Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

65
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat disangkal bahwa Jalan Raya memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar kegiatan transportasi manusia menggunakan Jalan raya. Pengaruh yang besar tersebut mengakibatkan jalan raya memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian serta pembangunan suatu negara. Kesadaran akan pentingnya fungsi jalan raya dalam kehidupan manusia telah mendorong banyak penelitian tentang desain lapis perkerasan jalan raya untuk mencari teknologi yang memungkinkan manusia dapat merencanakan perkerasan jalan raya secara lebih efektif dan efisien. Dewasa ini teknologi bahan perkerasan jalan raya telah digunakan secara luas pada desain perkerasan jalan raya yang berskala kecil sampai pada yang berskala besar. Perkerasan dengan permukaan berbitumen seringkali disebut sebagai lentur (flexible) dan berlawanan dengan pekerasan kaku (rigid) dari beton semen. Suatu permukaan berbitumen dapat berubah bentuk dan tidak akan seluruhnya kembali seperti semula bila menerima beban yang terus menerus atau berulang-ulang. Di dalam batas- batas tertentu permukaan ini dapat menyesuaikan diri terhadap pemadatan lapisan-lapisan di bawahnya. Sebaliknya, plat beton-semen adalah kaku, sifat elastis dan dapat kembali kepada bentuk aslinya apabila muatan dihilangkan. Dalam kejadian ini, apabila lapisan- lapisan dibawahnya tidak seluruhnya kembali seperti

Transcript of Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

Page 1: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak dapat disangkal bahwa Jalan Raya memiliki fungsi penting dalam

kehidupan manusia. Sebagian besar kegiatan transportasi manusia menggunakan

Jalan raya. Pengaruh yang besar tersebut mengakibatkan jalan raya memegang

peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian serta

pembangunan suatu negara.

Kesadaran akan pentingnya fungsi jalan raya dalam kehidupan manusia

telah mendorong banyak penelitian tentang desain lapis perkerasan jalan raya

untuk mencari teknologi yang memungkinkan manusia dapat merencanakan

perkerasan jalan raya secara lebih efektif dan efisien. Dewasa ini teknologi bahan

perkerasan jalan raya telah digunakan secara luas pada desain perkerasan jalan

raya yang berskala kecil sampai pada yang berskala besar.

Perkerasan dengan permukaan berbitumen seringkali disebut sebagai

lentur (flexible) dan berlawanan dengan pekerasan kaku (rigid) dari beton semen.

Suatu permukaan berbitumen dapat berubah bentuk dan tidak akan seluruhnya

kembali seperti semula bila menerima beban yang terus menerus atau berulang-

ulang. Di dalam batas-batas tertentu permukaan ini dapat menyesuaikan diri

terhadap pemadatan lapisan-lapisan di bawahnya. Sebaliknya, plat beton-semen

adalah kaku, sifat elastis dan dapat kembali kepada bentuk aslinya apabila muatan

dihilangkan. Dalam kejadian ini, apabila lapisan-lapisan dibawahnya tidak

seluruhnya kembali seperti semula, plat ini akan terangkat dan membentang di

atas daerah yang lebih rendah. Suatu ketika, jika daerah yang tidak tersangga

tersebut cukup luas dan menerima muatan yang besar dan cukup sering, maka plat

tersebut akan hancur akibat kelelahan struktur.

Pada dasarnya, desain perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan

dan sifat penting lainnya dari lapis permukaan perkerasan dan masing-masing

lapisan di bawahnya dan menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapisan

Page 2: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

2

pondasi dan pondasi bawah (jika ada), dan material lain yang didatangkan yang

harus dihamparkan di atas tanah asli. Kadan-kadang salah satu dari beberapa

kombinasi material dan tebal lapisan akan memenuhi persyaratan metode desain

khusus. Sesekali waktu, beberapa variabel seperti cuaca dan kondisi kelembaban

tanah mengharuskan perlakuan yang lebih konservatif dari biasanya. Tidak

diragukan lagi, desain perkerasan tidak hanya melibatkan substitusi data ke dalam

rumus atau mencari bilangan harga dari sebuah grafik desain.

Maksud dari desain perkerasan adalah untuk memilih kombinasi material

dan tebal yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam

jangka panjang. Analisa seperti ini umumnya mempertimbangkan biaya

pemeliharaan konstruksi dan pelapisan ulang.

Seluruh metode desain perkerasan dimulai dengan suatu perkiraan volume

lalu-lintas yang akan terjadi dan karakternya selama umur rencana perkerasan

tersebut. Salah satu pendekatan adalah mengelompokan lalu-lintas ke dalam

semacam istilah deskriptif seperti berat, sedang, atau ringan. Proyeksi lalu-lintas

digabungkan dengan hasil studi loadometer guna memperoleh muatan roda atau

sumbu (gandar) yang ekivalen. Sebagai contoh, efek truk dengan “lima-sumbu”

diubah menjadi suatu pernyataan besaran muatan roda sebesar 5000 lb (2270 kg)

atau muatan gandar sebesar 18.000 lb (7. 972 kg).

Beberapa metode desain didasarkan atas perkiraan lalu-lintas yang

berjalan di kedua arah; lainnya memakai jumlah “arah tunggal”. Tentu saja kedua

pendekatan ini memuaskan apabila pemakainya mengetahui penggunaannya -yang

sesuai. Masalah lainnya muncul dengan adanya jalan raya berlajur-banyak

(multilane highway). Pada jalan ini, kebanyakan lalu-lintas truk dan kerusakan

perkerasan terpusat pada lajur luar. Untuk desain perkerasan, beberapa jawatan

membebankan seluruh lalu-lintas pada satu lajur tunggal atau lajur rencana

(design lane); lainnya sedikit mengurangi perkerasan lalu-lintas di dalam lajur

“rencana”. Sebagai contoh, prosedur yang dipakai pada Departement Transportasi

Illinois, untuk jalan raya luar kota, adalah mengurangi perkiraan jumlah muatan

gandar 18.000 lb (± 7.970 kg) dalam jalur rencana pada jalan raya

Page 3: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

3

empat-lajur sebesar 10 % dan 20 % bila jumlah lajurnya pada kedua arah adalah

enam atau delapan.

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan,

bahwa bukan cuma karakteristik material dari konstruksi penyusun lapis

perkerasan dan karakteristik lalu lintas saja yang perlu ditinjau, melainkan banyak

faktor lain yang juga besar pengaruhnya terhadap perencanaan lapis perkerasan

yang tepat dan efisien. Faktor faktor seperti ekonomi, kondisi lingkungan, sifat

tanah dasar, fungsi jalan dan faktor lainnya sangatlah penting untuk diperhatikan

karena bukan cuma mempengaruhi kekuatan dari konstruksi tetapi juga sangat

berpengaruh terhadap durability atau keawetan dari konstruksi lapis perkerasan

tersebut.

Dengan banyaknya data-data yang perlu diperhitungkan dalam

perencanaan lapis perkerasan suatu jalan seperti karakteristik material, data lalu

lintas, karakteristik pergerakan lalu lintas, jenis jalan, faktor regional (iklim) serta

syarat-syarat lainnya dan juga pembacaan grafik-grafik serta nomogram yang

memerlukan ketelitian dan kesabaran, tentunya akan memerlukan banyak waktu

guna memperoleh suatu rencana tebal lapis perkerasan suatu jalan.

Dari pemikiran inilah penulis mencoba untuk mempersingkat pemakain

waktu dalam perencanaan tebal lapis perkerasan jalan, yaitu dengan menuangkan

alur perhitungan tebal perkerasan kedalam suatu software atau program komputer

dimana nantinya diharapkan dalam perhitungannya perencana hanya perlu

memasukan input-input data tertentu dan perhitungannya diserahkan kepada

program komputer tersebut untuk dikerjakan secara otomatis. Begitu juga dengan

grafik-grafik dan nomogram-nomogram, dalam software ini, pengeplotan dan

pencarian suatu nilai dari grafik dan nomogram akan secara otomatis dilakukan

oleh software tersebut yang tentu saja hasilnya lebih tepat dan prosesnya lebih

cepat dibandingkan bila dikerjakan secara manual yang dikhawatirkan akan

banyak terjadi human error yang mungkin dikarenakan faktor lelah ataupun faktor

lainnya.

Untuk membuat perhitungan tebal lapis perkerasan dengan menggunakan

komputer, dibutuhkan suatu bahasa pemrograman yang akan menerjemahkan

Page 4: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

4

alur logika perhitungan tersebut ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh

komputer. Pada laporan tugas akhir ini, bahasa pemrograman yang digunakan

oleh penyusun adalah bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Visual Basic (VB)

merupakan pengembangan dari bahasa QuickBasic yang berjalan di atas sistem

operasi DOS. Versi awal diciptakan oleh Alan Cooper yang kemudian

menjualnya ke Microsoft dan mengambil alih pengembangan produk dengan

memberi nama sandi “Thunder”. Akhirnya VB menjadi Bahasa Pemrograman

utama di lingkungan windows

Secara mendasar VB mirip dengan bahasa pemrograman yang lain,

misalnya BASIC, C++ dan Pascal (tetapi tentu saja sintaks dari tiap-tiap bahasa

tidak sama persis). Lompatan terbesar VB adalah kemampuannya untuk

memanfaatkan Windows. VB tidak memerlukan pemrograman Khusus untuk

menampilkan jendela (window), dan cara penggunaannya juga berbasis visual

seperti aplikasi Windows lainnya,misalnya untuk mengatur besarnya jendela

cukup dengan men-drag form yang tersedia dengan mouse sehingga diperoleh

ukuran yang dikehendaki. VB adalah bahasa pemrograman yang evolusioner, baik

dalam hal teknik (mengacu pada event dan berorientasi objek) maupun cara

operasinya. Sangat mudah untuk menciptakan aplikasi dengan VB, karena hanya

memerlukan sedikit penulisan kode-kode program sehingga sebagian besar

kegiatan pemrograman dapat difokuskan pada penyelesaian problem utama dan

bukan pada pembuatan antar-mukanya.

Meskipun bahasa pemrograman Fortran bagi beberapa kalangan senior

masih merupakan bahasa komputer teknik dan sain, tetapi seiring dengan

kemajuan teknologi maka bahasa pemrograman lain telah maju pesat dan dapat

menghasilkan aplikasi dengan ketelitian dan kecepatan yang sama, bahkan

mampu melakukan pekerjaan lain misalnya multimedia. Bahasa pemrograman

yang dimaksud antara lain adalah Microsoft Visual Basic yang disingkat sebagai

VB.

Page 5: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

5

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adalah penting untuk menetapkan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai

dalam setiap kegiatan agar kegiatan tersebut lebih terarah dan mempunyai

landasan dalam setiap kegiatan selanjutnya. Adapun tujuan dari penyusunan

Laporan Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan sebuah perangkat lunak/software untuk analisis

dan perencanaan tebal lapis perkerasan lentur

2. Untuk memberikan kemudahan bagi para praktisi pemula untuk mendesain

konstruksi tebal lapis perkerasan lentur

Sedangkan manfaat yang dapat diambil, antara lain:

1. Efisiensi waktu dalam perancangan dan perhitungan tebal lapis perkerasan

lentur

2. Bisa juga sebagai alat bantu presentasi guna memberikan pemahaman

mengenai perancangan dan perhitungan tebal lapis perkerasan lentur yang

lebih baik.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu metode pendekatan untuk menyelesaikan

masalah dengan memperhatikan sumber dana dan fasilitas yang tersedia. Metode

penelitian menguraikan langkah-langkah dalam kegiatan penelitian, sehingga

dapat memberi gambaran tentang bagaimana mencari jawaban dari permasalahan

yang diajukan, berikut ruang lingkup dan kedalaman, serta ketelitian yang akan

dicapai. Metode penelitian dapat diurutkan menjadi:

1.3.1 Pengumpulan data

Dalam melaksanakan metodologi ini, penulis menggunakan Petunjuk

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa

Komponen, SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F, serta situs internet

dan buku-buku teks sebagai tinjauan pustaka.

Page 6: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

6

1.3.2 Jalannya Penelitian

Proses penelitian dimulai dengan melakukan :

1. Menyusun dan mempelajari formulasi matematika sehingga

memudahkan untuk diprogramkan.

2. Membuat Algoritma/diagram alir program yang mengikuti logika

pemrograman dan sesuai dengan prosedur perhitungan tebal lapis

pekerasan lentur. Apabila diagram alir itu sudah dapat diterima

kebenaran prosesnya, maka dapat disusun menjadi program yang

mencakup persoalan yang ditinjau.

3. Selanjutnya hasil analisis yang dihasilkan program akan

dipresentasikan dalam bentuk grafik, tabel dan gambar yang

informatif. Analisis yang dihasilkan program harus diverifikasi

dengan membandingkan hasil keluarannya dengan referensi yang

tersedia maupun dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan

manual. Jika kesalahan masih cukup besar, maka harus dilakukan

revisi pada program maupun algoritma/diagram alirnya.

Jika program sudah memberikan hasil yang diharapkan, maka program

tersebut dapat digunakan untuk menentukan desain tebal lapis perkerasan

lentur. Setelah hasil penelitian dianalisis dan interprestasi diberikan, maka

selanjutnya dibuat kesimpulan yang sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian serta saran-saran yang berkaitan dengan proses penelitian dan

tindak lanjut dari hasil penelitian.

1.3.3 Penulisan Laporan

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode

deskriptif yang berarti suatu penulisan berbentuk paparan, uraian, dan

keterangan-keterangan atau informasi-informasi yang diperoleh melalui

pengamatan tertentu terhadap obyek sebagaimana adanya pada waktu tertentu.

Page 7: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

7

1.4 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka dilakukan

pembatasan-pembatasan terhadap ruang lingkup pembahasan. Adapun

pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Penulisan dibatasi pada perencanaan tebal lapis perkerasan lentur

(flexible pavement) untuk jalan baru

2. Perencanaan tebal lapis perkerasan untuk jalan baru dengan meng-

gunakan metode Analisa Komponen (Bina Marga) .

3. Banyak lapis perkerasan 3 (tiga) lapis perkerasan, untuk jalan baru.

a. Lapisan Surface

b.Lapisan Base c.

Lapisan SubBase

"D1

~D2 D3

SUBGRADE

Gambar 1.1 Susunan tebal lapis perkerasan lentur jalan raya

(flexible pavement)

4. Ada dua jenis MST yang umum digunakan untuk perencanaan tebal

lapis perkerasan di Indonesia yaitu MST 8 Ton dan MST 10 Ton,

pada pembahasan program ini dibatasi hanya untuk kendaraan

dengan MST 8 Ton dengan sumbu kendaraan terbesar adalah

sumbu ganda.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan lebih terperinci maka

diperlukan suatu sistematika penulisan yang merupakan sajian ringkas tentang

Page 8: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

8

encanaan tebal lapis perkerasan menjadi tugas akhir dan

penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk

ditelaah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, pembatasan masalah,

dan sistematika penulisan.

BAB II Dasar Teori

Bab ini menyajikan uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-

konsep yang relevan dengan masalah yang dikaji.

BAB III Metodologiurut-urutan penulisan laporan tugas akhir. Adapun

sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah:

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi perumusan masalah yang mencakup latar belakang alasan

mengangkat masalah per

Dalam bab ini diuraikan tentang cara penulis mengerjakan laporan tugas

akhir mulai dari diagram alirnya disertai penjelasan/penterjemahan dari formulasi

matematika kedalam obyek sesungguhnya.

BAB IV Pemrograman Komputer

Bab ini berisi penjelasan tentang cara kerja program seperti input, output,

kondisi khusus, tampilan halaman program dan syarat tertentu agar program dapat

dijalankan sebagaimana mestinya.

BAB V Verifikasi Program

Bab ini berisi tentang analisis studi kasus yang dilanjutkan verifikasi hasil

keluaran program dengan hasil perhitungan secara manual sampai tidak terjadi

kesalahan sehingga program dapat digunakan.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan uraian dari bab-bab sebelumnya dan

saran-saran berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan dan adopsi

Page 9: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

teknologi.

Page 10: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam

jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan

untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas

(Soeharto, 2001: 1). Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan

upaya pembangunan bangunan infrastruktur. Proyek konstruksi pada umumnya

mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan

arsitektur serta disiplin ilmu di bidang lainnya. Proyek konstruksi dimulai dari

timbulnya prakarsa dari pemilik untuk membangun yang dalam proses selanjutnya

akan melibatkan berbagai unsur seperti penyedia jasa konstruksi dan pengguna

jasa konstruksi (Dipohusodo, 1996: 69).

2.1.1 Unsur-unsur Pengelola Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dimulai sejak timbulnya prakarsa dari pengguna jasa

konstruksi untuk membangun yang dalam proses selanjutnya akan melibatkan dan

sekaligus dipengaruhi perilaku berbagai unsur seperti para perencana konstruksi,

pelaksana kontruksi, dan pengguna jasa konstruksi sendiri (Dipohusodo, 1996:

70).

7

Page 11: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

8

Dalam kenyataannya proyek konstruksi tidak hanya melibatkan ketiga

unsur di atas tetapi ada unsur lain seperti halnya sub pelaksana konstruksi,

supplier dan lain-lain terlibat dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi.

