penyakit mekoneum

13
1 MODUL PENYAKIT MEKONIUM Kode Modul : MBA 028 A. Definisi Mekonium ileus adalah obstruksi ileum yang terjadi akibat dari tertumpuknya mekonium yang kental dibagian ileum terminal. Kelainan ini biasanya didapatkan pada bayi yang lahir dengan penyakit fibro- kistik Mekonium peritonitis terjadi karena perforasi usus pada masa prenatal. Jika mekonium yang keluar ke rongga abdomen steril maka akan terjadi infeksi tidak akan terjadi peritonitis. Biasanya kelainan ini di- tandai oleh adanya kalsifikasi intraabdomen atau adanya pseudokista B. Waktu 1. Tingkat pengayaan mulai semester 1 sampai 3 2. Kegiatan magang diprogram dari semester 4 sampai 6 3. Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 sampai akhir masa pendidikan Jenis Penya- kit ICD 10 Tahap I Tahap II Jumlah kasus minimum PBD (3bl) Sem 1 Sem 2 Sem 3 Sem 4 Sem 5 Sem 6 Sem 7 Sem 8 Sem 9 G M Mekonium ileus Mekonium peritonitis P75 P78 K6 K6 K6 K6 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 2 2 Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan pen- gusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri C. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal, patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium, dapat menegak- kan diagnosis, melakukan persiapan pra operasi, melakukan tindakan reseksi anastomosis dan ileostomi serta perawatan paska operasi. 2. Tujuan Khusus 1. Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal. 2. Mampu patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium 3. Mampu menjelaskan indikasi operasi pada penyakit mekonium baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi. 4. Mampu menjelaskan, melakukan operasi reseksi anastomosis dan ileostomi dan mengatasi komplikasinya 5. Mampu melakukan perawatan paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi. 6. Mampu mengenal dan menangani komplikasi paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi baik komplikasi dini maupun lanjut

description

Modul

Transcript of penyakit mekoneum

Page 1: penyakit mekoneum

1

MODUL PENYAKIT MEKONIUM Kode Modul : MBA 028

A. Definisi

Mekonium ileus adalah obstruksi ileum yang terjadi akibat dari tertumpuknya mekonium yang kental dibagian ileum terminal. Kelainan ini biasanya didapatkan pada bayi yang lahir dengan penyakit fibro-kistik Mekonium peritonitis terjadi karena perforasi usus pada masa prenatal. Jika mekonium yang keluar ke rongga abdomen steril maka akan terjadi infeksi tidak akan terjadi peritonitis. Biasanya kelainan ini di-tandai oleh adanya kalsifikasi intraabdomen atau adanya pseudokista

B. Waktu

1. Tingkat pengayaan mulai semester 1 sampai 3 2. Kegiatan magang diprogram dari semester 4 sampai 6 3. Kegiatan mandiri dimulai dari awal semester 7 sampai akhir masa pendidikan

Jenis Penya-

kit

ICD 10

Tahap I

Tahap II

Jumlah kasus

minimum PBD (3bl)

Sem 1

Sem 2

Sem 3

Sem 4

Sem 5

Sem 6

Sem 7

Sem 8

Sem 9 G

M

Mekonium ileus Mekonium peritonitis

P75 P78

K6

K6

K6

K6

P2.A3

P2.A3

P2.A3

P5.A5

P5.A5

P5.A5

2

2

Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan pen-gusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal, patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium, dapat menegak-kan diagnosis, melakukan persiapan pra operasi, melakukan tindakan reseksi anastomosis dan ileostomi serta perawatan paska operasi.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal. 2. Mampu patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium 3. Mampu menjelaskan indikasi operasi pada penyakit mekonium baik dengan komplikasi

maupun tanpa komplikasi. 4. Mampu menjelaskan, melakukan operasi reseksi anastomosis dan ileostomi dan mengatasi

komplikasinya 5. Mampu melakukan perawatan paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi. 6. Mampu mengenal dan menangani komplikasi paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi

baik komplikasi dini maupun lanjut

Page 2: penyakit mekoneum

2

D. Strategi dan Metoda Pembelajaran

1. Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit 2. Tinjauan Pustaka

� Presentasi teori dasar � Presentasi kasus penyakit mekonium

1 kali, telaah kepustakaan 1 kali

3. Diskusi Kelompok 2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut diagnosis, teknik operasi, penyulit, dsb

4. Bed side teaching 2 x ronde 5. Bimbingan Operasi

� Operasi magang � Operasi mandiri

Minimal 2 Minimal 2 kasus

E. Kompetensi

Jenis Kompetensi Tingkat Kompetensi

a Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal. K6 b Mampu patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium K6 c Mampu menjelaskan indikasi operasi pada penyakit mekonium baik dengan

komplikasi maupun tanpa komplikasi. K6 P2 A3

d Mampu menjelaskan, melakukan operasi reseksi anastomosis dan ileostomi dan mengatasi komplikasinya

K6 P5 A5

e Mampu melakukan perawatan paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi. K6 P5 A5

f Mampu mengenal dan menangani komplikasi paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi baik komplikasi dini maupun lanjut K6 P5 A5

F. Persiapan Sesi

(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup :

a. Embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal. b. Patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium c. Gejala, tanda klinis dan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit mekonium d. Indikasi operasi pada penyakit mekonium baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi. e. Mengenal dan menangani komplikasi paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi baik

komplikasi dini maupun lanjut (2) Audio-visual teknik operasi

G. Referensi

1. Grosfeld JL, O’Neill JA, Fonkalsrud EW, Coran AG. Penyakit mekonium. Dalam Pediatric Surgery. 6th ed. Mosby Elsevier. 2006. p. 1289-1300

2. Ashcraft, Holcomb KW, Murphy GW, Patrick J. Meconium disease. Dalam Pediatric Sugery. 4th ed. Elsevier Saunders. 2005. p.448-460

Page 3: penyakit mekoneum

3

3. Oldham, KT, et al. Meconium Syndromes and Cystic Fibrosis. Dalam Principles and Practice of Pediatric Surgery 4th edt.. Lippincott Williams & Wilkins. 2005. p 1228-1239

H. Gambaran Umum

Mekonium ileus adalah obstruksi terminal ilium karena abnormalitas kekentalan mekonium yang disebabkan oleh karena cystic fibrosis Patofisiologi Cystic fibrosis adalah penyakit yang mempengaruhi semua glandula eksokrin

a. Sekresi abnormal dari pancreas dan usus memproduksi mekonium dengan protein tinggi dan mu-koprotein yan abnormal, yang membuat ini leih kental dibandingkan normal. Mekonim sangat ken-tal dan tertahan pada ilium distal, dimana obstruksi sering terjadi

b. Volvulus prenatal mungkin menghasilkan perforasi atau infark dengan aseptic mekonium peritoni-tis, intestinal atresia, dan pementukan pseudokista. Kalsifikasi dari mekoniumyang ekstravasasi dapat terjadi.

Dari anamnesis didapatkan polihidramnion pada 5-10% kasus, prematuritas, neonates dengan tanda – tanda obstruksi intestinal letak rendah,, distensi abdomen, kegagalan pengeluaran feses, teraba “clay-like mass” pada kanan . Pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen disertai gambaran usus pa-da dinding abdomen dan gambaran gerakan usus pada dinding abdomen, bising usus menurun pada kea-daan yang lanjut, teraba “clay like mass” pada kanan bawah, suara tambahan pada auskultasi paru oleh karena aspirasi pneumonia

Pemeriksaan penunjang fotot BNO ditemukan dilatasi usus dengan air fluid level, tidak berubah dengan perubahan posisi, bubble soap appereance (+). Pada pemeriksaan barium enema ditemukan mikrokolon, kadang kadang ditemukan inspissated “pallets” pada ilium terminal

