PENGURANGAN RISIKO BENCANA

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografi dan sosiologis yang menjadikannya rawan terhadap bencana, baik bencana alam, non alam, maupun bencana social. Data dan informasi bencana Indonesia dari BNPB menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencama dan korban meninggal per jenis kejadian bencana dalam periode antara tahun 1815-2012 terus meningkat. Bencana secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya- sumberdaya mereka sendiri Masyarakat sebagai objek utama yang terdampak apabila suatu bencana terjadi, sudah seharusnya mempunyai kapasitas/kemampuan untuk mengurangi kerentanan yang ada sehingga bisa menjadi pelaku (subjek) utama dalam usaha-usaha pengurangan resiko bencana sehingga kerugian baik harta benda maupun korban jiwa bisa diminimalisir, karena masyarakat sudah mempunyai perencanaan untuk mengurangi resiko bencana, 1

description

aa

Transcript of PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangWilayah Indonesia memiliki kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografi dan sosiologis yang menjadikannya rawan terhadap bencana, baik bencana alam, non alam, maupun bencana social. Data dan informasi bencana Indonesia dari BNPB menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencama dan korban meninggal per jenis kejadian bencana dalam periode antara tahun 1815-2012 terus meningkat.Bencana secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiriMasyarakat sebagai objek utama yang terdampak apabila suatu bencana terjadi, sudah seharusnya mempunyai kapasitas/kemampuan untuk mengurangi kerentanan yang ada sehingga bisa menjadi pelaku (subjek) utama dalam usaha-usaha pengurangan resiko bencana sehingga kerugian baik harta benda maupun korban jiwa bisa diminimalisir, karena masyarakat sudah mempunyai perencanaan untuk mengurangi resiko bencana, serta mempunyai pengetahuan dan mengerti apa yang seharusnya dilakukan pada saat bencana belum terjadi (prabencana), pada saat tanggap darurat, dan pada saat pasca bencana. Untuk itu kita perlu melakukan pengurangan risiko bencana yang menempatkan masyarakat sebagai subjek atau pelaku utama kegiatan.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan pengurangan risiko bencana ?2. Apa tujuan PRB ?3. Apa saja landasan penyelenggaraan PRB ?4. Bagaimana prinsip PRB ?5. Bagaimana langkah-langkah dalam PRB ?

C. TujuanTujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.1. Tujuan UmumPenulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Manajemen Bencana. 2. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu untuk secara lebih dalam mengenai pengertian pengurangan risiko bencana, tujuan PRB, landasan Penyelenggaraan PRB, prinsip PRB, langkah-Langkah PRB.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pengurangan Risiko BencanaResiko Bencana memiliki pengertian: potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Melihat pengertian tersebut, maka kita sebenarnya sedang hidup bersama risiko bencana. Bencana yang setiap saat bisa mengancam, mungkin tidak bisa dicegah, tapi kita bisa melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Oleh sebab itu, kita perlu memperkaya wawasan tekait bagaimana konsep dasar dan pengertian pengurangan risiko bencana.Pengurangan Resiko Bencana adalah konsep dan praktik mengurangi resiko-resiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman bahaya, pengurangan kerentaan penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa merugikan (UNISDR, 2009).Pengurangan risiko bencana (PRB) merupakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul. Secara konseptual, PRB merupakan wujudd dari perubahan paradigm penanggulangan bencana yakni dari pendekatan konvensional kepada pendekatan holistik. Penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat saja, tetapi secara keseluruhan manajemen risiko. Perlindungan masyarakat dari ancaman bahaya merupakan wujud perlindungan sebagai hak asasi rakyat dan penanggulangan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab bersama anatara pemerintah dan masyarakat (Efendi, Ferry dan Makhfudli, 2009).

B. Tujuan PRBPRB bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian yang terjadi akibat bencana. Oleh karena itu langkah-langkah PRB perlu diintegrasikan ke dalam pembangunan. Sejak akhir dekade 1990-an banyak kalangan kian menyadari perlunya mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan, yakni memasukkan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana alam ke dalam kerangka strategis jangka menengah dan struktur-struktur kelembagaan, ke dalam kebijakan dan strategi negara dan sektoral serta ke dalam perancangan proyek di negara-negara rawan bahaya.Upaya pengarusutamaan risiko bencana harus mencakup analisis bagaimana potensi bahaya dapat mempengaruhi kinerja kebijakan, program dan proyek, dan analisis bagaimana kebijakan, program dan proyek tersebut berdampak pada kerentanan terhadap bahaya alam. Analisis ini harus ditindaklanjuti dengan mengambil tindakan yang perlu untuk mengurangi kerentanan, dengan menempatkan pengurangan risiko sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.Perubahan dari cara pandang lama yang telah mengakar bahwa bencana adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, tak terhindarkan dan harus ditangani oleh para ahli tanggap darurat, sedikit banyak mencerminkan meningkatnya pemahaman akan bencana sebagai masalah pembangunan yang masih harus diatasi. Program pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, program pembangunan tanpa disadari dapat melahirkan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, terkadang dengan konsekuensi yang tragis. Peningkatan pemahaman ini berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya penanggulangan kemiskinan. Telah lama diakui umum bahwa salah satu dimensi kemiskinan yang mendasar adalah keterpaparan terhadap risiko dan kemungkinan hilangnya pendapatan, termasuk yang diakibatkan oleh bahaya alam. Pemahaman akan hal ini telah mendorong adanya perhatian yang lebih besar pada analisis bentuk-bentuk dan penyebab mendasar kerentanan dan kegiatan-kegiatan terkait yang dapat memperkuat ketangguhan dalam menghadapi bahaya (Benson & Twigg, 2007).

C. Landasan Penyelenggaraan PRBPengurangan Risiko Bencana di Indonesia merupakan bagian dari upaya pengurangan risiko bencana di tingkat internasional yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat, termasuk masyarakat internasional. Sebagai bagian dari komitmen Indonesia maka landasan yang mendasari penyusunan RAN-PRB mengacu pada kesepakatan-kesepakatan internasional dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.Landasan penyelenggaraan PRB adalah Resolusi PBB Nomor 63 Tahun 1999 tentang International Strategy for Disaster Resuction (ISDR), The Yokohama Strategy tahun Ak, Hyogo Framework for Action tahun 2005, serta Beijing Action. Sedangkan, secara nasional telah diterbitkan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) tahun 2006 di samping Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

D. Prinsip PRBPrinsip dasar PRB mengacu pada The Yokohama Strategy yang meliputi hal berikut ini.1. Pengkajian risiko bencana merupakan langkah yang diperlukan untuk penerapan kebijakan dan upaya pengurangan bencana.2. Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana penting dalam pengurangan kebutuhan untuk pertolongan bencana3. Pencegahan bencana dan kesiapsiagaan meliputi aspek integral dari kebijakan pembangunan dan perencanaan di tingkat nasional, bilateral, multilateral, serta internasional.4. Pengembangan dan penguatan kemampuan untuk mencegah, mengurangi, dan mitigasi bencana adalah prioritas utama dalam decade pengurangan bencana alam internasional.5. Peringatan dini terhadap bencana dan penyebarluasan informasi bencana dilakukan secara efektif dengan menggunakan sarana telekomunikasi.6. Upaya pencegahan adalah langkah yang paling efektif bila melibatkan peran serta masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.7. Kerentanan terhadap bencana dapat dikurangi dengan penerapan desain dan pola pengembangan pembangunan yang difokuskan pada kelompok-kelompok dengan menggunakan pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi masyarakat.8. Masyarakat internasional perlu berbagi teknologi untuk mencegah, mengurangi, dan memitigasi bencana yang dilaksanakan secara bebas dan tepat waktu sebagai satu kesatuan dari kerja sama teknis.9. Perlindungan lingkungan merupakan salah satu komponen pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan pengentasan kemiskinan.10. Setiap Negara memiliki tangguang jawab untuk melindungi rakyat, infrastruktur, dan asset nasional dari damapak bencana, Sedangkan masyarakat internasional harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk mengerahkan sumber daya yang ada secara memadai dan efisien.Sedangkan, substansi manajerial dasar yang perlu dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam PRB mengacu pada Hyogo Framework for Action Plan 2005-2015 yaitu sebagai berikut:1. Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional daerah yang implementasinya dilakukan oleh institusi yang kuat2. Mengidentifikasi, mengkaji, dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini.3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangunkan kesadaran tentang keselamatan dini dan ketahanan terhadap bencana bagi semua tingkatan masyarakat.4. Mengurangi cakupan risiko bencana.5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkat masyarakat agar mendapatkan respon yang efektif.

E. Langkah-Langkah PRBSecara umum, pemerintah bersama masyarakat berkewajiban untuk melakukan langkah-langkah PRB melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana. Fokus kegiatan ini adalah mengenali bahaya (utama dan ikutan), mengenali kelompok rentan untuk masing-masing bahaya yang potensial, dan mengenali kemampuan masyarakat (communities capacity) dalam hal bencana sekaligus menganalisis probabilitas kejadian bencana dan risiko bencana di suatu wilayah pada periode tertentu. 2. Perencanaan dan partisipatif penanggulangan bencana. Fokus kegiatan ini adalah penyadaran masyarakat akan hak dan kewajiban serta keberadaannya dalam penanggulangan bencana, peningkatan kapasitas (capacity building) dan pendayagunaan (empowerment) tentang kemampuan, kekuasaan otoritas, atau peluang dalam penyusunan rencana, terlibat dalam penatapan rencana dan pelaksanaan tertentu.3. Pengembangan budaya sadar bencana. Fokus kegiatan ini adalah kesadaran public (public awereness), pengembangan institusi, pelestarian kearifan local (local wisdom), serta pemberdayaan masyarakat agar dapat melakukan upaya pencegahan (mitigation), kesiapsiagaan (preoaredness), tanggap darurat (emergency), sampai dengan pemulihan (relief).4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana dan didukung dengan sumber daya ideal.5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana. Fokus kegiatan ini adalah pada penerbitan tata peraturan perundangan (undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah), standar, norma, mekanisme, prosedur dengan penegakan hukumnya, serta upaya-upaya kegiatan fisik seperti pembuatan tanggul, sabo, tempat pengungsian, dan lain sebagainya.

BAB IIIPENUTUPA. SimpulanB. Saran

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

http://bpbd.rejanglebongkab.go.id/sosialisasi-pengurangan-resiko-bencana/ (Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana (2014) Rustam Wahab

Keuntungan dan KerugianPRB SEKTOR KESEHATANhttp://kawasan.bappenas.go.id/images/stories/RAN%20PRB.pdfhttp://www.p2kp.org/pustaka/files/pedoman_prbbk_final_web_okt2013.pdf3