PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU...

70
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 PEDOMAN UMUM GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2013

Transcript of PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU...

PENINGKATAN PRODUKSI,PRODUKTIVITAS DAN MUTU

TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKEMENTERIAN PERTANIANDESEMBER 2012

PEDOMAN UMUM

GERAKAN NASIONAL PENINGKATANPRODUKSI DAN MUTU KAKAO

TAHUN 2013

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

i1

KATA PENGANTAR

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) adalah upaya percepatan peningkatan produktivitas dan mutu hasil kakao nasional melalui pemberdayaan secara optimal seluruh pemangku kepentingan serta sumberdaya yang tersedia.

Gerakan ini dilaksanakan mulai tahun 2009 pada 9 provinsi 40 kabupaten, tahun 2010 pada 13 provinsi 56 kabupaten, tahun 2011 pada 25 provinsi 98 kabupaten, tahun 2012 pada 14 provinsi dan 50 kabupaten. Pada tahun 2013 ini Gernas Kakao dilaksanakan di 5 provinsi 29 kabupaten. Pertanaman kakao di wilayah tersebut pada umumnya kondisi tanamannya sudah tua/rusak dan kurang terawat, terserang hama dan penyakit dengan tingkat serangan sedang sampai berat, sehingga memerlukan upaya perbaikan secara menyeluruh agar produktivitas dan mutu dapat ditingkatkan.

Sasaran Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao meliputi perbaikan tanaman kakao rakyat seluas 450.000 ha melalui peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, pemberdayaan petani, pengendalian hama dan penyakit, perbaikan mutu kakao, serta penyediaan sarana pendukung lainnya.

Dasar pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao yaitu Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

ii1

1643/Kpts/OT.160/12/2008 tanggal 2 Desember 2008 tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

Pedoman Umum ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman Umum Tahun 2009, Tahun 2010, Tahun 2011 dan Tahun 2012, untuk dipergunakan sebagai acuan para pihak terkait dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di lapangan.

Jakarta, Desember 2012

Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS

NIP 19560728 198603 1 001

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

iii1

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .................................. i

DAFTAR ISI ............................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................... V

BAB I PENDAHULUAN ........................ 1 1.1. Latar Belakang ................. 1 1.2. Tujuan .......................... 4 1.3. Sasaran ........................ 4 1.4. Dasar Hukum .................. 5 1.5. Pengertian dan Definisi ..... 8

BAB II PENDEKATAN DAN POLA GERAKAN 11 2.1. Pendekatan Gerakan ........... 11 2.2. Pola Gerakan .................... 12

BAB III RUANG LINGKUP KEGIATAN .......... 15 3.1. Kegiatan Utama ................. 15 3.2. Kegiatan Pendukung ............ 15 3.3. Waktu dan Lokasi Gerakan .... 16

BAB IV KELOMPOK SASARAN, TATA CARA SELEKSI .................................

18

4.1. Petani/Pekebun ................. 18 4.2. Penetapan Kelompok Sasaran . 19

BAB V TENAGA PENDAMPING ................ 20

BAB VI PEMBERDAYAAN PETANI ............ 22

BAB VII JENIS BANTUAN YANG DIBERIKAN KEPADA PETANI PESERTA ............

23

7.1. Entres untuk Sambung Samping 23 7.2. Sarana Produksi dan Peralatan

untuk Rehabilitasi ................

24

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

iv1

BAB VIII MEKANISME PENYALURAN BANTUAN 25

BAB IX PEMBIAYAAN ............................ 26

9.1. Sumber Pembiayaan ............ 26

9.2.Pembiayaan Yang Bersumber dari Perbankan ...................

26

9.3. Mekanisme Pembiayaan ....... 26

BAB X MANAJEMEN PELAKSANAAN .......... 29

10.1. Organisasi ....................... 29

10.2. Pembinaan dan Koordinasi ... 30

10.3. Monitoring dan Evaluasi ....... 31

10.4. Pelaporan ....................... 31

BAB XI INDIKATOR KEBERHASILAN ........... 33

BAB X PENUTUP ................................ 34

LAMPIRAN

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

v1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao

36

Lampiran 2 Daftar Nominatif Kelompok Tani

37

Lampiran 3 Surat Pernyataan Petani Peserta

38

Lampiran 4 Rekapitulasi kebutuhan Kelompok Tani Kegiatan Rehabilitasi Tingkat Kecamatan

39

Lampiran 5 Rekapitulasi kebutuhan Kelompok Tani Kegiatan Rehabilitasi Tingkat Kabupaten

40

Lampiran 6 Rencana Usulan Kegiatan Rehabilitasi

41

Lampiran 7 Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan

42

Lampiran 8 Daftar Anggota Kelompok Tani Penerima Bantuan

43

Lampiran 9 Berita Acara Serah Terima Barang

44

Lampiran 10 Berita Acara Serah Terima Barang Petani Penerima Bantuan

45

Lampiran 11 Rincian Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 - 2011

46

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013

vi1

Lampiran 12 Lokasi Areal Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2009

47

Lampiran 13 Lokasi Areal Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2010

53

Lampiran 14 Lokasi Areal Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2011

54

Lampiran 15

Lampiran 16

Lokasi Areal Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2012

Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013

58

62

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.

Sentra kakao Indonesia tersebar di Sulawesi (63,8%), Sumatera (16,3%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,0%), Kalimantan (3,6%), Maluku dan Papua (7,1%).

Berdasarkan identifikasi lapangan dan data tahun 2008, diketahui kurang lebih 70.000 ha kebun kakao dengan kondisi tanaman tua, rusak, tidak produktif, dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan berat sehingga perlu dilakukan peremajaan, 235.000 ha kebun kakao dengan tanaman yang

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 2

kurang produktif dan terkena serangan hama dan penyakit dengan tingkat serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi, dan 145.000 ha kebun kakao dengan tanaman tidak terawat serta kurang pemeliharaan sehingga perlu dilakukan intensifikasi.

Serangan hama penyakit utama adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) dan penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), mengakibatkan menurunnya produktivitas menjadi 660 kg/ha/tahun atau sebesar 37% dari produktivitas yang pernah dicapai (1.100 kg/ha/thn). Hal ini mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 184.500 ton/thn atau setara dengan Rp 3,69 triliun per tahun. Selain menurunkan produktivitas, serangan tersebut menyebabkan mutu kakao rakyat rendah, sehingga ekspor biji kakao ke Amerika Serikat mengalami pemotongan harga sebesar US$ 301,5/ton. Rendahnya mutu kakao menyebabkan citra kakao Indonesia menjadi kurang baik di pasar internasional.

Upaya pengembangan kakao dihadapkan berbagai kendala antara lain (1) produktivitas tanaman dibawah potensi normal; (2) adanya berbagai serangan hama penyakit yang sulit dikendalikan oleh petani secara individual; (3) mutu biji rendah; (4) industri hilir dalam negeri belum berkembang sehingga masih dalam bentuk produk primer; (5) sulitnya petani mendapatkan pendanaan khusus untuk pengembangan kakao.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 3

Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut seperti pemberdayaan petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE), serta penerapan teknologi pengendalian dengan metoda PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan) untuk pengendalian PBK dan VSD serta penyediaan benih unggul. Mengingat pelaksanaannya masih parsial dalam skala kecil, maka hasilnya belum optimal. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan secara serentak, terpadu dan menyeluruh melalui suatu gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maupun sumberdaya yang ada.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Wakil Presiden RI pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agutus 2008 telah menegaskan perlunya Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dan selanjutnya pada tanggal 10 Agustus 2008 Wakil Presiden RI mencanangkan Gerakan dimaksud di Mamuju, Sulawesi Barat, yang ditindaklanjuti dengan kesepakatan para Gubernur se-Sulawesi, Perbankan, Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.

Gerakan tersebut dilaksanakan mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2009 Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan di 9 provinsi (Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali, NTT,

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 4

Maluku, Papua dan Papua Barat) dan 40 kabupaten. Sedangkan pada tahun 2010 menjadi 13 provinsi (Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulteng, Bali, NTT, Maluku , Papua dan Papua Barat, Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara) dan 56 kabupaten. Ke empat provinsi baru (Kalbar, Kaltim, Gorontalo dan Maluku Utara). Pada tahun 2011 pelaksanaan Gerakan berkembang menjadi 25 provinsi dan 98 kabupaten. Gernas tahun 2012 masih dilanjutkan karena target program belum tercapai sehingga pada tahun 2012 dilaksanakan di 14 provinsi dan 50 kabupaten. Pada tahun 2013 ini Gernas masih dilanjutkan karena target program kegiatan Rehabilitasi masih belum tercapai. Pada tahun 2013 khusus kegiatan Rehabilitasi ada di 5 provinsi dan 29 kabupaten.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya Pedoman Umum adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

1.3. Sasaran

(1) Tersedianya Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

(2) Tercapainya kesamaan pemahaman dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 5

(3) Terlaksananya Gerakan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

1.4. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

(2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

(3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839;

(4) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 6

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(6) Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

(7) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

(8) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2007;

(9) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/ 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 11/Permentan/ OT.140/2/2007;

(10) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/ 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 7

Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;

(11) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/ OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan;

(12) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;

(13) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan.

(14) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1643/kpts/OT.160/12/2008 tanggal 2 Desember 2008 tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional.

(15) Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 3540/Kpts/OT.160/10/2010 tanggal 26 Oktober 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 8

1.5. Pengertian dan Definisi

Beberapa istilah/pengertian yang digunakan dalam Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Entres adalah bahan tanam yang digunakan untuk sambung samping, berasal dari cabang plagiotrop;

(2) Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah upaya percepatan perbaikan budidaya tanaman kakao rakyat dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan/melibatkan secara optimal seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumberdaya yang ada, di 5 provinsi meliputi 29 kabupaten sentra kakao yang terkena serangan hama dan penyakit dengan kategori sedang sampai dengan berat;

(3) Laboratorium Lapangan adalah unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang pengamatan, peramalan, pemeriksaan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), analisis dan evaluasi hasil pengendalian OPT, pengembangan metoda pengamatan/ peramalan/ pengendalian, pemantauan daerah sebar OPT dan faktor iklim serta pembuatan koleksi, visualisasi dan informasi pengendalian OPT;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 9

(4) Pemberdayaan Petani adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam mengelola usaha taninya;

(5) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah segala kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT terhadap tanaman. Pengendalian OPT bertujuan untuk menekan populasi dan atau tingkat serangan OPT agar tidak merugikan secara ekonomis, dan aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Pengendalian OPT dilakukan dengan sistem PHT;

(6) Rehabilitasi kebun adalah perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping dengan menggunakan bahan tanam unggul;

(7) Petugas Pendamping adalah petugas yang mendampingi petani untuk membantu, membimbing dan membina petani dalam melaksanakan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao;

(8) RUK adalah Rencana Usulan Kegiatan Kelompok Tani yang berisi rincian bantuan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan rehabilitasi;

(9) Standar mutu adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN);

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 10

(10) Substasiun Penelitian Kakao adalah unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang penelitian, pengembangan (termasuk penyediaan bahan tanam unggul), transfer teknologi, pelatihan dan percontohan teknologi budidaya tanaman kakao spesifik lokasi;

(11) UPP (Unit Pelayanan Pembinaan) adalah unit pelayanan yang mempunyai tugas mendampingi dan membina petani dalam pelaksanaan Gerakan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 11

BAB II PENDEKATAN DAN POLA GERAKAN

2.1. Pendekatan Gerakan

Pendekatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagai berikut :

(1) Gerakan dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan yaitu pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, perbankan, petani, swasta dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada;

(2) Lahan merupakan hamparan yang kompak atau berkelompok;

(3) Pemberdayaan petani dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan;

(4) Tanaman produktif dengan kondisi rusak sedang dilakukan rehabilitasi dengan cara sambung samping menggunakan klon unggul;

(5) Bahan tanam (entres), pupuk untuk rehabilitasi, serta sarana pendukung sebagian disediakan oleh Pemerintah;

(6) Biaya tenaga kerja untuk pelaksanaan di kebun petani menjadi tanggungjawab petani/pekebun, kecuali tenaga kerja penebangan batang utama untuk rehabilitasi, sebagian ditanggung oleh pemerintah;

(7) Biaya sarana produksi (pupuk, pestisida dan alat pertanian) untuk pemeliharaan

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 12

tahun ke-2 dan seterusnya memanfaatkan fasilitas kredit Revitalisasi Perkebunan melalui perbankan;

(8) Peserta Gerakan wajib mengelola kebun sesuai standar teknis dengan bimbingan dari pendamping/ penyuluh/fasilitator dan instansi pembina;

(9) Petani peserta berdomisili di wilayah Gerakan dan merupakan pemilik kebun;

2.2 Pola Gerakan

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan dengan mensinergikan seluruh pemangku kepentingan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

(1) Pemerintah Pusat

a. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan bahan tanam (entres untuk sambung samping);

b. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan pupuk dasar pada kegiatan rehabilitasi;

c. Menyediakan sebagian bantuan upah tenaga kerja petani untuk penebangan batang utama pada kegiatan rehabilitasi;

d. Menyediakan pembiayaan untuk pengadaan alat dan bahan pengendalian OPT;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 13

e. Menyediakan pembiayaan tenaga pendamping dan sarana pendukung;

f. Menyediakan sebagian pembiayaan untuk kegiatan pemberdayaan petani;

g. Menyediakan pembiayaan untuk operasionalisasi dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao di 4 provinsi dan pemeliharaan 4 kebun percontohan serta penguatan 1 Laboratorium Lapangan (LL);

h. Menyediakan sebagian pembiayaan untuk perbaikan mutu/sosialisasi penerapan Standar Mutu;

i. Menyediakan pembiayaan pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi dalam pengawalan kegiatan Gerakan di 5 Provinsi dan 29 Kabupaten.

(2) Pemerintah Provinsi

Menyediakan anggaran APBD dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao;

a. Pengadaan dan penyediaan sarana produksi dan pelayanan informasi;

b. Penjamin/avalis pinjaman petani terhadap Perbankan;

c. Penyediaan sebagian pembiayaan untuk pemberdayaan petani;

d. Penyediaan biaya sertifikasi lahan kebun kakao;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 14

e. Menyediakan lahan untuk pembangunan substasiun penelitian dan untuk laboratorium lapangan.

(3) Pemerintah Kabupaten

Menyediakan anggaran APBD untuk mendukung Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, yang meliputi kegiatan :

a. Penetapan Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL);

b. Peningkatan mutu;

c. Pemberdayaan Petani.

(4) Perbankan

Menyediakan fasilitas kredit Revitalisasi Perkebunan untuk pemeliharaan tahun ke dua dan seterusnya (pupuk, pestisida, alat pertanian).

(5) Swasta/Asosiasi

Pelaksanaan sosialisasi penerapan Standar Mutu dan penyediaan sarana pasca panen.

(6) Petani

Menyediakan pohon pelindung dan tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan di kebunnya kecuali untuk penebangan batang utama pada kegiatan rehabilitasi.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 15

BAB III

RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao meliputi :

3.1. Kegiatan Utama

(1) Rehabilitasi tanaman seluas 28.280 ha yang kegiatannya meliputi sambung samping, pemotongan batang utama, penanaman pohon pelindung, pemeliharaan hasil sambungan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit;

(2) Pemberdayaan petani yang pesertanya berasal dari petani yang terlibat dalam kegiatan rehabilitasi kakao, kegiatannya meliputi pelatihan petani dan pendampingan petani oleh tenaga pendamping;

(5) Penerapan Standar Mutu yang kegiatannya meliputi penyediaan sarana sosialisasi standar mutu, sosialisasi standar mutu dan penyediaan sarana pasca panen.

3.2. Kegiatan Pendukung

(1) Pemanfaatan tenaga pendamping sebanyak 1.672 orang yang terdiri dari Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) 451 orang dan Pembantu Lapang Petugas TKP (PLP-TKP) 1.221 orang;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 16

(2) Operasionalisasi dan penguatan 4 unit Substasiun penelitian dan pemeliharaan 4 kebun percontohan;

(3) Operasionalisasi 1 unit Laboratorium Lapangan;

(4) Pengembangan sistem data base teknologi budidaya kakao, yang kegiatannya adalah pemetaan eksisting perkebunan kakao yang merupakan interpretasi pemetaan mencakup 5 provinsi 29 kabupaten, pemetaan sebaran kakao yang terserang OPT dan bahan/data pendukung lainnya, validasi lapangan terhadap peta hasil interpretasi;

(5) Eksploitasi fasilitas transportasi untuk TKP dan PLP-TKP;

(6) Pembangunan Unit Pengolahan Hasil Peningkatan Mutu Biji Kakao dan sarana pendukungnya;

(7) Uji coba Sertifikasi Kebun Kakao Berkelanjutan di Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat dan di Kabupaten Kolaka dan Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara;

(8) Pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 17

3.3. Waktu dan Lokasi Gerakan

(1) Waktu

Pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2013 dimulai Januari s/d Desember 2013.

(2) Lokasi

Gerakan dilaksanakan di 5 provinsi dan di 29 kabupaten, yaitu :

a. Sulawesi Selatan di Kabupaten Bone, Soppeng, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Bulukumba dan Sinjai;

b. Sulawesi Barat di Kabupaten, Polewali Mandar, Mamasa, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara;

c. Sulawesi Tengah di Kabupaten, Donggala, Parigi Moutong, Poso, Morowali, Toli-Toli, Buol, dan Sigi;

d. Sulawesi Tenggara di Kabupaten Konawe, Kolaka, Kolaka Utara, Konawe Selatan, Konawe Utara, Bombana, Buton dan Buton Utara;

e. Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Sikka dan Ende;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 18

BAB IV KELOMPOK SASARAN, TATA CARA SELEKSI

Kelompok sasaran dan tata cara seleksi peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagai berikut :

4.1. Petani / Pekebun

Persyaratan Calon Petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah sebagai berikut :

(1) Petani pemilik kebun kakao;

(2) Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK);

(3) Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah;

(4) Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran;

(5) Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang 30 orang;

(6) Bersedia mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

(7) Ditetapkan sebagai peserta Gerakan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 19

Kebun kakao yang dapat diikutsertakan dalam Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah :

(1) Kebun dengan tanaman yang umurnya masih produktif (umur kurang dari 15 tahun), tapi dalam kondisi rusak “sedang” karena serangan hama penyakit;

(2) Lahan berupa hamparan dan berkelompok yang memenuhi persyaratan kesesuaian lahan;

(3) Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar;

(4) Lahan harus dapat disertifikasi.

4.2. Penetapan Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran (Calon Petani/Calon Lahan) diseleksi oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati/Walikota.

Identifikasi CP/CL dilakukan 1 tahun sebelum pelaksanaan kegiatan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 20

BAB V TENAGA PENDAMPING

Tenaga Pendamping diperlukan untuk mengawal pelaksanaan Gerakan di lapangan agar benar-benar sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Tenaga pendamping tersebut adalah Sarjana Pertanian yang berasal dari Perguruan Tinggi setempat dan digunakan dalam Gerakan dengan sistem kontrak, sedangkan rekrutmennya dilakukan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan dari masing-masing provinsi, dengan kriteria yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Pembantu Lapang Petugas Tenaga Kontrak Pendamping (PLP-TKP) adalah tenaga kontrak perkebunan lulusan SLTA/Sekolah Kejuruan Pertanian yang direkrut oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Pembantu TKP untuk pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao serta tidak menuntut menjadi pegawai negeri Kementerian Pertanian;

Petugas pendamping mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyuluhan khususnya masalah perkakaoan.

b. Melakukan pembinaan teknis budidaya kepada para petani peserta Gerakan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 21

c. Melakukan penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani.

d. Menjembatani fungsi instansi/lembaga yang terkait dengan pembiayaan melalui program revitalisasi dengan perbankan.

e. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Gerakan sesuai dengan jadual yang ditetapkan kepada Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 22

BAB VI PEMBERDAYAAN PETANI

Pemberdayaan Petani merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap secara bertahap dan berkelanjutan dengan pelatihan dan pendampingan.

Untuk Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao para petani akan dilatih dan ditingkatkan pengetahuannya dalam pengelolaan usaha taninya melalui pelatihan teknis budidaya, pasca panen, peningkatan mutu, kelembagaan, pengelolaan keuangan dan kemitraan usaha.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 23

BAB VII

JENIS BANTUAN YANG DIBERIKAN KEPADA PETANI PESERTA

Bantuan kepada petani peserta Gerakan yang diberikan berupa :

7.1. Entres untuk Sambung Samping

(1) Sumber entres untuk pelaksanaan sambung samping dalam kegiatan rehabilitasi harus berasal dari kebun-kebun yang telah diseleksi serta dimurnikan oleh Tim Teknis (Ditjen Perkebunan, Puslit Koka, BBP2TP, UPTD Provinsi/Kabupaten/ Kota) dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan;

(2) Penyediaan entres dan pelaksanaan sambung samping dilakukan secara kontraktual oleh perusahaan perbenihan yang sudah berpengalaman dan memiliki TRUP.

7.2. Sarana Produksi dan Peralatan untuk Rehabilitasi

(1) Pupuk yang akan digunakan untuk rehabilitasi merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian c.q. Ditjen Perkebunan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 24

(2) Volume dan jenis pestisida untuk pengendalian hama penyakit akan diberikan kepada petani peserta Gerakan sesuai dengan tingkat serangan.

(3) Peralatan pertanian akan diberikan melalui kelompok untuk digunakan secara bersama dalam kelompok.

(4) Bantuan Upah Kerja diberikan kepada petani peserta Gerakan secara tunai untuk kegiatan Rehabilitasi.

7.3. Unit Pengolahan Hasil Peningkatan Mutu Biji Kakao

Kepada kelompok tani diberikan unit pengolahan hasil peningkatan mutu biji kakao dan sarana pasca panen berupa kotak fermentasi, lantai jemur, alat ukur kadar air biji kakao, timbangan duduk, bangunan pasca panen (UPH) serta bantuan modal kerja untuk pembelian biji kakao basah.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 25

BAB VIII MEKANISME PENYALURAN BANTUAN

Tata cara pengajuan dan penyaluran bantuan kepada petani peserta diatur dengan mekanisme sebagai berikut:

(1). Penyaluran bantuan kepada petani peserta diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan diatur secara rinci dalam Petunjuk Teknis oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

(2). Bantuan upah kerja diserahkan secara tunai kepada Petani/Kelompok Tani atau melalui rekening tabungan petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan.

(3). Seluruh bantuan yang diterima oleh kelompok sasaran harus dibuktikan dengan berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang atau uang tunai yang ditandatangani oleh seluruh anggota kelompok tani/petani peserta Gerakan dan diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dan Kepala UPP.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 26

BAB IX PEMBIAYAAN

9.1. Sumber pembiayaan

Pembiayaan untuk pelaksanaan Gerakan tahun 2013 bersumber dari APBN, APBD I, APBD II dan sumber pembiayaan lainnya. Besarnya APBD I dan APBD II yang dialokasikan untuk membiayai Gerakan ini proporsional terhadap sasaran kegiatan masing-masing daerah.

9.2. Pembiayaan yang bersumber dari Perbankan

Untuk membiayai kegiatan pemeliharaan tanaman tahun ke-2 dan seterusnya akan menggunakan dana perbankan melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Untuk pelaksanaan pembiayaan melalui perbankan berpedoman kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/ Permentan/ OT.140/7/2006 tanggal 26 Juli 2006 Tentang Pengembangan Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.06/2006 tanggal 30 November 2006 Tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan.

9.3. Mekanisme pembiayaan

(1) Anggaran Gerakan yang bersumber dari APBN dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan utama di 29 Kabupaten, 5 Provinsi dan Pusat.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 27

(2) Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan di Provinsi dan Kabupaten merupakan Pembiayaan Rutin BA-18 Kementerian Pertanian.

(3) Anggaran yang bersumber dari APBN penggunaannya akan diatur sesuai dengan ketentuan mekanisme yang berlaku.

(4) Anggaran yang bersumber dari APBN digunakan untuk membiayai kegiatan rehabilitasi, pemberdayaan petani, pemanfaatan tenaga pendamping, perbaikan mutu, penguatan dan operasional Substasiun, penguatan dan operasional Laboratorium Lapangan, Sarana Pendukung UPP, pemetaan dan penyusunan data base, pemurnian dan sertifikasi bahan tanam, kerjasama dengan Perguruan Tinggi, fasilitas transportasi dan biaya operasional dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

(5) Anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi digunakan untuk mendukung kegiatan yang belum tertampung sepenuhnya oleh APBN yaitu untuk membiayai kegiatan pemberdayaan petani, sosialisasi peningkatan mutu, sertifikasi kebun petani, biaya operasional untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Gerakan di provinsi, dimana penggunaan dan pertanggung jawabannya dilakukan

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 28

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

(6) Anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten digunakan untuk mendukung pelaksanaan Gerakan di kabupaten, pemberdayaan petani, serta seleksi dan penetapan calon petani/calon lahan (CP/CL), dimana penggunaan dan pertanggung-jawabannya berpedoman pada peraturan yang berlaku.

(7) Anggaran yang bersumber dari Perbankan didasarkan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/OT.140/7/2006 tanggal 26 Juli 2006 tentang Pengembangan Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.06/2006 tanggal 30 November 2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan, digunakan untuk membiayai pemeliharaan tanaman tahun ke-2 dan seterusnya (pupuk, pestisida, alat pertanian kecil, alat pasca panen).

(8) Anggaran yang bersumber dari Swasta digunakan untuk mensosialisasikan perbaikan mutu dimana pertanggungjawabannya dilakukan sendiri oleh swasta sesuai mekanisme yang berlaku di masing-masing perusahaan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 29

BAB X MANAJEMEN PELAKSANAAN

Pelaksanaan Gerakan dilakukan dengan mengacu kepada Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Kelompok sasaran/petani peserta akan mendapat bimbingan teknis dan pengawalan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dan Kabupaten serta petugas UPP.

10.1. Organisasi

Untuk kelancaran pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao disusun organisasi pelaksanaan dari tingkat pusat sampai tingkat lapangan dengan susunan sebagai berikut:

(1) Di Tingkat Pusat penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Menteri Pertanian RI dengan Pelaksana Harian Gerakan adalah Direktur Jenderal Perkebunan.

(2) Di Tingkat Provinsi penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Gubernur dengan Pelaksana Harian adalah Kepala Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan;

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 30

(3) Di Tingkat Kabupaten/Kota penanggung jawab Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao adalah Bupati/Walikota dengan Pelaksana Harian adalah Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang Membidangi Perkebunan;

(4) Di Tingkat Lapangan, pelaksanaan Gerakan dikoordinasikan oleh Unit Pelayanan Pembinaan (UPP);

(5) Di Tingkat kelompok tani, Gerakan dilaksanakan oleh petani peserta; Struktur Organisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana terlampir.

10.2. Pembinaan dan Koordinasi

Pembinaan dan Koordinasi Gerakan dilakukan sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan wewenang masing-masing dengan mekanisme sebagai berikut :

(1) Di Tingkat Pusat, Pembinaan dan Koordinasi dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional untuk Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao yang dibentuk oleh Menteri Pertanian dan diketuai oleh Direktur Jenderal Perkebunan;

(2) Di Tingkat Provinsi Pembinaan dan Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan oleh

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 31

Tim Koordinasi Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur;

(3) Di Tingkat Kabupaten Pembinaan dan Koordinasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Kabupaten yang dibentuk oleh Bupati/Walikota;

(4) Di Tingkat Lapangan Pembinaan dan Koordinasi dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Pembinaan (UPP).

10.3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat yang dilakukan dengan membangun sistem monitoring dan evaluasi secara terpadu yang dapat diakses setiap saat melalui jaringan website dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan Gerakan.

10.4. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dilaksanakan sebagai berikut :

(1) Kepala UPP menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Kepala

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 32

Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan setiap bulan;

(2) Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan berdasarkan laporan dari lapangan kepada Bupati setiap bulan;

(3) Bupati menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan setiap bulan;

(4) Gubernur menyampaikan laporan bulanan pelaksanaan, baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang ada kepada Menteri Pertanian dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 33

BAB XI INDIKATOR KEBERHASILAN

Keberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dapat dilihat dari indikator-indikator yang dicapai pada tahun 2013 sebagai berikut :

(1) Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao seluas 28.280 ha di 5 provinsi, 29 kabupaten sesuai standar teknis;

(2) Meningkatnya mutu biji kakao sesuai standar mutu (SNI) dan beroperasinya unit pengolahan hasil mutu biji kakao di 29 kabupaten;

(3) Meningkatnya kemampuan petani peserta kegiatan rehabilitasi kakao sebanyak 2.828 dalam mengelola kebun kakao sesuai standar teknis;

(4) Pemanfaatan 1.672 orang tenaga pendamping;

(5) Beroperasinya 4 Substasiun penelitian dan kebun percontohan di 4 provinsi;

(6) Beroperasinya 1 Laboratorium Lapangan di 1 provinsi;

(7) Beroperasinya sistem database teknologi budidaya kakao dan sistem monev yang telah dibangun 5 provinsi 29 kabupaten.

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2012 34

BAB XII PENUTUP

Pedoman Umum disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. Hal yang sangat strategis untuk keberhasilan Gerakan ini adalah terkoordinasinya kegiatan dari seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Gerakan.

Dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Teknis, mengacu pada Pedoman Teknis Gerakan.

Jakarta, Januari 2013

35

LAMPIRAN

36

Lampiran 1 Struktur Organisasi Pelaksanaan

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian

Nomor : 1643/Kpts/OT.160/12/2008

Keterangan :

1. : garis komando

2. : garis koordinasi

MENTERI

PERTANIAN

GUBERNUR

BUPATI

DIRJEN

PERKEBUNAN

KEPALA DINAS

PERKEBUNAN

PROPINSI

KELOMPOK

TANI

LITBANG,

PERGURUAN

TINGGI,

SWASTA,

LSM

KEPALA DINAS

PERKEBUNAN

KABUPATEN

UPP

37

Lampiran 2 Daftar Nominatif Kelompok Tani

Nama Kelompok :

Kabupaten :

Kecamatan :

Desa :

Susunan Organisasi

Nama Ketua Kelompok :

Bendahara :

Sekretaris :

No

Nama Petani

Identitas Kebun

Ket. No.

KK

No.

KTP

Foto Luas

Kebun (ha)

Status

kebun

1.

2.

3.

4.

5.

6.

dst

................., ................. 2013

Sekretaris Ketua Kelompok Tani

(.........................) (..........................)

38

Lampiran 3

Surat Pernyataan Petani Peserta Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ......................................................

No. Petani Peserta : ......................................................

Kelompok Tani : ......................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia melaksanakan program Gerakan

Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sesuai dengan petunjuk dan

mentaati peraturan yang telah ditetapkan. Apabila dalam pelaksanaan terjadi

penyimpangan atau ketidaksesuaian dengan aturan maka saya bersedia menanggung

resiko sesuai dengan peraturan yang berlaku.

.................., ............... 2013

Mengetahui,

Kepala Dinas Kabupaten Yang membuat pernyataan

yang membidangi Perkebunan

(............................................) (......................................)

39

Lampiran 4

Rekapitulasi Kebutuhan Kelompok Tani Kegiatan Rehabilitasi

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Dan Mutu Kakao (Tingkat Kecamatan)

Propinsi :

Kabupaten :

Kecamatan :

Kegiatan : Rehabilitasi

No Desa Jmlh

KT

Jml

anggota

Luas

lahan

(ha)

Jenis Bantuan

Ket Entres

(btg)

Pupuk1)

(gr/ltr)

Pestisida2) (gr/ltr)

Bantuan

Upah

Kerja

(Rp)

APK

(unit)

Jml

Cat: 1) Sebutkan jenisnya: Pupuk ………….

2) Sebutkan jenisnya: Pestisida ……….

…………., ………….………2013

Kepala UPP

(……………………….)

40

Lampiran 5

Rekapitulasi Kebutuhan Kelompok Tani Kegiatan Rehabilitasi

Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Dan Mutu Kakao

(Tingkat Kabupaten)

Propinsi :

Kabupaten :

Kegiatan : Rehabilitasi

No Kec

. Desa

Jml

KT

Jml

Anggota

Luas

Lahan

(ha)

Jenis bantuan yang dibutuhkan

Ket Entres

(btg)

Pupuk

(kg/ltr)

Pestisida

(kg/ltr)

Bantuan

Upah

Kerja

(Rp)

Alat

Pertanian

(unit)

Jml

…………., ………….………2013

Mengetahui Petugas Dinas Kabupaten

Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan

yang membidangi perkebunan

(……………………….) (……………………….)

41

Lampiran 6

Rencana Usulan Kegiatan Rehabilitasi

(RUK)

Kelompok Sasaran :

Lokasi Kelompok Sasaran :

Luas Lahan :

Jumlah Anggota :

Kegiatan : Rehabilitasi

Bentuk Bantuan :

No. Jenis Bantuan

Volume

(btg, kg, llt,

unit)

Harga

satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp) Ket

…………., ………….………2013

Mengetahui Petugas Dinas Kabupaten

Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan

yang membidangi perkebunan

(……………………….) (……………………….)

42

Lampiran 7

Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan

Kelompok :.............................

Desa/Kelurahan :.............................

Kecamatan :.............................

Kabupaten/Kota :............................. Provinsi :.............................

................., ................2013

Kepada Yth : Pejabat Pembuat Komitmen

Kab/Kota..............................

Sesuai dengan Surat Keputusan*) ................Nomor...........tanggal............tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan.................dengan ini kami mengajukan permohonan dana bantuan

kepada petani sebesar Rp. ................(terbilang........................................) sesuai Rencana

Usulan Kegiatan (RUK) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut :

No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rupiah)

1 2 3

1

2

3

dst

Menyetujui,

Ketua Kelompok Tani, Kepala UPP,

(..............................) (..............................)

Mengetahui/Menyetujui, Kepala Dinas Kabupaten

Yang membidangi Perkebunan

(........................................)

*) Bupati/Walikota/Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan atau Pejabat yang ditunjuk.

43

Lampiran 8

Daftar Anggota Kelompok Tani Penerima Bantuan

Nama Kelompok :

Provinsi :

Kabupaten :

Kecamatan :

Desa :

No

Nama

NP4

Jenis Bantuan

Tanda

tangan Entres

(btg)

Pestisida

(gr/ltr)

Pupuk

(kg/ltr)

Alat

Pertanian

(unit)

…………., ………….………2013

Kepala UPP Ketua Kelompok Tani

(.........................) (............................)

Mengetahui

Kepala Dinas Kabupaten

yang membidangi perkebunan

(..................................)

44

Lampiran 9 Berita Acara Serah Terima Barang

Nomor :

Pada hari ini ………………tanggal ………bulan……..tahun……..bertempat

di………..dengan alamat …………..telah dilaksanakan Serah Terima Barang

dari…………..kepada Kelompok Tani………….sebagai berikut :

Nama barang :……………………..

Volume : (sebutkan dalam huruf/ satuan).

Spesifikasi : …………………….

……………………

Kondisi : ……………………

Demikian Berita Acara Serah Terima Barang ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

………………, ………………..2013

Yang menyerahkan Yang Menerima,

Ketua Kelompok Tani……

(…………………..) (………………….)

Mengetahui Mengetahui

Kepala Dinas Kabupaten Kepala UPP

yang membidangi perkebunan

(……………………….) (……………………….)

35

Lampiran 10 Berita Acara Serah Terima Barang

Petani Penerima Bantuan

No

Nama Petani

Jenis Bantuan

Tanda

tangan

KET Entres

(Btg)

Pupuk

(kg)

Pestisida

(Ltr)

Alat

Pertanian

(unit)

Uang

Penebangan Batang

Utama

(Rp)

..............., ............... 2013

Mengetahui

Kepala UPP Ketua Kelompok Tani

(....................................) Mengetahui : (......................................)

Kepala Dinas Kabupaten

yang membidangi perkebunan

(..............................................)

Lampiran 11

NO. KEGIATAN 2009 2010 2011 2012 Jumlah

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

1 2 3 4 5 6 7

1 Sulawesi Barat 40.150 43.600 41.850 143.430

Peremajaan 3.950 8.550 7.400 1.200 21.100

Rehabilitasi 22.000 30.250 25.000 7.300 84.550

Intensifikasi 14.200 4.800 9.450 9.330 37.780

2 Sulawesi Selatan 48.900 37.250 54.850 149.800

Peremajaan 4.300 4.200 6.500 1.000 16.000

Rehabilitasi 20.900 27.500 38.250 6.900 93.550

Intensifikasi 23.700 5.550 10.100 900 40.250

3 Sulawesi Tenggara 30.700 27.600 41.600 114.900

Peremajaan 4.000 2.600 5.400 1.400 13.400

Rehabilitasi 11.500 17.000 21.500 12.400 62.400

Intensifikasi 15.200 8.000 14.700 1.200 39.100

4 Sulawesi Tengah 11.050 13.250 16.200 53.700

Peremajaan 2.250 1.750 2.000 1.200 7.200

Rehabilitasi 4.000 5.600 6.800 11.100 27.500

Intensifikasi 4.800 5.900 7.400 900 19.000

5 NTT 3.300 2.900 3.800 10.700

Peremajaan 500 500 500 100 1.600

Rehabilitasi 800 800 900 300 2.800

Intensifikasi 2.000 1.600 2.400 300 6.300

6 Bali 2.800 2.600 2.600 8.300

Peremajaan 1.700 1.700 1.600 - 5.000

Rehabilitasi - - - - -

Intensifikasi 1.100 900 1.000 300 3.300

7 Maluku 3.200 3.000 3.800 10.300

Peremajaan 1.600 1.600 1.800 - 5.000

Rehabilitasi - - - - -

Intensifikasi 1.600 1.400 2.000 300 5.300

8 Papua Barat 1.500 1.600 1.900 5.250

Peremajaan 300 300 400 - 1.000

Rehabilitasi - - - - -

Intensifikasi 1.200 1.300 1.500 250 4.250

9 Papua 3.400 3.200 3.400 10.500

Peremajaan 1.400 1.400 1.800 - 4.600

Rehabilitasi 800 700 700 100 2.300

Intensifikasi 1.200 1.100 900 400 3.600

JUMLAH

Peremajaan 20.000 22.600 27.400 4.900 74.900

Rehabilitasi 60.000 81.850 93.150 39.150 274.150

Intensifikasi 65.000 30.550 49.450 16.930 161.930

TOTAL 145.000 135.000 170.000 60.980 510.980

Rincian Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan

Produksi dan Mutu Kakao

2009 - 2012

Pedoman Umum Gernas Kakao Tahun 2013 46

47

Lampiran 12. LOKASI AREAL GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2009

No PROVINSI/

KABUPATEN

PEREMAJAAN

(Ha)

REHABILITASI

(Ha)

INTENSIFIKASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

I SULSEL

1. Bantaeng 200 500 5.000 5.700

2. Bone 350 2.000 3.000 5.350

3. Soppeng 500 1.500 1.000 3.000

4. Wajo 500 1.500 1.000 3.000

5. Sidrap 200 1.500 1.100 2.800

6. Pinrang 700 2.000 1.000 3.700

7. Enrekang 300 1.000 1.000 2.300

8. Luwu 500 2.000 2.000 4.500

9. Luwu Utara 900 6.900 4.600 12.400

10. Luwu Timur 150 2.000 4.000 6.150

Jumlah Sulsel 4.300 20.900 23.700 48.900

II SULBAR

11. Polewali

Mandar 1.250 7.000 4.000 12.250

12. Mamasa 400 2.000 2.000 4.400

13. Majene 500 3.000 1.000 4.500

14. Mamuju 1.250 8.000 5.000 14.250

15. Mamuju

Utara 550 2.000 2.200 4.750

Jumlah

Sulbar 3.950 22.000 14.200 40.150

III. SULTENG

16. Donggala 300 500 600 1.400

17. Parigi

Moutong 300 500 600 1.400

18. Poso 300 500 600 1.400

19. Morowali 300 500 600 1.400

20. Banggai 300 500 600 1.400

21. Toli - Toli 300 500 600 1.400

48

No

PROVINSI/

KABUPATEN

PEREMAJAAN

(Ha)

REHABILITASI

(Ha)

INTENSIFIKASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

22. Buol 250 500 600 1.350

23. Tojo Una-

una 200 500 600 1.300

Jumlah Sulteng 2.250 4.000 4.800 11.050

IV SULTRA

24. Konawe 500 500 3.000 4.000

25. Kolaka 1.500 5.000 5.200 11.700

26. Kolaka Utara 1.300 4.500 5.000 10.800

27. Konawe

Selatan 400 1.000 1.000 2.400

28. Muna 300 500 1.000 1.800

Jumlah

Sultra 4.000 11.500 15.200 30.700

V NTT

29. Sikka 2500 400 1.000 1.650

30. Ende 2500 400 1.000 1.650

Jumlah NTT 500 800 2.000 3.300

VI BALI

31. Tabanan 1.000 - 700 1.700

32. Jembrana 700 - 400 1.100

Jumlah Bali 1.700 - 1.100 2.800

VII MALUKU

33. SBB 800 - 800 1.600

34. Buru 800 - 800 1.600

Jumlah Maluku 1.600 - 1.600 3.200

VIII PAPUA BARAT

35. Manokwari - - 1.000 1.000

36. Sorong 300 - 200 500

Jumlah Papua

Barat 300 - 1.200 1.500

49

No PROVINSI/

KABUPATEN

PEREMAJAAN

(Ha)

REHABILITASI

(Ha)

INTENSIFIKASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

IX PAPUA

37. Kep.

Yapen 500 200 300 1.000

38. Jayapura 500 200 400 1.100

39. Sarmi 200 200 300 700

40. Keerom 200 200 200 600

Jumlah Papua 1.400 800 1.200 3.400

TOTAL 20.000 60.000 65.000 145.000

50

Lampiran 13. LOKASI AREAL GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI

DAN MUTU KAKAO TAHUN 2010

No PROVINSI/

KABUPATEN

PEREMAJAAN

(Ha)

REHABILITASI

(Ha)

INTENSIFIKASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

I SULSEL

1. Bantaeng - 100 200 300

2. Bone 200 1.099 250 1.549

3. Soppeng 400 1.100 300 1.800

4. Wajo 300 1.000 200 1.500

5. Sidrap 400 1.100 400 1.900

6. Pinrang 400 1.100 400 1.900

7. Enrekang 300 1.000 300 1.600

8. Luwu 400 800 300 1.500

9. Luwu Utara 600 1.300 500 2.400

10. Luwu Timur 300 800 200 1.400

11. Bulukumba 250 750 300 1.300

Jumlah Sulsel 3.550 10.149 3.350 17.049

II SULBAR

12. Polewali

Mandar 900 1.500 400 2.800

13. Mamasa 400 600 200 1.200

14. Majene 400 700 300 1.400

15. Mamuju 900 1.500 600 3.000

16. Mamuju

Utara 600 1.400 500 2.500

Jumlah

Sulbar 3.200 5.700 2.000 10.900

III. SULTENG

17. Donggala 300 331 200 831

18. Parigi

Moutong 900 1.500 400 2.800

19. Poso 200 700 200 1.100

20. Morowali 200 800 500 1.500

21. Banggai 900 1.300 400 2.600

22. Toli - Toli 600 1.100 400 2.100

23. Buol 300 600 250 1.150

24. Tojo Una –

una 300 800 300 1.400

51

No

PROVINSI/

KABUPATEN PEREMAJAAN

(Ha)

REHABILITASI

(Ha)

INTENSIFIKASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

25. Sigi 200 200 200 600

26. Kota Palu - - - -

Jumlah

Sulteng 3.900 7.331 2.850 14.081

IV SULTRA

27. Konawe 300 379 400 1.079

28. Kolaka 700 1.400 500 2.600

29. Kolaka

Utara 300 1.000 300 1.600

30. Konawe

Selatan 300 254 400 954

31. Muna 500 1.200 400 2.100

Jumlah

Sultra 2.100 4.233 2.000 8.333

V NTT

32. Sikka 150 - 250 400

33. Ende 100 250 200 550

34. Flores

Timur 150 - 150 300

Jumlah NTT 400 250 600 1.250

VI BALI

35. Tabanan 150 100 300 550

36. Jembrana 150 100 300 550

Jumlah Bali 300 200 600 1.100

VII MALUKU

37. SBB 100 - 100 200

38. Buru 100 - 200 300

39. Maluku

Tengah 100 - 400 500

Jumlah

Maluku 300 - 700 1.000

VIII PAPUA

BARAT

40. Manokwari - - 200 200

41. Sorong 100 - 200 300

Jumlah Papua

Barat 100 - 400 500

52

No PROVINSI/

KABUPATEN

PEREMAJ

AAN

(Ha)

REHABILIT

ASI

(Ha)

INTENSIFIK

ASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

IX PAPUA

42. Kep. Yapen 100 - 100 200

43. Jayapura 100 - 100 200

44. Sarmi 100 - 100 200

45. Keerom 100 200 100 400

Jumlah Papua 400 200 400 1.000

X KALIMANTAN

BARAT

46. Sanggau 150 100 250 500

47. Bengkayang 150 100 250 500

Jumlah Kalbar 300 200 500 1.000

XI KALIMANTAN

TIMUR

48. Nunukan 100 - 300 400

49. Malinau 100 - 200 300

50. Berau 100 - 250 350

Jumlah Kaltim 300 - 750 1.050

XII GORONTALO

51. Boalemo - - 300 300

52. Pohuwato - 250 250 500

53. Bone Bolango - - 300 300

Jumlah Gorontalo - 250 850 1.100

XIII MALUKU UTARA

54. Halmahera Utara 100 - 250 350

55. Halmahera

Selatan 100 100 300 500

56. Halmahera Barat 100 - 350 450

Jumlah Maluku

Utara 300 100 900 1.300

TOTAL 15.150 28.613 15.900 59.663

53

Lampiran 14. LOKASI AREAL GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSIDAN MUTU KAKAO TAHUN 2011

No PROVINSI/KABUPATEN

PEREMAJA

AN

(Ha)

REHABILI

TASI

(Ha)

INTENSIFI

KASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

I

SULSEL

1 2

3

4

5 6

7

8

9 10

11

12

Bantaeng Bone

Soppeng

Wajo

SidenrengRappang Pinrang

Enrekang

Luwu

Luwu Utara LuwuTimur

Bulukumba

Sinjai

- 700

1.100

1.100

700 700

700

1.500

1.500 1.500

800

500

100 1.000

2.300

2.600

1.100 1.000

1.000

2.700

2.700 2.700

800

500

250 1.000

1.000

1.300

1.000 900

700

1.200

1.200 1.200

900

900

350 2.700

4.400

5.000

2.800 2.600

2.400

5.400

5.400 5.400

2.500

1.900

JumlahSulsel 10.800 18.500 11.550 40.850

II SULAWESI BARAT

13

14 15

16

17

PolewaliMandar

Mamasa Majene

Mamuju

Mamuju Utara

3.000

1.200 800

3.000

2.500

5.200

1.000 1.600

5.200

5.200

2.600

1.900 2.100

2.600

2.400

10.800

4.100 4.500

10.800

10.100

JumlahSulbar 10.500 18.200 11.600 40.300

III SULAWESI TENGAH

18 19

20

21

22 23

24

25

26 27

Donggala ParigiMoutong

Poso

Morowali

Banggai Toli-Toli

Buol

TojaUnu-Una

Sigi Kota Palu

1.100 1.000

400

500

800 500

200

700

1.100 -

1.200 2.400

1.100

1.050

2.100 800

700

1.000

1.000 -

400 550

400

400

400 400

400

400

400 -

2.700 3.950

1.900

1.950

3.300 1.700

1.300

2.100

2.500 -

JumlahSulteng 6.300 11.350 3.750 21.400

54

No PROVINSI/KABUPATEN

PEREMAJA

AN

(Ha)

REHABILI

TASI

(Ha)

INTENSIFI

KASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

IV

SULAWESI

TENGGARA

28

29 30

31

32

33

Konawe

Kolaka Kolaka Utara

Konawe Selatan

Muna

Bombana

1.500

2.200 1.900

1.600

1.600

1.200

2.500

5.000 4.500

2.400

3.000

2.400

1.400

1.400 1.400

1.400

1.400

1.400

5.400

8.600 7.800

5.400

6.000

5.000

JumlahSultra 10.000 19.800 8.400 38.200

V NTT

34 35

36

Sikka Ende

Flores Timur

200 300

300

100 800

100

300 650

850

600 1.750

1.250

Jumlah NTT 800 1.000 1.800 3.600

VI BALI

37

38

39

Tabanan

Jembrana

Gianyar

300

300

100

-

-

-

600

600

100

900

900

200

Jumlah Bali 700 - 1.300 2.000

VII MALUKU

40 41

42

SeramBagian Barat Buru

Maluku Tengah

100 100

100

- -

-

400 400

400

500 500

500

Jumlah Maluku 300 - 1.200 1.500

VIII

PAPUA BARAT

43

44

Manokwari

Sorong

100

-

-

-

400

200

500

200

Jumlah Papua Barat 100 - 600 700

IX PAPUA 45

46

47

48

KepulauanYapen

Jayapura

Sarmi

Keerom

100

100

200

100

-

-

100

100

100

200

200

200

200

300

500

400

Jumlah Papua 500 200 700 1.400

55

No PROVINSI/KABUPATEN

PEREMAJA

AN

(Ha)

REHABILI

TASI

(Ha)

INTENSIFI

KASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

X KALIMANTAN BARAT

49

50 51

Sanggau

Bengkayang Singkawang

800

300 500

-

- -

200

- -

1.000

300 500

JumlahKalbar 1.600 - 200 1.800

XI

KALIMANTAN TIMUR

52

53

54

Nunukan

Malinau

Berau

300

100

300

-

-

250

800

400

550

1.100

500

1.100

JumlahKaltim 700 250 1.750 2.700

XII GORONTALO

55

56 57

Boalemo

Pohuwato Bone Bolango

100

200 250

100

600 100

500

400 400

700

1.200 750

JumlahGorontalo 550 800 1.300 2.650

XIII MALUKU UTARA

58

59

60

61

Halmahera Utara

Halmahera Selatan

Halmahera Barat

Kep. Sula

300

400

300

400

-

-

-

-

600

800

400

500

900

1.200

700

900

JumlahMalut 1.400 - 2.300 3.700

XIV SULAWESI UTARA

62 63

BolaangMongondow

BolaangMongondo

w Utara

150 150

- -

500 600

650 750

JumlahSulut 300 - 1.100 1.400

XV NTB

64

65

Lombok Utara

Lombok Timur

250

150

-

-

600

500

850

650

Jumlah NTB 400 - 1.100 1.500

XVI SUMATERA BARAT

66

67 68

69

70

Agam

Tanah Datar Padang Pariaman

Pasaman

Pasamanbarat

150

300 200

100

250

100

100 500

200

500

500

600 600

600

700

750

1.000 1.300

900

1.450

JumlahSumbar 1.000 1.400 3.000 5.400

56

No PROVINSI/KABUPATEN

PEREMAJA

AN

(Ha)

REHABILIT

ASI

(Ha)

INTENSIFIK

ASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

XVII ACEH

71

72 73

74

Pidie

Pidie Raya Aceh Timur

Aceh Utara

200

200 200

200

-

- -

-

600

600 600

600

800

800 800

800

JumlahACEH 800 - 2.400 3.200

XVIII

SUMATERA UTARA

75

76

77 78

Asahan

Deli Serdang

Mandailing Natal Tapanuli Selatan

200

200

200 200

-

-

- -

500

500

500 500

700

700

700 700

JumlahSumut 800 - 2.000 2.800

XIX BENGKULU 79

80

Kepahiang

Bengkulu Utara

-

-

200

200

700

600

900

800

Jumlah Bengkulu - 400 1.300 1.700

XX LAMPUNG

81

82

83 84

Lampung Timur

Tanggamus

Pesawaran Pringsewu

100

100

100 100

200

200

200 200

300

300

300 200

600

600

600 500

Jumlah Lampung 400 800 1.100 2.300

XXI JAWA TIMUR 85

86

87

88

Madiun

Pacitan

Trenggalek

Ngawi

200

100

100

100

300

300

300

-

600

400

400

250

1.100

800

800

350

JumlahJawaTimur 500 900 1.650 3.050

XXII BANTEN

89 90

91

Lebak Serang

Pandeglang

150 -

150

300 100

200

400 200

300

850 300

650

JumlahBanten 300 600 900 1.800

57

No PROVINSI/KABUPATEN

PEREMAJA

AN

(Ha)

REHABILI

TASI

(Ha)

INTENSIFI

KASI

(Ha)

TOTAL

(Ha)

JAWA BARAT 92

93

Ciamis

Sukabumi

150

100

-

-

500

100

650

200

JumlahJawa Barat 250 - 600 850

XXIV JAWA TENGAH

94

95

96

Batang

Wonogiri

Tegal

100

100

100

-

-

-

200

300

200

300

400

300

JumlahJawa Tengah 300 - 700 1.000

XXV

DI Yogyakarta

97 98

Kulonprogo GunungKidul

100 100

- -

300 200

400 300

Jumlah DIY 200 - 500 700

TOTAL 49.500 74.200 62.800 186.500

58

Lampiran 15. LOKASI AREAL GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2012

No PROVINSI/

KABUPATEN PEREMAJAAN

(Ha) REHABILITASI

(Ha) INTENSIFIKASI

(Ha) TOTAL (Ha)

I SULSEL

1. Bone - 1.000 100 1.100

2. Soppeng 300 1.000 200 1.500

3. Wajo - 800 100 900

4. Pinrang - 1.000 - 1.000

5. Enrekang - 700 100 800

6. Luwu 300 1.000 100 1.400

7. Luwu Utara 200 1.000 100 1.300

8. Bulukumba 200 400 200 800

Jumlah Sulsel 1.000 6.900 900 8.800

II SULBAR

9. Polewali Mandar

200 1.800 2.400 4.400

10. Mamasa 100 - 1.900 2000

11. Majene 200 400 1.130 1.730

12. Mamuju 400 2.700 2.700 5.800

13. Mamuju Utara

300 2.400 1.200 3.900

Jumlah

Sulbar 1.200 7.300 9.330 17.830

III. SULTENG

14. Donggala - 1.200 100 1.300

15. Parigi Moutong

400 3.000 100 3.500

16. Poso 100 900 100 1.100

17. Toli - Toli 400 3.000 200 3.600

18. Buol - 400 100 500

19. Tojo Una – una

300 2.100 200 2.600

20. Sigi - 500 100 600

21. Kota Palu - - - -

Jumlah Sulteng

1.200 11.100 900 13.200

59

No PROVINSI/

KABUPATEN PEREMAJAAN

(Ha) REHABILITASI

(Ha) INTENSIFIKASI

(Ha) TOTAL (Ha)

IV SULTRA

22. Konawe 400 2.000 200 2.600

23. Kolaka 300 2.200 200 2.700

24. Kolaka Utara

200 2.300 200 2.700

25. Konawe Selatan

300 2.200 200 2.700

26. Muna - 1.600 100 1.700

27. Bombana 200 2.100 300 2.600

Jumlah Sultra

1.400 12.400 1.200 15.000

V NTT

28. Sikka - 200 200 400

29. Ende 100 100 100 300

Jumlah NTT 100 300 300 700

VI BALI

30. Tabanan - - 100 100

31. Jembrana - - 100 100

32. Gianyar - - 100 100

Jumlah Bali - - 300 300

VII MALUKU

33. SBB - - 150 150

34. Buru - - 150 150

Jumlah Maluku

- - 300 300

VIII PAPUA BARAT

35. Manokwari - - 250 250

Jumlah Papua Barat

- - 250 250

60

No PROVINSI/

KABUPATEN PEREMAJAAN

(Ha) REHABILITASI

(Ha) INTENSIFIKASI

(Ha) TOTAL (Ha)

IX PAPUA

36. Jayapura - - 200 200

37. Keerom - 100 200 300

Jumlah Papua - 100 400 500

X KALIMANTAN BARAT

38. Sanggau - 250 - 250

39. Bengkayang - 150 - 250

40. Singkawang - 150 - 150

Jumlah Kalbar

- 650 - 650

XI KALIMANTAN TIMUR

41. Nunukan - - 300 300

42. Berau - 100 200 300

Jumlah Kaltim - 100 500 600

XII GORONTALO

43. Gorontalo - - 300 300

44. Pohuwato - 300 200 500

Jumlah Gorontalo

- 300 500 600

XIII MALUKU UTARA

45. Halmahera

Utara - - 400 400

46. Halmahera

Selatan - - 300 300

47. Halmahera

Barat - - 400 400

48. Kep. Sula - - 150 150

Jumlah Maluku

Utara - - 1.250 1.250

61

No PROVINSI/

KABUPATEN PEREMAJAAN

(Ha) REHABILITASI

(Ha) INTENSIFIKASI

(Ha) TOTAL (Ha)

XIV SULAWESI

UTARA

49. Bolaang

Mongondow - - 400 400

50. Bolaang

Mongondow Utara

- - 400 400

Jumlah Sulawesi Utara

- - 800 800

TOTAL 4.900 39.150 16.930 60.980

62

Lampiran 16. Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013

No Provinsi No Kabupaten Luas (Ha)

1. Sulsel (6.930 Ha)

1. 2.

Bone Soppeng

500 700

3. Luwu 1.630

4. Luwu Utara 1.000

5. Luwu Timur 2.000

6. Bulukumba 400

7. Sinjai 600

2. Sulbar 8. Polewali Mandar 500 (5.100 Ha) 9. Mamasa 2.000

10. Majene 500

11. Mamuju 1.100

12. Mamuju Utara 1.000

3. Sulteng 13. Donggala 950 (8.550 Ha) 14. Parigi Moutong 600

15. Poso 1.000

16. Morowali 750

16. Toli-toli 2.250

17. Buol 1.000

18. Sigi 2.000

63

Lanjutan…

No Provinsi No Kabupaten Luas (Ha)

4. Sultra 19. Konawe 3.400 (7.400 Ha) 20. Kolaka 100

21. Kolaka Utara 100

22. Konawe Selatan

3.400

Konawe Utara 100

23. 24.

Bombana Buton

100 100

25. Buton Utara 100

5. NTT 26. Sikka 200 (300 Ha) 27. Ende 100

TOTAL 28.280