PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA...
Transcript of PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA...
1
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN
MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta,
Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Durrah Nafisah
NIM 107013000945
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
2
ABSTRAK
DURRAH NAFISAH, 107013000945; Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik
pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD). Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-
Syafi‟iyah 01 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
cerpen dan unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01
Jakarta melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD). Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau
action research.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi,
catatan lapangan, jurnal siswa, foto, dan pelaksanaan tes unsur intrinsik pada
cerpen di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan satu siklus, yang
terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu:
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MA As-Syafi‟iyah
01 Jakarta Selatan, pada siswa kelas X yang berjumlah 25 siswa, Tahun Ajaran
2011/2012.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata
pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif
tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pada saat pretest nilai rata-rata
siswa sebesar 61,80, sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata siswa sebesar
77,40 (> nilai SKBM 65). Peningkatan juga terjadi terhadap antusiasme dan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, tanggung jawab, dan kerja sama
pada kelompok maupun pribadi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru.
Kata kunci: Unsur Intrinsik pada Cerpen, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
dan Hasil Belajar.
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT
berikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya yang setia.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk,
bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa‟i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Ibu Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen
di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
5. Chairil Gibran Ramadhan. Makasih Bang atas kepercayaan dan cerpen-
cerpennya yang menarik!
6. Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah MA As-Syafi‟iyah
01 Jakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk
melaksanakan penelitian.
4
7. Bapak Muhammad Idrus, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia MA As-
Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang telah membantu penulis dalam mengambil data.
8. Guru dan karyawan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Terima kasih atas doanya.
9. Seluruh siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah, yang telah setia menerima
pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
10. Teman-teman seperjuanganku, PBSI Angkatan 2007, khususnya untuk kelas
B. Terima kasih atas saran dan informasinya.
11. Teman-teman kosanku: Selly, Nurul, Sheila, Fitri, Mbak Ruroh, Mbak Isna,
dan Nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya.
12. Teman-teman Initiative of Change (IofC) Indonesia. Thank‟s for your
attention and your support, Guys!
13. Untuk keluargaku tercinta: Umi, Ayah, Kak Rara, Mas Rio, dan Rafa.
Dengan doa dan cinta kasih dari kalian penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
14. Teristimewa untuk Q Naf‟an Alfatih. Terima kasih untuk doa, motivasi, dan
sarannya.
Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah
memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Penulis,
Durrah Nafisah
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 5
DAFTAR TABEL 10
DAFTAR GAMBAR 11
DAFTAR LAMPIRAN 12
BAB I PENDAHULUAN 14
A. Latar Belakang Masalah 14
B. Identifikasi Masalah 16
C. Batasan dan Rumusan Masalah 16
D. Tujuan Penelitian 17
E. Manfaat Penelitian 17
BAB II KAJIAN TEORI 19
A. Membaca 19
1. Pengertian Membaca 19
2. Tujuan Membaca 20
3. Jenis-Jenis Membaca 21
4. Membaca Pemahaman 21
B. Cerita Pendek 23
1. Hakikat Cerita Pendek 23
2. Ciri-ciri Cerita Pendek 23
6
3. Unsur Intrinsik Cerpen 24
a. Tema 25
b. Plot/ Alur 25
c. Penokohan dan Perwatakan 26
d. Latar (Setting) 27
e. Sudut Pandang 28
f. Gaya Bahasa 29
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 35
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 35
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 36
3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif 38
4. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif 39
5. Student Teams Achievement Division (STAD) 39
6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 40
D. Kerangka Berpikir 40
E. Bahasan dan Hasil Penelitian yang Relevan 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian 43
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan 43
C. Subjek/ Partisipan dalam Penelitian 44
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 44
7
E. Tahapan Intervensi Tindakan 44
1. Perencanaan Tindakan 45
2. Pelaksanaan Tindakan 45
3. Pengamatan 46
4. Refleksi 46
F. Hasil Intervensi Tindakan 46
G. Data dan Sumber Data 47
H. Instrumen dan Pengumpulan Data 47
1. Tes Kemampuan 47
2. Lembar Observasi 48
3. Jurnal Siswa 48
4. Catatan Lapangan 48
5. Dokumentasi 49
I. Teknik Pngumpulan Data 49
1. Tingkat Kesukaran Soal 49
2. Uji Validitas 50
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi 51
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 52
1. Uji Hipotesis 52
2. Analisis Data 53
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan 54
M. Pengajuan Hipotesis 54
8
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 56
A. Deskripsi Data Sekolah 56
1. Sejarah dan Profil Sekolah 56
2. Visi 57
3. Misi 57
4. Tujuan 57
5. Keadaan Guru 59
6. Jumlah Siswa 60
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan 61
1. Deskripsi Perencanaan Tindakan 61
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 63
a. Pertemuan Pertama 63
b. Pertemuan Kedua 69
3. Pemeriksaan Keabsahan Data 74
a. Uji Hipotesis 74
4. Deskripsi dan Hasil Analisis Data 78
a. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman
Unsur Intrinsik pada Cerpen 78
b. Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman
Unsur Intrinsik pada Cerpen 80
c. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal
Pretest 84
9
d. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal
Posttest 84
5. Interpretasi Hasil Analisis 86
6. Pembahasan Temuan Penelitian 87
a. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran 87
b. Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam
Pembelajaran 89
c. Deskripsi dan Hasil Analisis Catatan Lapangan dalam
Pembelajaran 91
d. Deskripsi Jurnal Siswa 92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 93
A. SIMPULAN 93
B. SARAN 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional 36
Tabel 2 : Klasifikasi Indeks Kesukaran 50
Tabel 3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan MA AS-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun
Ajaran 2011/ 2012 59
Tabel 4 : Jumlah Siswa/i MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012
60
Tabel 5 : Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 69
Tabel 6 : Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua
71
Tabel 7 : Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 73
Tabel 8 : Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat Pretest dan Posttest
75
Tabel 9 : Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 78
Tabel 10 : Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen 81
Tabel 11 : Nilai minimal, Maksimal, Rata-Rata, Variansi, dan Simpangan Baku
Pretest dan Posttest 84
Tabel 12 : Indeks Kesukaran Soal Pretest 84
Tabel 13 : Indeks Kesukaran Soal Posttest 85
Tabel 14 : Hasil Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 87
Tabel 15 : Hasil Rata-Rata Aktivitas Guru dalam Pembelajaran 90
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Jenis-Jenis Membaca 21
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas 45
Gambar 3 : Struktur Organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta 58
Gambar 4 : Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah 63
Gambar 5 : Keadaan Siswa setelah Dibagi per Kelompok 66
Gambar 6 : Kegiatan Belajar dan Mengajar 67
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2. Materi Pembelajaran
3. Soal Pretest
4. Soal Posttest
5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
6. Penilaian Siswa terhadap Guru
7. Catatan Lapangan
8. Jurnal Siswa
9. Cerpen Pretest
10. Cerpen Posttest
11. Daftar Nama Siswa MA As-Syafi‟iyah Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01
Jakarta
12. Soal Pretest Nilai Tertinggi
13. Soal Pretest Nilai Terendah
14. Soal Posttest Nilai Tertinggi
15. Soal Posttest Nilai Terendah
16. Tugas Kelompok Siswa
17. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Pertama
18. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua
19. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan
Pertama
13
20. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Kedua
21. Jurnal Siswa pada Pertemuan Pertama
22. Jurnal Siswa pada Pertemuan Kedua
23. Catatan Lapangan
24. Sejarah dan Profil Sekolah
25. Distribusi Uji Validitas Soal Pretest
26. Distribusi Uji Validitas Soal Posttest
27. Surat Bimbingan Skripsi
28. Foto Kegiatan
29. Rencana Penetapan SKBM
30. Surat Keterangan Penelitian
31. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi.
Komunikasi adalah proses pengiriman atau penerimaan informasi atau
pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dimengerti. Salah satu cara agar pesan yang
dimaksud dapat dimengerti adalah dengan menggunakan bahasa yang
sama.
Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa
komunikasi bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Sumpah
Pemuda butir ketiga yang berbunyi:
“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia”.
Begitu pula dengan Undang-Undang Kebahasaan Pasal 2 yang
menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Tak heran apabila mata pelajaran Bahasa
Indonesia kemudian diberikan sejak masih di bangku Sekolah Dasar (SD)
hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan mampu menguasai,
memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa,
seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Sastra Indonesia juga merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa
Indonesia. Meski porsi pembelajaran sastra lebih sedikit, masih ditemukan
materi puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan
adalah cerpen, karena cerpen merupakan salah satu genre prosa yang
populer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa
tentang cerpen, mereka masih bingung tentang perbedaan antara amanat
dan tema dari suatu cerpen bahkan ada pula yang tidak mengerti tentang
unsur intrinsik cerpen padahal mereka sudah diajarkan oleh guru. Hal
15
tersebut mungkin disebabkan karena guru yang menyampaikan
pembelajarannya secara monoton sehingga pembelajaran Bahasa
Indonesia cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa. Pada
akhirnya, hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa untuk pembelajaran
cerpen kurang memuaskan.
Sebenarnya masalah seperti di atas bisa diatasi dengan menjadi
guru kreatif, yaitu guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa
adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah. Guru
kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya dan selalu
memperbaiki dirinya sendiri dengan berbagai penelitian tindakan kelas,
mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga
hasilnya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun guru-guru yang
lain.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini diawali
dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa
bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang
dibentuk secara heterogen (berbeda intelegensi, sosial, dan suku). Setelah
kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan
kuis/tes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus
bekerja secara individu. Setelah kuis, dilakukan skor, yaitu skor
perkembangan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian
penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata-
rata skor perkembangan siswa dalam kelompok. Ide utama dari metode
kooperatif tipe STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan
untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan
atau pengetahuan yang disajikan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul
“Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.
16
Penerapan metode ini sebagai upaya peningkatan pemahaman unsur
intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya.
2. Proses pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan
menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division).
3. Apakah penggunaan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
unsur intrinsik cerpen?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian perlu
dibatasi. Adapun masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) untuk materi unsur intrinsik pada cerpen untuk kelas X
tingkat Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) agar meningkatkan
hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk
siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta?
17
b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas X MA As-
Syafi‟iyah 01 Jakarta dengan metode kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division)?
D. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
2. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode
kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis
maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut akan
dijelaskan berikut ini:
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk pengajaran
unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode
kooperatif tipe STAD.
b. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak
sekolah yang berkepentingan.
c. Untuk menambah khasanah tentang konsep metode
kooperatif tipe STAD dan aspek-aspek lain yang berkaitan
dengan peningkatan pemahaman siswa tentang unsur
intrinsik pada cerpen.
18
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai khazanah atau pengayaan berbagai metode dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi Guru
Sebagai masukan adanya variasi strategi pembelajaran dan
lebih terarah dalam membimbing kegiatan siswa secara
bertahap.
c. Bagi Siswa
Adanya variasi pembelajaran yang mengarahkan siswa
menjadi lebih proaktif, kreatif, dan menarik minat serta
termotivasi belajar dalam memahami unsur intrinsik pada
cerpen.
d. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam meneliti dan memahami
berbagai konsep tentang variasi metode dan pendekatan
dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik pada
cerpen.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Membaca
Menurut Christine Nuttel “Reading is (a) understand, interpret,
meaning, sense, etc., (b) decode, decipher, identify, etc., (c) articulate,
speak, pronounce, etc”.1 Membaca adalah salah satu bagian dari empat
keterampilan berbahasa. Meskipun tidak menghasilkan bahasa, seperti
halnya berbicara dan mengarang, membaca termasuk salah satu dari empat
bagian pengajaran bahasa yang amat penting.2 Dalam hal ini akan
dijelaskan pengertian membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan
membaca, serta jenis-jenisnya.
1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat
dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses merekam
dan penguraian (a recording and decoding process), berlainan
dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian
(encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
1 Nida Husna, Step by Step to Reading Skills (Step 1, First Edition), (Jakarta: English
Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training), h. 4
2 Eman A. Rahman dan Sudarno, Kemampuan Berbahasa Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta:
PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 95
20
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan
tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.3
Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
aktivitas yang melibatkan indra penglihatan, ingatan, kecerdasan,
dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan
penulis melalui lambang-lambang.
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna
bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan
maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan
membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut.
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for
main ideas).
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,organisasi
cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading for inference).
e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to
evaluate).
3 Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1979), Cet. Ke-1, h. 7
21
g. Membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare or contrast).4
3. Jenis Membaca
Berikut ini adalah gambar tentang jenis membaca. Namun peneliti
hanya menjelaskan tentang membaca pemahaman.
Membaca Nyaring Membaca Survei
Membaca Membaca Ekstensif Membaca Sekilas
Membaca dalam Hati Membaca Dangkal Membaca Teliti
Membaca Telaah Isi Membaca Pemahaman
Membaca Kritis
Membaca Intensif Membaca Ide-Ide
Membaca Telaah Membaca Bahasa
Bahasa Membaca Sastra
Gambar 1
Jenis-Jenis Membaca
4. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah
salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya
untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca
pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan
pada indah, cepat atau lambatnya membaca.
4Ibid., h. 9-10
22
Membaca merupakan proses berpikir untuk dapat
memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus
memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses
asosiasi dan eksperimental, kemudian membuat kesimpulan
dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi
bacaan.
Pengajaran membaca pemahaman merupakan pengajaran
yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran
ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan
siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca
pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa
tidak saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya,
melainkan juga mampu bernalar, berkreativitas, dan
penghayatannya tentang nilai-nilai moral. Namun semua itu
bergantung pada guru yang menyelenggarakan proses belajar
mengajar di kelas.
Melalui pengajaran membaca pemahaman membuka „dunia
baru‟ bagi siswa, yaitu dunia buku dan dunia pengetahuan. Selain
itu melalui pengajaran membaca pemahaman, guru juga
memberikan kepada siswa kemungkinan untuk menjelajahi dunia
pengetahuan yang sangat luas. Peranan ini akan bertambah besar
karena di masa depan sebagian besar informasi disampaikan
melalui tulisan.5
5 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2008), Cet. Ke-1, h. 80
23
B. Cerita Pendek
1. Hakikat Cerita Pendek
Menurut Dictionary of the English Language, “A short
piece of prose fiction, having few characters and aiming at unity of
effect”.6 Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim
cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak
dilihat panjang pendeknya halaman atau pun kata-kata yang
dikandungnya. Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang
kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek
adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian
apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia.
Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan warung
bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di
warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu
peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah
seorang atau beberapa orang di warung itu.7
2. Ciri-Ciri Cerita Pendek.
Ciri-ciri cerita pendek yaitu:
a. Penyampaian cerita secara singkat dan padat.
b. Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya
mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai
klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.
c. Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika.
6 The American Heritage, Short Story, http://www.thefreedictionary.com/short+story, 20
Oktober 2011, Pukul 09:52 WIB.
7 Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI
PRESS, 2007), Cet. Ke-1, h. 37
24
d. Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam
waktu singkat.
e. Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis.
f. Adanya kebulatan kisah (cerita).
g. Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan
menarik perhatian.
h. Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang
tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
i. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran
pembaca.
j. Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan
yang menguasai jalan cerita.
k. Cerita pendek bergantung pada satu situasi.
l. Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita
berkembang dengan memusat. Alur cerita berpusat pada
peristiwa yang memberi rangsangan pada pembaca.8
3. Unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan suatu karya. Namun untuk pembahasan
teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai dengan judul
penelitian.
8 Ibid., h. 37
25
Unsur intrinsik cerpen meliputi:
a. Tema
Menurut M. H. Abrams “Theme is sometimes used
intechangeably with „motif‟, but the term is more usefully
applied to a general concept or doctrine, whether implicit
or asserted, which an imaginative works is designed to
incorporate and make persuasive to the reader”.9 Kata
tema seringkali disamakan dengan pengertian topik.
Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang
berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema
merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam fiksi. Tema sering juga disebut ide
atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran
pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita.
b. Plot/ Alur
Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan
cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa
yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur yaitu:
1) Perkenalan
2) Pertikaian
3) Perumitan
4) Klimaks/ puncak
5) Peleraian
6) Akhir
9 M. H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (Boston: Thomson Learning), Cet. Ke-7,
h. 170)
26
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun
seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke
peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari
akhir menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena
kedudukan unsur intrinsik inilah, maka ada yang disebut
alur maju, mundur, dan alur maju mundur.
Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka
ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar
adalah jika sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak
dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Sedangkan
alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan
mengganggu keutuhan cerita 10
c. Penokohan dan Perwatakan
Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah
satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat
penting dan bahkan menentukan. Karena tidak akan
mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang
diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang
akhirnya membentuk alur cerita.11
Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian.
10
Ibid., h. 46
11 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), Cet. Ke-1, h. 36
27
2) Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan
tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak
langsung.
d. Latar (Setting)
Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai
berikut.
1) Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat
yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu.
3) Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
28
lingkungan cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup,
cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.12
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca.
Pembedaan sudut pandang akan dikemukakan berikut
berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang,
yaitu:
1) Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang
yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-
tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti: ia,
dia, dan mereka.
Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua
golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan
keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu
pihak pengarang dapat bebas menceritakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia” jadi
bersifat mahatahu. Di pihak lain ia mempunyai
12
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press,
1998), Cet. 2, h. 227-237
29
keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”, jadi
bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
2) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
pandang persona pertama narator adalah seseorang yang
ikut terlibat dalam cerita.
Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke
dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan
si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki
peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya
menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan
protagonis atau berlaku sebagai saksi.
3) Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita
mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat
berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain
untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu
tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang,
bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi
tercapainya efektivitas
Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari
variasi penceritaan agar memberikan kesan lain.13
f. Gaya Bahasa
Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
13
Ibid., h. 256-266
30
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).14
1) Gaya Bahasa Penegasan
a) Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.
Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada;
jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di
luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti
emas.
b) Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan paduan kata-kata yang artinya
bertentangan.
Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok
tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.
c) Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama
makin rendah tingkatannya.
Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya,
dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit
keturunan itu.
d) Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama
makin tinggi tingkatannya.
Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota,
sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan
meriah.
e) Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata tertentu untuk menggantikan nama
14
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008),
Cet. Ke-18, h. 113
31
seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang
menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di
halaman rumah Si Jangkung.
f) Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan
pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama
atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan.
Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena
kurang mampu mengikuti pelajaran.
g) Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan
keadaan yang sebenarnya.
Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa.
h) Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan
sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan
dengan suatu benda untuk menyebut benda yang
dimaksud.
Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
i) Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti
yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di
bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian
akhir disebut epifora.
Contoh:
Anafora Epifora
Sunyi itu duka Cintaku untukmu
Sunyi itu kudus Sayangku untukmu
Sunyi itu lupa Hidupku untukmu
j) Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu
32
karena artinya sudah terkandung dalam kata
sebelumnya.
Contoh: Benar! Saya melihat dengan mata kepala
saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu.
k) Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan
menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang
daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan
ketika sang surya merekah di ufuk timur.
l) Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang
mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam
suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam
pidato atau karangan berbentuk prosa.
Contoh: Harapan kita memang demikian, dan
demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali
merdeka, tetap merdeka!
m) Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak
bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak
membutuhkan jawaban.
Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal
kesehatan?
n) Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua,
yaitu:
(1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian untuk menyatakan
keseluruhan.
Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran
Rp 10.000,00
(2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang
menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian.
33
Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam
final Piala Dunia
o) Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu
kalimat.
Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
2) Gaya Bahasa Perbandingan
a) Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan
persamaannya secara menyeluruh.
Contoh: Kami semua berdoa, semoga dalam
mengarungi samudera kehidupan ini, kamu berdua
akan sanggup menghadapi badai dan gelombang.
b) Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang
menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat
keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-
kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud
untuk merendahkan diri.
Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat
uang untuk membeli barang semahal itu?
c) Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan
persamaannya.
Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar
menghadapi musuh.
d) Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan
benda-benda mati atau benda-benda hidup selain
manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan
berperilaku seperti manusia.
Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi
hari.
34
e) Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
menggunakan kata-kata pembanding (seperti,
laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga
pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa
garam.
f) Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan
lambang-lambang atau simbol-simbol untuk
menyatakan sesuatu.
Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon!
3) Gaya Bahasa Pertentangan
a) Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung
uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan
sejarah atau zaman tertentu.
Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur
pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak
menengah.
b) Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan
terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang
kemudian.
Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang
berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar.
c) Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua
pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu
kalimat.
Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi
yang penuh berisi.
4) Gaya Bahasa Sindiran
a) Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang
menggunakan pernyataan yang mengecilkan
kenyataan sebenarnya.
35
Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit
korupsi.
b) Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang
menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya
dengan maksud si pembicara.
Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit).
c) Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang
menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya
bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.
Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi,
Monyet!
d) Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih
kasar.
Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak
menyisih sedikit!15
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.
Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk
kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai
mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan
karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa
yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan
15
Tim Penyusun Naskah BTA, Penuntun US/UN dan SPMB 2007: Teori dan Soal
Bahasa Indonesia, (Jakarta: BTA PRESS, 2007), Cet.1, h. 36-38
36
pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif
agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.16
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar
kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai
tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua
anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya
dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai
latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
16
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-2, h. 188
37
Tabel 1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional.
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik hasil
belajar para anggotanya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok, sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
Pimpinan kelompok sering
ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih
pimpinannya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak
38
dalam kerja gotong-royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
17
3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa elemen
yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif.
b. Interaksi tatap muka.
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010),
Cet.3, h. 57-59
39
c. Akuntabilitas individual.
d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau
keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.18
4. Jenis-Jenis Kaidah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Moh. Arif dan Rosnaini (2000) terdapat berbagai strategi
bagi melaksanakan proses pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
b. Team-Games-Tournament (TGT)
c. Jigsaw
d. Teams Accelerated Instruction (TAI)
e. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)19
5. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil. Dengan jumlah anggota pada setiap kelompoknya
4-5 orang siswa yang dipilih secara heterogen. Pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ini diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
18
Wena, op.cit., h. 190
19 Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), Cet. Ke-1, h. 34
40
6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD)
Langkah-langkahnya:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,
dll).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah
mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti.20
D. Kerangka Berpikir
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan bahasa,
penggunaan bahasa dikemas dalam empat aspek keterampilan, yakni
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. Empat aspek tersebut saling berkaitan satu
sama lain.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini muncul
dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman
sekelompoknya. Langkah pertama, guru membagi siswa ke dalam
20
Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2, h. 133
41
beberapa kelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang. Kelompok tersebut
dibuat secara heterogen (berbeda suku, status sosial, dan intelegensi).
Kedua, guru menerangkan materi yang akan disampaikan, yakni tentang
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, kemudian guru memberikan
tugas. Apabila masih ada siswa di dalam suatu kelompok yang kurang
memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa yang pandai
harus menerangkan kembali kepada teman sekelompoknya.
Kegiatan belajar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan dan pemahaman dari materi yang telah disajikan
guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan
belajar.
E. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) ini telah banyak dilakukan dan
diujicobakan dalam banyak pelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Ruslah (106013000317), mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam
skripsinya “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan
Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22
Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Penelitian yang dilakukan oleh
Ruslah menekankan bagaimana teknik metode kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan gaya bahasa.
Hasilnya memuaskan.21
21
Ruslah, Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi
42
Begitu pula yang dilakukan oleh Titi Rosdiana (2115031227),
mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri
Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Kemampuan Membacakan
Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan
Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement
Division (STAD)”. Hasilnya pun memuaskan.22
Penelitian dengan metode yang sama juga dilakukan oleh Warto,
mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas
Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD
Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara”.
Hasilnya sangat memuaskan.23
Perbedaan yang mendasar antara ketiga skripsi di atas dengan
skripsi ini adalah metode kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) diterapkan pada pembelajaran unsur intrinsik pada
cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
(Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011), (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2010)
22 Titi Rosdiana, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa
Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan
metode Student Teams Achievement Division (STAD), (Jakarta: UNJ, 2008)
23 Warto, Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara,
(Jakarta: UNJ, 2009)
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA As-Syafi‟iyah 01 yang berlokasi
di Jalan Al-Barkah No. 17, Tebet, Jakarta Selatan, pada pertengahan
semester 1 (Ganjil) Tahun Ajaran 2011/2012 pada tanggal 25-26 Juli
2011.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK
(guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan
dalam memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat
keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan
kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah
budaya belajar (learning culture) di kalangan guru. PTK menawarkan
peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan
penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang
pola kerjanya bersifat kolaboratif.24
24
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), Cet. Ke-1, h. 41
44
C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian
Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
X MA As-Syafi‟iyah Jakarta semester 1 tahun ajaran 2011/2012 yang
terdiri dari 25 siswa dengan komposisi 15 siswa perempuan dan 10 siswa
laki-laki.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi
pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan metode
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). PTK
memberikan peranan yang besar dan penting kepada peneliti sebagai
instrumen (human instrument). Hal ini disebabkan peneliti dapat
menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu yang terjadi
dalam proses belajar mengajar di kelas.25
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
25
Ibid., h. 135
45
Gambar 2
Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Dalam tahap perencanaan (planning) ini, peneliti menyiapkan
materi atau bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup RPP dan
metode atau teknik mengajar, serta instrumen atau evaluasi
pembelajaran. Akan tetapi, tahap perencanaan tersebut dimulai setelah
peneliti mengungkapkan masalah dan memberikan suatu alternatif
untuk memecahkannya. Pengungkapan masalah itu berkaitan dengan
perumusan masalah, yaitu pemahaman unsur intrinsik pada cerpen
dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi
awal siswa. Sedangkan alternatif pemecahan masalah itu mengacu
pada metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) untuk meningkatkan hasil pembelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan semua tahap
perencanaan yang telah dirancang dengan baik agar sejalan dengan
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
?
46
tujuan awal. Misalnya, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan materi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan metode yang tepat. Artinya tahap ini merupakan realisasi
dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan
sebelumnya dalam perencanaan.
3. Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan atau observasi ini dilakukan terhadap semua
aktivitas siswa yang menjadi indikator keberhasilan selama
pembelajaran berlangsung, bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya
terhadap proses dan hasil intruksional. Proses tersebut dibantu dengan
alat atau instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang
terkumpul pada saat melakukan pengamatan atau observasi. Data yang
didapat itu kemudian ditafsirkan dan dicari kejelasannya, dianalisis,
lalu disintesiskan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan
langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK.
F. Hasil Intervensi Tindakan
Penelitian yang dilakukan ini mengharapkan suatu perubahan pada
siswa dalam memahami konsep pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas,
dalam arti siswa bukan sekedar menghafal akan teorinya tetapi juga siswa
diharapkan:
1. Dapat mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen.
2. Dapat memahami metode kooperatif tipe STAD dengan baik.
47
3. Dapat menerapkan metode kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
4. Dapat menulis unsur intrinsik pada cerpen dengan tepat.
G. Data dan Sumber Data
1. Data hasil belajar kognitif, adalah penguasaan konsep siswa dalam
bentuk tes objektif. Tes objektif akan dilakukan sebanyak dua kali
selama pembelajaran berlangsung, yaitu tes sebelum materi
disampaikan (pretest) dan tes setelah materi disampaikan (posttest).
Hasil nilai pretest dan posttest siswa akan diolah menjadi nilai akhir
sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan.
2. Data hasil belajar psikomotorik, adalah peningkatan kemampuan
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen yang dilakukan oleh siswa
kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dilakukan
observasi pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung
maupun tak langsung yang dinilai oleh peneliti.
3. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen
dengan metode kooperatif tipe STAD berupa jurnal siswa.
4. Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap tingkah
laku guru selama proses belajar mengajar berlangsung, yang berupa
pemberian lembar observasi kepada setiap siswa di akhir
pembelajaran dengan menuntut jawaban kurang, cukup, atau baik.
H. Instrumen dan Pengumpulan Data
1. Tes Kemampuan
Tes adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh dalam
rangka pengukuran atau penilaian di bidang pendidikan, yang
48
berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh testee. Adapun jenis tes
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pretest dan
posttest. Pemberian pretest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum adanya perlakuan atau
pembelajaran mengenai materi tersebut. Sedangkan posttest yang
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mereka
mendapatkan perlakuan atau perbuatan.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat pengamatan (pengambilan
data) yang digunakan untuk mengukur atau memotret seberapa
jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Lembar observasi
ini dapat dilengkapi dengan format atau blangko yang berisi item-
item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik dari
aktivitas siswa maupun dari aktivitas guru. Dari pengamatan ini,
peneliti bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan dan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
3. Jurnal Siswa
Pemberian jurnal siswa dilakukan setiap akhir
pembelajaran. Jurnal siswa ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan atau gambaran yang telah diperoleh siswa selama
pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanggapi dari pembelajaran tersebut yang
diterapkan di kelas. Laporan dari jurnal siswa akan digunakan
sebagai tindakan untuk memperbaiki pada siklus pembelajaran
selanjutnya.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah bentuk temuan selama
pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai
dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa
49
dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran
berlangsung.
5. Dokumentasi
Pengertian dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak atau
terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan.
Dokumentasi yang peneliti pilih berupa foto.
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan di dalam penelitian, maka
peneliti menggunakan instrumen yang telah disebutkan di atas, antara lain
berupa pretest dan posttest. Instrumen tes tersebut terdiri dari 20 soal
pretest dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan.
Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan
menggunakan lima opsi jawaban, bertujuan untuk mengungkapkan hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa pada pokok pemahaman unsur intrinsik
pada cerpen dengan metode kooperatif tipe STAD.
Instrumen tes dikatakan berhasil apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan menjadi valid dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Dengan demikian, instrumen yang baik harus
memenuhi kriteria penting, yakni valid. Selain itu soal juga harus
memenuhi kriteria tingkat kesulitan.
1. Tingkat Kesukaran Soal
Bermutu atau tidaknya butir-butir soal hasil tes siswa
pertama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau tingkat
kesulitan pada masing-masing soal tersebut. Butir-butir soal hasil
belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik apabila
butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar atau tidak pula terlalu
mudah. Dengan kata lain, derajat kesukaran soal tersebut sedang
atau cukup. Tingkat kesulitan soal yang diujikan mempunyai
50
tujuan agar soal-soal yang diujikan sesuai dengan kemampuan
siswa. Akan tetapi, soal tersebut harus tetap sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengukur tingkat
kesulitan soal digunakan rumus sebagai berikut:26
P =
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 2
Klasifikasi Indeks Kesukaran
JK = 0,00 Soal terlalu susah
0,00 < JK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < JK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < JK ≤ 1,00 Soal mudah
JK = 1,00 Soal sangat mudah
2. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen.
Validitas yang digunakan pada instrumen ini menggunakan
validitas item (butir soal).
26
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), Cet. Ke-7, h. 208
51
Secara umum validitas item dari suatu tes adalah ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur
apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.27
Soal yang
akan diuji validitas pada penelitian ini terdiri dari 20 soal pretest
dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan.
Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan
menggunakan lima opsi jawaban. Seperti yang diketahui, pada tes
benar-salah, menjodohkan, dan Pilihan Ganda (PG) hanya
memberi dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Setiap butir
soal yang dijawab dengan benar umumnya diberi skor 1 (satu),
sedangkan untuk butir soal yang salah diberi skor 0 (nol). Uji
validitas ini peneliti lakukan sebelum penelitian berlangsung pada
siswa kelas XI di sekolah yang berbeda. Jika ternyata ada soal yang
tidak valid maka soal tersebut tidak dipakai.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Untuk memperoleh data yang valid, maka peneliti menggunakan
teknik triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Dengan teknik triangulasi, peneliti sebenarnya
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data.
Adapun tindakan yang dilakukan yaitu:
1. Pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, guru, dan
siswa.
27
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996),
Cet. Ke-1, h. 188
52
2. Penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul
lebih akurat. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengisi lembar
observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan
siswa.
3. Penggunaan berbagai metode atau cara analisis sehingga data yang
terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini dilakukan pengamatan
langsung.
4. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik keaslian
maupun kelengkapannya.
5. Mengulang kembali pengolahan dan analisis data yang sudah
terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
1. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman unsur intrinsik
cerpen yang diajarkan dengan menggunakan metode kooperatif
tipe STAD. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t, yaitu:28
= Mean of Difference Nilai Rata-rata Hitung dari Beda/ Selisih
antara Skor Variabel I dan Skor Variabel II, yang dapat
diperoleh dengan rumus:
28
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2008), Cet. Ke-1, h. 305
53
= Jumlah Beda/Selisih antara Skor Variabel I (Variabel x) dan
Skor Variabel II (Variabel y), dan D dapat diperoleh dengan
rumus:
n = Jumlah subjek yang diteliti.
= Standard Error dari Mean of Difference yang dapat
diperoleh dengan rumus:
= Deviasi Standar dari Perbedaan antara Skor Variabel I dan
Skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
Kriteria pengujian: Terima jika < < dan
ditolak.
2. Analisis Data
a. Rata-rata
Rata-rata hitung atau rata-rata dilambangkan dengan (dibaca:
eks-bar) untuk ukuran sampel (statistik) dan rata-rata populasi
dilambangkan dengan dengan (dibaca: mu) untuk ukuran
parameter.
Data ada yang memiliki frekuensi satu dan lebih dari satu. Rumus
rata-ratanya adalah:
54
Keterangan:
= skor ujian
= frekuensi masing-masing skor
b. Modus ( )
Modus adalah suatu peristiwa yang paling banyak muncul. Modus
pada data kuantitatif adalah skor yang paling banyak frekuensinya
di antara data lainnya.
c. Median ( )
Perhitungan rata-rata melibatkan seluruh data yang ada, median
merupakan garis pembagi dari sekumpulan data menjadi dua
bagian yang sama besarnya. Oleh karena itu, median adalah nilai
tengah dari suatu data setelah diurutkan dari data terkecil ke data
terbesar atau sebaliknya. Rumusnya:
d. Variansi ( )
Variansi adalah jumlah simpangan baku yang dikuadratkan.
Rumusnya:
e. Simpangan Baku (s)
Simpangan Baku adalah akar dari jumlah simpangan skor dari rata-
rata dibagi dengan banyaknya data.29
s =
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji metode kooperatif tipe
STAD untuk meningkatkan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran
BBudi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2010), Cet. Ke-1, h.72
55
Bahasa dan Sastra Indonesia yang belum diketahui. Untuk itu perlu adanya
penelitian tindak lanjut. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan sudah
berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada
satu atau lebih pertemuan.
M. Pengajuan Hipotesis
“ diterima jika ada peningkatan yang signifikan antara hasil pretest
dengan hasil posttest dalam peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)”.
56
BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti di MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta pada kelas X. Hasil penelitian diperoleh
dari hasil belajar selama satu siklus, meliputi penguasaan dan pemahaman
(kognitif) siswa terhadap konsep yang disajikan, hasil belajar yang berupa
kemampuan keterampilan-keterampilan proses skill (psikomotor), dan sebagai
pelengkap data, maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerapan
pembelajaran selesai.
A. Deskripsi Data Sekolah
1. Sejarah dan Profil Sekolah
Pada tahun 1927 didirikan Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah
oleh Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, kemudian dilanjutkan oleh anak-
anaknya, yakni DR. Hj. Tutty Alawiyah AS dan KH. Abdul Rasyid AS
(hingga sekarang). Pemberian nama As-Syafi‟iyah dilatarbelakangi untuk
mengabadikan nama ayah dari Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, H Syafi‟ie,
dan mazhab yang dianutnya, mazhab Imam Syafi‟ie. Berawal dari sebuah
pengajian di Masjid Al-Barkah, Balimatraman, Alm. KH. Abdullah
Syafi‟ie memiliki keinginan untuk membuat madrasah, karena pada saat
itu, minim sekolah yang menggunakan sistem pesantren. Seiring
berjalannya waktu, berdatanganlah santri dari segala penjuru, bahkan ada
pula yang datang dari luar negeri.
Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah terdiri dari Raudhatul
Athfal (TK), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Madrasah Tsanawiyah
(MTs, Madrasah Aliyah (MA), SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi. MA
As-Syafi‟iyah didirikan tahun 1957, berlokasi di Jalan Masjid Al-Barkah
57
Balimatraman No. 17 Jakarta Selatan. MA As-Syafi‟iyah berada di lantai 3
gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah.
2. Visi
Pengembang diri islami unggul dalam prestasi.
3. Misi
a. Menanamkan keimanan dan akhlak mulia agar siswa memiliki pribadi
yang tangguh, mandiri, disiplin, motivasi belajar, dan kepekaan sosial
yang tinggi.
b. Menumbuhkan prestasi dan bakat siswa melalui kegiatan kurikuler,
serta ekstrakurikuler agar dapat menguasai iptek.
4. Tujuan
Tujuan Perguruan Islam As-Syafi‟iyah adalah menyelenggarakan upaya-
upaya pendidikan jamaah dan maslahatul ummahat dalam rangka:
a. Mendidik muslimin dan muslimat yang taat beragama, warga negara,
dan warga masyarakat yang sadar akan tanggung jawabnya kepada
Allah SWT.
b. Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam arti kata
seluas-luasnya serta menyiapkan tenaga ahli dan terampil yang
berjiwa Islam yang mampu membangun kehidupannya sendiri dan
kehidupan masyarakat yang adil makmur berdasarkan pancasila dan
diridhoi Allah SWT.
c. Meningkatkan maslahatul ummahat atau kesejahteraan ummat baik
moral maupun materil menuju kehidupan yang sehat jasmani dan
rohani dalam rangka terlaksananya tugas-tugas manusia di muka bumi
sebagai khalifah dan hamba Allah SWT.
58
Visi dan misi di atas mencerminkan cita-cita MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
yang berwawasan keislaman. Menyesuaikan pada zaman era globalisasi
yang syarat dengan kemajuan sains dan teknologi dengan berbagai
keterampilannya, agar kelak lulusan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta ini
menjadi manusia yang beriman dan berakhlak.
Adapun struktur organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta sebagai berikut:
Gambar 3
Struktur Organisasi MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta
59
5. Keadaan Guru
Peran guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
dunia pendidikan, mengingat keberadaannya sebagai tokoh sentral dalam
pengajaran dan sangat dibutuhkan. Selain itu, guru juga mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam memajukan pendidikan untuk
meningkatkan taraf kualitas dan kematangan peserta didiknya. Seorang
guru diberi kepercayaan untuk mengajar, mendidik, dan mengambil
keputusan pada lembaga kependidikannya, harus relevan dengan kualitas
atau sesuai dengan kemampuan mengajarnya pada bidang tertentu. Hal ini
juga terdapat pada MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang selalu berupaya
meningkatkan mutu kualitas pendidikannya.
Tabel 3
Daftar Nama Guru dan Karyawan MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta
Tahun Ajaran 2011/2012
No. Nama Jabatan & Bidang
Studi
Pendidikan
1. Anwar Rusli, S.Ag., M.M. Kepala Madrasah S2
2. Hj. Linah Sulasiah, S.Pd. Wakil Kepala Madrasah S1
3. KH. M. Naseh
Abdurrahim Al-Qur‟an Hadits Sarjana
Muda
4. Drs. H. Endang Sodikin Sejarah & Geografi S1
5. Drs. Abdul Rofiq MZ Al-Qur‟an Hadits &
Aqidah Akhlak
S1
6. KH. Abdurrahman
Abdullah
Nahwu Shorof Pesantren
7. KH. M. Thuhur Thohir SKI & Ushul Fiqh S1
8. KH. Achmad Luthfi, BA Fiqh S1
9. Ramdan Nurdin, S.Kom. TIK S1
10. KH. M. Nazir Ahmad, LC Bahasa Arab S1
60
11. Andriyani, S.Kom. TIK S1
12. Afiyfah Lu'ai, S.Sos. Sosiologi & Ekonomi S1
13. Zuhriyah, S.Pd. Biologi & Seni Budaya S1
14. Sahrowardi, S.Pd. Fisika S1
15. Nurmawati, S.Pd. Kimia S1
16. Hafidz Kurnia, S.Sos,I. Penjaskes S1
17. Muhammad Idrus, S.Pd. Bahasa Indonesia S1
18. Ina Sakinah, S.Pd. Matematika S1
19. M. Komaruddin, S.Pd. Bahasa Inggris S1
20. Dra. Rosnani PKn & Geografi S1
21. Hj. Siti Komariah Staf PUS SMEA
22. Asep Nur Kholis Staf Administrasi Aliyah
23. Mar‟ah Mas‟ud Pramubakti SD
6. Jumlah Siswa
Tabel 4
Jumlah Siswa/i MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta
Tahun Ajaran 2011/2012
No. Kelas Laki-
Laki Perempuan Jumlah
1. X 10 15 25
2. XI 11 15 26
3. XII 14 12 26
Jumlah 35 42 76
61
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan
1. Deskripsi Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan ini diawali dengan pembuatan soal pretest dan
soal posttest. Peneliti membuat soal-soal tersebut dengan melihat pedoman
buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X, Mahir
Berbahasa Indonesia untuk Kelas X, dan 99% Lulus UN SMA IPA 2011.
Kemudian peneliti melakukan uji validasi pada siswa kelas XI di salah
satu SMA di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Jika soal tersebut ada
yang tidak valid maka soal tersebut diganti atau tidak digunakan. Setelah
uji validasi diperoleh, peneliti melakukan pertemuan secara langsung
dengan pihak sekolah MA As-Syafi‟iyah 01 pada tanggal 19 Juli 2011,
yakni dengan Bapak Anwar Rusli,S.Ag., M.M. selaku kepala sekolah dan
Bapak Muhammad Idrus, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia. Adapun
hal-hal yang didiskusikan meliputi:
a. Peneliti meminta izin untuk penelitian di MA As-Syafi‟iyah kepada
Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah.
b. Peneliti memberikan susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disertai dengan materi pembelajaran kepada guru Bahasa
Indonesia.
c. Peneliti mengajukan metode atau teknik mengajar yang akan
diterapkan dalam penelitian tersebut, yakni dengan menggunakan
metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
d. Peneliti mengajukan alokasi waktu yang dibutuhkan sebanyak dua kali
pertemuan untuk satu siklus. Akan tetapi, jika dalam pembelajaran itu
belum ada perbaikan sesuai dengan tujuan utama PTK atau dikatakan
penelitian itu belum berhasil, maka penelitian akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
e. Peneliti memberikan model evaluasi pembelajaran atau penilaian
dengan berbagai bentuk instrumen, baik instrumen tes kemampuan
maupun instrumen nontes selama pembelajaran berlangsung.
62
f. Peneliti bersama dengan kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia
menyepakati waktu yang tepat untuk pelaksanaan tindakan yang akan
dilaksanakan pada minggu berikutnya sesuai dengan jadwal yang ada
di sekolah tersebut.
g. Pihak sekolah memberi informasi tentang Standar Kelulusan Belajar
Minimal (SKBM) Bahasa Indonesia di MA As-Syafi‟iyah sebesar 65.
Hasil data yang diperoleh peneliti dari penelitian berupa hasil pretest
dan posttest siswa dari kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD). Hasil tersebut kemudian dianalisis melalui tiga tahap,
yaitu pengidentifikasian data, pengelolaan data, dan penafsiran hasil data.
Semua hasil data akan diolah baik dalam angka maupun dalam bentuk
deskripsi yang merupakan skor atau penilaian akhir setelah dirata-ratakan
secara umum.
Dengan demikian, berdasarkan pada Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), maka peneliti bersama dengan guru Bahasa Indonesia
menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian itu.
Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X.
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh peneliti pada tanggal 25-
26 Juli 2011. Siswa/i kelas X berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 10 laki-
laki dan 15 perempuan.
63
Gambar 4
Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi’iyah 01 Jakarta
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan Pertama
Kegiatan penelitian pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Senin, 25 Juli 2011, pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4 dengan
alokasi waktu 2 x 45 menit.
1) Pelaksanaan Tindakan (Planning)
Pelaksanaan penelitian diawali dengan memaparkan kepada
siswa maksud adanya penelitian. Penelitian tersebut berkaitan
dengan kemampuan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik
pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD). Tujuannya agar para siswa lebih
siap dan terkondisi dalam mengikuti pembelajaran atau prosedur
dari penelitian tersebut yang juga sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Adapun perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan
pertama sebagai berikut:
64
a) Guru membuka pelajaran dengan berdoa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan
dengan cerpen untuk menggali pengetahuan awal siswa.
d) Guru memberikan pretest.
e) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara
heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang.
f) Guru membahas cerpen pretest dan soal pretest.
g) Siswa diminta mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen
pretest.
h) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian
terhadap pembelajaran tersebut.
i) Pertemuan pertama ditutup dengan pemberian kuis tentang
materi yang telah dipelajari.
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Guru memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan
membaca doa sebagai pembuka pelajaran, mengkondisikan siswa
agar siap mengikuti pelajaran agar tujuan tercapai dengan baik,
dan memeriksa daftar hadir siswa. Langkah awal sebelum masuk
ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan
tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan serta
memberikan pretest tentang pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen.
Pembelajaran dimulai dengan guru bertanya kepada siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen, tujuannya untuk
menggali pengetahuan awal siswa. Sebagian besar siswa
menjawab cerpen adalah bagian dari prosa. Ada juga yang
menjawab cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Semua apersepsi mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan
cerpen sudah baik dan guru mulai membagi siswa dalam beberapa
kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.
65
Langkah selanjutnya, guru membahas cerpen yang digunakan
saat pretest dengan judul “Laron” karya Chairil Gibran
Ramadhan. Sedikit kendala yang dialami guru saat siswa
membaca cerpen tersebut. Masih ada beberapa siswa yang
berbicara dan bercanda sehingga menghambat pemahaman siswa
yang lain. Kendala tersebut guru siasati dengan himbauan kepada
siswa untuk lebih serius membaca cerpennya, karena setelah itu
guru akan memberikan beberapa pertanyaan secara acak. Bagi
siswa yang bisa menjawab dengan benar maka akan mendapat
nilai tambahan untuk kelompoknya maupun dirinya sendiri.
Pembelajaran selanjutnya siswa diajak untuk
mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen “Laron”. Setiap
kelompok berusaha menjawab apa saja unsur intrinsiknya yang
meliputi tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya
bahasa. Akan tetapi masih ada siswa yang bertanya dan belum
memahami unsur intrinsik cerpen. Pertanyaan siswa dijawab
dengan guru kembali menjelaskan unsur intrinsik pada cerpen
beserta contohnya.
Pembelajaran ditutup dengan guru dan siswa menyimpulkan
kembali materi tersebut. Guru memberikan tugas per kelompok
kepada siswa untuk mencari biodata tentang Chairil Gibran
Ramadhan. Tugas tersebut nantinya akan dibacakan oleh salah
seorang perwakilan dari tiap kelompok.
Berakhirnya pembelajaran tersebut juga ditandai dengan
pemberian lembar penilaian siswa terhadap guru dan jurnal siswa
yang harus diisi oleh semua siswa. Lembar jurnal siswa itu berisi
pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari dan bagaimana
kesan setelah memperoleh materi tersebut. Siswa juga merespon
pembelajaran tersebut dengan baik dan positif, dengan
memberikan pernyataan bahwa dengan belajar unsur intrinsik
pada cerpen memberikan mereka pengetahuan baru.
66
Gambar 5
Keadaan siswa setelah dibagi per kelompok
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati semua
aktivitas selama pembelajaran berlangsung dengan objek siswa
dan guru. Pengamatan yang dilaksanakan secara langsung ini
disebabkan peneliti menggunakan metode PTK Partisipan, yakni
kegiatan yang melibatkan peneliti secara langsung dari awal
penelitian hingga berakhir pelaksanaan penelitian.
67
Berdasarkan pengamatan guru terhadap tingkah laku siswa dalam
pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut:
a) Siswa memberikan respon positif yang baik selama
pembelajaran berlangsung.
b) Siswa cukup baik dalam memperhatikan dan menyimak
penjelasan guru.
c) Siswa cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan.
d) Siswa kurang aktif dalam menyampaikan pendapat atau
tanggapannya.
e) Siswa saling memotivasi dan membantu kelompoknya
dalam menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
f) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
cukup baik.
g) Siswa memiliki kerjasama dan tanggung jawab pada
kelompoknya dengan baik.
h) Siswa cukup baik dalam mengikuti pembelajaran dari awal
sampai akhir.
i) Rata-rata keaktifan siswa pada pertemuan pertama siswa
berprestasi sedang. (Angket terlampir)
Gambar 6
Kegiatan Belajar dan Mengajar
68
4) Refleksi (Reflecting)
Pada kegiatan pembelajaran di pertemuan pertama ini,
peneliti telah mengidentifikasi data-data yang didapat dari hasil
observasi secara langsung berupa hasil pretest siswa yang
menunjukkan tingkat kemampuan awal mereka dalam
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, tingkah laku siswa
selama proses pembelajaran, catatan lapangan, dan jurnal siswa.
Dalam catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukkan
bahwa harus adanya persiapan yang lebih matang dalam menarik
perhatian siswa agar siswa mudah memahami materi
pembelajaran. Penambahan waktu untuk siswa bertanya menjadi
10 menit (sesi tanya jawab) agar materi yang disampaikan
dipahami dengan baik.
Hasil pretest atau kemampuan siswa dalam pemahaman
unsur intrinsik pada cerpen menunjukkan bahwa masih ada siswa
yang belum memahami dengan baik sehingga skor yang didapat
belum maksimal dan kurang dari SKBM Bahasa Indonesia (65).
Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan mereka berdasarkan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan, yaitu diperoleh nilai tertinggi
sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 50.
69
Tabel 5
Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
b. Pertemuan Kedua
Pembelajaran pada pertemuan kedua ini dilaksanakan hari Selasa,
26 Juli 2011, pada jam pelajaran ke-5 dan ke-6. Pertemuan kedua
ini merupakan kelanjutan dari refleksi dari pertemuan pertama.
1) Perencanaan Tindakan (Planning)
Kegiatan perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan
kedua sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan berdoa.
b) Guru mengulang kembali materi pertemuan pertama.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d) Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya.
e) Perwakilan dari setiap kelompok siswa membacakan tugas
kelompoknya di depan kelas.
f) Guru memberikan cerpen untuk materi posttest.
g) Siswa mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pada cerpen
“Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan.
h) Siswa mengerjakan soal posttest.
i) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian
terhadap pembelajaran tersebut.
65 60 60 60 55
65 60 60 55 65
70 65 60 75 65
65 55 50 60 50
60 65 70 65 60
70
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Kegiatan belajar mengajar (KBM) diawali guru dengan
membaca doa sebagai pembuka pelajaran, mengondisikan siswa
agar siap mengikuti pelajaran sehingga tercapainya tujuan dengan
baik, dan memeriksa daftar hadir siswa. Langkah awal sebelum
masuk ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu mengulang
kembali materi pertemuan pertama yang disertai beberapa
pertanyaan kepada siswa. Sebagian besar siswa sangat antusias
menjawab pertanyaan guru. Mereka mengatakan bahwa pada
pertemuan pertama mempelajari tentang unsur intrinsik pada
cerpen itu menarik. Pembelajaran pada pertemuan kedua diawali
dengan langkah yang baik, sebab mereka masih ingat dengan
materi yang disampaikan guru pada pertemuan pertama.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini
(pertemuan kedua) dan mengarahkan siswa untuk berkelompok
sesuai dengan kegiatan sebelumnya. Kemudian guru meminta
perwakilan dari setiap kelompok untuk membacakan tugas
kelompok tentang biografi Chairil Gibran Ramadhan, sementara
siswa yang lain menyimak dan memberi tanggapan. Guru
membagikan cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran
Ramadhan, sebagai materi untuk posttest. Guru memberikan
waktu 15 menit kepada siswa untuk membaca cerpen posttest.
Setelah itu, guru memberikan kuis kepada siswa. Siswa terlihat
sangat antusias menjawab kuis. Sebelum menutup pembelajaran,
guru memberikan tugas sebagai bentuk posttest untuk melihat
hasil belajar siswa selama mempelajari materi unsur intrinsik
pada cerpen. Kemudian guru dan siswa memberikan penilaian
tentang pembelajaran pada pertemuan kedua.
71
3) Pengamatan (Observing)
Pada kegiatan observasi ini, guru melihat keaktifan siswa
menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan menyampaikan
pendapat tentang unsur intrinsik pada cerpen. Proses pengamatan
juga dilakukan dalam bentuk pengisian jurnal siswa dan lembar
observasi, yakni penilaian terhadap tingkah laku guru oleh siswa
selama pembelajaran pada pertemuan kedua.
Tabel 6
Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada
Pertemuan Kedua
No. Aspek yang diamati
Rata-Rata
Pertemuan
Kedua
1. Guru memberikan penjelasan materi
unsur intrinsik pada cerita pendek. 74
2. Guru menguasai materi pembelajaran
unsur intrinsik pada cerita pendek
dengan baik.
75
3. Guru menggunakan media yang
mendukung untuk pembelajaran unsur
intrinsik pada cerita pendek.
67
4. Guru menggunakan metode yang tepat
dalam unsur intrinsik pada cerita
pendek.
69
5. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya terkait dengan
materi yang disampaikan.
69
72
6. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pendapat atau
menanggapi mengenai materi yang
disampaikan.
71
7. Guru memberikan tugas sesuai dengan
materi pembelajaran yang disampaikan. 75
8. Guru memperhatikan kegiatan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
dan membantu mengarahkan siswa jika
menemui kesulitan dalam mengerjakan
tugas atau latihan.
74
Jumlah Rata-rata Keseluruhan 22,96
Jumlah Rata-rata Keseluruhan =
=
= 22,96
Keterangan:
Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skala Penilaian Jumlah Rata-rata:
5-9 = Prestasi Rendah
10-20 = Prestasi Sedang
21-30 = Prestasi Tinggi
73
Berdasarkan tabel di atas, dengan jumlah rata-rata
keseluruhan 22,96 berarti guru memiliki prestasi yang tinggi
selama kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung.
4) Refleksi (Reflecting)
Pada pertemuan ini, guru dan siswa melakukan refleksi
selama proses pembelajaran yang berlangsung dengan
memecahkan kesulitan siswa dalam memahami materi serta
memberikan tips-tips untuk mengingatnya. Guru juga
memberikan pujian dan hadiah kepada kelompok yang
mendapatkan skor tertinggi dalam kuis selama pembelajaran.
Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam pemahaman
unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu atau
baik dalam memahaminya sehingga nilai yang didapat mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan mereka
berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, yaitu
diperoleh nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 65.
Tabel 7
Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
melalui Metode Kooperatif Tipe STAD
75 90 75 80 65
70 75 80 65 80
80 85 85 95 75
90 65 65 80 65
70 90 85 80 70
74
3. Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data pada hasil pretest dan posttest pemahaman
unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan uji hipotesis.
a. Uji Hipotesis
Untuk menguji yang menyatakan bahwa ada peningkatan yang
signifikan antara rata-rata hasil nilai sebelum dan sesudah siswa
menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
menggunakan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen digunakan uji t.
Langkah-langkah:
1) Hipotesis
:
:
Keterangan:
: rata-rata hasil pretest siswa pada pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
: rata-rata hasil posttest siswa pada pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode
kooperatif tipe STAD.
2) Menentukan kriteria pengujian
Tolak jika <
Terima jika >
3) Menentukan harga
Menggunakan rumus:
75
Langkah-langkahnya:
Tabel 8
Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat
Pretest dan Posttest
No.
Skor
D = (x-y) = (x-y Pretest
(x)
Posttest
(y)
1 65 75 -10 100
2 60 90 -30 900
3 60 75 -15 225
4 60 80 -20 400
5 55 65 -10 100
6 65 70 -5 25
7 60 75 -15 225
8 60 80 -20 400
9 55 65 -10 100
10 65 80 -15 225
11 70 80 -10 100
12 65 85 -20 400
13 60 85 -25 625
14 75 95 -20 400
15 65 75 -10 100
16 65 90 -25 625
17 55 65 -10 100
18 50 65 -15 225
19 60 80 -20 400
20 60 65 -5 25
21 60 70 -10 100
22 65 90 -25 625
23 70 85 -15 225
24 65 80 -15 225
25 60 70 -10 100
Jumlah
-385 6975
76
a) Mencari Mean of Difference
= = = - 15, 4 = 15,4
b) Mencari Standar Deviasi
=
=
=
=
= 6,47
c) Mencari Standard Error dari Mean of Difference
=
=
=
= 1,32
Maka:
= = = 11,67
77
4) Menentukan tingkat signifikan
Menentukan tingkat signifikan dengan derajat keyakinan 95% dan
= 0,05.
Dengan rumus: =
=
= (0,05;24)
= 2,06
5) Simpulan
(11,67) lebih besar dari (2,06) atau dengan kata lain
nilai tersebut tidak berada di antara -2,00 dan 2,00. Ini berarti
diterima pada taraf signifikan = 0,05. Dengan demikian, dari
hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa ada peningkatan
yang signifikan dari hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD antara
nilai pretest dan nilai posttest. Adapun letak daerah penerimaan
dan penolakan dapat dilihat pada gambar berikut:
db = 24
= 0,05
Tolak Daerah penerimaan
-2 2
Berdasarkan hasil pengujian skor rata-rata nilai pretest dan
posttest siswa menggunakan uji-t diperoleh nilai = 11,67.
Dengan tabel berdistribusi t, untuk taraf signifikan = 0,05 dan
78
db = 24, diperoleh nilai = 2,06, sehingga >
(11,67 > 2,06) dengan demikan diterima. Dari penelitian ini
didapat bahwa ada peningkatan yang signifikan antara hasil
pretest dengan hasil posttest dalam meningkatkan pemahaman
unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode
kooperatif tipe STAD.
4. Deskripsi dan Hasil Analisis Data
a. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman Unsur
Intrinsik pada Cerpen
Adapun hasil pretest pada materi pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen sebagai berikut:
Tabel 9
Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
No. Nama Siswa Benar Nilai
1. Abdul Mujib 13 65
2. Abu Dzar Alqifari 12 60
3. Ade Syifa Indriani 12 60
4. Ahmad Irfan 12 60
5. Amalia 11 55
6. Anisa Ayu 13 65
7. Anisa Dwi Septiani 12 60
8. Bian Abdillah 12 60
9. Deni Hardiansah 11 55
10. Dicky Pradita Akbar 13 65
11. Ernawati 14 70
12. Iis Rahmawati 13 65
13. Indi Indriyani 12 60
14. Labyb Awfa 15 75
15. Maulidia Fitriani 13 65
16. Miftahul Khair 13 65
17. Muhammad Nur 11 55
18. Muhammad Sidiq 10 50
79
19. Rahma Nispiyanti 12 60
20. Ranti 12 60
21. Rere Erni Tiarno Putri 12 60
22. Sabda Risni 13 65
23. Salbiyah 14 70
24. Silsila Fauziah 13 65
25. Siti Zahro 12 60
Berdasarkan data hasil pretest Bahasa Indonesia pada materi
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, diperoleh nilai tertinggi
sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 50. Dua siswa memperoleh
nilai 50, tiga siswa memperoleh nilai 55, delapan siswa
memperoleh nilai 60, sembilan siswa memperoleh nilai 65, dua
siswa memperoleh nilai 70, dan satu siswa memperoleh nilai 75.
Analisis Data Nilai Pretest
1) Rata-rata ( )
=
= = 61,80
2) Modus (
Nilai yang sering muncul adalah skor 65.
3) Median (
50, 50, 55, 55, 55, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 65, 65, 65, 65,
65, 65, 65, 65, 65, 70,70, 75.
=
= )
80
= 13
berada pada skor ke-13 ( = 60.
4) Variansi (
– (
= 17,62 - (
= 17,62 – 0,03
= 17,59
5) Simpangan Baku (s)
s =
s =
= 4,19
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh nilai rata-rata ( sebesar
61,80, modus ( sebesar 65, median ( sebesar 60, dan
simpangan baku (s) sebesar 4,19 dengan jumlah sampel (n)
sebanyak 25 siswa. Dari hasil pretest pemahaman unsur intrinsik
pada cerpen di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
termasuk ke dalam kategori cukup.
81
b. Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman Unsur
Intrinsik pada Cerpen
Adapun hasil posttest pada materi pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen sebagai berikut:
Tabel 10
Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
melalui Metode Kooperatif Tipe STAD
No. Nama Siswa Benar Nilai
1. Abdul Mujib 15 75
2. Abu Dzar Alqifari 18 90
3. Ade Syifa Indriani 15 75
4. Ahmad Irfan 16 80
5. Amalia 13 65
6. Anisa Ayu 14 70
7. Anisa Dwi Septiani 15 75
8. Bian Abdillah 16 80
9. Deni Hardiansah 13 65
10. Dicky Pradita Akbar 16 80
11. Ernawati 16 80
12. Iis Rahmawati 17 85
13. Indi Indriyani 17 85
14. Labyb Awfa 19 95
15. Maulidia Fitriani 15 75
16. Miftahul Khair 18 90
17. Muhammad Nur 13 65
18. Muhammad Sidiq 13 65
19. Rahma Nispiyanti 16 80
20. Ranti 13 65
21. Rere Erni Tiarno Putri 14 70
22. Sabda Risni 18 90
23. Salbiyah 17 85
24. Silsila Fauziah 16 80
25. Siti Zahro 14 70
82
Berdasarkan data nilai posttest Bahasa Indonesia pada materi
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, diperoleh nilai tertinggi
sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 65. Lima siswa memperoleh
nilai 65, tiga siswa memperoleh nilai 70, empat siswa memperoleh
nilai 75, enam siswa memperoleh nilai 80, tiga siswa memperoleh
nilai 85, tiga siswa memperoleh nilai 90, dan satu siswa memperoleh
nilai 95.
Analisis Data Posttest
1) Rata-rata ( )
=
=
= 77,40
2) Modus (
Nilai yang sering muncul adalah skor 80.
3) Median (
65, 65, 65, 65, 65, 70, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80,
80, 85, 85, 85, 90, 90, 90, 95.
(n + 1)
(25 + 1)
(26)
= 13
berada pada skor ke-13 ( = 80
4) Variansi ( )
83
=
= –
= 29,89 – (0,73
= 29,89 – 0,53
= 29,36
5) Simpangan Baku (s)
s =
=
= 5,42
Berdasarkan analisis data nilai posttest pemahaman unsur intrinsik
pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD diperoleh nilai
rata-rata ( ) sebesar 77,40, modus ( ) sebesar 80, median ( )
sebesar 80, dan simpangan baku (s) sebesar 5,42 dengan jumlah
sampel (n) sebanyak 25 siswa. Dari hasil posttest pemahaman
unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD
di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta termasuk ke
dalam kategori baik.
Untuk lebih jelas dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
84
Tabel 11
Nilai Minimal, Maksimal, Rata-rata, Variansi, dan Simpangan
Baku Pretest dan Posttest
Deskripsi Nilai Pretest Nilai Posttest
Nilai minimal 50 65
Nilai maksimal 75 90
Rata-rata 61,80 77,40
Variansi 17,59 29,36
Simpangan Baku 4,11 5,42
Dari data tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata posttest (77,40)
lebih besar daripada nilai pretest (61,80), begitu juga dengan nilai
minimal dan maksimalnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
rata-rata pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan melalui
metode kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yang baik.
c. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Pretest
Tingkat kesulitan soal pretest yang diujikan sebanyak 20 soal. Berikut
ini hasil data dari tingkat kesulitan soal.
Tabel 12
Indeks Kesukaran Soal Pretest
No.
Soal B JS P Keterangan
1. 17 25 0,68 SEDANG
2. 20 25 0,8 MUDAH
3. 15 25 0,6 SEDANG
85
4. 14 25 0,56 SEDANG
5. 18 25 0,72 MUDAH
6. 18 25 0,72 MUDAH
7. 11 25 0,44 SEDANG
8. 10 25 0,4 SEDANG
9. 10 25 0,4 SEDANG
10. 11 25 0,44 SEDANG
11. 23 25 0,92 MUDAH
12. 16 25 0,64 SEDANG
13. 19 25 0,76 MUDAH
14. 21 25 0,84 MUDAH
15. 14 25 0,56 SEDANG
16. 14 25 0,56 SEDANG
17. 12 25 0,48 SEDANG
18. 10 25 0,4 SEDANG
19. 23 25 0,92 MUDAH
20. 14 25 0,56 SEDANG
d. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Posttest
Tingkat kesulitan soal posttest yang diujikan sebanyak 20 soal. Berikut
ini hasil data dari tingkat kesulitan soal.
Tabel 13
Indeks Kesukaran Soal Posttest
No.
Soal B JS P Keterangan
1. 18 25 0,72 MUDAH
2. 17 25 0,68 SEDANG
3. 20 25 0,80 MUDAH
4. 16 25 0,64 SEDANG
5. 21 25 0,84 MUDAH
6. 19 25 0,76 MUDAH
7. 21 25 0,84 MUDAH
8. 13 25 0,52 SEDANG
9. 21 25 0,84 MUDAH
10. 18 25 0,72 MUDAH
11. 19 25 0,76 MUDAH
12. 18 25 0,72 MUDAH
13. 19 25 0,76 MUDAH
86
14. 20 25 0,80 MUDAH
15. 18 25 0,72 MUDAH
16. 22 25 0,88 MUDAH
17. 22 25 0,88 MUDAH
18. 21 25 0,84 MUDAH
19. 22 25 0,88 MUDAH
20. 22 25 0,88 MUDAH
5. Interpretasi Hasil Analisis
Setelah mengetahui rata-rata pretest sebesar 61,80 dan rata-rata nilai
posttest sebesar 77,40, maka dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan
dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Berdasarkan teori yang
ada, kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen yang diajar
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) lebih tinggi karena metode ini dapat melibatkan siswa
secara aktif, adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi sosial, dan pemberian
penghargaan serta meningkatkan rasa tanggung jawab dalam belajar
kelompok. Peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD sebesar
28,7%.
Terdapat peningkatan pada respon siswa selama pembelajaran
berlangsung, yaitu peningkatan pemahaman siswa dalam memperhatikan
dan menyimak penjelasan guru, pada pertemuan pertama rata-rata skor
penilaian 73, sedangkan pada pertemuan terakhir sebesar 74. Peningkatan
juga terlihat pada keseriusan siswa pada tiap-tiap kelompok dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan rata-rata sebesar 75.
Pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan
menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) juga memberikan hasil yang positif dalam interaksi sosial,
pemprosesan kelompok, dan tanggung jawab perseorangan pada setiap
kemampuan dalam kelompoknya masing-masing. Dengan demikian ada
perbedaan atau peningkatan yang signifikan dari hasil pembelajaran
87
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Peningkatan hasil tersebut terjadi
karena adanya perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe STAD.
6. Pembahasan Temuan Penelitian
a. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran
Hasil observasi terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dari pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua mengalami peningkatan.
Tabel 14
Hasil Rata-rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
No Aspek yang diamati
Skor Penilaian
Pertemuan
ke-1
Pertemuan
ke-2
1. Siswa memberikan respon positif
selama pembelajaran berlangsung. 3 3
2. Siswa memperhatikan dan
menyimak penjelasan guru dengan
baik.
2 3
3. Siswa aktif dalam mengajukan
pertanyaan. 2 3
4. Siswa menyampaikan pendapat atau
tanggapannya. 1 3
5. Siswa saling memotivasi dan
membantu kelompoknya dalam
menjawab pertanyaan.
2 3
6. Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan guru dengan serius. 2 3
88
Rata-rata Skor =
Pertemuan Pertama
Rata-rata Skor = = 8,5
Pertemuan Kedua
Rata-rata Skor = = 12
Keterangan:
Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek:
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Skala Penilaian Rata-rata Keseluruhan:
1 – 5 : Berprestasi Rendah
6 – 10 : Berprestasi Sedang
11 – 20 :Berprestasi Tinggi
Tabel di atas menunjukkan sikap siswa dalam merespon
pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui
metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
7. Siswa memiliki kerjasama dan
tanggung jawab pada kelompoknya. 3 3
8. Siswa mengikuti pembelajaran dari
awal sampai akhir 2 3
Jumlah Skor 17 24
Rata-rata Skor 8,5 12
89
mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama rata-rata skor 8,5
(siswa berprestasi sedang). Sedangkan pada pertemuan kedua rata-
rata skor 12 (siswa berprestasi tinggi).
b. Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam
Pembelajaran
Hasil observasi yang dilakukan siswa terhadap tingkah laku guru
dalam mengajar menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan
tugasnya dengan baik serta berhasil menerapkan metode kooperatif
tipe STAD pada pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada
cerpen. Berikut hasil rata-rata aktivitas guru pada pertemuan pertama
dan kedua:
Tabel 15
Hasil Skor Rata-rata Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
No. Aspek yang diamati Pertemuan
Ke-1
Pertemuan
Ke-2
1. Guru memberikan penjelasan materi
unsur intrinsik pada cerita pendek. 73 74
2. Guru menguasai materi
pembelajaran unsur intrinsik pada
cerita pendek dengan baik.
70 75
3. Guru menggunakan media yang
mendukung untuk pembelajaran
unsur intrinsik pada cerita pendek.
66 67
4. Guru menggunakan metode yang
tepat dalam unsur intrinsik pada
cerita pendek.
68 69
5. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya terkait 68 69
90
dengan materi yang disampaikan.
6. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan
pendapat atau menanggapi mengenai
materi yang disampaikan.
63 71
7. Guru memberikan tugas sesuai
dengan materi pembelajaran yang
disampaikan.
73 75
8. Guru memperhatikan kegiatan siswa
selama proses pembelajaran
berlangsung dan membantu
mengarahkan siswa jika menemui
kesulitan dalam mengerjakan tugas
atau latihan.
71 74
Jumlah Skor 552 574
Rata-rata Skor 22,08 22,96
Rata-rata Skor =
Pertemuan Pertama
Rata-rata Skor = = 22,08
Pertemuan Kedua
Rata-rata Skor = = 22,96
Keterangan:
Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek:
1 : Kurang
2 : Cukup
91
3 : Baik
Skala Penilaian Jumlah Rata-rata:
5 – 9 : Berprestasi Rendah
10 – 20 : Berprestasi Sedang
21 – 30 : Berprestasi Tinggi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkah laku guru
selama pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen
melalui metode kooperatif tipe STAD telah berhasil dengan baik
dilakukan pada siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta.
c. Deskripsi dan Hasil Analisis Catatan Lapangan dalam
Pembelajaran
Hasil catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung pada
pertemuan pertama dan kedua:
Pada pertemuan pertama, peneliti masih menemukan siswa yang
berbicara dan bercanda dengan teman satu mejanya pada saat peneliti
sedang menerangkan (saat KBM berlangsung). Hal tersebut
mengakibatkan KBM terganggu. Kemudian peneliti memberikan
solusi dengan berusaha menarik perhatian siswa agar KBM bisa
berjalan dengan lancar. Selain itu, masalah yang peneliti temui adalah
minimnya waktu untuk sesi tanya-jawab. Hal tersebut mengakibatkan
siswa kurang paham terhadap materi yang dijelaskan. Guru
memberikan solusi untuk memberikan penambahan untuk sesi tanya-
jawab menjadi 10 menit.
Pertemuan kedua, ada satu siswa yang meminta dijelaskan kembali
materi yang telah disampaikan pada pertemuan pertama. Kendalanya
waktu yang dibutuhkan sedikit untuk mengulang materi. Sarana
perbaikannya adalah peneliti langsung memberikan penjelasan yang
92
disertai dengan contoh agar siswa tersebut mudah untuk
memahaminya. Kemudian ada pula beberapa siswa yang masih kurang
memahami perbedaan majas ironi, sinisme, dan sarkasme. Solusinya
peneliti memberikan perbedaan yang jelas disertai contoh yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Deskripsi Jurnal Siswa
Hasil dari jurnal siswa menggambarkan sebagian besar siswa
memiliki tingkat keseriusan yang tinggi, serta memberikan respon
yang positif dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dibuktikan dengan
jawaban siswa yang menuliskan materi yang diperoleh dari awal
hingga akhir pembelajaran dengan kesan atau tanggapan yang positif
terhadap pembelajaran tersebut.
93
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya
cukup baik dengan rata-rata hasil pretest sebesar 61,80. Namun
masih ada tiga belas orang siswa yang mendapatkan nilai kurang
dari Standar Kelulusan Belajar Minimal (SKBM) Bahasa Indonesia
(65). Setelah guru menjelaskan materi unsur intrinsik cerpen
melalui metode kooperatif Student Teams Achievement Division
(STAD) terdapat peningkatan rata-rata menjadi 77,4.
2. Selain penilaian pretest dan posttest, peneliti juga melakukan
penilaian terhadap skor aktivitas siswa dalam pembelajaran,
mengisi catatan lapangan, serta mendokumentasikan kegiatan
penelitian dalam bentuk foto. Sedangkan siswa melakukan
penilaian terhadap tingkah laku peneliti dan mengisi jurnal siswa.
3. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada
cerpen. Berdasarkan analisis data nilai posttest pemahaman unsur
intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD
diperoleh nilai rata-rata ( ) sebesar 77,40, modus ( ) sebesar 80,
median ( ) sebesar 80, dan simpangan baku (s) sebesar 5,42
dengan jumlah sampel (n) sebanyak 25 siswa. Dari hasil posttest
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif
tipe STAD di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan hasil pengujian skor
rata-rata pretest dan posttest siswa dengan menggunakan uji
statistik uji-t diperoleh harga (11,67). Dengan tabel
berdistribusi t, untuk taraf signifikan dan db = 24,
94
diperoleh (2,06), sehingga > (11,67 > 2,06)
dengan demikian diterima.
B. SARAN
Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan dan simpulan di atas,
maka peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat dijadikan sebuah alternatif bagi guru dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa, yang dapat menciptakan suasana
kelas lebih menyenangkan, melibatkan siswa secara keseluruhan,
dan membangkitkan motivasi belajar.
2. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, yang disertai dengan
cerpen karya Chairil Gibran Ramadhan, diharapkan dapat
menjadikan siswa lebih memahami materi yang disampaikan
dengan baik, aktif, dan mampu menyebutkan apa saja unsur
intrinsik cerpen itu disertai contoh. Selain itu, penggunaan media
atau alat bantu belajar yang menarik atau bervariasi dapat
membangkitkan semangat atau motivasi siswa dalam belajar.
3. Penggunaan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat
digunakan guru dalam membantu meningkatkan kemampuan
belajar siswa. Pemilihan metode tersebut dalam suatu pembelajaran
harus diikuti dengan kreativitas guru dan penguasaan materi dalam
suatu pembelajaran.
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan
adanya penelitian tindakan lanjut untuk mengetahui apakah metode
kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dan memberikan hasil yang
lebih baik pada semua materi pelajaran dan pada setiap jenjang
pendidikan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. A Glossary of Literary Terms. Boston: Thomson Learning.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
PT. Bumi Aksara. 2010.
Buku MOS MA As-Syafi‟iyah 01 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Husna, Nida. Step by Step to Reading Skill (Step 1: First Edition). English
Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Isjoni. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia & Malaysia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2007.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2008.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 1998.
Ramadhan, Chairil Gibran. Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita
Betawi. Jakarta: Masup Jakarta. 2008.
Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS. 2007.
Rosdiana, Titi. Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita
Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative
Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD). Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta. 2008.
Ruslah. Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan
96
Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988.
Sudarno, Rahman A Eman. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Hikmat Syahid Indah. 1986.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 1995.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2008.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Apikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009.
Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika
Aditama. 2010.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca: sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 1979.
The American Heritage, short story,
http://www.thefreedictionary.com/short+story, 20 Oktober 2011, Pukul 09:52
WIB
Tim Penyusun Naskah BTA. Teori dan Soal Bahasa Indonesia. Jakarta: BTA
Press. 2006.
Tim Edukatif. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga. 2007.
Tim Guru Indonesia. 99% Lulus UN SMA IPA 2011. Jakarta: Cmedia. 2010.
Tukan. Mahir Berbahasa Indonesia: SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira. 2006.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2010.
97
Warto. Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement
Division ( STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading
Kotamadya Jakarta Utara. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2009.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2009.
Widjojoko dan Endang Hidayat. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia.
Bandung:UPI PRESS. 2007.
98
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : X/ I
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
A. Standar Kompetensi
1. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan
cerpen.
B. Kompetensi Dasar
Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik suatu cerpen.
2. Menanggapi unsur intrinsik yang ditemukan.
3. Menanggapi beberapa cerpen dengan pengararang yang sama.
D. Tujuan Pembelajaran
Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari.
E. Materi Pokok
1. Naskah cerpen.
99
2. Unsur intrinsik (tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan
gaya bahasa).
F. Sumber dan Media Belajar
1. Ramadhan, Chairil Gibran. Sebelas Colen di Malam Lebaran:
Setangkle Cerita Betawi. Jakarta: Masup Jakarta. 2008.
2. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
G. Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengondisikan kelas.
b. Guru menginformasikan KD, indikator, dan metode belajar
yang akan diterapkan.
c. Guru dan siswa bertanya jawab dengan hal-hal yang
berkaitan dengan cerpen untuk menggali pengetahuan awal
siswa.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagikan cerpen dan soal pretest
b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa.
c. Guru menjelaskan tentang materi pelajaran, membahas
cerpen dan soal pretest yang sudah dibagikan
d. Guru dan siswa mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, alur,
tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya
bahasa,) cerpen yang telah dibaca.
100
e. Siswa berdiskusi per kelompok untuk mengaitkan unsur
intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, dan gaya bahasa) dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi.
b. Guru dan siswa memberikan penilaian terhadap
pembelajaran pada pertemuan pertama.
c. Penugasan (per kelompok)
Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengondisikan kelas.
b. Guru mengulang kembali materi pertemuan pertama.
c. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang
materi sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya.
b. Siswa menyimak temannya yang sedang membacakan tugas
per kelompok.
c. Siswa mengemukakan tanggapan tentang tugas per
kelompoknya.
d. Guru membagikan cerpen untuk posttest.
e. Guru dan siswa mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen untuk
posttest dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
101
3. Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa melakukan refleksi
b. Siswa mengerjakan soal posttest.
c. Guru dan siswa memberikan penilaian terhadap
pembelajaran pada pertemuan kedua.
H. Penilaian:
1. Teknik dan bentuk:
a. Tes tulis
b. Observasi
c. Catatan Lapangan
d. Jurnal Siswa
2. Bentuk instrumen:
a. Benar-Salah
b. Menjodohkan
c. Pilihan Ganda
3. Kunci Jawaban
a. Soal Pretest
I. Benar – Salah
1) S 6) B
2) S 7) B
3) B 8) S
4) B 9) B
102
5) S 10) S
II. Menjodohkan
1) F 6) H
2) G 7) E
3) D 8) J
4) C 9) A
5) I 10) B
b. Soal Posttest
1) C 11) A
2) C 12) A
3) A 13) B
4) C 14) A
5) C 15) B
6) B 16) C
7) A 17) B
8) D 18) D
9) B 19) A
10) A 20) A
Jakarta, 23 Juli 2011
Peneliti
103
Lampiran 2
“CERPEN & UNSUR INTRINSIK CERPEN”
Hakikat Cerita Pendek
Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen,
merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak dilihat panjang
pendeknya halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek
merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan
demikian cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu
peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau
kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan
warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di
warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa,
suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau
beberapa orang di warung itu.
Ciri-Ciri Cerita Pendek.
Ciri-ciri cerita pendek yaitu:
1) Penyampaian cerita secara singkat dan padat.
2) Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya
mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan
diakhiri dengan penyelesaian masalah.
3) Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika.
4) Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu
singkat.
5) Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis.
6) Adanya kebulatan kisah (cerita).
7) Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan
menarik perhatian.
104
8) Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
9) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran
pembaca.
10) Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang
menguasai jalan cerita.
11) Cerita pendek bergantung pada satu situasi.
12) Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita berkembang
dengan memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang
memberi rangsangan pada pembaca.30
Unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan. Namun
untuk pembahasan teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai
dengan judul penelitian.
Unsur intrinsik cerpen meliputi:
1. Tema
Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik.
Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda.
Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan
suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam
fiksi. Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki
tempat utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama
dalam cerita.
105
2. Plot/ Alur
Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan cerita, ialah
struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis.
Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-
unsur alur yaitu:
a. Perkenalan
b. Pertikaian
c. Perumitan
d. Klimaks/ puncak
e. Peleraian
f. Akhir
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu,
tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke peristiwa awal,
kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir terus menuju ke tengah
kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur intrinsik inilah,
maka ada yang disebut alur maju, mundur, dan alur maju mundur.
Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur
longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika
sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu
keutuhan ceritanya. Sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita
tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita
3. Penokohan dan Perwatakan
Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal
yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan
menentukan. Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa
adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak
yang akhirnya membentuk alur cerita.
106
Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya.
Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh
protagonis, secara langsung ataupun tak langsung.
4. Latar (Setting)
Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.
107
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan
cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap. Selain itu latar juga berhubungan dengan status sosial
tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pembedaan sudut
pandang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang
telah umum dilakukan orang, yaitu:
a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang
berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita
dengan menyebut nama atau kata ganti: ia, dia, dan mereka.
Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua
golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan
pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang
dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tokoh “dia” jadi bersifat mahatahu. Di pihak lain ia
mempunyai keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”,
jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
108
b. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
pandang persona pertama narator adalah seseorang yang ikut
terlibat dalam cerita. Sudut pandang persona pertama dapat
dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan
kedudukan si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki
peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki
peran tambahan menjadi tokoh tambahan protagonis atau
berlaku sebagai saksi.
c. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin
saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari
teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang
dituliskannya. Semuanya itu tergantung dari kemauan dan
kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik
yang ada demi tercapainya efektivitas
Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi
penceritaan agar memberikan kesan lain.
6. Gaya Bahasa
Menurut Gorys keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Gaya Bahasa Penegasan
a. Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang
maksudnya sudah dipahami umum.
109
Contoh:
Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya
dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang
berkilau bukanlah berarti emas.
b. Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan
paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
Contoh:
Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang
menentukan, tetapi kelakuanmu.
c. Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan
beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah
tingkatannya.
Contoh:
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang
cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.
d. Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan
beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi
tingkatannya.
Contoh:
Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota,
hari proklamasi dirayakan dengan meriah.
e. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata itu
diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang
yang dimaksud.
Contoh:
Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si
Jangkung.
f. Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang
digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata
kasar atau kurang sopan.
110
Contoh:
Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu
mengikuti pelajaran.
g. Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan
sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh:
Suaranya mengguntur membelah angkasa.
h. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata
atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk
menyebut benda yang dimaksud.
Contoh:
Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
i. Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti yang
khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal
dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora.
Contoh:
Anafora Epifora
Sunyi itu duka Cintaku untukmu
Sunyi itu kudus Sayangku untukmu
Sunyi itu lupa Hidupku untukmu
j. Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan
kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah
terkandung dalam kara sebelumnya.
Contoh:
Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa
Lutfi berkelahi di tempat itu.
k. Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan
menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada
kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan ketika sang surya
merekah di ufuk timur.
111
l. Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang
sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini
sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
Contoh:
Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan
setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka!
m. Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan
kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena
itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban.
Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan?
n. Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu:
(1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh:
Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp 10.000,00
(2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh:
Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia
o. Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan
kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
Gaya Bahasa Perbandingan
a. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya
secara menyeluruh.
Contoh:
112
Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera
kehidupan kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup
menghadapi badai dan gelombang.
b. Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan
sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau
yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari
yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh:
Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli
barang semahal itu?
c. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan
persamaannya.
Contoh:
Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh.
d. Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda
mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia,
dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.
Contoh:
Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari.
e. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan
kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka,
ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
f. Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambang-
lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu.
Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon!
Gaya Bahasa Pertentangan
a. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian
atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman
tertentu.
113
Contoh:
Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya
dengan peluru kendali jarak menengah.
b. Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih
dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.
Contoh:
Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam
dinding yang terus terdengar.
c. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua
pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh:
Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
Gaya Bahasa Sindiran
a. Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan
pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Contoh:
Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
b. Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang
menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan
maksud si pembicara.
Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit).
c. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan
kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk
menyatakan amarah.
Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet!
d. Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.
Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih
sedikit!
114
Lampiran 3
SOAL PRETEST
1. Jawablah soal berikut ini dengan benar!
2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan.
II. Menjodohkan!
I. Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban
yang Benar dan “S” untuk jawaban yang salah.
1. Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (...)
2. Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (...)
3. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. (...)
4. Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam fiksi. (...)
5. Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (...)
6. Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang
dibuatnya. (...)
7. Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (...)
8. Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan
dari sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja
hal-hal yang menyangkut soal “dia” tersebut. (...)
9. Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan
sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (...)
10. Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00.
Contoh kalimat majas di atas adalah majas totem pro parte. (...)
115
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
Soal Pilihan Jawaban
1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron”
adalah ...
2. Sudut pandang pengarang dalam cerpen
“Laron” adalah ...
3. Latar ... dalam cerpen “Laron” adalah
pada bulan Ramadhan.
4. Latar ... dalam cerpen “Laron” adalah
masyarakat Betawi.
5. “Para bapak dan pemuda sibuk membersihkan rumah, mengecat dinding dan pagarnya, membabat ranting-ranting pohon yang melebat di halaman, mengangkat sampah yang menyumbat solokan, membuang rongsokan yang menyesakkan” (h. 9).
Majas yang digunakan pada kalimat di
atas adalah ...
6. “Mobil dan bak terbuka merangkak dengan beduk dan tambur yang ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
Majas yang digunakan pada kalimat di
atas adalah ...
7. Tema yang terkandung dalam cerpen
“Laron” adalah ...
8. Amanat yang terkandung di dalam
cerpen “Laron” adalah ...
9. Pengarang cerpen “Laron” adalah ...
10. Unsur-unsur yang membangun karya
a. Chairil Gibran
Ramadhan
b. Unsur intrinsik
c. Sosial
d. Waktu
e. Bersyukur
f. Mahmud
g. Sudut pandang
“dia” serbatahu
h. Personifikasi
i. Antiklimaks
j. Bersyukur
terhadap apa
yang telah Allah
berikan dan
jangan
berlebihan
dalam
merayakan
suatu kegiatan
116
sastra itu sendiri adalah pengertian dari ...
117
Lampiran 4
SOAL POSTTEST
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
1. Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa.
b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa.
c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan plaza dengan cara memaksa.
d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa.
e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2. Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah
dan rumahnya adalah ...
a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka
merayu ibunya.
b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal.
c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji,
membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti
Nyak Haji beserta keluarganya.
d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya.
118
e. Membakar rumah Nyak Haji.
3. Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan
leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi.
b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip
wanita tua renta.
c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang
tuanya.
d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya.
e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Orang pertama pelaku utama
b. Orang pertama sebagai pengamat
c. Orang ketiga serbatahu
d. Orang ketiga pelaku utama
e. Orang ketiga pelaku sampingan
5. Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ...
a. Pelukisan bentuk fisik tokoh
b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh
c. Dialog antartokoh
119
d. Tanggapan tokoh lain
e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6. Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ...
a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah
menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati.
c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah.
d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah
meninggal dunia.
e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7. Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual
rumahnya.
b. Nyak Haji merasa kecewa.
c. Nyak Haji merasa sedih.
d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji.
e. Nyak Haji bahagia.
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9.
“Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi
120
kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109)
8. Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...
a. Simpati
b. Empati
c. Dermawan
d. Diktator
e. Rendah hati
9. ... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan
pemerintah.
a. Tentara
b. Nyak Haji beserta anak-anaknya
c. Pak Haji beserta anak-anaknya
d. Empat pemuda
e. Pak RT
10. Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ...
a. Pendeskripsian tokoh
b. Pendeskripsian masalah
c. Munculnya konflik
d. Pemuncakan masalah
e. Pendeskripsian suasana
121
11. Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Keras kepala dan tegar
b. Penakut dan pemalu
c. Pendiam dan penyabar
d. Pemberani dan cerdas
e. Keras kepala dan penakut
12. Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ...
a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan
diremehkan oleh pejabat tinggi.
b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada
Tuhan niscaya terlindungi.
c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa.
d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara.
e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13. “Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
d. Personifikasi
e. Metonimia
122
14. “Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
d. Personifikasi
e. Metonimia
15. Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ...
a. Pondok Indah
b. Pondok Pinang
c. Pondok Gede
d. Pondok Cabe
e. Pondok Kelapa
16. Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ...
a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan
b. Sebelas Colen di Malam Jumat
c. Sebelas Colen di Malam Lebaran
d. Sebelas Colen di Malam Takbiran
e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun
123
17. Unsur ekstrinsik adalah ...
a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya.
c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya.
d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya
sastra.
e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18. Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ...
a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial.
b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan.
c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial.
d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu.
e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19. Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ...
a. Gaya bahasa
b. Latar
c. Tema
d. Tokoh
e. Alur
124
20. Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut
...
a. Plot
b. Latar
c. Tema
d. Gaya bahasa
e. Tokoh
125
Lampiran 5
LEMBAR PENILAIAN
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
No Aspek yang diamati Kriteria
Kurang Cukup Baik
1. Siswa memberikan respon positif
selama pembelajaran berlangsung.
2. Siswa memperhatikan dan
menyimak penjelasan guru dengan
baik.
3. Siswa aktif dalam mengajukan
pertanyaan.
4. Siswa menyampaikan pendapat
atau tanggapannya.
5. Siswa saling memotivasi dan
membantu kelompoknya dalam
menjawab pertanyaan.
6. Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan guru dengan serius.
7. Siswa memiliki kerjasama dan
tanggung jawab pada
kelompoknya.
8. Siswa mengikuti pembelajaran dari
awal sampai akhir.
Jakarta,
Observer
126
Lampiran 6
Penilaian Siswa Terhadap Guru
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
No. Aspek yang diamati Kriteria
Kurang Cukup Baik
1. Guru memberikan penjelasan materi unsur
intrinsik pada cerita pendek.
2. Guru menguasai materi pembelajaran unsur
intrinsik pada cerita pendek dengan baik.
3. Guru menggunakan media yang mendukung
untuk pembelajaran unsur intrinsik pada
cerita pendek.
4. Guru menggunakan metode yang tepat dalam
unsur intrinsik pada cerita pendek.
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan.
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pendapat atau
menanggapi mengenai materi yang
disampaikan.
7. Guru memberikan tugas sesuai dengan
materi pembelajaran yang disampaikan.
8. Guru memperhatikan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dan
membantu mengarahkan siswa jika menemui
kesulitan dalam mengerjakan tugas atau
latihan.
127
Lampiran 7
Catatan Lapangan
Pertemuan Pertama (25 Juli 2011)
No. Catatan Lapangan Kendala/Kesuliatan
Guru
Solusi/Sarana
Perbaikan
Pertemuan Kedua (26 Juli 2011)
No. Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan
Guru
Solusi/Sarana
Perbaikan
128
Lampiran 8
JURNAL SISWA
Identitas Siswa
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Sekolah :
Hari, Tanggal :
Pertanyaan
1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi
tersebut?
129
130
131
132
Lampiran 10
133
134
135
136
137
Lampiran 11
DAFTAR NAMA SISWA KELAS X MA AS-SYAFI’IYAH TAHUN
AJARAN 2011/2012
No. Nama Siswa
1. Abdul Mujib
2. Abu Dzar Alqifari
3. Ade Syifa Indriani
4. Ahmad Irfan
5. Amalia
6. Anisa Ayu
7. Anisa Dwi Septiani
8. Bian Abdillah
9. Deni Hardiansah
10. Dicky Pradita Akbar
11. Ernawati
12. Iis Rahmawati
13. Indi Indriyani
14. Labyb Awfa
15. Maulidia Fitriani
16. Miftahul Khair
17. Muhammad Nur
18. Muhammad Sidiq
19. Rahma Nispiyanti
20. Ranti
21. Rere Erni Tiarno Putri
22. Sabda Risni
23. Salbiyah
24. Silsila Fauziah
25. Siti Zahro
138
Lampiran 12
SOAL PRETEST
Nama: Labiyb Awfa
Kelas: X
1. Jawablah soal berikut ini dengan benar!
2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan.
I. Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban
yang Benar dan “S” untuk jawaban yang salah.
1. Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (S)
2. Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (S)
3. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. (B)
4. Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan
dalam fiksi. (B)
5. Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (B)
6. Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang
dibuatnya. (S)
7. Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (S)
8. Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan dari
sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal
yang menyangkut soal “dia” tersebut. (B)
9. Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan
sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (B)
10. Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00.
Contoh kalimat majas di atas adalah majas totem pro parte. (S)
139
II. Menjodohkan!
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
Soal Pilihan Jawaban
1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron”
adalah (F)
2. Sudut pandang pengarang dalam
cerpen “Laron” adalah (G)
3. Latar (D) dalam cerpen “Laron”
adalah pada bulan Ramadhan.
4. Latar (C) dalam cerpen “Laron”
adalah masyarakat Betawi.
5. “Para bapak dan pemuda sibuk
membersihkan rumah, mengecat
dinding dan pagarnya, membabat
ranting-ranting pohon yang melebat
di halaman, mengangkat sampah
yang menyumbat solokan,
membuang rongsokan yang
menyesakkan” (h. 9).
Majas yang digunakan pada kalimat
di atas adalah (I)
6. “Mobil dan bak terbuka merangkak
dengan beduk dan tambur yang
ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
k. Chairil Gibran
Ramadhan
l. Unsur intrinsik
m. Sosial
n. Waktu
o. Bersyukur
p. Mahmud
q. Sudut pandang
“dia” serbatahu
r. Personifikasi
s. Antiklimaks
t. Bersyukur
terhadap apa
yang telah Allah
berikan dan
jangan
berlebihan
dalam
merayakan
suatu kegiatan
140
Majas yang digunakan pada kalimat
di atas adalah (I)
7. Tema yang terkandung dalam
cerpen “Laron” adalah (E)
8. Amanat yang terkandung di dalam
cerpen “Laron” adalah (J)
9. Pengarang cerpen “Laron” adalah
(A)
10. Unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri adalah
pengertian dari (B)
141
Lampiran 13
SOAL PRETEST
Nama: Muhammad Siddiq
Kelas: X
1. Jawablah soal berikut ini dengan benar!
2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan.
I. Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban
yang Benar dan “S” untuk jawaban yang Salah.
1. Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (B)
2. Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (S.)
3. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. (B)
4. Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam fiksi. (S)
5. Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (S)
6. Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang
dibuatnya. (B)
7. Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (B)
8. Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan
dari sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja
hal-hal yang menyangkut soal “dia” tersebut. (S)
9. Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan
sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (B)
10. Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00.
Contoh kalimat majas di atas adalah majas totem pro parte. (B)
142
II. Menjodohkan!
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
Soal Pilihan Jawaban
1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron”
adalah (D)
2. Sudut pandang pengarang dalam cerpen
“Laron” adalah (G)
3. Latar (D) dalam cerpen “Laron” adalah
pada bulan Ramadhan.
4. Latar (I) dalam cerpen “Laron” adalah
masyarakat Betawi.
5. “Para bapak dan pemuda sibuk membersihkan rumah, mengecat dinding dan pagarnya, membabat ranting-ranting pohon yang melebat di halaman, mengangkat sampah yang menyumbat solokan, membuang rongsokan yang menyesakkan” (h. 9).
Majas yang digunakan pada kalimat di
atas adalah (F)
6. “Mobil dan bak terbuka merangkak dengan beduk dan tambur yang ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
Majas yang digunakan pada kalimat di
atas adalah (C)
7. Tema yang terkandung dalam cerpen
“Laron” adalah (A)
8. Amanat yang terkandung di dalam
cerpen “Laron” adalah (J)
a. Chairil Gibran
Ramadhan
b. Unsur intrinsik
c. Sosial
d. Waktu
e. Bersyukur
f. Mahmud
g. Sudut pandang
“dia” serbatahu
h. Personifikasi
i. Antiklimaks
j. Bersyukur
terhadap apa
yang telah Allah
berikan dan
jangan
berlebihan
dalam
merayakan
suatu kegiatan
143
9. Pengarang cerpen “Laron” adalah (E)
10. Unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri adalah pengertian dari
(B)
144
Lampiran 14
Nama: Labiyb Awfa
Kelas : X
SOAL POSTTEST
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
1. Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa.
b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa.
c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan plaza dengan cara memaksa.
d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa.
e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2. Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah
dan rumahnya adalah ...
a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka
merayu ibunya.
b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal.
c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji,
membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti
Nyak Haji beserta keluarganya.
145
d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya.
e. Membakar rumah Nyak Haji.
3. Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan
leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi.
b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip
wanita tua renta.
c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang
tuanya.
d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya.
e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Orang pertama pelaku utama
b. Orang pertama sebagai pengamat
c. Orang ketiga serbatahu
d. Orang ketiga pelaku utama
e. Orang ketiga pelaku sampingan
5. Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ...
a. Pelukisan bentuk fisik tokoh
b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh
146
c. Dialog antartokoh
d. Tanggapan tokoh lain
e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6. Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ...
a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah
menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati.
c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah.
d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah
meninggal dunia.
e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7. Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual
rumahnya.
b. Nyak Haji merasa kecewa.
c. Nyak Haji merasa sedih.
d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji.
e. Nyak Haji bahagia.
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9.
147
“Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109)
8. Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...
a. Simpati
b. Empati
c. Dermawan
d. Diktator
e. Rendah hati
9. ... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan
pemerintah.
a. Tentara
b. Nyak Haji beserta anak-anaknya
c. Pak Haji beserta anak-anaknya
d. Empat pemuda
e. Pak RT
10. Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ...
a. Pendeskripsian tokoh
b. Pendeskripsian masalah
c. Munculnya konflik
d. Pemuncakan masalah
148
e. Pendeskripsian suasana
11. Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Keras kepala dan tegar
b. Penakut dan pemalu
c. Pendiam dan penyabar
d. Pemberani dan cerdas
e. Keras kepala dan penakut
12. Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ...
a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan
diremehkan oleh pejabat tinggi.
b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada
Tuhan niscaya terlindungi.
c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa.
d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara.
e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13. “Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
d. Personifikasi
149
e. Metonimia
14. “Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
d. Personifikasi
e. Metonimia
15. Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ...
a. Pondok Indah
b. Pondok Pinang
c. Pondok Gede
d. Pondok Cabe
e. Pondok Kelapa
16. Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ...
a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan
b. Sebelas Colen di Malam Jumat
c. Sebelas Colen di Malam Lebaran
d. Sebelas Colen di Malam Takbiran
e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun
150
17. Unsur ekstrinsik adalah ...
a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya.
c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya.
d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya
sastra.
e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18. Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ...
a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial.
b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan.
c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial.
d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu.
e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19. Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ...
a. Gaya bahasa
b. Latar
c. Tema
d. Tokoh
151
e. Alur
20. Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut
...
a. Plot
b. Latar
c. Tema
d. Gaya bahasa
e. Tokoh
152
Lampiran 15
Nama: Ranti
Kelas: X
SOAL POSTTEST
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji”
karya Chairil Gibran Ramadhan.
1. Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa.
b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa.
c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan plaza dengan cara memaksa.
d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa.
e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk
pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2. Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah
dan rumahnya adalah ...
a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka
merayu ibunya.
b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal.
153
c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji,
membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti
Nyak Haji beserta keluarganya.
d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya.
e. Membakar rumah Nyak Haji.
3. Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan
leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi.
b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip
wanita tua renta.
c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang
tuanya.
d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya.
e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Orang pertama pelaku utama
b. Orang pertama sebagai pengamat
c. Orang ketiga serbatahu
d. Orang ketiga pelaku utama
e. Orang ketiga pelaku sampingan
5. Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ...
154
a. Pelukisan bentuk fisik tokoh
b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh
c. Dialog antartokoh
d. Tanggapan tokoh lain
e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6. Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ...
a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah
menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati.
c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah.
d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah
meninggal dunia.
e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7. Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual
rumahnya.
b. Nyak Haji merasa kecewa.
c. Nyak Haji merasa sedih.
d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji.
e. Nyak Haji bahagia.
155
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9.
“Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109)
8. Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...
a. Simpati
b. Empati
c. Dermawan
d. Diktator
e. Rendah hati
9. ... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan
pemerintah.
a. Tentara
b. Nyak Haji beserta anak-anaknya
c. Pak Haji beserta anak-anaknya
d. Empat pemuda
e. Pak RT
10. Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ...
a. Pendeskripsian tokoh
b. Pendeskripsian masalah
c. Munculnya konflik
156
d. Pemuncakan masalah
e. Pendeskripsian suasana
11. Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ...
a. Keras kepala dan tegar
b. Penakut dan pemalu
c. Pendiam dan penyabar
d. Pemberani dan cerdas
e. Keras kepala dan penakut
12. Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ...
a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan
diremehkan oleh pejabat tinggi.
b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada
Tuhan niscaya terlindungi.
c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa.
d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara.
e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13. “Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
157
d. Personifikasi
e. Metonimia
14. “Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108)
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
a. Simile
b. Pars pro toto
c. Totem pro parte
d. Personifikasi
e. Metonimia
15. Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ...
a. Pondok Indah
b. Pondok Pinang
c. Pondok Gede
d. Pondok Cabe
e. Pondok Kelapa
16. Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ...
a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan
b. Sebelas Colen di Malam Jumat
c. Sebelas Colen di Malam Lebaran
d. Sebelas Colen di Malam Takbiran
158
e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun
17. Unsur ekstrinsik adalah ...
a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya.
c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya.
d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya
sastra.
e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18. Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ...
a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial.
b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan.
c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial.
d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu.
e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19. Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ...
a. Gaya bahasa
b. Latar
c. Tema
159
d. Tokoh
e. Alur
20. Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut
...
a. Plot
b. Latar
c. Tema
d. Gaya bahasa
e. Tokoh
160
161
162
163
164
165
166
167
168
Lampiran 21
Jurnal Siswa
Identitas Siswa
Nama : Annisa Dwi Septiani
No. Absen : 7
Kelas : X (Sepuluh)
Sekolah : MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal : Senin, 25 Juli 2011
Pertanyaan
1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
Materi tentang unsur intrinsik cerpen dan unsur intrinsik cerpen.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi
tersebut?
Senang dan ingin lebih mempelajari materi ini.
169
Jurnal Siswa
Identitas Siswa
Nama : Sabda Risni
No. Absen : 23
Kelas : X (Sepuluh)
Sekolah : MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal : Senin, 25 Juli 2011
Pertanyaan
1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
Materi tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi
tersebut?
Lebih mengenal cerpen dan unsur-unsurnya.
170
Lampiran 22
Jurnal Siswa
Identitas Siswa
Nama : Anisa Ayu
No. Absen : 6
Kelas : X (Sepuluh)
Sekolah : MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal : Selasa, 26 Juli 2011
Pertanyaan
1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
Materi unsur intrinsik dalam cerpen dan membahasnya satu persatu.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi
tersebut?
Menjadi lebih mengerti.
171
Jurnal Siswa
Identifikasi Siswa
Nama : Anisa Dwi Septiani
No. Absen : 7
Kelas : X (Sepuluh)
Sekolah : MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal : Selasa, 26 Juli 2011
Pertanyaan
1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
Cerpen dan unsur intrinsik.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi
tersebut?
Lebih memahami unsur intrinsik dan cerpen.
172
Lampiran 23
SEJARAH DAN PROFIL SEKOLAH
Pada tahun 1927, H. Abdullah Syafi‟ie dalam usia 17 tahun
sudah mulai mengajar di madrasah yang ia bangun di tanah milik
orang tuanya H. Syafi‟ie bin H. Siran, di kampung Balimatraman,
Jakarta Selatan. Selain mengajar, H. Abdullah Syafi‟ie juga
memimpin pengajian di masjid Al-Barkah As-Syafi‟iyah. Pengajian
kaum ibu dipimpin oleh istrinya, Hj. Rogayah binti KH. Ahmad
Muhtar (salah seorang gurunya). H. Abdullah Syafi‟ie yang
dikaruniai oleh Allah SWT bakat dan kemampuan sebagai mubaligh
sering diundang bertabligh atau mengajar di pengajian masjid-masjid
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Berangsur-angsur H. Abdullah
Syafi‟ie menjadi ulama yang akrab di tengah masyarakat.
Beberapa tahun kemudian dilakukan penyempurnaan madrasah
yang diberi nama Madrasah Islamiyah, baik fasilitas maupun
pendidikannya. Disediakan asrama pelajar, perumahan guru dan
karyawan. Sistem pendidikan pesantren dikembangkan.
Berdatanganlah para santri dari dalam negeri, bahkan ada yang
datang dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Tahun 1957, didirikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah. Kemudian pada tahun 1969 didirikan Raudatul Athfal (TK)
As-Syafi‟iyah. Pemberian nama As-Syafi‟iyah dilatarbelakangi
untuk mengabadikan nama ayahnya, H. Syafi‟ie, dan mazhab yang
dianutnya yaitu mazhab Imam Syafi‟ie. Kegiatan yayasan yang baru
didirikan itu ditata dari kegiatan yang telah berjalan, dipilah-pilah
menjadi 3 bidang yaitu bidang pendidikan, bidang sosial, dan bidang
dakwah.
Kegiatan demi kegiatan berlangsung secara berkesinambungan,
dilakukan dengan selalu melibatkan masyarakat. Hal ini membuat
Perguruan Islam As-Syafi‟iyah menjadi perguruan yang melekat di
hati rakyat. Sebutan ulama rakyat semakin mapan terkait dengan
sosok KH. Abdullah Syafi‟ie. Ia populer di kalangan pemerintah,
173
golongan atas, golongan menengah, dan golongan dhuafa. Suaranya
suara rakyat yang disampaikan dengan gayanya yang khas
(dakwahnya yang lantang) melalui radio As-Syafi‟iyah. Ia
menyelusup ke setiap relung kehidupan masyarakat yang ia cintai.
Begitulah ketika KH. Abdullah Syafi‟ie berpulang ke rahmatullah
tanggal 18 Dzulhijjah 1404 H/3 September 1985, media massa
mengulasnya “Ulama Rakyat itu Telah Tiada”.
Dalam rangka pemantapan sehubungan dengan terjadinya alih
generasi setelah berpulangnya KH. Abdullah Syafi‟ie ke
rahmatullah, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya KH. Abdul
Rasyid Abdullah Syafi‟ie ditetapkan lima program yaitu pemantapan
khittah, pemantapan program, pemantapan kepemimpinan,
pemantapan manajemen, dan pemantapan organisasi.
174
175
176
177
178
Lampiran 28
FOTO KEGIATAN
179
Lampiran 29
RENCANA PENETAPAN STANDAR KELULUSAN BELAJAR MINIMAL (SKBM)
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No Mata Pelajaran Standar Kelulusan Keterangan
1 Pendidikan Agama Islam
1. Setiap siswa yang telah memenuhi SKBM dianggap tuntas/lulus
a. Al-Qur’an Hadits
70
b. Aqidah Akhlak
70
c. Fiqih
70
2. Setiap siswa yang belum memenuhi SKBM harus mengikuti remedial (maksimal 2 x) dan nilai hasil remedial tidak boleh melebihi nilai SKBM
d. SKI
70
2 Pkn 70
3 Bahasa Arab 70
4 Bahasa Indonesia 65
5 Bahasa Inggris 65
6 Matematika 65
7 Seni Budaya 70
8 Penjaskesor 70
9 Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Sejarah
65
b. Geografi
65
c. Ekonomi
65
d. Sosiologi 65
10 Ilmu Pengetahuan Alam
a. Fisika
65
180
b. Kimia
65
c. Biologi
65
11 TI dan K 70
12 Muatan Lokal
a. Nahwu Shorof
70
b. Ushul Fiqh
70
Jakarta, 13 Juli 2011
Kepala Madrasah, Anwar, S.Ag,MM
181
BIOGRAFI PENULIS
DURRAH NAFISAH, lahir di Jakarta, 16 Juni 1989.
Menuntaskan pendidikan dasar di SDN 03 Pagi, Bukit Duri.
Kemudian ia menuntut ilmu di SMP Negeri 33, Manggarai,
Jakarta Selatan. Setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang
Sekolah Menengah di SMA Negeri 37 Jakarta. Ia
meneruskan pendidikannya di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, masuk pada tahun 2007. Ia
mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Perempuan yang berasal dari suku Betawi ini tinggal di daerah Bukit Duri,
Tebet, Jakarta Selatan. Ia memiliki hobi membaca, menyanyi, dan berbisnis.
Dengan hobi berbisnisnya ini, ia menjadi salah satu distributor Boneka Horta
untuk wilayah DKI Jakarta. Selain sebagai mahasiswa, penulis juga merupakan
anggota Initiatives of Change (IofC) Indonesia dan telah mengikuti Youth Camp
pada tahun 2010.
Motto hidupnya adalah berusaha untuk selalu bersyukur dan yakin bahwa Allah
SWT selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hambaNya yang mau berusaha.
Karena dengan bersyukur maka nikmat yang Allah SWT berikan akan bertambah.
InsyaAllah.