PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan...

120
PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR ) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: MUHAMMAD TAQIYUDDIN AL QISTHY NIM: 106044101425 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Transcript of PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan...

Page 1: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

(Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon

Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD TAQIYUDDIN AL QISTHY

NIM: 106044101425

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 2: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Penyelesaian Perkara Syiqaq (Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR)”, telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Program Strata Satu (S 1) pada Program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah konsentrasi Peradilan Agama.

Jakarta, 17 Juni 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 19550505191982031012

Panitia Ujian Munaqasah 1. Ketua : Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM(………….) NIP. 19550505191982031012 2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH (………….)

NIP. 197202241998031003

3. Pembimbing I : Drs.H.Sayed Usman, SH, MH (………….) NIP. 195607031983031002

4. Pembimbing II : Kamarusdiana, S.Ag, MH (………….) NIP.197202241998031003

5. Penguji I : Dr. H. Umar Al Haddad, M.Ag (………….) NIP.196809041994011001

6. Penguji II : Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH (………….) NIP. 196911211994031001

Page 3: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

(Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon

Nomor:0118/Pdt.G/2009/PA.SBR)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD TAQIYUDDIN AL QISTHY

NIM. 106044101425

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.H. Sayed Usman, SH, M.H Kamarusdiana, S.Ag, M.H NIP.150 216 755 NIP.197202241998031003

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGAM STUDI AL-AHWAL AL-SAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H /2010 M

Page 4: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

(Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon

Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh: MUHAMMAD TAQIYUDDIN Al QISTHY

NIM: 106044101425

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H /2010 M

Page 5: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Sarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Juni 2010

Muhammad Taqiyuddin Al Qisthy

Page 6: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

KATA PENGANTAR

Puja dan puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,

serta kekuatan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

bagian dari tugas akademis di konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, tabi’in dan tabi’at hingga

sampailah kepada kita yang mengikuti risalahnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “ Penyelesaian Perkara Syiqaq (Analisis Putusan

Pengadilan Agama Sumber, Cirebon Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR)”

akhirnya dapat terselesaikan sesuai dengan harapan penulis. Kebahagiaan yang tak

ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik

kepada orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam

mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bahan yang berharga ini perkenankan penulis menuangkan dalam

bentuk ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah

Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah Jakarta yang

banyak memberikan nasihat-nasihat yang berharga demi meningkatkan kualitas

spiritual dan intelektual kepada mahasiswa/I Fakultas Syariah dan Hukum.

أ

Page 7: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

2. Drs. H. A.Basiq Djalil, SH., MA. Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhisiyyah,

yang selalu memberikan masukan kepada penulis secara tidak langsung sangat

membantu penyusunan skripsi ini.

3. Kamarusdiana, S.Ag,MH. Sekertaris Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah yang

banyak membantu dengan tulus ikhlas kepada penulis selama proses perkuliahan

selama empat tahun ini dan membantu memudahkan mahasiswa secara birokrasi

dan administrasi kampus.

4. Drs.H.Sayed Usman,SH, MH dan Kamarusdiana, S.Ag, MH selaku dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukan

kariernya masing-masing dalam memberikan masukan maupun nasihat dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.

6. Drs.Oon Syahroni, SH Ketua Pengadilan Agama Sumber beserta seluruh staf

jajarannya baik Panitera, Panitera Muda Hukum, dan hakim-hakim wa bil khusus

kepada Bapak Drs.Ahmad Sodikin dan Drs. Bahruddin yang telah meluangkan

waktunya untuk diwawancarai demi terselesaikan penelitian ini. Di samping itu

juga membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Rasa Ta’zhim & terima kasih yang mendalam kepada ayahanda Drs.Mujahidin

dan Ibunda tercinta Ety Herawati, A.md.Pd., yang telah memberikan banyak

motivasi dan beaya pendidikan selama ini sampai ke jenjang Perguruan Tinggi ب

Page 8: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

atas dukungan moril dan materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian serta kasih

sayang yang tak pernah habis bahkan doa munajatnya yang tak henti-henti kepada

Allah SWT senantiasa agar penulis mendapatkan kesukseskan dalam penyelesaian

studi dan juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengajarkan arti

kehidupan. Penulis persembahkan skripsi ini.

8. Adik-adikku tercinta, Ahmad Khotibul Umam dan Zaki Mahmud yang

memberikan support kepada penulis selama kuliah di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Para Ustadz Madrasah Mu’allimin Muhammadiyyah Yogyakarta dan teman-

teman seperjuangan yang kini telah menjadi alumni yang telah memberikan

dukungan doa demi selesainya studi di kampus tercinta ini.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan di kelas PA B angkatan 2006 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu yang telah bersama-sama berjuang dalam menuntut

ilmu baik dalam suasana suka maupun duka di Fakultas Syariah dan Hukum yang

tercinta dan atas persahabatan yang selama ini dibangun tak akan tergantikan

kapan dan di manapun itu tetap akan dikenang tak terlupakan oleh penulis.

12. Teman-teman Pengurus Badan Eksekutif Jurusan Peradilan Agama (BEMJ PA)

yang banyak memberikan pengajaran organsisasi selama penulis kuliah di

Fakultas Syariah dan Hukum tercinta.

Semoga amal yang telah diberikan kepada penulis dapat dibalas oleh Allah

SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Demi kesempurnaan skripsi ini di masa

ج

Page 9: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

د

mendatang penulis menerima saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca

yang budiman. Semoga Allah SWT senantisa meridhoi setiap langkah kita amiin.

Demikianlah sepatah kata dari penulis, semoga skripsi ini bermanfaat untuk

kita semuanya. Fastabiqul khoirot

Jakarta, 2 Juni 2010

Penulis

Muhammad Taqiyuddin Al Qisthy

Page 10: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 7

D. Metode Penelitian ........................................................ 8

E. Review Studi Terdahulu............................................... 14

F. Kerangka Teori............................................................. 16

G. Sistematika Penulisan .................................................. 24

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum ...................................... 25

B. Macam-macam Perceraian ........................................... 35

C. Alasan-alasan Perceraian ............................................ 43

D. Perbedaan Cerai Gugat dengan Cerai Talak ............... 46

BAB III SYIQAQ DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Syiqaq dan Landasan Hukum ................... 48

B. Perbedaan Syiqaq dengan Nusyuz .............................. 51

C. Syarat-syarat dan Tugas Hakam................................... 55

D. Kedudukan Keluarga dalam Perkara Syiqaq ............... 59

BAB IV PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

DI PENGADILAN AGAMA SUMBER, CIREBON

A. Faktor-Faktor Terjadinya Syiqaq

di Pengadilan Agama Sumber, Cirebon ....................... 63

B. Proses Pemeriksaan Perceraian dengan Alasan Syiqaq di

Pengadilan Agama Sumber, Cirebon ........................... 64

v

Page 11: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

vi

C. Duduk Perkara dan Pertimbangan Hukum .................. 71

D. Putusan Hakim Pengadilan Agama Sumber ................ 75

E. Analisis Penulis............................................................ 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 86

B. Saran-saran................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 90

LAMPIRAN

Profil Pengadilan Agama Sumber

Laporan Wawancara dengan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sumber

Laporan Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Sumber

Putusan Pengadilan Agama Sumber Nomor: 0118/PDt.G/2009/PA.SBR

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Pengadilan Agama Sumber

Laporan Perceraian Pada Pengadilan Agama Sumber Pada Tahun 2009

Page 12: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan implementasi dari naluri sifat manusia, Allah secara

tegas mengintrodusir ciptaan-Nya dalam Al Qur’an dengan berpasang-pasangan,

dan berjodoh-jodoh. Untuk terwujudnya hidup berpasang-pasangan tersebut, maka

perlu aturan yang disebut hukum perkawinan.1

Filosofi dasar perkawinan adalah upaya menciptakan kehidupan suami isteri

yang harmonis dalam rangka membentuk dan membina rumah tangga sakinah,

mawadah, dan rahmah. Setiap suami isteri tentu saja mendambakan kehidupan

rumah tangga yang langgeng sepanjang hayat di kandung badan.2

Perkawinan adalah suatu peristiwa yang sangat sakral dalam perjalanan

kehidupan umat manusia. Dikatakan sakral karena dalam akad pernikahan yang

dilangsungkan tersebut pihak suami mengucapkan akad nikah dimana dia dengan

suka rela telah menyatakan qobul dari ucapan ijab wali calon isteri. Sebab dalam

Kompilasi Hukum Islam pasal 2 disebutkan “Perkawinan menurut hukum Islam

1 Baharudin Ahmad , Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis (Jakarta :

Gaung Persada Press, 2008), h.4. 2 Ibid.

Page 13: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

2

adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk

menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah.3

Diadakan akad nikah adalah untuk selama-lamanya sampai suami isteri

tersebut meninggal dunia karena yang diinginkan oleh Islam adalah langgengnya

kehidupan perkawinan. Suami isteri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga

tempat berlindung, menikmati naungan kasih sayang dan dapat memelihara anak-

anaknya hidup dalam pertumbuhan yang baik agar anak-anak bisa menjadi generasi

yang berkualitas. Oleh karena itu, ikatan antara suami isteri adalah ikatan yang

paling suci dan teramat kokoh4.

Namun, dalam kenyataan harus diakui memang tidak mudah untuk membina

suatu perkawinan yang bahagia, bahkan sering terlihat dalam berbagai informasi baik

dari media cetak maupun elektronik terdapat berbagai kasus perceraian yang

mengakibatkan perkawinan mereka kandas di tengah jalan. Bukannya kebahagiaan

atau ketentraman yang diperoleh di dalam rumah tangga, tetapi yang terjadi adalah

pertengkaran yang sengit antara suami isteri tersebut.

Dengan melihat hal itu, kehidupan rumah tangga ibarat seseorang yang

mendaki gunung yang tinggi. Dimana pendaki gunung tersebut harus melewati

berbagai rintangan yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketelitian. Cara

yang dilakukan oleh pendaki tersebut berbeda satu dengan yang lainnya dalam

3 Zainal Abidin Abu Bakar, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan Peradilan Agama, Cet.3(Jakarta: Yayasan Al Hikmah, 1993), h.307.

4 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyyah Kajian Hukum Islam Kontemporer (Bandung : Angkasa, 2005), h. 162.

Page 14: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

3

menghadapi serta menanganinya. Ada yang berhasil mendaki sampai puncak

tertinggi dan ada pula yang berjatuhan di tengah perjalanan. Demikian juga keadaan

setiap manusia yang sedang menjalani kehidupan rumah tangga, tidak berbeda dari

pendaki gunung yang tinggi yang penuh dengan berbagai macam rintangan.

Dalam kenyataan menunjukkan bahwa hubungan suami isteri tidak

selamanya dapat dipelihara secara harmonis, kadang-kadang suami isteri itu gagal

dalam mendirikan rumah tangganya karena menemui beberapa masalah yang tidak

dapat diatasi. Meskipun suami isteri sedang terbakar api kemarahan dan kebencian,

tetapi pengakhiran dan penyelesaian persoalan harus dilakukan secara baik dan benar,

sebagaimana ketentuan ajaran agama dan hukum yang berlaku. Upaya mengakhirkan

kemelut berkepanjangan dapat diselesaikan melalui alternatif talak (perceraian).

Walaupun dengan pedoman tersebut Rasulullah SAW memperingatkan

secara bijak bahwa tindakan itu tidaklah diinginkan, kecuali dalam situasi yang

sangat darurat dimana sudah tidak ada harapan lagi untuk dipertahankan pernikahan

mereka, sehingga solusi terakhir yang harus diambil kedua belah pihak yaitu

perceraian demi menghindari kemudharatan yang diderita oleh pihak suami atau

isteri yang mengalami percekcokan dan perselisihan dalam rumah tangganya.5

Untuk mengatasi kasus perceraian antara suami isteri yang beragama Islam,

maka masing-masing pihak diberi hak oleh Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

5Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya (Jakarta: Prima Heza

Lestari, 2006), h.23.

Page 15: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

4

Agama untuk mengajukan permohonan cerai talak bagi suami dan begitu pula bagi

isteri diberi hak yang sama untuk mengajukan cerai gugat kepada Pengadilan Agama.

Tentunya mereka harus mempunyai alasan yang kuat mengapa perceraian tersebut

bisa terjadi.

Perceraian tidak dapat terjadi kecuali dengan sebab-sebab yang dapat

dipertanggung jawabkan seperti yang telah diatur dalam kitab-kitab fiqih dan

peraturan perundang-undangan. Tujuan dari aturan tersebut agar melindungi

kehormatan suami dan istri, sehingga ucapan talak tidak sembarang dilontarkan oleh

suami pada isterinya, akan tetapi dia harus mengajukan permohonan talak di depan

sidang Pengadilan Agama.6

Dari salah satu sebab perceraian dalam kitab fiqih adalah syiqaq yaitu

perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami isteri. Dimana keduanya

memang saling bertengkar hebat sehingga perkawinan mereka hampir berujung retak.

Oleh karena itu, Allah memberikan solusi yang sangat bijak agar menunjuk seorang

hakam yaitu juru penengah, pendamai dari keluarga suami dan satu orang hakam

dari keluarga isteri. Dipilih hakam dari pihak keluarga karena biasanya mereka

mengetahui keadaan yang terjadi dalam rumah tangga suami isteri yang sedang

cekcok tersebut. Diharapkan orang yang ditunjuk sebagai hakam ini bisa menasehati

suami isteri yang sedang bertengkar hebat tersebut, sehingga mereka bisa rukun

6 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI (Jakarta: Kencana, 2004), h.233-234.

Page 16: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

5

kembali perkawinannya dan mengurungkan niatnya untuk bercerai di depan sidang

Pengadilan Agama.

Dari pengamatan yang penulis perhatikan ternyata kasus Perceraian dengan

alasan syiqaq bisa dikatakan tergolong banyak terjadi di Pengadilan Agama Sumber,

Cirebon, Jawa Barat apabila dihitung secara kuantitatif selama tahun 2009 mencapai

1.538 perkara.7 Sempat terlintas dalam benak penulis sebenarnya faktor-faktor apa

saja yang mendorong para pihak mengajukan perceraian dengan alasan syiqaq, lalu

setelah surat permohonan atau gugatan cerai tersebut diterima oleh Pengadilan

Agama dan ditunjuk Majelis Hakim yang memeriksa perkara perceraian dengan

alasan syiqaq. Maka, bagaimana tata cara Majelis Hakim dalam memeriksa perkara

tersebut. Sejumlah pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendorong rasa ingin tahu

penulis dan ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, sehingga penulis menuangkannya

dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Penyelesaian Perkara Syiqaq (Analisis

Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon No: 0118/ Pdt.G/2009/PA.SBR)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis

terfokus pada kasus gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri dengan alasan

syiqaq yang pada mulanya disebabkan oleh kecemburuan suami kepada isterinya,

7 Laporan Perceraian Pada Pengadilan Agama Sumber Tahun 2009.

Page 17: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

6

sehingga menyebabkan perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus,

kemudian diajukan ke Pengadilan Agama Sumber, Cirebon dengan khusus

menitikberatkan terhadap putusan No: 0118/ Pdt.G/2009/PA.SBR.

Dari data yang penulis ketahui di Pengadilan Agama Sumber, perceraian

yang masuk dalam kategori syiqaq ini termasuk banyak, terbukti selama tahun

2009 perkara syiqaq yang telah diputus mencapai 1.538 perkara.8 Di samping itu,

sebagaimana dirilis oleh situs resmi Badan Peradilan Agama (Badilag),

Badilag.net dicantumkan bahwa sepanjang tahun 2009 dari seluruh Pengadilan

Agama yang tersebar di wilayah Indonesia ternyata Pengadilan Agama Sumber

termasuk urutan kelima sebagai Pengadilan yang mendapat rating yang tinggi

dalam menerima dan memutus perkara perceraian.9

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan tersebut, maka penulis merincinya

dengan membuat beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya syiqaq di antara para

pihak yang berperkara selama tahun 2009 di Pengadilan Agama Sumber ?

2. Bagaimana tata cara pemeriksaan kasus syiqaq yang diselesaikan oleh Majelis

Hakim Pengadilan Agama Sumber, Cirebon ?

3. Bagaimana pertimbangan hukum dan amar putusan yang digunakan oleh

8Ibid. 9Anonim, “Data Perkara Terbesar Pengadilan Agama Tahun 2009”, artikel diakses pada

20Mei 2010 dari http:// www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=5340&itemid=1.

Page 18: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

7

Majelis Hakim tersebut dalam putusan perkara nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.

SBR?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas hukum yang ada di

lingkungan Pengadilan Agama, khususnya dalam ruang lingkup perkara

perceraian dengan alasan syiqaq di Pengadilan Agama Sumber. Secara lebih rinci

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya syiqaq.

2. Memperoleh pengetahuan tentang tata cara pemeriksaan kasus syiqaq yang

diselesaikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Sumber, Cirebon.

3. Mengetahui pertimbangan hukum dan amar putusan yang digunakan oleh

Majelis Hakim dalam putusan perkara nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA. SBR.

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat di antaranya

sebagai berikut:

a. Secara teoritis menambah khazanah keilmuan dalam bidang hukum yang

secara spesifik membahas tentang proses berjalannya suatu perkara perceraian

di Pengadilan Agama dengan harapan akan menunjang kemampuan mahasiswa

mengenai hukum formil dan pengetahuan beracara di lingkungan Peradilan

Agama.

Page 19: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

8

b. Secara praktis sebagai bahan rekomendasi bagi para advokat dan hakim

Pengadilan Agama untuk dijadikan referensi dalam menghadapi kasus

perceraian dengan alasan syiqaq.

c. Memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai pertimbangan Majelis

Hakim pada putusan dalam memutus perceraian dengan alasan syiqaq.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini,

maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain:

1. Pendekatan Penelitian

Dari segi metode penelitian hukum, dengan melihat objek pembahasan ini

tertuju pada penelitian suatu putusan Pengadilan, maka kajian ini termasuk pada

penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, yang

dimaksud dengan penelitian hukum normatif, yakni penelitian hukum yang

dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.10

Dalam kaitannya dengan penelitian hukum normatif dapat digunakan

beberapa pendekatan yang bisa membantu penulis dalam menganalisis putusan

Pengadilan, yakni: pendekatan perundang-undangan (statute approach),

10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat

(Jakarta : CV Rajawali, 1985), h.14.

Page 20: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

9

pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan analitis (analytical

approach).11

Maksud masing-masing pendekatan tersebut secara operasional adalah

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan ini digunakan

untuk mengetahui peraturan perundang-undangan yang digunakan oleh majelis

hakim Pengadilan Agama Sumber sebagai dasar hukum dalam pertimbangan

hukum dan amar putusan yang dijatuhkan.

b. Pendekatan konseptual (conceptual approach), dilakukan berkenaan dengan

konsep perceraian dalam hukum Islam termasuk juga doktrin fiqih dalam

kaitannya dengan persoalan syiqaq, dan asas-asas yang terdapat dalam hukum

acara Peradilan Agama termasuk pemeriksaan perkara perceraian dengan

alasan syiqaq yang menjadi lex specialis (aturan khusus) dari ketentuan

perceraian pada umumnya.

c. Pendekatan analitis (analytical approach), dilakukan untuk mengetahui

pengertian hukum, asas hukum, dan kaidah hukum yang tersimpan dalam

putusan majelis hakim Pengadilan Agama Sumber khususnya perkara syiqaq

yang sejatinya merupakan upaya positivisasi hukum Islam terkait dengan

hukum keluarga.

11Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif , cet.3 (Malang:

Bayumedia Publishing, 2007), h.300.

Page 21: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

10

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian setelah penulis melihat data yang dibutuhkan

dalam judul skripsi ini, maka termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

dan lisan dari orang atau perilaku yang diteliti.12 Dalam hal ini karena termasuk

pendekatan normatif, maka jenis penelitian ini bisa disebut sebagai penelitian

kepustakaan.

3. Sumber Data

Sebagai suatu penelitian hukum normatif yang hanya ditujukan pada

putusan Pengadilan Agama Sumber, maka jenis data yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah berupa bahan-bahan

hukum. 13 Dalam hal ini, baik yang bersumber dari bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.14

Adapun bahan-bahan hukum dimaksud adalah:

a. Bahan hukum Primer

Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahan hukum primer merupakan

bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Di antara

yang termasuk kategori tersebut adalah peraturan perundang-undangan dan

12 Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h.51.

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.3 (Jakarta: UI Press, 1986), h.51. 14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2005), h.141.

Page 22: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

11

putusan hakim. 15 Dari penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan objek

pembahasan ini, maka bahan hukum primer itu terdiri dari Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, dan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama. Di samping itu berupa putusan cerai dengan alasan syiqaq dengan

nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA. SBR yang diperoleh dari Pengadilan Agama

Sumber, Cirebon.

b. Bahan Hukum Sekunder

Dari penelitian ini sebagai pelengkap data dalam mencari jawaban dari

permasalahan yang disebutkan sebelumnya, maka diperlukan bahan hukum

sekunder baik berupa kitab-kitab fikih yang merupakan hasil karya para ahli

dalam bidang hukum Islam,16 jurnal-jurnal hukum, kamus hukum,17 dan hasil

interview (wawancara) dalam bentuk tertulis.18

Dalam hal ini penulis melakukan interview (wawancara) terstruktur

terhadap panitera muda hukum sebagai pejabat peradilan yang membuat

laporan tertulis berupa data-data perkara di Pengadilan yang didokumentasi

15Ibid. 16 Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h.52. 17Peter Mahmud, Penelitian Hukum, h.155. 18 Ibid., h.165.

Page 23: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

12

setiap tahun. Di samping itu, penulis juga melakukan wawancara kepada salah

satu hakim Pengadilan Agama Sumber yang memeriksa perkara ini, kemudian

data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan

masalah yang dikaji.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan berbagai referensi baik berupa buku-buku, jurnal-jurnal hukum,

dan kitab-kitab fikih yang khusus berbicara tentang penyelesaian perkara

syiqaq lalu dihubungkan dengan putusan majelis hakim Pengadilan Agama

Sumber nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR dan peraturan perundang-undangan

yang mengatur syiqaq khususnya pada Pasal 76 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama jo Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan

Pasal 19 (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo 116 (f)

Kompilasi Hukum Islam. Dari data tersebut diolah sedemikian rupa, sehingga

akan terlihat dengan jelas sebagai jawaban atas rumusan masalah yang dikaji.

b. Interview atau wawancara, yakni tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang

Page 24: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

13

diwawancara. 19 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terstruktur

dengan pihak-pihak yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini yaitu panitera

muda hukum dan hakim yang memeriksa perkara syiqaq ini. Dengan tujuan

agar memperoleh data yang lengkap sebagai alat dalam membantu menemukan

jawaban atas permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini.

5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data

tersebut secara jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan content

analysis. Data kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan bahasa

penulis sendiri, dengan demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok

permasalahan yang diteliti.

Untuk memperjelas analisis data tersebut, maka penulis menggunakan

dua teori yang relevan yaitu teori strukturalis fungsional sebagai pisau analisis

untuk melihat faktor-faktor penyebab terjadinya syiqaq selama tahun 2009 di

Pengadilan Agama Sumber dan teori konkretisasi hukum yang digagas oleh

Hans Kelsen lalu dikembangkan oleh Hans Nawiasky sebagai pijakan teori

dalam menganalisis pertimbangan hukum dan amar putusan majelis hakim

Pengadilan Agama Sumber Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR.

19 Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Praktis, Cet.3 (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,

2001), h.23.

Page 25: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

14

6. Teknik Penulisan

Adapun untuk teknis penulisan ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.”

E. Review Studi Terdahulu

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh

mahasiswa-mahasiswa sebelumnya yang berkaitan erat dengan judul skripsi yang

akan diteliti oleh penulis. Ternyata setelah penulis membaca beberapa skripsi

tersebut ditemukan pembahasan yang berbeda dengan judul skripsi yang akan

penulis ajukan, sehingga dalam penulisan skripsi ini nantinya tidak akan timbul

kecurigaan plagiasi. Untuk itu di bawah ini akan penulis kemukakan 2 buah skripsi

yang pernah ditulis oleh mereka, diantaranya sebagai berikut:

1. Judul: “Hakam Menurut Imam Mazhab dan UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, serta peranannya dalam menyelesaikan sengketa perceraian

(Studi Kasus Pengadilan Agama Jakarta Utara)” yang ditulis oleh Budi Setiawan/

PF/PMH/2006.

Skripsi ini membahas seputar tentang pengertian Hakam, syarat-syarat

menjadi Hakam, kemudian membahas perdamaian (hakam) di masa Sahabat dan

perdamaian pada sengketa perceraian di masa sekarang. Selain itu, dalam skripsi

ini memuat juga mengenai pandangan Imam Mazhab dan Undang-Undang

Page 26: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

15

Peradilan Agama terhadap Hakam, serta bentuk dan upaya Hakam dalam

mendamaikan.

Juga peranan Hakam di Pengadilan Agama Jakarta Utara yang terdiri dari

sekilas tentang Pengadilan Agama Jakarta Utara, jenis perkara yang ditangani

Hakam, serta peranan Hakam dalam sengketa perceraian di Pengadilan Agama

Jakarta Utara.

Perbedaan skripsi ini dengan judul yang penulis angkat ialah pada skripsi

ini lebih menekankan pada pembahasan Hakam ditinjau dari pendapat Fukoha dan

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Sedangkan judul

yang penulis angkat membahas tentang penyelesaian perceraian dengan alasan

syiqaq (Analisis Putusan Pengadilan Agama Sumber, Cirebon Nomor: 0118/

Pdt.G/2009/PA.SBR).

2. Judul: “Kedudukan dan Kewenangan Hakam Dalam Penyelesaian Masalah

Syiqaq Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Kasus di BP 4

Ciputat)”yang ditulis oleh Hidayati Hanubun/ PH/PMH/2008.

Skripsi ini membahas seputar pandangan hukum positif dan hukum Islam

tentang pengertian Hakam dan fungsinya, kedudukan dan kewenangan BP 4

sebagai Hakam dalam masalah syiqaq. Selain itu dalam skripsi ini membahas

efektifitas BP 4 sebagai Hakam dalam penyelesaian masalah syiqaq.

Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi yang penulis angkat ialah pada

skripsi ini lebih menekankan pada pembahasan bagaimana peranan BP 4 dalam

memberi nasihat supaya penyelesaian antara suami isteri yang sedang cekcok,

Page 27: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

16

sedangkan skripsi penulis akan menbahas tentang faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya syiqaq diantara para pihak yang berperkara, bagaimana

proses pemeriksaan kasus syiqaq yang diselesaikan oleh Majelis Hakim

Pengadilan Agama Sumber, Cirebon; dan pertimbangan hukum yang digunakan

oleh Majelis Hakim tersebut.

F. Kerangka Teori

Dalam pembahasan yang akan diteliti selanjutnya jelas berkaitan erat dengan

masalah sosial yang mempengaruhi jumlah perceraian dengan alasan syiqaq antara

para pihak yang berperkara di mana mereka bertempat tinggal baik di desa maupun

kota sekitar wilayah dalam yurisdiksi Pengadilan Agama Sumber, Cirebon.

Dari hasil temuan berupa data-data yang diperoleh dari laporan maupun hasil

wawancara pribadi dengan Panitera Muda Hukum dan hakim Pengadilan Agama

Sumber terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya syiqaq

selama tahun 2009, maka selanjutnya penulis akan menggunakan salah satu teori

dalam sosiologi yang relevan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut, yakni teori

fungsional struktural. Penjelasan mengenai teori tersebut akan dipaparkan pada

pembahasan berikut ini.

Teori Fungsional Struktural

Fungsional struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam

sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-

Page 28: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

17

bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat

berfungsi tanpa ada hubungan dengan yang lain.20

Selanjutnya perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan

menyebabkan ketidakseimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan

pada bagian lain. Asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen atau unsur

kehidupan masyarakat harus berfungsi, sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa

menjalankan fungsinya dengan baik.21

Karena yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini berkaitan dengan isi

putusan Pengadilan Agama yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka

menurut hemat penulis sebagaimana dikemukakan oleh Cik Hasan Bisri untuk

menjelaskan putusan Pengadilan dapat digunakan teori yang relevan, yakni teori

konkretisasi hukum (stufenbau theory) yang digagas oleh Hans Kelsen kemudian

dikembangkan selanjutnya oleh muridnya yang bernama Hans Nawiasky.22

Dari teori tersebut dipakai sebagai pijakan analisis penulis nantinya terhadap

putusan Pengadilan Agama Sumber nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR yang bisa

dikatakan mempunyai kontribusi dalam upaya proses penerapan hukum Islam yang

berkaitan dengan bidang Perkawinan, sehingga hukum Islam yang tertera dalam Al

Qur’an, Sunnah Nabi, dan ijtihad Ulama dalam kitab-kitab fiqih dapat terus

20 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern (Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2007), h.48.

21 Ibid.

22 Cik Hasan Basri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2004), h.209-210.

Page 29: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

18

dilanjutkan dan diimplementasikan oleh masyarakat sepanjang masa di seluruh

tempat terlebih di Negara Indonesia yang notabene mempunyai warga Negara yang

mayoritas beragama Islam.

Agar menjadi jelas dalam pembahasan selanjutnya, maka berikut ini akan

dijelaskan terlebih dahulu mengenai teori tersebut.

Teori Stufenbau Hans Kelsen

Salah satu teori yang masih dipakai sampai sekarang darinya adalah teori

Jenjang (Stufenbautheorieder normen) yang sering disingkat teori stufenbau yang

digagas oleh Hans Kelsen dan kemudian dikembangkan oleh muridnya yang

bernama Hans Nawiasky. Kelsen mengemukakan bahwa norma-norma hukum itu

berjenjang–jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan), dalam arti ,

suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang

lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma

yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak

dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif yaitu norma dasar

(Grundnorm).23

23 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi

Muatan Lainnya (Yogyakarta : Kanisius, 2007), h.41.

Page 30: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

19

Sebagai norma yang tertinggi, grundnorm tersebut harus diterima secara

aksiomatis (kenyataan yang diterima sebagai kebenaran tanpa perlu pembuktian lebih

lanjut.24

Teori Kelsen di atas memang masih bersifat umum karena tidak ditujukan

khusus kepada norma hukum. Artinya, norma apapun (agama, kesusilaan, sopan

santun, dan hukum) mengalami lapisan-lapisan dari yang terendah sampai yang

tertinggi. Dalam perkembangan selanjutnya, teori itu dikembangkan oleh muridnya

yang bernama Hans Nawiasky, dengan teorinya Die Stufenordnung der Rechtnormen

atau Die Lehre von dem Stufenaufbau der Rechtsordnung. Berbeda dengan Kelsen,

teori Nawiasky lebih bersifat khusus, karena ia sudah menerapkannya terhadap

norma hukum sebagai aturan-aturan yang yang dikeluarkan oleh Negara.25

Nawiasky membagi norma hukum dalam empat kelompok norma, yaitu : (1)

Staatsfundamental norm, (2) Staatsgrund gesetz, (3) Formulle Gesetze, dan (4)

verordnungen dan Autonome Satzungen. Dari pembagian di atas jelas terdapat

perbedaan istilah antara Nawiasky dengan Kelsen terutama yang berkaitan dengan

norma dasar Negara. Kalau Nawiasky menyebut norma dasar Negara dengan istilah

Staatsfundamental norm, bukan grundnorm atau Staatsgrundnorm seperti pendapat

Kelsen, dengan pertimbangan apabila dipakai Grundnorm itu mempunyai

kecenderungan bahwa norma dasar Negara tidak berubah atau bersifat tetap,

24 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana

Filsafat Hukum Indonesia (Jakarta : PT Gramedia Utama, 1995), h.223.

25 Ibid.

Page 31: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

20

sedangkan di dalam suatu Negara norma dasar itu negara itu dapat berubah sewaktu-

waktu oleh adanya suatu pemberontakan, kudeta, dan sebagainya.26

Di dalam sistem norma hukum Negara Indonesia, Pancasila merupakan

norma fundamental Negara yang merupakan norma hukum yang tertinggi, dan

kemudian secara berturut-turut diikuti oleh Batang Tubuh UUD 1945, Ketetapan

MPR, serta hukum dasar tidak tertulis atau disebut juga Konvensi Ketatanegaraan

sebagai Aturan Dasar Negara/ Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz), Undang-

undang (formel gesetz) serta Peraturan Pelaksanaan dan Peraturan Otonom

(verordnung & Autoneme Satzung) yang dimulai dari Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan peraturan pelaksanaan serta peraturan

otonom lainnya.27

Dari teori peringkat hukum yang tersusun dari rechtidee (cita hukum/hukum

abstrak), norma antara, dan norma konkret tersebut, apabila ditarik untuk

melembagakan hukum Islam, maka yang menjadi cita hukum adalah nilai-nilai Islam

yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits Nabi. Norma abstrak ini bersifat universal

dan tidak boleh dilakukan perubahan sedikitpun oleh manusia. Norma antara adalah

asas-asas hukum Islam dan pengaturannya sebagaimana dikembangkan oleh ahli

hukum Islam.28 Norma antara ini merupakan asas-asas hukum yang dihasilkan oleh

26 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, h.47-48.

27 Ibid., h.57.

28 Samsul Bahri, ed.,Membumikan Syariat Islam Strategi Positivisasi Hukum Islam Melalui Yurisprudensi (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2007), h.51.

Page 32: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

21

ijtihad para Ulama untuk merealisasikan nilai-nilai dalam norma abstrak berdasarkan

situasi dan kondisi sosial budaya manusia yang bersangkutan. Sedangkan yang

menjadi norma konkret adalah semua hasil penerapannya dalam masyarakat dan

penegakannya melalui Pengadilan. (dalam bentuk living law dan hukum positif).29

Menurut Rifyal Ka’bah sebagaimana dikutip oleh Samsul Bahri, sebelum

menjadi hukum positif, hukum Islam membutuhkan formulasi dalam bentuk kode-

kode hukum Islam (dalam bentuk bahasa hukum umum) yang siap pakai dengan

kebutuhan penyelenggaraan hidup berbangsa dan bermasyarakat.30

Menurut Jimly As Shiddiqi sebagaimana dikutip oleh Samsul Bahri, dalam

pembentukan hukum dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu dengan melalui

prosedur legislasi dan melalui yurisprudensi.31

Pada pembahasan ini akan lebih ditekankan pada positivisasi hukum Islam

melalui yurisprudensi karena erat kaitannya dengan putusan majelis hakim

Pengadilan Agama Sumber perkara nomor : 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR yang sudah

berkekuatan hukum tetap.

Dalam mengupayakan positivisasi hukum Islam yang dilakukan melalui

yurisprudensi, maka hakim akan melakukan ijtihad untuk menemukan asas dan

kaidah hukum dalam norma yang terkandung dalam Al Qur’an melalui fiqh yang

merupakan norma antara, agar bisa diterapkan dalam kasus konkret. Di samping itu,

29 Ibid., h.52.

30 Ibid.

31 Ibid., h.133.

Page 33: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

22

untuk dapat merealisasikan asas norma dalam Al Qur’an pada kasus konkret hakim

harus mengerti dan tidak boleh menyimpang dari maqashid al-syari’ah, yaitu tujuan

tujuan umum dari norma yang dikandung dalam Al Qur’an yang tidak lain adalah ruh

ajaran agama demi kemaslahatan manusia.32

Menurut Padmo Wahjono, norma abstrak hukum Islam berbentuk nilai-nilai

yang dikandung dalam kitab suci Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Karena berisi

nilai-nilai Al Qur’an, maka norma abstrak dalam sistem hukum Islam bersifat

universal, abadi, dan tidak dapat diubah oleh manusia. Norma antara dalam sistem

hukum Islam berupa asas-asas dan kaidah pengaturan yang dihasilkan oleh kreasi

manusia yang terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Norma antara ini

adalah karya ilmiah para Ulama, pakar/ ilmuwan Islam (fuqaha), termasuk Kompilasi

Hukum Islam (KHI).33

Sedangkan norma konkret hukum Islam adalah semua hasil penerapan dan

pelayanan hukum kreasi manusia (yang bersumber dari norma abstrak melalui norma

antara) serta penegakan hukum di Pengadilan.34

Kesejajaran hubungan stufenbau theorie dalam positivisasi hukum Islam

dapat digambarkan sebagai berikut:

32 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.304.

33Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia Akar, Sejarah, Hambatan, dan Prospeknya (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h.150.

34 Samsul Bahri, ed., Membumikan Syariat Islam, h.130-131.

Page 34: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

23

Norma Hukum Konkret:

Pedoman di dalam

penjelasan pasal 28, Hukum konkret

harus berdimensi demokratis,kemanu-

siaan dan keadilan sosial

Norma Hukum Indonesia Teori Stufenbau Hukum Islam

Keterangan:

=garis kesejajaran =garis hubungan

transformasi

Sumber: buku Samsul Bahri,Membumikan Syariat Islam, h.132

Staats- fundamental

norm

Norma Hukum Antara:

UUD 1945

menciptakan pokok pikiran dalam pasal-

pasal. Aturan untuk

penyelenggaraan aturan pokok

Norma konkret: semua hasil

penerapan dan penegakan di Pengadilan

Norma Hukum Antara:

Asas dan kaidah pengaturan hasil karya manusia

Norma Hukum Abtrak atau Cita

Hukum/ Rechtsidee

Pokok-pokok pikiran yang

terkandung dalam Pembukaan UUD

1945/ Pancasila,

mewujudkan cita hukum yang

menguasai hukum dasar Negara

(tertulis/tidak tertulis)

Autoneme Setzung

Staats- grundnorm

dan Formeel gesetz

Norma Abstrak Nilai-nilai dalam

Al Qur’an

Page 35: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

24

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata

urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai

berikut:

Bab Pertama : memuat Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Rumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian,

Metode Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori, dan

Sistematika Penulisan.

Bab Kedua : memuat Pengertian tentang Perceraian dan Dasar Hukum, Macam-

macam Perceraian, Alasan-alasan Perceraian, dan Perbedaan Cerai

Gugat dengan Cerai Talak.

Bab Ketiga : memuat Pengertian Syiqaq dan Landasan Hukum, Perbedaan Syiqaq

dengan Nusyuz, Syarat-syarat dan Tugas Hakam, Kedudukan

Keluarga dalam Perkara Syiqaq.

BabKeempat: memuat Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Syiqaq di Pengadilan

Agama Sumber, Proses Pemeriksaan Perceraian dengan Alasan

Syiqaq di Pengadilan Agama Sumber, Cirebon, Duduk Perkara dan

pertimbangan hukum, putusan hakim Pengadilan Agama Sumber,

dan Analisis Penulis.

Bab Kelima : Merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam

penulisan skripsi yang berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

Page 36: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

25

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum

Perceraian terambil dari kata “cerai” dan dalam bahasa Arab sering disebut

dengan “thalaq” ( قالط ). Thalaq secara etimologis sebagaimana tertera dalam kitab

Lisan al ‘Arab karangan Ibnu Manzur berarti “الحل والإلرسال” , artinya “melepaskan

atau meninggalkan”.1 Menurut terminologis thalaq didefinisikan oleh beberapa

Ulama dengan redaksi yang berbeda sebagaimana akan disebutkan di bawah ini:

Sayyid Sabiq dalam kitabnya “Fiqh Al Sunnah” memberikan definisi thalaq

ialah

2.حل رابطة الزواج وإنهاء العلاقة الزوجية

Artinya: “melepaskan ikatan perkawinan atau menyelesaikan hubungan

perkawinan.”

Sedangkan Dr. Wahbah Zuhaily dalam kitabnya “Al Fiqh Al-Islami Wa

Adilatuhu” memberikan definisi thalaq sebagai berikut

3.حوهق وند النكاح بلفظ الطالحل قيد النكاح أو حل عق

1 Imam Al ‘Allamah ibn Manzur, Lisan al ‘Arab (Kairo: Dar Al Hadis, 2003), h.630. 2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 2 (Beirut: Dar Al Fikr, 1983), h.206. 3 Wahbah Zuhailiy, AlFiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX (Damaskus: Dar Al Fikr, 2007),

h.6873.

Page 37: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

26

Thalaq ialah “melepaskan ikatan pernikahan atau melepaskan tali akad nikah dengan

lafaz At-Thalaq dan semisalnya.”

Menurut Abdurrahman Al Jaziry dalam kitabnya “Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al

Arba’ah” thalaq didefinisikan sebagai berikut: 4.ق إزالة النكاح أو نقصان حله بلفظ مخصوصالطال

Thalaq ialah “menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi melepaskan

ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”

Jadi, beberapa definisi yang dibuat oleh Ulama di atas meskipun berbeda-

beda redaksinya, tetapi sebenarnya mempunyai substansi yang sama di mana talak

ialah salah satu bentuk putusnya perkawinan antara suami dengan isteri karena

sebab-sebab tertentu yang memang sudah tidak dapat diteruskan lagi ikatan

pernikahan mereka demi menghilangkan kesengsaraan yang diderita. Dalam kitab-

kitab fiqh benar bahwa talak itu merupakan hak mutlak suami dan dia dapat

menggunakannya di mana saja dan kapan saja, tanpa harus minta izin terlebih

dahulu. Berbeda dengan khulu’ dimana perceraian dengan kehendak isteri karena dia

merasa khawatir tidak dapat menegakkan ketentuan Allah yang berkaitan dengan hak

dan kewajibannya, sehingga isteri harus memberikan ‘iwadh kepada suaminya.

Talak disyari’atkan berdasarkan Kitab Al Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Di

bawah ini akan disebutkan perinciannya:

4 Abdurrahman Al Jaziri, AlFiqh ‘Ala al-Madzahib Al Arba’ah (Mesir: Dar Al Haisam, t.th),

h.964.

Page 38: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

27

Adapun Al Qur’an mengatur talak dalam surat Al Baqarah ayat 229 yang berbunyi:

)229: 2/البقرة(

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik..”(Al Baqarah/2:229). Dalam surat yang lain juga Allah juga berfirman yang berbunyi:

)1: 65/الطالق (

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu, maka hendaklah kamu

ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)”.(Ath Thalaq/65:1).

Adapun Sunnah didasarkan atas sabda Nabi Saw yang menyatakan:

فسأل ρ في عهد رسول الله - وهي حائض -ي الله عنهما أنه طلق امرأته رض-وعن ابن عمر

ثم , ثم تحيض , ثم ليمسكها حتى تطهر , ا مره فليراجعه " :فقال? عن ذلك ρعمر رسول الله

فتلك العدة التي أمر الله أن تطلق لها , وإن شاء طلق بعد أن يمس , ثم إن شاء أمسك بعد , تطهر

5.)متفق عليه( .النساء

5Imam Hafiz Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il Al Bukhari, Shohih Bukhari (Jordan:

Baitul Afkar Al Dauliyyah, 2008), h.612. Lihat juga Muhammad ibn Ismail al Amir AsShan’ni, Subul As-Salam Al Musholah ila Bulugh Al Maram, Juz 3 (Kairo: Dar Ibn Al Jauzi, 1428 H), h.156.

Page 39: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

28

Artinya: “Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Abdullah bin Umar telah menceritakan

isterinya ketika haid di zaman Rasulullah SAW masih hidup, lalu Umar bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu, maka Rasulullah SAW menjawab: “Perintahkan ia untuk merujuknya kemudian agar dia pegang isterinya sampai waktu suci, kemudian dia berhaid lalu suci lagi, kemudian jika ia mau, ia tetap boleh pegang isterinya setelah itu. Tetapi, jika ia mau mentalak sebelum ia mencampurinya, maka yang demikian itulah iddah yang diperintahkan oleh Allah untuk mentalak isteri-isteri.” (Muttafaq ‘alaih).

رواه ( .ه الطلاق أبغض الحلال عند الل:ρ قال رسول الله : قال- رضي الله عنهما-عن ابن عمر 6.(ورجح أبو حاتم إرساله, وصححه الحاآم , وابن ماجه , أبو داود

Artinya: “Dari Ibnu Umar semoga Allah Swt meridhoi keduanya berkata: Rasulullah

SAW bersabda: perbuatan halal yang dibenci oleh Allah SWT ialah talak.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim, serta dikuatkan oleh Abu Hatim). Ijma’. Semua orang telah sepakat mengenai kebolehan talak, secara rasional juga

dikuatkan, karena apabila pernikahan tetap dipertahankan dengan rusaknya keadaan

hubungan antara suami isteri, maka itu mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan

kesengsaraan semata dengan mengharuskan suami memberi nafkah dan tempat

tinggal bagi isteri yang akan dicerai.7

Putusnya perkawinan di mana salah satu dari macam-macamnya berupa talak

telah diatur secara panjang lebar dalam kitab-kitab fiqh. Bagi Indonesia meskipun

bukan Negara Islam, tetapi penduduknya yang mayoritas beragama Islam

memerlukan suatu produk perundang-undangan yang dapat mengatur semua

6 Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Jordan: Baitul Afkar

Al Dauliyyah, 2004), h.219. 7 Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.6874.

Page 40: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

29

kelompok umat Islam di Indonesia, sehingga dalam melaksanakan hukum Islam

terutama salah satunya yang berkaitan dengan perkawinan sudah mempunyai

unifikasi hukum yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Aturan talak yang tadinya hanya diatur dalam kitab fiqh sekarang telah

mengalami transformasi ke dalam produk perundang-undangan di Indonesia. Hal ini

bisa dilihat dalam Pasal 38 UU Nomor 1/1974 yang menjelaskan bentuk putusnya

perkawinan dengan rumusan:“Perkawinan dapat putus karena: a. Kematian; b.

Perceraian; dan c. Atas keputusan Pengadilan.”

Pasal ini dipertegas kembali dengan bunyi yang sama dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) pasal 113 dan kemudian diuraikan dalam pasal 114 dengan

rumusan: “Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi

karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.”

Pengertian talak dalam Pasal 114 ini ini dijelaskan dalam Pasal 117. Talak

adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu

sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129,

130, dan 131.

1. Hukum Talak

Para Ahli Fiqh berbeda pendapat mengenai hukum talak ini. Secara garis

besar akan diuraikan sebagai berikut:

Menurut Jumhur Ulama (Malikiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah) bahwa

talak itu boleh, paling utama tidak melaksanakannya karena di dalamnya

Page 41: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

30

memutuskan kasih sayang kecuali karena alasan.8 Sedangkan menurut

Hanafiyyah bahwa terjadinya talak itu mubah (dibolehkan)9 berdasarkan

kemutlakan ayat-ayat Al Qur’an seperti Firman Allah Swt:

: 65/الطالق(..

1(

Artinya : “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu, maka hendaklah

kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)”.(Ath Thalaq/65:1).

Kemudian dalam surat yang lain Firman Allah yang berbunyi:

)236: 2/البقرة(

Artinya: “Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu..”(Al Baqarah/2:236).

Alasan yang lain juga didasarkan atas Nabi Saw yang mentalaq Hafsah

demikian juga yang dilakukan oleh sahabat Nabi, Hasan bin Ali R.A

memperbanyak nikah dan talak di Kufah.

8 Ibid., h.6879. 9 Ibid.

Page 42: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

31

Menurut Ibnu ‘Abidin talak itu dibenci oleh Allah, tetapi tidak menafikan

hukumnya menjadi halal, meskipun demikian halalnya talak itu mengandung

makruh.

Akan tetapi, pendapat yang paling tepat di antara pendapat itu ialah

pendapat yang mengatakan bahwa suami dilarang menjatuhkan talak, kecuali

karena darurat (terpaksa).10

Mereka beralasan bahwa menjatuhkan talak berarti mengkufuri nikmat

Allah, sebab pernikahan itu termasuk nikmat Allah atas hamba-Nya.11

Di antara darurat yang dibolehkan tadi yaitu bila suami meragukan

perilaku isterinya atau sudah tidak punya rasa cinta dengannya.

Talak hukumnya bisa berubah menjadi wajib, haram, mubah, dan sunah

ketika berhadapan dengan suatu kondisi tertentu. Sebagaimana pendapat

Hanabilah sebagai berikut:12

Talak menjadi wajib bagi suami atas permintaan isteri dalam hal suami

tidak mampu menunaikan hak-hak isteri serta menunaikan kewajibannya sebagai

suami seperti suami tidak mendatangi isteri. Talaq wajib terjadi pada kasus syiqaq

jika kedua hakam berpendapat bahwa talak itulah satu-satunya jalan untuk

mengakhiri perpecahan suami isteri yang sudah berat.

10 Ahmad Ghundur, At Thalaq fi Syari’at Islamiyyah Wa Al Qonun (Mesir: Dar Al Ma’arif,

t.th), h.37-38. 11 Ibid.,h.38. lihat juga Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, Juz 2, h.207. 12Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, Juz 2, h.207.

Page 43: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

32

Talak menjadi haram tatkala dijatuhkan tanpa alasan yang jelas karena

dapat merugikan pihak suami dan isteri dan melenyapkan kemaslahatan suami

isteri. Talak yang demikian bertentangan dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

رر ض ال: عن عمرو بن يحي المازي عن أبيه أن رسول اهللا ص م قال حدثنا يحي عن مالك

سعيد الخدري، بإسناد آخر رواه بن ماجه عن إبن أبي حاآم وغيره عن الرواه (.ارر ضالو

13)عباس

Artinya: Yahya Berkata kepada kami dari Malik dari ‘Amr ibn Yahya Al Maziy

dari ayahnya bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh membuat kemudharatan dan membalas kemudharatan.”(HR.Hakim dan lainnya dari Sa’id AlKhudri, dengan sanad yang lain H.R.Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas).

Talak menjadi mubah bila memang perlu terjadi perceraian dan tidak ada

pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu, sedangkan manfaatnya bisa

dirasakan nantinya.14

Talak disunnahkan jika isteri rusak akhlaknya, berbuat zina atau

melanggar larangan-larangan agama dan meninggalkan kewajiban-kewajiban

agama seperti salat, puasa, dan sebagainya sementara suami tidak mampu

memaksanya agar dia menjalankan kewajibannya tersebut, atau isteri kurang rasa

malunya.15

13Imam Malik Ibn Anas, AlMuwattha’(Beirut: Dar Al Kitab Al’Arabi, 2004M), h.315. Lihat

juga Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, h.252. 14Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia di Indonesia Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, h.201. 15 Wahbah Zuhaily, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.6880.

Page 44: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

33

2. Rukun dan Syarat Talak

Rukun talak sebagaimana dikemukakan oleh Malikiyyah ada empat di

antaranya akan dijelaskan secara garis besarnya di bawah ini.

a. Orang yang berhak menjatuhkannya yaitu suami atau penggantinya atau

walinya jika dia masih kecil. Supaya sah talaknya suami yang menjatuhkan

talak disyaratkan harus: 1. Berakal, 2. Baligh, dan 3. Atas kemauan sendiri.16

b. Perempuan yang ditalak )ةقلطالم(

Adapun persyaratannya yaitu:

1) Perempuan yang ditalak itu berada di bawah kekuasaan laki-laki yang

mentalak yaitu isteri yang masih terikat dalam tali perkawinan dengannya.

Demikian juga isteri yang menjalin masa iddah talak raj’I karena statusnya

dipandang masih berada dalam perlindungan kekuasaan suami.

2) Kedudukan isteri yang ditalak itu harus berdasarkan atas akad perkawinan

yang sah.17

c. Shighat Talak

Shighat talak ialah lafaz yang menunjukkan atas terputusnya ikatan

pernikahan baik berbentuk sharih (jelas) maupun kinayah (sindiran)18.

16 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al Arba’ah, h.216-217. 17 Ibid., h.218. 18Ibid.

Page 45: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

34

Yang dimaksud dengan sharih itu adalah ucapan yang secara jelas

digunakan untuk ucapan talak, sedangkan yang dimaksud dengan lafaz kinayah

atau sindiran adalah lafaz atau ucapan yang sebenarnya tidak digunakan untuk

talak tetapi dapat dipakai untuk menceraikan isteri.19

Syaratnya menurut Ulama untuk ucapan kinayah harus diiringi dengan

niat, sehingga dapat dipandang jatuh talaqnya, sedangkan ucapan shorih tidak

perlu dengan adanya niat, sehingga dengan keluarnya ucapan itu jatuh talak

meskipun dia tidak meniatkan apa-apa atau meniatkan selain dari talak. Khusus

untuk ucapan shorih dipersyaratkan orang yang mengucapkan talak itu harus

mengerti apa yang dikatakannya.20

d. Qashdu (sengaja), artinya dengan ucapan talak itu memang ditujukan hanya

untuk talak bukan maksud yang lain.21 Imam Nawawi secara khusus

dibicarakan dalam Kitabnya “Minhaj Al Thalibin” dimana menyebutkan antara

niat dengan Qashdu terdapat perbedaan yaitu kalau niat itu kesengajaan hati,

sedangkan Qashd berarti tekad atau kehendak untuk berbuat.22

19 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, Cet. ke-2 (Jakarta:Kencana Pranada Media Group, 2006), h.209. 20 Ibid. 21 Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Cet. Ke.2 (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), h.204. 22 Imam Abu Zakaria Yahya Ibn Syarif An Nawawi Al Dimasyqi, Raudhat al Thalibin, Juz 6

(Beirut: Dar Al Kutub al Ilmiyyah, t.th), h.50.

Page 46: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

35

B. Macam-Macam Perceraian

Di dalam kitab fiqh putusnya perkawinan disebut dengan istilah “furqoh”.

Di antara macam-macam bentuk furqoh diantaranya berupa: talak, khulu’, dan

fasakh. Setelah pembahasan secara umum mengenai talak pada sub bab terdahulu,

maka berikut ini akan dijelaskan secara umum mengenai khulu’ dan fasakh, sehingga

akan terihat perbedaannya nanti.

1. Khulu’

Khulu’ secara etimologis berarti إزالة النزع وال yang artinya perselisihan dan

menghilangkan. Sedangkan secara terminologis Ulama Syafi’iyyah

mendefinisikan khulu’ adalah perceraian antara suami isteri dengan suatu ‘iwadh

(tebusan) dengan lafaz طلاق atau خلع seperti perkataan suami kepada isteri: طلقتك

atau خالعتك maka ia menerima.23

Menurut Hanabilah khulu’ ialah perceraian suami atas isterinya dengan

‘iwadh dimana suami menerima ‘iwadh tersebut dari isterinya atau selainnya

dengan lafaz-lafaz tertentu, maka khulu’ menurut mereka harus melalui perantara

‘iwadh.24

23 Wahbah Zuhailiy, AlFiqhAlIslamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.7008. 24 Ahmad Ghundur, At Thalaq fi Syari’at Islamiyyah Wa Al Qonun, h.261.

Page 47: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

36

a. Hukum Khulu’

Khulu’ itu perceraian dengan kehendak isteri. Hukumnya boleh atau

mubah menurut Jumhur Ulama25, karena kebutuan manusia kepadanya dengan

terjadinya syiqaq, perselisihan, dan tidak adanya kesesuaian antara suami isteri,

terkadang isteri membenci suaminya dengan tidak suka hidup bersamanya

karena sebab-sebab yang bersifat fisik jasmani atau perangai atau

keagamaannya atau takut tidak bisa melaksanakan hak Allah dalam mentaati,

maka Islam mensyari’atkan kepadanya dalam menghadapi talak yang khusus

dengan suami sebagai keikhlasan dari suami isteri untuk menolak kesulitan dan

menghilangkan kemudaratan.26

Adapun dasar kebolehannya terdapat dalam Al Qur’an dan juga terihat

dalam hadis Nabi. Dari Kitab Allah termaktub pada surat Al Baqarah ayat 229

yang berbunyi:

⌧ ☺

)229: 2/البقرة(

Artinya : “…Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang

diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya..”(Al Baqarah/2:229).

25 Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd al Qurthubi. Bidayat Al Mujtahid wa Nihayat Al Muqtashid, Juz 2 (Beirut: Dar Ihya’ Turats al ‘Arabi, 1996), h.67.

26 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu Juz IX, h.7009.

Page 48: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

37

Sebagai dasar hukum dari hadis, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Ibnu

‘Abbas:

يا : فقالتρ أن امرأة ثابت بن قيس أتت النبي -ضي الله عنهما ر-عن ابن عباس ولكني أآره الكفر في , ثابت بن قيس ما أعيب عليه في خلق ولا دين ! رسول الله

" ρ قال رسول الله . نعم:قالت, " ? أتردين عليه حديقته " ρقال رسول الله , لإسلام ا 27.)اه البخاريرو( .وطلقها تطليقة, اقبل الحديقة

Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A bahwa Isteri Tsabit bin Qais datang mengadu

kepada Nabi Saw dan berkata: “Ya Rasul Allah Tsabit bin Qais itu tidak ada kurangnya dari segi kelakuannya dan tidak pula dari segi keberagamaannya. Cuma saya tidak senang akan terjadi kekufuran dalam Islam. Rasul Allah Saw berkata: “Maukah kamu mengembalikan kebunnya ? “ Si Isteri menjawab: “ Ya mau “. Nabi berkatakepada Tsabit: “Terimalah kebun dan ceraikanlah dia satu kali cerai.(HR.Bukhari).

b. Rukun Khulu’

Rukun Khulu’ menurut Jumhur selain Hanafiah diantaranya ada 5 yaitu:

Pertama, Suami. Syarat suami yang menceraikan isterinya dalam bentuk

khulu’ seperti apa yang berlaku dalam talaq yaitu seseorang yang ucapannya

telah dapat diperhitungkan secara syara’, yaitu akil baligh, dan bertindak atas

kehendaknya sendiri, serta dengan kesengajaan.28

27Imam Bukhari, Shohih Bukhari, h.615, lihat juga Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al

‘Asqalani. Bulugh al Maram Min jam’I Adilati Al Ahkam (Kairo: Dar Al Hadis, 2003), h.182. Lihat juga Muhammad ibn Ali ibn Muhammad As Syaukani, Nail Al Author Juz 5(Maktabah al Iman, t.th), h.271.

28Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam,h.235.

Page 49: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

38

Kedua, Isteri yang dikhulu’. Di antara persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: a.

Ia berada dalam wilayah suami dalam arti isterinya atau yang telah diceraikan,

tetapi masih dalam masa iddah raj’i, b. Ia dipandang telah dapat bertindak atas

harta karena dalam rukun khulu’ ini isteri harus menyerahkan harta. Dengan

demikian isteri adalah orang yang telah baligh, berakal, tidak berada di bawah

pengampuan, dan sudah cerdas bertindak atas harta.29

Ketiga, adanya uang tebusan, atau ganti rugi, atau ‘iwadh. Tentang ‘iwadh

dimasukkan sebagai salah satu rukun khulu’ memang terjadi perbedaan

pendapat di kalangan Ulama. Menurut Jumhur Ulama memasukkan ‘iwadh

sebagai rukun yang tidak boleh ditinggalkan untuk sahnya khulu’. Namun,

pendapat yang berbeda satu riwayat dari Ahmad dan Malik yang mengatakan

boleh terjadi khulu’ tanpa iwadh.30 Tetapi Kompilasi Hukum Islam (KHI)

mengambil pendapat Jumhur yang mengharuskan adanya ‘iwadh dalam khulu’.

Mengenai ‘iwadh itu dalam bentuk sesuatu yang berharga dan dapat dinilai

Ulama menyepakatinya.31

Keempat, Shighat atau ucapan cerai yang disampaikan oleh suami dalam

ungkapan tersebut dinyatakan “uang ganti” atau ‘iwadh. Yang dimaksud

shighat di sini ialah lafaz khulu’ atau apa yang semakna dengannya seperti

29Ibid. 30Ibid. 31Ibid.,h.236.

Page 50: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

39

kata-kata baik berbentuk shorih (jelas) atau kinayah اءرب، اإلةءارب، الماءد، الفاءدتف اإل

(samar), maka tidak sah tanpa lafaz seperti annikah dan at-thalaq.32

c. Perbedaan antara Khulu’ dengan Talak

Dalam literatur fiqh memang bab Khulu’ ditempatkan dalam ruang

lingkup pembahasan talak, sehingga ketentuan yang berlaku dalam talak

sebagian besarnya berlaku juga untuk khulu’. Namun demikian, ada perbedaan

antara khulu’ dengan talak yakni:

1) Dalam hal waktu dijatuhkannya di mana khulu’ boleh terjadi pada waktu

yang tidak boleh terjadi talak, sehingga boleh terjadi ketika isteri sedang

haid, nifas, atau dalam keadaan suci yang telah digauli.33

2) Dari segi siapa yang berkehendak untuk putusnya perkawinan, maka dapat

dibedakan bahwa khulu’ diajukan atas kehendak isteri dengan menyerahkan

‘iwadh kepada suaminya. Sedangkan talak diajukan atas kehendak suami

dengan alasan tertentu dan dinyatakan dengan ucapan tertentu.34

2. Fasakh

a. Definisi

32 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.7014. 33 Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Cet. Ke-2, h.225. 34 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, h.197.

Page 51: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

40

Fasakh berasal dari bahasa Arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara

etimologi berarti rusak dan membatalkan ( هضقن ودسف ).35 Kalau dikaitkan kata ini

dengan akad nikah maka berarti membatalkannya dan melepaskan ikatan

pertalian antara suami isteri.36

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara istilah pengertian fasakh

ialah pembatalan ikatan pernikahan oleh Pengadilan Agama berdasarkan

tuntutan isteri atau suami yang dapat dibenarkan Pengadilan Agama atau

karena pernikahan yang telah terlanjur menyalahi hukum pernikahan.37

Definisi fasakh tersebut nampaknya sudah disesuaikan dengan hukum yang

berlaku di Indonesia, sehingga tidak persis sama dengan definisi yang

ditemukan dalam literatur fiqh. Hal itu terbukti dengan disebutkannya sebuah

institusi Pengadilan Agama. Ini pertanda bahwa aturan fiqh sudah diakomodir

ke dalam hukum Islam di Indonesia yang dirumuskan dalam Peraturan

Perundang-undangan seperti terlihat dalam Undang-Undang Perkawinan yang

di dalamnya mengatur tentang batalnya perkawinan dalam tujuh Pasal (Pasal

22-28 UU Nomor 1 Tahun 1974) dan khusus fasakh ini (bentuk kedua)

diakomodir ke dalam KHI yaitu Pasal 70.

b. Macam-Macam

35 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Krapyak,

1984), h. 1133. 36 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 2, h. 268. 37Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (PT Penerbitan dan

Percetakan Balai Pustaka, 2005), h.314.

Page 52: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

41

Dalam kitab fiqh fasakh secara garis besar dibagi menjadi dua macam

ditinjau dari segi alasan terjadinya fasakh, yaitu:

Pertama, perkawinan yang sudah berlangsung beberapa waktu dan baru

diketahui di kemudian hari ternyata tidak terpenuhi persyaratan yang

ditentukan dalam akad nikah, baik pada rukun maupun syaratnya; atau terdapat

halangan (mawani’) yang tidak membolehkan terjadinya perkawinan.38

Contoh fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam akad

perkawinan:39

a. Setelah akad nikah ternyata isterinya adalah saudara sesusuan atau ada

hubungan nasab, musaharah (perkawinan). Maka, perkawinan seperti ini

harus dibatalkan oleh hakim karena memang diharamkan oleh Islam.

b. Suami isteri masih kecil diakadkan oleh selain ayah atau kakeknya,

kemudian setelah dia dewasa maka ia berhak memilih untuk meneruskan

ikatan perkawinannya dahulu itu atau mengakhirinya. Khiyar ini disebut

dengan khiyar baligh.

Kedua, Fasakh yang terjadi karena pada diri suami atau isteri terdapat sesuatu

yang menyebabkan perkawinan tidak mungkin dilanjutkan, sebab kalau

38 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia., h.243. 39 Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah, Juz 2, h. 268.

Page 53: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

42

diteruskan akan menyebabkan kerusakan pada suami atau isteri atau keduanya

sekaligus. Bentuk fasakh ini disebut sebagai khiyar fasakh dalam kitab fiqh.40

Di antara penyebab terjadinya fasakh yaitu:41

a. Karena ketidak mampuan memberi nafkah,

b. Karena cacat atau penyakit,

c. Karena syiqaq atau buruknya pergaulan antara suami isteri,

d. Karena ghaib,

e. Karena dipenjara,

f. Karena riddah

Adapun setelah melihat uraian fasakh di atas, maka pada dasarnya

hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, dengan pertimbangan

kemaslahatan yang ingin dicapai oleh suami isteri tersebut dan menghilangkan

kemudharatan yang dideritanya42 karena sebagaimana kaidah fiqhiyyah

menyatakan: 43 لاز يررالض artinya “Kemudaratan itu wajib dihilangkan.”

c. Perbedaan antara Talak dengan Fasakh

40 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h.244. 41 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.7040. 42 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h.244. 43 Jalaluddin Abdurrahman As Suyuti. Al Asybah wa Nazhair fi qawaid wa Furu’ Fiqh

Syafi’iyyah (Beirut: Dar AlKutub Al Ilmiyyah, t.th), h.83. Lihat juga Abdul Aziz Muhammad Azzam. Al Qawa’id Al Fiqhiyyah (Kairo: Dar Al Hadis, 2005), h.126.

Page 54: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

43

Menurut pendapat Hanafiah, talak itu mengakhiri pernikahan dan

menetapkan hak-hak yang terdahulu dari mahar dan semisalnya, dan dikurangi

tiga kali kesempatan talak yang dimiliki oleh suami atas isterinya, serta talak

tidak terjadi, kecuali dalam akad yang benar. Sedangkan fasakh itu

membatalkan akad dari asalnya atau dilarang meneruskan pernikahan itu, dan

tidak mengurangi bilangan talak, serta pada umumnya terjadi pada akad yang

fasid (rusak).44

Imam Malik menambahkan perbedaan tersebut jika dilihat dari sebab

yang menyebabkan perceraian, maka apabila dari kehendak Syara’ bukan dari

suami itu disebut fasakh contohnya nikah yang diharamkan karena sepersusuan

atau nikah dalam masa iddah.45

C. Alasan-alasan Perceraian

Setelah diuraikan pada sebelumnya mengenai bentuk-bentuk perceraian baik

berupa talak, khulu’, dan fasakh dalam perspektif fikih, maka kini penulis perlu

mengkaitkannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

khususnya yang diatur dalam UU Perkawinan, PP Nomor 9 Tahun 1975 sebagai

aturan pelaksanaan dari UUP, dan diperinci dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Bentuk putusnya perkawinan diatur dalam Pasal 38 UUP jo 113 KHI dengan

rumusan:

44 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.7041. 45 Ibid., h.7042.

Page 55: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

44

“Perkawinan dapat putus karena: a.Kematian, b. perceraian, dan c. Atas keputusan

Pengadilan.”

Selain sebab kematian yang dapat memutuskan ikatan pernikahan antara

suami isteri dikenal pula istilah talak, khulu’, dan fasakh sebagaimana dijelaskan

dalam kitab fiqh. Talak dan khulu’ termasuk dalam kelompok perceraian, sedangkan

fasakh sama maksudnya dengan perceraian atas putusan Pengadilan. Disamping itu

juga gugatan perceraian dimasukkan dalam kelompok perceraian (Pasal 114 KHI).46

Ada yang menarik jika dikomparasikan antara aturan fiqh dengan UU

Perkawinan diantaranya dalam fiqh mazhab manapun tidak diatur tentang keharusan

perceraian di Pengadilan. Misalnya: dalam khulu’ tidak perlu diajukan kepada hakim

(qodhi) menurut pendapat Hanabilah47 begitu pula dengan talak yang menjadi hak

mutlak seorang suami bebas digunakannya dimana dan kapan saja semaunya dia.

Namun demikian, aturan dalam fiqh tersebut diperbaharui oleh para Ulama

Indonesia dengan berani berijtihad bahwa perceraian harus dilakukan di depan

sidang Pengadilan dengan pertimbangan kemaslahatan, sehingga pihak isteri tidak

mengalami penderitaan akibat ditalak oleh suaminya kapan saja dan diamana saja

semaunya sendiri. Ini adalah sebuah prestasi besar yang patut diapresiasi oleh umat

Islam sebagai penghargaan atas gagasan yang dihasilkan oleh pakar hukum Islam di

Indonesia, sehingga hal itu terlihat dalam pasal 39 UU Perkawinan yang berbunyi:

46 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h.227. 47 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX, h.7012.

Page 56: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

45

1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

3) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan sendiri.

Adapun alasan-alasan perceraian yang dimaksud dalam ayat (2) Pasal 39

UUP di atas diperinci lebih lanjut dalam Pasal 19 PP Nomor 9 Tahun 1975, yaitu ada

enam alasan sebagai syarat diajukannya perceraian, yaitu sebagai berikut:48

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.

f. Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Pasal 19 PP ini diulangi dalam KHI pada Pasal 116 dengan rumusan yang

sama, dengan ditambahkan dua anak ayatnya, yaitu:49

a. Suami melanggar taklik talak.

48 Abdurahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Cet. Ke-2. h.249. Lihat juga Ahmad Rofiq, Hukum

Islam di Indonesia, Cet ke-.6 (Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2003), h.275. 49 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, h.228.

Page 57: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

46

b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam

rumah tangga.

Dengan adanya aturan di atas mengharuskan bagi setiap perkara perceraian

baik berupa cerai talak, khulu’, maupun cerai gugat didasarkan atas salah satu dari

alasan-alasan yang disebutkan di atas kepada Pengadilan Agama yang tata cara

mengajukan, memeriksa, dan menyelesaikan gugatan perceraian oleh Pengadilan,

diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 20 sampai dengan 36.

D. Perbedaan Cerai Gugat dengan Cerai Talak

Dalam praktek di Pengadilan Agama dikenal dua istilah perceraian yaitu cerai

talak dan cerai gugat.

Pada dasarnya proses pemeriksaan perkara cerai gugat tidak banyak berbeda

dengan cerai talak. Namun, dari sudut yang lain terdapat beberapa perbedaan di

antaranya sebagai berikut:

1. Cerai talak adalah perceraian atas kehendak suami karena menurut hukum Islam

suami memiliki kekuasaan memegang tali perkawinan, oleh karena itu suami yang

berhak melepaskan tali perkawinan dengan mengucapkan ikrar talak di depan

sidang Pengadilan.50 Berbeda dengan cerai gugat dimana pengajuannya atas

kehendak isteri dan isteri tidak memiliki hak untuk menceraikan suami. Oleh

50 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996), h.202.

Page 58: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

47

karena itu, ia harus mengajukan gugatan untuk bercerai kepada Pengadilan, dan

hakim yang akan memutuskan perkawinan dengan kekuasaannya.51

2. Cerai talak itu atas permohonan suami, meskipun berbentuk permohonan tetapi

pada hakekatnya adalah contensius, karena di dalamnya mengandung unsur

sengketa antara suami sebagai pemohon melawan isteri sebagai termohon.

Putusan Pengadilan hanya bersifat deklaratoir, sehingga tidak berkekuatan

eksekutorial. Berbeda dengan cerai gugat yang berbentuk gugatan murni bersifat

contensius yaitu adanya sengketa antara isteri kedudukannya sebagai penggugat

melawan suami sebagai tergugat.52 Putusan Pengadilan bisa bersifat condemnatoir

yang otomatis mempunyai kekuatan eksekutorial.53

3. Permohonan cerai talak diajukan kepada Pengadilan Agama yang wilayah

hukumnya meliputi kediaman termohon (isteri)54, sedangkan gugatan perceraian

diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan Agama yang daerah

hukumnya meliputi kediaman penggugat (isteri).55

51 Ibid., h.203. 52 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (Jakarta:

Pustaka Kartini, 1990), h.252. 53 Ibid., h.201. 54 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h.205. 55 Ibid., h.220.

Page 59: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

48

BAB III

SYIQAQ DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Landasan Hukum

Syiqaq secara bahasa merupakan bentuk mashdar (gerund) dari kata kerja

(verb) شق yang berarti perselisihan (النزاع) kebalikan dari kata 1 اإلتحاد Sedangkan

secara terminologis menurut Dr. Wahbah Zuhaily

2.الشقاق هو النزاع الشديد بسبب الطعن في الكرامة

“Syiqaq adalah perselisihan yang tajam dengan sebab mencemarkan kehormatan.”

Beliau juga mengemukakan syiqaq sebagai perceraian karena dharar (bahaya).

Bentuk-bentuk dharar yang dilakukan oleh suami kepada isterinya bisa berbentuk

perkataan maupun perbuatan, seperti mencaci dengan kata-kata kotor, mencela

kehormatan, memukul dengan melukai, menganjurkan atas perbuatan yang

diharamkan Allah Swt, suami berpaling, berpisah ranjang tanpa ada sebab yang

membolehkannya.3

1 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Krapyak,

1984), h.785. 2 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh al Islamiy Wa adillatuhu, Juz IX, h.7060. 3 Ibid.

Page 60: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

49

Menurut Imam Malik dan Ahmad kalau isteri mendapat perlakuan kasar dari

suaminya, maka ia dapat mengajukan gugatan perceraian ke hadapan hakim agar

perkawinannya diputus karena perceraian.4

Dari penjelasan Ulama di atas syiqaq dapat dipahami sebagai peristiwa

cekcok suami isteri yang sudah mencapai batas klimaks, sehingga perkawinan mereka

diambang kehancuran tak ada harapan untuk dipersatukan kembali setelah melalui

usaha perdamaian yang dilakukan oleh Pengadilan ternyata tidak berhasil, maka jalan

terakhir untuk menghilangkan mudharat adalah dengan perceraian.

Allah SWT dengan tegas memberikan solusi yang bijak untuk mengatasi

masalah syiqaq tersebut seperti yang tertera dalam surat Annisa’ ayat 35 yang

menyatakan:

☺ ⌧ ☺

)35: 4/النسآء(

Artinya : “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(An Nisa’/4:35).

4 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 2, h. 248.

Page 61: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

50

Selain dasar hukum dari ayat Al Qur’an, syiqaq juga diatur dalam tiga

peraturan perundang-undangan, yaitu dalam Pasal 19 f PP Nomor 9 Tahun 1975,

Pasal 76 ayat 1 UU Nomor 7 Tahun 1989 yang diamandemen dengan UU Nomor 3

Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dan dalam Pasal 116 f Kompilasi Hukum

Islam (KHI).5

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, makna syiqaq

dirumuskan dalam penjelasan Pasal 76 ayat 1 UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama yang definisinya adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus

antara suami isteri. Menurut M.Yahya Harahap definisi tersebut sudah memenuhi

pengertian yang terkandung dalam surat Annisa’ ayat 35 di atas dan sekaligus sama

maknanya serta hakekatnya dengan rumusan Pasal 19 f PP No.9 Tahun 1975 dan

Pasal 116 KHI yang berbunyi: ”antara suami isteri terus menerus terjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.6

Gugatan perceraian dapat diajukan oleh pihak suami atau pihak isteri dengan

alasan yang telah ditentukan oleh peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Secara lengkap alasan yang dijadikan dasar gugat perceraian dapat dijumpai dalam

Pasal 116 KHI dimana sifatnya boleh alternatif artinya salah satu alasan saja yang

5 Abdul Manaf, Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara di Lingkungan Peradilan Agama,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2008), h.349. 6 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h.265.

Page 62: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

51

dimasukkan dalam gugatan perceraian dibolehkan, tentunya disesuaikan dengan fakta

yang mengiringinya dalam konkreto.7 Misalnya: isteri menggugat cerai suaminya

dengan mencantumkan salah satu alasan saja dalam surat gugatan yaitu: di antara

suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.(Point f Pasal 116 KHI).

B. Perbedaan Syiqaq dengan Nusyuz

Sebelum dikemukakan mengenai perbedaan antara syiqaq dengan nusyuz, ada

baiknya dijelaskan terlebih dahulu mengenai apa itu nusyuz, sehingga lebih mudah

dipahami perbedaannya.

Kata Nusyuz merupakan bentuk jamak (plural) dari نشز yang secara etimologi

berarti إرتفاع (meninggi atau terangkat).8 Nusyuz bisa terjadi pada diri isteri atau

suami. Pembahasan pertama dimulai dari nusyuz yang dilakukan oleh isteri. Secara

definitif nusyuz adalah kedurhakaan isteri terhadap suami dalam hal menjalankan

apa-apa yang diwajibkan Allah atasnya.9 Allah memberikan solusi dalam

menghadapi persoalan nusyuz ini yang ditegaskan pada surat An- Nisa’ ayat 34 yang

berbunyi:

..

7 Ibid., h. 233. 8 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, h.1517. 9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.191.

Page 63: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

52

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”(An Nisa’/4:34).

Dari ayat di atas Ulama Fiqh memahami pesan Al Qur’an tentang langkah-

langkah yang harus ditempuh secara kronologis oleh suami ketika menghadapi

kemungkinan isteri yang nusyuz yaitu terlebih dahulu dengan menasehati isterinya

supaya kembali menjalankan kewajibannya, apabila dia tidak memperlihatkan

perbaikan sikapnya, dan memang secara nyata nusyuz terjadi, suami melakukan

langkah berikutnya yaitu pisah tempat tidur, maksudnya menghentikan hubungan

seksual.10 Ada Ulama lain yang mengartikan hijrah dalam ayat 34 surat Annisa’

dengan suami tidak berkomunikasi dengan isteri yang nusyuz, akan tetapi tidak boleh

melebihi tiga hari. Setelah langkah kedua tersebut tidak dapat menghentikan

perbuatan nusyuz, maka digunakan langkah ketiga yaitu suami boleh memukul

isterinya dengan pukulan yang tidak menyakitinya sebagai bentuk pendidikan bukan

karena kebencian.11

10 Ibid.,h.192. 11 Ibid.

Page 64: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

53

Penjelasan di atas merupakan nusyuz yang dilakukan oleh isteri di mana

perbuatan itu lebih populer daripada nusyuz yang dilakukan oleh suami. Namun

demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya nusyuz oleh suami terhadap

isterinya. Berikut ini akan dibahas mengenai nusyuz suami tersebut.

Secara definisi tidak jauh berbeda dengan nusyuz isteri seperti disebutkan di

atas. Nusyuz jika dilakukan oleh suami berarti penyelewengan suami kepada isterinya

dengan tidak melaksanakan kewajiban sebagai suami atas isterinya baik berupa

nafkah lahir maupun batin.12 Nafkah lahir berupa memberikan makan sehari-hari,

tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan pokok lainnya. Nafkah batin maksudnya

suami tidak mau menggauli isterinya karena dia sudah tidak suka lagi dengan alasan

isterinya sudah tua, atau bentuk fisiknya yang tidak menarik lagi, sehingga membuat

suami tertarik kepada wanita lain.13 Untuk mengatasi masalah tersebut Allah

memberikan petunjuk sebagaimana termaktub dalam surat An-Nisa’ ayat 128:

)128: 4/النسآء ( ☯ ☺

12 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat,& Hukum

Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), h.189. 13 Mujar Ibnu Syarif, “Pemukulan Isteri terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut

Perspektif Hukum Islam” , Ahkam IX, No.2 (September 2007):h.116.

Page 65: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

54

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari

suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya….”(An Nisa’/4:128).

Jadi, untuk menyelesaikan masalah nusyuz suami, maka sesuai dengan

tuntunan ayat di atas solusi yang bijak adalah dengan mengadakan perdamaian antara

keduanya. Di antara mereka hendaklah isteri merelakan menggugurkan sebagian hak-

haknya demi menyenangkan suaminya.14 Misalkan kesediaan isteri untuk dikurangi

hak materi dalam bentuk nafkah atau kewajiban non materi dalam arti kesediaan isteri

untuk memberikan giliran bermalamnya untuk digunakan suami kepada isterinya

yang lain. Dengan adanya shulh tersebut perceraian antara suami isteri tersebut dapat

dihindarkan.15

Nusyuz memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam peraturan perundang-

undangan baik UU Nomor 1 Tahun 1974, PP No.9 Tahun 1975, dan KHI. Meskipun

demikian, secara implisit ternyata diatur dalam Pasal 34 ayat 3 UU Nomor 1 Tahun

1974 yang berbunyi: “Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-

masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.”

Menurut hemat penulis meskipun suami atau isteri dapat mengajukan gugatan

kepada Pengadilan karena salah satu pihak melalaikan kewajibannya, alangkah

baiknya diselesaikan dahulu dengan perdamaian antara suami isteri tersebut secara

kekeluargaan seperti solusi sebagaimana yang telah dijelaskan di atas dalam

14 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Juz 2, h.263. 15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.194.

Page 66: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

55

mengatasi nusyuz itu sebab tidak semua persoalan harus dibawa ke meja hijau. Jika

memang ternyata tak ada cara lain lagi setelah ditempuh usaha-usaha perdamaian,

maka dengan terpaksa baru mengajukan gugatan kepada Pengadilan dengan alasan

melalaikan kewajiban.

Memang benar bahwa sikap nusyuz merupakan persoalan awal dalam rumah

tangga sebelum terjadi persoalan berikutnya yang lebih parah yaitu masalah syiqaq.

Namun demikian, antara keduanya terdapat perbedaan di antaranya yaitu:

Pada masalah nusyuz sikap tidak mengacuhkan pasangannya baru terjadi pada

salah satu pihak suami atau isteri. Sedangkan pada masalah syiqaq, masing-masing

pihak sudah menunjukkan sikap antipati terhadap pasangannya. Dengan kata lain

persoalan syiqaq lebih parah dibandingkan dengan persoalan nusyuz.16

Dari sifatnya saja sudah berbeda antara nusyuz dengan syiqaq, maka hal itu

berakibat pada cara penyelesaian yang berbeda. Dimana kasus syiqaq biasanya sudah

tidak bisa diselesaikan oleh suami isteri, sehingga membutuhkan pihak ketiga yaitu

hakam dari pihak suami dan isteri. Sedangkan persoalan nusyuz, karena sikap acuh

tak acuh baru muncul dari salah satu pihak, maka permasalahannya masih dapat

diatasi penyelesaiannya antara suami isteri tanpa melibatkan pihak ketiga.17

C. Syarat dan Tugas Hakam

16 “Nusyuz”. dalam Abdul Aziz Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, vol.4 (Jakarta:

PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h.1354. 17 Satria Effendi Zein, “Analisis Fiqh”, Mimbar Hukum XI no.46 ( 2000): h.100.

Page 67: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

56

Hakam secara etimologis berarti wasit, pendamai, juru penengah.18 Dalam

kitab Rawa’iul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al Qur’an sebagaimana ditulis oleh

Muhammad Ali As-Shabuni, yang dimaksud dengan hakam ialah orang yang

mempunyai hak untuk menetapkan dan menengahi di antara orang-orang yang

bertengkar dan berselisih pendapat.19

Jika dikaitkan dengan kasus syiqaq dapat dipahami hakam adalah seorang

bijak yang dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik keluarga tersebut.20

Menurut penjelasan Pasal 76 ayat 2 UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama bahwa hakam diartikan sebagai “Orang yang ditetapkan Pengadilan dari

pihak keluarga suami atau pihak keluarga isteri atau pihak lain untuk mencari upaya

penyelesaian perselisihan syiqaq.”

Mengenai persyaratan orang yang dapat diangkat menjadi hakam diantaranya:

keduanya laki-laki, adil, mengetahui apa yang dituntut dari keduanya atas

kepentingan ini, dan dianjurkan keduanya berasal dari keluarga dua pasangan yaitu

hakam dari keluarga suami dan seorang hakam dari keluarga isteri sesuai dengan teks

ayat 35 An-Nisa’, tetapi hakim dapat mengangkat dua orang laki-laki asing menjadi

hakam, jika tidak ada dari pihak keluarga, dan sebaiknya orang itu adalah tetangga

18Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia,h.309. 19 Muhammad Ali As-Shabuni, Rawa’iul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al Qur’an, Juz I

(Makkah, t.t,t.th), h.464. 20 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.195.

Page 68: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

57

dekat suami isteri di mana keduanya mengetahui keadaan suami isteri, serta memiliki

kemampuan untuk mendamaikan antara keduanya.21

Dalam perspektif fiqh hukum mengangkat hakam ini para Ulama berbeda

pendapat dalam memahami bentuk amar (perintah) dari ayat فابعثوا حكما , sehingga ada

yang mengatakan hukum mengangkat hakam adalah wajib sebagaimana

dikemukakan oleh Imam Syafi’I dengan alasan menghilangkan penganiayaan itu

termasuk kewajiban umum bagi penguasa terutama Pengadilan.22 Sementara Ulama

lain seperti Ibnu Rusyd mempunyai pandangan yang agak berbeda yaitu hukumnya

jawaz (boleh) bukan wajib.23

Tampaknya pendapat jawaz tersebut dipilih oleh UU Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama dalam hal pengangkatan hakam, sehingga hanya bersifat

fakultatif bukan imperatif. Secara jelas hal itu terlihat pada Pasal 76 ayat 2 yang

berbunyi: Pengadilan setelah mendengar saksi tentang sifat pertengkaran antara

suami isteri dapat mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-masing

pihak ataupun orang lain untuk menjadi hakam.24 Dari klausul Pasal tersebut

dinyatakan kata “dapat” bukan “harus”, sehingga bisa ditarik kesimpulan dalam

pemeriksaan kasus perceraian dengan alasan syiqaq ini pengangkatan hakam

21 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh al Islamiy Wa adillatuhu, Juz IX, h.7061. 22 Muhammad Ali As-Shabuni, Rawa’iul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al Qur’an, Juz I,

h.471-472. 23 Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd Al Qurthubi, Bidayat Al Mujtahid wa

Nihayat al Muqtashid Juz 2 (Beirut: Dar Ihya’ Turats Al ‘Arabiyyah, 1996), h.96. 24 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h.275.

Page 69: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

58

bukanlah suatu kewajiban Pengadilan Agama, melainkan hanya kebolehan saja.25

Tergantung kepada pertimbangan dan penilaian majelis hakim apakah diperlukan

eksistensi hakam atau tidak sama sekali, tentunya disesuaikan dengan kemaslahatan

para pihak suami isteri yang ingin bercerai tersebut.26

Adapun tugas hakam seperti diamanatkan dalam Pasal 76 ayat 2 UU Nomor 7

Tahun 1989 ialah hanya dibatasi menyelidiki dan mencari hakikat permasalahannya,

sebab musabab timbulnya persengketaan, berusaha mencari jalan yang terbaik bagi

suami isteri yang sedang cekcok tersebut apakah dengan didamaikan terlebih dahulu

secara semaksimal atau jika tidak berhasil lalu menurut keinginan mereka jalan

terbaik hanya dengan perceraian,27 maka hakam melapor kepada majelis hakim

bahwa perkawinan mereka memang tidak ada harapan untuk rukun kembali, sehingga

pada akhirnya hakim yang menceraikan mereka.28

Jelas ketentuan tersebut tidak memberikan kewenangan kepada hakam untuk

menceraikan suami isteri yang tengah bertengkar hebat karena hakekatnya hakam

ialah sebagai delegasi (wakil) suami isteri bukan sebagai hakim yang dapat memutus.

Memang benar tak dapat dipungkiri berkaitan dengan kewenangan hakam ini

masih debatable di kalangan Ulama mazhab. Secara garis besar pendapat mereka

terbagi kepada dua golongan. Pertama, pendapat yang dikemukakan oleh Abu

25 Abdul Manaf, Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara di Lingkungan Peradilan Agama

(Bandung: CV Mandar Maju, 2008), h.357. 26 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h.276. 27 Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h.242. 28 Abdul Manaf, Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara, h.356.

Page 70: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

59

Hanifah dan Ahmad bahwa hakam tidak dapat menceraikan suami isteri, kecuali

dengan kerelaan keduanya sebab hakam hanya sebagai delegasi (wakil), sebagaimana

diriwayatkan dari Hasan Al Bashri, Qatadah, dan Zaid bin Aslam.29 Kedua, pendapat

yang dipegang oleh Malikiyyah, bahwa hakam dapat menceraikan dan mendamaikan

tanpa harus ada kuasa terlebih dahulu dan izin dari suami isteri sepanjang ada

kebaikan (maslahat), sebagaimana diriwayatkan dari Ali, Ibnu Abbas, dan As-

Sya’bi.30

Dengan demikian UU Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 76 ayat 2 mengambil

pendapat dimana hakam kewenangannya mencari penyelesaian perselisihan suami

isteri saja bukan menjelma sebagai hakim yang dapat memutuskan perceraian.

D. Kedudukan Keluarga dalam Perkara Syiqaq

Dalam hukum acara Peradilan Agama terdapat beberapa ketentuan khusus

yang menyimpang dari ketentuan umum hukum acara perdata. Hal tersebut memang

dibenarkan oeh UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana

tercantum dalam Pasal 54 yang menyatakan:

“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama

adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang

ini.”

29 Muhammad Ali As-Shabuni, Rawa’iul Bayan Tafsir Ayat Ahkam, h.472. 30 Wahbah Zuhailiy, Al Fiqh al Islamiy Wa adillatuhu, Juz IX, h. 7061.

Page 71: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

60

Salah satu aturan khusus yang dimiliki oleh Pengadilan Agama dalam

menerapkan hukum acara yaitu dalam pemeriksaan perkara perceraian dengan alasan

syiqaq. Dalam kasus syiqaq ini pada tahap pembuktian majelis hakim yang

memeriksa perkara ini wajib mendengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari

keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri sebelum menjatuhkan

putusan akhir.31

Perlu dipahami dari rumusan Pasal 76 ayat 1 di atas: kedudukan keluarga baik

dari suami dan isteri ataupun orang yang dekat dengan suami isteri adalah sebagai

saksi. Bukan sekedar orang yang memberikan keterangan biasa, sehingga sebelum

saksi tersebut memberikan keterangan di muka persidangan, harus disumpah terlebih

dahulu menurut ajaran agama yang dianutnya.32 Keterangan yang diberikan saksi

menurut hukum acara perdata adalah harus berdasarkan penglihatan, pendengaran,

atau pengalaman sendiri bukan atas cerita dari orang lain (testimonium de auditu).

Jika keterangan tersebut ternyata saling bersesuaian dengan saksi atau alat bukti yang

lain, maka oleh majelis hakim keterangan yang diberikan tersebut dianggap sah dan

dengan otomatis mempunyai nilai pembuktian.33

Aturan dibolehkan saksi dari pihak keluarga suami dan isteri hanya khusus

diperuntukkan dalam perkara perceraian dengan alasan perselisihan dan pertengkaran

31 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta:

Al Hikmah, 2000), h.239. 32 Abdul Manaf, Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara, h.354. 33 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h.269

Page 72: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

61

yang terus menerus. Hal ini memberikan pemahaman bahwa selain perkara syiqaq

tidak diperbolehkan saksi dari keluarga, dengan kata lain ketentuan Pasal 145-146

HIR/ 172-174 RBg tetap berlaku.34

Mengenai alasan mengapa dibolehkan saksi dari keluarga sebagaimana yang

dijelaskan oleh M. Yahya Harahap bahwa pada umumnya orang yang mengetahui

keadaan rumah tangga suami isteri tersebut hanyalah keluarga mereka baik itu ayah,

ibu, adik, kakak, dan lainnya. Dari kenyataan tersebut menunjukkan bahwa

keterlibatan keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu majelis hakim memperoleh

kebenaran dari peristiwa yang terjadi baik mengenai sebab pertengkaran dan

perselisihan maupun sifat pertengkarannya apakah sudah sampai tingkat bahaya

(dharar) yang tidak memungkinkan untuk disatukan kembali perkawinan mereka.35

Oleh karena itu, sudah tepat apabila UU Nomor 7 tahun 1989 Pasal 76 ayat 1 yang

memberikan aturan khusus perihal dibolehkan saksi dari keluarga yang notabene

menyimpang dari asas-asas umum hukum acara perdata karena sifat persengketaan

ini juga khusus.

Perintah dari ketentuan Pasal 76 ayat 1 tersebut bersifat imperatif maksudnya

mewajibkan hakim mendengarkan keterangan saksi yang berasal dari keluarga suami

dan isteri, sehingga konsekuensinya jika majelis hakim tidak mematuhi tata cara

pemeriksaan sebagaimana dijelaskan tersebut menyebabkan putusannya dianggap

34 Ibid. 35 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata,h. 240.

Page 73: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

62

batal demi hukum atau sekurang-kurangnya harus dilaksanakan pemeriksaan

tambahan untuk menyempurnakan kelalaian yang terjadi.36

36 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h.266.

Page 74: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

63

BAB IV

PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ DI PENGADILAN AGAMA

SUMBER, CIREBON

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Syiqaq di Pengadilan Agama

Sumber

Setelah penulis mencari sumber-sumber data yang terkait dengan

perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Sumber selama tahun 2009,

maka berikut ini akan dikemukakan temuan-temuan yang didapat melalui

data laporan yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Sumber.

Dilihat dari kompetensi absolut secara kesuluruhan jumlah perkara

yang masuk dan diterima oleh Pengadilan Agama Sumber sebanyak 4.695

perkara. Di antara berbagai jenis perkara yang ditangani oleh Pengadilan

Agama Sumber selama tahun 2009 paling dominan adalah perceraian yaitu

sebanyak 4.553 kasus. Dilihat dari siapa yang mengajukan perceraian ternyata

lebih banyak cerai gugat daripada cerai talak. Terbukti dari data laporan

tersebut selama tahun 2009 perkara cerai gugat yang diterima oleh Pengadilan

Agama Sumber sebanyak 3.034 kasus, sedangkan perkara cerai talak hanya

mencapai 1.519 kasus.1

1 Laporan Perceraian Pada Pengadilan Agama Sumber Tahun 2009. Lihat juga

wawancara pribadi dengan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sumber, Ahmad Sodikin. Cirebon, 15 Februari 2010.

Page 75: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

64

Dari kasus perceraian di atas terdapat perkara yang dicabut, gugur,

dan ditolak, sehingga total perkara perceraian sampai diputus selama tahun

2009 sebanyak 4.056 perkara. Dalam bentuk-bentuk perceraian di antara para

pihak yang telah diputus tersebut yang tergolong kategori syiqaq selama

tahun 2009 ini sebanyak 1.538 perkara.2

Menurut Ahmad Sodikin sebagai Panitera Muda Hukum Pengadilan

Agama Sumber, di antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya syiqaq,

yaitu:

Pertama, karena masalah ekonomi yang paling dominan sebanyak

1.253 kasus, disusul dengan kedua, karena faktor cemburu yang mencapai

175 kasus, kemudian ketiga, sebab faktor moral yang mencapai 80 kasus, dan

keempat faktor melalaikan kewajiban yang mencapai 25 kasus,dan sisanya 15

kasus di luar 4 faktor yang telah disebutkan di atas contohnya sebab SMS

(Short Message Service).3

B. Proses Penyelesaian Perkara Syiqaq di Pengadilan Agama Sumber

1. Pendaftaran Perkara

Setelah perkara terdaftar di Kepaniteraan, panitera melakukan

penelitian terhadap kelengkapan berkas perkara. Penelitian panitera

tersebut disertai dengan membuat resume tentang kelengkapan berkas

2 Ibid. 3 Ibid.

Page 76: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

65

perkara, lalu berkas perkara beserta resume disampaikan kepada Ketua

Pengadilan dengan disertai saran tindak misalnya berbunyi : “syarat-

syarat cukup dan siap untuk disidangkan.”4

Berdasarkan resume dan saran tindak tersebut, Ketua Pengadilan

Agama mengeluarkan penetapan Penunjukan Majelis Hakim (selanjutnya

disingkat PMH) yang menunjuk hakim ketua dan anggota majelis yang

akan memeriksa perkara yang dimaksudkan, mungkin sekaligus menunjuk

panitera sidangnya.5

Selanjutnya berkas perkara beserta penetapan PMH diserahkan

kepada hakim ketua majelis yang ditunjuk untuk dipelajarinya.

Berdasarkan PMH itu, ketua majelis mengeluarkan Penetapan Hari Sidang

(selanjutnya disingkat PHS) yang menetapkan kapan hari/ tanggal/ jam

sidang pertama akan dimulai.6 Lalu juru sita/juru sita pengganti akan

memanggil pihak-pihak ke muka sidang menurut hari/tanggal/jam/ tempat

yang telah ditentukan di dalam PHS.7

4 Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet.9 (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2002), h.129. 5 Ibid. 6 Ibid., h.80. 7 Ibid., h.81.

Page 77: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

66

2. Mediasi

Pada sidang pertama penggugat dan tergugat menghadiri sidang

Pengadilan Agama dengan sendirinya (in person) setelah menerima surat

panggilan yang sah. Majelis hakim pada saat memulai sidang memberi

kesempatan atau berusaha agar penggugat dan tergugat berdamai, kembali

rukun sebagai suami isteri.8 Sejak dikeluarkan Peraturan Mahkamah

Agung (selanjutnya disingkat Perma) Nomor 1 Tahun 2008 tentang

prosedur Mediasi di Pengadilan, maka para pihak tersebut wajib

menempuh proses mediasi setelah diterangkan oleh Ketua Majelis,9 di

mana mereka dapat memilih salah satu mediator yang tersedia di

Pengadilan Agama sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Setelah dilakukan upaya mediasi terhadap kedua belah pihak

selama paling lama 40 hari ternyata hasilnya gagal karena pihak penggugat

tetap pada gugatannya, maka hakim mediator selanjutnya wajib

melaporkan secara tertulis bahwa mediasi dinyatakan gagal dan diserahkan

kepada ketua Majelis yang memeriksa perkara ini.10 Sebagai konsekuensi

8 Sulaikin Lubis dkk,ed., Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, cet.3

(Jakarta: Kencana, 2008), h.71. 9 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Syariah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional,

h.313. LIhat juga Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Pasal 7.

10 Ibid., h.314.

Page 78: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

67

dari hasil mediasi yang dilakukan telah gagal, maka persidangan tetap

dilanjutkan sebagaimana ketentuan hukum acara yang berlaku (litigasi).11

Pada hari sidang berikutnya yang ditentukan setelah para pihak

hadir dengan sendirinya menghadap persidangan, maka pertama kali

majelis hakim membuka sidang dan menyatakan persidangan terbuka

untuk umum, lalu ketua majelis wajib menanyakan perkembangan

perdamaian antara keduanya, sebab ini sudah menjadi asas dalam hukum

acara Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam Pasal 154 RBg jo Pasal

14 dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, Pasal 82 ayat (4) UU No.3 Tahun 2006 jo Pasal 31 ayat (2) PP

Nomor 9 tahun 1975.12

3. Pembacaan Gugatan

Apabila majelis hakim tidak berhasil mendamaikan para pihak

yang berperkara, maka tahapan berikutnya adalah membacakan surat

gugatan oleh penggugat di mana sebelum itu persidangan dinyatakan

tertutup untuk umum karena perkara perceraian. Setelah gugatan

dibacakan dan isinya tetap dipertahankan oleh penggugat dan tergugat

telah paham maksud dan tujuan gugatan penggugat, maka tahapan

11 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan

Mahkamah Syar’iyah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 140-141. 12 Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik Pada

Peradilan Agama (Yogyakarta : UII Press, 2009), h.81.

Page 79: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

68

berikutnya adalah memberi kesempatan kepada tergugat untuk menjawab

gugatan penggugat tersebut, baik secara lisan maupun tulisan.13

4. Jawaban Tergugat

Dalam hal tergugat menjawab gugatan penggugat ada beberapa

kemungkinan yang dapat diajukan tergugat bersama-sama dan/atau dalam

jawaban tergugat, yaitu :

a. Eksepsi

b. Tuntutan Provisi

c. Jawaban terhadap Pokok Perkara

d. Mengajukan gugatan balik (rekonvensi).14

5. Replik Penggugat

Replik adalah tanggapan penggugat atas jawaban yang diajukan

oleh tergugat. Replik harus disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas

jawaban tergugat. Bisa dikatakan bahwa replik ini merupakan respons

penggugat atas jawaban yang diajukan tergugat. Replik ini dapat berisi

pembenaran terhadap jawaban tergugat atau boleh jadi penggugat

13 Ibid., h.84. 14 Ibid., h.84-85.

Page 80: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

69

menambah keterangannya dengan tujuan untuk memperjelas dalil yang

diajukan penggugat dalam gugatannya.15

6. Duplik Tergugat

Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang diajukan

penggugat. Tergugat dalam dupliknya mungkin membenarkan dalil yang

diajukan penggugat dalam repliknya dan tidak pula tertutup kemungkinan

tergugat mengemukakan dalil baru yang dapat meneguhkan sanggahannya

atas replik yang diajukan penggugat. Tahapan replik dan duplik apabila

telah dianggap cukup oleh majelis hakim dan telah nampak pokok

sengketanya, maka dianggap selesai dan sidang ditunda sampai tahap

pembuktian.16

7. Pembuktian

Pada tahap Pembuktian, baik penggugat maupun tergugat diberi

kesempatan yang sama untuk mengajukan bukti-bukti sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk meneguhkan dalil-dalil baik pada gugatan

penggugat maupun jawaban tergugat yang telah disampaikan pada

persidangan sebelumnya.17 Di antara alat-alat bukti tersebut sesuai

ketentuan Pasal 164 HIR/284 RBg antara lain terdiri atas: a. Pembuktian

15 Ibid.,h.91. 16 Ibid. 17 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h.131.

Page 81: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

70

dengan surat (alat bukti tertulis), b. Keterangan dengan saksi, c.

Persangkaan hakim, d. Pengakuan, dan e. Sumpah.18

Khusus dalam perkara syiqaq sesuai dengan ketentuan Pasal 76

ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

majelis hakim wajib memeriksa keterangan saksi-saksi yang berasal dari

keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri. Tentunya para

saksi tersebut harus disumpah terlebih dahulu sebelum memberikan

keterangan yang sebenar-benarnya di depan sidang.19

Dari pemeriksaan saksi tersebut dimaksudkan supaya menjadi jelas

bagi majelis hakim mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran

itu, lalu dengan sebab yang ditemukan apakah benar-benar berpengaruh

dan prinsipil terhadap keutuhan kehidupan suami isteri.20

8. Kesimpulan

Setelah tahapan pembuktian selesai, maka baik penggugat maupun

tergugat diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat akhir

yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama sidang berlangsung

baik secara lisan dan tulisan.21

18 Sulaikan Lubis, dkk.Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia,h.148. 19 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h. 266. 20 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h.213. 21 Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata,h.93.

Page 82: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

71

9. Putusan Hakim

Pada tahap ini hakim merumuskan duduk perkara dan

pertimbangan hukum (pendapat hakim) mengenai perkara tersebut disertai

alasan-alasannya dan dasar-dasar hukumnya, yang diakhiri dengan putusan

hakim mengenai perkara yang diperiksanya itu.22

C. Duduk Perkara dan Pertimbangan Hukum

1. Posisi Kasus

EW umur 26 tahun menggugat suaminya N berumur 35 tahun,

melalui Pengadilan Agama Sumber yang didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Agama Sumber nomor : 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR. Penggugat

dan tergugat adalah suami isteri sah yang perkawinannya tercatat di Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cirebon Barat Kabupaten Cirebon

(kutipan Akta Nikah Nomor : 260/31/V/2006 tanggal 10 Mei 2006).

Setelah keduanya menikah seperti suami isteri pada umumnya lalu mereka

memilih untuk tinggal bersama di rumah orang tua penggugat.

a. Keterangan Penggugat

Menurut pengakuan penggugat pada mulanya menjalani

kehidupan bahtera rumah tangga dengan harmonis, terbukti dengan

hasil pernikahan antara keduanya tersebut dikaruniai seorang anak yang

bernama RA yang umur 1 tahun 9 bulan. Seiring berjalannya waktu tak

22 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h.107.

Page 83: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

72

lama kemudian tepatnya sejak bulan Januari tahun 2008 keharmonisan

tersebut mulai memudar dan sering timbul perselisihan dan

pertengkaran antara penggugat dengan tergugat yang disebabkan

tergugat sering cemburu kepada penggugat dengan tanpa alasan yang

jelas. Dari setiap pertengkaran yang terjadi tersebut disertai dengan

perlakuan kasar yang dilakukan tergugat kepada penggugat.

Sebagai seorang isteri yang baik atas sikap suaminya tersebut

berusaha untuk bersabar disertai dengan memberikan saran kepada

tergugat supaya tidak cemburu terus karena penggugat tidak pernah

menyeleweng dengan laki-laki lain, namun sarannya tidak pernah

digubris oleh tergugat. Selanjutnya pada bulan September 2008 telah

terjadi puncak perselisihan (klimaks) antara penggugat dengan tergugat

di mana setelah bertengkar tergugat pergi begitu saja meninggalkan

penggugat selama 4 bulan. Akibat perbuatan tergugat tadi yang lari dari

tanggung jawab sebagai suami, maka akhirnya penggugat merasa sudah

tidak sanggup lagi mempertahankan tali perkawinan yang sudah

dibangun lebih lama lagi, sehingga menurut penggugat telah cukup

alasan baginya untuk menggugat cerai kepada tergugat yang

sebelumnya memang antara penggugat dengan tergugat belum pernah

bercerai. Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, penggugat

memohon kepada Pengadilan Agama Sumber untuk memutuskan cerai

antara penggugat dan tergugat.

Page 84: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

73

b. Keterangan Tergugat

Atas gugatan penggugat itu tergugat memberikan jawaban

secara lisan di depan sidang Pengadilan, di mana ada sebagian yang

diakui kebenarannya dan menolak dalil-dalil gugatan cerai penggugat.

Di antara yang diterima kebenaran adalah keduanya belum pernah

bercerai dan masing-masing pihak hidup rukun bersama di tempat

tinggal orang tua penggugat. Selain dari hal itu berarti dibantah oleh

tergugat seperti:

1) Tergugat merasa sejak bulan Januari 2008 kehidupan rumah

tangganya masih harmonis dan tidak pernah terjadi perselisihan dan

pertengkaran.

2) Sebenarnya tergugat hanya menasehati isterinya agar tidak

melakukan kekeliruan-kekeliruan sebab hal itu sudah merupakan

tanggung jawab dia sebagai suami, sehingga tergugat merasa tidak

pernah cemburu.

3) Tergugat membantah dengan tegas dalil penggugat yang mengatakan

telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan tergugat

meluruskan bahwa dia tidak pernah berbuat demikian kepada

penggugat,

4) Tuduhan yang dikatakan tergugat terlalu dibuat-buat, yang benar

bahwa tergugat tidak pernah pergi dari penggugat beserta anak, dan

menurutnya justeru penggugat yang telah mengusir tergugat agar

Page 85: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

74

kembali kepada orang tuanya di Pekalangan kota Cirebon, akan

tetapi dia tetap bertanggung jawab memberikan nafkah untuk

penggugat dan anak setiap bulannya.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan, maka

tergugat memohon kepada majelis hakim untuk menolak gugatan

cerai penggugat seluruhnya.

Terhadap jawaban itu, penggugat mengajukan replik pada

persidangan tanggal 12 Mei 2009 dan tergugat telah mengajukan

duplik pada persidangan tanggal 9 Juni 2009.

c. Bukti-Bukti dan Saksi-Saksi

Baik penggugat maupun tergugat mengajukan alat bukti tertulis

berupa surat-surat dan saksi-saksi yang berasal dari keluarga dan orang

dekat dengan suami isteri.

2. Pertimbangan Hukum

Di antara pertimbangan hakim dalam mengabulkan gugatan

penggugat adalah:

Hakim dalam memeriksa perkara tersebut setelah melakukan

proses persidangan kemudian melakukan pengkajian kasus tersebut,

sehingga dalam pertimbangan hakim memandang kasus tersebut sudah

cukup bukti ada syiqaq. Hal itu didasarkan pada pengakuan penggugat dan

keterangan para saksi baik dari keluarga maupun orang dekat yang apabila

Page 86: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

75

dicermati kesaksian mereka saling bersesuaian lalu dihubungkan dengan

alat bukti tertulis yang diajukan di persidangan dari penggugat dan

tergugat, sehingga majelis hakim telah menemukan fakta-fakta yang

menunjukkan bahwa antara penggugat dengan tergugat telah terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan oleh faktor kecemburuan

tergugat kepada penggugat. Dari bentuk perselisihan dan pertengkaran

yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebabnya tersebut menurut pertimbangan

majelis hakim telah mengandung unsur dharar yang dinilai benar-benar

prinsipil dan berpengaruh bagi keutuhan kehidupan suami isteri, sehingga

tidak ada harapan antara mereka hidup rukun kembali.

Dengan demikian, majelis hakim memandang gugatan penggugat

sudah berdasar hukum memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal

19 (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo 116 (f) Kompilasi

Hukum Islam.

D. Putusan Hakim Pengadilan Agama Sumber

Setelah dilakukan musyawarah majelis hakim berdasarkan

pertimbangan hukum sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka majelis

hakim Pengadilan Agama Sumber menjatuhkan putusan yang isinya

memutuskan ikatan perkawinan antara penggugat dengan tergugat dengan

alasan telah terbukti terjadi syiqaq.

Page 87: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

76

E. Analisis Penulis

Pertama, dari segi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh majelis

hakim Pengadilan Agama Sumber sebagaimana disebutkan di atas, ada hal

yang menarik untuk dianalisis yaitu perihal pengangkatan hakam

sebagaimana diatur dalam Pasal 76 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, ternyata majelis hakim Pengadilan Agama Sumber khusus

pada perkara yang diteliti ini tidak menggunakan lembaga hakam dalam

pemeriksaan perkara syiqaq ini. Perlu diketahui sebagaimana pendapat Sugiri

Permana,23 antara mediasi dengan hakam di sini berbeda bila ditinjau dari

sudut hukum acara peradilan agama di mana mediasi sebelum pemeriksaan

perkara, sedangkan hakam dalam proses perkara.

Salah satu alasan mengapa majelis hakim Pengadilan Agama Sumber

tidak mengangkat hakam adalah setelah ditempuh proses mediasi, namun

hasilnya gagal, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan perceraian sampai

proses pembuktian ternyata tidak ada indikasi perdamaian antara penggugat

dengan tergugat,24 sehingga menurut hemat penulis dirasakan percuma

membuang waktu lebih lama lagi jika diangkat hakam padahal dapat

diprediksikan hasilnyapun akan gagal. Di samping itu, bisa dipahami dari

23 Sugiri Permana, “Mediasi dan Hakam dalam Tinjauan Hukum Acara Peradilan Agama”,

artikel diakses pada 21 Mei 2010 dari http://www.badilag.net/ 24 Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Sumber, Bahruddin. Cirebon, 16

Februari 2010.

Page 88: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

77

perintah Pasal 76 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama menurut pendapat

M.Yahya Harahap, ketentuan tersebut perihal pengangkatan hakam hanya

bersifat fakultatif artinya tidak diwajibkan.

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa pemeriksaan majelis

hakim Pengadilan Agama Sumber khususnya pada perkara ini yang

menjatuhkan putusan setelah ditemukan fakta adanya perselisihan antara

suami isteri sudah terbukti dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dengan tanpa adanya tindakan pengangkatan hakam terlebih dahulu, maka hal

tersebut tidak bisa dinilai sebagai pelanggaran terhadap tata tertib

pemeriksaan. Dengan kata lain putusan majelis hakim Pengadilan Agama

Sumber sah secara hukum dan mengikat kedua belah pihak.

Kedua, sebagaimana disebutkan sebelumnya mengenai faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya syiqaq di Pengadilan Agama Sumber, maka di

bawah ini akan dianalisis dengan kacamata teori strukturalis fungsional.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang

dibangun di atas perkawinan yang sah antara laki-laki dengan perempuan.

Dalam struktur keluarga terdiri dari ayah/suami, ibu/isteri, dan anak.

Pernikahan merupakan suatu ikatan yang sakral dalam agama Islam di mana

seorang suami mengambil janji yang kuat dari isteri pada saat prosesi akad

nikah. Dengan adanya akad tersebut, maka secara otomatis hubungan antara

Page 89: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

78

keduanya menjadi halal dan masing-masing baik suami maupun isteri

mempunyai hak dan kewajiban yang melekat pada diri mereka.

Dengan kata lain pernikahan mempunyai konsekuensi moral, sosial,

dan ekonomi yang kemudian melahirkan sebuah peran dan tanggung jawab

sebagai suami atau isteri. Peran yang diemban pasca pernikahan terasa berat

jika tidak didahului dengan persiapan mental dan finansial yang cukup.

Salah satu kewajiban suami terhadap isteri dan anak-anaknya yang

berkaitan dengan ekonomi adalah memberikan nafkah terutama berupa

sandang, pangan, dan papan. Oleh karena itu, salah satu modal dasar

seseorang berumah tangga adalah tersedianya sumber penghasilan yang jelas

untuk memenuhi kebutuhan hidup secara finansial. Kelangsungan hidup

keluarga antara lain ditentukan oleh kelancaran ekonomi, sebaliknya

kekacauan dalam keluarga dipicu oleh ekonomi yang kurang lancar.

Jika dihubungkan dengan kasus perceraian dalam kategori syiqaq

yang terjadi di Pengadilan Agama Sumber sebagaimana disebutkan

sebelumnya bahwa faktor yang paling dominan adalah masalah ekonomi.

Perlu disimak keterangan yang diberikan oleh Drs. Bahruddin selaku hakim

Pengadilan Agama Sumber, di antara yang menjadi penyebab dari masalah

ekonomi ialah suami yang menikahi seorang isteri belum mempunyai

pekerjaan yang tetap, sehingga wajar di tengah perjalanan bahtera rumah

tangga mereka terlebih pada saat menghadapi kebutuhan hidup sehari-hari

yang memerlukan finansial yang tidak sedikit sementara suami tidak

Page 90: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

79

mempunyai penghasilan yang tetap, maka akhirnya isteri merasa kebutuhan

hidupnya kurang terpenuhi dan ini yang mendorong isteri menuntut haknya

ke Pengadilan.25

Dengan demikian tak dapat dipungkiri dalam sebuah keluarga yang di

dalamnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak menjadikan stabilitas ekonomi

sebagai sesuatu yang fundamental demi terwujudnya keluarga sakinah.

Karena itu, jika terjadi penyimpangan dengan kata lain tidak berfungsi salah

satu dalam struktur keluarga tersebut akan berakibat pada ketidakseimbangan

yang pada akhirnya bisa berujung pada perceraian.

Di samping kebutuhan finansial yang harus tersedia dalam sebuah

keluarga, maka sudah menjadi kebutuhan yang paling mendasar dan harus

ada pada setiap pasangan, yakni rasa saling mencintai antara suami isteri

dengan harapan agar selalu harmonis dalam perjalanan kehidupan bahtera

rumah tangga. Karena kalau rasa cinta sudah menghilang antara suami isteri

tersebut dan mulai mencintai orang lain yang seharusnya dihindari, maka

akibatnya menimbulkan benih-benih rasa cemburu yang beralasan dirasakan,

sehingga kalau tidak diantisipasi dengan mencari solusi yang bijak dapat

menyebabkan perselisihan dan pertengkaran yang tak terelakkan.

Dalam hal kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh suami maupun

isteri adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur,

25 Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Sumber, Bahruddin. Cirebon, 16

Februari 2010.

Page 91: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

80

bertanggung jawab, dan menghindari sifat-sifat tercela yang dapat

menyebabkan perasaan tidak menyenangkan antara salah satu pihak dari

pasangan tersebut.

Berdasarkan peristiwa yang terjadi di masyarakat, salah satu contoh

perceraian terjadi karena suami suka mabuk, sehingga bisa dikatakan dia

memiliki sifat-sifat tercela (amoral), maka menimbulkan kebencian pada

isteri yang merasa dirugikan dan tersiksa atas perbuatan suaminya.

Begitu juga dengan kewajiban masing-masing baik sebagai suami

maupun isteri harus dilaksanakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh

sebab apabila salah satu saja ada yang dilalaikan, maka dalam struktur

keluarga tersebut ada yang tidak berjalan, yakni tidak terlaksana kewajiban

suami isteri, sehingga konsekensinya dapat menimbulkan gugatan perceraian

oleh pihak yang merasa haknya tidak dipenuhi.

Ketiga, dalam menganalisis putusan perkara nomor:

0118/Pdt.G/2009/PA.SBR, penulis menggunakan kacamata teori konkretisasi

hukum yang digagas oleh Hans Kelsen yang kemudian dikembangkan oleh

Hans Nawiasky sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Membaca putusan majelis hakim Pengadilan Agama Sumber tersebut

dalam pertimbangan hukumnya yang digunakan sebagaimana disebutkan

pada pembahasan sebelumnya apabila dikaitkan dengan teori positivisasi

hukum Islam, maka sebenarnya majelis hakim telah mempositifkan hukum

Islam melalui norma antara, yakni melalui kaidah hukum yang dimuat dalam

Page 92: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

81

Kompilasi Hukum Islam dan kaidah fikih. Setelah terbukti dalil-dalil gugatan

penggugat yang mendasarkan alasan perceraian pada pasal 19 (f) PP Nomor 9

Tahun 1975 jo 116 (f) KHI, maka majelis hakim dalam putusannya

mengabulkan gugatan penggugat dengan menjatuhkan talak satu bain sughra

tergugat kepada penggugat. Hal ini didasarkan pada Pasal 119 KHI sebab

ikatan perkawinan antara penggugat dengan tergugat putus oleh adanya

putusan Pengadilan Agama Sumber berdasarkan gugatan cerai penggugat.

Konsekuensi setelah dijatuhkan putusan yang berkekuatan hukum tetap

tersebut pihak suami tidak dibolehkan rujuk kepada mantan isterinya, kecuali

dengan akad nikah baru meskipun dalam iddah.

Dari sudut fiqih majelis hakim Pengadilan Agama Sumber telah

menggunakan kaidah hukum Islam yakni الز يررالض yang artinya

“kemudharatan itu harus dihilangkan”. Dalam pertimbangan hukum

disebutkan bahwa apabila perkawinan terus dilanjutkan sebagaimana yang

diinginkan oleh tergugat menurut pendapat majelis hakim hanya

menimbulkan kemudharatan dan ketidakpastian, serta demi kemaslahatan

kedua pihak menurut pendapat majelis hakim solusi terbaik adalah dengan

perceraian.

Dalam kasus perceraian dengan alasan syiqaq ini terlihat nilai hukum

Islam yang dipositifkan melalui putusan Pengadilan Agama Sumber perkara

nomor : 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR adalah kaidah ishlah (perdamaian) yang

termaktub dalam Al Qur’an surat Al Nisa’ ayat 35. Dalam konteks Indonesia

Page 93: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

82

khususnya di semua lingkungan Peradilan termasuk Pengadilan Agama

kaidah ishlah tersebut telah diimplementasikan dengan model mediasi

berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (selanjutnya disingkat Perma)

Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan dengan

diwajibkan mediasi pada sidang pertama antara para pihak yang bersengketa

termasuk perceraian dengan alasan syiqaq pada perkara ini. Menurut hemat

penulis meskipun majelis hakim Pengadilan Agama Sumber tidak

menggunakan lembaga hakam dalam perkara perceraian dengan alasan

syiqaq, akan tetapi sebenarnya substansi mendamaikan (ishlah) telah

diupayakan melalui proses mediasi dan pada setiap persidangan juga majelis

hakim sesuai dengan ketentuan Pasal 82 ayat 4 UU Nomor 3 Tahun 2006 jo

Pasal 31 ayat (2) dan Pasal 21 PP Nomor 9 tahun 1975 telah berupaya

mendamaikan para pihak.

Adapun dalam pemeriksaan perkara syiqaq ini majelis hakim

Pengadilan Agama Sumber wajib mendengarkan kesaksian saksi-saksi

keluarga dan orang dekat suami isteri tersebut sesuai dengan perintah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Peradilan Agama Pasal 76 ayat 1.26 Dari pemeriksaan saksi-

saksi tersebut dapat diketahui faktor paling dominan yang menyebabkan

terjadinya syiqaq yaitu kecemburuan suami terhadap isteri, sehingga

26 Wawancara pribadi dengan hakim Pengadilan Agama Sumber, Bahruddin. Cirebon, 16

Februari 2010.

Page 94: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

83

menimbulkan terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus

antara penggugat dengan tergugat.

Selanjutnya unsur-unsur dari alasan perceraian yang tertera dalam

Pasal 116 f KHI sudah terpenuhi semuanya, sehingga menurut hemat penulis

Pengadilan Agama Sumber telah tepat dalam memutuskan perkara syiqaq

karena setelah dicermati dalam putusan tersebut terdapat kesesuaian antara

dali-dalil gugatan dengan keterangan penggugat dan tergugat serta

dihubungkan dengan alat-alat bukti yang diajukan oleh penggugat maupun

tergugat di persidangan.

Dari sudut teori stufenbau Kelsen, putusan perkara Nomor:

0118/Pdt.G/2009/PA.SBR sebenarnya telah mengambil norma abstrak untuk

dijadikan norma konkret secara langsung dengan menggunakan norma antara.

Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sebagaimana disebutkan sebelumnya norma abstrak di sini

maksudnya nilai-nilai Islam yang terdapat dalam Al Qur’an, sehingga dalam

perkara ini majelis hakim Pengadilan Agama Sumber dalam pertimbangan

hukumnya disebutkan bahwa pada dasarnya tujuan dari perkawinan adalah

membentuk keluarga yang bahagia, kekal, sakinah, mawaddah, dan rahmah

seperti yang termaktub dalam Al Qur’an surat Al Rum ayat 21. Seiring

berjalannya waktu dengan berbagai masalah yang muncul dalam perjalanan

bahtera rumah tangga antara suami isteri yang pada mulanya hidup rukun,

harmonis ternyata yang terjadi justeru sebaliknya dari yang diharapkan, yakni

Page 95: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

84

Di samping norma antara yang berbentuk hasil ijtihad Ulama

termasuk juga Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang disebut sebagai fiqih

Indonesia yang terlihat berikut ini.

Dengan adanya unsur dharar tersebut apabila perkawinan mereka

diteruskan, berdasarkan pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama

Sumber sesuai dengan kemaslahatan yang akan dirasakan oleh kedua belah

pihak di masa depan, maka jalan terbaik yang harus ditempuh adalah

perceraian. Kemudian majelis hakim menimbang gugatan penggugat sudah

Page 96: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

85

memenuhi alasan perceraian dalam Pasal 116 f KHI. Dengan begitu hakim

Pengadilan Agama Sumber jika dilihat dari objek kajian dalam lapangan

ijtihad bisa dikategorikan pada bentuk ijtihad tathbiqi karena hakim melihat

objek untuk kemudian ditentukan hukumnya. Artinya hakim menerapkan

hukum berdasarkan objek yang diperiksanya.

Setelah peristiwa hukumnya jelas sebagaimana terbukti dalam fakta

yang ditemukan majelis hakim bahwa antara keduanya benar-benar terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan tidak bisa dirukunkan

kembali, maka menurut hemat penulis amar putusan yang dijatuhkan oleh

majelis hakim sudah benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Pasal 119 KHI), yakni mengabulkan gugatan penggugat

dengan menjatuhkan talak satu Bain Sughra tergugat (N b Z) terhadap

penggugat (EWK bnt SS) dan sebagaimana ketentuan pada pasal 89 ayat 1

UU Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, maka dalam amar majelis

hakim membebankan kepada penggugat untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp 606.000,00.

Page 97: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap penyelesaian perkara perceraian

dengan alasan syiqaq di Pengadilan Agama Sumber khususnya pada putusan perkara

Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR, maka diperoleh beberapa kesimpulan di

antaranya:

1. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya syiqaq yang terjadi di

Pengadilan Agama Sumber selama tahun 2009 secara berurutan dari angka yang

tertinggi sampai terendah adalah karena: a. Masalah ekonomi sebanyak 1.253

kasus, b. Masalah cemburu yang mencapai 175 kasus, c. Masalah moral yang

mencapai 80 kasus, d. Masalah melalaikan kewajiban yang mencapai 25 kasus,

dan e. Lain-lain, yakni selain empat faktor di atas sebanyak 15 kasus. Dari faktor-

faktor di atas apabila ditelisik dengan kacamata teori strukturalis fungsional dapat

disimpulkan bahwa jika terjadi penyimpangan dalam arti tidak berfungsi salah satu

dalam struktur keluarga, maka akan berakibat pada ketidakseimbangan yang pada

akhirnya bisa berujung pada perceraian.

2. Tata cara pemeriksaan kasus syiqaq yang diselesaikan oleh majelis hakim

Pengadilan Agama Sumber berpedoman pada Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, sehingga secara garis besar

apabila dilihat sebenarnya tidak banyak berbeda dengan pemeriksaan perceraian

pada umumnya, tetapi ada satu yang membedakan yaitu pada saat tahap

86

Page 98: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

87

pembuktian khusus perkara syiqaq ini majelis hakim Pengadilan Agama Sumber

diwajibkan mendengarkan keterangan dari saksi-saksi yang berasal dari keluarga

atau orang-orang yang dekat dengan suami isteri berdasarkan Pasal 76 ayat 1

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 jo Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Selanjutnya

majelis hakim Pengadilan Agama Sumber mengacu pada petunjuk Mahkamah

Agung dalam buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan buku

II di mana khusus pada perkara syiqaq nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR menurut

kebijaksanaan hakim Pengadilan Agama Sumber memilih versi pertama, yakni

tidak menggunakan lembaga hakam dengan alasan setelah pemeriksaan saksi-saksi

tersebut ternyata tetap tidak ada indikasi adanya perdamaian antara kedua belah

pihak yang cekcok tersebut. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan

dalam perkara syiqaq yang lain Pengadilan Agama Sumber dapat mengangkat

hakam jika melihat adanya indikasi perdamaian antara suami isteri yang

mengalami perselisihan dan pertengkaran tersebut.

3. Pertimbangan hukum yang digunakan oleh majelis hakim Pengadilan Agama

Sumber dalam memutuskan perkara syiqaq ini apabila dilihat dari perspektif teori

stufenbau Hans Kelsen yang kemudian dikaitkan dengan teori positivisasi hukum

Islam melalui yurisprudensi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terdapat

dalam Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 35 yang diderivasikan ke dalam ijtihad

Ulama fiqih dan kaidah hukum yang tertera dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

khususnya Pasal 116 point f telah mengalami transformasi ke dalam norma

Page 99: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

88

konkret yaitu putusan Pengadilan Agama Sumber nomor:

0118/Pdt.G/2009/PA.SBR, sehingga baik disadari atau tidak sebenarnya hukum

Islam yang dicita-citakan berupa hukum keluarga (ahwal al syakhsiyyah) dapat

diberlakukan di tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Dengan demikian, putusan-putusan Pengadilan Agama Sumber turut memberikan

kontribusi dalam rangka upaya positivisasi hukum Islam di Indonesia.

Di samping itu, amar putusan majelis hakim Pengadilan Agama Sumber

Nomor: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR yang mengabulkan gugatan penggugat dengan

menjatuhkan talak satu bain sughra sudah tepat sesuai dengan aturan fiqih maupun

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Saran-saran

Mengakhiri paparan hasil penelitian ini, penulis ingin menyampaikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya pemahaman masyarakat Islam terhadap langkah-langkah yang harus

ditempuh sebelum mengajukan gugatan perceraian kepada Pengadilan Agama

terutama mengenai pendekatan secara kekeluargaan antara suami isteri yang

sedang cekcok, sehingga diharapkan efektivitas hakam sebagaimana yang

ditekankan oleh Al Qur’an dapat direalisasikan di tengah masyarakat.

2. Dalam upaya menekan angka perceraian yang termasuk tinggi di dalam yurisdiksi

Pengadilan Agama Sumber, Cirebon hendaknya perlu adanya langkah-langkah riil

yang harus dilakukan oleh instansi Pemerintah terkait seperti Kantor Urusan

Page 100: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

89

Agama (KUA) setempat maupun Pengadilan Agama (PA) dengan memberikan

penyuluhan hukum kepada masyarakat yang berada di sekitar Cirebon dalam hal-

hal yang berkaitan dengan persiapan pra nikah bagi orang-orang yang sudah siap

menikah baik menyangkut kematangan jasmani, rohani, dan finansial. Dengan

harapan di masa mendatang perceraian dengan alasan apapun termasuk syiqaq

yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat

diminimalisir semaksimal mungkin.

3. Sebagai langkah akademis perlu diadakan training bagi para mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum perihal kemampuan menjadi mediator dalam mendamaikan

para pihak yang sedang cekcok termasuk perkara syiqaq ini mengingat kurikulum

yang ada di Fakultas secara dominan masih bersifat teoritis, sehingga perlu

diimbangi dengan kurikulum yang berbasis pada praktek.

Page 101: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

90

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al-Karim.

Abbas, Sudirman. Problematika Pernikahan dan Solusinya. Jakarta: Prima Heza Lestari, 2006.

“Nikah dan Syiqaq”. Dalam Abdul Aziz Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam,

Jilid IV dan V. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997. Abubakar, Zainal Abidin. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dalam

Lingkungan Peradilan Agama, cet.3. Jakarta: Yayasan Al Hikmah, 1993. Ahmad, Baharuddin. Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis.

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Al Bukhari, Imam Hafiz Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il. Shohih Bukhari.

Jordan: Baitul Afkar Al Dauliyyah, 2008. Al ‘Asqalani, Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar. Bulugh Al Maram Min Jam’I Adilati Al

Ahkam. Kairo: Dar Al Hadis, 2003. Anas, Malik. Ibn. Muwattha’. Beirut: Dar al Kitab Al ‘Arabi, 2004 M. Al Jaziri, Abdurrahman. AlFiqh ‘ala al Madzahib Al-Arba’ah. Beirut: Dar Al-Fikr,

1977. Al-Nawawi Al Dimasyqy, Abi Zakaria Yahya Ibn Sharif. Raudhat Al-Thalibin.

Beirut: Dar Al Kutub Al-Ilmiyyah, t.th. Al-Shabuni, Muhammad Ali. Rawa’I al-Bayan: Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al-Karim.

Mekkah: Kulliyat al-Syari’ah Wa Al-Dirasat Al-Islamiyyah, t.th. . Al-Zuhaily, Wahbah. Al Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz IX. Damsyiq: Dar El Fikr,

1989. Arifin, Busthanul. Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia Akar Sejarah, Hambatan,

dan Prospeknya. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Arto, Mukti. Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2006.

Page 102: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

91

As Shan’ani, Muhammad ibn Ismail al Amir. Subul As-Salam Al Musholah ila

Bulugh Al Maram, Juz 3. Kairo: Dar Ibn Al Jauzi, 1428 H. As Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Al Asybah wa Nazhair fi qawaid wa Furu’

Fiqh Syafi’iyyah. Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyyah, t.th. As Syaukani, Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad. Nail Al Author, juz 5, Maktabah

Al Iman, t.th. Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Al Qawa’id Al Fiqhiyyah. Kairo: Dar Al Hadis,

2005. Bahri, Samsul. Membumikan Syariat Islam Strategi Positivisasi Hukum Islam

Melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007.

Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan

Mahkamah Syar’iyah. Jakarta: Kencana, 2009. Basri, Cik Hasan. Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004. Danim, Sudarman. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia, 2002. Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana

Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995. Ghazali, Abdur Rahman. Fiqh Munakahat, Cet.2. Jakarta: Kencana Media Group,

2006. Ghundur, Ahmad. Al-Thalaq Fi As Syari’ah al Islamiyyah Wa Al Qonun. Mesir: Dar

Al Ma’arif, t.th. Hafiz, Ibn Rusyd. Bidayatu al Mujtahid wa nihayatu al-muqtasid. Beirut: Dar Al-

Fikr, t.th. Harahap, M. Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta:

Pustaka Kartini, 1990. Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid. Sunan Ibnu Majah. Jordan: Baitul

Afkar Al Dauliyyah, 2004.

Page 103: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

92

Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet.3. Malang: Bayumedia Publishing, 2007.

Lubis, Sulaikin. dkk. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Cet.3,

Jakarta: Kencana, 2008. Manaf, Abdul. Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara di Lingkungan Peradilan

Agama. Bandung: CV Mandar Maju, 2008. Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Yayasan Al Hikmah, 2000. Manzur Ibnu, Imam Al ‘Allamah. Lisan Al ‘Arab. Kairo: Dar Al Hadis, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005. M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis, Cet.3 Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001. Mufidah,ch. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: UIN Malang

Press, 2008. Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: tp,

1984. Nuruddin, Amiur dan Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana, 2004.

Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007.

Rasyid, A.Raihan. Hukum Acara Peradilan Agama, Cet.9. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002.

Rasyid, Chatib dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik Pada

Peradilan Agama. Yogyakarta: UII Press, 2009. Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, cet .6. Jakarta: PT Raja Garafindo

Persada, 2003. Sabiq, Sayyid, Fiqh al Sunnnah,cet.4. Beirut: Dar Al-Fikr, 983.

Page 104: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

93

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: CV Rajawali, 1985.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet.3. Jakarta: UI Press, 1986. Soeprapto, Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-undangan I Jenis, Fungsi, dan

Materi Muatan Lainnya. Yogyakarta: Kanisius, 2007. Syahrizal, Abbas. Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat,& Hukum

Nasional. Jakarta: Kencana, 2009. Syarif, Mujar Ibnu. “Pemukulan Isteri terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut

Perspektif Hukum Islam” , Ahkam IX, No.2 (September 2007). Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan, Cet.2. Jakarta: Kencana Media Group, 2007.

Tim redaksi KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: PT

Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka, 2005. Umar, Nasaruddin. Argumentasi Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al Qur’an.

Jakarta: Paramadina, 1999. Wawancara Pribadi dengan Ahmad Sodikin. Cirebon. 15 Februari 2010. Wawancara Pribadi dengan Bahruddin. Cirebon. 16 Februari 2010.

Yanggo, Huzaemah Tahido. Masail Fiqhiyyah Kajian Hukum Islam Kontemporer. Bandung: Angkasa, 2005.

Zein, Satria Effendi. “Analisis Fiqh”, Mimbar Hukum XI no.46 ( 2000).

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Jakarta: Dirjen Badilag MA RI, 2006.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 105: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

94

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Anonim, “Data Perkara Terbesar Pengadilan Agama Tahun 2009”, artikel diakses

pada 20Mei 2010 dari http:// www.badilag.net/index.php?option=com_content&task=view&id=5340&itemid=1.

Permana,Sugiri. “Mediasi dan Hakam dalam Tinjauan Hukum Acara Peradilan

Agama”, artikel diakses pada 21 Mei 2010 dari http://www.badilag.net/

Page 106: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

LAPORAN WAWANCARA

1. Apakah benar bapak yang memeriksa dan mengadili perkara nomor : 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR?

Jawab :

Ya, saya yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, saya sebagai ketua majelis dan dibantu oleh dua hakim anggota yaitu : bapak Drs. Mujahidin dan Dra.Hj. Syafiah, MH.

2. Apa yang mendasari bapak menjadikan perkara perceraian ini sebagai kategori syiqaq?

Jawab :

Karena antara penggugat dengan tergugat terus-menerus terjadi perselisihan yang tajam sulit didamaikan lagi sebab perpecahan mereka sudah parah. Karakteristiknya dalam kasus ini yaitu adanya rasa cemburu yang beralasan dari tergugat kepada penggugat dan akibatnya antara penggugat dengan tergugat telah pisah rumah selama kurang lebih 4 bulan dan masing-masing tidak lagi menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.

3. Selama tahun 2009 di PA Sumber, berapa perkara yang masuk dalam kategori syiqaq? Hal itu lebih banyak mana lewat cerai talak atau cerai gugat?

Jawab :

Masing-masing majelis hakim menangani sekitar 350 perkara, di PA Sumber ada 13 majelis. Dari jumlah tersebut sekitar 120 perkara syiqaq yang saya tangani. Lebih banyak cerai gugat daripada cerai talak.

4. Faktor-faktor apa yang banyak menyebabkan terjadinya syiqaq menurut pengalaman bapak selama ini?

Jawab :

Page 107: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Penyebabnya adalah paling banyak karena kekurangan ekonomi, kemudian karena cemburu, moral, ada yang tidak melaksanakan kewajiban suami isteri.

5. Mengapa perkara syiqaq yang diterima oleh majelis hakim lebih banyak karena masalah kekurangan ekonomi?

Jawab :

Dari surat gugatan yang diterima oleh majelis hakim rata-rata mereka waktu nikah belum mempunyai pekerjaan yang tetap, sehingga isteri banyak yang menuntut.

6. Bisa bapak jelaskan secara detail proses pemeriksaan perkara perceraian dengan alasan syiqaq yang dilakukan oleh majelis hakim PA Sumber ini?

Jawab :

kita berpedoman pada Pasal 54 UU No.7 Tahun 1989 yaitu menggunakan HIR, PP No.9/1975, dan UU No.7/ 1989. Pertama, setelah menerima penetapan majelis hakim, maka ketua majelis menetapkan hari sidang (PHS) kemudian memerintahkan juru sita untuk rmemanggil para pihak (penggugat dan tergugat) menghadap ke muka persidangan pada hari yang ditentukan. Pada sidang pertama para pihak didamaikan, jika tidak dapat didamaikan kemudian majelis memberikan pengarahan supaya para pihak didamaikan lewat mediator sesuai PERMA No.1 tahun 2008 tentang Mediasi. Apabila ternyata gagal, maka para pihak dipanggil kembali untuk menghadap di persidangan. Pada sidang tersebut dibacakan surat gugatan oleh penggugat kemudian kepada tergugat diberi kesempatan untuk memberikan jawaban baik secara lisan ataupun tulisan. Lalu kepada

Page 108: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

penggugat diberi kesempatan untuk memberikan replik (jawaban atas jawaban), kemudian kepada tergugat diberi kesempatan untuk menjawab replik penggugat (duplik). Setelah dianggap cukup oleh kedua pihak selanjutnya acara pembuktian baik tertulis maupun saksi-saksi, khusus dalam perkara syiqaq sesuai PP No.9/1975 Pasal 22 jo Pasal 76 ayat 1 UU No.7/1989 bahwa saksi tersebut harus didengar dari keterangan keluarga atau orang yang dekat dengan suami isteri. Setelah pembuktian selesai dari pihak penggugat dan tergugat, maka masing-masing pihak memberikan kesimpulan. Selanjutnya majelis akan bermusyawarah dan memberikan putusan.

7. Benarkah ada ketentuan khusus yang mengatur perihal kasus mengadili perkara syiqaq ini, sehingga kalau ada, apa yang membedakan proses pemeriksaan dengan kasus perceraian yang lain?

Jawab :

Benar ada ketentuan khusus yaitu menggunakan Pasal 22 PP No.9/1975 atau Pasal 134 KHI dan bisa juga menggunakan Pasal 76 ayat 2 UU No.7/1989. Dari kedua Pasal tersebut intinya adalah perkara syiqaq saksi-saksinya itu diharuskan dari keluarga, sedangkan pada perkara selain syiqaq keluarga tidak dibolehkan menjadi saksi.

8. Mengapa bapak dalam perkara No: 0118/Pdt.G/2009/PA.SBR tidak memakai hakam dalam menyelesaikan perkara syiqaq ini padahal UU No.7 Tahun 1989 Pasal 76 ayat 2 menyuruh untuk diangkat hakam?

Jawab :

Karena setelah pembuktian dari pihak penggugat dan tergugat (pemeriksaan saksi-saksi), majelis hakim menilai penggugat dan tergugat tidak ada harapan akan rukun kembali, sehingga majelis hakim tidak harus mengangkat hakam. Dilihat dari perintah UU No.7/1989 Pasal 76 ayat 2 sifatnya hanya fakultatif bukan imperatif. Kenyataannya para pihak merasa puas terhadap putusan ini, sehingga tidak melakukan upaya hukum.

9. Menurut bapak, setelah sekarang diberlakukan Perma No.1 Tahun 2008 dengan diwajibkan mediasi dalam perceraian apakah lembaga hakam sudah tidak diperlukan lagi?

Jawab :

Page 109: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Tergantung kasusnya apabila setelah pembuktian masih ada harapan, bisa mengangkat hakam, tetapi apabila sudah didamaikan oleh majelis hakim dan mediator, serta fakta di persidangan menunjukkan tidak ada indikasi akan rukun kembali, maka tidak harus mengangkat hakam.

10. Sebagai hakim pertimbangan hukum apa yang digunakan oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara syiqaq khususnya pada perkara No : 0118/Pdt.G/2009/PA SBR?

Jawab :

Majelis hakim dalam memutuskan perkara tersebut dengan memakai pertimbangan sebagai berikut : 1. Mempertimbangkan dalil gugatan penggugat, jawaban tergugat dihubungkan dengan alat-alat bukti yang diajukan oleh penggugat dan tergugat, 2. Setelah ternyata disimpulkan dalil gugatan penggugat terbukti kemudian dipertimbangkan satu per satu dalil penggugat lalu baru mengambil dalil-dalil dari peraturan perundang-undangan yaitu UU No.1/1974, PP No.9/1975, KHI, dan UU No.7/1989 atau ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan perkara tersebut

Page 110: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Mengapa dalam kasus ini majelis hakim tidak menggunakan UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai pertimbangan hukum, padahal tergugat telah melakukan kekerasan fisik yang mengakibatkan tangan penggugat berdarah?

Jawab :

Karena hakim menilai belum cukup bukti adanya kekerasan tergugat kepada penggugat yaitu belum ada hasil visum yang membuktikan adanya luka dari anggota tubuhnya.

Disamping itu, tuntutan KDRT itu menjadi kewenangan absolut Pengadilan Negeri.

Page 111: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Cirebon, 16 Februari 2010

Yang diwawancarai

Hakim PA Sumber

Page 112: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Drs. Bahruddin

NIP : 15022749

Page 113: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

LAPORAN WAWANCARA

1. Berapa perkara yang diterima oleh Pengadilan Agama Sumber selama tahun 2009?

Jawab :

selama satu tahun (2009) sebanyak 4695 perkara.

2. Jenis perkara apa saja yang diterima oleh PA Sumber tahun 2009? rincian masing-masing berapa banyaknya?

Jawab :

No Jenis Perkara Banyaknya (perkara)

a. Ijin Poligami 10

b. Pembatalan perkawinan 1

c. Cerai talak 1519

d. Cerai gugat 3034

e. Harta bersama 5

f. Pengesahan anak 1

g. Pengangkatan anak 4

h. Hadhanah/pemeliharaan anak 3

I Itsbat nikah (volunteer) 91

j. Dispensasi kawin 1

k. Wali adhol 2

l. Kewarisan 7

m. Wasiat 2

n. Penetapan ahli waris 2

o. Lain-lain 13

Page 114: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

3. Dari sekian banyak jenis perkara di atas, perkara apa yang paling dominan?

Jawab : dari perkara yang diterima PA Sumber, paling banyak adalah perkara perceraian sebanyak 4.553 kasus.

4. Perkara dominan itu berapa yang telah diputus oleh majelis hakim pada tahun 2009?

Jawab : Perkara perceraian yang telah diputus selama tahun 2009 mencapai 4.056 perkara, sisanya ada yang dicabut, gugur, dan ditolak.

5. Dari perceraian yang telah diputus itu, berapa perkara yang masuk kategori syiqaq pada tahun 2009?

Jawab : sebanyak 1.538 perkara yang tergolong syiqaq selama tahun 2009.

6. Sejauh pengamatan bapak, faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya syiqaq yang diajukan oleh para pihak di PA Sumber ini?

Jawab : Faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian dengan alasan syiqaq (terus-menerus berselisih) disebabkan karena :

No Faktor Penyebab Banyaknya (perkara)

1. Ekonomi 1253

2. Cemburu 175

3. Moral 80

4. Melalaikan kewajiban 25

5. Lain-lain 15

Cirebon, 15 Februari 2010

Yang diwawancarai

Panitera Muda Hukum PA Sumber

Drs. Ahmad Sodikin

NIP : 195902101981031002

Page 115: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
Page 116: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

A.Sejarah Singkat Kantor Pengadilan Agama Sumber Kabupaten Cirebon

Pengadilan Agama Sumber didirikan berdasarkan ketetapan Raja No.24 Tahun 1882 (Stbl.152 tahun 1882) yang diubah dan disempurnakan dengan stbl.116 dan 610 tahun 1937 Kabupaten Cirebon dan Kota Madya Cirebon adalah merupakan satu wilayah hukum Pengadilan Agama yaitu Pengadilan Agama Cirebon, pada tahun 1979 Pemerintah Kabupaten Cirebon dibentuk dan pada tahun 1986 pembentukan Pengadilan Agama Sumber berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 207 tahun 1986, tanggal 22 Juli 1986, yang diresmikan oleh Bupati Kepala Daerah tingkat II Cirebon tepatnya pada tanggal 23 Maret 1988.

Visi Pengadilan Agama Sumber adalah terciptanya citra, wibawa, dan kemandirian Pengadilan Agama Sumber dalam melaksanakan tugas pokok peradilan kewenangan sebagai peradilan Negara menjadi ketertiban dan kepastian hukum yang mampu memberikan pengayoman kepada masyarakat.

Sedangkan misinya salah satunya yangs angat penting adalah pemberdayaan peran, kedudukan, dan kewenangan peradilan agama sebagai peradilan Negara dan sebagai lembaga penegak hukum agar lebih mampu melayani pencari keadilan serta memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.

Gedung balai sidang Pengadilan Agama Sumber terletak di jalan Sunan Malik Ibrahim No.11 komplek perkantoran Kabupaten Cirebon, dibangun di atas tanah seluas 1005 meter persegi dengan luas bangunan 250 meter persegi, dengan biaya Rp 50.000.000,00. Pada tahun 1989 diadakan penambahan ruang kantor Pengadilan Agama dengan swadaya sebesar Rp 12.000.000,- dan kemudian dilengkapai dengan daftar isian proyek tahun 1995 sebesar Rp 15.362.000 untuk pengerasan jalan dan halaman seluas 46 meter persegi.

Jadi luas keseluruhannya Gedung kantor Pengadilan Agama Sumber mencapai 370 meter persegi yang terdiri dari :

a. Ruang kerja karyawan 147,5 m persegi meliputi :

1. Ketua 15 meter persegi

2. Panitera 12,5 meter persegi

3. Kepaniteraan 50 meter persegi

4. Hakim 30 meter persegi

5. Panitera Pengganti 15 meter persegi

6. Kesekretariatan 25 meter persegi

Page 117: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

b. Gedung 28 meter persegi

c. Koridor, jalan, Ruang Tamu, dan Ruang Kamar Kecil kalau dirata-ratakan untuk setiap karyawan kurang lebih 2,5 meter persegi dengan demikian kondisi seperti ini masih belum memadai.

Dengan demikian, sarana perkantoran Pengadilan Agama Sumber sampai tahun 2005 mempunyai beberapa ruang sebagai penunjang bagi terlaksananya suatu Pengadilan.

Adapun bangunan atau ruang tersebut adalah :

1. Ruang Ketua Pengadilan

2. Ruang Para Hakim

3. Ruang Kepaniteraan Tata Usaha

4. Ruang Arsip

5. Ruang Sidang

6. Ruang Tunggu

7. Ruang Doktik/ Ruang syara’

8. Ruang Panitera

9. Ruang Kepaniteraan Perkara

10. Ruang Pendaftaran

11. Ruang Perpustakaan

12. Ruang Saran Tikrai

13. Ruang sarana MCK

14. Ruang Tempat Ibadah.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas Pokok

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, Peradilan Agama mempunyai tugas pokok sebagaimana tercantum dalam pasal 49, yaitu : menerima, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, shodaqoh, dan ekonomi syari’ah.

Page 118: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

b. Fungsi

Pengadilan agama mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan salah satu kekuasaan kehakiman guna menegakkan hukum, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum dalam bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, shodaqoh,dan ekonomi syari’ah bagi yang beragama Islam. Hal ini sesuai dengan Keputusan Mahkamah Agung RI No.KMA/004/SK/1992 dan Keputusan Menteri Agama Nomor 303 tahun 1990. Bertitik tolak dari keadaan tersebut lembaga Peradilan agama dapat memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap masyarakat dan memperoleh keadilan yang seadil-adilnya.

C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sumber

Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sumber sampai tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Ketua Pengadilan : Drs. Oon Syahroni, SH

2. Wakil Ketua :

3. Panitera/Sekretaris : Drs. Ahmad

4. Wakil Panitera : Drs. Ahmad Sahaimansur, SH

5. Wakil Sekretaris : Nurmansyah, S.Ag

6. Panitera Muda Permohonan : Hidayat, SH

7. Panitera Muda Gugatan : Drs. Juju

8. Panitera Muda Hukum : Drs. Ahmad Shodikin

9. Kepala Urusan Kepegawaian : Rohmah, SH

10. Kepala Urusan Keuangan : Indah Kurniawati

11. Kepala Urusan Umum : Adi Priyono, SH

Adapun kelompok fungional Pengadilan Agama Sumber sampai tahun 2010 adalah :

1. Panitera Pengganti : Drs. Barunah

Drs. Ahmad Sodikin

Drs. M. Jalaludin

Page 119: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Amin Duljamin, SH

Zaenal Hasan

Haris Abdullah,Sm, HK.

2. Juru Sita pengganti : Nurmansyah, S.Ag

Oha Toha

Nawafi

Ujang Dodo

Robani

Maman Rohaman

Ahmad Syifa, B.A

Salim

3. Hakim PA Sumber : M.M. Sami’un, S.Ag

Drs.Mujahidin

Drs. Didi Nurwahyudi

Drs.H.Amin Mansur, SH, MH

Drs.U. Nurdin

Drs.H.Hamzah

Dra.Syamsiah, MH

Drs. Bubun

Drs. Suheily

Drs.

D. Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama Sumber

Wilayah yuridis Pengadilan Agama Sumber terdiri dari :

Page 120: PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ (Analisis Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3324/1/MUHAMMAD... · Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

1. Luas Wilayah Kabupaten Cirebon kurang lebih 987.20 Km

2. Jumlah Penduduk 1.647.341 orang dengan rincian :

a.Penduduk Muslim 1.640.785 orang

b. Penduduk Non Muslim 6.556 orang

3. Jumlah Kecamatan :

a) 23 Kecamatan

b) 6 Perwakilan

4. Jumlah Desa sebanyak 424 Desa