PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA ...digilib.unila.ac.id/22323/2/SKRIPSI TANPA BAB...

81
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO PUSAT (Skripsi) Oleh ADINDA AGENG SYAHPUTRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA ...digilib.unila.ac.id/22323/2/SKRIPSI TANPA BAB...

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA MATA

PELAJARAN IPS KELAS IVA

SD NEGERI 2 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

ADINDA AGENG SYAHPUTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRAK

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS IVA SD NEGERI 2

METRO PUSAT

Oleh

ADINDA AGENG SYAHPUTRI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa.

Hanya 9 orang (45%) dari 20 orang siswa yang tidak mencapai KKM. Tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa

dengan menerapkan model cooperative learning tipe inside outside circle. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan 2

siklus dan masing-masing siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3)

observasi, dan 4) refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi

menggunakan lembar observasi dan tes menggunakan soal-soal tes. Data yang

terkumpul dianalisis dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning tipe inside outside

circle dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Pada siklus pertama

partisipasi belajar siswa memperoleh kategori partisipatif. Pada siklus kedua

partisipasi belajar siswa meningkat dengan memperoleh kategori sangat

partisipatif. Hasil belajar siswa pada siklus pertama memperoleh kategori tinggi.

Sedangkan pada siklus kedua meningkat dengan memperoleh kategori sangat

tinggi.

Kata kunci: partisipasi, hasil belajar, model cooperative learning tipe IOC.

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS IVA SD NEGERI 2

METRO PUSAT

Oleh

ADINDA AGENG SYAHPUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Peneliti adalah putri kedua dari pasangan Bapak

Ridwan R.M dan Ibu Sri Haryanti. Peneliti dilahirkan di

Metro, 28 Desember 1993. Peneliti memulai pendidikan

formal Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Metro Utara tahun

2001 dan lulus pada tahun 2006. Peneliti menyelesaikan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Metro Pusat lulus pada tahun 2009

kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Metro

diselesaikan tahun 2012.

Juli 2012, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Program Studi PGSD

Universitas Lampung melalui jalur Undangan. Peneliti melakukan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Giham Sukamaju, dan melakukan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pekon Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau,

Kabupaten Lampung Barat.

MOTTO

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (Q.S. An- Najm: 39)

“Jika pernah berhasil melewati badai, tak perlu menggigil

karena gerimis” (Adinda Ageng Syahputri)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku Bapak Ridwan R.M dan Ibu Sri Haryanti,

karena berkat doa serta restu yang diberikan tanpa henti,

semangat yang tak kenal lelah, serta kasih sayang yang begitu

tulus kepada ku, semua aku jadikan satu menjadi sebuah kekuatan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kakakku Arista Ririyanti, kakak sepupuku Febysa Cendramita,

Adikku Achmad Lanang yang tak pernah bosan mendengar keluh

kesah ku juga selalu memberi semangat selama aku menyusun

skripsi ini.

Sahabat-sahabat ku yang telah memberikan semangat, tawa, juga

pengalaman berharga yang tak bisa aku dapat di tempat lain.

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

i

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model cooperative learning tipe inside outside circle pada mata

pelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat sebagai syarat meraih

gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, serta bantuan dari

berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin., M.S, Rektor Universitas Lampung

yang telah banyak berjasa demi kemajuan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M Hum., Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan dukungan terhadap perkembangan program studi PGSD.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila

yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd, Ketua Program Studi PGSD FIKP

Unila yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus tercinta.

ii

5. Bapak Drs, Rapani M. Pd., Koordinator PGSD Kampus B yang sekaligus

sebagai Dosen Pembahas atas kesediaannya untuk membahas, memberikan

kritik dan saran kepada peneliti dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan.

7. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, dan saran kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen FKIP Unila Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) atas ilmu yang telah diberikan.

9. Bapak dan ibu karyawan PGSD khususnya kampus B yang telah memberi

kemudahan dalam pengadministrasian.

10. Ibu Tri Sulistyowati, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 2 Metro Pusat yang telah

mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

11. Ibu Yustinar, S. Pd. guru kelas VA SD Negeri 2 Metro Pusat sekaligus rekan

sejawat yang telah membantu peneliti selama melaksanakan penelitian.

12. Siswa-siswi kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat yang telah berpartisipasi

aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, semoga kalian

menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi.

13. Sahabat-sahabat terdekatku (Debie, Erna, Dhyna, Dewi Utari, Apriyani, Dwi

Mawarti, Dwi Novita, Ade, dan Yana), teman sepanjang hayat sekaligus

motivator Alif Via Sufianti dan seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terima kasih bantuan, dukungan, nasihat, motivasi

dan doa, dan selalu menemani dalam suka maupun duka.

iii

14. Sahabat-sahabatku PGSD kelas A angkatan 2012, terimakasih untuk yang

selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

15. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti.

Terimakasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

16. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terimakasih atas doa

dan dukungan yang diberikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan,

akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Aamiin

Metro, Mei 2016

Adinda Ageng Syahputri

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial ...................................................................... 9

1. Pengertian IPS ................................................................................ 9

2. Tujuan Pembelajaran IPS ............................................................... 10

3. Ruang Lingkup IPS ........................................................................ 11

B. Belajar dan Pembelajaran ..................................................................... 13

1. Belajar ........................................................................................... 13

a. Pengertian Belajar .................................................................... 13

b. Teori Belajar ............................................................................. 14

c. Partisipasi Belajar ..................................................................... 15

d. Hasil Belajar ............................................................................. 17

2. Pembelajaran .................................................................................. 18

a. Pengertian Pembelajaran .......................................................... 19

b. Model Pembelajaran IPS di SD ................................................ 20

3. Kinerja Guru ................................................................................... 22

a. Pengertian Kinerja Guru ........................................................... 22

b. Kompetensi Guru ...................................................................... 23

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning ........................................ 26

1. Pengertian Model Cooperative Learning. ...................................... 26

a. Prinsip-prinsip Model Cooperative Learning .......................... 28

v

b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning .................... 28

c. Tipe-tipe Model Cooperative Learning ................................... 31

2. Model Cooperative Learning Tipe Inside Outside Circle ............. 32

a. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe

Inside Outside Circle (IOC) ..................................................... 33

b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Inside

Outside Circle (IOC) ................................................................ 34

D. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 35

E. Kerangka Pikir...................................................................................... 36

F. Hipotesis ............................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 38

B. Setting Penelitian.................................................................................. 39

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40

D. Alat pengumpulan Data ........................................................................ 40

E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 44

1. Data Kualitatif ................................................................................ 45

2. Data Kuantitatif .............................................................................. 49

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 51

G. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ....................................................................................... 57

B. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian .......................................................... 58

C. Hasil Penelitian .................................................................................... 59

1. Siklus I ........................................................................................... 59

2. Siklus II .......................................................................................... 108

D. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 152

1. Kinerja Guru................................................................................... 152

2. Partisipasi Belajar Siswa ................................................................ 153

3. Hasil Belajar siswa ......................................................................... 156

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 158

B. Saran .................................................................................................... 159

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 161

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1 Data hasil belajar IPS ............................................................................... 4

2. 1 Ruang Lingkup IPS .................................................................................. 12

3. 1 Rubrik Penilaian Kinerja Guru................................................................. 41

3. 2 Indikator Partisipasi Belajar Siswa .......................................................... 42

3. 3 Indikator Hasil Belajar Afektif................................................................. 42

3. 4 Indikator Hasil Belajar Psikomotor .......................................................... 43

3.5 Kisi-kisi soal tes siklus I ........................................................................... 43

3.6 Kisi-kisi soal tes siklus II .......................................................................... 44

3. 7 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai .................. 45

3. 8 Kategori partisipasi belajar siswa............................................................. 46

3. 9 Kategori partisipasi belajar siswa secara klasikal .................................... 46

3. 10 Kategori hasil belajar afektif siswa ......................................................... 47

3. 11 Kategori persentase hasil belajar afektif secara klasikal ......................... 48

3.12 Kategori hasil belajar psikomotor siswa .................................................. 48

3.13 Kategori persentase hasil belajar psikomotor siswa secara klasikal ........ 49

3.14 Kategori hasil belajar kognitif siswa ........................................................ 50

3.15 Kategori persentase ketuntasan belajar kognitif siswa ............................. 50

4. 1 Jadwal pelaksanan kegiatan penelitian tindakan kelas............................. 58

4. 2 Kinerja guru siklus I pertemuan I ............................................................ 71

4. 3 Kinerja guru siklus I pertemuan II ........................................................... 74

vii

Tabel Halaman

4. 4 Rekapitulasi kinerja guru siklus I ............................................................. 77

4. 5 Partisipasi belajar siswa siklus I pertemuan I .......................................... 79

4. 6 Partisipasi belajar siswa siklus I pertemuan II ......................................... 82

4. 7 Rekapitulasi partisipasi belajar siswa siklus I .......................................... 84

4. 8 Hasil belajar afektif siswa siklus I pertemuan I ....................................... 86

4. 9 Hasil belajar afektif siswa siklus I pertemuan II ...................................... 89

4.10 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I ....................................... 91

4.11 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I pertemuan I ............................... 94

4.12 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I pertemuan II .............................. 96

4.13 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I ............................... 99

4.14 Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa siklus I ......................... 101

4.15 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ................................................... 102

4.16 Kinerja guru siklus II pertemuan I ........................................................... 120

4.17 Kinerja guru siklus II pertemuan II .......................................................... 122

4.18 Rekapitulasi kinerja guru siklus II ........................................................... 125

4.19 Partisipasi Belajar Siswa Siklus II Pertemuann I ..................................... 125

4.20 Partisipasi Belajar Siswa Siklus II Pertemuann II ................................... 128

4.21 Rekapitulasi partisipasi belajar siswa siklus II......................................... 130

4.22 Hasil belajar afektif siswa siklus II pertemuan I ...................................... 132

4.23 Hasil belajar afektif siswa siklus II pertemuan II..................................... 135

4.24 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus II ...................................... 137

4.25 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II pertemuan I .............................. 140

4.26 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II pertemuan II ............................. 143

viii

Tabel Halaman

4.27 Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus II .............................. 145

4.28 Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa siklus II ........................ 148

4.29 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ................................................. 149

4.30 Peningkatan kinerja guru tiap siklus ........................................................ 152

4.31 Rekapitulasi Partisipasi Belajar Siswa Tiap Siklus .................................. 154

4.32 Peningkatan hasil dan ketuntasan belajar siswa ....................................... 156

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ........................................................................................... 37

3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas ......................................................... 39

4.1 Peningkatan kinerja guru............................................................................ 153

4.2 Peningkatan partisipasi belajar siswa ......................................................... 155

4.3 Peningkatan hasil dan ketuntasan belajar siswa ......................................... 156

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ............................................................................................... 164

2. Perangkat Pembelajaran.......................................................................... 173

3. Hasil Penelitian ....................................................................................... 208

4. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ........................................................... 293

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses yang dilalui setiap individu untuk

mendapatkan pengetahuan, wawasan, serta mengembangkan sikap dan

keterampilan. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan

sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu instrumen yang dapat

digunakan untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, juga dari

kebodohan dan kemiskinan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 secara tegas menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Terdapat unsur yang sangat vital pada proses pendidikan yakni

pembelajaran. Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaanya masih

tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasioanal No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20. Menurut Undang-

undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,

2

yaitu belajar dan mengajar. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan

oleh siswa, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan

oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Untuk terselenggaranya proses

pembelajaran agar memperoleh pengalaman belajar yang optimal maka harus

ada kegiatan pembelajaran serta segenap komponen yang mendukung kegiatan

pembelajaran tersebut.

Proses pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), serta di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, teknik,

dan media pembelajaran yang dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran. Hal

tersebut dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang

diharapkan. Penerapan pendekatan, model strategi,teknik, dan media

pembelajaran harus sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang akan

diberikan kepada siswa. Pada tingkat pendidikan khususnya di jenjang sekolah

dasar saat ini terdapat berbagai mata pelajaran yang diajarkan, yakni

Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Agama,

Penjaskes, dan mata pelajaran lain sesuai dengan kebijakan sekolah masing-

masing.

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata

pelajaran yang penting dalam membangun pengetahuan siswa tentang ilmu

sosial yang ada di masyarakat. Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan

manusia dengan sejumlah aktivitas sosialnya. Menurut Supriatna dkk.,

(2007:4) pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya

3

pada aktivitas keidupan manusia. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia

membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial

antara manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan

kekuasaannya. Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran

bahwa pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam menguasai ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Adapun tujuan IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006 yaitu (1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan

pedagogis dan psikologis; (2) Mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

sosial; (3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

sosial dan kemanusiaan; (4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama

dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara

nasional maupun global.

Agar tujuan pembelajaran di atas dapat tercapai, maka proses

pembelajaran IPS harus disajikan dengan proses pembelajaran yang menarik

dan bermakna, sehingga siswa sebagai objek pembelajaran dapat terlibat secara

aktif, serta termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPS. Namun dalam

pelaksanaannya, mata pelajaran IPS diajarkan dengan menggunakan cara yang

sederhana dan perangkat pembelajaran yang terbatas. Akibatnya beberapa

permasalahan muncul dalam pembelajaran IPS diantaranya, hasil belajar mata

pelajaran IPS pada kelas IVA masih sangat rendah, sebagian besar siswa juga

masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, serta guru hanya

menyampaikan materi dengan bahan ajar yang kurang mendukung sehingga

membuat situasi belajar kurang menarik dan hanya berpusat pada guru.

4

Permasalahan ini tentunya berakibat pada kurangnya partisipasi siswa dan hal

tersebut berdampak pula terhadap rendahnya hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS di sekolah. Hal ini dibuktikan dari dokumentasi data hasil ujian

mid semester siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat.

Tabel 1.1. Data hasil belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat

tahun pelajaran 2015/2016.

No KKM Rata-rata

Kelas

Nilai Jumah

Siswa

Persentase

1 70 65,35 ≥70 9 45%

2 ≤70 11 55%

Jumlah 20 100%

(Sumber: Dokumentasi nilai ulangan tengah semester SD Negeri 2 Metro

Pusat)

Berdasarkan data dari tabel di atas, pembelajaran IPS yang dilakukan di

kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat diketahui hasil belajar siswa yang belum

mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal), yaitu 70. Dari 20 siswa

sebanyak 9 siswa telah tuntas atau sekitar 45% yang sudah mencapai KKM dan

11 siswa belum tuntas atau sekitar 55% yang belum mencapai KKM. Menurut

Mulyasa (2006: 131) suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-

kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas mencapai KKM. Hal ini

menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD Negeri 2

Metro Pusat belum berhasil karena masih ada 11 siswa atau sekitar 55% yang

belum mencapai KKM.

Hasil dari observasi di SD Negeri 2 Metro Pusat, rendahnya hasil

belajar siswa kelas IVA pada mata pelajaran IPS dikarenakan beberapa hal,

diantaranya siswa masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga

partisipasi siswa dalam pembelajaran di sekolah masih belum optimal, masih

ada sebagian siswa yang kurang peduli saat pembelajaran berlangsung

5

sehingga mereka cenderung mengobrol dengan temannya. Sementara

berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat,

dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas, guru masih berperan sebagai

sumber belajar atau dengan kata lain pembelajaran masih berpusat pada guru

(teacher center), dan untuk model cooperative learning tipe inside outside

circle ini belum pernah diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas IVA SD

Negeri 2 Metro Pusat.

Berkaitan dengan uraian permasalah dalam pembelajaran IPS diatas

maka dalam penelitian ini akan dicobakan model cooperative learning tipe

inside outside circle. Menurut Huda, (2014: 144) model cooperative learning

tipe inside outside circle yang dikembangkan oleh Spencer Kagan ini adalah

suatu model pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Tipe

pembelajaran inside outside circle ini memungkinkan siswa saling berbagi

informasi pada waktu yang bersamaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

mengangkat judul “Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa

Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Inside Outside Circle Pada

Mata Pelajaran IPS Kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat ”.

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Partisipasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas masih belum

optimal.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

4. Guru masih belum bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

5. Guru belum menggunakan model cooperative learning tipe Inside Outside

Circle (IOC).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berkikut.

1. Bagaimana meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas IVA pada mata

pelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe Inside

Outside Circle (IOC) di SD Negeri 2 Metro Pusat?

2. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe Inside Outside Circle

(IOC) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA pada mata

pelajaran IPS di SD Negeri 2 Metro Pusat?

7

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas IVA pada mata pelajaran IPS

dengan menggunakan model cooperative learning tipe IOC di SD Negeri 2

Metro Pusat.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA pada mata pelajaran IPS

dengan menggunakan model cooperative learning tipe IOC di SD Negeri 2

Metro Pusat.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian

ini adalah:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

IPS.

2. Bagi guru

Dapat memperluas pengetahuan guru mengenai model pembelajaran yang

dapat mengaktifkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa serta dapat

memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas mengajar guru.

3. Bagi sekolah

Dapat menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan

khususnya kualitas pembelajaran di SD Negeri 2 Metro Pusat.

8

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai model

pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan sebagai salah satu bahan

referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang

mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya

dalam masyarakat. Untuk itu pembelajaran IPS diarahkan pada proses

pengembangan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang ada

di masyarakat. Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk

mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Susanto (2013: 139) IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial

dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi,

geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan

psikologi.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

jenjang SD/MI mata pelajran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,

Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa

diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai.

10

Sedangkan menurut Susilawati dan Rustati (2013: 3) pendidikan

IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan

disiplin ilmu lainnya serta masalah masalah sosial terkait yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPS

merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek

kehidupan atau satu perpaduan.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang

mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya

dalam masyarakat. Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk

mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak

sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Permendiknas

No. 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS, yaitu

agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

11

Nur Hadi dalam Susanto (2014: 146) menyebutkan bahwa ada

empat tujuan pendidikan IPS, yaitu : knowledge, skill, attitude, dan value.

Dimana knowledge yaitu membantu siswa untuk mengenal diri mereka

sendiri dan lingkungannya dan mencakup geografi, sejarah, politik,

ekonomi, dan sosiologi psikologi. Skill, yang mencakup keterampilan

berfikir (thinking skill). Attitudes, yang terdiri dari atas tingkah laku

berpikir dan tingkah laku sosial. Yang terakhir value, yaitu nilai yang

terkandung di dalam masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hasan

dalam Supriatna (2007: 5) mengungkapkan, tujuan pendidikan IPS dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan

intelektual siswa, pengembangan kemampuan, dan rasa tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa

sebagai pribadi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk membantu mendewasakan siswa

supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi dalam masyarakat, negara dan

bahkan di dunia.

3. Ruang Lingkup IPS

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang

melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Manusia dalam konteks

sosial demikian luas dengan berbagai kebutuhannya, maka pembelajaran

IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi, dan harus sesuai dengan

kemampuan peserta didik pada tiap jenjang yang sedang ditempuhnya,

12

sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar

berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Undang-undang No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

menyebutkan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi beberapa aspek,

yaitu:

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3) Sistem Sosial dan Budaya

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Sementara menurut Sapriya dkk (2007: 19) ruang lingkup mata

pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS

Aspek Sub Aspek

1. Sistem sosial dan budaya a. Individu, keluarga, dan masyarakat

b. Sosiologi sebagai ilmu dan metode

c. Interaksi sosial

d. Sosialisasi

e. Pranata sosial

f. Struktur sosial

g. Kebudayaan

h. Perubahan sosial budaya

2. Manusia, tempat, dan lingkungan a. Sistem informasi geografi

b. Interaksi gejala fisik dan sosial

c. Struktur internal suatu tempat /

wilayah

d. Interaksi keruangan

e. Persepsi lingkungan dan kewajiban

3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan a. Berekonomi

b. Ketergantungan

c. Spesialisasi dan pembagian kerja

d. Perkoperasian

e. Kewirausahaan

4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan a. Dasar-dasar ilmu sejarah

b. Fakta, peristiwa, dan proses

13

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara

terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.

Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013 : 3) belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman. Sedangkan belajar menurut Hamalik dalam

Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan

(habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Perubahan

tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau

latihan.

Sedangkan menurut Bruner dalam Trianto (2010: 15) belajar

adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk)

pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah

dimiliki.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

pengetahuan melalui pelatihan atau pengalaman yang mengakibatkan

perubahan pada diri seseorang yang bersifat positif.

14

b. Teori Belajar

Sebagai landasan terjadinya proses belajar, maka perlu adanya teori

belajar yang mendukung suatu model, pendekatan, strategi atau metode

yang digunakan dalam pembelajaran. Menurut Trianto (2011: 27) teori

belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar

atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa.

Sementara Hamalik (2011: 34-42) mengemukakan beberapa aliran

psikologi yang berhubungan dengan teori belajar, yaitu:

1) Teori Psikologi Klasik

Manusia terdiri dari jiwa dan badan yang berbeda satu sama lain.

Menurtu teori ini, belajar adalah all learning is a process of

developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan

menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan

kekuatan menciptakan, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan

melihatnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses dari

dalam atau inner development.

2) Teori Psikologi Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya,

mengingat, berfikir, meraskan, kemauan, dan sebagainya. Dengan

demikian maka, kurikulum harus menyediakan mata pelajaran yang

dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Pemilihan mata

pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara

efisien dan ekonomis.

3) Teori Mental State

Teori ini bersifat materialistis mengutamakan bahan. Jiwa yang

baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai

dengan norma-norma etis. Menurut teori ini, belajar adalah

memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang disampaikan

dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

4) Teori Psikologi Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.

Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori

psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-

aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Di

dalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan

yang utama. Melalui behaviorisme dapat dijelaskan kelakuan

manusia secara seksama dan memberikan program pendidikan

yang memuaskan.

15

5) Teori Psikologi Gestalt

Menurut teori ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang

berstruktur. Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap

tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat

perhatian, adalah sebagai berikut:

a) Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan

lingkungannya, faktor herediter lebih berpengaruh.

b) Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis,

adanya gangguan terhadapa keseimbangan itu akan mendorong

terjadinya tingkah laku.

c) Belajar mengutamakan aspek pemahaman terhadap situasi

problematis.

d) Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi

problematis.

e) Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya

bermakna dalam keseluruhan itu.

Berdasarkan pemaparan teori-teori belajar di atas, maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa teori belajar adalah landasan untuk

memahami terjadinya proses belajar sehingga guru mampu menentukan

model serta strategi yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam

memperoleh pemahaman.

c. Partisipasi Belajar

Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang dituntut untuk

dapat berperan penuh di dalam kelas, tetapi juga keterlibatan siswa jauh

lebih utama selama proses pembelajaran berlangsung. George Terry

dalam Winardi (2005: 149) berpendapat bahwa partisipasi adalah turut

sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk

memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan keputusan,

terutama mengenai persoalan melibatkan pribadi orang yang

bersangkutan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk

melakukan hal tersebut. Sementara menurut Mulayasa, (2006: 156)

16

partisipasi diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat

dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses pembelajaran tanpa

partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar. Setiap siswa pasti aktif

dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah tingkat keaktifan

siswa tersebut. Tingkat keaktifan tersebut dapat dikategorikan mulai dari

rendah, sedang dan tinggi. Maka disinilah diperlukannya kreatifitas guru

dalam mengajar agar siswa dapat berpartisipasi aktif selama proses

pembelajaran.

Penggunaan model dan motode yang tepat akan menentukan

keberhasilan proses pembelajaran. Model pembelajaran yang bersifat

partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam

situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih

terbuka selama kegiatan belajar berlangsung.

Mencermati pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik sikap maupun

emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa pada aspek partisipasi

yaitu, tidak memilih teman dalam bertukar informasi, indikator yang

kedua bagaimana siswa berdiskusi dan bertukar informasi dengan

kelompok yang ada di depannya. Indikator yang ketiga, bagaimana siswa

17

mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru. Indikator

yang keempat bagaimana siswa mengikuti semua tahapan-tahapan

pembelajaran sesuai langkah-langkah IOC. Indikator kelima, apakah

siswa memberikan respon yang baik dalam pembelajaran. Indikator yang

keenam, bagaimana antusias siswa dalam mengemukakan pendapat.

Indikator yang terakhir, siswa saling menghargai perbedaan pendapat

satu sama lain.

d. Hasil Belajar

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar

itu sendiri merupakan suatu proses seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu perubahan yang relatif menetap. Anak yang berhasil

dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

atau tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5).

Menurut Suprijono (2009: 5-6), hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal

berikut :

a. Informasi verbal, yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang.

c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kogitifnya.

18

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom dalam Suprijono, (2009: 8) hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain

kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan,

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, meencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Aspek yang diamati pada

ranah afektif penelitian ini yaitu sikap disiplin dan percaya diri siswa.

Indikator sikap disiplin yang diamati yaitu, siswa membawa buku teks

mata pelajaran dan alat tulis, melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk

guru, mengumpulkan tugas tepat waktu dan tertib dalam mengikuti

pembelajaran dan tidak ribut/melakukan aktivitas lain di dalam kelas.

Indikator percaya diri yang diamati yaitu, siswa berani bertanya, siswa

berani menjawab pertanyaan, siswa berani persentasi di depan kelas, dan

mengerjakan tugas tanpa mencontek. Domain psikomotor meliputi

initiatory, pre-routine, dan rountinized. Aspek yang diamati pada ranah

psikomotor yaitu keterampilan berbicara dan bertanya. Indikator

19

keterampilan berbicara yang diamati yaitu, kefasihan dalam berbicara,

menyampaikan hasil presentasi dengan kalimat yang jelas, menggunakan

Bahasa Indonesia yang baik dalam menyampaikan pendapat dalam

diskusi dan berkomunikasi dengan guru dan teman menggunakan bahasa

yang santun. Indikator bertanya yang diamati antara lain, mengangkat

tangan saat mengajukan pertanyaan, pengungkapan pertanyaan jelas dan

singkat, pertanyaan berisi informasi yang relevan, merespon pertanyaan

dengan kata-kata yang jelas.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan tertentu baik pada

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai atau dikuasai siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Selama proses pembelajaran terjadi interaksi belajar dan mengajar

dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur

ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru

termasuk lingkungannya. Kata atau istilah pembelajaran dan

penggunaanya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak

lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Winaputra

(2008; 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

20

menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas

belajar pada peserta didik. Sementara menurut Sudjana dalam Amri

(2013: 28) bahwa pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan

dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik

melakukan kegiatan belajar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) mendefinisikan kata

pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran

berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,

sehingga terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar.

b. Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang persekolahan,

baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya

pembaharuan yang serius. Karena pada kenyataannya selama ini masih

banyak model pemebelajaran yang masih bersifat konvensional, tidak

terlihat adanya improvisasi dalam pembelajaran, jauh dari model

pembelajaran yang modern sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi

lingkungan sekitar dimana siswa tinggal. Seperti yang dikemukakan oleh

Somantri dalam Susanto (2014: 2) pembaruan pembelajaran pendidikan

21

IPS ditandai oleh beberapa ciri, yaitu: 1) bahan pelajaran lebih banyak

memperhatikan kebutuhan dan minat anak; 2) bahan pelajaran lebih

banyak memperhatikan masalah-masalah social; 3) bahan pelajaran lebih

banyak memperhatikan keterampilan, khususnya keterampilan inquiry

atau menyelidiki; 4) bahan pelajaran lebih memberikan perhatian

terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam sekitar.

Seperti yang telah dipaparkan peneliti di latar belakang masalah

penelitian, tampak beberapa permasalahan yang muncul pada

pembelajaran IPS di SD, seperti sebagian siswa masih pasif dalam

mengikuti pembelajaran, guru hanya menyampaikan materi dengan

bahan ajar yang kurang mendukung dan hanya berpusat pada guru serta

guru masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat

konvensional.

Masalah-masalah tersebut dapat teratasi salah satunya dengan

pemilihan model pembelajaran yang tepat. Susanto (2014: 6)

menjelaskan ada beberapa model yang dapat digunakan dalam

pembelajaran IPS di SD, antara lain Contextual Teaching Learning

(CTL), Inquiry, Cooperative Learning, Problem Based Learning (PBL).

Diantara model-model pembelajaran yang telah disebutkan di

atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan model cooperative

learning sebagai model yang akan diterapkan di kelas. Cooperative

Learning memiliki pola belajar kelompok dengan cara kerja sama antar

siswa yang dapat mendorong timbulnya gagasan atau ide-ide yang lebih

bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa. Pada model ini siswa

22

dituntut untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya, secara

tidak langsung keterlibatan siswa sangat dibutuhkan selama pembelajaran

berlangsung.

3. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena

selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, guru juga

dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter

yang baik bagi anak didiknya. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal

1 ayat 1 tentang guru dan dosen mendefinisikan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Mengacu pada undang-undang di atas, peran guru sangat

menentukan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal tersebut akan

tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya selama

peroses pembelajaran berlangsung. Ini berati bahwa kinerja guru

merupakan faktor yang menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan

yang juga akan berdampak pada kualitas pendidikan setelah siswa

menyelesaikan sekolahnya.

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan

atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas sesuai dengan

bidang dan hasil yang diperolah dengan baik. Istilah kinerja secara umum

diartikan dengan performance. Guru sebagai seseorang yang profesional

23

bertugas sebagai pendidik, yang keprofesionalannya akan berimbas pada

hasil belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan guru terus menerus

meningkatkan kinerjanya sehingga pembelajaran siswa berkualitas dan

memberikan kontribusi yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran.

Menurut Susanto (2013:29) kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau

kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Selanjutnya

menurut Sanjaya (2006: 13), kinerja guru berkaitan dengan tugas

perencanaan, pengelolaan, dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai

perencana, guru tentu mampu membuat perangkat pembelajaran dan

mendesain pembelajaran. Sebagai pengelola, guru harus menciptakan

suasana belajar yang kondusif. Sementara menurut Rusman (2010: 50)

kinerja guru adalah wujud dari perilaku guru dalam proses pembelajaran

yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa kinerja guru adalah bentuk kegiatan guru dalam merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan mengevaluasi

hasil belajar sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas

pembelajaran.

b. Kompetensi Guru

Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa

24

Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat

kompetensi utama, yaitu Kompetensi Pendagogik, Kepribadian, Sosial,

dan Profesional (Rusman, 2010:53).

Empat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan

kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini

terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:

a. Mengenal karakteristik anak didik

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

c. Mampu mengembangan kurikulum

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik

f. Komunikasi dengan peserta didik

g. Penilaian dan evaluasi pembelajaran

2. Kompetensi Profesional.

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti

perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis.

Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan

belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan

kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas

dan mendalam yang meliputi:

25

a. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar

b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

c. Hubungan konsep antar pelajaran terkait

d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa

bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru

lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru meliputi:

a. Berkomunikasi lisan dan tulisan

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

e. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia

f. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

g. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

4. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek

kompetensi ini misalnya:

26

a. Dewasa

b. Stabil

c. Arif dan bijaksana

d. Berwibawa

e. Mantap

f. Berakhlak mulia

g. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

h. Mengevaluasi kinerja sendiri

i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan

terdapat empat kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru,

yaitu kompetensi pendagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

Kompetensi-kompetensi tersebut hendaknya selalu dikembangkan

seiring perkembangan zaman.

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Istilah Cooperative Learning dalam bahasa Indonesia dikenal

dengan sebutan pembelajaran kooperatif. Cooperative Learning

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem

pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau

suku yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2010: 204)

yang mengemukakan bahwa cooperative learning adalah teknik

pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan

27

belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5

orang.

Menurut Hamdayama (2014: 63) terdapat empat unsur penting

dalam pembelajaran Cooperative Learning yaitu (1) adanya peserta

dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya uapya belajar;

(4) adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Slavin dalam

Isjoni (2007: 12) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang

dengan struktur kelompok heterogen.

Manfaat dari cooperative learning antara lain: meningkatkan

aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan,

mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya

diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa cooperative learning adalah suatu proses pembelajaran secara

kolaboratif dalam sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau

lebih, masing-masing anggotanya memiliki kesempatan dan tanggung

jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Dimana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap kelompok itu

sendiri.

28

a. Prinsip-prinsip Model Cooperative Learning

Menurut Hamdayama (2014: 64) ada empat prinsip dasar dalam

cooperative learning, yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif. Untuk tercipta kelompok yang

efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi

tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja

disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah

hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak

mungkin diselesaikan manakal ada anggota yang tidak bisa

menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama

yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota

kelompok yang memiliki kemampuan lebih, diharapkan mau dan

mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

2) Tanggung jawab perseorangan. Prinsip ini merupakan konsekuensi

dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok

tergantung pada setiap anggota, maka setiap anggota kelompok

harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap

anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan

kelompoknya.

3) Interaksi tatap muka. Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan

kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk

bertatap muka saling memberikan informasi dan saling

membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan

pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok.

4) Partisipasi dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai

bekal peserta didik dalam kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh

sebab itu, sebelum melakukan kooperative, guru perlu membekali

siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan

mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara menyatakan

ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara

santun, tidak memojokan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide

yang dianggapnya baik dan berguna.

b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran sudah barang tentu memliki

langkah-langkah dalam pelaksanaanya. Menurut Suprijono dalam

Sumantri (2015: 54) model pembelajaran kooperatif terdiri atas enam

fase sebagai berikut:

29

1) Fase pertama

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru

mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting

untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas

prosedur dan aturan dalam pembelajaran.

2) Fase kedua

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini

merupakan isi akademik.

3) Fase ketiga

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja

sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus

merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki

akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan

kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-

rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok

kepada individu lainnya.

4) Fase keempat

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan

tentan tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang

dialoksikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa

petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal

yang sudah ditunjukan.

30

5) Fase kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi

evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.

6) Fase keenam

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan

kepada siswa. Variasi struktur reward kompetetif adalah jika siswa

diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang

lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun

anggota tim-timnya saling bersaing.

Sementara menurut Hamdayama (2014: 66) prosedur

pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yakni:

1) Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Pada tahap

ini, guru memberikan gambaran umum tentsng materi pelajaran yang

harus dikuasai, yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi

dalam pembelajaran kelompok.

2) Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-

pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada

kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

3) Penilaian

Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa

dilakukan dengan tes atau kuis. Nilai setiap kelompok memiliki nilai

31

sama tiap kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah

nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama

dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota

kelompok.

4) Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang

dianggap paling menonjol atau kelompok mana yang paling

berprestasi yang layak diberikan hadiah atau reward.

Dari dua pendapat ahli tentang langkah-langkah pelaksanaan

model cooperative learning di atas, peneliti mengacu pada langkah-

langkah menurut Hamdayama (2014: 66). Karena pada langkah-

langkah tersebut lebih rinci dan mencakup semua tujuan dari model

cooperative learning tersebut.

c. Tipe-tipe Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model Cooperative Learning memiliki beberapa tipe. Menurut

Slavin dalam Sumantri (2015: 55) model cooperative learning memiliki

beberapa tipe , yaitu memiliki beberapa tipe yaitu Student Team-

Achievment Division (STAD), Team Game Tournament (TGT),

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team

Assisted Individualization (TAI), Inside Outside Circle (IOC), Group

Investigation, Learning Together, Complex Instruction dan Structure

Dyadic Methods.

Sejalan dengan pendapat di atas, Isjoni (2007: 51) berpendapat

model cooperative learning memiliki beberapa variasi, yaitu Student

32

Team-Achievment Division (STAD), Tim Ahli (Jigsaw), Group

Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Number Head Together

(NHT), dan Team Game Tournament (TGT).

Berdasarkan tipe-tipe cooperative learning yang telah dipaparkan

oleh beberapa ahli diatas, maka peneliti memilih model cooperative

learning (pembelajaran kooperatif) tipe Inside Outside Circle (IOC)

yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

2. Model Cooperative Learning Tipe Inside Outside Circle.

Model Cooperative Learning tipe Inside Outside Circle (IOC)

adalah model pembelajaran pembelajaran yang sangat dinamis ketika

dipraktikan dengan benar, karena model tipe ini memberikan kesempatan

yang luas kepada siswa untuk saling berbagi informasi pada saat yang

bersamaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kurniasih dan Sani (2015: 92).

Model ini bisa digunakan dalam berberapa mata pelajaran, seperti ilmu

pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang

paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang

membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu

keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan

memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda

dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa

lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembagiannya dua kelompok dalam tipe pembelajaran ini adalah

separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

33

separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa

yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada

di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman

(baru) di depannya, dan seterusnya.

Menurut Huda (2014: 144) tipe pembelajaran IOC adalah teknik

pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk

memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi

pada saat yang bersamaan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah

adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling

berbagi informasi bersama dengan singkat dan teratur. Selain itu,

siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa model cooperative learning tipe inside outside circle adalah tipe

pembelajaran yang memudahkan siswa untuk saling berbagi informasi

dalam waktu yang bersamaan dan melatih keterampilan berkomunikasi

siswa.

a. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Inside-

Outside Circle (IOC)

Model pembelajaran cooperative learning tipe inside outside

circle ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti yang disebutkan

oleh Huda (2014: 144) yakni sebagai berikut:

a. Kelebihan inside outside circle

- Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk

saling berbagi informasi bersama dengan singkat dan teratur.

- Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

- Dapat diterapkan untuk semua tingkat kelas dan sangat digemari

terutama oleh anak-anak.

b. Kekurangan inside outside circle

- Membutuhkan ruang kelas yang besar dan terlalu lama sehingga

tidak konsentrasi dan disalah gunakan untuk bergurau.

34

Sejalan dengan pendapat Huda, Kurniasih dan Sani (2015: 93)

mengemukakan kelebihan dan kekurangan tipe inside outside circle

sebagai berikut :

a. Kelebihan inside outside circle

- Sangat memungkinkan siswa mendapatkan informasi yang

berbeda pada saat bersamaan.

b. Kelemahan inside outside circle

- Membutuhkan ruang kelas yang besar.

- Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalah gunakan

untuk bergurau, juga rumit dilakukan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

kelebihan tipe IOC ini adalah siswa dapat berbagi informasi dengan siswa

lain dalam waktu yang bersamaan dan mampu meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa. Sementara kekurangan IOC itu sendiri adalah

membutuhkan ruang kelas yang cukup besar.

b. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe IOC

Langkah-langkah pembelajaran IOC menurut Huda (2014: 145)

adalah sebagai berikut :

1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil, mereka berdiri

menghadap keluar. Separuh kelas lagi membentuk lingkaran besar,

mereka berdiri menghadap ke dalam. Masing-masing siswa akan

menjadi pasangan.

2) Misalnya anggap saja dalam satu ruang kelas terdapat 30 siswa.

Siswa 1-15 membentuk lingkaran dalam, sedangkan siswa 16-30

membentuk lingkaran luar. Siswa 1 akan berhadpan dengan siswa

16, siswa 2 akan berhadapan dengan siswa 17, begitu seterusnya

dalam bentuk lingkaran.

3) Setiap pasangan siswa dari lingkaran kecil dan besar saling berbagi

informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil (lingkaran dalam)

dipersilahkan memulai terlebih dahulu. Setelah itu, siswa yang

berada dilingkaran besar (lingkaran luar) dipersilahkan untuk

berbagi informasi.

4) Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam ditempat,

sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau

dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-

35

masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi informasi

lagi.

5) Sekarang, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang

membagikan informasi. Demikian seterusnya.

Sementara menurut Kurniasih dan Sani (2015: 94) langkah-

langkah pembelajaran tipe IOC adaah sebagai berikut:

1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak)

berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.

2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran

pertama menghadap ke dalam.

3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi

informasi.

4) Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam

waktu yang bersamaan.

5) Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara

siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah

searah jarum jam.

6) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi

informasi demikian seterusnya.

7) Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan

pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Dari dua pendapat ahli di atas langkah-langkah pelaksanaan model

cooperative learning tipe inside outside circle peneliti mengacu pada

langkah-langkah menurut Kurniasih dan Sani. Sebab pada langkah-

langkah tersebut dijelaskan secara lebih jelas dan sistematis.

D. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas

dalam skripsi ini.

