IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

13
27 IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG PANTAI WAIPARE DESA WATUMILOK KABUPATEN SIKKA Mariana Sada 1) , Agustina Lande 2) Sri Astuti 3) Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere Alamat: Jl. Jenderal Sudirman Waioti Maumere Nusa Tenggara Timur E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenisjenis karang batu yang terdapat pada zona intertidal pantai Waipare. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya sebagai bahan informasi bagi pihak yang berhubungan dengan perlindungan dan pelestarian ekosistem pesisir dan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di zona intertidal pantai Waipare Desa Watumilok Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei di sepanjang pantai Waipare dan diambil sampelnya untuk diidentifikasi. Hasil peneltian menunjukan bahwa karang batu yang terdapat di zona intertidal pantai Waipare adalah 13 jenis. Acropora nobilis, Acropora yongie,Acropora aspera, Acropora gemmifera, Acropora palifera dan Acropora donie merupakan jenis karang batu yang paling besar populasinya dan menempati areal yang paling luas. Kata kunci: Karang Batu, zona intertidal PENDAHULUAN Terumbu karang (Coral reaf) merupakan ekosistem khas yang terdapat di daerah tropis . Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi. Komponen yang paling utama dalam membentuk terumbu karang adalah hewanhewan karang diantaranya adalah jenis Molusca, Crustacea, Echinodermata, Polykhaeta, Porifera dan Tunicata. Disamping hewan karang ada juga hidup biota lain yang berkaitan erat dengan karang yang semuanya terjalin dalam hubungan yang dikenal dengan ekositem terumbu karang (Anonimous dalam Linta, 1996). Menurut Nontji (2002) bahwa terumbu karang merupakan pelindung fisik terhadap pantai, bagaikan benteng yang kokoh. Apabila terumbu karang dirusak, dihancurkan atau diambil karang serta pasirnya secara berlebihan maka benteng pertahanan pantai pun akan jebol, sehingga pantai akan terus terkikis oleh pukulan ombak. Terumbu karang sebagai sumber daya hayati dapat pula menghasilkan produk yang menempati nilai ekonomi yang sangat penting. Untuk dapat membentuk terumbu, karang batu. Terumbu karang juga merupakan keunikan asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sebagian penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal tersebut Terumbu terbentuk dari endapan massif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, bangsa Scleractina), alga

Transcript of IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

Page 1: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

27

IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG PANTAI

WAIPARE DESA WATUMILOK KABUPATEN SIKKA

Mariana Sada1), Agustina Lande2)Sri Astuti3)

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere

Alamat: Jl. Jenderal Sudirman Waioti Maumere Nusa Tenggara Timur

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis–jenis karang batu yang terdapat pada zona

intertidal pantai Waipare. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya sebagai bahan

informasi bagi pihak yang berhubungan dengan perlindungan dan pelestarian ekosistem pesisir

dan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di zona intertidal pantai Waipare Desa

Watumilok Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur Jenis penelitian

bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei di sepanjang pantai Waipare dan diambil

sampelnya untuk diidentifikasi. Hasil peneltian menunjukan bahwa karang batu yang terdapat di

zona intertidal pantai Waipare adalah 13 jenis. Acropora nobilis, Acropora yongie,Acropora

aspera, Acropora gemmifera, Acropora palifera dan Acropora donie merupakan jenis karang

batu yang paling besar populasinya dan menempati areal yang paling luas.

Kata kunci: Karang Batu, zona intertidal

PENDAHULUAN

Terumbu karang (Coral reaf) merupakan ekosistem khas yang terdapat di daerah tropis .

Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi. Komponen yang paling

utama dalam membentuk terumbu karang adalah hewan–hewan karang diantaranya adalah jenis

Molusca, Crustacea, Echinodermata, Polykhaeta, Porifera dan Tunicata. Disamping hewan

karang ada juga hidup biota lain yang berkaitan erat dengan karang yang semuanya terjalin

dalam hubungan yang dikenal dengan ekositem terumbu karang (Anonimous dalam Linta,

1996). Menurut Nontji (2002) bahwa terumbu karang merupakan pelindung fisik terhadap

pantai, bagaikan benteng yang kokoh. Apabila terumbu karang dirusak, dihancurkan atau diambil

karang serta pasirnya secara berlebihan maka benteng pertahanan pantai pun akan jebol,

sehingga pantai akan terus terkikis oleh pukulan ombak. Terumbu karang sebagai sumber daya

hayati dapat pula menghasilkan produk yang menempati nilai ekonomi yang sangat penting.

