PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS V
SEMESTER I MI MA’ARIF NU DSN. GEYONGAN DS. KANDANGAN
KEC. BAWEN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
ALVI NIRAWATI
NIM 11512021
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS V
SEMESTER I MI MA’ARIF NU DSN. GEYONGAN DS. KANDANGAN
KEC. BAWEN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
ALVI NIRAWATI
NIM 11512021
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berjuang bukan untuk seseorang yang belum pasti tetapi berjuang untuk
orang tua dan masa depan
Perjuangan senantiasa diiringi dengan doa, kerja keras dan tekad yang
kuat.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat
dan dukungan moril maupun meteriil kepada penulis.
2. Pakde Muhromi yang selama ini memberikan motivasi.
3. Bapak dan Ibu guru SD N Kandangan 03 yang selama ini selalu
memberikan semangat dan motivasinya.
4. Sahabatku dari kecil yaitu Rhodlotul Annisa sahabat setia yang selalu
ada buat penulis.
5. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang lainnya: windawati, khariroh,
6. Bapak Budiyono Saputro yang membimbing dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi
Tumbuhan Hijau Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Games Tournament) Pada Siswa Kelas V Semester I di MI Ma’arif NU
Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017” ini yang merupakan tugas dan syarat yang harus dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN
Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
4. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan, bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
ix
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan dilingkungan jurusan
PGMI.
6. Bapak Sugiyanto selaku kepala sekolah MI Geyongan
7. Bapak dan ibu guru MI Geyongan
8. Murid-murid kelas V MI Geyongan
9. Bapak dan ibu, selaku orang tua penulis yang selalu mencurahkan doa,
semangat, dan dukungan demi keberhasilan penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia
maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya
peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca
pada umumnya.
Salatiga, 20 Agustus 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Nirawati, Alvi. 2016. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Tumbuhan Hijau Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada Siswa
Kelas V Semester I di MI MA’ARIF NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec.
Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata kunci: hasil belajar IPA dan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).
Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah lebih sering menggunakan
metode ceramah dan model pembelajaran yang kurang menarik sehingga hasil
belajar kurang maksimal. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah
diakibatkan karena kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
hanya datang, mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu
mengingat segala informasi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar
guru hanya menggunakan metode pengajaran konvensional dengan metode
ceramah dan tanya jawab saja disamping penggunaan metode guru juga
menggunakan model pembelajaran kurang menarik dan monoton, guru
mendominasi pembicaraan dan berpaku pada buku paket saja. Untuk
menanggulangi hal tersebut banyak konsep pembelajaran aktif yang ditawarkan,
salah satunya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament). Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini, diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi tumbuhan hijau melalaui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V semester I
di MI Ma’arif Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang tahun
pelajaran 2016/2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang
terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Subyek dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas V MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab.
Semarang yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian
dilakukan pada semester satu pada tahun 2016/2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA
materi tumbuhan hijau dengan menggunakan model pembelajaran TGT pada
siswa kelas V semester I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec.
Bawen Kab. Semarang . Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM pada pra siklus sebanyak 7 siswa (35%), siklus I
sebanyak 17 siswa (85%), siklus II sebanyak 20 siswa (100%). Nilai rata-rata
kelas pra siklus: 52,, siklus I: 71, dan pada siklus II: 77,5.
xi
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN SUSUNAN PANITIA PENGUJI ............................................ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ............................... 12
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
F. Definisi Operasional.......................................................................... 15
G. Metode Penelitian.............................................................................. 17
1. Rancangan Penelitian .................................................................. 18
2. Lokasi Penelitian ......................................................................... 20
3. Waktu Penelitian ......................................................................... 20
4. Subjek Penelitian ......................................................................... 20
5. Langkah-langkah Penelitian ........................................................ 20
6. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 22
7. Instrumen Penelitian.................................................................... 23
8. Analisis Data ............................................................................... 24
xii
9. Indikator Pencapaian ................................................................... 25
H. Sistematika Penulisan ....................................................................... 26
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 28
A. Hasil Belajar ...................................................................................... 28
1. Belajar ......................................................................................... 28
a. Definisi Belajar ..................................................................... 28
b. Prinsip-prinsip Belajar .......................................................... 30
c. Asas-asas Belajar .................................................................. 34
2. Hasil Belajar ................................................................................ 35
a. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 35
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................... 39
c. Klasifikasi Hasil Belajar ....................................................... 40
3. Evaluasi Hasil Belajar ................................................................. 40
a. Definisi Evaluasi Hasil Belajar ............................................. 40
b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar ............................ 41
c. Prinsip Evaluasi Hasil Belajar ............................................... 43
d. Ragam Alat Evaluasi Hasil Belajar ....................................... 44
B. Mata Pelajaran IPA Materi Tumbuhan Hijau ................................... 47
1. Mata Pelajaran IPA ..................................................................... 47
a. Definisi Pelajaran IPA........................................................... 47
b. Fungsi Mata Pelajaran IPA ................................................... 49
c. Tujuan Mata Pelajaran IPA ................................................... 50
d. Ruang Lingkup Pelajaran IPA .............................................. 51
e. Kurikulum IPA Kelas V ........................................................ 51
f. SK dan KD IPA Kelas V ....................................................... 51
2. Materi Tumbuhan Hijau .............................................................. 52
C. Model Pembelajaran TGT (Teams Gamen Tournament) ................. 55
1. Pengertian Model Pembelajaran TGT ......................................... 55
2. Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran TGT .......................... 57
xiii
3. Tahap-tahap Pembelajaran TGT ................................................. 58
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT ............... 62
5. Sistem Penghitungan Poin TGT .................................................. 63
D. Keterkaitan Pembelajaran IPA dengan TGT..................................... 63
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 66
A. Deskripsi Awal .................................................................................. 66
1. Gambaran Umum MI Geyongan ................................................. 66
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Geyongan .......................................... 66
3. Keadaan Guru MI Geyongan ...................................................... 67
4. Data Siswa MI Geyongan ........................................................... 67
5. Karakteristik Siswa MI Geyongan .............................................. 68
6. Perolehan Nilai Pra Siklus .......................................................... 68
7. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 69
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ......................................................... 70
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ........................................................ 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 79
A. Deskripsi Hasil Belajar Per Siklus .................................................... 79
1. Aspek Kognitif ............................................................................ 82
2. Aspek Afektif dan Psikomotorik ................................................. 82
a. Siklus I .................................................................................. 82
b. Siklus II ................................................................................. 87
B. Pembahasan ....................................................................................... 90
1. Hasil Sebelum PTK ..................................................................... 91
2. Hasil Penelitian Siklus I .............................................................. 92
3. Hasil Penelitian Siklus II ............................................................. 93
4. Performa Guru Saat Pembelajaran .............................................. 98
5. Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I dan II ...................................... 100
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 101
xiv
A. Kesimpulan ....................................................................................... 101
B. Saran ................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Guru MI Geyongan Kec. Bawen Kab. Semarang ................... 67
Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Geyongan Kec. Bawen Kab. Semarang .................. 67
Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa............................................................................ 68
Tabel 3.4 Perolehan Nilai Pra Siklus .................................................................. 69
Tabel 3.5 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I............................................ 73
Tabel 3.6 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II .......................................... 76
Tabel 4.1 Daftar Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus ................................. 80
Tabel 4.2 Perolehan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I........... 84
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus I ......................................... 85
Tabel 4.4 Perolehan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ......... 88
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Siklus II ........................................ 89
Tabel: 4.6 Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus ................................................... 92
Tabel: 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I ....................................................... 93
Tabel: 4.8 Rekapitulasi Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Siklus I................ 93
Tabel: 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus II ...................................................... 94
Tabel: 4.10 Rekapitulasi Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Siklus II ............ 94
Tabel: 4.11 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Antar Siklus ....................... 95
Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Belajar Siswa Antar Siklus .................. 97
Tabel 4.13 Performa Guru Saat Pembelajaran Antar Siklus ............................... 98
Tabel 4.14 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Antar Siklus ........................ 99
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................. 106
Lampiran 2 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................. 111
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 113
Lampiran 4 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ................................. 118
Lampiran 5 Lembar Observasi Terhadap Guru Siklus I ............................... 120
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I .................. 123
Lampiran 7 Lembar Observasi Terhadap Guru Siklus II ............................. 124
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ................ 127
Lampiran 9 Dokumentasi .............................................................................. 128
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Skripsi ...................................................... 131
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 133
Lampiran 12 Nilai SKK ................................................................................ 134
xvii
DAFTAR GAMBAR
Bagan1.1 Skema Pelaksanaan Siklus PTK ......................................................... 19
Bagan 2.1 Rangkaian Kegiatan Belajar .............................................................. 30
Bagan 2.1 Hubungan Proses Belajar dengan Hasil Belajar ................................ 37
Diagram 4.1 Hasil Ketuntasan Pra Siklus ........................................................... 80
Diagram 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I danSiklus II .......... 97
Diagram 4.3 Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar ............................................ 97
Diagram 4.4 Gabungan Nilai Aktifitas Belajar Siswa ........................................ 98
Diagram 4.5 Performa Guru Saat Pembelajaran ................................................. 99
Diagram 4.6 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I dan II ......................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Belajar adalah berubah. Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi
belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar. Perubahan tidak juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri (Sardiman, 2009:
21).
Belajar secara berkelompok lebih efektif dibandingkan dengan
belajar secara individu atau sendiri. Belajar mandiri adalah suatu perilaku
siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata
dengan tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan belajar kelompok
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih untuk
membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang dihadapinya. Hal
tersebut dikarenakan ada banyak kelebihan yang dapat dilihat berdasarkan
dari pada tujuan belajar berkelompok baik untuk masing-masing individu
anak, maupun bagi seluruh anggotanya. Dilihat dari tujuan bagi masing-
masing individu (siswa) belajar kelompok membuat anak tidak tertekan
dengan tugas yang harus ia kerjakan sendiri, mengurangi rasa bosan anak
2
yang biasa terkekang dalam pembelajaran yang monoton, dan membuat
anak merasa percaya diri dengan apa yang dilakukan bersama
kelompoknya. Seperti yang dikemukakan Agus Suprijono bahwa “ tujuan
intrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam
kelompok perasaan menjadi senang (Suprijono, 2009: 57).
Pendidikan yang terjadi saat ini sering kali membuat kecewa, apa
lagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib
dipelajari di tingkat sekolah dasar. IPA juga merupakan salah satu disiplin
ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat ilmiah.
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan
pemahaman untuk mengembangkan kompetensi peserta didik berfikir
rasional dan ilmiah. Pendidikan IPA dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan istilah
pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Sains atau IPA adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Ahmad, 2013: 167).
3
Dengan demikian, IPA sebagai bagian dari kurikulum pendidikan
dasar, menjadi peranan strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. IPA adalah Ilmu Pengetahuan Dasar yang dibutuhkan
oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung
maupun tidak langsung. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatau proses penemuan (KTSP Standar Isi
2006).
Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di Sekolah Dasar saat ini
bertujuan mengembangkan kemampuan dasar siswa berupa kemampuan
akademik, keterampilan hidup, pengembangan moral, pembentukan
karakter yang kuat, kemampuan untuk bekerjasama, dan pengembangan
estetika terhadap dunia sekitar. Siswa tidak hanya aspek kognitifnya saja
tetapi siswa juga dapat mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik
yang dimilikinya. Disamping itu siswa juga harus mengenali kondisi
lingkungan sekitar yang dia tinggali baik kondisi yang ada di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Dengan kondisi yang demikian penulis menawarkan pembelajaran
yang berhubungan dengan kondisi di sekitar siswa yaitu degan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Siswa diharapkan dapat mengenali kondisi yang
ada disekitarnya dan dekat dengan kehidupan mereka. Pendidikan IPA
senantiasa berkenaan dengan kemampuan manusia. Pendidikan IPA terjadi
4
dalam situasi alamiah, yaitu interaksi antara fenomena alam, dan interaksi
manusia dengan alam lingkungannya (Amirrudin, 2012: 4).
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai bersama, belajar kelompok
bertujuan untuk memecahkan berbagai persoalan (tugas kelompok) secara
bersama melalui tukar pikiran dan pendapat serta mengembangkan
berbagai sikap social antar individu dalam kelompoknya. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh (Usman dan Setiawati) sebagai berikut: tujuan dan
manfaat belajar kelompok ialah menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial
karena keputusan atau kesimpulan diambil bersama berdasarkan
musyawarah mufakat, membina rasa tanggung jawab atas tugas.
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk bertahan
hidup. Manusia memakan berbagai jenis makanan setiap hari. Tumbuhan
juga memerlukan makanan agar tetap hidup. Tumbuhan mampu membuat
makanannya sendiri. Proses pembuatan makanan pada tumbuhan
dinamakan fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembuatan
makanan pada tumbuhan hijau. Proses fotosintesis ini memerlukan
bantuan sinar matahari. Fotosintesis berlangsung di bagian daun. Namun
proses ini terkadang juga terjadi di bagian lain yang mengandung klorofil.
Klorofil merupakan zat warna hijau daun pada tumbuhan. Klorofil
berfungsi untuk menyerap energi cahaya matahari.
Manusia dengan segala kemampuannya dapat membuat dan
mencari segala sesuatu yang dibutuhkannya. Manusia mengambil bahan
makanan dari tumbuhan dan hewan. Dalam usahanya itu, manusia
5
membuat berbagai alat untuk mempermudah pengolahan bahan makanan
hingga dapat dinikmati. Manusia juga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Bahkan jika keadaan lingkungan berubah, manusia juga
dapat mengubah cara hidupnya.
Adapun dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa
kelas V MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan ditemukan bahwa kemampuan
mata pelajaran IPA terutama pada materi tumbuhan hijau masih rendah.
Proses belajar mengajar di kelas cenderung pada aktivitas guru dan
kegiatan belajar mengajar berpegang pada buku paket saja. Sehingga
kegiatan pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berinteraksi dengan memaksimalkan modalitas indera
penglihatan, pendengaran dan gerak tubuh. Padahal dalam pembelajaran
IPA akan lebih mudah dipahami siswa dengan kegiatan mengaktifkan
indera yang sudah dimiliki. Sehingga peserta didik tidak hanya dapat
membayangkan objek yang sedang dipelajarinya secara abstrak.
Keabstrakan tersebut sering membuat hasil belajar peserta didik menandai
tidak maksimal.
Pernyataan tersebut didukung dengan data dari pencapaian hasil
belajar IPA materi tumbuhan hijau pada siswa kelas V semester I MI
Ma’arif Geyongan yang penulis dapatkan setelah melakukan wawancara
dengan guru kelas V. Hasil belajar IPA siswa kelas V masih di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 60.
6
Berdasarkan permasalahan ini guru harus menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan serta mampu membuat peserta didik
aktif dan kreatif dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada
peserta didik untuk memecahkan setiap permasalahan yang mereka hadapi.
Perlu diketahui bahwa proses pembelajaran yang dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan seorang guru sangat bervariasi. Proses pembelajaran yang
dilakukan secara sederhana hendaknya juga perlu dikembangkan,
dimodifikasi, dikombinasikan untuk membantu pencapaian tujuan dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Belajar sambil bermain dapat merangsang siswa untuk berperan
aktif dalam mengikuti sebuah proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan
permainan dapat memberikan umpan balik sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih hidup dan efektif. Permainan juga dapat meningkatkan
minat belajar siswa yang selanjutnya akan dapat meningkatkan kegairahan
siswa dalam belajar dengan lebih maksimal sehingga akan berpengaruh
positif terhadap hasil belajar peserta siswa.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, siswa dapat
memahami materi tumbuhan hijau dari berbagai sudut pandang, baik dari
sudut pandang guru, dirinya sendiri, maupun dari sudut pandang
kelompoknya, sehingga siswa akan mampu memahami materi berdasarkan
pengetahuan yang ia bangun bersama orang lain. Karena tidak menutup
kemungkinan bahwa terkadang anak hanya dapat memahami sesuatu
materi berdasarkan apa yang mereka ketahui dalam angan-angan mereka
7
saja berdasarkan penjelasan lisan dan tulisan guru dan bukannya yang
mereka dapat dari pengalaman mereka sendiri, sehingga hasil belajar yang
mereka dapatkan kurang maksimal. Hal tersebut juga dikarenakan anak
kurang mendapatkan kesempatan menyampaikan apa yang dipahaminya
seputar materi yang telah ia dapatkan, sehingga pengetahuan yang ia
bangun secara individu hanya dapat ia terima sendiri berdasarkan sudut
pandangnya.
Menurut Vygotsky melalui teori kontruktivisme sosial yang
dikemukakannya, bahwa pengetahuan dibangun dan dikontruksi secara
mutual yang menempatkan siswa berada dalam konteks sosiohistoris.
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman
dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk
perkembangan pemikiran siswa (Suprijono, 2009: 55).
Sehingga mengajarkan materi tumbuhan hijau melalui sosialisasi
dan interraksi dengan temannya satu kelompok dalam berbagai kegiatan
belajar kelompok dapat memberikan pengalaman langsung, berupa hasil
kerja kelompok (Team), baik kegagalan maupun keberhasilan, yang dapat
mereka ingat sampaikapan pun.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor
kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim
8
mereka dengan anggota tim lain yang kinerjaakademik sebelumnya setara
seperti mereka. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Turnamen
adalah subuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya pada akhir
minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan
tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Dengan
pembelajaran menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat belajar
tentang cahaya sekaligus belajar bersosialisasi dalam suasana dan perasaan
senang dengan adanya unsure game, sehingga didapatkan hasil belajar
berupa pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa, yang
menggunakan ingatan materi tentang tumbuhan hijau. Tujuan dari
penggunaan model ini adalah diharapkan siswa menikmati pembelajaran
tersebut dengan suasana permainan yang menyenangkan dan meyukai
kesempatan rekognisi tim mereka, melatih hidup bersosialisasi dalam
berkelompok, melatih kemampuan berfikir cepat dalam berkelompok,
menciptakan warna positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa
terhadap permainan (Game) tersebut, membangun ketergantungan atau
kepercayaan dalam tim asalmereka yang memberikan kesempatan kepada
mereka untuk merasa percaya diri ketika mereka bersaing dalam turnamen.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini guna
membentuk kelompok-kelompok kecil diantara siswa dalam berkompetisi
dengan suasana yang positif. Model TGT memberikan mereka peraturan
9
dan strategi untuk bersaing sebagai individu setelah menerima bantuan
dari teman mereka. Siswa mampu membangun ketergantungan atau
kepercayaan dalam tim asal siswa yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk merasa percaya diri ketika siswa bersaing dalam turnamen. TGT
dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih aktif.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Dsn. Geyongan adalah MI
swasta yang ada di Geyongan Kecamatan Bawen. Seperti MI lain pada
umumnya, MI ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), namun menurut wawancara dengan guru pengampu mata
pelajaran IPA diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam
pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya antusias
siswa untuk belajar, peserta didikcenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan
pertanyaan maupun pendapat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dilakukan observasi di MI
Ma’arif Geyongan pada tanggal 2 Agustus 2016 dan diperoleh keterangan
bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV di madrasah tersebut masih
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang diterapkan untukmata pelajaran IPA adalah 60. Dari hasil
survei tersebut diketahui bahwa dari sejumlah 20 peserta didik, 4 siswa
memperoleh nilai KKM dan 16 siswa yang lain belum memenuhi KKM
yang ditentukan. Dari hasil wawancara ini pula diperoleh informasi dari
guru IPA kelas V bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam
10
menyelesaikan soal-soal latihan. Peneliti dan guru menduga strategi,
model pembelajaran yang digunakan selama ini belum efektif. Hal ini
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V MI Ma’arif
Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang.
Dengan adanya kendala-kendala tersebut peneliti menawarkan
model pembelajaran dengan permainan (games). Dimana siswa akan
tertarik dengan sebuah permainan sehingga akan tercipta pembelajaran
menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Dan ke depannya guru mampu
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan serta mampu
membuat siswa aktif dan kreatif dengan merngoptimalkan potensi-potensi
yang dimiliki oleh siswa secara maksimal terutama pada mata pelajaran
IPA. Dan perlu diketahui oleh guru bahwa proses pembelajaran yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan seorang guru sangat bervariasi. Proses
pembelajaran yang dilakukan secara sederhanapun hendaknya uga perlu
dikembangkan, dimodifikasi, dikombinasikan untuk membantu siswa
dalam pencapaian tuuan dalam proses kegiatan belajar mengaar.
Hubungannya anatar model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan MI yang dipilih adalah agar siswa kelas V di MI Ma’arif NU Dsn.
Geyongan ini memperoleh pemahaman baru dengan metode yang
ditawarkan penulis dengan kegiatan bermain sambil belajar. Kurangnya
ketercapaian KKM penulis menawarkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT ini kepada guru agar siswanya juga senang dan dapat belajar
lebih bermakna. Dengan game-game kecil dan juga kuis dapat mendorong
11
minat siswa untuk lebih rajin lagi dalam belajar guna meningkatkan
prestasi belajar di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan. Dimana selama ini guru
mengajar hanya menggunakan metode ceramah saja jadi penulis
menawarkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini agar siswa juga
bisa bekerjasama dengan teman yang lainnya.
Permainan atau game yang peneliti terapkan bertujuan memacu
timbulnya kerja sama tim untuk mencapai suatu tujuan bersama. Selain itu,
adanya kegiatan bermain dalam belajar akan mengurangi rasa bosan dan
menimbulkan perasaan senang ketika belajar. Seperti yang dikemukakan
Anggani Sudono, bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan atau tanpa mempergunakan alat yang mengasilkan pengertian atau
memberikan informasi, member kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak (Sudono, 2010: 1).
Bagi sebagian siswa belajar IPA masih dirasa sulit dan
membosankan, karena metode yang monoton dengan ceramah, mencatat
dan terdominasi menggunakan papan tulis. Oleh karena itu perlu adanya
penggunaan metode maupun model pembelajaran yang variatif supaya
siswa tidak jenuh sehingga hasil belajar dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul:
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
TUMBUHAN HIJAU MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES
12
TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS V SEMESTER I MI MA’ARIF
DSN. GEYONGAN DS. KANDANGAN KEC. BAWEN KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan
rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi tumbuhan hijau pada siswa
kelas V semester I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan
Kec. Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar IPA materi tumbuhan hijau dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V semester I di MI
Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang
Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara terhadap penelitian banyak
memberi manfaat bagi pelaksanaan penelitian. Hasil suatu penelitian pada
hakikatnya adalah suatu jawaban pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada
hasil penelitian ini maka di dalam penelitian perlu dirumuskan jawaban
sementara dari penelitian ini (Amiruddin, 2012: 15).
13
1. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis atau dugaan sementara yang penulis
kemukakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) materi tumbuhan hijau pada siswa kelas V
MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab.
Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT bisa
dikatakan berhasil jika indikator keberhasilan dapat dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan dapat mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu ≥60. Adapaun indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) materi tumbuhan hijau melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V semester I MI
Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab.
Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya pengetahuan lapangan tentang proses
pembelajaran yang menarik bagi siswa terutama menggunakan
model-model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
14
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan inovasi dalam
pengembangan desain pembelajaran inovatif, khususnya yang
berhubungan dengan masalah peningkatan hasil belajar IPA materi
tumbuhan hijau. Selain itu juga diharapkan dapat menarik minat
peesrta didik dalam belajar, mengajarkan siswa untuk bekerja sama
dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memotivasi guru dalam melakasanakan proses pembelajaran di
kelas, khususnya mata pelajaran IPA. Selain itu juga memberikan
sumbangan pengetahuan terhadap sekolah dalam perbaikan proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Bagi guru
Model pembelajaran yang diterapkan dapat memberikan
wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.selain itu hasil
penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru
serta disajikan sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang
sudah pernah dilakukan.
c. Bagi siswa
Pembelajaran yang menarik diharapkan dapat memotivasi
peserta didik, meningkatkan minat belajar peserta didik,
15
menumbuhkan potensi yang dimiliki peserta didik serta dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pada mata
pelajaran IPA.
F. Definisi Operasional
Seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati
dan bagaimana mengukur variabel untuk membantu mengklasifikasikan
gejala di sekitar disebut dengan definisi operasional. Definisi operasional
bertujuan agar tidak ada kesalahpahaman dalam menafsirkan setiap
maksud penelitian dan memberikan interpretasi beberapa istilah yang
penulis gunakan dalam peneliitian.
Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana
siswa akan duduk bersama membentuk kelompok kecil untuk
menguasai materi yang disampaikan guru (Robert, 2009: 8). Tujuan
model pembelajaran kooperatif supaya para siswa dapat saling
membantu, mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing.
2. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses menghasilkan penyesuaian tingkah
laku. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. (Menurut
16
Agus Suprijono (2011: 7). Jadi hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku peserta didik baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses belajar
mengajar yang telah dilakukan.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Tumbuhan Hijau
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari
alam sekitar beserta isinya. Semua benda-benda yang ada di alam
peristiwa dan gejala-gejala yang terjadi. Proses pembuatan makanan
pada Tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari disebut fotosintesis.
Secara alami, fotosintesis terjadi pada siang hari karena fotosintesis
memerlukan cahaya matahari untuk memasak makanannya sendiri.
Cahaya yang dapat memberikan energi terbesar untuk fotosintesis
adalah cahaya matahari. Cahaya lampu juga dapat memberi energi
pada proses fotosintesis. Akan tetapi, energi cahaya matahari jauh
lebih besar daripada energi cahaya lampu. Bahan-bahan yang
diperlukan: air, karbondioksida dan cahaya matahari. Pada proses
fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen (Haryanto, 2004: 40-
41).
4. TGT (Teams Games Touranament)
TGT (Teams Games Tournament) merupakan suatu model
yang menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota team lain yang kinerja
17
akademik sebelumnya setara seperti mereka. Game terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas
dan pelaksanaan kerja tim. Turnamen adalah sebuah struktur di mana
game berlangsung. Biasanya pada akhir minggu atau akhir unit, setelah
guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan. Dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini diharapkan
siswa dapat belajar tentang tumbuhan hijau sekaligus belajar
bersosialisasi dalam suasana dan perasaan senang dengan adanya unsur
game terutama menciptakan games akademik.
Dari paparan definisi operasional tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang
memiliki unsur pengajaran di mana seorang guru menyampaikan
pelajaran, belajar team kegiatan peserta didik mengerjakan lembar
kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi dan turnamen yakni
aktivitas para peserta didik memainkan game akademik dalam kemampuan
yang homogen dengan menggunakan meja turnamen. Game akademik
yang dimainkan oleh peserta didik dalam turnamen tersebut berupa
permainan.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan bagaimana prosedur penelitian itu
akan dilaksanakan. Unsur yang harus terdapat dalam metodologi penelitian
18
adalah metode dan desain penelitian, instrumen (alat pengumpul data),
sampel penelitian, dan teknik analisis data. Metode penelitian meliputi:
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
yakni meningkatkan hasil belajar IPA materi tumbuhan hijau melalui
Teams Games Tournament pada siswa kelas V MI Geyongan Kec.
Bawen.
Menurut Arikunto dalam Suyadi (2010: 18) yang menjelaskan
PTK secara lebih sistematis.
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk
menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan
mutu objek yang diamati.
b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan
terencana dengan tujuan tertentu. Dalam PTK kegiatan ini dikenal
dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik
yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang
sama.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan
terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan. Penerapan PTK dalam penelitian ini
19
didasarkan pada temuan dalam bentuk problem pembelajaran yaitu
hasil belajar siswa rendah dan adanya keinginan guru untuk
memperbaiki hasil belajar siswa dengan kegiatan penelitian.
Pemilihan penelitian ini menggunakan PTK Kolaboratif,
karena secara langsung peneliti ikut terlibat langsung dalam penelitian.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara wawancara dengan guru,
siswa dan observasi kelas setelah itu melakukan belajar mengajar di
kelas tersebut (Arikunto, 2007: 13).
Berikut Bagan Pelaksanaan Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Bagan 1.1 Pelaksanaan Siklus PTK
(Arikunto, 2015: 42)
Adanya persoalan yang dirasakan atau diketahui guru,
kemudian guru memutuskan untuk bertindak (melakukan tindakan)
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
?
20
guna menemukan cara untuk mengatasinya. Memperbaiki pola
pembelajaran secara terus-menerus. Siklus demi siklus didalamnya
harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. Siklus
sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya (Suyadi, 2010:
29).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Ma’arif NU Dsn. MI Geyongan Ds.
Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang.
3. Waktu Penelitian
a. Pada tanggal 9 Agustus 2016, peneliti melakukan observasi pra
siklus.
b. Pada tanggal 23 Agustus 2016, peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran Siklus I.
c. Pada tanggal 25 Agustus 2016, peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran Siklus II.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V MI
Geyongan tahun 2016 yang berjumlah 20 siswa diantaranya 10 siswa
perempuan dan 10 siswa laki-laki.
5. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Arikunto dalam Suyadi (2010: 50) mengemukakan
bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat
tahapan, meliputi : Planning (Perencanaan), Action (Pelaksanaan
21
tindakan), Observation (Pengamatan) dan Reflection (Refleksi). Lebih
jelasnya sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
menggunakan model TGT.
2) Mempersiapkan sarana prasarana pendukung yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran.
3) Mempersiapkan soal mengenai materi tumbuhan hijau.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
1) Meliputi pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi) dan penutup.
2) Memberikan motivasi.
3) Menyajikan materi pelajaran melalui model TGT memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
4) Memberika penguatan dan kesimpulan
5) Melakukan pengamatan.
c. Pengamatan (Observation)
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan bantuan kolaborator. Pengamatan
dilakukan oleh kolaborator dengan mengamati perhatian peserta
didik, keaktifan, kreatifitas serta suasana peserta didik saat pada
saat proses pembelajaran.
d. Refleksi (Reflection)
22
Tahap ini dilakukan penilaian atas pembelajaran di kelas.
Penilaian dilakukan melalui lembar observasi dan hasil evaluasi
apakah model pembelajaran TGT yang digunakan oleh peneliti
menghasilkan perubahan yang signifikan. Apabila dalam sklus 1
belum mencapai indikator yang diharapkan maka perlu dilanjutkan
dalam kegiatan penelitian pada siklus II, begitu seterusnya sampai
diperoleh kemajuan yang signifikan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan berbagai informasi dan data, penulis
menggunakan:
a. Test
Pengumpulan data melalui tes pemberian soal uraian di
akhir pelajaran.
b. Observasi
Pengumpulan data melalui observasi yang paling efektif
adalah dengan melengkapinya menggunakan format atau blanko
pengamatan sebagai instrumen. Peneliti membuat indikator-
indikator yang dikembangkan dari permasalahan yang sedang
digali.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), jumlah guru dan peserta didik, alat atau media
23
yang digunakan, nilai peserta didik sebelum dan sesudah
penelitian, foto, dan lain sebagainya yang dianggap penting.
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observaasi digunakan untuk menjamin keterlaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran TGT. Lembar observasi
ini di dapat dari hasil observasi.
b. Lembar soal ujian atau tes
Tes adalah alat ukur atau prosedur yang digunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Tes yang digunakan dalam penilaian ini
adalah tes tertulis yang dilaksankan setelah proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran TGT.
c. RPP
RPP adalah satuan program pembelajaran yang dikemas
untuk satu atau beberapa kompetensi dasar untuk satu kali atau
beberapa beberapa kali pertemuan. RPP berisi garis besar tentang
hal-hal yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, baik untuk satu kali pertemuan atau
beberapa kali pertemuan (Hamdani, 2011: 203).
24
d. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto,
2007: 68).
e. Materi
Menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014: 270), materi
adalah benda, bahan, segala sesuatu yang tampak, sesuatu yang
menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan,
dikarangkan, dan sebagainya). Materi pembelajaran adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta
didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
8. Analisis Data
Analisis data sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan atau
untuk menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data yang telah
dikumpulkan disetiap siklusnya. Analisis data pada dasarnya adalah
upaya memilih, memilah, membuang, dan menggolongkan data untuk
menjawab dua hal pokok; (a) tema apa yang dapat Anda temukan pada
data yang telah Anda kumpulkan dan (b) seberapa jauh data tersebut
dapat mendukung tema penelitian. (Muslich, 2012: 91).
25
a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan
penghitungan dengan rumus:
M=
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa x 100% (Djamarah, 2005: 302)
b. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa, digunakan
rumus sebagai berikut:
P=
x 100%
Keterangan:
P = Jumlah nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah, 2005: 264-265)
9. Indikator Pencapaian
Selain menentukan persentase ketuntasan ketercapaian, juga
menetapkan indikator ketercapaian, yakni sebagai berikut:
a. Indikator untuk ketuntasan hasil belajar individu
Indikator ketuntasan peningkatan pemahaman siswa apabila siswa
tersebut mencapai KKM ≥ 60.
b. Indikator untuk ketuntasan hasil belajar secara nasional
26
Kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan
60%.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis
menyusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Berisi pendahuluan yang mencakup Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Hipotesis, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian, dan Sitematika Penulisan.
BAB II Dalam bab ini penulis menguraikan studi kepustakaan
yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori yang penulis
gunakan terkait teori dan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament ) dan pembelajaran IPA.
BAB III Dalam bab ini penulis berupaya mengurai tentang
pelaksanaan tindakan yang terdiri dari: gambaran umum
MI Geyongan, subjek penelitian, deskripsi pelaksanaan
siklus I dan deskripsi pelaksanaan siklus II.
BAB IV Dalam bab ini penulis memaparkan hasil penelitian,
antara lain meliputi deskripsi per siklus yang membahas
27
mengenai data hasil pengamatan, refleksi keberhasilan
dan kegagalan, serta berisi pembahasan.
BAB V Bab ini berisi penutup yang meliputi kesimpulan hasil
penelitian dan saran-saran.
28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar adalah hal terpenting dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan
makna yang terkandung dalam belajar. Seseorang belajar pada
dasarnya didorong keinginan untuk mengembangkan potensinya dalam
mencapai tujuan. Dalam perspektif agama islam, belajar merupakan
kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu
pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan
yang sangat penting/vital. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification
or strengthening of behavior through experiencing) (Hamalik, 2014:
36).
Berikut definisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan;
(Suprijono, Agus 2011: 2)
1) Gagne mengatakan belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
29
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Morgan
Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman.
4) Harold Spears
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Menurut Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam
bertindak.
Sedangkan menurut Djamarah (2011: 13) belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
30
Suryabrata (2007: 232) mendefinisikan belajar adalah suatu
proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu didapat
kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang disengaja.
Berdasarkan pengertian-pengertian belajar tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa sebenarnya ada tiga komponen dalam kegiatan
belajar adalah: sesuatu yang dipelajari, proses belajar dan hasil belajar
(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012: 11). Rangkaian kegiatan belajar
di atas dapat di ilustrasikan pada bagan berikut:
Bagan 2.1 Rangkaian Kegiatan Belajar
(Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012: 11)
b. Prinsip-prinsip belajar
Prinsip-prinsip belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual (Rusman, 2012: 100).
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
INPUT OUTPUT PROCESS
31
Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri.
3. Keterlibatan langsung
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan
pengalamanbelajar yang dituangkan dalam cone experience atau
kerucut pengalaman, mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar dari pengalaman langsung.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamati,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam belajar membuat siswa
bergarah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
32
banyak mengandung masalah perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya.
6. Balikan dan penguatan
Contoh dari balikan dan penguatan adalah siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai jelek
ketika ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa
mendorong anak untuk belajar lebih giat.
7. Perbedaaan individu
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa.
Adapun prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt antara
lain: (Djamarah, 2011: 20-21).
1) Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan
pelajaran yang lain. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi
merupakan satu kesatuan.
2) Belajar adalah suatu proses perkembangan
33
Anak-anak bisa dapat mempelajari dan merencanakan bila
ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia
sebagai oganisme yang berkembang, kesediaannya mempelajari
sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa, tapi juga
perkembangan lingkungan dan pengalaman.
3) Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga
emosionalnya dan jasmaninya.
4) Terjadi transfer
Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai, maka dapat
dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain. Kemampuan
tersebut dipakai untuk mempelajari hal-hal yang lain. Misalnya
belajar matematika bila telah menguasai dapat dipergunakan dalam
masalah jual-beli bahan tertentu.
5) Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Belajar timbul bila seserang menemui situasi baru dalam
kehidupannya. Dalam melengkapi hal itu ia akan menggunakan
semua pengalaman yang telah dimilikinya. Misalnya seorang anak
kulitnya mengelupas akibat terbakar saat bermain api. Anak belajar
dari pengalamannya bahwa api itu panas dan bisa membakar kulit
manusia. Karena pengalaman itu siswa tidak akan mengulangi
untuk bermain-main dengan api.
6) Belajar harus dengan insight
34
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana
seseorang melihat (insight) hubungan tertentu dalam unsur yang
mengandung suatu problem. Misalnya peristiwa banjir yang
dihubungkan dengan faktor-faktor lain.
7) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan
dan tujuan.
8) Belajar berlangsung terus-menerus.
Belajar tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah.
Siswa dapat memperoleh pengetahuan/pengalaman sehari-hari di
rumah atau dimasyarakat.
c. Asas-asas belajar
1. Tujuan belajar
Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah
siswa melakukan kegiatan belajar. tujuan yang disadari oleh siswa
sendiri sanagat bermakna dalam upaya menggerakkkan kegiatan
belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Tujuan-tujuan belajar
ada tiga jenis yaitu:
a) Untuk mendapatkan pengetahuan
b) Penanaman konsep dan keterampilan
c) Pembentukan sikap (Sardiman, 2009: 24)
2. Motivasi belajar
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri siswa sendiri
berdasarkan kebutuhan, dorongan dan kesadaran pada tujuan
35
belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasi belajar
dapat juga tumbuh berdasarkan rangsangan dan tekanan atau
desakan dari luar, misalnya dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan
pemberian harapan lainnya, yang disebut motivasi ekstrinsik.
3. Umpan balik hasil belajar
Guru dapat memberikan umpan balik dengan berbagai cara,
seperti: mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban silih
berganti, antara guru dan para siswa, pertukaran dan mengoreksi
karangan-karangan di dalam kelas, memeriksa karangan oleh
seorang volunteer kelas, atau mengecek dan mengomentari
langsung di tempat oleh guru sambil berkeliling di dalam kelas.
4. Transfer hasil belajar
Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke
dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat
mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang
sesungguhnya di dalam masyarakat (Hamalik, 2014: 85-88).
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Menurut Purwanto (2010: 46-47) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang
mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar menurut Dimyati dan
Mudjiono (1999: 250-251) merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.
36
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, Oemar
malik (2006: 30). Sementara menurut Bloom dalam Agus Suprijono
(2011: 6-7) mengemukakan bahwa: Hasil belajar mnecakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
baru), evaluation (menilai).Domain afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (member respon), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, social, manajerial dan
intektual.
Proses belajar dan hasil belajar merupakan satu kesatuan yang
saling terkait. Belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu guru dan
siswa. Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses, sedangkan
dari segi guru proses belajar tersebut sesuatu hal. Berikut pola
hubungan proses belajar dengan hasil belajar.
37
Bagan 2.1
Hubungan Proses Belajar dengan Hasil Belajar (Dimyati, 2002: 19)
Bagan di atas menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar
bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru, siswa memiliki latar
pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di
kelas dengan menggunakan bahan mengajar dari berbagai bidang studi
di sekolah. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa
sebagai wujud respon terhadap pembelajaran yang telah direncanakan
oleh guru yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Perilaku siswa merupakan hasil proses
belajar, dan hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Kegiatan belajar
mengajar
Bahan Belajar
Proses belajar
peningkatan
kemampuan
kognitif, afektif dan
psikomotorik
Perilaku
Hasil
Belajar
Tujuan
Pembelajaran
Guru
Siswa
38
Menurut Bloom hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. (Suprijono, Agus 2011: 6).
1) Kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, menerapkan,
analisis (menguraikan), synthesis (merencanakan) dan menilai.
2) Afektif meliputi sikap menerima, memberikan respon, nilai
organisasi, karakterisasi.
3) Psikomotorik meliputi fisik dan keterampilan
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas hasil belajar
merupakan suatu pencapaian dari tujuan pembelajaran dalam bidang
tertentu untuk mengetahui tingkat perkembangan belajar siswa yang
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran terselesaikannya bahan
pelajaran apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam kemampuan kognitif
(kemampuan), afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan).
Cara pengukuran hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan
penilaian. Penilaian hasil belajar (PP no.19 tahun 2005), standar
penilaian ada 3 yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh
pemerintah. Bentuk penilaian hasil belajar oleh guru yaitu ulangan
harian, ulangan akhir semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Acuan pada pengujian berbasis kompetensi adalah
acuan kriteria.
39
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Djamarah (2011: 176) mengemukakan berbagai faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut:
1. Faktor internal
a. Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek,
tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi
pelajaran.
b. Faktor psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal
ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor
psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.
2. Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.
b. Faktor instrumental
40
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil
belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini
berupa kurikulum, sarana, dan guru (Rusman, 2012: 123-124).
c. Klasifikasi hasil belajar
Menurut Bloom tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga ranah (domain), yaitu:
1) Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-
kecakapan intelektual berpikir.
2) Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan
penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai.
3) Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-
keterampilan atau gerakan-gerakan fisik (Rusman, 2012:124).
3. Evaluasi Hasil Belajar
a. Definisi evaluasi hasil belajar
Evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu
tujuan telah dapat dicapai. Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi
tingkah laku, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dilengkapi dengan pengukuran, yang digunakan untuk menentukan
41
perkembangan dan pertumbuhan siswa. di samping itu, evaluasi
kuantitatif juga diperlukan untuk menempatkan posisi seorang siswa
dalam kelompok atau kelasnya (Sukardi, 2009: 1-3).
b. Fungsi dan tujuan hasil evaluasi belajar
Tujuan dan fungsi evaluasi menurut Syah Muhibbin (2010: 99)
antara lain:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok kelasnya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam belajar.
4. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil metode mengajar
yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun
2003 pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar siswa dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar siswa secara
berkesinambungan.
1. Fungsi evaluasi hasil belajar:
a) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah
menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang
telah diberikan oleh seorang guru.
b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar.
c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
42
d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber
dari siswa.
e) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
f) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang
tua siswa (Sukardi, 2009: 4).
2. Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu:
a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajar melalui kegiatan belajar.
b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik
keseluruhaan kelas maupun masing-masing individu.
c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-
kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial
(perbaikan).
d. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara
menganal kemajuannnya sendiri dan merangsangnya untuk
melakukan upaya perbaikan.
e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku
siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya
menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
43
f. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa
memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan
kecakapan, minat dan bakatnya.
b. Prinsip-prinsip evaluasi
Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung
kebenaran hamper sebagian besar, jika tidak dikatakan benar
untuk semua kasus. Hal ini sesuai dengan pendapat Cross yang
mengatakan bahwa a principle is a statement that holds in most,
if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru
mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip
evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya
atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar.
Beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut:
1) evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang
telah ditentukan.
2) Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.
3) Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang
kooperatif antara guru dan peserta didik.
4) Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu.
5) Evaluasi haru peduli dan mempertimbangkan nilai-
nilai yang berlaku (Sukardi, 2009: 4-5).
44
d. Ragam Alat Evaluasi
Menurut Rusyan dkk (1989: 215) alat evaluasi dibedakan
menjadi dua jenis, yakni tes dan non tes.
1. Tes
Jenis tes terdiri dari tiga bentuk:
a. Tes lisan
b. Tes tulisan
c. Tes tindakan
2. Non tes
Alat evaluasi jenis ini antara lain ialah:
a. Observasi, yakni pengamatan pada tingkah laku pada suatu
situasi tertentu.
b. Wawancara, yakni berkomunikasi langsung antara yang
mewawancara dengan yang diwawancara.
c. Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu
secara terus-menerus untuk melihat perkembangannya.
d. Skala penilaian, yaitu salah satu alat penilaian yang
mempergunakan skala yang telah disusun dari ujung yang
negatif sampai kepada ujung yang positif sehingga pada skala
tersebut si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja.
e. Chek list, sebenarnya hampir menyerupai skala penilaian,
hanya pada skala ini tidak perlu disusun kriteria dari negatif
45
sampai ke yang positif, tetapi bukan dengan kemungkinan-
kemungkinan jawaban yang akan diminta dari yang dievaluasi.
f. Inventory, yaitu pertanyaan di mana yang ditanya tinggal
memilih alternative jawaban di antara setuju, kurang setuju,
dan tidak setuju.
Pada prinsipnya evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan
berencana dan berkesinambungan. Adapun ragam evaluasi hasil
belajar menurut Syah Muhibbin (2010: 202) antara lain:
1. Pre-Test dan Post-Test
Kegiatan Pre-Test dilakukan guru secara rutin pada
setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah
untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai
bahan yang akan disajikan. Sedangkan Post-Test yakni
kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini
berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan
instrumen sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya
sangat terbatas.
2. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi prasyarat bertujuan untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru
46
yang akan diajarkan. Contoh evaluasi pelajaran perkalian
bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat perkalian.
3. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah
satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian
tertentu yang belum dikuasai siswa. Evaluasi jenis ini dititik
beratkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat
siswa mendapatkan kesulitan.
4. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan”
yang dilakukan pada setiap akhir penyajiann suatu pelajaran.
Tujuannya untuk memperoleh umpan balik kesulitan belajar
siswa, sebagai bahan pertimbangan pengajaran
remidial/perbaikan.
5. Evaluasi Sumatif
Penilaian sumatif dapat dipandang sebagai ulangan
umum, yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik pada
akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini
dilakukan pada setiap akhir semester tahun ajaran. Hasilnya
dijadikann laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan
bahan penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
47
B. Mata Pelajaran (IPA) Materi Tumbuhan Hijau
1. Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)
a. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah
dasar. Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa terhadap konsep-konsep IPA. Konsep IPA di sekolah dasar
merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan
secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.
Proses pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini
disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia yaitu melalui pemecahan masalah-
masalah yang dapat diidentifikasikan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu pengetahuan
teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu
melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara
cara yang satu dengan cara yang lain (Salirawati, 2008:21). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan
segala isinya. IPA merupakan mata pelajaran wajib di sekolah. Mata
48
pelajaran ini ini diberikan untuk memberikan pengetahuan tentang
benda-benda disekitar serta kejadian di lingkungan sekitar. Dengan
adanya mata pelajaran IPA diharapkan siswa mampu mengenal
lingkungannya dan dapat mengembangkan pengetahuan serta
gagasannya.
IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta lainnya. IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi ilmu
tersebut didasarkan pada pengamatan percobaan-percobaan terhadap
gejala alam sesuai dengan hasil pengamatan (Ahmadi, 2008: 1)
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupannya sehari-hari. Proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar isi 2006).
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum
disetiap satuan pendidikan.pencapaian SK dan KD didasarkan pada
49
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (KTPS
Standar isi 2006).
Menurut Lord Bullock dalam Garnida dan Budiman, (2002: 6)
IPA merupakan suatu proses terbuka dan IPA dipandang sebagai studi
yang banyak berhubungan dengan manusia dan masyarakat, yaitu
suatu studi yang memerlukan imajinasi, perasaan, pengamatan dan
juga analisis.
b. Fungsi Mata Pelajaran IPA di MI
Fungsi mata pelajaran IPA di MI adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan proses.
3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan berkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
50
pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. (Garnida dan
Budiman, 2002: 253-254)
c. Tujuan Pembelajaran IPA di MI
Tujuan pembelajaran IPA di MI adalah agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingin tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung
jawab, bekerjasama, dan mandiri.
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai
kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Garnida dan
Budiman, 2002: 254).
51
d. Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk MI
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk MI meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah dan
batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana,
cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya.
4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya
(Garnida dan Budiman, 2002: 254).
e. Kurikulum IPA kelas V
Kurikulum yang diterapkan di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan
Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
f. SK dan KD IPA kelas V
Adapun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
dalam materi yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
SK 2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
KD 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan
2.2 Mendiskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada
tumbuhan hijau sebagai sumber makanan (Depdiknas, 2011:
77-78).
52
3. Materi Tumbuhan Hijau
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk bertahan
hidup. Manusia makan berbagai jenis makanan setiap hari. Tumbuhan
mampu membuat makanan sendiri, sedangkan hewan tidak. Namun
demikian, tidak semua tumbuhan dapat membuat makanan sendiri. Hanya
tumbuhan berhijau daun yantg dapat membuat makanan sendiri. Proses
pembuatan makanan pada tumbuhan hijau dinamakan proses fotosintesis.
Fotosintesis berlangsung di bagian daun karena daun banyak mengandung
zat hiau daun yang disebut klorofil.
a. Bahan-bahan yang dibutuhkan tumbuhan untuk fotosintesis
1) Air
2) Karbon dioksida
3) Cahaya matahari
b. Proses fotosintesis pada tumbuhan
Tumbuhan mengambil air dari dalam tanah dengan cara
menyerap air tersebut dengan rambut akar yang dimilikinya. Air yang
diserap melalui rambut akar masuk ke dalam batang melalui pembuluh
kayu. Kemudian, air yang mengandung zat hara ini disebarkan ke
semua bagian tumbuhan, seperti ranting dan daun.
Karbondioksida dari udara masuk ke tubuh tumbuhan melalui
stomata dan lentisel. Stomata adalah lubang-lubang kecil yang terdapat
di permukaan daun bagian bawah. Lentisel adalah lubang-lubang kecil
yang terdapat di batang.
53
Air dan karbondioksida dapat diolah menadi makanan
(karbohidrat) yang diperlukan oleh tumbuhan. Untuk membuat
makanan, tumbuhan memerlukan cahaya sebagai sumber tenaga atau
energi. Energi cahaya yang mengenai daun diserap oleh klorofil.
Energi tersebut dipakai oleh klorofil untuk mengubah air dan
karbondioksida menjadi karbohidrat dan oksigen. Reaksi fotosintesis
dapat dituliskan sebagai berikut:
Air + Karbondioksida
karbohidrat + oksigen
Secara alami, fotosintesis hanya terjadi pada siang hari karena
fotosintesis memerlukan cahaya matahari. Cahaya yang dapat
memberikan energi terbesar untuk fototsintesis adalah cahaya
matahari. Cahaya lampu juga dapat memberi energi pada proses
fotosintesis. Akan tetapi, energi cahaya matahari jauh lebih besar
daripada energi cahaya lampu.
c. Hasil proses fotosintesis
1) Karbohidrat
2) Oksigen
d. Pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan tumbuhan hijau
Tumbuhan hijau memerlukan cahaya, khususnya cahaya
matahari, yang cukup untuk pertumbuhannya. Di tempat yang cukup
mendapat cahaya matahari, daun tumbuhan terlihat lebih hijau.
Sebaliknya, di tempat yang kurang mendapat cahaya matahari, warna
daun terlihat lebih pucat. Selain itu, tanaman yang kurang mendapat
54
cahaya matahari akan tumbuh tidak normal, yaitu mempunyai batang
yang tinggi, daun kecil dan pucat.
e. Makanan hasil fotosintesis disimpan sebagai makanan cadangan
Manusia dapat tumbuh karena makanan. Begitu juga dengan
tumbuhan hijau. Pada proses fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan
oksigen. Karbohidrat digunakan oleh tumbuhan hijau untuk tumbuh,
memperbanyak diri, dan sebagai makanan cadangan. Tumbuhan
tertentu menyimpan makanan cadangan di umbi, buah, biji atau
batang.
1) Tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam umbi
antara lain: kentang, wortel, talas, singkong, bawang merah dan ubi
jalar.
2) Tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam buah
antara lain: avokad, mangga, jeruk, apel, nanas dll.
3) Tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam biji
antara lain: kacang tanah, kacang kedelai, kacang merah dan
kacang hijau.
4) Tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam batang
antara lain: tebu dan sagu.
f. Manusia dan hewan bergantung pada tumbuhan hijau
1) Tumbuhan hijau sebagai sumber makanan
2) Tumbuhan bermanfaat sebagai bahan penyedap rasa
3) Tumbuhan bermanfaat sebagai bahan obat-obatan
55
4) Tumbuhan bermanfaat sebagai bahan sandang
5) Tumbuhan bermanfaat sebagai bahan peralatan rumah tangga
(Haryanto, 2004: 45-48).
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
1. Definisi model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Erman Suherman (2001: 218) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai
sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut
Anita Lie (2003: 12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa lain dalam tugas-tugas
terstruktur disebut sebagi sistem “pembelajaran gotong royong” atau
pembelajaran kooperatif. Jadi dari beberapa pengertian ahli tersebut
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar dalam kelompok atau team untuk saling
membantu, mendiskusikan, dan beragumentasi dalam menyelesaikan
masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
dalam pembelajaran.
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model
pembelajaran tim siswa, ini pada mulanya dikembangkan oleh Davied De
Vries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama
dari John Hopkins (Slavin, 2009: 13).Secara umum TGT sama saja dengan
STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan
56
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para
siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering
digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan
turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya (Slavin, 2009: 163)
Model Teams Games Tournament (TGT)adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja
sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Hamdani, 2011:92).
Jadi Teams Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran
yang berupa kelompok, permainan, kerjasama, dan pertandingan yang
mana pembelajaran tersebut mengutamakan kekompakan.
Beberapa pengertian dari para ahli tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) adalah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif dimana
siswa dibagi dalam team belajar terdiri empat sampai lima orang yang
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure
permainan dan reinforcement. Dalam aktivitas belajar dengan permainan
yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
57
Games Tournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di
samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil team mereka dengan anggota
team lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswa yang
berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang
sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang
berprestasi tinggi.
TGT merupakan salah satu model pembelajaran tim siswa, ini
pada mulanya dikembangkan oleh Davied De Vries dan Keith Edwards,
ini merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins (Slavin,
2009: 13). Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal:
TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai
wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan
dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu
pada struktur STAD yang biasanya (Slavin, 2009: 163)
2. Tujuan penggunaan model pembelajaran TGT
Tujuan menurut Muslimin Ibrahim (2000: 7), model pembelajaran
kooperatif setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan
58
yang pertama yaitu meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa
dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tujuan kedua yaitu
pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-
tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga dari pembelajaran
kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Deutsch dalam
Slavin (2008: 31), mengidentifikasi tiga struktur tujuan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu:
a. Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
member kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
b. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
c. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
tidak memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota
lainnya.
3. Tahap-tahap Pembelajaran TGT:
Ada lima langkah dalam pembelajaran TGT, yaitu sebagai berikut:
a. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas. Biasanya, dilakukan dengan pengajaran langsung atau
59
ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini,
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik
pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai lima orang siswa
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin, ras, atau etnik. Fungsi kelompok adalah lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri atas pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
yang menjawab benar akan mendapat skor. Skor ini dikumpulkan
siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
60
mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama, guru membagi
siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa yang tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II, dan seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, dan
masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok mendapat
julukan “super team” jika rata-rata skor mencapai 45 atau lebih,
“great team” apabila rata-rata mencapai 40-50, dan “good team”
apabila rata-rata 30-40 (Hamdani, 2011: 92-93).
Menurut Slavin (2009: 175) penghitungan poin turnamen yaitu
Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan
timyang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran
(award) yang lain.
Menurut Slavin penghargaan diberikan jika telah melewati kriteria
sebagai berikut:
Manurut Kahfi (2004: 9) model pembelajaran kooperatif tipe TGT
meliputi 2 tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan
pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran meliputi penyajian materi,
membagi peserta didik dalam kelompok belajar, dan membagi peserta
didik pada meja tournament. Detail kegiatan pembelajaran meliputi: (1)
61
mengajar (teach), (2) belajar kelompok (team teach), (3) permainan
(tournament).
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Tahap penyajian kelas (class precentation) guru memperkenalkan
materi yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam
kelas.
2. Belajar dalam kelompok (teams) terdiri dari 5-6 orang yang terdiri dari
peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik yang berbeda,
yaitu peserta didik berkemampuan akademik tinggi (pandai), sedang
dan rendah setelah itu menerima tugas-tugas kelompok.
3. Permainan (games) dimainkan tiga peserta didik yang mewakili
kelompoknya. Peserta didik mengambil kartu bernomor dan berusaha
menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor. Aturannya membolehkan
pemain untuk menantang jawaban yang lain.
4. Pertandingan (Tournament) dilakukan setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara
undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu
undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
5. Penghargaan kelompok (team recognition) diberikan kepada kelompok
yang memiliki skor/poin tertinggi sesuai kriteria dan akan diberikan
penghargaan berupa sertifikat, hadiah dan sebagainya.
62
Dari uraian tersebut maka pembelajaran TGT memiliki cirri-
ciri sebagai berikut:
1. Peserta didik dalam kelompok kecil.
2. Terdapat game tournament.
3. Ada penghargaan kelompok.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament)
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar peserta
didik yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sebagai berikut:
a. Peserta didik di dalam kelas-kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memperoleh teman yang signifikan
lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari peserta didik yang ada
dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkaan perasaan/persepsi peserta didik bahwa hasil yang
mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada
keberuntungan.
c. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT meningkatkan harga diri
sosial pada peserta didik tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik
mereka.
d. Keterlibatan peserta didik lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
63
Disamping kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran
kooperatif tipe TGT juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari model
pembelajaran kooperatif tipe TGT antara lain:
a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang
banyak.
b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan
soal turnamen.
c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah.
5. Sistem Penghitungan Poin Tournamen
Menurut Slavin (2009: 175) penghitungan poin turnamen yaitu
Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan
timyang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran
(award) yang lain.
Adapun kriteria penghargaan yang disarankan adalah sebagai berikut:
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40 Tim baik
45 Tim sangat baik
50 Tim super
D. Keterkaitan Pembelajaran IPA dengan TGT
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu mata pelajaran yang
mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam secara nyata sehingga dalam
pembelajarannya juga membutuhkan cara yang mampu memberi konsep
pengetahuan secara kongkrit kepada siswa.
64
Namun pada kenyataannya pembelajaran IPA tidak selalu diajarkan
secara kongkrit dan bersifat pengetahuan abstrak. Hal ini disebabkan antara
lain karena keterbatasan media, metode, dan pendekatan yang digunakan
dalam mengajar. Guru terkadang sulit untuk menentukan media yang
diperlukan atau sulit menemukan cara memberi pengalaman langsung kepada
siswa tentang materi yang hendak diajarkan.
Model TGT ini digunakan karena memiliki kelebihan yaitu: dalam
kelas kooperatif murid memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan
menggunakan pendapat,rasa percaya diri murid lebih tinggi, perilaku
mengganggu terhadap murid lain menjadi lebih kecil, motivasi murid lebih
bertambah,pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan,
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, antara murid dengan murid
dan murid dengan guru,dan murid dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau
pokok bahasan bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada
dalam diri murid tersebut dapat keluar, selain itu kerjasama antar murid juga
murid dengan guru akan membuat intreraksi belajar dalam kelas menjadi
hidup dan tidak membosankan. Dari kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT tersebut, maka akan berkaitan dan berpengaruh dalam pembelajaran
IPA.
Berdasarkan penjelasan kelebihan tentang model TGT tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V MI Ma’arif
NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang dan dapat
65
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Sehingga diharapkan semua
siswa lebih termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang
sedang berlangsung. Disamping itu dapat tercapainya tujuan pembelajaran
secara maksimal dan untuk mengurangi siswa berbicara sendiri dengan
temannya sehingga kondisi kelas lebih kondusif dan terarah saat pembelajaran
sedang berlangsung.
TGT merupakan salah satu model pembelajaran tim siswa, ini pada
mulanya dikembangkan oleh Davied De Vries dan Keith Edwards, ini
merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins (Slavin, 2009:
13). Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem
skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan
STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang
biasanya (Slavin, 2009: 163)
66
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. DESKRIPSI AWAL
1. Gambaran Umum MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan
Kec. Bawen Kab. Semarang.
a. Lokasi Penelitian:
Alamat penelitian :MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds.
Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi pokok : Tumbuhan Hijau
Kelas/semester : V/I
b. Visi dan Misi MI Ma’arif Dsn. Geyongan Kecamatan Bawen
1) Visi
Terbentuknya Manusia yang Berakhlakul Karimah, Beriman
Bertaqwa, Cerdas dan Berprestasi.
2) Misi
a) Membiasakan siswa berjabat tangan dengan siswa muslim.
b) Membiasakan siswa hormat pada guru.
c) Membiasakan siswa sholat duhur berjamaan.
d) Memberikan layanan tambahan pendidikan di luar jam
sekolah
e) Memberikan fasilitas sekolah yang memadai.
67
f) Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
g) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Tujuan
a) Terbentuknya Pribadi Siswa yang Islami
b) Menjaga Eksistensi Madrasah
c) Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pembelajaran
dan tertib administrasi
c. Keadaan Guru MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Kec. Bawen
Tabel 3.1
Daftar guru MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan
No Nama Guru Jabatan Pendidikan
1. Sugiyanto S.Ag Kepala Sekolah S1
2. Joko Istiyandoko Prasetyo S.Pd.I Guru Kelas S1
3. Siti Jumiatun S.Pd.I Guru Kelas S1
4. Abdul Kholiq S.Pd.I Guru Kelas S1
5. Lilik Kristiawan S.Pd.I Guru Kelas S1
6. Nunik Puspitasari S.Pd.I Guru Kelas S1
7. Tezar Aditiya Mufid S.Pd.I Guru Kelas S1
d. Data Siswa Tahun Pelajaran 2016\2017
Tabel 3.2
Daftar Siswa MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan
No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Jumlah
Rombel L P
1. I 8 3 11 1
2. II 4 12 16 1
3. III 7 7 14 1
4. IV 7 5 12 1
5. V 10 10 20 1
6. VI 3 6 9 1
7. JUMLAH 39 43 82 6
68
e. Karakteristik Siswa
Siswa kelas V MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds.
Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang tahun pelajaran
2016/2017 berjumlah 20 siswa terdiri dari 10 orang siswa laki-laki
dan 10 orang siswa perempuan. Data keadaan peserta didik di MI
Ma’arif NU Dsn. Geyongan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Data Keadaan Siswa
No Nama Siswa Keterangan
Laki-laki Perempuan
1. Ahmad Fauzan Nurkamid
2. Ahmad Fauzi Nurkamid
3. Ardita Syarifatul Taufyani
4. Danu Aris Setiawan
5. Dina Hasnatul Maghfiroh
6. Erlinda Ayu Saputri
7. Fahma Salsabila
8. Grisela Astrid Saliva
9. Habib Ali Mashudi
10. Habib Ali Maskur
11. Ilham Aditiya Khavid
12. Mas Arul Khoirurrizaq
13. Rafa Faisal Ardyatama
14. Ridlo Abdur Rozaq
15. Rifki Dwi Saputro
16. Sarmila MD Shamim Sikder
17. Vanisa Pramesti
18. Vike Wulandari
19. Wiwid Widianingsih
20. Zahra Amelia Putri
f. Perolehan Nilai Pra Siklus
Kondisi awal (Pra Siklus) dilaksanakan pada 9 Agustus
2016. Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pre-test untuk
memperoleh kemampuan awal siswa kelas V semester di MI
Ma’arif NU Dsn. Geyongan Kec. Bawen. Berikut ini hasil pra
69
siklus sebelum diberikan tindakan menggunakan model
pembelajaran TGT.
Tabel 3.4
Perolehan Nilai Pra Siklus
No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1. Ahmad Fauzan Nurkamid 60 50 Tidak Tuntas
2. Ahmad Fauzi Nurkamid 60 60 Tuntas
3. Ardita Syarifatul Taufyani 60 40 Tidak Tuntas
4. Danu Aris Setiawan 60 40 Tidak Tuntas
5. Dina Hasnatul Maghfiroh 60 50 Tidak Tuntas
6. Erlinda Ayu Saputri 60 60 Tuntas
7. Fahma Salsabila 60 70 Tuntas
8. Grisela Astrid Saliva 60 60 Tuntas
9. Habib Ali Mashudi 60 50 Tidak Tuntas
10. Habib Ali Maskur 60 40 Tidak Tuntas
11. Ilham Aditiya Khavid 60 50 Tidak Tuntas
12. Mas Arul Khoirurrizaq 60 70 Tuntas
13. Rafa Faisal Ardyatama 60 50 Tidak Tuntas
14. Ridlo Abdur Rozaq 60 50 Tidak Tuntas
15. Rifki Dwi Saputro 60 40 Tidak Tuntas
16. Sarmila MD Shamim Sikder 60 60 Tuntas
17. Vanisa Pramesti 60 70 Tuntas
18. Vike Wulandari 60 50 Tidak Tuntas
19. Wiwid Widianingsih 60 40 Tidak Tuntas
20. Zahra Amelia Putri 60 40 Tidak Tuntas
1040
52
g. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran IPA materi
tumbuhan hijau semester ganjil tahun pelajaran 2016. Penelitian ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian tersebut menggunakan jam
mata pelajaran IPA sesuai dengan jadwal pelajaran IPA kelas V
70
semester I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec.
Bawen Kab. Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Waktu pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan pra siklus untuk observasi awal pada Agustus 2016
2) Kegiatan pra-siklus dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2016
3) Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2016
4) Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2016
B. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada semester I, pada
tanggal 23 Agustus 2016. Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester
mata pelajaran IPA kelas V semester I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan
Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang. Standar Kompetensi cara
tumbuhan hijau membuat makanan sendiri. Dengan kompetensi dasar
mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan. Dengan pokok
bahasan tumbuhan hijau.
Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu
dengan alur perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing) dan refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
71
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun materi yang
dibahas adalah tumbuhan hijau.
b. Menyiapkan seperangkat games tournament dan lembar kerja
untuk didiskusikan dalam kelompok yang berhubungan dengan
materi tumbuhan hijau.
c. Menyiapkan bahan ajar serta benda yang berkaitan dengan materi
tumbuhan hijau.
d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat kondisi belajar
mengajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik
lembar observasi untuk siswa maupun guru.
e. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajarann yang dibuat sebelumnya.
b. Guru memulai pelajaran dengan salam, doa dan sapaan kepada
siswa.
c. Guru melakukan ice breaking untuk mengendorkan syaraf siswa.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e. Siswa membaca intensif materi tentang tumbuhan hijau.
f. Guru menjelaskan materi tentang tumbuhan hijau.
72
g. Siswa diberi kesempatan untuk mempraktikan perubahan.
h. Siswa dibagi dalam 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4
siswa.
i. Siswa mengerjakan tugas kelompok mengenai urutan proses
fotosintesis.
j. Guru membagikan lembar jawab untuk menjawab nomor kartu
yang diberikan oleh penantang.
k. Guru membacakan peraturan bermain games tournament. Siswa
memainkan game tournament dengan bimbingan guru.
l. Guru memberikan penghargaan dengan tanda bintang kepada siswa
yang berhasil memenangkan game tournament, berapa banyak dia
mendapatkan bintang itu.
m. Guru memberikan umpan balik kepada siswa.
n. Siswa mengerjakan post-test siklus I.
o. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
3. Pengamatan/Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, secara langsung dilakukan
observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa mata pelajaran
IPA Materi Tumuhan Hijau melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MI Ma’arif NU Dsn.
Geyongan pada Siklus I Sebagai berikut:
73
Tabel 3.5
Data Nilai Hasil Belajar Siswa
SIKLUS I
No Nama L/P KKM Nilai Keterangan
1. Ahmad Fauzan Nurkamid L 60 70 Tuntas
2. Ahmad Fauzi Nurkamid L 60 80 Tuntas
3. Ardita Syarifatul Taufyani P 60 80 Tuntas
4. Danu Aris Setiawan L 60 70 Tuntas
5. Dina Hasnatul Maghfiroh P 60 60 Tuntas
6. Erlinda Ayu Saputri P 60 50 Tidak Tuntas
7. Fahma Salsabila P 60 90 Tuntas
8. Grisela Astrid Saliva P 60 70 Tuntas
9. Habib Ali Mashudi L 60 50 Tidak tuntas
10. Habib Ali Maskur L 60 60 Tuntas
11. Ilham Aditiya Khavid L 60 70 Tuntas
12. Mas Arul Khoirurrizaq L 60 80 Tuntas
13. Rafa Faisal Ardyatama L 60 50 Tidak tuntas
14. Ridlo Abdur Rozaq L 60 80 Tuntas
15. Rifki Dwi Saputro L 60 70 Tuntas
16. Sarmila MD Shamim S P 60 90 Tuntas
17. Vanisa Pramesti P 60 80 Tuntas
18. Vike Wulandari P 60 70 Tuntas
19. Wiwid Widianingsih P 60 80 Tuntas
20. Zahra Amelia Putri P 60 70 Tuntas
Jumlah 1420
Nilai Rata-rata Kelas 71
4. Refleksi
Hasil belajar siklus I ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran meningkat. Siswa terlihat antusias dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Guru berperan sebagai fasilitator,
pembimbing dan motivator, pusat pembelajaran berada pada siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini membuat semua siswa
aktif karena dalam pembelajaran siswa dapat bekerjasama teams saat
diskusi kelompok, kemudian saat games siswa-siswa terlihat aktif
74
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kartu
kesempatam.
Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalah-masalah,
yaitu:
a. Pengelolaan waktu yang kurang optimal saat diskusi kelompok
b. Beberapa siswa belum paham tentang aturan game teams karena
selama ini guru hanya menggunakan model kelompok saja.
c. Kondisi kelas tidak kondusif masih banyak siswa yang berbicara
dengan temannya yang lain.
d. Fasilitas media pembelajaran yang tersedia di sekolah kurang
memadai.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka peneliti
akan melakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil
belajar pada siklus I.
C. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan semester I, pada
tanggal 25 Agustus 2016. Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan mata
pelajaran IPA kelas V Semester I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds.
Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu
dengan alur perencanan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing) dan refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
75
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari observasi dan hasil
perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I. Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b) Menyiapkan seperangkat pembelajaran games dan lembar kerja
untuk didiskusikan dalam kelompok yang berhubungan dengan
materi manusia dan hewan bergantung pada tumbuhan hijau.
c) Menyiapkan bahan ajar.
d) Menyiapkan media teka-teki.
e) Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat kondisi belajar
mengajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
f) Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru memulai pembelajaran dengan membuka salam, doa dan
sapaan kepada siswa.
b. Guru melakukan ice breaking untuk mengendorkan saraf siswa.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4
orang dan tiap kelompok membaca intensif materi tentang manusia
dan hewan bergantung pada tumbuhan hijau.
76
e. Tiap kelompok mengerjakan lembar kerja team.
f. Guru membagikan media teka – teki pada setiap kelompok.
g. Guru membacakan peraturan bermain untuk game teka-teki melalui
bimbingan guru.
h. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil
memnangkan game tournament menggunkan teka-teki. Pendidik
membahas apa yang telah dipelajari dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
i. Siswa mengerjakan soal post-test siklus II. Pendidik menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Pengamata\Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, secara langsung dilakukan
observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil observasi data dilihat dalam
lembar observasi sebagai berikut:
Tabel 3.6
Dafatr Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus II
No Nama L/P KKM Nilai Keterangan
1. Ahmad Fauzan Nurkamid L 60 80 Tuntas
2. Ahmad Fauzi Nurkamid L 60 80 Tuntas
3. Ardita Syarifatul Taufyani P 60 80 Tuntas
4. Danu Aris Setiawan L 60 70 Tuntas
5. Dina Hasnatul Maghfiroh P 60 70 Tuntas
6. Erlinda Ayu Saputri P 60 90 Tuntas
7. Fahma Salsabila P 60 100 Tuntas
8. Grisela Astrid Saliva P 60 70 Tuntas
9. Habib Ali Mashudi L 60 60 Tuntas
10. Habib Ali Maskur L 60 60 Tuntas
77
11. Ilham Aditiya Khavid L 60 70 Tuntas
12. Mas Arul Khoirurrizaq L 60 80 Tuntas
13. Rafa Faisal Ardyatama L 60 70 Tuntas
14. Ridlo Abdur Rozaq L 60 80 Tuntas
15. Rifki Dwi Saputro L 60 90 Tuntas
16. Sarmila MD Shamim S P 60 100 Tuntas
17. Vanisa Pramesti P 60 70 Tuntas
18. Vike Wulandari P 60 70 Tuntas
19. Wiwid Widianingsih P 60 80 Tuntas
20. Zahra Amelia Putri P 60 80 Tuntas
Jumlah 1550
Nilai Rata-rata Kelas 77, 5
4. Refleksi
Hasil belajar siklus II ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran meningkat. Siswa terlihat sangat antusias
dalam melaksanakan proses pembelajaran melalaui model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Siswa mulai mandiri melakukan
proses pembelajaran dengan permainan. Guru berperan sebagai
fasilitator, pembimbing dan motivator, pusat pembelajaran berada pada
siswa. Game tournament membuat semua siswa aktif karena
permainan terpusat pada individu. Siswa-siswa terlihat aktif dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam permainan. Selama
pengamatan berlangsung, kebingungan siswa dalam menentukan
apakah jawabannya benar atau salah semakin menurun. Ada beberapa
siswa yang masih kurang aktif dan kurang mandiri dalam menggerakan
games mereka harus dipandu oleh temannya. Berdasarkan unjuk kerja
dan perolehan nilai dapat diketahui bahwa nilai yang didapatkan lebih
baik dari pada saat siklus I.
78
Pembelajaran pada siklus II ini telah mencapai hal yang
diharapkan, yakni keterlibatan aktif siswa, pembelajaran yang riang
dan menyenangkan, dan peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu,
nilai yang diperoleh siswa telah mencapai standar minimal KKM, hal
ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan telah mencapai hasil
yang maksimal.
Dari pra siklus sebelum dilakukan tindakan, siswa yang
mencapai ketuntasan hanya 35% dari keseluruhan jumlah siswa
dengan rata-rata 52. Sedangkan pada siklus I setelah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang tuntas dalam
KKM 60 sebanyak 17 siswa atau 85 % dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 20 siswa dengan nilai rata-rata adalah 71. Pada siklus II
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Sebanyak 20
siswa atau 100% telah tuntas dengan rata-rata 77, 5. Untuk itu tidak
perlu mengadakan tindak lanjut dengan memberikan perbaikan kepada
siswa.
79
BA B IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Belajar Per Siklus
Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) materi tumbuhan hijau melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V semester I di MI Ma’arif NU Dsn.
Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017 yang berjumlah 20 siswa terlihat dimana guru hanya sering
menggunakan metode dan model mengajar dengan menggunakan
ceramah, Tanya jawab dan penugasan saja. Dan guru masih
mendominasikan pembicaraan dan buku masih sebagai sumber belajar
yang paling utama. Dilihat dari hasil evaluasi pada mata pelajaran IPA
yang telah dilakukan di kelas V sebagian besar siswa memperoleh nilai di
bawah KKM.
Masalah tersebut adalah ketika guru sedang menjelaskan materi
dari 20 siswa yang mendengarkan penjelasan dari guru hanya beberapa
siswa saja. Dan siswa yang mau bertanya ketika dia belum faham hanya 6
anak saja. Disamping itu masalah yang lain adalah anak bermain dan
sering berbicara dengan yang lain ketika guru menerangkan materi. Siswa
cenderung jenuh tidak mendengarkan guru sedang menerangkan materi.
Kondisi yang hanya berpusat pada guru seperti ini membuat siswa pasif
dan kelas menjadi tidak kondusif. Sehingga siswa kesulitan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya yang nantinya akan
80
mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka peneliti dan guru mengambil
kesimpulan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament). Berikut ini adalah tabel distribusi ketuntasan hasil belajar
IPA dengan KKM = 60 data hasil perolehan nilai sebelum tindakan dapat
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus
No.
Standar Ketuntasan
Jumlah siswa Persentase ( %)
Angka Ketuntasan
1. < 60 Tidak Tuntas 13 65 %
≥ 60 Tuntas 7 35 %
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan pembelajaran IPA
dengan kompetensi dasar mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat
makanan yang dapat mempengaruhi pada siswa kelas V MI Ma’arif NU
Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang yang
berjumlah 20 siswa. data ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPA
dengan KKM=60 tercatat 13 siswa atau 65% tidak tuntas dan 7 siswa atau
35% dinyatakan tuntas. Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan
dengan diagram lingkaran sebagai berikut
81
Diagram 4.1
Hasil Ketuntasan Pra Siklus
Dari gambar diagram lingkaran di atas dapat diketahui bahwa
ketuntasan hasil belajar sebesar 65% siswa belum tuntas. Rendahnya nilai
siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan masih rendah dikarenakan guru dalam menyampaikan materi
masih menggunakan pembelajaran yang konvensional, dimana metode
ceramah dan tanya jawab masih mendominasi proses kegiatan
pembelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik bagi
siswa dan media yang digunakan guru dalam mengajar pun tidak ada
hanya gambar yang bersumber dari buku saja. Siswa pun kurang aktif
mengikuti pembelajaran dikarenakan siswa jenuh dan kelas menjadi
kurang kondusif.
Berdasarkan kondisi seperti ini penulis melakukan sebuah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai rencana seperti yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) yang akan dilaksanakan dua siklus.
65%
35% tidak tuntas
tuntas
82
1. Aspek Kognitif
Peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik sebelum dilakukan tindakan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, kemudian melakukan post-
test setiap berakhirnya siklus.
Hasil belajar siswa pada aspek kognitif dalam pra siklus
sebelum penggunaan model kooperatif tipe TGT, hasil belajar siswa
masih banyak di bawah KKM. Peneliti melakukan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum
dilakukan tindakan selanjutnya yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kemudian melakukan post-test.
2. Aspek Afektif dan Psikomotor
Pada siklus I, siswa masih belum terkondisikan atau
kebanyakan dari mereka masih berbicara dengan temannya, ada
beberapa siswa yang masih bingung dengan aturan permainan TGT,
sehingga guru masih kesulitan untuk mengkondisikannya.
Pada siklus I, siswa cepat merasa bosan dengan materi yang
sebagian besar dijelaskan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT sehingga guru harus melakukan ice-breaking
berkali-kali untuk memusatkan perhatian siswa kembali.
Pada siklus II, siswa sudah mulai aktif dan kelas sudah bisa
dikondisikan. Siswa juga sudah tidak merasa bingung lagi dengan
83
aturan permainan TGT. Pada siklus II ini banyak siswa yang bertanya
dan mulai aktif untuk mengeluarkan pendapat yang dimilikinya.
Hasil penelitian aspek afektif dan psikomotor pada siklus I dan siklus
II dapat dilihat dalam tabel berikut:
a. Siklus I
1) Data hasil pengamatan
a) Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa
84
Tabel 4.2
Perolehan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No Nama
Skor
Total Skor Nilai Predikat Bekerjasama Keaktifan Tanggung
Jawab
Berargumen Ketepatan
1. Ahmad F.N 2 1 2 2 1 8 53 Cukup
2. Ahmad Fauzi N 2 2 3 2 2 11 73 Baik
3. Ardita S.T 3 2 2 1 2 10 67 Baik
4. Danu Aris S 2 1 2 1 2 8 54 Cukup
5. Dina H.M 3 2 2 2 2 11 73 Baik
6. Erlinda Ayu S 2 2 2 2 3 11 73 Baik
7. Fahma S 3 3 3 2 3 14 93 Sangat Baik
8. Grisela Astrid S 2 2 2 2 2 10 67 Baik
9. Habib Ali M 2 1 2 2 2 9 60 Cukup
10. Habib Ali M 2 2 2 2 2 10 67 Baik
11. Ilham A K 1 2 2 2 2 9 60 Cukup
12. Mas Arul K 3 2 2 2 2 11 73 Baik
13. Rafa Faisal A 3 2 2 1 2 10 67 Baik
14. Ridlo Abdur R 3 2 3 2 2 12 80 Baik
15. Rifki Dwi S 3 1 2 2 2 10 67 Baik
16. Sarmila MD S.S 2 3 3 2 3 13 87 Sangat Baik
17. Vanisa Pramesti 3 2 2 2 2 11 73 Baik
18. Vike Wulandari 2 2 2 1 2 9 60 Cukup
19. Wiwid W 2 2 2 2 2 10 67 Baik
20 Zahra Amelia P 3 2 3 2 2 11 73 Baik
Kriteria Penilaian:
Nilai 81 – 100 (A Skor 3 = Sangat Baik)
Nilai 61 – 80 (B Skor 2 = Baik)
Nilai 41 – 60 (C Skor 1 = Cukup)
85
Nilai =
x 100
Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, dapat diketahui bahwa hasil
nilai pengamatan aktivitas belajar siswa Siklus I dapat disimpulkan siswa yang
mendapatkan prediat sangat baik berjumlah 2 siswa, mendapat predikat baik 13
siswa, mendapat predikat cukup 5 siswa, dari keseluruhan siswa yang berjumlah
20 siswa yang ada di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen
Kab. Semarang.
b. Hasil pengamatan terhadap guru
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan terhadap Guru Siklus I
NO Aspek yang dinilai Skala Partisipasi
A B C D
I PRA PEMBELAJARAN
1. Menyiapkan RPP
2. Memeriksa kegiatan siswa
3. Melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Penguasaan materi pembelajaran
4. Menunjukkan penguasaan materi
5. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
6. Menyampaikan materi dengan jelas
7. Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan
B. Pendekatan/strategi pembelajaran
8. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
9. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
10. Menguasai kelas
11. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
12. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan yang bersifat positif
13. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan
C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran
86
14. Menggunakan media secara efektif dan efisien
15. Menghasilkan pesan yang menarik
16. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D Pembelajaran yang memicu dan memelihara ketertiban siswa
17. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
18. Menumbuhkan sikap terbuka terhadap respon siswa
19. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
pembelajaran
E Penilaian proses dan hasil belajar
20. Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
21. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
F Penggunaan bahasa
22. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
benar
23. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
III PENUTUP
24. Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi
pembelajaran dengan melibatkan siswa
25. Mengadakan tes formatif
Jumlah 28 48 4
Total 80
Kategori Sangat Baik
Keterangan
A. Skore 4 Nilai 80 - 100 (Sangat Baik)
B. Skore 3 Nilai 70 – 79 (Baik)
C. Skore 2 Nilai 60 – 69 (Sedang)
D. Skore 1 Nilai 0 - 59 (Kurang)
c. Refleksi
Dari hasil pengamatan situasi terhadap guru pada siklus I,
peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai
berikut:
87
1) Siswa cenderung bosan ketika pembelajaran berlangsung.
2) Kondisi kelas yang tidak kondusif karena banyak siswa yang
berbicara dengan temannya sendiri.
3) Siswa belum secara maksimal dalam mengikuti aturan
permainan TGT.
Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka
peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II untuk
memperbaiki hasil belajar pada siklus I. Aspek yang lebih
diperhatikan untuk perbaikan pada siklus II diantaranya:
1) Guru menambah model pembelajaran yang mudah dipahami
siswa.
2) Guru memberikan pertanyaan bagi siswa yang berbicara
sendiri.
b. Siklus II
1) Data Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan aktivitas belajar pada siswa
88
tabel 4.4
Perolehan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Nama
Skor
Total Skor Nilai Predikat Bekerjasama Keaktifan Tanggung
Jawab
Berargumen Ketepatan
1. Ahmad F.N 3 3 3 2 2 13 87 Sangat Baik
2. Ahmad Fauzi N 3 2 3 2 2 12 80 Baik
3. Ardita S.T 3 2 2 2 2 11 73 Baik
4. Danu Aris S 3 2 2 2 2 11 73 Baik
5. Dina H.M 3 2 3 2 2 12 80 Baik
6. Erlinda Ayu S 3 3 2 2 3 13 87 Sangat Baik
7. Fahma S 3 2 3 3 3 14 93 Sangat Baik
8. Grisela Astrid S 3 2 2 2 2 11 73 Baik
9. Habib Ali M 2 1 3 2 2 10 67 Baik
10. Habib Ali M 2 2 2 2 2 10 67 Baik
11. Ilham A K 2 2 3 2 2 11 73 Baik
12. Mas Arul K 3 2 3 2 2 12 80 Baik
13. Rafa Faisal A 3 2 2 2 2 11 73 Baik
14. Ridlo Abdur R 3 3 3 2 2 13 87 Sangat Baik
15. Rifki Dwi S 3 3 3 2 3 14 93 Sangat Baik
16. Sarmila MD S.S 3 3 3 2 3 14 93 Sangat Baik
17. Vanisa Pramesti 3 2 3 2 2 12 80 Baik
18. Vike Wulandari 2 2 3 2 2 11 73 Baik
19. Wiwid W 3 2 2 2 2 11 73 Baik
20 Zahra Amelia P 3 2 3 2 2 12 80 Baik
Kriteria Penilaian:
Nilai 81 – 100 (A Skor 3 = Sangat Baik)
Nilai 61 – 80 (B Skor 2 = Baik)
Nilai 41 – 60 (C Skor 1 = Cukup)
89
Nilai =
x 100
Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, dapat diketahui bahwa hasil
nilai pengamatan aktivitas belajar siswa Siklus I dapat disimpulkan siswa yang
mendapatkan prediat sangat baik berjumlah 6 siswa, mendapat predikat baik 14
siswa, mendapat predikat cukup 0 siswa, dan mendapat predikat kurang berjumlah
0 dari keseluruhan siswa yang berjumlah 20 siswa yang ada di MI Ma’arif NU
Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang.
d. Hasil pengamatan terhadap guru
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan terhadap Guru Siklus II
NO Aspek yang dinilai Skala Partisipasi
A B C D
I PRA PEMBELAJARAN
1. Menyiapkan RPP
2. Memeriksa kegiatan siswa
3. Melakukan kegiatan apersepsi
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Penguasaan materi pembelajaran
4. Menunjukkan penguasaan materi
5. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
6. Menyampaikan materi dengan jelas
7. Mengkaitkan materi dengan realita kehidupan
B. Pendekatan/strategi pembelajaran
8. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
9. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
10. Menguasai kelas
11. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
12. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan yang bersifat positif
13. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan
C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran
90
14. Menggunakan media secara efektif dan efisien
15. Menghasilkan pesan yang menarik
16. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D Pembelajaran yang memicu dan memelihara ketertiban siswa
17. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
18. Menumbuhkan sikap terbuka terhadap respon siswa
19. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
pembelajaran
E Penilaian proses dan hasil belajar
20. Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran
21. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
F Penggunaan bahasa
22. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
benar
23. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
III PENUTUP
24. Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan materi
pembelajaran dengan melibatkan siswa
25. Mengadakan tes formatif
Jumlah 40 45 2
Total 87
Kategori Sangat Baik
Keterangan
A. Skore 4 Nilai 80 - 100 (Sangat Baik)
B. Skore 3 Nilai 70 – 79 (Baik)
C. Skore 2 Nilai 60 – 69 (Sedang)
D. Skore 1 Nilai 0 - 59 (Kurang)
e. Refleksi
Nilai yang diperoleh pada siklus II meningkat dibandingkan
dengan siklus I. Pada siklus I masih ada 3 siswa yang belum tuntas,
namun pada siklus II ketuntasan hasil belajar mencapai 100%
dengan kriteria ketuntasan minimal 60. Beberapa anak masih ada
91
yang belum aktif dan mandiri. Anak tersebut memerlukan
bimbingan dari guru dan temannya.
Pada siklus II, peneliti berhasil meningkatkan hasil belajar
IPA materi tumbuhan hijau melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siswa kelas V semester
I di MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kec. Bawen Kab.
Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
B. Pembahasan
Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari sebelum
dilaksanakannya tindakan. Hasil belajar siswa tersebut meliputi hasil
perolehan nilai pada post-test dan hasil pengamatan peneliti dalam menilai
aspek afektif, kognitif dan psikomotorik pada siswa. Hal ini diperoleh
peneliti dari hasil setelah dilaksanakannya tindakan menggunakan model
pembelajaran kooperatif learning tipe TGT.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelun tindakan, siklus I,
dan siklus II sebagai berikut:
1. Hasil sebelum PTK
Sebelum pelaksanaan PTK, hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, sebanyak 13 siswa yang
belum mencapai batas KKM. Batas KKM di MI Ma’arif NU Dsn.
Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang untuk
pembelajaran IPA adalah 60. Siswa yang telah mencapai KKM
92
sebanyak 35 %. Adapun data rekapitulasi niai ketuntasan siswa dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.6
Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus
TUNTAS TIDAK TUNTAS
7 13
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa guru jarang
menggunakan model pembelajaran lain selain ceramah dan diskusi.
Hal ini menjadi salah satu faktor kurangnya motivasi dan keaktifan
peserta didik. Maka dari itu perlu didesain model pembelajaran
yang bisa meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa, sehingga
hasil belajar siswa meningkat. Dalam hal ini peneliti mencoba
melakukan tindakan dalam siklus I menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Rata-rata perolehan nilai hasil belajar siswa adalah 71.
Ketuntasan siswa mencapai 85% atau 17 siswa tuntas, tapi masih ada 3
siswa yang nilainya masih dibawah KKM. Sedangkan pada aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa yang
mendapat predikat sangat baik sebanyak 2, mendapat predikat baik
sebanyak 13 siswa dan predikat cukup sebanyak 5 siswa dari
keseluruhan siswa yang berjumlah 20 siswa yang ada di kelas V MI
93
Ma’arif Nu Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab.
Semarang. Adapun rekapitulasi nilai dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 4.7
Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I
No Skore Nilai Jumlah
Siswa
1 51 – 60 5
2 61 – 70 7
3 71 – 80 6
4 81 – 90 2
5 91 – 100 -
Total 20
Tabel 4.8
Rekapitulasi Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Siklus I
No Predikat Jumlah Siswa
1 Sangat Baik 2
2 Baik 13
3 Cukup 5
Total 20
3. Hasil Penelitian Siklus II
Pada siklus II, rata-rata nilai hasil belajar siswa 77,5, dengan
ketuntasan mencapai 100%. Sedangkan pada aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, siswa yang mendapat
predikat sangat baik mengalami peningkatan sebanyak 6, mendapat
94
predikat baik sebanyak 14 siswa dan siswa yang mendapat predikat
cukup sebanyak 0 siswa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 20
siswa yang ada di kelas V MI Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds.
Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang Adapun rekapitulasi nilai
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Ketuntasan Siklus II
No Skore Nilai
Jumlah
Siswa
1 51 – 60 2
2 61 – 70 7
3 71 – 80 7
4 81 – 90 2
5 91 – 100 2
Total 20
Tabel 4.10
Rekapitulasi Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Siklus II
No Predikat Jumlah Siswa
1 Sangat Baik 6
2 Baik 14
3 Cukup 0
Total 20
95
Peningkatan nilai hasil belajar siswa dan peningkatan nilai
sikap saat aktifitas belajar siswa berlangsung pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Antar Siklus
No Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Ahmad Fauzan N 50 70
80
2. Ahmad Fauzi Nurkamid 60 80
80
3. Ardita Syarifatul T 40 80
80
4. Danu Aris Setiawan 40 70
70
5. Dina Hasnatul M 50 60
70
6. Erlinda Ayu Saputri 60 50
90
7. Fahma Salsabila 70 90
100
8. Grisela Astrid Saliva 60 70
70
9. Habib Ali Mashudi 50 50
60
10. Habib Ali Maskur 40 60
60
11. Ilham Aditiya Khavid 50 70
70
12. Mas Arul Khoirurrizaq 70 80
80
13. Rafa Faisal Ardyatama 50 50
70
14. Ridlo Abdur Rozaq 50 80
80
15. Rifki Dwi Saputro 40 70
90
96
B
Berdasarkan pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa
perolehan rata-rata nilai pada siklus I meningkat menjadi 71, jika
dibandingkan dengan nilai pra-siklus yang hanya 52,5. Pada siklus
II meningkat lagi menjadi 77,5. Berdasarkan data tersebut maka
dapat diketahui bahwa pelaksanaan PTK dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan hasil pra siklus, post-test siklus I
dan post-test siklus 2 dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
16. Sarmila MD Shamim S 60 90
100
17. Vanisa Pramesti 70 80
70
18. Vike Wulandari 50 70
70
19. Wiwid Widianingsih 40 80
80
20 Zahra Amelia Putri 40 70
80
1050 1420
1550
52,5 71
77, 5
97
Diagram 4.2
Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Adapun peningkatan rata-rata hasil belajar pada pra siklus,
siklus I dan siklus 2 dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Diagram 4.3
Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Pra Siklus
Siklus I
Siklus 2
0
20
40
60
80
Pra Siklus Siklus I Siklus II
98
Peningkatan nilai sikap dalam aktifitas belajar siswa dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
Rekapitulasi Nilai Aktifitas Belajar Siswa antar Siklus
No Predikat Siklus I Siklus II
1 Sangat Baik 2 6
2 Baik 15 14
3 Cukup 3 0
Total 20 20
Jika disajikan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagaimana
diagram berikut:
Diagram 4.4
Gabungan Nilai Aktifitas Belajar Siswa
4. Performa Guru Saat Pembelajaran
Berikut disajikan rekapitulasi data pengamatan aktivitas guru
selama melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT kelas V MI
0
5
10
15
SangatBaik
Baik Cukup
Siklus I
Siklus II
99
Ma’arif NU Dsn. Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang
mata pelajaran IPA materi tumbuhan hijau:
Tabel 4.13
Performa Guru Saat Pembelajaran Antar Siklus
Siklus I Siklus II
80 87
Jika disajikan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagaimana
diagram berikut:
Diagram 4.5
Performa Guru Saat Pembelajaran
Dari hasil pengamatan yang terlihat pada diagram diatas
membuktikan bahwa performa guru dalam melaksanakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
siklus II semakin baik dibandingkan dengan siklus I.
75
80
85
90
Siklus I Siklus II
100
5. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus
Tabel 4. 14
Rekapitulasi Ketuntasan Antar Siklus
Pra Siklus Siklus I Siklus II
35 %
85 % 100%
Diagram 4.6
Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan
siswa kelas IV meningkat. Dari pra siklus sebelum dilakukan tindakan,
siswa yang mencapai ketuntasan hanya 35 % dari keseluruhan jumlah
siswa. Sedangkan pada siklus I setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
menjadi 85% dan pada siklus II mencapai 100%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa: Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi tumbuhan hiau pada siswa kelas V semester I MI Ma’arif NU Dsn.
Geyongan Ds. Kandangan Kec. Bawen Kab. Semarang. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari pra siklus sebelum
dilakukan tindakan, siswa yang mencapai ketuntasan hanya 35% dari
keseluruhan jumlah siswa dengan rata-rata 52. Sedangkan pada siklus I setelah
menerapkan model pembelajaran TGT siswa yang tuntas dalam KKM 60
sebanyak 17 siswa atau 85% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 20 siswa
dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 71. Pada siklus II menggunakan model
pembelajaran sebanyak 20 siswa atau 100% telah tuntas dengan rata-rata kelas
sebesar 77,5.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran IPA materi tumbuhan hijau dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siklus pertama terdapat 3 siswa berkategori cukup
aktivitasnya (15%), 15siswa aktivitasnya kategori baik (75%), dan 2 siswa
berkategori aktivitas sangat baik (10%). Siklus kedua 0 siswa berkategori
102
cukup (0%), 14 siswa berkategori baik (70%), dan 6 siswa berkategori sangat
baik (30%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal berikut kepada:
1. Kepala Sekolah
Agar kepala sekolah mendukung kreativitas guru dalam mengajar
dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan guru untuk mengajar, baik
media pembelajaran, metode pembelajran dengan bermain maupun
pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan mengajar guru.
2. Guru/ Walikelas
a. Agar guru/walikelas mempertimbangkan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
sebagai salah satu model pembelajaran.
b. Agar guru dapat menciptakan pembelajaran yang bervariasi, baik itu
strategi, metode, media, maupun maupun model pembelajaransesuai
bahan ajarnya sehingga pembelajaran terasa menyenangkan, kelas
menjadi kondusif dan siswa paham dengan materi yang disampaikan.
3. Siswa
a. Agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga memiliki
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya dapat dikembangkan
secara maksimal.
103
b. Agar siswa jangan malu untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
dipahami terkait pelajaran yang disampaikan.
c. Agar siswa berlatih untuk kerjasama dengan temannya yang lain dan
mau berbagi ilmu dengan temannya.
104
DAFTAR PUSTAKA
Arikuto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ahmadi.
Departemen Agama. 2004. Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan ain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathoni, Abdurrahmat. 2001. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Haryanto. 2004. SAINS untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Kahfi, Shohibul. 2003. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam
Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UM.
Ibrahim, Muslimin dan Nur Muhammad. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabay: Universitas Surabaya.
Lie, Anita. 2003. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakrta: Grasindo.
Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar, Hamalik. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
105
Sardiman. A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali.
Slavin, E Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT.
Grasindo.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di sekolah
Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikoloi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Suyadi, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)
SIKLUS I
Nama Sekolah : MI Geyongan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok : Tumbuhan Hijau
Kelas/Semester : V/I
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
2. Memahami Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan
C. Indikator Kompetensi
Menjelaskan proses tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri
dengan bantuan cahaya matahari.
Menunjukkan tempat tumbuhan menyimpan cadangan makanan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan penjelasan guru, siswa dapat mengetahui tentang fotosintesis
dengan benar.
2. Dengan penjelasana guru, siswa dapat mengetahui bahan-bahan yang
dibutuhkan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis dengan benar.
3. Dengan melihat gambar, siswa dapat mengetahui proses terjadinya
fotosintesis dengan tepat dan benar.
107
4. Dengan melihat bagan, siswa dapat mengetahui hasil fotosintesis
dengan tepat.
5. Degan melihat gambar, siswa dapat mengetahui tempat menyimpan
makanan cadangan pada tumbuhan dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Proses tumbuhan hijau membuat makanan
Untuk membuat makanan, tumbuhan memerlukan bahan-bahan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah air dan karbon dioksida. Air tanah
mengandung berbagai zat hara yang membantu menyuburkan tumbuhan.
Tumbuhan mengambil air tersebut dengan cara menyerapnya dari dalam
tanah. Bagian tumbuhan yang bertugas untuk menyerapnya adalah akar,
khususnya rambut akar. Proses pembuatan makanan pada tumbuhan
dengan bantuan cahaya disebut fotosintesis. Reaksi fotosintesis dapat
dituliskan sebagai berikut:
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. TGT (Teams Games Tournament)
3. Tanya Jawab
G. Media Pembelajaran
1. Gambar daun
H. Sumber Pembelajaran
1. Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA 5 Salingtemas. Surakarta: CV. Putra
Nugraha.
108
2. Haryanto. 2002. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta:
Erlangga.
I. Kegiatan Pembelajaran
No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
a. Menyiapkan Siswa
- Guru memeriksa kerapian
berpakaian, posisi tempat duduk serta
meminta siswa menyiapkan alat tulis.
- Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan dilanjutkan
berdoa.
- Guru menyapa siswa dengan
bertanya: “Selamat pagi anak-anak?
Bagaimana kabarnya hari ini?
- Guru mengabsen siswa.
b. Memotivasi Siswa
- Melakukan ice breaking sebelum
memulai pelajaran.
- Menghubungkan materi pelajaran
dengan lingkungan sekitar:
“ayo anak-anak setiap makhluk hidup
membutuhkan makanan untuk
bertahan hidup. Bagaimana cara
tumbuhan memperoleh makanan?”
“Untuk apa makanan yang dihasilkan
tumbuhan itu?”
- Guru memotivasi siswa akan manfaat
tumbuhan hijau.
c. Menjelaskan Tujuan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Setelah belajar hari ini
anak-anak diharapkan dapat:
- Menjelaskan arti fotosintesis.
- Menyebutkan bahan dan hasil
fotosintesis.
- Menjelaskan proses fotosintesis.
- Menyebutkan hasil proses
fotosintesis.
- Menyebutkan tempat untuk
menyimpan cadangan makanan.
10
menit
2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi
- Siswa membaca materi intensif
materi tentang tumbuhan hijau.
- Guru menjelaskan materi tumbuhan
hijau baik bahan yang dibutuhkan,
hasil fotosintesis dan proses
50
menit
109
terjadinya fotosintesis.
- Siswa diberikan kesempatan untuk
mendemonstrasikan tumbuhan hijau.
b. Elaborasi
- Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok.
- Siswa mengerjakan lembar soal
teams secara berkelompok mengenai
tumbuhan hijau melalui games kartu
acak siswa diminta untuk
mengurutkan proses terjadinya
fotosintesis, sebelum siswa
memainkan games yang yang lain.
- Guru mengarahkan aturan games
yang ke 2 yaitu memilih kartu yang
dipilih oleh penantang dan siswa
diharapkan mampu bermain secara
mandiri.
- Siswa memainkan games dalam satu
meja secara individu
- Penantang membacakan soal pada
nomor kartu yang dipilih.
- Siswa yang lain mengerjakan soal
tersebut pada lembar yang sudah
disediakan.
c. Konfirmasi
- Guru disini memberikan
penghargaan berupa bintang kepada
siswa yang berhasil memenangkan
games ini.
- Guru memberikan umpan balik
kepada siswa.
3. Kegiatan Akhir a. Evaluasi
- Guru mengomentari hal-hal yang
berlangsung saat proses
pembelajaran.
- Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
- Siswa mengerjakan Post-test siklus I.
b. Penutup
- Guru menyampaikan pelajaran yang
akan disampaikan dipertemuan
selanjutnya.
- Guru menutup pembelajaran dengan
bacaan hamdallah bersama-sama dan
mengucapkan salam.
10
menit
J. Penilaian
Tes tertulis
Soal Post Test Pilihan Ganda
1. Bagian tubuh tumbuhan yang bertugas untuk menyerap air dari dalam
tanah adalah . . . .
a. Ujung akar c. Ujung batang
110
b. Rambut akar d. Pucuk daun
2. Proses pembuatan makanan pada tumbuhan dengan bantuan cahaya
matahari disebut . . . .
a. Fotosintesis c. Metabolisme
b. Respirasi d. Reaksi
3. Lubang-lubang kecil yang terdapat di batang, dan berfungsi sebagai
tempat keluar masuknya udara ialah . . . .
a. Stomata c. Rambut akar
b. Lentisel d. Pori-pori
4. Tempat berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan terjadi di . . . .
a. Daun c. Akar
b. Batang d. Dahan
5. Bahan-bahan yang diperlukan dalam fotosintesis yaitu . . . .
a. Air dan oksigen
b. Oksigen dan karbon dioksida
c. Air dan karbon dioksida
d. Oksigen dan karbohidrat
6. Yang dihasilkan dari proses fotosintesis adalah . . . .
a. Glukosa + c. Glukosa +
b. glukosa + O d. + O
7. Yang diambil oleh tumbuhan dari udara untuk proses fotosintesis adalah . .
. .
a. Oksigen ( ) c. Air ( O)
b. Nitrogen ( ) d. Karbondioksida ( )
8. Zat di dalam tumbuhan yang dapat menangkap sinar matahari yaitu zat
warna . . . .
a. Kuning c. Hijau
b. Merah d. Orange
9. Klorofil pada tumbuhan hijau berfungsi untuk . . . .
a. Sumber tenaga c. menangkap cahaya
b. Menyerap air d. Menghasilkan oksigen
10. Pada fotosintesis, reaksi pengikatan berlangsung di dalam . . . .
a. Klorofil c. Amiloplas
b. Kloroplas d. Stomata
Kunci jawaban
1. B. 6. C.
2. A. 7. D.
3. B. 8. C.
4. A. 9. C.
5. C. 10. B.
111
DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR SISWA
SIKLUS I
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat
makanan
Kelas/semester : V/I
Hari/tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016
Tabel 3.7
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus I
No Nama L/P KK
M
Nilai Keterangan
1. Ahmad Fauzan Nurkamid L 60 70 T
2. Ahmad Fauzi Nurkamid L 60 80 T
3. Ardita Syarifatul Taufyani P 60 80 T
4. Danu Aris Setiawan L 60 70 T
5. Dina Hasnatul Maghfiroh P 60 60 T
6. Erlinda Ayu Saputri P 60 50 TT
7. Fahma Salsabila P 60 90 T
8. Grisela Astrid Saliva P 60 70 T
9. Habib Ali Mashudi L 60 50 TT
10. Habib Ali Maskur L 60 60 T
11. Ilham Aditiya Khavid L 60 70 T
12. Mas Arul Khoirurrizaq L 60 80 T
13. Rafa Faisal Ardyatama L 60 50 TT
14. Ridlo Abdur Rozaq L 60 80 T
112
113
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)
SIKLUS II
Nama Sekolah : MI Geyongan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok : Tumbuhan Hijau
Kelas/Semester : V/I
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
A. Standar Kompetensi
2. Memahami Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan.
B. Kompetensi Dasar
2.2 Mendiskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan
hijau sebagai sumber makanan.
C. Indikator Kompetensi
Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang digunakan oleh manusia
dan hewan untuk makanannya.
Menjelaskan pentingnya tumbuhan hijau bagi manusia dan hewan
sebagai sumber energi.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.
2. Menyebutkan bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia.
E. Materi Pembelajaran
114
Tumbuhan hijau juga merupakan sumber energi bagi manusia.
Sebagian besar bahan makanan kita berasal dari tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan makanan sebagai berikut:
1. Akar, contoh: wortel, lobak, dan singkong.
2. Batang, contoh: tebu dan sagu.
3. Daun, contoh: bayam dan daun kol.
4. Bunga, contoh: kembang kol dan brokoli.
5. Buah, contoh: mangga, jeruk, dan pisang.
6. Biji, conoth: kacang tanah, dan kacang kedelai.
7. Tunas, contoh: tunas bambo.
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. TGT (Teams Games Tournament)
3. Tanya Jawab
G. Media Pembelajaran
1. Gambar macam-macam tumbuhan
2. Teka-teki
H. Sumber Pembelajaran
1. Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA 5 Salingtemas. Surakarta: CV. Putra
Nugraha.
3. Haryanto.2002. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.
I. Kegiatan Pembelajaran
115
No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
a. Menyiapkan Siswa
- Guru memeriksa kerapian berpakaian,
posisi tempat duduk serta meminta
siswa menyiapkan alat tulis.
- Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan dilanjutkan
berdoa.
- Guru menyapa siswa dengan bertanya:
“Selamat pagi anak-anak? Bagaimana
kabarnya hari ini?
- Guru mengabsen siswa.
b. Memotivasi Siswa
- Melakukan ice breaking sebelum
memulai pelajaran.
- Menghubungkan materi pelajaran
dengan lingkunga sekitar.
- Guru memotivasi siswa akan manfaat
tumbuhan hijau bagi kehidupan
manusia.
c. Menjelaskan Tujuan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Setelah belajar hari ini
anak-anak diharapkan dapat:
- Memahami tumbuhan hijau sebagai
sumber makanan.
- Menyebutkan bagian tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia
10 menit
2. Kegiatan Inti d. Eksplorasi
- Siswa membaca materi intensif materi
tentang tumbuhan hijau.
- Guru menjelaskan materi tumbuhan
hijau tentang ketergantungan manusia
terhadap tumbuhan.
e. Elaborasi
- Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok.
- Siswa mengerjakan lembar soal teams
secara berkelompok dengan teka-teki
mengenai tumbuhan hijau, sebelum
siswa memainkan games yang yang
lain.
- Guru mengarahkan aturan games dan
siswa diharapkan mampu bermain
secara mandiri.
- Siswa memainkan games secara
berkelompok.
- Kelompok yang ditunjuk sebagai
penantang membacakan soalnya.
- Kelompok yang lain mengisikan
jawaban diteka teki yang telah
disediakan.
f. Konfirmasi
- Guru memberikan penghargaan
50 menit
116
kepada siswa yang berhasil
memenangkan games ini.
- Guru memberikan umpan balik
kepada siswa.
3. Kegiatan Akhir c. Evaluasi
- Guru mengomentari hal-hal yang
berlangsung saat proses pembelajaran.
- Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
- Siswa mengerjakan Post-test siklus I.
d. Penutup
- Guru menyampaikan pelajaran yang
akan disampaikan dipertemuan
selanjutnya.
- Guru menutup pembelajaran dengan
bacaan hamdallah bersama-sama dan
mengucapkan salam.
10 menit
J. Penilaian
Tes tertulis
- Pilihan ganda
- Teka-teki
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar!
1. Kelompok tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam umbi
adalah . . . .
a. Wortel, singkong, jeruk c. Singkong, kentang, pisang
b. Pisang, anggur, kacang kedelai d. Bawang merah, singkong, kentang
2. Tumbuhan yang menyimpan makanan cadangan di dalam batang adalah . .
. .
a. Tebu c. Kacang kedelai
b. Pisang d. Anggur
3. Biji – bijian yang banyak mengandung protein adalah . . . .
a. Jagung c. Kacang hijau
b. Beras d. Gamndum
4. Bunga yang digunakan untuk sayuran adalah . . . .
a. Bunga kubis c. bunga tomat
b. Bunga nangka d. bunga labu siam
5. Pemanis alami yaitu gula berasal dari tanaman . . . .
a. Padi c. singkong
b. Sagu d. tebu
6. Kain katun terbuat dari serat . . . .
a. Kacang c. pisang
b. Kapas d. karet
7. Manfaat tumbuhan bagi kehidupan manusi kecuali . . . .
a. Bahan obat-obatan c. sebagai parasit
b. Bahan sandang d. bahan penyedap rasa
8. Seandainya semua tumbuhan hijau di dunia punah, maka . . . .
a. Hewan herbivore akan mati
b. Hewan karnivora akan mati
117
c. Hewan omnivore akan mati
d. Seluruh makhluk hidup akan musnah
9. Pil kina adalah obat yang digunakan mengobati pentyakit . . . .
a. Malaria c. anemia
b. Tifus d. demam berdarah
10. Tumbuhan mangga dan apel menyimpan makanan cadangan pada bagian .
. . .
a. Akar c. batang
b. Buah d. tunas
Kunci jawaban
1. D 6. B
2. A 7. C
3. C 8. D
4. A 9. A
5. D 10. B
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
LEMBAR DOKUMENTASI
Guru menerangkan pembelajaran
Siswa penantang mau ke depan membacakan kartu pertanyaan
129
Siswa yang berhasil menawab mendapatkan bintang
Siswa mengerakan soal post-test yang diberikan oleh guru
130
Media pembelajaran
131
132
133
134
DAFTAR SATUAN KREDIT KEGIATAN (SKK)
NAMA : ALVI NIRAWATI
NIM : 115-12-021
FAKULTAS : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
JURUSAN : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
(PGMI)
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Poin
1. OPAK STAIN Salatiga 2012
tema “Progresifitas Kaum
Muda, Kunci Perubahan
Indonesia.” (DEMA STAIN
Salatiga)
5-7 September
2012
Peserta
3
2. OPAK Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga tema
“Mewujudkan Gerakan
Mahasiswa Tarbiyah sebagai
Tonggak Kebangkitan
Pendidikan Indonesia.” (HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga)
8-9 September
2012
Peserta
3
3. Orientasi Dasar Keislaman 10 September Peserta 2
135
(ODK) tema “Membangun
Karakter Keislaman Bertaraf
Internasional di Era Globalisasi
Bahasa.” (CEC, ITTAQO
STAIN Salatiga)
2012
4. Seminar Entrepreneurship dan
Perkoperasian 2012 tema
“Explore Your
Enterpreneurship Talent.”
(MAPALA MITAPASA DAN
KSEI STAIN Salatiga)
11 September
2012
Peserta
2
5. Achievment Motivation
Training tema “Dengan AMT,
Bangun Karakter Raih
Prestasi.” (JQH & LDK
STAIN Salatiga)
12 September
2012
Peserta
2
6. UPT PERPUSTAKAAN tema
“Library User Education
(Pendidikan Pemakai
Perpustakaan).” (UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga)
13 September
2012
Peserta
2
7. Training Kader I tema
“Satukan Tekad Untuk
6-7 April 2013 Peserta 2
136
Membangun Karakter Umat.”
(LDK Daru Amal STAIN
Salatiga).
8. Seminar Nasional
Entrepreneurship tema
“Menumbuhkan Jiwa
Entrepreneurship Generasi
Muda.” (KOPMA FATAWA
STAIN Salatiga)
27 Mei 2013 Peserta
2
9. Seminar Nasional dan Dialog
Publik tema “Penyesuaian
Harga BBM Bersubsidi.”
(HMJ Syariah STAIN Salatiga)
27 Juni 2013 Peserta
2
10. Seminar Nasional tema
“Mengawal Pengendalian
BBM Bersubsidi, Kebijakan
BLSM yang Tepat Sasaran
Serta Pengendalian Inflasi
dalam Negeri sebagai Dampak
Kenaikan Harga BBM
Bersubsidi.” (DEMA STAIN
Salatiga)
8 Juli 2013 Peserta
2
137
11. Surat Keputusan Ketua Progdi
PGMI Jurusan Tarbiyah
(STAIN Salatiga)
17 September
2013
4
12. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-23
(PLCPP XXIII) tema “PLCPP
Membuka Cakrawala Dunia
Serta Membangun Kredibilitas
Bangsa.” (RACANA
KUSUMA DILAGA WORO
SRIKANDHI STAIN Salatiga)
23 September
2013
Peserta
8
13. Pelatihan Legal Drafting tema
“Implementasi UU ORMAWA
Terhadap Mahasiswa yang
Antipati dengan Dunia Politik
Kampus.” (SENAT
MAHASISWA STAIN
Salatiga)
24-25 September
2013
Panitia
3
14. PUBLIC HEARING III tema
“Optimalisasi Kinerja
Lembaga untuk Mewujudkan
Kampus yang Amanah.”
(SENAT MAHASISWA
23 Oktober 2013 Peserta
2
138
STAIN Salatiga)
15. GLADI WIRA BRIGSUS KE-
20 (GWB XX) BRIGADE
KHUSUS NAGA SANDHI
STAIN Salatiga (BRIGSUS
STAIN Salatiga)
15-18 November
2013
Peserta
2
16. PEMBRIVETAN DAN
PELANTIKAN Brigade
Khusus Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi
(BRIGADE KHUSUS STAIN
Salatiga)
30 November- 1
Desember 2013
Peserta
4
17. GLADI TANGGUH
BRIGSUS KE-9 (GTB IX)
(BRIGADE KHUSUS
NAGASANDHI STAIN
Salatiga)
25-26 Januari
2014
Peserta
2
18. Sarasehan Akbar Bersama
Tokoh Nasional tema
“Komitmen Politik Islam
dalam Menata Arah Masa
Depan Bangsa Indonesia.”
(HMI STAIN Salatiga)
15 Maret 2014 peserta
4
139
19. Gladian Pimpinan Pandega
(GPP) tema “GPP
Menumbuhkan Pimpinan
Muda yang Berkarakter
Menuju Pandega Berkualitas.”
(RACANA KUSUMA
DILAGA WORO
SRIKANDHI)
29-30 Maret
2014
Peserta
2
20. Surat Keputusan Komandan
BRIGADE KHUSUS Racana
Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi: Penetapan
Penjurusan Panter (BRIGADE
KHUSUS NAGA SANDHI
STAIN Salatiga)
31 Maret 2014 SKK
4
21. Dalam acara pentas seni
malam 17 Agustus 2014 tema
“Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah”. (Karang Taruna
Krajan Kandangan IKRAR
BAKTI)
16 Agustus 2014 Panitia
3
22. OPAK Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga 2014 tema
20-21 Agustus
2014
Panitia 3
140
“Aktualisasi Pendidikan
Karakter sebagai Pembentuk
Generasi yang Religius,
Educative, dan Humanis.”
(HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga)
23. Pengakraban Mahasiswa Baru
PGMI tema “Harmoni
Keluarga PGMI yang Humanis
dan Berkarakter.” (HMPS
PGMI STAIN Salatiga)
27 Agustus 2014 Panitia
3
24. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP)
XXIV tema “PLCPP sebagai
Langkah Rekonstruktif
Karakter Pandega dalam
Membangun Racana yang
Loyal dan Bermartabat.”
(Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi)
26-29 September
2014
Reka Kerja
(Panitia)
8
25. Gladi Wira BRIGSUS Ke-21
(GWB XXI) BRIGADE
KHUSUS NAGA SANDHI
7-10 November
2014
Satuan Tugas
(Panitia) 3
141
STAIN Salatiga
26. Pentas Seni dan Budaya tema
“Melestarikan Budaya Melalui
Seni dan Keterampilan.”
(HMPS PGMI STAIN
Salatiga)
9 Desember 2014 Panitia
3
27. Dalam acara pentas seni Tahun
Baru 2015 (Karang Taruna
Krajan Kandangan IKRAR
BAKTI)
3 Januari 2015 Panitia
3
28. Lomba Hari Pendidikan
Nasional dan Hari Kartini 2015
(Karang Taruna Krajan
Kandangan IKRAR BAKTI)
10 Mei 2015 Panitia
3
29. Dalam acara Pentas Seni
Malam 17 Agustus 2015
(Karang Taruna Krajan
Kandangan IKRAR BAKTI)
16 Agustus 2015 Panitia
3
30. Seminar Nasional tema
“Pendidikn Karakter untuk
Melahirkan Pemimpin Masa
Depan.” (HMPS PGMI IAIN
Salatiga)
17 November
2015
Panitia
3
142