2.2 Quality Control (Pengendalian Mutu)

Quality Control pekerjaan proyek konstruksi harus diarahkan pada upaya

untuk memenuhi persyaratan dan segenap kebutuhan pemberi tugas. Seperti

diketahui persyaratan tersebut dinyatakan dalam bentuk kriteria perencanaan yang

akan memandu keseluruhan proses rekayasa, perencanaan dan penyusunan

spesifikasi teknis. QC bersifat mendasar dan harus diterapkan pada seluruh

tahapan proyek, baik pada perencanaan maupun konstruksi fisiknya.

2.2.1 Definisi Mutu

Mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping biaya dan jadwal.

Mutu dapat didefinisikan sebagai sifat dan karakteristik produk atau jasa yang

membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (Soeharto, 2001:

277). Definisi mutu yang sering diasosiasikan dengan proyek adalah fitness for

use. Istilah ini selain memperhatikan sifat dan karakteristik obyek, juga

memperhatikan masalah tersedianya produk, keandalan dan masalah

pemeliharaan.

2.2.2 Definisi Quality Control (Pengendalian Mutu)

Dalam suatu proyek, untuk mencapai keadaan fitness for use perlu adanya

pengelolaan mutu dengan benar dan tepat yang bertujuan mencapai persyaratan

Page 12: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

9

mutu proyek sesuai standar yang ada. Quality Control adalah berbagai teknik dan

kegiatan untuk memantau, mengevaluasi dan menindaklanjuti agar persyaratan

mutu yang telah ditetapkan tercapai.

Pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu (QA) yang

memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengontrol kualitas material, struktur,

komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan (Soeharto

2001: 284). Selebihnya QC meliputi tindakan-tindakan yang berupa pengetesan,

pengukuran, dan pemeriksaan untuk memantau apakah kegiatan-kegiatan

engineering, pembelian, manufaktur, konstruksi dan kegiatan lain untuk

mewujudkan sistem (instalasi atau produk hasil proyek) telah dilakukan sesuai

dengan kriteria yang digariskan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Quality Control

adalah teknik atau aktivitas operasional untuk menjaga kualitas produk atau jasa

sesuai dengan syarat yang dispesifikasikan, termasuk menggunakan teknik dan

aktivitas tersebut (Nugraha, 2007: 299).

2.2.3 Metode Pengendalian Mutu (QC)

Pengendalian mutu merupakan sebuah proses yang berkesinambungan

yang terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama. Keempat kegiatan utama tersebut

sering disebut PDCA yaitu plan, do, check dan action. Keempat kegiatan tersebut

dalam proyek konstruksi dapat diuraikan secara lebih lanjut sebagai berikut:

Page 13: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

10

1. Perencanaan Pengendalian Mutu (Plan)

Pada tahap ini, disusun rencana pengendalian mutu suatu pekerjaan yang

secara spesifik ditujukan untuk pekerjaan yang dimaksud, dalam hal ini disusun

rencana QC bahan beton, beton segar dan beton keras. Pada tahap ini dokumen

atau peraturan mutu standar yang menjadi pedoman dasar, filosofi, dan kebijakan

mutu direncanakan sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Perencanaan

pengendalian mutu meliputi: •

a. Perencanaan Pedoman Standar Mutu

Perencanaan pedoman standar mutu adalah perencanaan standar yang akan

diberlakukan. Semua standar dan kriteria yang berkaitan dengan inspeksi dan

tes serta prosedur yang menyertainya hendaknya dicantumkan di dalam

program yang bersangkutan. Standar mutu dapat mengacu pada spesifikasi

teknis yang ada dengan berpedoman pada peraturan yang ada seperti SK.SNI.

b. Perencanaan Metode Pengendalian Mutu

Perencanaan metode pengendalian mutu termasuk rencana cara pengujian

mutu dan penentuan titik inspeksi. Perencanaan metode pengendalian mutu

pada umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Soeharto, 2001: 285): •

Perencanaan Cara Pengujian Mutu

Cara pengendalian mutu yang sering diimplementasikan di lapangan

secara garis besar dilakukan dalam 3 (tiga) cara yaitu:

Page 14: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

11

1. Pengecekan dan Pengkajian di Lapangan

Hal ini dilakukan terhadap proses pelaksanaan konstruksi lapangan,

gambar untuk konstruksi, perhitungan yang berkaitan dengan desain

engineering.

2. Pemeriksaan dan Uji Kemampuan Peralatan

Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji

coba berfungsinya suatu peralatan. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan

sewaktu menerima material peralatan termasuk, suku cadang, dan lain-

lain yang baru diterima dari pembelian.

3. Pengujian dengan Mengambil Contoh

Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material/hasil pekerjaan telah

memenuhi spesifikasi atau kriteria yang ditentukan. Pengujian dapat berupa

test destruktif atau nondestruktif yang dilakukan terhadap contoh yang diambil

dari obyek yang diselidiki. • Perencanaan Titik Inspeksi dan Tes

Titik inspeksi dan tes ditentukan sepanjang siklus pekerjaan yang dilaksanakan

(dalam hal ini siklus pekerjaan beton). Pada setiap titik tersebut diperinci apa yang

akan dilakukan, misalnya menyebutkan macam inspeksi dan tes serta metode atau

referensi standar tertentu. Demikian pula kriteria penerimaan dan penolakan

(acceptance dan rejection). c. Perencanaan Organisasi Pengendalian Mutu

Dalam program pengendalian mutu dibutuhkan sebuah bagian dari organisasi

industri jasa konstruksi yang bertugas khusus menangani masalah mutu.

Page 15: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

12

Kegiatan bagian ini tidak langsung menangani kegiatan engineering,

pembelian, atau konstruksi, tetapi mengadakan pemantauan agar pekerjaan itu

memenuhi kriteria dan spesifikasi yang ditentukan (Soeharto 2001: 281). d.

Perencanaan dokumen dan peralatan pendukung

Dokumen dan peralatan pendukung yang dimaksud disini adalah format

dokumen pengendalian mutu seperti check list, berita acara, panduan kerja dan

lain-lain. Peralatan pendukung misalnya alat pengujian seperti kerucut slump

test, peralatan dokumentasi (kamera) dan lain-lain.

2. Implementasi Pengendalian Mutu (Do)

Implementasi adalah penjabaran dari rencana pengendalian mutu menjadi

sebuah sistem atau metode yang dapat diaplikasikan dalam pekerjaan di lapangan.

Pada tahap ini semua rencana, pedoman jadwal dan aspek yang terkait

diwujudkan menjadi sebuah prosedur yang akan menjadi pedoman bagi

pelaksanaan lapangan. Pada tahap ini semua dokumen, elemen yang terlibat dan

peralatan yang diperlukan disiapkan dan mulai diberikan kepada personil yang

akan menerapkan sistem pengendalian mutu. Metode yang dipakai dalam

implementasi pengendalian mutu tergantung pada jenis obyek dan ketetapan yang

diinginkan (Soeharto, 2001: 285).

Page 16: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

13

3. Kegiatan Inspeksi Hasil Pengendalian Mutu (Check)

Inspeksi sendiri merupakan kegiatan mengkaji karakteristik obyek dalam

aspek mutu sesuai dengan suatu standar yang telah ditentukan. Secara lengkap

kegiatan inspeksi meliputi (Soeharto, 2001: 284):

a. Menentukan standar dan spesifikasi yang akan digunakan.

b. Mengukur dan menganalisa karakteristik obyek.

c. Menganalisa hasil pengukuran terhadap standar dan spesifikasi.

d. Membuat keputusan dan kesimpulan atas hasil analisa.

e. Membuat catatan atas proses inspeksi.

Pada akhimya inspeksi akan memberikan keputusan penilaian atas mutu

obyek yang diperiksa berdasarkan standar mutu yang ditentukan. Dengan

demikian akan diketahui apakah obyek memenuhi standar (conformance) atau

tidak memenuhi standar (non conformance). Suatu obyek yang telah memenuhi

spesifikasi berarti dimasa yang akan datang dapat terus digunakan, sedangkan

bagi obyek yang tidak memenuhi maka memerlukan analisa lebih lanjut mengenai

kemungkinan dilakukannya perbaikan untuk meningkatkan mutu dengan

mempertimbangkan aspek fitness for use dan aspek ekonomi.

4. Tindakan Lanjutan (Action)

Action atau tindakan lanjutan yang dimaksud disini adalah tindakan

koreksi yang perlu dilakukan apabila terdapat hasil pekerjaan yang tidak

memenuhi standar mutu (non conforming product). Action dapat berupa

Page 17: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

14

bermacam-macam tindakan tergantung dari permasalahan yang ditemukan di

lapangan.

Dalam penelitian ini, QC pekerjaan beton mencakup bahan beton, beton

segar dan beton keras.

2.3 Beton

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan

semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan

tambah (Mulyono, 2005: 3). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen

gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan

mengenai karakteristik masing-masing komponen.

Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran

beton sebagai dasar perancangan beton, Departemen Pekerjaan Umum melalui

LPMB banyak mempublikasikan standar-standar yang berlaku. DPU-LPMB

memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland atau

semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau

tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:

1).

2.3.1 Aktivitas Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri

dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut

harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Page 18: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

15

Proses pembangunan sebuah struktur dapat diterangkan dengan bagan di

Gambar 2.1. Gideon (Mulyono, 2005: 13). Dari gambar tersebut dapat dilihat

bahwa salah satu proses yang penting adalah perencanaan.

Pada perencanaan pembangunan dituntut kerjasama yang baik antara

pengelola proyek, pemilik dan konsultan perencana serta antara konsultan

perencana, penasihat dan pelaksana. Disamping harus dapat menerjemahkan

keinginan pemilik, pelaksana dan pengelola proyek harus memahami ketentuan-

ketentuan dari instansi pemerintah karena perencanaan beton harus memenuhi

standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan bagan diatas, aktivitas utama pada saat pelaksanaan yang

dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan konsultan perencanaan dan

konsultan supervisi. Pekerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan atau

perintah kerja dari pemilik.

Pengolah Proyek (owner)i

\ - W!-Konsultan Perencana (consultant)

4^' '

Membuat Rencana (perencanaan) Pemerintah (goverment)

*ra L k

Bestek + Gambar (Spesifikasi Teknik & Gambar)

Pemilihan Pemborong (tender)

IPelaksanaan (contruction)

Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 14)

Gambar 2.1 Bagan Alir Perencanaan Pembangunan

I

Page 19: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

16

Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarry atau tempat

penambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh-contoh material

yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah

ditetapkan. Pengambilan contoh ini dilakukakan secara acak (random) agar sifat-

sifat bahan yang akan diuji terwakili. Contoh uji ini kemudian dibawa ke

laboratorium untuk dicek dan diuji. Jika parameter besaran yang dimiliki masing-

masing bahan tersebut telah sesuai dengan syarat diberikan (code standard),

bahan tersebut dapat digunakan. Jika bahan yang diuji tidak memenuhi syarat,

pelaksana harus mencari sumber bahan yang lainnya atau mencampur bahan yang

mutunya kurang dengan bahan lainnya sehingga komposisi bahan yang dihasilkan

sesuai dengan syarat yang ditentukan.setelah nilai masing-masing bahan tersebut

diperoleh, perancangan beton (mix design) harus dilakukan dengan metode-

metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan-pekerjaan milik pemerintah harus

menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar baku ini

dulu dikenal sebagai Standar Industri Indonesia namun saat ini telah direvisi dan

dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Setelah perancangan beton selesai, perlu dilakukan pengujian lanjutan

melalui pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini

meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton segar

dimaksudkan untuk mengetahui workability atau kemudahan dalam

pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat dilihat dari

nilai slump beton. Tujuan pengujian beton segar lainnya untuk melihat apakah

terjadi bleeding dan segregation atau tidak.

