Pengukuran Jasa Dan Kualitas

download Pengukuran Jasa Dan Kualitas

If you can't read please download the document

description

Kepuasan Pelanggan memberi peran yang cukup besar dalam mengetahui perkembangan perusahaan kedepannya

Transcript of Pengukuran Jasa Dan Kualitas

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Jasa dan Kualitas Jasa

    Proses bisnis suatu perusahaan berhubungan erat dengan jasa dan kualitas jasa.

    Dimana perusahaan dapat menyediakan jasa untuk digunakan pelanggan dimana jasa

    yang disediakan ini sangat bergantung pada kualitas dari jasa itu sendiri.

    Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai apakah itu jasa dan kualitas jasa dan

    penjelasan-penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

    2.1.1 Pengertian Jasa

    Definisi jasa menurut Philip Kotler adalah :

    A service is any act on performance that one party can offer to another that is

    essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its

    production may or not may be tied to a physical product (Kotler,1997,p83).

    Artinya : Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu

    pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud serta tidak

    menghasilkan kepemilikan atas apapun. Produksinya dapat berkenaan dengan

    sebuah produk fisik atau tidak.

    2.1.2 Pengertian Kualitas Jasa dan Mengelola Kualitas Jasa

    Menurut Philip Kotler, kualitas adalah :

  • 10

    Keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh

    pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang

    tersirat (Kotler,1997,p49).

    Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

    Memberikan jasa dengan kualitas yang lebih baik dan lebih tinggi dari pesaing

    secara konsisten merupakan salah satu upaya suatu perusahaan jasa untuk tetap

    dapat bertahan dan unggul dalam menjalankan bisnisnya. Kuncinya adalah

    dengan memenuhi atau bahkan melebihi harapan kualitas jasa pelanggan sasaran.

    Harapan pelanggan dibentuk dari pengalaman masa lalunya, pembicaraan

    mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa tertentu.

    Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan hal-hal ini, setelah menerima jasa

    tersebut, mereka akan melakukan pembandingan antara jasa yang mereka alami

    dengan yang diharapkan. Jika ternyata jasa yang dialami berada dibawah jasa

    yang diharapkan maka pelanggan akan kehilangan minat pada penyedia jasa dan

    mencari penyedia jasa lain yang dapat memberikan jasa melebihi dari yang

    mereka harapkan.

    Parasuman, Zeithaml dan Berry (1985,p240) membentuk model kualitas

    jasa yang menyoroti syarat-syarat utama untuk memberikan kualitas jasa yang

    diharapkan. Model itu mengidentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan

    kegagalan penyampaian jasa, yaitu :

    a. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen.

    Pihak manajemen tidak selalu dapat mengetahui dan memahami dengan

    pasti apa yang menjadi keinginan pelanggan. Hal ini dapat diilustrasikan

  • 11

    dengan suatu kondisi dimana pihak manajemen suatu maskapai

    penerbangan mungkin berpikir bahwa pelanggan menginginkan makanan

    yang lebih baik, namun pada kenyataannya pelanggan lebih

    mengharapkan ketepatan waktu dari maskapai penerbangan tersebut.

    b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

    Manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan pelanggan,

    namun tidak menetapkan suatu standar pelaksanaan yang spesifik. Pihak

    manajemen memerintahkan para pramugari untuk menyediakan makanan

    kepada pelanggan dengan cepat tanpa menentukan waktu secara

    kuantitatif.

    c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

    Para karyawan mungkin tidak terlatih dengan baik, tidak mampu atau

    tidak mau memenuhi standar. Atau mungkin mereka diharapkan pada

    standar-standar yang bertentangan, misalnya mereka harus meluangkan

    waktu untuk mendengarkan masalah atau keluhan para pelanggan dan

    melayani mereka dengan cepat.

    d. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal

    Harapan pelanggan dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat

    oleh wakil-wakil dan iklan perusahaan. Bila brosur hotel

    menggambarkan suatu ruangan kamar yang indah dan menyenangkan,

    namun tamu yang menginap merasakan bahwa ruangan tersebut kotor

    dan tidak menyenangkan, maka komunikasi eksternal telah merusak

    harapan pelanggan.

  • 12

    e. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan

    Kesenjangan ini terjadi bila konsumen mengukur kinerja perusahaan

    dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai

    kualitas jasa. Seorang dokter bisa saja terus mengunjungi pasiennya

    secara berkala untuk menunjukkan perhatiannya, namun pasien bisa salah

    menginterpretasikannya sebagai suatu indikasi bahwa ada sesuatu yang

    tidak baik berkenaan dengan penyakit yang dideritanya.

