Penilaian dan pengukuran

28
MAKALAH PENGEMBANGAN, BENTUK TES, DAN CONTOH SOAL Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Asesmen PTK diampu oleh Prof. Dr. Sudji Munadi Oleh : 1. Rivai Yudya Saputra (13702251032) 2. Ahmad Faiq Abror (13702251035) 3. Yosi Nur Kholisho (13702251037) 4. Pratama Benny Herlandy (13702251041) 5. Indriaturrahmi (13702251049) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Transcript of Penilaian dan pengukuran

Page 1: Penilaian dan pengukuran

MAKALAH

PENGEMBANGAN, BENTUK TES, DAN CONTOH SOAL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Asesmen PTK

diampu oleh Prof. Dr. Sudji Munadi

Oleh :

1. Rivai Yudya Saputra (13702251032)2. Ahmad Faiq Abror (13702251035)3. Yosi Nur Kholisho (13702251037)4. Pratama Benny Herlandy (13702251041)5. Indriaturrahmi (13702251049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014

Page 2: Penilaian dan pengukuran

I. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Tes

II. Langkah-Langkah Pengembangan Tes

A. Secara Umum

Secara umum Hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru atau pembuat soal dalam

pengembangan tes adalah sebagai berikut :

1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga

2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga

3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan keluaran yang

terukur dari kinerja

4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan

5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala pihak.

6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.

7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon

8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes merecall kembali

pengetahuannya yang sudah lama.

9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban

10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada munculnya

perpecahan atau konflik

11. Usahakan panjang kalimat tidak lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968,

Oppenheim, 1986 via Uma Sekaran, 1992)

12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes

13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur

14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan bahwa

15. Bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.

B. Pengembangan Tes Objektif

Dalam rangka pembahasan tentang Analisis Item ini, maka jenis soal yang akan kita

bahas lebih lanjut adalah soal objektif. Soal objektif adalah butir soal yang telah

mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes.

Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan

sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh

pemeriksa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia

maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner.

Page 3: Penilaian dan pengukuran

Secara umum, soal tes objektif dibedakan menjadi:

1. Tipe Benar-Salah (True False Item)

2. Tipe Menjodohkan (Matching)

3. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice)

a. Pilihan ganda biasa

b. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal

c. Pilihan ganda analisis kasus

d. Pilihan ganda kompleks

e. Pilihan ganda yang menggunakan diagram, grafik, tabel dan gambar.

1. Pengembangan Tes Benar Salah (True False Item)

a. Pengertian

Butir soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang

disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah,

setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat

mutual eksklusif/ meniadakan. Tes model ini cocok untuk :

1) Pemahaman pada level pengetahuan

2) Mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum

3) Konsep dengan dua respon logis

b. Keunggulan

Keunggulan dari pengembangan tes benar salah adalah :

1) Mudah dikonstruksi

2) Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan

3) Mudah diskor

4) Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama

yang berkaitan dengan ingatan.

5) Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang

terjadi.

6) Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit

c. Keterbatasan

Selain keunggulan ternyata pengembangan tes benar salah juga memili

keterbatasan, keterbatasan pengembangan tes benar salah antara lain:

1) Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan

menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak.

2) Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif

Page 4: Penilaian dan pengukuran

3) Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan

menilai

4) Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut

5) Terlalu menekankan pada ingatan

6) Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban walaupun

tidak memahami isinya

7) Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak

memahami materi

8) Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi

d. Tips

Berikut ini adalah Tips menulis butir soal benar salah :

1) Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes yang

penting dan bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.

2) Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran

terhadap daya ingat

3) Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar

4) Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes yang

belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar bagi

peserta tes yang tidak belajar dengan baik.

5) Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.

6) Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar atau

100% salah

7) Diskusikan dengan pakar yang relavan (bahasa dan ilmu yang diteskan) untuk

meyakinkan bahwa sisi bahasa dan kebenaran soal dan jawaban meyakinkan.

e. Pertimbangan Dalam Usaha Peningkatan Mutu Soal

Ada hal yang harus kita Pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu soal

pengembangan tes benar salah yaitu :

1) Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih banyak dripada

butir soal yang kunci jawabannya B (benar).

2) Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan

cenderung mengarah ke jawaban yang salah.

3) Susunlah jawaban yang salah sesuai dengan anggapan umum yang salah

tentang suatu kenyataan.

Page 5: Penilaian dan pengukuran

4) Pernyataan yang menggunakan kata “semua, selalu, tidak pernah“ cenderung

untuk memiiki kunci jawaban S (salah), sedangkan kata “kadang-kadang,

seringkali“ cenderung untuk memiliki kunci jawaban B (benar).

5) Pergunakan rujukan untuk beberapa buah soal, misalnya dengan

menggunakan teks atau gambar sebagai rujukan untuk senarai butir soal.

6) Jangan membuat soal dengan pernyataan negatif yang dapat mengakibatkan

interpretasi yang membingungkan. Misalnya Lucas Pacioli sebenarnya bukan

tokoh dalam ilmu akuntansi. B / S

7) Gunakan kata-kata pasti atau angka pasti misalnya 100, 1000,

20%, setengahnya, jangan gunakan kata-kata kualitatif yang meragukan

misalnya muda, banyak, sedikit, kecil, besar, dan sebagainya.

8) Hindari kecenderungan penggunaan pernyataan dijawab benar (B) bila

panjang dan dijawab salah (S) bila pendek.

2. Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan (Matching)

a. Pengertian

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom; kolom pertama

merupakan pokok soal (premis), sedangkan kolom kedua merupakan kolom

jawaban. Tugas peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis

dengan pernyataan yang ada di kolom jawaban.

b. Keunggulan

Keunggulan dari Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan adalah sebagai

berikut:

1) Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan

tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.

2) Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan

langsung maupun tidak secara langsung.

3) Mudah dikonstruksi.

4) Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diujikan.

5) Mudah diskor.

c. Keterbatasan

Selain keunggulan ternyata Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan juga

memili keterbatasan, keterbatasan Pengembangan Tipe Tes Menjodohkan antara

lain:

Page 6: Penilaian dan pengukuran

1) Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk menghindari

kelemahan ini, maka konstruksi soal butir ini harus disiapkan secara hati-hati.

d. Konstruksi Soal Menjodohkan

1) Pernyataan di bawah kolom pertama dan di bawah kolom kedua, masing-

masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.

2) Pernyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari pernyataan di

bawah kelompok pertama.

3. Pengembangan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item)

a. Pengertian

Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih

dari dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian

dalam tiap butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian

pilihan/alternatif jawaban.. Tes model ini cocok untuk Level aplikasi, sintesis,

analisis, dan evaluasi. Jenis pertanyaan atau pernyataan dari pengembangan soal ini

berupa : Jawablah dengan benar, Lengkapilah kalimat, dan Pilihlah jawaban paling

tepat

b. Keunggulan

Keunggulan dari Pengembangan Tes Pilihan Ganda adalah sebagai berikut:

1) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan

instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks.

2) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan

sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat

mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.

3) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif.

4) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes

untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara sekaligus.

5) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua (empat atau lima)

sehingga mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.

6) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan

melakukan uji coba terlebih dahulu.

7) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya

mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

8) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama bila butir soal memiliki

homogenitas yang tinggi.

Page 7: Penilaian dan pengukuran

9) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi,

analisis, síntesis, dan evaluasi.

10) Siswa minimum menulis.

c. Keterbatasan

Selain keunggulan ternyata Pengembangan Tes Pilihan Ganda juga memili

keterbatasan, keterbatasan Pengembangan Tes Pilihan Ganda antara lain:

1) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.

2) Terdapat kecenderungan butir soal hanya menguji/mengukur aspek ingatan.

Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban yang baik.

3) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi semakin banyak

4) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat soal pilihan ganda

5) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat mengurangi jumlah soal yang

dapat dibuat.

6) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan ganda semakin besar

kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.

d. Tips Menulis Tes Pilihan Ganda

1) Setiap item memiliki satu aspek kemampuan yang akan diukur

2) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal.

3) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Hindari rumusan

kata yang berlebihan

4) Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau

kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di

tengah-tengah kalimat.

5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.

6) Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau

berlebihan.

7) Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban

yang benar. Usahakan jawaban yang benar dan pengecoh dibuat mirip baik

dari sisi gramatikal maupun konsep teorinya.

8) Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari

jawaban yang salah.

9) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.

10) Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang benar di atas

benar” atau ”tidak satupun yang di atas benar”.

11) Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan.

Page 8: Penilaian dan pengukuran

12) Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang

bermakna tidak tentu.

13) Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika

terpaksa menggunakan pernyataan negatif, maka kata negatif tersebut

sebaiknya digarisbawahi/ditulis tebal.

14) Hindari menggunakan pernyataan atau pertanyaan double negatives.

Misalnya “tidak tidak setuju”

15) Tempatkan pilihan jawaban benar secara random. (hindari jawaban A yang

biasanya lebih sering daripada jawaban lain)

16) Usahakan setiap item tes tidak saling tergantung atau berhubungan dengan

item tes lain.

17) Buatlah setiap alternatif jawaban pada baris berbeda, dengan spasi atau

gunakan huruf atau angka untuk memilah setiap alternatif jawaban.

18) Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu yang terkait untuk meyakinkan

bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.

Page 9: Penilaian dan pengukuran

III. Bentuk-Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif

dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang

memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif adalah

tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non-

objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.

Jenis-Jenis tes dilihat dari cara pelaksanaannya, tes dapat dibedakan  menjadi tes tertulis,

tes lisan dan tes perbuatan. Tes tulisan bisa berupa tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah

bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu

menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusun sendiri. Sementara tes objektif

adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan, contoh;

BS, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan bentuk melengkapi. Tes perbuatan adalah tes dalam

bentuk peragaan.

A. TES OBJEKTIF

Soal objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang

harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari

kemungkinan jawaban yang telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran

jawaban dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Secara umum, soal tes objektif

dibedakan menjadi:

1. Tipe Benar-Salah (True False Item)

Butir soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai

alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak

setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/

meniadakan.

Penggunaan soal ini dapat digunakan untuk pemahaman pada level pengetahuan,

mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum, mengasah konsep

dengan dua respon logis.

Soal benar-salah merupakan salah satu dari tes bentuk objektif dimana butir-

butir soal yang diajukan dalam tes prestasi belajar tersebut berupa pernyataan

(statement), dimana dalam tes itu ada pernyataan yang benar dan ada pula pernyataan

yang salah. Tugas peserta tes adalah membubuhkan tanda tertentu (simbol) atau

mencoret huruf B, jika peserta tes yakin bahwa pernyataan yang diberikan tersebut

Page 10: Penilaian dan pengukuran

benar. Sebaliknya mencoret huruf S jika peserta tes yakin bahwa pernyataan itu salah.

Keunggulan dari penggunaan soal dengan tipe benar-salah adalah sebagai berikut :

1) Mudah dikonstruksi

2) Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan

3) Mudah diskor

4) Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang

berkaitan dengan ingatan.

5) Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.

6) Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe benar-salah adalah

sebagai berikut :

1) Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan

menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak

2) Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif

3) Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai

4) Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut

5) Terlalu menekankan pada ingatan

6) Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban walaupun

tidak memahami isinya

7) Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak memahami

materi

8) Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi

2. Tipe Menjodohkan (Matching)

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama

merupakan pokok soal (premis), sedangkan kolom kedua merupakan kolom jawaban.

Tugas peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di bawah kolom premis dengan

pernyataan yang ada di kolom jawaban.

Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan

konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung

rendah. Bentuk saol menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel

dan berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang

berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana,

jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang

Page 11: Penilaian dan pengukuran

disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi

kemungkinan siswa menjawab bentuk dengan hanya menebak.

Berikut adalah kelebihan soal menjodohkan:

a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif

b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi

antara dua hal yang berhubungan

c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang

lebih luas

d) Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan

tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.

e) Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan

langsung maupun tidak secara langsung.

f) Mudah dikonstruksi.

g) Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diujikan.

h) Mudah diskor.

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe menjodohkan adalah

sebagai berikut :

a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan

b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal

yang berhubungan

c) Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan

3. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Soal Pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar

atau paling tepatBentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya

objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer. Namun membuat butir soal pilihan

ganda yang berkualitas baik cukup sulit, dan kelemahan lain adalah peluang kerja

sama antar peserta tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian

yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi relatif singkat.

Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti dalam melakukan

pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi

tergantung pada kemampuan pembuat soal.

Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih dari

dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian dalam tiap

Page 12: Penilaian dan pengukuran

butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian pilihan/alternatif jawaban.

Strukturnya bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

a) Stem    : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang

akan   dinyatakan

b) Option    : Sejumlah pilihan atau alternatif jawaban

c) Kunci     : jawaban yang benar atau paling tepat

d) Distractor : jawaban –jawaban lain selain kunci jawaban

Keunggulan dari penggunaan soal dengan tipe pilihan ganda adalah sebagai

berikut :

a) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan

instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks.

b) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan

sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat mencakup

hampir seluruh cakupan bidang studi.

c) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif.

d) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes

untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara sekaligus.

e) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua (empat atau lima) sehingga

mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.

f) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan melakukan

uji coba terlebih dahulu.

g) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat

homogenitas alternatif jawaban.

h) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama bila butir soal memiliki

homogenitas yang tinggi.

i) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi,

analisis, síntesis, dan evaluasi.

j) Siswa minimum menulis.

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan soal dengan tipe pilihan ganda adalah

sebagai berikut :

a) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.

b) Terdapat kecenderungan butir soal hanya menguji/mengukur aspek ingatan.

c) Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban yang baik.

Page 13: Penilaian dan pengukuran

d) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi semakin banyak

e) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat soal pilihan ganda

f) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat mengurangi jumlah soal yang

dapat dibuat.

g) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan ganda semakin besar

kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.

B. TES URAIAN

Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas

yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan

pikiran peserta tes secara naratif. Cirri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut

tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal, tetapi dipasok oleh peserta tes.

Peserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat

memilih, menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan kata-

katanya sendiri. Jadi perbedaan utama tes objektif dan uraian dalah siapa yang

menyediakan jawaban atau alternative jawaban sudah disediakan oleh pembuat soal.

Menurut Robert L. Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang menyebabkan

tes uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan sampel bahan yang tercakup

dalam soal tes. Kedua, batas-bayastugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes sangat

longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat.

Ketiga, subjektifitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes.

Dengan pengertian diatas maka pemberian skor terhadap soal uraian tidak mungkin

dilakukan secara objektif. Setiap bentuk butir soal memiliki kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan soal uraian adalah :

1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil belajar yang

kompleks artinya hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil belajar yang kompleks tidak

hanya membedakan yang benar dari yang salah, tetapi juga dapat mengekspresikan

pemikiran peserta tes serta pemilihan kata yang dapat memberi arti yang spesifik pada

suatu pemahaman tertentu. Apabila yang diukur adalah kemampuan hasil bekajar yang

sederhana, yaitu memilih suatu yang lebih benar atau yang lebih tepat, maka sebaiknya

menggunakan tes objektif.

2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan

kemampuan mengintegrasikan berbagi buah pikiran dan sumber informasi kedalam

suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.

Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk

Page 14: Penilaian dan pengukuran

mengekspresikannya. Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran

secara teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak terlihat secara utuh. Bahkan

kemampuan itu secara sederhana sudah akan dapat kelihatan dengan jelas dalam

pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan tanda baca, penyusunan paragraf dan

susunan rangkain paragraf dalam suatu keutuhan pikiran.

3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan

kepribadiannya dan watak sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian yang menuntut

kemampuan siswa untuk mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri. Untuk

dapat mengekspresikan pemahaman dan penguasaan bahan dalam jawaban tes, maka

bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara utuh. Penguasaan bahan yang

tanggung atau parsial dapat dideteksi dengan mudah. Karena itu untuk menjawab tes

uraian dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya

akan diujikan dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes uraian

dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab soal dengan benar atau

akan berusaha dengan cara membual.

4. Memudahkan guru untuk menusun butir soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh

dua hal, yaitu pertama, jumlah butir soal tidak perlu banyak dan kedua, guru tidak selalu

harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar sehingga akan sangat

menghemat waktu konstruksi soal. Tetapi hal ini tidak berarti butir soal uraian dapat

dikontruksikan secara asal-asalan. Kaidah penyusunan tes uraian tidaklah lebih

sederhana dari kaidah penyusunan tes objektif.

5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakn kebaikan

sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan sangat mendorong

siswa dan guru untuk belajar dan mengajar, serta menyatakan pikiran secara tertulis.

Dengan demikian diharapkan kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran

secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan

terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan

menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan yang dapat menjadikan tes sebagai alat ukur

yang tidak adil dan tidak reliable. Bagi siswa yang tidak mempunyai kemampuan

menulis, akan menjadi beban.

Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan-kelemahannya,

yaitu:

1. Reliabilitasnya rendah artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila

tes yang sama atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa kali.

Page 15: Penilaian dan pengukuran

2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak.

3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.

4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling

membedakan prestasi belajar siswa.

Setelah memahami kelemahan dan kelebihan bentuk tes uraian. Maka harus

mempertimbangkan bagaimana tes uraian digunakan. Sebaiknya tes uraian digunakan jika :

1. Jumlah siswa atau peserta tes terbatas.

2. Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas.

3. Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran

dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan dengan baik, atau penggunaan

kemampuan penggunaan bahasa secara tertib.

4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal

ujian tetapi dapat disimpulkan sari tulisan peserta tes, seperti : sikap, nilai, atau

pendapat. Soal uraian dapat digunakan untuk memperoleh informasi langsung

tersebut, tetapi harus digunakan dengan sangat hati-hati oleh guru.

5. Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya.

Bentuk tes uraian dapat diklasifikasi ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas

(extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Pembedaan kedua

tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang yang diberikan kepada

peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan

gagasannya.

Soal uraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang

menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Bentuk-bentuk

pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan,

menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan mengharuskan

siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman mereka terhadap materi

yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986:42). Bentuk soal tes yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Melengkapi

Soal  bentuk melengkapi merupakan salah satu bentuk tes objektif dengan ciri-

ciri yaitu: a) tes tersebut terdiri dari susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah

dihilangkan (sudah dihapuskan); b) bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-

Page 16: Penilaian dan pengukuran

titik (....); c) tugas peserta tes adalah mengisi titik-titik tersebut dengan jawaban yang

sesuai (benar).

2. Uraian Objektif

Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasannya jelas seperti Matematika

dan IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi). Agar hasil penskorannya objektif diperlukan

pedoman penskoran. Objektif di sini berarti hasil penilaian terhadap suatu lembar

jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki latar

belakang pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan. Tingkat berpikir

yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi. Penskoran dilakukan secara analitik,

yaitu setiap langkah pengerjaan diberi skor. Misalnya, jika peserta didik menuliskan

rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi skor, dan menafsirkan atau

menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor. Penskoran bersifat hierarkis, sesuai dengan

langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap butir soal ditentukan oleh tingkat

kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih besar dibandingkan dengan yang

mudah.

3. Uraian Non-Objektif/Uraian Bebas

Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Walau hasil penskoran

cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya

diharapkan dapat lebih objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Bentuk ini

bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas

peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.

4. Jawaban Singkat Atau Isian Singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam

bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar

atau salah. Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

pemahaman peserta didik jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat

berpikir yang diukur cenderung rendah.

Kelebihan soal jawaban singkat:

a.  Menyusun soalnya relatif mudah

b.  Kemungkinan kecil siswa memberi jawaban dengan menebak

c.  Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

d.  Hasil penilaiannya cukup objektif

Kelemahan soal jawaban singkat:

a.  Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

Page 17: Penilaian dan pengukuran

b.  Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama

bentuk uraian

c.  Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa

C. Instrumen Soal

Instrumen penilaian  yang dapat dipakai dalam sistem penilaian berbasis kompetensi

dapat terkait dengan ranah kognitif ataupun psikomotor, antara lain yaitu sebagai berikut.

Kuis: Waktu yang diperlukan relatif singkat, kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan

hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa jawaban singkat dengan tingkat berpikir

rendah. Biasanya kuis diberikan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui

penguasaan pelajaran yang lalu secara singkat. Namun bisa juga kuis diberikan setelah

pembelajaran selesai, yaitu untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap bahan

ajar yang baru diajarkan. Bila ada bagian pelajaran yang belum dikuasai, sebaiknya guru

menjelaskan kembali dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.

1. Pertanyaan lisan di kelas

Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema.

Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan pertanyaan ke kelas, memberi waktu

sebentar untuk berpikir, dan kemudian memilih peserta didik secara acak untuk

menjawab. Jawaban peserta didik benar atau salah selalu diberikan ke peserta didik lain

atau minta pendapatnya terhadap jawaban peserta didik yang pertama. Kemudian guru

menyimpulkan tentang jawaban peserta didik yang benar. Pertanyaan lisan ini bisa

dilakukan di awal pelajaran, di tengah,  atau di akhir pelajaran. Dalam arti  kata bahwa

pertanyaan bisa diberikan sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Ulangan harian 

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi

Dasar (KD) atau lebih. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian objektif

atau yang non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup sampai ke

tingkat berpikir tinggi.

3. Tugas individu

Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal uraian

objektif atau non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis,

bila mungkin sampai sintesis dan evaluasi. Tugas individu untuk mata pelajaran tertentu

dapat terkait dengan ranah psikomotor, seperti menugasi peserta didik untuk melakukan

observasi lapangan dalam Geografi atau menugasi peserta didik untuk berlatih tari dan

musik pada pelajaran Seni Budaya.

Page 18: Penilaian dan pengukuran

4. Tugas kelompok

Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Bentuk

soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir yang tinggi yaitu aplikasi

sampai evaluasi. Bila mungkin peserta didik diminta untuk menggunakan data

sebenarnya,melakukan pengamatan terhadap suatu gejala, atau merencanakan sesuatu

proyek. Proyek pada umumnya menggunakan data sesungguhnya dari lapangan. Seperti

halnya tugas individu, tugas kelompok dapat terkait dengan ranah psikomotor.

5. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum

Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti

Fisika, Kimia, dan Biologi. Peserta didik bisa diminta untuk mencatat dan melaporkan

hasil praktik yang telah dilakukan.

6. Responsi atau ujian praktik

Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti

Fisika, Kimia, dan Biologi yaitu untuk mengetahui penguasaan akhir baik dari ranah

kognitif maupun psikomotor. Ujian responsi bisa dilakukan diawal praktik atau setelah

melakukan praktik. Ujian dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui

kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium, sedang bila dilakukan setelah

praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang dicapai peserta

didik dan yang belum.

IV. CONTOH SOAL