Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

15
Lebih Dalam Tentang Partai Terbuka Oleh: Fadh Ahmad Arifan 1 Pendahuluan Selasa sore (24/12/2013), ada sms masuk ke ponsel penulis. Isinya tentang Kompas TV yang memberitakan Gubernur Jawa barat, Ahmad heryawan berencana hadir dalam misa natal di sebuah gereja. Karena yang mengirim sms adalah aktivis muda tarbiyah yang cukup militan, penulis menjawab singkat smsnya, “PKS kan partai terbuka jadi konsekuensinya harus inklusif”. Jawaban penulis sepertinya belum menenangkan kegundahan aktivis muda tersebut. Lantas dia sms lagi, “kalau aku tidak mau ikut-ikutan misa”. Sekali lagi penulis jawab, “Kalau yang memberitakan Kompas, harus disaring dulu, jangan ditelan mentah-mentah. Cari pembandingnya di situs berita lainnya”. Dalam tulisan cukup panjang ini, penulis tidak bermaksud membahas rencana Ahmad heryawan; jika berita itu benar. Yang ingin penulis bahas kali ini adalah partai terbuka ala PKS yang mau tidak mau membuat elit-elitnya ketika berinteraksi dengan non tarbiyah khususnya non muslim membutuhkan sikap “terbuka” atau inklusif. Perlu diketahui, jauh sebelum peristiwa ini, PKS di Manado mengintruksikan kadernya untuk ikut bersama elemen masyarakat lainnya membantu menjaga keamanan dan kelancaran perayaan Natal 2012. Pengamanan itu dilakukan untuk memberi jaminan keamanan dan kenyamanan serta ketentraman bagi umat agama lain menjalankan ibadah sesuai kepercayaan mereka. 2 Tidak hanya itu, PKS di Sulawesi dan Papua mempersilahkan non muslim seperti pendeta menjadi caleg DPRD provinsi maupun di level kota/kabupaten. 3 Tak pelak kabar pendeta jadi caleg 2014 ini pernah dipermasalahkan aktivis HTI di sebuah forum di facebook. Hemat penulis, langkah PKS ini dimata orang non PKS seringkali menimbulkan salah paham dan oleh media dibumbui dengan headline yang bombastis. Sehingga makin buruklah citra partai itu. Maka dari itu tujuan dari tulisan ini ialah ingin menjelaskan tentang definisi partai terbuka, kapankah PKS menjadi terbuka, bagaimana bentuk-bentuk keterbukaan partai, sejauh mana keberadaan non Muslim dalam kepengurusan partai hingga mengapa PKS menjadi partai terbuka. Definisi partai terbuka Definisi partai terbuka dalam kamus politik adalah partai yang berideologikan kebangsaan (nasional). Pengurus dan anggotanya bersifat terbuka, lintas agama, suku, ras, golongan dan daerah. Contohnya PAN, Demokrat, Golkar, PDIP dan PKB. 4 Di Indonesia 1 Penulis adalah alumni MAN 3 Malang dan saat ini Dosen di STAI al Yasini, Wonorejo, Kab. Pasuruan. 2 PKS bantu Amankan Perayaan Natal di Manado” republika.co.id 24 desember 2012 3 Pendeta jadi Caleg PKS” kompas.com 22 April 2013 4 Deni Kuniawan, Kamus Istilah politik dan Kenegaraan, (Bandung: Rama Widya, 2006), hal 149

description

The Definition of an inclusive party based on the Prosperous justice party (PKS) interpretation is not the same with inclusive party interpretations in political theory and political dictionary. Based on PKS interpretation, Inclusive is a party which is open to all people especially non Muslim. The Islamic principle still has not changed. PKS also following the rules and the recruitment of party member is quite selective. Despite, being an inclusive party PKS still fight for Sharia law as a form anti-corrupption, wealth and good governance.

Transcript of Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Page 1: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Lebih Dalam Tentang Partai Terbuka

Oleh: Fadh Ahmad Arifan1

Pendahuluan

Selasa sore (24/12/2013), ada sms masuk ke ponsel penulis. Isinya tentang Kompas TV yang memberitakan Gubernur Jawa barat, Ahmad heryawan berencana hadir dalam misa natal di sebuah gereja. Karena yang mengirim sms adalah aktivis muda tarbiyah yang cukup militan, penulis menjawab singkat smsnya, “PKS kan partai terbuka jadi konsekuensinya harus inklusif”. Jawaban penulis sepertinya belum menenangkan kegundahan aktivis muda tersebut. Lantas dia sms lagi, “kalau aku tidak mau ikut-ikutan misa”. Sekali lagi penulis jawab, “Kalau yang memberitakan Kompas, harus disaring dulu, jangan ditelan mentah-mentah. Cari pembandingnya di situs berita lainnya”.

Dalam tulisan cukup panjang ini, penulis tidak bermaksud membahas rencana Ahmad heryawan; jika berita itu benar. Yang ingin penulis bahas kali ini adalah partai terbuka ala PKS yang mau tidak mau membuat elit-elitnya ketika berinteraksi dengan non tarbiyah khususnya non muslim membutuhkan sikap “terbuka” atau inklusif. Perlu diketahui, jauh sebelum peristiwa ini, PKS di Manado mengintruksikan kadernya untuk ikut bersama elemen masyarakat lainnya membantu menjaga keamanan dan kelancaran perayaan Natal 2012. Pengamanan itu dilakukan untuk memberi jaminan keamanan dan kenyamanan serta ketentraman bagi umat agama lain menjalankan ibadah sesuai kepercayaan mereka.2 Tidak hanya itu, PKS di Sulawesi dan Papua mempersilahkan non muslim seperti pendeta menjadi caleg DPRD provinsi maupun di level kota/kabupaten.3 Tak pelak kabar pendeta jadi caleg 2014 ini pernah dipermasalahkan aktivis HTI di sebuah forum di facebook. Hemat penulis, langkah PKS ini dimata orang non PKS seringkali menimbulkan salah paham dan oleh media dibumbui dengan headline yang bombastis. Sehingga makin buruklah citra partai itu. Maka dari itu tujuan dari tulisan ini ialah ingin menjelaskan tentang definisi partai terbuka, kapankah PKS menjadi terbuka, bagaimana bentuk-bentuk keterbukaan partai, sejauh mana keberadaan non Muslim dalam kepengurusan partai hingga mengapa PKS menjadi partai terbuka.

