Penyertaan Modal Soal No 6

18
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah-daerah otonomi baru di Indonesia biasanya masih memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat kecil. Daerah otonomi baru tersebut  perlu melakukan berbagai macam usaha-usaha yang menghasilkan income untuk daerahnya masing-masing. Pemerintah Provinsi Jambi dalam usahanya untuk membantu daerah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah dengan cara membuat suatu kebijakan daerah. Kebijakan daerah yang dimaksud adalah dengan melakukan penanaman modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini adalah Bank Jambi. Sebagaimana diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 adalah bahwa  perwujudan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta dilakukan oleh berbagai lembaga ekonomi masyarakat di daerah. 1 Sumber-sumber daerah keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; (c) Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Sehubungan dengan hal 1  Muhammad Al Mustofa,  http://muhammadalmustofa.wordpress.com/2011/04/03/program-  pembangunan-nasional-propenas/, diakses pada tanggal 24 Januari 2012, P ukul 16.02 WIB.  1

description

Penyertaan Modal Soal No 6

Transcript of Penyertaan Modal Soal No 6

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Daerah-daerah otonomi baru di Indonesia biasanya masih memiliki sumber

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat kecil. Daerah otonomi baru tersebut

    perlu melakukan berbagai macam usaha-usaha yang menghasilkan income untuk

    daerahnya masing-masing.

    Pemerintah Provinsi Jambi dalam usahanya untuk membantu daerah

    kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi untuk meningkatkan Pendapatan Asli

    daerah (PAD) adalah dengan cara membuat suatu kebijakan daerah. Kebijakan

    daerah yang dimaksud adalah dengan melakukan penanaman modal pada Badan

    Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini adalah Bank Jambi. Sebagaimana

    diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang

    Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 adalah bahwa

    perwujudan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam

    rangka pemberdayaan masyarakat, serta dilakukan oleh berbagai lembaga

    ekonomi masyarakat di daerah.1

    Sumber-sumber daerah keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan

    desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; (c)

    Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Sehubungan dengan hal

    1 Muhammad Al Mustofa, http://muhammadalmustofa.wordpress.com/2011/04/03/program-pembangunan-nasional-propenas/, diakses pada tanggal 24 Januari 2012, Pukul 16.02 WIB.

    1

  • ini usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari hasil badan usaha

    milik daerah (BUMD) telah berjalan sejak lama. BUMD tersebut dibentuk

    berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, yang

    diperkuat oleh UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di

    Daerah. Tujuan dibentuknya BUMD tersebut adalah untuk melaksanakan

    pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan

    kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah.2

    Sejak tanggal 22 November 2007, Bank Pembangunan Daerah Jambi berubah

    status menjadi Perseroan Terbatas (PT.) Bank Pembangunan Daerah Jambi

    disebut Bank Jambi dan berdasarkan akte notaris Robert Faisal, S.H. No. 1

    tanggal 1 Februari 2007. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak

    Pemerintah Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan sumber pendapatan

    asli daerahnya adalah dengan cara membentuk suatu bank daerah yang dikenal

    dengan Bank Jambi, yang merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jambi dan

    Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi. Bank Jambi didirikan berdasarkan

    Akte Notaris Adiputra Parlindungan No. 6 tanggal 12 Februari 1959 dengan nama

    PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi yang kemudian diubah melalui Akte

    Notaris Habro Poerwanto No. 70 tanggal 12 Oktober 1959 dan mendapat

    pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A/5/115/8 tanggal

    6 November 1959 dimuat pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.

    110.104 tanggal 29 Desember 1959.

    2 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Konsep Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2005, BAPPENAS, Jakarta, 1999.

  • Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. W20-00061 HT.01.01-TH.

    2007 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 55

    tanggal 10 Juli 2007 serta Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.

    9/59/KEP.GBI/2007 tanggal 13 November 2007. Bentuk kegiatan Bank Jambi

    meliputi seluruh kegiatan bank umum, termasuk sebagai pemegang kas daerah

    yang berfungsi melaksanakan dan mengelola penyimpanan, penerimaan dan

    pengeluaran kas daerah serta mengutamakan pembiayaan bidang proyek

    pembangunan daerah.3

    Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi adalah salah satu daerah otonomi baru di

    Provinsi Jambi, yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

    2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sendiri

    adalah daerah pecahan dari kabupaten induknya yakni Kabupaten Kerinci

    (Provinsi Jambi). Oleh karena itu Kota Sungai Penuh merupakan daerah

    Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi yang memiliki Pendapatan Asli Daerah

    (PAD) yang paling kecil, sehingga dianggap perlu oleh pemerintah daerah

    setempat untuk ikut menanamkan modal daerahnya pada Bank Jambi.

    Salah satu langkah yang di ambil oleh Pemerintah Provinsi Jambi adalah

    melalui kebijakan penyertaan modal pemerintah kabupaten/kota dalam Provinsi

    Jambi pada Bank Pembangunan Daerah Jambi (BPD) atau yang disebut dengan

    Bank Jambi. Langkah ini dilakukan sekaligus untuk tetap dapat mengembangkan

    Bank Jambi sebagai satu-satunya bank milik pemerintah daerah yang dapat terus

    berkembang sampai ke level yang diharapkan.

    3 Dikutip dari Laporan Tahunan Bank Jambi Tahun 2010, hal. 5.

  • Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah.

    Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.4 Sedangkan

    dalam rangka kekuasaan pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan

    kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala

    Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/barang

    daerah.5

    Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kota Sungai Penuh semenjak terbentuk

    pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, hanya mengandalkan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan-bantuan dari Pemerintah

    Provinsi Jambi serta bantuan dari kabupaten Kerinci (Kabupaten induk), namun

    bantuan dari Kabupaten Kerinci ini hanya sampai dengan tahun anggaran 2010.

    Dimana dalam perkembangannya pemerintah setempat, belum mampu untuk

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota Sungai Penuh

    dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) memutuskan untuk

    Kota Sungai Penuh dalam upayanya meningkatkan pendapatan asli daerah

    (PAD) berupaya untuk ikut seta dalam menamamkan modalnya pada Bank Jambi

    dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 19 Tahun 2010 Tentang

    Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Dimana di dalam

    Peraturan Daerah (Perda) ini Kota Sungai Penuh diharuskan untuk menanamkan

    sahamnya pada Bank Jambi sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar

    rupiah).

    4 Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

    Negara. 5 Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

  • ikut menyertakan modalnya pada Bank Jambi sebagai salah satu langkah untuk

    meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD).

    Penyertaan modal pemerintah daerah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi

    pada Bank Jambi mulai diwacanakan pada tahun 2009, dan baru terealisasi pada

    tahun 2010 yang melibatkan 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota dalam

    Provinsi Jambi serta Provinsi Jambi sendiri sebagai Provinsi induk. Seluruh

    Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi berkewajiban untuk menyetorkan

    modalnya pada Bank Jambi sampai dengan tahun 2015 yaitu sampai dengan batas

    maksimumnya sebesar Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliyar rupiah).6

    Sesuai dengan visi dari Bank Jambi, menjadi bank yang ideal dan sehat dalam

    mewujudkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang jasa bank yang

    memiliki nilai tambah bagi ekonomi daerah khususnya Usaha Kecil Menengah

    (UKM) dengan pengelolaan secara profesional, kehati-hatian dan berkembang

    secara wajar.

    Perkembangan ekonomi global dewasa ini membawa Bank Jambi sebagai

    satu-satunya lembaga perbankan milik Provinsi Jambi yang senantiasa selalu

    berusaha untuk melakukan suatu terobosan-terobosan yang dapat membawa Bank

    Jambi sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sehat.

    7

    6 Wawancara dengan Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh, 28 Desember 2011, Pukul 13.05 WIB.

    7 Laporan tahunan, Log:Cit, hal. 3.

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan ulasan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di

    atas Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi)

    Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi maka rumusan masalah yang

    dapat di ambil adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaturan bank daerah ?

    2. Bagaimana prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai

    Penuh pada Bank Jambi ?

    3. Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota

    Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Adapun Tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaturan tentang bank daerah.

    2. Untuk mengetahui prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota

    Sungai Penuh pada Bank jambi.

    3. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang melandasi

    Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank

    Jambi

  • Adapun Manfaat dari penulisan ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis.

    Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai proses

    penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dan

    penyertaan modal pemerintah daerah pada bank daerah pada umumnya.

    2. Manfaat Praktis.

    Untuk mempermudah Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jambi untuk menanamkan modal pada Bank

    Jambi, sekaligus untuk mengetahui aturan-aturan hukum yang berhubungan

    dangan penyertaan modal daerah pada Bank Jambi.

    D. Keaslian Penulisan

    Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis pada perpustakaan di

    lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi yang

    memabahas tentang Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh

    (Provinsi Jambi) Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi sampai dengan

    penulisan skripsi ini dilakukan. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan

    referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan berbagai

    pihak. Dengan demikian, tulisan ini dapat dikatakan asli.

  • E. Tinjauan Pustaka

    Bank Pembangunan Daerah adalah badan hukum berdasarkan Undang-

    undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank

    Pembangunan Daerah. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan

    berlakunya peraturan pendiriannya.8

    Penyertaan modal negara atau daerah adalah usaha yang dilakukan untuk

    melakukan pemisahan kekayaan negara atau daerah dari Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    (APBD) atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan

    sebagai modal BUMN dan BUMD atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola

    secara korporasi.

    9 Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan

    kepemilikan barang milik negara/daerah yang semula merupakan kekayaan yang

    tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai

    modal/saham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha

    milik daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara atau daerah.10

    Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2008 tentang Investasi

    Pemerintah menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk investasi pemerintah

    pada badan usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian

    Perseroan Terbatas (PT) dan pengambilalihan Perseroan Terbatas (PT). Dalam

    8 Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan

    Pokok Bank Pembangunan Daerah. 9 Sie Infokum-Ditama Binbangkum, Penyertaan Modal Negara, hal 1. 10 Pasal 1 angka 19 PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik

    Negara/Daerah.

  • pengeloalaan dan pertanggungjawaban keuangan negara terdapat beberapa jenis

    penyertaan modal yaitu, antara lain:

    a. Penyerataan modal pemerintah pusat adalah pengalihan

    kepemilikan barang milik negara yang semula merupakan

    kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara

    yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham

    negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha

    Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki

    Negara/Daerah.

    b. Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah kedalam

    perusahaan daerah adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha

    pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah guna

    kesejahteraan masyarakat daerah. Berdasarkan peraturan

    perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal

    atau penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah

    harus diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) tersendiri tentang

    penyertaan atau penambahan modal. Perlu diingat bahwa

    penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila

    jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan

    telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal

    daerah yang berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh

    pemerintah daerah bersumber dari APBD tahun anggaran berjalan

  • pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut

    dilakukan.

    Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan Negara/daerah/

    swasta ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ini sesuai dengan ketentuan Pasal 41

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.11

    Bank adalah lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust

    dan agent of development.

    Sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Sungai Penuh yang mengatur

    tentang penanaman saham pemerintah daerah Kota Sungai Penuh pada Bank

    Jambi yang diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 19

    Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

    12 Yang dimaksud dengan agent of trust adalah suatu

    lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala

    kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of

    development, bank adalah sebagai suatu lembaga perantara yang dapat mendorong

    kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan

    pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para

    pelaku ekonomi.13

    Bank Jambi dapat juga di kategorikan sebagai bank yang sedang berusaha

    untuk dapat terus bersaing di dunia perbankan khususnya dengan bank-bank

    nasional yang ada di dalam Provinsi Jambi. Serta berusaha untuk menjalankan

    11 Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.

    12Judisseno K Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 95.

    13 Ibid

  • usaha sabagai bank umum, secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip

    syariah. Penggerak, pendorong laju perekonomian dan pembangunan daerah.

    Pemegang kas daerah dan melaksanakan penyimpanan kas daerah, sebagai salah

    satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).14

    Kelembagaan keuangan daerah, yaitu lembaga yang menjalankan dan

    terkait dalam pengelolaan keuangan daerah. Di dalamnya dibahas mengenai

    kedudukan hukum pejabat keuangan daerah, seperti kaidah-kaidah mengenai

    bendahara umum daerah, baik pengguna anggaran dan kuasa pengguna maupun

    pihak yang terafiliasi dalam kegiatan keuangan daerah, juga mengenai bentuk

    pelayanan umum, perusahaan daerah, pengelolaan barang daerah dan barang

    daerah yang dipisahkan mengenai kepemilikannya, juga yang menyangkut

    struktur organisasi, yang mendukung kebijakan keuangan daerah, seperti DPRD,

    BPK, BPKP, serta hubungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah

    daerah, dan perusahaan daerah, dan juga pihak lainnya.

    15

    Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah.

    pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah baik itu

    provinsi maupun di kabupaten/kota. Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur

    dalam Pasal 156 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

    Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala

    daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa

    perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

    14 Laporan Tahunan, Loc:Cit, hal. 3. 15 Muhammad Djumhana, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, (Bandung: PT. Citra

    aditya Bakti, 2007), hal. 66.

  • serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah yang

    berwenang.16

    Dinamika pembangunan nasional memerlukan langkang-langkah

    pembaharuan di berbagai bidang, apalagi Indonesia sekarang ini telah memasuki

    dekade pembangunan dan berada pada posisi transional untuk menuju Negara

    yang maju, aman, adil dan sejahtera. Semua langkah tersebut memerlukan

    kesiapan sumber daya manusia untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan

    dan perubahan yang terjadi. Dalam kaitan itu, maka perlu dirumuskan kerangka

    dasar dan arah serta kebijakan pengembangan penanaman modal guna menopang

    pertumbuhan ekonomi dan memacu gerak pembangunan nasional.

    17

    Perubahan ekonomi terutama dalam hal perbankan ini menimbulkan

    kemungkinan perubahan masyarakat di Kota Sungai Penuh dan setiap perubahan

    pasti menimbulkan ketidaksinambungan. Dalam hal terjadinya perubahan

    ekonomi masyarakat ini, maka sangat diharapkan daerah Kota Sungai Penuh juga

    Salah satu

    cara yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah dengan cara

    melakukan penanaman saham/modal pada Bank Jambi. Penanaman modal yang

    dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh ini sendiri dianggap sangat diperlukan

    oleh pemerintah daerah setempat untuk membantu meningkatkan pendapatan asli

    daerah (PAD) yang masih sangat minim.

    16 Ibid. 17 Amiruddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,

    2005), hal. 193.

  • dapat mengeluarkan produk-produk hukum daerah yang dapat di gunakan oleh

    para masyarakat daerah tersebut kedepannya.18

    F. Metode Penulisan

    1. Jenis Penelitian dan Sifat

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode-metode yang

    normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian yang penulis lakukan ini bertitik

    tolak dari peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum yang

    positif.19

    2. Data Penelitian

    Sifat penelitian adalah deskriptif yang dilakukan adalah dengan

    menyajikan gambaran lengkap mengenai aturan-aturan penyertaan modal.

    Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder,

    dimana data sekunder ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:

    1. Bahan Hukum Primer

    Segala bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dan

    berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Dalam

    penulisan skripsi ini peraturan-peraturan yang terkait adalah sebagi

    berikut :

    a. Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.

    18 Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2008), hal. 43. 19 Syprianus Aristeus, Penelitian Hukum Tentang Peranan Hukum Investasi Di Indonesia

    Dalam Era Globalisasi, (Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2007), hal. 47.

  • b. Undang-undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Bank Pembangunan

    Daerah.

    c. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

    Pemerintahan di Daerah.

    d. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 Tentang Program

    Pembangunan Nasional.

    e. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

    Negara.

    f. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

    Daerah.

    g. Undang-undang 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota

    Sungai Penuh.

    Peraturan Daerah (Perda) yang terkait adalah :

    a. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang

    Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

    2. Bahan Hukum Sekunder

    Segala bentuk bahan penulisan skripsi yang berasal dari buku-buku

    yang berkaitan dengan penulisan skripsi, buku hasil penelitian atau

    hasil karya tulis ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang

    berhubungan terhadap masalah yang ada di dalam skripsi ini.

  • 3. Bahan Hukum Tertier

    Bahan hukum tertier yaitu kamus, ensiklopedi dan lain-lain, bahan ini

    haruslah yang member penjelasan tentang bahan hukum primer dan

    bahan hukum sekunder.

    Ketiga bahan hukum tersebut ada di perpustakaan. Namun dalam

    kegiatan memilah, memilih dan menelaah bahan hukum tersebut penulis harus

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    1. Bahan kepustakaannya harus sesuai atau berkaitan dengan objek

    penelitian.

    2. Bahan kepustakaan itu merupakan bahan kepustakaan terbaru,

    misalnya buku harus cetakan atau terbitan terakhir.

    3. Pendapat yang dikutip dari bahan kepustakaan itu haruslah dari

    orang yang mempunyai otoritas keilmuan dan kewenangan yang

    berkesesuaian dengan bidang penelitian hukum.

    4. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dari bahan

    kepustakaan ituharus lengkap dan dilihat dari aspek hierarki dan

    asas hukum.

    3. Tekhnik Pengumpulan Data

    Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini

    adalah dengan cara library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

  • mengumpulkan literatur dengan bahan hukum berupa bahan hukum primer dan

    bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam

    skripsi ini. Untuk melengkapi data sekunder berupa bahan hukum primer,

    sekunder dan bahan hukum tertier dilakukan wawancara dengan berbagai

    narasumber yaitu :

    1. Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

    2. Junaifo Efendi, S.H, Ketua Badan Legislasi (anggota DPRD Kota

    Sungai Penuh).

    3. Drs. Amrizal Manan, MM, mantan Kepala Bappeda Kota Sungai

    Penuh.

    4. Nasran, S.E, M.Si, Kepala Bidang Anggaran Dinas Pendapatan

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

    5. Hj. Hendri Yetti, S.E, Kepala Bidang Pendapatan, Dinas Pendapatan

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

    6. H. Candra Purnama, S.H, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

    4. Analisis Data

    Dalam penelitian skripsi yang termasuk kepada tipe penelitian hukum

    normatif, pengolahan data pada hakikatnya adalah merupakan kegiatan untuk

  • melakukan analisa data terhadap permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan

    dengan menganalisa bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan produk

    perundang-undangan, buku-buku dan karya ilmiah serta bahan dari internet yang

    berkaitan erat dengan proses penyertaan modal pemerintah daerah pada bank

    daerah.

    G. Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi yang sistematik akan menghasilkan suatu penulisan yang

    terarah kepada fokus masalah yang dibahas, dengan demikian tujuan yang

    diinginkan akan tercapai. Adapun sistem penulisan dalam skripsi ini adalah

    sebagai berikut:

    BAB I : Merupakan pendahuluan dimana pada bab ini menyampaikan maksud

    awal serta pokok dan masalah-masalah yang timbul dari skripsi ini.

    Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan

    dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, metode

    Penulisan, Sistematika Penulisan.

    BAB II : Bab ini berisi Ketentuan Umum Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

    Pada Bank daerah yang membahas Pengertian Penyertaan Modal,

    Syarat-syarat Penyertaan Modal, Jenis-Jenis Penyertaan Modal.

    BAB III : Bab ini berisi tentang Proses Pengambilan Kebijakan Daerah Kota

    Sungai Penuh Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang

    membahas Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai

  • Penuh, Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh, Peran Bank Jambi

    Dalam Menjalankan Kebijakan Penyertaan Modal.

    BAB IV : Bab ini berisi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Dalam

    Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang membahas Kebijakan

    Pemerintah Daerah Kota Sungai Ditinjau dari Hukum Administrasi

    Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau dari Undang-

    Undang Perbendaharaan Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai

    Penuh Ditinjau dari Undang-Undang Keuangan Negara,

    BAB V : Merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian uraian dalam skripsi ini,

    disamping itu penulis memberikan saran-saran yang menjadi harapan

    penulis dalam proses penyertaan modal daerah pada bank daerah.