Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

8
PERAMBAH HUTAN DI REGISTER 45 KABUPATEN MESUJI, LAMPUNG Penyebab : Kasus pengelolaan lahan milik adat di areal kawasan Hutan Tanaman Industri Register 45 Way Buaya tepatnya di Talang Pelita Jaya Desa Gunung Batu telah mencuat pada februari 2006 dan puncaknya berujung kematian Made Asta pada 6 Nopember 2010. Pemicu konflik terkait perkebunan sawit adalah karena pihak perkebunan sawit telah merampas dan menguasai tanah warga dalam waktu yang lama mulai 10 – 17 tahun. Dan warga tidak satu rupiah-pun mendapatkan manfaat dari hasil kebun sawit itu. Tindakan sewenang-wenang perusahaan ini selalu berlindung atas UU perkebunan Nomor 18 tahun 2004. Dimana UU ini telah memberikan legalitas yang sangat kuat kepada perusahaan- perusahaan perkebunan untuk mengambil tanah-tanah yang dikuasai rakyat. Pasal-pasal dalam UU ini dengan jelas memberikan ruang yang besar kepada perusahaan perkebunan baik swasta maupun pemerintah untuk terus melakukan tindakan kekerasan dan kriminalisasi terhadap petani. Tanggapan : Dalam hal ini upaya untuk mengatasi pelanggaran HAM tersebut yaitu dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menghormati dan menghargai hak asasi orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan upaya penegakan HAM : Berdasarkan pasal 28I ayat 1 yang berbunyi : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.” Solusi : 1. Mendesak DPR untuk segera melakukan interpelasi

description

oke

Transcript of Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

Page 1: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

PERAMBAH HUTAN DI REGISTER 45 KABUPATEN MESUJI, LAMPUNG

  Penyebab       :Kasus pengelolaan lahan milik adat di areal kawasan Hutan Tanaman Industri Register 45 Way Buaya tepatnya di  Talang Pelita Jaya Desa Gunung Batu telah mencuat pada februari 2006 dan puncaknya berujung kematian Made Asta pada 6 Nopember 2010.Pemicu konflik terkait perkebunan sawit adalah karena pihak perkebunan sawit telah merampas dan menguasai tanah warga dalam waktu yang lama mulai 10 – 17 tahun. Dan warga tidak satu rupiah-pun mendapatkan manfaat dari hasil kebun sawit itu.

Tindakan sewenang-wenang perusahaan ini selalu berlindung atas UU perkebunan Nomor 18 tahun 2004. Dimana UU ini telah memberikan legalitas yang sangat kuat kepada perusahaan-perusahaan perkebunan untuk mengambil tanah-tanah yang dikuasai rakyat. Pasal-pasal dalam UU ini dengan jelas memberikan ruang yang besar kepada perusahaan perkebunan baik swasta maupun pemerintah untuk terus melakukan tindakan kekerasan dan kriminalisasi terhadap petani.

Tanggapan     :Dalam hal ini upaya untuk mengatasi pelanggaran HAM tersebut yaitu dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menghormati dan menghargai hak asasi orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Dan upaya penegakan HAM : Berdasarkan pasal 28I ayat 1 yang berbunyi : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”

Solusi              : 1.      Mendesak DPR untuk segera melakukan interpelasi

2.      Mendesak Presiden untuk melakukan evalusi terhadap POLRI dan menempatkannya dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri

3.      Mendesak KAPOLRI agar segera menarik seluruh pasukan Brimob dari dalam areal perkebunan sawit dan  menghukum berat pelaku penembakan petani serta tidak terlibat dalam sengketa agraria

4.      Mendesak POLRI untuk menghentikan proses kriminalisasi terhadap petani di Mesuji dan memberikan pertanggungan atas seluruh biaya yang ditimbulkan atas para korban baik yang meninggal dan masih dirawat di rumah sakit

5.      Mendesak Komnas HAM untuk mengumumkan bahwa kasus di Mesuji merupakan pelanggaran HAM Berat.

6.      Mendesak Presiden untuk segar turun memimpin penghentian tindak pelanggaran HAM disemua sektor

UU yang dilanggar :

Page 2: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

      UU Perkebunan Nomor 18 tahun 2004.       UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “Setiap

orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.”

      UUD 1945-Pasal 28G ayat 1 yang berbunyi : “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”Makna: setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dari Negara baik bagi dirinya sendiri, keluarga, kehormatan maupun martabat dan harta benda yang dia miliki dibawah kekuasaannya. Setiap orang pun berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman untuk berbuat atau bertindak yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia. Dan bagi orang yang melakukan kekerasan ataupun mencoba untuk melakukan tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, maka orang tersebut dapat dipidanakan dan mendapatkan hukuman yang telah diatur oleh Negara tersebut.

Cara Penyelesaian :Cara penyelesaian dalam kasus ini yaitu :-Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Mediasi dalam kasus ini yaitu Komnas HAM, BPN (Badan Pertahanan Nasional) serta Komisi IV terkait masalah agrarian perkebunan.-Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

PENEMBAKAN BURUH PT.FREEPORT PELANGGARAN HAM

Penyebab       :Pada hari Senin 10 Oktober 2011 pagi pukul 09.00 WPB terjadi penembakan di Terminal Bus Gorong-gorong. Insiden ini bermula ketika ribuan karyawan yang sejak 15 September lalu menggelar aksi mogok kerja, hendak naik menuju areal tambang di Tembagapura melalui terminal Gorong-gorong. Namun, pihak manajemen Freeport dibantu aparat kepolisian menghadang.Tujuan naik untuk menutup Freeport karena hingga saat ini manajemen tidak mau berunding. Lantas, saat menuju terminal bus Freeport, mereka dihadang dan kemudian ditembaki aparat. Tembakan dari Polisi kepada karyawan. Tembakan dari polisi mengenai karyawan berjumlah 8 Orang. 1 orang langsung Tewas ditempat, 2 Luka Parah dan lainnya luka ringan.

Tanggapan     :Dalam hal ini upaya untuk mengatasi pelanggaran HAM tersebut yaitu dengan mengharapkan pemerintah dan aparat segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut, agar tidak lagi terjadi kekacauan yang nantinya menimbulkan korbanUpaya penegakan HAM :Memberikan penyuluhan tentang HAM sehingga menimbulkan kesadaran masyrakat akan pentingnya HAM.

Solusi              :Menyikapi tragedi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terus berlangsung di tanah Papua, khususnya pada peristiwa penembakan terhadap peserta aksi mogok kerja serikat pekerja PT. Freeport  yaitu :

Page 3: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

         PT. Freeport harus bertanggungjawab terhadap korban tragedi pelanggaran hak asasi manusia baik terhadap buruh-buruhya.

         Mendesak Negara segera menghentikan tindakan kekerasan dalam penyelesaian konflik dengan rakyatnya, dan bertanggungjawab terhadap berbagai tragedi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh para aparatusnya.

         Mendesak Presiden RI bertanggungjawab terhadap tragedi penembakan yang terjadi terhadap serikat pekerja PT. Freeport Indonesia. Mencopot Kapolri dan Kapolda Papua atas tragedi ini dan tindakan repressif lainnya yang dilakukan terhadap rakyat di berbagai daerah.

         Mendukung sepenuhnya perjuangan yang dilakukan oleh Serikat Pekerja PT. Freeport Indonesia atas hak-haknya.

UU yang dilanggar :       UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja      UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan      UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 34 yang terdiri dari 4 ayat      UUD 1945 pasal 28D ayat 2 yang berbunyi : “Setiap orang berhak untuk bekerja serta

mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

Cara penyelesaian :-Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Mediasi dalam kasus inii yaitu Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P)

Page 4: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Domu D Ambarita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penembakan buruh perusahaan tambang logam mulia, PT Freeport di Timika, Papua oleh aparat keamanan merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Demikian dikemukakan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) M Chairul Basyar.

"Saya sebagai aktivis mahasiswa, dan anak bangsa ini menyesali terjadinya bentrokan di PT Freeport yang kemudian menimbulkan korban dari serikat pekerja. Menurut saya ini adalah pelanggaran HAM," ujar Wakil Sekjen PB HMI M Chairul Basyar kepada Tribunnews.com, Senin (17/10/2011).

Ilung, sapaan Chairul, menganggap lucu hal tersebut terjadinya di era yang sudah sangat demokratis seperti sekarang ini. "Saya mengharapkan pemerintah dan aparat segera turun tangan untuk menyelesaikan masaalah tersebut, agar tidak lagi terjadi kekacauan yang nantinya menimbulkan korban."

"Kami, dari PB HMI akan demo di depan istana hari ini. Issunya mengenai kegagalan reformasi selama 13 tahun," ujar Chairul, mantan Badko HMI Jabodetabek, Karawang dan Banten.

Seorang karyawan PT Freeport Indonesia tewas, dan tiga lainnya luka setelah diberondong tembakan aparat keamanan, Senin 10 Oktober sekitar pukul 10.30 WIT di terminal Freeport Gorong-gorong Timika, Papua. Mereka ditembaki ketika hendak naik ke areal tambang di Tembagapura.Insiden ini bermula ketika ribuan karyawan yang sejak 15 September lalu menggelar aksi mogok kerja, hendak naik menuju areal tambang di Tembagapura melalui terminal Gorong-gorong. Namun, pihak manajemen Freeport dibantu aparat kepolisian menghadang.

Tujuan naik untuk menutup Freeport karena hingga saat ini manajemen tidak mau berunding. Lantas, saat menuju terminal bus Freeport, mereka dihadang dan kemudian ditembaki aparat.

Empat karyawan tertembak dan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun, setengah jam kemudian nyawa salah satu karyawan bernama Piter Ayami Seba tidak tertolong.

Page 5: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

Insiden Penembakan terhadap Aksi Buruh PT. Freeport Indonesia

   

Pengirim Message

sacho_ekaPengawas

Lokasi: tangerang- bantenReputation: 36Join date: 03.11.08

Subyek: Insiden Penembakan terhadap Aksi Buruh PT. Freeport Indonesia    Mon Oct 10, 2011 11:14 pm

Aksi lanjutan ribuan buruh PT. Freeport Indonesia dalam menuntut kenaikan kesetaraan upah, PKB serta perbaikan kondisi kerja dan syarat-syarat kerja di perusahaan dilakukan kembali pada hari ini (Senin, 10 Oktober 2011). Aksi lanjutan ini sebagai respon atas sikap dan kebijakan manajemen PT. Freeport Indonesia yang mendatangkan buruh-buruh baru dari luar Papua untuk menggantikan buruh yang sedang melakukan mogok kerja sejak 15 September 2011 lalu. Aksi ini juga di tujukan untuk meminta pihak manajemen menghentikan operasional perusahaan untuk sementara waktu sampai adanya penyelesaian kasus mogok kerja dan tuntutan kenaikan gaji buruh. Permintaan untuk penghentian sementara operasional PT Freeport tersebut merupakan salah satu rekomendasi surat Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP) dalam pertemuan di Jayapura pada Kamis 6 Oktober 2011. Selain itu, pihak manajemen PTFI juga tidak memberikan gaji terhadap 8000 buruh yang melakukan mogok kerja sejak sebulan lalu.

Sebagaimana sudah banyak di beritakan oleh media dan informasi langsung yang GSBI terima dari Papua; aksi ribuan buruh PT. Freeport Indonesia ini justru di jawab oleh arogansi perusahaan dengan mengerahkan ribuan aparat kepolisian yang terus menghalang-halangi dan berusaha membubarkan aksi ribuan buruh ini sehingga terjadi bentrokan tindak kekerasan dan juga penembakan buruh yang mengakibatkan meninggalnya Petrus Ayami Seba (36thn).

Sehingga insiden bentrok dan kekerasanpun tidak dapat di hindari ketika ribuan buruh tiba di pintu masuk Terminal Gorong-gorong, ribuan buruh dihadang aparat kepolisian dengan tameng membendung massa untuk masuk ke lokasi terminal. Tepat pukul 09.20 WIT, pada saat seorang buruh yang merupakan pemilik hak ulayat PT.Freeport Indonesia melakukan orasi, aparat kepolisian mulai melakukan aksi propokasi dan penembakan kepada para buruh dari jarak 15 meter, selama 5-20 menit.

Akibat dari insiden penembakan brutal ini, seorang buruh bernama Petrus Ayami Seba (36 thn), meninggal dunia dengan mengalami luka robek pada ketiak sebelah kiri setelah terkena peluru tajam yang dilepaskan oleh aparat kepolisian dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Page 6: Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji

Sdr. Petrus Ajam Seba adalah buruh PT. Freeport Indonesia yang bekerja dibagian Katering. Selain Petrus, enam orang buruh lainnya juga mengalami luka-luka serius, ada yang tertembak dibagian punggung, kaki dan dada. Berikut adalah nama-nama buruh yang mengalami luka-luka, Leo Wandagau, Alius Komba, Melkias Rumbiak, Yunus Nguluduan, Philliton Kogoya, dan Ahamad Mustofa. Saat ini para korban masih dirawat di RS Timika yang jaraknya sekitar 6 km dari tempat unjuk rasa dilakukan. Aparat keamanan masih tidak mengijinkan para buruh untuk menjenguk para korban yang luka-luka.