PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN...

102
i PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI MAKALAH Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Magister (S-2) Teknik Sipil Univertsitas Tadulako DISUSUN OLEH : DIAN WAHYUNI WEROKILA F 112 14 006 MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN 2014

Transcript of PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN...

Page 1: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

i

PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL

BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Magister (S-2) Teknik Sipil Univertsitas Tadulako

DISUSUN OLEH :

DIAN WAHYUNI WEROKILA

F 112 14 006

MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2014

Page 2: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, atas anugerah dan limpahan berkat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang merupakan salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program

Studi Pascasarjana (S2) Universitas Tadulako. Makalah ini berjudul :

“PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA, ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU

PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI ”

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan baik secara moril

maupun materil, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Andi Arham Adam, ST., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister

Teknik Sipil Universitas Tadulako dan selaku dosen mata kuliah Teknologi Bahan

Konstruksi.

2. Bapak Gidion Turuallo, ST., M.Sc., Ph.D. selaku dosen mata kuliah Teknologi Bahan

Konstruksi.

Dalam penyusunan makalah ini, tentu saja penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan serta kekeliruan. Semua ini penulis sadari sebagai salah satu keterbatasan

kemampuan penulis, olehnya penulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk

membantu untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat

bagi penulis dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Palu, Desember 2014 Penulis Dian Wahyuni Werokila F 112 14 006

Page 3: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR ………………………….…..………………................…......... ii

DAFTAR ISI ……………………………………...……………………........................ iii

DAFTAR GAMBAR ..………………………………………………....…..............….. vi

DAFTAR TABEL ..………………….………………………………..................…….. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …….………………………………..................……........ 1

B. Rumusan Masalah …….………………………………..................…….... 1

C. Tujuan Penulisan…….………………………………..................……....... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Batu Kapur

1. Pengertian Batu Kapur…….………………..................…............…..... 5

2. Jenis-jenis Kapur…….………………..................…............….............. 5

3. Sifat-Sifat Kapur…….………………..................…............….............. 6

4. Proses Pembuatan Kapur…….………………..................…............….. 6

5. Proses Pembuatan Batu Kapur (Gamping) untuk Bahan Baku Industri 10

6. Manfaat Batu Kapur…….………………..................…............…........ 13

7. Efek Samping kapur …….………………..................…............…........ 15

B. Bata Ringan

1. Pengertian Bata Ringan.………………..................…............….............. 16

2. Spesifikasi Bata Ringan………………..................…............….............. 18

3. Perbedaan antara Bata Merah, Batako dan Bata Ringan ...................... 19

4. Jenis-jenis Bata Ringan………………..................…............….............. 22

5. Proses Pembuatan Bata/Beton Ringan………………...........…............... 23

6. Manfaat Bata Ringan………………..................…............…................ 26

Page 4: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

iv

C. Kaca

1. Pengertian Kaca….………………………………..................…….... 28

2. Sejarah dan Perkembangan Kaca.................................................... 28

3. Sifat Kaca….………………………………..................……............. 29

4. Pembuatan Kaca….………………………………..................….…... 31

5. Jenis-jenis kaca….………………………………..................……...... 33

6. Aplikasi Kaca Pada Bangunan......................................................... 35

7. Struktur Kaca................................................................................. ....... 37

8. Studi Kasus dan Analisis Kaca......................................................... 40

D. Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

1. Konstruksi Perkerasan Jalan ................................................................... 45

2. Spesifikasi Campuran Beton Aspal ........................................................ 47

3 Spesifikasi Aspal..................................................................................... 51

4. Karakteristik Campuran Aspal Beton (AC-BC) ...................................... 53

5. Rencana Campuran Aspal Beton (AC-BC) .............................................. 55

E. Aspal Buton

1. Pengertian Asbuton................................................................................... 58

2. Lokasi Sumber Daya Asbuton................................................................... 58

3. Kondisi Geologi........................................................................................ 59

4. Jenis-jenis Asbuton................................................................................ 62

5. Prinsip Kerja Asbuton.......................................................................... 64

6. Penggunaan Asbuton............................................................................ 65

7. Keunggulan Asbuton.............................................................................. 66

8. Kelemahan Asbuton............................................................................... 67

9. Manfaat Asbuton Sebagai Bahan Campuran Beraspal.............................. 67

10. Kelebihan penggunaan Asbuton secara teknik...........................................68

11. Kelebihan penggunaan Asbuton secara financial......................................69

Page 5: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

v

F. Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

1. Definisi Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku..................................... 71

2. Sejarah Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku..................................... 71

3. Jenis – Jenis Perkerasan Beton Semen.................................................. 73

4. Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku............................................. 74

5. Perencanaan Perkerasan Kaku............................................................. 75

6. Metode Pelaksanaan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku................ 83

7. Kelebihan dan Kekurangan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku...... 86

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ………………….…...…………………………...……............... 90

Page 6: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Tungku Pendam (Tungku Batch)

Gambar 2 : Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000ºC

Gambar 3: Penambangan Batu Gamping untuk Bahan Baku Industri

Gambar 4 :Tampak Atas Tobong Pembakaran Batu Gamping

Gambar 5 : Tampak Samping Tobong Pembakaran Batu Gamping

Gambar 6 : Tobong Pembakaran Batu Gamping

Gambar 7 : Proses Pendinginan

Gambar 8 : Timbunan Kapur setelah Proses Pendinginan.

Gambar 9 : Bata Merah

Gambar 11 : Batako

Gambar 12 : Oven Autoclaved

Gambar 13 : Skema Proses Pembuatan Beton/Bata Ringan system Aerasi dengan Oven

Autoclaved

Gamabr 14 : glassbowing method

Gambar 15 : Kaca yang ditarik

Gambar 16 : Kaca yang dituang

Gambar 17 : Kaca yang diapung

Gambar 18 : Tipe dan Ukuran Kaca

Gambar 19 : Cermin

Gambar 20 : Aplikasi kaca sebagai skylight

Gambar 21 : Aplikasi kaca sebagai lantai

Gambar 22 : Aplikasi kaca sebagai dinding

Gambar 23: Beban yang diterima lebih kecil dari beban maksimum yang mampu ditahan

kolom. Cenderung kembali ke bentuk semula

Gambar 24 : Beban yang diterima sama dengan beban maksimum yang mampu ditahan

kolom. Disebut juga neutral equilibrium.

Gambar 25 : Beban yang diterima lebih besar dari beban maksimum yang mampu ditahan

kolom.

Gambar 26 : Grafik hubungan beban dengan tinggi kolom

Halaman

Page 7: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

vii

Gambar 27 : Grid dan Plat

Gambar 28 : Exterior View

Gambar 29 : Glass wall bridge

Gambar 30 : Bukaan pada dinding kaca

Gambar 31 : Interior

Gambar 32 : Kaca sebagai penguat

Gambar 33 : Struktur Perkerasan Lentur

Gambar 34. Zona sebaran endapan Aspal di Pulau Buton

Gambar 35: Aspal (hitam) berada pada batuan induk batugamping (Tobing, 2004).

Gambar 36 : Peta geologi Daerah Lembar Buton

Gambar 37 : Asbuton Butir

Gambar 38: Tipikal struktur perkerasan beton semen

Gambar 39 : Macam – macam Perkerasan Beton Semen

Gambar 40 : Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

Gambar 41 : Skema Potongan Melintang Konstruksi Perkerasan Kaku

Gambar 42 : Sambungan Pada Konstruksi Perkerasan Kaku

Gambar 43 : Posisi Beban Roda Lalu Lintas Kritis

Gambar 44 : Metode pelaksanaan Perkerasan Kaku

Halaman

Page 8: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 . Hasil Uji Kuat Tekan Beton/Bata Ringan

Tabel 2 . Hasil Uji Ketahanan Api

Tabel 3. Hasil Uji Tingkat Absorbsi Suara

Tabel 4. Bahan Pewarna Kaca

Tabel 5. Presentase bahan baku kaca

Tabel 6. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal

Tabel 7. Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal

Tabel 8. Spesifikasi Gradasi Bahan Pengisi (Filler)

Tabel 9. Gradasi Campuran Agregat AC-BC

Tabel 10. Sifat Campuran Agregat AC-BC

Tabel 11. Jenis Asbuton Butir yang telah diproduksi

Tabel 12.. Koefisien Distribusi Lajur Rencana

Tabel 13. Faktor Keamanan

Tabel 14. Jumlah Pengulangan Beban yang Diijinkan

Tabel 15. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi

Halaman

Page 9: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

ix

Page 10: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi

dewasa ini mendorong terjadinya inovasi-inovasi di bidang konstruksi serta diperlukan

peningkatan baik kuantitas maupun kualitas yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pengunaan Batu Kapur, Bata Ringan, Kaca, Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BC), Aspal Buton, dan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku dalam bidang konstruksi,

sebagai wujud perkembangan teknologi dan peningkatan mobilitas penduduk yang sangat

tinggi dewasa ini sehingga diharapkan memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi

kuantitas maupun kualitas konstruksi.

Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan

prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Kemudian memanfaatkan apa yang ada

di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan

kayu. Setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat

atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah

bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya,

manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-

bahannya bakunya diambil dari alam.

Pada makalah ini akan dibahas tentang pengunaan Batu Kapur, Bata Ringan, Kaca,

Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC), Aspal Buton, dan Rigid Pavement atau

Perkerasan Kaku dalam bidang konstruksi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Batu Kapur

a. Apa yang dimaksud dengan batu kapur?

Page 11: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

2

b. Apa saja jenis-jenis batu kapur?

c. Apa saja sifat-sifat batu kapur?

d. Bagaimana proses pembuatan kapur ?

e. Apa saja manfaat kapur dalam suatu konstruksi?

f. Apakah efek samping dari penggunaan batu kapur?

2. Bata Ringan

a. Apa yang dimaksud dengan bata ringan?

b. Apakah perbedaan bata merah, batako dan bata ringan?

c. Apa saja jenis-jenis bata ringan?

d. Bagaimana proses pembuatan bata ringan?

e. Apakah manfaat bata ringan?

3. Kaca

a. Sampai sejauh mana kaca bisa digunakan untuk mendukung aspek firmitas sebuah

ruangan, bukan hanya sebatas sebuah atau dua buah ruangan saja.

b. Apakah bisa sebuah bangunan terbuat dari kaca dengan pemakaian elemen lain

secara struktural seminimal mungkin , atau bahkan tidak sama sekali?.

4. Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

a. Apakah yang dimaksud dengan Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)?

b. Bagaimana spesifikasi campuran beton aspal?

c. Bagaimana karakteristik campuran aspal beton (AC-BC)?

d. Berapa proporsi campuran aspal beton (AC-BC) di lapangan yang sesuai dengan

spesifikasi teknik Bina Marga?

5. Aspal Buton

a. Apa yang dimaksud dengan Asbuton?

b. Dimana lokasi sumber daya asbuton?

c. Bagaimana Kondisi kondisi geologi daerah penghasil aspal buton?

d. Apa saja jenis-jenis asbuton?

e. Bagaimana prinsip kerja asbuton?

f. Bagaimana penggunaan asbuton?

g. Apa saja keunggulan menggunakan asbuton?

h. Apa saja kelemahan menggunakan asbuton?

Page 12: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

3

i. Apa manfaat asbuton sebagai bahan campuran beraspal?

j. Apa kelebihan penggunaan asbuton secara teknik?

k. Apa kelebihan penggunaan asbuton secara financial?

6. Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

a. Apa yang dimaksud dengan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku?

b. Bagaimana Sejarah Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku?

c. Apa saja jenis – Jenis Perkerasan Beton Semen?

d. Apa saja komponen Konstruksi Perkerasan Kaku?

e. Bagaimana merencanaan Perkerasan Kaku?

f. Bagaimana metode Pelaksanaan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku?

g. Apa Kelebihan dan Kekurangan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Batu Kapur

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan batu kapur

b. Untuk mengetahui jenis-jenis batu kapur

c. Untuk mengetahui sifat-sifat batu kapur

d. Untuk mengetahui proses pembuatan kapur

e. Untuk mengetahui manfaat batu kapur dalam suatu konstruksi

f. Untuk mengetahui Efek samping dari pengunaan batu kapur

2. Bata Ringan

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bata ringan

b. Untuk mengetahui perbedaan bata merah, batako dan bata ringan

c. Untuk mengetahui jenis-jenis bata ringan

d. Untuk mengetahui proses pembuatan bata ringan

e. Untuk mengetahui manfaat bata ringan

3. Kaca

a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kaca bisa digunakan untuk mendukung aspek

firmitas sebuah ruangan, bukan hanya sebatas sebuah atau dua buah ruangan saja.

Page 13: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

4

b. Untuk mengetahui apakah bisa sebuah bangunan yang terbuat dari kaca menggunakan

elemen lain secara struktural seminimal mungkin , atau bahkan tidak sama sekali.

4. Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

a. Untuk mengetahui apa itu Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

b. Untuk mengetahui spesifikasi campuran beton aspal

c. Untuk mengetahui karakteristik campuran aspal beton (AC-BC)

d. Untuk mengetahui proporsi campuran aspal beton (AC-BC) di lapangan yang sesuai

dengan spesifikasi teknik Bina Marga

5. Aspal Buton

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Asbuton

b. Untuk mengetahui dimana lokasi sumber daya penghasil asbuton

c. Untuk mengetahui kondisi kondisi geologi daerah penghasil aspal buton

d. Untuk mengetahui jenis-jenis asbuton

e. Untuk mengetahui prinsip kerja asbuton

f. Untuk mengetahui penggunaan asbuton

g. Untuk mengetahui keunggulan menggunakan asbuton

h. Untuk mengetahui kelemahan menggunakan asbuton

i. Untuk mengetahui manfaat asbuton sebagai bahan campuran beraspal

j. Untuk mengetahui kelebihan penggunaan asbuton secara teknik

k. Untuk mengetahui kelebihan penggunaan asbuton secara financial

6. Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rigid pavement atau perkerasan kaku

b. Untuk mengetahui sejarah Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

c. Untuk mengetahui jenis – jenis perkerasan beton semen

d. Untuk mengetahui komponen konstruksi perkerasan kaku

e. Untuk mengetahui perencanaan perkerasan kaku

f. Untuk mengetahui metode pelaksanaan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

g. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

Page 14: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

5

BAB II PEMBAHASAN

B. Batu Kapur

1. Pengertian Batu Kapur

Batu kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir

Kuno. Batu kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan yang

lain dengan perbandingan tertentu, sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan

Portland Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan pasir.

Kapur (lime) merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh

sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian. Secara umum kapur bersifat hidrolik,

berat jenis rata-rata 1 kg/cm3, tidak menunjukkan pelapukan dan dapat terbawa arus.

Secara fisik kapur merupakan sebuah benda putih dan halus. Bahan dasar kapur adalah

batu kapur. Susunan kimia maupun sifat bahan dasar yang mengandung kapur ini berbeda

dari satu ke tempat yang lain. Bahkan dalam satu tempat pun belum tentu sama.

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi

secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput,

foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.

2. Jenis-jenis Kapur

1) Kapur tohor (quick lime)

Kapur tohor adalah hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian

besar merupakan kalsium karbonat (CaCO3) pada temperature diatas 900 derajat.

Celsius terjadi proses calsinasi dengan pelepasan gas CO2 hingga tersisa padatan CaO

atau bisa juga disebut quick lime. Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut.

CaCO3 (batu kapur) —> CaO (kapur tohor) + CO2

2) Kapur Udara

Kapur udara yaitu kapur padam yang di aduk dengan air setelah beberapa waktu

campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.

Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam adukan bangunan.

Page 15: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

6

Proses “slaking” adalah reaksi CaO dengan air, sebagai berikut :

CaO +H2O → Ca(OH)2

Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’ dalam air

(proses basah). Proses kering yang paling sederhana adalah dengan menyirami lapisan

bongkah-bongkah kapur tohor setebal 15-20 cm di atas lantai. Pencampuran air

dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan disertai membalik-balikan bongkah-

bongkah tersebut dan dilakukan penyiraman ulang. Bongkahan itu akan pecah

menjadi serbuk kapur padam

3) Kapur hidrolis

Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang diaduk dengan air, setelah beberapa

waktu campuran dapat mengeras, baik di dalam air maupun di udara.

3. Sifat-Sifat Kapur

Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas.

Dapat mengeras dengan cepat sehingga memberi kekuatan pengikat

Mudah dikerjakan tanpa melalui proses pabrik

Menghasilkan rekatan yang bagus untuk mortar/plesteran. Sebagai bahan pengikat,

kapur dapat mengeras dengan mudah dan cepat, sehingga memberikan kekuatan

pengikat kepada dinding.

Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.

4. Proses Pembuatan Kapur

Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang mengandung

kalsium karbonat (Ca.CO3) dengan suhu ± 980Celsius, hingga karbon dioksidanya keluar.

Akibat dari pemanasan dan keluarnya karbon dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau

kapurnya saja yang tertinggal. Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur dapat

ditulis sebagai berikut :

Page 16: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

7

1. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)

Gambar 1 : Tungku Pendam (Tungku Batch)

Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam tanah

dengan sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran adalah penampang

tungku pendam berkapasitas 60 ton batu kapur. Dinding tungku pendam dibuat dari

susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau jenis batu kali tertentu.

Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang berhubungan

dengan bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya memasukkan bahan bakar. Bahan

bakar masuk ke dalam rongga di dalam tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang

akan dibakar.

Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah penting

untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu

kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya terkalsinasi menjadi kapur tohor.

Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang baik

(10 truk) untuk pembakaran selama 9-10 hari. Untuk mengurangi konsumsi kayu dapat

digunakan batu bara halus tanpa melakukan modifikasi tungku. Untuk itu hanya

diperlukan peralatan tambahan yaitu blower dan meja pengumpan batu bara.

Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan susunan

dibuat semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian ± 1/3 tinggi umpan dari

dasar tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga berbentuk setengah bola.Lubang

pengapian dari luar tungku tembus ke dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian

Page 17: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

8

mengakibatkan terciptanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini, setelah

suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran batu bara halus.

Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling sedikit

setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton kayu bakar.

Kemudian di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup dengan batu kapur kecil-

kecil berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya

proses pembakaran dapat dimulai.

Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk

mengeringkan batu kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir kering

sehingga uap air tidak terlalu banyak. Banyaknya uap air akan mengganggu draft

(tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak menghasilkan jelaga yang

mengganggu proses pembakaran selanjutnya.

Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api dapat

semakin dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat dimasukkan.

Ukuran butir batu bara halus adalah 30 mesh dan cara pemasukannya adalah dengan

mengalirkannya ke dalam pipa yang ditiup blower.

Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu bakar

sebanyak 8 - 9 ton.Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60 kg/jam. Kayu bakar

juga terus ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu bara berimbang dan dicapai

efisiensi pembakaran yang maksimum.

Karena pemasukan batu bara secara terus menerus tanpa henti maka peningkatan

suhu juga terus menerus sehingga waktu pembakaran dengan kombinasi batubara kayu

ini lebih singkat dibanding pembakaran dengan kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk

perbandingan, dibawah ini adalah hasil pembakaran 36 ton batu kapur.

Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah terkalsinasi.Hal

ini dapat diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di bawah permukaan batu

kapur.Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada 900°C atau lebih maka batu kapur telah

terkalsinasi.

Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam tungku. Setelah

terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga permukaan batu kapur menurun 40-

Page 18: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

9

80 cm, tergantung kapasitas tungku dan sifat batu kapur yang dibakar.Trayek suhu

pembakaran kapur dengan kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.

Gambar 2 : Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000ºC

2. Zona Pendinginan

Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor di

dalam tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat mengakibatkan

hancurnya kapur tohor yang bersifat higroskopis akan mempunyai kesempatan untuk

menyerap air dari udara bebas.

Pengeluaran Hasil Pembakaran.Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara,

maka pada waktu pengeluaran abu batu bara yang berukuran sangat halus yang terdapat

didasar tungku harus segera dipisahkan dari kapur tohor yang masih berbentuk bongkah-

bongkah. Ini dilakukan pada saat temparatur mulai menurun ± 400 C.

Page 19: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

10

5. Proses Pembuatan Batu Kapur (Gamping) untuk Bahan Baku Industri

1. Penambangan

Gambar 3 : Penambangan Batu Gamping untuk Bahan Baku Industri

Batu gamping untuk bahan baku umumnya dipecah dengan ukuran tidak

terlalu besar, supaya mempermudah proses pembakaran selanjutnya.

2. Pembakaran

Usaha pembakaran batu gamping hampir seluruhnya dikerjakan oleh pengrajin

tobong kapur tradisional dikawasan dekat sumber kapur mentah dan umumnya dekat

dengan kawasan hutan, Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat

energi karena 60‐65% biaya produksinya merupakan biaya energi. Memecah batu

gamping dengan ukuran lebih kecil artinya memperluas permukaan batu gamping

sehingga panas akan lebi cepat tersebar dan batu gamping menjadi matang (istilah

pada industri pembuatan kapur).

Page 21: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

12

Bentuk tobong pembakaran batu gamping menjadi kapur bahan bangunan sangat beragam

pada tiap daerah. Di Kabupaten Blora, pada Desa Ngampel, bentuk tobong merupakan galian

tanah dengan bentuk lingkaran kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam galian tersebut,

dan dibakar dengan menggunaka bahan bakar dari kayu.

Gambar 6 : Tobong Pembakaran Batu Gamping

3. Pendinginan

Batu gamping yang telah “matang” disiram dengan air. Batu gamping yang semula

keras menjadi bubuk kapur. Pada industri pembuatan kapur, produsen melayani bentuk

batu kapur yang berupa bubuk (yang sudah disiram) ada juga yang masih berbentuk

bongkahan (sudah dibakar).

Page 22: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

13

Gambar 7 : Proses Pendinginan

Gambar 8 : Timbunan Kapur setelah Proses Pendinginan.

6. Manfaat Batu Kapur

Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :

1. Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan penambahan kapur pada pekerjaan timbunan.

Page 23: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

14

Besarnya nilai CBR sebagai bentuk stabilitas dari tanah yang ditambahkan kapur

padam adri 3%, 6%, 9% dan 12% sebagai material timbunan. CBR maksimum

sebesar 12,5% pada saat kadar kapur optimum 6%.

2. Penambahan Kapur Untuk Perbaikan Karakteristik Tanah Tulakan Sebagai

Pozolan Alam Untuk Pengganti Semen Sebagai Bahan Baku Beton

Tanah Tulakan mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan dalam

pembentukan semen konvensional, yaitu senyawa-senyawa oksida seperti CaO,

SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, maka tanah Tulakan dapat difungsikan sebagai

pengganti tanah liat yang digunakan pada pembuatan semen konvensional.

Kebutuhan kandungan CaO yang masih sedikit pada tanah Tulakan dapat dicukupi

dengan penambahan batu kapur. Komposisi Tanah Tulakan dengan tambahan

kapur pada campuran adalah ( 10% kapur + tanah Tulakan 0% ; 5% ; 10% ; 15% ;

20%) dari jumlah semen yang digunakan

3. Bahan Penyusun Bata Ringan AAC

Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada

disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa,

semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan

pengembang (pengisi udara secara kimiawi).

Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium pasta,

terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang

ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini

membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi.

Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih

besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan,

hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-

rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.

4. Sebagai Bahan pengisi pada beton aspal AC-WC

Penggunaan persentase kapur sebesar 0%, 25%, 50%, dan 75% terhadap berat

filler. Kadar aspal optimum yang diperoleh pada kondisi kadar kapur 0% yaitu

sebesar 5,640%, dan pada kondisi kadar kapur 25% kadar aspal optimum

meningkat sebesar 6,322%. Selanjutnya pada kondisi kadar kapur 50% meningkat

Page 24: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

15

lagi menjadi sebesar 6,613%. Sedangkan pada kondisi kadar kapur 75% tidak

dapat ditetapkan nilai KAO. Penggunaan kapur dibatasi hanya sampai 50% untuk

penelitian ini, karena variasi kapur yang lebih besar tidak bisa ditetapkan kadar

aspal optimum dari parameter marshall. Kualitas campuran dengan menggunakan

kapur sebagai bahan pengisi lebih baik. Penambahan kadar kapur dapat

meningkatkan nilai stabilitas dari kadar kapur 0% ke kadar kapur 25% sebesar

11,53% dan dari kadar kapur 0% ke kadar kapur 50% mengalami peningkatan

hanya sebesar 4,73%.

7. Efek Samping kapur

Karena reaksi yang dahsyat dari kapur dengan air, kapur menyebabkan iritasi

parah ketika terhirup atau dalam kontak dengan kulit lembab ataumata. Menghirup zat

ini bisa menyebabkan batuk, bersin, sesak napas.

Kemudian dapat berkembang menjadi luka bakar dengan perforasiseptum

hidung, sakit perut, mual dan muntah. Meskipun kapur tidak dianggap sebagai bahaya

kebakaran, namun reaksinya dengan air dapat melepaskan panas yang cukup untuk

menyalakan bahan mudah terbakar.

Page 25: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

16

B. Bata Ringan

1. Pengertian Bata Ringan

Batako/bata tergolong suatu komposit dengan matriks adalah perekat (semen) dan

pengisinya (filler) adalah agregat ( batu kecil atau pasir). Pada batako/bata proses

penguatan ikatan antara agregat dari proses hidratasi semen, dalam proses reaksi tersebut

akan terbentuk Calcium Silikat ( CS fasa), Calsium aluminat ( CA fasa) dan Calcium

Alumina Silikat ( CAS fasa). Proses penguatan atau pengerasan pada beton sangat

tergantung pada perbandingan ( ratio berat) air : styrofoam, normalnya bervariasi dari 0,8

– 1,2. Batako dikualifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako

ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar 2200 – 2400 kg /

m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton ( mix design). Sedangkan

untuk beton ringan adalah suatu Batako yang memiliki densitas < 1800 kg / m3, begitu

juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada penggunaan dan pencampuran bahan

bakunya ( mix design).

Jenis dari Batako ringan ada dua golongan yaitu : Batako ringan berpori (aerated

concrete) dan Batako ringan non aerated. Batako ringan berpori (aerated) adalah beton

yang dibuat sehingga strukturnya banyak terdapat pori – pori, beton semacam ini

diproduksi dengan bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum, CaCO3dan katalis

almunium. Dengan adanya katalis Al selama terjadi reaksi Hidratasi semen akan

menimbulkan panas (reaksi eksotermal) sehingga timbul gelembung – gelembung H2O,

CO2dari reaksi tersebut. Akhirnya gelembung tersebut akan menimbulkan jejak pori

dalam badan beton yang sudah mengeras. Semakin banyak gas yang dihasilkan akan

semakin banyak pori – pori terbentuk dan Batako akan semakin ringan. Berbeda dengan

Batako Non Aerated, pada beton ini agar menjadi ringan dalam pembuatannya

ditambahkan agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang digunakan antara

lain adalah batu apung (Pumice), perlit, serat sintesis / alami, slag baja, dan lain – lain.

Pembuatan Batako ringan berpori (aerated concrete) tentunya jauh lebih mahal karena

menggunakan bahan – bahan kimia tambahan, dan mekanisme pengontrolan reaksi cukup

sulit.

Page 26: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

17

Bata ringan atau sering disebut hebel atau celcon dibuat dengan menggunakan

mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata

ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan

konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi

pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Kemudian pertanyaan yang beredar

dimasyarakat tentunya adalah apakah bata ringan sudah bisa menggantikan bata merah

baik tinjauan dari harga, kekuatan, kemudahan mendapatkannya, motode pemasangan dan

lain-lain. Agar lebih dalam, mari kita bedah satu-satu agar kita bisa mengetahui kelebihan

dan kelemahan masing-masing.

Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada

beton pada umumnya. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai

kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Karena

itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada

proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat

sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi (Rumah

Prefab, 2013).

Rumah Prefab (2013) menambahkan pula tentang perbedaan beton biasa dengan

beton/bata ringan yakni :

1. Berat jenis beton biasa mencapai 2400 kg/m3 sedangkan beton/bata ringan berkisar

abtara 600-1600 kg/m3

2. Adanya penambahan bahan seperti adonan untuk membuat beton/bata ringan

mengembang yakni aluminium pasta sekitar 5-6% penambahan

3. Curring process yang cepat pada beton/bata ringan dengan teknologi steam 11 bar di

dalam autoclave yang hanya 11 jam sedangkan beton biasa membutuhkan umur hingga

28 hari.

Page 27: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

18

Gambar 9 : Dinding Bangunan Dari Pasangan Bata Ringan (Hebel/Celcon)

Ukuran pada umumnya adalah: panjang 60 cm, tinggi 20 cm dengan ketebalan

antara 8 cm -10 cm. Campuran atau komposisi bahannya terdiri dari pasir kwarsa, semen,

kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi

udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang

selama 7-8 jam. Untuk pemasangan pada dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 8

buah bata ringan.

Pemasangan bata ringan ini cukup mudah, bisa langsung diberi acian tanpa harus

diplester terlebih dahulu dengan menggunakan semen khusus. Semen khusus hanya perlu

diberi campuran air. Namun pemasangan bata ringan juga dapat menggunakan pasir dan

semen seperti pemasangan pada batako, bata press dan bata merah.

2. Spesifikasi Bata Ringan:

Berat jenis kering : 520 kg/m3

Berat jenis normal : 650 kg/m3

Kuat tekan : > 4,0 N/mm2

Konduktifitas termis : 0,14 W/mK

Tebal spesi : 3 mm

Ketahanan terhadap api : 4 jam

Jumlah (kebutuhan) bata ringan per 1 m2 : 8 – 9 buah tanpa construction waste.

Page 28: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

19

3. Perbedaan antara Bata Merah, Batako dan Bata Ringan

1. Bata Merah

Gambar 10 : Bata Merah

Kelebihan Bata Merah :

a. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.

b. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.

c. Mudah untuk membentuk bidang kecil

d. Murah harganya

e. Mudah mendapatkannya

f. Perekatnya tidak perlu yang khusus.

g. Tahan Panas, sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api.

Kekurangan Bata Merah :

a. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi

b. Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin,

sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.

Page 29: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

20

c. Cenderung lebih boros dalam penggunaan material perekatnya.

d. Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat waste-nya

dapat lebih banyak.

e. Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang

cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.

f. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.

g. Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.

h. Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan.