1. Agil Oktavianita (2014) dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan

Motivasi Belajar PKn Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Inside

Outside Circle (IOC) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 09 Purwodadi

Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014”. Dalam skripsinya Agil

menyebutkan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran Inside

36

Outside Circle persentase hasil belajar siswa meningkat hingga

mencapai 85%. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti yaitu dalam penggunaan model cooperative

learning tipe IOC. Namun, yang membedakan dalam penelitian ini

adalah Sdri. Agil ingin meningkatkan motivasi pada mata pelajaran

Pkn, sementara peneliti ingin meningkatkan partisipasi dan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Dinna Ratnawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumberagung 01

Banyuwangi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”. Dalam

skripsinya, Dinna menuliskan bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran Inside Outside Circle pada mata pelajaran IPS di kelas

III hasil belajar siswa meningkat pada siklus ke II yakni sebesar

86,67%. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti yaitu dalam penggunaan model cooperative

learning tipe IOC dan pada mata pelajaran IPS. Akan tetapi, dalam

penelitian tersebut Sdri. Dinna hanya ingin meningkatkan hasil belajar

siswa saja, semetara dalam penelitian kali ini peniliti ingin

meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori diatas dapat

disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe inside outside circle

merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan kegiatan belajar

37

secara berkelompok dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif

dan bertanggungjawab secara mandiri. Hubungan antar variabel-variabel

dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan gambar 2.1 alur kerangka pikir dapat dideskripsikan

bahwa model cooperative learning tipe inside outside circle yang

dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa

lebih mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran dan dapat

meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut : “Apabila dalam pembelajaran IPS diterapkan model

cooperative learning tipe inside outside circel dengan langkah-langkah

yang tepat, maka partisipasi dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 2

Metro Pusat akan meningkat”.

INPUT

PROSES

OUTPUT

Partisipasi dan hasil belajar siswa

rendah

Penerapan model Cooperative

Learning tipe Inside Outside Circle

Partisipasi meningkat dan hasil belajar

memenuhi indikator

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan

kelas. Arikunto (2006: 58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Sementara menurut Wardhani (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan di kelas oleh guru di dalam kelasnya sendiri

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dimana didalamnya

terdapat langkah-langkah dalam pelaksanaanya. Masing-masing siklus

terdiri dari empat kegiatan pokok yakni perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection), dan

seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Wardhani (2007: 2.4). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.1 yang

menggambarkan siklus penelitian tindakan kelas.

39

Gambar 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas

(Sumber: adopsi dari Arikunto, 2010: 137)

B. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Metro Pusat yang

merupakan salah satu instansi Sekolah Dasar yang menerapkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Lokasi sekolah ini terletak di Jalan

Ade Irma Suryani Nasution No. 12 Kelurahan Metro Kecamatan Metro

Pusat.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2015/2016, dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016.

Refleksi I

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Refleksi II

Pelaksanaan I

Pelaksanaan II

40

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SD Negeri 2

Metro Pusat dengan jumlah siswa 20 orang, yang terdiri dari 8 orang siswa

perempuan dan 12 orang siswa laki-laki.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan ini

menggunakan dua cara, yaitu :

1. Teknik Non tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan utnuk memperoleh

data yang bersifat kualitatif dengan menggunakan lembar observasi,

yaitu untuk menilai kinerja guru, partisipasi siswa, hasil belajar efektif,

dan hasil belajar psikomotor.

2. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat

kuantitatif melalui tes tertulis. Tes dilaksanakan setiap akhir pertemuan

pada masing-masing siklus. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil

yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan dalam proses

pembelajaran.

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah oleh peneliti. Alat yang digunakan antara lain :

41

1. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan

guru kelas. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

kinerja guru dan partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung.

Selama melakukan observasi penulis menggunakan lembar Instrumen

Penilaian Kinerja Guru (IPKG) untuk mengumpulkan data mengenai

kinerja guru. Sementara dalam melakukan observasi untuk

mengumpulkan data partisipasi belajar siswa di kelas, peneliti

menggunakan lembar observasi partisipasi belajar siswa.

Tabel 3.1 Rubrik penilaian kinerja guru

Skor Nilai mutu Indikator

5 Sangat baik Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru,

guru terlihat profesional.

4 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru, guru

terlihat menguasai.

3 Cukup baik Dilaksanakan cukup baik oleh guru, guru

terlihat cukup menguasai.

2 Kurang baik Dilaksanakan dengan kurang oleh guru,

guru terlihat kurang menguasai.

1 Sangat kurang Tidak dilaksanakan oleh guru.

(Sumber: adopsi dari Poerwanti, 2008: 78)

Lembar observasi partisipasi belajar siswa digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai partisipasi belajar siswa selama

pembelajaran. Observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check

list (√) pada indikator yang muncul saat pengamatan berlangsung.

Adapun indikator yang diamati disajikan pada tabel di bawah ini.

42

Tabel 3.2 Indikator partisipasi belajar siswa

No. Aspek yang diamati

1 Tidak memilih teman dalam bertukar informasi.

2 Berdiskusi dan bertukar informasi dengan kelompok yang

dihadapannya.

3 Mengemukakan pendapat/menjawab pertanyaan dari guru.

4 Mengikuti semua tahapan-tahapan pembelajaran sesuai langkah-

langkah IOC.

5 Memberikan respon yang baik dalam pembelajaran.

6 Antusias dalam mengemukakan pendapat.

7 Saling menghargai perbedaan pendapat satu sama lain.

(Sumber: adaptasi Mulyasa, 2006:156)

Pada aspek afektif, peneliti juga menggunakan lembar

observasi dalam melakukan pengumpulan data. Adapun aspek yang

diamati untuk memperoleh data hasil belajar afektif meliputi sikap

disiplin dan percaya diri seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Indikator hasil belajar afektif

No. Sikap yang dinilai Indikator yang diamati

1. Disiplin 1. Membawa buku teks mata pelajaran

dan alat tulis.

2. Melaksanakan kegiatan sesuai

petunjuk guru.

3. Mengumpulkan tugas tepat waktu.

4. Tertib dalam mengikuti pembelajaran,

tidak ribut/melakukan aktivitas lain di

dalam kelas.

2. Percaya diri 1. Berani bertanya.

2. Berani menjawab pertanyaan.

3. Berani presentasi di depan kelas.

4. Mengerjakan tugas tanpa mencontek.

(Sumber: Kunandar, 2014:104)

Alat pengumpul data psikomotor dalam penelitian ini

menggunakan lembar observasi. Adapun keterampilan yang digunakan

untuk memperoleh data hasil belajar psikomotor meliputi keterampilan

berbicara dan bertanya seperti pada tabel di bawah ini.

43

Tabel 3.4 Indikator hasil belajar psikomotor

No. Keterampilan yang

dinilai

Indikator yang diamati

1. Berbicara 1. Kefasihan dalam berbicara.

2. Menyampaikan hasil presentasi

dengan kalimat yang jelas.

3. Menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dalam menyampaikan pendapat

dalam diskusi.

4. Berkomunikasi dengan guru dan

teman menggunakan bahasa yang

santun.

2. Bertanya 1. Mengangkat tangan saat mengajukan

pertanyaan.

2. Pengungkapan pertanyaan jelas dan

singkat.

3. Pertanyaan berisi informasi yang

relevan.

4. Merespon pertanyaan dengan kata-

kata yang jelas.

(Sumber: Kunandar, 2014:104)

2. Soal Tes

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar

kognitif serta mengetahui ketercapaian indikator pembelajaran melalui

penerapan model cooperative learning tipe inside outside circle .

Tabel 3.5 Kisi-kisi soal tes siklus I

No. Indikator

TK

Ranah

Indikator

No.

Item

Jumlah

Butir

1. Menjelaskan manfaat dari beberapa alat

teknologi produksi pada masa lalu dan

masa kini

C1 1, 5 2

2. Menjelaskan cara menggunakan beberapa

alat teknologi komunikasi pada masa lalu

dan masa kini

C1 6, 9 2

3. Menjelaskan pengertian teknologi

komunikasi C1 2 1

4. Menjelaskan jenis-jenis teknologi produksi C1 16, 19 2

5.

Mengidentifikasi perbedaan teknologi

produksi pada masa lalu dan masa kini

dengan teliti. C1

3, 8,

17 3

44

No. Indikator

TK

Ranah

Indikator

No.

Item

Jumlah

Butir

6.

Mengklasifikasi alat-alat teknologi

komunikasi yang digunakan pada masa

lalu dan masa kini dengan cermat. C3 7, 14 2

7. Menyebutkan 3kelemahan dan

keunggulan teknologi komuikasi masa lalu

dan masa kini C1 4, 15 2

8.

Menyebutkan alat teknologi produksi dan

alat teknologi komunikasi masa lalu dan

masa kini C1

11, 10,

12, 13,

18, 20 6

Jumlah 20

(Sumber: modifikasi dari Kemendikbud, 2013: 131)

Tabel 3.6 Kisi-kisi soal tes siklus II

No. Indikator

TK

Ranah

Indikator

No.

Item

Jumlah

Butir

1. Menjelaskan fungsi dari beberapa alat teknologi

komunikasi pada masa lalu dan masa kini C1 1, 18 2

2.

Menjelaskan cara menggunakan beberapa alat

teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa

kini

C1 7, 20 2

3. Menjelaskan pengertian teknologi transportasi C1 2 1

4.

Mengidentifikasi perbedaan teknologi

transportasi pada masa lalu dan masa kini

dengan teliti.

C1 8, 9 2

5.

Mengklasifikasi alat-alat teknologi transportasi

yang digunakan pada masa lalu dan masa kini

dengan cermat.

C3 11, 17 2

6.

Menyebutkan 3 kelemahan dan keunggulan

teknologi transportasi masa lalu dan masa kini C1

4, 6,

13, 16,

19 5

7.

Menyebutkan alat teknologi transportasi masa

lalu dan masa kini C1

3, 5,

10, 12,

14, 15 6

Jumlah 20

(Sumber: modifikasi dari Kemendikbud, 2013: 131)

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif.

45

1. Teknik Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis partisipasi belajar siswa dan kinerja guru

yang bersumber dari data observasi.

a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

N =

x 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diperoleh

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum yang ditentukan

100 = bilangan Tetap

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 102)

Table 3.7 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai

(Sumber: adopsi dari Poerwanti, 2008: 78)

b. Partisipasi belajar siswa

1. Nilai partisipasi belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Np =

x 100

Keterangan:

Np = nilai partisipasi yang dicari atau diperoleh

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum yang ditentukan

100 = bilangan Tetap

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 107)

No Nilai Kategori

1. ≥81 Sangat baik

2. 61-80 Baik 3. 41-60 Cukup baik

4. 21-40 Kurang baik

5. <20 Sangat kurang

46

Tabel 3.8 Kategori partisipasi belajar siswa

Konversi Nilai Kategori

Angka Huruf Mutu

86-100 A Sangat Partisipatif

81-85 A-

76-80 B+

Partisipatif 71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

Cukup 56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ Kurang Partisipatif

0-45 D

(Sumber: modifikasi dari Kemendikbud, 2013: 131)

2. Persentase partisipasi belajar siswa secara klasikal diperoleh

dengan rumus:

P =

x 100%

(Sumber: adaptasi Aqib, dkk., 2009:41)

Tabel 3.9 Kategori partisipasi belajar siswa secara klasikal dalam

satuan persen (%)

No Partisipasi belajar

siswa % Kategori

1. ≥80 Sangat partisipatif

2. 60-79 Partisipatif

3. 40-59 Cukup

4. 20-39 Kurang partisipatif

5. >20 Pasif

(Sumber: adaptasi Aqib, dkk., 2009:41)

c. Hasil belajar afektif siswa

1. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

Na =

x 100

47

Keterangan:

Na = nilai afektif

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap

(Sumber: adaptasi dari Purwanto, 2008:102)

Nilai tersebut dikategorikan dalam kategori nilai hasil belajar

afektif siswa pada table.

Tabel 3.10 Kategori hasil belajar afektif siswa

Konversi Nilai Kategori

Angka Huruf Mutu

86-100 A Sangat Baik

81-85 A-

76-80 B+

Baik 71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

Cukup 56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ Kurang

0-45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

2. Persentase nilai afektif secara klasikal diperoleh dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

A = persentase ketuntasan afektif klasikal

∑ X = jumlah siswa yang memiliki kategori baik

N = jumlah siswa

100% = bilangan tetap

(Sumber: Aqib, dkk., 2009:41)

48

Tabel 3.11 Kategori persentase hasil belajar afektif secara klasikal

No Tingkat keberhasilan

(%)

Kategori

1. ≥80 Sangat baik

2. 60-79 Baik

3. 40-59 Cukup baik

4. 20-39 Kurang baik

5. <20 Sangat kurang baik

(Sumber: adaptasi Aqib, dkk., 2009:41)

d. Hasil belajar psikomotor siswa

1. Nilai psikomotor diperoleh dengan rumus:

Keterangan :

NP = nilai psikomotor

R = skor mentah yang diperoleh

SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap

(Sumber: adaptasi dari Purwanto, 2008:102)

Nilai tersebut dikategorikan dalam kategori nilai hasil belajar

psikomotor siswa yang ada pada table.

Tabel 3.12 Kategori hasil belajar psikomotor siswa

Konversi Nilai Kategori

Angka Huruf Mutu

86-100 A Sangat Terampil

81-85 A-

76-80 B+

Terampil 71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

Cukup 56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ Kurang

0-45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

49

2. Persentase ketuntasan nilai psikomotor siswa secara klasikal

diperoleh dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = persentase ketuntasan psikomotor klasikal

∑ X = jumlah siswa yang memiliki kategori terampil

N = jumlah siswa

100% = bilangan tetap

(Sumber: Aqib, dkk., 2009:41)

Tabel 3.13 Kategori persentase hasil belajar psikomotor siswa

secara klasikal

No Tingkat keberhasilan

(%)

Kategori

1. ≥80 Sangat terampil

2. 60-79 Terampil

3. 40-59 Cukup terampil

4. 20-39 Kurang terampil

5. <20 Sangat kurang terampil

(Sumber: adaptasi Aqib, dkk., 2009:41)

2. Analisis Data Kuantitatif

a. Tes hasil belajar secara individual

Keterangan:

NK = nilai kognitif

SP = skor yang diperoleh dari jawaban yang benar pada tes

SM = skor maksimal dari tes

100 = bilangan tetap

(Sumber: adaptasi dari Purwanto, 2008: 112)

50

Tabel 3.14 Kategori hasil belajar kognitif siswa.

No Nilai Kategori

1. ≥70 Tuntas

2. <70 Belum tuntas

b. Nilai rata-rata siswa

Nilai rata-rata seluruh siswa dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

=

Keterangan:

= nilai rata- rata yang dicari

= jumlah nilai

N = banyak siswa

(Sumber: adopsi dari Sudjana, 2011:109)

c. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal

Keterangan:

P = persentase ketuntasan kognitif klasikal

∑ X = jumlah siswa yang memiliki nilai ≥70

N = jumlah siswa

100% = bilangan tetap

(Sumber: Aqib, dkk., 2009:41)

Tabel 3.15 Kategori persentase ketuntasan belajar kognitif siswa

No Tingkat keberhasilan % Kategori

1. ≥80 Sangat tinggi

2. 60-79 Tinggi

3. 40-59 Cukup tinggi

4. 20-39 Rendah

5. <20 Sangat rendah

(Sumber: adaptasi Aqib, dkk., 2009:41)

51

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus, masing-masing

siklus dilakukan sebanyak dua kali pembelajaran dan melalui empat tahap,

yaitu perncanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Adapun langkah-langkah perencanaanya adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

menentukan materi dengan berpedoman pada permendiknas nomor 22

tahun 2006 tentang standar isi.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui penerapan

model cooperative learning tipe IOC.

3) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui penerapan

model cooperative learning tipe IOC.

4) Pembuatan perangkat pembelajaran yang diperlukan (pemetaan, silabus,

RPP, dan instrumen tes) yang berpedoman pada permendiknas nomor

41 tahun 2007 tentang standar proses.

5) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam

pembelajaran seperti spidol, dan media pembelajaran.

6) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

7) Menyiapkan instrumen penilaian.

52

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan atau implementasi dari

rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

a. Pengondisian kelas (berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan menata

tempat duduk untuk menertibkan siswa)

b. Guru menyampaikan apersepsi.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Guru memberikan motivasi agar siswa memperhatikan pelajaran dan

dapat berpartisipasi dengan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kegiatan inti

a. Siswa melakukan tanya jawab bersama guru tentang materi yang akan

disampaikan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

b. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok.

c. Masing-masing kelompok terdiri dari kelompok luar dan kelompok

dalam.

d. Siswa dibimbing guru dalam menentukan posisi tiap kelompok.

e. Siswa yang mendapat kelompok dalam diarahkan oleh guru untuk

membuat lingkaran menghadap ke arah luar.

f. Siswa yang mendapat kelompok luar diarahkan oleh guru untuk

membuat lingkaran menghadap ke dalam, sehingga posisi mereka

saling berhadapan dengan kelompok luar.

53

g. Dengan bantuan guru, siswa melakukan diskusi bersama teman yang

ada dihadapannya tentang materi yang dipelajari.

h. Siswa diberi waktu dalam melakukan tukar informasi bersama teman

yang berhadapan.

i. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa yang ada di kelompok

dalam bergeser satu langkah searah jarum jam.

j. Setelah mendapatkan pasangan yang berbeda, giliran siswa dari

kelompok dalam yang memberikan informasi kepada teman yang ada

dihadapannya tentang materi pembelajaran. Hal ini dilakukan sampai

putaran selesai atau habis.

k. Salah satu atau perwakilan siswa diminta untuk maju ke depan kelas

memberikan laporan apa saja yang telah ia terima setelah melakukan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

learning tipe inside outside circle.

3. Kegiatan penutup

a. Guru memberikan soal tes formatif kepada siswa tentang materi yang

telah dipelajari.

b. Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan dari materi

yang baru dibahas.

c. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang

hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan

baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

d. Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan

54

rumah dan menyampaikan rencana kegiatan pada pembelajaran

barikutnya.

c. Pengamatan

Pada tahap ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran yang

berlangsung yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Kegiatan observasi dilakukan dalam rangka mengamati partisipasi siswa,

hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor dengan cara memberi

tanda check list (√) pada lembar observasi berdasarkan instrumen yang

sudah dibuat.

d. Refleksi

Berdasarkan data yang didapat dari hasil observasi selanjutnya

dilakukan analisis sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi sebagai

berikut.

1) Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap partisipasi dan hasil

belajar siswa. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan

partisipasi siswa dalam rangkaian pembelajaran dan keberhasilan siswa

dalam menyerap materi yang telah diajarkan melalui penerapan model

cooperative learning tipe IOC

2) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran

berlangsung. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil

yang didapat dengan indikator keberhasilan.

3) Hasil analisis digunakan sebagai bahan kajian untuk merencanakan

siklus II.

55

2. Sikulus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat rencana pembelajaran secara

kolaboratif antara guru dan peneliti seperti pada siklus sebelumnya

berdasarkan refleksi siklus I, yang membedakan adalah sub materi yang

akan diajarkan.

b. Pelaksanaan

Pada siklus II dilakukan tindakan yang sama pada siklus I

berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi.

c. Pengamatan

Pada tahap ini , observer mengamati kegiatan pembelajaran yang

berlangsung yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Kegiatan observasi dilakukan dalam rangka mengamati kinerja guru,

partisipasi siswa, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotor

dengan cara memberi tanda check list (√) pada lembar observasi

berdasarkan instrumen yang sudah dibuat.

d. Refleksi

Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengamatan selanjutnya

dilakukan analisis sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi sebagai

berikut:

1) Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap partisipasi dan hasil

belajar siswa. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan

partisipasi siswa dalam pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam

56

menyerap materi yang telah diajarkan melalui penerapan model

cooperative learning tipe IOC.

2) Menganalisis keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran

berlangsung. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil

yang didapat dengan indikator keberhasilan.

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya

peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya yang

dijelaskan sebagai berikut:

1. Partisipasi belajar siswa meningkat hingga mencapai ≥75% dari 20 orang

siswa memperoleh kategori partisipatif.

2. Hasil belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat dan siswa yang

tuntas mencapai ≥75% dari 20 orang siswa.

158

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

melalui model cooperative learning tipe inside outside circle pada

pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model cooperative learning tipe inside outside circle pada

pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat dapat

meningkatkan partisipasi belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata

partisipasi belajar siswa memperoleh kategori partisipatif dengan nilai

66,79 dan persentase ketuntasan sebesar 60% (partisipatif). Pada siklus

II nilai partisipasi belajar siswa memperoleh kategori partisipatif

dengan nilai 73,93 dan persentase ketuntasan sebesar 80% (sangat

partisipatif).

2. Penerapan model cooperative learning tipe inside outside circle pada

pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2 Metro Pusat dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa

adalah 68,67 dan persentase ketuntasan sebesar 60% dengan kategori

tinggi. Kemudian pada siklus II nilai hasil belajar siswa meningkat

159

menjadi 75,46 dan persentase ketuntasan sebesar 85% dengan kategori

sangat tinggi.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model

cooperative learning tipe inside outside circle pada pembelajaran IPS

dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

memberikan saran dalam penerapan model cooperative learning tipe

inside outside circle pada pembelajaran IPS siswa kelas IVA SD Negeri 2

antara lain:

1. Siswa

Membiasakan diri dapat bekerja sama dengan siswa lainnya

dalam berdiskusi kelompok, aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti

bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga akan menambah

informasi dan ilmu pengetahuan. Berpartisipasi penuh dalam proses

pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman baru yang lebih

bermakna.

2. Guru

Pembagian waktu pada setiap tahapan pembelajaran dengan

menerapkan model cooperative learning tipe inside outside circle pada

pembelajaran IPS sebaiknya diperhatikan dan diimplementasikan

dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan. Lebih variatif dalam memilih model pembelajaran

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih maksimal.

160

3. Sekolah

Menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan

pembelajaran di kelas untuk mengembangkan model cooperative

learning tipe inside outside circle pada pembelajaran di sekolah. Hal ini

akan memberikan dampak positif bagi guru yaitu meningkatkan

kreativitas dan wawasan. Selain itu penambahan sarana dan prasarana

juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga hasil

belajar pun akan menjadi lebih baik.

4. Peneliti

Menerapkan model cooperative learning tipe inside outside circle

pada mata pelajaran dan tingkatan kelas tinggi lainnya. Hal ini

diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi terlaksana dan

tercapainya tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan& Model Pembelajaran dalam Kurikulum

2013. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.

Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk,. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB,

TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Ghalia Indonesia. Bogor.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika

Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama. Bandung.

________________. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Reflika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi. Rajawali Pers. Jakarta.

________. 2014. Penilaian Autentik. (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.

162

Kurniasih & Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata Pena.

Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Mustofa, M. T. (2012). Belajar & Pembelajaran.Ar-Ruzz Media.Yogyakarta.

Oktavianita, Agil. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar PKn Melalui Penerapan

Strategi Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) Pada Siswa Kelas V

SD Negeri 09 Purwodadi Grobogan Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. (diakses pada 4 November 2015,

pukul 20.15 WIB).

Poerwanti, Endang. dkk. 2008. Assesment Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan

Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ratnawati, Dinna. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside

Outside Circle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN

Sumberagung 01 Banyuwangi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial. Universitas Jember. Jawa timur. (diakses pada 4 November 2015,

pukul 21.05 WIB).

Rusman. 2010. Model - Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Rajawali Pers. Jakarta.

______. 2011. Model - Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006. Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar.PT Kencana. Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

__________. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana.

Jakarta.

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya.Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

_____________. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka

Pelajar. Yogayakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Alfabeta.

Bandung.

163

Sumantri. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik. Rajawali Pers. Jakarta.

Supriatna, N, dkk. 2007. Pendidikan IPS SD. UPI PRESS. Bandung.

Sapriya. 2007. Konsep Dasar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Susilawati & Ita Rustati. 2013. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS.

UPI Pers. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Lampiran I Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi. Depdiknas. Jakarta.

____________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif.Kencana.

Jakarta.

______. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

UU Nomor 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika.

Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Winardi. 2005. Motivasi dan Pemotivasian dala Manajemen. PT Grafindo

Persada. Jakarta.

Winataputra, Udin, S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas

Terbuka. Jakarta.