PENINGKATAN KEMAMPUAN BICARA MELALUI BKPBI PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS D …... · Penelitian ini...
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN BICARA MELALUI BKPBI PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS D …... · Penelitian ini...
PENINGKATAN KEMAMPUAN BICARA MELALUI
BKPBI PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS D III B
DI SLB / B-C Y PAALB LANGENHARJO
GROGOL, SUKOHARJO
TAHUN 2009
Oleh :
MUSRIYANTI
NIM : X5107561
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN BICARA MELALUI
BKPBI PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS D III B
DI SLB / B-C Y PAALB LANGENHARJO,
GROGOL, SUKOHARJO
TAHUN 2009
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk
memenuhi Persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu
Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
MUSRIYANTI
NIM : X5107561
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. R. Indianto, M.Pd.
NIP. 195101151980031001
Pembimbing II
Dra. B. Sunarti, M.Pd.
NIP. 19450913 197403 2 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Sabtu
Tanggal : 18 Juli 2009
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua : Drs.A.Salim Choiri, M.Kes
Sekretaris : Dra. Munzayanah
Anggota I : Drs. R. Indianto, M.Pd.
Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd.
................................
................................
................................
................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.196007271987021001
v
ABSTRAK
Musriyanti, PENINGKATAN KEMAMPUAN BICARA MELALUI BKPBI PADA ANAK TUNA RUNGU KELAS D III B DI SLB / B-C YPAALB LANGENHARJO, GROGOL, SUKOHARJO, TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Juli 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Peningkatan Kemampuan Bicara melalui BKPBI pada anak Tuna Rungu Kelas D III B di SLB/B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode Diskriptif Populasi adalah seluruh anak kelas dasar D III B di SLB/B-C YPAALB Langenharjo sejumlah 15 anak. Sampel diambil sejumlah 5 anak. Sumber data berupa informasi kemampuan bidang studi BKPBI yang diambil nilai ulangan harian anak dan nilai raport. Tehnik pengumpulan data menggunakan tes, observasi dan imitasi atau menirukan. Tehnik analisis data yang digunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2, kemudian hasil pengamatan menggunakan analisis diskriptif kualitatif adalah penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : Dengan media permainan kartu huruf dan gambar pada pelajaran BKPBI akan lebih menarik bagi anak tuna rungu, karena permainan merupakan suatu yang disukai anak-anak sehingga dengan melalui permainan kartu huruf dan gambar anak tuna rungu akan lebih mudah dalam mengingat pelajaran BKPBI.
vi
MOTTO
1. Biarpun badan kami cacat, tetapi jiwa kami tetap sehat, maju terus pantang
mundur (Prof. Dr. Suharso).
2. Sesungguhnya di dalam kesulitan itu ada kemudahan (terjemahan QS. Alam
Nasyroh : 6)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada :
1. Orang tuaku yang tercinta
2. Suami dan anak cucuku yang sangat
aku sayangi
3. Teman-teman Pecinta Pendidikan
Luar Biasa
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
tersusunnya skripsi ini dengan judul : Peningkatan Kemampuan Bicara melalui
BKPBI pada Anak Tuna Rungu Kelas D III B di SLB / B-C YPAALB Langenharjo,
Grogol, Sukoharjo Tahun 2009”. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan
yang timbul dapat teratasi, untuk itu penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih banyak kesalahan namun pengarahan serta saran yang bersifat membangun
serta bimbingan dari berbagai pihak, segenap pembaca, penulis
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta.
3. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Pd, selaku Ketua Program jurusan FKIP UNS
Surakarta.
4. Bpk. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Pembimbing I
5. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd, selaku Pembimbing II
6. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah
Subhanahu wata’ala.
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
dunia PLB.
Surakarta, 18 Juli 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………...………………………………………… ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….. 3
C. Tujuan Penelitian ….………………………………………….. 3
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori …………………………………………………... 5
1. Kemampuan Bicara ……………………………………..... 5
2. Bina Komunikasi Bunyi dan Irama …………......………… 7
3. Bina Persepsi Bunyi dan Irama (BPBI) …………………... 16
4. Anak Tuna Rungu ................................................................. 21
x
B. Kerangka Berpikir ………………………………….................. 26
C. Perumusan Hipotesis .................................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian…………………………………………….... 30
B. Subyek Penelitian ……………………………………………... 30
C. Sumber Data ............................................................................... 31
D. Tehnik Pengumpulan Data ........................................................ 31
E. Validitas Data ............................................................................. 33
F. Analisis Data .............................................................................. 33
G. Indikator Kinerja ........................................................................ 33
H. Prosedur Penelitian .................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data............................................................................. 40
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 41
C. Pengujian Hipotesis .................................................................... 50
D. Pembahasan Analisis Hasil ........................................................ 58
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 62
B. Implikasi Hasil Penelitian .......................................................... 63
C. Saran ........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Prosedur Penelitian .................................................................................... 26
Tabel Daftar Nama Anak ..................................................................................... 31
Tabel Langkah-Langkah Pembelajaran ............................................................... 37
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian ......................................................................... 40
Tabel 2.Ulangan Harian Kondisi Awal ........................................................... 40
Tabel 3. Ulangan Harian Siklus 1 ................................................................... 47
Tabel 4. Nilai Ulangan Harian Siklus 1 .......................................................... 47
Tabel 5. Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus 1 ........................................ 48
Tabel 6. Ulangan Harian Siklus 2 ................................................................... 55
Tabel 7. Nilai Ulangan Harian ......................................................................... 55
Tabel 8. Perbandingan Siklus 1 dan Siklus 2 .................................................. 56
Tabel 9. Nilai Ulangan Harian ......................................................................... . 58
Tabel 10. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal Siklus 1, Siklus 2 58
xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 1. Alat Pembelajaran Ulangan Harian Siklus 1 ................................. 27
Gambar 2. Alat Pembelajaran Ulangan Harian Siklus 2 ................................. 35
Gambar 3. Alat dan Sumber Bahan RPP 1 ..................................................... 42
Gambar 4. Alat dan Sumber Bahan RPP 2 ..................................................... 51
Grafik 1. Ulangan Harian Kondisi Awal ........................................................ 41
Grafik 2. Ulangan Harian Siklus 1 .................................................................. 48
Grafik 3. Ulangan Harian Siklus 2 .................................................................. 56
Grafik 4. Perbandingan Ulangan Harian Kondisi Awal, Siklus 1, Siklus 2 ... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nilai Kondisi Awal ........................................................................ 65
2. Program Perbaikan dan Pengayaan Kondisi Awal .................................... 66
3. Analisis Hasil Ulangan Harian Kondisi Awal ........................................... 67
4. Silabus Siklus 1.......................................................................................... 68
5. Daftar Nilai Siklus 1 .................................................................................. 69
6. Program Perbaikan dan Pengayaan Siklus 1.............................................. 70
7. Analisis Hasil Ulangan Harian Siklus 1..................................................... 71
8. Silabus Siklus II ......................................................................................... 72
9. Daftar Nilai Siklus II.................................................................................. 73
10. Program Perbaikan dan Pengayaan Siklus II ............................................. 74
11. Analisis Hasil Ulangan Harian Siklus II .................................................... 75
12. Surat Permohonan Ijin Research dari Dekan FKIP UNS .......................... 76
13. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah setelah mengadakan Research ..... 80
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari dapat melihat terjadinya interaksi antar anggota
masyarakat, baik dilakukan antar individu maupun antar kelompok orang, peristiwa
tersebut dapat terjadi karena satu sama lain saling mengerti dan saling memahami
makna serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan interaksi dalam
komunikasi tersebut menggunakan tanda atau alat yang dinamakan bahasa.
Bahasa dan bicara yang digunakan oleh sekelompok masyarakat adalah
bahasa yang sudah disepakati karena tidak semua bahasa dapat dimengerti oleh
semua orang. Dapat pula dikatakan bahwa bahasa merupakan sistem lambang atau
cara lahir untuk menyampaikan fikiran dan perasaan pada orang lain. Penyampaian
fikiran dan perasaan tersebut menggunakan modalitas alat ucap sehingga
menghasilkan bunyi atau arus bunyi.
Bahasa atau bicara merupakan kegiatan yang teramat penting dalam
kehidupan baik bersifat ekspresif maupun reseptif. Dalam berbagai situasi perlu
menggunakan bahasa apalagi untuk kepentingan akademik seperti membaca, menulis,
melafalkan ataupun mengucapkan. Semua tidak luput dari proses belajar, demikian
halnya bagi anak yang tuna rungu.
Uraian di atas menyatakan betapa pentingnya peran bahasa atau bicara bagi
kebutuhan hidup manusia sehari-hari termasuk anak tuna rungu. Akan tetapi karena
anak tuna rungu memiliki keterbatasan dalam menerima rangsangan bunyi melalui
pendengarannya, maka menjadi terbatas pula dalam menguasai bahasa / bicara akibat
dari kerusakan alat pendengar. Hal tersebut merupakan suatu kendala bagi anak tuna
rungu untuk memahami tentang pengertian akan bahasa itu sendiri, artinya anak tuna
rungu sukar memahami bahasa atau bicara dengan kata lain mereka menjadi
terhambat potensi berkembangnya kemampuan berbahasa/bicara. Sedangkan
1
xv
kemampuan berbahasa/bicara sangat penting untuk berimajinasi, mengemukakan ide
atau berkomunikasi secara luas dalam rangka mendapatkan pengetahuan.
Bahasa/bicara ditulis secara bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan bicara melibatkan bahasa. Dalam berbicara, bahasa diwujudkan secara lisan.
Kemampuan berbahasa lisan sangat membutuhkan perbendaharaan bahasa yang
banyak dan memahami arti bahasa atau wicara yang dimaksud. Anak tunarungu
sangat miskin akan perbendaharaan kata atau untuk berkomunikasi, maka latihan
berbahasa/bicara harus segera diberikan terutama oleh orang tua sebelum anak
tunarungu sekolah.
Awal kegiatan pendidikan bagi anak tunarungu adalah memberikan
pembinaan berbahasa agar kegiatan di bidang ilmu pengetahuan yang lain dapat
berkembang dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pada anak atau orang yang
normal, berbicara dapat dilakukan secara otomatis artinya alat bicara dengan mudah
dapat mengucapkan kata-kata yang diinginkan dan dengan mudah pula rangsang
bunyi dapat ditangkap dengan baik. Lain halnya anak tunarungu mereka memiliki
keterbatasan dalam mendengar bahasa, maka ia juga tidak mampu untuk
mengucapkan kembali kata-kata dan tidak mampu meniru bunyi yang didengarnya.
Semua anak tunarungu perlu diberi kesempatan guna mengembangkan
ketrampilan bicara. Dalam program Komunikasi Total (Komtal), perlu berbicara
dengan mereka dan menyediakan waktu khusus untuk latihan bicara. Banyak guru
mempunyai anggapan bahwa bila sudah menerapkan komtal dan mengajar dengan
syarat sambil bicara, anak dengan sendirinya akan mampu membaca ujaran dan
berbicara. Hal tersebut tidak benar dan tidak akan terjadi. Sehubungan dengan hal itu
maka latihan bicara tetap perlu dilakukan secara intensif. Selanjutnya hasil latihan
bicara pada anak tunarungu tentu banyak tergantung dari tingkat kehilangan
pendengaran yang dideritanya. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah sikap
dan kemahiran guru dalam BKPBI. Sehingga pendapat tersebut penulis ingin
mengajukan judul skripsi : “Peningkatan Kemampuan Bicara Melalui BKPBI Pada
xvi
Anak Tuna Rungu Kelas D III B di SLB / B-C Y PAALB Langenharjo, Grogol,
Sukoharjo Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada masalah penelitian dan batasannya maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
Apakah ada peningkatan kemampuan bicara secara positif melalui bina komunikasi
persepsi bunyi dan irama pada anak tuna rungu di kelas D III B SLB/B-C YPAALB
Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan
bicara melalui bina komunikasi bunyi dan irama anak tuna rungu kelas D III B di
SLB / B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Memberi sumbangan penilaian dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan pendidikan luar biasa pada khususnya.
b. Memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi insan PLB dalam memecahkan masalah-masalah
ketuna runguan, khususnya bicara dan komunikasi.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menemukan alternatif
pemberian BKPBI yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kemampuan
bicara.
xvii
b. Bagi orang tua
Sebagai bahan pertimbangan orang tua agar lebih memperdulikan kemampuan
anaknya dalam melakukan interaksi komunikasi dengan lingkungannya.
c. Bagi anak tuna rungu
Mengoptimalkan pemanfaatan sisa pendengaran anak tunarungu melalui
pengajaran BKPBI dalam meningkatkan kemampuan bicara untuk
menunjukkan pengetahuan yang lain.
xviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Bicara
Bila tinjau secara seksama, maka seluruh aspek kehidupan manusia selalu
dipengaruhi dan selalu berhubungan dengan kemampuan berbicara. Melalui
pengamatan terhadap fenomena manusia yang berbicara, dapatlah dipahami bahwa
dalam kehidupannya, manusia selalu dikelilingi dan berhadapan dengan problema di
luar dirinya sebagai pokok permasalahan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka bicara dapat disebut sebagai pusat
perhatian, karena pada dasarnya bicara menjadi sistem yang dipergunakan akal dan
pikiran untuk merangkap, mengelola, membentuk dan menafsirkan suatu masalah
sehingga segalanya menjadi jelas dan gamblang.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan berbicara secara umum,
terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian bicara. Kajian tentang bicara
telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Bidang ilmu
yang berkaitan dengan bicara telah melahirkan teori yang berhubungan dengan
hakekat dan fungsi bahasa dan tentunya sesuai pula dengan sudut pandangnya.
Seperti dikemukakan oleh para ahli yang dikutib oleh Edja Sudjaah dan Dardja
Sukarja (1995 : 8).
a. Harimukti Kridalaksana mengemukakan bahasa adalah sistem lambang yang arbiter, yaitu lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia.
b. Badudu mengemukakan bahwa bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi masyarakat untuk berfikir, merasa dan untuk mengembangkan pemikiran, perasaan dan keinginan baru, terwujud bila dinyatakan. Dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa.
c. Kamus Besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambing bunyi bahasa berartikulasi (yang dihasilkan alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional, dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
5
xix
Selain pendapat-pendapat di atas masih banyak lagi pendapat para ahli baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang secara umum, apabila dilihat subtansinya
adalah sama yaitu bahwa bahasa adalah suatu sistem proses bahasa yang digunakan
dalam komunikasi
Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa bicara adalah
suatu sistem atau serangkaian proses dari simbol-simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi sesama manusia/anggota masyarakat. Seseorang harus memiliki
ketrampilan berbahasa dengan baik, benar dan jelas. Selama hidupnya seseorang
untuk beberapa kali mengulangi kata yang diucapkan, akhirnya ia memanfaatkan
kata-kata yang dimilikinya untuk berkomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya
perbendaharaan kata semakin bertambah artinya dia dapat menggunakan kata untuk
komunikasi lisan lebih banyak lagi. Dengan kata lain dia memiliki kemampuan
berbicara. Semakin banyak kompetensi bahasa yang baik semakin baik pula dalam
berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui lisan maupun tulisan.
Anak tunarungu dalam pola perkembangan bicaranya akan memanfaatkan
indera yang masih berfungsi, baik secara visual, taktil dan kinestetik atau kombinasi
di antaranya. Walaupun peniruan secara auditif tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, tetapi anak tunarungu memiliki potensi berbahasa lisan dengan segala
keterbatasannya.
Pada dasarnya anak tunarungu baik individu maupun kelompok dalam
mengembangkan kebudayaan selalu melalui proses bicara, di mana kemampuan
berbicara seseorang termasuk anak tunarungu, merupakan hasil proses psikofisis.
Seperti dikemukakan oleh Tarmansyah (1995 : 120).
Kemampuan berbahasa adalah proses psikofisis yang artinya bahwa aktivitas bahasa dan bicara dimulai dari proses mental, dimana seseorang bermaksud untuk menerima suatu simbol atau sebaliknya seseorang bermaksud menyampaikan suatu konsep yang dimiliki melalui modalitas bahasa dan bicara.
Keinginan dan konsep merupakan proses psikis, sedangkan aktivitas utama menerima
serta mengekspresikan simbol merupakan suatu proses fisik.
xx
Dengan demikian penulis dapat mengemukakan bahwa, yang dimaksud
kemampuan berbicara anak tunarungu adalah kemampuan di dalam menerima dan
mengerti suatu simbol-simbol dan kemampuan membentuk serta menggunakan
simbol untuk menyampaikan suatu konsep yang dimiliki melalui modalitas bicara
dalam proses komunikasi.
2. Bina Komunikasi Bunyi Dan Irama (BKPBI)
a. Pengertian Bina Komunikasi
Masalah terbesar yang dihadapi anak tunarungu di masyarakat adalah
terhambatnya komunikasi dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena
masyarakat kurang mengerti komunikasi anak tunarungu, maupun arti
komunikasi itu sendiri untuk kepentingan anak tunarungu. Akibatnya masyarakat
sepenuhnya menaruh perhatian pada anak tunarungu yang berdampak pada
kemajuan anak tunarungu khususnya di bidang pendidikan maupun pelayanan
dalam masyarakat yang belum sesuai dengan harapan.
Komunikasi mengandung arti/ makna yang sangat luas. Melalui
komunikasi manusia mampu menciptakan interaksi dua arah atau lebih dengan
sesamanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan arti komunikasi
sebagai berikut : yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat
difahami.
Di dalam komunikasi kontak, digunakan bahasa untuk memperlancar
komunikasi. Dengan menggunakan bahasa/ berbicara antara si pemberi pesan dan
si penerima pesan, keduanya akan saling memahami apa yang dimaksud. Jadi
jelaslah bahasa digunakan sebagai alat kontak baik melalui lisan (verbal) maupun
bahasa tulisan, bahasa isyarat ataupun tanda. Menurut A Caedar Alwasiah yang
dikutip oleh Edja Sadjaah dann Dardja Sukarja (1995 : 4) “seorang akan mampu
berbicara, oleh karena ia mampu mendengar bahasa orang lain.”
xxi
Demikianlah sedikit uraian tentang komunikasi. Dengan melihat
pengertian komunikasi tersebut maka dapat penulis kemukakan bahwa yang
dimaksud bina komunikasi adalah usaha pembinaan dalam berkomunikasi dengan
lingkungan kepada anak tunarungu agar mereka dapat mengoptimalkan potensi
berbahasa dan bicara. Sehingga dalam pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita kepada orang lain mampu menggunakan cara yang tepat, sampai akhirnya
dapat dipahami.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa berbicara masalah komunikasi,
pembahasannya tak terlepas dari proses bahasa. Jadi komunikasi cakupannya
sangat luas. Secara umum komunikasi mencakup aspek kemampuan seseorang
dalam berbahasa, berbicara dan irama. Kehilangan pendengaran pada anak tuna
rungu menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan komunikasi secara lisan
karena pendengaran merupakan alat sensori utama untuk berbicara dan berbahasa.
Dalam penelitian ini, bina komunikasi dikaitkan berkenaan dengan
pendidikan formal anak tunarungu yaitu bina bicara dan Binan Persepsi Bunyi
dan Irama (BPBI) maka dalam pembahasan berikutnya akan kami uraikan kajian
tentang bina bicara dan BPBI.
b. Pengertian Bina Bicara
Wicara adalah kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya sama
dengan bicara, tutur atau ujar. Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan
istilah bicara. Menurut Depdikbud (2002 : 2) “Bicara adalah kemampuann yang
dimiliki manusia dalam menyampaikan pikiran, gangguan, perasaan dengan
memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot dan syaraf-syaraf secara
terintegrasi”.
Pengertian Bicara disampaikan oleh L.C. De Vrede Verekamp yang
dikutip oleh Tarmansyah (1995:71). “Bicara adalah suatu kemungkinan manusia
akan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat bicara dan merupakan
perbuatan yang sifatnya perseorangan”.
xxii
Dalam pendidikan formal di SLB/B terdapat pengajaran bicara. Secara
edukatif pengajaran bicara diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan
tindakan belajar mengajar bicara yang prakteknya merupakan serangkaian usaha
untuk membawa anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
mengekspresikan pikiran, perasaan dan gagasan dengan cara bicara. Dengan kata
lain anak dapat berkomunikasi secara lisan.
Sedangkan dalam buku Bina Bicara dan BPBI oleh Edja Sudjaah dan
Dardja Sukarja (1995:140).
Bina bicara terdiri dari kata bina dan wicara. Bina mengandung arti adanya upaya meningkatkan hasil dari apa yang dimiliki, kemudian dalam usaha meningkatkan ucapan yang dimiliki disertai upaya meluruskan atau mengoreksi kesalahan ucapan dan membetulkannya sampai ucapan itu bisa ditangkap, difahami dan diinterprestasikan menjadi bahasa yang bermakna bagi orang lain.
Jadi bina wicara merupakan suatu upaya untuk tindakan, baik perbaikan, upaya
perbaikan, upaya koreksi maupun pelunasan dalam mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa dalam rangkaian kata-kata agar dimengerti oleh orang yang mengajak/
diajak bicara.
Dengan demikian dapat penulis kemukakan bahwa dari pengertian dan
peristilahan bina bicara menggambarkan suatu tindakan dan upaya pelaksanaan
bina acara dan pelayanan mulai dari mengumpulkan data, pemeriksaan sampai
pada terapinya.
c. Bina Bicara Bagi Anak Tunarungu
Pelaksanaan bina wicara merupakan salah satu ciri khas dalam proses
pendidikan anak tunarungu yang mempunyai kedudukan penting. Apalagi bagi
sekolah-sekolah yang mengembangkan metode oral baik konstruktif maupun
akasional yang reflektif. Berdasarkan pendapat para ahli dalam buku Komunikasi
Wicara, buku Latihan Artikulasi, dan Teknik Bina Wicara dikemukakan tujuan
xxiii
bina wicara yang secara ringkas dapat penulis kemukakan tujuan secara khusus
meliputi :
1) Untuk latihan bahasa
2) Untuk latihan bicara
3) Untuk latihan bahasa dan irama
Dari tujuan bina bicara yang luas tadi penulis batasi bina bicara bagi kepentingan
anak tuna rungu, antara lain sebagai berikut :
1) Agar anak tunarungu memiliki dasar ucapan yang benar
2) Anak tunarungu mampu membentuk bunyi bahasa dengan benar (vokal dan
konsonan) sehingga dapat dimengerti oleh orang lain.
3) Memberi keyakinan pada anak tunarungu bahwa bunyi/suara yang diproduksi
melalui alat bicaranya harus mempunyai makna.
4) Agar anak tunarungu mampu mengoreksi ucapan yang salah.
5) Agar anak tunarungu bisa membedakan ucapan yang satu dengan yang
lainnya.
6) Agar anak tunarungu memfungsikan alat-alat bicaranya yang kaku, dengan
harapan otomatisasi alat bicara terarah dengan baik.
Dengan diterimanya pelayanan bina bicara, maka anak tunarungu masih dapat
berbicara, walaupun membutuhkan pembinaan dan pembetulan ucapan.
Pembinaan sesegera mungkin mempunyai maksud agar anak tunarungu mampu
berbahasa/bicara untuk kepentingan komunikasi yang luas dalam kehidupannya.
Secara umum tujuan bina bicara, adalah upaya pembinaan dan latihan
sehingga anak tunarungu memiliki pengetahuan dan ketrampilan bicara yang bisa
diterima oleh lingkungannya. Dalam pembinaan tersebut juga disertai upaya
mengoreksi ucapan yang masih salah dengan melihat penyebab kelainan dan
karakteristik bicaranya.
xxiv
d. Aspek-aspek Bicara
Di dalam bicara terdapat aspek-aspek yang khas yang tidak terdapat pada
cara pengungkapan bahasa lainnya. Seperti pada tulisan ataupun isyarat. Menurut
Depdikbud (2000:32) aspek-aspek bicara meliputi suara, artikulasi dan intonasi.
Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan di bawah ini :
1) Suara
Suara dihasilkan oleh adanya peristiwa phonasi. Di dalam suara terdapat nada,
kekerasan dan kualita.
Nada berkaitan dengan frekwensi atau jumlah getaran pita suara setiap detik.
Gejalanya tampak pada adanya nada tinggi dan nada rendah. Kekerasan suara
secara otomatis tergantung kepada tebal tipis dan panjang pendeknya pita
suara, sedangkan kualita suara dipengaruhi oleh keadaan bentuk larinx dan
pharinx.
2) Artikulasi
Artikulasi adalah bunyi bahasa yang memiliki karakter tersendiri, sehingga
bunyi artikulasi yang satu dengan yang lainnya dapat dibedakan. Silakan
diperiksa proses wicara dalam artikulasi pada kuparan itu akan kita dapatkan
perbeaan antara bunyi artikulasi yang satu dengan yang lainnya. Secara garis
besar dibedakan atas dua kelompok yaitu vokal dan konsonan.
3) Intonasi/Irama
Kalau suara dan artikulasi lebih berurusan dengan kerja fisik, intonasi/irama
lebih berkenaan dengan perasaan seseorang. Irama merupakan gejala yang
dapat kita amati sebagai ungkapan pikiran, luapan perasaan seseorang atau
mungkin lebih tepat dikatakan sebagai gambaran situasi batin yang berperan
pada saat itu.
e. Bahan Pengajaran Wicara/Bina Wicara Anak Tunarungu
Bicara bukanlah hanya berarti mengucapkan kata-kata semata tapi mampu
berkomunikasi dengan pikiran, perasaan, gagasan dalam kehidupan
xxv
bermasyarakat yang ditandai dengan ucapan yang jelas dan pemilikan kata yang
tepat, artinya apakah kata yang dipilih sesuai dengan keadaan atau susunan
percakapan. Sehubungan dengan hal tersebut bahan bina bicara harus meliputi
fonologik, morfologik, sintaksis, sematik dan ekstra linguistik. Seperti
dikemukakan oleh Daniel Ling yang dialih bahasakan oleh Andrian Harto
Tandadjo dan Br. P.E. Hendriks dari SLB Wonosobo yang secara sistematis dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Bahan Fonologik
Bahan fonologik dalam bahasa ini akan disesuaikan dengan suara yang
mengandung dua bunyi, yaitu bunyi segmental dan bunyi suprasegmental.
Bunyi segmental adalah bunyi yang dapat kita ruas-ruaskan atau kita penggal-
penggal, sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang menyertainya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat 6 vokal, 24 konsonan dan 3 diftong.
a) Bunyi Segmental
Bunyi segemntal terdiri dari 6 vokal meliputi huruf hidup yaitu (a, e, i, o,
u). Sedangkan konsonan meliputi huruf konsonan (b, p, m, f, v, w, t, d, n,
s, z, l, r, y, s, sy, k, g, ng, c, j, ny, h, k) dan diftong dalam bahasa Indonesia
terdiri (ai, au, oi).
b) Bunyi Suprasegmental
Didepan telah disinggung bahwa bunyi suprasegmental adalah bunyi yang
mengiringi bunyi segmental artinya ucapan itu tidak hanya terdiri dari
rangkaian konsonan dan vokal saja, tetapi bunyi ucapan ini bergelombang
yang disebut dengan irama wicara atau ciri prosodi dalam ucapan. Di
dalam irama akan kita jumpai adanya ciri yang lebih kecil lagi seperti, ciri
nada, ciri tekanan dan ciri sendi. Ciri-ciri itulah yang menjadi bahan
pengajaran bicara / bina bicara.
xxvi
2) Bahan Morfologi
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata.
Bahan pengajaran bicara bidang morfologik meliputi kata jadian atau kata
berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.
3) Bahan Sintaksis
Sintaksis adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang kalimat. Pada
kupasan bidang sintaksis ini hanya akan dikemukakan tentang pola dasar
kalimat dan sedikit contoh perluasannya. Yang dimaksud pola dasar kalimat
adalah kalimat yang dibangun oleh kata-kata yang saling terkait atau memiliki
hubungan yang erat, tetapi juga memiliki sifat keterbukaan untuk diperluas.
4) Bahan Semantik
Wicara mempunyai tugas untuk memikul pengertian agar sampai pada
pendengar. Oleh karena itu wajarlah bila kita mengetengahkan bahan bina
bicara aspek semantik. Tujuannya agar hubungan wicara sebagai simbol
linguistik tidak terlepas dengan pengertian yang dikandung.
5) Bahan Ekstra Linguistik
Konteks ekstra linguistik dibedakan ada dua yaitu antara kata benda
dengan sesuatu yang dibedakan dan konteks antara bahasa dengan masyarakat
atau disebut konteks sosial yang mempunyai pengaruh kata terhadap
penggunaan bahasa. Bagian ini tidak akan menguraikan bahan bicara seperti
bahan diatas, tapi lebih menekankan apa yang harus dilakukan atau
diperhatikan untuk mengembangkan bahan ekstra linguistik.
6) Bahan pengajaran wicara sesuai dengan GBPP bidang pengajaran bahasa
Indonesia. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, bahan pengajaran wicara
tercakup dalam GBPP yang meliputi pengucapan jenis kata, pengucapan
kalimat, pengucapan tekanan dan intonasi kalimat dengan pemenggalan
kalimat.
a) Pengucapan jenis kata beserta contohnya meliputi :
- pengucapan kata benda seperti : meja, sapu
xxvii
- pengucapan kata kerja seperti : makan, minum
- pengucapan kata sifat seperti : rapi, bersih
- pengucapan kata ganti seperti, ia, dia
- pengucapan kata keterangan seperti : di rumah, di sekolah
- pengucapan kata bilangan seperti : satu, dua, tiga
- pengucapan kata sambung seperti : dengan, dan, dari
b) Pengucapan kalimat
- kalimat ajakan misalnya : ayo sekolah, mari makan
- kalimat larangan misalnya : jangan nakal, jangan menangis
- kalimat permintaan misalnya : minta uang, pinjam pensilmu
- kalimat perintah biasa misalnya : ambilkan buku
- kalimat tanya misalnya : apa namanya, siapa dia, kapan datang, dll
c) Tekanan kata dan intonasi kalimat
- tekanan lemah, tekanan keras dan tekanan menurut situasi
Tekanan Keras Tekanan Lemah
● ● ● ● ● ●● ● .........................
- instonasi kalimat
- Berita : Sepeda saya baru
- Perintah : Ambilkan baju itu !
- Tanya : Jam berapa sekarang ?
d) Pemenggalan kalimat
- kalimat dengan tanda baca : ”ambilkan baju itu”!
- kalimat tanpa tanda baca : sekarang musim hujan
- kalimat dengan garis perasa : ketika Tuti datang, adik menangis
- kalimat tanpa garis perasa : ketika Tuti datang adik menangis
f. Pendekatan dan Metode Bina Bicara
1) Pendekatan yang digunakan dalam pembinaan bicara adalah pembinaan dan
bimbingan individual atau bisa disebut pengajaran dengan pendekatan
individu (individualized instruction). Dengan model pendekatan ini anak-anak
xxviii
lebih terpegang dalam segala sikap dan perubahan tingkah lakunya, guru juga
akan lebih mudah dalam mengawasi, melihat dan menilai keberhasilan
program sasaran yang ingin dicapai.
2) Berbicara masalah pendekatan dan metode, sering terjadi kerancuan di dalam
memahami, mana yang disebut pendekatan dan mana yang disebut metode.
Hal ini tergantung pada kontek permasalahannya, sasarannya dan aplikasinya.
Sebagai penerapan dari pertimbangan di atas, dapat diarahkan kepada metode
yang berhubungan dengan materi kebahasaan dan metode yang berhubungan
dengan modalitas yang dimiliki anak tunarungu. Menurut Depdikbud (1999 :
54) ada dua jenis metode dalam bina wicara yaitu :
a) Metode Global Deferensial Metode bina wicara yang didasarkan kepada bagaimana materi disajikan. Sedangkan pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua stadium, yaitu pertama menyajikan bahan secara utuh dan kedua menentukan aspek bahasa yang mana, yang akan diperbaiki atau dibentuk. Dengan cara tersebut keutuhan makna wicara terpenuhi.
b) Metode Multisensori Metode ini didasarkan kepada modalitas yang dimiliki anak tunarungu. Multisensori artinya menggunakan sensori (indra penangkap) untuk memperoleh kesan-kesan wicara. Para praktek penggunaannya adalah bahwa setiap rangsangan yang sama diterima, diolah indra yang sama. Misalnya untuk mendapatkan kesan pembentukan bunyi bahasa /b/, maka ciri-ciri /b/b diserap secara visual, auditori dan kinestesis.
Dari pendapat di atas penulis simpulkan bahwa salah satu faktor yang turut
menentukan berhasil tidaknya anak tunarungu adalah penggunaan metode dan
pendekatan yang sesuai, dengan metode global deferensial dan metode
multisensori dapat menambah rangsangan kesan-kesan wicara yang sama
diterima diolah indera yang sama untuk mendapat kesan pembentukan bunyi
bahasa.
xxix
3. Bina Persepsi Bunyi dan Irama (BPBI)
a. Pengertian BPBI
Penggunaan istilah dan pengertian BPBI dari satu kurun waktu ke waktu
yang lainnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perkembangan ilmu dan
teknologi yang tentunya juga membawa pengaruh terhadap tujuan, ruang lingkup,
pengembangan dan pelaksanaan programnya. Menurut Max Goldstein yang
dikutip oleh Edja Sadjaah dan Dardja Sukarja (1995 : 198) mendefinisikan
sebagai berikut : ”Metode akustik dapat diartikan sebagai perangsangan atau
pendidikan/pembinaan mekanisme pendengaran serta alat indera yang terkait
lewat vibrasi atau getaran bunyi yang dihasilkan suara atau alat-alat yang
berbunyi keras”.
Pengertian ini menekankan bahwa, agar sisa pendengaran anak dapat
dirangsang, mereka perlu dibina lewat pendengarannya tanpa melalui baca bibir
atau dukungan dari gambaran dan tulisan. Menurut pandangannya dengan hanya
merangsang pendengaran mereka, dengan sendirinya akan terjadi reaksi wicara.
Berikut ini pendapat A. Van Uden yang dikutip oleh Edja Sadjaah dan
Dardja Sukardja (1995 : 201) :
Alasan pemilihan istilah persepsi bunyi dan bukan ”mendengar” adalah pengamatan bunyi lewat ujung jari atau rongga dada, tentu tidak bida dikatakan sebagai mendengar dalam arti sebenarnya. Anak tuli memiliki kemampuan untuk mempersepsi gelombang suara/bunyi melalui rasa vibrasi, dan kemampuan pengamatan lewat dua saluran yaitu melalui atau sisa pendengaran sebagai satu kesatuan yang utuh lebih tepat dinamakan persepsi bunyi.
Persepsi bunyi lewat resonansi bagi anak tuli dapat dilatihkan yaitu
melalui kemampuan menghayati vibrasi lewat tangan/kaki/ tubuh, menuju
persepsi bunyi di telinga terutama bila menggunakan alat bantu dengar.
Menurut Depdikbud (2000:3) yang dimaksud dengan BPBI dalam arti luas adalah
: ”Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tunarungu
xxx
dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya
yang penuh dengan bunyi.”
Beberapa pendapat tentang pengertian BPBI tersebut dapat diasumsikan
bahwa pemanfaatan sisa pendengaran anak tunarungu, akan besar sekali
manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Dari berbagai macam kegiatan manusia
ternyata wicara adalah yang paling berirama dan paling diwarnai oleh nada-nada
atau mengandung lagu. Musik dan bahasa memiliki banyak kesamaan, oleh
karena itu irama dapat dilihat tanpa menggunakan pendengaran.
b. Tujuan BPBI
Secara singkat dalam buku pedoman Guru pengajaran BPBI untuk anak
tunarungu oleh Depdikbud (2000:4) dikemukakan :
1) Agar anak tunarungu sebagai makhluk sosial dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung pada daya penglihatannya sehingga cara hidupnya lebih mendekati normal.
2) Agar kehidupan emosi anak tunarungu berkembang dengan lebih baik dan seimbang.
3) Agar penyesuaian anak tunarungu menjadi lebih baik terikat dunia pengalamannya yang lebih luas.
4) Agar motorik anak tunarungu berkembang lebih sempurna 5) Agar anak tunarungu mempunyai kemungkinan untuk mengadakan
kontak yang lebih baik sebagai bekal hidup di masyarakat yang mendengar.
c. Bahan Pengajaran BPBI untuk Anak Tunarungu
Materi pengajaran BPBI telah dituangkan dalam GBPP BPBI untuk
tunarungu tahun 1984, secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
1) Bunyi-bunyi Latar Belakang
Yang dimaksud bunyi latar belakang yaitu bunyi-bunyi yang tidak
pernah lepas atau selalu hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, yang datang
silih berganti dan mengisi ruangan tempat kita berada. Misalnya berbagai
bunyi benda di sekitar kita, suara berbagai binatang dan suara manusia.
xxxi
2) Berbagai Macam Sifat Bunyi
Dalam GBPP disebutkan bahwa sifat bunyi ada 5 masing-masing
beserta lambangnya antara lain :
Bunyi itu ada atau tidak ada lambangnya :
________ ............ _________ ............. _______
ada tak ada ada tak ada ada
Bunyi itu cepat atau lambat yang lambangnya :
cepat lambat
Bunyi itu panjang atau pendek lambanganya :
________ _____ ________ _____ _________ ____
panjang pendek panjang pendek panjang pendek
Bunyi itu tinggi atau rendah, lambangnya :
keras lembut keras lembut
tinggi rendah tinggi rendah
3) Sumber Bunyi
Tidak semua sumber bunyi disekitar kita harus diangkat sebagai
materi atau peralatan dalam BPBI. Hanya beberapa sumber bunyi yang
diperkirakan paling efektif untuk latihan dan dapat mewakili antara lain :
bunyi benda, bunyi binatang, bunyi alat musik dan bunyi manusia yang
dipilih.
4) Bunyi yang dapat Dihitung
Bunyi yang dapat dihitung adalah bunyi yang beraturan atau berirama
misalnya bunyi beduk, bunyi terompet, organ musik, suara orang bercakap-
cakap dan lain-lain. Sedangkan bunyi yang tak dapat dihitung adalah bunyi
xxxii
yang tidak beraturan atau tak berirama misalnya bunyi benda menderu,
gemericik, gemuruh, ringkikan kuda, dll.
5) Arah Bunyi
Yang dimaksud arah bunyi adalah dari bunyi/suara yang didengar itu
datang/berasal. Terutama bunyi yang langsung menyangkut dengan dirinya
misalnya ada orang memanggil namanya, maka secara spontan ia akan
memalingkan wajahnya.
6) Macam-macam Gerak Dasar
Gerak dasar dalam BPBI meliputi gerak kaki, tangan, bahu jari-jemari,
leher, panggul, mata dan gabungan dari beberapa diatas. Latihan gerak dasar
bertujuan agar anak terampil dan senang menggerakkan tubuhnya apabila
mendengar bunyi berirama.
7) Macam-macam Irama
Yang dimaksud irama disini adalah irama dalam dunia musik.
Misalnya 2/4, 3/5, 4/4 dsb. Latihan irama ini dimaksudkan untuk melatih anak
agar dalam gerak / bergerak dan bebricara, terbiasa berirama. Masuk irama
2/4, 3/4, 4/4 adalah sebagai berikut :
a. Irama 2/4 : Diantara dua garis terdapat ketukan,
│● . │ pertama keras kedua lembut
b. Irama 3/4 : Diantara dua garis terdapat ketukan,
│● . .│ pertama keras kedua lembut, ketiga lembut
c. Irama 4/4 : Diantara dua garis terdapat ketukan,
│● . ● . │ pertama keras, kedua lembut, ketiga agak keras
keempat lembut
8) Macam Gerak Berirama
Gerak adalah gejala berirama. Oleh karena itu jelaslah bahwa antara
bunyi, gerak dan irama ada hubungan timbal balik. Hal ini terbukti, dengan
pernyataan sebagai berikut : bunyi meimbulkan gerak, gerak menimbulkan
irama dan irama menimbulkan bunyi. Demikian sebaliknya bunyi
xxxiii
menimbulkan irama, irama menimbulkan gerak dan gerak menimbulkan
bunyi.
9) Lambang Sifat Bunyi, Tanda Notasi dan Notasi Musik
Misalnya tangga nada : 1 2 3 4 5 6 7 1 2 dst, atau dengan not
balok pada paranada.
10) Jenis dan Macam Alat Musik
a) Yang dimaksud jenis alat musik adalah penggolongan alat musik menurut
cara memainkannya antara lain :
(1) Alat musik pukul : gamelan, kulintang, drum, tambur, ketipung,
rebana.
(2) Alat musik petik : gitar, dawai
(3) Alat musik tiup : terompet, seruling, meladika, harmonika
(4) Alat musik elektronika : organ, gitar listrik
b) Yang dimaksud dengan macam-macam, alat musik yaitu penggolongan
alat musik menurut asalnya antara lain :
(1) Alat musik daerah : - gamelan Jawa
- gamelan Sunda
- gamelan Bali
- kulintang Sulawesi dll
(2) Alat musik modern : piano, biola, organ, gitar
d. Metode dan Pendekatan
Salah satu faktor yang turut menentukan berhasil tidaknya BPBI adalah
penggunaan metode dan pendekatan yang sesuai. BPBI merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari pelajaran bahasa. Oleh karena itu sebaiknya digunakan
metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa, seperti dikemukakan Maria
Susila Yuwati 91985 : 24) metode dan pendekatan yang bisa digunakan dalam
BPBI adalah sebagai berikut :
xxxiv
1) Metode BPBI a) Permainan atau bermain, terutama untuk anak kecil pada fase awal
pembinaan. Bermain merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari masa anak-anak, maka dalam suasana bermain diharapkan pada anak akan tumbuh rasa senang apabila dilatih.
b) Pemberian tugas. Karena dalam BPBI hampir semua kegiatan berupa melakukan sesuatu atas petunjuk guru.
c) Demonstrasi. Guru memberikan contoh-contoh gerak tertentu. d) Observasi / pengamatan terhadap perbuatan anak. e) CBSA dengan pendekatan ketrampilan proses.
2) Pendekatan dalam BPBI a) Latihan mendengar aktif, dimana anak akan dibina untuk
mendengar bunyi yang dihasilkan sendiri dalam rangka mengembangkan daya dengar anak.
b) Latihan mendengar dengan cara individual karena dengan begitu, materi dan cara dapat lebih disesuaikan dengan kemampuan dengan anak.
c) BPBI harus terprogram dalam kurikulum dan bukan sesuatu yang terjadi secara insidental.
d) Latihan mendengar bahasa/menyimak dengan menggunakan indera lainnya yaitu penglihatan dan perabaan. Hal ini terutama berkaitan dengan tingkat kehilangan pendengaran yang diderita anak.
Menurut penulis, Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi dan Irama tidak boleh terlepas
dari pengajaran bahasa. Oleh karena itu, pemilihan metodenya pun sebaiknya
dikaitkan dengan metode yang dipergunakan di dalam pengajaran bahasa. Metode
yang sangat sesuai adalah metode pemberian tugas dan demonstrasi. Dengan
menerapkan metode ini diharapkan anak memperoleh pengalaman dan
penghayatan lewat suatu proses penemuan sendiri.
4. Anak Tuna Rungu
a. Pengertian Anak Tuna Rungu
Istilah tuna rungu diambil dari kata “tuna” yang artinya kurang dan
“rungu” artinya pendengaran, orang atau anak dikatakan tuna rungu apabila ia
tidak atau kurang mampu mendengar suara. Batasan atau pengertian tentang anak
Tuna Rungu dari pendapat beberapa ahli adalah berbeda-beda. Ada ahli yang
xxxv
memberikan istilah tuna rungu secara langsung dan ada pula yang tidak langsung.
Namun pada prinsipnya mengarah kepada pengertian yang sama dengan sudut
pandang yang berlainan. Sudut pandang tersebut terdiri dari beberapa segi yaitu
segi medis, pedagogis dan pengelompokkan berdasarkan batas kehilangan
pendengaran.
Menurut pendapat Daniel F. Fallahan dan J.H. Kaufman yang dikutip oleh
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996 : 27).
Tuna Rungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai pada yang berat, digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengar, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan orang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya menggunakan alat bantu mendengar dan sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Kemudian menurut Emon Sastra Winata (1986 : 21)
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan pendengaran atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarnya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Dalam buku Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk Anak Tunarungu. Dirjen Dik Das Men (2000 : 3) dikemukakan ”Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar seseorang yang kurang atau tidak berfungsinya alat pendengaran secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa di bantu dengan metode dan peralatan khusus”.
Dari beberapa batasan tuna rungu di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud tuna rungu adalah mereka yang mengalami kelainan
pendengaran baik ringan ataupun berat yang berakibat terganggunya
perkembangan bicara dan bahasa sehingga terhambat akan berkomunikasi dengan
lingkungan.
xxxvi
Akibat dari ketunarunguannya tersebut maka kalau bicara berkomunikasi
biasanya selalu menatap lawan bicara. Demikian juga dengan pembentukan
ucapan atau cara berbicara biasanya dengan irama atau intonasi yang kurang
tepat. Anak tunarungu sangat miskin kosakata/perbendaharaan kata dan kesulitan
dalam menerima pelajaran bahasa terutama materi yang diverbalisasikan.
b. Faktor Penyebab Ketunarunguan
Banyak para ahli yang mengungkapkan tentang faktor penyebab ketulian
atau ketunarunguan, tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda-beda dalam
penjabarannya; seperti dikemukakan Permanarian dan Tati Herawati (1996 : 33)
bahwa penyebab ketunarunguan dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu :
1) Faktor dalam diri anak a) Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang
tuanya yang mengalami ketunarunguan hal ini disebabkan oleh kondisi genetika yang berbeda sehingga menyebabkan ketunarunguan.
b) Ibu yang sedang mengandung, menderita penyakit campak Jerman (Rubella) : penyakit rubella pada masa kandungan tiga bulan pertama akan berpengaruh buruk pada janin. Rubella dari pihak janin ibu merupakan penyebab yang paling umum, terjadinya ketunarunguan.
c) Ibu mengandung menderita keracunan darah atau Taxomania, hal ini bisa mengakibatkan kerusakan pada plasenta yang dapat mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin. Jika hal tersebut menyerang syaraf atau alat pendengaran maka anak akan lahir dalam keadaan tunarungu.
2) Faktor dari luar diri anak
a) Infeksi pada saat dilahirkan, misalnya anak terserang Herpers implex jika infeksi ini menyerang alat kelamin ibu maka dapat menular pada janin saat dilahirkan. Demikian juga untuk penyakit kelamin yang lain.
b) Radang selaput otak (meningitis) c) Radang telinga tengah (otitis media) d) Penyakit lain atau kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat-
alat pendengaran bagian tengah dan dalam.
xxxvii
Selain pendapat diatas, juga dikemukakan oleh para ahli yang lain dari segi medis
dalam majalah edisi bulanan Cermin Dunia Kedokteran bagian ilmu kesehatan
anak Fakultas Kedokteran No. 29 September (1985 : 19) UNDIP Semarang. Yang
ditulis oleh Tjipta Bahtera, dalam artikielnya yang berjudul ”Faktor penyebab
ketulian” sebagai berikut :
1) Heriditer/genetika yang manifestasinya dapat terjadi pada awal kehidupan.
2) Kelainan bentuk (malformasi). 3) Faktor prenatal, misalnya infeksi intrauterin rubella, penyakit ibu yang
berakibat viremia pada bayi. 4) Fakor perinatal/neonatal, yaitu konsumsi O2 pada janin yang tidak
memadai karena saat ibu melahirkan menderita anemia dan hipertensi. 5) Faktor post natal, misalnya terjadinya trauma kepala dan infeksi-
infeksi (otitis media, pratitis dan meningitis).
Dari pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan tentang faktor-faktor
penyebab ketunarunguan ditinjau dari beberapa segi pada dasarnya hanyalah
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu : faktor prenatal atau sebelum anak
dilahirkan/dalam kandungan, faktor neonatal atau pada saat proses kelahiran dan
faktor post natal yaitu ketunarunguan terjadi setelah anak dilahirkan.
c. Klasifikasi dan Jenis-jenis Ketunarunguan
Demikian halnya pengertian tuna rungu, tentang pengklasifikasian juga
telah banyak dikemukakan oleh para ahli baik dari dalam maupun luar negeri.
Secara umum klasifikasi ATR dibagi ada 2 yaitu anak tuli total dan kurang
dengar. Menurut Samuel A Kirk yang dikutip oleh Rochman Natawijaya
(1996:29) klasifikasi berdasarkan derajat ketulian beserta karakteristiknya antara
lain :
1) 0 – db : Menunjukkan pendengaran yang optimal 2) 0 – 26 db : Pendengaran normal 3) 27 – 40 db : Kesulitan mendengarkan bayi yang jauh
(tergolong tunarungu ringan)
xxxviii
4) 41 – 55 db : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat
mengikuti diskusi kelas 5) 56 – 70 db : Hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat,
masih mempunyai sisa pendengar-an untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu dengan (ABD) atau dengan cara yang khusus (tergolong agak berat).
6) 71 – 90 db : Hanya mendengar bunyi yang sangat dekat
(tergolong tunarungu berat) 7) 91 – db keatas : Mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan
getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk proses informasi (tunarungu berat sekali).
Menurut pakar kedokteran THT. Djoko Sindusakti, dalam buku Deteksi Dini
Gangguan Pendengaran (1997 : 29)
Klasifikasi dan Jenis Ketunarunguan dibedakan sebagai berikut :
1) Tuli Konduksi Yaitu terjadi pada rantai pendengaran (saluran telinga luar bagian luar), sifat ketuliannya kwalitas berkurang dan kwalitas suara tetap, derajadnya ringan sampai sedang.
2) Tuli Persepsi (tuli saraf) Yaitu terjadi pada reseptor atau saraf pendengaran derajadnya ringan, sedang, berat sampai total.
3) Tuli Campuran Sifatnya sama dengan tuli saraf.
4) Tuli Pusat/Central Yaitu kerusakan pada cetak pusat pendengaran derajadnya berat sampai total.
Cara penggolongan anak tunarungu antara ahli yang satu dengan yang lain tidak
sama persis baik mengenai rentanan nilai desibel ataupun tingkatannya. Adapun
perbedaan antara lain disebabkan oleh dasar penggolongan dan sudut
pandangnya.
xxxix
B. Kerangka Pemikiran
Pada kondisi awal peneliti belum menggunakan Bina Komunikasi Bunyi dan
Irama (BKPBI). Sehingga kemampuan bicara anak tuna rungu rendah. Setelah itu
peneliti menggunakan Bina Komunikasi Bunyi dan Irama (BKPBI) untuk
meningkatkan kemampuan bicara anak tuna rungu.
Kondisi Awal Penelitian belum
menggunakan BKPBI
Anak : Kemampuan bicara
ATR rendah
Tindakan
Menggunakan BKPBI
Siklus I Menggunakan BKPBI
dalam kelompok besar 5 anak di dalam kelas
Siklus II Menggunakan BKPBI dalam kelompok kecil perorangan di ruang
BKPBI
Kondisi Akhir
Diduga dengan menggunakan BKPBI dapat meningkatkan
kemampuan bicara anak tuna rungu ruang kelas D III B di SLB/B-C YPAALB Langenharjo, Grogol,
Sukoharjo Tahun 2009
xl
Siklus I anak di dalam kelas dilatih BKPBI secara klasikal, anak diperlihatkan
gambar, kemudian anak disuruh untuk mengucapkan nama gambar. Kemudian guru
membetulkan bicara anak.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
xli
Siklus II anak dibawa ke ruang kedap suara (Ruang BKPBI). Anak dilatih
BKPBI secara perorangan. Anak dihadapkan didepan kaca dengan menggunakan alat
hearing diindividualkan. Anak dilatih mengucapkan kalimat-kalimat tanya yang
menggunakan kata ganti tanya yang ditunjukkan guru. Guru membetulkan bicara
anak yang kurang betul.
xlii
Dengan demikian berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas
diharapkan dengan BKPBI dapat meningkatkan kemampuan bicara anak tuna rungu
di SLB / B-C Y PAALB Kelas D III B Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009
C. Rumusan Hipotesis
Dengan melihat rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut :
“Ada peningkatan kemampuan bicara anak tuna rungu secara positif melalui
BKPBI SLB/B-CYPAALB kelas D III B Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun
2009”.
xliii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi dimana dilakukan, sehingga diperoleh
sejumlah data yang dibutuhkan untuk masalah yang diteliti. Di dalam penelitian itu
penulis menentukan tempat penelitian pada anak tuna rungu di kelas D III B SLB/B-
C YPAA LB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih waktu 2 bulan dimulai bulan April tahun
2009 sampai bulan Mei tahun 2009 pada jam-jam mengajar BKPBI.
Jadwal bimbingan skripsi
a. Bulan Pebruari tahun 2009 : Penulisan proposal dan persetujuan proposal oleh
pembimbing.
b. Bulan Maret tahun 2009 : Perijinan Penulisan Skripsi tkt Produ, Jur, FKIP dan
Penulisan Bab I, II dan III.
c. Bulan April tahun 2009 : Persetujuan bab I, II dan III oleh pembimbing dan
perijinan penelitian.
d. Bulan Mei tahun 2009 : Pelaksanaan Penelitian dan Penulisan Bab IV dan V.
e. Bulan Juni tahun 2009 : Konsultasi dan Persetujuan bab IV, dan V oleh
Pembimbing dan Persetujuan total skripsi oleh pembimbing.
f. Bulan Juli tahun 2009 : Penyiapan persyaratan ujian skripsi dan Ujian skripsi.
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian anak tuna rungu kelas D
III B di SLB/B-C YPAA LB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun Pelajaran
2008/2009 yang terdiri 5 anak. Adapaun anak tersebut bernama :
xliv
No. No. Induk Kelas Jenis Kelamin
1. 028 D III B L
2. 035 D III B P
3. 037 D III B L
4. 039 D III B L
5. 045 D III B L
C. Sumber Data
Sumber data diambil dari individu yang menjadi subyek suatu penelitian dan
nilai harian sebelum dan sesudah mata pelajaran BKPBI sebelum dan sesudah
dilaksanakan tindakan kelas (Siklus I dan Siklus II).
Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah anak tuna rungu dari
kelas D III B di SLB/B-C YPAA LB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo Tahun 2009.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dipakai peneliti dalam rangka
pengujian hipotesis. Teknik pengumpulan data harus sesuai dengan kebutuhan
penelitian sehingga seorang peneliti perlu menggunakan metode pengumpulan data
yang tepat. Disesuaikan dengan alat ukur yang digunakan teknik karena alat
pengumpul data harus benar-benar valid dan reliabel. Adapun alat tersebut :
1. Percakapan
Dalam melaksanakan latihan selalu diawaili dengan percakapan kecil, baik
tentang pelajaran di kelas D III B, pengalaman anak tuna rungu maupun tentang
gambar bola, mawar, pita, topi, paying, ayam sehingga anak merasa senang, dan
lebih santai dalam mengikuti kegiatan.
xlv
2. Barmain
Kadang untuk menarik minat anak belum cukup bila hanya diawali percakapan,
tetapi harus diajak bermain kata-kata atau ucapan terlebih dahulu. Kegiatan
bermain ini juga membawa anak ke dalam situasi yang tidak formal, sehingga
lebih merangsang anak untuk lebih spontan dan tidak cepat lelah atau bosan.
3. Meraban atau Babling
Guru menggunakan suku-suku kata dari berbagai konsonan dengan variasi vocal
untuk rabanan. Suku kata diambil dari kata-kata materi latihan, lalu diulang-ulang
beberapa kali.
Kata-kata yang terdiri dari dua suku kata
a. Bo-la
b. Bu-nga
c. To-pi
d. Pi-ta
e. Pa-yung
f. A-yam
4. Reaktif
Reaksi dari anak diambil dan dikembangkan dalam kegiatan latihan, baik berupa
ucapan maupun rabanan. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dapat dilakukan
anak akan menjadi dasar latihan selanjutnya.
5. Imitasi atau Meniru
Daya atau kemampuan meniru si anak digunakan serta dikembangkan dalam
latihan kemampuan meniru ini dilakukan sesuai dengan apa yang dapat dia lihat,
dia rasakan atau dia dengar. Seperti menirukan ucapan berupa rabanan, kata-kata,
kelompok kata atau kalimat sesuai dengan kemampuannya.
xlvi
E. Validasi Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain :
1. Trianggulasi data adalah data yang diambil dari tiga sumber yaitu :
- Guru sebagai penyampai materi
- Anak sebagai obyek peneliti pengambilan nilai
- Teman kolaborasi sebagai mengamati proses pembelajaran
2. Trianggulasi sumber adalah tiga sumber yang diambil dari 3 data yaitu
- Guru menilai hasil belajar anak
- Anak dinilai hasil belajarnya
- Teman kolaborasi mengamati dan melaporkan proses pembelajaran
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan tehnik deskriptif komparatif dengan
membandingkan hasil antar siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2 data kualitatif hasil
pengamatan menggunakan analisis diskriptif kualitatif adalah penelitian yang tertuju
pada pemecahan masalah yang menggunakan pengamatan pembelajaran berdasarkan
hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
G. Indikator Kinerja
Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai tolak
ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Dari kondisi awal terendah 40 ke
kondisi akhir mendapat peningkatan hasil belajar yang tadinya rata-rata 50 menjadi
75 meningkat 33 %. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan
dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan.
- Motivasi anak adalah kemampuan bicara
- Meminimalisasi kesulitan bicara dalam berkomunikasi
- Mampu berbicara dengan baik dan jelas
xlvii
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus,
pada :
1. Perencanaan atau Planning ini meliputi
a. Identifikasi masalah sebagai hasil observasi menunjukkan anak tuna rungu
kelasD III B di SLB/B-C YPAA LB Langenharjo, Tahun 2009 belum mampu
berkomunikasi dengan baik penyebabnya adalah guru masih kurang melatih
BKPBI dan belum diterapkannya metode yang sesuai dengan BKPBI
sehingga hasil komunikasi anak masih rendah terutama kemampuan bicara.
Alternatif tindakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan
menggunakan metode pengamatan dan imitasi atau menirukan dengan
gambar di depan cermin anak dapat menirukan ucapan guru dengan benar dan
jelas.
- Bo-la
- Ma-war
- Pi-ta
- To-pi
- Pa-yung
- A-yam
b. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran Silabus, RPP dan lembar soal
siklus 1 pada bulan Maret 2009 dengan kompetisi dasar kata yang terdiri dari
2 suku kata,
xlviii
1)
2)
3)
4)
5)
6)
xlix
pada siklus ke 2 dilaksanakan pada bulan April 2009 dengan kompetisi dasar
kalimat tanya yang menggunakan kata ganti tanya.
l
2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Guru melaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Guru menerapkan metode imitasi
atau menirukan pembelajaran BKPBI dalam peningkatan kemampuan bicara anak
tuna rungu yang terbatas dalam berkomunikasi dengan kemampuan bicara tanpa
gambar dapat mengucapkan dengan baik.
Dalam pelaksanaan tindakan diperoleh hasil pengamatan sebagai data kepada
anak saat berlangsungnya PBM dan hasilnya setelah PBM.
3. Pemantauan (Observasi)
Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber
untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas dari tindakan yang dilaksanakan. Data
tentang keberhasilan kemampuan bicara dalam pelajaran BKPBI nilai harian yang
diperoleh dari observasi selama PBM oleh guru.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis tentang perubahan pada
anak, suasana kelas dan guru. Kemudian mendiskripsikan hasil sebelum dan
sesudah tindakan kemudian dirumuskan hasil yang baik berupa keberhasilan
maupun kekurangannya untuk ditindak lanjuti dengan langkah-langkah
penyempurnaan dan pengembangan.
Dengan langkah-langkah pembelajaran :
No. SIKLUS I SIKLUS II
1. Perencanaan (Planning)
a. Identifikasi masalah hasil dari
observasi guru.
b. Merencanakan alternatif tindakan
dengan bina komunikasi
Perencanaan (Planning)
a. Identifikasi masalah setelah
pelaksanaan siklus I
b. Merencanakan alternatif tindakan
dengan pembelajaran di ruang
kedap suara.
li
c. Menyiapkan perangkat mengajar
(Silabus, RPP, Buku Panduan
BKPBJ, kisi-kisi, gambar kartu /
daftar kata)
c. Menyiapkan perangkat mengajar
(silabus, RPP, buku panduan
BKPBI, gambar, kalimat / daftar
kata cermin, ABM, speker).
2. Tindakan (acting) :
a. Pembelajaran dilaksanakan di dalam
kelas, dengan Bina komunikasi
dalam aspek pengucapan
menerapkan pembelajaran PAKEM
secara klasikal kemudian individual.
Pelaksanaan Siklus I selama 3
minggu dengan pelaksanaan sebagai
berikut :
1) Menuliskan kata terdiri dari 2
suku kata selama 1 minggu.
2) Menirukan kata yang terdiri dari
dua suku kata secara klasikal.
3) Mengucapkan kata yang terdiri
dari dua suku kata secara indi-
vidual dengan bimbingan guru.
4) Mengucapkan kata yang terdiri
dari 2 suku kata tanpa
bimbingan.
Tindakan (acting)
a. Pembelajaran diawali dengan
pembelajaran klasikal kemudian
anak secara individual di ruang
kedap suara dengan guru mitra
kolaborasi.
b. Pembelajaran penguatan berupa
pujian, acungan jempol, maupun
toas kepada anak yang lancar dan
jelas dalam menirukan ucapan
kalimat-kalimat tanya kata ganti
tanya.
- Ini bola apa ?
- Ini bunga mawar siapa ?
- Berapa harga topi ?
- Kapan membeli pita ?
- Apa sebab memakai payung ?
b. Pemberian penguatan berupa
pujian, acungan jempol maupun
toas kepada anak yang lancar dan
jelas, kata yang terdiri dari dua
suku kata : bola, mawar, topi,
pita, payung, ayam.
lii
3. Pemantauan (Observasing)
Pengumpulan data dan informasi dari
beberapa sumber untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Data tentang keberhasilan Bina
Komunikasi diperoleh dari nilai
ulangan harian anak, sedangkan data
dari aktivitas dan penggunaan Bina
Komunikasi diperoleh dari observasi
selama proses pembelajaran
berlangsung oleh guru kolaborasi.
Pemantauan (Observasing)
Pengumpulan data atau sumber
untuk mengetahui keberhasilan
pelaksanaan tindakan. Data tentang
keberhasilan Bina Komunikasi
diperoleh dari nilai ulangan harian
anak, sedangkan data tentang
aktivitas dan penggunaan Bina
Komunikasi diperoleh dari observasi
selama proses pembelajaran
berlangsung oleh guru kolaborasi.
4. Refleksi
a. Mengulas secara kritis tentang
perubahan pada anak, suasana
kelas dan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
b. Mendiskusikan hasil sebelum dan
sesudah mendapatkan tindakan.
c. Merumuskan hasil baik
keberhasilan maupun
kekurangannya untuk ditindak
lanjuti pada langkah-langkah
penyempurnaan pada siklus II.
Refleksi
a. Mengulas secara kritis tentang
perubahan anak, suasana ruang
kedap suara dan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
b. Mendiskusikan hasil setelah
Siklus I dan Siklus II.
c. Merumuskan hasil baik
keberhasilan maupun
kekurangannya untuk
ditindaklanjuti pada langkah-
langkah penyempurnaan dan
pengembangan.
liii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Kondisi Awal
Dari hasil penelitian observasi menunjukkan bahwa sebagian besar (75%)
siswa kelas D III B SLB/B-CYPAALB Langenharjo tahun pelajaran 2008/2009
belum mampu bicara. Oleh karena itu guru hendaknya memilih pendekatan
pembelajaran kemampuan bicara yang cocok/ tepat untuk mata pelajaran bina
komunikasi bunyi dan irama.Hal ini terlihat pada nilai harian BKPBI semester II
sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai Ulangan Harian
Nilai Ulangan Harian No. No. Induk
1 2 3
1. 028 46 48 50
2. 035 36 38 40
3. 037 56 58 60
4. 039 36 38 40
5. 045 56 58 60
Tabel 2 : Ulangan Harian Kondisi Awal
No. Uraian Ulangan
harian 1
Ulangan
harian 2
Ulangan
harian 3
1. Nilai terendah 36 38 40
2. Nilai tertinggi 56 58 60
3. Nilai rerata 46 48 50
4. Rentang nilai 20 20 20
40
liv
Grafik 1 : Ulangan Harian Kondisi Awal
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana pembelajaran yang
meliputi : segi atau awal / apresiasi, kegiatan inti, kegiatan inti, kegiatan akhir/
penutup. Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa lembar observasi KBM, soal-
soal evaluasi dan soal-soal tugas. Lembar observasi dan lembar soal beserta RPP
sebagai berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
40
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rerata
Rentang nilai
Ulangan Harian 1
Ulangan Harian 2
Ulangan Harian 3
lv
Mata Pelajaran : BKPBI
Kelas/Semester : D III B / II
Waktu : 3 x 30 menit ( 3 x pertemuan )
Standar Kompetensi : Mengidentifikasikan bunyi di sekitar yang pernah
dideskriminasikan dengan menggunakan ABM sebatas
sisa pendengaran anak.
Kompetensi Dasar : Mengenal ciri-ciri bunyi tertentu dengan kekerasan
± 90 db yang dipergunakan langsung secara terprogram.
Indikator : Mengatakan secara spontan saat diperdengarkan bunyi
kata yang terdiri dari 2 suku kata dengan mengatakan ciri
bunyi yang disimaknya.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran peserta didik dapat :
1. Menyebutkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata dengan fonem
bervariasi.
2. Menuliskan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata dengan fonem
bervariasi.
3. Mengucapkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata dengan fonem
bervariasi
II. Materi Pokok
Kata-kata yang terdiri 2 suku kata dengan fonem bervariasi.
1.
lvi
2.
3.
4.
5.
6.
III. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Observasi
3. Imitasi atau menirukan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal / Pendahuluan
a. Untuk memotivasi anak didik guna menulis di papan tulis kata-kata
lvii
yang terdiri dari 2 suku kata dengan fonem bervariasi.
b. Anak didik memperhatikan tulisan di papan tulis.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membaca kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata
b. Anak didik menirukan bacaan guru
c. Guru membimbing anak didik untuk mengucapkan sendiri bacaan
di papan tulis
d. Anak didik secara bergiliran mengucapkan tulisan sendiri dengan
bimbingan guru.
e. Guru menyuruh anak didik membaca sendiri tulisan di papan tulis
f. Anak didik secara bergiliran membaca di papan tulis
3. Kegiatan Penutup
a. Guru beserta anak didik membahas masalah yang muncul dalam
KBM
b. Guru menyimpulkan materi pembelajaran
c. Anak didik mengerjakan tugas guru
V. Alat / Sumber Bahan
1. Kartu / daftar kata
2. Gambar
3. Buku Panduan BKPBI
4. Cermin, ABM, Speaker
VI. Penilaian
1. Jenis Tes : Lisan
Bacalah kata-kata di bawah ini dengan ucapan yang baik dan jelas
1.
lviii
2.
3.
4.
5.
6.
Standar Penilaian
Setiap item nilai 20
Betul semua nilai 100
Kriteria Penilaian
lix
1. Ucapan benar tanpa bantuan nilai 20
2. Ucapan benar dengan bantuan nilai 10
3. Ucapan mendekati benar dengan bantuan nilai 5
4. Ucapan salah nilai 0
Mengetahui,
Kepala Sekolah
( ____________________ ) NIP. 131126789
Langenharjo, ...............................
Guru Kelas
( Musriyanti ) NIP. 31612493
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu untuk
kegiatan awal dilaksanakan dengan mengajak peserta didik menyiapkan pelajaran
untuk pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan cara mengucapkan dengan
menggunakan bina komunikasi. Dalam pembelajaran system klasikal kemudian
dengan pengajaran individual dalam mengucapkan.
Pelaksanaan kegiatan akhir/ penutup dengan ulangan harian yang berupa test
akhir dilaksanakan pada akhir pelajaran.
c. Hasil Pengamatan
lx
Hasil pengamatan dapat berupa pengamatan pada hasil pembelajaran maupun
pengamatan pada proses pembelajaran.
Hasil pengamatan proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Nilai Ulangan Harian
Nilai Ulangan Harian No. No. Induk
1 2 3
1. 028 56 58 60
2. 035 50 52 55
3. 037 56 58 60
4. 039 50 52 55
5. 045 65 68 70
Tabel 4 : Ulangan Harian Siklus 1
No. Uraian Ulangan
harian 1
Ulangan
harian 2
Ulangan
harian 3
1. Nilai terendah 50 52 55
2. Nilai tertinggi 65 68 70
3. Nilai rerata 57 60 62
4. Rentang nilai 15 16 15
lxi
Grafik 2 : Ulangan Harian Siklus 1
d. Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran. Dari hasil pembelajaran dapat membandingkan pada saat
kondisi awal nilai Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama rendah setelah
pelaksanaan tindakan kelas nilai Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
meningkat.
Tabel 5 : Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus 1
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1
1 Tindakan Dalam pembelajaran
kemampuan bicara belum
melalui BKPBI.
Dalam pembelajaran
kemampuan bicara melalui
BKPBI.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rerata
Rentang nilai
Ulangan Harian 1
Ulangan Harian 2
Ulangan Harian 3
lxii
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1
2 Proses
Pembelajaran
Masih banyak anak yang
pasif, kreativitas anak
dalam belajar masih rendah
Anak yang pasif dalam
pembela-jaran semakin
berkurang, masih ada anak yang
kurang betul ucapannya, anak
dalam belajar nampak
antusias
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran. Terdapat peningkatan keaktifan anak dalam pembelajaran
dapat mengurangi anak yang kurang konsentrasi. Kreativitas anak dalam ucapan lebih
meningkat.
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1
3 Hasil Belajar Nilai ulangan harian pada
kondisi awal : nilai rendah
40, nilai tertinggi 60, nilai
rata-rata 50
Nilai ulangan harian Siklus 1 :
nilai terendah 55, nilai tertinggi
70, bilai rata-rata 62
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran.
- Nilai terendah meningkat 27% dari 40 menjadi 55,
- Nilai tertinggi 14% dari 60 menjadi 70,
- Nilai rata -rata meningkat 19% dari 50 menjadi 62.
lxiii
C. Pengujian Hipotesis
1. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana pembelajaran yang
meliputi : segi atau awal / apresiasi, kegiatan inti, kegiatan inti, kegiatan akhir/
penutup. Penyusunan alat-alat evaluasi tindakan berupa lembar observasi KBM, soal-
soal evaluasi dan soal-soal tugas. Lembar observasi dan lembar soal beserta RPP
sebagai berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : BKPBI
Kelas/Semester : D III B / II
Waktu : 3 x 30 menit (3 x pertemuan)
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi bunyi di sekitar yang pernah
dideskriminasikan dengan menggunakan ABM sebatas
sisa pendengaran anak.
Kompetensi Dasar : Mengenal ciri bunyi-bunyi tertentu dengan kekerasan
± 90 db yang diperdengarkan langsung secara terprogram
Indikator : Mengatakan secara spontan saat diperdengarkan bunyi
dari kalimat-kalimat tanya dengan mengatakan ciri kata
ganti lainnya yang mengawali kalimat tanya yang
disimaknya.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran peserta didik dapat :
1. Menyebutkan kalimat tanya yang menggunakan kata ganti tanya.
2. Membuat kalimat yang menggunakan kata ganti tanya
3. Mengucapkan kalimat yang menggunakan kata ganti tanya
lxiv
II. Materi Pokok
Kalimat-kalimat tanya yang menggunakan kata ganti tanya
lxv
III. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Observasi
3. Imitasi atau menirukan
4. Pemberian tugas
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal / Pendahuluan
a. Guru menyiapkan kartu tulisan kalimat kata gantinya
b. Guru mengajak anak didik masuk ke ruang artikulasi.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membaca kalimat-kalimat ganti tanya
b. Anak didik menirukan
c. Guru membimbing anak didik untuk mengucapkan sendiri kalimat-
kalimat kata ganti tanya
d. Anak didik bergilir dengan bimbingan guru membaca kalimat-
kalimat kata ganti tanya
e. Guru menyuruh anak didik membaca kalimat-kalimat kata ganti tanya
dengan baik dan lancar.
f. Anak didik secara bergilir membaca kalimat-kalimat kata ganti tanya.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru menggabungkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata dengan
fonem bervariasi dan kalimat-kalimat kata ganti tanya.
b. Peserta didik dengan bimbingan guru mengucapkan 2 suku kata
dengan fonem bervariasi dan kalimat-kalimat kata ganti tanya secara
bergiliran.
c. Guru menugasi peserta didik untuk membaca secara bergiliran
gabungan 2 suku kata dengan fonem bervariasi dan kalimat-kalimat
kata ganti tanya.
lxvi
V. Alat / Sumber Bahan
1. Kartu kalimat / daftar kata
2. Gambar
3. Buku Panduan Pembelajaran BKPBI
4. Cermin, ABM, Speker
VI. Penilaian
1. Jenis Tes : Lisan
Bacalah kalimat tanya di bawah ini dengan ucapan yang baik dan jelas.
lxvii
Standar Penilaian
Setiap item nilai 20
Betul semua nilai 100
Kriteria Penilaian
1. Ucapan benar tanpa bantuan nilai 20
2. Ucapan benar dengan bantuan nilai 10
3. Ucapan mendekati benar dengan bantuan nilai 5
4. Ucapan salah nilai 0
Mengetahui,
Kepala Sekolah
( _________________ ) NIP. 131126789
Langenharjo, ...............................
Guru Kelas
( Musriyanti ) NIP. 31612493
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan seperti Siklus 1 namun jumlah anak lebih sedikit (anak
yang belum tuntas) pendekatan pembelajaran secara individual lebih diaktifkan
pelaksanaan tindakan dilaksanakan 3 kali pertemuan diakhiri dengan test.
c. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
lxviii
Tabel 6 : Nilai Ulangan Harian
Nilai Ulangan Harian No. No. Induk
1 2 3
1. 028 65 70 75
2. 035 60 65 70
3. 037 65 70 75
4. 039 60 65 70
5. 045 75 78 80
Tabel 7 : Ulangan Harian Siklus 2
No. Uraian Ulangan
harian 1
Ulangan
harian 2
Ulangan
harian 3
1. Nilai terendah 60 67 70
2. Nilai tertinggi 75 77 80
3. Nilai rerata 65 72 75
4. Rentang nilai 15 10 10
lxix
Grafik 3 : Ulangan Harian Siklus 2
d. Refleksi
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran antara
Siklus 1 dan Siklus 2 ada peningkatan yang sangat berarti.
Tabel 5 : Perbandingan Hasil Siklus 1 dan Siklus 2
No. Uraian Siklus I Siklus II
1 Tindakan Dalam pembelajaran
kemampuan bicara melalui
bina komunikasi bunyi dan
irama secara kelompok
besar komunikasi setiap
kelompok 5 anak.
Dalam pembelajaran
kemampuan bicara melalui
bina komunikasi persepsi
bunyi dan irama secara
kelompok kecil terdiri dari 3
anak.
Ulangan Harian 1
Ulangan Harian 2
Ulangan Harian 3
0
10 20
30
40
50
60 70
80
Ulangan harian 1
Jumlah terendah Jumlah tertinggi Nilai rerata Rentang nilai
Ulangan harian 2
Ulangan harian 3
lxx
No. Uraian Siklus 1 Siklus 2
2 Proses
Pembelajaran
Anak yang pasif dalam
pembelajaran semakin ber-
kurang masih ada siswa yang
kurang berkonsentrasi,
kreatifitas anak nampak
antusias.
Anak aktif dalam pembe-
lajaran masih ada 1 anak
yang kurang konsentrasi,
kreatif anak dalam belajar
nampak antusias dan kreatif.
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran. Terdapat peningkatan keaktifan anak dalam pembelajaran
dapat mengurangi anak yang kurang konsentrasi, kreatifitas anak dalam kemampuan
bicara meningkat.
No. Uraian Siklus 1 Siklus 2
3 Hasil Belajar Nilai ulangan harian siklus 1
nilai terendah 55, nilai
tertinggi 70, nilai rata-rata
62
Nilai ulangan harian Siklus 2 :
nilai terendah 65, nilai
tertinggi 80, nilai rata-rata 75
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran.
- Nilai terendah meningkat 15% dari 55 menjadi 65,
- Nilai tertinggi 12% dari 70 menjadi 80,
- Nilai rata-rata meningkat 17% dari 62 menjadi 75.
lxxi
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Kondisi Awal Siklus I Dan Siklus II
Tabel 9 : Nilai Ulangan Harian
Nilai Ulangan Harian
Kondisi Awal
Nilai Ulangan Harian Siklus
I
Nilai Ulangan Harian Siklus
II No.
No. Induk
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1. 028 46 48 50 56 58 60 65 70 75
2. 035 36 38 40 50 52 55 60 65 70
3. 037 56 58 60 56 58 60 65 70 75
4. 039 36 38 40 50 52 55 60 65 70
5. 045 56 58 60 65 68 70 75 78 80
Tabel 10 : Perbandingan Nilai Ulangan Harian
Kondisi awal, siklus 1, siklus 2
No. Uraian Ulangan harian
kondisi awal Ulangan
harian siklus 1 Ulangan
harian siklus 2 1. Nilai terendah 40 55 70
2. Nilai tertinggi 60 70 80
3. Nilai rerata 50 62 75
4. Rentang nilai 20 15 10
lxxii
Grafik 4. : Perbandingan nilai ulangan harian Kondisi awal, siklus 1, siklus 2
a. Perencanaan Tindakan
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
1 Tindakan Dalam pembelajaran
kemampuan bicara
melalui BKPBI
Dalam pembelajaran
kemampuan bicara
melalui BKPBI
secara kelompok
besar setiap
kelompok 5 anak.
Dalam
pembelajaran
kemampuan bicara
melalui BKPBI
secara kelompok
kecil setiap
kelompok 3 anak.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3
Jumlah terendah
Jumlah tertinggi
Nilai rerata
Rentan nilai
Ulangan Harian 1
Ulangan Harian 2
Ulangan Harian 3
lxxiii
b. Pelaksanaan Tindakan
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
2 Proses
pembelajaran
Anak masih
banyak yang
kurang
konsentrasi tidak
aktif dalam
pembelajaran
Anak yang pasif
dalam pembelajaran
semakin berkurang,
masih ada anak
yang kurang
konsentrasi,
kreatifitas anak
dalam belajar
nampak antusias
Anak yang aktif
dalam pembelajaran
semakin berkurang,
masih ada satu anak
yang kurang
konsentrasi,
kreatifitas anak dalam
belajar nampak
antusias dan kreatif
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan
keaktifan anak dalam proses pembelajaran kemampuan bicara mata pelajaran BKPBI
c. Hasil Pengamatan
No. Uraian Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
3 Hasil belajar Nilai ulangan
harian dalam
kondisi awal :
nilai terendah 40,
nilai tertinggi 60,
nilai rata-rata 50.
Nilai ulangan
harian siklus 1 :
nilai terendah 55,
nilai tertinggi 70,
nilai rata-rata 62
Nilai ulangan harian
Siklus 2 : nilai
terendah 70, nilai
tertinggi 80, nilai
rata-rata 75
lxxiv
Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran peserta didik dengan kemampuan bicara memperhatikan, melaksanakan
sesuai tugas pembelajaran. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan
hasil belajar rata-rata 50 menjadi 75 meningkat 33%.
E. Hasil Penelitian
Dari data yang diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran dan hasil
pembelajaran kemampuan bicara melalui BKPBI pada anak tuna rungu D III B di
SLB/B-CYPAALB Langenharjo, Grogol Sukoharjo tahun 2009 menjadikan suasana
kelas menjadi menyenangkan sesuai dengan pendekatan yang diterapkan yaitu
PAKEM, maka diharapkan baik secara praktis maupun teoritis dapat memberikan
sumbangan pemikiran atau pemasukan dalam proses pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik.
Dari pemantauan guru bina komunikasi dapat diterapkan di dalam
memberikan layanan tetapi bicara melalui BKPBI yang berguna meningkatkan
kemampuan bicara Anak Tuna Rungu dengan pertimbangan kondisi anak, perlu
diperhatikan pemanfaatan sisa pendengarannya. Akhirnya bila sisa pendengaran anak
masih ada perlu dimanfaatkan untuk dilatih mengenal bunyi di manfaatkan untuk
dilatih demi kepentingan dalam pendidikan. Dengan demikian kemampuan bicara
yang baik akan dapat menunjang ilmu pengetahuan yang lain, karena hal tersebut
dapat meningkatkan kemampuan bicara melalui BKPBI di sekolah dan juga dalam
komunikasi dengan lingkungan di sekitarnya.
lxxv
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dua siklus
dengan pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
kemampuan bicara melalui bina komunikasi bunyi dan irama anak runa rungu, kelas
DIII B/B-C YPAALB Langenharjo Sukohjaro dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
“Dengan media permainan kartu huruf dan gambar pada pelajaran BKPBI akan lebih
menarik bagi anak tuna rungu, karena permainan merupakan suatu yang disukai anak-
anak sehingga dengan melalui permainan kartu huruf dan gambar anak tuna rungu
akan lebih mudah dalam mengingat pelajaran BKPBI.”
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus
tersebut di atas, ternyata hipotesis telah terbukti kebenarannya dengan melalui BKPBI
dapat meningkatkan kemampuan bicara anak tunarungu kelas kelas DIII B di SLB
/B-C YPAALB Kelas DIII B Langenharjo Grogol Sukoharjo tahun 2009.
B. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
Dengan melihat hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, yang
menunjukkan ada pengaruh positif diberikannya bina komunikasi melalui
kemampuan berbicara anak tunarungu di kelas D III B SLB/B-C YPAALB
Langenharjo, Grogol, Sukoharjo tahun 2009, maka diharapkan baik secara praktis
maupun teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran atau masukan kepada
semua pihak yang terkait di dalam ruang lingkup ke-PLB-an, khususnya bagian
tunarungu.
62
lxxvi
Bina komunikasi dapat diterapkan di dalam memberikan layanan terapi bicara
dan BKPBI yang berguna untuk meningkatkan kemampuan bicara anak tunarungu
di kelas D III B SLB/B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo tahun 2009.
Dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi anak, perlu diperhatikan pemanfaatan
sisa pendengarannya. Artinya bila sisa pendengaran itu ada, maka perlu dilatih untuk
terbiasa mengenal bunyi, kata-kata atau bahasa demi kepentingan pendidikannya.
Dengan demikian kemampuan bicara yang baik akan dapat menunjang ilmu
pengetahuan yang lain, karena hal tersebut merupakan modal utama untuk mengikuti
pendidikan di sekolah dan juga di dalam berkomunikasi dengan lingkungan di
sekitarnya yang heterogen.
C. SARAN
1. Kepada Anak Tuna Rungu
a. Melaksanakan semua nasehat, dorongan dari guru dan mematuhi orang tua.
b. Membiasakan belajar membaca sebaik baiknya setiap waktu agar dapat lancar
c. Belajar dan berlatih membaca secara terus menerus dari guru dan orang tua.
2. Kepada Guru
a. Memberikan pembelajaran melalui Bina Komunikasi bunyi dan irama secara
terprogram dan terus menerus.
b. Menjalin kerjasama dengan orang tua dalam mengatasi masalah bicara anak
tua rungu di sekolah maupun di rumah.
3. Kepada Orang Tua Anak Tuna Rugu
a. Selalu memperhatikan perkembangan anak di dalam keluarga atau
masyarakat.
b. Memberikan bimbingan belajar terutama dalam bicara bekerja sama dengan
guru/ sekolah sehingga bimbingan terarah dan terprogram.
lxxvii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir sutami 36 A, kotak pos 56 surakarta 57126 telp/fax (0271) 648939 - 669124
Website: http://www.fkip.uns.ac.id E-mail : [email protected]
Lampiran : 1 (satu proposal) Surakarta, Maret
2009
Hal : Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
Yth. Dekan
c.q. Pembantu Dekan I
FKIP – Universitas Sebelas Maret
Di Surakarta
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ni :
Nama : MUSRIYANTI
Nomor Induk Mahasiswa : X5107561
Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 23 Oktober 1961
Program / Jurusan : FKIP / Pendidikan Khusus
Tingkat / Semester : II / IV
Alamat : Krajan Rt 02 / Rw 06 Gatak, Sukoharjo
Dengan ini kami mengajukan permohonan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menyusun Skripsi /
Makalah dengan judul sebagai berikut :
Peningkatan Kemampuan Bicara Melalui BKPBI Pada Anak Tuna Rungu Kelas D /
III B di SLB / B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo.
Kami lampirkan pula kerangka minimal Skripsi / Makalah.
Adapun konsultan / pembimbing kami mohonkan :
lxxviii
1. Drs. R. Indianto, M. Pd
2. Dra. B. Sunarti, M. Pd
Atas terkabulnya permohonan ini kami ucapkan terima kasih.
Persetujuan Konsultan Hormat kami,
1.
2. MUSRIYANTI
Mengetahui
Ketua Program : Pendidikan Khusus Ketua Jurusan : Ilmu Pendidikan
Drs.A. Salim Choiri, M.Kes Drs.R. Indianto, M.Pd
lxxix
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir sutami 36 A, kotak pos 56 surakarta 57126 telp/fax (0271) 648939 - 669124
Website: http://www.fkip.uns.ac.id E-mail : [email protected]
Nomor : 1061/H27.1.2.PP/2009
Lampiran : 1 berkas proposal
Hal : Permohonan ijin Research / Try Out
Yth. Rektor
Unibersitas Sebelas Maret
Di Surakarta
Dengan hormat,
Kami beritahukan bahwa Mahasiswa tersebut dibawah ini :
Nama : Musriyanti
NIM : X5107561
Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 23 Oktober 1961
Semester / Program / Jurusan : IV / FKIP / PKH
Alamt : Krajan Rt 02 / Rw 06 Gatak, Sukoharjo
Telah kami ijinkan untuk menyusun Skripsi / Makalah guna melengkapi tugas-tugas
studi tingkat Sarjana.
Dengan Judul : Peningkatan Kemampuan Bicara Melalui BKPBI Pada Anak Tuna
Rungu Kelas D / III B di SLB / B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo.
lxxx
Sehubungan dengan hal tersebut kami mengharap kiranya saudara berkenan
mengijinkan mahasiswa kami mengadakan Research / Try Out pada Sekolah /
Instansi yang berada dibawah pimpinan saudara.
Atas perkenaan dan perhatian saudara kami ucapkan terima kasih.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir sutami 36 A, kotak pos 56 surakarta 57126 telp/fax (0271) 648939 - 669124
Website: http://www.fkip.uns.ac.id E-mail : [email protected]
Nomor : 1061/H27.1.2.PP/2009
Lampiran : 1 berkas proposal
Hal : Permohonan ijin Research / Try Out
Yth. Rektor
Unibersitas Sebelas Maret
Di Surakarta
Dengan hormat,
Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi dengan ini kami melaporkan bahwa
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta tersebut dibawah ini akan mengadakan penelitian :
Nama : Musriyanti
NIM : X5107561
Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 23 Oktober 1961
Semester / Program / Jurusan : IV / FKIP / PKH
Alamt : Krajan Rt 02 / Rw 06 Gatak, Sukoharjo
lxxxi
Akan mengadakan Research di : SLB/B-C YPAALB Langenharjo, Grogol,
Sukoharjo
Judul Skripsi / Penelitian / Obyek : Peningkatan Kemampuan Bicara Melalui BKPBI
Pada Anak Tuna Rungu Kelas D / III B di SLB / B-C YPAALB Langenharjo,
Grogol, Sukoharjo.
Mohon mendapatkan proses penyelesaian ijin ke Gubernur / C.Q BAPPEDA Jawa
Tengah di Semarang dan kami lampirkan fotocopy kerangka penelitian.
Demikian harap menjadikan maklum dan terima kasih.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir sutami 36 A, kotak pos 56 surakarta 57126 telp/fax (0271) 648939 - 669124
Website: http://www.fkip.uns.ac.id E-mail : [email protected]
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
Nomor : 244 /H27.1.2/PP/2009
TENTANG
IJIN PENYUSUNAN SKRIPSI / MAKALAH
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setelah
menimbang pedoman menyusun Skripsi / Makalah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Nomor : 02/PT40.FKIP/C/1991 Tanggal 25
Februari 1991.
Dengan persetujuan konsultan/pembimbing tanggal, 17 Maret 2009
lxxxii
MEMUTUSKAN
Menetapkan kepada mahasiswa tersebut dibawah ini :
Nama : Musriyanti
NIM : X5107561
Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 23 Oktober 1961
Program / Jurusan : FKIP / Pendidikan Khusus
Semester / Program / Jurusan : IV / FKIP / PKH
Alamt : Krajan Rt 02 / Rw 06 Gatak, Sukoharjo
Diijinkan memulai menyusun Skripsi / Makalah dengan judul yang telah dirumuskan
sebagai berikut : Peningkatan Kemampuan Bicara Melalui BKPBI Pada Anak Tuna
Rungu Kelas D / III B di SLB / B-C YPAALB Langenharjo, Grogol, Sukoharjo.
Dengan konsultan / pembimbing :
1. Drs. R.Indianto, M.Pd (Pembimbing Pertama)
2. Dra. B.Sunarti, M.Pd (Pembimbing Kedua / Teknik)
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.