PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI...
-
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF CARD SORT BERBASIS KONTEKSTUAL
DALAM MATA PELAJARAN PKN DI SMP NEGERI 10 MALANG
INCREASING STUDENT LEARNING OUTCOMES THROUGH
COOPERATIVE CARD SORT CONTEXTUAL BESED LEARNING ON
CIVIC EDUCATION IN SMP NEGERI 10 MALANG
Yuni Sukro Rahayu*
Dra. Sri Untari, M.Si** Siti Awaliyah, S.Pd., SH., M.Hum**
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Email: [email protected]
ABSTRAK- Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual di SMP Negeri 10
Malang dan mengetahui peningkatan hasil belajar model pembelajaran kooperatif
card sort berbasis kontekstual dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII D pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa presentase hasil belajar siswa siklus I dengan rata-rata ketuntasan belajar
individual sebesar 79,71 dan rata-rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
80,00%. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan sebesar
11,43% dengan perolehan skor klasikal 91,43% dan skor ketuntasan individual
sebesar 84,5.
Kata kunci: kooperatif, card sort, kontekstual, hasil belajar, PKn.
ABSTRACT-The purpose of this research is describe implementation
cooperative card sort contextual based learning in SMP Negeri 10 Malang and
through improvement of student learning out comes in class VIII D on civic
education subject. This research was Classroom Action Research that has two
cycle. The outcome of this research showed that percentage individual learning
outcomes of students 79,71 in the first cycle and classical students learning
outcomes average 80,00%. Student learning outcomes in the second cycle also
showed improvement 11,43% with classical score 91,43% and individual score
84,5.
Key Words : cooperative, card sort, contextual, student learning outcomes, civic
education
mailto:[email protected]
-
Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental
bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas dan
kredibelitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas dalam bidang
pendidikan hendaknya diimbangi dengan peningkatan dalam bidang moral,
keagamaan dan kecintaan kepada budaya bangsa. Mata pelajaran PKn
merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa berbagai hal
dalam bidang moral, keagamaan, dan kecintaan kepada budaya bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila, dan UUD NRI 1945 (KTSP SD/MI, 2006), sehingga mata
pelajaran PKn penting untuk diterapkan di berbagai lingkungan pendidikan
mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Diterapkannya mata pelajaran PKn di berbagai lingkungan pendidikan
terutama sekolah menuntut seorang guru untuk menciptakan suatu kondisi
belajar yang baik dan kondusif. Guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan strategi pengajaran, berupa metode, media, peralatan, dan
fasilitas lainnya serta bagaimana mengemas sebuah informasi agar lebih
menarik siswa dalam kegiatan belajar (Enoh, 2004:18).
Umumnya siswa di dalam pembelajaran PKn terlihat pasif, dikarenakan
proses pembelajaran hanya sedikit siswa yang mendengarkan penjelasan dari
guru menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini juga masih
diterapkan oleh guru PKn di SMP Negeri 10 Malang pada siswa kelas VIII
D. Berdasarkan observasi pada tanggal 23 Januari 2014, menunjukkan bahwa
di kelas VIII D keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran PKn
berlangsung masih tergolong rendah, rendahnya keaktifan belajar siswa pada
mata pelajaran ditujukkan dari jumlah keseluruhan 35 orang siswa yang aktif
hanya 5 orang siswa (14.29%). Metode pembelajaran yang digunakan
ceramah dan tidak terdapat media saat proses pembelajaran. Rendahnya
tingkat keaktifan siswa juga disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran PKn
pada jam terakhir seusai mata pelajaran penjaskes. Kondisi lelah ini
-
menyebabkan menurunnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil obervasi tanggal 23
Januari 2014 diketahui bahwa dari keseluruhan siswa berjumlah 35 orang
siswa, terdapat 20 orang siswa kelas VIII D yang hasil belajarnya masih lebih
rendah dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan
sekolah, yaitu sebesar 78. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan
sekolah termasuk kategori yang cukup tinggi untuk mata pelajaran PKn,
karena pada umumnya beberapa sekolah di Malang masih berada pada
kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 untuk mata pelajaran PKn. Ketuntasan
Minimal atau yang sering disingkat dengan KKM haruslah tercapai, karena
KKM dianggap sebagai tolak ukur suatu keberhasilan dari proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada saat
observasi pra tindakan mengenai materi demokrasi rata-rata nilai keseluruhan
siswa kelas VIII D masih tergolong rendah.
Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu inovasi baru
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Inovasi tersebut melalui suatu
paradigma baru di dalam strategi pembelajaran konstruktivistik, dimana
pembelajaran ini menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) dan bukan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered). Di dalam pembelajaran konstruktivistik siswa dituntut untuk aktif
disaat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran konstruktivistik pun
selain menuntut seorang murid untuk aktif juga menuntut seorang guru untuk
selalu bersifat inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Salah satu
penerapan prinsip pembelajaran konstruktivistik adalah melalui penggunaan
model pembelajaran di kelas. Penggunaan model yang bervariasi menjadikan
proses belajar pun semakin kondusif dan menyenangkan. Dengan adanya
pembelajaran konstruktivistik, model pembelajaran yang bersifat
konvensional di kelas perlahan-lahan mulai dikurangi. Model pembelajaran
kooperatif tipe card sort (cooperative learning card sort type) merupakan
metode yang sesuai untuk diterapkan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 10
Malang pada mata pelajaran PKn. Demi perbaikan hasil belajar siswa kelas
-
VIII D SMP Negeri 10 Malang, model pembelajaran card sort (mensortir
kartu ) merupakan suatu strategi yang sesuai untuk mengatasi masalah
tersebut, karena model ini dapat digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui
klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran.
Model pembelajaran card sort dapat pula digunakan untuk membantu
siswa dalam: (1) mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan (identify
strengths and weaknesses), (2) mengidentifikasi nilai-nilai (identify values),
(3) mengembangkan tujuan pribadi di sekitar area perhatian (develop
personal objectives an area of), (4) perhatian (concern), (5) menuliskan
rencana tindakan dan ( write action plan and), (6) merefleksikan kemajuan
(reflect on progress), (7) mengembangkan hubungan antara ide dan konsep
(develop linkages between ideas and concepts), (8) model bidang
pengetahuan/ praktek yang membangun (build models of an area of
knowledge / practice) (Boyle & Jackson,2009:1), sehingga model kooperatif
card sort berbasis kontekstual sesuai untuk diaplikasikan pada mata pelajaran
PKn SMP Negeri 10 Malang. Selain memiliki kelebihan tersebut model
pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual dapat diterapkan di
dalam pembelajaran PKn sebab model ini dapat melibatkan kerjasama dan
keaktifan peserta didik secara menyeluruh, sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan. Langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran kooperatif
card sort berbasis kontekstual menurut Silberman (2009:169) antara lain: (1)
beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok
dengan satu atau beberapa kategori, (2) perintahkan siswa untuk berkeliling
ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang
sama (anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa
menemukan sendiri), (3) perintahkan para siswa yang kartunya memiliki
kategori sama menawarkan diri kepada siswa lain, (4) ketika tiap kategori
ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut anda penting.
Selain terdapat prosedur di dalam pembelajaran card sort. Namun selain
prosedur tersebut model pembelajaran card sort juga dapat diberikan suatu
variasi. Variasi model pembelajarannya yaitu: (1) perintahkan tiap kelompok
-
untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya, (2) pada awal
kegiatan, bentuklah tim. Berikan tiap tim satu dus kartu. Pastikan bahwa
mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka
tidak jelas dimana letaknya. Perintahkan tiap tim untuk memilah-milah kartu
menjadi sejumlah kategori. Tiap tim bisa mendaptkan skor untuk jumlah
kartu yang dipilih dengan benar.
Hasil belajar merupakan merupakan tujuan utama dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur dari keberhasilan siswa
dalam proses belajar. Menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Carool berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: (a) bakat belajar, (b) waktu yang tersedia
untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan, (d) kualitas
pengajaran, (e) kemampuan individu dan (f) faktor di luar individu.
Hasil belajar diperoleh dari kegiatan pembelajaran, yang banyak
menganut Taksonomi Bloom yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang
mencakup yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi
(evaluation).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Aqib (2010:40) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa
dan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Penelitian tindakan kelas atau classroom action research
merupakan salah satu yang termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.
Menurut Muslich (2009:9) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
-
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan
kelas atau classroom action research yang dilaksanakan dalam dua siklus
melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan (planning), tahap
pelaksanaan tindakan (action), tahap observasi/ pengamatan (observation),
tahap refleksi (reflection). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10
Malang yang terletak di Jalan Mayjen Sungkono No. 57 Kecamatan Kedung
Kandang Kota Malang. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester
genap tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan observasi, wawancara, tes, dokumentasi, catatan lapangan.
Teknik analisis yang dipergunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi Pratindakan
Pada tanggal 15 Januari 2014 pukul 11.00 setelah istirahat pertama
peneliti menemui dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas
VIII di SMP Negeri 10 Malang, yaitu Bapak Sunari S.Pd. Dari hasil
pertemuan dengan guru mata pelajaran PKn di kelas VIII, peneliti
memperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran denga pokok bahasan
demokrasi pada materi penerapan demokrasi di dalam berbagai bidang dan
pelakasanaan demokrasi dalam kehidupan di lingkung keluarga, sekolah,
masyarakat dan bangsa. Siswa kelas VIII D banyak yang memperoleh nilai
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada akhirnya Bapak Sunari,
S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn kelas VIII D berserta peneliti dan teman
sejawat berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai
berikut: (a) kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah kelas VIII
D; (b) di dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh tiga orang yang berperan
sebagai observer yaitu, Bapak Sunari S.Pd selaku guru mata pelajaran PKn di
kelas VIII D dan teman sejawat lainnya yaitu, Ibu Arviantri Candra Puspita
Sari dan Ibu Jean Navy Depby A dan; (c) kompetensi dasar yang diajaran
pada saat penelitian ini adalah menunjukkan sikap positif terhadap
-
pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan; (d) pelaksanaaan tindakan
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran PKn pada kelas VIII D di SMP
Negeri 10 Malang, yaitu setiap hari Kamis pukul 10.00- 11.20 WIB (2x40
menit); (d) penelitian siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dimulai pada hari
kamis tanggal 6 Februari sampai dengan 13 Februari 2014 setelah siklus I
berakhir, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi untuk siklus I dan apabila
kegiatan refleksi telah dilakukan maka, dilanjutkan dengan perencanaan untuk
siklus II, pelaksanaan siklus ini berlangsung pada hari kamis tanggal 27
Februari dan 6 Maret 2014. Sebelum dilaksanakannya tindakan untuk siklus I
pada tanggal 6 Februari 2014 peneliti melakukan observasi pra tindakan
selama 2 minggu, dari hasil proses pembelajaran pra tindakan mata pelajaran
PKn dengan materi pokok mengenai pengertian demokrasi, macam-macam
demokrasi, sejarah demokrasi, dan contoh demokrasi dalam berbagai bidang,
dari tes pra tindakan menunjukkan bahwa siswa kelas VIII D telah memahami
pengertian dari demokrasi, macam-macam demokrasi dan sejarah demokrasi.
Namun pemahaman siswa untuk memahami materi mengenai pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai bidang dan pelaksanaan demokrasi di berbagai
lingkungan masih kurang.
Hal ini didasarkan pada hasil tes pra tindakan yang dilakukan oleh
peneliti saat observasi tanggal guru memberikan siswa sebuah tes mengenai
materi demokrasi diperoleh data bahwa dari hasil tes pra tindakan yang
dilakukan pada saat observasi dilaksanakan belum mencapai ketuntasan
karena nilai rata-rata siswa masih banyak yang memperoleh nilai di bawah
KKM yang ditentukan sekolah (78) dari 35 siswa terdapat 15 siswa yang
mendapat nilai diatas KKM atau (43%) yang tuntas dan sisanya 20 siswa
mendapat nilai dibawah KKM sebesar 57% dan rata-rata ketuntasan belajar
secara individu sebesar 77, 03. Berdasarkan hasil tes tersebut siswa diketahui
bahwa nilai terendah adalah 60 dan diperoleh oleh siswa berjenis kelamin laki-
laki yang berjumlah 1 orang siswa.
Sedangkan jumlah siswa perempuan lebih banyak yang mendapatkan
nilai 60 yaitu berjumlah 2 orang siswa. Hal ini disebabkan, karena siswa laki-
laki lebih aktif di dalam mengikuti pembelajaran PKn apabila dibandingkan
-
dengan siswa berjenis kelamin perempuan. Nilai tertinggi pada hasil tes pra-
tindakan adalah sebesar 92 diperoleh oleh siswa berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Rata-rata nilai test pra tindakan siswa laki-laki adalah 76,
sedangkan hasil nilai pra tindakan ini berbeda dengan perolehan siswa dengan
jenis kelamin perempuan sebesar 77,8. Hal ini menunjukkan bahawa dari hasil
test pra tindakan yang diperoleh oleh siswa perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini menjukkan bahwa kemampuan
siswa kelas VIII D baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan
yang sama dan setara tidak memiliki perbedaan secara signifikan.
Kemudian pada tingkat keaktifan siswa kelas VIII D saat bertanya,
menjawab maupun memberikan komentar terhadap jawaban sesama teman
atau guru saat proses pembelajaran berlangsung dari hasi pengamatan hanya 5
orang dari jumlah 35 siswa berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada
tanggal 23 Januari 2013, yaitu 2 orang yang bertanya kepada guru, 2 orang
yang menjawab pertanyaan dari teman dan 1 orang saja yang mau untuk
memberikan komentar terhadap jawaban teman.
Maka peneliti dan guru mata pelajaran PKn bersepakat untuk
berkolaborasi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan memilih
model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual sebagai upaya
untuk menyelesaikan masalah tersebut dan beserta media yang dapat
menunjang kegiatan belajar siswa. Peneliti dan guru mata pelajaran kelas VIII
D memilih model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual
karena, model ini siswa dapat menemukan fakta, klasifikasi dan dapat
menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Media yang digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kartu soal dan kartu jawaban
berjumlah 70 kartu yang berukuran 9x7 cm serta 5 papan beberan berwarna.
Masing-masing siswa memperoleh 14 buah kartu yakni, 7 buah kartu jawaban
dan 7 kartu buah kartu soal serta satu buah papan beberan.
Penerapan Model Kooperatif Card Sort Berbasis Kontekstual di Kelas
VIII D SMP Negeri 10 Malang
-
Model pembelajaran card sort merupakan salah satu model
pembelajaran aktif (active learning). Card sort dikenal juga dengan model
pemilihan kartu. Peneliti melakukan penerapan model pembelajaran
kooperatif card sort berbasis kontekstual selama empat minggu dalam dua
siklus. Pada saat menerapkan model pembelajaran koopratif card sort berbasis
kontekstual, peneliti juga memberikan evaluasi berupa test pada setiap akhir
siklus. Hal ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII D pada mata pelajaran PKn di kelas VIII D SMP Negeri 10 Malang.
Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual ini
dilaksanakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa kelas VIII D yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) pada materi penerapan
demokrasi dalam berbagai bidang dan pelaksanaan demokrasi di dalam
kehidupan keluarga, sekolah, kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga,
peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP
Negeri 10 Malang beserta teman sejawat untuk mengatasi masalah tersebut
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis
kontekstual. Model pembelajaran ini lebih menekankan pada kerja kelompok
secara kooperatif. Hal ini sependapat dengan penelitian Mulyana (2010) yaitu,
penerapan model card sort dengan menggunakan metode diskusi ini aspek
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang tampak paling dominan adalah
learning community, Inqiuri pada saat diskusi dan questioning pada saat
presentasi, serta penilaian yang paling mendominasi adalah penilaian proses.
Pada penerapan model pembelajaran siswa di bagi menjadi 5 kelompok
untuk membuat kartu soal dan jawaban berjumlah 14 masing-masing
kelompok dan selanjutnya setiap kelompok diberikan tugas yang sama, namun
dengan kategori yang berbeda untuk didiskusikan dan kemudian
dipresentasikan di depan kelas. Sehingga siswa terlibat secara aktif dan
kegiatan kerja kelompok menjadi lebih menyenangkan. Hal ini sesuai card
sort dengan pendapat Silberman (1996: 101) bahwa model pembelajaran
card sort memiliki kelebihan: (a) mengajak siswa untuk belajar berdiskusi
yang menyenangkan (simulating discussion), (b) mengajak siswa untuk
belajar secara kelompok (collaborative learning), (c) mengajak siswa untuk
-
belajar dengan teman sebaya atau teman satu kelas (peer teaching), (d)
mengajak siswa untuk belajar mandiri (independent learning).
Tahapan akhir pada kegiatan ini adalah dilakukannya refleksi yang
dipimpin oleh guru untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan,
serta harapan siswa mendapatkan model pembelajaran kooperatif card sort
yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap terakhir siswa
diberikan evaluasi untuk mengukur keefektifan model pembelajaran
kooperatif card sort berbasis kontekstual di dalam mengatasi permasalahan di
kelas VIII D. Evaluasi dilakukan dengan memberikan evaluasi berupa soal test
dan menganalisis hasil pengamatan keaktifan siswa oleh ketiga observer yang
tertuang di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif card sort
berbasis kontekstual yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran PKn
didasarkan pada tahapan-tahapan model kooperatif card sort berbasis
kontekstual.
Siklus I pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2014
dan 13 Februari 2014. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual
diawali dengan kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan diakhiri dengan
kegiatan penutup. Selama pelaksanaan model pembelajaran kooperatif card
sort berbasis kontekstual siswa dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 7 orang siswa. Setiap kelompok diberikan tugas untuk
membuat kartu soal dan kartu jawaban kemudian dibagikan kepada seluruh
siswa hingga masing-masing siswa di dalam kelompok memperoleh kartu
Setelah memperoleh kartu setiap kelompok mencocokan dengan katu
induknya dan menyusun kartu soal sesuai dengan kartu jawabannya dalam
didiskusi kelompok untuk dan kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Langkah-langkah model ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Penerapan Model Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas
VIII D SMP Negeri 10 Malang
Hasil belajar sangat mencerminkan kemampuan seorang siswa di dalam
mencapai suatu kompetensi dasar. Hasil belajar berfungsi sebagai penunjuk
-
dari adanya perubahan tingkah laku yang akan dicapai seorang siswa
sehubungan dengan kegiatan yang dilakukannya selama proses belajar
mengajar. Di dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dari ranah
kognitif dan afektif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di dalam ranah
kognitif. Hasil belajar siswa diukur melalui pemberian evaluasi berupa tes
diakhir siklus pada siswa. Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran.
Soal test pada siklus I terdiri dari 10 soal pilihan ganda, sedangkan soal test
pada siklus II terdiri dari 15 soal pilihan ganda.
Berdasarkan Hasil test siklus I menujukkan siswa yang berhasil
mencapai rata-rata ketuntasan belajar secara individual sebesar 79,71 dan rata-
rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80,00% dan pada siklus I
terdapat 7 orang siswa yang nilaianya belum mencapai KKM yang
ditetapkan. Faktor yang diindikasikan sebagai penyebab 7 orang siswa pada
siklus I belum mencapai ketuntasan belajar adalah siswa belum memiliki
pemahaman secara menyeluruh tentang materi dan waktu yang diberikan oleh
guru cukup sedikit untuk mengerjakan soal test.
Sedangkan hasil belajar siswa pada test hasil belajar pada siklus II
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 11,43% dibandingkan hasil
belajar pada siklus I, dimana siklus II hasil belajar siswa memperoleh skor rata-
rata ketuntasan belajar secara individu sebesar 84,54 dengan skor klasikal
mencapai 91,43% apabila dibandingkan dengan siklus I yang rata-rata belajar
individu hanya mencapai 79,71 dengan perolehan skor klasikal sebesar 80,00%.
Sedangkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif diukur melalui rubrik
penilaian keaktifan siswa. Pada siklus I dari hasil pengamatan melalui rubrik
penilaian keaktifan siswa diperoleh hasil rata-rata dari keaktifan siswa
meningkat pada siklus I dengan perolehan sebesar 58% apabila dibandingkan
dengan keaktifan siswa pada kegiatan pra tindakan yang hanya mencapai
14,29%. Kemudian tingkat keaktifan siswa kelas VIII D melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual mengalami
peningkatan kembali pada siklus II hingga mencapai 91%. Sehingga kekatifan
siswa kelas VIII D melalui penerapan model pembelajaran kooperatif card sort
berbasis kontekstual mengalami peningkatan sebesar 33% pada siklus kedua.
-
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual
di kelas VIII D SMP Negeri 10 Malang dilaksanakan berdasarkan tahapan
atau langkah-langkah dalam model pembelajaran model pembelajaran
kooperatif card sort berbasis kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan secara
kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran PKn kelas VIII D SMP
Negeri 10 Malang beserta teman sejawat sehingga melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada standar kompetensi memahami pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan guru atau peneliti di
dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis
kontekstual di ukur dari lembar observasi aktivitas peneliti. Kemudian hasil
belajar dalam ranah afektif diamati dari rubrik penilaian keaktifan siswa,
sedangkan hasil belajar ranah kognitif dari hasil evaluasi berupa tes diakhir
siklus yang dicapai pada siklus I dibandingkan keberhasilan tindakan peneliti
pada siklus II. Pada penerapan model pembelajaran ini kooperatif card sort
berbasis kontekstual siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dimana masing-
masing kelompok diberikan tugas untuk membuat kartu soal dan jawaban
berjumlah 14 dengan kategori yang berbeda untuk didiskusikan dan kemudian
dipresentasikan di depan kelas.
2. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi
memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini
ditunjukkan oleh perolehan hasil test siklus I menujukkan siswa yang berhasil
mencapai rata-rata ketuntasan belajar siswa secara individual sebesar 79,71
dan rata-rata ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80,00%. Sedangkan
hasil belajar siswa pada test hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kembali apabila dibandingkan dengan siklus I, yakni skor
rata-rata ketuntasan belajar secara individu pada siklus II sebesar 84,54
dengan skor klasikal mencapai 91,43%.
-
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang
dapat dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a) Penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis
kontekstual dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan atau diaplikasikan pada proses
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu model
pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual juga memiliki
kelebihan yakni, dapat melibatkan kerjasama dan keaktifan siswa
secara menyeluruh dan dapat digunakan untuk mengerjakan konsep,
karakteristik, klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi,
serta gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu
menggairahkan siswa yang merasa penat.
b) Penciptaan iklim belajar yang kondusif di kelas dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual sangat
diperlukan sebab apabila kelas dalam keadaan kurang kondusif maka
penerapan model pembelajaran kooperatif card sort berbasis
kontekstual akan tidak terlaksana dengan baik dan pemberian media
serta perangkat pembelajaran yang memadai dapat memperlancar dan
mempermudah di dalam penerapan model pembelajaran penerapan
model pembelajaran kooperatif card sort berbasis kontekstual.
c) Di dalam kegiatan kelompok, setiap anggota kelompok hendaknya
memperoleh kesempatan untuk memberikan pendapat atau tanggapan
di kelas sebagai alternatif pemecahan masalah saat diskusi maupun
presentasi dilaksanakan.serta di dalam model pembelajaran kooperatif
card sort berbasis kontekstual hendaknya perlu diperhatikan tingkat
kualitas siswa (input).
2. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya model ini dicoba untuk
diterapakan pada mata pelajaran lainnya.
-
DAFTAR RUJUKAN
Aqib, Zainal, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan
TK.Bandung: CV. Yrama Widya
Boyle, Maggie., & Jackson, Paul. (2009). Using Card Sorts. Physical Sciences
Centre- Briefing Paper, 1.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Tahun 2006. Jakarta: Depdikanas.
Enoh, Mohammad. 2004. Implementasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Geografi SMU/MA. Jurnal Ilmu
Pendidikan ISSN 0215-9643, 17-30.
Masnur, Muslich. 2011. Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action
Reaserch) Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya