PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

185
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE FUN LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH ALIF DIAN PUTRA RUDI 10533 06327 10 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI

METODE FUN LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA

SMP MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ALIF DIAN PUTRA RUDI

10533 06327 10

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI

METODE FUN LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA

SMP MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ALIF DIAN PUTRA RUDI

10533 06327 10

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini

Nama : Alif Dian Putra Rudi

NIM : 10533 06327 10

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode

Fun Learning Pada Siswa Kelas VII A SMP

Muhammadiyah 14 Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang

dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi yang telah

ditetapkan FBS Universitas Muhammadiyah Makassar apabila pernyataan ini

tidak benar.

Makassar, April 2017

Yang membuat pernyataan

Alif Dian Putra Rudi

NIM. 10533 06327 10

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini

Nama : Alif Dian Putra Rudi

NIM : 10533 06327 10

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, sya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin falkutas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, April 2017

Yang membuat perjanjian

Alif Dian Putra Rudi

NIM. 10533 06327 10

Mengetahui

Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M. Pd

NBM: 951576

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

vii

MOTTO

”Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan

sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini.” (Q.S. Al

Kahfi: 10)

”Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”

(Qs. Thoha: 25-28)

“Siapapun yang berhenti belajar akan membuat dirinya tua, meskipun dia berusia

dua puluh tahun atau delapan puluh tahun. sedangkan yang tidak berhenti belajar

akan tetap muda. Hal yang terpenting dalam hidup adalah untuk tetap menjaga

pemikiran kita selalu muda” (Henry Ford)

Manusia terbaik adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.

“… adapun yang member manfaat kepada manusia, maka ia akan tetap bertahan

di muka bumi.”(QS. Ar Ra’d:17)

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

viii

PERSEMBAHAN

Berkat doa yang tiada henti mengalir dan pengorbanan yang tiada ternilai, untuk

keberhasilan dan kesuksesan Ananda

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

kedua orang tuaku tercinta Ayahanda La Rudi dan Ibunda Sitti Daniah, saudara-

saudaraku, serta orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku.. Jazakumullahu

khairan.

Almamaterku

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

viii

ABSTRAK

Alif Dian Putra Rudi. 2016. Peningkatan Kemampuan Berbicara

Melalui Metode Fun Learning Pada Siswa Kelas VIIA SMP Muhammadiyah

14 Makassar. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas

Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hamali dan Pembimbing II Roslaeny

B.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP

Muhammadiyah 14 Makassar. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA dengan

jumlah 30 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Penelitian ini dilakukan

secara kolaboratif antara peneliti bersama guru Bahasa Indonesia. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket,

pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi foto, dan penilaian

keterampilan berbicara. Instrumen penelitian berupa catatan lapangan, lembar

pengamatan, angket, dan lembar penilaian berbicara. Data yang diperolah

dianalisis secara deskriptif kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode fun learning

dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP

Muhammadiyah 14 Makassar. Peningkatan keterampilan berbicara siswa tampak

pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan, perhatian

pada pelajaran, antusiasme selama pembelajaran, keberanian berbicara di depan

kelas dan kerjasama kelompok sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan, aktif dan kreatif. Peningkatan secara produk dapat dilihat dari

peningkatan skor hasil berbicara siswa pada setiap siklus. Kemampuan rata-rata

siswa dalam berbicara sebelum adanya tindakan berkategori kurang. Namun,

setelah implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa

dalam berbicara menjadi kategori baik. Peningkatan kualitas produk/hasil dapat

dilihat dari perbandingan skor rata-rata berbicara siswa pada tahap pratindakan

sampai pascatindakan Siklus II. Dimana nilai rata-rata kemampuan berbicara

siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan persentase 60%. Siklus I

diperoleh rata-rata nilai 26,4 dengan persentase sebesar 75% sedangkan siklus II

rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97 dengan persentase sebesar 80%. Dengan

demikian, keterampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14

Makassar telah mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah

diberi tindakan menggunakan metode fun learning.

Kata kunci: metode, fun learning, kemampuan berbicara

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xv

INCREASING THE SPEAKING SKILLS THROUGH THE USING OF

FUN LEARNING METHOD ON VIIA GRADE STUDENT IN SMP

MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR

Alif Dian Putra Rudi 1), Hambali 2), Roslaeny)

1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas

Muhammadiyah Makassar 2) Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas

Muhammadiyah Makassar

Email: [email protected]

ABSTRACT

This research is a classroom action research which conducts in SMP

Muhammadiyah 14 Makassar. The researching subject is the VIIA grade student

with a total of a 30 students which consists of 9 sons and 21 girls. This studying

consists of two cycles. Each cycle consist of four phase, namely planning,

executing, observing, reflection. This studying carried out with collaborative

among the researcher and the teacher in these schools. The techniques of data

collecting that used in this research are questionnaire, observation, interview, field

note, documentation, and assessment of speaking skill. The data that got will

analyze through qualitative descriptive what supported by quantitative data.

The observation result showed that the using of fun learning methods can

increase speaking skills of VIIA grade student in SMP Muhammadiyah 14

Makassar. Improved speaking skills of student looked on learning processes

qualities what showed by activeness, attention to lessons, and enthusiasm during

learning processes, courage to speak in front of the class and teamwork so it can

make the meaningful learning, active and creative. Product upgrades can be seen

of the increased score of students' speaking results each cycle. The ability of the

average student in speaking before act, in this case is the using of fun learning

methods is in less category. However, after implementation of fun learning

methods for two cycles, the ability student in speaking is better. Improved

product/yield quality can be seen from comparison of average speaking skills at

the pre-action until post-action (cycle II). Where the average value of speaking

ability of student at the pre-action is 21,07 with presentation is 60%. Cycle I

obtained the average value is 26,4 with 75% while cycle II increased to 27,97

with 80%. Therefore, speaking skills of VIIA grade student on SMP

Muhammadiyah 14 Makassar has improved both process and product after being

given action using fun learning method.

Key word: methods, fun learning, speak competence

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, dan shalawat serta salam atas Rasulullah,

keluarga dan para sahabatnya. Hanya dengan pertolongan dan karunia Allah

semata sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Fun Learning

pada Siswa Kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar”.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari

berbagai macam hambatan dan tantangan. Namun, berkat kasih sayang Allah dan

bantuan dari berbagai pihak semua hambatan dapat terlewati dengan baik. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan, petunjuk dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Ayahanda Drs. Hambali, S. Pd., M. Hum selaku pembimbing I dan Ibunda Dra.

Hj. Roslaeny B, M. Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan kesempatan yang sangat

berharga bagi penulis. Semoga Allah Subhaanahu wa ta’aala membalasnya

dengan pahala yang berlipat ganda. Jazakumullahu khairan.

Dengan tidak bermaksud mengurangi penghargaan dan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini, penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada ayahanda Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menerima penulis menjadi

mahasiswa di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakulatas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Ayahanda Erwin Akib, M. Pd., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mengatur segala kebijakan di FKIP

Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibunda Dr. Munirah, M. Pd selaku Ketua

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xii

Jurusan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengatur segala

aturan dan kebijakan di jurusan pendidikan Bahasa Indonesia dan menjadi

tuntunan penulis selama menjadi mahasiswa. Kepada Ayahandaku terhebat La

Rudi, dan Ibundaku tercinta Siti Daniah atas segala kasih, doa, kesabaran dan

pengorbanan yang tiada henti-hentinya. Terima kasih banyak telah menjadi kedua

malaikatku di dunia ini. Sahabat-sahabat seperjuangan selama menempuh studi di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhir kata, suatu kebahagian menghadirkan karya sederhana ini semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga bantuan yang

telah diberikan mendapat pahala disisi Allah SWT. Amiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.

Makassar, Mei 2017

Penulis

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... v

PERJANJIAN PENULIS ............................................................................ vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................. x

KATA PENGANTAR .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Masalah Penelitian .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ......................................................................... 9

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xii

B. Kerangka Pikir ........................................................................ 34

C. Hipotesis .................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 38

D. Prosedur Penelitian .................................................................. 38

E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42

F. Instrumen Penelitian ................................................................ 45

G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 47

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 47

H. Indikator Keberhasilan ............................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Siswa ......................... 50

B. Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Metode Fun Learning .. 60

C. Pembahasan ............................................................................. 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 88

B. Saran ........................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90

Persuratan

Riwayat Hidup

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara .......................................... 46

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kemampuan Berbicara Siswa pada Tahap Pratindakan

.......................................................................................................... 54

Tabel 4.2 Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dari Pratindakan ke

Siklus I ................................................................................................. 69

Tabel 4.3 Peningkatan Skor Rata-rata tiap Aspek Kemampuan Berbicara

Siswa kelas VIIA dari Pratindakan, Siklus I, sampai Siklus II ........... 79

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Penggunaan Media Papan Tulis saat Menjelaskan Materi Berbicara

dengan Teknik Mind map ........................................................... 67

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 94

Lampiran 2. Silabus .......................................................................................... 96

Lampiran 3. RPP Pra Tindakan ......................................................................... 99

Lampiran 4. RPP Siklus I .................................................................................. 103

Lampiran 5. RPP Siklus II ................................................................................ 108

Lampiran 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia .... 113

Lampiran 7. Materi Pembelajaran ..................................................................... 117

Lampiran 8. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap

Pratindakan ........................................................................................................ 122

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap Pratindakan 123

Lampiran 10. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pascatindakan ... 130

Lampiran 11. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap Pascatindakan 131

Lampiran 12. Angket Pratindakan .................................................................... 134

Lampiran 13. Angket Pascatindakan ................................................................. 135

Lampiran 14. Hasil Angket Pratindakan ........................................................... 136

Lampiran 15. Hasil Angket Pascatindakan ....................................................... 138

Lampiran 16. Daftar Hadir Siswa Tahap Pratindakan ..................................... 140

Lampiran 17. Daftar Hadir Siswa Siklus 1 ....................................................... 141

Lampiran 18. Daftar Hadir Siswa Siklus 2 ....................................................... 142

Lampiran 19. Keterangan Kategori Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian Keterampilan

Berbicara ........................................................................................................... 143

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

xii

Lampiran 20. Lembar Pengamatan Siswa ......................................................... 146

Lampiran 21. Pedoman Penilaian ..................................................................... 148

Lampiran 22. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 1............................... 152

Lampiran 23. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 2............................... 153

Lampiran 24. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 1 ..................................... 154

Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 ..................................... 155

Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 3 ..................................... 156

Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 2 ..................................... 157

Lampiran 28. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3 ..................................... 158

Lampiran 29. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3 ..................................... 159

Lampiran 30. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Pratindakan ............ 160

Lampiran 31. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus I ................... 163

Lampiran 32. Daftar Skor Siswa Kelas VIIA pada Tahap Siklus II ................. 166

Lampiran 33. Rekapitulasi Peningkatan Skor Kelas VIIA dari Tahap Pratindakan,

Siklus I, Siklus II ............................................................................................... 169

Lampiran 34. Dokumentasi ............................................................................... 170

Lampiran 35. Persuratan ................................................................................... 171

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh

ucapan (vocal), namun juga menggunakan bahasa isyarat atau bahasa gambar.

Bahasa itu sendiri berfungsi sebagai alat komunikasi yang dipergunakan

secara luas dalam aspek kehidupan, ilmu pengetahuan, pendidikan, bisnis,

hiburan, dan sebagainya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik, serta merupakan penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Dalam pelajaran

tersebut, peserta didik dilatih untuk bagaimana dapat berinteraksi dengan

orang lain, khususnya dalam hal berbicara.

Pelajaran berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama ini

cenderung diabaikan, hal ini disebabkan oleh adanya anggapan-anggapan yang

salah terhadap pengajaran kemampuan berbicara itu sendiri. Kebanyakan

orang sepakat bahwa pengajaran berbicara siswa telah berakhir ketika telah

dapat membaca dan menulis, yaitu ketika selesainya pengajaran membaca dan

menulis permulaan, sekitar kelas tiga Sekolah Dasar (SD), sehingga pada

jenjang sekolah yang lebih tinggi, pengajaran berbicara tidak mendapat

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

2

perhatian. Akibatnya, kebiasaan berbicara yang buruk terus berkembang

sampai menjadi orang dewasa.

Berbicara yang baik dan benar akan membantu proses pendidikan

untuk mencapai tujuannya, maka kelahiran pembelajaran berbicara

menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab, siswa akan mudah memahami

tujuan berbicara. Berbicara itu sangat penting dalam pendidikan, antara lain

disebutkan bahwa siswa diusahakan agar memiliki pengetahuan fungsional

tentang bahasa dan penggunaannya sebagai alat yang penting untuk

melakukan komunikasi dengan orang lain dan bersosialisasi dengan

masyarakat luas, maka peran berbicara dirasakan sangat berfungsi

sebagaimana disebutkan ahli bahasa tentang fungsi bahasa:

a. Untuk menyatakan ekspresi

b. Sebagai alat komunikasi

c. Alat untuk mengadakan adaptasi sosial

d. Alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 1979: 3)

Sebenarnya, fungsi yang dikembangkan di atas tidak dapat dipisahkan

satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari sehingga untuk menetapkan di

mana yang satu mulai dan di mana yang satu berakhir sangatlah sulit. Pada

tahap permulaan waktu kecil belajar menyimak kemudian berkembang

menjadi belajar berbicara.Selama ini, guru hanya terikat pada buku teks saja.

Hal ini memberikan kesan kurang kreasi dalam proses belajar mengajar

(PBM), khususnya dengan metode yang monoton digunakan setiap harinya.

Ketidakmampuan siswa dalam berbicara juga dipengaruhi dari siswa

itu sendiri, yaitu siswa merasa kurang termotivasi dalam menggunakan

nalarnya, dengan kata lain siswa kurang senang, bahkan cenderung tidak

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

3

berani dalam mengungkapkan gagasannya diakibatkan metode yang

digunakan guru selama ini tidak bervariasi dan siswa kadang merasa jenuh

ataupun bosan sehingga perhatian siswa tidak terfokus pada pelajaran.

Dewasa ini, guru dituntut menggunakan metode yang tidak monoton

agar siswa merasa tertarik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan

metode yang tepat dalam proses belajar mengajar (PBM) dapat berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar karena besar kecilnya perhatian siswa

terhadap materi pelajaran yang diberikan guru dipengaruhi oleh

penyajiaannya, dengan kata lain jika seorang guru dalam proses belajar

mengajar hanya menggunakan metode ceramah terus menerus, maka siswa

cepat bosan dan kurang perhatiannya. Sebagai tenaga pengajar, guru

hendaknya berupaya menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di

kelas, agar siswa mendapatkan pengalaman berharga dalam kehidupannya.

Pola pembelajaran monoton, kurangnya kreasi bermain dan humor dalam

pembelajaran serta kurangnya metode pembelajaran yang inovatif akan

semakin membingungkan dan membuat siswa jenuh dalam belajar.

Pengajaran bahasa Indonesia di zaman modern ini, guru dituntut

kreatif dan terampil dalam meningkatkan kemampuan siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Dari hasil observasi awal

di SMP Muhammadiyah 13 Makassar, yakni masih banyak siswa yang belum

mampu berbicara di depan kelas, masih banyak pula siswa yang terpengaruh

dengan bahasa daerah, dan guru belum pernah menggunakan metode Fun

Learning termasuk pada kompetensi berbicara. Berdasarkan observasi awal

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

4

pada sekolah tersebut, menunjukkan bahwa hanya 35% siswa yang mencapai

ketuntasan belajar dari 75% skor ideal tuntas belajar secara individual.

Hal ini mungkin disebabkan karena guru masih menerapkan metode

ceramah dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang

senang belajar, serta malu dan segan untuk naik ke depan kelas berbicara di

hadapan teman-temannya. Rendahnya presentase ketuntasan belajar siswa

juga disebabkan ruang kelas yang tidak kondusif. Ketidakkondusifan area

belajar menimbulkan situasi belajar yang tidak bersahabat. Ketidakkondusifan

bisa disebabkan karena pembelajaran yang moton, munculnya anggapan “guru

killer”, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa sangat kaku

dan siswa selalu tidak memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran. Rasa

takut dicemoohkan oleh teman sekelasnya jika salah menjawab meliputi

pikirannya. Tentu kondisi ini merupakan situasi yang sangat tidak baik untuk

perkembangan siswa baik dari segi mental dan hasil belajar.

Dengan melihat keadaan siswa seperti di atas, seharusnya seorang

guru menggunakan suatu metode yang baru dalam mengajar yang

mengaktifkan siswa dan membuat siswa merasa senang dalam mengikuti

pelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah menerapkan metode

pembelajaran yang menyenangkan (Fun Learning).

Metode Fun Learning merupakan salah satu metode mengajar yang

segala kegiatan pembelajaran dikemas secara fun agar tercipta kondisi kelas

yang menyenangkan. Defenisi lain yang mendukung bahwa fun learning

mengangkat kehidupan secara natural dan real serta indah dan nyaman. Proses

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

5

pembelajaran ini menjadi sebuah aktivitas kehidupan real yang dihayati

dengan penuh kegembiraan. Metode ini membuat anak merasa tidak dibebani

atau tidak merasa dipaksa untuk belajar. Diharapkan hal ini mampu memberi

kekuatan keberanian siswa untuk tampil ke depan kelas berbicara di hadapan

teman-temannya, yang akhirnya juga mempengaruhi ketuntasan belajar bahasa

Indonesianya. Bagi sebagian besar siswa, pelajaran bahasa Indonesia

merupakan pelajaran yang membosankan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan hasil belajar

matematika dengan menggunakan metode Fun Learning yang dilakukan oleh

Awal (2011), diperoleh hasil bahwa Fun Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Namun, pada penelitian ini, penulis termotivasi untuk

melakukan Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang berfokus peningkatan

kemampuan berbicara siswa dengan judul: “Peningkatan Kemampuan

Berbicara melalui Metode Fun Learning pada Siswa Kelas VIIA SMP

Muhammadiyah 14 Makassar.

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian, yaitu “rendahnya

kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14

Makassar yang disebabkan oleh rasa jenuh dan kurang antusiasnya siswa

mengungkapkan idenya dalam proses pembelajaran”

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

6

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah tentang rendahnya kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP

Muhammadiyah 14 Makassar akan dipecahkan dengan menerapkan

metode fun learning dalam proses pembelajaran.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “apakah penerapan metode

Fun Learning dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIIA

SMP Muhammadiyah 14 Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa

kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar melalui metode Fun Learning.

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini merupakan sebuah upaya peningkatan kemampuan

berbicara siswa dalam pembelajaran sehingga hasil penelitian

diharapkan dapat berkontribusi terhadap teori dan strategi

pembelajaran.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

7

b. Bagi Guru

Menambah koleksi guru tentang metode penelitian dalam

pembelajaran sehingga guru dapat berkreasi di dalam proses

pembelajaran agar tercipta situasi kelas yang variatif dan

menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

Menambah koleksi metode pembelajaran sebagai upaya meningkatkan

kemampuan siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Metode Fun Learning memadukan proses pembelajaran yang

menyenangkan, menciptakan suasana belajar yang tidak kaku.

Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam

pembelajaran, memiliki keberanian dalam mengajukan pendapat.

Aktif dalam mengajukan pendapat berdampak pada peningkatan

kemampuan berbicara siswa. Kemampuan berbicara pada pelajaran

bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dalam menunjang hasil belajar

siswa dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian

ketiga domain hasil belajar dalam pembelajaran dapat

mengarahkan siswa untuk memperoleh pembalajaran yang

bermakna.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

8

b. Bagi Guru

Metode Fun Learning dapat menjadi alternatif bagi guru untuk

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Penggunaan

metode belajar yang menyenangkan dan tidak kaku dalam

pembelajaran dapat membantu guru untuk mengeksplor seluruh

kemampuan siswa terutama kemampuan berbicara. Hasil belajar

tanpa ditunjang kemampuan berbicara yang baik maka hanya

menghasilkan pelajar yang berkemampuan verbalis, sedangkan

pelajar yang dibutuhkan adalah yang berkompeten yaitu pelajar

yang mampu mengomunikasikan seluruh ilmu yang diperoleh dari

sekolah ke kehidupan sehari-harinya.

c. Bagi Sekolah

Metode Fun Learning dapat menjadi metode yang efektif dalam

rangka perbaikan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian

ini dapat menjadi bahan informasi tambahan bagi sekolah agar

pada perancangan pembelajaran selanjutnya dapat memadukan

metode Fun Learning pada seluruh proses pembelajaran.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui

Metode Fun Learning pada Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 13

Makassar”. Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Syahriani (2014) dengan mengangkat judul “Peningkatan Keterampilan

Menulis Karangan Narasi melalui Metode Fun Learning Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Takalar Kabupaten Takalar” terbukti bahwa penggunaan

metode Fun Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-

rata 66,78 menjadi 77,64. Adapun penelitian ini, penulis ingin menggunakan

metode yang sama namun dalam hal peningkatan kemampuan berbicara siswa.

Selain penelitian di atas, terdapat penelitian lain yang relevan dengan

penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fujia Nurfadillah Maulani,

dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Ceria dalam

Pembelajaran Menulis Puisi”. Penelitian ini sama-sama menggunakan strategi

belajar yang menyenangkan, hanya saja perbedaannya ada pada menulis puisi

dan kemampuan berbicara. Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan

strategi pembelajaran yang dikemas secara menarik, efektif untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Penelitian relevan juga

dilakukan oleh Budi Lestari dengan judul “Keefektifan Strategi Fun Learning

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

10

dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas VII SMP

Negeri 3 Godean Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini sama-sama

menggunakan metode fun learning, perbedaannya terletak pada aspek yang

ingin ditingkatkan. Dimana penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan

menulis karangan narasi sedangkan pada penelitian ini, peneliti

menitikberatkan pada aspek peningkatan kemampuan berbicara. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa strategi fun learning efektif dalam

meningkatkan keterampilan menulis narasi.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sistematik

pada setiap komponen yang saling berpengaruh, secara implisit terdapat

kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada

bagaimana membelajarkan pebelajar dan lebih menekankan pada cara untuk

mencapai tujuan.

Fungsi utama bahasa adalah komunikasi, sedangkan hakikat belajar

bahasa adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tertulis.

Kemampuan berkomunikasi penting dimiliki siswa, sebab keterampilan yang

baik dalam berbahasa dapat membuat komunikasi antarwarga berlangsung

dengan tentram dan damai (Depdiknas, 2008). Pada kurikulum 2006, standar

kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

11

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek

mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara.

3. Kemampuan Berbicara

a. Pengertian Kemampuan

Secara leksikal, kamampuan berasal dari kata “mampu”, yang berarti

kuasa, sanggup melaukukan sesuatu. Kemampuan berarti kapasitas seseorang

untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan (ability)

adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan. kecakapan atau potensi seseorang individu untuk

menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Kemudian, Partini (1990: 869) menjelaskan pula bahwa kemampuan

adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Kemampuan dalam hal ini

merupakan kesanggupan siswa dalam melaksanakan dan mengerjakan apa

yang diperintahkan oleh guru dan teman sehingga mendapatkan hasil yang

lebih baik.

Berdasarkan pengartian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Jadi, kemampuan berbicara siswa adalah siswa mampu berbicara dengan baik

dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan sehingga apa yang menjadi

topik pembicaraanya mempunyai nilai plus.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

12

b. Pengetian Berbicara

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 1478), kata berbicara

berasal dari kata “bicara” yang berarti berbahasa, berkata. Berbicara adalah

berkata, bercakap, dan berbahasa. Sedangkan dalam kamus linguistik

(Hanapiah. 2011: 54) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan

menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan

dasar dalam berbahasa. Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17) bahwa berbicara

adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran.

Seorang ahli bernama Munir (2010: 1) berpendapat bahwa berbicara

adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Lebih lanjut

Tarigan dalam Mahmudah (2012: 82) menyatakan bahwa berbicara adalah

sebagai sesuatu yang berhubungan dengan tindakan dalam bentuk ujaran

(bahasa lisan).

Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting

untuk dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa

lisan merupakan unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi. Menurut

Djiwandono (2008) dalam Halida (2011) berbicara adalah mengungkapkan

pikiran secara lisan. Sejalan dengan pendapat Djiwandono, Tarigan dalam

Azizah (2013:10) mengatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta

menyampaikan pikiran dan perasaan. Diungkapkannya pula bahwa berbicara

merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

13

fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif,

secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang penting bagi

kontrol sosial.

Menurut Suharyanti (1996) dalam Dhennis (2010: 8), berbicara adalah

suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan

(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia

demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang dikombinasikan. Ini berarti

bahwa berbicara merupakan pengucapan bunyi-bunyi untuk

mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan kebutuhan

penyimak.

Berbicara bukanlah sekedar kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa, namun perlu didukung oleh penguasaan beberapa hal sebagai

penunjang yang harus dipelajari terlebih dahulu agar bisa dikatakan terampil.

Keterampilan berbicara itu akan terlihat manakala seseorang tampil

mengekspresikan ide, pikiran, perasaan, aspirasi, dan berbagai pengalaman

hidup kepada orang lain secara lisan. Untuk mendapatkan suatu keterampilan

berbicara yang baik diperlukan suatu proses. Keterampilan berbicara adalah

kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide,

pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa

lisan yang dapat dipahami oleh orang lain (Ratna. 2013: 20).

Keterampilan berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa

yang berhubungan dengan bagian lain yaitu ketrampilan menyimak, dan

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

14

ketrampilan membaca yang bersifat reseptif, serta keterampilan menulis yang

bersifat produktif (Esti. 2013: 47).

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008) dalam Azizah (2013: 9)

mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan

keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan

kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Ketrampilan

ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur,

benar dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis

seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan

menyampaikan pesan berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa

lisan kepada orang lain dan kemampuan berbicara merupakan faktor yang

sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi

secara lisan. Berbicara bukan sebatas mengeluarkan bunyi dari rongga mulut

namun berbicara harus memiliki makna. Makna dari suatu informasi yang

disampaikan dapat dimengerti orang lain apabila pembicara memperhatikan

segala aspek yang mendukung keterampilan berbicara itu sendiri.

c. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi

merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang

atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu,

agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

15

apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan (Ningsih. 2014: 245).

Ningsih juga mengutip apa yang dikemukakan oleh Tarigan yang

mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk

memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to

entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to

persuade).

Menurut Tarigan (1994: 37-39) ada beberapa tujuan berbicara yang

dapat dibedakan atas lima golongan, yaitu:

1. Menghibur

Sesuai dengan namanya, berbicara untuk menghibur para pendengar,

pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor,

spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya.

Tujuan berbicara untuk menghibur biasanya dilakukan oleh pelawak, pemain

dagelan seperti Srimulat, pembawa acara, penghibur, dan sejenisnya. Suasana

pembicaraan pun biasanya santai, rileks, penuh canda, dan menyenangkan.

2. Menginformasikan

Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan

dilaksanakan bila seseorang ingin: (1) menjelaskan sebuah proses, (2)

menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan suatu hal, (3) member,

menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, (4) menjelaskan kaitan,

hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

16

3. Menstimulasi

Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks, sebab

pembicara harus lebih pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan

pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui

kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.

4. Meyakinkan

Tujuan utama berbicara untuk meyakinkan ialah meyakinkan

pendengarnya akan sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap

pendengar dapat diubah, misalnya dari sikap menolak menjadi sikap

menerima.

5. Menggerakkan

Berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa,

panutan, atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya berbicara,

kelihatannya membakar emosi, kecakapan, memanfaatkan situasi, ditambah

penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan

pendengarnya.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi.

Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau

melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau

mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki

reaksi dari pendengar atau penerima informasi.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

17

d. Pentingnya Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang

yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu

arah maupun yang timbal balik. Seseorang yang memiliki keterampilan

berbicara yang baik akan mudah dalam bergaul, baik di rumah, di sekolah,

atau di tempat lainnya. Dengan keterampilan yang dimiliki seseorang, maka

segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi

dapat berjalan lancar dengan siapa saja.

Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa dapat

menyampaikan ide, pekiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar

(dalam Fatmawati 1997: 51) mengemukakan bahwa peranan kemampuan

berbicara antara lain:

(1) diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung

perasaan lawan bicara, (2) mempunyai banyak sahabat sebab dapat

berkomunikasi dengan baik dan menarik (3) dapat menyumbangkan pikiran

yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya

menyampaikan gagasan dan cara penyampaiannya. (4) mempunyai

kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan

berbicara dengan orang yang dipimpinnya (5) mempunyai peluang yang lebih

sukses dalam mencari ilmu dan memberikan ilmu kepada orang lain (6)

mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang ada

kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara atau

berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari, maka kemampuan

berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian,

kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil

berbicarasehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998) dalam Esti

(2013: 14) berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

18

faktor-faktor seperti fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.

Faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan

bunyi serta organ tubuh seperti kepala, tangan, dan roman atau mimik

muka.

2. Faktor psikologis mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kelancaran dan kefasihan dalam berbicara. Emosi yang stabil, yang tidak

saja berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi

juga berpengaruh pada keruntutan bahan pembicaraan, apakah seseorang

berbicara dengan tertata atau tidak.

3. Faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil

dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas

berbicara.

4. Faktor semantik atau makna dan faktor linguistik yaitu struktur bahasa

yang digunakan. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap saat berbicara

haruslah menggunakan bahasa yang runtut, tertata, dan bermakna.

Bermakna di sini adalah seseorang yang berbicara tidak hanya sekedar

berbicara, akan tetapi ada maksud dan tujuan yang disampaikan, sehingga

tidak menimbulkan kekeliruan.

Nurbiana Dhieni, dkk (2005) dalam Emi (2014: 12-15), menyatakan

bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penunjang kemampuan berbicara

seseorang. Faktor-faktor tersebut terdiri dari aspek kebahasaan dan non

kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan; (b)

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

19

penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; c) pilihan kata;

(d) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek non kebahasaan

meliputi (a) sikap tubuh; (b) kesediaan menghargai pembicaraan orang lain;

(c) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (d) relevansi,

penalaran, dan penguasaan terhadap topik tertentu. Faktoryang telah

disebutkan diatas harus diperhatikan oleh pendidik dalam mengajarkan

keterampilan berbicara agar tujuan pembelaaran tercapai dengan maksimal.

f. Faktor yang Menghambat Berbicara

Adapun faktor yang dapat menghambat keterampilan berbicara

menurut Cahyani (2007) dalam Khumairoh (2015:18) adalah sebagai berikut:

a) Hambatan internal

a) Ketidaksempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan kurang

sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara,

pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasan meliputi

lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.

c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isi

dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.

d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental.

b) Hambatan eksternal

Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang

datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

20

disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal

di bawah ini:

a) Suara atau bunyi

b) Kondisi ruangan

c) Media

d) Pengetahuan pendengar

Penghambat yang sering muncul dan menjadi penyebab rendahnya

kemampuan seseorang dalam berbicara Kecemasan berbicara mempunyai

makna keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang

yang dipengaruhi rasa cemas karena khawatir, takut, dan gelisah.

Gejala yang dirasakan apabila merasa cemas dalam berbicara,

antara lain detak jantung yang cepat, telapak tangan atau punggung yang

berkeringat, nafas terengah-engah, mulut kering dan sukar menelan,

ketegangan otot dada, tangan, leher, dan kaki, tangan atau kaki gemetar,

berbicara cepat dan tidak jelas, serta tidak sanggup konsentrasi

(Jiwo. 2012: 2-3).

Penyebab kecemasan berbicara dialami bila seseorang tidak

mengetahui apa yang harus ia lakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai

pembicaraan, dan ia tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan

pendengar. Ia menghadapi sejumlah ketidakpastian. Untuk itu, latihan dan

pengalaman sangat menentukan (Wahyuni. 2014:.53).

g. Aspek Kemampuan Berbicara

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

21

Menjadi pembicara yang baik, selain harus member kesan penguasaan

berbicara, juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta

berbicara dengan jelas dan tegas (Arsyad dan Mukti 1988: 103). Aspek-aspek

keefektifan berbicara diantaranya adalah aspek kebahasaan dan non

kebahasaan. Aspek kebahasaan antara lain ketepatan ucapan, penempatan

tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme, serta pilihan kata dan kalimat.

Aspek non kebahasaan yaitu sikap wajar, pandangan, kesedihan, menghargai

pendapat orang lain, gerak gerik dan mimic, kenyaringan suara, relevansi, dan

penguasaan topik.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek

kebahasaan dalam kemampuan berbicara antara lain:

a) Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-

bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat

dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan

artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing kita

mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubah-ubah

sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, jika

perbedaan dan perubahan itu terlalu mencolok sehingga menjadi suatu

penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

Darmodiharjo (1982: 48) menyatakan bahwa pengucapan bahasa dianggap

baik diantara kalimat-kalimatnya fungsional dan situasional sesuai dengan

jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, ketepatan pelafalan bunyi-

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

22

bunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat

serta tekanan kata maupun kalimat yang jelas dan pasti.

Menurut Muhajir (1975: 29), kesalahan dalam mengucapkan

konsonan dan vokal akan menyebabkan arti yang berbeda dengan apa

yang diucapkan. Pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari

pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu

berbeda.

b) Penempatan Tekanan, Nada, Jangka, Intonasi, dan Ritme

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai

akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan

salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. Suatu topik

pembicaraan mungkin kurang menarik, namun dengan penempatan

tekanan, nada, jangka, intionasi dan ritme yang tepat, maka pembicaraan

tersebut akan menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar

saja, maka mungkin akan timbul kejenuhan pada pendengar dan

keefektifan dalam berbicara tentu akan berkurang. Bahkan tidak tepatnya

penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme dapat membuat

perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga

topik atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan

(Munir, 2010: 2).

c) Penggunaan Pilihan Kata dan Kalimat

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas,

maksudnya mudah dipahami oleh pendengar yang menjadi sasaran.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

23

Pendengar akan lebih paham bila kata-kata yang digunakan adalah kata-

kata yang lazim dikenal oleh pendengar.

Demikian pula dengan penggunaan kalimat hendaknya

diperhatikan. Siswa harus perlu dilatih menggunakan struktur kalimat

yang benar pada berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar.

Adapun aspek non kebahasaan antara lain:

a) Sikap Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan

yang kurang menarik. Padahal hal ini sangat menjamin adanya

kesinambungan perhatian pendengar. Dari sikap yang wajar saja

sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integrasi

dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat,

dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik akan menghilangkan

kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Jika sudah biasa, lama

kelamaan sikap gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang.

b) Pandangan Harus Diarahkan kepada Lawan Bicara

Ketika pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan

berbicara, maka pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering

diabaikan oleh pembicara itu sendiri. Pandangan yang tertuju pada satu

arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak

pembicara kita saksikan berbicara dengan tidak memperhatikan

pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Akibatnya

perhatian pendengar berkurang.

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

24

c) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat

menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, bersedia

mengubah pendapatnya jika ternyata memang keliru.

d) Gerak Gerik dan Mimik yang Tepat

Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan

dalam berbicara. Hal-hal yang penting selain tekanan, biasanya juga

dibantu oleh gerakan tangan dan mimik. Hal ini dapat menghidupkan

komunikasi. Namun, gerak gerik yang berlebihan akan mengganggu

keefektifan dalam berbicara. Karena boleh jadi perhatian pendengar

terarah pada gerak gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pokok

pembicaraan kurang dipahami.

e) Kenyaringan Suara

Tingkat kenyaringan suara tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan

jumlah pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa diasahakan agar tidak

berteriak. Aturlah kenyaringan suara agar dapat didengar oleh semua

pendengar dengan jelas.

f) Kelancaran

Seorang yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar

menangkap isi pembicaraan. Seringkali kita mendengar seorang pembicara

berbicara dengan terputus-putus, bahkan bagian-bagian yang terputus

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

25

tersebut diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu daya

tangkap pendengar. Misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, dan sebagainya.

Namun sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan

menyebabkan pendengar sulit menangkap dan memahami pokok

pembicaraan.

g) Relevansi atau Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubunhan dan logis. Proses berpikir

untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti

hubungan bagian-bagian dalam kalimat hendaknya relevan dengan pokok

pembicaraan.

h) Penguasaan Topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang

akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara. Penguasaan topik

yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran berbicara.

Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting, bahkan merupakan

faktor utama dalam berbicara. Hal ini akan berhubungan dengan

pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas,

maka pembicara dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang

disajikan.

h. Langkah-langkah Berbicara

Dalam berbicara terdapat langkah-langkah yang harus dikuasai dengan

baik oleh seorang pembicara. Menurut Tarigan yang dikutip oleh Isnani (2013:

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

26

17-18). Berikut ini merupakan langkah-langkah yang harus dikuasai oleh

seorang pembicara yang baik yaitu:

a) Memilih topik pembicaraan

Dalam memilih topik pembicaraan harus menyesuaikan dengan kondisi

sekitar terutama kondisi pendengar. Komunikan harus pandai dalam

menentukan tema pembicaraan agar apa yang disampaikan dapat menarik

perhatian pendengar. Sangat ditekankan dalam pemilihan topik, memuat

informasi terbaru, terpercaya dan menarik.

b) Menentukan tujuan

Menentukan tujuan bermakna topik pembicaraan yang diangkat diarahkan

kehal yang lebih spesifik agar topik pembicaraan tidak meluas. Selain itu,

makna menentukan tujuan bermakna kepada siapa akan disampaikan

pembicaraan yang kita angkat.

c) Mengumpulkan bahan

Berdasarkan tema pembicaraan yang dipilih maka komunikan harus

memperlajari lebih mendalam tentang maksud tema pembicaraan agar

menentukan bahan yang dibutuhkan. Entah bahan berupa alat peraga

pembicaraan atau media penunjang lainnya.

d) Menyusun kerangka pembicaraan

Menyusun kerangka pembicaraan sangat dibutuhkan agar saat berbicara di

depan umum alur pembicaraan terstruktur. Selain itu, kerangka

pembicaraan dapat membantu kecemasan saat berbicara.

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

27

Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi oleh si pembicara

sendiri itu. Pembicara harus memperhatikan beberapa hal agar kegiatan

berbicara berjalan dengan baik. Maidar yang dikutip dalam Isnani (2013: 18)

yaitu: (a) menguasai masalah yang dibicarakan, (b) mulai berbicara kalau

situasi sudah mengizinkan, (c) pengarahan yang tepat akan dapat memancing

perhatian pendengar, (d) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat, (e)

pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu, (f) pembicara sopan,

hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan, (g) dalam komunikasi dua arah,

mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan, (h) kenyaringan suara, serta (i)

pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara

sepenuhnya.

4. Metode Fun Learning

a. Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “methodes” yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu

yang bersangkutan. Artinya, fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai

tujuan.

Metode (method) secara harfiah berarti cara. Selain itu, metode atau

metodik berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos

(jalan atau cara). Jadi, metode bisa berarti jalan atau cara yang harus dilalui

untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas, metode atau metodik

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

28

berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik

supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar.

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (dalam ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang

ditentukan (Djajasudarma, 2006: 14).

Metode pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang

dirancang untuk mencapai hasil pembelajaran tertentu. Tiap-tiap metode

pengajaran menggunakan asumsi tertentu tentang sifat bahasa, proses belajar,

peran guru dan pembelajar, serta jenis-jenis kegiatan pembelajaran dan materi

pengajaran (Ghazali, 2010: 91).

Menurut Rianto (2006: 9) ciri-ciri metode yang berpeluang

memfasilitasi peserta didik selama proses pembelajaran, antara lain:

1. Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses

pembelajaran.

2. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan ajar

selama proses pembelajaran.

3. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran.

4. Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang

mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

29

5. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas

terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan

lingkungan sekitar (fisik dan social).

6. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya

sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta

komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya.

b. Pengertian Metode Fun Learning

Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan learning berarti

pengajaran/ pembelajaran, maka fun learning berarti menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan. Menyenangkan bukan berarti menciptakan

suasana glamour dan hura-hura. Situasi menyenangkan disini berarti

membangkitkan minat/ motivasi untuk belajar, dapat merangsang keterlibatan

penuh siswa sehingga dapat menciptakan pemahaman atas materi yang

dipelajari.

Menurut Lestari (2013), Fun Learning menawarkan sesuatu yang baru

dalam pembelajaran, yaitu dengan menciptakan dan mengkondisikan suasana

yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Ketika siswa belajar dalam

keadaan yang menyenangkan hatinya, maka otaknya akan terkondisi untuk

menyerap informasi pelajaran dengan optimal. Oleh karena itu, Fun learning

dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran,

terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang cenderung dianggap

membosankan oleh beberapa siswa.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

30

Pembelajaran menyenangkan sangat perlu dalam proses pembelajran

karena akan membuat anak merasa tidak dibebani atau tidak terasa dipaksa

untuk belajar. Kondisi nyaman sangat membantu peserta didik untuk bisa

menjadikan bahan pelajaran menjadi bermakna dan memperoleh kepuasan

belajar. Hal ini disebabkan karena ketika kondisi kelas bersahabat dengan hati

peserta didik maka tidak akan ada ketakutan untuk dicemooh, dilecehkan

sehingga dapat menjadi lebih bebas dalam mengaktualisasikan kemampuan

dirinya (Muhaemin. 2011).

Menurut De Porter dalam Lestari (2013) mengutarakan bahwa melalui

metode pembelajaran fun learning, maka guru dapat mengubah kelas menjadi

“komunitas belajar” yaitu dengan bagaimana cara mengatur bangku,

menentukan kebijakan kelas, hingga kepada cara merancang pengajaran.

Dengan demikian siswa dengan dinamis dapat mengikuti pembelajaran

sehingga dunia guru dengan dunia siswa dapat terjembatani untuk

memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran

dengan cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memasitkan terjadinya

pengalihan pengetahuan.

c. Cara Menciptakan Metode Fun Learning

Metode fun learning adalah bentuk kegiatan meraih ilmu dengan cara

sangat menyenangkan tanpa ada unsur paksaan, sehingga proses belajar

dilakukan “bermain sambil belajar”. Penyajian fun learning disesuaikan

dengan kemampuan daya nalar anak. Ada banyak cara untuk menciptakan fun

learning atau suasana belajar yang menyenangkan. Tetapi secara umum, ada

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

31

dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, kegiatan belajar itu harus

sesuai dengan perkembangan anak pada usianya. Masing-masing anak

memiliki fase perkembangan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak usia

delapan tahun memiliki rentang konsentrasi yang lebih sempit dibanding anak

yang berusia dua belas tahun. Kedua, fun learning hanya bisa diciptakan

melalui beragam kreativitas, baik dalam pemilihan waktu, tempat, penataan

suasana hingga pemakaian metode pembelajaran (Lestari. 2013).

Menurut De Porter (2003:19), ada beberapa cara untuk menciptakan

strategi fun learning dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Membangun kekuatan niat

Pendidik harus memahami perasaan dan sikap siswa yang terlibat dan

berpengaruh penuh pada proses belajarnya, sehingga pendidik bisa

mengajar sesuai dengan kondisi peserta didik. Menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi peseta didik, maka terjalin sebuah hubungan

emosional yang tinggi antara peserta didik dan pendidik, dan juga pserta

didik mampu menyingkirkan segala tekanan dan ancaman psikis dari

suasana belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pendidik untuk mengenal emosi

siswa adalah:

a. Memberikan kebebasan kepada anak mengungkapkan sukacita dan

kemarahan mereka pada saat belajar.

b. Menggunakan cara menulis atau menggambar untuk meluapkan emosi

c. Membaca perasaan anak.

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

32

2. Jalinan rasa simpati dan saling pengertian

Peserta didik harus mampu menjalin sebuah hubungan berupa rasa simpati

dan seling pengertian dengan peserta didik, karena dengan adanya

hubungan atau saling mengenanl antara pendidik dan peserta didik akan

menciptakan suasana yang terbuka dan efektif.

3. Keriangan dan ketakjuban

Rasa gembira dalam diri memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

perkembangan sikap mental seseorang untuk menerima sesuatu di luar dari

dirinya. Sehingga sangat dibutuhkan suasana yang menyenangkan di ruang

kelas ketika proses belajar mengajar terjadi.

4. Pengambilan risiko

Untuk menemukan hal-hal yang baru atau belajar sesuatu yang baru, kita

perlu mengambil resiko yang cukup besar di luar dari kebiasaan yang

menjadi kesenangan kita.

5. Rasa saling memiliki

Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajran dan

meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Rasa saling memiliki

dapt diwujudkan dengan melibatkan partisipasi anak didik dengan

sringnya melemparkan pertanyaan dan member kebabasan berekpresi pada

anak agar mereka dapat menemukan sesuatu yang teraktualkan dari

potensinya.

6. Keteladanan

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

33

Keteladan membangun hubunga, memperbaiki kredibilitas dan

meningkatkan pengaruh. Adapun cara itu adalah:

1) Teladankan komunikasi yang jelas

2) Akui setiap usaha

3) Senyum

4) Gunakan energi untuk menciptakan lebih banyak energi

5) Jadilah pendengar yang baik

Menurut Ekomadyo (2005: 17) dalam Muhaemin, dengan adaya

kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan, memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap perkembangan anak, yaitu:

1. Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan unik;

2. Kemampuan untuk mentransformasi gagasan lama ke dalam bentuk-

bentuk baru.

3. Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi yang baru dan

terarah;

4. Kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan jawaban terhadap suatu

masalah.

5. Adanya rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.

6. Adanya minat yang besar dan keinginan bereksplorasi.

7. Adanya perhatian terhadap proses, bukan sekedar hasil akhir.

8. Adanya kesenangan dan kepuasan diri dalam melakukan pekerjaan.

9. Adanya pengetahuan awal sebagai modal.

10. Kepekaan akan keindahan (sense of beauty).

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

34

11. Kemampuan berpikir asosiatif dan bermain dengan gagasan.

12. Kepekaan melihat hal unik dari lingkungan sekitar dan aktifitas sehari-

hari.

Sehingga dengan penerapan metode Fun Learning, diharapkan lahir

sebuah minat yang besar berupa adanya ketertarikan peserta didik untuk

mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, adanya motivasi yang besar

untuk belajar, dan adanya perhatian penuh terhadap pelajaran. Hal ini akan

berakibat meningkatnya daya pikir dan semangat peserta didik.

B. Kerangka Pikir

Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan tujuan semua para guru.

Agar proses belajar mengajar tercapai dengan baik, maka guru perlu

mengatasi berbagai masalah dengan memperhatikan komponen-komponen

pembelajaran.

Suasana belajar mengajar di sekolah sering dijumpai beberapa

masalah. Para siswa memiliki sejumlah pengetahuan yang pada umumnya

diterima dari guru sebagai informasi dan mereka tidak dibiasakan untuk

mencoba menemukan sendiri pengetahuan tersebut sehingga pelajaran kurang

bermakna dan cepat terlupakan. Dari hasil belajar bahasa Indonesia,

khususnya kemampuan berbicara siswa, terdapat kekurangan dan

kecenderungan siswa tidak berani tampil di depan kelas. Mereka juga merasa

segan mengungkapkan langsung pendapat-pendapat mereka yang berkaitan

langsung dengan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan kurangnya

peningkatan kemampuan berbicara mereka.

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

35

Pembelajaran Bahasa

Indonesia

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Aspek Keterampilan Berbahasa

Menulis Membaca Berbicara Menyimak

Metode Fun Learning

Aspek

Kebahasaan

Aspek Non

Kebahasaan

1. Sikap

2. Penguasaan Topik

1. Ketepatan Ucapan

2. Nada, Intonasi, dan Ritme

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba melaksanakan

metode baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yakni menggunakan

metode Fun Learning. Keunggulan strategi ini adalah melatih siswa untuk

lebih rileks, dalam mengungkapkan segala idenya tanpa ada rasa takut

dicemoohkan oleh teman sekelas dan rasa takut dimarahi sang guru jika

salah.Sangat diharapkan dengan metode tersebut, siswa tidak bosan dan jenuh

menerima pelajaran, serta mereka bisa lebih aktif dalam pembelajarannya,

lebih berani mengungkapkan pendapatnya, juga dapat tampil di depan

kelasnya dengan rasa percaya diri.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

36

Analisis

Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VIIA SMP

Muahammadiyah 14 Makassar meningkat

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan penjelasan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah

disebutkan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika

metode Fun Learning diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia, maka

kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar

dapat meningkat.”

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang dilakukan secara bersiklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap,

yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi.

Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memberikan

informasi proses tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

penelitian ini difokuskan pada tindakan- tindakan sebagai usaha untuk

meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif.

Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru

Bahasa Indonesia kelas VIIA SMP Muahammadiyah 14 Makassar, yaitu Ibu

Kamariah, S.Pd. Partisipatif artinya peneliti dibantu rekan peneliti selama

penelitian berlangsung, yakni membantu saat pengambilan foto dan

sebagai observer. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengajar

dan Ibu Kamariah, S. Pd sebagai pengontrol kelas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tindakan penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 14

Makassar, yang beralamat di Jalan Abubakar Lambogo. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016.

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

38

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muahammadiyah 14 Makassar

dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIA dengan jumlah 30

siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penentuan

kelas didasarkan pada tingkat permasalahan yang dimiliki sesuai dengan

hasil wawancara dengan guru yang dilakukan sebelum penelitian.

Permasalahan yang ditemukan yaitu masih rendahnya kemampuan

berbicara siswa.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan proses dan hasil

pembelajaran. Objek penelitian yang berupa proses adalah pelaksanaan

proses pembelajaran berbicara yang berlangsung pada siswa kelas VIIA

SMP Muhammadiyah 14 Makassar tahun ajaran 2016/2017 dengan

menggunakan metode Fun Learning. Objek hasil atau produk penelitian

adalah skor yang diperoleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran

berbicara dengan menggunakan metode Fun Learning.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Di mana antara siklus I

dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dalam

artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dari pelaksanaan siklus I.

Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

39

Tahap awal

Tahap

perencanaan

siklus I

Tahap

tindakan

siklus I

Tahap

observasi/tes

siklus I

Tahap

refleksi

tindakan I

Belum

berhasil

Menyusun

rencana

siklus II

Tahap

refleksi

tindakan II

Tahap

observasi/tes

siklus II

Tahap

tindakan

siklus II

Kemampuan

berbicara

meningkat

meningkat

Adapun langkah-langkah setiap siklus dijabarkan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penelitian ini, disusun bersama antara

peneliti dengan guru bahasa Indonesia selaku kolabolator. Peneliti

melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui informasi awal

mengenai kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

Kegiatan pratindakan akan menjadi dasar perencanaan kegiatan

pembelajaran siklus I. Adapun rencana yang dilaksanakan adalah sebagai

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

40

berikut.

1) Peneliti bersama guru Bahasa Indonesia kelas VIIA menyamakan

persepsi dan berdiskusi untuk penerapan metode fun learning dalam

pembelajaran.

2) Merancang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode fun learning.

3) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I.

4) Adapun skenario pada siklus I yaitu peneliti menggunakan teknik mind

map sebagai alat bagi siswa dalam merangkai cerita. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2012), pembelajaran mind map

merupakan suatu cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

5) Menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan

sebelum dan selama tindakan. Instrument tersebut berupa lembar

pengamatan, lembar penilaian kemampuan berbicara siswa dan alat

untuk mendokumentasikan kegiatan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan realisasi dari rencana yang sudah dirancang

sebelumnya. Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai

berikut.

1) Pada tahap awal pembelajaran siswa diberikan apersepsi untuk

mengungkap pengetahuan siswa tentang kegiatan berbicara. Peneliti

kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.

2) Pada tahap selanjutnya guru (-red:peneliti) menjelaskan materi tentang

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

41

bercerita dan cara bercerita yang baik dengan memperhatikan faktor

kebahasaan dan nonkebahasaan saat bercerita. Guru menjelaskan bahwa

bercerita merupakan bagian kegiatan berbicara.

3) Guru memberikan penjelasan bercerita dengan menggunakan teknik

mind map. Selain itu, Guru menjelaskan prosedur pembuatan mind map

dengan memberikan beberapa contoh mind map.

4) Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

atau memberikan tanggapan mengenai materi keterampilan bercerita

dan pelaksanaan bercerita menggunakan teknik mind map serta materi

kebahasaan dan nonkebahasaan yang kurang dimengerti siswa.

5) Guru meminta siswa secara individual membuat mind map tentang

cerita dengan tema yang telah ditentukan. Setelah itu secara bergantian

siswa menceritakan cerita di depan kelas sesuai dengan mind map yang

dibuat.

6) Siswa yang lain diberi kesempatan untuk mengomentari temannya

yang bercerita tentang cerita.

7) Siswa bersama dengan Guru mengadakan refleksi terhadap proses dan

hasil belajar yang telah dilaksanakan. Guru memberikan kesempatan

lagi kepada siswa untuk menanggapi pembelajaran keterampilan

berbicara yang telah dilaksanakan, lalu guru menutup pertemuan.

c. Observasi atau Pengamatan

Pada tahap ini kegiatan peneliti dipusatkan pada proses dan

kemampuan berbicara siswa. Observasi bertujuan mengamati proses

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

42

tindakan di kelas. Peneliti mengadakan penilaian dengan

menggunakan pedoman pengamatan. Oleh karena itu, peneliti

mengamati perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran yang

menekankan pada kemampuan berbicara setelah mendapat tindakan

bercerita menggunakan teknik mind map.

Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa

cara, yakni tes kemampuan berbicara siswa, observasi, dan

dokumentasi foto. Hasil observasi digunakan sebagai data bersifat

kualitatif yang menilai keberhasilan penelitian secara proses.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

43

Produk pembelajaran juga dinilai berdasarkan pedoman

penskoran keterampilan bercerita. Rekaman berupa foto siswa ketika

bercerita berlangsung menjadi salah satu data yang dianalisis sebagai

hasil observasi pada tindakan siklus.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator mendiskusikan dan

menganalisis masalah serta kendala dalam tindakan siklus I. Tujuan

refleksi mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan dan

digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data yang benar dan

akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode,

yakni wawancara, angket, lembar pengamatan, rekaman kegiatan, dan tes

kemampuan berbicara.

a) Wawancara

Dalam penelitian ini, pihak yang diwawancarai peneliti adalah

orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yaitu

beberapa orang siswa yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIA. Wawancara dilakukan

dengan dua cara, (1) wawancara tidak terencana, yaitu peneliti melakukan

wawancara secara informal dan spontan dengan kolabolator maupun

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

44

subjek penelitian, (2) terencana, yaitu peneliti melakukan wawancara

dengan subjek penelitian sesuai bahan pertanyaan yang sudah

dipersiapkan. Wawancara bertujuan menggali informasi dan memperoleh

data yang berkenaan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan,

respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang telah dilakukan.

b) Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati tindakan yang

dilakukan di kelas. Hasil pengamatan berupa gambaran proses praktik

berbicara siswa, sikap siswa selama kegiatan belajar mengajar, serta

kegiatan guru dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan

untuk mendiskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan

guru serta mencatat tingkah laku siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

c) Rekaman kegiatan

Rekaman kegiatan dilakukan dengan cara melihat hal-hal penting

selama penelitian berlangsung. Rekaman kegiatan tersebut antara lain

berupa hasil pekerjaan siswa yang dapat memberikan informasi data serta

foto untuk memperoleh gambaran visual pembelajaran.

d) Tes kemampuan berbicara

Menurut Arikunto (2004:205), tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok. Dalam penelitian ini menggunakan tes berbicara, dengan

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

45

cara menugasi siswa bercerita tentang pada setiap siklusnya. Tujuan tes

untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu penelitian bagi peneliti dalam

menggunakan metode pengumpulan data. Instrumen utama atau instrument

kunci dari penelitian ini adalah kehadiran peneliti di dalam kelas. Namun

terdapat beberapa instrumen lain yang menjadi pendukung kelancaran

penelitian, yaitu sebagai berikut.

a) Pedoman wawancara, untuk menggali data tentang tanggapan siswa

terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan. Wawancara

dilakukan pada beberapa orang siswa yang dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu. Isi dari daftar wawancara adalah poin-poin

pertanyaan yang akan diajukan untuk mewancarai narasumber

penelitian, agar pertanyaan tersebut tidak terlalu luas. Adapun pedoman

wawancara terdapat pada halaman lampiran.

b) Lembar observasi, digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa

selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Adapun aspek-

aspek yang diamati saat proses pembelajaran yaitu (1) keaktifan para

siswa, (2) perhatian dan konsentrasi siwa terhadap penjelasan guru, (3)

minat siswa saat pembelajaran, (4) keberanian siswa berbicara di depan

kelas.

c) Catatan lapangan, merupakan catatan tertulis tentang apa yang

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

46

didengar, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data.

Catatan lapangan digunakan untuk mendata, mendeskripsikan

kegiatan pembelajaran siswa dan guru pada saaat pembelajaran

berlangsung.

d) Lembar penilaian berbicara, digunakan dalam menilai siswa setelah

proses pengajaran berlangsung yang diukur dengan keterampilan siswa

saat berbicara di depan kelas. Aspek-aspek yang terdapat dalam lembar

penilaian meliputi aspek kebahasaan (ketepatan ucapan, penempatan

tekanan dan nada, pilihan kata atau diksi), dan aspek non kebahasaan

(sikap penghayatan cerita, gerak-gerik dan mimik yang tepat, volume

suara, kelancaran, dan penguasaan cerita).

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur keterampilan

berbicara siswa ini telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan

guru bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 14 Makassar. Adapun

gambaran penilaian keterampilan bercerita setelah dimodifikasi adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.1. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa

No. Aspek yang Dinilai Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Pelafalan

2. Penempatan tekanan dan nada

3. Pilihan kata (diksi)

4. Ekspresi

5. Suara

6. Kelancaran

7. Penguasaan cerita

Jumah Skor

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

47

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data mengenai interaksi yang terjadi, baik antara siswa dengan siswa

maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran dikumpulkan

melalui pengamatan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Data mengenai hasil kemampuan berbicara siswa dikumpulkan dengan

menggunakan tes lisan pada setiap akhir siklus.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Madya (2007: 123-124) menyatakan,

untuk menganalisis hasil dari penelitian tindakan digunakan teknik deskriptif

kualitatif. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa hasil angket,

catatan lapangan, hasil tes dan dokumentasi pembelajaran diananlis secara

deskriptif kualitatif. Hal tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan-

perubahan yang terlihat selama tindakan.

Teknik analisis data dibagi menjadi dua, yaitu analisis proses tindakan

dan hasil tindakan. Analisis data ini mencakup keduanya, dan dilakukan

secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Analisis data

proses diambil pada waktu pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara

dengan menggunakan metode fun learning. Analisis secara produk diambil

dari hasil keterampilan berbicara pada waktu melakukan praktik berbicara.

Adapun analisis meliputi: 1) reduksi data, merupakan proses pemilihan data

yang relevan, penting, bermakna, kemudian dirangkum dalam bentuk

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

48

ringkasan dan menyederhanakan data dalam pola yang lebih sederhana; 2)

penyajian data, yakni dengan cara data hasil reduksi disajikan dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk paparan data atau tabel agar mudah dianalisis;

3) penarikan kesimpulan, merupakan intisari dari analisis yang memberikan

pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas.

I. Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian ini kriteria keberhasilan terbagi menjadi dua

aspek, yaitu keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Sesuai dengan

karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai

dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan.

1. Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

a. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menarik dan

menyenangkan,

b. siswa terlibat aktif dan merespon guru dalam pembelajaran bercerita,

c. siswa berkonsentrasi dan memperhatikan guru dalam mengikuti

pembelajaran bercerita,

d. siswa memiliki keantusiasan atau minat saat mengikuti

pembelajaran,

e. siswa memiliki keberanian saat bercerita di depan kelas dan

menunjukan sikap dan kemampuan bercerita siswa meningkat.

2. Indikator keberhasilan produk, dapat dilihat dari keberhasilan siswa

dalam praktik berbicara setelah penerapan metode Fun Learning.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

49

Tindakan dikatakan berhasil apabila 75% dari seluruh jumlah siswa

telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesudah diberi

tindakan.

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober sampai 19

November 2016. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, akan dijelaskan

terlebih dahulu mengenai kondisi awal atau pratindakan keterampilan

berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar . Dengan

demikian, secara urut bab ini akan menjelaskan tentang (a) kondisi awal

kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar;

(b) pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian; (c) pembahasan hasil

penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua siklus dengan

masing-masing siklus terdiri dari empat tahap. Tahap tersebut meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

A. Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Siswa

Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian.

Observasi bertujuan mengetahui kondisi awal siswa, baik proses

pembelajaran maupun hasil kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP

14 Muhammadiyah Makassar. Hasil dari observasi digunakan menentukan

tindakan yang akan dilaksanakan ketika penelitian.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru,

keterampilan berbicara menjadi sesuatu yang sulit untuk diajarkan karena

selama pembelajaran berlangsung, sebagian siswa tidak aktif. Keaktifan yang

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

51

dimaksud mengandung arti aktif mengajukan pertanyaan, pendapat, menjawab

pertanyaan maupun aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa cenderung diam bila

guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan

pertanyaan dari guru. Ada juga siswa yang meminta temannya yang dianggap

pintar di kelas itu untuk menjawab, sehingga yang aktif di kelas hanyalah

siswa yang dianggap pintar tersebut.

Setelah dilakukan diskusi dengan guru, maka peneliti menyusun

rencana pelaksana pembelajaran (RPP) untuk kegiatan pratindakan.

Kegiatan pratindakan dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Setiap

pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran atau 2X40 menit. Kegiatan

pratindakan ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 13.00-

14.20 WITA dan 29 Oktober 2016 pukul 13.00-14.20 WITA.

Pelaksanaan pratindakan berjalan cukup lancar, namun siswa terlihat

kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Selama proses berlangsung,

beberapa siswa yang duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan

guru, namun tidak sedikit siswa yang berbicara dengan temannya,

menompang dagu dan beraktivitas sendiri. Menurut dari hasil pengisian

angket yang menyatakan bahwa siswa yang memperhatikan dan

konsentrasi selama proses pembelajaran hanyalah 13 siswa atau sekitar

43%.

Pada tahap pratindakan ini, siswa juga kurang antusias saat

mendapat tugas dari guru untuk menuliskan cerita dalam buku. Siswa

terlihat jenuh sehingga kurang antusias dalam merangkai pokok-pokok

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

52

cerita menjadi sebuah cerita. Berdasarkan hasil wawancara, siswa

menuturkan bahwa mereka merasa bosan karena kurang mempunyai ide

dan bingung apa yang harus ditulis. Suasana kelas tersebut juga dapat

dilihat dari hasil pengisian angket yang menyatakan siswa berminat dan

antusias dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

berbicara hanya 13 siswa atau 43% dari keseluruhan siswa. Jumlah ini

terbilang cukup banyak. Namun yang menjadi akar permasalahan bahwa

antusias mereka terkadang hilang apabila menemui jalan buntu dalam

merangkai kata.

Pada tahap pratindakan, keberanian siswa saat berbicara sangat

kurang. Hal ini dapat dilihat ketika guru menugasi siswa untuk

menceritakan cerita di depan kelas.. Sebagian besar siswa memberikan

respon tidak senang. Siswa meminta guru agar diberi waktu untuk

menghafalkan cerita, sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Kondisi ini

terdapat dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 1

berikut.

Setelah seluruh siswa membuat cerita singkat yang ditulis di buku,

maka guru menginstruksikan kepada siswa untuk maju membacakan

hasil tulisannya secara bergiliran. Namun, usaha yang dilakukan oleh

guru kurang berhasil. Guru sudah beberapakali menyuruh siswa

untuk maju, tetapi tidak ada satupun siswa yang bersedia maju.

Banyak siswa yang mengatakan, “belum siap Pak!” dan sebagainya.

(CL. 27-10-2016)

Keadaan tersebut maka guru berinisiatif memberikan waktu selama 10

menit kepada siswa untuk mengingat-ingat cerita yang ingin mereka

ceritakan.

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

53

Berdasarkan pengamatan peneliti, walaupun sudah diberi

kesempatan 10 menit tetap menunjukkan tidak ada satupun siswa yang

bersedia maju bercerita. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk saat

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju bercerita. Oleh

karena itu, guru memiliki alternatif menunjuk salah satu siswa yang

merupakan peringkat 1 di kelas tersebut , kemudian siswa yang sudah maju

harus memilih salah satu temannya untuk maju. Siswa kemudian maju satu

persatu, namun beberapa siswa masih terlihat kurang siap. Siswa hanya

diam dan kesulitan untuk memulai bercerita. Terdapat siswa yang tidak

bersedia maju bercerita walaupun sudah ditunjuk oleh temannya.

Sikap keberanian siswa pada pratindakan ini masih kurang. Hal ini

juga diperkuat dari hasil pengamatan proses yang menyatakan bahwa

siswa tidak berani bercerita di depan kelas sebanyak 13 siswa. Hasil

pengisian angket siswa juga menunjukkan terdapat 17 atau 56% siswa tidak

berani tampil di depan kelas. Siswa beralasan tidak berani bercerita karena

siswa merasa belum siap, malu, grogi, dan belum ada ide, namun setelah

dibujuk siswa mulai bercerita walaupun sangat singkat. Siswa juga

menyampaikan bahwa salah satu penyebab mengapa tidak tampil berani di

kelas karena sering lupa akan cerita yang telah mereka tulis.

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil angket pada pratindakan,

menujukkan proses pembelajaran siswa masih kurang, sehingga perlu

alternatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Salah satu usaha

yang dapat digunakan adalah penerapan teknik pembelajaran yang tepat.

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

54

Terkait dengan hal tersebut, dalam angket, seluruh siswa menyatakan perlu

adanya teknik pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung

pembelajaran berbicara. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa

kelas VIIA seluruh siswa menyatakan perlu adanya teknik pembelajaran

yang dapat mendukung keberhasilan bercerita, dalam hal ini meningkatkan

kemampuan berbicara siswa.

Pengamatan pada pratindakan ini tidak hanya dilakukan pada

proses pembelajaran, namun keterampilan berbicara siswa juga diamati.

Menurut hasil tes keterampilan berbicara pada pratindakan, keterampilan

berbicara masih tergolong rendah. Keterampilan awal dilihat dari hasil tes

pratindakan. Skor rata-rata kelas tiap aspek dihitung untuk mengetahui

kemampuan berbicara siswa. Adapun hasil penilaian dari kegiatan

pratindakan kemampuan berbicara siswa sebelum dikenai tindakan

disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1: Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa pada Tahap

Pratindakan

No. Aspek Jumlah

Nilai

Rata‐rat

a Kelas Kategori

1 Pelafalan 99 3.3 C

2 Penempatan tekanan dan nada 91 3.03 C

3 Diksi 93 3.1 C

4 Ekspresi 75 2.5 K

5 Volume suara 114 3.4 C

6 Kelancaran 78 2.6 K

7 Penguasaan cerita 83 2.73 K

Keterangan:

SB : Sangat baik dengan skor nilai rata-rata kelas 4,6 –5

B : Baik dengan skor nilai rata-rata kelas 3,7 – 4,5

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

55

C : Cukup dengan skor nilai rata-rata kelas 2,8 – 3,6

K : Kurang dengan skor nilai rata-rata 1,9 – 2,7

SK : Sangat kurang dengan skot nilai rata-rata 1 – 1,8

Keterampilan berbicara pada tiap-tiap aspek pada saat tahap

pratindakan akan dideskripsikan

a. Pelafalan

Aspek pelafalan ini terkait dengan pelafalan fonem pada saat siswa

berbicara. Aspek pelafan yang dinilai yaitu apakah suara siswa dapat terdengar

dengan jelas dan kejelasan intonasi apakah sesuai dengan isi cerita atau tidak.

Nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa pada saat pratindakan bila dilihat

dari pelafalan sebesar 3,3 atau sebesar 66%, sehingga aspek pelafalan

termasuk dalam kategori cukup. Dalam pratindakan ini terdapat 2 siswa

yang berbicara tidak jelas, 17 siswa cukup jelas walupun sesekali tidak jelas,

sedangkan siswa yang mendapat kategori jelas pengucapan saat bercerita

sebanyak 11 siswa.

Pada aspek ini, beberapa siswa masih terpengaruh dialek bugis

Makassar, karena sebagian besar siswa adalah keturunan asli Makassar. Meski

suara cukup jelas namun masih terdengar gemetar sehingga kata-kata yang

keluar sulit dipahami. Kondisi tersebut terdapat dalam catatan lapangan yang

tergambar dalam vignet 2 berikut ini.

Saat bercerita, siswa dengan inisial ST pelafalan fonemnya masih

terpengaruh dialek bugis Makassar, sehingga kata-kata yang

diucapkannya menjadi aneh didengar. Aneh tapi lucu. Sebagai contoh

saat ST mengatakan,”Saya tidak maumi lagi balap-balap di jalan raya”.

CL. 27-10-2016

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

56

b. Penempatan Tekanan dan Nada

Aspek penempatan tekanan dan nada terkait dengan pengucapan

bunyi-bunyi bahasa saat siswa berbicara di depan kelas. Berdasarkan Tabel

4.1 menunjukkan aspek penempatan tekanan dan nada dalam kategori

cukup, yaitu ditandai dengan perolehan nilai rata-rata 3,03. Pada tahap

pratindakan siswa kurang memberikan tekanan dan nada pada kata-kata

atau kalimat yang penting. Misalnya, tidak ada perbedaan nada suara

antara orang marah, orang sedih, orang terkejut atau orang sedang

memanggil. Kondisi ini terdapat dalam lampiran catatan lapangan yang

tergambar dalam vignet 3 berikut ini.

….Saat siswa maju bercerita, beberapa siswa terlihat hanya

bercerita datar (tanpa intonasi) karena hanya membaca buku.

Siswa yang berinisial F membawa buku saat bercerita,

sehingga intonasi datar. F tidak memberikan tekanan saat

mengatakan “Ma, saya akan berangkat ke sekolah”….

(CL. 27-10-2016)

c. Diksi

Aspek diksi atau pilihan kata terkait dengan penggunaan kata-kata,

penggguanaan istilah dan pilihan kata yang bervariasi dalam berbicara.

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan aspek diksi yang dipakai siswa dalam

berbicara berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata yang di dapat

sebanyak 3,1 dengan presentase 62%. Sebanyak 17 siswa telah

menggunakan istilah, kata-kata dan ungkapan tepat namun sesekali kurang

tepat, diksi sesuai cerita dan variatif. Sebanyak 8 siswa cukup variatif dan

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

57

tepat menggunakan pilihan kata dalam bercerita. Kondisi ini terdapat

dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 4 berikut

ini.

…. Bagi siswa pemula tentu sulit menempatkan kata-kata

secara variatif, banyak kata sambung yang berulang.

Misalnya, siswa berinisial NA yang selalu mengulang kata

“kemudian, setelah itu, terus”….

(CL. 29-10-2016)

d. Ekspresi atau Tingkah Laku

Aspek ekspresi atau tingkah laku terkait dengan sikap siswa dalam

berbicara. Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dijelaskan, aspek ekspresi saat

bercerita berada dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-

rata siswa yang diperoleh sebanyak 2,5. Sebagian besar siswa merasa kaku,

grogi, malu, tegang, pandangan terarah ke guru atau arah bawah dan atas

saat bercerita. Selain itu terdapat beberapa siswa yang melakukan sikap

tidak wajar. Hal itu disebabkan karena mereka masih malu, grogi dan

membaca buku saat tampil berbicara di depan, sehingga tidak

menggunakan mimik yang tepat. Kondisi ini terdapat dalam lampiran

catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 5 berikut ini.

….Saat siswa maju berbicara di depan kelas, beberapa siswa

terlihat hanya berbicara datar (tanpa intonasi) karena hanya

membaca buku. Siswa yang berinisial NH, saat berbicara

pandangannya selalu ke atas, gelisah sehingga tidak

menampilkan ekspresi yang sesuai. Kondisi ini juga terjadi

pada siswa lain seperti pada siswa yang berinisial MI dan MR.

Mereka melihat ke atas atau atap, tatapan mata selalu mengahadap

ke guru, selalu memejamkan mata untuk mengingat-ingat cerita,

dan melenggok-lenggokan badan. Selain itu juga terdapat siswa

yang berbicara namun terlalu banyak tertawa sendiri dari awal

cerita hingga akhir, sehingga cerita tidak jelas dan tidak bisa

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

58

dipahami oleh pendengar.

(CL. 29-10-2016)

e. Volume Suara

Aspek volume suara terkait dengan volume suara pada saat siswa

berbicara di depan kelas, suara siswa dapat terdengar dengan jelas, dan

intonasi juga jelas. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa suara

siswa ketika berbicara berada dalam kategori cukup. Hal ini ditandai

dengan perolehan nilai rata-rata siswa sebesar 3,23 dengan presentase

65%. Walaupun dalam aspek ini termasuk dalam kategori cukup, namun

masih terdapat beberapa siswa yang volume suaranya kurang. Terdapat

beberapa siswa yang sedang sakit, sehingga tidak dapat berbicara dengan

suara keras. Selain itu, juga terdapat siswa yang mempunyai volume suara

dalam kategori lembut, karena siswa memiliki kualitas suara yang tidak

bisa keras. Sebanyak 8 siswa suaranya kerasa dan jelas, dan terdapat 9

siswa saat berbicara suara cukup jelas. Siswa yang suaranya masih lirih

dan tidak jelas sebanyak 13 siswa. Penyebab siswa tidak menunjukkan

volume suara yang besar karena malu. Kondisi ini terdapat dalam lampiran

catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 6 berikut.

Volume suara memegang peran penting saat seseorang

berbicara sehingga apa yang disampaikan terdengar oleh

pendengar. Pada tahap pratindakan ini siswa dengan inisial MT

memiliki suara yang besar sehingga ketika tampil di depan suara

dapat terdengar.

(CL. 29-10-2016)

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

59

f. Kelancaran

Aspek kelancaran berbicara dipengaruhi oleh sikap keberanian

siswa dan penguasaan dalam cerita. Aspek kelancaran berbicara terkait

dengan tersendat-sendat atau tidak ketika berbicara dan apakah jeda cerita

sesuai dengan isi cerita. Pada saat berbicara mereka sering tersendat-sendat

dan berhenti berbicara walau dia memegang catatan kecil dan mengeluarkan

bunyi “eee”. Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata aspek

kelancaran berjumlah 2,73 dan berada dalam kategori kurang. Pada aspek

ini siswa secara keseluruhan kurang lancar dalam berbicara, siswa masih

terlihat malu-malu, dan bertingkah kurang wajar. Kondisi ini terdapat

dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 7 berikut

ini.

Rasa grogi menghalangi siswa berbicara secara runtut/ tersendat-

sendat. Sebagai contoh siswa yang berinisial ANA, AA, DLT

dalam bercerita masih kebingungan, tertawa-tawa sendiri, dan

diam terlalu lama saat bercerita. Misalnya siswa DLT yang

bercerita tentang pengalaman berkesan “(sebelum bercerita diam

dan tertawa cukup lama). Setiap jeda kalimat selalu diikuti

eeeee….

(CL. 29-10-2016)

g. Penguasaan Cerita

Penguasaan cerita terkait dengan keterampilan siswa dalam

menyajikan cerita yang ditulisnya. Sebagian besar siswa kurang mampu

dalam menguasai cerita yang mereka buat. Siswa masih kesulitan dalam

mengkonsep cerita secara runtut dan menarik, sehingga penyampaian

cerita tidak jelas. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata kelas

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

60

sebanyak 2,73 dengan presentase 55%. Terdapat beberapa siswa yang

masih mendapatkan nilai kurang, yaitu siswa yang belum memahami

ceritanya sendiri, sehingga ketika berbicara di depan kelas cenderung

membaca buku, alur cerita tidak jelas, dan cerita sulit dipahami. Hal ini juga

dapat dilihat dalam vignet 8 berikut ini.

Siswa yang berinisial MR kebingungan untuk memulai cerita,

sehingga saat di depan kelas hanya diam lama. Guru kemudian

membantu dengan cara menstimulus siswa dengan tema cerita

pribadi. Siswa mampu berbicara namun tidak lancar, sangat

singkat dan ide cerita tidak terkonsep dengan baik sehingga

mengakibatkan cerita menjadi tidak jelas.

(CL. 29-10-2016)

Berdasarkan hasil analisis data baik dalam bentuk tes (skor rata-rata

kelas) dan nontes (catatan lapangan, lembar observasi, dan angket) pada

tahap pratindakan ini menunjukkan, baik secara proses maupun produk

pembelajaran berbicara masih dalam kategori kurang. Pembelajaran

keterampilan berbicara khususnya bercerita perlu dilakukan tindakan agar

masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran dapat segera diatasi.

Proses pembelajaran berbicara menjadi lebih bervariasi dan memberi

manfaat bagi peningkatan kualitas siswa, guru, dan sekolah apabila

menggunakan teknik pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Perbaikan

dalam proses berbicara merupakan langkah dalam perubahan kemampuan

berbicara yang standar menjadi lebih baik.

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

61

B. Pelaksanaan Tindakan Kelas pada Pembelajaran Keterampilan

Berbicara dengan Menggunakan Metode Fun Learning

a. Paparan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan Penelitian

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan dalam kegiatan

pratindakan, diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa kelas VIIA

SMP 14 Muhammadiyah Makassar masih rendah. Oleh karena itu, peneliti

berasumsi bahwa perlu dilakukan tindakan yang mampu mengatasi

permasalahan tersebut. Setelah mengetahui kekurangan-kekurangan serta

kelebihan kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat pratindakan,

maka peneliti mulai menyusun perencanaan pelaksanaan siklus pertama.

Tahap pertama dari siklus I adalah perencanaan tindakan. Kegiatan

ini dilakukan pada hari Selasa, 02 November 2016 di ruang guru. Pada

kesempatan tersebut peneliti bersama guru bahasa Indonesia kelas VIIA

mendiskusikan dan berkoordinasi untuk merencanakan tindakan yang akan

dilaksanakan pada siklus I terkait dengan masalah yang ditemukan. Guru

mengungkapkan sebagian besar siswa mempunyai permasalahan dalam

mengungkapkan ide-ide cerita. Siswa merasa kesulitan dalam

mengorganisasi ide cerita sehingga mengakibatkan siswa kurang percaya

diri, malu, suara lirih dan penyampaian cerita kurang lancar. Hal ini yang

membuat peneliti dan guru memutuskan menggunakan metode fun

learning. Metode fun learning merupakan metode pembelajaran dimana

suasana pembelajaran diciptakan menjadi suasana yang menyenangkan.

Selama menerapkan metode fun learning, peneliti menyuruh siswa untuk

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

62

merangkai cerita dalam sebuah mind map. Tujuan penggunaan mind map

adalah untuk membantu siswa agar lebih mudah menyampaikan cerita di

depan kelas dan lebih rileks menerima pelajaran.

Adapun rencana yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut: 1) peneliti bersama guru bahasa Indonesia menyamakan

persepsi dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang muncul

dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran yang

menekankan pada kemampuan berbicara seperti pada kegiatan bercerita;

2) peneliti dan guru merancang pelaksanaan pembelajaran keterampilan

berbicara dengan menggunakan teknik mind map; peneliti menyampaikan

kepada guru bahasa Indonesia bahwa teknik mind map merupakan salah

satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal

tersebut berkaitan dengan makna metode fun learning itu sendiri, yakni

metode yang mengharuskan pengajar membawa situasi kelas yang fun,

enjoy. Pandangan peneliti bahwa penerapan minda map dalam metode fun

learning dapat menciptakan suasana menyenangkan didukung oleh

pendapat Roisa (2013: 4) yang memaparkan bahwa apliaksi mind map

memiliki keunggunlan yaitu prosesnya yang fun, tidak membosankan

karena banyak menggunakan unsure otak kanan seperti gambar, warna,

dimensi sehingga sifatnya unik. Sifat unik tersebutlah yang membuat

materi mudah dingat. 3) Peneliti mengajukan materi bercerita untuk

melihat kemampuan berbicara siswa. Hal ini berkaitan dengan pemetaan

SK, KD oleh BSNP untuk Satuan Dasar dan Menengah (4) peneliti dan

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

63

guru bersama-sama mengkaji RPP untuk siklus I yang dibuat oleh peneliti;

5) menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan

sebelum dan selama tindakan. Instrumen tersebut berupa lembar

pengamatan, lembar penilaian berbicara siswa dan alat untuk

mendokumentasikan kegiatan; 6) menentukan waktu pelaksanaan

tindakan, yaitu 3 kali pertemuan dalam satu siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilakasanakan selama tiga kali pertemuan, pada tanggal 3,

5, 10 November 2016. Pertemuan pertama berisi tentang; a) penjelasan

secara singkat tentang pengertian berbicara, tujuan berbicara, tipe kegiatan

berbicara, unsur-unsur yang harus diperhatikan ketika seseorang berbicara; b)

penjelasan dan pengajaran teknik mind map; c) pembuatan mind map

dalam pembelajaran berbicara. Sedangkan pertemuan kedua dan ketiga

berisi kegiatan evaluasi berbicara secara individu. Pelaksanaan tindakan

pembelajaran berbicara dengan metode fun learning pada siklus I ini,

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik proses

maupun produk, terutama pada siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah

Makassar. Adapun diskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah

sebagai berikut.

a) Siklus I Pertemuan Pertama

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 03

November 2016 dan berlangsung selama 2X40 menit tepatnya pada pukul

07.30-08.20 WITA. Ibu Kamariah, S. Pd. selaku guru bahasa Indonesia di

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

64

SMP 14 Muhammadiyah Makasssar berperan sebagai pengatur, peninjau

jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti bertugas sebagai

pengajar, dan rekan peneliti sebagai dokumenter dan observer. Rekan

peneliti membantu peneliti mengisi lembar penilaian. Pengamatan terfokus

terhadap suasana kelas, siswa dan hasil kemampuan berbicara siswa pada

saat bercerita.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti selaku guru atau pengajar

dalam pembelajaran pada siklus I ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Guru membuka pembelajaran dengan doa, kemudian melakukan

presensi kehadiran siswa.

2) Guru melakukan apersepsi, memotivasi siswa bahwa kemampua

berbicara sangat penting dalam kehidupana sehari-hari agar informasi

dapat tersampaiakn dengan jelas.

3) Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan I.

4) Guru menjelaskan materi tentang berbicara, tujuan berbicara, tipe

kegiatan berbicara, unsur-unsur yang harus diperhatikan ketika seseorang

berbicara.

5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah

dijelaskan, dan pada hal ini guru mengkondisikan siswa untuk

berkonsentrasi dengan materi berbicara menggunakan metode fun

learning.

6) Siswa memperhatikan penjelasan guru di papan tulis tentang materi,

dimana guru menjelaskan materi menggunakan teknik mind map.

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

65

7) Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi keterampilan

berbicara.

8) Siswa secara individual, menyusun mind map tentang cerita dengan

tema yang telah ditentukan.

9) Beberapa siswa menyampaikan cerita di depan kelas sesuai dengan

mind map yang telah dibuat.

10) Siswa yang lain mengomentari temannya setelah bercerita.

11) Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar

yang telah dilaksanakan.

12) Pelajaran diakhiri dengan salam.

b) Siklus I Pertemuan Kedua

Pelaksanaan pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 5

November 2016, tepatnya hari Sabtu. Pada pukul 07.30-08.20 WITA di

kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makasssar. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan oleh guru pada pertemuan kedua siklus I ini adalah guru

menjelaskan ulang materi secara singkat berkaitan dengan materi

sebelumnya. Guru dan siswa kemudian melakukan tanya jawab tentang

materi yang dirasa kurang jelas oleh siswa. Siswa secara bergiliran

meneruskan praktik berbicara sesuai dengan mind map yang telah disusun

pada hari sebelumnya.

c) Siklus I Pertemuan Ketiga

Siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 10

November 2011, pukul 07.30-08.20 WITA di kelas VIIA SMP 14

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

66

Muhammadiyah Makasssar. Langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada pertemuan ketiga sama dengan pertemuan

kedua. Guru menjelaskan materi berbicara dengan menggunakan mind

map, kemudian dilanjutkan dengan meneruskan praktik berbicara.

3. Pengamatan

Pengamatan pada tindakan siklus I ini dilakukan oleh peneliti

secara cermat dengan menggunakan instrument penelitian yang sudah

disiapkan dan sudah disetujui oleh guru mata pelajaran. Instrument yang

digunakan dalam penelitian ini berupa lembar catatan lapangan, lembar

observasi, pedoman penilaian, dokumentasi berupa foto. Pengamatan

terfokus pada pengamatan proses selama pembelajaran dan produk.

Pengamatan secara proses meliputi aktivitas fisik siswa selaku subjek

penelitian, respon siswa terhadap pembelajaran dan situasi yang

tergambar ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan secara produk

berupa skor yang dihasilkan siswa setelah berbicara di depan kelas setelah

diberi tindakan dengan menggunakan metode fun learning.

a) Pengamatan Proses

Hasil pengamatan dilakukan dengan cara mengamati jalannya

kegiatan pembelajaran. Aspek yang diamati dalam observasi ini meliputi

perilaku yang ditunjukkan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang ditunjukkan siswa selama

mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang diamati adalah (1) keaktifan

siswa selama pembelajaran, (2) perhatian atau fokus siswa dalam

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

67

pembelajaran, (3) keantusiasan atau minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran, (4) keberanian siswa dalam berbicara di depan kelas.

Aspek keaktifan siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari

pratindakan. Hal itu dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam mengikuti

pelajaran, aktif bertanya apabila terdapat materi yang belum jelas, dan

semangat siswa saat menyusun peta pikiran. Seluruh siswa terlibat dalam

pembuatan mind map, namun masih terdapat beberapa siswa yang diam

karena belum jelas dengan penyusunan mind map. Aspek perhatian atau

fokus siswa dalam pembelajaran pada siklus I cukup meningkat.

Peningkatan pada siklus ini terlihat pada siswa yang memperhatikan guru

saat memberikan materi, bahkan terdapat beberapa siswa yang selalu

merespon pertanyaan guru. Siswa memberikan respon baik, terhadap

guru ketika memberikan penjelasan teknik mind map di papan tulis. Hal

ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.1: Penggunaan Media Papan Tulis saat Menjelaskan

Materi Berbicara dengan Teknik Mind map

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

68

Gambar di atas menunjukkan guru menjelaskan materi dengan teknik mind

map. Pada saat guru menjelaskan materi terdapat sekelompok siswa

memperhatikan dengan seksama.

Aspek keantusiasan atau minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran terlihat cukup baik. Sikap antusias siswa dapat dilihat dari

respon siswa yang menampakkan ekspresi senang terhadap teknik

mengajar guru. Teknik mind map membantu siswa dalam menuangkan

ide-ide cerita dengan mudah dalam menyusun sebuah cerita.

Aspek terakhir yang diamati yakni keberanian siswa pada saat

berbicara di depan kelas. Aspek keberanian pada siklus I cukup meningkat

dibandingkan pada tahap pratindakan. Beberapa siswa yang awalnya tidak

berani maju berbicara di depan kelas karena alasan belum siap, tetapi pada

siklus I siswa sudah berani maju berbicara tanpa dibujuk. Adapun siswa

yang berani maju tanpa ditunjuk berinisial AA. Saat ditunjuk AA merasa

sudah siap berbicara dan lebih percaya diri, walaupun hanya menampilkan

cerita yang sederhana.

Hasil pengamatan menunjukkan, secara umum pelaksanaan siklus I

berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pada siklus I terlihat

peningkatan, yakni siswa lebih bersemangat, siswa merespon senang, siswa

antusias. Selain itu, beberapa siswa mulai aktif bertanya dan merespon

guru. Guru menerapkan metode tanya jawab agar siswa tidak bosan dan

selalu aktif. Guru selalu aktif mengelilingi kelas untuk menjaga

perhatian siswa agar tetap konsentrasi pada pelajaran. Guru memberikan

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

69

bimbingan dan motivasi positif terhadap siswa.

b) Pengamatan Produk

Pengamatan produk dilakukan saat siswa berbicara di depan kelas.

Peneliti mengamati dan menilai keterampilan masing-masing siswa.

Peningkatan siklus pertama dalam kategori cukup dibandingkan pada

pratindakan. Pembelajaran dengan metode fun learning dengan menyusun

cerita menggunakan teknik mind map mendukung siswa dalam belajar.

Namun, masih terlihat beberapa siswa yang malu-malu,

kebingungan atau belum siap saat berbicara. Melalui hal itu peneliti

mengetahui bahwa keberanian dan kesiapan berbicara adalah hal utama

yang diperlukan siswa untuk melatih kemampuan berbicara. Berikut ini

tabel peningkatan siswa dari pratindakan ke siklus I.

Tabel 4.2. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dari

Pratindakan ke Siklus I

No. Aspek Skor

Pratindakan

Skor

Siklus I Peningkatan

1. Pelafalan 3.3 4.1 0.8

2. Penempatan tekanan/ nada 3.03 3.5 0.47

3. Diksi 3.1 3.7 0.6

4. Ekspresi/ tingkah laku 2.5 3 0.5

5. Suara 3.8 4.53 0.73

6. Kelancaran 2.6 3.63 1.03

7. Penguasaan cerita 2.73 3.93 1.2

Jumlah 21.07 26.4 5.33

Pada Tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas menunjukkan, kemampuan

berbicara siswa mengalami peningkatan. Jumlah skor rata-rata pada tahap

pratindakan sebesar 21,07 meningkat menjadi 26,4 pada siklus I. Peningkatan

terjadi pada setiap aspek penilaian berbicara, yakni (1) pelafalan mengalami

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

70

peningkatan sebesar 0,8 (2) aspek tekanan dan nada mengalami peningkatan

sebesar 0,47, aspek diksi mengalami peningkatan 0,6 (3) aspek ekspresi

mengalami peningkatan sebesar 0,5 (5) aspek suara mengalami peningkatan

sebesar 0,73, (6) aspek kelancaran mengalami peningkatan sebesar 1,03 (7)

aspek penguasaan cerita mengalami peningkatan sebesar 1,2.

Adapun deskripsi peningkatan hasil pembelajaran pada

keterampilan berbicara pada setiap aspek-aspek penilaian berbicara siswa

sebagai berikut.

(1) Aspek Pelafalan

Pelafalan siswa sudah cukup baik karena seluruh siswa tidak

memiliki gangguan alat ucap yang mengganggu pelafalan. Beberapa siswa

yang memperoleh nilai dalam kategori kurang disebabkan oleh tempo

berbicara yang cepat, sehingga ada kata-kata atau kalimat yang terdengar

kurang jelas pengucapannya dan sering salah dalam pengucapan.

Peningkatan skor rata-rata kelas pada aspek pelafalan sebesar 0,8.

(2) Aspek Tekanan dan Nada

Aspek tekanan dan nada terkait dengan penempatan nada saat

berbicara, yakni penggunaan intonasi. Pada aspek ini mengalami

peningkatan namun hanya sedikit. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa

siswa yang belum menggunakan intonasi suara dengan baik, sehingga

cerita masih datar dari awal hingga akhir cerita. Siswa yang seharusnya

mengucapkan kata-kata yang diberikan tekanan, namun siswa hanya

menyampaikan cerita dengan datar. Sesuai Tabel 4.2 dapat dijelaskan,

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

71

peningkatan skor rata-rata kelas yang terjadi pada aspek intonasi sebesar

0,47.

(3) Aspek Diksi

Aspek diksi terkait dengan penggunaan istilah, kata-kata dan

ungkapan tepat, sesuai dengan cerita dan variatif dalam bercerita. Pada

siklus I, sebagian besar siswa cukup menggunakan diksi yang tepat dan

variatif, sehingga terjadi perubahan (peningkatan). Skor peningkatan rata-

rata kelas pada aspek diksi sebesar 0,6.

(4) Aspek ekspresi dan tingkah laku

Aspek ekspresi terkait dengan tingkah laku siswa saat berbicara.

Pada siklus I ini, beberapa siswa terlihat lebih ekspresif saat

menyampaikan cerita. Namun, beberapa siswa juga masih terlihat malu-

malu, dan takut untuk mengekspresikan cerita. Siswa saat menyampaikan

cerita, bersikap kurang wajar, misalnya cenderung diam, sekali-sekali

tertawa sendiri, menggoyang-goyangkan badan. Siswa masih terlihat

canggung, malu-malu dan bersikap tidak wajar saat menyampaikan cerita

di depan kelas. Saat berbicara beberapa kali melihat ke atas untuk

mengingat-ingat cerita. Namun, pada siklus I, aspek ekspresi mengalami

peningkatan skor rata-rata. Hal ini dapat ditunjukkan dari peningkatan

skor rata-rata kelas yang mencapai 0,5 dan dapat terlihat dari beberapa

siswa yang menyampaikan cerita dengan ekspresi yang cukup baik.

(5) Aspek Suara

Aspek suara terkait dengan kejelasan suara dan volume keras

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

72

tidaknya siswa saat berbicara. Aspek suara siswa pada siklus I sudah

termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dapat ditunjukan dari perolehan

skor rata-rata kelas yang mengalami perubahan (meningkat) sebanyak

0,73.

(6) Aspek Kelancaran

Aspek kelancaran mengalami peningkatan sebesar 1,03.

Peningkatan ini ditunjukan dari beberapa siswa yang mampu berbicara

dengan lancar dibandingkan sebelum menggunakan metode fun learning.

Namun, sebagian besar siswa ketika berbicara kalimatnya masih sering

terputus-putus, diulang-ulang, atau berhenti terlalu lama (terjadi jarak

yang cukup lama antara kalimat satu dengan kalimat lainnya).

(7) Aspek Penguasaan Cerita

Aspek penguasaan cerita terkait dengan kemampuan siswa saat

menyampaikan cerita, yakni alur cerita, kesesuaian cerita, cerita terkonsep

dengan baik sehingga cerita menjadi menarik. Aspek ini terdapat

keterkaitan dengan aspek kelancaran siswa saat berbicara. Siswa rata-rata

sudah menguasai cerita yang dibuat dengan menggunakan teknik mind

map. Skor peningkatan rata-rata kelas pada aspek penguasaan cerita

sebesar 1,2.

4. Refleksi

Tahap yang dilakukan setelah pengamatan adalah tahap refleksi.

Pada tahap ini, peneliti dan guru mendiskusikan kembali tindakan yang

telah dilaksanakan pada siklus I. Kegiatan refleksi yang dilakukan

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

73

didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Oleh karena

itu, refleksi siklus I dapat dilihat dari proses dan produk pembelajaran.

Secara proses dapat disimpulkan bahwa siswa lebih aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas seluruh siswa saat

menyusun cerita dengan teknik mind map, keaktifan siswa saat merespon

guru, memberikan tanggapan terhadap teman yang berbicara di depan

kelas. Siswa lebih konsentrasi saat pembelajaran berlangsung, ketertarikan

dan minat siswa dalam pembelajaran meningkat.

Proses pembelajaran pada siklus I tersebut tidak terlepas dari

pengaruh penggunaan metode fun learning Namun, terlepas dari

peningkatan yang ada, beberapa aspek dari keterampilan berbicara masih

kurang diterapkan oleh siswa, sehingga perlu ditingkatkan. Beberapa siswa

masih belum berani maju berbicara tanpa teks.

Pencapaian yang kurang maksimal pada siklus I disebabkan oleh

kendala yang dihadapi. Kendalah-kendala yang dihadapi adalah sebagai

berikut.

a. Siswa masih terlihat takut dan malu-malu dalam menyampaikan cerita,

sehingga kemampuan berbicara siswa pada siklus I (setelah diadakan

tindakan) tidak jauh beda dengan kemampuan siswa pada saat

pratindakan (sebelum tindakan). Melalui hal ini, peneliti dan

kolabulator menyimpulkan bahwa keberanian aspek lebih ditingkatkan,

sehingga yang menjadi perhatian utama dalam siklus selanjutnya

adalah menumbuhkan keberanian siswa dan penguasan teknik

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

74

berbicara yang lain.

b. Siswa masih malu-malu dan kebingungan saat guru meminta untuk

mengekspresikan cerita sehingga aspek ekspresi siswa perlu

ditingkatkan.

c. Pelafalan bunyi bahasa siswa kurang jelas, karena suara sangat lirih

sehingga aspek pelafalan dan suara perlu ditingkatkan lagi.

d. Siswa sering berbicara tersendat-sendat dan kurang lancar, sehingga

aspek kelancaran perlu ditingkatkan lagi.

e. Keseluruhan peningkatan skor tiap-tiap aspek yang diperoleh kurang

maksimal.

b. Paparan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

1) Perencanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan serta hasil yang dicapai dalam siklus I

menjadi acuan bagi pelaksanaan siklus II. Perencanaan tindakan pada

siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspek-aspek berbicara yang

belum tercapai pada sikus I. Aspek-aspek tersebut sebenarnya sudah

cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasilnya dapat

maksimal. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti pada

siklus II adalah sebagai berikut.

a) Guru sebagai kolabolator akan meningkatkan beberapa hal yang

kurang dicapai pada siklus sebelumnya. Guru akan meningkatkan

motivasi keberanian siswa dalam berbicara, guru akan banyak

berinteraksi dengan siswa, memberikan hadiah terhadap siswa yang

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

75

aktif.

b) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mampu berbicara

dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan ataupun non

kebahasaan, terutama dalam aspek kelancaran, suara, dan ekspresi.

c) Peneliti dan kolabolator menentukan tema cerita, yakni tontonan

favorit. Tema tersebut dipilih karena hampir seluruh siswa suka

menonton.

d) Menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan

sebelum dan selama tindakan. Instrumen tersebut berupa lembar

pengamatan, lembar penilaian berbicara siswa dan alat untuk

mendokumentasikan kegiatan.

e) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu tiga kali

pertemuan dalam satu siklus.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian pada siklus II ini dilaksanakan dengan

rencana yang lebih matang daripada siklus I. Adanya perbaikan-perbaikan

pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil belajar, hasil

pembelajaran baik yang berupa proses maupun nilai tes keterampilan

berbicara siswa dapat meningkat dibandingkan pada siklus I. Siklus II

dilakasanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 12, 17, 19

November 2016. Adapun diskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I

adalah sebagai berikut.

a) Siklus II Pertemuan Pertama

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

76

Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 12

November 2016 dan berlangsung selama 2X40 menit, pukul 07.30- 08.20

WITA di kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar. Langkah-langkah

yang dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada

siklus II dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Guru membuka pembelajaran dengan doa, kemudian presensi siswa.

2) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa pertemuan kali ini masih

membahas tentang keterampilan berbicara khususnya bercerita.

3) Guru menjelaskan materi berbicara dan cara berbicara yang baik

dengan memperhatikan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

4) Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi keterampilan berbicara

dan pelaksanaan berbicara menggunakan teknik mind map serta materi

kebahasaan dan nonkebahasaan yang kurang dimengerti siswa.

5) Guru dibantu peneliti membagikan contoh mind map pada siswa

6) Siswa secara individual, menyusun mind map tentang cerita yang

bertema “tontonan favorit”.

9) Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan kelas.

10) Siswa yang lain diberi kesempatan mengomentari teman yang berbicara.

11) Siswa dan guru mengadakan refleksi.

12) Pelajaran diakhiri dengan salam.

b) Siklus II Pertemuan Kedua

Pelaksanaan pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 17

November 2016. Pada pukul 07.30-08.20 WITA. Adapun langkah-langkah

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

77

yang dilakukan guru pada pertemuan kedua yakni guru menjelaskan ulang

tentang materi berbicara. Guru juga menjelaskan lebih detail tentang

pembuatan mind map. Setelah guru memberikan penjelasan kemudian

dilanjutkan dengan praktik berbicara.

c) Siklus II Pertemuan Ketiga

Siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan hari Sabtu, 19 November

2016, selama 2X40 menit, pukul 07.30-08.20 WITA di kelas VIIA SMP 14

Muhammadiyah Makassar. Langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan guru yakni guru menyampaikan materi, memberikan contoh-

contoh ekspresi dalam cerita, dan aspek nonkebahasaan bercerita. Selain

itu, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih memperhatikan

aspek-aspek berbicara. Siswa kemudian praktik berbicara di depan kelas.

3) Pengamatan

Pengamatan pada tindakan siklus II ini dilakukan oleh peneliti dan

kolabulator secara cermat. Hasil yang diperoleh dari pengamatan meliputi

dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (proses dan produk).

Adapun deskripsi peningkatan proses dan produk yang terjadi pada

siklus II adalah sebagai berikut.

c. Keberhasilan Proses

Hasil pengamatan dilakukan dengan cara peneliti mengamati

jalannya kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode fun learning. Hasil dari pengamatan menunjukan

bahwa tindakan pada siklus II ini telah sesuai dengan yang direncanakan.

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

78

Hal ini dapat dilihat dari perubahan (peningkatan) yang terjadi pada

perilaku subjek. Adapun aspek yang diamati adalah (a) keaktifan para

siswa selama pembelajaran, (b) perhatian atau fokus siswa selama

mengikuti pembelajaran, (c) antusias atau semangat siswa dalam

mengikuti pembelajaran, (d) keberanian siswa berbicara di depan kelas.

Dalam siklus II ini, seluruh perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, diamati oleh peneliti. Proses pembelajaran

pada siklus II ini, menunjukan peran siswa lebih baik daripada siklus

sebelumnya. Keaktifan siswa meningkat, yaitu siswa lebih aktif bertanya,

menjawab pertanyaan guru, menanggapi teman yang bercerita, dan aktif

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Secara keseluruhan, siswa telah memperhatikan dan konsentrasi

saat mengikuti pembelajaran. Perhatian dan konsentrasi sebagian besar

siswa menunjukkan tidak melakukan kegiatan-kegiatan di luar

pembelajaran, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang berbicara di

luar materi dan sesekali berjalan-jalan di dalam kelas. Namun, hal itu tidak

sampai mengganggu siswa lain seperti yang terjadi pada siklus I.

Antusias siswa saat pembelajaran keterampilan berbicara yaitu

pada kegiatan bercerita menggunakan metode fun learning dan

penggunaan teknik mind map sebagai sarana untuk menuangkan segala

pikiran pada siklus II lebih baik daripada siklus I.

Penggunaan teknik mind map dalam pembelajaran cerita ini juga

mempengaruhi keberanian siswa berbicara di depan kelas semakin

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

79

meningkat. Hal ini diawali dari rasa percaya diri yang muncul, kesiapan

bercerita dan diikuti dengan konsentrasi siswa selama menerima materi

dari guru. Adanya rangkaian cerita yang termuat dalam mind map, siswa

mampu menggali ide-ide cerita dan menyusun ide tersebut sehingga cerita

siswa lebih terkonsep dengan baik. Hal tersebut membuat siswa lebih siap

dan percaya diri berbicara di depan kelas, tanpa dibujuk guru.

Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran didapatkan

bahwa, terjadi perubahan (peningkatan) cukup baik di siklus II

dibandingkan siklus I. Pada siklus II, pembelajaran berjalan sesuai rencana

yang telah ditentukan. Suasana kelas lebih kondusif, siswa terlihat senang

dan antusias saat mengikuti pembelajaran, siswa lebih akif bertanya dan

merespon guru dan keberanian saat berbicara meningkat. Seluruh siswa

berbicara tanpa harus dibujuk oleh guru, dan siswa tidak membawa buku

ketika berbicara di depan kelas.

d. Keberhasilan Produk

Hasil tes keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita

kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar pada siklus II ini dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Peningkatan Skor Rata-rata tiap Aspek Kemampuan

Berbicara Siswa kelas VIIA dari Pratindakan, Siklus I, sampai Siklus II

No Aspek Rerata Skor

Pratindakan

Rerata Skor

Siklus I

Rerata Skor

Siklus II Peningkatan

1 Pelafalan 3.3 4.1 4.1 3.3

2 Penempatan

tekanan / nada 3.03 3.5 3.63 3.16

3 Diksi 3.1 3.7 3.8 3.2

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

80

4 Ekspresi/ tingkah

laku 2.5 3 3.53 3.03

5 Suara 3.8 4.53 4.6 3.87

6 Kelancaran 2.6 3.63 4.13 3.1

7 Penguasaan

cerita 2.73 3.93 4.16 2.96

Jumlah Rata-rata 21.07 26.4 27.97 22.64

Jumlah 632 792 839 207

Skor Ideal 1050 1050 1050 1050

Prosentase 60% 75% 80% 20%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan terjadi peningkatan skor tes

berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar. Artinya

bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa. Sebelum diberi

tindakan, skor rata-rata kelas berjumlah 21,07 atau sebesar 60%. Pada siklus I

meningkat menjadi 26,4 atau sebesar 75% dan pada sikus II meningkat

menjadi 27,97 atau sebesar 80%. Kenaikan skor rata-rata mulai dari

pratindakan hingga siklus II peningkatan yang paling tinggi atau yang paling

baik terjadi pada aspek pelafalan, sedangkan aspek yang mengalami

peningkatan paling kecil adalah aspek ekspresi.

Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode fun learning dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini

juga didukung dengan hasil angket pascatindakan yang dibagikan ke siswa

dan hasil wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa. Ibu Kamariah, S.

Pd menuturkan bahwa metode fun learning dapat menjadi inovasi baru dalam

mengajar. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia ini juga

menyampaikan bahwa salah satu tingkat keberhasilan dari penggunaan

metode ini adalah tugas yang dibebankan kepada siswa dekat dengan

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

81

kehidupan nyata siswa. Suasana kelas yang ringan juga menjadi alasan

mengapa metode ini dapat memberikan perubahan yang baik bagi kemampuan

berbicara siswa. Penggunaan teknik mind map dalam menyusun cerita juga

memberikan kesan positif. Adapun hasil pengisian angket, sebagian besar

mengatakan bahwa metode fun learning sangat memudahkan mereka dalam

berbicara didepan kelas. Apalagi metode fun learning memadukan

penggunaan teknik mind map sebagai tempat bagi siswa untuk merangkai

cerita. Hal tersebut membuat pelajaran yang menuntut berbicara bukan

sesuatu yang menakutkan lagi karena metode fun learning menciptakan

suasana menyenangkan di hati mereka.

C. Pembahasan

1. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Metode Fun

Learning

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif

terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa

Indonesia sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran yang menarik dan tidak

membuat siswa menjadi bosan. Secara umum aspek-aspek yang harus dicapai

dalam pelajaran bahasa Indonesia yaitu aspek mendengarkan, berbicara,

menulis, dan membaca.

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang

perlu dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

82

terpenting bagi keberhasilan pelajar terutama dalam belajar. Dengan

penguasaan keterampilan berbicara yang baik, pelajar dapat

mengomunikasikan ide-ide mereka.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterampilan berbicara tidak hanya

harus dikuasai oleh guru, tetapi juga harus dikuasai oleh siswa sebagai peserta

didik (Dewi, dkk. 2014: 2). Keterampilan berbicara tidak datang begitu saja,

tetapi perlu dilatih secara berkala agar dapat berkembang maksimal.

Keterampilan berbicara diperoleh dan dikuasi dengan jalan praktik.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar

yang dicapai siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu proses

pembelajaran bahasa, khususnya keterampilan berbicara perlu adanya metode

pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan kondisi siswa

(Sunarsi, 2012: 36).

Aspek keterampilan berbicara merupakan bagian tersulit. Untuk

meningkatkan keterampilan berbicara salah satunya adalah dengan

memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang menghambat

siswa. Hal ini dapat dilaksanakan antara lain dengan mengadakan penelitian

tindakan kelas.

Peneliti bersama guru kelas VIIA mengidentifikasi permasalahan yang

menghambat pembelajaran keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil

pengamatan pada pembelajaran pratindakan Bahasa Indonesia, dimana guru

(-red:peneliti) belum menggunakan metode Fun Learning. Guru

menggunakan metode ceramah dan diskusi untuk mempermudah

Page 99: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

83

menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa cenderung diam bila guru

mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan

pertanyaan guru. Siswa berbicara hanya seperluanya saja, misalnya ketika

guru bertanya dan menunjuk salah satu siswa, kemudian siswa tersebut

menjawab pertanyaan yang diberikan.

Peneliti beranggapan bahwa guru sebaiknya memberikan banyak

kesempatan siswa untuk berlatih dan praktik secara langsung. Selama proses

pembelajaran. Keterampilan berbicara diperoleh melalui jalur sekolah

direncanakan secara khusus dan latihan-latihan. Setiap siswa diberikan

dorongan dan motivasi untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya,

sehingga makin lama terbentuk kebiasaan memperhatikan, memahami, dan

menanggapi secara kristis pembicaraan orang lain.

Bertitik tolak dari hal ini guru dan peneliti berusaha untuk

memperbaiki agar permasalahan yang dihadapi segera dapat dipecahkan.

Peneliti berdiskusi dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk

melaksanakan proses pembelajaran keterampilan berbicara mata pelajaran

Bahasa Indonesia di kelas VIIA dengan menggunakan metode fun learning.

Metode ini memberikan kesempatan siswa menempatkan diri dalam situasi

yang fun dan enjoy, merasakan semua materi yang dipelajari berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari siswa. Keterkaitan materi dengan kehidupan siswa dapat

meningkatkan minat dan antusias siswa dalam belajar.

Kegiatan berbicara tersebut dapat bermakna jika informasi (pokok

pembicaraan) dapat diterima dengan baik oleh lawan berbicara. Oleh karena

Page 100: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

84

itu, seorang pembicara sebaiknya menguasai aspek-aspek keterampilan

berbicara.

Pengukuran kemampuan berbicara siswa dapat melalui kegiatan

dialog atau wawancara, diskusi, debat, tanya jawab, pidato, bercerita, dan

response (Sunarsih, 2012 : 36). Peneliti mengambil kegiatan bercerita untuk

mengukur kemampuan berbicara siswa. Peneliti terinspirasi mengambil

kegiatan bercerita karena bercerita bukan hal tabu bagi siswa. Bercerita

merupakan hal yang mudah akan tetapi tidak semua orang dapat bercerita

dengan baik.

Peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian mengenai

pembelajaran berbicara khususnya dalam bercerita dengan metode fun

learning yang mengarah pada pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif,

serta berpusat pada siswa dan menyenangkan bagi siswa. Adapun

penyusunan cerita dimuat dalam mind map. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Ainin (2015), penerapan metode humoristik berbasis mind

map meningkatkan hasil belajar siswa pada materi genetika.

Peneliti menyiapkan sejumlah perangkat yang dibutuhkan, antara lain

RPP, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan kegiatan siswa,

lembar pengamatan keterampilan berbicara siswa. Lembar pengamatan guru

berfungsi agar dalam proses PBM lebih terarah. Lembar pengamatan

kegiatan siswa digunakan untuk melihat segala kegiatan siswa selama PBM

sehingga guru dapat mengetahui mana siswa yang aktif dan mana siswa yang

tidak. Lembar pengamatan kegiatan berbicara siswa berfungsi sebagai acuan

Page 101: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

85

dalam melakukan penilaian.Penerapan pembelajaran menggunakan metode

fun learning dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus

diadakan dalam 3 kali pertemuan.

Berdasarkan kegiatan pada tahap pratindakan aspek kebahasaan yang

sudah dikuasai yaitu kosa kata/ungkapan atau diksi, dan struktur kalimat yang

digunakan. Aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai yaitu keberanian,

keramahan, dan sikap. Sebagian besar siswa belum menguasai aspek-aspek

kebahasaan dan nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara. Aspek

kebahasaan yang belum dikuasai diantaranya: tekanan, ucapan, nada dan

irama. Aspek nonkebahasaan yang belum dikuasai meliputi kelancaran dan

penguasaan materi. Aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang belum

dikuasai siswa disebabkan karena siswa tidak menguasai materi, dan tidak

hafal cerita yang ditulis. Penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan

yang masih kurang menyebabkan pendengar (siswa lain) menjadi bosan dan

tidak memperhatikan pokok pembicaraan yang disampaikan siswa.

Tindakan pembelajaran siklus II berbeda dengan siklus I. Siklus I

tindakan pembelajaran dimana siswa dituntut untuk menceritakan

pengalaman berkesan. Sedangkan pada siklus II siswa menceritakan tentang

tontonan yang paling disukai. Perlakuan cerita yang berbeda disetiap siklus

berguna agar wawasan siswa bertambah dan menjadi tantangan bagi siswa.

Dalam tindakan kelas ini, siswa menuangkan cerita dalam sebuah mind map.

Hal ini bertujuan agar siswa lebih terstruktur dalam berbicara di depan kelas

saat mendapat giliran untuk tampil di depan.

Page 102: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

86

Kegiatan lain yang membedakan siklus I dan siklus II yaitu peneliti

dan guru mempunyai alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan

berbicara siswa yaitu dengan mewajibkan setiap siswa untuk menghafal isi

cerita sehingga tidak ada lagi alasan untuk membawa buku saat mendapat

giliran untuk menceritakan hasil ceritanya. Siswa dilatih untuk terampil

berbicara pada setiap pertemuan. Keterampilan berbicara pada dasarnya

merupakan suatu proses yang memerlukan latihan secara berkala. Latihan

keterampilan yang berkala siswa perlu dilatih tekanan, ucapan, nada dan

irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, kelancaran, penguasaan materi,

keberanian, sikap dalam berbicara.

2. Hasil Pembelajaran Kemampuan Berbicara melalui Metode Fun

Learning

Berdasarkan hasil pengamatan mana nilai rata-rata kemampuan

berbicara siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan persentase 60%.

Rata-rata nilai keterampilan berbicara siklus I yang diperoleh sebesar 26,4

dengan persentase ketuntasan mencapai 75%.

Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata nilai

kemampuan berbicara yang diperoleh sebesar 27,97 dengan persentase

ketuntasan mencapai 80%. Peningkatan keterampilan berbicara siswa siklus

II ditunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai yang dicapai oleh siswa dari

proses pembelajaran siklus I ke siklus II. Siklus I diperoleh rata-rata nilai

26,4, sedangkan siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97

menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 22,64. Sikus I persentase sebesar

Page 103: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

87

75%, sedangkan siklus II persentase meningkat menjadi 80% menunjukkan

bahwa peningkatan sebesar 20%.

Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa,

dan persentase di atas diketahui bahwa penggunaan metode fun learning

dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar.

Pembelajaran siklus II masih ditemukan anak yang belum menguasai aspek

keterampilan berbicara. Oleh karena target dalam penelitian nilai rata-rata

sama dengan atau lebih besar 75 dan persentase ketuntasan sama dengan atau

lebih besar dari 75% sudah tercapai pada siklus II maka penelitian berhenti di

siklus II. Sebenarnya pada siklus I ketuntasan nilai sudah tercapai yaitu telah

mencapai 75%, namun peneliti tetap melaksanakan siklus II dengan materi

yang lebih berat dengan perlakuan yang sama. Selain karena masih terdapat

beberapa siswa yang belum tuntas, peneliti juga ingin melihat kemampuan

berbicara siswa dengan materi yang lebih berat dari perlakuan sebelumnya.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan

sebagai berikut.

1. Keterampilan berbicara siswa tidak hanya dipengaruhi oleh metode yang

digunakan dalam pembelajaran. Ada banyak faktor lain yang

mempengaruhi keterampilan berbicara siswa.

Page 104: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

88

2. Teori keterampilan berbicara belum diterapkan guru secara maksimal

dalam pembelajaran.

3. Jumlah siswa kelas VIIA berjumlah 30 siswa, sehingga observasi dalam

aspek pengamatan dilakukan peneliti secara klasikal.

Page 105: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode fun learning dalam pelajaran bahasa Indonesia

dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik aspek kebahasaan

maupun nonkebahasaan. Peningkatan kemampuan berbicara siswa sebesar

20% dari tahap pratindakan sampai tahap siklus II. Dimana nilai rata-rata

kemampuan berbicara siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan

persentase 60%. Siklus I diperoleh rata-rata nilai 26,4 dengan persentase

sebesar 75% sedangkan siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97

dengan persentase sebesar 80%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran

yang peneliti berikan sebagai berikut.

1. Guru

Guru sebaiknya menggunakan metode fun learning dalam pembelajaran

bahasa Indonesia karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan

berbicara siswa. Diharapkan guru dapat menerapkan metode pembelajaran

Fun Learning dengan menggunakan alternatif model pembelajaran yang

bervaritif.

Page 106: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

89

2. Siswa

a. Siswa hendaknya banyak berlatih berbicara di depan kelas agar

keterampilan berbicara mereka bisa menjadi lebih baik.

b. Siswa hendaknya meningkatkan rasa percaya diri dengan banyak

berlatih agar berani tampil berbicara di depan umum.

c. Siswa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan

nonkebahasaan yang dapat menunjang keefektivan berbicara dalam

kegiatan pembelajaran.

3. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dan

memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan inovasi dalam

keterampilan berbahasa.

Page 107: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

90

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad dan Mukti. 1988. Aspek-Aspek Berbicara. Yogyakarta: Cinta Pena.

Awal. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP 3

Muhammadiyah pada Materi Phytaghoras. Skripsi: Pendidikan Matematika.

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Azizah, Nur. 2013. Tingkat Keterampilan Berbicara Ditinjau dari Metode

Bermain Peran pada anak usia 5-6 Tahun. Skripsi: Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri

Semarang.

Darmodiharjo. 1982. Bunyi Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

De Porter, Bobbi dan Mark Reardon. 2000. Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.

Dewi, dkk. Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Bercerita) Melalui Penerapan

Teknik Menyelesaikan Cerita Siswa Kelas VII J SMPN 2 Ubud Gianyar. e-

Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014).

Dhennis, Shinta Irianto. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan

Metode Pasangan Terstruktur Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2

Karangjati. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret: Surakarta.

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama.

Emi, Tiastin Wijayanti. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara Awal Melalui

Media Kartu Kata Bergambar Pada Kelompok B1 Taman Kanak-Kanak

Suryodiningratan Mantrijeron. Skripsi: Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini. Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah

Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Esti, Yulia Katrini. Ketrampilan Berbicara Dan Kekuatan Bahasa Dalam

Pengajaran Di Perguruan Tinggi. Vol. 39 No. 2, 15 Agustus 2013 : 46-53.

Fatmawati. 1997. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Kanisus.

Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbicara. Malang: Refika

Aditama.

Page 108: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

91

Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan

Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak: PAUD

FKIP Universitas Tanjungpura.

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/275. Diakses 23

November 2016.

Hanapiah, Jenep. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Teknik Bermain

Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima

Tahun 2010-2011. J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.

Herlina, Lina. 2012. Penggunaan Metode Mind Map untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Materi Sistem Organ di SMPN 281 Jakarta. Jurnal Lemlit

UHAMKA.

Hikmat. 2011. Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi dengan Menggunakan

Metode Silent Way di Sekolah Dasar Negeri Bungbulang 2 Kabupaten

Garut. Universitas Pendidikan Indonesia.

Isnani. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain

Peran Pada Siswa Kelas V SDN 2 Wates. Skripsi: Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Jiwo, Tirto. 2012. Social Anxiety Disorder (Social Fobia). Bahan Kuliah Online

Gratis.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Depdiknas.

Keraf, Gorys. 1979. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Lestari, Budi. 2013. Keefektifan Strategi Fun Learning Dalam Pembelajaran

Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Godean

Sleman. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Mahmudah. 2012. Teori Belajar Bahasa. Makassar: Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Maulani. Nurfadillah Fujia. 2008. Penerapan Belajar Ceria dalam Pembelajaran

Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD

Laboratorium UPI Kampus Cibiru Bandung tahun Ajaran 2007/ 2008).

Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPBS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Muhaemin. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode “Fun Teaching“ Terhadap

Hasil Belajar Matematika. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah:

Jakarta.

Page 109: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

92

Muhajir. 1975. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Usaha Nasional.

Munir, Abdul. 2010. Dasar Keterampilan Berbicara. Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Munir, Abdul. 2010. Dasar Keterampilan Berbicara. Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Ningsih, Suwarti. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode

Bercerita Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya

Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 2 No. 4. ISSN

2354-614X.

Partini. 1990. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Usaha Nasional.

Prabantara Esti Wijayanti. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara

Menggunakan Metode Bercerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar 1 Pedes,

Sedayu, Bantul. Skripsi: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Purwadarminta, WJS. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Ratna, Hesti Sari. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode

Sosiodrama Siswa Kelas VB SD Negeri Keputran I Yogyakarta. Skripsi:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan

Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Roisa, Citra Himawati. Penerapan Strategi Mind Map untuk Peningkatan Hasil

Belajar IPS Siswa SD Kelas V. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216.

Sri Sunarsih. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Teknik

Mencari Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing pada Siswa Introver

dan Ekstrover di SMP. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka. SELOKA 1 (1)

(2012) . ISSN 2301-6744.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syahriani. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi melalui

Metode Fun Learning Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Takalar Kabupaten

Takalar. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia:

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 110: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

93

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Wahyuni, Sri. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara

Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi. eJournal Psikologi, 2014,

2(1): 50-64. ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id.

Page 111: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

94

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/

Tanggal Kegiatan Observer

1. Kamis, 27

Oktober

2016

Guru melakukan tes pratindakan untuk

mengetahui keterampilan awal siswa

pada saat berbicara (Guru menjelaskan

materi tentang berbicara, siswa

berbicara di depan kelas).

Rekan peneliti

(HS)

2. Sabtu, 29 Oktober 2016

Melanjutkan pelaksanaan keterampilan

berbicara pratindakan (Guru

menjelaskan kembali materi pertemuan

sebelumnya, siswa melanjutkan

berbicara di depan kelas)

Rekan peneliti

(HS)

3. Kamis, 3

November

2016

Guru melaksanakan tindakan

keterampilan berbicara Siklus I dengan

menggunakan metode fun learning.

(Guru menjelaskan materi tentang

berbicara, guru menjelaskan cara

membuat mind map untuk merangkai

cerita pengalaman pribadi, siswa

berbicara di depan kelas dengan

menampilkan mind map yang telah

dibuatnya. (Teknik mind map

merupakan salah satu cara menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan)

Rekan peneliti

(HS)

4. Sabtu, 5 November 2016

Melanjutkan pelaksanaan tindakan

siklus I. (Guru tanya jawab dengan

siswa tentang materi yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya, siswa

melanjutkan berbicara di depan kelas)

Rekan peneliti

(HS)

5. Kamis, 10

November

2016

Melanjutkan pelaksanaan tindakan

siklus I.(Guru tanya jawab dengan siswa

tentang materi yang diberikan pada

pertemuan sebelumnya, siswa

melanjutkan berbicara di depan kelas).

Rekan peneliti

(HS)

6. Sabtu, 12

November

2016

Guru melaksanakan tindakan Siklus II

dengan menggunakan metode fun

learning. (Guru menjelaskan kembali

materi tentang berbicara, siswa kembali

merangkai cerita dengan tekhnik mind

map yang selanjutnya ditampilkan

didepan kelas)

Rekan peneliti

(HS)

Page 112: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

95

7. Kamis, 17

November

2016

Melanjutkan pelaksanaan tindakan

siklus II. (Guru tanya jawab dengan

siswa tentang materi yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya, siswa

melanjutkan berbicara di depan kelas).

Rekan peneliti

(HS)

8. Sabtu, 19

November

2016

Melanjutkan pelaksanaan tindakan

siklus II. (Guru tanya jawab dengan

siswa tentang materi yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya, siswa

melanjutkan berbicara di depan kelas).

Rekan peneliti

(HS)

Page 113: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

96

Lampiran 2. Silabus Pembelajaran

SILABUS

Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII (Tujuh) /1 (Satu)

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

6.1 Bercerita dengan

urutan yang baik,

suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik

yang tepat

Penyampaian

cerita • Menentukan buku

cerita yang menarik

berdasarkan

persediaan buku di

perpustakaan.

• Membaca buku cerita

yang menarik itu.

• Berdiskusi untuk

menentukan pokok-

pokok cerita

• Merangkai pokok-

pokok cerita menjadi

urutan cerita yang baik

dan menarik

• Berlatih bercerita

• Bercerita dengan

urutan yang baik,

lafal, intonasi, gestur,

• Mampu menentukan

pokok-pokok cerita

• Mampu merangkai

pokok-pokok cerita

menjadi urutan cerita

yang baik dan

menarik

• Mampu bercerita

dengan urutan yang

baik, suara, lafal,

intonasi, gestur, dan

mimik yang tepat

Tes

tertulis

Tes

praktik/ki

nerja

Uraian

Uji petik

kerja

• Tulislah pokok-

pokok cerita

yang terdapat di

dalam buku

cerita yang

kamu baca!

• Rangkailah

pokok-pokok

cerita itu

menjadi urutan

cerita!

• Berceritalah

dengan urutan

yang baik serta

suara, lafal,

intonasi, gestur,

dan mimik yang

tepat!

6 X 40’ Perpustakaan

Buku cerita

Buku teks

Page 114: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

97

dan mimik yang tepat

❖ Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Berani ( courage )

Ketulusan ( Honesty )

6.2 Bercerita

dengan alat

peraga

Penyampaian

cerita dengan

alat peraga

• Mencermati model

bercerita

• Mendiskusikan suara,

lafal, intonasi, gestur,

dan mimik model

• Membaca teks cerita

yang menarik.

• Berdiskusi untuk

menentukan pokok-

pokok cerita

• Merangkai pokok-

pokok cerita menjadi

kerangka cerita yang

baik dan menarik

• Menyiapkan alat

peraga untuk

mendukung cerita

• Berlatih bercerita

dengan alat peraga

• Bercerita dengan alat

• Mampu menentukan pokok-

pokok cerita

• Mampu merangkai pokok-

pokok cerita menjadi kerangka

cerita yang menarik

• Mampu bercerita dengan

menggunakan alat peraga

berdasarkan kerangka cerita

Tes

tertulis

Tes lisan

Uraian

Rubrik Tes

Lisan

• Tulislah pokok-

pokok cerita

yang terdapat di

dalam teks cerita

yang kamu baca!

• Rangkailah

pokok-pokok

cerita itu menjadi

kerangka cerita!

• Berceritalah

dengan dukungan

alat peraga!

4 X 40’ Alat peraga

Buku teks

Buku cerita

Page 115: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

98

peraga

❖ Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Berani ( courage )

Makassar, 21 Oktober 2016

Mengetahui,

Kepala SMP 14 Muhammadiyah Makassar

NIP.

Mahasiswa

Alif Dian Nusa Putra

NIM.

Page 116: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

99

Lampiran 3. RPP Pra Tindakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita

Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara,

lafal,intonasi, gesture, dan imik yang tepat

Alokasi Waktu : 2x 40 menit

A. Indikator

6.1.1 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.2 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.3 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik yang tepat

B. Tujuan Pembelajaran

6.1.1.1 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.2.1 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.3.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,

intonasi, gesture dan mimik yang tepat

C. Materi Pokok

1. Pengertian berbicara dan bercerita

2. Langkah-langkah bercerita

3. Teknik bercerita yang tepat

D. Strategi Pembelajaran

Metode : Tanya Jawab, Demonstrasi

E. Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran (Pertemuan Pertama)

Fase Aktivitas Guru Alokasi

Waktu

Kegiatan

Awal

• Berdoa

• Mengecek kehadiran peserta didik 15’

Page 117: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

100

• Apersepsi, “Bercerita merupakan salah satu

kegiatan berbicara. Adik-adik tidak perlu

risau, merasa takut dengan pelajaran kita hari

ini. Kita akan buat pelajaran hari ini lebih

menyenangkan. Adik-adik perlu ketahui

bahwa berbicara sangat bermanfaat karena

dengan kita berbicara maka kita bisa saling

memberi informasi dengan orang lain.

Berbicara dengan teman sekelas maupun lain

tentu sudah menjadi kebutuhan kalian. Di

rumah, jika kalian menginginkan sesuatu

pasti harus berbicara dengan orang tua di

rumah. Selain bercerita, melakukan dialog

dengan teman juga merupakan bagian dari

berbicara.”

• Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan

pembelajaran

Kegiatan Inti

• Guru menjelaskan materi berbicara,

bercerita, langkah-langkah bercerita yang

baik, aspek-aspek yang harus diperhatikan

ketika bercerita.

• Guru melakukan Tanya jawab dengan

peserta didik mengenai materi

• Guru menginstruksikan peserta didik untuk

menentukan cerita yang menarik

berdasarkan persediaaan buku di

perpustakaan

• Guru meminta peserta didik untuk

menentukan pokok-pokok cerita yang

selanjutnya dirangkai menjadi urutan cerita

yang baik dan menarik

• Guru meminta peserta didik untuk

melaporkan kerjanya di depan kelas dan

menginstruksikan ke peserta didik lain untuk

memperhatikan temannya yang tampil

• Guru dan peserta didik mengomentari

penampilan peserta didik yang tampil

55’

Penutup • Guru bersama-sama dengan peserta didik

dan/ atau sendiri membuat rangkuman/

simpulan pelajaran

• melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

• menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya menugaskan peserta

didik untuk berlatih bercerita

10’

Page 118: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

101

• mengakhiri pembelajaran dengan berdoa

Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran (Pertemuan Kedua)

Kegiata

n

Langkah-langkah Pembelajaran Wakt

u Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian

bertanya mengenai siswa yang tidak hadir

• Guru melakukan apersepsi

• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

10’

Inti • Guru menjelaskan secara ringkas materi pertemuan

sebelumnya

• Melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya,

yaitu setiap peserta didik tampil di depan kelas untuk

memaparkan hasil cerita yang ditulisnya

60’

Akhir • Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran

dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap materi

pelajaran yang telah diberikan.

• siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan

berdoa

• guru memotivasi siswa agar selalu berlatih di rumah

10’

F. Sumber belajar

1. Buku Bahasa Indonesia kelas VII

G. Penilaian

a. Teknik : Pengamatan

b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian

c. Instrumen Penilaian :

Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!

Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa

No.

Aspek yang Dinilai

Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi)

4 Ekspresi/Tingkah laku

5 Volume suara 6. Kelancaran

7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR

Page 119: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

102

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:

Nilai akhir =Skor yang diperoleh

Skor maksimal×100

Makassar, 17 Oktober 2016

Guru Kelas Mahasiswa

Alif Dian Nusa Putra

NIM. 10533 06327 10

Page 120: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

103

Lampiran 4. RPP Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita

Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,

intonasi, gesture, dan imik yang tepat

Alokasi Waktu : 6 x 40 menit

A. Indikator

6.1.4 Mampu mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam

kegiatan bercerita

6.1.5 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.6 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.7 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik yang tepat

B. Tujuan Pembelajaran

6.1.1.2 Peserta didik dapat menjelaskan aspek-aspek yang diperlukan dalam

kegiatan bercerita

6.1.2.2 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.3.1 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.7.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,

intonasi, gesture dan mimik yang tepat

C. Materi Pembelajaran

1. Pengertian berbicara

2. Manfaat berbicara

3. Jenis-jenis kegiatan berbicara

4. Cara menentukan pokok-pokok cerita

Page 121: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

104

5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada saat bercerita

D. Strategi Pembelajaran

Tanya jawab, ceramah, dan penugasan

E. Langkah-langkah Kegiatan

Fase Aktivitas Guru dan Siswa Alokasi

Waktu

Awal a. Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian

presensi

b. Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya

kepada siswa apa manfaat seseorang berbicara

c. Guru dan siswa bertanya jawab

d. Guru kemudian menyampaikan kompetensi dasar

dan tujuan pembelajaran

10’

Inti a. Guru menyampaiakan materi tentang keterampilan

berbicara dengan menggunakan teknik mind map

(Lampiran 1)

b. Guru menjelaskan cara menyusun mind map dan

memberi contoh menyusun mind map

c. Guru menentukan tema cerita dan menjelaskan

langkah- langkahnya yaitu sebagai berikut.

- Guru memberikan intruksi membuat mind map

dengan memposisikan kertas HVS memanjang

kemudian memulai dari bagian tengah kertas.

- Siswa memulai dari tengah gambar kertas

dengan menggambarkan gambar sentral di

tengah kertas yang mewakili tema cerita. Siswa

dapat pula menuliskan judul atau sesuatu yang

dapat mengingatkan tentang cerita. Lingkupi

judul cerita tersebut dengan persegi, atau

bentuk lain berdasarkan kreativitas.

60’

Page 122: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

105

- Pandang sejenak gambar sentral yang telah

dibuat kemudian siswa disuruh memikirkan

tentang hal-hal yang akan dikembangkan dari

cerita tersebut

- Gambar lima cabang berupa garis lengkung dari

ide dengan menggunakan warna berbeda untuk

setiap cabangnya. Setiap cabang mewakili

pikiran-pikiran utama yang berkaitan dengan

cerita.

- Pandangi kata kunci yang telah ditulis dan

memulai mengembangkan kata kunci disetiap

cabang. Gambarlah cabang-cabang lanjutan

yang memancar dari setiap kata kunci. Tulis ide

pada setiap anak cabang. Siswa dapat pula

menambahkan simbol-simbol atau ilustrasi

untuk mempermudah mengingat ide pada setip

anak cabang.

d. Siswa diberikan tugas untuk menyusun mind map

tentang cerita yang bertema “Pengalaman yang

Berkesan”.

e. Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan

kelas sesuai dengan mind map yang telah dibuat

f. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk

mengomentari temannya yang bercerita.

Penutup a. Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran

dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap

materi pelajaran yang telah diberikan.

b. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara

bercerita yang baik.

c. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan

berdoa

10’

Page 123: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

106

Pertemuan II dan III

Fase Aktivitas Guru Alokasi

Waktu

Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa

kemudian presensi

10’

Inti • Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi

bercerita dengan menggunakan mind map yang

sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

• Siswa menerima mind map yang telah dibuat

pada pertemuan sebelumnya, kemudian siswa

mempebaiki mind map yang belum selesai

• Siswa secara bergantian bercerita di depan

kelas dengan urutan cerita yang baik dan jelas,

suara, intonasi, gesture dan diksi yang tepat.

• Siswa mengamati temannya yang sedang

bercerita di depan kelas.

• Guru memberikan pertanyaan kepada siswa,

tentang sikap dan cerita temannya.

60’

Penutup • Guru bersama siswa merangkum dan

menyimpulkan cara bercerita yang baik

• Menyampaikan kepada siswa agar tetap

berlatih berbicara di depan umum.

10’

F. Sumber belajar

1. Buku-buku yang berisi cerita

G. Penilaian

a. Teknik : Pengamatan

b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian

c. Instrumen Penilaian :

Page 124: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

107

Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!

Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa

No.

Aspek yang Dinilai

Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi) 4 Ekspresi/Tingkah laku 5 Volume suara 6. Kelancaran 7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:

Nilai akhir =Skor yang diperoleh

Skor maksimal×100

Makassar, 17 Oktober 2016

Guru Kelas Mahasiswa

Kamariah, S. Pd Alif Dian Nusa Putra

NIM. 10533 06327 10

Page 125: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

108

Lampiran 5. RPP Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita

Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,

intonasi, gesture, dan imik yang tepat

Alokasi Waktu : 6 x 40 menit

A. Indikator

6.1.8 Mampu mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam kegiatan

bercerita

6.1.9 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.10 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.11 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik yang tepat

B. Tujuan Pembelajaran

6.1.1.3 Peserta didik dapat menjelaskan aspek-aspek yang diperlukan dalam

kegiatan bercerita

6.1.2.3 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat

6.1.3.2 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik

dan menarik

6.1.11.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,

intonasi, gesture dan mimik yang tepat

C. Materi Pembelajaran

1. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada saat bercerita

2. Cara menentukan pokok-pokok cerita

3. Unsur-unsur ekstrinsik dan intrisik dalam suatu cerita

Page 126: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

109

D. Strategi Pembelajaran

Tanya jawab, ceramah, dan penugasan

E. Langkah-langkah Kegiatan

Fase Aktivitas Guru dan Siswa Alokasi

Waktu

Awal e. Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian

presensi

f. Guru melakukan apersepsi, “Siapa yang suka

nonton? Siapa yang menceritakan apa yang

dinontonnya kepada teman kelas mengenai apa

yang telah dinontonya? (Diharapkan siswa

menjawab pertanyaan guru)

g. Guru kemudian menyampaikan kompetensi dasar

dan tujuan pembelajaran

10’

Inti g. Guru menyampaiakan materi singkat tentang

keterampilan berbicara, aspek-aspek yang harus

diperhatikan pada saat bercerita, cara menentukan

pokok-pokok cerita, unsur-unsur ekstrinsik dan

intrisik dalam suatu cerita

h. Guru menentukan tema cerita “Tontonan Favorit”

i. Guru memberikan contoh menyusun cerita pada

mind map berdasarkan tema yang diberikan

(lampiran 2)

j. Siswa diberikan tugas untuk menyusun mind map

tentang cerita berdasarkan tema yang diberikan

k. Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan

kelas sesuai dengan mind map yang telah dibuat

l. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk

mengomentari temannya yang bercerita.

60’

Page 127: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

110

Penutup d. Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran

dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap

materi pelajaran yang telah diberikan.

e. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara

bercerita yang baik.

f. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan

berdoa

10’

Pertemuan II dan III

Fase Aktivitas Guru Alokasi

Waktu

Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa

kemudian presensi

10’

Inti • Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi

bercerita dengan menggunakan mind map yang

sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

• Siswa menerima mind map yang telah dibuat

pada pertemuan sebelumnya, kemudian siswa

mempebaiki mind map yang belum selesai

• Siswa secara bergantian bercerita di depan

kelas dengan urutan cerita yang baik dan jelas,

suara, intonasi, gesture dan diksi yang tepat.

• Siswa mengamati temannya yang sedang

bercerita di depan kelas.

• Guru memberikan pertanyaan kepada siswa,

tentang sikap dan cerita temannya.

70’

Penutup • Guru bersama siswa merangkum dan

menyimpulkan cara bercerita yang baik

• Menyampaikan kepada siswa agar tetap

berlatih berbicara di depan umum.

5’

Page 128: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

111

F. Sumber belajar

1. Buku-buku yang berisi cerita

G. Penilaian

a. Teknik : Pengamatan

b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian

c. Instrumen Penilaian :

Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!

Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa

No. Aspek yang Dinilai Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi) 4 Ekspresi/Tingkah laku 5 Volume suara 6. Kelancaran 7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:

Nilai akhir =Skor yang diperoleh

Skor maksimal×100

Makassar, 17 Oktober 2016

Guru Kelas Mahasiswa

Kamariah, S. Pd Alif Dian Nusa Putra

NIM. 10533 06327 10

Page 129: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

112

Lampiran 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

Page 130: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

112

Lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

Kelas VII, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Mendengarkan

1. Memahami wacana lisan melalui

kegiatan mendengarkan berita

1.1. Menyimpulkan isi berita yang

dibacakan dalam beberapa kalimat

1.2. Menuliskan kembali berita yang

dibacakan ke dalam beberapa kalimat

Berbicara

2. Mengungkapkan pengalaman

dan informasi melalui kegiatan

bercerita dan menyampaikan

pengumuman

2.1. Menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dengan

menggunakan pilihan kata dan

kalimat efektif

a) Menyampaikan pengumuman dengan

intonasi yang tepat serta

menggunakan kalimat-kalimat yang

lugas dan sederhana

Membaca

3. Memahami ragam teks nonsastra

dengan berbagai

3.1. Menemukan makna kata tertentu

dalam kamus secara cepat dan tepat

sesuai dengan konteks yang

diinginkan melalui kegiatan membaca

memindai

3.2. Menyimpulkan isi bacaan setelah

membaca cepat 200 kata per menit

3.3. Membacakan berbagai teks perangkat

upacara dengan intonasi yang tepat

Menulis

4. Mengungkapkan pikiran dan

pengalaman dalam buku harian

dan surat pribadi

4.1. Menulis buku harian atau pengalaman

pribadi dengan memperhatikan cara

pengungkapan dan bahasa yang baik

dan benar

4.2. Menulis surat pribadi dengan

memperhatikan komposisi, isi, dan

bahasa

4.3. Menulis teks pengumuman dengan

bahasa yang efektif, baik dan benar

Mendengarkan

5. Mengapresiasi dongeng yang

diperdengarkan

5.1. Menemukan hal-hal yang menarik

dari dongeng yang diperdengarkan

5.2. Menunjukkan relevansi isi dongeng

dengan situasi sekarang

Berbicara

6. Mengeskpresikan pikiran dan

perasaan melalui kegiatan

bercerita

6.1. Bercerita dengan urutan yang baik,

suara, lafal, intonasi, gestur, dan

mimik yang tepat

6.2. Bercerita dengan alat peraga

Membaca

7. Memahami isi berbagai teks

bacaan sastra dengan membaca

7.1. Menceritakan kembali cerita anak

yang dibaca

7.2. Mengomentari buku cerita yang

dibaca

Page 131: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

113

Menulis

8. Mengekspresikan pikiran,

perasaan, dan pengalaman

melalui pantun dan dongeng

8.1. Menulis pantun yang sesuai dengan

syarat pantun

8.2. Menulis kembali dengan bahasa

sendiri dongeng yang pernah dibaca

atau didengar

Page 132: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

114

Lampiran 7. Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran

A. Ciri-ciri Pembicara yang Baik

Ciri-ciri pembicara yang baik yaitu: (1) pandai menemukan topik yang tepat

dan up to date (terkini), (2) menguasai materi, (3) memahami pendengar, (4)

memahami situasi, (5) merumuskan tujaun dengan jelas, (6) memiliki

keterampilan berbahasa yang memadai, (7) menjalin kontak dengan pendengar,

dan (8) menguasai pendengar.

B. Hal-hal yang Dipersiapkan dalam Berbicara

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara meliputi: (1) menentukan

maksud (tujuan) berbicara, (2) menganalisis pendengar dan situasi, (3) memilih

dan menyempitkan topik, (4) mengumpulkan bahan, (5) membuat kerangka, (6)

menguraikan kerangka secara mendetail, serta (7) berlatih dengan suara yang

nyaring.

C. Aspek dalam Keterampilan Berbicara

Aspek yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara yaitu:

1. Aspek Kebahasaan

a. Tekanan

Penempatan tekanan yang sesuai akan merupakan daya tarik tersendiri

dalam berbicara. Tekanan merupakan faktor penentu dalam keefektivan

berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang menarik, namun

dengan tekanan yang sesuai akan mengakibatkan pembicaraan itu menjadi

menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja, dapat menimbulkan

Page 133: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

115

kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara akan berkurang.

Kekurangtepatan dalam penempatan tekanan pembicara, sehingga pokok

pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan.

b. Ucapan

Seorang pembiacara harus biasa menggunakan kalimat yang tepat dan

jelas. Pengucapan yang kurang jelas dapat mempengaruhi perhatian

pendengarnya.

c. Nada dan irama

Penempatan nada dan irama yang sesuai akan merupakan daya tarik

tersendiri dalam berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang

menarik, namun dengan nada dan irama yang sesuai akan mengakibatkan

pembicaraan itu menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar

saja, dapat menimbulkan kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara

akan berkurang. Kekurangtepatan dalam penempatan nada dan irama

pembicara, sehingga pokok pembicaraan yang disampaikan kurang

diperhatikan.

d. Kosa kata/ungkapan atau diksi

Kata dan ungkapan yang digunakan dalam berbicara hendaknya baik,

konkret, dan bervariasi. Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, maksudnya

adalah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan keadaan para

pendengarnya. Misalnya, jika yang menjadi pendengarnya para petani, maka

kata-kata yang dipilih adalah kata-kata atau ungkapan yang mudah dipahami

oleh para petani. Pemilihan kata dan ungkapan harus konkret, maksudnya

Page 134: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

116

pemilihan kata atau ungkapan harus jelas, mudah dipahami para pendengar.

Kata-kata yang jelas biasanya kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar

yaitu kata-kata popular. Pemilihan kata atau ungkapan yang abstrak akan

menimbulkan kekurangjelasan pembicaraan. Pemilihan kata dan ungkapan

yang bervariasi, maksudnya pemilhan kata atau ungkapan dengan bentuk atau

kata lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar pembicaraan tidak

menjemukan pendengar.

e. Struktur kalimat yang digunakan

Susunan penuturan berhubungan dengan penataan pembicaraan atau

uraian tentang sesuatu. Hal ini menyangkut penggunaan kalimat. Pembicaraan

yang menggunakan kalimat efektif akan lebih memudahkan pendengar

menangkapisi pembicaraan. Pemakaian kalimat yang sederhana memudahkan

pendengar menangkap pembicaraan pembicara.

2. Aspek Nonkebahasaan

a. Kelancaran

Kelancaran dalam berbicara akan memudahkan pendengar menagkap

isi pembicaraan. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi

dengan bunyi-bunyi tertentu, misalnya, e…, em…, apa itu.., dapat

mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Di samping itu,

juga jangan berbicara terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar sukar

menangkap isi atau pokok pembicaraan.

b. Penguasaan materi

Page 135: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

117

Penguasaan materi pembicaraan berarti pemahaman suatu pokok

pembicaraan. Dengan pemahaman tersebut pembicara memiliki kesanggupan

untuk mengemukakan materi itu kepada para pendengar. Oleh karena itu,

sebelum melakukan kegiatan berbicara didepan umum seharusnya pembicara

harus menguasai materi terlebih dahulu. Sebab, dengan penguasaan materi

akan membangkitkan keberanian dan menunjang kelancaran berbicara.

c. Keberanian

Untuk dapat mengungkapkan pendapat tentang sesuatu diperlukan

keberanian. Pembicara mengemukakan pendapat di samping memiliki ide atau

gagasan, juga harus memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada

orang yang mempunyai banyak ide namun tidak dapat mengungkapkannya

karena tidak memiliki keberanian. Atau, sebaliknya ada orang yang berani

mengungkapkan pendapat namun tidak atau kurang idenya sehingga apa yang

ia ungkapkan terkesan asal bunyi.

d. Keramahan

Kegiatan berbicara berlangsung menunjukkan adanya hubungan

interaksi dan keramahan antara pembicara dan pendengar. Interaksi dapat

berlangsung searah, dua arah, dan bahkan multi arah. Kegiatan berbicara yang

berlangsung satu arah, misalnya laporan pandangan mata pertandingan sepak

bola, tinju, pembacaan berita. Kegiatan berbicara yang berlangsung dua arah,

misalnya pembicaraan dalam bentuk dialog atau wawancara. Sedangkan

kegiatan berbicara yang berlangsung multi arah biasanya terjadi pada acara

diskusi, diskusi kelompok, rapat, seminar, dan sebagainya.

Page 136: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

118

e. Sikap

Dalam berbicara, kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.

Bersikap wajar, berarti berbuat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-ada.

Sikap yang yang tenang adalah sikap dengan perasaanhati yang tidak gelisah,

tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan

pikiran dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh

bersikap kaku, tetapi harus bersikap luwes.

Page 137: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

119

Lampiran 8. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap

Pratindakan

a) Pedoman Wawancara dengan Guru (pratindakan)

1. Bagaimana proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

berbicara siswa yang telah ibu lakukan selama ini?

2. Apakah siswa antusias atau berminat ketika melaksanakan proses

pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berbicara?

3. Kesulitan apakah yang Ibu hadapi dalam mengajarkan pembelajaran

yang menekankan pada kemampuan berbicara?

4. Usaha apa yang Ibu lakukan untuk membantu mengatasi masalah

tersebut?

5. Apakah Ibu pernah mencoba menggunakan metode, media, atau cara

lain untuk mengajarkan yang menekankan pada kemampuan berbicara

siswa?

6. Apakah Ibu pernah mendengar tentang metode fun learning?

b) Pedoman Wawancara dengan Siswa (Pratindakan)

1. Apakah Anda menyukai pembelajaran bahasa Indonesia yang

menuntut Anda berbicara didepan kelas? Berikan alasannya?

2. Apa kesulitan yang Anda hadapi ketika pelajaran bahasa Indonesia

yang menuntut Anda banyak berbicara di depan kelas?

3. Usaha apa yang dilakukan oleh guru untuk membantu mengatasi

kesulitan Anda?

4. Bagaimana suasana kegiatan proses pembelajaran yang mana siswa

dituntut untuk terampi dalam berbicara yang telah berlangsung di kelas

selama ini?

5. Apakah Anda pernah dengar metode pembelajaran fun learning?

6. Pernahkah guru menggunakan metode fun learning dalam

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berbicara kalian?

Page 138: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap Pratindakan

a) Hasil Wawancara dengan Guru (Pratindakan)

Hari/Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016

Tujuan : Memperoleh data kondisi awal kemampuan berbicara

siswa

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Ruang guru SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Jenis : Wawancara terstruktur

Informan/ G : Kamariah, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia kelas VIIA)

Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh

Makassar)

Deskripsi :

P : Selamat pagi, Bu.

G : Iya.(tersenyum)

P : Maaf Bu, saya ingin melakukan wawancara dengan Ibu yang

berkenaan dengan penelitian yang akan saya lakukan di kelas Ibu.

G : Iya, Silahkan de’.

P : Bagaimana proses pembelajaran yang menekankan pada

kemampuan berbicara siswa yang telah ibu lakukan selama ini?

G : Menurut Ibu, mengukur kemampuan berbicara siswa bisa dilakukan

dengan praktik bercerita. Bercerita kan sudah masuk kegiatan

berbicara juga. Biasanya, saya menyuruh siswa untuk menulis cerita

di buku terlebih dahulu sebelum praktik maju. Mereka saya suruh

menghafal, baru maju.

P :Siswa diberi tema terlebih dahulu atau tidak, Bu?

G : Biasanya saya sesuaikan dengan buku pelajarannya.

P :Lalu, bagaimana dengan siswanya Bu? Apakah menurut Ibu siswa

antusias atau berminat ketika melaksanakan proses pembelajaran yang

menekankan mereka aktif berbicara, seperti itu?

G : Masalah antusias, sebenarnya kalau menulis cerita, siswa sangat

Page 139: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

antusias. Namun, siswa kurang antusias bila disuruh maju, malah

saling menyuruh temannya agar maju lebih dulu.

P : Kemudian kesulitan apa yang sering Ibu hadapi dalam mengajarkan

keterampilan bercerita kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan

berbicara yang baik?

G : yang jadi titik permasalahan adalah, setiap anak itu ‘kan memiliki

karakter yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki sikap percaya

diri lebih ada pula yang pemalu. Jadi, saya selalu kesulitan dalam

menghadapi anak yang pemalu dan sulit tampil di depan umum,

seperti disuruh maju bercerita di depan kelas. Jangankan bercerita,

kegiatan-kegiatan lain yang menuntut kemampuan berbicara mereka

juga malu untuk tampil didepan kelas.

P : Usaha apa yang Ibu lakukan untuk membantu mengatasi masalah

tersebut?

G : Selama ini saya hanya memberikan apresiasi bagus terhadap siswa

Biasanya saya selalu memberikan komentar-komentar bagus atau

motivasi terutama kepada anak-anak yang memiliki kepercayaan diri

rendah.

P : Lalu, apakah Ibu pernah mencoba dengan metode atau media lain?

G : Biasanya saya hanya mengambil dari buku pelajaran saja.

P : Apakah ibu pernah mendengar tentang metode fun learning?

G : Belum pernah, de’. Apa itu?

P : Metode fun learning artinya itu kita menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan, fun dan enjoy. Dan diharapkan siswa tidak tertekan,

tidak kaku saat menerima pelajaran. Diharapkan juga bisa

memperbaiki kemampuan berbicara siswa.

G : Jadi, bagaimana penerapannya nanti di dalam kelas?

P : Seperti biasa ji bu. Tapi disini kita mengusahakan agar suasana kelas

menyenangkan bagi siswa. Mungkin, selama ini kita menyuruh siswa

berpatokan pada buku, tapi disini kita menyuruh siswa untuk

merangkai cerita berdasar pengalaman mereka. Bukan hanya

Page 140: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

pengalaman tapi jelasnya berkaitan dengan kejadian yang mereka

alami dikehidupan mereka. Disini juga, saya mencoba untuk

menghadirkan mind map sebagai alat untuk siswa dalam merangkai

cerita. Jadi, disini siswa tidak lagi disuruh untuk menulis panjang

lebar ceria tapi dirangkai dalam bentuk mind map. Jadi, diharapkan

siswa tidak takut untuk berbicara karena alasan belum siap.

G : Iya, saya rasa tidak apa-apa kalau dicoba de’. Saya justru malah

senang. Bisa menjadi inovasi mengajar baru bagi saya.

P : Bu, saya rasa wawancaranya cukup. Terima kasih atas waktunya.

Maaf, sudah mengganggu waktu istirahat Ibu.

P : Iya, tidak apa-apa. Sama-sama, de’.

Refleksi:

Guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia (Kamariah, S.Pd.) yang

merupakan informan mengungkapkan, materi berbicara khususnya bercerita

sulit untuk diajarkan ke siswa. Banyak kendala yang dihadapi guru. Salah

satunya adalah siswa tidak aktif dalam pembelajaran, siswa kurang antusias

saat proses pembelajaran, siswa masih malu, grogi dan kurang percaya diri

saat bercerita di depan umum. Hal itu mengakibatkan nilai siswa masih

rendah, meskipun siswa bersikap tenang dan tidak membuat gaduh di kelas.

Guru hanya mengambil materi dari buku pelajaran, menyuruh siswanya

menuliskan ide-idenya di buku dan menghafalnya, kemudian menyuruh siswa

untuk maju secara bergiliran. Guru memberi tanggapan positif ketika peneliti

menyarankan menggunakan metode fun learning sebagai alternatif untuk

meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Page 141: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

b) Hasil Wawancara dengan Siswa pada Tahap Pratindakan

Tempat : Ruang Kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal siswa

Hari/Tanggal : Sabtu/ 22 Oktober 2016

Waktu : 10.00 WIB (Istirahat)

Jenis : Wawancara terstruktur

Informan/ S : Nur Rahma

Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh

Makassar)

Deskripsi :

P : Selamat pagi dek, siapa namata?

S : Nur Rahma, Kak.

P : Dek, apakah Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia?

S : Iya,saya suka.

P : Dari semua materi bahasa Indonesia, bagian mana yang paling kamu suka?

S : Saya suka pantun, karena seru saja

P : Dan apakah kamu suka dengan pelajaran berbicara?

Berikan alasannya?

S : lumayanlah, saya kadang kesulitan dalam menata atau mengolah ide-

idenya. Saya juga takut kalau ditunjuk berbicara didepan kelas secara

tiba-tiba.

P : Nah, terus dalam kesulitan tersebut usaha apa yang dilakukan oleh

guru untuk membantu mengatasi kesulitan Anda?

S : Ibu guru biasanya memancing ide-idenya.

P : Coba ceritakan suasana proses pembelajaran yang menuntut kalian

banyak berbicara yang telah berlangsung di kelas selama ini?

S : Biasanya ibu guru menyuruh siswa untuk maju bergiliran setelah

diterangkan atau dijelaskan materi.

P : Terus sebelum maju apa yang kamu kerjakan di belakang?

S : Berpikir, tentang apa yang akan diceritakan

P : Hasil pemikiran itu ditulis atau tidak Dek?

Page 142: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

S : Ditulis dibuku kemudian disuruh menghafalkan ceritanya, tapi

kadang diperbolehkan maju sambil membawa buku.

P : Biasanya diberi tema terlebih dahulu atau tidak?

S : Iya, tapi sulit kalau harus menulis idenya.

P : Pernah dengar metode pembelajaran fun learning?

S : Apa itu?

P : Metode pembelajaran fun learning itu metode yang digunakan dalam

kegiatan belajar. Tapi disini kita akan menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan, sehingga adik-adik tidak bosan dan bisa lebih berani

dalam berbicara didepan kelas. Pernahkah guru menggunakan metode

pembelajaran fun learning dalam pembelajaran bercerita?

S : Belum.

P : Oh iya, terimakasih Dek.

S : Sama-sama, kak.

Refleksi:

Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa menyukai pelajaran

Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi berbicara. Namun, siswa masih

sering kesulitan dalam mengolah ide, menata ide-ide cerita. tidak menyukai

kegiatan berbicara karena selalu merasa gugup jika berada di depan kelas,

sehingga sering lupa dengan hafalannya dan sulit menuliskan idenya dalam

buku. Siswa ini tidak menyukai jika ditunjuk secara tiba-tiba untuk tampil di

depan. Siswa belum pernah mendengar mengenai metode pembelajaran fun

learning.

Page 143: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Informan/ S : Muh. Tegar

Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)

Deskripsi :

P : Pagi dek, siapa namata?

S : Muh. Tegar

P : Apakah Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?

S : Biasa suka, biasa tidak.

P : Biasa bagaimana dek?

S : Biasa, tidak terlalu suka.

P : Kenapa tidak terlalu suka?

S : Materimapapun selalu disuruh praktik berbicara.

P : Memangnya kenapa dengan praktik berbicara? Sering jki’ bercerita sama

temanta to?

S : Kalau bisa sama teman, iya sering. Tapi kalau dipelajaran bahasa

Indonesia saya sering lupa dengan cerita yang akan saya ceritakan.

Page 144: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

P : Kenapa bisa dilupa?

S : Maksudnya kalau bercerita di belakang bisa, tetapi kalau sudah di depan

banyak teman-teman saya jadi “gugup”, jadi lupa ceritanya

P : Nah, terus dalam kesulitan tersebut usaha apa yang dilakukan oleh guru

untuk membantu mengatasi kesulitan Anda?

S : Guru kadang membantu dengan mengingatkan atau memancing ide

P : Coba ceritakan suasana kegiatan proses pembelajaran keterampilan

bercerita yang telah berlangsung di kelas selama ini?

S : Guru menjelaskan materi kemudian siswa disuruh maju bergiliran depan

kelas

P : Apakah siswa diberi kesempatan untuk menuliskan ceritanya di buku

sebelum bercerita di depan?

S : Oh, iya kak. Guru menyuruh siswa menulis cerita di buku lalu maju satu-

satu

P : Biasanya diberi tema terlebih dahulu atau tidak?

S : Iya, dikasi tema terlebih dahulu.

P : Pernah dengar teknik pembelajaran metode fun learning?

S : Belum

P : Pernahkah guru menggunakan metode fun learning?

S : Belum. Namanya saja baru saya dengar.

P : Oh iya. Terimakasih dek

S : Iya. Sama-sama, kak.

Refleksi:

Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa tidak terlalu menyukai

pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi berbicara. Siswa tidak

menyukai kegiatan berbicara karena selalu merasa gugup jika berada di depan

kelas, sehingga sering lupa dengan hafalannya dan sulit menuliskan idenya

dalam buku. Siswa belum pernah mendengar mengenai metode fun learning.

Hal itu menunjukan bahwa teknik ini merupakan hal baru bagi siswa.

Page 145: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 10. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pascatindakan

A. Bagi Guru

1. Menurut Ibu, apakah dengan metode fun learning dapat membantu

mengatasi kesulitan yang Ibu hadapi dalam pembelajaran keterampilan

berbicara?

2. Apa yang siswa rasakan dengan pembelajaran keterampilan berbicara

dengan menggunakan metode fun learning?

3. Menurut Ibu, apa siswa merasa bosan atau jenuh saat pembelajaran

keterampilan berbicara dengan menggunakan metode fun learning?

4. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat memacu

keberanian siswa dalam berbicara?

5. Apakah Ibu mengalami hambatan ketika pembelajaran keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode fun learning?

B. Bagi Siswa

1. Apa yang kamu rasakan ketika pembelajaran keterampilan berbicara

menggunakan metode fun learning?

2. Bagaimana tanggapanmu setelah melakukan berbicara dengan

menggunakan metode fun learning?

3. Dengan metode fun learning, apakah kamu mejadi berani berbicara?

4. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat mengatasi

kesulitanmu dalam berbicara? Misalnya rasa malu, tidak berani

berbicara di depan kelas, grogi dan tidak ada ide untuk berbicara?

5. Apa yang kamu rasakan dengan menggunakan metode fun learning,

apakah merasa asyik, senang atau jenuh? Berikan alasannya!

6. Adakah kendala atau kesulitan selama kamu melaksanakan

pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode fun learning?

Page 146: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 11. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap

Pascatindakan

a) Hasil Wawancara dengan Guru (Pascatindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2016

Tujuan :Memperoleh data setelah dikenakan tindakan

dengan menggunakan metode fun learning pada

pembelajaran keterampilan bercerita dalam meningkatkan

kemampuan berbicara siswa Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Ruang guru SMP 14 Muhammadiyah Makassar

Jenis : Wawancara terstruktur

Informan/ G : Kamariah, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia kelas VIIA)

Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)

Deskripsi :

P : Menurut Ibu, apakah metode fun learning dapat membantu mengatasi

kesulitan dalam pembelajaran yang menekankan siswa banyak

berbicata?

G : Menurut saya metode fun learning ini bagus diterapkan ke siswa,

siswa lebih aktif dan berani saat menyampaikan cerita karena siswa

merasa lebih siap.

P : Apa yang siswa rasakan dengan menggunakan metode fun learning

dalam pembelajaran bercerita?

G : Seperti yang kita lihat, bahwa siswa terlihat lebih berani saat bercerita

karena ide terkonsep

P : Apakah metode fun learning dapat meningkatkan kemampuan

berbicara siswa?

G : Iya, keterampilan siswa meningkat baik saat mengikuti pelajaran dan

hasil skor yang didapat siswa jauh lebih baik.

P : Apakah ada hambatan yang dihadapi ketika pembelajaran bercerita

menggunakan metode fun learning?

G : Kalau dari saya, tidak ada, karena metode ini cukup mudah untuk

dilakukan. Kalau siswa mungkin ada beberapa siswa yang tidak bisa

menggambar bagus, namun mereka tetap senang mengikuti pelajaran

sampai selesai.

Page 147: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

P : Manfaat apakah yang Ibu dapatkan dalam pembelajaran keterampilan

bercerita melalui metode fun learning?

G : Ya seperti yang saya katakana tadi, bahwa siswa lebih senang

selama mengikuti pembelajaran hingga akhir, keberanian siswa saat

bercerita meningkat, dan keterampilan berbicara siswa meningkat.

P : Apakah Ibu akan menggunakan metode ini dalam pembelajaran

terlebih pada pelajaran yang menekankan siswa banyak berbicara?

G : Iya, insyaAllah saya akan gunakan metode fun learning ini.

P : Oh,,iya buk, terimakasih ibu, atas kerjasamanya

G : Iya de’, sama-sama.

Page 148: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

b) Hasil Wawancara dengan Siswa pada Tahap Pascatindakan

Tempat : Ruang Kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah

Makassar

Tujuan :Memperoleh data setelah dikenakan tindakan

dengan menggunakan metode fun learning

Hari/Tanggal : Sabtu/ 19 November 2016

Waktu : 10.00 WITA (Istirahat)

Jenis : Wawancara terstruktur

Informan/ S : Nur Rahma

Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)

Deskripsi :

P : Apakah Anda merasa senang apabila metode fun learning

diterapkan dalam pembelajaran berbicara?

S : Senang sekali kak.

P : Menurut Anda apakah metode ini mudah dipahami?

S : Iya.

P : Menurut Anda apakah metode fun learning dapat membantu

Anda dalam mengatasi kesuliatan dalam berbicara?

S : Iya, apalagi, dalam metode ini kakak menggunakan mind map

sehingga saya lebih mudah menuangkan pikiran

P : Bagaimana tanggapan Anda setelah melewati proses pembelajaran

yang menuntut anda berbicara dengan metode fun learning?

S : Sangat memudahkan saat menyusun cerita dan mengungkapkan

ceritanya.

P : Apakah manfaat yang Anda dapatkan dalam pembelajaran

keterampilan berbicara dengan menggunakan metode fun learning?

S : Memudahkan saya dalam menyampaikan cerita, karena tidak lupa,

dan cerita lebih terstruktur.

P : Adakah kendala atau kesuliatan selama Anda melaksanakan

pembelajaran bercerita dengan menggunakan metode fun learning?

S : kesulitannya mungkin bagaimana menyajikan agar lebih menarik.

P : Terima kasih atas waktunya de’. Tetap semangat.

S : Sama-sama kak.

Page 149: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 12. Angket Pratindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14

Muhammadiyah Makassar

Kisi-kisi Angket Pratindakan

No

.

Indikator Nomor Pertanyaan

1. Kawasan kognitif siswa (pengetahuan awal

tentang berbicara)

1

2. Kawasan afektif (terkait dengan kesukaan,

minat, sikap, perasaaan siswa tentang

pelajaran berbicara)

2, 3, 4, 8, 10

3. Kawasan psikomotorik (proses mengikuti

pembelajaran berbicara)

4, 5, 6, 7, 9

1. Apakah Anda mengetahui tentang apa itu kegiatan berbicara?

a. Ya b. Tidak

2. Ketika pembelajaran yang menuntut banyak berbicara, apakah guru sering

memberi tugas kepada siswa untuk bercerita di depan kelas?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah Anda merasa senang mendapatkan tugas dari guru untuk berbicara di

depan kelas?

a. Ya b. Tidak

Mengapa?

4. Ketika pembelajaran yang menuntut banyak berbicara, apakah Anda aktif

berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah Anda mengalami kesulitan menentukan ide cerita ketika guru

menunjuk Anda tampil berbicara didepan kelas?

a. Ya b. Tidak

6. Ketika pembelajaran yang menuntut keterampilan berbicara, apakah Anda

memperhatikan dan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

7. Ketika pembelajaran yang menunutut banyak berbicara, apakah Anda berminat

dan antusias selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda berani berbicara di depan kelas pada saat Anda ditunjuk secara

tiba-tiba oleh guru?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut Anda, perlukah adanya suatu metode belajar yang digunakan untuk

mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara Anda?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah Anda menyukai lelucon dalam pembelajaran?

a. Ya b.Tidak

Page 150: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 13. Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14

Muhammadiyah Makassar

Kisi-kisi Angket Pascatindakan

No. Indikator Nomor Pertanyaan

1. Kawasan kognitif siswa (pengetahuan

tentang bercerita)

1, 2, 8

2. Kawasan afektif (terkait dengan

kesukaan, minat, sikap, perasaaan

siswa tentang bercerita)

3, 6, 10

3. Kawasan psikomotorik (proses

mengikuti pembelajaran bercerita)

4, 5, 7, 9

1. Apakah Anda merasa senang mengikuti pembelajaran keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode fun learning?

a. Ya b. Tidak

2. Menurut Anda, apakah pembelajaran dengan metode fun learning

menghilangkan rasa takut berbicara di depan kelas?

a. Ya b. Tidak

3. Selama proses pembelajaran yang menuntut keterampilan Anda berbicara,

apakah Anda berminat dan antusias dengan menggunakan metode fun

learning?

a. Ya b. Tidak

4. Selama proses pembelajaran dengan metode fun learning,apakah Anda

masih merasa malu, grogi dan tidak mempunyai ide cerita pada saat

Anda berbicara di depan kelas?

a. Ya b. Tidak

5. Selama proses pembelajaran dengan metode fun learning, ketika

mendapatkan tugas untuk berbicara dengan metode fun learning, apakah

Anda masih merasa kesulitan?

a. Ya b. Tidak

6. Pada saat teman Anda berbicara di depan kelas, apakah Anda

mendengarkan dan mengamati cerita dari teman Anda?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat memperbaiki

keterampilan Anda dalam berbicara?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah pembelajaran metode fun learning dapat membantu Anda dalam

membuat cerita secara terstruktur?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah penerapan metode fun learningmemotivasi Anda untuk bercerita

di depan kelas?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode fun learning memberi kesan pada diri Anda?

a. Ya b. Tidak

Mengapa?

Page 151: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 14. Presentase Angket Pratindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14

Muhammadiyah Makassar

No. Pertanyaan

Jawaban Pertanyaan Siswa

a (Ya) b (Tidak)

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1. Apakah Anda mengetahui

tentang apa itu kegiatan

berbicara?

30 100% 0 0%

2.

Ketika pembelajaran yang

menuntut banyak berbicara,

apakah guru sering

memberi tugas kepada

siswa untuk bercerita di

depan kelas?

30 100% 0 0%

3.

Apakah Anda merasa

senang mendapatkan tugas

dari guru untuk berbicara

di depan kelas?

13 43% 17 57%

4.

Ketika pembelajaran yang

menuntut banyak berbicara,

apakah Anda aktif berperan

serta selama proses

pembelajaran berlangsung?

14 47% 16 53%

5.

Apakah Anda mengalami

kesulitan menentukan ide

cerita ketika guru

menunjuk Anda tampil

berbicara didepan kelas?

7 23% 23 77%

6.

Ketika pembelajaran yang

menuntut keterampilan

berbicara, apakah Anda

memperhatikan dan

konsentrasi selama proses

pembelajaran berlangsung?

13 43% 17 57%

Page 152: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

7.

Ketika pembelajaran yang

menunutut banyak

berbicara, apakah Anda

berminat dan antusias

selama proses

pembelajaran berlangsung?

17 57% 13 43%

8.

Apakah Anda berani

berbicara di depan kelas

pada saat Anda ditunjuk

secara tiba-tiba oleh guru?

11 37% 19 63%

9.

Menurut Anda, perlukah

adanya suatu metode

belajar yang digunakan

untuk mendukung

keberhasilan pembelajaran

keterampilan berbicara

Anda?

23 77% 7 23%

10. Apakah Anda menyukai

lelucon dalam

pembelajaran?

24 80% 6 20%

Page 153: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 15. Hasil Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14

Muhammadiyah Makassar

No Pertanyaan

Jawaban Pertanyaan Siswa

a (Ya) b (Tidak)

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1 Apakah Anda merasa

senang mengikuti

pembelajaran

keterampilan berbicara

dengan menggunakan

metode fun learning?

25 83% 5 17%

2 Menurut Anda, apakah

pembelajaran dengan

metode fun learning

menghilangkan rasa

takut berbicara di

depan kelas?

23 77% 7 23%

3

Selama proses

pembelajaran yang

menuntut keterampilan

Anda berbicara, apakah

Anda berminat dan

antusias dengan

menggunakan metode

fun learning?

25 83% 5 17%

4

Selama proses

pembelajaran dengan

metode fun

learning,apakah Anda

masih merasa malu,

grogi dan tidak

mempunyai ide cerita

pada saat Anda

berbicara di depan

kelas?

18 60% 12 40%

Page 154: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

5

Selama proses

pembelajaran dengan

metode fun learning,

ketika mendapatkan

tugas untuk berbicara

dengan metode fun

learning, apakah Anda

masih merasa

kesulitan?

27 90% 3 10%

6

Pada saat teman Anda

berbicara di depan

kelas, apakah Anda

mendengarkan dan

mengamati cerita dari

teman Anda?

24 80% 6 20%

7

Apakah dengan

menggunakan metode

fun learning dapat

memperbaiki

keterampilan Anda

dalam berbicara?

19 63% 11 37%

8

Apakah pembelajaran

metode fun learning

dapat membantu Anda

dalam membuat cerita

secara terstruktur?

30 100% 0 0%

9

Apakah penerapan

metode fun

learningmemotivasi

Anda untuk bercerita di

depan kelas?

20 67% 10 33%

10

Apakah pelaksanaan

pembelajaran

keterampilan berbicara

dengan menggunakan

metode fun learning

memberi kesan pada

diri Anda?

30 100% 0 0%

Page 155: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 16. Daftar Hadir Siswa Tahap Pratindakan

Nama Siswa JK Pertemuan ke-

1 2

ANA p

AS l

AA p

APP p

AF p

DLT p

F p

FI p a

F p

F p a a

H p

MYAP l a

MAH l

MI l

MT l

MR l a

NH p

NH l

NS p

N p

NA p

RF l a

R p

SA p

SK p

S p

SS p

W p

NH p

A l

Jumlah Siswa 30 27 27

Keterangan:

S = Sakit

A = Alpa (tidak ada keterangan)

I = Ijin

Page 156: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 17. Daftar Hadir Siswa Siklus I

Nama Siswa JK Pertemuan ke-

1 2 3

ANA p

AS l

AA p

APP p

AF p

DLT p

F p a a a

FI p

F p

F p a a a

H p

MYAP l a a a

MAH l

MI l

MT l

MR l

NH p

NH l

NS p

N p

NA p

RF l

R p

SA p

SK p

S p

SS p

W p

NH p

A l

Jumlah Siswa 30 27 27 28

Keterangan:

S = Sakit

A = Alpa (tidak ada keterangan)

I = Ijin

Page 157: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 18. Daftar Hadir Siswa Siklus II

Nama Siswa JK Pertemuan ke-

1 2 3

ANA p

AS l

AA p

APP p

AF p

DLT p

F p

FI p

F p

F p a

H p a a

MYAP l a

MAH l

MI l

MT l

MR l

NH p

NH l

NS p

N p

NA p

RF l a

R p

SA p

SK p

S p

SS p

W p

NH p

A l

Jumlah Siswa 30 28 29 28

Keterangan:

S = Sakit

A = Alpa (tidak ada keterangan)

I = Ijin

Page 158: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 19. Keterangan Kategori Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian

Keterampilan Berbicara

No Aspek Penilaian Indikator Skor

1. Volume Suara Sangat baik: Volume sudah terdengar

oleh seluruh pendengar secara jelas dan

lantang

5

Baik: Volume sudah terdengar oleh

seluruh pendengar 4

Cukup: Volume terdengar tapi belum

terdengar oleh seluruh pendengar 3

Kurang: Volume tidak terlalu terdengar

dan tidak jelas 2

Sangat kurang: Volume sama sekali

tidak terdengar 1

2. Pelafalan Sangat baik: Pelafalan fonem sangat

jelas, tidak terpengaruh dialek, intonasi

sangat jelas

5

Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak

terpengaruh dialek, intonasi jelas 4

Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas,

sedikit terpengaruh dialek, intonasi

cukup jelas

3

Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, intonasi kurang jelas

2

Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak

jelas, sangat terpengaruh dialek, intonasi

tidak jelas

1

3. Keterampilan

Mengembangkan

Ide

Sangat baik: Cerita dikembangkan

secara kreatif tanpa keluar dari tema.

Alur, tokoh, dan setting terkonsep

dengan jelas dan menarik. Amanat cerita

sesuai dengan tema.

5

Baik: Cerita dikembangkan secara

kreatif tidak keluar dari tema. Alur,

tokoh, dan setting terkonsep dengan jelas

namun kurang menarik. Amanat cerita

sesuai dengan tema.

4

Cukup: Cerita dikembangkan dengan

cukup kreatif, tidak keluar dari tema.

Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun

alur kurang terkonsep dengan jelas.

Amanat cerita cukup sesuai dengan

tema.

3

Kurang: Cerita dikembangkan dengan 2

Page 159: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

kurang kreatif dan tidak keluar dari tema.

Alur, setting, tokoh tidak terkonsep

dengan jelas. Amanat cerita kurang

sesuai dengan tema.

Sangat kurang: Cerita tidak

dikembangkan dengan baik. Alur,

setting, dan tokoh tidak terkonsep

dengan jelas. Amanat cerita tidak sesuai

dengan tema.

1

4. Sikap

Penghayatan

Cerita

Sangat baik: Mimik, gerak, dan suara

sesuai dengan karakter tokoh yang

diperankan, ada improvisasi terhadap

mimik, gerak dan suara, dan improvisasi

yang dilakukan sangat tepat dan tidak

berlebihan

5

Baik: Mimik, gerak dan suara sesuai

dengan karakter tokoh yang diperankan,

ada improvisasi trhadap mimik, gerak,

dan suara

4

Cukup: Mimik, gerak dan suara cukup

sesuai dengan karakter tokoh, tidak ada

improvisasi terhadap mimik, gerak dan

suara

3

Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak

sesuai dengan karakter tokoh dan tidak

punya improvisasi

2

Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dan

suara tidak sesuai dengan karakter tokoh

dalam cerita

1

5. Kelancaran Sangat baik: Berbicara lancar, tidak

tersendat-sendat, penempatan jeda sesuai 5

Baik: Berbicara lancar, tidak tersendat-

sendat, penempatan jeda kurang sesuai 4

Cukup: Berbicara lancar, tidak

tersendat-sendat, tidak ada jeda 3

Kurang: Berbicara kurang lancar,

tersendat-sendat, tidak ada jeda 2

Sangat kurang: Berbicara tidak lancar,

tersendat-sendat, tidak ada jeda 1

6. Ketepatan Ucapan Sangat baik: Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa tepat sekali sehingga kata yang

diucapkan terdengar jelas sekali

5

Baik: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa

sudah tepat 4

Cukup: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa

sudah cukup tepat 3

Page 160: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Kurang: Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa kurang tepat 2

Sangat kurang: Pengucapan bunyi-

bunyi bahasa tidak tepat 1

7. Pilihan Kata Sangat baik: Penggunaan kata-kata,

istilah sesuai dengan tema dan karakter

tokoh, terdapat variasi dalam pemilihan

kata

5

Baik: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

kurang terdapat variasi dalam pemilihan

kata

4

Cukup: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

tidak ada variasi dalam pemilihan kata

3

Kurang: Penggunaan kata-kata, istilah

kurang sesuai dengan tema dan karakter

tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan

kata

2

Sangat kurang: penggunaan kata-kata,

istilah tidak sesuai dengan tema dan

karakter tokoh, tidak ada variasi dalam

pemilihan kata

1

Page 161: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 20. Lembar Pengamatan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Keterampilan Berbicara

No Perilaku Amatan Keterangan Skor

1. Keaktifan Siswa sangat aktif bertanya, sangat aktif

menjawab pertanyaan, aktif

mengerjakan tugas

5

Siswa aktif bertanya, aktif menjawab

pertanyaan, aktif mengerjakan tugas

4

Siswa cukup aktif bertanya, cukup aktif

menjawab pertanyaan, aktif

mengerjakan tugas

3

Siswa kurang aktif bertanya, kurang

aktif menjawab pertanyaan, kurang aktif

mengerjakan tugas

2

Siswa tidak aktif bertanya, tidak aktif

menjawab pertanyaan, aktif

mengerjakan tugas

1

2. Perhatian dan

Konsentrasi Siswa pada

Pelajaran

Siswa tidak mengantuk, tidak melamun,

menopang dagu, tidak sibuk beraktifitas

sendiri, sangat memperhatikan

penjelasan guru

5

Siswa mengantuk, tidak

melamun atau menopang dagu,

tidak sibuk beraktifitas sendiri,

memperhatikan penjelasan guru

4

Siswa tidak mengantuk, melamun atau

menopang dagu, tidak sibuk beraktifitas

sendiri, cukup memperhatikan pelajaran

guru

3

Siswa tidak mengantuk, melamun/

menopang dagu, sedikit sibuk

beraktifitas sendiri, kurang

memperhatikan penjelasan guru

2

Siswa mengantuk, melamun/ menopang

dagu, sibuk beraktifitas sendiri, tidak

memperhatikan penjelasan guru

1

3. Minat Siswa Selama

Pembelajaran

Siswa sangat antusias dalam

mengembangkan tema, merangkai

pokok-pokok cerita menjadi sebuah

cerita

5

Siswa antusias dalam mengembangkan

tema, merangkai pokok-pokok cerita

menjadi sebuah cerita

4

Siswa cukup antusias mengembangkan 3

Page 162: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

tema, merangkai pokok-pokok cerita

menjadi sebuah cerita

Siswa kurang antusias mengambangkan

tema, merangkai pokok-pokok cerita

menjadi sebuah cerita

2

Siswa tidak antusias mengembangkan

tema, merangkai pokok-pokok cerita

menjadi sebuah cerita

1

4. Keberanian Siswa

berbicara di depan

kelas

Siswa dengan spontan berani tampil di

depan kelas

5

Siswa berani berbicara di depan kelas 4

Siswa cukup berani tampil di depan

kelas

3

Siswa kurang berani berbicara di depan

kelas

2

Siswa tidak berani berbicara di depan

kelas

1

5. Kerja sama Kelompok Siswa sangat aktif kerjasama dengan

kelompok

5

Siswa aktif kerjasama dengan kelompok 4

Siswa cukup aktif kerjasama dengan

kelompok

3

Siswa kurang aktif kerjasama dengan

kelompok

2

Siswa tidak berperan aktif dengan

kelompok

1

Page 163: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 21. Pedoman Penilaian

Nama :

No.Absen :

No. Aspek yang Dinilai Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Pelafalan

2. Penempatan tekanan dan nada

3. Pilihan kata (diksi) 4. Ekspresi dan tingkah laku

5. Volume suara

6. Kelancaran

7. Penguasaan cerita

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:

Nilai akhir =Perolehan Skor

Skor maksimum×100

Page 164: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara

No Aspek Penilaian Indikator Skor

1. Volume Suara Sangat baik: Volume sudah terdengar

oleh seluruh pendengar secara jelas dan

lantang

5

Baik: Volume sudah terdengar oleh

seluruh pendengar 4

Cukup: Volume terdengar tapi belum

terdengar oleh seluruh pendengar 3

Kurang: Volume tidak terlalu terdengar

dan tidak jelas 2

Sangat kurang: Volume sama sekali

tidak terdengar 1

2. Pelafalan Sangat baik: Pelafalan fonem sangat

jelas, tidak terpengaruh dialek, intonasi

sangat jelas

5

Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak

terpengaruh dialek, intonasi jelas 4

Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas,

sedikit terpengaruh dialek, intonasi

cukup jelas

3

Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, intonasi kurang jelas

2

Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak

jelas, sangat terpengaruh dialek, intonasi

tidak jelas

1

3. Keterampilan

Mengembangkan

Ide

Sangat baik: Cerita dikembangkan

secara kreatif tanpa keluar dari tema.

Alur, tokoh, dan setting terkonsep

dengan jelas dan menarik. Amanat cerita

sesuai dengan tema.

5

Baik: Cerita dikembangkan secara

kreatif tidak keluar dari tema. Alur,

tokoh, dan setting terkonsep dengan jelas

namun kurang menarik. Amanat cerita

sesuai dengan tema.

4

Cukup: Cerita dikembangkan dengan

cukup kreatif, tidak keluar dari tema.

Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun

alur kurang terkonsep dengan jelas.

Amanat cerita cukup sesuai dengan

tema.

3

Kurang: Cerita dikembangkan dengan 2

Page 165: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

kurang kreatif dan tidak keluar dari tema.

Alur, setting, tokoh tidak terkonsep

dengan jelas. Amanat cerita kurang

sesuai dengan tema.

Sangat kurang: Cerita tidak

dikembangkan dengan baik. Alur,

setting, dan tokoh tidak terkonsep

dengan jelas. Amanat cerita tidak sesuai

dengan tema.

1

4. Sikap

Penghayatan

Cerita

Sangat baik: Mimik, gerak, dan suara

sesuai dengan karakter tokoh yang

diperankan, ada improvisasi terhadap

mimik, gerak dan suara, dan improvisasi

yang dilakukan sangat tepat dan tidak

berlebihan

5

Baik: Mimik, gerak dan suara sesuai

dengan karakter tokoh yang diperankan,

ada improvisasi trhadap mimik, gerak,

dan suara

4

Cukup: Mimik, gerak dan suara cukup

sesuai dengan karakter tokoh, tidak ada

improvisasi terhadap mimik, gerak dan

suara

3

Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak

sesuai dengan karakter tokoh dan tidak

punya improvisasi

2

Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dan

suara tidak sesuai dengan karakter tokoh

dalam cerita

1

5. Kelancaran Sangat baik: Berbicara lancar, tidak

tersendat-sendat, penempatan jeda sesuai 5

Baik: Berbicara lancar, tidak tersendat-

sendat, penempatan jeda kurang sesuai 4

Cukup: Berbicara lancar, tidak

tersendat-sendat, tidak ada jeda 3

Kurang: Berbicara kurang lancar,

tersendat-sendat, tidak ada jeda 2

Sangat kurang: Berbicara tidak lancar,

tersendat-sendat, tidak ada jeda 1

6. Ketepatan Ucapan Sangat baik: Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa tepat sekali sehingga kata yang

diucapkan terdengar jelas sekali

5

Baik: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa

sudah tepat 4

Cukup: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa

sudah cukup tepat 3

Page 166: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Kurang: Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa kurang tepat 2

Sangat kurang: Pengucapan bunyi-

bunyi bahasa tidak tepat 1

7. Pilihan Kata Sangat baik: Penggunaan kata-kata,

istilah sesuai dengan tema dan karakter

tokoh, terdapat variasi dalam pemilihan

kata

5

Baik: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

kurang terdapat variasi dalam pemilihan

kata

4

Cukup: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

tidak ada variasi dalam pemilihan kata

3

Kurang: Penggunaan kata-kata, istilah

kurang sesuai dengan tema dan karakter

tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan

kata

2

Sangat kurang: penggunaan kata-kata,

istilah tidak sesuai dengan tema dan

karakter tokoh, tidak ada variasi dalam

pemilihan kata

1

Page 167: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 22. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 1

Hari/ Tanggal : Kamis/ 27 Oktober 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat berbicara

Nama Siswa JK Aspek Proses

1 2 3 4

ANA p - - -

AS l - -

AA p -

APP p -

AF p - -

DLT p - - -

F P - -

FI p - -

F p - -

F p - -

H p - -

MYAP l - -

MAH l - -

MI l - -

MT l - - -

MR l - -

NH p - -

NH l - -

NS p -

N p - -

NA p - - -

RF l -

R p - -

SA p - -

SK p - - - -

S p - - -

SS p - - - -

W p -

NH p - -

A l - -

Page 168: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 23. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 2

Hari/ Tanggal : Sabtu/ 29 Oktober 2016

Berilah tanda (√) pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4 ANA p - √ - -

AS l √ - - √ AA p — √ - √ APP p - √ - √ AF p √ √ - -

DLT p - - √ - F P - √ - √ FI p - - √ √ F p - √ - √ F p - √ - - H p - √ - √

MYAP l √ - √ √ MAH l √ √ - √

MI l - - - √ MT l - - - √ MR l S S S S NH p √ - - √ NH l - √ - √ NS p √ √ - √ N p - - √ √

NA p - - √ √ RF l - - √ √ R p √ √ - √

SA p - √ - √ SK p - - - √ S p - √ - √

SS p √ - - √ W p √ - - √ NH p - √ - √ A l - √ - √

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 169: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 24. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 1

Hari/ Tanggal : Kamis/ 3 November 2016

Berilah tanda (√) pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p √ - √ -

AS l √ - √ √ AA p - √ √ √ APP p - √ - √ AF p √ √ - √

DLT p - - √ √ F P - √ √ √ FI p - - √ √ F p √ - √ √ F p - - √ √ H p - √ √ √

MYAP l - - √ √ MAH l - √ √ √

MI l √ - √ √ MT l √ - - √ MR l - √ √ √ NH p - - - √ NH l S S S S NS p √ √ √ √ N p √ - √ √

NA p - - - √ RF l √ - √ √ R p √ √ √ √

SA p - - - √ SK p S S S S S p - √ - √

SS p √ - √ √ W p √ √ √ √ NH p - - √ √ A l S S S S

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 170: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 2

Hari/ Tanggal : 5 November 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p - -

AS l -

AA p -

APP p - -

AF p -

DLT p - -

F P -

FI p - -

F p -

F p - -

H p -

MYAP l - -

MAH l S S S S

MI l -

MT l - -

MR l -

NH p - -

NH l -

NS p

N p -

NA p - -

RF l - -

R p

SA p - -

SK p - -

S p - -

SS p -

W p

NH p - -

A l S S S S

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 171: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 3

Hari/ Tanggal : Sabtu/ 10 November 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p -

AS l -

AA p

APP p -

AF p

DLT p - —

F P -

FI p - -

F p - -

F p - -

H p -

MYAP l - -

MAH l -

MI l -

MT l - -

MR l -

NH p - -

NH l S S S S NS p

N p

NA p - -

RF l

R p

SA p - -

SK p - -

S p -

SS p -

W p S S S S NH p - -

A l - -

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 172: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 1

Hari/ Tanggal : 12 November 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p -

AS l - -

AA p

APP p -

AF p

DLT p —

F P -

FI p -

F p -

F p -

H p

MYAP l -

MAH l

MI l -

MT l -

MR l -

NH p -

NH l -

NS p

N p

NA p - -

RF l

R p

SA p -

SK p -

S p -

SS p

W p -

NH p -

A l S S S S

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 173: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 28. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 2

Hari/ Tanggal : Kamis/ 17 November 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p —

AS l -

AA p -

APP p

AF p -

DLT p -

F P -

FI p -

F p -

F p -

H p

MYAP l — - —

MAH l -

MI l -

MT l - -

MR l -

NH p -

NH l -

NS p

N p -

NA p -

RF l

R p

SA p - -

SK p -

S p -

SS p —

W p -

NH p -

A l -

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 174: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 29. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3

Hari/ Tanggal : Sabtu/ 19 November 2016

Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki

kondisi seperti pada keterangan.

Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai

1 2 3 4

ANA p

AS l

AA p

APP p

AF p

DLT p -

F P -

FI p -

F p

F p -

H p

MYAP l - —

MAH l

MI l -

MT l - -

MR l

NH p -

NH l

NS p

N p

NA p -

RF l

R p

SA p - -

SK p -

S p -

SS p

W p -

NH p -

A l -

Keterangan:

1. Keaktifan para siswa

2. Perhatian atau fokus para siswa

3. Keantusiasan dan minat siswa

4. Keberanian siswa saat bercerita

Page 175: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 30. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Pratindakan

Nama

Siswa JK

Pelafalan

Penempatan

tekanan dan

nada

Diksi

Ekspresi/

tingkah

laku

Volume

suara Kelancaran

Penguasaan

cerita Jumlah

Nilai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

ANA p 3 3 3 2 5 2 2 20 57

AS l 4 3 2 2 4 3 3 27 77

AA p 4 3 3 2 3 2 3 20 57

APP p 3 3 3 1 4 3 3 20 57

AF p 2 4 3 3 4 3 3 22 63

DLT p 3 3 3 2 5 2 2 20 57

F P 3 2 3 2 3 2 2 17 49

FI p 4 4 3 3 4 2 3 23 66

F p 3 4 4 3 3 3 3 23 66

F p 3 3 3 3 3 2 3 20 57

H p 3 3 3 2 3 2 3 19 54

MYAP l 4 3 2 3 4 2 3 21 60

MAH l 4 3 4 3 4 4 4 27 77

MI l 3 3 3 2 3 3 3 20 57

MT l 3 3 4 3 4 3 3 23 66

MR l 3 3 4 2 3 3 2 20 57

NH p 4 4 3 3 3 3 2 22 63

NH l 3 3 4 2 3 3 3 21 60

Page 176: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

NS p 4 3 3 3 4 3 2 22 63

N p 2 3 3 3 3 2 2 18 51

NA p 3 3 2 2 3 2 3 18 51

RF l 4 2 2 3 5 3 3 22 63

R p 4 3 4 3 4 2 2 22 63

SA p 3 2 2 2 5 3 2 19 54

SK p 4 3 3 2 4 3 3 22 63

S p 3 3 3 3 3 2 3 20 57

SS p 3 2 2 3 4 2 3 19 54

W p 3 4 3 3 4 3 2 28 80

NH p 3 2 4 2 4 2 2 19 54

A l 3 3 3 2 3 2 2 18 51

Jumlah

99 91 93 75 114 78 82 632 60

Rata-rata

3.27 3.03 3.1 2.5 3.8 2.6 2.73 21.06

Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050

Presentase

66% 61% 62% 50% 76% 52% 55% 60%

Page 177: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Nilai Pratindakan

Nomor

Urut Nama Siswa Nilai Pencapaian KKM

1. ANA 57 Belum Tercapai

2. AS 77 Tercapai

3. AA 57 Belum Tercapai

4. APP 57 Belum Tercapai

5. AF 63 Belum Tercapai

6. DLT 57 Belum Tercapai

7. F 49 Belum Tercapai

8. FI 66 Belum Tercapai

9. F 66 Belum Tercapai

10. F 57 Belum Tercapai

11. H 54 Belum Tercapai

12. MYAP 60 Belum Tercapai

13. MAH 77 Tercapai

14. MI 57 Belum Tercapai

15. MT 66 Belum Tercapai

16. MR 57 Belum Tercapai

17. NH 63 Belum Tercapai

18. NH 60 Belum Tercapai

19. NS 63 Belum Tercapai

20. N 51 Belum Tercapai

21. NA 51 Belum Tercapai

22. RF 63 Belum Tercapai

23. R 63 Belum Tercapai

24. SA 54 Belum Tercapai

25. SK 63 Belum Tercapai

26. S 57 Belum Tercapai

27. SS 54 Belum Tercapai

28. W 80 Tercapai

29. NH 54 Belum Tercapai

30. A 51 Belum Tercapai

Jumlah

632

Rata-rata 60

Jumlah siswa yang mencapai KKM 3

Jumlah siswa yang belum

mencapai KKM 27

Persentase pencapaian KKM 10%

Page 178: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 31. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus I

Nama Siswa JK Pelafalan

Penempatan

tekanan dan

nada

Diksi

Ekspresi

/ tingkah

laku

Volume

suara Kelancaran

Penguasaan

cerita Jumlah Nilai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

ANA p 5 3 4 3 5 4 5 29 83

AS l 4 4 4 3 5 4 4 28 80

AA p 4 4 3 3 4 4 3 25 71

APP p 4 4 4 2 5 4 5 28 80

AF p 3 4 4 3 5 3 3 25 71

DLT p 4 3 4 3 4 4 5 27 77

F P 4 3 4 3 4 4 4 26 74

FI p 5 4 3 2 5 3 5 27 77

F p 5 5 4 3 4 3 4 28 80

F p 4 3 3 3 5 3 4 25 71

H p 4 4 4 3 4 4 4 27 77

MYAP l 5 4 3 3 4 3 3 25 71

MAH l 5 3 4 3 4 3 4 26 74

MI l 4 3 3 3 4 4 3 24 69

MT l 4 3 5 3 5 4 4 28 80

MR l 4 4 4 3 5 4 4 28 80

NH p 3 4 3 3 5 3 3 24 69

NH l 4 3 5 3 4 3 3 25 71

Page 179: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

NS p 4 3 3 3 4 4 4 25 71

N p 4 3 3 3 4 3 3 23 66

NA p 4 3 3 3 5 5 5 28 80

RF l 4 3 4 3 5 3 5 27 77

R p 4 3 4 3 4 4 3 25 71

SA p 4 3 4 3 5 4 5 28 80

SK p 4 4 3 3 3 4 3 24 69

S p 4 4 3 4 5 2 3 25 71

SS p 4 3 4 3 5 4 4 27 77

W p 4 4 5 4 5 4 4 30 86

NH p 4 3 4 3 5 4 4 27 77

A l 4 4 3 3 5 4 5 28 80

Jumlah 123 105 111 90 136 109 118 792 75

Rata-rata 4.1 3.5 3.7 3 4.53 3.63 3.93 26.4

Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050

Presentase 82% 70% 74% 60% 91% 73% 79% 75%

Page 180: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Nilai Siklus I

Nomor

Urut Nama Siswa Nilai Pencapaian KKM

1. ANA 83 Tercapai

2. AS 80 Tercapai

3. AA 71 Belum Tercapai

4. APP 80 Tercapai

5. AF 71 Belum Tercapai

6. DLT 77 Tercapai

7. F 74 Belum Tercapai

8. FI 77 Tercapai

9. F 80 Tercapai

10. F 71 Belum Tercapai

11. H 77 Tercapai

12. MYAP 71 Belum Tercapai

13. MAH 74 Belum Tercapai

14. MI 69 Belum Tercapai

15. MT 80 Tercapai

16. MR 80 Tercapai

17. NH 69 Belum Tercapai

18. NH 71 Belum Tercapai

19. NS 71 Belum Tercapai

20. N 66 Belum Tercapai

21. NA 80 Tercapai

22. RF 77 Tercapai

23. R 71 Belum Tercapai

24. SA 80 Tercapai

25. SK 69 Belum Tercapai

26. S 71 Belum Tercapai

27. SS 77 Tercapai

28. W 86 Tercapai

29. NH 77 Tercapai

30. A 80 Tercapai

Jumlah 792

Rata-rata 75

Jumlah siswa yang mencapai KKM 16

Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 14

Persentase pencapaian KKM 40%

Page 181: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 32. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus II

Daftar Skor Siswa Kelas VIIA pada Tahap Siklus II

Nama

Siswa JK

Pelafalan

Penempatan

tekanan dan

nada

Diksi

Ekspresi

/ tingkah

laku

Volume

suara Kelancaran

Penguasaan

cerita Jumlah

Skor

Nilai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

ANA p 5 3 4 3 5 5 4 29 83

AS l 4 4 4 4 5 5 4 30 86

AA p 4 3 4 3 4 5 4 27 77

APP p 4 3 4 3 5 4 5 28 80

AF p 3 4 4 4 5 3 4 27 77

DLT p 4 4 4 3 5 4 4 27 80

F P 5 4 4 4 5 4 4 30 86

FI p 5 4 3 3 5 3 3 26 74

F p 5 4 4 4 4 3 4 28 80

F p 4 3 4 4 5 3 3 26 74

H p 4 4 3 3 4 5 5 28 80

MYAP l 5 4 4 4 4 3 3 27 77

MAH l 5 3 4 4 5 4 4 29 83

MI l 4 3 4 3 4 5 4 27 77

MT l 4 3 3 4 5 5 5 29 83

MR l 4 4 3 3 5 4 5 28 80

Page 182: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

NH p 3 4 4 3 5 3 5 27 77

NH l 4 4 5 4 4 3 3 27 77

NS p 4 3 4 4 4 5 4 28 80

N p 4 4 3 3 4 4 5 27 77

NA p 4 3 5 4 4 4 5 29 83

RF l 4 5 3 5 5 5 4 31 89

R p 4 3 4 4 4 5 3 27 77

SA p 4 3 4 4 5 4 4 28 80

SK p 4 4 3 3 3 5 5 27 77

S p 4 4 3 4 5 3 4 27 77

SS p 4 4 4 3 5 4 4 28 80

W p 4 4 4 4 5 5 5 31 89

NH p 4 3 4 3 5 4 4 27 77

A l 4 4 5 3 5 4 4 29 83

Jumlah 123 109 114 106 138 124 125 839

Rata-rata 4.1 3.63 3.8 3.53 4.6 4.13 4.17 27.97

Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050

Presentase 82% 73% 76% 71% 92% 83% 83% 80% 80

Page 183: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Nilai Siklus II

Nama Siswa Nilai Pencapaian

ANA 83 Tercapai

AS 86 Tercapai

AA 77 Tercapai

APP 80 Tercapai

AF 77 Tercapai

DLT 80 Tercapai

F 86 Tercapai

FI 74 Belum Tercapai

F 80 Tercapai

F 74 Belum Tercapai

H 80 Tercapai

MYAP 77 Tercapai

MAH 83 Tercapai

MI 77 Tercapai

MT 83 Tercapai

MR 80 Tercapai

NH 77 Tercapai

NH 77 Tercapai

NS 80 Tercapai

N 77 Tercapai

NA 83 Tercapai

RF 89 Tercapai

R 77 Tercapai

SA 80 Tercapai

SK 77 Tercapai

S 77 Tercapai

SS 80 Tercapai

W 89 Tercapai

NH 77 Tercapai

A 83 Tercapai

Jumlah 839

Rata-rata 80

Jumlah siswa yang mencapai KKM 28

Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 2

Persentase pencapaian KKM 80%

Page 184: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …

Lampiran 33. Rekapitulasi Peningkatan Skor Kelas VIIA dari Tahap

Pratindakan, Siklus I, Siklus II

No. Aspek Rata-rata

Skor

Pratindaka

n

Rata-rata

Skor

Siklus I

Rata-

rata Skor

Siklus II

Peningkatan

1. Pelafalan 3.27 3.57 4 3.7

2. Penempatan

tekanan / nada

3 3.3 3.57 3.27

3. Diksi 3.03 3.43 3.7 3.3

4. Ekspresi/ tingkah

laku

2.47 2.97 3.53 3.03

5. Suara 3.23 3.53 3.93 3.63

6. Kelancaran 2.5 3.17 3.67 3

7. Penguasaan cerita 2.6 3.07 3.63 3.16

Jumlah Rata-rata 20.1 22.47 25.07 22.7

Presentase 57% 64% 72% 14%

Page 185: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE …