Peran Indonesia - Copy

2
Metalurgi untuk Indonesia Jaya 2045 "Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya." Kata mutiara dari presiden pertama Indonesia, Dr. Ir. H. Sukarno tersebut menginspirasi saya dalam memilih tujuan pendidikan sarjana pada Jurusan Teknik Material dan Metalurgi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kesadaran akan potensi sumber daya alam miliki Indonesia yang belum diolah secara maksimal oleh masyarakat Indonesia mendorong saya untuk belajar bidang tersebut. Ketika dipastikan diterima di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS, pada awalnya bayangan saya hanya berkisar pada bagaimana menghadapi perkuliahan saya dengan semaksimal mungkin. Namun, pandangan tersebut berubah ketika saya membaca kutipan terkenal dari John Fitzgerald Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35:“Ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country”. Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! Kata- kata tersebut benar- benar telah mencambuk saya untuk turut berkontribusi kepada negara saya, Indonesia, apalagi dengan fasilitas beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) selama periode 2012-2013 yang telah saya terima. Kesempatan saya untuk berkontribusi mulai hadir ketika saya bergabung dengan program FTI Mengajar dan diamanahi sebagai ketua selama kurang lebih satu tahun. Program tersebut diawali dari rasa kepedulian mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI), fakultas saya, akan keterbelakangan warga di sekitar kawasan kampus ITS terhadap pendidikan. Rasa kepedulian saya hadir karena saya merasa bertanggung jawab untuk membagi pendidikan yang saya peroleh karena menerima pendidikan merupakan hak seluruh warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Dengan memberikan bantuan pendidikan kepada anak- anak di kawasan tertinggal tersebut, saya percaya hal tersebut akan menjadi bekal mereka untuk memperbaiki kehidupan dan lingkungan mereka kelak sebagaimana kata Nelson Mandela: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”. Tidak hanya puas berkontribusi di bidang sosial, saya juga berusaha untuk berkontribusi di bidang keilmuan saya, Teknik Material dan Metalurgi. Dengan pengetahuan saya dan teman- teman saya, saya mencoba untuk membuat paper ilmiah mengenai pemanfaatan mineral Barium pada Lumpur Sidoarjo.

description

esai lpdp

Transcript of Peran Indonesia - Copy

Page 1: Peran Indonesia - Copy

Metalurgi untuk Indonesia Jaya 2045

"Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya." Kata mutiara dari presiden pertama Indonesia, Dr. Ir. H. Sukarno tersebut menginspirasi saya dalam memilih tujuan pendidikan sarjana pada Jurusan Teknik Material dan Metalurgi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kesadaran akan potensi sumber daya alam miliki Indonesia yang belum diolah secara maksimal oleh masyarakat Indonesia mendorong saya untuk belajar bidang tersebut.

Ketika dipastikan diterima di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS, pada awalnya bayangan saya hanya berkisar pada bagaimana menghadapi perkuliahan saya dengan semaksimal mungkin. Namun, pandangan tersebut berubah ketika saya membaca kutipan terkenal dari John Fitzgerald Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35:“Ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country”. Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! Kata- kata tersebut benar- benar telah mencambuk saya untuk turut berkontribusi kepada negara saya, Indonesia, apalagi dengan fasilitas beasiswa peningkatan prestasi akademik (PPA) selama periode 2012-2013 yang telah saya terima.

Kesempatan saya untuk berkontribusi mulai hadir ketika saya bergabung dengan program FTI Mengajar dan diamanahi sebagai ketua selama kurang lebih satu tahun. Program tersebut diawali dari rasa kepedulian mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI), fakultas saya, akan keterbelakangan warga di sekitar kawasan kampus ITS terhadap pendidikan. Rasa kepedulian saya hadir karena saya merasa bertanggung jawab untuk membagi pendidikan yang saya peroleh karena menerima pendidikan merupakan hak seluruh warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Dengan memberikan bantuan pendidikan kepada anak- anak di kawasan tertinggal tersebut, saya percaya hal tersebut akan menjadi bekal mereka untuk memperbaiki kehidupan dan lingkungan mereka kelak sebagaimana kata Nelson Mandela: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”.

Tidak hanya puas berkontribusi di bidang sosial, saya juga berusaha untuk berkontribusi di bidang keilmuan saya, Teknik Material dan Metalurgi. Dengan pengetahuan saya dan teman- teman saya, saya mencoba untuk membuat paper ilmiah mengenai pemanfaatan mineral Barium pada Lumpur Sidoarjo. Selain itu saya dan teman saya juga berhasil membuat prototipe alat pelebur sampah logam yang dapat meningkatkan nilai sampah dan taraf hidup pemulung di Kota Surabaya. Prototipe tersebut telah mendapatkan apresiasi sebagai juara harapan 3 dalam seleksi teknologi tepat guna se-Surabaya tahun 2015. Di akhir perkuliahan yang saya tempuh, topik tugas akhir mengenai sel surya saya ambil karena Indonesia membutuhkan sumber energi alternatif yang mudah didapatkan dan Saya berharap tugas akhir saya dapat berkontribusi dalam memecahkan masalah tersebut. Saya berjanji kontribusi tersebut tidak akan berhenti sampai saya lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana.

Setelah lulus, saya ingin dapat berkontribusi lebih untuk Indonesia. Utamanya, di tahun 2015 ini Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mulai diimplementasikan. Selain itu, mulai tahun 2014, Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (minerba) dijalankan. Salah satu butir undang- undang tersebut adalah melarang ekspor bahan mentah dari Indonesia, dengan kata lain bahan tersebut harus diolah dulu di Indonesia. Keputusan tersebut ibarat dua sisi mata uang memiliki nilai positif berupa peningkatan penerimaan negara serta lapangan kerja bagi bangsa Indonesia, namun negatifnya kemandirian Indonesia dalam menyiapkan sarana dan prasarana (termasuk sumber daya manusia) yang mendukung peraturan tersebut masih dipertanyakan. Bagaimana tidak, saat ini hanya sekitar 9.500 orang yang bekerja sebagai insinyur profesional. Padahal untuk

Page 2: Peran Indonesia - Copy

mencapai pertumbuhan ekonomi 7-8 persen, Indonesia setidaknya butuh 50 ribu insinyur profesional.