Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

20
Aquaculture disease and health management Oleh : F. P. Meyer J Anim Sci 1991. 69:4201-4208. Diterjemahkan Oleh : ROMI NOVRIADI, S.Pd,kim

description

penyakit pada ikan budidaya

Transcript of Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Page 1: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Aquaculture disease and health management

Oleh :F. P. Meyer

J Anim Sci 1991. 69:4201-4208.

Diterjemahkan Oleh :

ROMI NOVRIADI, S.Pd,kim

Downloaded from jas.fass.org by on November 5, 2010.

Page 2: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

PENYAKIT PADA BUDIDAYA PERIKANAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN

Fred P. Meyer 2U. S. Fish dan Wildlife Layanan,

La Crescent, MN 55947

ABSTRAK

Masalah penyakit merupakan penyebab tunggal terbesar kerugian ekonomi di bidang budidaya perikanan. Pada tahun 1988, produsen ikan patin kehilangan lebih dari 100 juta ikan senilai hampir $11 juta. Perkiraan untuk tahun 1989 bahkan memprediksi kerugian lebih tinggi. Industri ikan tuna dilaporkan pada tahun 1988 kehilangan lebih dari 20 juta ikan senilai lebih dari $2,5 juta. Tidak ada data yang tersedia terhadap kerugian yang dialami oleh pembudidaya kerang. Infeksi bakteri merupakan sumber yang paling penting dari masalah penyakit di seluruh berbagai jenis produksi. Bakteri Gram-negatif menyebabkan Epizootics dihampir semua spesies budidaya. Penyakit jamur merupakan penyebab kerugian kedua yang paling penting, terutama pada budidaya krustasea dan ikan salmon. Parasit protozoa eksternal bertanggung jawab atas kematian sejumlah besar larva dan benih ikan bersirip dan merupakan penyebab terjadinya Epizootics diantara kerang muda. Jumlah bahan obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration sangat terbatas. Penelitian untuk mendukung adanya pendaftaran bahan obat yang menjanjikan sangat dibutuhkan.

Kata Kunci: Akuakultur, Budidaya Ikan, Kerang-kerangan, Penyakit Ikan, Zcfulurus puncfufus, Tuna

Pengantar

Akuakultur, budidaya ikan dan kerang, merupakan industri perternakan hewan yang paling cepat berkembang di Amerika Serikat dan di banyak belahan dunia lainnya. Lebih dari 30 jenis makhluk air saat ini sedang dibudidayakan untuk menghasilkan protein sebagai sumber makanan manusia.

Permintaan untuk ikan dan kerang terus meningkat. Sedangkan konsumsi per kapita terhadap daging merah menurun, bahwa ikan dan kerang mencapai rekor tertinggi pada tahun 1986 (tahun terakhir dimana data tersedia). Konsumsi telah meningkat setiap tahun sejak tahun 1980 dan memiliki pertumbuhan sekitar 20% selama 5 tahun terakhir (H.K. Dupree, komunikasi pribadi, Petugas ikan dan hewan liar A.S, Stuttgart,AR). Pada tahun 1987, konsumsi per kapita diproyeksikan sekitar 7.2 kg (J. Jensen, Sekolah Perikanan dan Akuakultur, Auburn University, Auburn, AL).

Pengambilan ikan dari perairan alami mengalami penurunan atau, yang terbaik, tetap statis (Kantor Budidaya, A.S,1986). Sebagaimana ketersediaan ikan secara alami yang mengalami penurunan, akuakultur telah menjadi semakin penting sebagai sumber produk perikanan. Industri akuakultur di AS memiliki

Page 3: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

lima besar sektor budidaya: tuna dan salmon, patin, bait minnows, ikan hias dan peliharaan, dan kerang (krustasea dan moluska).

Meskipun produksi komersial trout dan baitfish telah ada selama beberapa dekade, akuakultur sebagai sebuah industri makanan penting telah berkembang dalam 25 tahun terakhir. Ikan patin channel (Ictalurus punctatus) adalah jenis terbesar hasil budidaya dengan jumlah produksi tahunan melebihi 158 x 106 kg (O'Bannon, 1987; B. Drucker, komunikasi pribadi, Dinas Perikanan Laut Nasional, Silver Spring, MD). Produksi ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dan ikan salmon (Onchorhynchus dan salmo spp) (30 x 106 kg). dan diikuti oleh ikan bersirip air tawar lainnya, udang, tiram, lobster, dan ikan laut bersirip. Sekitar satu setengah ikan tuna dan salmon dipotong dan diolah secara langsung untuk disajikan. Sisanya digunakan untuk menambah ketersediaan ikan di perairan, untuk ditumbuhkan hingga ukuran jual, atau untuk ketersediaan kolam dimana para pemancing membayar untuk rekreasi memancing (USDA, 1989). Diperkirakan bahwa 30% dari seluruh ikan salmon yang sekarang dikonsumsi dihasilkan dari tambak ikan dan bahwa pada tahun 2000 produksi budidaya dapat melebihi produksi penangkapan di alam (Van Dyk, 1990). Saat ini, 60% dari ikan dan produk kerang-kerangan yang dikonsumsi di AS berasal dari kegiatan impor (J. Jensen, komunikasi pribadi).

