PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM...
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI FIQIH
DENGAN METODE BAHTSUL MASA’IL PADA SISWA
KELAS VII DI SMP IT AL-ITTIHAD SALAMAN
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
CHASNA MASRUROH
NIM : 114–13–005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : CHASNA MASRUROH
NIM : 114-13-005
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli
hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalum penelitian ini dan disebutkan
dalam acuan daftar pustaka.
Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 11 Maret 2017 M
12 Jumadil Tsani 1438 H
Penulis
CHASNA MASRUROH
NIM. 114-13-005
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, Maret 2017
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan
perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : CHASNA MASRUROH
NIM : 114-13-005
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Materi Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa‟il Pada
Siswa Kelas VII di SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017.
dapat diajukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Pembimbing
Imam Mas Arum, M.Pd
NIP. 19790507 201101 1 008
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga KM 2 Telp (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: www.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI FIQIH DENGAN METODE BAHTSUL MASA’IL PADA
SISWA KELAS VII DI SMP IT AL-ITTIHAD SALAMAN
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DISUSUN OLEH
CHASNA MASRUROH
114-13-005
Telah dipertahankan di depan Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,
pada hari Kamis tanggal 30 Maret 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga
dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1
Pendidikan.
Susunan Dewan Panitia Penguji
Ketua Penguji Dr. Agus Waluyo, M.Ag.
Sekretaris Penguji Imam Mas Arum, M.Pd.
Penguji I Siti Rukhayati, M.Ag.
Penguji II Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Salatiga, 3 April 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
Suwardi, M.Pd
NIP. 19670121 199903 1 002
v
MOTTO
JANGAN PERNAH BOSAN UNTUK MENEBAR KEBAIKAN
SENANTIASA BERKHUSNUDZAN MESKI ITU DENGAN ORANG
YANG TAK SUKA PADA KITA
TERUS MEMBERI MANFAAT KEPADA SESAMA
خير الناس انفعهم للناس
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Almamaterku Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
Ayahanda (Alm) Bp. H Bafadlol Mansyur dan Ibunda
Alfin Bafadlol, Yang tidak henti-hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan mendukungku.
Suamiku tercinta Saifuddin dan Anakku Ahmad Rifki
Bihar Isqi Kakak dan adik –adikku yang selalu menyemangati dan mendukungku dalm setiap langkah hidupku Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam Ekstensi
angkatan 2013
vii
ABSTRAK
Masruroh, Chasna. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam Materi Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa’il Pada Siswa Kelas
VII di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran
2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam, Fiqih, Metode Bahtsul Masail
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Fiqih di
kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017
setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode bahtsul masa’il.
Penelitian ini mengacu pada permasalahan pokok, apakah penggunaan
metode bahtsul masa’il dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam materi fiqih di kelas VII SMP IT Al-
Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017?
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi, metode tes/penilaian. Metode observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas dan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
metode tes/penilaian digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
dalam mengikuti metode bahtsul masa‟il.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
bahtsul masail dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam
materi fiqih pada siswa kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil belajar siswa pada pra siklus siswa yang
tuntas sebanyak 7 siswa atau 32% dan 15 siswa atau 68% yang belum tuntas,
siklus I siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 54,5% dan 10 siswa atau
45,4% yang belum tuntas dengan rata-rata 76,45. Pada siklus II siswa yang
tuntas sebanyak 20 siswa atau 91% dan 2 siswa atau 0,9% belum tuntas
dengan rata-rata 86,63. Dalam pencapaian ketuntasan klasikal sebanyak
45,4% siswa yang tuntas dan dalam siklus II ini sudah 91% siswa yang tuntas
maka siklus dihentikan dan dinyatakan penelitian berhasil.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil`alamin, segala puji bagi Allah yang telah
memberikan segala nikmat kepada makhluk yang ada di alam semesta ini.
Berkat qudrat, iradat serta izin-Nyalah penulis bisa menyelesaikan laporan
penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Materi Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa’il Pada Siswa Kelas VII di SMP
IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul
anbiya, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusia
dari gelap kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.
Banyak pihak yang telah banyak memberikan konstribusi dalam
penyelesaian karya ini. Kami menghaturkan terima kasih yang tulus kepada
mereka semua yang telah berjasa untuk ini semua:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku Ketua Kajur Pendidikan Agama Islam
yang telah mengizinkan penulis untuk membahas judul skripsi ini.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing yang selalu
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
ix
5. Para staf administrasi yang begitu sabar mengurusi segala macam
kepentingan dalam skripsi ini.
6. Bapak Kyai Faizin selaku Ketua Yayasan At-Thoyyib Salaman Magelang
7. Ibu Siti Khalimatu S., S.Pd. selaku kepala Sekolah SMP IT Al-Ittihad
Salaman Magelang
8. Segenap dewan guru Sekolah SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang.
9. Bapak. Dr (HC). Wahyu Gumelar. MHD, SH yang selalu memberikan
dukungan dan bantuannya dalam skripsi ini.
10. Kepada Ayahhanda H. Bafadlol Mansyur dan Ibunda Alfin Bafadlol serta
keluarga besar saya yang telah mengorbankan segalanya dengan tulus dan
ikhlas dan kebesaran jiwa
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini
yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
Harapan bagi penulis semoga apa yang sudah disuguhkan dapat
bermanfaat bagi semua orang khususnya kami selaku penulis. Walaupun jauh
dari kesempurnaan tapi semoga mendekati kepada kebenaran. Semoga Allah
SWT ridha dengan apa yang kita lakukan. Amin.
Salatiga, 11 Maret 2017 M
12 Jumadil Tsani 1438 H
Penulis
CHASNA MASRUROH
NIM. 114-13-005
x
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6
E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 7
F. Definisi Operasional ...................................................................... 8
G. Metode Penelitian .......................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar .................................................................................. 14
1. Pengertian Hasil Penelitian ...................................................... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................... 15
B. Pendidikan Agama Islam Materi Fiqih .......................................... 18
1. Pendidikan Agama Islam ......................................................... 18
2. Fiqih ......................................................................................... 21
xi
C. Metode Bahstul Masail .................................................................. 24
1. Sejarah Metode Penetapan Hukum Dalam Bahtsul Masail
Nahdlatul Ulama ....................................................................... 24
2. Metode Diskusi Bahstul Masail (Sidang Bahtsul Masail) ........ 36
3. Komponen dan Tugas Komponen Dalam Sidang Bahtsul
Masail ....................................................................................... 43
D. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 46
BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang ............. 48
1. Sejarah ..................................................................................... 48
2. Visi dan Misi ........................................................................... 48
3. Struktur Organisasi .................................................................. 49
4. Sarana dan Prasarana ............................................................... 50
5. Prestasi Yang Pernah Diraih ..................................................... 51
6. Kegiatan Ekstrakurikuler ......................................................... 51
B. Penyajian Data ................................................................................ 51
1. Subjek Penelitian ..................................................................... 51
2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 53
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus ............................................................... 62
B. Pembahasan ................................................................................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 71
B. Saran-saran .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Hasil Penelitian
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa
Lampiran 5 Lembar Observasi Pembelajaran
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Asli
Lampiran 7 Surat Bukti Observasi
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Curriculum Vitae
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2 Struktur Organisasi SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
Gambar 3 Peningkatan Presentase Hasil Belajar Siswa
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar tenaga guru dan pegawai SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang
Tabel 2 Data Siswa Kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
Tabel 3 Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Pra Siklus
Tabel 4 Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Tabel 5 Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Siklus I
Tabel 6 Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 7 Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Siklus II
Tabel 8 Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel 9 Hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam yang
didasarkan pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi Muhammad SAW. Menuntut
ilmu merupakan hal yang paling wajib yang dilakukan manusia untuk
memperluas wawasan sehingga derajat manusia bisa terangkat.
… …
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S. Al-Mujaadilah
(58):11)
Pendidikan merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945
dimana tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang
di atur dengan undang-undang. Dalam menyelenggarakan pendidikan di
perguruan pinggi perlu adanya peningkatan mutu yang mengacu pada
kebutuhan lapangan kerja untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat
membangun. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2
Pendidikan merupakan wahana yang sangat efektif dalam
menerjemahkan pesan-pesan konstitusi dan merupakan sarana yang tepat
dalam membangun watak bangsa (national character building). Kontribusi
pendidikan terhadap pembangunan suatu bangsa adalah sangat besar.
Masyarakat yang cerdas sebagai output pendidikan memberi nuansa
kehidupan yang lebih berkualitas dan secara progresif akan membentuk
kemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan suatu potensi bagi
investasi besar dalam perjuangan keluar dari krisis multidimensi dan
tantangan dunia global.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dari kelas tujuh sampai kelas
sembilan, penulis tertarik pada materi fiqih yang terdapat dalam kelas tujuh
semester satu. Pemilihan kelas dianggap sangat tepat untuk menerapkan
metode bahtsul masa’il. Penggunaan metode ini membuat pelajaran mengenai
konsep ataupun klasifikasi materi menjadi mudah untuk dipahami. Penulis
berpendapat bahwa penerapan metode bahtsul masa’il ini membuat ingatan
siswa tentang suatu materi meningkat dan mempengaruhi hasil belajar siswa
menjadi lebih memuaskan dan mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Bahtsul masa’il adalah forum diskusi yang berfungsi memecahkan
segenap permasalahan yang ada dimasyarakat atau permasalahan yang telah
diajukan oleh individu atau kelompok masyarakat untuk dicarikan
pemecahannya dari pandangan fiqh. Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari
bermacam-macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup
3
bagi manusia baik yang bersifat individu baik yang berbentuk masyarakat
sosial (Bakry, 1996: 7).
Pembelajaran fiqih adalah merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna serta materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari- hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
santri memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Ide yang paling
mendasar dari model ini adalah siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide
yang mereka peroleh dari materi belajar.
Dalam metode bahtsul masa’il siswa di tuntut untuk mencoba masuk
dalam suatu masalah yang nyata dan ada di sekitar mereka serta mencoba
merasakan dan memecahkan segala permasalahan yang melingkupinya.
Materi Fiqih dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama adalah salah satu
bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup.
Pada saat melakukan wawancara dengan guru. Peneliti menemukan
fakta bahwa proses pembelajaran masih dilakukan dengan metode yang klasik
atau biasa. Guru biasanya hanya menggunakan metode ceramah tanpa
dikombinasikan dengan metode yang lain yang menarik bagi siswa. Hal ini
4
dikarenakan sumber daya guru dan sarana prasarana sekolah belum memadai
untuk diadakan adanya pengkombinasian metode pembelajaran.
SMP IT Al-Ittihad terletak di Dusun Kembaran RT 1/ RW II Desa
Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Sekolah ini
mempunyai 3 ruang kelas, 3 ruang toeri, 2 asrama siswa, 1 ruang guru, 1
ruang kepala sekolah dan ruang tamu, perpustakaan, serbaguna, tata usaha,
OSIS, UKS, 1 kantin sekolah, 4 kamar kecil, tempat parkir dan lapangan
upacara. Selain itu, terdapat tenaga pengajar 10 guru yaitu 6 guru kelas dan 4
guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan penjaga sekolah. Sekolah ini
memiliki KKM 75 untuk semua mata pelajaran kecuali Penjas 77, Pendidikan
Agama Islam 78, IPA dan Matamatika 70.
Siswa kelas VII berjumlah 22 anak, dengan 14 siswa laki-laki dan 8
siswa perempuan. Dari jumlah siswa tersebut kurang dari 50% atau sekitar
45% siswa yang hasil belajar masih dibawah standar KKM. Biasanya guru
hanya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan metode
pembelajaran apapun, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman
materi serta hasil pembelajarannya pun belum memuaskan. Hal ini menuntut
profesionalitas seorang guru untuk mendesain suatu pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dan hasil belajar dari proses pembelajaran.
Perubahan diharapkan pada proses pembelajaran sehingga guru sebagai
fasilitator dan siswa aktif belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan materi fiqih diharapkan menggunakan model pembelajaran yang
5
variatif dan terorientasi konstruktivitas, yang salah satunya dengan metode
bahtsul masa’il (pembahasan masalah) yaitu pembelajaran dengan diskusi
keagamaan untuk merespon dan memberikan solusi terhadap problematika
aktual yang muncul dalam kehidupan dengan cara siswa dibuat berkelompok
untuk mencari informasi (biasanya tercakup dalam pelajaran) dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka.
Dari latar belakang di atas maka kami penulis ingin mencoba meneliti
dari permasalahan diatas yang kami simpulkan dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Fiqih Dengan Metode Bahtsul
Masa’il Pada Siswa Kelas VII di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun
Pelajaran 2016/2017”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka skripsi ini akan mengacu
pada permasalahan pokok yaitu apakah penggunaan metode bahtsul masa’il
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam materi fiqih di kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
Tahun Pelajaran 2016/2017?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Fiqih di kelas VII SMP IT Al-
Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah proses
pembelajaran dengan menggunakan metode bahtsul masa’il.
2. Tujuan Subjektif
Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan penulis
dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi persyaratan
akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan agama Islam dan
dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan dan sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi
oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan keterampilan
7
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan
penulis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh melalui bangku perkuliahan.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 64).
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan
atau rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian
tindakan kelas. Hipotesis penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah
apabila penerapan metode bahtsul masa’il dalam pembelajaran fiqih dapat
berjalan dengan efektif, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi Fiqih
dengan penerapan metode bahtsul masa’il ini dikatakan efektif apabila ada
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator ketuntasan siswa
adalah sebagai berikut:
a. Secara Individu
Siswa dapat mencapai skor ≥ 78 pada materi fiqih.
8
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu
kelas mendapat nilai ≥ 78
F. Definisi Operasional
Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya interprestasi
lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam memahaminya. Adapun
pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya hasil dari usaha. Prestasi
diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Prestasi dapat dicapai dengan
mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta
ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan
(id.wikipedia.org diakses pada7 November 2016)
2. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Jihad,
2009: 1)
3. Fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam syariat atau
hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia baik yang
bersifat individu baik yang berbentuk masyarakat sosial (Bakry, 1996: 7).
4. Metode secara bahasa (etimologi) istilah metododlogi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata Metodos yang berarti cara atau jalan, dan Logos
artinya ilmu. Sedangkan secara istilah (sematik) metodologi berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh
9
untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien (Tayar,
1997: 1).
5. Bahtsul Masa’il adalah forum kajian & penetapan hokum Islam ciri khas
Nahdlatul Ulama‟ dan Pesantren. Secara harfiah, bahtsul masa’il berarti
pembahasan berbagai masalah yang berfungsi sebagai forum resmi untuk
membicarakan al-masa‟il al-diniyah (masalah-masalah keagamaan)
terutama berkaitan dengan al-masa‟il al-fiqhiyah (masalah-masalah fiqih)
(Chaq, 2015: 1).
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah penelitian lapangan (Maslikhah: 2013) dalam hal ini yang menjadi
objek kajian penelitiannya adalah pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam materi fiqih di kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan menggunakan metode
bahtsul masa’il sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengambil bentuk penelitian
kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang, dalam penelitian
kerjasama ini pihak yang melakukan tindakan adalah guru sedangkan yang
melakukan pengamatan selama berlangsungnya tindakan adalah peneliti.
10
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada di siswa kelas VII SMP IT Al-Ittihad
Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek ini perlu
ditingkatkan hasil belajarnya karena nilai yang diperoleh pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam materi fiqih belum memuaskan. Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas ini digunakan media bahtsul
masa’il.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Wawancara
Dengan metode ini dapat diperoleh data tentang sistem
pengajaran dan usaha untuk mengembangkan pembelajaran dengan
sistem bahtsul masa’il untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017,
metode ini ditujukan kepada guru kelas dan subyek penelitian.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang
bersumber pada dokumen. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang nama siswa kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 dan profil sekolah.
11
c. Tes Dengan Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang
mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada siswa dan
para siswa diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan
masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi siswa dapat
mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain,
mengajukan usul-usul dan mengajukan saran-saran dalam rangka
pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi dan sumber.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data dari data kualitatif hasil penelitian pertama
akan diperoleh hasil yang menjadi evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan
digunakan untuk meningkatkan keaktifan pembelajaran selanjutnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa teknik analisis yang digunakan yaitu
analisis kualitatif.
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis
data dilakukan dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang
tercatat dalam setiap siklusnya.
a. Ketuntasan Individual
Ketuntasan setiap individu dapat diketahui apabila siswa
mancapai skor ≥ 78 pada materi fiqih dapat dilihat dari nilai hasil tes
evaluasi.
12
b. Ketuntasan Klasikal
Presentase ketuntasan klasikal adalah ≥ 80% dari jumlah total
siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 78. Pengukuran presentase
kompetensi secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
P = Jumlah Siswa Yang Tuntas
Jumlah Sisw a x 100%
5. Model Penelitian
Model penelitian tindakan kelas (PTK) dengan bahan secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim di lalui, yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan c. Pelaksanaan
b. Pengamatan d. Refleksi
Gambar. 1
Model Penelitian Tindakan Kelas
13
H. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran-gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan
paparkan sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan
menggunakan system sebagai berikut :
Bab I : merupakan bab pendahuluan yang menguraikan gambaran singkat
dari penelitian ini, bab I ini terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian,
definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : merupakan bab kajian pustaka yang didalamnya akan diuraikan
mengenai tinjauan umum tentang hasil belajar, metode bahstul
masail, Pendidikan Agama Islam materi Fiqih dan Penelitian yang
Relevan.
Bab III : pada bab ini akan di paparkan mengenai paparan data dan temuan
penelitian dengan menggunakan dua metode yaitu, metode
wawancara dan observasi, yang didalamnya akan dipaparkan
mengenai gambaran umum SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
dan penyajian data.
Bab IV : pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data, meliputi
deskripsi persiklus dan pembahasan.
Bab V : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan
penelitian dan saran penulis.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil
(Product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
(Purwanto, 2009:44). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga
untuk memperoleh suatu tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya, yang menyangkut
kognitif, efektif dan psikomotorik (Djamarah 2011: 141).
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang
ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan (Djamarah 2002: 13).
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses
belajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna
15
untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang akan menimbulkan tingkah
laku sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan
atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecapakan. Jadi berhasil
tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil prestasi
belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern (Slameto, 1995: 54-72).
Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil prestasi
belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara
lain :
a. Latar belakang pendidikan orang tua
Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi
prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak
dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam
pengembangan prestasi belajar anak.
b. Status ekonomi sosial orang tua
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu.
Akibatnya, belajar anak juga terganggu.
16
c. Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah
Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam
pendidikan dan sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang
kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala
sekolah. Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain,
agar anak dapat berkeasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan
untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik
d. Media yang di pakai guru
Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang
digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang
tersedia melahirkan media yang baik dalam pendidikan yang berlainan
untuk setiap sekolah.
e. Kompetensi guru
Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang
dilakukannya terhadap siswa dengan metode atau program tertentu.
Metode atau program disusun untuk dijalankan demi kemajuan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik
tidaknya program pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang
tersedia melahirkan metode pendidikan yang berlainan untuk setiap
sekolah.
17
Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil pretasi
belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara
lain :
a. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan
lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi
kesehatannya kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih
baik.
b. Kecerdasan / intelegensia
Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan
seseorang dalam mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan
memecahkan masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki
intelegensi rendah. Dengan demikian intelegensi memegang peranan
dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Demikian pula dalam prestasi belajar. Siswa yang memiliki tinggi,
prestasi belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang memiliki
intelegensia rendah maka prestasi yang diperoleh juga akan rendah.
c. Cara belajar
Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
18
psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang
belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan
dengan orang yang belajar di luar bakatnya.
e. Minat
Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka
hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
kurang berminat dalam belajar.
f. Motivasi
Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi
maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.
B. Pendidikan Agama Islam Materi Fiqih
1. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha sadar
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan
mengamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau
latihan. Secara hakekat PAI merupakan sebuah proses, dalam
19
perkembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang
diajarkan disekolah atau madrasah dan perguruan tinggi (Nazarudin,
2007: 12).
Sehingga dari pemaparan pengertian diatas dapat disimpulan
bahwa PAI merupakan sebuah rumpun mata pelajaran yang diajarkan
disekolah/madrasah dan perguruan tinggi dalam hal ini dari mualai
pendidikan dasar sampai dengan bangku perkuliahan, yang bertujuan
untuk menyiapkan siswa dalam memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam dengan melalui kegiatan belajar mengajar.
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan agama Islam secara garis besar ada 3 yaitu
sebagia berikut:
1) Al-Qur‟an
Al Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita
Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang benderang. Al-Qur‟an adalah sumber pertama
bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika menjumpai suatu
permasalahan, maka pertama kali harus kembali kepada Kitab
Allah guna mencari hukumnya.
2) As-Sunnah
Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa
perkataan, perbuatan atau persetujuan. Sunnah adalah sumber
kedua setelah al- Qur‟an. Bila tidak mendapatkan hukum dari suatu
20
permasalahan dalam Al-Qur‟an maka dapat merujuk kepada
Sunnah dan wajib mengamalkannya jika mendapatkan hukum
tersebut. Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi SAW
dengan sanad yang sahih. Sunnah berfungsi sebagai penjelas al-
Qur‟an dari apa yang bersifat global dan umum.
3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Pasal 29 Ayat
(1 dan 2) yang berbunyi: Ayat 1: “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan Ayat 2: “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
kepercayaanya itu”
Selain itu yang menjadi dasar pendidikan agama Islam ialah
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tenteng sistem Pendidikan
Nasional. Dimana didalamnya bahwa pendidikan keagamaan
bermaksud mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
perannya sebagai pemeluk agama yang benar-benar memadahi.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam pada sekolah umum bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan siswa terhadap ajaran Islamsehingga menjadi manusia
muslim yeng bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
(Nazarudin, 2007: 13).
21
d. Materi Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan inti ajaran pokok agama Islam, materi yang
diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam ialah aqidah, syariah, dan
akhlak yang kemudian lahirlah inti pokok dari tiga unsur tersebut
antara lain: Ilmu Tauhid/ Keimanan; Ilmu Fiqih; Al-Qur‟an; Al-Hadits;
Akhlak dan Tarikh Islam.
2. Fiqih
Segala tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan yang
ada didalam ibadah dan muamalah berupa pidana atau perdata yang terjadi
dalam soal-soal akad atau pengelolaan, dalam syariat islam semua itu
masuk dalam lapangan hukum. Hukum-hukum itu sebagian telah
dijelaskan didalam nash-nash al-qur'an dan sunah. Sedangkan sebagian
yang lain belum dijelaskan. Namun demikian syariat islam telah membuat
dalil dan tanda-tanda bagi hukumtersebut, sehingga mujtahid dengan
media dalil dan tanda-tanda itu mampu melahirkan ketetapan dan
penjelasan tentang hukum yang belum dijelaskan tersebut.
Dari kumpulan hukum-hukum syariat yang berhubungan dengan
segala tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan yang diambil
dari nash-nash yang ada atau dari me-istinbath-kan (mengeluarkan hukum
syara‟ dari dalilnya) dalil syariat islam lain bagi kasus yang tidak terdapat
nashnya, terbentuklah ilmu fiqih (Wahab. 1993: 1).
Menurut Abdul Hamid Hakim, fiqih menurut bahasa artinya paham.
Sedangkan menurut istilah adalah mengetahui hukum-hukum agama islam
22
dengan cara atau jalan ijtihad. Menurut para pengikut imam syafi'i, fiqih
adalah ilmu yang menerangkan segala hukumagama yang berhubungan
dengan perbuatan para mukalllaf yang dikeluarkan (di-istinbath-kan) dari
dalil-dalil yang jelas. Definisi ilmu fiqih secara umum dalah suatu ilmu
yang mempelajari bermacam-macam syariat atau hukum islam dan
berbagai macam aturan hidup bagi manusia baik yang bersifat individu
baik yang berbentuk masyarakat social (Bakry, 1996: 8).
Jadi fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat islam
mengenai perbuatan manusia yang diambil dalil-dalilnya secara rinci
(Wahab. 1993: 2). Dalil-dalil yang dijadikan hukum syar'iyah mengenai
perbuatan manusia ada empat yaitu Al-Qur'an, sunah, ijma', qiyas.
a. Al-Qur‟an
Al Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita
Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang benderang. Al-Qur‟an adalah sumber pertama bagi
hukum-hukum fiqih Islam. Jika menjumpai suatu permasalahan, maka
pertama kali harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari
hukumnya.
b. Sunnah
Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa
perkataan, perbuatan atau persetujuan. Sunnah adalah sumber kedua
setelah al- Qur‟an. Bila tidak mendapatkan hukum dari suatu
permasalahan dalam Al-Qur‟an maka dapat merujuk kepada Sunnah
23
dan wajib mengamalkannya jika mendapatkan hukum tersebut.
Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi SAW dengan sanad
yang sahih. Sunnah berfungsi sebagai penjelas al-Qur‟an dari apa yang
bersifat global dan umum.
c. Ijma‟
Ijma‟ bermakna kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat
Muhammad SAW dari suatu generasi atas suatu hukum syar‟i, dan jika
sudah bersepakat ulama-ulama tersebut, baik pada generasi sahabat
atau sesudahnya, akan suatu hukum syari‟at maka kesepakatan mereka
adalah ijma‟, dan beramal dengan apa yang telah menjadi suatu ijma‟
hukumnya wajib. Dan dalil akan hal tersebut sebagaimana yang
dikabarkan Nabi saw, bahwa tidaklah umat ini akan berkumpul
(bersepakat) dalam kesesatan, dan apa yang telah menjadi kesepakatan
adalah hak (benar).
d. Qiyas
Qiyas yaitu mencocokan perkara yang tidak didapatkan di
dalamnya hukum syar‟i dengan perkara lain yang memiliki nash yang
sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan antara
keduanya. Qiyas meruju‟ apabila tidak mendapatkan nash dalam suatu
hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al Qur‟an, sunnah
maupun ijma‟. Ia merupakan sumber rujukan keempat setelah Al
Qur‟an, as Sunnah dan Ijma‟. Qiyas memiliki empat rukun:
1) Dasar (dalil).
24
2) Masalah yang akan diqiyaskan.
3) Hukum yang terdapat pada dalil.
4) Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan.
(http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-islam.html diakses
pada 18 November 2016).
C. Metode Bahtsul Masail
1. Sejarah Metode Penetapan Hukum Dalam Bahtsul Masail NU
Istilah istinbat dalam bahtsul masail tidak banyak digunakan
karena pengertian istinbat mengambil hukum secara langsung dari sumber
aslinya, yaitu al-Qur‟an dan hadis. Akan tetapi, istilah istinbath yang
dikenal dalam bahtsul masail NU adalah penggalian hukum dilakukan
dengan men-tathbiq-kan secara dinamis nash-nash fuqaha. Hal ini
dikarenakan ulama‟-ulama‟ NU meyakini bahwa dirinya tidak memiliki
kemampuan sebagaimana mujtahid pada masa lalu. Sebuah sikap yang arif
dan sangat tawadlu’.
Sejak adanya bahtsul masail sampai NU lahir, belum ada system
yang ditetapkan terkait tentang pengambilan keputusan. Yang berlaku
adalah penyelesaian masalah melalui pencarian terhadap ibarat kitab /
karya ulama‟ empat madzhab yang sudah ada, yang terkadang jawabannya
langsung ditemukan secara jelas dalam teks kitabnya, dan terkadang tidak
ditemukan tetapi dilakukan upaya penyamaan masalah yang ada dengan
masalah yang telah diselesaikan / tertulis dalam kitab ulama‟ salaf.
25
Walaupun selalu terjadi kesepakatan untuk khilaf. Hal ini dikarenakan,
selain bahtsul masail belum menjadi lembaga otonom dalam NU sampai
tahun 1990, juga pandangan umum bahwa apa yang sudah diputuskan oleh
ulama atau qaul al-faqih dipandang selalu memiliki relevansi dengan
konteks kehidupan masa kini dan harus dipakai tanpa resesve atau krikik.
Qaul ulama yang dikemukakan dalam kitab-kitab rujukan dianggap
sebagai kata final. Boleh jadi pandangan demikian juga berkaitan dengan
hakikat ilmu itu sendiri. Pada masa lampau ilmu dirumuskan sebagai
sesuatu yang diketahui dan diyakini secara tuntas.
Mengenai sistem pengambilan keputusan hukum dalam bahtsul
masa’il di lingkungan Nahdlatul Ulama baru disahkan dalam keputusan
Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan di Bandar
Lampung pada tanggal 16-20 Rajab 1412 H./21-25 Januari 1992 M:
a. Penjelasan Umum
1) Yang dimaksud dengan kitab adalah al-Kutubul mu‟tabarah
(redaksi lain: kutub al-madzahib al-arba'ah), yaitu kitab-kitab
tentang ajaran Islam yang sesuai dengan aqidah Ahlussunnah wal
Jama'ah.
2) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara qawli adalah mengikuti
pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup salah satu al-
madzahib al-arba'ah.
26
3) Yang dimaksud dengan bermadzhab secara manhaji adalah
bermadzhab dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan
hukum yang telah disusun oleh imam madzhab empat.
4) Yang dimaksud dengan istinbath jama'iy adalah mengeluarkan
hukum syara' dari dalilnya dengan qawaid ushuliyyah secara
kolektif.
5) Yang dimaksud dengan qawl dalam referensi madzhab Syafi'i
adalah pendapat imam Syafi'i.
6) Yang dimaksud dengan wajah adalah pendapat ulama' madzhab
Syafi'i.
7) Yang diamaksud dengan taqrir jama'iy adalah upaya secara
kolektif untuk menetapkan pilihan terhadap satu diantara beberapa
qaul/wajah dalam madzhab Syafi'i.
8) Yang dimaksud dengan ilhaq (ilhaqul masail bi nazhairiha) adalah
menyamakan hukum suatu kasus/masalah dengan kasus/masalah
serupa yang telah dijawab oleh kitab (menyamakan suatu kasus
dengan pendapat yang sudah jadi) (Chaq, 2015: 2-3).
b. Sistem Pengambilan Keputusan Hukum
1) Kerangka Analisa Masalah
Dalam memecahkan dan merespon masalah, maka bahtsul
masail hendaknya mempergunakan kerangka pembahasan masalah,
antara lain sebagai berikut :
27
a) Analisa Masalah (sebab mengapa terjadi kasus) ditinjau dari
berbagai faktor antara : ekonomi, politik, budaya, sosial dan
lainnya.
b) Analisa Dampak (dampak positif dan negativ yang ditimbulkan
oleh suatu kasus yang sedang dicari hukumnya) ditinjau dari
berbagai aspek, antara lain : sosial ekonomi, sosial budaya,
sosial politik dan lainnya.
c) Analisa Hukum (keputusan bahtsul masail tentang suatu kasus
setelah mempertimbangkan latar belakang dan dampaknya
disegala bidang), disamping mempertimbangkan hukum Islam,
keputusan ini juga memperhatikan hukum yuridis formal.
2) Prosedur Penjawaban
Keputusan bahtsul masail dilingkungan NU dibuat dalam
kerangka bermadzhab kepada salah satu madzhab empat yang
disepakati dan mengutamakan bermadzhab secara qawli. Oleh
karena itu prosedur penjawaban masail disusun dalam urutan
sebagai berikut :
a) Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab
dari kutubul madzahib al-arba'ah dan disana terdapat hanya
satu pendapat, maka dipakailah pendapat tersebut.
b) Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan
disana terdapat lebih dari satu pendapat, maka dilakukan taqrir
28
jama'iy untuk memilih salah satu pendapat. Pemilihan itu dapat
dilakukan sebagai berikut :
(1). Dengan mengambil pendapat yang lebih maslahah dan/atau
yang lebih kuat.
(2). Khusus dalam madzhab Syafi'i sesuai dengan keputusan
muktamar I tahun 1926, perbedaan pendapat diselesaikan
dengan cara memilih :
Pendapat yang disepakati oleh al-Syaikhani (al-Nawawi
dan al-Rafi'i)
Pendapat yang dipegangi oleh al-Nawawi.
Pendapat yang dipegangi oleh al-Rafi'i.
Pendapat yang didukung oleh mayoritas ulama'.
Pendapat ulama' yang terpandai.
Pendapat ulama' yang paling wara'.
(3). Untuk madzhab selain Syafi'i berlaku ketentuan-ketentuan
menurut madzhab yang bersangkutan.
c) Dalam kasus tidak ada pendapat yang memberikan
penyelesaian, maka dilakukan prosedur ilhaqul masail bi
nazhairiha secara jama'iy oleh para ahlinya. Ilhaq dilakukan
dengan memperhatikan mulhaq, mulhaqbih dan wajah ilhaq
oleh mulhiq yang ahli.
d) Dalam kasus tidak mungkin dilakukan ilhaq, maka dilakukan
istinbath jama'iy dengan prosedur bermadzhab secara manhaji
29
oleh para ahlinya, yaitu dengan mempraktekkan qawa'id
ushuliyyah oleh ahlinya.
Secara garis besar prosedur atau metode penetapan hokum dalam
bahtsul masail NU adalah secara hirarki sebagai berikut:
a. Jika dinilai mencukupi dengan cara menetapkan hokum dengan satu
pendapat yang sama (qaul/wajah) di berbagai kitab empat madzhab,
maka pendapat tersebut digunakan sebagai jawaban.
b. Jika ternyata jawaban masalah sangat beragam dari pendapat ulama‟
(qaul/wajah), maka dilakukan taqrir jama‟i:
1) Sesuai dengan keputusan MUNAS 1992 di atas maka dilakukan
taqrir jama’i untuk memilih satu pendapat yang dinilai lebih
maslahat atau lebih kuat serta dengan pertimbangan klasifikasi
ulama‟ yang sudah di tetapkan di atas.
2) Dalam praktiknya, ulama‟ sering memutuskan dengan sepakat
untuk khilaf. Sepertinya hal ini merupakan interpretasi dari yang
lebih maslahat.
c. Jika tidak ada ibaroh kitab atau pendapat ulama‟ yang menjelaskan /
menjawab secara tekstual tentang permaslahan yang dibahas, maka
dilakukan ilhaq atau ilhaqul masail bi nazhairiha secara jama'iy. Yaitu,
menyamakan hukum suatu masalah yang belum dijawab oleh kitab
dengan masalah serupa yang ada dalam kitab. Sedangkan prosedur
ilhaq adalah dengan memperhatikan unsure (persyaratan berikut),
yaitu mulhaq bih (sesuatu yang belum ada ketetapan hukumnya),
30
mulhaq alaih (sesuatu yang sudah ada kepastian hukumnya) dan wajh
al-ilhaq (faktor keserupaan antara mulhaq bih dengan mulhaq alaih)
oleh para mulhiq (pelaku ilhaq) yaitu ahli.
d. Jika tidak ada penjelasan tekstual dalam kitab dan tidak mungkin
dilakukan ilhaq, maka dilakukan istinbat jama‟i dengan prosedur
bermadzhab secara manhaji. Menurut KH. Aziz Masyhuri, Proses
istinbath atau manhaj ini adalah setelah tidak dapat dirujukkan kepada
teks suatu kitab mu‟tabar, juga tidak dapat diilhaqkan kepada hukum
suatu masalah yang mirip dan telah terdapat rujukannya dalam suatu
kitab mu‟tabar maka digunakanlah metode istinbath atau manhajy
dengan mendasarkan jawaban mula-mula pada al-Qur‟an, setelah tidak
ditemukan lalu pada hadits dan begitu seterusnya yang akhirnya
sampailah pada jawaban dari qaidah fiqhiyyah “daf‟al-mafasid
muqaddam „ala jalb al-mashalih” (menghindari kerusakan lebih
didahulukan dari pada upaya memperoleh kemaslahatan). Hal
demikian dimungkinkan karena prosedur istinbath hukum bagi metode
manhajy adalah dengan mempraktekkan qawaid ushuliyyah (kaidah-
kaidah ushul al-fiqh) dan qawaid fiqhiyyah (kaidah-kaidah fiqh).
Dalam keputusan MUNAS tahun 1992 tersebut dinilai warga
nahdliyin terdapat progress yang luar biasa terkait metode penetapan
hokum bahtsul masail, yaitu dengan adanya penegasan teoritis dalam hal
metode dan prosedur istinbath hukum,terutama upaya penerapan metode
manhajy (bermadzbah secara manhaji) dari empat mazhab yang pada
31
mulanya dalam tataran praktis dan teoritis ulama‟ NU hanya berani
bermadzhab secara qouli. Kesepakatan tentang sistem pengambilan
keputusan bahtsul masail NU tersebut setelah sebelumnya mengalami
diskusi panjang dan tarik ulur yang dilakukan oleh akademisi dan ulama‟
NU.
Munculnya istilah bermazhab secara manhajy dan timbulnya
gagasan untuk mempopulerkannya dapat ditelusuri sejak tahun 1987
ketika intlektual muda NU mengadakan kajian-kajian kritis terhadap kitab
kuning, walaupun akhirnya mendapat tanggapan negatif dan hambatan
dari beberapa ulama senior dengan melarang pelaksanaan diskusi di kantor
PBNU. Namun demikian para intlektual dan ulama‟ muda NU tetap
mengadakan diskusi-diskusi kritis di tempat lain, di antaranya yaitu di
P3M (Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). Melalui diskusi di
P3M inilah hasil-hasil diskusi tersebut dipublikasikan oleh Jurnal
Pesantren.
Tahun berikutnya (1988) atas dukungan KH. AM. Sahal Mahfudl
(Margoyoso-Kajen-Pati) dan KH. Imron Hamzah (Ngelom-Sepanjang-
Sidoarjo), para intlektual muda NU mengadakan mudzakarah (seminar)
dengan tema “Telaah Kitab Secara Konseptual” di pondok pesantren
Watucongol Muntilan Magelang Pada tanggal 15-17 Desember 1988, yang
menghasilkan pokok-pokok pikiran berikut; memahami teks kitab harus di
barengi dengan konteks sosial historisnya,mengembangkan
pengetahuannya melalui kemampuan observasi dan analisis terhadap teks
32
kitab, memperbanyak muqabalah (komparasi mengenai hal-hal yang
berbeda) dengan kitab-kitab lain, mengingatkan intensitas diskusi
intlektual antara pakar disiplin ilmu terkait dengan materi yang tercantum
dalam kitab klasik, dan menghadapkan kajian teks kitab klasik dengan
wacana aktual dan bahasa yang komunikatif.
KH. AM. Sahal Mahfudl sendiri menyatakan bahwa kaidah-kaidah
pengambilan hukum yang di rumuskan ulama terdahulu masih tetap
relevan hingga kini. Jadi yang perlu di lakukan adalah pengembangan fiqh
melalui kaidah-kaidah tadi,menuju fiqh yang kontekstual.
Kemudian pada pertengahan Oktober 1989 (menjelang Muktamar
XXVIII) di pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak di selenggarakan
halaqah (sarasehan) mengenai “Masa Depan NU”yang salah seorang
pembicaranya adalah Ahmad Qodri Abdillah Azizy,mengagas perlunya
redenifisi bermazhab yang kemudian dicetuskan istilah bermazhab fi al-
manhaj (mengikuti metodologi).
Selanjutnya dalam Muktamar XXVIII di Yogyakarta, tanggal 25-
28 Nopember 1989, bahtsul masail tetap menjadi topic utama sekalipun
pada saat itu belum menjadi lembaga otonom NU. Sehingga Komisi I
(Bahtsul Masail) merekomendasikan kepada PBNU untuk membentuk
Lajnah Bahtsul Masail Diniyyah sebagai lembaga permanen yang khusus
menangani persoalan keagamaan.
Untuk memperkuat wacana pembentukan lembaga permanen itu,
pada Januari 1990, berlangsung halaqah (sarasehan) di Pesantren
33
Mamba‟ul Ma‟arif Denanyar Jombang, yang juga merekomendasikan
pembentukan Lajnah Bahtsul Masa`il Diniyah. Harapannya, dapat
mengkonsolidasi ulama dan cendekiawan NU untuk melakukan ijtihad
jama’i. Akhirnya, empat bulan setelah itu, berdasarkan rekomendasi itu
dengan surat keputusannya Nomor: 30/A.I.05/5/1990, PBNU membentuk
Lajnah bahtsul Masail Diniyah. Namun demikian istilah Lajnah masih
menjadi masalah karena dinilai masih mengandung makna kepanitian ad
hoc, bukan organ yang permanen. Karena itulah, setelah Muktamar 2004,
status “lajnah” ditingkatkan menjadi “lembaga”, sehingga bernama
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama.
Tema selanjutnya yang menjadi topik adalah bermadzhab secara
manhaji yang sejak 1987 telah digulirkan di NU utamanya di LBM NU.
Dan akhirnya, disepakatilah dalam Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama
yang diselenggarakan di Bandar Lampung pada tanggal 16-20 Rajab 1412
H./21-25 Januari 1992 M tentang prosedur pengambilan keputusan hokum
dalam bahtsul masail NU yang didalamnya mencakup prosedur
bermadzhab secara manhaji.
Selanjutnya dalam muktamar NU ke-31 di Donohudan Solo Jawa
Tengah pada 28 November hingga 2 Desember 2004, bahtsul masail NU
melaksanakn tindakan progress dengan menetapkan keputusan hokum
sambil menyertakan ayat al-Qur‟an dan hadits dalam setiap masalah yang
dijawab, di mana hal ini sama sekali tidak pernah ada dalam tradis bahtsul
masail sebelumnya.
34
Tahun 2006 pada saat Munas Alim Ulama di Surabaya, para ulama‟
menetapkan kalsifikasi atau pengelompokan secara hirarki tentang kitab-
kitab empat madzhab. Artinya, pada saat itu, ulama‟ NU dalam bahtsul
masail mulai melirik madzhab lain yang sejatinya memang telah disahkan
dalam ADART NU. Sekalipun madzhab selain syafiiyah diperbolehkan
untuk diikuti di kalangan NU sesuai ADART, namun seringkali dalam
bahtsul masail tidak disentuh sama sekali. Namun usaha dalam munas di
Surabaya ini memang akan mengarahkan bahtsul masail pada
muqoronatul madzahib dalam setiap rumusan jawaban bahtsul masail NU
yang akan datang.
Perjalanan bahtsul masail NU sejak 1992 sampai dengan 2006
terlihat sangat progress dengan munculnya istilah bermadzhab secara
manhaji. Dan sejak saat itu format bermadzhab secara manhaji terus
diupayakan dengan cara mencantumkan ayat al-qur‟an, hadits serta upaya
yang mengarah pada muqoranatul madzahib. Bermadzhab secara manhaji
terus menjadi topik utama, bahkan sampai muktamar selanjutnya pada 22-
29 Maret 2010 di Asrama Haji Hudiang Makasar. Dan pada akhirnya
bahtsul masail muktamar NU ke 32 di Makasar tersebut memutuskan
sebagai berikut:
a. Pertanyaan dalam Bahtsul Masail Muktamar NU ke-32 Makasar
1) Apakah perlu mencantumkan ayat al-Quran, al-Hadits, dan dalil-
dalil syara‟ lainnya dalam jawaban bahtsul masail NU
35
2) Jika memang diperlukan mencantumkan ayat al-Quran, al-Hadits
dan dalil-dalil syara‟ lainnya, bagaimana formatnya? Apakah
menggunakan urutan sesuai dengan tingkat kekuataannya, yaitu al-
Quran, al-Hadits, dan dalil-dalil syara‟ lainnya kemudian aqwalul
ulama, ataukah aqwalul ulama baru kemudian ayat al-Quran, al-
Hadits, dan dalil-dalil syara‟ lainnya?
3) Sejauh mana muqaranatul madzahib diperlukan dalam bahtsul
masail NU dengan menggunakan kutub mu‟tamadah yang telah
dirumuskan dalam Munas Alim Ulama NU di Surabaya?
b. Jawaban dalam Bahtsul Masail Muktamar NU ke-32 Makasar
1) Pencantuman ayat al-Quran, al-Hadits, dan dalil-dalil syara‟
lainnya diperlukan dalam setiap jawaban, karena pada hakikatnya
setiap hukum pasti berdasarkan al-Qur‟an, al-Hadits dan dalil-dalil
syara‟ lainnya, dengan ketentuan bahwa ayat al-Qur‟an, al-Hadits
dan dalil-dalil syara‟ lainnya tersebut merupakan bagian dari
pendapat Ulama yang terdapat dalam kutub mu’tamadah. Hal ini
karena Ulama NU menyadari, bahwa yang mampu berijtihad
langsung dari al-Qur‟an, al-Hadits dan dalil-dalil syara‟ lainnya
adalah para mujtahid, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab, di
antaranya Tarsyihul Mustafidin.
2) Aqwalul ulama didahulukan, baru kemudian dilengkapi dengan
ayat al-Qur‟an beserta tafsirnya, al-Hadits beserta syarahnya, dan
dalil-dalil syara‟ lainnya karena al-Qur‟an, al-Hadits dan dalil-dalil
36
syara‟ lainnya dalam pandangan Ulama NU tidak dijadikan sebagai
dalil yang mandiri, tetapi meruppakan bagian dari ijtihad ulama.
3) Muqaranatul madzahib dalam madzhab empat diperlukan untuk
memperoleh pendapat yang ansab (lebih sesuai) dengan tetap
berpegang pada prinsip الرخص تتبع عدم (tidak ada maksud mencari
kemudahan) sejalan dengan AD NU tentang prinsip bermadzhab.
Demikianlah sejarah metode bahtsul masail NU dari awal hingga
sekarang. Terlihat jelas adanya dinamika yang menarik dalam bahtsul
masail NU. Upaya untuk memenuhi reseptifitas masalah yang terjadi di
masyarakt terus diupayakan dengan memunculkan berbagai metode yang
dinamis dan moderat (Chaq, 2015: 3-6).
2. Metode Diskusi Bahstul Masail (Sidang Bahtsul Masail)
Model Sistem bahtsul masail coraknya beragam. Secara garis
besar di kalangan Nahdliyin terdapat tiga macam model bahtsul masail:
a. Bahtsul Masail model pesantren yang lebih menonjolkan semangat
I‟tiradl, yaitu perdebatan argumentatif dengan berlandaskan al-Kutub
al-Mu‟tabaroh. Dalam hal ini, peserta bebas berpendapat,
menyanggah pendapat peserta lain dan juga diberikan kebebasan
mengoreksi rumusan-rumusan yang ditawarkan oleh Tim Perumus.
b. Bahtsul Masail model NU, dalam hal ini lebih menonjolkan porsi
I’tidladl yaitu penampungan aspirasi jawaban sebanyak mungkin.
Untuk materi dan redaksi rumusan diserahkan pada Tim Perumus.
37
Peserta hanya diberikan hak menyampaikan masukan-masukan
seperlunya.
c. Bahtsul Masail Kontemporer, yaitu bahtsul masail yang dimodifikasi.
Dimana sebagian peserta yang dianggap mampu, di minta menuangkan
rumusan jawaban berikut sumber pengambilan keputusan dalam
bentuk makalah. Bahtsul masail seperti ini kurang diminati oleh
kalangan pesantren, karena kesempatan untuk memberikan tanggapan
dan sanggahan lebih mendalam sangat terbatas.
Metode diskusi dalam bahtsul masail beragam sesuai dengan
model-model bahtsul masail yang ada di atas. Untuk kalangan pesantren
biasanya ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam bahtsul masail:
a. Pembukaan & Mukaddimah
b. Tashowwur Masalah
c. Penyampaian Jawaban (I’tidlodl)
d. Kategorisasi Jawaban
e. Perdebatan Argumentatif (I’tirodl)
f. Pencerahan Refrensi dan/atau perumusan jawaban
g. Tabyyun
h. Perumusan Jawaban
i. Pengesahan
Sekalipun telah dirumuskan beberapa tahapan bahtsul masail
seperti di atas, namun tentunya tahapan-tahapan itu biasanya juga akan
sedikit berubah ketika permaslahan yang bahas tergolong sangat mudah
38
atau sangat sulit ditemukan jawabannya. Sebagai upaya standarisasi atau
pedoman dasar, tahapan-tahapan di atas dapat dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan bahtsul masail. Berikut adalah penjelasan masing-masing
tahapan tersebut.
a. Pembukaan & Mukaddimah
Dalam sesi ini, moderator harus pandai-pandai mencuri
perhatian musyawirin. Tugas utamanya adalah menggambarkan
permaslahan dengan sedikit mendramatisir atau menjelaskan
pentingnya permaslahan tersebut di bahas di era sekarang.
b. Tashowwur Masalah
Sesi ini adalah sesi tentang penjelasan secara detail masalah
yang dipertanyakan. Yang bertugas adalah sail (penanya) jika ada. Jika
tidak maka menjadi tugas moderator untuk menjelaskan.
Target utama dalam sesi ini mendapatkan pemahaman yang
utuh tentang soal sehingga ada kesatuan pemahaman masalah di antara
para musyawirin, termasuk antara musyawirin dan sail.
Jika memang sangat diperlukan, dapat didatangkan tim ahli.
Semisal masalah yang dibahas adalah masalah operasi cesar. Sangat
dianjurkan untuk mendatangkan dokter ahli serta beberapa pelaku
cesar yang motivasi pelakunya berbeda-beda.
c. Penyampaian Jawaban (I’tidlodl)
Sesi ini adalah sesi penampungan jawaban dan ibaroh. Jika
kelompok peserta terlalu banyak, mungkin tidak semua peserta diberi
39
kesempatan untuk menjawab. Hanya saja ditentukan kesamaan
jawaban di antara para musyawirin sehingga moderator bias
mengelompokkan jawaban.
Selain ibaroh harus disetorkan pada tim perumus (muharrir),
moderator setidaknya mencatat poin-poin penting yang terdapat dalam
jawaban dan ibaroh tersampaikan. Oleh sebab itu, moderator haruslah
orang yang faham tentang masalah (fiqh) yang dibahas.
Pada sesi ini, peserta hanya diberi hak untuk menjawab dan
membacakan ibaroh tanpa harus memberikan tanggapan atau
sanggahan.
d. Kategorisasi Jawaban
Setelah ibaroh dan jawaban terkumpul, maka moderator harus
mengkelompokkan jawaban-jawaban yang ada. Lalu menyampaikan
kategorisasi / pengelompokan jawaban yang ada dan disampaikan pada
seluruh musyawirin agar musyawirin tahu tentang perkembangan
jawaban-jawaban yang ada.
Diupayakan, jawaban-jawaban yang ada dikesankan
bertentangan antar dua kelompok atau lebih agar pada sesi selanjutnya
tercipta diskusi / debat argumentative.
e. Perdebatan Argumentatif (I’tirodl)
Sesi ini adalah sesi musyawirin saling menguatkan
pendapatnya masing-masing, dan saling melemahkan pendapat yang
40
berbeda/bertentangan. Selain itu, moderator harus berupaya “mengadu”
musyawirin yang ada.
Selanjutnya musywarin diajak untuk saling melemahkan
pendapat kelopmpok lain yang bertentangan. Dalam sesi ini,
musywairin ketika melemahkan pendapat kelompok lain harus disertai
dengan ibaroh yang melemahkan kelompok lain. Sedangkan kelompok
yang dilemahkan diberi waktu untuk menguatkan pendapatnya disertai
dengan penjelasan dan ibaroh lain yang menguatkan, bahkan
kelompok ini dapat langsung melemahkan balik jawaban/ibaroh
musyawirin yang melemahkannya. Begitu seterusnya sampai ada yang
terlihat dominan.
Dalam sesi ini, moderator harus benar-benar faham materi,
bahkan kemungkinan-kemungkinan jawaban pada sesi ini sudah
diprediksi oleh moderator sehingga kemungkinan kecil akan mengarah
pada jawaban yang salah. Yang boleh terjadi adalah mengarah pada
jawaban yang lemah atau yang kuat dan tentunya yang benar menurut
fiqh.
Pada sesi ini musyawirin harus mengeluarkan seluruh
kemampuannya untuk memperkuat jawaban dan ibarohnya serta
melemahkan jawaban / ibaroh yang bertentangan dengannya.
Sebelum sesi ini dianggap jenuh atau berakhir, moderator harus
merumuskan jawaban sementara baik berstruktur jawaban
bertentangan, jawaban tafshil atat jawaban khilaf. Lalu disampaikan
41
pada musyawirin apakah musywairin setuju dengan kesimpulan
moderator dan apakah musywarin setuju jika perlu pencerahan tim
perumus. Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah.
f. Pencerahan Refrensi dan/atau perumusan jawaban
Pada sesi ini, setelah sebelumnya moderator sepakat dengan
musyawirin untuk merumuskan/menyimpulkan jawaban sementara dan
sepakat untuk menyerahkan masalah pada tim perumus, maka
moderator lalu menyerahkan permasalahan pada perumus untuk dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama, tim perumus memberikan
penjelasan tentang permaslahan yang sedang sulit untuk diselesaikan.
Kemungkinan kedua, perumus menyetujui rumusan / menyarankan
untuk merubah rumusan jawaban.
Pada sesi ini perumus memberikan kritik terhadap ibarot-ibarot
dan jawaban serta poin-poin yang telah di bahas dan memberikan
masukan-masukan tentang masalah yang dibahas. Selanjutnya
perumus memberikan jalan tengah jika terjadi perselisihan pendapat.
Atau perumus memberikan usulan rumusan baru yang didasarkan pada
ibarot-ibarot dan pendapat musyawirin. Untuk selanjutnya diserahkan
pada moderator agar disetujui atau dilakukan pembahasan lanjutan.
g. Tabyyun
Pada sesi ini, moderator menerima hasil tim perumus dan
sampaikan pada musyawirin untuk ditindaklanjuti dalam bentuk
persetujuan terhadap rumusan jawaban yang diusulkan perumus, atau
42
menyanggah dengan santun rumusan tim perumus sehingga
melanjutkan diskusi dengan musyawirin / tim perumus.
Sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat antara musyawirin
dengan tim perumus. Maka perlu ditindaklanjuti oleh tim perumus
untuk meluruskan jawaban. Bahkan moderator juga harus pandai
mengambil keputusan jalan tengah jika terjadi perbedaan pendapat
antara musyawirin dengan tim perumus. Pada praktik umumnya, tim
perumus lebih dimenangkan daripada musyawirin, tentunya dengan
melihat dan mendengar hasil diskusi antara musyawirin dengan tim
perumus.
Jika memang benar-benar terjadi perbedaan pendapat antara
tim perumus dengan musyawirin, maka moderator harus segera
memutuskan dengan memberikan jalan tengah atau usulan. Bahkan
usulan yang terburuk adalah mauquf. Jika sudah diusulkan dan kedua
belah pihak telah sepakat, maka dirumuskan redaksi jawaban sekalipun
mauquf.
h. Perumusan Jawaban dan Mauquf
Jika sudah terjadi kesepakatan musyawirin atas masukan tim
perumus. Maka moderator mempertegas rumusan agar disetujui oleh
tim perumus. Artinya, rumusan jawaban dan keputusan apapun harus
didasarkan atas musyawarah mufakat seluruh yang hadir.
43
Masalah dianggap mauquf apabila dalam waktu satu jam tidak
bisa diselesaikan dan semua musyawirin, perumus, serta mushohih
tidak berkenan melanjutkan.
i. Pengesahan
Jawaban masalah di anggap putus dan sah apabila mendapatkan
persetujuan musyawirin, perumus dan mushohih dengan cara mufakat.
Artinya setelah melalui proses diskusi panjang, termasuk masalah
sudah dirumuskan jawabannya oleh tim perumus atau dinyatakan
mauquf, maka moderator meminta kepada mushoheh untuk
mengesahkan rumusan jawaban. Biasanya, mushohheh mengajak
peserta bahtsul masail untuk membaca surat al-fatihah sebagai tanda
pengesahan jawaban (Chaq, 2015: 7-9).
3. Komponen dan Tugas Komponen Dalam Sidang Bahtsul Masail
Dalam sidang bahtsul masail, biasanya terdapat komponen-
komponen yang harus ada, yaitu moderator, tim perumus (muharrir), tim
mushohheh, peserta (musyawirin). Berikut beberapa gambaran tugas
masing-masing komponen:
a. Moderator
1) Memimpin, menjaga ketertiban, mengatur dan membagi waktu
2) Member izin, menerima usul dan pendapat musyawirin
3) Meminta narasumber atau penanya untuk menjelaskan dan
menggambarkan masalah sesuai permintaan peserta
4) Menunjuk peserta untuk menjawab masalah
44
5) Meminta kepada penjawab untuk membacakan ta’bir dan dan
menerangkan kesimpulannya
6) Meminta peserta yang pendapatnya tidak sama untuk menanggapi
pendapat lain dengan mencari kelemahan jawaban dan kelemahan
ta’birnya
7) Meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari pembicaraan
8) Membacakan kesimpulan jawaban yang telah disepakati oleh tim
perumus, untuk kemudian ditawarkan lagi kepada peserta
9) Mengetuk tiga kali bila masalah di anggap selesai dan memohon
kepada mushohih untuk memimpin pembacaan al-fatihah bersama,
sebagai simbol pengesahan
10) Dalam keadaan dlorurot moderator dapat menunjuk salah satu
peserta untuk menggantikannya
11) Dilarang:
a) Ikut berpendapat
b) Memihak atau tidak obyektif
c) Mengintimidasi peserta
b. Tim Perumus
1) Mengikuti jalannya bahtsul masail
2) Meneliti jawaban-jawaban dan ta’bir yang masuk
3) Memilih ta‟bir yang masuk sesuai permasalahan yang di bahas
4) Meluruskan jawaban yang dianggap menyimpang
5) Memberikan rumusan jawaban dan ta’bir-ta’bir pendukung
45
6) Dilarang:
a) Memaksakan jawaban tanpa ada ta’bir dari peserta
b) Berbicara sebelum ditunjuk moderator
c) Berbicara diluar materi pembahasan
d) Mengganggu konsentrasi peserta
c. Tim Mushohih
1) Mengikuti jalannya bahtsul masail
2) Memberikan pengarahan dan nasehat kepada peserta dan tim
perumus
3) Mempertimbangkan dan mentasheh keputusan bahtsul masail
dengan bacaan al-fatihah
4) Dilarang membaca al-fatihah sebelum ada kesepakatan
d. Peserta
1) Menempati arena yang tersedia sebelum acara dimulai
2) Menjawab masalah dan menyampaikan ta’birnya setelah diberi
waktu oleh moderator
3) Berbicara setelah diberi waktu oleh moderator
4) Menyampaikan ta’bir kepada tim perumus
5) Menghormati dan menghargai peserta lain
6) Menolak pendapat atau jawaban peserta lain dengan melalui
moderator
7) Mengajukan usulan, tanggapan dan sangkalan melalui moderator
8) Memberikan koreksi terhadap rumusan perumus
46
9) Dilarang:
a) Keluar dari forum bahtsul masail tanpa izin moderator
b) Membuat gaduh dalam forum bahtsul masail
c) Berselisih pendapat dengan teman sedelegasi
d) Berbicara tanpa melalui moderator atau debat kusir (Chaq,
2015: 9-10).
D. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini
diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Asrori (2015) yang berjudul
“Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Pemahaman Pelajaran
Fiqih Pada Santri Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien Ngunut
Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015” menunjukkan bahwa melalui
Penerapan Metode Diskusi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien
yaitu berupa diskusi kelas, diskusi berupa halaqoh-halaqoh kecil
(kelompok), diskusi yang diadakan bersifat bulanan/diskusi suhgro dan
tahunan/diskusi kubro (bahtsul masail). Adapun dalam penelitian
menggunakan metode penelitian kualitatif yang berisi tentang: (1)
pendekatan dan jenis penelitian (2) lokasi penelitian (3) kehadiran peneliti
(4) data dan sumber data (5) teknik pengumpulan data (6) teknis analisis
data (7) pengecekan keabsahan temuan.
47
2. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Zuhari Harsyah (2008) yang
berjudul “Metode pembelajaran Fiqih Kontekstual di Kelas Ulya
Madrasah Diniyyah Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta” menunjukkan
bahwa dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih di kelas
Ulya Madrasah Diniyah Nurul Ummah terdiri dari: metode diskusi,
metode bahtsul masail, metode ceramah, metode pemberian tugas, metode
Tanya jawab, dan metode mutarahah. Dimana dengan menggunakan
metode-metode tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar santri kelas
Ulya sudah cukup menguasai materi fiqih. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan antropologi, dengan
mengambil latar Madrasah Diniyah Nurul Ummah. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Analisis data dengan analisis induktif, yaitu menganalisis
data yang khusus kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat
umum. Sedangkan pemerikasaan keabsahan data dilakukan dengan
mengadakan trigulasi dengan menggunakan sumber data dan metode yang
berbeda.
Berdasarkan judul penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya
sebagaimana paparan diatas bahwa terdapat perbedaan dengan judul penelitian
yang dilakukan penulis yaitu dari segi tingkatan pendidikan yang menjadi
objek penelitian.
48
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
1. Sejarah
Pondok Pesantren At-Thoyyib Kembaran merupakan salaha sat
pondok pesantren tertua di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
berdiri sejak tahun 1896 sudah mencapai usia 117 tahun. Yang didirikan
oleh K.H. Toyyib dari Punduh Sari, Tempuran.
Sering perkembangan zaman. Lulusan Pondok Pesantren dituntut
tidak hanya kompeten dalam pengetahuan agama saja, akan tetapi harus
seimbang antara pengetahuan umum dan agama, dengan harapan dapat
mencapai kebaikan dunia dan akhirat.
Menjawab tuntutan dan tantangan zaman, Dzuriyah serta Alumni
Pindok Pesantren At-Thoyyib memfasilitasi berdirinya SMP Islam
Terpadu Al-Ittihad, pada tanggal 19 Mei 2012 dengan program unggulan
Islamic Boarding School (Peserta Didik Diasramakan) dengan
memadukan kurikulum Dinas Pendidikan Nasional dan kurikulum Pondok
Pesantren.
2. Visi dan Misi
Visi: terwujudnya peserta didik yang beriman, bertaqwa,
berakhlaqul karimah, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memiliki keterampilan hidup (life skills) yang handal.
49
Misi: a. Menyiapkan peserta didik agar beraqidah kuat, taat beribadah
serta berakhlaqul karimah;
b. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran agama dan akhlaq
mulia, pengetahuan dan teknologi serta keterampilan;
c. Membimbing peserta didik untuk mampu berinteraksi dengan
kemajuan teknologi dalam menghadapai era globalisasi; dan
d. Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi diri
serta menumbuhkan kreativitas dan kemandirian untuk bekal
hidup di kemudian hari.
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi
SMP IT Al-Ittihad Salaman Kabupaten Magelang
Tahun Pelajaran 2016/2017
Gambar. 2
Struktur Organisasi SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
50
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yang dimiliki SMP IT al-Ittihad Salaman
Magelang antara lain:
a. Bangunan
Bangunan sekolah ini memiliki ruang-ruang antara lain 3 ruang
kelas, 1 ruang perpustakaan konvensional, 1 ruang serba guna/aula, 1
ruang UKS, 1 ruang BP/BK, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
ruang tata usaha,1 ruang OSIS, 1 kamar mandi/ WC guru laki-laki, 1
kamar mandi/ WC guru perempuan, 1 kamar mandi/ WC siswa laki-
laki, 1 kamar mandi/ WC siswa perempuan, dan 2 ruang asrama siswa.
b. Ketenagaan
Ketenagaan SMP IT Al-Ittihad Salaman Kabupaten Magelang
ini terdiri dari Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi.
No Nama Keterangan
1. Drs. Abdul Muchit Komite Sekolah
2. Siti Kalimatus S, S.Pd Kepala Sekolah
3. Chasna Masruroh Wakil Kepsek I
4. Umi Lathifah, S.Pd Wakil Kepsek II
5. Siti Budi Lestari, S.Pd Guru
6. Sulistyowati, S.Pd Guru
7. Enik Linawati Guru
8. Ambar Ludviana Guru
9. Aly Akbar Navis, S.Pd Guru
10. Indri Hapsari, S.Pd Guru
11. Syamsul Ma‟arif Guru
12. Haryanto Tenaga Administrasi
Tabel. 1
Daftar tenaga guru dan pegawai SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
51
5. Prestasi Yang Pernah Diraih
Prestasi yang diraih oleh SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
antara lain:
a. Peringkat II UN Se-SMP Ma‟arif Kabupaten Magelang;
b. Juara I Mata Pelajaran IPA tahun 2013
c. Juara I Mata Pelajaran IPA tahun 2015;
d. Juara I Mata Pelajaran IPS tahun 2015; dan
e. Juara I Catur Putra tahun 2016
6. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
antara lain: Sertifikasi Ro‟is Tahlil; Mujahadah dan Ziarah; Seni Baca al-
Qur‟an; Seni Rebana; Kepramukaan; Keterampilan Batik; dan
Keterampilan Sablon.
52
B. Penyajian Data
1. Subjek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Pelaksana penelitian ini adalah peneliti, sedangkan sebagai
subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP IT Al-Ittihad
Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah peserta
didik 22 siswa, yang mana terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan. Selama proses penelitian semua siswa mengikuti pelajaran
tanpa ada yang izin sakit atau tanpa alasan.
Wali Kelas : Umi Latifah, S.Pd
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1 2 4
1. ACHMAD SYAEFUDIN Laki-laki
2. AHMAD MUHAMMAD „AZZA Laki-laki
3. AJI FAJAR SIDIK Laki-laki
4. AKHMAD AGUST ZUHAD RIZIQ Laki-laki
5. ARNEL Laki-laki
6. DINA OKTAVIA SALSABILA Perempuan
7. FIMADANI BAYU PRAYOGI Laki-laki
8. IMAM MUTTAKIN Laki-laki
9. INDAH MASRUROH Perempuan
10. MUHAMMAD HAZIB MUHIBBIN Laki-laki
11. MELLINA USWATUN KHASANAH Perempuan
12. MUHAMMAD ICHBALURRIFQI Laki-laki
13. MUHAMAD IQBAL Laki-laki
14. MUHAMMAD MUNIR FUADI Laki-laki
15. MUHAMMAD THUBA AL-AHZAM Laki-laki
53
16. NUR ROHMAN Laki-laki
17. RINI NURUL ISFAHANI Perempuan
18. SITI FATIMAH Perempuan
19. SITI VITA LESTARI Perempuan
20. UNAISATUL AFIDA Perempuan
21. WILDAN MUHAMMAD Laki-laki
22. ZUHROTUL ISNA Perempuan
Tabel. 2
Data Siswa Kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang
b. Kolaborator Penelitian
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan jenis
penelitian kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kagiatan belajar
mengajar dan peneliti menyiapkan media pembelajaran dan melakukan
observasi terhadap kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama
proses kegiatan tersebut.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II.
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perancangan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan pada dua siklus, yaitu siklus pertama dan siklus kedua yang
telah direncanakan.
Untuk lebih rincinya, rencana penelitian tindakan kelas ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Pra Siklus
54
Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil
penguasaan materi peserta didik, yang dijadikan sebagai tolak ukur
perbandingan penguasaan materi sebelum dan sesudah adanya
penelitian tindakan kelas. Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran
seperti biasa, dengan menggunakan metode biasa seperti ceramah atau
demonstrasi. Kemudian di akhir pembelajaran diadakan evaluasi
dengan memberi Lembar Kerja Siswa atau pre test, yang kemudian
dijadikan acuan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus I.
b. Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : dalam
hal ini peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan pada
tahap kedua dari siklus 1 yaitu tahap acting (pelaksanaan
tindakan)
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan dikelas : dalam hal ini peneliti mempersiapkan
media pembelajaran atau sarana pendukung lainnya yang juga
diperlukan saat pembelajaran dilaksanakan.
c) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis
data mengenai proses dan hasil tindakan : dalam hal ini peneliti
membuat instrumen yang diperlukan untuk merekam dan
55
menganalisis data mengenai proses belajar maupun hasil
pembelajaran.
d) Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
Ktiteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
(1). Persentase ketuntasan siswa menguasai materi minimal
90%
(2). Rata-rata skor dari siswa minimal 78
(3). Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 80
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Langkah-
langkah pembelajaran dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah
sebagai berikut:
a) Kegiatan awal 30 menit untuk
(1). Guru membaca salam sebagai pembuka
(2). Guru membaca hadlarah
(3). Murid membaca al Fatihah dan do'a pembuka
(4). Absensi dan kalender.
b) Kegiatan inti 60 menit untuk
(1). Membagi siswa menjadi 2 kelompok.
(2). Membimbing siswa bagaimana melaksanakan diskusi
kelompok.
56
(3). Membagikan tugas yang akan didiskusikan.
(4). Melaksanakan diskusi.
(5). Mengamati jalannya diskusi kelompok siswa dan memberi
bimbingan kepada setiap kelompok secara bergantian.
(6). Mendengar setiap kelompok untuk menampilkan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas
(7). Guru meminta siswa untuk bertanya akan hal-hal yang
belum difahaminya.
(8). Siswa bersama guru menyimpul- kan materi diskusi dan
merefleksikannya.
(9). Siswa mencatat hasil kesimpulan, dan guru menutup
diskusi dengan memberikan evaluasi.
c) Istirahat 30 menit
d) Penutup
Guru menutup pelajaran dengan hamdalah dan salam.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
penerapan metode bahstul masail pada pembelajaran Fiqih kelas
VII SMP IT AL-Ittihad Salaman Magelang, peneliti dan
kolaborator membahas hasil pengamatan untuk menyusun langkah-
langkah dan tindakan perbaikan yang diambil pada siklus
berikutnya. Dimana hasil dari pengamatan masih belum
memuaskan, maka diharapkan pada siklus II melalui metode
57
bahtsul masa’il pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
materi Fiqih hasil belajar siswa akan meningkat.
4) Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada siklus I peneliti masih kesulitan menggunakan metode
diskusi kelompok berkaitan dengan kemampuan guru menyusun
rencana pembelajaran dengan materi pokok Fiqih dengan
penerapan metode bahtsul masa’il dipandang masih sangat rendah
terutama dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, guru
kurang pada:
(a) Kesesuaian dengan kompetensi dasar,
(b) Kejelasan tujuan pembelajaran
(c) Kesesuaian dengan karakter siswa,
(d) Kesesuaian strategi metode dengan materi pokok,
(e) Kelengkaan langkah setiap tahapan,
(f) Kejelasan prosedur penilaian,
(g) Kelengkapan instrument penilaian.
Kelemahan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
dengan materi pokok Fiqih dengan penerapan metode bahtsul
masa’il adalah:
(a) Kesiapan ruangan yang terlalu kecil dan media belajar yang
tidak ada,
(b) Ketika melakukan apersepsi; pertanyaan yang diajukan sering
tidak tepat,
58
(c) Ketika akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan karakter
yang akan dicapai siswa; sering lupa menyampaikannya kepada
siswa,
(d) Kesulitan mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan,
(e) Kegiatan pembelajaran tidak runtut,
(f) Kurang menguasai kelas ketika KBM sedang berlangsung,
(g) pesan yang dihasilkan terkadang kurang menarik,
(h) Kurang dapat menggunakan media pembelajaran dengan
efektif,
(i) Pada akhir materi lupa menyampaikan refleksi pembelajaran.
Berdasarkan uraian kelemahan guru diatas, maka
pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus II sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran siklus II adalah:
(a) Membentuk diskusi kelompok siswa, mengarahkan siswa
dalam melaksanakan diskusi kelompok.
(b) Siswa melakukan diskusi.
(c) Tahap akhir guru membimbing siswa membuat kesimpulan
hasil diskusi dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut.
c. Siklus II
1) Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan dikelas.
59
c) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis
data mengenai proses dan hasil tindakan.
d) Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
a) Kegiatan awal 30 menit untuk
(1). Guru membaca salam sebagai pembuka
(2). Guru membaca hadlarah
(3). Murid membaca al Fatihah dan do'a pembuka
(4). Absensi dan kalender.
b) Kegiatan inti 60 menit untuk
(1). Membagi siswa menjadi 2 kelompok.
(2). Membimbing siswa bagaimana melaksanakan diskusi
kelompok.
(3). Membagikan tugas yang akan didiskusikan.
(4). Melaksanakan diskusi.
(5). Mengamati jalannya diskusi kelompok siswa dan memberi
bimbingan kepada setiap kelompok secara bergantian.
(6). Mendengar setiap kelompok untuk menampilkan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas
(7). Guru meminta siswa untuk bertanya akan hal-hal yang
belum difahaminya.
(8). Siswa bersama guru menyimpul- kan materi diskusi dan
merefleksikannya.
60
(9). Siswa mencatat hasil kesimpulan, dan guru menutup
diskusi dengan memberikan evaluasi.
c) Istirahat 30 menit
d) Penutup
Guru menutup pelajaran dengan hamdalah dan salam.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap aktivitas
siswa ketika melakukan pembelajaran berlangsung dengan
penerapan metode bahstul masail pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam meteri Fiqih kelas VII SMP IT AL-Ittihad Salaman
Magelang, telah mampu untuk melaksanakan satu tugas, peran atau
tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan
pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
4) Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada siklus II peneliti menemukan cukup banyak
peningkatan dari siklus I pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam materi Fiqih di VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang.
Peningkatan tersebut meliputi:
(a) Sebagian besar siswa aktif berdiskusi dan bertanya meskipun
ada beberapa siswa yang kurang aktif.
61
(b) Siswa lebih serius dalam melakukan saling beradu argumen
dengan menggunakan dasar atau referensi masing-masing
(c) Adanya peningkatan hasil tes tertulis pada lembar soal yang
dikerjakan.
(d) Adanya peningkatan ketuntasan klasikal.
Pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai tes metode bahtsul masa’il
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Fiqih hasil belajar
siswa meningkat.
62
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus
Dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan II siklus. Dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yang
berbentuk lembar kerja siswa untuk mengukur hasil belajar fiqih. Adapun
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Siswa
a. Pra Siklus
1) Data Hasil Belajar Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 2 3 4
1. Achmad Syaefudin 75 Belum tuntas
2. Ahmad Muhammad „Azza 65 Belum tuntas
3. Aji Fajar Sidik 78 Tuntas
4. A. Agust Zuhad Riziq 80 Tuntas
5. Arnel 65 Belum tuntas
6. Dina Oktavia Salsabila 60 Belum tuntas
7. Fimadani Bayu Prayogi 78 Tuntas
8. Imam Muttakin 65 Belum tuntas
9. Indah Masruroh 80 Tuntas
10. M. Hazib Muhibbin 75 Belum tuntas
11. Mellina Uswatun K 65 Belum tuntas
12. Muhammad Ichbalurrifqi 80 Tuntas
13. Muhamad Iqbal 70 Belum tuntas
63
1 2 3 4
14. Muhammad Munir Fuadi 65 Belum tuntas
15. M. Thuba Al-Ahzam 60 Belum tuntas
16. Nur Rohman 75 Belum tuntas
17. Rini Nurul Isfahani 85 Tuntas
18. Siti Fatimah 60 Belum tuntas
19. Siti Vita Lestari 65 Belum tuntas
20. Unaisatul Afida 80 Tuntas
21. Wildan Muhammad 75 Belum tuntas
22. Zuhrotul Isna 70 Belum tuntas
Tabel. 3
Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Pra Siklus
*KKM = 78
Rata-rata kelas 71,40
Persentase ketuntasan 32%
Siswa tidak tuntas 68%
Berdasarkan data diatas pelaksanaan Pra siklus dapat
diperoleh data dengan jumlah siswa yang tuntas 7 siswa dan 10
siswa yang belum tuntas. Adapun siswa yang dinyatakan tuntas
yaitu siswa yang mendapatkan nilai mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 78. Rata-rata yang diperoleh dari data diatas
yaitu 71,40.
Persentase Ketuntasan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
= 7
22 𝑥 100%
= 32%
64
No Interval Nilai Frekuensi Persentase
1. 46-55 0 0
2. 56-65 9 41%
3. 66-75 6 27%
4. 76-85 7 32%
5. 86-95 0 0
Jumlah 22 100%
Tabel 4.
Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Berdasarkan tabel frekuensi hasil belajar siswa nilai
terendah antara 56 sampai 65 diperoleh 9 siswa dengan presentase
41%. Nilai tertinggi antara 76 sampai 85 diperoleh 7 siswa dengan
presentase 32%.
2) Refleksi
Pada pra siklus ini masih ada 68% siswa yang belum tuntas
dan hanya 32% yang telah tuntas. Berdasarkan pengamatan peneliti
pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang biasa digunakan
guru dalam mengajar. Maka peneliti dalam pembelajaran
selanjutnya yakni pada siklus I akan menggunakan metode bahtsul
masail.
65
b. Siklus I
1) Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 2 3 4
1. Achmad Syaefudin 78 Tuntas
2. Ahmad Muhammad „Azza 70 Belum tuntas
3. Aji Fajar Sidik 80 Tuntas
4. A. Agust Zuhad Riziq 80 Tuntas
5. Arnel 70 Belum tuntas
6. Dina Oktavia Salsabila 70 Belum tuntas
7. Fimadani Bayu Prayogi 78 Tuntas
8. Imam Muttakin 75 Belum tuntas
9. Indah Masruroh 90 Tuntas
10. M. Hazib Muhibbin 80 Tuntas
11. Mellina Uswatun K 75 Belum tuntas
12. Muhammad Ichbalurrifqi 80 Tuntas
13. Muhamad Iqbal 75 Belum tuntas
14. Muhammad Munir Fuadi 70 Belum tuntas
15. M. Thuba Al-Ahzam 70 Belum tuntas
16. Nur Rohman 75 Belum tuntas
17. Rini Nurul Isfahani 90 Tuntas
18. Siti Fatimah 70 Belum tuntas
19. Siti Vita Lestari 70 Belum tuntas
20. Unaisatul Afida 88 Tuntas
21. Wildan Muhammad 78 Tuntas
22. Zuhrotul Isna 70 Belum tuntas
Tabel. 5
Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Siklus I
*KKM = 78
66
Rata-rata kelas 76,45
Persentase ketuntasan 45,4%
Siswa tidak tuntas 54,5%
Berdasarkan data diatas pelaksanaan siklus I dapat
diperoleh data dengan jumlah siswa yang tuntas 10 siswa dan 12
siswa yang belum tuntas. Adapun siswa yang dinyatakan tuntas
yaitu siswa yang mendapatkan nilai mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 78. Rata-rata yang diperoleh dari data diatas
yaitu 76,45.
Persentase Ketuntasan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
= 10
22 𝑥 100%
= 56,2%
No Interval Nilai Frekuensi Persentase
1. 46-55 0 0
2. 56-65 0 0
3. 66-75 12 54%
4. 76-85 7 32%
5. 86-95 3 14%
Jumlah 22 100%
Tabel 6.
Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Berdasarkan 66 able frekuensi hasil belajar siswa nilai
terendah antara 66 sampai 75 diperoleh 12 siswa dengan presentase
54%. Nilai tertinggi antara 86 sampai 95 diperoleh 3 siswa dengan
presentase 14%.
67
2) Refleksi
Pada siklus I ini masih ada 45% siswa yang belum tuntas
dan hanya 54% yang telah tuntas. Berdasarkan pengamatan peneliti
pembelajaran yang dilakukan kurang maksimal. Masih ada siswa
yang berbicara sendiri dan kurang memperhatikan pelajaran.
Tindakan yang harus diberikan oleh guru adalah mengkondisikan
siswa lebih baik dalam pengajaran berikutnya.
c. Siklus II
1) Data Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 2 3 4
1. Achmad Syaefudin 80 Tuntas
2. Ahmad Muhammad „Azza 78 Tuntas
3. Aji Fajar Sidik 89 Tuntas
4. Akhmad Agust Zuhad Riziq 75 Belum tuntas
5. Arnel 70 Belum tuntas
6. Dina Oktavia Salsabila 96 Tuntas
7. Fimadani Bayu Prayogi 100 Tuntas
8. Imam Muttakin 83 Tuntas
9. Indah Masruroh 96 Tuntas
10. Muhammad Hazib Muhibbin 100 Tuntas
11. Mellina Uswatun Khasanah 82 Tuntas
12. Muhammad Ichbalurrifqi 96 Tuntas
13. Muhamad Iqbal 96 Tuntas
14. Muhammad Munir Fuadi 79 Tuntas
15. M. Thuba Al-Ahzam 78 Tuntas
68
1 2 3 4
16. Nur Rohman 78 Tuntas
17. Rini Nurul Isfahani 85 Tuntas
18. Siti Fatimah 96 Tuntas
19. Siti Vita Lestari 78 Tuntas
20. Unaisatul Afida 91 Tuntas
21. Wildan Muhammad 80 Tuntas
22. Zuhrotul Isna 100 Tuntas
Tabel. 7
Daftar nilai hasil belajar kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman
Magelang Siklus II
*KKM = 78
Rata-rata kelas 86,63
Persentase ketuntasan 91%
Siswa tidak tuntas 0,9%
Pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 45,6%,
yaitu jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 20 siswa atau
91 % dan 2 siswa atau 0,9% belum tuntas dengan rata-rata 86,63.
Persentase Ketuntasan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
= 20
22 𝑥 100%
= 91%
Pada siklus ke II ini sebanyak 91% siswa tuntas namun
masih terdapat 0,9% siswa yang belum tuntas. Berdasarkan
indikator keberhasilan klasikal yaitu 85% maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran pada siklus II ini sudah berhasil karena 91 %
> 85%.
69
No. Interval Nilai Frekuensi Persentase
1. 50-60 0 0
2. 61-70 0 0
3. 71-80 9 41%
4. 81-90 4 18%
5. 91-100 9 41%
Jumlah 22 100%
Tabel 8.
Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
2) Refleksi
Berdasarkan tabel frekuensi hasil belajar siswa presentase
terbesar dan tertinggi yaitu 41% terdapat pada nilai 91 sampai 100
yang diperoleh 9 siswa. Nilai terendah yaitu antara 71 sampai 80
diperoleh 9 siswa dengan presentase 41%.
B. Pembahasan
Data dibawah ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan
melalui 3 siklus, berikut rangkaian data siswa yang mengalami peningkatan
dari Pra Siklus ke Siklus I ke Siklus II.
Uraian
Siswa Yang
Tuntas
Siswa Yang
Tidak Tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
Pra Siklus 7 32% 15 68%
Siklus I 12 54,5% 10 45,4%
Siklus II 20 91% 2 0,9%
Tabel 9.
Hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM
70
Dari tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan presentase hasil
belajar siswa. Akan lebih jelas apabila dilihat dari grafik di bawah ini.
Gambar. 3
Peningkatan persentase hasil belajar siswa.
1. Pada Pra Siklus persentase siswa yang tuntas sebanyak 32%
2. Pada siklus I persentase siswa yang tuntas sebanyak 54,5 %.
3. Pada siklus II persentase siswa yang tuntas sebanyak 91%.
Jadi, peningkatan hasil belajar siswa karena penggunaan metode
bahtsul mas’il. Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
menggunakan metode bahtsul mas’il pokok bahasan fiqih meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun
Pelajaran 2016/2017.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
71
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan,
bahwa dengan menggunakan metode bahtsul masail dapat meningkatkan hasil
belajar pendidikan agama islam materi fiqih pada siswa kelas VII SMP IT Al-
Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017. Dilihat dari
peningkatan persentase hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu
45,6%. Hasil belajar siswa pada pra siklus siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa
atau 32% dan 15 siswa atau 68% yang belum tuntas, siklus I siswa yang
tuntas sebanyak 12 siswa atau 54,5% dan 10 siswa atau 45,4% yang belum
tuntas dengan rata-rata 76,45. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 20
siswa atau 91% dan 2 siswa atau 0,9% belum tuntas dengan rata-rata 86,63.
Dalam pencapaian ketuntasan klasikal sebanyak 45,4% siswa yang tuntas dan
dalam siklus II ini sudah 91% siswa yang tuntas maka siklus dihentikan dan
dinyatakan penelitian berhasil.
72
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Selalu berikan motivasi sebelum memulai pelajaran terutama motivasi
rajin membaca.
2. Buatlah proses pembelajaran menjadi semenarik mungkin sehingga siswa
akan senang ketika belajar dan tidak merasa bosan.
3. Gunakan lingkungan sekolah sebagai sarana pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran.
4. Libatkan perpustakaan sekolah untuk membudayakan minat membaca
siswa.
5. Meningkatkan sikap positif guru terhadap proses pembelajaran.
6. Melakukan evaluasi kepada semua guru setelah melakukan proses
pembelajaran agar setiap permasalahan di kelas cepat teratasi
7. Menambahi fasilitas pembelajaran di kelas seperti LCD atau alat
pembelajaran yang lain.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu dan Tafsir. Semarang:
Pustaka Rizki Putra Edisi ketiga, Cet. 1.
Bakry, Nazar. 1996. Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Chaq, Moh. Dliya‟ul. 2015. Sistem Diskusi dan Metode Pengambilan Keputusan
Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail. Jombang: Pontren. Putri Al-Amanah
Bahrul Ulum Tambakberas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno.1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta : Trust Media.
Nazarudin. 2007. Manajemen pembelajaran. Yogyakarta: Teras
Purwanto. 2009. Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bhumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tayar, Yusuf. dkk. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wahab, Abdul. 1993. Kaidah-kaidah HuKum Islam. Jakarta: Rajawali Press.
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-islam.html diakses pada 18
November 2016).
www.lib.unnes.ac.id/1239/1/2127.pdf diakses pada 12 November 2016
www.id.wikipedia.org diakses pada 20 Oktober 2016
1
DOKUMENTASI
Foto 1 Tim Perumus
Foto 2 Diskusi
2
Foto 3 Presentasi
Foto 4 Diskusi Bahstul Masail
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Alokasi Waktu : 120 Menit
A. Standar Kompetensi
1. Mengenal Ilmu Fiqih
B. Kompetensi Dasar
1. Siswa mampu memahami fiqih
2. Siswa dapat menjelaskan dalil-dalil berkaitan dengan macam-macam
sujud
C. Indikator
1. Praktik memecahkan permasalahan fiqih dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat
1. Memahami ilmu fiqih beserta dasar hukum dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari
E. Materi Ajar
1. Diskusi masalah dalam Fiqih kehidupan sehari-hari
F. Metode Pembelajaran
Diskusi, metode bahtsul masail
G. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan pembelajaran Pengorganisasian Waktu
1. Kegiatan Awal
(5). Guru membaca salam
sebagai pembuka
(6). Guru membaca hadlarah
(7). Murid membaca al Fatihah
Klasikal
30
Menit
2
dan do'a pembuka
(8). Absensi dan kalender.
2. Kegiatan Inti
a. Membagi siswa menjadi 2
kelompok.
b. Membimbing siswa bagaimana
melaksanakan diskusi kelompok.
c. Membagikan tugas yang akan
didiskusikan.
d. Melaksanakan diskusi.
e. Mengamati jalannya diskusi
kelompok siswa dan memberi
bimbingan kepada setiap
kelompok secara bergantian.
f. Mendengar setiap kelompok
untuk menampilkan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas
g. Guru meminta siswa untuk
bertanya akan hal-hal yang belum
difahaminya.
h. Siswa bersama guru menyimpul-
kan materi diskusi dan
merefleksikannya.
i. Siswa mencatat hasil kesimpulan,
dan guru menutup diskusi dengan
memberikan evaluasi.
Klasikal
60
Menit
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberi penguatan materi
pada siswa
b. Guru memberi kesempatan untuk
bertanya bagi siswa
c. Guru melaksanakan tindak lanjut
dan evaluasi
d. Guru menutup pelajaran dengan
hamdalah dan salam.
30
Menit
3
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Al-Qur‟an dan Terjemah
2. Buku mata pelajaran PAI
3. Buku Penunjuang
I. Penilaian
Indicator pencapaian
kompetensi Teknik penlilaian Bentuk penilaian
1. Memecahkan
masalah fiqih dalam
kehidupan sehari-
hari
Tes tertulis
Keaktifan
Daya kritis
Pilihan ganda
Tanya jawab/ lisan
Kabupaten Magelang, 21 November 2016
Kolaborator Peneliti
Umi Latifah, S.Pd Chasna Masruroh
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Siti Kalimatus S, S.Pd.
1
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS I
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Standar Kompetensi : Mengenal Ilmu Fiqih
Kompetensi Dasar : Macam-macam sujud
Alokasi Waktu : 120 Menit
Tahun Ajaran : 2016/2017
Jumlah Siswa ; 22
Pengamatan Tindakan
No. Nama Keaktifan Kerjasama
Skor Ket A B C Kr A B C Kr
1. Achmad Syaefudin V V 78 T
2. Ahmad Muhammad „Azza V V 70 BT
3. Aji Fajar Sidik V V 80 T
4. Akhmad Agust Zuhad Riziq V V 80 T
5. Arnel V V 70 BT
6. Dina Oktavia Salsabila V V 70 BT
7. Fimadani Bayu Prayogi V V 78 T
8. Imam Muttakin V V 75 BT
9. Indah Masruroh V V 90 T
10 Muhammad Hazib Muhibbin V V 80 T
11 Mellina Uswatun Khasanah V V 75 BT
12 Muhammad Ichbalurrifqi V V 80 T
13 Muhamad Iqbal V V 75 BT
14 Muhammad Munir Fuadi V V 70 BT
15 Muhammad Thuba Al-Ahzam V V 70 BT
2
16 Nur Rohman V V 75 BT
17 Rini Nurul Isfahani V V 85 T
18 Siti Fatimah V V 60 BT
19 Siti Vita Lestari V V 65 BT
20 Unaisatul Afida V V 80 T
21 Wildan Muhammad V V 75 T
22 Zuhrotul Isna V V 70 BT
Keterangan : T : Tuntas BT : Belum Tuntas
Kriteria Penilaian
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
Kr = Kurang
Berdasarkan data pada siklus I ini maka, diperoleh:
a. Jumlah skor yang diperoleh =
b. Skor maksimum =
Prosentase = Skor yang dicapai X 100%
Skor maksimal
Magelang, 21 November 2016
Pengamat
Chasna Masruroh
1
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN SIKLUS I
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Standar Kompetensi : Mengenal Ilmu Fiqih
Kompetensi Dasar : Macam-macam sujud
Alokasi Waktu : 120 Menit
Tahun Ajaran : 2016/2017
Jumlah Siswa ; 22
No Kegiatan Aspek yang diamati
Realisasi
Kolaborator
(K)
Peneliti
(P)
1 2 3 1 2 3
1. Pendahuluan a. Membuat apresiasi
b.Memperhatikan topik
atau tujuan
c. Menarik perhatian
siswa
V
V
V
V
V
V
2. Inti a. Kejelasan, penggunaan
contoh dan penekanan
hal penting
b.Kemampuan
mengelola kelas
c. Memberi bantuan
siswa yang mengalami
kesulitan
d.Mendorong siswa aktif
e. Penyebaran,
pemindahan giliran
dan pemberian waktu
bergilir
f. Memanfaatkan waktu
V
V
V
V
V
V
V
V
2
secara efektif
g.Memulai dan
mengakhiri pelajaran
sesuai jadwal
V
V
V
V
3. Penutup Meninjau kembali isi
materi
V V
Jumlah 0 8 3 0 8 3
Jumlah Skor = Jumlah x Poin 16 9 0 16 9
Jumlah Skor Total 25 25
Rata-rata Jumlah Skor 50
2
= 25
Rata-rata Skor 25
15
= 1,6
Prosentase (%) 1,6 X 100%
3
= 53,33%
Keterangan
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Magelang, 21 November 2016
Peneliti Kolaborator
Chasna Masruroh Umi Latifah, S.Pd
1
LEMBAR EVALUASI SISWA SIKLUS I
1. Apabila kita ragu dalam jumlah rakaat, disunahkan untuk melakukan ….
A. Sujud syukur
B. Sujud tilawah
C. Sujud sahwi
D. Sujud rukun
2. Sujud yang dilakukan ketika membaca ayat sajdah disebut …
A. Sujud sahwi
B. Sujud tilawah
C. Sujud rukun
D. Sujud syukur
3. Berikut yang bukan merupakan syarat sujud tilawah adalah …
A. Suci dari hadas dan najis
B. Menghadap ke kiblat
C. Menutup aurat
D. Niat karena Allah swt.
4. Hukum melaksanakan sujud syukur adalah …
A. Makruh
B. Wajib
C. Mubah
D. Sunah
5. Lafal sujud syukur merupakan pernyataan nabi …
A. Sulaiman a.s.
B. Muhammad saw.
C. Isa a.s.
D. Musa a.s.
6. Berikut bukan merupakan sujud yang disunahkan adalah …
A. Sujud sahwi
B. Sujud tilawah
C. Sujud wajib
2
D. Sujud syukur
7. Sujud yang dilakukan ketika ada berita bahwa seluruh siswa lulus ujian
adalah ...
A. Sujud syukur
B. Sujud sahwi
C. Sujud tilawah
D. Sujud wajib
8. Ketika salat Magrib, Faisal lupa akan jumlah rakaatnya, maka dia melakukan
sujud …
A. Syukur
B. Sahwi
C. Tilawah
D. Rukun
9. Sujud syukur merupakan pencerminan bahwa kita …
A. Menyatakan bahwa Allah swt. tidak pernah memiliki sifat pelupa
B. Mensyukuri nikmat Allah swt
C. Mendekatkan diri kepada Allah swt
D. Selalu menghindarkan diri dari maksiat kepada Allah swt
10. Bacaan sujud syukur terdapat dalam Al-Qur‟an Surah ...
A. An-Nahl 50
B. An-Naml 19
C. Al-An'am 5
D. Al-Baqarah
3
KUNCI JAWABAN LEMBAR EVALUASI SIKLUS I
1. C
2. B
3. D
4. D
5. B
6. C
7. A
8. B
9. B
10. A
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Alokasi Waktu : 120 Menit
A. Standar Kompetensi
1. Mengenal Ilmu Fiqih
B. Kompetensi Dasar
1. Siswa mampu memahami fiqih
2. Siswa dapat menjelaskan dalil-dalil berkaitan dengan macam-macam
sujud
C. Indikator
1. Praktik memecahkan permasalahan fiqih dalam kehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat
1. Memahami ilmu fiqih beserta dasar hukum dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari
E. Materi Ajar
1. Diskusi masalah dalam Fiqih kehidupan sehari-hari
F. Metode Pembelajaran
Diskusi, metode bahtsul masail
G. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan pembelajaran Pengorganisasian Waktu
1. Kegiatan Awal
a. Guru membaca salam sebagai
pembuka
b. Guru membaca hadlarah
Klasikal
30
2
c. Murid membaca al Fatihah dan
do'a pembuka
d. Absensi dan kalender.
Menit
2. Kegiatan Inti
a. Membagi siswa menjadi 2
kelompok.
b. Membimbing siswa bagaimana
melaksanakan diskusi kelompok.
c. Membagikan tugas yang akan
didiskusikan.
d. Melaksanakan diskusi.
e. Mengamati jalannya diskusi
kelompok siswa dan memberi
bimbingan kepada setiap
kelompok secara bergantian.
f. Mendengar setiap kelompok
untuk menampilkan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas
g. Guru meminta siswa untuk
bertanya akan hal-hal yang belum
difahaminya.
h. Siswa bersama guru menyimpul-
kan materi diskusi dan
merefleksikannya.
i. Siswa mencatat hasil kesimpulan,
dan guru menutup diskusi dengan
memberikan evaluasi.
Klasikal
60
Menit
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberi penguatan materi
3
pada siswa
b. Guru memberi kesempatan untuk
bertanya bagi siswa
c. Guru melaksanakan tindak lanjut
dan evaluasi
d. Guru menutup pelajaran dengan
hamdalah dan salam.
30
Menit
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Al-Qur‟an dan Terjemah
2. Buku mata pelajaran PAI
3. Buku Penunjuang
I. Penilaian
Indicator pencapaian
kompetensi
Teknik penlilaian Bentuk penilaian
1. Memecahkan
masalah fiqih dalam
kehidupan sehari-
hari
Tes tertulis
Keaktifan
Daya kritis
Pilihan ganda
Tanya jawab/ lisan
Kabupaten Magelang, 28 November 2016
Kolaborator Peneliti
Umi Latifah, S.Pd Chasna Masruroh
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Siti Kalimatus S, S.Pd.
4
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS II
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Standar Kompetensi : Mengenal Ilmu Fiqih
Kompetensi Dasar : Macam-macam sujud
Alokasi Waktu : 120 Menit
Tahun Ajaran : 2016/2017
Jumlah Siswa ; 22
Pengamatan Tindakan
No. Nama Keaktifan Kerjasama
Skor Ket A B C Kr A B C Kr
1. Achmad Syaefudin V V 80 T
2. Ahmad Muhammad „Azza V V 78 T
3. Aji Fajar Sidik V V 89 T
4. Akhmad Agust Zuhad Riziq V V 75 BT
5. Arnel V V 70 BT
6. Dina Oktavia Salsabila V V 96 T
7. Fimadani Bayu Prayogi V V 100 T
8. Imam Muttakin V V 83 T
9. Indah Masruroh V V 96 T
10 Muhammad Hazib Muhibbin V V 100 T
11 Mellina Uswatun Khasanah V V 82 T
12 Muhammad Ichbalurrifqi V V 96 T
13 Muhamad Iqbal V V 96 T
14 Muhammad Munir Fuadi V V 79 T
15 Muhammad Thuba Al-Ahzam V V 78 T
16 Nur Rohman V V 78 T
5
17 Rini Nurul Isfahani V V 85 T
18 Siti Fatimah V V 96 T
19 Siti Vita Lestari V V 78 T
20 Unaisatul Afida V V 91 T
21 Wildan Muhammad V V 80 T
22 Zuhrotul Isna V V 100 T
Kriteria Penilaian
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
Kr = Kurang
Berdasarkan data pada siklus I ini maka, diperoleh:
c. Jumlah skor yang diperoleh =
d. Skor maksimum =
Prosentase = Skor yang dicapai X 100%
Skor maksimal
Magelang, 28 November 2016
Pengamat
Chasna Masruroh
6
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nama Sekolah : SMP IT AL-ITTIHAD Salaman Magelang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VII
Materi Pokok : Fiqih
Standar Kompetensi : Mengenal Ilmu Fiqih
Kompetensi Dasar : Macam-macam sujud
Alokasi Waktu : 120 Menit
Tahun Ajaran : 2016/2017
Jumlah Siswa ; 22
No Kegiatan Aspek yang diamati
Realisasi
Kolaborator
(K)
Peneliti
(P)
1 2 3 1 2 3
1. Pendahuluan a. Membuat apresiasi
b.Memperhatikan topik
atau tujuan
c. Menarik perhatian
siswa
V
V
V
V
V
V
2. Inti a. Kejelasan, penggunaan
contoh dan penekanan
hal penting
b.Kemampuan
mengelola kelas
c. Memberi bantuan
siswa yang mengalami
kesulitan
d.Mendorong siswa aktif
e. Penyebaran,
pemindahan giliran
dan pemberian waktu
bergilir
f. Memanfaatkan waktu
secara efektif
g.Memulai dan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
7
mengakhiri pelajaran
sesuai jadwal
3. Penutup Meninjau kembali isi
materi
V
V
Jumlah 0 0 11 0 0 11
Jumlah Skor = Jumlah x Poin 0 33 0 0 33
Jumlah Skor Total 33 33
Rata-rata Jumlah Skor 66
2
= 33
Rata-rata Skor 33
15
= 2,2
Prosentase (%) 2,2 X 100%
3
= 73,33%
Keterangan
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
Magelang, 28 November 2016
Peneliti Kolaborator
Chasna Masruroh Umi Latifah, S.Pd
1
LEMBAR EVALUASI SISWA SIKLUS II
1. Hukum mensyukuri nikmat Allah adalah….bagi setiap muslim dan muslimat
A. Sunah Mu‟akad
B. Fardhu Kifayah
C. Sunah Ghoiru Mu‟akad
D. Wajib
2. Sujud dilakukan sebagai bukti
A. rasa cinta dan kasih sayang
B. rasa kagum terhindar dari keagungan Allah
C. rasa hormat dan tunduk kepada Allah
D. rasa takut sebenar-benarnya takut
3. menurut Islam, sujud hanya boleh dilakukan terhadap…
A. Allah SWT
B. Allah dan rasul-Nya
C. Hal-hal yang terpuji
D. Khaliq dan Makhluqnya
4. Secara bahasa sujud tilawah berarti karena
A. Ketaatan
B. Ayat
C.Bacaan
D. perasaan
5. Apabila seseorang membaca bacaan ayat sajdah lalu ia sujud, syetan….
A. lari sambil meninggalnya menangis
B. Hangus terbakar api neraka
C. Mondar-mandir kesana kemari
D. langsung berteriak memanggil kawannya
6. Sujud kepada selain Allah termasuk perbuatan
A. Fasiq
B. Nifaq
C. Ridah
2
D. Syirik
7. Sujud yang dilakukan seseorang memiliki beberapa unsure perasaan, dibawah
ini unsur yang dimaksud adalah
A. kepasarahan hati
B. kesamaan hati
C. ketunduhan hati
D. kepatuhan jiwa
8. hukum melakukan sujud tilawah adalah
A. fardhu kifayah
B. sunah
C. mubah
D. fardhu ain
9. Sujud tilawah dapat dilakukan pada,,,
A. pada waktu sholat
B. dikluar sholat
C. di dalam atau diluar sholat
D. di dalam sholat
10. Sujud syukur dilakukan di
A. Masjid
B. Rumah
C. Tempat Kejadia
D. Dimana Saja asalkan tempatnya suci
1
KUNCI JAWABAN LEMBAR EVALUASI SIKLUS II
1. D
2. C
3. A
4. C
5. A
6. D
7. A
8. B
9. C
10. D
2
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga KM 2 Telp (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: www.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI*
Nama : CHASNA MASRUROH
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi
Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa‟il Pada Siswa Kelas VII
di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran
2016/2017
Pembimbing : Imam Mas Arum, M.Pd
No Hari/Tanggal Isi
Konsultasi
Catatan Pembimbing Paraf
*) Lembar konsultasi ini harus dibawa setiap berkonsultasi dengan pembimbing
Salatiga,
Pembimbing
Imam Mas Arum, M.Pd.
NIP. 19790507 201101 1 008
3
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga KM 2 Telp (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: www.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI*
Nama : CHASNA MASRUROH
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi
Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa‟il Pada Siswa Kelas VII
di SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran
2016/2017.
Pembimbing : Imam Mas Arum, M.Pd
No Hari/Tanggal Isi
Konsultasi
Catatan Pembimbing Paraf
*) Lembar konsultasi ini harus dibawa setiap berkonsultasi dengan pembimbing
Salatiga,
Pembimbing
Imam Mas Arum, M.Pd.
NIP. 19790507 201101 1 008
4
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA
SMP ISLAM TERPADU AL-ITTIHAD SALAMAN Kembaran Sidomulyo Salaman Magelang Kode Pos 56162
Email : [email protected]
NSS. 202020801147 NPSN. 69760652 Hp. 085643114300 / 0813280208222
TERAKREDITASI
SURAT KETERANGAN Nomor : 404/SMP IT AL ITTIHAD/P.16/III/2017
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : CHASNA MASRUROH
NIM : 114-13-005
Bahwa nama yang bersangkutan di atas telah mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam Materi Fiqih Dengan Metode Bahtsul Masa’il Pada Siswa Kelas VII di
SMP IT Al-Ittihad Salaman Magelang Tahun Pelajaran 2016/2017” di SMP
Al-Ittihad Salaman pada 1 November 2016 s/d selesai untuk memenuhi salah satu
persyaratan penyelesaian studi program S1 di IAIN Salatiga.
Demikian surat keterangan ini dibuat sesuai keadaan yang sebenarnya
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Magelang, 9 Maret 2017
Kepala
SMP IT AL-ITTIHAD
Salaman
Siti Khalimatus. S, S.Pd.
5
CURRICULUM VITAE
NAMA : CHASNA MASRUROH
TEMPAT, TGL
LAHIR
: Magelang, 8 Juli 1978
NIM : 114-13-005
JURUSAN/
FAKULTAS
: PAI/ Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
ALAMAT : Sojomerto Kidul Sidomulyo
Salaman Kab. Magelang 56162
HP : 081 328 020 822
PENDIDIKAN
1. MI Sidomulyo (1990)
2. MTs Negeri Borobudur (1993)
3. MA Hidayatul Mubtadi‟aat (1999)
4. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga (2017)
Magelang, 22 Maret 2017 M
Hormat Saya,
Chasna Masruroh