Penyakit Bayi Baru Lahir

21
BAYI BERAT LAHIR RENDAH 1. Batasan Bayi baru lahir dengan berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Bila berat kurang dari 1500 gram digolongkan dalam BBLSR ( bayi berat lahir sangat rendah ). 2. Etiologi a. Faktor ibu : hipertensi (esensial, renal, kehamilan), kelainan kardio vaskuler (diabetes mellitus, kelainan jantung, kelainan ginjal ), perokok dan alkoholisme, kecanduan bat, malnutrisi, kelainan uterus inkopetensi cerviks), infeksi aluran kemih, ketubah pecah dini. b. Faktor plasenta: kelainan plasenta (insersi plasenta yang abnormal, fibrosis, infark) abrupsio plasenta, plasenta previa. c. Faktor janin : infeksi ( rubella, toxoplasma, cytomegalo virus ), kelainan kromosom (triomi 13, 18 & 21, sindrom Turner), cacat bawaan , arteri umbilikalis tunggal, polihidramnion, kehamilan kembar 3. Patogenesis a. Etiologi --> gangguan sirkulasi uteroplasenta --> insufisiensi plasenta --> suplai nutrient & oksigen tidak adekuat--> gangguan pertumbuhan intra uterin --> BBLR b. Etiologi --> partus prematurus 4. Bentuk klinik a. Prematuritas murni ( BBLR dengan masa gestasi < 37 minggu ) b. Dismatur ( BBLR kecil masa kehamilan / masa gestasi > 37 minggu ) c. Gabungan a dan b ( BBLR dengan masa gestasi < 37 minggu dan kecil masa kehamilan ) 5. Komplikasi Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999 95

description

bayi

Transcript of Penyakit Bayi Baru Lahir

Page 1: Penyakit Bayi Baru Lahir

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

1. BatasanBayi baru lahir dengan berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Bila berat kurang dari 1500 gram digolongkan dalam BBLSR ( bayi berat lahir sangat rendah ).

2. Etiologia. Faktor ibu : hipertensi (esensial, renal, kehamilan), kelainan kardio vaskuler

(diabetes mellitus, kelainan jantung, kelainan ginjal ), perokok dan alkoholisme, kecanduan bat, malnutrisi, kelainan uterus inkopetensi cerviks), infeksi aluran kemih, ketubah pecah dini.

b. Faktor plasenta: kelainan plasenta (insersi plasenta yang abnormal, fibrosis, infark) abrupsio plasenta, plasenta previa.

c. Faktor janin : infeksi ( rubella, toxoplasma, cytomegalo virus ), kelainan kromosom (triomi 13, 18 & 21, sindrom Turner), cacat bawaan , arteri umbilikalis tunggal, polihidramnion, kehamilan kembar

3. Patogenesisa. Etiologi --> gangguan sirkulasi uteroplasenta --> insufisiensi plasenta --> suplai

nutrient & oksigen tidak adekuat--> gangguan pertumbuhan intra uterin --> BBLRb. Etiologi --> partus prematurus

4. Bentuk klinik

a. Prematuritas murni ( BBLR dengan masa gestasi < 37 minggu )b. Dismatur ( BBLR kecil masa kehamilan / masa gestasi >37 minggu )c. Gabungan a dan b ( BBLR dengan masa gestasi < 37 minggu dan kecil masa

kehamilan )

5. Komplikasi- Bayi prematur : asfiksia, sindroma gawat napas neonatus (penyakit membran hialin,

transient tachypnoe of the newborn), hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiper-billirubinemia, perdarahan peri-intraventrikuler, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan.

- Bayi kecil masa kehamilan : hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbillirubinemia dan kelainan kongenital.

