PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK DAN …
Transcript of PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK DAN …
PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT
IRAK 2003-2007
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh
Andriyansyah
NIM:107022001344
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
i
ABSTRAKSI
Andriyansyah
Penyerbuan Amerika Serikat Atas Irak dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Irak 2003-2007
Pada awalnya, yang terjadi di Irak pasca perang teluk I dan II telah usai. Suasana
politik,ekonomi, dan sosial itu kembali menjadi kondusif, bahkan kerukunan antar
etnis pun mulai terbangun sedikit demi sedikit, hingga kondisi di Irak pun pra Invasi
AS ke Irak tahun 2003 itu mulai aman dan terkendali. Namun semuanya pecah
setelah terjadi peristiwa yang mencenangkan dunia Internasional. Yaitu tragedi 11
September 2001. Gedung menara kembar World Trade Centre di New York dan
Pentagon di Washington.ditabrak pesawat, yang menurut istilah AS oleh para teroris.
Mereka menggunakan pesawat terbang dengan menggunakan bom bunuh diri.
Menara kembar terbakar. Ambruk. Hampir 3000 orang tewas.
Inilah mimpi buruk bagi AS, satu-satunya negeri adidaya di dunia ini.Dengan
begitu ia memaklumatkan untuk “perang melawan terorisme”. AS menyeret negara-
negara lain untuk terjun perang membantu AS ke dalam mandala perang melawan
terrorisme. Negara-negara lain diberi pilihan : di pihak dia (AS) atau di pihak lawan
(Teroris). Doktrin Bush dikeluarkan. Dengan berpedoman pada doktrin tersebut, AS
memamerkan kekuatannya, dengan slogan “perang melawan terorisme”. Doktrin ini
pula yang menyingkirkan rezim Saddam Hussein.
Korban pertama adalah Afghanistan. Lantaran rezim Taliban pimpinan Mullah
Omar yang pernah berkuasa di Afghanistan dituduh telah melakukan sekutu dan
melindungi Osama bin Laden. Maka peperangan pun dimulai. Setelah Afghanistan
diluluhlantahkan oleh keberingasan AS. Tak pernah terlihat tertangkapnya Osama Bin
Laden sebagai target utama peperangan. Dan kedua adalah Invasi yang dilakukan
pada April 2003 di Irak oleh AS. Dengan tuduhan yang sama yaitu memerangi para
terroris dan selain itu juga AS pimpinan Bush menyatakan, di Irak ada senjata
pemusnah massal dan kedekatan Saddam dengan Al-Qaeda dan Taliban, yang mesti
diperangi.
Perang pun bergejolak, banyak bangunan porak poranda dan pelanggaran HAM
terjadi, akibat Invasi yang dilancarkan oleh kejahatan AS dan sekutunya. Setelah dari
tahun 2003 s/d 2005 perang digulirkan sampai pemilu di Irak. kondisi politik
ekonomi serta kerukunan antar etnis/mazhab/sekte pun menjadi kemelut yang
berdampak panjang. Hingga pada tahun 2007 situasi makin tidak menentu.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada
penulis terutama nikmat Iman, Islam serta Sehat wal Afiat, sehingga penulisan skripsi
ini yang berjudul ”Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan Dampaknya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Irak 2003-2007” dapat diselesaikan sesuai
dengan harapan. Sholawat dan Salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad SAW,
sahabat, keluarga dan umatnya hingga di akhir zaman kelak.
Banyak sekali pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu
menyelesaikan penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil. Maka
dengan ini, sudah sepantasnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
kerjasama, dorongan pengarahan serta bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya
dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak jasanya dalam
membantu mengujikan skripsi ini.
2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan
Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak sekali membantu dengan sabar
dalam mengesahkan skripsi ini
3. H. Nurhasan, MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu
dalam menyelesaikan penelitian ini.
iii
4. Dr. H. M. Muslih Idris, Lc. MA. Atas jasanya yang telah menguji penulis di saat
munaqosyah, dan seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang
memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.
5. Untuk kedua Orangtuaku, Bapak H. Adam S. dan Ibu Hj. Rodiah Yang telah
memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, (Robbigfirli
waliwali dayya warhamhuma kama Robbayani shogiro). serta kakak dan
keponakanku yang telah memberikan spirit berjuang untuk menulis.
6. Tak lupa teman-teman seperjuanganku Jurusan SPI angkatan 2007 dan Organisasi
PMII Komfaka, yang telah banyak meluangkan waktunya dalam menghibur dan
memberikan motivasi yang lebih kepada penulis.
Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis hingga
terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi
penulis maupun pembacanya
Jakarta, 29 November 2011
Penulis
Andriyansyah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI …………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR …………………………...…………................................ ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah …………………………...…………... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah …………… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………….……….. 10
D. Metodologi Penelitian …………….…………………………… 11
E. Tinjauan Pustaka ..…………………………………………...... 13
F. Kerangka Teori ………………………………………………… 15
G. Sistematika Penulisan …………………………………………. 16
BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003
A. Kondisi Sosial Masyarakat .............…………………………… 17
B. Kondisi Kehidupan Ekonomi …………....……………………. 21
C. Kondisi Politik …..............………….…………………………. 26
1. Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein …… 27
2. Kebijakan Politik Luar Negeri Saddam Hussein ….…... 28
D. Kondisi Kehidupan Etnis/Mazhab/Sekte ……………………… 31
BAB III PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007
A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal ……………. 36
B. Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan
Taliban ..………………………………………………………. 42
C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator …….. 48
D. Masalah Pengincaran Minyak Irak ……...……………………. 52
BAB IV DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK
A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat …………... 59
B. Pengaruh Terhadap Kehidupan Ekonomi …………………….. 63
C. Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik ……………………….. 68
D. Pengaruh Terhadap Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte ….... 73
v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………….…………….. 79
B. Saran ……..…………………………………………………... 81
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………….. 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Irak muncul sebagai sebuah negara merdeka baru di Timur Tengah pada
akhir Perang Dunia I. Namun, awal sejarahnya dimulai sejak lebih dari 8000
tahun yang lalu di sebuah wilayah yang dikenal sebagai Bulan Sabit Subur (Fertile
Crescent). Daratan subur di antara sungai Eufrat dan Tigris ini pertanian dan
aksara pertama mulai dikembangkan dan salah satu kekaisaran (kerajaan) paling
awal didirikan. Sampai kinipun wilayah yang telah banyak menyumbang kepada
kelahiran peradaban ini masih memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa
di dunia. Penemuan minyak di Irak pada tahun 1927 memberikan berbagai
tanggung jawab dan masalah moderen kepada negeri yang memiliki latar
belakang sejarah kuno yang membanggakan itu.
Masa situasi Irak sebelum invasi itu mengalami perkembangan yang
signifikan. Apalagi pasca perang teluk I dan II usai. Perkembangan perekonomian
sudah berjalan sebagaimana mestinya, sehingga bangunan infrastruktur di Irak
mulai kembali direkonstruksi setelah perang berkecamuk antara Iran-Irak pada
tahun 1980-1988 dan Irak-Kuwait pada tahun 1990-1991. perekonomian di Irak
pun sudah mulai berjalan dan pendapatan perkapitanya sudah mulai stabil.
Kondisi politik di Irak pun juga mulai cukup membaik setelah rakyat
mengganti sistem kepemerintahan otoriter menjadi demokrasi dan transisi
politiknya pun berubah menjadi sistem tatanan pemerintahan yang baru.
Demikianlah, diharapkan bahwa lahirnya Irak baru yang demokratis lebih
2
mengedepankan kedaulatan rakyat ketimbang keotoriteran di era Saddam, demi
memberikan pengaruh yang positif bagi negara-negara lain. Tetapi itupun menurut
AS, yang sampai saat ini ingin sekali berambisi untuk melakukan kampanye
sistem demokrasi di negara-negara Timur Tengah khususnya di negara Irak yang
momennya tepat karena sedang ia invasi. Pertanyaannya ialah, apakah jika
dilakukan perombakan dari sistem otoriter era Saddam menjadi sistem demokrasi
di Irak, akan menjadi harapan atau mimpi untuk kebahagiaan rakyat sipil?1 .
Yang dilakukan Saddam adalah akibat dari pada dorongan AS itu sendiri. Di
mana (Wapres AS) Dick Cheney dan (Deputi Menteri Pertahanan) Paul
Wolfowitz. Melakukan keputusan yang sangat disayangkan sekali terhadap sekte
Syiah dan suku Kurdi yang ketika itu agar melakukan pemberontakan terhadap
kepemerintahan Saddam Hussein karena telah menjadi kaum yang termarginalkan
dan terdiskriminasi. Hingga dengan begitu maka terjadilah pembantaian dengan
senjata kimia. Dua belas tahun selanjutnya, Saddam membela diri dari tuduhan
inspektur persenjataan yang diperkirakan akan menghentikan program senjatanya
dan penembakan pesawat Amerika serta Inggris yang berpatroli di zona larangan
terbang yang didesain untuk mengepungnya.2
Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah
mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang
selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus
lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin
menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga
1Trias Kuncahyono.Irak korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Kompas.2005, h. 150.
2 Christian Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa,&
Perusahaan Rakus di Irak) (Jakarta: PT Cahaya Insan Suci, 2007), h. 14.
3
sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis
sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya.
Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa
penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk
beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan
kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul
dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di
puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar
di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga
sipil yang hendak berdagang ataupun membeli.
Setelah berakhirnya Perang Teluk I antara Irak dan Iran terjadi Perang Teluk
II. Perang Teluk II ini merupakan peperangan antara Irak dengan Kuwait. Di
mana rezim Saddam Hussein yang mengklaim diri sebagai pemimpin negara Arab
atau Timur Tengah ketika itu mencaplok negara Kuwait dan menjadikannya
bagian dari propinsi Irak. Penyebab utama daripada terjadinya Perang Teluk II
diakibatkan karena perbatasan tanah yang selalu menjadi sengketa di antara kedua
negara. Apalagi Saddam Hussein berupaya melakukan kilas balik sejarah tanah
negara Kuwait yang merupakan bagian dari teritorial Irak di masa lalu dengan
merujuk pada sejarah Mesopotamia. Sekitar tanggal 31 Juli-1 Agustus 1990
delegasi Kuwait dan Irak melakukan perundingan damai di Jeddah. Perundingan
gagal karena Kuwait bersikap keras menolak permintaan dan tuntutan Irak. Lantas
tanggal 2 Agustus 1990 mulailah Irak menyerbu Kuwait sekitar jam 03.00 pagi
dan berhasil menguasai negeri itu dalam beberapa jam, dan bisa dibilang tanpa
4
perlawanan berarti. Emir Kuwait sempat melarikan diri ke Saudi Arabia. Raja
Fahd ibn Abdul Aziz mengecam tindakan invasi Irak atas Kuwait.3
Tidak hanya itu, Riza Sihbudi dalam bukunya Bara Timur Tengah pun
memiliki asumsi lain terkait Perang Teluk II terjadi bukan hanya sengketa lahan.
Dikatakannya, pemerintah Baghdad menderita kerugian sekitar US$ 450 milyar
akibat perang Iran-Irak dan terjerat utang US$ 80 milyar (sebagian besar dari
negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council), khususnya Saudi Arabia dan
Kuwait. Padahal pendapatan tertinggi Baghdad diperkirakan hanya US$ 12 milyar
per tahun. Artinya, untuk kembali membangun negaranya, Saddam Hussein
sedikitnya harus memiliki waktu 40 tahun lamanya. Bagi Saddam menyerbu dan
mencaplok negara Kuwait merupakan jalan pintas mengatasi masalah ekonomi
negaranya.
Hingga saat itu kecaman dari seluruh dunia pun berdatangan. Dewan
Keamanan PBB pun ikut andil mengesahkan Resolusi 661, yang memberlakukan
sanksi terhadap Irak. Ekspor minyak Irak pun mulai terhenti akibat Irak
menganeksasi Kuwait. Mulailah pasukan udara AS tiba di Saudi Arabia bergerilya
menyerang Irak sambil menunggu pasukan multinasional untuk mendukungnya.
Pada 21 Agustus 1990 melihat konflik ini Eropa melakukan pertemuan negara-
negara Eropa Barat di Paris untuk sepakat mendukung pengiriman pasukan
multinasional, di antaranya Inggris, Perancis, dan Belanda ke Teluk Persia (Arab).
Gempuran bertubi-tubi pun mulai terdengar keras di bumi Irak ketika itu.
Irak melakukan aksi perlawanan sendiri terhadap serangan pasukan multinasional.
beberapa ladang minyak Baghdad di antaranya ludes terbakar akibat sasaran rudal
3Satrio Arismunandar, Catatan Harian Dari Baghdad (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 174-175.
5
yang dilancarkan AS. Pada 25 Januari 1991 dinyatakan Irak, pesawat pasukan
multinasional menembak dua tanker minyak, yang menghasilkan kebocoran
minyak di perairan Teluk. Terindikasi kuat dilakukan oleh pasukan koalisi
multinasional. Dengan begitu tidak hanya Saddam yang gerah akan serangan dari
AS maupun multinasional tetapi rakyat yang menjadi korban pun menjadi sasaran
dari penyerbuan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat tetap mempercayai
kepemimpinan Saddam Hussein sebagai presiden Irak, yang begitu piawai dan
tangguh dalam menghadapi serangan dari negara-negara adikuasa seperti AS dan
Eropa. Dengan begitu Saddam pun memanfaatkan dukungan sebagian besar
rakyat Irak untuk tetap bertahan menjadi presiden Irak.4
Perang Teluk II ini merupakan cikal bakal terjadinya invasi pasukan
Amerika Serikat (AS) terhadap Irak. Ini merupakan babak baru konflik Irak-AS
yang menjadi topik proposal skripsi ini. AS melobi Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) agar memberikan embargo ekonomi kepada pemerintahan Irak di bawah
Saddam Hussein. Dampak dari kezaliman para elite politik AS itu, seperti: George
W. Bush (presiden), Robert (Dick) Cheney (wakil presiden), Colin Powell
(menteri luar negeri) Condoleezza Rice (penasihat keamanan nasional), Donald
Rumsfeld (menteri pertahanan), Paul D. Wolfowitz (wakil menteri pertahanan)
yang dikenal sebagai kelompok Hawkish, membuat bahaya kelaparan pangan bagi
kelangsungan hidup masyarakat sipil Irak.
Pemilihan presiden AS 4 November 2000 dimenangkan secara kontroversial
oleh George Walker Bush, yang tidak lain merupakan anak dari George H. W.
Bush (presiden AS 1988-1992). Sejak pertama kali menginjakan kakinya di
4Satrio Arismunandar, h. 177-197.
6
Gedung Putih sebagai seorang presiden pada 1 Januari 2001, Bush Jr sudah
bertekad untuk menyerbu Irak dan menggulingkan Saddam Hussein dari jabatan
presiden Irak. George H. W. Bush gagal menggulingkan Saddam Hussein, dan ia
pun bahkan gagal terpilih kembali sebagai presiden AS dalam pemilihan tahun
1992. Keadaan ini oleh Bush Jr dianggap bahwa Saddam Hussein telah
mempermalukan ayahnya, Bush Sr. Di samping itu juga karena ada lantai sebuah
hotel termewah di Baghdad yang bergambar wajah Bush Sr yang dengan
sendirinya setiap hari terinjak-injak oleh kaki para tamu hotel itu. Tentu bukan
hanya itu, Bush Jr sejak awal telah menyebut dirinya sebagai “seorang presiden
perang”.5
Sejak tahun 2001, situasi politik internasional tidak menentu. Terutama
setelah terjadinya dua peristiwa penting. Pertama, terjadinya tragedi penyerangan
terhadap gedung kembar pencakar langit World Trade Centre (WTC) di New
York serta gedung Pentagon di Washington DC, Amerika Serikat pada 11
September 2001. Meskipun bukti-bukti yang disodorkan masih kontroversial,
pemerintah AS bersikeras menuduh jaringan terorisme internasional, Tanzhim al-
Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang berbasis di Afghanistan sebagai pelaku
utamanya. Kedua, invasi dan pendudukan AS atas Irak (sejak April 2003). Invasi
dan pendudukan AS terhadap Irak ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang
berkuasa di negara tersebut merupakan pendukung jaringan terorisme
internasional dan memiliki senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim
Saddam Hussein. Invasi tersebut tidak hanya berdasarkan pada tujuan mengambil
senjata pemusnah massal dan adanya konspirasi mesra antara rezim Saddam
5Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 144-145.
7
dengan kelompok Al-Qaeda dan Taliban. Namun menurut Riza Sihbudi (peneliti
LIPI) dalam bukunya Menyandera Timur Tengah mengatakan bahwa semua
tuduhan tersebut adalah sebuah rekayasa politik yang dilancarkan AS agar bisa
melegitimasi perang terhadap Irak, walaupun mendapat kecaman dari berbagai
negara yang tidak menyetujui aksi penyerbuan terhadap Irak, hingga PBB pun
menolak memberikan legitimasi dan restunya terhadap invasi tersebut. Yang lebih
ironisnya lagi, semua dokumen menjadi dasar semua tudingan itu pun ternyata
diyakini banyak kalangan tidak lebih daripada tipuan belaka, dari kalangan
intelijen AS. Menurut sumber lain yaitu buku Blood Money (Membuang Jutaan
Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa, & Perusahaan Rakus di Irak) karya tim
investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller pada
halaman xviii secara kronologis dijelaskan bahwa, pada tanggal 8 Maret 2003
pasukan bersenjata AS menganugerahkan kontrak senilai US$ 7 milyar kepada
perusahaan Halliburton untuk merehabilitasi industri minyak di Irak dan setelah
itu pada tanggal 22 April 2003 perusahaan Halliburton memperoleh kucuran
minyak Irak untuk pertama kalinya sejak invasi.6 Ini mengakibatkan adanya
indikasi yang kuat bagaimana latar belakang pendudukan AS atas Irak yang
sebenaranya: tidak lain ingin menguasai minyaknya, karena kita tahu bahwa
negara Irak merupakan penghasil minyak terbesar ketiga di dunia.
Dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah
massal di Irak itu semua terbantahkan setelah David Kay pimpinan inspektur
persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan kepada seluruh
anggota DPR dan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata
6Christian Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa,&
Perusahaan Rakus di Irak). h. xviii-xix.
8
pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya,
bahwa intelijen praperang telah keliru.7
Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan
diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional
karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang
telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata
pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi.
Sejak saat itu invasi dan pendudukan AS terhadap Irak tetap saja
berlangsung, akibatnya gelombang anti invasi AS pun merebak di mana-mana.
Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menolak memberikan legitimasi
atas invasi AS ke Irak.8
Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang semula
aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak, ratusan
ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut marut oleh
berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarian/mazhab/etnis, masalah
kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik & air, tempat-tempat rumah
sakit/Ibadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan
ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus
menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung
jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah
Internasional.
Aksi penolakan pun digelorakan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI)
dan Liga Arab sebagai jembatan perdamaian bagi kelanggengan hidup rakyat
7Christian Miller, h. xxi.
8M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 283.
9
Timur Tengah. Juru bicara Liga Arab, Hisyam Yusuf, menegaskan, sikap resmi
negara-negara Arab tidak akan pernah berubah, yakni menolak aksi militer AS ke
Irak seperti yang direkomendasikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di
Beirut pada bulan Maret 2002. Menurut Yusuf , tidak ada alasan yang kuat dan
layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB
serta menghormati legalitas internasional.9 Akibatnya masa depan rakyat Irak
sampai tahun 2007 bisa dikatakan tidak kondusif.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam suatu penelitian sudah barang tentu ditemui permasalahan sebagai objek
penelitian, maka masalah-masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
a. Motivasi invasi dan pendudukan (serangan militer) AS ke Irak
b. Sejarah peperangan di Irak
c. Kepentingan AS atas penyerbuannya ke Irak
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis membatasi pembahasannya pada tahun 2003 hingga 2007, yaitu
masa pemerintahan presiden Goerge W. Bush dan implikasinya yang luas
terhadap masyarakat sipil Irak.
Adapun pembahasan skripsi ini dirumuskan dalam tiga pertanyaan:
a. Bagaimana kehidupan masyarakat Irak pra invasi AS 2003
9Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam (Jakarta: Kompas, 2003),
h. 44.
10
b. Bagaimana penyerbuan Amerika Serikat atas Irak itu terjadi?
c. Bagaimanakah dampak penyerbuan AS bagi rakyat sipil Irak ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui lebih mendalam tentang berbagai faktor invasi dan pendudukan
(penyerbuan) AS atas Irak antara rentang waktu 2003 hingga 2007.
2. Untuk dapat mengkomparasikan sumber yang satu dengan yang lainnya, baik
itu sumber primer maupun sekunder.
3. Mengetahui hal-hal lain yang terkait dengan akar peperangan, seperti:
bagaimana sikap PBB, Liga Arab, OKI, dll.
4. Mengetahui bagaimana dampak invasi dan pendudukan AS atas Irak bagi
rakyat sipil Irak.
b. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi penulis, agar nantinya tulisan
yang penulis rancang tersebut dapat menjadi modal yang baik untuk
menulis.
2. Skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat terkhusus bagi jurusan dan
fakultas agar kelak tulisan bisa menjadi rujukan teman-teman mahasiswa
lainnya .
11
3. Skripsi ini penulis berharap dapat berguna sebagai khazanah kesejarahan
bagi instansi terkait yang membahas tentang teori konflik dan dampak dari
perang.
D. Metodologi Penelitian
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan buku Metodologi Penelitian
Sejarah (Pendekatan, Teori, dan Praktik) karya dari Basri MS sebagai rujukan
metodenya. Adapun tahapannya meliputi empat tahap, yaitu:
1. Heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber primer, dan beberapa tulisan
dari Trias Kuncahyono maupun Mustafa Abd. Rahman yang meliput langsung
kejadian peperangan Irak dan tulisan primer lain yang berkaitan dengan topik
tersebut. Seperti karya Christian T. Miller, Blood Money (Membuang Jutaan
Dolar,Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahan Rakus di Irak) dan beberapa
artikel dan tajuk koran Kompas yang berjudul Bush Tak Setuju Perang Irak
(Buku Memoar 10 November 2010. Saddam: Tak ada niat saya membakar
kilang minyak 27-Februari-2003. Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi
Dunia 23 Januari 2003. Selanjutnya penulis menggunakan sumber-sumber
sekunder yang mempunyai korelasi dan relevansi dengan materi pembahasan.
Seperti karya Abdul Halim Mahally, Menjarah Negeri Muslim”Menguak
Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”, Mohammad Safari, &
H. Almuzzammil Yusuf, Perang Iraq-AS “Hegemoni Baru AS di Timur
Tengah dan Dampak Globalnya”, dan Dhurorudin Mashad, dkk Saddam
Melawan Amerika. Penulis dalam menulis skripsi merujuk pada metodologi
sejarahnya Basri MS, yang merincikan metode kronologis, bagaimana cara
12
mengaktualisasikan sebuah peristiwa, yang nantinya penelitian tersebut dapat
penulis kembangkan dan mendapatkan metodologi yang penulis garap sesuai
dengan standarisasi metodologi penelitian yang kontemporer.
2. Kritik, sumber-sumber yang terkumpul baik primer maupun sekunder
kemudian dikritik baik secara ekstern maupun intern. Yang dimaksud ekstern
ialah otentisitas atau keaslian, pokok kritik ekstern adalah menguji hal-hal yang
bersifat fisik dan penampilan luar dari sumber-sumber tersebut. Ini berarti
penelahaan pada hal-hal yang bersifat material seperti: jenis kertas, jenis tinta,
waktu, zaman, tempat, dan identifikasi pengarang yang sebenarnya. Sedangkan
kritik intern ialah membahas masalah kredibilitas atau keabsahan. Kritik
internal ini bertujuan mengungkap isi kebenaran (validitas) sumber tersebut,
seperti: menyelami alam pikiran pengarang serta kondisi mental dan kejujuran
pengarang dalam mengobyektifkan suatu sumber.
3. Interpretasi,untuk mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah sumber.
Tidak cukup hanya memperhatikan teks-teks saja tetapi kita perlu menganalisis
dan menafsirkan kembali, yakni apakah proses dalam penulisannya dalam
suasana bebas merdeka, tanpa tekanan dari siapapun atau sebaliknya. Sebab
jika sebaliknya, maka apa yang terkandung dalam teks sumber itu, tidak
orisinil, artinya tidak sesuai dengan hati dan pikirannya. Agar tulisannya itu
bisa lebih obyektif dan tidak multitafsir
4. Historiografi, yaitu penulisan sejarahnya, di mana mencoba merekonstruksi
kembali kejadian historisitas penyerbuan AS atas Irak dan dampaknya dari
tahun 2003 sampai 2007 secara kronologis. Menurut Taufik Abdullah, suatu
penulisan sejarah dianggap layak dan baik apabila baru dikerjakan setelah
13
dilakukannya penelitian, sebab tanpa dilakukannya penelitian maka penulisan
sejarah menjadi rekonstruksi tanpa pembuktian.
E. Tinjauan Pustaka
Banyak sekali tulisan baik berbentuk buku, jurnal, koran, dan karya tulis
lainnya tentang pendudukan AS atas Irak. Di antara karya-karya tersebut harus
dicari mana yang benar-benar otentik. Meminjam istilah Kuntowijoyo dalam
penulisan itu mesti mempunyai prinsip ontentisitas dan kredibiltas, dengan
keduanya bersinergi maka tulisan itu bisa menjadi otoritatif dan layak diangkat ke
dalam dunia akademis.
Maka dari itu tulisan ini harus mempunyai kedua unsur tersebut agar tidak
melanggar ketentuan akademis. Apalagi tulisan ini mengenai isu-isu kontemporer
yaitu invasi dan pendudukan AS atas Irak. Buku berjudul Irak Korban Ambisi
Kaum Hawkish karya Trias Kuncahyono (wartawan Kompas yang meliput dan
menginvestigasi langsung kejadian perang AS-Irak) layak dijadikan sebagai salah
satu sumber.
Selanjutnya penulis mengkomparasikan buku di atas dengan buku Geliat
Irak Menuju Era Pasca Saddam karya Musthafa Abd. Rahman (wartawan
Kompas yang bertugas di Kairo), yang pada saat yang sama juga meliput secara
langsung peperangan yang terjadi antara AS-Irak. Kedua buku ini penulis anggap
merupakan sumber primer yang otoritatif, karena kedua buku ini merupakan hasil
investigasi empiris dan langsung, bukan berdasarkan rujukan-rujukan buku
semata.
14
Penulis juga menukil referensi dari pihak Washington melalui (seorang
wartawan investigatif peraih penghargaan dari Los Angeles Time Biro
Washington), bernama T. Christian Miller. Dalam sepuluh tahun pengabdiannya
sebagai jurnalis profesional, ia telah meliput empat perang dan satu kampanye
kepresidenan, salah satunya adalah perang Irak. Isi buku itu sangat obyektif dan
tidak memihak ke AS maupun Irak, semuanya diangkat berdasarkan fakta yang
terjadi di lapangan.
Buku lainnya adalah berjudul Bush’s War for Reelection “Iraq, The White
House, And The People” karya James Moore dari AS peraih Emmy Award.
Dalam kiprahnya di dunia karya tulis, ia juga hampir sama dengan Miller yang
selalu hadir dalam kampanye kepresidenan sejak 1976. Maka dari itu dengan
rujukan yang induk seperti ini penulis meyakini, itu merupakan sumber primer
yang patut diapresiasi dan layak dijadikan sumber referensi utama.
Selain itu buku tentang akhir perang teluk yang penulis cari di perpustakaan
nasional itu juga sangat representatif bagi rujukan skripsi ini, yang ditulis oleh
Joko Pitono H. P. di mana masyarakat sipil, ketika itu menjadi bulan-bulanan
peperangan dan pelanggaran HAM. Selanjutnya penulis juga mendapatkan buku-
buku dari Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan website yang dapat dipercaya seperti:
Murray Sabrin. “
Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS”. artikel di akses pada 27
Juni 2006. Dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html dan “AS Dituduh
Merampok Uang Minyak Irak,” artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03. WIB
dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampok-uang-minyak-
irak.htm, kemudian ada juga surat kabar nasional seperti: Kompas.
15
F. Kerangka Teori
Dalam membahas permasalahan di atas, sudah tentu akan menggunakan
pendekatan konsep pemikiran tertentu sebagai penguat ataupun penunjang
masalah yang diajukan. Di antaranya penulis kutip pendapat Christian T. Miller
(wartawan AS) yang berteori bahwa invasi AS atas Irak akibat daripada minyak
yang melimpah ruah yang dimiliki oleh Irak, apalagi kondisi sosial dan politik di
bawah rezim Saddam Hussein mengalami defisit kepercayaan rakyat terhadap
kepemimpinannya akibat kondisi ekonomi yang tidak kian membaik. Hingga saat
itu AS melakukan eksploitasi untuk melegitimasi perang dan mengambil
keuntungan di Irak dan mengambil kekayaan minyak yang ada di sana, dengan
atas nama perbaikan kondisi ekonomi, politik, sosial, dan melawan negara teroris.
Senada dengan di atas apa yang dikatakan oleh Trias Kuncahyono (wartawan
Kompas) terjadi pergeseran nilai dan penjungkiran opini, di mana AS melakukan
penyerbuan terhadap Irak dengan dalih mencari senjata pemusnah massal dan
keterkaitan Saddam dengan kelompok teroris. Namun pada kenyataannya, ialah
bagaimana AS dapat memiliki minyak dengan melegalkan konflik dengan Irak.
Dengan kerangka teori pemikiran inilah permasalahan dalam skripsi ini dianalisis.
16
G. Sistematika Penulisan
Untuk menyajikan laporan dan penulisan sekaligus memberikan gambaran
yang jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam skripsi ini,
penulis menyusun sistematikanya ke dalam 5 bab beserta bibliografinya dengan
urutan sebagai berikut.
Bab I : berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teori, dan sistematika penulisan.
Bab II : merupakan bab inti pertama yang membahas kehidupan sosial masyarakat
Irak pra invasi AS 2003 dari segi analisis sejarah maupun geografisnya, yang
ketika itu dipimpin oleh presiden Saddam Hussein. Serta perkembangan maupun
kondisi politik Irak pada waktu itu.
Bab III : merupakan bab inti kedua yang akan membahas sebab-sebab yang
melatarbelakangi invasi dan pendudukan AS atas Irak.
Bab IV : merupakan bab inti ketiga yang akan membahas berbagai macam
dinamika kepentingan AS menginvasi dan menduduki Irak.
BAB V : mengandung dua sub-bab, yaitu kesimpulan yang merupakan pandangan
penulis tentang hasil penelitian yang telah ditempuh. Kesimpulan merupakan hasil
akhir yang dapat penulis berikan sebagai puncak dari kegiatan penelitian yang
dilaksanakan. Sub-bab yang kedua; saran-saran yang merupakan anjuran penulis
kepada para akademisi yang memiliki perhatian terhadap penelitian sejarah dan
peradaban Islam, terutama yang berkenaan dengan invasi dan pendudukan AS atas
Irak.
17
BAB II
KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003
A. Kondisi Sosial Masyarakat
Negara Republik Irak (al-Jumhuriyah al-Irakiyah) yang beribukota Baghdad
ini berpenduduk 18.317.000 jiwa sesuai sensus 1990. Pada sensus 2010
berdasarkan situs resmi CIA milik Amerika yang telah diupdate pada tanggal 18
Oktober 2011, Populasi kependudukan Irak mengalami perkembangan yang
signifikan sekitar 30.399.572 jiwa penduduk Irak.10
Luas wilayahnya mencapai 435.052 km2 dengan kepadatan penduduk
mencapai 42.1/Km2. Bahasa resminya adalah bahasa Arab. Penduduk yang
beragama Islam mencapai 95,8 % (Sunni dan Syiah), Kristen 3,5 % dan sisanya
Yahudi. Mata uangnya adalah Dinar. Negara yang berada di bagian barat daya
Asia ini, memiliki batas wilayah; di selatan berbatasan dengan Kuwait dan Saudi
Arabia, di barat dengan Jordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di timur
dengan Iran.11
Banyak keluarga di Irak hidup di Pedesaan. Karena jika tinggal di pedesaan
mereka dapat hidup lebih tentram dan bisa menggiring pertanian di daerahnya.
Ukuran rata-rata masyarakat Irak lebihn senang berada di daerah kota-kota kecil.
Karena jika berada di kota-kota besar sangat riskan keamanannya.
Dan tradisi pernikahan di Irak sangat cenderung lebih dini dan banyak.
Karena memang tradisi Islam sangat menganjurkan nikah lebih muda dan
10
CIA. “Population Irak People ,Country Comparison to The World”. artikel di akses pada:
18 Oktober 2011. Dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ iz.html. 11
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Lingustik dan Geo-Politik,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h.168.
18
mempunyai keturunan yang banyak. sehingga banyak remaja muda yang sudah
menikah. Apalagi sesudah Perang Teluk II antara Irak-Kuwait selesai, pada tahun
1995 s/d 2000 kondisi Irak bisa dikatakan relatif aman untuk melakukan resepsi
pernikahan secara terang-terangan. Maka dari presentase Irak angka kelahrian di
sana itu cukuplah tinggi. Walaupun tidak menutup kemungkinan angka kematian
di Irak juga tak kalah tingginya.
Tingkat kelahiran dan kematian di Irak mengalami kondisi fluaktuatif,
terkadang tinggi dan rendah. Akibat angka kelahiran dan kematian yang selalu
seimbang dan bersaing. Dan pertumbuhan penduduk Irak pun terbilang cepat
sejak tahun 1950-an. Tingkat pertumbuhan penduduk Irak sekitar 2,7 persen
(1.027 kelahiran dan untuk 1.000 setiap kematian per tahunnya).12
Jumlah penduduk Irak sekitar 23 juta jiwa ( perkiraan tahun 2003) dengan
74 persen tinggal di perkotaan. Lebih dari 24 persen populasi timggal di wilayah
ke gubernuran Baghdad. Masyarakat terdiri dari berbagai unsur, yang sebelumnya
tidak pernah digabungkan dalam satu negara merdeka. Dulu, dan juga sekarang,
populasi Irak terbagi dalam berbagi kategori yang tumpang tindih, mencakup
asal-usul sosial dan etnik, sekte religius, pekerjaan,latar belakang, daerah dan
kesukuan.
Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk (95 persen), adalah agama
resmi di Irak. sekitar seperemapat dari penganut Islam ini adalah etnis Kurdi, yang
mayoritas beraliran Sunni. Sisanya yang tiga perempat adalah orang Arab.
12 Charles F. Gritzner,ed, Iraq Modern World Nation.( Chelsea House. New York. 2006),
h. 54.
19
Komunitas agama lain adalah Kristen (3,6 persen), Sabean dan Yazidi (1,4
persen) bahasa Arab meruapakan bahasa resmi Irak. Tetapi, sesuai dengan
keragaman etnis yang ada, bermacam bahasa digunakan di Irak, seperti bahasa
Kurdi, Assyiria,Persia, Turki, Turkmen, dll.13
Semua kondisi sosial ketika itu
aman dan terkendali, tak ada pertikaian yang begitu berarti pasca Perang Teluk II
1991 dan pra invasi AS 2003.
Data dari UNICEF keadaan psikososial anak kesejahteraan belum sistematis
dipantau sampai sekarang, menyajikan data tersebar dan sering tidak lengkap
untuk periode yang dipertimbangkan sejak (1989-1999).
Kebanyakan orang tua khawatir Irak akan terus-menerus tidak berjalan
sesuai dengan harapan rakyat Irak, untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka
dan mengirimkan kekhawatiran ini kepada anak-anak mereka (UNICEF: Anak-
anak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi, 1992; Wawancara dengan
Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Pemuda dan 'anak-anak di Irak saat
ini, tumbuh dengan rasa mendalam ketidakamanan tentang kepuasan hidup dasar
mereka dan kebutuhan pembangunan, dan anak-anak berumur 4 tahun sudah
terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan dalam rangka memberikan
kontribusi untuk keluarganya, sebagian besar dari mereka bekerja di jalanan.
Suasana keluarga juga menderita tekanan psikologis batin. Kelelahan orang
tua yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga secara alami
kurang sensitif dan peduli terhadap anak-anak mereka, dan anak-anak kehilangan
sering menambahkan melalui perilaku konsekuen sulit mereka ke dalam
13
Dhurorudin Mashad, dkk., Saddam Melawan Amerika (Jakarta: Pensil-324, 2003), h. 51.
20
penderitaan orang tua. Peningkatan konflik keluarga dan penganiayaan anak-anak
telah diamati (UNICEF: Anak-anak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi,
1992; Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Lebih
banyak anak dipaksa oleh orang tua mereka untuk bekerja di jalan-jalan (TT Al
Jadir: Studi Fenomena menggelandang, Baghdad, 1998). Laporan lainnya
menunjukkan peningkatan break up keluarga, mengakibatkan peningkatan jumlah
anak yatim (Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak,, 22.3.99 dan
Departemen Tenaga Kerja dan Sosial, 23.3.99). Keluarga yang mencintai sumber
daya untuk perawatan yang habis jangka panjang melalui beberapa kesusahan
tidak dapat lagi memberikan anak-anak mereka dengan rasa memiliki.
Anak pertengahan: Di masa pertangahan kanak-kanak nutrisinya terus
mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi, belajar dan menghafal dan
dengan demikian mencerminkan negatif pada kemajuan pendidikan mereka.
(Laporan Pertama Berkala Irak tentang Pelaksanaan Konvensi Hak Anak, 1996))
Saat ini tidak ada data tentang status gizi anak yang lebih tua, namun peningkatan
gizi buruk, penyakit dan kematian telah diamati (UNICEF Analisis Situasi
Perempuan dan Anak di Irak, 1997). Khawatir tentang kebutuhan dasar juga
mengalihkan perhatian anak dari belajar dan kegiatan kreatif dan produktif
lainnya dan dengan demikian mencerminkan negatif terhadap jalannya
perkembangan intelektual mereka.14
Bagaimanapun jika kita lihat kondisi Irak pada saat itu terbilang tidak
terlalu memprihatinkan karena Irak negara yang cukup makmur dari segi struktur
14
UNICEF. Kondisi Psikososial Kesejahteraan Anak di Irak. artikel di akses pada: Februari
1997. Dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/spec-top.html.
21
maupun infrastrukturnya, apalagi ditunjang dengan peradabannya yang begitu
memukau. Membuat dunia takjub akan warisan dari kesejarahan negara Irak
tersebut. karena Irak merupakan peninggalan dari segala macam dinasti dan
kerajaan yang sempat berjaya di masanya. Hingga kejayaan tersebut masih terasa
bagi rakyat Irak sendiri sebelum invasi AS yang kuat itu terjadi.
B. Kondisi Kehidupan Ekonomi.
Di bawah pemerintahan Saddam, data ekonomi dianggap rahasia negara,
dengan demikian, data yang dapat diandalkan untuk zaman itu terbatas. Menurut
data Economist Intelligence Unit, Irak PDB berdiri di sekitar $ 38 miliar dolar
tahun 1989, diukur dalam konstan 2003 dolar. Dari 1990 sampai Saddam
menerima syarat dan ketentuan Resolusi PBB 986 pada tahun 1996 PDB di Irak
tetap kurang dari 30 persen dari nilai 1989. Dalam periode 1996 sampai 2002,
data menunjukkan sebuah pemulihan bertahap sebagai GDP meningkat dari $
10600000000 pada tahun 1996 menjadi $ 33 miliar pada 2000 sebelum turun
kembali ke $ 29 miliar tahun 2001.GDP per kapita selama periode mengikuti tren
penurunan terlihat dalam PDB secara keseluruhan.
PDB per kapita pergi dari sekitar $ 2304 pada 1989 menjadi $ 938 pada
tahun 1990. Dari tahun 1991 sampai tahun 1996 PDB per kapita tidak pernah naik
di atas $ 507. Selama periode ketimpangan pendapatan adalah masalah sebagai
kekayaan terkonsentrasi di tangan Rezim loyalis dan pedagang sementara Irak
yang paling hidup dari penghasilan yang jauh lebih sedikit.
22
CBI menerbitkan buletin statistik dengan data GDP dalam harga sekarang
Data yang digunakan dalam gambar 7 diperoleh pada tahun 2004 di CBI. Perlu
dicatat bahwa validitas yang sebenarnya tidak diketahui.
Karena kurangnya data ekonomi yang spesifik, sulit untuk memisahkan
PDB Irak menjadi sektor. Diperkirakan bahwa pada 1989 minyak Irak terdiri
sekitar 61 persen dari perekonomian. Namun, setelah invasi Kuwait dan sanksi
pada ekspor minyak, ini terus menurun sampai 1996 ketika program OFF PBB
Irak diperbolehkan untuk melanjutkan ekspor minyak dikendalikan menggunakan
kontrak disetujui PBB. Sektor Pertanian PDB, meskipun lebih besar dari beberapa
negara tetangga, sangat kecil jika dibandingkan dengan minyak dan layanan.
Lahan subur pertanian Irak mencakup sekitar seperlima dari wilayahnya dan telah
memungkinkan Irak untuk mempertahankan sistem pertanian penting.
Pengembangan minyak Irak dimulai pada tahun 1901. Irak Perusahaan
Minyak Nasional (INOC) dibentuk pada tahun 1964, dan dengan nasionalisasi
minyak Irak antara tahun 1972 dan 1975, INOC mengambil alih dari perusahaan
minyak internasional yang sebelumnya menjalankan industri minyak negara itu.
Pada tahun 1987, INOC dibubarkan dan bergabung dengan Moo. Sebelum Perang
Teluk, minyak menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB dan 95 persen dari
pendapatan mata uang asing. Setelah invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 dan
embargo pada ekspor minyak Irak, produksi minyak Irak turun menjadi 10 persen
dari tingkat sebelum perang dari 3,5 juta barel per hari pada bulan Juli 1990
menjadi sekitar 350.000 barel per hari pada Juli 1991. Disetujui oleh PBB ekspor
minyak mulai pada Desember 1996 setelah Irak akhirnya menerima UNSCR 986
(disahkan pada bulan April 1995). Namun, sektor minyak Irak terus menderita
23
dari tahun manajemen reservoir minyak miskin; masalah korosi pada berbagai
fasilitas minyak; kerusakan fasilitas injeksi air, kurangnya suku cadang, bahan,
peralatan, dan kerusakan pada penyimpanan minyak dan fasilitas pemompaan.
Tidak seperti kebanyakan negara-negara Teluk, Irak memiliki potensi
pertanian yang cukup besar. Sekitar 12 persen dari lahannya ditanami, dimana 4
persen irigasi. 9 persen lainnya cocok untuk penggembalaan dan 3 persen adalah
hutan. Namun, selama pemerintahan Saddam, Irak tidak efektif menggunakan
potensi pertanian. Dalam partai Ba'ath, aktivitas di sektor pangan dan pertanian
ekonomi terus menurun. Pemerintah pengeluaran pada pertanian turun dari 18
persen dari pengeluaran total pemerintah pada tahun 1976 menjadi kurang dari 10
persen pada tahun 1980 dan terus menurun selama perang Iran-Irak. Di bawah
Saddam, sebagai akibat dari kekeringan, kurangnya input, metode miskin dan
administrasi lemah, Irak mampu mencapai tingkat produksi pertanian di dekat
potensinya. Setelah Perang Teluk pertama, sistem irigasi jatuh ke dalam
keruntuhan dan sebagian besar lahan pertanian irigasi di pusat dan selatan Irak
rusak parah karena salinisasi (larutan garam).
Pertumbuhan penduduk yang cepat selama tiga dekade terakhir, ditambah
dengan lahan pertanian terbatas dan stagnasi secara keseluruhan dalam produksi
pertanian terus meningkat ketergantungan Irak pada impor untuk memenuhi
kebutuhan pangan domestik. Pada tahun 2002, di bawah program OFF PBB,
antara 80 persen dan 100 persen dari Irak makanan pokok diimpor. Namun, Irak
tetap mandiri dalam buah-buahan dan sayuran.15
15
CIA. “Data Ekonomi Irak 1989-2003”. artikel di akses pada: 24 April 2004. Dari
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ iz.html.
24
Dan minyak Irak pasca Perang Teluk II antara Irak dan Kuwait dari salah
satu sumber menurut Abdul Halim Mahally dalam bukunya Menjarah Negeri
Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan. Bahwa
Irak sebelum invasi AS memiliki cadangan minyak sekitar 338 milyar barel yang
juga berarti menempatkan sebagai pemilik cadangan terbesar di kawasan Timur
Tengah bahkan mengalahkan Arab Saudi. Namun tampaknya berlebihan, sebab
Arab Saudi tetaplah merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang paling
besar cadangan minyaknya. Produksi minyak nampaknya akan terus diupayakan
meningkat jika hendak digunakan sebagiannya sebagai ganti rugi atau pemulihan
infrastruktur yang rusak akibat perang yang jumlah keseluruhannya mencapai
US$ 400 milyar. Karenanya produksi minyak Irak tidak boleh hanya berhenti
pada level 2.5 juta atau 3 juta barel per hari.16
Irak di bawah Presiden Saddam Hussein telah menjadi bangsa yang kuat.
Sambil memperkuat angkatan bersenjata, Saddam juga memperhatikan pertanian.
Begitu PBB menjatuhkan sanksi terhadap Irak, Saddam langsung membangun
pertanian Irak secara besar-besaran. Proyek yang pertama kali dikerjakan adalah
membangun irigasi untuk pertanian.
Tahun 1993, Saddam membelah padang pasir Irak untuk dijadikan sungai
yang diberi nama sungai Saddam (Nahr Assaddam). Panjangnya tidak kepalang.
500 kilometer. Begitu sungai selesai, padang pasir yang ada di kanan-kiri sungai
digenangi air dan disulap menjadi lahan yang subur. Hasilnya, padang pasir
dihijaukan dengan gandum sebagai makanan pokok, anggur dan korma. Karena
16
Mahally, Abdul Halim. Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik
Invasi Irak dan Afghanistan”.(Bekasi: Fima Rodheta.2006). h, 256-257.
25
itu tidak usah heran kalau Irak tidak mengalami kelaparan walaupun sudah
diembargo sudah 10 tahun.
Jadi bayangan bahwa Irak akan kelaparan karena embargo, hanyalah ilusi
belaka. Bahkan menurut banyak pengamat, 100 tahun lagi, kalau PBB kuat
memberlakukan embargo, Irak akan masih punya daya tahan. Bahkan di saat
embargo ekonomi, Irak mengekspor beras dan gandum. Kesulitan yang dirasakan
akibat embargo adalah obat- obatan dan spare part mobil dan industri. “Di sini
semua terpenuhi, kecuali mobil baru,” kata salah seorang penjual koran.
Kesuksesan Saddam dalam bidang pertanian merupakan kunci utama
stabilitas politik di Irak selama embargo dunia. Irak yang memiliki sumber
minyak nomor tiga di dunia, sampai saat ini persediaan minyaknya dapat dihemat
untuk beberapa generasi berikutnya. Karena kebutuhan makanan pokok
melimpah, masyarakat Irak tetap tenang menghadapi embargo PBB.
Bagi rakyat Irak dewasa ini masalah demokrasi dan HAM tidak menjadi
isu sentral. Bahkan bagi mereka demokrasi dan HAM hanyalah slogan Amerika
untuk menghancurkan Irak. Dengan cara pandang seperti ini, popularitas Saddam
tetap tak tergoyahkan di mata rakyat negara yang bertetangga dengan Iran itu.
Bagaimana nasib mata uang dinar Irak? Tentu saja nilai dinar terjun bebas.
Meski demikian, nasionalisme rakyat Irak tidak bisa digoyang dengan nilai dinar
yang anjok itu. Sebelum embargo 1991, satu dinar Irak ditukar dengan 2,7 dolar.
Sekarang satu dollar ditukar dengan 1.900 dinar. Berarti nilainya anjlok sampai
800 kali lipat. Menukar uang seratus dollar sudah tidak muat di kantong.
26
ltulah Irak yang terus bergulat untuk melepaskan diri dari tiang gantungan
imperialisme Barat. Irak adalah contoh negara yang tidak pernah menyerahkan
nasibnya kepada imperialisme yang serakah dan tidak kenal malu. Kita berharap
Irak tetap tegar menghadapi dunia Barat. Untuk masa depan fenomena Irak tetap
menarik untuk diikuti.17
C. Kondisi Politik
Berbagai aspek telah dilancarkan oleh Saddam Hussein demi memenuhi
ambisinya dengan mengeluarkan beberapa kebijakan politik yang telah
disepakatinya, kebijakan ini antara lain meliputi kebijakan dalam dan kebijakan
luar negeri. Beberapa manuver politik menjadi hal yang biasa dilakukan
pemerintahan Irak yang dipimpim Saddam. Di antaranya di dalam negeri sendiri
ia selalu mempromosikan pemahaman Arab Sunni sebagai aliran keagamaan yang
mesti dipatuhi, padahal banyak Sekte/Mazhab yang lain mesti dihormati dan
dihargai keberadaannya. Saddam diyakini mempunyai ambisi ini dengan
memanfaatkan situasi demi bisa mempertahankan kekuasaan politiknya.
Tidak hanya itu saja, masa sebelum invasi AS 2003 belum terlalu
signifikan, Kondisi perpolitikan di Irak sedikit agak rejim waktu Saddam
memimpin sebagai presiden Irak ketika itu, hingga sebagain besar etnis Kurdi dan
sekte Syiah merasa didiskriminasi oleh segala macam kebijakannya. Dari
masalah hak sebagai warga negara sipil yang mesti diprioritaskan sampai menjadi
17 Tabrani Syabirin . “Irak Setelah Diembargo 10 tahun”. artikel di akses pada:. Februari
2000. Dari http://www.oocities.org/injusticedpeople/IraqSetelahDiembargo10Tahun.htm.
27
masyarakat kelas dua di Baghdad. Karena yang sama-sama kita ketahui Saddam
adalah penganut sekte Sunni yang berada di Irak. Walaupun Syiah mayoritas di
Irak dan Sunni minoritas, tetapi jarak antara Sunni dan Syiah menjadi sangat
kentara dan terjadilah tirani minoritas yang dilakukan Saddam dan oknum sekte
Sunni di Irak.
1. Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein
Beberapa teknik politik Saddam khususnya di dalam negerinya ia telah
membangun pasukan rejim, Saddam juga bersandar pada beberapa strategi politik
yang mengkonsolidasi kekuasaanya. Pertama , pemimpin Irak memodifikasi celah
kebijakan politik dalam dan luar negerinya agar sesuai dengan kepentingan
pendukung utamanya. Pada umumnya pendukung Saddam berupaya
mempertahankan hegemoni mereka di Irak, mempromosikan kekuasaan Arab
Sunni di dalam negeri dan mendapat pengakuan sebagai kekuatan Arab yang
dominan. Saddam punya ambisi ini dan juga mengeksploitasinya agar dapat
mempertahankan kekuasaan politiknya.
Kedua, Saddam berupaya terus menyingkirkan kompetitor potensialnya.
Tindakan oposisi dapat menghasilkan ganjaran dan pemenjaraan, tergantung
apakah Saddam melihat pelaku itu sebagai suatu ancaman atau sekutu pada waktu
itu. Ketiga, Saddam juga mempergunakan cara kooptasi dan bentuk lainnya untuk
menjamin dari pendukungnya yang berjumlah terbatas, pendukung di antaranya
berupa suku-suku dan keluarganya.
Keempat, pemimpin ini mempublikasikan citra dirinya sebagai pemimpin
Arab. Kalau ditilik dari politik negara Indonesia, Saddam dianalogikan sebagai
28
kepala negara Republik Indonesia yang saat ini hanya mengedepankan politik
pencitraan ketimbang memikirkan masalah yang lebih penting dan urgen untuk
urusan rakyat banyak. Saddam berupaya selalu mempromosikan dirinya yang
mempunyai citra terkuat kapanpun juga. Citra kekuatan Saddam meyakini akan
dapat mengontrol di dalam negeri dan intervensi luar negeri.18
Di dalam media masa, dari elektronik hingga cetak Saddam mulai
berploriferasi dengan berupaya memutar balikan fakta dengan menggunankan
media tersebut agar politik pencitraannya berjalan sesuai dengan apa yang ia
harapkan. Saddam melakukan manuver dengan menyatakan dirinya telah
menyelamatkan Irak secara konstan. Saddam khususnya mempublikasikan
keberhasilannya dalam menumpas pergolakan di dalam negeri di antara suku
Kurdi dan kelompok Syiah untuk mengkonsolidasikan dukungan di antara para
pendukung utamanya.
2. Kebijakan Politik Luar Negeri Saddam Hussein
Dan kebijkaan politik di luar negeri ia, selalu manyatakan dan mengklaim
dirinya sebagai pemimpin Dunia Arab yang kuat sehingga ia berharap kepada
seluruh negara-negara yang ada di dunia menghargainya dan menghormatinya.
Selain itu Saddam mengaku dirinya sebagai singa padang pasir yang begitu kuat.
Itulah beberapa contoh singkat dari sekian banyak kebijakan politik Saddam yang
kontroversi dan terkadang mencari sensasi.
Saddam bahkan sangat elegan dan piawai dalam mengkampanyekan
kebijakan luar negerinya, tapi memang harus kita akui ia gagal di tengah jalan
18
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf. ed., Perang Iraq-AS: Hegemoni Baru AS di
Timur Tengah dan Dampak Globalnya (Jakarta: COMES, 2003) h. 30.
29
akibat promosi kebijakan luar negerinya yang kurang begitu diapresiaskan negara
lain, lebih-lebih lagi negara multi nasional19
yang memusuhi tindak tanduk
Presiden Saddam Hussein.
Empat tujuan utama yang mengendalikan kebijakan luar negeri Irak
sekarang ini adalah mempertahankan pemerintahan rejim Baath saat ini, di mana
Baath sendiri adalah haluan politik Saddam Hussein. Ia pun ingin mengakhiri
sanksi PBB, mencapai hegemoni tingkat regional dan membangun kemampuan
senjata NBC (Nuclear Biological Chemical)
Perhatian utama rejim Baath saat ini adalah melindungi dan khususnya
meningkatkan kekuasaan di Irak, sebuah perhatian yang direfleksikan dalam
kebijakan luar negeri Irak. seperti yang dijelaskan di atas, agenda dalam negeri ini
adalah memberangus lawan-lawan politiknya yang membangkang ataupun
bersebrangan dengan Saddam, sekaligus mempertahankan diri dari rejimnya.
Kebijakan luar negeri Irak menekankan faktor ini. Upaya untuk dapat
mendapatkan pengaruh di Arab dan dunia Islam ataupun melawan Amerika,
digunakan di dalam negeri untuk membersihkan citra Saddam.20
Seperti pula yang
dikemukakan di atas, Saddam juga terlibat demam politik yang sama hal dengan
pemerintahan Indonesia yang memperjuangkan Politik Pencitraan dan menafikan
hak-hak masyarakat sipil yang tertindas.
Saddam menuntut pencabutan sanksi dengan segera karena alasan politik
daripada motif ekonomi. Lebih dari isu lainnya, sanksi mensimbolisasi isolasi
Irak dan sikap keras Barat, khusunya upaya Amerika Serikat untuk menghukum
19
Negara multi nasional adalah negara-negara yang berusaha melakukan konspirasi dan
bersekutu dengan Amerika Serikat dalam dukungannya untuk menghancurkan negara Irak di
bawah rejim kekuasaan Saddam Hussein. Negara-negara ini pun meliputi: Inggris, Jerman,
Prancis, bahkan Israel dll. 20
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 31-32.
30
dan mengembargo Baghdad. Pencabutan sanksi tersebut akan mengisyaratkan
basis kekuasaan Saddam bahwa pemimpin Irak tidak dapat ditundukkan ataupun
dikalahkan kemudian muncul sebagai pihak yang menang. Dalam pengertian
material, pencabutan sanksi akan meningkatkan sumber daya rejim Baath dan
memungkinkan Saddam membangun kembali kekuatan konvensionalnya.
Untuk jangka panjang, Saddam menuntut hegemoni regional dan
pengakuan sebagai pemimpin Arab. Propaganda Irak dan upaya Saddam untuk
memperluas pengaruhnya melalui kekuatan terhadap Iran dan Kuwait,
memperlihat pemimpin yang mempunyai komitmen untuk melakukan ekspansi.
Untuk mengakhiri ini semua. Irak membangun berbagai kekuatan konvensional
setelah perang Iran-Irak dan membangun pasukan terbesar ke empat di dunia
sebelum sebagian besar pasukannya dihancurkan dalam perang Operasi Badai
Gurun. Bagi Sadam dan partai Baath , keberhasilan Pan-Arab di luar negeri yang
menegaskan hegemoni Irak dianggap sebagai meningkatnya pengaruh mereka di
dalam negeri.
Memiliki persenjataan NBC melengkapi ambisi Saddam tingkat
regional. Pertama, persenjataan ini memberikan pada Irak sebuah instrument
militer untuk membuktikan kekuataannya. Ia dapat mengancan negara-negara
tetangganya atau, bila perlu menggunakan senjata ini untuk mencaplok wilayah
dalam medan perang seperti yang dilakukannya pada tahun-tahun terakhir perang
antara Irak dan Iran. Baik Saddam maupun basis kekuasaannya meyakini,
persenjataan kimia memainkan peranan penting dalam kemenangan Irak atas Iran
pada perang antara Irak dan Iran. Kedua persenjataan NBC memberikan potensi
untuk melakukan perlawanan atas superioritas konvensioanl Amerika Serikat di
31
kawasan ini. Ketiga persenjataan ini adalah symbol status, sebagai sebuah negara
NBC, khususnya senjata nuklir, Irak di bawah rejim Saddam dapat mengancam
Israel dan harus ditanggapi secara serius oleh pihak Barat. Oleh karena itu
kebijakan luar maupun dalam negeri yang dilakukan banyak menuai kontroversi.21
D.Kondisi Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte.
Segera setelah terjadi perang Irak antara Kuwait itu selesai tahun 1991.
Kondisi keadaan etnis/mazhab/sekte tidak adanya tanda-tanda kehidupan yang
membaik. Segera pasca Operasi Badai Gurun, suku minoritas Kurdi Irak
memberontak terhadpa rejim Baath. Pada 22 maret 1991, rejim ini melakukan
serangan balasan terhadap rejim Saddam yang otoriter semenjak awal karir ia
menjadi presiden pada tahun 1970-an.
Yang melakukan serangan-serangan terhadap suku minoritas Kurdi di Irak
Utara. Angkatan Darat Irak menyerang para pemberontak dan warga sipil di Irak
Utara yang menyebabkan jatuh korban dalam jumlah yang besar dan penderitaan
di antara suku Kurdi Irak. Puluhan ribu suku Kurdi meninggalkan daerahnya
ketika pemrintahan pusat dapat mengambil alih kekuasaan di sana dan lebih dari
satu juta suku Kurdi meninggalkan desa-desa mereka ke arah Iran dan Turki.
Banyak di antara mereka hidup tanpa makanan atau perlindungan yang memadai
di gunung-gunung Irak Utara.
Untuk meringankan krisis dan beban suku Kurdi. AS mulai memanfaatkan
situasi dengan mengirim pasukan pada bulan April 1991 untuk menciptakan rasa
aman agar para pengungsi kembali ke kampung halaman mereka. Resolusi DK
21
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 33-34.
32
PBB No.688 memberi kewenangan dalam menggunakan kekuatan untuk
melindungi upaya pertolongan di wilayah utara Kurdi. Pasukan AS, Perancis dan
Inggris mendirikan “Safety Zone” atau zona keselamatan dan mengamankan
kamp-kamp pengungsi di Irak Utara.
Sekitar akhri Mei 1991, banyak suku Kurdi di Turki telah kembali ke Irak
dan suku Kurdi yang terusir telah kembali ke rumah-rumah mereka. Pada Mei itu
juga PBB, mengeluarkan kewenangan pada AS untuk melakukan operasi
pertolongan secara langsung, tetapi enggan, untuk mengintervensi untuk
melindungi suku Kurdi. Lebih dari 10.000 personil Angkatan Darat,Laut, dan
Udara AS berpartisipasi dalam operasinya. Dan negara-negara sekutu memberik
kontribusi sekitar 11.000 personil militer. Ketika pauskan Amerika dan sekutu-
sekutunya hendak memasuki negara ini, kampanye Irak berhenti. Selain berupaya
mengamankan wilayah yang mesti diselamatkan. Amerika juga menempatkan
pasukan di Turki guna mencegah penyerbuan Irak dan melindungi suku Kurdi.
Bahkan setelah PBB melakukan kontrol atas upaya pertolongan, komitmen militer
AS secara implisit masih berlaku.
Setelah zona yang dilindungi itu tersebut dibuat, konfrontasi ternyata tak
berakhir juga. Pada Agustus dan September, Irak mulai mengancam zona
keselamatan tersebut dengan mengerahkan pasukan ke wilayah utara dan
melakukan invasi terhadap suku Kurdi. Pasukan Irak dan kelompok paramiliter
suku Kurdi acapkali terjadi. Akan tetapi, setelah AS mengancam melakukan
pembalasan, Saddam menarik mundur dan tak lagi mengganggu wilayah zona ini
secara langsung hingga tahun 1996.22
22
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, ed., h. 62-63.
33
Pada 1991 setelah lama kelompok sesame suku Kurdi yang berseteru karena
ingin memperebutkan kekuasaannya. Maka usai Perang Teluk I, UPK (Uni
Patriotik Kurdistan) dan PDK-Irak (Partai Demokratik Kurdistan-Irak), mereka
kembali bersatu karena sama-sama menjadi kaum tertindas, dengan bersatunya
suku Kurdi maka mereka menjadi kekuatan yang baru di Irak utara. Apalgai
dalam pemilu pada tahun 1992, kedua partai ini meraih 50 kursi di pemerintahan
regional Kurdistan dengan ibu kota Arbil (Erbil). Namun yang menjadi masalah
perseteruan terus terjadi, UPK menguasai wilayah tengah dan tenggara. Setelah
menduduki Arbil pada tahun 1994, UPK menyatakan menguasai separuh wilayah
Kurdista dan 70 persen wilayah penduduknya di bawah kekuasaanya. Belakangan
PDK-Irak menuduh UPK mendapat bantuan militer dari Iran.
Sejarah mencatat bahwa “perang” antar Kurdi untuk memperebutkan
wilayah kekuasaan dan pengaruh di Irak utara menjadi salah satu penyebab
mudahnya Saddam menguasai daerah itu. Selalu ada kelompok atau partai politik
yang dapat dipengaruhi oleh Baghdad. Saat ini ada dua wilayah Kurdi yang saling
bersaing. Kedua wilayah itu adalah Barzanistan di Irak utara bagian timur laut dan
Talibanistan di barat daya. “Barzanistan” dikuasai oleh Partai Demokratik
Kurdistan-Irak, sedangkan “Talibanistan” ada di bawah kekuasaan Uni Patriotik
Kurdistan.23
Tiga tahun kemudian, kedua partai tersebut terlibat pertarungan dan
pertempuran sengit sejak 1994 hingga 1997 untuk memperenutkan wilayah itu.
UPK pimpinan Jalal Talabani meminta bantuan Iran untuk memerangi PDK-Irak
pimpinan Massoud Barzani pun pada tahun 1996 meminta bantuan AS. Akan
23
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad (Jakarta: Kompas, 2005), h. 174.
34
tetapi karena bantuan yang diharapkan tidak datang-datang, ia menoleh meminta
bantuan kepada Saddam Hussein.
Ini kesempatan bagi Massoud Barzani dengan menjalin hubungan militer
dengan Saddam. Dengan bermodalkan minyak yang dihasilkan wilayahnya,
Massoud Barzani membeli senjata dan amunisi dari Baghdad. Pada bulan
September 1998, akhirnya Jalal Talabani dan Massoud Barzani bersepakta untuk
bersatu dan bersama-sama menyelenggrakan pemilihan umum pada bulan Juli
1999. Sejak saat itu disepakati genjatan senjata, tetapi langkah-langkah reunifikasi
untuk mempertegas dan memperteguh penyatuan merek tidak juga dilakukan.
Walaupun demikian, langkah konkrit kedua partai politik terbesar di
Kurdistan itu memberikan harapan baru bagi terciptanya kesatuan dan persatuan
Kurdi. Ini adalah sebuah langkah bersejarah dan sebuah langkah menuju arah
yang lurus. Upaya untuk menegaskan kembali bersatu itu terus digencarkan.
Misalnya, tanggal 7-8 September 2002 dilakukan pertemuan antara Massud
(Massoud) Barzani dari PDK-Irak dengan Jalal Talabani dari UPK di Salahudin,
Kurdistan selatan.
Dalam pertemuan tersebut, menurut laporan Kurdish Media, mereka
bersepakat untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi guna membahas isu
Kurdistan regional, dan internasional. Mereka juga sepakat untuk memerangi
terorisme, fanatisme, diktator. Kedua belah pihak menegaskan bahwa kesempatan
baru harus direbut dan dimanfaatkan sehingga bermanfaat bagi rakyat Irak dan
Kurdistan.
Masalah Syiah dan Sunni kondisi tersebut memang sering terpecah-pecah.
Rasanya dalam hal ini perlu penulis jelaskan. Trias Kuncahyono (wartawan
35
Kompas) dalam bukunya Bulan Sabit Di Atas Baghdad , menjelaskan yang
dimaksude dengan Sunni adalah mazhab mayoritas kaum muslim yang melandasi
ajaran-ajarannya pada sunnah Nabi Saw. Dalam hal akidah. Mereka tidak banyak
berbeda dengan kaum Syiah, tetapi mereka tidak mengharuskan kepemimpinan
kaum muslimin dipangku oleh keturunan Nabi dan menantunya Ali bin Abi
Thalib. Sedangkan Syiah adalah mazhab minoritas kaum muslim yang secara
teologis sebetulnya tidak banyak berbeda dari mayoritas Sunni. Ciri utama kaum
Syiah adalah sangat mengagumi dan menghormati keluarga Nabi Muhammad
Saw (Ahlu Bayt). Secara politis dan historis, mereka adalah pengikut Ali bin Abi
Thalib sepupu dan menantu Nabi Muhammad Saw.
Jelaslah Sudah bahwa sejak semula di dalam diri Irak terkandung “magma”
yang memiliki kekuatan demikian dahsyat dan sewaktu-waktu bisa meledak
karena alasan politik. Pembagian Syiah-Sunni lebih kepada alasan politik
ketimbang kultur yang mencerminkan kompetisi antara kedua kelompok
mengenai hak untuk memerintah dan mendefiniskan arti nasionalisme di Irak.
oleh karena itu elite Sunni lebih memilih nasionalisme Arab yang lebih luas
sebagai idelogi utamanya. Maka Syiah lebih memilih nasionalisme Irak.
Berdasarkan perkiraan per Juli 2002, jumlah penduduk Irak adalah
24.001.816 jiwa. 75-80 persen etnis Kurdi. Turkoman, Assirian, Dll 5 persen.
Apabila ditilik dari mazhab agama yang dianut kelompok etnis Arab terbagi dua:
sebanyak 60-65 persen menganut mazhab Syiah dan 32-37 persen mazhab Sunni.
Sisanya Kristen, Dll sebanyak 3 persen.24
24
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad. H, 130-131.
36
BAB III
PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007
A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal
Perihal senjata kimia dan biologi maupun senjata pemusnah massal lainnya,
senantiasa mendapat perhatian besar dari Amerika Serikat (AS) sebagai alasan
kuat untuk memerangi kejahatan yang dialamatkan kepada Irak atau rezim
Saddam Hussein. Polemik inipun berkesinambungan baik sebelum dan sesudah
berhentinya aktivitas tim inspeksi senjata pemusnah massal PBB di Irak
(UNSCOM) pada bulan Desember 1998.
Menyimak tentang hakikat isu senjata pemusnah massal, ada baiknya kita
flashback mengetahui sejauh mana kemajuan yang dicapai Baghdad di bidang dua
senjata itu, serta proses tim inspeksi PBB menghancurkannya serta hengkangnya
tim inspeksi PBB itu pada tahun 1998. Program riset, pengembangan dan
produksi senjata kimia dan biologi telah mendapat perhatian pemimpin Irak sejak
awal tahun 1970-an. Curahan perhatian tersebut merupakan awal dari revivalisasi
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Irak pada masa itu. Selain itu
program senjata kimia dan biologi Irak itu sebagai bagian pula dari rivalitas
militer yang kuat dengan perlombaan senjata dengan Iran, serta berkaitan juga
dengan isu konflik Arab-Israel.
Di samping itu, Irak merasa harus memilih senjata biologi sebagai unsur
kekuatan pengimbang strategis di kawasan Teluk maupun Timur Tengah,
menyusul reaktor nuklir yang telah digempur melalui pesawat tempur pasukan
Israel pada tahun 1981. Oleh karena itu, program senjata kimia dan biologi Irak
37
mengalami kemajuan pesat sejak awal tahun 1980-an. Pemimpin Irak pada masa
itu memberi kemudahan berupa uang, ilmu pengetahuan, teknis, dan sumber daya
manusia untuk program senjata kimia dan biologi yang membantu tercapainya
kemajuan di bidang pembangunan dan infrastuktur untuk program tersebut. Lebih
dari itu, Irak juga berhasil membuka hubungan kerjasama dengan negara-negara
sahabat di antaranya dunia Arab, Eropa Barat dan Timur untuk proses pengalihan
teknologi senjata kimia dan biologi.25
Irak diketahui berhasil memproduksi jenis gas ganda dari jenis VX yang
dikenal merupakan jenis gas yang paling efektif dan memiliki kekuatan
penghancur terdahsyat. Gas ganda terdiri atas dua unsur/zat yang tergabung itu
menghasilkan daya ledak yang sangat dahsyat. Irak secara implisit mengakui
memiliki jenis gas ini pada April tahun 1990 melalui ancaman presiden Saddam
Hussein bahwa akan membakar separuh negara Israel jika mencoba menyerang
Irak.
Di bidang senjata biologi, Irak memfokuskan untuk melakukan riset dan
produksi atas beberapa jenis, terutama jenis batolinium, aflatoksin, dan anthrax.
Kasus larinya dua menantu Saddam Hussein, Hussein Kamel Hassan dan Saddam
Kamel Hassan, ke Jordania pada Agustus 1995 memaksa Irak untuk pertama
kalinya mengakui bahwa program senjata biologinya telah masuk ke tingkat
produksi untuk tujuan militer sebelum meletusnya Perang Teluk II tahun 1991. Di
antara pengakuan Irak adalah memasang bakteri biologi pada 166 bom dan 25
rudal balistik tipe al-Hussein.
25
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h. 65-66.
38
Irak diketahui belum pernah menggunakan senjata biologi dalam konflik
dalam negeri ataupun luar negeri. Namun memakai luas senjata kimia dalam
perang dengan Iran dan ketika menghadapi pemberontakan suku Kurdi yang
berada di Irak ketika itu. Pada Perang Teluk II, Irak tidak berani menggunakan
senjata kimia dan biologi terhadap pasukan multinasional karena takut reaksi AS
yang telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir sebagai aksi balasan atas
senjata kimia atau biologi Irak.
Sesuai dengan resolusi PBB No. 687 yang menyangkut pemusnahan senjata
massal Irak, tim inspeksi PBB (UNSCOM) memfokuskan upaya penghancuran
senjata kimia, biologi, dan kekuatan rudal balistik Irak. kedua belah pihak antara
Baghdad dan UNSCOM saat itu sama-sama memiliki kekeliruan yang sangat fatal
dalam proses aktivitas penghancuran senjata pemusnah massal Irak. Di satu pihak,
berusaha menyembunyikan kekuatan senjata pemusnah massalnya atau
melakukan penghancuran secara sepihak tanpa pengawasan tim inspeksi PBB
yang membawa dampak dan citra negatif setelah diungkap oleh menantu Saddam
Hussein, Hussein Kamel Hassan, sewaktu lari ke Jordania.
Di pihak lain, tim inspeksi PBB terlibat kegiatan mata-mata (spionase) di
Irak untuk kepentingan CIA dan Mossad.26
Tim inspeksi PBB juga sengaja mengulur-ulur waktu proses penyidikan hingga
seolah-oleh tanpa akhir agar sanksi PBB atas Irak terus berlanjut.
Karena itu, meskipun tim inspeksi PBB telah mencapai kemajuan besar
dalam menghancurkan senjata kimia, biologi, dan rudal balistik Irak, mereka terus
mengajukan tuntutan baru yang tidak habis-habisnya mereka lancarkan. Tim
26
CIA adalah agen rahasia Amerika Serikat yang memata-matai negara atau individu yang
dianggap teroris dan membuat kekacauan. Sebaliknya Mossad, tidak beda jauh dengan CIA.
Mossad adalah agen rahasia Israel.
39
tersebut masih saja terus bersikeras menolak dan mengakui Baghdad telah
memenuhi semua resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB, jika tidak melaksanakan
tuntutan baru tersebut.27
Dengan begitu pihak oknum PBB, AS, dan sekutunya
mempunyai opini dan alasan kuat untuk melakukan manuver kejahatan politiknya
di Timur Tengah terutama untuk menggempur negara Irak.
Awal Perang Teluk I dan II merupakan awal kejayaan negara Irak memiliki
persenjataan lengkap dalam melawan negara yang dianggapnya musuh. Berbagai
kalangan negara bahkan yang pernah bersekutu dengannya melakukan aksi
kecaman terhadap negara Irak dengan menindak musuh-musuhnya menggunakan
senjata yang amat membahayakan apa yang disebut Barat sebagai (weapons of
mass destruction) senjata pemusnah massal. Tetapi kejayaan itu tidak berlangsung
lama. Waktu berlalu, di mana masa kekuasaan Saddam Hussein telah mengalami
defisit yang begitu tajam sekitar tahun 1995-2002-an. Masa keemasan Saddam
mulai lenyap karena ketidakpercayaan masyarakat serta para negara-negara yang
dulu bersahabat padanya menjadi apatis ketika ia mulai ditunggangi oleh asing
terutama AS.
Namun bagaimanapun, negara-negara lain khusunya Islam tidak serta merta
mendukung tindakan AS dan sekutunya melakukan aksi serangan membabi-buta
tanpa mengindahkan hak-hak rakyat sipil tidak berdosa. Sampai-sampai PBB
yang dulunya antipati terhadap Irak menjadi simpati dan empati atas terjadinya
krisis Irak selang antara 2003-2007-an. Di sini AS melakukan aksi pengalihan isu
masa lampau dengan kontemporer, dengan melakukan statement bernada kurang
bersahabat terhadap Baghdad dengan membangkit-bangkitkan senjata lengkap
27
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.67-68.
40
milik Irak sebagai senjata perang melawan Iran dan Kuwait beserta memberantas
suku Kurdi ketika itu.
Tuduhan terus menerus dari AS dan beberapa negara Barat bahwa Irak
kembali mengaktifkan program senjata kimia dan biologinya sejak berhenti
kerjanya tim inspeksi PBB pada bulan Desember 1998. AS dan Inggris saat itu
khususnya, melempar berbagai macam serangan tuduhan terhadap Irak. AS dan
Inggris misalnya menuduh Irak terus memproduksi senjata kimia dan biologi
untuk tujuan militer dan senjata tersebut sudah bisa digunakan dalam jangka
waktu 45 menit saja jika ada instruksi dari pemimpin Irak. Irak juga dituding
mengembangkan laboratorium tidak permanen yang bisa dipindahkan dari satu
tempat ke tempat yang lain. Irak dituduh pula melakukan transaksi ilegal
mendapatkan jenis-jenis barang dari luar negeri.
Maka dari itu AS di sini sangat meragukan tentang komitmen Irak
melaksanakan semua resolusi DK PBB yang menyangkut senjata pemusnah
massal agar sanksi PBB tetap berlanjut terhadap Baghdad. Apalagi pasca tragedi
11 September 2001 di AS. Presiden George Walker Bush secara terang-terangan
ingin menyerang Irak untuk menumbangkan rezim Saddam Hussein di Baghdad.
Tidak berlebih-lebihan kalau kini muncul anggapan bahwa AS akan menabur
kerikil-kerikil serta menabuh keras genderang untuk kinerja tim inspeksi PBB jika
kembali lagi ke Irak, sehingga tidak ada cara lain melainkan melancarkan
serangan militer ke Irak.28
Hingga akhirnya menimbulkan kontroversi mendalam mengenai hal ini,
sebab di saat Irak mengalami kemunduran di sektor kepemerintahannya mana
28
Musthafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.70.
41
mungkin Irak memiliki senjata pemusnah massal, dengan terpuruknya kondisi
ekonomi serta ketidakstabilan politik di masa akhir rezim Saddam, Irak laksana
negara bola panas yang diperebutkan berbagai negara di antaranya AS yang begitu
mesra dengan Inggris ingin menggulingkan Saddam serta mengambil alih dan
mengintervensi pemerintah Irak yang ketika itu dipimpin Saddam Hussein.
Ada salah satu pengamat AS bernama James Moore di antaranya melakukan
uji investigasi serta melakukan analisa terhadap senjata pemusnah massal yang
intens disuarakan George Walker Bush dan sekutunya, tetapi fakta membuktikan
belum ditemukannya sampai saat ini materi yang dialamatkan oleh Gedung Putih
untuk Baghdad.
Semua berita yang didendangkan pemerintah AS hanya berupa kampanye
perang untuk mengeksploitasi opini agar sesuai dengan alasan AS. Di antara
sumber yang obyektif dilakukan oleh pekerja jurnalistik AS yang tidak berat
sebelah dalam menanggapi masalah yang sedang dialami Irak, mengatakan dalam
bukunya: Ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang berkuasa di negara
tersebut merupakan pendukung jaringan terorisme internasional, dan tuduhan
soal kepemilikan senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim Saddam
Hussein. Tetapi menurut sumber lain yaitu buku Blood Money karya tim
investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller
mengatakan: bahwa pada tanggal 3 Mei 2003 pasukan bersenjata AS
menganugerahkan kontrak senilai 7 milyar US$ kepada perusahaan Halliburton
diniatkan untuk merehabilitasi industri minyak di Irak. Kemudian perusahaan
Halliburton memperoleh kucuran minyak Irak untuk pertama kalinya sejak
42
Invasi.29
Ini mengakibatkan adanya indikasi yang kuat bagaimana latar belakang
pendudukan AS atas Irak yang sebenarnya: tidak lain ingin menguasai minyaknya,
karena kita mengetahui bahwa negara Irak merupakan penghasil minyak ketiga
terbesar di dunia.
Dengan dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata
pemusnah massal di Irak, itu semua terbantahkan setelah David Kay, ketua
inspektur persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan pada
seluruh dewan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata
pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya,
bahwa intelijen pra-perang telah keliru.30
Dengan begitu apa yang disematkan
presiden Bush terhadap Irak merupakan pengalihan isu agar upaya dan ambisinya
bisa terimplementasi.
B. Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan Taliban
Banyak tuduhan lain yang disematkan presiden Bush untuk Saddam Hussein
di antaranya, adanya konspirasi gelap antara Baghdad dengan jaringan Al-Qaeda
beserta Taliban. Di mana kelompok militansi ini merupakan kelompok buronan
nomor wahid yang paling dicari AS, karena berkaitan dengan tragedi 11
September 2001 di mana terjadi penyerangan dahsyat ke gedung kembar WTC
dan Pentagon yang diperkirakan memakan ribuan korban jiwa, dan ditengarai
dalang dari semua ini adalah jaringan Al-Qaeda dan Taliban yang bermarkas di
Afghanistan yang dipimpin oleh Osama bin Laden dan al-Zarqawi.
29
Christian Miller, Blood Money, h. xviii-xix. 30
Christian Miller, Blood Money, h. xxi.
43
Seperti yang dilansir dari buku Saddam Melawan Amerika karya dari peneliti
LIPI bernama Dhurorudin Mashad, dkk. Dari penerbit Pensil-324, 2003. Di situ
dikemukakan, bahwa tuduhan lain yang diungkapkan AS adalah keterlibatan
pemerintahan Saddam Hussein dengan jaringan Al-Qaeda. Menurut AS, Irak turut
membidani jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, yang dituduh sebagai
otak dari penyerangan 11-09-2001 atas gedung kembar WTC di New York dan
Pentagon di Langley, Virginia, AS.
Para pejabat Irak diketahui berulang kali melakukan pertemuan dengan para
personel Al-Qaeda, khususnya dengan para anggota sel yang dipimpin al-Zarqawi
yang tinggal di suatu tempat di Irak bagian timur laut. Irak aktif berhubungan
dengan Al-Qaeda terutama setelah peristiwa peledakan bom di Kedutaan Besar
AS di Kenya tahun 1998. Irak ditengarai telah mendanai kaum teroris jauh
sebelum nama jaringan Al-Qaeda dikenal seluruh dunia.
Ansar al-Islam, kelompok radikal Islam yang bermarkas di daerah utara Irak
yang dikuasai oleh kelompok separatis Kurdi, disinyalir sebagai elemen penting
yang menghubungkan Saddam dengan jaringan Al-Qaeda. Ansar al-Islam
memiliki 500 sampai 700 anggota, termasuk ratusan blasteran Afghanistan-Arab,
yakni orang-orang Arab yang dilatih di kamp Al-Qaeda di Afghanistan dan pergi
ke daerah kantong Ansar al-Islam di Irak setelah jatuhnya pemerintahan Taliban.
Menurut informasi yang didapat dari mantan agen intelijen Irak yang
ditahan oleh kelompok Kurdi di wilayah utara Irak, seorang anggota dewan
kelompok Ansar al-Islam, yakni Abu Wa‟el, pernah menjadi agen intelijen
Saddam Hussein.31
31
Dhurorudin Mashad, dkk., Saddam Melawan Amerika, h. 152.
44
Tragedi 11 September 2001 benar-benar menjadi titik awal peperangan.
Kebijakan baru yang digagas oleh presiden George Walker Bush beserta para
jajarannya, seperti Paul D. Wolfowitz, deputi menteri Pertahanan AS yang paling
semangat menabuh genderang perang terhadap terorisme, serangan pertama
dilakukan di Afghanistan. Di mana itu adalah tempat persembunyian yang paling
nyaman bagi markas Taliban dan Al-Qaeda. Osama bin Laden dan al-Zarqawi
singgah di situ, maka AS melakukan manuver serangan ke Afganistan sebelum
nantinya ke Irak.
Apalagi yang berkuasa di Washington adalah kelompok garis keras,
mengapa penulis mengatakan itu, karena kelompok ini yang paling kuat
menghendaki peperangan di bawah pimpinan menteri Pertahanan Donald
Rumsfeld. Rumsfeld menyarankan AS agar segera menggempur negara
Afghanistan, melenyapkan sang teroris Osama bin Laden, serta mendongkel rezim
Taliban yang berkuasa di Afganistan.
Setelah langkah pertama itu selesai, lalu dilanjutkan dengan langkah kedua,
yakni menggempur Irak dan menyingkirkan rezim Saddam Hussein serta
menggempur kamp-kamp pelatihan yang dikelola kelompok-kelompok seperti
Hizbullah di Lebanon dan Suriah. Kubu Donald Rumsfeld manyatakan secara
diplomatik, AS semestinya bertindak secara sepihak apabila dianggap perlu dan
melenyapkan negara-negara yang melindungi teroris. Perdebatan itu berakhir
dengan serangan militer AS atas Afghanistan pada 7 Oktober 2001. Pada tanggal
itulah pesawat-pesawat AS mulai mengebomi negara Afganistan.
Ketika perang AS dan Afganistan tengah berkobar, presiden Irak Saddam
Hussein mulai melontarkan kritik tajam terhadap AS, yang membuat para petinggi
45
AS mulai merasa panas-dingin. Menurut Saddam, apa yang dilakukan AS di
Afghanistan hanya akan melahirkan instabilitas dan kekacauan yang lebih besar
di dunia, agresi AS akan lebih meluas ke negara-negara lain, tutur Saddam
seperti dikutip kantor berita Reuters pada tanggal 8 Oktober 2001.
Jelaslah, komentar Saddam yang terlampau pedas itu membuat gerah para
petinggi AS ketika itu. Mereka yang sejak semula ingin sekali menggempur Irak
seperti mendapatkan momentum yang cocok untuk melaksanakan niatnya.
Apalagi setelah mendapat informasi dari perdana menteri (PM) Ceko, Millos
Zeman, yang tengah berkunjung ke Washington. Kepada Colin Powell (Menteri
Luar Negeri AS), Zeman mengatakan bahwa Muhammad Atta, salah seorang
kelompok pemimpin pembajak pesawat yang digunakan untuk menabrak menara
kembar WTC, pernah berkunjung ke Praha pada bulan April 2001.
Saat itu ia berunding dengan intelijen Irak, Ahmad Ani, salah seorang staf
Kedutaan Besar Irak di Praha. Mereka berusaha menyerang kantor pusat radio
Free Europe karena telah menyiarkan program-program anti Saddam ke Irak.
Namun belakangan ini pernyataan Millos Zeman itu semuanya tidak benar.32
Sepertinya apa yang sering dialamatkan oleh AS untuk Irak semuanya itu
tidak berdasar. Bukti-bukti yang disodori oleh AS semua hanya sebuah alibi yang
tidak berasalan. Apa yang dikemukakan oleh George Walker Bush beserta kroni-
kroninya di Gedung Putih ini membuktikan hanya sebuah agenda politik
hegemoni dan agresi Amerika Serikat untuk menekan ambisinya melancarkan aksi
perangnya agar sesuai dengan harapannya. Memang banyak alasan mengapa
penulis katakan bahwa George Walker Bush biang keladi dari semua perang ini.
32
Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas,2005), h. 64-
66.
46
Oleh sebab itu pada Oktober 2001 AS meluluhantahkan Afghanistan
terlebih dahulu dengan dalih tadi. Pada 21 Maret 2003 tentara AS melancarkan
agresi terhadap negara Irak tanpa dikutuk apalagi dicegah PBB. Presiden Bush Jr
yang didukung sepenuhnya oleh negara multinasional yaitu Inggris, Australia, dan
Spanyol sama sekali tidak menghiraukan kecaman serta keberatan dari negara-
negara yang antiperang. Sejak awal Bush Jr tidak punya opsi lain selain
mengumandangkan genderang perang. AS bahkan tidak perlu menunggu hasil
sidang DK PBB yang semula hendak memperdebatkan rancangan resolusi kedua
yang mereka buat bersama Inggris. Pasalnya, Prancis dan Rusia yang memiliki
hak veto di DK PBB sudah dipastikan akan menjegal rancangan resolusi yang
memberikan wewenang penggunaan kekuatan militer terhadap Irak ketika itu.33
Pada tahun 2004, Komisi Nasional tentang serangan terorisme terhadap AS
yang lebih dikenal dengan sebutan Komisi 9/11 menyimpulkan, tidak ada bukti
yang dapat dipercaya bahwa Saddam memberikan bantuan kepada Al-Qaeda
untuk membantu penyerangan terhadap gedung WTC dan Pentagon pada 11
September 2001. Kesimpulan Komisi 9/11 itu diperkuat oleh kesimpulan yang
diungkapkan CIA. Dinas intelijen AS ini, menyatakan tidak pernah menemukan
bukti yang meyakinkan bahwa rezim Saddam Hussein memberikan perlindungan
terhadap Abu Musab al-Zarqawi. Sebelumnya para petinggi AS, termasuk
presiden Bush dan wakil presiden Dick Cheney bahwa al-Zarqawi ada hubungan
dengan Osama bin Laden dan mendapat perlindungan dari Saddam.
Jauh sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, saat menjelaskan
tentang Irak di Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 5 Februari 2003,
33
M. Riza Sihbudi, Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), h. 144-145.
47
mengatakan bahwa al-Zarqawi melakukan rihlah ke Irak pada bulan Mei 2002
untuk menjalani perawatan. Ia tinggal dua bulan di sana, sepanjang masa itu
hampir dua lusin pengikutnya berada di Irak.
Presiden Bush berpandangan bahwa perang di Irak terkait dengan
perang melawan Al-Qaeda dengan tujuan yang lebih luas menanamkan demokrasi
di Irak. Presiden Bush menyampaikan pidatonya pada tahun 2003; penjaminan
untuk membentuk sistem demokrasi di Irak sebagai langkah pertama menuju
untuk mempromosikan demokrasi liberal di seluruh Timur Tengah. 'Demokrasi
Irak akan berhasil dan sukses jika semua pembantu telah mengirim berita, dari
Damaskus ke Teheran-kebebasan yang dapat menjadi masa depan setiap bangsa.
Bush dalam hal ini mengatakan dalam sebuah pidatonya di National Endowment
pada tanggal 6 November 2003, Washington, DC: mengenai demokrasi yang telah
diterapkan Amerika Serikat akan diterapkan pula di jantung Timur Tengah yaitu
pembentukan Negara Irak secara Demokrasi, dalam acara itupun Bush
menyampaikan, AS akan melakukan revolusi demokrasi secara global. Dalam
khotbahnya itu bermaksud tidak hanya Irak yang akan menjadi negara
berdemokrasi. Namun, AS juga mencoba untuk membangun adanya model
demokrasi bagi negara-negara Arab lainnya.34
Apalagi yang hendak dijadikan dasar oleh AS untuk membenarkan serangan
menginvasi Irak dan menyingkrikan Saddam Hussein? Ini semua hanya tipuan
belaka untuk mengelabui masyarakat dunia demi memperlancar keinginannya
menggempur negara-negara Timur Tengah di antaranya Afghanistan dan Irak
34
Christopher Preble, Exiting Iraq:Why The US Must End The Military Occupation and
Renew The War Againts Al-Qaeda (Washingthon DC, Cato Institute, 2004), h. 27.
48
terlebih dahulu. Politik intervensi menjadi sebuah keniscayaan bagi AS untuk
melakukan pendudukan pada suatu negara.
Akan tetapi apa yang kita lihat sebenarnya, lagi-lagi tiadanya bukti-bukti
pendukung keterlibatan Irak dengan serangan teroris maupun jaringan Al-Qaeda
itu sama sekali tidak menyurutkan keinginan George Walker Bush dan jajaran
kaum Hawkish(neo-konservatif/berwatak keras).
Tidak adanya bukti bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah massal juga
tidak menjadi hal penting bagi Washington. Mereka ingin tetap menggempur Irak.
Sungguh ironis sekali, di saat dunia menolak aksi main hakim sendiri yang
dilakukan AS, tetapi ia tetap merealisasikannya.35
C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator
Apakah layak sekiranya Saddam Hussein dianggap sebagai pemimpin
diktator? Masalah ini menjadi dilematis jika kita tidak pandai menganalisis secara
tajam dan komprehensif. Layaknya pisau bermata dua yang siap menikam kita
jika kita menelaah sebuah kasus hanya berdasarkan bukti-bukti yang tidak jelas
arahnya, mengakibatkan kita terjerembab dalam kubangan subyektivitas. Maka
dari itu sebagai akademisi, sejatinya, ketika menemukan sebuah kasus jangan
hanya melihat dari satu sisi saja, tetapi kita tilik dari pelbagai sisi, dari yang pro
hingga kontra, simpati dan antipati, mendukung serta mengecam, dst.
Saddam Hussein kecil merupakan petarung antar gangnya yang banyak
ditakuti musuh-musuhnya. Kehidupan keras yang membuatnya jadi begini, dari
kecil ia hidup dalam kesengsaraan di mana ia tinggal bersama ayah tirinya yang
35
Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, h. 80-81.
49
dikenal lumayan kejam dalam mengurus Saddam kecil. Hingga ketika itu, Saddam
sampai memohon kepada ayah tirinya agar menyekolahkannya. Sang ayah
bernama Hassan al-Ibrani yang juga merupakan pamannya dikenal sangat keras
memperlakukan Saddam. Hingga dipastikan kurang begitu bersahabat layaknya
orang lain dengan musuh meskipun dengan anak tirinya sendiri, suka memaki-
maki hingga menolak permintaan itu. Saddam lalu nekat meninggalkan rumah
pada malam hari menuju pamannya yang lain yang menyayanginnya.
Khairullah Tuflah adalah pamannya yang berasal dari daerah Tikrit. Di
mana itu adalah tempat tinggal dari paman Saddam yang menyayanginya. Dengan
tempat tinggal barunya itu jelas di sana Saddam mendapatkan apa yang ia
inginkan untuk melanjutkan sekolahnya.36
Sehingga sifat yang kurang
mengenakan yang dimiliki Saddam memang faktor lingkunganlah yang sangat
menentukan. Ketertindasan, kezaliaman, dan intimidasi menjadi suatu hal yang
biasa dialami Saddam. Mungkin berangkat dari itu semua Saddam mengalami apa
yang disebut sindrom, trauma, shock yang begitu mendalam hingga ia
melampiaskan dendam kesumatnya itu kepada orang lain setelah ia berkuasa.
Salah seorang pengamat Timur Tengah yang begitu kenamaan dalam
bidangnya yaitu Bernard Lewis dalam bukunya The Crisis of Islam,
mengemukakan bahwa selama ini Saddam merupakan pemimpin yang gemar
mempropagandakan serta menautkan antara masa lalu dengan masa sekarang,
antara Perang Qadisiya (637 M) dan peristiwa Karbala (680 M). Perang Qadisiya
dimenangkan oleh pasukan Muslim Arab. Muslim Iran melawan tentara Syah
36
June Cahyaningtyas, Saddam The Untold Story, (Jakarta: PT Mizan Publika,
2007), h. 12.
50
Persia yang belum memeluk Islam dan menurut orang Islam masih menyembah
berhala-berhala maka ia layak disebut kafir.
Kemudian kedua belah pihak mengklaimnya sebagai kemenangan mereka,
bagi Saddam Hussein merupakan kemenangan pasukan Arab atas Persia.
Sementara bagi Ayatullah Khomeini, kemenangan Muslim atas orang-orang kafir.
Hingga sama-sama mengklaim maka perseteruanpun terjadi, mengakibatkan salah
satu penyebab terjadinya Perang Teluk I pada 4 September 1980 antara Irak dan
Iran merupakan propaganda dan skenario Saddam untuk menguasai minyak di
Iran.37
Banyak alasan Saddam ketika sedang memasuki masa-masa keemasannya,
ia pun ketika mengagresi Kuwait pada Perang Teluk II beralasan sama dengan
melihat masa klasik (lalu) bahwa Kuwait di zaman Mesopotamia hingga Dinasti
Abbasyiah merupakan bagian dari negara Irak yang berpusat di Baghdad. Padahal
banyak pengamat menyatakan itu hanya rekayasa politik agar kilang minyak yang
berada di Kuwait itu menjadi miliknya.
Apalagi ketika Saddam Hussein menjadi presiden Irak yang kuat ia pernah
melakukan hal-hal yang sangat menyakitkan yaitu detribalisasi kejam terhadap
suku Kurdi. Suku Kurdi yang berada di Irak Utara merasa tidak pernah aman,
lantaran ancaman dan teror pemerintah Saddam Hussein. Kendaraan tank dan
helikopter berarakan berdatangan. Seperti angin gunung bertiup dingin menyapu
wilayah Zakhu, begitulah yang terjadi kemudian. Kedatangan mesin perang itu
menebarkan hawa dingin ke seluruh Zakhu, sebuah kota yang dihuni 70.000 jiwa
suku Kurdi di perbatasan Suriah dan Turki. Dalam beberapa jam, ratusan wanita,
anak-anak, dan orang tua histeris sambil berlarian meninggalkan desa mereka
37
Bernard Lewis, The Crisis of Islam (Surabaya: JP Press, 2004), h. 8.
51
yang terletak di Zakhu Selatan. Mereka tidak menyangka bahwa angin dingin
yang berembus itu adalah gas mematikan yang disebarkan oleh tentara Irak.
Khalil Ibrahim (30 tahun) mengaku bahwa ia adalah orang Kurdi dan bekas
tentara Irak yang desersi, buru-buru berlari ke rumahnya. Ia mendapati istrinya
sedang menangis sambil memeluk ketujuh anaknya. Tanpa pikir panjang, Khalil
Ibrahim, anak, istri, dan kerabat lainnya segera meninggalkan kampungnya berlari
mencari selamat ke daerah pegunungan untuk menghindarkan diri dari serangan
tentara Irak. Khalil Ibrahim beserta keluarganya seperti para pengungsi lainnya,
terbawa arus mencari selamat.
Eksodus besar-besaran yang terjadi pada tahun 1991 itu merupakan eksodus
kedua orang-orang Kurdi dari Irak Utara. Pertama terjadi pada tahun 1988, hari
itu, Jum‟at 16 Maret 1988. Pesawat-pesawat tempur Irak membombardir Halabja.
Sebuah kota yang berada di Provinsi Sulaymaniya, sekitar 260 kilometer timur
laut Baghdad. Letak Halabja dekat perbatasan Iran, sekitar 11 kilometer.38
Ini
memunculkan hipotesa kuat bahwa ambisi kekuasaan Saddam sebagai diktator
dibaluti dengan kekejaman.
Tetapi bagaimanapun harus kita ketahui bahwa banyak sumbangan Saddam
terhadap Irak di antaranya memiliki berkah minyak yang banyak dan program
NBC yang luar biasa. Semua itu ia lakukan demi kesejahteraan rakyatnya baik
yang tentara maupun rakyat sipil. Dalam koran Kompas diceritakan, untuk
memenuhi kebutuhan dan sumber air di Irak, presiden Saddam Hussein
membangun sebuah dam cukup luas di wilayah Mosul, Irak Utara. Dam yang
disebut Sadd Saddam atau Dam Saddam itu kini menjadi sebuah panorama wisata
38
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad .h. 164-165.
52
yang berada di Irak Utara. Hingga semuanya itu bisa bermanfaat bagi seluruh
rakyatnya.39
Dengan berbagai kecaman dan anggapan Saddam sebagai pemimpin
diktator di mata Barat dan AS khususnya tetapi ini semua itu tidak
menyurutkannya. Saddam bisa membuktikan bahwa anggapan dan dugaan
sementara yang dialamatkan kepadanya itu tidak sepenuhnya benar.
Sejatinya Saddam masih bisa memberikan sumbangsih bagi negaranya, dan
tidak sedikit pula banyak yang merindukan kepemimpinannya walau seolah-olah
ia kejam. Tetapi menurut para pendukungnya itu semua akibat adanya intervensi
asing yang gemar mempropagandakan kemelut yang terjadi di Irak. Dengan
begitu, pemimpin Irak yang saat itu berkuasa menjadi sasaran empuk bagi asing
untuk melakukan pengalihan isu yang berkembang. Hemat penulis masalah demi
masalah yang terjadi antara Irak dan Saddam ini merupakan peristiwa dilematis
yang sejatinya kebenaran dan keburukannya kita kembalikan kepada rakyat Irak.
D. Masalah Pengincaran Minyak Irak
Pasca pembagian wilyah Timur Arab antara Prancis dan Inggris, AS tidak
terlibat ikut dalam Perjanjian Sykes Beko itu. Tetapi menurut AS, para
penandatangan perjanjian tersebut tidak mungkin menang dalam Perang Dunia II
kalau bukan karena dukungan dari minyak Irak yang saat itu merupakan penghasil
dan sumber minyak terbesar di dunia. Meskipun demikian, AS tidak henti-
hentinya mengancam Inggris dan Prancis dengan kekuataan militernya bila
39
Saddam: Tak ada Niat Saya Membakar Kkilang Minyak, Kompas, 27 Februari 2003, h. 2.
53
perusahaan minyak Irak masih memonopoli Eropa. Sehingga akhirnya, Eropa
melepaskan seperempat saham miliknya di perusahaan Irak.
Tetapi akhir-akhir ini, cadangan minyak AS hanya mencapai 22 milyar barel
atau sekitar 2% saja dari cadangan minyak dunia. Hal itu menunjukan terus
berkurangnya cadangan minyak AS. Walaupun pihak AS memiliki cara-cara
terbaru dalam menanggulangi masalah ini, apalagi didukung oleh peralatan
teknologi canggih dan memiliki kemampuan tinggi untuk mengekpolrasi minyak.
Sekarang AS merupakan pengimpor minyak terbesar, sekaligus memiliki
kekuataan militer terkuat. Bagaimana cara menghadapi semua kebingungan ini.
Tidak ada cara lain kecuali melakukan serangan terhadap negara manapun yang
mengancam kepentingannya, terutama negara yang kaya minyak dan menentang
Israel, karena memang harus kita akui lobi Yahudi (Israel) terhadap AS begitu
kuat. Apabila pemerintah Washington masih saja membela kepentingannya
dengan menggunakan senjata, maka Irak akan menggunakan ekspor minyaknya
sebagai senjata yang menghancurkan kepentingan AS.
Pada tahun 70-an, Bank Dunia mencatat negeri Irak masuk dalam daftar
negara-negara yang memiliki pendapatan perkapita sedang, sekaligus memiliki
kemampuan untuk berpindah ke level pendapatan perkapita tinggi. Tatkala
Saddam Hussein merebut kekuasaan pada 1979 dan menjadi Presiden Irak,
pendapatan GNP per kapita warga Irak mencapai US$9000. Namun setelah
kekuasaan Saddam membelit, dilanjutkan dengan perang Irak melawan Iran dan
Kuwait serta 12 tahun sanksi ekonomi PBB, pendapatan GNP per kapita Irak
jatuh menjadi US$1200 dan bahkan lebih rendah lagi. Kehancuran Irak di sektor
ekonomi, kultural dan peradaban tak bisa dilepaskan dari politik Saddam Hussein
54
yang membawa Irak ke jurang kehancuran karena rakyat Irak diseret ke dalam
situasi perang terus-menerus selama hampir 24 tahun (1988-2003): delapan tahun
perang Irak dengan Iran pada 1988, agresi Irak ke Kuwait 1990-1991, dan tahun
2003 perang menghadapi serangan militer AS dan koalisinya.
Pendapatan
Perkapita Negara
Irak
Masa
Saddam
merebut
kekuasaan
1979
Masa Invasi
Irak terhadap
Iran & Kuwait
1988-1991
Masa
Invasi
Amerika
2003-2005
Masa
kondusif
2006-2010
Dalam US$
menurut Bank
Dunia
9,000.
1,200. 1,990 2,320
Sumber: Data diambil dari laman World Bank diupdate pada 4 Agustus 2011.40
Irak merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar kedua di
dunia dengan cadangan minyak mencapai 115 milyar barel, yaitu sekitar 11% dari
cadangan minyak dunia. Karena urgensi inilah berbagai aktivitas ekonomi dan
juga finansial dalam dan luar negeri sangat bergantung pada minyak. Hasil dari
minyak dapat dipakai untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Pada
tahun 50-an, 30% dari hasil minyak digunakan untuk kemajuan ekonomi,
meningkat menjadi 70% pada awal tahun 70-an. Adapun dana yang tersisa
digunakan untuk membiayai anggaran negara sehari-hari. Selain itu, kemampuan
pertanian Irak dan juga industrinya sangat tinggi. Begitupun untuk bidang
intelektual dan seni tidak bisa dianggap sepele.41
40
Pendapatan Per Kapita Negara di Dunia menurut World Bank, artikel diakses pada 4
Agustus 2011, dari: http://gusschool.wordpress.com/2010/12/23/pendapatan-per-kapita-negara-di-
dunia-menurut-world-bank. 41
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf. ed., h. 141-142.
55
Kita bisa melihat lebih dalam betapa sulitnya AS ketika permasalahan
minyak buminya yang mengalami angka defisit. Hingga mengakibatkan AS
mengalami kebingungan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonominya.
Dengan melihat negara Irak yang menjadi penguasa minyak dunia, AS mulai
melakukan aksi lobi-lobi terselubung agar cadangan minyaknya itu stabil,
bagaimanapun ini dilakukan demi kesejahteraan negaranya yang sudah tidak
berdaya karena menurunnya persediaan minyaknya.
Sudah sangat jelas bahwa tujuan utama perang AS terhadap Irak bukanlah
seperti apa yang digembar-goemborkan oleh presiden Bush. Perang itu dilakukan
bukan untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dikembangkan oleh rezim
Saddam Hussein, yang dianggapnya sebagai ancaman serius bagi dunia
internasional dan negara Timur Tengah, terutama bagi negara Israel “anak
emasnya”. Namun semata-mata untuk kepentingan strategis jangka panjang AS
sendiri.
Target dan tujuan ini merupakan prioritas AS. Hal ini mereka lakukan
adalah untuk mencari solusi dari ancaman kebangkrutan ekonomi yang semakin
nyata. Dengan langkah ini AS memprediksi bahwa dengan melakukan intervensi
dan menguasai secara langsung negara-negara yang kaya dengan sumber daya
minyaknya seperti Saudi Arabia dan Irak, maka mereka akan selamat dari
ancaman krisis tersebut.
Intervensi atau penjajahan secara langsung kepada Irak akan mempermudah
AS menguasai sumber daya alamnya. Dengan begitu, AS dengan mudah dapat
mempermainkan harga minyak dunia. Selama ini, penentuan harga minyak masih
dikuasai oleh OPEC, bukan oleh salah satu negara tertentu. Di sisi lain,
56
bargaining politik AS juga akan semakin kuat. Karena semua tahu bahwa minyak
merupakan kekuatan yang sangat vital dan dominan dalam kancah pergumulan
politik dunia untuk berebut pengaruh. Nampaknya, kekuatan minyak akan terus
berlanjut sampai 100 tahun ke depan. Hasil penelitian yang mencoba mencari
energi alternatif pengganti minyak ternyata belum terbukti efektifitasnya.42
Mulai dari sini AS melancarkan aksinya menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan minyak di Irak, khususnya dengan mengalihkan opini publik,
membuat pernyataan palsu yang menyatakan bahwa Irak itu sumber dari pada
negara teroris dan mempunyai senjata pemusnah massal. Tidak lebih dan tidak
bukan AS ingin menduduki Irak untuk mengeksploitasi minyaknya. Terbukti
dalam sebuah surat kepada PBB, anggota parlemen Irak menuduh AS telah
mencuri sekitar 17 miliar dolar dana minyak Irak setelah invasi tahun 2003 ke
negara tersebut.
Dalam sebuah surat resmi ke kantor PBB di Baghdad bulan lalu, Komite
Integritas Parlemen Irak meminta bantuan lembaga itu untuk memulihkan harta
negara yang hilang, yang diambil dari Dana Pembangunan Irak (DFI) menyusul
invasi AS tahun 2003 ke negara itu. Semua indikasi menunjukkan bahwa
lembaga-lembaga Amerika Serikat melakukan korupsi keuangan dengan mencuri
uang rakyat Irak, yang dialokasikan untuk pembangunan Irak, dan dana itu sekitar
17 miliar US$, lapor Reuters.
Sebelumnya pada bulan Juni, auditor AS memperingatkan sebanyak 6,6
miliar US$ dana rekonstruksi Irak mungkin telah dicuri dalam pencurian terbesar
dalam sejarah dana nasional. Audit yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal
42
Muhammad Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 157-158.
57
Khusus untuk Rekonstruksi Irak, Stuart Bowen, menyalahkan Pentagon karena
tidak melacak dana, situs antiwar.com melaporkan pada 14 Juni.
Tuduhan pencurian uang yang telah dijelaskan oleh komite parlemen
sebagai kejahatan finansial dicurigai dicuri oleh AS. Informasi ini datang
sementara Irak tidak berwenang untuk membuat tuntutan terhadap AS sesuai
dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
DFI didirikan pada tahun 2003 atas perintah Otoritas Koalisi Sementara
(CPA) untuk mendanai proyek-proyek rekonstruksi dan membayar gaji pegawai
pemerintah Irak. CPA dipimpin oleh Paul Bremer yang dipercaya oleh pemerintah
Bush dengan tugas mengawasi rekonstruksi pasca-invasi ke negara itu.
Tidak seorang pun di sisi Irak yang memiliki otoritas untuk mengontrol Paul
Bremer pada waktu itu. Jadi menurut hemat saya pemerintah AS perlu
memberikan jawaban ke mana dan bagaimana uang tersebut digunakan, kata
jurubicara pemerintah Irak Ali al-Dabbagh seperti dikutip oleh Reuters pada hari
Minggu (19/6). Kita tidak bisa menuntut AS secara Hukum karena tidak
memungkinkan kita untuk melakukan itu. Yang kami inginkan adalah untuk
membawa masalah ini ke PBB, kata kepala Komite Integritas Parlemen Irak,
Bahaa al-Araji. Jika berhasil, maka akan membuka jalan bagi Irak untuk
mendapatkan kembali uang curian tersebut, tambahnya.43
Sudah begitu mulai ketahuan semua belang dari AS, karena masalah perang
ini banyak rakyat dari militer hingga rakyat sipil menjadi sasaran dari amuk
militer AS yang mengatasnamakan perang melawan teroris dan menjaga
perdamaian dunia. Apalagi di sini pun Saddam menjadi korban dari keganasan
43
AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak, artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03 WIB
dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampok-uang-minyak-irak.htm.
58
Bush beserta kroni-kroninya dia dituduh telah menghancurkan negaranya sendiri,
padahal kita tahu diapun juga menjadi korban. Dalam sebuah artikel koran
Kompas, Saddam menegaskan, sama sekali tidak mempunyai niat menghancurkan
negerinya, antara lain dengan membakar kilang minyak, jika AS melancarkan
serangan. Ia pun menegaskan, tidak akan pernah meninggalkan Irak. sementara itu
AS justru memperingatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa George
Walker Bush menegaskan, AS bisa bertindak tanpa mandat PBB. Hanya ada satu
cara, yaitu pelucutan senjata penuh, tegas Bush. Perang adalah pilihan saya
terakhir. Itulah mengapa dunia bersatu untuk meyakinkan Saddam soal perlunya
melucuti senjata, lanjutnya.44
Beginikah apa yang dilakukan Bush. Sungguh
sangat ironis sekali, dengan berdalih menjaga perdamaian tetapi ia berulang kali
melakukan perusakan dan penghancuran terhadap negara lain khususnya negeri
seribu satu malam, Irak.
44
Saddam: Tak ada Niat Saya Membakar Kilang Minyak, Kompas, 27 Februari 2003, h. 2.
59
BAB IV
DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK
A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat
Setelah perang di Irak yang dikomandoi oleh Amerika Serikat mulai
berakhir, dampaknya ialah korban nyawa yang terus berjatuhan. Tidak hanya itu
saja hak sipil rakyat Irak yang tidak berdosa itupun ikut terdegradasi. Hidup pun
semakin menderita ketika semuanya hancur, harta benda serta semua yang
dimiliki hilang tanpa tersisa.
Perang ternyata tidak hanya membawa luka tetapi juga petaka yang
mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Kehidupan sosial masyarakat pun
semakin tidak terkendali akibat konflik yang berkepanjangan itu. Sekali lagi
penulis katakan bahwa masyarakat sipillah yang menjadi korban keberingasan
kedua belah pihak yang ingin merealisasikan ambisi dan kepentingannya di atas
penderitaan orang lain.
Dilaporkan pula bahwa korban tewas maupun luka tidak hanya dari pihak
militer Irak yang berperang melawan invasi AS, tetapi juga warga sipil Irak yang
hendak melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Salah satu contohnya ialah
korban bom nyasar yang diinvestigasi langsung oleh wartawan Tempo yang
meliput langsung di medan perang tersebut. Menurutnya, Kareem adalah contoh
korban bom nyasar dalam penyerbuan AS atas Irak. Ia tidak tahu apa-apa soal
perang itu. Ia hanyalah warga sipil yang kampungnya di daerah Nahrawan, sekitar
15 kilometer dari pusat kota, porak-poranda karena perang. Mata Kareem terus
tertuju ke kakinya. Ia menghela nafas panjang. Ia mencoba menenteramkan diri.
60
Alhamdulillah, saya masih hidup, ujar pasrahnya. Tetapi kepasrahan itu belum
cukup karena kakinya mesti dirawat sampai bekas operasi itu kering. Namun,
dokter RS al-Kindi menyuruhnya mencari rumah sakit lain. Karena rumah sakit
itu tidak cukup lagi menampung korban yang terus berjatuhan serta banyak
menampung korban perawatan pascaoperasi. Dokter menyuruh saya pindah
rumah sakit, selain itu juga karena di sini tenaganya sangat kurang, katanya.45
Selain RS al-Kindi, rumah sakit lain yang kebanjiran korban/pasien adalah
RS Yarmuk, RS Alawy, dan RS di Kadhimiyah. Hanya RS Qadissiyah dan RS
Saddam yang masih bisa menerima pasien. Kedua rumah sakit itulah Asma
Shaleh merekomendasikan pasiennya untuk pindah. Selain persoalan daya
tampung, rupanya kematian pasien menyebabkan trauma tersendiri bagi para
dokter dan pasien. Terdapat anak usia 3 dan 6 tahun yang meninggal ketika kami
rawat, ujar Shaleh.
Laporan dari salah satu rumah sakit di kota Baghdad itu menggambarkan
betapa perang telah menelan korban-korban tidak berdosa. Ini di luar kerusakan
bangunan yang ditimbulkan akibat peluru kendali pasukan koalisi pimpinan AS
yang menghujani wilayah Irak. Di hari-hari pertama perang berlangsung, sejumlah
bangunan strategis dan vital milik pemerintah Irak ketika itu telah porak-poranda
rata dengan tanah, salah satu contohnya: istana presiden, Markas Besar Angkatan
Udara Irak, kantor Menteri Pertahanan, Markas Pusat Intelijan, dan kantor
Menteri Penerangan.46
Semuanya itu habis rata dengan tanah oleh keganasan bom
pasukan AS, rakyat sipil pun tidak berdaya dibuatnya. Kecaman demi kecaman
45
Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, Detik-Detik Terakhir Saddam Kesaksian Wartawan
Tempo Dari Baghdad (Jakarta: Tempo, 2008), h. 27-28. 46
Rommy Fibri dan Ahmad Taufik, h. 29-30.
61
dari dunia internasional terus dilancarkan tetapi tetap saja tidak dihiraukan oleh
AS dan sekutunya.
Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah
mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang
selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus
lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin
menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga
sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis
sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya.
Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa
penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk
beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan
kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul
dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di
puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar
di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga
sipil yang hendak berdagang ataupun membeli.
Lebih ironis lagi, yaitu ketika malam tiba, bahkan ketika saat maghrib
berlalu, orang-orang segera meniggalkan jalanan kota. Makin malam makin terasa
sepi dan mencekam. Di saat itu, bahkan setelah enam bulan patung Saddam
dirobohkan masih terdengar suara letusan dan tembakan. Penduduk Kota Seribu
Satu Malam itu sadar benar suara ledakan, dan tembakan itu tidak berasal dari
suatu tindakan kriminal. Tidak pula dilakukan oleh pencuri atau perampok.
Melainkan hasil dari serangan bersenjata yang dilakukan para pejuang Irak yang
62
terus gigih melawan pasukan pendudukan AS.47
Ternyata memang diketahui
kondisi malam sepi itu akibat semua warga sipil tidak ingin menjadi sasaran amuk
militer yang menyerang warga Irak secara sporadis. Dengan begitu rakyat sipil
mulai melindungi dirinya dengan melakukan aksi diam di rumah masing-masing
dan tidak melakukan aktivitas sebagaimana mestinya di siang hari.
Di dalam buku karya George Walker Bush yang berjudul Decision Points
yang dikutip oleh koran Kompas, Bush pada awalnya menentang invasi AS ke
Irak. Bush mengaku memberikan argumentasi berbeda soal rencana serangan ke
Irak yang telah memakan banyak korban baik warga sipil Irak hingga tentara Irak
dan AS pun terkena imbasnya. Bush pun mengatakan dalam penyerbuan atas Irak:
Saya tidak ingin menggunakan kekerasan. Saya waktu itu mencoba memberikan
kesempatan untuk melakukan diplomasi berjalan. ujar Bush dalam sebuah
wawancara dengan stasiun televisi NBC senin (8/11).48
Lebih mengejutkan lagi, mengapa Bush mengatakan bahwa ia tidak akan
melakukan kekerasan/serangan terhadap Irak, sedangkan korban tewas warga sipil
Irak sudah begitu banyak ? Akan tetapi yang paling menghebohkan lagi, Bush
merasa terkejut dan marah ketika ternyata tidak ditemukan senjata pemusnah
massal yang digunakan sebagai dalih dari serangannya terhadap Irak. Dalam
pemaparannya dia mengatakan: saya merasa mual ketika setiap kali saya
memikirkan dan mengingat masa kelam itu, sampai sekarang, kata presiden AS
yang ke-43 ini.49
Meski demikian ia terang-terangan menolak meminta maaf atas tidak
ditemukannya senjata pemusnah massal tersebut ataupun kekacaun yang terjadi di
47
Trias Kuncahyono, Bulan Sabit di atas Baghdad (Jakarta: Kompas, 2005), h. 95-96. 48
Bush Tak Setuju Perang Irak (Buku Memoar), Kompas, 10 November 2010, h. 8. 49
Kompas, 10 November 2010, h. 8.
63
Irak pasca invasi itu atau sampai saat ini. Tetapi yang paling penting ialah
bagaimana hak-hak asasi manusia di Irak mesti dikedepankan. Sebab setelah
terjadinya perang korban yang paling banyak berjatuhan ialah warga sipil Irak
sendiri. Rasa ketakutan terus menjadi ancaman yang nyata, padahal jika AS
mematuhi semua undang-undang internasional maka hal yang demikian tidak
akan pernah terjadi. Contoh, Undang-Undang Internasional PBB tentang Hak-Hak
Asasi Manusia (Piagam No. 15 tahun 1986/CN/EN tertanggal 24 Desember 1986)
yang menyatakan bahwa setiap warga sipil mesti diutamakan haknya demi
mencapai kebebasan. Demikian pula hukum yang tertuang di dalam UUD Irak
yang melarang melakukan penyiksaan.
Dalam aliniea (A) dari ayat (22) dikatakan bahwa kehormatan manusia
terpelihara dan tidak berlaku jahat dalam bentuk jenis apapun dari jenis-jenis
penyiksaan baik jasmani maupun spiritual. Begitu pula dalam Traktat Hukuman
Kejahatan No. 111 tahun 1969 bahwa tidak boleh melakukan setiap perbuatan
yang menyinggung hidup manusia dan keselamatan badannya dan
kehormatannya.50
B. Pengaruh Terhadap Kehidupan Ekonomi
Berbagai indikasi kehancuran kehidupan dan ekonomi mulai muncul ke
permukaan dengan jelas di masyarakat internasional akibat serbuan AS atas Irak.
Tidak hanya perekonomian dalam negeri Irak sendiri yang terkena imbasnya
tetapi juga perekonomian dalam negeri AS pun menjadi terkenan getahnya. Hal
inilah yang sedang menjadi isu besar di dalam perekonomian, setidaknya di
50
Ahmad Raef, Hak-Hak Asasi Manusia di Irak (Cairo : al-Zahra Li I‟lam al-Arab, 1990),
h. 39-42.
64
berbagai jenis pasar, minyak, emas, saham, dan lain-lain. Kondisi seperti itu
dianggap sebagai pemicu kacaunya kondisi geopolitik internasional yang
memberikan ancaman pada perekonomian dunia. Geopolitik adalah dampak dari
keberadaan lingkungan fisik (phsycal environment/lokasi tempat tinggal) terhadap
masyarakat yang membentuk pada persepsi politik dari masyarakat tersebut.
Faktor utama yang diperlukan bagi keberadaan geopolitik yang baik adalah
terjadinya komunikasi internal, di samping faktor lainnya. Faktor utama yang
sangat dibutuhkan geopolitik ialah keberadaan negara tetangga yang ramah (tidak
mengancam), meski berposisi lebih kuat ataupun lebih lemah. Kini ada kerapuhan
yang sedang mengancam ketenangan kehidupan global yakni munculnya era
kekuatan udara yang mengubah realitas geopolitik tradisional, munculnya
geopolitik dari energi minyak, serta munculnya aksi terorisme sebagai sebuah
bentuk kekuatan.
Tidak heran jika mencuat kekhawatiran perang di kawasan Teluk akan
memberikan gejolak pada pasar uang, bursa saham, bursa komoditas, dan aspek
ekonomi mikro lainnya. Itu karena masyarakat dunia tidak lagi terbatas pada yang
berada di Timur Tengah, AS, dan Eropa juga kini merasa tidak nyaman. Ada
kekhawatiran yang mendalam soal kemungkinan serangan terhadap Irak.
Kekhawatiran itu juga semakin dipicu oleh rapuhnya legitimasi serangan yang
membuat masyarakat dunia memiliki persepsi jika serangan terjadi, maka dampak
baliknya akan merunyamkan AS. Itu juga akan menggangu ketenangan investasi
dunia.
Pasar khawatir akar dari terorisme justru bukan tercabut malah semakin
mendalam. Dampak dari ketakutan itu sudah terlihat jelas. Kurs Dollar AS
65
menyentuh titik terendah dalam tiga tahun terakhir terhadap mata uang Inggris
(Poundsterling). Dollar AS juga turun melemah terhadap Frank mata uang
(Swiss), juga Euro dan Yen. Kemudian para investor dunia dibuat kelimpungan
atas berita persiapan perang oleh AS dan Inggris.51
Seperti yang dilansir oleh Murray Sabrin, profesor keuangan di Sekolah
Bisnis Anisfield, di mana ia adalah direktur eksekutif pusat bisnis dan kebijakan
publik AS (27 April, 2006) mengatakan, biaya perang Irak akan mencapai US$
320.000.000.000. Menurut Congressional Research Service, bahkan jika
penarikan pasukan secara bertahap dimulai tahun ini, biaya perang di Irak dan
Afghanistan kemungkinan akan naik dengan tambahan sekitar US$
371.000.000.000, mengutip sebuah studi Kantor Anggaran Kongres. Biaya perang
di Afghanistan dan Irak totalnya mencapai US$ 811.000.000.000. Kedua perang
itu jauh melebihi US$ 549.000.000.000 biaya perang di Vietnam. Hal ini
membuat jelas bahwa kita sedang menyaksikan episode terbaru dalam ekspansi
pemerintah AS dalam menanggapi "krisis" atau "ancaman" bagi keamanan
kesejahteraannya akibat invasi itu.52
Menanggapi itu semua dampak perekonomian ini tidak hanya terjadi pada
Irak saja tetapi juga pada AS. Gejolak inflasi terjadi akibat krisis keuangan, di
mana APBN AS Serikat terus terkuras untuk pembiayaan perang dari zaman
perang Vietnam hingga Timur Tengah yaitu perang Afghanistan dan Irak.
Dikabarkan bahwa pembiayaan militer dari APBN AS mencapai 450 milyar US$.
Di antaranya untuk persenjataan perang dan kesejahteraan tentaranya.
51
Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi Dunia, Kompas, 23 Januari 2003, h. 28. 8Murray Sabrin,
Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS, artikel diakses pada 27 Juni 2006
dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html.
66
Bagan 1
Jika kita melihat kondisi perekonomian Irak yang paling urgen ialah
masalah ketiadaan listrik pra ataupun pasca perang. Sejak Perang Teluk II di tahun
1991 di zaman Bush Sr, rudal Tomahawk menghantam kompleks besar ini. Dalam
penyerangan di suatu hari di bulan Februari 1991 itu, AS menyebabkan suplai
listrik Irak berkurang sepuluh persen. Sebuah foto menunjukkan sepasang travo
listrik seukuran tong sampah tampak kusut seperti gulungan kertas tisu.
Foto lainnya menampakkan menara transmisi dengan bentuk yang bengkok-
bengkok seperti pohon yang tercerabut akibat badai padahal itu semua akibat
serangan rudal AS. Pagi harinya setelah serangan itu, para insinyur Irak bekerja di
lokasi bencana. Ajaibnya mereka dapat memperbaiki dan mengoperasikan
kembali pembangkit listrik dalam tempo kurang dari tiga bulan. Seluruh
kebutuhan rakyatpun terpenuhi sementara dengan adanya listrik.
Namun setelah kedatatangan AS kembali ke Irak pada tahun 2003 dengan
dalih ingin menangkap teroris dan lain sebagainya di Irak, maka ancaman
67
kehancuran perekonomian Irak kembali menghantui. Invasi AS kedua pada tahun
2003 ini lagi-lagi membuat roda perekonomian Irak kembali lumpuh. Walaupun
AS mempunyai program untuk merekonstruksi kembali Irak, namun semuanya itu
memakan waktu lama dan menimbulakan rasa frustasi pada warga sipil Irak
sendiri. Terbukti tidak ada tugas yang lebih sulit selain membuat listrik kembali
menyala. AS menghabiskan lebih dari 6 milyar US$ untuk membangun kembali
sistem kelistrikan di Irak.
Namun tiga tahun pasca-invasi, tingkat produksi listrik masih terbilang
menurun dibandingkan era Saddam Hussein. Pada Februari 2006, Irak
memproduksi kira-kira 3.700 megawatt listrik per harinya. Untuk menerangi kota-
kota di Irak, mengatur suhu udara di rumah rakyat, dan menjalankan industri
dibutuhkan listrik sebesar 9.000 megawatt. Dengan selisih seperti itu berarti
rakyat Irak terpaksa hidup dalam kegelapan. Singkat kata suplai listrik tidak
mencukupi permintaaan.
Kesulitan mengalihkan tugas tidak terbatas pada pembangkit listrik saja.
AS-lah yang mengurus fasilitas pengolahan air dan limbah. Menurut Becthel, dari
40 lebih fasilitas yang dijalankan rakyat Irak, tidak satupun dioperasikan secara
benar. Dikatakan bahwa fasilitas yang telah direnovasi, rusak dengan cepat hingga
ke tahap yang membahayakan dan tidak bisa dioperasikan lagi. Maka dampak
perekonomian di Irak begitu sangat kompleks tidak hanya terjadi pada
pembangkit listrik tetapi juga masalah air dan limbah menjadi tidak menentu
hingga pasca perang.53
53
Miller, Blood Money, h. 382-384.
68
C. Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik
Hingga awal pasca penyerbuan AS ke Irak iklim perpolitikan di Irak pun
menjadi kacau dan carut-marut tak terkendali. Akibatnya hukum dan peraturan
yang telah menjadi traktat politik di Irak menjadi tidak menentu. Lebih parahnya
lagi AS mengintervensi dengan melakukan perombakan sistem hukum yang
tadinya didasarkan atas asas Islam menjadi demokrasi. AS sebenaranya ingin
menawarkan visi dan misi bagaimana indahnya demokrasi, tetapi tentunya dengan
kepentingan dan skenario gelap yang sudah dirancang rapi olehnya. Menurut AS,
jika Irak melakukan perombakan sistem ke arah demokrasi sesuai dengan apa
yang diharapkan AS, maka Timur Tengah khususnya negara-negara Arab akan
memberikan inspirasi yang nyata bagaimana nikmatnya negara dengan nuansa
demokrasi tetapi sesuai dengan apa yang dimauinya. Sungguh ironis bukan?
Demikianlah diharapakan bahwa lahirnya Irak baru yang demokratis lebih
mengedepankan kedaulatan rakyat ketimbang keotoriteran di era Saddam, demi
memberikan pengaruh yang positif bagi negara-negara lain. Tetapi itupun menurut
AS, yang sampai saat ini ingin sekali berambisi untuk melakukan kampanye
sistem demokrasi di negara-negara Timur Tengah khususnya di negara Irak yang
momennya tepat karena sedang ia invasi. Pertanyaannya ialah apakah jika
dilakukan perombakan dari sistem otoriter era Saddam menjadi sistem demokrasi
di Irak, akan menjadi harapan atau mimpi untuk kebahagiaan rakyat sipil?54
Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan
diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional
karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang
54
Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, h. 150.
69
telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata
pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi.55
Skenario pertama, invasi/serbuan AS akan sukses dan berlangsung singkat
(serangan blietzkrieg) sebagaimana yang telah terjadi terhadap Afghanistan.
Sehingga reaksi kecaman dunia tidak akan signifikan memengaruhi aksi militer
AS tersebut. Selanjutnya AS melengserkan Saddam Hussein dengan cara
membunuh ataupun menawannya dan menggantinya dengan pemerintahan boneka
seperti Hamid Karzai di Afghanistan. Hal ini merupakan sesuatu agenda yang
diimpi-impikan oleh rezim Bush Jr.
Skenario kedua, serbuan AS berujung pada kegagalan. Faktor tersebut
berasal dari perang yang berlangsung alot, tidak dapat menjatuhkan rezim
Saddam dan pada saat yang sama, terciptanya histeria dan kecaman keras dunia
internasional kepada AS akibat pemberitaan korban tragedi kemanusiaan oleh
media massa dan desakan daripada negara-negara Muslim khususnya.56
Dengan begitu, skenario yang digelorakan oleh rezim Bush Jr ini
membuktikan betapa kejamnya tindakan yang ia lakukan terhadap kehidupan
politik khususnya warga sipil Irak dan dunia, membuat kalimatun sawa atau
kesepakatan global tentang hubungan perpolitikan dunia menjadi tercederai akibat
55
Resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada 8 November 2002. Resolusi Irak
No. 1441 didukung oleh semua 15 negara anggota DK-PBB. Inti resolusi ini adalah utusan
memiliki mandat dari Dewan Keamanan PBB untuk mencari senjata biologi, kimia, dan nuklir
yang menurut AS diduga dikembangkan oleh rezim presdien Irak Saddam Hussein. Jika Irak tidak
bekerjasama, negara itu akan mengahadapi konsekuensi keras yaitu aksi militer yang dipimpin
langsung oleh AS. Para menlu Arab, pada sidang darurat Liga Arab pada November 2002 silam
menyatakan, menyambut baik itikad resolusi yang digagas oleh Dewan Keamanan PBB Nomor
1441 dan tidak melihat resolusi tersebut sebagai dasar bagi aksi militer di Irak. Sidang darurat Liga
Arab tingkat Menlu Arab itu lalu mengungkapkan kegembiraanya atas kesediaan pemerintah Irak
menerima tim inspeksi PBB tanpa syarat. Mereka meminta pakar Arab agar diikutsertakan dalam
keanggotan tim inspeksi PBB itu. Para Menlu Arab menegaskan komitmennya atas keamanan,
kesatuan, dan keselamatan teritorial negara Irak serta menolak keras serangan militer AS atas Irak
yang merupakan ancaman atas keamanan bangsa Arab secara keseluruhan 56
Safari dan Almuzammil Yusuf, h .202-212.
70
hegemoni AS di Irak. Beberapa negara menolak hegemoni tersebut di antaranya
Inggris, walaupun telah mengirim pasukan ke Irak, tetapi publik Inggris
kebanyakan tidak mendukungnya bahkan mencekam. Lihat prosentase bagan
berikut ini:
Masalah Januari 2003 2002
Menolak Perang Irak 47% 37%
Mendukung Aksi Militer
ke Irak
30% 42%
ICM Survey untuk The Guardian Sumber: The Guardian
N= 1.002 dewasa (usia 18+)
Polling Perang Irak-AS Sumber: Koran Tempo 22-01-2003
Tetapi walau bagaimanapun, opini publik yang sifatnya reaktif tarhadap
serangan AS atas Irak tidak akan menjadi pengaruh seperti yang dikatakan oleh
pengamat Timur Tengah asal Indonesia Sayidiman Suryohadiprodjo. Yang
penulis kutip dari artikel internet koran Suara Pembaruan.
Opini publik dunia yang menentang perang terhadap Irak makin kuat,
namun kehendak presiden Bush Jr masih tetap kukuh menyerang Irak. Maka
sekarang dunia menunggu mana yang lebih kuat pengaruhnya kepadanya. Opini
publik dunia yang begitu keras menentang perang atau pendukungnya untuk terus
maju perang, bahkan bergerak sendiri kalau PBB dan negara lain tidak
mendukung. Masalah yang dihadapi sekarang, apa akibatnya kalau perang
dilaksanakan? Dengan supremasi kekuatan militernya, AS dapat memaksakan satu
perang cepat. Namun serangan yang cepat mengalahkan kekuatan militer Irak
tidak dengan sendirinya disertai penangkapan atau likuidasi Saddam Hussein. Hal
itu sudah terbukti jelas di Afghanistan, AS hingga kini belum dapat menangkap
71
Osama bin Laden dan menghancurkan Al-Qaeda. Padahal itu tujuan perang
Afghanistan. Selain itu, kemenangan perang di Irak yang cepat belum tentu juga
memenangkan damai, yaitu menjadikan Irak kekuatan baru yang memperkuat
kepentingan AS dalam segala bidang. Sekarang AS selalu mengatakan bahwa
setelah melikuidasi Saddam Hussein, Irak akan dijadikan negara demokrasi yang
makmur dan maju yang menjadi kekuatan damai di Timur Tengah dan teladan
bagi negara lain di kawasan itu. Akan tetapi sama sekali tidak ada jaminan bahwa
mudah untuk menciptakan gambaran ideal itu, sekalipun Saddam Hussein sudah
tersingkirkan. Berbagai masalah politik akan timbul karena kepentingan yang
berbeda dari rakyat Irak. Pertentangan baru antara etnis Kurdi dan penguasa Irak,
mudah terjadi kalau kaum Kurdi tidak mendapat bagian yang mereka anggap
sepadan dalam susunan politik baru. Demikian pula pertentangan kaum Shiah dan
Sunni mungkin sekali berkobar, karena masing-masing ingin memperoleh tempat
yang lebih baik dalam susunan Irak baru, dan masalah-masalah lain yang akan
menimbulkan banyak persoalan bagi stabilitas politik.
Demikian pula kepentingan Rusia dan Prancis, yang tidak akan begitu saja
menerima penguasaan AS atas Irak, tidak akan membuat usaha stabilisasi mudah.
Padahal, stabilisasi politik amat diperlukan, karena sudah jelas dari semula AS
begitu gigih hendak menyerang Irak, terutama untuk penguasaan minyaknya yang
kedua terbesar di Timur Tengah setelah Saudi Arabia.57
Dengan demikian sudah
dan akan terbukti akibat invasi AS ke Irak akan mengalami stabilitas politik yang
tidak kenal arah. Suasana baru perpolitikan Irak akan mengalami masalah-
masalah baru yang nantinya akan lebih rumit.
57
Sayidiman Suryodiprodjo, Akibat Perang Irak yang Perlu diwaspadai, artikel diakses
pada 24 Februari 2003 http://www.suarapembaruan.com/News/.
72
Ketika demokrasi mulai digalakkan di Irak, sistem perpolitikan pun
berubah. Pemilu dimulai ketika rezim Saddam roboh di antara tahun 2005.
Walaupun di Irak terjadi pemilihan umum yang dilaksanakan di Baghdad. Tetapi
minat masyarakat sipil Irak ternyata tidak mengalami defisit, justru mengalami
signifikasi yang lumayan luar biasa. Karena sederhana saja, kondisi politik dan
sosial Irak di saat itu sedang tidak menentu bahkan terbilang kacau sejak
penyerbuan AS ke Irak. Maka dari itu, rakyat membutuhkan figur seorang
pemimpin yang ia harapkan. Tidak lain dengan jalan demokrasilah segala
keinginan masyarakat untuk memilih pemimpin yang mereka rasa pantas. Layak
untuk dijadikan pemimpin Negara Irak bisa terealisasikan. Sekalipun menuai pro-
kontra masalah ini menjadi sungguh yang menakjubkan, di mana partisipasi warga
sipil dalam pemilu di Irak yang ternyata cukup tinggi, di atas 60 persen.
Walau memang di daerah segitiga Sunni, termasuk Ramadi, banyak TPS
yang kosong akibat serangan yang bertubi-tubi antara pihak militer AS dan
pemberontak ataupun para Mujahidin Irak ketika itu. Ledakan demi ledakan pun
menjadi hal yang sudah sering terdengar. Hampir setiap hari Pemilihan Umum itu
dikabarkan dalam acara konferensi pers sejauh mana perolehan suara itu
dilakukan. Sayangnya, proses penghitungan dilakukan sangat tertutup, tidak
seperti di Indonesia, kita bisa melihat secara langsung perolehan suara di TPS-
TPS. Alasannya, demi keamanan dan keselamatan para penghitung suara
(menghindari mereka dari sabotase dilakukan pihak-pihak yang tidak
menghendaki adanya pemilu karena pemilu adalah hasil rekayasa dan produk AS).
Walhasil, penghitungan suara tidak transparan dan masyarakat sipil serta para
73
jurnalis yang sedang meliput pun tidak bisa betul-betul yakin penghitungan suara
dilakukan secara jujur dan adil ataupun tidak.
Di sebuah pasar di kota Baghdad terlihat hanya beberapa toko yang buka.
Menurut para pedagang, sambil menuggu hasil pemilu diumumkan, masyarakat
lebih memilih tidak keluar rumah akibat khawatir akan adanya perlawanan dari
kelompok-kelompok yang tidak senang dengan pemilu sehingga trauma akan
mengalami kembali korban rakyat sipil menjadi sasaran amuk kelompok militan
Irak. Jadi, pasar tidak terlihat ramai seperti biasa-biasanya, hingga terkesan sepi,
dan para penjual pun tidak merasa bergairah.
Lebih menyedihkan lagi, rakyat Irak yang dulunya terkenal ramah dan
selalu hormat dengan tamu-tamu dari manapun (mungkin hampir sama dengan
rakyat Indonesia), namun sekarang hal itu tidak lagi. Kini mereka lebih banyak
dihantui rasa ketakutan bila melihat orang asing bertebaran di kawasan Irak.
Tatapan mereka selalu curiga dan tidak bersahabat. Tetapi mungkin dengan bicara
baik-baik hati mereka akan lunak.58
Karena harus kita sadari pula mereka begini
bukan karena kemauannya sendiri, tetapi akibat perang dan konflik yang melanda
mereka serta trauma mendalam yang menghujami psikologis mereka.
D. Pengaruh Terhadap Kehidupan Kerukunan antar Etnis/Mazhab/Sekte
Kehidupan kerukunan antara etnis/mazhab/sekte yang ada di Irak pun kini
sudah mulai tercerabut dari apa yang diharapakan. Karena jelas sekali perlakuan
diskriminasi yang dilakukan AS sungguh sangat kuat. Di mana kaum ataupun
kelompok yang mau berafiliasi serta tunduk akan perintah AS, maka sudah
58
Meutya Hafidz, 168 Jam dalam Sandera Memoar Jurnalis Indonesia yang Disandera di
Irak, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2007), h. 36-38.
74
dipastikan akan mendapatkan tempat untuk melakukan kebebasan dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku sesuai apa yang dikehendaki AS.
Tidak seperti kelompok yang selalu mengecam dan melakukan tindakan
perlawanan terhadap AS, maka sasaran untuk dijadikan sebagai teroris yang
dialamatkannya akan menjadi bulan-bulanan AS untuk melegitimasi serangannya
atas alasan melawan teroris. Sekalipun para pemberontak itu adalah Mujahid yang
ingin menyelamatkan negara tercintanya dari serbuan AS dan sekutunya.
Mayoritas jama‟ah-jama‟ah Islam di dunia Arab beraliran Sunni. Penilaian
ini yang mencerminkan kecenderungan dominan pada aliran Sunni di kalangan
mayoritas bangsa Arab. Pengecualian yang terpenting hanya nampak pada
jama‟ah-jama‟ah al-Itsna „Asyariyah di Irak, yang mengklaim sebagai representasi
dari mayoritas Syi‟ah, juga pada kaum Haraki Syiah di Lebanon dan Teluk.
Namun banyak dari kaum fundamentalis yang bukan termasuk ke dalam kaum
Ibadhiyah, Zaidiyah atau Ghulat, baik itu Isma‟iliyah, Ilahiyah Ali, Alawi atau
Druze.59
Ternyata mazhab/sekte yang paling mengalami perkembangan yang pesat
ialah Sunni walaupun Syiah tidak kalah banyaknya, apalagi ketika terjadi
peristiwa Asyura memperingati kematian Sayyidina Hussein yang mati syahid
dalam perang Karbala. Orang Syiah berduyun-duyun mengenang kejadian itu,
bahkan sampai memukul-mukul diri demi penghormatannya terhadap perjuangan
Sayyidina Hussein dan sekaligus Sayyidina Ali bin Abu Thalib akibat
pembunuhan yang telah dilancarkan oleh Dinasti Umayyah. Semuanya itu
dilaksanakan begitu semarak dan khidmat ketika para orang-orang Syiah di Irak
59
Mazin Shalah al-Muthabaqani, Strategi Amerika Menghancurkan Gerakan Islam (Jakarta:
Robbani Press, 2003), h. 140.
75
memperingatinya. Bahkan orang dari luar pun seperti Syiah yang berasal dari Iran,
Lebanon, dan lain-lain turut bergabung demi meriahnya acara peringatan 10
Muharram sekaligus mengenang kematian cucu Nabi Muhammad Saw, Sayyidina
Hussein yang begitu mulia.
Dalam suatu deklarasi Daulah Islam Irak termaktub keinginan para
Mujahidin untuk melawan segala macam kolonialisme yang dilakukan AS dan
sekutunya. Di mana menurutnya faktor utama yang membuat beberapa sekte dan
mazhab bertikai dan saling konfrontasi karena klaim kebenaran dari pihak
masing-masing. Itu akibat adanya campur tangan dari para kaum Salibis dan
Murtad yang selalu merongrong keutuhan dan kesatuan umat Islam di Irak.
Kedengkian orang-orang Salibis (baca: AS) menghancurkan jerih payah kaum
Sunni. Memecah belah dan memprovokasi terjadinya perseteruan di tubuh
mereka.
Dalam melakukan aksi ini. Tentara Salib mengerahkan tenaga cukup besar,
karena Islam menurutnya ibarat daging yang mudah tercabik. Oleh karena itu
Daulah Islam Irak yang penuh berkah ini datang untuk membendung konspirasi
ini dan merobek-robek penangkapnya yang dikendalikan jari-jari Salibis. Maka
Deklarasi Daulah Islam Irak memproklamirkan sekaligus menyeru kepada seluruh
kaum Muslim yang berada di Irak agar bersatu padu dan tak terpecah belah oleh
karena kita berbeda pemahaman. Tapi tegakkanlah syariat di bawah bendera
tauhid.60
Perlu dicatat pengalaman membuktikan bahwa persatuan penuh seperti ini
tidak akan terjadi tanpa menempuh langkah yang diberkahi ini yang kelak akan
60
Dewan Syariah Daulah Islam Irak, Deklarasi Daulah Islam Irak (Solo: Islamika,2007), h.
107.
76
menjadi tempat berlindung yang luas dan aman bagi setiap aktivis Muslim yang
jujur dan Mujahidin yang ikhlas. Tidak lain dan tidak bukan ialah bagaimana
semua di antara kita dapat mempersatukan diri. Di antaranya ialah kita merujuk
pada firman Allah SWT:
Yaitu : …dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa. Dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Surat al-Maidah (5): 2.61
Di antara perkembangan mazhab/sekte di Irak, satu lagi ialah etnis Kurdi
yang paling sering dibahas dan dikemukakan oleh para pengamat Timur Tengah
bagaimana partisipasi dan perkambangan nasibnya di Irak, karena ia bukan
berasal dari kalangan etnis Arab yang mayoritas di Irak. Ia pecahan dari negara
Kurdistan yang semua rakyatnya berdiaspora ke seluruh penjuru Timur Tengah di
antaranya Irak Utara hingga ke Timur Dekat yaitu Turki.
Sejak dimulainya serangan AS dan Inggris ke Irak, etnis Kurdi memegang
peranan penting dalam melemahkan rezim Saddam Hussein di Irak Utara.
Pemimpin Kurdi tidak hanya ingin menerima cek kosong dari AS. Pemimpin
Kurdi saat ini bisa dikatakan tidak ada niat untuk mendirikan negara merdeka di
Irak Utara. Namun, rakyat Kurdi tidak akan pernah melupakan serangan masif
yang dilancarkan oleh pasukan militer Irak dengan menggunakan senjata kimia
pada bulan Agustus 1988 yang menyebabkan ribuan warga Kurdi tewas secara
mengerikan. Ribuan rakyat Kurdi lainnya diperkirakan hingga (100.000 sampai
150.000 jiwa) terpaksa mengungsi ke Turki dan Iran. Serangan pasukan Irak itu
lebih bermotif balas dendam, karena rakyat Kurdi itu dituding lebih memihak Iran
dalam perang Irak-Iran (1980-1988).
61
Dewan Syariah Daulah Islam Irak, h. 108.
77
Pada Maret dan April 1991, segera setelah berakhirnya Perang Teluk II, Irak
kembali menggerakkan kekuatan militernya untuk mematahkan upaya etnis Kurdi
memerdekakan diri di Irak Utara. Pada saat itu, tidak kurang dari sejuta etnis
Kurdi mengungsi ke Turki, Iran, serta ke kawasan perbukitan Irak. Sementara itu
sekitar 600.000 orang Kurdi masih tetap bertahan di kamp pengungsian Kurdi di
Irak Utara, di bawah perlindungan PBB sejak tahun 1992.
Maka dari itu, hubungan etnis Kurdi dengan rezim Saddam Hussein di
Baghdad selalu diwarnai dengan pertumpahan darah. Tidak heran jika pelarian
etnis Kurdi di Turki menampik adanya pemberian amnesti dari pemerintah
Saddam Hussein kepada mereka. Karena rakyat Kurdi sudah tidak percaya lagi
dengan janji manis dari pemerintahan Saddam Hussein itu.62
Dengan begitu pemerintah AS di bawah presiden Bush mulai memanfaatkan
situasi yang sedang kalut antara etnis Kurdi dan rezim Saddam. Dalam rangka
kemenangan invasi yang cepat, pemerintah Bush, jauh hari sebelum invasi AS
yang sesungguhnya, mereka telah memanfaatkan etnis Kurdi di Irak Utara (yang
telah menunjukkan perlawanan kerasnya terhadap Baghdad pasca operation
dessert storm atau operasi badai gurun 1991) dan Syiah di Irak Selatan. Mereka
akan dieksploitasi oleh AS sebagaimana AS mengeksploitasi Aliansi Utara untuk
menekan Taliban di Afghanistan melalui jalur darat.63
Analisis militer memprediksi Saddam akan menerapkan strategi perang
kota, berkonsentrasi di dalam kota Baghdad dengan dukungan 425,000 tentaranya,
termasuk di dalamnya adalah 70.000 tentara Garda Republik, serta pasukan
martirnya (Feda’iyin) yang berjumlah sekitar 30.000 orang. Saddam dalam
62
Mustafa Abd. Rahman, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam, h.199-200. 63
Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 203.
78
pidatonya mengisyarakatkan hal ini. Baghdad akan bertahan dari serbuan tentara
Tatar (baca:AS) jika demikian, maka dapat diprediksi Irak Utara dan Selatan akan
jatuh dengan mudah.
Apakah kemudian pasukan Kurdi dan Syiah akan melakukan aksi balas
dendam kepada pemerintah Irak yang Sunni? Jika hal ini terjadi, maka amat jelas
akan menguntungkan AS. Sebab, peperangan darat akan menghabiskan sesama
Muslim, yaitu: Sunni, Kurdi, dan Syiah. Pada saat yang sama akan memecah
suasana dan muncullah isu-isu baru ke permukaan: adanya perang sesama
Muslim. Sehingga tak mustahil isu perang Sunni-Syiah kembali mencuat sampai
terangkat ke publik internasional. Dengan demikian, AS bisa menikmati
keterpecahan dan kekacauan dunia Muslim. Kemudian isu berkembang tidak lagi
murni antara konflik Irak-AS semata, yang mudah menyulut emosi kaum Muslim
dunia.64
64
Safari dan Almuzammil Yusuf, h. 204.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suasana Irak sebelum invasi 2003 bisa terbilang kondusif, apalagi setelah
Perang Teluk II selesai tahun 1991 antara Irak dan Kuwait itu mengalami
perkembangan yang kian membaik, di antaranya kondisi sosial masyarakat yang
sudah mulai bangkit. Pendidikan,kehidupan masyarakatnya, kerukunan itu sudah
mulai terbangun. Dari segi ekonomi dan politiknya pun sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Bangunan yang porak poranda telah mulai direkonstruksi
kembali, serta kepemerintahan di pusat kota Baghdad pun telah tertata kembali.
Bahkan kondisi etnis Kurdi pada tahun 1992-1994 hubungannya memburuk yang
selalu menjadi sorotan akhirnya hubungan itu telah membaik dengan etnis sesama
Kurdi pada tahun 2002 hingga bersama etnis Arab di Irak. Tetapi sungguh ironis
memang harus kita akui kalau hubungan antara Syiah dan Sunni memang kurang
membaik dari pra hingga pasca invasi AS 2003-2007.
Penyerbuan terjadi, di antaranya adalah dugaan atas kepemilikan “weapons
of mass destruction” senjata pemusnah massal dan keterkaitan presiden Saddam
Hussein dengan Taliban dan Al-Qaeda yang selalu digembar-gemborkan oleh
presiden Bush dan para intelijennya di Gedung Putih. Dugaan atas pemilikan
senjata pemusnah massal dan kedekatan presiden Saddam Hussein dengan para
jaringan teroris, yang disangkakan Bush terlihat benar tetapi tidak ada dan
terkesan miskin bukti. Namun AS tetap kokoh dengan pendiriannya untuk
melawan negara teroris. maka mulailah penyerbuan AS terhadap Irak dilancarkan
pada April 2003.
80
Hingga Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang
semula aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak,
ratusan ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut
marut oleh berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarian/mazhab/etnis,
masalah kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik & air, tempat-tempat
rumah sakit/Ibadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan
ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus
menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung
jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah
Internasional. Karena jelas yang diperbuat AS mendapat kecaman berbagai
organisasi-organisasi dunia di antaranya,Liga Arab,OKI, dan Bahkan Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) pun menolak memberikan legitimasi atas invasi AS ke
Irak. Menurut HisyamYusuf (Jubir Liga Arab) , tidak ada alasan yang kuat dan
layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB
serta menghormati legalitas internasional. Jawabnya sederhana dari penulis,
perang harus dihentikan sekarang juga agar kedamaian menjadi harapan kita
bersama.
Wallahu’alam Bishawab
81
B. Saran
1. Kesulitannya memperoleh referensi yang primer karena buku-buku
mengenai Perang antara AS dan Irak masih terbilang cukup sedikit dan
susah dicari, sampai berbagai perpustakaan-perpustakaan maupun toko
buku yang ada. Dengan begitu, menurut penulis perlunya kerjasama antara
pemerintah Irak dan pemerintah Indonesia yaitu Kementrian Pendidikan dan
LIPI untuk memberikan sumber-sumber primer yang memadai ke
perpustakaan-perpustakaan maupun toko buku yang ada. Dan tidak melulu
sumber-sumber sekunder yang selalu mendominasi.
2. Dan penulis sangat sekali berharap tema skripsi “ penyerbuan AS atas Irak
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Irak 2003-2007” ini dapat
menjadi rujukan penting bagi jurusan, fakultas, dan lebih lagi universitas.
Agar tulisan ini menjadi tolak ukur bagi semua teman-teman mahasiswa
yang ingin membuat tulisan skripsi.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Satrio . Catatan Harian Dari Baghdad . Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 1991.
Al-Muthabaqani Mazin Shalah. Strategi Amerika Menghancurkan Gerakan
Islam.Jakarta: Robbani Press. 2003.
Cahyaningtyas, June. Saddam The Untold Story.Jakarta: PT Mizan Publika.
2007.
Charles F. Gritzner,ed, Iraq Modern World Nation. Chelsea House. New York.
2006.
Dewan Syariah Daulah Islam Irak. Deklarasi Daulah Islam Irak.Solo:
Islamika.2007.
Engineer, Ali Asghar. Islam dan Pembebasan. Yogyakarta: LKIS. 2007.
Fibri, Rommy & Taufik, Ahmad. Detik-Detik Terakhir Saddam. “Kesaksian
Wartawan Tempo Dari Baghdad”. Jakarta: Tempo.2008.
Grolier International, INC. Negara dan Bangsa Asia Jilid 3. Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi.2003.
Hafidz, Meutya. 168 Jam Dalam Sandera”Memoar Jurnalis Indonesia yang
Disandera Di Irak.” Jakarta: PT Mizan Publika.2007.
Trias Kuncahyono, Trias. Bulan Sabit di atas Baghdad. Jakarta: Kompas.2005.
Trias Kuncahyono,Trias.Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta:
Kompas.2005.
Lewis, Bernard. The Crisis of Islam.Surabaya: JP Press. 2004.
Mahally, Abdul Halim. Menjarah Negeri Muslim”Menguak Agenda Besar AS,
Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”.Bekasi: Fima Rodheta.2006.
83
Mashad, Dhurorudin. Dkk. Saddam melawan Amerika. Jakarta: Pensil-324. 2003.
Miller, Christian. Blood Money “Membuang Jutaan Dolar,Menewaskan Ribuan
Jiwa,& Perusahan Rakus di Irak”. Jakarta: Terjemahan PT Cahaya Insan
Suci. 2007.
Moore, James. Bush’s War for Reelection”Iraq, The White House, and The
People”U.S.A: Wiley & Sons INC, 2004.
MS, Basri. Metodologi Penelitian Sejarah “pendekatan,teori dan
praktik”.Jakarta: Restu Agung. 2006.
Pitono, Djoko. Detik-Detik Akhir Perang Teluk Surabaya : PT Bina Ilmu. 1991.
Preble, Christopher .Exiting.Iraq:Why The U.S.Must end The Military Occupation
and Renew The War Againts Al-Qaeda.Washingthon DC:Cato
Institute.2004.
Raef, Ahmad. Hak-Hak Asasi Manusia Di Irak Kairom : Al-Zahra Lil I‟lam Al-
Arab. 1990.
Rahman, Musthafa Abd. Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam. Jakarta:
Kompas. 2003.
Safari, Mohammad & Yusuf,.H.Almuzzammil. PERANG IRAQ-AS “Hegemoni
Baru AS di Timur Tengah dan Dampak Globalnya”. Jakarta: Comes
Foundation & JIM Malaysia. 2003.
Sihbudi, M Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Mizan. 2007.
Sihbudi, M Riza. Bara Timur Tengah “Islam Dunia Arab dan Iran”.Bandung:
Mizan.1991.
Tamara, Nasir & Samsuri, Agnes. Perang Iran-Perang Irak. Jakarta: Sinar
Harapan. 1981.
84
Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia islam: Perspektif Etno-Lingustik dan Geo-
Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2009.
Tripp, Charles. A History of Iraq. USA: Cambridge University Press. 2002 .
Koran
Bush Tak Setuju Perang Irak “Buku Memoar.” Kompas, 10 November 2010.
Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi Dunia. Kompas, 23 Januari 2003.
Kompas. Isu Demokrasi pascaperang Irak-AS, Minggu, 23 maret 2003.
Saddam: Tak ada niat saya membakar kilang minyak. Kompas. 27 Februari 2003.
Website
“AS Dituduh Merampok Uang Minyak Irak,” artikel diakses Senin, 20/06/2011
08:03. WIB dari http://www.eramuslim.com/berita/dunia/as-dituduh-merampok-
uang-minyak-irak.htm.
CIA. “Population Irak People ,Country Comparison to The World”. artikel di
akses pada: 18 Oktober 2011. Dari https://www.cia.gov/library/publications/the-
world-factbook/geos/ iz.html.
Moh Yassin, Invasi AS ke Irak, sebuah kelinci percobaan tekhnologi AS. Resensi
buku di balik invasi AS ke Irak “Elba Dumhari” artikel diakses dari:
http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/02/resensi-buku-invasi-as-ke-irak-
sebuah.html.
Murray Sabrin. “
Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS”. artikel di akses pada 27
Juni 2006. Dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html.
85
Sayidiman Suryodiprojo.” Akibat Perang Irak yang Perlu diwaspadai.” artikel di akses
pada 24 Februari 2003 http://www.suarapembaruan.com/News/.
Pendapatan Per Kapita Negara di Dunia menurut World Bank, artikel diakses:
pada 4 Agustus 2011. di http://gusschool.wordpress.com/2010/12/23/pendapatan-
per-kapita-negara-di-dunia-menurut-world-bank.
Tabrani Syabirin“Irak Setelah Diembargo 10 tahun”. artikel di akses pada:. Februari
2000. Dari http://www.oocities.org/injusticedpeople/IraqSetelahDiembargo10Tahun.htm
UNICEF. Kondisi Psikososial Kesejahteraan Anak di Irak. artikel di akses pada:
Februari 1997. Dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/spec-top.html.
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar I.
Hancurnya pesawat AS di Negara Irak.
87
Gambar II.
Hubungan Bilateral antara Saddam & Bush sebelum Invasi AS terjadi.
88
Gambar III.
Peta penyerbuan AS atas Irak, beberapa kota di Irak terkena imbasnya.
89
Gambar IV.
Pengeboman pertama AS di salah satu instansi pemerintahan Irak, di kota
Baghdad.
90
Gambar V.
Nampak sosok rakyat sipil perempuan yang menderita akibat invasi
Amerika Serikat.
91
Gambar V.
Gambar drama penangkapan Saddam Hussein oleh pasukan AS di daerah
kelahirannya di Tikrit pada tahun 2005.