PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGOPERASIKAN · PDF fileSeiring Penulisan Tindakan Kelas ( PTK ) ......
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGOPERASIKAN · PDF fileSeiring Penulisan Tindakan Kelas ( PTK ) ......
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGOPERASIKAN BILANGAN
PECAHAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALANDONG 02
KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN
2009/2010
OLEH :
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH :
KONDANG HARTOYO
NIM X2707017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran dapat diamati dari keberhasilan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, baik tingkat pemahaman, penguasaan materi, maupun hasil
belajarnya. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar maka
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya
dalam proses belajar mengajar pasti mengalami permasalah baik dari guru,siswa dan
sarana / alat peraga.Dari guru permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman
dan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif,setiap hari hanya itu saja metode yang
dipakai ( ceramah dan tugas ).Guru masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
metode yang inovatif disamping rasa malas.Kreatifitas guru masih sangat kurang dalam
menciptakan pembelajaran yang ideal.
Alat peraga dan sarana penunjang masih belum mencukupi sehingga tidak semua
pembelajaran menggunakan alat peraga.
Siswa kelas 4 SDN 02 yang jumlahnya 56 siswa terdiri dari 24 laki-laki dan 32 perempuan
termasuk siswa yang memiliki prestasi dan motivasi belajar matematika rendah. Hal ini
terlihat dari indikator-indikator yang ada, yaitu :
1. Setiap diberi pertanyaan hanya sekitar 6 ( 10 % ) siswa yang mau mengacungkan
tangan untuk menjawab.
2. Setiap diberi kesempatan bertanya jarang yang mau bertanya.
3. Nilai matematika yang rendah 25 siswa dari 56 siswa,(45 % yang tidak tuntas) atau di
bawah KKM.
4. Keaktifan belajar / respon belajar masih rendah,siswa yang bergurau dan bermain saat
pembelajaran masih ada.
Pada umumnya siswa kelas IV di SDN Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksju
Kabupaten Tegal dalam menerima pembelajaran matematika masih mengalamj kesulitan,
apalagi kalau sudah masuk pada operasi bilangan pecahan. Padahal penguasaan operasi
bilangan pecahan merupakan prasarat bagi penguasaan kompetensi matematika berikutnya.
Kesulitan yang dialami siswa didik dalam penyelesaian operasi bilangan pecahan
mengakibatkan ketidak tuntasan dalam pembelajarannya nilai ketuntasannya 60) hanya 55
% yang tuntas, siswa yang lain tidak tuntas (45 % ) Melihat kenyataan ini , maka perlu
diusahakan untuk menuntaskan hasil belajarnya melalui kegiatan PTK.
Seiring Penulisan Tindakan Kelas ( PTK ) adalah suatu studi sistematis yang
dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan
tindakan praktis serta refleksi dari tindakan-tindakan tersebut ( Ebbut, 1985 ). Kurt Levin,
orang yang mempopulerkan PTK berpendapat ( dalam Mc.Niff, 1992:21 ) bahwa cara terbaik
untuk memajukan kegiatan belajar mengajar adalah dengan melibatkan mereka dalam
penulisan mereka sendiri dan yang ada dalam kehidupan mereka.
Penulisan tindakan kelas merupakan suatu rangkaian langkah-langkah ( a spiral of
steps ). Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart, ( 1982 ) digambarkan
sebagai suatu proses dinamis yang meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi yang terselesaikan dengan sendirinya ( alamiah ) dan merupakan
momen-momen dalam bentuk spiral seperti pada bagan di bawah ini.
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam penulisan tindakan kelas
ini, dengan alasan model tersebut merupakan metode yang sangat strategis bagi peningkatan
prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten
Tegal. Karena dalam kegiatan pembelajaran terjadi saling asah, asih, dan asuh.
Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) Metode STAD (Student
Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3) Metode GI (Group Investigation); (4)
Metode Struktural.
Dari beberapa metode kooperatip di atas,salah satu dipergunakan untuk dapat
menyelesaikan rumusan masalah, guru melakukan pembelajaran melalui Model
Pembelajaran Kooperatif dengan metode Jigsaw dengan harapan prestasi belajar siswa
meningkat.
PTK yang dilaksanakan guru mempunyai beberapa manfaat (Dirjen Dikdasmen,
2004: 9), yaitu :
1. Menumbuhkan inovasi dan perbaikan. Karena penulisan tindakan bersifat pemecahan
masalah (problem-solving).
2. Memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antar komponen pendidikan di sekolah, yaitu
guru, siswa, staf/pimpinan dan masyarakat/orang tua.
3. Meningkatkan profesionalisme guru.
4. Penulisan tindakan memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensi keguruannya.
Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
mendeskripsikan benda secara lisan menggunakan pendekatan kontekstual .
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
Apakah penggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan mengoperasikan bilangan pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu Kabupaten
Tegal?
2. Pemecahan Masalah
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam penulisan tindakan
kelas ini, dengan alasan model tersebut merupakan metode yang sangat strategis bagi
peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan
Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Karena dalam kegiatan pembelajaran terjadi saling asah,
asih, dan asuh.
Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) Metode STAD (Student
Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3) Metode GI (Group Investigation); (4)
Metode Struktural.
Dari beberapa metode kooperatip di atas,salah satu dipergunakan untuk dapat
menyelesaikan rumusan masalah, guru melakukan pembelajaran melalui Model
Pembelajaran Kooperatif dengan metode Jigsaw dengan harapan prestasi belajar siswa
meningkat.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan :
1. Meningkatkan kemampuan mengoperasikan bilangan pecahan dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02
Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal .
2. Memperbaiki proses pembelajaran matematika dari yang tidak sesuai dengan proses
berpikir siswa menjadi sesuai.
D. Manfaat Hasil Penulisan
Manfaat hasil penulisan ini khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan / atau
pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran yang bermakna serta sesuai dengan minat
dan proses berpikir siswa.
Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :
1. Siswa
Meningkatkan minat belajar siswa dan memudahkannya dalam mempelajari
matematika sehingga diharapkan dapat meningkatkan khususnya dalam operasi bilangan
pecahan.
2. Guru
Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif dalam pembelajaran matematika.
3. SD Negeri Tegalandong 02
Meningkatkan pemberdayaan Model Pembelajaran Kooperatif agar prestasi belajar
siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran yang lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pecahan
Pecahan yang dipelajari siswa di SD, sebetulnya merupakan bagian dari bilangan
rasional yang dapat ditulis dalam bentuk ba
dengan a dan b merupakan bilangan bulat
dan b tidak sama dengan 0. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu
dari:(1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, dan (4) pecahan
campuran. Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tak
terhingga banyaknya. Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk
melambangkan bilangan pecah dan rasio (perbandingan). Menurut Kennedy (1994: 425-
427) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut :
a. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan.
Pecahan biasa dapat digunakan untuk manyatakan makna dari setiap bagian dari yang
utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang
anggota keluarganya, dan masing-masing harus mandapat bagian yang sama, maka
masing-masing anggota akan memperoleh 41
bagian dari keseluruhan cake itu.
Pecahan 41
mewakili usuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari
sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi dimana lambang bilangan tersebut
muncul. Dalam lambang bilangan 41
, “4” menunjukkan banyaknya bagian-bagian
yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut sebagi “penyebut”. Sedangkan
banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang.
b. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak,
atau juga menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama
banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana
sekumpulan obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang
beranggotakan sama banyak, maka kalimat matematikanya 12 : 2 = 6 atau
21
x 12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan 21
dari 12, maka siswa harus memikirkan
12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyak
anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula, dalam hal
ini 21
dari banyaknya obyek semula. Demikian halnya bila sehelai kain yang
pajangnya 3 meter dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, mengilustrasikan
situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau 43
.
c. Pecahan sebagai perbandingan (rasio)
Hubungan antara sepasang bilangan sering diyatakan sebagai sebuah perbandingan.
Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan rasio.
1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio buku yang
bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang
bersampul biru 103
dari keseluruhan buku.
2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30
m. Rasio panjang tali A terhadap tali B tersebut hádala 10 : 30 atau 3010
atau
panjang tali A ada 31
dari tali B.
Dari ketiga situasi tersebut semua diperkenalkan kepada siswa dengan kelas yang
berbeda. Untuk kelas III dikenalkan dengan memunculkan situasi pertama atau tahap
pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari keseluruhan (utuh).
2. Mengenal Konsep Pecahan
Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului dengan soal
cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata misalnya buah apel, sawo, tomat, atau kue,
dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat berupa daerah-daerah bangun datar beraturan
misalnya persegí panjang atau lingkaran yang akan sangat membantu dalam
memperagakan konsep pecahan.
Pecahan 21
dapat diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk lingkaran
atau persegí, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Selanjutnya bagian yang
dilipat dan diarsir sesuai bagia yang dikehendaki dan akan didapatkan gambar daerah
yang diarsir seperti di bawah ini :
Pecahan 21
dibaca setengah atau satu perdua atau seperdua. “1” disebut
pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang diperhatikan dari
keseluruhan bagian yang sama. “2” disebut penyebut yaitu merupakan 2 bagian yang
sama dari keseluruhan. (Sukayati, 2003 : 1-3 )
3. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan
Pada saat siswa belajar membandingkan dan kemudian mengurutkan pecahan,
mereka perlu pengalaman-pengalaman sehingga menghasilkan temuan-temuan khusus,
misalnya dengan kegiatan untuk menanamkan konsep membandingkan dan mengurutkan
pecahan dapat dilakukan alternatif pembelajaran sebagai berikut :
a. Peragaan dengan menggunakan bangun-bangun geometri.
Bangun-bangun geometri dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk membandingkan dan
mengurutkan pecahan biasa dan pecahan campuran. Bahan yang digunakan harus
mudah dilipat, diwarnai atau dipotong-potong untuk mengurutkan luasan dari
bangun-bangun tersebut sehingga dapat dilihat urutan dari luasan yang mewakili
urutan dari bilangannya.
1 21
43
85
Dari peragaan dapat diketahui bahwa bila bangun dipotong dan dibanding-
bandingkan akan tampak bahwa
21
< 43
; 21
< 85
43
< 1 ; 43
> 21
dan sebagainya.
b. Dengan peragaan pita atau kepingan-kepingan pecahan.
Kepingan pecahan berguna untuk membandingkan pecahan biasa.
1
21
21
41
41
41
41
51
51
51
51
51
Dari peragaan dan gambar, siswa akan dapat membandingkan dan sekaligus
mengurutkan bilangan-bilangan pecahan yang diinginkan. (Sukayati, 2003 : 7-8 )
4. Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 5) belajar matematika mengenai konsep-
konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari,
serta mencari hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa
harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang
berhubungan dengan keteratran intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian
siswa dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan
sruktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan , siswa akan memahami
materi yang harus dikuasainya itu.Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika. Agar pembelajaran dapat mengembangkan
keterampilan intelektual siswa dalam mempelajari suatu pengetahuan (konsep
matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan
perkembangan kognitif siswa sehingga pengetahuan siswa dapat diinternalisasikan dalam
sruktur kogitif siswa. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika
pengetahauan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu:model tahap
enaktif yaitu dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata
; model tahap ikonik dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar
atau grafik; dan model tahap simbolik dengan memanipulasi simbol-simbol atau
lambang-lambang objek tertentu sehingga pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstarak (Nyimas Aisyah dkk,2007 : 1-6 ).
Pembelajaran tentang konsep pecahan dilakukan dalam tiga model tahapan yaitu (1)
model tahap enaktif, adalah dengan menggunakan benda- benda konkrit misalnya dengan
31
31
31
buah apel atau kue. Benda-benda tersebut dipotong menjadi bagian-bagian tertentu, (2)
model tahap ikonik, yaitu pecahan disajikan dengan gambar-gambar geometri seperti
persegi, persegi panjang, segitiga, dan lain-lain yang dibagi menjadi beberapa bagian
kemudian beberapa bagian dari keseluruhan diarsir atau diwarnai untuk menunjukkan
pecahan tertentu.Misalnya gambar sebuah persegi panjang dibagi menjadi 6 bagian dan 2
bagian diantaranya diarsir atau diberi warna sehingga menunjukkan pecahan 62
; dan (3)
model tahap simbolik yaitu simbol atau lambang dari obyek tertentu (gambar pecahan),
misalnya dua perenam dilambangkan dengan 62
.
2. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran
- kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan suatu kegiatan
pembelajaran.
b. Model-Model Pembelajaran
(1) Model Pembelajaran Kooperatif
(2) Model Pembelajaran Kontekstual
(3) Model Pembelajaran Kuantum
(4) Model Pembelajaran Terpadu
(5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
- Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga
tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru,
tetapi juga dari sesama murid. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.
Elemen-elemen tersebut menururt Lie (2004) adalah :
(1) Saling ketergantungan positif;
(2) Interaksi tatap muka;
(3) Akuntabilitas individual, dan
(4) Keterampilan untuk menjamin hubungan antar pribadi atau keterampilan social
yang secara sengaja diajarkan.
d. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
- Beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain :
(1) Metode STAD (Student Achivement Divisions);
(2) Metode Jigsaw;
(3) Metode GI (Group Investigation);
(4) Metode Struktural.
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
- adalah metode yang ada dalam Model Pembelajaran Kooperatif
f. langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawan-kawan dari
Universitas Texas,dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan
Langkah-langkah metode Jigsaw
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa
betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut.
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu
disebut kelompok pakar)
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok
pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
B. Temuan Hasil Penulisan yang Relevan
PTK tentang konsep pecahan dan pendekatan kontekstual pernah diteliti oleh :
Efi Dewiastuti.2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pokok
Bahasan Pecahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV
Semester II SDN Cabawan 3 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006 , bahwa hasil yang
diperoleh setelah diadakan penulisan adanya peningkatan belajar pada pokok bahasan
pecahan dengan mengunakan metode demonstrasi, perolehan nilai rata-rata kelas sebelum
menggunakan metode demonstrasi adalah 5,7.
Setelah menggunakan metode demonstrasi nilai rata-rata kelas meningkat pada sikus I
mencapai 65 dan tuntas klasikalnya mencapai 52 %, dan pada siklus II nilai rata-rata
mencapai 73,5 dan tuntas klasikalnya mencapai 82 %. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pokok bahasan pecahan.
C. Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di SD harus diciptakan proses belajar
mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Pembelajaran tersebut harus
ditunjang pemanfaatan alat peraga dan sumber belajar yang relevan serta ditunjang kompetensi
guru untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman tentang materi operasi bilangan pecahan,
dan mengetahui hambatan apa yang dialami dalam pembelajaran menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw pada materi operasi bilangan pecahan untuk siswa kelas IV SD
Negeri Tegalandong 02.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir di atas penulis buat menjadi bagan di bawah ini :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir PTK
Pembelajaran Tradisional Siswa mengalami kesulitan
dalam matematika khususnya dalam pengoperasikan
bilangan pecahan
Dengan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw
mempermudah siswa dalam
Siklus I
Perlakuan
Kondisi Awal
D. Hipotesis Tindakan
Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
mengoperasikan bilangan pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong
02 Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : SD Negeri Tegalandong 02, Kecamatan Lebaksiu,
Kabupaten Tegal, Jl. Raya Tegalandong
Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu bulan
Januari sampai dengan Juni 2010
Alasan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan secara mikro (kelas IV)
tentang peningkatan keampuan mengoperasikan bilangan pecahan setelah diadakan
penelitian.
Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan Januari sampai
dengan Juni 2010.Tahap perencanaan pada bulan Januari sampai dengan Pebruari,
pelaksanaan pada Maret akhir sampai dengan April, sedangkan tahap pelaporan pada bulan
Mei sampai dengan Juni 2010
B. Jadwal kegiatan penelitian
Tabel 1 : Jadwal kegiatan penelitian
NO JENIS KEGIATAN BULAN
JAN PEB MAR APR MEI JUN
1 Observasi dan identifikasi
masalah X
2 Penyusunan rancangan
tindakan X X
3 Pelaksanaan PTK siklus 1 X
4 Refleksi dan analisis hasil
siklus 1 X
5 Pelaksanaan PTK siklus 2 X
6 Refleksi dan analisis hasil
siklus 2 X
7 Penyusunan laporan PTK X X
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02, Kecamatan Lebaksiu,
Kabupaten Tegal, tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebagai berikut : Laki-laki
24 siswa perempuan 32 siswa, jumlah 56 siswa
Siswa Jumlah Laki-laki Perempuan
24 32 56
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas IV
D. Prosedur Penelitian
PTK akan dilaksanakan dalam bentuk siklus Dan direncanakan berlangsung selama
dua siklus dengan kegiatan sebagai berikut
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Analisis dan Refleksi
Pelaksanaan PTK model siklus dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :
gambar 3.1Bagan Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD ( Panduan Tugas Akhir e-Tugas Akhir,
2008: 11 ) Dikti.
Berikut gambaran dari setiap siklus.
Rancangan Siklus I
a. Perencanaan
Mengidentifikasi masalah pembelajaran.
Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran
Penyiapan media pembelajaran
Penyiapan bahan dan alat pembelajaran
Penyiapan instrumen observasi pembelajaran
Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran
Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi
Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis bersama siswa melakukan proses
pembelajaran sebagai berikut :
Langkah-langkah metode Jigsaw
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa
betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut.
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu
disebut kelompok pakar)
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada
kelompok pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan
tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan
kalimat matematika.
c. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang
berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
pemahaman siswa mengenai ide dan konsep mempelajari matematika dengan baik. Begitu
seterusnya sampai tindakan ini tercapai.
Pada tahap refleksi, penelitian ini menggunakan prosedur berdiskusi dengan
supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan
untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Dalam penelitian ini dilaksanakan
kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa kuisioner,
lembar observasi, dan wawancara.
Hasil refleksi siklus I ini digunakan untuk merancang pembelajaran di siklus II.
SIKLUS II
a. Perencanaan
Mengidentifikasi masalah pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.
Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan
Penyiapan media pembelajaran
Penyiapan bahan dan alat pembelajaran
Penyiapan instrumen observasi pembelajaran
Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran
Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,dan setiap siwa
betanggun jawab untuk mempeljari suatu bagian dari bahan aademik tersebut.
c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memlki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membntu mengkaji bagian bahan tersebut.(kumpulan siswa semacam itu
disebut kelompok pakar)
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok
pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan
tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan
kalimat matematika.
c. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang
berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata
dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain
itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil
proses pembelajaran matematika melalui model kooperatip jigsaw berupa eksplorasi
masalah-masalah nyata.
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama
untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin
memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan
agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai
tindakan ini tercapai. Pada tahap refleksi, penulis menggunakan prosedur berdiskusi
dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang
digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Penulis bersama supervisor
melaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa
kuisioner, lembar observasi, dan wawancara. Hasil refleksi siklus II ini digunakan untuk
menarik kesimpulan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes, serta penugasan.
Kuisioner, lembar observasi, dan wawancara digunakan untuk mengungkap sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika yang dialami.
Teknik Analisis data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah teknik analisis
dskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap
materi matematika antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga teknik
analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses pembelajaran
matematika.
Kriteria Keberhasilan Pembelajaran Matematika
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dikelompokkan menjadi dua aspek,
yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan produk. Indikator
keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran matematika melalui
eksplorasi masalah-masalah nyata yang dilakukan oleh guru dan siswa. Keberhasilan proses
tersebut didasarkan atas temuan dari tahapan pemantauan (tahapan observasi dan
monitoring).
Sementara itu, indikator keberhasilan produk didasarkan atas keberhasilan siswa
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bilangan pecahan .
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi lokasi penelitian
D Negeri Tegalandong 02 terletak di jl. Raya Tegalandong desa Tegalandong ,
kecamatan Lebaksiu, kabupaten Tegal.
SD Negeri Tegalandong 02 terdiri 1 ruang kantor,1 ruang tamu, 6 ruang kelas, 1
ruang UKS , perpustakaan,1 rumah dinas,mushalah ,1 ruang WC guru ,1 ruang WC siswa
, 1 ruang gudang dan halaman sekolah .
Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Tegalandong 02 dimulai pukul 07.00
sampai dengan pukul 12.25 WIB dengan alokasi waktu untuk satu jam pelajaran adalah
35 menit. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan kurikulum KTSP dengan memperhatikan
lingkungan sekitar sekolah untuk mata pelajaran muatan lokal. Sedangkan untuk kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar mengajar.
Pada tahun ajaran 2009/2010 SD Negeri Tegalandong 02 memiliki 297 siswa,
dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Daftar Siswa SD Negeri Tegalandong 02
No Kelas Keadaan Siswa Jumlah
L P
1 I 31 23 54
2 II 23 21 44
3 III 31 10 63
4 IV 28 10 38
5 V 20 21 41
6 VI 19 20 39
Jumlah 174 105 279
2. Struktur Organisasi SD Negeri Tegalandong 02
SD Negeri Tegalandong 02 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, dan memiliki
guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil meliputi 6 guru kelas,1 guru Pendidikan Agama
Islam,I guru Penjas, 3 guru wiyata bakti,dan seorang penjaga sekolah yang masih
berstatus tenaga wiyata bakti.tenaga non pendidikan 2, Jadi jumlah personil seluruhnya
ada 14 orang. Adapun struktur organisasi SD Negeri Tegalandong 02 sebagai berikut
:terlampir
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.2 Daftar Nilai Awal Siswa SD Negeri Tegalandong 02
No Rentang Jumlah Jumlah
Nilai
Rata-rata
Nilai Anak Nilai
1 20 - 29 3 60
2 30 - 39 5 150
3 40 – 49 7 280
4 50 – 59 10 500
5 60 – 69 28 1680
6 70 – 79 6 420
7 80 – 89 4 320
8 90 - 100 3 270
Jumlah 56 3680 65.71
Tabel 4.3 Daftar Ketuntasan Nilai Awal
KETUNTASAN
No Uraian Jml siswa %
1 Jumlah Siswa yang tuntas 31 55 %
2 Jumlah Siswa yang belu tuntas 25 45 %
Nilai rata – rata 75.45
Standar Ketuntasan 60.00
Siklus I
Pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Siklus I dilaksanakan selama 70 menit. Tindakan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP pada siklus I disusun berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan.
Rancangan RPP tentang materi pokok mendeskripsikan tumbuhan mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak
pengiring, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
sumber bahan dan alat peraga, dan evaluasi ( selengkapnya dapat dilihat
bagian lampiran ).
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah :
a. Ruang Belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas IV SD
Negeri Tegalandong 02,Kecamatan Lebaksiu,Kabupaten Tegal.
b. Buku Pelajaran
Buku pelajaran yang digunakan yaitu :
Matematika kelas IVDepdiknas 2004
Matematika kelas IV Airlangga
Sumber lain yang relevan
Pengalaman guru.
c. Alat Peraga
Gambar kelipatan bilangan
Gambar operasi pecahan pada garis bilangan
3) Menyiapkan Lembar Kerja
Guru menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS ) berisi tugas untuk materi yang
diajarkan dan menyiapkan materi yang diajarkan.
4) Menyiapkan Lembar Evaluasi
Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk supervisor.
Supervisor melakukan observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus I.
b. Pelaksanaan
1) Pra Pembelajaran
2) Kegiatan awal yang berisi apersepsi, pemberian motivasi belajar, dan menjelaskan
tujuan pembelajaran.
3) Kegiatan Inti yang berupa :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Guru membagikan bahan akademik yang berupa teks,dan mmberi penjelasan
bahwa setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bahan akademik
tersebut.
c. Guru bersama siswa membentuk kelompok pakar yang berasal dari anggota
tim yang berbeda dan memberikan petunjuk untuk mengkaji suatu bahan
akademik yang telah dibagikan.
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari
pada kelompok pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
c. Pengamatan/observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti berkolaborasi dengan
supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas observer adalah mengamati jalannya
pembelajaran pada siklus I dengan panduan lembar observasi, yang telah tersedia.
Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi :
1) Pra Pembelajaran
2) Kegiatan Membuka Pelajaran
3) Kegiatan Inti Pembelajaran
Pelaksanaan materi pelajaran
Strategi pola pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran
Penilaian proses dan hasil belajar
4) Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar meliputi :
Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang tunjuk jari untuk
bertanya)
Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari partisipasi/tunjuk jari siswa
untuk menjawab)
Banyak siswa yang ingin maju ke depan kelas.
Banyak siswa yang mengerjakan tugas dengan tekun.
Banyak siswa yang melamun
Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain
Banyak siswa yang mengganggu teman
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada bagian
hasil penelitian dan lampiran.
d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan supervisor
dan teman sejawat mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
diimplementasikan di kelas pada pprose pembelajaran siklus I.. Refleksi sangat
diperlukan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi,apa yang
dihasilkan,mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
DAFTAR PEROLEHAN NILAI ANAK
PADA SIKLUS I
No
Nilai Siklus I
Jumlah Siswa
Penilaian I Ppenilaian II
1 100 20 10
2 90 - 15
3 80 9 5
4 70 - 4
5 60 11 12
6 50 - 6
7 40 8 4
8 30 - 0
9 20 8 0
Jumlah Siswa yang tuntas 40 siswa 46 siswa
Jumlah Siswa yang belum tuntas 16 siswa 10 siswa
Nilai rata - rata 69.00 75.00
Standar Ketuntasan 60,00 60,00
% Ketuntasan 71 % 82 %
Tabel 4.4 DaftarNilai Siklus I siswa SD Negeri Tegalandong
0102030405060708090
100
A B
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C D
Diagram 4.5 Nilai siklus I
Diagram 4.5 Nilai siklus I pertemuan ke 2
C D E
ANAK
NILAI
-
E F G H
ANAK
NILAI
--------
Diagram 4.5 Nilai siklus I pertemuan ke 1
Diagram 4.5 Nilai siklus I pertemuan ke 2
Tabel 4.6: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus
Aktivitas Siswa
Dalam Kelompok Dalam proses pembelajaran
I II Rerata Kriteria I II Rerata Kriteria
I 65 66 65.5 Baik 69 75 72 Baik
( Sumber : Lembar Observasi Siswa )
4. Tanggapan dan Saran Observer
1. Guru Telah melaksanakan RPP dengan baik.
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
3. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru-siswa,siswa-siswa ,dan materi/
nara sumber sehingga meningkatkan kwalitas pembelajaran.
4. Siswa masih banyak dan perlu bimbingan dalam mengoperasikan dua pecahan biasa
yang berpenyebut tidak sama .
5. Implementasi RPP model Cooperative Jigsaw sangat efektif untuk meningkatkan
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan Kompetensi Dasar :
6.3.1 Menjumlahkan dua pecahan biasa yangberpenyebut sama
6.3.2 Menjumlahkan dua pecahan biasa yangberpenyebut tidak sama
5. Kendala dan Permasalahan yang muncul pada Siklus I
a. Masih ada beberapa siswa yang masih belum paham bagaimanamengoperasikan dua
pecahan yang berpenyebut tidak sama
b. Masih ada siswa yang belum dapat menyederhanakan pecahan yang
sederhana mungkin.
c. Perlu ditingkatkan lagi bagaimana membangun siswa untuk
aktip bertanya.
d. Jumlah siswa terlalu banyak (56 siswa ) hal ini kurang edial
didalam pelaksanaan pembelajaran
Siklus II
Pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
1.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP pada siklus II disusun berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Rancangan RPP tentang materi pokok mendeskripsikan tumbuhan mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, model dan metode
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber bahan dan alat
peraga, dan evaluasi ( selengkapnya dapat dilihat bagian lampiran ).
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah :
a. Ruang Belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas IV SD
Negeri Tegalandong 02,Kecamatan Lebaksiu,Kabupaten Tegal.
b. Buku Pelajaran
Buku pelajaran yang digunakan yaitu :
Matematika kelas IVDepdiknas 2004
Matematika kelas IV Airlangga
Sumber lain yang relevan
Pengalaman guru.
b. Alat Peraga
Gambar kelipatan bilangan
Gambar operasi pecahan pada garis bilangan
3. Menyiapkan Lembar Kerja
Guru menyiapkan lembar kerja siswa ( LKS ) berisi tugas
untuk materi yang diajarkan dan menyiapkan materi yang
diajarkan.
4. Menyiapkan Lembar Evaluasi
Guru menyiapkan soal-soal evaluasi untuk siswa.
5. Menyiapkan lembar observasi untuk supervisor.
Supervisor melakukan observasi terhadap proses pembelajaran
pada siklus I.I
b. Pelaksanaan
1. Pra Pembelajaran
2. Kegiatan awal yang berisi apersepsi, pemberian motivasi belajar, dan
menjelaskan tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan Inti yang berupa :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 4-5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
b. Guru membagikan bahan akademik yang berupa teks,dan mmberi penjelasan
bahwa setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bahan akademik
tersebut.
c. Guru bersama siswa membentuk kelompok pakar yang berasal dari anggota tim
yang berbeda dan memberikan petunjuk untuk mengkaji suatu bahan akademik
yang telah dibagikan.
d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok
semula (home teams ) untuk mengajar materi yang telah dipelajari pada kelompok
pakar.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi “home teams”,para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah djpelajari.
f. Pengamatan/observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti berkolaborasi dengan
supervisor sebagai pengamat/observer. Tugas observer adalah mengamati jalannya
pembelajaran pada siklus I dengan panduan lembar observasi, yang telah tersedia.
Adapun hal-hal yang akan dinilai dalam pengamatan meliputi :
1. Pra Pembelajaran
2. Kegiatan Membuka Pelajaran
3. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Pelaksanaan materi pelajaran
b. Strategi pola pembelajaran
c. Pemanfaatan media pembelajaran
d. Penilaian proses dan hasil belajar
4.Penutup
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar meliputi :
Banyaknya siswa yang bertanya (dilihat dari jumlah anak yang tunjuk jari untuk
bertanya)
Banyak siswa yang menjawab pertanyaan (dilihat dari partisipasi/tunjuk jari siswa
untuk menjawab)
Banyak siswa yang mengerjakan tugas dengan tekun.
Banyak siswa yang mengerjakan tugas lain
Banyak siswa yang mengganggu teman
Untuk lebih jelasnya, bentuk format lembar observasi dapat dilihat pada bagian
hasil penelitian dan lampiran.
c. Pengamatan/observasi
Pengamatan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus II dilakukan
oleh supervisor. Adapun hal yang akan diamati dalam pembelajaran meliputi :
1) Penyajian materi
Hal-hal yang diamati dalam tahap penyajian materi antara lain :
Kemampuan guru menumbuhkan rasa ingin tahu.
Kemampuan guru dalam memotivasi siswa.
2) Kegiatan kelompok
Hal-hal yang diamati dalam tahap kegiatan kelompok antara lain :
Pembentukan kelompok diskusi siswa dengan kemampuan heterogen .
Penjelasan tugas diskusi yang akan dilaksanakan.
Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Pemberian perhatian dan motivasi secara menyeluruh.
3) Tes akhir
Hal-hal yang diamati dalam tahap tes akhir,yaitu :
Kejelasan soal
Instrumen penilaian
Adapun hal-hal yang diobservasi tentang kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar meliputi :
1) Aktifitas belajar siswa, yaitu :
Memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru dan menjawab
pertanyaan guru.
Disiplin selama pembelajaran.
Penggunaan media dan alat peraga.
Mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran.
Mengerjakan tugas dengan baik.
Semangat/antusias dalam pembelajaran
2) Aktifitas diskusi kelompok
Ikut andil membentuk kelompok.
Mengeluarkan pendapat.
Bertanya dan menjawab pertanyaan guru atau teman diskusi.
Menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan kritik.
a. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan supervisor
dan teman sejawat mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
diimplementasikan di kelas pada prose pembelajaran siklus II.. Refleksi Pembelajaran
sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi,apa
yang dihasilkan,mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya.
Untuk itu selama proses pembelajaran, observer baik supervisor maupun
teman sejawat harus melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi antar
siswa, siswa dan bahan ajar, siswa guru dan siswa dengan lingkungannnya.
Adapun hasil dari refleksi adalah :
1) Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik ,dan aktif
2) Siswa merasa senang dan aktif mengerjakan tugas
3) Terbangun kerjasama yang aktif dalam mengerjakan tugas
4) Siswa merespon pertanyaan dan tugas dari guru dengan baik .
5) Masih ada siswa yang kurang aktif
Hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil refleksi adalah :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C
1) Guru harus senantiasa mengkondisikan siswa agar siap melakukan aktivitas
belajar.
2) Pertanyaan yang bersifat umum lebih dahulu baru ke individu supaya semua siswa
aktif berfikir.
3) Guru lebih intensif dalam
DAFTAR PEROLEHAN NILAI ANAK
PADA SIKLUS I
No
Nilai Siklus I
1 100
2 90
3 80
4 70
5 60
6 50
7 40
8 30
9 20
Nilai rata - rata
Jumlah Siswa yang belum tuntas
Tabel. 4.7 Daftar Nilai Siklus II
0102030405060708090
1st Qtr 2nd Qtr
3rd Qtr4th Qtr
D E F G H
ANAK
NILAI
--------
senantiasa mengkondisikan siswa agar siap melakukan aktivitas
Pertanyaan yang bersifat umum lebih dahulu baru ke individu supaya semua siswa
Guru lebih intensif dalam memotivasi siswa untuk berani menyatakan gagasan.
PEROLEHAN NILAI ANAK
PADA SIKLUS II
Jumlah Siswa
Penilaian I Ppenilaian II
10 10
15 15
5 7
4 6
12 15
6 3
4 0
0 0
0 0 75.00 78.00
Jumlah Siswa yang belum tuntas 10 siswa 3 siswa
Tabel. 4.7 Daftar Nilai Siklus II
East
West
North
senantiasa mengkondisikan siswa agar siap melakukan aktivitas
Pertanyaan yang bersifat umum lebih dahulu baru ke individu supaya semua siswa
motivasi siswa untuk berani menyatakan gagasan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C D
Diagram 4.8 Nilai siklus II pertemua
Diagram 4.9
Tabel 4.10: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus Dalam Kelompok
I II Rerata
I 66 68 67
E F G H I J
ANAK
NILAI
--------
Diagram 4.8 Nilai siklus II pertemuan ke 1
Diagram 4.9 Nilai siklus II pertemuan ke 2
: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Aktivitas Siswa
Dalam Kelompok Dalam proses pembelajaran
Rerata Kriteria I II Rerata Kriteria
67 Baik 75 78 76.5 Baik
A. Pembahasan
1) Siklus I
B. Gambaran secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat terlaksana
dengan baik terbukti dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru maupun siswa
menunjukkan hasil yang baik. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses
pembelajaran juga sudah baik walaupun belum secara maksimal. Namun demikian
dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan, antara lain : (a). Pelaksanaan
kegiatan kelompok kurang maksimal karena hanya siswa tertentu yang aktif bahkan ada
beberapa siswa yang bermain sendiri, (b). Siswa masih banyak dan perlu bimbingan
dalam mengoperasikan dua pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama .
C. Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I antara lain : (a)
Dengan menghadirkan peraga realita dapat menarik perhatian siswa dan suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan,
(b). Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru-siswa,siswa-siswa ,dan
materi/ nara sumber sehingga meningkatkan kwalitas pembelajaran.
Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus I sebesar 75 dengan ketuntasan klasikal 82
%. Dari 56 siswa yang telah tuntas sejumlah 46 siswa dan yang belum tuntas sebanyak
10 siswa.
1) Siklus II
Gambaran secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat terlaksana
dengan baik. Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran juga sudah
baik walaupun belum secara maksimal. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih
terdapat kelemahan, antara lain : (a). Penggunaaan garis bilangan dalam operasi
bilangan pecahan yang berpenyebut tidak sama masih menyulitkan bagi sebagian besar
siswa sehingga nilai tes yang diperoleh belum memuaskan, (b). Aktivitas siswa kurang
maksimal karena ketersediaan alat peraga.
Sedangkan kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II antara lain :
(a) Terbangun kerjasama yang aktif dalam mengerjakan tugas
(b). Aktivitas siswa dalam kelompok mengalami peningkatan karena setiap siswa
dapat berperan aktif pada kegiatan kerja kelompok.
Nilai rata-rata hasil tes untuk siklus II sebesar 78 dengan ketuntasan klasikal 94
%. Dari 56 siswa yang telah tuntas sejumlah 53 siswa dan yang belum tuntas sebanyak
3 siswa. Dari hasil penelitian baik siklus I maupun siklus II maka diperoleh nilai akhir
sebagai berikut :
Tabel 11 : Data Nilai Awal dan Akhir Siklus (II)
Nomor Nama Siswa
Nilai Awal
Nilai Akhir Kriteria Ket
Urut Induk 1 Andri Purnam 20 50 Kurang TT 2 M . Samsudin 40 50 Kurang TT 3 Yuni Rapita 20 50 Kurang TT 4 Ade Arina S 40 60 Cukup T 5 Adi Candra 80 90 Amat Baik T 6 Ahmad Arif M 100 100 Amat Baik T 7 Aika Asharmy 80 80 Baik T 8 Amdanu 80 90 Amat Baik T 9 Asmarani S 40 60 Cukup T
10 Ayu Tsari 40 60 Cukup T 11 Baizul 80 100 Amat Baik T 12 Diki Asepto 40 60 Cukup T 13 Eko Purwanto 100 100 Amat Baik T 14 Heri P 40 60 Cukup T 15 Indah Ayu L 80 100 Amat Baik T 16 Intan Nabila 80 60 Cukup T 17 Kamelia Dwi M 80 80 Baik T 18 Khanisah S 60 80 Baik T 19 Ledi Dayana 80 90 Amat Baik T 20 Mei Ayu T 60 90 Amat Baik T 21 Nita Febriani 60 90 Amat Baik T 22 Nusrili Avio 80 60 Cukup T 23 Muhamad P 40 80 Baik T 24 Pur Intisari 70 90 Amat Baik T 25 Samsul M 60 60 Cukup T 26 Rani Permata 40 60 Amat Baik T 27 Rizal 70 90 Amat Baik T 28 Riski Prakoso 50 80 Amat T 29 Safitri Hania 60 90 Amat Baik T 30 Ferdiyansyah 40 60 Cukup T 31 Santi Aulia 80 80 Baik T 32 Sinta Aulia 80 90 Amat Baik T 33 Sari Widia 100 100 Amat Baik T 34 Sandi Wijaya 40 60 Cukup T
35 Siti Maryam 80 100 Amat Baik T 36 Taslimah 80 80 Baik T 37 Trio Setiawan 80 90 Amat Baik T 38 Ulfi Nur Aini 60 100 Amat Baik T 39 Widhi Yanto 100 60 Cukup T 40 Wiwik Indah A 80 90 Amat Baik T 41 Widya Mile 90 100 Amat Baik T 42 Yanuar 80 60 Cukup T 43 Yunita 60 80 Baik T 44 Zaenudin Aziz 80 90 Amat Baik T 45 Arsika Salsa 90 90 Amat Baik T 46 David Qolby 80 90 Amat Baik T 47 Ibnu Rizki 40 70 Baik T 48 Desti Dwi 60 100 Amat Baik T 49 Raharjo 100 60 Cukup T 50 Fita Purna 40 60 Cukup T 51 Muhamad Aldi 90 100 Amat Baik T 52 Mohamad 40 60 Cukup T 53 Suryaningsih 60 70 Baik T 54 Titi Anggraeni 40 60 Cukup T 55 Vivi Andriani 80 90 Amat Baik T 56 Maya Amelia 80 80 Baik T Rata-Rata 65.7 78 Baik
Nilai akhir yang diperoleh dari hasil penelitian mencapai nilai rata-rata 78. Jika dibandingkan dengan nilai awal maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa sebagai bukti adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan. Dari hasil perbandingan nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan dalam tabel berikut
Dari data nilai akhir penelitian dapat disimpulkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 12 : Data nilai rata-rata dan ketuntasan klasiakal
Nilai Sebelum Tindakan
Sesudah Tindakan
Rata-rata 65.7 78
Ketuntasan Klasikal 55% 94%
Nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 65.7, sedangkan nilai rata-rata setelah
tindakan mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan mencapai kenaikan 39 %. Gambaran
0
20
40
60
80
100
AWAL
nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan pada nilai awal dan nilai akhir terdapat pada grafik
berikut :
Bagan 4.13 NilaiRata-rata, Persentase sebelum siklus dan sesudah siklus
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan :
1. Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan
bilangn pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Kabupaten Tegal. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang dicapai siswa dalam
setiap pertemuan terdapat peningkatan. Sebelum diadakan tindakan nilai rata
adalah 65,7 dengan tingkat ketuntasan sebesar 55 %. Setelah diadakan tindakan ni
rata kelas mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan klasikal 94 %. Hal ini dikarenakan
pemahaman siswa pada konsep pecahan juga mengalami penigkatan.
.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti
1. Perencanaan Pembelajaran sangat mutlak diperlukan sebelum proses pembelajaran.
2. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran.
AKHIR
AWALAKHIR
an tingkat ketuntasan pada nilai awal dan nilai akhir terdapat pada grafik
rata, Persentase sebelum siklus dan sesudah siklus
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan :
Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mengoperasikan
bilangn pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu,
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang dicapai siswa dalam
setiap pertemuan terdapat peningkatan. Sebelum diadakan tindakan nilai rata
adalah 65,7 dengan tingkat ketuntasan sebesar 55 %. Setelah diadakan tindakan ni
rata kelas mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan klasikal 94 %. Hal ini dikarenakan
pemahaman siswa pada konsep pecahan juga mengalami penigkatan.
litian, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :
aan Pembelajaran sangat mutlak diperlukan sebelum proses pembelajaran.
Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu guru dalam proses
an tingkat ketuntasan pada nilai awal dan nilai akhir terdapat pada grafik
rata, Persentase sebelum siklus dan sesudah siklus
mengoperasikan
Tegalandong 02 Kecamatan Lebaksiu,
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang dicapai siswa dalam
setiap pertemuan terdapat peningkatan. Sebelum diadakan tindakan nilai rata-rata kelas
adalah 65,7 dengan tingkat ketuntasan sebesar 55 %. Setelah diadakan tindakan nilai rata-
rata kelas mencapai 78 dengan tingkat ketuntasan klasikal 94 %. Hal ini dikarenakan
aan Pembelajaran sangat mutlak diperlukan sebelum proses pembelajaran.
Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dapat membantu guru dalam proses
3. Guru harus memiliki kemampuan dalam menganalisa masalah di kelas untuk selanjutnya
mencari solusi.
4. Sesuai karakteristik siswa SD ,guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan agar siswa lebih tertarik dalam belajar.
5. Alat peraga sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian siswa dan menghindari
verbalisme.
6. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.
7. Penilaian baik proses maupun akhir pembelajaran harus dilakukan untuk mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi.
8. Setiap akhir proses pembelajaran harus diadakan tindak lanjut.
9. Usahakan jumlah siswa dalam satu kelas harus ideal ( 26 – 30 ) siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lie, Anita 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Purwanto, 2005. Model Pembelajaran Group Investigation.UNY
Slavin E. Robert.2008. Coperative Learning Teori Riset dan Praktik. Nusa Media
Bandung
Drs.H.ISJONI,M.Si. 2009. Cooperative Learning. ALFABETA : Bandung
Retno Winarni,(2009) Penelitian Tindakan Kelas,Salatiga,Widya Sari
Kosasih A, R.Angkon, ( 2007 ) Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta,
Grasindo.
Sugiyanto ( 2009 ) Model-Model PembelajaranInovatif, Surakarta,
Modul PLPG.