Untuk dapat membentuk terumbu, karang batu.

Terumbu karang juga merupakan keunikan asosiasi atau komunitas lautan yang

seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang

sangat penting baik dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sebagian penduduk

Indonesia yang tinggal di daerah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari perikanan laut

dangkal tersebut Terumbu terbentuk dari endapan massif terutama kalsium karbonat yang

dihasilkan oleh hewan karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, bangsa Scleractina), alga

Page 2: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

28

berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1992).

Pembentukan karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan

pembentukan terumbu karang terbagai atas dua kelompok yaitu karang yang membentuk

terumbu atau disebut hermatypic coral dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu atau

ahermatypic coral. Kelompok hermatypic coral dalam prosesnya bersembiosis dengan

zooxentellae dan membutuhkan sinar matahari untuk membentuk bangunan dari kapur yang

dikenal dengan reef building corals, sedangkan kelompok kedua tidak dapat membentuk

bangunan kapur sehingga dikenal dengan non-reef building corals yang secara normal hidupnya

tidak tergantung pada sinar matahari (Veron, 1986).

Terumbu karang (Coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama

karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil

yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang

mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan

dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan

berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).

Karang yang terdiri dari beberapa jenis diantaranya dapat ditemukan di daerah Kecamatan

Kangae khususnya di pantai Waipare. Ekosistem terumbu karang yang ada di pantai Waipare

merupakan salah satu tempat yang baik untuk dilaksanakan penelitian. Pada pantai ini terdapat

berbagai karang batu. Jenis karang batu tersebut belum banyak diketahui, hal ini di karenakan

kurangnya data yang menyangkut jenis karang batu tersebut. Berdasarkan hal–hal tersebut di

atas, perlu dilakukan penelitian tentang Identifikasi jenis–jenis karang batu di rataan terumbu

karang pantai Waipare Desa Watumilok Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka.

METODE

Metode yang digunakan adalah survey. survey dilakukan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Selain

metode survey digunakan juga metode transek. Jenis metode transek yang digunakan adalah

transek garis. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Pada setiap plot

melakukan pendataan dan mengindentifikasi jenis-jenis spesies karang batu yang berada tepat

pada garis atau di dalam plot dicatat jenisnya untuk diidentifikasi. Dalam penelitian ini dibuat

sebanyak dua transek dan masing-masing transek mempunyai ukuran 50 m2, dengan luas

intertidal 100 m2.

Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi dan

dokumentasi. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan mencatat segala fenomena

yang terjadi di lapangan selama penelitian berlangsung. Observasi awal sebelum penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah mendatangi secara langsung lokasi yang akan dijadikan tempat

penelitian dan melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan sehubungan dipilihnya sebagai lokasi

penelitian, yaitu pasang tertinggi, surut terjauh dan tempat kehidupan karang batu. Teknik

observasi dilakukan dengan cara identifikasi dan klasifikasi terhadap data yang diperoleh. Untuk

memperkuat bukti penelitian dan memudahkan peneliti data menganalisis data, peneliti

mendokumentasikan segala kejadian yang berlangsung sehingga mempermudah peneliti untuk

mendapatkan data yang tidak tercatat ketika observasi. Penggunaan teknik dokumentasi dalam

penelitian ini yaitu dengan mengambil gambar (foto) pada jenis-jenis terumbu karang yang

ditemukan di tempat penelitian.

Page 3: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

29

Sebelum dilakukan identifikasi ,karang batu diambil sedikit untuk di jadikan

sampel.Sampel yang di ambil di rendam di air tawar yang telah di campuri dengan pemutih

(bayclin) selama 12 jam atau lebih. Tujuan perendaman adalah untuk mematikan alga yang

bersimbiosis dalam polip-polip pada karang dan mempermudah lepasnya lendir yang melekat

pada permukaan karang batu. Setelah perendaman , sampel di keluarkan dari wadah untuk di

cuci dengan air tawar. Untuk mempermudah pencuciannya, di gunakan alat bantu berupa hand

sprayer (semprotan air) sehingga bagian-bagian tertentu dari karang batu dapat di

bersihkan.Apabila semua sampel telah di bersihkan , selanjutnya dilakukan penjemuran di bawah

terik matahari . Lamanya penjemuran kurang lebih tiga hari. Kegiatan penjemuran di lakukan

sampai karang batu tersebut kering agar tidak tumbuh jamur. Dengan demikian akan

mempermudah dalam proses identifikasi. Jika seluruh sampel telah kering , kegiatan selanjutnya

di lakukan identifikasi. Sampel atau karang batu di indentifikasi dengan cara mencocokkan

jenisnya atau ciri-cirinya pada buku penuntun yang di gunakan. Penuntun yang di gunakan untuk

melakukan identifikasi adalah menurut Veron (1986), Allen dan Steene (1994).

Teknik analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil (bagian-

bagian morfologi) yang didapatkan dalam pengamatan di lapangan dengan literatur yang

digunakan. Kunci determinasi ini dapat dilihat dari petunjuk mengenai jenis-jenis terumbu

karang berdasarkan bentuk dan warna tubuh terumbu karang. Selain itu, data untuk mendukung

kunci determinasi dari morfologi terumbu karang yang ditemukan dapat dibantu dengan melihat

ukuran tubuhnnya yang dalam hal ini berkenaan dengan system refroduksi dari terumbu karang

itu sendiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pantai Waipare berada di tengah-tengah dengan berbatasan sebelah timur Dusun Waipare

B dan sebelah barat Desa Tanah Duen. Panjang Pantai Waipare ±1500 m sedangkan panjang

mulai dari pasang tertinggi sampai surut terjauh ±100 m. Berdasarkan hasil identifikasi jumlah

spesies karang batu yang di temukan dalam penelitian ini adalah 13 jenis karang batu. Jenis-

jenis karang batu yang di temukan di Pantai Waipare secara umum termaksud dalam lima family

yaitu Acroporidae, Agariciidae, Faviidae, Fungiidae, Pocilloporidae sebagaimana pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis–jenis karang batu yang ditemukan di Pantai Waipare Kabupaten Sikka

No Genus Spesies Literatur

1. Acropora Acropora

nobillis

Acropora

yongie

Acropora

pelifera

Acropora

aspera

Acropora

gemmifera

Acropora

donie

Suharsono(2

008)

Suharsono

(2008)

Suharsono

(2008)

Suharsono

(2008)

Suharsono

(2008)

Suharsono (

2008)

2. Montipora Montipora

tuberculosa

Suharsono

(2008)

Page 4: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

30

Berdasarkan hasil observasi, idenetifikasi dan dokmentasi diperoleh 13 spesimen dengan

ciri-ciri morfologi masing-masing specimen yang dicocokan dengan literature disajikan pada

tabel 2 di bawah ini.

3. Coeloserie

s

Coeloseries

mayeri

Suharsono

(2008)

4. Gardineros

eries

Gardinerose

ries

planulata

Suharsono

(2008)

5. Goniastrea Goniastrea

retiformis

Suharsono

(2008)

6. Leptastrea Leptastrea

purpurea

Suharsono

(2008)

7. Cycloserie

s

Cycloseries

costulata

Suharsono

(2008)

8. Pocillopor

a

Pocillopora

domicarnis

Suharsono

(2008)

Page 5: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

31

Tabel 2. Ciri-Ciri Morfologi Spesimen Terumbu Karang yang Ditemukan Di Pantai Waipare

No

.

Nama

Spesimen

Deskripsi Spesimen Jenis Karang

Batu Hasil Penelitian Literatur (Suharsono,2008)

1. Spesimen 1

Bentuk percabangan spesimen 1 ini

melebar dengan percabangan tegak yang

pendek, berwarna coklat, percabangan

lebih dari 2 cabang, pada ujungnya

berbentuk gepeng dan menempel pada

batu karang.

Bentuk percabangan arboresen, radial

koralit terdiri dua ukuran besar dan kecil

dengan bukaan demidiate. Jenis ini biasa

hidup ditempat dangkal. Karang ini

berwarna coklat muda sampai coklat

keabu-abuan.

Acropora

nobilis.

2. Spesimen 2

Bentuk percabangan specimen 2 ini

melebar dengan percabangan yang tebal

dan merapat, berwarna coklat, memiliki

lebih dari 2 cabang dan cabangnya

pendek, pada ujung cabang berbentuk

gepeng dan menempel pada batu karang.

Koloni dengan percabangan arboresen

yang tebal dan rapat, cabang relatif

pendek-pendek dengan axial koralit

berbentuk tabung. Radial koralit dengan

ukuran seragam berbentuk tabung. Jenis

ini biasa hidup di tempat yang dangkal

Acropora yongei

Page 6: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

32

dan relative tenang. Karang ini berwarna

coklat atau kekuningan

3. Spesimen 3

Bentuk morfologi specimen 3 bercabang ,

berwarna coklat , menempel pada tepian

karang dan percabangan tumpul di setiap

ujung.

Percabangan koloni berupa lempengan-

lempengan atau pilar-pilar yang tegak

lurus. Jenis ini sangat khas yaitu tidak

mempunyai axial koralit sedangkan radial

koralit tersebar tidak beraturan. Pada

umumnya karang ini berwarna coklat

muda dengan ujung memutih

Acropora

palifera

4. Spesimen 4

Bentuk percabangan spesimen 4 ini

bercabang dengan ukuran cabang yang

sangat sedang, percabangannya lebih dari

2 cabang, memiliki ukuran yang

bervariasi, berwarna coklat .

Koloni korimbosa, cabang dengan ukuran

yang sedang. Ukuran cabang bervariasi

tergantung dari tempat hidupnya. Axial

koralit kecil dan radial, koralit dengan

ukuran besar dan kecil, bercampur

dengan bentuk seperti sisik ikan.

Acropora aspera

Page 7: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

33

Berwarna coklat gelap atau keabu-abuan.

5. Spesimen 5

Bentuk percabangan spesimen 5 melebar ,

dengan percabangan yang gemuk dan

kokoh, berwarna coklat , memiliki lebih

dari 2 cabang dan cabangnya kadang

berbentuk pyramid.

Koloni dengan bentuk percabangan

digitata, cabang gemuk, kokoh, kadang

berbentuk pyramid, Di temukan berwarna

kuning muda, coklat, ungu. Biasanya

tumbuh ditubir ditempat yang jernih.

Acropora

gemmifera

6. Spesimen 6

Bentuk percabangan spesimen 6 ini

melebar dengan percabangan tegak dan

pendek , berwarna coklat, percabangannya

lebih dari 2 cabang, pada ujung cabangnya

berbentuk gepeng , dan menempel pada

batu karang.

Bentuk percabangan arboresen. Radial

koralit berbentuk kepingan yang melebar

pada bagian tepi. Jenis ini biasa hidup di

daerah rataan terumbu tepi. Berwarna

Coklat muda sampai kuning pucat.

Acropora donie

Page 8: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

34

7. Spesimen 7

Bentuk morfologi spesimen 7 ini adalah

pada umumnya berbentuk seperti piring,

berwarna coklat muda, tumbuh di tempat

yang berarus.

Koloni umumnya submassive, kadang

merayap, korolit campuran, ada yang

tenggelam dan ada yang di permukaan .

Seluruh permukaan ditumbuhi papilla

yang rapat, berwarna coklat muda kadang

– kadang kehijauan. Tumbuh diantara

koloni karang di tempat yang berarus.

Montipora

tuberculosa

8. Spesimen 8

Spesimen 8 berbentuk karang massive

membulat , berwarna kuning, terdapat

rongga berbentuk seperti persegi 6,

memiliki permukaan kasar dan keras dan

hidup di rataan terumbu.

Koralit cerioid dengan ukuran seragam

dan tanpa kolumela, septa hampir sama

ukurannya. Septokosta saling menyatu

antara koralit yang berdekatan. Di

temukan berwarna kuning pucat atau

keputihan.

Coeloseries

mayeri

Page 9: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

35

9. Spesimen 9

Spesimen 9 berbentuk karang massive ,

memiliki permukaan kasar dan keras,

karang tumbuh merayap dan kadang

berupa lembaran, terdapat rongga seperti

persegi 6, berwarna coklat muda.

Koloni massive, merayap kadang-kadang

dengan tepi berupa lembaran, koralit

cerioid dengan dinding dengan sudut-

sudut lancip dan tajam. Septa halus

tersebar merata dengan kolumela kecil.

Ditemukan berwarna abu–abu atau coklat

muda.

Gardineroseris

planulata

10. Spesimen 10

Spesimen 10 berbentuk seperti kubah ,

memiliki permukaan yang kasar dan

keras,terdapat garis tebal yang

membentuk kolom kecil seperti persegi 5,

tumbuh membulat di daerah rataan

terumbu, berwarna hijau muda.

Koloni massive membentuk kubah.

Koralit umumnya bersudut empat sampai

lima, cerioid. Septa berselang seling

antara yang panjang dan pendek.

Kolumela membentuk mahkota. Di

temukan berwarna hijau muda, coklat tua,

Goniastrea

retiformis

Page 10: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

36

atau kuning pucat.

11. Spesimen 11

Bentuk morfologi spesimen 11 karang

merayap, menutupi rataan terumbu,

terdapat rongga – rongga berbentuk

persegi 5, karang tumbuh merambat

menutupi permukaan dasar terumbu ,

memiliki permukaan kasar dan keras ,

berwarna coklat

Koloni massive atau merayap. Koralit

cerioid dengan ukuran yang bervariasi.

Septa mempunyai ketebalan yang relatif

sama tersusun rapi dengan dinding yang

lebih tebal. Di temukan berwarna coklat,

abu-abu atau keputihan

Leptastrea

purpurea

12, Spesimen 12

Bentuk morfologi spesimen 12 ini adalah

memiliki bentuk yang membulat,

memiliki permukaan atas yang cembung,

umumnya di jumpai di jumpai di dasar

laut yang berpasir, berwarna keputihan.

Koloni soliter membulat, permukaan atas

cembung. Septa pertama besar dan tebal

mengelilingi mulut. Berwarna kuning

pucat atau keputihan. Jenis berpasir

sedikit berlumpur.

Cycloseris

costulata

Page 11: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

37

13. Spesimen 13

Bentuk morfologi spesimen 13 bercabang

dengan percabangan yang pendek,

berwarna coklat, memiliki bintik–bintik

pada setiap cabangnya dan ujung

percabanganya tumpul.

Koloni bercabang dengan ukuran cabang

yang kecil sehingga bintil seolah menyatu

dan membentuk percabangan itu sendiri.

Adanya tonjolan kecil diseluruh

percabangan memberi kesan percabangan

berlekuk-lekuk, ujung percabangan

tumpul. Koralit tidak tersebar merata,

dengan ukuran yang relatif seragam.

Warna kuning muda sampai coklat, pada

pangkal koloni biasanya berwarna coklat.

Pocillopora

damicornis

Page 12: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

38

Pertumbuhan karang dan penyebarannya tergantung pada kondisi lingkungan dari tempat

penelitian tersebut. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tepat , akan tetapi sering kali

berubah karena adanya gangguan baik berasal dari alam maupun aktivitas manusia. Faktor – factor

lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang antara lain

:

1. Kondisi Fisik

Kondisi fisik pantai Waipare dari bibir pantai sampai batas surut terjauh masih layak untuk dilakukan

penelitian. Pada jarak 100 m2 surut terjauh kondisi fisik tersebut memungkinkan semua spesies karang

bisa bertahan hidup sedangkan pada kondisi fisik dengan jarak 50 m2 banyak spesies terumbu karang

yang tidak mampu bertahan hidup dan akan menyebabkan organisme akan mati, sehingga spesies

tersebut akan mengalami adaptasi untuk mempertahankan hidup.

2. Cahaya

Intensitas cahaya berhubungan erat dengan kedalaman . Di tempat yang dalam dengan intensitas

cahaya yang rendah tidak di temukan terumbu karang, sehingga menyebabkan laju fotosintesis akan

berkurang dan pada akhirnya kemampuan terumbu karang juga akan berkurang. Jika karang berada

pada tempat yang teduh atau di hindarkan dari cahaya , pertumbuhannya akan berhenti dan jika

cahaya yang di berikan tidak cukup, maka akan mati.

Pada saat di lakukan pengambilan sampel, tepat pada batas surut terjauh, banyak hidup berbagai jenis

karang karena cahaya yang masuk cukup baik sehingga dapat membedakan berbagai jenis karang yang

hidup, dan mempercepat proses fotosintesis. Karang tidak memperoleh makanan tetapi apabila tetap

terkena cahaya, akan mengalami perkembangbiakan bertambah banyak, hal ini dapat terjadi karena

Zooxantellae menyediakan makanan bagi mereka. Kebutuhan akan cahaya tersebut bermanfaat untuk

kepentingan Zooxanthellae yaitu alga uniseluler, berwarna kuning coklat dan hidup sebagai simbion

karang.

3. Suhu

Suhu mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi dan perombakan bentuk luar dari karang.

Suhu paling optimal bagi pertumbuhan karan berkisar antara 23-30ºC. Pada suhu di bawah 18º C dapat

menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat mengakibatkan kematian karang. Pada suhu 33º C

dapat menyebabkan pemutihan (bleaching) yaitu keluarnya Zooxanthella dari polip karang dan akibat

selanjutnya dapat mematikan karang tersebut. Sedangkan pada saat pengambilan sampel suhu rata-rata

25℃− 27℃. Pada suhu tersebut perkembangan pertumbuhan karang sangat baik sehingga

memungkinkan karang dapat bertahan hidup.

4. Kekeruhan Air

Pada saat pengambilan sampel, air tidak mengalami kekeruhan dan faktor cahaya juga tidak

menghambat proses pengambilan sampel. Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya

intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, selain mengganggu proses fotosintesis Zooxanthellae,

sedimentasi yang tinggi dapat juga menutupi dan akhirnya akan mematikan polip karang

5. Substrat

Planula karang membutuhkan substrat yang keras dan bersih dari lumpur. Substrat ini berperan sebagai

tempat melekatnya planula karang yang kemudian tumbuh menjadi hewan karang dan membentuk

komunitas yang kukuh. Dasar perairan yang berupa bantuan atau cangkang kerang dapat di pakai

sebagai substrat awal seperti yang terjadi pada proses pembentuka pulau karang.

6. Oksigen terlarut

Dalam proses respirasi ketersediaan oksigen sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup termaksud karang batu.

Page 13: IDENTIFIKASI JENIS KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU KARANG ...

39

Selain itu juga terdapat faktor – faktor biotik diantaranya meliputi: individu, populasi, komunitas dan

ekosistem.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah spesies karang batu yang di temukan di pantai Waipare A Desa Watumilok Kecamatan

Kangae Kabupaten Sikka sebanyak 13 spesies yakni Acropora nobilis, Acropora yongie, Acropora

palifera, Acropora aspera, Acropora gemmifera, Acropora donie, Montipora tuberculosa,

Coeloseries mayeri, gardineroseris planulata, Goniastrea retiformis, Leptastrea purpurea.

2. Spesies-spesies yang di temukan dominan antara lain : Acropora nobillis, Acropora yongie,

Acropora aspera, Acropora gemmifera, Acropora palifera, dan Acropora donie.

3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang antara

lain : Kondisi fisik, Cahaya, Suhu, kekeruhan air, Substrat, Oksigen terlarut dan faktor – faktor

biotic antara lain Individu, Populasi, Komunitas dan Ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT.Gramedia: Jakarta.

Soemarwoto, O. 2003. Kehidupan Terumbu Karang. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsono. 2008. Jenis – Jenis Karang Di Indonesia. Jakarta: LIPI Press

Sukarno, M., Hutomo, M. K., Moosa dan P. Darsono. 1981. Terumbu karang di Indonesia. Lembaga

Oceanologi Nasional. Jakarta: Lembaga Ilmu Penetahuan Indonesia.

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: Djambatan.

Tomascik, T.,A.J. Mah., A., Nontji and M.K. Moosa.1997. The Ecology of Indonesia Series; Vol VII

:The Ecology of Indonesia Seas. Republic of Singapore : Periplus Editions (HK) Ltd.

Veron, J.M. 1986. Corals of Australia And Indopasific. Australia Institute Of Marine Sciene.

Singapore: Angus And Rebertson Publisher