PERAN KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2065/1/skripsi...PERAN KELUARGA SEBAGAI...
Transcript of PERAN KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2065/1/skripsi...PERAN KELUARGA SEBAGAI...
PERAN KELUARGA
SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK
(Telaah Hadis Fitrah Manusia)
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Ulfa Ulfiyati
NIM: 111-13-105
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
Dr. M. Ghufron, M.ag.
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Ulfa Ulfiyati
NIM : 111-13-105
Judul : PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK
KARAKTER ANAK (TELAAH HADIST FITRAH
MANUSIA)
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 13 September 2017
Pembimbing
Dr. M. Ghufron, M.Ag.
NIP. 197208142003121001
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalam Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364
Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected]
iv
PENGESAHAN
Judul Skripsi
PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK
(TELAAH HADIST FITRAH MANUSIA)
Oleh
ULFA ULFIYATI
NIM: 111-13-105
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 September 2017 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan (S.Pd).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Moh Khusen, M.Ag., MA.
Sekretaris Penguji : Dr. M. Ghufron, M. Ag.
Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si
Penguji II : Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.
Salatiga, 29 September 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 10002
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364
Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected]
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ulfa Ulfiyati
NIM : 111-13-105
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat
dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Dan naskah skripsi ini boleh dipublikasikan oleh
lembaga IAIN Salaitga .
Salatiga,13 September 2017
Penulis
Ulfa Ulfiyati
111-13-105
vi
MOTTO
Jika kamu bersungguh-sungguh,kesungguhan itu untuk kebaikanmu
sendiri.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak Imam Mulhadi dan Ibu Sumarsih yang senantiasa memberikan nasehat
dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN
Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi
yang bermanfaat untuk sesama.
2. Keluarga besar Trah Sunaryo yang selalu mendoakan serta memberikan
dorongan semangat.
3. Keluarga besar Trah Komari dan Simbah Musini yang selalu mendoakan.
4. Mas Feri lukman Aji dan Mas Khoirul Rajab Afriyanto yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dan serta mendoakan.
5. Mas Wahyu Najib Fikri yang sudah membantu menyelesaikan skripsi.
6. Nur Mailatus, Novita Prame Shella, Murni Ning Tyas ,Nur Khayati,Rini
Siswardani, Rumi dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam
setiap langkah.
7. Keluarga PAI C, Keluarga PPL SMK N 1 Salatiga dan Kelompok KKN posko
91&92 Kec. Kaliwungu yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar
biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PERAN KELUARGA
SEBAGAI PEMBENTU KARAKTER ANAK (TELAAH HADIST FITRAH
MANUSIA”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak M. Ghufron,M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak H. Achmad Maimun, M.Ag. Selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapakku Imam Mulhadi dan ibu Sumarsih keluarga tercinta, dan seluruh
pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 13 September 2017
Penulis
ULFA ULFIYATI
NIM. 111-13-105
x
ABSTRAK
Ulfiyati, Ulfa. 2017. Peran keluarga sebagai pembentuk karakter anak (telaah
hadis Fitrah Manusia). Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Kata kunci: Peran Keluarga, Membentuk Karakter Anak
Latar belakang dari penelitian ini adalah banyak orang-orang
khususnya orang tua yang kurang faham dalam membentuk karakter
anak. Sehingga banyak anak-anak memiliki karakter yang tidak
diharapkan oleh semua orang. Maka dari itu kajian ini sangat
dibutuhkan untuk mencari jawaban atas apa yang harus dilakukan
keluarga dalam menanamkan karakter pada anak. Dalam penelitian ini
akan mengkaji Hadis fitrah manusia.(1) Bagaimana kualitas hadis
tentang fitrah manusia ? (2) Serta Peran keluarga dan pembentukkan
karakter anak dalam fitrah manusia ?. Penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan atau libary research. Yaitu penelitian memfokuskan
pemabahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal,
makalah, maupun tulisan-tulisan lainya. Hasil penelitian menunjukan
bahwa: (1) Setelah menganalisis Sanad Hadis, penulis memeberikan
kesimpulan bahwa Hadis di atas berkualitas Shahih dikarenakan telah
memenuhi syarat. Adapun syarat Hadis shahih mutawatir adalah
sanadnya bersambung, proses periwayatnya oleh orang yang adi, dan
kuat daya ingatanya dari orang yang serupa sifatnya serta terbebas dari
keganjilan dan cacat. (2) peran keluarga dalam pembentukkan karater
anak, anak lahir dalam keadaan suci,bersih dan sederhana, kelahiran
anak merupakan anugerah.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Metode Penelitian .......................................................................... 5
F. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 11
A. Peran Keluarga .............................................................................. 11
B. Pendidikan Karakter ...................................................................... 23
xii
C. Hubungan Orang Tua dengan Anak pembentukkan karakter Anak
30
BAB III Kritik Sanad Hadis Tentang Fitrah Manusia ..................................... 32
A. Hadist Yang Semakna Tentang Fitrah Mansuia ............................ 33
B. Sanad............................................................................37
C. Isi Kandungan Hadis Fitrah Manusia..................................38
D. Penjelasan Hadist .......................................................................... 52
BAB IV Kritik Matan Hadis Fitrah Manusia Memotret Peran Keluarga Sebagai
Pembentuk Karakter Anak ............................................................................... 54
A. Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak Semakna Hadis
Fitrah Manusia............................................................................... 56
B. Arti kontektual Pembentukkan Karakter dalam Hadist Fitrah Manusia
....................................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 68
A. Kesimpulan.................................................................................... 68
B. Saran .............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
RIWAYAT HIDUP PENULIS........................................................................71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terlahir dalam
keadaan fitrah. Terlepas dia terlahir dari siapapun dan dimanapun, sosok
manusia tetap terlahir dalam keadaan fitrah. Adapun hal-hal yang berkaitan
dengan persoalaan diluar diri manusia yang terlahir itu menjadi tanggung
jawab orang yang melakukan.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali
dapat di lihat dan ditiru oleh manusia. Ayah, ibu, dan anggota keluarga
lainnya adalah sebagai subjek dalam pemberian pembelajaran akhlaq, akidah,
agama, sosial, dan pembentukan kepribadian atau karakter. Sebagaimana di
tuliskan dalam sebuah hadist:
سلم :كل ملد عن ا بي ىريرة رضي هللا عنو قال : قال رسل هللا صل هللا عليو
رنو ا دانو ا ينص اه يي مسلم( يلذ عل الفطرة فاب سنو )راه البخار يمج
“Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah dan ibunyalah yang
menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi” (HR. Muslim).
Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa, setiap manusia yang
terlahir di muka bumi ini adalah suci, lingkungan keluargalah yang
memberikan warna dan dapat membentuk karakter anak. Karakter yang
terbentuk dalam anak dapat berupa karakter yang positif maupun negatif.
Sebab semua pembentukan tersebut tergantung dengan olah asuh dalam
keluarga.
2
Orang tua sebagai rujukan, menempati posisi rujukan moral dan
informasi. Kedua hal ini harus disadari betul-betul semenjak dia menjadi ayah
atau ibu dari anak-anaknya. Sebagai rujukan moral atau keteladanan orang tua
dutuntut agar bertingkah laku sehari-hari menunjukkan hal-hal yang positif,
baik segi bicara maupun perilaku lainnya. Sebab islam menjelaskan bahwa
orang tua berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak (Ahid, 2010: 147).
Menurut Djamarah (2004: 2) , antara keluarga dan pendidikan
adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan, karena di mana ada keluarga
disitu pula terdapat pendidikan. Dimana ada orang tua disitu anak merupakan
suatu kemestian dalam keluarga. Ketika terdapat orang tua yamg mendidik
anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang mengahajatkan
pendidikan dari orang tuanya. Dari hal tersebut muncullah istilah
“pendidikan keluarga”.
Keluarga merupakan hal yang paling utama untuk membangun
karakter anak. Selain keluarga ,lingkungan dapat pula berperan besar terhadap
perkembangan kepribadian anak. Lingkungan yang baik akan memberikan
dampak negatif bagi seorang anak. Oleh karena itu, keluarga dan lingkungan
menjadi peran utama dalam membentuk kepribadian anak. Lingkungan
keluarga adalah tempat awal bagi anak untuk belajar dan mengenal berbagai
hal yang belum diketahuinya.
Dalam kaitanya dengan dunia pendidikan saat ini, era globalisasi
saat ini merupakan tantangan besar bagi orang tua dalam upaya mendidik
anak. Teknologi yang semakin canggih dan akses informasi yang semakin
3
mudah sedikit banyak memengaruhi perkembangan jiwa anak. Akibatnya,
fenomena di masyarakat kita saat ini terhiasi dengan kian maraknya tawuran
antar pelajar perilaku remaja yang menyimpang,dan masih banyak lagi
kejadian yang jauh dari nilai-nilai karakter islami. Orang tua pun banyak
mengeluh atas kenakalan anak-anak mereka yang sukar dikendalikan, keras
kepala, tidak mau menurut perintah orang tua,sering berkelahi,tidak mau
belajar,merusak milik orang lain,merampok,menipu, dan suka berbohong
serta kerendahan moral lainnya. Jika kondisi ini dibiarkan, kasus-kasus
seperti ini nampaknya akan terus meluas seiring perkembangan kemajuan
zaman. Dan jika hal ini terus berlanjut maka anak sebagai generasi islam
tidak mempunyai dasar karakter yang kuat dalam menghadapi tantangan
zaman.
Dalam kondisi ini banyak orang tua yang kurang menyadari apa
penyebab dari tingkah laku anak mereka. Orang tua telah melempar tanggung
jawab pembinaan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah. Padahal
penanaman karakter pada diri anak bukan hanya tanggung jawab guru di
sekolah, artinya tidak harus melalui jalur pendidikan formal. Namun orang
tua sebagai pemilik anak yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang
sangat besar dan utama dalam hal ini. Maka hal yang perlu ditinjau ulang
terlebih dahulu adalah bagaimana pendidikan yang telah dilakukan oleh orang
tua. Banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh anak lebih banyak
disebabkan karena kondisi orang tua sendiri, seperti kurangnya kasih sayang
dan perhatian orang tua,kurangnya pendidikan yang diberikan kepada anak di
4
rumah, kondisi keluarga yang tidak harmonis dan lain sebagainya. Dalam
keluarga tidak berlangsung proses penanaman karakter pada diri anak (Sofyan
, 2006: 34).
Dari pemaparan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
menulis dan membahas tentang” PERAN KELUARGA SEBAGAI
PEMBENTUK KARAKTER ANAK”(Telaah Hadist Fitrah manusia).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas hadis tentang fitrah manusia?
2. Bagaimana peran keluarga dan pembentukkan karakter anak dalam fitrah
manusia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai
tujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas hadis tentang fitrah manusia.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga dan pembentukkan karakter
anak dalam fitrah manusia?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat, baik secara teoritik
maupun praktis,yaitu:
5
1. Manfaat Teoritik
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pendidikan islam pada umumnya
dan pendidikan keluarga pada khususnya, terutama mengenai peran dan
tanggung jawab keluarga dalam islam.
2. Manfaat praktis
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi orang tua untuk mendidik anak
yang sesuai dengan ajaran islam
b. Untuk dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pendidikan islam di
zaman modern ini.
c. Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui pendidikan
agama islam dalam keluarga.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari
penelitian , yaitu: pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan
data dan analisis data.
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini bersifat literature(kepustakaan) yang berfokus pada
referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan
dengan mencermati sumber tertentu,mencari,menelaah buku-buku ,artikel
atau lainnya yang berkaitan dengan peran keluarga dan karakter anak.
Penelitian ini dilakukan dengan mencari, menganalisis, membuat
interpretasi, serta generalisasi dari fakta-fakta hasil pemikiran, ide-ide
yang telah ditulis oleh dan ahli(Nazir, 1998:62).
6
2. Sumber Data
Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan (Arikunto, 1987:135). Sedangkan data-data tersebut
dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku
Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Karakter Anak.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dihadapan dari sumber bacaan lain buku
Islam dan kaidah-kaidah Dasar, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam.
3. Teknik pengumpulan Data
Data penelitian dicari dengan pendekatan Library Research, yaitu
penelitian perpustakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian
permasalahan.
b. Mengidentifikasi semua permasalahan yang berkaitan dengan
penelitian.
c. Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang
pokok permasalahan (Komaruddin, 1988:145).
7
4. Analisi Data
Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode,
yaitu:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada refernsi
pada masalah konkret sedetail-detailnya” (Anton dan Achmadi, 1994:
112). Peneliti melakukan analis data dengan metode deskripsi, yaitu
menggambarkan peran keluarga terhadap pembentukkan karakter anak.
b. Metode Analisis
Metode Anlisa yaitu penanganan terhadap suatu obyek-obyek
penelitian ilmiah dengan memilah-milah pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain (Sumargono, 1980: 31). Dalam proses analisa ini
penulis menggunakan dua cara yang saling bergantian, yaitu:
1) Proses Analisa Deduksi, yaitu analisa dari pengertian yang umum
kemudian dibuat eksplitasi dan penerapan lebih khusus. Yaitu
dengan cara mengumpulkan data-data dalam permasalahan umum
kemudian mengerucut pada proses pengambilan permasalahan-
permasalahan yang bersifat khusus.
2) Proses Analisa Induksi (dari khusus ke umum). Induksi pada
umumnya disebut generalisasi, yaitu dengan cara mengumpulkan
data-data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar data itu menyusun
8
suatu ucapan umum. Yaitu dengan cara analisa dari data yang
bersifat khusus kemudian yang bersifat umum.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan,
maka penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah dalam
penelitian ini akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:
1. Definisi pendidikan keluarga
Kata pendidikan menurut etimonologi bersal dari kata dasar “didik”
dengan awalan “pe” dan akhiran “kan”, maka mengandung arti “
perbuatan” (Poerwadarminta, 1985: 72).
Istilah pendidikan dan keluarga adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, dimana ada keluarga maka disanalah ada pendidikan. Kelurga
secara etimonologi adalah suatu kesatuan unit dimana anggota-
anggotanya mengabadikan diri dengan kepentingan dan tujuan tersebut
(Sadulloh, 2006: 182).
Jadi dalam penelitian ini pendidikan keluarga adalah penting,
upaya keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama yang dikenal oleh
anak. Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua,
dengan peran ibu lebih banyak. Karna Ayah biasannya pergi bekerja
jarang ada di rumah, maka hubungan ibu dan anak lebih menonjol.
Meskipun peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan
pemberi pedoman.
9
Keluarga adalah salah satu pusat dari tri pusat pendidikan bagi
anak, keluarga merupakan lingkungan pertama tumbuh dan berkembang
anak, terutama pada awal kehidupannya, dan keluarga merupakan pusat
pendidikan paling penting dan besar pengaruhnya pada anak.
2. Definisi Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter(Inggris: charakter) berasal dari
bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berati “to engrave” (Ryan
and Bohlin, 1995: 5). Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir,
melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily,
1987:214). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa
berarti huruf, angka, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar
dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 62).
Jadi dalam penelitian ini pendidikan karakter anak merupakan sifat
yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan
dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan
(Dayanto& darmiatun, 2013: 69).
Pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia sentuhan yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
10
pendidikan watak, yang bertujuan mengembangakan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
3. Hadist fitrah Manusia
ن مان أخب ثنا أبو ام ن م حد ن نا و ى ومو صيا ا ا ص
نت أ ن نا أبوه خاص سلم أ
نعي أبواه ال سلم د
نل فطرة ال و أجل أن و ه
نسلم ا
نو سقط غي ال أجل أن له ت ل س ل و ل تل صارخا صل ذا اس
ا سل و ل امنبه ص الل ث ا د ن ي عنو ن أب ىررة رض اللنل فا
ن ا ومو
سانو ول مج انو أ نص انو أ اء ىل امفطرة فأبواه يو مي ج مي ب مك تنج الب
عنو ) أبو ىررة رض الل جداء ث قو ون فهيا سه امت فط ت ر امناس لهيافطرة الل
ال (
Artinya:” Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, Ibnu Syihab: "Setiap anak
yang wafat wajib dishalatkan sekalipun anak hasil zina karena dia
dilahirkan dalam keadaan fithrah Islam, jika kedua orangnya mengaku
beragama Islam atau hanya bapaknya yang mengaku beragama Islam
meskipun ibunya tidak beragama Islam selama anak itu ketika dilahirkan
mengeluarkan suara (menangis) dan tidak dishalatkan bila ketika
dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan suara (menangis) karena
dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan perkataan Abu
Hurairah radliallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada seorang anakpun yang
terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian
kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi,
Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan
binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat
padanya?". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata,
(mengutip firman Allah QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu"). (H.R.Bukhari
no. 1270 )
11
G. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis, di dalam penulisan
skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan
skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut:
BAB I: Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II: Kajian pustaka; dalam bab ini memuat tiga subab yang meliputi:
keluarga yang meliputi (pengertian keluarga, fungsi keluarga),
karakter yang meliputi (pengertian karakter, nilai karakter, tujuan
karakter), Hubungan orang tua dengan pembentukan karakter.
BAB III : Kritik Sanad Hadis Tentang Fitrah Manusia
BAB IV : Kritik Matan Hadis Fitrah Manusia Memotret Peran Keluarga
Sebagai Pembentuk Karakter Anak
BAB V : Penutup
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami-istri secara
sah karena perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati ringan
sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu
tekat dan cit-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir
dan batin.
Keluarga adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di
lingkungan keluarga pertama mendapatkan pengaruh, karena itu keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati.
Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada.
Ayah dan Ibu di dalam keluarga sebagai pendidikanya, dan anak sebagai
siterdidiknya. Keluarga merupakan pendidikan informal. Tugas keluarga
adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan bagi anak berikutnya,
agar anak dapat berkembang secara baik.
Menurut Prayitno (2005: 13) ada beberapa jenis keluarga inti yang
terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga yang terdiri dari
pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat
interaksi dengan kerabat dari salah satu pihak orang lain. Selain itu
terdapat juga keluarga luas yang ditarik di atas dasar garis keturunan di
13
atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman,
bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasri oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (BKKBN, 2012:
45).
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut: Ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik,pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagi anggota
dari kelompok sosialnya sebagai anggotanya masyarakat dari
lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-ananya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peran
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya, di samping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama sangat penting
membentuk pola kepribadian anak, karena di dalam keluarga anak pertama
kali berkenalan dengan nilai dan norma.
14
Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orang tua,
saudara, kerabat, dan sanak keluarga. Dalam pengertian luas keluarga
mencakup mencakup tetangga, teman dan masyarakat secara keseluruhan.
Tidak diragukan lagi bahwa institut keluarga ini mempunyai pengaruh
efektif bagi orang-orang yang hidup di dalamnya (Mahmud, 2004: 26).
Menurut Qurais shihab dalam (Ahid, 2010:75) Keluarga adalah
umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian
tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya.
Al-Qur‟an menanamkan satu komunitas sebagai umat dan menamakan ibu
yang melahirkan anak keturunan sebagai umat. Kedua kata tersebut
terambil dari kata yang sama. Kehidupan rumah tangga merupakan tiang
umat, tiang negara dan bangsa.
Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari
sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat dan
kasih sayang, ghirah dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang
ayah dan suami memperoleh dan memupuk sifat keberanian dan keuletan
sikap dan upaya dalam rangka membela sanak keluarganya dan
membahagiakan mereka pada saat hidupnya dan setelah kematiannya.
Sifat-sifat keluarga yang terpenting adalah hubungan suami-istri
bentuk perkawinan dimana suami-istri diadakan dan dipelihara, susunan
nama-nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan, milik atau
harta benda keluarga, dan pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat
tinggal bersama (Djamarah,: 16).
15
Keluarga menurut Al-Ghazali mengatakan:
“anak adalah suatu amanat Tuhan kepada kedua orang tuanya,
hatinya suci bagaikan juhar yang indah sederhana dan bersih dari
segala goresan dan bentuk. Ia masih menerima segala apa yang
digoreskan kepadanya dan cenderung kepada setiap hal yang
ditunjukan kepadanya.”
Dari perkataan di atas, dapat dinyatakan bahwa tanggung jawab
keluarga yakni kedua orang orang tua terhadap pendidikan anaknya
meliputi dua macam alasan, yaitu:
1. Anak lahir dalam keadaan suci, bersih dan sederhana.
Hal ini menunjukkan bahwa anak lahir dalam keadaan tidak
berdaya dan belum dapat berbuat apa-apa, sehingga masih sangat
menggantungkan diri pada orang lain yang lebih dewasa. Orang tua
(ayah bunda) adalah tempat menggantungkan diri dan tempat
berlindung anak secara wajar berdasarkan atas adanya hubungan antara
anak dan kedua orang tuanya.
2. Kelahiran anak di dunia ini, adalah merupakan akibat langsung dari
perbuatan kedua orang tuanya. Oleh karena itu kedua orang tua
sebagai oarang yang telah dewasa harus menanggung segala resiko
yang timbul sebagai akibat perbuatan (aktivitas, usaha)nya, yaitu
bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya
sebagai amanat Tuhan yang wajib dilaksanakan.
Demikian itu, Al-Ghazali mengambil dasar hukumnya dari Al-
Qur‟an :”Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka” (QS.66: 6).
16
Setiap pendidikan memiliki tujuan tak terkecuali pendidikan islam.
Menurut Muhammad Munir seperti yang dikutip Mujtahid (2011 : 54)
.pendidikan islam adalah tercapainya manusia seutuhnya, tercapainya
kebahagiaan dunia akhirat, menumbuhkan kesadaran manusia, mengabdi
dan patuh terhadap perintah dan menjauhi laranganya.
Pendidikan ini bisa terjadi di manapun dan kapanpun. Termasuk
dalam lingkup keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar
bagi pembentukan jiwa keagamaan. Menurut W.H.Clark (dalam Jalaludin,
2012: 294) perkembangan agama berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan
sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas, karena masalah yang
menyangkut kejiwaan manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun
demikian melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut
agama terjalin dan terlibat di dalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan
tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu berkembang. Dalam kaitan itu
pulalah terlihat peran pendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa
keagamaan pada anak. Maka tak mengherankan jika Rasul menekankan
tanggung jawab itu kepada kedua orang tua. Berikut ini pemikiran Zakiah
Darajat tentang pendidikan keluarga dalam perspektif Islam.
Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya.
Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau
sebaliknya, kebodohan dan keterbelakangannya, adalah cerminan dari
keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersbut.
17
Antara lain yang menjadi sebab sehingga agama islam memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga, perhatian yang
sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan individu serta kehidupan
umat manusia secara keseluruhan.
Dalam islam penyampaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu
dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai
dengan doa kepada Allah. Selanjutnya memanjat doa dan harapan kepada
Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang saleh (
Daradjat,1995j: 64).
Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi
kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari
yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping
latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak anak
kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak
mendapatkan pendidikan, latihan dan pembinaan keagamaan waktu
kecilnya, ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Dalam
memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak, hendaklah didahulukan
sifat-sifat allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah.
Menurut Athiyah al-abrasyi dalam (Roqib, 2009: 123) Keluarga
sebagai institusi atau lembaga pendidikan (nonformal) ditunjukkan oleh
hadits Nabi yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat
pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominan bagi
anak. Sejak anak dilahirkan, ia menerima bimbingan kebaikan dari
18
keluarga yang memungkinkanya berjalan di jalan keutamaan sekaligus
bisa berperilaku di jalan kejelakan sebagai akibat dari pendidikan keluarga
yang salah. Kedua orang tuanyalah yang memiliki peran besar untuk
mendidiknya agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Baik tidaknya suatu
masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan keluarga umumnya
pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu apabila kita menghendaki
terwujudnya suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridlai Allah,
Mulailah dari keluarga.
