PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN...

download PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

of 143

Transcript of PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN...

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    1/143

    PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN

    PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN

    MELAWAN HUKUM

    (STUDI PUTUSAN NOMOR 348/PDT.G/2009/PN.TNG)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

    Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

    OLEH :

    FLAMING VRETIG SAMUEL BLESSRY SIAHAAN

    NIM : 080200246

    DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN/ BW

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2012

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    2/143

    PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN

    PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN

    MELAWAN HUKUM

    (STUDI PUTUSAN NOMOR 348/PDT.G/2009/PN.TNG)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara

    Oleh :

    FLAMING VRETIG SAMUEL BLESSRY SIAHAAN

    NIM : 080200246

    Disetujui Oleh

    Ketua Departemen Hukum Perdata

    (Dr. Hasim Purba, SH. M.Hum)

    NIP. 196603031985081001

    Pembimbing I Pembimbing II

    (M. HAYAT, SH) (MALEM GINTING, SH.M.Hum.)

    NIP. 195008081980021001 NIP.195707151983031002

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2012

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    3/143

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    4/143

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

    rahmatNya yang telah memberikan kekuatan lahir dan bathin kepada penulis

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan yang

    diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum

    Universitas Sumatera Utara. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka

    disusunlah skripsi ini yang berjudul PENJUALAN AGUNAN SECARA

    LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN

    DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (STUDI

    PUTUSAN NOMOR 348/ PDT.G/ 2009/PN.TNG).

    Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

    namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun

    masukan yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

    Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada :

    1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr. Syahril Pasaribu,DTMH,MSc (CTM),Sp.A(K).

    2. Bapak Prof. Dr. Runtung,SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas HukumUniversitas SumateraUtara.

    3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum, selaku Pembantu Dekan IFakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    5/143

    4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH.MH.DFM, selaku Pembantu Dekan IIFakultas Hukum Sumatera Utara.

    5. Bapak Muhammad Husni.SH.MH, selaku Pembantu Dekan III FakultasHukum Sumatera Utara.

    6. Bapak Dr.Hasyim Purba,SH.M.Hum, selaku Ketua Departeman HukumKeperdataan Fakultas Hukum Sumatera Utara.

    7. Bapak Syamsul Rizal,SH.M.Hum, selaku Ketua Program KekhususanPerdata BW Fakultas Hukum Sumatera Utara.

    8. Bapak M.HAYAT,SH.MH, selaku Dosen Pembimbing I yang telahbanyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.

    9. Bapak Malem Ginting SH.MHum, selaku Dosen Pembimbing II yangtelah banyak memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.

    10. Ibu Idha Apriliana Sembiring SH, M.Hum., selaku Dosen Wali.11. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf di Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara.

    12. Teristimewa penulis ucapkan untuk Tercinta Ayahanda Avrits SiahaanSH.MH, dan Ibunda Dra. Dewi Lasmawati Tinambunan yang merupakan

    orangtua dari penulis yang telah memberikan dukungan yang sangat

    berarti,dorongan dan dukungan doa baik secara moril maupun materil

    kepada penulis dari awal sampai akhir skripsi ini

    13. Terima kasih yang tulus kepada adik-adik yang sangat penulis sayang,Windhika Ester Prildia Siahaan, Euni Retri Mendena Siahaan, Helsa

    Yunita Tinambunan yang telah memberikan dukungan yang sangat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    6/143

    berarti, dukungan doa, pengertian yang sangat mendalam dan dorongan

    kepada penlis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    14. Terima kasih penulis ucapkan kepada opung tercinta (Alm)S.Tinambunan (Op.Bayu doli) dan R.Marbun (Op.Bayu boru), Tinur

    Siahaan, Keluarga Besar Tinambunan dan Keluarga Besar Siahaan yang

    telah memberikan dukungan yang tak terhingga didalam doa dan

    dukungan yang sangat berarti kepada penulis.

    15. Yang terkasih buat rekan - rekan penulis : Sepstian Tarigan, PaulusHerdianto Manurung, Robless Arnold, Wanseptember Situmorang,

    Hendro Chandra, Immanuel Pardede, Brury Prisma, Juna Kaban, Marhara

    Tambunan, dan seluruh mahasiswa stambuk 2008, dan juga kepada Para

    rekan rekan GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), serta

    kepada bang Rawan Jati, dan bang Henry Sitorus. yang telah mendukung

    dalam doa dan moril meskipun tidak saya sebutkan satu per- satu.

    Akhir kata penulis memohon maaf apabila ada kesalahan atau kesilapan

    yang pernah penulis perbuat dahulu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    penulis maupun pihak-pihak yang memerlukannya.

    Medan, Juli 2012

    Penulis,

    FLAMING V. S. B SIAHAAN

    NIM : 080200246

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    7/143

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

    ABSTRAKSI ................................................................................................ vi

    BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Permasalahan .......................................................................................... 5

    C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6

    D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 6

    E. Metode Penelitian ................................................................................... 7

    F. Keaslian Penulisan .................................................................................. 10

    G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

    BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN ...... 12

    A. Pemberian Hak Tanggungan dan Ruang Lingkupnya ............................ 12

    B. Objek Hak Tanggungan .......................................................................... 35

    C. Sertifikat Hak Tanggungan Dan Surat Kuasa Membebankan Hak

    Tanggungan ............................................................................................ 41

    BAB III : PELELANGAN SECARA PROSEDURAL .......................... 45

    A. Pengertian, Fungsi Dan Klasifikasi Lelang .............................................. 45

    B. Tata Cara Penawaran Lelang Serta Pembayarannya ................................ 51

    C. AspekAspek Hukum secara umum yang timbul dalam pelelangan ....... 61

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    8/143

    BAB IV : PELAKSANAAN PENJUALAN OBJEK HAK

    TANGGUNGAN MELALUI LELANG .................................. 70

    A. Proses Peralihan Hak Atas Suatu Objek Agunan Kepada PembeliLelang......................................................................................................70

    B. Penjualan Lelang Tanpa Diketahui Pemilik Objek Agunan DapatDikategorikan Perbuatan Melawan

    Hukum.....................................................................................................76

    C. Proses Penjualan Objek Agunan Melalui Lelang Tanpa PersetujuanPemberi Hak Tanggungan Dapat Diajukan Sebagai Perbuatan Melawan

    Hukum

    ............................................................................................................. 100

    D. Kasus Posisi Atas Putusan Pengadilan NegeriNomor : 348/PDT. G/2009/PN. TNG ................................................ 106

    E. Tanggapan ........................................................................................ 123BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 126

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 126

    B. Saran ............................................................................................... 127

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... viii

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    9/143

    PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN

    PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN

    MELAWAN HUKUM (STUDI PUTUSAN NOMOR 348/PDT.G/2009/PN.TNG)

    *) M.HAYAT, SH, MH.

    **) MALEM GINTING SH, MHum.

    ***) FLAMING V S B SIAHAAN

    ABSTRAKSI

    Dalam kehidupan masyarakat, masyarakat sering menggunakan agunan

    sebagai cara untuk memperoleh suatu barang, Agunan dalam kamus bahasa

    Indonesia ialah jaminan atau juga tanggungan jaminan berarti adanya sesuatu

    yang bisa menjadikan pegangan bagi kreditur ketika debitur ingin memperoleh

    suatu barang yang diinginkan, sebelum melunasi barang tersebut, maka debitur

    harus memberikan jaminannya,

    Dalam hal lelang telah diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri,

    maka lelang tersebut hanya dapat ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan Negeri

    dan tidak dapat ditangguhkan dengan alasan apapun oleh pejabat instansi lain,karena lelang yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dan

    dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara adalah dalam rangka eksekusi, dan

    bukan merupakan putusan dari kantor lelang Negara. Penjualan (lelang) benda

    tetap harus diumumkan dua kali dengan berselang lima belas hari diharian yang

    terbit di kota itu atau kota yang berdekatan dengan objek yang akan dilelang

    (Pasal 200 (7) HIR, Pasal 217 RBg).

    Pelaksanaan lelang terhadap aset aset berupa tanah dan bangunan

    sebagaimana dalam sertifikat hak milik yang menjadi jaminan di PT. Bank

    Negara Indonesia dianggap oleh pemberi hak tanggungan merupakan perbuatan

    yang bertentangan dengan hukum, karena disamping telah melanggar hak hak

    selaku Debitur juga tanpa alasan yang sah melakukan proses pelelangan secarasepihak yang dianggap oleh pemberi hak tanggungan telah mengakibatkan

    kerugian bagi Debitur baik secara moril maupun secara materil. .

    Pelaksanaan lelang terhadap aset aset yang dijaminkan oleh Pemberi

    Hak Tanggungan di PT. Bank Negara Indonesia pada awalnya adalah

    berdasarkan perjanjian kredit dalam rangka penjaminan hutang yang pada

    gilirannya tidak dapat dipenuhi pembayaran kewajibannya sebagaimana yang

    telah diperjanjikan dan terjadi kredit macet sehingga untuk memperoleh

    pembayaran atas hutang pemberi hak tanggungan dilakukan pelelangan umum.

    Penjualan objek hak tanggungan berupa tanah dan bangunan secara lelang

    memerlukan persyaratan persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    10/143

    Undang Undang agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan kerugian bagi

    para pihak yang mengikat perjanjian.

    Dalam hal Debitur mengingkari perjanjian yang telah diperbuatsebelumnya, maka mempunyai dampak terhadap objek hak tanggungan yang

    akan dilakukan penjualan dengan cara pelelangan umum, dan dalam hal ini

    berkaitan dengan siapakah yang berhak melakukan penjualannya serta apakah

    diperlukan persetujuan dari pemberi hak tanggungan .

    Pihak Debitur yang merasa dirugikan akan melakukan gugatan ke

    Pengadilan Negeri atas penjualan objek hak tanggungan yang dianggap oleh

    Debitur sebagai perbuatan melawan hukum, akan tetapi apakah masih diperlukan

    persetujuan dari pemberi hak tanggungan bilamana akan dilakukan penjualan

    terhadap objek hak tanggungan, jika ada hak yang diberikan Undang Undang

    bagi pemegang hak tanggungan untuk melakukan penjualan objek hak

    tanggungan, maka tidak ada terjadi perbuatan melawan hukum dan gugatandimaksud tidak berkekuatan hukum.

    Kata Kunci :

    1) Lelang2) Hak Tanggungan3) Perbuatan Melawan Hukum

    *) Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum USU.

    **) Dosen Pembimbing II, Fakultas Hukum USU.

    ***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    11/143

    PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN

    PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUATAN

    MELAWAN HUKUM (STUDI PUTUSAN NOMOR 348/PDT.G/2009/PN.TNG)

    *) M.HAYAT, SH, MH.

    **) MALEM GINTING SH, MHum.

    ***) FLAMING V S B SIAHAAN

    ABSTRAKSI

    Dalam kehidupan masyarakat, masyarakat sering menggunakan agunan

    sebagai cara untuk memperoleh suatu barang, Agunan dalam kamus bahasa

    Indonesia ialah jaminan atau juga tanggungan jaminan berarti adanya sesuatu

    yang bisa menjadikan pegangan bagi kreditur ketika debitur ingin memperoleh

    suatu barang yang diinginkan, sebelum melunasi barang tersebut, maka debitur

    harus memberikan jaminannya,

    Dalam hal lelang telah diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri,

    maka lelang tersebut hanya dapat ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan Negeri

    dan tidak dapat ditangguhkan dengan alasan apapun oleh pejabat instansi lain,karena lelang yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dan

    dilaksanakan oleh Kantor Lelang Negara adalah dalam rangka eksekusi, dan

    bukan merupakan putusan dari kantor lelang Negara. Penjualan (lelang) benda

    tetap harus diumumkan dua kali dengan berselang lima belas hari diharian yang

    terbit di kota itu atau kota yang berdekatan dengan objek yang akan dilelang

    (Pasal 200 (7) HIR, Pasal 217 RBg).

    Pelaksanaan lelang terhadap aset aset berupa tanah dan bangunan

    sebagaimana dalam sertifikat hak milik yang menjadi jaminan di PT. Bank

    Negara Indonesia dianggap oleh pemberi hak tanggungan merupakan perbuatan

    yang bertentangan dengan hukum, karena disamping telah melanggar hak hak

    selaku Debitur juga tanpa alasan yang sah melakukan proses pelelangan secarasepihak yang dianggap oleh pemberi hak tanggungan telah mengakibatkan

    kerugian bagi Debitur baik secara moril maupun secara materil. .

    Pelaksanaan lelang terhadap aset aset yang dijaminkan oleh Pemberi

    Hak Tanggungan di PT. Bank Negara Indonesia pada awalnya adalah

    berdasarkan perjanjian kredit dalam rangka penjaminan hutang yang pada

    gilirannya tidak dapat dipenuhi pembayaran kewajibannya sebagaimana yang

    telah diperjanjikan dan terjadi kredit macet sehingga untuk memperoleh

    pembayaran atas hutang pemberi hak tanggungan dilakukan pelelangan umum.

    Penjualan objek hak tanggungan berupa tanah dan bangunan secara lelang

    memerlukan persyaratan persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    12/143

    Undang Undang agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan kerugian bagi

    para pihak yang mengikat perjanjian.

    Dalam hal Debitur mengingkari perjanjian yang telah diperbuatsebelumnya, maka mempunyai dampak terhadap objek hak tanggungan yang

    akan dilakukan penjualan dengan cara pelelangan umum, dan dalam hal ini

    berkaitan dengan siapakah yang berhak melakukan penjualannya serta apakah

    diperlukan persetujuan dari pemberi hak tanggungan .

    Pihak Debitur yang merasa dirugikan akan melakukan gugatan ke

    Pengadilan Negeri atas penjualan objek hak tanggungan yang dianggap oleh

    Debitur sebagai perbuatan melawan hukum, akan tetapi apakah masih diperlukan

    persetujuan dari pemberi hak tanggungan bilamana akan dilakukan penjualan

    terhadap objek hak tanggungan, jika ada hak yang diberikan Undang Undang

    bagi pemegang hak tanggungan untuk melakukan penjualan objek hak

    tanggungan, maka tidak ada terjadi perbuatan melawan hukum dan gugatandimaksud tidak berkekuatan hukum.

    Kata Kunci :

    1) Lelang2) Hak Tanggungan3) Perbuatan Melawan Hukum

    *) Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum USU.

    **) Dosen Pembimbing II, Fakultas Hukum USU.

    ***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    13/143

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangDalam kehidupan di masyarakat, setiap orang membutuhkan uang untuk

    berbagai kepentingannya termasuk dengan cara mendapatkan fasilitas kredit dari

    bank tertentu. Pemberian fasilitas kredit oleh pihak kreditur kepada debitur tentu

    harus melalui berbagai persyaratanya diantaranya ada perjanjian kredit dan ada

    jaminan yang diberikan atas utang dari Debitur.

    Masalah perkreditan erat kaitannya dengan lembaga jaminan yang akan

    menjamin pengembalian kredit kepada pemberi kredit secara cepat dan pasti.

    Oleh karena itu sudah seharusnya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak

    yang lain yang terkait mendapatkan perlindungan hukum melalui suatu lembaga

    hak jaminan yang kuat dan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang

    berkepentingan.

    Pasal 1131 Kitab Undang Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa :

    Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak

    bergerak, baik yang sudah ada maupun baru akan ada di kemudian hari,

    menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. 1

    Dengan demikian, pada saat seseorang berhutang atau debitur maka

    dengan sendirinya atau bagi hukum telah terjadi pemberian jaminan dari debitur

    kepada setiap krediturnya atas segala harta kekayaan debitur itu.

    1

    R.Subekti & R.Tjitrosudibio,Kitab Undang -Undang Hukum Perdata,(Jakarta, Pradnya Paramitha,2001), h. 291.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    14/143

    Permasalahan akan timbul apabila terdapat lebih dari satu Kreditur dan

    ternyata Debitur cidera janji terhadap salah satu atau beberapa Kreditur ini.

    Tentu saja masing masing Kreditur merasa mempunyai hak terhadap harta

    kekayaan Debitur itu sebagai jaminan pengembalian masing masing

    piutangnya. Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan bahwa harta Kekayaan Debitur

    itu menjadi jaminan secara bersama sama bagi semua Kreditur yang memberi

    uang kepada Debitur yang bersangkutan.2

    Alasan alasan yang ditentukan oleh Undang Undang itu diatur dalam

    Pasal 1133 KUHPerdata. Pasal Pasal 1133 KUHPerdata itu bahwa hak untuk

    didahulukan bagi seorang Kreditur tertentu terhadap Kreditur lain timbul dari

    hak istimewa, gadai, dan hipotik. Karena itu, para Kreditur lain yang tidak

    mempunyai kedudukan untuk didahulukan berdasarkan alasan alasan yang

    ditentukan oleh Undang Undang, mempunyai kedudukan yang sama dan hak

    mereka untuk memperoleh pembagian dari hasil penjualan harta kekayaan

    Kemudian hasil dari penjualan benda

    benda yang menjadi kekayaan Debitur itu dibagi kepada semua Krediturnya

    secara seimbang atau propersonal menurut perbandingan besarnya piutang

    masing masing. Namun Pasal 1132 KUHPerdata itu memberikan indikasi

    bahwa diantara para Kreditur itu dapat didahulukan kedudukannya terhadap

    Kreditur lain apabila ada alasan alasan yang sah untuk didahulukan itu. Alasan

    alasan sah yang dimaksud itu ialah alasan alasan yang ditemukan oleh

    Undang Undang.

    2Ibid, h. 291

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    15/143

    Debitur apabila debitur cedera janji adalah berimbang secara proporsional

    menurut besarnya masing masing piutang.

    Undang Undang nomor 5 tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok-Pokok

    Agraria atau disingkat UUPA melalui Pasal 51 telah menyediakan lembaga

    jaminan dapat dibebankan pada hak atas tanah, yaitu hak tanggungan sebagai

    pengganti hipotik dan credietverband. Akan tetapi selama ini hak tanggungan

    tersebut belum berfungsi sebagaimana seharusnya karena belum ada Undang

    Undang yang mengaturnya secara lengkap. Berdasarkan aturan peralihan Pasal

    57 UUPA, selama Undang Undang mengenai hak tanggungan belum terbentuk

    maka masih diberlakukan ketentuan hukum dalam buku II KUHPerdata.

    Setelah melewati rentang waktu lebih dari 35 tahun sejak diamanatkan

    pasal 51 UUPA akhirnya terwujudlah Undang Undang yang diharapkan dapat

    mengamankan kegiatan perkreditan dalam upaya memenuhi kebutuhan dana

    untuk menunjang kegiatan pembangunan, yaitu Undang Undang Nomor 4

    Tahun 1960 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda benda yang

    berkaitan dengan tanah, yang diundangkan dan diberlakukan pada tanggal 09

    April 1996, dan tulisan ini akan disingkat dengan Undang Undang Hak

    Tanggungan. Dengan telah diundangkannya Undang Undang Hak Tanggungan

    tersebut terwujudlah sudah unifikasi hukum nasional, yang ada dibidang hak

    jaminan atas tanah. Namun dalam pelaksanaanya tentu permasalahan yang

    timbul. Dalam tulisan ini secara khusus akan dibahas masalah pelaksanaan

    eksekusi hak tanggungan melalui penjualan dimuka umum atau lelang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    16/143

    Pelaksanaan lelang terhadap aset-aset berupa tanah dan bangunan

    sebagaimana dalam Sertifikat Hak Milik yang menjadi jaminan di PT. Bank

    Negara Indonesia dianggap oleh pemberi hak tanggungan merupakan perbuatan

    yang bertentangan dengan hukum, karena disamping telah melanggar hak hak

    selaku Debitur juga tanpa alasan yang sah melakukan proses pelelangan secara

    sepihak yang dianggap oleh pemberi hak tanggungan telah mengakibatkan

    kerugian bagi Debitur baik secara moril maupun secara materil.