    2.1.3 Pengukuran Kualitas Jasa

    Menurut Christopher Lovelock seperti yang dikutip oleh Freddy

    Rangkuti (2003,pp18-19) dalam bukunya: Measuring Customer Satisfaction,

    terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut :

    a. Reliability (Keandalan)

    Kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat sesuai dengan yang

    dijanjikan.

    b. Responsiveness (Cepat tanggap)

    Kemampuan karyawan untuk membantu konsumen menyediakan jasa dengan

    cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.

    c. Assurance (Jaminan)

    Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani dengan rasa percaya

    diri.

    d. Emphaty (Empati)

    Karyawan harus memberikan perhatian secara individual kepada konsumen

  • 13

    e. Tangible (Kasat mata)

    Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan alat-alat komunikasi.

    2.2 Kepuasan Pelanggan

    2.2.1 Pengertian

    Berdasarkan pendapat Gerson (2002,p3-4) kepuasan konsumen adalah

    persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jika

    Anda membeli suatu barang maka Anda berharap barang itu akan

    berfungsi. Jika pelanggan tidak puas, dia akan menghentikan bisnisnya

    dengan Anda. Semua upaya yang Anda lakukan untuk mencapai mutu dan

    memberikan pelayanan yang unggul tidak ada artinya sama sekali jika

    Anda tidak berusaha untuk memuaskan pelanggan.

    2.2.2 Faktor Utama Tingkat Kepuasan Pelanggan

    Berdasarkan pendapat Irawan terdapat lima faktor utama yang

    menentukan tingkat kepuasan pelanggan, yaitu:

    1. Kualitas produk

    Konsumen atau pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi

    menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

    Beberapa dimensi yang berpengaruh dalam membentuk kualitas produk

    adalah performance, reliability, conformance, durability, feature, dan

    lain lain.

  • 14

    2. Kualitas pelayanan

    Komponen pembentuk kepuasan pelanggan ini terutama untuk industri

    jasa. Pelanggan akan merasa puas apabila mereka mendapatkan

    pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

    3. Faktor emosional

    Konsumen yang merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa

    orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan

    merek tertentu akan cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih

    tinggi. Kepuasan bukan karena kualitas dari produk tersebut tetapi self

    esteem atau social value yang membuat pelanggan menjadi puas

    terhadap merek produk tertentu.

    4. Harga

    Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

    yang relatif murah akan memberikan value yang lebih tinggi kepada

    pelanggannya. Jelas faktor harga juga merupakan faktor yang penting

    bagi pelanggan untuk mengevaluasi tingkat kepuasannya.

    5. Biaya dan kemudahan

    Untuk mendapatkan produk atau suatu jasa, pelanggan tidak perlu

    mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk

    mendapatkan suatu produk atau jasa akan cenderung puas terhadap

    produk atau jasa tersebut. ATM adalah contoh dimana pelanggan

    merasa puas oleh karena mudah dalam mendapatkan pelayanan

    perbankan.

  • 15

    Berdasarkan pendapat Irawan pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan

    pelanggan ditentukan oleh persepsi dan harapan pelanggan. Persepsi terhadap

    produk atau pelayanan sendiri dipengaruhi oleh pengalaman pelanggan saat

    mencoba produk atau menerima suatu pelayanan. Karena itu, apabila produk

    yang digunakan atau pelayanan yang diperoleh mempunyai kualitas yang baik

    maka besar kemungkinannya pelanggan tersebut akan memberikan persepsi

    yang tinggi dan akhirnya membawa tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

    Pelanggan yang puas cenderung loyal. Tingkat loyalitas inilah yang

    sesungguhnya bertanggungjawab terhadap tingkat profitabilitas. Pelanggan

    yang loyal cenderung akan sering membeli. Otomatis, revenue akan

    bertambah. Dengan memiliki pelanggan yang loyal, maka efisiensi biaya

    pemasaran dapat meningkat. Kesimpulannya, bila pelanggan loyal dapat

    menaikkan revenue dan efisiensi biaya pemasaran, pastilah perusahaan akan

    menikmati profitabilitas yang lebih tinggi.

    Gambar 2.1 merupakan hubungan kelima faktor tersebut dengan tingkat

    kepuasan pelanggan yang pada akhirnya berpengaruh pada kesetiaan pelanggan

    Gambar 2.1 Lima Faktor Kepuasan Pelanggan (Irawan,2003,p22)

    PRODUCTQUALITY

    SERVICE QUALITY

    EMOTIONAL FACTOR

    PRICE

    COST OF ACQUIRING

    OVERALL

    CUSTOMER

    SATISFACTION

    LOYALTY

  • 16

    2.2.3 Mengukur Indeks Kepuasan Pelanggan

    Menurut Handi Irawan, indeks kepuasan pelanggan merupakan suatu

    angka atau indeks yang menjadi tolak ukur sejauh mana pelanggan puas

    terhadap perusahaan. Indeks kepuasan ini dapat dihasilkan dari proses

    pengukuran yang paling sederhana dengan menghitung satu variabel saja

    sampai yang paling kompleks dengan melibatkan banyak variabel. Misalnya

    dengan mengitung komponen-komponen apa saja yang mempengaruhi

    kualitas pelayanan (Irawan,2003,p10).

