Penyakit Karang

download Penyakit Karang

of 10

Transcript of Penyakit Karang

Penyakit Karang

Ada fakta unik tentang penyakit-penyakit yang diderita terumbu karang. Penyakit terumbu karang ternyata memposisikan diri sebagai ancaman utama yang dapat mematikan secara cepat dan massal, tentu bersamaan dengan beberapa ancaman lainnya, seperti pemanasan global, penangkapan merusak, dan polusi minyak. Sejak tahun 1973, telah teridentifikasi 29 jenis penyakit pada terumbu karang. Namun, secara garis besar, ada tiga faktor penyebab timbulnya penyakit pada terumbu karang, yaitu patogen, genetik, dan lingkungan. Penyakit yang timbul akan menjadi lebih parah jikalau disebabkan oleh kombinasi dua atau tiga penyebab itu. Termasuk, perubahan kondisi lingkungan yang relatif cepat juga turut memperparah infeksi penyakit. Hal ini karena patogen dapat menggandakan diri lebih cepat dan memperbesar peluang infeksi terumbu karang di sekelilingnya. Perubahan potensi reproduksi, kematian, perubahan komposisi, struktur, proses dan fungsi komunitas, bahkan kepunahan spesies, hanyalah beberapa dari dampak penyakit terumbu karang. berikut ini merupakan tujuh jenis penyakit pada terumbu karang adalah sebagai berikut 1. Infeksi alga dan spons Hal ini terjadi karena penutupan jaringan hidup terumbu karang oleh filamen alga atau spons. Pertumbuhan alga atau spons cenderung lebih cepat. Biasanya jaringan karang yang masih hidup yang berdekatan dengan filamen alga atau spons mengakibatkan terumbu karang karakteristiknya tampak memucat. :

Gambar 1 : Infeksi alga dan spons.

2. White Syndromes Merupakan istilah kolektif dari beberapa jenis penyakit karang yang memperlihatkan zona putih. Pada bagian zona putih jaringan karang tidak lagi dijumpai. Terkadang zona putih membentuk garis atau pola tertentu dan beraturan. Zona putih ini dapat dibedakan antara gejala infeksi penyakit atau jenis predasi dari bentuk zona putihnya.

Gambar 2 : White Syndromes

3. Bleaching Hal ini disebabkan oleh jaringan karang yang kehilangan alga zooxanthellae, sehingga mengalami pemudaran warna bahkan putih. Jaringan karang masih bisa dilihat dan dirasakan, seringkali karang yang memutih ini mengeluarkan lendir secara berlebihan. Jika tekanan lingkungan terus berlanjut, terumbu karang yang stres ini akan mengalami kematian. Sebaliknya, jika tekanan lingkungan membaik, ada kemungkinan karang yang memutih ini dapat sehat kembali.

Gambar 3 : Bleaching Terumbu Karang

4. Infestasi Waminoa Hal ini disebabkan oleh cacing pipih yang sering disebut sebagai Acoel flatworm yang menutupi permukaan jaringan karang. Seringkali mereka hidup bergerombol. Tidak diketahui secara pasti dampak dari infestasi Waminoa, tapi dapat dipastikan penutupan permukaan karang dapat mengakibatkan gangguan fotosintesis zooxanthellae karang.

5. Pigmentasi Suatu respon terhadap gangguan, seperti biota kompetitor, pengebor, abrasi alga, gigitan ikan, dan sebagainya. Pigmentasi biasanya menujukkan garis, benjolan, bintik, ataupun bentuk tidak beraturan yang berwarna merah muda atau ungu. Meskipun pigmentasi bukan bagian dari penyakit terumbu karang, tetapi bagian dari jenis karang yang terganggu.

6. Predasi Jaringan karang bisa dimakan oleh beberapa biota, termasuk diantaranya ikan kakatua, bintang laut berduri (Acanthaster planci), dan Drupella. Setiap jenis biota yang memakan jaringan karang akan meninggalkan jejak-jejak predasi yang mudah dikenali. 7. Anomali pertumbuhan Terjadinya pembesaran atau pengecilan sebagian jaringan karang dari normal. Permukaan koloni yang mengalami pembesaran atau pengecilan terlihat lebih kasar dan seringkali lebih pucat daripada bagian karang yang tumbuh normal.

Pertimbangan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Pertimbangan-pertimbangan yang sering dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kebutuhan atau perlu-tidaknya pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang.

A. Pertimbangan Ekonomis. Pertimbangan ekonomis adalah pertimbangan yang menyangkut mengenai masalah nilai ekonomis daripada sumberdaya alam terumbu karang yang meliputi: Apakah sumber daya terumbu karang di daerah tersebut penting untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, (barang-barang subsistence)?

Misalnya, makanan, bahan-bahan yang diambil dari lingkungan laut. Apakah sumber daya terumbu karang di daerah tersebut penting sebagai penghasil barang-barang tersebut dijual untuk asset lokal, nasional, atau pasar internasional? Apakah sumber daya terumbu karang di daerah tersebut penting untuk daya tarik kunjungan wisata atau pariwisata, yang menghasilkan uang selain berupa barang? B. Pertimbangan Lingkungan Pertimbangan lingkungan meliputi: Apakah lingkungan ekosistem terumbu karang tersebut penting untuk hal-hal stabilitas fisik pantai, tujuan ekonomi, tujuan budaya? Apakah daerah tersebut penting untuk mempertahankan: (a) stok hewan dan tumbuhan, termasuk yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan?, (b) plasma nutfah? Apakah lingkungan alam daerah tersebut penting secara estetika dan identitas budaya? Adakah data kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh: (a) sedimentasi dari hutan, konstruksi, pertanian, penebangan,

pertambangan, (b) penangkapan yang berlebih (overfishing) (c) yutrofikasi karena buangan limbah yang mengandung nutrient (d) modifikasi dan sirkulasi air, (e) kontaminasi minyak, pestisida, bahan kimia, limbah nuklir, (f) koleksi karang, kerang-kerangan, ikan akuarium, komponen lain (g) aktivitas wisata atau pariwisata.

C. Pertimbangan Sosial Budaya Untuk usulan pengelolaan dengan pertimbangan sosial budaya ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu:

Apakah daerah tersebut penting untuk: (a) untuk pengakuan tradisi (b) untuk nilai social budaya (c) untuk mempertahankan tradisi generasi yang akan dating (d) untuk sasaran keagamaan. Apakah pengaruh rencana pengelolaan terhadap: (a) Negara secara keseluruhan (b) masyarakat di sekitar daerah tersebut?. Kesemua informasi akan data lingkungan diatas, baik dari komponen biogeofisik, ekonomi, maupun social budaya, adalah sangat penting dan perlu di jawab dahulu sebelum mempertimbangkan perlu atau tidaknya pengelolaan lingkungan terumbu karang.

Upaya Pengelolaan Pemutihan Terumbu Karang Secara umum, pengelolaan wilayah terumbu karang membutuhkan political will yang kuat agar stressor yang utama, yaitu stessor antropogenik dapat diturunkan sampai pada taraf seminimal mungkin untuk dapat membantu proses

recovery dari wilayah ini. Selain itu, jika proses recovery akan dilakukan, maka pengelolaan perlindungan wilayah terumbu karang, MPA (Marine Protected Area), juga harus ditingkatkan agar berjalan optimal. Westmaccot et al. (2000), menerangkan bahwa dalam pengelolaan terumbu karang yang memutih dan kritis, hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Penambahan Daerah Perlindungan Laut (DPL) / Marine Protected Area (MPA). Sosialisasi Pengurangan Perikanan Tangkap di Wilayah DPL Terumbu Karang. Pariwisata laut sehingga menumbuhkan peran serta masyarakat sekitar untuk berperan serta dalam menjaga wilayah terumbu karang. Pengelolaan Pesisir Terpadu untuk mengurangi stressor dari terestrial Restorasi Terumbu Karang.

Secara umum, maka menurut Wesmaccot et al. (2000) di atas, adalah penerapan DPL/MPA dan restorasi/recovery terumbu karang. Data efektivitas pengelolaan MPA terumbu karang yang diperoleh Yusamanda & Moore (2007) selama survey 10 tahun menunjukan bahwa dengan DPL, maka tingkat tutupan karang akan naik sebesar 10 satuan. Selain itu, tingkat diversitas dan densitas hewan invetebrata di wilayah DPL, sumber kekayaan plasma nuftah utama dari wilayah terumbu karang, naik hingga lebih lima kali lipatnya jika dibandingkan dengan wilayah non-DPL. Oleh karena itulah, maka penetapan wilayah DPL akan sangat berperan penting. Selain DPL, terumbu karang yang memutih dan kritis sebenarnya dapat di recovery kembali dengan menggunakan teknik transplantasi terumbu karang dari

wilayah yang masih sehat ke wilayah yang rusak. Pada studi kasus di Filipina, White & Crus-Trinidad (1998) menerangkan bahwa biaya rehabilitasi 1 hektar terumbu karang menggunakan 2 patahan/m2 (tingkat tutupan 12.5%) adalah US$ 2,100, sehingga dengan kemungkinan pendapatan dari 1 hektar terumbu karang yang sehat di Filipina diperkirakan berkisar antara US$ 3191,113 pertahun, maka metode ini rehabilitasi akan berpotensi ekonomi yang berkepanjangan setelah beberapa tahun. Namun di Indonesia, hal ini memerlukan dana yang besar karena luasnya wilayah terumbu karang. Akan tetapi, dengan potensi ekonomi yang dimilikinya, hal ini akan berdampak sangat bagi keberlangsungan daya dukung terumbu karang di masa yang akan mendatang.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2165453-upaya-pengelolaanpemutihan-terumbu-karang/#ixzz1P9pkZRzr. http://terumbungeblogsekarang.blogspot.com/2010/10/mengenal-tujuh-penyakitterumbu-karang.html http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2148572-pengelolaan-ekosistemterumbu-karang/#ixzz1P9u8Zgjg

Tugas Makalah Koralogi Kelautan

KEMATIAN KARANG

OLEH : YUSHRA L111 08 002

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011