PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI … filemenyelesaikan penelitian yang berjudul...

55
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SLAWIKULON 05 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : ROHMIYATUN NIM. X2707011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 1 0

Transcript of PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI … filemenyelesaikan penelitian yang berjudul...

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA

SISWA KELAS III SD NEGERI SLAWIKULON 05

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

ROHMIYATUN NIM. X2707011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2 0 1 0

ii

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA

SISWA KELAS III SD NEGERI SLAWIKULON 05

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :

ROHMIYATUN

NIM X2707011

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2 0 1 0

iii

PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

Persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Laporan PTK

Nama Terang tanda tangan

Ketua : ……………………..

Sekretaris : ……………………..

Anggota I : ……………………..

Anggota II : ……………………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 196007271987021001

iv

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan di

hadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juni 2010

Pembimbing,

Dra. RUKAYAH, M.Hum. NIP. 19570827 198203 2 002

Supervisor,

MURTINI, S.Pd. NIP. 19710109 199303 2 010

v

ABSTRAK

Rohmiyatun. NIM X2707011. Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas III SDNegeri Slawikulon 05 Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010. Kata Kunci : Pemahaman Konsep, Pendekatan Kontekstual, Konsep

Pecahan

Pemahaman siswa terhadap konsep pecahan masih rendah dibuktikan dengan hasil belajar belum memuaskan. Nilai rata-rata yang dicapai 52 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal 50 %. Hal ini disebabkan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dan tidak didukung adanya media atau alat peraga yang memadai sehingga proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan agar pembelajaran dapat mengkondisikan siswa untuk dapat belajar dengan penuh makna dan menyenangkan.Salah satu upaya tersebut adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran. Penelitian ini disusun dengan metode penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah siswa Kelas III SDN Slawikulon 05 sejumlah 38 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan, memaparkan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, dan mendeskripsikan serta mengatasi hambatan yang ditemui dalam menerapkan pendekatan kontekstual. Kendala dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

Hasil penelitian diperoleh data, pada kondisi awal sebelum tindakan nilai rata-rata kelas 52 dengan tingkat ketuntasan klasikal 50 %. Pada siklus I nilai rata-rata 85 dengan ketuntasan klasikal 95%. Sedangkan nilai rata-rata yang dicapai pada siklus II adalah 71 dengan ketuntasan klasikal sebesar 87%. Nilai rata-rata dari siklus I dan II adalah 78 dengan tingkat ketuntasan 97%.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep pecahan yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk

menyelesaikan penelitian yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan

Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas III SD Negeri

Slawikulon 05 Tahun Pelajaran 2009/2010” ini tepat waktu. Keberhasilan penulisan

berkat bimbingan, bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis sampaikan banyak terima kasih

terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si selaku Pembantu Rektor I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Sukarno, M.Pd., selaku Ketua Program PJJ S1 PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pelaksana Progam PJJ S1 PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dra. Rukayah, M.Hum.selaku pembimbing yang telah memberikan arahan

dan bimbingan selama penelitian.

6. Bapak Taufiq Lilo, S.T.M.T dosen pengampu mata kuliah e-TA yang telah

banyak memberikan bantuan dan bimbingan.

7. Ibu Darisah Vigiyanti, selaku Kepala SDN Slawikulon 05 yang telah

memberikan bantuan fasilitas maupun dukungan moril selama penelitian

berlangsung.

8. Rekan-rekan guru SDN Slawikulon 05 yang telah banyak memberikan

dukungan moril.

9. Semua pihak yang telah membantu atas keberlangsungan penelitian.

vii

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat atas

bimbingan, bantuan, dan amal baiknya. Atas segala kekurangannya penulis mohon

maaf yang setulus-tulusnya.

Penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini masih

banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki baik dalam ilmu

maupun pengetahuan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat.

Tegal, Juni 2010

Peneliti

Rohmiyatun NIM X2707011

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv

ABSTRAK............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya............................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

D. Manfaat Hasil Penelitian................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................... 5

A. Kajian Teori ...................................................................................... 5

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan............................................ 13

C. Kerangka Pikir .................................................................................. 14

D. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 16

A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 16

B. Subjek Penelitian ............................................................................. 17

C. Prosedur Penelitian .......................................................................... 17

D. Indikator Keberhasilan..................................................................... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 20

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 20

B. Pembahasan ..................................................................................... 37

ix

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 41

A. Simpulan ........................................................................................... 41

B. Saran ................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 43

LAMPIRAN.......................................................................................................... 44

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian.............................................................. 16

Tabel 2 : Pengelompokan Nilai Siklus I ......................................................... 31

Tabel 3 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa.................................................. 32

Tabel 4 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I............................. 33

Tabel 5 : Pengelompokan Nilai Siklus II........................................................ 34

Tabel 6 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa.................................................. 35

Tabel 7 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II ........................... 36

Tabel 8 : Pengelompokan Nilai Awal dan Akhir Siklus................................. 38

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 : Alur Berpikir ............................................................................. 15

Gambar 2 : Prosedur Penelitian .................................................................... 19

Gambar 3 : Struktur Organisasi SDN Slawi Kulon 05 ................................. 21

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Contoh Perangkat Pembelajaran..................................................................... 44

B. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 66

C. Personalia Peneliti .......................................................................................... 74

D. Curriculum Vitae Peneliti ............................................................................... 75

E. Data Penelitian................................................................................................ 76

Siklus I

Lampiran 1 : Daftar Hadir Mahasiswa........................................................ 76

Lampiran 2 : Presensi Siswa di Kelas......................................................... 77

Lampiran 3 : Lembar Observasi ................................................................. 78

Lampiran 4 : Pendapat Siswa...................................................................... 90

Lampiran 5 : Penilaian Kepala Sekolah...................................................... 92

Lampiran 6 : Penilaian Guru Teman Sejawat ............................................. 100

Siklus II

Lampiran 7 : Daftar Hadir Mahasiswa........................................................ 109

Lampiran 8 : Presensi Siswa di Kelas......................................................... 110

Lampiran 9 : Lembar Observasi ................................................................. 111

Lampiran 10 : Pendapat Siswa...................................................................... 123

Lampiran 11 : Penilaian Kepala Sekolah...................................................... 125

Lampiran 12 : Penilaian Guru Teman Sejawat ............................................. 135

Lampiran 13 : Contoh Hasil Evaluasi Siswa ................................................ 148

Lampiran 14 : Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I .................................... 149

Lampiran 15 : Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II................................... 155

Lampiran 16 : Daftar Nilai Siklus I .............................................................. 161

Lampiran 17 : Daftar Nilai Siklus II ............................................................. 162

Lampiran 18 : Daftar Nilai Awal dan Akhir Siklus ..................................... 163

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran dapat diamati dari keberhasilan siswa

dalam mengikuti pembelajaran, baik tingkat pemahaman, penguasaan materi,

maupun hasil belajarnya. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi

serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam

pembelajaran. Namun pada kenyataannya hasil belajar yang dicapai siswa masih

rendah dan belum menunujukkkan hasil yang diharapkan. Kebanyakan dari siswa

masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pecahan terutama dalam

membandingkan pecahan dan ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi

tentang makna pecahan.Dari 38 siswa yang mendapat nilai di atas KKM

(60) sejumlah 19 siswa atau sekitar 50 % dengan nilai rata-rata 52. Hasil belajar

yang rendah pada materi pecahan yang dialami siswa kelas III SD Negeri

Slawikulon 05 ini karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan.

Tingkat pemahaman yang rendah disebabkan oleh penggunaan dan

pemilihan metode yang kurang tepat. Cara pembelajaran konsep cenderung

abstrak sehingga konsep-konsep akademik menjadi sulit dipahami oleh siswa.

Selain itu guru dalam mengajar kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat

membantu pemahaman siswa seperti adanya penggunaan media/alat peraga yang

sesuai dengan taraf berpikir siswa.Pola pembelajaran masih bersifat tradisional,

artinya guru masih menggunakan metode konvensional yang cenderung bersifat

teacher centered yaitu dominasi guru dalam pembelajaran. Guru mengajar dengan

berceramah dan mengharap siswa mendengarkan, mencatat, dan menghafal.

Pembelajaran yang demikian tidak mampu membelajarkan siswa ke dalam

pembelajaran yang bermakna sehingga siswa kurang aktif dan cenderung kurang

antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

1

xiv

Berdasar kenyaatan tersebut, maka pembelajaran matematika pada konsep

pecahan di kelas III semester II SD Negeri Slawikulon 05 perlu ditingkatkan

guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pecahan sehingga hasil

belajar siswa juga mengalami peningkatan. Jika hal tersebut tidak mendapatkan

upaya perbaikan dalam pembelajaran maka akan berakibat pada pemahaman dan

penguasaan materi berikutnya karena dalam pembelajaran matematika dikenal

adanya dalil konektivitas yang dikemukakan oleh Bruner yang menyebutkan

bahwa setiap konsep dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep yang

lain. Dengan memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang

lain dari matematika, pemahaman siswa terhadap struktur dan isi matematika

menjadi lebih utuh.(Nyimas Aisyah dkk, 2007:11-12).

Guru harus merancang pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode

yang bervariasi, salah satunya adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual.

Menurut Masnur Muslich (2007:40) pendekatan kontekstual diperlukan

dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa

tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana

pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep

akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, yang

belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka. Pembelajaran yang

selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari serentetan

topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian

yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi

baru dalam kehidupan mereka. Sejalan dengan pernyataan tersebut , jika dipahami

dan dilaksanakan secara tepat, CTL memiliki potensi untuk menjadi lebih dari

sekedar noktah pada layar praktis di ruang kelas.CTL menawarkan jalan menuju

keunggulan akademis yang dapat diikuti oleh semua siswa. Hal ini terjadi karena

CTL sesuai dengan kerja otak dan prinsip-prinsip yang menyokong sistem

kehidupan. (Jonson B. E, 2009 : 32 ).

Berawal dari masalah pembelajaran tentang konsep pecahan dan

penerapan teori inilah, maka penelitian tindakan kelas perlu dilaksanakan untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan bagi siswa Kelas III

SD Negeri Slawikulon 05 Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal demi tercapainya

peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

xv

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

1. Rumusan Masalah

a. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep pecahan?

b. Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual pada

pembelajaran konsep pecahan ?

c. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pelaksanaan penerapan

pendekatan kontekstual?

2. Pemecahan Masalah

Rendahnya pemahaman siswa pada konsep pecahan yang merupakan

rentetan dari masalah miskonsepsi pada beberapa siswa, serta kurang

semangat siswa dalam pembelajaran yang disebabkan oleh pemilihan metode

yang kurang tepat dapat diupayakan dengan menerapkan pendekatan

kontekstual pada kegiatan pembelajaran. Melalui pendekatan kontekstual ini,

guru dapat mengaitkan atau menghubungkan antara materi pelajaran dengan

dunia nyata siswa. Dalam membelajarkan siswa pada materi pecahan dapat

digunakan peragaan langsung dengan benda-benda konkrit yang dikenal siswa

agar mereka dapat memahami konsep pecahan secara benar sehingga tidak

terjadi adanya salah konsep.

Salah satu karakteristik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

adalah bahwa pembelajaran itu menyenangkan, maka perlu dirancang

kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan bersemangat

dalam belajar. Kebermaknaan pembelajaran lebih difokuskan untuk

meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep pecahan.

2. Memaparkan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran.

3. Mendeskripsikan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam

menerapkan pendekatan kontekstual.

xvi

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi siswa :

Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan sehingga hasil

belajar siswa juga meningkat.

2. Bagi guru :

Meningkatnya kinerja yang lebih profesional dan inovatif serta untuk

memperbaiki proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah :

Meningkatnya kondisi sekolah yang lebih kondusif, inovatif dan berkualitas.

xvii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pecahan

Pecahan yang dipelajari siswa di SD, sebetulnya merupakan bagian

dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk ba

dengan a dan b

merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. Secara simbolik

pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari:(1) pecahan biasa, (2)

pecahan desimal, (3) pecahan persen, dan (4) pecahan campuran. Begitu pula

pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tak terhingga

banyaknya. Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk

melambangkan bilangan pecah dan rasio (perbandingan). Menurut Kennedy

dalam Sukayati (1994: 425-427) makna dari pecahan dapat muncul dari

situasi-situasi sebagai berikut :

a. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau

keseluruhan.

Pecahan biasa dapat digunakan untuk manyatakan makna dari setiap

bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan

diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus

mandapat bagian yang sama, maka masing-masing anggota akan

memperoleh 41

bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan 41

mewakili

usuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan

biasa menunjukkan hakikat situasi dimana lambang bilangan tersebut

muncul. Dalam lambang bilangan 41

, “4” menunjukkan banyaknya

bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut sebagi

“penyebut”. Sedangkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada

saat tertentu dan disebut pembilang.

5

xviii

b. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan

sama banyak, atau juga menyatakan pembagian.

Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang

beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan

pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang beranggotakan 12,

dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka

kalimat matematikanya 12 : 2 = 6 atau 21

x 12 = 6. Sehingga untuk

mendapatkan 21

dari 12, maka siswa harus memikirkan 12 obyek yang

dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyak

anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek

semula, dalam hal ini 21

dari banyaknya obyek semula. Demikian halnya

bila sehelai kain yang pajangnya 3 meter dipotong menjadi 4 bagian yang

berukuran sama, mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat

pecahan yaitu 3 : 4 atau 43

.

c. Pecahan sebagai perbandingan (rasio)

Hubungan antara sepasang bilangan sering diyatakan sebagai sebuah

perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa

memunculkan rasio.

1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio

buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10

atau buku yang bersampul biru 103

dari keseluruhan buku.

2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang

panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap tali B tersebut hádala

10 : 30 atau 3010

atau panjang tali A ada 31

dari tali B.

Dari ketiga situasi tersebut semua diperkenalkan kepada siswa dengan

kelas yang berbeda. Untuk kelas III dikenalkan dengan memunculkan

situasi pertama atau tahap pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari

keseluruhan (utuh).

xix

2. Mengenal Konsep Pecahan

Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului

dengan soal cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata misalnya buah apel,

sawo, tomat, atau kue, dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat berupa daerah-

daerah bangun datar beraturan misalnya persegí panjang atau lingkaran yang

akan sangat membantu dalam memperagakan konsep pecahan.

Pecahan 21

dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk

lingkaran atau persegí, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain.

Selanjutnya bagian yang dilipat dan diarsir sesuai bagia yang dikehendaki dan

akan didapatkan gambar daerah yang diarsir seperti di bawah ini :

Pecahan 21

dibaca setengah atau satu perdua atau seperdua. “1”

disebut pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang

diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama. “2” disebut penyebut yaitu

merupakan 2 bagian yang sama dari keseluruhan. (Sukayati, 2003 : 1-3 )

3. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan

Pada saat siswa belajar membandingkan dan kemudian mengurutkan

pecahan, mereka perlu pengalaman-pengalaman sehingga menghasilkan

temuan-temuan khusus, misalnya dengan kegiatan untuk menanamkan konsep

membandingkan dan mengurutkan pecahan dapat dilakukan alternatif

pembelajaran sebagai berikut :

a. Peragaan dengan menggunakan bangun-bangun geometri.

Bangun-bangun geometri dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

membandingkan dan mengurutkan pecahan biasa dan pecahan campuran.

xx

Bahan yang digunakan harus mudah dilipat, diwarnai atau dipotong-

potong untuk mengurutkan luasan dari bangun-bangun tersebut sehingga

dapat dilihat urutan dari luasan yang mewakili urutan dari bilangannya.

1 21

43

85

Dari peragaan dapat diketahui bahwa bila bangun dipotong dan dibanding-

bandingkan akan tampak bahwa 21

< 43

; 21

< 85

43

< 1 ; 43

> 21

dan sebagainya.

b. Dengan peragaan pita atau kepingan-kepingan pecahan.

Kepingan pecahan berguna untuk membandingkan pecahan biasa.

1

21

21

31

31

31

41

41

41

41

51

51

51

51

51

61

61

61

61

61

61

71

71

71

71

71

71

71

81

81

81

81

81

81

81

81

xxi

Dari peragaan dan gambar, siswa akan dapat membandingkan dan

sekaligus mengurutkan bilangan-bilangan pecahan yang diinginkan.

(Sukayati, 2003 : 7-8 )

4. Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 5) belajar matematika

mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat

dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antar konsep-konsep

dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan

keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan

dengan keteratran intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa

dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep

dan sruktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan , siswa akan

memahami materi yang harus dikuasainya itu.Dalam setiap kesempatan,

pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah

yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan

masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai

konsep matematika. Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan

intelektual siswa dalam mempelajari suatu pengetahuan (konsep matematika),

maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan perkembangan

kognitif siswa sehingga pengetahuan siswa dapat diinternalisasikan dalam

sruktur kogitif siswa. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh

jika pengetahauan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan

yaitu: model tahap enaktif yaitu dengan menggunakan benda-benda konkret

atau menggunakan situasi nyata; model tahap ikonik dimana pengetahuan

disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik; dan model tahap

simbolik dengan memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek

tertentu sehingga pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol

abstrak (Nyimas Aisyah dkk,2007 : 1-6 ).

Pembelajaran tentang konsep pecahan dilakukan dalam tiga model

tahapan yaitu (1) model tahap enaktif, adalah dengan menggunakan benda-

xxii

benda konkrit misalnya dengan buah apel atau kue. Benda-benda tersebut

dipotong menjadi bagian-bagian tertentu, (2) model tahap ikonik, yaitu

pecahan disajikan dengan gambar-gambar geometri seperti persegi, persegi

panjang, segitiga, dan lain-lain yang dibagi menjadi beberapa bagian

kemudian beberapa bagian dari keseluruhan diarsir atau diwarnai untuk

menunjukkan pecahan tertentu.Misalnya gambar sebuah persegi panjang

dibagi menjadi 6 bagian dan 2 bagian diantaranya diarsir atau diberi warna

sehingga menunjukkan pecahan 62

; dan (3) model tahap simbolik yaitu

simbol atau lambang dari obyek tertentu (gambar pecahan), misalnya dua

perenam dilambangkan dengan 62

.

5. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning–CTL)

menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto,2008:18) adalah konsep yang mendorong

guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia

nyata. Dan juga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia

belajar. Sedangkan menurut Johnson (dalam Sugiyanto,2008:18) CTL adalah

sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa para siswa

melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan

keseharian mereka, yaitu kontek keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Untuk mencapai tujuan itu, sistem tersebut meliputi tujuh komponen

berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan

pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,

melakkan kerja sama,membanttu individu untuk tumbuh dan berkembang,

berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan

menggunakan penilaian autentik.

xxiii

Secara sederhana Nurhadi dalam Masnur (2007:43) mendiskripsikan

karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata

kunci, yaitu: kerjasama, saling menunjang,menyenangkan dan tidak

membosankan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi,

menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman,siswa

kritis, dan guru aktif.

6. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh

komponen utama yaitu (1) constructivism (konstruktivisme, membangun,

membentuk), (2) questioning (bertanya), (3) inquirí (menyelidiki,

menemukan), (4) learning community (masyarakat belajar), (5) modeling

(pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic

assessment ( penilaian yang sebenarnya).

Apabila ketujuh komponen tersebut diterapkan dalam pembelajaran,

terlihat pada realitas berikut :

a. Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan

lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan

membangun pengetahuandan keterampilan barunya.

b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat

bertanya tentang topik yang akan dipelajari.

c. Kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati,

menyelidiki, menganalisis topik yang dihadapi sehingga ia berhasil

menemukan sesuatu.

d. Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau

berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerjasama,

dan saling membantu dengan teman lain.

e. Kegiatan belajar yang bisa menunjkkan model yang bisa dipakai rujukan

siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan

hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu.

xxiv

f. Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam

bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan

pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan

siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

g. Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan

kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran

berlangsung.

7. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Beberapa strategi pengajaran yang dikembangkan oleh guru melalui

pembelajaran kontektual, antara lain :

a. Pembelajaran berbasis masalah.

Sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas , siswa terlebih

dahulu diminta untuk mengobservasi statu fenomena. Kemudian siswa

diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul.

b. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar.

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks

lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

c. Memberikan aktivitas kelompok.

Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta

membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang

lain. Guru dapat menyusun kelompok siswa sesuai dengan tingkat

kesulitan penugasan.

d. Membuat aktivitas mandiri.

Siswa mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan

sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa

harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi,

menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan

yang telah mereka peroleh.

xxv

e. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat.

Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang

memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu

dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, di mana

siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.

f. Menerapkan penilaian auentik.

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu

siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah

diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.

8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual :

Menurut Sugianto (2008:26) secara sederhana langkah penerapan CTL

dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok ).

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yag sebenarnya dengan berbagai cara.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

PTK tentang konsep pecahan dan pendekatan kontekstual pernah diteliti

oleh :

1. Efi Dewiastuti.2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam

Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Pecahan Dengan Menggunakan Metode

Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN Cabawan 3 Kota Tegal

Tahun Pelajaran 2005/2006, bahwa hasil yang diperoleh setelah diadakan

xxvi

penelitian adalah adanya peningkatan belajar pada pokok bahasan pecahan

dengan mengunakan metode demonstrasi, perolehan nilai rata-rata kelas

sebelum menggunakan metode demonstrasi adalah 5,7. Setelah menggunakan

metode demonstrasi nilai rata-rata kelas meningkat pada sikus I mencapai 65

dan tuntas klasikalnya mencapai 52%, dan pada Siklus II nilai rata-rata

mencapai 73,5 dan tuntas klasikalnya mencapai 82%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dalam

pembelajaran matematika berhasil meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pokok bahasan pecahan.

2. Murtini.2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Operasi Hitung

Perkalian Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri

Bumijawa 02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran

2005/2006, hasil yang diperoleh setelah penelitian adalah hasil belajar siswa

meningkat. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga meningkat.Rata-

rata nilai siswa 88 dan daya serapnya 88 %. Kesimpulan dari penelitiannya

adalah bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam operasi hitung perkalian.

C. Kerangka Pikir .

Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran yang

dilakukan guru sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

konsep pecahan, mengatasi adanya salah konsep yang terjadi pada beberapa

siswa, dan mengupayakan kualitas proses pembelajaran sehingga siswa menjadi

lebih bersemangat dalam belajar. Dengan pengenalan konsep pecahan secara

benar akan membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan

dengan konsep pecahan. Melalui pendekatan kontekstual, aktivitas siswa dalam

pembelajaran menjadi lebih tinggi. Guru dapat mengkondisikan dan memfasilitasi

siswa agar dapat belajar dengan penuh makna. Secara sederhana alur berpikir

untuk penerapan pendekatan kontekstual dapat digambarkan sebagai berikut :

xxvii

Gambar 1 : Alur Berfikir

D. Hipotesis Tindakan .

Jika pendekatan kontekstual diterapkan dalam proses pembelajaran maka

pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas III SD Negeri Slawikulon 05 dapat

ditingkatkan.

Pra Penelitian

- Tingkat pemahaman rendah

- Miskonsepsi tentang arti pecahan

- Kurang semangat belajar

Setelah Penelitian

Penerapan Pendekatan Kontekstual

Peningkatan Pemahaman

Konsep

Pelaksanaan Penelitian

Proses Pembelajaran

xxviii

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Pe nelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian adalah SD Negri Slawikulon 05

Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Alasan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perubahan secara mikro (kelas III) tentang peningkatan hasil belajar

siswa terutama pada peningkatan pemahaman konsep pecahan setelah diadakan

penelitian.

Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan

Januari sampai dengan Juni 2010.Tahap perencanaan pada bulan Januari sampai

dengan Pebruari, pelaksanaan pada Maret akhir sampai dengan April, sedangkan

tahap pelaporan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2010

Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1 : Jadwal kegiatan penelitian

BULAN NO JENIS KEGIATAN JAN PEB MAR APR MEI JUN

1 Observasi dan identifikasi

masalah X

2 Penyusunan rancangan

tindakan X X

3 Pelaksanaan PTK siklus 1 X

4 Refleksi dan analisis hasil

siklus 1 X

5 Pelaksanaan PTK siklus 2 X

6 Refleksi dan analisis hasil

siklus 2 X

7 Penyusunan laporan PTK X X

16

xxix

B. Subjek Penelitian

Subyek yang akan diteliti adalah siswa kelas III SDN Slawikulon 05

Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2009/2010. Adapun jumlah

siswa kelas III adalah 38 siswa terdiri dari laki-laki 23 siswa dan perempuan

15 siswa dengan kemampuan akademis rata-rata sedang.

C. Prosedur Penelitian .

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus :

1. Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

1) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ).

2) Mempersiapkan media dan alat peraga pembelajaran.

3) Membuat instrumen observasi / pengamatan.

4) Membuat instrumen evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Guru mengimplementasikan rencana pembelajaran :

1) Kegiatan Awal :

a) Mengkondisikan siswa agar siswa mengikuti proses pembelajaran.

b) Mengadakan apesepsi.

c) Menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran.

d) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan arti penting materi

pecahan.

2) Kegiatan Inti

Secara garis besar kegiatan inti meliputi :

a) Menjelaskan tentang konsep pecahan dengan peraga yang telah

dipersiapkan.

b) Membagi siswa dalam kelompok belajar.

c) Siswa mengerjakan LKS secara kelompok.

d) Mengamati dan membimbing siswa dalam mengerjakan tugas

kelompok.

e) Pembahasan hasil kerja kelompok secara klasikal.

f) Menyimpulkan hasil pembahasan tugas kelompok.

xxx

3) Kegiatan Penutup :

a) Menyimpulkan materi pembelajaran.

b) Mengadakan tes evaluasi akhir pertemuan.

c) Memberikan tindak lanjut ( PR ).

c. Observasi / Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pembelajaran ditekankan pada

aktivitas guru dan siswa, dilakukan oleh observer dengan menggunakan

pedoman observasi yang telah dipersiapkan. Peneliti juga mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan siswa saat pembelajaran terutama pada saat

kerja kelompok.

d. Refleksi

Peneliti mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan observasi yang dikolaborasikan dengan

supervisor. Penelitian.hasil evaluasi refleksi siklus 1 digunakan sebagai

acuan dalam menyusun perencanaan pada siklus 2.

2. Siklus 2

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan pada siklus 2 dirancang berdasarkan hasil refleksi pada

siklus 1, dengan kegiatan sebagai berikut :

1) Menyusun rencana pembelajaran (RPP).

2) Menyiapkan media / alat peraga.

3) Menyusun intrumen tes akhir pembelajaran.

4) Menyiapkan pedoman observasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Guru melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran

dengan kegiatan utama antara lain :

1) Menyiapkan kondisi siswa untuk mengkuti proses pembelajaran.

2) Mengadakan apersepsi tentang pecahan.

3) Menjelaskan materi pembelajaran.

4) Memberikan tugas untuk dikerjakan secara kelompok.

5) Siswa mengadakan kerja kelompok dengan bimbingan guru.

6) Menyimpulkan materi setiap akhir pertemuan.

7) Siswa mengerjakan evaluasi di akhir pembelajaran.

8) Memberikan tugas rumah.

xxxi

c. Observasi

Observer mengamati aktivitas guru dan siswa dengan

menggunakan pedoman observasi.Pengamatan pada siswa ditekankan

pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan observasi

pada guru difokuskan pada pengorganisasian siswa.

d. Refleksi

Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan,

pelaksanaan,dan observasi yang dikolaborasikan dengan supervisor

penelitian.

Dari rangkaian kegiatan di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut

Gambar 2 . Prosedur Penelitian (Suharsimi Arikunto,2008: 16)

D. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila secara individu

siawa telah memperoleh nilai ≥ 60 dan secara klasikal apabila mencapai

ketuntasan 75 %

Perencanaan

?

SIKLUS I Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi SIKLUS II

xxxii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi

SD Negeri Slawikulon 05 merupakan salah satu sekolah dasar

yang ada di Kecamatan Slawi yang terletak di jalan Cenderawasih no 17

Slawi Kabupaten Tegal, berdampingan dengan SD Negeri Slawikulon

01 bahkan berada pada satu halaman sekolah sehingga berbagai

kegiatan seperti upacara bendera, olah raga atau senam, dan bermain

siswa dilakukan bersama-sama. Pada tahun pelajaran 2009/2010 SD

Negeri Slawikulon 05 memiliki 230 siswa yang terdiri dari: kelas I 34

siswa; kelas II 47 siswa; kelas III 38 siswa, kelas IV 41 siswa; kelas V

33 siswa; dan kelas VI 37 siswa. Ruang kelas yang dimiliki ada 6 ruang,

kantor guru dan kepala sekolah 1 ruang, UKS 1 ruang, dan rumah dinas

guru 2 lokal. Kegiatan proses pembelajaran berlangsung sejak pukul

07.00 WIB sampai dengan pukul 11.45 WIB, kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan guru untuk menyelesaikan administrasi kelas hingga

pukul 13.00 WIB.Untuk kegiatan pengembangan diri, sekolah

mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, tari, dan seni

musik. Kegiatan tari dan seni musik, sekolah mendatangkan tenaga

khusus dari luar. Sedangkan untuk kegiatan kepramukaan dibina oleh

tenaga honorer. Selain kegiatan tersebut, sekolah juga mengadakan

kegiatan rutin seperti senam pagi yang diikuti oleh siswa beserta guru

dan kegiatan kebersihan yang dilaksanakan setiap hari jumat. Khusus

untuk kegiatan kebersihan dilaksanakan setiap minggu keempat setiap

bulan.

SD Negeri Slawikulon 05 memiliki 12 tenaga pendidik dan

kependidikan terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 guru kelas, 2 guru

20

xxxiii

agama Islam, 1 guru penjasorkes, dan 2 tenaga honorer yaitu guru

bahasa Inggris dan penjaga sekolah.

Adapun Struktur Organisasi SD Negeri Slawikulon 05 adalah sebagai

berikut :

Gambar 3 : Struktur Organisasi SD Negeri Slawikulon 05

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus

a. Siklus I

1) Perencanaan

Perencanaan untuk siklus I merupakan kegiatan untuk

menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media dan peraga

pembelajaran, menyiapkan lembar kerja,membuat instrument

pengamatan dan instrument evaluasi.

Kepala Sekolah

Darisah Vigiyanti

Guru Kelas III

Rohmiyatun

Guru Kelas I

Sifaktiyah, Ama.Pd

Guru Kelas V

Wasirun, Ama.Pd

Guru PAI

Mahruri, S.Pd.I

Guru Kelas II

Khonifah, Ama.Pd

Guru Kelas VI

Sri Mulyati, Ama.Pd

Guru Kelas IV

Nuryana

Guru B.Inggris

Elly Diah K

Tenaga Fungsional

Ibnu Amar

Komite

Sudirno

Guru Kelas PAI

Ainul Hayati

Penjaga

Riswanto

Tata Usaha

Elly

xxxiv

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah

menggunakan pendekatan kontektual. Pada dasarnya RPP

yang disususn adalah sama dengan RPP yang lain, namun

yang membedakan adalah dalam penyusunan skenario atau

langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada

komponen-komponen kontektual. Kompetensi Dasar pada

siklus I adalah mengenal pecahan sederhana, dengan

indikator pencapaian pembelajaran adalah pengenalan

pecahan sederhana, membaca dan menuliskan lambing

pecahan, menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan

berbagai gambar dan sebaliknya.

b) Menyiapkan media dan alat peraga pembelajaran

Media yang dipergunakan dalam pembelajaran konsep pecahan

seperti buku pelajaran matematika terbitan Depdiknas (BSE)

halaman 140 - 141, Balai Pustaka halaman 69 - 72, dan dari

Intan Pariwara halaman 83, papan tulis dan papan peraga untuk

menempelkan gambar-gambar pecahan. Alat peraga

pembelajaran yang digunakan untuk mengenalkan pecahan

adalah peraga realita seperti buah apel atau pir dan gambar

pecahan.

c) Menyiapakan lembar kerja

Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan dan materi

kegiatan siswa dalam bentuk lembar kerja yang dibahas dalam

kegiatan kelompok agar siswa aktif dalam proses

pembelajaran.

d) Membuat lembar observasi / pengamatan

Instrumen observasi atau pengamatan yang dipersiapkan

mencakup instrumen untuk siswa dan instrument untuk

mengamatai kegiatan guru dalam proses pembelajaran.

xxxv

e) Membuat instrument evaluasi

Instrumen evaluasi pembelajaran adalah berupa soal untuk

mengukur pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran yang dikerjakan di akhir pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, guru mengimplementasikan rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan mengacu pada

langkah - langkah pembelajaran kontekstual yaitu :

a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan

barunya.

b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

topik.

c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok )

e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Adapun penerapan langkah-langkah pembelajaran kontekstual

di atas dapat dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai

berikut :

a) Kegiatan Awal :

(1) Mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan mengatur tempat duduk dan berdoa.

(2) Mengadakan apersepsi.

(3) Menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam pembelajaran.

(4) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan arti

penting materi pecahan dalam kehidupan sehari -hari.

xxxvi

b) Kegiatan Inti :

(1) Mengemukakan masalah sederhana yang berkaitan

dengan pecahan.

(2) Meminta beberapa siswa untuk maju ke depan

kelas untuk membuktikan konsep pecahan dengan

peraga realita (buah apel ).

(3) Menjelaskan materi tentang mengenal pecahan sederhana

dengan tindakan :

(a) Tindakan 1 :

Guru mengenalkan konsep pecahan

menggunakan buah apel yang dibelah menjadi

beberapa bagian yang sama. Misalnya satu buah

apel dibelah menjadi 4 bagian yang sama sehingga

setiap bagian bernilai seperempat.

(b) Tindakan 2

Guru menunjukkan dengan gambar sebuah

lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian yang

sama, diantara 4 bagian tersebut 1 bagian diberi

warna atau diarsir sehingga menunjukkan pecahan

satu perempat atau seperempat.

(c) Tindakan 3

Guru menuliskan pecahan seperempat tersebut

dengan lambang 41

.

(4) Guru bersama siswa membentuk kelompok belajar

dengan anggota 4 – 5 siswa.

(5) Siswa secara berkelompok mengerjakan lembar kegiatan

siswa.

(6) Guru bersama siswa membahas dan menyimpulkan hasil

kegiatan kelompok

xxxvii

c) Kegiatan Akhir

(1) Siswa bersama guru menyimpulakan materi pelajaran.

(2) Siswa mencatat rangkuman materi pelajaran.

(3) Siswa mengerjakan evaluasi.

(4) Guru memberikan PR ( membuat gambar pecahan ).

3) Pengamatan / observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh teman sejawat

atau supervisor untuk mengamati proses pembelajaran, baik yang

menyangkut kegiatan guru dalam membelajarkan siswa maupun

kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pengamatan

terhadap aktivitas guru meliputi :

(1) Pra pembelajaran.

(2) Membuka pembelajaran.

(3) Kegiatan inti pembelajaran

(a) Penguasaan materi pelajaran.

(b) Pendekatan / strategi pembelajaran.

(c) Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar.

(d) Pembelajarn yang menantang dan mengacu keterlibatan

siswa.

(e) Penilaian proses dan hasil belajar.

(4) Penutup.

Dalam pengamatan ini lebih ditekankan pada penerapan

pendekatan kontekstual, sehingga aspek-aspek pengamatnnya

mengarah pada komponen-komponen kontekstual yaitu

konstruktivisme, menemukan, masyarakat belajar, bertanya,

pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Pengamatan terhadap kegiatan siswa dilakukan oleh

observer dan guru baik dalam kegiatan kelompok maupun prose

pembelajaran secara keseluruhan. Pengamatan terhadap kegiatan

kelompok mencakup keaktifan dan kerjasama siswa dalam

xxxviii

kelompok yang dilengkapi dengan lembar kerja siswa. Sedangkan

pengamatan terhadap kegiatan pembelajarn secara keseluruhan

mencakup aspek aspek yang termuat dalam lembar observasi

aktivitas siswa mulai dari pra pembelajaran sampai dengan

penutup. Pengamatan tersebut dengan memberikan skor pada

aspek-aspek yang diamati.

4) Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk menganalisa pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan

berdasarkan hasil pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran

sehingga dapat diupayakan perbaikan dan penyempurnaannya.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada

pertemuan I membahas tentang membandingkan pecahan dengan

menggunakan garis bilangan, sedangkan pada pertemuan II

membahas tentang membandingkan pecahan dengan menggunakan

potongan kertas pecahan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah

menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan fasilitas/sarana

pendukung, menyiapkan instrument penilaian, menyiapkan lembar

kerja siswa, dan menyiapkan pedoman observasi/ pengamatan.

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran yang disusun meliputi

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, strategi

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan

sumber pembelajaran, dan penilaian. Untuk langkah-langkah

pembelajaran penyusunannya mengacu pada langkah-langkah

xxxix

atau komponen pembelajaran kontekstual. Kompetensi dasar

pada siklus II adalah membandingkan pecahan, dengan

indikator mengenal letak pecahan pada garis bilangan dan

membandingkan dua pecahan.

b) Menyiapkan fasilitas / sarana pendukung.

Hal yang perlu dipersiapkan untuk mendukung

pelaksanaan pembelajaran diantaranya adalah media atau alat

peraga seperti gambar garis bilangan, papan flannel untuk

menempelkan gambar garis bilangan atau kartu bilangan

pecahan dan potongan kertas pecahan, juga sumber bahan

pembelajaran yaitu buku pelajaran matematika terbitan

Depdiknas (BSE) halaman 140-141, Balai Pustaka halaman 69-

72, dan terbitan Intan Pariwara halaman 83.

c) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

Guru menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dikerjakan

pada kegiatan kerja kelompok.

d) Menyiapkan lembar evaluasi

Guru menyiapkan soal evaluasi yang harus dikerjakan oleh

siswa.

e) Menyiapkan lembar observasi

Lembar observasi disiapkan untuk membantu pelaksanaan

pengambilan data oleh observer atau teman sejawat pada

proses pembelajaran berlangsung terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh guru maupun siswa.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru menyiapkan kondisi siswa

sebagai kegiatan pra pembelajaran seperti berdoa, mengecek

kehadiran siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan menyiapkan

buku pelajaran atau alat peraga yang akan digunakan.

xl

a) Kegiatan awal :

(1) Apersepsi, dengan mengadakan tanya jawab tentang hal-

hal yang berkaitan dengan membandingkan pecahan,

misalnya: “Pernahkah kalian mendapat bagian kue yang

lebih besar atau lebih keci kecil dari bagian yang diterima

adikmu ?”

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

(3) Guru juga menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan

dalam proses pembelajaran.

b) Kegiatan Inti :

Secara garis besar kegiatan inti yang dilakukan meliputi:

(1) Menyajikan masalah sederhana yang berkaitan dengan

membandingkan pecahan berupa soal cerita sederhana

yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan disertai

dengan tanya jawab.

(2) Menjelaskan materi pelajaran dengan tindakan :

a) Tindakan 1 (pertemuan 1) :

- Mengurutkan pecahan pada garis bilangan.

- Membandingkan dua pecahan yang berpenyebut

sama pada satu garis bilangan.

- Membandingkan dua pecahan yang berpenyebut

tidak sama dengan menggunakan dua garis

bilangan.

b) Tindakan 2 (pertemuan 2)

Membandingkan dua pecahan dengan menggunakan

potongan kertas pecahan.

(3) Mendemonstrasikan dengan garis bilangan atau dengan

potongan kertas pecahan untuk membandingkan dua

pecahan. Pada kegiatan ini beberapa siswa maju ke depan

menempelkan kartu pecahan pada garis bilangan secara

xli

urut. Membandingkan dua pecahan dengan menggunakan

potongan kertas pecahan, siswa menempelkan potongan

pertama kemudian menempelkan potongan kedua di

bawahnya. Selanjutnya kedua potongan tersebut

dibandingkan mana yang lebih besar lebih kecil, atau sama.

(4) Secara berkelompok siswa mengerjakan lembar kerja

siswa. Siswa berkelompok @ 3-4 siswa mengerjakan tugas

yang ada pada lembar kerja siswa. Setiap anggota ikut aktif

untuk menyelesaikan tugas tersebut sehingga harus ada

kerjasama yang baik antar anngota kelompok.Jumlah

anggota kelompok diperkecil agar setiap anggota dapat

berperan dengan baik, tidak hanya anggota tertentu yang

bekerja sedangkan yang lain pasif atau bahkan bermain

sendiri.

(5) Membahas hasil kerja kelompok secara klasikal.Guru

menugaskan kepada satu atau dua kelompok untuk

menyampaikan hasil kerja kelompoknya, kemudian

dibahas secara klasikal. Masing-masing kelompok dapat

mengoreksi hasil pekerjaannya apakah telah dikerjakan

secara benar atau belum. Lembar kerja siswa hasil kerja

kelompok dikumpulkan untuk dinilai sebagai nilai

partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

(6) Menyimpulkan hasil kerja kelompok.

Pembahasan secara klasikal telah selesai, siswa bersama

guru menyusun kesimpulan tentang hasil kerja kelompok

yang telah dilaksanakan.

c) Kegiatan Penutup :

Kegiatan di akhir pembelajaran adalah menyimpulkan

materi pembelajaran. Siswa dengan bimbingan guru

merangkum materi pelajaran, kemudian mengerjakan soal/ tes

akhir pembelajaran.

xlii

3) Pengamatan

Pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran dilakukan oleh observer yaitu pengamatan pada

proses pembelajaran secara umum dan pengamatan pada proses

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pengamatan pada

proses pembelajaran secara umum adalah dengan memberikan

penilaian untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan proses

pembelajaran.Adapun aspek yang diamati adalah: (1) Pra

pembelajaran, (2) Kegiatan membuka pelajaran, (3) Kegiatan

inti,meliputi : Pelaksanaan materi pelajaran; strategi belajar;

pemanfaatan media pembelajaran;dan penggunaan bahasa, (4)

Penutup. Sedangkan pengamatan pada proses pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual adalah untuk mengetahui kemampuan guru

dalam menerapkan aspek-aspek atau komponen kontekstual dalam

proses pembelajaran.

Pengamatan terhadap kegiatan siswa dilakukan oleh

observer dan guru baik dalam kegiatan kelompok maupun proses

pembelajaran secara keseluruhan. Pengamatan terhadap kegiatan

kelompok mencakup keaktifan dan kerjasama siswa dalam

kelompok yang dilengkapi dengan lembar kerja siswa. Sedangkan

pengamatan terdadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan

mencakup aspek aspek yang termuat dalam lembar observasi

aktivitas siswa mulai dari pra pembelajaran sampai dengan

penutup. Pengamatn tersebut dengan memberikan skor pada aspek-

aspek yang diamati.

4) Refleksi :

Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk menganalisa pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan

berdasarkan hasil pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran

sehingga dapat diupayakan perbaikan dan penyempurnaannya.

xliii

3. Deskripsi Per Siklus

Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan maret dalam dua pertemuan

membahas materi mengenal pecahan. Data yang diperoleh berupa hasil

pengamatan dan nilai evaluasi siswa. Adapun hasil pelaksanaan siklus I

adalah sebagai berikut :

a. Hasil evaluasi :

Pada siklus I diperoleh hasil tes dengan nilai rata-rata 85

dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 95 %. Dari 38 siswa

yang telah tuntas belajar ada 36 siswa dan yang belum tuntas sejumlah

2 siswa. Nilai yang telah dicapai oleh siswa dikelompokkan untuk

mengetahui tingkat pemahaman pada materi pelajaran. Adapun

pengelompokan nilai siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2 : Pengelompokan nilai siklus I

Kelompok Nilai Jumlah Siswa Prosentase A > 80 30 79 %

B 70 - 79 3 8 %

C 60 - 69 3 8 %

D < 59 2 5 %

Berdasar data tersebut dapat diketahui tingkat pemahaman

amat baik (A) ada 30 siswa, pemahaman baik (B) sejumlah 3 siswa,

sedangkan pemahaman cukup (C) dicapai oleh 3 siswa, dan siswa

yang memiliki pemahaman kurang (D) ada 2 siswa. Gambaran tentang

tingkat pemahaman siswa pada konsep pecahan untuk siklus I dapat

disajikan dalam grafik di bawah ini :

xliv

Nilai Siklus I

0

5

10

15

20

25

30

35

A B C DKelompok Nilai

Jum

lah

Sis

wa

A > 80

B 70 - 79

C 60 - 69

D < 59

Grafik 1 : Kelompok Nilai Siswa Siklus I

b. Hasil Pengamatan

1) Pengamatan Aktivitas siswa

Pengamatan terhadap aktivitas siswa meliputi

pengamatan pada siswa dalam kegiatan kelompok maupun

aktivitas dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.

Hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa

Dalam Kelompok Dalam proses pembelajaran Siklus

I II Rerata Kriteria I II Rerata Kriteria

I 65 66 65.5 Baik 80 77 78.5 Baik

( Sumber : Lembar Observasi Siswa )

xlv

2) Pengamatan aktivitas guru

Pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran dilakukan oleh observer yaitu pengamatan pada

proses pembelajaran secara umum dan pengamatan pada

proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Pengamatan pada proses pembelajaran secara umum adalah

dengan memberikan penilaian untuk memperoleh informasi

tentang pelaksanaan proses pembelajaran. Adapun aspek

yang diamati adalah: (1) Pra pembelajaran, (2) Kegiatan

membuka pelajaran, (3) Kegiatan inti,meliputi : Pelaksanaan

materi pelajaran; strategi belajar; pemanfaatan media

pembelajaran;dan penggunaan bahasa, (4) Penutup.

Sedangkan pengamatan pada proses pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual adalah untuk mengetahui

kemampuan guru dalam menerapkan aspek-aspek atau

komponen kontekstual dalam proses pembelajaran. Hasil

observasi / pengamatan pada proses pembelajaran yang

mengacu pada komponen kontekstual dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran

Jumlah Skor No Aspek

I II

1 Konstruktivisme 15 15

2 Menemukan 9 9

3 Masyarakat Belajar 12 12

4 Bertanya 9 10

5 Pemodelan 14 14

6 Refleksi 10 10

7 Penilaian Sebenarnya 11 12

Jumlah 80 82

Rata-Rata 81

Kriteria Baik

( Sumber: Lampiran lembar pengamatan proses pembelajaran kontekstual )

xlvi

Nilai Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

14

A B C DKelompok Nilai

Jum

lah

Sis

wa A > 80

B 70 - 79

C 60 - 69

D < 59

Siklus II

a. Hasil evaluasi

Pada siklus II diperoleh hasil tes dengan nilai rata-rata 71

dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 87 %. Dari 38 siswa

yang telah tuntas belajar ada 33 siswa dan yang belum tuntas sejumlah

5 siswa. Nilai yang telah dicapai oleh siswa dikelompokkan untuk

mengetahui tingkat pemahaman pada materi pelajaran. Adapun

pengelompokan nilai siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5 : Pengelompokan Nilai Siklus II

Kelompok Nilai Jumlah Siswa Prosentase

A > 80 11 29 % B 70 - 79 13 34 % C 60 - 69 9 24 % D < 59 5 13 %

Berdasar data tersebut diketahui bahwa tingkat pemahaman

terhadap konsep pecahan (membandingkan pecahan) dapat

diklasifikasikan dalam pemahaman amat baik (A) ada 11 siswa,

pamahaman baik (B) sejumlah 13 siswa, sedangkan pemahaman

cukup (C) dicapai oleh 9 siswa, dan siswa yang memiliki pemahaman

kurang (D) ada 5 siswa. Gambaran tentang tingkat pemahaman siswa

pada konsep pecahan untuk siklus II dapat disajikan dalam grafik di

bawah ini :

Grafik 2 : Kelompok Nilai Siswa Siklus II

xlvii

b. Hasil Pengamatan

1. Pengamatan aktivitas siswa

Pengamatan terhadap kegiatan siswa dilakukan oleh observer dan

guru baik dalam kegiatan kelompok maupun prose pembelajaran secara

keseluruhan. Pengamatan terhadap kegiatan kelompok mencakup

keaktifan dan kerjasama siswa dalam kelompok yang dilengkapi dengan

lembar kerja siswa. Sedangkan pengamatan terdadap kegiatan

pembelajaran secara keseluruhan mencakup aspek aspek yang termuat

dalam lembar observasi aktivitas siswa mulai dari pra pembelajaran

sampai dengan penutup. Pengamatn tersebut dengan memberikan skor

pada aspek-aspek yang diamati. Adapun hasil pengamatan terhadap

aktivitas siswa baik dalam aktivitas kelompok maupun aktivitas siswa

secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Tabel 6 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa

Dalam Kelompok Dalam proses pembelajaran

Siklus

I II Rerata Kriteria I II Rerata Kriteria

II 61 70 65,5 Baik 73 80 77 Baik

( Sumber : Lembar Observasi Siswa )

2. Pengamatan aktivitas guru

Pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran dilakukan oleh observer yaitu pengamatan pada proses

pembelajaran secara umum dan pengamatan pada proses pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual. Pengamatan pada proses pembelajaran

secara umum adalah dengan memberikan penilaian untuk memperoleh

xlviii

informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran.Adapun aspek yang

diamati adalah: (1) Pra pembelajaran, (2) Kegiatan membuka pelajaran,

(3) Kegiatan inti,meliputi : Pelaksanaan materi pelajaran; strategi belajar;

pemanfaatan media pembelajaran;dan penggunaan bahasa, (4) Penutup.

Sedangkan pengamatan pada proses pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual adalah untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan

aspek-aspek atau komponen kontekstual dalam proses pembelajaran. Hasil

observasi / pengamatan pada proses pembelajaran yang mengacu pada

komponen kontekstual dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran

Jumlah Skor Aspek

I II

1 Konstruktivisme 15 15

2 Menemukan 9 9

3 Masyarakat Belajar 12 12

4 Bertanya 9 10

5 Pemodelan 14 14

6 Refleksi 10 10

7 Penilaian Sebenarnya 11 12

Jumlah 80 82

Rata-Rata 81

Kriteria Baik

( Sumber: Lampiran lembar pengamatan proses pembelajaran kontekstual )

xlix

B. Pembahasan

1) Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I secara keseluruhan dapat

terlaksana dengan baik terbukti dari hasil pengamatan terhadap aktivitas

guru maupun siswa menunjukkan hasil yang baik. Penerapan pendekatan

kontekstual dalam proses pembelajaran juga sudah baik walaupun belum

secara maksimal. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat

kekurangan, antara lain : (a). Pelaksanaan kegiatan kelompok kurang

maksimal karena hanya siswa tertentu yang aktif bahkan ada beberapa siswa

yang bermain sendiri, (b). Pemanfaatan waktu dalam kegiatan kelompok

kurang efektif karena anggota kelompok kurang memahami penjelasan yang

disampaikan oleh sebelum pelaksaan kegiatan.

Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I

antara lain : (a) Dengan menghadirkan peraga realita dapat menarik

perhatian siswa dan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan, (b).

Dengan mengalami secara langsung, pemahaman siswa terhadap konsep

pecahan menjadi lebih jelas.

Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus I sebesar 85 dengan ketuntasan

klasikal 95%. Dari 38 siswa yang telah tuntas sejumlah 36 siswa dan yang

belum tuntas sebanyak 2 siswa.

2) Siklus II

Gambaran secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat

terlaksana dengan baik. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses

pembelajaran juga sudah baik walaupun belum secara maksimal. Namun

demikian dalam pelaksanaannya masih terdapat kelemahan, antara lain : (a).

Penggunaaan garis bilangan dalam membandingkan pecahan masih

menyulitkan bagi sebagian besar siswa sehingga nilai tes yang diperoleh

belum memuaskan, (b). Aktivitas siswa kurang maksimal karena

ketersediaan alat peraga.

l

Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus

II antara lain : (a) Dengan menggunakan peraga potongan kertas pecahan,

siswa menjadi lebih aktif karena masing-masing siswa dapat memanfaatkan

peraga tersebut dengan baik jika dibandingkan dengan menggunakan peraga

garis bilangan, (b). Aktivitas siswa dalam kelompok mengalami

peningkatan karena setiap siswa dapat berperan aktif pada kegiatan kerja

kelompok.

Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus II sebesar 71 dengan ketuntasan

klasikal 87 %. Dari 38 siswa yang telah tuntas sejumlah 33 siswa dan yang

belum tuntas sebanyak 5 siswa. Sejumlah 33 siswa yang telah tuntas, 11

siswa dapat memahami materi dengan amat baik dan sejumlah 13 siswa

memiliki pamahaman yang baik, sedangkan 9 siswa termasuk kategori

cukup. Bagi siswa yang berada pada tingkat pemahaman kurang adalah

mereka yang mendapat nilai di bawah KKM.

Nilai akhir yang diperoleh dari hasil penelitian mencapai nilai rata-

rata 78. Jika dibandingkan dengan nilai awal maka dapat diketahui adanya

peningkatan hasil belajar siswa sebagai bukti adanya peningkatan

pemahaman siswa terhadap konsep pecahan. Dari hasil perbandingan nilai-

nilai tersebut dapat disimpulkan dalam tabel berikut :

Tabel 8 : Pengelompokan nilai awal dan akhir siklus

Sebelum Tindakan Setelah Tindakan Kelompok

Jumlah Siswa Prosentase Jumlah Siswa Prosentase

A 18 47%

B 7 18% 13 34%

C 12 32% 6 18%

D 19 50% 1 3%

Nilai awal sebelum diadakan tindakan dengan nilai rata-rata kelas

sebesar 52 dengan rincian kelompok nilai A (amat baik) tidak ada, nilai B

(baik) sejumlah 7 siswa, nilai C (cukup) ada 12 siswa, dan nilai D (kurang)

sejumlah 19 siswa. Setelah diadakan tindakan maka terlihat adanya

peningkatan terutama kelompok A mencapai 47%. Perbandingan antara

nilai sebelum tindakan dengan nilai sesudah diadakan tindakan dapat

divisualisasikan pada grafik berikut ini :

li

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

A Sebelum Tindakan B Sesudah Tindakan

A < 80

B 70-79

C 60-69

D > 60

Grafik 3 : Kelompok Nilai Siswa Awal dan Akhir Siklus

Dari data nilai akhir penelitian dapat disimpulkan dalam tabel di

bawah ini :

Tabel 8 : Data nilai rata-rata dan ketuntasan klasiakal

Nilai Sebelum

Tindakan Sesudah

Tindakan

Rata-rata 52 78

Ketuntasan Klasikal 50% 97%

Nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 52, sedangkan nilai rata-rata

setelah tindakan mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan mencapai kenaikan

47 %. Gambaran nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan pada nilai awal dan

nilai akhir terdapat pada grafik berikut :

lii

Grafik 4 : Perbandingan Nilai Sebelum dan Sesudah Tindakan

liii

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan serangkaian kegiatan penelitian,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman

konsep pecahan pada siswa kelas III. Hal ini dapat dibuktikan dengan

hasil belajar yang dicapai siswa dalam setiap pertemuan terdapat

peningkatan. Sebelum diadakan tindakan nilai rata-rata kelas adalah 52

dengan tingkat ketuntasan sebesar 50 %. Setelah diadakan tindakan nilai

rata-rata kelas mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan klasikal 97 %. Hal

ini dikarenakan pemahaman siswa pada konsep pecahan juga mengalami

penigkatan.

2. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran pada

konsep pecahan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengembangkan pemikiran siswa dengan menciptakan kondisi yang

kondusif bagi siswa untuk dapat bekerja sendiri, belajar sendiri

melalui berbagai kegiatan dalam prose pembelajaran.

b. Melakukan kegiatan inkuiri atau menemukan melalui kegiatan

kelompok yang membahas lembar kerja siswa dengan langkah-

langkah kegiatan secara bertahap yang berawal dari menemukan

masalah sampai pada menarik kesimpulan.

c. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa melalui bertanya, karena

dengan bertanya dapat menggali informasi yang diinginkan.

d. Membentuk kelompok belajar siswa dapat bekerja sama dan saling

tukar infomasi, sehingga siswa yang belum memahami materi dapat

bertanya kepada temannya.

41

liv

e. Menghadirkan model dalam pembelajaran, yaitu dengan

menggunakan peraga realita maupun gambar pecahan.

f. Melakukan refleksi di akhir pembelajaran dengan membahas

kesulitan atau menyimpulkan materi pembelajaran.

g. Melaksanakan penilaian di akhir pembelajaran.

3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam menerapkan pendekatan

kontekstual antala lain :

a. Dalam suatu proses pembelajaran masih mengalami kesulitan untuk

dapat menerapkan komponen-komponen kontekstual secara lengkap.

b. Kemampuan dalam merumuskan butir-butir pengamatan pada setiap

komponen kontekstual kurang maksimal.

B. Saran

1. Jika penerapan pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan secara

maksimal, maka hasil pembelajaran pun juga akan berhasil secara

maksimal. Oleh karena itu guru dapat menggunakan pendekatan

kontekstual ini untuk meningkatkan kualitas proses maupun hasil

pembelajaran.

2. Lembar pengamatan tentang butir-butir aspek pada komponen kontekstual

hendaknya ada yang telah dibakukan agar hasil pengamatan terhadap

pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual lebih akurat.

lv

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N.dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matemátika SD. Jakarta : Depdiknas.

Arikunto, S. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi ke tujuh. Jakarta : PT

Bumi Aksara. Jonson, E.B. 2009. Contextual Teaching & Learning. Bandung : MLC Muslich, M. 2009. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Edisi ke

enam. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta Sukayati. 2003. Pecahan http://neohosting.jalawave.net/~deny/Matematika/SD/

Pecahan.pdf diakses tanggal 15 Januari 2010.

43