2. Batako

Gambar 11 : Batako

Kelebihan Batako

a. Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.

b. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih hemat.

c. Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.

d. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.

Page 30: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

21

e. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.

f. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.

g. Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.

h. Pemasangan lebih cepat.

Kekurangan Batako :

a. Mudah terjadi retak rambut pada dinding.

b. Mudah dilubangi dan mudah pecah karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya.

c. Kurang baik untuk insulasi panas dan suara.

3. Bata Ringan

Gambar 3. Bata/Beton Ringan

Kelebihan Bata Ringan :

a. Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding

yang rapi.

b. Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.

c. Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.

Page 31: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

22

d. Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.

e. Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.

f. Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.

g. Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.

h. Mempunyai kekedapan suara yang baik.

i. Kuat tekan yang tinggi.

j. Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.

Kekurangan Bata Ringan :

a. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak.

b. Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di

lapangan.

c. Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak dampaknya sangat

kelihatan.

d. Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih

lama dari bata biasa.

e. Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.

f. Agak susah mendapatkannya, hanya toko material besar yang menjual bata ringan ini.

g. Penjualannya pun dalam volume (m3) yang besar.

4. Jenis-jenis Bata Ringan

Beton atau Bata ringan sendiri juga terbagi dua jenis yakni Bata Ringan Autoclaved

Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Perbedaan spesifik

Page 32: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

23

keduanya adalah terletak pada proses curing dan pengeringan. AAC dicuring dan

dikeringkan dengan oven autoclaved (Gambar 12).

Gambar 12 : Oven Autoclaved

Sedangkan CLC dikeringkan dengan system alami. Karena itu pula, CLC juga sering disebut

Non Autoclaved Aerated Concrete (NAAC) (Wikipedia, 2014).

5. Proses Pembuatan Bata/Beton Ringan

Gambar 13 : Skema Proses Pembuatan Beton/Bata Ringan system Aerasi dengan Oven

Autoclaved

Page 33: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

24

Rincian proses pembuatannya sebagai berikut :

Dibuat mix design untuk komposisi terhadap mutu bata/beton ringan tertentu. Campurannya

terdiri dari Semen, Pasir, Kapur, Air dan Bahan pengembang yang biasanya digunakan adalah

Aluminimu pasta. Komposisi yang lain juga melibatkan penambahan sedikit komponen

gypsum). Tak jauh berbeda dengan proses mix pada beton, namun yang khas adalah

penambahan bahan pengembang Aluminium Pasta. Aluminium pasta selain menjadi bahan

pengembang juga berfungsi sebagai bahan pengeras. Aluminum pasta ditambahkan sekitar 5-

8% tergantung kekerasan yang diinginkan. Saat proses pengerasan terjadi, adonan bata ringan

kemudian dipotong sesuai ukuran pemesanan. Adonan beton aerasi yang masih mentah ini,

kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi.

Suhu di dalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai

proses pengeringan atau pematangan. Proses ini berlangsung kurang lebih 11-12 jam.

Tabel 1 : Hasil Uji Kuat Tekan Beton/Bata Ringan

No. Kode Ukuran

cm

Berat

kg

Tekanan

hancur

ton

Tegangan

hancur

(kg/m2)

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

B1

B1

B2

B3

B5

C1

C1

C2

C4

C3

10 x 10 0,649

0,604

0,639

0,641

0,603

0,588

0,559

0,584

0,587

0,603

3,3

3,6

3,7

2,9

2,8

3,6

3,7

3,9

3,1

2,9

33,00

36,00

37,00

29,00

28,00

36,00

37,00

39,00

31,00

29,00

Catatan : Pengujian mengacu pada SNI 03-1974-1990

Page 34: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

25

Contoh Dilaksanakan di Laboraturium Rekayasa Bahan Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS.

Berdasarkan pengujian yang dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 17 Mei 2013 dengan Standar

Pengujian SNI : 03-1736-2000

Tabel 2 : Hasil Uji Ketahanan Api

Sampel Uji

Temperatur

Pembakaran

(°C)

Lama

Pembakaran

(jam)

Kondisi Sample Uji

1 700

3

5

- Bentuk struktur tetap kuat dan

warna tidak berubah.

- Bentuk struktur tetap kuat dan

warna tidak berubah.

2 800

3

5

- Bentuk struktur tetap kuat dan

warna pada beberapa titik berubah

kecoklatan.

- Bentuk struktur tetap kuat dan

warna pada beberapa titik

bertambah kecoklatan.

3 900

3

5

- Bentuk struktur tetap kuat dan

warna berubah menjadi kecoklatan

pada semua permukaan.

- Bentuk struktur pada tepi mulai

retak (tidak rapuh) dan warna

menjadi lebih kecoklatan.

Keterangan:

• Pembakaran temperature 900°C selama 300 menit struktur mulai sedikit retak pada tepi

(tidak rapuh) dan warna berubah menjadi kecoklatan hitam pada seluruh permukaan.

Page 35: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

26

• Memenuhi persyaratan tingkat ketahanan api (TKA) : 120/180/240, Tipe-A & Tipe-B,

SNI 03-1736-2000.

Dilaksanakan di Laboraturium Rekayasa Aqustik & Fisika Bangunan Jurusan Teknik Fisika

FTI-ITS. Nilai rata-rata Transmission Loss (TL) 42,27 dB dan Sound Transmission Class

(STC) 36,00 dB untuk range frekwensi 125 Hz - 4 kHz dengan perubahan 16 step.

Berdasarkan pengujian yang dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 17 Mei 2013 dengan Standar

Pengujian ASTM E90.

Tabel 3. Hasil Uji Tingkat Absorbsi Suara

Sampel Ketebalan

sampel (cm)

Range

Frekuensi (Hz)

Transmission

Loss TL

rata-rata (dB)

Sound

Transmission

Class STC (dB)

1 10 125-4.000 43.2 35

2 10 125-4.000 42.2 36

3 10 125-4.000 41.4 37

Keterangan:

• Hasil Transmission loss (TL) rata-rata 42,27 dB dan Sound Transmission Class (STC)

36,0 dB

6. Manfaat Bata Ringan

1. Ketahanan terhadap api jika terjadi kebakaran dalam suhu tertentu.

2. Kekuatan yang lebih baik dari material lain

3. Penyerapan suara yang lebih baik sehingga dapat dijadikan sebagai material dinding

yang kedap terhadap suara.

4. Berat jenis yang lebih ringan, memungkinkan terjadinya pengurangan dimensi pondasi

dalam proses perencanaan struktur bangunan

Page 36: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

27

5. Karena lebih ringan, maka proses pengangkutannya lebih efisien

6. Model yang presisi membuat beton ringan mudah membentuk dinding yang lurus, siku

dan pemasangan yang lebih cepat

7. Bata ringan juga mengurangi pemakaian campuran baik pekerjaan pasangan dindingnya

maupun plesteran serta acian dinding

Page 37: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

28

C. KACA

1. Pengertian Kaca

Kaca adalah bahan yang tidak padat, karena molekul-molekulnya tersusun

acak seperti halnya zat cair, namun kohesinya membuat bentuknya menjadi stabil.

Karena susunannya acak seperti zat cair itulah maka kaca terlihat transparan.

2. Sejarah dan Perkembangan Kaca

Kaca pertama kali di temukan secara tidak sengaja di daerah Syria pada 5000

SM, dengan melelehnya batuan yang digunakan untuk memasak dan kemudian

mengeras menjadi opaque (tidak tranparan).

Sekitar 3500 SM. Bahan dasar kaca mulai digunakan sebagai bahan yang

memberi efek pada vas dan pot. Para pedagang yang mengetahui ini mulai

menyebarkan informasi ini sepanjang perjalanan mereka.

Pada 1600 SM mulai dibuat vas yang terbuat dari kaca. Juga ditemukan bukti-

bukti pembuatan kaca di daerah Yunani dan Cina.

1500 SM, pengrajin Mesir menemukan cara untuk membuat pot kaca dengan

cetakan. Terbukti dengan ditemukannya 3 buah vas dengan ukiran nama pharaoh

Thoutmosis III (1504-1450 SM), yang membawa pengrajin kaca dari misi militernya

di Cina. Sampai abad ke-9 SM kerajinan kaca mulai berkembang di daerah

Mesopotania dan seterusnya sampai ke Italia. Cara pembutan kaca yang tertulis

pertama dibuat pada tahun 650 SM,dengan ukiran di atas lempengan batu yang

tersimpan di perpustakaan raja Assyria Ashurbanipal (669-626 SM).

Antara 27 SM sampai 14 M, ditemukan cara baru dalam mengolah kaca :

glassbowing. Alat yang digunakan berupa pipa logam sempit sebagai alat untuk

meniup. Lalu bangsa Roma mulai menggunakan alat cetakan untuk membentuk kaca.

Page 38: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

29

Pada tahun 100 M, bangsa Roma menjadi yang pertama menggunakan kaca

dalam arsitektur, dengan ditemukannya clear glass. Digunakan di bangunan-bangunan

penting Roma dan vila-vila mewah.

Sekitar tahun 1000 M, bangsa eropa yang mulai kesulitan mencari bahan kaca

mulai menggunakan bahan dasar lain, yaitu potash.

Pada abad ke 11, jerman menciptakan metode membuat kaca lembaran (glass

sheets). Pada abad 13, bangsa venesia mulai memproduksi kaca dalam bentuk

lembaran.

Pada akhir abad 19, mulai berdiri bangunan yang menggunakan kaca sebagai

bungkus luar rangka bangunan, dan menjadi hal yang sangat baru karena pada zaman

tersebut bangunan biasanya menggunakan bata untuk dindingnya.

3. Sifat Kaca

Kaca biasanya merupakan material yang tembus pandang, namun dalam

pemakaian dapat dibuat buram (sedikit tembus pandang) atau tidak tembus pandang

sama sekali. Dapat juga digabungkan dengan warna yang dimasukkan pada saat

keadaan cair.

Gamabr 14 : glassbowing method

Page 39: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

30

Karena sifat tembus pandangnya, kaca meneruskan cahaya yang berarti kaca

meneruskan panas matahari. Hal ini sangat berpengaruh terutama di daerah tropis

seperti Indonesia di mana masyarakatnya memilih menghindari panas. Kaca

merupakan bahan yang tahan akan zat-zat kimia, Karena itu banyak digunakan

tabung/bejana kimia yang terbuat dari kaca. Sifat kaca yang lain adalah

kemampuannya untuk memantulkan cahaya dan bayangan disekelilingnya, dan tidak

menghantarkan listrik. Kaca dapat dibentuk pada suhu diatas 1200C (cair).Pada saat

keadaan cair, material kaca sangat mudah dibentuk, dan pada saat dingin dan menjadi

padat dapat diukir seperti batu.Kaca memiliki sifat rapuh dan mudah pecah, namun

masih memiliki sifat elastis (kembali ke bentuk semula setelah lendutan akibat beban).

Penggunaan kaca pada bangunan akan menimbulkan kesan-kesan tertentu.

Pada bangunan bertingkat banyak, kaca pada façade-nya akan memberikan kesan

mewah dan megah. Untuk bangunan rumah tinggal dan bertingkat rendah

pengguanaan kaca bisa membawa kesan modern, mewawh, dan bersih.Pengguanaan

kaca pada bangunan juga bisa menggambarkan ringan, terbuka, dan jujur.

Tabel 4. Bahan Pewarna Kaca

Page 40: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

31

4. Pembuatan Kaca

Bahan baku pembuat kaca yang utama adalah pasir kuarsa dan soda. Tetapi

ada bahan-bahan lain yang digunakan untuk memperkuat ataupun penambahan sifat-

sifat lainnya.

Tabel 5. Presentase bahan baku kaca

Kaca yang biasa dalam bentuk lembaran bisa dibentuk dengan beberapa metode :

1. Kaca yang Ditarik

Untuk mengguanakan metode ini, kaca haru dicairkan

terlebih dahulu, kaca yang udah dalam keadaan cair

akan ditekan hingga keluar dari pinggir wadah. Kaca

yang keluar terebut akan di taik oleh rol-rol yang

saling berhadapan, dimana jarak antara rol tersebut

adalah ketebalan kaca yang dihasilkan. Metode ini

adalah metode pembuatan kaca yang paling murah.

Gambar 15 : Kaca yang ditarik

Page 41: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

32

2. Kaca yang dituang

Gambar 16 : Kaca yang dituang

Metode ini memerlukan wadah yang biasanya terbuat dari besi. Wadah

tersebut berukuran panjang 600 - 700 mm dan lebar 400 mm. Kaca cair dituang ke

dalam wadah ini. Tebal kaca yang dihasilkan tergantung pada tinggi wadah yang

dipakai.

3. Kaca yang diapung

Gambar 17 : Kaca yang diapung

Metode ini bekerja dengan cara mengapungkan cairan kaca di atas cairan

timah. Tebal kaca dihasilkan tergantung pada jumlah cairan kaca yang dituang ke

atas cairan timah tersebut. Kaca yang dihasilkan dengan metode ini memiliki mutu

yang tinggi. Untuk metode ini, kaca yang dihasilkan bisa mencapai ukuran 3 m x 7

m dengan tebal 3 mm – 21 mm.

Page 42: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

33

5.Jenis-jenis kaca

Kaca memiliki jenis yang beragam. Jenis-jenis kaca yang ada dipasaran adalah

sebagai berikut:

Kaca structural adalah kaca yang dipakai sebagai material permukaan horizontal

maupun vertical seperti dinding, partisi, dan bidang-bidang sempit. Ketebalan kaca structural

bermacam-macam mulai dari 6,35 mm – 31,75 mm. Metode pemasangan untuk di dalam dan

diluar bangunan juga berbeda. Kaca structural tidak dikombinasikan dengan material kayu

melainkan harus dengan bahan masonry, karena harus yang tahan air.

Cermin / mirror terbuat dari kaca yang diberi lapisan reflektif yang terbuat dari

lapisan logam tipis perak, emas, perunggu, atau krom. Lapisan logam tersebut bisa dibuat

semi transparan atau opaque, bisa terlindung lapisan tambahan ataupun tidak. Cermin tersedia

dengan berbagai macam ukuran sampai 1,829 m x 3,658 m. ukuran yang lebih besar bisa

diperoleh dengan memesan khusus.

Gambar 18 : Tipe dan Ukuran Kaca

Page 43: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

34

Gambar 19: Cermin

Alarm glass merupakan kaca yang dilengkapi dengan kabel tipis, yang merupakan

bagian dari rangkaian elektrik yang akan mengaktifkan alarm bila kaca dirusak. Anti-

reflective glass merupakan kaca yang meredam sifat refleksi cahayanya, namun masih

transparan. Body-tinted glass adalah kaca yang berwarna. Pemasukan zat kimia terjadi pada

saat pelelehan kaca.

Electro-chromatic glass adalah kaca yang dapat diatur agar menjadi lebih gelap atau

tidak, dengan tergantung pada voltase yang dihasilkan oleh cahaya matahari. Bila matahari

terik, kaca ini akan berubah menjadi lebih gelap. Fire resistant glass adalah kaca tahan api,

jenis ini ada dua macam, heat transmitting dan fire insulating.

Float glass adalah kaca standar yang berupa lembaran, laminated glass adalah kaca

untuk pengamanan. Terdiri dari dua atau lembar kaca yang digabungkan.Low emission glass

adalah kaca yang tidak tembus suhu dari luar dan mempertahankan suhu dalam ruang.

Patterned glass adalah kaca yang memiliki ukiran.Ukiran tersebut berasal dari

cetakan pada saat kaca dipress.Reflective glass adlah kaca yang memantulkan cahaya dan

bayangan yang lebih jelas.Self cleaning glass adalah kaca yang permukaan luarnya dilapisi

photocatalytic, sehingga debu dan kotoran yang menempel akan langsung bersih bila terken

air hujan.

Tempered glass adalah kaca yang diperkuat dengan cara memanaskan kaca sampai

titik hampir melebur. Lalu kedua permukaannya didinginkan secara tepat dengan aliran

udara. Dengan demikian bagian permukaan kaca akan berada dalam keadaan tekan (state of

9

Page 44: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

35

comression), dan bagian dalam kaca akan berada dalam keadaan tarik (state of tension).

Temperes glass mampu menahan beban 4-5 kali kaca biasa.Tempered glass memiliki

perbedaan dengan kaca biasa.Tempered glas memiliki perbedaan dengan kaca biasa pada saat

menerima beban yang melebihi kekuatannya. Kaca biasa akan lebih cepat pecah,

sedangkanTempered glass akan mengalami perubahan bentuk terlebih dahulu seperti

bengkok, melendut, atau terpelintir. Tempered glass memiliki tebal 6,35 mm – 31,75 mm dan

ukurannya mencapai 1,829 x 3,685 m.

6. Aplikasi Kaca Pada Bangunan

1.Plafon Kaca

Penggunaan kaca pada plafond dan langit – langit biasanya bertujuan untuk

memasukkan sebanyak mungkin cahaya alami ke dalam ruangan, sebagai penerangan

alami. Dalam bidang aritektur biasa disebut skylight.

Skylight adalah ventilasi cahaya atau jendela transparan yang ditempatkan

pada bagiana atas bangunan. Fungsinya untuk meningkatkan intensitas cahaya dan

untuk menghadirkan pemandangan langit ke rumah.

Kaca sudah banayak diaplikasikan menjadi atap skylight. Namun masih jarang

yang mengguakan sebagai plafond atasnya, karena kaca dinilai sebagai material yang

mudah mencederai. Kaca yang digunakan sebagai plafond harus memiliki tebal

minimal 12 mm – 20 mm (kaca tempered).

Pengaplikasian kaca sebagai bahan atap maupun plafond biasanya

mengguankan rangka kotak-kotak dengan ukuran tidak lebih dari 1 m (kaca tempered

20 mm dengan ukuran 1 m x 1 m mampu menahan beban 200 kg). Lalu pada bagian

tepinya dipasang bracket tambahan agar menjadi lebih kaku dan tidak bergerak-gerak.

Gambar 20 : Aplikasi kaca sebagai skylight

Page 45: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

36

2. Lantai Kaca

Gambar 21 : Aplikasi kaca sebagai lantai

Pemakaian kaca untuk lantai dapat memberikan kesan mewah dan elegan.

Biasanya digunakan kaca laminate-double. Kaca ini merupakan gabungan kaca

dengan tebal 8 mm. kaca laminate-double ini membutuhkan jarak perkuatan 60 cm.

3. Dinding Kaca

Kaca yang digunakan untuk dinding bisa dua macam, kaca bening dan kaca

cermin. Kaca cermin akan memberikan efek pantul yang lebih sehingga memberikan

kesan luas. Penggunaan dinding kaca ini biasanya 120 cm x 240 cm dan lebih kecil

dari itu.

Pengguanaan kaca sebagai dinding lebih berfungsi sebagai pembatas ruangan,

bukan sebagai structural. Bila sebagai structural, kaca harus ditambah dengan rangka

tambahan dan ukuran tiap kacanya pasti lebih kecil dari 120 cm x 240 cm dan

ketebalannya lebih dari 8 mm.

Gambar 22 : Aplikasi kaca sebagai dinding

Page 46: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

37

7. Struktur Kaca

Pada sub-sub bab ini akan dijelaskan mengenai struktur secara umum. Bukan

struktur kaca. Struktur pada bangunan adalah sistem penyaluran beban yang berasal dari

bangunan tersebut menuju ke tanah. Kaitannya dengan gaya, aliran, dan penyalurannya

sangatlah erat, dan hanya hal ini yang termasuk abstrak dalam struktur karena ilmu

struktur adalah ilmu pasti. Struktur merupakan sesuatu yang terbangun seingga hal yang

berkaitan harus memiliki perhitungan yang tepat.

Struktur pada bangunan merupakan satu kesatuan. Elemen-elemen yang

menyusunnya saling berkaitan dan saling menopang. Apabila aliran beban tidak terjadi

pada salah satu elemen yang sama dalam struktur tersebut (kolom atau balok), elemen

tersebut berarti tidak termasuk di dalam struktur bangunan.

1. Kolom

Kolom adalah elemen yang paling umum dikaitkan dengan penahan beban

vertical. Kolom biasa dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan ukuran panjangnya. Kolom

pendek memiliki kekurangan mudah hancur (crush). Kolom panjang/tinggi memiliki

kekurangan mudah menekuk, karena kekurangan sifat stabil.

Kolom secara umum mendapatkan beban yang sejajar dengan garis axis-

nya.Walaupun kolom mampu menahan beban dari horizontal, peran utamanya

tetaplah beban vertical.

Gambar 23: Beban yang diterima

lebih kecil dari beban maksimum

yang mampu ditahan kolom.

Cenderung kembali ke bentuk

semula

Gambar 24 : Beban yang

diterima sama dengan beban

maksimum yang mampu ditahan

kolom. Disebut juga neutral

equilibrium.

Page 47: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

38

Masalah yang paling sering ditemukan adalah buckling. Terdapat 3 jenis atau urutan

terjadinya buckling. Pada jenis yang pertama, kolom memiliki kecenderungan untuk kembali

ke bentuk semula atau bisa disebut masih memiliki kekuatan untuk mengangkat beban sampai

bentuknya kembali ke bentuk semula (gambar 23). Pada jenis yang kedua, kolom berada pada

kondisi stabil, namun bentuknya sudah berubah. Pada kondisi ini, kolom mendapat beban

maksimal yang mampu ditahannya (gambar 24). sedangkan jenis buckling yang ketiga terjadi

ketika kolom menerima beban lebih dari kekuatan makimalnya, ia tidak mampu lagi

mempertahankan bentuknya sehingga kolom tersebut retak/patah/hancur (gambar 26).

2. Dinding

Dinding adalah bagian struktur yang membentuk permukaan padat sebagai elemen

struktur, dinding mampu menahan beban vertical maupun horizontal, yang searah dengan

arah perpanjangannya.

Gambar 25 : Beban yang

diterima lebih besar dari beban

maksimum yang mampu ditahan

kolom.

Gambar 26 : Grafik hubungan beban dengan tinggi kolom

Page 48: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

39

3. Lantai

Lantai disebut juga struktur plat dan grid, karena lantai dan atap dibuat degan lebih tipis

tetapi memiliki jangkauan area yang meluas. Plat dan grid ini bisa ditopang secara

menyeluruh pada sisinya (dengan tembok), atau dibeberapa titik tertentu (dengan kolom).

Plat (gambar 27 a) biasanya terbuat dari material yang homogeny untuk mencakup area

tertentu. System grid (gambar 27 b) meneyerupai system plat, perbedaannya ada pada elemen

yang menyusunnya.Pada system grid elemen-elemen pola tertentu sehingga ada celah-celah

yang terbentuk.

Efek yang terjadi pada sistem plat dan grid pada saat menerima beban hamper sama.

Namun aliran gaya yang terjadi untuk mempertahankan bentuknya (gaya reaksi berbeda).

Gambar 27

Page 49: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

40

8. Studi Kasus dan Analisis Kaca

Gambar 28 : Exterior View

Bangunan ini berupa rumah tinggal peristirahatan untuk seorang software designer,

Don Cooksey. Ia menginginkan view ke arah pantai dan laut, yang ia anggap sebuah karya

seni. Maka dari itu, Alex Cunningham membuat sebuah bangunan yang banyak

menggunakan elemen kaca agar tidak menghalangi pemandangan yang diinginkan.

Alex Cunningham menggabungkan elemen kaca ke dalam struktur beton sebagai

pengisinya. Kaca-kaca tersebut berfungsi sebagai pengisi dinding, jendela, dan juga dinding

dan jendela sekaligus. Tidak ada kaca yang berfungsi menahan beban lebih dari beban angin.

Pengaplikasian kaca pada bangunan ini tergolong cukup beresiko karena bangunan ini

berada di tepi laut dan tebing. Kaca yang menjadi dinding akan mengalami gaya lateral yang

cukup besar karena datangnya angin dari laut dan dari bawah tebing. Walaupun beresiko,

kaca yang digunakan tidak dilengkapi dengan penguat yang bila dilihat begitu saja terasa

sangat kurang. Dinding kacanya sangat polos tanpa ada bracing atau rangka yang

Page 50: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

41

mengelilingi tiap modul kacanya. Hal itu merupakan keputusan arsitek yang menginginkan

pemandangan yang tak terhalang.

Alternatif untuk mengurangi resiko bisa menggunakan kaca dengan modul yang lebih

kecil, dan menggunakan spider sebagai sambungan tiap modulnya.

Gambar 29 : Glass wall bridge

Gambar 30 : Bukaan pada dinding kaca

Page 51: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

42

Sambungan jenis spider memungkinkan adanya toleransi geser dan getar yang lebih

besar antar elemen yang disambungnya. Dengan penggunaan spider, kaca yang mengalami

gaya dorong oleh angin tidak akan melendut terlalu besar. Gaya akan diterima oleh

sambungan akan lebih besar dari pada kaca sehingga resiko kaca pecah akan lebih

diminimalkan. Terlebih dengan menggunakan modul kaca yang kecil, lendutan akan sangat

minimal, dan jumlah spider yang cukup banyak akan mampu menahan beban angin yang

lebih besar.

Untuk memperkecil resiko, dinding kaca dibuat juga sebagai jendela, agar angin yang

datang dari arah laut bisa lewat tanpa ‘menabrak’ kaca seluruhnya. Persambungan antar kaca

pada bagian dinding dan jendela ini menggunakan spider, termasuk pada sambungan kaca

dan betonnya.

Bila dilakukan pergantian material sebagian dari dinding atau kolom dibangunan ini

dengan kaca blok, efeknya akan berbeda. Dinding atau kolom yang tetap menggunakan beton

dimensi tebalnya akan bertambah. Sementara kaca yang digunakan akan bertambah tebal.

Selain itu penggunaan kaca blok akan mengurangi kesan ‘bersih’ yang sebelumnya tercipta

tanpa kaca blok.

Untuk bagian lain dari bangunan, seperti ruang duduk utama yang juga menghadap

laut, dinding kacanya tidak berfungsi sebagai jendela. Sehingga kaca akan ditabrak oleh

angin laut tanpa diteruskan sebagaian.

Gambar 31 : Interior

Page 52: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

43

Resiko kaca pecah akan lebih besar pada bagian ini, terlebih lagi karena tetap tidak

digunakannya bracing atau rangka pada kacanya. Sambungan antar kacanya difix dengan

sealant sehingga kaca yang bersambung terus ini menjadi satu kesatuan. Bentuk ruangan

yang agak melingkar akan memperkuat dinding kaca ini. Sambungan antar kaca yang tidak

saling sejajar akan saling menahan gaya lateral satu sama lainnya agar tidak roboh karena

gaya angin, tanpa menggunakan kolom kaca penguat.

Gambar 32 : Kaca sebagai penguat

Dengan tidak menggunakan kolom kaca penguat, sambungan antar kaca akan sangat

berpengaruh dalam menjaga bentuk. Efek dari dorongan beban angin akan berbeda untuk tiap

modul kaca karena arah hadapnya yang berbeda. Kaca yang melendut di satu sisi akan

mendorong kaca di sebelahnya dan efeknya akan terus berulang sampai kaca yang paling

ujung bertemu dengan kolom atau dinding beton yang daya tahan terhadap bebannya lebih

tinggi.

Walaupun efek berulangnya kecil, sealant sebagai sambungan antar kaca akan

mengalami penurunan kualitas karena seringnya ditarik ataupun ditekan.

Bangunan ini menonjolkan pemandangan ke arah laut dengan sudut pandang yang

lebar. Karena itu digunakan kaca sebagai pengisi facadenya. Kaca yang digunakan sama

sekali bukan untuk menahan beban vertikal seperti layaknya dinding beton. Kaca di sini

Page 53: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

44

hanya sebagai pengisi antar struktur kolom dan dinding beton yang ada. Kaca tersebut

sebagian besar menahan beban horizontal yag berupa angin.

Dengan niat mempertahankan kesan polos, kaca blok tidak digunakan sebagai dinding

penahan beban, melainkan menggunakan beton. Penggunaan kaca yang tidak mampu

menahan beban membuat dimensi struktur beton membesar.

Page 54: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

45

D. ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC)

1. Konstruksi Perkerasan Jalan Beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran

agregat dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material

pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada suhu tertentu, kemudian

diangkut ke lokasi, dihamparkan dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan

berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika semen aspal, maka pencampuran

umumnya antara 145-155°C, sehingga disebut beton aspal campuran panas. Campuran

ini dikenal dengan hotmix. (Silvia Sukirman, 2003).

Material utama penyusun suatu campuran aspal sebenarnya hanya dua macam,

yaitu agregat dan aspal. Namun dalam pemakaiannya aspal dan agregat bisa menjadi

bermacam-macam, tergantung kepada metode dan kepentingan yang dituju pada

penyusunan suatu perkerasan.

Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah adalah AC-WC (Asphalt

Concrete - Wearing Course) / Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah salah satu dari tiga

macam campuran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC dan AC-Base. Ketiga jenis

Laston tersebut merupakan konsep spesifikasi campuran beraspal yang telah

disempurnakan oleh Bina Marga bersama-sama dengan Pusat Litbang Jalan. Dalam

perencanaan spesifikasi baru tersebut menggunakan pendekatan kepadatan mutlak.

Konstruksi perkerasan jalan berdasarkan bahan pengikatnya dapat dibedakan atas :

1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan

menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

semen (Portland cement) sebagai bahan pengikat.

3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan kaku yang

dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur di atas

perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

Page 55: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

46

Untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan, maka perencanaan

dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakup:

1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan.

Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan dipikulnya,

keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing

lapisan berdasarkan beberapa metoda yang ada.

2. Analisa campuran bahan.

Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakanlah

suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang

dipilih.

3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan

Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat

belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang

diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap

penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan

akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan.

Disamping itu tak dapat dilupakan sistim pemeliharaan yang terencana dan tepat

selama umur pelayanan, termasuk di dalamnya sistim drainase jalan tersebut.

Penggunaan beton aspal sebagai permukaan jalan umumnya digunakan pada kondisi

jalan yang harus menahan lalu lintas berat. Lapisan beton aspal mempunyai fungsi sebagai

berikut :

1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan

beban roda selama masa pelayanan.

2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan

dibawahnya dan melemahkan lapisan – lapisan tersebut.

3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem

kendaraan sehingga mudah menjadi aus.

4. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan

lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek.

Page 56: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

47

Lapis Pondasi Bawah

Lapis Pondasi Atas

AC-BC

AC-WC

Menurut spesifikasi baru campuran beraspal Kementerian Pekerjaan Umum 2010,

Laston(AC) terdiri dari tiga macam campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara

(AC-BC), dan AC Lapis Pondasi (AC-Base).

Beton Aspal Lapis Aus adalah merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan

yang berhubungan langsung dengan roda kendaraan, mempunyai tekstur yang lebih halus

dibandingkan dengan Beton Aspal Lapis Antara. Disamping sebagai pendukung lalu lintas,

lapisan ini mempunyai fungsi utama sebagai pelindung konstruksi dibawahnya dari kerusakan

akibat pengaruh air dan cuaca, sebagai lapisan aus dan menyediakan permukaan jalan yang

rata dan tidak licin (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI

Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010).

Gambar 33 : Struktur Perkerasan Lentur

2. Spesifikasi Campuran Beton Aspal

Secara umum bahan penyusun beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat halus,

bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan-bahan tersebut sebelum

digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang akan dipergunakan sebagai material

campuran perkerasan jalan haruslah memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat yang

telah ditetapkan oleh badan yang berwenang.

Untuk menentukan agregat yang baik maka agregat dapat diklasifikasikan dan

diidentifikasikan menurut ukuran, bentuk butiran, tektur permukaan, dan kelekatannya

terhadap aspal. Namun demikian, pemilihan suatu agregat untuk material perkerasan jalan

tidak hanya dilihat dari karakteristik agregatnya saja. Akan tetapi, pemilihan agregat untuk

material perkerasan berhubungan erat pula dengan ketersediaan agregat, kemudahan

mendapatkannya, harga dan jenis gradasi yang digunakan.

Page 57: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

48

Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu sekitar 90-95%

agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume. Dengan

demikian, daya dukung, keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat

agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain (Sukirman Silvia,2003).

1 Agregat Kasar

1) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan No. 8

(2,36 mm) terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan haruslah bersih, keras, awet

dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi

ketentuan yang diberikan dalam Tabel 2.1

2) Fraksi agregat kasar harus batu pecah dan harus disiapkan dalam ukuran nominal.

Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu saringan yang lebih besar

dari ukuran nominal maksimum (nominal maximumsize). Ukuran nominal

maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas)

dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.

3) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam tabel

2.1.

Tabel 6. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal

Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat

SNI 03-3407-2008 Maks. 12 %

Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-2008 Maks. 40 %

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90(*)

Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10 %

Material lolos Saringan No.200 Maks.1 % (Sumber: Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI

Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010)

Page 58: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

49

Catatan:

(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah

satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua

atau lebih.

(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5.

2. Agregat Halus

Agregat halus adalah yang lolos saringan No.8 (2,36 mm), yang harus memenuhi

persyaratan agregat halus sebagai berikut :

1) Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri dari pasir atau

pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm)

sesuai SNI 03-6819-2002.

2) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau

bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu

yang memenuhi ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi persyaratan yang

ditentukan batu pecah harus diproduksi dari batu yang bersih.

3) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke

instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin

(Cold bin Feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah

halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.

4) Agregat halus harus mempunyai ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada tabel

berikut ini :

Page 59: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

50

Tabel 7. Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal

Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 50 %

Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 %

(Sumber : Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010)

3 Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi (filler) merupakan bahan campuran yang mengisi ruang antara

agregat halus dan kasar yang akan meningkatkan kepadatan. Fungsi filler dalam

campuran adalah :

Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan

jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.

Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut

dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.

Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan dan

kestabilan.

Dalam perkembangan selanjutnya, terbukti bahwa filler tidak hanya mengganti

fungsi bitumen mengisi rongga, tetapi juga memperkuat campuran. Filler juga

berpengaruh terhadap nilai kadar aspal optimum melalui luas permukaan dari partikel

mineralnya. Penggunaan jenis dan proporsi filler juga mempengaruhi kualitas dari

campuran beraspal.

Bahan pengisi yang digunakan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur

padam (hydrated lime), semen atau abu terbang. Bahan pengisi yang ditambahkan ini

harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan penyaringan sesuai

SNI 03–1968– 1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron)

tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

Page 60: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

51

Tabel 8. Spesifikasi Gradasi Bahan Pengisi (Filler)

Sifat-sifat Metoda Pengujian Persyaratan

Berat butiran yang lolos ayakan 75 mikron SNI 03-4142-1996 ≥ 75 %

(Sumber: Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010)

3 Spesifikasi Aspal

Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam atau

coklat tua,pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Hydrocarbon

adalah bahan dasar utama dari aspal yang umum disebut bitumen, sehingga aspal sering

juga disebut bitumen. Bitumen merupakan zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau

gelap yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi, dan mengandung

senyawa hidrokarbon. Aspal dapat diperoleh di alam dan juga diperoleh dari salah satu

hasil proses destilasi minyak bumi. Aspal bersifat termoplastis yaitu akan mencair jika

dipanaskan sampai dengan temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur

turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran

perkerasan jalan. (Sukirman Silvia, 2003).

Aspal minyak yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan merupakan

proses hasil residu dari destilasi minyak bumi, sering disebut dengan aspal semen. Aspal

semen bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan

kedap air dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain.

Secara garis besar komposisi kimiawi aspal terdiri dari asphaltenes, resins dan

oils. Asphaltenes terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon, merupakan material

berwarna hitam atau coklat tua yang menyebar di dalam larutan yang disebut maltenes.

Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalah cairan

yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau

berkurang selama masa pelayanan jalan, sedangkanoils yang berwarna lebih muda

merupakan media dari resins dan asphaltene. Pengerasan aspal dapat terjadi karena

oksidasi, penguapan dan perubahan kimiawi lainnya. Reaksi kimiawi dapat mengubah

resins menjadi asphaltenes dan oils menjadi resins.

Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan

rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan

Page 61: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

52

ini dapat diatasi/dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah

yang baik dalam proses pelaksanaan. Adapun fungsi dari aspal yang digunakan pada

konstruksi perkerasan jalan adalah :

1) Sebagai bahan pengikat, memberikan daya lekat yang kuat antara aspal dan agregat

ataupun antar aspal.

2) Sebagai bahan pengisi dan penutup antara rongga – rongga agregat dari pengaruh air

(kedap air) berarti mempunyai sifat plastis dan dengan tingkat kekentalan yang cukup.

Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan didaerah bercuaca panas atau lalu

lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen penetrasi tinggi digunakan untuk

daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah.

Sifat Kimia aspal

- Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan

aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul

- Selain atom karbon juga terdapat atom nitrogen, oksigen, belerang dan beberapa atom

lain.

- Secara kuantitatif, 80% massal aspal adalah massa karbon, 10% Hidrogen, 6%

belerang sisanya oksigen dan nitrogen

- Aspal merupakan bahan yang kompleks dan secara kimia bbelum terakarakterisasi

dengan baik

- Sebagian besar senyawa karbon diaspal adalah senyawa polar

- Karena kepolarannya, molekul satu dengan lainnya dapat membentuk jejaring seperti

polimer

- Sifat adhesi aspal terhadap agregat sangat ditentukan oleh kepolaran molekulnya.

Fungsi Aspal Sebagai Material Perkerasan Jalan

- Sebagai bahan pengikat : memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

antar sesama aspal

- Bahan Pengisi : mengisi rongga antar butir agregat dan pori – pori yang ada di dalam

butir agregat

Page 62: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

53

Dimana Aspal harus memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, pada saat

pelaksanaan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal pada perkerasan

terbagi dua yaitu :

1. Prahampar (AC, HRS dan lain – lain yang di buat di AMP)

2. Pascahampar (Penetrasi macadam atau pelaburan : burtu dan burda)

6. Karakteristik Campuran Aspal Beton (AC-BC)

Campuran dari aspal dan agregat yang direncanakan harus dapat memenuhi

karakteristik tertentu agar dapat bertahan pada kondisi beban lalulintas dan iklim sehingga

dapat menghasilkan suatu perkerasan yang kuat, aman dan nyaman

(Sukirman Silvia,2003 ). Maka setiap campuran beton aspal (AC) harus memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1. Stabilitas (Ketahanan)

Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa

terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding. Kebutuhan akan

stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas yang akan dilayani.

Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh dari adanya sifat interlocking agregat dalam

campuran ataupun dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah

Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan dominan terdiri dari kendaraan

berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan

jalan yang diperuntukkan untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak perlu

mempunyai nilai stabilitas yang tinggi (Sukirman Silvia,2003 ).

2. Durabilitas atau keawetan

Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi

beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan

permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh iklim, seperti udara, air, atau

perubahan temperatur. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan sifat aspal

karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara membuat

campuran yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat

bergradasi rapat (dense graded) dan kadar aspal yang tinggi.

Page 63: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

54

Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal,

banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran. Selimut aspal

yang tebal akan membungkus agregat secara baik, beton aspal akan lebih kedap air,

sehingga kemampuannya menahan keausan semakin baik. Tetapi semakin tebal selimut

aspal, maka semakin mudah terjadi bleeding yang mengakibatkan jalan semakin licin

(Sukirman Silvia,2003 ).

3. Kelenturan atau fleksibilitas

Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan

diri akibat penurunan (konsolidasi / settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah

dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat berat sendiri tanah timbunan yang

dibuat diatas tanah asli. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat

bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang tinggi (Sukirman Silvia,2003 ).

4. Kedap Air

Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat

dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat

mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan film/selimut aspal

dari permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah beton aspal dipadatkan dapat

menjadi indikator kekedapan air campuran. Tingkat impermeabilitas beton aspal

berbanding terbalik dengan tingkat durabilitasnya (Sukirman Silvia,2003 ).

5. Kekesatan / Tahanan Geser

Kekesatan / tahanan geser (skid resistance)adalah kemampuan permukaan beton

aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga

kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip. Faktor– faktor yang mempengaruhi kekesatan

jalan yaitu :Kekasaran permukaan dari butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir

atau bentuk butir gradasi agregat, kepadatan campuran tebal film aspal dan ukuran

maksimum butir agregat ikut menentukan kekesatan permukaan. Dalam hal ini agregat

yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga

mempunyai daya tahan untuk permukaannya tidak mudah menjadi licin akibat repetisi

kendaraan (Sukirman Silvia,2003 ).

Page 64: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

55

6. Ketahanan

Ketahanan terhadap kelelahan, yaitu lapisan campuran beraspal harus mampu

menahan beban berulang dari beban lalu lintas tanpa terjadi kelelahan retak dan alur

(rutting) selama umur rencana (Sukirman Silvia,2003 ).

7. Workability

Mudah dilaksanakan (workability)adalah kemampuan campuran beton aspal untuk

mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan,

menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan

dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viscositas aspal, kepekaan aspal

terhadap perubahan temperatur, gradasi dan kondisi agregat (Sukirman Silvia,2003 ).

Workability dapat terjadi jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan

pemadatan yang cukup rendah.

5. Rencana Campuran Aspal Beton (AC-BC)

Proporsi campuran aspal beton (AC-BC) yang bisa digunakan di lapangan sesuai

spesifikasi teknik Bina Marga 2010 adalah sebagai berikut :

- Batu Pecah 3/4" = 33 %

- Batu Pecah 3/8" = 28 %

- Abu Batu (Dust) = 28 %

- Pasir = 10 %

- Semen = 1 %

- Aspal = 5,79 %

Page 65: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

56

1.Gradasi Campuran Agregat AC-BC

Tabel 9. Gradasi Campuran Agregat AC-BC

No. Saringan Bukaan (mm) Total Gradasi Spesifikasi

Gradasi Kasar

1” 25,000 100,00 100

3/4” 19,00 99,92 90 - 100

1/2" 12,500 84,91 71 - 90

3/8” 9,500 70,89 58 - 80

No.4 4,750 40,80 37 - 56

No.8 2,360 29,52 23 – 34,6

No. 16 1,180 20,42 15 – 22,3

No.30 0,600 13,52 10 – 16,7

No. 50 0,300 7,29 7 – 13,7

No.100 0,150 4,51 5 - 11

No.200 0,075 2,90 4 - 8

Page 66: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

57

2. Sifat Campuran Agregat AC-BC

Tabel 10. Sifat Campuran Agregat AC-BC

No Kadar

Aspal

(%)

Absorsi

Aspal

(%)

Berat Isi

Campuran

(gr/cm3)

VMA

(%)

VIM (%) VFB

(%)

Stabili

tas

(kg)

Flow

(mm)

MQ

(kg/

mm)

1 5,79 0,39 2,315 17,46 4,47 74,5

7

1078,

5

3,56 319,

68

Spek.

Marshall

Maks.

1,2

- Min 15 3-5 Min.

65

Min.

800

Min.

3

Min.

250

Marshall & PRD

1 5 0,39 2,366 4,62

2 5,5 0,39 2,369 3,82 Stabilitas Perendaman =

95,50 %

3 6 0,39 2,363 3,33 Min. 90%

4 6,5 0,39 2,371 2,34

Min. 2

Komposisi Campuran dan Sifat Campuran AC-BC yang akan digunakan dilapangan terlebih

dahulu dilakukan rancangan campuran (Job Mix Formula), agar keseragaman campuran dan

sifat – sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati.

Sebaiknya sebelum campuran digunakan dilapangan dianjurkan untuk mengadakan

percobaan campuran (trial mix) di AMP atau pun dilapangan guna menyesuaikan penggunaan

campuran dengan metode pelaksanaan dilapangan.

Page 67: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

58

E. ASPAL BUTON

1. Pengertian Asbuton

Aspal batu buton atau biasa disebut asbuton ditemukan tahun 1924 di Pulau Buton,

Sulawesi Tenggara. Asbuton mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak tahun 1926.

Berdasarkan data yang ada, asbuton memiliki deposit sekitar 677 juta ton atau setara

dengan 170 juta ton aspal minyak. Asbuton merupakan deposit aspal alam terbesar di

dunia.

Terdapat dua jenis unsur utama dalam Asbuton, yaitu aspal (bitumen) dan mineral.

Pemanfaatan unsur ini dalam pekerjaan pengaspalan akan mempengaruhi kinerja

perkerasan aspal yang direncanakan.

Terjadi pasang surut penggunaan Asbuton seiring dengan kebutuhan akan bahan

aspal dan perkembangan teknologi. Asbuton pernah diproduksi mencapai 500.000

ton/tahun. Pada tahub delapan puluhan produksi Asbuton mengalami titik nadir.

Sedangkan pada periode sembilan puluhan, Asbuton yang dihasilkan tidak optimal akibat

kegagalan konstruksi yang disebabkan oleh penggunaan teknologi yang tidak tepat.

Namun demikian, sesuai dengan Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009,

Asbuton dipatok sebanyak 556.000 ton untuk digunakan pada pemeliharaan jalan nasional.

Disamping itu, sekitar 550.000 km jalan-jalan provinsi, kabupaten, dan kota serta jalan

lainnya berpeluang untuk menerapkan Asbuton dalam lapisan aspalnya.

2. Lokasi Sumber Daya Asbuton

Lokasi sumber daya aspal terletak di Pulau Buton, secara administratif termasuk ke

dalam Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. (Gambar 1). Sumber daya aspal

alam di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya endapan aspal

alam di Indonesia. Aspal alam di Pulau Buton ini telah diketahui sejak awal abad ke-20.

Penyelidikan pertama kali dilakukan oleh Elbert tahun 1909. Kemudian tahun 1922-1930

oleh Departemen Tambang Pemerintahan Belanda di Hindia Timur. Pada Tahun 1926

Page 68: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

59

aspal Buton dikerjakan oleh N.V. Meijnbouwen Cultuur Maatscappij Boeton sampai

terjadinya perang Pasific atas dasar kerja borongan untuk pemerintah sampai tahun 1954.

Sejak itu, pengusahaan aspal dikelola oleh Bagian Butas, Kementrian Pekerjaan

Umum. Tahun 1962 didirikan Perusahaan Aspal Negara (PAN) sesuai dengan PP No.195

Tahun 1961 yang mengusahakan aspal alam lebih lanjut. Kemudian, berdasarkan PP No.3

Tahun 1984, PAN dialihkan menjadi PT. Sarana Karya. Endapan aspal pada beberapa lokasi

lapangan di Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton terdapat pada batuan induk yang berupa

batugamping dan napal (Gambar 2 dan 4). Aspal Buton dapat untuk penggunaan langsung

pada pembuatan pelapis jalan. Sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia yang sangat

tinggi, memberikan peluang untuk memanfaatkan aspal untuk diolah menghasilkan minyak.

Sehingga potensi nilai tambah yang dihasilkan dapat lebih optimal dibandingkan untuk

penggunaan langsung. Selain sumber daya aspal, batuan induk berupa batugamping yang

akan ikut tergali dalam penambangan berpeluang untuk diusahakan sebagai by product.

Gambar 34. Zona sebaran endapan Aspal di Pulau Buton

3. Kondisi Geologi

Secara regional daerah kegiatan termasuk bagian dari Anjungan Tukang Besi – Buton.

Pada Trias Akhir hingga Jura Akhir berturut-turut diendapkan batuan sedimen Formasi

Page 69: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

60

Winto, Formasi Ogena dan Formasi Rumu. Selanjutnya antara Kapur Akhir hingga Paleosen

diendapkan sedimen laut dalam Formasi Tobelo tidak selaras diatas Formasi-Formasi yang

lebih tua. Pada Zaman Tersier kedalam cekungan Miosen diendapkan batuan sedimen dari

Anggota Batugamping Formasi Tondo dan Formasi Sampolakosa. Kedua Formasi ini diduga

menjemari dan berumur Miosen. Pada Akhir Tersier diendapkan Formasi Sampolakosa dalam

lingkungan pengendapan neritik batial.

Sedimentasi cekungan Tersier di daerah ini diakhiri dengan diendapkannya Formasi

Wapulaka dan Aluvium pada Zaman Kuarter (Gambar 34). Peristiwa tektonik yang terjadi

pada anjungan Buton – Tukangbesi setidaknya terjadi sebanyak tiga kali. Ketiganya turut

berperan dalam pembentukan tatanan stratigrafi dan struktur di daerah ini. Struktur geologi

yang berkembang terdiri dari antiklin, sinklin, sesar anjak, sesar normal dan sesar geser

mendatar. Sesar-sesar utama yang terjadi umumnya mempunyai arah sejajar dengan arah

memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu cekungan sedimen Miosen. Kegiatan

tektonik pada Plio-Plistosen mengakibatkan terlipatnya kembali batuan yang lebih tua (Pra

Pliosen) dan menggiatkan kembali sesar-sesar yang telah terbentuk sebelumnya (Sikumbang

dkk, 1995).

Gambar 35 : Aspal (hitam) berada pada batuan induk batugamping (Tobing, 2004)

Daerah penambangan Kabungka merupakan zona antiklinal yang disebut Winto

Antiklinal, di bagian atas telah terkikis atau tererosi. Pada umumnya aspal buton ditemukan

di puncak atau lereng antiklinal tersebut. Batuan penyusun Daerah Kabungka terdiri dari lima

lapisan, yaitu lapisan Winto berumur Trias Atas; lapisan Ogene berumur Yura Bawah, lapisan

Page 70: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

61

Tobelo berumur Kapur, lapisan Tondo berumur Neogen Bawah, lapisan Sampolakosa

berumur Neogen Atas.

Dari kelima lapisan ini, aspal hanya didapatkan pada batuan gamping dan napal Sampolakosa

yang mempunyai kadar bitumen lebih tinggi karena batuan tersebut mempunyai banyak pori.

Gambar 36 : Peta geologi Daerah Lembar Buton

Mekanisme terjadinya aspal alam hinga kini belum diketahui dengan pasti, beberapa teori

cara terbentuknya aspal alam, antara lain menurut Abdul Rosyid, 1996 sebagai berikut :

a. Cara aliran (overflow) terjadi dalam tiga bentuk :

Spring, cairan aspal yang terbentuk dalam bumi muncul ke permukaan melalui celah,

rekahan dan patahan.

Lake, aspal cair mengalir ke permukaan bumi melalui celah atau patahan kemudian

mengendap dalam cekungan.

Seepage, aspal yang terdapat dalam batuan, kemudian mengalir ke bagian yang lebih

rendah disebabkan tekanan material di sekitarnya atau karena panas matahari.

b. Impregnasi aspal dalam batuan (impregnating rock), aspal yang cair mengalir dan masuk

pada pori-pori batuan yang dilaluinya, sehingga bersatu dengan batuan di mana aspal itu

mengalir.

Page 71: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

62

c. Filling vein, aspal yang cair mengalir melalui patahan dan akhirnya mengisi patahan

tersebut hingga berbentuk seperti urat (vein).

Berdasarkan pengamatan dan pendapat beberapa pakar, terjadinya aspal yang berada di

daerah Kabungka diperkirakan merupakan hasil dari impregnasi aspal cair ke dalam batuan di

sekelilingnya atau yang dilaluinya. Impregnasi tersebut berkisar antara 1% sampai 40%.

Batuan yang berkadar bitumen antara 10% hingga 40% pada umumnya membentuk sheet

structure, yaitu lapisan aspal dengan ketebalan kecil menyebar luas ke seluruh batuan

sampingnya (country rock) namun belum diketahui hubungan lapisan aspal yang terdapat

pada masing-masing lapangan. Terjadinya aspal di Buton Selatan dibatasi zone patahan

sepanjang bagian timur sisi Lawele graben, sedangkan lainnya mengarah ke timur laut – barat

daya. Patahan juga ditemukan di timur graben Lawele dan pegunungan Lawele (patahan

Kamaru dan patahan Ondola).

4. Jenis-jenis Asbuton

Jenis Asbuton yang telah diproduksi secara fabrikasi dan manual dalam tahun-tahun

belakangan ini adalah:

1. Asbuton Butir

Jenis Asbuton berdasarkan besar butir dan kadar aspal yang dikandungnya dapat

dibedakan seperti tertera pada tabel 1.1.

Gambar 37 : Asbuton Butir

Page 72: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

63

Tabel 11. Jenis Asbuton Butir yang telah diproduksi

2. Asbuton Murni Full Ekstraksi

Asbuton jenis ini merupakan bitumen murni hasil ekstraksi asbuton menggunakan

beberapa cara, antara lain dengan bahan pelarut atau cara lain seperti menggunakan

teknologi air panas. Asbuton murni hasil ekstraksi dapat digunakan langsung sebagai

pengganti aspal keras atau sebagai bahan aditif yang akan memperbaiki karakteristik

aspal keras. Mineral asbuton merupakan limbah dari proses ekstraksi. Selain dapat

dimanfaatkan sebagai filter dapat juga digunakna sebagai bahan stabilisasi tanah.

3. Asbuton Pra Campur (pre-blended)

Asbuton pra campur (pre-blended) merupakan gabungan antara Asbuton butir hasil

refine Asbuton dengan kadar bitumen 60% sampai 90% dengan aspal minyak pen 60

dalam komposisi tertentu. Asbuton jenis ini dapat dikatakan sebagai aspal minyak yang

dimodifikasi, sehingga dalam campuran dapat langsung digunakan untuk dicampur

dengan agregat.

Page 73: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

64

5. Prinsip Kerja Asbuton

Pada pekerjaan pengaspalan, secara garis besar pemasokan Asbuton ke dalam lapisan

beraspal dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

• Dicampur dengan agregat dan aspal menggunakan unit pencampur aspal mekanis,

yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk menghasilkan campuran yang sifatnya panas

atau memakai alat semi mekanis seperti beton molen atau paddle mixer untuk

campuran dingin. Langkah berikutnya adalah menghamparkannya menggunakan cara

mekanis (finisher), sedangkan untuk campuran dingin digunakan cara manual,

selanjutnya dipadatkan menggunakan alat pemadat baku, sehingga diperoleh

kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi.

• Ditebarkan di atas lapis agregat pada pekerjaan lapis penetrasi macadam dengan satu

atau dua lapis. Setelah itu dipadatkan menggunakan pemadatbaku, sehingga diperoleh

kepadatan sesuai spesifikasi.

Asbuton di dalam lapisan beraspal akan berfungsi sebagai berikut:

• Bahan tambah yang akan meningkatkan kemampuan lapisan beraspal saat beban lalu

lintas bertambah. Umumnya Asbuton yang digunakan adalah jenis butir dengan

penetrasi bitumen rendah;

• Pengganti aspal keras. Asbuton yang umumya digunakan adalah jenis murni hasil

ekstraksi atau Asbuton butir jenis LGA pada pekerjaan lapis macadam;

Page 74: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

65

• Bahan tambah dan pengganti (substitusi) sebagian dari aspal keras yang digunakan.

Asbuton yang umumnya dipakai adalah jenis butir dengan penetrasi bitumen tinggi,

seperti LGA atau jenis pra campur.

6. Penggunaan Asbuton

Pada dasarnya Asbuton dapat digunakan pada setiap jenis lapisan beraspal. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kekakuan dengan batas fleksibilitas yang cukup untuk

menahan beban lalu lintas tanpa mengalami kerusakan di luar rencana. Oleh karena itu,

penggunaan Asbuton pada pekerjaan pengaspalan adalah sebagai berikut:

• Campuran beraspal panas digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.

• Campuran beraspal hangat digunakan untuk lapis aus, antara, dan pondasi.

• Campuran beraspal dingin digunakan untuk lapis antara aus dan pondasi.

• Lapis tipis Asbuton pasir.

• Lapis tipis Asbuton.

• Lapis penetrasi macadam Asbuton.

Berdasarkan hasil penelitian skala laboratorium dan skala uji coba lapangan, diperoleh fakta

bahwa campuran beraspal yang menggunakan Asbuton memiliki sifat teknik yang lebih

tinggi daripada campuran tanpa Asbuton. Namun, untuk setiap tipe campuran sebaiknya

dibedakan peruntukannya sesuai dengan kondisi lalu lintas dan lingkungan.

Untuk campuran panas dengan Asbuton butir atau aspal yang dimodifikasi Asbuton (Asbuton

pra-campur atau semi ekstraksi ) atau bitumen modifikasi (Asbuton murni atau full ekstraksi),

sebaiknya digunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dan padat, yaitu untuk lalu

lintas rencana > 10 juta ESA atau LHR > 2000 kendaraan dan jumlah kendaraan truk lebih

dari 15%. Terutama untuk ruas-ruas jalan yang memiliki temperatur lapangan maksimum di

atas 60 ºC seperti jalan nasional. Sedangkan untuk campuran hangat dengan Asbuton butir

sebaiknya digunakan untuk jalan yang melayani lalu lintas berat, yaitu untuk lalu lintas

rencana 1 sampai 10 juta ESA atau LHR < 2000 kendaraan dan jumlah truk maksimum 15%

seperti jalan nasional dan provinsi.

Page 75: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

66

Adapun payung hukum untuk penggunaan Asbuton adalah sebagai berikut:

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 35/PRT/M/2006

• SK Dirjen Bina Marga

• Spesifikasi

• Pedoman teknis

• Manual

• Petunjuk pelaksanaan

• Petunjuk teknis

7. Keunggulan Asbuton

Deposit Asbuton dalam jumlah besar dapat menjamin pasokan kebutuhan akan aspal. Dari

pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil campuran beraspal yang ditambah asbuton

menghasilkan campuran beraspal yang bermutu baik dengan kecenderungan sebagai berikut:

• Stabilitas Marshall campuran beraspal yang lebih tinggi

• Stabilitas dinamis campuran beraspal yang lebih tinggi

• Meningkatkan umur konstruksi (dari hasil uji fatigue)

• Lebih tahan terhadap perubahan temperatur

• Nilai modulus yang meningkat

Kecenderungan tersebut terjadi karena Asbuton mengandung bahan aromatik dan resin yang

tinggi, sehingga di dalam campuran Asbuton mempunyai:

• Daya lekat yang lebih tinggi (anti stripping)

• Kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi)

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, penentu kebijakan memberikan pernyataan bahwa

Asbuton:

• Cocok digunakan untuk lokasi temperatur tinggi (tropis)

• Cocok digunakan untuk heavy loaded highway.

Page 76: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

67

Namun, dalam penerapan kebijakan penggunaan asbuton untuk peningkatan kualitas

campuran beraspal untuk perkerasan harus ditunjang pengendalian mutu yang ketat. Hal ini

disebabkan karena dari beberapa kasus diperoleh data bahwa pelaksana lapangan kurang

memahami pengaruh penggunaan asbuton dalam campuran beraspal.

Kebijakan pemerintah tentang peningkatan penggunaan Asbuton akan berdampak pada

menurunnya impor aspal keras. Hal ini akan berimbas pada kondisi pasar Asbuton, sehingga

menjadi lebih stabil. Keadaan tersebut akan terwujud dengan jalan mengoptimalkan tahap

produksi dan menjaga kestabilan mutu, sehingga kepercayaan pengguna Asbuton juga akan

meningkat. Kondisi ini dapat mengatrol nilai ekonomis dari sebuah produk, bahkan

perekonomian negara secara keseluruhan.

8. Kelemahan Asbuton

Meskipun telah melewati proses fabrikasi, Asbuton masih memiliki beberapa titik kelemahan

sebagai berikut:

• Inkonsistensi kualitas produksi Asbuton

• Kandungan bitumen

• Penetrasi bitumen

• Kadar air Asbuton

• Belum terjaminnya ketersediaan Asbuton pada saat pelaksanaan di lapangan.

• Ketidaksesuaian kemampuan supply oleh pabrik pengolah Asbuton dengan demand

proyek pengguna yang ditunjang oleh kebijakan Ditjen Bina Marga.

• Biaya transportasi pengiriman ke pengguna yang relatif mahal.

• Pola kerjasama antara produsen dan konsumen yang belum menemukan titik

harmonis.

• Pembagian wilayah kerja pemasaran dari produsen.

• Harga yang wajar, dengan perincian analisa biaya terhadap:

• Harga bahan baku Asbuton

• Biaya transportasi

• Biaya pengolahan asbuton butir

Page 77: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

68

Selain kelemahan yang sudah disebutkan sebelumnya, pada beberapa kasus dijumpai

kekurangpahaman pengguna Asbuton terhadap teknologi yang akan diterapkan. Disamping

permasalahan tersebut, quality control dan quality assurance memang belum

diimplementasikan secara optimal. Hal ini mengakitbatkan Asbuton di dalam lapisan beraspal

”dituduh” sebagai penyebab kerusakan dini.

9. Manfaat Asbuton Sebagai Bahan Campuran Beraspal

Asbuton memiliki kelebihan, yaitu: kandungan Nitrogen dan Parameter Maltene yang

relatif tinggi serta kandungan mineral kapur dan silika. Pengaruh dari sifat tersebut maka

secara teknik apabila Asbuton digunakan sebagai bahan campuran beraspal, maka

campuran beraspal tersebut akan meningkat sifat tekniknya. Sejalan dengan naiknya

karakteristik campuran beraspal terbut, maka secara finansial pun untuk wilayah-wilayah

tertentu kemungkinan akan lebih ekonomis. Hal tersebut sangat tergantung terhadap harga

aspal keras pada suatu wilayah.

Di bawah ini diuraikan kelebihan secara teknik penggunaan Asbuton sebagai bahan

campuran beraspal panas dan diuraikan contoh penggunaan Asbuton sebagai bahan

campuran beraspal panas di daerah Jawa Barat yang mana secara finansial masih

kompetitif (cukup ekonomis) bila dibandingkan dengan harga campuran beraspal yang

tanpa menggunakan Asbuton.

10. Kelebihan penggunaan Asbuton secara teknik

Berdasarkan hasil kajian dilaboratorium, diperoleh bahwa untuk pembuatan

campuran beraspal panas dengan menggunakan Asbuton Butir, Aspal yang imodifikasi

Asbuton dan Bitumen Asbuton modifikasi memiliki kelebihan secara teknik yaitu

sebagaimana ditunjukkan dengan besaran mekanistik, yaitu Modulus Resilien (MR) atau

Modulus Elastisitas (E). Makin banyak penambahan Asbuton (khususnya untuk jenis

Asbuton Butir) maka Modulus Resilien (MR) campuran beraspal makin tinggi. Apabila

membatasi penggunaan Asbuton Butir sehingga Modulus Resilien tidak terlampau tinggi

yang dapat mengakibatkan campuran beraspal mudah patah karena tebal nominalnya

hanya 4 cm (misal untuk ACWC), khususnya untuk lapis tambah (overlay). Untuk itu,

Modulus Resilien campuran beraspal yang menggunakan Asbuton ditetapkan maksimum

2,5 kali Modulus Resilien lapis permukaan beraspal jalan existing (umumnya berkisar

Page 78: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

69

antara 1500 MPa). Jadi Modulus Resilien campuran beraspal yang menggunakan Asbuton

maksimum sebesar 3750 MPa. Berdasarkan uraian di atas, maka pada Gambar 5.4

diperoleh bahwa proporsi maksimum masing-masing tipe Asbuton Butir adalah Tipe 5/20

sebanyak 5%, Tipe 15/20 sebanyak 7%, Tipe 15/25 sebanyak 8,5% dan Tipe 20/25

sebanyak 10,5%. Adapun untuk campuran beraspal panas yang menggunakan Aspal yang

dimodifikasi Asbuton atau yang menggunakan Bitumen Asbuton Modifikasi apabila

dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang hanya menggunakan Aspal Pen 60,

maka kedua campuran beraspal tersebut memiliki Modulus Resilien (MR) sekitar 1,5 kali

dari Modulus Resilien (MR) campuran beraspal panas yang hanya menggunakan Aspal

Pen 60 (umumnya sebesar 2500 MPa). Untuk seluruh campuran beraspal panas yang

menggunakan Asbuton memiliki ketahanan terhadap terjadinya alur dengan ditunjukkan

dengan nilai Stabilitas Dinamis hasil pengujian dengan alat Wheel Tracking Machine

dengan besaran > 2500 lintasan/mm.

11. Kelebihan penggunaan Asbuton secara finansial

Sesuai kajian teknik tentang kelebihan penggunaan Asbuton sebagai bahan campuran

beraspal sebagaimana diuraikan pada Butir 4.4.1, maka pada Tabel 1.8 di uraikan

perbandingan antara biaya masing-masing jenis campuran beraspal yang menggunakan

Asbuton pada setiap tonnya dengan biaya campuran beraspal panas yang tanpa menggunakan

Asbuton (contoh untuk lokasi Jawa Barat). Pada Tabel 1.8, terlihat bahwa apabila

membandingkan harga pada setiap tonnya maka hanya harga campuran beraspal yang

menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20 yang lebih murah dari pada campuran beraspal yang

tanpa menggunakan Asbuton. Apabila memperhatikan Tabel 1.9, yaitu dengan menggunakan

contoh perhitungan overlay maka ditinjau dari kekuatan maka untuk umur rencana yang sama

(misal 5 tahun) campuran beraspal yang menggunakan Asbuton dapat mereduksi ketebalan

lapis tambah sehingga lebih ekonomis. Besarnya reduksi Aspal Pen 60, Agregat dan biaya

konstruksi untuk masing-masing jenis campuran beraspal panas yang menggunakan Asbuton

adalah berturut-turut sebagai berikut:

1. AC-WC dengan Tipe 5/20: 16,7%; 4,3%; dan 13,5%

2. AC-WC dengan Tipe 15/20: 23,3%; 6,0%; dan 13,4%

Page 79: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

70

3. AC-WC dengan Tipe 15/25: 35,4%; 6,8%; dan 14,0%

4. AC-WC dengan Tipe 20/25: 43,8%; 8,4%; dan 13,1%

5. AC-WC dengan Aspal Yang Dimodifikasi Asbuton: 20,0%; 0,3%; dan 8,1%

6. AC-WC dengan Bitumen Asbuton Modifikasi: 100%; 0%; dan 4%

Page 80: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

71

F. RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU

1. Definisi Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi

(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan

ikatnya, ( Aly,2004 ).

Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen

yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan

tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan

lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal

sebagaimana terlihat pada Gambar 38.

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari

pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi

keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama

masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan

merupakan bagian utama

yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai

berikut :

- Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.

- Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.

- Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.

- Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban

pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-

lapisan di bawahnya.

Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan beton semen

dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.

Page 81: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

72

2. Sejarah Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Ia

lebih di kenal pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton. Perkerasan tipe

ini sudah sangat lama di kembangkan di negara – negara maju seperti Amerika, Jepang,

Jerman dll.

Sejarah Pada mulanya plat perkerasan kaku hanya di letakkan di atas tanah tanpa

adanya pertimbangan terhadap jenis tanah dasar dan drainasenya. Ukuran saat itu

hanya 6 – 7 inch. Seiring dengan perkembangan jaman, beban lalu lintas pun

bertambah terutama saat sehabis Perang Dunia ke II, para engineer akhirnya

mulai menyadari tentang pentingnya pengaruh jenis tanah dasar terhadap pengerjaan

perkerasan terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan.

Pumping merupakan proses pengocokan butiran – butiran subgrade atau subbase pada

daerah – daerah sambungan (basah atau kering) akibat gerakan vertikal pelat karena

beban lalu lintas yang mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.

Gambar 38. Tipikal struktur perkerasan beton semen

Page 82: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

73

3. Jenis – Jenis Perkerasan Beton Semen

Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu :

A. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan ( Jointed

plain concrete pavement ).

B. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan ( Jointed

reinforced concrete pavement ).

C. Perkerasan beton semen tanpa tulangan ( Continuosly reinforced concrete

pavement ).

D. Perkerasan beton semen prategang ( Prestressed concrete pavement ).

E. Perkerasan beton semen bertulang fiber ( Fiber reinforced concrete

pavement ).

Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004

Gambar 39 : Macam – macam Perkerasan Beton Semen

Page 83: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

72

Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan

lentur. Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama

diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat beton yang

cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas

dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan – lapisan di

bawahnya.

Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004

Gambar 40 : Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

4. Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku

Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah

berupa satu lapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi

bawah (subbase berupa cement treated subbase maupun granular subbbase)

berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap.

Page 84: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

73

Bahan Penutup

Dowel,Batang polos,

diminyaki/dicat

Plat beton mutu tinggi

Bounding breaker

Subbase

Tanah dasar

Gambar 41 : Skema Potongan Melintang Konstruksi Perkerasan Kaku

Page 85: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

74

Adapun Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen ( Rigid

Pavement ) adalah sebagai berikut :

1. Tanah Dasar ( Subgrade )

Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan untuk

menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini berfungsi

sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan / disebarkan oleh konstruksi

perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar (subgrade)

adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan

keseragaman kepadatan.

Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan

kaku yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi tanah dasar

(k).

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),1985

Grafik 2.1. Korelasi Hubungan antara CBR dan Nilai ( k )

Page 86: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

75

Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu

menentukan, dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah

dasar tidak berpengaruh terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan

kaku.

2. Lapis Pondasi ( Subbase )

Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton

semen mutu tinggi. Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound

granular (sirtu) atau bound granural (CTSB, cement treated subbase). Pada

umumnya fungsi lapisan ini tidak terlalu struktural, maksudnya keberadaan

dari lapisan ini tidak untuk menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton

semen.

Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan

uniform. Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata.

Ketidakrataan ini dapat berpotensi sebagai crack inducer.

3. Tulangan

Pada perkerasan beton semen terdpat dua jenis tulangan, yaitu

tulangan pada pelat beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan

sambungan untuk menyambung kembali bagian – bagian pelat beton yang telah

terputus (diputus). Kedua tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta

fungsi yang berbeda satu sama lain. Adapun tulangan tersebut antara lain :

1) Tulangan Pelat

Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk,

lokasi dan fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang

lain seperti gedung, balok dan sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan

pelat pada perkerasan beton semen adalah sebagi berikut :

ƒ Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran atau gulungan. Pada

pelaksanaan di lapangan tulangan yang berbentuk lembaran lebih baik

Page 87: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

76

daripada tulangan yang berbentuk gulungan. Kedua bentuk tulangan ini dibuat

oleh pabrik.

ƒ Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.ƒFungsi dari

tulangan beton ini yaitu untuk “memegang beton” agar tidak retak (retak beton

tidak terbuka), bukan untuk menahan momen ataupun gaya lintang. Oleh karena

itu tulangan pelat beton tidak mengurangi tebal perkerasan beton semen.

2) Tulangan Sambungan

Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah

melintang dan arah memanjang. Sambungan melintang merupakan

sambungan untuk mengakomodir kembang susut ke arah memanjang

pelat. Sedangkan tulangan sambungan memanjang merupakan sambungan untuk

mengakomodir gerakan lenting pelat beton.

Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004

Gambar 42 : Sambungan Pada Konstruksi Perkerasan Kaku

Adapun ciri dan fungsi dari masing – masing tulangan sambungan

adalah sebagai berikut :

™ Tulangan Sambungan Melintang

• Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel

• Berfungsi sebagai ‘sliding device’ dan ‘load transfer device’. • Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar.

• Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu sisi yang

Page 88: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

77

lain tidak lekat pada pelat beton

• Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar dengan sumbu jalan.

™ Tulangan Sambungan Memanjang

• Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar.

• Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices. • Berbentuk deformed / ulir dan berbentuk kecil. • Lekat di kedua sisi pelat beton.

• Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan. • Luas tulangan memanjang dihitung dengan rumus seperti pada

tulangan melintang.

4. Sambungan atau Joint

Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan atau

mengarahkan retak pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping

(lenting) agar teratur baik bentuk maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki

(sesuai desain). Dengan terkontrolnya retak tersebut, mka retak akan tepat

terjadi pada lokasi yang teratur dimana pada lokasi tersebut telah kita beri

tulangan sambungan.

Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu sambungan

susut dan sambungan lenting. Sambungan susut diadakan dengan cara

memasang bekisting melintang dan dowel antara pelat pengecoran sebelumnya

dan pengecoran berikutnya. Sedangkan sambungan lenting diadakan dengan cara

memasang bekisting memanjang dan tie bar.

Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent dari bahan

khusus yang bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars ataupun

rubber tars. Sebelum joint sealent dicor/dituang, maka celah harus dibersihkan

terlebih dahulu dari segala kotoran.

5. Bound Breaker di atas Subbase

Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakan di atas subbase

agar tidak terjadi bounding antara subbase dengan pelat beton di atasnya. Selain

itu, permukaan subbase juga tidak boleh di - groove atau di - brush.

Page 89: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

78

6. Alur Permukaan atau Grooving/Brushing

Agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton dibuat alur-alur

(tekstur) melalui pengaluran/penyikatan (grooving/brushing) sebelum beton

disemprot curing compound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum

beton mengeras. Arah alur bisa memanjang ataupun melintang.

5. Perencanaan Perkerasan Kaku

Banyak metode yang digunakan pada perencanaan perkerasan kaku, antara

lain Technical Note No.48 hal 1 – CCAA ; Metode PCA (Portland Cement

Association-USA). Metode PCA ini banyak diacu oleh beberapa negara lain

di luar Amerika.

Metode PCA memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah tidak

memerlukan assessment yang berkaitan dengan iklim seperti kondisi beku

yang tidak ditemui di Indonesia, serta tidak memerlukan parameter

serviceability sehingga relatif lebih mudah.

Sambungan

Melintang

Sambungan

Memanjang

Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004

Gambar 43 : Posisi Beban Roda Lalu Lintas Kritis

Untuk dapat memenuhi fungsi perkerasan dalam memikul beban, maka perkerasan harus:

a. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sampai batas-batas yang masih

Page 90: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

79

mampu dipikul tanah dasar tersebut tanpa menimbulkan perbedaan lendutan/penurunan

yang dapat merusak perkerasan itu sendiri.

b. Direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi

pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan tanah dasar serta pengaruh cuaca

dan kondisi lingkungan.

Perkerasan kaku merupakan struktur yang terdiri dari pelat beton semen yang

bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan

tulangan dan terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan pengaspalan sebagai

lapis aus (nonstruktural).

Dalam perencanaan perkerasan kaku ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,

antara lain:

1. Peranan perkerasan kaku dan intensitas lalu lintas yang akan dilayani.

2. Volume lalu lintas, konfigurasi sumbu dan roda, beban sumbu, ukuran dan tekanan

beban, pertumbuhan lalu lintas, jumlah jalur dan arah lalu lintas.

3. Umur rencana perkerasan kaku ditentukan atas dasar pertimbangan- pertimbangan

peranan perkerasan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi perkerasan serta faktor

pengembangan wilayah.

4. Kapasitas perkerasan yang direncanakan harus dipandang sebagai pembatasan.

5. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan

kekuatan pelat perkerasan.

6. Lapis pondasi bawah meskipun bukan merupakan bagian utama dalam menahan beban,

tetapi merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dengan fungsi sebagai berikut:

- mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar

- mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan pada tepi-tepi pelat

- memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat

- sebagai perkerasan jalan kerja selama pelaksanaan

7. Kekuatan lentur beton (flexural strength) merupakan pencerminan kekuatan yang

paling cocok untuk perencanaan karena tegangan kritis dalam perkerasan beton terjadi

akibat melenturnya perkerasan beton tersebut.

Page 91: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

80

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-

negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus. Dalam konstruksinya, plat beton

sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton

pada bagian atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Page 92: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

81

6. Metode Pelaksanaan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

Gambar 44 : Metode pelaksanaan Perkerasan Kaku

A. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku

1. Besaran Rencana

1. Umur Rencana

Pada umumnya umur rencana perkerasan kaku (n) 20 sampai

dengan 40 tahun.

2. Lalu Lintas Rencana

Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu

Page 93: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

82

lintas dan konfigurasi sumbu yang diperoleh berdasarkan data terakhir (≤

2 tahun terakhir). Adapun karakterstik kendaraan yang ditinjau yaitu :

• Jenis kendaraan

Untuk keperluan perencanaan perkerasan kaku hanya kendaraan

niaga yang mempunyai berat total minimum 5 ton yang ditinjau.

• Konfigurasi sumbu ) Sumbu tunggal dengan roda tunggal (STRT)

) Sumbu tunggal dengan roda ganda (STRG)

) Sumbu tandem/ganda dengan roda ganda (SGRG)

Adapun langkah – langkah perhitungan data lalu lintas sebagai

input data untuk perencanaan tebal perkerasan kaku adalah sebagai berikut :

a. Menghitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan akan

menggunakan jalan tersebut pada akhir umur rencana.

b. Menghitung jumlah kendaraan niaga (JKN) selama umur rencana

(n) : JSKN = 365 x JSKNH x R

Dimana :

JKNH = Jumlah sumbu kendaraan niaga harian pada saat jalan dibuka

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

c. Menghitung prosentase masing – masing kombinasi konfigurasi beban

sumbu terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH)

d. Menghitung jumlah repetisi kumulatif tiap – tiap kombinasi konfigurasi

beban sumbu pada lajur rencana dengan cara mengalikan JSKN

dengan persentase tiap – tiap kombinasi terhadap JSKNH dan

koefisien distribusi lajur rencana seperti terlihat pada tabel berikut :

Page 94: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

83

Peranan Jalan Faktor Keamanan Jalan Tol

Jalan Arteri Jalan Kolektor/Lokal

1,2 1,1 1,0

Tabel 12.. Koefisien Distribusi Lajur Rencana

Jumlah Lajur Kendaraan Niaga

1 lajur

2 lajur

3 lajur

4 lajur

1

0,7

0.5

-

1

0,500

0,475

0,450

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Sebagai besaran rencana beban sumbu untuk setiap konfigurasi

harus dikalikan dengan faktor keamanan (FK) seperti terlihat pada tabel

berikut : Tabel 13. Faktor Keamanan

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

3. Kekuatan Tanah Dasar

Kekuatan tanah dasar dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k).

Nilai k dapat diperoleh dari hasil korelasi dengan CBR. Nilai CBR

rendaman yang digunakan untuk perencanaan dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus yang diambil dari NAASRA (National

Association of Australian State Road Authority)

Sumber : Djatmiko Soedarmo, Jedy Purnomo, Mekanika Tanah 1, 1997

Page 95: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

84

B. Perencanaan Tebal Pelat

Langkah – langkah dalam perencanaan tebal pelat adalah sebagai berikut :

1. Memilih suatu tebal pelat tertentu

2. Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta suatu harga

k tertentu, maka :

/ Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dengan

menggunakan nomogram korelasi beban sumbu dan harga k (ada 3 nomogram,

untuk sumbu tunggal roda tunggal, sumbu tunggal roda ganda dan sumbu ganda

roda ganda).

/ Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang

terjadi pada pelat dengan kuat lentur tarik (MR) beton.

/ Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan

harga perbandingan tegangan berikut :

Tabel 14. Jumlah Pengulangan Beban yang Diijinkan

Perbandingan

Tegangan

Jumlah pengulangan

Beban yang

Perbandingan

Tegangan

Jumlah Pengulangan

Beban yang diijinkan 0,51

0,52

0,53

0,54

0,55

0,56

0,57

0,58

0,59

0,60

0,61

400.000

300.000

240.000

180.000

130.000

100.000

75.000

57.000

42.000

32.000

24.000

0,69

0,70

0,71

0,72

0,73

0,74

0,75

0,76

0,77

0,78

0,79

2.500

2.000

1.500

1.000

850

650

490

360

270

210

160

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

/ Persentase fatigue untuk tiap – tiap kombinasi / beban sumbu

ditentukan dengan membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan

jumlah pengulangan beban yang diijinkan.

Page 96: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

85

3. Mencari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari

seluruh kombinasi konfigurasi beban sumbu.

4. Langkah – langkah 1 sampai 3 diulangi hingga didapatkan tebal pelat

terkecil dengan total fatigue yang lebih kecil atau sama dengan 100%.

5. Tebal minimum pelat untuk perkerasan kaku adalah 150 mm.

C. Perencanaan Tulangan

Tujuan dari penulangan yaitu :

¾ Membatasi lebar retakan

¾ Mengurangi jumlah sambungan melintang

¾ Mengurangi biaya pemeliharaan

™ Penulangan Pelat pada Perkerasan Beton Bersambung

Luas penulangan pada perkerasan ini dihitung dengan persamaan:

As = 1200 × F × L × h fs

Keterangan:

As = Luas tulangan yang diperlukan (mm²/m')

F = Koefisien gesek antara pelat dan lapis pondasi

L = Jarak antar sambungan (m)

h = Tebal pelat beton (m)

fs = Tegangan tarik ijin baja (kg/cm²)

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Adapun nilai F dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi

Jenis

Faktor Gesekan

Burtu, Lapen dan konstruksi yang sejenis

Aspal Beton,

Lataston Stabilisasi

kapur Stabilisasi

aspal Stabilisasi

semen Koral

2,2

1,8

1,8

1,8

1,8

1,5

Page 97: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

86

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Untuk panjang pelat ≤ 13 m, luas tulangan diambil 0,1% dari luas penampang beton atau

0,14% menurut SNI 1991.

7. Kelebihan dan Kekurangan Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

Kelebihan Jalan Beton :

a. Dapat menahan beban kendaraan yang berat

b. Tahan terhadap genangan air dan banjir

c. Biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal

d. Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur tanahnya terlebih

dahulu

e. Pengadaan material lebih mudah didapat

Kekurangan jalan beton :

a. Kualitas jalan beton sangat bergantung pada proses pelaksanaannya misal

pengeringan yang terlalu cepat dapat menimbulkan keretakan jalan, untuk mengatasi

hal ini dapat menambahkan zat kimia pada campuran beton atau dengan menutup

beton pasca pengecoran dengan kain basah untuk memperlambat proses pengeringan

b. Untuk penggunaan pada jalan rayadengan kapasitas berat kendaraan yang tinggi,

maka biaya konstruksi jalan beton lebih mahal dibanding jalan aspal, namun lebih

murah pada masa perawatan.

c. Kehalusan dan gelombang jalan sangat ditentukan pada saat proses pengecoran

sehingga diperlukan pengawasan yang ketat.

d. Proses perbaikan jalan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan beton yang

lama, sehingga menaikan ketinggian elevasi jalan, sehingga terkadang elevasi jalan

lebih tinggi dibanding rumah di sampingnya.

e. Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga

menimbulkan efek kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.

Page 98: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

87

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Bata Ringan

Penggunaan bata ringan merupakan hasil dari inovasi atas kompleksnya pembangunan

di masa kini. Kebutuhan akan material yang sangat bermanfaat dan memiliki kelebihan-

kelebihan khusus seperti kuat tekan yang lebih baik dari material lain, ketahanan terhadap

api ketika terjadi kebakaran, daya serap suara yang membuat dinding menjadi kedap suara,

ekonomis serta kemudahan pemakaian menjadi tolok ukur pentingnya keberadaan material

seperti bata ringan. Sangat dibutuhkan inovasi-inovasi yang lebih kreatif lagi ke depan

sehingga industry kontruksi semakin mempermudah proses pembangunan yang ekonomis

dan berkualitas.

2. Batu Kapur

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Batu kapur adalah Batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium karbonat).

Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut.

2. Batu kapur dibagi menjadi 2 macam berdasarkan proses pembetukannya yaitu :

a. Kapur tohor adalah hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian

besar merupakan kalsium karbonat (CaCO3) pada temperature diatas 900 derajat.

CaCO3 (batu kapur) —> CaO (kapur tohor) + CO2

b. Kapur padamAdalah kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan

mengeluarkan panas, hasilnya dapat berupa serbuk halus. Digunakan terutama untuk

bahan pengikat dalam adukan bangunan.

CaO +H2O → Ca(OH)2

3. Proses pembuatan kapur, proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)

Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah penting untuk

terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu kapur

yang akan dibakar sehingga seluruhnya terkalsinasi menjadi kapur tohor.Pembakaran

dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk mengeringkan batu kapur. Jika

unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api dapat semakin

Page 99: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

88

dibesarkan. Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah terkalsinasi.

Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada 900°C atau lebih maka batu kapur telah

terkalsinasi.

4. Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :

a. Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan penambahan kapur pada pekerjaan timbunan.

b. Penambahan Kapur Untuk Perbaikan Karakteristik Tanah Tulakan Sebagai

Pozolan Alam Untuk Pengganti Semen Sebagai Bahan Baku Beton

c. Bahan Penyusun Bata Ringan AAC

d. Sebagai Bahan pengisi pada beton aspal AC-WC

3. Kaca

Kaca menjadi material yang erat kaitannya dengan estetika. Banyak bangunan yang

menggunakan kaca untuk memperindah tampilannya, sehingga bangunan tersebut terlihat

mencolok. Seiring dengan waktu, kaca berkembang menjadi berbagai macam jenis, sesuai

kebutuhan konsumen. Tetapi kesamaan kaca sejak dulu sampai sekarang adalah sifatnya

yang getas dan anggapan bahwa kaca adalah rapuh dan tidak kuat, sehingga sangat jarang

digunakan untuk penahan beban.

Yang belum diketahui masyarakat adalah kaca memiliki kekuatan yang cukup untuk

dijadikan sebagai elemen struktur bangunan, seperti lantai, balok dan kolom. Aplikasi untuk

elemen struktur tersebut tidak mungkin hanya mengandalkan kaca yang berdiri sendiri. Kaca

harus digabungkan dengan bahan lain untuk menjadi lebih kuat, namun tetap memiliki ciri

dan image kaca pada umumnya. Kaca yang memiliki sifat dasar menyerupai batu atau beton

ini baik digabungkan dengan bahan kawat layaknya tulang pada beton bertulang. Kawat ini

akn membantu kaca, yang dijadikan kolom, balok, atau lantai, dalam menahan gaya tarik.

Kaca memang belum memungkinkan untuk dijadikan material struktur untuk bangunan

bertingkat tinggi, karena resiko yang harus ditanggung cukup besar. Selain itu untuk

menahan beban bangunan bertingkat tinggi, dimensi kaca yang harus digunakan pastilah

sangat besar. Kendala lain dalam penggunaan kaca sebagai struktur adalah biaya. Tempered

glass yang ada di pasaran memiliki harga yang cukup mahal. Bila diperlukan kaca seperti itu

dengan ukuran besar dan solid seperti untuk kolom dan balok, harganya akan menghabiskan

budget yang ada.

Page 100: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

89

4. Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC)

1. Beton aspal untuk lapisan antara (AC-Binder Course) adalah lapisan perkerasan

yang terletak dibawah lapisan aus, tidak berhubungan dengan cuaca, tetapi memiliki

stabilitas untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan.

2. Campuran Aspal Beton (AC-BC) yang baik adalah harus memenuhi syarat – syarat :

- Stabilitas Tinggi

- Durabilitas Lama

- Fleksibilitas Cukup

- Tahan Terhadap skid resistance

3. Penggunaan campuran AC-BC dilapangan harus disesuaikan dengan metode

pelaksanaan sehingga ketahanan dari konstruksi aspal dapat bertahan sesuai umur

rencana.

5. Aspal Buton

Dari segi kualitas, produk berupa Buton Granular Asphalt (BGA) memiliki beberapa

kelebihan, seperti :

1. Ketahanan deformasi yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

BGA di dalam campuran beraspal akan memperbaiki mutu aspal minyak sehingga

perkerasan akan menjadi lebih tahan terhadap deformasi akibat beban lalu lintas.

2. Ketahanan terhadap temperatur tinggi, BGA di dalam campuran aspal akan

meningkatkan titik lembek bitumen (sekitar 50 – 60 o C) sehingga campuran akan

lebih tahan terhadap temperatur tropis yang tinggi. Pengembangan BGA dapat

memberikan peningkatan kualitas dan nilai manfaat aspal buton.

6. Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku

1. Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di Indonesia, yang

lebih dikenal pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton.

2. Perkerasan kaku memiliki kelebihan dan kekurangan yang tentu

menjadi pertimbangan dalam pemilihan konstruksi perkerasan jalan.

3. Perkerasan kaku harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang

4. telah ditentukan.

Page 101: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

90

DAFTAR PUSTAKA

Goritman B., Irwangsa, Kusuma J.H (2011). Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata Ringan Dari Segi Material, Biaya, dan Produktivitas. Jurnal Penelitian. Universitas Kristen Petra. Surabaya

Wikipedia. (2014). Bata Ringan. Diunduh 26 Oktober 2014.

Rumah Prefab. (2013). Beton/Bata Ringan. Diunduh 26 Oktober 2014.

Rumahminimalis21.blogspot.com. (2014). Perbedaan Bata Merah, Batako dan bata Ringan. Diunduh 26 Oktober 2014.

BowlesJoseph. E (1991),” MekanikaTanah ”edisi2, Erlangga, Jakarta.

Bowles, J.E., (1991) : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah), edisi

kedua,Erlangga,Jakarta

Das.B.M(1991),”MekanikaTanah(Prinsip–prinsipRekayasaGeoteknis)”,jilid1 dan 2,

Erlangga, Jakarta.

DepartemenPermukimandan Prasarana Wilayah, 2002, SpesifikasiCampuran Beraspal Panas,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi,Jakarta

Sukirman, Silvia, 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Edisi ke-2,

PenerbitYayasanObor Indonesia, Jakarta

Sukirman, Silvia, 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

http://www.direktorimaterial.com/2012/04/lantai-kaca_29.html

http://pekanbaru.tribunnews.com/2012/03/18/tips-desain-dinding-kaca

http://nasional.kompas.com/read/2009/01/14/14284272/Aplikasi.Kaca.pada.Dinding.Rumah

http://kacaatapdankacalantai.blogspot.com/p/skylight.html

http://topdesign72.com/modern-glass-roof-design-ideas-pictures-images/

http://kacaatapdankacalantai.blogspot.com/

http://sigitkusumawijaya.blogspot.com/2008/12/sejarah-lahirnya-arsitektur-modern.html

http://www.oocities.org/sta5_ar530/tugas_kelompok/kelompok5/BAB_I.htm

http://www.kaca.com

Departemen Pekerjaan Umum, 2010. Spesifikasi Teknik 2010--Ditjen Bina Marga, Jakarta.

Ismanto Bambang, 2011. Perancangan Perkerasan dan Bahan. -------

Page 102: PENGUNAAN BATU KAPUR, BATA RINGAN, KACA,  ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC), ASPAL BUTON, DAN RIGID PAVEMENT ATAU PERKERASAN KAKU PADA KONSTRUKSI

91

----ITB Bandung.

UPTD Pengujian Bahan. 2014. Laporan Pengujian Laboratorium, -

-------Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Dr. Ir. R. Anwar Yamin, MSc , (2013) : Perkerasan Beton Semen, Puslitbang Prasarana

Transportasi Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah.