PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) DALAM …digilib.unila.ac.id/57473/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) DALAM …digilib.unila.ac.id/57473/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
DI PULAU PAHAWANG
(Skripsi)
Oleh
UUL HIZATUL AULIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
THE ROLE COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) IN THE
DEVELOPMENT OF SUSTAINABLE TOURISM
IN PAHAWANG ISLAND
ABSTRACT
By
Uul Hizatul Aulia
Indonesia is one of the countries have a lot of tourist spot. However, many
tourism spot areas not applied the tourism sustainability. With applying the
tourism sustainability can increase the visitor, the income of society surrounding
tourism spot and also protect the environmental condition. The purpose of this
research is to study the potential of Pulau Pahawang (Pahawang Island) tourism
as sustainable tourism using Community-Based Tourism (CBT) concept.
Community-Based Tourism (CBT) concept is one of the tools to analysis the
tourism object to be sustainable tourism based on the dimension of economic,
social, culture and environment to support Pulau Pahawang to be sustainable
tourism. This research is descriptive analysis with quantitative approachment.
The informant was chosen based on purposive sampling. The informant in this
research is a stakeholder in Pahawang village, Pahawang citizen, community
care to tourism (POKDARWIS). The research was conducted by survey
observation, interview, and documentation. The result show, Pulau Pahawang
tourism can be categorized as sustainable tourism based on the Community-Based
Tourism (CBT) because Pulau Pahawang can fulfill the economic, social, cultural
and environmental dimension to support the tourism sustainability.
Key words : Community-Based Tourism (CBT), sustainable tourism , Pulau
Pahawang (Pahawang Island) tourism
PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
DIPULAU PAHAWANG
ABSTRAK
Oleh
Uul Hizatul Aulia
Indonesia adalah salah satu negera yang memiliki banyak titik pariwisata. Namun,
dari begitu banyaknya titik pariwisata masih sedikit yang telah menerapkan
system pariwisata berkelanjutan, dimana dengan di terapkannya system pariwisata
berkelanjutan dapat meningkatkan jumlah pengunjung, pendapatan masyarakat
sekitar dan juga menjaga kelestarian lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui potensi pariwisata Pulau Pahawang menjadi pariwisata
berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan konsep Community-Based
Tourism (CBT). Konsep Community-Based Tourism (CBT) yaitu salah satu alat
untuk menganalisis suatu obyek wisata menjadi pariwisata yang berkelanjutan
berdasarkan dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan untuk mendukung
pariwisata Pulau Pahawang menjadi pariwisata berkelanjutan. Jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pemilihan informan ditentukan
secara purposive sampling. Informan dari penelitian ini adalah pemerintah desa
Pahawang, ketua kelompok sadar wisata (POKDARWIS), dan masyarakat desa
Pahawang. Teknik pengumpulan data data yang digunakan adalah wawancara,
dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pariwisata
Pulau Pahawang dapat dikatakan sebagai pariwisata berkelanjutan berdasarkan
konsep Community-Based Tourism (CBT) yakni dimensi ekonomi, sosial, budaya,
dan lingkungan karena pariwisata Pulau Pahawang sudah memenuhi kriteria
pariwisata berkelanjutan.
Kata kunci : Community-Based Tourism (CBT), Pariwisata Berkelanjutan,
Pariwisata Pulau Pahawang.
PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
DI PULAU PAHAWANG
Oleh
UUL HIZATUL AULIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Sari, Kecamatan
Way Khilau, Kabupaten Pesawaran tepatnya pada
tanggal 25 April 1998, merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Abdul
Hamid dan Ibu Sakdiyah .
Penulis memulai jenjang pendidikannya dari
Sekolah Dasar Negri (SDN) 2 Gunung Sari pada
tahun 2003-2009 dan melanjutkan pendidikannya kembali di MTsN 2 Bandar
Lampung pada tahun 2009-2012. Pada Tahun 2012-2015 Penulis melanjutkan
pendidikannya di MAN 1 Bandar Lampung dan Pada tahun 2015 penulis
melanjutkan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Lampung
Pada jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dengan jalur SNMPTN.
Penulis juga aktif organisasi sejak SMA hingga diperguruan tinggi. Saat di SMA
peneliti mengikuti ekstrakulikuler pramuka dan menjabat sebagai ketua bidang
dana usaha (DANUS) pada tahun 2013-2014. Di Perguruan Tinggi penulis
mengikuti Organisasi Badan Eksekutif Mahawasiswa (BEM). Di Organiasi
Badan Eksekutif Mahawasiswa (BEM) menjadi staf kementrian pemberdayaan
perempuan pada tahun 2017.
Motto
“Allah tidak membebankan seseorang melainkan dengan kesanggupannya”
(Qs. Al-Baqarah:286)
“Tidak ada gunanya IQ anda tinggi namun malas, tidak
memiliki disiplin. Yang penting adalah Anda sehat dan mau berkorban
untuk masa depan yang cerah”
(Bj Habibie)
“Berikan yang terbaik demi impianmu dan kamu akan terkejut dengan
energi luar biasa yang sebenarnya ada di dalam dirimu”
(Merry Riana)
PERSEMBAHAN
Terucap syukur atas karunia nikmat yang telah Allah SWT
berikan,
ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan
baktiku kepada:
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Bapak Abdul Hamid dan Ibu Sakdiah yang telah membesarkanku dengan penuh
cinta dan kasih sayang, selalu memberikan dukungan dalam segala urusan.
Adikku yang Kusayangi
Muhammad Fattahul Huda yang menjadi motivasi terbesarku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga Besarku
Keluarga besarku yang selalu ada menemani dan membantuku dari kecil hingga
saat ini.
Seluruh Sahabatku
Yang selalu ada disisiku dan menerima kekurangan-kekuranganku, serta telah
membantuku secara moril dan riil.
Keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis
Serta Untuk Almamater Tercinta
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang
berjudul “Peran Community-Based Tourism (CBT) dalam Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan di Pulau Pahawang”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sarjana Ilmu
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Lampung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya
baik sumbangsih pikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril maupun materil
khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung
3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Wakil Dekan II
FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Dadang Karya Bakti, M.M., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Universitas Lampung.
6. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Universitas Lampung dan selaku Dosen pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran,
memotivasi, dan dukungan kepada penulis.
7. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran,
memotivasi, dan dukungan kepada penulis.
8. Bapak Prasetya Nugeraha, S.A.B., M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran memberikan saran, dan
dukungan kepada penulis.
9. Untuk Bapak, Ibu Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Lampung. Terimakasih banyak atas ilmu yang bermanfaat,
pengalaman serta kerjasamanya dari awal perkuliahan hingga saya
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Untuk Bapak, Ibu Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Lampung. Terimakasih banyak atas ilmu yang bermanfaat,
pengalaman serta kerjasamanya dari awal perkuliahan hingga saya
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Kedua Orang Tua yang kucintai, Bapak Abdul Hamid dan Ibu Sakdiah.
Terutama Ibu Sakdiah wanita yang luar biasa yang tak henti-hentinya
selalu mendoakan anaknya. Terimakasih banyak telah memberikan
motivasi, dukungan, bimbingan, dan semangat kepada penulis hingga bisa
menyelesaikan skripsi ini dan dalam segala urusan.
12. Terimakasih untuk adikku Muhammad Fattahul Huda yang menjadi
semangat utamaku dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Terimakasih untuk seluruh keluarga besar penulis terutama ibu Umi, Mbah
Uti, Mbah Kakung yang telah merawat Uul dari kecil dan selalu memberikan
dukungan, doa , dan semangat untuk Uul menyelesaikan kuliah dan dapat
menyelesaikan skripsi ini.
14. Terimakasih banyak kepada keluarga besar ABI 15.
15. Terimakasih Novita, Junia, dan Dini. Teman seperjuangan di ABI 15,
terimaksih banyak selama kuliah dan terimakasih telah memberikan
semangat dan motivasi sehingga pada tahap ini.
16. Keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis 2015 dengan segala karakter, sifat
dan perilakunya yang telah memberi warna pada kehidupan perkuliahan
penulis. Ulfa, desri dkk, Lusiyana, Prima, Fitri naria, Pitri Munte, enzel dkk,
dan teman ABI semuanya maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu. Terima
kasih sudah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
17. Keluarga Besar BEM U KBM Universitas Lampung Kabinet Bersama Luar
Biasa.
18. Terimakasih kepada sahabatku dari MTs hingga sekaranng, Umigiarini dan
Tara Oktaviana yang telah menjadi sahabat terbaik hingga saat ini dan tidak
pantang menyerah selalu memberi semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
19. Terimakasih kepada untuk keluarga KKN Desa Gunung Terang, Kecamatan
Bulok, Kabupaten Tanggamus. Genk gembel elit (Tia, Lulu, dan Novita),
Ruli, Yusuf dan Kevin.
20. Terimakasih banyak pada bapak Heri Budiyanto dan Bapak Suhendi serta
masyarakat desa Pahawang yang telah membantu peneliti melakukan
penelitian di Desa Pahawang dan memberikan banyak sekali informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti. Semoga Obyek wisata Pulau Pahawang semakin
maju dan selalu memberikan manfaatnya kepada masyarakat Desa
Pahawang.
21. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara
langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas
bantuannya.
Penulis penyadari Bahawa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan
terbuka. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya
Bandar lampung, Mei 2019
Penulis
Uul Hizatul Aulia
i
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Pariwisata .............................................................................. 12
2.2 Pengertian Pariwisata .............................................................................. 13
2.2.1 Pariwisata ....................................................................................... 13
2.2.2 Pelaku Pariwisata ........................................................................... 15
2.2.3 Objek Wisata .................................................................................. 17
2.2.4 Jenis Objek Wisata ......................................................................... 17
2.3 Pariwisata Berkelanjutan ......................................................................... 18
2.4 Konsep Community-Based Tourism (CBT) ............................................ 23
2.5 Pengukuran Community-Based Tourism (CBT) ..................................... 25
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 26
2.7 Batasan Penelitian ................................................................................... 30
2.8 Krangka Penelitian .................................................................................. 30
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 33
3.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 33
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 34
3.4 Obyek Penelitian ..................................................................................... 35
3.5 Sumber Data ............................................................................................ 36
3.5.1 Data Primer .................................................................................... 36
3.5.2 Data Sekunder ................................................................................ 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
3.6.1 Observasi ........................................................................................ 37
3.6.2 Wawancara ..................................................................................... 37
3.6.3 Dokumentas .................................................................................. 38
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................... 38
ii
3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction) ..................................................... 38
3.7.2 Penyajian Data (Data Display) ...................................................... 39
3.7.3 Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing atau Verification) .. 39
3.8 Teknik Pemeriksa Keabsahan Data ......................................................... 39
3.8.1 Drajat Kepercayaan(Credibility) .................................................... 39
3.8.2 Keteralihan (Transferability) ......................................................... 39
3.8.3 Kebergantungan (Dependabality) .................................................. 41
3.8.4 Kepastian (Confimability) ............................................................. 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 43
4.2 Gambaran Umum Informan .................................................................... 46
4.3 Distribusi Jawaban Informan .................................................................. 47
4.4.1 Jawaban Informan Tentang Dimensi Ekonomi .............................. 48
4.4.2 Jawaban Informan Tentang Dimensi Sosial ................................... 52
4.4.3 Jawaban Informan Tentang Dimensi Budaya ................................ 55
4.4.4 Jawaban Informan Tentang Dimensi Lingkungan ......................... 57
4.4 Hasil dan Pembahasan............................................................................. 62
4.5.1 Dimensi Ekonomi .......................................................................... 63
4.5.1.1 Adanya Dana Pengembangan Bagi Komunitas
Memudahkan Kelompok .................................................... 63
4.5.1.2 Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata ...... 65
4.5.1.3 Pendapatan Masyarakat Lokal dari Sektor Pariwisata ....... 65
4.5.2 Dimensi Sosial ............................................................................... 69
4.5.2.1 Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat ........................... 69
4.5.2.2 Peningkatan Rasa Bangga Komunitas ............................... 70
4.5.2.3 Ketersediaan dan Kesiapan Masyarakat Setempat dalam
Pengembangan dan Pengelolaan Serta Keterlibatan
Langsung Masyarakat ........................................................ 71
4.5.2.4 Pembagian Peran yang Adil Antara Laki- Laki dan
Perempuan ......................................................................... 71
4.5.2.5 Membangun Penguatan Organisasi Komunitas ................. 72
4.5.3 Dimensi Budaya ............................................................................. 72
4.5.3.1 Menghormati Budaya yang Berbeda ................................. 72
4.5.3.2 Membantu Berkembangnya Pertukaran Budaya ............... 73
4.5.3.3 Budaya Pembangunan Merekat Erat dalam Budaya Lokal 74
4.5.4 Dimensi Lingkungan ...................................................................... 75
4.5.4.1 Mempelajari Carrying Capacity Area ............................. 75
4.5.4.2 Mengatur Pembuangan Sampah .......................................... 76
4.5.4.3 Meningkatkan Kepedulian akan Perlunya Konservasi ....... 76
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................. 86
5.2 Saran ........................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Wisata Unggulan Provinsi Lampung ................................................... 2
Tabel 1.2 Tempat Pariwisata Bahari Kabupaten Pesawaran ................................ 3
Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Wisatawan Pulau Pahawang 2012-2016 ............. 4
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................ 26
Tabel 4.1 Identitas Informan ............................................................................... 46
Tabel 4.2 Tabulasi Hasil Wawancara.................................................................. 47
Tabel 4.3 Kriteria Pariwisata Berkelanjutan di Pulau Pahawang ....................... 78
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Selogan Pariwisata Lampung ........................................................... 1
Gambar 1.2 Peta Pulau Pahawang ....................................................................... 4
Gambar 1.3 Pulau Pahawang ............................................................................... 5
Gambar 1.5 Taman Nemo, Pulau Pahawang Lunik ............................................. 6
Gambar 2.1 Model Sustainable Tourism Swartbrooke ....................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32
Gambar 4.1 Peta Jarak dari Bandar Lampung ke Pulau Pahawang .................... 43
Gambar 4.2 Peta Wisata Desa Pulau Pahawang ................................................. 45
Gambar 4.3.Fasilitas dari Pemerintah Daerah..................................................... 64
Gambar 4.4 Kapal Pinisi CSR dari Bank Lampung ........................................... 64
Gambar 4.5 Homestay Pak Selamet .................................................................... 66
Gambar 4.6 Makanan dan Kerajinan Tangan ..................................................... 67
Gambar 4.7 Dodol Mangrove ............................................................................. 68
Gambar 4.8 Kegiatan Keseniaan Tari Daerah Lampung .................................... 74
Gambar 4.9 Tarian Daerah Kegiatan Festifal Pulau Pahawang 2017 ................. 75
Gambar 4.10 Transplantasi Trumbu Karang CSR dari BRI ............................... 77
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau, oleh
karena itu Indonesia disebut sebagai negara maritim. Indonesia secara geografis
merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar
dari pada daratan. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk
memajukan perekonomian Indonesia pada sekor pariwisata. Menurut Wahab
(2003) dalam bukunya “Tourism Management” pariwisata adalah salah satu jenis
industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktivitas lainnya.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber
daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai
dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata,
sampai kehutanan. Peran pemerintah Provinsi Lampung untuk mendukung sektor
pariwisata dengan mengacu kepada rencana induk pengembangan pariwisata
nasional adalah dengan adanya Peraturan Daerah No.6 Tahun 2012 tentang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) selain itu, pariwisata
Lampung sudah memasuki 12 besar di Indonesia. Per tahun 2017 Dinas
Pariwisata Provinsi Lampung juga menentukan lima kawasan unggulan Strategis.
2
Pariwisata dengan indikator-indikator yang sudah memenuhi aksesibilitas,
amenitas, akseleri, atraksi, sumber daya manusia, dan kunjungan wisatawan.
Berikut tempat wisata unggulan yang berada di provinsi Lampung :
Tabel 1.1 Wisata Unggulan Provinsi Lampung
No Nama Destinasi Jenis Obyek Wisata Kabupaten/Kota
1. Tamana Nasional Way
Kambas
Obyek Wisata Alam Lampung Timur
2. Pulau Pahawang Obyek Wisata Bahari Pesawaran
3. Krui dan Tanjung setia Obyek Wisata Bahari Pesisir Barat
4. Gunung Krakatau Obyek Wisata Bahari Lampung Selatan
5. Taman Bukit Barisan,
Gigi Hiu, dan Kiluan
Obyek Wisata Alam,
Obyek Wisata Bahari
Tanggamus
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Lampung tahun 2017
Pariwisata Provinsi Lampung memiliki slogan “The Tresure of Sumatera”
merupakan andalan Provinisi Lampung untuk memperkenalkan destinasi wisata
yang indah dan belum banyak di eksplor oleh wisatawan serta menarik minat
kunjung wisatawan ke Lampung. Obyek wisata bahari dan keindahan trumbu
karang sudah lama diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional sebagai
destinasi wisata andalan mereka ketika berwisata ke pulau seperti kepulauan raja
ampat yang melihatkan keindahan alam mereka di dasar laut. Lampung pun tak
kalah indahnya dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia lainnya khususnya di
Kabupaten Pesawaran.
Gambar 1.1 Selogan Pariwisata Lampung. Sumber:www.Dinaspariwisata.Lampungprov.go.id
3
Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten yang memiliki ragam
pariwisata baik wisata buatan, wisata alam, wisata kuliner, dan wisata budaya
berdasarkan Dinas Kabupaten Pesawaran. Dinas Kabupaten Pesawaran (2016)
menyatakan potensi obyek wisata yang ada dapat dijadikan sebagai penggerak dan
mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesawaran. Obyek wisata hampir
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pesawaran, terutama di Kecamatan Teluk
Pandan, Marga Punduh, Punduh Pedada, Way Ratai, Padang Cermin, Gedong
Tataan, dan Negrikaton. Selain dari pada itu ada ±10 pulau dari 37 pulau-pulau
kecil yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Pesawaran diantaranya :
Tabel 1.2 Tempat Pariwisata Bahari Kabupaten Pesawaran.
No Nama Pulau Kecamatan
1. Pulau Balak Puduh Pedada
2. Pulau Balak Lunik Puduh Pedada
3. Pulau Kelagian Padang Cermin
4. Pulau Kelagian Lunik Padang Cermin
5. Pulau Legundi Puduh Pedada
6. Pulau Maitem Teluk Pandan
7. Pulau Pahawang Marga punduh
8. Pulau Pahawang Lunik Marga punduh
9. Pulau Tangkil Teluk Pandan
10. Pulau Tanjung Putus Punduh Pedada
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran tahun 2016
Saat ini destinasi wisata bahari yang menjadi keunggulan Kabupaten Pesawaran
adalah Pulau Pahawang. Dapat dilihat bahwa Pulau Pahawang merupakan pulau
konervasi trumbu karang dan konservasi hutan mangrove (Dinas Pariwisata
Pesawaran, 2016). Dimana banyak wisatawan yang sangat tertarik serta
berkunjung ke daerah tersebut untuk melihat keindahan alam laut Pesawaran.
Keindahan pulau inilah dapat menarik wisatawan sehingga minat kunjung
wisatawan Lampung semakin meningkat dan dapat meningkatakan pendapatan
daerah dan masyarakat, sosial,dan kelestarian lingkungan.
4
Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Wisatawan Pulau Pahawang 2012-2016 No Tahun Jumlah pengunjung wisatawan
1. 2012 8.571
2. 2013 13.890
3. 2014 31.274
4. 2015 35.039
5. 2016 81.933
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran tahun 2016
Pulau Pahawang merupakan obyek wisata alam yang memperlihatkan keindahan
bawah laut terletak di desa Pahwang, Kecamatan Marga Punduh Kabupaten
Pesawaran. Untuk mengunjungi pulau ini dapat dilakukan melaui jalur darat dan
laut. Dari kota Bandar Lampung menuju dermaga penyebrangan Ketapang desa
Gebang menggunakan jalur darat dibutuhkan waktu ± 60 menit Sedangkan untuk
menyebrang menuju Pulau Pahawang dapat di capai dalam waktu 15 menit
dengan speed boad dan menggunkan kapal klotok menempuh waktu 60 menit.
Gambar 1.2 Peta Pulau Pahawang. Sumber: www.pariwisata.pesawarankab.go.id
Selain itu, sekitar obyek wisata pulau pahawang juga terdapat obyek wisata
unggulan yakni pulau legundi, Pulau Balak, Pulau Balak Lunik, Pulau Kelagian
Besar, Pulau Kelagian Kecil, dan Pulau Cukuh Betil.
5
Pulau Pahawang sendiri terbagi menjadi dua, yakni Pulau Pahawang Besar yang
berpenghuni dan Pulau Pahawang Kecil yang tidak berpenghuni. Pada Pulau
Pahawang besar terdapat fasilitas yang dimiliki oleh masyarakat berupa alat
trasnportasi laut, dermaga, pondok wisata, rumah wisata sehingga dapat dijadikan
tempat pertemuan. Untuk memenuhi sarana wisata ada beberapa pihak baik pihak
swasta dan menyediakan penginapan (homestay), penyewaan perahu, alat selam
snorkling, serta penyewaan motor untuk mengelilingi pulau.
Gambar 1.3 Pulau pahawang. Sumber: www.pariwisata.pesawarankab.go.id
Pada wisata Pulau Pahawang Kecil memiliki keragaman daya tarik utama Pantai
dan ekologi pulau dengan keunikan keindahan bawah laut yang mempunyai daya
tarik berupa spot berenang, snorkling, memancing, camping, wisata konservasi
mangrove dan terumbu karang. Kondisi lingkungan di Pulau Pahawang sudah
mulai tertata dengan adanya pengembangan daerah oleh masyarakat dan
pemerintah daerah sebagai salah satu daerah wisata kepulauan. Selain itu, pulau
ini dikenal dengan hutan mangrovenya dan pantai berpasir putih yang
6
memanjang. Keindahan terumbu karang dan ikan laut bisa dilihat hanya beberapa
meter dari pinggir pantai. Kumpulan ikan warna-warni begitu dekat saat
menyelami pantai Pahawang. Beberapa jenis terumbu karang yang ada di pulau
ini adalah karang jahe, karang kapur, karang otak, karang nanas, karang anemon,
dan karang seroja. Jenis ikan yang masih ada di pulau ini seperti ikan nyongyong
hitam dan kuning, ikan batok biru, ikan tempala dan ikan naso. Nama ikan dan
terumbu karang ini yang biasa digunakan masyarakat sekitar Pulau Pahawang
Kabupaten Pesawaran.
Gambar 1.4 Taman Nemo, Pulau Pahawang Lunik Sumber :www.indobiru.com
Pada tahun 2016 lalu, pemerintah Kabupaten Pesawaran telah meresmikan adanya
festival Pahawang Teluk Ratai yang bertujuan untuk memperkenalkan keindahan
alam Pesawaran pada wisatawan sehingga dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung ke Pahawang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
menjadikan Pahawang sebagai pariwisata berkelanjutan. Salah satu konsep
pengembangan pariwisata yang memperhatikan terhadap masalah kelestarian
7
lingkungan, sosial budaya dan kesejahteraan masyarakat di destinasi wisata dan
yang saat ini sedang berkembang adalah konsep pariwisata berkelanjutan.
Menurut Sakti (2012) pariwisata berkelanjutan merupakan pembangunan
pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan
kelestarian, memberikan peluang kepada generasi muda untuk memanfaatkan dan
mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial yang telah ada. Kegiatan dan
pengembangan pariwisata hendaknya dilakukan secara bijak dan melestarikan
sumber daya untuk mempertahankan keberlangsungan hidup jangka panjang.
Secara esensial pandangan ini berusaha untuk meminimalisir dampak negatif yang
muncul karena adanya kegiatan pariwisata dan berusaha mengoptimalkan dampak
positif yang dapat diambil dari kegiatan pariwisata (Weaver, 2006:10).
Pengertian pariwisata berkelanjutan yang disampaikan WTO, 2004 yakni
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan mengacu pada pengembangan
pariwisata yang memperhatikan pada aspek ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan serta keseimbangan yang sesuai harus diusahakan antara tiga hal ini
untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang. Sehingga pariwisata berkelanjutan
hendaknya:
a) Memastikan aspek ekonomi jangka panjang dengan cara menyediakan
manfaat ekonomi bagi semua stakeholders yang didistribusikan secara merata
b) Mengoptimalkan penggunan sumber daya lingkungan, dengan cara
mempertahankan proses ekologi esensial dan membantu konservasi warisan
alam.
8
c) menghormati sosial dan budaya masyarakat lokal, dengan cara melindungi
warisan bangunan, warisan budaya hidup, dan nilai tradisional serta
berkontribusi pada pemahaman antar budaya dan toleransi
Pengembangan dan penyelenggaraan pariwisata Pahawang diharapkan sesuai dan
layak menjadi pengembangan pariwisata dengan konsep pariwisata berkelanjutan
sehingga pariwisata yang berkembang di kawasan tersebut dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
sekaligus mampu tetap menjaga kelestarian lingkungan alam dan sosial budaya
masyarakat sekitar pada masa kini dan masa yang akan datang (Swartbrooke,
1999).
Pada pariwisata berkelanjutan partisipasi masyarakat sangatlah penting. pada
penelitian ini, peneliti menggunkan konsep community based tourism (CBT).
konsep ini sendiri merupakan konsep dimana masyarakat merupakan elemen
penting pada pariwisata karena masyarakat akan mengelola pariwisata menjadi
pariwisata yang berkelanjutan. Menurut Garrot (2001:4) penerapan prinsip-prinsip
perencanaan pariwisata terdapat dua pendekatan, pertama pendekatan yang
cenderung dengan sistem perencanaan non formal yang menekankan pada
keuntungan potensial pariwisata itu sendiri. Dan pendekatan yang kedua yakni
menekankan pada perencanaan partisipasi masayarakat dan komunitas pada
kepekaan terhadap lingkungan alam sekitar.
Konsep community based tourism (CBT) pada pariwisata berkelanjutan terdapat
lima aspek yakni aspek sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan politik. Menurut
Sunaryo (2013:139) community based tourism atau pariwisata berbasis
9
masyarakat merupakan terlibatnya masyarakat dalam upaya pengembangan
pariwisata sehingga masyarakat memperoleh manfaat dari adanya obyek wisata
dengan cara pendampingan masyarakat lokal untuk mengembangkan obyek
wisata. Suansri (2003:21 -22) menyampaikan point- point yang merupakan aspek
utama pengembangan CBT terdapat dimensi, yaitu:
1. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan
komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata, timbulnya
pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata
2. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan
kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -laki
perempuan, generasi muda dan tua, mem-bangun penguatan organisasi
komunitas;
3. Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk
menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran
budaya, budaya pembangunan melekat erat dalam udaya lokal;
4. Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area,
mengatur pembuangan sampah, meningkatkan keperdulian akan perlunya
konservasi;
5. Dimesi politik, dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk
lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak
dalam pengelolaan SDA.
Pada tahun 2015 Desa Pahawang dibentuk sebuh kelompok yang bernama
kelompok sadar wisata atau POKDARWIS. Dimana kelompok ini di bentuk
oleh dinas Kabupaten Pesawaran guna untuk mengembangkan obyek wisata
10
yang ada di desa Pahawang. Rizkianto dan Topowijono (2018:23) menyatakan
pariwisata berbasis masyarakat ini berkaitan dengan partisipasi aktif masyarakat
sebagai pengelola pembangunan kepariwisataan yang ada. Sunaryo (2013:140)
menyebutkan tiga pokok prinsip dalam strategi perencanaan pembangunan
berbasis masyarakat , yaitu :
a. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan
b. terdapat kepatian masyarakat lokal menerima manfaat
c. Pemberian Edukasi tentang manfaat pariwisata kepada masyarakat lokal.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai “PERAN COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT)
DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI
PULAU PAHAWANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana peran Community-Based Tourism (CBT) dalam
pengembangan pariwisata berkelanjutan di Pulau Pahawang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah
mengambarkan peran Community-Based Tourism (CBT) dalam pengembangan
pariwisata berkelanjutan di Pulau Pahawang.
11
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Memberikan manfaat berupa hasil penelitian bagi perkembangan destinasi
pariwisata sebagai bahan masukan atau referensi, serta untuk mengetahui
pariwisata yang berbasis berkelanjutan dengan konsep Community-Based Tourism
(CBT).
2. Secara Praktis
Dapat memberikan masukan berupa pemikiran sebagai evaluasi dalam
pengembangan pariwisata pulau pahawang menjadi pariwisata berkelanjutan
dengan konsep Community-Based Tourism (CBT) dan sebagai bahan informasi
dan masukan bagi komunitas dan masyarakat agar dapat meningkatkan
pengembangan dalam sektor pariwisata Pulau Pahawang yang berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Marketing Pariwisata
Menutut D. Janri (2016:104) Pemasaran Pariwisata merupakan suatu sistem dan
koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijakan bagi perusahaan atau
kelompok industri pariwisata dari pihak swasta maupun pihak pemerintah dalam
ruang lingkup lokal, regional, nasional, maupun internasional bertujuan untuk
mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh yang wajar. Produk
pariwisata adalah produk jasa yang di tawarkan kepada wisatawan yang ingin
menikmati keindahan dari obyek wisata tersebut sebagaimana disebutkan oleh
holloway dan Robinson (1996) dalam D. Janri (2016:104) terdiri dari 7P, yaitu
product, positioning, price, promotion, place, packaging, dan parrnership.
Dalam kegiatan pariwisata terdapat empat aspek yang harus diperhatikan untuk
menawarkan produk pariwisata kepada wisatawan antara lain atraksi,
aksesibilitas, amenitas, dan ancilliary. Menurut Wani ade (2016:167) atrakasi
adalah suatu daya tarik yang dimiliki di destinasi tersebut misalnya kesenian.
Aksesibilitas adalah sarana dan prasarana yang dapat memudahkan wisatawan
untuk mecapai daerah tujuan wisata misalnya denah perjalanan wisata, data
atraksi wisata, bandara, transportasi, waktu dan biaya yang dapat menunjang
wisatawan menuju ke daerah tujuan wisata. Amenitas merupakan fasilitas
pendukung kegiatan pariwisata yang bertujuan memberikan kenyamanan
13
terhadap wisatawan seperti akomodasi, pusat kesehatan, informasi dan
komunikasi, ketersedian air bersih, listrik dan lain sebagainya. Kelembagaan
atau ancilliary merupakan komponen atau tatanan antara anggota masyarakat
yang mengikat dan diwadahi oleh suatu organisasi dan merupakan sistem
sosial yang melakukan usaha untuk mencapai tujuan tertentu.
Pemasaran pariwisata adalah implementasi peningkatan mutu produk pariwisata
guna menarik pasar yang lebih besar dan berkelanjutan. Untuk manarik wisatawan
ke suatu pariwisata dapat dilakukan dangan dua jenis strategi utama yakni dengan
mengadakan suatu even dan atraksi (L.Shinton:2018,9). Dari diakannya even
dapat memberikan kontribusi bagi aspek pemasaran suatu obyek wisata seperti
kegiatan tahunan yakni adanya festival di suatu obyek wisata tersebut.
Dari penjelasan diatas pemasaran pariwisata adalah suatu cara untuk menarik
wisatawan berkunjung ke suatu obyek wisata dengan melakukan kegiatan promosi
dan mengadakan even tahunan untuk meningkatkan jumlah wisatawan setiap
tahunnya dan harus memperhatikan empat aspek dalam kegiatan pariwisata.
2.2 Pengertian Pariwisata
2.2.1 Pariwisata
Istilah pariwisata (tourism) muncul di masyarakat sekitar abad ke-18, khususya di
revolusi Inggris. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yaitu pari yang artinya
banyak, dan wisata yaitu perjalanan. Jadi pariwisata adalah perjalanan dari suatu
tempat ke tempat lain (Idris Abdurachman, 1998). Pariwisata berasal dari
dilaksanakannya kegiatan wisata, yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal
sementara dari seseorang, diluar tempat tinggal sehari-sehari dengan suatu alasan
14
apa pun selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Sakti
(2012) menyatakan bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pariwisata, sedangkan orang yang melakukan wisata disebut
wisatawan.
Berdasarkan undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata “ pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan
objek dan daya tarik wisata dan usaha-usaha yang berkaitan di bidang ini”. Selain
itu undang-undang No.10 Tahun 2009 (Bab 1, Pasal 1 dan ayat 3) pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
Menurut Muljadi (2012) pariwisata merupakan produk, aktivitas, serta pelayanan
dari hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan
bagi wisatawan. Sherkiyana (2017:10) menyatakan bahwa pariwisata suatu
kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk
menikmat objek dan daya tarik wisata tersebut serat berjtujuan untuk rekreasi,
hiburan, atau refreshing. Sedangkan pariwisata menurut McInsthon, 1995 (dalam
Muljadi & Andri, 2016) unsur pembentuk pengalaman wisatawan yang utama
berupa daya tarik wisata dari suatu tempat atau lokasi yang dikunjungi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pariwisata adalah suatu
kegiatan perjalanan atau bertempat tinggal yang bersifat sementara bertujuan
untuk hiburan atau rekreasi.
15
2.2.2 Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan
pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik dan Weber
(2006: 19) adalah:
a. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi,
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda dalam
melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak
yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.
b. Industri Pariwisata atau penyedia jasa adalah semua usaha yang menghasilkan
barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua
golongan utama, yaitu:
1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara
langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh
wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro
perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain.
2. Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-
produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha
kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan
sebagainya.
3. Pendukung jasa wisata adalah usaha yang tidak secara khusus
menawarkan produk dan jasa wisata tetapi sering kali bergantung pada
wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya
16
adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan
sebagainya.
4. Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan,
penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan
kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggungjawab
dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan
makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang
lain dalam memainkan peran masing-masing.
5. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.
Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat
lokasi merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus
dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan
sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata
lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik
wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan-
perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan
kepentingan mereka.
6. Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan organisasi non-pemerintah yang
sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di
bidang pariwisata.
17
2.2.3 Objek Wisata
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun2009 tentang Kepariwisataan pasal 1
ayat 5, Objek Wisata atau disebut daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Menurut Suryo Sakti (2012) objek dan daya tarik wisata
adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik
wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatu tempat tertentu.
Dari penjelasan diatas objek wisata adalah bantuk fasilitas yang dapat dinikamti
oleh wisatawan sehingga paara wisatawan tertarik untuk mengunjungi tempat
tersebut.
2.2.4 Jenis Objek Wisata
Sesuai dengan kondisi geografis di setiap daerahnya, maka meiliki potensi yang
dapat dijadikan sebagai objek wisata untuk marik para wisatawan lokal maupun
internasional. Menurut Suryo Sakti (2012) Objek dan daya tarik wisata dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Objek Wisata Alam
objek wisata alam adalah sumber daya yang potensi serta memiliki daya tarik bagi
pengunjung baik dalam keadaan alamai maupun ada usaha budi daya
18
2. Objek Wisata Sosial dan Budaya
Objek wisata sosial dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai onjek dan
daya tarik meliputi museum, peninggalan sejarah, situs arkeologi, upacara adat,
kerajinan dan seni pertunjukan.
3. Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru diekmbangkan di
Indonesia. Wisataini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi
khusus.
Dalam penalitian ini, objek yang dimaksud peneliti ini adalah objek wisata alam
Pulau Pahawang yang berada di Kabupaten Pesawaran
2.3 Pariwisata Berkelanjutan
Konsep pariwisata berkelanjutan merupakan turunan dari pembangunan
berkelanjutan. Dimana, pembanggunan berkelanjutan merupakan perubahan
positif sosial, dan ekonomi yang tidak mengabaikan sisitem ekologi dan sosial
dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapaannya
memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang
terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat
melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya
(Suwarmoto,2006), selain itu, Sakti (2012) meyatakan bahwa pembangunan
kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap
memperhatikan kelastarian, memberikan peluang bagi generasi muda untuk
memanfaatkan dan mengembangkannya berdasarkan tatanan sosial yang telah
19
ada. Aronsson (2000:40) menyampaikan beberapa pokok pikiran tentang
interpretasi pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu :
1. Pembangunan pariwisata berkelanjutan harus mampu mengatasi
permasalahan sampah lingkungan serta memiliki perspektif ekologis
2. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menunjukkan keberpihakannya pada
pembangunan berskala kecil dan yang berbasis masyarakat lokal atau
setempat
3. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan daerah tujuan wisata
sebagai penerima manfaat dari pariwisata, untuk mencapainya tidak harus
dengan mengeksploitasi daerah setempat
4. Pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada berkelanjutannya
budaya, dalam hal ini berkaitan dengan upaya-upaya membangun dan
mempertahankan bangunan tradisional dan meninggalkan budaya di daerah
tujuan wisata.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Yaman dan Mohd (2004:584)
ditandai dengan empat kondisi yaitu :
1. Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
pengembangunan pariwisata
2. Pendidikan bagi tuan rumah, prilaku industri dan pengunjung atau wisatawan
3. kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus
dimengerti dan didukung
4. Investasi pada bentuk-bentuk transportasi alternatif
Indikator yang di kembangkan oleh pemerintah RI tentang pembangunan
pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah pertama, kesadaran tentang
20
tanggung jawab terhadap lingkungan, bahwa strategi pembangunan pariwisata
berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai green industry (industri
yang ramah lingkungan). Kedua, peningkatan peran pemerintah daerah dalam
pembangunan pariwisata. Ketiga, kemampuan pemberdayaan industri pariwisata
yaitu mampu mencipakan produk pariawisata yang bisa bersaing secara
internasional, dan mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata.
Keempat, kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata
yang bertujuan menghapus atau meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan
wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik
dan dominasi satu sama lain. Hal ini didukung dengan memberikan perhatian
atau pengembangan usaha skala kecil oleh masyarakat lokal. Sedangkan
Swartbooke (1999) pariwisata berkelanjutan dipengaruhi pada empat dimensi,
yaitu dimensi lingkungan, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial budaya. Namun
Swartbooke (2010:16) menyatakan bahwasannya pariwisata berkelanjutan
memiliki empat aspek yakni ekonomi, sosial-budaya, wisatawan, dan lingkungan.
Gambar 2.1 Model Sustainable Tourism Swartbooke
Sumber : Swartbooke (2010:16)
Selain itu, PERMENPAR No. 14 Tahun 2016 tentang pedoman destinasi
21
pariwisata berkelanjutan bahwa “Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata
yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan saat
ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan
masyarakat setempat serta dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifitas wisata
di semua jenis destinasi wisata, termasuk wisata masal dan berbagai jenis
kegiatan wisata lainnya. Pariwisata berkelanjutan hendaknya memperhatikan :
a) memastikan aspek ekonomi jangka panjang dengan cara menyediakan manfaat
ekonomi bagi semua stakeholders yang didistribusikan secara merata
b) mengoptimalkan penggunan sumber daya lingkungan, dengan cara
mempertahankan proses ekologi esensial dan membantu konservasi warisan
alam dan biodiversity.
c) menghormati sosial dan budaya masyarakat lokal, dengan cara melindungi
warisan bangunan, warisan budaya hidup, dan nilai tradisional serta
berkontribusi pada pemahaman antar budaya dan toleransi
Pada pariwisata berkelanjutan terdapat beberapa alat ukur yakni menggunakan
alat ukur dengan konsep Community-Based Tourim (CBT) dan konsep cittaslow
philosopy. Pada konsep Community-Based Tourim (CBT) menekankan kepada
kelompok masyarakat yang ada di pariwisata untuk mampu mengelola dan
mengembangkan objek wisata oleh mereka sendiri. Namun, pada konsep cittaslow
philosopy dalam penerapannya lebih mengutamakan pada tempat baik dari
segi wilayah maupun masyarakat lokal dalam konteks pembangunan
berkelanjutan. Cittaslow Philosophy diharapkan dapat mengurangi dampak
negatif dari isu globalisasi pada suatu wilayah dengan meningkatkan sense of
place melalui kekhasan wilayah dan identitas lokal. Cittaslow Philosophy
22
menitik beratkan kekayaan lokal, konsep ini juga mendorong adanya
keberlanjutan ekonomi bagi usaha lokal. Cittaslow Philosophy dapat menjadi
alternatif dalam pembangunan kota yang berkelanjutan yang berfokus pada
kesejahteraan sosio-ekonomi masyarakat lokal, perlindungan lingkungan dan
pelestarian kebudayaan (Mayer, H., & Knox, P. L., 2009)
Wray (dalam Damanik dan Teguh, 2012) mengungkapkan destinasi dapat
berkembang secara berkelanjutan jika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Melindungi dan meningkatkan daya tarik alam dan buatan yang menjadi basis
industri pariwisata.
2. Menggunakan setiap sumberdaya yang tersedia sesuai dengan nilai dan
aspirasi masyarakat lokal masa kini dan yang akan datang, serta
menghasilkan kontribusi nyata bagi kesejahteraan mereka.
3. Mengembangkan dan memasarkan produk dengan tepat dengan
memperhatikan perbedaan dan daya saingnya, sehingga tetap mampu secara
fleksibel merespon perubahan pasar.
4. Meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap kemajuan ekonomi di destinasi
dan melakukan promosi berkelanjutan.
5. Meningkatkan daya tarik destinasi, menjamin kesesuaian promosi dengan
fakta destinasi, mendorong pertambahan kunjungan-ulang dan meningkatkan
reputasi destinasi.
23
Dari penjelasan di atas pariwisata berkelanjutan adalah suatu pariwisata dimana
dapat meminimalisir dampak negatif dan berdampak pada pariwisata yang akan
datang dengan memenuhi beberapa aspek yakni ekonmi, sosial, budaya, dan
lingkungan.
2.4 Konsep Community-Based Tourism (CBT)
Menurut Sunaryo (2013:139) Community-Based Tourism atau pariwisata berbasis
masyarakat merupakan terlibatnya masyarakat dalam upaya pengembangan
pariwisata sehingga masyarakat memperoleh manfaat dari adanya obyek wisata
dengan cara pendampingan masyarakat lokal untuk mengembangkan obyek
wisata. sedangkan Garron (2001:4) menyatakan bentuk pariwisata yang
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat
dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, masayarakat yang tidak terlibat
langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, dan menuntut
pemberdayaan secara politis dan demokratis serta distribusi keuntungan kepada
komunitas yang kurang beruntung diperdesaan. Menurut Endah (2007) definisi
CBT yaitu :
1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan pada masyarakat lokal untuk
mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.
2. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga
mendapatkan keuntungan dari obyek wisata tersebut’
3. Pemberdayaan secara politis dan demokratis serta distribusi keuntungan
kepada kelompok yang kurang beruntung di pedesaan.
24
Menurut Endah (2007) definisi CBT yaitu bentuk pariwisata yang memberikan
kesempatan pada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam
manajemen dan pembangunan pariwisata, masyarakat yang tidak terlibat langsung
dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapatkan keuntungan dari obyek wisata
tersebut, dan menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratis serta
distribusi keuntungan pada kelompok yang kurang beruntung di perdesaa.
Ciri-ciri khusus dari CBT menurut Murphy (1985:153) yakni menekankan strategi
yang pada identifikasi tujuan masyarakat serta keinginan dan kemampuan mereka
dalam menerima manfaat pariwisata sehingga setiap masyarakat harus didorong
untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk
meningkatkan kebutuhan masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan perencanaan
sedemikian rupa sehingga aspek sosial dan lingkungan masuk dalam perencanaan
dan industri pariwisata memperhatikan wisatawan dan juga masyrakat setempat.
Timothy (1999:373) mengungkapkan ciri-ciri khusus CBT berkaitan dengan
manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang
membela masyarakat lokal serta kelompok lain memiliki ketertarikan atau minat,
yang memberi kontrol lebih besar dalam proses sosial untuk mewujudkan
kesejahterahan.
Berdasarkan pengertian di atas konsep Community-Based Tourism adalah konsep
yang menjadikan masyarakat adalah elemen terpenting dalam pengembangan
pariwisata dimana partisipasi pada setiap masyarakat bahkan kelompok
bekerjasama dengan stakeholder dapat menjadikan pariwisata yang di daerahnya
menjadi pariwisata yang berbasis berkelanjutan.
25
2.5 Pengukuran Community-Based Tourism (CBT)
Suansri (2003:21-22) mengungkapkan beberapa point-point aspek utama
pengembangan CBT terdapat dimensi, yaitu:
1. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan
komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata, timbulnya
pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata.
2. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan
kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -laki
perempuan, generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi
komunitas.
3. Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk
menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran
budaya, budaya pembangunan melekat erat dalam udaya lokal.
4. Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area,
mengatur pembuangan sampah, meningkatkan keperdulian akan perlunya
konservasi.
5. Dimesi politik, dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk
lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak
dalam pengelolaan SDA.
Community-Based Tourism di tunjukan sebagai alat pengembangan komunitas
serta konservasi lingkungan, oleh karena itu tujuan tersebut harus dilihat secara
menyeluruh mengenai aspek yang memberikan dampak pada komunitas seperti
aspek sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan politik (Dhimas, 2018). Menurut
Sunaryo dalam Dhimas (2018) pengembangan Community-Based Tourism
26
membutuhkan partisipasi masyarakat yang baik, dalam konsep pariwisata berbasis
masyarakat, masyarakat harusnya diajari untuk mengelola destinasi pariwisata
sehingga tercapai pariwisata yang berkelanjutan.
Dari penjelasan diatas, alat pengukuran Community-Based Tourism (CBT) terdiri
dari ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan politik.
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
No Tahun Peneliti
Judul
Penelitian
Masalah
Penelitian
Hasil
1. 2013 Musaddun Bentuk
Pengembang-
an Pariwisata
Pesisir
Berkelanjutan
di Kabupaten
Pekalongan
Bagaimana
mengembangkan
wisata pesisir di
Kabupaten
Pekalongan
menjadi
sumberdaya
pariwisata alam
yang berkelanjutan
dari segi ekonomi,
lingkungan, dan
sosial.
Pengembangan
pantai Wonokerto
dalam bentuk
pengembangan
sustainable
coastal Tourism
dilakukan secara
fisik meliputi
atraksi,wisataw-
an, aksesibilitas
dan trasnsportasi,
promosi dan
infomasi, serta
pelayanan dalam
mewujudkan
sustainable
coastal Tourism
di pesisir
wonokerto
2 2017 Isye Perwujudan
pariwisata
berkelanjtan
melalui
pemberdaya-
an masyarakat
lokal di pulau
pahawang,
Pesawaran,
provinsi
Lampung.
Bagaimana
pemberdayaan
masyarakat lokal
dan pelibatannya
dalam mewujudkan
pariwisata
berkelanjutan di
destinasi wisata
pulau pahawang
menggunak-an
konsep cittaslow
philosopy.
Pariwisata
berkelanjutan
melalui
pemberdayaan
dan penguatan
peran komunitas
lokal di
Pahawang dapat
dicapai melalui
pengetahuan
konsep fasilitas
berdasarkan
kebutuhan dan
pengetahuan
27
No Tahun Peneliti Judul
Penelitian
Masalah
Penelitian
Hasil
lokal terhadap
lingkungannya Komunitas
berperan penting
dalam
pengambilan
keputusan akhir
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
kualitas hidup
mereka dan
termasuk dimensi
lingkungan.
3. 2014 Maria dan
Anwar
Kondisi
pariwisata
berkalnjutan
bidang sosial
budaya
berdasarkan
pengalaman
dan harapan
pengunjung
dipantai
Tanjung
Papuma,
Jember.
Bagaimana harapan
dan pengalaman
dari pengunjung
supaya
mendapatkan
sebagai acuan
peningkatan
pengelolaan wista
di pantai Papuma
Peningkatan
penggolaan
wisata harus
memperhatikan
aksesibilitas
berupa kondisi
jalan masuk
wisata, dan
petunjuk arah ke
wisata. Atraksi,
amenitas, tata
ruang obyek
wisata.
4. 2016 Dimas pengelolaan
desa wisata
dalam
Community
Based Tourism
(CBT)
perpektif
studi kasus
pada desa
wisata
Gubugklakah,
kecamatan
Poncokusu-
mo, kabupaten
Malang.
bagaimana
penerapan
Community Based
Tourism (CBT) di
desa wisata
Gubugklakah dan
bagaimana tingkat
partisipan
masyarakat dalam
pengelolaan desa
wisata
keikutsertaan
anggota
komunitas ke
dalam setiap
kegiatan
pariwisata,
pelestarian
lingkungan hidup
Pelestarian
budaya dan
pemerataan
pendapatan
masyarakat dalm
pengelolaan
obyek wisata.
28
No Tahun Peneliti Judul
Penelitian
Masalah
Penelitian
Hasil
5 2017 Anindya pendekatan
community
based tourism
dalam
membina
hubungan
komunitas di
kawasan kota
tua Jakarta
bagaimana kegiatan
community based
tourism sebagai
salah satu aktivitas
eksternal public
relation
pengeola dengan
komunitas
melakukan
komunikasi
dengan cara rapat
koordinasi untuk
memberikan
sebuah informasi
dan pengelola
selalu
mengikutsertak-
an komunitas
untuk aktif
mengikuti
program-program
yang telah dibuat
oleh unit
pengelola.
6 2018 Neno
Rizkianto
dan
Topowijo-
no
Penerapan
Konsep
Community
Based Tourism
Dalam
Penggelolaan
Daya Tarik
Wisata
Berkelanjut-an
(Studi Pada
Desa Wisata
Bangun,
Kecamatan
Munjungan,
Kabupaten
Trenggalek)
Bagaimana Konsep
Community Based
Tourism dalam
pengelolaan daya
tarik wisata
berkelanjutan.
Pada penerapan
konsep
Community
Based Tourism
dalam mengelola
daya tarik wisata
berkelanjutan.
terdapat berbagai
hal yakni
partisipasi
masyarakat lokal,
pembentukan
kelembagaan
desa wisata,
pengelolaan daya
tarik wisata
berwawasan
lingkungan,
terciptanya
kegiatan usaha
masyarakat.
Selai itu juga
terdapat Peran
stakeholders
dalam
pengelolaan daya
tarik wisata
berkelanjutan
yakni peran
masyarakat
sebagai pelaku,
peran pemerintah
29
No Tahun Peneliti Judul
Penelitian
Masalah
Penelitian
Hasil
sebagai
fasilitator, dan
peran swasta
sebagai
pengembang atau
investor.
Sumber : Jurnal
Perbedaan dengan penelitian terdahulu yang ada di Pulau pahawang adalah pada
penelitian dahulu menggunakan konsep Cittaslow Philoshopy yakni konsep yang
mengutamakan locality baik dalam segi wilayah maupun masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan meningkatakan sense of place
melalui keunikan wilayah dan identitas lokal menggunakan partisipasi
masyarakat. selain itu pada konsep Cittaslow Philoshopy masyarakat belum ikut
andil dalam pengambilan keputusan pengelolaan obyek wisata. Sedangkan
Konsep Community-Based Tourism merupakan konsep dimana pengelolaan obyek
wisata melalui partisipasi masyarakat dengan maksud mengikutsertakan
partisipasi masyarakat dalam menerima manfaat adanya obyek wisata dan
pengarahan edukasi tentang pariwisata dengan masyarakat lokal oleh suatu
komunitas dengan empat aspek yakni ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan
politik. Hal ini didukung oleh penelitian Neno Rizkianto dan Topowijono (2018)
penerapan konsep Community-Based Tourism (CBT) dalam mengelola daya tarik
wisata yang berkelanjutan yaitu harus mengikutsertakan masyarakat lokal,
pembentukan kelembagaan desa wisata, pengelolaan daya tarik wisata, dan
terciptanya kegiatan usaha masyarakat.
Selain itu pada saat ini peran komunitas sangat di dukung oleh pemerintah dengan
adanya kelompok sadar wisata yang dibentuk pemerintah dapat membantu
30
kelompok tersebut dalam pengelolaan mengikutsertakan partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan pariwisata menjadi pariwisata berkelanjutan pada
Pariwisata baik itu hutan mangrove maupun konservasi trumbu karang. Dimana
sesuai dengan penelitian Anindya (2017) komunitas mengikutsertakan anggota
komunitas dan ikut aktif dalam program-program yang telah dibuat dengan cara
melakukan komunikasi untuk memberikan informasi terkait program-program
yang telah dibuat untuk mengembangkan obyek wisata.
2.7 Batasan Masalah
Batasan penelitian pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi pembahasn
pokok permasalahan penelitian ini saja supaya dapat menentukan konsep utama
pada penelitian yang dilakukan sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan
mudah. Batasan masalah sangatlah penting dalam mendekatkan pokok
permasalahan yang akan di bahas supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti bermaksud terjadi
kesalahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti
bermaksud untuk menegaskan mengenai batasan-batasn objek. Adapun batasan-
batasan penelitian ini adalah Pengaplikasian konsep Comunity-based tourism
(CBT) pengembangan pariwisata pahawang dalam penerapan pariwisata
berkelanjutan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Pariwisata merupakan salah satu sektor dalam meningkatkan perekonomian di
indonesia. Menurut Muljadi (2012) pariwisata merupakan produk, aktivitas, serta
pelayanan dari hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman
31
perjalanan bagi wisatawan. dalam suatu pariwisata. Menurut Rahim (2012)
terdapat pelaku pariwisata dalam mengembangkan obyek wisata salah satunya
adalah masyarakat setempat obyek wisata itu sendiri. pada penelitian ini
menggunakan Konsep Comunity-Based Tourism (CBT) sebagai konsep
pengukuran pengembangan pariwisata berkelanjutan. Peneliti akan mencoba
menjelaskan pengaplikasian konsep CBT di pulau pahawang dimana konsep
CBT ini masyarakat yakni baik individu dan kelompok masyarakat memiliki
kedudukan yang penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan
pariwisata menuju pariwisata berkelanjutan. Swartbooke (2010:16) menyatakan
bahwa pada hakekatnya pariwisata berkelanjutan harus terintegrasi pada empat
aspek, yaitu aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dari aspek yang
mempengaruhi menuju pariwisata yang berkelanjutan tersebut akan diteliti
sehingga dapat diketahui bagaimana suatu pariwisata menjadi pariwisata
menggunakan konsep Community-Based Tourism (CBT). Berikut kerangka
penelitiannya :
32
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Pariwisata Pulau
Pahawang
Pariwisata Berkelanjutan
(Swartbooke,1999)
Konsep Community-
Based Tourism (CBT)
Ekonomi Sosial Budaya Lingkungan
Personal komunitas
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Mudrajad (2003), penelitian deskripif meliputi pengumpulan data untuk di uji
hipotesis atau menjawab petanyaan mengenai status terakhir dari objek penelitian.
Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau
pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Peneliti harus
menggunaakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural
sekaligus mengikuti data (Brannen, 2002). Jenis penelitian ini digunakan untuk
dapat memberikan pemahaman dan penafsiran secara mendalam mengenai
pengaplikasian konsep community based tourism (CBT) dalam upaya
pengembangan pariwisata pulau Pahawang menuju pariwisata berkelanjutan.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk membatasi penelitian,
sehingga terhindar dan tidak dapat terjebak dalam pengumpulan data pada bidang
yang sangat umum dan luas atau kurang relevan dengan perumusan masalah dan
tujuan penelitian. (Moleong, 2014:93). Memfokuskan dan membatasi
pengumpulan data yang sesusai dengan masalah yang akan dijawab. Dengan
adanya fokus penelitian akan menghindari pengumpulan data yang tidak sesuai
dengan data yang di inginkan. Fokus penelitian pada penelitian ini akan
34
membahas mengenai pengaplikasian konsep community based tourism (CBT)
dalam upaya pengembangan pariwisata Pulau Pahawang menuju pariwisata
berkelanjutan.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Menurut Moleong (2007:132) Lokasi penelitian merupakan tempat dimana
peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau
peristiwa yang sebenarnya terjadi dari obyek yang diteliti dalam rangka
mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan lokasi penelitian,
menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori
substantif dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang
ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu,
biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi
penelitian. Peneliti memilih Kabupaten Pesawaran sebagai lokasi penelitian
dikarenakan selain mempertimbangkan teori diatas mengenai efesiensi waktu,
biaya, dan tenaga. Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu kabupaten di provinsi
Lampung yang merupakan salah satu yang memiliki pariwisata unggulan di
Provinsi Lampung dibandingkan dengan kabupaten lainnya yakni Pulau
Pahawang yang merupakan pariwisata bahari konservasi terumbu karang di
Lampung. Karena keunikan itulah peneliti tertarik untuk mengetahui peran
Community-Based Tourism (CBT) dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan
di pulau Pahawang. penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai bulan
April 2019.
35
3.4 Objek Penelitian
Dalam penelitian kulaitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam
pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian ini dikenal
dengan istilah populasi namun menggunkan teknik sampling. teknik sampling
yang di gunakan adalah purposive sample. Purposive sample adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Selanjutnya
menurut Arikunto (2010:183) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian
ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key
subjectis).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Pemilihan subyek merupakan hal yang penting dalam mencari informasi yang
dibutuhkan mengenai objek yang diteliti, sehingga peneliti harus cermat
dalam menentukan subyek. Subyek dalam penelitian ini untuk mencari informasi
pengembangan konsep CBT pariwisata pulau pahawang menuju pariwisata
berkelanjutan. Subyek dalam penelitian ini yaitu: Tokoh masyarakat setempat,
dan masyarakat sekitar yang mengerti tentang pulau pahawang.
36
3.5 Sumber Data
3.5.1 Data Primer
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mempunyai sumber data sebagai
informasi penelitian menurut Nazir (2003) data primer adalah data yang peroleh
peneliti menggunkan teknik dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi
langsung, menggunakan informan, menggunakan schedule atau interview guide,
dan sebagainaya.
Umar (2003) menyatakan data primer merupakan data yang diperoleh langsung di
lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan. Metode wawancara mendalam atau
in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode wawancara
dengan narasumber yang akan diwawancarai. Wawancara yang akan dilakukan
peneliti yaitu dengan pedoman wawancara. Wawancara dengan penggunaan
pedoman (interview guide) dimaksudkan untuk wawancara yang lebih mendalam
dengan memfokuskan pada persoala-pesoalan yang akan diteliti. Pedoman
wawancara biasanya tak berisi pertanyaan–pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar
garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber
yang nanti dapat disumbangkan dengan memperhatikan perkembangan konteks dan
situasi wawancara.
3.5.2 Data Sekunder
Menurut Mudrajad (2003) data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh
pihak lain seperti lembaga pemerintahan, dan lembaga swasta dan dipublishkan
kepada masyarakat pengguna data. Agung (2015) menyatakan bahwa data sekunder
37
yang di peroleh dari data teoritis yang di ambil dari buku-buku perpustakaan,
literatur-literatur, dan juga internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang akan digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara :
3.6.1 Observasi
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-
fenomena yang diselidiki. Teknik ini banyak digunakan, baik dalam penelitian
sejarah maupun deskriptif (Mahmud, 2011:168). Observasi menurut Kusuma
(1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap
aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi
tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi
partisipan, dan observasi nonpartisipan.
3.6.2 Wawancara
Wawancara secara mendalam dilakukan dengan mengunakan pedoman wawancara.
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan cara tanya jawab langsung kepada
masyarakat Desa Pahawang, Ketua kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dan
aparatur desa Pahawang. Kelebihan yang diperoleh saat melakukan teknik
wawancara mendalam, yaitu peneliti mampu melakukan kontak langsung dengan
informan dengan memperoleh informasi yang kompleks. Teknik wawancara
mendalam ini dilakukan agar mampu mendeskripsikan mengenai peran masyarakat
setempat dan para aparatur desa, dalam .
38
3.6.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan menggunakan data dari
menggunakan buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan aplikasi konsep
Community-Based Tourism (CBT) dalam upaya pengembangan pariwisata Pulau
Pahawang menuju pariwisata berkelanjutan. Peneliti mengumpulkan data dari hasil
wawancara dan observasi dengan hasil berupa foto, rekaman suara, dan catatan buku.
Dalam teknik dokumentasi ini, peneliti mengambil foto atau gambar mengenai
partisipasi masyarakat, fasilitas yang ada di Pahawang yang diberikan oleh
pemerintah daerah dan swasta, serta mengambil gambar rumah-rumah penduduk
desa Pahawang yang sudah permanen. Data dokumentasi ini diambil bertujuan untuk
memperkuat hasil penelitian ini.
3.7 Teknik Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan tahap sebagai
berikut:
3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Miles dan Huberman dalam Etta dan Shopiah (2010), Reduksi data
merupakan proses pemilihan, pemudatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi pada data yang sering muncul pada catatan
lapangan. Reduksi data akan selalu terjadi secara terus menerus selama proses
penelitian. Selama proses reduksi data peneliti melakukan pemilihan-pemilihan data
menggunakan kode untuk menentukan data yang akan di perlukan
39
Selain itu, Etta Shopiah (2010) menyatakan bahwa suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dnegan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirny
dapat di tarik dan diverdifikasi.
3.7.2 Penyajian Data (Data Display)
Menurut Miles dan Huberman dalam Etta Shopiah 2010, penyajian data merupakan
menyajikan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian kualitatif penyajian data
berupa teks naratif kemudian di sederhanakan sehingga menjadi sebuah informasi.
3.7.3 Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing atau Verification)
Setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan
sementara dan setelah data benar benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.
Kesimpulan kesimpulan diklarifikasikan dan diverifikasikan selama penelitian
berlangsung
3.8 Teknik Memeriksa Keabsahan Data
Menurut Moleong (2007:324), terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk
memeriksa keabsahan data anatara lain:
3.8.1 Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas
internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu, Pertama, penemuannya
dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil–hasil penemuan
40
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataaan yang sedang diteliti.
Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengn beberapa teknik pemeriksaan, yaitu:
1. Triangulasi Metode
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang
berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara dan obervasi. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang
handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Peneliti
menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda
untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau
pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Triangulasi
berupaya untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang
diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu
yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun triangulasi yang
dilakukan dengan beberapa macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu maka peneliti dapat
melakukan dengan cara:
a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
b) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan wawancara.
c) Mengeceknya dengan berbagai sumber data.
d) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
41
Berdasarkan hasil triangulasi tersebut maka akan sampai pada salah satu
kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten
atau berlawanan. Maka selanjutnya mengungkapkan gambaran yang lebih
memadai mengenai gejala yang diteliti.
2. Kecukupan Referensial
Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau rekaman-
rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji
sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
3.8.2 Keteralihan (Transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan antara
konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang
peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data kejadian dalam konteks yang
sama.
3.8.3 Kebergantungan (Dependabality)
Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif.
Dalam penelitian ini, uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Kalau proses penelitiannya
tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak dependable.
Untuk mengetahui dan memastikan apakah hasil penelitian ini benar atau
salah, peneliti selalu mendiskusikannya dengan pembimbing secara bertahap
mengenai data-data yang didapat di lapangan mulai dari proses penelitian sampai
pada taraf kebenaran data yang didapat.
42
3.8.4 Kepastian (Confimability)
Dalam suatu penelitian uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian
(confimability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan dalam penelitian. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep
objektivitas, sehingga dengan disepakati hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi
sudah objektif.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan identifikasi dari hasil pembahasan yang telah dilakukan untuk
menjadi pariwisata berkelanjutan menggunakan konsep Community Based
Tourism (CBT) di desa Pahawang, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten
Pesawaran, obyek wisata Pulau Pahawang dapat dikatakan sebagai pariwisata
yang berkelanjutan sebagai berikut :
1. Dimensi ekonomi, sudah ada peran dari pemerintah desa dan POKDARWIS
untuk membantu peningkatan perekonomian masyarakat Desa Pahawang. Hal
ini dapat dilihat dari keadaan masyarakat Desa Pahawang yang sudah mampu
mandiri dengan berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata serta
meningkatkan perekonomian Desa Pahawang sebagai pelaku wisata di Pulau
Pahawang.
2. Dimensi sosial, dengan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
kegaiatan pariwisata yang berdampak pada ekonomi maka terjadi pola hidup
masyarakat yang berubah. Dikarenakan masyarakat yang sudah mandiri
memiliki pola fikir yang berbeda dengan melihat peluang yang dilakukan
ketika adanya pariwisata yang berdampak pada aspek ekonomi. Hal ini dapat
dilihat bagaimana masyarakat Desa Pahawang berusaha memenuhi kebutuhan
87
sehari-hari, pendidikan anak, dll, dengan cara ikut serta dalam kegaiatan
pariwisata Desa Pahawang.
3. memiliki kerjaan sampingan yakni sebagai pelaku pariwisata pada hari libur
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, dll. Tidak hanya itu,
untuk pengembangan obyek wisata Pulau Pahawang, POKDARWIS dibantu
oleh pemerintah desa untuk melakukan evaluasi guna untuk meningkatkan
kinerja anggota yang tergabung dalam POKDARWIS untuk melakukan
pengelolaan obyek wisata yang berbasis berkelanjutan. Hal ini peran
komunitas sudah berperan aktif dalam membantu pengelolaan dan
pengembangan pariwisata Pulau Pahawang dan membantu meningkatkan
kesejetahteraan masyarakat Desa Pahawang.
4. Dimensi Budaya, Adanya pariwisata membantu pemerintah desa dan
POKDARWIS serta masyarakat untuk mengenalkan budaya asli desa
Pahawang kepada wisatawan dan mengenalkan budaya lokal kepada
wisatawan yakni dengan cara melakukan kegiatan latihan tari atau kegiatan
tahunan seperti Fesitival Pulau Pahawang serta bekerjasama dengan dinas
pariwisata Pesawaran untuk melakukan promosi budaya desa Pahawang,
sehingga Pariwisata Pulau Pahawang dikenal juga oleh pariwisata budayanya.
Peran komunitas dalam mengenalkan budaya lokal kepada wisatwan pun
sudah terlaksana, hal ini dapata dilihat dari mengikutsertakan kegiatan
kebudayaan dalam kegiatan pariwisata Pulau Pahawang dan masyarakat desa
Pahawang sudah menanamkan sikap ramah tamah kepada wisatawan.
5. Dimensi Lingkungan, masyarakat sudah sadar tentang kebersihan lingkungan
terutama masalah sampah, pentingnya konservasi trumbu karang dengan
88
memberi sanksi tegas pada nelayan yang melakukan pengeboman mencarai
ikan untuk kelestarian laut maupun kegiatan pariwisata, mensosialisasikan
pentingnya konservasi trumbu karang bagi masyarakat. Keadaan lingkungan
yang sudah lebih baik dan bersih dibandingkan sebelum adanya wisata Pulau
Pahawag pun tidak luput dari peran komunitas dan pemerintah desa untuk ikut
menjaga kelestarian lingkungan sekitar Pulau Pahawang dan menyadarkan
masayrakat pentingnya kebersihan bagi lingkungan desa maupun untuk
kegiatan pariwisata sehingga dapat meningkatkan wisatawan.
6. Pengembangan Pariwisata Pulau Pahawang sudah berkelanjutan dikarenakan
sudah memenuhi empat aspek pariwisata berkelanjutan dan sudah terdapat
peran komunitasa dan pemerintah desa dalam mengembangkan pariwisata
Pulau Pahawang. sesusai dengan prinsip berkelanjutan dengan konsep
Community Based Tourism (CBT).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Bagi Pemerintah Kabupaten Pesawaran
1. Kepada pihak pemerintah daerah Pesawaran diharapkan dapat memberikan
sumbangsih berupa dana dan sosialiasai untuk mendukung program
kewirausahaan dalam mengembangkan potensi yang ada di desa Pahawang
seperti pemasaran produk ekonomi kreatif masyarakat setempat kepada
wisatawan.
89
2. Pariwisata Pulau Pahawang dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang
berkelanjutan di Provinsi Lampung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Pesawaran maupun Dinas Pariwisata Provinsi Lampung.
b) Bagi Komunitas POKDARWIS dan Aparatur Desa Pahawang
1. Menjadikan budaya lokal menjadi obyek wisata budaya yang ada di desa
Pahawang dengan bekerjasama dengan pihak Dinas Pariwisata Pesawaran
untuk mempromosikan budaya desa Pahawang.
2. Menampung hasil karya masyarakat seperti gantungan kunci dari batok
kelapa, kue tape, dan dodol mangrove serta olahan lainnya kemudian
mendistribusikan atau memasarkan kepada wisatawan.
3. Menghidupkan dan mengisi kios cendramata dengan hasil karya
masyarakat desa Pahwang sehingga wisatawan yang berkunjung dapat
memperoleh cendramata khas dari Pulau Pahawang.
4. Membuatan brand lebih menarik untuk produk dodol mangrove ataupun
olahan lainnya, dan membuat kemasan yang lebih menarik lagi sehingga
wisatawan tertarik untuk membeli olahan dodol mangrove tersebut.
5. Bekerja sama dengan para agen-agen pariwisata Pulau Pahawang baik
agen lokal maupun swasta untuk mempromosikan produk olahan dari
mangrove maupaun dari tape, serta kerajinan tangan dengan cara
memasukkan setiap paket pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan
Pulau Pahawang.
6. Adanya inovasi baru untuk meningkatakan wisatawan ke desa Pahawang
dengan membuka obyek wisata baru di Desa Pahawang dengan
90
mengikutsertakan masyarakat untuk membentu pembutan obyek wisata
baru.
c) Bagi Penelitian selanjutnya
1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk tidak fokus pada pariwisata
baharinya saja. Namun dapat menambahkannya lagi, seperti ekonomi
kreatif, perlindungan mangrove, dan wisata lainnya yang ada di Desa
Pahawang sehingga dapat berkelanjutan.
2. Disarankan untuk mengumpulkan informasi dan data selengkap mungkin,
serta memperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam sehingga
penelitian akan lebih mendalam.
DAFTAR PUSATAKA
Aldira, Chaerul, dkk. 2014. Sustainabele Tourism di Pantai Kuta Bali dalam
Persepsi Wisatawan (Survei Tehadap Wisatawan Mancanegara
(Australia, China, dan Jepang) yang berkunjung Pantai Kuta Bali).
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal. Vol.IV No.2.
Afdi, Muhammad Nizar. 2015.Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan.
Jakarta.
Anonim. 2000. Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pengembangan
Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan. Proyek Agenda 21 Sektoral
Kerjasama Kantor Mentri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP. Jakarta.
Aronson, Lars. 2000. The Development of Sustainable Tourism. Continuma.
London.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Produk Edisi
Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Brannen, Julia. 2002. Memadu Metode enelitian Kualitatif & Kuantitatif. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
D Janri, Manfe, dkk. 2016. Pemasaran Pariwisata Melalui Strategi Promosi
Obyek Wisata Alam, Seni, Dan Budaya (Studi Kasus Di Pulau Rote NTT.
Jurnal Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negri Kupang. Vol.4 No.1.
Damanik, J., & Teguh, F. (2012). Manajemen Destinasi Pariwisata Sebuah
Pengantar Ringkas. Kepel Press.
Darsoprajitno, Soewarno. 2002. Ekologi Parisata Taata Laksana Pengelolaan
Objek Dan Daya Tarik Wisata. Angkasa. Bandung.
Endah, Sri Nurhidayati. 2007. Community Based Tourism (CBT) Sebagai
Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Pariwisata
UNAIR. 20 No 3
Fadil, Fathurrahman. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan di Kelurahan Kota Baru Tengah. Jurnal Ilmu
Politik dan Pemerintahan Lokal. 2 No 2.
Garrod, Brain. 2001. Local Partisipation in the Planning and Management of
EcoTourism A Resived Model Approach. University of the West of
England. Bristol.
Kucoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Kusuma, S.T. 1987. Psikodiagnotis SGPLB. Negri Yogyakarta. Yogyakarta.
L. Shinthon Siahaan. 2018. Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, Edisi IV.
Jakarta.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT Remaja
Rosidakarya. Bandung.
Muljadi, A. J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Muljadi, A. J, dan Andri Waeman. 2016.Kepariwisataan dan Perjalanan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Murphy, P.E. 1985. Tourism A Community Approach. Metheun. London.
Musaddun,dkk. 2013.Bentuk Pengembagan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan di
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol.1
No.2
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta
Nyoman, I Sudiarta. 2011. Strategi Pemasaran Mengintegrasikan Konsep
Pemasaran Pariwisata, Gaya Hidup Konsumen dan Manajemen
Destinasi Pariwisata Menuju Kualitas Pengalaman Berkelanjutan.
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya. Vol.16
No.2
Pariwista, Dinas Pesawaran. 2016. Database Objek Wisata Kabupaten
Pesawaran. Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Kabupaten
Pesawaran. Pesawaran.
Pia, Maria Adiati, dkk. 2014. Kondisi Pariwisata Berkelanjutan di Bidang Sosial
Budaya Berdasarkan Pengalaman dan Harapan Pengunjung di Pantai
Tanjung Papuma, Jember. Jurnal Binus Business Review. Vol.5 No.1.
Pendit, Nyoman S, 2006, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Putri, Anindya Raflesia Arifin. 2017. Pendekatan Community Based Tourism
dalam Membina Hubungan Komunitas Kawasan Kota Tau Jakarta.
Jurnal Visi Komunitas Vol.16 No.1.
Putu, I Anom dan Ida Ayu Arista Leri. 2011. Dampak Pengeluaran Pariwisata
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali. Jurnal Analisisi
Pariwisata Vol.11 No.1.
Richard, Sharpley. 2000. Tourism and Sustainable Development Exploring the
Theoretical Divice. Journal of Sustainable Tourism Vol.8 No.1.
Rizkianto, Neno dan Topowijono. (2018). Penerapan Konsep Community Based
Tourism Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan (Studi
Pada Desa Wisata Bangun, Kecamatan Munjung, Kabupaten Trenggalek.
Jurnal Administrasi Bisnis . Vol.58 No 2.
Sakti, Suryo Hadiwijoyo. 2012. Perenacanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis
Masyarakat. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Salim, Emil dan Thoby Mutis. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
berkalanjutan berwawasan lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Setyo, Dhimas Nugroho. 2018. Community Based Tourism Tantangan
DusunNglepen dalam Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Pariwisata.
Vol.5 No 1.
Sherkiyana, Yumi. 2017. Dampak Pariwisata Pulau Pahawang Kabupaten
Pesawaran Terhadap Pendapatan Ekonomi Masyarakatnya. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. REST Project.
Thailand.
Susana, Isye Nurhasanah,dkk. 2017. Perwujudan Pariwisata Berkelanjutan
Melalui Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Pulau Pahawang,
Pesawaran, Provinsi Lampung. Jurnal Tataloka Vol.19 No.2.
Swarbrooke, J.S. 1999. Sustainable Tourism Management. USA
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Komunikasi. Organisasi . PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Usman, husain dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian
Sosial.Bumi Aksara.Jakarta.
Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Wani, Ade Br Purba dan I Made Bayu Ariwangsa.2016. Analisis Daya Tarik
Wisata Minat Khusus di Baliwongso Camp Desa Pangotan Kabupaten
Bali. Jurnal Destinasi Wisata Vol.4 No 2.
Sumber Internet
http://pariwisata.pesawarankab.go.id http://pariwisata.pesawarankab.go.id .
Diakses pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018. Pukul 13.02
http://www.investasi.lampungprov.go.id/berita-30-potensi-pariwisata-provinsi-
lampung.html. Diakses pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018. Pukul 12.49.