Dalam Q.S. At Tahrim ayat 6; Allah berfirman:
امحجارة لهيا ىا امناس و أىلك نرا نوا وا أنفسك أ ا ال ل ي أيه لئك غلظ صدا
رن ا ؤ لون ف ره ا أ ون الل
Artinya: “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”
Supaya keluarga terbebas dari siksa api neraka, maka kita harus
mendidik dan membinanya sesuai ajaran agama islam. Hanya dengan
demikianlah keluarga akan tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan
diridlai Allah.
Pembentukkan keluarga dalam islam bermula dengan terciptanya
hubungan suci yang menjalin seorang laki-laki dan seorang perempuan
melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
sahnya. Oleh sebab itu kedua suami isteri itu merupakan dua unsur utama
dalam keluarga. Jadi keluarga dalam pengertiannya yang sempit
19
merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang
isteri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal
antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus
di mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang
ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri itu
dikarunia seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur
utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua menjadi unsur utama
ketiga pada keluarga tersebut disamping unsur sebelumnya (Hasan
Langgulung, 2004: 290).
Menurut penulis, keluarga sangatlah penting bagi anak karna orang
tualah pertama yang mengenalkan anak pada keluarga. Keluarga adalah
lingkungan pertama bagi anak dan juga tempat pertama belajar. Orang
tualah yang mengenalkan pada anak untuk mengenal lingkungan keluarga.
2. Fungsi Keluarga
Sebagai sistem sosial terkecil, keluarga memiliki pengaruh luar
biasa dalam hal pembentukan karakter suatu individu. Keluarga
merupakan produsen dan konsumen sekaligus dan harus mempersiapkan
dan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan
pangan. Setiap keluarga dibutuhkan dan saling membutuhkan satu sama
lain, supaya mereka dapat hidup lebih senang. Keluarga memiliki definisi
tersendiri bagi orang jawa. Bagi orang jawa, kpat dilihat keluarga
merupakan sarung keamanan dan sumber perlindungan. Hildred Geertz
memberikan suatu gambaran ideal suatu keluarga sebagai berikut:
20
Bagi setiap orang jawa, keluarga yang terdiri dari orang tua dan
biasanya suami atau istri merupakan orang-orang terpenting di dunia ini.
Mereka itulah yang memberikan kepadanya kesejahteraan emosional serta
titik keseimbangan dalam orientasi sosial. Mereka memberi bimbinagan
moral, membantunya dari masa kanak-kanak menempuh usia tua dengan
mempelajari nilai-nilai budaya jawa. Proses sosialisasi adalah suatu proses
kesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi (1983: 7).
Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga dapat dilihat dalam
arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok
sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan
terdiri dari seorang suami (ayah) istri (ibu) dan anak-anak mereka.
Sedangakan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga
RT, keluarga komplek atau keluarga indonesia.
Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi
anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh,
karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat
informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari
orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Keluarga menjalankan perananya sebagai suatu sistem sosial yang
dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya
sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga
sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga sesungguhnya lebih dari itu.
21
Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari
keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi,
mengaktualisasikan diri, berpendapat, sehingga perilaku yang
menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga
tersebut berada (sosialisasi).
2. Mengusahakan terselenggarannya kebutuhan ekonomi rumah tangga
(ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
4. Meneruskan keturunan (reproduksi).
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memeliharadan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas anggota keluarga
22
3. Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebituhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua.
5. Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang
dimilikinya
b) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Bila seorang anak dibesarkan pada keluarga tidak baik, maka ia
akan menjadi orang yang tidak baik. Bila seorang anak dibesarkan melalui
cara-cara kasar, maka ia akan menjadi pemberontak. Akan tetapi, bila
seorang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta kasih sayang,
23
maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memiliki budi
pekerti luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah
penempaan karakter individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena
terjadi perubahan sosial, polotik,dan budaya. Keadaan ini memiliki andil
yang besar terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga
telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Tidak seperti fungsi
keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus
konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini
mendasrkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebuh
keta, maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang
yang menggeluti profesi tertentu.
Jadi apa arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga bukan hanya
wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Lebih dari itu,
keluarga merupakan wahana awal pembentukkan moral serta penempaan
karakter manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam menjalani
hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam
menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar
pelestarian trasdisi, keluarga bukan hanya menyangkut hubungan oarang
tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala insirasi.
Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga
merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan pernah terputus.
24
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempratikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kusuma,
2012: 2).
Samini beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai upaya yang sunguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian
positif dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan,
kajian (sejarah,dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik
emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-
apa yang diamati dan dipelajari (Samini, 2013:44).
Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif,
afektif, dan perilaku-perilaku manusia yang lebih bermoral. Jadi
pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir didasari
oleh nalar dan pemikran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal
disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna
etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan
baik buruk yang harus diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari (
Endraswara, 2013:3).
25
Jadi, pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada
peserta didik untuk menjadi manusia sentuhan yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangakan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merusmuskan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional untuk bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Muslich, 2011: 83).
26
3. Langkah pembentukan karakter anak
Pada pembahasan ini penulis, akan memaparkan analisis peran
keluarga dalam membentuk karakter anak dan menggambarkan bagaimana
anak dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, akan tetapi
Allah telah memberikan bekal, yakni pendengaran, penglihatan dan hati,
karena anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga, maka disinilah
tanggung jawab keluarga untuk mendidik dan mengembangkan apa yang
di miliki anak. Dalam hal ini untuk menanamkan karakter pada anak
melalui 3 piranti tersebut:
a. Melalui pendengaran
Untuk menanamkan suatu karakter yang baik pada anak, maka yang
harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran
pada setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah
Hasanah), mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh
kalbu dan menumbuhkan semangat beramal. Maka dengan mauidzah
akan tercipta karakter yang baik pada anak.
Jadi sebagai orang tua harus dapat memilih dan mengolah kata dalam
memberikan nasehat pada anaknya. Karena setiap yang dikelurkan dari
yang diucapakan orang tua pada anak maka anak dengan tanggap dan
melekat pada ingatan anak tersebut.
27
Oleh karna itu setiap orang tua harus pintar memilah kata setiap mau
bicara pada anak. Karena jika orang tua berbicara yang tidak baik
maka anak dengan cepat akan menirukan apa yang diucapkan orang
tuannya. Sebab itu sebagai orang tua alangkah baiknya mengucapkan
perkataan-perkataan yang baik pada anak.
b. Melalui penglihatan
Orang tua adalah panutan bagi anak, materi yang baik tidak mampu
diterima oleh anak, apabila para penyampai materi tersebut tidak
mencerminkan apa yang disampaikan. Maka kedua orang tua harus
memberikan teladan yang baik untuk anaknya.
Perlu diketahui bahwa anak kebanyakan meniru apa yang dilakukan
orang tuanya. Teladan yang baik memiliki peran yang begitu besar
terhadap perkembangan anak. Karena anak akan menirukan apa yang
dilakukan oleh sekitarnya terutama kedua orang tuanya.
Suwaid dalam buku Propetich parenting cara Nabi mendidik anak yang
di terjemahkan oleh Qurusy (2010:139) mengemukakan bahwa
Rasululah SAW, memerintahkan kedua orang tuanya untuk menjadi
teladan yang baik dalam bersikap dan bertindak, serta berperilaku jujur
dalam berhubungan dengan hadist.
Anak-anak akan memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku
orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orang tuanya berperilaku
jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian seterusnya
(Suwaid, 2010: 140).
28
c. Melalui Hati
Menurut Nashori (2003,114) menerangkan bahwa Qalbu merupakan
materi organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Ia
berada di jantung. Qalbu memiliki kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan melalui cita rasa. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat
At-Taghabun ayat 11:
نل بنب ا ا أصا ء لي ش ك الل يد لبو بلل ؤ ذن الل
Artinya : Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali ijin Allah; dan Barangsiapa yang
beriman kepada Allah Niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada Hatinya. Dan Allah Maha segala
sesuatu.
Orang tua harus mempersiapkan dirinya secara keseluruhan baik
lahir maupun batin. Harus memiliki sifat kasih sayang, khususnya kepada
anak-anakya tanpa membeda-bedakan, dengan tidak pilih kasih terhadap
anaknya.
Doa adalah cerminan hati yang merefleksikan cinta dan kasih
sayang. Doa adalah bukti hati yang berbakti. Hati yang penuh dengan cinta
akan melantunkan doa yang terucap di lidah seperti keluar-masuknya
nafas. Semakin bertambah rasa cinta dan kasih sayang antara kedua orang
tua dengan anak, maka semakin banyak pula doa yang diucapkan
(Suwaid,2010: 246).
4. Tujuan Pendidikan Karakter
Secara umum pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut:
29
a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata
lain sebagai tujuan perantara untuk mewujudkan suatu karakter.
b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral
yang telah ada di sekolah dan masyarakat.
Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki
sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi
positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku
dipahami sebgai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau
penkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian
perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemampuan
dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat
(Kesuma, 2012: 3).
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditananmkan,
ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang
dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa
merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan
sistem berpikir tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang
dihasilkan masyarakat ( Damayanti, 2014: 42).
Dengan membiaskan berbuat sesuatu dengan tata nilai atau norma moral
yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan
akan menjadi bagian dari individu. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter
secara umum adalah sebagai berikut:
30
a) Nilai keagamaan /Religius
Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang.
Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia
di hadapan sang pencipta.
b) Nilai Dasar
Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, pancasila
dan UUD 1945. Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai
oleh nilai-nilai yang terdapat sila-sila dalam pancasila dan UUD 1954.
c) Nilai Kemasyarakatan
Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat
setempat. Bila nilai-nilai masyarakat ini telah terinternalisasi dalam
diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik
sebagai anak yang berkepribadian luhur.
d) Nilai Kenegaraan
Nilai yang menyangkut kecintaan terhadap tanah air dan
bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui berbagai
kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan nasionalisme
pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan, mencintai, dan
menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa meremehkan
budaya kepada bangsa lain.
31
C. Hubungan Orang Tua dengan Pembentukkan Karakter Anak.
Menurut penulis, hubungan pembentukkan karakter pada anak
sangat berpengaruh. Karna seorang anak pertama kali mengenal keluarga oleh
kedua orang tuanya. Dan di lingkungan keluarga anak diajarkan untuk
berakhlak baik pada orang. Penanaman moral pada diri seorang anak berawal
dari lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga dalam penanaman karakter anak
sangatlah besar. Dalam sebuah keluarga, anak diasuh, diajarkan berbagai
macam hal, diberi pendidikan mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap
orang tua yang memiliki anak tentunya ingin anaknya tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang cerdas yang memiliki budi pekerti yang
baik serta akhlak yang baik pula agar dapat menjaga nama baik keluarga.
Adapun peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian seseorang
antara lain :
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika
anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang
tuanya, maka saat mereka terkena masalah di dalam atau di luar kehidupan
atau lingkungan keluarga, mereka bisa mengatasinya dengan baik karena
ada dukungan kasih sayang dan cinta dari kedua orangtuanya.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.Hal ini dapat membantu anak
menjadi lebih kreatif dan berfikir secara dewasa,logis dan bijaksana.
Karena lingkungan berdampak besar terhadap siklus perkembangan anak.
32
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Saling
menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif
sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan kasih
sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua
harus menjaga hak-hak mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang
lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau
menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan.Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan
terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan
berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap
dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima
kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri
dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain
mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga.Hal ini di maksudkan agar
ada keterkaitan atau hubungan lebih khusus antara orangtua dan anak.
Momen ini juga bisa di gunakan untuk saling tanya jawab, bercerita
tentang masalah atau kejadian yang menarik bagi diri anak maupun
orangtua. Seperti sesi curhat. Hal ini juga bisa lebih mendekatkan
hubungan orangtua dan anak. Psikis yang di terima oleh anak pun menjadi
bagus daripada tidak mengadakan perkumpulan keluarga sama sekali.
33
BAB III
KRITIK SANAD HADIS TENTANG FITRAH MANUSIA
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari
orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar
yang dimiliki setiap anak yang hidup didunia ini. Anak adalah amanat Allah SWT
kepada kita, masing-masing menjadi anak yang baik, dan maka dari itu
dibutuhkan optimalisasi tanggung jawab dan peran dari orang tua. Meskipun pada
dasarnya seorang anak lahir di atas fitrah, akan tetapi ini tidak berarti kita
membiarkannya tanpa pengarahan dan bimbingan yang terarah, karena sesuatu
yang baik tidak dijaga dan dirawat, ia akan menjadi tidak baik akibat pengaruh
faktor-faktor eskternal. Pendidikan dan pengarahan yang baik terhadap anak
sebenarnya sudah dimulai sejak anak tersebut lahir bahkan sebelum anak tersebut
ada di dalam kandungan.
Sekalipun anak baru lahir ia dalam keadaan fitrah, namun pada
perkembanganya sering terganggu karena beberapa faktor. Adakalanya berupa
faktor internal pada diri anak ataupun faktor lingkungan dimana ia berada. Dari
hari ke hari anak berinteraksi dengan lingkungannya baik orang tua, keluarga
maupun masyarakat. Nilai-nilai hakiki, sentuhan kasih sayang, dan semua
perlakuan yang menyenangkan akan membentuk kepribadiannya yang positif.
Sementara kadang ia mendapatkan perlakuan negatif dan lingkungannya, tentu hal
ini akan mempengaruhi jiwanya dan akan memberi pengaruh negatif pula pada
dirinya. Disinilah pendidikan berperan dimana anak harus dididik, diarahkan,
dibimbing agar kepribadianya yang negatif hilang sementara yang positif terus
34
berkembang, sehingga ia akan menjadi manusia yang bermanfaat sesuai ungkapan
Rasulullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat untuk
manusia lainnya.
A. Hadist Yang Semakna Tentang Fitrah Manusia
ول ومو ه : سل هللا ص هللا لو رسو امفطرة فابواه ع ا ب ىررة رض هللا عنو ا : ا
انو ا نص سل(اس نو ا مج ايو اه امبخارى نو )ر
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW
bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, ayah dan
ibunyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi” (H.R.
Muslim kitab bukhari muslim)
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, seorang yang dilahirkan
bagaikan selembar kertas putih yang belum ada setitikpun goresan tinta.
Kedua orang tuanyalah merupakan pendidik pada salah satu pusat pendidikan
yaitu lingkungan keluarga, dan keluargalah orang pertama yang akan
memberikan tinta di atas kertas tersebut.
Oleh sebab itu berikanlah tinta pada kertas tersebut tentang
kebaikan, agar anak tumbuh dengan dan berkembang dan memiliki akhlak
yang baik d di lingkungan. Dapat dikatakan anak yang baru dilahirkan belum
mengetahui apa-apa tidak memiliki pengetahuan. Lalu mereka belajar dan
berkembang dengan bantuan orang tua dan orang-orang disekitarnya,
sehingga panca indra yang dimiliki setiap anak yang baru dilahirkan dapat
bekerja dengan baik. Pola asuh dan pola didik pada anak merupakan suatu
yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang tua,mengingat pada
masa-masa tersebut anak tengah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
fisik, motorik, dan gerak.
35
Perlu diketahui oleh para orang tua atau bapak dan ibu adalah
tentang hakekat anak itu sendiri. Banyak orang yang memandang anak
sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil, akhirnya mereka seringkali
menyikapi tentang permasalahan orang dewasa atau sikap seperti orang
dewasa. Maka dari itu para orang tua harus memberikan contoh atau perilaku
yang baik kepada anak-anaknya karena apa yang anak lihat perilaku orang
tuanya maka mereka akan meniru. Para orang tua harus memberikan perilaku
yang baik agar anak memiliki perilaku yang baik dan akhlak yang baik pula.
Setelah dilakukan takhrij hadis, berikut adalah beberapa hadis yang
serupa :
1. Hadis Bukhari 1270
ن م ن نا و ى ومو صيا ا ا ن ص مان أخب ثنا أبو ام حد
ل و و غي أجل أن ه نت أ ن نا أبوه خاص سلم أ
نعي أبواه ال سلم د
نفطرة ال
و سقط أجل أن له ت ل س ل و ل تل صارخا صل ذا اس نسلم ا
نن أب ال
نفا
ل وىر ن ا ومو ا سل و ل امنبه ص الل ث ا د ن ي عنو ل امفطرة رة رض الل
سانو مج انو أ نص انو أ مي ج فأبواه يو مي ب جداء ث مك تنج الب ون فهيا سه اء ىل ت
عنو ) أبو ىررة رض الل امت فطر امناس لهيا قو ال ( فطرة الل
Artinya:” Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, Ibnu Syihab: "Setiap
anak yang wafat wajib dishalatkan sekalipun anak hasil zina
karena dia dilahirkan dalam keadaan fithrah Islam, jika kedua
orangnya mengaku beragama Islam atau hanya bapaknya yang
mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama Islam
selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis)
dan tidak dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat
mengeluarkan suara (menangis) karena dianggap keguguran
sebelum sempurna, berdasarkan perkataan Abu Hurairah
radliallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi
36
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada seorang anakpun
yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka
kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang
ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah
kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu Hurairah
radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah QS Ar-Ruum: 30
yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu"). (H.R.Bukhari no. 1270 )
Hadist di atas menyatakan bahwa pada hakikatnya setiap anak yang
lahir telah membawa potensi tauhid, berupa kecenderungan untuk mengabdi
kepada penciptanya. Orang tersebut memang belum beragama, tetapi telah
memiliki potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia beragama.
Bayi belum memiliki kesadaran beragama, tetapi telah memiliki proses
kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan bertuhan. Kemudian isi, warna dan corak
perkembangan kesadaran beragama anak sangat dipengaruhi oleh keimanan,
sikap, dan tingkah laku keagamaan orang tua dan lingkungannya. Oleh karena
itu tujuan diberikan pendidikan ini adalah untuk membantu anak mewujudkan
potensi dirinya sebagai manusia, agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
2. Musnad Ahmad bin Hanbal no. 7380
امم د س ىرى ع امزه مر ع ثنا عبد ال ع ثن أب حد حد ثنا عبد الل حد ع س
الل -ملسو هيلع هللا ىلص-أب ىررة أن رسو » ا ول امفطرة فأب ومو ه انو أ نص انو أ واه يو
جداء ون فهيا سه مي ىل ت مي ب سانو مك تنج الب «مج
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Qa‟nabi dari malik
dari Abu Az Zinad dari Al A‟raj dari Abu Hurairah ia berkata, “
Rasuluallah shallaallahu allaihi wassalam bersabda: “ Setiap bayi
dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanya lah
yang menjadikan ia yahudi atau nasrani, sebagaimana unta
melahirkan anaknya yang sehat, apakah kamu melihatnya memiliki
37
aib?” Para sahabat bertanya. “Wahai Rasuluallah bagaimana
dengan orang yang meninggal saat masih kecil?” Beliau
menjawab: “Allah lebih tau yang mereka lakukan.”
3. Hadis Tirmidzi no. 2287
ث امبنانه حد رب زز ثنا عبد ام ىه امبصىه حد ي امقط ي د حم ثنا أب حد نا العش ع
الل رسو ا أب ىررة ا ول » -ملسو هيلع هللا ىلص-صامح ع ومو ه انو أ فأبواه يو اممل
نو ش انو أ «. نص ىل بل ذل ا فم الل ل ي رسو لني بو » نوا ا أل بما الل
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya
AL Qutha‟i Al Bashri; telah menceritakan kepada kami „Abdul‟Aziz
bin Rabi‟ah Al Bunani; telah menceritakan kepada kami Al A‟masy
dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasuluallah
Shallaallahu‟Alaihi Wassalam bersabda: “ Setiap anak dilahirkan
diatas al millah (agama fitrahnya, islam), namun kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau
menjadikannya seorang yang musyrik.” Kemudian ditanyakanlah
pada beliau. “Wahai Rasuluallah, lalu bagaimanakah dengan yang
binasa sebelum itu?” beliau menjawab: “Allah lah yang lebih tahu
terhadap apa yang mereka kerjakan.”
4. Muwatho‟ Imam Malik no. 575
الل أب ىررة أن رسو العرج ع ع ن أب امز ال ع ثن ع حد : -ملسو هيلع هللا ىلص- ه » ا
مي ج ب بل نانو مك تناتج ال نص انو أ ول امفطرة فأبواه يو ومو اء ىل ت ه فهيا
: «. جداء ي ا ىو ص ى موت أرأت ال الل » اموا : ي رسو لني الل نوا ا أل بما
»
Artinya: Telah menceritakan kepadaku dari Malik Abu Az Zinad
dari Al A‟raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasuluallah
shalaallahu‟alaihi wassalam bersabda.” Setiap anak itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuannyalah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani. Seperti unta yang dilahirkan
dari binatang ternak yang sempurna jasadnya, apakah ditemukan
adanya cacat?” Mereka bertanya: “Wahai
Rasuluallah!Bagaimana tentang orang yang meninggal saat dia
masih kecil?” Beliau menjawab: “Allah lebih tahu dengan apa
yang mereka kerjakan.”
B. Sanad
38
1. Tabi‟ dan Syahid
أب هري رة
األعرج سعيد بن المسيب أب صالح ابن شهاب
الزهرى األعمش شعيب أب الزند
مالك معمر زيز بن ربيعة عبد الع أبو اليمان
عبد األعلى ممد بن يي البخارى
ترمذي عبد الل
امحد بن حنبل
Keterangan:
Dari beberapa hadis di atas, yang dicari muttabi‟ dan syahidnya adalah
hadis riwayat Imam Bukhori. Dalam hadis tersebut, tidak ada muttabi‟ tamnya,
yaitu tidak ada hadis yang mengikuti periwayatan Imam Bukhori dari awal
sampai akhir secara sama persis. Sedang muttabi‟ qashirohnya, atau hadis yang
mutaba‟ahnya tidak dari awal sampai akhir, yaitu hadis riwayat Imam Ahmad,
Imam Malik, serta hadis riwayat Tirmidzi.
Kemudian dalam keseluruhan hadis yang telah di takhrij, tidak ditemukan syahid
nya, karena keseluruhan hadis bersumber dari satu sahabat saja yaitu Abu
Hurairah. Hanya saja terdapat redaksi yang berbeda tetapi sama maknanya. Yaitu
hadis riwayat Imam Ahmad. Dengan menggunakan kata الملت sebagai kata lain
39
dari فطرةال . Walaupun menggunakan redaksi lafadz yang berbeda, namun
maknanya sama dan menguatkan. Sedang untuk syahid lafdzinya tidak ditemukan.
2. Biografi Perawi Hadis
1) Abu Hurairah (19 SH-59 H)
Nama lengkap Abu Hurairah adalah „Abd al-Rahman ibn Shakhr
al-Dausi al-Yaman. Pada masa sebelum Islam, dinamai Rasul SAW.
Dengan kuniyah-nya, yaitu Abu Hurairah. Gelar‟ Abu Hurairah‟ tersebut
berawal dari pengalamannya sebagaimana yang dikisahkannya langsung,
yaitu anak kucing tersebut dibawanya dengan cara memasukkannya ke
dalam lengan bajunya. Oleh karena itu digelari dengan Abu Hurairah,
yang artinya “ayah kucing”, dan ketika dia mengembala kambing
keluarganya, dia sering bermain-main dengan anak kucingnya tersebut
(Sohari Sahrani, 2010: 214).
Abu Hurairah telah memeluk agama Islam semenjak dia berada di
Yaman, yaitu di hadapan Al-Thuful ibn „Amr. Dia berhijrah ke Madinah
dang begabung bersama Rasulullah SAW. Pada saat penaklukan Khaibar
tahun 7 H. Kehidupannya di Madinah sangat bergantung kepada Rasul
SAW baik untuk kebutuhan makanan maupun juga untuk kebutuhan
pokok lainnya. Pekerjaannya hanyalah semata-mata untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan, terutama dari Rasul SAW sehingga tidak ada
kegiatannya yang lainnya. Selain itu, Abu Hurairah dikenal sebagai
seorang yang wara, sehingga dia senantiasa menganjurkan orang lain utuk
40
mengendalikan hawa nafsu dan memperbanyak ketaatan kepada Allah
SWT. Predikat „abid. (Sohari Sahrani, 2010: 214).
Juga dialamatkan kepada dirinya karena dia banyak berpuasa di
siang hari dan menegakkan salat, terutama di malam hari.
Abu Hurairah senantiasa bersama Rasul SAW. Selama empat
tahun, yaitu semenjak kedatangannya di Khaibar hingga wafat Rasulullah
saw, hanya tiga tahun, karena selama setahun, dia dikirim ke Bahrain
bersama „Ala‟al-Hadrami. Jadi, dengan dikurangi setahun selama dia
berada di Bahrain, maka masa dia bersama Rasul SAW, adalah selama
lima tahun.
Meskipun Abu Hurairah hidup berdampingan dengan Rasul SAW.
Hanya selama tiga tahun, masa yang singkat tersebut ternyata telah dapat
dipergunakkannya untuk menyerap dan menimba ilmu pengetahuan dari
Rasul SAW. Sehingga dia dapat meriwayatkan hadis lebih banyak dari
sahabat lainnya. Menurut Ibn al-Jauzi, ada jumlah 5374 hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang terdapat dia dalam Musnad Ibn
Hanbal. Menurut Ahmad Syaikr, jumlah hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah setelah dikeluarkan hadis-hadis yang berulang kali
disebutkan adalah sejumlah 1579 hadis. Dari 5374 hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut, 325 hadis terdapat pada Sahih
Bukhari dan Sahih Muslim; 93 hadis diriwayatkan oleh Bukhari saja; dan
189 hadis diriwayatkan oleh muslim saja (Sohari Sahrani, 2010: 215).
41
Hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ada yang berasal
langsung dari Nabi SAW. Dan ada pula yang berasal dari Abu Bakar,
Umar ibn khatab, Utsman ibn Affan, Ubai ibn Ka‟ab, Usman ibn
Zaid,A‟isyah, Ka‟ab al-Ahbar, dan lain-lain. Dari Abu Hurairah terdapat
sejumlah sahabat yang meriwayatkan hadisnya, seperti „Abd Allah ibn
„Abbas, „Abd Allah ibn „Umar, Jabir ibn „Abd Allah , Anas ibn Malik, dan
lain-lain (Sohari Sahrani, 2010: 215).
Guru-guru Abu Hurairah: Umar bin Khatab, Ibn Abbas, Ali bin Abi
Tholib, Hasan bin Tsabit Almundzir, Hamil bin Basroh bin Waqosh.
Murid-murid Abu Hurairah: Ibrahim bin Ismail, Ibrahim bin
Ibrahim, Ibrahim bin Abdullah, Ubad bin Anas, Abdul bin harmuz
2) Ibnu Syihab
Nama lengakap beliau adalah Muhammad bin Muslim bin
Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah
bin Kilah seorang imamu I-ilmi, hafiz pada zamannya Abu Bakar Al
Qurasi Az-Zuhri Al-Madani. (http://id.m.wikipedia.org)
Ibnu Syhab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan
Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi
para ulama Hijaz dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab Az-Zuhri
tinggal bersama Sa‟id bin Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya‟bad
di pinggir Syam.(htt://id.m.wikipedia.org)
42
Az-Zuhri meriwayatkan hadist bersumber dari Abdullah bin Umar,
Abdullah bin Ja‟far, Shal bin Sa‟ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha‟ bin
Rabah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang mursal dari Ubadah bin
As-Shamit, Abu Hurairah, Rafi‟ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.
Imam Bukhari berpendapat bahwa sanad Az-Zuhri yang paling
shahih adalah Az-Zuhri, dari Salim, ayahnya. Sedangkan Abu Bakar bin
Abi Syaibah menyatakan bahwa Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya
dari kakeknya (Ali bin Abi Thalib). (http://id.m.wikipedia.org)
Ada perbedaan pendapat tentang kapan beliau dilahirkan. Dahim
dan Ahmad bin Shahih berpendapat bahwa Az-Zuhri dilahirkan pada
tahun 50 H. Khalifah bin Khiyath mengatakan, beliau dilahirkan tahun 51
H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 56 dan 58 H.
Guru-guru dan murid Ibnu Syihab
Az-Zuhri banyak belajar dari para sahabat. Beliau juga
meriwayatkan Hadits dari Anas bin Malik, Said bin Al Musayyib,
Alqamah bin Waqasah, Katsir bin „Abas, „Ali bin Al Husain, Urwah bin
Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan, Salim bin
Abdullah, Salamah bin Abdurrahman, dan Abu Hurairah yang lainnya (
Aqsalani, 2009: 445).
Adapun yang pernah mengenyam pendidikan dari beliau
diantarannya Imam Malik, Al-Layts, Ibnu Abi Dza‟ab, Sufyan bin
Uyaynah dan Sufyan Ats-Tsauri, Zaid bin Aslam, Yahya bin Sa‟id Al-
43
Anshari, dan Atha bin Abi Rabah, meskipun dia lebih tua dari Az-Zuhri
dan meninggal dunia dua puluh tahun lebih dulu sebelum beliau
meninggal (Kitab Tahdzibul Kamal no. 6940)
Guru-guru Ibnu Syihab: Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja‟far,
Shal bin Sa‟ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha‟ bin Rabah, Ubadah bin As-
Shamit, Abu Hurairah, Rafi‟ bin Khudaij, Anas bin Malik, Said bin Al
Musayyib, Alqamah bin Waqasah, Katsir bin „Abas, „Ali bin Al Husain,
Urwah bin Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan,
Salim bin Abdullah, Salamah bin Abdurrahman
Murid-murid Ibnu Syihab: Imam Malik, Al-Layts, Ibnu Abi
Dza‟ab, Sufyan bin Uyaynah, Sufyan Ats-Tsauri, Zaid bin Aslam, Yahya
bin Sa‟id Al-Anshari, Atha bin Abi Rabah
3) Syuaib
Nama lengakapnya adalah Syu‟ayb bin Abi Hamzah Dinar al-
Amawiy Mawlahum Abu Bisyr al-Himsiy (w.162 H.).
Ibn Ma‟in, al-Ijliy, Ya‟qub bin syaybah, Abu Hatim dan al-
Nasa‟iy, menilai syu‟ayb bersifat siqat. Lebih lanjut Ibn Ma‟in
menjelaskan bahwa dia termasuk orang yang asbat pada al-Zuhriy dan
menjadi seketarisnya. Ahmad menilai bahwa, Syu‟ayb itu sahabat, salih al-
hadis, dia penulis dengan penuh kecermatan (dhabit). Abu al-Yaman
menilai, Syu‟ayb itu sangat ketat dalam hadis. Dan Abu Dawud juga
menjelaskan bahwa, syu‟ayb adalah asakh hadisan min al-Zuhriy. Kecuali
44
itu tak seorangpun dari ahli kritik hadis yang mencela pribadi syu‟ayb.
Dan pujian yang diberikan kepadanya adalah berperingkat tinggi. Dengan
melihat hubungan pribadinya dengan al-Zuhriy yang begitu akrab dengan
menggunakan lambang periawayatan “akhbarana‟‟, maka diyakini bahwa
syu‟ayb benar- benar telah menerima hadis dari gurunya, yakni al-Zuhriy.
yang berarti pula bahwa sanad diantara keduanya adalah bersambung.
(Tahdzibul kamal no 3074)
Guru-guru Syu‟ayb: Ishak bin Abdullah bin Abu Farwah, Abu
Zinad Abdullah bin Dzakwan, Abdullah bin Abdurrahman bin Abu
Husain, Abdullah bin Umar Al-Quraish, Muhammad bin Muslim Sihab
az-zuhri, Muhammad bin Mundzakir, Muhammad bin Walid bin Zubaidi,
Hisyam bin Urwah, Yazid bin Yayid Ibnu Jabir
Murid-murid Syu‟ayb: Abu Ishak Ibrahim bin Muhammad al-
Fazari, Bisri bin Syuaib bin Abu Hamzah, Abu al Yaman al Hakim bin
Nafi‟ bahraniy, Abu Haywah Syurayn bin Yazid al Hadaramy, Abu
Qatadah Abdullah bin wakid, Mubassir bin Ismail al Halbiy, Muhammad
bin hinnar, Muhammad bin Sulaiman bin abu daud al Haraniy
4) Abu al-Yaman
Nama lengkapnya adalah al-Hakim bin Nafi‟ al-Bahraniy abu al-
yaman al-Himsiy (w.221/222 H.). Dia menerima hadis dari Syu‟aib bin
Abi Hamzah, dan murid yang yang meriwayatkan hadisnya adalah al-
Bukhariy dan al-Darimiy. (http://id.m.wikipedia.org)
45
Para pratikus hadis memberi penilaian hadis memberi penilaian
terhadap diri Abu al-Yaman dengan pernyataan sebagai berikut:
1) Ahmad ibn Hambal bertanya : Bagaimana caranya kamu mendengar
(menerima) hadis dari Syu;aib ? Abu al-Yaman menjawab : sebagian
dengan cara al-Qira‟ah. Yang dimaksud dengan cara qira‟ah ialah
periwayat mengahadapkan riwayat hadis kepada guru hadis dengan
cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang
membacakannya, dan ia mendengarkan. Cara ini bisa di sebut “al-„ard”
(penyodoran).
2) Abu Hatim dan Muhammad bin „Abd Allah bin „Ammar al-Musiliy
mengatakan bahwa Abu al-Yaman adalah orang yang siqat.
Berdasarkan pertanyaan para ahli kritikus hadis tersebut, maka
dapat disimpilkan bahwa, Abu al-Yaman adalah periwayat hadis yang
memiliki kualitas pribadi yang baik,lebih-lebih lambang periwayatan yang
digunakan adalah lafal “akhbarana”, yang di mungkingkan ia menerima
hadis tersebut dengan cara al-sama‟, al-qira‟ah atau dengan cara al-ijazah.
Makasud dari pada al-ijazah ialah, seorang guru hadis memberikan izin
kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang padanya, baik melalui
lisan maupun tulisan. Dan mayoritas „Ulama membolehkan cara al-Ijazah
ini bahkan menilainnya cukup terpercaya untuk periwayatn hadis.
Dengan demikian bahwa, Abu al-Yaman adalah seorangyang
benar-benar telah menerima hadis dari gurunya, yang berati pula di antara
46
keduannya adalah bersambung dan dapat dipercaya. (Kitab Tahzdibul
Kamal no1613)
Guru-guru Abu al-Yaman: Urtoh bin Munzdir, Ismail bin Ayyas,
Haris bin Usman, Syuaib bin abi Hamzah, Sofwan bin amr sofwan, Al-atof
bin Kholid al Mahzumi, Mubassir bin Ubaid al-quraish
Murid-murid Abu al-Yaman: Al-Bukhari, Ibrahim al hani‟ al-
naisaburiy, Syu‟aib bin Ishaq al-damasqiy, Abdullah bin abdurrahman al-
darami, Abu Zur‟ah bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Fadilah annasya‟i,
Usman bin Said al-darami
5) Imam al-Bukhari
Adalah ahli Hadis (periwayat) yang sangat terpercaya dalam ilmu
hadist. Hadist-hadits beliau memiliki derajat dengan julukan Amirul
Mukminin fil Hadits (pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits).
Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadannya. Ia
lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu
Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammad bin Ismail bin Al Ju‟fi. Beliau
digelari Al Imam Al Harfizh, dan lebih dikenal dengan sebutan Al Imam
Al-Bukhari karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada
suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim „Alaihissalam
yang mengatakan, “ Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam
Al Bukhari), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua
47
mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi
harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan
penglihatan kedua mata putranya. Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam
Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke
Balkah, Nasisabur, Rayy, Baghdad, Bshrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan
Syam. Beliau wafat pada malam idul Fitri tahun 256 H. Ketika beliau
mencapai usia 62 tahun ( Abdul Baqi, 2009: 11).
Guru-guru Imam Al Bukhari, beliau banyak sekali jumlahnya.Di
antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu „Ashim An-Nabil, Al-
Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidillah bin Musa, Abu Al- Mughirah,
Abdan bin Utsman, Ali bin Al Hasn bin Syaqiq, Hajjaj bin Minhaal, Badal
bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja‟, Khalid bin Makhlad, Abdurrahman
Al Muqri, Khallad bin Yahya, Abdul Aziz al-Uwaisi, Abu al Yaman, Ali
bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya ( Abdul
Baqi, 2009: 11).
Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di anatara mereka
yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hjjaj An Naisaburri,
penyusun kitab Shahih Muslim, Imam Abu Isa at-Tirmidzi, Al Imam
Shalih bin Muhammad.
Penilaian kritikus hadits terhadap Imam al-Bukhari
Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan
kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
48
a. Anu Bakar bin Munir kritikus hadist, menggolongkan Bukhari ke
dalam kelompok “siqat” atau orang-orang yang dapat dipercayai dan
kokoh hafalannya, sedangkan ketakwaan dan keshalihan beliau agar
dapat dijadikan teladan.
b. Abdullah bin Sa‟id bin Ja‟far mengatakan bahwa beliau tergolong
tsabit (kokoh ingatannya). Saya mendengar para ulama di Bashrah
mengatakan, “ Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti
Muhammad bin Ismail dalam hal ma‟rifah (keilmuan) dan keshalihan”.
c. Sulaim mengatakan bahwa beliau orang yang shalih hadisnya, saya
tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam
puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamanya tentang ajaran
islam, lebih wara‟ (takwa) , dan lebih zuhud terhadap dunia. (kitab
Tahzdibul Kamil)
Guru-guru Al-bukhari: Abu „ Ashim An-Nabil, Al-Anshari,
Makki bin Ibrahim, Ubaidillah bin Musa, Abu Al- Mughirah, Abdan
bin Ustman, Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Hajjaj bin Minhaal, Badal
bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja‟, Khalid bin Makhlad,
Abdurrahman Al Muqri, Khallad bin Yahya, Abdul Aziz al-Uwaisi,
Abu Al-Yaman, Ali bin Hanbal
Murid-murid Al-bukhari: Al Imam Muslim bin Al Hjjaj An
Naisaburri, Imam Abu Isa at-Tirmidzi, Al Imam Shahih bin
Muhammad
49
3. I‟tibar:
Setelah dianalisis, sanad hadist di atas berkualitas Shahih
dikarenakan telah memenuhi 3 syarat pertama hadist shahih mutawatir
yaitu:
a. Mempunyai sanad yang bersambung (muttasil)
b. Para perawinya adil
c. Para perawinya dhabith (kuat hafalannya)
Begitu juga dengan matan hadist nya, tidak ditemukan hadis-hadis
lain yang bertentangan maupun berseberangan dari hadist riwayat Bukhori
diatas. Dalam hadis tesebut juga tidak ditemui Syadz/cacat dalam lafadz
dan maknanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hadist mengenai Fitrah Manusia
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori adalah Shahih sanad maupun matan
nya.
C. Isi Kandungan Hadist Fitrah Manusia
Pendidikan anak dimulai dari awal pernikahan sehingga hadir
seorang anak dalam rumah tangga. Anak merupakan salah satu anugerah
terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi generasi
penerus keturunan dari orang tuannya.
Rasuluallah SAW bersabda:
سل هللا ص هللا لو رسو ع ا ب ىررة رض هللا عنو ا : ا
50
انو ا نص ول امفطرة فابواه يو ومو ه سل( اه امبخارى نو )ر س نو ا مج
“Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam
keadaan suci (fitrahh,islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah,
anak itu akan menjadi seseorang yang beragama Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.”
Penjelasan ini menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang
dilahirkan itu laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak
mempunyai dosa dan kesalahan serta keburukkan yang membuat kertas itu
menjadi hitam. Namun, karena cara mendidik orang tuanya, karakter anak
bisa berwarna-warni berpengai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya,
dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.
Dalam Al-qur‟an atau hadist Nabi Muhammad SAW, telah
diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Di antaranya adalah harus taat
dan patuh kepada kedua orang tuanya. Tidak menyekutukan Allah, tidak
membantah perintahnya, tidak berbohong dan sebagainya.
Apabila telah dewasa, seorang anak berkewajiban untuk memberi
nafkah kepada orang tuanya, anak juga berkewajiban memberikan nasihat
kepada orang tua, mendoakannya, memelihara dan merawatnya ketika
mereka sudah tua.
D. Penjelasan Hadist
Berdasarkan Hadist tersebut di atas tentang pengaruh orang tua
terhadap pendidikan anak, dapat diketahui bahwa jika anak tumbuh di dalam
keluarga yang menyimpang, belajar di lingkungan yang sesat dan bergaul
dengan masyarakat yang rusak, maka anak akan menyerap kerusakan itu,
51
terdidik dengan akhlak yang paling buruk, di samping menerima dasar-dasar
kekufuran dan kesesatan. Kemudian dia akan beralih dari kebahagiaan kepada
kesengsaraan, dari keimanan kepada kemurtadan dan dari islam kepada
kekufuran. Jika semua ini telah terjadi, maka anak sangat sulit mengembalikan
anak kepada kebenaran.
Dapat dipahami bahwa fitrah sebagai pembawaan sejak lahir bisa
dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Namun demikian, meskipun fitrah dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi kondisinya tidak netral. Ia memiliki sifat
yang dinamis, reaktif dan responsive terhadap pengaruh dari luar. Dengan
istilah lain, dalam proses perkembanganya, terjadi interaksi saling
mempengaruhi antara fitrah dan lingkungan sekitarnya, samapi akhir hayat
manusaia.
Pada hakiktnya, hadits tersebut tidak hanya terfokus pada gerakan
peyahudian, penasranian, atau pemajusian, tetapi lebih luas lagi, yaitu
menyangkut seluruh gerakan yang menyimpang anak dari fitrahnya yang suci.
Karena itu orang tua dituntut untuk waspada agar dirinya tidak terjerumus
pada gerakan tersebut.
Setiap anak dilahirkan dalam fitrah, maksud dari fitrah itu dalam
Islam maka dapat dimaklumi bahwa di antara mereka siap menerima hal yang
sesuai dengan fitrahnya, artinya apabila islam diperkenalkan sebagai ajaran
pertamnya, maka ia lebih mendahulukan islam dan memilih islam untuk
menjadi agamanya, yakni selama tidak ada hal yang nafsu atau kefanatikan.
52
Maka para pendidik dan orang tua mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban yang besar untuk melahirkan anak-anak dengan berpijak di atas
landasan iman dan mengajarkan dasar-dasar Islam, selayaknya setiap orang
yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban itu batasan-batasan tanggung
jawab dan kewajiban yang dipikulkan di atas pundaknya agar dapat
melahirkan anak yang berpijak pada landasan pendidikan iman yang sempurna
dan diridhai Allah.
53
BAB IV
KRITIK MATAN HADIS TENTANG FITRAH MANUSIA MEMOTRET
PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK
Sangat banyak paparan dan penjelasan Al-qur‟an maupun sunnah
Nabi Muhammad SAW, yang sangat erat kaitannya dengan berbagai nasehat,
aturan, dan cara mendidik anak secara baik. Karena pendidikan anak merupakan
salah satu tujuan utama agama Islam. Oleh karena itu agama Islam dikatakan
sebagai agama tarbiyah. Rumah merupakan lingkungan awal bagi anak untuk
tumbuh dan berkembang, khususnya dalam perkembangan organ tubuhnya, dan di
sinilah pusat terpenting bagi pendidikan anak, khususnya dalam pembentukkan
karakter bagi anak.
Anak adalah cahaya masa depan. Ibarat pundi kosong, anak akan
menerima air jenis apa saja yang masuk dalam kantong ajaran kehidupan, untuk
kemudian ia akan berkembang dalam perjalanan hidup pribadinya. Keluarga,
lingkungan , dan lembaga pendidikan menjadi pilar yang akan mengisi pundi
kosong tersebut, dan menentukan seberkualitas apakah pribadi yang dihasilkan
(Susilowati,2010:44).
Ketika membicarakan tentang anak, maka akan dihadapkan pada pola
dan budaya anak, yang mana pola dan budaya anak tak jauh dari pola hidup orang
tua dan lingkungannya. Karena lingkungan terdekat anak akan menciptakan
kebiasaan, sehingga anak akan merasa nyaman dengan dunia tersebut. Maka peran
keluarga dan lingkungan terdekat anak dilihat dari perkembangan dan
54
pertumbuhan anak harus selalu diperhatikan, diarahkan dan dikendalikan, karena
pada saat itu berbagai faktor baik fisik, motorik, psikologis, dan sosial, sangat
mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan tersebut
(Basyaruddin,2008:48).
Tahap awal kehidupan anak merupakan waktu yang sangat
menentukan masa depannya. Kesalahan yang terjadi pada waktu yang sangat
kritis akan membawa kerugian yang nyata pada perkembangan anak kelak. Anak
pada tahap awal ini, merupakan investasi bagi kemajuan bangsa. Produktifitas
bangsa masa depan sangatlah ditentukan oleh bagaimana upaya pengembangan
anak dilakukan. Pengembangan anak anak pada usia dini, merupakan pilihan yang
bijak dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia guna
membangun masa depan bangsa yang maju dan berkarakter.
Keluarga merupakan pihak terdekat dengan keseharian anak, sehingga
pembentukkan karakter pada anak merupakan tanggung jawab bagi setiap
keluarga. Orang tua yang mengasuh anak secara langsung dengan waktu yang
sedemikan lama dibandingkan dengan pihak lain seperti sekolahan. Keluarga
dalam hal ini adalah tempat yang sangat menentukan terhadap masa depan
perkembangan anak, dari lingkungan keluarga perkembangan anak dimulai sejak
masih dalam kandungan, anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa merasakan
dan merespon di dalam kandungan seorang ibu apa yang dilakukan oleh orang
tuanya.
55
Keluarga merupakan lembaga sosial terbesar pearannya bagi
kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak.
Keluarga merupakan lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan dan
pembentukan pribadi anak. Juga merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan
anak sejak kehidupan mereka yang sangat muda. Dari keluargalah diharapkan
seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan dewasa (Noor,
2010:41).
A. Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak, Semakna Hadis
Fitrah Manusia
1. Asbabul Wurud Hadis
Adapun yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut adalah
seperti hadis yang bersumber dari Aswad: “Aku datang kepada Rasulullah
dan ikut berperang bersama beliau. Kami meraih kemenangan dalam
perang itu. Namun, pada hari itu pembunuhan berlangsung terus-menerus
termasuk menimpa anak-anak. Hal itu disampaikan Rasulullah, maka
Rasullah bersabda: “Keterlaluan sampai hari ini mereka masih saling
membunuh sehingga seseorang laki-laki, “Ya Rasullah, mereka adalah
anak-anak dari orang musyrik”. Rusluallah bersabda: “Ketahuilah,
sesungguhnya penompang kamu adalah anak-anak orang musyrik itu.
Jangan membunuh keturunan”. Kemudian beliau bersabda: “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ia tetap dalam keadaan fitrahnya,
maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi”. (Hadist fitrah manusia no 1270)
56
Jadi manakala anak dibiarkan pada keadaan dan tabiatnya tidak
ada pengaruh pada lingkungan luar yang mempengaruhi berupa
pendidikan yang nantinya merusak atau taqlid kepada kedua orang tuanya
dan selainnya, niscaya anak tersebut kelak akan melihat petunjuk arah
tauhid dan kebenaran Rasulullah. Hal ini merupakan gambaran nalar yang
baik akan menyampaikan ke arah petunjuk yang asli dan dia kelak tidak
akan memilih kecuali memilih-memilah (agama, ajaran) yang hanif ( al-
Husaini:2008,110).
Keluarga adalah merupakan lingkungan pertama bagi anak, di
lingkungan keluarga pertama mendapatkan pengaruh, karena itu keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati.
Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada.
Ayah dan Ibu di dalam keluarga sebagai pendidikannya, dan anak sebagai
sisterdidiknya. Keluaraga merupakan pendidikan informal. Tugas keluarga
adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan bagi anak berikutnya,
agar anak dapat berkembang secara baik.
Bahwa tanggung jawab keluarga yakni kedua orang tua terhadap
pendidikan anaknya ada dua macam alasan, yaitu:
1. Anak lahir dalam keadaan suci, bersih dan sederhana
Hal ini menunjukkan bahwa anak lahir dalam keadaan tidak berdaya
dan belum dapat berbuat apa-apa, sehingga masih sangat
menggantungkan diri pada orang lain yang lebih dewasa. Orang tua
(ayah bunda) adalah tempat menggantungkan diri dan tempat
57
berlindung anak secara wajar berdasarkan atas hubungan antara anak
dan kedua orang tuannya (Ghazali, 1976:17).
2. Kelahiran anak di dunia ini, adalah merupakan akibat langsung dari
perbuatan kedua orang tuanya. Oleh karena itu kedua orang tua
sebagai orang yang telah dewasa harus menanggung segala resiko
yang timbul sebagai akibat perbuatan (aktivitas usaha)nya, yaitu
bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya
sebagai amanat Tuhan yang wajib dilaksanakan ( Ghazali, 1976:17).
Sebagai orang tua harus bisa meluangkan waktu untuk keluarganya
teutama untuk anak didiknya agar bisa dekat dan tahu kepribadian atau
perilaku anak ketika di rumah. Karena sekarang banyak anak yang mejadi
nakal dan beranai melawan kepada orang tuanya, bisa juga dikarenakan
kurangnya kasih sayang atau perhatian ayah dan ibunya.
Maka dari itu, Ayah dan ibunya meluangkan waktunya untuk anak-
anaknya agar anak-anaknya tidak merasa tidak diperhatikan oleh ayah dan
ibunya. Karena anak mengenal pertama kali oleh keluarga dan juga ayah
dan ibunya yang mengenalkannya kepada anaknya, jadi berikan contoh
atau perilaku yang baik untuk anak-anaknya, karena apa yang diengar anak
apa yang orang tua bicara akan menirunya.
Di dalam keluargalah seorang anak akan mengenal Agama bukan
ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan. Semua penampilan
ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-sehari yang disaksikan dan dialami
oleh anak akan bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan
58
tentang agama, perlu ditanamkan sejak kecil, sesuai pertumbuhan dan
perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan,
latihan dan pembinaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar dengan
sikap tidak acuh atau anti agama. Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah
kepada anak, hendaklah didahulukan sifat-sifat Allah yang mendekatkan
hatinya kepada Allah.
2. Teori Kritik Matan
Dalam penetapan tolak ukur matan, penulis menggunakan tolak ukur
Muhammad Shalahudin al-adlabi (Shalahudin, 1983: 230), ada empat
macam yakni:
a. Kajian Linguistik
b. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Quran
c. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat
d. Tidak bertentangan dengan akal sehat
a) Kajian Linguistik
Dalam kajian linguistik hadits tentang fitrah manusia,
peneliti menggunakan lafadz كل مولود يولد على الفطرة sebagai kata
kunci menganalisa kebahasaan. Lafadz tersebut berati setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Dalam pandangan Islam,
kemampuan dasar atau pembawaan disebut dengan fitrah. Secara
etimologis, fitrah berati sifat asal,kesucian, bakat, dan
pembawaan,secara tertimonolgi fitrah adalah tabiat yang siap
menerima agama islam. Dalam kaitannya dengan teori
59
kependidikan dapat dikatakan, bahwa fitrah menggandung
implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada paham
convergent. Karena fitrah mengandung makna kejadian yang di
dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu
Islam, namun potensi dasar beragama benar dan lurus yaitu islam.
Namun potensi dasar ini bisa diubah oleh lingkungan sekitarnya.
Sejarah dengan hadits di atas, fitrah merupakan modal seorang bayi
untuk menerima agama tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi
yang satu dengan bayi yang lainnya. Demikian, orang tua dan
pendidik berkewajiban memberikan pendidikan dengan cara
berikut ( al-Jadidah,1983:230).
Pertama, membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan
nikmat Allah, serta semangat mencari dalil dan mengesakan Allah
melalui tanda-tanda kekuasaanya dan menginterpresitasikan
berbagai gejala alam melalui penafsiran yang dapat mewujudkan
tujuan pengokohan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian
dan kesiapan untuk mengagungkan Allah. Kedua, membiasakan
anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang
kerap membiasakan dampak negatif terhadap diri anak, misalnya
tayangan film, berita-berita dusta, atau gejala kehidupan lain yang
tersalurkan melalui media informasi. Anak-anak harus diberi
pemahaman tentang bahaya kezaliman, kehidupan yang bebas, dan
kebodohan perilaku melalui metode yang sesuai dengan kondisi
60
anak, misalnya dengan melalui diaolog, cerita, atau pemberian
contohyang baik. Melalui cara itu, anak-anakakan terhindar dari
penyahudian, penasranian, atau pemajusian, seperti yang
diisyaratkan hadits di atas.
b) Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Quran
مع ئا وجعل لكم السه هاتكم ال ت علمون شي والله أخرجكم من بطون أمه فئدة واأل واألبصا
لعلهكم تشكرون Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
Dari peryataan diatas bahwasannya ketiga piranti tersebut
(pendengaran, penglihatan dan hati) dapat dibina dan dibimbing
sehingga menghasilkan suatu perilaku yang nantinya dapat
terbentuknya karakter yang baik pada anak.
c) Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera dan fakta
sejarah
Berdasarkan hadis Bukhari No 1270 tentang peran keluarga
sebagai pembentuk karakter anak , dapat diketahui bahwa jika anak
tumbuh di dalam keluarga yang menyimpang, belajar di
lingkungan yang sesat dan bergaul dengan masyarakat yang rusak,
maka anak akan menyerap kerusakan itu, terdidik dengan akhlak
yang paling buruk, di samping menerima dasar-dasar kekufuran
dan kesesatan. Kemudian dia akan beralih dari kebahagian kepada
61
kemurtadan dan dari islam kepada kefukuran. Jika semua ini telah
terjadi, maka sangat sulit mengembalikan anak kepada kebenaran.
Dapat dipahami bahwa fitrah sebagai pembawaan sejak lahir
bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bahkan ia tak dapat
berkembang sama sekali tanpa adanya pengaruh oleh lingkungan
tersebut. Namun demikian, meskipun fitrah dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, tetapi kondisinya tidak netral. Ia memiliki sifat yang
dinamis dan responsive terhadap pengaruh dari luar. Dengan istilah
lain, terjadi interaksi saling mempengaruhi antara fitrah dan
lingkungan sekitarnya, sampai akhir hayat manusia.
Pada hakikatnya, hadis tersebut tidak hanya terfokus pada
gerakan penyahudian, penasranian, atau pemajusian, tetapi lebih
luas lagi, yaitu menyangkut seluruh gerakan yang menyimpangkan
anak dari fitrahnya yang suci. Karena itu orang tua dituntut untuk
waspada agar dirinya tidak terjerumus pada gerakan tersebut.
Pendidik dan orang tua mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban yang besar untuk melahirkan anak-anak dengan berpijak
di atas landasan iman dan mengajarkan dasar-dasar islam,
selayaknya setiap orang yang mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban itu mengetahui batasan-batasan tanggung jawab dan
kewajiban yang dipikulkan di atas pundaknya agar dapat
melahirkan anak yang berpijak pada landasan pendidikan iman
yang sempurna dan diridhai Allah.
62
B. Analisis Arti Kontektual Pembentukan Karakter Hadist Fitrah Manusia
Menurut Shanminan Zain (1986), bahwa fitrah adalah potensi laten
atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia di bawah sejak
lahir. Menurut Al Auzal (1976), fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan
rohani. Fitrah adalah kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang
dianugrahkan oleh Allah SWT. Yang tidak ternilai harganya dan harus
dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.
Secara lebih komprehensif, Muhammad bin Asyur, seperti dikutip
Quraish Shihab mendefisinikan fitrah (makhluk) adalah bentuk lain dari
sistem yang diwujudkan Allah Swt pada setiap makhluk. Sedangkan fitrah
yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada
manusia yang berkaitan dengan kemapuan jasmani dan akalnya (Quraish
Shihab, 1996: 284).
Ditinjau dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr
yang berati belahan. Makna ini, lahir makna-makna lain, seperti “penciptaan”
dan “kejadian”, secara sederhana, fitrah manusia berati kejadiannya sejak
semula atau bawaanya sejak lahir.
Pernyataan tersebut, bahwasanya fitrah merupakan karakter atau sifat
tertentu yang telah dimiliki oleh manusia sejak dalam kandungan ibunya.
Dengan kata lain, sesungguhnya telah memiliki potensi jauh sebelum ia
dilahirkan. Dimana penciptaan potensi tidak diciptakan pada waktu masa
kanak-kanak, hanya saja pada masa ini merupakan masa pengenalan potensi
63
atau masa pengalian potensi dari dalam individu dan setelah itu potensi
selajutnya akan dikemabangkan sesuai dengan potensinya.
Pembentukkan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia sentuhan yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendiadikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Hal ini untuk menanamkan karakter pada anak melalui 3 piranti
tersebut:
1) Melalui Pendengaran
Untuk menanamkan suatu karakter yang baik pada anak, maka
yang harus dilakukan setiap keluarga adalah dengan melalui pendengaran
pada setiap anak yakni memberi nasehat yang baik (Mauidzah Hasanah) ,
mauidzah merupakan nasehat yang mampu menyentuh kalbu atau hati dan
menumbuhkan suatu beramal. Maka dengan mauidzah akan tercipta
karakter yang baik pada anak (Suwaid, 2010: 103).
2) Melalui penglihatan
Bagaimanapu juga orang tua juga adalah panutan bagi anak,
materi yang baik tidak akan mapu diterima oleh anak, apabila para
penyampai materi tersebut tidak mencerminkan apa yang disampaikan.
Maka orang tua harus memberikan teladan yang baik bagi anaknya.
64
Keteladanan sikap merupakan langkah penting dalam membentuk karakter
sebagai pribadi yang unggul, karena anak adalah peniru ulang setiap hal
positif maupun negatif.
3) Melalui Hati
Hati akan membentuk karakter seseorang, karena Rasulullah
SAW, pernah berpesan kepada para sahabatnya, bahwasannya di dalam
diri manusia itu terdapat hati yang harus diutamakan dan dijaga, apabila
hati itu baik maka baiklah tubuh tersebut, dan sebaliknya.
Serupa dengan peryataan di atas bahwasannya ketiga piranti tersebut
dapat dibina dan dibimbing sehingga menghasilkan suatu perilaku yang
nantinya dapat terbentuknya karakter yang baik pada anak.
Keluarga dalam membentuk karakter anak sebagai berikut:
a. Menanamkan nilai akidah
Menanamkan nilai akidah merupakan pokok dasar manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Membangun dan menanamkan nilai
akidah pada diri anak inilah yang harus dialkukan setiap orang tua, yakni
dengan menanamkan keyakinan bahwa Allah itu maha esa beserta sifat-
sifat yang mulia.
Langkah yang harus dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai
aqidah pada anak yakni dengan membiasakan anak mendengar lantunan
ayat-ayat al-qur‟an, ceramah agama, kalimah thoyibah, serta ucapan-
ucapan yang sopan dan santun dari orang sekitar. Mengumandangkan
65
adzan pada anak baru lahir merupakan salah satu cara menanamkan
akidah pada anak sejak dini.
b. Menanamkan nilai dan ajaran ibadah
Menanamkan nilai ibadah ini merupakan suatu langkah untuk
menyempurnakan penanaman nilai-nilai akidah. Hakekat ibadah
sebagaimana yang dikatakan Al Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya.
Secara umum ibadah berati mencakup semua perilaku dalam
kehidupan manusia dengan ketententuan yang telah ditetapkan Allah
SWT. Oleh sebab itu orang tua perlu menanamkan nilai ibadah ini pada
anak, karena ibadah ini merupakan bentuk kecintaan dan ketundukkan
kepada Allah SWT.
c. Menanamkan nilai sosial
Manusia adalah makhluk sosial, Allah menciptakan manusia
agar melakukan interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, diajurkan kepada kepada kita untuk menampilkan akhlak sosial
yang baik.
Sejak terlahir anak kedunia ini hingga genap berusia dua tahun,
sudah harus ditanamkan jiwa bermasyarakat pada diri anak. Pendidikan
bermasyarakat yang dilakukan sejak usia dini akan membekas sepanjang
masa (Syantut,2007:32).
66
d. Memberikan pengawasan dan perhatian
Perhatian merupakan suatu keadaan yang mengungkapkan suatu
perasaan, mengungkapkan rasa cinta yang sifatnya sangat kuat dan penuh
kelembutan. Cinta orang tua kepada anaknya adalah cinta yang murni,
tanpa belasa jasa, cinta orang tua yang tulus akan menjadi dasar
pembentukkan karakter pada anak. Dengan selalu mencurahkan perhatian
penuh dan memunuhi aspek akidah, dan moral anak, mengawasi dan
memperhatikan kesiapan dan mental sosial (Ulwan, 1999: 275).
e. Upaya menjaga jasmani dan kesehatan
Keluarga juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
jasmani anak, baik dalam aspek perkembangan maupun aspek
pertumbuhan. Asupan gizi yang baik meruapakan kebutuhan anak yang
harus dipenuhi oleh setiap orang tua. Agama Islam memberikan perhatian
besar terhadap kesehatan manusia secara umum, khususnya ksehatan
anak-anak. Banyak sekali anjuaran dalam islam untuk berobat. Sebab,
berobat adalah penyembuhan mendasar bagi kesehatan tubuh (Suwaid,
2010: 524).
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah peneliti
lakukan tentang Peran Keluarga Sebagai Pembentuk Karakter Anak Telaah
Hadist Fitrah Manusia. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Kualitas Hadis Tentang Fitrah Manusia
Hadis shahih adalah hadis yang syaratnya bersambung, proses
periwayatanya oleh orang yang adil, dan kuat daya ingatanya dari orang
yang serupa sifatnya serat terbebas dari keganjilan dan cacat. Setelah
menganilisis sanad hadist, penulis memberikan kesimpulan bahwa hadist
di atas berkualitas Shahih dikarenakan telah memenuhi syarat-syarat
hadist shahih mutawatir.
Adapun syarat-syarat hadist shahih mutawatir yaitu:
a. Mempunyai sanad yang bersambung (muttasil)
b. Para perawinya adil
c. Para perawinya dhabith (kuat hafalannya)
d. Tidak mengandung unsur-unsur syadz
e. Tidak mengandung kecacatan („illat) yang dapat merusak keabsahan
sebuah hadist.
68
2. Peran Keluarga dalam Pembentukkan Karakter Anak
Keluarga merupakan pihak terdekat dengan keseharian anak, sehingga
pembentukkan karakter pada anak merupakan tanggung jawab bagi
setiap keluarga.
Bahwa tanggung jawab keluarga yakni kedua orang terhadap pendidikan
anaknya ada dua macam, yaitu:
a. Tanggung jawab peran keluarga
Disini tanggung jawab orang tua untuk anaknya sangat di
butuhkan demi pertumbuhan dan karena seorang manusia lahir ke
dunia ibarat kertas putih, tumbuh kembang seorang anak ditentukan
oleh orang tua yang menuliskan kedua orang tua. Pendidikan yang
paling dasar ialah pendidikan yang diberikan orang tua. Seorang anak
dituntun dan dibimbing oleh orang tua dengan menanamkan nilai
aqidah, nilai dan ajaran ibadah, nilai sosial dan upaya untuk menjaga
kesehatan jasmani maupun rohani serta memberikan pendidikan
formal maupun non formal dengan tujuan untuk dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan ajaran agama Islam. Karakter seorang anak
dibentuk oleh orang tua, karena modal utama untuk membentuk
karakter anak berada dalam bimbingan orang tua.
b. Menjaga anak dari pengaruh lingkungan
Seorang anak lahir ke dunia merupakan anugerah dari Sang
Maha Pencipta, dengan kelahiran seorang anak memberi orang tua
69
tanggung jawab dalam tumbuh kembangnya. Pertumbuhan seorang
anak merupakan tanggung jawab kedua orang tua, seorang anak
memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang, pendidikan, papan,
sandang dan pangan. Seluruh kebutuhan anak menuntut orang tua
untuk memenuhinya. Upaya yang dilakukan keluarga adalah dengan
memberikan pendidikan-pendidikan yang berkaitan dengan nilai-nilai
agama maupun sosial.
B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan yakni ditujukan kepada setiap
orang tua sebagai peran keluarga atau pendidik dalam lingkungan
keluarganya. Diharapkan bagi setiap keluraga atau orang tua membiasakan
bersikap atau berperilaku baik dan bertutur baik kepada anaknya. Karena
setiap tingkah laku khsusunya kedua orang tua akan ditiru oleh anaknya. Oleh
sebab itu berilah mereka teladan yang baik, agar anak tumbuh dengan karakter
yang baik pula.
Sebagai orang tua, kita tidak hanya diwajibkan menumbuhkan
kembangkan anak-anak kita, akan tetapi sebagai orang tua dibekali dengan
nilai-nilai agama dan akidah. Perlu disadri oleh para pendidik dari semua
kalangan dimulai di dalam keluarga, sekolah, lingkungan, bahwa karakter itu
tumbuh dengan sendirinya. Dengan demikia tugas para pendidik adalah
memeberikan stimulus tersebut dengan hal yang baik dan posistif, sehingga
anak akan tumbuh dengan memiliki karakter yang baik.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur, 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perpektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Al-Adlabi, Muhammad Shalahudin. 1983. Manhaj Naqd al-Matn, Beirut:Dar al-
Afaq al-Jadidah
Al-Lu‟ lu Wal Marjan. 2011. Mutiara Hadist Shahih Bukhari dan Muslim.
Jakarta: Umul Qura, hlm XI.
Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek).
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Basyaruddin dan Yessi, Muhammad. 2008. Istiqomah Mendidik Anak. Bandung:
Majalah Qalam, Takziah An-Nafs. hlm 48.
Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
Ruhama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola komunikasi oran tua dan Anak Keluarga:
Sebuah Prespektif Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Endaswara, Suwardi. 2013. Pendidikan Karakter dalam Faklor Konsep, Bentuk
dan Model. Yogyakarta: Pustaka Rumah Suluh.
Fuad, Abdul Baqi Muhammad. 2011. Mutiara Hadist Shahih Bukhari dan
Muslim, Jakarta: Umul Qura.
Ghazali, Imam. 1976. Konsep Pendidikan Akhlak. Menurut Imam Ghazali.
Jakarta: Pustaka.
Komarudin. 1988. Kamus Riset. Bandung: Angkasa.
Kusuma, Dharma, Cepi Triatna dan Johar Permana. 2012. Pendidikan Karakter.
(Kajian Teori dan Praktik disekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi,
Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: pustaka Al Husna.
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudlu‟i Atas Pelbagai
Persoalan Umat (Bandung: Milzan, 1996), hlm. 284.
71
Mahmud. 2004. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:
Trigenda Karya, hlm. 13.
Munandar, Utami. 1983. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Bogor:
Tinjauan pustaka.
Nazir, Muh.1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghaha Indonesia.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Susilowati. 2010. Sukses Anak Di Tangan Orang Tua. Majalah Qalam. Takziah
An-Nafs, hlm. 44.
Suwaid, Muhammad Nur Abduh Hafizh. 2009 . Prophetic Parenting, Cara Nabi
Mendidik Anak. Diterjemahkan oleh: Farid Abdul Aziz Qurusy. 2010.
Yogyakarta: Pro-U Media.
Syantut, Khalid Ahmad. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak.
Panduan Mendidik Anak Prasekolah. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Ulwan, Abdullah Nasih. 1994. Pendidikan Anak dalam Islam. Terjemahan oleh.
Jamalludin Miri. 1999. Jakarta: Pustaka Amani.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Ulfa Ulfiyati
Tempat Tanggal Lahir : Kab.Semarang, 23 Mei 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dsn. Mbaran Jurang RT 04/06, Ds. Mbaran, Kec.
Ambarawa Kab. Semarang
Jenjang Pendidikan : 1. SMP N 1 AMBARAWA 2008
2. SMA KARTIKA BANYUBIRU 2011
Demikian riwayat ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,13 September 2017
Penulis
Ulfa Ulfiyati
DAFTAR NILAI
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Ulfa Ulfiyati
NIM : 111-13-105
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dosen PA : Achmad Maimun, M.Ag.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. Sertifikat OPAK STAIN Salatiga
2013 “Rekonstruksi Paradigma
Mahasiswa yang Cerdas Peka dan
Peduli”
26-27 Agustus
2013
Peserta 3
2. Sertifikat OPAK Tarbiyah 2013
“Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Seabagi Identitas
Pendidikan Indonesia”
29 Agustus
2013
Peserta 3
3. Sertifikat UPT Perpustakan
“Library User Education”
16 September
2013
Peserta 2
4. Sertifikat Seminar Nasional “Jiwa
Muda, Berani Berwirausaha
30 Oktober
2015
Peserta 2
5. Sertifikat Dialog Interaktif “
Pendidikan Karakter Indonesia”
15 Oktober
2016
Peserta 2
6. Sertifikat Seminar Nasional
“Sejarah dan Revitalisasi
Identitas Bangsa”
8 November
2016
Peserta
8
7. Sertifikat Nasional “Bersama
Merajut Asa Memberantas
Korupsi di Indonesia”
10 November
2016
Peserta 8
8. Sertifikat Nasional “Memperkuat
Peran Pemuda dalam
Meningkatkan Ekonomi Nasional
Melalui Kewirausahaan”
26 April 2016 Peserta
9. Sertifikat Nasional “Nasionalisme
sebagai Benteng dalam
Menghadapi Proxy War di
Indonesia”
18 Mei 2016 Peserta 8
10. Sertifikat Nasional “Pendidikan
Agama Menjadi Pelopor
Kebangkitan Nasional Di Era
Modern”
21 Mei 2016 Peserta 8
11. Sertifikat Seminar
“Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan Melalui Usaha
Online Masyarakat Ekonomi
Mandiri “
10 Desember
2016
Peserta 8
12. Sertifikat Seminar Nasional
“Dengarkan Bisikan Alam
Tentang Manusia”
29 April 2017 Peserta 8
13. Sertifikat Nasional”Optimalisasi
Pergerakan Mahasiswa Ekstra-
Parlementer di Era Modern
20 Mei 2017 Peserta 8
14. Sertifikat Nasional “Implementasi
Tri Dharma Perguruan Tinggi
dalam Membangun Mindset Anti
Hoax”
24 Mei 2017 peserta 8
15. Sertifikat KKN Kaliwungu “
Penanaman Pohon”
15 Februari
2017
Panitia 3
16. Sertifikat KKn Kaliwungu” Jalan
sehat
19 Februari
2017
Panitia 3
17. Sertifikat KKN Kaliwungu
“Lomba TPA”
23 Februari
2017
Panitia 3
18. Sertifikat Piagam Penghargaan “
Dharma Bakti (KKN)
23 Februari
2017
Peserta 3
19 Surat Keterangan “Sebagai Guru
Pendidikan Anak Usia
Dini(PAUD) AR-RISALAH, YPI
AR-RISALAH Desa Pendem,
Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang
15 Juli 2017 Guru 8
Jumlah 104
Salatiga,6 September 2017
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP: 19700510 199803 1 003