Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

7
PENTINGNYA STANDARISASI KURIKULUM PESANTREN Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata Beberapa waktu yang lalu para pejabat dilingkungan Kantor Kementerian Agama pada level Kabupaten/Kota agak kebingungan ketika banyak didatangi alumni pesantren untuk meminta surat keterangan yang isinya menyatakan bahwa mereka pernah nyantri atau bahkan lulusan sebuah pesantren. Alasannya adalah bahwa sertifikat/surat keterangan yang dikeluarkan pesantren tidak diakui. Mereka sangat membutuhkan surat keterangan tersebut karena akan dipergunakan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk memenuhi persyaratan pencalonan Kepala Desa, Calon Legislatif dan sebagainya. Permasalahan muncul saat menentukan jenjang apa (SD/MI, MTS/SMP atau Aliyah/SMA) yang telah ditempuh oleh santri pada pesantren tersebut. Memang ada Edaran Dirjen Pendis yang mengatur tentang hal itu hanya sayangnya tidak tidak ada sinkronisasi antara materi kurikulum yang tertuang dalam edaran yang dikeluarkan Dirjen Pendis dengan kenyataan kurikulum yang berlaku di pesantren yang bersangkutan. Akhirnya semua bingung. Itu adalah sekelumit ilustrasi dari realitas sosial yang dihadapi dunia pesantren di era globalisasi ini. Maraknya Pendirian Sekolah Formal di Lingkungan Pesantren

description

Salah satu faktor pendukung berkembangnya suatu lembaga pendidikan adalah kurikulum. Aspek kurikulum inilah yang nampaknya harus dibenahi apabila pesantren ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Transcript of Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

Page 1: Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

PENTINGNYA STANDARISASI KURIKULUM PESANTREN

Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata

Beberapa waktu yang lalu para pejabat dilingkungan Kantor Kementerian Agama pada

level Kabupaten/Kota agak kebingungan ketika banyak didatangi alumni pesantren untuk

meminta surat keterangan yang isinya menyatakan bahwa mereka pernah nyantri atau bahkan

lulusan sebuah pesantren. Alasannya adalah bahwa sertifikat/surat keterangan yang

dikeluarkan pesantren tidak diakui. Mereka sangat membutuhkan surat keterangan tersebut

karena akan dipergunakan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk memenuhi

persyaratan pencalonan Kepala Desa, Calon Legislatif dan sebagainya. Permasalahan muncul

saat menentukan jenjang apa (SD/MI, MTS/SMP atau Aliyah/SMA) yang telah ditempuh

oleh santri pada pesantren tersebut. Memang ada Edaran Dirjen Pendis yang mengatur

tentang hal itu hanya sayangnya tidak tidak ada sinkronisasi antara materi kurikulum yang

tertuang dalam edaran yang dikeluarkan Dirjen Pendis dengan kenyataan kurikulum yang

berlaku di pesantren yang bersangkutan. Akhirnya semua bingung. Itu adalah sekelumit

ilustrasi dari realitas sosial yang dihadapi dunia pesantren di era globalisasi ini.

Maraknya Pendirian Sekolah Formal di Lingkungan Pesantren

Jika kita berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan Islam tanpa melibatkan

pembahasan tentang pesantren, maka tentunya tidak akan pernah lengkap karena pesantren

adalah bagian yang tak terpisahkan dari sejarah pendidikan Islam itu sendiri. Sejarah

mencatat betapa pesantren dengan multi fungsi tradisionalnya telah mampu melahirkan anak-

anak bangsa yang dapat dibanggakan. Tetapi belakangan peran pesantren dengan multi

fungsi tradisionalnya tersebut mulai goyah dan dipertanyakan.

Page 2: Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

Ada kesan tertangkap oleh para pengamat pendidikan bahwa telah terjadi dis-orientasi

pada lembaga pondok pesantren . Salah satu indikator ketidak-jelasan arah/orientasi tersebut

adalah nampak pada fenomena begitu maraknya sekolah-sekolah umum formal didirikan

dilingkungan pondok pesantren sementara peningkatan kualitas pada aspek kurikulum

kesalafiyahannya malah terabaikan. Fenomena semacam itu mencemaskan kita selaku

Ummat Islam. Tentunya kita tidak menutup mata bahwa tidak sedikit pesantren salafiyah bisa

tetap berdiri dan terus berkibar karena mendirikan sekolah-sekolah formal. Yang menjadikan

kekhawatiran kita adalah kalau fenomena tersebut dibiarkan tanpa kendali justru

dikhawatirkan kelak akan mengikis secara perlahan peran pesantren yang handal sebagai

lembaga tafaqquh fiddin.

Bila kita kaji alasan atau penyebab fenomena maraknya sekolah-sekolah formal didirikan

didalam lingkungan pesantren, maka akan kita dapatkan sebuah jawaban yang membuat kita

terpaksa harus memakluminya. Pendirian sekolah-sekolah formal merupakan tindakan

pragmatis yang dilakukan para pimpinan pondok pesantren terhadap problematika yang

mereka alami. Ada dua penyebab fundamental kenapa para pimpinan pondok pesantren

melakukan langkah semacam itu : Pertama, Pesantren tidak memberikan sertifikat kelulusan

bagi para santrinya, kalaupun diberikan, sertifikat itu tidak diakui oleh pemerintah. Kedua,

bagian dari upaya untuk menarik minat masyarakat agar mau masuk pesantren.

Tidak ada yang salah dengan tindakan pragmatis yang dilakukan para pimpinan pondok

pesantren tersebut. Yang harus kita ingatkan kepada mereka adalah agar mereka jangan

pernah lupa akar historis pesantren sebagai lembaga pencetak kader ulama. Pesantren

bagaimanapun adalah aset bangsa yang tidak boleh kita biarkan tenggelam dalam ketidak-

jelasan orientasi. Pemerintah sepertinya sangat menyadari hal ini karena bagaimanapun

dalam perspektif pendidikan nasional, pendidikan pondok pesantren tradisional merupakan

bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta

didik/santri secara integral, baik kognitif (knowlagde), afektif (atttitude) maupun

psikomotorik (skill).. Terbukti beberapa tahun belakangan ini pemerintah menampakkan

perhatian yang lebih apresiatif terhadap pesantren . Perhatian tersebut diwujudkan melalui

Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 yang kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya

PP 55 Tahun 2007.

Permasalahan Yang Dihadapi Pesantren

Page 3: Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

Untuk bisa meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan pondok pesantren pertama-

tama tentunya kita harus terlebih dahulu mengetahui kelemahan-kelemahan apa yang saat ini

dihadapi oleh pondok pesantren. Hemat penulis ada beberapa kelemahan ataupun

permasalahan yang dihadapi pondok pesantren saat ini yang harus menjadi bahan pemikiran

kita : (1) Sistem Pengelolaan belum mengacu kepada Sisdiknas dan SNP (2) Belum menjadi

pilihan utama (3) Kurangnya SDM yang memenuhi standar qualifikasi (4) Mutu dan

ketersediaan sarana dan prasarana yang masih terbatas (5) Adanya penurunan tingkat

kemandirian (6) Daya saing yang lemah (7) Layanan pendidikan kurang berjalan optimal,

termasuk didalamnya menyangkut kurikulum (8) Belum ada pengakuan legalitas terhadap

sertifikat yang dikeluarkan pesantren

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menutupi kelemahan tersebut

memalui berbagai pendekatan (bantuan untuk bangunan fisik, beasiswa, pelatihan/lifeskill

dan sebagainya) tetapi itupun baru bisa dirasakan sebahagian kecil pesantren karena

keterbatasan anggaran pemerintah. Namun ada satu upaya yang belakangan ini sedang gencar

didengungkan ke seantero penjuru nusantara oleh pemerintah melalui Kementerian Agama

RI, yaitu program standarisasi kurikulum pondok pesantren.

Memang PMA (Peraturan Menteri Agama) sebagai penjabaran detail dari PP 55 2007

belum diterbitkan, namun demikian, Pemerintah melalui Kementrian Agama RI baru-baru ini

telah menerbitkan sebuah buku yang bejudul Pedoman Pengembangan Kurikulum Pesantren.

Ini tentunya merupakan sebuah terobosan kebijakan cerdas yang patut kita acungi jempol.

Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pondok Pesantren

Salah satu aspek terpenting yang harus diprioritaskan dalam dunia pendidikan

dilingkungan pesantren saat ini memang kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu

komponen penting dalam sistem pendidikan. Seperti kita ketahui, kurikulum memiliki 3

fungsi : (1) disamping sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada pondok pesantren

dan untuk memungkinkan pencapaian tujuan pendidikan pondok pesantren tersebut, (2) juga

bisa sebagai batasan dari suatu program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan

pada suatu semester, kelas, maupun pada tingkat/jenjang pendidikan tertentu. (3) dan sebagai

pedoman kyai/ustadz dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, sehingga kegiatan

yang dilakukan Kyai/ustadz dan santri terarah pada tujuan yang telah ditentukan.

Page 4: Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

Standarisasi kurikulum adalah hal yang sangat mendesak dan rasional untuk segera

dilakukan pondok pesantren karena sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan santri

dan pondok pesantren itu sendiri sebagai bagian upaya peningkatan kualitas pendidikan,

relevansi serta daya saing pondok pesantren. Disamping juga tuntutan dari Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Mengingat

pentingnya aspek kurikulum ini, maka sudah saatnya para pimpinan pondok pesantren lebih

memusatkan perhatian pada upaya pembenahan aspek vital tersebut.

Dalam kerangka inilah sebenarnya kehadiran buku Pedoman Pengembangan Kurikulum

Pesantren kita apresiasi. Buku pedoman tersebut bisa dijadikan rujukan baik oleh pejabat

dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten/Kota maupun para pengelola pondok

pesantren.

Buku ini, seperti diakui oleh penerbitnya (Kementerian Agama RI), tidak dimaksudkan

sebagai upaya intervensi terhadap kemandirian lembaga-lembaga pendidikan keagamaan,

dalam hal ini pesantren, melainkan hanya sebagai rambu-rambu operasional yang bisa

dipedomani bagi pesantren yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Buku Pedoman Pengembangan Kurikulum Pesantren sudah digulirkan oleh pemerintah.

Tinggal sekarang bagaimana respons para pimpinan pondok pesantren.

.

Page 5: Pentingnya Standarisasi Kurikulum Pesantren

.