penulisan ilmiah

download penulisan ilmiah

of 22

Transcript of penulisan ilmiah

KEMAMPUAN BACA-TULIS BAHASA INGGRIS PADA ANAK PRASEKOLAH: SUATU TINJAUAN MORFOLOGIS

(Mata Kuliah : Penulisan Ilmiah)

Oleh: Juwita Virtayani NPM : 041107072

JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2010

KATA PENGANTAR

Bismi llahhirrahmanirahiim Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul KEMAMPUAN BACA-TULIS BAHASA INGGRIS PADA ANAK PRASEKOLAH: SUATU TINJAUAN MORFOLOGIS Penulis sadar akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka makalah ini dapat disusun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait yang telah mau membantu penulis dan memberikan masukkan-masukkan yang sangat berharga bagi penulis selama penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun. Penulis juga berharap hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, 12 Desember 2011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

i ii iii

BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

1 2 3 3 3 3

1.2 Rumusan Masalah1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Sistematika Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Membaca 2.2 Kemampuan Menulis 2.3 Kedwibahasaan 2.4 Proses Pemerolehan Bahasa Pada Tataran Morfologis BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

4 4 7 7 7 10

3.1 Pendekatan Penelitian 3.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif Deskriptif 3.3 Subjek dan Objek Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.5 Metode Analisis Data 3.6 Instrumen Penelitian

9 9 10 10 10 11

BAB IV. ANALISIS DATA 4.1 Analisis Data 4.2 Penyajian Data 4.3 Penyabaran Penelitian 4.3.1 Persiapan Penelitian 4.3.2 Pelaksanaan Penelitian 4.3.3 Hasil Analisi Data

12 12 13 13 13 13 14

BAB V. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Selain matematika, membaca, dan menulis adalah keterampilan dasar yang paling penting untuk anak sekolah dan harus dikuasai pada masa awal sekolah (Stainthorp dkk, 1999: 1). Kemampuan membaca dan menulis yang diperoleh anak juga akan berpengaruh terhadap konsep diri di bidang akademik, seperti hasil penelitian dari Chapman, Tunmer, dan Prochnow (2000) yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca menjadi prediktor kuat untuk konsep diri yang positif dan negatif di bidang akademik. Sayangnya fakta menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis anak Indonesia masih tergolong kurang memuaskan. Selain itu, di Indonesia terdapat pula masalah anak kesulitan untuk memahami bacaan atau anak kurang dapat membaca untuk mengerti makna bacaan. Ardiningtiyas Pitaloka (2003) menyatakan bahwa anak membutuhkan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya. Caranya dapat melalui menulis dan melukis.Sayangnya pengajaran menulis di Indonesia kurang mengembangkan imajinasi anak sehingga masih kesulitan untuk mengekspresikan ide-idenya. Pada akhirnya rata rata kemampuan membaca dan menulis anak Indonesia tergolong rendah (www.kompas.com/menulis dan melukis, diakses Mei 2007). Proses belajar baca tulis permulaan menjadikan anak untuk dapat membaca dan menulis adalah proses yang sangat penting. Namun demikian, proses ini merupakan suatu upaya yang tidaklah mudah karena memberikan anak suatu kemampuan yang belum dikuasai sebelumnya. Permasalahan kemampuan membaca yang rendah ini menuntut penemuan metode pengajaran membaca yang tepat dan efektif. Di sisi lain, dalam era globalisasi saat ini berbahasa Inggris sangat penting untuk dikuasai sebagai bahasa internasional. Pendidikan bahasa Inggris juga diberikan pada

berbagai tingkat usia. Menurut Bjorklund (2005), kemampuan anak usia dini untuk belajar bahasa asing lebih tinggi dari pada kemampuan orang dewasa. Pada masa usia dini anak berada pada periode sensitif (critical periode) untuk belajar bahasa, karena perkembangan otak mencapai fleksibilitas yang sangat baik. Dengan bertambahnya usia fleksibilitas otak akan berkurang. Dengan demikian, mengajarkan bahasa Inggris lebih tepat dilakukan sedini mungkin. Walaupun demikian, pengajaran ini membutuhkan metode dan cara penyampaian yang sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Diharapkan anak merasakan proses belajar ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dan meningkatkan minat dan kemampuan dasarnya agar mampu untuk lebih mendalami. Penggunaan metode pengajaran membaca dan menulis sangat menentukan keberhasilan anak menguasai kemampuan bacatulis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Connie Juel dan Cicilia Minden-cupp (1999),menyatakan bahwa kemampuan anak untuk mengenali kata saat membaca dipengaruhi oleh cara pengajaran atau metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kemampuan dasar untuk menulis dan membaca dikelompokkan ke dalam lima kelompok (Loyd dkk,1995; 2006) yaitu: a. Belajar menguasai bunyi dari masing-masing huruf alfabet b. Belajar menulis huruf c. Belajar mengeja d. Mengidentifikasi bunyi huruf dalam kata-kata Pengajaran bahasa Inggris bagi anak yang berbahasa ibu bukan bahasa Inggris perlu menekankan pada kosakata, koreksi kesalahan, dan kelancaran membaca. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan teori di atas, penulis tertarik untuk membahas kemampuan membaca dan menulis dalam bahasa Inggris pada anak usia lima tahun pada tatanan morfologis. Maka, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berjudul: KEMAMPUAN BACA-TULIS BAHASA INGGRIS PADA ANAK PRASEKOLAH: SUATU TINJAUAN MORFOLOGIS B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana anak prasekolah dapat membaca dan menulis kata-kata dalam bahasa Inggris.

2. Bagaimana anak prasekolah dapat membaca dan menulis dalam bahasa Inggris yang didapat dalam berkomunikasi sehari-hari, khususnya kosa kata yang mereka peroleh. C. Batasan MasalahDalam penelitian ini, penulis perlu untuk membatasi topik agar masalah yang akan dipelajari tidak terlalu luas. Penulis akan fokus dalam penelitian tentang kemampuan anak prasekolah dalam membaca dan menulis kosa kata dalam bahasa Inggris D. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai oleh penulis yaitu untuk mendeskripsikan dan mengetahui daya serap anak prasekolah terhadap kemampuan membaca dan menulis dalam kosa kata bahasa inggris. E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunannya, adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penilitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan pustaka, memuat teori-teori yang menunjang topik pembahasan. Bab III : Metodologi penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, data, dan sumber data, dan teknik pengumpulan data. Bab IV : Pembahasan, bab ini menjelaskan tentang analisis data, penjabaran penelitian, dan pengolahan data. Bab V : Penutup, terdiri dari kesimpulan seluruh pembahasan, manfaat penelitian. Daftar Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut penelitian Foorman dkk. (2006) kemampuan anak sebelum belajar membaca di sekolah merupakan potensi awal yang merupakan prediktor bagi kemampuan membaca siswa setelah mendapat pengajaran di sekolah (pada akhir tahun pertama). 2.1 Kemampuan Membaca Belajar membaca mencakup pemerolehan kecakapan yang dibangun pada ketrampilan sebelumnya. Jeanne Chall (1979) mengemukakan ada lima tahapan dalam perkembangan kemampuan membaca, dimulai dari ketrampilan pre-reading hingga ke kemampuan membaca yang sangat tinggi pada anak-anak. Tahap 0, dimulai dari masa sebelum anak masuk kelas pertama, anak-anak harus

menguasai prasyarat membaca, yakni belajar membedakan huruf dalam alfabet. Kemudian pada saat anak masuk sekolah, banyak yang sudah dapat membaca beberapa kata, seperti Pepsi, McDonalds, dan Pizza Hut. Kemampuan mereka untuk mengenali simbol-simbol populer ini karena seringnya melihat di televisi atau pun di sisi jalan serta meja makan. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka dapat membedakan antara pola huruf, meskipun belum dapat mengerti kata itu sendiri. Pengetahuan anak-anak tentang huruf dan kata saat ini secara umum lebih baik ketimbang beberapa generasi sebelumnya, hal ini dikarenakan pengaruh acara televisi anak seperti Sesame Street. Tahap1, mencakup tahun pertama di kelas satu. Anak belajar kecakapan merekam

fonologi, yaitu keterampilan yang digunakan untuk menerjemahkan simbolsimbol ke dalam suara dan kata-kata. Kemampuan ini diikuti dengan tahap kedua pada kelas dua dan tiga, di mana anak sudah belajar membaca dengan fasih. Di akhir kelas tiga, kebanyakan anak sekolah sudah menguasai hubungan dari hurufke-suara dan dapat membaca sebagian besar kata dan kalimat sederhana yang diberikan. Perubahan dari learning to read menuju reading to learn dimulai dalam tahap

3, dimulai dari kelas 4 sampai kelas 8. Anak-anak pada tahap ini sudah bisa mendapatkan informasi dari materi tertulis, dan ini direfleksikan dalam kurikulum

sekolah. Anak-anak di kelas ini diharapkan belajar dari buku yang mereka baca. Jika anak belum menguasai how to membaca ketika kelas empat, maka kemajuannya membaca untuk kelas selanjutnya bisa terhambat. Kendati kebanyakan anak belajar membaca di sekolah, namun sebagian besar anak belajar tentang membaca di rumah. Mereka belajar simbol tertulis sesuai dengan bahasa tutur ketika menyampaikan arti kepada orang lain. Tapi kebanyakan anak pra-sekolah tidak membacatidak benar benar membaca. Mereka mungkin dapat mengidentifikasi Coca-Cola, Burger King, atau tanda Fruit Loops ketika melihatnya, tapi ini bukan benar-benar membaca. Kendati demikian, apa yang dipelajari anak selama berbicara dengan orangtua tadi adalah kemampuan menyusun tahap membaca yang sebenarnya. Gagasan bahwa ada kontinum perkembangan kemampuan membaca, dari anak usia prasekolah hingga yang sudah menjadi pembaca fasih, dikatakan sebagai emergent literacy. Whitehurst dan Lonigan (1999) mencatat sembilan komponen emergent literacy, sebagai berikut : 1. Language: membaca merupakan kemampuan bahasa, dan anak-anak harus cakap dengan bahasa tutur. kemampuan membaca yang terampil juga memerlukan lebih dari sekedar kecakapan bahasa tutur. Membaca tidak berarti refleksi bahasa tutur, di mana anak yang memiliki kecakapan bahasa yang tinggi akan menjadi anak dengan kemampuan membaca yang juga baik. 2. Convention of print: anak-anak yang dipaparkan kepada pembacaan di rumah melalui penemuan cetak. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, anak-anak belajar bahwa membaca dilakukan dari kiri ke kanan, atas ke bawah, dan dari depan ke belakang. 3. Knowledge of letters: Kebanyakan anak-anak dapat menceritakan ABC sebelum mereka masuk ke sekolah dan dapat mengidentifikasi individu huruf dari alphabet (kendati beberapa anak berpikir elemeno adalah nama huruf antara k dan p. pengetahuan huruf sangat kritis bagi kemampuan baca. Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa kemampuan anak taman kanak-kanak untuk menamai huruf memprediksikan nilai yang dapat diraihnya pada kemampuan membaca di kemudian hari. 4. Linguistic awareness; anak harus belajar mengidentifikasi tidak saja huruf melainkan unit linguistik, seperti fonem, silabel, dan kata. Mungkin yang paling penting dari kemampuan linguistik untuk membaca adalah pengolahan fonologi, atau diskriminasi dan mengartikan berbagai suara bahasa.

5. Korespondensi phoneme-grapheme: Ketika anak sudah memahami bagaimana mensegmentasikan dan mendiskriminasikan beragam suara bahasa, maka mereka harus mempelajari bagaimana suara ini sesuai dengan huruf tertulis. Kebanyakan proses ini dimulai di masa pra-sekolah, di mana pengetahuan huruf dan sensitivitas fonologis berkembang secara simultan dan resiprok. 6. Emergent reading: banyak anak-anak pura-pura membaca. Mereka akan mengambil buku cerita yang sudah akrab bagi mereka dan membaca halaman per halamannya, atau akan mengambil buku yang belum akrab bagi mereka dan pura-pura membaca, membuat narasi sesuai dengan gambar di halaman tersebut. 7. Emergent writing: Sama dengan pura-pura membaca, anak-anak juga sering berpurapura menulis, membuat garis lekuk (squiggle) pada sebuah halaman untuk menuliskan nama atau cerita mereka, atau merangkai huruf yang benar untuk menghasilkan sesuatu yang menurut mereka sesuai dengan cerita. 8. Motivasi print: seberapa tertariknya anak-anak dalam membaca dan menulis? Seberapa pentingkah bagi mereka untuk memahami kode rahasia yang memungkinkan orangtua mengartikan serangkaian tanda pada sebuah halaman? Beberapa bukti mengindikasikan bahwa anak kecil lebih tertarik dalam print (huruf cetak) dan membaca memiliki skill emergent literacy yang lebih besar ketimbang yang kurang termotivasi untuk melakukannya. Anak-anak yang tertarik dalam membaca dan menulis lebih mungkin mengetahui huruf cetak, mengajukan pertanyaan tentang print, mendorong orang dewasa untuk membacakannya untuk mereka, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca ketika mereka sudah bisa.9. Other Cognitive Skill: Kemampuan kognitif individu, di samping yang berkaitan

dengan bahasa dan kesadaran linguistik mempengaruhi kemampuan baca anak-anak. Berbagai aspek lain memori sangatlah penting di sini yang juga ikut mempengaruhi kemampuan membaca. Hubungan antara beberapa komponen emergent literacy dengan kemampuan baca terkadang sulit dijelaskan. Namun demikian, jelas halnya bahwa keluarga memberikan The Whole Package. Munculnya keterampilan emergent literacy kepada anak-anaknya akhirnya anak akan membantu.2.2

Kemampuan Menulis ketertarikan anak pada kegiatan-kegiatan pra membaca seperti adanya kematangan visual motorik untuk dapat memegang alat tulis dengan benar atau meniru beberapa

bentuk sederhana, kemampuan memusatkan perhatian, keinginan atau minat yang kuat untuk melihat gambar-gambar atau tulisan di buku atau sekedar membuka-buka buku atau majalah. cara menulis pun dibedakan berdasarkan usia. Misalnya saja untuk belajar menulis. Sebelum menulis, anak harus dipersiapkan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memberi rangsangan bagi anak. Pada usia 0-3 tahun agar koordinasi tangan menjadi lebih bagus. Hal ini bisa dilakukan dengan cara bermain misalnya mengajak bermain lilin, memindahkan kancing, atau menyendok pasir. Dan memasuki usia 3-6 tahun, anak mulai belajar memegang pensil. Anak usia ini juga bisa diajarkan untuk menyambung dua titik. Tidak bisa misalnya anak berusia dua atau tiga tahun tiba-tiba sudah dipaksa untuk menulis. Bila hal ini terjadi, anak bisa stres dan akhirnya takut menulis. 2.3 Kedwibahasaan Menurut Hurlock (2002), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara melainkan dalam hal menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama.2.4 Proses Pemerolehan Bahasa pada tataran morfologis

Ditinjau dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada usia dini menempati posisi yang paling vital, yakni meliputi 50% perkembangan otak. Lebih jelasnya, bayi lahir telah mencapai perkembangan otak 25% orang dewasa. Untuk mencapai kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia empat tahun, 80% hingga usia delapan tahun dan selebihnya diproses hingga anak usia delapan belas tahun. Dengan demikian, usia nol sampai empat tahun memegang peranan yang sangat besar karena perkembangan otak mengalami lompatan demikian pesat. Oleh karena itu, usia dini juga disebut golden age, atau usia emas (Mardiya, 2009). Dalam pengelompokan kata ada bermacam-macam istilah yang digunakan diantaranya Pivot Class dan Open Class. Pivot class jumlahnya terbatas dan setiap kata dari kelompok ini dipergunakan dengan atau bersama-sama dengan kata-kata dari Open class yang jumlahnya lebih besar. Pivot class pada umumnya hanya sedikit dan terdiri dari kata-kata yang frekuensi

pemakaiannya dalam tuturan si anak dan secara perlahan makin bertambah. Adapun open class banyak dan jumlahnya mengandung semua kata dalam perkembangan si anak, yang termasuk dalam pivot class. Kata-kata dari open class dapat saling dikombinasikan dengan kata-kata dari pivot class. Semua kata yang termasuk kelompok open class berdiri sendiri sebagai single word utterances, tetapi kata-kata pivot jarang bahkan mungkin tidak pernah (Mc. Neil, 1970).

BAB III METODOLOGI PENELITIANPada bab ini, penulis akan membahas mengenai pendekatan penelitian, subyek dan obyek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan instrumen penelitian. 3.1 Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data dan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi itu, Kirk dan Miller (1986) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental dan bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sesuai dengan penelitian yang kami adakan, penelitian kami termasuk dalam penelitian kualitatif deskriptif. 3.2 Karakteristik penelitian kualitatif deskriptif Sintesis kedua versi dari karakteristik penelitian kualitatif antara Bogdan dan Biklen (1982-27-30) dan Lincoln dan Guba (1985) adalah sebagai berikut. Latar Alamiah, penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan. Dan manusia sebagai alat (instrumen) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Manusia sebagai alat berhubungan dengan responden atau objek

lainnya. Metode kualitatif, metode ini digunakan untuk menyesuaikan metode kualitatif apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden. Analisis data secara induktif, mengacu pada temuan lapangan. Teori dari dasar (grounded theory), menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data. Deskriptif, data yang dikumpulkan berupa data-data, gambar dan bukan angka-angka. Lebih mementingkan proses dari pada hasil. Adanya "batas yang ditentukan oleh fokus perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul dalam penelitian. Dan adanya kriteria khusus untuk keabsahan data punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan obyektivitas. Desain yang bersifat sementara, desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antar peneliti dengan sumber data. 3.3 Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian adalah anak-anak yang berusia enam tahun yang bersekolah di sekolah yang menggunakan dua bahasa (Indonesia-Inggris). Dalam penelitian ini subjek adalah siswa di TK First School. Obyeknya kemampuan baca-tulis dalam bahasa Inggris pada anak TK B dalam tataran morfologis.3.4 Metode Pengumpulan Data

Terdapat tiga metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini. 1. Wawancara, menurut Esterberg (2002) adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 2. Observasi, menurut Susan Srainback (1988), peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpatisipasi dalam aktivitas yang diteliti. 3. Studi dokumenter, menurut Sevilla dkk (1993), studi dokumenter merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Adapun teknik yang penulis gunakan yaitu : 1. Teknik dasar : Observasi, mengamati bagaimana proses belajar bahasa Inggris dalam kelas.

2. Teknik lanjut : Teknik rekam, dengan menggunakan Handphone. 3.5 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan diidentifikasi sesuai kriteria yang penulis butuhkan, lalu data yang sudah didapat bisa langsung dianalisis sesuai dengan metode-metode yang didapat.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen utamanya dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mendatapatkan data-data dengan menggunakan alat bantu Handphone.

BAB IV ANALISIS DATAMasalah dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam memecahkan kode bacaan. Anak yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan huruf-bunyi yang diperlukan untuk memecahkan kode bahasa tulis. Banyaknya pengalaman dengan bahasa lisan dan bahasa tulis, dari masa bayi hingga awal masa kanak-kanak, sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca di masa-masa selanjutnya. Anak membutuhkan aktivitas yang dapat mereka nikmati dan pengalaman keberhasilan, tanpa dipaksakan di luar tahap perkembangannya. Bahkan ketika anak belum dapat mengeja, mereka belajar dari upayanya untuk menulis. Bahkan ketika anak belum dapat membaca, mereka belajar dari orang yang membaca untuknya. A. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Pada penelitian tindakan, analisis datanya lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan demikian pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada paparan data kualitatif. Analisis kualitatif pada dasarnya menggunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi, dan komparasi Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasaan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat membimbing peneliti untuk memmeroleh temuan yang tak terduga sebelumnya serta untuk membentuk kerangka teori baru. Data kualitatif membantu peneliti untuk melangkah lebih jauh dari kerangka kerja awal. Dalam penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatif, data yang muncul lebih banyak berwujud kata-kata, bukan rangkaian angka. Data kualitatif dikumpulkan dalam berbagai cara misalnya; observasi, wawancara, intisari dokumen, rekaman kemudian diproses melalui pencatatan, pengetikan, dan penyuntingan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. B. Penyajian Data Pengertian data yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau diasumsikan. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefenisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) terhadap suatu obyek yang berupa angka atau lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain: data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, data yang penulis peroleh termasuk data observasi karena penelitian yang penulis lakukan juga menggunakan metode observasi. Data tersebut disajikan dalam uraian singkat berikut ini.1. Sekolah yang penulis jadikan sebagai tempat penelitian menggunakan sistem

dwibahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.2. Diketahui bahwa obyek penelitian penulis yaitu anak-anak usia enam tahun, terbukti

menguasai Bahasa Inggris dalam bentuk membaca dan menulis khususnya dalam aspek morfologis.

3. Informan yang penulis wawancarai (guru Bahasa Inggris TK B yang diobservasi)

memang menguasai Bahasa Inggris dengan baik, sehingga guru itu berfungsi sebagai role model bagi siswa untuk dapat menulis dan membaca dalam Bahasa Inggris yang baik. C. Penjabaran Penelitian 1. Persiapan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, penulis terlebih dahulu menanyakan kesediaan dari pihak sekolah untuk memberikan ijin penelitian beberapa minggu sebelum melaksanakan penelitian. Setelah pihak sekolah menyatakan kesediaannya, maka penulis dapat langsung melakukan penelitian terhadap sekolah First School. 2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian akan dijelaskan sebagai berikut :a. Pada tahap awal diperoleh kelas yang akan diobservasi menggunakan Bahasa Inggris

di dalam kelas, terutama dalam membaca dan menulis.b. Selama pelaksanaan penelitian, penulis dibantu oleh Ibu Dewi (Kepala Sekolah) dan

Miss grace (guru Bahasa Inggris TK B). c. Sebelum pengamatan dimulai, penulis terlebih dahulu meminta ijin pada guru wali kelas yang sedang mengajar saat itu untuk melakukan pengamatan dan mengambil rekaman proses pembelajaran. d. Kemudian penulis memperkenalkan diri kepada para subyek penelitian dan dilanjutkan dengan menyampaikan kata pengantar dalam Bahasa Inggris dalam bentuk sederhana. e. Selanjutnya seluruh data yang terkumpul, dievaluasi kembali untuk kemudian dilakukan analisis data. 3. Hasil Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kemampuan anak usia enam tahun dalam pembelajaran membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris, dalam hal ini Bahasa Inggris yang diteliti sebagai bahasa kedua dan bagaimana anak

usia enam tahun menerapkan Bahasa inggris yang didapat dalam berkomunikasi sehari-hari, khususnya kosa kata yang mereka peroleh pada siswa-siswi TK B First School. Dalam kemampuan menulis difokuskan pada aktivitas mewarnai dan menulis huruf dengan cara yang benar. Anak diberi kesempatan bereksplorasi warna dalam mewarnai gambar yang berkaitan dengan huruf yang diajarkan. Kemudian anak dilatih menulis huruf dengan panduan cara dan arah menarik garis. Hal ini memberikan anak kesempatan untuk melatih motorik halus dan koordinasi visual motorik. Dengan demikian, menuliskan huruf mendukung anak untuk lebihcepat mengenal bunyi huruf. Dalam kemampuan membaca Selama usia prasekolah, kebanyakan anak secara bertahap semakin sensitif terhadap bunyi, juga terhadap makna kata-kata yang didengarnya. Sensitivitas ini adalah apa yang kita sebut sebagai kesadaran fonologi. Mereka dapat mengenali sajak dan menikmati puisi atau lagu bersajak. Mereka menceraikan kata-kata yang panjang menjadi suku-suku kata atau bertepuk tangan sejumlah suku kata yang terdapat dalam sebuah frase. Mereka menyadari bahwa ucapan beberapa kata seperti dog, dark dan dusty semuanya dimulai dengan bunyi yang sama. Mereka dapat menemukan kata yang tidak cocok (tidak bersanjak) dalam kelompok kata house, tiger dan mouse, dan mereka mungkin dapat menggabungkan bunyi-bunyi seperti /m/-/a/-/t/ dan /l/-/i/-/p/ menjadi mat dan lip. Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis melihat perkembangan Bahasa Inggris yang mereka peroleh, dan mendapatkan bahwa ada ketertarikan dalam diri mereka untuk memacu anak-anak tersebut mempelajari Bahasa Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswi yang seringkali bertanya tentang kosakata-kosakata baru yang ditulis atau dibaca. Dalam kemampuan menulis difokuskan pada aktivitas mewarnai dan menulis huruf dengan cara yang benar. Anak diberi kesempatan bereksplorasi warna dalam mewarnai gambar yang berkaitan dengan huruf yang diajarkan. Kemudian anak dilatih menulis huruf dengan panduan cara dan arah menarik garis. Hal ini memberikan anak kesempatan untuk melatih motorik halus dan koordinasi visual motorik. Dengan demikian, menuliskan huruf mendukung anak untuk lebihcepat mengenal bunyi huruf. Dari hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa kemampuan pemelajaran Bahasa Inggris anak-anak usia enam tahun khususnya dalam membaca dan menulis dapat dengan mudah menangkap, mengingat, dan mengucapkan kosa kata dalam Bahasa Inggris dengan baik dan jelas. Dari tiga anak yang diteliti, terdapat kemampuan yang berbeda dari kemampuan baca tulis dalam bahasa Inggris. Anak pertama bernama Sabrina dia sangat cepat

sekali menangkap apa yang didengar dan dilihat. Kemampuan baca tulis bahasa Inggris pun Sabriana bisa dibilang sangat baik dan bagus. Anak kedua adalah Clara, Clara tidak secepat Sabrina dalam menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya. Clara masih belum lancar dalam membaca, tetapi dalam menulis Clara cukup baik. Anak ketiga yaitu Hebert, Hebert adalah anak yang paling lambat penangkapanya dibandingkan dengan kedua anak lainya. Herbert masih belum dapat membaca dan menulis bahasa Inggris dengan benar. Dapat disimpulkan 80% anak dapat membaca dan menulis bahasa Inggris dengan baik dan benar dan 10% anak yang kurang dalam kemampuan membaca dan menulis bahasa Inggris. Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis melihat perkembangan Bahasa Inggris yang mereka peroleh, dan mendapatkan bahwa ada ketertarikan dalam diri mereka untuk memacu anak-anak tersebut mempelajari Bahasa Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswi yang seringkali bertanya tentang kosakata-kosakata baru yang ditulis atau dibaca.

Temuan berikutnya adalah bahwa kemampuan Bahasa Inggris dalam menulis dan membaca yang diperoleh mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam kemampuan membaca, mereka akan menggulang kata-kata yang mereka baca seperti contohnya watch tv, swimming, play, close the door, drink, eat dan sebaginya.

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Hipotesis penelitian terbukti, yaitu kemampuan baca-tulis bahasa Inggris pada kelompok anak prasekolah dapat dikatakan sangat bagus dan baik malahan melebihi pemikiran penulis. Yang seharusnya mereka dapatkan di sekolah dasar, tetapi di prasekolah ini mereka sudah mendapatkan pembelajaran baca-tulis dalam Bahasa Inggris dengan sangat baik. 2. Anak-anak dapat langsung mengerti apa yang mereka baca dan apa yang mereka tulis, hanya dalam melihat gambar. 3. Kemampuan anak-anak dalam baca-tulis Bahasa inggris terbukti mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari dan itupun terbukti bahwa kemampuan mereka sangat baik. B. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang dirasakan penulis sangat banyak, penulis lebih dalam mengetahui kemampuan anak prasekolah dalam penangkapan Bahasa inggris khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Penulis dapat lebih belajar terhadap data-data yang sebelumnya penulis belum ketahui. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi orang banyak dan penulispun menyadari terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini, semoga dapat dimaklumi.

DAFTAR PUSTAKA Ruhaena,Lisnawati. 2008. Learning method on the indonesian and english initial literacy ability in preschool children. Surakarta. Dalam web : http://6_lisnawati_ruhaena.jurnal.penelitian pdf.com Erdiansyah,muhammad.2009.pemeroleh dan perkembangan bahasa anak. Lampung. Dalam web : http://pemerolehan_perkembangan_bahasa_anak.pdf.com Alma Solveig H. Lyster.2007.bahasa dan membaca : perkembangan kesulitanya.surabaya. dalam web: http://bahasa_dan_membaca.pdf.com dan

Henry,M.K.1993 morphological structure: latin and greek roots and affixes as uppergrade code strategies. Reading ang writing: an interdisciplinary journal Kaprista,Michele. 2008. Responding to students writing.Jakarta. dalam web : http:// Hal. 5159 _Responden _to Student.pdf.com Lestari, ika. 2008. Mari membaca. Jakarta. Dalam web : http://Membaca%20dalam%20bahasa%20Inggris%20untuk%20anak%20usia %20dini.pdf.com