapat bekerja sama secara harmonis

dengan guru-guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dalam proses pembelajaran. Ia berkewajiban membangkitkan

semangat staf dan guru-guru, pegawai dan siswanya,

mengembangkan kurikulum sekolah, memperhatikan dan

mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawainya,

merumuskan rencana sekolah dan tahun bagaimana

melaksanakannya. Tugas-tugas kepala sekolah seperti itu adalah

bagian dari fungsi-fungsi supervisi (pengawasan) yang menjadi

kewajibannya sebagai pemimpin sekolah.

Dalam penerapannya di lapangan secara umum kegiatan

pengawasan kepala sekolah tersebut meliputi kegiatan meneliti,

menilai, memperbaiki, membina dan bekerja sama dengan guru-

guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh

karena itu pada hakikatnya, tujuan pengawasan kepala sekolah ini

adalah untuk membina dan membimbing guru-guru dalam

18

Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 84

21

memperbaiki dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang

optimal sehingga mendukung tercapainya tujuan pendidikan

sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kurukulum. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan

kepala sekolah bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki

kesalahan atau penyimpangan terhadap kegiatan yang dilakukan

oleh guru-guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajar.

Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa

karakteristik:

1) Pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan sifat dan

kebutuhan organisasi.

2) Pelaksanaan pengawasan diarahkan kepada menemukan fakta-

fakta tentang bagaimana tugas-tugas yang dijalankan.

3) Pelaksanaan pengawasan mengacu kepada tindakan perbaikan.

4) Pelaksanaan pengawasan harus bersifat fleksibel.

5) Pelaksanaan pengawasan harus dapat dipahami.

f. Kepala sekolah sebagai pemimpin (Leader)

Kata “memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan,

menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan. Sebagaimana telah

dijelaskan juga sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan

kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh atau kiat

memengaruhi orang lain sehingga mereka dengan penuh kemauan

berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah selaku

seorang pemimpin harus mampu memengaruhi, membujuk dan

menyakinkan para bawahannya yaitu guru-guru dan karyawan agar

mereka dengan penuh kemauan serta sesuai dengan kemampuan

secara maksimal berusaha mencapai tujuan organisasi. Kepala

sekolah merupakan contoh teladan dalam setiap perilaku bagi

semua bawahan dalam lingkungannya.

22

g. Kepala sekolah sebagai Staf

Di samping peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal yang

mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dan

memberikan instruksi atau perintah, kepala sekolah juga berperan

sebagai staf. Karena keberadaan kepala sekolah dalam organisasi

yang lebih luas atau di luar sekolah berada di bawah kepemimpinan

pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung yang berperan

sebagai atasan kepala sekolah. Oleh sebab itu, sebagai bawahan,

seorang kepala sekolah juga melakukan tugas sebagai staf, artinya

seorang yang bertugas membantu atasan dalam proses pengelolaan

organisasi.

Pengertian membantu atasan, mengandung arti memberikan

saran, pendapat, pertimbangan serta nasihat dalam merencanakan,

dan mengendalikan kegiatan, pengambilan keputusan dan kegiatan

manajemen lain, memecahkan masalah yang dihadapi,

mengordinasikan kegiatan oprasional dan melakukan penilaian.19

Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam membantu

atasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala

sekolah selalu:

1) Melihat, memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk

maju.

2) Memberikan informasi yang dipelukan tentang sebab-sebab dan

akibat suatu tindakan.

3) Memiliki perasaan prioritas, cara berpikir tepat waktu,

strategisc, perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang

lain.

4) Menyadari kedudukannya sebagai pemikir (Brainpower), dari

pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan pemberi

perintah.

19

Kompri, op.cit., h. 32-37

23

B. Kedisiplinan peserta didik

1. Pengertian Disiplin

Disiplin punya makna dan konotasi tersendiri yang berbeda- beda.

Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman, pengawasan,

kepatuhan, latihan, kemampuan tingkah laku.20

Tim kelompok kerja gerakan disiplin nasional 1995, merumuskan

pengertian disiplin sebagai berikut: disiplin sebagai ketaatan terhadap

peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara

yang berlaku , yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin,

sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan

keyakinan bahwa bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa

hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.21 Pada sisi lain,

menurut Martsiswati dan suryono menjelaskan bahwa disiplin

merupakan suatu ketaatan terhadap peraturan yang telah disepakati

bersama, sehingga disiplin perlu untuk diajarkan sedini mungkin

kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang

berlaku di masyarakat. Dengan memiliki perilaku disiplin, siswa akan

lebih mudah dalam memecahkan masalahyang dihadapi dihidupnya

dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Sehingga, siswa yang memiliki perilaku disiplin diharapkan dapat

membentuk pribadi dan sosial yang baik.22

Rumusan tersebut menekankan disiplin sebagai alat dan sarana

untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola perilaku

seseorang sebagai peribadi yang berada dalam satu lingkungan atau

kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanyakesadaran

20

Piet sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah, (Surabaya:

Usana Offset, 1994), cet 01, h. 126 21

Siti Haryuni, “Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam Membentuk

Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri”, Jurnal Edukasia, vol. 8, 2013, h. 396 22

Jihan, Hariyono, dan M. Ramli, “Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam Kedisiplinan

Siswa SD”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, 2016, h. 669

24

batin dan iman kepercayaan bahwa yang dilakukan itu baik dan

bermanfaat bagi diri dan lingkungan.23

Sedangkan Ibnu Suwandi dan Anno D. sanjari menjelaskan secara

rinci mengenai pengertian disiplin sebagai berikut:

a. Latihan yang memperkuat

Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat,

terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan

kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-

latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat

pada penanaman disiplin dikalangan Angkatan Bersenjata. Ibadah

puasa dapat di golongkan sebagai suatu latihan dalam arti

peneneman disiplin yang tujuannya untuk mempertinggi daya

kendali diri.

b. Koreksi dan sanksi

Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi dan snksi

terutama di perlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai

tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat

dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk

memperbaiki kesalahan dan snksi. Keduanya harus dilaksanakan

secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan

pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati

bersama.

c. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan

Orang-orang yang disiplin adalah orang-orang yang mampu

mengendalikan dirinya. Demikian ketertiban masyarakat,

pembinaan disiplin harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan teknologi dan tingkat perkembangan masyarakat

perpaduan antara ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu

aturan tata laku.

d. Sistem aturan dan tata laku

23

Siti Haryuni, loc. Cit.

25

Setiap kelompok manusia (masyarakat) atau bangsa selalu

terikat pada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama

anggotanya maupun masyrakat, bangsa atau negara. Jika ingin

masyarakat atau bangsa iitu disebut disiplin, dalam setiap

peraturan harus melihat perkembangan teknologi dan

perkembangan masyarakat. Karena disiplin tidak dapat

ditanamkan dalam wkatu yang singkat, karena pembinaan generasi

yang dimulai dari lingkungan keluarga khusunya pada masa anak-

anak adalah masa yang paling peka bagi pembentukan watak

manusia. Berdasarkan prinsip ini maka pembinaan disiplin melalui

pemanfaatan lembaga formal maupun non formal sangat penting

artinya.24

2. Pentingnya Disiplin

Perilaku negatif sebagian remaja, pelajar, dan peserta didik pada

akhir-akhir ini telah melampaui batas kewajaran karena telah menjurus

pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral

agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan

masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikatakan wajar, jika prilaku itu

dilakukan dalam rangka mencari identitas diri, serta tidak membawa

akibat yang membahayakan kehidupan orang lain dan masyarakat.

Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab

mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan penuh

pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan

kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk

kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a. Membantu peserta didik mengembangkan pola prilaku untuk

dirinya.

b. Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya.

24

M. Yusuf, “Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran

Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen”. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol

25, 2016, h. 172

26

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan

disilin.25

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menanamkan

kedisiplinan, seperti kedisiplinan saat belajar mengajar. Karena

disiplin belajar merupakan salah satu faktor pendukung proses belajar

mengajar dengan baik. Sardiman menegaskan bahwa disiplin dalam

pendidikan sangat diperlukan untuk menjaga suasana belajar dan

mengajar berjalan dengan lancar serta menciptakan pribadi yang kuat

bagi peserta didik. Disiplin dapat mengajarkan anak untuk melakukan

yang baik dan benar serta menghindari perbuatan yang tidak baik

sehingga dapat menjadi investasi atau berdampak seumur hidup.26

Winataputra menjelaskan bahwa disiplin itu perlu di ajarkan

kepada siswa dengan alasan sebagai berikut:

a. Disiplin perlu diajarkan serta di pelajari dan dihayati oleh siswa.

Agar siswa mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dan mampu

mengendalikan diri sendiri tanpa di control guru.

b. Disiplin sebagai mana diakui oleh pakar sejak dahulu, merupakan

titik pusat dari tingkat ketercapaiannya dalam menerapkan

disiplin yang sempurna.

c. Tingkat ketaatan siswa yang sangat tinggi terhadap aturan kelas

lebih-lebih jika ketaatan itu tumbuh dari diri sendiri, bukan

dipaksa, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang

kondusip, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa

terpaku untuk belajar.

25

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, ( Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2009) h. 123 26

Angelia Prasastha Widi nugraheni, “Meningkatkan Disiplin Belajar Di Kelas Melalui

Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis” Jurnal Pendidikan Penabur, No 21, 2013,

h.15

27

d. Kebiasaan untuk mentaati aturan dalam kelas akan memberi

dampak lebih lanjut bagi kehidupan di dalam aturan yang ada

dalam masyarakat.27

3. Disiplin peserta didik

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia

harus di tanamkan secara terus menerus maka disiplin tersebut akan

menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil

dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan

yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang

memberikan pengertiam sesuai dengan sudut pandang mereka.

Menurut The Liang Gie disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana

orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.28

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa

disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam

keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu

pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.

Adapun pengertian peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan

teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap

sekolah secara keseluruhan.

Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun

berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta

didik di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau

duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang

27

Mardia Bin Smith, “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap Disiplin

Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara”, jurnal Penelitian dan

pendidikan, Vol 8, 2011, h. 26 28

Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)

h. 172

28

mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa

yang dikehendaki guru, dan tidak boleh dibantah. Dengan demikian,

guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang

harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut

dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh guru.

Kedua, disiplin yang di bangun berdasarkan konsep permissive.

Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan

seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah di

longgarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta

didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik.

Konsep permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian.

Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrim.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan

yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin

demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik

untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah

ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep

otoritarian dan permissive di atas.29

4. Disiplin dan Tata tertib

Disiplin merupakan bagian dari solusi yang mampu menjadikan

norma-norma aturan dapat teraplikasikan secara benar dan tepat

sasaran, sehingga proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

menjadi kondusif. Peran sekolah dalam membentuk disiplin siswa

menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang mendambakan kemajuan.

Sekolah yang selalu menambakan kemajuan. Sekolah yang selalu

menegakkan disiplin kepada siswanya maka akan mampu menjadi

sekolah yang berkualitas.

Tu‟u menjelaskan bahwa membudayakan disiplin dalam kehidupan

sekolah pada siswa dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan

siswa di luar sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan

29

Ali Imron, op. cit., h.173

29

kehidupan teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi

unsur yang fundamental tersebut akan berpengaruh pada kemajuan

pembangunan, martabat dan mengantarkan pada kesejahteraan bangsa.

Menurut Tu‟u alasan yang menjadi dasar pentingnya disiplin dalam

kegiatan disekolah adalah sebagai berikut:

Pertama, disiplin yang muncul karena kedaran diri, maka siswa

akan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya siswa yang seringkali

melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat oleh

optimalisasi potensi dan prestasinya. Kedua, tanpa disiplin yang

baik, suasana sekolah menjadi kurang kondusif bagi kegiatan

pembelajaran. Ketiga, disiplin merupakan cara bagi siswa untuk

belajar.

Disiplin disekolah sangat penting untuk mendidik siswa berprilaku

sesuai dengan norma yang telah ditentukan. Disiplin siswa disekolah

merupakan cerminan langsung dari kepatuhan siswa dalam melakukan

peraturan yang ada di sekolah. Kepatuhan siswa dalam menjalankan

segala peraturan yang berlaku dapat mendukung terciptanya kondisi

belajar mengajar yang nyaman, efektif dan berguna sehingga dapat

mencapai hasil yang optimal.

Pembentukan disiplin siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa, dan kondisi

sekolah. Guru memiliki peranan penting untuk pembentukan disiplin

siswa. Hal ini karena guru memiliki kewajiban untuk mendidik,

mengajar dan membimbing siswa untuk berprilaku yang baik sesuai

dengan nilai dan norma yang ada dimasyarakat. Guru diharapkan

mampu membentuk pribadi siswa yang berbudi luhur dan

meningkatkan disiplin siswa di sekolah. Dengan membiasakan siswa

bersiakap disiplin suasana sekolah akan menjadi teratur dan tertib

sehingga nantinya diharapkan apabila siswa sudah terbiasa bersikap

disiplin maka ini akan mewujudkan perubahan yang lebih baik

kedepannya.

Pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui aktifitas

intrakulikuler, kokulikuler maupun ekstrakulikuler. Pembentukan

30

disiplin melalui intrakulikuler dapat dilakukan melalui

pengintegrasian terhadap mata pelajaran dan tata tertib.30

Pada hakikatnya tat tertib sekolah baik yang berupa umum maupun

khusus meliputi tiga unsur:

a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan dilarang.

b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau

pelanggar peraturan.

c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan atau subjek

yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.31

Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau

aturan yang harus di patuhi setiap warga sekolah tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaannya tata tertib

sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika kepala sekolah, guru,

aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib

sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan

mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan

disekolah.

Peraturan sekolah adalah berupa tata tertib, di dalamnya terdapat

kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat

dilingkungan sekolah. Dari pengertian diatas Dapat dipahami bahwa

tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di

sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan

efisien.

Penegakan tata tertib di sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini

dikarenakan dengan melakukan implementasi tata tertib di sekolah

dapat mengurangi tindakan-tindakan negatif dari siswa seperti

terlambat datang sekolah atau kebiasaan membolos. Dengan

30

Dewi & Totok, “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk Disiplin Siswa

di SMP NEGERI 28 Surabaya”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, 2014, h. 344 31

Leli Siti Hadianti, “Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap

Kedisiplinan Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol 02, 2008, h. 3

31

melakukan penegakan disiplin yang ketat melalui implementasi tata

tertib dapat menjadikan siswa untuk terbiasa bersikapp disiplin

sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat dikurangi. Oleh

karena itu, sekolah harus menjalankan tata tertib dengan konsisten

baik guru maupun siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas

tingkah laku siswa.32

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tata tertib sekolah:

a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan

pertama dan utama dalam menetukan perkembangan pendidikan

seseorang., dan tentu saja merupakan faktor peratama dan utama

pula dalam menentukan belajar seseorang.

b. Faktor lingkungan sekolah

Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar

mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di

sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat

mulai dari tTK hingga perguruan tinggi.

c. Faktor lingkungan masyarakat

1) Kegiatan siswa dala masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam

masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan

pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka

akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur

waktu.

2) Teman bergaul. Pengaruh ini siswa lebih cepat masuk dalam

jiwanya. Dari pada yang kita duga. Teman yang baik

membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan

teman teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka

begadang, pecandu rokok, dan sebagainya maka berpengaruh

sifat buruknya.

32

Dewi & Totok, op. cit h. 344

32

3) Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan

masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,

terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan

moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak

terpelajar, pejudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan

yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang

berada di lingkungan itu.33

5. Pembinaan disiplin peserta didik.

Seorang kepala sekolah, para guru, dan tenaga fungsional yang

lain, menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah adalah menyediakan

program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuahan

hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan kebutuhan

masyarakat serta kepentingan individu siswa.

Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, oleh

sebab itu para siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya

di dalam proses belajar mengajar, melainkan juga dalam kegiatan

sekolah.

Langkah tepat harus diambil kepala sekolah dan para guru harus

mengembangkan pengertian yang lebih besar dari dan memahami isi

hati para siswa, untuk melibatkan para siswa secara aktif di dalam

berbagai keputusan. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para

siswa tersebut adalah kegiatan-kegiatan di luar kurikuler atau kegiatan

ekstrakurikuler.

Tanggung jawab legal kepada kepala sekoah dalam hal ini

mengadakan pengendalian kehadiran para siswa, penerapan disiplin,

kebebasan mengemukakan pendapat dan menghormati proses hak-hak

seluruh siswa secara tepat.34

Pembinaan disiplin peserta didik, kita dapat menganalisis:

33

Leli Siti Hadianti op. cit h. 4 34

Wahyusumidyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2007), h. 239

33

a. Disiplin Kelas

Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi

kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin

memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam

batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan

siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka

siswa akan berontak dan mengalami frustasi kecemasan.

Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas

yang baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh

pada aturan main/ tata tertib yang ada, sehingga dapat terlibat

secara optimal dalam kegiatan belajar. Kelas yang disiplin tidak

sama dengan kelas yang tenang.

Penanggulangan pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan:

1) Pengenalan siswa

2) Tindakan korektif yang meliputi:

a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah.

b) Do not bargain.

c) Gunakan kontrol kerja.

d) Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas

3) Tindakan penyembuhan

b. Tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik

dalam kelas

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan

disiplin yang baik untuk membantu mengembangkan disiplin yang

baik di kelas, yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan

Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan

konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Jauh sebelum siswa

datang, guru harus mencoba meramalkan organisasi apa yang

diperlukan dan menentukan bagaimana merespons masalah

yang tak terelakkan.

34

2) Mengajar Siswa Bagaimana mengikuti Aturan

Pekerjaan ini harus dimulai dari hari pertama masuk kelas.

Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini

menujukkan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas

adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin

yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru

harus mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik.

Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari

semua kejadian.

3) Merespon Secara tepat dan Kontruktif Ketika Masalah Timbul

(seperti yang selalu guru lakukan). Contoh, apa yang akan kita

lakukan ketika siswa menantang kita terbuka dimuka kelas;

ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana

menyelesaikan masalah yang sulit; ketika kita menangkap

seorang siswa yang mencontek, ketika seorang siswa hilang,

dan tidak mau berpartisipasi.

c. Fungsi dan Tujuan pembinaan peserta didik

Adapun secara khusus, pembinaan kesiswaan dotujukan untuk

memfasilitasi perkembangan peserta didik (siswa) melalui

penyelenggaraan program bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan,

agar peserta didik dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan di bawah

ini:

1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa

Bentuk kegiatannya antara lain:

a) Pelaksanaan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya

masing-masing.

b) Kegiatan-kegiatan keagamaan.

c) Peringatan hari-hari besar keagamaan.

d) Perbuatan amaliah.

e) Bersikap toleran terhadap penganut agama lain.

35

f) Kegiatan seni bernapaskan keagamaan.

g) Lomba yang bersifat keagamaan.

2) Kepribadian utuh dan budi pekerti yang luhur.

Kegiatannya dalam bentuk pelaksanaan:

a) Tata tertib sekolah

b) Tata krama dalam kehidupan sekolah.

c) Sikap hormat kepada guru, orang tua, sesama siswa, dan

lingkungan masyarakat.

3) Kepemimpinan.

Kegiatan kepemimpinan antara lain siswa dapat berperan aktif

dalam Osis, kelompok belajar, kelompok ilmiah, latihan dasar

kepemimpinan, forum diskusi, dan sebagainya.

4) Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan.

Dalam hal ini bentuk kegiatannya, antara lain:

a) Keterampilan menciptakan suatu barang menjadi lebih

berguna

b) Kreativitas dan keterampilan di bidang elektronika,

pertanian/perkebunan, pertukangan kayu atau batu, dan tata

laksana rumah tangga (PKK).

c) Kerajinan dan keterampilan tangan.

d) Koperasi sekolah dan unit produksi.

e) Praktek kerja nyata.

f) Keterampilan baca-tulis.

5) Kualitas jasmani dan kesehatan.

Kegiatannya dapat dalam bentuk:

a) Berprilaku sehat di lingkungan sekolah, rumah, dan

masyarakat.

b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

c) Kantin sekolah.

d) Kesehatan mental.

e) Palang merah remaja (PMR).

36

f) Pembiasaan 5 K (keamanan, kebersihan, ketertiban,

keindahan, dan kekeluargaan.)

6) Seni-Budaya.

Kegiatannya dapat dalam bentuk:

a) Wawasan keterampilan siswa di bidang seni suara, tari,

rupa, musik, drama, fotografi, sastra, dan pertunjukkan.

b) Penyelenggaraan sanggar seni.

c) Pementasan/pameran berbagai cabang seni.

d) Pengenalan dan apresiasi seni-budaya bangsa

7) Pendidikan pendahuluan bela negara dan wawasan

kebangsaan.

Bentuk kegiatannya antara lain:

a) Upacara bendera.

b) Bakti sosial/masyarakat.

c) Pertukaran pelajar.

d) Baris-berbaris.

e) Peringatan hari besar bersejarah bangsa.

f) Pelestarian lingkungan.35

d. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Penanggulanagan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan

secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara

penanggulanagan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap

memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya,

apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut

mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan,

dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi

peserta didik. Di samping itu juga harus tetap menjaga perasaan

kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau

emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin

kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor

35

Badruddin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT INDEKS, 2014). H. 53

37

lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru

juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar

kebiasaan dsiplin di sekolah yang henadak dipelihara itu semakin

tumbuh sumbur.

Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin

kelas, yaitu:

1) Teknik Inner Control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru

dalam membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini

menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dari pada

akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam

peserta didik itu sendiri (self dicipline). Dengan kata lain

peserta didik di harapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri.

2) Teknik External Control

Teknik external contol yaitu mengendalikan diri dari luar

berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam

menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengaeasan (yang

kadang perlu di perketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman

terhadap setiap pelanggaran).

3) Teknik Cooperative Control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan

dengan bekerja sama guru dengan peserta didik dalam

mengendalikan situasi kelas kearah terwujudnya tujuan kelas

yang bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling

mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib.

Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan

disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan individual peserta

didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (intropeksi

diri) dan pengendalian dirinya (Self control). Karena itu teknik

cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik

inner control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).

38

e. Membentuk Disiplin Sekolah

Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar

siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat

terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan

siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan

kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan

situasi sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut

disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting dalam

membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan

dan menjaganya.

1) Bagaimana cara merancang kedisiplinan sekolah?

a) Penyusun rancangan harus melibatkan guru, staf

administrasi, wakil siswa, dan wakil orangtua siswa.

Dengan ikut menyusun, diharapkan mereka merasa

bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya.

b) Rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah.

Artinya, disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari

tujuan sekolah.

c) Rancangan harus singkat dan jelas, sehingga mudah

dipahami. Jika rancangan cukup panjang perlu dibuat

rangkumannya.

d) Rancangan harus memuat secara jelas daftar prilaku yang

dilarang beserta sanksinya. Sanksi yang diterapkan harus

yang bersifat mendidik dan telah disepakati oleh siswa,

guru, dan wakil orangtua siswa.

e) Peraturan yang telah disepakati bersama harus

disebarluaskan, misalnya melalui rapat, surat

pemberitahuan, dan majalah sekolah sehingga semua pihak

terkait memahaminya. Jika perlu dilakukan “kampanye”

untuk itu,

39

f) Kegiatan yang terkait dengan aktifitas siswa, harus

diarahkan dalam pembentukan disiplin sekolah.

2) Jika rencana sudah jadi, bagaimana agar dapat terlaksana

dengan baik?

Peraturan dapat terlaksana dengan baik, perlu dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut.

a) Memasyarakatkan peraturan tersebut, sehingga mendapat

dukungan berbagai pihak.

b) Yakinkan guru, siswa dan orangtua bahwa peraturan

tersebut dapat menumbuhkan kedisiplinan warga sekolah.

c) Berilah kepercayaan kepada guru, staf administrasi untuk

melaksanakan kedisiplinan sehari-hari.

d) Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan antara

lain dengan mengunjungi kelas.

e) Menjadi teladan, dengan berprilaku disiplin sesuai dengan

peraturan, di setiap tempat dan setiap waktu.

f) Segera atasi jika ada pelanggaran, dengan menetapkan

sanksi secara konsisten. Dorong guru untuk memberi

peringatan jika tampak ada gejala penyimpangan dari siswa.

g) Secara periodik dilakukan peninjauan kembali, untuk

mengetahui apakah peraturan tersebut masih cocok atau

perlu penyempurnaan.

3) Apakah masih ada catatan di samping langkah-langkah

tersebut?

Di samping langkah-langkah diatas, masih ada strategi yang

perlu dijalankan yaitu:

a) Berilah penghargaan kepada guru, karyawan, dan siswa

yang berprilaku disiplin, baik secara perorangan atau

kelompok. Penghargaan dapat berupa piagam atau

diumumkan dalam suatu acara tertentu atau yang lainnya.

40

b) Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai, sesuai

dengan budaya setempat. Misalnya: jika memberi kritik,

kritik pelakunya dan bukan orangnya, fokuskan pada

kerjasama dan kompetisi yang sehat, dan hindari kata-kata

dan hukuman fisik.

c) Bangunlah rasa kepedulian, dan kebersamaan di sekolah,

dengan menyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik

bersama, sehingga baik buruknya sekolah, termasuk

disiplin, merupakan tanggung jawab semua pihak.

d) Ikut sertakan orangtua siswa, sehingga mereka dapat

mendorong anaknya untuk berprilaku disiplin, baik

disekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan ini,

orang tua tidak akan kaget jika ternyata anaknya

mendapatkan sanksi dari sekolah.

e) Ikut sertakan osis. Seringkali siswa lebih mudah menerima

jika diingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan osis,

diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingat antar

siswa.

f) Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa

merasa aman disekolah. Untuk itu periksa situasi

lingkungan sekolah dan temukan di mana kemungkinan

terjadi gangguan.

g) Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan

darurat dan bila perlu keadaan tersebut dilaporkan ke pihak

yang berwajib.

h) Buatlah daftar siswa yang bermasalah (peta siswa) agar

mereka memperoleh pembinaan khusus.

i) Lakukan evaluasi tentang pelaksanaan kedisiplinan melalui

pertemuan warga sekolah.36

36

Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 95

41

6. Problematika Hukuman

Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan

hukuman. Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada

kesalahan dan bertujuan agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan

demikian mengandung nilai positif. Menghukum tidak sama dengan

balas dendam atau bertindak sewenang-wenang.

a. Macam hukuman

1) Hukuman badan.

2) Penahanan di kelas.

3) Menulis sekian kali.

4) Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan,

pelajaran).

5) Lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman, dsb.

Perlu diingat bahwa berdasarkan penelitian, pengaruh ganjaran

atau reinforcement lebih kuat dari pada hukuman, karena itu

sebaiknya guru lebih banyak memberi ganjaran atau reinforcement

kepada siswa dari pada menghukumnya.

Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang

perlu, kendati pun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari

ganjaran yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan

kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Hukuman di berikan secara hormat dan penuh pertimbangan.

2) Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan.

3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau

emosional.

4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada

akhir kejadian.

5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah atau fisik.

6) Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan

dilakukan oleh seseorang.

42

7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman.

8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.

9) Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah.

10) Jangan menggunakan standar hukuman ganda.

11) Jangan mendendam.

12) Konsisten dengan pemberian hukuman.

13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.

14) Jangan memberi hukuman berdasarkan selera.37

7. Kode Etik Peserta didik

Kode etik (ethical code), adalah norma-norma yang mengatur

tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan

tertentu, yang berisi rumusan baik-buruk, boleh-jangan, terpuji-tidak

terpuji, yang menjadi pedoman dalam suatu lingkungan tertentu. Kode

etik juga berasal dari kata kode dan etik. Kode berarti simbol atau

tanda, sedangkan etik adalah norma, nilai, kaidah, dan ukuran bagi

tingkah laku manusia.38

Kode etik peserta didik adalah aturan-aturan, norma-norma yang

dikenakan kepada peserta didik, berisi tentang hal yang boleh

dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan, tentang baik dan buruk,

tentang benar dan tidak benar, layak dan tidak layak, aturan tersebut

bisa dalam bentuk tulisan yaitu peraturan yang berlaku, dan bisa juga

dengan tidak tertulis yang di dalamnya terdiri dari tradisi atau budaya

yang harus ditaati dalam dunia pendidikan.

a. Tujuan Kode Etik

1) Merupakan standar tingkah laku yang dijadikan sebagai

pedoman bagi peserta didik di sekolah tertentu. Standar itu

sendiri amat penting diterapkan di suatu sekolah karena peserta

didik tidak homogen akan tetapi berasal dari berbagai latar

belakang dan kultur yang berbeda.

37

Ibid 38

Ali Imron, op. cit., 163

43

2) Agar tercipta kesamaan bahasa, gerak dan langkah antara

sekolah, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Kesamaan

arah sangat penting agar semuanya seirama untuk menuju pada

tujuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan peserta didik.

3) Menjungjung tinggi citra peserta didik, karena dengan adanya

ucapan, tingkah laku, perbuatan serta sikap yang pantas. Hal itu

juga pada akhirnya akan meningkatkan citra lembaga

pendidikan itu sendiri.

4) Menciptakan suatu aturan yang ditaati bersama, khususnya

peserta didik demikian juga oleh seluruh civitas akademika.

Hal itu untuk menjaga harkat dan martabat peserta didik secara

keseluruhan.

5) Mengajarkan serta menerapkan aturan yang harus di taati,

sehingga kita harus selalu menjaga kepentingan orang lain

dengan tidak berprilaku yang sesuai aturan, serta mengajarkan

bahwa ketika berprilaku kita harus memperhitungkan dan

melakukan instropeksi diri apakah prilaku kita sudah sesuai

dengan aturan atau tidak.

b. Isi yang Terkandung pada Kode Etik

1) Pertimbangan dan atau rasionalitas mengapa kode etik tersebut

harus diterapkan serta di taati.

2) Standar tingkahlaku yang layak ditampilkan oleh peserta didik,

baik ketika ada disekolah, dilingkungan keluarga mauapun di

lingkungan sekolah.

3) Kedisiplinan yang wajib diikuti oleh peserta didik, seperti

kapan waktunya disekolah, kapan waktunya dirumah, kapan

waktu belajar, waktu istirahat.

4) Pakaian yang seperti apa yang patut/ layak dipakai

dilingkungan sekolah.

5) Apa saja yang wajib dilakukan oleh peserta didik berkaitan

dengan lembaga pendidikan/sekolah.

44

6) Bagaimana hubungan peserta didik dengan guru, kepala

sekolah, personalia lainnya, dengan teman (junior dan senior,

orang tua, masyarakat pada umumnya, tamu yang datang ke

sekolah dll.

c. Proses penyusunan kode etik

1) Mengundang wakil-wakil peserta didik yang terdiri dari

mereka yang duduk secara formal dalam struktur organisasi

sekolah dan mereka yang menjadi tokoh non-formal.

2) Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyusun kode

etik peserta didik, dengan memberikan bahan serta arahan

seperti pentingnya kode etik, tata cara penyusunan kode etik,

isi yang terkandung dalam kode etik, serta kemungkinan sanksi

bagi yang melanggar.

3) Sampaikan masukan-masukan pada konsep kode etik yang

telah disusun, maksudnya masukan tersebut akan mereka

utarakan, seakan memiliki dan bertanggung jawab terhadap

kode etik tersebut.

4) Berikan kepada peserta didik untuk menjadi tim perumus kode

etik, dan menawarkan kepada mereka apakah memerlukan

pembimbing untuk mendampingi mereka merumuskan kembali

konsep yang sudah mendapatkan banyak masukan.

5) Konsep akhir kode etik hendaknya di tandatangani oleh ketua

tim perumus dan ditanda tangani oleh ketua OSIS yang

selanjutnya diajukan kepada kepada kepala sekolah untuk

mendapatkan pengesahan.

6) Ketika sudah sampai di tangan kepala sekolah kemudian di

sahkan melalui surat keputusan (SK), maka sejak itu kode etik

sah untuk diberlakukan dan ditaati, berlaku sampai batas waktu

yang telah ditentukan.

7) Kode etik yang telah disahkan disosialisasikan kepada seluruh

peserta didik, yang menjadi pedoman peserta didik dalam

45

berperilaku, dan tentu saja pelanggaran yang terjadi akan di

kenakan sanksi tergantung dari kesepekatan yang ada.39

8. Pengadilan peserta didik

Pengadilan peserta didik (student court’s) adalah suatu lembaga

pengadilan yang ada disekolah yang bertugas mengadili peserta didik

yang mempunyai kesalahan atau tidak mentaati peraturan yang ada.

Jadi apabila ada anak yang telah melakukan kesalahan tidak langsung

diberikan sanksi akan tetapi harus dilakukan persidangan di

pengadilan. Dengan memakai asas praduga tidak bersalah, maka

sebelum dijatuhkan vonis maka ia tidak dapat disebutkan bersalah

akan tetapi hanya sebagai tersangka. Dimana dalam persidangan

tersebut diperlukan:

a. BAP yang bertugas untuk menulis berita acara pemeriksaan.

b. Penuntut peserta didik.

c. Hakim bagi peserta didik.

d. Saksi.

e. Pembela.

f. Pemeriksa/hakim.

g. Tersangka.

Tugas dari pemeriksa adalah melakukan pemeriksaan terhadap

kesalahan apasaja yang diperbuat oleh peserta didik, kemudian dicatat

dalam BAP. Penuntut bertugas untuk melakukan tuntutan kepada

peserta didik sesuai dengan BAP yang diterima. Dewan hakim

bertugas untuk menentukan vonis yang harus dijatuhkan kepada

peserta didik yang terbukti bersalah, berdasarkan masuka dari BAP,

tuntutan penuntut umum, pembela dan keterangan saksi. Pembela

bertugas untuk melakukan pembelaan terhadap peserta didik yang

menjadi kliennya, sedangkan saksi bertugas untuk memberikan

kesaksian berdasarkan apa yang ia lihat.

39

Eka Prihatin, op. cit., h. 100

46

Keputusan final yang telah di jatuhkan dapat dipertanyakan

kembali oleh tersangka, apakah ia menerima putusan tersebut atau

tidak, dan apabila peserta didik merasa keberatan dengan vonis

tersebut maka ia berhak untuk mengajukan banding dala arti vonis

tersebut di tinjau kembali.

9. Hukuman Peserta Didik

Setelah vonis dijatuhkan kepada peserta didik, maka hukuman yang

dijatuhkan kepada peserta didik siap direalisasikan, dimana realisasi

ini sangat penting kerana vonis, hal itu akan menjatuhkan wibawa dari

pengadilan peserta didik tersebut.

Hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh peserta didik

sebagai akibat dari pelanggraran pada aturan-aturan yang telah

ditentukan. Sanksi tersebut dapat berupa material maupun non

material.

Tujuan dari hukuman itu sendiri adalah sebagai alat pendidikan.

Intinya hukuman itu sendiri harus berhasil mendidik peserta didik

untuk tidak melakukan pelanggaran kembali, hukuman juga bisa

menunjukkan bahwa kode etik yang dibuat itu sungguh-sungguh

dijalankan sesuai dengan perencanaan semula.

Langeveld yang dikutipdari buku Ali Imron memberika pedoman

hukum sebagai berikut:

a. Punitur, qunnia no peccatum yang artinya adalah dihukum karena

memang peserta didik bersalah.

b. Punitur no peccatum, artinya adalah agar peserta didik tidak lagi

berbuat kesalahan.

Ada beberapa macam hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan

dikelas, dan menghilangkan privalage, denda dan sanksi tertentu.

Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang,

mencubit, menyepak, push up, lari, di jemur di matahari dsb, hukuman

demikian sebaiknya tidak dipergunakan karena hal itu terbukti tidak

efektif untuk mengubah perilaku peserta didik, di samping itu

47

hukuman tersebut bisa menyeret seorang tenaga pendidik ke

pengadilan keran peserta didik tidak terima perlakuan tersebut.

Penahanan dikelas adalah jenis hukuman yang diterapkan kepada

peserta didik atas pelanggaran yang dilakukan, akan tetapi hukuman

kelas ini bisa efektif dan bisa juga tidak, dikatakan efektif manakala

hukuman tersebut dikaitkan dengan beban pekerjaan yang bersifat

mendidik seperti, mengerjakan soal, menyapu kelas, melakukan

pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan atau laboratorium. Yang

dimaksud menghilangkan privalage adalah pencabutan hak-hak

istimewa yang berada pada diri peserta didik, hal itu perlu dilakukan

agar peserta didik mengetahui bahwa setiap keslahan tidak boleh

diperbuat dan tidak boleh diulangi.

Hukuman denda dikenakan kepada peserta didik sepanjang hal

tersebut dalam batas kewajaran/kemampuan peserta didik. Dengan

adanya denda diharapkan peserta didik tidak akan mengulangi

kesalahannya, dan pembayaran denda tersebut harus diikuti dengan

pemberian kwitansi/tanda terima.

Sanksi lain yang dapat dilakukan adalah skors untuk beberapa hari

bagi peserta didik yang melakukan pelanggaran, prosedur pemberian

skorsing adalah di mulai dengan teguran, peringatan ringan, keras,

lisan dan tertulis.

Hukuman lain yang biasa dilakukan oleh seorang guru adalah

dengan menatap tajam siswa, memberikan teguran dengan tembusan

kepada orang tua atau wali, penyampaian secara lisan maupun tulisan

yang pasti hendaknya hukuman tersebut tidak di berlakukan dalam

keadaan si penghukum sedang marah.40

40

Ibid

48

C. Kerangka berfikir

Input Proses Output

Kondisi yang ada

1. Kurangnya

kordinasi antara

kepala sekolah

dan guru dalam

menerapkan

peraturan

2. kurangnya

pendekatan dari

kepala sekolah

dan guru

terhadap

prilaku siswa.

3. Tidak adanya

tindak lanjut

dari setiap

hukuman atas

pelanggaran

yang sudah

dilakukan oleh

setiap siswa.

4. Masih

terdapatnya

guru yang tidak

mencontohkan

sikap disiplin di

dalam

lingkungan

sekolah.

Masalah

Kurang

optimalnya

peran

kepemimpinan

kepala sekolah

dalam proses

mendisiplinkan

siswa.

Harapan

1. Budaya disiplin

yang baik akan

meningkat

kegiatan belajar

dari setiap

siswa.

2. Budaya disiplin

akan

mempengaruhi

karakter dari

setiap siswa

agar lebih patuh

terhadap

peraturan yang

ada

lingkungannya.

3. Budaya disiplin

dapat

meminimalisir

pelanggaran-

pelanggran yang

dilakukan oleh

para siswa.

4. Meningkatnya

kedekatan dari

kepala sekolah

dan guru

terhadap semua

siswa.

5. Setiap siswa

bisa

mempalajari

tentang

kedisiplinan di

luar kegiatan

belajar

mengajar.

Strategi

a. Pengembangan

budaya

sekolah dan

pusat kegiatan

belajar.

b. Menerapkan

kegiatan ko-

kurikuler dan

kegiatan ekstra

kulikuler.

49

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Selama ini penelitian yang mengkaji tentang kedisiplinan telah ada

yang meneliti. Meningkatkan kedisiplinan melalui keteladanan pada murid

Raudhatul At-fhal Az-zahra Kecamatan Kandis Kabupaten Siak oleh Sri

Astuti.

Kemudian penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahmad wafi tahun

2017 mengenai Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Budaya Disiplin

Peserta Didik di Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan

dengan hasil mengenai kedisiplinan belum berejalan efektif. Karena pihak

sekolah beralasan bahwa masih ada saja peserta didik yang melanggar tata

tertib peraturan. pelanggaran seperti datang terlambat ke sekolah, dan

berpakaian tidak sesuai aturan masih terus menerus dilnaggar oleh peserta

didik.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa penilitian di atas

memberikan suatu gambaran bahwa kedisiplinan siswa di atas sudah disiplin

akan tetapi perlu ditingkatkan, sedangkan penelitian penulis lakukan siswa

belum disiplin maka, apa tindakan kepala sekolah dalam mendisiplinkan siswa

serta faktor pendukung dan penghambat peran kepala sekolah mendisiplinkan

siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Pamulang.

50

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Setelah mempertimbangkan beberapa hal, maka peneliti memilih MI Al-Ihsan

Pamulang sebagai objek penelitian untuk penulisan skripsi ini.

2. Waktu Penelitian

Tabel 3. 1

Rincian Kegiatan Penelitian

No Jenis

Kegiatan

Bulan Ket sep

tember

Okto

ber

Nov

Des

Jan

Feb

Maret

April

Mei

Juni

Juli

1 Observasi

Pendahuluan

2 Bimbingan

dengan Dosen

Pembimbing

3 Pembuatan

Instrumen

Penelitian

4 Wanwancara

dan

Pengambilan

Data

Lapangan

51

5 Pengolahan

dan Analisis

Data

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survey reseach),

yaitu penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus),

terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun metode penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini juga merupakan library Reseach

(penelitian lapangan) karena peneliti mengadakan kajian dengan mencari dan

membaca buku-buku untuk mendalami teori yang berkenaan dengan masalah

yang diteliti. Selain itu skripsi ini juga merupakan Field Reseach (penelitian

lapangan) karena peneliti mengadakan penelitian langsung ke MI Al-Ihsan

Pamulang.

Adapun Penelitian Ini bersifat Deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisis

data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang sesuai

dengan permasalahan yang dimaksud.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah 1 orang, dikarenakan

populasinya sedikit dan tidak memungkinkan untuk mengambil sampel, tetapi

sangat di perlukan sumber data yang bisa mendukung penelitian ini maka penulis

mengambil data dari 30 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi, prasarana dan tata

tertib. Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah, sarana dan

prasarana serta penegakan hukum dari tata tertib yang yang sudah di tetapkan.

52

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban

responden. Wanwancara ini dapat dilakukan langsung maupun tidak langsung

dengan sumber data.

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan sekolah

diantaranya kepala sekolah, kepala bagian kesiswaan, guru dan siswa untuk

mengetahui dan mendapatkan informasi tentang Peran Kepala sekolah dalam

mendisiplinkan Siswa di MI Al-Ihsan pamulang.

Tabel 3. 2

Pedoman wawancara

Obyek penelitian Aspek Indikator

Kepala sekolah Sejarah 1. Sejarah awal

berdirinya sekolah

2. Visi, misi, dan tujuan

sekolah

Pengelolaan budaya

disiplin

1. Keadaan budaya

disiplin

2. Upaya untuk

menciptakan budaya

disiplin

3. Program yang di

laksanakan

4. Mengadakan

pertemuan dengan

wali murid

membahas tentang

kedisiplinan

5. Penerapan tata tertib

Pelaksanaan 1. Factor yang

53

mempengaruhi

terciptanya

kedisiplinan

Hasil 1. Respon wali murid

Guru Penerapan budaya disiplin 1. Pelaksanaan

pembelajaran

2. Kinerja kepala

sekolah

3. Penerapan tata tertib

4. Pengawasan kepada

prilaku siswa

5. Tanggapan tentang

adanya peraturan

HAM

Siswa Prilaku siswa 1. Tanggapan siswa

tentang prilakunya

sendiri

2. Konsekuensi bila

melanggar peraturan

3. Tanggapan terhadap

kinerja kepala

sekolah

4. Tanggapan tentang

prilaku guru

3. Metode Kuesioner (Angket)

Metode Kuesioner adalah suatu daftar yang bersisikan rangkaian

pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.41

Angket ini untuk siswa, teknik ini penulis lakukan dengan cara mengajukan

41

Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 76

54

sejumlah pertanyaan kepada responden yaitu siswa dengan myediakan

alternatif jawaban untuk memperoleh data mengenai peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah

catatan tertulis yang isisnya pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang

atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi

sumber data, bukti informasi kealamiahan untuk memperluas pengetahuan

terhadap sesuatu yang diselidiki.42

Pada tahap ini penulis mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, pedoman dan sebagainya yang

berkaitan dengan Peran Kepala Sekolah.

Tabel 3. 3

Pedoman Studi Dokumentasi

NO Dokumentasi

1 Profil dan letak geografis

2 Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang

3 Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang.

4 Struktur Organisasi MI Al-Ihsan Pamulang.

5 Keadaan Guru dan Kependidikan MI Al-Ihsan Pamulang.

6 Keadaan siswa MI Al-Ihsan Pamulang.

7 Sarana dan Prasarana MI Al-Ihsan Pamulang.

8 Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data merupakan suatu yang digunakan untuk menguraikan

keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat

dipahami.

42

Ibid., h. 183.

55

Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala

sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siwa di MI Al-Ihsan Pamulang , maka

data yang peneliti peroleh dari angket diolah dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengelolaan data, yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu

meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya. Dalam

tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian.

2. Tabulating dan skorsing

Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk

memasukan jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasenya

untuk kemudian di analisis. Setelah data dibuat dalam tabel kemudian semua

pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya dengan cara jawaban yang

berupa huruf akan diubah menjadi nilai angka sebagai berikut:

a) Jawaban A, diberi nilai 3

b) Jawaban B, diberi nilai 2

c) Jawaban C, diberi nilai 1

Adapun data-data yang diperoleh dari wawancara diolah tanpa menggunakan

daftar tabulasi dan angka prosentase. Dalam hal ini penulis mendeskrisikan data-

data tersebut secara sistematis, logis dan bermakna kemudian di padukan dengan

data-data yang diperoleh dari angket.

3. Analiting dan Interpretasi

Dalam menganalisis data penelitian, penulis menyesuaikan dengan tujuan

yang akan di capai dari penelitian ini, yakni berdasarkan jenis data yang

dikumpulkan. Adapun data itu berupa data kualitatif yang kemudian diubah

menjadi data kuantitatif, dengan menggunakan rumus statistik prosentil

(prosentase) setelah sebelumnya data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi

jawaban responden untuk setiap alternatif, dengan rumus sebagai berikut:

56

P = F/N x 100%

Keterangan

P = Angka presentasi

K = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Case (jumlah responden)43

Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya penulis mengkatagorikan hasil

angket mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa tersebut berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu:

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan ketika sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian

kuliatatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan

dengan pengumpulan data.44

Dalam hal ini digunakan predikat kategori: berperan

Baik sekali, Baik, Sedang, Rendah, dan Rendah seali.

81% - 100% : Baik sekali

61% - 80% : Baik

41% - 60% : Sedang/cukup

21% - 40% : Rendah

0% - 20% : Rendah sekali

Demikian metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini.

4. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.

43

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43

44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011)

Cet.11, h.245.

57

5. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antyar katagori, flowchart dan sejenisnya.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

6. Conclusion Drawing/ Verification

Pada tahap ini dalam analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan demikian dalam

penelitian kuaitatif mungkin menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mukngkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada di lapangan.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PE,BAHASAN

A. Gambaran Umum MI Al-Ihsan PAMULANG

Berikut ini merupakan profil objek penelitian di MI Al-Ihsan

PAMULANG diantaranya:

1. Profil dan Letak Geografis

a. Identitas Madrasah

1) Nama Madrasah : MI AL – IHSAN Pamulang

2) Nama Yayasan : AL – IHSAN

3) Kepala madrasah : Ali Daud, S.Pd

4) NSM : 111236740051

5) Jenjang : Madrasah Ibtidaiyah / SD

6) Status : Swasta

7) Tahun Berdiri : 1974

8) Alamat : Jl. Bambu Apus Raya Komplek

Departeman Agama Bambu Apus, Kec.

Pamulang. Tangerang Selatan.

9) Desa/Kelurahan : Bambu Apus

10) Kecamatan : Pamulang

11) Kabupaten / Kota : Tangerang Selatan

12) Provinsi : Banten

13) Telepon : [021] 7428430

b. Keadaan Madrasah

1) Luas Tanah : 1850 m2

2) Luas yang sudah dibangun : 1430 m2

3) Luas Tanah yang masih bias dibangun : 0 m2

4) d. Luas halaman : 420 m2

c. Gedung

Bangun gedung yang tersedia

59

1) Ruang Kelas [Atas] : 8 ruang [standar]

2) Ruang Kelas [Bawah] : 6 ruang [non standar]

3) Ruang Kelas lantai 11 [Atas] : 2 ruang [standar]

4) Ruang Kepala : 1 ruang [ ukuran : 4x4 m ]

5) Ruang Guru : 1 ruang [ ukuran : 5x7 m ]

6) Ruang TU : 1 ruang [ ukuran : 4x7 m ]

7) WC Guru : 1 ruang [ ukuran : 2x3 m]

8) WC Siswa : 10 ruang

9) Perpustakaan : 1 ruang

10) Dapur : -

11) Kantin : 1 ruang

12) UKS : 1 ruang

13) Gudang : 1 ruang

2. Sejarah berdirinya MI Al-Ihsan Pamulang

Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) AL – IHSAN Pamulang berdiri tangga

1 Juni 1999. Madrasah Ibtidaiyah ini berada di bawah naungan

Yayasan AL – IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Agama.

Madrasah ini merupakan peralihan dari Sekolah Dasar AL – IHSAN

yang berafiliasi ke Departemen Pendidikan Nasional yang beroperasi

tahun 1986 – 1999. Atas pertimbangan pengurus yayasan, SD Islam ini

berubah menjadi Ibtidaiyah yang kelas satunya dimulai pada Tahun

Pelajaran 1999 / 2000.

Tanggal 1 september 1999, Pengurus Yayasan AL – IHSAN

yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Mustoha, MA dan sekretarisnya

Bapak Drs. H.Idris Elby, MA mengangkat Bapak Drs. Agus Sunardi,

salah seorang guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri

Pamulang, sebagai Kepala Sekolah untuk Madrasah Ibtidaiyah ( MI )

dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Bapak Drs. Agus Sunardi

menggantikan Bapak H.M. Idris sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah

60

( MI ) dan Ibu Dra. H. Yenni Triasih sebagai Kepala Sekolah

Menengah pertama (MTs). Kemudian diangkat pula Bapak Yatiman,

pensiunan Pegawai Departemen Agama, sebagai Kepala Tata Usaha

(TU). Mulai saat itulah kedua sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala

sekolah, yaitu Bapak Drs. Agus Sunardi yang masih berstatus sebagai

guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.

Pagi hari Bapak Drs. Agus Sunardi bertugas sebagai Kepala

Sekolah di Yayasan AL – IHSAN dan sore hari bertugas sebagi guru

dinas pada Madrasah Tsanawiyah ( MTs) Negeri Pamulang.

Kemudian tanggal 5 Juni 2003 Bapak Drs. Agus Sunardi, resmi

diangkat oleh pemerintah sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah

(MTs) AL – IHSAN Pamulang berdasarkan Surat Keputusan Kepala

Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Banten, Nomor :

Kw.28/I/Kp.076/ 483/ 2003 tertanggal 05 Juni 2003, yang

ditandatangani oleh Kepala Kanwil Bapak Drs. H. M. Suroh, M.Si

atas nama Menteri Agama. Sejak saat itu Bapak Drs. Agus Sunardi

resmi sebagai kepala sekolah difinitif yang diperbantukan pada

yayasan AL – IHSAN dan tidak lagi sebagai guru pada Madrasah

Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.

Seiring perkembangan zaman dan sejalan dengan visi Madrasah

Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN Pamulang, yaitu Unggul Dalam

Prestasi dan Berakhlakul Karimah, Madrasah yang didukung oleh

pengurus yayasan terus berbenah diri dengan menyiapkan berbagai

fasilitas yang memadai dan berupaya meningkatkan kualitas

lulusannya. Alhamdu lillah, pada tahun Pelajaran 2011/ 2012

Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN Pamulang bukan hanya

memiliki Laboratorium Komputer besrta jaringan internet on line,

bahkan sekolah ini mendapatkan bantuan perangkat Laboratorium

IPA, Laboratorium Bahasa, Perangkat Pembelajaran IPS dan Jaringan

Berbasis Pembelajaran dari Kementerian Agama Republik Indonesia.

Selain itu sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang professional,

61

muda, cakap dan berpengalaman serta berpendidikan S1 dan S2.

Mereka loyal dan berdedikasi tinggi menjalankan tugasnya dalam

mengemban amanat orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan

amanat Allah Subhanahu Wata‟ala.

Dengan jerih payah dan dedikasi tinggi dari seluruh pendidik dan

tenaga kependidikan disertai dengan tekad baik dari para siswa dan

peran orang tua siswa, alumni Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL – IHSAN

Pamulang ada yang telah lulus sarjana dari Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM )

Yogyakarta, dan ada pula yang masih berstatus sebagai mahasiswa

UGM, UIN, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Tri Sakti dan

Fakultas Kedokteran Universitas Syekh Kuala, Sumatra Utara, dan

mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya.

Pengurus yayasan sebagai penyelenggara pendidikan, unsur

pimpinan madrasah, dewan guru dan karyawan-karyawati terus

berupaya mengembangkan misinya, yaitu memberikan sumbangan

kepada Bangsa dan Negara dengan cara membentuk,

menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan untuk

membina umat secara mantap dan terencana serta dijiwai oeh ajaran

Islam.

3. Visi dan Misi MI Al-Ihsan Pamulang.

a. Visi Madrasah

“Unggul Dalam Prestasi Dan Berakhlakul Karimah”

b. Misi Madrasah

Mengacu pada visi madrasah di atas, maka misi yang akan dirumuskan

oleh Madrasah AL – IHSAN Pamulang adalah sebagai berikut :

1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif

2) Melasanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif

dan efisien

3) Mengembangkan sikap dan prilaku sopan, tanggung jawab,

62

jujur dan dapat dipercaya

4) Menumbuhkan semangat keuanggulan secara intensif bagi

seluruh warga madrasah

5) Mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa secara

maksimal mealui kegiatan ekstrakurikuler

6) Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana

7) Mengembangkan dan membiasakan perilaku disiplin warga

madrasah

B. Deskripsi dan analisis data

1. Peran kepemimpinan kepala sekolah

Sekolah adalah sebuah lembaga yang bersifat komplek dan unik,

bersifat kompleks karena seolah sebagai organisasi di dalamnya

terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan

saling menetukan. Sedangkan unik, menunjukkan bahwa sekolah

sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh

organisasi-organisasi lain. Sekolah sebagai salah satu organisasi yang

bersifat komplek dan unik membuat setiap kepala sekolah harus

menjalankan peran yang sangat ektra di berbagai bidang. Baik itu yang

berhubungan dengan pemerintah, guru, siswa, wali murid dan

masyarakat.

a. Peran kepala sekolah sebagai pendidik

Dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidikan,

kepala sekolah senantiasa harus bisa menciptakan budaya yang

baik di lingkungan sekolah. hasil wawancara guru MI Al-Ihsan

Pamulang menunjukkan bahhwa iklim yang baik itu di ciptakan

dengan memberikan contoh yang baik kepada setiap elemen yang

ada di sekolah, terutama kepada para siswa. kepala sekolah kita

termasuk orang yang leadership. Dia suka berinisiatif untuk datang

lebih awal sambil awal untuk mengawasi kegiatan greeting. Beliau

juga memberi teladan yang baik seperti yang di katakan bapak

Sodikin “bapak kepala sekolah suka memberikan contoh tentang

63

kebersihan, Dia ga pernah malu dia nyapu dan ngepel semuanya

dia lakukan”45

Menjalankan peran sebagai pendidik tidaklah semudah yang

dibayangkan, selain harus memberikan teladan yang baik, kepala

sekolah sebagai pendidik juga harus dapat memberikan

memberikan dorongan dan nasehat kepada seluruh warga sekolah

khusunya guru dan para siswa agar dana meningkatkan kinerja

guru serta meningkatkan semangat belajar dari setiap siswa.

b. Peran kepala sekolah sebagai manajer

Melakukan peran fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif. kepala sekolah

membuat program “pertama masuk tepat waktu. Jam 7 anak-anak

sudah harus masuk. Yang terlambat menunggu, di haruskan membaca

doa melalui guru piket. Setelah selesai membaca doa anak-anak di

persilahkan masuk dan siswa yang terlambat di catat. Kalau dia

mengulang lagi maka kemudian dikenakan sangsi.

Pada saat jam masuk sekolah juga kami mengadakan greeting (cium

tangan). Jadi setengah jam sebelum masuk guru piket harus udah stay

di gerbang untuk melaksanakan greeting. Greeting ini salah satu cara

disiplin dan tatakrama. Dan juga guru sebagai orang yang melayani

kemudian anak merasa di hormati dan di hargai. Karena saat mereka

masuk gerbang sudah di sambut oleh para guru.

Yang kedua shalat duha pada hari jum‟at stelah shalat ada

penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur‟an dan

yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil.

Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin.”46

kepala sekolah sekolah MI Al-Ihsan Pamulang seharusnya

membuat suatu strategi diantaranya:

45

Hasil wawancara dengan bapak Sodikin S.Pd pada hari kamis 11 mei 2018 46

Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

2018

64

1) Kepala sekolah melakukan kerjasama yang baik dengan guru

dalam pembuatan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang

terjadi di sekolah. seperti terus mengadakan evalusi

pembelajaran sertiap seminggu sekali, dengan memfokuskan

satu minggu dalam sebulan khusus membahs tentang

kedisiplinan.

2) Kepala sekolah mendorong semua guru untuk melakukan tugas

Disamping kepala sekolah bekerja sama dengan guru-guru

dalam penyusunan tata tertib dan penegakkan pelanggran yang

terjadi di lingkungan sekolah, kepala sekolah juga mendorong

guru-guru melaksanakan tugasnya secara professional penuh

dengan tanggung jawab.

3) Kepala sekolah mendorong guru agar terus melakukan

perbaikan dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Kepala sekolah sebagai administrator

Kepala sekolah sebagai administrator harus mampu menerapkan

kemampuannya dalam tugas-tugas operasionalnya. Seperti halnya

kepala sokolah MI Al-Ihsan Pemulang, ada beberapa kegiatan yang

beliau lakukan sambil mengawasi setiap pengelolaan tugas-tugas

operasional yang terjadi di sekolah. diantaranay:

1) Pengelolaan administrasi peserta didik

2) Pengelolaan kurikulum

3) Pengelolaan administrasi personalia

4) Pengelolaan administrasi sarana prasarana

5) Pengelolaan administrasi keuangan

6) Pengelolaan admintrasi kearsipan

d. Kepala sekolah sebagai supervisor

Kepala sebagai supervisor disini adalah untuk meningkatkan

pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru, siswa dam

personel lain untuk selalu membiasakan budaya disiplin yang baik

di sekolah. salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

65

kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang adalah dengan melakukan

kunjungan kelas. Kunjungan kelas yang sewaktu-waktu dilakukan

oleh kepala sekolah untuk melihat atau mengamati seorang guru

yang sedang belajar.

Kegiatan supervisi juga dilakukan dengan selalu mengadakan

evaluasi, yang di mulai pada saat tahun ajaran baru. Seperti yang

sudah dikatan kepala sekolah MI Al-Ihsan pamulang kegiatan kita

“diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali kelas

bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan wali

murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun pembelajaran

yang ada di sekolah.”47

tujuannya biar setiap elemen yang ada di

sekolah bisa saling mengadakan pengawasan satu sama lain untuk

membuat kondisi yang baik di sekolah.

e. Kepala sekolah sebagai pemimpin

Sebagai pimpinan, kepala sekolah sudah sepatutnya harus memiliki

kemampuan untuk memberikan petunjuk dan pengawasan.

Menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis, kepala

sekolah MI Al-Ihsan Pamulang suka memberikan masukan

kepada setiap guru dengan memberikan pertunjuk-petunjuk yang

diharapkan mampu meningkatkan budaya disiplinan yang baik di

sekola. Seperti:

1) Mencontohkan datang tepat waktu ke sekolah

2) Memberikan kiat-kiat dalam menghadapi siswa yang sering

melanggar peraturan.

3) Mengadakan pelatihan-pelatihan kepala guru dalam menangani

siswa.

f. Kepala sekolah sebagai inovator

Dalam melakukan perannya sebagai inovator, sebaiknya kepala

sekolah harus bisa memberikan teladan yang baik kepada setiap

47

Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

2018

66

elemen yang ada di lingkungan sekolah. selain memberikan teladan

yang baik kepala sekolah harus bisa membuat program yang tepat

suapaya budaya disiplin bisa terus meningkat. Dalam meminimalisir

pelanggaran-pelanggaran kepala sekolah harus tau kondisi yang di

perlukan oleh setiap siswa. Seperti yang di lakukan oleh kepala

sekoalah MI Al-Ihsan Pamulang yang mengadakan “shalat duha pada

hari jum‟at stelah shalat ada penampilan anak-anak baik itu shalawat,

doa, hafalan qur‟an dan yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada

perwakilan yang tampil. Tujuannya untuk menanamkan keberanian

dan sikap disiplin.”48

g. Kepala sekolah sebagai staf

Peran kepala sekolah sebagai staf disini, kepala sekolah selalu

belajar untuk meningkatkan kinerjanya dan selalu bekerja sama

dengan setiap elemen yang ada di sekolah dalam melakukan setiap

tindakan yang akan dilakukan. Karena pemimpin tidak bisa

melaksanakan semua kegiatan yang ada di sekolah sendiri, harus

melibatkan setiap elemen agar nisa berjalan dengan optimal.

2. Kedisiplinan siswa

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di sekolah

Sikap disiplin akan terwujud jika di tanamkan disiplin secara

serentak di semua lingkungan kehidupan masyarakat, termasuk

dakam lingkungan sekolah. Penanaman disiplin pelajar indonesia

harus berlanjut dengan pemeliharaan disiplin dan pembinaan terus

menerus, karena disiplin sebagai sikap mental dapat berubah dan

dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan di

sekolah adalah:

1) Faktor internal

48

Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 7 mei

2018

67

Faktor internal adalah faktor yang ada di lingkungan

sekolah itu sendiri, baik itu dari kepala sekolah, guru, karyawan

dan siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan yang dipengaruhi

faktor internal ini meliputi:

a) Minat

Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif

untuk menerima sesuatu dari luar. Apabila seorang guru

atau siswa yang memiliki kesadaran atau respon yang baik

terhadap aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh pihak

sekolah sedikit akan berpengaruh terhadap kesadaran

mereka untuk melakukan prilaku disiplin di sekolah. Seperti

yang dilakukan oleh salah satu siswa MI Al-Ihsan Pamulng

yang merasa “Ga pernah telat”49

saat datang kesekolah.

b) Emosi

Emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi

dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum,

keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi

individu dan dapat dilihat melalui tingkah laku luar.

Contohnya seperti prilaku rasyid, pada saat di tanyakan apa

yang membuat adik tidak berprilaku disiplin di sekolah

jawabannya cukup mencengangkan, rasyid menjawab

“palingan caper”.50

Emosi sangat menentukan sekali

terhadap kedisiplinan di sekolah. Karena emosi

menggerakkan rasa kepedulian dari seiap guru dan para

murid dalam mentaati peraturan yang telah di tetapkan di

sekolah.

2) Faktor eksternal

49

Hasil wawancara dengan hardi (siswa) pada hari Jum‟at 25 mei 2018 50

Hasil wawancara dengan Rasyid (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018.

68

Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar

tetapi sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan di sekolah:

a) Sanksi dan hukuman

Fungsi hukuman di sekolah sebagai alat untuk

membrikan sanksi kepada guru, siswa dan komponen

sekolah lainnya terhadap pelangaran yang telah dilakukan,

sehinggga sanksi atau hukuman ini sebagai bentuk

penyadaran. Karena jika setiap individu mendapat hukuman

dari perbuatan tidak baik yang dia lakukan, maka akan

terjadi perubahan dalam sistem motivasi dalam diri

individu. Perubahan yang terjadi dalam sitem motivasi

tersebut mengakibatkan penurunan pada para setiap

individu untuk mengulangi atau menurunkan frekuensi

perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan pelanggran

karena atas dasar hukuman dia bisa dapatkan. Tujuan

adanya hukuman untuk melatih kedaran tentang tatak rama

bersosilisasi di masyarakat. Contohnya seperti di MI Al-

Ihsan, salah seorang siswa yang bernama wika menuturkan

bahwa dia akan mendapat hukuman “Kadang berdiri dan

ngerjain diluar”51

apabila ia tidak mengerjakan pekerjaan rumah

tepat waktu, seperti yang sudah diperintahkan sebelumnya oleh

guru oleh para guru. Tujuannya ada hukuman, untuk melatih para

siswa rasa tanggung jawab dalam setiap kepercayaan yang orang

lain berikan kepada dirinya.

b) Situasi dan kondisi sekolah

Faktor situasional sangat berpengaruh pada

pembentukan prilaku manusia seperti faktor ekologis,

suasana prilaku dan faktor sosial. Tetapi setiap mempunyai

pemahaman yang berpariatif terhadap setiap situasi yang di

hadapinya sesuai dengan karakteristik personal dan ilmu

51

Hasil wawancara dengan wika (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018.

69

yang di milikinya. Perilaku manusia tentang interaksi

memang begitu menarik karena melibatkan keunikan

individu dengan keunikan situasional.

b. Bentuk-bentuk kedisiplinan di sekolah

Sikap disiplin bukanlah sesuatu yang ada sejak lahir. Faktor

kebiasaan dan ilmu yang diajarkanlah yang dapat membentuk

kedisiplinan dalam diri setiap siswa. Karena perkembangan anak

sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan tingkah laku yang

diajarkan oleh orang tua beserta guru. Seperti yang sudah di

utarakan oleh kepala sekolah MI Al-Ihsan Bahwa “kedisiplinan itu

lahir dari diri kita sendiri. jadi kita itu harus kompak. Pertama guru,

memberikan contoh dulu kalau gurunya engga disiplin gimana

dengan elemen lainnya. Terus kita selalu meningatkan tentang

pakaian yang dipakai karena dengan tertib memakai pakaian yang

sudah diinstruksikan itu salah satu sifat disiplin juga. Kadang-

jkadang mengadakan rajia untuk menciptakan budaya disiplin juga.

Faktor pendukung lainnya dengan menggunakan pelayanan prima

terhadap semua bidang”.52

Untuk merealisasikan kedisiplinan sekolah, maka

kedisiplinan sekolah dapat berupa:

1) Disiplin dalam mentaati peraturan

Kedisiplinan di sekolah pasti berhubungan dengan

mentaati tata tertib, pada dasarnya tata tertib itu menjadi salah

satu alat pendidikan bagi pengembangan kepribadian yang

lebih dewasa. Tata tertib sekolah dibuat dan disusun tujuannya

untuk menolong para siswa menjadi lebih mandiri dan

bertanggung jawab. Supaya saat nanti berada di masyarakat,

setiap siswa bisa cepat beradaptasi dengan baik serta

52

Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei

2018

70

mempunyai kepribadian yang baik saat besrsosialisasi dengan

warga sekitar rumahnya.

MI Al_Ihsan Pamulang mempunyai tata tertib sebagai

berikut:53

TABEL 4.1

TATA TERTIB MI AL-IHSAN PAMULANG

NO

TATA TERTIB SISWA

MADRASAH IBTIDAIYAH

AL-IHSAN PAMULANG

1 Kehadiran siswa a. Setiap siswa harus sudah hadir

di sekolah 10 menit sebelum

bel masuk ( 07.00 ).

b. Setiap siswa yang terlambat

datang, harus melapor kepada

guru piket.

c. Siswa yang meninggalkan

sekolah sebelum waktunya

karena suatu kepentingan,

harus mendapat izin dari guru

mata pelajaran dan guru piket.

d. Jika bel masuk dibunyikan,

seluruh siswa harus masuk ke

kelas secara tertib dan

mempersiapkan diri untuk

mengikuti proses belajar

mengajar.

e. Jika guru belum hadir di ruang

kelas 5 menit setelah bel

masuk / pergantian jam

pelajaran, maka Ketua Kelas

memberitahukan kepada guru

piket.

f. Selama berada di ruang kelas

atau di halaman sekolah, siswa

tidak boleh mengganggu

ketertiban dan kelancaran

53

Dokumentasi Tata tertib MI Al-Ihsan Pamulang

71

proses belajar mengajar.

2 Ruang kelas a. Ruang kelas dan

perlengkapannya harus selalu

bersih dan siap untuk dipakai.

b. Menjaga kebersihan ruang

kelas menjadi tanggung jawab

warga kelas.

c. Pemeliharaan alat pelajaran

milik sekolah yang ada di

ruang kelas mejadi tanggung

jawab setiap warga kelas.

d. Alat-alat pelajaran yang sudah

dipakai harus dikembalikan

pada tempat semula.

3 Kode etik siswa a. Semua siswa harus bersikap

sopan santun kepada semua

personil sekolah, sesama

teman dan kepada siapapun.

b. Pergaulan siswa putra dan

putri harus sesuai dengan

akhlak Islam.

c. Setiap siswa harus

mengucapkan salam apabila

masuk kelas, ruang TU, ruang

guru / kepala sekolah dan bila

bertemu dengan

guru atau sesasma teman.

d. Siswa tidak boleh membawa

HP dan barang terlarang ,

seperti rokok, ganja, dan

sejenisnya, peledak, senjata

tajam, senjata api, photo,

gambar dan buku bacaan yang

tidak sepantasnya bagi siswa.

e. Bagi siswa putra tidak boleh

berkuku panjang, memakai

kalung, gelang, anting, atau

giwang.

72

f. Bagi siswa putri tidak boleh

berkuku panjang, memakai

kutex dan memakai perhiasan,

kecuali giwang atau anting.

g. Bagi siswa putra harus

berambut sopan, rapih, tidak

bercat, pantas dan tidak

mengenai krah baju.

h. Semua siswa harus membuang

sampah pada tempat yang

telah ditentukan, dan tidak

boleh membang sampah di

sembarang tempat.

i. Semua siswa harus berpakain

sesuai dengan ketentuan yang

telah berlaku.

j. Tidak dibenarkan

mengganggu ataupun

mengambil barang milik

sekolah aau orang lain tanpa

seizin pemiliknya.

4 Sanksi Jika siswa melanggar tata tertib di

atas, maka kepadanya dikenakan

sanksi / hukuman sebagai berikut :

a. Diberi peringatan dan teguran

b. Pemberitahuan kepada orang

tua / wali siswa.

c. Diskorsing / tidak diizinkan

masuk sekolah selama waktu

tertentu.

d. Diserahkan kembali kepada

orang tua / wali siswa.

2) Disiplin waktu sekolah

73

Waktu itu merupakan hal yang tidak bisa ternilai

harganya. Karena waktu itu merupakan masa yang berjalan,

sehingga yang tidak memamfaatkan waktu sebaik-baiknya,

seseorang akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Waktu

itu hal yang sangat berharga, tetapi seseorang bisa merasakan

berharga atau tidaknya suatu waktu tergantung pandangan

orang itu beserta dengan aktivitas sehari-hari yang ia kerjakan.

Karena waktu sangat berharga, setiap siswa pada saat di

sekolah diajarkan untuk selalu menghargai waktu, dan diberi

masukan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Untuk menanamkan soal waktu tiap sekolah salah satunya

sering menetapkan peraturan untuk datang tepat waktu. Di MI

Al-Ihsan Pamulang ada yang unik pada saat jam masuk

sekolah, yaitu dengan adanya kegiatan greeting, jadi ada

sebagian guru yang di tugaskan untuk menyambut para siswa

pada saat jam masuk sekolah sambil mereka melaksanakan

cium tangan. Di MI Al-Ihsan Pamulang apabila ada yang telat

masuk sekolah pada saat jam masuk sekolah, maka akan

adanya hukuman sambil mengintrogasi alasannya. Seperti

yang sudah di paparkan oleh bapak Mu‟min pada saat

wawancara, apabila ada yang terlambat masuk sekolah

“biasanya mempertanyakan dulu maslahanya apa. Biasanya

yang bertanggung menanyakan itu guru piket, kemudian

sesudah itu apabila guru piket sudah bisa memperbolehkan

masuk kemudian baru wali kelas trakhir. Biasanya

menanyakan dulu sih masalahnya apa yang menjadikan dia

terlambat itu apa. Kemudian kalau memang ada masalah

seperti bangun kesiangan belarti itu dari individunya yang

kurang baik. Kadang-kadang ada non teknis kalau dia

terlambat karena jemputannya motornya mogok, kena macet

bisa kita maklumilah.kita pertanyakan dulu masalahnya apa.

74

baru kemudian kita bisa menilai, apakah mereka terlambat di

sengaja atau tidak terhadap disiplin waktunya soalnya kita ga

tau”.54

3) Disiplin dalam berpakaian

Meskipun setip orang sebenarnya mempunyai hak untuk

memakai pakaian sesuai dengan keinginannya, namun dalam

hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam

lingkungan sekolah. Melatih para siswa untuk berseragam

tujuannya mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri

siswa yang bersih, peduli tentang penampilan dirinya. Di

lingkungan sekolah biasanya peraturan pakaian sangat ketat di

bandingkan dengan hal-hal yang lain. Seperti yang sudah di

paparkan oleh bapak regi, dalam sebuah wawancara dia

mengutarakan “Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian

atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan

semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya”55

.

c. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa di sekolah

antara lain.

1) Anak

Agar siswa disiplin pihak sekolah bersama wali murid di

harapkan bekerja sama. Tetapi sangat diharapkan juga

kesadaran anak itu sendiri dalam upaya membina disiplin.

Untuk memunculkan kesadaran dari setiap siswa sudah

sepatutnya pihak sekolah selalu berkordinasi dengan baik

dengan wali murid terhadap semua kegiatan yang dilakukan

oleh setiap siswa. Kalau di MI Al-Ihsan suka berkondinasi

“diawali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada rapat wali

kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau dengan

wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun

54

Hasil wawancara dengan bapak Mu‟min (Guru) pada hari selasa 29 mei 2018 55

Hasil wawancara dengan bapak regista (Guru) pada hari kamis 24 mei 2018

75

pembelajaran yang ada di sekolah.”56

Tujuannya untuk saling

bekerja sama dalam mengoptimalkan pemblajaran, baik itu

yang bersifat teori ataupun prilaku.

2) Hukuman

Hukuman merupakan salah satu upaya untuk

mempengaruhi prilaku seseorang. Apabila anak tersebut

berbuat pelanggaran atau melakukan tindakan yang tidak baik

dan tidak ada teguran dari para orang tua, maka hal tersebut

akan menjadi kebiasaan yang tidak baik bagi para siswa saat

berada di lingkungan sekolah. Di MI Al-Ihsan pamulang

menurut Rasyid apabila ada siswa yang tidak berprilaku

disiplin, maka suak ada guru yang memberikan “Teguran”57

.

Untuk itu sudah sepatutnya para guru selalu bersifat tegas

terhadap prilaku yang dilakukan oleh setiap siswa dan selalu

memberikan teladan yang baik. Agar setiap siswa senantiasa

berprilaku disiplin, baik itu di dalam lingkungan sekolah

maupun diluar lingkungan sekolah.

3) Lingkungan

Faktor lingkungan merupkan faktor yang tidak kalah

penting dan sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah,

lingkungan keluarga, dan lingkungan masyrakat. Apabila

kehidupan lingkungannya baik, maka akan berdampak baik

pula terhadap setiap perbuatan siswa dan begitu juga

sebaliknya.

d. Kendala-kendala pembinaan dalam upaya meningkatkan

kedisiplinan siswa

Dalam usaha membimbing siswa akan muncul beberapa

kendala yang harus dihadapi, dan berbagai macam respon dari

56

Hasil wawancara dengan bapak Ali Daud (kepala sekolah) pada hari kamis 24 mei

2018 57

Hasil wawancara dengan Rsyid (siswa) pada hari jum‟at 25 mei 2018

76

siswa yang menerima bimbingan. Demikian juga yang terjadi di

MI Al-Ihsan PAMULANG berikut akan dipaparkan hasil observasi

wawancara, telaah dokumentasi mengenai kendala yang dirasakan

oleh kepala sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi. Terdapat

beberapa faktor yang dirasakan dalam upaya pembinaan untuk

meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu:

1) Faktor Sekolah: sarana dan prasarana yang belum memadai

dan ketiadaan ruangan khusus untuk bimbingan menjadi salah

satu kendala terciptanya budaya disiplin yang baik disekolah.

Karena apabila para siswa kurang di pasilitasi seperti cukup

tersedianya tong sampah, maka kedisiplinan akan semakin

menurun. Seperti yang terjadi di MI Al-Ihsan PAMULANG

yang kurang tersedianya tong sampa, yang menyebabkan

sering adanya siswa yang tidak buang sampah pada tempatnya.

Dan para siswa yang melanggar tidak ditempatkan di ruangan

khusus, sehingga para siswa tidak bisa leluasa dalam

membeberkan apa yang dialaminya. Oleh karena itu, sekolah

harus berusaha mencukupi kekurangan tersebut dengan

perkembanagan dan pembangunan. Tetapi bisa diminimalisir

apabila pihak sekolah mampu mengontrol setiap aktivitas yang

ada di sekolah.

2) Faktor Guru; kurangnya guru bimbingan yang berbasis

pendidikan bimbingan dan konseling. Sehingga kesadaran guru

untuk berdisiplin masih sangat kurang. Seperti masih adanya

guru yang terlihat datang dan masuk kelas tidak tepat pada

waktunya.

3) Faktor pribadi siswa ; keterbukaan siswa tentang masalah yang

dihadapinya masih kurang, sehingga para guru perlu ekstra

untuk mempengaruhi siswa yang melanggar tersebut supaya

tidak melakukan pelanggaran kembali.

77

4) Faktor keluarga; Broken home adalah salah satu penyebab

sering termenung. Sehingga psikologis dari siswa tersebut

terganggu yang menyebabkan siswa tidak bisa optimal dalam

melaksanakan belajar mengajar.di samping itu terkadang para

siswa banyak yang kurang di perhatikan oleh orang tua yang

menyebabkan mereka mencari perhatian dengan cara yang

salah.

5) Faktor teman sebaya; ikut-ikutan adalah salah satu faktor yang

paling sering terjadi hampir disetiap kasus pelanggaran

kedisiplinan dan faktor pemahaman yang salah juga tentang

pandangan perhatian. Banyak permaslahan kedisiplina itu

terjadi karena faktor cari perhatian.

Semua kendala-kendala yang sudah disebutkan diatas akan

sangat berpengaruh terhadap peningktan dan penurunan

kedisiplinan siswa di sekolah. sehingga memaksa pihak sekolah

agar membuat suatu aturan da perencanaan yang tepat untuk

menanggulangi kedisiplinan siswa pada saat di sekolah.

3. Penyajian data angket

Penyajian data berikut ini berdasarkan penelitian yang sudah

dilaksnakan di MI Al-Ihsan PAMULANG. Penelitian ini tujuannya

untuk mendapatkan data tentang peran kepemimpinan kepala sekolah

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk pengumpulan data

sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada Bab III yaitu

wawancara, angket dan dokumentasi.

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang diperoleh

melalui angket dan disajikan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui

peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa di MI Al-Ihsan PAMULANG, maka penulis menggunakan

angket yang di tunjukan kepada peran siswa sebagai data pendukung

78

sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

Angket di sebarkan kepada 30 responden.

Angket ini disebarkan sebanyak 30 eksemplar, kemudian data yang

terkumpul melalui angket disajikan dalam bentuk tabel, untuk

mempermudah pemahaman terhadap tabel, maka penulis menggunaka

symbol “F” untuk frekuensi dan symbol “P” untuk persentase, tiap-tiap

pertanyaan diberi 3 option (pilihan jawaban) dan di beri bobot sebagai

berikut:

a. Option atau pilihan jawaban A, diberi bobot 3

b. Option atau pilihan jawaban B, diberi bobot 2

c. Option atau pilihan jawaban C, diberi bobot 1

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pedoman angket yang telah

disebarkan serta hasilnya yang diperoleh dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

TABEL 4.2

KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MEMBERIKAN

SANKSI KEPADA SISWA YANG TIDAK DISIPLIN

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 14 46,66%

B Kadang-kadang 16 53,33%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 14 orang dengan persentase (46,66%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 16 orang dengan persentase

(53,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah dan guru telah memberikan sanksi kepada siswa yang

tidak disiplin. Seperti tindakan yang dilakukan oleh bapak Regista

79

Kalau masalah disiplin saya biasanya pakaian atau aksesoris kalau ada

siswa yang tidak berpakaian dengan semestinya pasti saya langsung

tindak langsung siswanya.

TABEL 4.3

KEPALA SEKOLAH SENANTIASA MELAKUKAN

PENGAWASAN

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 10 33,33%

B Kadang-kadang 20 66,66%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 10 orang dengan persentase (33,33%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 20 orang dengan persentase

(66,66%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah kadang-kadang melakukan pengawasan kepada setiap

siswa. Kadang-kadang disini itu timbul pada saat proses pembelajaran

dimulai. Karena pada saat observasi terdapat beberapa tindakan

indisipliner dari para siswa dibiarkan saja oleh para guru. Sehingga

menyebabkan kondisi pembelajaran menjadi tidak kondusif dan selalu

muncul pelanggaran lainnya.

TABEL 4.4

KEPALA SEKOLAH MAMPU MENCIPTAKAN KONDISI

YANG BAIK DI SEKOLAH

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 17 56,66%

B Kadang-kadang 13 43,33%

80

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 17 orang dengan persentase (56,66%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 13 orang dengan persentase

(43,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah mampu menciptakan kondisi yang baik di sekolah.

Mampu disini itu kepala sekolah selalu berupaya terus untuk

meningkatkan kedisiplinan siswa dengan mengadakan program-

program baru untuk bisa meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh para ssiswa. Dalam beberapa pandangan guru bahwa

sekolah sekolah MI Al-Ihsan PAMULANG memang selalu

mencontohkan hal-hal yang baik seperti membuang sampah pada

tempatnya dan kadang mengepel kalau ada lantai yang keliatan tidak

bersih. Tujuannya agar menanamkan kedisiplina kepada setiap siswa.

TABEL 4.5

KEPALA SEKOLAH BERSAMA GURU MENINDAK TEGAS

SISWA YANG TIDAK DISIPLIN

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 27 90%

B Kadang-kadang 3 10%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 27 orang dengan persentase (90%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 3 orang dengan persentase

(10%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang denga

persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala

81

sekolah dan guru selalu menindak tegas para siswa yang melanggar

peraturan. selalu menindak tegas para siswa yang melanggar disini

contohnya seperti penerapan greeting pada saat masuk sekolah.

Persentase keterlambatan jadi semakin berkurang karena kepala sekolah

dan para guru konsisten dalam melakukan pengawasan pada saat

penerapan program greeting.

TABEL 4.6

KEPALA SEKOLAH MEMBERIKAN TELADAN YANG BAIK

BAGI SISWA

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 16 53,33%

B Kadang-kadang 14 46,66%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 16 orang dengan persentase (53,33%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 14 orang dengan persentase

(46,66%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah memberikan teladan yang bagi seiap siwa.. teladan

disini kepala sekolah selalu memberikan contoh-contoh positif kepada

setiap siswa dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan

dateng tepat waktu pada saat jam masuk sekolah.

TABEL 4.7

KEPALA MADRASAH BERSAMA GURU MENETAPKAN

ATURAN TATA TERTIB

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 26 86,66%

B Kadang-kadang 4 13,33%

82

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 26 orang dengan persentase (86,66%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 4 orang dengan persentase

(13,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah bersama para guru suka memuntuskan peraturan secara

bersama-sama. Suka memutuskan bersama disini adalah bahwa kepala

sekolah selalu mengadakan rapat dengan guru bersama wali murid pada

saat masuk ajaran baru. Dan melakukan rapat seminggu sekali dengan

para guru mengenai evaluasi kegiatan belajar mengajar, termasuk

membuat tata tertib.

TABEL 4.8

KEPALA MADRASAH MENJALANKAN ATURAN SECARA

ADIL KEPADA SELURUH SISWA

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 12 40%

B Kadang-kadang 18 60%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 12 orang dengan persentase (40%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 18 orang dengan persentase

(60%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang denga

persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah dan guru kadang-kadang menetapkan aturan secara adil.

Kadang-kadang disini karena terdapat beberapa pelanggran para siswa

yang luput dari pengawasan kepala sekolah dan guru. Yang

83

menyebabkan adanya pelanggaran yang tidak di tindak lanjuti oleh

kepala sekolah dan para guru.

TABEL 4.9

KEPALA MADRASAH SELALU MELIBATKAN GURU DAN

ORANG TUA MENYELESAIKAN PERSOALAN SISWA

Option Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (P)

A Ya 23 76,66%

B Kadang-kadang 7 23,33%

C Tidak 0 0%

Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

menjawab “Ya” berjumlah 23 orang dengan persentase (76,66%). Yang

menjawab “kadang-kadang” berjumlah 7 orang dengan persentase

(23,33%) dan kemudian yang menjawab “Tidak” berjumlah 0 orang

denga persentase (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah selalu melibatkan para guru dalam setiap penyelesian

persoalan prilaku siswa. Melibatkan disini kepala sekolah selalu

memberikan peran para guru untuk menerapkan kedisiplinan disekolah

dan memberikan informasi kepada para wali murid mengenai kondisi

para siswa pasa saat pembelajaran berlangsung.

4. Analisis data angket

TABEL 4.10

REKAPITULASI HASIL DATA ANGKET

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN KEDISISPLINAN SISWA DI MI-AL-IHSAN

PAMUILANG

No

Alternatif Jawaban Jumlah

A B C

F P(%) F P(%) F P(%) F P(%)

84

1 14 46,66% 16 53,33% 0 0% 30 100%

2 10 33,33% 20 66,66% 0 0% 30 100%

3 17 56,66% 13 43,33% 0 0% 30 100%

4 27 90% 3 10% 0 0% 30 100%

5 16 53,33% 14 46,66% 0 0% 30 100%

6 26 86,66% 4 13,33% 0 0% 30 100%

7 12 40% 18 60% 0 0% 30 100%

8 23 76,66% 7 23,33% 0 0% 30 100%

Jumlah 145 483,3% 95 316,64 0 0% 240 100%

Dari hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa:

a. Alternatif jawaban A seluruhnya sebanyak : 145

b. Alternatif jawaban B seluruhnya sebanyak : 95

c. Alternatif jawaban C seluruhnya sebanyak : 0

Pada data angket, penulis menggunakan 3 option, yaitu : Ya,

Kadang-kadang, dan tidak.

Untuk memilih option “Ya” diberi bobot = 3

Untuk memilih option “Kadang-kadang” diberi bobot = 2

Untuk memilih option “Tidak” diberi bobot = 1

Untuk selanjutnya, jumlah setiap alternatif jawaban dikalikan dengan

bobotnya masing-masing untuk mengetahui unsur N dan F, hasilnya

sebagai berikut:

Alternatif jawaban A : 145 x 3 = 435

Alternatif jawaban B : 95 x 2 = 190

Alternatif jawaban C : 0 x 1 = 0 +

250 = 625

Jumlah nilai N = 250 x 3 = 750

Jumlah nilai F = 625

Maka, nilai N dan F dapat diketahui, selanjutnya di jabarkan kedalam

rumus sebagai berikut:

85

F

P = X 100%

N

625

P = X 100%

750

P = 0,8333 X 100%

P = 83,33%

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa data yang

diperoleh dari hasil penyebaran angket tentang peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinkan siswa di MI Al-Ihsan

Pamulang, dapat dikelompokkan atau di kategorikan “berperan Baik

sekali”.

Sedangkan faktor pendukung dan penghambat peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Al-Ihsan

Pamulang sebagai berikut :

a. Faktor pendukung : faktor ini merupakan faktor yang timbul

dari kepala sekolah, guru, dan siswa. Baik itu mengenai program

unggulan yang harus dilakukan dengan baik disertai

pengontrolan dan evaluasi secara bertahap. Serta kemampuan

kepala sekolah memimpin, bekerja sama dengan banyak pihak

dalam membina kedisiplinan siswa.

b. Faktor penghambat : faktor ini melihat dari kondisi sekolah dan

kesadaran dari setiap elemen sekolah. Baik itu kepala sekolah,

guru, TU, siswa dan wali murid. Disamping itu setiap elemen

harus saling kerja sama dengan baik untuk menciptakan budaya

disiplin yang baik di sekolah.

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan bahwa faktor

utama budaya disiplin bisa meningkat di sekolah berawal dari pemikiran

kepala sekolah. kemudian para guru dan siswa mengaplikasikan apa yang

sudah di atur dan di programkan oleh kepala sekolah.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa 83,33%

peran kepala sekolah MI Al-Ihsan Pamulang sudah sangat baik. Hasil

tersebuat hasil dari angket yang sudah di sebar ke setiap-setiap siswa.

Sedangkan peran kepala sekolah MI AL-Ihsan yang sudah dilakuakan:

1. Peran kepala sekolah sebagai pendidik ditunjukkan dengan datang

tepat waktu kesekolah.

2. Peran kepala sekolah sebagai manajer dilakukan dengan mengadakan

program greeting dan shalat dzuha bersama pada hari jum‟at.

3. Peran kepala sekolah administrator adalah dengan melakukan

pengelolaan di berbagai bidang yang terdapa disekolah.

4. Peran kepala sekolah sebagai supervisi dengan melakukan

pengawasan dan pengendalian terhadap guru, siswa dan semua elemen

yang ada di lingkungan sekolah.

5. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dilakukan dengan selalu

memberikan arahan (masukan) dan pengawasan kepada setiap guru

dan siswa.

6. Peran kepala sekolah sebagai Inovator dengan pengadakan program

greeting dan shalat duha bersama pada hari jum‟at.

7. Peran kepala sekolah sebagai staf dilakukan dengan selalu bekerja

sama dengan semua stekholder yang ada di sekolah.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan dan kesimpulan hasil penelitian, maka

terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan guna perbaikan di masa

yang akan datang, yaitu:

87

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Membuat kalender pertemuan dengan orang tua para siswa,

khusus membahas evaluasi tentang kedisiplinan.

b. Membuat kalender akademik khusus untuk sekolah yang berisi

tentang perencanaan kegiatan supervisi yang akan dilakukan.

c. Melaksanakan supervisi individul seperti observasi atau kunjungan

kelas untuk mengetahui kekurangan guru dalam menerapkan

peraturan dan memberikan berbagai penguatan untuk guru dalam

menjalankan kedisiplinan.

2. Bagi Guru

a. guru agar meningkatkan tingkat kedisiplinan dengan datang ke

sekolah tepat waktu.

b. Melakukan tindakan atas pelanggran yang dilakukan para siswa

dengan memperhatikan faktor psikologis siswa.

88

DAFTA PUSTAKA

Ambarita, Alben. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2015.

Arifin, Syamsul . Leadership “Ilmu dan seni kepemimpinan”. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2012.

Bin Smith, Mardia. “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Terhadap

Disiplin Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara”,

Jurnal Penelitian dan pendidikan, Vol 8, 2011

Cholid narbuko & Abu Achmadi, Metodologi penelitian.Jakarta: Bumi

Aksara, 2007.

Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Dewi & Totok, “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Membentuk

Disiplin Siswa di SMP NEGERI 28 Surabaya”, Kajian Moral dan

Kewarganegaraan, Vol. 2, 2014.

E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru,. Bandung :

Remaja Rosda Karya, 2009.

Hariyono, Jihan. dan M. Ramli, “Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam

Kedisiplinan Siswa SD”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, 2016.

Haryuni, Siti. “Penerapan Bimbingan Konseling Pendidikan Dalam

Membentuk Kedisiplinan Layanan Bimbingan Pengembangan Diri”. Jurnal

Edukasia, vol. 8, 2013.

Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi

Aksara, 2011.

kartono, Kartini. pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2016.

Khilmiyah, Akif. kepemimpinan Transformasional Berkeadilan

Gender: Konsep dan Implementasi di Madrasah. Yogyakarta: Samudra Biru,

2015.

Kompri. Manajemen Sekolah “Orientasi Kemandirian Kepala

Sekolah”.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

89

M. Yusuf, “Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses

Pembelajaran Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen”. Jurnal

Pendidikan Serambi Ilmu, Vol 25, 2016.

Mulyasa. Menjadi Kepala sekolah Profesional. Bandung : Remaja

Rosda Karya, 2003.

Musfah, Musfah. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Grup,

2015

Nisak Aulia, Choirun. “Peneneman Disiplin Pada Anak Usia Dini”,

Jurnal Pedagogia, Vol 2, 2013

Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung:

ALFABETA,2008.

Prasastha Widi nugraheni, Angelia. “Meningkatkan Disiplin Belajar Di

Kelas Melalui Metode Reward Berjenjang Dan Konsekuensi Logis” Jurnal

Pendidikan Penabur, No 21, 2013.

Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2011.

Purwanti, Sri. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Dan Pegawai Di SMA Bakti Sejahtera

Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur”, Ejurnal Administrasi Negara,

Vol 1, 2013.

Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di sekolah.

Surabaya: Usana Offset, 1994.

Siti Hadianti, Leli. “Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah

Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol

02, 2008.

Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta,2011Cet.11.

Tirtarahardja, Uar dan S. L. La sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta:

PT Rineka Cpta, 2008

Triwiyanto,Teguh. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,2014

90

Usman, Husaini. manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Wahjosumidjo. “Kepemimpinan Kepala Sekola “Tinjauan Politik dan

Permasalahannya”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Wahyusumidyo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007.

Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi.Jakarta: PT Indeks,

2015.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LEMBAR UJI REFERENSI

LAMPIRAN 2

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

LAMPIRAN 3

SURAT PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

LAMPIRAN 4

SURAT KETERANGAN TELAH

MELAKUKAN PENELITIAN

LAMPIRAN 5

PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden :

Jabatan :

Tempat Wawancara :

Waktu :

Hari/tanggal :

1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah MI Al-

Ihsan Pamulang?

2. Apakah bapak membuat target pencapaian program untuk masa satu

tahun kedepan?

3. Berbicara peningkatan mutu pendidikan, banyak faktor yang

mempengaruhinya diantaranya budaya sekolah, bagaimana budaya

disiplin di MI Al-Ihsan Pamulag?

4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan selama kepemimpinan bapak

sebagai kepala sekolah untuk menciptakan budaya yang sehat,

terutama budaya disiplin?

5. Apa program real yang di jalankan untuk menciptakan sikap disiplin

pada diri siswa/i MI Al-Ihsan Pamulang?

6. Apakah kepala sekolah menjadwalkan secara teratur pertemuan

dengan wali murid guna membicarakan kedisiplinan pada diri siswa/i

MI Al-Ihsan Pamulang?

7. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam usaha menciptakan

budaya disiplin di sekolah?

8. Adakah buku petunjuk tat tertib sekolah untuk siswa, guru dan

karyawan?

9. Bagaimana respon wali murid terhadap perubahan pada diri siswa/i

MI Al-Ihsan Pamulang?

10. Bagaimana respon masyarakat sekitar terhadap aktivitas akademik di

MI Al-Ihsan Pamulang?

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden :

Jabatan :

Tempat Wawancara :

Waktu :

Hari/tanggal :

1. Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda sudah

mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana

pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?

2. Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan mendapatkan

respon yang positif dari siswa?

3. Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan semangat

belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang memberikan

respon negatif terhadap pembelajaran?

4. Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk mengetahui

kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda tidak

mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?

5. Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan budaya

disiplin disekolah?

6. Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik kepada siswa

anda?

7. Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol kedisiplinan

siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?

8. Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?

9. Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan kedisiplinan siswa

dalam bersikap?

10. Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan kepada

guru?

11. Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam penanaman

kedisiplinan siswa?

12. bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?

13. Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak

leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Nama Responden :

Tempat Wawancara :

Waktu :

Hari/tanggal :

1. Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat adik

tidak berperilaku disiplin di sekolah?

2. Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin, konsekuensi yang

adik terima apa dari guru /pihak sekolah?

3. Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik kepada para

siswa?

4. Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada siswa yang

bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?

5. Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun

terlambat masuk sekolah?

6. Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?

7. Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak? Alasannya

kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?

LAMPIRAN 6

HASIL WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Ali Daud S.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah

Waktu : 09:00-09:30

Hari/tanggal : Senin 7 Mei 2018

1. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepala sekolah MI Al-

Ihsan Pamulang?

Jawab: selama 6 tahun

2. Apakah bapak membuat target pencapaian program untuk masa satu

tahun kedepan?

Jawab: membuat

3. Berbicara peningkatan mutu pendidikan, banyak faktor yang

mempengaruhinya diantaranya budaya sekolah, bagaimana budaya

disiplin di MI Al-Ihsan Pamulag?

Jawab: budaya disiplin kita sudah menerapkan. Supaya anak itu

memahami tata tertib, sehingga anak itu mau tidak mau harus

komitmen terhadap tata tertib yang sudah kami buat.

4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan selama kepemimpinan bapak

sebagai kepala sekolah untuk menciptakan budaya yang sehat,

terutama budaya disiplin?

Jawab: yang pertama itu kita mensosialisasikan atau memberi

informasi bahwa disiplin itu menjadi tolak ukur bagusnya sebuah

sekolah. Dan saya suka mengintruksikan kepada semua guru suapaya

memberikan tauladan yang baik kepada setiap anak.

5. Apa program real yang di jalankan untuk menciptakan sikap disiplin

pada diri siswa/i MI Al-Ihsan Pamulang?

Jawab: yang pertama masuk tepat waktu. Jam 7 anak-anak sudah

harus masuk. Yang terlambat menunggu, di haruskan membaca doa

melalui guru piket. Setelah selesai membaca doa anak-anak di

persilahkan masuk dan siswa yang terlambat di catat. Kalau dia

mengulang lagi maka kemudian dikenakan sangsi.

Pada saat jam masuk sekolah juga kami mengadakan greeting (cium

tangan). Jadi setengah jam sebelum masuk guru piket harus udah stay

di gerbang untuk melaksanakan greeting. Greeting ini salah satu cara

disiplin dan tatakrama. Dan juga guru sebagai orang yang melayani

kemudian anak merasa di hormati dan di hargai. Karena saat mereka

masuk gerbang sudah di sambut oleh para guru.

Yang kedua shalat duha pada hari jum‟at stelah shalat ada

penampilan anak-anak baik itu shalawat, doa, hafalan qur‟an dan

yang lainnya. Jadi setiap kelas harus ada perwakilan yang tampil.

Tujuannya untuk menanamkan keberanian dan sikap disiplin.

6. Apakah kepala sekolah menjadwalkan secara teratur pertemuan

dengan wali murid guna membicarakan kedisiplinan pada diri siswa/i

MI Al-Ihsan Pamulang?

Jawab: kalau itu kita awali pada saat ajaran baru di mulai. Jadi ada

rapat wali kelas bersama wali murid. Karena wali kelas harus tau

dengan wali murid apa yang mau di programkan untuk satu tahun

pembelajaran yang ada di sekolah.

Kalau pihak sekolah setiap minggu mengadakan evaluasi bersama

guru-guru setiap hari jum‟at. sebulan sekali ada rapat khusus untuk

evalusi pembelajaran kedisiplinan juga giman kedepannya.kalau wali

murid kondisional aja.

7. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam usaha menciptakan

budaya disiplin di sekolah?

Jawab: kedisiplinan itu lahir dari diri kita sendiri. jadi kita itu harus

kompak. Pertama guru, memberikan contoh dulu kalau gurunya

engga disiplin gimana dengan elemen lainnya. Terus kita selalu

meningatkan tentang pakaian yang dipakai karena dengan tertib

memkai pakaian yang sudah diinstruksikan itu salah satu sifat disiplin

juga. Kadang-jkadang mengadakan rajia untuk menciptakan budaya

disiplin juga. Faktor pendukung lainnya dengan menggunakan

pelayanan prima terhadap semua bidang.

8. Adakah buku petunjuk tat tertib sekolah untuk siswa, guru dan

karyawan?

Jawab: ada

9. Bagaimana respon wali murid terhadap perubahan pada diri siswa/i

MI Al-Ihsan Pamulang?

Jawab: di kita anak-anak dan wali murid itu kritis. Tidak boleh ada

sesuatu yang menurut pandangan mereka itu ada yang kurang sesuai

dengan semestinya. Intinya harus kerja sama yang kuat

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Rhegista S.Pd

Jabatan : Guru dan BK

Tempat Wawancara : Ruang Marawis

Waktu : 11:20-11:50

Hari/tanggal : Rabu 9 Mei 2018

1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah

anda sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah?

bagaimana pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?

Jawab: campur. Tergantung kebutuhan. Dengan melihat kondisi, jadi

menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu.

2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan

mendapatkan respon yang positif dari siswa?

Jawab: ada yang memang suka. Sayakan ngajar fiqih. Semisalkan praktek

shalat jum‟at ada yang seru ada yang males-malesan.

3. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk

mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda

tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?

Jawab: kalau tugas lihat dulu. Kadang-kadang kalau banyak tugas dari

guru lain. Saya tidak ngasih tugas. Kalau masalah disiplin saya biasanya

pakaian atau aksesoris kalau ada siswa yang tidak berpakaian dengan

semestinya pasti saya langsung tindak langsung siswanya.

Kalau saya dalam tugas suka memakai poin. Jadi kalau tidak mengerjakan

tugas saya kasih poin 10 kalau sampai 100 saya

4. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan

budaya disiplin disekolah?

Jawab: wah banyak salah satunya kebersihan.

5. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada siswa anda?

Jawab: dia suka memberikan contoh tentang kebersihan. Dia ga pernah

malu dia nyapu dan ngepel semuanya dia lakukan.

6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol

kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?

Jawab: kepala sekolah tidak tiap hari ada disini. Tapi tepatnya kalau ada

pelanggaran pasti turun langsung.

7. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?

Jawab: kalau saya suruh mengaji di lapangan sampai bel masuk, kalau bel

masuk sudah berbunyi maka baru saya suruh masuk, tapi kalau telat

berturut-turut maka saya akan kasih skorsing.

8. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan

kedisiplinan siswa dalam bersikap?

Jawab: banyak, pertama pasti uapaya-upaya hukuman. Contoh disini jam 7

teng gerbang di tutup. Guru dan murid terlambat gerbang di kunci

9. Tanya: Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan

kepada guru?

Jawab: saya pribadi saya pasti marah banget. Tapi selama ini untuk MI

insaallah tidak.

10. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam

penanaman kedisiplinan siswa?

Jawab: karakter yang berbeda. Karena ga Cuma disini hampir dimana-

mana pasti itu kendalanya.

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Sodikin S.Pd

Jabatan : Guru

Tempat Wawancara : Ruang Komputer

Waktu : 12:00-12:40

Hari/tanggal : Jum‟at 11 Mei 2018

1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda

sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana

pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?

Jawab: kalau saya tidak terpaku terhadap metode yang di tetapkan

pemerintah. kalau saya melihat kondisi kebutuhan siswa. Lebih pariatiflah

intinya.

2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan

mendapatkan respon yang positif dari siswa?

Jawab: Tidak semua bisa merespon dengan baik paling beberapa

persentase. Ya 70-80 lah. Soalnya saya ngajar MI nalarnya masih belum

stabil apalagi ngajar bahasa inggris. Jadi lebih fokus ke kosah kata. Yang

penting tidak membuat anak jenuh.

3. Tanya: Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan

semangat belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang

memberikan respon negatif terhadap pembelajaran?

Jawab: ngajar 2 ski sama b. inggris. Kalau ski sendirikan anak-anak lebih

suka terhadap kisah-kisah. Jadi lebih buat anak penasaran saat

menerangkan seorang tokoh. kalau bahasa inggris saya buat games atau

postes. Jadi ada daya Tarik kalau mengadakan postes. Jadinya kalau tidak

belajar takut nilainya kecil, tapi tidak setiap pertemuan, melihat situasi dan

kondisi aja.

4. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk

mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda

tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?

Jawab: kadang-kadang. Saya suruh maju kedepan, diem didepan. Tapi saya

tidak suruh keluar, kasian soalnya kalau sampe di keluarkan. Kalau

diluarkan dia tidak mengikuti pelajaran. Jadi saya Cuma suruh kedepan

mengerjakan di depan sampe selesai. tapi saya liat dulu ada niat ngerjain

tugasnya apa engga.

5. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan

budaya disiplin disekolah?

Jawab: kepala sekolah kita termasuk orang yang leadership. Dia suka

berinisiatif untuk datang lebih awal sambil awal untuk mengawasi kegiatan

greeting. Beliau juga memberi teladan yang baik bila ada sampah kepala

sekolah suka memungutnya dan membuang ketempat yang semestinya.

6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada siswa anda?

Jawab: ya. Dia suka mencontohkan kepada setiap siswa untuk buang

sampah sembarangan. Dan terkadang saat jam istirahat tiba dia suka

menyapu. Tapi itu terkadang. Tapi menurut saya itu contoh yang baik.

7. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol

kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?

Jawab: iay. Dia suka dating lebih awal. Dengan mengawasi kegiatan siswa

pada saat masuk kesekolah apakah ada yang terlambat atau tidak. Karena

dia suka mengawasi kegiatan greeting.

8. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?

Jawab: biasanya kita panggil kenapa terlambat, rumahnya dimana. Kalau

alasannya memang bisa dianggap wajar kita mempersilahkan dia masuk.

Apabila yang melanggar itu-itu lagi mungkin itu akan terkena hukuman

dan di panggil orang tuanya.

9. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan

kedisiplinan siswa dalam bersikap?

Jawab: kita mengadakan greeting. Jadi ada beberapa guru yang sudah sdi

beri tugas untuk mengawasi setiap siswa pada saat masuk sekolah n.

Tujuannya untuk menenemkan sikap tepat waktu kepada setiap siswa.

Selanjutnya apabila bell sudah berbunyi kami setiap guru mengusahakan

paling tidak gurunya sudah ada dikelas.

Kalau kepala sekolah ada program shalat dzuha pada hari jum‟at. Program

baru ini baru sebulan 2 bulanan berlangsung.

10. Tanya: Apa yang anda lakuka jia ada siswa yang bersikap tidak sopan

kepada guru?

Jawab: kalau saya melihat biasanya saya tegur. Kami sudah insaallah

sudah melakukan semaksimal mungkin itu tidak terjadi. Sebetulnya kalau

terjadi hal sepeti itu, kita sebetulnya tidak bisa menyalahkan kepada guru.

karena kalau untuk masalah siakap, sebenarnya lebih banyak terbentuk di

luar kegaiatan di sekolah. Jadi sudah sepatutnya orang tua wali murid ikut

mengawasi. Karena di sekolah biasanya bersifat teoritis di luar sekolah itu

pengaplikasiannya atau prakteknya.

11. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam

penanaman kedisiplinan siswa?

Jawab: problematikanya biasanya kita menghadapi berbagai macam

karakter. Karena yang sifatnya aktif, pendiem, dan super aktif. Yang ke

dua karena pembagian kelas suka dilihat dari kalsifikasi nilai. Jadi terkesan

ada gret-retnya. Misalkan kelas tiga a kalem, 3b menengah, dan tiga c aktif

(kurang kondusif).

12. Tanya: bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?

Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak

leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?

Jawab: kalau tingkat MI yang saya jalani tidak sampe ketahap kekerasan.

Kita lebih memakai tindakan lisan. Jadi Cuma mengingatkan, apabila

keslahannya masih berulang maka saya coba dengan nada yang lebih

keras.

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden : Mu‟min S.Pd

Jabatan : guru

Tempat Wawancara : depan ruang guru

Waktu : 10:10-10:21

Hari/tanggal : Jum‟at 18 Mei 2018

1. Tanya: Bagaimana pembelajaran yang anda lakukan di kelas? apakah anda

sudah mengajar sesuai standar yang di tetapkan pemerintah? bagaimana

pendekatan dan metode pembelajaran yang anda gunakan?

Jawab: sejauh ini saya melakukakan pembelajaran sesuai standar yang di

tetapkan pemerintah. Apalagi sekarang sistemnya kurikulum 2013 jadi

semua yang dilaksanakan di sekolah dikelas terutama, ya mengikuti acuan

yang ada di buku..soalnya dalam kurikulum 2013 semuanya udah ada

panduannya cara kita mau ngajar kemudian kita praktekitu di dalam buku

panduan kurikulum 2013 udah ada apa saja yang harus disiapkan.

Kalau metode hanya mencing aja, jadi Cuma mengarahkan selebihnya

anak-anak.

2. Tanya: Apakah dengan pendekatan dan metode yang anda gunakan

mendapatkan respon yang positif dari siswa?

Jawab: ya pasti.

3. Tanya: Bagaimana cara yang anda gunakan untuk mengembalikan

semangat belajar dan situasi yang kondusif ketika ada siswa yang

memberikan respon negatif terhadap pembelajaran?

Jawab: itu terjadi katika anak itu tidak ikut peran aktip, jadi yang tidak

peran aktif itulah kadang-kadang justru yang rusuh. Contoh misalkan

kalau di kurikulum 2013 itu lebih banyak pengelompokan biasanya seperti

itu. Kalau mereka aktif, ini yang namanya rusuh itu pasti tidak ada.

rusuhnya itu biasanya karena waktu mengadakan praktek menggunting

sesatu, membuat prakarya atau apa biasanya rusuhnya seperti itu. Atau

biasanya rusuhnya yang tidak aktif biasanya keran bercanda. Itukan

artinya begini mau tidak mau anak itu bagaimana bisa aktif ikut kegiatan

pembelajaran terutama apabila nanti dalam kegiatan pengelompokkan.

Solusinya yam au tidak mau jadi mereka harus di arahkan supaya bisa ikut

aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

4. Tanya: Apakah anda selalu memberikan tugas kepada siswa untuk

mengetahui kedisiplinan siswa tersebut? Bagaimana jika ada siswa anda

tidak mengerjakan tugas yang anda berikan? apa yang anda lakukan?

Jawab: tidak pernah sih. Sudah hampir jarang ngasih tugas (pr) karena

dengan beban yang sangat banyak kemudian anak-anak pulang sampai

sore maka mau tidak mau kegiatan pembelajaran diselesaikan dise3kolah.

Kalau dulu biasanya kalau tugas itu tidak selesai kemudian dijadikan pr

maka sekarang ini diusahakan kegiatan belajar mengajar di selesiakan di

sekolah kalau saya biasanya seperti itu.

Kalau saya kalaupun siswa tidak mengerjakan tugas, saya akan menyuruh

mereka mengerjakan lagi dikelas kalau sudah selesaikan baru dilanjutkan

ke pembelajaran selanjutnya.

5. Tanya: Apa yang sudah di lakukan oleh kepala sekolah untuk menciptakan

budaya disiplin disekolah?

Jawab: sejauh ini greeting dan sholat duha bareng pada hari jum‟at.

6. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada siswa anda?

Jawab : biasanya kepala sekolah dengan pengeras suara biasanya suka

menginstruksikan siswa untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah.

membuang sampah pada tempatnya, dan tidak makan didalam kelas

terutama itu. Untuk mendisiplinkan anak bagaimana menjaga lingkungan

sekolahnya biar nyaman maka biaanya anak itu dilarang untuk tidak

makan di dalam kelas saat waktu jam istirahat.

7. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu mengawasi dan mengontrol

kedisiplinan siswa anda terutama dalam hal disiplin waktu?

Jawab : suka karena beliau suka mengingatkan kepada para siswa tentang

pentingnya shalat dzuhur berjamaah dan shalat dzuha.

8. Tanya: Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak disiplin waktu?

Jawab : biasanya mempertanyakan dulu maslahanya apa. Biasanya yang

bertanggung menanyakan itu guru piket, kemudian sesudah itu apabila

guru piket sudah bisa memperbolehkan masuk kemudian baru wali kelas

trakhir. Biasanya menanyakan dulu sih masalahnya apa yang menjadikan

dia terlambat itu apa. Kemudian kalau memang ada masalah seperti

bangun kesiangan belarti itu dari individunya yang kurang baik. Kadang-

kadang ada non teknis kalau dia terlambat karena jemputannya motornya

mogok, kena macet bisa kita maklumilah.kita pertanyakan dulu

masalahnya apa. baru kemudian kita bisa menilai, apakah mereka

terlambat di sengaja atau tidak terhadap disiplin waktunya soalnya kita ga

tau.

9. Tanya: Bagaimana kepala sekolah dan para guru menanamkan

kedisiplinan siswa dalam bersikap?

Jawab : dengan memberikan sebuah nasehat, memberikan sebuah

motivasi kemudian mengontrol

10. Tanya: Bagaimana problematika yang dihadapi oleh guru dalam

penanaman kedisiplinan siswa?

Jawab : kesadaran dirinya. Kadang-kadang kembali kepada kesadaran

dirinya anak-anak. dengan memberikan sebuah nasehat, memberikan

sebuah motivasi kemudian mengontrol. Tapi ternyata tingkat kesadaran

diri dari siswanya blm ada itu yang berat sih. Siswanya itu sendiri yang

kadang-kadang ketika kita disiplinkan dia tidak melaksanakan apa yang

sudah kita perintahkan. Sehingga ini kadang-kadang menjadi beban kita

kerasin salah kalau tidak di kerasin takutnya seperti it uterus. Tapi tetap

selalu mengingatkan.

11. Tanya: bagaimana tanggapan anda tentang peraturan HAM?

Apakah dengan adanya peraturan HAM, membuat anda menjadi tidak

leluasa dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa?

Jawab: sebenarnya begini, HAM itukan perlu ada, Cuma kadang-kadang

dari wali murid itu yang menapsirkannya yang berlebihan. Itu yang jadi

maslah, itu pandangan orang tu murid itu karena adanya HAM sehingga

anaknya sedikit-sedikit justru sebentulnya tujuan guru mendisiplinkn

mereka tanggapannya berbeda. Harus di beri pemahaman tentang HAM itu

apa wali murid. Biar mereka paham tujuan guru seperti apa. Karena

kadang- kadang wali murid suka salah menafsirkan.

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Nama Responden : Rasyid

Tempat Wawancara : Depan Ruang Guru

Waktu : 10:00-10:20

Hari/tanggal : Kamis 10 Mei 2018

1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat

adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?

Jawab: tengah-tengah. Ya palingan caper

2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,

konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?

Jawab: teguran

3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada para siswa?

Jawab: iya

4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada

siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?

Jawab: nasehatin biar ga ngobrol

5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun

terlambat masuk sekolah?

Jawab: setrap

6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?

Jawab: sangsi

7. Tanya: Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak?

Alasannya kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?

Jawab: disiplin. Dengan tidak ber4main yang berbahaya

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Nama Responden : Hardi

Tempat Wawancara : Depan Kelas

Waktu : 12:00-12:20

Hari/tanggal : Selasa 15 Mei 2018

1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat

adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?

Jawab: Kadang- kadang

2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,

konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?

Jawab: hukuman

3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada para siswa?

Jawab: iya

4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada

siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?

Jawab: Suruh diem

5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun

terlambat masuk sekolah?

Jawab: Ga pernah telat

6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?

Jawab: Hukum, setrap suruh berdiri

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Nama Responden : Wika

Tempat Wawancara : Depan kelas

Waktu : 11:00-11:20

Hari/tanggal : Rabu 16 Mei 2018

1. Tanya: Adik kalau di sekolah berperilaku disiplin apa tidak? Apa yang membuat

adik tidak berperilaku disiplin di sekolah?

Jawab: kadang-kadang disiplin kadang-kadang tidak.

2. Tanya: Jika ada yang melanggar peraturan/tidak berperilaku disiplin,

konsekuensi yang adik terima apa dari guru /pihak sekolah?

Jawab: Di suruh kerjain kalau engga di setrap

3. Tanya: Apakah kepala sekolah selalu memberikan teladan yang baik

kepada para siswa?

Jawab: baik

4. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika pelajaran berlangsung dikelas ada

siswa yang bermain sendiri dan berbicara dengan teman ?

Jawab: Disuruh diem

5. Tanya: Bagaimana tanggapan seorang guru, jika kamu telat masuk kelas ataupun

terlambat masuk sekolah?

Jawab: Ga pernah telat

6. Tanya: Bagaimana sikap seorang guru, jika adik tidak mengerjakan PR?

Jawab: Kadang berdiri dan ngerjain diluar

7. Tanya: Biasanya kalau di rumah adik juga berperilaku disiplin atau tidak?

Alasannya kenapa? Apa contoh perilaku disiplin kalau ada di rumah ?

Jawab: Ya gitulah

LAMPIRAN 7

KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR DAN EKSTRA

KUKIKULER

A. Ringkasan Data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kelas 1 - TP 2016/2017

1. Daya tampung madrasah untuk siswa baru di Kelas 1 TP 2016/2017 : siswa

2. Jumlah Pendaftar di Kelas 1 pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TP 2016/2017 : pendaftar

3. Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Kelas 1 pada PPDB TP 2016/2017 : siswa

B. Rincian Jumlah Pendaftar & Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Tingkat 1 TP 2016/2017

C. Data Rombongan Belajar pada Semester Ganjil TP 2016/2017 (Tahun Pelajaran Sekarang)

1) Tingkat/Kelas : 1 : Kelas 1 2 : Kelas 2 3 : Kelas 3 4 : Kelas 4 5 : Kelas 5 6 : Kelas 62) Kurikulum Yang Digunakan : 1 : Kurikulum 2013 2 : KTSP 2006 3 : Mandiri3) Nama Ruang Kelas yang digunakan untuk Kegiatan Belajar Mengajar mengacu pada data Sarpras Bagian E.

D. Kondisi Siswa dan Rombel Akhir TP 2015/2016 (Tahun Pelajaran Lalu)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

A. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Kurikulum Yang Digunakan : 1 : Kurikulum 2013 3 : Kurikulum Mandiri

2 : KTSP 2006 4 : Kombinasi

2. Durasi 1 Jam Tatap Muka : 1 : < 45 Menit 2 : 45 Menit 3 : > 45 Menit

3. Jam Belajar : Mulai pukul :

4. Buku Penunjang Pembelajaran

a. Buku Teks Siswa : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada

b. Buku Teks Guru : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada

c. Buku Referensi Lainnya : 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada

5. : √ Pesantren Kilat √ Sholat Berjamaah √ Tadarus

√ Sholat Dhuha √ Baca Tulis Qur'an Qiyamul Lail

Sholat Tarawih Latihan Dakwah Lainnya

B. Kegiatan Ektstrakurikuler Yang Diselenggarakan Madrasah

1) Apakah Diselenggarakan? 2) Prestasi Yang Pernah Diraih :

1 : Ya 0 : Belum Ada 3 : Tingkat Provinsi

0 : Tidak 1 : Tingkat Kecamatan 4 : Tingkat Nasional

2 : Tingkat Kab./Kota 5 : Tingkat Internasional

Renang11.

20.

V. Kegiatan Belajar Mengajar dan Ekstrakurikuler

IV. Rekap Siswa

Jumlah Siswa Akhir TP 2015/2016 49 52 41 45 35 33 45 35 30 34 21

Jumlah Siswa Lulus 21 24

Jumlah Rombel 3 3 2 3 2 2

Jumlah Siswa Drop-out Kembali

Jumlah Siswa Naik Tingkat 49 52 41 45 35 33 45 35 30 34

24

Jumlah Siswa Pindah Keluar 2 2 1

Jumlah Siswa Drop-out Keluar

Jumlah Siswa Awal TP 2015/2016 49 52 43 45 37 34 45 35 30 34 21 24

Jumlah Siswa Pindah Masuk

No. Uraian Siswa & Rombel Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 Tingkat 6

Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.

6. TK di Luar Negeri

53 31 33

1. RA 2 2

No. Asal Sekolah Jumlah Pendaftar Jumlah Siswa Baru Diterima

Lk. Pr. Lk. Pr.

TK 45

4

1

07.00 sampai pukul : 14.30

2. Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)

No. Jenis EkstrakurikulerApakah

Diselenggarakan? 1)

Jumlah Siswa

Yang Mengikuti

Prestasi Yang

Pernah Diraih 2)

1. Pramuka 1 456

1

1

1

Kegiatan Rutin Keagamaan(Jika memiliki dan boleh lebih dari

1 pilihan)

5. Matematika

6. Sepakbola/Futsal 1 25

3. Marching Band 1 30

4. Robotik

9. Olahraga Bela Diri (Karate, Silat, dll) 1 30

10. Catur

7. Bola Basket 1

8. Bulutangkis 1 7

13.

Seni Musik/Alat Musik14.

Seni Tari Tradisional/Daerah

Grup Band12.

Seni Suara/Vocal Grup

19.

Lainnya

17.

Marawis/Nasyid 1 2018.

Kaligrafi

15.

Seni Tari Modern16.

Seni Drama/Teater

Langsung dari Orangtua

11 1 1 33 33

66

100

66

4.

7. Lainnya

Tingkat/

Kelas 1)Nama Rombel

Kurikulum2) Nama Wali Kelas

Nama Ruang

Kelas 3)

Jumlah Siswa

Lk. Pr.

3. Lembaga PAUD

5. TK Luar Biasa

2.

LAMPIRAN 8

REKAP SISWA

REKAP SISWA KELAS 1 – 6

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ihsan Pamulang

Tahun Pelajaran 2017/2018

NO. Kelas L P Jumlah Keterangan

1 1-A 20 16 36

2 1-B 15 21 36

3 2-A 16 18 34

4 2-B 15 14 29

5 3-A 17 17 34

6 3-B 14 21 35

7 3-C 17 18 35

8 4-A 8 22 30

9 4-B 19 11 30

10 4-C 18 8 26

11 5-A 13 22 35

12 5-B 23 14 37

13 6-A 24 16 40

14 6-B 19 20 39

TOTAL JUMLAH 238 238 476

REKAP SISWA KELAS 1 – 6

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ihsan Pamulang

Tahun Pelajaran 2017/2018

NO. Kelas L P Jumlah Keterangan

1 1-A 35 37 72

2 2-A 31 32 63

3 3-A 48 51 104

4 4-A 45 41 86

5 5-A 36 36 72

6 6-A 43 36 79

TOTAL JUMLAH 476

LAMPIRAN 9

ANGKET

INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET TENTANG PERAN KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINKAN SISWA

DI MI AL-IHSAN PAMULANG

I. Identitas Responden

Nama :

Hari/Tanggal :

Usia :

Waktu :

II. Petunjuk pengisian angket

1. Angket ini semata-mata bertujuan untuk penelitian ilmiah.

2. Kerahasiaan angket ini dijamin sepenuhnya.

3. Pengisisan terhadap angket ini tidak berpengaruh terhadap status

anda sebagai siswa.

4. Dimohon kesediaan anda untuk mengisi lembar angket ini sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

5. Berilah tanda silang (x) pada alternatif jawaban yang anda pilih dari

beberapa alternatif jawaban yang tersedia.

III. Pertanyaan:

1. Jika kepala sekolah mengetahui terdapat siswa yang tidak displin,

apakah kepala sekolah bersama guru menindak siswa yang

bersangkutan

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

2. Apakah kepala sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap

aktiitas siswa di sekolah

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

3. Apakah ade merasa nyaman atau terhadap budaya kedisiplinan di

sekolah

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

4. Apakah kepala sekolah dengan guru suka memberikan sanksi

kepada siswa yang tidak disiplin

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

5. Menurut ade, apakah kepala sekolah suka memberikan teladan

yang baik kepada siswa

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

6. Apakah kepala sekolah bersama guru menetapkan aturan yang ada

sekolah bersama

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

7. Apakah kepala sekolah menjalankan seluruh aturan secara adil bagi

semua siswa

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

8. Dalam menyelesaikan persoalan disiplin siswa kepala sekolah dan

guru bekerjasama dengan orang tua siswa

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

LAMPIRAN 10

HASIL ANGKET

1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah

3 2 3 3 2 3 3 3 22

2 2 2 3 3 3 2 2 19

2 2 2 3 2 2 2 2 17

3 2 3 3 3 3 2 3 22

2 2 2 3 3 3 2 3 20

2 3 3 2 3 3 2 3 21

3 2 3 3 2 3 3 3 22

2 2 3 2 2 3 2 3 19

2 2 2 3 2 2 2 3 18

2 2 2 3 2 2 2 3 18

2 2 3 2 2 3 2 3 18

2 2 2 3 3 3 2 3 20

2 2 2 3 2 2 2 2 17

2 2 2 3 3 3 2 2 19

3 2 3 3 3 3 2 3 22

3 2 3 3 2 3 3 3 22

3 3 3 3 3 3 3 3 24

3 3 2 3 3 3 3 3 23

3 2 2 3 3 3 3 3 22

3 2 2 3 3 3 2 3 21

2 3 3 3 3 3 2 3 22

2 3 3 3 2 3 2 2 20

3 2 2 3 3 3 3 3 22

2 3 3 3 3 3 2 3 22

3 2 3 3 3 3 2 3 22

2 3 3 3 2 3 3 2 21

3 3 2 3 3 3 3 3 23

3 3 3 3 3 3 3 3 24

3 2 3 3 2 3 3 3 22

2 3 3 3 2 3 2 2 20