6. PrognosisTergantung masa gestasi, berat lahir dan komplikasi.

7. DiagnosisDasar diagnosis : Berat lahir < 2500 gramLangkah diagnosis- timbang berat bayi

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

95

Page 2: Penyakit Bayi Baru Lahir

- tentukan masa gestasi ( hari pertama haid terakhir, skor Ballard )- tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan

menggunakan kurve pertumbuhan dan perkembangan intra uterin dari Battalgia dan Lubchenco ( 1967 ) - masa gestasi < 37 minggu --> prematuritas murni- masa gestasi > 36 minggu --> dismatur- masa gestasi < 37 dan berat lahir kurang untuk masa gestasi tersebut -->-

gabungan keduanya- cari faktor penyebab / resiko yang mendasari. Indikasi rawat:Semua BBLR dengan berat badan kurang dari 1500 gram / masa gestasi < 35 minggu / komplikasi

8. Penatalaksanaan a. Prematuritas murni

Berat lahir kurang dari 1500 gram- Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C.- Bila tidak ada SGNN dapat diberi minum per oral susu rendah laktosa/ASI

dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastik. Bila tidak bisa memenuhi semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan dengan IVFD. Pemberian minum setiap 2 – 3 jam. Bila bayi sudah bisa menghisap langsung secara bertahap diberikan 1 kali / hari dilanjutkan 2 – 3 hari / hari dan seterusnya sampai penuh sebelum bayi dipulangkan. Jenis cairan intra vena yang diberikan dekstrose 7 ½ - 10 % 500 mL + NaCl 15 % 6 mL dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan (berdasarkan umur dan berat lahir).

- Bayi dengan masa gestasi < 32 minggu diberikan aminofilin 7 ½ mg/kgBB dosis awal dan dilanjutkan 2 mg / kgBB setiap 8 jam, bila bayi bisa minum peroral dapat diberikan teofilin peroral 6 mg/kgBB dosis awal dan dilanjutkan 1 ½ mg /kgBB setiap 8 jam. Aminifilin/teofilin ini diberikan sampai masa gestasi 34 minggu.

Berat lahir lebih dari 1500 gram- Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda SGNN dan reflek isap baik rawat

gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI / LLM b. Dismatur

Berat lahir kurang dari 1500 gram- Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 37 C- Bila reflek isap baik dan tidak ada SGNN dan reflek isap baik langsung

diberi minum LLM / ASI per oral lebih dini (2jam stelah lahir). Bila reflek isap kurang diberikan minum melalui pipa nasogastrik.

Berat lahir lebih dari 1500 gram- Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda SGNN dan reflek isap baik rawat

gabung dan langsung diberi LLM/ ASI lebih dini (2 jam sertelah lahir)c. Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa kehamilan.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

96

Page 3: Penyakit Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaannya sama dengan bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 g

9. Tindak lanjuta. Observasi ketat tanda-tanda vital dan kemampuan minum serta pertambahan berat

badanb. Awasi komplikasi yang mungkin timbul : hipotermia, hipoglemia, hipocalsemia,

polisitemia, hiperbilirubinemia, perdarahan peri-intra ventrikuler, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan dan infeksi .

c. Pastikan komplikasi yang dicurigai dengan pemeriksaan penunjang : USG transfontantanela ( perdarahan peri-intra ventrikuler ) Dextro stick ( hipoglikemia ) Hematokrit ( polisitemia ) Kadar bilirubin Darah rutin dan CRP ( infeksi )

Indikasi pulang : Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada komplikasi.

Kebutuhan Cairan BBLR ATERM Hari ke 1 : 80 cc/kgbb/24 jam 60 Hari ke 2 : 100 cc/kgbb/24 jam 80 Hari ke 3 : 120 cc/kgbb/24 jam 90 Hari ke 4 : 130 cc/kgbb/24 jam 120 Hari ke 5 : 135 cc/kgbb/24 jam 130 Hari ke 6 : 140 cc/kgbb/24 jam 160 Hari ke 7 : 150 cc/kgbb/24 jam 180 Hari ke 8 : 160 cc/kgbb/24 jam 200 Hari ke 9 : 165 cc/kgbb/24 jam 165 Hari ke 10 : 170 cc/kgbb/24 jam 170 Hari ke 11 : 175 cc/kgbb/24 jam 175 Hari ke 12 : 180 cc/kgbb/24 jam 180 Hari ke 13 : 190 cc/kgbb/24 jam 190 Hari ke 14 : 200 cc/kgbb/24 jam 200

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

97

Page 4: Penyakit Bayi Baru Lahir

SINDROMA GAWAT NAFAS NEONATUS (SGNN) 1. Batasan

Kumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan frekuensi nafas >60 kali/ menit; merintih pada waktu ekspirasi; retraksi otot-otot bantu pernafasan pada waktu inspirasi/ retraksi interkostal, subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernafasan cuping hidung dan sianosis.

2. Etiologi Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease (HMD), Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN), infeksi (Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, Hipertensi Pulmonal, kelainan kongenital (Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre-Robin Syndrome), Pleural Effusion, kelumpuhan syaraf frenikus, dll. Luar traktus respiratorius: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP.

3. Patofisiologi Hipoksia dan hiperkarbia asidosis respiratorik asidosis metabolic gangguan fungsi organ dengan segala akibatnya.

4. Bentuk Klinik Tergantung penyebab. Tersering HMD (pada BBLR).

5. Komplikasi Infeksi sekunder. Akibat jangka panjang akibat hipoksia: kemunduran intelektual, defisit neurologik dan epilepsi. Akibat pernafasan bantu secara mekanik yang lama: Bronchopulmonary dysplasia, emfisema jaringan interstisial paru, retrolentar fibroplasia, PDA, perdarahan intraventrikuler, pneumothorax. Sesuai dengan penyebab, dapat ditemukan komplikasi tersendiri, misalnya pada aspirasi mekonium dapat terjadi pneumothorax atau pneumomediastinum.

6. Prognosis Tergantung dari penyebab SGNN. Pada HMD tanpa pernafasan Bantu 80-90% meninggal.

7. Diagnosis Dasar diagnosis: Mengidentifikasi gejala dasar seperti ditulis dalam batasan. Kemudian cari faktor penyebab. Tetapkan gangguan keseimbangan asam basa, derajat anoksia dan komplikasi lain.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

98

Page 5: Penyakit Bayi Baru Lahir

Langkah diagnosis: Gejala dasar dapat ditetapkan dengan pemeriksaan rutin. Langkah mencari faktor penyebab: cari faktor predisposisi (misal HMD: BBLR); lakukan foto toraks; cari gejala spesifik untuk berbagai factor penyebab (misal: Hernia Diafragmatika: perut kosong, timpani/ bising usus pada toraks). Lakukan pemeriksaan spesifik berdasarkan dugaan faktor penyebab. Indikasi rawat: Semua SGNN.

8. Penatalaksanaan Suportif:Rawat dalam inkubator / dibawah radiant heater; oksigen intranasal sampai ke nasofaring; IVFD: Dextrose 7,5 % atau 10 % + NaCl 15 % 6 cc (jumlah cairan disesuaikan dengan berat lahir dan masa gestasi ). Beri antibiotika: (sesuai dengan SP Sepsis Neonatorum). Pemberian minum per-oral ditunda sampai frekuensi pernafasan 40-60 kali per-menit. Pernafasan mekanik dilakukan, jika dengan tindakan diatas PO2 masih kurang dari 50 mmHg atau PCO2 lebih dari 65 mmHg, atau timbul apnu. Jika timbul komplikasi: asidosis metabolik, hipoglikemia, hipokalsimea, diatasi sesuai dengan proker-nya. Diambil tindakan sesuai faktor penyebab, sesuai dengan SP-nya. Pada tahap awal diberikan TPN. Jika kedaan homeostatik mulai stabil, dicoba dengan makanan personde.

9. Tindak lanjut Pengamatan rutin:Tanda-tanda vital dan bentuk pernafasan. Awasi tanda-tanda kegagalan pernafasan, infeksi, asidosis, gagal ginjal akut. Pemerikasaan laboratorium rutin: Hb, leuko, diff 1 kali 3 hari. Analisa gas darah, pada tahap awal tiap 2 jam, kemudian jika keadaan membaik, pengamatan dijarangkan. Urin diukur. Elektrolit diperiksa sekali sehari. Diamati kemampuan minum dan pertumbuhan berat badan. Pemeriksaan khusus:Sesuai bentuk klinik dan perkiraan munculnya komplikasi.Indikasi pulang: Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali permenit, minum baik, tidak ada tanda infeksi, dan penyakit penyebab telah terkendali.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

99

Page 6: Penyakit Bayi Baru Lahir

SEPSIS NEONATORUM

1. BatasanSindroma klinis dari infeksi sistemik pada bayi yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.

2. EtiologiBakteri virus dan jamur.Tersering bakteri, jenis bakteri penyebab bervariasi tergantung tempat dan waktu.

3. PatogenesisDapat terjadi antenatal, intranatal dan paskanatal- Antenatal. Faktor risiko: infeksi pada ibu hematogen (melalui placenta)/

perkontnuitatum: infeksi fokal placenta kontaminasi liquor amnii ingesti/ aspirasi.

- Intra natal. Faktor risiko: infeksi intra partum, ketuban pecah dini, partus kasep, prematuritas, kontak langsung kuman jalan lahir dengan janin/ infeksi asendens: ketuban utuh korionitis/ korio amnionitis ingesti/ aspirasi.

- Paskanatal. Faktor risiko: tindakan invasif pada bayi, prematuritas, kualitas perawatan infeksi nosokomial

4. Bentuk Klinis- Tersangka Infeksi- Sepsis Neonatorum.Untuk menekan angka kematian bayi baru lahir akibat infeksi, disamping mengupayakan diagnosa dini diformulasikan pengertian “Tersangka Infeksi”, dimana langkah penanggulangan telah diambil kalau ditemukan faktor risiko infeksi, meskipun manifestasi klinis Sepsis belum ditemukan.

5. Komplikasi Dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemia, anemia, hiperbilirubinemia, meningitis & DIC

6. PrognosisTergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama sakit.Angka kematian kasus: 30 – 60 %.

7. DiagnosisDasar diagnosisTersangka infeksi: ditemukan satu atau lebih faktor risiko infeksi berikut:

- Ibu selama melahirkan demam (sushu >38,5oC) - Ibu leukositosis (lekosit >15000/mm3) - Air ketuban keruh dan atau berbau busuk.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

100

Page 7: Penyakit Bayi Baru Lahir

- Ketuban pecah > 12 jam sebelum lahir.- Partus kasep.- Belum ada tanda sepsis.

Manifestasi klinis Sepsis sangat bervariasi, tidak spesifik dan dapat berupa gangguan berbagai organ:Gejala umum: bayi tampak lemah/iritabel malas/ tidak mau minum, hipotermia/ hipertermia, sklerema, sianosis dan keadaan umum memburuk.Gejala susunan syaraf pusat: letargi, iritabel, tremor, hiporefleksi, hiponi, kejang, serangan apnu.Gejala saluran pernapasan: dispnu, takipnu, apnu dan sianosis.Gejala gastrointestinal: muntah, diare, meteorismus dan hepatomegali.Gejala hematologik: ptekie, purpura , perdarahan lain, ikterus, splenomegali.Gejala kardiovaskuler : pucat/sianosis, takikardia, hipotensi, edema Diagonosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya gejala klinis di atas dan bila ditemukan lebih dari 1 hasil pemeriksaan laboratrium dibawah ini:

- . Jumlah lekosit < 5000 / uL atau > 25.000 / uL.- . Rasio netrofil immatur dan total : 0,2 atau lebih- . Laju endap darah Mikro > 15 mM / jam- . CRP (+)

Langkah diagnosis Identifikasi faktor risiko infeksi diagnosa Tersangka Infeksi. Tetapkan apakah kasus Tersangka Infeksi berkembang menjadi Sepsis Neonatorum

dengan mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan hasil pemeriksaan laboratorium.

Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis, identifikasi gejala klinis yang lazim ditemukan pada Sepsis Neonatorum dengan melakukan pemeriksaan yang cermat.

Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin , pemeriksaan CRP dan kultur darah

Semua penderita Sepsis Neonatorum dilakukan pungsi lumbal untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi. Batasan meningitis:

- Usia 0-48 jam > 100/ l- Usia 2-7 hari > 50/ l- Usia > 7 hari > 22/ l

_ Bila ada alat Ultrasonografi SG maka USG transfontanel bisa membantu menegakkan diagnosis meningitis.

Indikasi rawatSemua penderita Tersangka Infeksi dan yang menunjukan adanya gejala klinis sepsis.

8. Penatalaksanaan Terapi suportif : Segera berikan cairan secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi, mengatasi dehidrasi dan kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapati gangguan respirasi/sidroma gawat napas. Bila ditemukan hiperbilirubinemia lakukan foto terapi/transfusi tukar. Bila sudah bisa makan per oral beri ASI/ susu formula.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

101

Page 8: Penyakit Bayi Baru Lahir

Terapi spesifik : Segera berikan anti biotika polifragmasi

1. Tersangka infeksiAmpisillin, dosis 100 mg/kg BB/ hari, iv, dibagi 2 dosis.Gentamisisn, dosis 2 1/2 mg/kgBB/18 jam, im sekali pemberian untuk bayi cukup bulan.Gentamisin, dosis 2 1/2 mg/kgBB/ 24 jam im, sekali pemberian, untuk bayi kurang bulan.Lama pemberian 3-5 hari dinilai apakah menjadi Sepsis. Kalau tidak antbiotika dapat dihentikan.

2. Sepsis NeonatorumPilihan pertama: Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika lain yang lebih poten, misalnya meropenem 20 mg/kg/BB iv, tiap 8 jam, atau sesuai dengan hasil resistensi test.Lama pemberian 7-10 hari.

3. Sepsis Neonatorum dengan MeningitisSama dengan butir dua, dengan catatan: dosis ceftazidim 100 mg/ kgBB/ hari, dosisi meropenem 40 mg/kgBB/ hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.

9. Tindak lanjutObservasi ketat tanda-tanda vital dan awasi komplikasi yang mungkin timbul. Pertimbangkan pindah antibiotika yang lebih poten bila tidak terdapat perbaikan klinis dalam 48-72 jam atau keadaan umum memburuk. USG transfontanel bisa dipakai untuk melihat kemanjuan / perburukan dari meningitis.Indikasi pulangPenderita dipulangkan bila pemberian antibiotika telah selesai, tidak ada tanda-tanda infeksi baik secara klinis maupun laboratoris, keadaan umum baik dan dapat minumsecara adekuat.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

102

Page 9: Penyakit Bayi Baru Lahir

ASFIKSIA NEONATORUM

1. BatasanKegagalan bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir

2. Etiologi- Faktor ibu (penekanan v.cava inferior oleh uterus, hipertonia uteri, hipotensi,

penyakit sistemik: toksemia gravidarum, anemia dsb)- Faktor persalinan (kelainan letak, partus lama dsb)- Faktor janin (kompresi tali pusat, trauma lahis dsb)

3. PatogenesisGangguan pertukaran O2 dan CO2 hipoksia dan hiperkarbia asidosis metabolik, hipoglikemia, syok, gagal ginjal dan edema otak defisit neurologik, kemunduran intelektual, kematian.

4. Bentuk KlinikBerdasar derajat : ringan, sedang, berat

5. KomplikasiAsidosis metabolik, hipoglikemia dan ensefalopati hipoksik iskemik, serta gagal ginjal.

6. PrognosisAsfiksia berat: kematian + 20%, yang hidup dengan sequelae : gangguan intelektual, defisit neurologis, epilepsi.

7. DiagnosisDasar diagnosis: Berdasarkan nilai Apgar 1 menit:

8 - 10 : tidak asfiksia 5 - 7 : ringan 3 - 4 : sedang0 - 2 : berat

Langkah diagnosis- Sebelum lahir :

Keadaan ibu, masa gestasi/ perkiraan persalinan, gawat janin perkiraan asfiksia

- Setelah persalinan : Penilaian bersamaan dengan langkah-langkah resusitasi. Sambil melakukan resusitasi menilai Apgar 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah selesai resusitasi dipantau fungsi vital (nadi, pernafasan , kesadaran dan pengukuran miksi), mencari komplikasi dan penyakit penyerta (anamnesa kehamilan/ persalinan serta pemeriksaan fisik bayi, glukosa darah, Hb/ leuko/ diff; serta pemeriksaan lain atas indikasi: foto thoraks, ECG, USG).

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

103

Page 10: Penyakit Bayi Baru Lahir

Algoritma Resusitasi : lihat lampiran. Ambil langkah diagnostik dan penatalaksanaan sesuai algoritme resusitasi. Indikasi Rawat: Semua asfiksia berat, asfiksia sedang dengan pernafasan tidak pulih menjadi normal setelah resusitasi awal.

8. TatalaksanaSebelum bayi lahir dicatat data : penyakit ibu, obat yang didapat ibu, tanda-tanda gawat janin (bila ada), keadaan air ketuban. Segera setelah lahir, bayi diletakkan di atas meja resusitasi yang datar, kemudian dikeringkan dengan kain secara cepat (kurang dari 20 detik). Resusitasi bayi asfiksia tergantung dari hasil evaluasi: pernafasan, denyut jantung dan warna kulit bayi.Tindakan umum- Menjaga agar bayi tidak hipotermi, bayi dikeringkan dengan kain kering, hangat

dan bersih- Pembersihan jalan nafas isap dari mulut dan hidung stimulasi taktil. Bila

ada mekonium langsung intubasi dan isap dari trakea beberapa kali sampai bersih tindakan khusus.

Tindakan khusus1. Bantuan pernafasan

a) Dengan sungkup dan pompa resusitasiPosisi kepala bayi sedikit ekstensi. Bila tidak ada pernapasan spontan atau pernapasan spontan tetapi HR < 100 x/menit bantuan pernafasan memakai sungkup dan pompa resusitasi 40 - 60 kali / menit. Bila ada tanda perbaikan (denyut jantung yang meningkat) pemompaan diteruskan. Bila denyut jantung tidak meningkat, lakukan pijat jantung luar bersama-sama dengan pompa pernapasan.

b). Intubasi EndotrakeaIndikasi- Bila pernapasan dengan sungkup dan masker tidak efektif- Bila perlu penghisapan dari trakea- Bila ada kecurigaan Hernia diafragmatika- Bila dibutuhkan ventilasi tekanan positif yang lama- Bayi prematur dengan BB < 1000 gram yang tidak bernafas atau akan

diberikan surfaktan 2. Pijat jantung luar

Setelah bantuan pernafasan 15 - 30 detik dengan 02 100%, denyut jantung kurang dri 60 kali / menit atau 60-80 kali permenit tetapi tidak meningkat.

3. Pemberian obat-obatan Bila HR = 0 atau bila denyut nadi masih lemah (kurang dari 80 kali / menit)

walaupun telah diberikan tindakan di atas maka dapat diberikan larutan epineprin 1/10.000 : 0,1 cc/kgBB secara i.v. atau ke dalam tabung endotrakhea.

Setelah 5 menit dilakukan bantuan pernafasan dan belum ada pernafasan spontan, berikan larutan natrium bikarbonat 8,4 % 2 mEq/kgBB yang diencerkan dengan aquadest 1 : 1 langsung dimasukkan ke vena umbilikalis selama 2 menit. Bila

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

104

Page 11: Penyakit Bayi Baru Lahir

timbul usaha bernafas sebelum cairan natrium bikarbonat habis terpakai, maka jarum segera dicabut.

Bila ibu mendapat morphin atau petidin dalam wakt 4 sampai 6 jam sebelum persalinan, 2 menit bantuan pernafasan tidak ada usaha bernafas, maka langsung diberikan Nalokson 0,1 mg/kgBB secara i.v. melalui vena umbilikalis / endotrakhea

.9. Tindak lanjut

- Observasi tanda-tanda vital. - Awasi komplikasi : hipoglikemia (jittery, iritabel hipotonia, muntah,

cyanosis), asidosis metabolik (pernafasan cepat dan dalam), hipokalemia (iritabel, kejang, tremor), infeksi, gagal ginjal, edema otak dan SGNN.

- Bila mendapat IVFD, pada asfiksia sedang dan berat dilakukan retriksi cairan (3/4 kebutuhan). Atasi segera sesuai SP-nya/ petunjuk di atas. Jika dilakukan pernafasan dengan bag selama 1/2 jam tidak muncul pernafasan spontan, dilakukan pernafasan mekanis. Caranya: sesuai dengan proker-nya.

- Cari penyakit pernyerta / penyebab.Indikasi pulang : Tidak sesak, dengan frekuensi nafas 40 - 60 x/menit. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan bisa minum secara adekuat.

Tabel 1. Obat-obat untuk resusitasi pada bayi baru lahir Jenis Konsentrasi Preparat

disiapkanDosis dan Cara pemberian

Cara pemberian

Efinefrin 1:10.000 1 ml 0,01 - 0,03 mg/kg0,1-0,3 ml/kg I.V. atau endotrakhea

Berikan secara cepatDilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% menjadi 1-2 ml bila secara endotrakhea

Volume expander

Darah,albumin 5%NaCl psiologisRinger lactat

40 ml 10 ml/kgintravena

Diberikan selama 5-10 menitBerikan dengan suntikan atau infus

Natriumbikarbonat

0,5 mgEq/ml(larutan 4,2%)

20 ml atau2 buah spuitberisi 10 ml

2 mEq/kg(4 ml/kg) I.V.

Berikan dengan lambat sekurang-kurangnya dalam 2 menit. Hanya diberikan bila bayi sudah mendapat ventilasi yang baik

Nalokson 0,4 mg/ml 1 ml 0,1 mg(0,25 ml)/kgI.V. endotrakheaI.M, subkutan

Berikan secara cepatLebih disenangi I.VDan endotrakhea

hidrokhlorida Atau 1,0 mg/ml 1 ml 0,1 mg(0,1 ml)/kgI.V endotrakheaI.M. subcutan

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

105

Page 12: Penyakit Bayi Baru Lahir

HIPERBILIRUBINEMIA NEONATAL

1. Algoritma

hiperbilirubinemia

umur < 24 jam umur > 24 jam periksa Coombs test ulang periksa bil total dan direk ( setelah 12 - 24 jam ) positip negatip

bil.direk meningkat bil.direk normalinkompatibilitas golongan darah infeksi intra uterin periksa hematokrit( ABO, Rh, minor group) sepsis neonatal hepatitis obstruksi biliaris normal/menurun meningkat

periksa morfologi RBC polisitemia

abnormal normal sferositosis ekstravasasi darah inkomp.ABO sirk.entrohepatik def. G6PD kel. metab/endokrin

2. BatasanSuatu kedaan dimana kadar bilirubin total sewaktu > 12 mg% pada bayi pretem dan lebih dari 15% mg pada bayi aterm atau ikterus yang terjadi pada hari pertama kehidupan atau peningkatan kadar bilirubin > 5mg % / 24 jam atau peningkatan kadar bilirubin direk > 1 ½ - 2 mg% atau ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu.

3. Etiologia. Hiperbilirubinemia indirek.

- Timbulnya ikterus pada hari 1 kehidupan : Inkompatibilitas golongan darah (Rh, ABO), infeksi intra uterin (TORCH).

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

106

Page 13: Penyakit Bayi Baru Lahir

- Timbulnya ikterus pada hari ke 2 atau ke 3: inkompatibilitas golongan darah, infeksi , polisitemia, darah ekstra vasasi (hematom sefal,perdarahan intra kranial), kelainan morfologi RBC, defisiensi enzim G6PD, SGNN.

- Timbulnya pada hari ke 4 atau 5 : breast feeding jaundice, SGNN, infeksi.- imbulnya stelah hari ke 7: breast milk jaundice, infeksi, neonatal hepatitis,

peningkatan sirkulasi entero-hepatik ( stenosis pilorik, obstruksi usus ) b. Hiperbilirubinemia direk:

neonatal hepatitis, sepsis neonatal, infeksi intra uterin, obstruksi saluran empedu ( bile flug syndrome, kista duktus kholedokus ) dan atresia biliaris.

4. PatogenesisPemecahan eritrosit berlebihan produksi bilirubin meningkat/ Gangguan proses transportasi bilirubin ke hepar/ Gangguan konyugasi bilirubin di hepar peningkatan bilirubin indirekGangguan ekresi oleh hepar peningkatan bilirubin direk

5. Bentuk klinik Berdasarkan jenis bilirubin yang meningkat dibedakan : a. Hiperbilirubinemia indirek

b. Hiperbilirubinemia direkc. Hiperbilirubinemia direk dan indirek

6. KomplikasiEnsefalopati billiaris ( kern ikterus ), cirrhosis hepatis.

7. Prognosis Pada hiperbilirubinemia indirek prognosa baik bila tidak terjadi kern ikterus. Pada Atresia biliaris yang dilakukan tindakan operatif 5-year survival rate nya 36 %

8. DiagnosisDasar diagnosis: Kadar billirubin sesuai dengan batasan Langkah diagnosis: Ditujukan terutama untuk mencari faktor penyebab - Lakukan anamnesa sedini dan secermat mungkin mengenai riwayat kehamilan dan

persalinan- Ikterus timbul pada hari 1 : periksa kadar biliubin, darah tepi lengkap, golongan

darah ibu dan bayi, Comb test. - Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3: periksa kadar bilirubin , perisa darah

tepi lengkap, golongan darah ibu dan anak , Coombs test (bila peningkatan bilirubin > 5 mg% dalam 24 jam, karena masih ada kemungkinan penyebabnya inkompatibili tas ABO atau Rh ), pemeriksaan enzim G6PD.

- Ikterus timbul pada hari ke 4 atau lebih: periksa bilirubun direk dan indirek, periksa darah tepi, pemeriksaan enzim G6PD.

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

107

Page 14: Penyakit Bayi Baru Lahir

- Bila ikterus berlansung lebih dari 2 minggu, hepatomegali atau fases berwarna dempul lakukan USG hati, test fungsi hati dan biopsi hepar

Indikasi rawat : Semua penderita hiperbilirubinemia dirawat.

9. Penatalaksanaan1. Hiperbilirubinemia indirek

- Foto terapi bila ada indikasi foto terapi sesuai dengan kadar bilirubin indirek menurut umur dan kehamilan berdasarkan grafik Cockington (lgrafik terlampir). Pada penderita yang dilakukan fototerapi diberikan cholestiramine 240 mg / kgBB / hari dibagi 3 dosis. Foto terapi dihentikan bila kadar nya tidak meningkat lagi dan kadarnya separoh dari kadar indikasi untuk transfusi tukar pada bayi tersebut.

- Transfusi tukar bila biliubin indirek meningkat > 5 mg% / hari, bilirubin indirek > 25 mg% pada bayi dengan berat badan > 2500 g dan > 20 mg% pada bayi dengan berat badan < 2500 g , serta timbul anemia progresif pada waktu pengobatan hiperbilirubinemia.

2. Hiperbilirubinemia direk - Obstruksi biliaris tindakan bedah.- Non obstruksi obati etiologinya (infeksi / sepsis).

Simptomatis berikan:- luminal 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.- cholestyramine 240 mg / kgBB / hari dibagi 3 dosis.

10. Tindak lanjut

a. Awasi ketat tanda-tanda vital, waspadai gejala-gejala awal kern ikterus ( hipoaktif, lethargi, hipotoni, refleks Moro menurun, irritable, hipertoni, kejang, hipertermi, malas minum ).

b. Waspadai dan atasi komplikasi terapi sinar dan transfusi tukar yang mungkin terjadi.

c. Bila penderita dipulangkan tetap dipantau penilaian berkala tumbuh kembang, terutama penderita yang mendapat terapi sinar atau transfusi tukar.

Indikasi pulang: Penyakit yang mendasarinya sudah teratasi dan kadar bilirubin tidak meningkat lagi dan kadarnya dibawah 12 mg %

Bahan untuk Lokakarya 2-3 Oktober 1999

108