PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM...

23
PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENANGANI MASALAH LIMBAH MINYAK (SLUDGE OIL) DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016 (Studi Pada Desa Berakit Kabupaten Bintan) NASKAH PUBLIKASI Oleh: SUPRIYANTO NIM : 100565201042 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM...

Page 1: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENANGANI MASALAH

LIMBAH MINYAK (SLUDGE OIL) DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016

(Studi Pada Desa Berakit Kabupaten Bintan)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

SUPRIYANTO

NIM : 100565201042

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

1

PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM MENANGANI MASALAH

LIMBAH MINYAK (SLUDGE OIL) DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016

(Studi Pada Desa Berakit Kabupaten Bintan)

SUPRIYANTO

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Permasalahan Limbah Minyak (Sludge Oil) ini berawal, dari akibat limbah

minyak yang dibuang oleh kapal-kapal yang melewati perairan Internasional yang

berhadapan langsung dengan teritorial Kabupaten Bintan sehingga di saat musim

utara limbah tersebut akan terbawa arus masuk ke perairan Kabupaten Bintan yang

berbatasan langsung. Wisatawan asing dan lokal yang berlibur ke Kabupaten Bintan

mengeluh akibat adanya pembuangan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Hal ini

tentu saja akan membawa dampak buruk bagi pendapatan nelayan, kemudian bagi

para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bintan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Dinas Lingkungan Hidup

Dalam Menangani Masalah Limbah Minyak (Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan

Tahun 2016 Pada Desa Berakit Kabupaten Bintan. Pada penelitian ini penulis

menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Peran Dinas

Lingkungan Hidup Dalam Menangani Masalah Limbah Minyak (Sludge Oil) Di

Kabupaten Bintan Tahun 2016 Pada Desa Berakit Kabupaten Bintan belum berjalan

optimal, hal ini dapat dilihat dari pencemaran masih terjadi, pencegahan saat ini

dilakukan hanya sebatas memberikan dorongan untuk partisipasi masyarakat agar

ikut serta mengawasi, namun pelaksanaan dilapangan tidak sesuai, Kemudian

Berdasarkan penelitian maka dapat dianalisa bahwa pemulihan sudah dilakukan, saat

ini terasa belum optimal karena pemerintah Bintan khususnya DLH Kabupaten

Bintan masih kekurangan dana

Kata Kunci : Limbah, Peran Pemerintahan, Lingkungan Hidup

Page 3: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

2

A B S T R A C T

The problem of waste oil (Sludge Oil) originated, from the result of the waste oil

dumped by ships passing through international waters that dealing directly with

Bintan Regency territory so that in winter the Northern waste will be carried by the

inflows to the waters of neighboring Bintan Regency directly. Foreign and local

tourists who vacation to Bintan Regency complained due to the B3 waste disposal

(hazardous materials and toxic). Waste of a business are the B3 and/or activities that

contain B3. This of course will bring harms to the income of fishermen, then for the

tourists who visit to Bintan Regency

The purpose of this research is to know the role of the Environmental Agency in

dealing with the problem of waste oil (Sludge Oil) of Bintan Regency in the year

2016 At the village of Berakit Bintan Regency. In this study the author uses

Descriptive types of Qualitative research.

Based on the results of the research it can be analyzed that the role of the

Environmental Agency in dealing with the problem of waste oil (Sludge Oil) of

Bintan Regency in the year 2016 At the village of Berakit Bintan Regency not yet

running optimally, it can be seen from the pollution still occurs, prevention is

currently done only as encouragement for the participation of the community in

order to participate, but keep an eye on the implementation of the field does not

match, Then based on research it can be analyzed that the recovery is already done ,

currently not optimal because the Government feels Bintan Bintan Regency DLH in

particular still lack funds

Keywords: Waste, The Role Of Government, The living environment

Page 4: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makin maraknya industri

besar yang berdiri serta kehidupan

masyarakat yang tidak peduli

terhadap lingkungan sekitarnya

menambah permasalahan yang ada

saat ini. Mulailah tumbuh tumpukan

limbah atau sampah yang tidak

dibuang sebagaimana mestinya. Hal

ini berakibat pada kehidupan

manusia di bumi yang menjadi tidak

sehat sehingga menurunkan kualitas

kehidupan terutama pada lingkungan

sekitar.

Terkait dengan permasalahan

pencemaran lingkungan akibat

industri membawa dampak yang luar

biasa terhadap kehidupan

masyarakat, karena bisa

menimbulkan kerusakan lingkungan.

Oleh karena itu, perlu penanganan

yang serius untuk mengatasinya.

Sehingga antara pemerintah,

masyarakat dan lingkungan

dibutuhkan hubungan timbal balik

yang selalu harus dikembangkan

agar tetap dalam keadaan yang serasi

dan dinamis. Untuk melestarikan

hubungan tersebut dibutuhkan

adanya peran serta dari masyarakat

maupun pemerintah itu sendiri. Hal

ini agar tidak terjadi gangguan,

masalah-masalah maupun perusakan

yaitu pencemaran itu sendiri.

Untuk mencegah dan

mengatasi limbah industri,

pemerintah harus berperan aktif baik

melalui perundang-undangan

ataupun dengan cara yang lain.

Pemerintah harus menggiatkan

pembangunan yang

berkesinambungan yaitu sustainable

development dengan artian

pembangunan yang berwawasan ke

depan dengan maksud agar mampu

dimanfaatkan oleh generasi sekarang

maupun yang akan datang.

Pemerintah menggariskan

kebijaksanaan dan mendorong

ditingkatnya upaya pelestarian

kemampuan lingkungan hidup untuk

menunjang pembangunan yang

berkesinambungan”.

Pada dasarnya untuk

mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan, pemerintah harus

melakukan pengawasan langsung

maupun tidak langsung. Ketika

semua program telah dibuat dan telah

diterapkan, tetapi masih terlihat

banyak terjadi pencemaran di mana-

mana, hal ini bisa dari pihak

pemerintah yang kurang tanggap

meskipun program telah dibuat tanpa

harus ada pengawasan lebih lanjut

terhadap penerapan program yang

ada sehingga program tersebut tidak

bisa berjalan dengan maksimal.

Berdasarkan jurnal Syahril

Nedi (2012) tentang Stakesholder

Yang Berperan Dalam Pengendalian

Pencemaran Minyak Di Selat Rupat

diketahui bahwa pencemaran laut

dapat memberikan pengaruh yang

membahayakan terhadap kehidupan

biota, sumberdaya dan kenyamanan

ekosistem laut, kesehatan manusia

dan nilai guna lainnya dari ekosistem

laut. Salah satu polutan yang

berpotensi mencemari laut adalah

minyak. Pencemaran minyak dapat

membahayakan ekosistem laut

karena ekosistem dan biota perairan

sangat rentan terhadap minyak.

Keanekaragaman jenis

limbah akan tergantung pada

aktivitas industri dan penghasil

limbah lainnya. Mulai dari

penggunaan bahan baku, pemilihan

proses produksi dan sebagainya akan

mempengaruhi karakter limbah yang

Page 5: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

4

tidak terlepas dari proses industri itu

sendiri. Meskipun demikian, tidak

semua limbah industri merupakan

limbah B3, tetapi hanya sebagian

saja. Dan pada kenyataannya,

sebagai besar limbah B3 memang

berasal dari kegiatan industri dan

harus ditangani secara khusus.

Bahwa penanganan limbah

merupakan suatu keharusan guna

terjaganya kesehatan manusia dan

lingkungan pada umumnya, sudah

tidak diragukan lagi. Namun

pengadaan sarana pengolahan limbah

ternyata masih dianggap

memberatkan bagi sebagian industri

maupun instansi. Masih terdapat

industri yang membuang langsung

limbah ke badan air sehingga

menyebabkan pencemaran air.

