PENILAIAN FORMASI

21
4 PENILAIAN FORMASI 2.1 Penilaian Formasi Di dunia perminyakan, pekerjaan pencarian sumber daya minyak (cekungan produktif) sangat ditentukan oleh faktor kemampuan sumber daya manusia yang bekerja dibidangnya dimana kemampuan serta kinerja pengenalan lapangan yang memadai. Seorang teknisi perminyakan dituntut agar mampu menganalisis data yang diperoleh di lapangan yang bertujuan untuk menentukan zona produktif. Penemuan reservoir pertama kali ditentukan pada pengeboran eksplorasi dengan menggunakan data seismik, gravity dan magnetik. Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yang membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut. Dengan dilakukannya penilaian formasi maka dapat ditentukan zona mana yang prospek untuk di produksi, sehingga keuntungan pun dapat diperoleh. Beberapa parameter yang diperlukan untuk menentukan zona produktif, yaitu berupa karakteristik batuan antara lain porositas, permeabilitas, saturasi air dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon, tipe hidrokarbon, litologi batuan, kemiringan dan struktur formasi. Selain itu, data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area yaitu data permukaan (peta geologi dan measured stratigrafi / stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan cutting). Dari data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya

Transcript of PENILAIAN FORMASI

Page 1: PENILAIAN FORMASI

4

PENILAIAN FORMASI

2.1 Penilaian Formasi

Di dunia perminyakan, pekerjaan pencarian sumber daya

minyak (cekungan produktif) sangat ditentukan oleh faktor

kemampuan sumber daya manusia yang bekerja dibidangnya dimana

kemampuan serta kinerja pengenalan lapangan yang memadai.

Seorang teknisi perminyakan dituntut agar mampu menganalisis data

yang diperoleh di lapangan yang bertujuan untuk menentukan zona

produktif. Penemuan reservoir pertama kali ditentukan pada

pengeboran eksplorasi dengan menggunakan data seismik, gravity

dan magnetik.

Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran

yang membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut.

Dengan dilakukannya penilaian formasi maka dapat ditentukan zona

mana yang prospek untuk di produksi, sehingga keuntungan pun

dapat diperoleh. Beberapa parameter yang diperlukan untuk

menentukan zona produktif, yaitu berupa karakteristik batuan antara

lain porositas, permeabilitas, saturasi air dan kemampuan

bergeraknya hidrokarbon, tipe hidrokarbon, litologi batuan, kemiringan

dan struktur formasi. Selain itu, data yang diperlukan untuk

membuktikan ada atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area

yaitu data permukaan (peta geologi dan measured stratigrafi /

stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging,

coring dan cutting).

Dari data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk

mendapatkan data di bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika

litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir, maka untuk

membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang

sumur serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan

evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya

Page 2: PENILAIAN FORMASI

5

kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging merupakan suatu

kegiatan perekaman lubang sumur yang bertujuan untuk mengetahui

karakteristik batuan, kandungan fluida pada formasi yang telah

ditembus. Hasil analisa data logging dapat digunakan untuk

mengetahui antara lain untuk menentukan zona prospek hidrokarbon

dan dapat digunakan untuk menghitungan cadangan hidrokarbon

yang ada di suatu lapangan.

Secara umum, analisa log dibedakan atas tiga komponen,

berupa log litologi, log resistivity dan log porosity. Log litologi antara

lain log gamma ray (GR) dan log spontaneous potential (SP). Untuk

log resistivity diantaranya adalah log induction, short normal log,

microlog, log lateral dan MSFL. Sedangkan untuk log porosity terdiri

dari log neutron dan log sonic. Pada logging sumuran interpretasi log

digunakan untuk identifikasi lapisan permeable, ketebalan dan batas

lapisan, litologi dan gas, minyak dan air, evaluasi shalliness (analisa

kualitatif). Harga porositas, tahanan jenis air formasi, tahanan air

formasi, saturasi air, permeabilitas (analisa kuantitatif). Pemilihan

kombinasi logging yang tepat juga sangat mendukung keakuratan

data yang diperoleh selama operasi logging, namun ada beberapa

faktor yang harus diperhatikan dalam memilih kombinasi logging yang

tepat, yaitu: faktor fluida pemboran, batuan formasi (reservoir) dan

kondisi lubang bor. Pengumpulan data setelah operasi pemboran

yang terdiri dari analisa fluida reservoir, adapun tujuan utamanya

adalah menghitung faktor volume formasi minyak / gas awal.

2.2 Log Pada Zona Permeable

Page 3: PENILAIAN FORMASI

6

Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan yang

memungkinkan aliran rembesan dari fluida yang mengalir lewat

rongga pori. Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan

yang lainnya. Sehingga fluida dapat mengalir dari titik yang

mempunyai tinggi energi lebih tinggi ke titik dengan energi yang lebih

rendah.

Walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau kurang

mempunyai rongga pori, dalam praktek, istilah mudah meloloskan

fluida (permeable) ditujukan untuk tanah yang memang benar-benar

mempunyai sifat meloloskan fluida. Sebaliknya, tanah disebut kedap

fluida (impermeable), bila tanah tersebut mempunyai kemampuan

meloloskan fluida yang sangat kecil.

Data log yang digunakan untuk mengidentifikasi zona

permeable dan impermeable adalah data log gamma ray. Respon

sinar gamma yang rendah mengindikasikan bahwa pada lapisan

tersebut merupakan lapisan yang permeable, sedangkan respon sinar

gamma yang tinggi mengindikasikan bahwa pada lapisan tersebut

merupakan lapisan yang impermeable. Data dari log gamma ray

dipadukan dengan data dari log spontaneous potential. Data log

gamma ray dipakai untuk menentukan volume shale.

2.2.1 Log Spontaneous Potential

Log spontaneous potential (SP) merupakan alat logging

yang berfungsi untuk mencari zona permeable pada suatu

formasi dengan menggunakan prinsip beda potensial sebagai

alat ukurnya. Kurva spontaneous potential adalah hasil

rekaman perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak

di dalam lubang bor dengan elektroda statis yang terdapat di

pernukaan. Adapun sistem kerja dari log spontaneous

potential yaitu dengan menurunkan elektroda ke dalam lubang

sumur, kemudian perekaman potensial listrik diberbagai titik

dengan referensi potensial elektroda yang berada di

Page 4: PENILAIAN FORMASI

7

permukaan tanah. Defleksi kurva spontaneous potential

terdapat 2 jenis garis, yaitu garis lurus yang disebut garis

dasar serpih (shale base line) dan pada formasi permeable

kurva spontaneous potential menyimpang dari garis dasar

serpih dan mencapai garis konstan pada lapisan permeable

yang cukup tebal, yaitu garis pasir.

Pada kurva spontaneous potential ada suatu

penyimpangan, penyimpangan ini disebabkan aliran listrik

yang berasal dari lumpur, dimana penyebab utamanya berasal

dari dua kelompok tenaga electromotive di dalam formasi,

yaitu komponen elektrokimia dan elektrokinetik. Dua

komponen tersebut berasal dari pemboran, lubang yang

memberikan kontak listrik kepada berbagai jenis aliran

formasi. Penyimpangan kurva spontaneous potential

menghasilkan suatu defleksi yang terbagi menjadi 2 macam,

yaitu defleksi positif dan defleksi negatif. Defleksi negatif

adalah apabila kurva menyimpang ke kiri dari garis dasar

serpih, penyimpangan defleksi ini terjadi karena salinitas air

formasi lebih tinggi dari salinitas filtrat lumpur. Sedangkan

defleksi positif ialah penyimpangan ke kanan dari garis dasar

serpih, penyimpangan defleksi positif disebabkan oleh tingkat

salinitas air yang cenderung lebih rendah dibandingkan

salinitas lumpur. Jika salinitas air formasi dan filtrat lumpur

mempunyai harga yang sama maka tidak akan terjadi defleksi,

serta tidak ada invasi / rembesan filtrat lumpur di formasi.

Kelebihan dari log spontaneous potential yaitu:

1. Hanya dapat berfungsi pada lapisan permeable.

2. Mudah pengukurannya.

3. Sebagai indikator lapisan permeable dan non permeable.

4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan

non permeable.

Page 5: PENILAIAN FORMASI

8

Kekurangan dari log spontaneous potential yaitu:

1. Tidak bekerja pada oil base mud.

2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw.

3. Dapat terpengaruh arus listrik.

4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Log Spontaneous Potential

2.2.2 Log Gamma Ray

Log gamma ray merupakan alat logging yang bertujuan

untuk mencari zona permeable dengan menggunakan sumber

radioaktif. Gamma ray adalah prinsip dasar dari perekaman

radioaktivitas atau tingkat radiasi alami dari suatu lapisan bumi.

Radioaktivitas gamma ray berasal dari 3 unsur radioaktif yang

ada dalam batuan yaitu: Uranium, Thorium dan Potasium yang

secara kontinyu memancarkan sinar gamma dalam bentuk

pulsa-pulsa energi radiasi tinggi. Harga defleksi log gamma ray

terekam dalam satuan API unit. Pengukuran dengan

menggunakan log gamma ray dilakukan dengan cara

memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor. Sehingga

formasi yang mengandung unsur radioaktif akan memancarkan

Page 6: PENILAIAN FORMASI

9

radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan diterima oleh

detektor dan dicatat dipermukaan.

Unsur radioaktif banyak terkandung didalam lapisan

shale / clay hal tersebut disebabkan tingkat radiasi pada lapisan

serpih lebih tinggi dibandingkan batuan lain karena unsur-unsur

radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih yang tidak

permeable, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi

batuan. Oleh karena itu, log gamma ray sangat berguna

berguna untuk mengetahui volume shale yang terkandung

dalam lapisan permeable. Pembacaan kurva gamma ray

dilakukan dengan cara menarik garis gamma ray yang

mempunyai harga maksimum dan minimum pada suatu

penampang log maka kurva log gamma ray yang jatuh diantara

kedua garis tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shale,

defleksi kurva log gamma ray ke arah kanan menunjukkan

adanya indikasi zona permeable sedangkan defleksi kurva ke

arah kiri menunjukkan zona non permeable.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Log Gamma Ray

Page 7: PENILAIAN FORMASI

10

2.2.3 Log Calliper

Log calliper ada alat logging sumur yang memberikan

informasi lanjutan mengenai pengukuran dari ukuran dan

bentuk lubang bor dan dapat digunakan untuk eksplorasi

hidrokarbon saat pengeboran sumur berlagsung. Hasil

perekaman dari pengukuran kurva calliper sangat penting

sebagai indikator adanya swelling di rongga atau di lapisan

shale yang akan mempengaruhi hasil pengukuran alat logging

sumur lainnya. Jika pada skala 0 – 8,5 maka casing lubang bor

dinyatakan baik akan tetapi jika >8,5 maka casing lubang bor

dinyatakan ada kerusakan (wash out).

2.3 Log Pada Zona Resistivitas

Resistivity logging adalah metoda log untuk mengukur sifat

batuan dan fluida pori (minyak, gas dan air) disepanjang lubang bor

dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas

batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter dan biasanya dibuat dalam

skala logarithmic dengan nilai antara 0,2 sampai dengan 2000 Ohm

Meter. Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada

hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki

nilai resistivitas tertentu.

2.3.1 Log Deep Resistivity

Log deep resistivity yaitu log yang digunakan untuk

mengukur resistivitas pada zona uninvated / zona yang tidak

terinvasi dan rentangnya sekitar >3 ft, dimana log ini terbagi

Page 8: PENILAIAN FORMASI

11

menjadi dua macam berdasarkan lumpur yang digunakan saat

pemboran, yaitu:

Induction Deep Log (ILD) merupakan jenis log deep

resistivity dengan menggunakan fresh water base mud.

Lateral Deep Log (LLD) merupakan jenis log deep resistivity

dengan menggunakan salt water mud.

2.3.2 Log Medium Resistivity

Log medium resistivity yaitu log yang digunakan untuk

mengukur resistivitas pada zona transisi rentangnya sekitar 1.5

– 3 ft. Log ini terdiri dari dua macam, yaitu :

Induction Medium Log (ILM) merupakan jenis log medium

resistivity dengan menggunakan water base mud.

Lateral Medium Log (LLM) merupakan jenis log medium

resistivity dengan menggunakan salt water mud.

2.3.3 Log Shallow Resistivity ( MSFL dan SFLU )

Pada log shallow resistivity biasanya menggunakan log

MSFL, yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona

yang terinvasi mud filtrate dengan rentang sekitar 1 – 6 ft.

2.3.4 Log Induction

Log induction merupakan log yang berfungsi untuk

mencari resistivitas dengan menggunakan konduktivitas batuan

sebagai alat ukurnya. Log ini hanya dapat berfungsi pada

lumpur air tawar (fresh water) dengan resistivitas formasi < 200

0hm – m, dan Rmf / Rw > 2.0. Sistem kerja dari alat ini yaitu

dengan mengukur konduktivitas batuan, dimana pada

kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi

tinggi dengan amplitudo konstan sehingga akan menimbulkan

medan magnet pada batuan. Medan magnet terseebut akan

Page 9: PENILAIAN FORMASI

12

menimbulkan suatu arus yang disebut arus Eddy atau arus

Foucoult dan besar arus tersebut sebanding dengan

konduktivitas suatu batuan.

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Log Induction

2.3.5 Log Lateral

Log lateral merupakan alat log yang direkayasa untuk

mengukur resistivitas batuan yang dibor dengan menggunakan

salt water mud dan digunakan untuk mendeteksi zona-zona

yang mengandung hidrokarbon. Selain menggunakan salt

water mud, log Lateral akan bekerja denga baik pada

resistivitas formasi yang > 200 ohm – m dengan Rmf / Rw <

2.0, dimana besarnya lubang bor >12 inchi, dengan ketebalan

lapisan kurang dari 10 feet serta deep invasion ( > 40 inchi ).

Sistem kerja pada alat ini yaitu terdapatnya sonde pada

alat resistivity yang memiliki elektroda penyangga (bucking

electrode) yang berfungsi untuk memfokuskan arus survey dan

memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap

sonde. Arus yang terfokuskan ini memungkinkan pengukuran

Page 10: PENILAIAN FORMASI

13

dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih jelas. Log

lateral merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang

memakai arus yang tidak terfokus, yaitu alat ES (Electrical

Survey) yang terdahlu, dimana arus survey lebih suka mengalir

dalam lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari

resistivitas batuan.

2.4 Log Pada Zona Porositas

Porositas batuan didefinisikan sebagai perbandingan volume

pori (volume pori-pori yang ditempati fluida) terhadap volume total

batuan. Porositas dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu porositas

primer dan porositas sekunder.

2.4.1 Log Density

Log density merupakan log yangmenunjukkan porositas

suatu batuan. Pada log density terdapat kurva yang

menunjukkan harga densitas batuan yang ditembus lubang bor.

Harga densitas ini digunakan untuk menentukan nilai porositas

batuan tersebut. Log density bersama-sama dengan log

neutron digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon,

menentukan litologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy

minerals dan untuk mengevaluasi clay.

Sistem kerja dari log density ialah dengan menggunakan

sumber radioaktif yang memancarkan sinar gamma dengan

intensitas energi tertentu yang mampu menembus batuan /

formasi, dimana sinar gamma akan berinteraksi dengan

elektron-elektron batuan (Compton Scattering) hingga

membentuk awan gamma ray disekitar source, jika semakin

banyak elektron batuan maka akan semakin sedikit gamma ray

yang sampai ke detektor.

Page 11: PENILAIAN FORMASI

14

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Density Log

2.4.3 Log Neutron

Log neutron merupakan log digunakan untuk mengetahui

banyaknya kandungan atom hidrogen yang terdapat pada

suatu batuan yang bertujuan untuk menentukan primary

porosity batuan, yaitu ruang pori-pori batuan yang terisi air,

minyak bumi, atau gas. Prinsip kerja alat ini hampir sama

dengan aktivitas nuklir, pada pemancaran partikel -partikel

neutron secara cepat dari suatu sumber radioaktif yang akan

menumbuk kandungan hidrogen dalam batuan. Kemudian

partikel-partikel neutron yang kembali ditangkap dan dihitung

oleh detektor dalam alat pengukur. Kecepatan detektor dalam

menghitung partikel-partikel neutron dipengaruhi oleh adanya

konsentrasi hidrogen. Dua buah detektor thermal dipasang 1 –

2 ft di atas sumber radioaktif. Ratio antara jumlah-jumlah pulsa

merupakan fungsi porositas. Ratio ini mempunyai pengaruh

lubang sumur yang berkurang dan kedalaman penetrasi yang

lebih jauh dibanding dengan sistem satu detektor.

Page 12: PENILAIAN FORMASI

15

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Log Neutron

2.4.1 Log Sonic

Log sonic merupakan log yang digunakan untuk

mendapatkan harga porositas batuan dengan prinsip kerja

mengukur waktu tempuh gelombang bunyi pada suatu jarak

tertentu didalam lapisan batuan. Satuan dari log sonic adalah

mikro second per feet, yang merupakan hasil dari kecepatan

gelombang bunyi yang mencapai receiver didalam suatu

formasi. Tujuan dari penggunaan log sonic adalah untuk

mengetahui kerapatan dan porositas batuan. Pada batuan yang

porous, kerapatannya lebih kecil sehingga kurva log sonic akan

mempunyai harga yang besar seperti pada serpih organik

atau lignit dan sebaliknya. Log sonic dapat berfungsi sebagai

pengikat antara data seismik dengan data sumur.

Sistem kerja dari log sonic ialah dengan mengukur

kecepatan suara (sonic) dalam formasi, dimana transmitter

memancarkan suatu pulsa dengan frekuensi tertentu. Pulsa

tersebut menghasilkan beberapa gelombang, gelombang

tersebut terbagi dalam beberapa jenis tergantung dari daerah

rambatnya, sehingga dari detektor gelombang merambat ke

formasi dan kembali lagi ke detektor. Kemudian dipancarkan

lagi pulsa kedua dengan prinsip kerja yang sama dengan pulsa

Page 13: PENILAIAN FORMASI

16

pertama, kemudian dicatat selilsih waktu dari kedua pulsa

tersebut.

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Log Sonic

2.5 Zona Batuan Reservoir

Zona batuan pada reservoir dibedakan menjadi 2, yaitu batuan

reservoir yang sarang dengan zona batuan kedap. Perbedaaan antara

kedua jenis batuan tersebut dapat dilketahui dengan melihat bentuk-

bentuk kurva atau log.

2.5.1 Zona Permeable

Pada zona permeable dapat diketahui dengan

pembacaan defleksi kurva peralatan logging, dimana harga

kurva gamma ray akan rendah, sekitar 2030 API. Hal tersebut

disebabkan karena tingkat radiasi pada lapisan serpih lebih

Page 14: PENILAIAN FORMASI

17

rendah dibandingkan batuan lainnya log gamma ray

ditampilkan dengan kurva spontaneous potential dan calliper

pada kolom pertama, jika harga log gamma ray rendah maka

harga kurva calliper akan tinggi.

2.5.2 Zona Non Permeable

Pada zona non permeable pembacaan defleksi dari

kurva gamma ray akan memiliki harga yang tinggi dan harga

dari kurva calliper akan rendah. Hal tersebut disebabkan oleh

tingkat radiasi lapisan serpih lebih tinggi pada zona ini, karena

unsur radioaktif cenderung mengendap pada lapisan serpih.

2.6 Litologi Batuan

Jenis litologi batuan pada zona reservoir dapat ditentukan

berdasarkan kenampakan defleksi log tanpa melakukan perhitungan.

Kenampakan litologi batuan dapat dilihat dari hasil defleksi kurva

gamma ray, calliper dan hasil defleksi log lainnya.

2.6.1 Sand

Pembacaan defleksi kurva peralatan logging pada

batuan pasir dapat dicirikan, yaitu memiliki harga log gamma

ray yang rendah, terbentuknya mud cake karena kecilnya

diameter lubang bor.

Gambar 2.7 Simbol Batuan Sand

2.6.2 Shale

Page 15: PENILAIAN FORMASI

18

Pembacaan kurva peralatan logging pada shale dapat

dicirikan karena shale memiliki harga log gamma ray yang

rendah dan harga resistivitas yang tinggi.

Gambar 2.8 Simbol Batuan Shale

2.6.3 Limestone

Pembacaan kurva pada limestone dapat dicirikan dari

harga defleksi log gamma ray yang cenderung rendah,

resitivitas yang tinggi, harga porositas neutron dan porositas

densitas cenderung tinggi.

Gambar 2.9 Simbol Batuan Limestone

2.6.4 Coal

Pembacaan kurva pada batuan coal dapat dicirikan dari

harga defleksi log gamma ray yang rendah dengan nilai

resistivitas yang tinggi, dimana harga porositas neutron tinggi

dan harga pororsitas densitas cenderung lebih rendah.

Page 16: PENILAIAN FORMASI

19

Gambar 2.10 Simbol Batuan Coal

2.7 Jenis Fluida

Pada suatu formasi memiliki kandungan fluida, cara

membedakan cairan yang terdapat pada formasi tersebut dapat

dilakukan dengan pembacaan hasil defleksi kurva peralatan logging.

Untuk zona hidrokarbon ditandai dengan adanya separasi antara

harga tahanan jenis zona terusir (Rxo) dengan harga tahanan jenis

formasi (Rt). Separasi dapat bernilai positif atau negatif, tergantung

dari harga Rmf / Rw didalam zona air. Jika harga Rxo / Rt lebih

rendah dari harga maksimum, maka dapat diindikasikan bahwa

terdapat kandungan hidrokarbon pada formasi tersebut.

2.8 Mobilitas Hidrokarbon

Mobilitas hidrokarbon dapat ditentukan dengan cara

menganalisa data log secara kualitatif dengan meng-overley-kan.

2.8.1 Mobile

Hidrokarbon yang mobile akan ditunjukkan dengan

adanya separasi kurva tahanan jenis formasi untuk mengukur

Rt, kurva tahanan jenis zona terusir dan kurva F. Sehingga,

pada kurva ini harga tahanan jenis formasi (Rt) lebih besar dari

tahan jenis zona terusir (Rxo) dan lebih besar dari kurva F (Rt >

Rxo > F).

2.8.2 Not Mobile

Page 17: PENILAIAN FORMASI

20

Pada zona hidrokarbon not mobile ditunjukkan dengan

harga Rt yang hampir sama dengan harga Rxo dan lebih besar

dari harga kurva F.

2.9 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif merupakan suatu interpretasi secara

kualitatif terhadap analisa data log suatu sumur yang meliputi harga

sinar gamma, porositas, saturasi dan sebagainya.

GRindex

Untuk menentukan harga dari GRindex berlaku persamaan

sebagai berikut:

....................................(Persamaan 2.1)

Keterangan :

GRindex = Nilai Index gamma ray (API)

GRread = Nilai gamma ray pada kurva (API)

GRmax = Nilai maksimal gamma ray (API)

GRmin = Nilai Minimum gamma ray (API)

Vshale

Untuk menentukan kandungan shale pada suatu formasi

dapat dilihat dari kurva Stieber dengan menggunakan data GRindex

sebagai indikatornya.

Ø D log

Untuk menentukan nilai porositas densitas batuan dapat

menggunakan persamaan berikut:

........................(Persamaan 2.2)

GRindex =

Ø D log =

Page 18: PENILAIAN FORMASI

21

Keterangan :

Ø D log = Porositas Densitas (g/cc)

ρmatrix = Densitas batuan

ρdensitas = Densitas pada kurva RHOB

ρformasi fluida = Massa jenis fluida yang terkandung

Ø Deff

Untuk menentukan harga dari porositas densitas efisien

batuan dapat menggunakan persamaan berikut:

..................................(Persamaan 2.3)

Keterangan :

Ø Deff = Porositas densitas efisien (g/cc)

Ø D log = Porositas Densitas (g/cc)

Vshale = Volume shale (%)

Ø N log

Untuk menentukan harga porositas neutron log dapat dilihat

dari hasil pembacaan kurva NPHI.

Ø Neff

Untuk menentukan harga porositas neutron efisien batuan

dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

....................................(Persamaan 2.4)

Keterangan :

Ø Neff = Porositas neutron efisien (g/cc)

Vshale = Volume shale

Ø Eff

Untuk menentukan nilai porositas efisien pada batuan dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut:

Ø Deff = Ø D log – Vshale

Ø Neff = Ø N log – Vshale

Page 19: PENILAIAN FORMASI

22

..........................(Persamaan 2.5)

Keterangan :

Ø Eff = Porositas efisien batuan (g/cc)

Ø Neff = Porositas neutron efisien (gamr/cc)

Ø Deff = Porositas densitas efisien (g/cc)

Suhu Formasi

Untuk menentukan suhu di formasi dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut:

.......................(Persamaan 2.6)

Keterangan :

TF = Suhu formasi (ºC)

BHT = Suhu dasar lubang bor (ºC)

TS = Suhu di permukaan lubang bor (m)

D = Kedalaman yang diinginkan (ºC)

TDL = Kedalaman lubang bor (m)

Resistivitas Mud Filtrate

Untuk menentukan nilai resistivitas dari mud filtrate dapat

ditentukan dengan persamaan berikut:

........ ................................(Persamaan 2.7)

Keterangan :

Rmf = Resistivitas mud filtrate (Ohm-m)

TF = Suhu formasi (ºC)

Ø Eff =

TF =

Rmf =

Page 20: PENILAIAN FORMASI

23

TS = Suhu di permukaan lubang bor (m)

Resistivitas Water

Untuk menentukan nilai resistivitas air dapat menggunakan

persamaan berikut:

............... ..........................(Persamaan 2.8)

Keterangan :

Rw = Resistivitas air (Ohm-m)

Rmf = Resistivitas mud filtrate (Ohm-m)

Rxo = Resistivitas kurva MSFL (Ohm-m)

Rt = True Resistivity (Ohm-m)

Saturasi Water

Untuk menentukan nilai saturasi air dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut:

............................................(Persamaan 2.9)

Keterangan :

Sw = Saturasi air

Rw = Resistivitas air (Ohm-m)

Ø Eff = Porositas efisien batuan (g/cc)

Rt = True Resistivity (Ohm-m)

Untuk menentukan harga a dan m dapat dilihat dari tabel

kelakuan batuan berikut:

Tabel 2.1

Kelakuan Batuan

Rw =

Sw =

Page 21: PENILAIAN FORMASI

24

Carbonate

Sandstone

Ø <16% Ø >16%

a 1,0 0,62 0,81

m 2,0 2,15 2,0

Keterangan :

a = Faktor sementasi

m = faktor tortuosity

Saturasi Hidrokarbon

Untuk menentukan saturasi hidrokarbon dapat menggunakan

persamaan sebagai berikut:

................................................(Persamaan 2.10)

Keterangan :

Shc = Saturasi hidrokarbon

Sw = Saturasi air

Shc = 1 – Sw