Pengelolaan : 1. Penatalaksanaan secara non operatif (irigasi dengan menggunakan barium enema), dengan

syarat : a. Tidak terdapat obstruksi didistal dari usus (colon sampai dengan anus) b. Tidak terdapat volvulus, gangrene, perforasi, peritonitis, atresia usus c. Telah dilakukan koreksi imbalan elekrolit dan cairan d. Tidak dalam keadaan hipotermia

2. Penatalaksanaan secara operatif (reseksi anastomosis end to end ilium , atau ileostomi Santuli atau Bishop-Koop)

Mekonium peritonitis terjadi karena perforasi prenatal usus. Jika isi usus yang keluar steril infeksi tidak akan terjadi, tetapi jika terjadi reaksi kimia, maka menghasilkan fibrosis, granuloma, dan kalsifika-si. Patofisiologi mekonium peritonitis Penyebab perforasi intrauterine adalah cedera vaskuler ( dimana juga menyebabkan atresia), mekonium ilius, atresia ani, intususepsi, volvulus oleh karena band atau hernia interna. Perforasi iatrogenic oleh ka-rena amniosintesis atau prenatal susrgery.

a. Reaksi inflamasi oleh karena bile dan enzyme pancreas dan usus menyebabkan terbentuknya fibroblas, adhesi, granuloma benda asing dan kalsifikasi.

b. Perforasi kemungkinan akan tertutup dengan sendirinya tanpa bekas atau segmen atretik c. Adhesi menyeluruh dengan kalsifikasi adalah manifestasi yang sering terjadi, obstruksi intestinal

oleh karena adhesi atau pada letak perforasi d. Terbentuknya pseudokista karena mekonium yang keluar. Jaringan fibrous terbentuk oleh karena

loop usus dan kumpulan cairan e. Asites terjadi karena perforasi terjadi sebelum lahir, kalsifiksi tidak akan terjadi f. Mekonium peritonitis terinfeksi oleh karena perforasi tidak tertutup segera sebelum lahir dan tidak

segera tertutup. Kolonisasi bakteri pada usus menyebabkan kontaminasi pada peritonium

Riwayat penyakit didapatkan tanda – tanda obstruksi usus, muntah hijau, distensi abdomen, gagal pengeluaran mekonium. Pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen, perut tegang dan berkilat, tam-

Page 4: penyakit mekoneum

4

pak warna kulit perut eritem, gambaran usus yang distensi pada dinding abdomen yang tipis , teraba masa pada keadaan yang sudah terlambat atau sudah terbentuk abses. Pemeriksaan penunjang darah rutin dan BNO. Pengeloaan : Ileostomi, reseksi anastomosis

I. Contoh Kasus

Seorang bayi usia 3 hari, datang dengan keluhan perut kembung, muntah berwarna kehijauan dan belum BAB sejak lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut kembung dengan darm countour (+) dan darm steifung (+). Pada foto BNO didapatkan dilatasi usus dengan air fluid level, bubble soap appereance (+) Pertanyaan:

1. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini? 2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?

J. Rangkuman

Mekonium ilius adalah obstruksi terminal ilium karena abnormalitas kekentalan mekonium yang disebabkan oleh karena cystic fibrosis Patofisiologi Cystic fibrosis adalah penyakit yang mempengaruhi semua glandula eksokrin

a. Sekresi abnormal dari pancreas dan usus memproduksi mekonium dengan protein tinggi dan mu-koprotein yan abnormal, yang membuat ini leih kental dibandingkan normal. Mekonim sangat ken-tal dan tertahan pada ilium distal, dimana obstruksi sering terjadi

b. Volvulus prenatal mungkin menghasilkan perforasi atau infark dengan aseptic mekonium peritoni-tis, intestinal atresia, dan pementukan pseudokista. Kalsifikasi dari mekoniumyang ekstravasasi dapat terjadi.

Dari anamnesis didapatkan polihidramnion pada 5-10% kasus, prematuritas, neonates dengan tanda – tanda obstruksi intestinal letak rendah,, distensi abdomen, kegagalan pengeluaran feses, teraba “clay-like mass” pada kanan . Pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen disertai gambaran usus pa-da dinding abdomen dan gambaran gerakan usus pada dinding abdomen, bising usus menurun pada kea-daan yang lanjut, teraba “clay like mass” pada kanan bawah, suara tambahan pada auskultasi paru oleh karena aspirasi pneumonia

Pemeriksaan penunjang fotot BNO ditemukan dilatasi usus dengan air fluid level, tidak berubah dengan perubahan posisi, bubble soap appereance (+). Pada pemeriksaan barium enema ditemukan mikrokolon, kadang kadang ditemukan inspissated “pallets” pada ilium terminal

Pengelolaan : 1. Penatalaksanaan secara non operatif (irigasi dengan menggunakan barium enema), dengan

syarat : a. Tidak terdapat obstruksi didistal dari usus (colon sampai dengan anus) b. Tidak terdapat volvulus, gangrene, perforasi, peritonitis, atresia usus c. Telah dilakukan koreksi imbalan elekrolit dan cairan d. Tidak dalam keadaan hipotermia

2. Penatalaksanaan secara operatif (reseksi anastomosis end to end ilium , atau ileostomi Santuli atau Bishop-Koop)

Mekonium peritonitis terjadi karena perforasi prenatal usus. Jika isi usus yang keluar steril infeksi tidak akan terjadi, tetapi jika terjadi reaksi kimia, maka menghasilkan fibrosis, granuloma, dan kalsifika-si. Patofisiologi mekonium peritonitis Penyebab perforasi intrauterine adalah cedera vaskuler ( dimana juga menyebabkan atresia), mekonium ilius, atresia ani, intususepsi, volvulus oleh karena band atau hernia interna. Perforasi iatrogenic oleh ka-rena amniosintesis atau prenatal susrgery. 1. Reaksi inflamasi oleh karena bile dan enzyme pancreas dan usus menyebabkan terbentuknya

fibroblas, adhesi, granuloma benda asing dan kalsifikasi. 2. Perforasi kemungkinan akan tertutup dengan sendirinya tanpa bekas atau segmen atretik 3. Adhesi menyeluruh dengan kalsifikasi adalah manifestasi yang sering terjadi, obstruksi intestinal

oleh karena adhesi atau pada letak perforasi

Page 5: penyakit mekoneum

5

4. Terbentuknya pseudokista karena mekonium yang keluar. Jaringan fibrous terbentuk oleh karena loop usus dan kumpulan cairan

5. Asites terjadi karena perforasi terjadi sebelum lahir, kalsifiksi tidak akan terjadi 6. Mekonium peritonitis terinfeksi oleh karena perforasi tidak tertutup segera sebelum lahir dan tidak

segera tertutup. Kolonisasi bakteri pada usus menyebabkan kontaminasi pada peritonium

Riwayat penyakit didapatkan tanda – tanda obstruksi usus, muntah hijau, distensi abdomen, gagal pengeluaran mekonium. Pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen, perut tegang dan berkilat, tam-pak warna kulit perut eritem, gambaran usus yang distensi pada dinding abdomen yang tipis , teraba masa pada keadaan yang sudah terlambat atau sudah terbentuk abses. Pemeriksaan penunjang darah rutin dan BNO. Pengeloaan : Ileostomi, reseksi anastomosis

K. Evaluasi

Tujuan Pembelajaran Metode Penilaian Mampu menjelaskan embriologi, anatomi, dan fisiologi dari gastrointestinal.

Ujian lisan dan tulis

Mampu patologi dan patogenesis dari penyakit mekonium

Ujian lisan dan tulis

Mampu menjelaskan indikasi operasi pada penyakit mekonium baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi.

Ujian lisan dan tulis dan diskusi

Mampu menjelaskan, melakukan operasi reseksi anastomosis dan ileostomi dan mengatasi komplikasinya

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log

Mampu melakukan perawatan paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi.

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log

Mampu mengenal dan menangani komplikasi paska operasi reseksi anastomosis dan ileostomi baik komplikasi dini maupun lanjut

Pengamatan, penilaian kompetensi, diskusi, dan penilaian buku log

L. Instrumen Penilaian

1. Ujian Pretest Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.

2. Ujian Post test Ujian ini dilakukan pada akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian merupakan pengembangan dari ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya dibandingkan dengan hasil pretest untuk melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap materi modul yang diajarkan dalam waktu 3 bulan ini. Setelah ujian post test, dilakukan diskusi antara pengajar dan peserta didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang kekurangan dari peserta didik dari hasil ujian tulis.

3. Buku Log Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara objektif kompetensi yang didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga berisi kegiatan ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.

Page 6: penyakit mekoneum

6

M. Materi Baku

1. Menegakkan diagnosis

Mekonium Ileus : a. Anamnesis didapatkan polihidramnion pada 5-10% kasus, prematuritas, neonates dengan tanda –

tanda obstruksi intestinal letak rendah,, distensi abdomen, kegagalan pengeluaran feses, teraba “clay-like mass” pada kanan.

b. Pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen disertai gambaran usus pada dinding abdomen dan gambaran gerakan usus pada dinding abdomen, bising usus menurun pada keadaan yang lanjut, te-raba “clay like mass” pada kanan bawah, suara tambahan pada auskultasi paru oleh karena aspirasi pneumonia.

Mekonium Peritonitis: a. Riwayat penyakit didapatkan tanda – tanda obstruksi usus, muntah hijau, distensi abdomen, gagal

pengeluaran mekonium. b. Pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen, perut tegang dan berkilat, tampak warna kulit

perut eritem, gambaran usus yang distensi pada dinding abdomen yang tipis , teraba masa pada keadaan yang sudah terlambat atau sudah terbentuk abses.

2. Pengelolaan Penderita :

a. Persiapan operasi 1. Inform Consent 2. Puasa dilakukan 4-6 jam sebelum pembedahaan 3. Pasang infus, beri cairan standard N4 dengan tetesan sesuai kebutuhan.

b. Tehnik Operasi

Irigasi dengan menggunakan barium enema Posisi pasien supine. Masukkan Gastrografin (meglumine diatriazoate, hiperosmolar, water soluble, radiopaque solution yang berisi 0.1 polysorbate 80 (tween 80) dan 37% organically bound iodine) dengan osmolaritas 1900 mOsml/L sebanyak 24 – 50 cc. Dimasukkan melalui anus menggunakan kateter dibawah fluorokopi tanpa meniupkan balon kateter. Setelah itu colon dimasukkan 1% n-acetilsistein 5 ml untuk membantu evakuasi. Dilakukan evaluasi 12-24 jam, jika belum keluar gastrografin enema dapat diulangi, dengan mengingat tidak terdapat tanda – tanda peritonitis. Penderita juga diberikan N-asetilsistein 5 ml melalui NGT

Ileostomi Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi secara transverse (laparotomi) supra umbilicus kemudian diperdalam hingga menembus peritoneum. Dilakukan identifikasi dari penyakit mekonium. Dilakukan ileostomi secara Santulli atau Bishop Koop. Ileum kemudian dikeluarkan dan difiksasi ke dinding abdomen dengan dengan benang PGA 5.0, kemudian dilakukan maturasi. Rongga abdomen dicuci dan dilakukan penutupan rongga abdomen secara mass closure

Reseksi Anastomosis end to end Pasien dalam narkose umum. Posisi pasien supine. Tindakan antisepsis pada dinding abdomen. Irisan dibuat diatas umbilicus sebelah kanan secara transversal dengan pertengahan pada linea mediana, kemusian irisan diperdalam sampai rongga abdomen. Keluarkan semua sistema usus mulai dari ligamentum Traitz sampai dengan sigmoid. Identifikasi seluruh segmen usus untuk melihat penyakit mekonium. Dilanjutkan identifikasi patensi distal dengan melakukan injeksi salin dan dilihat apakah dapat melewati caecum. Patensi colon dapat dilakukan dengan melihat hasil colon in loop atau dengan memasukkan salin melewati rectum. Identifikasi panjang usus halus

Page 7: penyakit mekoneum

untuk melihat fungsional dari usus. Dilakukan reseksi kemudian usus proksimal dan distal kemudian dianastomosis dengan menggunakan benang absobsable, 4-0 atau 5-0, monofilament, jarum bulat, atarumatik. Kemudian lakukan repair defek mesenterium . Cuci rongga abdomen. Tutup luka operasi lapis demi lapis.

3. Pasca bedah

Observasi tanda vital

Puasa ampai 3 hari dengan pemberian TPN

Pengawasan terhadap kebocoran anastomosis

Pemberian antibiotika intra vena

Perawatan luka operasi

Komplikasi: perdarahan infeksi luka operasi cedera usus

N. Algoritma

Mekonium Ilius

Kondisi stabil

Laparotomi reseksianastomosis atau

ensterostomi (Bishop dan santuli)

Kondisi tidak stabil

Perbaikan keadaanumum

Laparotomi reseksianastomosis atau

ensterostomi (Bishop dan santuli)

Page 8: penyakit mekoneum

8

O. Penuntun Belajar Dan Daftar Tilik

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR IRIGASI DENGAN BARIUM ENEMA

KEGIATAN

I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien b. Memahami pemeriksaan fisik hipospadia

II. Melakukan tindakan Irigasi dengan Barium Enema a. Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. b. Pasien diletakkan dalam posisi supine. c. Masukkan Gastrografin (meglumine diatriazoate, hiperosmolar, water soluble, radiopaque

solution yang berisi 0.1 polysorbate 80 (tween 80) dan 37% organically bound iodine) dengan osmolaritas 1900 mOsml/L sebanyak 24 – 50 cc. Dimasukkan melalui anus menggunakan kateter dibawah fluorokopi tanpa meniupkan balon kateter.

d. Setelah itu colon dimasukkan 1% n-acetilsistein 5 ml untuk membantu evakuasi. e. Dilakukan evaluasi 12-24 jam, jika belum keluar gastrografin enema dapat diulangi, den-

gan mengingat tidak terdapat tanda – tanda peritonitis. Penderita juga diberikan N-asetilsistein 5 ml melalui NGT

III. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya b. Membuat laporan operasi

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.: 1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau

urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan) 2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).

Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal 3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

Page 9: penyakit mekoneum

9

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR IRIGASI DENGAN BARIUM ENEMA

(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI

I. PENDAHULUAN

1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan

2. Menetapkan indikasi operasi

3. Memahami data data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik

II. TEHNIK TINDAKAN IRIGASI DENGAN BARIUM ENEMA

4. Memasukkan gastrografin ke dalam anus

5. Melakukan penilaian terhadap irigasi

III. PENYELESAIAN

6. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya

7. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini: : Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau

panduan standar T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama

proses evaluasi oleh pelatih

Page 10: penyakit mekoneum

10

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI ILEOSTOMI

KEGIATAN

IV. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien b. Memahami pemeriksaan fisik c. Memahami pemeriksaan penunjang

V. Melakukan tindakan Ileostomi a. Dilakukan narkose umum b. Posisi pasien secara supine c. Lakukan tindakan a dan antiseptik di daerah operasi. d. Dibuat insisi secara transverse (laparotomi) supra umbilicus kemudian diperdalam hingga

menembus peritoneum. e. Dilakukan identifikasi dari penyakit mekonium. Dilakukan ileostomi secara Santulli atau

Bishop Koop. f. Ileum kemudian dikeluarkan dan difiksasi ke dinding abdomen dengan dengan benang

PGA 5.0, kemudian dilakukan maturasi. g. Rongga abdomen dicuci dan dilakukan penutupan rongga abdomen secara mass closure

VI. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaan pasien kepada keluarganya b. Membuat laporan operasi

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.: Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya

tidak sesuai (jika harus berurutan) Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).

Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

Page 11: penyakit mekoneum

11

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR OPERASI ILEOSTOMI

(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI

I. PENDAHULUAN

1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan

2. Menetapkan indikasi

3. Memahami data data preoperasi seperti klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

II. TEHNIK TINDAKAN ILEOSTOMI

4. Pasien diposisikan supine

5. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien

6. Melakukan drapping pada pasien

7. Melakukan insisi insisi secara transverse (laparotomi) supra umbilicus

8. Melakukan identifikasi dari penyakit mekonium

9. Melakukan ileostomy Santulii atau Bishop-Koop

10. Melakukan fiksasi ileum ke dinding abdomen

11. Luka operasi ditutup

III. PENYELESAIAN

12. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya

13. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini: : Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

Page 12: penyakit mekoneum

12

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI RESEKSI ANASTOMOSIS PENYAKIT MEKONIUM

KEGIATAN

I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan a. Memahami keluhan dan gejala pasien b. Memahami pemeriksaan fisik hipospadia

II. Melakukan tindakan Reseksi Anastomosis Penyakit mekonium a. Dilakukan narkose umum dengan intubasi endotrakeal. b. Pasien diletakkan dalam posisi supine. c. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian ditutup dengan

kain steril kecuali lapangan operasi. d. Irisan dibuat diatas umbilicus sebelah kanan secara transversal dengan pertengahan pada

linea mediana, kemusian irisan diperdalam sampai rongga abdomen. e. Keluarkan semua sistema usus mulai dari ligamentum Traitz sampai dengan sigmoid.

Identifikasi seluruh segmen usus untuk melihat penyakit mekonium. f. Dilanjutkan identifikasi patensi distal dengan melakukan injeksi salin dan dilihat apakah

dapat melewati caecum. Patensi colon dapat dilakukan dengan melihat hasil colon in loop atau dengan memasukkan salin melewati rectum.

g. Identifikasi panjang usus halus untuk melihat fungsional dari usus. Dilakukan reseksi kemudian usus proksimal dan distal kemudian dianastomosis dengan menggunakan be-nang absobsable, 4-0 atau 5-0, monofilament, jarum bulat, atrumatik. Kemudian lakukan repair defek mesenterium .

h. Cuci rongga abdomen. Tutup luka operasi lapis demi lapis.

III. Penyelesaian a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya b. Membuat laporan operasi

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.: 4. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau

urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan) 5. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).

Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal

6. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

Page 13: penyakit mekoneum

13

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA PROSEDUR OPERASI RESEKSI ANASTOMOSIS PENYAKIT MEKONIUM

(diisi oleh pengajar)

PESERTA : TANGGAL :

KEGIATAN NILAI

IV. PENDAHULUAN

1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan

2. Menetapkan indikasi operasi

3. Memahami data data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik

V. TEHNIK TINDAKAN RESEKSI ANASTOMOSIS PENYAKIT MEKONIUM

4. Melakukan tindakan a dan antisepsis pada pasien

5. Melakukan drapping pada pasien

6. Melakukan sayatan supra umbilicus sebelah kanan secara transversal

7. Melakukan identifikasi seluruh segmen usus untuk melihat penyakit mekonium

8. Melakukan identifikasi patensi distal

9. Melakukan reseksi anastomosis

10. Melakukan pencucian rongga abdomen

11. Melakukan penutupan rongga abdomen

VI. PENYELESAIAN

12. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya

13. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan: Rekomendasi: Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

P. Kata Kunci : Penyakit mekonium, irigasi, ileostomi, reseksi anastomosis

�����

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini: : Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar : Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau

panduan standar T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama

proses evaluasi oleh pelatih