Kerugian akibat Penyakit Ikan

Kerugian yang terjadi pada pembudidaya ikan terkait dengan penyakit, banjir, kekurangan oksigen, predator, keracunan bahan kimia, pencurian, dan penyebab lainnya. Penyakit merupakan faktor penyebab kerugian yang sangat signifikan. Perkiraan kerugian dolar akibat penyakit merupakan gambaran konservatif karena benih ikan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi per satuan berat dibandingkan dengan ikan ukuran konsumsi. Sebagai contoh, benih ikan tuna dihargai pada $10.20/kg, dibandingkan dengan $2.40/kg untuk ikan ukuran konsumsi (USDA, 1989). Juga, kebanyakan perkiraan kerugian ekonomi tidak menyertakan biaya tenaga kerja, bunga, kehilangan waktu produksi, biaya mengobati dan desinfektan, dan penyetokan kembali.

Catfish journal (Anonymous, 19%) melaporkan bahwa 115 juta ikan patin mati akibat penyakit selama paruh pertama tahun 1989. Sekitar 90% dari kerugian (104 juta) berada pada ukuran larva dan benih. Hampir 4,54 x 106 kg larva dan benih patin mengalami kematian. Mereka memiliki nilai ekonomis minimal $ 8 juta. pakan ikan secara keseluruhan mengalami kerugian sebesar 2.04 x 106 kg selama kurun waktu ini dan memiliki kerugian ekonomis sebesar $3,6 juta. Jika tingkat kerugian yang sama berlanjut di paruh kedua tahun tersebut, total kerugian biaya akibat penyakit pada tahun 1989 akan mencapai $ 23 juta.

Industri ikan patin melaporkan bahwa 39% dari 100 juta ikan hilang pada masa produksi tahun 1988 akibat dibunuh oleh penyakit (Anonim, 1989). Dalam istilah ekonomi, dengan harga $1.75/kg, dengan 6.2x106 kg ikan patin yang mati akibat penyakit pada tahun 1988 berarti kerugian minimal mendekati $ 11 juta.

Page 4: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Industri tuna dilaporkan mengalami kerugian selama tahun 1988, dimana dari 20,7 juta ikan, sekitar 50% ikan mati akibat penyakit (USDA, 1989). Sejumlah 1,04 x 106 kg ikan tuna mati akibat penyakit yang berarti nilai kerugian biaya produksi minimal sebesar $ 2,5 juta (pada harga $2.40/kg).

Tidak ada data ekonomi yang tersedia mengenai tingkat kerugian yang terjadi pada sistem budidaya krustasea dan molluska.

Banyak mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit pada ikan dan kerang merupakan bentuk fakultatif yang terdapat di dalam sistem perairan. Di alam, terdapat ikan dalam jumlah besar dimana terlihat normal dan sehat namun menjadi patogen potensial tanpa adanya bukti gejala klinis atau penyakit yang jelas (Wedemeyer, 1970). Perkembangan penyakit dalam sistem akuakultur biasanya terjadi sebagai hasil akhir dari suatu gangguan terhadap lingkungan normal dimana ikan tersebut dibudidayakan. Memburuknya kondisi, seperti kepadatan, fluktuasi suhu, tidak memadainya jumlah oksigen terlarut, penanganan yang berlebihan, penyalahgunaan fisik, komposisi gizi pakan yang tidak memadai, atau zat beracun yang dapat menyebabkan stres pada ikan (Wedemeyer et al., 1976). Jika tingkatan stres melebihi kemampuan untuk menyesuaikan, efeknya dapat mematikan. Tingkat stres yang lebih rendah dapat mempengaruhi tingkat pertahanan tubuh yang dapat dibuat dan pembentukan antibodi berlangsung (Roberts, 1975). Jadi, "stress" dianggap sebagai faktor permulaan penting pada kebanyakan penyakit bakterial pada ikan dan kerang dan setiap situasi yang mengakibatkan "stress" sering diikuti oleh timbulnya gejala klinis penyakit.

Budidaya kekerangan sering melakukan pemeliharaan dengan kepadatan tinggi untuk masa waktu yang singkat baik di dalam jaring ataupun di dalam bak sebelum dipasarkan atau saat pemijahan. Kepadatan tinggi tersebut membuat kondisi sangat stres dan memberikan kondisi yang ideal untuk penularan berbagai mikroorganisme patogen. Kerugian ekonomi paling besar pada budidaya udang, lobster, dan kepiting saat ini sering terjadi dalam waktu singkat tapi periode kritis (Sindermann, 1974).

Program pengelolaan kesehatan ikan yang efektif terfokus pada 1) menjaga kondisi stres seminimal mungkin, 2) pencegahan terhadap masuknya patogen, 3) Penggunaan obat-obatan yang efektif, dan 4) penggunaan vaksin bila tersedia. Jelas sekali bahwa ikan bergizi baik yang dipelihara dalam kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan akan tahan terhadap banyak patogen (Wedemeyer et al, 1976.). Dalam banyak kasus, pengurangan yang tepat dari kondisi stres dapat mendorong pengobatan sendiri tanpa perlu perlakuan kemoterapi.

Patogen umum pada ikan dapat menyebabkan penyakit bahkan diantara ikan sehat yang dipelihara dalam kondisi lingkungan yang baik. Langkah-langkah ketat diperlukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme melalui ikan yang terinfeksi atau air yang terkontaminasi. Dalam pembenihan ikan, tindakan terbaik untuk berurusan dengan penyakit jenis ini mungkin dapat dilakukan dengan membuang seluruh ikan yang hidup, Lakukan tindakan untuk mensterilisasi fasilitas, peralatan, dan pasokan air bersih, dan memulai pemeliharaan dengan ikan atau telur yang berasal dari sumber/panti benih yang bebas penyakit.

Page 5: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Sayangnya, hanya sedikit fasilitas produksi yang mampu untuk mempertahankan kondisi ideal dan keadaan buruk dapat timbul dalam upaya untuk usaha terbaik dalam pemeliharaan ikan. Sebuah epidemi diantara benih yang dibudidayakan, jika tidak ditangani, dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang serius. Pengobatan yang tepat dengan obat yang efektif diperlukan dalam hubungannya dengan tindakan perbaikan untuk mengurangi dampak yang dihasilkan, kondisi stres.

Tinjauan terhadap sistem budidaya dan masalah penyakit yang terkait dengan berbagai jenis hewan yang dihasilkan dalam budidaya dapat ditemukan dalam referensi berikut: Ikan tuna, Busch (1987), salmon, Harrell (1987), patin, Beleau dan Plumb (1987), udang, Bell dan Lightner (1987), dan moluska, Brown (1987).

Ruang lingkup workshop/makalah ini diarahkan kepada pakan ikan. Diskusi terhadap penyakit baik pada ikan dan kerang akan terbatas pada masalah terhadap jenis ikan yang dihasilkan bagi konsumsi manusia. Orang tertarik pada baitfishes, ikan peliharaan, atau ikan hias akan menemukan bahwa banyak penyakit pada ikan patin juga umum terdapat pada jenis ikan ini

Penyakit Virus

Penyakit virus menyebabkan masalah serius dalam setiap aspek kegiatan budidaya. Jika tindakan pencegahan tidak diambil untuk mencegah masuknya virus agen, kerugian ekonomi yang parah dapat terjadi. Dalam penanganan penyakit virus, terlepas dari jenis ikan yang dibudidayakan, Jalan satu-satunya adalah dengan melakukan tindakan karantina dan memusnahkan benih ikan yang terinfeksi. Tindakan pemusnahan ini diikuti dengan melakukan disinfeksi terhadap semua fasilitas, peralatan, dan pasokan air harus dilakukan upaya lebih lanjut untuk kegiatan produksi. Ketika produksi dimulai kembali, pembudidaya memiliki benih yang bebas virus.

Di dalam budidaya perikanan, kehadiran penyakit virus pada benih ikan liar yang endemik dapat menimbulkan sebuah hambatan di masa yang akan datang terhadap budidaya ikan jarring tancap di perairan terbuka. Demikian juga, masuknya hewan liar "pembawa" ke dalam pasokan air pada sistem budidaya buatan memungkinkan untuk memasukkan agen virus yang dapat menyebabkan Kematian hingga 90% atau lebih pada benih ikan yang rentan.

Di antara ikan tuna dan salmon, penyakit virus telah dikaji lebih lanjut. Kebanyakan ancaman serius bagi keberlangsungan hidup larva dan benih dan telah menyebabkan kerugian besar terjadi pada ikan muda pada setiap siklus btahunan. Infeksi hematopoietic necrosis, Infeksi pancreatic necrosis, dan Viral hemorrhagic septicaemia adalah penyakit virus utama pada ikan tuna dan salmon (Post, 1983; Wolf, 1988).

Infeksi hematopoietic necrosis menyebabkan masalah serius dalam budidaya ikan salmon dan diperkirakan bahwa penyakit ini merugikan pembudidaya ikan tuna lebih dari $ 5 juta dolar setiap tahunnya (R. Busch, komunikasi pribadi, Biomed, Inc, Bellevue, WA).

Page 6: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Viral hemorrhagic septicaemia mempengaruhi ikan di tahun kedua kehidupan mereka. Sebagaimana yang terjadi pada fase larva dan benih, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup serius, seperti kejadian kematian banyak ikan. Viral hemorrhagic septicaemia, endemik di perairan Eropa. Meskipun upaya ketat untuk mencegah masuknya penyakit ini ke wilayah perairan Amerika Utara, namun Penyakit ini ditemukan pada tahun 1988 dan 1989 pada ikan salmon Pasifik di Washington (Eaton dan Hulett, 1990; Stewart et al, 1990). Virus telah terdeteksi keberadaannya diantara panti benih yang memproduksi ikan salmon dan pengembalian ikan salmon coho dewasa (Oncorhynchus kisutch) dari tiga panti benih dan dua sungai (Eaton dan Hulett, 1990). Upaya yang dilakukan saat ini untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan melibatkan tindakan karantina dan pemusnahan semua telur dan larva yang diketahui telah terkena virus atau berasal dari ikan dewasa yang terinfeksi. Saat ini, tidak ada Epizootics yang dilaporkan, namun keberadaan penyakit Viral hemorrhagic septicaemia telah menyebabkan dampak serius bagi produksi budidaya ikan salmon di perairan pasifik barat daya.

Virus ikan patin tampaknya menjadi endemik di sepanjang perairan Selatan tengah dan wilayah tenggara Amerika Serikat. Meskipun virus tampaknya hadir dalam sebagaian besar benih budidaya ikan patin, ekspresi penyakit ini kelihatannya terkait dengan kondisi stress lingkungan. kehadiran ikan dewasa terinfeksi di dalam sistem penyaluran air, dan keberadaan bakteri copathogen. Ketika Epizootics terjadi, kerugian pada larva dan benih dapat sangat tinggi, tetapi wabah penyakit hanya muncul secara sporadis dan belum membatasi produksi komersial ikan patin (Plumb dan Gaines, 1975; Post, 1983; Wolf, 1988; Anonymous,199Ob).

Dalam budidaya kerang, penyakit virus belum menjadi penyebab utama kerugian, tetapi sejumlah virus telah dikaitkan dengan kondisi Epizootics. Penyakit termasuk penyakit virus seperti virus herpes dan penyakit virus pada udang dan kepiting; penyakit baculovirus pada udang, dan penyakit virus seperti virus herpes pada tiram (Sindermann, 1977; Sindermann dan Lightner, 1988).

Penyakit bakteri

Bakteri patogen mungkin dapat menyebabkan masalah penyakit lebih banyak secara keseluruhan dibandingkan dengan seluruh penyebab penyakit digabungkan. Dalam hampir setiap jenis budidaya perikanan, penyakit bakteri berada pada peringkat nomor satu yang menyebabkan agen etiologi. Septicemias, cutane lesious, dan pemusnahan kerang akibat manifestasi infeksi bakteri.

Dalam setiap jenis budidaya dan untuk hampir setiap jenis ikan, bakteri patogen tertentu bertanggung jawab untuk masalah penyakit yang serius. Bakteri batang Gram-negatif adalah yang paling sering penyebab penyakit bakteri pada ikan. Meskipun hanya sedikit bakteri Gram-positif yang mempengaruhi beberapa ikan, bakteri ini dapat menyebabkan penyakit yang serius pada krustasea.

Page 7: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Penyakit bakteri utama pada ikan tuna dan salmon antara lain furunculosis (Aeromnas salmonicida) Bacterial hemorrhagic septicemia ( A. hydrophila), Vibriosis (Vibrio spp.), Enteric redmouth disease (Yersinia ruckerii) penyakit Columnaris (Cytophaga Columnaris), syndrome penyakit bakteri pada insang dan Bacterial Kidney Disease (Renibacterium salmoninarum). Dan penyakit bakteri lainnya yang bersifat serius, tetapi kurang umum, penyakit yang disebabkan Cytophaga spp Nocardia spp, Mycobacterium sp., Streptococcus sp., Pseudomonas spp., Flavobacterium sp. (Roberts, 1982; Post, 1983). dan Pasteurella sp. (Sindermm, 1977; Sindermann dan Lightner, 1988).

Sebuah penyakit bakteri baru, Salmonid rickettsial septicemia, telah muncul pada ikan salmon coho (Oncorhynchus Kisutch) pada tambak ikan komersial di Chili. Kerugian pada tahun 1989 diperkirakan mencapai 1,5 juta, pada ikan ukuran 5 – 10 kg yang dipelihara untuk ukuran pasar. Kematian pada Fasilitas pemeliharaan mencapai 70%. Penyebab Penyakit diidentifikasi sebagai bakteri gram negatif yang tidak teridentifikasi, pleomorphic coccus yang dianggap seperti penyakit rickettsia (Cvitanich et al, 1990.).

Dalam budidaya ikan patin, Enteric septicemia disease pada ikan patin (yang disebabkan oleh Edwardsiella ictaluri) telah muncul sebagai masalah penyakit yang utama. Beberapa pekerja memperkirakan bahwa penyakit ini sendiri telah menyebabkan kerugian lebih dari $ 10 juta per tahun (J. Jensen, komunikasi pribadi; Anonymous 1990a,b). Jika perkiraan tersebut akurat, Edwardsiella dapat menyebabkan hampir separuh dari seluruh kerugian ekonomi akibat penyakit yang diderita oleh pembudidaya ikan patin. Penyakit bakteri utama lainnya termasuk termasuk Bacterial hemorrhagic septicemia (A. hydrophila), penyakit Columnaris (C. Columnaris), dan Edwardsiellosis (E. tarda)

Dalam budidaya krustasea (udang dan lobster), bakteri yang menyebabkan kehancuran pada kekerangan dan infeksi septicemia menyebabkan masalah yang paling serius. Penyakit pada kerang disebabkan oleh Leucothrix, Beneckea, Vibrio, dan Pseudomonas spp. Penyakit Septicemia disebabkan oleh Vibrio, Aerococcus,dan Pseudomonas spp. (Sindermann, 1977; Sindermann dan Lightner, 1988). Penyakit bakteri berserabut (Leucothrix spp.) merupakan penyakit yang umum, namun penyakit yang kurang serius pada udang.

Penyakit bakteri juga terjadi pada tiram dan kerang, tetapi mereka tidak menyebabkan kerugian ekonomi uatama pada budidaya komoditas ini. Bacillary necrosis yang disebabkan oleh Vibrio spp. Berdampak baik pada kerang dan tiram (Sindermann, 1977

Penyakit jamur

Pertumbuhan jamur pada permukaan telur dan larva ikan dan kerang dapat menyebabkan kematian langsung yang cukup luas. Mereka juga muncul umumnya sebagai infeksi sekunder pada luka, bisul, atau lecet yang disebabkan oleh bakteri patogen, organisme parasit, penanganan yang kasar, atau kondisi

Page 8: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

lingkungan yang tidak optimal. Beberapa jamur merupakan agen patogen utama, terutama pada krustasea, dan mereka adalah penyebab kematian didalam unit pemeliharaan.

Dalam inkubasi telur ikan, telur mati memberikan substrat yang subur untuk pertumbuhan jamur. Jika telur mati tidak dihilangkan, pertumbuhan jamur yang dihasilkan dapat menjangkau telur sehat yang berdekatan dan menginfeksi mereka. Jika pertumbuhan mycotic tidak dihilangkan secara fisik atau dengan perlakuan kimia, seluruh telur mungkin akan terinfeksi/hilang.

Ikan salmon Pasifik dewasa dimasukkan ke dalam air tawar pada awal 6 bulan sebelum tanggal pemijahan mereka. Broodfish biasanya ditangkap dan dimasukkan di dalam kolam besar atau saluran sampai mereka menjadi dewasa secara seksual- kadang-kadang selama 3 sampai 5 bulan. infeksi jamur sekunder pada ikan salmon dewasa sering menjadi penyebab kematian jika tindakan pengobatan tidak dilakukan.

Infeksi jamur pada ikan patin biasanya berhubungan dengan adanya lesi akibat bakteri, infestasi parasit, atau akibat penanganan. Mereka dianggap sebagai infeksi sekunder, jarang dianggap sebagai pathogen sebenarnya pada ikan patin dan pada masa inkubasi telur.

Jamur Lagenidium menginfeksi larva krustasea dan dapat menyebabkan kematian 100% antara udang, kepiting, dan lobster. Beberapa infeksi dapat menjadi sistemik dan menyerang semua organ tubuh, selebihnya akan terlokalisasi pada jaringan insang. Fusarium spp. telah dilaporkan sebagai penginfeksi insang udang dan lobster (Sindermann, 1977; Sindermann dan Lightner, 1988).

Dalam tiram dan kerang, Sirolpidium zoothorum menyebabkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan kematian dengan cepat di antara populasi larva pada sistem pemeliharaan buatan (Sindermann, 1977; Sindermann dan Lightner, 1988).

Agen jamur yang terlibat dalam budidaya ikan dijelaskan oleh Post (1983) dan Neish dan Hughes (1980). Dan dampak yang lebih rinci pada kerang digambarkan oleh Sindermann (1977) dan Sindermann dan Lightner (1988). Ikan tuna dan salmon diserang oleh Saprolegnia spp dan Achlya spp, Ikan patin oleh Saprolegnia spp. Udang diinfeksi oleh Lagenidium spp dan Fusarium spp., lobster oleh Lagenidium, Fusarium dan Haliphthoros spp. Dalam budidaya kerang, Sirolpidium dan Lubyrinthomyxa spp. menyebabkan penyakit pada tiram dan kerang.

Penyakit Parasit

Ikan liar dan kerang adalah inang yang umum/biasa untuk penyebaran luas dari parasit. Di alam, ratusan spesies telah dilaporkan terdapat pada ikan dan kerang, tetapi mereka jarang mempengaruhi kelangsungan hidup penduduk. Hanya di sesekali kasus Keberadaan parasit yang berlebihan menyebabkan Epizootics di alam. pada situasi budidaya, kondisi hanya memungkinkan untuk relatif sedikit jenis parasit, tetapi dampaknya jauh lebih besar dari itu akan selalu berada di perairan alami. Tingginya kepadatan inang yang tersedia memberikan

Page 9: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

sarana penularan yang mudah dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi Epizootics. larva, benih, atau tahapan larva sangat rentan terhadap efek samping parasit. Selain kematian, parasit dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan, mengurangi pertumbuhan, rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur patogen, dan kelainan bentuk secara fisik.

Ini bukan tujuan dari makalah ini untuk membahas semua bentuk parasit yang telah diamati pada budidaya perikanan. Bentuk penting yang terkait dengan berbagai jenis budidaya akan tercantum dengan komentar umum mengenai pentingnya dampak yang mereka berikan.

Berbagai protozoa adalah parasit eksternal dari finfishes. Sebagian besar protozoa ini terdistribusi dan menyerang berbagai ikan. Setiap genus terdiri dari sejumlah jenis parasit yang dapat menyesuaikan diri dengan inang, ikan tertentu atau kisaran suhu tertentu. Beberapa parasit, seperti : Ichthyophthirius, Ichthyobodo,dan Chilodonella, dapat menyebabkan kematian di semua tahapan kehidupan ikan, termasuk pada tahapan dewasa (Post, 1983). Ichthyophthiriasis kemungkinan akan menyebabkan kerugian ekonomi yang lebih besar antara lain pada budidaya ikan patin bila dibandingkan denganpenyakit parasit lainnya pada budidaya ikan air hangat (Dupree dan Huner, 1984). Penyakit ini juga merupakan masalah serius pada budidaya ikan salmon. Chilodonella juga memiliki potensi untuk menyebabkan kematian pada semua tahap kehidupan, tetapi parasit ini memiliki kisaran suhu yang lebih dimana hal ini menjadi permasalahan tersendiri. Cryptocaryon merupakan masalah yang signifikan pada budidaya ikan laut (Sindermann, 1977)

Kecuali untuk spesies yang terdaftar diatas, dampak protozoa eksternal pada ikan terutama pada tahapan ikan muda. Sejumlah besar larva dan benih bisa mati akibat parasit protozoa, tapi kerugian ekonomi tidak begitu besar sebagaimana jumlah kerugian yang disebutkan (Meyer, 1970).

Parasit Sporozoa sangat terkenal pada budidaya ikan dan kerang, Beberapa dapat menyebabkan kondisi Epizootics dengan jumlah kematian dan kerugian ekonomi yang parah. Namun, kerugian tahunan parasit jenis ini, saat ini, tidak besar. Karena belum ada pengobatan yang diketahui, kebanyakan unit produksi budidaya melakukan tindakan karantina dan memusnahkan iknan yang terinfeksi dan mensterilisasi semua fasilitas untuk memulai produksi yang baru dengan telur dan benih yang bersih.

Cacing hanya bermasalah pada produksi larva, benih dan larva. Trematoda monogenetik adalah jenis cacing parasit yang paling sering dikaitkan dengan masalah budidaya. Mereka jarang menyebabkan kematian secara langsung tetapi sering memberikan kontribusi pada kematian inang mereka akibat infeksi penyakit lainnya. Dampak utama monogeneans adalah berkurang pertumbuhan, stres, dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi bakteri dan jamur patogen. Walaupun jenis lain dari cacing ini (Digeneans, Cestodes, Nematoda, dan Acanthocephalans) umumnya terjadi pada ikan dan kerang, mereka Saat ini tidak menyebabkan kerugian besar pada budidaya.

Page 10: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Parasit copepoda menyebabkan masalah serius baik pada budidaya air tawar dan ikan laut. Ketika mereka dalam jumlah yang melimpah, mereka melemahkan dan dapat menyebabkan kondisi kekurusan yang serius. Luka disebabkan oleh pemberian pakan atau penempelan parasit ini sering menjadi infeksi sekunder bakteri dan jamur. Parasit sopepoda umumnya tidak spesifik untuk inang tertentu, sehingga kehadiran ikan liar pada sistem pasokan air atau akses mereka ke unit pemeliharaan dapat memperkenalkan hama ini. sistem budidaya jaring tancap sering terkena dampak dari siklus alamiah ini karena selalu terkena reintroduksi secara konstan oleh parasit segera setelah dilakukan perawatan.

Dalam budaya iakn tuna dan salmon, protozoa eksternal Ichthyophthirius, Ichthyobodo, Chilodonella, dan Trichodina menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan pada semua tahap kehidupan (Roberts dan Shephard, 1974; Post, 1983; Meyer et al, 1983). Sporozoans juga merupakan masalah kesehatan yang serius pada ikan salmon. Myxosoma Cerebralis, penyebab penyakit berputar-putar, mempengaruhi ikan muda, namun juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang parah di antara ikan yang lebih besar karena kelainan bentuk tubuh yang dapat mendorong agar selamat dari kondisi Epizootics. Ceratomyxa shasta menginfeksi ikan salmon muda, tetapi penyebarannya saat ini hanya terbatas pada perairan Pacific Northwest. Penyakit Proliferative kidney merupakan penyakit pada benih ikan salmon yang berkembang menjadi penyakit penting. Agen penyebab penyakit ini diyakini adalah sebuahhaplosporidian.

Trematoda monogenetic (Gyrodactylus spp. dan Dactylogyrus spp) menyerang fase larva dan benih ikan salmon dan dapat menyebabkan kerugian yang cukup parah jika tidak diobati.

Parasit copepoda merupakan masalah serius dalam kolam pembesaran, saluran, dan jaring tancap. Lernaea adalah masalah serius pada budidaya air tawar; Lepeophtherius menyerang ikan pada sistem budidaya ikan laut. Keduanya akan menyerang ikan di tahapan benih atau yang lebih dewasa.

Produsen ikan patin menghadapi berbagai penyakit parasit (Meyer, 1970; Dupree dan Huner, 1984). Eksternal pratozoan Ichthyophthirius, Ichthyobodo, dan Chilodonella menyerang semua tahap kehidupan.Trichodina merupakan masalah pada tahapan larva dan benih. Sporozoans dari genus Henneguya menyebabkan penyakit serius pada tahapan larva, benih, dan ikan berumur setahun.

Monogeneans Cleidodiscus dan Gyrodactylus menimbulkan ancaman kesehatan pada benih patin. Copepoda umumnya tidak menjadi masalah dalam budidaya ikan patin.

Dalam budidaya krustasea, dampak dari organisme parasit berpusat pada tahapan sejarah kehidupan awal dan pada ikan ukuran konsumsi yang dibudidayakan di jarring tancap (Sindermann, 1977). Dua eksternal protozoa, Zoothamnium dan Epistylis, menyebabkan masalah pada udang. Lagenophrys adalah patogen untuk kepiting, dan Anophrys menyerang lobster. Sporozoan seperti Nosema, Pleistophora, dan Thelohania dapat menyebabkan Epizootics dan kerugian ekonomi yang serius.

Page 11: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Langkah-langkah pengendalian dan Pengobatan

Dalam setiap peternakan, langkah-langkah untuk mencegah masuknya atau timbulnya penyakit adalah cara yang paling efektif, lebih efisien dalam biaya, dan tahan lama. Keberhasilan langkah-langkah pencegahan pada budidaya perikanan berpusat pada 1) Mencegah masuknya mikroorganisme patogen, 2) pemeliharaan kualitas air yang baik, 3) menghindari atau pengurangan stres lingkungan (oksigen terlarut rendah, pengendalian suhu, pengendalian kepadatan, dan menghilangkan limbah metabolisme), 4) Gizi yang memadai, 5) isolasi ikan budidaya dari ikan liar, dan 6) imunisasi, jika tersedia. Telah lama diakui bahwa kualitas air yang buruk, penyebab stress akibat lingkungan dan fisiologis, dan gizi buruk adalah penyebab utama munculnya wabah penyakit.

Sayangnya, kesalahan manusia, sistem budidaya yang tidak sempurna dan gizi pakan yang tidak memadai terus menjadi bagian dari usaha budidaya saat ini, terlepas dari spesies yang dibudidayakan. Hal ini tak terelakkan, dengan demikian, penyakit akan terus menjadi faktor pembatas dan bahwa tindakan pengobatan akan menjadi dibutuhkan.

Kemoterapi harus dapat dipertimbangkan sebagai tindakan darurat atau sebagai tindakan terakhir. Meskipun bahan kimia dapat mengurangi munculnya mikroorganisme patogen atau mengendalikan kelimpahan mikroorganisme fakultatif, mereka juga dapat berdampak negatif pada biota dan pada flora dari sistem penyaringan biologis. Beberapa bahan kimia dapat berbahaya untuk pengguna atau meninggalkan residu yang tidak diinginkan atau berbahaya pada hewan yang dibudidayakan.

Penggunaan yang tepat dari bahan kemoterapi dimulai dengan diagnosis yang akurat tentang penyakit dan agen penyebab. Informasi ini harus dilengkapi dengan pemahaman sistem secara fisik dan biologis dimana ikan dibudidayakan. Ketika mempertimbangkan penggunaan obat atau bahan kimia, pertanyaan berikut ini harus dijawab:

1. Apakah obat sudah terdaftar untuk digunakan dalam budidaya melawanagen penyebab penyakit?

2. Bagaimana tingkat toksisitas obat terhadap inang?3. Apakah metode pengobatan yang tersedia memberikan tingkat efektif dari

obat pada lokasi infeksi?4. Apakah bahaya obat yang mungkin terkena bagi pengguna?5. Bagaimana obat berdampak pada biota atau sistem penyaringan secara

biologis yang diinginkan?6. Akankah obat meninggalkan residu yang berbahaya atau tidak diinginkan

dalam daging dari ikan yang rawat?

Penggunaan bahan kimia untuk hewan atau untuk lingkungan mereka diatur oleh Badan Pengelola Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) atau Badan Pelindung Lingkungan Amerika Serikat (EPA). Seluruh penggunaan baik internal maupun eksternal dari obat-obatan dan anestesi dikendalikan oleh FDA dan aplikasi bahan kimia dan pestisida ke lingkungan diatur oleh EPA.

Page 12: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Jumlah obat dan bahan kimia yang disetujui untuk mengobati penyakit ikan dan kerang sangat terbatas. Saat ini, terdapat 39 bahan kimia yang disetujui untuk digunakan dalam kegiatan budidaya: 9 bahan obat, 4 zat desinfektan, 6 senyawa pengolahan air dan pelacak warna, 3 anestesi, 15 herbisida dan algisida, dan 2 piscisida (Schnick et al, 1986.). Lima senyawa lainnya (povidone iodine, senyawa amonium quatemary, kalium permanganat, tembaga sulfat, dan dibromida diquat) yang disetujui untuk digunakan dalam mengobati infeksi bakteri pada kulit atau eksternal parasit (Meyer dan Schnick, 1989).

Banyak bahan obat-obatan digunakan untuk mengontrol penyakit pada pakan hewan lain dan telah menunjukkan efikasi terhadap mikroorganisme patogen yang ditemui dalam produksi ikan dan kerang. Meskipun penelitian untuk memperpanjang pendaftaran mereka untuk digunakan dalam akuakultur belum selesai, sejumlah obat menjanjikan dikenal. Dua makalah tinjauan (Alderman, 1988; Meyer dan Schnick, 1989) membahas kemanjuran berbagai senyawa dan potensi mereka untuk didaftarkan bagi penggunaan di bidang budidaya perikanan.

Sebelum obat apapun yang digunakan untuk tujuan pengobatan tidak disetujui oleh FDA atau EPA, dokter hewan atau tenaga spesialis kesehatan ikan harus berkonsultasi terlebih dahulu ke Kantor Pusat FDA untuk pengobatan Veteriner, Rockville, MD sebagai panduan.

Implikasi

Ada kebutuhan mendesak untuk peraturan persetujuan obat terapi yang digunakan untuk memerangi penyakit pada bidang akuakultur. Bahkan meskipun akuakultur adalah industri yang berkembang dengan pesat, Fakta tetap bahwa jenis budidaya individu masih terlalu kecil untuk dapat membayar biaya pengembangan obat-obatan yang mereka perlukan. Peningkatan dukungan pemerintah federal dan perusahaan yang lebih besar dan keterlibatan dari badan pengatur adalah penting jika produsen mampu mengendalikan kerugian ekonomi saat ini yang disebabkan oleh penyakit. Tanpa dukungan tersebut, Industri Akuakultur di Amerika Serikat akan gagal mencapai potensi penuh dan tidak dapat bersaing di pasar dunia.

Page 13: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Daftar Literatur

Alderman, D. J. 1988. Fisheries Chemotherapy: A review. Ln: J. F. and R. I. Roberts (Ed.) Recent Advances in Aquaculture. pp 1-60. Timber Press, Portland, OR.

Anonymous. 1989. U.S. catfiihlosses 1988. Water Farming J. 4(3):16. Agonymous. 199Oa. ESC cure may be in disease. Catfish J. 4(6):16.

Anonymous. 1990b. SMy shows ESC and Winter kill are top problems. Cagkh News. June, 1990. 4(11):1.

Anonymous. 19%. Disease top cause of losses in 1989. Catfrsh J. 4(7):8. Beleau, M. H. and J. A. Plumb. 1987. Channel catfish culture methods used in the United States. Vet. Hum. Toxicol. 29(Suppl. 1):52. Bell, T. A. and D. Lighmer. 1987. An outline of penaeid shrimp culture methods including infectious disease problems and priority drug treatments. Vet. Hum. Toximl. 29(Suppl. 1):37.

Brown, C. 1987. An outline of bivalve mollusks culture methods including disease problems and treatments. Vet. Hum. Toxicol. 29(Suppl. 1):35.

Busch, R A. 1987. Trout culture methods in the United States. Vet. Hum. Toxicol. 29(Suppl. 1):45.

Cvitanich, J., 0. Garate and C. E. Smith. 1990. Etiological agent in a Chilean coho disease isolated and confirmed by Koch’s postulates. Fish Health Section Newsletter, Am. Fish. Soc. 18(1):1.

Dupree, H. K. and J. V. Huner. 1984. Third Report to the Fish Farmers. U.S. Fish and Wildlife Service, Washington, DC

Eaton, W. D. and J. Hulett. 1990. The fourth (and fifth?) isolation of viral hemorrhagic septicemia virus in Washington state. Fish Health Section Newsletter, Am. Fish. SOC. 18(1):3.

Harrell, L. W. 1987. Salmon production in the United States. Vet. Hum. Toxicol. 29(Suppl. 1):49.

Meyer, F. P. 1970. Seasonal fluctuations in the incidence of disease on fish farms. In: S. F. Snieszko (Ed.) A Symposium on Diseases of Fishes and Shellfishes. Pp 21-29. Am. Fiih. Soc., Spec. Publ. No. 5., Bethesda, MD.

Meyer, F. P. andR. A. Schnick. 1989. A review of chemicals used for the control of fish diseases. Crit. Rev. in Aq. Sci. 1:693.

Meyer, F. P., J. W. Warren and T. G. Carey. 1983. A guide to integrated fsh health management in the Great Lakes basii. Great Lakes Fishery Commission, Spec. Publ.

Neish, G. A. and G. C. Hnghes. 1980. Diseases of Fishes: Pungal Diseases of Fishes. TF.H. Publications Neptune, NJ.

O’Bamon, B. K. 1987. Fisheries of the United States. U.S. Dept. of Commerce, Current Fishery Statistics No. 8700, 1988.

Plumb, J. A. and J. L. Gaines. 1975. Channel catfish virus disease. In: W. E. Ribelin and G. Mgaki (Ed.) The Pathology of Fishes. pp 287-302. Univ. of Wisconsin Press, Madison.

Post, G. 1983. Textbook of Fish Health. T.F.H. Publications, Neptune, NJ.

Page 14: Penyakit pada budidaya perikanan dan manajemen kesehatan

Roberts, R. J. 1975. The effects of temperature on diseases and their histopathological manifestations in fish. In: W. E. Ribelin and G. Migaki (Ed.) The Pathology of Fishes. pp 477494. Univ. of Wisconsin Press, Madison.

Roberts, R J. 1982. Microbial Diseases of Fish. Academic Press, New York.Robats. R. J. and C. J. Shepherd. 1974. Handkook of trout and salmon diseases.

Fsbing News (Books) Ltd., surrey, UK.Schnick, R. A., F. P. Meyer and D. L. Gray. 1986. A guide to approved chemicals

in fd production and fshery resource management. US. Fish and Wildlife Service and Univ. of Arkansas Cooperative Extension Service. Little Rock, AR. MP 241-l1M-1-86.

Sindermaun, C. J. 1974. Diagnosis and control of mariculture diseases in the United States. Technical Series, No. 2., National Marine Fisheries SnVice, U.S. Dept. of Commerce, Washington, DC.

Sindermann, C. J. and D. V. Lightner. 1988. Disease Diagnosis and Control in North American Marine Aquaculture. Elsevier, New York

Sindennann, C. J. 1977. Disease Diagnosis and Conlrol in North American Aquaculture. Elsevier, New York.

Stewart, B. C., C. Olson, and S. Lutz. 1990. VHS virus detected at Lummi Bay sea ponds, Belhgbatn, Washington. Fish Health Section Newsletter. Fish Heallh Section, Am. Fish. SOC. 18(1):

United States Department of Agriculture. 1989 Trout production. National Agriculhval Statistics Service. SpCr (9-89). Washington, DC.

United States Office of Aquaculture. 1986. Compelling masons for the United States to look seriously at aquaculture development. USDA, Washington, DC.

Van Dyk, J. 1990. Long journey of the Pacifc salmon. National Geographic 178(1):>37.

Wedemeyer, G. 1970. The role of s-s in the disease resistance of fish. In: S. F. Snieszko (Ed.) A Symposium on Diseases of Fishes and Shellfishes. Pp 30-35. Am. Fish. Soc., Washington, DC., Spec. Publ. No. 5, Bethesda, MD.

Wedemeyer, G. A., F. P. Meyer and L. Smith. 1976. Diseases of Fishes: Environmental Srress and Fish Diseases. TFH. Publications, Neptune, NJ.

Wolf, K. 1988. Fish Viruses and Fisb Viral Diseases. Cornell Univ. Press, Ithaca, NY.