Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

15
JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205 PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Fadil Yudia Fauzi, Ismail Arianto, Etin Solihatin) Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta ABSTRACT About the establishment of national character through character education implemented by the schools is one of the mission of realizing the vision of the Indonesian nation. Which the democratic national education and quality to strengthen noble character, creative, innovative, national paradigm, intelligent, healthy, disciplined and responsible, skilled and master of science and technology. However from the result research and interviews are still occur juvenile delinquency that exceeds normal limits. If less control of their so deviation of violence like this is what happens at school. Negative influence this also arises because the lack of attention their family. This study aims to determine the extent of the role of education Pancasila and citizenship in the efforts to establishment character of students. In Order To seek information by interviewing the teachers and some school students researchers also observe. PENDAHULUAN Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan prilaku yang menbantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentuka karakter. Di dalam dunia pendidikan sejumlah mata pelajaran dapat membentuk karakter bangsa, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran PPKn. PPKn merupakan mata pelajaran yang sarat isi dengan nilai- nilai pancasila untuk membentuk kepribadian. PPKn tidak cukup hanya sampai pada penghafalan, melainkan PPKn diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dalam bentuk perbuatan, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bukan untuk dihafal melainkan untuk dipraktekan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu pembelajaran PPKn perlu mengutamakan perilaku Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini PPKn sangatlah penting dalam mewujudkan pribadi

description

jurnal kewarganegaraan, cara mengajar

Transcript of Peran Guru Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

    Fadil Yudia Fauzi, Ismail Arianto, Etin Solihatin)

    Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta

    ABSTRACT

    About the establishment of national character through character education

    implemented by the schools is one of the mission of realizing the vision of the

    Indonesian nation. Which the democratic national education and quality to

    strengthen noble character, creative, innovative, national paradigm, intelligent,

    healthy, disciplined and responsible, skilled and master of science and technology.

    However from the result research and interviews are still occur juvenile

    delinquency that exceeds normal limits. If less control of their so deviation of

    violence like this is what happens at school. Negative influence this also arises

    because the lack of attention their family.

    This study aims to determine the extent of the role of education Pancasila and

    citizenship in the efforts to establishment character of students. In Order To seek

    information by interviewing the teachers and some school students researchers also

    observe.

    PENDAHULUAN

    Pendidikan karakter

    mengajarkan kebiasaan cara berpikir

    dan prilaku yang menbantu individu

    untuk hidup dan bekerja sama sebagai

    keluarga, masyarakat, dan bernegara

    dan membantu mereka untuk membuat

    keputusan yang dapat dipertanggung

    jawabkan. Pendidikan memiliki

    peranan yang sangat penting dalam

    pembentuka karakter. Di dalam dunia

    pendidikan sejumlah mata pelajaran

    dapat membentuk karakter bangsa,

    salah satu diantaranya adalah mata

    pelajaran PPKn.

    PPKn merupakan mata

    pelajaran yang sarat isi dengan nilai-

    nilai pancasila untuk membentuk

    kepribadian. PPKn tidak cukup hanya

    sampai pada penghafalan, melainkan

    PPKn diterapkan dalam kehidupan

    sehari-hari peserta didik dalam bentuk

    perbuatan, nilai-nilai yang terkandung

    dalam pancasila bukan untuk dihafal

    melainkan untuk dipraktekan dalam

    kehidupan nyata. Oleh karena itu

    pembelajaran PPKn perlu

    mengutamakan perilaku

    Dalam hidup berbangsa dan

    bernegara dewasa ini PPKn sangatlah

    penting dalam mewujudkan pribadi

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    2

    bangsa yang berkualitas. Dan PPKn

    haruslah mampu menumbuhkan

    kemandirian. Sehingga peserta didik

    dapat tumbuh sebagai manusia yang

    berkualitas dalam keidupan berbangsa

    dan bernegara.

    Akan tetapi dizaman yang

    sudah maju PPKn seolah-olah

    terlupakan oleh sebagian besar

    masyarakat Indonesia. Karena dengan

    PPKn diharapkan bisa membentuk

    karakter peserta didik yang memiliki

    kepribadian. Kepribadian adalah ciri

    atau karakteristik atau gaya atau sifat

    khas dari diri seseorang yang

    bersumber dari bentuk-bentuk yang

    diterima dari lingkungan misalnya

    keluarga pada masa kecil, dan juga

    bawaan seseorang sejak lahir.

    Sudah saatnya bagi tiap

    sekolah untuk melaksanakan kembali

    Pancasila sebagai acuan dasar dalam

    membentuk karakter peserta didik.

    Terbukti Pancasila sangat kaya akan

    nilai-nilai keutamaan hidup yang

    mampu mensejahterakan masyarakat

    Indonesia. Satu-satunya jalan

    mewujudkan kesejahteraan adalah

    melalui pendidikan karakter.

    Pendidikan karakter adalah

    baik atau unggul suatu system

    penanaman nilai-nilai karakter kepada

    warga sekolah yang meliputi

    komponen pengetahuan kesadaran

    atau kemauan, dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai-nilai tersebut.

    Akan tetapi di era globalisasi

    saat ini seiring kemajuan teknologi,

    nilai-nilai kesopanan, budi pekerti

    seakan telah diabaikan. Yang

    mengakibatkan prilaku yang peserta

    didik menyimpang. Hal ini

    dikarenakan krisis karakter bangsa.

    Kenakalan remaja di era

    modern ini sudah melebihi batas yang

    sewajarnya. Banyak anak dibawah

    umur yang sudah mengenal rokok,

    narkoba, freesex, dan terlibat banyak

    tindakan kriminal lainnya. Fakta ini

    sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda

    dapat melihat brutalnya remaja jaman

    sekarang. Meningkatnya tingkat

    kriminal di Indonesia tidak hanya

    dilakukan oleh orang dewasa, tetapi

    banyak juga dari kalangan para

    remaja. Tindakan kenakalan remaja

    sangat beranekaragam dan bervariasi

    dan lebih terbatas jika dibandingkan

    tindakan kriminal orang dewasa. Juga

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    3

    motivasi para remaja sering lebih

    sederhana dan mudah dipahami

    misalnya : pencurian yang dilakukan

    oleh seorang remaja, hanya untuk

    memberikan hadiah kepada mereka

    yang disukainya dengan maksud untuk

    membuat kesan impresif yang baik

    atau mengagumkan.

    Melihat permasalahan di atas

    pendidikan karakter sangat dibutuhkan

    dalam pendidikan saat ini. Karena

    hanya dengan pendidikan karakter

    sajalah yang bisa mengatasi

    permasalahan-permasalahan tersebut.

    Selain itu juga guru sekolah sangat

    berpengaruh dalam pembentukan

    karakter peserta didik.

    Berdasarkan latar belakang di

    atas, penulis mencoba untuk mengkaji

    secara lebih mendalam mengenai

    peranan pendidikan pancasila dan

    kewarganegaraan dalam Upaya

    pembentukan karakter peserta didik.

    KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN

    TEORI

    Pengertian Peran

    Pengertian peran adalah sebuah

    kegiatan yang dilakukan karena

    adanya sebuah keharusan maupun

    tuntutan dalam sebuah profesi atau

    berkaitan dengan keadaan dan

    kenyataan. Jadi peran merupakan

    perilaku yang diharapkan oleh orang

    lain terhadap seseorang yang sesuai

    dengan kedudukannya dalam suatu

    sistem. Jadi peran di pengaruhi oleh

    keadaan sosial baik dari dalam

    maupun dari luar dan bersifat stabil.

    Perilaku individu dalam

    kesehariannya hidup bermasyarakat

    berhubungan erat dengan peran.

    Karena peran mengandung hal dan

    kewajiban yang harus dijalani seorang

    individu dalam bermasyarakat. Sebuah

    peran harus dijalankan sesuai dengan

    norma-norma yang berlaku juga di

    masyarakat. Seorang individu akan

    terlihat status sosialnya hanya dari

    peran yang dijalankan dalam

    kesehariannya.

    Hakikat PPKn

    PPKn sering juga disebut PKn

    atau pendidikan civic, yang membahas

    tentang kewarga negara, moral, norma,

    hukum, budi pekerti dan lain-lain.

    Sejarah pendidikan

    kewarganegaraan berawal dari

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    4

    menanggapi usulan UNESCO agar

    setipa negara Asia Pasifik memberikan

    bahan ajar yang mengarah kepada

    pembangunan karakter bangsa maka

    salah satu bahan ajar adalah

    pendidikan kewarganegaraan, civic

    education, civic.

    Sebagai mata pelajaran di

    sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan

    telah mengalami perkembangan, baik

    dalam kemasan maupun substansinya.

    Hal tersebut dapat dilihat dalam

    substansi kurikulum, PKn yang sering

    berubah dan tentu saja disesuaikan

    dengan kepentingan negara.

    Pendidikan kewarganegaraan

    membicarakan tentang warga negara

    dan segala sesuatu yang ada

    hubungannya dengan warga negara,

    seperti hak dan kewajibannya, peran

    dan tanggung jawab sebagai warga

    negara, dan peraturan-peraturan

    hukum yang berlaku di negaranya. Inti

    pendidikan kewarganegaraan adalah

    nilai-nilai kemanusiaan : kesamaan,

    kebebasan, keadilan, solidaritas, dan

    prinsip-prinsip pegelolaan hidup

    bernegara : partisipasi, transparansi

    atau keterbukaan, tanggung jawab

    (responsiviness, accountability),

    pemberdayaan (empowerment), dll.

    Pendidikan kewarganegaraan

    membantu peserta didik untuk

    membentuk pola pikir dan pola sikap

    sebagai seorang warga negara yang

    mencerminkan atau selaras dengan

    nilai-nilai kemanusiaan. Termasuk

    dalam pembentukan watak atau

    karakter, karena pendidikan

    kewarganegaraan mencakup nilai-nilai

    hidup yang khas dari masyarakat

    sekitarnya.

    Untuk mengenali identitas

    bangsa Indonesia, diperlukan pelajaran

    PKn yang membahas tentang

    pancasial. Namun, pendidikan

    kewarganegaraan di Indonesia tidak

    hanya terbatas pada pembentuka suatu

    kepribadian keindonesiaan atau

    kepribadian yang mengindonesiakan

    atau pendidikan pancasila. Pendidikan

    kewarganegaraan juga membahas

    prilaku sosial yang terdapat dalam

    masyarakat termasuk pembentukan

    karakter bangsa. Dengan mempelajari

    PKn diharapkan masyarakat Indonesia

    menjadi warga negar yang baik dan

    berkarakter.

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    5

    Hakikat Karakter

    Karakter adalah suatu sistem

    penanaman nilai-nilai karakter kepada

    warga sekolah yang meliputi

    komponen pengetahuan, kesadaran

    atau kemauan, dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

    terhadap Tuhan YME, diri sendiri,

    sesama, lingkungan, maupun

    kebangsaan sehingga menjadi

    manusia.

    Pendidikan karakter

    ditempatkan sebagai landasan untuk

    mewujudkan visi pembangunan

    nasional, yaitu mewujudkan

    masyarakat berakhlak mulia, bermoral,

    beretika, berbudaya, dan beradab

    berdasarkan falsafah Pancasila. Upaya

    pembentukan karakter sesuai dengan

    budaya bangsa ini tentu tidak semata-

    mata hanya dilakukan di sekolah

    melalui serangkaian kegiatan belajar

    mengajar dan luar sekolah, akan tetapi

    juga melalui kebiasaan dalam

    kehidupan, seperti: religius, jujur,

    disiplin, toleran, kerja keras, cinta

    damai, tanggung-jawab, dan

    sebagainya.

    Karakter adalah watak

    seseorang, yang meliputi moral,

    prilaku, budi pekerti. Dalam kamus

    besar bahasa Indonesia belum

    memasukan kata karakter,yang ada

    adalah watak yang diatikan sebagai

    sifat batin manusia yang mempengari

    segenap pikiran dan tingkah laku ;

    budi pekerti ; tabiat.

    Pendidikan karakter bertujuan

    untuk meningkatkan mutu

    penyelenggaraan dan hasil pendidikan

    di sekolah yang mengarah pada

    pencapaian pembentukan karakter dan

    akhlak mulia peserta didik secara utuh.

    Melalui pendidikan karakter

    diharapkan peserta didik mampu

    secara mandiri meningkatkan dan

    menggunakan pengetahuannya,

    mengkaji dan menginternalisasi serta

    mempersonalisasi nilai-nilai karakter

    dan akhlak mulia sehingga terwujud

    dalam perilaku sehari-hari. Selama ini,

    pendidikan informal terutama dalam

    lingkungan keluarga belum

    memberikan kontribusi berarti dalam

    mendukung pencapaian kompetensi

    dan pembentukan karakter peserta

    didik. Kesibukan dan aktivitas kerja

    orang tua yang relatif tinggi,

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    6

    kurangnya pemahaman orang tua

    dalam mendidik anak di lingkungan

    keluarga, pengaruh pergaulan di

    lingkungan sekitar, dan pengaruh

    media elektronik ditengarai bisa

    berpengaruh negatif terhadap

    perkembangan dan pencapaian hasil

    belajar peserta didik.

    Dengan pendidikan karakter

    yang diterapkan secara sistematis dan

    berkelanjutan, peserta didik akan

    memiliki kecerdasan emosi.

    Kecerdasan emosi ini adalah bekal

    penting dalam mempersiapkan anak

    menyongsong masa depan, karena

    seseorang akan lebih mudah dan

    berhasil menghadapi segala macam

    tantangan kehidupan, termasuk

    tantangan untuk berhasil secara

    akademis.

    Aspek-aspek penting dalam

    pendidikan karaktr anak, menurut

    Megawangi ada tiga kebutuhan dasar

    anak yang harus dipenuhi, yaitu

    maternal bonding (kelekatan

    psikologis dengan ibunya), rasa aman,

    dan stimulasi fisik dan mental. Ketiga

    aspek ini sangat penting dalam

    pembentukan karakter anak di

    lingkungan.

    Jadi pendidikan karakter sangat

    terpengaruhi oleh pendidikan

    kewarganegaraan, dimana pendidikan

    kewarganegaraan memiliki peranan

    penting dalam pembentukan karakter.

    Karena pendidikan kewarganegaraan

    mencakup semua poin-poin karakter.

    Yang termasuk poin karakter didalam

    pendidikan kewarganegaraan adalah

    budi pekerti, moral, norma.

    Pembentukan karakter peserta

    didik ini bertujuan untuk menciptakan

    seorang yang berakhlak, berbudi

    pekerti, bermoral dan taat terhadap

    peraturan yang ada baik yang terisirat

    maupun tersurat. Pembentukan

    karakter ini sudah dilaksanakan

    semenjak anak berusia dini. Tidak

    hanya didalam sekolah akan tetapi

    didalam keluarga pun pendidikan

    karakter sudah diterapkan, agar

    nantinya anak memiliki kepribadian

    yang berkualitas, sesuai dengan yang

    diharapkan.

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    7

    Pengertian Pendidikan Karakter

    pendidikan karakter adalah

    suatu usaha pengembangan dan

    mendidik karakter seseorang, yaitu

    kejiwaan, akhlak dan budi pekerti

    sehingga menjadi lebih baik.

    Pendidikan karakter adalah suatu

    sistem penanaman nilai-nilai karakter

    kepada warga sekolah yang meliputi

    komponen pengetahuan, kesadaran

    atau kemauan, dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai-nilai karakter.

    Ada 18 nilai-nilai dalam

    pengembangan pendidikan karakter

    bangsa yang dibuat oleh Diknas.

    Mulai tahun ajaran 2011, seluruh

    tingkat pendidikan di Indonesia harus

    menyisipkan pendidikan berkarakter

    tersebut dalam proses pendidikannya.

    18 karakter menurut Diknas adalah :

    Religi, jujur, toleransi, disiplin, kerja

    keras, kreatif, mandiri, demokratis,

    rasa ingin tahu, semangat keangsaan,

    cinta tanah air, menghargai prestasi,

    bersahabat/komunikatif, cinta damai,

    gemar membaca, peduli lingkungan,

    peduli sosial, dan bertanggung jawab.

    Pendidikan karakter pada

    intinya bertujuan membentuk bangsa

    yang tangguh, kompetitif, berakhlak

    mulia, bermoral, bertoleran, bergotong

    royong, berjiwa patriotik, berkembang

    dinamis, berorientasi ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang

    semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

    kepada Tuhan yang Maha Esa

    berdasarkan Pancasila.

    Pendidikan karakter berfungsi

    mengembangkan potensi dasar agar

    berhati baik, berpikiran baik, dan

    berperilaku baik, memperkuat dan

    membangun perilaku bangsa yang

    multikultur, meningkatkan peradaban

    bangsa yang kompetitif dalam

    pergaulan dunia.

    Pendidikan karakter dilakukan

    melalui berbagai media yang

    mencakup keluarga, satuan

    pendidikan, masyarakat sipil,

    masyarakat politik, pemerintah, dunia

    usaha, dan media massa.

    Tujuannya adalah untuk

    menanamkan dan membentuk sifat

    atau karakter yang diperoleh dari

    cobaan, pengorbanan, pengalaman

    hidup, serta nilai yang ditanamkan

    sehingga dapat membentuk nilai

    intrinsik yang akan menjadi sikap dan

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    8

    perilaku peserta didik. Nilai-nilai yang

    ditanamkan berupa sikap dan tingkah

    laku tersebut diberikan secara terus-

    menerus sehingga membentuk sebuah

    kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut

    akan menjadi karakter khusus bagi

    individu atau kelompok.

    Dasar pendidikan karakter ini,

    sebaiknya diterapkan sejak usia dini.

    karena usia dini sangat menentukan

    kemampuan anak dalam

    mengembangkan potensinya.

    Beberapa negara yang telah

    menerapkan pendidikan karakter sejak

    pendidikan dasar di antaranya adalah;

    Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan

    Korea.

    Pendidikan karakter di nilai

    sangat penting untuk di mulai pada

    anak usia dini karena pendidikan

    karakter adalah proses pendidikan

    yang ditujukan untuk mengembangkan

    nilai, sikap, dan perilaku yang

    memancarkan akhlak mulia atau budi

    pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan

    yang seharusnya dimiliki seseorang

    menurut ajaran budi pekerti yang luhur

    adalah amal saleh, amanah, antisipatif,

    baik sangka, bekerja keras, beradab,

    berani berbuat benar, berani memikul

    resiko, berdisiplin, berhati lapang,

    berhati lembut, beriman dan bertaqwa,

    berinisiatif, berkemauan keras,

    berkepribadian, berpikiran jauh ke

    depan, bersahaja, bersemangat,

    bersifat konstruktif, bersyukur,

    bertanggung jawab, bertenggang rasa,

    bijaksana, cerdas, cermat, demokratis,

    dinamis, efisien, empati, gigih, hemat,

    ikhlas, jujur, kesatria, komitmen,

    kooperatif, kosmopolitan (mendunia),

    kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri,

    manusiawi, mawas diri, mencintai

    ilmu, menghargai karya orang lain,

    menghargai kesehatan, menghargai

    pendapat orang lain, menghargai

    waktu, patriotik, pemaaf, pemurah,

    pengabdian, berpengendalian diri,

    produktif, rajin, ramah, rasa indah,

    rasa kasih sayang,rasa keterikatan,

    rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya

    diri, rela berkorban, rendah hati, sabar,

    semangat kebersamaan, setia, siap

    mental, sikap adil, sikap hormat, sikap

    nalar, sikap tertib, sopan santun,

    sportif, susila, taat asas, takut bersalah,

    tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun,

    tepat janji, terbuka, ulet, dan

    sejenisnya.

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    9

    Untuk menjaga agar

    pertumbuahnan pendidikan karakter

    sesuai dengan kultur individu yang

    ada, pendidikan karakter memiliki

    sebuah dimensi yang mengandung arti

    bahwa pendidikna karakter dapat

    membantu mengembangkan

    kehidupan moral individu,

    memperkokoh keyakinan agama

    seseorang untuk menciptakan suatu

    tatanan masyarakat yang stabil

    ditengah keragaman sangat

    memerlukan adanya nilai-nilai

    bersama yang menjadi dasar hidup

    masyarakat.

    Pendidikan karakter atau budi

    pekerti sangat efektif di terapkan pada

    jalur pendidikan formal. Pendidikan

    karakter di sekolah tidak harus

    menyusun kurikulum baru, kurikulum

    pendidikan karakter, pendidikan

    karakter dapat dimasukan dalam

    pokok-pokok bahasan. Memberikan

    nasehat, arahan, petunjuk untuk

    berbuat kebaikan. Sebaliknya untuk

    tidak melakuakn sesuatu yang kurang

    baik sebelum dan sesudah

    menyampaikan materi atau disela-sela

    penyampaian materi merupakan suatu

    cara untuk mendidik karakter peserta

    didik.

    Sejarah Pendidikan Karakter

    Sejarah Indonesia telah

    mengalami beberapa kali perubahan

    zaman. Begitu pula perkembangan

    pendidikan di Indonesia yang

    mengalami berkali-kali perubahan

    dalam kurikulum. Kurikulum yang

    pertama kali diterapkan di Indonesia

    adalah kurikulum tahun 1947 (rentjana

    pendidikan). Seiring berkembangnya

    zaman, berkembang pula pendidikan

    di Indonesia, kurikulum pun berkali-

    kali mengalami perubahan seperti

    kuriklim tahun 1952 (rentjana

    pendidikan), kurikulum tahun 1964

    (rentjana pendidikan), kurikulum

    tahun 1968, kurikulum tahun 1975,

    kurikulum tahun 1984, kurikulum

    tahun 1994, kurikulum tahun 2004

    (kurikulum berbasis kompetensi), dan

    kurikulum tahun 2006 (kurikulum

    tingkat satuan pendidikan).

    Upaya membangun karakter

    bangsa sejak dini melalui jalur

    Pendidikan dianggap sebagai langkah

    yang tepat. Mulai tahun pelajaran

    2010/2011, pendidikan karakter telah

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    10

    diselipkan kedalam struktur dan

    muatan kurikulum tingkat satuan

    Pendidikan (KTSP). Setiap sekolah

    merumuskan bagaimana konsep

    Pendidikan karakter yang tertuang

    dalam kurikulum sekolah masing-

    masing.

    Kurikulum Berbasis

    Kompetensi (KBK), yang kemudian

    diterpakan menjadi Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

    merupakan kurikulum yang dirancang

    untuk memberikan peluang seluas-

    luasnya bagi sekolah dan tenaga

    pendidik untuk melakukan praktik-

    praktik pendidikan dalam rangka

    mengembangkan semua potensi yang

    dimiliki peserta didik, baik melalui

    proses pembelajaran di kelas maupun

    melalui program pengembangan diri

    (ekstrakurikuler).

    Dalam sejarah pendidikan

    indonesia, pendidikan karakter juag

    pernah dimaknai dan diwadahi oleh

    semangat memberikan pengertian dan

    jiwa patriotisme di dalam hati peserta

    didik melalui pendekatan formal-

    struktural melalui mata pelajaran

    formal yang disebut civic, Pendidikan

    Moral Pancasila (PMP), Penataran

    Pedoman Penghayatan dan

    pengamalan Pancaila (P4), serta

    Pendidikan Pancasila Dan

    Kewarganegaraan (PPKn), dan

    sekarang menjadi Pendidikan

    Kewarganegaraan (PKn).

    Dalam pengembangan karakter

    peserta didik di sekolah, guru

    memiliki posisi yang strategis sebagai

    pelaku utama. Guru merupakan sosok

    yang bisa ditiru atau menjadi idola

    bagi peserta didik. Guru bisa menjadi

    sumber inpirasi dan motivasi peserta

    didiknya. Sikap dan prilaku seorang

    guru sangat membekas dalam diri

    peserta didik, sehingga ucapan,

    karakter dan kepribadian guru menjadi

    cermin peserta didik. Dengan

    demikian guru memiliki tanggung

    jawab besar dalam menghasilkan

    generasi yang berkarakter, berbudaya,

    dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi

    itu merupakan transpormasi,

    identifikasi, dan pengertian tentang

    diri sendiri, yang harus dilaksanakan

    secara bersama-sama dalam kesatuan

    yang organis, harmonis, dan dinamis.

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    11

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian yang

    digunakan adalah metode penelitian

    deskriptif dengan pendekatan

    kualitatif. Penelitian deskriptif

    adalah penelitian yang dirancang

    untuk memperoleh informasi

    tentang fakta-fakta yang ada di

    lapangan, yakni mengenai PPKn

    dalam mewujudkan pembentukan

    karakter peserta didik SMAN 1

    Sukatani. Peneliti menggunakan

    metode deskriptif dikarenakan data-

    data yang dikumpulkan berupa kata-

    kata, gambar, dan bukan angka-

    angka. Sehingga laporan penelitian

    akan berisi data-data untuk memberi

    gambaran pada penyajian laporan

    tersebut.

    HASIL PENELITIAN DAN

    PEMBAHASAN

    Karakter sering disamakan dengan

    budi pekerti, ada pula yang

    mendefinisikan karakter sebagai

    sistem keyakinan dan kebiasaan. Jika

    kita simpulkan karakter adalah akhlak

    atau moral yang sudah tertanam dalam

    pikiran, dengan kata lain karakter itu

    sebuah kebiasaan yang sudah

    ditanamkan oleh lingkungan keluarga.

    Pembentukan karakter anak

    memang semestinya dilakukan oleh

    orang tua. Namun, ketika anak berada

    di sekolah, maka yang menjadi orang

    tua anak adalah guru. Sehubungan

    dengan perannya sebagai pembentuk

    karakter anak di sekolah, maka guru

    dituntut untuk sungguh-sungguh

    menjalankan peran tersebut, karena

    salah membentuk karakter anak akan

    berakibat fatal bagi kehidupan anak.

    Oleh karena itu guru memiliki peran

    penting dan strategis bagi setiap

    pembaharuan pendidikan, hal ini yang

    menuntut guru untuk memiliki cara

    bertindak untuk menanmkan

    pendidikan karakter.

    Maka dari itu anak memiliki

    karakter yang berbeda-beda, karena

    setiap keluarga memiliki karakter yang

    berbeda yang ditanamkan kepada anak

    dan menjadi kebiasaan, pihak sekolah

    hanya bersifat mengasah dan

    memperdalam lagi karakter mereka.

    Oleh karena itu apabila si anak tidak

    mendapatkan pendidikan karakter dari

    keluarganya dari pihak sekolah agak

    kesulitan dalam membentuk karakter

    peserta didik.

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    12

    Seorang guru harus menjadi

    seorang pengasuh bagi peserta didik,

    menjadi panutan dan teladan untuk

    dicontoh oleh peserta didik, guru pula

    harus menjadi pembimbing untuk

    membimbing anak didiknya yang

    memiliki integritas dan kedisiplanan

    dalam kehidupan sehari-hari. Namun

    upaya pembentukan karakter anak

    merupakan hal yang tidak mudah

    dijalankan oleh seorang guru. Guru

    akan kesulitan dalam membentuk

    karakter anak, jika tidak ada dukungan

    dari keluarga dan masyarakat yang ada

    di lingkungan peserta didik.

    Pembentukan karakter merupakan

    tanggung jawab bersama antara guru,

    keluarga dan masyarakat.

    Peranan guru dalam

    pembentukan karakter di sekolah

    sebagai contoh atau teladan bagi anak

    khususnya dan masyarakat pada

    umumnya. Oleh karena itu seorang

    guru haruslah memberi contoh yang

    baik, segala tingkah lakunya tidak

    bertentangan dengan norma dan nilai

    yang berlaku dimasyarakat. Segala

    bentuk penyimpangan tidak akan

    terjadi jika guru, orang tua dan

    masyarakat mampu memberikan

    teladan yang baik bagi anak, potensi

    untuk berbuat yang melanggar norma,

    aturan itu akan semakin kecil.

    Jadi seorang guru harus bisa

    menjadi orang tua kedua bagi peserta

    didik di sekolah, agar peserta didik

    merasa nyaman dan terbuka kepada

    guru disekolah. Sehingga nantinya

    guru dapat menanamkan nilai-nilai

    karakter kepada peserta diidk, dan bisa

    mengarahkan mereka kearah yang

    lebih baik lagi dalm mencari jati diri

    mereka yang berakhlak muliya.

    Dan sebagai guru PKn

    penanaman karakter tidak lepas dari

    nilai-nilai yang terkandung dalam

    pancasila. Disini Pendidikan pancasila

    dapat dijadikan sebagai sarana dalam

    pembentukan karakter peserta didik,

    karena pancasila mengandung nilai-

    nilai kehidupan yang bisa dijadikan

    pedoman dalam menjalankan

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Peserta didik yang pada hakikatnya

    adalah warga negara Indonesia.

    Jadi tentunya guru PKn dalam

    membentuk karakter peserta didik

    memiliki peranan yang sangat penting.

    Karena PKn merupaka pelajaran yang

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    13

    bertujuan untuk membentuk

    warganegara yang baik dalam

    kehidupan sehari-hari atau dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Dengan demikian, peserta didik

    diharapkan memiliki kepribadian yang

    sesuai dengan nilai-nilai pancasila

    sehingga terciptalah generasi bangsa

    yang cerdas dan bermoral.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah

    dilakukan oleh peneliti, maka dapat

    ditarik kesimupan peran guru dalam

    memberikan materi di kelas

    diharapkan mengacu dan menekankan

    pada tujuan pembelajaran mengenai

    implikasinya dalam kehidupan sehari-

    hari. Jadi tentunya guru PKn dalam

    membentuk karakter peserta didik

    memiliki peranan yang sangat penting.

    Karena PKn merupaka pelajaran yang

    bertujuan untuk membentuk

    warganegara yang baik dalam

    kehidupan sehari-hari atau dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Dengan demikian, peserta didik

    diharapkan memiliki kepribadian yang

    sesuai dengan nilai-nilai pancasila

    sehingga terciptalah generasi bangsa

    yang cerdas dan bermoral.

    Saran

    Dari uraian diatas maka

    peneliti memberikan saran sebagai

    berikut :

    1. sekolah harus lebih

    mesosialisasikan tentang

    pendidikan karakter kepada

    peserta didik.

    2. Kepala sekolah diharapkan

    mengupayakan peningkatan

    pemahaman orang tua peserta

    didik terhadap pendidikan

    karakter terutama di lingkungan

    keluarga, sehingga anak dapat

    memiliki karakter yang baik.

    3. Pihak sekolah diharapkan

    membuat suatu program atau

    kebijakan yang berkaitan dengan

    pendidikan karakter.

    4. perlu adanya perenan pemerintah

    dalam penerapan kebijakan

    pendidikan karakter disekolah.

    Perlunya diadakan pelatihan-

    pelatihan atau diklat mengenai

    pendidikan karakter, baik untuk

    kepala sekolah maupun guru

    sehingga nantinya dapat

    menghasilkan guru-guru yang

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    14

    berkarakter, dimana nantinya

    sangat berguna pada penerapan

    pendidikan karakter di sekolah.

    5. Pemerintah hendaknya lebih

    mengoptimalkan lagi perannya

    dalam menangani masalah-

    masalah yang berkaitan dengan

    penerapan kebijakan pendidikan

    karakter disekolah.

    REFERENSI

    Buku

    Aqib Zaenal dan Sujak, Panduan Dan

    Aplikasi Pendidikan Karakter

    Bandung : Yarma Widaya,

    2011

    Azra Azyumardi, Para digma Baru

    Pendidikan Nasional

    Rekonstuksi Dan Demokratis

    Jakarta : Buku Kompas, 2002

    Kaelan, Pendidikan Pancasila,

    Yogyakarta : Paradigma, 2003

    Mikhael Mali Benyamin dkk Civic

    Education Uupaya

    Pengembangan Epistemi

    Politik (Jakarta Fidei Press :

    2011

    Muslich Masnur, Pendidikan Karakter

    Menjawab Tenang Krisis

    Multidimensi, Jakarta : Bumi

    Aksara, 2011

    Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian

    Anak, Jakarta : Bumi Aksara, 2008

    Zuriah Nurul, Pendidikan Moral Dan

    Budi Pekerti Dalam Perspektif

    Perubahan Jakarta : Bumi

    Aksara, 2008

    Mudyahardjo Redja, Filsafat Ilmu

    Pendidikan, Bandung : Remaja

    Rosdakarya, 2010

    Wabsite

    http://id.shvoong.com/social-

    sciences/education/2094267-contoh-

    makalah-pendidikan-budi-

    pekerti/#ixzz1hHWQGFRR ( 19 11

    2011)

    http://adzraiq.blogspot.com/2008/09/h

    akekat-dan-tujuan-

    pendidikan.html (22-11-2011)

    http://blog.binadarma.ac.id/muhamma

    dinah/?p=107 (22-11-2011)

    http://h4dyme.wordpress.com/2010/05

    /17/hakikat-fungsi-dan-tujuan-

    pendidikan-kewarganegaraan-di-sd/

    (22-11-2011)

  • JURNAL PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 http://skripsippknunj.org ISSN: 2337-5205

    15

    http://goeroendeso.wordpress.com/201

    1/09/13/nilai-nilai-karakter-di-sekolah/

    (08-12-2012)

    http://definisimu.blogspot.com/2012/0

    9/definisi-karakter.html (06-

    12-2012)

    http://www.setneg.go.id/index.php?opt

    ion=com_content&task=view&id=529

    &Itemid=116 (06-12-2012)

    BIOGRAFI PENULIS

    Nama lengkap

    penulis, yaitu Fadil

    Yudia Fauzi, lahir

    di Ciamis. Pada

    tanggal 04

    September 1990 dari pasangan Bapak

    Iwan Ruswandi dan Ibu Juarsih.

    Penulis berkebangsaan Indonesia dan

    beragama Islam. Kini penulis

    beralamat di Kp. Srengseng Rt/Rw

    004/06 Ds. Sukamulya Kec. Sukatani

    Kab. Bekasi.

    Adapun riwayat pendidikan

    penulis, yaitu pada tahun 2002 lulus

    dari SDN Sukatani. Kemudian

    melanjutkan di SMPN 1 Sukatani dan

    lulus pada tahun 2005. Pada tahun

    2008 lulus dari SMAN 1 Sukatani dan

    melanjutkan ke Universitas Negeri

    Jakarta pada tahun 2008 program S1

    jurusan Ilmu Sosial Politik Prodi.

    Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan. Selama masa

    kuliah, penulis pernah aktif mengikuti

    organisasi di kampus, diantaranya

    menjadi anggota Biro PPSDM (Priode

    2009-2010).