PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN PUISI …lib.unnes.ac.id/3187/1/1668.pdf · iii Simpulan...
-
Upload
vuongnguyet -
Category
Documents
-
view
224 -
download
3
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN PUISI …lib.unnes.ac.id/3187/1/1668.pdf · iii Simpulan...
PENINGKATA
DENGAN METODE
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL
SISWA KELAS VII
Diajukan untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Strata I
Nama
NIM
Prodi
Jurusan
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN PUISI
DENGAN METODE COPY THE MASTER
MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL
SISWA KELAS VIIA SMP ATTHOHIRIYYAH SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Strata I
Oleh:
Nama : Norma Ellyana
NIM : 2101407066
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
N KETERAMPILAN MEMBACAKAN PUISI
COPY THE MASTER
YAH SEMARANG
Diajukan untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Strata I
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ii
SARI
Ellyana, Norma. 2011. Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi denganMetode Copy The Master Melalui Media Audio Visual Siswa KelasVIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan SastraIndonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.Pembimbing I: Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. dan pembimbing II:Dra. Nas Haryati S., M.Pd.
Kata kunci: membacakan puisi, metode Copy The Master, media audio visual.
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki kekhususan, baik ditinjaudari segi bahasa, pilihan kata, maupun keindahan dalam rangkaian setiap baris.Salah satu cara untuk memahami puisi yaitu dengan menigkatkan kemampuanpembacaan. Selama ini siswa masih merasa kesulitan ketika membacakan puisi didepan kelas, kesulitan yang belum dikuasai oleh siswa yaitu dalam aspekpenghayatan. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti memberikansuatu metode dan media agar proses pembelajaran lebih menarik dan siswamampu menghayati puisi. Metode dan media yang digunakan yaitu metode CopyThe Master melalui media audio visual. Penelitian ini difokuskan kepadaketerampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagaiberikut: (1) bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelasVIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran denganmetode Copy The Master melalui media audio visual. (2) bagaimanakahperubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dalammengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Mastermelalui media audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi tentangpeningkatan keterampilan siswa dalam membacakan puisi dan perubahan perilakusiswa dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy TheMaster melalui media audio visual.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiriatas dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Subjek penelitiannya adalahketerampilan membacakan puisi dan objek penelitiannya adalah kelas VIIA SMPAtthohiriyyah Semarang. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaituketerampilan membacakan puisi dan metode Copy The Master melalui mediaaudio visual. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal nilai rata-rata siswayaitu 59,1 atau dalam kategori kurang, setelah mengikuti pembelajaranmembacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual,nilai rata-rata kelas siklus I yaitu 66,5 atau dengan kategori cukup, terjadipeningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 7,4%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 74,9 atau dalam kategori baik, terjadi peningkatan dari siklus Idan siklus II sebesar 8,4%. Pembelajaran membacakan puisi dengan metode CopyThe Master melalui media audio visual mampu mengubah perilaku siswa ke arahpostif.
iii
Simpulan penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam membacakanpuisi kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dapat meningkat setelahdilakukannya pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Mastermelalui media audio visual dan terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif.
Peneliti memberikan saran bagi guru untuk menggunakan metode danmedia sebagai alternatif dalam pembelajaran membacakan puisi. Saran bagi siswa,siswa diharapkan membaca buku-buku sastra khususnya puisi, dan siswa harusbanyak berlatih membacakan puisi.
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripisi pada
hari : Selasa
tanggal : 5 Juli 2011
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Dra. Nas Haryati S., M.Pd.NIP 196008031989011001 NIP 195711131982032001
v
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitian Ujian Skripsi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang, pada
hari : Selasa
tanggal : 5 Juli 2011
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua Sekertaris
Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Sumartini, S.S., M.A.NIP 195801271983031003 NIP 197307111998022001
Penguji I
Drs. Mukh Doyin, M.Si.NIP 1965061219994121001
Penguji II Penguji III
Dra. Nas Haryati S., M.Pd. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.NIP 195711131982032001 NIP 196008031989011001
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 5 Juli 2011
Norma Ellyana
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Selalu berpikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha dan berdoa adalah
kunci menuju keberhasilan.
Persembahan:
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur
Azizah) serta adikku (Diah Arum
Saputri) yang tidak pernah berhenti
mendoakanku;
2. Almamater.
viii
PRAKATA
Penulis senantiasa mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membacakan
Puisi dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual siswa kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin., M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang
berharga dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Nas Haryati S., M.Pd. selaku dosen II yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang berharga dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran bagi peneliti untuk memperbaiki skripsi ini.
4. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur Azizah) yang senantiasa memberi
motivasi, semangat, dukungan, serta doanya yang mengiringi langkahku.
5. Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin
kepada peneliti.
ix
6. semua dosen dan staf karyawan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS
Unnes yang telah memberikan bekal ilmu dan memberi kemudahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
8. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studinya.
9. Hadi Prayitno, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA N 2
Mranggen Demak yang senantiasa memberikan nasihat, ilmu, dan
motivasi kepada peneliti.
10. HM Su’ud. Lc., M. S. I. selaku Kepala Sekolah SMP Atthohiriyyah
Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
11. Mukaromah, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP
Atthohiriyyah Semarang yang telah bersedia membantu peneliti.
12. semua guru dan staf karyawan SMP Atthohiriyyah Semarang yang
membantu dan memudahkan peneliti mengadakan penelitian.
13. Miftahul Adnan yang senantiasa membantu, memberi motivasi, dan
memberikan semangat bagi peneliti.
14. seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
bagi peneliti.
15. sahabat-sahabat “Cery Kos” (Nailil, Nayla, Arini, Pepy, mbak Ninda,
mbak Ika, mbak Umi, mbak Iva, Ana, mbak Wulan, dan mbak Dyah) yang
mendukung peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
x
16. Zulfa Fahmi dan Faris Sigit yang telah membantu dalam pembuatan media
pembelajaran.
17. semua teman Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2007 yang memberikan semangat dan motivasi.
18. semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan.
Meskipun demikian, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan peneliti pada khususnya.
Semarang, 5 Juli 2011
Norma Ellyana
xi
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................... i
SARI .............................................................................................................................. ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................................. v
PERNYATAAN ........................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
PRAKATA .................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN........................................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xviii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xxi
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xxiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................................. 7
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................................. 10
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................. 10
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 10
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 11
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ................................... 14
2.1 Kajian Pustaka........................................................................................................ 14
2.2 Landasan Teoretis ................................................................................................... 23
2.2.1 Hakikat Membaca ................................................................................................ 23
2.2.1.1 Pengertian Membaca ........................................................................................ 24
2.2.1.2 Tujuan Membaca .............................................................................................. 25
2.2.1.3 Ragam Membaca .............................................................................................. 27
2.2.1.4 Membaca Indah (estetis) .................................................................................. 29
2.2.2 Hakikat Puisi ....................................................................................................... 30
2.2.2.1 Pengertian Puisi ................................................................................................ 30
2.2.2.2 Unsur-unsur Puisi ............................................................................................. 34
2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi ................................................................................. 41
2.2.3.1 Pengertian Membacakan Puisi ......................................................................... 42
2.2.3.2 Unsur-unsur Membacakan Puisi ....................................................................... 44
2.2.3.3 Langkah-langkah Membacakan Puisi ............................................................... 51
2.2.3.4 Teknik-teknik Membacakan Puisi .................................................................... 57
2.2.4 Metode Copy The Master .................................................................................... 61
2.2.4.1 Pengertian Metode Copy The Master ............................................................... 61
2.2.4.2 Kriteria Pemilihan Master ................................................................................ 64
2.2.4.3 Prinsip-prinsip Metode Copy The Master ......................................................... 64
2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Copy The Master ...................................... 66
2.2.4.5 Perbedaan Metode Copy The Master dengan Pemodelan ................................. 66
2.2.5 Media Audio Visual ............................................................................................ 67
xiii
2.2.5.1 Pengertian Media Audio Visual ....................................................................... 68
2.2.5.2 Macam-macam Media Audio Visual ............................................................... 70
2.2.5.3 Manfaat Media Audio Visual ........................................................................... 72
2.2.6 Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master melalui
Media Audio Visual............................................................................................ 74
2.2.7 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Copy The Master melalui
Media Audio Visual ........................................................................................... 74
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................. 76
2.4 Hipotesis Tindakan ................................................................................................ 79
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 80
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 80
3.2 Proses Tindakan Siklus I ........................................................................................ 81
3.2.1 Perencanaan Siklus I .......................................................................................... 81
3.2.1.2 Tindakan Siklus I ............................................................................................. 82
3.2.1.3 Observasi Siklus I ............................................................................................ 85
3.2.1.4 Refleksi Siklus I .............................................................................................. 86
3.3 Proses Tindakan Siklus II ...................................................................................... 87
3.3.1 Perencanaan Siklus I ........................................................................................... 87
3.3.1.1 Tindakan Siklus II ............................................................................................ 88
3.3.1.2 Observasi Siklus II ........................................................................................... 91
3.3.1.3 Refleksi Siklus II.............................................................................................. 93
3.4 Subjek Penelitian ................................................................................................... 93
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................................. 94
xiv
3.5.1 Keterampilan Membacakan Puisi ........................................................................ 94
3.5.2 Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual ..................................... 95
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 96
3.6.1 Instrumen Tes ...................................................................................................... 96
3.6.2 Instrumen Nontes ................................................................................................ 106
3.6.2.1 Lembar Observasi ............................................................................................. 106
3.6.2.2 Lembar Jurnal ................................................................................................... 107
3.6.2.3 Pedoman Wawancara ....................................................................................... 108
3.6.2.4 Dokumentasi Foto ............................................................................................. 109
3.7 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 109
3.7.1 Teknik Tes ........................................................................................................... 109
3.7.2 Teknik Nontes ..................................................................................................... 110
3.7.2.1 Observasi .......................................................................................................... 110
3.7.2.2 Jurnal ................................................................................................................ 111
3.7.2.3 Wawancara ....................................................................................................... 111
3.7.2.4 Dokumentasi ..................................................................................................... 112
3.8 Metode Analisis Data ............................................................................................. 113
3.8.1 Metode Kualitatif ................................................................................................. 113
3.8.2 Metode Kuantitatif .............................................................................................. 113
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 115
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................................... 115
4.1.1 Kondisi Awal ....................................................................................................... 115
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ...................................................................................... 117
xv
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I ............................................................................................. 118
4.1.2.1.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan ...................................................................... 120
4.1.2.1.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran ......................................................................... 121
4.1.2.1.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi ........................................................................ 122
4.1.2.1.4 Hasil Tes Aspek Mimik Wajah ..................................................................... 122
4.1.2.1.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan ............................................................... 123
4.1.2.1.6 Hasil Tes Aspek Tekanan .............................................................................. 124
4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Intonasi ............................................................................... 125
4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Jeda .................................................................................... 126
4.1.2.1.8 Hasil Tes Aspek Nada ................................................................................... 127
4.1.2.1.9 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ...................................................................... 127
4.1.2.1.10 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ...................................................... 128
4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I ........................................................................................ 131
4.1.2.2.1 Hasil Observasi .............................................................................................. 131
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal .................................................................................................... 134
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ........................................................................................... 138
4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto ......................................................................................... 142
4.1.2.3 Refleksi Siklus I ............................................................................................... 148
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ..................................................................................... 152
4.1.4 Hasil Tes Siklus II ................................................................................................ 152
4.1.4.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan ......................................................................... 155
4.1.4.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran ............................................................................ 156
4.1.4.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi ........................................................................... 156
xvi
4.1.4.4 Hasil Tes Aspek Mimik Wajah ........................................................................ 157
4.1.4.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan .................................................................. 158
4.1.4.6 Hasil Tes Aspek Tekanan ................................................................................. 159
4.1.4.7 Hasil Tes Aspek Intonasi .................................................................................. 160
4.1.4.8 Hasil Tes Aspek Jeda ....................................................................................... 161
4.1.4.9 Hasil Tes Aspek Nada ...................................................................................... 162
4.1.4.10 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ....................................................................... 162
4.1.4.11 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ......................................................... 163
4.1.5 Hasil Nontes Siklus II ......................................................................................... 166
4.1.5.1 Hasil Observasi ................................................................................................. 166
4.1.5.2 Hasil Jurnal ....................................................................................................... 169
4.1.5.3 Hasil Wawancara .............................................................................................. 173
4.1.5.4 Dokumentasi Foto ............................................................................................ 175
4.1.5.5 Refleksi ............................................................................................................. 179
4.1.6 Pembahasan ......................................................................................................... 181
4.1.6.1 Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi ................................................. 186
4.1.6.2 Perubahan Perilaku Siswa ................................................................................. 192
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 197
5.1 Simpulan ................................................................................................................. 197
5.2 Saran ........................................................................................................................ 198
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 200
LAMPIRAN ................................................................................................................. 203
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Model Penelitian Tindakan Kelas .................................................................. 81
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Penilaian Tes Keterampilan Membacakan Puisi .................................... 96
Tabel 2 Kriteria Penilaian Tes Membacakan Puisi ...................................................... 98
Tabel 3 Rentang Nilai Keterampilan Membacakan Puisi ............................................ 105
Tabel 4 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi Awal ................................................... 116
Tabel 5 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I .............................................................. 118
Tabel 6 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus I ............................ 120
Tabel 7 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kelancaran Siklus I ............................... 121
Tabel 8 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Konsentrasi Siklus I .............................. 122
Tabel 9 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus I....................................... 123
Tabel 10 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus I................... 124
Tabel 11 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus I .................................. 124
Tabel 12 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus I ................................... 125
Tabel 13 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus I ........................................ 126
Tabel 14 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus I ....................................... 127
Tabel 15 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus I .......................... 128
Tabel 16 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus I............ 128
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi .................................................. 129
Tabel 18 Hasil Observasi Siklus I ................................................................................. 132
Tabel 19 Hasil Jurnal Siswa Siklus I............................................................................. 135
Tabel 20 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II .......................................................... 153
Tabel 21 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus II......................... 155
Tabel 22 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kelancaran Siklus II ............................ 156
xix
Tabel 23 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Konsentrasi Siklus II ........................... 157
Tabel 24 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus II ................................... 158
Tabel 25 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus II ................. 158
Tabel 26 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus II ................................ 159
Tabel 27 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus II ................................. 160
Tabel 28 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus II ....................................... 161
Tabel 29 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus II...................................... 162
Tabel 30 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus II ......................... 163
Tabel 31 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus II .......... 164
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siklus II .................................... 164
Tabel 34 Hasil Observasi Siklus II ................................................................................ 167
Tabel 35 Hasil Jurnal Siswa Siklus II ........................................................................... 169
Tabel 36 Peningkatan Nilai Rata-rata Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ............... 186
Tabel 37 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Pusii Siklus I dan Siklus II................ 189
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II........................................... 191
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi ....................................... 142
Gambar 2 Siswa Membacakan Puisi ............................................................................ 143
Gambar 3 Siswa Melihat Pembacaan Puisi dari Master ............................................... 144
Gambar 4 Siswa Mendengarkan Penjelasan Materi dari Guru ..................................... 145
Gambar 5 Siswa Bertanya Mengenai Materi yang Belum Dipahami ........................... 145
Gambar 6 Siswa Membentuk Kelompok ..................................................................... 146
Gambar 7 Siswa Membacakan Puisi ............................................................................ 147
Gambar 8 Guru Melakukan Wawancara ...................................................................... 147
Gambar 9 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi ...................................... 175
Gambar 10 Guru Menjelaskan Materi .......................................................................... 176
Gambar 11 Aktivitas Siswa Bertanya ........................................................................... 176
Gambar 12 Siswa Melihat Video Master ..................................................................... 177
Gambar 13 Siswa Membentuk Kelompok ................................................................... 177
Gambar 14 Siswa Membacakan Puisi .......................................................................... 178
Gambar 15 Guru Melakukan Wawancara .................................................................... 179
xxii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi Awal ............................................... 117
Diagram 2 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I ......................................................... 119
Diagram 3 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II........................................................ 154
Diagram 4 Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Membacakan Puisi .................. 187
Diagram 5 Hasil Nilai Keterampilan Membacakan Puisi ............................................ 188
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus I .............................................................................................. 203
Lampiran 2 Lembar Observasi ..................................................................................... 224
Lampiran 3 Jurnal Siswa .............................................................................................. 227
Lampiran 4 Jurnal Guru ............................................................................................... 228
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ................................................................................ 229
Lampiran 6 Dokumentasi Foto ..................................................................................... 230
Lampiran 7 Teks Puisi Master ..................................................................................... 231
Lampiran 8 Teks Puisi yang Dibacakan Siswa ............................................................. 232
Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus I............................................................................. 237
Lampiran 10 Contoh Hasil Jurnal Siswa ...................................................................... 240
Lampiran 11 Hasil Jurnal Guru .................................................................................... 243
Lampiran 12 Hasil Wawancara .................................................................................... 244
Lampiran 13 Skor Tes Membacakan Puisi Siswa Siklus I ........................................... 246
Lampiran 14 Tabel Nilai Aspek Membacakan Puisi Siklus I ...................................... 249
Lampiran 15 Hasil Tes Kondisi Awal .......................................................................... 252
Lampiran 16 Hasil Tes Siklus I .................................................................................... 254
Lampiran 17 RPP Siklus II............................................................................................ 256
Lampiran 18 Lembar Observasi ................................................................................... 277
Lampiran 19 Jurnal Siswa ............................................................................................ 280
Lampiran 20 Jurnal Guru ............................................................................................. 281
Lampiran 21 Pedoman Wawancara .............................................................................. 282
xxiv
Lampiran 22 Dokumentasi Foto .................................................................................... 283
Lampiran 23 Teks Puisi yang Dibacakan Siswa .......................................................... 284
Lampiran 24 Hasil Lembar Observasi........................................................................... 287
Lampiran 25 Contoh Hasil Jurnal Siswa ...................................................................... 290
Lampiran 26 Hasil Jurnal Guru .................................................................................... 293
Lampiran 27 Hasil Wawancara ..................................................................................... 294
Lampiran 28 Skor Tes Membacakan Puisi Siklus II ..................................................... 296
Lampiran 29 Tabel Nilai Aspek Membacakan Puisi Siklus II ...................................... 299
Lampiran 30 Hasil Tes Siklus II.................................................................................... 302
Lampiran 31 Formulir SK Pembimbing Skripsi .......................................................... 304
Lampiran 32 Formulir Pembimbingan Skripsi .............................................................. 305
Lampiran 33 Surat Izin Observasi ................................................................................ 309
Lampiran 34 Surat Izin Penelitian ................................................................................. 310
Lampiran 35 Surat Bukti Penelitian ............................................................................. 311
Lampiran 36 Surat Selesai Bimbingan Skripsi.............................................................. 312
Lampiran 37 Surat Keterangan Lulus EYD .................................................................. 313
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompetensi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
meliputi kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek
keterampilan yaitu aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Berkaitan dengan hal tersebut dalam KTSP, guru, dan sekolah diberi
kesempatan untuk membuat kurikulum operasional yaitu guru memiliki
kebebasan yang besar untuk mengubah atau membuat perencanaan
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi
dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang
mendasari seseorang dalam berbuat atau berperilaku.
Salah satu kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
aspek bersastra. Pembelajaran sastra di sekolah memiliki fungsi utama sebagai
penghalus budi pekerti, peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan, kepedulian
sosial, penumbuh apresiasi, dan menyalurkan gagasan atau emosi dengan
berimajinasi. Melalui karya sastra, siswa diajak untuk memahami, menikmati,
menghayati, dan mampu mengekspresikan karya sastra khususnya puisi, karena
karya sastra yang baik adalah dapat melarutkan perasaan pembaca ke dalam
karya yang telah disajikan, dan mampu menambah atau memperluas wawasan
tentang karya sastra. Diharapkan setelah sastra diajarkan di sekolah, siswa
senang terhadap karya sastra. Bukti kesenangannya dapat diwujudkan dalam
2
bentuk suka atau senang membaca semua jenis karya sastra berupa membaca
cerpen, novel, drama, dan puisi.
Pembelajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, yaitu
memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih) tanggap terhadap
peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,
menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah
manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai, baik dalam
konteks individual, maupun sosial (Sumardi 1992:196).
Salah satu pembelajaran sastra di sekolah adalah kompetensi
membacakan puisi. Puisi merupakan karya sastra yang berbeda dari karya
sastra yang lain. Puisi memiliki kekhususan baik ditinjau dari segi bahasa,
pilihan kata, dan keindahan dalam setiap baris. Puisi juga memiliki rima dan
irama yang sangat indah ketika puisi itu dibacakan. Salah satu cara untuk
memahami karya sastra puisi adalah dengan meningkatkan kemampuan
pembacaan. Guru dalam mengajarkan sastra di sekolah mempunyai peranan
aktif dalam membimbing anak didiknya mencintai sastra termasuk puisi.
Seorang guru harus mampu membacakan puisi sebagai contoh konkret agar
siswa mampu memahami teknik-teknik dalam membacakan puisi.
Pembelajaran membacakan puisi pada siswa SMP/MTs. kelas VII
diberikan pada semester dua, difokuskan pada membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi
puisi. Kurang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
pembelajaran membacakan puisi, menuntut agar guru meningkatkan
3
kemampuan bersastra dan melakukan optimalisasi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode, teknik, dan media yang tepat agar memenuhi
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pembelajaran membacakan puisi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang sudah diajarkan dengan baik, akan tetapi ternyata hasilnya masih
kurang memuaskan, siswa masih kurang memahami cara membacakan puisi
dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang ada di dalam
pembacaan puisi, hal ini disebabkan guru masih kurang maksimal dalam
menggunakan metode dan media pembelajaran. Dalam kenyataannya, guru
tidak mempraktikkan di depan kelas bagaimana teknik-teknik yang digunakan
dalam membacakan puisi dan tidak memberi contoh yang nyata kepada siswa
tentang bagaimana cara membacakan puisi yang benar. Sehingga siswa kurang
memahami cara membacakan puisi.
Beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran
membacakan puisi, yaitu guru harus memberi penjelasan tentang pengertian
dan teori membacakan puisi, bagaimana membacakan puisi sesuai aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi, memberi contoh konkret
pembacaan puisi mulai dari teknik penghayatan, vokal, dan penampilan, dan
siswa harus banyak berlatih membacakan puisi, karena untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam membacakan puisi, siswa harus sering berlatih
membacakan puisi, bukan hanya melihat pembacaan puisi. Apabila seorang
guru kurang mampu dalam membacakan puisi dengan baik, maka guru dapat
mendatangkan seorang model atau seorang yang ahli dalam membacakan puisi
4
sebagai contoh konkret untuk siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Media yang digunakan dapat melalui media audio visual.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pembelajaran
membacakan puisi di sekolah. Berbagai permasalah yang dihadapi siswa yaitu
(1) siswa masih belum maksimal dalam memahami materi yang diberikan oleh
guru, (2) siswa masih belum percaya diri dalam membacakan puisi di depan
kelas, (3) siswa masih kurang memperhatikan dan menyimak materi yang
diberikan oleh guru di depan kelas karena proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dianggap membosankan, (4) kurangnya sarana dan prasarana dalam
pembelajaran sastra di sekolah, (5) kurangnya buku penunjang atau sumber
pembelajaran yang relevan, sehingga siswa kurang mampu mengembangkan
pengetahuannya terhadap karya sastra khususnya membacakan puisi, (6) guru
kurang memanfaatkan media yang ada di sekolah, (7) siswa kurang mendapat
pengalaman secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, (8) siswa
belum optimal dalam membacakan puisi, siswa masih belum menguasai aspek-
aspek dalam membacakan puisi, terutama aspek penghayatan, dan (9) siswa
masih mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan
aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah
mendapatkan nilai dari guru.
Siswa pada umumnya belum mampu membacakan puisi sesuai
dengan aspek-aspek yang ada dalam membacakan puisi. Aspek-aspek yang
diperhatikan dalam membacakan puisi adalah aspek penghayatan, vokal, dan
5
penampilan. Ketiga aspek tersebut sama-sama memiliki peranan yang penting,
aspek penghayatan adalah aspek yang sangat penting dalam membacakan puisi,
akan tetapi dari 39 siswa kelas VIIA lebih dari 70% siswa masih belum mampu
menguasai aspek penghayatan. Nilai rata-rata kelas hanya 59,1 sedangkan
standar ketuntasan minimal nilai bahasa Indonesia adalah 65. Jadi, masih
banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata dan di bawah standar ketuntasan
minimal nilai bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan menghayati puisi sama
halnya dengan menyatukan jiwa puisi dan memahami makna yang terkadung di
dalam puisi serta suasana puisi itu sendiri. Siswa belum mampu dan belum
maksimal menghayati makna yang terkandung di dalam puisi yang sedang
dibacakannya, sehingga dalam membacakan puisi terkesan datar dan kurang
menjiwai makna yang terkandung dalam puisi yang dibacakannya.
Agar pembelajaran membacakan puisi menjadi optimal, siswa
mampu memahami dan mengetahui cara membacakan puisi yang baik dan
benar, serta mampu menghayati makna puisi yang merupakan salah satu aspek
terpenting dalam membacakan puisi, maka diperlukan metode dan media yang
tepat agar siswa tertarik dalam pembelajaran membacakan puisi. Penggunaan
media yang tepat juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
membacakan puisi karena penggunaan media sangat berperan penting dalam
proses pembelajaran membacakan puisi. Media yang digunakan dalam
pembelajaran membacakan puisi dapat berupa media audio maupun media
audio visual. Namun, akan lebih efektif lagi bila menggunakan media audio
visual agar siswa secara konkret melihat dan mendengar pembacaan puisi.
6
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam
membacakan puisi, terutama dalam aspek penghayatan, maka diperlukan suatu
solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Peneliti memilih metode
Copy The Master sebagai solusi permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Dengan metode ini diharapkan siswa mampu menghayati dan menjiwai makna
dari puisi yang dibacakannya secara optimal karena metode Copy The Master
adalah suatu metode yang digunakan untuk meniru atau mencontoh teknik dan
cara yang digunakan oleh master ketika membacakan puisi. Jadi, siswa dapat
melihat dan mencontoh teknik penghayatan dari master yang dihadirkan oleh
guru, selain itu dengan metode tersebut diharapkan mampu memotivasi siswa
dalam membacakan puisi.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio
visual. Alasan digunakannya media audio visual untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi disebabkan media audio
visual ini lebih efektif digunakan daripada menampilkan model secara
langsung. Penggunaan media audio visual ini juga praktis dan memudahkan
guru dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak perlu memberikan contoh
membacakan puisi di depan kelas dan guru tidak perlu menghadirkan master
yang membacakan puisi di dalam kelas. Media audio visual adalah jenis media
yang selain unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat dan
kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab
mengandung kedua unsur jenis media audio dan visual (Sanjaya 2008:172).
Melalui media audio visual ini, siswa mampu melihat master yang
7
membacakan puisi secara konkret dan mampu mendengarkan suara dari
master. Media audio visual ini juga dapat ditampilkan secara berulang-ulang
bila siswa belum memahami aspek-aspek dalam membacakan puisi. Dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual ini, diharapkan siswa
mampu membacakan puisi sesuai dengan aspek-aspek pembacaan puisi,
mampu menghayati makna yang terkandung di dalam puisi, mampu memenuhi
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, dan mampu
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian
keterampilan membacakan puisi siswa di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang dengan metode Copy The Master melalui media audio visual yang
diharapkan mampu meningkatkan nilai siswa dalam membacakan puisi
terutama pada aspek penghayatan.
1.2 Identifikasi Masalah
Keterampilan siswa dalam membacakan puisi masih kurang
maksimal dan rata-rata kelas menunjukkan bahwa nilai siswa belum memenuhi
standar nilai. Dalam pembacaan puisi, siswa harus paham benar tentang teori
membacakan puisi beserta teknik-teknik dalam pembacaan puisi agar siswa
mampu mengekspresikan puisi sesuai dengan isi puisi. Banyak masalah yang
muncul dalam meningkatkan keterampilan membacakan puisi yang disebabkan
oleh faktor guru, siswa, dan sarana prasarana dalam pembelajaran membacakan
puisi.
8
Cara mengajar guru yang kurang inovatif dan kreatif, mengakibatkan
siswa kurang memahami materi membacakan puisi. Guru masih menggunakan
metode ceramah dalam mengajarkan membacakan puisi sehingga siswa belum
memahami teknik-teknik membacakan puisi. Ketika guru menjelaskan di
depan kelas, tidak jarang siswa yang asyik berbicara sendiri dengan teman
sebangkunya. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan metode yang
bervariasi. Guru juga tidak memanfaatkan media semaksimal mungkin dalam
pembelajaran membacakan puisi, dan guru juga tidak memberikan contoh atau
model orang yang membacakan puisi di depan kelas. Jadi, siswa hanya
mengetahui teorinya saja, tanpa mengetahui bagaimana cara praktik langsung
dan teknik-teknik dalam pembacaan puisi. Dalam keterampilan membacakan
puisi, media yang tepat untuk digunakan adalah media audio visual.
Siswa dalam menerima pelajaran tentang membacakan puisi masih
kurang antusias dan tidak termotivasi, sehingga nilai yang diperoleh masih
kurang maksimal. Hal ini disebabkan ada dua faktor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Adapun faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang
meliputi (1) kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
membacakan puisi karena dianggap membosankan, (2) siswa meremehkan
materi keterampilan membacakan puisi karena siswa menganggap mudah
dalam membacakan puisi tanpa mengetahui teknik-teknik dan aspek-aspek
yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi, (3) siswa masih belum
percaya diri dalam membacakan puisi di depan kelas, (4) siswa kurang
memahami materi yang diberika oleh guru terutama dalam aspek menghayati
9
puisi, sehingga siswa masih bingung bagaimana cara membacakan puisi
dengan ekspresi, irama, dan volume suara dengan penekanannya. (5) siswa
kurang mendapat pengalaman secara langsung dalam pembelajaran
membacakan puisi, dan (6) siswa masih mementingkan hasil daripada proses,
jadi siswa kurang memperhatikan aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang
terpenting bagi siswa adalah mendapatkan nilai dari guru.
Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada
keterampilan membacakan puisi adalah (1) metode dan teknik yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran membacakan puisi kurang variatif dan
membosankan karena metode yang digunakan sangat monoton, (2) kurangnya
latihan membacakan puisi yang diberikan oleh guru, (3) sedikitnya waktu
dalam pembelajaran sastra terutama membacakan puisi sehingga membatasi
kreatifitas siswa, (4) kurangnya model yang membacakan puisi yang
ditujukkan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa hanya mempelajari buku
panduan dan tidak melihat secara langsung pembacaan puisi yang dibacakan
oleh model, dan (5) guru tidak menggunakan media yang ada di sekolah.
Sarana dan prasarana di sekolah sangat mempengaruhi keberhasilan
ketercapaian kompetensi dalam pembelajaran membacakan puisi. Jika sarana
dan prasarana masih kurang memadahi, maka proses pembelajaran menjadi
terhambat, terutama dalam proses pembelajaran membacakan puisi. Jika sarana
dan prasarana sudah memadahi, akan tetapi tidak digunakan secara optimal dan
maksimal, maka proses pembelajaran pun menjadi terhambat terutama dalam
proses pembelajaran membacakan puisi.
10
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam
pembelajaran membacakan puisi sangat banyak, akan tetapi yang diteliti oleh
penulis adalah permasalahan membacakan puisi dari aspek motivasi dan
ekspresi yaitu teknik penghayatan, vokal, dan penampilan, terutama pada aspek
penghayatan. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan metode Copy The
Master Melalui Media Audio Visual.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP
Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsi peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual.
11
2. Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah
Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, baik
secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk menambah khasanah penelitian dalam aspek keterampilan
membacakan puisi di SMP Atthohiriyyah Semarang, sehingga dapat
meningkatkan mutu kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar lebih
baik dari yang sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat
untuk memberikan alternatif bagi guru untuk menggunakan metode
Copy The Master dan media audio visual ketika kegiatan
pembelajaran puisi di sekolah dan tidak hanya menggunakan metode
ceramah secara teoretis saja sehingga siswa tidak merasa bosan dalam
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam membacakan puisi.
12
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif untuk
memperbaiki kinerja dalam pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master dan memanfaatkan media
audio visual. Penggunaan metode dan media ini, dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan puisi,
karena dengan metode Copy The Master siswa dihadirkan
master yang membacakan puisi dari master yang sudah ahli baik
dari sastrawan, guru itu sendiri, atau dari siswa yang sering
memenangkan perlombaan puisi. Master tersebut ditampilkan
oleh guru melalui media audio visual sehingga semua siswa
dapat melihat dan mendengar secara langsung pembacaan puisi
tersebut, sehingga siswa tidak merasa bosan dan termotivasi
dalam pembelajaran membacakan puisi.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang
nyata kepada siswa tentang bagaimana membacakan puisi yang
benar dengan memperhatikan teknik-teknik tertentu. Hal ini juga
dapat meningkatkan keterampilan membacakan puisi siswa
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual,
sehingga siswa akan lebih mudah dalam pembelajaran
membacakan puisi karena siswa dapat melihat dan mendengar
13
secara langsung contoh pembacaan puisi dari master yang sudah
ahli dalam membacakan puisi.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan
tentang penggunaan metode Copy The Master melalui media
audio visual dan dapat menerapkan metode dan media tersebut
ketika peneliti sudah menjadi guru.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca aspek
berbahasa sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai keterampilan
aspek bersastra terutama keterampilan membacakan puisi masih sedikit.
Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang relevan dan dapat
memberikan manfaat dan informasi bagi peneliti. Dari hasil penelitian tentang
membacakan puisi sudah banyak manfaat yang dapat menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran membacakan puisi. Beberapa hasil penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan
membacakan puisi dan metode yang digunakan, dapat dijadikan sebagai kajian
pustaka dalam penelitian ini. Penelitian tersebut sudah dilakukan oleh
Rosenblum, dkk. (2000), Snowden, dkk. (2003), Widiastuti (2007), Nurmala
(2008), Aminanto (2008), Rokhanawati (2008), Hati (2009), dan Ismail (2009).
Penelitian Rosenblum, dkk. (2000) yang berjudul Face and Mouth
Inversion Effects On Visual and Audio Visual Speech Perception mengkaji
tentang kinerja pidato dengan konteks wajah tegak dengan mulut tegak dan
wajah terbalik dengan mulut tegak serta efek mulut dalam persepsi pidato
visual dan audio visual. Mendengarkan pidato dengan cara visual dan audio
visual dapat menyampaikan informasi kepada pendengar, pendengar mampu
memahami pembicaraan dari pidato secara visual dan audio visual. Ada bukti
14
15
bahwa persepsi ujaran visual merupakan komponen penting dari pidato umum
proses persepsi. Hasil dari penelitian ini yaitu dalam mendengarkan pidato,
pendengar akan lebih mudah memahami informasi dalam pidato melalui media
visual dan audio visual dengan wajah tegak dengan mulut tegak lurus yang
dianggap relatif normal.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama menggunakan media audio visual yang digunakan
untuk memperjelas pemahaman pendengar dalam menyampaikan informasi.
Media audio visual terdiri atas unsur gambar dan suara, sehingga penonton
dapat melihat dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh penutur.
Subjek penelitian di atas berbeda dengan subjek penelitian yang diangkat oleh
peneliti. Subjek penelitian di atas adalah menyampaikan pidato, sedangkan
subjek penelitian peneliti yaitu membacakan puisi.
Penelitian Snowden, dkk. (2003) yang berjudul The Teacher
Directed Shared Reading Experience: A Strategy for Literacy Instructional
Scaffolding mengkaji tentang startegi dalam membaca agar siswa mampu
memahami bacaan. Dengan menggunakan pengalaman membaca yang
mengutamakan tiga tujuan utama membaca yaitu tingkah laku/sikap, isi
bacaan, dan proses membaca. Guru ikut serta dalam menggunakan strategi
pembelajaran berdasarkan syarat-syarat kebahasaan. Setelah pembaca mulai
mengenal bacaan, mereka akan memahami bacaan dan mendapatkan informasi
dari membaca. Dengan hal ini guru dapat menyimpulkan bahwa terdapat
16
peningkatan siswa dalam membaca dan mencapai hasil yang diinginkan yaitu
mampu memahami bacaan.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama mengkaji tentang membaca (dalam konteks membaca
puisi). Dalam penelitian di atas, menjelaskan bahwa membaca untuk
menemukan informasi membutuhkan strategi dalam memahami bacaan. Hal ini
sama halnya dengan membacakan puisi, membacakan puisi juga membutuhkan
strategi agar pendengar mampu memahami makna dari puisi yang pembaca
bacakan.
Penelitian Widiastuti (2007) yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Membacakan Puisi Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Bawang
Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008 dengan Teknik Latihan
Berjenjang Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan menyimpulkan
bahwa keterampilan membacakan puisi siswa kelas XB SMA Negeri 1 Bawang
dengan teknik latihan berjenjang pendekatan kontekstual komponen pemodelan
dari prasiklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes
prasiklus menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 49,3 dan termasuk kategori
sangat kurang, kemudian siklus I memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 68,5
dan termasuk dalam kategori cukup. Pada hasil tes membacakan puisi antara
prasiklus dan siklus I mengalami peningkatan sebesar 18,72 atau 38%.
Sedangkan peningkatan yang terjadi pada siklus I sampai siklus II sebesar
11,71 atau 17%. Pada siklus II diperoleh hasil rata-tara kelas sebesar 79,4 dan
17
termasuk dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari hasil tes
membacakan puisi prasiklus sampai siklus II sebesar 30,43 atau 38%.
Relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang diangkat oleh
peneliti memiliki kesamaan yaitu pada subjek penelitian keterampilan
membacakan puisi. sedangkan teknik yang digunakan dan objek penelitiannya
berbeda. Dalam penelitian di atas, objek penelitiannya adalah siswa SMA kelas
X, sedangkan objek penelitian yang peneliti lakukan adalah pada siswa kelas
VII SMP. Jadi topik yang peneliti angkat merupakan pengembangan dari
penelitian keterampilan membacakan puisi dengan metode Copy The Master,
selain menggunakan teknik dan pendekatan seperti yang terdapat dalam
penelitian di atas.
Penelitian Nurmala (2008) yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Membacakan puisi Melalui Teknik Pemodelan dengan Menggunakan Media
VCD Siswa Kelas X-2 SMA Muhammadiyah Semarang menyimpulkan bahwa
keterampilan membacakan puisi siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1
Semarang mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran puisi
melalui teknik pemodelan dengan menggunakan media VCD. Peningkatan
pada siswa ini dapat dilihat dari hasil tes keterampilan membacakan puisi pada
siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan. Pada hasil tes prasiklus
hanya ada 1 siswa atau 3,1% yang memiliki kategori baik dalam membacakan
puisi, 4 siswa atau 12,1% yang memiliki kategori cukup, dan sebanyak 84%
siswa yang memiliki kategori kurang. Kemampuan rata-rata kelas yaitu 48,5
atau masuk dalam kategori kurang. Pada hasil tes siklus I ada 2 siswa atau 6,1
18
% yang termasuk dalam kategori baik, ada 17 siswa yang termasuk dalam
kategori cukup yaitu 52,3%, sedangkan siswa yang memiliki kategori kurang
adalah 14 siswa atau 39,3%. Dalam siklus I nilai rata-rata kelas dalam
membacakan puisi adalah 56,2% atau kategori cukup. Pada siklus II, nilai rata-
rata kelas mengalami peningkatan sebesar 1,6% dari 56,2% pada tes siklus I
menjadi 57,8 pada tes siklus II. Jadi hasil nilai rata-rata kelas pada siklus I
sebesar 56,2 atau pada kategori cukup. Hasil nilai rata-rata pada kelas pada
siklus II sebesar 57,8 atau kategori cukup. Selisih rata-rata antara siklus I dan
siklus II sebanyak 1,6. Jadi nilai membacakan puisi siswa meningkat tiap
siklusnya.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas adalah sama-sama menggunakan media VCD atau media audio visual
dalam membacakan puisi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui secara
konkret bagaimana pembacaan puisi karena media audio visual dapat melihat
gambar dan suara dari orang yang membacakan puisi. Objek penelitian yang
peneliti kaji berbeda dengan penelitian di atas. Jadi penulis ingin
mengembangkan media ini dengan subjek yang berbeda yaitu pada siswa kelas
VII SMP tidak hanya digunakan pada siswa kelas X SMA saja.
Penelitian Aminanto (2008) dengan judul Peningkatan Keterampilan
Membacakan puisi dengan Teknik Latihan Terbimbing dan Media Reading
Box pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 39 Semarang menyimpulkan bahwa
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 39 Semarang
setelah mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan teknik latihan
19
terbimbing dan media Reading Box mengalami peningkatan. Penilaian
berdasarkan pada penguasaan penghayatan. Hasil analisis data dari tes siklus I
dan tes siklus II mengalami peningkatan. Pada pembelajaran membacakan
puisi siklus I mencapai nilai rata-rata 68,9 dan pada siklus II meningkat
menjadi 76,3 dan termasuk dalam kaegori baik. Pada siklus I dan siklus II
terjadi peningkatan sebesar 10,7%.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu memiliki objek dan subjek penelitian yang sama. Subjek
penelitiannya sama-sama keterampilan membacakan puisi dan objeknya adalah
siswa kelas VII SMP, sehingga penelitian di atas dapat dijadikan kajian pustaka
dalam penelitian ini, karena objek dan subjek kajiannya sama. Penelitian yang
diangkat oleh peneliti merupakan pengembangan dari penelitian di atas berupa
penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran membacakan puisi.
Penelitian Rokhanawati (2008) dengan judul Peningkatan
Keterampilan Menulis Poster dengan Metode Copy The Master pada Siswa
Kelas VIIIA MTs. Al Hidayah Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Penelitian
tersebut memang bukan penelitian dalam aspek keterampilan membacakan
puisi akan tetapi aspek keterampilan menulis poster. Akan tetapi penelitian ini
dapat dijadikan kajian pustaka yang relefan karena metode yang digunakan
sama dengan metode yang akan digunakan oleh peneliti, yaitu sama-sama
dengan menggunakan metode Copy The Master. Dengan menggunakan metode
Copy The Master, keterampilan menulis teks poster pada siswa kelas VIIIA
MTs. Al Hidayah Banjarharjo, kabupaten Brebes mengalami peningkatan. Hal
20
ini dapat dilihat dari hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II yang semakin
meningkat. Hasil tes prasiklus menunjukkan rata-rata skor sebesar 60,6, siklus
II menunjukkan rata-rata skor sebanyak 65,06. Sedangkan pada siklus II rata-
rata skornya mencapai 73,1. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari prasiklus
ke siklus I sebesar 4,46 dan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 8,04.
Dengan demikian terjadi peningkatan tiap siklusnya dengan pembelajaran
menggunakan metode Copy The Master.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas menggunakan metode yang sama, yaitu sama-sama menggunakan metode
Copy The Master. Perbedaan pada penelitian ini, pada penelitian di atas,
metode Copy The Master digunakan untuk aspek keterampilan menulis poster.
Akan tetapi metode tersebut dijadikan penulis untuk mengembangkan subjek
penelitiannya. Metode yang biasanya digunakan untuk aspek menulis
kemudian diadopsi menjadi keterampilan membacakan puisi. Selain itu objek
kajian penelitian juga sama-sama siswa kelas VII SMP.
Penelitian Hati (2009) dengan judul Peningkatan Keterampilan
Membacakan Puisi dengan Teknik Jangkar Emosi dan Media VCD pada Siswa
Kelas X-6 SMA Negeri 1 Batang menyimpulkan bahwa keterampilan
membacakan puisi siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Batang mengalami
peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik jangkar emosi dan
media VCD. Peningkatan keterampilan ini dapat dilihat dari hasil tes siklus
keterampilan membacakan puisi antara siklus I dan siklus II yang mengalami
peningkatan. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata siswa dari aspek
21
pemenggalan 66,87, aspek mimik 70, aspek lafal 78,75, aspek nada 63,12,
aspek tekanan 68,75, aspek intonasi 75, aspek jeda 67,5, aspek gesture 61,25,
aspek penguasaan panggung 64,06. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus I termasuk dalam kategori
cukup. Pada siklus II menunjukkan nilai rata-rata siswa dalam tiap aspek yaitu
dalam aspek pemenggalan 75,62, aspek mimik 79,37, aspek lafal 84,37, aspek
nada 78,12, aspek tekanan 79,37, aspek intonasi 82,5 aspek jeda 76,25, aspek
gesture 74,37 dan aspek penguasaan panggung 73,75. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus II terbukti
dalam kategori baik. Hasil rata-rata pada siklus sebesar 67,4 dengan kategori
cukup. Hasil rata-rata siklus II adalah 77,93 dengan kategori baik. Peningkatan
rata-rata pada siklus I dan siklus II adalah 10,53 atau sebesar 15% dari rata-rata
siklus I.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu memiliki subjek penelitian yang sama, yaitu sama-sama meneliti
tentang keterampilan membacakan puisi dengan media VCD. Media VCD
sama halnya dengan media audio visual. Jadi topik yang peneliti angkat
merupakan pengembangan dari teknik yang digunkan dalam membacakan
puisi. Selain menggunakan teknik, untuk meningkatkan keterampilan
membacakan puisi juga dapat menggunakan metode agar pembelajaran puisi
mencapai hasil yang maksimal.
Penelitian Ismail (2009) dengan judul Peningkatan Kemampuan
Membacakan puisi dengan Metode Latihan Berjenjang Menggunakan Media
22
Audio Visual Siswa Kelas VII SMP Islam Al Irsyad Kota Semarang
menyimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam membacakan
puisi melalui pembelajaran membacakan puisi dengan metode latihan
berjenjang menggunakan media audio visual dan terjadi perubahan perilaku
siswa ke arah positif. Nilai rata-rata kelas membacakan puisi yang dicapai pada
siklus I yaitu 65,7 dengan kata lain masuk kategori cukup. Pada siklus II
meningkat sebesar 6,5% dengan nilai rata-rata kelas 73,4 atau dengan kata lain
masuk kategori baik. Dengan kata lain peningkatan yang terjadi pada siklus I
sampai siklus II adalah sebesar 7,7 atau 6,5%.
Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di
atas yaitu menggunakan media yang sama yaitu media audio visual dan objek
penelitian yang sama yaitu siswa kelas VII SMP. Akan tetapi peneliti
menggunakan media yang berbeda dengan metode penelitian di atas. Metode
penelitian di atas menggunakan metode penelitian berjenjang, sedangkan
metode dalam penelitian ini menggunakan metode Copy The Master. Jadi
metode yang digunakan oleh peneliti merupakan pengembangan dari metode
penelitian di atas.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peningkatan keterampilan
membacakan puisi telah banyak dilakukan dengan menggunakan teknik
pemodelan, latihan berjenjang, jangkar emosi, latihan tebimbing, dan
pemanfaatan media audio visual yang berupa VCD. Dari beberapa hasil kajian
pustakan di atas, tampak bahwa peningkatan keterampilan membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual belum pernah
23
diteliti. Metode Copy The Master hanya digunakan untuk aspek menulis poster.
Peneliti ingin mencoba menggunakan metode Copy The Master dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan media audio visual. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya dan merupakan pengembangan dari metode yang sudah diteliti
seperti yang telah dipaparkan di atas.
2.2 Landasan Teoretis
Landasan teoretis adalah teori-teori yang relevan dan digunakan untuk
menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis juga berfungsi sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang yang
diajukan oleh peneliti, serta dapat membantu penyusunan dalam instrumen
penelitian.
Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) hakikat
membaca, (2) hakikat puisi, (3) hakikat membacakan puisi, (4) metode Copy The
Master, dan (5) media audio visual.
2.2.1 Hakikat Membaca
Hakikat membaca merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori
tentang membaca dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel-
variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat membaca yaitu (1)
pengertian membaca, (2) tujuan membaca, (3) ragam membaca, dan (4) membaca
indah (estetis).
24
2.2.1.1 Pengertian Membaca
Aminuddin (2004:15) menjelaskan bahwa upaya pemahaman unsur-
unsur dalam bacaan sastra tidak dapat dilepas dari masalah membaca. Sebab itu
sebelum melaksanakan kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami
unsur-unsur intrinsik dalam teks sastra, masalah membaca sedikit banyak harus
dipahami oleh para calon apresiator. Istilah membaca dapat mencakup
pengertian yang luas sekali. Hal itu terjadi karena membaca dapat dibedakan
dalam berbagai ragam sesuai dengan (1) tujuan, (2) proses kegitan, (3) objek
bacaan, dan (4) media yang digunakan.
Aminuddin (2004:15) memaparkan beberapa rumusan pengertian
membaca sebagai berikut:
a. Membaca adalah mereaksi yaitu memberikan reaksi karena dalam
seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf
sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya.
b. Membaca adalah proses yang pada dasarnya adalah kegiatan yang cukup
kompleks. Disebut kompleks karena membaca melibatkan berbagai
aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun
aktivitas berpikir dan merasa.
c. Membaca adalah pemecahan kode dan penerimaan pesan.
d. Membaca adalah kegiatan bertujuan, kunci pemerolehan informasi atau
pengetahuan, dan membaca adalah kreatifitas karena dalam membaca
seseorang bukan hanya melakukan analisis, tetapi juga sintesis. Bukan
hanya memahami apa yang tersurat, tetapi juga yang tersirat.
25
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk
di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan
menulis) (Haryadi 2007:4). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga,
membaca adalah melihat serta memahami dari apa yang tertulis, melafalkan
tulisan (Depdiknas 2007:98).
Membaca merupakan suatu aktivitas yang sangat jamak dilakukan bagi
siapa pun, di mana pun, dan kapan pun berikut dengan objek yang sangat
beraneka ragam. Aktivitas membaca sebenarnya bisa dikatakan gampang-
gampang susah, yakni sesungguhnya bergantung pada kondisi dan situasi baik
yang datang dari si pembaca itu sendiri, bahan bacaan, maupun dari lingkungan
tempat aktivitas itu berlangsung (Nuriadi 2008:1).
Berdasarkan definisi pengertian membaca oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas melihat lambang-
lambang tulisan dalam bentuk rangkaian huruf, kata, kalimat, dan paragraf
untuk memperoleh infomasi, proses penerimaan pesan dari penulis dan
pembaca, dan suatu proses memahami makna dalam kata atau kalimat-kalimat
dalam bacaan tersebut.
2.2.1.2 Tujuan Membaca
Suyitno (1985:37) memaparkan bahwa tujuan pembelajaran membaca
dapat dirumuskan sebagai berikut:
26
1. Untuk mendapatkan penyempurnaan penguasaan segala hal yang
berkait dengan teknik membaca, sehingga anak dapat membaca dengan
tepat dan cepat.
2. Untuk mendapatkan penyempurnaan pemahaman isi buku-buku,
majalah, surat kabar, brosur, dan media massa lainnya.
3. Untuk mendapatkan penambahan perbendaharaan kata sehingga anak
mampu berbahasa tingkat lanjut, baik aktif-reseptif maupun aktif-
produktif.
4. Untuk mendapatkan penumbuhan kesadaran akan kepentingan
membaca sebagai sarana mendapatkan informasi untuk memperluas
perbendaharaan pengetahuannya, sehingga minat anak untuk selalu
membaca akan tumbuh secara teratur.
5. Untuk mendapatkan penumbuhan sikap suka mencari kesenangan,
kenikmatan, kepuasan batin dari bacaan, sehingga anak dapat
memahami dan menghayati karya sastra.
Untuk mendapatkan informasi, pembaca perlu membuat atau mengikuti
sistem atau cara kerja dalam membaca (Haryadi 2007:11). Nuriadi (2008:1)
menjelaskan bahwa tujuan membaca untuk (1) memperoleh pengetahuan
sebanyak-banyaknya, dan (2) mencari hiburan, sehingga aktivitas ini akan
terasa ringan dan menyenangkan. Tujuan membaca adalah mendapatkan
informasi dari bacaan yang dibaca.
27
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang
paling utama dalam proses membaca adalah untuk memperoleh informasi dari
sumber tertulis. Informasi ini diperoleh dari proses pemahaman makna tiap
rangkaian kata dan kalimat.
2.2.1.3 Ragam Membaca
Aminuddin (2004:17-21) mendefinisikan tujuh ragam membaca yang
secara keseluruhan meliputi:
1. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha
memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil
menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun
pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun
suara.
2. Membaca cepat adalah ragam membaca yang dilaksanakan dalam
waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara
garis besar saja.
3. Membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara
sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan
gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca.
4. Membaca bahasa yaitu kegiatan membaca yang bertujuan memperkaya
kosakata, mengembangkan kemampuan menyusun kalimat, perolehan
gaya bahasa yang keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa pembacanya.
28
5. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan
menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar
dalam suatu teks sastra.
6. Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran
dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan
suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang dibaca
dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui
pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan,
dan penilaian.
7. Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang dilatari tujuan
menerapkan perolehan pemahaman dari pembaca untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif.
Selanjutnya, Aminuddin (2004:21) juga meninjau ragam membaca dari
cara yang digunakan, membaca dapat dibedakan antara membaca secara
scanning dan membaca secara skimming. Membaca secara skimming adalah
membaca secara cepat atau bahkan secepat kilat untuk menemukan gagasan-
gagasan inti dalam bacaan. Membaca skaning adalah membaca yang
dilaksanakan secara bertahap, mulai dari aspek yang paling kecil, misalnya
bunyi dan kata, sampai ke aspek yang besar yaitu pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam setiap bait atau paragraf serta totalitas maknanya.
29
Dari beberapa definisi ragam membaca di atas, dapat disimpulkan
bahwa membacakan puisi termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca
indah.
2.2.1.4 Membaca Indah (Estetis)
Suyitno (1985:36) mengemukakan bahwa membaca indah sama halnya
dengan membaca emosional yang bertujuan untuk menikmati keindahan,
memberikan kepuasan perasaan dan juga melatih pembentukan fantasi terhadap
pembaca. Contoh dari membaca indah yaitu ketika pembacaan puisi.
Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu,
pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda.
Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar
bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008:47).
Aminuddin (2004:20) mengemukakan bahwa dari berbagai ragam
membaca di atas, yang memiliki kaitan utama dengan kegiatan mengapresiasi
karya sastra khususnya membacakan puisi, adalah ragam membaca estetis atau
membaca indah. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang
dilatarbelakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan
yang terpapar dalam suatu teks sastra. Agar pembaca mampu menghayati dan
mampu mengapresiasikan puisi, terlebih dahulu pembaca harus memahami isi
serta suasana puisi yang dibacakannya.
Kemampuan membaca indah tentu tidak diperoleh dalam waktu yang
singkat, kecuali pembaca tersebut memiliki talenta yang baik. Sebagai suatu
30
bentuk keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu keterampilan yang
perlu dilatih dan mampu memahami maksud penulis dengan cepat, efektif, dan
efisien. Contoh membaca indah adalah membacakan puisi, agar membacakan
puisi terlihat indah dan dapat menyampaikan makna puisi maka pembaca perlu
memperhatikan teknik-teknik dalam membacakan puisi.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca puisi
termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca indah karena membaca
estetis merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami dan
mengapresiasikan makna dari puisi yang dibacanya.
2.2.2 Hakikat Puisi
Hakikat puisi merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori
tentang puisi dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel-
variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat puisi yaitu (1) pengertian
puisi dan (2) unsur-unsur puisi.
2.2.2.1 Pengertian Puisi
Sampai sekarang belum ada batasan yang tepat tentang pengertian puisi.
Namun beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian
puisi. Secara umum pengertian puisi adalah sebuah deretan kata-kata indah yang
diciptakan sesuai dengan perasaan pengaranganya.
Sumardi, dkk. (1997:3) puisi adalah karangan bahasa yang khas yang
memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman batin yang
31
terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan
ditafsirkan secara estetik. Kekhasan susunan bahasa dan susunan peristiwa itu
diharapkan dapat menggugah rasa terharu pembaca. Puisi sebagai jenis sastra
memiliki susunan bahasa yang relatif lebih padat dibandingkan dengan prosa.
Pemilihan kata atau diksi dalam cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
‗membuat‘ atau poeisis ‗pembuatan‘, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
poetry. Puisi diartikan ‗membuat‘ dan ‗pembuatan‘ karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
Aminudin (2004:134).
Menurut Hudson dalam Aminudin (2004:134) mengungkapkan bahwa
puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan untuk
menggunakan garis dan warna untuk menggambarkan gagasan pelukisnya.
Tarigan dalam Djojosuroto (2005:10) mengatakan bahwa kata puisi
berasal dari bahasa Yunani ―poesis‖ yang berarti penciptaan. Dalam bahasa
Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti
syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya
menjadi ―hasil seni sastra yang kata-katanya diusun menurut syarat-syarat
tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan‖. Dapat
dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa
pengucapan dengan pikiran.
32
Djojosuroto (2005:9) mendefinisikan bahwa puisi adalah suatu sistem
penulisan yang margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara
internasional oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Aspek
penting dari puisi terlihat dalam etimologi kata puisi itu sendiri. Puisi atau (verse)
berasal dari bahasa Latin Versus yang berasal dari kata kerja verso,versare, yang
berarti to turn (mengadap). Dalam bahasa Inggris verse mengacu pada pengaturan
baris demi baris yang disengaja yang membedakannya dari prosa (Wallace dalam
Djojosuroto 2005:9-10).
Beberapa pendapat dari ahli mencoba mendefinisikan definisi batasan
puisi yang terangkum dalam buku Pradopo (2009:5-7) sebagai berikut:
1. Wirjosoedarmo mendefinisikan bahwa puisi itu karangan yang terikat
oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b)
banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d)
rima; (e) irama.
2. Altenbernd mendefinisikan puisi adalah pendramaan pengalaman yang
bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).
3. Samuel Taylor Coleridge mendefinisikan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur yang lain sangat erat
hubungannya, dan sebagainya.
4. Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair dalam menciptakan puisi itu memikirkan bunyi yang merdu
33
seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang
menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu
dengan mempergunakan orkestra bunyi.
5. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
6. Audien mendefinisikan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur.
7. Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan pemikiran manusia
secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Disini
misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik
(misalnya selaras, simetris, memilih kata-katanya tepat, dan lain
sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan serta berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).
8. Shelley mendefinisikan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup pembaca.
Pradopo (2009:7) menyimpulkan beberapa definisi tentang pengertian
puisi dari para ahli yang tersebut di atas. Puisi itu mengekspresikan pemikiran
yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam
susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang pentig yang direkam
dan diekspresikan dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah
dalam dalam wujud yang paling berkesan.
34
Dari berbagai pendapat sastrawan di atas tentang definisi pengertian
puisi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan perasaan atau curahan
hati pengarang, baik dalam keadaan sedih maupun gembira, baik pengalaman
pribadi pegarang atau pengalaman orang lain mengenai sesuatu yang dirasakan,
dilihat, atau dipikirkannya dan merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif
manusia disampaikan melalui tulisan rangkaian kata-kata indah dan padat yang
mengandung makna, rima, dan irama yang disusun sedemikian rupa oleh
pengarangnya.
2.2.2.2 Unsur-unsur Puisi
Waluyo (1991:71) mendefinisikan bahwa unsur-unsur bentuk atau
struktur fisik puisi, yaitu unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi.
Unsur-unsur itu adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa
figuratif (majas), (5) versifikasi, dan (6) tata wajah.
Menurut Aminuddin (2004:136) bangun struktur puisi adalah unsur
pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi (1)
bunyi, (2) kata, (3) larik atau baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Bangun struktur
tersebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam
puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin
dan daya kritis pikiran pembaca.
Senada dengan Aminuddin, Suharianto (2005:38-49) juga
mengungkapkan beberapa unsur-unsur dalam karya sastra puisi yaitu (1) tema, (2)
daya bayang, (3) rima, dan (4) irama.
35
Djojosuroto (2005:15) juga mendefinisikan unsur puisi yang terdiri atas
struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik terdiri atas diksi, gaya bahasa,
dan bunyi. Sedangkan struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.
1. Tema
Waluyo (2003:17) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan
pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.
Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui
latar belakang penyair agar tidak tidak salah menafsirkan tema tersebut.
Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari
keseluruhan makna dalam suatu puisi (Aminuddin 2004:151).
Seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan
media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan
demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan
(Suharianto 2005:38).
Djojosuroto (2005:15) mendefinisikan tema adalah gagasan pokok
yang dikemukakan penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya
mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki.
Kosasih (2008:37) tema puisi merupakan gagasan utama penyair
dalam puisinya, gagasan penyair cenderung tidak selalu sama dan besar
kemungkinan untuk berbeda-beda.
36
2. Diksi
Berdasarkan bentuk dan isi, kata dalam puisi dapat dibedakan
antara (1) lambang, yaitu kata-kata itu mengandung makna seperti makna
kamus atau makna leksikal, (2) ulterance atau indice yaitu kata-kata yang
mengandung makna sesuai keberadaan dalam konteks pemakaian, (3)
simbol, bila kata itu mengandung makna ganda (Aminuddin 2004:140).
Diksi yang dihasilkan oleh penyair memerlukan proses yang
panjang. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan digunakan
dalam puisi. Oleh sebab itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan
pilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang
cocok dengan suasana (Leech dalam Djojosuroto 2005:16).
Wiyanto (2005:34) mengemukakan bahwa diksi adalah pemilihan
kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi adalah
kemampuan memilih kata denga cermat sehingga dapat membedakan
secara tepat nuansa makna dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Menurut Waluyo (dalam Kosasih 2008:33), diksi adalah kata-kata
yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya, maupun hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan
baitnya.
37
3. Rima dan Irama
Waluyo (1991:90-94) mengemukakan bahwa rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestra. Irama atau ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga
berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat serta
pemotongan frasa yang berulang-ulang.
Aminuddin (2004:137) mengemukakan pengertian rima adalah
bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada
akhir larik-larik puisi. Irama yaitu bunyi yang menimbulkan unsur
musikalitas baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-
pendek, dan kaut lemah yang keseluruhannya mampu menimbulkan
kemerduan.
Senada dengan Aminuddin, Suharianto (2005:45) juga
mengemukakan pengertian rima adalah istilah lain untuk persajakan atau
persamaan bunyi. Sedangkan irama yang disebut juga dengan ritme adalah
tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut, atau cepat dan lambatnya
kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca.
Rima (sajak) adalah persamaan atau pengulangan bunyi.
Persamaan (pengulangan-pengulangan) bunyi yang memberikan kesan
merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang dikehendaki oleh
penyair dalam puisinya. Sedangkan irama atau ritme adalah pengulangan
bunyi baik pada kata, frasa, maupun kalimat yang teratur, terus menerus,
dan tidak putus-putus bagaikan air yang mengalir (Wiyanto 2005:32).
38
4. Baris dan Bait
Aminuddin (2004:145) mengemukakan bahwa baris dalam puisi,
pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, dan pengembang ide penyair
yang diawali lewat kata. Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu
kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah
dari kelompok larik (bait) lainnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bait diartikan sebagai sajak
dua baris (dalam karya sastra) sedangkan baris adalah deretan huruf pada
tulisan atau cetakan (Depdiknas 2007:106-122).
5. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret.
Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-
kata menjadi lebih konkret seperti pembaca hayati melalui penglihatan,
pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-
kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan (Waluyo 1991:78).
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang memperjelas
atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui
pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji
visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil) (Waluyo
2003:10).
39
6. Daya Bayang
Puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula abstrak
menjadi konkret karena dengan demikian, puisi menjadi lebih hidup di
dalam khayal pembacaannya. Daya bayang yaitu kemampuan menciptkan
citra atau bayangan dalam benak pembaca dalam suatu puisi (Suharianto
2005:40).
7. Tipografi
Waluyo (1991:97) mengemukakan bahwa kata-kata yang disusun
mewujudkan larik yang panjang dan pendek yang membentuk suatu
kesatuan padu. Pengganti larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi
secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu.
Aminuddin (2004:146) mengemukakan bahwa tipografi adalah
cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu
yang dapat diamati secara visual.
8. Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias
atau makna lambang (Waluyo 1991:83).
Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi antara lain (1)
menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) menghasilkan
40
makna tambahan, (3) menambah intensitas dan menambah konkret sikap
dan perasaan penyair, dan (4) agar makna yang diungkapkan lebih padat
(Perine dalam Djojosuroto 2005:17).
9. Amanat
Waluyo (2003:40) mengemukakan bahwa amanat adalah pesan
atau nasihat yang merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan
cara pandang pembaca terhadap suatu hal.
Puisi mengandung pesan atau amanat, atau himbauan pada penyair
kepada pembaca. Amanat dapat dibandingkan dengan kesimpulan tentang
nilai atau kegunaan puisi itu bagi pembaca. Setiap individu memiliki
penafsiran yang berbeda terhadap amanat yang disampaikan dalam puisi
(Djojosuroto 2005:16).
Senada dengan Djojosuroto, Kosasih (2008:39) mendefinisikan
bahwa amanat adalah yang hendak disampaikan oleh penyair dapat
ditelaah setelah pembaca memahami tema, rasa, dan nadaa puisi. Tujuan
amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan
puisinya.
Berdasarkan definisi unsur-unsur puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yaitu (1) tema adalah gagasan pokok,
ungkapan perasaan, permasalahan, dan pengalaman-pengalaman penyair yang
41
ingin disampaikan kepada pembaca, (2) diksi yaitu pilihan kata yang khas yang
digunakan oleh penyair untuk membangun suasana puisi, (3) rima adalah
persamaan bunyi dalam puisi, sedangkan irama yaitu unsur yang membentuk
suatu musikalitas bunyi yang berfungsi untuk menghidupkan suasana puisi, (4)
baris adalah suatu deret kata yang berbentuk frasa, kalimat, atau satu kata.
Sedangkan bait adalah kumpulan baris atau larik yang tersusun secara harmonis
yang membentuk suatu kesatuan makna dan suasana dalam puisi, (5) pengimajian
adalah susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair, (6) daya bayang adalah menciptakan situasi dalam benak
pembaca dan menjadikan sesuatu yang abstrak menjadi konkret, (7) tipografi
adalah tata wajah atau bentuk penulisan puisi yang dapat diamati secara visual, (8)
majas adalah gaya bahasa yang berfungsi untuk menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu, dan (9) amanat adalah
pesan yang disampaikan kepada pembaca melalui puisi.
2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi
Hakikat membacakan puisi merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan
teori tentang membacakan puisi dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai
dengan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat
membacakan puisi yaitu (1) pengertian membacakan puisi dan (2) unsur-unsur
42
membacakan puisi, (3) langkah-langkah membacakan puisi, dan (4) teknik-teknik
membacakan puisi.
2.2.3.1 Pengertian Membacakan Puisi
Membaca puisi tentunya berbeda dengan membacakan puisi. Kedua istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda. Membacakan puisi dan membaca puisi
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menikmati karya sastra yang disampaikan
oleh penyair kepada pembaca puisi.
Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua
macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain atau membacakan puisi pada dasarnya sama
dengan mengkonkretkan puisi yang melibatkan puisi yang dibaca, pembacaan,
dan pendengar.
Membaca puisi merupakan suatu kegiatan memahami dan menikmati
makna suatu puisi yang disampaikan oleh pembaca untuk diri individu atau
pembaca sendiri, bukan untuk orang lain atau audiens.
Membacakan puisi merupakan upaya penyampaian suatu makna atau
pesan kepada audiens atau pendengar yang terkandung di dalam puisi yang
diciptakan oleh penyairnya. Melalui kegiatan membacakan puisi pembaca
bermaksud mengajak pendengar atau penontonnya memahami dan merasakan
puisi yang dibacanya. Membacakan puisi harus memperhatikan penghayatan,
vokal, dan penampilan yang merupakan syarat pembacaan puisi yang baik.
Membacakan puisi bukanlah sekadar melisankan puisi atau menyuarakan puisi,
43
melainkan juga mengekspresikan perasaan dan jiwa yang ditangkap oleh pembaca
dari puisi tersebut.
Kegiatan membacakan puisi dilakukan dengan dilihat oleh orang banyak
(para hadirin), oleh karena itu, sebelum membacakan puisi harusnya seorang
pembaca puisi mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi tersebut agar
orang yang mendengarkan, mengetahui makna dalam puisi tersebut.
Di dalam pembacaan puisi, pembaca dapat mengajarkan bagaimana cara
mengatur suara sehingga diperoleh kesan tertentu dari keseluruhan penampilan
pembaca itu baik, dari segi suaranya maupun dari segi ekspresi wajahnya. Semua
itu didasari oleh penghayatannya terhadap puisi yang dibacanya (Ali 2001:11).
Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu,
pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda.
Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar
bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008:47).
Sebagai seni ―audio visual‖ membacakan puisi dituntut enak didengar dan
enak dilihat. Agar enak didengar berarti ―semua yang dihasilkan oleh alat ucap‖ si
pembaca harus benar dan indah. Agar enak dilihat berarti ―semua gerak yang
dihasilkan oleh anggota tubuh‖ si pembaca puisi juga benar dan indah. Oleh
karena itulah membacakan puisi tergolong ke dalam seni pertunjukan (Doyin,
2008:2-3).
Pada hakikatnya membacakan puisi merupakan upaya ―menyampaikan‖
apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan oleh penulis puisi kepada pendengar
atau penonton. Oleh karena itu, keberhasilan pembacaan puisi dapat diukur
44
dengan seberapa jauh apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan penulis puisi
sampai kepada pendengar atau penonton (Doyin 2008:1).
Membacakan puisi pada dasarnya upaya penyampaian pesan dari penulis
kepada pendengar. Sehingga dapat diibaratkan bahwa seorang pembaca puisi
seperti jembatan penghubung, yaitu menghubungkan penulis puisi dengan
penikmat puisi (Haryanto 2009:2).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
membaca puisi dan membacakan puisi sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak
pada cara penyampaiannya. Membaca puisi disampaikan oleh pembaca untuk
pembaca itu sendiri dan menikmati sendiri puisi yang dibacakannya. Sedangkan
membacakan puisi adalah suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan
oleh pembaca puisi sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan
suatu pesan dan amanat yang terkandung dalam puisi dengan memperhatikan
teknik vokal, penghayatan, dan penampilan.
2.2.3.2 Unsur-unsur Membacakan Puisi
Dalam membacakan puisi agar memiliki nilai estetis dan pesan yang
disampaikan oleh pembaca dapat dinikmati oleh pendengar atau penonton, maka
ada beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi. Ada
dua hal pokok yang harus dikuasai oleh setiap pembaca puisi agar bacaannya
tersebut baik. Kedua hal tersebut adalah (1) penghayatan atas puisi yang
dibacanya, dan (2) teknik vokal atau pelafalan (Suharianto 1981:53).
45
Penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan unsur utama karena
hakikat membacakan puisi adalah menyampaikan perasaan dan pikiran penyair.
Dalam praktiknya, pengahayatan tersebut akan menemukan intonasi, irama, jeda,
gerak-gerik anggota tubuh, dan mimik (Suharianto 1981:53). Dengan demikian,
penghayatan atas puisi yang dibaca akan menentukan penampilan di depan
audiens. Atas dasar itu, maka pada waktu seseorang membacakan puisi, akan
bergerak atau tidak, ada besar atau kecil, semata-mata bergantung pada penafsiran
terhadap puisi yang dibacanya. Jadi, puisi itulah sebenarnya menciptakan gerak
gerik itu, bukan si pembaca. Gerak-gerik tersebut diperlukan sejauh dapat
mendukung maksud dan suasana yang ingin digambarkan. Oleh karena itu, gerak-
gerik yang dituntut adalah gerak-gerik yang wajar dan sejati.
Selanjutnya karena membacakan puisi berkaitan dengan bahasa, maka
faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa dianggap remeh. Semua ucapan atau
pelafalan bunyi-bunyi bahasa harus sempurna, yaitu harus betul dan baik
(Suharianto 1981:53). Membacakan puisi merupakan bacaan tontonan. Karena
pembaca puisi merupakan tontonan, maka membacakan puisi dikatakan mencapai
tingkat kesempurnaan apabila sudah ditonton dan dinikmati publik, sehingga
unsur teknik penampilan menjadi sangat penting. Dalam penampilan membacakan
puisi yang baik, dapat dinikmati hasil perpaduan antara penghayatan atas puisi
dan teknik vokal. Kedua unsur tersebut harus dikuasai dengan baik oleh pembaca
puisi yang baik.
Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa dalam proses membacakan
puisi, peran pembaca sangat dominan untuk menghidupkan puisi agar dapat
46
dinikmati oleh pendengar. Kegiatan yang dilakukan pembaca adalah memahami
makna puisi dan mengkreasikan puisi tersebut dalam bentuk suara dan gerak.
Oleh karena itu, pembaca harus memperhatikan (1) pemanfaatan alat ucap yang
dimiliki, (2) menguasai faktor kebahasaan, dan (3) menguasai faktor-faktor
nonkebahasaan.
Keterampilan memanfaatkan alat ucap dalam membacakan puisi sangat
penting peranannya dalam mengapresiasikan puisi yang dibacanya. Seorang
pembaca terlebih dahulu harus memahami puisi yang dibacakannya agar alat ucap
dapat bermanfaat dengan baik (Wiyanto 2005:45).
Penguasaan faktor kebahasaan meliputi pelafalan dan intonasi. Pelafalan
adalah usaha untuk mengucapkan bunyi bahasa baik suku kata, kata, frasa,
maupun kalimat. Pelafalan dalam pembacaan puisi maksudnya ialah pelafalan
bunyi yang sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Sedangkan intonasi berkaitan
dengan ketepatan penyajian irama puisi (Wiyanto 2005:45).
Penguasaan faktor nonkebahasaan yaitu (1) sikap wajar dan tenang, (2)
gerak-gerik dan mimik, (3) volume suara, dan (4) kelancaran dan kecepatan
(Wiyanto 2005:46). Sikap wajar dan tenang ketika akan membacakan puisi,
membuat pendengar atau audiens menaruh kepercayaan terhadap kemampuan
pembaca puisi, sikap wajar dan tenang ini dapat pembaca tampilkan apabila
pembaca melakukan latihan secara berulang-ulang dan menguasai puisi yang akan
dibacanya. Gerak-gerik dan mimik dilakukan agar mampu menghidupkan
pembacaan puisi, gerak gerik yang tepat adalah gerak-gerik yang merupakan
ekspresi dari dalam sebagai wujud penghayatan terhadap puisi yang dibacanya.
47
Volume suara yang dihasilkan harus mampu didengar jelas oleh setiap pendengar.
Kelancaran pembacaan dapat membantu pendengar untuk memahami puisi yang
dibacakannya. Kecepatan pembacaan harus disesuaikan dengan suasana puisi,
dalam membacakan puisi tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat.
Pendapat di atas, disimpulkan oleh Doyin (2008:73) dan Haryanto
(2009:89) dengan membagi tiga komponen atau unsur dalam membacakan puisi.
Adapun unsur tersebut meliputi: (1) penghayatan, (2) vokal, dan (3) penampilan.
Di antara ketiga unsur tersebut, unsur yang paling penting adalah unsur
penghayatan. Karena dengan penghayatan yang baik, maka pembaca dapat
meyampaikan pikiran dan perasaan penyair. Berikut penjelasan ketiga unsur
dalam membacakan puisi:
1. Penghayatan
Suharianto (1981:53) penghayatan atas puisi yang dibaca
merupakan unsur utama karena hakikat membaca di sini tidak lain adalah
menyampaikan pikiran dan perasaan penyair. Dalam praktiknya,
pengahayatan tersebut akan menentukan intonasi, irama, jeda, gerak-gerak
anggota tubuh dan mimik. Pengahayatan atas puisi yang dibaca akan
menentukan penampilan di depan hadirin.
Menghayati berarti memahami secara penuh isi puisi. Dengan
pemahaman itulah pembaca sebagai pembaca puisi dapat menyatukan jiwa
puisi dengan jiwa pembaca sendiri. Pemahaman dalam puisi yang
dikategorikan dalam penghayatan ini tidak sekadar memahami makna
48
kata-kata atau baris-baris puisi, tetapi sampai pada pemahaman atas makna
yang terkandung dalam puisi dan suasana puisi itu sendiri. Penghayatan
dalam membacakan puisi setidaknya tercermin dalam empat hal, yaitu (1)
pemenggalan, (2) nada dan intonasi, (3) ekspresi, dan (4) kelancaran
(Doyin 2008:73).
Haryanto (2009:91) mengemukakan bahwa sebelum membacakan
puisi terlebih dahulu pembaca harus membedah isi puisi untuk
memahaminya. Dengan penghayatan yang tinggi, akan memberika jiwa
pada pembacaan puisi. Memberi jiwa pada pembacaan puisi akan
menghidupkan suasana dalam pembacaan juga akan menghidupkan
kewibawaan dan ruh dalam pembacaan puisi.
2. Vokal
Suharianto (1981:53) selanjutnya karena pembaca berurusan
dengan bahasa, maka faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa dianggap
remeh. Semua ucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa tersebut, baik
bunyi mati maupun bunyi hidup harus sempurna, dalam arti harus betul
dan baik.
Doyin (2008:80-82) setidaknya ada tiga hal yang menjadi perhatian
utama dalam masalah vokal ini, yaitu: (1) kejelasan ucapan, (2) jeda, dan
(3) ketahanan. Setiap kata yang ada di dalam puisi harus dapat di dengar
oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya ucapan ini,
menjadi kriteria utama vokal seorang pembaca puisi. Masalah ketahanan
49
dan kelancaran juga menjadi kriteria vokal yang baik. Ketahanan adalah
kekuatan vokal dari awal pembacaan sampai akhir pembacaan puisi.
Kriteria penilaian vokal secara umum yakni terdiri atas aspek
ucapan, jeda, intonasi (suara dan irama), dan ketahanan (kekuatan). Jelas
tidaknya pengucapan menjadi kriteria utama penilaian pada aspek vokal.
Vokal yang baik akan diperoleh melalui latihan. Bunyi dan suara yang
indah selalu beraturan (Haryanto 2009:93).
3. Penampilan
Masalah penampilan dalam membacakan puisi menyangkut
persolan-persoalan; (1) teknik muncul, (2) blocking dan pemanfaatan
setting, (3) gerakan tubuh, dan (4) cara berpakaian (Doyin 2008:83).
Teknik muncul adalah cara yang ditempuh oleh pembaca puisi
dalam memperlihatkan diri untuk kali pertamanya (Doyin 2008:83).
Teknik muncul ini sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan
membacakan puisi karena audiens pertama kali menilai bahwa puisi yang
dibacakan itu bagus, berawal dari pertama kali pembaca puisi
memperlihatkan diri di depan audiens.
Blocking mencakupi masalah bagaimana cara memposisikan tubuh
pada saat membacakan puisi (Doyin 2008:83). Posisi tubuh berkaitan erat
dengan pemanfaatan setting yang berupa bagaiamana pembaca
memposisikan dirinya pada saat membacakan puisi. Seorang pembaca
puisi sebelum membacakan puisi harus menguasai panggung terlebih
50
dahulu, jadi ketika pembacaan puisi, pembaca bebas bergerak ke berbagai
arah.
Gerakan tubuh sangat penting bagi pembacaan puisi. Ukuran baik
tidaknya gerakan tubuh dalam pembacaan puisi adalah kesesuaian dengan
jiwa puisi (Doyin 2008:84). Gerakan tubuh yang ditampilkan harus sesuai
dengan isi puisi. Akan lebih baik lagi jika gerak tubuh, muncul sendiri
secara alami sesuai dengan penghayatan atas puisi karena gerakan tubuh
merupakan ekspresi dari pengahayatan pada puisi yang dibacakannya.
Cara berpakaian dan tata rias perlu diperhatikan dalam
membacakan puisi. Seorang pembaca puisi tidak perlu merias dirinya
sebagaimana tokoh yang digambarkan dalam puisi (Haryanto 2009:95).
Pembaca puisi bisa saja dalam kondisi riasan keseharian. Kalau pun
diperlukan riasan hanya difungsikan hanya mendukung pencitraan.
Cara berpakaian dalam membacakan puisi dapat berbusana ―apa
adanya‖ sebagaimana dalam penampilan keseharian. Pakaian yang
dikenakan lebih diarahkan kepada fungsi penciptaan suasana yang
mendukung pembacaan, penikmatan, terciptanya interaksi, emosi,
psikologis, dan gejolak batin (Haryanto 2009:95).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi adalah (1)
penghayatan, (2) vokal, dan (3) penampilan.
51
2.2.3.3 Langkah-langkah Membacakan Puisi
Di Indonesia selain istilah seni baca puisi orang juga mengenal istilah
deklamasi. Istilah deklamasi lebih dulu dikenal masyarakat dibandingkan dengan
istilah baca puisi. Dengan demikian, boleh dikatakan deklamasi sesungguhnya
merupakan seni ―berpuisi‖ yang sudah mengakar di masyarakat selain berpantun
(Doyin 2008:3).
Ada beberapa cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan ketika
seorang akan membacakan puisi. Langkah yang harus diperhatikan dalam
membacakan puisi yaitu: (1) memilih puisi, (2) memahami puisi, (3) menentukan
nada dan suasana puisi, (4) membuat pemenggalan bacaan, (5) berlatih
membacakan puisi, dan (6) membacakan puisi dengan memberikan jiwa pada
pembacaan.
1. Memilih Puisi
Langkah awal yang harus dilakukan oleh orang yang akan
membacakan puisi adalah memilih puisi yang akan dibacakan. Pemilihan
puisi ini penting artinya karena akan menentukan berhasil-tidaknya pembaca
dalam membacakan puisi. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih puisi, yaitu calon pendengar dan situasi (Doyin 2008:23).
Hal pertama yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi adalah
siapa calon pendengar dalam pembacaan puisi tersebut. Pendengar juga
berpengaruh terhadap jenis puisi yang dipilih. Doyin (2008:24)
mengemukakan bahwa ada dua jenis golongan pedengar, (1) pendengar
52
khusus yaitu pendengar yang benar-benar mengerti tentang puisi dan mampu
menikmati pembacaan puisi, bukan hanya sebagai hiburan saja, dan (2)
pendengar umum yaitu pendengar yang mendengar pembacaan puisi hanya
sebagai hiburan saja
Hal kedua, memahami situasi pembacaan. Panjang pendeknya puisi
menjadi pertimbangan khusus dalam memilih puisi. Puisi yang terlalu pendek
tidak akan memperlihatkan isi puisi yang jelas dan tidak akan mampu
mengondisikan pendengar pada pembacaan puisi. Sebaliknya, jika puisi
terlalu panjang akan melelahkan pendengar.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih puisi
yang memenuhi syarat sebagai berikut; (1) tidak terlalu pendek dan tidak
terlalu panjang; (2) bersifat melodius; (3) bahasanya sederhana; (4) bersifat
teaterikal; (5) isinya sesuai dengan pendengar dan situasi (Doyin 2008:27).
2. Memahami Puisi
Wiyanto (2005:41) mengemukakan bahwa dalam memahami puisi,
pembaca perlu melakukan langkah-langkah; (1) menambah kata-kata lain
untuk melengkapi atau memperjelas kata-kata dalam puisi dan menambah
tanda baca untuk untuk memperjelas hubungan makna kata, (2) memahami
kata-kata tertentu yang digunakan sebagai simbol, perbandingan, atau kiasan
yang masih belum jelas maknanya, dan (3) menguraikan isi puisi dalam
bentuk prosa.
53
Doyin (2008:29) mengemukakan bahwa sebelum membacakan puisi,
terlebih dahulu pembaca harus memahami isi puisi. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca bisa menyampaikan kepada pendengar atau penonton seperti yang
diharapkan oleh jiwa puisi itu sendiri. Pemahaman puisi dapat dilakukan
dengan cara membuat parafrase puisi.
Haryanto (2009:29) sebelum membacakan puisi terlebih dahulu
pembaca harus membedah isi puisi untuk memahaminya. Pemahaman
terhadap puisi dan bagaimana pembacaannya dapat dilakukan dengan
membuat parafrase terlebih dahulu. Membacakan puisi bukanlah sekadar
melisankan puisi atau menyuarakan puisi, melainkan juga mengekspresikan
perasaan dan jiwa.
3. Menentukan Nada dan Suasana Puisi
Nada dan suasana puisi adalah sikap penyair dalam menyampaikan
pesan kepada pembaca dan bagaimana pula kesan pembaca tentang sajak
yang dibacakannya. Nada berkaitan dengan sikap penyair, sedangkan suasana
berkaitan dengan tema. Tema keagamaan misalnya, akan menimbulkan
suasana kekhusukan (Sumardi 1997:59).
Kosasih (2008:39) mengemukakan bahwa sikap penyair kepada
pembaca disebut nada. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap
jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi
menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya.
54
Effendi dalam Djojosuroto (2005:25) mengemukakan bahwa nada
berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) dan sikap penyair
terhadap pembaca (tone), maka suasana berarti keadaan perasaan yang
ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap
oleh pancaindra.
Doyin (2008:55) mengemukakan bahwa untuk menangkap suasana
puisi, ada dua cara yang bisa digunakan yaitu dengan menangkap setting yang
tergambarkan dalam puisi melalui baris-baris puisi dan dengan melihat
pilihan kata (diksi).
Waluyo (2003:37) mengemukakan bahwa puisi mengungkapkan nada
dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap
pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Contoh nada dalam puisi
yaitu nada sinis, memberontak, humor, mencekam, santai, takut, pesimis,
karismatik, dan lain sebagainya.
Setiap pembaca puisi wajib mengetahui nada dan suasana dalam puisi
yang hendak di bacanya, karena hal tersebut akan menentukan cara
membacanya, apakah suaranya harus keras, nadanya meninggi, iramanya
cepat, atau tangannya harus mengepal dan sebagainya, nada dan suasana puisi
itulah yang menentukannya (Suharianto 1981:61). Jika pembaca mampu
menentukan nada dan suasana yang digambarkan di dalam puisi, maka
pembaca mampu menghayati pembacaan puisi secara optimal.
Berbekal pemahaman tentang suasana puisi, pembaca bisa
menentukan nada yang tepat dalam pembacaan puisi. Intonasi atau lagu
55
dalam pembacaan puisi sesungguhnya berangkat dari nada tersebut. Intonasi
pembacaan puisi mencakupi irama dan penekanannya. Tekanan dalam
pembacaan puisi meliputi tekanan nada yang menyangkut tinggi rendahnya
pembacaan puisi, tekanan tempo menyangkut cepat lambatnya pembacaan
puisi, dan tekanan dinamik menyangkut keras lembutnya pembacaan puisi.
4. Memberikan Pemenggalan atau Penjedaan
Inti pembacaan puisi sebenarnya ada pada pemenggalan. Pemenggalan
merupakan tanda penghayatan. Menentukan pemenggalan berarti menentukan
pula tempat-tempat yang tepat untuk berhenti dan mengambil nafas (Haryanto
2009:57).
Kosasih (2008:49) jeda adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan
puisi yang ditentukan oleh peralihan larik, jeda berpengaruh pada jelas-
tidaknya maksud suatu kata atau larik. Dalam penggunaannya, jeda
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) jeda pendek digunakan pada
bagian antarkata dalam suatu larik, (2) jeda sedang (/) digunakan pada
bagian-bagian larik yang bertanda koma atau diantara frasa-frasa, dan (3) jeda
panjang (//) digunakan pada pergantian larik.
5. Berlatih Membacakan Puisi
Sebelum pembaca tampil untuk membacakan puisi di depan audiens,
maka pembaca harus berlatih membacakan puisi terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar pembaca lebih percaya diri, tidak canggung, tidak grogi, dan
56
lebih memahami puisi yang akan dibacakannya, sehingga pembaca mampu
membacakan puisi secara maksimal. Akan lebih bagus lagi apabila dalam
berlatih membacakan puisi dilakukan secara berulang-ulang, bukan hanya
satu kali saja. Dalam membacakan puisi pembaca harus memperhatikan unsur
penghayatan, vokal, dan penampilan.
Penggunaan intonasi yang tepat dalam membacakan puisi sangat
penting agar audiens merasa senang dengan puisi yang dibacakan oleh
pembaca dan audiens tidak merasa bosan. Kosasih (2008:49) berpendapat
bahwa intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Penggunaan intonasi
dalam puisi sangat penting agar pembacaan tidak monoton sehingga
pendengar pun lebih tertarik. Intonasi juga berguna dalam memperjelas atau
membedakan maksud atau pesan setiap lariknya.
6. Membacakan Puisi dengan Memberikan Jiwa dalam Pembacaan
Memberikan jiwa pada puisi selain akan menghidupkan suasana
dalam pembacaan juga akan memberikan kewibawaan pada pembaca puisi
(Doyin 2008:62). Dengan memahami puisi dan penghayatan puisi yang sesuai
dengan suasana puisi, maka secara spontan jiwa pembaca akan menyatu
dengan jiwa puisi. Pembaca puisi yang menjiwai secara benar puisi yang
dibacanya akan mampu memukau atau paling tidak membuat pendengar atau
penonton tidak berpaling dari pembacaan puisi yang dibacakannya.
Seorang pembaca puisi yang baik harus mampu melebur ke dalam
dunia yang diceritakan dalam puisi tersebut. Karena pada hakikatnya gerak
57
dan akal pikiran pembaca puisi harus segaris dengan kehidupan di dalam
puisi itu. Apabila jiwa puisi itu sudah masuk ke dalam pembaca puisi, maka
segala yang keluar dari dirinya bukanlah bohong (Haryanto 2009:71).
Jika jiwa puisi sudah masuk ke dalam pembaca puisi, maka ekspresi
ketika pembacaan puisi akan keluar dengan sendirinya secara alami sesuai
dengan penjiwaan dari puisi tanpa ada paksaan atau gerakan yang dibuat-buat
atau over acting.
2.2.3.4 Teknik-teknik Membacakan Puisi
Doyin (2008:63) mendefinisikan bahwa ada teknik-teknik tertentu dalam
membacakan puisi di panggung yaitu (a) teknik muncul, (b) membaca judul puisi,
(c) berdiri di atas dua kaki, (d) memegang teks, (e) pandangan mata, dan (f)
membangun kesadaran panggung.
a. Teknik Muncul
Teknik muncul ini memegang peranan penting dalam sebuah
pertunjukan karena berhasil tidaknya seorang pembaca puisi
berkomunikasi dengan penonton pertama-tama ditentukan oleh teknik
muncul. Doyin (2008:63) mendefinisikan bahwa teknik yang muncul
dengan baik dan benar ada tiga prinsip yaitu;
1) Membacakan puisi merupakan proses komunikasi. Sebagai proses
komunikasi, ukuran keterjalinan antara pemberi pesan dan penerima
pesan harus diperhatikan (Doyin 2008:64). Proses komunikasi ini
58
harus disiapkan sejak awal, yaitu sejak pembaca puisi memasuki
panggung. Bukan hanya kesiapan fisik mata yang tertuju kepada
penonton, keheningan yang diciptakan oleh penonton, melainkan
kesiapan mental dalam mendengarkan pembacaan puisi.
2) Membacakan puisi merupakan seni pertunjukkan (Doyin 2008:65).
Membacakan puisi harus enak didengar dan enak ditonton. Karena
itu ketika pembaca muncul untuk kali pertama haruslah
mengesankan bagi pendengar atau penonton. Mulai dari keluar
menuju panggung, cara berjalan, sampai akhirnya berdiri di
panggung, di depan para penonton, harus dibuat sedemikian rupa
sehingga indah untuk ditonton.
3) Membacakan puisi merupakan media berekspresi. Ketika pembaca
muncul, bahkan dalam perjalanan menuju panggung, akan lebih baik
jika ekspresi sudah pembaca tunjukkan. Karena ekspresi berkaitan
dengan penghayatan dan rasa, paling tidak menggambarkan puisi
yang akan dibacakan (Doyin 2008:65).
b. Membaca Judul Puisi
Membaca judul puisi bukan semata-mata hanya menyampaikan
judul puisi kepada audiens. Untuk memperindah makna dan suasana dalam
puisi, hendaknya pembaca puisi lebih memuitiskan puisi karena yang
menentukan cara membaca judul puisi dalam pembacaan puisi
sesungguhnya bukan puisi itu sendiri melainkan siapa pendengar atau
59
penontonnya. Kata ―karya‖ diganti dengan ―buah pena atau goresan pena
atau goresan tinta‖, sesungguhnya dilakukan dalam upaya lebih
―memuitiskan‖ penyampaian judul (Doyin 2008:66). Jadi dengan
mengganti kata ―karya‖ menjadi ―buah pena atau goresan pena atau
goresan tinta‖ maka pembacaan judul puisi akan lebih puitis dan memiliki
nilai estetis.
c. Berdiri di Atas Dua Kaki
Berdiri di atas dua kaki akan membantu pembaca dalam
berkonsentrasi. Kalau pembaca berdiri secara mantap, seluruh beban tubuh
pembaca letakkan pada kekuatan dua kaki, konsentrasipun akan mudah
dilakukan (Doyin 2008:68). Konsentrasi akan berpengaruh besar terhadap
penghayatan atas puisi yang dibacanya. Selain berkaitan dengan
konsentrasi, posisi kaki juga berkaitan dengan keleluasaan pembaca dalam
bergerak (penampilan). Jika kaki pembaca bergetar karena grogi atau
takut, getaran tubuh atau kaki tidak akan terlihat oleh audiens.
Sikap wajar dan tenang membuat pendengar menaruh kepercayaan
terhadap kemampuan membacakan puisi, agar dapat bersikap wajar dan
tenang, pembaca puisi harus berusaha menguasai puisi yang akan
dibacanya (Wiyanto 2005:46). Jadi, ketika pembaca berdiri di atas dua
kaki, pembaca harus menampilkan sikap wajar dan tenang agar pendengar
merasa yakin bahwa puisi yang akan dibacakan sangat bagus dan
maksimal.
60
d. Memegang Teks
Persoalan memegang teks berkaitan dengan konsentrasi dan
penampilan. Kalau pembaca memegang teks tidak mantap, maka akan
sangat terlihat kalau tangan bergetar. Selain itu pembaca juga tidak akan
bisa berkonsentrasi dengan baik (Doyin 2008:69). Memegang teks harus
disesuaikan dengan posisi tubuh. Misalnya dalam mengucapkan kata
―merdeka‖ maka tangan yang harus mengepal adalah tangan kanan
sedangkan tangan kiri memegang teks. Jika pembaca berdiri di posisi
pinggir dan tangan kiri hampir menyentuh tembok, tentu tangan kiri itu
pula yang akan pembaca gunakan untuk memegang teks karena penonton
berada di sebelah kanan pembaca. selain itu, memegang teks berkaitan
dengan wajah. Jangan sampai teks yang dibawa oleh pembaca menutupi
wajah si pembaca puisi sehingga penonton tidak dapat melihat wajah
pembaca dengan baik.
e. Padangan Mata
Arah pandangan mata yang harus pembaca tunjukkan dalam
membacakan puisi yaitu ke arah penonton, karena dalam membacakan
puisi sesungguhnya pembaca sedang berkomunikasi dengan penonton,
pembaca sedang ―berdialog‖ dengan penonton (Doyin 2008:70).
Pandangan mata dalam membacakan puisi tidak boleh hanya tertuju pada
teks puisi, setidaknya pembaca harus hafal setengah dari puisi yang
dibacakan agar tidak tepacu pada teks. Pandangan mata memang harus
61
tertuju pada penonton akan tetapi pembaca tidak boleh mengarahkan tepat
pada mata penonton karena ini akan menjadikan pembaca kehilangan
konsentrasi.
f. Membangun Kesadaran Panggung
Panggung yang disediakan harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Prinsip yang pembaca gunakan ketika pemilihan posisi di
panggung adalah prinsip seni pertunjukan. Baca puisi merupakan salah
satu bentuk puisi pertunjukan (Doyin 2008:72). Hal ini berimplikasi pada
tuntutan bahwa seni baca puisi haruslah enak didengar dan dipandang.
Penggunaan panggung dalam hal ini menjadi amat penting peranannya.
2.2.4 Metode Copy The Master
Metode Copy The Master adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk meniru ahlinya/master yang dihadirkan, yang dimaksud dengan meniru
bukan meniru sama persis sesuai master yang diberikan, akan tetapi cara, teknik,
atau metode yang ditiru. Landasan teoretis tentang metode Copy The Master yaitu
(1) pengertian Metode Copy The Master, (2) prinsip-prinsip metode Copy The
Master, dan (3) kelebihan dan kelemahan Metode Copy The Master.
2.2.4.1 Pengertian Metode Copy The Master
Metode Copy The Master adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk meniru ahlinya atau master yang dihadirkan, yang dimaksud dengan meniru
62
bukan meniru sama persis sesuai master yang diberikan, akan tetapi cara, teknik,
atau metode yang ditiru. Metode Copy The Master merupakan salah satu metode
yang diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis. Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba menerapkan metode Copy The Master dalam keterampilan
membacakan puisi dengan menghadirkan master yang membacakan puisi.
Dengan pembacaan puisi oleh master, siswa secara langsung dan nyata melihat
pembacaan puisi, serta dapat menambah pengalaman siswa dalam membacakan
puisi.
Marahimin (1999:21) mendefinisikan bahwa metode Copy The Master
pada dasarnya metode ini menuntut dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan
master yang diberikan. Tentu saja yang ditulis tidak persis seperti modelnya: ini
namanya menyalin bulat-bulat, menjiplak atau bahkan membajak. Seperti yang
kelihatan dalam latihan-latihan nanti, yang di-copy adalah kerangkanya, atau
idenya, atau bahkan juga cara atau tekniknya.
Metode Copy The Master berasal dari pemikiran orang Cina. Pada zaman
dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi sebuah lukisan yang
sudah jadi dan baik. Biasanya lukisan yang dibuat oleh seorang master, yaitu
orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru
lukisan master tadi sampai bisa. Dengan cara itu, calon pelukis akhirnya mampu
melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas sesuai dengan
kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy The Master, yang artinya meniru
sang master. Metode Copy The Master ini tidak lantas terus-menerus dilakukan.
Metode ini hanya sebagai ―perangsang‖ seseorang untuk bisa memulai berkarya.
63
Dengan metode ini diharapkan seseorang bisa menemukan gaya tulisannya yang
orisinal. Apabila dia terus-menerus meniru penulis favoritnya, gaya tulisannya
yang orisinil tidak akan bisa berkembang. Dia akan terus berada di bawah bayang-
bayang gaya penulis masternya (salim-isme.blogspot.com).
Metode Copy The Master merupakan meniru master yang sudah ada
dengan melihat contoh master yang sudah ada. Namun, perlu digarisbawahi, yang
dimaksud dengan meniru ini bukan menjiplak. Metode ini menggunakan model
yang sama, tetapi isinya berbeda. Contoh yang ada memudahkan untuk membuat
alur tulisan sesuai contoh atau sesuai master yang ada. Metode Copy The Master
diilhami dari kebiasaan orang China dalam belajar melukis. Seorang siswa calon
pelukis diberi master lukisan yang sudah bagus. Siswa tersebut harus meniru
lukisan yang telah ada. Siswa dinyatakan lulus apabila jika sudah bisa meniru
persis lukisan tersebut. Cara belajar ini kemudian diadopsi untuk belajar membuat
tulisan (www.docstoc.com).
Metode Copy The Master yaitu metode meniru atau mencontoh
master/model dari seorang ahli. Dalam pembelajaran menulis, siswa langsung
disajikan sebuah contoh tulisan yang paling baik (master) kemudian siswa meniru
bentuk tulisan tersebut (tazidailma.blogspot.com).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Copy The
Master adalah metode yang menghadirkan contoh master atau orang yang sudah
ahli dibidangnya, kemudian meniru ide, cara, atau teknik dari master yang sudah
ada. Meniru bukan berarti menjiplak dari sebuah master melainkan master
64
tersebut sebagai contoh untuk memberi pengalaman dan imajinasi kepada siswa
secara nyata atau konkret.
2.2.4.2 Kriteria Pemilihan Master
Menggunakan metode Copy The Master dalam pembelajaran membacakan
puisi, perlu adanya sebuah master yang sesuai untuk memudahkan guru dalam
memberi contoh pembacaan puisi yang baik dan benar. Master yang ditampilkan
bukan hanya master yang biasa saja, melainkan ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam memilih master yaitu:
1. Master yang dipilih adalah seorang pembaca puisi yang ahli dalam
membacakan puisi, bukan hanya sekadar orang yang bisa membacakan
puisi.
2. Master yang dipilih adalah seorang pembaca puisi yang sudah sering
menjadi juara dalam lomba membacakan puisi.
3. Master dapat pula seorang sastrawan terkenal yang ahli dalam
membacakan puisi.
4. Master yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
dalam membacakan puisi.
2.2.4.3 Prinsip-prinsip Metode Copy The Master
Menggunakan metode Copy The Master dalam proses pembelajaran bukan
hanya sekadar menggunakan saja tanpa mengetahui prinsip-prinsip dari metode
65
tersebut. Dalam menggunakan metode Copy The Master dalam pembelajaran
membacakan puisi, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1. Perlu sebuah master/model dari seorang pembaca puisi yang ahli untuk
memudahkan siswa untuk memahami cara membacakan puisi.
2. Suasana puisi sama, penampilannya berbeda. Misalnya dalam pembacaan
puisi, suasana yang dihadirkan oleh siswa boleh sama dengan master,
tetapi gerak tubuh dan penguasaan panggungnya berbeda. Jika master
membacakan puisi dengan berdiri, maka siswa dapat membacakan puisi
dengan duduk, atau dengan duduk dan berdiri.
3. Penghayatan puisi sama, penampialn berbeda. Cara siswa menghayati
puisi boleh sama dengan master yang dicontohkan, akan tetapi siswa
memiliki penampilan yang berbeda ketika membacakan puisi di depan
kelas.
4. Suasana puisi sama, penekanan berbeda. Ketika siswa membacakan
puisi, ada beberapa penekanan kata yang berbeda dalam puisi, tidak
harus sama persis dengan master yang dicontohkan.
5. Metode Copy The Master tidak meniru atau menjiplak sama persis
dengan masternya, akan tetapi, yang dicontoh dalam membacakan puisi
adalah teknik/cara membacakan puisi. Metode ini menuntut
dilakukannya latihan sesuai dengan master yang diberikan.
6. Master yang ditampilkan tidak harus master dari seorang yang terkenal.
Dapat juga dari master biasa yang dianggap sebagai master atau seorang
yang ahli dalam membacakan puisi.
66
2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Copy The Master
Metode Copy The Master memiliki kelebihan atau keunggulan yaitu (a)
membantu menggugah imajinasi siswa dalam mengekspresikan pengalamannya;
(b) mengetahui contoh secara konkret dari master yang telah ditampilkan; (c) guru
merasa terbantu kaitannya dengan media pembelajaran; dan (d) dapat dijadikan
parameter bagi pemula karena master yang dihadirkan harus terjamin kualitasnya
dan pernah dipublikasikan atau dibuat oleh orang yang ahli.
Sedangkan kelemahan dari metode Copy The Master yaitu siswa yang
memiliki kemampuan berpikirnya di bawah rata-rata dan siswa tidak kreatif
kurang mengembangkan kreatifitasnya, maka siswa hanya plagiat atau menjiplak
dalam pembacaan puisi oleh master.
2.2.4.5 Perbedaan Metode Copy The Master dengan Pemodelan
Metode Copy The Master dengan pemodelan, sangat berbeda walaupun
sekilas hampir sama. Pemodelan dan metode Copy The Master dalam
pembelajaran membacakan puisi sama-sama memberikan contoh pembacaan puisi
kepada siswa. Perbedaannya terletak pada contoh orang yang membacakan puisi.
Pada pemodelan, yang menjadi contoh/model orang yang membacakan puisi
adalah guru atau peneliti. Guru memberi contoh pembacaan puisi sebagai
gambaran bagi siswa tentang bagaimana cara membacakan puisi. Sedangkan pada
metode Copy The Master, contoh orang yang membacakan puisi adalah master
atau orang yang sudah ahli dalam membacakan puisi bukan orang yang bisa
membacakan puisi.
67
Tidak semua guru kelas memiliki kemampuan yang baik dalam
membacakan puisi. Seorang guru yang memiliki kemampuan membacakan
puisinya masih kurang, maka guru tersebut tidak bisa memberikan contoh yang
maksimal. Berbeda dengan metode Copy The Master, metode ini benar-benar
menghadirkan seorang master atau orang yang sudah ahli dalam membacakan
puisi dan master yang dipilih pun harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Jadi, dalam pembelajaran membacakan puisi, akan lebih efektif dengan
menggunakan metode Copy The Master karena contoh yang diberikan benar-
benar seorang master yang berkualitas dan memang orang yang sudah ahli dalam
membacakan puisi bukan hanya sekadar orang yang bisa membacakan puisi.
2.2.5 Media Audio Visual
Dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media
dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran
media (Djamarah 2006:120).
Landasan teoretis tentang media audio visual yaitu (1) pengertian media
audio visual, (2) macam-macam media audio visual, dan (3) manfaat media audio
visual.
68
2.2.5.1 Pengertian Media Audio Visual
Dalam proses pembelajaran diperlukan metode, model atau teknik yang
dipakai guru agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan guru mampu
berinteraksi dengan siswa. Untuk mendukung metode, model, dan teknik tersebut
agar menjadi lebih hidup dan lebih menarik, perlu menggunakan sebuah media
dalam pembelajaran. kedudukan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar (Sudjana 2009:1).
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti
‗tengah‘, ‗perantara‘ atau ‗pengantar‘. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Ringkasnya,
media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan
pengajaran (Arsyad 2003:3-4).
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal (Gerlach dan Ely dalam Arsyad 2003:3).
Ibrahim (2003:112) mengemukakan media pengajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat
mendorong proses belajar-mengajar.
69
Djamarah (2006:121) mengemukakan bahwa media adalah alat bantu apa
saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat
atau sarana pembelajaran untuk mengefektifkan komunikasi yang digunakan
untuk mempermudah proses pemahaman yang abstrak menjadi konkret.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif dan visual (Djamarah 2006:124).
Media audio adalah alat yang digunakan dan dimaksudkan sebagai bahan
yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau jaringan suara),
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa,
sehingga terjadi proses belajar-mengajar (Sudjana 2009:129).
Pesan visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih
jauh lagi mempengaruhi sikap seseorang. Pembelajaran akan lebih efektif apabila
objek dan kejadian yang menjadi bahan pembelajaran dapat divisualisasikan
secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya. Namun tidaklah berarti
bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai model
atau contoh. (Sudjana 2009:9).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik karena menampilkan suara dan gambar
yang bergerak seperti film suara dan video. Penggunaan media audio visual dapat
70
mempertinggi antusias siswa dalam proses pembelajaran dan dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapai. Media audio visual akan memberikan pengalaman
nyata dan konkret yang sangat efektif karena mengikutsertakan semua indera dan
akal. Tujuan dari media audio visual adalah (a) memperkenalkan, membentuk,
dan memperkaya serta memperjelas pengertian konsep yang abstrak pada siswa;
(b) mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki; (c) mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan lebih lanjut.
2.2.5.2 Macam-macam Media Audio Visual
Brets dalam Ibrahim (2003:114) mengemukakan bahwa aneka ragam media
pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi
tersebut berdasarkan adanya tiga ciri, yaitu: suara (audio), bentuk (visual), dan
gerak (motion). Beberapa kelompok media tersebut yaitu:
a. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerak
dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis
media yang termasuik kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film
bergerak.
b. Media audio-stiil-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya
dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, slide
bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still
recordings).
71
c. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak
dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media
jenis ini adalah papan tulis jarak jauh atau teleblackboard.
d. Media motion-visual, yaitu media yang mempunyai gambar objek bergerak,
tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
e. Media still visual, yaitu ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film
strip dan slide tanpa suara.
f. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-
tape.
g. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti
buku, modul, dan pamflet.
Djamarah (2006:124) mengemukakan bahwa media yang telah dikenal
dewasa ini terdiri atas dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Media audio visual
juga memiliki beberapa jenis yaitu:
a. Media audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti film bingkai suara (sound slides), film, rangkaian suara, dan
cetak suara.
b. Media audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara
dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.
c. Media audio visual murni yaitu, baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber seperti film video-cassette.
72
d. Media audio visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur
gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara
yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya
bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan
cetak suara.
Berdasarkan definisi di atas, jenis media audio visual yang digunakan oleh
peneliti ketika master membacakan puisi adalah dengan menggunakan media
audio visual gerak, karena media audio visual gerak menampilkan unsur suara
master yang membacakan puisi dan gambar master yang bergerak ketika
membacakan puisi melalui video.
2.2.5.3 Manfaat Media Audio Visual
Sudjana, (2009:2) media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar
siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik;
73
3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Media uadio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena menampilkan
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video. Jadi, manfaat media
audio visual adalah sebagai upaya memberikan contoh yang nyata atau konkret
kepada siswa tentang materi sehingga siswa tidak berpikir abstrak. Siswa akan
merasa lebih mudah memahami materi jika dalam proses pembelajaran
menggunakan media audio visual, maka guru tidak perlu bersusah payah
menjelaskan materi dengan metode ceramah.
Dalam membacakan puisi, media audio visual ini sangat diperlukan karena
peranannya sangat penting. Guru tidak perlu membacakan puisi di depan kelas
karena fungsi guru telah digantikan oleh media audio yang membuat imajinasi
siswa semakin hidup dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran.
74
2.2.6 Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master
melalui Media Audio Visual
Metode Copy The Master melalui media audio visual merupakan metode
pembelajaran yang tepat untuk memperoleh hasil membacakan puisi yang
maksimal. Dengan metode ini, siswa akan mengetahui secara langsung atau
konkret bagaimana membacakan puisi yang baik dari segi penghayatan, teknik
vokal, dan penampilan dari master yang membacakan puisi. Master membacakan
puisinya melalui media audio visual, jadi master tersebut dapat dilihat gambar dan
suaranya secara nyata. Master berperan sebagai contoh atau referensi bagi siswa
dalam memahami materi pembelajaran membacakan puisi. Melalui pemutaran
video ini, siswa akan lebih mengerti secara konkret bagaimana cara membacakan
puisi yang baik dan benar. Contoh membacakan puisi melaui media audio visual
membuat pembaca menjadi lebih mudah memahami bagaimana teknik-teknik
yang digunakan dalam membacakan puisi.
2.2.7 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Copy The Master
Melalui Media Audio Visual
Langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master adalah dengan menghadirkan master atau ahli
yang membacakan puisi. Master tersebut dapat berupa sastrawan atau seseorang
yang pernah menjadi juara lomba membacakan puisi. Langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
75
1. Guru membagikan teks puisi yang akan dibacakan oleh master kepada
siswa dan menyuruh siswa membaca puisi dalam hati.
2. Guru meyuruh beberapa siswa maju di depan kelas untuk membacakan
puisi yang akan dibacakan oleh master dan siswa lain mengomentari
pembacaan puisi siswa yang maju di depan kelas.
3. Guru memutarkan video master yang membacakan puisi. Siswa
mencermati hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi dan
guru menyuruh siswa untuk memberikan tanda penjedaan dalam puisi
yang dibacakan oleh master.
4. Guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkah-langkah dan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi dari puisi yang
sudah dibacakan oleh master.
5. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkah-langkah
membacakan puisi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membacakan puisi (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan).
6. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa.
7. Masing-masing siswa berlatih membacakan puisi yang dibacakan oleh
master di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain
mengomentari pembacaan puisi tersebut.
8. Setelah siswa berlatih di dalam kelompoknya, guru meminta beberapa
siswa membacakan puisi yang sama dengan yang dibacakan master di
depan kelas.
76
9. Setelah dirasa bahwa siswa sudah mengusai teknik penghayatan, vokal,
dan penampilan seperti master yang telah dicontohkan, baru kemudian
siswa memilih satu puisi sesuai dengan keinginannya.
10. Guru membagikan lima puisi pada setiap kelompok.
11. Siswa memilih satu puisi sesuai dengan keinginannya, kemudian siswa
memahami puisi, menentukan nada dan suasana puisi, menentukan
penjedaan atau pemenggalan puisi, dan berlatih membacakan puisi dengan
memberikan jiwa dalam pembacaan puisi.
12. Siswa membacakan puisi di depan kelas dengan memperhatikan hal-hal
yang harus diperhatikan ketika membacakan puisi (teknik vokal,
penampilan, dan penghayatan).
13. Guru menilai pembacaan puisi oleh siswa berupa penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses ketika siswa membacakan puisi yang
sama dengan master yang dicontohkan, dan penilaian hasil ketika siswa
membacakan puisi sesuai dengan keinginannya.
2.3 Kerangka Berpikir
Aspek pembelajaran sastra terdiri atas empat aspek, yaitu membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara. Pembelajaran sastra di sekolah masih
sangat sulit penerapannya. Penelitian ini memfokuskan kepada pembelajaran
sastra yaitu pada aspek membacakan puisi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas
VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan subjek penelitiannya adalah
keterampilan membacakan puisi. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti
77
sudah melakukan observasi di sekolah mengenai pembelajaran membacakan
puisi yang dilakukan oleh siswa dan guru. Dari hasil observasi, diketahui
bahwa pembelajaran membacakan puisi sudah diajarkan dengan baik, akan
tetapi ternyata hasilnya masih kurang memuaskan. Siswa masih kurang
terampil dalam membacakan puisi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang meliputi (1)
kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi
karena dianggap membosankan, (2) siswa meremehkan materi keterampilan
membacakan puisi karena siswa menganggap mudah dalam membacakan
puisi tanpa mengetahui teknik-teknik dan aspek-aspek yang harus diperhatikan
dalam membacakan puisi, (3) siswa masih belum percaya diri dalam
membacakan puisi di depan kelas, (4) siswa kurang memahami materi yang
diberika oleh guru terutama dalam aspek menghayati puisi, sehingga siswa
masih bingung bagaimana cara membacakan puisi dengan ekspresi, irama, dan
volume suara dengan penekanannya. (5) siswa kurang mendapat pengalaman
secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, dan (6) siswa masih
mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan aspek-
aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah
mendapatkan nilai dari guru.
Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada
keterampilan membacakan puisi adalah (1) metode dan teknik yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran membacakan puisi kurang variatif dan
78
membosankan karena metode yang digunakan sangat monoton, (2) kurangnya
latihan membacakan puisi yang diberikan oleh guru, (3) sedikitnya waktu
dalam pembelajaran sastra terutama membacakan puisi sehingga membatasi
kreatifitas siswa, (4) kurangnya model yang membacakan puisi yang
ditujukkan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa hanya mempelajari buku
panduan dan tidak melihat secara langsung pembacaan puisi yang dibacakan
oleh model, dan (5) guru tidak menggunakan media yang ada di sekolah.
Dengan adanya bebagai masalah dalam keterampilan membacakan
puisi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang, upaya yang dapat
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam keterampilan
membacakan puisi adalah dengan menggunakan metode Copy The Master
melalui media audio visual. Melalui metode Copy The Master diharapkan
siswa mampu menguasai keterampilan membacakan puisi karena melihat
master yang membacakan puisi dan dapat memperhatikan teknik vokal,
penghayatan dan penampilan dalam membacakan puisi. Sedangkan
pengggunaan media audio visual sangat berpengaruh terhadap pembelajaran
membacakan puisi karena master yang membacakan puisi ditampilkan melalui
media audio visual. Fungsi audio visual ini adalah agar siswa mengetahui
secara konkret bagaimana teknik-teknik membacakan puisi yang baik dan
benar yang dibacakan oleh master atau orang yang sudah ahli dalam
membacakan puisi. Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
membacakan puisi dirasa lebih efektif, sesuai dengan pendapat Suharianto
dalam Doyin (2008:2) bahwa seni baca puisi pada hakikatnya adalah ―seni
79
tontonan‖ atau ―seni audio-visual‖, jadi cara membelajarkan puisi akan lebih
efektif melalui media audio visual agar siswa mengetahui secara jelas
bagaimana teknik membacakan puisi yang baik dan benar.
Setelah melakukan pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual, diharapkan siswa lebih terampil
dalam membacakan puisi dengan memperhatikan teknik vokal, penampilan,
dan penghayatan ketika membacakan puisi, serta tercapai tujuan yang
diinginkan oleh siswa dan guru sehingga dapat memberi manfaat bagi diri
pribadi siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Pembelajaran keterampilan membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual dapat meningkatkan keterampilan
membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Attohiriyyah Semarang dan mengubah
perilaku siswa ke arah positif.
80
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK).
Suyanto dalam Subyantoro (2009:7-8) mendefinisikan PTK sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara profesional. Melalui penelitian ini akan dilihat
perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan
pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan
membacakan puisi siswa. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk
melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan membacakan puisi setelah dilakukan
perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi
siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap dalam PTK dapat digambarkan
sebagai berikut ini (Tripp dalam Subyantoro 2009:27):
80
81
OA P RP
R T R T
O O
Bagan 1. Model Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan:
OA : Observasi Awal O : Observasi
P : Perencanaan R : Refleksi
T : Tindakan RP : Revisi Perencanaan
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus I terdiri atas empat tahap
yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Proses penelitian tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang
dialami dalam pembelajaran membacakan puisi di SMP Atthohiriyyah Semarang
yaitu masih rendahnya kemampuan siswa dalam membacakan puisi karena
berbagai faktor yang telah disebutkan yaitu faktor internal dan eksternal. Upaya
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencoba mengubah
metode pembelajaran agar minat siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran semakin meningkat.
Siklus I
Siklus II
82
Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persipan pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
dengan langkah-langkah: (1) menyusun rencana pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual, (2) menentukan
video puisi dari master yang sudah ahli dalam membacakan puisi, (3) menentukan
puisi yang akan dibaca oleh siswa, (4) mempersiapkan instrumen penilaian yaitu
instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes uraian dan unjuk kerja beserta
kriteria penilaiannya, dan instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar
jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi foto, (5) menyiapkan perangkat tes
membacakan puisi yang berupa soal tes, pedoman penskoran, dan penilaian, (6)
menyusun rencana penelitian yang akan dilakukan dengan melakukan kolaborasi
dengan guru mata pelajaran dan kelas yang akan diteliti.
3.1.1.2 Tindakan Siklus I
Tahap tindakan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan dan dipersiapkan secara garis besar yaitu
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual. Tahap pembelajaran dalam proses tindakan ini bertahap dari yang
mudah ke yang sulit. Tindakan ini dilakukan dalam dua kali pertemuan yang
terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup.
Pertemuan I, tahap pendahuluan. Dimulai dari guru melakukan apersepsi
puisi yaitu tahap mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran
dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan yaitu materi membacakan puisi
83
dengan dunia nyata. Hal ini dimaksudkan agar siswa siap untuk mempelajari
materi. Kemudian guru mengutarakan tujuan pembelajaran dan manfaat yang
diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran membacakan puisi, guru
juga memotivasi siswa terhadap manfaat yang diperoleh siswa dan dapat di
aplikasikan kedalam dunia nyata.
Tahap inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran siklus I dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) guru membagikan teks puisi yang akan
dibacakan oleh master kepada siswa dan menyuruh siswa membaca puisi dalam
hati, (2) guru menyuruh beberapa siswa maju di depan kelas untuk membacakan
puisi yang akan dibacakan oleh master, (3) siswa yang lain mengomentari
pembacaan puisi siswa yang maju di depan kelas, (4) guru memutarkan video
pembacaan puisi dari master, (5) guru menyuruh siswa untuk mencermati
pembacaan puisi dari master dan memberikan tanda penjedaan dalam puisi yang
dibacakan oleh master, (6) guru dan siswa secara bersama-sama menentukan
langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi
dari puisi yang sudah dibacakan oleh master. (7) guru memberikan penguatan
kepada siswa tentang langkah-langkah membacakan puisi dan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membacakan puisi (teknik vokal, penampilan, dan
penghayatan), (8) siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa, (9) guru
memberikan tugas kepada siswa untuk memahami puisi, menentukan nada dan
suasana puisi, dan membuat pemenggalan bacaan, (10) masing-masing siswa
berlatih membacakan puisi di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang
lain mengomentari pembacaan puisi tersebut, (11) guru menyuruh siswa dari
84
perwakilan masing-masing kelompok untuk membacakan puisi di depan kelas,
(12) siswa memperhatikan pembacaan puisi teman yang maju di depan kelas, (13)
siswa mengomentari pembacaan puisi yang maju di depan kelas, dan (14) guru
memberikan saran kepada siswa yang membacakan puisi.
Tahap penutup pembelajaran dilakukana dengan: (1) guru bertanya apakah
siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, (2) guru meyimpulkan
materi yang telah diajarkan, (3) guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam
proses pembelajaran, (4) guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih
membacakan puisi dari master, dan (5) guru menutup pelajaran dengan
memberikan nasihat kepada siswa agar siswa giat berlatih membaca puisi.
Pertemuan II, tahap pendahuluan yang dimulai dari: (1) guru melakukan
ilustras tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi puisi pada pertemuan I dan
(2) guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
Tahap inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran pada pertemuan II
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) guru bertanya jawab tentang
kesulitan yang dihadapi siswa mengenai materi membaca puisi pada pertemuan I,
(2) guru memutarkan master yang membaca puisi melalui media audio visual agar
siswa mengingat hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi, (3)
siswa mengamati pembacaan puisi oleh master melalui media audio visual, (4)
guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok pada
pertemuan I, (5) guru membagikan lima puisi pada masing-masing kelompok, (6)
siswa memilih satu diantara lima puisi sesuai dengan keinginannya, (7) guru
85
menyuruh siswa untuk memahami puisi, menentukan nada dan suasana puisi, dan
menentukan penjedaan puisi, (8) masing-masing siswa berlatih membacakan puisi
di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari
pembacaan puisi tersebut, (9) guru meyuruh masing-masing siswa maju di depan
kelas untuk membacakan puisi yang dipilih sesuai dengan keinginannya, (10)
siswa memperhatikan pembacaan puisi teman di depan kelas, dan (11) guru
menilai pembacaan puisi siswa.
Tahap penutup pembelajaran dilakukan dengan: (1) guru bersama siswa
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, (2) guru
bersama siswa mengadakan refleksi pembelajaran membacakan puisi yang telah
dilakukan, dan (3) guru menutup pelajaran dengan menyuruh siswa tetap berlatih
membaca puisi.
3.1.1.3 Observasi Siklus I
Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan
dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang metode yang digunakan yaitu
metode Copy The Master melalui media audio visual selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.
Proses pengambilan data tes adalah untuk melihat kemampuan materi
yang diserap oleh siswa dan tes unjuk kerja ketika siswa membacakan puisi yang
sama dengan yang dibacakan oleh master. Kegiatan yang dilakukan berupa data
tes unjuk kerja atau tes performan siswa dalam membacakan puisi serta
86
peningkatan setelah dilakukan dua siklus. Proses pengambilan data nontes
dilakukan oleh peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan aktivitas
siswa selama mengikuti proses pembelajaran, respon siswa terhadap metode dan
media yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang
berupa menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang
materi yang belum dipahaminya.
Data nontes diperoleh melalui empat tahap yaitu: (1) observasi siswa
untuk mengetahui perilaku atau aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
(2) jurnal penelitian untuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master, (3) wawancara untuk
mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada
perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4)
dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan
aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam
bentuk deskripsi secara lengkap.
3.1.1.4 Refleksi Siklus I
Setelah melakukan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan refleksi
dengan menganalisis hasil tes dan nontes karena refleksi merupakan kegiatan
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil pembelajaran dari tindakan yang
telah dilakukan untuk perbaikan pelaksanaan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi
ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana awal siklus II untuk
87
mengubah strategi pembelajaran dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus
II.
Pada siklus ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes. Analisis hasil
tes dilakukan dengan keterampilan membacakan puisi siswa. Analisis hasil nontes
dilakukan dengan menganalisis hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi foto. Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dan untuk
mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran. Jika hasil tes tersebut belum memenuhi target yang telah
ditentukan, maka akan dilakukan tindakan siklus II dengan alternatif pemecahan
masalah yang terjadi pada siklus I, sedangkan kelebihan yang ada pada siklus I
akan dipertahankan dan lebih ditingkatkan pada siklus II.
3.3 Proses Tindakan Siklus II
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas
empat tahap yaitu: tahap perencanaa, tindakan, observasi, dan refleksi yang
merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Hasil refleksi dari siklus I
diperbaiki pada siklus II.
3.3.1 Perencanaan Siklus II
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, penulis
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Proses penelitian tindakan kelas
pada siklus II akan dilakukan suatu perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan dari
88
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal
yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada
siklus I.
Perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II
meliputi: (1) identifikasi hal-hal yang memerlukan perbaikan berdasarkan hasil
observasi siklus I, (2) menentukan langkah-langkah perbaikan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual, (3) merevisi instrumen yang berupa data nontes, yaitu
lembar jurnal, lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi foto.
Instumen data tes berupa tes uraian dan tes unjuk kerja, (4) menyiapkan perangkat
pelajaran membacakan puisi yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar
siklus II.
3.3.1.1 Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II bertujuan untuk memperbaiki hasil revisi tindakan
yang dilakukan pada siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II dilakukan
dalam dua kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan,
inti, dan penutup.
Pertemuan I, tahap pendahuluan. Tahap ini dimulai dari: (1) guru
menanyakan pengalaman siswa dalam membacakan puisi pada siklus I, (2) guru
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang
diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut, dan (3) Guru memberikan
89
motivasi agar siswa percaya diri dan memberikan reward kepada siswa yang
mampu mendapatkan nilai tertinggi.
Tahap inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran siklus II dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) guru mengkondisikan siswa agar siswa
siap mengikuti pembelajaran membacakan puisi pada siklus II. (2) guru menegur
siswa yang masih bergurau dengan teman, (3) Guru mengulas materi
membacakan puisi yang telah diajarkan pada siklus I, (4) guru guru bertanya
jawab mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada siklus I, (5) guru memutarkan
video pembacaan puisi dari master dengan volume suara maksimal, (6) siswa
mencermati pembacaan puisi dari master, (7) guru memberikan penguatan kepada
siswa tentang cara membacakan puisi dan bersama-sama dengan siswa membahas
makna puisi, nada dan suasana puisi, dan penjedaan yang dibacakan oleh master.
(8) guru memutarkan lagi video pembacaan puisi dari master agar siswa lebih
mampu memahami cara membacakan puisi yang baik dan benar sesuai dengan
makna puisi, (9) guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompok pada siklus I, (10) siswa berlatih membacakan puisi di dalam
kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan puisi
tersebut, (11) guru menyuruh siswa untuk maju di depan kelas membacakan puisi
yang dibacakan oleh master, (12) siswa lain, mengomentari pembacaan puisi
tersebut, (13) guru membagikan tiga puisi dengan tema ―percintaan‖ pada masing
masing kelompok, (14) siswa memilih satu puisi sesuai dengan keinginannya, (15)
guru mengulas makna puisi, menentukan nada dan suasana puisi, dan menentukan
penjedaan atau pemenggalan puisi, (16) masing-masing siswa berlatih
90
membacakan puisi di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain
mengomentari pembacaan puisi tersebut, dan (17) guru mengamati siswa dalam
berlatih membacakan puisi dan membantu siswa jika siswa menemukan kesulitan.
Tahap penutup pembelajaran dilakukan dengan: (1) guru bertanya apakah
siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, (2) guru bersama siswa
mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran, (3) guru memberi tugas rumah
kepada siswa untuk berlatih membacakan puisi, dan (4) guru menutup pelajaran
dengan memberikan nasihat kepada siswa agar siswa giat berlatih membacakan
puisi dan lebih banyak membaca karya sastra khususnya puisi.
Pertemuan II tahap pendahuluan yang dimulai dari: (1) guru melakukan
ilustrasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi puisi pada pertemuan
pertama, (2) guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran
dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut, dan (3)
guru memberikan motivasi agar siswa percaya diri dan memberikan reward
kepada siswa yang mampu mendapatkan nilai tertinggi.
Tahap inti pembelajaran dilakukan dengan: (1) guru mengkondisikan
siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran dan menegur siswa yang masih
bergurau sendiri, (2) guru bertanya jawab tentang kesulitan yang dihadapi siswa
mengenai materi membacakan puisi pada pertemuan I, (3) guru menjelaskan
kekurangan-kekurangan yang dialami siswa pada saat membacakan puisi
pertemuan pertama, (4) guru memutarkan video pembacaan puisi dari master
untuk mengingat kembali aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
membacakan puisi, (5) guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai
91
aspek-aspek dalam membacakan puisi, (6) guru memancing siswa untuk bertanya
dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak
mau bertanya, (7) guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompok pada pertemuan I, (8) siswa menyiapkan satu puisi yang telah dipilih
pada pertemuan pertama, (9) masing-masing siswa berlatih membacakan puisi di
dalam kelompoknya selama 20 menit agar lebih siap maju di depan kelas, (10)
guru mengamati siswa berlatih membacakan puisi pada masing-masing kelompok
dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan, (11) sebelum siswa maju
penilaian membacakan puisi, guru memutarkan kembali video pembacaan puisi
dari master agar siswa lebih mampu menguasai aspek penghayatan, (12) guru
meyuruh masing-masing siswa maju di depan kelas untuk membacakan puisi, (13)
siswa memperhatikan pembacaan puisi teman di depan kelas, dan (14) guru
menilai pembacaan puisi siswa.
Tahap terakhir adalah penutup, (1) guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, (2) guru bersama siswa
mengadakan refleksi pembelajaran membacakan puisi yang telah dilakukan, dan
(3) guru menutup pelajaran dengan menyuruh siswa tetap berlatih membacakan
puisi.
3.3.1.2 Observasi Siklus II
Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu
oleh guru kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pada tindakan siklus II
92
ini masih dilakukan observasi untuk melihat peningkatan keterampilan siswa
dalam membacakan puisi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan
tindakan siklus II. Observasi siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu
dilakukan melalui data tes dan nontes.
Dalam proses observasi ini, data yang diperoleh melalui beberapa cara
yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes
keterampilan siswa dalam membacakan puisi, (2) observasi untuk mengetahui
tingkah laku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (3)
jurnal diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa selama
mengikuti proses pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa
yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh
nilai rendah, sedang, dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai
laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung.
Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap.
Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil
tes dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang
meliputi keefektifan siswa dalam mengerjakan tugas dan keefektifan siswa dalam
kelompoknya. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap kegiatan pembelajaran terutama pada siswa yang mendapatkan
nilai tertinggi, sedang, dan rendah.
93
3.3.1.3 Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan
penggunaan metode Copy The Master melaui media audio visual dalam
pembelajaran membacakan puisi dan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan
perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil
tes uraian dan tes keterampilan membacakan puisi dan hasil nontes yang
dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi foto juga dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar
siswa pada siklus I. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang
dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan membacakan puisi dan
perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif.
3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan membacakan
puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Penentuan subjek
penelitian ini didasarkan atas hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia yang mengajar di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang
yang menyatakan bahwa keterampilan membacakan puisi sudah diajarkan dengan
baik, akan tetapi ternyata hasilnya masih kurang memuaskan, siswa masih kurang
94
memahami cara membacakan puisi dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-
aspek yang ada di dalam pembacaan puisi, hal ini disebabkan guru masih kurang
maksimal dalam menggunakan metode dan media pembelajaran.
Peneliti memilih kelas VIIA disebabkan hasil membacakan puisi siswa
kelas VIIA masih kurang memuaskan dibandingkan dengan kelas lainnya. Dari 39
siswa kelas VIIA, lebih dari 70% nilai siswa masih dibawah rata-rata. Nilai rata-
rata kelas hanya 59,1, sedangkan standar ketuntasan minimal nilai bahasa
Indonesia adalah 65. Jadi masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata
dan di bawah standar ketuntasan minimal nilai bahasa Indonesia.
3.5 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel keterampilan
membacakan puisi, sebagai variabel terikat, dan (2) variabel metode Copy The
Master melalui media audio visual sebagai variabel bebas.
3.5.1 Keterampilan Membacakan Puisi
Membacakan puisi merupakan upaya penyampaian suatu makna atau
pesan kepada audiens atau pendengar yang terkandung di dalam puisi yang
diciptakan oleh penyairnya. Melalui kegiatan membacakan puisi pembaca
bermaksud mengajak pendengar atau penontonnya memahami dan merasakan
puisi yang dibacanya. Membacakan puisi harus memperhatikan penghayatan,
vokal, dan penampilan yang merupakan syarat pembacaan puisi yang baik.
Membacakan puisi bukanlah sekadar melisankan puisi atau menyuarakan puisi,
95
melainkan juga mengekspresikan perasaan dan jiwa yang ditangkap oleh
pembaca dari puisi tersebut.
Keterampilan membacakan puisi ditandai dalam aspek kelayakan (1)
penghayatan atas puisi, (2) teknik vokal atau pelafalan, dan (3) penampilan.
Ketiga aspek tersebut harus dikuasai oleh siswa dalam membacakan puisi, agar
pembacaan puisi tersebut berhasil dengan baik dan memperoleh nilai yang
memuaskan. Pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual diharapkan keterampilan membacakan puisi siswa
kelas VIIA SMP Attohiriyyah Semarang dapat berhasil mencapai kategori batas
tuntas dengan nilai rata-rata kelas minimal yaitu 70, sedangkan nilai rata-rata
kelas maksimal yaitu 100.
3.5.2 Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual
Metode Copy The Master adalah metode yang menghadirkan contoh
master atau orang yang sudah ahli dibidangnya, kemudian meniru ide, cara, atau
teknik dari master yang sudah ada. Meniru bukan berarti menjiplak dari sebuah
master melainkan master tersebut sebagai contoh untuk memberi pengalaman
dan imajinasi kepada siswa secara nyata atau konkret.
Dengan metode ini diharapkan keterampilan siswa dalam membacakan
puisi akan memenuhi ketiga aspek dalam membacakan puisi, karena dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual dapat memberikan
pengalaman yang nyata kepada siswa dalam membacakan puisi.
96
3.6 Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes.
3.6.1 Instrumen Tes
Instrumen dalam bentuk tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam membacakan puisi. Tes tersebut berupa tes tindakan atau tes unjuk
kerja. Tes tindakan adalah tes yang menghendaki respon berupa tindakan.
Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penampilan siswa ketika
membacakan puisi. Dalam instrumen tes, guru menilai pembacaan puisi oleh
siswa berupa penilaian hasil yaitu ketika siswa membacakan puisi sesuai dengan
keinginannya.
Berdasarkan bentuk instrumen tes di atas, kriteria yang dapat digunakan
dalam menentukan nilai membacakan puisi adalah penguasaan penghayatan,
penguasaan teknik vokal, dan penguasaan penampilan.
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Keterampilan Membacakan puisi
No. Aspek-aspek yang dinilai Skor
maksimal
1. Penghayatan
a. Pemenggalan 5
b. Kelancaran 5
c. Konsentrasi 5
97
d. Mimik wajah 5
2. Penguasaan teknik vokal
a. Kejelasan ucapan 5
b. Tekanan 5
c. Intonasi 5
d. Jeda 5
e. Nada 5
3. Penampilan
a. Gerak tubuh 5
b. Penguasaan panggung 5
Jumlah Skor 55
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
ƩS : Jumlah Skor Siswa
SM : Skor Maksimal
Kriteria penilaian membacakan puisi dapat diukur dari tiga aspek yaitu
teknik penghayatan, teknik vokal, dan penampilan dalam membacakan puisi yang
dapat dilihat dari tabel berikut:
NA = Ʃ 𝐒
𝐒𝐌 × 100 %
98
Tabel 2. Kriteria Penilaian Tes Membacakan Puisi
No. Aspek Skor Kategori Kriteria
1. Pemenggalan 5 Sangat baik Tidak terdapat kesalahan dalam
pemenggalan.
4 Baik Terdapat kesalahan pemenggalan
dua kali ketika membacakan puisi.
3 Cukup Terdapat kesalahan pemenggalan
tiga sampai lima kali ketika
membacakan puisi.
1 Kurang Terdapat kesalahan pemenggalan
lebih dari lima kali ketika
membacakan puisi.
2. Kelancaran 5 Sangat baik Sangat lancar dalam membacakan
puisi tanpa tersendat-sendat.
4 Baik Lancar membacakan puisi dan
masih tersendat-sendat dua sampai
tiga kali.
3 Cukup Cukup lancar membacakan puisi
dan masih tersendat-sendat empat
sampai lima kali.
99
1 Kurang Kurang lancar dalam membacakan
puisi dan masih tersendat-sendat
lebih dari lima kali.
3. Mimik 5 Sangat baik mimik muncul secara alami, tidak
terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik mimik muncul secara alami,
terjadi dua sampai tiga kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
3 Cukup mimik muncul kurang alami,
terjadi empat sampai lima kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
1 Kurang mimik muncul tidak alami, terjadi
lebih dari lima kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna
100
puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
4. Konsentrasi 5 Sangat baik Mampu mempertahankan
konsentrasi dari awal pembacaan
puisi sampai selesai membacakan
puisi.
4 Baik mampu mempertahankan
konsentarasi dari awal pembacaan
puisi dan ditengah-tengah dalam
pembacaan puisi. Konsentrasi
berkurang di akhir pembacan.
3 Cukup Mampu mempertahankan
konsentrasi di awal pembacaan
dan akhir pembacaan puisi.
Konsentrasi berkurang di tengah-
tengah pembacaan puisi.
1 Kurang Tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dari awal sampai akhir
pembacaan puisi.
5. Kejelasan 5 Sangat baik Pengucapan kata sangat jelas dan
tidak terjadi kesalahan dalam
101
ucapan ucapan di setiap baitnya.
4 Baik Terjadi kesalahan ucapan antara
dua sampai tiga kali ketika
membacakan puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan ucapan antara
empat sampai lima kali ketika
membacakan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan ucapan lebih
dari lima kali ketika membacakan
puisi.
6. Tekanan 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penekanan kata ketika
membacakan puisi.
4 Baik Terjadi dua sampai tiga kesalahan
dalam penekanan kata ketika
membacakan puisi. .
3 Cukup Terjadi empat sampai lima
kesalahan dalam penekanan kata
ketika membacakan puisi.
1 Kurang Terjadi lebih dari lima penekanan
102
kata dalam membacakan puisi
ketika membacakan puisi.
7. Intonasi 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
melafalkan intonasi di dalam puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai
lima kali dalam melafalkan
intonasi di dalam puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan di atas lima kali
dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
8. Nada 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
4 Baik terjadi kesalahan dua atau tiga kali
dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
3 Cukup terjadi kesalahan tiga sampai
103
empat kali dalam menghasilkan
nada ketika membacakan puisi.
1 Kurang terjadi kesalahan lebih dari lima
kali dalam menghasilkan nada
ketika membacakan puisi.
9.
10.
Jeda 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penjedaan puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam penjedaan puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai
lima kali dalam penjedaan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan lebih dari lima
kali dalam penjedaan puisi.
Gerak tubuh 5 Sangat baik Gerak tubuh muncul secara alami,
tidak terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik Gerak tubuh muncul secara alami,
terjadi dua sampai tiga kali
104
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
3 Cukup Gerak tubuh muncul kurang alami,
terjadi empat sampai lima kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
1 Kurang Gerak tubuh muncul tidak alami,
terjadi lebih dari lima kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
11. Penguasaan
panggung
5 Sangat baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan
mampu begerak kesegala arah di
atas panggung.
4 Baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan
hanya bergerak pada satu sisi
panggung.
105
3 Cukup Posisi pembaca selalu di tengah-
tengah panggung dan tidak
bergerak kesegala arah di atas
panggung.
1 Kurang Posisi pembaca berada di sisi
pangung dan tidak bergerak ke
tengah panggung.
Dari aspek skor penilaian membacakan puisi dan kriteria skor dalam
membacakan puisi di atas, nilai akhir membacakan puisi dapat dikategorikan
rentang nilai dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan rentang
nilai sebagai berikut:
Tabel 3. Rentang Nilai Keterampilan Membacakan puisi
No. Kategori Rentang Nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 60-69
4. Kurang 0-59
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai
dengan rentang 85-100 masuk dalam kategori nilai sangat baik, nilai dengan
106
rentang 70-84 masuk dalam kategori baik, nilai dengan rentang 60-69 masuk
dalam kategori cukup, dan nilai dengan kategori 0-59 masuk dalam kategori nilai
kurang.
3.6.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa,
sikap siswa dalam proses pembelajaran, serta tanggapan siswa mengenai
pembelajaran yang telah dilakukan selama mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Bentuk
instrumen dalam penelitian ini terdiri atas lembar observasi, lembar jurnal, lembar
wawancara, dan dokumentasi.
3.6.2.1 Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai
perubahan perilaku, sikap, atau respon siswa pada siklus I dan siklus II selama
mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual. Sasaran yang diamati dalam observasi difokuskan
pada perilaku positif dan perilaku negatif siswa yang muncul saat berlangsungnya
proses pembelajaran. Aspek-aspek pengamatan yang dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu (1) kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual,
(2) keseriusan siswa dalam memperhatikan penjelasan materi dari guru, (3)
107
keaktifan siswa di dalam kelas dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, dan
(3) respon siswa selama pembelajaran berlangsung.
Observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu mulai dari
penjelasan guru, proses belajar mengajar, sampai dengan evaluasi untuk
mengetahui hasil yang ditangkap siswa. Setelah mendapatkan data observasi, hasil
observasi dicatat dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.
3.6.2.2 Lembar Jurnal
Lembar jurnal merupakan catatan yang ditulis siswa dan guru selama
proses pembelajaran membacakan puisi berlangsung. Siswa disuruh untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti yang
beruhubungan dengan proses pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media auido visual. Aspek yang diamati dalam jurnal
siswa yaitu (1) senang/tidaknya siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan, (2) materi apa yang belum dipahami oleh siswa selama proses
pembelajaran, (3) kesulitan yang dialami siswa ketika membacakan puisi, (4)
saran siswa terhadap pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual, dan (5) apakah siswa merasa terbantu setelah
mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual.
Jurnal guru dibuat oleh guru untuk mengamati proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diamati dalam jurnal guru yaitu (1) bagaimana kesiapan siswa
ketika membacakan puisi, (2) bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti
108
pelajaran, (3) bagaimana respon siswa saat melihat video pembacaan puisi dari
master yang digunakan dalam proses pembelajaran, (4) bagaimana situasi dan
suasana kelas pada saat pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual, (5) bagaimana keefektifan dan
keefesienan media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran membacakan
puisi, dan (6) bagaimana perilaku siswa ketika penilaian membacakan puisi.
3.6.2.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data yang berisi
pendapat siswa mengenai kemudahan, kesulitan, dan hambatan dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode-metode sebelumnya yang
dilakukan oleh guru. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran dengan
menggunakan teknik tanya jawab secara langsung kepada siswa. Sasaran
wawancara adalah beberapa siswa yang memperoleh nilai terbaik, sedang, dan
siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang.
Aspek yang diungkapkan dalam wawancara meliputi (1) apakah siswa
pernah membacakan puisi, (2) pernah /tidaknya penerapan metode Copy The
Master melalui media audio visual dalam pembelajaran membacakan puisi, (3)
senang/tidaknya siswa dengan pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual, (4) kesulitan yang dialami oleh
siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, (5) manfaat yang diperoleh siswa
dari pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual, (6) berhasil/tidaknya pembelajaran membacakan puisi dengan
109
metode Copy The Master melalui media audio visual, dan (7) Saran apa yang
dapat diberikan untuk pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual.
3.6.2.4 Dokumentasi Foto
Pedoman dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan dokumentasi foto. Dokumentasi foto ini digunakan dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran secara visual tentang pembelajaran yang dilakukan
di kelas. Pengambilan foto ini difokuskan pada (1) ketika aktivitas awal
pembelajaran membacakan puisi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan, (2)
ketika siswa menonton video pembacaan puisi dari master, (2) ketika siswa
mendengarkan penjelasan dari guru, (3) ketika siswa bertanya tentang materi yang
belum paham, (4) ketika siswa membentuk kelompok, (5) saat siswa berdiskusi di
dalam kelompoknya, (6) saat siswa maju untuk membacakan puisi di depan kelas.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan
nontes yang bertujuan untuk mengukur peningkatan keterampilan membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
3.7.1 Teknik Tes
Teknik pengumpulan data dengan tes merupakan teknik pengumpulan data
yang akurat bagi peneliti. Tes dilakukan dengan menugaskan siswa maju satu per
110
satu di depan kelas untuk membacakan puisi yang telah disiapkan oleh guru.
Penilaian membacakan puisi difokuskan pada penguasaan teknik penghayatan,
penguasaan vokal, dan penguasaan penampilan. Tes dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pada siklus I dan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual.
Hasil tes pada siklus I dianalisis. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui
kelemahan-kelemahan siswa. Bedasarkan kelemahan tersebut, kemudian
diperbaiki untuk menghadapi tes pada siklus II. Pada siklus II juga dilakukan
analisis. Dengan demikian peneliti akan mudah mengetahui peningkatan
keterampilan siswa dalam membacakan puisi dari siklus I dan siklus II.
3.7.2 Teknik Nontes
Data nontes pada penelitian ini diperoleh melalui metode observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi.
3.7.2.1 Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu dari awal dimulainya pembelajaran sampai akhir pembelajaran
pada setiap akhir pertemuan. Teknik observasi dilakukan oleh peneliti untuk
mengamati perilaku siswa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif
selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual.
111
Tahap observasi yang dilakukan yaitu (1) mempersiapkan lembar
observasi yang berisi tentang keefektifan siswa dalam mendengarkan penjelasan
guru, keefektifan siswa dalam proses pembelajaran, dan keefektifan siswa dalam
mengerjakan tugas (tes), (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran,
yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar mengajar, sampai dengan evaluasi
untuk mengetahui hasil yang ditangkap oleh siswa, dan (3) mencatat hasil
observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.
3.7.2.2 Jurnal
Teknik jurnal ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap mata pelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual. Peneliti menyiapkan lembar jurnal
siswa dan lembar jurnal guru.
Jurnal siswa diisi oleh siswa yang berisi tentang tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran, kesulitan siswa dalam proses pembelajaran, perasaan siswa
ketika mengikuti pembelajaran membacakan puisi, dan saran siswa terhadap
proses pembelajaran selanjutnya. Jurnal guru diisi oleh guru yang berisi uraian
pendapat dan seluruh aktivitas yang dapat ditangkap guru pengampu selama
kegiatan pembelajaran.
3.7.2.3 Wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah kegiatan belajar mengajar
selesai. Wawancara dilaksanakan kepada beberapa siswa yang memiliki kategori
112
nilai terbaik, cukup, dan kurang. Masing-masing siswa harus menjawab beberapa
pertanyaan dari pewawancara (peneliti). Jawaban siswa ditulis diselembar kertas
jawaban yang telah disediakan. Wawancara dilaksanakan setelah pembelajaran
selesai. Dalam pelaksanaan wawancara tahap-tahap yang dilakukan yaitu (1)
menyiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan
pada siswa, (2) menentukan siswa yang hasil membacakan puisinya sangat baik,
baik, dan kurang dari nilai siklus I dan siklus II, dan (3) mencatat hasil wawancara
dengan cara menulis jawaban siswa pada lembar yang tersedia.
3.7.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi dalam peneitian ini adalah dokumentasi foto. Foto digunakan
selama proses pembelajaran berlangsung yaitu aktivitas siswa selama proses
pembelajaran di dalam kelas. Dalam pengambilan gambar, peneliti meminta
bantuan teman untuk melakukan pemotretan aktivitas siswa di dalam kelas.
Aktivitas siswa yang perlu diambil gambarnya yaitu (1) ketika aktivitas awal
pembelajaran membacakan puisi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan, (2)
ketika siswa menonton video pembacaan puisi dari master, (2) ketika siswa
mendengarkan penjelasan dari guru, (3) ketika siswa bertanya atau menanggapi
tentang materi yang belum paham, (4) ketika siswa membentuk kelompok, (5)
saat siswa berdiskusi di dalam kelompoknya, (6) saat siswa maju untuk
membacakan puisi di depan kelas.
113
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
akan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
3.8.1 Metode Kualitatif
Metode kualitaif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data
kualitatif diperoleh dari instrumen nontes yang berupa observasi, jurnal,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh
data nontes yang diperoleh. Hasil analisis dari data kualitatif digunakan untuk
mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam membakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual.
Data nontes dari siklus I dan siklus II dibandingkan dengan cara melihat
hasil observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi sehingga dapat diketahui
adanya perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual.
3.8.2 Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes unjuk kerja membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual dari siklus I dan siklus II.
Analisis tersebut dilakukan dengan langkah perhitungan sebagai berikut: (1)
merekap nilai membacakan puisi, (2) menghitung nilai komulatif dari seluruh
114
aspek, (3) menghitung nilai rata-rata kelas, dan (4) menghitung presentase nilai,
dengan rumus:
NP = 𝐑
𝐒𝐌 × 100% Keterangan:
NP: Nilai dalam Persentase
SM: Skor Maksimal
R: Skor yang diperoleh Siswa
Siswa dikatakan memiliki kualitas membacakan puisi dengan sangat baik
apabila siswa mencapai persentase 85-100. Siswa dengan kualitas membacakan
puisi baik apabila persentase siswa mencapai 70-84, siswa dikatakan memiliki
kualitas membacakan puisi cukup apabila persentase siswa mencapai 60-69,
sedangkan siswa yang memiliki kualitas membacakan puisi masih kurang,
mencapai persentase 0-59.
Hasil dari perhitungan nilai tes tersebut, dibandingkan antara siklus I dan
siklus II. Dari hasil perbandingan tersebut, dijadikan sebagai dasar untuk
mengetahui persentase peningkatan keterampilan membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual pada siswa kelas VIIA SMP
Atthohiriyyah Semarang.
115
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil tes dan nontes yang diperoleh selama
penelitian berlangsung. Hasil tes terbagi menjadi dua bagian, yaitu siklus I, dan
siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II berupa keterampilan membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual yang akan diuraikan
dalam bentuk data kuantitatif. Hasil nontes diperoleh dari observasi, wawancara,
jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto yang akan diuraikan dalam bentuk data
kualitatif. Sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan
survei untuk memperoleh informasi mengenai kondisi awal pembelajaran
membacakan puisi, berikut pemaparannya.
4.1.1 Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi pembelajaran membacakan puisi
sebelum siswa diberi perlakuan berupa penerapan metode Copy The Master
melalui media audio visual. Untuk mengetahui kondisi awal, peneliti melakukan
observasi dan wawancara kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan sebelum
melakukan penelitian. Berdasarkan hasil observasi dan wawncara, informasi yang
diperoleh menyatakan bahwa pembelajaran membacakan puisi pada siswa kelas
VIIA SMP Athohiriyyah Semarang mengalami beberapa kendala yaitu siswa
kurang antusias dan berminat dalam pembelajaran membacakan puisi, sehingga
115
116
siswa mengalami kesulitan dalam praktik membacakan puisi. Hal ini dibuktikan
dengan nilai siswa sebelum menggunakan metode Copy The Master melalui
media audio visual yang telah dinilai oleh guru pengampu. Nilai siswa pada
kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi awal
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 85-100 0 0 0% 2303
3900 x 100
= 59,1
Kurang
2 Baik 70 -84 5 365 12,8%
3 Cukup 60-69 13 829 33,3%
4 Kurang 0-59 21 1111 53,8%
Jumlah - 39 2303 100%
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan membacakan
puisi siswa kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang pada kondisi awal, secara
keseluruhan mempunyai rata-rata 59,05 atau berkategori kurang. Tidak ada siswa
yang berhasil meraih kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100, kategori
baik dengan skor 70-84 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori cukup
dengan skor 60-69 dicapai 13 siswa atau sebesar 33,3%, kemudian kategori
kurang dengan skor 0-59 dicapai 21 siswa atau sebesar 53,8%. Secara
keseluruhan, keterampilan membacakan puisi siswa belum memenuhi target
pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas. Nilai rata-rata 59,05 berasal dari jumlah
skor masing-masing aspek yang dinilai dalam membacakan puisi yaitu
pemenggalan, kelancaran, konsentrasi, mimik, kejelasan ucapan, tekanan,
intonasi, jeda, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung.
Hasil tes keterampilan membacakan puisi tersebut dapat pula dijelaskan
melalui grafik berikut ini:
117
Diagram 1 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi awal
Diagram 1 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang berhasil
mendapatkan nilai sangat baik atau sebesar 0% dengan skor 85-100, kategori baik
dengan skor 70-84 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori cukup dengan
skor 60-69 dicapai 13 siswa atau sebesar 33,3%, sedangkan kategori kurang
dengan skor 0-59 dicapai 21 siswa atau sebesar 53,8%.
Secara keseluruhan hasil tes siswa dalam keterampilan membacakan puisi
siswa kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang belum memenuhi target
pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas. Hal ini dibuktikan bahwa masih ada
53,8% siswa yang memiliki nilai dengan kategori kurang. Oleh karena itu, peneliti
mencoba menggunakan metode Copy The Master melalui media audio visual
sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membacakan puisi.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian menggunakan metode Copy
The Master melalui media audio visual. Siklus I dilaksanakan sebagai upaya
memperbaiki dan memecahkan permasalahan yang muncul pada kondisi awal.
12.8
33.353.8
sangat baik
baik
cukup
kurang
118
Pelaksanaan pembelajaran membacakan puisi siklus I terdiri atas tes dan nontes.
Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I
Hasil tes membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 85-100 1 84 2,6% 25933900
x 100
= 66,5
cukup
2 Baik 70 -84 7 519 17,9%
3 Cukup 60-69 29 1878 74,4%
4 Kurang 0-59 2 112 5,1%
Jumlah - 39 2593 100%
Pada tabel 5 dapat terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus I
mengalami peningkatan dari kondisi awal. Nilai rata-rata siswa pada siklus I
adalah 66,5 atau termasuk dalam kategori cukup, sedangkan nilai rata-rata kelas
pada kondisi awal adalah 59,1 atau dalam kategori kurang. Peningkatan
keterampilan membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual dari kondisi awal sampai siklus I sebesar 7,4%. Adapun peningkatan
nilai siklus I sebagai berikut. Kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,6% dari kondisi awal yang tidak dicapai oleh
siswa atau sebesar 0%. Jadi, pada siklus I siswa yang mendapat nilai dengan
kategori sangat baik mengalami peningkatan sebesar 2,6%. Kategori baik dengan
rentang nilai 70-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 17,9% dari kondisi awal
119
12,8%. Jadi, kategori baik yang dicapai siswa mengalami peningkatan sebesar
1,4%. Kategori cukup dengan rentang nilai 60-69 dicapai oleh 29 siswa atau
sebesar 74,4% dari kondisi awal 33,3%. Jadi, kategori cukup yang dicapai oleh
siswa mengalami peningkatan sebesar 41,1%. Siswa yang memiliki nilai rata-rata
kategori kurang pada kondisi awal, dapat mengalami peningkatan menjadi
kategori cukup pada pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual. Kategori yang terakhir yaitu kategori kurang
dengan rentang nilai 0-59 hanya dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5,1% dari
kondisi awal 53,8%. Jadi, kategori kurang yang dicapai oleh siswa mengalami
penurunan sebesar 48,7%.
Hasil tes keterampilan membacakan puisi tersebut dapat pula dijelaskan
melalui grafik berikut ini:
Diagram 2 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I
Diagram 2 menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa atau sebesar 2,6% yang
berhasil meraih kategori sangat baik dengan skor 85-100, kategori baik dengan
skor 70-84 dicapai 7 siswa atau sebesar 17,9%. Kategori cukup dengan skor 60-69
2.6
17.9
74.4
5.1
sangat baik
baik
cukup
kurang
120
dicapai 29 siswa atau sebesar 74,4%, dan kategori kurang dengan skor 0-59
dicapai 2 siswa atau sebesar 5,1%.
Secara keseluruhan hasil tes siswa dalam keterampilan membacakan puisi
siswa kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang belum memenuhi target
pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas. Hal ini dibuktikan bahwa hanya 2,6%
siswa yang mendapatkan kategori nilai sangat baik dan hanya 17,9% siswa yang
memiliki kategori nilai baik. Oleh karena itu, keterampilan siswa dalam
membacakan puisi siswa masih perlu ditingkatkan dengan melakukan tindakan
siklus II dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
4.1.2.1.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan
Pada aspek pemenggalan penilaiannya dipusatkan pada ketepatan
pemenggalan dengan makna yang ada di dalam puisi yang dibacakannya. Hasil
penilaian aspek pemenggalan siklus I dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Pemenggalan Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 120195
x 100
= 61,5
Cukup
2 Baik 4 7 28 17,9%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 7 7 17,9%
Jumlah - 39 120 100 %
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek pemenggalan pada siklus I untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 7 siswa atau sebesar 17,9%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 20
121
siswa atau sebesar 51,3%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 7 siswa
atau sebesar 17,9%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek pemenggalan
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus I sebesar 61,5 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran
Pada aspek kelancaran penilaiannya dipusatkan pada kelancaran dalam
membacakan puisi tanpa tersendat-sendat. Hasil penilaian aspek kelancaran siklus
I dapat dilihat dalam tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kelancaran Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 126
195 x 100
= 64,6
Cukup
2 Baik 4 14 52 35,9%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 3 4 7,7%
Jumlah - 39 126 100 %
Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek kelancaran pada siklus I untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 2 siswa atau sebesar 5,1%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 14 siswa atau sebesar 35,9%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 20
siswa atau sebesar 51,3%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 3 siswa
atau sebesar 7,7%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek kelancaran dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus I sebesar 64,6 atau berkategori cukup.
122
4.1.2.1.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi
Pada aspek konsentrasi penilaiannya dipusatkan pada tingkat konsentrasi
yang konsisten dari awal sampai akhir membacakan puisi, serius dengan
penghayatan yang maksimal sehingga mampu mengungkapkan perasaan penyair.
Hasil penilaian aspek konsentrasi siklus I dapat dilihat dalam tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Konsentrasi Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 125
195 x 100
= 64,1
Cukup
2 Baik 4 10 40 25,6%
3 Cukup 3 22 66 56,4%
4 Kurang 1 4 4 10,3%
Jumlah - 39 125 100 %
Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek konsentrasi pada siklus I untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 3 siswa atau sebesar 7,7%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 10 siswa atau sebesar 25,6%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 22
siswa atau sebesar 56,4%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 4 siswa
atau sebesar 10,3%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek konsentrasi
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus I sebesar 64,1 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.4 Hasi Tes Aspek Mimik Wajah
Pada aspek mimik wajah penilaiannya dipusatkan pada ekspresi wajah
yang muncul secara alami sesuai dengan makna yang ada di dalam puisi yang
123
dibacakannya. Hasil penilaian aspek konsentrasi siklus I dapat dilihat dalam tabel
9 di bawah ini:
Tabel 9 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Mimik Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 120
195 x 100
= 61,5
Cukup
2 Baik 4 11 44 28,3%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 120 100 %
Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek mimik wajah pada siklus I untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 2 siswa atau sebesar 5,1%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 11 siswa atau sebesar 28,3%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 20
siswa atau sebesar 51,3%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 6 siswa
atau sebesar 15,4%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek mimik wajah
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus I sebesar 61,5 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan
Pada aspek kejelasan ucapan penilaiannya dipusatkan pada kejelasan
ucapan tiap kata dalam membacakan puisi. Hasil penilaian aspek kejelasan ucapan
siklus I dapat dilihat dalam tabel 10 di bawah ini:
124
Tabel 10 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kejelasan Ucapan Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 131
195 x 100
= 67,1
Cukup
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 4 4 10,3%
Jumlah - 39 131 100 %
Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek kejelasan ucapan pada siklus I untuk kategori sangat
baik dengan skor 5 dicapai 3 siswa atau sebesar 7,7%. Kategori baik dengan skor
4 dicapai 16 siswa atau sebesar 41%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 16
siswa atau sebesar 41%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 4 siswa atau
sebesar 10,3%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek konsentrasi dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus I sebesar 67,1 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.6 Hasil Tes Aspek Tekanan
Pada aspek tekanan penilaiannya dipusatkan pada kata yang terpenting
atau kata yang menjadi intisari dalam bait puisi yang dibacakan. Hasil penilaian
aspek tekanan siklus I dapat dilihat dalam tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Tekanan Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 136
195 x 100
= 69,7
Cukup
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 19 57 48,7%
4 Kurang 1 1 1 2,6%
Jumlah - 39 136 100 %
125
Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek tekanan pada siklus I untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 2 siswa atau sebesar 5,1%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai 17
siswa atau sebesar 43,6%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 19 siswa atau
sebesar 48,7%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar
2,6%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek tekanan dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus I sebesar 69,7 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Intonasi
Pada aspek intonasi dipusatkan pada kesesuaian penggunaan intonasi
dalam membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek intonasi pada tes siklus I
dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini:
Tabel 12 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Intonasi Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 134
195 x 100
= 68,7
Cukup
2 Baik 4 15 60 38,5%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 3 3 7,7%
Jumlah - 39 134 100 %
Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek intonasi pada siklus I untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 4 siswa atau sebesar 10,3%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
15 siswa atau sebesar 38,5%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 17 siswa atau
126
sebesar 43,6%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar
7,7%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek intonasi dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus I sebesar 68,7 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.8 Hasil Tes Aspek Jeda
Pada aspek jeda penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian penjedaan ketika
membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek jeda pada tes siklus I dapat dilihat
pada tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Jeda Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 130
195 x 100
= 66,7
Cukup
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 12 36 30,8%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 130 100 %
Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek jeda pada siklus I untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 4 siswa atau sebesar 10,3%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
17 siswa atau sebesar 43,6%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 12 siswa atau
sebesar 30,8%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar
15,4%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek jeda dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus I sebesar 66,7 atau berkategori cukup.
127
4.1.2.1.9 Hasil Tes Aspek Nada
Pada aspek nada penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian nada dan
suasana dalam membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek nada pada tes siklus
I dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini:
Tabel 14 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Nada Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 6 30 15,3% 140
195 x 100
= 73,3
Cukup
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 1 1 2,6%
Jumlah - 39 143 100 %
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek nada pada siklus I untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 6 siswa atau sebesar 15,3%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
16 siswa atau sebesar 41%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 16 siswa atau
sebesar 41%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar
2,6%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek nada dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus I sebesar 73,3 atau berkategori baik.
4.1.2.1.10 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh
Pada aspek gerak tubuh penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian gerakan
anggota tubuh dengan makna puisi yang dibacakannya. Hasil penilaian pada
aspek gerak tubuh pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini:
128
Tabel 15 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Gerak Tubuh Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 132
195 x 100
= 67,7
Cukup
2 Baik 4 13 52 33,3%
3 Cukup 3 13 39 33,3%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 132 100 %
Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek gerak tubuh pada siklus I untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 7 siswa atau sebesar 17,9%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 13 siswa atau sebesar 33,3%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 13
siswa atau sebesar 33,3%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh 6 siswa
atau sebesar 15,4%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek gerak tubuh
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus I sebesar 67,7 atau berkategori cukup.
4.1.2.1.11 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung
Pada aspek penguasaan panggung penilaiannya dipusatkan pada
penggunaan panggung, jadi dalam membacakan puisi, siswa tidak selalu berdiri
tanpa bergerak. Hasil penilaian pada aspek penguasaan panggung pada tes siklus I
dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini:
Tabel 16 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Penguasaan Panggung Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 15,4% 126
195 x 100
= 64,6
2 Baik 4 9 36 23%
3 Cukup 3 16 48 43,6%
129
4 Kurang 1 7 7 17,9% Cukup
Jumlah - 39 126 100 %
Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek penguasaan panggung pada siklus I untuk kategori
sangat baik dengan skor 5 dicapai 6 siswa atau sebesar 15,4%. Kategori baik
dengan skor 4 dicapai 9 siswa atau sebesar 23%, kategori cukup dengan skor 3
dicapai 17 siswa atau sebesar 43,6%. Kategori kurang dengan skor 1 dicapai oleh
7 siswa atau sebesar 17,9%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa aspek gerak
tubuh dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual pada siklus I sebesar 63,6 atau berkategori cukup.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes keterampilan
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
sebagai berikut:
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi
No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal Rata-rata Kategori
1. Penghayatan
e. Pemenggalan 5 61,5 Cukup
f. Kelancaran 5 64,6 Cukup
g. Konsentrasi 5 64,1 Cukup
h. Mimik wajah 5 61,5 Cukup
2. Penguasaan teknik vokal
f. Kejelasan ucapan 5 67,1 Cukup
g. Tekanan 5 69,7 Cukup
130
h. Intonasi 5 68,7 Cukup
i. Jeda 5 66,7 Cukup
j. Nada 5 73,3 Baik
3. Penampilan
c. Gerak tubuh 5 67,7 Cukup
d. Penguasaan
panggung
5 64,6 Cukup
Jumlah 55 729,5
Cukup Rata-rata nilai 𝟕𝟐𝟗,𝟓
𝟏𝟏= 𝟔𝟔,𝟓
Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat 11 aspek yang harus dikuasai oleh
siswa dalam membacakan puisi. Aspek pemenggalan dicapai oleh siswa dengan
rata-rata kelas sebesar 61,5 dengan kategori cukup, aspek kelancaran sebesar 64,6
dengan kategori cukup, aspek konsentrasi sebesar 64,1 dengan kategori cukup,
aspek mimik wajah sebesar 61,5 dengan kategori cukup, aspek kejelasan ucapan
sebesar 67,1 dengan kategori cukup, aspek tekanan sebesar 69,7 dengan kategori
cukup, aspek intonasi sebesar 68,7 atau dengan kategori cukup, aspek jeda sebesar
66,7 atau dengan kategori cukup, aspek nada sebesar 73,3 atau dengan kategori
baik, aspek gerak tubuh sebesar 67,7 atau dengan kategori cukup, dan aspek
penguasaan panggung sebesar 64,6 atau dengan kategori cukup. Dengan
demikina dapat disimpulkan bahwa keterampilan membacakan puisi siklus I
termasuk dalam kategori cukup atau dengan nilai rata-rata sebesar 66,5. Dari
sebelas aspek yang dinilai, hanya satu aspek yang mempunyai kategori baik yaitu
131
pada aspek nada (Vokal) sebesar 73,3. Sedangkan aspek yang belum mampu
dikuasai oleh siswa yaitu aspek pemenggalan dan mimik wajah dengan nilai rata-
rata 61,5 atau dalam kategori cukup. Sehingga perlu diperbaiki pada siklus II agar
nilai rata-rata siswa menjadi 70.
4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I
Hasil penelitian nontes pada siklus I adalah hasil dari observasi,
wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes sebagai berikut.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual berlangsung di kelas
VIIA SMP Athohiriyyah Semarang yaitu dari awal dimulainya pembelajaran
sampai akhir pembelajaran pada setiap akhir pertemuan. Kegiatan observasi ini
dilakukan oleh guru atau peneliti untuk mengamati perilaku siswa baik yang
bersifat positif maupun yang bersifat negatif selama proses pembelajaran
berlangsung pada siklus I. Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 16
berikut:
132
Tabel 18 Hasil Observasi Siklus I
No Aspek Observasi
Frekuensi Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
1. Perilaku Positif
1. Siswa siap mengikuti pembelajaran 36 3
92,3% 7,7%
2. Siswa aktif bertanya dan memberiakan
tanggapan dalam proses pembelajaran. 2 37
5,1% 94,9%
3. Siswa antusias dan serius dalam
kegiatan membacakan puisi. 36 3
92,3% 7,7%
4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi
dari master dengan serius. 37 2
94,9% 5,1%
5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. 36 3 92,3% 7,7%
2. Perilaku Negatif
6. Siswa keluar kelas dengan teman. 37 2
94,9% 5,1%
7. Siswa mengantuk atau tidur di dalam
kelas. 37 2
94,9% 5,1%
8. Siswa banyak bergurau dan berbicara
sendiri. 34 5
87,1% 12,8%
9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di
dalam kelas. 37 2
94,9% 5,1%
10. Siswa makan di dalam kelas selama
pembelajaran berlangsung. 37 2
94,9% 5,1%
Dari hasil observasi di atas, terdapat perilaku positif dan perilaku negatif
yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku
positif yang dilakukan siswa yaitu: (1) siswa siap mengikuti pembelajaran, (2)
Siswa aktif bertanya dan memberiakan tanggapan dalam proses pembelajaran, (3)
133
Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membacakan puisi, (4) Siswa
memperhatikan pembacaan puisi dari master dengan serius, dan (5) Siswa aktif
dalam kegiatan kelompok. Sedangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa
yaitu: (1) siswa keluar kelas dengan teman, (2) siswa mengantuk atau tidur di
dalam kelas, (3) siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri, (4) cara duduk
siswa yang kurang sopan di dalam kelas, dan (5) siswa makan di dalam kelas
selama pembelajaran berlangsung.
Data observasi di atas menunjukkan bahwa terdapat 36 siswa atau sebesar
92,3% yang siap mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual. Siswa yang aktif bertanya dan
memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran sebanyak 2 siswa atau sebesar
5,1%. Siswa yang antusias dan serius dalam kegiatan membacakan puisi sebanyak
36 siswa atau sebesar 92,3%. Siswa yang memperhatikan pembacaan puisi dari
master dengan serius sebanyak 37 siswa atau sebesar 94,9%. Sedangkan siswa
aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 36 siswa atau sebesar 92,3%.
Siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu terdapat 2 siswa atau sebesar
5,1% yang keluar kelas dengan teman, 2 siswa atau sebesar 5,1% yang mengantuk
dan tidur di dalam kelas, 5 siswa atau sebesar 12,8% yang banyak bergurau
dengan temannya di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung, 2
siswa atau sebesar 5,1% yang cara duduknya kurang sopan di dalam kelas selama
proses pembelajaran berlangsung, dan 2 siswa atau sebesar 5,1% yang makan di
dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
134
Berdasarkan tabel 18 dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa
masih ada selama proses pembelajaran berlangsung. Sikap negatif ini terjadi
karena siswa belum dapat menyesuaikan diri terhadap pola pembelajaran yang
diterapkan oleh guru atau peneliti. Keadaan ini merupakan suatu pemasalahan
yang harus dipecahkan peneliti.
Oleh karena itu, agar perilaku negatif siswa berkurang dan siswa tidak
melakukan perilaku negatif, maka peneliti harus melaksanakan tindakan pada
siklus II. Rencana pelaksanaan pembelajaran siswa pada siklus II harus diperbaiki
agar perilaku negatif siswa berkurang dan tidak melakukan perilaku negatif
selama proses pembelajaran berlangsung.
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu jurnal guru dan
jurnal siswa. Jurnal ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap pmbelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual. Hasil jurnal tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diisi oleh siswa yang bertujuan untuk mengetahui pesan
dan kesan selama proses pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual.
135
Tabel 19 Hasil Jurnal Siswa Siklus I
No Aspek Observasi
Frekuensi Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
1. Senang/tidaknya siswa terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan. 39 0
100% 0%
2. Materi apa yang belum dipahami oleh
siswa selama proses pembelajaran. 36 3
92,3% 7,7%
3. Kesulitan yang dialami siswa ketika
membacakan puisi 27 12
69,2% 30.8%
4.
Saran siswa terhadap pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual
32 7
82% 17,9%
5.
Apakah siswa merasa terbantu setelah
mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual.
36 3
92,3% 7,7%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek yang diamati
dalam jurnal siswa yaitu (1) senang/tidaknya siswa terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan, (2) materi apa yang belum dipahami oleh
siswa selama proses pembelajaran, (3) kesulitan yang dialami siswa ketika
membacakan puisi, (4) saran siswa terhadap pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual, dan (5) apakah
siswa merasa terbantu setelah mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
136
Hasil dari data jurnal siswa menunjukkan bahwa dari 39 siswa, 39
siswa atau sebesar 100% senang dengan pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual karena siswa
mampu mengetahui bagaimana cara membacakan puisi dengan baik dan benar
dari video master yang ditampilkan oleh guru dan dapat menambah wawasan
siswa tentang membacakan puisi.
Dari 39 siswa menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau sebesar 7,7%
siswa yang masih belum mampu menguasai beberapa materi yang telah
dijelaskan oleh guru dan 36 siswa atau sebesar 92,3% mampu memahami
materi yang telah disampaikan oleh guru. Dari 39 siswa, menunjukkan bahwa
27 siswa atau sebesar 69,2% tidak merasa kesulitan ketika membacakan puisi
dan 12 siswa atau sebesar 30,8% masih merasa kesulitan dalam membacakan
puisi. Dari 39 siswa menunjukkan bahwa 32 siswa atau sebesar 82%
memberika saran agar guru memutarkan video pembacaan puisi lebih dari satu
kali dan menambah volume suara ketika video pembacaan puisi ditampilkan,
sedangkan 7 siswa atau sebesar 17,9% tidak memberi saran. Dari 39 siswa
menunjukkan bahwa 36 siswa atau sebesar 92,3% merasa terbantu dalam
membacakan puisi dengan adanya video pembacaan puisi dari master dan 3
siswa atau sebesar 7,7% yang merasa kurang terbantu dengan adanya video
pembacaan puisi dari master.
Dari pemaparan data jurnal siswa di atas, sebagian besar siswa sangat
senang dengan pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual, akan tetapi masih ada pula kesan negatif
137
yang dirasakan oleh siswa. Ada beberapa siswa yang belum mampu
menguasai semua materi yang diberikan oleh guru, banyak siswa yang masih
merasa kesulitan ketika membacakan puisi terutama dalam aspek
penghayatan. Dengan adanya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
siswa, maka peneliti perlu memperbaiki metode mengajar agar dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa dan mengarahkan siswa ke dalam perilaku
yang lebih baik.
2. Jurnal Guru
Jurnal guru diisi oleh guru atau peneliti yang berisi uraian pendapat
dan keseluruhan kejadian yang dapat ditangkap oleh guru pengajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang diamati dalam jurnal
guru yaitu (1) bagaimana kesiapan siswa ketika membacakan puisi, (2)
bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti pelajaran, (3) bagaimana respon
siswa saat melihat video pembacaan puisi dari master yang digunakan dalam
proses pembelajaran, (4) bagaimana situasi dan suasana kelas pada saat
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual, (5) bagaimana keefektifan dan keefesienan media audio
visual yang digunakan dalam pembelajaran membacakan puisi, dan (6)
bagaimana perilaku siswa ketika penilaian membacakan puisi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, rata-rata siswa
sudah merasa siap untuk menerima pelajaran dari guru, hal ini dibuktikan
bahwa ketika guru masuk ke ruang kelas, hampir semua siswa diam dan ada
138
beberapa siswa yang masih merasa bingung dengan kehadiran guru. Selama
proses pembelajaran membacakan puisi berlangsung, masih ada 5 siswa yang
masih asyik berbicara dan bergurau dengan teman dan ketika guru menyuruh
siswa untuk bertanya atau menanggapi, hanya ada dua siswa yang berani
untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum ia pahami.
Pada siklus I ini, terlihat bahwa rata-rata siswa merespon positif
terhadap pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual. Ketika guru menyuruh siswa untuk berlatih
membacakan puisi di dalam kelompoknya, siswa sangat antusias dan mereka
memiliki semangat untuk bisa membacakan puisi dengan baik dan benar
sesuai master yang telah dicontohkan. Akan tetapi ketika guru menyuruh
siswa untuk maju di depan kelas, masih banyak siswa yang tidak mau maju di
depan kelas untuk membacakan puisi karena malu dengan siswa lain. Selain
itu, rata-rata siswa belum mampu menguasai aspek penghayatan dalam
membacakan puisi. Berbagai permasalahan timbul dalam pelaksanaan siklus I,
maka peneliti harus menyelesaikan permasalahan tersebut dan memperbaiki
metode mengajar pada siklus II.
4.1.2.2.3 Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh peneliti setelah kegiatan belajar
mengajar selesai. Wawancara dilaksanakan kepada tiga siswa yaitu satu siswa
yang mendapatkan kategori nilai terbaik, satu siswa yang mendapatkan nilai
cukup, dan satu siswa yang mendapatkan nilai kurang. Ketiga siswa tersebut
139
bernama Niken Febrianti, Muhammad Taufiq Aryatin, dan Yulianto Dwi
Nugroho. Kegiatan wawancara ini dilakukan oleh peneliti agar peneliti
mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yaitu, (1) apakah
kamu pernah membacakan puisi sebelum pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual? (2) apakah pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
sudah pernah diterapkan oleh guru mata pelajaran? (3) bagaimana akspresi kamu
mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual? (4) kesulitan apakah yang kamu alami ketika proses
pembelajaran berlangsung? (5) manfaat apa yang dapat kamu peroleh dari
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual? (6) apakah dengan metode Copy The Master melalui media audio
visual ini, kamu sudah berhasil dalam membacakan puisi? dan (7) saran apa yang
dapat kamu berikan untuk membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual?.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kategori
nilai baik, mengatakan bahwa siswa tersebut sudah pernah membacakan puisi
ketika ia duduk dibangku SD, metode Copy The Master melalui media audio
visual belum pernah diterapkan dalam pembelajaran membacakan puisi karena
guru mata pelajaran selalu menjelaskan materi dan memberi contoh tanpa
menggunakan LCD, siswa merasa senang dengan adanya pembelajaran
140
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
karena siswa merasa lebih mampu untuk mengetahui bagaimana cara
membacakan puisi dengan baik dan benar dari video master yang ditampilkan
oleh guru dan dapat menambah wawasan siswa tentang membacakan puisi,
kesulitan yang dialami oleh siswa ketika membacakan puisi yaitu dalam aspek
kelancaran dan konsentrasi (penghayatan), manfaat yang dapat dirasakan oleh
siswa yaitu siswa merasa lebih tau tentang bagaimana membacakan puisi dan
menambah ilmu, siswa merasa sudah berhasil dengan pembacaan puisinya karena
sebelum siswa membacakan puisi di depan kelas terlebih dahulu siswa melihat
video pembacaan puisi dan siswa berlatih di dalam kelompoknya, dan siswa
memberi saran kepada peneliti agar video pembacaan puisi yang ditampilkan
lebih dari satu kali agar lebih memahami penghayatan dalam membacakan puisi.
Hasil wawancara siswa yang mendapatkan kategori nilai sedang
mengatakan bahwa siswa belum pernah membacakan puisi sebelumnya dan ini
adalah pertama kali siswa tersebut membacakan puisi, metode Copy The Master
melalui media audio visual belum pernah diterapkan dalam pembelajaran
membacakan puisi karena guru mata pelajaran selalu menjelaskan materi dan
memberi contoh tanpa menggunakan LCD, siswa merasa senang dengan adanya
video pembacaan puisi dari master karena pembelajaran menjadi lebih menarik
dan menyenangkan, kesulitan yang dihadapi siswa ketika membacakan puisi yaitu
pada aspek jeda, kejelasan ucapan, dan mimik wajah karena sulit untuk
memahami makna puisi, manfaat yang diperoleh siswa selama proses
pembelajaran yaitu siswa lebih mengetahui cara membacakan puisi dengan
141
melihat video pembacaan puisi, dengan pembelajaran membacakan puisi
menggunakan metode Copy The Master melalui media audio visual siswa merasa
sudah berhasil dalam membacakan puisi akan tetapi belum maksimal, dan saran
yang diberiakan siswa kepada peneliti yaitu ketika pemutaran video pembacaan
puisi dari master, volume suara lebih dikeraskan lagi agar siswa yang duduk di
belakang dapat mendengarkan pembacaan puisi oleh master.
Hasil wawancara siswa yang medapatkan kategori nilai terendah
mengatakan bahwa siswa selama ini belum pernah membacakan puisi dan ini
merupakan pertama kalinya siswa membacakan puisi di depan audiens, metode
Copy The Master melalui media audio visual belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran membacakan puisi karena guru mata pelajaran selalu menjelaskan
materi dan memberi contoh tanpa menggunakan LCD, siswa merasa senang
dengan pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual karena dapat melihat video pembacaan puisi secara langsung
dan mampu menambah pengalaman, kesulitan yang dialami ketika membacakan
puisi, siswa masih merasa malu dan tidak percaya diri untuk maju di depan kelas
dan masih sulit untuk memahami makna puisi, aspek yang belum dikuasai yaitu
aspek penghayatan dan penampilan, manfaat yang diperoleh siswa yaitu siswa
berani untuk membacakan puisi di depan kelas walaupun kualitas pembacaan
puisi masih sangat kurang, siswa menganggap bahwa dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual siswa merasa belum berhasil karena
penampilan siswa kurang maksimal.
142
4.1.2.2.4 Dokumetasi Foto
Dokumentasi foto digunakan oleh peneliti sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Aktivitas siswa yang perlu
didokumentasikan yaitu, (1) ketika aktivitas awal pembelajaran membacakan
puisi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan, (2) ketika siswa menonton video
pembacaan puisi dari master, (2) ketika siswa mendengarkan penjelasan dari guru,
(3) ketika siswa bertanya atau menanggapi tentang materi yang belum paham, (4)
ketika siswa membentuk kelompok, (5) saat siswa berdiskusi di dalam
kelompoknya, dan (6) saat siswa maju untuk membacakan puisi di depan kelas.
Deskripsi dokumentasi foto pada siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut:
Gambar 1 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi
Gambar 1 menunjukkan aktivitas awal pembelajaran membacakan puisi
yaitu peneliti menanyakan kabar siswa, menanyakan berapa siswa yang tidak
hadir, lalu peneliti melakukan apersepsi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
materi membacakan puisi, guru bertanya jawab kepada siswa apakah siswa
sebelumnya pernah membaca puisi dan membacakan puisi, apakah siswa pernah
143
melihat seseorang yang membacakan puisi, dan guru menjelaskan kompetensi
yang akan dicapai dalam pembelajaran, tujuan dan manfaat yang diperoleh jika
siswa menguasai kompetensi tersebut. Setelah bertanya jawab dengan siswa, pada
dasarnya rata-rata siswa belum pernah melihat orang membacakan puisi dan
membaca puisi, siswa juga tidak mengetahui perbedaan membaca puisi dan
membacakan puisi, akan tetapi rata-rata siswa sudah pernah membaca puisi.
Pemahaman siswa tentang aspek-aspek dalam membacakan puisi juga masih
sangat kurang. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana siswa mampu
membacakan puisi sebelum peneliti memberi contoh dan menjelaskan materi.
Oleh karena itu, peneliti menyuruh beberapa siswa untuk maju di depan kelas
sebelum video pembacaan puisi dari master ditampilkan.
Gambar 2 Siswa Membacakan Puisi Sebelum Melihat Video
Gambar 2 di atas menunjukkan siswa membacakan puisi sebelum melihat
video pembacaan puisi dari master, terlihat bahwa pembacaan puisi siswa masih
144
belum memperhatikan aspek-aspek dalam membacakan puisi dan terlihat
monoton sehingga pendengar merasa bosan. Setelah mengetahui kemampuan
siswa dalam membacakan puisi, maka peneliti memperlihatkan video pembacaan
puisi dari master agar siswa mengetahui bagaimana pembacaan puisi yang baik
dan benar.
Gambar 3 Siswa Melihat Video Pembacaan Puisi dari Master
Gambar 3 menunjukkan bahwa siswa sangat serius dan antusias untuk
melihat video pembacaan puisi dari master yang diperlihatkan oleh peneliti.
Setelah siswa melihat video pembacaan puisi dari master, maka guru memberi
penjelasan tentang materi membacakan puisi agar siswa mengetahui aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi dan dapat membacakan puisi
dengan baik dan benar.
145
Gambar 4 Siswa Mendengarkan Penjelasan Materi dari Guru
Pada gambar 4 menunjukkan aktivitas guru yang menjelaskan materi
tentang membacakan puisi. Hampir semua siswa sangat serius mendengarkan
penjelasan dari guru walaupun ada beberapa siswa yang terkadang asyik berbicara
dengan teman ketika guru menjelaskan materi.
Gambar 5 Siswa Bertanya Mengenai Materi yang Belum Dipahami
Gambar 5 menunjukkan bahwa ketika guru selesai menjelaskan materi,
ada beberapa siswa yang bertanya kepada guru mengenai materi yang belum
dipahami oleh siswa, dan guru menjawab pertanyaan siswa dengan cara
146
menjelaskannya di depan kelas, sehingga siswa yang lain juga ikut mendengarkan
penjelasan dari guru. Setelah siswa memahami materi yang disampaikan oleh
guru, kemudian guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok.
Gambar 6 Siswa Membentuk Kelompok
Pada gambar 6 dapat dilihat aktivitas siswa dalam kegiatan berkelompok.
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi menentukan penjedaan dalam teks puisi
dan berlatih membacakan puisi di dalam kelompoknya. Suasana kelas dapat
terkondisi secara baik oleh guru. Ketika siswa berkelompok untuk latihan
membacakan puisi, guru berkeliling melihat latihan pembacaan puisi siswa, guru
menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dan memberikan nasihat-nasihat agar
pembacaan puisinya bisa dinikmati oleh pendengar. Setelah siswa latihan
membacakan puisi di dalam kelompoknya, kemudian siswa maju di depan kelas
untuk membacakan puisi.
147
Gambar 7 Siswa Membacakan Puisi
Gambar 7 adalah gambar ketika siswa membacakan puisi di depan kelas.
Pembacaan puisi siswa terlihat lebih bagus dibandingkan ketika awal siswa
membacakan puisi sebelum guru menjelaskan materi. Akan tetapi masih banyak
kekurangan siswa dalam membacakan puisi. oleh karena itu perbaikan harus
dilakukan pada siklus II agar siswa mampu membacakan puisi dengan baik dan
benar sesuai dengan aspek-aspek dalam membacakan puisi
Gambar 8 Guru Melakukan Wawancara
148
Gambar 8 menunjukkan bahwa guru mewawancarai beberapa siswa.
Setelah pembelajaran berakhir, peneliti menunjuk beberapa siswa, yaitu satu
siswa yang mendapat nilai tinggi, satu siswa yang mendapat nilai cukup dan satu
siswa yang mendapat nilai rendah untuk diwawancarai. Wawancara ini bertujuan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.
4.1.2.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA
SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus I belum mencapai nilai ketuntasan belajar yang
ditargetkan oleh peneliti yaitu sebesar 70 atau dalam kategori baik. Nilai rata-rata
kelas yang dicapai pada siklus I sebesar 66,5 atau termasuk dalam kategori cukup.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa aspek penilaian nilai rata-rata siswa yang
masih kurang. Nilai siswa yang kurang memuaskan terdapat pada aspek
penghayatan yang tercermin dalam aspek pemenggalan, kelancaran, konsentrasi
dan mimik wajah. Nilai rata-rata untuk aspek penghayatan masih kurang dari nilai
kriteria ketuntasan minimal siswa. Hal ini disebabkan (1) pada awal pembelajaran
siswa masih belum terkondisi karena masih ada beberapa siswa yang berjalan-
jalan di dalam kelas ketika guru masuk ke dalam kelas, (2) ketika pemutaran
video pembacaan puisi dari master, volume suara master kurang keras, sehingga
siswa yang duduk di belakang kurang mendengar pembacaan puisi dari master,
(3) banyak waktu yang terbuang sia-sia karena siswa masih merasa malu untuk
149
maju membacakan puisi, hal ini menyebabkan waktu penilaian dalam
membacakan puisi berkurang, dan (4) beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi
dan kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Hasil observasi siswa, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
sudah bersikap positif dan aktif dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa siswa yang berperilaku negatif. Perilaku negatif yang dilakukan
oleh siswa yaitu terdapat dua siswa keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada
guru, dua siswa mengantuk dan tidur di dalam kelas, lima siswa bergurau dan
berbicara sendiri, terdapat dua siswa yang cara duduknya kurang sopan, terdapat
dua siswa yang makan di dalam kelas, dan siswa pasif atau malas bertanya tentang
materi membacakan puisi. Perilaku tersebut harus segera diatasi agar pertemuan
selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Simpulan dari hasil jurnal siswa dan jurnal guru dapat membantu peneliti
untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran
membacakan puisi. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual. Kesulitan yang diahadapi siswa yaitu siswa masih sulit dalam
menghayati puisi. Adapun dari jurnal guru menyatakan bahwa siswa senang,
tertarik, dan bersemangat dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual. Tanggapan guru terhadap
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual yaitu dapat memberi memberi contoh konkret pembacaan puisi dari
150
master dan memberi motivasi kepada siswa dari master yang telah ditampilkan
oleh guru. Siswa juga terlihat senang karena sebelumnya metode dan media ini
belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara perwakilan siswa yang mendapat nilai
tinggi, sedang, dan rendah dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan
tertarik dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual dan metode ini belum pernah diterapkan sebelumnya.
Siswa yang mendapatkan nilai rendah merasa kesulitan dalam memahami
penjelasan dari guru karena guru menjelaskan terlalu cepat. Jadi, untuk mengatasi
permasalahan tersebut, guru harus menggunakan cara yang mudah dipahami oleh
siswa dalam menyampaikan materi.
Dari hasil dokumentasi foto siklus I dapat dilihat perilaku positif dan
perilaku negatif siswa. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan nilai sedang,
dapat terlihat dari dokumentasi foto bahwa siswa tersebut memperhatikan
penjelasan dari guru dan terlihat antusias dalam membacakan puisi. Sedangkan
siswa yang mendapatkan nilai terendah berperilaku negatif, dapat dilihat dari hasil
dokumentasi foto bahwa siswa bergurau dengan teman sebangku dan cara duduk
siswa yang kurang sopan. Namun, sebagian siswa terlihat antusias dan
bersemangat selama proses pembelajaran membacakan puisi.
Dari data tes dan nontes yang dilakukan peneliti pada siklus I, masih
terdapat beberapa kekurangan yaitu: (1) suasana kelas masih belum bisa
terkondisi dengan baik, (2) ketika pemutaran video pembacaan puisi dari master,
volume suara master kurang keras, sehingga siswa yang duduk di belakang
151
kurang mendengar pembacaan puisi dari master, (3) banyak waktu yang terbuang
sia-sia karena siswa masih merasa malu untuk maju membacakan puisi, (4)
beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi dan kurang memperhatikan penjelasan
yang disampaikan oleh guru, (5) siswa terlihat pasif dan kurang antusias ketika
bertanya atau mengomentari pembacaan puisi dari teman, dan (6) nilai siswa pada
aspek penghayatan masih kurang dari target yang ditentukan. Adapun solusi yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I
yaitu: (1) guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai, guru
menegur siswa jika masih ada siswa yang bergurau, (2) ketika guru memutarkan
video pembacaan puisi, volume suara harus maksimal agar semua siswa
mendengarkan pembacaan puisi dari master, (3) guru memberikan motivasi dan
reward kepada siswa agar siswa berani dan mau membacakan puisi di depan
kelas, (4) dalam proses pembelajaran, sesekali guru mengajak siswa untuk
bergurau agar siswa tidak bosan, (5) guru memancing siswa untuk bertanya
dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak
mau bertanya, dan (6) guru memutarkan video pembacaan puisi dari master lebih
dari satu kali dalam setiap kali pertemuan, guru mengulas tentang makna puisi,
nada dan suasana puisi agar siswa lebih mampu menguasai aspek penghayatan.
Dengan adanya perbaikan-perbaikan tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran membacakan puisi pada siklus
II dan siswa dapat memperoleh nilai yang sesuai dengan target peneliti.
152
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Hasil tes siklus II ini merupakan perbaikan tindakan dan pemecahan
masalah pada pembelajaran siklus I dengan tetap menggunakan metode Copy The
Master melalui media audio visual. Perbaikan tersebut dilakukan agar
kemampuan siswa dalam membacakan puisi lebih baik dibanding kemampuan
sebelumnya. Kriteria penilaian membacakan puisi pada siklus II masih tetap sama
seperti pada siklus I meliputi sebelas aspek yaitu pemenggalan, kelancaran,
konsentrasi, mimik, kejelasan ucapan, tekanan, intonasi, jeda, nada, gerak tubuh,
dan penguasaan panggung.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II yaitu guru (peneliti) meminta
siswa untuk membacakan puisi dengan tema percintaan. Perbedaan siklus I
dengan siklus II terletak pada tema puisi dan cara guru dalam memotivasi siswa.
Diharapkan puisi dengan tema percintaan akan memberikan semangat kepada
siswa dan siswa mudah untuk memahami nada dan suasana puisi, sedangkan
motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu dengan cara guru
memberikan reward kepada siswa yang kemampuan membacakan puisinya
mendapatkan nilai sangat baik. Pelaksanaan pembelajaran membacakan puisi
siklus II terdiri atas tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara
rinci sebagai berikut.
4.1.4 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus II dapat dilihat pada tabel 18 berikut:
153
Tabel 20 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 85-100 4 356 10,3% 29213900
x
100
= 74,9
Baik
2 Baik 70 -84 31 2291 79,5%
3 Cukup 60-69 4 274 10,3%
4 Kurang 0-59 0 0 0%
Jumlah - 39 2921 100%
Pada tabel 20 dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II
mengalami peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah
66,5 atau termasuk dalam kategori cukup, sedangkan nilai rata-rata kelas pada
siklus II yaitu 74,9 atau termasuk kategori baik. Peningkatan keterampilan
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
dari siklus I sampai siklus II sebesar 8,4%. Adapun peningkatan nilai siklus II
sebagai berikut. Kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh 4
siswa atau sebesar 10,3% dari siklus I yang dicapai oleh siswa atau sebesar 2,6%.
Jadi, pada siklus II siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik
mengalami peningkatan sebesar 7,7%. Kategori baik dengan rentang nilai 70-84
dicapai oleh 31 siswa atau sebesar 79,5% dari siklus I 17,9%. Jadi, kategori baik
yang dicapai siswa mengalami peningkatan sebesar 61,6%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 60-69 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 10,3% dari siklus I
74,4%. Jadi, kategori cukup yang dicapai oleh siswa mengalami peningkatan
sebesar 64,1%. Siswa yang memiliki nilai kategori kurang dengan rentang nilai 0-
59 pada siklus I dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5,1%, sedangkan pada siklus II
154
tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang atau sebesar 0%. jadi, nilai siswa
dengan katogori kurang dapat mengalami peningkatan menjadi kategori cukup
pada pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual siklus II.
Hasil tes keterampilan membacakan puisi tersebut dapat pula dijelaskan
melalui grafik berikut ini:
Diagram 3 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II
Diagram 3 menunjukkan bahwa terdapat 4 siswa atau sebesar 10,3% yang
berhasil meraih kategori sangat baik dengan skor 85-100, kategori baik dengan
skor 70-84 dicapai 31 siswa atau sebesar 79,5%. Kategori cukup dengan skor 60-
69 dicapai 4 siswa atau sebesar 10,3%, dan tidak ada satupun siswa yang
mendapatkan nilai dengan kategori kurang atau sebesar 0%.
Secara keseluruhan hasil tes keterampilan membacakan puisi siswa kelas
VIIA SMP Athohiriyyah Semarang pada siklus II sudah memenuhi target
pencapaian nilai rata-rata kelas sebesar 70. Hal ini dibuktikan bahwa terjadi
peningkatan nilai keterampilan membacakan puisi siswa yang dari siklus I sebesar
66,5 atau kategori cukup menjadi 74,9 atau kategori baik. Jadi, proses
10.3
79.5
10.3
0
sangat baik
baik
cukup
kurang
155
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membacakan puisi.
4.1.4.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan
Pada aspek pemenggalan penilaiannya dipusatkan pada ketepatan
pemenggalan dengan makna yang ada di dalam puisi yang dibacakannya. Hasil
penilaian aspek pemenggalan siklus II dapat dilihat dalam tabel 21 di bawah ini:
Tabel 21 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Pemenggalan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 148195
x 100
= 75,9
Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 148 100 %
Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek pemenggalan pada siklus II untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 7 siswa atau sebesar 17,9%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 17 siswa atau sebesar 43,6%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 15
siswa atau sebesar 38,5%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh
siswa atau sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek pemenggalan
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus II sebesar 75,9 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek pemenggalan.
156
4.1.4.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran
Pada aspek kelancaran penilaiannya dipusatkan pada kelancaran dalam
membacakan puisi tanpa tersendat-sendat. Hasil penilaian aspek kelancaran siklus
II dapat dilihat dalam tabel 22 di bawah ini:
Tabel 22 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kelancaran Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 148
195 x 100
= 75,3
Baik
2 Baik 4 20 80 51,3%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 147 100 %
Data pada tabel 22 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek kelancaran pada siklus II untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 20 siswa atau sebesar 51,3%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 14
siswa atau sebesar 35,9%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa
atau sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek kelancaran dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus II sebesar 75,3 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek kelancaran.
4.1.4.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi
Pada aspek konsentrasi penilaiannya dipusatkan pada tingkat konsentrasi
yang konsisten dari awal sampai akhir membacakan puisi, serius dengan
penghayatan yang maksimal sehingga mampu mengungkapkan perasaan penyair.
157
Hasil penilaian aspek konsentrasi siklus II dapat dilihat dalam tabel 23 di bawah
ini:
Tabel 23 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Konsentrasi Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 146
195 x 100
= 74,9
Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 146 100 %
Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek konsentrasi pada siklus II untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 19 siswa atau sebesar 48,7%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 15
siswa atau sebesar 38,5%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa
atau sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek konsentrasi dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus II sebesar 74,9 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek konsentrasi.
4.1.4.4 Hasi Tes Aspek Mimik Wajah
Pada aspek mimik wajah penilaiannya dipusatkan pada ekspresi wajah
yang muncul secara alami sesuai dengan makna yang ada di dalam puisi yang
dibacakannya. Hasil penilaian aspek konsentrasi siklus II dapat dilihat dalam tabel
24 di bawah ini:
158
Tabel 24 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Mimik Wajah Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 141
195 x 100
= 72,3
Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 19 57 48,7%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 141 100%
Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek mimik wajah pada siklus II untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 4 siswa atau sebesar 10,3%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 16 siswa atau sebesar 41%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 19 siswa
atau sebesar 48,7%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek mimik wajah dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus II sebesar 72,3 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek mimik wajah.
4.1.4.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan
Pada aspek kejelasan ucapan penilaiannya dipusatkan pada kejelasan
ucapan tiap kata dalam membacakan puisi. Hasil penilaian aspek kejelasan ucapan
siklus II dapat dilihat dalam tabel 25 di bawah ini:
Tabel 25 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kejelasan Ucapan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 143
195 x 100
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
159
4 Kurang 1 0 0 0% = 73,3
Baik Jumlah - 39 143 100 %
Data pada tabel 25 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek kejelasan ucapan pada siklus II untuk kategori sangat
baik dengan skor 5 dicapai 4 siswa atau sebesar 10,3%. Kategori baik dengan skor
4 dicapai 18 siswa atau sebesar 46,2%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 17
siswa atau sebesar 43,6%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh
siswa atau sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek kejelasan ucapan
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus II sebesar 73,3 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek kejelasan ucapan.
4.1.4.6 Hasil Tes Aspek Tekanan
Pada aspek tekanan penilaiannya dipusatkan pada kata yang terpenting
atau kata yang menjadi intisari dalam bait puisi yang dibacakan. Hasil penilaian
aspek tekanan siklus II dapat dilihat dalam tabel 26 di bawah ini:
Tabel 26 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Tekanan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 142
195 x 100
= 72,8
Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 142 100 %
Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek tekanan pada siklus II untuk kategori sangat baik dengan
160
skor 5 dicapai 3 siswa atau sebesar 7,7%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai 19
siswa atau sebesar 48,7%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 17 siswa atau
sebesar 43,6%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek tekanan dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus II sebesar 72,8 atau berkategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
siswa sudah menguasai aspek tekanan.
4.1.4.7 Hasil Tes Aspek Intonasi
Pada aspek intonasi dipusatkan pada kesesuaian penggunaan intonasi
dalam membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek intonasi pada tes siklus II
dapat dilihat pada tabel 27 di bawah ini:
Tabel 27 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Intonasi Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100
= 74,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 145 100 %
Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek intonasi pada siklus II untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
18 siswa atau sebesar 46,2%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 16 siswa atau
sebesar 41%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar
0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek intonasi dalam pembelajaran
161
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus II sebesar 74,4 atau berkategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
siswa sudah menguasai aspek intonasi.
4.1.4.8 Hasil Tes Aspek Jeda
Pada aspek jeda penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian penjedaan ketika
membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek jeda pada tes siklus II dapat dilihat
pada tabel 28 di bawah ini:
Tabel 28 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Jeda Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100
= 74,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 - - 0%
Jumlah - 39 145 100 %
Data pada tabel 28 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek jeda pada siklus II untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 5 siswa atau sebesar 12,8%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
18 siswa atau sebesar 46,2%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 16 siswa atau
sebesar 41%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar
0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek jeda dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus II sebesar 74,4 atau berkategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
siswa sudah menguasai aspek jeda.
162
4.1.4.9 Hasil Tes Aspek Nada
Pada aspek nada penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian nada dan
suasana dalam membacakan puisi. Hasil penilaian pada aspek nada pada tes siklus
II dapat dilihat pada tabel 29 di bawah ini:
Tabel 29 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Nada Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 149
195 x 100
= 76,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Data pada tabel 29 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek nada pada siklus II untuk kategori sangat baik dengan
skor 5 dicapai 7 siswa atau sebesar 17,9%. Kategori baik dengan skor 4 dicapai
18 siswa atau sebesar 46,2%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 14 siswa atau
sebesar 35,9%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek nada dalam pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
pada siklus II sebesar 76,4 atau berkategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
siswa sudah menguasai aspek nada.
4.1.4.10 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh
Pada aspek gerak tubuh penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian gerakan
anggota tubuh dengan makna puisi yang dibacakannya. Hasil penilaian pada
aspek gerak tubuh pada tes siklus II dapat dilihat pada tabel 30 di bawah ini:
163
Tabel 30 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Gerak Tubuh Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 149
195 x 100
= 76,4
Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek gerak tubuh pada siklus II untuk kategori sangat baik
dengan skor 5 dicapai 8 siswa atau sebesar 20,5%. Kategori baik dengan skor 4
dicapai 16 siswa atau sebesar 41%, kategori cukup dengan skor 3 dicapai 15 siswa
atau sebesar 38,5%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai oleh siswa atau
sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek gerak tubuh dalam
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual pada siklus II sebesar 76,4 atau berkategori baik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek gerak tubuh.
4.1.4.11 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung
Pada aspek penguasaan panggung penilaiannya dipusatkan pada
penggunaan panggung, jadi dalam membacakan puisi, siswa tidak selalu berdiri
tanpa bergerak. Hasil penilaian pada aspek penguasaan panggung pada tes siklus
II dapat dilihat pada tabel 31 di bawah ini:
164
Tabel 31 Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Penguasaan Panggung Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 150
195 x 100
= 76,9
Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 150 100 %
Data pada tabel 31 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
membacakan puisi aspek penguasaan panggung pada siklus II untuk kategori
sangat baik dengan skor 5 dicapai 8 siswa atau sebesar 20,5%. Kategori baik
dengan skor 4 dicapai 17 siswa atau sebesar 43,6%, kategori cukup dengan skor 3
dicapai 14 siswa atau sebesar 35,9%. Kategori kurang dengan skor 1 tidak dicapai
oleh siswa atau sebesar 0%. Rata-rata nilai keterampilan siswa aspek gerak tubuh
dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus II sebesar 76,9 atau berkategori baik. Jadi, dapat
dismpulkan bahwa siswa sudah menguasai aspek penguasaan panggung.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes keterampilan
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual
sebagai berikut:
Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siklus II
No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal Rata-rata Kategori
1. Penghayatan
a. Pemenggalan 5 75,9 Baik
b. Kelancaran 5 75,3 Baik
c. Konsentrasi 5 74,9 Baik
d. Mimik wajah 5 72,3 Baik
165
2. Penguasaan teknik vokal
a. Kejelasan ucapan 5 73,3 Baik
b. Tekanan 5 72,8 Baik
c. Intonasi 5 74,4 Baik
d. Jeda 5 74,4 Baik
e. Nada 5 76,4 Baik
3. Penampilan
a. Gerak tubuh 5 76,4 Baik
b. Penguasaan
panggung
5 76,9 Baik
Jumlah 55
Rata-rata nilai 𝟖𝟐𝟑𝟏𝟏
= 𝟕𝟒,𝟗
Tabel 33 menunjukkan bahwa terdapat 11 aspek yang harus dikuasai oleh
siswa dalam membacakan puisi. Aspek pemenggalan dicapai oleh siswa dengan
rata-rata kelas sebesar 75,9 dengan kategori baik, aspek kelancaran sebesar 75,3
dengan kategori baik, aspek konsentrasi sebesar 74,9 dengan kategori baik, aspek
mimik wajah sebesar 72,3 dengan kategori baik, aspek kejelasan ucapan sebesar
73,3 dengan kategori baik, aspek tekanan sebesar 72,8 dengan kategori baik,
aspek intonasi sebesar 74,4 atau dengan kategori baik, aspek jeda sebesar 74,4
atau dengan kategori baik, aspek nada sebesar 76,4 atau dengan kategori baik,
aspek gerak tubuh sebesar 76,4 atau dengan kategori baik, dan aspek penguasaan
panggung sebesar 76,9 atau dengan kategori baik. Keterampilan membacakan
puisi siswa pada siklus II termasuk dalam kategori baik atau dengan nilai rata-rata
166
sebesar 74,8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II nilai rata-
rata siswa sudah mencapai rata-rata nilai yang ditargetkan oleh peneliti yaitu 70.
4.1.5 Hasil Nontes Siklus II
Hasil penelitian nontes pada siklus II adalah hasil dari observasi,
wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes sebagai berikut.
4.1.5.1 Hasil Observasi
Observasi pada siklus II dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan menekankan keterampilan membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual di kelas VIIA SMP Athohiriyyah
Semarang yaitu dari awal dimulainya pembelajaran sampai akhir pembelajaran
pada setiap akhir pertemuan. Pedoman yang digunakan dalam observasi siklus II
sama dengan pedoman observasi siklus I. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh
guru atau peneliti untuk mengamati perilaku siswa baik yang bersifat positif
maupun yang bersifat negatif selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus
II. Hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 34 berikut:
167
Tabel 34 Hasil Observasi Siklus II
No Aspek Observasi
Frekuensi Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
1. Perilaku Positif
1. Siswa siap mengikuti pembelajaran 39 0
100% 0%
2. Siswa aktif bertanya dan memberiakan
tanggapan dalam proses pembelajaran. 7 32
17,9% 82%
3. Siswa antusias dan serius dalam
kegiatan membacakan puisi. 39 0
100% 0%
4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi
dari master dengan serius. 39 0
100% 0%
5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. 39 0 100% 0%
2. Perilaku Negatif
6. Siswa keluar kelas dengan teman. 39 0
100% 0%
7. Siswa mengantuk atau tidur di dalam
kelas. 39 0
100% 0%
8. Siswa banyak bergurau dan berbicara
sendiri. 39 0
100% 0%
9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di
dalam kelas. 39 0
100% 0%
10. Siswa makan di dalam kelas selama
pembelajaran berlangsung. 39 0
100% 0%
Dari hasil observasi di atas, terdapat perilaku positif dan perilaku negatif
yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku
positif yang dilakukan siswa yaitu: (1) siswa siap mengikuti pembelajaran, (2)
Siswa aktif bertanya dan memberiakan tanggapan dalam proses pembelajaran, (3)
168
Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membacakan puisi, (4) Siswa
memperhatikan pembacaan puisi dari master dengan serius, dan (5) Siswa aktif
dalam kegiatan kelompok. Sedangkan perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa
yaitu: (1) siswa keluar kelas dengan teman, (2) siswa mengantuk atau tidur di
dalam kelas, (3) siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri, (4) cara duduk
siswa yang kurang sopan di dalam kelas, dan (5) siswa makan di dalam kelas
selama pembelajaran berlangsung.
Data observasi di atas menunjukkan bahwa ketika proses pembelajaran
membacakan puisi siklus II berlangsung, tidak ada satupun siswa yang melakukan
perilaku negatif seperti yang dilakukuan siswa pada siklus I. Semua siswa terlihat
antusias, serius, dan siswa sangat memperhatikan selama proses pembelajaran.
Selain itu juga terjadi peningkatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang
belum mampu dikuasai oleh siswa dan mengomentari siswa ketika membacakan
puisi di depan kelas. Pada siklus I siswa yang berani untuk bertanya hanya 2 siswa
saja atau sebesar 5,1%, akan tetapi pada siklus II siswa yang berani bertanya dan
mengomentari pembacaan puisi teman yaitu sejumlah 7 siswa atau sebesar 17,9%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus II ini siswa terlihat serius
dan memperhatikan pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual.
4.1.5.2 Hasil Jurnal
169
Jurnal dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu jurnal guru dan
jurnal siswa. Jurnal ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap pmbelajaran membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual siklus Ii. Hasil jurnal tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Jurnal Siswa
Jurnal siswa yang digunakan pada siklus II sama dengan jurnal
siswa pada siklus I. Jurnal siswa diperlukan untuk mengetahui apa yang
dirasakan oleh siswa pada pembelajaran membacakan puisi pada siklus II.
Tabel 35 Hasil Jurnal Siswa Siklus II
No Aspek Observasi
Frekuensi Persentase
Positif Negatif Positif Negatif
1. Senang/tidaknya siswa terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan. 39 0
100% 0%
2. Materi apa yang belum dipahami oleh
siswa selama proses pembelajaran. 37 2
94,9% 5,1%
3. Kesulitan yang dialami siswa ketika
membacakan puisi 36 3
92,3% 7,7%
4.
Saran siswa terhadap pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual
38 1
97,4% 2,6%
5.
Apakah siswa merasa terbantu setelah
mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual.
39 0
100% 0%
170
Menurut hasil jurnal siswa pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa secara umum semua siswa merasa senang, antusias, tertarik, dan
serius selama proses pembelajaran. Siswa merasa terbantu dalam
keterampilan membacakan puisi dengan menggunakan metode Copy The
Master melalui media audio visual.
Data di atas menyatakan bahwa 39 siswa atau sebesar 100% siswa
menyukai dan tertarik dengan pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual. Untuk pertanyaan
materi apa yang belum dipahami, sebanyak 2 siswa atau sebesar 5,1%
merasa belum memahami aspek penghayatan dalam membacakan puisi,
sedangkan 37 siswa atau sebesar 94,9% merasa sudah memahami materi
yang diberikan oleh guru. Kesulitan yang dihadapi siswa ketika
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio
visual yaitu sebanyak 2 atau sebesar 5,1% siswa merasa kesulitan dalam
aspek konsentrasi, dan 1 siswa atau sebesar 2,6% merasa kesulitan pada
aspek kelancaran. Sedangkan 36 siswa atau sebesar 92,3% menyatakan
bahwa mereka tidak menemui kesulitan dalam membacakan puisi. Saran
siswa untuk pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual sebanyak 38 siswa atau sebesar 97,4%
memberikan saran yang positif, sedangkan hanya 1 siswa yang tidak
memberikan saran.pertanyaan yang terakhir adalah apakah siswa merasa
terbantu dalam membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual. jawaban yang ditulis oleh siswa, sebanyak 39
171
siswa atau 100% siswa merasa terbantu dalam keterampilan emmebacakan
puisi. Perubahan siswa yang menuju ke arah positif karena sebelumnya,
siswa sudah melakukan kegiatan membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual pada siklus I sehingga siswa
merasa lebih mudah dan tidak merasa kesulitan ketika membacakan puisi.
2. Jurnal Guru
Jurnal guru diisi oleh guru atau peneliti yang berisi uraian pendapat
dan keseluruhan kejadian yang dapat ditangkap oleh guru pengajar selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang diamati dalam jurnal
guru yaitu (1) bagaimana kesiapan siswa ketika membacakan puisi, (2)
bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti pelajaran, (3) bagaimana
respon siswa saat melihat video pembacaan puisi dari master yang
digunakan dalam proses pembelajaran, (4) bagaimana situasi dan suasana
kelas pada saat pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual, (5) bagaimana keefektifan dan
keefesienan media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran
membacakan puisi, dan (6) bagaimana perilaku siswa ketika penilaian
membacakan puisi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, semua
siswa sudah merasa siap untuk menerima pelajaran dari guru. Hal ini
dibuktikan ketika guru memasuki ruangan, semua siswa diam dan tidak
ada yang berbicara. Keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran pada
172
siklus II sudah bagus dan lebih meningkat dibandingkan pada proses
pembelajaran siklus I. Pada siklus I siswa yang aktif bertanya hanya 2
siswa saja, sedangkan pada siklus II siswa yang aktif bertanya berjumlah 7
siswa. Pada siklus II ini, terlihat bahwa semua siswa merespon positif
terhadap pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual. Ketika guru menyuruh siswa untuk
berlatih membacakan puisi di dalam kelompoknya, siswa sangat antusias
dan mereka memiliki semangat untuk bisa membacakan puisi dengan baik
dan benar sesuai master yang telah dicontohkan dan siswa tidak merasa
malu untuk maju membacakan puisi di depan kelas dan ketika guru
menyuruh siswa untuk maju di depan kelas, rata-rata siswa terlihat sangat
antusias karena guru memberika reward kepada siswa jika kemampuan
membacakan puisi siswa sangat baik.
Situasi dan suasana ketika pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual terlihat tenang dan
semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru, ketika pemutaran video
dari master, semua siswa tenang dan memperhatikan video pembacaan
puisi. Menurut guru (peneliti) metode Copy The Master melalui media
audio visual sangat efektif untuk pembelajaran membacakan puisi pada
siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Hal ini dibuktikan bahwa
perilaku siswa selama proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II
semakin meningkat mulai dari perilaku siswa dan peningkatan nilai siswa.
Siswa merasa sangat tertarik dan antusias dengan pembelajaran
173
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio
visual.
4.1.5.3 Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh peneliti setelah kegiatan belajar
mengajar selesai. Wawancara dilaksanakan kepada tiga siswa yaitu satu siswa
yang mendapatkan kategori nilai terbaik, satu siswa yang mendapatkan nilai
cukup, dan satu siswa yang mendapatkan nilai kurang. Ketiga siswa tersebut
bernama Niken Febrianti, Adi Rizki Agus, dan Fitri Mutia Sari. Kegiatan
wawancara ini dilakukan oleh peneliti agar peneliti mengetahui tanggapan siswa
terhadap proses pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual siklus II.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yaitu, (1) apakah
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual sudah pernah diterapkan oleh guru mata pelajaran? (2) bagaimana
akspresi kamu mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual? (3) kesulitan apakah yang kamu alami
ketika proses pembelajaran berlangsung? (4) manfaat apa yang dapat kamu
peroleh dari pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master
melalui media audio visual? (5) apakah dengan metode Copy The Master melalui
media audio visual ini, kamu sudah berhasil dalam membacakan puisi? dan (6)
saran apa yang dapat kamu berikan untuk membacakan puisi dengan metode Copy
The Master melalui media audio visual?.
174
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki karegori
nilai sangat baik, baik, dan kurang mengatakan bahwa metode Copy The Master
melalui media audio visual belum pernah diterapkan pada
pembelajaranmembacakan puisi, ekspresi siswa selama pembelajaran berlangsung
yaitu siswa merasa sangat senang dengan video pembacaan puisi oleh master
karena dapat membantu siswa dalam memahami aspek-aspek dalam membacakan
puisi, pada siklus II siswa yang memiliki kategori nilai sangat baik dan baik
mengatakan siswa tidak merasa kesulitan dalam membacakan puisi sedangkan
siswa yang memiliki kategori nilai kurang mengatakan bahwa siswa masih merasa
grogi ketika membacakan puisi di depan kelas, manfaat yang diperoleh siswa
selama proses pembelajaran membacakan puisi siklus II yaitu siswa menjadi lebih
memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa tidak malu untuk
membacakan puisi di depan kelas karena guru memberikan reward kepada siswa
jika nilai siswa memiliki kategori sangat baik, pada pembelajaran siklus II siswa
merasa sudah berhasil dalam membacakan puisi dibandingkan pada pembelajaran
membacakan puisi siklus I, siswa tidak memberikan saran kepada guru karena
menurut siswa, dan pembelajaran pada siklus II sudah sangat bagus.
4.1.5.4 Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto digunakan oleh peneliti sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Aktivitas siswa yang perlu
didokumentasikan yaitu, (1) ketika aktivitas awal pembelajaran membacakan
puisi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan, (2) ketika siswa menonton video
175
pembacaan puisi dari master, (2) ketika siswa mendengarkan penjelasan dari guru,
(3) ketika siswa bertanya atau menanggapi tentang materi yang belum paham, (4)
ketika siswa membentuk kelompok, (5) saat siswa berdiskusi di dalam
kelompoknya, dan (6) saat siswa maju untuk membacakan puisi di depan kelas.
Deskripsi dokumentasi foto pada siklus II dapat dipaparkan sebagai berikut:
Gambar 9 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi
Gambar 9 menunjukkan kegiatan awal pembelajaran. Pada kegiatan
tersebut, guru melakukan tanya jawab tentang membacakan puisi, bertanya
tentang pengalaman siswa dalam membacakan puisi pada siklus I, menyampaikan
tujuan serta manfaat membacakan puisi dan memberikan motivasi dan reward
kepada siswa yang mampu mendapatkan nilai sangat baik. Pada kegiatan awal
pembelajaran membacakan puisi siklus II tidak terlihat perilaku negatif yang
dilakukan siswa. Dari dokumentasi foto tersebut dapat dilihat kesiapan siswa saat
memulai pembelajaran.
176
Gambar 10 Guru Menjelaskan Materi
Gambar 10 menunjukkan aktivitas guru dalam mengulas materi pada
siklus II. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengingat kembali pembelajaran
membacakan puisi pada siklsu I. Dapat dilihat di dalam foto, siswa terlihat
antusias dan medengarkan penjelasan guru. Tidak ada siswa yang berbicara ketika
guru sedang menjelaskan materi.
Gambar 11 Aktivitas Siswa Bertanya
177
Gambar 11 menunjukkan bahwa ada salah satu siswa yang terlihat di
dalam foto ketika bertanya mngenai materi yang belum diapahami oleh siswa.
Pada pembelajaran siklus II terdapat 7 siswa yang bertanya, siswa tidak merasa
malu untuk bertanya karena siswa sudah bisa beradaptasi dengan peneliti.
Gambar 12 Siswa Melihat Video Master
Gambar 12 menunjukkan bahwa siswa sangat serius dan antusias untuk
melihat video pembacaan puisi dari master yang diperlihatkan oleh peneliti.
Setelah siswa melihat video pembacaan puisi dari master, maka guru memberikan
penguatan kepada siswa tentang cara membacakan puisi agar siswa mengetahui
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi dan dapat
membacakan puisi dengan baik dan benar.
Gambar 13 Siswa Membentuk Kelompok
178
Gambar 13 menunjukkan aktivitas siswa ketika membentuk kelompok.
Siswa terlihat tertib, tidak banyak bergurau dalam membentuk kelompok karena
siswa sudah tau siapa yang menjadi anggota kelompoknya (anggota kelompok
siklus II sama dengan anggota kelompok pada siklus I). Guru membagikan puisi
dengan tema ―percintaan‖ kepada masing-masing kelompok dan menyuruh siswa
untuk berlatih membacakan puisi di dalam kelompoknya.
Gambar 14 Siswa Membacakan Puisi
Gambar 14 menunjukkan aktivitas siswa dalam membacakan puisi di
depan kelas. Siswa tidak lagi ragu dan malu untuk maju membacakan puisi. Dari
gambar di atas dapat dilihat bahwa keterampilan memebacakan puisi siswa sudah
mengalami peningkatan dari siklus I yang masih belum menguasai aspek-aspek
dalam membacakan puisi, sedangkan pada siklus II siswa sudah mampu
membacakan puisi sesuai aspek-aspek dalam membacakan puisi.
179
Gambar 15 Guru Melakukan Wawancara
Gambar 15 menunjukkan bahwa guru mewawancarai beberapa siswa.
Setelah pembelajaran berakhir, peneliti menunjuk beberapa siswa, yaitu satu
siswa yang mendapat nilai tinggi, satu siswa yang mendapat nilai cukup dan satu
siswa yang mendapat nilai rendah untuk diwawancarai. Wawancara ini bertujuan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual siklus II.
4.1.5.5 Refleksi
Pembelajaran pada siklus II telah dilaksanakan dan hasil pembelajaran
membacakan puisi yang dicapai oleh siswa pada siklus II sudah mencapai nilai
yang ditargetkan oleh peneliti yaitu sebesar 70. Nilai rata-rata siklus II sebesar
74,9. Hasil tes siklus II sudah mengalami peningkatan dari 66,4 menjadi 74,9.
Peningkatan ini dikarenakan sebagian besar siswa sudah melakukan proses
pembelajaran membacakan puisi dengan baik.
Dari hasil observasi pada siklus II dapat dilihat perilaku negatif yang
ditunjukkan oleh siswa yaitu beberapa siswa pasif dan bermalas-malasan untuk
180
bertanya. Sedangkan untuk perilaku positif mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II. Hal ini disebabkan guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam
proses pembelajaran pada siklus II.
Hasil jurnal siswa siklus II menyatakan bahwa sebagian besar siswa sudah
menunjukkan ke arah positif. Siswa merasa senang, antusias, tertarik, dan merasa
terbantu dengan pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The
Master melalui media audio visual. Akan tetapi, masih ada 4 siswa yang nilainya
terendah di antara siswa yang lain masih merasa kesulitan ketika membacakan
puisi di depan kelas masih grogi dan malu.
Dari jurnal guru siklus II dapat diketahui bahwa hanya ada beberapa siswa
yang mengalami kesulitan selama proses pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual. Suasana dan situasi kelas
dapat terkendali karena siswa tertarik dengan metode dan media yang digunakan
guru dalam mengajar. Proses pembelajaran pada siklus II lebih baik daripada
pembelajaran pada siklus I, situasi dan suasana kelas lebih bisa terkondisi dengan
baik karena guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa lebih tertarik dan antusias pada pembelajaran siklus II.
Berdasarkan hasil wawancara yang diwakili oleh satu siswa yang memiliki
kategori nilai sangat baik, baik, dan cukup dapat disimpulkan bahwa siswa
tersebut senang dan tertarik dengan metode dan media yang digunakan oleh
peneliti. Ketiga siswa tersebut mengatakan bahwa metode Copy The Master
melalui media audio visual sangat bermanfaat dan siswa merasa terbatu dalam
membacakan puisi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai siswa pada siklus
181
II. Sedangkan kesulitan yang dihadapi siswa dengan kategori nilai rendah yaitu
sulit menghilangkan rasa grogi ketika membacakan puisi di depan kelas.
Dari hasil dokumentasi foto pada siklus II dapat terlihat perilaku-perilaku
siswa yang positif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa terlihat sangat
antusias dan serius selama proses pembelajaran, dan jika ada siswa yang bergurau
dengan teman, guru langsung menegur siswa tersebut.
Dalam pembelajaran siklus II, guru sudah mencoba melakukan perbaikan-
perbaikan yang bertujuan agar hasil tes siklus II lebih baik daripada siklus I.
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh peneliti pada siklus II. Setelah
dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran siklus II, maka peneliti
berhasil meningkatkan pembelajaran membacakan puisi. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan hasil tes dan nontes.
4.1.6 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang
terdiri atas dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat
tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada siklus II, tahap-
tahap tersebut dilaksanakan dengan perbaikan dari pembelajaran siklus I.
Pada siklus I, proses pembelajaran diawali dengan guru mengkondisikan
siswa agar siswa siap untuk mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tanya jawab mengenai pengetahuan dasar
tentang puisi (pengertian puisi, menanyakan pengalaman siswa dalam
membacakan puisi, dan cara membacakan puisi), menjelaskan kompetensi yang
182
akan dicapai, tujuan, dan manfaat dalam membacakan puisi. Hal ini dilakukan
agar siswa memiliki motivasi untuk belajar dan mampu menumbuhkan minat
belajar siswa. Pada kegiatan awal, masih terdapat beberapa siswa yang belum siap
menerima materi yang disampaikan oleh guru. Siswa masih melakuakan perilaku
negatif yaitu siswa masih berbicara dengan teman sebangku, berjalan-jalan di
dalam kelas mencari tempat duduk, siswa duduk dengan tiga teman dalam satu
bangku, siswa bermalas-malasan/mengantuk, dan cara duduk siswa yang kurang
sopan.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru membagikan teks puisi yang
berjudul ―Diponegoro‖ karya Chairil Anwar yang dibacakan oleh master. Ketika
guru membagikan teks puisi, terlihat masih ada beberapa siswa yang maju
menghampiri guru untuk melihat teks puisi yang akan dibagikan oleh guru karena
rasa penasaran siswa terhadap teks puisi. Setelah teks puisi dibagikan, siswa
diminta untuk membacakan puisi tersebut di depan kelas sebelum siswa melihat
video pembacaan puisi dari master. Hal ini bertujuan agar guru mengetahui
kemampuan siswa dalam membacakan puisi sebelum menggunakan metode Copy
The Master melalui media audio visual, sedangkan siswa yang lain mengomentari
pembacaan puisi yang dibacakan oleh teman di depan kelas. Kondisi kelas pada
saat itu, siswa masih sulit untuk maju membacakan puisi dengan alasan malu,
grogi, dan takut ditertawakan oleh teman jika salah dalam membacakan puisi.
Pada tahap elaborasi, guru memutarkan video pembacaan puisi dari
master. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui secara konkret bagaimana cara
membacakan puisi yang benar sesuai dengan aspek-aspek dalam membacakan
183
puisi. Guru menyuruh siswa untuk mencermati pembacaan puisi dari master dan
memberikan tanda penjedaan dalam puisi yang dibacakan oleh master. Kondisi
kelas sangat tenang karena siswa merasa tertari dan antusias ketika melihat video
pembacaan puisi dari master. Guru dan siswa bersama-sama menentukan langkah-
langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi dari puisi
yang sudah dibacakan oleh master dan guru memberikan penguatan kepada siswa.
Guru menyuruh siswa berkelompok, guru membagikan lima teks puisi pada setiap
kelompok dan memberikan tugas kepada siswa untuk memilih satu dari lima
puisi, kemudian memahami puisi, menentukan nada dan suasana puisi, dan
membuat pemenggalan bacaan, guru menyuruh siswa untuk berlatih membacakan
puisi di dalam kelompoknya. Ketika siswa membentuk kelompok, terlihat
beberapa siswa masih bingung menentukan siapa anggota kelompoknya, suasana
kelas terdengar gaduh dan kurang terkondisi. Kegiatan inti pada tahap konfirmasi,
guru dan siswa berdiskusi berkenaan dengan materi yang belum dikuasai oleh
siswa dan menyimpulkan materi yang telah diajarkan, guru menyuruh masing-
masing siswa maju di depan kelas. Setelah siswa memilih puisi sesuai dengan
keinginannya dan membacakan puisi tersebut di depan kelas, hasil tes tersebut
dijadikan sebagai nilai dari pembelajaran siklus I. Situasi kelas pada saat penilaian
membacakan puisi sikus I, terlihat bahwa sebagian besar siswa mengulur waktu
untuk maju di depan kelas karena masih malu dan grogi. Setelah pembelajaran
selesai, siswa diminta untuk mengisi jurnal siswa yang sudah dipersiapkan oleh
guru (peneliti). Pada siklus I ini sebagian besar siswa terlihat antusias dan tertarik
dengan metode dan media yang digunakan oleh guru. Akan tetapi, ada beberapa
184
siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu siswa masih berbicara dengan teman
sebangku, berjalan-jalan di dalam kelas mencari tempat duduk, siswa duduk
dengan tiga teman dalam satu bangku, siswa bermalas-malasan/mengantuk, cara
duduk siswa yang kurang sopan, dan terlihat kurang terkondisi saat membentuk
kelompok. Data tersebut diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh peneliti
selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil tes dan nontes pada
siklus I, dapat disimpulkan bahwa hasil nilai siswa pada siklus I belum memenuhi
target peneliti, masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan selama proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan beberapa siswa melakukan perilaku negatif
yaitu siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga nilai yang
diperoleh siswa kurang maksimal.
Proses pembelajaran siklus II hampir sama dengan proses pembelajaran
siklus I, yaitu guru menanyakan pengalaman siswa ketika membacakan puisi pada
siklus I, mengulas materi pada pertemuan siklus I, menjelaskan tujuan dan
manfaat yang akan diperoleh siswa jika siswa mampu membacakan puisi.
Kemudian dari data siklus I, guru melakukan perbaikan dengan memberikan
motivasi dan reward kepada siswa yang mampu mendapatkan nilai sangat baik.
Hal ini betujuan agar siswa lebih bersemangat, berusaha mendapatkan nilai yang
terbaik, dan serius selama proses pembelajaran membacakan puisi. Perilaku siswa
pada kegiatan awal sudah menunjukkan ke arah positif, perilaku negatif pada
siklus I sudah berkurang, hal ini disebabkan guru memberikan motivasi dan
reward kepada siswa.
185
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru mengkondisikan siswa agar
siswa lebih siap mengikuti pembelajaran pada siklus II dan guru menegur siswa
yang masih bergurau dengan teman. Kegiatan inti pada tahap elaborasi, guru
menyuruh siswa maju di depan kelas sebelum siswa melihat video. Pada siklus II
ini, sebagian besar siswa sudah tidak merasa malu dan grogi ketika maju di depan
kelas. Guru melakukan perbaikan dengan memutarkan video pembacaan puisi dari
master dengan volume suara maksimal dan memutar video lebih dari satu kali
agar siswa lebih mampu memahami cara membacakan puisi yang baik dan benar
sesuai dengan makna puisi. Guru menyuruh siswa berkelompok sesuai kelompok
pada siklus I dan guru membagikan tiga teks puisi dengan tema ―percintaan‖ pada
masing-masing kelompok dan siswa memilih satu dari tiga puisi. Kondisi kelas
ketika siswa berkelompok terlihat tenang dan lebih terkondisi, hal ini disebabkan
anggota kelompok siklus II sama degan anggota kelompok siklus I jadi siswa
sudah mengetahui siapa saja anggota kelomponya. Pada tahap konfirmasi, siswa
berlatih membacakan puisi di dalam kelompoknya, sedangkan siswa yang lain
mengomnetari pembacaan puisi tersebut. Kegiatan selanjutnya, guru menyuruh
siswa maju di depan kelas untuk penilaian tes membacakan puisi siklus II. Siswa
terlihat lebih serius, tidak mengulur waktu, lebih tertarik dengan tema puisi pada
siklus II, dan suasana kelas tenang ketika guru menjelaskan materi jika
dibandingkan dengan siklus I. Pada pembelajaran siklus II perilaku siswa
menujukkan ke arah positif dan hanya ada beberapa siswa yang bermalas-malasan
untuk bertanya dan maju membacakan puisi pada saat penilaian membacakan
186
puisi. Perilaku tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dan dokumentasi foto
yang diperoleh peneliti.
Kegiatan akhir dari pembelajaran membacakan puisi, guru bertanya
kepada siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran,
guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada siklus II dan
melakukan refleksi. Kemudian siswa diminta untuk mengisi jurnal siswa siklus II.
Sebelum pembelajaran selesai, guru memberikan reward kepada tiga siswa yang
mendapatkan nilai terbaik.
4.1.6.1 Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi
Perolehan hasil tes peningkatan keterampilan membacakan puisi pada
kondisi awal yang belum menggunakan metode Copy The Master melalui media
audio visual dan hasil tes dengan menggunakan metode Copy The Master melalui
media audio visual pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Tabel 36 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 36 dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata siswa pada
kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kategori skor sangat baik, jumlah skor
No Kategori
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Skor Persen
(%) Skor
Persen
(%) Skor
Persen
(%)
1 Sangat
Baik
0 0% 84 2,6% 356 10,3%
2 Baik 365 12,8% 519 17,9% 2291 79,5%
3 Cukup 829 33,3% 1878 74,4% 274 10,3%
4 Kurang 1111 53,8% 112 5,1% 0 0%
Jumlah 2303 100% 2593 100% 2921 100%
Rata-rata 59,1 66,5 74,9
187
siswa kondisi awal yaitu 0 atau sebesar 0%, jumlah skor siswa siklus I yaitu 84
atau sebesar 2,6%, dan jumlah skor siswa siklus II yaitu 356 atau sebesar 10,3%.
Pada kategori skor baik, jumlah skor siswa kondisi awal yaitu 365 atau sebesar
12,8%, jumlah skor siswa siklus I yaitu 519 atau sebesar 17,9%, dan jumlah skor
siswa siklus II yaitu 2291 atau sebesar 79,5%. Pada kategori skor cukup, jumlah
skor siswa kondisi awal yaitu 829 atau sebesar 33,3%, jumlah skor siswa siklus I
yaitu 1878 atau sebesar 74,4%, dan jumlah skor siswa siklus II yaitu 274 atau
sebesar 10,3%. Pada kategori kurang, jumlah skor siswa kondisi awal yaitu 1111
atau sebesar 53,8%, jumlah skor siswa siklus I yaitu 112 atau sebesar 5,1%, dan
jumlah skor siswa siklus II yaitu 0 atau sebesar 0%.
Lebih jelasnya kategori hasil tes keterampilan membacakan puisi dari
kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Diagram 4 Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Membacakan Puisi
0
365
829
1111
84
519
1878
112
356
2291
274
00
500
1000
1500
2000
2500
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
188
Dari gambar diagram di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
keterampilan siswa dalam membacakan puisi. Hal ini terlihat dari kategori nilai
siswa. Terjadi peningkatan nilai siswa kondisi awal ke siklus I dengan kategori
nilai sangat baik, baik, dan cukup dan masih ada beberapa siswa yang
mendapatkan kategori nilai kurang. Sedangkan pada siklus I ke siklus II terjadi
peningkatan nilai siswa dengan kategori sangat baik dan baik, dan tidak ada satu
pun siswa yang medapatkan nilai kurang pada siklus II.
Lebih jelasnya hasil tes keterampilan membacakan puisi dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Diagram 5 Hasil Nilai Keterampilan Membacakan Puisi
Dari gambar diagram 5 di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan siswa dalam membacakan puisi pada masing-masing
siklus yang dapat dibuktikan dengan pemerolehan hasil nilai rata-rata siswa. Nilai
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kondisi awal Siklus I Siklus II
59.166.5
74.9
189
rata-rata siswa pada kondisi awal yaitu 59,1, pada siklus I yaitu 66,5, dan pada
siklus II yaitu 74,9. Peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa dari
kondisi awal ke siklus I sebesar 7,4%, sedangkan peningkatan keterampilan
membacakan puisi siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,4%. Peningkatan nilai
keterampilan membacakan puisi siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata masing-
masing aspek sebagai berikut:
Tabel 37 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siklus I dan Siklus II
No Aspek
Siklus I Siklus II Peningkatan
Membacakan puisi
Siklus I—Siklus II
Peningkatan
Rata-rata Rata-rata Siklus I—
Siklus II
1. Pemenggalan 61,5 75,9 14,4%
2. Kelancaran 64,6 75,3 10,7%
3. Konsentrasi 64,1 74,9 10,8%
4. Mimik wajah 61,5 72,3 10,8%
5. Kejelasan ucapan 67,1 73,3 6,2%
6. Tekanan 69,7 72,8 3,1%
7. Intonasi 68,7 74,4 5,7%
8. Jeda 66,7 74,4 7,7%
9. Nada 73,3 76,4 3,1%
10. Gerak tubuh 67,7 76,4 8,7%
11. Penguasaan
panggung
64,6 76,9 12,3%
Nilai Rata-rata Kelas 66,5 74,9 8,4%
Dari tabel 37 dapat dilihat terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II.
Pada proses pembelajaran kondisi awal, peneliti menerima daftar nilai siswa dari
guru dengan rata kelas sebesar 59,1, siklus I sebesar 66,5, dan siklus II 74,9.
190
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukan adanya
peningkatan nilai rata-rata siswa pada masing-masing aspek. Hal ini dibuktikan
bahwa siswa sudah mengalami peningkatan masing-masing aspek dalam
membacakan puisi pada siklus I dan siklus II.
Aspek penghayatan yang tercermin dalam aspek pemenggalan siklus I
memperoleh nilai rata-rata sebesar 61,5 dan disiklus II memperoleh nilai rata-rata
75,9 dengan peningkatan sebesar 14,4%. Aspek kelancaran siklus I memperoleh
nilai rata-rata 64,6 dan disiklus II memperoleh nilai sebesar 75,3 dengan
peningkatan sebesar 10,7%. Aspek konsentrasi pada siklus I memperoleh nilai
rata-rata sebesar 64,1 dan disiklus II memperoleh nilai rata-rata 74,9 dengan
peningkatan sebesar 10,8%. Aspek mimik siklus I mendapatkan nilai rata-rata
61,5 dan siklus II mendapatkan nilai 72,3 dengan peningkatan sebesar 10,8%.
Aspek teknik vokal yang tercermin dalam aspek kejelasan ucapan siklus I
memperoleh nilai rata-rata 67,1 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata 73,3
dengan peningkatan sebesar 6,2%. Aspek tekanan siklus I memperoleh nilai rata-
rata 69,7 dan siklus II memperoleh nilai 72,8 dengan peningkatan sebesar 3,1%.
Aspek intonasi siklus I memperoleh nilai rata-rata 68,7 dan siklus II memperoleh
nilai rata-rata 74,4 dengan peningkatan sebesar 5,7%. Aspek jeda siklus I
memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,7 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata
74,4 dengan peningkatan sebesar 7,7%. Aspek nada siklus I memperoleh nilai
rata-rata sebesar 73,3 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,4 dengan
peningkatan sebesar 3,1%.
191
Aspek teknik vokal yang tercermin dalam gerak tubuh pada siklus I
memperoleh nilai rata-rata sebesar 67,7 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata
76,4 dengan peningkatan sebesar 8,7%. Aspek penguasaan panggung siklus I
memperoleh nilai rata-rata 64,6 dan siklus II memperoleh nilai 76,9 dengan
peningkatan sebesar 12,3%.
Lebih jelasnya hasil tes aspek keterampilan membacakan puisi dari siklus
I, dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 1 Nilai Rata-rata Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
1= pemenggalan 2= kelancaran, 3= konsentrasi 4= mimik 5= kejelasan ucapan 6=
tekanan 7= intonasi 8= jeda 9= nada 10 gerak tubuh 11= penguasaan panggung.
Peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa merupakan suatu
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Ketika dilaksanakan tindakan siklus I dan
Ketika pembelajaran membacakan puisi pada kondisi awal, kemampuan siswa
masih rendah. Setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II dengan metode
61.5 64.6 64.1 61.567.1 69.7 68.7 66.7
73.367.7 64.6
75.9 75.3 74.9 72.3 73.3 72.8 74.4 74.4 76.4 76.4 76.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Siklus I
Siklus II
192
Copy The Master melalui media audio visual, keterampilan siswa dalam
membacakan puisi selalu meningkat dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa siswa sudah berhasil menggunakan metode Copy The
Master melalui media audio visual untuk membantu siswa dalam membacakan
puisi. Selain itu, metode dan media yang digunakan tersebut mampu menciptakan
suatu proses pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan.
4.1.6.2 Perubahan Perilaku Siswa
Peningkatan keterampilan siswa dalam membacakan puisi dengan metode
Copy The Master melalui media audio visual pada siklus I dan siklus II diikuti
dengan perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku tersebut diperoleh dari data
kualitatif yaitu hasil observasi, jurnal guru dan siswa, wawancara, dan
dokumentasi foto yang dipaparkan sebagai berikut.
Dari hasil observasi pada siklus I kesiapan siswa untuk mengikuti
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual belum maksimal. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa siswa yang
keluar kelas dengan teman tanpa izin terlebih dahulu dengan guru, beberapa siswa
yang mengantuk atau tidur di dalam kelas, siswa banyak bergurau dan berbicara
sendiri, cara duduk siswa yang kurang sopan, dan siswa makan di dalam kelas
selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II sudah ada perubahan
perilaku siswa ke arah positif. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
sudah mulai terlihat sejak awal pembelajaran, semua siswa sangat antusias dan
serius ketika pembelajaran berlangsung, sehingga siswa mampu menyerap materi
193
secara maksimal. Keaktifan siswa dalam bertanya pada siklus II juga sudah
meningkat. Pada siklus I siswa yang bertanya hanya 2 siswa saja, sedangkan pada
siklus II sebanyak 7 siswa berani untuk bertanya dan tidak merasa malu. Perilaku
negatif yang dilakukan oleh siswa pada siklus I sudah tidak terlihat lagi pada
siklus II.
Berdasarkan jurnal siswa siklus I dan siklus II, siswa semakin senang dan
semakin memahami materi serta semakin mampu membacakan puisi sesuai
dengan aspek-aspek dalam membacakan puisi. Menurut sebagian besar siswa
kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang menyatakan bahwa metode Copy The
Master melalui media audio visual dapat mempermudah mereka dalam
membacakan puisi karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dapat diatasi
oleh metode tersebut. Semua siswa merasa senang dan tertarik dengan video
pembacaan puisi dari master melalui media audio visual karena sebagian besar
siswa baru pertama kali menyaksikan pembacaan puisi melalui media audio
visual. Selain itu, metode tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dan
menumbuhkan minat bagi siswa untuk membacakan puisi seperti master yang
telah dicontohkan, karena master tersebut mampu memenangkan perlombaan
membacakan puisi.
Berdasarkan hasil jurnal guru siklus I dan siklus II menyatakan bahwa
siswa sudah mengalami perubahan perilaku ke arah positif. Pada siklus I kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang maksimal, akan tetapi pada
siklus II kesiapan siswa sudah maksimal. Keaktifan siswa dalam bertanya pada
siklus I siswa masih merasa malu dan takut untuk bertanya, akan tetapi pada
194
siklus II siswa sudah aktif bertanya dan tidak merasa malu atau takut. Respon
siswa ketika melihat pembacaan video pembacaan puisi dari master pada siklus I
dan siklus II sangat positif yaitu siswa merasa senang dan tertarik untuk melihat
video pembacaan puisi. Situasi dan kondisi kelas selama proses pembelajaran
siklus I masih belum terkondisi secara baik karena ada beberapa siswa yang
melakukan perilaku negatif, sedangkan pada siklus II situasi dan kondisi kelas
sudah bisa terkondisi dengan baik dan tidak ada siswa yang melakukan perilaku
negatif seperti yang dilakukan pada siklus I. Metode Copy The Master melalui
media audio visual ini sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam membacakan puisi.
Berdasarkan hasil wawancara siklus I dan siklus II yang dilakukan peneliti
kepada siswa dengan perwaklian siswa yang memiliki kategori nilai tertinggi,
sedang, dan kurang dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan tertarik
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual karena merupakan
pengalaman pertama bagi siswa. Metode dan media tersebut mampu
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk membacakan puisi sesuai dengan
master yang dicontohkan. Selain itu, dengan metode Copy The Master ini siswa
merasa terbantu dalam membacakan puisi sesuai dengan aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam membacakan puisi.
Berdasarkan hasil dokumentasi foto siklus I dan siklus II terlihat bahwa
siswa semakin terkondisi dengan baik selama mengikuti pembelajaran
membacakan puisi. Dari hasil foto siklus I terlihat masih ada beberapa siswa yang
cara duduknya kurang sopan, siswa banyak bergurau dengan teman, dan masih
195
terlihat ada beberapa siswa yang makan di dalam kelas ketika proses pembelajaran
akan dimulai. Dari hasil foto siklus II menunjukkan bahwa ketika guru masuk di
dalam ruang kelas, semua siswa diam dan terlihat siap menerima materi dari guru.
Semua siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dan tidak ada siswa
yang melakukan perilaku negatif. Berdasarkan hasil foto tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku positif siswa dalam mengikuti pembelajaran
membacakan puisi mengalami peningkatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam membacakan puisi. Hal tersebut
dibuktikan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata tiap siklusnya. Pada kondisi
awal yang belum menggunakan metode dan media tersebut, rata-rata nilai siswa
hanya 59,1 kemudian pada siklus I menggunakan metode Copy The Master dan
media audio visual meningkat menjadi 66,5 dan terjadi peningkatan sebesar 7,4%,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,9 dan terjadi
peningkatan sebesar 8,4%. Peningkatan tersebut terjadi setelah dilakukan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II. Selain itu,
terjadi perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif ke perilaku positif selama
mengikuti pembelajaran membacakan puisi siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata
kelas pada siklus II sudah memenuhi target yang telah ditentukan oleh peneliti
yaitu 70 dan siswa sudah mengalami perubahan perilaku ke arah positif sehingga
penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu dilakukan
penelitian pada siklus berikutnya.
196
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian peningkatan keterampilan membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual siswa kelas VIIA
SMP Atthohiriyyah Semarang, dipaparkan simpulan sebagai berikut.
1. Keterampilan siswa dalam membacakan puisi kelas VIIA SMP
Atthohiriyyah Semarang, meningkat setelah dilakukan pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio
visual. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebelum dilakukan
penelitian sebesar 59,1 atau berkategori kurang, sementara nilai rata-rata
siswa dalam membacakan puisi setelah dilakukan penelitian pada siklus I,
yaitu 66,5 atau berkategori cukup. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan nilai rata-rata membacakan puisi dari kondisi awal ke siklus I
sebesar 7,4%. Hasil nilai rata-rata siswa pada siklus I masih belum
mencapai nilai yang ditargetkan oleh peneliti yaitu 70. Maka dilakukan
penelitian siklus II untuk memperbaiki nilai rata-rata pada siklus I. Setelah
dilakukan siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 74,9 atau berkategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya perbaikan-perbaikan yang
dilakukan oleh guru maka nilai rata-rata membacakan puisi dari siklus I ke
siklus II meningkat sebesar 8,4%.
196
197
2. Terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif pada siswa kelas VIIA
SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran
membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio
visual. Perubahan perilaku siswa dapat diketahui dari hasil nontes yang
meliputi hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara dengan
siswa, dan dokumentasi foto. Pada pembelajaran membacakan puisi siklus
I masih terdapat siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu siswa
terlihat belum siap menerima materi dari guru, malu untuk bertanya,
kurang bersemangat dan kurang antusias. Pada pembelajaran siklus II
siswa lebih terlihat melakukan perilaku positif yaitu siswa sudah siap
menerima materi dari guru, siswa lebih aktif bertanya, bersemangat dan
lebih antusias selama proses pembelajaran siklus II.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan pada simpulan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode Copy The Master
melalui media audio visual, karena dengan metode tersebut siswa lebih
tertarik sehingga dapat menguasai materi secara maksimal, siswa menjadi
aktif, dan berani untuk mengapresiasikan diri ketika membacakan puisi.
2. Guru bahasa Indonesia sebaiknya memilih puisi yang akan dibacakan oleh
siswa dengan memilih tema puisi mudah dimengerti makna dan suasana
198
puisinya oleh siswa kelas VII SMP sehingga pembacaan puisi siswa bisa
lebih maksimal.
3. Siswa hendaknya bersungguh-sungguh selama mengikuti pembelajaran
membacakan puisi, lebih aktif bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, berperilaku positif dalam mengikuti pembelajaran, dan sering
berlatih membacakan puisi.
4. Bagi para peneliti di bidang pendidikan maupun nonpendidikan dapat
menerapkan metode Copy The Master melaui media audio visual sebagai
alternatif metode pembelajaran membacakan puisi, karena dengan metode
pembelajaran tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menarik
dan efisien.
199
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Slamet Riyadi dkk. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Bengkel Sastra: Puisi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Aminanto, Juhan Apri. 2008. Peningkatan Keterampilan Membacakan puisi
dengan Teknik Latihan Terbimbing dan Media Reading Box pada
Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 39 Semarang. Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djojosuroto, Kinaryati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung:
Penerbit Nuansa.
Doyin, Mukh. 2008. Seni Baca Puisi. Semarang: Bandungan Institute.
Haryadi. 2006. Retorika Membaca Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah
Indonesia.
Haryanto, M. 2009. Menjadi Maestro Membacakan puisi. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Hati, Rikna Permata. 2009. Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi
dengan Teknik Jangkar Emosi dan Media VCD pada siswa kelas X-6
SMA Negeri 1 Batang. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ismail, Nanang. 2009. Peningkatan Kemampuan Membacakan puisi dengan
Metode Latihan Berjenjang Menggunakan Media Audio Visual
Siswa Kelas VII SMP Islam Al Irsyad Kota Semarang. Skripsi:
Universitas Negeri Semarang.
199
200
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia.
Lesmana, Hari. 2009. Tips Menulis Puisi Copy The Master.
hlasmana.blogdetik.com. 13 Oktober 2009.
Marahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Nuriadi. 2008. Teknik Jitu Menjadi Pembaca Terampil. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nurmala, Rima. 2008. Peningkatan Keterampilan Membacakan puisi melalui
Teknik Pemodelan dengan Menggunakan Media VCD Siswa Kelas
X-2 SMA Muhammadiyah Semarang. Skripsi: Universitas Negeri
Semarang.
Prodopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1993. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rokhanawati, Ani Yulia. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Poster
dengan Metode Copy The Master Pada Siswa Kelas VIIA MTs. Al
Hidayah Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
Rosenblum, Laurence D. dkk. 2000. Face and Mouth Inversion Effects On Visual
and Audio Visual Speech Perception. International Journal of
Experimental Psychology: Human Perception and Performance. Vol.
3 No. 26. Hal. 806-819.
Salim, Ismi. 2009. Copy Master. Salim-ismi.blogspot.com. 21 Juli 2009.
Sanjana, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Snowden, Peggy L. dkk. 2003. The Teacher Directed Shared Reading
Experience: A Strategy for Literacy Instructional Scaffolding.
International Journal of The Keystone State Reading Association
Vol. IV No. I.
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang. CV Widya Karya
Semarang.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya Duta.
201
Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.
Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan. 1997. Pedoman Pembelajaran Apresiasi Puisi
SLTP dan SLTA untuk Guru dan Siswa. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suyitno. 1985. Teknik Pembelajaran Apresiasi Sastra dan Kemampuan
Berbahasa. Yogyakarta: PT Hanindita.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Teori Sastra. Bandung:
Angkasa.
Tazidailma. 2009. Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia.
tazidailma.blogspot.com. 12 Mei 2009.
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia. Jakarta:
Kawan Pustaka.
Widiastuti, Rahmawati. 2007. Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi
Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Bawang Kabupaten Banjarnegara
Tahun Ajaran 2007/2008 dengan Teknik Latihan Berjenjang
Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan. Skripsi: Universitas
Negeri Semarang.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
202
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Atthohiriyyah Semarang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : VII/2
Aspek : Membaca
Standar Kompetensi : 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan buku cerita anak.
Kompetensi Dasar : 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan
irama, volume suara, mimik, kinestetik yang
sesuai dengan isi puisi.
Indikator :
1. Siswa mampu mengetahui kriteria dalam membacakan puisi.
2. Siswa mampu membacakan puisi dengan memperhatikan irama,
volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi puisi.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca puisi dengan memperhatikan memperhatikan irama,
volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi puisi.
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian membacakan puisi
2. Unsur-unsur membacakan puisi
3. Langkah-langkah membacakan puisi
4. Teknik-teknik membacakan puisi
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, ceramah, Copy The Master, penugasan, inkuiri, refleksi.
Lampiran 1
203
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan I
No. Kegiatan Pembelajaran Metode/teknik/
pendekatan
Alokasi
waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru melakukan apersepsi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan materi puisi.
2. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh
jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
Tanya jawab
Apersepsi
10
2. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru membagikan teks puisi yang akan
dibacakan oleh master kepada siswa dan
menyuruh siswa membaca puisi dalam hati.
b. Guru menyuruh beberapa siswa maju di depan
kelas untuk membacakan puisi yang akan
dibacakan oleh master.
c. Siswa yang lain mengomentari pembacaan puisi
siswa yang maju di depan kelas.
2. Elaborasi
a. Guru memutarkan video pembacaan puisi dari
master.
b. Guru menyuruh siswa untuk mencermati
pembacaan puisi dari master dan memberikan
tanda penjedaan dalam puisi yang dibacakan
oleh master.
c. Guru dan siswa secara bersama-sama
menentukan langkah-langkah dan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam membacakan puisi
Ceramah
Metode
Copy The
Master
Penugasan
Inkuiri
60
204
dari puisi yang sudah dibacakan oleh master.
d. Guru memberikan penguatan kepada siswa
tentang langkah-langkah membacakan puisi dan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membacakan puisi (teknik vokal, penampilan,
dan penghayatan).
e. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas
5 siswa.
f. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
memahami puisi, menentukan nada dan suasana
puisi, dan membuat pemenggalan bacaan.
g. Masing-masing siswa berlatih membacakan
puisi di dalam kelompoknya dan anggota
kelompok yang lain mengomentari pembacaan
puisi tersebut.
3. Konfirmasi
a. Guru menyuruh siswa dari perwakilan masing-
masing kelompok untuk membacakan puisi di
depan kelas.
b. Siswa memperhatikan pembacaan puisi teman
yang maju di depan kelas.
c. Siswa mengomentari pembacaan puisi yang
maju di depan kelas.
d. Guru memberikan saran kepada siswa yang
membacakan puisi.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bertanya apakah siswa mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran.
b. Guru meyimpulkan materi yang telah diajarkan.
c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi
dalam proses pembelajaran.
Tanya jawab
Refleksi
Penugasan
10
205
d. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk
berlatih membacakan puisi dari master.
e. Guru menutup pelajaran dengan memberikan
nasihat kepada siswa agar siswa giat berlatih
membaca puisi.
Pertemuan II
No. Kegiatan Pembelajaran Metode/teknik/
pendekatan
Alokasi
waktu
1. Kegiatan awal
a. Guru melakukan ilustrasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan materi puisi pada pertemuan I.
b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh
jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
Tanya jawab
Ilusatrasi
10
2. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru bertanya jawab tentang kesulitan yang
dihadapi siswa mengenai materi membaca
puisi pada pertemuan I.
b. Guru memutarkan master yang membaca puisi
melalui media audio visual agar siswa
mengingat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membacakan puisi.
c. Siswa mengamati pembacaan puisi oleh master
melalui media audio visual.
2. Elaborasi
a. Guru menyuruh siswa untuk berkelompok
sesuai dengan kelompok pada pertemuan I.
Ceramah
Metode
Copy The
Master
Penugasan
Inkuiri
60
206
b. Guru membagikan lima puisi pada masing-
masing kelompok.
c. Siswa memilih satu di antara lima puisi sesuai
dengan keinginannya.
d. Guru menyuruh siswa untuk memahami puisi,
menentukan nada dan suasana puisi, dan
menentukan penjedaan puisi.
e. Masing-masing siswa berlatih membacakan
puisi di dalam kelompoknya dan anggota
kelompok yang lain mengomentari pembacaan
puisi tersebut.
3. Konfirmasi
a. Guru meyuruh masing-masing siswa maju di
depan kelas untuk membacakan puisi yang
dipilih sesuai dengan keinginannya.
b. Siswa memperhatikan pembacaan puisi teman
di depan kelas.
c. Guru menilai pembacaan puisi siswa.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Guru bersama siswa mengadakan refleksi
pembelajaran membacakan puisi yang telah
dilakukan.
c. Guru menutup pelajaran dengan menyuruh
siswa tetap berlatih membaca puisi.
Tanya jawab
Refleksi
Penugasan
10
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber Pembelajaran
Buku paket SMP kelas VII.
207
Ali, Slamet Riyadi dkk. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Bengkel
Sastra:Puisi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Doyin, Mukh. 2008. Seni Baca Puisi. Semarang: Bandungan
Institute.
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya
Duta.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
2. Media Pembelajaran
LCD
Video pembacaan puisi
F. Penilaian
1. Penilaian proses : penilaian proses dilakukan dengan lembar
observasi siswa.
2. Penilaian hasil : hasil tes siswa dalam membacakan puisi.
G. Instrumen/Bentuk Soal
1. Bacakanlah puisi yang dibacakan oleh master di depan kelas dengan
memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi!
H. Rubrik Penilaian
No. Aspek Skor Kategori Kriteria
1. Pemenggalan 5 Sangat baik Tidak terdapat kesalahan dalam
pemenggalan.
4 Baik Terdapat kesalahan pemenggalan dua
kali ketika membacakan puisi.
3 Cukup Terdapat kesalahan pemenggalan tiga
sampai lima kali ketika membacakan
208
puisi.
1 Kurang Terdapat kesalahan pemenggalan
lebih dari lima kali ketika
membacakan puisi.
2. Kelancaran 5 Sangat baik Sangat lancar dalam membacakan
puisi tanpa tersendat-sendat.
4 Baik Lancar membacakan puisi dan masih
tersendat-sendat dua sampai tiga kali.
3 Cukup Cukup lancar membacakan puisi dan
masih tersendat-sendat empat sampai
lima kali.
1 Kurang Kurang lancar dalam membacakan
puisi dan masih tersendat-sendat lebih
dari lima kali.
3. Mimik 5 Sangat baik mimik muncul secara alami, tidak
terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik mimik muncul secara alami, terjadi
dua sampai tiga kali kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
3 Cukup mimik muncul kurang alami, terjadi
empat sampai lima kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
1 Kurang mimik muncul tidak alami, terjadi
209
lebih dari lima kali kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
4. Konsentrasi 5 Sangat baik Mampu mempertahankan konsentrasi
dari awal pembacaan puisi sampai
selesai membacakan puisi.
4 Baik mampu mempertahankan
konsentarasi dari awal pembacaan
puisi dan ditengah-tengah dalam
pembacaan puisi. Konsentrasi
berkurang di akhir pembacan.
3 Cukup Mampu mempertahankan konsentrasi
di awal pembacaan dan akhir
pembacaan puisi. Konsentrasi
berkurang di tengah-tengah
pembacaan puisi.
1 Kurang Tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dari awal sampai akhir
pembacaan puisi.
5. Kejelasan
ucapan
5 Sangat baik Pengucapan kata sangat jelas dan
tidak terjadi kesalahan dalam ucapan
di setiap baitnya.
4 Baik Terjadi kesalahan ucapan antara dua
sampai tiga kali ketika membacakan
puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan ucapan antara
empat sampai lima kali ketika
membacakan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan ucapan lebih dari
210
lima kali ketika membacakan puisi.
6. Tekanan 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penekanan kata ketika membacakan
puisi.
4 Baik Terjadi dua sampai tiga kesalahan
dalam penekanan kata ketika
membacakan puisi. .
3 Cukup Terjadi empat sampai lima kesalahan
dalam penekanan kata ketika
membacakan puisi.
1 Kurang Terjadi lebih dari lima penekanan
kata dalam membacakan puisi ketika
membacakan puisi.
7. Intonasi 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
melafalkan intonasi di dalam puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai lima
kali dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan di atas lima kali
dalam melafalkan intonasi di dalam
puisi.
8. Nada 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
4 Baik terjadi kesalahan dua atau tiga kali
dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
211
3 Cukup terjadi kesalahan tiga sampai empat
kali dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
1 Kurang terjadi kesalahan lebih dari lima kali
dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
9.
10.
Jeda 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penjedaan puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam penjedaan puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai lima
kali dalam penjedaan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan lebih dari lima kali
dalam penjedaan puisi.
Gerak tubuh 5 Sangat baik Gerak tubuh muncul secara alami,
tidak terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik Gerak tubuh muncul secara alami,
terjadi dua sampai tiga kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
3 Cukup Gerak tubuh muncul kurang alami,
terjadi empat sampai lima kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
1 Kurang Gerak tubuh muncul tidak alami,
212
terjadi lebih dari lima kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
11. Penguasaan
panggung
5 Sangat baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan mampu
begerak kesegala arah di atas
panggung.
4 Baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan hanya
bergerak pada satu sisi panggung.
3 Cukup Posisi pembaca selalu di tengah-
tengah panggung dan tidak bergerak
kesegala arah di atas panggung.
1 Kurang Posisi pembaca berada di sisi
pangung dan tidak bergerak ke
tengah panggung.
I. Rumus Penilaian
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
ƩS : Jumlah Skor Siswa
SM : Skor Maksimal
Rentang nilai:
No. Kategori Rentang Nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 60-69
NA = Ʃ 𝐒
𝐒𝐌 × 100 %
213
4. Kurang 0-59
LAMPIRAN
A. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Membacakan Puisi
Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua
macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan
mengkonkretkan puisi tersebut baik dalam bentuk audio maupun visual.
Pembacaan demikian disebut juga deklamasi. Deklamasi sebagai suatu
proses, melibatkan (1) puisi yang dibaca, (2) pembacaan, dan (3)
pendengar.
Pengertian membaca puisi dan membacakan puisi sangat berbeda.
Perbedaan tersebut terletak pada cara penyampaiannya. Membaca puisi
disampaikan oleh pembaca untuk pembaca itu sendiri dan menikmati
sendiri puisi yang dibacakannya. Sedangkan membacakan puisi adalah
suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan oleh pembaca puisi
sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan suatu pesan
dan amanat yang terkandung dalam puisi dengan memperhatikan teknik
vokal, penghayatan, dan penampilan.
2. Unsur-unsur Membacakan Puisi
Dalam membacakan puisi agar memiliki nilai estetis dan pesan yang
disampaikan oleh pembaca dapat dinikmati oleh pendengar atau penonton,
maka ada beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam
membacakan puisi. Unsur tersebut meliputi: (1) penghayatan, (2) vokal, dan
(3) penampilan. Di antara ketiga unsur tersebut, unsur yang paling penting
adalah unsur penghayatan. Karena dengan penghayatan yang baik, maka
pembaca dapat meyampaikan pikiran dan perasaan penyair.
a. Penghayatan
214
Menghayati berarti memahami secara penuh isi puisi. Dengan
pemahaman itulah pembaca sebagai pembaca puisi dapat menyatukan
jiwa puisi dengan jiwa pembaca sendiri. Pemahaman dalam puisi yang
dikategorikan dalam penghayatan ini tidak sekadar memahami makna
kata-kata atau baris-baris puisi, tetapi sampai pada pemahaman atas
makna yang terkandung dalam puisi dan suasana puisi itu sendiri
(Doyin 2008:73).
b. Vokal
Penggunaan vokal yang sangat sesuai dengan makna puisi
dapat menghidupkan suasana puisi sehingga puisi yang dibacakan
terlihat bagus dan memiliki nilai estetis. Kriteria vokal dalam
membacakan puisi yaitu kejelasan ucapan, tekanan, intonasi, jeda, dan
nada dalam puisi.
c. Penampilan
Masalah penampilan dalam membacakan puisi menyangkut
persolan-persoalan; (1) teknik muncul, (2) blocking dan pemanfaatan
setting, (3) gerakan tubuh, dan (4) cara berpakaian (Doyin 2008:83).
Ketika pembaca puisi berada di atas panggung, maka pembaca
harus memperlihatkan sikap wajar dan tenang sehingga tidak terlihat
grogi, hal ini merupakan teknik bagi pembaca sebelum membacakan
puisinya. Gerak-gerik tubuh hendaknya disesuaikan dengan situasi
panggung. Jangan sampai pembaca puisi selalu berada di tengah-
tengah panggung sedangkan panggungnya sangat besar.
3. Langkah-langkah Membacakan Puisi
Ada beberapa cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan
ketika seorang akan membacakan puisi. Langkah yang harus diperhatikan
dalam membacakan puisi yaitu: (1) memilih puisi, (2) memahami puisi, (3)
menentukan nada dan suasana puisi, (4) membuat pemenggalan bacaan, (5)
215
berlatih membacakan puisi, dan (6) membacakan puisi dengan memberikan
jiwa pada pembacaan.
a. Memilih puisi yang akan dibacakan. Memilih puisi merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan sebelum membaca indah
puisi. Hal pertama yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi
adalah siapa calon pendengar dalam membaca indah puisi. Selain itu,
puisi yang dipilih oleh pembaca juga mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam membaca indah puisi.
b. Memahami puisi yang akan dibacakan. Hal ini dimaksudkan agar
seorang pembaca puisi mampu menyampaikan makna di dalam puisi
secara maksimal.
c. Menentukan nada dan suasana puisi. Membaca indah puisi harus
memperhatikan suasana puisi. Jika pembaca mampu menentukan
nada dan suasana yang digambarkan di dalam puisi, maka pembaca
mampu menghayati pembacaan puisi secara optimal.
d. Memberikan penjedaan puisi. Penjedaan puisi dilakukan oleh
pembaca untuk mempermudah ketika membacakan puisi.
e. Berlatih membacakan puisi dengan memperhatikan unsur-unsur
dalam membacakan puisi.
f. Membacakan puisi dengan memberikan jiwa dalam pembacaan,
pembaca harus mampu menghayati dan menjiwai puisi. Pembacaan
puisi dengan menjiwai secara benar puisi yang dibacakannya akan
mampu memukau dan dapat menghidupkan suasana puisi (Doyin
2008:62).
4. Teknik-teknik Membacakan Puisi
Doyin (2008:63) mendefinisikan bahwa ada teknik-teknik tertentu
dalam membacakan puisi di panggung yaitu (a) teknik muncul, (b)
membaca judul puisi, (c) berdiri di atas dua kaki, (d) memegang teks, (e)
pandangan mata, dan (f) membangun kesadaran panggung.
216
a. Ketika pembaca puisi berada di atas panggung, maka pembaca harus
memperlihatkan sikap wajar dan tenang sehingga tidak terlihat grogi,
hal ini merupakan teknik bagi pembaca sebelum membacakan puisinya.
b. Membaca judul puisi agar lebih memuitiskan puisi maka Kata ―karya‖
diganti dengan ―buah pena atau goresan pena atau goresan tinta‖,
sesungguhnya dilakukan dalam upaya lebih ―memuitiskan‖
penyampaian judul (Doyin 2008:66). Jadi dengan mengganti kata
―karya‖ menjadi ―buah pena atau goresan pena atau goresan tinta‖ maka
pembacaan judul puisi akan lebih puitis dan memiliki nilai estetis.
c. Berdiri di atas dua kaki akan membantu pembaca dalam berkonsentrasi.
Kalau pembaca berdiri secara mantap, seluruh beban tubuh pembaca
letakkan pada kekuatan dua kaki, konsentrasipun akan mudah dilakukan
(Doyin 2008:68). Konsentrasi akan berpengaruh besar terhadap
penghayatan atas puisi yang dibacanya. Selain berkaitan dengan
konsentrasi, posisi kaki juga berkaitan dengan keleluasaan pembaca
dalam bergerak (penampilan). Jika kaki pembaca bergetar karena grogi
atau takut, getaran tubuh atau kaki tidak akan terlihat oleh audiens.
d. Memegang teks harus sesuai dengan posisi tubuh. Misalnya dalam
mengucapkan kata ―merdeka‖ maka tangan yang harus mengepal
adalah tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang teks. Jika
pembaca berdiri di posisi pinggir dan tangan kiri hampir menyentuh
tembok, tentu tangan kiri itu pula yang akan pembaca gunakan untuk
memegang teks karena penonton berada di sebelah kanan pembaca.
selain itu, memegang teks berkaitan dengan wajah. Jangan sampai teks
yang dibawa oleh pembaca menutupi wajah si pembaca puisi sehingga
penonton tidak dapat melihat wajah pembaca dengan baik.
e. Pandangan mata dalam membacakan puisi tidak boleh hanya tertuju
pada teks puisi dan tertuju pada satu penonton, setidaknya pembaca
harus hafal setengah dari puisi yang dibacakan agar tidak tepacu pada
teks. Pandangan mata memang harus tertuju pada penonton akan tetapi
217
pembaca tidak boleh mengarahkan tepat pada mata penonton karena ini
akan menjadikan pembaca kehilangan konsentrasi.
f. Panggung yang disediakan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Prinsip yang pembaca gunakan ketika pemilihan posisi di panggung
adalah prinsip seni pertunjukan. Baca puisi merupakan salah satu
bentuk puisi pertunjukan (Doyin 2008:72). Hal ini berimplikasi pada
tuntutan bahwa seni baca puisi haruslah enak didengar dan dipandang.
Penggunaan panggung dalam hal ini menjadi amat penting peranannya.
B. Instrumen/bentuk soal
1. Bacakanlah puisi yang dibacakan oleh master di depan kelas dengan
memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi!
Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kana keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
218
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
2. Pilihlah satu dari lima puisi di bawah ini kemudian bacakan puisi tersebut
di depan kelas dengan memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membacakan puisi!
Puisi 1
Guruku Sejati
Karya: Kadarwati
Wajahmu lembut
Penuh kasih sayang
Kau selalu tersenyum
Bila anak murid menyambutmu
Bu guru kau bimbing aku
Hingga aku pandai
Berbakat dan rajin
Semua sayang padamu
Melalui puisi ini
Kuucapkan terima kasih
Kepada guruku sejati
219
Atas semua bimbingannya
Terima kasih Bu Guru!
Puisi 2
Segores Kenangan Untuk Ibu Kartini
Karya: Ida Sida
Dulu aku masih hijau
Buta warna dan segala
Aku juga belum tahu
Bahwa merah itu adalah darah
Di waktu engkau pergi
Aku belum lahir di dunia ini
Cuma sekelumit kisah dari buku
Yang kutahu tentang hidupmu
Tembok-tembok adat kau terjang
Kau berjuang
Tak kenal putus asa
Hanya untuk membebaskan kaummu
Wahai Kartini
Kuucapkan terima kasih padamu
Dan aku lanjutkan cita-citamu
Demi jiwa Kartini
Akan kuisi kemerdekaan ini
220
Puisi 3
Doa
Karya: Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar Susah sunggung
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Puisi 4
Tuhan Telah Menegurmu
Karya: Apip Mustopa
221
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujan dan banjir yang melintang pukang
Adakah kau dengar?
Puisi 5
Menyesal
Karya: Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Akh apa gunanya kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
222
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang padang bakti!
Lembar Observasi Siklus I
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : VIIA
Sekolah : SMP Atthohiriyyah Semarang
Hari/Tanggal : Selasa-Rabu/5-6 April 2011
No. Aspek Observasi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Perilaku positif:
1. Siswa siap mengikuti
pembelajaran.
2. Siswa aktif bertanya dan
memberikan tanggapan dalam
proses pembelajaran.
3. Siswa antusias dan dan serius
dalam kegiatan membacakan
puisi.
4. Siswa memperhatikan pembacaan
puisi dari master dengan serius.
5. Siswa aktif dalam kegiatan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lampiran 2
223
12. kelompok.
Perilaku negatif:
6. Siswa keluar kelas dengan teman.
7. Siswa mengantuk/tidur di dalam
kelas.
8. Siswa banyak bergurau dan dan
berbicara sendiri.
9. Cara duduk siswa yang kurang
sopan di dalam kelas.
10. Siswa makan di dalam kelas
selama pembelajaran berlangsung.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
224
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Ʃ Cara pengisian:
(√) : siswa melakukan
(-) : siswa tidak melakukan
%
225
Lembar Jurnal Siswa Siklus I
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai kondisi Anda selama mengikuti
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual!
1. Apakah kalian senang selama mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual? Berikan alasan!
Jawab: ..............................................................................................................
.................................................................................................................
2. Materi apa yang belum kamu pahami selama proses pembelajaran
membacakan puisi? Apa alasannya?
Jawab: ..............................................................................................................
..............................................................................................................................
3. Jelaskan kesulitan yang kamu hadapi selama proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
4. Saran apakah yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
5. Apakah kalian merasa terbantu setelah mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual? Jelaskan!
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
Lampiran 3
226
Lembar Jurnal Guru Siklus I
1. Bagaimana kesiapan siswa ketika pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
2. Bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
3. Bagaimana respon siswa saat melihat video pembacaan puisi dari master yang
digunakan dalam proses pembelajaran membacakan puisi?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
4. Bagaimana situasi dan suasana kelas pada saat pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
5. Bagaimana keefektifan dan keefesienan media audio visual yang digunakan
dalam pembelajaran membacakan puisi?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
6. Bagaimana perilaku siswa ketika penilaian membacakan puisi?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
...............................................................................................................
Lampiran 4
227
Pedoman Wawancara
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Pertanyaan!
1. Apakah kamu pernah membacakan puisi?
2. Apakah metode Copy The Master melalui media audio visual sudah pernah
diterapkan dalam pembelajaran membacakan puisi?
3. Bagaimana ekspresi kamu mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual?
4. Kesulitan apakah yang kamu alami ketika proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
5. Manfaat apa yang dapat kamu peroleh dari pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
6. Apakah dengan metode Copy The Master melalui media audio visual ini, kamu
sudah berhasil dalam membacakan puisi?
7. Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Lampiran 5
228
Dokumentasi Foto
1. Foto pada saat aktivitas awal pembelajaran membacakan puisi.
2. Foto pada saat siswa menonton video pembacaan puisi dari master.
3. Foto pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
4. Foto pada saat siswa bertanya dan menanggapi materi yang belum paham.
5. Foto pada saat siswa membentuk kelompok.
6. Foto pada saat siswa berdiskusi di dalam kelompoknya.
7. Foto pada saat siswa maju untuk membacakan puisi di depan kelas.
Lampiran 6
229
Teks puisi yang dibacakan oleh master
Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kana keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Lampiran 7
230
Terjang
Teks Puisi Siswa Siklus I
Puisi 1
Guruku Sejati
Karya: Kadarwati
Wajahmu lembut
Penuh kasih sayang
Kau selalu tersenyum
Bila anak murid menyambutmu
Bu guru kau bimbing aku
Hingga aku pandai
Berbakat dan rajin
Semua sayang padamu
Melalui puisi ini
Kuucapkan terima kasih
Kepada guruku sejati
Atas semua bimbingannya
Terima kasih Bu Guru!
Lampiran 8
231
Puisi 2
Segores Kenangan Untuk Ibu Kartini
Karya: Ida Sida
Dulu aku masih hijau
Buta warna dan segala
Aku juga belum tahu
Bahwa merah itu adalah darah
Di waktu engkau pergi
Aku belum lahir di dunia ini
Cuma sekelumit kisah dari buku
Yang kutahu tentang hidupmu
Tembok-tembok adat kau terjang
Kau berjuang
Tak kenal putus asa
Hanya untuk membebaskan kaummu
Wahai Kartini
Kuucapkan terima kasih padamu
Dan aku lanjutkan cita-citamu
Demi jiwa Kartini
Akan kuisi kemerdekaan ini
232
Puisi 3
Doa
Karya: Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar Susah sunggung
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
233
Puisi 4
Tuhan Telah Menegurmu
Karya: Apip Mustopa
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan
kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujan dan banjir yang melintang pukang
Adakah kau dengar?
234
Puisi 5
Menyesal
Karya: Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Akh apa gunanya kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang padang bakti!
235
Hasil Observasi Siklus I
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : VIIA
Sekolah : SMP Atthohiriyyah Semarang
Hari/Tanggal :Selasa-Rabu/ 5-6 April 2011
No. Aspek Observasi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. ─ ─ √ √ √ √ ─ √ ─ ─ Perilaku positif:
1. Siswa siap mengikuti
pembelajaran.
2. Siswa aktif bertanya dan
memberikan tanggapan
dalam proses pembelajaran.
3. Siswa antusias dan dan serius
dalam kegiatan membacakan
puisi.
4. Siswa memperhatikan
pembacaan puisi dari master
dengan serius.
5. Siswa aktif dalam kegiatan
kelompok.
2. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
3. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
4. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
5. ─ ─ √ √ √ ─ ─ √ ─ ─
6. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
7. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
8. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
9. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ √
10. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
11. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
12. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
Lampiran 9
236
13. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─ Perilaku negatif:
6. Siswa keluar kelas dengan
teman.
7. Siswa mengantuk/tidur di
dalam kelas.
8. Siswa banyak bergurau dan
dan berbicara sendiri.
9. Cara duduk siswa yang
kurang sopan di dalam kelas.
10. Siswa makan di dalam
kelas selama pembelajaran
berlangsung.
14. √ ─ √ ─ √ ─ ─ ─ ─ ─
15. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
16. √ ─ √ √ ─ ─ ─ ─ √ ─
17. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
18. ─ ─ √ √ √ ─ ─ √ ─ ─
19. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
20. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
21. ─ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
22. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
23. √ ─ √ ─ √ ─ ─ ─ ─ ─
24. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
25. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
26. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
27. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
28. √ ─ √ √ ─ ─ √ √ ─ √
29. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
30. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
31. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
32. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
237
33. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
34. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
35. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
36. √ ─ ─ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
37. √ ─ ─ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
38. √ ─ √ √ √ ─ ─ √ ─ ─
39. ─ ─ ─ √ ─ √ √ ─ √ ─
Ʃ 36 2 36 37 36 2 2 5 2 2 Cara pengisian:
(√) : siswa melakukan
(-) : siswa tidak melakukan
% 92,3 5,1 92,3 94,9 92,3 5,1 5,1 12,8 5,1 5,1
238
Hasil Wawancara Siklus I
Guru melakukan wawancara kepada tiga siswa yang mempunyai nila
baik, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki nilai baik (Niken Febrianti), nilai
sedang (Muhammad Taufiq Aryatin), dan siswa yang mendapatkan nilai rendah
(Yulianto Dwi Nugroho). Berikut hasil wawancaranya:
1. Apakah kamu pernah membacakan puisi?
Niken : sudah pernah, ketika saya SD.
Taufiq : belum pernah membacakan puisi sebelumya dan ini merupakan
pertama kalinya saya membacakan puisi.
Yulianto : belum pernah membacakan puisi dan saya baru pertama kali
membacakan puisi di depan orang banyak.
2. Apakah metode Copy The Master melalui media audio visual sudah pernah
diterapkan dalam pembelajaran membacakan puisi?
Niken : belum pernah diterapkan, guru selama ini hanya menjelaskan dan
tidak menggunakan LCD.
Taufiq : belum pernah diterapkan dalam pembelajaran membacakan puisi.
Yulianto : belum pernah diterapkan dalam pembelajaran membacakan puisi.
3. Bagaimana ekspresi kamu mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual?
Niken : senang, karena lebih mampu mengetahui cara membacakan puisi.
Taufiq : senang, karena video pembacaan puisinya sangat bagus.
Yulianto : senang, karena dapat melihat pembacaan puisi secara langsung.
4. Kesulitan apakah yang kamu alami ketika proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Niken : ya, kesulitannya pada aspek kelancaran dan konsentrasi.
Taufiq : pada aspek jeda, kejelasan ucapan, dan mimik wajah karena sulit
Lampiran 12
239
untuk memahami makna puisi
Yulianto : masih sulit untuk memahami makna puisi dan malu maju di
depan kelas.
5. Manfaat apa yang kamu peroleh dalam pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Niken : saya merasa lebih tau tentang bagaimana membacakan puisi dan
menambah ilmu.
Taufiq : lebih mengetahui cara membacakan puisi dengan melihat video
pembacaan puisi.
Yulianto : saya memberanikan diri untuk maju karena pembacaan puisi
dinilai oleh guru, walaupun saya membacakan puisi masih kurang
bagus.
6. Apakah dengan metode Copy The Master melalui media audio visual ini, kamu
sudah berhasil dalam membacakan puisi?
Niken : ya, sudah berhasil.
Taufiq : ya, berhasil.
Yulianto : belum berhasil karena penampilan saya kurang maksimal.
7. Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?
Niken : video pembacaan puisinya ditampilkan lebih dari satu kali.
Taufiq : volume suara video lebih dikeraskan lagi karena saya kurang
mendengar.
Yulianto : tidak ada saran.
240
Tabel Nilai Rata-rata Tiap Aspek Membacakan Puisi Siklus I
Tabel 6. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Pemenggalan Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 120195
x 100
= 61,5
Cukup
2 Baik 4 7 28 17,9%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 7 7 17,9%
Jumlah - 39 120 100 %
Tabel 7. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kelancaran Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 126
195 x 100
= 64,6
Cukup
2 Baik 4 14 52 35,9%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 3 4 7,7%
Jumlah - 39 126 100 %
Tabel 8. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Konsentrasi Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 125
195 x 100
= 64,1
Cukup
2 Baik 4 10 40 25,6%
3 Cukup 3 22 66 56,4%
4 Kurang 1 4 4 10,3%
Jumlah - 39 125 100 %
Tabel 9. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Mimik Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 120
195 x 100
= 61,5
Cukup
2 Baik 4 11 44 28,3%
3 Cukup 3 20 60 51,3%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 120 100 %
Lampiran 14
241
Tabel 10. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kejelasan Ucapan Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 131
195 x 100
= 67,1
Cukup
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 4 4 10,3%
Jumlah - 39 131 100 %
Tabel 11. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Tekanan Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 2 10 5,1% 136
195 x 100
= 69,7
Cukup
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 19 57 48,7%
4 Kurang 1 1 1 2,6%
Jumlah - 39 136 100 %
Tabel 12. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Intonasi Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 134
195 x 100
= 68,7
Cukup
2 Baik 4 15 60 38,5%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 3 3 7,7%
Jumlah - 39 134 100 %
Tabel 13. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Jeda Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 130
195 x 100
= 66,7
Cukup
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 12 36 30,8%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 130 100 %
242
Tabel 14. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Nada Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 6 30 15,3% 140
195 x 100
= 73,3
Cukup
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 1 1 2,6%
Jumlah - 39 143 100 %
Tabel 15. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Gerak Tubuh Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 132
195 x 100
= 67,7
Cukup
2 Baik 4 13 52 33,3%
3 Cukup 3 13 39 33,3%
4 Kurang 1 6 6 15,4%
Jumlah - 39 132 100 %
Tabel 16. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Penguasaan Panggung Siklus I
No Kategori Nilai Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 15,4% 126
195 x 100
= 64,6
Cukup
2 Baik 4 9 36 23%
3 Cukup 3 16 48 43,6%
4 Kurang 1 7 7 17,9%
Jumlah - 39 126 100 %
243
Hasil Tes Membacakan Puisi
Kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang Kondisi Awal
No Nama Siswa Nilai Siswa Kategori
Nilai
1. Abdul Rokhim 75 Baik
2. Adi Rizki Agus S. 53 Kurang
3. Adi Tio Pangestu 53 Kurang
4. Ahmad Khoirul A. 51 Kurang
5. Amalia Nur R. 58 Kurang
6. Anang Santoso 56 Kurang
7. Anis Irmawati 64 Cukup
8. Bayu Ardianto 75 Baik
9. Bibit Rizal Azhari 60 Cukup
10. Dian Fitri K. 73 Baik
11. Dwi Putri Lestari 56 Kurang
12. Fatchor Rohman 53 Kurang
13. Fitri Mutia Sari 50 Kurang
14. Gita Handayani 62 Cukup
15. Hidayah L. 67 Cukup
16. Imam Purwoko 51 Kurang
17. Indra Arif Lukman 54 Kurang
18. Khafidhotul U. 62 Cukup
19. Lina Fitriyani 65 Cukup
20. Marco Tri Y. 71 Baik
21. Maya Devi A. 65 Cukup
22. M. Andi Sanditya 65 Cukup
23. Mira Isti Faizah 64 Cukup
24. Muhamad Tofik 51 Kurang
Lampiran 15
244
25. Muhammad A. W. 64 Cukup
26. Muhammad Fadholi 64 Cukup
27. Muhammad Khusain 65 Cukup
28. Muhamad Nurohim 53 Kurang
29. Muhamad Taufiq A. 51 Kurang
30. Niken Febrianti 71 Baik
31. Nur Rohmad 51 Kurang
32. Puguh Setiawan 56 Kurang
33. Rosid Haryono 67 Cukup
34. Siti Fatonah 50 Kurang
35. Sulistiyo Aji N. 53 Kurang
36. Supriyadi 53 Kurang
37. Syarifudin 46 Kurang
38. Tika Afreni 60 Cukup
39. Yulianto Dwi N. 54 Kurang
Jumlah 2303 Kurang
Rata-rata 59,05
245
Hasil Tes Membacakan Puisi
Kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang Siklus I
No Nama Siswa Nilai Siswa Kategori
Nilai
1. Abdul Rokhim 71 Baik
2. Adi Rizki Agus S. 64 Cukup
3. Adi Tio Pangestu 65 Cukup
4. Ahmad Khoirul A. 64 Cukup
5. Amalia Nur R. 71 Baik
6. Anang Santoso 75 Baik
7. Anis Irmawati 75 Baik
8. Bayu Ardianto 76 Baik
9. Bibit Rizal Azhari 73 Baik
10. Dian Fitri K. 78 Baik
11. Dwi Putri Lestari 69 Cukup
12. Fatchor Rohman 69 Cukup
13. Fitri Mutia Sari 65 Cukup
14. Gita Handayani 65 Cukup
15. Hidayah L. 69 Cukup
16. Imam Purwoko 65 Cukup
17. Indra Arif Lukman 64 Cukup
18. Khafidhotul U. 65 Cukup
19. Lina Fitriyani 64 Cukup
20. Marco Tri Y. 64 Cukup
21. Maya Devi A. 64 Cukup
22. M. Andi Sanditya 69 Cukup
23. Mira Isti Faizah 64 Cukup
Lampiran 16
246
24. Muhamad Tofik 62 Cukup
25. Muhammad A. W. 65 Cukup
26. Muhammad Fadholi 65 Cukup
27. Muhammad Khusain 64 Cukup
28. Muhamad Nurohim 64 Cukup
29. Muhamad Taufiq A. 62 Cukup
30. Niken Febrianti 85 Sangat baik
31. Nur Rohmad 65 Cukup
32. Puguh Setiawan 62 Cukup
33. Rosid Haryono 65 Cukup
34. Siti Fatonah 65 Cukup
35. Sulistiyo Aji N. 64 Cukup
36. Supriyadi 64 Cukup
37. Syarifudin 62 Cukup
38. Tika Afreni 56 Kurang
39. Yulianto Dwi N. 56 Kurang
Jumlah 2594 Cukup
Rata-rata 66,5
247
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Atthohiriyyah Semarang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : VII/2
Aspek : Membaca
Standar Kompetensi : 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan buku cerita anak.
Kompetensi Dasar : 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan
irama, volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai
dengan isi puisi.
Indikator :
1. Siswa mampu mengetahui kriteria dalam membacakan puisi.
2. Siswa mampu membacakan puisi dengan memperhatikan irama,
volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi puisi.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca puisi dengan memperhatikan irama, volume suara,
mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi puisi.
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian membacakan puisi
2. Unsur-unsur membacakan puisi
3. Langkah-langkah membacakan puisi
4. Teknik-teknik membacakan puisi
Lampiran 17
248
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, ceramah, Copy The Master, penugasan, inkuiri, refleksi.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke I
No. Kegiatan Pembelajaran Metode/teknik/
pendekatan
Alokasi
waktu
1. Kegiatan awal
1. Guru menanyakan pengalaman siswa dalam
membacakan puisi pada siklus I.
2. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika
siswa menguasai kompetensi tersebut.
3. Guru memberikan motivasi agar siswa percaya diri
dan memberikan reward kepada siswa yang mampu
mendapatkan nilai tertinggi.
Tanya jawab
10
2. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru mengkondisikan siswa agar siswa siap
mengikuti pembelajaran membacakan puisi pada
siklus II.
b. Guru menegur siswa yang masih bergurau
dengan teman.
2. Elaborasi
c. Guru mengulas materi membacakan puisi yang
telah diajarkan pada siklus I.
d. Guru guru bertanya jawab mengenai kesulitan
yang dihadapi siswa pada siklus I.
e. Guru memutarkan video pembacaan puisi dari
master dengan volume suara maksimal.
f. Siswa mencermati pembacaan puisi dari master.
Ceramah
Metode Copy
The Master
Penugasan
Inkuiri
60
249
g. Guru memberikan penguatan kepada siswa
tentang cara membacakan puisi dan bersama-
sama dengan siswa membahas makna puisi, nada
dan suasana puisi, dan penjedaan yang dibacakan
oleh master.
h. Guru memutarkan lagi video pembacaan puisi
dari master agar siswa lebih mampu memahami
cara membacakan puisi yang baik dan benar
sesuai dengan makna puisi.
i. Guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai
dengan kelompok pada siklus I.
j. Siswa berlatih membacakan puisi di dalam
kelompoknya dan anggota kelompok yang lain
mengomentari pembacaan puisi tersebut.
k. Guru menyuruh siswa untuk maju di depan kelas
membacakan puisi yang dibacakan oleh master.
l. Siswa lain, mengomentari pembacaan puisi
tersebut.
m. Guru membagikan tiga puisi dengan tema
“percintaan” pada masing-masing kelompok.
n. Siswa memilih satu puisi sesuai dengan
keinginannya.
o. Guru mengulas makna puisi, menentukan nada
dan suasana puisi, dan menentukan penjedaan
atau pemenggalan puisi.
3. Konfirmasi
p. Masing-masing siswa berlatih membacakan puisi
di dalam kelompoknya dan anggota kelompok
yang lain mengomentari pembacaan puisi
tersebut.
q. Guru mengamati siswa dalam berlatih
250
membacakan puisi dan membantu siswa jika
siswa menemukan kesulitan.
3. Kegiatan Akhir
1. Guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan dan
mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran.
3. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk
berlatih membacakan puisi.
4. Guru menutup pelajaran dengan memberikan
motivasi kepada siswa agar siswa giat berlatih
membacakan puisi.
Tanya jawab
Refleksi
Penugasan
10
Pertemuan ke II
No. Kegiatan Pembelajaran Metode/teknik/
pendekatan
Alokasi
waktu
1. Kegiatan awal
a. Guru melakukan ilustrasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan materi puisi pada pertemuan
pertama.
b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh
jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
c. Guru memberikan motivasi agar siswa percaya diri
dan memberikan reward kepada siswa yang
mampu mendapatkan nilai tertinggi.
Tanya jawab
Ilusatrasi
10
2. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru mengkondisikan siswa agar siap dalam
mengikuti pembelajaran dan menegur siswa
Ceramah
Metode Copy
The Master
Penugasan
60
251
yang masih bergurau sendiri.
b. Guru bertanya jawab tentang kesulitan yang
dihadapi siswa mengenai materi membacakan
puisi pada pertemuan I.
c. Guru menjelaskan kekurangan-kekurangan
yang dialami siswa pada saat membacakan
puisi pertemuan pertama.
2. Elaborasi
d. Guru memutarkan video pembacaan puisi dari
master untuk mengingat kembali aspek-aspek
yang perlu diperhatikan dalam membacakan
puisi.
e. Guru memberikan penguatan kepada siswa
mengenai aspek-aspek dalam membacakan
puisi.
f. Guru memancing siswa untuk bertanya dengan
cara guru akan memberikan pertanyaan kepada
siswa apabila siswa tidak mau bertanya.
g. Guru menyuruh siswa untuk berkelompok
sesuai dengan kelompok pada pertemuan I.
h. Siswa menyiapkan satu puisi yang telah dipilih
pada pertemuan pertama.
i. Masing-masing siswa berlatih membacakan
puisi di dalam kelompoknya selama 20 menit
agar lebih siap maju di depan kelas.
j. Guru mengamati siswa berlatih membacakan
puisi pada masing-masing kelompok dan
membantu siswa apabila mengalami kesulitan.
k. Sebelum siswa maju penilaian membacakan
puisi, guru memutarkan kembali video
Inkuiri
252
pembacaan puisi dari master agar siswa lebih
mampu menguasai aspek penghayatan.
3. Konfirmasi
l. Guru meyuruh masing-masing siswa maju di
depan kelas untuk membacakan puisi.
m. Siswa memperhatikan pembacaan puisi teman di
depan kelas.
n. Guru menilai pembacaan puisi siswa.
3. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Guru bersama siswa mengadakan refleksi
pembelajaran membacakan puisi yang telah
dilakukan.
3. Guru menutup pelajaran dengan menyuruh siswa
tetap berlatih membacakan puisi.
Tanya jawab
Refleksi
Penugasan
10
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber Pembelajaran
Buku paket SMP kelas VII.
Ali, Slamet Riyadi dkk. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Bengkel
Sastra: Puisi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Doyin, Mukh. 2008. Seni Baca Puisi. Semarang: Bandungan
Institute.
Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widya
Duta.
Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
2. Media Pembelajaran
LCD
Video pembacaan puisi
253
F. Penilaian
1. Penilaian proses : penilaian proses dilakukan dengan lembar
observasi siswa.
2. Penilaian hasil : hasil tes siswa dalam membacakan puisi.
G. Instrumen/Bentuk Soal
1. Bacakanlah puisi yang dibacakan oleh master di depan kelas dengan
memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi!
2. Pilihlah salah satu dari tiga puisi di bawah ini, kemudian bacakan puisi
tersebut di depan kelas dengan memperhatikan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membacakan puisi!
H. Rubrik Penilaian
No. Aspek Skor Kategori Kriteria
1. Pemenggalan 5 Sangat baik Tidak terdapat kesalahan dalam
pemenggalan.
4 Baik Terdapat kesalahan pemenggalan dua
kali ketika membacakan puisi.
3 Cukup Terdapat kesalahan pemenggalan tiga
sampai lima kali ketika membacakan
puisi.
1 Kurang Terdapat kesalahan pemenggalan
lebih dari lima kali ketika
membacakan puisi.
2. Kelancaran 5 Sangat baik Sangat lancar dalam membacakan
puisi tanpa tersendat-sendat.
4 Baik Lancar membacakan puisi dan masih
tersendat-sendat dua sampai tiga kali.
3 Cukup Cukup lancar membacakan puisi dan
masih tersendat-sendat empat sampai
254
lima kali.
1 Kurang Kurang lancar dalam membacakan
puisi dan masih tersendat-sendat lebih
dari lima kali.
3. Mimik 5 Sangat baik mimik muncul secara alami, tidak
terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik mimik muncul secara alami, terjadi
dua sampai tiga kali kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
3 Cukup mimik muncul kurang alami, terjadi
empat sampai lima kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
1 Kurang mimik muncul tidak alami, terjadi
lebih dari lima kali kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
4. Konsentrasi 5 Sangat baik Mampu mempertahankan konsentrasi
dari awal pembacaan puisi sampai
selesai membacakan puisi.
4 Baik mampu mempertahankan
konsentarasi dari awal pembacaan
puisi dan ditengah-tengah dalam
255
pembacaan puisi. Konsentrasi
berkurang di akhir pembacan.
3 Cukup Mampu mempertahankan konsentrasi
di awal pembacaan dan akhir
pembacaan puisi. Konsentrasi
berkurang di tengah-tengah
pembacaan puisi.
1 Kurang Tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dari awal sampai akhir
pembacaan puisi.
5. Kejelasan
ucapan
5 Sangat baik Pengucapan kata sangat jelas dan
tidak terjadi kesalahan dalam ucapan
di setiap baitnya.
4 Baik Terjadi kesalahan ucapan antara dua
sampai tiga kali ketika membacakan
puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan ucapan antara
empat sampai lima kali ketika
membacakan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan ucapan lebih dari
lima kali ketika membacakan puisi.
6. Tekanan 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penekanan kata ketika membacakan
puisi.
4 Baik Terjadi dua sampai tiga kesalahan
dalam penekanan kata ketika
membacakan puisi. .
3 Cukup Terjadi empat sampai lima kesalahan
dalam penekanan kata ketika
membacakan puisi.
256
1 Kurang Terjadi lebih dari lima penekanan
kata dalam membacakan puisi ketika
membacakan puisi.
7. Intonasi 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
melafalkan intonasi di dalam puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai lima
kali dalam melafalkan intonasi di
dalam puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan di atas lima kali
dalam melafalkan intonasi di dalam
puisi.
8. Nada 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
4 Baik terjadi kesalahan dua atau tiga kali
dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
3 Cukup terjadi kesalahan tiga sampai empat
kali dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
1 Kurang terjadi kesalahan lebih dari lima kali
dalam menghasilkan nada ketika
membacakan puisi.
9.
Jeda 5 Sangat baik Tidak terjadi kesalahan dalam
penjedaan puisi.
4 Baik Terjadi kesalahan dua sampai tiga
kali dalam penjedaan puisi.
257
10.
3 Cukup Terjadi kesalahan empat sampai lima
kali dalam penjedaan puisi.
1 Kurang Terjadi kesalahan lebih dari lima kali
dalam penjedaan puisi.
Gerak tubuh 5 Sangat baik Gerak tubuh muncul secara alami,
tidak terjadi kesalahan dalam
mengekspresikan makna puisi, dan
mampu menghidupkan pembacaan
puisi.
4 Baik Gerak tubuh muncul secara alami,
terjadi dua sampai tiga kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
3 Cukup Gerak tubuh muncul kurang alami,
terjadi empat sampai lima kali
kesalahan dalam mengekspresikan
makna puisi, dan kurang mampu
menghidupkan pembacaan puisi.
1 Kurang Gerak tubuh muncul tidak alami,
terjadi lebih dari lima kali kesalahan
dalam mengekspresikan makna puisi,
dan kurang mampu menghidupkan
pembacaan puisi.
11. Penguasaan
panggung
5 Sangat baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan mampu
begerak kesegala arah di atas
panggung.
4 Baik Posisi pembaca tidak selalu di
tengah-tengah panggung dan hanya
258
bergerak pada satu sisi panggung.
3 Cukup Posisi pembaca selalu di tengah-
tengah panggung dan tidak bergerak
kesegala arah di atas panggung.
1 Kurang Posisi pembaca berada di sisi
pangung dan tidak bergerak ke
tengah panggung.
3. Rumus Penilaian
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
ƩS : Jumlah Skor Siswa
SM : Skor Maksimal
Rentang nilai:
No. Kategori Rentang Nilai
1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 60-69
4. Kurang 0-59
Semarang, Mei 2011
Guru Mata Pelajaran, Peneliti,
Mukaromah, S.Pd. Norma Ellyana
Mengetahui,
Kepala SMP Athohiriyyah Semarang
NA = Ʃ 𝐒
𝐒𝐌 × 100 %
259
H. M. Su‘ud. Lc., M. S. I.
LAMPIRAN
A. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Membacakan Puisi
Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua
macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan
mengkonkretkan puisi tersebut baik dalam bentuk audio maupun visual.
Pembacaan demikian disebut juga deklamasi. Deklamasi sebagai suatu
proses, melibatkan (1) puisi yang dibaca, (2) pembacaan, dan (3)
pendengar.
Pengertian membaca puisi dan membacakan puisi sangat berbeda.
Perbedaan tersebut terletak pada cara penyampaiannya. Membaca puisi
disampaikan oleh pembaca untuk pembaca itu sendiri dan menikmati
sendiri puisi yang dibacakannya. Sedangkan membacakan puisi adalah
suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan oleh pembaca puisi
sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan suatu pesan
dan amanat yang terkandung dalam puisi dengan memperhatikan teknik
vokal, penghayatan, dan penampilan.
2. Unsur-unsur Membacakan Puisi
Dalam membacakan puisi agar memiliki nilai estetis dan pesan yang
disampaikan oleh pembaca dapat dinikmati oleh pendengar atau penonton,
maka ada beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam
membacakan puisi. Unsur tersebut meliputi: (1) penghayatan, (2) vokal, dan
(3) penampilan. Di antara ketiga unsur tersebut, unsur yang paling penting
adalah unsur penghayatan. Karena dengan penghayatan yang baik, maka
pembaca dapat meyampaikan pikiran dan perasaan penyair.
a. Penghayatan
Menghayati berarti memahami secara penuh isi puisi. Dengan
pemahaman itulah pembaca sebagai pembaca puisi dapat menyatukan
260
jiwa puisi dengan jiwa pembaca sendiri. Pemahaman dalam puisi yang
dikategorikan dalam penghayatan ini tidak sekadar memahami makna
kata-kata atau baris-baris puisi, tetapi sampai pada pemahaman atas
makna yang terkandung dalam puisi dan suasana puisi itu sendiri
(Doyin 2008:73).
b. Vokal
Penggunaan vokal yang sangat sesuai dengan makna puisi
dapat menghidupkan suasana puisi sehingga puisi yang dibacakan
terlihat bagus dan memiliki nilai estetis. Kriteria vokal dalam
membacakan puisi yaitu kejelasan ucapan, tekanan, intonasi, jeda, dan
nada dalam puisi.
c. Penampilan
Masalah penampilan dalam membacakan puisi menyangkut
persolan-persoalan; (1) teknik muncul, (2) blocking dan pemanfaatan
setting, (3) gerakan tubuh, dan (4) cara berpakaian (Doyin 2008:83).
Ketika pembaca puisi berada di atas panggung, maka pembaca
harus memperlihatkan sikap wajar dan tenang sehingga tidak terlihat
grogi, hal ini merupakan teknik bagi pembaca sebelum membacakan
puisinya. Gerak-gerik tubuh hendaknya disesuaikan dengan situasi
panggung. Jangan sampai pembaca puisi selalu berada di tengah-
tengah panggung sedangkan panggungnya sangat besar.
3. Langkah-langkah Membacakan Puisi
Ada beberapa cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan
ketika seorang akan membacakan puisi. Langkah yang harus diperhatikan
dalam membacakan puisi yaitu: (1) memilih puisi, (2) memahami puisi, (3)
menentukan nada dan suasana puisi, (4) membuat pemenggalan bacaan, (5)
berlatih membacakan puisi, dan (6) membacakan puisi dengan memberikan
jiwa pada pembacaan.
261
a. Memilih puisi yang akan dibacakan. Memilih puisi merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan sebelum membaca indah
puisi. Hal pertama yang harus dipertimbangkan dalam memilih puisi
adalah siapa calon pendengar dalam membaca indah puisi. Selain itu,
puisi yang dipilih oleh pembaca juga mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam membaca indah puisi.
b. Memahami puisi yang akan dibacakan. Hal ini dimaksudkan agar
seorang pembaca puisi mampu menyampaikan makna di dalam puisi
secara maksimal.
c. Menentukan nada dan suasana puisi. Membaca indah puisi harus
memperhatikan suasana puisi. Jika pembaca mampu menentukan
nada dan suasana yang digambarkan di dalam puisi, maka pembaca
mampu menghayati pembacaan puisi secara optimal.
d. Memberikan penjedaan puisi. Penjedaan puisi dilakukan oleh
pembaca untuk mempermudah ketika membacakan puisi.
e. Berlatih membacakan puisi dengan memperhatikan unsur-unsur
dalam membacakan puisi.
f. Membacakan puisi dengan memberikan jiwa dalam pembacaan,
pembaca harus mampu menghayati dan menjiwai puisi. Pembacaan
puisi dengan menjiwai secara benar puisi yang dibacakannya akan
mampu memukau dan dapat menghidupkan suasana puisi (Doyin
2008:62).
4. Teknik-teknik Membacakan Puisi
Doyin (2008:63) mendefinisikan bahwa ada teknik-teknik tertentu
dalam membacakan puisi di panggung yaitu (a) teknik muncul, (b)
membaca judul puisi, (c) berdiri di atas dua kaki, (d) memegang teks, (e)
pandangan mata, dan (f) membangun kesadaran panggung.
a. Ketika pembaca puisi berada di atas panggung, maka pembaca
harus memperlihatkan sikap wajar dan tenang sehingga tidak
262
terlihat grogi, hal ini merupakan teknik bagi pembaca sebelum
membacakan puisinya.
b. Membaca judul puisi agar lebih memuitiskan puisi maka Kata
―karya‖ diganti dengan ―buah pena atau goresan pena atau goresan
tinta‖, sesungguhnya dilakukan dalam upaya lebih ―memuitiskan‖
penyampaian judul (Doyin 2008:66). Jadi dengan mengganti kata
―karya‖ menjadi ―buah pena atau goresan pena atau goresan tinta‖
maka pembacaan judul puisi akan lebih puitis dan memiliki nilai
estetis.
c. Berdiri di atas dua kaki akan membantu pembaca dalam
berkonsentrasi. Kalau pembaca berdiri secara mantap, seluruh
beban tubuh pembaca letakkan pada kekuatan dua kaki,
konsentrasipun akan mudah dilakukan (Doyin 2008:68).
Konsentrasi akan berpengaruh besar terhadap penghayatan atas
puisi yang dibacanya. Selain berkaitan dengan konsentrasi, posisi
kaki juga berkaitan dengan keleluasaan pembaca dalam bergerak
(penampilan). Jika kaki pembaca bergetar karena grogi atau takut,
getaran tubuh atau kaki tidak akan terlihat oleh audiens.
d. Memegang teks harus sesuai dengan posisi tubuh. Misalnya dalam
mengucapkan kata ―merdeka‖ maka tangan yang harus mengepal
adalah tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang teks. Jika
pembaca berdiri di posisi pinggir dan tangan kiri hampir
menyentuh tembok, tentu tangan kiri itu pula yang akan pembaca
gunakan untuk memegang teks karena penonton berada di sebelah
kanan pembaca. selain itu, memegang teks berkaitan dengan
wajah. Jangan sampai teks yang dibawa oleh pembaca menutupi
wajah si pembaca puisi sehingga penonton tidak dapat melihat
wajah pembaca dengan baik.
e. Pandangan mata dalam membacakan puisi tidak boleh hanya
tertuju pada teks puisi dan tertuju pada satu penonton, setidaknya
pembaca harus hafal setengah dari puisi yang dibacakan agar tidak
263
tepacu pada teks. Pandangan mata memang harus tertuju pada
penonton akan tetapi pembaca tidak boleh mengarahkan tepat pada
mata penonton karena ini akan menjadikan pembaca kehilangan
konsentrasi.
f. Panggung yang disediakan harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Prinsip yang pembaca gunakan ketika pemilihan posisi di
panggung adalah prinsip seni pertunjukan. Baca puisi merupakan
salah satu bentuk puisi pertunjukan (Doyin 2008:72). Hal ini
berimplikasi pada tuntutan bahwa seni baca puisi haruslah enak
didengar dan dipandang. Penggunaan panggung dalam hal ini
menjadi amat penting peranannya.
264
C. Bentuk Soal
1. Bacakanlah puisi yang dibacakan oleh master di depan kelas dengan
memperhatikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi!
Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kana keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang –berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
265
2. Pilihlah salah satu dari tiga puisi dengan tema ―percintaan‖ di bawah ini,
kemudian bacakan puisi tersebut di depan kelas dengan memperhatikan
irama, volume suara, mimik, kinestetik yang sesuai dengan isi puisi!
Puisi 1
Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis sekarang iseng sendiri
Perahu melancar bukan memancar
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membatu laut terang tapi terasa
Aku tidak ‗kan sampai padanya
Di air yang terang di angin mendayu
Diperasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta sambil berkata:
―tunjukkan perahu kepangkuanku saja‖
Amboy! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‗kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau
Kalau ‗ku mati iseng sendiri
266
Puisi 2
Padamu Jua
Karya: Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
267
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu watu---bukan giliranku
Mati hari---bukan kawanku.....
Puisi 3
Penerimaan
Karya: Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
268
Lembar Observasi Siklus II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : VIIA
Sekolah : SMP Atthohiriyyah Semarang
Hari/Tanggal : Rabu-Kamis/ 11-12 Mei 2011
No. Aspek Observasi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Perilaku positif:
1. Siswa siap mengikuti
pembelajaran.
2. Siswa aktif bertanya dan
memberikan tanggapan dalam
proses pembelajaran.
3. Siswa antusias dan dan serius
dalam kegiatan membacakan
puisi.
4. Siswa memperhatikan
pembacaan puisi dari master
dengan serius.
5. Siswa aktif dalam kegiatan
kelompok.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Lampiran 18
269
13. Perilaku negatif:
6. Siswa keluar kelas dengan
teman.
7. Siswa mengantuk/tidur di
dalam kelas.
8. Siswa banyak bergurau dan
dan berbicara sendiri.
9. Cara duduk siswa yang
kurang sopan di dalam kelas.
10. Siswa makan di dalam kelas
selama pembelajaran
berlangsung.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
270
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Ʃ Cara pengisian:
(√) : siswa melakukan
(-) : siswa tidak melakukan %
271
Lembar Jurnal Siswa Siklus II
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai kondisi Anda selama mengikuti
pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media
audio visual siklus II!
1. Apakah kalian senang selama mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Berikan alasan!
Jawab: ..............................................................................................................
.................................................................................................................
2. Materi apa yang belum kamu pahami selama proses pembelajaran
membacakan puisi pada siklus II? Apa alasannya?
Jawab: ..............................................................................................................
..............................................................................................................................
3. Jelaskan kesulitan yang kamu hadapi selama proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
4. Saran apakah yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II?
Jawab: ..............................................................................................................
...............................................................................................................
5. Apakah kalian merasa terbantu setelah mengikuti pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II? Jelaskan!
Jawab: ..............................................................................................................
Lampiran 19
272
Lembar Jurnal Guru Siklus II
1. Bagaimana kesiapan siswa ketika pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Jawab: ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
2. Bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Jawab: : ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
3. Bagaimana respon siswa saat melihat video pembacaan puisi dari master yang
digunakan dalam proses pembelajaran membacakan puisi pada siklus II?
Jawab: ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
4. Bagaimana situasi dan suasana kelas pada saat pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II?
Jawab: ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
5. Bagaimana keefektifan dan keefesienan media audio visual yang digunakan
dalam pembelajaran membacakan puisi pada siklus II?
Jawab: ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
6. Bagaimana perilaku siswa ketika penilaian membacakan puisi pada siklus II?
Jawab: : ......................................................................................................
......................................................................................................
..........................................................................................................
Lampiran 20
273
Pedoman Wawancara
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Pertanyaan:
1. Bagaimana ekspresi kamu mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
2. Kesulitan apakah yang kamu alami ketika proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II?
3. Manfaat apa yang dapat kamu peroleh dari pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
4. Apakah dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada
siklus II ini, kamu lebih berhasil dalam membacakan puisi?
5. Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Lampiran 21
274
Dokumentasi Foto
1. Foto pada saat aktivitas awal pembelajaran membacakan puisi.
2. Foto pada saat siswa menonton video pembacaan puisi dari master.
3. Foto pada saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
4. Foto pada saat siswa mengomentari/bertanya kepada guru.
5. Foto pada saat siswa membentuk kelompok.
6. Foto pada saat siswa berdiskusi di dalam kelompoknya.
7. Foto pada saat siswa maju untuk membacakan puisi di depan kelas.
Lampiran 22
275
Teks puisi yang dibacakan siswa siklus II
Puisi 1
Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis sekarang iseng sendiri
Perahu melancar bukan memancar
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membatu laut terang tapi terasa
Aku tidak ‗kan sampai padanya
Di air yang terang di angin mendayu
Diperasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta sambil berkata:
―tunjukkan perahu kepangkuanku saja‖
Amboy! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‗kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau
Kalau ‗ku mati iseng sendiri
Lampiran 23
276
Puisi 2
Padamu Jua
Karya: Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
277
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu watu---bukan giliranku
Mati hari---bukan kawanku.....
Puisi 3
Penerimaan
Karya: Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
278
Hasil Observasi Siklus II
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : VIIA
Sekolah : SMP Atthohiriyyah Semarang
Hari/Tanggal : Rabu-Kamis/ 11-12 Mei 2011
No. Aspek Observasi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─ Perilaku positif:
1. Siswa siap mengikuti
pembelajaran.
2. Siswa aktif bertanya dan
memberikan tanggapan dalam
proses pembelajaran.
3. Siswa antusias dan dan serius
dalam kegiatan membacakan
puisi.
4. Siswa memperhatikan
pembacaan puisi dari master
dengan serius.
5. Siswa aktif dalam kegiatan
kelompok.
2. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
3. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
4. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
5. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
6. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
7. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
8. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
9. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
10. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
11. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
12. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
Lampiran 24
279
13. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─ Perilaku negatif:
6. Siswa keluar kelas dengan
teman.
7. Siswa mengantuk/tidur di dalam
kelas.
8. Siswa banyak bergurau dan dan
berbicara sendiri.
9. Cara duduk siswa yang kurang
sopan di dalam kelas.
10. Siswa makan di dalam kelas
selama pembelajaran
berlangsung.
14. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
15. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
16. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
17. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
18. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
19. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
20. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
21. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
22. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
23. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
24. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
25. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
26. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
27. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
28. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
29. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
30. √ √ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
31. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
32. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
280
33. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
34. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
35. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
36. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
37. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
38. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
39. √ ─ √ √ √ ─ ─ ─ ─ ─
Ʃ 39 7 39 39 39 0 0 0 0 0 Cara pengisian:
(√) : siswa melakukan
(-) : siswa tidak melakukan % 100 17,9 100 100 100 0 0 0 0 0
281
Hasil Wawancara Siklus II
Guru melakukan wawancara kepada tiga siswa yang mempunyai nila
baik, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki nilai baik (Niken Febrianti), nilai
sedang (Adi Rizky Agus), dan siswa yang mendapatkan nilai rendah (Fitri Mutia
Sari). Berikut hasil wawancaranya:
1. Bagaimana ekspresi kamu mengenai pembelajaran membacakan puisi dengan
metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Niken : sangat senang karena dapat memahami aspek-aspek dalam
membacakan puisi.
Adi : senang, karena pembelajarannya jadi lebih menarik.
Fitri : senang karena dapat melihat video pembacaan puisi.
2. Kesulitan apakah yang kamu alami ketika proses pembelajaran membacakan
puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus
II?
Niken : tidak merasa kesulitan, saya lebih paham karena materinya
diulang lagi.
Adi : tidak kesulitan dan semakin paham.
Fitri : saya masih merasa grogi ketika membacakan puisi di depan kelas.
3. Manfaat apa yang dapat kamu peroleh dari pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Niken : sangat bermanfaat untuk lebih memahami materi.
Adi : bermanfaat karena menambah pengetahuan.
Fitri : saya lebih berani maju karena diberi hadiah oleh guru jika nilai
saya baik.
4. Apakah dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada
siklus II ini, kamu lebih berhasil dalam membacakan puisi?
Lampiran 27
282
Niken : saya merasa lebih berhasil daripada ketika saya membacakan
puisi pada pertemuan kemarin.
Adi : saya merasa sudah berhasil dibandingkan pertemuan kemarin
Fitri : sudah berhasil karena saya tidak terlalu grogi seperti pada
pertemuan kemarin.
5. Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membacakan puisi
dengan metode Copy The Master melalui media audio visual pada siklus II?
Niken : tidak ada saran, karena pembelajarannya sudah bagus.
Adi : tidak ada saran.
Fitri : tidak ada saran.
283
Tabel Nilai Rata-rata Tiap Aspek Membacakan Puisi Siklus II
Tabel 21. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Pemenggalan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 148195
x 100
= 75,9
Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 148 100 %
Tabel 22. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kelancaran Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 148
195 x 100
= 75,3
Baik
2 Baik 4 20 80 51,3%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 147 100 %
Tabel 23. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Konsentrasi Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 146
195 x 100
= 74,9
Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 146 100 %
Tabel 24. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Mimik Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 141
195 x 100
= 72,3
Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 19 57 48,7%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 141 100%
Lampiran 29
284
Tabel 25. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Kejelasan Ucapan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 4 20 10,3% 143
195 x 100
= 73,3
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 143 100 %
Tabel 26. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Tekanan Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 3 15 7,7% 142
195 x 100
= 72,8
Baik
2 Baik 4 19 76 48,7%
3 Cukup 3 17 51 43,6%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 142 100 %
Tabel 27. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Intonasi Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100
= 74,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 145 100 %
Tabel 28. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Jeda Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 5 25 12,8% 145
195 x 100
= 74,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 16 48 41%
4 Kurang 1 - - 0%
Jumlah - 39 145 100 %
285
Tabel 29. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Nada Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 7 35 17,9% 149
195 x 100
= 76,4
Baik
2 Baik 4 18 72 46,2%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Tabel 30. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Gerak Tubuh Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 149
195 x 100
= 76,4
Baik
2 Baik 4 16 64 41%
3 Cukup 3 15 45 38,5%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 149 100 %
Tabel 31. Hasil Tes Membacakan Puisi
Aspek Penguasaan Panggung Siklus II
No Kategori Skor Frekuensi Jumlah
nilai
% Rata-rata
1 Sangat Baik 5 8 40 20,5% 150
195 x 100
= 76,9
Baik
2 Baik 4 17 68 43,6%
3 Cukup 3 14 42 35,9%
4 Kurang 1 0 0 0%
Jumlah - 39 150 100 %
286
Hasil Tes Membacakan Puisi
Kelas VIIA SMP Athohiriyyah Semarang Siklus II
No Nama Siswa Nilai Siswa Kategori
Nilai
1. Abdul Rokhim 87 Sangat baik
2. Adi Rizki Agus S. 75 Baik
3. Adi Tio Pangestu 73 Baik
4. Ahmad Khoirul A. 75 Baik
5. Amalia Nur R. 73 Baik
6. Anang Santoso 78 Baik
7. Anis Irmawati 89 Sangat baik
8. Bayu Ardianto 85 Sangat baik
9. Bibit Rizal Azhari 75 Baik
10. Dian Fitri K. 81 Baik
11. Dwi Putri Lestari 71 Baik
12. Fatchor Rohman 76 Baik
13. Fitri Mutia Sari 67 Cukup
14. Gita Handayani 69 Cukup
15. Hidayah L. 71 Baik
16. Imam Purwoko 73 Baik
17. Indra Arif Lukman 73 Baik
18. Khafidhotul U. 71 Baik
19. Lina Fitriyani 73 Baik
20. Marco Tri Y. 78 Baik
21. Maya Devi A. 73 Baik
22. M. Andi Sanditya 75 Baik
23. Mira Isti Faizah 73 Baik
24. Muhamad Tofik 75 Baik
Lampiran 30
287
25. Muhammad A. W. 71 Baik
26. Muhammad Fadholi 76 Baik
27. Muhammad Khusain 71 Baik
28. Muhamad Nurohim 71 Baik
29. Muhamad Taufiq A. 69 Cukup
30. Niken Febrianti 95 Sangat Baik
31. Nur Rohmad 71 Baik
32. Puguh Setiawan 78 Baik
33. Rosid Haryono 76 Baik
34. Siti Fatonah 75 Baik
35. Sulistiyo Aji N. 75 Baik
36. Supriyadi 71 Baik
37. Syarifudin 73 Baik
38. Tika Afreni 69 Cukup
39. Yulianto Dwi N. 71 Baik
Jumlah 2921 Baik
Rata-rata 74,9