Peny bawaan ii

72
Asuhan neo, by and balita dgn cacat bawaan Robin Dompas

Transcript of Peny bawaan ii

Page 1: Peny bawaan ii

Asuhan neo, by and balita dgn cacat bawaan

Robin Dompas

Page 2: Peny bawaan ii

• Atresia duodeni• Meningokel, ensefalokel• Hidrosephalus• Fimosis• Hipospadia

Page 3: Peny bawaan ii

Atresia duodenum

Page 4: Peny bawaan ii

• Atresia duodenum diduga timbul dari kegagalan rekanalisasi lumen setelah fase padat pada perkembangan usus selama masa kehamilan minggu ke 4 dan ke 5

Page 5: Peny bawaan ii

Classification

Type I

Type II

Type III

Page 6: Peny bawaan ii

• Obstruksi dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik seperti pancreas anulare atau oleh pita – pita Ladd pada penderita dengan malrotasi

Page 7: Peny bawaan ii

• Insidens atresia duodenum adalah 1 dalam 10000 kelahiran dan meliputi sekitar 25 – 40 % dari semua atresia usus.

Page 8: Peny bawaan ii

Manifestasi klinis

• Tanda obstruksi duodenum adalah muntah yang mengandung empedu

• tanpa perut kembung; biasanya terjadi pada hari pertama setelah lahir. Gelombang peristaltic mungkin terlihat pada awal proses penyakit ini.

• Ada riwayat polihidramnion pada pertengahan kehamilan dan ini disebabkan oleh kegagalan penyerapan amnion di bagian distal usus.

• Ikterik tampak pada sepertiga bayi

Page 9: Peny bawaan ii

Diagnosis

• Adanya gambaran “tanda gelembung ganda” pada foto rontgen polos abdomen. ----Gambaran ini disebabkan oleh karena lambung dan duodenum proksimal mengembang dan terisi udara.

Page 10: Peny bawaan ii

• Pemeriksaan dengan kontras biasanya tidak diperlukan dan jika dikerjakan mungkin menimbulkan aspirasi. Pemeriksaan kontras kadang – kadang mungkin di perlukan untuk menyingkirkan malrotasi dan volvulus karena infark usus dapat terjadi pada 6 – 12 jam jika volvulus tida diterapi.

• Diagnosis prenatal atresia duodenum di buat dengan menambah frekuensi pemeriksaan ultrasonografi janin

Page 11: Peny bawaan ii

Penatalaksanaan

• Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso- atau orogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.

• Operasi perbaikan atresia duodenum yang biasa adalah duodenostomi.

Page 12: Peny bawaan ii

Meningokel, dan ensefalokel

Page 13: Peny bawaan ii

Pengertian

• Meningokel atau ensephalokel merupakan kelainan bawaan dimana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.

• Angka kejadiannya adalah 3 di antara 1000 kelahiran.

Page 14: Peny bawaan ii

• Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.

• Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.

Page 15: Peny bawaan ii

Etiologi

• Penyebab terjadinya meningokel dan ensephalokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah.

• Risiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.

• Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau dibagian bawahnya.

Page 16: Peny bawaan ii

Gejala

• Tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida: hidrosefalus, dan dislokasi pinggul.

Page 17: Peny bawaan ii

Gejala

• Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.

Page 18: Peny bawaan ii

Terdapat tiga jenis spina bifida

• Spina bifida okulta, merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.

• Meningokel, yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.

• Mielokel, merupakan jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit di atasnya tampak kasar dan merah.

Page 19: Peny bawaan ii

• Spina bifida occulta

Page 20: Peny bawaan ii

• Meningocele

Page 21: Peny bawaan ii

• Myelomeningocele

Page 22: Peny bawaan ii

Prenatal diagnosis of anterior sacral meningocele

Ultrasound in Obstetrics & GynecologyVolume 37, Issue 4, pages 493-496, 8 MAR 2011 DOI: 10.1002/uog.8852http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.8852/full#fig1

Page 23: Peny bawaan ii

Prenatal diagnosis of anterior sacral meningocele

Ultrasound in Obstetrics & GynecologyVolume 37, Issue 4, pages 493-496, 8 MAR 2011 DOI: 10.1002/uog.8852http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.8852/full#fig2

Page 24: Peny bawaan ii

Prenatal diagnosis of anterior sacral meningocele

Ultrasound in Obstetrics & GynecologyVolume 37, Issue 4, pages 493-496, 8 MAR 2011 DOI: 10.1002/uog.8852http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.8852/full#fig3

Page 25: Peny bawaan ii

Pengobatan. • Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida.• Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)• Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk, kelainan

ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai.• Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk

memperkuat fungsi otot.• Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan

infeksi lainnya, diberikan antibiotik.• Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan

lembut diatas kandung kemih.• Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu

memperbaiki fungsi saluran pencernaan.• Pencegahan. Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

– Resiko terjadinya meningocel bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.– Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut

hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.– Pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.

Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.

Page 26: Peny bawaan ii

NEURAL TUBE DEFECTSSpina bifida

Fetal Medicine

Page 27: Peny bawaan ii

Ensephalokel

Definisi• Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf

yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensephalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. Jaringan otak yang menonjol.

Page 28: Peny bawaan ii

Gejala

• Hidrosefalus, kelumpuahn keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik), gangguan perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan pertumbuhan, ataksia, serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal. Ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau kelainan otak lainnya.

Page 29: Peny bawaan ii

Asuhan

• Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka dengna kasa steril setelah lahir.

• Persiapan operasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah infeksi otak yang sangat berbahaya.

• Pasca operasi perhatikan luka agar : tidak basah, ditarik atau digaruk bayi, perhatikan mungkin terjadi hidrosefalus, ukur lingkar kepala, pemberian antibiotik (kolaborasi).

Page 30: Peny bawaan ii

Ensefalokel

Page 31: Peny bawaan ii

HIDROSEFALUS KONGENITAL

31

Page 32: Peny bawaan ii

Penumpukan aktif cairan otak dalam ventrikel dengan peningkatan sekunder volume intrakranial dan TIK 

32

DEFINISI

3 – 25 tiap 10.000 lahir-hidup

1 dari 400 lahir hidup

Page 33: Peny bawaan ii

Gangguan Sirkulasi

Sirkulasi normal CSS

V I-II → for. Monroi → V III → aquaduktus Sylvii → V IV → for. Luscha & Magendie → sisterna basalis (ruang subaraknoid) → granulasio Pacchioni dan vili arakhnoid.

33

Page 34: Peny bawaan ii

ENCYCLOPEDIA OF LIFE SCIENCES & 2010, John Wiley & Sons, Ltd. www.els.net

Page 35: Peny bawaan ii
Page 36: Peny bawaan ii

Normal, ada keseimbangan antara sekresi dan absorpsi CSF. 36

Page 37: Peny bawaan ii

37

Page 38: Peny bawaan ii

Produksi CSF• PRODUKSI

– dewasa: 0,33 cc/menit; 475 cc / hari

– infant: 8 cc/jam

– Aktif, perlu ATP dan enzim Carbonic anhydrase: pleksus khoroideus

– Pasif: difusi melalui sel ependim dinding ventrikel; hasil sampingan dari metabolisme otak

– CA dapat dihambat oleh azetazolamide (Glaumax ®), mengurangi 50%-80% total CSF.

• Overproduksi: tumor papiloma pleksus 38

Page 39: Peny bawaan ii

Penyebab

1. Tumor, hematoma, edema, infark di dlm / sekitar sistem ventrikel

2. Stenosis aquaduktus Sylvii

3. Tuberkel TB di for Luscha / Magendie

4. Produksi >>>

5. Obstruksi sirkulasi liquor

6. Gangguam reabsorbsi

Page 40: Peny bawaan ii

Kongenital

Obstruksi

Obstr. Atap vent. IV, For. Monro, Megendi &

Lusca

Strabismus

Hidrocephalus Komunikan

S . K lumpuh

Pat

ofis

iolo

gi

hidr

ocep

halu

s

Sutura & fontanel melebar

Kepala >>>

Hidrocephalus non Komunikan

(0bstruksi)

Depresi atap orbita

infeksi Neoplasma Perdarahan

Ggn . Sirk . CSS ≠ m’capai sub

arachnoid

Penekanan s. kranial

CSS bebas bergerak dlm ruang sub

arachnoid

Lintasan susunan Vent. terbuka

Myelomeningocele

Spina Bifida

Sunset eyes fenom

Page 41: Peny bawaan ii

Manifestase klinik

< 2 tahun :

Kepala membesar (++)

Ubun-ubun & sutura melebr

Dahi melebar, kulit kepala tipis mengkilat pelebaran vena dinding kepala

Tulang – tulang kepala tipis “ craced pot sign”

Mata sunset fenomena, strabismus, nystagmus, atropi N II buta

Page 42: Peny bawaan ii

Jenis hidrosefalus

• Hidrosefalus interna :adanya dilatasi ventrikel• Hidrosefalus eksternal : pelebaran rongga sub arachnoid di

atas permukaan korteks• Hidrosefalus komunikans: ada hub. antara sistem ventrikel

dgn rongga sub arachnoid otak dan spinal• Hidrosefalus non komunikans : blok pada sistem ventrikel ke

sub arachnoid ke subarachnoid• Hidrosefalus ex-vacuo: ventrikullomegali akibat atropfi otak

primer---ortu

Page 43: Peny bawaan ii

Diagnosis

1. Rontgen foto kepala ==== > sutura / tengkorak tipis

2. CT scan / MRI = hidrocephalus (+)

3. Transiluminasi cairan (++) dalam tengkorak

4. Gejala klinik / px fisik -Lingkaran kepala

5. Ventrikulografie, Ultrasonografi

Page 44: Peny bawaan ii

Penatalaksanaan

• Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.

• Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

Page 45: Peny bawaan ii

Koreksi chirurgis etiologi obstruction< I produksi css dengan obat :

Asetasolamide 50-100mg/kgFurosemide 1mg/kgIsosorbide

Shunt ( by pass) Ventriculo systernaVentriculo jugulair/atrialVentriculo peritonealVentriculo pleural

Page 46: Peny bawaan ii

ENCYCLOPEDIA OF LIFE SCIENCES & 2010, John Wiley & Sons, Ltd. www.els.net

Page 47: Peny bawaan ii

Pengkajian

• Data subjektif : ….• Data objektif :

• Fontanel, dilatasi vena kulit kepala menonjol, pemeriksaan sutura kranial

• Strabismus• Menangis nada tinggi, menjerit, muntah, kejang• Hasil pex dx

Page 48: Peny bawaan ii

Asuhan

1. Pra bedah :a. Pantau, cagah ----↗ TIK

1) Posisi nyaman kepala elevasi 30◦2) Pantau tanda ↗ TIK :

1) ↗frek. Nafas, ↙ denyut apex, ↗ tek. Drh & ↗suhu bdn2) ↙ tingkat kesadaran3) Kejang4) Muntah5) Perubahan ukuran, simetris reaksi pupil6) Fontanel menonjol

c. Kurangi stimulasid. Siapkan oxygen

e. Siapkan by/anak & ortu== prosedur pembedhn

Page 49: Peny bawaan ii

Cont….

2. Pasca bedah : pantau TTV & st. neurologik laporkan adanya

tanda ↗ TIK Pantau tanda-tanda infeksi Pantau dan pertahankan fungsi pirau :

Posisikan anak/by ke sisi non bedah Pertahankan tirah baring ==24 – 72 jam Kepala 30⁰ = ↗kan drainase & ↙ kan kongesti

vena Laporkan == gejala malformasi pirau (iritabilitas,

↘ tingkt kesadrn, muntah) Bantu by/anak & ortu = atasi stress ==

hospitalisasi / pembedahan

Page 50: Peny bawaan ii

 Komplikasi

• Menurut Prasetio (2004):1. Peningkatan TIK2. Pembesaran kepala3. kerusakan otak4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun6. Kerusakan jaringan saraf7. Proses aliran darah terganggu

Page 51: Peny bawaan ii

Prognosa

Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta.

Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal.

Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna.

Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk

Page 52: Peny bawaan ii

Fimosis

Page 53: Peny bawaan ii

Pengertian

• Merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,).

Page 54: Peny bawaan ii
Page 55: Peny bawaan ii

• Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.

• Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat

Page 56: Peny bawaan ii

Etiologi

• Fimosis penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis diantaranya:– Kongenital– Inflamasi/peradangan– Oedema

Page 57: Peny bawaan ii

Patofisiologi

• Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.

• Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium ( smegma ) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Pemisahan secara kehamilan 7 minggu.

• Selama proses pemisahan, prepusium harus diretraksi agar menjaga hygiene sehari-hari. Smegma dihasilkan dari personal hygiene yang buruk yang dapat memberikan perkembangan inflamasi dan infeksi serta telah mengimplikasikan penyebab kanker penis.

Page 58: Peny bawaan ii

Manifestasi klinis

• Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit BAK, pancaran urin mengcil dan deras menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan pada akhirnya dapat menimbulkan retensi uruin. = Bayi atau anak sering menangis keras sebekum urine keluar

• Hygiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium ( postitis ), infeksi pada galns penis ( balanitis ) atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis.

• Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma             ( timbunan smegma di dalam saku prepusium penis ).

Page 59: Peny bawaan ii

Pemeriksaan penunjang

• Pada klien dengan fimosis pemeriksaan yang perlu dilaksanakan sebagai penunjang dalam pengumpulan data adalah :– Pemeriksaan darah lengkap.– USG penis– Pemeriksaan kadar TSH

Page 60: Peny bawaan ii

Komplikasi

• Retensi urin• Karsinoma penis• Perdarahan• Stenosis ineatus• Fimosis persisten• Robekan pada prepusium

Page 61: Peny bawaan ii

Penatalaksanaan

• Penatalaksanaan medis– Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan

salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.

– Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan sendirinya.

• Prinsip terapi dan asuhan – Perawatan rutin pra bedah.

• Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.

• Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.

Page 62: Peny bawaan ii

Asuhan pasca bedah

• Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya penyembuhan.

• Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.• Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene

yang baik bagi anak.• Membersihkan daerah luka setiap hari dengan

sabun dan air serta menerpkan prinsip protektif.•  

Page 63: Peny bawaan ii

FIMOSIS OPERADA

Page 64: Peny bawaan ii

Hipospadia

Page 65: Peny bawaan ii

HYPOSPADIA– Anomali kongenital berupa mall posisi dari muara uretra– Penyebab secara pasti belum diketahui, faktor yang

berhubungan lingkungan dan pengaruh hormon– Insiden adalah 1 dari 500 (gonzalez; 1991), risiko tinggi

pada anak dari ayah/sibling dengan hypospadia, perempuan jarang.

Page 66: Peny bawaan ii

HYPOSPADIA

Patofisiologi :• Pembentukan uretra yang tidak lengkap dalam uterus• Letak muara uretra tidak pada biasanya, yang diserta

dengan keterbatasan dari pengeluaran urine (muara uretra pada bagian ventral)

• Penis bengkok ke bawah (pada kasus yang berlanjut)• Pembukaan uretra tak maksimal akan terjadi stenosis,

hal ini akan terjadi obstruksi parsial, ---- UTIs / hydroneprosis

• Pada kasus yang berlanjut tanpa dilakukan koreksi pembedahan pada anak laki-laki akan terjadi fertilitas

Page 67: Peny bawaan ii

HYPOSPADIA

Page 68: Peny bawaan ii

HYPOSPADIA

Manifestasi klinik :– Uretra terletak pada bagian ventral– Dalam keadaan berat batang penis bengkok ke bawah– Pada wanita muara uretra terletak di vagina (jarang)

Tindakan medis : Pembedahan ( diatas 1 tahun )

Page 69: Peny bawaan ii

HYPOSPADIA

Pengkajian :• Pemeriksaan fisik -- bagian genitalia• Kaji riwayat keluarga• Status bak, apakah ada gejala UTIs ?• Palpasi abdomen – distensi blader ? / ginjal >> ?• Kaji kesiapan orang tua tentang pembedahan

Page 70: Peny bawaan ii

Asuhan

• Koreksi bedah• Asuhan pra…..• Asuhan post

– Tirah baring = kat diangkat– Jaga luka tetap kering– Rawat kateter– Px urine == bakteri ?:– Intake cairan adekuat = mengencerkan toxin– Kat diangkat 5-7 hari

Page 71: Peny bawaan ii
Page 72: Peny bawaan ii