Penilaian Kognitif Pada Lanjut Usia Revisi 2.2

download Penilaian Kognitif Pada Lanjut Usia Revisi 2.2

of 12

Transcript of Penilaian Kognitif Pada Lanjut Usia Revisi 2.2

PENILAIAN STATUS KOGNITIF PADA LANJUT USIA P. Purnomo Agung

Pendahuluan Pada beberapa dekade terakhir, kemajuan ilmu kedokteran sangat berpengaruh pada perawatan kesehatan dan akan mempengaruhi pertumbuhan populasi lanjut usia. Di Indonesia, jumlah jiwa anggota keluarga umur 60 tahun ke atas, secara nasional tahun 2009 diperkirakan sebanyak 15.504.089 jiwa atau 6,8% dari seluruh jiwa dalam keluarga (BKKBN,2009). Menurut Lembaga Demografi Universitas Indonesia, persentase jumlah penduduk berusia lanjut pada tahun 1985 adalah 3,4% dari total penduduk dan pada tahun 2000 mencapai 7,4%. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa peningkatan warga berusia lanjut di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, yaitu 414% hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan tahun 2020 mencapai 25,5 juta jiwa (Soejono,2006). Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan terjadi transisi epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakit-penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan penyakit jantung koroner. Konsekuensi dari peningkatan warga usia lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien geriatri dengan kerakteristiknya yang berbeda dengan warga usia lanjut atau dewasa muda. Karakteristik pasien geriatrik adalah multipatologi, menurunnya daya cadangan faali, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik, terganggunya status fungsional pasien geriatri, dan kerap terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau buruk (Soejono,2006). Jika karena sesuatu hal pasien geriatri mengalami kondisi akut seperti infeksi, maka seringkali akan timbul gangguan fungsi kognitif, depresi, imobilisasi, instabilisasi, dan inkontinensia (atau lazim disebut sebagai geriatric giants). Keadaan akan semakin rumit jika secara psikososial terdapat hendaya seperti neglected atau miskin (finansial). Sehingga pendekatan untuk pasien geriatri harus bersifat holistik dan paripurna, yaitu bio-psiko-sosial, juga dari sisi kuratif, reehabilitatif , preventif, dan promotif (Soejono,2006). Pendekatan klinis yang lazim dikerjakan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang ditambah pengkajian untuk mendeteksi gangguan yang terutama sering terdapat pada usia lanjut yaitu fungsi kognitif dan afek, mobilitas, gait, keseimbangan, kontinens, nutrisi, penglihatan dan pendengaran. Pengkajian status fungsional untuk mengatasi hendaya menjadi penting karena sering hal ini yang menjadi skala prioritas penyelesaian masalah (Supartondo,2001). Penilaian status kognitif Definisi kognisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan atau proses Tinjauan Kepustakaan Departemen-SMF Ilmu Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSU dr. Soetomo, Surabaya 2010

2

memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri atau hasil pemerolehan pengetahuan. Gangguan kognitif pada penderita dewasa dihubungkan dengan penurunan fungsi aktifitas sehari-hari, peningkatan risiko cedera sendiri, adanya kebutuhan terhadap orang yang merawat, dan meningkatkan risiko mortalitas (Weisskopf,2004). Sebagai pengguna utama layanan kesehatan primer, para lanjut usia harus dinilai aspek kognitifnya terutama terkait dengan kemampuan menjalankan tugas sehari-hari. Dokter sering membuat prediksi yang salah terhadap fungsi kognitif pasien berdasarkan evaluasi non kognitif saja. Penilaian kognitif merupakan kemampuan klinis dan dapat untuk mendiagnosis kelainan berpikir, yang membuat estimasi kelainan fungsional lebih akurat. Penilaian kognisi dapat memprediksi mortalitas selama perawatan di rumah sakit. Penilaian kognitif digunakan untuk skrining kelainan kognitif, diagnosis banding faktor penyebab, dan derajat beratnya kelainan, atau monitoring laju penyakit (Brown,2003). Faal kognitif yang paling sering terganggu pada pasien geriatri yang dirawat inap antara lain memori segera dan jangka pendek, persepsi, proses pikir dan fungsi eksekutif. Gangguan tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan tetntu akan mempengaruhi kepatuhan dan kemampuan pasien untuk melaksanakan program yang telah direncakan. Gangguan faal kognitif bisa timbul mulai derajat yang ringan sampai yang berat. Hal tersebut memerlukan pendekatan diagnosis dan terapi tersendiri. Berbagai instrumen untuk mendiagnosis telah dikembangkan dengan variasi yang luas. Variasi tersebut mulai dari instrumen yang singkat dan dapat dikerjakan