    Pelaksanaan lelang terhadap aset aset yang dijaminkan oleh Pemberi

    Hak Tanggungan di PT. Bank Negara Indonesia pada awalnya adalah

    berdasarkan perjanjian kredit dalam rangka penjaminan hutang yang pada

    gilirannya tidak dapat dipenuhi pembayaran kewajibannya sebagaimana yang

    telah diperjanjikan dan terjadi kredit macet sehingga untuk memperoleh

    pembayaran atas hutang pemberi hak tanggungan dilakukan pelelangan umum.

    Penjualan objek hak tanggungan berupa tanah dan bangunan secara lelang

    memerlukan persyaratan persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam

    Undang Undang agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan kerugian bagi

    para pihak yang mengikat perjanjian.

    Dalam hal Debitur mengingkari perjanjian yang telah diperbuat

    sebelumnya, maka mempunyai dampak terhadap objek hak tanggungan yang

    akan dilakukan penjualan dengan cara pelelangan umum, dan dalam hal ini

    berkaitan dengan siapakah yang berhak melakukan penjualannya serta apakah

    diperlukan persetujuan dari pemberi hak tanggungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    17/143

    Pihak Debitur yang merasa dirugikan akan melakukan gugatan ke

    Pengadilan Negeri atas penjualan objek hak tanggungan yang dianggap oleh

    Debitur sebagai perbuatan melawan hukum, akan tetapi apakah masih diperlukan

    persetujuan dari pemberi hak tanggungan bilamana akan dilakukan penjualan

    terhadap objek hak tanggungan, jika ada hak yang diberikan Undang Undang

    bagi pemegang hak tanggungan untuk melakukan penjualan objek hak

    tanggungan, maka tidak ada terjadi perbuatan melawan hukum dan gugatan

    dimaksud tidak berkekuatan hukum.

    B. PermasalahanPerumusan masalah merupakan awal dari segenap proses ilmiah, tanpa ada

    masalah tidak akan ada penelitian ilmiah. Masalah adalah ibarat jantung dari

    setiap rencana penelitian ilmiah makin tegas dan terarah perumusan

    masalahnya.3

    1. Bagaimanakah proses peralihan hak atas suatu objek agunan kepadapembeli lelang?

    Makin jelas pula arah dan pelaksanaan penelitian. Maka sesuai

    dengan judul skripsi penulis, maka dalam hal ini penulis merumuskan pokok

    permasalahan sebagai berikut :

    2.

    Apakah penjualan lelang tanpa diketahui pemilik objek agunan dapat

    dikategorikan perbuatan melawan hukum?

    3. Bagaimana proses penjualan objek agunan melalui lelang tanpapersetujuan pemberi Hak Tanggungan dapat diajukan sebagai perbuatan

    melawan hukum?

    3

    Wasty Soemanto,Pedoman Teknis Penulisan Skripsi,(Jakarta, Bumi Aksara, 1994),h. 10.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    18/143

    C. Tujuan PenulisanTujuan penulisan selamanya mengacu pada masalah yang telah

    dirumuskan. Apabila rumusan masalah menyangkut hubungan antara variabel,

    maka rumusan tujuan penelitiannya hendaknya berupaya mencari penemuan

    tantang ada dan tidaknya hubungan antara variabel yang dimaksud. Tujuan

    penulisan ialah apa yang secara langsung dan spesifik yang akan dicapai dengan

    penelitian yang dilakukan bertolak dari masalahnya. 4

    a. Untuk mengetahui cara terjadinya perpindahan hak kepada pembelilelang atas suatu objek agunan

    Maka sesuai dengan

    permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan yang akan dicapai dari

    penulisan skripsi ini adalah:

    b. Untuk mengetahui penjualan lelang tanpa diketahui pemilik objek agunandapat dikategorikan perbuatan melawan hukum

    c. Untuk mengetahui penjualan objek agunan secara lelang tanpapersetujuan pemberi hak tanggungan dapat diajukan sebagai perbuatan

    melawan hukum.

    D. Manfaat PenulisanDari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

    lain:

    1. Manfaat TeoritisPenulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

    hukum serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun

    4Ibid, h. 12

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    19/143

    argumentasi ilmiah terhadap penerapan penjualan agunan secara lelang tanpa

    persetujuan pemberi hak tanggungan dalam gugatan perbuatan melawan

    hukum.

    2. Manfaat PraktisPenulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan

    pengetahuan, sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas tentang penjualan

    agunan secara lelang tanpa persetujuan pemberi hak tanggungan dapat

    diajukan sebagai perbuatan melawan hukum. Penulisan skripsi ini dapat

    menjadi salah satu jawaban yang tepat terhadap persoalan peningkatan

    latihan berpikir dan bekerja ilmiah di kalangan mahasiswa. Melalui penulisan

    skripsi ini, penulis secara terbimbing mampu belajar menyusun konsep

    rencana penelitian, melakukan pengumpulan data, mengolah data, menarik

    kesimpulan serta menuliskan laporan karya ilmiah dengan sebaik baiknya.

    Oleh karena itu penulisan skripsi ini merupakan tugas yang penting bagi

    penulis.5

    E. Metode Penulisan

    Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan

    pangambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik

    mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media

    elektronik.

    Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai

    berikut:

    5Ibid, h. 6

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    20/143

    1. Studi KepustakaanJenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

    dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian

    yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang

    menganalisa hukum yang tertulis.

    2. Data dan Sumber DataDalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah

    bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

    Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan

    perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-

    Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dan Peraturan Pemerintah

    No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Tanggungan, dan Hak

    Pakai Atas Tanah.

    Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

    terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-

    buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

    Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum

    yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum

    primer dan/ atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain - lain serta

    bahan bahan sekunder dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat

    di pergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.6

    3. Teknik Pengumpulan Data6

    Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TinjauanSingkat, (Jakarta, Rajawali Pers, 1990). h. 41.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    21/143

    Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

    dapat dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan metode penelitian hukum

    normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).

    Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Reseach).

    Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

    atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

    cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan

    nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

    Metode Library Reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-

    bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa

    rujukan beberapa buku.

    4. Analisis DataPenelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke

    dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya

    merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan

    dibahas. Analisa data dilakukan dengan:

    a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan denganpermasalahan yang diteliti.

    b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai denganpenelitian.

    c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau

    doktrin yang ada.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    22/143

    F. Keaslian PenulisanBerdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas

    Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan

    dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti. Oleh karena itu,

    penulisan skripsi dapat dikatakan masih original sehingga keabsahannya dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian penulisan skripsi ini

    merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya. Penulisan skripsi ini dibuat

    berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi buku-buku, peraturan perundang-

    undangan yang berkaitan dengan hak tanggungan, serta informasi yang diperoleh

    dari media cetak dan elektronik.

    G. Sistematika PenulisanDalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

    diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka

    diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab

    perbab yang saling berangkaian satu sama lain.

    Adapun yang merupakan sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

    BAB I : Berisikan Pendahuluan yang menggambarkan hal-hal yang

    bersifat umum dalam Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan

    Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian

    Penulisan dan Sistematika Penulisan.

    BAB II : Di dalam bab ini dikemukakan tentang Pemberian Hak

    Tanggungan Serta Ruang Lingkupnya, Objek Hak

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    23/143

    Tanggungan Dan Sertifikat Hak Tanggungan Serta Surat

    Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.

    BAB III : Di dalam bab ini menguraikan tentang Pengertian, Fungsi Dan

    Klasifikasi Lelang, Tata Cara Penawaran Dan Pembayaran

    Lelang, Dan Aspek Aspek Hukum Yang Timbul Dalam

    Pelelangan.

    BAB IV : Di dalam bab ini membahas Proses Peralihan Hak Atas Suatu

    Objek Agunan Kepada Pembeli Lelang, Penjualan Lelang

    Tanpa Diketahui Pemilik Objek Agunan Dapat Dikategorikan

    Perbuatan Melawan Hukum, Proses Penjualan Objek Agunan

    Melalui Lelang Tanpa Persetujuan Pemberi Hak Tanggungan

    Dapat Diajukan Sebagai Perbuatan Melawan Hukum, Kasus

    Posisi Atas Putusan Pengadilan Negeri Nomor :

    348/PDT.G/2009/PN.TNG Dan Tanggapan.

    BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan dan saran seluruh rangkaian

    bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan

    saran yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, kemudian

    dilengkapi saran yang mungkin bermanfaat dimasa datang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    24/143

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN

    A. Pemberian Hak Tanggungan dan Ruang Lingkupnya

    Pemberian Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum

    yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap

    Objek Hak Tanggungan yang bersangkutan. Pemberian Hak Tanggungan

    didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan

    pelunasan utang tertentu, yang dituangkan didalam dan merupakan bagian tak

    terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan atau perjanjian

    lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Pemberian Hak Tanggungan

    dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian.7Hak Tanggungan harus dibuat

    dalam suatu Akte Notaris, agar mempunyai kekuatan terhadap pihak ketiga, dan

    Hak Tanggungan harus didaftarkan pada pengurusan pembalikkan nama sesuai

    dengan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku. 8

    Pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan

    pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan. Undang Undang Hak

    Apabila Objek Hak

    Tanggungan berupa Hak Atas tanah yang berasal dari konversi hak lama yang

    telah memenuhi syarat untuk didaftarkan, akan tetapi pendaftarannya belum

    dilakukan.

    7 Mahkamah Agung RI,Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan

    Perdata Umum Dan Perdata Khusus,Buku II Edisi 2007& 2008,(Jakarta,IKAHI,2008).h. 90.8R.Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata,(Bandung ,Intermasa, 1985). h. 84.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    25/143

    Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, Pada pasal 1 ayat 1 memberikan defenisi

    Hak Tanggungan sebagai berikut :

    " Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

    tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan

    yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

    Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang

    merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu

    terhadap Kreditur-Kreditur lain." 9

    Ada beberapa unsur pokok dari Hak Tanggungan yang terdapat dalam

    defenisi Hak Tanggungan tersebut. Unsur Unsur Pokok itu ialah :

    1. Hak tanggungan adalah hak jaminan2. Untuk pelunasan utang3. Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai Undang Undang

    Pokok Agraria.

    4. Hak Tanggungan dapat di bebankan atas tanahnya (Hak Atas Tanah)saja, dan dapat pula dibebankan benda benda lain yang merupakan

    satu- kesatuan dengan tanah itu.

    5. Utang yang dijamin haruslah suatu utang yang tertentu.6. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Kreditur terhadap

    Kreditur Kreditur yang lain.

    Dalam Unsur pokok hak tanggungan, maka ada juga pembebanan hak

    tanggungan pada hak atas tanah harus dilakukan melalui akta yang dibuat oleh

    dan dihadapan PPAT. Hak-hak atas tanah yang dapat diletakkan hak

    9

    Pengadilan Sumatera Selatan,Himpunan Undang Undang Yang berkaitan denganUU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan, 1997. h. 2 & 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    26/143

    Tanggungan di atasnya adalah: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,

    hak pakai, dan hak milik atas satuan rumah susun.

    Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran Hak Tanggungan:

    1. Surat pengantar dari Pejabat Pembuat Akte Tanah

    2. Surat permohonan pendaftaran

    3. Identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan

    4. Sertifikat asli Hak Atas Tanah

    5. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

    6. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan (untuk lampiran Sertifikat Hak

    Tanggungan)

    7. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) apabila dilakukan

    melalui kuasa.

    Hak Tanggungan dapat beralih atau dialihkan karena adanya cessie, subrogasi,

    pewarisan, atau penggabungan serta peleburan perseroan. Dokumen yang

    diperlukan untuk pendaftaran peralihan Hak Tanggungan:

    1. Sertifikat asli Hak Tanggungan

    2. Akta cessie atau Akta Otentik yang menyatakan adanya cessie

    3. Akta subrogasi atau Akta Otentik yang menyatakan adanya subrogasi

    4. Bukti pewarisan

    5. Bukti penggabungan atau peleburan perseroan

    6. Identitas pemohon

    Hak Tanggungan sebagai pengganti bentuk Grosse Akta Berdasarkan Pasal 29,

    Hak Tanggungan merupakan pengganti bentuk grosse akta yang disebut dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    27/143

    Pasal 224 HIR. Pasal ini dengan tegas mengatakan, dengan diundangkannya

    Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, tidak berlaku lagi :

    1. CredietverbandSt. 1908 542 jo. St. 1909 586 sebagaimana diubah denganSt. 1937 190 jo. St. 1937 191

    2. Ketentuan hipotek yang diatur dalam Buku II, Bab XXI KUHPerdata (Pasal1162 1232), sepanjang jaminannya mengenai hak atas tanah.10

    Untuk menjelaskan eksekusi Hak Tanggungan, perlu diketahui lebih

    dahulu tata cara atau proses yuridis dan administrasif melekatnya titel

    eksekutorial pada Hak Tanggungan.

    1. Tahap Pertama; Perjanjian Kredit dengan Klausul Pemberian HakTanggungan

    Tahap awal, pengikatan perjanjian kredit atau perjanjian utang :

    a. Dalam salah satu Pasalnya, disepakati janji Debitur memberikan HakTanggungan sebagai jaminan pelunasan utang. Dengan demikian,

    perjanjian kredit yang berisi janji debitur memberikan Hak Tanggungan,

    merupakan :

    Perjanjian pokok (basic agreement, principal agreement), yang berfungsi

    sebagai dokumen pertama untuk membuktikan adanya perjanjian utang :

    10

    M.Yahya Harahap,Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,(Jakarta, Sinar Grafika, 2007). h. 188.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    28/143

    1)Perjanjian pokok (basic agreement,Principal agreement), yang berfungsisebagai dokumen pertama untuk membuktikan adanya perjanjian

    hutang.

    2)Menurut Pasal 10 ayat (1), eksistensi janji memberikan HakTanggungan dalam perjanjian utang (kredit) merupakan bagian tak

    terpisahkan dari janji pemberian hak tanggungan.

    3)Perjanjian hak tanggungan bersifat accessoir dengan perjanjian pokok.

    Hak Tanggungan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi merupakan ikutan

    dari perjanjian pokok yakni perjanjian yang memberi jaminan atas

    pelunasan utang yang disebut dalam perjanjian pokok.

    b. Bentuk perjanjian pokok yang berisi Pemberian Hak Tanggungan

    Menurut penjelasan Pasal 10 ayat (1) :

    1) Dapat berbentuk akta di bawah tangan (onderhandse akte)2) Dengan kata autentik (authentieke akte).

    c. Pembuatannya dapat di dalam maupun di luar negeri

    1) Tidak disyaratkan validitas atau keabsahannya harus dibuat di dalamnegeri

    2) Tetap sah dibuat diluar negeri

    d. Subjek atau pihak

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    29/143

    1) Dapat orang perseorangan (natural person) ;2) Bisa badan hukum (legal entity) ;3) Dapat orang atau badan hukum asing dengan syarat kredit yang

    bersangkutan dipergunakan untuk pembangunan di wilayah NKRI. 11

    2. Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

    Akta pemberian Hak Tanggungan adalah Akta PPAT yang berisi

    pemberian hak tanggungan kepada Kreditur tertentu sebagai jaminan untuk

    pelunasan piutangnya.

    Tata cara Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan :

    a. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan AktaPemberian Hak Tanggungan ;

    1) Jadi berbentuk akta yang disebut Akta Pemberian Hak Tanggungan ;2) Dibuat oleh Pejabat Pembuat Akte Tanah ;3) Akta Pemberian Hak Tanggungan berfungsi sebagai bukti tentang

    Pemberian Hak Tanggungan yang berkedudukan sebagai dokumen

    perjanjian kedua, melengkapi dokumen perjanjian utang (perjanjian

    pokok).

    11Ibid, h. 189.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    30/143

    b. Isi dan format

    Diatur dalam Pasal 11 Undang - Undang Hak Tanggungan yang

    menentukan :

    1) Yang wajib dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan :

    a) Nama dan identitas Pemegang dan Pemberi Hak Tanggunganb) Domisili pihak pihakc) Penunjukan secara jelas utang yang dijamind) Nilai tanggungane) Uraian yang jelas mengenai objek Hak Tanggungan

    Pencantuman elemen ini dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan :

    (1) Bersifat kumulatif, oleh karena itu harus lengkap dicantumkan,(2) Lalai mencantumkan salah satu di antaranya, mengakibatkan Akta

    Pemberian Hak Tanggungan batal demi hukum (Penjelasan Pasal 11

    ayat (1) ).

    2)

    Janji yang dapat dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan

    Dalam Pasal 11 ayat (2), terdapat sejumlah klausul yang dapat

    dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan antara lain :

    a) Janji yang membatasi kewenangan Pemberi Hak Tanggungan untuk :

    (1) Menyewakan Objek Hak Tanggungan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    31/143

    (2) Mengubah bentuk tata susunan Objek Hak Tanggungan

    b) Janji yang memberi kewenangan kepada Penerima Hak Tanggungan :

    (1) Mengelola objek berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri;(2) Menyelamatkan objek Hak Tanggungan dalam rangka eksekusi

    (mencegah hapus atau dibatalkan hak atas objek Hak Tanggungan) ;

    (3) Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual ataukekuasaan sendiri (eigenmachtige verkoop) ;

    (4) Janji Pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan objek HakTanggungan pada saat eksekusi Hak Tanggungan. 12

    3. Pendaftaran Pemberian Hak Tanggungan

    Mengenai pendaftaran Pemberian Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 13:

    a. Pendaftaran Merupakan Syarat Imperatif

    1) Wajib mendaftarkan pada kantor Pertanahan (KP),2) Menurut penjelasan Pasal 13 ayat (1) :

    a) Pendaftaran merupakan asas publisitas ;b) Serta sekaligus merupakan syarat mutlak untuk lahirnya dan

    mengikatnya Hak Tanggungan kepada pihak ketiga ;

    12Ibid, h. 190

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    32/143

    b. Kewajiban Pejabat Pembuat Akte Tanah sebagai pembuat AktaPemberian Hak Tanggungan

    Berdasarkan Pasal 13 ayat (2), Pejabat Pembuat Akte Tanah yang

    bertindak membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan :

    1) Wajib mengirimkan Akte Pemberian Hak Tanggungan (meliputi surat surat bukti yang berkaitan dengan Objek Hak Tanggungan dan identitas

    para pihak, sertifikat hak atas tanah) yang diperlukan kepada Kantor

    Pertanahan ;

    2) Pengiriman selambat lambatnya 7 hari kerja dari tanggalpenandatanganan Akte Pemberian Hak Tanggungan ;

    3) Cara pengiriman menurut Penjelasan Pasal 13 ayat (2) :

    a) Melalui petugas Pejabat Pembuat Akte Tanah, ataub) Melalui pos tercatat.

    Pada prinsipnya Pejabat Pembuat Akte Tanah wajib menggunakan cara

    yang paling baik dan aman sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada di

    daerah yang bersangkutan.

    4) Pejabat Pembuat Akte Tanah yang lalai memenuhi kewajiban tersebutdiancam dengan sanksi administratif :

    a) Teguran lisan/tulisanb) Pemberhentian sementara

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    33/143

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    34/143

    4. Pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan

    Penerbitan Sertifikat Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 14 Undang

    Undang Hak Tanggungan :

    a. Yang menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan :

    1) Kantor Pertanahan2) Caranya, mencantumkan Irah Irah dengan kata kata: Demi Keadilan

    Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa karena kekuatannya sama

    dengan surat putusan Hakim.13Dan juga dipakai untuk surat surat yang

    mempunyai kekuatan eksekutorial, atau surat yang dimohonkan fiat

    eksekusinya atau exequtor kepada Ketua Pengadilan Negeri.14

    b. Fungsi Sertifikat Hak Tanggungan :

    1) Menjadi bukti Hak Tanggungan2) Menjadi landasan kekuatan eksekutorial (executoriale kracht)3) Kekuatan eksekutorialnya sama dengan putusan pengadilan yang

    berkekuatan hukum tetap.

    c. Tindakan Kantor Pertanahan Selanjutnya :

    1) Mengembalikan sertifikat tanah yang berisi catatan Pemberian HakTanggungan kepada Pemegang hak tanah

    13 K.Wantjik Saleh,Hukum Acara Perdata RBG/HIR,(Jakarta,Ghalia Indonesia,

    2002),h. 62.14 Varia Peradilan No. 55 Tahun 1990, April 1990, h. 97.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    35/143

    2) Memberikan sertifikat Hak Tanggungan kepada kreditor.15Dalam Penjelasan Umum Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun

    1996 angka 3, dikemukakan bahwa sebagai lembaga hak jaminan atas tanah

    yang kuat, Maka Hak Tanggungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Droit de preferentArtinya memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului

    kepada pemegangnya (Pasal 1 angka 1 dan Pasal 20 ayat 1). Apabila Debitur

    cidera janji, Kreditur pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual objek

    yang dijadikan jaminan melalui pelelangan umum menurut peraturan hukumyang

    berlaku dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut,

    dengan hak mendahului kreditur daripada Kreditur Kreditur lain yang bukan

    pemegang hak tanggungan atau Kreditur pemegang hak tanggungan dengan

    peringkat yang lebih rendah. Dan juga dalam hal ini pemegang hak tanggungan

    sebagai Kreditur memperoleh hak didahulukan dari Kreditur lainnya untuk

    memperoleh pembayaran piutangnya dari hasil penjualan (pencairan) objek

    jaminan kredit yang diikat dengan hak tanggungan tersebut. Kedudukan kreditur

    yang mempunyai hak didahulukan dari kreditur lain (Kreditur preferen) akan

    sangat menguntungkan kepada pihak yang bersangkutan dalam memperoleh

    pembayaran kembali (pelunasan) pinjaman uang yang diberikannya kepada

    Debitur yang cidera janji.16

    2. Droit de suite

    15

    Ibid,h.191 - 192.16Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta, Djambatan, 2007). h. 406.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    36/143

    Artinya selalu mengikuti jaminan hutang dalam tangan siapapun objek

    tersebut berada (Pasal 7). Dalam Pasal 7 Undang Undang Hak Tanggungan

    disebutkan bahwa hak tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan

    siapapun objek itu berada. Sifat ini merupakan salah satu jaminan khusus bagi

    kepentingan pemegang Hak Tanggungan. Meskipun objek dari hak tanggungan

    sudah berpindah tangan dan menjadi milik pihak lain, Kreditur masih tetap dapat

    menggunakan haknya melalui eksekusi, jika Debitur cidera janji.

    3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak

    ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang

    berkepentingan

    Berdasarkan hal tersebut maka sahnya pembebanan Hak Tanggungan

    disyaratkan wajib disebutkan dengan jelas piutang mana dan berapa jumlahnya

    yang dijamin serta benda-benda mana yang dijadikan jaminan (syarat

    spesialitas), dan wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan sehingga terbuka untuk

    umum (syarat publisitas).

    4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya Salah satu ciri Hak

    Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

    eksekusinya jika debitur cidera janji

    Meskipun secara umum ketentuan mengenai eksekusi telah diatur dalam

    hukum acara perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara

    khusus mengenai eksekusi hak tanggungan dalam Undang-undang ini, yaitu yang

    mengatur mengenai lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    37/143

    224 HIR dan Pasal 258 Reglemen Hukum Acara untuk daerah luar Jawa dan

    Madura.

    Hak Tanggungan juga memiliki sifat tidak dapat dibagi-bagi kecuali jika

    diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), seperti

    ditetapkan dalam Pasal 2 Undang Undang Hak Tanggungan. Dengan sifatnya

    yang tidak dapat dibagi-bagi, maka Hak Tanggungan akan membebani secara

    utuh objek Hak tanggungan. Hal ini mengandung arti bahwa apabila hutang

    (kredit) yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan baru dilunasi

    sebagian, maka Hak Tanggungan tetap membebani seluruh objek Hak

    Tanggungan.

    Klausula kecuali jika diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak

    Tanggungan dalam Pasal 2 Undang Undang Hak Tanggungan, dicantumkan

    dengan maksud untuk menampung kebutuhan perkembangan dunia perbankan,

    khususnya kegiatan perkreditan. Dengan menggunakan klausula tersebut, sifat

    tidak dapat dibagi-bagi dari Hak Tanggungan dapat disimpangi, yaitu dengan

    memperjanjikan bahwa apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak

    atas tanah, maka pelunasan kredit yang dijamin dapat dilakukan dengan cara

    angsuran. Besarnya angsuran sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah

    yang merupakan bagian dari Objek Hak Tanggungan, yang akan dibebaskan dari

    Hak Tanggungan tersebut. Dengan demikian setelah suatu angsuran dibayarkan,

    Hak Tanggungan hanya akan membebani sisa Objek Hak Tanggungan untuk

    menjamin sisa kredit yang belum dilunasi (Penjelasan Pasal 2 ayat (1) jo ayat (2)

    Undang Undang Hak Tanggungan).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    38/143

    Sifat lain dari Hak Tanggungan adalah Hak Tanggungan merupakan

    accecoir dari perjanjian pokok, artinya bahwa perjanjian Hak Tanggungan bukan

    merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, tetapi keberadaannya adalah karena

    adanya perjanjian lain yang disebut dengan perjanjian pokok. Perjanjian pokok

    bagi perjanjian Hak Tanggungan adalah perjanjian hutang piutang yang

    menimbulkan hutang yang dijamin itu. Hak Tanggungan terbagi atas Asas-asas,

    Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah-masalah yang dihadapi Oleh Pihak

    Perbankan, suatu Kajian Mengenai Undang Undang Hak Tanggungan, Hal ini

    sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Butir 8 Penjelasan Umum Undang

    Undang Hak Tanggungan yang memberikan penjelasan bahwa karena Hak

    Tanggungan menurut sifatnya merupakan ikatan atau accesoir pada suatu piutang

    tertentu, yang didasarkan pada suatu perjanjian hutang piutang atau perjanjian

    lain, maka kelahiran dan keberadaanya ditentukan oleh adanya piutang yang

    dijamin pelunasannya.

    Ada beberapa asas dari hak tanggungan yang perlu dipahami dan

    membedakan hak tanggungan ini dari jenis dan bentuk jaminan hutang dan

    bahkan membedakannya dari hipotik yang digantikannya. Asas asas tersebut

    diatur dalam berbagai Pasal dari Undang Undang Hak Tanggungan:

    5. Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagiKreditur Pemegang Hak Tanggungan

    Dari defenisi mengenai Hak Tanggungan sebagaimana dikemukakan

    dalam Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Hak Tanggungan, dapat diketahui

    bahwa Hak Tanggungan dapat memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    39/143

    Kreditur tertentu terhadap Kreditur Kreditur lain. Kreditur tertentu yang

    dimaksud adalah yang memperoleh atau menjadikan pemegang Hak Tanggungan

    tersebut. Mengenai apa yang dimaksud dengan pengertian Kedudukan yang

    diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap Kreditur - Kreditur lain. Kreditur

    tertentu yang dimaksud ialah yang memperoleh atau menjadi Pemegang Hak

    Tanggungan tersebut. Mengenai apa yang dimaksud dengan pengertian

    Kedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Kreditur

    Kreditur lain tidak dijumpai dari penjelasan Pasal 1 tersebut tetapi, dijumpai di

    bagian lain yaitu di dalam Angka 4 penjelasan umum Undang Undang Hak

    Tanggungan. Dijelaskan dalam penjelasan umum Undang Undang Hak

    Tanggungan itu bahwa yang dimaksudkan dengan memberikan kedudukan

    diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Kreditur Kreditur lainnya.

    6. Bahwa jika Debitur cedera janji, Kreditur pemegang hak tanggunganberhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan

    menurut ketentuan Peraturan Perundangan yang bersangkutan, dengan

    hak mendahului dari pada Kreditur Kreditur yang lain. Kedudukan

    yang diutamakan tersebut adalah barang tentu tidak mengurangi

    preference piutang piutang Negara menurut ketentuan ketentuan

    umum yang berlaku.

    Asas ini adalah asas yang berlaku pula bagi hipotik yang telah digantikan

    oleh hak tanggungan sepanjang yang berkaitan dengan tanah. Dalam penjelasan

    diatas dapatlah diketahui bahwa hak Kreditur, yang menjadi hak pemegang

    tanggungan tersebut, sekalipun diutamakan terhadap hak tagihan kepada

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    40/143

    Kreditur Kreditur lain, tetapi tetaplah harus mengalah terhadap piutang

    piutang Negara. Dengan kata lain, Hak Negara lebih utama dari hak Kreditur

    pemegang tanggungan.

    7. Hak Tanggungan Tidak Dapat Dibagi bagi.Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi bagi yang

    ditentukan dalam Pasal 2 Undang Undang Hak Tanggungan. Artinya, bahwa

    hak tanggungan memberikan secara utuh objek hak tanggungan dari setiap

    bagian dari padanya dan dilunasinya sebagian dari hutang yang dijamin tidak

    berarti terbebannya sebagai objek hak tanggungan dari beban hak tanggungan

    melainkan tanggungan tetap membebani objek hak tanggungan untuk sisa hutang

    yang belum dibayar. Asas ini diambil dari asas yang berlaku bagi Hipotik

    sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1163 KUHPerdata. Menurut Pasal 2

    ayat (1) jo Ayat (2) Undang Undang Hak Tanggungan tidak dapat dibagi

    baginya Hak Tanggungan dapat disimpan oleh para pihak apabila menginginkan

    hal yang demikian itu dengan memperjanjikannya dalam akta pemberian hak

    tanggungan. Namun, penyimpangan itu hanya dapat dilakukan sepanjang :

    a. Hak Tanggungan itu dibebankan kepada beberapa hak atas tanah.b.

    Pelunasan hutang yang dijamin dilakukan dengan cara angsuran yang

    besarnya sama dengan nilai masing masing hak atas tanah yang

    merupakan bagian dari objek hak tanggungan yang akan dibebaskan

    dari hak tanggungan tersebut. Sehingga kemudian hak tanggungan itu

    hanya membebani sisa objek hak tanggungan untuk menjamin sisa

    hutang yang belum di lunasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    41/143

    8. Hak Tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga berikutbenda benda yang berkaitan dengan tanah tersebut

    Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) Undang Undang Hak Tanggungan, Hak

    Tanggungan dapat dibebankan bukan saja pada hak atas tanah yang menjadi

    Objek Hak Tanggungan tetapi juga berikut Hak Bangunan, tanaman dari hasil

    karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut. Bangunan, Tanaman

    dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut adalah yang

    dimaksudkan oleh Undang Undang Hak Tanggungan sebagai benda benda

    yang berkaitan dengan tanah.

    9. Hak Tanggungan dapat dibebankan juga benda benda yang berkaitandengan tanah yang baru akan ada dikemudian hari.

    Hak Tanggungan dapat dibebankan pula atas benda benda yang

    berkaitan dengan tanah sekalipun benda benda tersebut belum ada tetapi baru

    akan nada dikemudian hari. Dalam pengertian yang baru akan ada ialah

    benda benda yang pada saat hak tanggungan di bebankan belum ada sebagai

    bagian dari tanah yang dibebani hak tanggungan tersebut. Misalnya karena

    benda benda tersebut baru ditanam atau baru dibangun kemudian setelah hak

    tanggungan itu dibebankan atas tanah tersebut. Berbeda dengan hipotik

    sebagaimana diatur dalam Pasal 1165 KUHPerdata bahwa setiap hipotik

    mengikuti juga segala apa yang menjadi satu dengan benda itu karena

    pertumbuhan atau pembangunan. Dengan kata lain tanpa harus diperjanjikan

    terlebih dahulu segala benda yang berkaitan dengan tanah yang baru akan nada

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    42/143

    dikemudian hari demi hukum dan terbebani pula dengan hipotik yang telah

    dibebankan sebelumnya diatas hak atas tanah yang menjadi objek hipotik.

    10. Perjanjian Hak Tanggungan adalah perjanjian Accessoir.Perjanjian Hak Tanggungan bukan merupakan perjanjian yang berdiri

    sendiri. Keberadaannya adalah karena adanya perjanjian lain yang disebut

    perjanjian pokok. Perjanjian pokok bagi perjanjian hak tanggungan adalah

    perjanjian hutang piutang yang menimbulkan hutang yang dijamin. Dengan kata

    lain, Perjanjian Hak Tanggungan adalah suatu Perjanjian Accesoir. Dalam Butir

    8 Penjelasan Umum Undang Undang Hak Tanggungan ada yang dikemukakan

    hal yang demikian. Perjanjian Hak Tanggungan dikatakan sebagai Perjanjian

    Accesoir di dasarkan pada Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 18 ayat (1) Undang

    Undang Hak Tanggungan yaitu karena :

    a. Pasal 10 ayat (1) menentukan bahwa perjanjian untuk memberikan HakTanggungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bagian utang

    piutang yang bersangkutan.

    b. Pasal 18 ayat (1) huruf a menentukan bahwa hak tanggungan hapuskarena hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan.

    11.

    Tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk hutang yang baru akan

    ada.

    Menurut Pasal 3 Undang Undang Hak Tanggungan. Hak Tanggungan

    dapat dijadikan jaminan untuk :

    a. Hutang yang telah ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    43/143

    b. Hutang yang baru akan ada tetapi telah diperjanjikan sebelumnya denganjumlah tertentu.

    c. Hutang yang baru akan ada tetapi telah diperjanjikan sebelumnya, denganjumlah yang pada saat permohonan eksekusi hak Tanggungan diajukan

    ditentukan berdasarkan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain

    yang menimbulkan hubungan hutang piutang yang bersangkutan.

    Dengan demikian hutang yang dijamin dengan hak tanggungan dapat

    berupa hutang yang sudah ada maupun yang belum ada atau baru yang

    akan dikemudian hari, tetapi harus sudah diperjanjikan sebelumnya.

    Dapat dijadikannya hak tanggungan untuk menjamin utang yang baru

    akan ada dikemudian hari adalah untuk menampung timbulnya hutang

    sebagai akibat pembebanan bunga atas pinjaman pokok dan

    pembebanan atas ongkos ongkos lain yang jumlahnya baru dapat

    ditentukan kemudian.

    12. Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari 1 Hutang.Pasal 3 ayat (2) Undang Undang Hak Tanggungan menentukan bahwa

    Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu hutang yang berasal dari suatu

    hubungan hukum, atau untuk suatu hutang atau lebih yang berasal dari beberapa

    hubungan hukum. Dengan adanya ketentuan tersebut tertampunglah ketentuan

    pemberian Hak tanggungan bagi kredit sindikasi perbankan, yang dalam hal itu

    seorang Debitur memperoleh kredit lebih dari satu Kreditur atau bank, tetapi

    berdasarkan syarat syarat dan ketentuan - ketentuan yang sama dan dituangkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    44/143

    hanya dalam 1 perjanjian kredit atau berdasarkan beberapa perjanjian kredit

    tetapi bagi semua Kreditur itu diberikan jaminan atau agunan tanah yang sama.

    13. Hak Tanggungan mengikuti objeknya dalam tangan siapa pun objekHak tanggungan itu berada.

    Pasal 7 Undang Undang Hak Tanggungan menetapkan asas bahwa hak

    Tanggungan tetap mengikuti objeknya, dalam tangan siapa pun Objek hak

    Tanggungan tersebut berada. Dengan demikian, Hak Tanggungan tidak akan

    berakhir sekali pun objek hak tanggungan beralih kepada pihak lain oleh karena

    sebab apa pun juga. Berdasarkan asas ini, pemegang hak tanggungan akan selalu

    dapat melaksanakan haknya dalam tangan siapa pun benda itu berpindah.

    Ketentuan Pasal 7 Undang Undang Hak Tanggungan itu merupakan

    perwujudan dari asas droit de suite.

    14. Hak tanggungan hanya dapat diberikan atas tanah tertentu.Asas ini menghendaki bahwa Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan

    atas tanah yang bisa ditentukan secara spesifik. Di anutnya asas spesialitas oleh

    Hak Tanggungan ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 8 dan Pasal 11 ayat

    (1) huruf e Undang Undang Hak Tanggungan. Pasal 8 Undang Undang Hak

    Tanggungan menentukan bahwa pemberi hak tanggungan harus mempunyai

    kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan

    yang bersangkutan dan kewenangan tersebut harus ada pada saat pendaftaran hak

    tanggungan dilakukan.

    Ketentuan tersebut hanya mungkin terpenuhi apabila objek hak

    tanggungan telah ada dan telah tertentu pula tanah itu. Tanah yang mana.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    45/143

    Selanjutnya pula karena Pasal 11 ayat (1) huruf e menentukan bahwa di dalam

    akta pemberian hak tanggungan wajib dicantumkan uraian yang jelas mengenai

    objek hak tanggungan. Ketentuan ini tidak mungkin dilakukan apabila objek hak

    tanggungan belum ada dan belum diketahui ciri cirinya. Kata Kata uraian

    yang jelas mengenai objek hak tanggungan dalam Pasal 11 ayat (1) huruf e

    menunjukkan bahwa objek hak tanggungan harus secara spesifik dapat diuraikan

    dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan.

    15. Hak Tanggungan Wajib di daftarkanTerhadap hak tanggungan berlaku asas publisitas atau asas keterbukaan.

    Hal ini diatur dalam Pasal 13 Undang Undang Hak Tanggungan yang

    menyatakan bahwa pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan pada kantor

    pertanahan. Pendaftaran pemberian Hak tanggungan yang merupakan syarat

    mutlak untuk akhirnya Hak Tanggungan tersebut dan mengikat terhadap pihak

    ketiga.

    16. Hak Tanggungan dapat diberikan dengan disertai dengan janji janjitertentu.

    Menurut Pasal 11 Undang Undang Hak Tanggungan ayat (2) Hak

    tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji janji tertentu. Janji janji

    tersebut dicantumkan dalam akta pemberian Hak Tanggungan yang

    bersangkutan. Janji janji yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat (2) Undang

    Undang Hak Tanggungan itu bersifat fakutatif dan tidak limitatif. Bersifat

    fakultatif karena janji janji itu boleh dicantumkan atau tidak dicantumkan. Baik

    sebagian maupun seluruhnya. Bersifat tidak limitatif karena dapat pula

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    46/143

    diperjanjikan janji janji selain dari janji janji yang telah disebutkan dalam

    Pasal 11 ayat (2) Undang Undang Hak Tanggungan.

    17. Objek Hak Tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimilikisendiri oleh Pemegang Hak Tanggungan bila Debitur cedera janji

    Menurut Pasal 12 Undang Undang Hak Tanggungan, janji yang

    memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki

    Objek Hak Tanggungan apabila Debitur cedera janji, adalah batal demi hukum.

    Dalam kedudukannya yang lemah dan sangat membutuhkan uang atau kredit,

    Debitur bisa saja terpaksa menerima janji dengan persyaratan yang berat dan

    merugikan baginya. Atas dasar pertimbangan itulah, pencantuman janji yang

    demikian itu dilarang.

    Dari uraian mengenai ciri ciri dan asas asas hak tanggungan tersebut

    diatas, jelaslah bahwa Undang Undang Hak Tanggungan berusaha untuk

    berikan perlindungan yang seimbang antara Debitur pemberi hak tanggungan

    dan Kreditur pemegang hak tanggungan. Dan diketahui juga bahwa hapusnya

    hak tanggungan karena :

    a. Hapusnya hutang yang dijamin, sebagai konsekuensi sifat accessoirHak Tanggungan.

    b. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh Kreditur pemegangnya yangdibuktikan dengan pernyataan tertulis mengenai di lepaskannya Hak

    Tanggungan yang bersangkutan yang bersangkutan kepada pemberi

    Hak Tanggungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    47/143

    c. Pembersihan Hak Tanggungan yang bersangkutan berdasarkanpenetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan

    pembeli tanah yang dijadikan jaminan.

    d. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.Hapusnya Hak Tanggungan karena hapusnya Hak atas tanah yang

    dijadikan jaminan, tidak menyebabkan hapusnya piutang kreditur tetap ada,

    tetapi tidak lagi mendapat jaminan secara preferent. 17

    B. Objek Hak TanggunganPada tanggal 24 September 1960 disahkan oleh Presiden Republik

    Indonesia Soekarno dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 104 Tahun 1960 Undang Undang No. 5 tahun 1960 tentang

    Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, yang dikenal dengan nama singkatan

    resminyPeraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, disingkat UUPA.18

    1. Hak Milik

    Maka

    dengan adanya Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria diketahui tentang Objek

    Hak Tanggungan menurut Pasal 4, disesuaikan terbatas dengan pasal 16

    Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria (Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria

    No. 5 Tahun 1960). Sehubungan dengan itu, bertitik tolak dan merujuk kepada

    Pasal 16 Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria tersebut, Hak yang dapat

    dijadikan Objek Hak Tanggungan terdiri dari :

    2. Hak Guna Usaha17

    Kelompok Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum UNPAD,Seminar HakTanggungan atas tanah & benda benda yang berkaitan dengan tanah, (Bandung, Citra Adytya

    Bakti, 1996).h. 32.18 Varia Peradilan No. 312 Tahun 2011, November 2011. h. 6.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    48/143

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    49/143

    3. Asas certainability atau asas spesialitas (khusus).22Dalam Objek Hak Tanggungan dikenal adanya tanah adat. Hal ini diatur dalam

    Pasal 10 ayat 3 dengan syarat :

    .

    1. Dokumen administrasi konversinya dari tanah adat :a. Sudah lengkap

    b. Proses administrasi konversinya belum selesai dilaksanakan.2. Semua syarat pendaftaran untuk memperoleh hak telah terpenuhi3. Pemberian Hak Tanggungan harus dilakukan bersamaan dengan

    permohonan pendaftaran.23

    Dalam Objek Hak Tanggungan, dikenal pembeli Objek Hak Tangungan

    ,baik dalam suatu pelelangan umum atas perintah Ketua Pengadilan Negeri

    maupun dalam jual beli sukarela, dapat meminta kepada pemegang Hak

    Tanggungan agar benda yang dibelinya itu dapat dibersihkan dari segala beban

    Hak Tanggungan yang melebihi harga pembelian. Pembersihan Objek Hak

    Tanggungan dari beban Hak Tanggungan dilakukan dengan pernyataan tertulis

    dari pemegang Hak Tanggungan yang berisi dilepaskannya Hak Tanggungan

    yang membebani objek Hak Tanggungan yang melebihi harga pembelian.

    Apabila objek Hak Tanggungan dibebani lebih dari satu Hak Tanggungan

    dan tidak terdapat kesepakatan diantara para pemegang Hak Tanggungan

    tersebut mengenai pembersihan Objek Hak Tanggungan dari beban yang

    melebihi pembeliannya. Pembeli benda tersebut dapat mengajukan permohonan

    kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak objek

    22

    Boedi Harsono. Op.Cit.h. 422.23 M.Yahya Harahap, Op.Cit. h. 192.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    50/143

    Hak Tanggungan yang bersangkutan untuk menetapkan pembersihan itu dan

    sekaligus menetapkan ketentuan mengenai pembagian hasil penjualan lelang

    diantara para yang berpiutang dan peringkat mereka menurut Peraturan

    Perundang Undangan yang berlaku.

    Permohonan pembersihan Objek Hak Tanggungan dari Hak Tanggungan

    yang membebaninya tidak dapat dilakukan oleh pembeli benda tersebut, Apabila

    pembelian demikian itu dilakukan dengan jual beli suka rela dan dalam akta

    pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan para pihak telah dengan tegas

    memperjanjikan bahwa objek hak tanggungan tidak akan dibersihkan dari beban

    Hak Tanggungan.

    Dalam Objek Hak Tanggungan berkaitan erat juga dengan Penjualan

    objek Hak Tanggungan. Objek Hak Tanggungan harus melalui prosedur

    penjualan objek Hak Tanggungan melalui lelang dilaksanakan, pendaftaran hak

    atas tanah yang berasal dari lelang, dan juga hambatan-hambatan dalam

    pelaksanaannya. Penjualan objek hak tanggungan melalui lelang dilakukan oleh

    pihak KPKNL secara parate eksekusi menurut ketentuan Peraturan Menteri

    Keuangan No. 40/PMK.07/2006 tentang petunjuk pelaksanaan lelang, serta dari

    hasil pelaksanaan lelang tersebut dibuat Risalah Lelang sebagai alat bukti otentik

    mengenai berita acara pelaksanaan lelang. Dengan adanya lelang tersebut secara

    otomatis terjadi perubahan atau peralihan hak objek lelang yaitu berupa hak atas

    tanah kepada pemenang lelang.

    Menurut Pasal 36 ayat (1) dan (2) PP No. 24 Tahun 1997 pemegang hak

    yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan kepada Kantor Pertanahan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    51/143

    Pemindahan hak melalui lelang menurut Pasal 41 (1) PP No. 24 Tahun 1997

    menjelaskan bahwa peralihan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika

    dibuktikan dengan adanya Risalah Lelang yang dibuat oleh pejabat lelang.

    Dalam Objek Hak Tanggungan juga dikenal Hak Pakai atas tanah

    Negara.Hak Pakai Atas Tanah Negara yang dimaksudkan adalah hak pakai yang

    diberikan kepada perseorangan dan badan badan hukum selama jangka waktu

    tertentu, untuk keperluan pribadi dan usaha. Yang tidak termasuk hak pakai

    yang dapat dijadikan Objek Hak Tanggungan adalah Hak Pakai Instansi

    Instansi Pemerintah, PEMDA, Badan Badan Keagamaan, dan Sosial, serta

    Perwakilan Negara Asing, yang peruntukkannya tertentu dan menurut sifatnya

    tidak dapat dipindahtangankan.

    Selain objek yang disebut diatas Undang Undang Hak Tanggungan juga

    membuka kemungkinan untuk membebankan tanah berikut atau tidak berikut

    bangunan dan tanaman diatasnya. Hukum tanah nasional kita didasarkan pada

    hukum adat yang dalam hubungannya bangunan dan tanaman diatas sebidang

    tanah, menggunakan asas pemisahan horizontal. Menurut asas tersebut bangunan

    dan tanaman yang ada diatas tanah bukan merupakan bagian atas tanah yang

    bersangkutan. Oleh karena itu perbuatan hukum mengenai tanah tidak dengan

    sendirinya meliputi bangunan dan atau tanaman yang ada di atasnya. Dalam

    praktik tampak sering kali perbuatan hukum mengenai tanah dilakukan dengan

    mengikut sertakan bangunan diatasnya. Praktek tersebut dibenarkan oleh

    hukum, dengan syarat bahwa bangunan dan tanaman yang bersangkutan

    merupakan satu kesatuan dengan tanahnya (Bangunannya permanen dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    52/143

    tanamannya tanaman keras) dan maksud mengikutsertakan bangunan dan atas

    tanaman tersebut diatas dinyatakan secara tegas oleh pihak pihak yang

    bersangkutan.

    Dalam praktek dikemukakan oleh Undang Undang Hak Tanggungan

    dalam Pasal 4 ayat (3), tanpa mengganti asas pemisahan horizontal dengan asas

    perlekatan atau asas accessie. Diikutsertakannya bangunan dan atau tanaman

    tersebut tidak terjadi dengan sendirinya. Melainkan harus secara tegas

    dinyatakan oleh para pihak dalam akta pemberian hak tanggungan atas nama

    yang bersangkutan. Bangunan dan atau tanaman tersebut tidak terbatas pada

    yang sudah ada pada waktu hak tanggungan diperjanjikan, namun juga terhadap

    bangunan dan atau tanaman yang masih akan dibangun atau ditanam kemudian.

    Perluasan ini penting umtuk menjamin pelunasan kredit pembangunan, yang

    justru diperlukan untuk membangun bangunan atau menanam tanam tanaman

    yang akan dijadikan jaminan.

    Kemudian berdasarkan Pasal 4 ayat (5) Undang Undang Hak

    Tanggungan dapat diikutsertakan juga bangunan dan atau tanaman milik pihak

    yang lain yang berada diatas tanah tersebut. Dalam hal demikian,

    pembebanannya dengan hak tanggungan hanya dapat dilakukan dengan

    penandatanganan pada akta pemberian hak tanggungan oleh pemiliknya atau

    yang diberikan kuasa untuk itu olehnya dengan otentik.24

    24Pengadilan Tinggi Sumatera Selatan, Op. Cit. h. 4.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    53/143

    Dari uraian mengenai Objek Hak Tanggungan sebagaimana hak tersebut

    diatas, dapat diketahui bahwa hak tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah

    dan benda benda yang berkaitan dengan tanah.

    C. Sertifikat Hak Tanggungan Dan Surat KuasaMembebankan Hak Tanggungan

    Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama

    dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan

    berlaku sebagai pengganti grosse acte hypothek sepanjang mengenai hak atas

    tanah.25

    1. Hak atas tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib didaftar dalam daftar umum.

    Dua unsur mutlak yang harus dimiliki suatu hak atas tanah untuk dapat

    dijadikan jaminan hutang ialah :

    Unsur ini berkaitan dengan kedudukan diutamakan atau preference yang

    diberikan kepada Kreditur pemegang hak tanggungan terhadapa Kreditur

    lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai hak tanggungan tersebut pada

    buku tanah dan Sertifikat Hak Tanggungan yang dibebaninya sehingga setiap

    orang dapat mengetahuinya atau asas publisitas.

    2. Hak tersebut menurut sifatnya harus dipindahtangankan.Sehingga apabila diperlukan dapat segera dijual untuk membayar hutang

    yang dijamin pelunasannya. Kedua syarat tersebut secara tersirat dapat

    ditemukan dalam penjelasan umum angka lima Undang Undang Hak

    Tanggungan dan kemudian dipertegas dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1)

    25Ibid. h. 8.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    54/143

    UndangUndang Hak Tanggungan. Sehubungan dengan persyaratan tersebut,

    yang dapat dijadikan objek Hak Tanggungan adalah sebagaimana yang diatur

    dalam Pasal 4 Undang Undang Hak Tanggungan yang dihubungkan dengan :

    a. Hak milikb. Hak Guna Usahac. Hak Guna Bangunand. Hak Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku

    wajib di daftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan

    e. Rumah Susun dan Hak milik Satuan Rumah Susun yang didirikan diatastanah hak pakai atas tanah negara

    Apabila diperjanjikan, Sertifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi

    catatan pembebanan Hak Tanggungan dikembalikan kepada pemegang hak atas

    tanah. Sertifikat Hak Tanggungan diserahkan kepada Pemegang Hak

    Tanggungan. Didalam pembuatan sertifikat Hak Tanggungan, maka perlu

    diketahui juga tentang hak atas tanah.Hak atas tanah yang berupa hak milik, hak

    guna usaha, hak guna bangunan yang dapat dijadikan Objek Hak Tanggungan ini

    ialah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Pokok Agraria yang

    menyatakan bahwa yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak

    tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan (Pasal 25,

    33, 39 UUPA).

    Kebutuhan praktek menghendaki agar hak pakai juga dapat dibebani

    dengan hak jaminan atas tanah. Kebutuhan itu ternyata telah dipenuhi Undang

    Undang Hak Tanggungan. Akan tetapi hanya Hak Pakai atas tanah negara saja

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    55/143

    yang dapat dibebani dengan hak tanggungan, sedangkan hak pakai atas tanah hak

    milik masih akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

    Sertifikat Hak tanggungan terdiri atas salinan buku buku Hak

    Tanggungan dan salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang keduanya

    dibuat oleh Kepala Kantor Pertanahan dan dijilid jadi satu dalam sampul

    dokumen.26

    Yang menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan ialah oleh Kantor

    Pertanahan, dengan cara menggunakan Irah Irah dengan kata kata : Demi

    Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

    Penerbitan Sertifikat Hak Tanggungan yang diatur dalam Pasal 14

    yaitu :

    27

    Dan juga fungsi Sertifikat Hak Tanggungan ialah menjadikan bukti Hak

    Tangggungan dan menjadi landasan kekuatan Titel Eksekutorial (Executoriale

    kracht).

    Tugas Kantor Pertanahan juga untuk mengembalikan sertifikat tanah yang

    berisi catatan Pemberian Hak Tanggungan kepada pemegang hak tanah dan

    memberikan sertifikat Hak Tanggungan kepada Kreditur.

    Dalam Pembahasan sertifikat Hak Tanggungan, maka dijelaskan tentang

    surat kuasa yang membebankan Hak tanggungan.Surat kuasa yang

    membebankan Hak tanggungan wajib dibuat dengan Akta Notaris atau Akta

    Pejabat Pembuat Akta Tanah dan memenuhi persyaratan:

    1. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain yangmembebankan Hak Tanggungan.

    26

    Boedi Harsono, Op. Cit.h. 447.27 M.Yahya Harahap, Op. Cit. h. 191.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    56/143

    2. Tidak memuat kuasa substitusi3. Mencantumkan secara jelas Objek Hak Tanggungan, jumlah utang dan

    nama serta identitas krediturnya, nama dan identitas Debitur apabila

    Debitur bukan pemberian Hak Tanggungan.28

    Surat Kuasa untuk Membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik

    kembali atau tidak berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena kuasa tersebut

    telah dilaksanakan atau karena telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka

    waktunya. Surat kuasa yang membebankan Hak Tanggungan mengenai Hak atas

    tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan akta pemberian Hak

    Tanggungan selambat lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan. Dan Surat

    Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai Hak Tanggungan mengenai

    hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta

    Pemberian Hak Tanggungan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah

    diberikan. Ketentuan ini tidak berlaku dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak

    Tanggungan diberikan untuk menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam

    peraturan perundang undangan yang berlaku.

    Surat kuasa membebankan Hak Tanggungan yang tidak diikuti dengan

    pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam waktu yang ditentukan atau

    waktu yang ditentukan menurut ketentuan yang batal demi hukum.

    28 Mahkamah Agung RI, Op. Cit. h. 91.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    57/143

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    58/143

    Aqcultural Univesity of Negeringen Antions are intermediary berneer buyers

    and sailers . Their main objective is price discovery .

    Mr. Wennek dari Balai Lelang Ripper Boswelp and Company Swiss

    mengatakan :

    Auction is a system of selling to the public a number of individual iteme, one at

    a time commencing at a set time or a set day. The auctionser conducting the

    auction inrites offere of price for the item from the attenders .30

    Pengertian Lelang Eksekusi oleh Pengadilan Negeri adalah lelang yang

    dilakukan untuk melaksanakan Putusan hakim Pengadilan dalam hal perkara

    perdata termasuklelang dalam rangka eksekusi grosse akte hipotik.

    Sedangkan Lelang Eksekusi eks sitaan PUPN adalah Lelang Eksekusi

    dalam rangka penagihan piutang negara yang wajib dibayar oleh penanggung

    hutang kepada negara atau Badan Badan Penanggung Hutang Negara, baik

    secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu

    peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

    Dari Pengertian Lelang tersebut di atas dapat dikemukakan 2 hal penting,

    yaitu :

    1.

    Pengertian Lelang adalah terbatas pada penjualan barang di muka umum.

    2. Dalam Pengertian lelang harus memenuhi 5 unsur, yaitu :a. Lelang dalam bentuk penjualan. Hipotik yang dijual melalui pelelangan

    berdasarkan grosse akta hipotik yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri

    atau berdasarkan surat pernyataan bersama oleh PUPN, maka pembeli

    30 Mahkamah Agung RI, Op.Cit. h. 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNGAN DIIKUTI GUGATAN PERBUAT

    59/143

    tanah, tanah dan rumah tersebut, akan menerima benda yang dibelinya itu

    bebas dari semua beban, dan hipotik yang tidak terbayar dengan hasil

    lelang akan diperhitungkan agar dicoret oleh Ketua Pengadilan Negeri

    atau Kepala PUPN. 31

    b. Cara penawarannya dengan harga khusus dengan harga semakin naik atausemakin turun, atau secara tertulis tanpa memberi prioritas pada pihak

    manapun.

    c. Pihak pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya.d. Memenuhi unsur publisitas.e. Dipimpin oleh juru lelang/Pejabat lelang yang diangkat oleh Menteri

    Keuangan.32

    2. Fungsi LelangSesuai dengan pengertian lelang tersebut di atas maka Lelang mempunyai

    2 fungsi, yaitu Fungsi Privat dan Fungsi Publik.

    Fungsi Privat terjadi karena lelang merupakan institusi pasar yang

    mempertemukan penjual dan pembeli, maka lelang berfungsi memperlancar arus

    lalu lintas perdagangan barang. Maka fungsi publik adalah :

    a.

    Penanganan aset yang dimiliki atau dikuasi Negara untuk meningkatkan

    Efisiensi dan tertib administrasi dan pengelolaaannya.

    b. Memberikan pelayanan penjualan barang yang bersifat cepat, aman, tertibdan mewujudkan harga yang wajar.

    c. Mengumpulkan penerimaan Negara dalam bentuk Bea Lelang.31

    Varia peradilan, No. 46 Tahun 1989, Juli 1989, h. 124.32

    Retnowulan Sutantio,dkk,Pustaka Peradilan Perdata Tertulis,(Jakarta,Mahkamah Agung RI dan The Asia Foundation, 1994). h. 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/12/2019 PENJUALAN AGUNAN SECARA LELANG TANPA PERSETUJUAN PEMBERI HAK TANGGUNG