Menurut PP No. 18 Tahun 1999,

maka perlu dilakukan adanya

pengelolaan limbah B3 untuk

mencegah dan menanggulangi

kerusakan lingkungan.

Dalam PP No. 74 tahun 2001

disebutkan bahwa dalam pengelolaan

limbah B3 terdapat faktor

pengangkutan, dan di Provinsi

Kepulauan Riau sudah ada

perusahaan pengangkutan limbah

B3. Berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun

2012 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bintan Tahun

2011-2031 menjelaskan bahwa

Rencana sistem prasarana yang

menjadi prioritas pemerintah

Kabupaten Bintan adalah sistem

pengolahan limbah. Rencana

pengembangan sistem pengolahan air

limbah sebagaimana dimaksud

dilakukan melalui : pengembangan

Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) di Kecamatan Seri Kuala

Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong,

Teluk Bintan, Bintan Timur, dan

Gunung Kijang; pengembangan

instalasi pengolahan limbah

berbahaya dan beracun di Sei Lekop;

dan pengembangan sistem

pengolahan limbah melalui

pengembangan septic tank dengan

sistem terpadu untuk kawasan

perkotaan dan pengembangan

jaringan tertutup untuk kawasan

lainnya.

Permasalahan Limbah

Minyak (Sludge Oil) ini berawal,

dari akibat limbah minyak yang

dibuang oleh kapal-kapal yang

melewati perairan Internasional yang

berhadapan langsung dengan

teritorial Kabupaten Bintan sehingga

di saat musim utara limbah tersebut

akan terbawa arus masuk ke perairan

Kabupaten Bintan yang berbatasan

langsung.

Polusi dari tumpahan minyak

di laut merupakan sumber

pencemaran laut yang selalu menjadi

fokus perhatian masyarakat luas,

karena akibatnya sangat cepat

dirasakan oleh masyarakat sekitar

pantai dan sangat signifikan merusak

makhluk hidup di sekitar pantai

tersebut. Pencemaran minyak

semakin banyak terjadi sejalan

dengan semakin meningkatnya

permintaan minyak untuk dunia

industri yang harus diangkut dari

sumbernya yang cukup jauh,

meningkatnya jumlah anjungan-

anjungan pengeboran minyak lepas

pantai. dan juga karena semakin

meningkatnya transportasi laut.

Komponen minyak yang

tidak dapat larut di dalam air akan

mengapung yang menyebabkan air

laut berwarna hitam. Beberapa

komponen minyak tenggelam dan

terakumulasi di dalam sedimen

Page 6: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

5

sebagai deposit hitam pada pasir dan

batuan-batuan di pantai. Komponen

hidrokarbon yang bersifat toksik

berpengaruh pada reproduksi,

perkembangan, pertumbuhan, dan

perilaku biota laut, terutama pada

plankton, bahkan dapat mematikan

ikan, dengan sendirinya dapat

menurunkan produksi ikan. Proses

emulsifikasi merupakan sumber

mortalitas bagi organisme, terutama

pada telur, larva, dan perkembangan

embrio karena pada tahap ini sangat

rentan pada lingkungan tercemar

(Fakhrudin, 2004).

Secara tidak langsung,

pencemaran laut akibat minyak

mentah dengan susunannya yang

kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu

kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan

yang hidup di sekeliling laut akan

tercemar atau mati dan banyak pula

yang bermigrasi ke daerah lain.

Minyak yang tergenang di atas

permukaan laut akan menghalangi

sinar matahari masuk sampai ke

lapisan air dimana ikan berdiam.

Pencemaran minyak di laut

biasanya disebabkan dua hal, yang

pertama dikarenakan unsur

ketidaksengajaan orang-orang yang

berada dalam kapal seperti tank yang

bocor akibat gesekan benda dalam

laut (terumbu karang atau besi kapal

yang dulu pernah tenggelam di laut

tersebut) sehingga menyebabkan

kerusakan pada badan kapal atau

tanki minyak dan yang kedua mereka

memang sengaja membuang minyak

bekas limbah alat-alat pabrik yang

memang dapat menyebabkan polusi

lingkungan dan akhirnya merugikan

pihak yang wilayahlautnya dijadikan

tempat pembuangan minyak tersebut.

Minyak menjadi pencemar

laut nomor satu di dunia. Sebagian

diakibatkan aktivitas pengeboran

minyak dan industri. Separuh lebih

disebabkan pelayaran serta

kecelakaan kapal tanker. Wilayah

Indonesia sebagai jalur kapal

internasional pun rawan pencemaran

limbah minyak. Badan Dunia Group

of Expert on Scientific Aspects of

Marine Pollution (GESAMP)

mencatat sekitar 6,44 juta ton per

tahun kandungan hidrokarbon dari

minyak telah mencemari perairan

laut dunia. Masing-masing berasal

dari transportasi laut sebesar 4,63

juta ton, instalasi pengeboran lepas

pantai 0,18 juta ton, dan sumber lain

(industri dan pemukiman) sebesar

1,38 juta ton.Limbah minyak sangat

berpengaruh terhadap kerusakan

ekosistem laut, mulai dari terumbu

karang, mangrove sampai dengan

biota air, baik yang bersifat lethal

(mematikan) maupun sublethal

(menghambat pertumbuhan,

reproduksi dan proses fisiologis

lainnya).

Pencemaran lingkungan yang

harus bertanggung jawab adalah

Kementerian Perhubungan,

Kementerian Kelautan dan

Kementerian Lingkuhan Hidup

(KLH), Kementerian Perindustrian

dan Perdagangan, DKP, TNI AL,

Pertamina dan pemerintah daerah.

Mereka menjadi ujung tombak dalam

pencegahan dan penanggulangan

polusi laut. Banyak kasus-kasus

seperti ini hanya menjadi catatan

pemerintah tanpa penanggulangan

tuntas. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah

dijelaskan bahwa laut merupakan

wewenang dari Provinsi, jarak dari

Page 7: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

6

0-12 Mil pasang tertinggi. Undang-

undang No. 23 tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang antara lain

mengatur perluasan kewenangan

provinsi di sektor kelautan mulai

berlaku efektif pada tahun 2017 ini.

Jika semula kewenangan provinsi

dari 4-12 mil kini diperluas menjadi

0-12 mil. Salah satu implikasi dari

kebijakan ini adalah semakin

sulitnya pengawasan di laut.

Kebijakan ini juga secara

otomatis menghapus kewenangan

kabupaten/kota. Sebagian besar

daerah sudah merubah nomenklatur.

Dinas Kelautan dihilangkan,

sehingga yang tersisa adalah Dinas

Perikanan. Kebijakan ini dianggap

memiliki banyak kelemahan, apalagi

tidak ditopang dengan anggaran yang

memadai. Meski demikian, kebijakan

ini akan tetap dijalankan karena

merupakan amanah UU. Salah satu

tantangannya pada jumlah personel

untuk pengawasan masih sangat

terbatas dengan area kerja yang

cukup luas.

Perairan Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)

yang berbatasan dengan laut

Internasional sering menjadi tempat

pembuangan limbah kapal Tanker

yang lalu lalang di perairan tersebut

yaitu limbah minyak hitam (sludge

oil). Puluhan ton limbah minyak

hitam (sludge oil) ini berasal dari

sisa pembersihan kapal tanker yang

kemudian mencemari pesisir pantai.

Lumpur minyak bumi atau Oil

Sludge (OS), merupakan limbah

yang terjadi pada kegiatan

pengolahan, penyaluran dan

penampungan minyak bumi. Limbah

tersebut berupa lumpur atau pasta

yang berwarna hitam, kadang-

kadang tercampur dengan tanah,

kerikil, air, dan bahan lainnya. Pada

umumnya Lumpur ini dihasilkan dari

pengendapan partikel-partikel halus

dari BBM. Endapan tersebut semakin

lama semakin menumpuk pada

bagian bawah dari tangki-tangki

penyimpanan atau pada pipa-pipa

penyaluran BBM.

Kabupaten Bintan khususnya

pada wilayah Perairan Pulau Mapur,

Kecamatan Bintan Pesisir,

Kabupaten Bintan, Kepri, tercemar

limbah minyak hitam. Paparan

minyak tersebut tampak menyelimuti

air laut di pesisir pantai bahkan

bebatuan pun ikut terkena limbah

minyak tersebut. Ada pembuangan

limbah di perairan perbatasan, dan

biasanya pada bulan akhir tahun,

arus air laut menuju kedaerah pesisir

Kepri, terutama Berakit.

Limbah minyak berwarna

hitam mencemari pesisir pantai

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Dari pantauan Antara, limbah

minyak atau sludge oil tersebut

menyebar di beberapa desa,

diantaranya Kampung Semelur,

Sialang, Kampe, Teluk Dalam,

Penginang, dan Desa Berakit

Kabupaten Bintan. Keberadaan

limbah tidak terhitung dengan

puluhan pulau-pulau kecil yang ada

di Bintan lainnya. Keberadaan

limbah sangat dirasakan masyarakat

pesisir, nelayan mengeluhkan

keberadaan limbah minyak yang

sudah mengeras, limbah minyak

merusak alat tangkap nelayan Desa

Berakit dan 5 desa lainnya.

Limbah menyebar di pesisir

pantai dan mempersulit alat tangkap

nelayan. Hal ini disebabkan kapal

minyak melintasi perbatasan Kepri

dengan Malaysia dan Singapura itu,

yang kemudian disebut jalur

Page 8: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

7

perdagangan Selat Philips. Apabila

sudah masuk musim Timur ke Utara

sudah mulai betebar minyak. Setiap

tahunnya limbah minyak

menyebabkan kerusakan pada

ekosistem laut dan pencemaran

pesisir pantai di Bintan. Pantai bintan

yang tengah disorot menjadi pilihan

destinasi wisata ikut tercemar.

Limbah sulit dibersihkan.

Berdasarkan hasil pra survey

ditemukan bahwa ternyata Limbah

tersebut sudah menjadi rutinitas

setiap tahunnya di Pulau Mapur,

Berakit, dan sekitarnya. Padahal

perairan Bintan memang dikenal

sebagai wilayah yang kerap

dikunjungi wisatawan asing dan

menjadi pusat wisata sejenis resort di

Pulau Bintan. Limbah oli mencemari

sejumlah kawasan wisata di

Kabupaten Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau. Di Pantai Lagoi,

Bintan tempat pariwisata terbesar di

Kabupaten Bintan, juga terdapat

banyak limbah oli yang masih lunak

dan ada juga yang sudah mengeras.

Limbah itu berada di pasir dan

lengket di batu di bibir pantai.

Pemerintah harus berperan

aktif baik melalui perundang-

undangan ataupun dengan cara yang

lain dalam mencegah dan mengatasi

limbah industri. Pemerintah harus

menggiatkan pembangunan yang

berkesinambungan yaitu sustainable

development dengan artian

pembangunan yang berwawasan ke

depan dengan maksud agar mampu

dimanfaatkan oleh generasi sekarang

maupun yang akan datang.

Pemerintah Kabupaten

Bintan memiliki tanggungjawab

untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut yang ditangani oleh Dinas

Lingkungan Hidup. Badan

Lingkungan Hidup mempunyai tugas

pokok yaitu Membantu Bupati dalam

melaksanakan lingkungan hidup dan

tugas-tugas pembantuan yang

diberikan kepada pemerintah daerah.

Merumuskan kebijakan teknis dan

koordinasi pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup.

Berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Bintan Nomor 8

Tahun 2008 Tentang Pembentukan

Organisasi Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Bintan, Dinas

Lingkungan hidup memiliki tugas

yaitu melakukan pemantauan,

pengawasan dan pembinaan

pengendalian pencemaran dan

pengendalian kerusakan lingkungan

serta pengelolaan bahan berbahaya

dan beracun, limbah bahan

berbahaya dan beracun, juga sampah.

Kemudian Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bintan juga

melakukan pengendalian dan

pencegahan dampak lingkungan serta

penanggulangan pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Pengawasan

terhadap sumber dan kegiatan-

kegiatan pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup serta pengawasan

pelaksanan Analisa Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL);

Pelestarian dan pemulihan

lingkungan. Penerapan dan

Pengawasan Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL) serta

pengendalian teknis AMDAL;

Penerapan pengembangan Funsi

Informasi Lingkungan. Pelaksanaan

urusan kelestarian lingkungan hidup.

Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bintan selama ini

dianggap tidak mampu untuk

menyelesaikan permasalahan limbah

di Kabupaten Bintan ini, hal ini

Page 9: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

8

dikarenakan permasalahan limbah

masih terjadi. Hal ini membawa

dampak baik bagi nelayan maupun

sektor pariwisata. Kabupaten Bintan

yang 70% Pendapatan Asli Daerah

(PAD) berasal dari sektor pariwisata

merasa terancam dengan kegiatan

pencemaran minyak yang mencemari

sepanjang pantai Pulau Bintan yang

menjadi andalan objek wisata.

Belum lagi dampak akibat

Limbah Minyak (Sludge Oil)

menyebabkan penurunan pendapatan

nelayan menurun 50%. Sebelumnya

dalam sehari nelayan mampu

mendapatkan ikan sebanyak 10

hingga 15 kg dengan harga rata-rata

Rp. 200.000 hingga Rp.300.000

sebulan pendapat mereka bisa

mencapai lebih kurang Rp. 5.000.000

hingga 9.000.000 namun sejak

adanya limbah minyak ini nelayan

bahkan sehari hanya mampu

mendapatkan 5 sampai 7 kg ikan

saja, dengan pendapatan rata-rata

Rp.140.000 sehingga pendapatan

bersih saat ini hanya Rp. 2.000.000

hingga 4.200.000. Hal ini

dikarenakan banyaknya ikan mati

karena ada limbah tersebut, ikan-ikan

juga mencari tempat lain untuk

bertahan hidup sehingga tempat yang

biasanya mampu memberikah hasil

laut yang banyak namun saat ini

tidak lagi.

Frekuansi jumlah tumpahan

minyak lebih dari 4.500 metrik ton

minyak ke laut. Pencemaran pesisir

Bintan selalu dikeluhkan warga

setiap tahun. Setiap musim angin

utara. Tumpahan minyak terjadi pada

bulan November hingga Februari,

sampah-sampah kapal dan minyak

hitam bertebaran di pulau-pulau di

Kepri. Pemerintah pusat dinilai

belum bisa mengawasi pencemaran

laut yang merugikan masyarakat

nelayan di Kepri.

Permasalahan Limbah

Minyak ( Sludge Oil ) ini berawal

dari akibat limbah minyak yang

dibuang oleh kapal-kapal yang

melewati perairan Internasional yang

berhadapan langsung dengan

teritorial Kabupaten Bintan sehingga

di saat musim utara limbah tersebut

akan terbawa arus masuk ke perairan

Kabupaten Bintan yang berbatasan

langsung. Limbah itu berasal dari

tangki kapal itu dibersihkan sebelum

diisi minyak mentah di Singapura.

Air bekas pembersihan kapal

tanker itu yang dibuang di perairan

belakang Pulau Nicoi yang

berbatasan dengan Singapura. Angin

dari arah selatan menuju utara

membawa limbah minyak mentah ke

perairan Bintan, satu kapal

diperkirakan membuang 1.000-5.000

ton limbah.

Wisatawan asing dan lokal

yang berlibur ke Kabupaten Bintan

mengeluh akibat adanya

pembuangan limbah B3 (Bahan

Berbahaya dan Beracun). Limbah B3

adalah sisa suatu usaha dan/atau

kegiatan yang mengandung B3. Hal

ini tentu saja akan membawa dampak

buruk bagi pendapatan nelayan,

kemudian bagi para wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Bintan.

Berdasarkan indikasi-indikasi

permasalahan tersebut, maka penulis

mengangkat judul penelitian

“PERAN DINAS LINGKUNGAN

HIDUP DALAM MENANGANI

MASALAH LIMBAH MINYAK

(SLUDGE OIL) DI KABUPATEN

BINTAN TAHUN 2016 (Studi

Pada Desa Berakit Kabupaten

Bintan)”

Page 10: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

9

Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana Peran

Dinas Lingkungan Hidup Dalam

Menangani Masalah Limbah Minyak

(Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan

Tahun 2016 Pada Desa Berakit

Kabupaten Bintan?

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian

ini diharapkan mengetahui beberapa

hal pokok yang menjadi tujuan

penelitian yaitu : Untuk mengetahui

Peran Dinas Lingkungan Hidup

Dalam Menangani Masalah Limbah

Minyak (Sludge Oil) Di Kabupaten

Bintan Tahun 2016 Pada Desa

Berakit Kabupaten Bintan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini

diharapkan dapat

memberikan

informasi sebagai

bahan masukan bagi

Dinas Lingkungan

Hidup (DLH).

b. Dijadikan bahan

masukan bagi pihak

yang berkepentingan

terutama bagi para

peneliti yang sama.

Konsep Operasional

a. Pencegahan yaitu

adanya penguatan

yang terdapat dalam

Undang-Undang ini

tentang prinsip-

prinsip perlindungan

dan pengelolaan

lingkungan hidup

yang didasarkan pada

tata kelola

pemerintahan yang

baik karena dalam

setiap proses

perumusan dan

penerapan instrumen

pencegahan

pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan

hidup.

b. Penanggulangan yaitu

setiap orang yang

melakukan

pencemaran dan

perusakan lingkungan

hidup wajib

melakukan

penanggulangan

pencemaran dan

kerusakan lingkungan

hidup.

Penanggulangan

pencemaran dan

kerusakan lingkungan

hidup sebagaimana

dimaksud dilakukan

dengan:

1. pemberian

informasi

peringatan

pencemaran

dan/atau

kerusakan

lingkungan

hidup kepada

masyarakat ;

2. pengisolasian

pencemaran

Page 11: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

10

dan/atau

kerusakan

lingkungan

hidup;

3. penghentian

sumber

pencemaran

dan/atau

kerusakan

lingkungan

hidup;

4. cara lain yang

sesuai dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi.

c. Pemulihan yaitu

fungsi lingkungan

hidup dilakukan

dengan tahapan:

penghentian sumber

pencemaran dan

pembersihan unsur

pencemar;

1. remediasi;

2. rehabilitasi;

3. restorasi.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah

upaya untuk memahami suatu

fenomena sosial sesuai dengan dunia

pemahaman para pelakunya itu

sendiri. Dengan demikian penelitian

ini mencoba menjelaskan dan

memahami secara mendetail tentang

Peran Dinas Lingkungan Hidup

Dalam Menangani Masalah Limbah

Di Kabupaten Bintan Tahun 2016

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

Kabupaten Bintan hal ini didasari

oleh Kabupaten Bintan yang 70%

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berasal dari sector pariwisata merasa

terancam dengan kegiatan

pencemaran minyak yang mencemari

sepanjang pantai Pulau Bintan yang

menjadi andalan objek wisata. Belum

lagi dampak akibat Limbah Minyak

(Sludge Oil) menyebabkan

penurunan pendapatan Nelayan

menurun 50%.

3. Informan

Informan adalah objek penting

dalam sebuah penelitian.

Informan adalah orang-orang dalam

latar penelitian yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian.

Informan adalah orang yang dipilih

untuk dapat memberikan informasi

mengenai Peran dinas lingkungan

hidup Dalam Menangani Masalah

Limbah Di Kabupaten Bintan Tahun

2016. Jumlah informan ada 6 orang

yang terdiri dari 4 orang staf DLH

bidang pengelolaan limbah dan

tokoh masyarakat. Kemudian

penelitian ini mengambil informan

yaitu ahli kelautan dari Fakultas ilmu

kelautan dan perikanan.

4. Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

Yaitu data yang

diperoleh langsung melalui

wawancara dengan pihak

pertama yang meliputi data

tentang Peran Dinas

Lingkungan Hidup Dalam

Menangani Masalah

Limbah Di Kabupaten

Bintan Tahun 2016.

Page 12: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

11

b. Data Skunder

Yaitu data yang

diperoleh melalui pihak

kedua yang berupa

keterangan-keterangan

relevan yang dapat

menunjang objek dalam

penelitian ini berupa

dokumen-dokumen dan

literatur, internet, serta

buku-buku teori dan

sebagainya yang

menunjang dan berkaitan

dengan masalah penelitian.

5. Teknik dan Alat

Pengumpulan Data

a. Observasi

Yaitu penelitian ini

melakukan pengamatan

terhadap aktifitas yang

dilakukan DLH Kabupaten

Bintan. Kegunaan observasi

untuk memudahkan

pencatatan yang akan

ditulis setelah mengadakan

pengamatan. Adapun alat

pengumpulan datanya

berupa ceklis.

b. Wawancara

Yaitu penulis

melakukan wawancara

secara langsung dengan

informasi kunci yang

berpedoman kepada daftar

pertanyaan yang telah

penulis susun sedemikian

rupa mengenai Peran Dinas

Lingkungan Hidup Dalam

Menangani Masalah

Limbah Di Kabupaten

Bintan Tahun 2016. Dalam

hal ini wawancara

ditujukan kepada seluruh

informan dan informan

dalam penelitian ini.

Adapun sebagai alat

pengumpulan datanya

adalah pedoman wawancara

6. Teknik Analisa Data Dalam rangka memberikan

gambaran yang jelas, logis dan

akurat mengenai hasil pengumpulan

data, Data yang diperoleh dihimpun

menurut jenis dan kelompoknya,

maka selanjutnya dilaksanakan

pengelolaan dan analisis data yang

dilakukan dengan cara deskriptif

kualitatif, yaitu mengemukakan

masalah menurut apa adanya.

Analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data

dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

LANDASAN TEORITIS

Peran/Peranan

Menurut Soekanto

(2006:243:244) mengatakan bahwa:

“Peranan (role) merupakan aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka dia

menjalankan suatu peranan”.

Pembedaan antara kedudukan

dengan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tak dapat dipisah-

pisahkan, karena yang satu

tergantung pada yang lain dan

sebaliknya. Tak ada peranan tanpa

kedudukan atau kedudukan tanpa

peranan.

Sebagaimana halnya dengan

kedudukan, peranan juga mempunyai

dua arti. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal

dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Hal itu sekaligus berarti bahwa

peranan menentukan apa yang

Page 13: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

12

diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan-kesempatan apa yang

diberikan oleh masyarakat

kepadanya. Lebih lanjut Soekanto

(2006:243-244) mengatakan bahwa

“Peranan yang melekat pada diri

seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan

masyarakatan. Posisi seseorang

dalam masyarakat (yaitu social-

position) merupakan unsur statis

yang menunjukkan tempat individu

pada organisasi masyarakat.

Jadi peranan sangat penting

didalam suatu organisasi, sebab

peranan merupakan suatu konsep

prilaku yang dilakukan oleh

seseorang dalam masyarakat atau

seorang pemimpin kepada

bawahannya sesuai dengan norma-

norma. Menurut Ali (2002:464)

menjelaskan: Peranan adalah

perilaku yang berlangsung atau

tindakan yang berkaitan dengan

kedudukan tertentu dalam struktur

organisasi”. Ditambahkan oleh Ali

(2002:446) menjelaskan bahwa:

“Istilah peranan dipakai untuk

menujukan gabungan pola-pola

kebudayaan yang berkaitan dengan

posisi status tertentu. Peranan

meliputi sikap, nilai, dan perilaku

yang ditentukan masyarakat kepada

setiap dan semua orang yang

menduduki jabatan tertentu”.

Konsep tentang Peran (role)

menurut Komarudin (2005 : 768)

mengungkap sebagai berikut :

Bagian dari tugas utama yang harus

dilakukan oleh manajemen. Pola

prilaku yang diharapkan dapat

menyertai suatu status. Bagian suatu

fungsi seseorang dalam kelompok

atau pranata. Fungsi yang diharapkan

dari seseorang atau menjadi

karakteristik yang ada padanya.

Fungsi setiap variabel dalam

hubungan sebab akibat.

Hubungan-hubungan sosial

yang ada didalam masyarakat

merupakan hubungan antara

peranan-peranan individu dalam

masyarakat serta diatur oleh norma-

norma yang berlaku didalam

masyarakat. Peranan juga dapat

dikatakan sebagai perilaku individu

yang penting bagi struktur sosial

masyarakat. Ditambahkan oleh Ali

(2002:446) menjelaskan bahwa

“Istilah peranan dipakai untuk

menunjukan gabungan pola-pola

kebudayaan yang berkaitan dengan

posisi status tertentu. Peranan itu

meliputi sikap, nilai, dan perilaku

yang ditentukan masyarakat kepada

setiap dan semua orang yang

menduduki jabatan tertentu”. Seperti

yang dikemukakan Soekanto

(2006:146) “Peranan merupakan

aspek yang dinamis dari kedudukan

atas status”. Peranan merupakan

dinamika dari status atau

penggunaan dari hak dan kewajiban

atau bisa disebut sebagai status

subjektif.

Menurut Narwoko dan

Suyanto (2006:160) mengatakan

peranan dapat membimbing

seseorang dalam berprilaku, karena

fungsi peran sendiri adalah sebagai

berikut:

1. Memberi arah pada

proses sosialisasi.

2. Pewarisan tradisi,

kepercayaan, nilai-nilai,

norma-norma dan

pengetahuan.

3. Dapat mempersatukan

kelompok atau masyarakat,

dan

4. Menghidupkan sistem

pengendali dan kontrol,

Page 14: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

13

sehingga dapat

melestarikan kehidupan

masyarakat.

Peran menurut Harahap, dkk

(2007: 854) berarti laku, bertindak.

Didalam kamus besar bahasa

Indonesia peran ialah perangkat

tingkah laku yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat.

Sedangkan makna peran yang

dijelaskan dalam Status, Kedudukan

dan Peran dalam masyarakat.

Peranan menurut Poerwadarminta

(2007:751). adalah “tindakan yang

dilakukan seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu

peristiwa”. Berdasarkan pendapat di

atas peranan adalah tindakan yang

dilakukan orang atau sekelompok

orang dalam suatu peristiwa, peranan

merupakan perangkat tingkah laku

yang diharapkan, dimiliki oleh orang

atau seseorang yang berkedudukan di

masyarakat. Kedudukan dan peranan

adalah untuk kepentingan

pengetahuan, keduanya tidak dapat

dipisahkan satu sama lain.

Peran Pemerintah

Peran pemerintah daerah

dalam mendukung suatu kebijakan

pembangunan bersifat partisipatif

adalah sangat penting. Hal ini karena

Pemerintah Daerah adalah instansi

pemerintah yang paling mengenal

potensi daerah dan juga mengenal

kebutuhan rakyat setempat

(Soekanto, 2006:245). Peran

pemerintah daerah terbagi atas peran

yang lemah dan peran yang kuat.

Menurut Leach, Stewart dan Walsh

dalam (Muluk, 2005:62-63), peran

pemerintah daerah yang lemah

ditandai dengan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Rentang tanggungjawab,

fungsi atau kewenangan yang

sempit.

2. Cara penyelenggaraan

pemerintahan yang bersifat

tanggap.

3. Derajat otonomi yang rendah

terhadap fungsi-fungsi yang

diemban dan tingginya

derajat kontrol eksternal.

Sementara itu, menurut

Leach, Stewart dan Walsh dalam

(Muluk, 2005:62-63) untuk peran

pemerintah daerah yang kuat dapat

dilihat dari beberapa aspek sebagai

berikut:

1. Rentang tanggungjawab,

fungsi atau kewenangan yang

luas

2. Cara penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang

bersifat positif.

3. Derajat otonomi yang tinggi

atas fungsi-fungsi yang

diemban dan derajat kontrol

eksternal yang terbatas.

Tugas pemerintah sebagai elit

dalam permasalahan publik dapat

dilihat Siagian (2000: 142-150) yaitu

pemerintah memainkan peranan yang

dominan dalam proses

pembangunan, yang dapat dilihat

sebagai berikut :

1. Stabilisator yaitu peran

pemerintah adalah

mewujudkan perubahan

seperti meminimalisir

permasalahan yang dapat

menjadi ancaman bagi

keutuhan nasional serta

Page 15: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

14

kesatuan dan persatuan

bangsa

2. Inovator dalam memainkan

peran selaku inovator

pemerintah sebagai

keseluruhan harus menjadi

sumber dari hal-hal baru,

yang mutlak mendapatkan

perhatian serius

3. Modernisator. Melalui

pembangunan, pemerintah

menjadi kuat, mandiri

4. Pelopor. Selaku pelopor

pemerintah harus menjadi

panutan (role model) bagi

seluruh masyarakat

5. Pelaksana sendiri. meskipun

benar bahwa pelaksanaan

berbagai kegiatan merupakan

tanggung jawab nasional dan

bukan menjadi beban

pemerintah semata, karena

berbagai pertimbangan

seperti keselamatan negara,

kemampuan yang belum

memadai, sangat mungkin

terdapat berbagai kegiatan

yang tidak bisa diserahkan

kepada pihak swasta

melainkan harus

dilaksanakan sendiri oleh

pemerintah

Peran birokrasi kelurahan

dalam konteks penelitian ini adalah

sebagai salah satu bentuk pelayanan

publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah kelurahan, yakni

Kelurahan Sungai jang Kota

Tanjungpinang, yang memiliki

keterlibatan penting dalam

membantu menangani berbagai

macam permasalahan pengelolaan

sampah agar layak pakai kembali.

Adapun definisi pelayanan publik

yang dijelaskan dalam pasal 1 ayat 1

Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi

setiap warga Negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Terkait penyelenggaraan

kegiatan pengolahan sampah

berbasis partisipasi masyarakat

bentuk pelayanan publiknya masuk

ke dalam kategori kelompok

pelayanan publik di bidang jasa

(Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No 63 Tahun

2003). Salah satu bentuk pelayanan

publik yang ditawarkan oleh pihak

kelurahan terkait bidang pelestarian

lingkungan hidup melalui program

pengolahan sampah berbasis

komunitas.

Limbah

Kegiatan manusia hampir

semuanya menghasilkan barang sisa.

Barang sisa itu pun bisa berupa zat

padat, cair ataupun gas. Jika tidak

terjadi pengolahan yang bersih dan

sehat serta sesuai cara yang tepat

maka zat sisa tersebut dapat

berdampak buruk bagi semua aspek,

misalnya kesehatan tubuh, kesehatan

lingkungan dan juga kelestarian

alam. Dalam pengendalian zat sisa

yang kemudian disebut sampah dan

limbah maka pemerintah

mengaturnya dalam undang –

undang dan peraturan Limbah dapat

mencemari lingkungan dalam

kondisi tertentu. Untuk mencegah

terjadinya pencemaran maka

Page 16: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

15

dibutuhkan tindakan khusus dalam

mengatur dan mengolah limbah yang

dihasilkan baik berupa zat padat, cair

ataupun gas.

Limbah adalah bahan sisa

pada suatu kegiatan dan/atau proses

produksi, termasuk di sini limbah B3

(bahan berbahaya dan beracun).

Menurut Peraturan Pemerintah no 18

tahun 1999 tentang pengolahan

limbah berbahaya dalam pasal 1

menyebutkan “Limbah bahan

berbahaya dan beracun, disingkat

limbah B3, adalah sisa suatu usaha

dan/atau kegiatan yang mengandung

bahan berbahaya dan/atau beracun

yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak

langsung, dapat mencemarkan

dan/atau merusakkan lingkungan

hidup, dan/atau dapat

membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lain”.

(PP no 18 tahun 1999)

Suatu tatanan lingkungan

hidup dapat tercemar atau menjadi

rusak disebabkan oleh banyak hal.

Namun yang paling utama dari

sekian banyak penyabab tercemarnya

suatu tatanan lingkungan adalah

limbah. Limbah digolongkan atas

beberapa kelompok berdasarkan

pada jenis, sifat dan sumbernya.

Berdasarkan pada jenis, limbah

dikelompokkan atas golongan limbah

padat dan limbah cair. Berdasarkan

pada sifat yang dibawanya, limbah

dikelompokkan atas limbah organik

dan limbah an-organik. Sedangkan

bila berdasarkan pada sumbernya,

limbah dikelompokkan atas limbah

rumah tangga atau limbah domestic

dan limbah industri. Limbah cair

adalah semua jenis bahan sisa yang

dibuang dalam bentuk larutan atau

berupa zat cair. Limbah cair dapat

berupa air bekas pencucian, busa

detergen dan lain. (Palar, 2008).

Menurut Peraturan

Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang

pengolahan limbah berbahaya dalam

pasal 7 menyebutkan jenis limbah B3

menurut sumbernya meliputi : a.

Limbah B3 dari sumber tidak

spesifik; b. Limbah B3 dari sumber

spesifik; c. Limbah B3 dari bahan

kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas

kemasan, dan buangan produk yang

tidak memenuhi spesifikasi. Dalam

peraturan pemerintah yang sama pun

menyebutkan setiap badan usaha

yang menghasilkan limbah cair,

padat dan gas pun wajib pengolahan

untuk mereduksi kandungan limbah

cair yang ada melakukan

pembuangan langsung ke lingkungan

alam bebas . Banyak hal yang perlu

dipertimbangkan untuk melakukan

pengolahan, terutama dapat

menimbulkan ketidakstabilan

lingkungan ekosistem dan bisa

memperngaruhi kesehatan

lingkungan. Di dalam PP no 20 tahun

1990 menjelaskan bahwa

pengendalian lingkungan akan diatur

oleh pemerintah setempat dalam hal

ini kekuasaan tertinggi yaitu

Gubernur, pemerintah setempat

harus tegas bagi mereka pelaku

usaha yang menghasilkan limbah

untuk melakukan proses pengolahan

terlebih dahulu.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Dinas Lingkungan Hidup

mempunyai tugas merumuskan dan

melaksanakan kebijakan teknis di

bidang lingkungan hidup serta

melaksanakan tugas dekonsentarasi

Page 17: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

16

dan pembantuan yang diserahkan

oleh Bupati sesuai dengan lingkup

tugasnya, untuk melaksanakan tugas

tersebut, Dinas Lingkungan Hidup

menyelenggarakan fungsi :

a. pelaksanaan kegiatan

kesekretariatan meliputi

keuangan, umum, dan

kepegawaian;

b. penyusunan perencanaan dan

program di bidang

lingkungan hidup;

c. perumusan kebijakan teknis,

fasilitasi, koordinasi serta

pembinaan teknis di bidang

pengendalian pencemaran

lingkungan hidup dan

pengelolaan limbah;

d. perumusan kebijakan teknis,

fasilitasi, koordinasi serta

pembinaan teknis di bidang

pengendalian kerusakan,

pemulihan lingkungan dan

penegakan hukum;

e. perumusan kebijakan teknis,

fasilitasi, kordinasi serta

pembinaan teknis di bidang

tata lingkungan dan Amdal;

f. pegkoordinasian kebijakan

teknis dengan instansi terkait

;

g. pelaksanaan tugas lain di

bidang lingkungan hidup

yang diserahkan oleh

Gubernur.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya untuk

mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan, pemerintah harus

melakukan pengawasan langsung

maupun tidak langsung. Ketika

semua program telah dibuat dan telah

diterapkan, tetapi masih terlihat

banyak terjadi pencemaran di mana-

mana, hal ini bisa dari pihak

pemerintah yang kurang tanggap

meskipun program telah dibuat tanpa

harus ada pengawasan lebih lanjut

terhadap penerapan program yang

ada sehingga program tersebut tidak

bisa berjalan dengan maksimal.

Dalam PP No. 74 Tahun

2001 disebutkan bahwa dalam

pengelolaan limbah B3 terdapat

faktor pengangkutan, dan di Provinsi

Kepulauan Riau sudah ada

perusahaan pengangkutan limbah

B3. Berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun

2012 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bintan Tahun

2011-2031 menjelaskan bahwa

Rencana sistem prasarana yang

menjadi prioritas pemerintah

Kabupaten Bintan adalah sistem

pengolahan limbah. Rencana

pengembangan sistem pengolahan air

limbah sebagaimana dimaksud

dilakukan melalui : pengembangan

Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) di Kecamatan Seri Kuala

Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong,

Teluk Bintan, Bintan Timur, dan

Gunung Kijang; pengembangan

instalasi pengolahan limbah

berbahaya dan beracun di Sei Lekop;

dan pengembangan sistem

pengolahan limbah melalui

pengembangan septic tank dengan

sistem terpadu untuk kawasan

perkotaan dan pengembangan

jaringan tertutup untuk kawasan

lainnya.

Limbah minyak berwarna

hitam mencemari pesisir pantai

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Page 18: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

17

Dari pantauan Antara, limbah

minyak atau sludge oil tersebut

menyebar di beberapa desa,

diantaranya Kampung Semelur,

Sialang, Kampe, Teluk Dalam,

Penginang, dan Desa Berakit

Kabupaten Bintan. Keberadaan

limbah Tidak terhitung dengan

puluhan pulau-pulau kecil yang ada

di Bintan lainnya. Keberadaan

limbah sangat dirasakan masyarakat

pesisir, Nelayan mengeluhkan

keberadaan limbah minyak yang

sudah mengeras, limbah minyak

merusak alat tangkap nelayan Desa

Berakit dan 5 desa lainnya.

1. Pencegahan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa pencegahan belum

optimal karena hanya sebatas

pertemuan tanpa adanya kegiatan

yang dilakukan. Keseriusan

pemerintah dan masyarakat pada

umumnya dibutuhkan, agar

dampaknya dapat dikurangi sehingga

tidak menumpahkan persoalan pada

aktivitas industri, seperti yang telah

terjadi selama ini. Pada umumnya

kegiatan industri di pusat dan daerah,

menyebabkan terjadinya pencemaran

lingkungan seperti aktivitas industri

di sektor perindustrian,

pertambangan dan sumberdaya

mineral, pariwisata, kehutanan,

pekerjaan umum, perhubungan,

pertanian, kelautan dan perikanan,

riset dan teknologi, dan perumahan

rakyat, serta sektor kesehatan.

Dalam skala besar,

permasalahan pencemaran terhadap

lingkungan terdiri atas bermacam

kegiatan seperti kebocoran gas,

tumpahan minyak dari tanker (oil

spil), limbah pertambangan ke laut,

kecelakaan kapal pengangkut bahan

tambang mineral, illegal mining,

illegal loging, penambangan tanpa

ijin, pengeboran minyak lepas pantai,

penambangan pasir laut untuk

reklamasi pantai atau pulau, industri

yang berada di pantai/pesisir,

penggunaan bahan kimia pada

aktivitas usaha tani di hulu,

penggunaan kawasan hutan untuk

pelabuhan, pengambilan terumbu

karang untuk diekspor, pembuatan

kapal yang menggunakan kayu,

operasional kapal, kecelakaan kapal,

kegiatan kepelabuhanan, illegal

fishing, industri perikanan, tambak,

pembangunan tempat rekreasi di

pantai/pesisir, reklamasi pantai,

wisata bahari, bahan beracun dari

laboratorium, dan limbah domestik.

Banyaknya zat pencemar pada air

limbah akan menyebabkan

menurunnya kadar oksigen terlarut

dalam air, sehingga menyebabkab

kehidupan yang membutuhkan

oksigen dalam air terganggu, dan

menghambat perkembangannya,

serta dapat menyebabkan kerusakan

tanaman dan tumbuhan air (Lina

Warlina, 2004).

Limbah minyak hitam atau

sludge oil memenuhi hampir seluruh

perairan Berakit, Kecamatan Teluk

Sebong, Kabupaten Bintan. Selain

mengotori laut dan pantai, limbah itu

juga merusak alat tangkap nelayan.

Limbah minyak hitam mengotori

perairan hingga pantai sepanjang 13

kilometer, mulai ujung pantai Berakit

hingga Kampung Kampe, Desa

Pengudang. bukan hanya jaring

kelong yang rusak, limbah tersebut

juga mengotori kelong, serta kapal-

kapal pompong yang sedang

bersandar.

Limbah minyak hitam sudah

memenuhi ke perairan

Page 19: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

18

Tanjungberakit Gumpalan-gumpalan

minyak itu datang dari arah perairan

Pedra Blanca (Batu Putih). Nelayan

sudah banyak yang mengeluh, jaring

mereka rusak. Meski pencemaran

oleh limbah minyak hitam ini sudah

terjadi sejak bertahun-bertahun dan

berulang-ulang, namun hingga kini

belum ada penyelesaian. Limbah

minyak hitam selain mencemari

lingkungan juga membuat

pendapatan nelayan turun drastis,

karena alat tangkapnya rusak.

Limbah ini juga mengganggu sektor

pariwisata karena orang enggan

berkunjung ke pantai.

2. Penanggulangan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa penanggulangan

dilakukan belum optimal, karena

selama ini permasalahan masih terus

terjadi, limbah terus mengotori

beberapa desa di Bintan khususnya

di Desa Berakit. sangat penting

untuk terus mengupayakan

perlindungan lingkungan laut dari

ancaman pencemaran terutama dari

kapal yang lalu lalang tersebut. Hal

ini perlu diantisipasi karena

Indonesia memiliki pantai yang

panjang dengan kompleksitas

interaksi dengan faktor lingkungan

yang jika terjadi pencemaran akan

menyulitkan penanggulangannya

(Suhaidi, 2006)

Berdasarkan hasil observasi

yang melakukan penanggulangan

adalah Lantamal, pihaknya sudah

menurunkan tim khusus untuk

menindaklanjuti banyaknya laporan

dari masyarakat soal pencemaran

limbah minyak hitam di laut Bintan

dan Batam. Limbah berupa

gumpalan minyak hitam menyerupai

aspal baik yang menggumpal

maupun cair umumnya terjadi pada

Desember sampai Januari setiap

tahunnya, bertepatan saat musim

utara. Diduga limbah minyak hitam

tersebut berasal dari kapal-kapal

yang melintas di utara perairan

Tanjungberakit dan Lagoi. Ataupun

dari kapal yang sedang lego jangkar

di East OPL. Pihak Lantamal telah

berkoordinasi dengan instansi terkait

lainnya dalam melaksanakan

kegiatan patroli dan pengawasan di

area sektor East OPL guna menindak

tegas kapal-kapal yang membuang

limbah sembarangan. Tim WFQR

Lantamal IV menindaklanjuti

keluhan masyarakat ini dengan

menerjunkan tim khusus anti limbah

laut. Saat ini yang dibutuhkan adalah

pemantauan secara terpadu dan ketat

dengan melibatkan seluruh

stakeholder di Kepri. Disamping

informasi yang diperoleh dari para

nelayan, Lantamal IV juga

menggunakan pesawat AIS, drone

dan unsur patroli untuk memantau

wilayah yang terdampak oleh

pencemaran yang diakibatkan oleh

aktivitas kapal-kapal yang lego

jangkar di sekitar east OPL.

3. Pemulihan

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa pihak pemerintah

sudah melakukan upaya perbaikan

namun dirasakan belum optimal.

Beberapa efek tumpahan minyak di

laut dapat di lihat dengan jelas

seperti pada pantai menjadi tidak

indah lagi untuk dipandang,

kematian burung laut, ikan, dan

kerang-kerangan, atau meskipun

beberapa dari organisme tersebut

selamat akan tetapi menjadi

Page 20: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

19

berbahaya untuk dimakan. Kasus

pencemaran laut akibat dari

tumpahan minyak dapat berpengaruh

pada beberapa sektor, diantaranya

lingkungan pantai dan laut,

ekosistem biota pantai dan laut, dan

mengganggu aktivitas nelayan

sehingga mempengaruhi

kesejahteraan mereka. Pengaruh-

pengaruh tersebut antara lain dapat

mengubah karakteristik populasi

spesies dan struktur ekologi

komunitas laut, dapat mengganggu

proses perkembangan dan

pertumbuhan serta reproduksi

organisme laut, bahkan dapat

menimbulkan kematian pada

organisme laut.

Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH) RI segera mengangkut dan

menangani limbah minyak hitam

(sludge oil), yang mencemari laut

dan pantai selama ini. Tahap awal,

ada sekitar 80 ton limbah yang

segera diangkut. Pengendalian

Pencemaran Dinas Lingkungan

Hidup (DLH) Bintan menjelaskan

tim KLH dari pusat Jakarta

menyurvei daerah Sekera (Binut),

kawasan Lagoi dan Pengudang serta

Berakit (Teluk Sebong), dan

sepanjang pantai Trikora (Gunung

Kijang). Mereka mengecek limbah

minyak hitam yang terdampar.

Khusus di kawasan Lagoi, ada 80

drum atau 80 ton limbah sludge oil

yang sudah dikumpulkan pengelola.

Limbah ini segera diamankan atau

diangkut oleh KLH RI, ke Batam.

Kemudian ditangani untuk

pemusnahannya, program

penanganan limbah sludge oil yang

mencemari pantai Bintan ini, akan

terus dijalankan sampai tahun-tahun

berikutnya. KLH pusat sudah

menganggarkan untuk penanganan

pencemaran limbah di Bintan,

terhitung sejak tahun anggaran 2017

ini.

Pemkab Bintan akan

menyediakan lokasi di luar kawasan

Lagoi, untuk pengumpulan limbah

itu. Kemudian, limbah itu diangkut

ke Batam. Selain itu, KLH pusat juga

bakal menyediakan teknologi

penghancuran limbah di kawasan

perbatasan perairan Bintan dengan

luar negeri. Sehingga, limbah tidak

ada lagi yang terdampar di pantai

kawasan wisata maupun di daerah

tangkapan nelayan. Tapi untuk tahap,

penanganan limbah ini dilakukan

dengan cara mengumpulkan dan

mengangkut. Untuk penerapan

teknologi penghancur limbah, itu

untuk tahap berikutnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa Peran

Dinas Lingkungan Hidup Dalam

Menangani Masalah Limbah Minyak

(Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan

Tahun 2016 Pada Desa Berakit

Kabupaten Bintan belum berjalan

optimal, hal ini dapat dilihat dari

pencemaran masih terjadi, hal ini

dapat diuraikan sebagai berikut :

Berdasarkan penelitian

diketahui bahwa pencegahan saat ini

dilakukan hanya sebatas memberikan

dorongan untuk partisipasi

masyarakat agar ikut serta

mengawasi, namun pelaksanaan

dilapangan tidak sesuai. Untuk

pencegahan DLH Kabupaten Bintan

sudah memberikan sanksi, kemudian

pengawasan dibantu oleh

masyarakat, Cuma memang kadang-

kadang kapal yang lewat ini tidak

mungkin terus diawasi dan akhirnya

Page 21: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

20

mereka juga berulang kali

membuang limbah minyak. Dampak

pencemaran lingkungan dapat

dirasakan secara langsung atau tidak

langsung oleh manusia.

Akibat pencemaran tersebut,

lingkungan menjadi rusak sehingga

daya dukung alam terhadap

kelangsungan hidup manusia

menjadi berkurang Limbah minyak

hitam atau sludge oil memenuhi

hampir seluruh perairan Berakit,

Kecamatan Teluk Sebong,

Kabupaten Bintan. Selain mengotori

laut dan pantai, limbah itu juga

merusak alat tangkap nelayan.

Limbah minyak hitam mengotori

perairan hingga pantai sepanjang 13

kilometer, mulai ujung pantai Berakit

hingga Kampung Kampe, Desa

Pengudang bukan hanya jaring

kelong yang rusak, limbah tersebut

juga mengotori kelong, serta kapal-

kapal pompong yang sedang

bersandar.

Limbah minyak hitam sudah

memenuhi ke perairan

Tanjungberakit Gumpalan-gumpalan

minyak itu datang dari arah perairan

Pedra Blanca (Batu Putih). Nelayan

sudah banyak yang mengeluh, jaring

mereka rusak. Meski pencemaran

oleh limbah minyak hitam ini sudah

terjadi sejak bertahun-bertahun dan

berulang-ulang, namun hingga kini

belum ada penyelesaian. Limbah

minyak hitam selain mencemari

lingkungan juga membuat

pendapatan nelayan turun drastis,

karena alat tangkapnya rusak.

Limbah ini juga mengganggu sektor

pariwisata karena orang enggan

berkunjung ke pantai.

Kemudian Berdasarkan

penelitian maka dapat dianalisa

bahwa pemulihan sudah dilakukan,

saat ini terasa belum optimal karena

pemerintah Bintan khususnya DLH

Kabupaten Bintan masih

kekurangan dana.

Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya sanksi yang

tegas bagi kapal maupun

kegiatan yang mengakibatkan

pencemaran limbah.

2. Perlu adanya pengawasan

yang dilakukan oleh

pemerintah khususnya DLH

Kabupaten Bintan dalam

penanggulangan limbah

tersebut.

3. Perlu adanya dana yang

disiapkan untuk pemulihan

pencemaran di Desa Berakit.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad, 2002, Keterpurukan

Hukum di Indonesia, Chalia

Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006.

Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko.

2006. Sosiologi Teks

Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Media

Group

Daud Silalahi. 2001 Hukum

Lingkungan Dalam Sistem

Penegakkan Hukum.

Lingkungan Indonesia,

Edisi Ke-3, 2001, Alumni,

Bandung.

Dwiyanto, A.,Dkk, 2007. Kinerja

Tata Pemerintahan Daerah

di Indonesia. Yogyakarta :

PSKK.UGM.

Page 22: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

21

Ermaya. 1997. Pemimpin dan

Kepemimpinan Pemerintah

Suatu Pendekatan Budaya.

Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Hamdi, Muchlis, dkk. 1999.

Kebijakan Publik :

Selayang Pandang. Widya

Praja Edisi ke 33. Jakarta :

IIP Depdagri.

Harahap, E.St, dkk. 2007. Kamus

besar bahasa Indonesia,

Bandung: Balai Pustaka

Komarudin, 2005, Ensiklopedia

Manajemen, Bandung,

Alfabeta

Koswara. 2000. Otonomi dan Pajak

Daerah. Jogjakarta : PT

Gramedia

Kristianto. 2004. Ekologi Industri.

Yogyakarta: Andi.

Muluk, Khairul. 2005. Desentralisasi

dan Pemerintahan Daerah.

Malang : Bayumedia

Publishing

Moleong, Lexy J. 2000. Metodelogi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya

Mudrajad Kuncoro, Ph. D. 2004.

Otonomi dan Pembangunan

daerah. Jakarta: Rineka Cipta

Ndraha, Talidziduhu. 2005.

Kybernologi. Jakarta : CV. Rineka

Cipta

Nusa Idaman Said. 2011.

Pengelolaan Limbah

Domestik.Jakarta: BPPT.

Penerbit Erlangga Persada.

Palar, Heryando. 2008. Pencemaran

dan Toksikologi Logam

Berat. Jakarta : Rineka. Cipta

Poerwadarminta. 2007. Kamus

Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: PN Balai. Pustaka.

Ryias Rasyid.M, 2000. Otonomi

Daerah Negara Kesatuan,

Yogyakarta : Pustaka Pelaja

Siagian,P. Sondang, 2000,

Administrasi Pembangunan,

Konsep, Dimensi dan

Strateginya, Bumi Aksara,

Jakarta.

Suharto.Ign. 2011. Limbah Kimia

dalam Pencemaran Air dan

Udara. Yogyakarta : CV.

Andi Offset.

Supardi, I, 2003. Lingkungan Hidup

dan Kelestariannya. Penerbit PT.

Alumni

Supriatna. 2007. Sistem Administrasi

Pemerintahan Di Daerah, (Jakarta:

Bumi

Aksara

Syafiie, Inu Kencama. 2005

Pengantar Ilmu

Pemerintahan. Jakarta : Bumi

Aksara

Yulipriyanto. 2010. Biologi Tanah

dan Strategi Pengelolaannya.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Jurnal :

Ima Maghfiro, M. Saleh Soeaidy,

M.Rozikin. 2015. Analisis

Peran Pemerintah Dalam

Mengatasi Limbah Industri

Pabrik Gula Tjoekir (Studi

pada DINAS

LINGKUNGAN HIDUP

Kabupaten Jombang). Jurnal

Administrasi Publik (JAP,)

Vol.1, No.3 h. 94-102

Norini. 2015. Peran Badan

Lingkungan Hidup Provinsi

Page 23: PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

22

Kepulauan Riau Dalam

Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan

Hidup Terhadap Limbah B3

Di Kota Batam (Studi Kasus :

PT. Enviro Cipta Lestari

[Perusahaan Pengangkut &

Pengumpul Limbah B3 Di

Kawasan KPLI Batam].

Jurnal Ilmu Pemerintahan.

UMRAH.

Syahril Nedi (2012) Stakesholder

Yang Berperan Dalam

Pengendalian Pencemaran

Minyak Di Selat Rupat.

Jurnal Perikanan dan

Kelautan. Vol 17 No 1

Dokumen :

UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan

Pengelolahan Lingkungan

Hidup lingkungan hidup

Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 1999, tentang

Pengelolaan. Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi

sebagai Daerah Otonom

Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan

Nomor 8 Tahun 2008

Tentang Pembentukan

Organisasi Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Bintan

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan

Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bintan

Tahun 2011-2031