Page 20: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

17

Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan

tekan karakteristik dari beton tersebut (f’c). Pengujian ini dilakukan dengan

membuat benda uji silinder yang pada umur tertentu diuji. Jika benda uji tersebut

tidak lulus pada pengujian ini, harus dilakukan perancangan ulang campuran

sampai didapatkan komposisi yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis yang

dibuat oleh pemilik.

Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan, proses

selanjutnya adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix

Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton. Tempat pengolahan berupa

pengolahan yang menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolahan

beton yang besar (concrete plant) selama masa pengolahan beton ini berjalan,

proses pengawasan kualitas harus tetap dilakukan oleh kontraktor, di bawah

pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan

penyusun beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lagi sebagai quality

control bahan-bahan komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa ke

tempat pengerjaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa

pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga agar tidak mengalami

kehilangan faktor air semen yang dapat mengakibatkan menurunya kekuatan tekan

beton. Hal ini dilakukan agar beton yang dihasilkan sesuai dengan yang

diinginkan.

Selama masa pelaksanaan pun proses kontrol tidak boleh dihentikan. Pada

masa ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan penyelesaian harus

diawasi. Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, uji tekan untuk mengetahui

Page 21: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

18

kekuatannya harus dilakukan. Jika pengujian tersebut tidak dilakukan, dapat

dilakukan tindakan lain sesuai dengan syarat evaluasi beton keras. Pengujian

dapat dilakukan dengan core drill dan load test atau dengan merancang ulang

mekaniknya dengan menggunakan mutu beton aktualnya (f’ca). Bagan alir

aktivitas pekerjaan beton dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.3.2 Pengujian Bahan Beton

1. Pengujian Semen Portland (Portland Cement)

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan

dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland

didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker

yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumya mengandung satu atau

lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama

dengan bahan utamanya (Mulyono, 2005: 2007).

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan

rencana kekuatan dan spesifikasi teknis yang diberikan. Pemilihan tipe semen ini

kelihatannya mudah dilakukan karena semen dapat langsung diambil dari

sumbernya (pabrik). Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat

hingga membentuk suatu massa padat dan mengisis rongga-rongga udara di antara

butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%,

namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi

penting.

Page 22: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

19

Penyelidikan Bahan-bahan Penyusun Beton

IPengambilan Sampel

Pengujian Sampel Bahan Penyusun

Perancangan Campuran

Tidak

Pengolahan Beton

Tidak

Pengangkutan Beton

Penuangan Beton Pengambilan SampelBeton Segar &

Pembuatan Benda UjiTekan

Pemadatan Beton

Pekerjaan Akhir Beton

Uji Struktur Tidak Merusak Analisis Hasil & Evaluasi Beton Keras

Page 23: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

Uji Struktur Merusak

Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 16)

Gambar 2.2 Bagan Alir Aktivitas Pekerjaan Beton

Selesai

Page 24: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

20

Semen portland yang digunakan untuk konstruksi sipil harus memenuhi

syarat mutu yang dipergunakan adalah SII.0013-81, “Mutu dan Cara Uji Semen

Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan oleh SII ini diadopsi dari syarat mutu

ASTM C-150.

Syarat Mutu Semen Portland, SII.0013-81 (ASTM.C-150)

Tabel 2.1 Syarat Kimia Semen Portland

URAIAN Jenis Semen

I II III IV V

MgO,%, maksimum

SO3,%, maksimum

C3A<8.0%

C3A<8.0%

Hilang pijar, % maksimum

Bagian tak larut, % maksimum

Alkali sebagai Na2O, % maksimum

5

3

3

3

1

0

>.0

5.0

5.5

5.0

.5

).6

5.0

3.0 -

3.0

1.5

0.6

5.0

3.5

4.5

3.0

1.5

0.6

5.0

2.3 -

2.5

1.5

0.6

5.0

2.3

%-\

3.0

1.5

0.6

Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 44)

Tabel 2.2 Syarat Fisika Semen Portland

No Uraian Tipe Semen

I II III IV V

1 Kehalusan:Sisa diatas ayakan 0.09mm,%maksimumDengan alat Vicat Blainey

1

( 2

8(

0010

2800

10

2800

10

2800

10

2800

2 Waktu pengikatan ( setting time),menggunakan alat "Vicat" Awal, menit minimum Akhir, jam maksimum Waktu pengikatan (setting time),

menggunakan "Gillmore" Awal, menit minimum Akhir,j am maksimum

45 860 10

45 860 10

45 860 10

45 860 10

45 860 10

Page 25: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

21

3

4

5

Kekalan:Pemuaian dalam autoclave, maksimum

0.80 0.80 0.80 0.80 0.80

Kekuatan tekan: 1 hari kg/cm2, minimum 1 + 2 hari kg/cm2, minimum 1 + 6 hari kg/cm2, minimum 1 + 27 hari kg/cm2, minimum

-125 200

-

-100 175

-

125 250

--

--

70 175

-85 150 210

Pengikatan semu (false set) Penetrasi akhir,k % minimum

50 50 50 50 50

6 Panas hidrasi7 hari, cal/g, maksimum28 hari,k cal/g, maksimum

- 70 80

- 60 70

--

7 Pemuaian karena sulfat: 14 hari,k % maksimum

- - - 4 - 0.45*)

Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 45)

2. Pengujian Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran mortar dan beton. Mengingat bahwa agregat menempati 70-75%

dari total volume beton (Nugraha, 2007: 43), maka kualitas agregat sangat

berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat

dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. Pemeriksaan

mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran beton

yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan

yang diharapkan. Agregat yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis

yang telah diterapkan di dalam kontrak kerja. Jika dilihat dari volume agregat

dalam campuran beton, agregat memberikan kontribusi yang besar terhadap

campuran.

Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII 0052-80,

“Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan jika tidak tercantum dalam syarat ini

Page 26: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

22

harus memenuhi syarat ASTM C.33-82, “Standard Spesification for Concrete

Agregates”. Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM

C.330-80, “Spesification for Lightweight for Structural Concrete”.

Agregat Normal menurut SII.0052 (ASTM C-33)

a. Agregat Halus

(1) Modulus Halus butir 1,5 sampai 3,8

(2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari mikron (0.074 mm)

maksimum 5 %.

(3) Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan menvampur

agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 % jika

dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dar pada

warna standar.

(4) Syarat gradasi agregat halus harus memenuhi syarat seperti dalam Tabel

2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 Syarat Mutu Agregat Halus Menurut ASTM C-33-95

Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persen Lolos Kumulatif9,5 1004,75 95 - 1002,36 80 - 1001,18 50 - 850,6 25 - 600,3 10 - 30

0,15 2 - 10Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 93)

b. Agregat Kasar

(1) Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1

Page 27: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

23

(2) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm)

maksimum 1 %.

(3) Syarat gradasi agregat kasar harus memenuhi syarat seperti dalam Tabel

2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4 Syarat Mutu Agregat Halus Menurut ASTM C-33-90

Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persen Lolos Kumulatif

25,00 10019,00 94,39,50 39,84,75 7,62,38 0

Sumber : Teknologi Beton (Mulyono, 2005: 94)

3. Pengujian Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi

semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton.

Air yang dapat diminum umunya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air

yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,

minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan

menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang

dihasilkan.

Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air harus selalu ada di dalam

beton cair, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya

menjadi suatu pasta sehingga betonnya lecak (workable). Air tawar yang dapat

diminum umumnya boleh dipakai dan tidak terdapat yang aneh pada rasa, bau dan

warna. Sesuai dengan pendapat yang menyebutkan bahwa:

Page 28: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

24

BS 2148 menjelaskan bagaimana beton dengan air tertentu dibandingkan

dengan beton dengan air suling. Pengujian initial set dan kuat tekan dilakukan

untuk membandingkan kualitas air yang dipertanyakan dan dibandingkan dengan

air suling (Nugraha, 2007: 244).

Syarat Mutu Air menurut British Standard (BS.3148-80)

Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan

digunakan sebagai capuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah ini tidak

terpenuhi, sebaiknya air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-

syarat tersebut antara lain adalah:

a. Garam-garam Anorganik

Ion-ion utama yang biasa terdapat dalam air adalah kalsium, magnesium,

natrium, kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat dan kadang-kadang karbonat.

Gabungan ion-ion tersebut tidak boleh lebih besar dari 2000 mg per liter. Garam-

garam anorganik ini akan memperlambat waktu pengikatan beton dan

menyebabkan menurunnya kekuatan beton. Konsentrasi garam-garam tersebut

hingga 500 ppm dalam campuran beton masih diijinkan.

b. NaCl dan Sulfat

Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 20000 ppm pada umumnya masih

diijinkan. Air campuran beton yang mengandung 1250 ppm natrium sulfat,

Na2SO4.10 H2O, dapat digunakan dengan hasil yang memuaskan.

c. Air Asam

Air campuran asam dapat digunakan atau tidak berdasarkan konsentrasi

asamnya yang dinyatakan dalam ppm (parts per million). Bisa atau tidaknya air

Page 29: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

25

ini digunakan ditentukan berdasarkan nilai pH, yaitu suatu ukuran untuk

konsentrasi ion hidrogen.

Air netral biasanya mempunyai pH sekitar 7.00. Nilai pH diatas menyatakan

keadaan kebasaan dan nilai pH 7.00 menyatakan nilai keasaman. Semakin tinggi

nilai asam (pH lebih dari 3.00), semakin sulit kita mengelola pekerjaan beton.

Karena itu penggunaan air dengan pH diatas 3.00 harus dihindarkan.

4. Pengujian Baja Tulangan

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa

mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam

suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan

yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul di

dalam suatu sistem.

Baja tulangan harus diuji sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tabel 2.5 Jenis dan Kelas Baja Tulangan sesuai SII 0136-80

Jenis Kelas Simbol Batas Ulur Minimum

N/mm2

(kgf/mm)

Kuat Tarik Minimum

N/mm2

(kgf/mm)Polos 1 BJTP24 235 382

(39)

2 BJTP30 294 (30)

480 (49)

Deformasian 1 BJTD24 235 (24)

382 (39)

2 BJTD30 294 (30)

480 (49)

3 BJTD35 343 (35)

490 (50)

Page 30: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

26

4

5

BJTD40

BJTD50

392 (40)490 (50)

559 (957)61 (63)

Sumber : Struktur Beton Bertulang (Dipohusodo, 1993: 14)

2.3.3 Pengujian Beton Segar

Pengujian Kelecakan

Kelecakan beton* atau workability adalah kemudahan suatu campuran

beton segar untuk dikerjakan dan dipadatkan. Tidak ada cara yang bisa langsung

mengukur suatu kemudahan. Dulu kelecakan diukur secara visual saja, yaitu

dengan kategori kaku (stiff), lecak (workable) dan plastis. Beton segar yang kaku

berbentuk seperti tanah yang lembab, dan beton segar yang plastis berbentuk

seperti lumpur tebal. Pengambilan contoh dan pengujian beton segar, percobaan

atau pengujian ini dilaksanakan setelah komposisi dari suatu campuran beton

didapatkan. Selanjutnya, dilakukan pengujian sifat-sifat dari beton segar dan

pengaruhnya nanti setelah beton mengeras (PB, 1989: 23).

Slump test adalah pengujian beton segar untuk memperoleh nilai kelecakan

beton, hal ini untuk mengetahui kemudahan yang diperoleh pada saat pengerjaan

dan pemadatan dilaksanakan. Cara pengujiannya adalah kerucut diberdirikan di

atas alas yang telah dibersihkan, kemudian beton segar dimasukkan ke dalam

kerucut dengan sekop kecil, kira-kira sepertiga tinggi kerucut. Dengan

menggunakan batang besi, beton ditumbuk sebanyak 25 kali sampai dasar.

Tambahkan lapisan kedua dan tumbuk 25 kali dengan batang besi hingga sedikit

menyentuh lapisan pertama (tidak sampai dasar). Lakukan hal yang sama untuk

Page 31: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

27

lapisan yang ketiga. Setelah lapisan ketiga selesai ditumbuk, permukaan atas

kerucut diratakan dengan cetok besi dan kelebihan beton dibersihkan.

Gambar 2.3 Cetakan Slump Beton

Angkat kerucut perlahan keatas dengan memegang kupingnya dalam

waktu 5-7 detik. Balikkan kerucut dan letakkan di samping sampel beton segar.

Rebahkan batang penumbuk di atas kerucut. Ukurlah perbedaan tinggi antara

kerucut dan beton segar. Inilah tinggi dari slump. Misalnya perbedaan tingginya

adalah 5 cm, maka nilai slump dari beton segar tersebut adalah 5 cm. Nilai slump

bisa bervariasi dari nol untuk campuran yang kaku, sampai runtuh total untuk total

untuk beton yang sangat cair.

Bila tidak terjadi crumbling atau collapse maka slump adalah indikasi

kelembutan (softness) sebagai lawan kekakuan (stifness) dari campuran. Runtuh

(collapse) sering terjadi pada beton yang kurang pasir (lean), menandakan

Page 32: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

28

rendahnya kohesi dan rendahnya kemampuan beton segar untuk berdeformasi

plastis.

Uji slump berguna untuk mengecek adanya perubahan kadar air, bila

material dan gradasi adalah seragam. Bila jumlah air adalah konstan dan kadar

lengas agregat juga konstan, maka slump test berguna untuk menunjukkan adanya

perbedaan pada gradasi atau adanya perbandingan berat yang salah.

Tabel 2.6 Slump yang Disyaratkan untuk Berbagai Konstruksi (PBI 1971)

Pemakaian Beton Maks Min

Dinding, plat pondasi, dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur di

bawah tanah

9,0 2,5

J Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

Pengerasan jalan 7,5 5,0

Pembetonan masal 7,5 2,5

2.3.4 Pengujian Beton Keras

Pengujian Kuat Tekan

Beton tidak saja heterogen tetapi juga merupakan material yang

anisotropis. Kekuatan bervariasi dengan alam dan arah dari tegangan terhadap

bidang pengecorannya. Kekuatan tarik hanya sekitar 10-15% dari kekuatan tekan.

Jenis kekuatan yang lain yang perlu adalah kekuatan geser, benturan, kelelehan

dan kekuatan di bawah beban tetap (Nugraha, 2007: 257).

Di bawah tegangan triaksial, tegangan aksis maksimum bertambah dengan

bertambahnya tegangan yang membatasi dari dua arah lain. Ini tercermin dari

tegangan yang membatasi dari dua arah lain. Ini tercermin dari tegangan tumpu

Page 33: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

29

(bearing) setempat yang diperbolehkan pada nilai yang lebih tinggi dari kekuatan

tekan. Faktor ini harus juga dicatat ketika mempertimbangkan kinerja beton in-

situ yang dihasilkan dari uji pengeboran adalam metode tekanan unconfined. Ada

berbagai alasan untuk melakukan pengujian beton keras:

1. Pada tingkat dasar untuk mengamati hukum fisik tentang sifat beton. Mencari

hubungan antara sifat fisik dan mekanik dari material beton dan sifat elastis

dari kekuatan beton keras.

2. Menentukan sifat mekanis dari beton jenis tertentu untuk penerapan khusus.

Uji ini dilakukan dengan simulasi kondisi yang akan dialami oleh beton

tersebut.

3. Bila hukum fisik telah diketahui, perlu dilakukan evaluasi atas konstanta fisik,

misalnya modulus elastisitas.

4. Yang paling umum, informasi rutin atas kualitas beton, dinamakan pengujian

kontrol kualitas. Kecepatan dan kemudahan pengujian dapat lebih penting

daripada akurasi yang sangat tinggi.

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan

oleh mesin tekan. Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini cetakan silinder

diameter 152 mm dan tinggi 305 •mum, tongkat pemadat, mesin pengaduk,

timbangan, mesin tekan, dll.

Untuk mendapatkan benda uji harus diikuti beberapa tahapan dari beton

segar yang mewakili campuran beton. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3

lapis, dimana setiap lapis dipadatkan dengan 25x tusukan secara merata, setelah

Page 34: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

30

itu ratakan permukaan beton dan tutuplah dengan bahan kedap air. Kemudian

biarkan 24 jam, setelah itu bukalah cetakan dan keluarkan benda uji, lalu rendam

dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25°C.

Untuk persiapan pengujian: ambil benda uji dari bak perendam tentukan

berat dan ukuran benda uji. Lapis permukaan atas dan bawah benda uji dengan

mortar belerang dengan cara sebagai berikut: lelehkan mortar belerang di dalam

pot peleleh yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk, kemudian

letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan, benda uji siap diperiksa.

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut: letakan benda uji

pada mesin tekan secara sentris, dan jalankan mesin tekan dengan penambahan

beban antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik. Lakukan pembebanan sampai benda uji

menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan

benda uji lalu gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji. Kemudian

hitung kuat tekan beton yaitu besarnya beban per satuan luas.

sb : P / A (kg/cm )

Ket:

P = beban maksimum (kg)

A = luas penampang benda uji (cm )

(Sumber: SK SNI 03-1974-1990)

Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan

campuran beton dan pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

Page 35: Tatacara Perencanaan Penulangan Rigid Pavement

31

Kuat tekan beton yang diperoleh akan terus bertambah seiring dengan

bertambahnya umur beton, dan tentu saja ini akan menjadi acuan yang mewakili

seluruh campuran beton yang digunakan sebagai struktur bangunan. Pada hari ke-

28 kekuatan beton dianggap sama pada hari selanjutnya, karena penambahan

kekuatan beton setelah hari ke-28 bertambah namun pertambahan kekuatannya

sedikit.