PENYEDIAAN HYDROGEL ALUMINIUM BATTERY - TEKNIK KIMIA pdf/160405053.pdf · Mahasiswa Teknik Kimia,...
Transcript of PENYEDIAAN HYDROGEL ALUMINIUM BATTERY - TEKNIK KIMIA pdf/160405053.pdf · Mahasiswa Teknik Kimia,...
PENYEDIAAN HYDROGEL ALUMINIUM BATTERY
BERBASIS CARBOXYMETHYL CELLULOSE DENGAN
ELEKTROLIT BELIMBING WULUH
SKRIPSI
Oleh
ADI HERIANTO RAJAGUKGUK
160405053
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS 2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENYEDIAAN HYDROGEL ALUMINIUM BATTERY
BERBASIS CARBOXYMETHYL CELLULOSE DENGAN
ELEKTROLIT BELIMBING WULUH
SKRIPSI
Oleh
ADI HERIANTO RAJAGUKGUK
160405053
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS 2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penyediaan Hydrogel
Aluminium Battery Berbasis Carboxymethyl Cellulose dengan Elektrolit
Belimbing Wuluh” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan skripsi/tugas akhir di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
Selama pelaksanaan dan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh banyak
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Muhammad Hendra Sahputra Ginting, ST., MT. sebagai Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan mulai dari persiapan proposal
penelitian, pelaksanaan proposal penelitian, penyelesaian penelitian dan proses
penyusunan dan penulisan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Erni Misran, S.T., M.T., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si. selaku Dosen
Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan mulai
dari penyempurnaan proposal penelitian hingga memberikian masukan yang
membangun dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T. sebagai Koordinator Penelitian Departemen
Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM sebagai Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf Dosen Teknik Kimia yang telah banyak mendidik dan membagikan
ilmu kepada penulis selama belajar di Teknik Kimia.
6. Pegawai Departemen Teknik Kimia FT USU yang telah membantu penulis
dalam hal administrasi selama perkuliahan
7. Kedua Orangtua dan saudara kandung yang telah memberikan dukungan baik
materil maupun spiritual.
8. Partner penelitian, Elvi Sundari yang telah banyak membantu selama proses
penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DEDIKASI
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orangtua tercinta
Bapak Suharto Rajagukguk dan Ibu Dumaris Lumbantoruan
Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan, mendidik, memberikan
motivasi, dan mendukung dengan penuh kasih sayang.
Terimakasih atas pengorbanan nasehat dan doa yang tiada hentinya yang telah
diberikan selama ini.
Terimakasih juga kepada saudara/i tercinta
Abang dan kakak tercinta, Jayasa Putra Rajagukguk dan Deli Warni Rajagukguk
dan kedua adikku Josua Reonaldo Rajagukguk dan Dandy Alberts Rajagukguk
atas semangat, dukungan serta doa yang telah diberikan.
Semoga kiranya Tuhan selalu memberikan berkat dan rezeki atas jerih payah
mereka dan memberikan balasan yang terbaik bagi mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Adi Herianto Rajagukguk
NIM : 160405053
Tempat/Tgl. Lahir : Sibolga, 06 Maret 1998
Nama Orang Tua : Suharto Rajagukguk
Dumaris Lumbantoruan
Alamat Orang Tua : Jl. Ketapang No.51A,
Kota Sibolga
Asal Sekolah:
SD Swasta RK NO. 2 Sibolga, Yayasan St. Maria, tahun 2004-2010
SMP Negeri 2 Sibolga Unggulan Pemko, tahun 2010-2013
SMA Negeri 1 Sibolga Unggulan Pemko, tahun 2013-2016
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Presiden Gantari Team-Engineering Research Community, tahun
2018-2019.
2. Head of Human Research and Development, UKM Inkubator Sains
USU, tahun 2019-2020.
3. Koordinator acara Sci-fi 2.0 Paper competition yang diadakan oleh
Inkubator Sains USU.
4. Anggota pengurus bidang Penelitian dan Pengembangan Himpunan
Mahasiswa Teknik Kimia, periode 1, tahun 2018-2019
5. Anggota pengurus bidang Penelitian dan Pengembangan Himpunan
Mahasiswa Teknik Kimia, periode 2, tahun 2019-2020
6. Asisten Laboratorium Kimia Fisika Departemen Teknik Kimia, tahun
2018-2020. Modul yang ditangani: Kesetimbangan cair-cair,
Pengukuran berat molekul volatil, penentuan berat molekul dengan
metode kerapatan uap, penurunan titik beku.
7. Kerja Praktek di PT. SOCFINDO Perkebunan Tanah gambus, tahun
2019.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
Artikel yang telah disubmit dalam jurnal ilmiah:
1. Journal of Physics : Confrence Series dengan judul “Effect of
Wuluhstarfruit (Averrhoa bilimbi) electrolyte filtrate addition on
making hydrogel aluminum battery based on carboxymethyl
cellulose” pada event International conference on Industrial and
Manufacturing Engineering (ICIME) 2020
2. Journal of Material : Confrence Series dengan judul “The effectof lime
(Citrus aurantifolia Swingle) electrolyte filtrate addition
onconductivity and electricity of hydrogel aluminum battery based on
carboxymethyl cellulose” pada event International Conference on
Natural Resources and Technology (ICONART) 2020
3. INTERNATION PROCEEDING dengan judul “CC Biobattery- Corn
Cobs And Clamshell Biobattery” pada event TICA 2019 oleh Tokyo
Institute Technology.
Prestasi Akademik yang pernah dicapai:
1. Perempat Finalis Olimpiade Kimia-Chemistry Competition pada
event Chemistry fair di Universitas Indonesia tahun 2014
2. Peserta OSN Kimia Kota Sibolga tahun 2015.
3. Top 10 Finalis MIPA FEST UNPAD 2017.
4. Juara II Poster Competition pada event Dies Natalis Teknik Kimia
USU ke 39.
5. Silver Medan International Invention and Innovative Competition
(INIIC series 2) - Langkawi, 2018.
6. Mahasiswa Berprestasi II Fakultas Teknik-PILMAPRES, 2018.
7. Penerima Hibah Pendanaan penelitian PKM-PE 2018
8. Mahasiswa Berprestasi II Fakultas Teknik-PILMAPRES, 2019.
9. Gold Medal International Festival of Innovation On Green
Technology-IFINOG-ideas-Universiti Malaysia Pahang, 2019.
10. The Best Young Scientist International Festival of Innovation On
Green Technology-IFINOG-ideas-Universiti Malaysia Pahang, 2019.
11. Top 20 Finalis Paper Competition pada event TICA 2019 yang
diadakan oleh Tokyo Institute of Technology
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
12. Best Innovator- World Sustainable Chemistry Challeng- Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta 2019.
13. Juara 1 LKTI Unsyiah Research Competition, Aceh 2019.
14. Juara 1 Paper Competition on the 8th Indonesia New Renewable
Energy and Energy Conservation Confrence and Exhibition, Jakarta
2019.
15. Oral Presenter on Asean Bamboo Congress, Iloilo City Filipina, 2019.
16. Penerima Hibah Pendanaan penelitian PKM-PE 2020.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
ABSTRAK
Aluminium-ion Battery (AlB) menjadi salah satu baterai yang menjanjikan karena
densitas dan kapasitas energinya yang tinggi serta biaya produksi yang relatif
rendah. Baterai ini terdiri atas elektroda, separator dan elektrolit cair. Penggunaan
elektrolit cair dalam baterai dapat membahayakan kesehatan konsumen dan
lingkungan karena elektrolit tersebut berupa senyawa anorganik pekat yang rentan
terhadap kebocoran akibat dari laju korosi yang sangat tinggi terhadap logam
aluminium. Elektrolit cair pada baterai dapat digantikan oleh perpaduan filtrat
belimbing wuluh dengan material berbasis polimer berupa carboxymethyl cellulose
yang memiliki konduktivitas ionik tinggi, stabilitas termal yang baik dan ramah
lingkungan. Hidrogel dapat menampung jumlah elektrolit cair dalam jaringannya
sehingga mencegah kebocoran yang terjadi pada baterai aluminium. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahu pengaruh variasi konsentrasi CMC, jumlah
penambahan plasticizer, dan elektrolit belimbing wuluh terhadap nilai
konduktivitas ion hidrogel, tegangan dan kapasitas spesifik baterai yang dihasilkan.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Carboxymethyl Cellulose
sebagai matrik pengikat dan pembentuk hidrogel, filtrat belimbing wuluh sebagai
larutan elektrolit dan Etilen Glikol sebagai plasticizer. Metode yang dilakukan
dalam pembuatan hidrogel ini adalah metode gelatinisasi dan plastisasi. Kondisi
terbaik pada penelitian ini diperoleh pada kombinasi CMC 2% pada penambahan
Plasticizer Etilen Glikol 15 ml dengan perbandingan elektrolit filtat belimbing
wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dengan nilai tertinggi untuk konduktivitas ion
hidrogelnya adalah 1,286x10-2 S/cm, tegangannya baterai yang dihasilkan adalah
1,4267 V serta kapasitas spesifiknya yang dapat dicapai adalah 1,363 mAh/gram.
Kata kunci: Baterai aluminium, carboxymethyl cellulose, etilena glikol, filtrat
belimbing wuluh, hidrogel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
ABSTRACT
Aluminum-ion Battery (AlB) is a promising battery because of its high energy
density and capacity and relatively low production costs. This battery consists of
electrode, separator and liquid electrolyte. The use of liquid electrolytes in batteries
can harm the consumers’s health and the environment because these electrolytes
are concentrated inorganic compounds that the posibility of leakage and corrosion
rate is very high. The liquid electrolyte in the battery can be replaced by a
combination of starfruit filtrate with polymer-based material such as carboxymethyl
cellulose which has high ionic conductivity, good thermal stability and is
environmentally friendly. The hydrogel can accommodate the amount of liquid
electrolyte in its structute so as to prevent leakage that occurs in aluminum batteries.
This study aims to determine the effect of variations in the concentration of CMC,
the amount of plasticizer, and starfruit filtrate electrolyte addition on the hydrogel
ion conductivity, the voltage and the specific capacity of the fabricated battery. The
main component used in this research are carboxymethyl cellulose as a binder and
hydrogel-forming matrix, starfruit filtrate as an electrolyte solution and ethylene
glycol as a plasticizer. The method used in this research is the gelatinization and
plasticization methods. The best conditions in this study was obtained from the
combination of CMC 2% in the addition of 15 ml Ethylene Glycol Plasticizer with
a ratio of starfruit filtrate electrolyte to CMC 1: 1 solution with the highest hydrogel
ion conductivity is 1.286x10-2 S / cm, the voltage is 1,4267 V and a specific capacity
of 1,363 mAh/gram.
Keywords: Aluminum battery, carboxymethyl cellulose, ethylene glycol, starfruit
filtrate, hydrogel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
DAFTAR SINGKATAN xix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 BATERAI 6
2.1.1 Pengertian Baterai 6
2.1.2 Komponen Baterai 6
2.1.3 Jenis-Jenis Baterai 7
2.2 BATERAI ALUMINIUM 8
2.3 CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) 10
2.3.1 Hidrogel Berbasis CMC 11
2.4 BELIMBING WULUH SEBAGAI ELEKTROLIT 13
2.5 UJI KARAKTERISTIK HIDROGEL 14
2.5.1 Uji Kadar Air 14
2.5.2 Uji Konduktivitas 14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
2.6 UJI TEGANGAN 15
2.7 UJI KAPASITAS SPESIFIK BATERAI 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 16
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 16
3.2 BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN 16
3.2.1 Bahan Penelitian 16
3.2.2 Peralatan Penelitian 16
3.3 PROSEDUR PENELITIAN 17
3.3.1 Preparasi Elektrolit Belimbing Wuluh 17
3.3.2 Pembuatan Katoda 17
3.3.3 Pembuatan Hidrogel 18
3.3.4 Pengemasan dengan Metode Sandwich 18
3.4 Uji Konduktivitas Hidrogel dan Uji Performa Baterai 19
3.4.1 Uji Kondukitvitas 19
3.4.2 Uji Performa Baterai 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
4.1 KONDUKTIVITAS ION HIDROGEL 21
4.1.1 Pengaruh Konsentrasi CMC Terhadap Konduktivitas Hidrogel 21
4.1.2 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol 25
terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
4.1.3 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh 27
terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
4.2 TEGANGAN (V) 30
4.2.1 Pengaruh Konsentrasi CMC terhadap Nilai Tegangan Baterai 30
4.2.1 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol 32
terhadap Nilai Tegangan Baterai
4.2.1 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh 34
terhadap Nilai Tegangan Baterai
4.3 KAPASITAS SPESIFIK BATERAI 39
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi CMC terhadap 39
Kapasitas Spesifik Baterai Aluminium
4.3.2 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol terhadap 41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
Kapasitas Spesifik Baterai Aluminium
4.3.3 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh 43
terhadap Kapasitas Baterai Aluminium
4.4 pH HIDROGEL 46
4.5 KADAR AIR HIDROGEL 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47
5.1 KESIMPULAN 47
5.2 SARAN 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN A DATA PENELITIAN LA-1
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN LB-1
LAMPIRAN C DOKUMENTASI LC-1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Disharge pada pengosongan Baterai Primer 7
Gambar 2.2 Reaksi charge dan discharge pada baterai Sekunder 8
Gambar 2.3 Reaksi pada sel baterai aluminium 9
Gambar 2.4 Struktur sel Baterai Ion Aluminium 10
Gambar 2.5 Struktur Kimia CMC 11
Gambar 3.1 Skema Pengemasan Baterai 19
Gambar 3.2 Skema Ohmic Cell 19
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 24
Etilena Glikol 15 ml terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.2 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 24
Etilena Glikol 10 ml terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 24
Etilena Glikol 5 mL terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.4 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi 27
CMC 2% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.5 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi 28
CMC 3% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.6 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi 28
CMC 4% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.7 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing wuluh pada 30
Konsentrasi CMC 2% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.8 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh pada 30
Konsentrasi CMC 3% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.9 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh pada 30
Konsentrasi CMC 4% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.10 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 33
Etilena Glikol 15 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.11 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 33
Etilena Glikol 10 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xv
Gambar 4.12 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer 34
Etilena Glikol 5 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.13 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada 35
Konsentrasi CMC 2% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.14 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada 35
Konsentrasi CMC 3% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.15 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada 36
Konsentrasi CMC 4% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.16 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh pada 37
Penambahan Etilena Glikol 15 ml terhadap
Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.17 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh pada 38
Penambahan Etilena Glikol 10 ml terhadap Tegangan
Baterai Aluminium
Gambar 4.18 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh pada 38
Penambahan Etilena Glikol 5 ml terhadap Tegangan
Baterai Aluminium
Gambar 4.19 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah 39
Plasticizer Etilena Glikol 15 mL Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.20 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah 39
Plasticizer Etilena Glikol 10 mL Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.21 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah 42
Plasticizer Etilena Glikol 5 mL Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.22 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol 42
pada konsentrasi CMC 2% terhadap Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.23 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol 43
pada konsentrasi CMC 3% terhadap Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.24 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol 43
pada konsentrasi CMC 4% terhadap Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.25 Pengaruh Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh 44
pada penambahan Plasticizer Etilena Glikol 15 terhadap
Kapasitas Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xvi
Gambar 4.26 Pengaruh Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing 45
Wuluh pada penambahan Plasticizer Etilena Glikol 10
terhadap Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar 4.27 Pengaruh Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh 45
pada penambahan Plasticizer Etilena Glikol 5 terhadap
Kapasitas Baterai Aluminium
Gambar C.1 Proses Pembuatan Hidrogel LC-1
Gambar C.2 Pembuatan Elektroda LC-2
Gambar C.4 Baterai Hidrogel-Aluminium LC-3
Gambar C.5 Pengujian Baterai LC-4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kandungan Senyawa Organik pada Buah Belimbing Wuluh 13
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Kadar Air 43
Tabel A.1 Data Hasil Konduktivitas Ion Hidrogel LA-1
Tabel A.2 Data Hasil Pengukuran pH Hidrogel LA-3
Tabel A.3 Data Hasil Uji Kadar Air Hidrogel LA-5
Tabel A.4 Data Hasil Uji Tegangan Baterai Aluminium LA-7
Tabel A.5 Data Hasil Uji Kapasitas Baterai Aluminium LA-10
Tabel A.6 Keadaan Fisik Hidrogel yang dihasilkan pada berbagai variasi LA-12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A DATA PENELITIAN LA-1
A.1 DATA KONDUKTIVITAS ION HIDROGEL LA-1
A.2 DATA pH HIDROGEL LA-2
A.3 DATA HASIL KADAR AIR HIDROGEL LA-3
(MOISTURE CONTENT)
A.4 DATA HASIL UJI TEGANGAN LA-4
BATERAI ALUMINIUM
A.5 DATA HASIL UJI KAPASITAS LA-5
BATERAI ALUMINIUM
A.6 KEADAAN FISIK HIDROGEL LA-6
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN LB-1
B.1 PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS ION HIDROGEL LB-1
B.2 PERHITUNGAN KAPASITAS SPESIFIK BATERAI LB-5
B.3 PERHITUNGAN KADAR AIR LB-6
LAMPIRAN C DOKUMENTASI LC-1
C.1 PROSES PEMBUATAN ELEKTROLIT HIDROGEL LC-1
C.2 KONDISI FISIK HIDROGEL LC-2
C.3 PEMBUATAN ELEKTRODA LC-7
C.4 BATERAI ALUMINIUM LC-8
C.5 PENGUJIAN BATERAI LC-9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xix
DAFTAR SINGKATAN
AIB Aluminium Ion Batteries
Al Aluminium
Cm Centimeter
CMC Carboxymethyl Cellulose
HCl Hydrocloride Acid
KOH Kalium Hidroksida
LIB Lithium Ion Batteries
mAh Miliampere hours
NaOH Natrium Hidroksida
NH4Br Amonium Bromida
PDF Powder Diffraction File
PVDF Poliviniledene Fluoride
S Siemen
V Volt
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemakaian baterai yang memiliki kapasitas spesifik energi yang tinggi,
aman, dan bekelanjutan mengalami peningkatan. Saat ini, Lithium Ion Battery
(LIB) merupakan jenis baterai yang tersebar luas dan menjanjikan untuk aplikasi
penyimpanan energi. Disamping itu, baterai ini memiliki kekurangan seperti
masalah pencemaran oleh elektrolit pada baterai dan kapasitas spesifik
penyimpanan energi yang terbatas, suhu dan tegangan dari baterai yang kurang
stabil serta metode pembuatan elektrolit yang rumit selama produksi
(Schnell et al., 2018). Sehingga, diperlukan perangkat penyimpanan energi yang
lebih baik dari segi keamanan dan dampak terhadap lingkungan, stabilitas, dan
metode produksi elektrolit yang lebih sederhana.
Penelitian tentang peningkatan kapasitas spesifik penyimpanan daya LIB
sudah dilakukan, namun pengaruhnya terhadap lingkungan menjadi pertimbangan
dalam pengembangan sistem penyimpanan dan konversi energi baru dengan
kapasitas spesifik penyimpanan yang tinggi dan memenuhi untuk aplikasi
penyimpanan energi di masa depan. Diantara sistem penyimpanan energi baru ini,
Aluminium-ion Battery (AlB) telah memperoleh minat besar karena densitas dan
kapasitas spesifik energinya yang tinggi, biaya produksi yang relatif rendah serta
suhu operasi dan tegangan yang dihasilkan konstan. Secara umum, komponen
Baterai Aluminium terdiri dari logam aluminium sebagai anoda, grafit sebagai
katoda, dan elektrolit berupa garam ionik, larutan asam maupun basa. Larutan
elektrolit dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai pH nya, yaitu elektrolit basa
yang pH nya sebesar 8 - 13, elektrolit garam yang nilai pH nya sama dengan 7,
dan elektrolit asam yang nilai pH nya antara 2 - 6 (Liu et al., 2017).
Penggunaan elektrolit cair pada baterai dapat meningkatkan nilai
konduktivitas ionik dan mempercepat perpindahan ion atau elektron dari anoda ke
katoda, sehingga menghasilkan sejumlah besar listrik yang dapat diberikan atau
disimpan dalam sumber daya kimia per unit waktu. Akan tetapi, elektrolit cair
juga memiliki banyak kelemahan. Penggunaan cairan elektrolit dalam baterai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
dapat membahayakan kesehatan pengguna maupun bagi lingkungan karena
tumpahan elektrolit tersebut berbentuk senyawa anorganik pekat (asam dan basa)
jika terjadi kebocoran dan tidak dikelola dengan benar (Osińska et al., 2015).
Keberadaan elektrolit cair dalam baterai ini perlu digantikan dengan material yang
lebih ramah terhadap lingkungan serta dapat meminimalisir kebocoran yang
terjadi dalam baterai.
Penelitian Samsudin dan Isa (2015) melaporkan bahwa elektrolit cair pada
baterai dapat digantikan dengan elektrolit berbahan dasar polimer seperti kitosan,
selulosa, dan lain-lain yang memiliki konduktivitas ionik tinggi, stabilitas termal
yang baik dan keselamatan operasional yang tinggi. Carboxymethyl Cellulose
(CMC) digunakan sebagai matriks dan NH4Br sebagai larutan elektrolit serta
etilen karbonat sebagai plasticizer. Untuk meningkatkan nilai konduktivitas ion
elektrolit berbahan polimer, beberapa metode telah dilakukan seperti melakukan
pencampuran polimer dengan larutan elektrolit garam dan kopolimerisasi dengan
melakukan proses plastisisasi dalam larutan elektrolit berbasis polimer. Plastisasi
adalah dispersi molekul plasticizer ke dalam polimer. Plastisisasi dilakukan untuk
meningkatkan konduktivitas ion elektrolit. Plasticizer berperan membantu
penguraian dan disosiasi garam, sehingga meningkatkan sifat transpor elektrolit
polimer. Penambahan etilen karbonat 8% (b/v) sebagai plasticizer telah
meningkatkan nilai konduktivitas ion dari 0,0001 S/cm menjadi 0,005 S/cm.
Selain itu, penambahan plasticizer pada elektrolit berbasis polimer juga
meningkatkan kandungan amorf suatu bahan, dengan demikian sifat elektrisitas
dari baterai akan semakin baik. Struktur dari kombinasi material CMC, elektrolit
dan plasticizer merupakan material elektrolit berbasis polimer yang disebut
sebagai hidrogel. Hidrogel adalah gel polimer berwujud film yang berbentuk
solid, tetapi mengandung elektrolit cair hingga 70 persen. Hidrogel memiliki
berbagai bentuk fisik, mulai dari bubuk padat, partikel mikro, hingga film atau
membran (Osińska et al., 2015).
Penambahan elektrolit asam pada polimer memberikan stabilitas tegangan
baterai yang lebih baik dibandingkan dengan elektrolit garam dan basa. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Migliardini et al. (2019). Larutan
HCl digunakan sebagai elektrolit yang dipadukan dengan polimer seperti Xanthan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
sebagai matriks, sehingga diperoleh tegangan yang stabil ketika baterai diuji.
Akan tetapi penggunaan asam klorida meningkatkan laju korosi aluminium
sehingga menurunkan efektivitas anoda baterai. Selain itu, asam kuat juga
berpotensi membahayakan lingkungan dan masyarakat jika terjadi kebocoran.
Mokhtar et al. (2014) telah mengkaji mengenai perbandingan laju dan
fenomena korosi antara elektrolit kuat seperti asam Klorida, natrium klorida dan
natrium hidroksida dengan elektrolit lemah seperti asam asetat pada konsentrasi
yang sama terhadap AlB. Dengan menggunakan media asam lemah, korosi yang
terjadi adalah pitting corrosion yang tidak mengakibatkan pengikisan terhadap
logam. Sedangkan pada media asam kuat, basa kuat dan garam, korosi yang
terjadi adalah pitting corrosion dan erosion corrosion yang mengakibatkan
pengikisan terhadap logam dan berkurangnya massa logam juga mengakibatkan
penurunan tegangan pada AlB. Oleh karena itu, elektrolit yang merupakan asam
organik menjadi solusi yang tepat untuk menekan laju korosi dan meningkatkan
ketahanan dari AIB. Asam organik yang dapat digunakan sebagai elektrolit
diantaranya adalah asam asetat dan asam sitrat yang terdapat pada belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi). Belimbing wuluh memiliki kandungan asam oksalat
dan asam sitrat sebesar 7% dari berat buah (Suryaningsih, 2016).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai “Penyediaan Hydrogel Aluminium Battery Berbasis Carboxymethyl
Cellulose dengan Elektrolit Belimbing Wuluh”. Penelitian ini diharapkan
mendapatkan produk baterai aluminium yang lebih berkualitas, melalui analisis
konduktivitas ion hidrogel yang dihasilkan dan karakter elektrisitas baterai yang
dihasilkan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variasi konsentrasi CMC, jumlah
plasticizer, dan jumlah penambahan elektrolit belimbing wuluh terhadap nilai
konduktivitas ion hidrogel, tegangan dan kapasitas spesifik baterai yang
dihasilkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh variasi konsentrasi CMC, jumlah penambahan plasticizer, dan
elektrolit belimbing wuluh terhadap nilai konduktivitas ion hidrogel yang
dihasilkan.
2. Pengaruh variasi konsentrasi CMC, jumlah penambahan plasticizer, dan
elektrolit belimbing wuluh terhadap nilai tegangan dan kapasitas spesifik
baterai yang dihasilkan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh teknik pembuatan
hidrogel untuk baterai aluminium dan produk baterai aluminium yang ramah
lingkungan.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium Kimia
Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Bahan baku utama yang digunakan adalah Carboxymethyl Cellulose
(CMC) dan filtrat belimbing wuluh.
2. Pembuatan elektrolit aluminium baterai
a. Variabel Tetap
Temperatur reaksi = 60oC (Han et al., 2018)
Temperatur pengeringan di dalam oven = 70oC (Han et al., 2018)
Volume aquadest = 100 ml
b. Variabel bebas
Konsentrasi larutan CMC = 2%, 3%, dan 4% (b/v)
Plasticizer = 5, 10, 15 ml etilen glikol.
Rasio elektrolit belimbing wuluh = 0,5:1 ; 0,75:1 ; 1:1 (v/v)
terhadap larutan CMC
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
3. Karakterisasi Hidrogel:
a. Uji Kadar Air
b. Uji Konduktivitas
4. Uji Performa Baterai Aluminium yang dihasilkan:
a. Uji Tegangan
b. Uji Kuat Arus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BATERAI
2.1.1 Pengertian Baterai
Baterai adalah suatu perangkat yang dapat mengubah energi kimia menjadi
energi listrik melalui reaksi reduksi-oksidasi elektrokimia (redoks). Energi kimia
akan dikonversi menjadi listrik dengan suatu sistem elektrokimia (sel volta).
Listrik yang dihasilkan oleh baterai disebabkan oleh adanya perbedaan potensial
antara anoda dan katoda dan aliran elektron dari elektrolit pada baterai
Pada umumnya, baterai ada dua jenis, baterai primer dan baterai sekunder.
baterai primer, yang memanfaatkan energi kimia hingga terjadi kejenuhan dalam
reaksi atau baterai yang hanya dapat digunakan dalam sekali pengosongan, dan
kemudian dibuang. Yang kedua, baterai sekunder, yang dapat diisi ulang dan
digunakan kembali. Dengan baterai sekunder, proses pengisian melibatkan
penyerapan listrik dan konversi bahan kimia kembali ke bentuk aslinya, sehingga
dapat digunakan secara berulang. Sistem ini disebut dengan proses elektrolisis
yang menyangkut siklus charge (pengisian) dan discharge (pengosongan)
(Linden dan Reddy, 2002).
2.1.2 Komponen Baterai
Sel baterai adalah unit terkecil dari suatu sistem proses elektrokimia yang
terdiri dari elektroda, elektrolit, separator, wadah terminal/current collector.
Komponen terpenting dari sel baterai adalah sebagai berikut (Liu et al., 2017):
1. Anoda/Elektroda negatif yaitu elektroda yang melepaskan elektron ke
rangkaian luar hingga kembali ke katoda, dan tempat terjadinya oksidasi
selama proses elektrokimia berlangsung.
2. Katoda/Elektroda positif yaitu elektroda yang menerima elektron dari
rangkaian luar dan tempat terjadinya reduksi selama proses elektrokimia
berlangsung.
3. Elektrolit, yaitu senyawa yang dapat terionisasi menghasilkan elektron.
Larutan elektrolit dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai pH nya yaitu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
elektrolit basa yang memiliki pH sebesar 8 - 13, elektrolit dengan nilai pH
sama dengan 7 dan elektrolit asam yang memiliki nilai pH antara 2 – 6
4. Separator adalah material berpori yang diletakkan diantara anoda dan
katoda, yang dapat mencegah terjadinya gesekan antara kedua elektroda
tersebut yang dapat menyebabkan arus pendek
2.1.3 Jenis - Jenis Baterai
Berdasarkan kemampuannya untuk dikosongkan (dischargerd) dan diisi
ulang (rechargered), baterai dibagi menjadi dua, yaitu Baterai primer dan Baterai
sekunder.
1. Baterai Primer
Baterai ini tidak dapat diisi ulang secara dengan mengalirkan arus listrik,
oleh Karena itu, baterai hanya dapat dipakai sekali dan tidak dapat digunakan lagi.
Banyak sel primer di mana elektrolit terkandung oleh bahan penyerap atau
pemisah (tidak ada elektrolit bebas atau cair) disebut "sel kering". Baterai primer
adalah sumber daya dengan kemasan produk yang nyaman, biasanya murah,
ringan untuk portabel. Biasanya, baterai primer banyak digunakan pada perangkat
elektronik dan listrik, penerangan, peralatan fotografi, mainan, cadangan memori,
dan sejumlah aplikasi lain. Keuntungan umum dari baterai primer adalah umur
simpan yang baik, kepadatan energi yang tinggi dan kemudahan dalam
penggunaan. Beberapa contoh baterai primer, yaitu baterai alkaline, baterai
mangan oksida, baterai litium primer dan lain-lain.
Ion litium akan tereduksi pada katoda sehingga menghasilkan ion dan
larutan garam ionik akan teroksidasi pada anoda, sehingga reaksi akhir akan
membentuk garam litium. Berikut reaksi yang terjadi selama proses discharge
atau pengosongan baterai adalah seperti persamaan pada Gambar 2.1
(Linden dan Reddy, 2002).
Reaksi : xLi + AzBy LixAzBy
discharge
Gambar 2.1 Reaksi Disharge pada pengosongan Baterai Primer
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
2. Baterai Sekunder
Baterai ini dapat diisi ulang dengan mengalirkan arus listrik pada baterai,
setelah dilakukan pengisian ulang, maka baterai akan mengkonversi kembali
energi kimia sehingga dihasilkan kembali daya dari hasil konversi energy kimia
yang terbentuk. Contohnya adalah aki atau akumulator, baterai litium ion, baterai
metal ion, baterai aluminium dan lain-lain. Baterai sekunder dicirikan (selain
kemampuannya untuk diisi ulang) oleh kepadatan daya tinggi, laju pelepasan
tinggi dan stabilitas suhu yang baik. Kerapatan energinya umumnya lebih rendah
daripada baterai primer. Biaya produksi mereka juga lebih buruk daripada baterai
kebanyakan, meskipun kapasitas spesifik baterai sekunder yang hilang saat berdiri
dapat dikembalikan dengan mengisi ulang. Baterai sekunder diaplikasikan dalam
dua kategori, yaitu (Linden dan Reddy, 2002) :
a. Sebagai alat penyimpan energi. Umumnya baterai jenis ini tersambung
dengan jaringan listrik permanen dan tersambung dengan jaringan listrik
primer saat digunakan.
b. Sebagai sumber energi listrik pada portable devices pengganti baterai
primer, seperti aki
Berikut reaksi yang terjadi selama proses charge (pengisian) dan
discharge (pengosongan) baterai ditunjukkan pada Gambar 2.2 (Linden dan
Reddy, 2002).
disharge
Reaksi : xLi + AzBy LixAzBy
charge
Gambar 2.2 Reaksi charge dan discharge pada baterai Sekunder
2.2 BATERAI ALUMINIUM
Baterai aluminium adalah jenis baterai yang memanfaatkan reaksi oksidasi
logam dengan oksigen untuk menghasilkan listrik. Jenis baterai cukup beragam
dari lithium-air, zinc-air, aluminium-air, berilium-air, iron-air, magnesium-air,
dan titanium-air. Jenis baterai ini menjanjikan selain karena ramah lingkungan
dan murah, jenis ini juga menghasilkan baterai dengan densitas energi yang sangat
besar dibandingkan dengan baterai primer sebelumnya. Dengan densitas energi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
yang besar, baterai ini berpotensi untuk diaplikasikan ke alat transportasi seperti
sumber energi mobil dan sumber energi listrik pesawat ulang-alik
(Choi dan Aurbach, 2016).
Baterai aluminium-air adalah jenis baterai yang paling banyak dipelajari
karena dianggap jenis baterai menjanjikan di masa depan. Saat ini perusahaan
phinergy sudah mengaplikan baterai ini pada mobil buatannya Citroen C1 yang
diklaim mampu berjalan hingga 1800 km dengan hanya mengandalkan 100 kg
baterai aluminium-air. Kelemahan dari baterai metal-air adalah baterai ini tidak
dapat diisi ulang sehingga harus diganti ketika habis layakya baterai primer.
Namun, kelemahan ini dapat diimbangi oleh kapasitas spesifik baterai yang besar
sehingga dapat mengurangi frekuensi pengganian baterai. Selain itu jenis baterai
ini dapat dengan mudah didaur ulang sepenuhnya (Elia et al., 2016)
Aluminium-air adalah jenis baterai yang memiliki kapasitas spesifik energi
yang sangat besar, yaitu mencapai 8140 mAh yang jauh lebih besar dari baterai
alkaline yang hanya memiliki densitas energi 204 mAh. Baterai ini berkerja
berdasarkan reaksi oksidasi aluminium dengan udara seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.3 (Liu et al, 2017).
Anoda : Al Al3+ + 3e- Eo = -1,66 V
Katoda : 4e- + 4H+ + O2 2H2O Eo = 1,229 V
Reaksi sel : 4Al + 6H2O + 3O2 3Al3++2H2O EoSel= -2,889V
Gambar 2.3 Reaksi pada sel baterai aluminium
Berdasarkan wujudnya, elektrolit pada baterai aluminium terbagi atas dua,
yaitu elektrolit cair (larutan) dan elektrolit yang bukan larutan, baik itu berupa
padatan, hidrogel maupun membran atau disebut dengan elektrolit polimer
(Liu et al., 2017). Telah banyak kajian dan penelitian yang berkontribusi pada
perkembangan baterai aluminium, seperti penelitian Corbo et al. (2017) yang
melaporkan bahwa matriks polimer xanthan dan KOH 1 M dikombinasikan
menjadi hidrogel dan dapat digunakan sebagai elektrolit pada baterai aluminium
primer. Kapasitas spesifik yang dapat ditampung baterai yang telah dipabrikasi
adalah sebesar 35 mAh/gram dengan tegangan 1,5-1,7 volt.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Struktur baterai aluminium pada umumnya hampir sama dengan baterai
konvensional yang berbentuk prisma, hanya saja bentuk dari AIB adalah petak
dengan wadah bertipe pouch. Struktur baterai aluminium adalah komposit seperti
sandwich dengan susunan seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.4
(Han et al., 2018).
Gambar 2.4 Struktur sel Baterai Ion Aluminium
2.3 CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC)
Carboxymethyl Cellulose adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai
dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. CMC memiliki
sifat biokompatibilitas, biodegradabilitas, dan stabilitas kimia yang sangat baik.
Beberapa fungsi CMC yaitu sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel,
sebagai pengemulsi dan dalam beberapa hal dapat meratakan penyebaran
antibiotik. CMC dibentuk oleh reaksi antara natrium hidroksida dan asam
kloroasetat yang memiliki sejumlah kelompok natrium karboksimetil
(CH2COONa), yang dimasukkan ke dalam molekul selulosa, yang meningkatkan
kelarutan dalam air (Ali et al., 2015).
CMC terdiri dari residu glukopiranranosa b-linked dengan gugus hidroksil
parsial yang disubstitusi dengan gugus karboksimetil (-CH2COO-). CMC
memiliki sifat yang spesial yaitu memiliki membran berpori ketika larut di dalam
pelarut. Membran berpori menampilkan konduktivitas ionik tinggi termostabilitas
tinggi dan sifat mekanik yang baik yang merupakan standar yang cukup baik
untuk menggantikan material baterai. Kinerja elektrokimia sebagai matriks
polimer membentuk gel polimer untuk baterai Membran berpori yang terbentuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
ketika berbentuk gel mudah disiapkan, ekonomis dan ramah lingkungan, dan
sangat berpotensi untuk aplikasi penyimpanan energi masa depan
(Zhu et al., 2015). Struktur kimia CMC dapat dilihat pada Gambar 2.5
(Winarno, 1995).
Gambar 2.5 Struktur Kimia CMC
2.4 HIDROGEL BERBASIS CMC
Elektrolit polimer terbukti memiliki kemampuan untuk menghindari
kebocoran, peningkatan stabilitas elektrokimia pada tegangan tinggi dan
peningkatan stabilitas termal (Liu et al., 2017). Penelitian Samsudin dan Isa
(2015) melaporkan bahwa elektrolit cair pada baterai dapat digantikan dengan
elektrolit berbahan dasar polimer seperti kitosan, selulosa, dan lain-lain yang
memiliki konduktivitas ionik tinggi, stabilitas termal yang baik dan keselamatan
operasional yang tinggi. Karbon grafit digunakan sebagai katoda yang direkatkan
dengan Poliviniledene Fluoride (PVDF), logam aluminium sebagai anooda,
Carboxymethyl Cellulose (CMC) digunakan sebagai matriks, dan NH4Br sebagai
larutan elektrolit serta etilen karbonat sebagai plasticizer. Struktur dari kombinasi
material CMC, elektrolit, dan plasticizer merupakan material elektrolit berbasis
polimer yang disebut sebagai hidrogel. Hidrogel adalah gel polimer berwujud film
yang berbentuk solid, tetapi mengandung elektrolit cair hingga 70 persen.
Hidrogel memiliki berbagai bentuk fisik, mulai dari bubuk padat, partikel mikro
hingga film atau membran. (Osińska et al., 2015).
Metode yang dilakukan dalam pembuatan hidrogel ini adalah metode
gelatinisasi. Gelatinisasi pati adalah sebuah proses pemutusan ikatan
antarmolekul antara molekul amilosa dan amilopektin pada solid state
(butiran) ketika dipanaskan. Gelatinisasi merupakan suatu proses ketika CMC
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
dipanaskan dengan air yang cukup sehingga terjadi pengembangan granula
dan menghasilkan cairan yang kental untuk memberikan kualitas produk
yang diinginkan (Rohaya dkk., 2013). Proses ini terjadi pemecahan ikatan
intermolekuler dari pati dengan adanya panas dan air yang diberikan
(Daomukda dkk., 2011). Panas dan air yang digunakan dalam proses
gelatinisasi menyebabkan pembengkakan granula yang tinggi dan amilosa
mampu berdifusi keluar dari granula (Harper, 1981). Penyerapan air pada daerah
amorf menyebabkan granula kehilangan kestabilan struktur kristalinnya
(Ratnayake dan Jackson, 2006).
Untuk meningkatkan nilai konduktivitas ion elektrolit berbahan polimer,
dilakukan proses plastisasi pada hidrogel. plastisasi adalah dispersi molekul
plasticizer ke dalam polimer. Jika mempunyai gaya interaksi dengan polimer,
proses dispersi akan berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan
polimer plasticizer. Penambahan etilen karbonat 8% (b/v) sebagai plasticizer
telah meningkatkan nilai konduktivitas ion naik dari 0,0001 S/cm menjadi 0,005
S/cm. Tegangan yang diperoleh dari perakitan baterai aluminium ini adalah 1,48
volt dan kuat arus mencapai 0,025 A pada kondisi temperatur kamar
(Samsudin dan Isa, 2016).
Selain itu, penambahan plasticizer pada elektrolit berbasis polimer juga
meningkatkan kandungan amorf, jika semakin amorf suatu bahan, maka sifat
elektrisitas dari baterai akan semakin baik. Mekanisme perpindahan ion terjadi
dengan efektif jika polimer berada pada jika polimer berada pada fase amorf. Pada
matriks polimer berfasa amorf terdapat lebih banyak ruang kosong yang
memungkinkan lebih banyak pergerakan ion jika dibandingkan dengan matriks
polimer berfasa kristal. Dalam fasa padatan kristal, penyusunan teratur rantai-
rantai polimer mengurangi peluangnya perpindahan ion sehingga konduktivitas
ionik menjadi sangat rendah. Dengan demikian, untuk mendapatkan konduktivitas
ionik yang tinggi maka matriks polimer yang dibuat harus pada fasa amorf.
Dengan bertahannya keadaan amorf, maka konduktivitas polimer bertambah yang
ditunjukkan dengan naiknya kapasitas dari baterai (Wigayati et al., 2018)
Modifikasi elektrolit hidrogel berbasis polimer ini meningkatkan stabilitas
dan keamanan dari baterai yang diproduksi. Elektrolit polimer dapat menampung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
jumlah elektrolit cair dalam jaringannya sehingga mencegah kebocoran yang
terjadi pada baterai aluminium (Liu et al., 2017)
2.5 BELIMBING WULUH SEBAGAI ELEKTROLIT
Zakaria et al. (2007) melaporkan bahwa buah belimbing wuluh
mengandung golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol,
flavonoid dan pektin. Susunan kimia yang terkandung dalam belimbing
wuluh yaitu asam amino, asam sitrat, fenolat, ion kalium, gula serta vitamin
dan mineral, juga terdiri dari serat, abu dan air. Dalam buah belimbing wuluh
terkandung sekitar 6 mg/kg total senyawa volatil. Belimbing wuluh
mengandung senyawa asam organik yang ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kandungan Senyawa Organik pada Buah Belimbing Wuluh
Asam Organik Jumlah (mEq/100 g total padatan)
Asam Asetat 1,6-1,9
Asam Sitrat 92,6-133,8
Asam Format 0,4-0,9
Asam Laktat 0,4-1,2
Asam Oksalat 5,5-8,9
Sumber: Suryaningsih (2016)
Elektrolit berperan sebagai media transfer ion antara anoda dan katoda
dalam sel. Kinerja baterai dicirikan oleh berbagai faktor kinerja elektrokimia,
yang ditentukan oleh sifat intrinsik dari anoda, katoda dan bahan elektrolit
yang digunakan sertateknik yang terlibat dalam perancangan dan pembuatan
baterai tersebut. Secara prinsip, jika kedua elektroda dihubungkan dengan sebuah
konduktor elektronik, aliran electron dimulai dari elektroda negatif (dengan
densitas elektron tinggi) ke elektroda positif. Elektron dilepaskan oleh anoda
(teroksidasi) dan pada saat yang sama katoda menerima elektron. Setiap elektron
yang mengalir dalam sirkuit luar dari negatif ke elektroda positif, sehingga
listrik dapat terbentuk. Ion negatif dalam elektrolit berdifusi ke elektroda
negatif dan ion positif berdifusi ke elektroda positif. Rangkaian listrik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
berhenti beroperasi jika tidak ada pergerakan ion kembali, sehingga tidak
ada arus yang terbentuk lagi (Linden and Reddy, 2002).
2.6 UJI KARAKTERISTIK HIDROGEL
2.6.1 Uji Kadar Air
Penentuan kadar air dengan cara pengeringan prinsipnya yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan pemanasan. Kemudian dilakukan
penimbangan terhadap bahan hingga berat konstan yang mengindikasikan bahwa
semua air yang terkandung dalam bahan sudah teruapkan semua. Penentuan kadar
air dengan cara ini relative mudah, dan ekonomis. Uji kadar air dilakukan
menggunakan oven pada suhu 105oC selama 24 jam. Kadar air hidrogel dapat
dihitung dengan Persamaan 2.1 (Purwanti, 2010).
Kadar air (%) = x100% (2.1)
2.6.2 Uji Konduktivitas Ion Hidrogel
Konduktivitas adalah kemampuan yang menyatakan seberapa efektif ion
dapat berpindah dari anoda ke katoda oleh elektrolit. Konduktivitas ion dari
hideogel dapat diukur menggunakan metode Ohmic Heating Cell. Ohmic Heating
Cell didasarkan pada aliran arus listrik bolak-balik (AC) melalui film hidrogel
yang berfungsi sebagai hambatan listrik di mana panas dihasilkan. Tegangan AC
diterapkan ke elektroda di kedua ujung sisi film (Science, 1994).
Faktor yang paling mempengaruhi konduktivitas adalah perubahan
temperatur. Konduktivitas meningkat dengan kenaikan suhu, menunjukkan bahwa
ohmic heating cell menjadi lebih efektif seiring kenaikan suhu. mekanisme
elektroporasi dapat terjadi selama operasi ohmik beroperasi pada frekuensi rendah
(50–60 Hz) yang memungkinkan pengisian dan pembentukan muatan listrik pori
di dinding sel. Hukum ohm digunakan dalam metode ini dimana data elektrisitas
yang diperoleh setelah proses pemanasan ohmik adalah tegangan dan kuat arus
(Samprovalaki et al., 2007). Adapun hubungannya dengan hukum Ohm dapat
dilihat pada Persamaan 2.2 (Science, 1994).
I
VR (2.2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Nilai konduktivitas dapat diperoleh dari Perasamaan 2.3 (Science, 1994).
RA
L (2.3)
Dimana,
Konduktivitas Ion (S/cm)
L = Tebal Film Hidrogel (cm)
R = Hambatan (ohm)
A = Luas Permukaan Film Hidrogel (cm2)
2.7 UJI TEGANGAN
Kuat arus, tegangan, dan hambatan merupakan karakteristik listrik yang
paling dasar dalam elektrisitas. Listrik arus searah atau biasa disebut dengan
Direct Current (DC) merupakan listrik yang arusnya berjalan searah dari kutub
positif menuju kutub negatif. Tegangan biasanya diukur dengan Voltmeter, yaitu
alat yang dapat mengukur tegangan listrik atau benda yang dialiri listrik. Pada alat
ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan voltmeter (V), milivoltmeter (mV),
mikrovoltmeter (mV), dan kilovolt (kV). Voltmeter memiliki batas ukur tertentu,
yakni nilai tegangan maksimum yang dapat diukur oleh voltmeter tersebut. Jika
tegangan yang diukur oleh voltmeter melebihi batas ukur, voltmeter akan rusak.
(Sibarani et al., 2017).
2.8 UJI KAPASITAS SPESIFIK BATERAI
Kapasitas Baterai dapat diperoleh dari hubungan antara kuat arus, waktu
dan massa dari hidrogel sebagai elektrolit. Kuat arus dapat diukur dengan
amperemeter dan Multimeter. Alat ukur ini juga dapat dipakai untuk mengukur
tegangan listrik dan hambatan (resistansi). Nilai kapasitas spesifik baterai dapat
diperoleh dari persamaan 2.4 (Sibarani et al., 2017).
Kapasitas Spesifik BateraiHidrogelMassa
Ixt (2.4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium
Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama tiga bulan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
Carboxymethyl Cellulose (CMC) komersial yang diperoleh dari UD. Rudang Jaya
Sumatera Utara yang berfungsi sebagai matriks pembentuk hidrogel, Belimbing
Wuluh yang diperoleh dari pekarangan Musholla Teknik, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara sebagai Elektrolit, Aquadest (H2O) yang diperoleh
dari UD. Rudang Jaya Sumatera Utara yang berfungsi sebagai pelarut, karbon
aktif dan polivinil alkohol (PVA) yang diperoleh dari UD. Rudang Jaya Sumatera
Utara yang berfungsi sebagai material konduktif dan perekat pada pembuatan
elektroda baterai. Serbuk grafit yang diperoleh dari Alibaba Grup Tiongkok
sebagai material aktif pada pembuatan elektroda baterai, dan Etilen Glikol dari
Merck yang berfungsi sebagai plasticizer.
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan baterai antara lain:
1. Alat pengemas- Impulse sealer PFS- 200
2. Aluminium foil
3. Tembaga foil
4. Beaker glass
5. Blender
6. Cawan Petri
7. Gelas Ukur
8. Hot Plate
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
9. Oven
10. Sendok/spatula
11. Stirrer
12. Timbangan digital
13. Mixer
14. AC Power Supply
15. Multimeter UNI T61E
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Preparasi Elektrolit Belimbing Wuluh
Tahap preparasi elektrolit merupakan tahap penghancuran belimbing
wuluh sehingga filtratnya dapat diambil dan digunakan sebagai larutan elektrolit.
Adapun prosedur preparasi elektrolit belimbing wuluh adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 1000 gram belimbing wuluh yang segar disortir dan dipisahkan
antara buah dengan tangkainya.
2. Belimbing wuluh dihancurkan dengan blender dan disaring dengan kertas
saring sehingga diperoleh filtrat dan residu dibuang ke tempat
pembuangan sampah organik.
3. Filtrat yang diperoleh diukur pH-nya menggunakan kerta pH indikator.
4. Filtrat kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan bebas dari
kontak udara untuk mencegah mikroba masuk.
3.3.2 Pembuatan Katoda
Prosedur pembuatan katoda adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 1 gram PVA dilarutkan dalam HCl 1M sambil dipanaskan di
atas hotplate pada suhu 90oC hingga terbentuk hidrogel.
2. Sebanyak 1 gram grafit ditambahkan ke dalam hidrogel sambil diaduk
hingga slurry homogen.
3. Permukaan aluminium foil (bertindak sebagai anoda) dan copper foil
(bertindak sebagai katoda) dilapisi dengan slurry, kemudian dikeringkan
di atas hotplate pada suhu 150oC .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
3.3.3. Pembuatan Hidrogel
Prosedur pembuatan larutan CMC adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 100 ml aquadest dituang ke dalam beaker glass dan diletakkan
di atas hotplate sambil dipanaskan.
2. Carboxymethyl Cellulose (CMC) ditimbang sebanyak 2%, 3%, dan 4%
(b/v) dari aquadest.
3. Larutan elektrolit disiapkan dengan perbandingan filtrat belimbing wuluh
terhadap volume larutan CMC 0,5:1 ; 0,75:1, dan 1:1 (v:v).
4. Plasticizer berupa Ethylene Glycol disiapkan sebanyak 5, 10 dan 15 ml.
5. CMC ditambahkan ke dalam aquadest sambil diaduk dengan
menggunakan mixer.
6. Setelah larutan CMC sudah merata, ditambahkan larutan elektrolit
sebanyak sesuai dengan variasi yang telah disediakan.
7. Plasticizer ditambahkan ke dalam larutan, lalu diaduk hingga temperatur
larutan mencapai 60oC.
8. Pengadukan dihentikan jika temperature reaksi telah tercapai dimana
larutan sudah mengental secara merata.
9. Beaker glass berisi larutan kemudian didinginkan sebelum dicetak dan
diukur pH larutan tersebut.
10. Larutan dituangkan ke dalam cawan petri dan dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 80oC selama 4 jam.
11. Cawan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama
3 jam.
12. Hidrogel yang terbentuk dilepas dari cawan petri dan siap untuk dianalisis
kadar air, dan konduktivitasnya.
3.3.4 Pengemasan dengan Metode Sandwich
Wadah baterai merupakan sebuah kemasan dengan dimensi 4x5 cm.
Baterai dibuat menjadi komposit sandwich dengan urutan anoda-hidrogel-katoda.
Kemudian komposit tersebut dimasukkan ke dalam wadah pouch dan disegel
dengan sealer. Susunan komponen baterai dapat ditampilkan pada Gambar 3.1
(Han et al., 2018).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
Gambar 3.1 Skema Pengemasan Baterai
3.4 UJI KONDUKTIVITAS ION HIDROGEL DAN UJI PERFORMA
BATERAI
3.4.1 Uji Konduktivitas
Hidrogel yang diperoleh dikarakterisasi sesuai karakter fisik hidrogel
meliputi uji kadar air dan uji konduktivitas. Prosedur pengukuran konduktivitas
ion hidrogel adalah sebagai berikut:
1. Hidrogel dipotong dengan ukuran 3x3 cm (spesimen) dan diukur
ketebalannya sebagai L.
2. Elektroda titanium direkatkan pada kabel tembaga yang masing-masing
menghubungkan kutub positif dan negatif arus listrik.
3. Hidrogel diletakkan di antara dua elektroda tersebut dan termometer
bersentuhan dengan film hidrogel untuk memperoleh profil suhu, skema
ohmic heating cell dapat dilihat pada Gambar 3.2
(Samprovalaki et al., 2007).
Gambar 3.2 Skema Ohmic Heating Cell
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
4. Multimeter UNI T61E dihubungkan ke komputer yang telah terpasang
software perekaman data dari multimeter. Data yang terekam adalah
tegangan dan kuat arus yang dapat dilalui terhadap hidrogel.
5. AC Power Supply dihidupkan dan perekaman data dilakukan otomatis oleh
komputer. Perubahan temperatur dicatat setiap dua detik.
6. AC power supply dimatikan dan dilakukan pengolahan data. Data yang
diperoleh adalah tegangan (V) dan kuat arus (I). Hukum ohm digunakan
untuk memperoleh hambatan (R) pada Persamaan 3.1.
I
VR (3.1)
7. Nilai R kemudian digunakan untuk memperoleh nilai konduktivitas Ion
hidrogel pada Persamaan 3.2.
RA
L
(3.2)
3.4.2 Uji Baterai
Untuk mengetahui performa dari baterai, dilakukan uji tegangan dan kuat
arus. Tegangan dan kuat arus dapat diperoleh dengan menggunakan multimeter
UNI T61E. Berdasarkan data kuat arus yang diperoleh, maka dapat ditentukan
kapasitas spesifik baterai menggunakan Persamaan 3.3:
Kapasitas Spesifik BateraiHidrogelMassa
Ixt (3.3)
Dimana t = 1 (jam) dan I adalah kuat arus. Kapasitas spesifik baterai dalam satuan
mAh/gram.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KONDUKTIVITAS IONIK HIDROGEL
Kajian yang paling penting dalam elektrolit berbasis polimer gel adalah
pengukuran konduktivitas ioniknya. Konduktivitas ion yang ditunjukkan oleh
suatu matriks elektrolit polimer adalah hasil dari penambahan elektrolit dan
plasticizer ke dalam matriks polimer tersebut. Elektrolit yang digunakan adalah
filtrat belimbing wuluh dengan rasio 0,50:1, 0,75:1, dan 1:1 antara elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC, sedangkan plasticizer yang digunakan
adalah Etilena Glikol dengan variasi 5, 10, dan 15 mL. Konduktivitas adalah
ukuran seberapa kuat suatu larutan, partikel atau senyawa dapat menghantarkan
listrik. Konduktivitas ionik pada elektrolit polimer umumnya dipengaruhi oleh
jumlah ion yang bergerak dan pergerakan dari ion tersebut
(Osman et al., 2001).
Elektrolit harus memiliki konduktivitas ionik yang baik tetapi tidak
menjadi konduktif secara elektrik, karena akan menyebabkan short current, tidak
reaktif dengan bahan elektroda, sedikit perubahan pada sifat terhadap perubahan
suhu, aman dan biaya rendah. Konduktivitas spesifik standar untuk elektrolit
polimer adalah antara 10-7 S/cm hingga 10-3 S/cm, sedangkan standar untuk
elektrolit organik adalah 10-3 hingga 10-2 S/cm (Linden dan Reddy, 2002)
4.1.1 Pengaruh Konsentrasi CMC Terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Carboxymethyl cellulose merupakan senyawa turunan selulosa yang
bersifat anionik karena memiliki gugus fungsi OH-. CMC dapat larut dalam air
dan dapat menghidrasi air dalam jumlah besar (Ergun et al., 2015). CMC
memiliki sifat yang spesial yaitu memiliki membran berpori ketika larut di dalam
pelarut. Membran berpori menampilkan konduktivitas ionik tinggi
(Zhu et al., 2015).
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semua nilai konduktivitas pada
penambahan Etilena Glikol 15 ml menurun pada saat kenaikan konsentrasi CMC
dari 2% menjadi 3% dan naik kembali pada saat konsentrasi CMC 4%, baik pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
rasio penambahan elektrolit terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 maupun 1:1.
Nilai konduktivitas ion dari suatu material elektrolit dapat dipengaruhi oleh
kerapatan mobilitas ion (jumlah pembawa ion) dalam material, waktu tumbukan
ion, muatan ion, dan massa ion (Handayani, 2008). Ketika konsentrasi CMC
semakin tinggi, maka kerapatan ion akan semakin rendah sehingga konduktivitas
ion juga semakin rendah. Akan tetapi, pada variasi CMC 4%, konduktivitas ion
lebih tinggi dibandingkan variasi CMC 4%. Keadaan fisik hidrogel yang tidak
baik pada kombinasi CMC 3% dengan penambahan Etilen Glikol 15 ml
mengakibatkan nilai konduktivitas variasi CMC 4% lebih baik dibandingkan
variasi CMC 3%. Hal ini disebabkan karena kombinasi dari CMC 3% dan Etilena
Glikol 15 ml cenderung mengakibatkan gelembung udara terperangkap dalam
larutan elektrolit-polimer, sehingga rapat elektron menjadi renggang dan
menghambat pergerakan atau mobilitas ion tersebut. Keadaan fisik hidrogel pada
berbagai variasi dapar dilihat pada Tabel A.6. Nilai konduktivitas terbaik pada
penambahan Etilena Glikol 15 ml adalah 1,286x10-2 S/cm pada kombinasi CMC
2% dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,1:1. sedangkan konduktivitas terendah pada penambahan Etilena Glikol 15 ml
adalah 2,18310-3 S/cm pada kombinasi CMC 3% dengan rasio penambahan
elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai konduktivitas pada penambahan
Etilena Glikol 10 ml turun pada kenaikan konsentrasi CMC dari 2% menjadi 3%
dan naik kembali pada konsentrasi CMC 4%, baik pada variasi perbandingan
elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1 maupun 1:1. Akan tetapi, saat perbandingan
elektrolit terhadap larutan CMC 0,75:1, terjadi kenaikan konduktivitas yang tidak
terlalu signifikan. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik hidrogel yang dihasilkan,
keadaan fisik hidrogel pada berbagai variasi dapat dilihat pada Tabel A.6. Pada
konsentrasi CMC 2% dan 4 % dengan penambahan elektrolit belimbing wuluh
dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 1:1 dan Etilena Glikol 10
ml, hidrogel yang dihasilkan sangat padat dan kenyal serta hanya sedikit udara
yang terperangkap dalam hidrogel. Sedangkan untuk variasi CMC 3% dengan
perbandingan penambahan elektrolit terhadap larutan CMC 0,1:1, ada gelembung
udara yang terperangkap dalam hidrogel. Hal yang sama juga terjadi pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
kombinasi CMC 2% dan 3% dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan
CMC 0,5:1 dan 0,75:1. Hal ini dapat menyebabkan kerapatan ion menjadi
menurun yang berpengaruh terhadap nilai konduktivitas. Nilai konduktivitas ion
dari suatu material elektrolit dapat dipengaruhi oleh kerapatan mobilitas ion dalam
material, waktu tumbukan ion, muatan ion dan massa ion (Handayani, 2008).
Beda halnya pada konsentrasi CMC 3% dengan perbandingan elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1, hidrogel yang terbentuk sedikit lebih baik dibandingkan
konsentrasi CMC 2% dan 3% dengan rasio penambahan elektrolit yang sama.
Gelembung udara yang terperangkap dalam hidrogel lebih dapat diminimalisir
pada kombinasi tersebut. Nilai konduktivitas terbaik pada penambahan Etilena
Glikol 10 ml adalah 6,009x10-3 S/cm pada kombinasi CMC 4% dengan
perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1. Sedangkan konduktivitas
terendah pada penambahan Etilena Glikol 10 ml adalah 3,171x10-3 S/cm pada
kombinasi CMC 3% dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa konduktivitas pada penambahan Etilena
Glikol 5 ml dan penambahan elektrolit dengan perbandingan elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1 naik seiring dengan kenaikan konsentrasi CMC yang
digunakan. Sedangkan pada penambahan Etilena Glikol dengan perbandingan
elektrolit terhadap larutan CMC 0,75:1 dan 1:1, turun ketika konsentrasi CMC 3%
dan naik kembali pada konsentrasi CMC 4%. Hal ini berkaitan dengan kondisi
fisik hidrogel yang dihasilkan. Keadaan fisik hidrogel pada berbagai variasi dapat
dilihat pada Tabel A.6. Hidrogel yang dihasilkan pada variasi penambahan Etilena
Glikol 5 ml relatif sangat tipis pada konsentrasi CMC 2% dan 3%, sedangkan
pada konsentrasi CMC 4% hidrogel yang dihasilkan masih relatif tebal.
Konduktivitas berbanding lurus dengan ketebalan film hidrogel (Samprovalaki et
al., 2007) Nilai konduktivitas terbaik pada penambahan Etilena Glikol 5 ml adalah
5,590x10-3 S/cm pada kombinasi CMC 2% pada perbandingan elektrolit terhadap
larutan CMC 0,50:1. Sedangkan konduktivitas terendah pada penambahan Etilena
Glikol 5 ml adalah 2,183x0-3 S/cm pada kombinasi CMC 3% dengan
perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 15 ml terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.2 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 10 ml terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 5 mL terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
0,010
0,010
Perbandingan Elektrolit
Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap Larutan CMC
(V 0,50:1
0,75:1
1:1
0,010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Penambahan elektrolit dan plasticizer dengan persentase optimum akan
menghasilkan elektrolit polimer dengan konduktivitas ionik paling tinggi. Jumlah
elektrolit dan plasticizer yang paling baik tergantung pada polimer yang
digunakan, begitu juga dengan jumlah atau konsentrasi dari polimer yang
digunakan (Putri, 2009). Kombinasi atau kadar elektrolit dan plasticizer yang
tepat terhadap polimer akan menghasilkan konduktivitas yang tinggi karena
dispersi ion yang baik akan menciptkan mobilitas yang baik pula dan sebaliknya.
Hal ini karena host polimer memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan
ion elektrolit (Buraidah et al., 2010).
Wujud fisik dari permukaan hidrogel juga sangat mempengaruhi nilai
konduktivitas ion hidrogel yang dihasilkan. Kondisi fisik hidrogel ditampilkan
pada Gambar C2. Perlu dilakukan penyisihan gelembung udara pada hidrogel
dengan udara vakum sebelum hidrogel dituang untuk dikeringkan agar udara tidak
mempengaruhi kepadatan dari hidrogel sehingga konduktivitas ion hidrogel yang
diperoleh lebih baik. Konduktivitas ion yang dihasilkan dari variasi CMC 2%, 3%
dan 4% ada pada rentang 10-3 hingga 10-2 S/cm. Nilai konduktivitas elektrolit
polimer adalah 10-7 hingga 10-3 S/cm sedangkan nilai konduktivitas ion elektrolit
organik adalah 10-3 hingga 10-2 S/cm. Sehingga hidrogel yang dihasilkan masuk
dalam golongan elektrolit polimer dan elektrolit organik.
4.1.2 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol Terhadap Konduktivitas
Ion Hidrogel
Plastisasi adalah dispersi molekul plasticizer ke dalam polimer.
Penambahan plasticizer ke dalam matriks polimer akan meningkatkan fasa amorf
polimer serta dapat meningkatkan fleksibilitas dan dissosiasi asam menjadi
pasangan kation dan anion bebas sehingga pergerakan ion dalam matriks polimer
menjadi lebih bebas. Jika mempunyai gaya interaksi dengan polimer, proses
dispersi akan berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer-
plasticizer (Yulianti, 2014). Plasticizer cenderung memisahkan pasangan ion
menjadi anion dan kation bebas, jadi jumlah ion yang bergerak ke dalam sistem
meningkat. Penambahan Etilena Glikol dapat meningkatkan nilai konduktivitas
ionik yang tinggi karena nilai konstanta dielektrik yang tinggi (ε = 41). Nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
konstanta dielektrik yang tinggi akan melemahkan gaya Columbic antara kation
dan anion dari hidrogel; karena itu lebih banyak ion dapat berpindah
(Ahmad, 2014)
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa konduktivitas ion hidrogel pada CMC
dengan konsentrasi 2% meningkat seiring penambahan jumlah plasticizer Etilena
Glikol baik pada perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1, 0,75:1
maupun 1:1. Konduktivitas ionik terbaik yang diperoleh pada penggunaan CMC
2% adalah 1,286 x10-2 S/cm pada penambahan Etilena Glikol 15 ml pada
perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 1:1 sedangkan konduktivitas ion
terendah pada variasi CMC 2% adalah 2,398 x10-3 S/cm dengan perbandingan
elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1 dan penambahan Etilena Glikol 5 ml.
Gambar 4.5 menunjukkan konduktivitas ion hidrogel pada penggunaan
CMC 3% naik pada penambahan Etilena Glikol 10 ml dan turun kembali pada
saat penambahan Etilena Glikol 15 ml. Untuk CMC 3 %, jumlah Etilena Glikol
yang optimum adalah 10 ml. Penambahan Etilena Glikol yang berlebih atau
melebihi batas plastisasi akan menyebabkan molekul pemlastis yang berlebih
berada pada fase tersendiri diluar fase hidrogel (Harsunu,2008). Hidrogel yang
terbentuk pada variasi CMC 3% dengan penambahan plasticizer 15 ml tidak
terlalu kompak karena keberadaan CMC yang menggumpal atau tidak larut dan
udara yang terperangkap pada lembaran hidrogel. Keadaan tersebut
mengakibatkan penurunan gaya intermolekul antar rantai (Kemalsari, 2010).
Konduktivitas ion terbaik pada penggunaan CMC 3% adalah 4,194 x10-3 S/cm
pada penambahan Etilena Glikol 10 ml dengan perbandingan elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1, sedangkan konduktivitas ion terendah pada penggunaan CMC
3% berdasarkan pengaruh plasticizer adalah 2,183x10-3 S/cm pada penambaan
Etilena Glikol 5 ml dan dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC
0,5:1.
Gambar 4.6 menunjukkan konduktivitas ion hidrogel pada kombinasi
CMC 4% dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1, naik pada
penambahan Etilena Glikol 10 ml dan turun kembali pada saat penambahan
Etilena Glikol 15 ml, hal ini terjadi karena kondisi fisik pada kombinasi 15 ml
Etilen Glikol dan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1 terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
rongga udara yang menyebabkan kerapatan dan mobilitas ion yang menurun.
Untuk perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,75:1 terjadi penurunan
seiring pertambahan Etilena Glikol. Begitu juga untuk perbandingan elektrolit
terhadap larutan CMC 1:1, konduktivitas ion menurun pada penambahan Etilen
Glikol 10 ml. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik hidrogel yang dihasilkan.
Keadaan fisik hidrogel pada berbagai variasi dapat dilihat pada Tabel A.6. Pada
penggunaan CMC 4%, kondisi fisik hidrogel pada penambahan 5 ml Etilen Glikol
relatif tebal dan padat, sedangkan pada penambahan Etilen Glikol 10 ml dan 15
ml, terdapat rongga berisi udara yang mengakitbakan kerapatan ion dan mobilitas
ion semakin menurun. Sehingga konduktivitas ion hirogel dengan penambahan
Etilen Glikol 10 dan 15 ml lebih rendah dari variasi Etilen Glikol 5 ml. Nilai
konduktivitas ion dari suatu material elektrolit dapat dipengaruhi oleh kerapatan
mobilitas ion dalam material, waktu tumbukan ion, muatan ion dan massa ion
(Handayani, 2008). Kehadiran gelembung udara pada fisik hidrogel secara
langsung juga menghambat mobilitas ion dan menurunkan kerapatan ion sehingga
konduktivitas ion juga lebih kecil. Konduktivitas ion terbaik pada variasi CMC
4% adalah 7,085 x10-3 S/cm pada perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC
1:1 dan Etilena Glikol 15 ml, sedangkan konduktivitas ion terendah pada CMC
4% berdasarkan pengaruh plasticizer adalah 2,980 x10-3 S/cm pada penambahan
Etilena Glikol 15 ml dan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.4 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi
CMC 2% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
0,010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Gambar 4.5 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi
CMC 3% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Gambar 4.6 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada Konsentrasi
CMC 4% terhadap Konduktivitas Ion Hidrogel
Kondisi fisik suatu hidrogel dapat mempengaruhi nilai konduktivitas ion
hidrogel itu sendiri. Kondisi fisik hidrogel ditampilkan pada Gambar Tabel A.6
Perlu dilakukan penyisihan gelembung udara pada hidrogel dengan udara vakum
sebelum hidrogel dituang untuk dikeringkan agar udara tidak mempengaruhi
kepadatan dari hidrogel sehingga konduktivitas ion hidrogel yang diperoleh lebih
baik.
4.1.3 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
Larutan CMC pada Nilai Konduktivitas Ion Hidrogel
Elektrolit berperan sebagai media transfer ion antara anoda dan katoda
dalam sel. Belimbing Wuluh mengandung golongan senyawa oksalat yang
0,010
0,010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
merupakan elektrolit lemah. Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki
rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat, merupakan asam organik
yang relatif kuat bahkan 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat
(Mutakin, 2015). Oksalat merupakan asam lemah yang memiliki valensi asam
sebanyak dua H+, anionnya disebut sebagai oksalat, yang berperan sebagai agen
pereduktor (Merck, 2017).
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa penambahan elektrolit meningkatkan
konduktivitas ion dari hidrogel, baik pada penambahan plasticizer 5 ml, 10 ml dan
15 ml. Pada penggunaan CMC 2% dengan penambahan 15 ml Etilen Glikol,
hidrogel yang dihasilkan sangat padat dan kenyal, untuk penambahan Etilen
Glikol 15 ml terdapat rongga udara pada hidrogel, sedangkan dengan penambahan
Etilen Glikol 5 ml, hidrogel yang dihasilkan sangat tipis. Ketebalan hidrogel juga
berpengaruh terhadap konduktivitas ion, dimana ketebalan hidrogel berbanding
lurus dengan nilai konduktivitas ion (Samprovalaki et al., 2007). Konduktivitas
ion tertinggi pada variasi konsentrasi CMC 2% adalalah 1,286x10-2 S/cm dengan
perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15 ml Etilena
Glikol, sedangkan konduktivitas ion terendah yang diperoleh adalah 2,398 x10-3
S/cm.
Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa penambahan elektrolit meningkatkan
konduktivitas ion dari hidrogel, baik pada penambahan plasticizer 5 ml, 10 ml dan
15 ml. Konduktivitas ionik tertinggi pada variasi konsentrasi CMC 3% adalah
4,194x10-3 S/cm pada penambahan Etilena Glikol 10 ml dan dengan
perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 1:1 sedangkan konduktivitas ion
terendah yang diperoleh adalah 2,183 x10-3 S/cm pada penambahan Etilen Glikol
5 ml dan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 0,50:1.
Pada Gambar 4.9, kenaikan konduktivitas ionik pada hidrogel dipengaruhi
oleh jumlah elektrolit yang ditambahkan. Konduktivitas ionik tertinggi pada
variasi konsentrasi CMC 4% adalalah 7,085x10-3 S/cm dengan perbandingan
elektrolit terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15 ml Etilena Glikol,
sedangkan konduktivitas ion terendah yang diperoleh adalah 2,98 x10-3 S/cm
pada kombinasi Etilena Glikol 15 ml dan perbandingan elektrolit terhadap larutan
CMC 0,50:1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Gambar 4.7 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
Larutan CMC pada Konsentrasi CMC 2% terhadap Konduktivitas
Ion Hidrogel
Gambar 4.8 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
Larutan CMC pada Konsentrasi CMC 3% terhadap Konduktivitas
Ion Hidrogel
Gambar 4.9 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
Larutan CMC pada Konsentrasi CMC 4% terhadap Konduktivitas
Ion Hidrogel
0,25:1 0,50:1 0,75:1 1:1
0,010
0,010
0,010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Gambar 4.7, 4.8, dan 4.9 menunjukkan bahwa penambahan elektrolit sangat
berpengaruh pada kenaikan konduktivitas ion hidrogel. Hal ini terjadi karena pada
konsentrasi CMC 2% dengan perbandingan elektrolit terhadap larutan CMC 1:1
dan plasticizer 15 ml, dispersi elektrolit terjadi sangat merata pada jaringan atau
pada struktur CMC, sehingga elektron dapat bergerak sangat teratur selama proses
elektrisasi.
Salah satu mekanisme transpor muatan dalam elektrolit polimer adalah
perpindahan ion (umumnya kation atau ion positif) akibat relaksasi segmental dari
rantai polimer. Relaksasi segmental menyebabkan terlepasnya ion dari satu
segmen rantai polimer dan pindah ke segmen lainnya. Peristiwa ini berpengaruh
langsung pada proses difusi kation yang akhirnya menentukan konduktivitas
ionik. Konduktivitas polimer elektrolit gel bergantung pada pergerakan ion antar
rantai polimer. Semakin banyak pergerakan ion yang berpindah dari rantai
polimer ke rantai polimer yang lain, maka konduktivitasnya akan semakin
meningkat ( Chee Lip Chew, 2005 ).
Konduktivitas ion yang dihasilkan dari semua variasi penelitian adalah
rentang 10-3 hingga 10-2 S/cm. Sehingga hidrogel yang dihasilkan masuk dalam
golongan elektrolit polimer dan elektrolit organik. Hal ini dapat disebabkan oleh
suspensi pada elektrolit filtrat belimbing wuluh yang ikut tersebar ke dalam
jaringan polimer sehingga suspensi tersebut juga ikut berperan dalam peningkatan
konduktivitas ion sebagai filler. Seperti yang dilaporkan oleh Ghufira et al.,
(2013) Keberadaan filler dapat meningkatkan konduktivitas ionik dari suatu
elektrolit hidrogel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
4.2 TEGANGAN (V)
Proses transfer elektron pada baterai melibatkan transfer elektron melalui
suatu media yang bersifat konduktif dari dua elektroda (anoda dan katoda)
sehingga menghasilkan arus listrik dan beda tegangan. Prinsip kerja baterai
menggunakan prinsip elektrokimia dengan memanfaatkan proses reduksi-oksidasi
yaitu elektroda negatif (anoda) akan mengalami reaksi oksidasi sehingga elektron
yang berada pada permukaan anoda akan terlepas dan dibawa oleh ion elektrolit
menuju elektroda positif (katoda). Transfer elektron oleh ion elektrolit ini
kemudian akan menghasilkan beda tegangan dan arus listrik jika dihubungkan
atau dirangkaikan dengan komponen elektronika (Kartawidjaja et al., 2008).
Uji tegangan atau beda potensial dapat dilakukan dengan multimeter.
Tegangan listrik atau beda potensial listrik adalah perbedaan potensial listrik
antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik merupakan ukuran beda
potensial yang mampu membangkitkan medan listrik sehingga menyebabkan
timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik (Wold, 2011).
4.2.1 Pengaruh Konsentrasi CMC terhadap Nilai Tegangan Baterai
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium menurun
secara signifikan seiring dengan konsentrasi CMC hidrogel, baik pada
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1,
0,75:1 maupun 1:1. Nilai tegangan terbaik pada variasi Etilena Glikol 15 ml
adalah 1,4267V dengan konsentrasi CMC 2% pada perbandingan elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai tegangan terendah
adalah 1,354V dari kombinasi Etilena Glikol 15 ml pada konsentrasi CMC 4%
dan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada variasi
penambahan Etilena Glikol 10 ml menurun secara signifikan seiring dengan
konsentrasi CMC hidrogel, baik perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50, 0,75:1 maupun 1:1. Nilai tegangan terbaik pada
variasi Etilena Glikol 15 ml adalah 1,3775V dengan konsentrasi CMC 2% dan
pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1.
Sedangkan nilai tegangan terendah adalah 1,1728 V dari kombinasi Etilena Glikol
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
15 ml pada konsentrasi CMC 4% dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing
wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada variasi
penambahan 5 ml Etilena Glikol menurun secara signifikan seiring dengan
konsentrasi CMC hidrogel, baik perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 maupun 1:1. Nilai tegangan terbaik pada
variasi Etilena Glikol 5 ml adalah 1,299 V dengan konsentrasi CMC 2% pada
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1.
Sedangkan nilai tegangan terendah adalah 0,9885 V dari kombinasi Etilena Glikol
5 ml pada konsentrasi CMC 4% perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.10 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 15 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.11 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 10 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Gambar 4.12 Pengaruh konsentrasi CMC pada Penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 5 mL terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Tegangan dan karakteristik listrik dari suatu material elektrolit dapat
dipengaruhi oleh kerapatan mobilitas ion (jumlah pembawa ion) dalam material,
waktu tumbukan ion, muatan ion dan massa ion (Handayani, 2008). Semakin
banyak jumlah CMC yang ditambahkan dalam elektrolit polimer, maka kerapatan
mobilitas ionnya semakin kecil karena lebih banyak jaringan CMC yang mengisi
polimer. Jika dilihat dari Gambar 4.10, 4.11 dan 4.12, maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh penambahan CMC dapat menurunkan karakterisitik listrik dari
elektrolit.
4.2.2 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol terhadap Nilai Tegangan
Baterai
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 2% meningkat seiring dengan jumlah Etilena Glikol yang
ditambahkan. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 2% adalah
1,4267 V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan elektrolit
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai tegangan
terendah adalah 1,2408 V dari kombinasi penambahan 5 ml Etilena Glikol pada
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 3% meningkat seiring dengan jumlah Etilena Glikol yang
ditambahkan. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 3% adalah
1,3901 V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan elektrolit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai tegangan
terendah adalah 1,2212 V dari kombinasi CMC 3% dengan penambahan 5 ml
Etilena Glikol pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap
larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.15 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 4% meningkat seiring dengan jumlah Etilena Glikol yang
ditambahkan. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 4% adalah
1,3715 V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan elektrolit
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai tegangan
terendah adalah 0,9885 V dari kombinasi penambahan 5 ml Etilena Glikol pada
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,5:1.
Gambar 4.13 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada
Konsentrasi CMC 2% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.14 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada
Konsentrasi CMC 3% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Gambar 4.15 Pengaruh Jumlah Penambahan Plasticizer Etilena Glikol pada
Konsentrasi CMC 4% terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Plasticizer cenderung memisahkan pasangan ion menjadi anion dan kation
bebas, jadi jumlah ion yang bergerak ke dalam sistem meningkat. Penambahan
Etilena Glikol dapat meningkatkan nilai karakteristik elektrisitas dari elektrolit
(Ahmad, 2014). Jika dilihat pada Gambar 4.13, 4.14 dan 4.15 penambahan Etilena
Glikol meningkatkan tegangan dari baterai, karena dispersi elektron dari elektrolit
yang merata dalam jaringan CMC mempengaruhi muatan ion yang mengalir
sehingga tegangan akan naik jika diberikan plasticizer hingga pada batas
optimum.
4.2.3 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
larutan CMC pada Nilai Tegangan Baterai
Gambar 4.16 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 2% meningkat seiring dengan Penambahan jumlah elektrolit
filtrat belimbing wuluh. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 2%
adalah 1,3715V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai
tegangan terendah adalah 1,2408 V dari kombinasi penambahan 5 ml Etilena
Glikol dan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,50:1.
Gambar 4.17 menunjukkan bahawa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 2% meningkat seiring dengan Penambahan jumlah elektrolit
filtrat belimbing wuluh. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 2%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
adalah 1,3715V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai
tegangan terendah adalah 1,2408 V dari kombinasi penambahan 5 ml Etilena
Glikol dan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,50:1.
Gambar 4.18 menunjukkan bahwa tegangan baterai aluminium pada
konsentrasi CMC 2% meningkat seiring dengan Penambahan jumlah elektrolit
filtrat belimbing wuluh. Nilai tegangan terbaik pada variasi konsentrasi CMC 2%
adalah 1,3715 V pada penambahan 15 ml Etilena Glikol dengan perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan nilai
tegangan terendah adalah 1,2408 V dari kombinasi penambahan 5 ml Etilena
Glikol dan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,50:1.
Gambar 4.16 Pengaruh Rasio Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap larutan CMC dengan Penambahan Etilena Glikol 15 ml
terhadap Tegangan Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Gambar 4.17 Pengaruh Rasio Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap larutan CMC dengan Penambahan Etilena Glikol 10 ml
terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.18 Pengaruh Rasio Penambahan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap larutan CMC dengan Penambahan Etilena Glikol 5 ml
terhadap Tegangan Baterai Aluminium
Gambar 4.16, 4.17 dan 4.18 semua menunjukkan bahwa penambahan
elektrolit filtrat belimbing wuluh pada elektrolit polimer juga meningkatkan
tegangan pada baterai. Tegangan dan karakteristik listrik dari suatu material
elektrolit dapat dipengaruhi oleh kerapatan mobilitas ion (jumlah pembawa ion)
dalam material, waktu tumbukan ion, muatan ion dan massa ion (Handayani,
2008). Semakin banyak elektrolit yang ditambahkan, maka jumlah muatan dan
kerapatan ion pada jaringan polimer semakin banyak sehingga meningkatkan nilai
dari tegangan baterai aluminium.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
4.3 KAPASITAS SPESIFIK BATERAI
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi CMC terhadap Kapasitas Spesifik Baterai
Aluminium
Gambar 4.19 menjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium yang
dihasilkan menurun seiring dengan konsentrasi CMC hidrogel, baik pada
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1,
0,75:1 maupun 1:1. Kapasitas spesifik baterai terbaik pada variasi Etilena Glikol
15 ml adalah 1,363 mAh/gram dengan konsentrasi CMC 2% dan perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan kapasitas
spesifik terendah yang dapat tercapai dalam variasi Etilena Glikol 15 ml adalah
0,889 mAh/gram dari kombinasi Etilena Glikol 15 ml pada konsentrasi CMC 4%
dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,50:1.
Gambar 4.20 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan turun terhadap peningkatan penggunaan konsentrasi CMC
hidrogel, baik pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap
larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 maupun 1:1. kapasitas spesifik baterai terbaik pada
variasi Etilena Glikol 10 ml adalah 0,510 mAh/gram dengan konsentrasi CMC 2%
pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1.
Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai dalam variasi Etilena
Glikol 15 ml adalah 0,103 mAh/gram dari kombinasi Etilena Glikol 10 ml pada
konsentrasi CMC 4% dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.21 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
menurun seiring dengan konsentrasi CMC hidrogel, baik pada perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 maupun
1:1. kapasitas spesifik baterai terbaik pada variasi Etilena Glikol 15 ml adalah
0,161 mAh/gram dengan konsentrasi CMC 2% pada perbandingan elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1. Sedangkan kapasitas spesifik
terendah yang dapat tercapai dalam variasi Etilena Glikol 5 ml adalah 0,0142
mAh/gram dari kombinasi Etilena Glikol 5 ml pada konsentrasi CMC 4% dengan
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Gambar 4.19 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah Plasticizer
Etilena Glikol 15 mL Kapasitas spesifik Baterai Aluminium
Gambar 4.20 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah Plasticizer
Etilena Glikol 10 mL Kapasitas spesifik Baterai Aluminium
Gambar 4.21 Pengaruh Konsentrasi CMC pada penambahan Jumlah Plasticizer
Etilena Glikol 5 mL Kapasitas spesifik Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Kapasitas spesifik baterai yang dapat ditampung dapat dipengaruhi oleh
elektroda dan elektrolitnya. Pada penelitian ini, hal yang dikaji adalah
performance dari baterai akibat elekrolit yang telah difabrikasi. Karakteristik
listrik dari suatu material elektrolit dapat dipengaruhi oleh kerapatan mobilitas ion
(jumlah pembawa ion) dalam material, waktu tumbukan ion, muatan ion dan
massa ion (Handayani, 2008). Semakin tinggi konsentrasi CMC dalam pembuatan
polimer elektrolit, maka semakin rendah kapasitas spesifik yang dapat dihasilkan
baterai karena konsentrasi CMC membuat kerapatan ion semakin kecil.
4.3.2 Pengaruh Jumlah Plasticizer Etilena Glikol terhadap terhadap
Kapasitas spesifik Baterai Aluminium
Gambar 4.22 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasikan meningkat seiring dengan penambahan jumlah Etilena Glikol pada
hidrogel, baik pada penambahan Etilena Glikol 5, 10 dan 15. kapasitas spesifik
baterai terbaik pada CMC 2% adalah 1,363 mAh/gram dengan perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15
ml Etilena Glikol. Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai
dalam variasi Etilena Glikol 5 ml adalah 0,112 mAh/gram dari kombinasi Etilena
Glikol 5 ml dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap
larutan CMC 0,50:1
Gambar 4.23 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan meningkat seiring seiring dengan penambahan jumlah Etilena
Glikol pada hidrogel, baik pada penambahan Etilena Glikol 5, 10 dan 15. Hal
tersebut juga terjadi pada variasi perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 dan 1:1. kapasitas spesifik baterai terbaik
pada CMC 3% adalah 1,052 mAh/gram pada perbandingan elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan 15 ml Etilena Glikol. Sedangkan
kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai dalam variasi Etilena Glikol 5 ml
adalah 0,075 mAh/gram dari kombinasi Etilena Glikol 5 ml pada perbandingan
elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:l.
Pada Gambar 4.24 dapat dilihat bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan meningkat seiring seiring dengan penambahan jumlah Etilena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Glikol pada hidrogel, baik pada penambahan Etilena Glikol 5, 10 dan 15. Hal
tersebut juga terjadi pada variasi perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 dan 1:1. Kapasitas spesifik baterai terbaik
pada CMC 4% adalah 1,011 mAh/gram dengan perbandingan elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15 ml Etilena
Glikol. Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai dalam variasi
Etilena Glikol 5 ml adalah 0,014 mAh/gram dari kombinasi Etilena Glikol 5 ml
pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC
0,50:1.
Gambar 4.22 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada
konsentrasi CMC 2% terhadap Kapasitas spesifik Baterai
Aluminium
Gambar 4.23 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada
konsentrasi CMC 3% terhadap Kapasitas spesifik Baterai
Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Gambar 4.24 Pengaruh Penambahan Jumlah Plasticizer Etilena Glikol pada
Konsentrasi CMC 4% terhadap Kapasitas spesifik Baterai
Aluminium
Plasticizer Etilena Glikol berperan untuk mendispersi elektrolit filtrat
belimbing wuluh. Semakin banyak Etilena Glikol atau hingga kondisi optimum
yang ditambahkan, maka dispersi elektron semakin merata dan membuat rapat ion
semakin tinggi. Karakteristik listrik dari suatu material elektrolit dapat
dipengaruhi oleh kerapatan mobilitas ion (jumlah pembawa ion) dalam material,
waktu tumbukan ion, muatan ion dan massa ion (Handayani, 2008). Dengan
demikian, penambahan Etilena Glikol dapat meningkatkan kapasitas spesifik arus
baterai aluminium yang dihasilkan.
4.3.3 Pengaruh Jumlah Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh terhadap
Kapasitas spesifik Baterai Aluminium
Gambar 4.25 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan meningkat seiring seiring dengan penambahan jumlah Etilena
Glikol pada hidrogel, baik pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 dan 1:1 pada konsentrasi CMC 2%, 3% dan
4%. Kapasitas spesifik baterai terbaik pada penambahan Etilena Glikol 15 ml
adalah 1,363 mAh/gram pada kombinasi 2% CMC dengan perbandingan elektrolit
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15 ml Etilena
Glikol. Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai adalah 0,889
mAh/gram dari kombinasi CMC 4% dengan Etilena Glikol 15 ml dengan
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Gambar 4.26 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan meningkat seiring seiring dengan penambahan jumlah Etilena
Glikol pada hidrogel, baik pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1 dan 1:1 pada konsentrasi CMC 2%, 3% dan
4%. Kapasitas spesifik baterai terbaik pada penambahan Etilena Glikol 10 ml
adalah 0,51 mAh/gram pada kombinasi 2% CMC dengan perbandingan elektrolit
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan 10 ml Etilena Glikol.
Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai adalah 0,102
mAh/gram dari kombinasi CMC 4% dengan Etilena Glikol 10 ml dan
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.27 menunjukkan bahwa kapasitas spesifik baterai aluminium
yang dihasilkan meningkat seiring seiring dengan penambahan jumlah Etilena
Glikol pada hidrogel, baik pada perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh
terhadap larutan CMC 0,50:1, 0,75:1, 1:1 pada konsentrasi CMC 2%, 3% dan 4%.
Kapasitas spesifik baterai terbaik pada penambahan Etilena Glikol 5 ml adalah
0,161 mAh/gram pada kombinasi 2% CMC dengan perbandingan elektrolit filtrat
belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan penambahan 15 ml Etilena
Glikol. Sedangkan kapasitas spesifik terendah yang dapat tercapai adalah 0,014
mAh/gram dari kombinasi CMC 2% dengan Etilena Glikol 5 ml dan
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 0,50:1.
Gambar 4.25 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap Larutan CMC pada penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 15 ml terhadap Kapasitas Spesifik Baterai Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Gambar 4.26 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap Larutan CMC pada penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 10 ml terhadap Kapasitas Spesifik Baterai Aluminium
Gambar 4.27 Pengaruh Perbandingan Elektrolit Filtrat Belimbing Wuluh
terhadap Larutan CMC pada penambahan Plasticizer Etilena
Glikol 5 ml terhadap Kapasitas Spesifik Baterai Aluminium
Penambahan elektrolit filtrat belimbing wuluh meningkatkan nilai kapasitas
spesifik baterai aluminium yang dihasilkan. Peningkatan kapasitas spesifik baterai
terhadap jumlah elektrolit berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah ion
pembawa muatan dan reaksi ion tersebut di dalam rantai polimer (Idris, 2005).
Penambahan jumlah elektrolit akan meningkatkan jumlah ion dan kerapatan ion
pada jaringan polimer. Dengan demikian, semakin banyak muatan yang dapat
dibawa dan disimpan selama proses elektrokimia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
4.4 pH HIDROGEL
Larutan elektrolit dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai pH-nya yaitu
elektrolit basa, yang memiliki pH sebesar 8 - 13, elektrolit dengan nilai pH sama
dengan 7, dan elektrolit asam yang memiliki nilai pH antara 2 – 6. Standar pH
untuk elektrolit larutan maupun hidrogel adalah 2-6. Jika lebih kecil dari 2, maka
laju korosi pada anoda sangat tinggi dan dapat membentuk senyawa lain seperti
karbonat di dalam baterai sehingga kerap menimbulkan kebocoran pada baterai
(Liu et al., 2017).
Pada penelitian ini, pH elektrolit filtrat belimbing wuluh yang diperoleh
adalah 1, sedangkan pH hidrogel yang dihasilkan adalah 3. pH elektrolit filtrat
belimbing wuluh dan hidrogel ditampilkan pada Tabel A.2. pH elektrolit berupa
hidrogel telah memenuhi standar elektrolit untuk aplikasi baterai, dimana batas pH
untuk elektrolit bersifat asam adalah 2 ≤ pH ≤ 6.
4.5 KADAR AIR
Hidrogel dapat memiliki bentuk fisik yang beragam, mulai dari padat,
mikropartikel, film, dan membran hingga padat. Hidrogel terbuat dari rantai
polimer yang saling berhubungan dalam berbagai macam cara sehingga
membentuk struktur yang dikenal sebagai polimer jaringan. Namun, komponen
utama hidrogel adalah air merupakan 40% hingga 99% dari total massa
(Osińska et al., 2015). Hasil uji kadar air elektrolit hidrogel dapat dilihat pada
Tabel A.3.
Dari Tabel A.3 terlihat bahwa kadar air hidrogel berada pada rentang 70-
95%. Kadar air tertinggi adalah 94,14% dari kombinasi CMC 2% dengan
perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dan
Etilen Glikol 10 ml, sedangkan kadar air terendah adalah 73,95% dari kombinasi
CMC 2% dengan perbandingan elektrolit filtrat belimbing wuluh terhadap larutan
CMC 0,5:1 dan Etilena Glikol 5 ml. Dari hasil penelitian ini, kadar air untuk
semua variasi dapat disebut sebagai hidrogel karena telah memenuhi rentang
kadar air hidrogel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu:
1. Elektrolit flitrat belimbing wuluh mengandung padatan yang tersuspensi
sehingga bahan organik tersebut tersebar ke jaringan polimer dan dapat
meningkatkan nilai konduktivitas ionik suatu hidrogel. Konduktivitas ion
yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 10-3 -10-2 S/cm, sedangkan
standar nilai konduktivitas ion untuk elektrolit polimer adalah 10-7 -10-3 S/cm.
2. Semakin banyak jumlah elektrolit yang ditambahkan, maka jumlah muatan
dan kerapatan ion pada jaringan polimer semakin banyak sehingga
meningkatkan nilai konduktivitas ion, tegangan dan kapasitas spesifik baterai
aluminium.
3. Penambahan Etilen Glikol berperan dalam peningkatan konduktivitas ion
hidrogel, tegangan dan kapasitas spesifik karena dapat menguraikan anion
dan kation asam sehingga ion yang terdispersi lebih banyak.
4. Peningkatan konsentrasi CMC dapat menurunkan nilai konduktivitas ion
hidrogel, tegangan, dan kapasitas spesifik baterai aluminium karena
menurunkan kerapatan ion dari elektrolit sehingga menghambat mobilitas ion
selama reaksi elektrokimia.
5. Kondisi terbaik pada penelitian ini diperoleh pada kombinasi CMC 2% pada
penambahan Plasticizer Etilen Glikol 15 ml dengan perbandingan elektrolit
filtrat belimbing wuluh terhadap larutan CMC 1:1 dengan nilai tertinggi
untuk konduktivitas ion hidrogelnya adalah 1,286x10-2 S/cm, tegangannya
1,4267 V dan kapasitas spesifik 1,363 mAh/gram.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
5.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk kesempurnaan penelitian ini
adalah:
1. Perlunya dilakukan kajian lebih lanjut untuk memproduksi elektroda yang
digunakan pada baterai aluminium karena efektivitas elektroda
mempengaruhi dari kinerja dan performa baterai yang dihasilkan.
2. Perlunya dilakukan penuangan elektrolit secara vakum agar gelembung udara
yang terkurung dalam hidrogel dapat dihilangkan dan tidak mempengaruhi
nilai konduktivitas ionik hidrogel.
3. Perlunya dikaji pengaruh suspensi pada larutan elektrolit filtrat belimbing
wuluh terhadap konduktivitas ion hidrogel.
4. Perlunya ditambahkan PVA pada larutan CMC agar meningkatkan porositas
CMC sehingga ion dapat lebih leluasa bergerak dan meningkatkan
konduktivitas ion hidrogel serta meningkatkan performa dari baterai yang
dihasilkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. E., A. Atta, and M. M. Senna. 2015. Physico-Chemical Properties of
Carboxymethyl Cellulose (CMC)/ Nanosized Titanium Oxide (TiO2)
Gamma Irradiated Composite. Arab Journal of Nuclear Science and
Applications 48(4): 44–52.
Bunaciu, A. A., E. Udriştioiu, Gabriela and H. Y. Aboul-Enein. 2015. X-Ray
Diffraction: Instrumentation and Applications. Critical Reviews in
Analytical Chemistry 45(4): 289–299.
Buraidah, M. H. and A.K. Arof. 2009. Characterization of chitosan/PVA blended
electrolyte doped with NH4I. Journal of Non-Crystalline Solids 357: 3261–
3266.
Buraidah, M. H., L. P. Teo, S.R. Majid, R. Yahya, R. Taha, A.K. Arof. 2010.
Charaterizations of chitosan-based polymer electrolyte photovoltaic cells.
International Journal of Photoenergy 1-7.
Chee L. C. 2005. Kajian Kekonduksian Ionik Terhadap Adunan Elektrolit Polimer
PVC-Getah Asli Terepoksi dan PVDF-Getah Asli Terepoksi. Thesis. Fakulti
Sains. Universiti Teknologi Malaysia.
Choi, J. W., and Aurbach, D. 2016. Promise and reality of post-lithium-ion
batteries with high energy densities, 1(1), 1-16.
Pradan D. K., B.K. Samantaray, R.N.P. Choudary, A.K. Thakur. Journal of Power
Sources 139 (2005) 384-393
Elia, G. A., K. Marquardt, K. Hoeppner, S. Fantini, R. Lin, E. Knipping,
W. Peters, J. F. Drillet, S. Passerini,and R. Hahn. 2016. An Overview and
Future Perspectives of Aluminum Batteries, 28(35) 7564-7579
Ergun, R., J. Guo, & B. Huebner-Keese. 2015. Cellulose. Encyclopedia of Food
and Health 694–702.
Gulrez, S. N., K.H. , S. Al-Assaf, and G.O. Phillips. 2011. Hydrogels: Methods
of Preparation, Characterisation and Applications. Progress in Molecular
and Environmental. Bioengineering-From Analysis and Modeling to
Technology Applications. Carpi, A.In Tech : 646.
Han, Q., X. Chi, S. Zhang, Y. Liu, B. Zhou, J. Yanga and Y. Liu. (2018). Durable,
flexible self-standing hydrogel electrolytes enabling high-safety
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
rechargeable solid-state zinc metal batteries. Royal Society of Chemistry.
Journal of Materials Chemistry 6(45): 23046–23054.
Lee, S. I., U. H. Jung, Y. S. Kim, M. H. Kim, D. J. Ahn, and H. S. Chun. 2002.
A Study of Electrochemical Kinetics of Lithium Ion In Organic Electrolytes.
Korean Journal of Chemical Engineering 19(4): 638-644.
Linden, D., and Reddy, T. B. (2002) Introduction, Linden´s Handbook of
Batteries. Third edition. McGraw-Hill books, inc. New York
Liu, Y., Q. Sun, W. Li, R. Keegan, Adair, J. Li, and X. Sun. 2017.
A comprehensive review on recent progress in aluminum–air batteries.
Institute of Process Engineering, Chinese Academy of Sciences. Green
Energy and Environment 2(3): 246–277.
Handayani, S. 2008. Membran Elektrolit Berbasis Polieter-Eter Keton tersulfonasi
untuk Direct Methanol Fuel Cell Suhu Tinggi. Disertasi. Program
Pascasarjana Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Imperiyka, M., A. Ahmad, S. A. Hanifah, N. S Mohamed, and M. Y. A. Rahman.
2014. Investigation of Plasticized UV-Curable Glycidyl Methacrylate Based
Solid Polymer Electrolyte for Photoelectrochemical Cell (PEC) Application.
International Journal of Hydrogen Energy 39(6): 3018-3024.
Migliardini, F., T. M. D. Palmaa, M. F. Gaele, P. Corboa. 2019. Cell voltage
analysis of a 6 kW polymeric electrolyte fuel cell stack designed for hybrid
power systems. Materials Today: Proceedings. Elsevier Ltd, 10, 393–399.
Mokhtar, M. and E. H. Majlan. 2014. Development of Aqueous Electrolytes and
Corrosion Inhibitors in Aluminium-Air Battery. Malaysia, Handbook on the
Emerging Trends in Scientific Research. Proceedings Book of ICETS : 634-
657
Osińska-Broniarz, M. M Monika, R. Sierczyńska, A. Kopczyk, and Maciejet.
2015. Hydrogel alkaline electrolytes for Ni-MH batteries. Chemik, 69(12):
852–861.
Samsudin, A. S. and M. I. N. Isa. 2016. Conductivity study on plasticized solid
bio-electrolytes CMC-NH4Br and application in solid-state proton batteries.
Jurnal Teknologi 78(6–5): 43–48.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Samprovalaki, K., S. Bakalis, and P. J. Fryer. 2007. Ohmic heating: models and
measurements. Heat Transfer in Food Processing 13: 159–186.
Schnell, J., T. Günther, T. Knoche, C. Vieider , L. Köhler, A. Just, M. Keller, S.
Passerini, and G. Reinhart. 2018. All-solid-state lithium-ion and lithium
metal batteries – paving the way to large-scale production. Journal of Power
Sources 382(2): 160–175.
Suka, I.G., W. Simanjuntak, dan E.L. Dewi. 2010. Pembuatan Membran Polimer
Elektrolit berbasis Polistiren Akronitril (SAN) untuk Aplikasi Direct
Methanol Fuel Cell. Jurnal Nature of Indonesia 13(1): 3-6.
Suryaningsih, S. 2016. Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) sebagai Sumber
Energi Dalam Sel Galvani. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA)
6(1): 11.
Wigayati, E. M., I. Purawiardi, and Q. Sabrina. 2018. Karakteristik Morfologi
Permukaan Pada Polimer PVdF-LiBOB-ZrO2 dan Potensinya untuk
Elektrolit Baterai Litium. Jurnal Kimia Dan Kemasan 40(1): 1.
Zhu, Y. S., S.Y. Xiao, M.X Li, Z. Chang, F.X Wang, J. Gao, and Y.P Wu. 2015.
Natural macromolecule based carboxymethyl cellulose as a gel polymer
electrolyte with adjustable porosity for lithium ion batteries. Journal of
Power Sources 288: 368–375.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-1
LAMPIRAN A
DATA PENELITIAN
A.1 DATA KONDUKTIVITAS ION HIDROGEL
Tabel A.1 Data Hasil Konduktivitas Ion Hidrogel
Run Keterangan Konduktivitas
(S/cm)
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,01071
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
0,01192
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
0,01286
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,00218
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
0,00328
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
0,00388
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,00298
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
0,00320
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1 +15 mL Etilen Glikol
0,00709
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,00317
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,00347
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-2
Tabel A.1 (Lanjutan)
Run Keterangan Konduktivitas
(S/cm)
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,005562
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,003115
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,003593
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,004194
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,006009
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,003645
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,004871
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,002398
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,002695
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,003439
22 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,002639
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,002709
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,002749
Tabel A.1 (Lanjutan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-3
Run Keterangan Konduktivitas
(S/cm)
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,004108
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,005305
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,005590
A.2 DATA HASIL PENGUKURAN pH HIDROGEL
Tabel A.2 Data Hasil Pengukuran pH Hidrogel
Run Keterangan pH
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
3
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
3
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
3
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
3
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
3
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
3
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
3
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
3
Tabel A.2 (Lanjutan)
Run Keterangan pH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-4
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1 +15 mL Etilen Glikol
3
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
3
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
3
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
3
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
3
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
3
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
3
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
3
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
3
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
3
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
3
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
3
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
3
Tabel A.2 (Lanjutan)
Run Keterangan pH
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-5
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
3
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
3
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
3
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
3
A.3 DATA HASIL KADAR AIR HIDROGEL (MOISTURE CONTENT)
Tabel A.3 Data Hasil Uji Kadar Air Hidrogel
Run Keterangan Kadar Air (%)
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
78,64
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
78,56
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
82,62
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
84,77
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
89,34
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
92,88
Tabel A.3 (Lanjutan)
Run Keterangan Kadar Air (%)
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
88,14
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
92,85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-6
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC +15 mL Etilen Glikol
93,97
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
76,02
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
78,27
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
79,48
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
76,36
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
77,53
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
82,25
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
89,45
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
90,95
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
94,14
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
73,95
Tabel A.3 (Lanjutan)
Run Keterangan Kadar Air (%)
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
75,67
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
76,96
22 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
79,24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-7
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
83,63
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
83,38
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
87,33
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
88,56
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
89,60
A.4 DATA HASIL UJI TEGANGAN BATERAI ALUMINIUM
Tabel A.4 Data Hasil Uji Tegangan Baterai Aluminium
Run Keterangan Tegangan (V)
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
1,3993
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
1,4079
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
1,4267
Tabel A.4 (Lanjutan)
Run Keterangan Tegangan (V)
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
1,3699
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
1,3896
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
1,3901
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
1,3540
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-8
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
1,3698
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC +15 mL Etilen Glikol
1,3715
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
1,3463
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
1,3504
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
1,3775
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
1,2784
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
1,2807
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
1,3719
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
1,1728
Tabel A.4 (Lanjutan)
Run Keterangan Tegangan (V)
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
1,2306
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
1,2933
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
1,2408
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
1,2581
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
1,299
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-9
22 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
1,2212
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
1,2303
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
1,2518
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,9885
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
1,0269
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
1,1593
A.5 DATA HASIL UJI KAPASITAS BATERAI ALUMINIUM
Tabel A.5 Data Hasil Uji Kapasitas Baterai Aluminium
Run Keterangan Kapasitas Spesifik
Baterai (mAh/gram)
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,918
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
1,317
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
1,363
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,914
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
1,018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-10
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
1,053
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
0,889
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
0,951
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC +15 mL Etilen Glikol
1,011
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,339
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,506
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,510
Tabel A.5 (Lanjutan)
Run Keterangan Kapasitas Spesifik
Baterai (mAh/gram)
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,215
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,225
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,289
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
0,103
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
0,136
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
0,183
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-11
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,091
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,091
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,161
22 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,075
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,078
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,139
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
0,014
Tabel A.5 (Lanjutan)
Run Keterangan Kapasitas Spesifik
Baterai (mAh/gram)
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
0,015
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
0,072
A.6 KEADAAN FISIK HIDROGEL
Tabel A.6 Keadaan Fisik Hidrogel yang dihasilkan pada berbagai variasi
Run Keterangan Keadaan Fisik
1 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
Padat dan kenyal
2 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
Padat dan kenyal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-12
3 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
Padat dan kenyal
4 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
Udara terperangkap
5 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
Udara terperangkap
6 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+15 mL Etilen Glikol
Udara terperangkap
7 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+15 mL Etilen Glikol
Tebal dan padat
8 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+15 mL Etilen Glikol
Tebal, sedikit
gumpalan
Tabel A.6 (Lanjutan)
Run Keterangan Keadaan Fisik
9 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1 +15 mL Etilen Glikol
Tebal dan padat
10 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
Ada udara yang
terperangkap
11 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
Ada udara yang
terperangkap
12 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
Ada udara yang
terperangkap
13 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
Ada gelembung udara
14 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
Ada gelembung udara
15 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
Ada gelembung udara
16 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+10 mL Etilen Glikol
Tebal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LA-13
17 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+10 mL Etilen Glikol
Tebal, sedikit
gumpalan
18 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+10 mL Etilen Glikol
Tebal, sedikit rongga
udara
19 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis dan ada
gumpalan
20 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis dan ada
gumpalan
21 CMC 2%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis dan ada
gumpalan
Tabel A.6 (Lanjutan)
Run Keterangan Keadaan Fisik
22 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis
23 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis
24 CMC 3%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
Tipis
25 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,5:1+5 mL Etilen Glikol
Tebal
26 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 0,75:1+5 mL Etilen Glikol
Tebal
27 CMC 4%+ Rasio Penambahan Elektrolit terhadap
larutan CMC 1:1+5 mL Etilen Glikol
Tebal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LB-1
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
B.1 PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS ION
Konduktivitas ion diperoleh dengan metode Ohmic Heating Cell dengan
mengalirkan arus AC pada lembaran hidrogel, kemudian dua probe multitester di
hubungkan ke hidrogel untuk merekam karakteristis data tegangan dan current yang
diperoleh akibat hambatan dari hidrogel. Karakterisitik listik yang diberikan 2A,
4volt. Data yang diperoleh pada Uji Konduktivitas Ion dapat dilihat pada tabel B.1:
Tabel B.1 Data Uji Konduktivitas Ion Hidrogel
Run Tegangan (V) Kuat Arus (A) R (ohm)
1 1,567 0,302 5,189
2 1,524 0,327 4,661
3 1,521 0,352 4,321
4 1,608 0,386 4,167
5 1,551 0,229 6,772
6 1,421 0,368 3,861
7 1,823 0,326 5,592
8 1,657 0,191 8,676
9 1,529 0,390 3,921
10 1,589 0,363 4,379
11 1,848 0,289 6,394
12 2,112 0,423 4,994
13 1,506 0,352 4,279
14 1,915 0,344 5,565
15 2,077 0,392 5,298
16 1,372 0,371 3,698
17 1,9142 0,314 6,096
18 1,715 0,376 4,562
19 1,890 0,408 4,633
20 2,193 0,485 4,535
21 1,407 0,363 3,877
22 1,591 0,315 5,052
23 1,363 0,277 4,921
24 1,969 0,406 4,849
25 1,506 0,464 3,246
26 1,5733 0,626 2,513
27 1,596 0,669 2,385
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LB-2
Contoh perhitungan konduktivitas ion dari hidrogel
Diketahui pada Run III :
Tegangan = 1,521 V
Kuat Arus = 0,352 A
RA
L (B.1)
Dimana A adalah luas permukaan hidrogel yang merupakan spesimen berukuran
3x3 cm dan L adalah ketebalannya. R adalah nilai hambatan listrik sesuai Hukum
Ohm yang dapat diperoleh dari persamaan B.2.
I
VR (B.2)
Maka 4321,0352,0
521,1R
L = 0,5 cm
A = 9 cm2
Konduktivitas ion =RA
L =
9321,4
5,0
x = 0,01286 S/cm
B.2 PERHITUNGAN KADAR AIR
Uji kadar air dilakukan menggunakan oven pada suhu 105oC selama 24 jam.
Contoh perhitungan kadar air pada hidrogel adalah sebagai berikut:
Diketahui:
Berat cawan kosong = 48,26 gram
Berat hidrogel sebelum pengeringan = 59,31 gram
Berat hideogel setelah pengeringan 24 jam = 50,18 gram
Kadar air (%) = 𝑊𝑜−𝑊𝑘
𝑊𝑜x100%
Wo = 59,31-48,26 = 11,05 gram
Wk = 50,18-48,26 = 1,92 gram
Maka, kadar air (%) = %10005,11
92,105,11x
= 82,62%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LB-3
B.3 PERHITUNGAN KAPASITAS SPESIFIK BATERAI
Kuat arus dapat diperoleh dengan menggunakan multimeter UNI T61E. Nilai
kuat arus berhubungan dengan kapasitas baterai yang dihasilkan. Contoh
perhitungan kapasitas baterai aluminium yang dihasilkan:
Diketahui:
I = 13,391 mA
t = 1 jam (abs)
massa hidrogel = 9,82 gram
maka, kapasitas Spesifik baterai adalah:
Kapasitas Spesifik Baterai = m
Ixt
=82,9
1391,13 x
= 1,364 mAh/gram
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-1
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PENELITIAN
C.1 PROSES PEMBUATAN ELEKTROLIT HIDROGEL
Proses pembuatan elektrolit hidrogel dapat dilihat pada Gambar C.1.
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar C.1 Proses Pembuatan Elektrolit Hidrogel (a) Larutan Carboxymethyl
Cellulose (b) Larutan Elektrolit Polimer (c) Pengeringan Hidrogel
di dalam oven (d) Pendinginan Hidrogel yang Kering di Desikator
(e) Elektrolit Hidrogel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-2
C.2 KONDISI FISIK HIDROGEL
Kondisi Fisik hidrogel yang dihasilkan ditampilkan pada Tabel C.1.
Run Hidrogel Keterangan
1
Padat dan kenyal
2
Padat dan kenyal
3
Padat dan kenyal
4
Udara terperangkap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-3
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
5
Udara terperangkap
6
Udara terperangkap
7
Tebal dan padat
8
Tebal, sedikit gumpalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-4
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
9
Tebal dan padat
10
Ada udara yang terperangkap
11
Ada udara yang terperangkap
12
Ada udara yang terperangkap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-5
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
13
Ada gelembung udara
14
Ada gelembung udara
15
Ada gelembung udara
16
Tebal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-6
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
17
Tebal, sedikit gumpalan
18
Tebal, sedikit rongga udara
19
Tipis dan ada gumpalan
20
Tipis dan ada gumpalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-7
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
21
Tipis dan ada gumpalan
22
Tipis
23
Tipis
24
Tipis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-8
Tabel C.1 (Lanjutan)
Run Hidrogel Keterangan
25
Tebal
26
Tebal
27
Tebal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-9
C.3 PEMBUATAN ELEKTRODA
Proses pembuatan elektroda baterai aluminium dapat dilihat pada Gambar
C.2.
(a) (b)
Gambar C.2 Proses Pembuatan Elektroda (a) Anoda Baterai Aluminium
(b) Katoda Baterai Aluminium
C.4 BATERAI ALUMINIUM
Baterai Hydrogel aluminium yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar C.3.
Gambar C.3 Baterai Hidrogel-Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LC-10
C.5 PENGUJIAN BATERAI
Beberapa pengujian yang dilakukan pada Hydrogel Aluminium Battery dapat
dilihat pada Gambar C.4.
(a)
(a) (c)
Gambar C.4 Pengujian Baterai (a) Uji Konduktivitas dengan Metode Ohmic
Heating Cell (b) Uji Tegangan Baterai Hidrogel-Aluminium
(c) Uji Kuat Arus Baterai Hidrogel-Aluminium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA