penyebab Bak tidak tuntas.docx
-
Upload
sherly-rorong -
Category
Documents
-
view
55 -
download
1
Transcript of penyebab Bak tidak tuntas.docx
1. Penyebab Buang Air Kecil Tidak Tuntas
Obstruksi
a. Batu buli buli
Batu buli buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang
menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing dibuli buli.
Gangguan miksi terjadi pada pasien pasien hiperplasia prostat, striktur
uretra, divertikal buli buli atau buli buli neurogenik.
Gejala khas batu buli buli adalah berupa gejala iritasi antara
lain : nyeri kencing atau disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak
sewaktu kencing dan kencing tiba tiba terhenti kemudian menjadi
lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh.
Seringkali pada batu buli buli komposisinya terdiri atas asam
urat atau struvit ( jika penyebabnya adalah infeksi), sehingga tidak
jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai
bayangan opak pada cavum pelvis.
Patofisiologi
Batu pada perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih,
batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks
sekitar seperti dari pus, darah, batu ukuran bervariasi seperti kalsium
fosfat dan sitin.
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari
batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa
promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan batu kemih seperti
asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor
belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat,
kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran
kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu
kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari,
stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium.
Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih
sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia
60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang
menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena
infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi
bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin
lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga
membentuk batu. Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori.
1. Teori Supersaturasi.
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu
ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak
menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian
menjadi batu.
2. Teori Matriks.
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 %
protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor.
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam
jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan
zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat
merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy.
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara
bersama-sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang
lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh
ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
b. Batu Ureter
Batu ureter biasanya berasala dari batu ginjal atau ureter yang
turun ke buli buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang
merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat jarang, kecuali jika
terbentuk divertikel uretra. Keluhan yang disampaikan pasien adalah
miksi tiba tiba berhenti hingga terjadi retensi urin yang mungkin
sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari
ureter yang turun ke buli buli dan kemudian ke uretra biasanya pasien
mengeluh nyeri pinggang, sebelum mengeluh kesulitan miksi batu
yang berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien
berupa benjolan keras diuretra pars bulbosa maupun pendularis, atau
kadang kadang di meatus uretra eksterna.
Neurologi
Struktur otot detrusor dan sfingter
Susunan sebagian besar otot polos kandung kencing sedemikian
rupa sehingga bila berkontraksi akan menyebabkan pengosongan kandung
kencing. Pengaturan serabut detrusor pada daerah leher kandung kencing
berbeda pada kedua jenis kelamin, pria mempunyai distribusi yang sirkuler
dan serabut-serabut tersebut membentuk suatu sfingter leher kandung
kencing yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd
sfingter interna yang ekivalen. Sfingter uretra (rhabdosfingter) terdiri dari
serabut otot luruk berbentuk sirkuler. Pada pria, rhabdosfingter terletak
tepat di distal dari prostat sementara pada wanita mengelilingi hampir
seluruh uretra. Rhabdosfingter secara anatomis berbeda dari otot-otot yang
membentuk dasar pelvis. Pemeriksaann EMG otot ini menunjukkan suatu
discharge tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter
pada awal proses miksi.
Persarafan dari kandung kencing dan sfingter
1. Persarafan parasimpatis (N.pelvikus)
Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari
neuron preganglion parasimpatis dengan badan sel terletak pada
kolumna intermediolateral medula spinalis antara S2 dan S4. Neuron
preganglionik keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal
anterior dan mengirim akson melalui N.pelvikus ke pleksus
parasimpatis pelvis. Ini merupakan suatu jaringanhalus yang menutupi
kandung kencing dan rektum. Serabut postganglionik pendek berjalan
dari pleksus untuk menginervasi organ-organ pelvis. Tak terdapat
perbedaan khusus postjunctional antara serabut postganglionik danotot
polos dari detrusor. Sebaliknya, serabut postganglionik mempunyai
jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung vesikel dimana
asetilkolin dilepaskan. Meskipun pada beberapa spesies transmiter
nonkolinergik nonadrenergik juga ditemukan, keberadaannya pada
manusia diragukan.
2. Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral).
Kandung kencing menerima inervasi simpatis dari rantai
simpatis torakolumbal melalui a hipogastrik. Leher kandung kencing
menerima persarafan yang banyak dari sistem saraf simpatis dan pada
kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis, sedangkan
peran sistim simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas.
Simpatektomi lumbal saja tidak berpengaruh pada kontinens atau
miksi meskipun pada umumnya akan menimbulkan ejakulasi
retrograd. Leher kandung kencing pria banyak mengandung mervasi
noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi menyebabkan
penutupan dari leher kandung kencing untuk mencegah ejakulasi
retrograde.
3. Persarafan somantik (N.pudendus)
Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian
dari traktus urinarius yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz
menggambarkan suatu nukleus pada kornu ventralis medula spinalis
pada S2, S3, dan S4. Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai
nukleus Onuf, mengandung badan sel dari motor neuron yang
menginnervasi baik sfingter anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai
diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior lain, tetapi suatu
penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing
menunjukkan bahwa lebih bersifat skeletomotor dibandingkan
persarafan perineal parasimpatis preganglionik. Serabut motorik dari
sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 ke dalam N.pudendus
dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke sfingter anal
dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara
elektromiografi, motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut
lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah.
4. Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah
Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan
berakhir pada pleksus suburotelial dimana tidak terdapat ujung
sensorik khusus. Karena banyak dari serabut ini mengandung substansi
P, ATP atau calcitonin gene-related peptide dan pelepasannya dapat
mengubah eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat digolongkan
sebagai saraf sensorik motorik daripada sensorik murni. Ketiga pasang
saraf perifer (simpatis torakolumbal, parasimpatis sakral dan
pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang
berjalan dalam n.pelvikus dan membawa sensasi dari distensi kandung
kencing tampaknya merupakan hal yang terpenting pada fungsi
kandung kencing yang normal. Akson aferen terdiri dari 2 tipe, serabut
C yang tidak bermyelin dan serabut Aδ bermyelin kecil. Peran aferen
hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan
beberapa sensasi dari distensi kandung kencing dan nyeri. Aferen
somatik pudendal menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan
suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam
medula spinalis sakral sebagai aferen kandung kencing. Hal ini
menggambarkan kemungkinan dari daerah-daerah penting pada
medula spinalis sakral untuk intergrasi viserosomatik. Nathan dan
Smith (1951) pada penelitian pasien yang telah mengalami kordotomi
anterolateral, menyimpulkan bahwa jaras asending dari kandung
kencing dan uretra berjalan di dalam traktus spiotalamikus. Serabut
spinobulber pada kolumna dorsalis mungkin juga berperan pada
transmisi dari informasi aferen.
Hubungan dengan susunan saraf pusat
1. Pusat Miksi Pons
Pons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks
spinal-bulber spinal atau long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990)
menyatakan bahwa pusat miksi pons merupakan titik pengaturan
(switch point) dimana refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa
baikuntuk pengaturan pengisian atau pengosongan kandung kencing.
Pusat miksi pons berperansebagai pusat pengaturan yang mengatur
refleks spinal dan menerima input dari daerah lain di otak.
2. Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian
anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi
berupa urgensi, inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau
retensi urine. Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya kandung
kencing yang hiperrefleksi.
Fisiologi pengaturan fungsi sfingter kandung kencing.
1. Pengisian urine
Pada pengisian kandung kencing, distensi yang timbul ditandai
dengan adanya aktivitas sensor regang pada dinding kandung kencing.
Pada kandung kencing normal, tekanan intravesikal tidak meningkat
selama pengisian sebab terdapat inhibisi dari aktivitas detrusor dan
active compliance dari kandung kencing. Inhibisi dari aktivitas motorik
detrusor memerlukan jaras yang utuh antara pusat miksi pons dengan
medula spinalis bagian sakral. Mekanisme active compliance kandung
kencing kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan inervasi
yang utuh mengingat mekanisme ini hilang pada kerusakan radiks s2-
S4. Selain akomodasi kandung kencing, kontinens selama pengisian
memerlukan fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga
tekanan uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intravesikal dan urine
tidak mengalir kelua.
2. Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi
timbul dari distensi kandung kencing yang sinyalnya diperoleh dari
aferen yang bersifat sensitif terhadap regangan. Mekanisme normal
dari miksi volunter tidak diketahui dengan jelas tetapi diperoleh dari
relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai pelvis yang diikuti
dengan kontraksi kandung kencing. Inhibisi tonus simpatis pada leher
kandung kencing juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal
diatas/melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar.
Pengosongan kandung kemih yang lengkap tergantung adri refleks
yang menghambat aktifitas sfingter dan mempertahankan kontraksi
detrusor selama miksi.
PATOLOGI GANGGUAN MIKSI
Gangguan kandung kencing dapat terjadi pada bagian tingkatan
lesi. Tergantung jaras yang terkena, secara garis besar terdapat tiga jenis
utama gangguan kandung kemih.
1. Lesi supra pons
Pusat miksi pons merupakan pusat pengaturan refleks-refleks
miksi dan seluruh aktivitasnya diatur kebanyakan oleh input inhibisi
dari lobus frontal bagian medial, ganglia basalis dan tempat lain.
Kerusakan pada umumnya akan berakibat hilangnya inhibisi dan
menimbulkan keadaan hiperrefleksi. Pada kerusakan lobus depan,
tumor, demyelinisasi periventrikuler, dilatasi kornu anterior ventrikel
lateral pada hidrosefalus atau kelainan ganglia basalis, dapat
menimbulkan kontraksi kandung kemih yang hiperrefleksi. Retensi
urine dapat ditemukan secara jarang yaitu bila terdapat kegagalan
dalammemulai proses miksi secara volunter.2. Lesi antara pusat miksi
pons dansakral medula spinalis. Lesi medula spinalis yang terletak
antara pusat miksi pons dan bagian sakral medula spinalis akan
mengganggu jaras yang menginhibisi kontraksi detrusor dan
pengaturan fungsi sfingter detrusor. Beberapa keadaan yang mungkin
terjadi antara lain adalah:
a. Kandung kencing yang hiperrefleksi
Seperti halnya lesi supra pons, hilangnya mekanisme
inhibisi normal akan menimbulkan suatu keadaan kandung
kencing yang hiperrefleksi yang akan menyebabkan kenaikan
tekanan pada penambahan yang kecil dari volume kandung
kencing.
b. Disinergia detrusor-sfingter (DDS)
Pada keadaan normal, relaksasi sfingter akan mendahului
kontraksi detrusor. Pada keadaan DDS, terdapat kontraksi
sfingter dan otot detrusor secara bersamaan. Kegagalan sfingter
untuk berelaksasi akan menghambat miksi sehingga dapat
terjadi tekanan intravesikal yang tinggi yang kadang-kadang
menyebabkan dilatasi saluran kencing bagian atas.
Urine dapat keluar dri kandung kencing hanya bila
kontraksi detrusor berlangsung lebih lama dari kontraksi sfingter
sehingga aliran urine terputus-putus
c. Kontraksi detrusor yang lemah
Kontraksi hiperrefleksi yang timbul seringkali lemah
sehingga pengosongan kandung kencing yang terjadi tidak
sempurna. Keadaan ini bila dikombinasikan dengan disinergia
akan menimbulkan peningkatan volume residu paska miksi
d. Peningkatan volume residu paska miksi
Volume residu paska miksi yang banyak pada keadaan
kandung kencing yang hiperrefleksi menyebabkan
diperlukannya sedikit volume tambahan untuk terjadinya
kontraksi kandung kencing. Penderita mengeluhmengenai
seringnya miksi dalam jumlah yang sedikit.
2. Lesi Lower Motor Neuron (LMN)
Kerusakan pada radiks S2-S4 baik dalam kanalis spinalis
maupun ekstradural akan menimbulkan gangguan LMN dari fungsi
kandung kencing dan hilangnya sensibilitas kandung kencing. Proses
pendahuluan miksi secara volunter hilang dan karena mekanisme
untuk menimbulkan kontraksi detrusor hilang, kandung kencing
menjadi atonik atau hipotonik bila kerusakan denervasinya adalah
parsial. Compliance kandung kencing juga hilang karena hal ini
merupakan suatu proses aktig yang tergantung pada utuhnya
persarafan. Sensibilitas dari peregangan kandung kencing terganggu
namun sensasi nyeri masih didapatkan disebabkan informasi aferen
yang dibawa oleh sistim saraf simpatis melalui n.hipogastrikus ke
daerah torakolumbal. Denervasi otot sfingter mengganggu mekanisme
penutupan namunjaringan elastik dari leher kandung kencing
memungkinkan terjadinya kontinens. Mekanisme untuk
mempertahankan kontinens selama kenaikan tekanan intra abdominal
yang mendadak hilang, sehingga stress inkontinens sering timbul pada
batuk atau bersin.
GEJALA GANGGUAN DISFUNGSI MIKSI
Gejala-gejala disfungsi kandung kencing neurogenik terdiri dari
urgensi, frekuensi, retensi dan inkontinens. Hiperrefleksi detrusor
merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi, urgensi dan
inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan (localising
value) karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat kerusakan
jaras dari suprapons maupun suprasakral. Retensi urine dapat timbul
sebagai akibat berbagai keadaan patologis. Pada pria adalah penting untuk
menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat
atau striktur. Pada penderita dengan lesi neurologis antara pons dan med
spinalis bagiansakral, DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi
meskipun pada umumnya hiperrefleksia detrusor yang lebih sering timbul.
Retensi dapat juga timbul akibat gangguan kontraksi detrusor seperti pada
lesi LMN. Retensi juga dapat timbul akibat kegagalan untuk memulai
refleks niksi seperti pada lesi susunan saraf pusat.Meskipun hanya sedikit
kasus dari lesi frontal dapat menimbulkan retensi, lesi pada pons juga
dapat menimbulkan gejala serupa. Inkontenensia urine dapat timbul akibat
hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering
dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan
timbul sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter
yang dapat bermanifestasi sebagai stress inkontinens danketidakmampuan
dari kontraksi detrusor yang mengakibatkan retensi kronik dengan
overflow.
Infeksi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam
bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine
ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas
dari mikroorganisme atau steril.
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat (ascending)
- Hematogen
- Limfogen- Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.(1)
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi
dari kedua cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi. Kuman penyebab ISK
pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup
secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan
di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra, prostate,
vas deferens, testis (pada pria) buli-buli, ureter, dan sampai ke ginjal.
Gambar. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1)
Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-
buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui
ureter ke ginjal.
Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang
terjadi pada wanita tidak dapat ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering
ditemukan adalah jenis bakteri aerob. Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan
oleh virus dan jamur.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan
tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent meningkat.
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. pertahanan lokal dari host
2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral
maupun imunitas seluler.
Gambar 2. Faktor predisposisi terjadinya ISK
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab
terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus
yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli
menduduki tempat teratas. Sedangkan jenis gram-positif lebih jarang sebagai
penyebab ISK sedangkan enterococcus dan staphylococcus aureus sering
ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih.
Gambar 3. Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK
Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak
di dalam urine, disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian
besar kuman dan spesies Escherichia coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran
kemih yang paling baik adalah mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang
mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urine bila jumlah cukup.
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum menghasilkan urine yang tidak adekuat
sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi saluran kemih. ISK juga banyak
terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit. Berikut data dari infeksi
nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit
Sistitis
Sistitis ada infalamasi pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan oleh
infeksi bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E. Coli,
Enterococcus, Proteus dan Staphylococcus aureus yang masuk kebuli-buli
terutama melaui uretra.
Patofisiologi buang air kecil tidak tuntas
Bakteri masuk melalui ureter kemudian bakteri melekat pada sel
uroepitelial yang mengakibtkan infeksi. Bakteri berkolonisasi terus menerus
sehingga masuk ke vesika urinaria dan masuk lapisan kandung kemih hingga
menembus epitel dan mengakibatkan spasme otot polos vesika urinaria terganggu
dan sulit untuk relaksasi. Hal ini menyebabkan rangsangan impuls ke otak akan
terus disampaikan walaupun urin pada vesika urinaria sudah dikeluarkan
(Hipersensitif) sehingga terjadilah perasaan tidak tuntas setelah berkemih.
Daftar PustakaLindsay KW. 1997.Neurology and neurosurgery illustrated. 3rd ed. New York:
Churcill Livingstone
Marotta JT. Spinal injury, In Rowland LP. 1995. Merritt’s texybook of neurology.
9thed. Philadelphia : Williams & Wilkins
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam 3rd edition. Jakarta, FKUI.
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto.
Hooton TM, Scholes D, Hughes JP, Winter C, Robert PL, stapleton AE, Stergachis A,
Stamm WE. 1996. A Prospective Study of Risk Factor for Symtomatic Urinary Tract
Infection in Young Women. N Engl J Med