Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

17
Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2 16162 +62 251 8328 203 [email protected] nfo www.crpg.inf o Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah- Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK Disampaikan oleh Mohamad Mova AlÁfghani, PhD dalam seminar Tantangan Global Pengelolaan PDAM Sesi 2: Tantangan PDAM serta Dukungan Pemangku Kepentingan dalam Penyediaan Air bersih yang Berkualitas dan Terjangkau Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 22 September 2016

Transcript of Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Page 1: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2, Bogor 16162

+62 251 8328 203

[email protected]

www.crpg.info

Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MKDisampaikan oleh Mohamad Mova AlÁfghani, PhD dalam seminar Tantangan

Global Pengelolaan PDAMSesi 2: Tantangan PDAM serta Dukungan Pemangku Kepentingan dalam

Penyediaan Air bersih yang Berkualitas dan TerjangkauHotel Mercure, Ancol, Jakarta, 22 September 2016

Page 2: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Putusan MK“Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam pengusahaan air harus ada pembatasan yang sangat ketat….

[3.19] Menimbang bahwa pembatasan pertama adalah setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air…[3.20] Menimbang sebagai pembatasan kedua adalah bahwa negara harus memenuhi hak rakyat atas air…[3.21] Menimbang bahwa sebagai pembatasan ketiga, harus mengingat kelestarian lingkungan hidup…[3.22] Menimbang bahwa pembatasan keempat….maka pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak; [3.23] Menimbang bahwa pembatasan kelima adalah sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara … prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah;

[3.24] Menimbang bahwa apabila setelah semua pembatasan tersebut di atas sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat;

Bukan 6 Prinsip Dasar Pengelolaan Air, melainkan 5 Prinsip Dasar Pengusahaan Air yang berlaku umum + 1 Prinsip Pengusahaan Air dalam konteks peran serta swasta. Prinsip ini termaktub dalam Pasal 2 PP 122/2015

Page 3: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Pengusahaan Air

Page 4: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Pengusahaan AirDefinisi “Pengusahaan Air”

UU Pengairan 11/74:

Pengusahaan air dan atau sumber-sumber air di sini diartikan, bahwa usaha peningkatan kemanfaatan air dan atau sumber-sumber air itu ditujukan untuk mencari penghasilan yang langsung berupa uang oleh kelompok masyarakat pengusaha, baik yang berbentuk Badan Hukum, Badan Sosial maupun perorangan, dengan selalu berpedoman kepada azas usaha bersama dan kekeluargaan. (Penjelasan Pasal 11)

PP Pengusahaan Air 121/2015:

Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan usaha. (Pasal 1 Ayat 9)

Pengusahaan Sumber Daya Air [Air Permukaan dan Air Tanah] dapat diselenggarakan apabila Air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat telah terpenuhi, serta sepanjang ketersediaan Air masih mencukupi. (Pasal 4 Ayat 3)

Page 5: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Kritik atas prioritas alokasi air(Pasal 8 ayat 5 PP 121/2015)

1. Air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimal sehari-hari;2. Air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang diperoleh tanpa memerlukan izin;3. Air baku untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang telah ditetapkan izinnya;4. Air untuk irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;5. Air untuk irigasi bagi pertanian rakyat yang telah ditetapkan izinnya;6. Air bagi pengusahaan air baku untuk sistem penyediaan Air Minum yang telah ditetapkan izinnya;7. Air untuk kegiatan bukan usaha yang telah ditetapkan izinnya;8. Air bagi pemenuhan kebutuhan usaha Air Minum oleh badan usaha milik negara/badan usaha milik

daerah yang telah ditetapkan izinnya;9. Air bagi pemenuhan kebutuhan usaha selain Air Minum oleh badan usaha milik negara/badan usaha milik

daerah yang telah ditetapkan izinnya;10. Air bagi pemenuhan kebutuhan usaha Air Minum oleh badan usaha swasta yang telah ditetapkan

izinnya; dan11. Air bagi pemenuhan kebutuhan usaha selain Air Minum oleh badan usaha swasta yang telah ditetapkan

izinnya.

Page 6: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Kritik atas Prioritas Alokasi Air

Lebih prioritas, apabila pertanian rakyat (ranking 4 dan 5)

PDAM, prioritasnya dibawah pertanian rakyat. Ranking 6, 8,

Page 7: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Kritik atas prioritas alokasi airLebih prioritas apabila BUMN/BUMD dan telah ditetapkan izinnya(Ranking 9)

Apabila swasta dan sudah berizin, maka prioritas dibawah kebutuhan BUMN/BUMD untuk non air minum(Ranking 10)

Page 8: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Kritik atas prioritas alokasi airPenjelasan Pasal 4 ayat 3 PP 121: yang dimaksud dengan “kebutuhan pokok sehari-hari” adalah Air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari Sumber Air untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan, peturasan.

Kata “kebutuhan sehari-hari” (yang mana menjadi prioritas) itu diterjemahkan apabila untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan, peturasan mengambil langsung dari sumber air.Sedangkan air untuk untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan, peturasan yang melalui pengolahan yang lebih sistematis tidak termasuk prioritas “kebutuhan sehari hari” dan dianggap sebagai suatu bentuk “Pengusahaan”

Page 9: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

General Comment 15 para 6, Hak Asasi Manusia Atas Air, Pasal 11 dan 12 Kovenan Internasional atas Hak Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya:

Nevertheless, priority in the allocation of water must be given to the right to water for personal and domestic uses. Priority should also be given to the water resources required to prevent starvation and disease, as well as water required to meet the core obligations of each of the Covenant rights.

Hak Atas Air tidak melihat sumbernya dari mana (langsung dari sumber air, PDAM atau Swasta). Selama untuk air minum, memasak, mencuci, toilet, maka harus menjadi prioritas tertinggi.

Kritik atas prioritas alokasi air

Page 10: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Kerjasama Pemerintah Swasta

Page 11: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Implikasi Putusan MK6 Prinsip Dasar Pengusahaan Air dalam Putusan MK berimplikasi pada:

1. Izin pengusahaan air. Siapa yang menguasai? Apabila dikuasai swasta, maka bisa ditafsirkan bertentangan dengan prinsip 5 (prioritas pada BUMN/BUMD)

2. Struktur proyek: B2B atau G2B? Apabila G2B dengan swasta, maka bisa ditafsirkan bertentangan dengan prinsip 5 (prioritas pada BUMN/BUMD)

Page 12: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Implikasi Putusan MK (2)“Terjemahan” Putusan MK dalam Pasal 56 PP SPAM 122/2015:

1. BUMN/BUMD “tidak mampu membiayai” penyelenggaraan SPAM2. SIPA dimiliki BUMN/BUMD3. MBR diutamakan4. Pengelolaan dibatasi pada unit air baku dan unit produksi; unit distribusi

tidak boleh dikelola swasta5. Investasi O/M dalam bentuk kontrak berbasis kinerja

“Terjemahan” Putusan MK dalam Permen PU Ttg DPP 19/20161. PJPK adalah direksi BUMN/BUMD (tidak lagi Pemda)2. Pemda atau Pusat dapat memberikan DPP (fiskal: subsidi, hibah,terushibah,

pinjaman, penyertaan modal dsb dan non fiskal: tanah, infrastruktur, diskon sewa, kebijakan, dsb)

Page 13: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Beberapa isu dalam skema KPBU Baru

1. BUMN/BUMD= PJPK (Permen PU 19/2016, Pasal 1 ayat 16)2. BUMN/BUMD Perjanjian KPBU Badan Usaha Pelaksana (Perpres 38/2015

Ps 41, Ps9)3. Dalam PP 38/2015 Pembayaran Ketersediaan Layanan dilakukan Pemerintah

kepada Badan Usaha Pelaksana. Bagaimana skema perjanjian regres? Apakah Pemda sama sekali berada diluar project structure atau tetap turut sebagai pihak?

4. Bagaimana konsekuensi praktis apabila terjadi gagal bayar?5. Bagaimana praktek alokasi resiko politik, regulasi dan perizinan (terlebih

apabila Pemda tidak menjadi pihak)

Page 14: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Skema KPBU Lama(Tidak Lagi Berlaku)

Pemda = PJPK Badan Usaha

BUMN/BUMD (PDAM)

Konsumen Kemenkeu

PT PII/PT SMI

Pembayaran Tarif

PermintaanVGF

Tagihan Pembayaran

VGF

Pembayaran Air Baku

Perjanjian Regres

Perjanjian KPS

Perjanjian Penjaminan

Page 15: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Alternatif Solusi (1)

Alokasi Air:a) Pasal 9 (1) (a) memberi kewenangan bagi Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam

mengubah prioritas alokasi air untuk memenuhi kepentingan yang mendesak. Air untuk kebutuhan sehari hari (terlepas dari sumbernya) apabila terjadi kekurangan debit dapat dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak

b) Penetapan izin-izin baru harus sedapat mungkin memprioritaskan air baku untuk air minum

c) Apabila a) dan b) diatas tidak berhasil, PP 121/2015 dapat dilakukan Uji Materi ke MA, namun demikian Perma 1/2011 Pasal 6 hanya memberikan opsi putusan membatalkan peraturan secara keseluruhan [dapatkah dibuat preseden dibatalkan sebagian?]

Page 16: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Alternatif Solusi (2)Skema KPBU Air:

1.Diperlukan prosedur ringfencing DPP fiskal (misal dengan rekening escrow)2. Walaupun tidak sebagai PJPK, perlu ada mekanisme dimana Pemda terlibat sebagai pihak dalam perjanjian demi mengelola resiko politik, resiko regulasi dan pemberian jaminan perizinan

Page 17: Pengusahaan Air dan Kerjasama Pemerintah-Swasta di Sektor Air Pasca Putusan MK

Terima Kasih

Mohamad Mova AlÁfghani, Senior Regulatory Expert [email protected]