    Indeks kepuasan pelanggan diukur dengan melakukan survei terhadap

    pelanggan. Survei dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

    yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pelanggan.

    Menurut Handi Irawan, untuk industri consumer product, kualitas

    yang dimaksud adalah kualitas produk dan untuk service industry, kualitas

    yang dimaksud adalah kualitas pelayanan. Kepuasan ini diukur dengan

    menggunakan likert atau skala 1 hingga 5 dimana skor 1 menunjukkan

    sangat tidak puas, 2 menunjukkan tidak puas, 3 menunjukkan netral, 4

    menunjukkan puas dan 5 menunjukkan sangat puas.

    Indeks dapat diukur atau dihitung dengan menjumlahkan bobot yang

    diberikan pada komponen penentu kepuasan lalu dianalisis dengan

    menggunakan metode statistik, sehingga menghasilkan suatu indeks yang

    menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan.

  • 17

    Setelah dihitung, nilai positif dari indeks akan menunjukkan bahwa

    kepuasan diatas rata-rata harapan pelanggan sedangkan nilai negatif adalah

    sebaliknya. Semakin besar dan positif nilai indeks kepuasan pelanggan

    berarti pelanggan semakin puas, semakin kecil dan negatif indeks kepuasan

    pelanggan menunjukkan ketidakpuasan pelanggan.

    2.3 Manajemen Proyek

    Manajemen Proyek perangkat lunak merupakan aktivitas pelindung (umbrella

    activity) dalam rekayasa perangkat lunak. Manajemen proyek dimulai sebelum

    aktivitas teknis diinisiasi dan berlanjut pada keseluruhan batasan, perkembangan,

    dan pemeliharaan perangkat lunak komputer.

    Tiga P memiliki pengaruh yang mendasar pada manajemen proyek perangkat

    lunak people (manusia), problem (masalah), dan process (proses). Manusia

    harus diorganisasi ke dalam tim-tim yang efektif, termotivasi, untuk melakukan

    kerja perangkat lunak kualitas tinggi, serta dikoordinasi untuk mencapai

    komunikasi yang efektif. Masalah harus dikomunikasikan dari pelanggan ke

    pengembang, dibagi kedalam bagian-bagian konstituennya, sertaditempatkan

    untuk kerja oleh tim perangkat lunak. Proses harus disesuaikan dengan manusia

    dan masalah. Sebuah kerangka kerja proses yang umum dipilih, sebuah

    paradigma rekayasa perangkat lunak yang sesuai diterapkan, dan serangkaian

    tugas kerja dipilih untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada.

  • 18

    2.3.1 Menentukan Jaringan Tugas

    Untuk mengembangkan jadwal proyek, serangkaian tugas harus

    didistribusikan pada deret waktu proyek. Rangkaian tugas itu bervariasi

    tergantung tipe proyek dan tingkat kelakuan.

    Jaringan tugas merupakan representasi grafik dari aliran tugas sebuah

    proyek. Jaringan tugas kadang-kadang digunakan sebagai mekanisme untuk

    seluruh rangkaian dan ketergantungan tugas meruakan input bagi suatu alat

    bantu penjadwalan proyek otomatis.

    2.3.2 Penjadwalan

    Penjadwalan merupakan titik puncak dari aktivitas perencanaan yang

    menjadi komponen utama dari manajemen proyek perangkat lunak. Bila

    dikombinasikan dengan metode estimasi dan analisis resiko, penjadwalan

    merupakan sebuah peta jalan bagi manajer proyek.

    Penelusuran dapat dilakukan dengan berbagai cara :

    Mengadakan pertemuan status proyek secara periodik di mana anggota tim melaporkan masalah dan kemajuannya

    Mengevaluasi hasil kajian yang dilakukan pada keseluruhan proses Menentukan apakah kejadian penting proyek formal telah dikerjakan

    sesuai tanggal yang dijadwalkan

    Membandingkan tanggal mulai aktual dengan tanggal mulai yang direncanakan bagi setiap tugas proyek pada tabel proyek

  • 19

    Pertemuan secara informal dengan para pelaksana untuk mendapatkan perkiraan kemajuan subyektif mereka terhadap tanggal dan masalah

    dimasa mendatang..

    Penjadwalan dimulai dengan dekomposisi proyek. Karakteristik proyek

    digunakan untuk mengadaptasi sekumpulan tugas yang tepat untuk kerja

    yang dilakukan. Jaringan kerja menggambarkan setiap tugas rekayasa,

    ketergantungan pada tugas-tugas yang lain, dan durasi proyeknya. Jaringan

    kerja digunakan untuk menghitung jalur proyek kritis,diagram timeline, dan

    berbagai informasi proyek. Dengan menggunakan jadwal sebagai panduan,

    manajer proyek dapat menelusuri dan mengontrol setiap langkah dalam

    proyak rekayasa perangkat lunak. (Pressman,1997,p83)

    2.4 Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak

    2.4.1 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak

    Pengertian rekayasa piranti lunak pertama kali diperkenalkan oleh Fritz

    Bauer sebagai penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam usaha

    mendapatkan piranti lunak yang ekonomis, yaitu piranti lunak yang terpercaya

    dan bekerja secara efisien pada mesin atau komputer (Pressman, 1992, p19).

    2.4.2 Paradigma Rekayasa Piranti Lunak

    Menurut Roger Pressman (1992), software is : (1) Instruction (computer

    programs) that when execute provide desired and performance, (2) Data

    structures that enable the program to adequately manipulation information, and

  • 20

    (3) Documents that describe the operation and use of program. Dengan definsi

    tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa software adalah (1) Instruksi-instruksi

    (program computer) yang bila dijalankan akan memberikan fungsi dan unjuk

    kerja yang diinginkan . (2) Struktur data yang memungkinkan program untuk

    memanipulasi informasi secara cukup. (3) Dokumen-dokumen yang menjelaskan

    operasi dan penggunaan program-program.

    Software components are created through a series of translations that

    map customers requirements to machine-executable code. A requirements

    model (or prototype) is translated into a design. The software design is

    translated into a language form that specified software data structure,

    procedural attributes, and related requirements. The language form is

    processed by a translation that converts it into machine executable

    instructions. (Roer Pressman, 1992) Menurut pengertian diatas berarti

    komponen software diciptakan melalui beberapa perubahan dimana yang

    memetakan kebutuhan customer dengan kode yang dapat dieksekusi oleh

    mesin. Model yang dibutuhkan diubah menjadi bentuk desain. Desain software

    tersebut diterjemahkan kedalam sebuah bentuk bahasa yang sesuai dengan

    struktur data software, atribut-atribut procedural dan yang disesuaikan dengan

    kebutuhan. Bentuk bahasa tersebut diproses dengan mengubah bahasa tersebut

    menjadi instrusi-instruksi yang dapat dieksekusi oleh mesin.

  • 21

    Terdapat lima paradigma (model proses) dalam merekayasa suatu piranti

    lunak, yaitu The Classic Life Cycle atau sering juga disebut Waterfall Model,

    Prototyping Model, Fourth Generation Techniques (4 GT), Spiral Model, dan

    Combine Model. Pada penulisan skripsi ini dipakai Waterfall Model.

    Menurut Pressman (1992, p20-21), ada enam tahap dalam Waterfall Model,

    seperti pada Gambar 2.2 berikut:

    Gambar 2.2 Model Waterfall

    a. Rekayasa sistem (System Engineering)

    Aktivitas ini dimulai dengan penetapan kebutuhan dari semua elemen

    sistem. Gambaran sistem ini penting jika perangkat lunak harus

    berinteraksi dengan elemen-elemen lain, seperti hardware, manusia dan

    database.

    b. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Software Requirement Analysis)

    Yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui kebutuhan

    piranti lunak, sumber informasi piranti lunak, fungsi-fungsi yang

  • 22

    dibutuhkan, kemampuan piranti lunak dan antarmuka piranti lunak

    tersebut.

    c. Perancangan (Design)

    Tahap ini menitikberatkan pada empat atribut program, yaitu struktur

    data, arsitektur piranti lunak, rincian prosedur dan karakter antarmuka.

    Tahap ini pula menerjemahkan kebutuhan ke dalam sebuah representasi

    perangkat lunak yang dapat dinilai kualitasnya sebelum dilakukan

    pengkodean.

    d. Pengkodean (Coding)

    Tahap pengkodean yang dilakukan adalah memindahkan hasil

    perancangan menjadi suatu bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin,

    yaitu dengan membuat program.

    e. Pengujian (Testing)

    Tujuan dari tahap pengujian adalah agar output yang dihasilkan oleh

    program sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan secara

    menyeluruh hingga semuah elemen, perintah dan fungsi dapat berjalan

    sebagaimana mestinya.

    f. Pemeliharaan (Maintenance)

    Tahap pemeliharaan dilakukan dengan tujuan mengantisipasi kebutuhan

    pemakai terhadap fungsi-fungsi baru yang dapat timbul sebagai akibat

    munculnya sistem operasi baru, teknologi baru dan hardware baru.

  • 23

    Sesuai dengan daur hidup software, Roger Pressman membuat prosedur

    untuk pembuatan program yang tampak pada Gambar 2.3

    Gambar 2.3 Prosedur Pembuatan Program

    2.5 Interaksi Manusia dan Komputer

    2.5.1 Program Interaktif

    Suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user friendly.

    Scheiderman (1998, p15) menjelaskan lima kriteria yang harus dipenuhi oleh

    suatu program yang user friendly, yaitu:

    1. Waktu belajar yang tidak lama.

    2. Kecepatan penyajian informasi yang tepat.

    3. Tingkat kesalahan pemakaian rendah.

    4. Penghafalan sesudah melampaui jangka waktu.

    5. Kepuasan pribadi.

    Plan RequirementSpecification

    Design Listing Working Program

    Data Structure

    Test Specification

  • 24

    2.5.2 Pedoman Merancang User Interface

    Terdapat beberapa pedoman yang dianjurkan dalam merancang suatu

    program, guna mendapatkan suatu program yang user friendly.

    1. Delapan aturan emas.

    Untuk merancang sistem interaksi manusia dan komputer yang baik,

    harus memperhatikan delapan aturan dalam perancangan antarmuka,

    seperti: strive for consistency (berusaha keras untuk konsisten dalam

    merancang tampilan), enable frequent user to use shortcuts

    (memungkinkan pengguna menggunakan shortcuts secara berkala), offer

    informative feed back (memberikan umpan balik yang informatif), design

    dialogs to yield closure (merancang dialog untuk menghasilkan keadan

    akhir), offer simple error handling (memberikan penanganan kesalahan),

    permit easy reversal of actions (mengijinkan pembalikan aksi dengan

    mudah), support internal locus of control (mendukung pengguna

    menguasai sistem), dan reduce short-term memory load (mengurangi

    beban jangka pendek pada pengguna).

    2. Teori waktu respons.

    Waktu respon dalam sistem Komputer menurut Scheiderman (1998,

    p352) adalah jumlah detik dari saat pengguna program memulai aktifitas

    sampai menampilkan hasilnya di layar atau printer. Beberapa pedoman

    yang disarankan (Scheiderman, 1998, p367): pemakai lebih menyukai

    waktu respon yang pendek, waktu respon yang panjang mengganggu,

  • 25

    waktu respon yang pendek menyebabkan waktu pengguna berpikir lebih

    pendek, waktu respon harus sesuai dengan tugasnya, dan pemakai harus

    diberi tahu mengenai penundaan yang panjang.

    2.6 Statistika Deskriptif

    Statistika Deskriptif dapat didefinisikan sebagai metode-metode yang

    berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga

    memberikan informasi yang berguna (Walpole,1995,p2).

    Menurut Walpole, sembarang ukuran yang menunjukkan pusat segugus

    data, yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau

    sebaliknya disebut ukuran lokasi pusat atau ukuran pemusatan. Ukuran

    pemusatan yang paling banyak digunakan adalah nilai tengah (mean), median

    dan modus (Walpole,1995,p23).

    Median segugus data yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang

    terbesar atau sebaliknya adalah pengamatan yang tepat di tengah-tengah bila

    banyaknya pengamatan itu ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang di

    tengah bila banyaknya pengamatan genap (Walpole,1995,p25).

    Sedangkan Modus segugus pengamatan adalah nilai yang terjadi paling

    sering atau yang mempunyai frekuensi paling tinggi genap (Walpole,1995,p26).

  • 26

    2.7 Mean, Variance dan Standard Deviation suatu peubah acak

    a. Hogg dan Tanis (2001,p10-14,p118-125) mendefinisikan mean, median, variance

    dan standard deviataion untuk peubah acak diskret sebagai:

    Nilai tengah (mean) dapat dihitung dengan rumus :

    n

    Xix

    n

    i== 1 Persamaan (2.1)

    dimana : Xi = X1, X2,X3...... Xn

    n = Jumlah sampel yang diambil

    Dari persamaan 2.1 dapat dilihat bahwa nilai tengah merupakan hasil penjumlahan

    seluruh data yang ada dan dibagi dengan banyaknya sampel yang diambil.

    Bila X suatu peubah acak dengan distribusi peluang f(x) maka nilai harapan atau rataan

    X adalah :

    ==x

    xxfx )()( Persamaan (2.2)

    Variance (ragam) dari sebuah contoh acak x1,x2,...,xn didefinisikan sebagai :

    1-n

    )( 212

    xxs

    n

    ii

    =

    = Persamaan (2.3)

  • 27

    Persamaan 2.3 diatas dapat diturunkan menjadi :

    1) -n(n

    )( 211

    2

    2

    ==

    =

    n

    ii

    n

    ii xxn

    s Persamaan (2.4)

    dimana : s2 : Ragam contoh (Variance)

    Xi : Data ke-i

    n : Jumlah sampel

    Bila X peubah acak dengan distribusi peluang f(x) dan rataan , maka variansi X adalah

    222 )( = x Persamaan (2.5)

    Standard deviation atau Simpangan baku contoh (dilambangkan dengan s) didefinisikan

    sebagai akar dari variance (ragam contoh).

    1) -n(n

    )( 211

    2 ==

    =

    n

    ii

    n

    ii xxn

    s Persamaan (2.6)

  • 28

    Bila X peubah acak dengan distribusi peluang f(x) dan rataan , maka simpangan baku

    X adalah :

    222 )( = xs Persamaan (2.7)

    b. Hogg dan Tanis (2001,p170-171) mendefinisikan mean, variance dan standard

    deviataion untuk peubah acak kontinu sebagai berikut:

    Nilai tengah (mean) dapat dihitung dengan rumus :

    == .)()( dxxxfx Persamaan (2.8)

    Variance (ragam) dari sebuah peubah acak kontinu :

    [ ]

    === .)()()()var( 222 dxxfxxx

    Persamaan (2.9)

    Standard deviation atau Simpangan baku contoh (dilambangkan dengan ) didefinisikan sebagai akar dari variance :

    )(xVar= Persamaan (2.10)

  • 29

    2.8 Validitas

    2.8.1 Pengertian

    Berdasarkan pendapat (Umar2003,p176) validitas,menunjukkan sejauh

    mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Bila

    seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan

    timbangan. Alat ini merupakan pengukur yang valid bila dipakai untuk

    mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila panjang sesuatu

    benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran adalah alat

    pengukur valid bila digunakan untuk mengukur panjang. Tetapi timbangan

    bukanlah alat pengukur yang valid bilamana digunakan untuk mengukur

    panjang.

    2.8.2 Validitas Konstruk

    Berdasarkan pendapat (Umar2003,p180-183) Konstruk (Construct)

    adalah kerangka dari suatu konsep, misalkan seorang peneliti ingin mengukur konsep

    religiusitas. Pertama-tama yang harus dilakukan peneliti ialah mencari apa saja

    yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka

    tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep

    tersebut.

    Apabila terdapat konsistensi antara komponen-komponen konstruk yang

    satu dan yang lainnya, maka konstruk tersebut memiliki validitas. Sekiranya,

    tidak semua komponen tersebut konsisten antara satu dan lainnya, maka

    komponen tersebut bukanlah komponen yang valid dari suatu konsep.

  • 30

    2.8.3 Korelasi Product Moment

    Menurut pendapat Umar Analisis korelasi berguna untuk menentukan

    suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan

    variabel lain. Jadi, tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu

    tergantung kepada variabel lain. Simbol dari besaran korelasi r yang disebut

    koefisien korelasi sedangkan simbol parameternya r (dibaca rho).

    Rumusnya adalah:

    rxy =

    Persamaan (2.11)

    dimana : n = jumlah responden

    Xi = Skor jawaban responden ke-i (untuk masing-masing layanan)

    Yi = total skor reponden ke-i yang merupakan penjumlahan dari skor

    jawaban responden untuk semua jenis layanan.

    rxy = korelasi antara X dan Y.

    2.9 Reliabilitas

    2.9.1 Pengertian

    Berdasarkan pendapat (Umar2003,p176-177) Reliabilitas adalah istilah

    yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

    konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Misalkan, seseorang

    n ( XiYi ) ( Xi )( Yi )

    { n ( Xi2 ) ( X i )2 }{ n ( Yi2 ) (Y i )2 }

  • 31

    mengukur jarak dua buah bangunan dengan dua jenis alat pengukur, pertama

    menggunakan meteran yang terbuat dari logam, sedangkan yang selanjutnya

    dengan menggunkan jumlah langkah kaki. Setiap alat pengukur digunakan

    sebanyak dua kali untuk mengukur jarak yang sama. Besar sekali kemungkinan

    hasil pengukuran yang diperoleh dengan kedua alat pengukur tersebut akan

    berbeda. Pengukuran yang dilakukan dengan meteran yang terbuat dari logam

    secara relatif akan menunjukkan hasil yang sama antara pengukuran pertama dan

    pengukuran kedua. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan langkah kaki,

    besar sekali kemungkinannya akan tidak sama besar karena besar langkah antara

    pengukuran pertama dengan kedua mungkin berlainan.

    2.9.2 Teknik Test Retest (Pengukuran Ulang)

    Menurut pendapat Umar untuk mengetahui reliabilitas suatu alat

    pengukur dengan pengukuran ulang (test-retest), kita harus meminta responden

    yang sama agar menjawab semua pertanyaan dalam alat ukur pengukur sebanyak

    dua kali. Selang waktu antara pengukuran pertama dan kedua sebaiknya tidak

    terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Selang waktu antara 15-30 hari umumnya

    dianngap memenuhi persyaratan tersebut. Jika selang waktu terlalu dekat,

    responden masih ingat dengan jawaban yang diberikannya pada waktu

    pengukuran pertama. Sedangkan kalau selang waktu terlalu lama,

    kemmungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua hal ini

    akan mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas.

  • 32

    Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan teknik korelasi product

    moment. Bila angka korelasi yang diperoleh melebihi angka kritis dalam tabel

    nilai r, maka korelasi tersebut signifikan. Berarti hasil pengukuran I dan

    pengukuran II relatif konsisten. Dengan demikian skala pengukur yang disusun

    adalah reliabel. Bilamana angka korelasi yang diperoleh di bawah angka kritis

    dalam tabel, maka hasil pengukuran pertama dan kedua tidak konsisten. Alat

    pengukur tersebut dianggap tidak reliabel.

    2.10 Macam-macam Data Penelitian

    Menurut pendapat (Sugiyono,p14-15), data ada dua macam yaitu

    kualitatif dan kuantitatif. Data yang kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam

    bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk

    angka, atau data kualitatif yang diangkakan. (skoring: baik sekali=4, baik=3,

    kurang baik=2, tidak baik=1).

    Data kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu data data diskrit / nominal dan

    data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan

    secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Data ini diperoleh dari hasil

    menghitung, misalnya jumlah klien CDAinteractive yang masih aktif sampai

    November 2005 sebanyak 50 klien.

    Data kontinum adalah data yang bervariasi menuruttingkatan dan ini

    diperoleh dari hasil pengukuran. Data ini dibagi menjadi data Ordinal, data

    interval, dan data ratio.

  • 33

    Data ordinal adalah data yang berbentuk ranking atau peringkat. Misalnya

    juara I, II, III dan seterusnya.

    Data interval adalah data yang jaraknya sama teta pi tidak mempunyai nilai 0

    mutlak.

    Data ratio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.

    2.11 Skala Likert

    Menurut pendapat (Sugiyono,p 86-87), Skala Likert digunakan untuk mengukur

    sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

    sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

    peneliti, yang disebut Variabel penelitian.

    Variabel ini akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian Indikator

    tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat

    berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunkan

    skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, seperti:

    1. Baik sekali

    2. Cukup baik

    3. Kurang baik

    4. Sangat Tidak Baik.

    Jumlah skor kriterium (bila setiap butir pertanyaan mendapat skor tertinggi) = 4

    x jumlah responden. Misal jumlah responden adalah 42. maka jumlah skor tertinggi

    sebesar 4x42= 168. Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut :

  • 34

    Gambar 2.4 Skala Likert

    2.12 Sebaran Normal (Normal Distribution)

    Sebaran distribusi normal merupakan salah satu sebaran peluang kontinu yang

    paling penting di bidang statistika. Hogg dan Tanis mendefinisikan persamaan sebaran

    normal (normal distribution) dengan nilai tengah dan ragam 2 sebagai berikut (Hogg and Tanis,2001,p193) :

    ,2

    )(exp2

    1)( 22

    =

    xxf untuk - < x < Persamaan (2.15)

    Grafik dari sebaran normal ini disebut dengan kurva normal. Kurva normal

    berbentuk seperti Gambar 2.5 dibawah ini :

    Gambar 2.5 Normal Curve

    42 84 126 168

    (A) (C)(B) (D)

  • 35

    2.13 Uji Homogenitas Variansi

    Salah satu asumsi dalam uji nyata adalah E (2ij) = 2. Untuk mengetahui

    apakah asumsi ini terpenuhi, maka data percobaan dapat diuji apakah

    mempunyai ragam yang homogen. Prosedur ini dikembangkan oleh Bartlett

    (1937) yang mempunyai suatu modifikasi dari uji nisbah kemungkinan Neyman-

    Pearson (Neyman-Pearson likelihood ratio test). Dengan demikian uji ini

    dinamakan uji Bartlett. Jika Yij menyatakan nilai pengamatan contoh, untuk i =

    1, 2, ..., ri ; maka ragam contoh dari populasi ke-i adalah:

    Si2 = (Yij - Yij)2 / (ri - 1) =

    Persamaan (2.12)

    Hipotesis yang akan diuji adalah:

    H0 : 21 = 22 = ... = 2t ; yang berarti ragam dari semua perlakuan sama

    H1 : minimal ada satu perlakuan yang ragamnya tidak sama dengan yang lain

    Statistik uji yang digunakan adalah:

    X2 = 2.3026 { [ (ri - 1) ] log s2 - (ri - 1)] log s2 }

    Persamaan (2.13)

    Statistik akan menyebar mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat

    bebas v = t-1. Dengan demikian jika X2 lebih besar daripada X2 (t-1) maka H0

    ditolak. Nilai X2 ini perlu dikoreksi sebelum dibandingkan dengan nilai X2

    j

    ri Yij2 (Yij)2

    ri (ri - 1)

  • 36

    dengan derajat bebas v = t-1. Di sini t adalah banyaknya perlakuan. Nilai X2

    terkoreksi adalah X2 (terkoreksi) = (1/C) X2. Di mana faktor koreksi C adalah:

    C = 1 + ( ) { 1 / (ri - 1) [1 / (ri - 1) ] }

    Persamaan (2.14)

    2.14 Analisis Lintasan

    Pada dasarnya metode analisis lintasan (path analysis) merupakan bentuk

    analisis regresi linear terstruktur berkenaan dengan variabel-variabel baku dalam suatu

    sistem tertutup yang secara formal bersikap lengkap. Dengan demikian analisis

    lintasan dapat dipandang sebagai suatu analisis struktural yang membahas hubungan

    kausal diantara variabel dalam sistem tertutup.

    Apabila suatu model hubungan kausal antara variabel tak bebas Y dan

    variabel-variabel bebas Xi, untuk i=1,2,..,p, telah dispesifikasikan secara tepat

    berdasarkan teori yang ada, maka kita dapat menyelidiki hubungan kausal itu dengan

    menggunakan analisis lintasan.

    Didalam melaksanakan analisis lintasan, kita dapat membangun diagram

    lintasan (path diagram) agar lebih memperjelas uraian yang dikemukakan. Terdapat

    berbagai kombinasi hubungan kausal di antara variabel-variabel sistem, dimana hal ini

    tergantung pada sifat dari sistem itu. Misalkan untuk kasus 3 buah variabel, anak

    terdapat berbagai kemungkinan untuk menggambarkan hubungan kausal di antara

    ketiga variabel itu. Gambar 2.6 menunjukkan beberapa kemungkinan tersebut adalah:

    13 (t - 1)1 i

  • 37

    1. (1,1,1,1) 0 0 0 0

    2. (1,1,2) 0 0

    3. (1,2,1) 0 0

    4. (2,1,1) 0 0

    5. (3,1) 0 0

    6. (1,3) 0 0

    Gambar 2.6 Beberapa Kemungkinan Hubungan Kausal Tiga Variabel

    Pada dasarnya jika kita merumuskan model regresi linear berganda yang terdiri dari p

    buah variabel bebas:

    Y = 0 + 0 X1 + 0 X2 + ... +0 Xp + Persamaan (2.15) dimana: Y = variabel tak bebas (respons)

    Xi = variabel bebas ke-i, untuk i=1,2,...,p

    i = koefisien regresi parsial tak baku, i=1,2,...,p 0 = intersep (konstanta) = galat (error)

    Selanjutnya apabila kita mendefinisikan SY sebagai simpangan baku contoh dari

    variabel tak bebas Y, SX1, SX2, ...,SXp, sebagai simpangan baku contoh dari variabel

    bebas X1, X2,..,Xp, maka dapat dihitung koefisien regresi baku atau koefisien beta, sbb:

    Bi=bi ; i= 1,2,..,p Persamaan (2.16)

    SXi

    SY

    00

    0

    0000

    00

    0

  • 38

    Apabila koefisien lintasan Bi telah diperoleh, maka beberapa informasi penting akan

    diperoleh berdasarkan metode analisis lintasan, antara lain:

    a. Pengaruh langsung variabel bebas yang dibakukan, Zi, terhadap variabel tak

    bebas Y, diukur oleh koefisien lintasan Bi

    b. Pengaruh tidak langsung variabel bebas Zi, terhadap variabel tak bebas Y,

    melalui variabel bebas Zj, diukur oleh besaran (Cj,rij).

    c. Pengaruh galat (error ) atau sisaan (residual), yang tidak dapat dijelaskan

    oleh model analisis lintasan, namun dapat diukur oleh besaran :

    C2s = 1- Ciriy Persamaan (2.17)

    Besaran C2s dalam analisis lintasan adalah serupa dengan besaran (1-R2) dalam

    analisis regresi ganda, keduanya memiliki nilai yang sama besar. Setelah didapat

    variabel-variabel yang signifikan atau sangat nyata, maka selanjutnya dapat

    dibangun model regresi terbaik dengan hanya menggunakan variabel-variabel

    yang signifikan.

    2.15 State Transition Diagram (STD)

    State Transition Diagram merupakan sebuah modeling tool yang digunakan

    untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD

    merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan

    pada waktu tertentu. Komponen-komponen utama STD adalah:

    i=1

    p

  • 39

    a. State, disimbolkan dengan

    State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan

    dilakukan. Ada dua jenis state yaitu: state awal dan state akhir. State akhir dapat

    berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu.

    b. Arrow, disimbolkan dengan

    Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi

    aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi.

    c. Condition dan Action, disimbolkan dengan

    State 1 State 2

    Condition

    Action

    Gambar 2.7 Simbol Condition dan Action

    Untuk melengkapi STD diperlukan 2 hal lagi yaitu condition dan action seperti

    yang dapat diihat pada Gambar 2.7 diatas. Condition adalah suatu event pada

    lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan action adalah

    yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi

    terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau tampilan.

  • 40

    2.16 Penelitian Relevan

    Kepuasan pelanggan atau dikenal dengan ICSA (Indonesia Customer

    Satisfaction) sangat sering diteliti hampir diseluruh perusahaan besar maupun kecil.

    Karena ICSA memberi peran yang cukup besar dalam mengetahui perkembangan

    perusahaan kedepannya. Diantara kecil dari penelitian yang pernah dilakukan untuk

    ICSA adalah penelitian oleh perusahaan Garda Oto, Toyota Kijang, Telkomsel,

    Aqua, Fuji Film, Telkomnet Instan, Kratingdaeng dan Extra joss. Kedelapan merek

    ini merupakan contoh beberapa peusahaan yang memiliki komitmen ynag tinggi

    terhadap kepuasan pelanggan ( Handi Irawan,2003).