PENGUKURAN KADAR KEPEKATAN ASAP PADA...

download PENGUKURAN KADAR KEPEKATAN ASAP PADA …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-18068-2209204810-Paper.pdf · terhadap terjadinya polusi kabut asap yang melintas batas negara. Pada umumnya

If you can't read please download the document

Transcript of PENGUKURAN KADAR KEPEKATAN ASAP PADA...

  • PENGUKURAN KADAR KEPEKATAN ASAP PADA LAHAN GAMBUT

    Arif Gunawan 1)

    , Dr. Moch. Rivai ST, MT 2)

    , Eko Setijadi , ST, MT, Ph.D 3)

    1)

    Teknik Telekomunikasi Politeknik Caltex Riau

    Email : [email protected] [email protected] 2,3)

    Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Email : [email protected] [email protected] Surabaya 60111,

    INDONESIA

    Dalam beberapa dekade belakangan ini

    Indonesia merupakan derah sebagai

    pengeksport asap terbesar , dimana asap

    tersebut berasal dari berapa daerah di pulau

    sumatera. Ini terbukti dengan beberapa

    keberatan dan dari negara tetangga akan asap

    yang berasal dari hasil terbakarnya lahan

    gambut salah satunya dipropinsi Riau. Asap

    hasil terbakarnya lahan gambut tentunya

    memiliki karakteristik kandungan partikel yang

    berbeda dengan terbakarnya lahan lain. Dalam

    penelitian ini dilakukan degan 2 buah

    pengujian , yang pertama mengambil sempel

    lahan gambut dan dilakukan pembakaran

    didalam ruang isolator dan mengukur kadar

    partikel dengan 5 bua sensor, yaitu TGS2442

    (CO), TGS2201(Metana),TGS 4161(Co2) dan

    TGS2612(Gas Oil), serta LM35 sebagai sensor

    suhu. Pengujian ke dua adalah pengukuran

    langsung dengan meletakan sensor dan sistem

    di sekitar daerah yang terbakar (dilakukan

    pada saat masyarakat membuka lahan untuk

    perkebunan sawit) .Setelah itu hasil data

    sensor diinputkan ke mikrokontroller dan

    selanjutnya ditransmisikan ke PC/Laptop via

    RS232 dan untuk selanjutnya ditampilkan

    dalam bentuk grafik untuk mengetahui

    kandungan asap dari hasil pembakaran lahan

    gambut.

    Kata kunci: transmitter, receiver, sensor

    1. Pendahuluan

    Kebakaran hutan di Indonesia pada saat

    ini dapat dipandang sebagai bencana regional

    dan global. Hal ini disebabkan karena hasil

    pembakaran yang dilepas ke atmosfer salah

    satu contoh CO2, berpotensi menimbulkan

    pemanasan global. Pembukaan lahan gambut

    berskala besar dengan membuat saluran/parit

    telah menambah resiko terjadinya kebakaran

    di lahan gambut pada musim kemarau.

    Gambar 1. karakteristik Lahan gambut (Suwido

    H. Limin, edisi 7 mei 2003)

    Kejadian kebakaran hutan dan lahan di

    provinsi riau memiliki pengaruh yang besar

    terhadap terjadinya polusi kabut asap yang

    melintas batas negara. Pada umumnya

    kebakaran yang terjadi di provinsi riau berada

    di lahan gambut yang mendominasi wilayah ini

    sebesar 60 %, oleh karena itu, kabut asap

    merupakan fenomena alam yang umum terjadi

    pada saat musim kebakaran dan memberikan

    dampak terhadap negara tetangga seperti

    malaysia dan Singapore elias ( Inyoman jaya

    wistara,2009). Untuk itu penting kiranya di

    lakukan suatu penelitian untuk mengetahui

    kandungan partikel dari hasil pembakaran lahan

    gambut di propinsi riau. Untuk mengetahui

    kandungan partikel maka digunakan beberapa

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • buah sensor yaitu sensor suhu (LM35), sensor

    TGS2201 ( gas oline), TGS4161(gas Co2),

    TGS2442 (gas CO), dan sensor TGS2612 ( gas

    methan).

    2. Tinjauan Pustaka

    Adapun sistem sensor yang di gunakan adalah :

    a. Sensor TGS2442

    TGS2442 menggunakan struktur

    multilayer sensor. Menampilkan TGS2442 baik

    selektivitas untuk karbon monoksida, sehingga

    ideal untuk memonitoring kandungan CO. Pada

    gambar grafik dibawah sumbu y

    mengindikasikan rasio dari resistansi sensor

    (Rs/Ro) dimana :

    Rs = Resistansi sensor gas yang ditampilkan

    pada berbagai konsentrasi.

    Ro = Resistansi sensor pada 100ppm CO.

    Gambar karakteristik rangkian TGS 2442

    Gambar 2. Karakteristik rangkaian TGS2442

    b. Sensor TGS2201

    TGS2201 dapat mendeteksi 2

    kandungan pada 1 substrate dan menghasilkan

    2 keluaran secara terpisah untuk merespon

    kandungan gas pembuangan diesel dan gas

    pembuangan bensin.

    Rs = Resistansi sensor gas yang ditampilkan

    pada berbagai konsentrasi.

    Ro = Resistansi sensor pada saat udara bersih.

    Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan

    karakteristik rangkaian

    Gambar 3. Karakteristik sensor 2201

    c. Sensor TGS2612

    Sensor TGS2612 mempunyai

    sensitifitas yang tinggi terhadap kandungan

    methane, propane, dan buthane sehingga

    membuat,. Fitur-fitur yang terdapat pada sensor

    TGS2612 adalah sedikit mengkonsumsi daya,

    Sensitifitas yang tinggi terhadap kandungan

    methane dan LP gas. Pada gambar grafik

    sumbu y mengindikasikan rasio dari resistansi

    sensor (Rs/Ro) dimana :

    Rs = Resistansi sensor gas yang ditampilkan

    pada berbagai konsentrasi.

    Ro = Resistansi sensor pada 5000ppm CO.

    Rangkaian karakteristik TGS2612

    Gambar 4. karakteristik rangkaian TGS2612

    d. Sensor LM 35

    Sensor suhu menggunakan LM35 ini

    mempunyai presisi yang tinggi dengan

    lineraritas +10.0 mV terhadap suhu Celcius.

    Suhu yang dapat diukur cukup lebar yakni

    antara 55 C sampai dengan 150 C.

    e. Mikrokontroler ATMega8535

    Mikrokontroler AVR memiliki

    arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi

    dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan

  • sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1

    (satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi

    MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock.

    AVR berteknologi RISC.

    Modul sensor dan ruang pengujian

    Gambar 5. Ruang pengukuran dan module

    Sensor yang di gunakan.

    Gambar 6. PC monitor Sensor Gas

    3. Blok Diagram Sistem Secara Keseluruhan dan Prinsip Kerja

    Sistem.

    Pada rangkaian diatas mengunakan 5

    buah sensor suhu (LM35), sensor TGS2201

    (gas oline), TGS4161(gas Co2), TGS2442 (gas

    CO), dan sensor TGS2612 (gas Metan). Hasil

    pembacaan sensor diproses oleh mikrokontroler

    dan kemudian hasilnya di tampilkan dalam

    LCD , untuk terkoneksi dengan Port serial pada

    PC hasil pembacaan di teruskan ke komunikasi

    serial yaitu MAX 232 dan hasil pembacaanya

    di tampilkan di PC

    Sensor

    Lm 35

    TGS2442

    TGS2201

    TGS2612

    TGS4161

    Amp

    Mikro

    LCD

    RS232 PC

    Gambar 7. Blok diagram Rangkaian Sensor.

    Rangkaian sensor

    Gambar 8. Rangkaian sensor

    Pada gambar 8 terdapat 3 buah rangkaian, yaitu

    rangkaian sensor TGS2612, rangkaian sensor

    TGS2442, dan rangkaian sensor TGS2201.

    Pada setiap sensor mempunyai RH (tahanan

    heater) dan RS. RH berfungsi sebagai tahanan

    untuk tegangan heater, adapun tegangan heater

    berfungsi untuk memanaskan sensor agar dapat

    membaca kandungan partikel gas. Dan RS

    berfungsi sebagai tahanan untuk tegangan

    circuit,adapun tegangan circuit befungsi untuk

    memberi tegangan pada sensor agar dapat

    membaca kandungan partikel gas tentunya

    setelah dipanaskan oleh tegangan heater.

    Flow Chat Pengukuran

    Dalam pembuatan sistem ini dilakukan

    dengan beberapa cara salah satunya adalah

    perancangan system sensor,berikut

    perancangan system sensor.

  • Mulai

    Sensor membaca

    kandungan

    pastikel pada asap

    ADC mikro

    Mikrokontroler

    menampilkan hasil

    pembacaan ke

    LCD

    Pengiriman data

    ke PC

    menggunakan

    Max 232 Dengan

    kabel DB 9

    PC menampilkan

    hasil dalambentuk

    Grafik

    Selesai

    Gambar 9. Flowchat sensor

    Pada sistem diatas dapat dilihat sinyal

    hasil pembacaan dari sensor-sensor yang

    berupa tegangan dari 0 5 Volt masuk kedalam

    sistem mikrokontroler , Mikro sendiri memiliki

    ADC internal dan hasil dapat diolah didalam

    mikrokontroler. Hasil yang telah diolah oleh

    sistem mikrokontroler di teruskan melalui port

    TX/RX sebagai komunikasi serial ke IC

    MAX232 dan diterskan ke PC melalui port

    DB9. Sedangkan perancangan dalam sistem

    pengolahan data adalah sebagai berikut

    Analisa

    Pengujian tanpa asap

    Pengujian yang dilakukan tanpa asap di

    ruang simulasitor, dengan hasil pembacaan

    sensor adalah

    Dalam pengujian ini gambut yang sudah

    diambil hutan akan di bakar di dalam ruang

    simuator adapun ruang simulator yang di buat

    adalah berdiameter 120 cm x 50 cm x 40 cm

    sepertigambar di bawah ini

    Gambar 10. Ruang simulator ukur asap

    Kemudian di lakukan pembakaran sampah

    gambut dan masukan kedalam ruang simulator

    ,sampah yang diambil sebelumnya di timbang

    memiliki berat 1.5 kg, dan sensor mendeteksi

    perubahan yang terjadi. Untuk mendapatkan

    data yang Valid pertama di lakukan

    pengukuran mendeteksi kondisi normal

    ruangan tanpa asap gambut. Dan hasil

    pengukuranya seperti di bawah ini.

    Tabel 1. Pengukuran ruangan tanpa asap

    Data ke

    Suhu Metana Gas

    oline CO Co2

    50 31.37 1.00 41.00 14.60 97.00

    100 31.39 1.00 42.40 14.60 97.00

    150 31.41 1.00 43.10 14.60 97.00

    200 31.44 1.00 43.18 14.60 97.00

    250 31.46 1.00 43.25 14.60 97.00

    300 31.49 1.00 43.33 14.60 97.00

    350 31.51 1.00 43.40 14.60 97.02

    400 31.54 1.00 43.48 14.60 97.05

    450 31.56 1.00 43.55 14.60 97.07

    500 31.59 1.00 43.63 14.60 97.07

    550 31.61 1.00 43.70 14.60 97.07

    600 31.63 1.00 43.78 14.63 97.07

    650 31.66 1.00 43.85 14.65 97.07

    700 31.68 1.00 43.93 14.66 97.07

  • Data ke

    Suhu Metana Gas

    oline CO Co2

    750 31.71 1.00 43.98 14.68 97.07

    800 31.73 1.00 44.00 14.70 97.07

    850 31.76 1.00 44.57 14.73 97.07

    900 31.78 1.00 45.00 14.75 97.07

    Dalam pengambilan data sensor dilakukan

    sampai dengan 900 data dan telah di rata-

    ratakan memilikihasil seperti tabel1. Terlihat di

    dalam ruangan memiliki suhu tertinggi 31.78 oC, methan 1 ppm, gas oline 45ppm, gas CO

    14,75 ppm, dan CO2 97.07 ppm.

    Pengujian dengan asap

    Pengukuran kedua adalah dengan

    membakar sampah gambut dan meletakan di

    dalam ruang simulator , dan sensor mendeteksi

    perubahan perubahan di dalam ruang simulator.

    Dan hasilnya seperti tabel di bawah ini .

    Tabel 2. Pengukuran dengan asap

    Data ke suhu

    Metana

    Gas oline CO Co2

    1000 32.7

    5 5 91.5 15 96

    1050 33 5.25 92.25 15 96

    1100 33 5.5 92.5 15 96

    1150 33 5.75 92.75 15.25 96

    1200 33 6 93.25 15.5 96

    1250 33 6 93.5 15.75 96

    1300 33 6 93.75 16 96

    1350 33 6 94 18.75 96.75

    1400 33 6 94 19 97

    1450 33 6 94 19 97.25

    1500 33 6 94 19 97.5

    1550 33 6 94 19 97.5

    1600 33 6 94 19 97.75

    1650 33.2

    5 6 94 19 97.75

    1700 33.5 6 94 19 98.25

    1750 33.7

    5 6 94 19 98.5

    1800 34 6 94 16.5 98.75

    1850 34 6 94 17 99

    Data ke suhu

    Metana

    Gas oline CO Co2

    1900 34 6.25 94 17.5 99

    1950 34 6.25 94.25 18.5 99

    2000 34 6.5 94.25 18.5 99

    2050 34 6.5 94.5 18.25 99

    2100 34 6.75 94.5 19 99

    2150 34 6.75 94.75 18 99

    2200 34 7 94.75 19.5 99.25

    2250 34 7 95 18 99.5

    2300 34 7 95 18 99.5

    2350 34 7 95 18 99.75

    2400 34 7 95 18 100

    2450 34 7 95 18 100

    2500 34 7.25 95 20 100

    2550 34 7.5 95 20 100

    2600 34 7.5 95 20 100

    2650 34 7.75 95 19.5 100

    2700 34 8 95 19 100.25

    2750 34 8.25 95 18.5 100.5

    2800 34 8.5 95 20 100.75

    2850 34 8.5 95 20 101

    2900 34 8.75 95 20 101

    2950 34 9 95 20 101

    3000 34 9 95 20 101

    3050 34 9 95 20 101

    Dari tabel diatas dapat kita lihat pada suhu

    tertinggi yaitu 34 oC mengandung unsur metan

    tertinggi 9 ppm, gas oline 95 ppm, CO 20ppm,

    dan CO2 adalah 101 ppm.

    Pengujian dengan asap dilokasipembukaan

    lahan sawit

    Adapun tujuan pengukuran ini adalah

    untukmendapatkan data sebenarnya pada saat

    warga melakukan pembukaan lahan sawit.

    Walapun sulit mendapatkan kondisi yang

    konstan konsentrasi dari asap gambut yang

    terbakar karena beberapa hal yaitu:

    1. Sulitnya menjangkau daerah yang terbakar karena medan yang sulit

    2. Kondisi cuaca angin yang membuat sulit mendapatkan konsentrasi yang luas

  • 3. Luasnya areal yang terbakar 4. Sulit memetakan luas daerah yang

    terbakar sebagai acuan ukur.

    5. Sulitnya mengindetifikasi lokasi hotspot/ titik apai karena proses

    terbakarnya sangat singkat

    Sebagai pembanding maka diambil data

    kondisi kualitas udara daerah setelah selesai

    terjadinya pembakaran untuk adapun data nya

    adalah sebagai berikut .

    Tabel 3. Kondisi sesudah kualitas udara setelah

    terjadinya kebakaran.

    Data

    ke suhu Methan

    Gas Oline

    CO CO2

    5050 32.00 0.40 49.00 14.00 95.00

    5100 32.00 0.65 49.00 14.00 95.00

    5150 32.00 0.74 49.00 14.00 95.00

    5200 32.00 0.77 49.00 14.00 95.00

    5250 32.00 0.89 49.00 14.00 95.00

    5300 32.00 0.89 49.00 14.00 95.00

    5350 32.00 0.90 49.00 14.00 95.00

    5400 32.00 0.91 49.00 14.00 95.00

    5450 32.03 0.96 49.00 14.00 95.00

    5500 32.09 1.00 49.00 14.00 95,7

    5550 32.17 1.00 49.00 14.00 95,7

    5600 32.26 1.00 49.00 14.00 95,7

    5650 32.40 1.00 49.00 14.00 95,7

    5700 32.49 1.00 49.00 14.00 95,7

    5750 32.74 1.00 49.00 14.00 95,7

    5800 32.91 1.00 49.00 14.00 95,7

    5850 33.00 1.00 49.00 14.00 95,7

    5900 33.00 1.00 49.00 14.00 95,7

    5950 33.00 1.12 49.00 14.00 95,7

    Berdasarkan data di dapatkan kondisi normal

    pada saat telah terjadinya proses pembakaran

    dengan konsentarsi gas methan 1.12 ppm, gas

    oline 49 ppm, gas CO 14 ppm dan gas CO2

    95,7 ppm

    Dengan hal-hal tersebut untuk mendapatkan

    perbandingan dari kondisi pengukuran skala

    laboratorium maka pengukuran sebenarnya ,

    akan perlu dilakukan secara langsung di

    lapangan. Pengambilan data di lakukan di

    daerah kandis propinsi riau pada tanggal 12 juli

    2011 dengan kondisi pembakaran dalam upaya

    pembukaan lahan perkebunan sawit. Adapun

    data yang di dapat dari pngukuran lapangan

    adalah :

    data ke suhu Methan Gas

    oline CO CO2

    4000 32.60 1.00 65.17 15.00 96.00

    4050 32.77 1.00 67.74 15.00 96.11

    4100 32.91 1.00 67.86 15.00 96.14

    4150 32.93 1.00 68.00 15.00 96.17

    4200 32.94 1.00 68.83 15.00 96.26

    4250 33.09 1.00 69.00 15.00 96.27

    4300 33.74 1.11 69.50 15.00 96.46

    4350 33.74 1.14 69.09 15.00 96.49

    4400 33.76 1.40 69.09 15.00 96.54

    4450 33.77 1.89 69.51 15.00 96.57

    4500 33.82 2.00 70.29 15.00 96.60

    4550 33.82 2.37 71.09 15.00 96.73

    4600 33.83 2.54 71.66 15.00 96.74

    4650 33.83 2.66 71.91 15.00 96.77

    4700 33.86 2.74 72.09 15.00 96.89

    4750 33.86 2.89 72.86 15.00 97.00

    4800 33.87 2.91 73.00 15.00 97.00

    4850 33.90 2.94 73.17 15.00 97.00

    4900 33.91 3.00 74.26 15.00 97.00

    Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa

    hasil pembakaran lahan gambut menghasilkan

    beberapa partikel gas diantaranya adalah

    methan dengan konsentrasi 3 ppm, gas oline

    dengan konsentrasi 74,26 , gas CO ( karbon

    monoksida ) 15 ppm , dan gas CO2 adalah 97

    ppm.

    Kesimpulan

    Berdasarkan data yang di peroleh

    bahwa asap hasail pembakaran lahan gambut di

    ruang terbuka mengandung banyak unsur CO

    (15 ppm), CO2(97ppm) , Methan( 3 ppm), gas

    oline (74,26 ppm). Dengan demikian

  • pembakaran lahan gambut turut menyumbang

    dampak polusi di kota pekanbaru.

    REFERENSI

    [1] Farukh NADEEM, Erich LEITGEB, Radio

    Engineering Vol.19. No.2 Dense maritime Fog

    Attenuation Prediction From measured

    Visibility data, Institute of Broadband

    Communication, Graz University Of

    Technology, Graz, Austria, June 2010

    [2] Edward E. Altshuer ,Fellow, IEEE

    Transaction On Antennas and Propagation ,

    Vol.AP-32 , No.7 A simple Expression For

    Estimating attenuation By Fog at Millimeter

    Wavelengths , july 1984

    [3] C.C. Chen ,Attenuation of Elektromagnetic

    Radiation by haze, Fog, Clauds, and Rain

    United State Air Force Project Rand , april

    1975