PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan...
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI …/Efektifitas-layanan...peningkatan kemampuan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B
SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
IMA DWI NURMAWATI X8110023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK
B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
IMA DWI NURMAWATI X8110023
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui
Model Pembelajaran Kontekstual Pada Anak Kelompok B Semester II TK
Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Disusun oleh :
Nama : Ima Dwi Nurmawati
NIM : X8110023
Tanggal : 20 September 2012
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Yulianti, M.Pd. Drs. A. Dakir, M.Pd. NIP. 19541116 198203 2 002 NIP. 19491106 197603 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Ima Dwi Nurmawati, NIM X8110023. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN 1-20 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, September 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 melalui model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian dalam skirpsi ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedangkan subjek penelitian adalah anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 22 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan Siklus II. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan tes. Dalam proses analisis data menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan diterapkanya model pembelajaran kontekstual kemampuan penjumlahan 1 – 20 rata-rata tes awal sebesar 56,8, sedangkan siklus I pertemuan I dan pertemuan II rata-rata 69 jadi ada peningkatan sebesar 12,2 atau 21,5%, sedangkan rata-rata siklus II sebesar 78,75 jadi pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,75 atau 14% dengan ketuntasan klasikal sebesar 91%.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Kata Kunci: Kemampuan Penjumlahan 1-20, Model Pembelajaran Kontekstual
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Ima Dwi Nurmawati, NIM X8110023. IMPROVED PERFORMANCE ADDITIVE 1-20 THROUGH CONTEXTUAL LEARNING MODEL IN CHILDREN GROUP B SEMESTER II TK GENENG 02 GATAK SUKOHARJO SCHOOL YEAR 2011/2012. Thesis, Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. University of Surakarta March eleven, September 2012.
The purpose of research is to improve the ability to achieve the sum 1-20 through contextual learning model to children in group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo school year 2011/2012.
Forms of research in this thesis using draft Classroom Action Research (CAR), which consists of the two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and reflection. While the research subjects are children of group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo school year 2011/2012 a number of 22 students, consisting of 13 boys and 9 girls. The study consisted of 2 cycles of the cycle I and cycle II. Data collection techniques using observation, documentation, and testing. In the process of data analysis using interactive analysis model that includes data reduction, data presentation, drawing conclusions / verification.
The results showed that the application of contextual learning model can improve the sum 1-20 at Children's Group B second semester of kindergarten Geneng 02 Gatak Sukoharjo Academic Year 2011/2012. It can be seen from the results given in the pretest results obtained pre-action as much as 6 or 27.3% of children achieved a complete value exhaustiveness Minimal Criteria (KKM = B +). At the first meeting of the first cycle, the results obtained by 12 children, or 54.5%, and the second meeting of the first cycle increased to 16 children or 72.7% from 22 the number of children who successfully completed the scoring average of B +. While in the second cycle of the first meeting of the obtained results by 18 or 81.8%, and the second meeting on the second cycle results obtained by 20 or 91% of the 22 students who successfully completed the scoring average of B + or (●).
The conclusions of this research is the application of contextual learning model can improve the ability of summation 1-20 in children in group B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Keywords: Ability sum 1-20, Contextual Learning Model
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.
(Terjemahan HR. Tabrani)
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."
(Terjemah: QS. Al Nasyirah 6-7).
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
♥ Orang tuaku (Bp. Sukidi (Alm) dan Ibu
Suwarni, S.Pd.) tercinta yang telah
membesarkan dengan penuh kasih sayang
dan selalu mendoakan, memberikan
motivasi, bimbingan dan kasih sayang
dengan tulus iklas serta mendukung,
menuntunku disetiap langkahku.
♥ Kakakku dan seseorang yang spesial yang
selalu memberi semangat sampai terselesai
nya skripsi ini.
♥ Guru-guru TK Desa Geneng 02 yang selalu
mendukung menyelesaikan skripsi ini.
♥ Teman-teman seperjuanganku S1 transfer
PAUD.
♥ Almamater dan semua pihak yang terkait
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi berjudul:
“Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui Model Pembelajaran
Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Strata I (S1) PG-PAUD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Yulianti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo, yang telah memberi kesempatan dan
tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Bapak/Ibu Guru TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo yang banyak memberikan
bantuan dana dorongan.
8. Anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo atas bantuan dukungannya
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, 27 September 2012
Penulis
Ima Dwi Nurmawati
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi ABSTRACT................................................................................................... vii HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Landasan Teori .............................................................................. 7 1. Tinjauan Tentang Kemampuan Penjumlahan 1-20 pada AUD 7 a. Karakteristik AUD .......................................................... 7
b. Pengertian Kemampuan .................................................. 8 c. Konsep Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 ....................... 9 d. Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini.......... 12 e. Manfaat Pengenalan Penjumlahan 1 – 20 pada AUD .... 13
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kontekstual ............ 15 a. Pengertian Model Pembelajaran ........................................ 15
b. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Kontekstual....... 17
c. Karakterisitik Model Pembelajaran Kontekstual ............... 20
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual......... 22
e. Penerapan Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Penjum-
lahan 1 – 20........................................................................ 24
B. Penelitian Relevan ......................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 28
D. Hipotesis........................................................................................ 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian dan Waktu Penelitian ....................................... 30
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 30
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 31
D. Sumber Data.................................................................................. 31
E. Teknik dan alat pengumpulan data................................................ 31
F. Validitas data ................................................................................. 33
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 34
H. Strategi Penelitian.......................................................................... 36
I. Indikator Kinerja............................................................................ 36
J. Prosedur Penelitian ....................................................................... 37
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ................................ 41
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................... 41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .......................................... 44
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................... 73
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 78
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 80
A. Simpulan ......................................................................................... 80
B. Implikasi ......................................................................................... 80
C. Saran ......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
LAMPIRAN ......................................................................................... 85
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Indikator Kinerja Penelitian......................................... 37 2. Frekuensi Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 pada
Anak Sebelum Tindakan..............................................
42 3. Tingkat Keberhasilan Penjumlahan 1–20 anak
Sebelum Tindakan.......................................................
43 4. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
pada Anak Siklus I Pertemuan I..................................
48 5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I Pertemuan I......... 49 6. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
pada Anak Siklus I Pertemuan 2.................................
50 7. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20
Siklus I Pertemuan 2...................................................
52 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Kemampuan
Penjumlahan 1 - 20 Prasiklus dan Siklus I.................
54 9. Perbandingan Kegiatan Awal dan Siklus I.................. 55 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I
Pertemuan I..................................................................
56 11. Hasil Penilaian Guru pada Siklus I Pertemuan 2......... 57 12. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
pada Anak Siklus II Pertemuan 1................................
63 13. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20
Siklus II Pertemuan 1..................................................
64 14. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
pada Anak Siklus II Pertemuan 2................................
65 15. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20
Siklus II Pertemuan 2.................................................
66 16. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Siklus II
Pertemuan 1 dan 2........................................................
68 17. Perbandingan Kemampuan Penjumlahan 1 - 20
Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2.......
69 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II
Pertemuan I..................................................................
71
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel Halaman 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II
Pertemuan 2.................................................................
71 20. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Anak Prasiklus,
Siklus I, Siklus II.........................................................
74 21. Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.......... 75 22. Hasil Kinerja Guru pada Siklus I, dan Siklus II.......... 76
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Gambar Materi Buah Apel........................................... 11 2. Skema Kerangka Berpikir............................................ 29 3. Skema Penelitian.......................................................... 38 4. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
Anak Sebelum Tindakan..............................................
44 5. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
Siklus I Pertemuan I.....................................................
50 6. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
Siklus I Pertemuan 2....................................................
53 7. Histogram Perbandingan Kemampuan Penjumlahan
1 – 20 Pra Siklus dan Siklus I......................................
55 8. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
Siklus II Pertemuan I...................................................
65 9. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20
Siklus II Pertemuan 2...................................................
67 10. Histogram Perbandingan Kemampuan Penjumlahan
1 – 20 Siklus II Pertemuan 1 dan Siklus II Pertemuan 2 ...................................................................................
69 11. Histogram Perbandingan Tes Awal, Siklus I, dan
Siklus II........................................................................
75
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ........................................................... 85 2. Daftar Nama Peserta Didik TK Desa Geneng 02 .................................... 86 3. RKH Siklus I Pertemuan 1 ...................................................................... 87 4. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 1 ........................................................... 91 5. Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 1 ............................................. 96 6. Hasil Karya Anak Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 99 7. Daftar Nilai Anak Siklus I Pertemuan 1 ................................................ 102 8. RKH Siklus I Pertemuan 2 ...................................................................... 103 9. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 2 ........................................................... 107 10. Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 2 ........................................... 112 11. Hasil Karya Anak Siklus I Pertemuan 2 .............................................. 115 12. Data Nilai Anak Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 118 13. RKH Siklus II Pertemuan 1 ................................................................... 119 14. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 1 ........................................................ 123 15. Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 128 16. Hasil Karya Anak Siklus II Pertemuan 1 ............................................. 131 17. Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1 ............ 134 18. RKH Siklus II Pertemuan 2 ................................................................... 135 19. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 2 ........................................................ 139 20. Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 2 .......................................... 144 21. Hasil Karya Anak Siklus II Pertemuan 2 ............................................. 147 22. Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 2 ............ 150 23. Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 1 ..................................... 151 24. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 .................... 152 25. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan I........................ 155 26. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan I .............................. 157 27. Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 2 ..................................... 158 28. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 .................... 159 29. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan 2 ....................... 162 30. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2.............................. 164 31. Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 1 .................................... 165 32. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ................... 166
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
33. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan I....................... 169 34. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ............................. 171 35. Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 2 .................................... 172 36. Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 ................... 173 37. Lembar Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan 2...................... 176 38. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ............................ 178 39. Foto Siklus I Pertemuan I....................................................................... 178 40. Foto Siklus I Pertemuan II ..................................................................... 180 41. Foto Siklus II Pertemuan I ..................................................................... 182 42. Foto Siklus II Pertemuan II .................................................................... 184 43. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .......................................... 186 41. Surat Keterangan Penelitian................................................................... 187
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini, persaingan dan perkembangan teknologi sangat
pesat, tidak hanya dibutuhkan orang yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang
tinggi, oleh karena itu setiap orang dituntut untuk memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas, agar dapat hidup dan menyesuaikan di era globalisasi saat ini.
Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-kanak (TK)
merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Pendidikan TK
memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena
itu pendidikan untuk anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek pembiasaan,
sosial/emosional, kognitif, fisik motorik dan bahasa.
Pada kenyataannya, proses pembelajaran anak TK masih menjadi permasalah an di Indonesia pada beberapa tahun terakhir, hal ini disebabkan karena pola pembelajarannya yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh anak melalui perlakuan orang dewasa sehingga proses pembelajaran menjadi terhambat (http:www.gogle.co.id/gwt/n?q=pembelajaran$hl/frustanti.html/12 /06/2009). Di dalam proses pembelajaran, guru adalah subjek dan anak adalah objek
dari proses pembelajaran. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hakikat
pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pembelajaran yang aktif.
Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka pengembangan
berbagai potensi anak secara optimal kurang terpenuhi. Memberikan kegiatan
belajar pada anak didik harus memperhatikan kematangan atau tahap
perkembangan anak didik, alat bermain, metode yang digunakan, waktu, serta
tempat bermain.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1ayat 14, menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut”.
Dengan demikian, anak usia TK perlu diberikan suatu program atau
kegiatan yang didasarkan pada prinsip tumbuh kembang anak di mana program
yang diberikan adalah berupa pengasuhan dan pendidikan yang dapat memberikan
rangsangan perkembangan fisik (motorik kasar dan halus), kognitif, bahasa,
sosial-emosional, pemahaman moral dan agama secara proporsional dan
terintegrasi. Hal ini berarti, tingkat perkembangan yang diharapkan dapat dicapai
anak pada usia TK bukankah merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan
akademik, tetapi lebih merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan.
Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan di
sekolah pada umumnya. Pendidikan sekolah pada umumnya masih banyak
kekurangan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan sekolah sebagaimana di
amalkan oleh Undang-Undang. Untuk itu pendidikan di sekolah sangat membutuh
kan upaya yang lebih gigih melalui banyak cara dalam rangka mewujudkan tujuan
yang diharapkan.
Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus
mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan intruksional penjumlahan matematika
dan mewujudkan perkembangan peserta didik. Guru bertugas membimbing
peserta didik agar memiliki pengetahuan serta menumbuhkan rasa senang dan
cinta dalam belajar dikalangan peserta didik, sebab selama ini dalam berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pelajaran penjumlahan adalah pelajaran yang
kurang disukai sebagian anak.
Menurut Nia Rukniyah ( 2007:1), penjumlahan adalah
”Perhitungan dengan cara menambahkan. Di dalam penjumlahan juga belajar tentang berhitung dengan contoh-contoh soal dan cara penyelesaiannya. Misalnya dengan penjumlahan pada angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan bahkan dengan nilai angka yang lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Penyelesaiannya bisa dengan cara mendatar, bersusun dan bersusun panjang sampai dengan cara satu menyimpan.” Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran
matematika karena penjumlahan adalah merupakan salah satu cara untuk
mengasah kognitif anak. Maka anak harus menguasai penjumlahan dari angka 1
sampai 20 untuk jenjang pendidikan anak TK. Rendahnya kemampuan anak di
TK Geneng 02 Gatak dalam menguasai materi penjumlahan akan menghambat
anak dalam belajar kelak. Oleh sebab itulah guru harus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi penjumlahan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tentu tidak bijaksana jika anak usia TK
sudah diberi ”beban” untuk cakap dalam pelajaran penjumlahan yang bersifat
akademik. Namun demikian, bukan berarti anak usia TK tidak boleh diajarkan
penjumlahan khususnya dari angka 1 sampai 20. Yang perlu ditekankan adalah
pendidik perlu memperhatikan tahapan-tahapan anak dalam belajar berhitung
permulaan. Ini berarti kegiatan yang diberikan di TK diharapkan lebih menunjang
anak untuk memiliki kesiapan berhitung khususnya penjumlahan.
Rendahnya kemampuan anak TK Geneng 02 Gatak dalam penjumlahan
disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang optimalnya guru dalam mengajar.
Hal ini bisa kita lihat dari kondisi awal bahwa hanya 8 anak atau 36,36% yang
tuntas atau sesuai dengan standar ketuntasan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.
Permasalah tersebut disebabkan karena penerapan metode belajar yang kurang pas
dan tidak menggunakan alat peraga pembelajaran untuk memperjelas konsep yang
diajarkan.
Untuk itulah peneliti menerapkan pelajaran penjumlahan dengan
menggunakan alat peraga berupa buah-buahan dan sayuran untuk meningkatkan
kemampuan penjumlahan pada anak TK Geneng 02 Gatak. Dengan pembelajaran
kontekstual akan mempermudah anak dalam memahami konsep penjumlahan
terlebih lagi anak TK masih suka bermain.
Penjumlahan bilangan merupakan materi dalam matematika yang
diajarkan pada anak TK. Materi ini sangat penting untuk dikuasai oleh anak
karena merupakan materi prasyarat untuk materi matematika lainnya seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penjumlahan bilangan lebih dari 20, perkalian bilangan, dan sebagainya. Selain
itu, penjumlahan juga sangat berkaitan dan sering dijumpai serta digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengingat pentingnya materi penjumlahan 1 sampai 20, maka hendaknya
materi ini diajarkan dengan cara yang lebih bermakna (meaningful) bagi anak TK.
Namun, pembelajaran yang sering terjadi di kelas selama ini di mana semua
kegiatan berpusat pada guru dan anak TK hanya menjadi pendengar yang pasif.
Hal ini juga diakui oleh salah satu guru di TK yang menyatakan bahwa dalam
proses belajar mengajar di kelas, guru tersebut masih menggunakan model
pembelajaran langsung atau ceramah.
Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah kemampuan
dalam memilih salah satu cara untuk mencapai kompetensi yaitu dengan memilih
model pembelajaran yang tepat untuk bahan pelajaran yang akan diajarkan.
Ketepatan pemilihan model belajar ini sangat penting karena akan membantu
pencapaian suatu kegiatan pembelajaran. Jika pemilihan model pembelajaran
kurang tepat, maka tujuan pembelajaranpun menjadi samar dan tidak fokus pada
sasaran. Menurut Udin S. Winataputra (2001:7) model pembelajaran adalah
”kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan belajar dari
fungsi sebagai pedoman para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan
aktivitas mengajar”. Salah satu model pembelajaran yang dipakai oleh seorang
guru adalah model pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual dalam Hadi Mulyono (2003:12)) adalah konsep
belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.
Sedangkan menurut Johnson, CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi
tujuan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
melakukan pekerjaan yang berarti melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
melakukan kerjasama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan
penilaian autentik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-
20 Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II
TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
”Apakah melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B Semester II TK Geneng
02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
meningkat kan kemampuan penjumlahan 1 – 20 melalui model pembelajaran
kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini berharap dapat dijadikan referensi bagi peningkatan kualitas
dalam penerapan model kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
penjumlahan 1 – 20 pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
di masa yang akan datang.
c. Dapat memberikan masukan tentang berhasil tidaknya menggunakan
pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan
1 – 20 pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pemahaman pelajaran
penjumlahan 1 – 20.
2) Meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20
3) Memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran penjumlahan
karena menggunakan alat peraga pembelajaran berupa buah dan
sayuran.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkannya kemampuan guru dalam mengajar secara
profesional.
2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena mengguna
kan alat peraga pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pendidikan dalam pemahaman model
pembelajaran kontekstual melalui berbagai cara pengembangan.
2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 pada AUD
a. Karakateristik AUD
Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang rentang usianya antara empat
sampai enam tahun, yang masih memiliki sifat rasa ingin tahu, dan memiliki
pola fikir imajinatif atau khayalan. Semua itu merupakan bagian
perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini
mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta
bahasa. Masa ini menurut Ebbec (1998: 18) merupakan masa pertumbuhan
yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah
memiliki ketrampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia dini
sering kali juga disebut fase fundamental yang akan menentukan
kehidupannya di masa akan datang.
Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang
bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ketika anak mencapai tahapan usia dini (3 sampai 6 tahun), terdapat
ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada
penampilan, proporsi tubuh, berat, dan panjang badan, serta kemampuan yang
dimilikinya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa AUD adalah anak
usia 4-6 tahun yang masih banyak mengalami perubahan fisik maupun psikis,
serta memiliki sifat unik dan memiliki pola fikir imajinatif atau khayalan.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pengertian Kemampuan
Setiap manusia yang terlahir di dunia telah dianugerahi kemampuan
oleh Sang Pencipta. Kemampuan sering disebut juga dengan kecakapan
(ability). Menurut Akhmad Sudrajat “kecakapan individu dapat dibagi
kedalam dua bagian yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan
potensial (potential ability).
Menurut Akhmad Sudrajat bahwa kecakapan nyata (actual ability)
yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi),
yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji dengan segera. Sedangkan
kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung
dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter).
Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kecakapan
dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus
(bakat atau aptitudes).
Menurut Ned Herrman (dalam Muhammad Musrofi, 2008:13)
tentang model pemikiran di dalam otak manusia adalah (1) otak kiri atas :
analitik, matematik, teknikal, pemecahan masalah; (2) otak kiri bawah :
pengendalian, konservatif, perencana, pengatur, dan administrasi; (3) otak
kanan bawah : interpersonal, emosional, musikal, spiritual, dan model
bicara; (4) otak kanan atas : imajinatif, sintesis, artistik, holistik, dan
konseptual.
Selanjutnya Muhammad Musrofi (2008:145) tentang delapan
kecerdasan dasar, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-
matematis, kecerdasan kinetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi
(interpersonal), kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan
visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan natural. Selain itu ada satu
jenis kecerdasan di luar delapan kecerdasan tersebut, yaitu kecerdasan
eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan dan sensitifitas
untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keberadaan manusia, seperti arti
kehidupan, mengapa kita mati, bagaimana kita di alam kematian, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah segala daya kecakapan yang dimiliki individu yang diperoleh dari bawaan (kecerdasan dan bakat) dan dari belajar. Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun jarang semua kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemampuan di dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik.
c. Konsep Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Woodruf (2008: 13) mendefinisikan konsep adalah suatu gagasan/ide
yang relatif sempurna dan bermakna. Hal ini merupakan suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.
Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai hal/sesuatu yang abstrak
dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam
ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Pengertian konsep
sendiri adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata
untuk setiap ekstensinya. Konsep juga dapat diartikan pembawa arti.
Konsep bisa dinyatakan dengan ‘Hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’
dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol. Konsep merupakan
peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa dijadikan pedoman
dalam melangkah ke depan. Konsep biasanya dipakai untuk
mendeskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik berupa
benda maupun gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak.
Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep adalah suatu
istilah yang mengandung maksud mengungkapkan arti dari suatu objek,
peristiwa atau gagasan.
Sedangkan kemampuan adalah “kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang”
(Timothy A. Dkk, 2008: 56-66).
Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk anak usia dini
bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berfikir anak agar memiliki
kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya (Sriningsih,
2008 : 1). Pembelajaran matematika untuk anak usia dini lebih
menekankan pada pengenalan konsep matematika dasar, salah satunya
yaitu konsep aritmatika atau berhitung. Aritmatika atau berhitung
merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah
satu syarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang
keduanya saling mendukung. Berhitung merupakan bagian dari
matematika, karena dalam matematika terdapat proses mengolah angka–
angka.
Penjumlahan (+) adalah salah satu operasi aritmatika dasar.
Penjumlahan merupakan penambahan dua bilangan menjadi suatu
bilangan yang merupakan Jumlah. Penambahan lebih dari dua bilangan
dapat dipandang sebagai operasi Penambahan berulang, prosedur ini
dikenal sebagai Penjumlahan Total (summation), yang mencakup juga
penambahan dari barisan bilangan tak hingga banyaknya (infinite).
Penjumlahan mempunyai sifat Komutatif dan Assosiatif, oleh
karena itu urutan penjumlahan tidak mempengaruhi hasilnya. Elemen
identitas dari penjumlahan adalah nol (0), disini penambahan sembarang
bilangan dengan identitas (nol) akan tidak akan merubah angka tersebut.
Selanjutnya elemen bilangan invers dari penambahan adalah negatif dari
bilangan itu sendiri, di sini penambahan suatu bilangan dengan inversnya
akan menghasilkan identitas (nol).
Operasi dasar aritmatika adalah penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Sedangkan yang ditekankan dalam penelitian ini
adalah penjumlahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Penjumlahan adalah penggabungan anggota 2 buah himpunan yang
saling lepas sebagai ilustrasi, penjumlahan dapat dinyatakan dalam gambar
1 berikut ini:
+ = 7
Gambar 1. Materi Buah Apel
Menurut Nia Rukniyah ( 2007:1), penjumlahan adalah:
”Perhitungan dengan cara menambahkan. Di dalam penjumlahan juga belajar tentang berhitung dengan contoh-contoh soal dan cara penyelesaian nya. Misalnya dengan penjumlahan pada angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan bahkan dengan nilai angka yang lebih besar. Penyelesaiannya bisa dengan cara mendatar, bersusun dan bersusun panjang sampai dengan cara satu menyimpan.”
Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran
matematika karena penjumlahan adalah merupakan salah satu cara untuk
mengasah kognitif anak. Maka anak harus menguasai penjumlahan dari
angka 1 sampai 20 untuk jenjang pendidikan anak TK.
Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota
himpunan benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau
bilangan baku dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+)
untuk menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut (Azhar
Arsyad, 2002: 67).
Penjumlahan bilangan 1 – 20 merupakan materi dasar dalam
matematika yang diajarkan di sekolah (Depdiknas, 2006). Materi ini
sangat penting untuk dikuasai oleh siswa karena merupakan materi
prasayarat untuk materi matematika lainnya seperti penjumlahan bilangan
lebih dari 20, perkalian bilangan, dan sebagainya. Selain itu, penjumlahan
juga sangat berkaitan dan sering dijumpai serta digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengingat pentingnya materi penjumlahan 1 sampai 20, maka
hendaknya materi ini diajarkan dengan cara yang lebih bermakna
(meaningful) bagi siswa. Namun, pembelajaran yang sering terjadi di kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
selama ini adalah teacher oriented di mana semua kegiatan berpusat pada
guru dan siswa hanya menjadi pendengar yang pasif.
d. Kemampuan penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini
Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun jarang semua
kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemampuan di
dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik. Salah
satu operasi aritmatika dasar adalah penjumlahan. Penjumlahan
merupakan penambahan dua bilangan menjadi suatu bilangan yang
merupakan jumlah.
Pengenalan angka pada anak TK didasarkan pada perkembangan
kebermaknaan angka bagi anak (reseptif). Pembelajaran angka secara
produktif literal (menulis) tetap didasarkan pada tingkat perkembangan
menulis anak (melalui ‘coretan’ yang dibuat) dan konsep anak tentang
angka itu sendiri. Pengenalan angka yang terbaik adalah melalui bermain.
Melalui bermain anak akan mengembangkan konsep keberangkaan sesuai
tingkat kognisinya. Anak akan memperoleh gambaran bahwa angka
memiliki makna, karena ia berkaitan dengan semua fungsi penjumlahan di
lingkungan sekitarnya. Anak akan memahami bahwa angka digunakan
untuk menandai jumlah, ukuran, urutan, dan waktu seperti pada jam dan
kalender. Hal ini akan mendorong anak mencintai angka dan siap belajar
tentang angka.
Menurut Ernawulan Syaodih (2003: 14) anak usia taman kanak-
kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh
berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif,
dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat
dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Perhitungan dasar yang harus betul-betul kita pahami dalam matematika adalah penjumlahan,pengurangan, perkalian dan pembagian. Nia Rukniyah (2007: 1) berpendapat bahwa dalam matematika, ”berhitung adalah dasar yang harus kita miliki, karena hampir seluruh bahasan dalam matematika adalah soal berhitung. Berhitung dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari”.
Adapun Nia Rukniyah (2007: 1) juga berpendapat bahwa ”penjumlahan adalah perhitungan dengan cara menambahkan”. Maksudnya adalah bahwa perjumlahan merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.
Kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak usia dini adalah kemampuan anak usia dini dalam mengenal angka 1 – 20 dan anak dapat menghitung angka 1 – 20 (http://etd.eprints.ums.ac.id/17917/2/diunduh.2/juli/2012.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penjumlahan 1 – 20 Anak Usia Dini adalah kemapuan anak dalam mengenal angka 1 – 20 untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Manfaat Pengenalan Penjumlahan 1 – 20 pada Anak Usia Dini Pada dasarnya pembelajaran matematika untuk anak usia dini
bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berfikir anak agar memiliki kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya.
Manfaat pengenalan penjumlahan 1 – 20 menurut Sriningsih (2008 : 1) adalah untuk pengenalan konsep matematika dasar, salah satunya yaitu konsep aritmatika atau berhitung. Aritmatika atau berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah satu syarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung.
Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan penjumlahan bilangan 1 – 20 pada anak Taman Kanak-kanak diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajarannya, salah satunya melalui model pembelajaran kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berhitung merupakan bagian dari matematika, karena dalam
matematika terdapat proses mengolah angka–angka. Sayangnya banyak
yang menganggap bahwa matematika merupakan suatu pelajaran yang
dianggap menakutkan, karena disitu terdapat banyak rumus-rumus, angka-
angka yang sulit dipahami. Tak jarang banyak yang nilai matematikanya
jelek dibandingkan dengan pelajaran yang lain.
Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari,
asalkan strategi penyampaiannya tepat. Strategi dalam proses belajar
mengajar dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami dan
menguasai matematika. Dan dalam praktiknya belajar matematika
diperlukan alat bantu media pembelajaran yang berfungsi untuk
memudahkan peserta didik untuk belajar.
Pengenalan matematika di Taman Kanak-Kanak atau lebih dikenal
dengan pengenalan berhitung, dilakukan dengan melihat tahap-tahap
perkembangan anak dan sesuai dengan usia anak. Berhitung di Taman
Kanak-Kanak dapat berupa pengenalan bilangan, geometri dan
pengukuran secara sederhana. Pengenalan bilangan dapat berupa
menghitung, menyebutkan urutan angka, menjumlahkan dan
mengurangkan. Untuk geometri dapat dikenalkan melalui bentuk geometri
yaitu segitiga, segiempat, lingkaran, sedangkan pengukuran berupa
pengenalan jarak jauh dekat, panjang pendek, lebar sempit, berat ringan
dan sebagainya.
Manfaat pengenalan penjumlahan 1 - 20 pada anak usia dini adalah
anak mampu menghitung angka atau benda sampai 20, anak dapat
menjumlah sampai pada angka 20.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat
pengenalan penjumlahan 1 -20 pada usia dini adalah anak mampu
mengenal angka 1 – 20 sehingga anak dapat mengaplikasikan nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai mengenal hal yang baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Pembelajaran memiliki arti suatu proses interaksi antara AUD dengan guru beserta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan oleh seorang guru pada AUD untuk meningkatkan pengetahuannya. Tujuan pembelajaran tersebut agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan bakat. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu AUD agar dapat belajar dengan baik
Model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Sugiyanto (2007: 24).
Model pembelajaran kontekstual menurut Hadi Mulyono (2003:12)) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Sedangkan menurut Johnson (2005: 12) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.
Contextual Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah:
“Model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka” (Khaeruddin, 2007: 199). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008: 255) Contextual
Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
“Suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Dengan prinsip pembelajaran tersebut bahwa pengetahuan bukan
lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa,
melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan
fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri,
mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan
itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga
pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk
bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi
pembelajaran dengan membantu menghubung kan pengetahuan lama
dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar
sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran
(sutradara) dan fasilitator.
Karena guru dalam memulai pembelajaran selalu mengkaitkan
dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan
tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian
diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa
berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar
siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning
community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereviu kembali
pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang
diberikan menjadi sangat objektif.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong anak membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari, sementara anak memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dari konteks yang terbatas. Disamping itu guru bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik belajar.
b. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran melalui model kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata
murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang
teacher centered. Menurut Depdiknas (2006: 3), guru harus melakukan
beberapa hal berikut:
1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa, 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian psikologis dan sosiologis, 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang
selanjutnya memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual,
4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan lingkungan hidup mereka.
5) Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, di mana hasilnya nanti dijadikanbahanrefleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Fungsi dan peran guru dalam konteks pembelajaran kontekstual
adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar denga fokus
pada pemahaman bukan hapalan.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik dalam E. Mulyasa (2003: 38)
mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu:
1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)
3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Dalam model pembelajaran kontekstual tugas guru adalah
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.
Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang
model pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara
keseluruhan (Mulyasa, 2005: 102-104).
Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata nyata dan mendorong siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama
pembelajaran efektif yaitu:
1) Konstruktivisme (Constructivism) yaitu pengetahuan siswa dibangun
oleh dirinya sendiri atas dasar pengalaman, pemahaman konsep,
persepsi, perasaan siswa, dan bukan dibangun atau diberikan oleh
orang lain.
Maksudnya adalah bahwa pembelajaran tidak semata sekedar
menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu
proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Jadi
guru hanya berperan dalam menyediakan kondisi atau memberikan
suatu permasalahan.
2) Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada
penemuan baru melalui proses berpikir secara sistematis, yaitu bagian
inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual.
Bertanya bermanfaat untuk : menggali informasi; menggali
pemahaman siswa; membangkitkan daya respon siswa; mengetahui
sampai sejauh mana keinginan dan minat siswa; memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru; membangkitkan lebih
luas lagi pertanyaan dari siswa, dalam rangka menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat
dari hasil kerja sama dengan orang lain.
5) Pemodelan (Modeling)
Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk
dari pemodelan. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-
satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau
bisa juga mendatangkan dari luar.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru
dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di
masa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru
menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang
berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada
hari itu.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami
pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian
tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap
proses maupun hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran
guru dalam model pembelajaran kontekstual adalah guru dalam
menyampaikan materi bukan hanya berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
belajar.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi
dalam pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang
sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar
aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat
hapalan saja. Anak harus aktif mencari, menemukan pengetahuan tersebut
dengan keterampilan secara mandiri.
Karakteristik pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003:
14) diantaranya: a) Melakukan hubungan yang bermakna; b) Melakukan
kegiatan yang signifikan; c) Belajar yang diatur sendiri; d) Bekerjasama;
e) Berpikir kritis.
Sedangkan karakteristik model pembelajaran kontekstual
berdasarkan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006:
26) adalah:
a) Kerjasama; b) Saling menunjang; c) Menyenangkan, tidak membosankan, d) Belajar dengan bergairah; e) Pembelajaran terintegrasi; f) Menggunakan berbagai sumber; g) Siswa aktif; h) Sharing dengan teman; i) Siswa kritis guru kreatif; j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain; k) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain. Karakteristik model pembelajaran kontekstual yang dimaksudkan
di atas adalah bahwa model pembelajaran kontekstual lebih menekankan
pada hasil kerja secara kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
(2006: 26) pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan
pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
1) Proses belajar a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Anak harus
mengkonstruksi kan pengetahuan dibenak mereka sendiri. b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
f) Anak perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
2) Transfer Belajar a) Anak belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang
lain. b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas (sedikit demi sedikit). c) Penting bagi anak tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. 3) Anak sebagai Pembelajar
a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru tetapi strategi belajar amat penting.
c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
d) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada anak untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan anak untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4) Pentingnya lingkungan Belajar a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat
pada anak. Dari guru akting di depan kelas, anak menonton ke anak akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara anak menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c) Umpan balik amat penting bagi anak, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Pendekatan model pembelajaran kontekstual mendasarkan diri
pada kecendrungan pemikiran tentang belajar yaitu salah satu model
pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk
mengefektifkan dan mensukseskan anak. Ada kecenderungan dewasa ini
untuk kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahuinya”.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi “Mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam contextual learning setelah pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan ide-idenya.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual
Agar pelaksanaan pembelajaran kontekstual lebih efektif, maka
guru perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental siswa.
2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung.
3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.
4) Mempertimbangkan keragaman siswa.
5) Memperhatikan multi-intelegensia siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan
pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan
keterampilan berpikir tinggi.
7) Menerapkan penilaian autentik yang akan mengevaluasi pengetahuan
dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekedar hafalan
informasi faktual (Nurhadi, 2003: 20-21).
Dalam model pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks
pembelajaran yang tepat bagi anak dengan cara mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada
serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (Borko&
Putnam// www.contextual.org.id. 1/4 2011).
Secara sederhana langkah penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar menurut Hadi Mulyono (2010:128) adalah: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiataninkuiri untuk semua topic 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan arefleksi di akhir penemuan 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Dengan memilih konteks secara tepat, maka anak dapat diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu anak dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah model pembelajaran kontekstual adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic; mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok); menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; melakukan refleksi di akhir penemuan.
e. Penerapan Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual dalam
Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran
meliputi: media pembelajaran nyata (buah mangga, apel, salak) dan lembar
kerja (lembar kerja anak, lembar instrumen, dengan lembar observasi
aktivitas guru).
Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model
kontekstual sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, yaitu:
1. Guru mengajak anak untuk mengenal macam buah-buahan dengan
cara menunjuk benda langsung
2. Apersepsi :
Guru mengenalkan anak dengan macam2 buah secara langsung, guru
membawa buah-buahan sperti : Jeruk, apel, salak dan strowberi.
3. Guru menjelaskan kegiatan yang dilakukan :
Dengan benda langsung dapat diterapkan sesuai dengan komponen
CTL :
Pemodelan, guru membawa benda langsung (buah-buahan) :
1. Buah Jeruk
2. Buah Apel
3. 4Buah Salak
4. Buah Strowberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dengan benda tersebut guru akan mengajak anak untuk belajar
penjumlahan 1-20, kemudian anak akan maju ke depan untuk
berhitung dan menjumlahkan benda yang sudah disediakan
oleh guru.
Konstruktivisme, melalui benda yang dibawa guru, anak akan
membangun sendiri pengetahuan atas dasar pengalaman. Benda
yang dibawa guru menjadi pemancing anak untuk mau belajar
penjumlahan. Anak akan maju ke depan dengan berhitung atau
menjumlahkan benda yang sudah disediakan guru, contoh :
enam buah apel di tambah empat buah apel, coba di hitung atau
di jumlahkan.
Inkuiri, pengenalan penjumlahan dengan buah-buahan
langsung oleh guru tersebut, akan menarik semangat belajar
anak. Anak akan berfikir kritis untuk belajar penjumlahan
dengan benda nyata di sekitar.
Bertanya, setelah guru mengenalkan penjumlahan dengan
macam buah-buahan, timbul banyak pertanyaan dari anak,
karena di usia mereka masih memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.
Penilaian Nyata, Setelah guru mengenalkan penjumlahan dengan
benda langsung dan anak maju kedepan untuk menjumlahkan macam
buah-buahan, guru akan mengadakan penilaian nyata yaitu dengan
memberi tugas anak untuk mngerjakan Lembar Kerja Anak (LKA)
Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi dari
awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2
pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama kegiatan berupa pengenalan buah-buahan
secara langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi
lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru dan
keaktivan anak.
Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang
buah-buahan yang disusun dalam himpunan untuk ditarik berapa
jumlahnya dengan memperkenalkan buah-buahan secara nyata dan
kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengukur
pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20.
Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan
yang akan dilaksanakan pada pembelajaran penjumlahan 1 - 20, yaitu agar
anak mampu mengenal angka dan disesuaikan dengan keadaan nyata di
rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan dengan buah-buahan nyata
yang dibawa oleh guru. Buah nyata tersebut adalah mangga, salak, apel
yang semua buah tersebut merupakan buah-buah segar yang dapat menarik
perhatian anak. Setelah diperkenalkan dengan buah-buah nyata tersebut,
kemudian satu persatu anak menunjuk langsung.
Pada saat melakukan pengamatan, setiap anak menunjuk langsung
dan menyebutkan buah beserta jumlahnya. Kegiatan pengamatan itu
bertujuan untuk mengenalkan anak dengan jumlah buah di lingkungan
sekitarnya (sebagai pengantar).
Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian guru
memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap anak yang dipandu guru
untuk menghitung jumlah buah yang dibawa dan ditunjukkan guru
kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai mengerjakan. Pada setiap
akhir kegiatan pembelajaran guru mengulas kembali yaitu dengan anak
maju di depan kelas dan menarik garis gambar buah dengan angka.
Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua ditekankan pada kegiatan pengenalan jumlah
angka 1 – 20 dan kemudian dihubungkan langsung dengan buah-buahan
nyata, seperti buah apel, mangga dan salak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pada pelaksanaannya guru membawa buah-buahan yang dibawa saat
pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali dengan
menyebutkan nama buah dengan menarik garis sesuai jumlah buah
tersebut. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju ke depan
dengan menunjuk buah-buahan yang dibawa oleh guru sesuai dengan
perintah guru, misal berapa jumlah buah yang ada di meja guru kemudian
anak tersebut menjumlah buah-buahan yang ada di meja guru sesuai
petunjuk guru.
Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman yang
lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan penjumlahan 1 – 20
yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya masing-masing anak akan
mendapat giliran untuk maju kedepan menunjuk atau menarik garis untuk
dihubungkan buah-buahan dengan angka yang sesuai jumlahnaya. Seperti
contoh anak menunjuk buah-buahan dengan angka.
Setelah selesai anak maju guru memberikan reward atau
penghargaan seperti tepuk tangan ucapan bagus, kepada anak agar mereka
lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada akhir pertemuan
kedua (siklus 1) guru memberikan evaluasi untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar dan pemahaman anak tentang konsep penjumlahan angka 1 -
20 setelah penerapan pembelajaran dengan model CTL. Rencana
pelaksanaan pembelajaran, instrumen penilaian dan foto pada siklus I
dapat dilihat pada lampiran.
B. Penelitian Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini, antara lain: 1. Eni Setyowati (2009) dengan judul Peningkatan kemampuan berhitung 1 –
20 melalui melalui kartu angka pada anak kelompok B TK Siwi Peni Perumnas Palur Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009, Universitas Muhammadiyah Surakarta hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal, kemampuan berhitung anak masih kurang, yaitu dengan kemampuan kurang (◦). Namun setelah pembelajaran dengan kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
angka pada siklus I dan siklus II kemampuan berhitung anak meningkat. Rata-rata kemampuan berhitung anak mencapai 85% dengan kriteria sangat baik (•).
2. Nanik Wijaya (2010) yang berjudul ”Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Pembelajaran Kontekstual dengan permainan kereta bernomor di TK Aisiyah Blimbling Polokarto Sukoharjo” Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitiannya adalah: setelah anak diberi model pembelajaran kontekstual dengan permainan kereta bernomor menunjukkan peningkatan yang maksimal, yaitu kemampuan berhitung anak dengan pembelajaran kontekstual meningkat sebesar 80% atau dengan kategori baik (√).
Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan yaitu meningkatkan kemampuan berhitung, dan juga terdapat perbedaan yaitu Eni Setyowati melalui kartu angka dan Nanik Wijaya melalui Pembelajaran Kontekstual dengan permainan kereta bernomor. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut maka penulis semakin kuat untuk melaksanakan penelitian kontekstual dengan judul”Peningkatan Kemampuan Penjumlahan 1-20 Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu pada kondisi awal kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak masih rendah, rendahnya kemampuan anak TK Geneng 02 Gatak dalam penjumlahan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang optimalnya guru dalam mengajar. Hal ini bisa kita lihat dari kondisi awal bahwa hanya 8 anak atau 36,36% yang tuntas atau sesuai dengan standar ketuntasan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Permasalah tersebut disebabkan karena penerapan metode belajar yang kurang pas dan tidak menggunakan alat peraga pembelajaran untuk memperjelas konsep yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tindakan yang dilakukan yaitu peneliti menerapkan pelajaran penjumlahan dengan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan alat peraga berupa macam-macam buah dan sayuran.
Hasil yang dicapai dengan pembelajaran kontekstual, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman penjumlahan 1 – 20 anak.
Berdasarkan pada hal tersebut maka penelitian ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya (2008: 255) yang menyatakan bahwa kontekstual adalah: “Suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.
Melalui penerapan model pembelajaran ini, dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 dengan berbagai kegiatan, yaitu: menghitung buah dan sayuran secara nyata, yang bahan-bahan untuk media pembelajaran tersebut sudah disediakan oleh guru. Dari kegiatan di atas dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 secara langsung
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan Kondisi
Akhir
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam penjumlahan 1 - 20
Guru menerapkan metode pembelajaran
ceramah dalam pembelajaran
penjumlahan 1- 20
Pemahaman siswa terhadap penjumlahan 1 - 20 rendah
Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan
1 - 20
Siklus I Menggunakan model
pembelajaran kontekstual dengan buah-buahan nyata diperkirakan kemampuan penjumlahan 1 – 20
siswa ada peningkatan
Siklus II Menggunakan metode
pembelajaran kontekstual dengan media buah dan sayuran nyata
kemampuan penjumlahan 1 - 20 meningkat secara maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut: melalui model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B
Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dengan alamat Sigran, RT. 2/RW 6 Geneng, Gatak, Sukoharjo karena: a. Peneliti merupakan salah satu tenaga pengajar di sekolah ini, sehingga
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. b. Sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. c. Terdapat permasalahan dalam pembelajaran berhitung, di mana sebagian
besar siswa cenderung bersikap pasif, keaktifan mereka sangat kurang. 2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genal tahun ajaran 2011/2012 selama 7 bulan yaitu mulai bulan Maret dan berakhir sampai bulan September 2012. Sedang jadwal PTK ini terdapat dalam lampiran.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian
Menurut Winarno Surakhmad (2003:29) mengemukakan “Jenis-jenis metode penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: metode penelitian historik, deskriptif, dan eksperimental”. Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk penelitian tindakan kelas (classroom research).
2. Strategi Penelitian Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi
penelitiannya adalah berupa tindakan (action) yang terkenal PTK dalam bentuk siklus-siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti anak kelompok B Semester II TK
Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 22 siswa, terdiri
dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
D. Sumber Data
Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang langsung memberi gambaran/informasi secara
langsung kepada peneliti.
Yang termasuk data primer yaitu test, wawancara
2. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang tidak langsung
Yang termasuk data sekunder yaitu dokumentasi, observasi, angket
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan
berkunjung langsung ke objek yang akan diteliti, kemudian mencatat data-data
yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif
secara lengkap dan tertutup, dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan
narasumber atau subjek tetapi narasumber tidak mengetahui jika mereka sedang
diamati. Susan Stainback 1998 (www.infoskripsi.com, diakses 10 Januari 2011)
mengemukakan dalam observasi partisipatif “Peneliti mengamati apa yang
dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam
aktivitas yang diteliti”. Sedangkan tentang pengamatan yang lengkap dan tertutup,
Sanafiah Faisal 1990 (www.infoskripsi.com, diakses 10 Januari 2011)
mengemuka kan “Partisipasi lengkap: peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan
narasumber”. Kemudian ST.Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007:44)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mengemukakan “…pengamatan tertutup adalah pengamatnya beroperasi dan
mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh subjeknya”.
Observasi ini digunakan untuk mencari data tentang aktivitas yang
dilakukan oleh anak selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang
akan diobservasi dalam penelitian ini meliputi kegiatan memperhatikan,
mendengarkan, membuat ringkasan materi, bertanya, menjawab pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, menyelesaikan tugas individu dan
kelompok, berdiskusi serta mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam
pembelajaran penjumlahan 1 - 20 dengan penerapan model pembelajaran
kontekstual. Instrumen dari teknik pengumpulan data ini antara lain pedoman
observasi dan dan lembar observasi.
b. Dokumentasi
Menurut ST. Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007: 52) menyatakan bahwa
“dokumen merupakan bahan tertulis ataupun yang digunakan sebagai sumber
data”. Sedangkan Burhan Bungin 2007
(http://adzelgar.com/,diakses11Januari2011) menyebutkan bahwa “metode
dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam
metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data histories”.
Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah dokumen/arsip nilai
hasil belajar anak dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi
penjumlahan 1 – 20. Baik itu nilai sebelum tindakan maupun setelah dilakukan
tindakan (siklus I dan II)
c. Tes
Tes merupakan teknik pengumpulan data yang berupa serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak dari
seluruh aspek pembelajaran. Kemampuan siswa yang dimaksud adalah
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif anak
meliputi intelegensi dan potensi akademik. Afektif/sikap meliputi minat, motivasi
dan bakat siswa. Psikomotorik meliputi keterampilan motorik/aktivitas siswa.
Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah
pelaksanaan tindakan. Tes berupa lemabr kerja anak yang berisi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penjumlahan, menarik garis benar atau salah yang dinilai berdasarkan aspek
aktivitas, pemahaman dan ketepatan.
F. Validitas Data
Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh ST. Y. Slamet dan Suwarto, WA (2007:54) bahwa “Ketepatan data tersebut
tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik
pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya”.
Lebih lanjut Patton dalam ST. Y Slamet (2007: 54:55) membagi teknik
triangulasi menjadi empat macam, yaitu: triangulasi data, triangulasi metode,
triangulasi peneliti dan triangulasi teoritis. Teknik pengembangan validitas data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Triangulasi data (sumber).
Mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda agar lebih
mantap kebenarannya. Dengan teknik triangulasi data diharapkkan dapat
memberikan informasi yang lebih tepat dan akurat, sesuai dengan keadaan
anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo sebagai objek
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan atau nara
sumber, tempat, peristiwa/aktivitas, dan dokumen/arsip.
2. Triangulasi metode
Mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda. Di sini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda yang mengarah pada sumber data
yang sama untuk menguji kemantapan informasinya, yaitu hasil observasi.
Untuk data prestasi belajar digunakan validitas isi. Validitas isi adalah
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan (Suharsimi Arikunto, 2002:67). Validitas isi untuk melihat soal
matematika materi penjumlahan 1 - 20. Validitas isi pada penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menggunakan validitas tes dilakukan dengan cara: Content validity (isi tes sesuai
dengan materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum) (Emzir, 2008: 23)
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
Menurut kegiatan memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat
yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, dan dokumen. Data yang diperoleh
masih berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis data
agar menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Dalam penelitian yang dilaksanakan, reduksi data merupakan proses
menyeleksi data yang diperoleh, pemfokusan, dan absraksi data yang diperoleh
dari lapangan. Mereduksi data memiliki arti yaitu memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Proses ini
berlangsung sepanjang penelitian yang diawali sebelum pelaksanaan
pengumpulan data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti
mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan
masalah dan juga menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan.
Peneliti memilih masalah yang terjadi di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo,
memfokuskan masalah di TK yaitu penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B
yang masih rendah.
3. Sajian Data
Dalam penelitian yang dilaksanakan peneliti, sajian data merupakan suatu
rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan
simpulan penelitian data dilakukan. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka
dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mudah dipahami. Peneliti akan menyajian sebuah data dalam bentuk tabel untuk
setiap hasil belajar anak.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan akhir diperoleh bukan hanya sampai pada ahkir pengumpulan
data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan
melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat
dan bisa dipertanggung jawabkan.
Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat dilihat pada gambar 3
sebagai berikut:
Gambar 3. Teknik Analisis Data (Analisis Deskriptif Interaktif)
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik
deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antar siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis
kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis
tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/
atau setelah pengumpulan data.
Pengumpulan Data Sajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
H. Strategi Penelitian
Strategi yang diambil dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas
model siklus karena objek penelitian hanya satu sekolah. Adapun rancangan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan atau planning
Perencanaan meliputi, membuat perencanaan pembelajaran, membuat dan
melengkapi media pembelajaran, membuat lembar observasi, dan membuat
alat evaluasi.
2. Tindakan atau acting
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai apa yang telah direncanakan, yaitu model pembelajaran
kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20.
3. Pengamatan atau observing
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi
yang dilakukan adalah observasi tidak langsung yaitu berkolaborasi dengan
guru lain dalam melakukan observasi kegiatan siswa dan guru
4. Refleksi atau reflecting
Dalam tahap ini, semua data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan
dan dianalisis guna mengetahui sejauh mana tindakan membawa perubahan
dan melihat kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan untuk diperbaiki.
I. Indikator Kinerja
Indikator kerja adalah alat untuk mengukur keberhasilan suatu tindakan.
Dalam indikator kerja memuat indikator kerja itu sendiri, kriteria keberhasilan,
target dari peneliti, dan alat pengumpulan data. Sebagai indikator yang dijadikan
tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil jika: aktivitas, pemahaman konsep berhitung dan ketepatan
dalam berhitung yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tuntas (•). Penelitian
tindakan kelas ini berhasil jika pada siklus I 75% siswa memperoleh nilai ≥ (•)
dan pada siklus II 80% siswa memperoleh nilai ≥ (•).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(•) = anak sudah tuntas
(√) = anak dalam rata-rata
(◦) = anak belum tuntas
Sumber : Penilaian TK (Depdiknas, 2009)
Tabel 1. Indikator Kinerja Penelitian
ASPEK YANG
DIUKUR
PERSENTASE ANAK YANG
DITARGETKAN
CARA MENGUKUR
Keaktifan 80% Diamati dari kegiatan menyebutkan macam-macam buah dan angka
Pemahaman 80% Diamati dari kegiatan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Ketepatan 75% Diamati dari anak menunjuk dan menulis angka sesuai dengan jumlah buah yang ada.
J. Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 20), ada empat tahapan penting dalam
penelitian tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Hubungan keempat tahapan tersebut menunjukkan sebuah siklus atau
kegiatan berkelanjutan berulang.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Setyadin dan Wiyono, 2010:5), yaitu berbentuk spiral dari siklus
yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Suroso, 2009: 26
Gambar 3. Skema Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, mekanisme kerjanya diwujudkan
dalam bentuk siklus (direncanakan dua siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
PENGAMATAN
SIKLUS 2
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PERMASALAHAN BARU (HASIL REFLEKSI)
SIKLUS 1 PELAKSANAAN
REFLEKSI
PENGAMATAN
DILANJUTKAN KE SIKLUS BERIKUTNYA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Siklus I a. Perencanaan
1) Penyusunan rencana pembelajaran melalui penerapan model kontekstual
2) Pembentukan kelompok 3) Menyiapkan catatan lapangan 4) Menyiapkan alat evaluasi
b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal
Berdoa dilanjutkan dengan presensi Apersepsi : tanya jawab tentang pemahaman konsep berhitung.
2) Kegiatan Inti (1) Guru menjelaskan materi pemahaman konsep berhitung (2) Anak disuruh membuat resume dari materi yang telah dibaca (3) Anak mendiskusikan hasil pengamatannya dengan kelompoknya
masing-masing. (4) Anak memperhatikan penjelasan dari guru tentang hasil diskusi
dari masing-masing kelompok. (5) Guru mengamati dan menilai
3) Kegiatan Penutup a) Anak dibimbing guru membuat rangkuman hasil diskusi yang telah
disempurnakan jawabannya. b) Anak menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru
yang berkaitan dengan materi pemahaman konsep berhitung. c. Observasi
Dengan menggunakan catatan lapangan guru kolaborasi melakukan pengamatan mengenai keterlibatan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanan tindakan pada siklus I. kekurangan-kekurangan yang timbul pada pelaksanaan siklus I tersebut dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Siklus II a. Perencanaan
1) Penyusunan rencana pembelajaran melalui kontekstual 2) Pembentukan kelompok 3) Menyiapkan catatan lapangan 4) Menyiapkan alat evaluasi
b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal
Berdoa dilanjutkan dengan presensi Apersepsi : tanya jawab tentang pemahaman konsep berhitung
2) Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan materi pemahaman konsep berhitung b) Anak mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan
pemahaman konsep berhitung. c) Anak memperhatikan penjelasan dari guru d) Guru mengamati dan menilai
3) Kegiatan Penutup a) Anak dibimbing guru menyempurnakan tugas b) Anak menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru
yang berkaitan dengan materi pemahaman konsep berhitung. c. Observasi
Dengan menggunakan catatan lapangan guru kolaborasi melakukan pengamatan mengenai keterlibatan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi Setelah melakukan tindakan dan pengamatan, peneliti kembali melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat pada tahap sebelumnya pada siklus II. Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep berhitung melalui peningkatan kerja kelompok. Dari hasil penelitian pada siklus II, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar untuk mempertahankan keaktifan dan partisipasi serta suasana dalam kelas sebagai tindak lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian ini dilaksanakan di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2011/2012. TK ini terletak di desa Sigran Kelurahan Geneng Kecamatan
Gatak Kabupaten Sukoharjo. Terletak di pedesaan di pinggiran jalan desa Sigran,
perbatasan antara kelurahan Geneng dengan Kelurahan Krajan yang paling timur,
masih satu kecamatan tepatnya satu area dengan SDN Geneng 02.
TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas A,
kelas B, kantor Guru, Kamar mandi. TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo berjumlah
50 dan gurunya berjumlah empat orang. Peran peneliti dalam penelitian ini
sekaligus sebagai salah satu guru di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.
Anak-anak tersebut di atas, berasal dari kalangan atau latar belakang
keluarga yang berbeda. Sebagian besar anak dari kalangan keluarga perantau.
Kedua orang tuanya mencari nafkah di Jakarta maupun di luar Jawa, sehingga
perhatian kepada anak terhadap belajarnya kurang, akibatnya anak mengalami
kendala atau mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satunya masih kurangnya
pemahaman anak tentang pemahaman konsep penjumlahan masih rendah. Hal
inilah yang menjadikan latar belakang guru untuk mengadakan penelitian pada
anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dimana maeri tersebut
diajarkan.
Berdasarkan hasil tes awal yang dilaksanakan guru menunjukkan tingkat
pemahaman anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tentang konsep
penjumlahan masih rendah ditandai dengan tingkat ketuntasan 27,80% dari
seluruh anak dan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tes awal anak
kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo hanya ada 5 siswa atau 27,80% yang
bisa mencapai ketuntasan (●) dengan kriteria nilai B+, 1 anak atau 5,60%
setengah tuntas dengan criteria nila B (√), dan ada 12 anak atau 66,60% siswa
belum tuntas belajar karena masih dibawah kriteria (O) yaitu apabila anak mampu
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengenal, menyebutkan, dan menarik garis berdasarkan jumlah himpunan buah
berdasarkan angka. untuk lebih jelasnya lihat tabel 2 dan 3 berikut:
Tabel 2. Frekuensi Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 pada Anak Sebelum
Tindakan
Aspek Penilaian No. Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan
Rata-rata
Kriteria Nilai
Keterangan
1 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
2 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
3 70 70 70 70 ● Tuntas
4 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
5 70 70 70 70 ● Tuntas
6 70 70 70 70 ● Tuntas
7 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
8 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
9 70 70 70 70 ● Tuntas
10 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
11 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
12 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
13 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
14 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
15 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
16 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
17 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
18 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
19 70 70 70 70 ● Tuntas
20 70 70 70 70 ● Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
21 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
22 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
Jumlah 1250
Rata-rata 56,8
Ketuntasan Klasikal 27,27%
27,27%
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan
jumlah himpunan dengan angka
√ = dengan nilai 65 jika anak setengah dapat menjumlah
O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan menjumlah
Tabel 3. Tingkat Keberhasilan penjumlahan 1 – 20 anak Sebelum Tindakan
Nomor Interval nilai Frekuensi (f)
Prosentase
1 ○ 14 63,6% 2 √ 2 9% 3 ● 6 27,3%
Jumlah 22 100% Tuntas (●) 6 anak Sedang (√) 2 anak
Tidak tuntas (○) 14 anak Prosentase
Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 6 = X 100% 22 = 27,3%
Berdasarkan tabel di atas, grafik tingkat keberhasilan kemampuan
penjumlahan anak pada kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sesuai dengan yang diharapkan. Adapun dari tabel di atas dapat digambarkan
grafik sebagai berikut:
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:
Frekuensi (f)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
○ √ ●
Frekuensi (f)
Gambar 4. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Anak
Sebelum Tindakan
Dari grafik dan tabel di atas ketuntasan dan hasil belajar yang diperoleh
anak TK Geneng 02 masih sangat rendah, hal tersebut karena dalam pembelajaran
konsep penjumlahan 1- 20 guru masih menerapkan model pembelajaran yang
konvensional (ceramah) dan tanpa penggunaan media yang mendukung proses
pembelajaran. Oleh karena itu guru akan mengadakan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1-20 pada anak kelompok B
Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo melalui model pembelajaran
kontekstual. Dengan penelitian tersebut diharapkan pemahaman konsep anak
kelompok B tentang penjumlahan 1 – 20 menjadi meningkat sehingga mendorong
peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak di TK Geneng 02 Gatak
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Waktu dalam penelitian ini
dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir, yaitu mulai dari jam 7.30 – 10.00
WIB. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection).
1. Deskripsi Hasil Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian pada siklus 1 dilaksanakan pada hari
Selasa, 1 Mei 2012 di TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Dalam Penelitian
Tindakan Kelas peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas membuat rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei 2012 dan pada hari Sabtu, 12 Mei
2012. Dalam tahap perencanaan ini guru :
1). Menyusun Rencana Kegiatan Harian (lampiran 6 dan lampiran 10)
untuk 2 pertemuan dan menentukan observer yaitu guru kelompok B
TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.
2). Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran meliputi :
a). Media pembelajaran nyata (buah mangga, apel, salak).
b). Lembar kerja (lembar kerja anak, lembar instrumen, dengan lembar
observasi aktivitas guru).
b. Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model
kontekstual sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi dari awal
sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar pengamatan
yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2
pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei
2012 dengan kegiatan berupa pengenalan buah-buahan secara
langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan
observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan
mengisi lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang
aktivitas guru dan keaktivan anak.
Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang
buah-buahan yang disusun dalam himpunan untuk ditarik berapa
jumlahnya dengan memperkenalkan buah-buahan secara nyata dan
kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk mengukur
pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20, sebelum melaksanakan
siklus pertama tepatnya pada hari senin 28 April 2012.
Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran penjumlahan 1 -
20, yaitu agar anak mampu mengenal angka dan disesuaikan dengan
keadaan nyata di rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan
dengan buah-buahan nyata yang dibawa oleh guru. Buah nyata
tersebut adalah mangga, salak, apel yang semua buah tersebut
merupakan buah-buah segar yang dapat menarik perhatian anak.
Setelah diperkenalkan dengan buah-buah nyata tersebut, kemudian
satu persatu anak menunjuk langsung.
Pada saat melakukan pengamatan, setiap anak menunjuk
langsung dan menyebutkan buah beserta jumlahnya. Kegiatan
pengamatan itu bertujuan untuk mengenalkan anak dengan jumlah
buah di lingkungan sekitarnya (sebagai pengantar).
Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian
guru memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap anak yang
dipandu guru untuk menghitung jumlah buah yang dibawa dan
ditunjukkan guru kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai
mengerjakan. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mengulas kembali yaitu dengan anak maju di depan kelas dan
menarik garis gambar buah dengan angka.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Mei
2012 pembelajaran yang akan dilaksanakan ditekankan pada
kegiatan pengenalan jumlah angka 1 – 20 dan kemudian
dihubungkan langsung dengan buah-buahan nyata, seperti buah apel,
mangga dan salak.
Pada pelaksanaannya guru membawa buah-buahan yang
dibawa saat pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali
dengan menyebutkan nama buah dengan menarik garis sesuai jumlah
buah tersebut. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju
ke depan dengan menunjuk buah-buahan yang dibawa oleh guru
sesuai dengan perintah guru, misal berapa jumlah buah yang ada di
meja guru kemudian anak tersebut menjumlah buah-buahan yang
ada di meja guru sesuai petunjuk guru.
Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman
yang lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan
penjumlahan 1 – 20 yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya
masing-masing anak akan mendapat giliran untuk maju kedepan
menunjuk atau menarik garis untuk dihubungkan buah-buahan
dengan angka yang sesuai jumlahnaya. Seperti contoh anak
menunjuk buah-buahan dengan angka.
Setelah selesai anak maju guru memberikan reward atau
penghargaan seperti tepuk tangan ucapan bagus, kepada anak agar
mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pada akhir pertemuan kedua (siklus 1) guru memberikan
evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan pemahaman
anak tentang konsep penjumlahan angka 1 - 20 setelah penerapan
pembelajaran dengan model CTL. Rencana pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pembelajaran, instrumen penilaian dan foto pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan
yang dilakukan meliputi aktivitas guru saat mengajar dengan menerapkan
model kontekstual pada pembelajaran penjumlahan 1 - 20. Dalam tahapan
ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, perekaman
dengan kamera foto dan video. Berdasarkan pengamatan dilapangan
siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Hasil Tes Anak Siklus I
Hasil tes individual pada siklus I diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual telah meningkatkan pemahaman anak pada
konsep penjumlahan 1 - 20. Data yang ada pada lampiran 2
menunjukkan bahwa rata-rata anak yang tuntas dalam kegiatan
pembelajaran sebesar 54,5%. Anak yang nilai tes individualnya telah
mencapai Kriteria Ketuntasan yaitu nilai < 70 (●) sebanyak 12 anak
dari jumlah 22 anak atau 54,5%. Sedangkan anak yang nilainya
setengah tuntas yaitu 65 (√) sebanyak 5 siswa dari 22 anak atau
22,7% dan anak yang belum tuntas dalam pembelajaran penjumlahan
1 – 20 dengan kriteria nilai > 65 (O) sebanyak 5 dari 22 jumlah anak
atau 22,7%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4 dan 5
berikut:
Tabel 4. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Anak Siklus I pertemuan 1
Aspek Penilaian No.
Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan
Rata-
rata
Kriteria
Nilai
Keterangan
1 70 70 70 70 ● Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
3 70 70 70 70 ● Tuntas
4 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
5 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
6 70 70 70 70 ● Tuntas
7 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
8 70 70 70 70 ● Tuntas
9 80 80 80 80 ● Tuntas
10 80 80 80 80 ● Tuntas
11 70 70 70 70 ● Tuntas
12 70 70 70 70 ● Tuntas
13 70 70 70 70 ● Tuntas
14 70 70 70 70 ● Tuntas
15 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
16 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
17 50 50 50 50 O Tidak Tuntas
18 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
19 70 70 70 70 ● Tuntas
20 70 70 70 70 ● Tuntas
21 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
22 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
Jumlah 1435
Rata-rata 65,2
Ketuntasan Klasikal 54,5%
54,5%
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan
jumlah himpunan dengan angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah
O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan
menjumlah
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I Pertemuan 1
Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 5 22,7% 2 √ 5 22,7% 3 ● 12 54,5%
Jumlah 22 100% Tuntas (●) 6 anak Sedang (√) 2 anak
Tidak tuntas (○) 14 anak Prosentase
Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 12 = X 100% 22 = 54,5%
Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 5 anak.
2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 5 anak.
3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 12 anak.
Berdasarkan tabel 5 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Frekuensi (f)
0
2
4
6
8
10
12
14
○ √ ●
Frekuensi (f)
Gambar 5. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus I
Pertemuan 1
Tabel 6. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus I pertemuan 2
Aspek Penilaian No.
Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan
Rata-
rata
Kriteria
Nilai
Keterangan
1 80 80 80 80 ● Tuntas
2 80 80 80 80 ● Tuntas
3 80 80 80 80 ● Tuntas
4 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
5 80 80 80 80 ● Tuntas
6 70 70 70 70 ● Tuntas
7 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
8 75 75 75 75 ● Tuntas
9 75 75 75 75 ● Tuntas
10 80 80 80 80 ● Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
11 80 80 80 80 ● Tuntas
12 80 80 80 80 ● Tuntas
13 80 80 80 80 ● Tuntas
14 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
15 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
16 80 80 80 80 ● Tuntas
17 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
18 60 60 60 60 ● Tuntas
19 75 75 75 75 ● Tuntas
20 75 75 75 75 ● Tuntas
21 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
22 80 80 80 80 ● Tuntas
Jumlah 1605
Rata-rata 73
Ketuntasan Klasikal 72,7%
72,7%
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai > 70 + jika anak mampu menarik garis berdasarkan
jumlah himpunan dengan angka
√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah
O = dengan nilai < 64 jika anak tidak dapat menarik dan menjumlah
Tabel 7. Frekuensi Data kemampuan penjumlahan 1 - 20 Siklus I Pertemuan 2
Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 3 13,6% 2 √ 3 13,6% 3 ● 16 72,7%
Jumlah 22 100% Tuntas (●) 16 anak Sedang (√) 3 anak
Tidak tuntas (○) 3 anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Prosentase Keberhasilan
Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 16 = X 100% 22 = 72,7%
Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 3
anak.
2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 3
anak.
3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 16
anak.
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6 berikut:
Frekuensi (f)
02468
1012141618
○ √ ●
Frekuensi (f)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 6. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus I Pertemuan 2
Dari tabel 7 dan gambar 6 diketahui bahwa masih ada anak yang
mendapat nilai > 65 (O) yaitu sebanyak 3 anak atau 13,60%. Pada tabel 5
diketahui bahwa anak yang mencapai ketuntasan adalah sebanyak 12 anak
atau 54,5% dan anak yang setengah mencapai ketuntasan atau (√) sebanyak
5 anak atau 22,7% . Sedangakan pada tabel 6 dan grafik 4 ketuntasan anak
meningkat menjadi 72,7% dan anak yang belum tuntas turun menjadi
13,6%.
Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak dalam
pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20 dengan penerapan model
pembelajaran kontekstual dan dengan pemanfaatan media buah-buah nyata
sehingga hal tersebut bisa tercapai seperti pada tabel 7 dan gambar 6 di atas.
Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat perbandingan
antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar
7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan kemampuan penjumlahan
1 – 20 Prasiklus dan siklus I Ketuntasan Siklus I
No Absen Ketuntasan Prasiklus Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 65 70 80
2 50 65 80
3 70 70 80
4 50 65 65
5 70 50 80
6 70 70 70
7 65 50 65
8 50 70 75
9 70 80 75
10 50 80 80
11 50 70 80
12 50 70 80
13 50 70 80
14 50 70 65
15 50 50 60
16 50 50 80
17 50 50 60
18 50 65 60
19 70 70 75
20 70 70 75
21 50 65 60
22 50 65 80
Jumlah 1250 1435 1605
Rata-rata 56,8 65 73
Ketuntasan klasikal
27,3% 54,5% 72,7%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 9. Perbandingan Kegiatan Awal dan Siklus I
Anak yang
mendapat <
70 (●)
Anak yang
mendapat 65
(√)
Anak yang
mendapat >
65 (O)
Ketuntasan
anak
Keadaan Awal 6 2 14 27,3%
Siklus I
pertemuan 1
12 5 5 54,5%
Siklus I
pertemuan 2
16 3 3 72,7%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●) Tuntas
Berdasarkan Tabel 9 tersebut di atas lebih jelas dapat dilihat pada gambar
7 berikut:
02468
1012141618
Anak yangmendapatB+ (●)
Anak yangmendapat
B (√)
Anak yangmendapat
B - (O)
Ketuntasananak
Keadaan AwalSiklus I pertemuan 1Siklus I pertemuan 2
Gambar 7. Histogram Perbandingan kemampuan penjumlahan 1 – 20
Pra Siklus dan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari tabel 10, 11 dan grafik 4 dapat dilihat adanya
peningkatan nilai dan prosentase ketuntasan anak kelompok B TK
Geneng 02 Gatak Sukoharjo tentang konsep penjumlahan 1 – 20.
Dari tabel dan grafik tersebut masih ada anak yang belum tuntas
dalam mengenal penjumahan 1- 20 sebelum diadakan tindakan 14
anak dan setelah diadakan tindakan I berkurang menjadi 3 anak yang
belum mencapai nilai B+ (●), diiringi juga dengan peningkatan
prosentase ketuntasan anak yang awalnya anak yang tuntas hanya
27,3%, pada siklus I pertemuan 1 meningkat menjadi 54,50%, pada
pertemuan ke-2 ketuntasan meningkat menjadi 72,7%. Peningkatan
tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1-20 dan
semangat belajar mereka juga meningkat.
2) Aktivitas Guru
Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai
data penilaian guru pada lampiran 13 diketahui rata-rata skor
penilaian guru adalah 3,51 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh
aspek. Masing-masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2
(cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian
terhadap aktivitas guru pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 1
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,25
2 Kegiatan Inti 3,75
3 Kegiatan Penutup 3,32
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Jumlah 24,58
Rata-rata akhir 3,51
Tabel 11. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 2
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,50
2 Kegiatan Inti 3,75
3 Kegiatan Penutup 3,33
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,40
Jumlah 25,23
Rata-rata akhir 3,60
Dari hasil penilain guru di atas yang dilakukan oleh observer
diperoleh hasil 3,50 pada siklus I pertemuan 1 dan 3,60 dapat
dikatakan aktivitas guru baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
diiringi semangat anak dalam mengikuti pembelajaran sehingga
mendorong peningkatan kemampuan penjumlahan 1 – 20 lebih
meningkat. Hasil belajar anak sebelum tindakan dengan ketuntasan
sebesar 27,3%, pada siklus I pertemuan I dan II meningkat menjadi
54,50% dan ketuntasan 72,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa guru berhasil pada penerapan
pembelajaran kontekstual. Guru membawa contoh langsung buah-
buah segar atau pemodelan, dengan ini guru mengkontruktivisme
pengetahuan anak yaitu anak akan mengingat kembali bentuk nyata
yang sudah anak lihat sebelum pembelajaran kontekstual ini. Anak
akan mulai belajar mengenal hal baru atau inkuiri pada media yang
dibawa oleh guru pada siklus I ini seperti contoh buah mangga,
salak, apel. Dari buah-buahan yang dibawa guru tersebut secara tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
langsung anak akan bertanya pada bentuk benda yang belum anak
kenal, mereka akan bertanya karena rasa ingin tahu yang besar. Pada
akhir kegiatan antar siklus guru juga mengadakan penilaian nyata,
yaitu penilaian hasil karya anak.
Dari hasil tersebut membuktikan aktivitas guru
mempengaruhi peningkatan ketuntasan dan pemahaman anak. Untuk
lebih meningkatkan ketuntasan dan pemahaman anak pada konsep
penjumlahan 1 – 20, maka aktivitas guru perlu ditingkatkan pada
siklus II, yaitu dengan cara perencanaan yang lebih matang seperti
dalam penyusunan RKH, penyediaan media dan kegiatan dalam
pembelajaran yang lebih menarik untuk memancing semangat anak.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama
proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut
:
Nilai rata-rata kelas dalam kemampuan penjumlahan 1 – 20 anak
sudah meningkat dengan nilai ketuntasan yaitu B+ atau (●), pada siklus I
ini nilai rata-rata kelas B+ atau (●) dengan jumlah anak 12 atau 54,50%
pada pertemuan 1, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi
16 anak atau dengan prosentase 72,7% yang mencapai nilai ketuntasan
B+ atau (●). Rata-rata tersebut mengalami peningkatan dibandingkan
dengan rata-rata sebelum mengadakan tindakan, akan tetapi rata-rata
tersebut dikatakan masih kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan
pemahaman siswa mengenai perubahan lingkungan juga masih kurang
maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan siklus II dengan
kegiatan yang lebih bisa meningkatkan kemampuan penjumlahan angka
1 - 20 pada anak.
Dari hasil penelitian siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2, maka
peneliti mengulas secara cermat bahwa ada beberapa anak yang belum
menunjukkan pemahaman konsep penjumlahan angka 1 – 20 secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
maksimal yang ditandai dengan masih ada anak yang belum tuntas yaitu
sebesar 22,7% pada siklus I pertemuan 1 dan 13,6% pada pertemuan 2,
untuk anak yang mencapai ketuntasan sebesar 54,50% pada pertemuan 1,
72,7% pada pertemuan 2, sedangkan indikator ketercapaian mencapai
80%. Sehingga berdasarkan hasil siklus I, guru melanjutkan siklus II
dengan media yang lebih nyata dan berusaha benda tersebut dekat
dengan anak.
2. Deskripsi Hasil Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Sabtu,
19 Mei 2012 TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo. Peneliti membuat
rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa
pemahaman anak pada konsep penjumlahan angka 1 - 20 masih belum
maksimal. Hal ini terlihat dari rata-rata capaian nilai mereka yang masih
berada dibawah KKM yang disebabkan karena beberapa faktor yang
antaranya karena kelemahan dalam penerapan media pada saat
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti kembali mengulang pembelajaran
tentang pengenalan penjumlahan angka 1 - 20 dengan sayur-sayuran
nyata yaitu buah yang dibawa peneliti dari rumah.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2
pertemuan (dengan alokasi waktu 2 x 30 menit setiap pertemuan). Untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang
dilakukan guru adalah sebagai berikut : (1) guru sebaiknya memberikan
dorongan dan motivasi kepada anak agar mereka lebih semangat dan
berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) guru sebaiknya
memberikan model pembelajaran yang tepat, yang dapat menyenangkan
siswa sehingga siswa dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif, (3) anak
diberi kesempatan lebih dalam proses pembelajaran, (4) media
disediakan untuk anak lebih menarik dan dapat meningkatkan
pemahamannya terhadap penjumlahan angka 1 - 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman anak tentang
penjumlahan angka 1 – 20 pada siklus I masih ada sebagian siswa yang
belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Merencanakan tindakan pada siklus 2 yang berdasarkan perbaikan
pada siklus I dengan :
1). Membuat RKH (lampiran 5 dan lampiran 6) dan instrumen yang
semuanya disempurnakan berdasarkan hasil refleksi data pada siklus
I untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I.
2). Menyiapkan media dan instrumen, antara lain:
a). Media pembelajaran untuk penjumlahan angka 1 - 20 (tomat,
timun, cabe merah).
b). Alat (soal/lembar evaluasi).
c). Lembar kerja (lembar kerja siswa, lembar instrumen observasi
aktivitas guru).
b. Tindakan
Dalam tahap ini guru tetap akan menerapkan model pembalajaran
kontekstual seperti pada siklus I yang membedakan adalah dalam
partisipasi anak dalam proses pembelajaran. Pada siklus II ini anak akan
lebih aktif menghitung penjumlahan yaitu sama, tidak sama, karena
media yang disediakan lebih banyak dan menarik sehingga lebih
meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep penjumlahan angka 1
- 20.
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II observer melakukan
observasi dari awal sampai akhir pembelajaran baik pada pertemuan
pertama maupun pertemuan kedua, observer mengamati dan mengisi
lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.
1). Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari
Sabtu 19 Mei 2012 dengan materi tentang penjumlahan angka 1 - 20.
Sebagai awal kegiatan guru mengadakan tanya jawab tentang
penjumlahan angka 1 - 20 yang sudah dipelajari pada pertemuan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sebagai apersepsi. Agar anak lebih semangat guru memberi reward
atu penghargaan untuk anak yang bisa maju kedepan untuk
menjumlah bentuk benda yang disebutkan ibu guru.
Pada siklus kedua anak tetap diperkenalkan dengan
penjumlahan angka 1 – 20 dengan benda-benda nyata yaitu dengan
memperkenalkan jumlah sayur-sayuran secara nyata. Yang
membedakan praktek pada siklus 1 dan siklus 2 adalah pada siklus 2
ini anak mengenal langsung benda nyata, sehingga anak dapat
merasakan langsung apa yang dipelajari.
Langkah selanjutnya guru memperkenalkan terlebih dahulu
sayuran tomat yang dibawa oleh guru, kemudian guru
menghitungnya, di tempat yang lain guru juga menghitung cabe
kemudian guru bertanya pada anak-anak berapa jumalh omat dan
cabe jika digabungkan?
Pada akhir pertemuan pertama anak akan diberi tugas untuk
mengerjakan LKA yang sudah disediakan guru. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan anak sudah bisa mengenal penjumlahan angka 1
- 20. Pada pertemuan pertama siklus II ini tugas anak adalah
penjumlahan angka 1 – 20 disertai dengan sama dan tidak sama
sesuai dengan urutan yang telah ditentukan oleh guru.
2). Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Mei 2012.
Pada pertemuan kedua ini anak dikenalkan langsung dengan benda
nyata melalui sayur-sauran yang dibawakan oleh guru, seperti terong
dan mentimun.
Dalam pertemuan kedua ini guru menjelaskan manfaat dari
sayur-sayuran tersebut. Langkah pertama guru memberi pada anak
dengan pertanyaan 5 buah terong jika dihubungkan dengan 6 buah
terong sama tidak? Serempak anak-anak menjawab tidak bu, dengan
demikian apa tanda yang harus digunakan? Dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut guru dapat melihat tingkat pemahamna anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tentang penjumlahan angka 1 - 20 sudah meningkat. Dengan bukti
anak mampu menyebutkan penjumlahan angka 1 - 20 yang guru
tunjuk. Selanjutnya guru memberi penjelasan untuk tugas hari ini
yaitu menarik garis sama, tidak sama. Jika anak mampu menarik
garis sesuai petunjuk guru dan mampu menuliskannya, itu artinya
perbaikkan yang ddilaksanakan guru berhasil.
c. Obsevasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan
yang dilakukan meliputi aktivitas guru dan pengenalan buah dan sayuran
nyata. Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus II selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Hasil Tes Anak Siklus II
Hasil tes individual pada siklus II diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual telah meningkatkan pemahaman konsep
anak tentang penjumlahan angka 1 - 20. Data yang ada pada
lampiran 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes anak pada siklus II
pertemuan 1 sebesar 72,7% dan menunjukkan adanya peningkatan
pada pertemuan kedua yang sesuai dengan target peneliti yaitu 91%
dari target awal peneliti 80%. Pada pertemuan pertama pada siklus
II ada 2 anak atau 9% yang belum tuntas dengan kriteria nilai B- (O)
dan 2 anak atau 9% yang setengah tuntas kriteria nilai B (√) .
Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah dan prosentase anak yang
belum tuntas dengan kriteria nilai B- (O) berkurang hanya tinggal 1
anak atau 4,5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 dan
14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 12. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II Pertemuan 1
Aspek Penilaian No.
Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan
Rata-
rata
Kriteria
Nilai
Keterangan
1 80 80 80 80 ● Tuntas
2 80 80 80 80 ● Tuntas
3 80 80 80 80 ● Tuntas
4 80 80 80 80 ● Tuntas
5 80 80 80 80 ● Tuntas
6 80 80 80 80 ● Tuntas
7 70 70 70 70 ● Tuntas
8 75 75 75 75 ● Tuntas
9 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
10 75 75 75 75 ● Tuntas
11 80 80 80 80 ● Tuntas
12 75 75 75 75 ● Tuntas
13 80 80 80 80 ● Tuntas
14 80 80 80 80 ● Tuntas
15 75 75 75 75 ● Tuntas
16 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
17 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
18 75 75 75 75 ● Tuntas
19 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
20 80 80 80 80 ● Tuntas
21 80 80 80 80 ● Tuntas
22 80 80 80 80 ● Tuntas
Jumlah 1655
Rata-rata 75,2
Ketuntasan Klasikal 81,8%
81,8%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Kriteria Nilai:
● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan
jumlah himpunan dengan angka
√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah
O = dengan nilai < 65 jika anak tidak dapat menarik dan
menjumlah
Tabel 13. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1
Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 2 9% 2 √ 2 9% 3 ● 18 81,8%
Jumlah 22 100% Tuntas (●) 18 anak Sedang (√) 2 anak
Tidak tuntas (○) 2 anak Prosentase
Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 18 = X 100% 22 = 81,8%
Dari data pada tabel 13 diatas dapat didiskripsikan sebagai berikut: 1) Anak yang mendapatkan nilai < 65 pada interval O sebanyak 2 anak.
2) Anak yang mendapatkan nilai 65 pada interval √ sebanyak 2 anak.
3) Anak yang mendapatkan nilai > 70 pada interval ● sebanyak 18 anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan tabel 13 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 8
berikut:
Frekuensi (f)
02468
101214161820
○ √ ●
Frekuensi (f)
Gambar 8. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II
pertemuan 1
Tabel 14. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II pertemuan 2
Aspek Penilaian No.
Absen Keaktifan Pemahaman Ketepatan
Rata-
rata
Kriteria
Nilai
Keterangan
1 85 85 85 85 ● Tuntas
2 85 85 85 85 ● Tuntas
3 90 90 90 90 ● Tuntas
4 90 90 90 90 ● Tuntas
5 85 85 85 85 ● Tuntas
6 85 85 85 85 ● Tuntas
7 90 90 90 90 ● Tuntas
8 85 85 85 85 ● Tuntas
9 80 80 80 80 ● Tuntas
10 80 80 80 80 ● Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
11 80 80 80 80 ● Tuntas
12 80 80 80 80 ● Tuntas
13 80 80 80 80 ● Tuntas
14 85 85 85 85 ● Tuntas
15 85 85 85 85 ● Tuntas
16 60 60 60 60 O Tidak Tuntas
17 65 65 65 65 √ Setengah Tuntas
18 90 90 90 90 ● Tuntas
19 90 90 90 90 ● Tuntas
20 80 80 80 80 ● Tuntas
21 80 80 80 80 ● Tuntas
22 80 80 80 80 ● Tuntas
Jumlah 1810
Rata-rata 82,3
Ketuntasan Klasikal 91%
91%
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai > 70 jika anak mampu menarik garis berdasarkan
jumlah himpunan dengan angka
√ = dengan nilai 65 jika anak dapat menjumlah
O = dengan nilai < 65 jika anak tidak dapat menarik dan
menjumlah
Tabel 15. Frekuensi Data Kemampuan Penjumlahan 1 - 20 Siklus II pertemuan 2
Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase 1 ○ 1 4,5% 2 √ 1 4,5% 3 ● 20 91%
Jumlah 22 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tuntas (●) 18 anak Sedang (√) 2 anak
Tidak tuntas (○) 2 anak Prosentase
Keberhasilan Jumlah anak tuntas x 100% Jumlah siswa 20 = X 100% 22 = 91%
Berdasarkan Tabel 15 tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 9
berikut:
Frekuensi (f)
0
5
10
15
20
25
○ √ ●
Frekuensi (f)
Gambar 9. Histogram Data Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II
Pertemuan 2 Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat perbandingan
antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada Tabel 16 dan
gambar 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 16. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan Siklus II Pertemuan 1 dan 2
Ketuntasan Siklus II No Absen
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 80 85
2 80 85
3 80 90
4 80 90
5 80 85
6 80 85
7 70 90
8 75 85
9 65 80
10 75 80
11 80 80
12 75 80
13 80 80
14 80 85
15 75 85
16 65 60
17 60 65
18 75 90
19 60 90
20 80 80
21 80 80
22 80 80
Jumlah 1655 1810
Rata-rata 75,2 82,3
Ketuntasan
Klasikal
81,8% 91%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 17. Perbandingan Kemampuan Penjumlahan 1 – 20 Siklus II Pertemuan 1
dan Siklus II Pertemuan 2 Anak
yang
mendapat
> 70 (●)
Anak
yang
mendapat
65 (√)
Anak yang
mendapat <
65 (O)
Rata-rata Ketuntasan
anak
Siklus II
pertemuan 1
18 2 2 75,2 81,8%
Siklus II
pertemuan 2
20 1 1 82,3 91%
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut:
0
5
10
15
20
25
Anak yangmendapatB+ (●)
Anak yangmendapat
B (√)
Anak yangmendapat
B - (O)
Ketuntasananak
SiklusII pertemuan 1SiklusII pertemuan 2
Gambar 10. Perbandingan Ketuntasan Kemampuan Penjumlahan 1 - 20
Siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2
Dari tabel 15 dan gambar 9 diketahui bahwa kemampuan
penjumlahan 1 – 20 anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak
Sukoharjo tentang pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan
penjumlahan 1 – 20 pada siklus I. Dalam pelaksanaan siklus II
kegiatannya menekankan pada pengenalan angka dan jumlah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
menunjuk secara langsung. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 17
dan gambar 10 dimana selalu ada peningkatan kemampuan
penjumlahan 1 - 20 dan ketuntasan anak kelompok B pada setiap
siklusnya. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual
telah meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20 yang
dapat dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak
kelompok B. Sebanyak 20 atau 91% dari seluruh anak kelompok B
telah berhasil menyelesaikan Lembar Kerja Anak (LKA) dan tugas
dari guru yang berhubungan dengan penjumlahan 1 – 20 dengan
nilai sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM =
●) dengan rata-rata nilai 82,3. Dengan demikian target penilitian
yaitu minimal 91% memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.
Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 81,8%
pada pertemuan pertama dan 91%% pada pertemuan kedua maka
penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan
sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20. Hal tersebut dapat dilihat
dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.
2) Aktivitas Guru
Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai
data penilaian guru pada lampiran 14 diketahui rata-rata skor
penilaian guru adalah 3,70 pada siklus II pertemuan 1 dan 3,71 pada
siklus II pertemuan 2 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh
aspek. Masing-masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2
(cukup), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian
terhadap aktivitas guru pada setiap aspek dapat dilihat pada tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 1
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,50
2 Kegiatan Inti 3,75
3 Kegiatan Penutup 3,33
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 4,00
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,60
Jumlah 25,93
Rata-rata akhir 3,70
Tabel 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 2
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,50
2 Kegiatan Inti 3,75
3 Kegiatan Penutup 3,50
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 4,00
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,75
Jumlah 26,25
Rata-rata akhir 3,75
Aktivitas guru sangat menentukan keberhasilan dalam suatu
proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan oleh observer pada
siklus II ini penilaian aktivitas mencapai 3,75. Pada siklus II ini
aktivitas guru ditekankan pada peran serta anak dalam pembelajaran
guru hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti pada siklus II ini anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk menunjuk,
menyebut, dan menghubungkan bentuk benda geometris dengan
benda nyata yanag ada pada lingkungan disekitar mereka, guru
hanya mneyediakan media memberi arahan dan petunjuk jika anak
mengalami kesulitan. Dengan kegiatan tersebut ternyata lebih efektif
dalam peningkatan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak,
sehingga hasil belajar dan ketuntasan anak ikut meningkat seperti
pada siklus II ini ketuntasan anak meningkat menjadi 91% .
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan pada siklus II terhadap kenaikkan
prosentase nilai ketuntasan < 70 (●) dari 22,7% sebelum mengadakan
tindakan dan menjadi 91% setelah melaksanakan tindakan, dapat dilihat
antusias dan semangat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat
meningkatkan semangat anak dalam pembelajaran sehingga akan
mendukung untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20.
Hasil penilaian terhadap guru saat proses pembelajaran pada siklus II
menunjukkan bahwa secara keseluruhan kegiatan guru sudah baik dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa
terdapat kenaikan rata-rata nilai aktivitas guru pada setiap aspek. Sehingga
pada akhir siklus II diperoleh nilai 3,71. Hal tersebut mendukung
peningkatan antusias dan semangat anak dalam belajar serta peningkatan
hasil belajar anak kelompok B pada pemahaman konsep penjumlahan 1 –
20.
Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang
mendorong anak lebih aktif dan semangat mengikuti pelajaran membuat
pemahaman anak kelompok B tentang konsep penjumlahan 1 – 20 menjadi
meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase
ketuntasan yang mencapai 91%.
Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan pada
semangat anak, seperti pengenalan benda buah dan sayuran yang dibawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
guru. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 10 di mana selalu ada
peningkatan hasil belajar dan ketuntasan anak kelompok B pada setiap
siklusnya. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman
konsep penjumlahan 1 – 20 yang dapat dilihat dari hasil belajar dan
prosentase ketuntasan belajar anak kelompok B, sebanyak 20 anak atau 91%
dari seluruh anak kelompok B telah berhasil menyelesaikan tes dengan nilai
sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = < 70 atau
●). Dengan demikian target penilitian yaitu minimal 80% anak memperoleh
nilai tuntas KKM telah tercapai.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Hasil belajar anak pada pemahaman konsep bangun geometris
Penilaian terhadap kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak
kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dilaksanakan pada setiap
pertemuan antar siklus, diharapkan agar guru dapat mengetahui
peningkatan anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo
khususnya pada konsep penjumlahan 1 – 20. Secara garis besar
perbandingan antara jumlah anak yang mencapai ketuntasan belajar
konsep penjumlahan 1 – 20 pada kondisi awal sebelum diadakan
tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Nilai
ketuntasan di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 20. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan anak Prasiklus, Siklus I,
Siklus II
Ketuntasan Siklus IKetuntasan Siklus
II No Absen Pra
siklus Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
1 65 70 80 80 85
2 50 65 80 80 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3 70 70 80 80 90
4 50 65 65 80 90
5 70 50 80 80 85
6 70 70 70 80 85
7 65 50 65 70 90
8 50 70 75 75 85
9 70 80 75 65 80
10 50 80 80 75 80
11 50 70 80 80 80
12 50 70 80 75 80
13 50 70 80 80 80
14 50 70 65 80 85
15 50 50 60 75 85
16 50 50 80 65 60
17 50 50 60 60 65
18 50 65 60 75 90
19 70 70 75 60 90
20 70 70 75 80 80
21 50 65 60 80 80
22 50 65 80 80 80
Jumlah 1250 1435 1605 1655 1810
Rata-rata 56,8 65 73 75,2 82,3
Ketuntasan klasikal
27,3% 54,5% 72,7% 81,8% 91%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●)Tuntas
Tabel 21. Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Kondisi
Anak yang
mendapat > 70 (●)
Anak yang
mendapat 65 (√)
Anak yang mendapat <
65 (O) Rata-rata Ketuntasan
anak
Keadaan Awal
6 2 14 56,8 27,3%
Siklus I/1 12 5 5 65 54,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Siklus I/2 16 3 3 73 72,7%
Siklus II/1 18 2 2 75,2 81,8%
Siklus II/2 20 1 1 82,3 91%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (√) Setengah tuntas, (●)Tuntas Dari tabel 21 di atas dapat disajikan gambar 11 perbandingan
nilai ketuntasan tiap siklus adalah sebagai berikut:
Perbandingan Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
Keada
an A
wal
Siklus I
/1
Siklus I
/2
Siklus I
I/1
Siklus I
I/2
Anak yang mendapat B+(●)Anak yang mendapat B (√)Anak yang mendapat B -(O)Ketuntasan anak
Gambar 11. Histogram Perbandingan Tes Awal, Siklus I dan Siklus II
2 Kinerja Guru
Penelitian kinerja guru terdiri dari penilaian Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang mencakup tentang penilaian perencanaan guru
dalam menyiapkan materi ajar, media, dan instrument yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru saat mengajar juga dinilai
oleh observer yaitu guru kelompok B untuk menilai ketepatan atau
kesesuaian guru dengan RKH yang tersusun dalam kegiatan
keseluruhan.
Dalam RKH terdapat indikator yang diamati antara lain: (1).
kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, (2). Pemilihan materi ajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
(3). pemilihan media, (4). kejelasan scenario, dan (5). kesesuaian
teknik dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan dalam penilaian saat guru mengajar, terbagi dalam 4
indikator yakni indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir atau penutup, dan semua kriteria penilaian
kinerja guru terangkum menjadi satu lembar penilaian. Hasil penilaian
kinerja guru disetiap pertemuan adalah sebagai berikut, pada siklus I
pertemuan 1 sebesar 3,51, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,60, siklus II
pertemuan pertama 3,70 dan siklus II pertemuan 2 sebesar 3,75.
Perbandingan hasil kinerja guru dari setiap pertemuan antar siklus
baik sebelum kegiatan maupun sesudah kegiatan pembelajaran dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 22. Hasil kinerja guru pada siklus I dan Siklus II
No Tindakan Pertemuan Nilai Rata-rata Pertemuan 1 3,51 1 Siklus I Pertemuan 2 3,60
3,55
Pertemuan 1 3,70 2 Siklus II Pertemuan 2 3,75 3,73
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pencapaian kinerja guru
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan nilai ketuntasan
anak pada kemampuan penjumlahan 1 – 20 dengan kriteria yang
sudah ditentukan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru berhasil membawa anak untuk meningkatkan kemampuan
penjumlahan 1 – 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak
Sukoharjo.
Berdasarkan tabel 21 dan gambar 11 di atas dapat dilihat selalu
adanya peningkatan dari awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.
Peningkatan itu dapat dilihat dari nilai anak, rata-rata nilai anak dan
ketuntasan belajar anak. Nilai ketuntasan < 70 (●) dari awal sebelum
tindakan sampai siklus II selalu meningkat 6 anak pada awal atau
pratindakan, 12 anak pada siklus I pertemuan 6, 16 anak pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pertemuan 2, 18 anak pada siklus II pertemuan 1, dan 20 anak yang
pada siklus II pertemuan 2. Naiknya nilai ketuntasan yang diperoleh
anak diikuti dengan naiknya prosentase nilai ketuntasan (●) pada
anak. Prosentase ketuntasan anak kelompok B yang meningkat, dilihat
pada awal sebelum tindakan ketuntasan anak sebesar 27,3% siklus I
pertemuan 1 54,5%, siklus I pertemuan 2 dengan kenaikan prosentase
menjadi 72,7%, untuk siklus II pertemuan 1 81,8% dan pada akhir
siklus II ketuntasan anak mencapai prosentase yang memuaskan yaitu
sebesar 91% dari jumlah anak.
Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 81,8%
pada pertemuan pertama dan 91% pada pertemuan kedua maka
penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan
sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat
meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20. Hal tersebut dapat
dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengamatan pada penelitian ini adalah penilaian terhadap guru yang
dilakukan oleh observer ditujukan pada aktivitas guru saat proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan
kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas guru dari siklus I ke siklus II.
Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh angka sebesar 3,5,
pada pertemuan 2 sebesar 3,60 dan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 3,70 dan
pada siklus II pertemuan 2 sebesar 3,75. Hal tersebut mendukung peningkatan
semangat dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak kelompok B tentang
kemampuan penjumlahan 1 - 20 yaitu khusus pada pengenalan buah dan sayuran.
Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang mendorong anak lebih semangat mengikuti pelajaran membuat kemampuan penjumlahan 1 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
20 anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo dalam pemahaman konsep penjumlahan meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan anak kelompok B yang mencapai 91%.
Hasil pretest yang diberikan pada pra tindakan diperoleh hasil sebanyak 6 atau 27,3% anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = < 70). Tindakan yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada siklus yang pertama pertemuan 1, diperoleh hasil sebanyak 12 anak atau 54,5%, dan pada siklus pertama pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 16 anak atau 72,7% dari 22 jumlah anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai < 70. Sedangkan pada siklus yang kedua pertemuan pertama diperoleh hasil sebanyak 18 atau 81,8%, dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil sebanyak 20 atau 91% dari 22 siswa yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai < 70 atau (●).
Dengan ketuntasan mencapai 91% yang telah melewati indikator keberhasilan sebanyak 80% anak harus tuntas, maka pembelajaran dan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo telah berhasil.
Hasil perhitungan prosentase perolehan nilai pada setiap siklus, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 - 20 pada anak kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diketahui adanya peningkatan yang meliputi penilaian terhadap aktivitas guru serta hasil belajar anak pada konsep penjumlahan 1 – 20 melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini dapat ditunjukkan dari 22 anak yang tuntas hanya ada 2 anak yang belum tuntas Kemudian bagi anak yang belum tuntas, peneliti memberikan pendekatan/bimbingan khusus sesuai dengan tingkat kemampuan anak, sedangkan untuk tindak lanjutnya peneliti serahkan pada guru kelompok B TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran kontekstual
pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2011/2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: melalui
penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
penjumlahan 1 – 20 pada Anak Kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
dengan diterapkanya model pembelajaran kontekstual kemampuan penjumlahan
1 – 20 rata-rata tes awal sebesar 56,8, sedangkan siklus I pertemuan I dan
pertemuan II rata-rata 69 jadi ada peningkatan sebesar 12,2 atau 21,5%,
sedangkan rata-rata siklus II sebesar 78,75 jadi pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 9,75 atau 14% dengan ketuntasan klasikal sebesar 91%.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan 1 – 20 pada anak
kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012, diterima kebenarannya.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat
diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan kemampuan
penjumlahan 1- 20 baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penjumlahan
1 – 20 dan mendapatkan respon positif dari anak
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dapat menarik
perhatian anak, memperjelas sajian materi dan membuat anak tidak mudah
lupa tentang hal yang dipelajari. Suasana dalam proses pembelajaran menjadi
menyenangkan karena menggunakan alat-alat peraga yang menarik anak,
sehingga anak tidak cepat bosan untuk belajar penjumlahan 1 - 20.
Dengan partisipasi anak yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran
yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan
menyenangkan dan pada akhirnya pemahaman konsep penjumlahan 1 – 20
meningkat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa kemampuan penjumlahan 1
– 20 melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
pemahaman anak khususnya pada materi konsep penjumlahan 1 – 20.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keterampilan mempergunakan media
pembelajaran dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar sehubungan dengan pemahaman dan hasil belajar siswa yang akan
dicapai. Pemahaman dan hasil belajar anak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan media dan alat peraga dalam pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
kontekstual pada anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi anak kelompok B Semester II TK Geneng 02 Gatak
Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Hendaknya memberikan sarana bagi guru untuk mengembangkan kemampuan
dan kreatifitas mengajarnya dengan pengetahuan tentang pembelajaran
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
inovatif. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan menuntut guru untuk
lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan, diharapkan
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan
pembelajaran penjumlahan diharapkan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
3. Bagi Anak
Anak hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru serta aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
prestasi belajarnya baik dan pengetahuannya terus berkembang
4. Bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti selanjutnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk melanjutkan penelitian yang
sejenis dengan penelitian ini.
83