Definisi partai terbuka

Definisi partai terbuka dalam kamus politik adalah partai yang berideologikan kebangsaan (nasional). Pengurus dan anggotanya bersifat terbuka, lintas agama, suku, ras, golongan dan daerah. Contohnya PAN, Demokrat, Golkar, PDIP dan PKB.4 Di Indonesia

1 Penulis adalah alumni MAN 3 Malang dan saat ini Dosen di STAI al Yasini, Wonorejo, Kab. Pasuruan.

2 “PKS bantu Amankan Perayaan Natal di Manado” republika.co.id 24 desember 2012

3 “Pendeta jadi Caleg PKS” kompas.com 22 April 2013

4 Deni Kuniawan, Kamus Istilah politik dan Kenegaraan, (Bandung: Rama Widya, 2006), hal 149

Page 2: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

punya sebutan lain seperti partai tengah dan partai Nasionalis religius. Menurut Roy C. Macridis, partai terbuka adalah partai yang membolehkan setiap orang menjadi anggota dan melaksanakan persyaratan yang sangat ringan atau tidak sama sekali bagi anggotanya. Dalam cara bergerak atau berkampanye Partai terbuka menekankan aksi politik dan menghormati pluralisme politik.5 Akan tetapi berdasarkan pengalaman penulis ketika mengerjakan tesis yang fokusnya kepada kajian partai terbuka ala PKS, pengertian partai terbuka menurut pemahaman elit-elitnya adalah terbuka untuk semua kalangan tetapi disatu sisi asas PKS tetap Islam. Pada saat yang sama PKS memberlakukan aturan-aturan jenjang kaderisasi dan rekruitmen yang cukup selektif. Partai tidak sembarang merekrut orang seperti artis yang sudah jadi pengetahuan umum dilakukan oleh PAN. Semua sesuai prosedur kepartaian sepeti yang ditegaskan oleh salah satu kader inti, Febriana Rismayanti:

“Terbukanya kita bukan dalam hal nyerempet prinsip-prinsip islam. Tapi bersifat muamalah. Kita berinteraksi dengan masyarakat, bertoleransi dengan siapa pun tapi tidak tasahul (memudahkan). Kita punya ciri khas tersendiri, nggak gampang merekrut sembarang orang, itu sesuai prosedur kepartaian.”6 Definisi seperti itu mirip seperti yang dijelaskan Anggota Dewan Syariah Pusat (DSP),

Ahzami Samiun Jazuli, pertama, yang dimaksud keterbukaan itu bukan berarti keterbukaan yang dipahami masyarakat. Tidak ada filter. Kedua, makna terbuka adalah dialog dengan siapa pun.7

Penulis juga mendapati kader inti di level DPD seperti Syaiful Ali, ketika menjelaskan maksud keterbukaan, Syaiful mengacu kepada konsepsi Islam yang rahmatal lil‘alamin senada seperti yang dikatakan oleh Hilmi Aminuddin ketika diwawancarai wartawan Republika. Hilmi menjelaskan seperti apa maksud keterbukaan itu

“Bagi kami, menjadi partai terbuka atau partai tengah bukanlah taktik atau strategi politik untuk menambah jumlah pemilih. Tetapi hal itu merupakan implementasi atau pelaksanaan dari ajaran Islam yang mengharuskan kami menjadi Ummatan Wasathan (Ummat Pertengahan). Islam mengajarkan pluralitas atau keberagaman sebagai sebuah sunnatullah. Dan itu disebutkan di dalam Al-Quran. Islam adalah agama terbuka. Misinya adalah Rahmatan lil ‘alamin, sehingga produk-produk kebajikan yang dihasilkan harus dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya orang muslim saja. Eksklusivitas itu tidak mencerminkan ajaran Islam. Kami ingin membangun kebersamaan dalam keberagaman kita.”8

Anis Matta punya pemahaman kurang lebih sama dengan Hilmi, bahwa keterbukaan adalah karakter dasar dari Islam yang kami yakini dan karenanya menjadi bagian dari 5 Roy C. Macridis, Sejarah Fungsi, dan Tipologi Partai Politik, dalam Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori

Mutakhir Partai Politik, edisi kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012), hal 34-35. 6 Febriana Rismayanti, wawancara (Malang 29 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai

Partai Terbuka: Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN Maliki,

2013) 7 Majalah Sabili, “Perbedaan Memang Ada, Tapi Persatuan Harus” edisi 21 Februari 2008.

8 Koran Republika edisi Selasa, 22 Juni 2010

Page 3: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

manhaj perjuangan. Islam yang kami pahami adalah agama yang moderat dan terbuka. Dan sebagai partai yang menjadikan Islam sebagai ideologinya harus juga memiliki dua karakter itu; moderasi dan keterbukaan. Itu juga yang menurut beliau sudah tertuang dalam anggaran dasar partai sejak awal berdirinya tahun 1998.9.

Sebenarnya ide partai terbuka di tataran elit pusat PKS memunculkan 3 pandangan berbeda, diantaranya kubu yang mendukung (pro), kubu yang netral dan kubu yang menolak (kontra).10 Pandangan yang mendukung beralasan; dengan label “Partai Terbuka” PKS akan memiliki pasar yang lebih luas. Kubu yang Netral berpandangan bahwa sejak dahulu PKS bersikap terbuka. Namun seterbuka-terbukanya, PKS tetap saja Partai Kader, sehingga tidak ada urgensinya disampaikan secara bombastis di publik. Makna terbuka tetap dalam kerangka sebagai Partai Dakwah. Adapun kubu yang menolak gagasan terbuka; Wacana tersebut bukan keputusan Majelis Syura, Wacana “Partai Terbuka” akan mendistrosi identitas PKS sebagai Partai Islam dan Makna “Partai Terbuka” tidak jelas.11

Jika mengacu pada kategorisasi di atas, Penulis menggolongkan para elit PKS di Malang ke dalam kubu yang mendukung gagasan partai terbuka akan tetapi mereka semua di satu sisi memiliki pandangan yang netral. Mereka masih menganggap walau sudah terbuka tetapi PKS masih partai kader dan tetap menjadikan agama Islam sebagai titik tolak ketika berpartai. Makanya PKS tidak mau meninggalkan istilah “partai dakwah”12 Menjadikan Islam sebagai titik tolak berpartai realitanya tidak seindah yang dikatakan. Banyak elit PKS tiba-tiba gaya hidupnya berubah sesudah jadi anggota DPR atau menteri, atau jabatan-jabatan lainnya. Misalnya Anis Matta yang memiliki jam rolex, Toyota Harrier dan rumah tingkat tiga di bilangan Utan kayu.13 Kata ust Mashadi, Anis Matta didepan kader-kadernya yang militan, dia bicara nilai-nilai Islam yang sifatnya ideal. “Tapi justru dalam bermuamalah jauh dari prinsip dan nilai Islam”.14 Jika memakai Islam sebagai titik tolak berpartai bukankah seorang kader harus bersikap sederhana.

Perubahan PKS menjadi Partai Terbuka

Sejak kapan PKS berubah menjadi partai terbuka? beberapa elit PKS yang penulis wawancara baik secara formal maupun informal memberikan dua perspektif jawaban, terbuka secara de facto dan secara de jure. Penulis menemukan kenyataan bahwa jawaban

9 Kata pengantar Anis matta “Tantangan PKS” dalam buku Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Antara

Suara dan Syariah, (Jakarta: KPG, 2012), hal xxiii-xxiv. 10

Lihat disertasi Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Politik,(Depok: Universitas Indonesia, 2011)

hal. 314-315. 11

Ibid. 12

Kita adalah partai dakwah, masih punya militansi dan punya pra-syarat-pra syarat ketika kader jadi caleg

dan ketika dia misalnya dipilih partai jadi wakil di pilkada, jadi keterbukaan itu sesuai dengan karakter

partai. Kita masih punya ciri khas sebagai partai dakwah, sehingga setiap aktivitas politik kita ada muatan

dakwah, punya misi kebaikan. Kita masih tetap partai kader, kita mengkader anggota kita. Artinya sebagai

partai kader kita tarbiyah mereka. Dengan tarbiyah diharapkan ada produksi kader yang telah terseleksi

dengan baik. Mudah-mudahan itu yang membedakan. Lihat Febriana Rismayanti, wawancara (Malang 29

Agustus 2012) 13

Tabloid The Politic edisi khusus “Menyorot Kehidupan Para Politisi Tajir” edisi 21 th 2012, hal 22-23. 14

“Sesepuh PKS: Inilah Gaya Hidup Munafik Elit PKS” Ittoday.co.id, diakses pada 28 Februari 2012

Page 4: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

mereka tidak ada yang sama, padahal ini kebijakan yang sudah digulirkan secara nasional. Para elit PKS memahami terbuka secara de facto dilihat dari prakteknya dilapangan, menurut mereka sedari awal ketika masih berbentuk Partai Keadilan (PK), partai ini perilakunya sudah menampakkan sikap inklusif. Sayangnya, mereka yang meyakini keterbukaan itu sejak PK berdiri cuma memberi contoh konkrit perilaku politik PK yang mencerminkan sikap terbuka seperti keberadaan anggota non Muslim seperti yang diuraikan bapak Choirul Amri ketika penulis berdialog dengan beliau di kediamannya. Berbeda dengan Choirul Amri, Syaiful Ali berpendapat keberadaan non Muslim baru ada sejak tahun 2004.15

Implementasi keterbukaan partai yang dilakukan PK sebetulnya ada 4 macam: pertama, keberadaan pengurus non Muslim. Sewaktu masih bernama PK, partai ini pernah merekrut orang-orang non muslim sebagai anggotanya. Hal ini terlihat dari di sahkannya DPD Partai Keadilan Piniai pada tanggal 5 Juni 2002, yang mayoritas pengurusnya beragama Kristen.16 Kedua, mau berkoalisi dengan PAN di parlemen dan membentuk Fraksi Reformasi. Ketiga, dalam isu memperjuangkan kembalinya Piagam Jakarta ke dalam UUD 1945. Hampir semua partai Islam seperti PPP, PBB memperjuangkan ide itu kecuali Partai Keadilan. Sikap ini sempat menyulut kontroversi dikalangan umat Islam. Bagi mereka adalah aneh sebuah partai Islam yang awalnya dikenal sebagai kelompok gerakan dakwah tetapi kebijakan politiknya tidak mendukung dimunculkannya kembali Piagam Jakarta. Sebaliknya PK memunculkan alternatif yaitu dengan mengusulkan Piagam Madinah.17 Keempat, dalam dokumen PK, misalnya pada visi misinya, ternyata tidak menyebutkan keinginan mendirikan negara Islam. Akan tetapi mewujudkan masyarakat madani.18

Sedangkan PKS terbuka secara de jure, para elit PKS memahaminya sebagai deklarasi resmi kepada publik, padahal de jure itu lebih merupakan landasan legal formalnya atau aturan resmi yang dikeluarkan lembaga tertinggi partai. Landasan legal bisa berupa perombakan AD/ART atau edaran dokumen semacam bayan (penjelasan) kepada seluruh kader PKS. Penulis dalam hal ini mendapati dua pandangan berbeda, elit yang pernah ikut Mukernas di Bali berpendapat secara de jure PKS terbuka sejak 2008, adapun beberapa elit lain yang pernah ikut Munas II di Jakarta mengaku secara de jure PKS baru resmi terbuka tahun 2010. Dalam pandangan Syaiful Ali, Mukernas Bali itu sebatas simbol bahwa kita mau berinteraksi dengan semua elemen, deklarasinya di Munas II di ritz Carlton.

15

Pendapat beliau senada dengan Sitaresmi S Soekanto dan Greg Fealy. 16

Lihat. Cahyadi Takariawan, Bukan Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, (Jakarta:

Syaamil, 2003), hal 124-126 17

Lihat Ali Said Damamanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di

Indonesia (Jakarta: Teraju, 2002), hal 246-248; Arif Giyanto dan Budi gunawan, Bertaruh citra dakwah:

Membedah Kritis Friksi Muhammadyah-PKS, (Solo: Era intermedia, 2007), hal 126-127; Lili Romly, Islam

Yes Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partai-partai Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka

pelajar, 2006), hal 241-242. 18

DPP Partai Keadilan, Sekilas Partai Keadilan, (Jakarta: DPP Partai Keadilan, 1998), hal 49

Page 5: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

“Mukernas bali itu sebenernya begini, itu semacam peneguhan kita bahwa manfaat keberadaan kita (PKS) itu ingin tidak hanya kaum muslim yang merasakan. Dan Bali itu citranya kota masyarakat hindu ya. Kita di bali itu ingin menunjukkan bahwa kita tidak ada masalah dalam berdampingan dengan orang hindu. Deklarasi partai terbuka belum ada di situ, melainkan di Munas Jakarta. Di Bali baru simbol, simbol bahwa kita mau berinteraksi dengan semua elemen. Bahwa kemudian di Bali mulai ada pengurus, mungkin sudah ada tapi saya nggak punya data.”19

Pendapat bahwa PKS terbuka sudah pada 2008 saat Mukernas di Bali diutarakan Hilmi Aminuddin ketika Munas di Jakarta.

“Sebetulnya, sejak 2008, saat Mukernas di Bali sudah kita deklarasikan. Sebelum itu komunikasi sudah kita jalankan. Bahkan dengan komunitas China sudah sejak PK lahir, khususnya melalui organisasinya (INTI). Mereka sudah bekerjasama dan membantu PKS.”

Namun klaim Hilmi tersebut terdapat kejanggalan karena dalam Mukernas di Bali itu juga, kubu harakah (idealis) berhasil menghadang niat untuk menjadikan PKS sebagai partai terbuka bagi anggota dan caleg non-Muslim karena dianggap sudah keluar dari ‘”khittah” PKS sebagai partai dakwah.20 Bahkan DPP PKS mengeluarkan Bayan (penjelasan) tanggal 8 Februari 2008 yang ditandatangani oleh Surahman Hidayat (Ketua Dewan Syariah), Tifatul sembiring dan Suharna (Ketua Majelis Pertimbangan Partai). Isi bayan menyatakan: Istilah Terbuka Tidak Pernah menajdi keputusan partai, baik oleh sidang-sidang Majelis Syuro, Dewan Pimpinan Tertinggi Partai (DPTP) maupun dalam qhitob qiyadi (Arahan Pimpinan). Bagi Yusuf supendi, pernyataan Hilmi itu adalah manipulasi fakta dan tindakan ilegal karena mengingkari subtansi bayan tersebut.21

Sampai sekarang penulis belum menemukan dokumen atau melihat isi pasal dalam AD/ART PKS yang mengatakan bahwa PKS adalah partai sifatnya terbuka sebagaimana AD/ART milik PAN, Demokrat, Gerindra, PKB, PDS bahkan Nasdem. Memang dalam AD/ART PKS tahun 2005 di pasal 8 tertulis: Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota partai sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku.22 Tapi apakah pasal dalam AD/ART tersebut bisa dijadikan legal formal untuk mengakomodasi non Muslim? sedangkan di satu sisi PKS dalam kaderisasi menerapkan janji setia pada waktu pengangkatan anggota yang dimulai dengan membaca basmalah dan syahadatain. Penulis pikir belum, karena jenjang keanggotaan khusus bagi non Muslim dalam AD/ART tahun 2005 belum ada. Maka dari itu menurut Syaiful ali dan Helmi Yuwana, pasca Munas II PKS melakukan perombakan AD/ART.

Untuk mewadahi warga non-muslim yang ingin menjadi anggota, PKS telah menambahkan dua jenjang keanggotaan di bawah enam jenjang yang selama ini sudah

19

Syaiful Ali, wawancara (Malang 3 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai Partai

Terbuka: Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN

Maliki, 2013) 20

Lihat Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS... Op, Cit. hal 229 21

Yusuf supendi, Replik gugatan: Yusuf supendi menggugat elit PKS, (Jakarta: Mushaf, 2012), hal 49 22

AD/ART PKS tahun 2005 yang disahkan Musyawarah Majelis Syura III pada 26 November 2005.

Page 6: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

ada, yaitu Anggota Terdaftar dan Anggota Aktif.23 Walaupun formulasi dalam AD/ART yang terkait dengan penambahan jenjang tersebut masih belum jelas implementasinya, tapi dari penjelasan Syaiful Ali sudah tergambar bahwa formulasi janji setia pada partai untuk kedua jenjang tersebut tidak berisi syahadat, melainkan berupa komitmen atau kontrak politik.24 Pendapat beliau sekaligus membenarkan kabar yang sudah beredar di media bahwa non Muslim masuk PKS tidak harus melakukan baiat sebagaimana kader PKS yang muslim. Cukup ikrar kesetiaan untuk menjalankan seluruh visi dan misi PKS.25

Perombakan AD/ART yang ditandai dengan penambahan dua jenjang keanggotaan ini sepertinya belum tersosialisasi dengan baik kepada kader di bawah. Buktinya dari hasil percakapan dengan elit PKS di Malang, penulis menemukan dua hal: pertama, kader PKS yang pernah ikut Munas II di Jakarta seperti ibu Febriana Rismayanti yang tidak mengetahui akan perombakan AD/ART PKS. Kedua, kader yang tidak ikut ke Munas II di Jakarta tidak tahu soal ini.26 Seperti bapak Choirul Amri dan Ahmadi, ketidaktahuan beliau berdua lebih disebabkan berpatokan pada hasil Mukernas di Bali. Ditambah lagi beliau berdua bukan anggota Majelis syuro jadi wajar jika belum tahu ada perombakan AD/ART. Meski demikian, bapak Ahmadi mengatakan bahwa misi keterbukaan PKS termaktub dalam konsep Masyarakat Madani yang dibahas dalam Platform PKS.

Proses PKS bertransformasi menjadi partai Terbuka belum selesai, bisa dilihat pada pemilu 2009. Ketika itu PKS meningkatkan dosis pencitraan sebagai partai terbuka dengan mengusung jargon “PKS partai kita semua” guna menarik simpati pemilih. PKS memberikan perhatian lebih pada pengoptimalan media massa dengan iklan-iklan politiknya yang cukup kontroversial.27 Gencarnya iklan politik PKS merupakan bentuk propaganda efektif dalam membangun citra politik partai Islam ini. Sejumlah iklan yang dibuat ingin merubah citra PKS dari partai eksklusif (tertutup) menjadi partai inklusif (terbuka).28 Sayangnya hal itu justru menimbulkan kebingungan di sebagian masyarakat. Kebingungan masyarakat boleh jadi dikarenakan dua hal: pertama, belum jelasnya maksud inklusif yang diusung PKS, kedua, Masyarakat belum punya ukuran atau indikator bahwa PKS betul-betul sudah terbuka untuk semua kalangan. 23

Menurut penjelasan Kader PKS di Bandung, Ustadz Deni Nursani, Sebenarnya pada 12 Mei 2011 lalu di

hadapan Notaris Ny. Trie Sulistiowarni, SH di Jakarta telah ditandatangani revisi AD/ART PKS. Dengan

salinan akta no 15.Di dalam AD/ART Pasal 11 tersebut akan menemukan pasal terkait jenis keanggotaan.

Yaitu Anggota terdaftar dan Anggota aktif. Sumber: Forum al-Islam, facebook, tgl 8 April 2013 24

Non muslim tidak wajib taklim tetapi mereka ikut Training orientasi partai. Dikasih materi-materi yang

akan menunjang mereka ketika terjun ke politik seperti legal drafting, wawasan peta politik lokal, sistem

ketatanegaraan dan manejemen organisasi. Tentang janji setia itu teknisnya lain. Bisa berupa komitmen

atau kontrak politik. Lihat Syaiful ali, wawancara (Malang 3 Agustus 2012) 25

“PKS Takkan Baiat Warga Non Muslim yang jadi Pengurus”, detik.com 18 Juni 2010; Arfi Bambani Amri,

“Luthfi: Masuk PKS Tak perlu Baca Syahadat”, vivanews diakses pada 18 Juni 2010 26

Dalam percakapan informal dengan Kader Inti PKS bapak Djoko Purnomo (14/6/2012), dirinya belum

mengetahui adanya perombakan AD/ART pasca PKS menjadi partai terbuka. Menurut beliau jika ada

perombakan biasanya ada sosialisasi dari DPD. 27

Misalnya: Iklan Suharto sebagai pahlawan dan guru bangsa. 28

Hery Purwosusanto, Komunikasi Pemasaran Politik Partai Islam: Studi Kritis Strategi PKS Dalam Pemilu

Legislatif, (Jakarta: Zaman, 2010), hal ii

Page 7: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Implementasi dari Partai Terbuka

Lantas bagaimana bentuk-bentuk keterbukaan PKS. Seperti apa implementasinya di lapangan. Dari keterangan elit-elit PKS di Malang, bentuk-bentuk keterbukaan PKS bisa dilihat dari dari program-program yang dijalankan oleh kader, sudah diakomodasinya semua kalangan termasuk non Muslim, caleg PKS bukan hanya dari tarbiyah, mengakui Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung nilai-nilai Islam dan kesediaan PKS berkoalisi dengan kekuatan politik manapun.

Program-program yang dijalankan oleh kader yang dimaksud adalah program-program para Menteri PKS seperti Menteri sosial Salim al-Jufri dan Menkominfo Tifatul Sembiring. Sayangnya program tersebut kurang tersosialisasikan dengan baik, disebabkan minimnya pemeberitaan media tentang program dan hasil kinerja menteri tersebut. Justru yang diekspos oleh media adalah berbagai statement dan polah tingkah elit PKS yang mengundang kontroversi sehingga malah berdampak negatif bagi PKS. Seperti Tifatul yang pernah memberikan analogi antara Ariel dengan Luna seperti mirip-mirip Nabi Isa, Yesus. Kemudian Jabat tangan dengan Michelle Obama, tetapi Tifatul akhirnya menuai banyak kritik karena menyalahkan Michelle Obama.

Mengakomodasi non Muslim sebagai anggota formal sebetulnya sudah dilaksanakan sejak partai ini berbentuk PK. Sayangnya PKS sendiri belum punya data lengkap menegenai berapa jumlah pasti anggota dan aleg non Muslim yang sudah bergabung dengan PKS. Dari data yang berhasil penulis himpun, di Papua misalnya, di beberapa kabupaten yang benar-benar hampir 100% Kristen, PKS memiliki total 10 aleg, dengan rincian: Kab. Yahukimo - 1 aleg PKS; Kab. Pegunungan Bintang - 1 aleg PKS; Kab. Yalimo - 2 aleg PKS; Kab. Lanny Jaya - 2 aleg PKS. Kab. Nduga -1 aleg PKS. Kab. Jayawijaya - 1 aleg PKS; Kab. Pania - 1 aleg PKS dan Kab. Intan Jaya - 2 aleg PKS.29

Selain mengakomodasi non Muslim, PKS mengusung caleg dari non Tarbiyah. Misalnya Misbakhun, Adang Darajatun dan Tamsil Linrung. Perekrutan non Tarbiyah sebagai caleg dalam perjalanannya membawa citra negatif pada PKS. Seperti yang diakui Febriana Rismayanti, menurut beliau PKS belajar dari pengalaman dari yang bukan didikan tarbiyah (non-kader). Ternyata setelah jadi anggota dewan, dia membawa masalah, tidak sesuai dengan visi-misi yang diemban PKS.30 Persoalan perekrutan orang luar menjadi pejabat di tubuh PKS punya problem lain dari sisi kepatutan. Jamak diketahui PKS memberlakukan adanya “mahar politik” bagi non kader dengan dalih (political cost) agar bisa maju menjadi caleg, calon kepala daerah hingga dukungan untuk pilpres. Bisa dibilang ini salah satu efek atau dampak dari perubahan PKS menjadi partai terbuka, tak hanya keanggotaan yang terbuka melainkan dari sisi kebutuhan fundraising partai.

Selain merekrut caleg non tarbiyah, PKS sebetulnya sudah lama merekrut kalangan profesonal untuk direkrut ke dalam Dewan pakar dan Majelis budaya PKS. Tercatat nama-

29

Sitaresmi S. Soekanto, Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di Indonesia 1999-2009 dan

Adelet Ve Kalkinma (AKP) Di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan (Depok: PPs Universitas Indonesia,

2012), hal 118 30

Apakah yang dimaksud oleh ibu Febriana adalah Misbakhun? Wallahu’allam

Page 8: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

nama populer seperti Iman Sugema (ekonom), Ipang Wahid (konsultan media), Astri Ivo (artis), Helvy Tiana Rosa (Novelis) hingga Pepeng (presenter).31 PKS juga berani merekrut kalangan profesional diusulkan menjadi Menteri. Seperti Anton Apriantono dan Adhyaksa Dault. kedua sosok menteri itu tidak ada hubungan formal langsung dengan partai. Anton hanya dosen IPB yang sederhana dan tekun, khas simpatisan PKS. Sementara Adhyaksa sudah lama dikenal dekat dengan SBY sebelum bersimpati kepada PKS.32

Adapun mau berkoalisi dengan kekuatan politik lain dari sejak awal ketika partai ini masih bernama Partai Keadilan bersedia berkoalisi dengan PAN dalam fraksi Reformasi. Kemudian ketika pasca pilpres 2004 pun PKS bersedia bergabung dalam koalisi pemerintahan SBY.33 Dan sejak kekalahan PKS di pilkada jakarta pada 2007, partai ini mencoba memperlebar jaringan dan koalisi tidak hanya dengan partai-partai Islam, tetapi juga partai-partai nasional seperti yang terjadi di pilkada Jogjakarta.34 Namun apakah yang menjadi parameter PKS bersedia berkoalisi dengan pemerintahan SBY dan partai-partai lain dalam pilkada ini atas dasar alasan jabatan, persatuan umat ataukah karena memilih mana yang mudaratnya paling kecil? tentu hanya elit-elit di Majelis Syuro yang tahu. Hanya saja perlu diketahui bahwa PKS memiiki rambu-rambu yang telah ditetapkan Dewan Syariah Pusat (DSP), Berkoalisi bisa dengan sesama Muslim dan adakalanya dengan berbeda agama. Bentuk koalisi dengan Muslim disebut koalisi ideologis, sedangkan kebolehan koalisi dengan non Muslim ukurannya adalah kemashlahatan umat.35

Setelah mengetahui bentuk-bentuk wujud keterbukaan PKS, penulis ingin mengulas lebih dalam tentang sejauh mana non Muslim berkiprah dalam kepengurusan partai dan bagaimana pula hak-hak pembinaan yang akan mereka dapatkan sebagai anggota. Dari penjelasan para elit PKS baik di liqo maupun yang dikutip media, diketahui bahwa non Muslim bisa menjadi pengurus DPC atau DPD dan bisa menjadi anggota legislatis di daerah minoritas. Mereka hanya diikat dengan kontrak politik dan tak wajib taklim. Menurut pandangan penulis, tak wajib taklim lebih disebabkan belum adanya kurikulum khusus buat mereka. Sebagaimana kurikulum bagi kader yang Muslim seperti manhaj Tarbiyah. Bisa dibilang, ini salah satu kelemahan PKS dalam memberikan hak pembinaan dan pendidikan politik bagi non Muslim. Non Muslim tak cukup diberikan training orientasi partai (TOP), melainkan juga pembinaan moral. Supaya mereka punya integritas dan komitmen kuat ketika berkiprah di dunia politik yang kini serba pragmatis. Penulis juga melihat, PKS hanya menyediakan dua jenjang keanggotaan: anggota terdaftar dan

31

Sapto Waluyo, Kebangkitan politik Dakwah, (Bandung: Syamil, 2005), hal 161-162 32

Ibid. hal 328 33

Kesediaan PKS berkoalisi dengan SBY ditungakan dalam Nota Kesepahaman Untuk Sebuah Kebersamaan

dalam Melaksanakan Perubahan Menuju Indonesia Madani. Lihat Sapto Waluyo, Ibid, hal 372-373. 34

Syafiq Hasyim, “Meramu Dakwah dan Politik: Studi kasus pada PKS” dalam Darwis Khudori (ed),

Maraknya Gerakan politik Berbasis Agama, (Jogjakarta: Universitas Sanata Dharma, 2009), hal 227 35

Lihat Dewan Syariah Pusat PKS, Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Pusat PKS, (Bandung: Harakatuna

Publisihing, 2006), hal 188.

Page 9: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

anggota aktif. Ada kesan kuat, posisi non Muslim bagai warga kelas dua di tubuh PKS. Berarti posisi mereka hanyalah alat Jamaah (PKS), bukan penentu kebijakan dalam arti yang strategis.

Jika di daerah minoritas mereka bisa mendapat hak dan kesempatan seperti itu, lantas apakah non Muslim bisa mendapat kesempatan menapaki karir politik di daerah mayoritas Islam? dari jawaban para elit PKS, rasanya sulit bagi non Muslim untuk menjadi pengurus dan caleg di mayoritas Muslim karena harus melewati jenjang kaderisasi dan ikut taklim. Untuk DPC saja minimal dia harus kader madya. Bapak Ahmadi juga menegaskan bahwa PKS pasti mendahulukan kader ketimbang non Muslim.

“Jika ada 2 kandidat, satu Muslim dan satunya non Muslim. Saya kira non Muslim takkan mengalahkan kualitas kader muslim. Karena tadi di subtansi, PKS itu adalah parpol dan partai dakwah. Termaktub disana, perintah Allah beramar ma’ruf nahi munkar. Itu yang mendasari bergeraknya kader dalam beramal. Itu yang secara subtansi jelas membedakan kualitas. Implementasi keterbukaan tergantung kondisinya dilapangan, kalau di daerah yang mayoritas islam, caleg hampir pasti berasal dari kader.“36

Keterangan Ahmadi kurang lebih sama dengan penjelasan bapak Djoko purnomo, kepada penulis beliau mengatakan Non Muslim maksimal hanya bisa menjadi Ketua DPD dan Caleg di daerah minoritas musim akan tetapi di daerah mayoritas Islam mereka mustahil memperoleh kesempatan tersebut.37 Dari sini bisa disimpulkan bahwa keterbukaan PKS dalam konteks mengakomodasi non Muslim sebagai caleg dan pengurus hanya diberlakukan di daerah minoritas. Sedangkan di daerah mayoritas Islam anggota non Muslim sukar memperoleh akses.38 Otomatis juga non Muslim mustahil menjadi bagian dari Majelis Syuro; walau mekanisme untuk menjadi anggota Majelis Syuro harus terpilih melalui pemilihan raya PKS dan harus menjadi anggota PKS minimal lima tahun. Inilah sejatinya yang membedakan PKS dengan partai terbuka lainnya seperti PKB dan PAN. Di PKB seorang pengusaha Tionghoa bisa menjadi bendahara partai, sedangkan di PAN, seorang nashrani keturunan batak pun bisa menjadi Ketua DPP PAN dan tokoh tionghoa seperti Alvin lie pernah juga menjadi anggota DPR 2004-2009.

Mengapa PKS menjadi partai terbuka?

Sekarang beralih kepada pertanyaan mengapa PKS menjadi partai terbuka? dari pemahaman para elit PKS di Malang, ada 2 alasan mengapa PKS bertranformasi menjadi partai terbuka, Yaitu alasan teologis dan alasan sosial politik. Pertama, alasan teologis

36

Ahmadi, wawancara (Malang 15 Agustus 2012) dalam Fadh Ahmad Arifan, PKS Sebagai Partai Terbuka:

Studi Pandangan Elit PKS di Kota Malang, tesis tidak diterbitkan (Pascasarjana UIN Maliki, 2013) 37

Percakapan informal dengan Kader Inti PKS bapak Djoko Purnomo 14/6/2012 di Gasek, Malang 38

Anggota non muslim tetap bisa masuk PKS, tapi untuk terlibat dalam pembinaan yang khusus dalam hal

ini liqa syarat mutlaknya harus Muslim. Keikutsertaan dalam pembinaan khusus tadi juga menjadi pra-

syarat untuk mencapai posisi-posisi strategis di PKS. Mereka hanya akan berhenti pada sekedar menjadi

anggota dewan untuk daerah-daerah minoritas muslim, atau menjadi pengurus partai pada daerah

minoritas tadi.

Page 10: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

yakni ajaran Islam yang rahmatal lil’alamin yang menghargai atau menaungi pluralitas. Dalam rahmatal lil‘alamin yang ingin PKS tonjolkan adalah nilai-nilai universal islam; seperti keadilan, kesejahteraaan dan kejujuran. Ini merupakan nilai-nilai Islam yang semua orang mengakui itu dan bisa menerimanya. Kedua, alasan sosial politik seperti realita Indonesia yang majemuk, kepentingan target 3 besar di pemilu 2014, desakan UU Pemilu yang tidak membolehkan keanggotaan partai untuk kalangan tertentu sehingga PKS ingin melegalformalkan keanggotaan kalangan non-Muslim dan PKS berupaya melepaskan diri dari bayang-bayang kesan ekslusif. Terakhir karena terinspirasi keberhasilan AKP Turki.

Menaungi pluralitas sudah diwujudkan oleh PKS dengan menaungi seluruh elemen masyarakat, baik agama dan ras, suku dan kekuatan politik. Elemen masyarakat dirangkul PKS dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bergabung dengan partai baik menjadi kader, anggota dan relawan. Sedangkan menaungi kekuatan politik diwujudkan PKS dngan kesediaan berkoalisi untuk membangun negara secara bersama-sama. Hanya saja menaungi pluralitas atau kemajemukan di internal partai, PKS masih gagap. Contohnya ketika PKS dikritisi kadernya sendiri. Ini bukanlah mencari kesalahan qiyadah, tetapi merupakan bentuk koreksi terhadap partai. Sayangnya, kultur partai justru tidak menghendaki suara-suara kritis atau berbeda yang muncul dari kader tertentu. Elit partai yang disorot malah balik menuduh itu fitnah atau haus kekuasaan. Dalam konteks wacana partai terbuka inilah penulis menemukan dinamika internal partai dimana kader-kader yang idealis dan mengkritisi keputusan terbuka itu bukannya diakomodasi pendapatnya melainkan dimarginalkan dan dicurigai sebagai agen intelijen.

Perlakuan seperti itu menimpa kader senior seperti Yusuf supendi, Mashadi, Daud Rasyid dan Ihsan Tanjung. Yusuf supendi mengkritisi penyimpangan elit PKS mulai dari soal poligami ilegal, pemberhentian paksa Hidayat Nurwahid sebagai presiden PKS, hingga penggelapan dana partai. Akhirnya beliau didepak dari tubuh partai dengan alasan yang tidak jelas. Sedangkan para assatidz seperti Ustadz Mashadi dan kawan-kawan juga mengalami hal yang sama di marginalkan. Bermula dari keberanian beliau-beliau itu menasehati Hilmi aminuddin pasca Mukernas di Bali yang sempat menimbulkan gejolak internal. Para kader tersebut menyampaikan beberapa pokok permasalahan dalam Jama’ah seperti: Masalah kesalahan dalam penerapan manhaj tarbiyah, Ketidak-konsistenan ketika ditanya dalam beberapa isu; misalnya ketika plin-plan dalam kebijakan soal isu “terbuka” pasca Mukernas Bali, Pelanggaran-pelanggaran atau pencederaan terhadap Syuro dan merosotnya kepercayaan masyarakat kepada PKS.39 Masalah ini jika ditinjau dari fungsi parpol sebagai sarana pengatur konflik,40 sangat tidak baik bagi masa depan partai. Kader yang dimarginalkan akan membuat sebagain kekuatan dan mesin partai berkurang. Ini terbukti dari menurunnya perolehan suara PKS di basis-basis yang dulunya menjadi

39

http://tarbiyahbukanpks.wordpress.com/2011/04/19/surat-untuk-ustadz-hilmi-aminuddin/ 40

Miriam budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008)

Page 11: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

lumbung suara seperti di Jakarta, Bandung, Bekasi dan Medan.41 Penulis menduga pola pemahaman politik yang kental dengan nuansa tsiqoh dan sami’na watokna kepada pimpinan itulah yang membuat kader yang kritis tidak mendapat tempat yang layak.

Alasan kedua yang membuat PKS memutuskan menjadi partai terbuka adalah karena desakan UU Pemilu. Penulis memandang karena aturan sistem kepartaian ini, mau tidak mau partai harus berkompromi dengan aturan yang ada agar bisa lolos verifikasi. Dalam pasal 8 ayat 2, point b, partai politik baru dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi persyaratan salah satunya harus memiliki kepengurusan di seluruh provinsi.42 Untuk mengantisipasi aturan tersebut PKS mengakomodasi keanggotaan non Muslim khususnya di Indonesia bagian Timur. Jika tidak membuka diri kepada non Muslim tentu PKS akan kesulitan seperti PPP yang keanggotaanya masih sebatas untuk Muslim. Partai ini kabarnya mengalami kesulitan verifikasi pemilu 2014 seperti pemenuhan syarat kartu tanda anggota (KTA) parpol sebanyak 1/1.000 dari jumlah penduduk atau 1.000 KTA di Papua dan NTT.43 Alasan ini semakin membenarkan fenomena pos Islamisme. Ciri-ciri umum pos-Islamisme di mana-mana memang sama: kompromi dengan kenyataan politik, pragmatisme dalam menjalankan program pemerintah, dan sikap toleran terhadap kelompok-kelompok yang berbeda.44

Alasan berikutnya karena target meraih posisi 3 besar dalam pemilu 2014. Hanya dua elit PKS yang membenarkan alasan ini. Sedangkan elit PKS yang lain menampik keterbukaan adalah strategi politik untuk posisi 3 besar. Bagi penulis sikap PKS ini bukanlah hal aneh mengingat PKS adalah sebuah partai politik yang mana definisi partai politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk-bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.45 Jadi tujuan utama partai politik apapun haluannya baik partai sekuler maupun partai agama adalah kekuasaan!. Sehingga, strategi apapun yang dilakukan partai-partai politik adalah dalam rangka meraih simpati masyarakat.

Hemat penulis, langkah PKS menjadi partai terbuka tidak lepas sama sekali dari orientasi kekuasaan yakni posisi 3 besar Pemilu di pemilu mendatang. Saat Ini PKS melakukan beberapa langkah untuk mewujudakan ambisi 3 besar tersebut. Pertama, PKS akan memperbaiki kerja dan kinerja para pejabat publik yang berasal dari PKS. Kedua,

41

Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS. hal 48; Lihat juga Warjio, Pragmatisme Partai Dakwah dalam

pemilu, 2009, Jurnal Politeia Vol 2 No 2 Juli 2010, hal 100-101 42

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal 7;

Diunduh dari www.depdagri.go.id 43

Donny Andika, “PPP Khawatir Tidak Penuhi Syarat di 3 Provinsi” mediaindonesia.com Kamis, 13

September 2012 44

Tentang Pos-Islamisme, Lihat Asef bayat, Pos-Islamisme, (Yogyakarta: LkiS, 2011) 45

Ichlasul Amal (ed), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, edisi kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012).

Hal xv

Page 12: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Memaksimalkan kinerja kader dan struktur di daerah. Ketiga, bekerjasama dengan tim dan insan media yang membantu kami memberitakan hal-hal yang positif terkait partai.46

Melepaskan diri dari bayang-bayang kesan ekslusif juga menjadi alasan mengapa partai ini menjadi partai terbuka. PKS dalam perjalanannya tak sepi dari citra atau atribusi negatif, termasuk kesan Fundamentalis yang kerap diidentikkan dengan “Ikhwanul Muslimin” dan “Wahabi” dalam bentuk anti maulid dan tahlil yang sangat tidak menguntungkan PKS, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, PKS akan kesulitan menambah suara, apalagi untuk menjadi partai terbesar di Indonesia, karena pada dasarnya masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dan multikultural. Dalam jangka panjang, citra semacam itu bisa menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial serta politik antara PKS dan kelompok-kelompok masyarakat yang lain.47 Namun terkadang untuk menghilangkan kesan ekslusif atau kesan fundamentalis yang kerap diidentikkan dengan “Ikhwanul Muslimin” tersebut PKS menghalalkan segala cara. Misalnya Menjelang pemilu 2009, PKS berani menayangkan iklan kontroversial dengan menyatakan mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa. Menurut politisi PKS Agus Purnomo, lewat iklan itu PKS ingin berkomunikasi bahwa tidak betul PKS itu ekslusif. Akan tetapi di satu sisi, seorang petinggi partai ini menngatakan iklan tersebut sejak awal diniatkan sebagai bagian dari proyek “berdamai” dengan militer agar tidak selalu diianggap sebagai ancaman keamanan nasional karena kerap di identikkan dengan Ikhwan.48

Menghilangkan kesan ekslusif sangat mudah, tinggal kader-kader di bawah membaur dengan masyarakat. Aktif di kegiatan PKK atau arisan seperti yang dijalankan salah satu kader inti, Febriana rismayanti. Kader PKS berlatar belakang NU hendaknya didorong untuk aktif ke dalam kegiatan jamaah tahlilan, diba’, majelis maulid, ziaroh wali dan yasinan. Sudah saatnya juga elit partai mendorong kader Inti mereka agar tak cenderung menikah dengan sesama kader saja. Menikah dengan non kader juga merupakan bentuk sikap inklusif, dan berguna pula bagi ekspansi dakwah.

Dan alasan terakhir adalah terinspirasi keberhasilan Partai Keadilan dan Pembangunan Turki atau Adelet ve Kalkinma Partisi (AKP) Turki. Alasan ini dikemukakan oleh bapak Ahmadi. Menurut sepengetahuan beliau, AKP itu pendukungnya masyarakat yang plural termasuk non muslim, kenapa AKP dapat menuai banyak dukungan? karena mereka memperjuangkan aspirasi dan hak-hak mereka. Itulah yang sedikit banyak menginspirasi PKS. Namun beliau tidak menjelaskan dengan lengkap apa faktor AKP Turki bisa menuai banyak dukungan. Keterbukaan Ideologinya, strategi kampanye, regenerasi kepemimpinan di AKP ataukah kelengkapan organisasi partai yang dimiliki AKP.

46

http://www.berita99.com/berita/1469/ini-modal-pks-untuk-raih-3-besar-pemilu-2014 47

Muhammad Qodari, “Mencari Wajah Baru PKS” Jawapos 2 Februari 2008. 48

Majalah Tempo, Iklan Pahlawan Partai Dakwah, edisi 23 November 2008. Hal 32.

Page 13: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Pada Februari 2012, AKP berkunjung ke markas PKS. Kehadiran pengurus AKP ke PKS merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya sejumlah pengurus PKS sudah melakukan kunjungan ke kantor pusat AKP, baik di Ankara maupun Istanbul. Bahkan PKS sempat mengirimkan tim observer dalam Pemilu Turki beberapa waktu lalu. Salah satu kegiatannya adalah mempelajari manajemen kampanye AKP. Selain dengan AKP, PKS juga menjalin hubungan dan komunikasi dengan Partai Komunis Cina (PKC), Partai Buruh Australia, Partai Buruh dan Partai Konservatif di Inggris dan sejumlah partai lainnya di Eropa, Asia, dan Afrika.49

Dalam disertasinya Sitaresmi S. Sukanto, AKP sebagai pemenang pemilu sejak 2001 di Turki memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh PKS. Kelebihan itu diantaranya: pertama, jumlah anggota mencapai 5 juta. Besarnya julmlah keanggotaan tersebut dikarenakan AKP memberikan peluang yang sangat luas bagi setiap warga negara Turki untuk bergabung dengannya baik sebagai relawan, anggota maupun pengurus. Di setiap stand atau gerai baik di musim kampanye maupun tidak AKP selalu membuka pendaftaran bagi mereka yang ingin menjadi anggota dan relawan AKP serta data-data diri mereka ke dalam database anggota dan relawan yang setiap saat akan mendapatkan informasi peristiwa, kegiatan dan temu tokoh AKP.50

Kedua, Struktur organisasi AKP yang memiliki struktur sayap organisasi berupa women branch dan youth branch, membuat peran perempuan dan pemuda menjadi luar biasa besar karena diberikan independensi dan keleluasaan berkiprah. AKP juga memiliki Pusat Informasi AKP serta lembaga-lembaga yang membantu para penyandang cacat dan para lansia yang menjadi wadah pembinaan para anggota.51 Ketiga, dari segi rekrutmen anggota, AKP memang jauh lebih terbuka dibandingkan dengan Saadet Partisi. Anggota-anggota Saadet Partisi bersikap seolah-olah paling memahami ajaran Islam. Sementara di AKP walaupun bukan anggota AKP, ia bisa kapan saja ikut dalam berbagai aktivitas yang diselenggarakan AKP, sesuatu yang tidak bisa dilakukannya di Saadet Partisi karena sistem rekrutmen keanggotaannya yang ketat dan kaku52 Keempat, proses regenerasi kepemimpinan yang berjalan dengan baik di AKP. Figur Erdogan yang sedemikian kuat daya tariknya baik bagi para konstituen AKP maupun rakyat Turki ternyata tidak menghalangi proses penyiapan pemimpin. Proses kaderisasi kepemimpinan di AKP berlangsung dengan sangat baik karena generasi muda di AKP pada umumnya memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menjadi pemimpin.53

49

“PKS Pelajari Kemenangan ala Partai Keadilan dan Pembangunan Turki” Republika.co.id diakses pada

24 Februari 2012 50

Sitaresmi S. Soekanto, Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Di Indonesia 1999-2009 dan

Adelet Ve Kalkinma (AKP) Di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan, (Depok: Universitas Indonesia, 2012),

hal 196. 51

Ibid. hal 197-198 52

Ibid. hal 198. 53

Ibid. hal 209

Page 14: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Mungkinkah PKS bisa meniru langkah AKP Turki? Menurut Pengamat Politik Burhanuddin muhtadi, PKS sulit meniru AKP karena faktor sosial poltik. AKP mengalami kesuksesan setelah mereka mengurangi warna Islamisme. Saat menjadi pememang Pemilu, AKP lebih banyak mengeksplorasi dua isu yakni ekonomi serta integrasi warga Turki dengan Uni Eropa. Isu ini cukup populis, karena setidaknya dengan membawa Turki ke Uni Eropa memiliki hak untuk mengintervensi jika militer melakukan kudeta terhadap AKP. Masih menurut Burhanuddin muhtadi, dua isu itu agak sulit diwujudkan oleh PKS, karena PKS hingga saat ini belum berkuasa. Dari sisi manapun, PKS belum berhasil menjual citra seperti soal ekonomi. Masyarakat melihat PKS teralu berkutat pada isu agama. Kalau kita membuat spektrum idoelogi partai, seperti dalam survei LSI September 2009 dan Februari 2010, sebagaian besar menilai PKS paling Islami, sementara PDIP pancasilais. Artinya, secara umum publik belum melihat, sodoran alternatif dalam soal ekonomi oleh PKS. Padahal masalah ekonomi menjadi deferensiasi AKP dengan partai lainnya.54

Penutup

Menutup tulisan ini, kajian mengenai “Partai terbuka” jangan terbatas kepada PKS saja, idealnya harus membandingkan dengan Partai Islam lainnya di luar negeri yang telah membuka diri. Misalnya PAS Malaysia, Partai Keadilan dan Pembebasan (FJP) di Mesir termasuk pula Partai el-Nahda di Tunisia. Pertama, boleh jadi motif dan implementasi keterbukaan Partai Islam di negara-negara tersebut berbeda antara satu sama lain. Kedua, bagaimana juga tingkat keberhasilan dari “Partai terbuka” mereka ketika dijadikan amunisi politik di masa kampanye.

Kembali ke PKS, pada tahun 2013 PKS dinahkodai oleh Anis Matta; sosok yang penulis yakini sebagai pencetus ide Partai Terbuka. Di masa kepemimpinannya, Anis yang kabarnya berlatar belakang Muhammadiyah memperlihatkan sikap inklusif dan moderat terhadap tradisi warga NU. Misalnya, sebelum pilgub Jawa tengah pernah berziaroh dan tahlilan ke makam Sunan Kalijogo.55 Tak hanya itu, Anis matta juga menyempatkan diri berziaroh ke makam KH. Hasyim Asy’ari ditemani oleh Gus sholah.

Yang terbaru adalah ketika Anis Matta mau berjabat tangan dengan presenter wanita di acara Primetime News Metro TV. Soal berjabat tangan di kalangan PKS, pernah menjadi bahan perbincangan media baik di dalam negeri maupun luar negeri. Berawal dari peristiwa Tifatul Sembiring berjabat tangan dengan Istri Barrack Obama. Selain pada diri Anis Matta, penulis mendapati di beberapa kepengurusan PKS di daerah yang menunjukkan sikap inklusif dan menjaga pluralitas bangsa. Misalnya sikap inklusif yang ditunjukkan oleh DPW PKS Jawa tengah ketika Taufik Kiemas meninggal dunia, mereka pun menggelar dzikir dan Tahlilan.56

54

“Burhanuddin Muhtadi: PKS Sulit Tiru AKP Turki” Waspada.co.id diakses pada 23 Juni 2010 55

“Presiden PKS Tahlilan di Makam Sunan Kalijaga” Tempo.co 3 April 2013 diakses pada pk 21.50 wib 56

“PKS Jateng Gelar Tahlilan Untuk Taufiq Kiemas” pksjateng.or.id diakses pada 9 Juni 2013

Page 15: Penjelasan Tentang Partai Terbuka (PKS)

Bagi penulis, fenomena PKS di era Anis Matta ini hendaknya dijadikan bahan kajian tersendiri mengenai inklusifitas PKS jelang pemilu 2014. Mengapa sikap-sikap seperti itu juga bertepatan dengan malapetaka kasus kuota impor daging yang menimpa mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, sehingga citranya sebagai partai dakwah ternodai. Luthfi didakwa kasus korupsi dan pencucian uang. Selain Luthfi dan Fathonah, kasus kuota impor daging juga menyeret nama-nama politisi gaek seperti Hatta radjasa dan Setya novanto. Nama dua politisi tersebut muncul dalam BAP Petinggi PT Indoguna Utama, Juard Effendi. Petinggi PT Indoguna Utama itu divonis hukuman 2 tahun 3 bulan penjara dengan denda Rp150 juta subsider tiga bulan penjara. Vonis ini lebih rendah dari tuntutan jaksa.57

Dampak kasus ini membuat struktur DPP PKS pusat mengalami perombakan terutama untuk posisi Presiden PKS dan Sekjen PKS. Akhirnya Anis matta pun ditunjuk menggantikan Luthfi sebagai presiden PKS yang baru, sedangkan posisi sekjennya dijabat oleh Taufik Ridho. Wakil Sekjen PKS dipegang oleh Fahri Hamzah. Sedangkan Juru bicara PKS adalah Mardani ali. Meski jadi bulan-bulanan media dalam kasus kuota impor daging, ajaibnya PKS makin solid bahkan berhasil memenangkan Pilgub Jawa Barat dengan satu putaran.58 Tidak hanya itu saja, PKS juga memenangkan Pilgub Sumatera utara dengan satu putaran. Perlu diketahui, PKS ini dengan kekuatan mesin politiknya, mampu mengantarkan orang Jawa untuk memimpin daerah; dimana masyarakatnya mayoritas suku Batak. Baru-baru ini PKS telah mengantarkan Ridwan Kamil-Oded Danial sebagai pemenang dalam pilwali kota Bandung tahun 2013 dan Pasangan Hendri Anis-Mawardi yang meraih suara 42,5 persen di Pilkada Padang Panjang.59 Wallahu’allam bishowwab

57

Net 17 news pk 17.08 wib tgl 1/7/2013; Kompas Petang pk 17.15 wib tgl 1/7/2013; Kabar Malam TV One

”Penyuap Luthfi Divonis 2,3 tahun Penjara” tgl 1/7/2013. 58

Lihat Fadh Ahmad Arifan, Tiga Dampak Jika Ahmad Heryawan Menang Pilgub Jabar, (Kompasiana.com) 59

“KPU Kota Bandung Tetapkan Kemenangan Ridwan Kamil-Oded danial” merdeka.com tgl 28 Juni 2013;

Tandri Eka Putra “Hendri Anis-Mawardi Samah Unggul” Padang-today.com tgl 4/7/2013